Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(r)- Dalam Bahasa Indonesia
-
Upload
snt-van-ophujsen -
Category
Documents
-
view
1.175 -
download
6
Transcript of Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(r)- Dalam Bahasa Indonesia
i
KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF
BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA INDONESIA:
SUATU KAJIAN SINTAKSIS
SKRIPSI
diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Sarjanapada Program Strata Satu Jurusan Sastra Indonesia
Oleh
Heru Pratikno
H1A050035
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2009
i
KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF
BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA INDONESIA:
SUATU KAJIAN SINTAKSIS
SKRIPSI
diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Sarjanapada Program Strata Satu Jurusan Sastra Indonesia
Oleh
Heru Pratikno
H1A050035
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2009
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)- dalam Bahasa
Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis
Nama : Heru Pratikno
NPM : H1A050035
Jatinangor, 9 November 2009
Pembimbing utama, Pembimbing Pendamping,
H. Agus Nero Sofyan, M.Hum. Hardiati, M.Hum.
NIP 196606171992031002 NIP 196010091985082001
Disahkan Disetujui
Dekan Fakultas Sastra Ketua Program Studi
ii
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Tuhanmu lebih mengetahui
apa yang ada dalam hatimu;
jika kamu orang-orang yang baik,
maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun
bagi orang-orang yang bertaubat.
(AL ISRAA’: 25)
“Kebenaran tidak datang dari langit,
dia mesti diperjuangkan
untuk menjadi benar…”
-Pramoedya Ananta Toer-
Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk
Ayah, Ibu, dan Adik-adikku yang senantiasa berdoa,
semoga Allah swt selalu membimbing dan menuntun mereka
ke jalan kebenaran.
iii
iv
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)- dalam Bahasa Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran data secara sistematis, faktual, dan akurat.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat kabar Media Indonesia, Republika, dan Kompas. Selain itu, penulis juga menelusuri majalah Tempo untuk dijadikan bagian dari sumber data.
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian sintaksis, meliputi konstituen pascaverba, klasifikasi verba, afiksasi, kata, frasa, dan klausa. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah fungsi, kategori, serta konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi oleh fungsi pelengkap dan keterangan. Selanjutnya, konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat pula diisi oleh kategori sintaktis berupa nomina atau frasa nominal, verba atau frasa verbal, adjektiva atau frasa adjektival, frasa numeralia, dan farasa preposisional. Selain itu, konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi oleh konstruksi sintaktis yang berupa kata, frasa, dan klausa.
iv
v
ABSTRACT
The title of this research is “Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)- dalam Bahasa Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis”. The research uses a descriptive method, whose purpose is to systematically, factually, and accurately describe and prtray the data acquired.
The sources used in this research are newspapers, which include Media Indonesia, Republika, and Kompas. Besides, in this research, the writer also makes use of the Tempo magazine as a data supply.
The theory used in this research is syntax. The problems identified here are functions, categories, and syntactic constructions as post-verb intransitive constituents with affix be(R)-.
From the research it can be observed that post-verb intransitive constituents with affix be(R)- can be filled by complement functions and adverbs. Next, post-verb intransitive constituents with affix be(R)- can also be filled by syntactic categories, nominal or nominal phrases, verb or verb phrases, adjectival or adjectival phrases, numeral phrases, and prepositional phrases. More to the point, post-verb intransitive constituents with affix be(R)- can also be filled by syntactic constructions of words, phrases, and clauses.
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahuwataala
karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
berjudul “Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)- dalam Bahasa
Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis”.
Skripsi ini diajukan untuk dipertahankan dalam Ujian Sidang Sarjana
Strata Satu pada Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran.
Pada kesempatan ini, rasa terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, di antaranya sebagai
berikut.
1. Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Ir., DEA.,
2. Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Dadang Suganda, M.Hum.,
3. Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Baban Banita, M.Hum.,
4. dosen pembimbing utama, H. Agus Nero Sofyan, M.Hum.,
5. dosen pembimbing pendamping, Hardiati, M.Hum.,
6. dosen wali, Hj. Yeti Setianingsih, Dra.,
7. seluruh pengajar Program Studi Sastra Indonesia, dan
8. teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia angkatan 2005.
Semoga Allah subhanahuwataala memberikan balasan atas segala jasa
dan bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada penulis.
vi
vii
Seluruh isi skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri dan bukan
merupakan jiplakan atau saduran semata. Oleh sebab itu, penulis berani
bertanggung jawab atas segala isi yang terkandung di dalamnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan linguistik dan memberikan pengetahuan khususnya pada kajian
sintaksis.
Jatinangor, 9 November 2009
Penulis
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Penulisan Singkatan
MI : Media Indonesia
K : Kompas
R : Republika
T : Majalah Tempo
Penulisan Lambang
* : menandai bentuk yang tidak grmatikal/ tidak berterima
(/) : menandai hadir atau tidak hadir unsur gramatikal (morfem terikat)
Penulisan Sumber Data
(xx, xx/xx/xx-xx-xxxx)
nama surat kabar
halaman
kolom
tanggal
bulan
tahun
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN …………………………………………. iii
ABSTRAK ……………………………………………………………… iv
ABSTRACT ……………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR …………………………………………………. vi
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………...…… 1
1.2 Pembatasan Masalah ……………………………………. 13
1.3 Identifikasi Masalah …………………………………….. 13
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………...… 14
1.5 Kegunaan Penelitian …………………………………….. 14
1.6 Metode dan Teknik Penelitian ……………..………….... 15
1.7 Sumber Data Penelitian …………………………………. 16
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konstituen ……………………………………………..….. 17
2.2 Konstituen Pascaverba …………………………………… 18
2.3 Batasan Verba ……….…………………………………… 18
2.3.1 Verba dari Segi Perilaku Morfologis …………….. 19
2.3.2 Verba dari Segi Perilaku Sintaktis ………………. 19
2.3.2.1 Verba Transitif ……………………………. 20
2.3.2.2 Verba Intransitif ……………………….….. 21
2.3.3 Verba dari Segi Perilaku Semantis ………………. 22
2.4 Proses Morfologis ………………………………………… 22
2.4.1 Afiksasi …………………………………………….. 23
2.4.2 Reduplikasi ………………………………………… 25
ix
x
2.4.3 Komposisi ………………………………………….. 26
2.5 Fungsi Sintaktis ………………………………………….. 26
2.5.1 Subjek ……………………………………………… 27
2.5.2 Predikat ……………………………………………. 27
2.5.3 Objek ………………………………………………. 28
2.5.4 Pelengkap ………………………………………….. 29
2.5.4.1 Pelengkap Wajib .……………………….. 30
2.5.4.2 Pelengkap Tidak Wajib ………………… 30
2.5.5 Keterangan ………………………………………… 30
2.5.5.1 Keterangan Wajib ………………………. 31
2.5.5.2 Keterangan Tidak Wajib ………………. 31
2.6 Kategori Sintaktis ………………………………………... 30
2.6.1 Nomina …………………………………………….. 32
2.6.2 Verba ………………………………………………. 33
2.6.3 Adjektiva …………………………………………... 35
2.6.4 Pronomina …………………………………………. 36
2.6.5 Numeralia ………………………………………….. 36
2.6.6 Adverbia …………………………………………… 37
2.6.7 Preposisi ……………………………………………. 37
2.6.8 Konjungsi …………………………………………... 37
2.7 Konstruksi Sintaktis …………………………………….... 38
2.7.1 Kata ………………………………………………… 38
2.7.2 Frasa ……………………………………………….. 39
2.7.2.1 Frasa Endosentrik ………………………… 40
2.7.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif … 40
2.7.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif ……. 41
2.7.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif …….. 41
2.7.2.2 Frasa Eksosentrik …………………………. 41
2.7.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif ……... 41
2.7.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif …….. 42
xi
2.7.3 Klausa ……………………………………………… 42
2.7.3.1 Klausa Bebas ………………………………. 43
2.7.3.2 Klausa Terikat …………………………….. 43
2.7.4 Kalimat …………………………………………….. 44
BAB III ANALISIS KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF
BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA NDONESIA
3.1 Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif
Berafiks Be(R)- ………………………………………….. 46
3.1.1 Konstituen dengan Fungsi Pelengkap …………… 46
3.1.1.1 Pelengkap Wajib ………………………….. 46
3.1.1.2 Pelengkap Tidak Wajib …………………... 48
3.1.2 Konstituen dengan Fungsi Keterangan ………….. 49
3.1.2.1 Keterangan Wajib ………………………… 50
3.1.2.2 Keterangan Tidak Wajib …………………. 51
3.2 Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif
Berafiks Be(R)- ………………………………………….. 53
3.2.1 Konstituen dengan Kategori Nomina atau Frasa
Nominal ………………………………………….. 54
3.2.2 Konstituen dengan Kategori Verba atau Frasa
Verbal ……………………………………………. 55
3.2.3 Konstituen dengan Kategori Adjektiva atau
Frasa Adjektival ……………………………….... 56
3.2.4 Konstituen dengan Frasa Numeralia ………….. 57
3.2.5 Konstituen dengan Frasa Preposisional ………. 58
3.3 Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba
Intransitif Berafiks Be(R)- ……………………………... 59
3.3.1 Konstituen Berupa Kata …………………………. 59
3.3.1.1 Bentuk Dasar ……………………………... 59
3.3.1.2 Bentuk Turunan ………………………….. 60
xii
3.3.2 Konstituen Berupa Frasa ………………………… 61
3.3.2.1 Frasa Endosentrik ………………………… 61
3.3.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif … 62
3.3.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif …….. 64
3.3.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif ……… 66
3.3.2.2 Frasa Eksosentrik ………………………….. 68
3.3.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif ……….68
3.3.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif ………70
3.3.3 Konstituen Berupa Klausa …………………………73
3.3.3.1 Konstituen Berupa Klausa Bebas ………….73
3.3.3.2 Konstituen Berupa Klausa Terikat ……….. 75
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ……………………………………………………78
4.2 Saran ………………………………………………………..79
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 80
DAFTAR KAMUS ……………………………………………………… 81
DAFTAR SITUS ………………………………………………………… 82
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari karena melalui bahasa manusia dapat menyampaikan pikiran,
perasaan, dan idenya kepada orang lain. Dengan adanya bahasa, baik itu bahasa
lisan, tulis, maupun isyarat orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak
sosial.
Bahasa yang digunakan baik lisan maupun tulis terdiri atas satuan-satuan
yang berisi tentang pernyataan yang memiliki intonasi final. Satuan-satuan bahasa
itulah yang kita kenal dengan kalimat. Kalimat memiliki struktur sintaktis yang
unsur-unsurnya saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut mencakup fungsi sintaktis,
kategori sintaktis, dan konstruksi sintaktis.
Yang termasuk ke dalam fungsi sintaktis yaitu subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Kategori sintaktis berkaitan dengan kelas kata, antara
lain, nomina, verba, adjektiva, pronomina, adverbia, numeralia, pronomina, dan
kata tugas. Konstruksi sintaktis, misalnya, kata, frasa, dan klausa. Ketiga unsur
sintaktis memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dalam konstruksi
sebuah kalimat.
1
2
Berbicara tentang kategori sintaktis verba merupakan satu di antara bagian
yang dibicarakan dalam kategori sintaktis. Dalam tataran fungsi sintaktis, verba
pada umumnya mengisi fungsi predikat. Jika dilihat berdasarkan segi bentuknya,
Alwi, dkk. (2003: 98) mengelompokkan verba menjadi verba asal dan verba
turunan. Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam
konteks sintaktis, contohnya mandi, sakit, pergi, minum, dan sebagainya. Verba
turunan adalah verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada
tingkat keformalan bahasa pada posisi sintaktisnya. Verba turunan dapat dibentuk
melalui afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi
(pemajemukan).
Ramlan (1985: 55) mengatakan pengimbuhan atau afiksasi adalah suatu
satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan
kata atau pokok kata, yang sanggup melekat pada satuan-satuan lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru. Berkaitan dengan verba turunan yang
berafiks, contohnya berlari pada awalnya berupa verba dasar lari kemudian
mengalami penambahan afiks yang berupa prefiks (awalan) be(R)-.
Dilihat berdasarkan banyaknya nomina yang mendampingi, Kridalaksana
(1994: 52) membedakan verba menjadi dua.
A. Verba transitif ialah verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi
objek.
Misalnya:
(1) Lukman membeli hati dan lidah. (R, 5/3/23-3-2009/www.republika.co.id)
3
(2) Pemerintah Malaysia masih membutuhkan tenaga kerja Indonesia (TKI)
asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) untuk bekerja di
sejumlah perusahaan di negara tetangga itu. (K, 1/1/22-12-2008/
www.kompas.com)
Pada kedua contoh kalimat di atas terdapat objek sebagai konstituen
pascaverba, kalimat seperti itulah yang dinamakan kalimat berverba transitif.
Yang menjadi objek dalam kalimat di atas adalah pada kalimat (1) hati dan lidah,
sedangkan pada kalimat (2) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam (NAD). Objek tersebut dapat dipindahposisikan menjadi subjek
dalam kalimat pasif seperti berikut.
(1a) hati dan lidah dibeli (oleh) Lukman.
(2b) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) masih dibutuhkan (oleh) Pemerintah Malaysia untuk bekerja di
sejumlah perusahaan di negara tetangga itu.
Kalimat seperti pada nomor (1a) dan (2b) adalah kalimat pasif dalam
bahasa Indonesia yang beracuan pada kalimat aktif sebelumnya. Kalimat tersebut
maknanya tetap sama, tetapi ada perubahan struktur dan fungsi kalimatnya.
Perubahan dari kalimat sebelumnya adalah struktur predikat membeli menjadi
dibeli; membutuhkan menjadi dibutuhkan; dan fungsi objek hati dan lidah,
tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD)
berpindah menjadi fungsi subjek.
B. Verba intransitif ialah verba yang menghindarkan objek.
Misalnya:
4
(3) Uji coba itu berjalan mulus. (R, 1/1/12-11-2008/www.republika.co.id)
(4) Anjing gila berkeliaran di sekitar tempat tinggal mereka. (MI, 1/1/19-5-
2009/www.mediaindonesia.com)
Konstituen pascaverba yang ada dalam kedua kalimat (3) dan (4) bukan
merupakan objek karena tidak dapat dipindahposisikan menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Konstruksi semacam inilah yang dinamakan kalimat berverba
intransitif.
Afiksasi be(R)- pada contoh (3) merupakan bentuk dasar verba satu di
antara proses yang menghasilkan verba intransitif. Verba intransitif yang
diturunkan oleh prefiks be(R)- contohnya sangat produktif, sedangkan pada
contoh (4) verba be(R)- + ke-an berkategori nomina sangat terbatas jumlahnya
karena tidak semua bentuk ke-an bisa dilekati afiks be(R)-.
Konfiks ke-an yang membentuk verba tidak bisa dilekati prefiks be(R)-.
Perhatikan ekspresi berikut.
(a) ketiduran, kehilangan, kejatuhan, dan ketinggalan.
(b)* berketiduran, berkehilangan, berkejatuhan, dan berketinggalan.
Kata mulus sebagai konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada
kalimat (3) mengisi fungsi pelengkap yang bersifat wajib, artinya apabila
pelengkap yang ada setelah verba intrasitif berafiks be(R)- dilesapkan kalimat
tersebut menjadi tidak lengkap dan keberterimaannya pun menjadi terganggu.
Berikut kalimat (3) apabila fungsi pelengkapnya dilesapkan.
(3)* Uji coba itu berjalan
5
Kemudian pada kalimat (4) konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)-
mengisi fungsi keterangan yang sifatnya mobil atau dinamis, keadaan seperti itu
menunjukkan keterangan yang ada setelah verba dapat berpindah tempat dan
kalimatnya pun masih bisa berterima. Berikut kalimat (4) apabila fungsi
keterangannya diputarbalikkan.
(4a) Di sekitar tempat tinggal mereka anjing gila berkeliaran.
(4b) Anjing gila di sekitar tempat tinggal mereka berkeliaran.
Sifat yang dinamis dari fungsi keterangan dapat dipindahposisikan ke
depan bagian kalimat atau di antara bagian konstituen yang ada. Akan tetapi,
fungsi keterangan yang ada tidak berubah; dengan kata lain konsisten atau tetap
sebagai keterangan. Selain sifat yang dinamis kalimat (4) fungsi keterangannya
tidak wajib, artinya ketika keterangan dihilangkan kalimat tersebut masih dapat
berterima. Berikut kalimat (4) apabila fungsi keterangannya dilesapkan.
(4c) Anjing gila berkeliaran
Kridalaksana (2001: 100) mengatakan kategori adalah golongan satuan
bahasa yang anggotanya mempunyai perilaku sintaksis dan sifat hubungan yang
sama. Berdasarkan kategori sintaktisnya konstituen pascaverba intrasitif berafiks
be(R)- pada kalimat (3), yaitu fungsi pelengkap kata mulus mengisi kategori
adjektiva karena bisa diuji dengan adverbial sangat, agak, lebih, dsb.
Berbicara tentang bentuk sintaktis antara lain mengenai kata, frasa, dan
klausa. Konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada kalimat (4) mengisi
fungsi keterangan, yaitu di sekitar tempat tinggal mereka. Konstruksi seperti itu
dinamakan dengan frasa preposisional.
6
Verba sebagai konstituen yang utama dalam sebuah kalimat sangat
berperan untuk menentukan kehadiran fungsi-fungsi sintaktisnya. Verba secara
sintaktis lebih mendominasi kehadiran satuan-satuan fungsional dalam kalimat,
yaitu subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam sebuah kalimat. Penentuan
fungsi kalimat sangat ditentukan oleh pemakaian verba, baik yang menyertai
maupun yang disertainya bergantung pada sifat ketransitifan verba.
Dalam realisasinya pada kalimat, verba memiliki kemungkinan
didampingi oleh konstituen. Konstituen pendamping verba tersebut bisa berada di
sebelah kiri atau di sebelah kanan. Konstituen sebelah kanan verba penulis
namakan konstituen pascaverba. Konstituen pascaverba intransitif bisa berupa
pelengkap dan keterangan. Kehadiran konstituen lain dalam sebuah konstruksi
kalimat bergantung pada verba dalam konstruksi tersebut. Berikut ini adalah
beberapa contoh analisis kalimat yang memiliki verba be(R)- + disertai konstituen
pendamping kanan.
(5) Pemerintah pusat berkeinginan untuk membeli saham 2008 sekaligus 2009.
(T, 4/3/2-7-2009/www.tempointeraktif.com)
(6) Tito berkeberatan dengan putusan terhadap dirinya. (K, 1/2/2-3-2009/
www.kompas.com)
Pada kalimat (5) dan (6) apabila kita lihat berdasarkan fungsi sintaktisnya,
yaitu Pemerintah pusat dan Tito mengisi fungsi subjek; berkeinginan dan
berkeberatan mengisi fungsi predikat; untuk membeli saham 2008 sekaligus 2009
dan dengan putusan terhadap dirinya mengisi fungsi keterangan. Kata
7
berkeinginan dan berkeberatan merupakan jenis verba yang intransitif karena
tidak memerlukan objek sebagai pendamping kanannya.
Fungsi sintaktis konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada
kalimat (5) diisi oleh fungsi keterangan. Keterangan yang hadir pada verba
berkeinginan dapat dibuktikan dengan munculnya kata untuk dalam kelas kata
bahasa Indonesia kita kenal dengan istilah preposisi atau kata depan. Kehadiran
konstituen keterangan pada kalimat (5) menunjukkan keharusan dalam sebuah
konstruksi kalimat. Itu artinya, apabila keterangan dihilangkan dalam kalimat (5)
maka kalimat itu menjadi tidak lengkap. Berikut kalimat (5) apabila fungsi
keterangannya dilesapkan.
(5)* Pemerintah pusat berkeinginan
Hilangnya konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada kalimat
(5)* dapat menimbulkan pertanyaan karena tidak adanya tujuan dari subjek.
Keterangan sebagai konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- yang hadir
pada konstruksi kalimat (5) berperan sebagai tujuan yang menerangkan subjek.
Konstituen pendamping kanan verba intrasitif berafiks be(R)- pada kalimat
(6) juga diisi oleh fungsi keterangan. Akan tetapi, kehadiran konstituen
keterangan yang ada pada verba intransitif berafiks be(R)- tidak menjadi
keharusan atau dengan kata lain opsional. Berikut kalimat (6) apabila fungsi
keterangannya dilesapkan.
(6a) Tito berkeberatan
Tidak menjadi masalah ketika fungsi keterangan dihilangkan pada kalimat
(6a) di atas. Secara penalaran kalimat tersebut masih berterima dan bisa
8
dimengerti. Munculnya partikel dengan pada kalimat (6) merupakan preposisi
atau kata depan. Berdasarkan kategori sintaktis partikel dengan biasanya
tergolong dalam keterangan yang menyatakan cara.
Fungsi imbuhan be(R)- pada kedua verba di atas berlainan, di antaranya
pada kata berkeinginan membentuk kata kerja aktif, sedangkan pada kata
berkeberatan membentuk kata sifat. Ketentuan itu bisa kita lihat dari bentuk
dasarnya yakni ingin dan berat.
Makna bentuk verba berkeinginan dan berkeberatan pada kalimat di atas
berbeda, tetapi imbuhan yang menyertai kata dasarnya sama yaitu be(R)- + ke-an.
Alwi, dkk. (2003: 139) membedakan makna verba be(R)-, yakni bila dasarnya
berupa nomina akan menghasilkan makna mempunyai, menggunakan, dan
menghasilkan. Jadi, pada verba berkeinginan maknanya adalah mempunyai
keinginan, sedangkan pada verba berkeberatan maknanya yaitu merasa keberatan
karena kata sifat.
Pada kata keinginan dan keberatan juga terdapat imbuhan yakni ke-an,
fungsi dari konfiks ke-an yakni membentuk nomina abstrak. Kridalaksana (2005:
785) mengatakan, “Nomina abstrak adalah nomina yang biasanya berasal dari
adjektiva dan verba yang tidak menunjuk pada sebuah objek, tetapi pada suatu
kejadian atau pada suatu abstraksi”.
Kedua bentukan verba intrasitif berafiks be(R)- di atas sama-sama
memiliki tiga morfem, yakni satu morfem bebas dan dua morfem terikat secara
morfologis. Badudu (1987: 66) menyatakan, “Morfem yang dapat berdiri sendiri
disebut morfem bebas, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat
9
berdiri sendiri dan selalu muncul bersama-sama dengan morfem lain”. Morfem
terikat secara morfologis artinya morfem tersebut harus bergabung dengan bentuk
lain, sehingga menjadi bentuk yang lebih kompleks dan akhirnya memiliki makna
secara gramatikal.
Verba berkeinginan terdiri atas satu morfem bebas yakni ingin dan dua
morfem terikat yakni ke-an dan be(R)-. Begitu pula dengan verba berkeberatan
terdiri atas satu morfem bebas yakni berat dan dua morfem terikat yakni ke-an
dan be(R)-. Dalam kaidah pembentukan kata, verba-verba tersebut harus
mengalami proses sebelum menjadi bentuk yang lebih kompleks. Urutannya
adalah ingin, berat menjadi keinginan, keberatan kemudian menjadi
berkeinginan, berkeberatan.
Setelah menganalisis kalimat intransitif verba be(R)- dengan fungsi
sintaksis berupa keterangan sebagai konstituen pascaverba dan kategori sintaksis
berupa preposisi juga sebagai konstituen pascaverba. Selanjutnya penulis masih
akan menganalisis konstituen pascaverba be(R)- berdasarkan fungsi, kategori, dan
konstruksi sintaktisnya.
Berikut ini adalah jenis kalimat yang memiliki verba intransitif berafiks
be(R)-.
(7) Orang Cina berkegiatan ekonomi di kota-kota, orang Melayu di luar wilayah
kota. (T, 9/3/17-3-2008/www.tempointeraktif.com)
(8) Anggaran 2009 dan 2010 Harus Berkesinambungan (R, 14-4-2009/
www.republika.co.id)
10
(9) Penumpang itu berkewarganegaraan Indonesia. (T, 1/2/7-1-2005/
www.tempointeraktif.com)
Kalimat (7), (8), dan (9) berdasarkan fungsi sintaksisnya adalah Orang
Cina, Anggaran 2009 dan 2010, dan Penumpang itu mengisi fungsi subjek;
berkegiatan, berkesinambungan, dan berkewarganegaraan mengisi fungsi
predikat; ekonomi, Ø, dan Indonesia mengisi fungsi pelengkap. Kata berkegiatan,
berkesinambungan, dan berkewarganegaraan merupakan jenis verba yang
intransitif karena tidak memerlukan objek sebagai pendamping kanannya.
Lebih khusus untuk kalimat (8) tidak memiliki konstituen pascaverba,
keadaan seperti itu kita sebut dengan Ø (zero). Ø (zero ) artinya keadaan kosong
setelah verba be(R)-. Pada kata berkesinambungan merupakan akhir dari intonasi
sebuah kalimat. Kalimat seperti nomor (8) itu tetap saja bisa kita pahami dan tidak
terganggu keberterimaannya karena secara sintaktis dan semantis maknanya tetap
ada.
Fungsi sintaktis konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada
kalimat (7) diisi oleh fungsi pelengkap. Pelengkap yang hadir pada verba
berkegiatan yakni ekonomi. Kata ekonomi dalam kalimat itu bukan termasuk
sebagai fungsi objek, melainkan mengisi fungsi pelengkap karena secara distribusi
tidak dapat diputarbalikkan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Pelengkap dalam
kalimat (7) dapat dibuktikan dengan verba yang ada, yakni terdapat imbuhan
be(R)-. Dalam bahasa Indonesia imbuhan be(R)- termasuk dalam jenis verba yang
tidak memerlukan objek atau verba intransitif.
11
Kehadiran konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- yang berupa
pelengkap pada kalimat (7) menunjukkan keharusan dalam sebuah konstruksi
kalimat atau yang kita sebut dengan pelengkap wajib. Itu artinya, apabila
pelengkap dihilangkan dalam kalimat (7) maka kalimat itu menjadi tidak jelas
maksudnya dan kurang lengkap untuk membentuk sebuah kontruksi. Berikut
kalimat (7) apabila fungsi pelengkapnya dilesapkan.
(7)* Orang Cina berkegiatan
Sama halnya seperti pada kalimat (5), ketika konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- dihilangkan kalimat tersebut menjadi tidak sempurna.
Kehadiran fungsi pelengkap pada kalimat (7) sangat diperlukan karena sebagai
penjelas predikat. Kesempurnaan kalimat juga bergantung pada predikat yang
mengikutinya.
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat (9) juga
diisi oleh fungsi pelengkap. Pelengkap yang ada pada verba berkeberatan sangat
diperlukan kehadirannya, sebab apabila dihilangkan konstituen kanannya
keberterimaan kalimat itu menjadi terganggu. Munculnya kata Indonesia pada
kalimat (9) dalam kelas kata bahasa Indonesia tergolong nomina. Nomina yang
seperti itu termasuk jenis nomina bernyawa karena sebagai pengganti nama
kelompok manusia.
Fungsi imbuhan be(R)- pada verba di atas adalah kata berkegiatan dan
berkesinambungan membentuk verba aktif, sedangkan pada kata
berkewarganegaraan membentuk nomina abstrak. Terbentuknya nomina bisa
diuji dengan memakai adverbial bukan. Ketentuan untuk menggolongkan fungsi
12
imbuhan be(R)- bisa kita lihat dari bentuk dasarnya yakni giat, sambung, dan
warga negara.
Makna bentukan verba berkegiatan, berkesinambungan, dan
berkewarganegaraan pada kalimat di atas berbeda, imbuhan yang menyertai kata
dasarnya pun berbeda. Pada verba berkegiatan maknanya adalah melakukan
kegiatan, sedangkan pada verba berkesinambungan dan berkewarganegaraan
maknanya adalah memiliki kesinambungan, dan memiliki kewarganegaraan.
Pada kata kegiatan, kesinambungan, dan kewarganegaraan juga terdapat
imbuhan, yakni ke-an, fungsi dari konfiks ke-an adalah membentuk nomina
abstrak. Nomina yang demikian belum memiliki bentuk konkret atau wujud yang
nyata.
Ketiga bentukan verba tersebut memiliki jumlah morfem yang berbeda-
beda. Verba berkegiatan terdiri dari satu morfem bebas yakni giat, dan dua
morfem terikat yakni ke-an dan be(R)-. Pada verba berkesinambungan terdiri atas
satu morfem bebas yakni sambung, dan tiga morfem terikat yakni -in-, ke-an, dan
be(R)-. Dalam afiksasi morfem terikat seperti -in- dinamakan infiks atau sisipan.
Selanjutnya, pada verba berkewarganegaraan terdiri dri dua morfem bebas yakni
frasa nomina warga negara, dan dua morfem terikat juga yakni ke-an dan be(R)-.
bentuk kewarganegaraan harus dirangkaikan menjadi kesatuan kerena
melekatnya konfiks ke-an.
Dalam kaidah pembentukan kata, verba-verba tersebut harus mengalami
proses sebelum menjadi bentuk yang lebih kompleks. Urutannya adalah sebagai
berikut.
13
A. giat, menjadi kegiatan, kemudian menjadi berkegiatan;
B. sambung, menjadi sinambung, kemudian menjadi kesinambungan, dan
selanjutnya menjadi berkesinambungan; dan
C. warga negara, menjadi kewarganegaraan, kemudian menjadi
berkewarganegaraan.
Analisis kalimat intransitif verba be(R)- dengan konstituen pendamping
kanan membuktikan kehadiran fungsi sintaktisnya hanya berupa pelengkap dan
keterangan. Kemudian kategori sintaksis sebagai pendamping kanan berupa
nomina, adjektiva, dan frasa preposisional.
1.2 Pembatasan Masalah
Melihat jumlah verba yang berafiks dalam bahasa Indonesia cukup
banyak, penulis membatasi permasalahan dengan hanya menganalisis verba
intransitif berafiks be(R)-. Penulis tertarik membahas masalah ini karena verba
intransitif berafiks be(R)- dalam bahasa Indonesia memiliki beragam konstituen
kanannya. Yang menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- juga
dibatasi, yaitu hanya pada fungsi, kategori, dan konstruksi sintaktis.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja yang menjadi fungsi sintaktis sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)-?
14
2. Apa saja yang menjadi kategori sintaktis sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)-? dan
3. Apa saja yang menjadi konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)-?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. mendeskripsikan fungsi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)-;
2. mendeskripsikan kategori sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)-; dan
3. mendeskripsikan konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)-.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
linguistik, khususnya dalam pembahasan mengenai fungsi, kategori, dan
konstruksi sintaksis yang menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-
dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi untuk penelitian berikutnya.
15
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Djajasudarma (2006: 9) mengatakan, “Metode penelitian deskriptif adalah metode
yang bertujuan membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan
fenomena-fenomena yang diteliti.”
Penelitian ini memberikan gambaran tentang konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- melalui data-data kebahasaan yang ada pada saat ini,
sehingga data yang dicatat bersifat paparan sebagaimana mestinya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. studi kepustakaan merupakan pembacaan berbagai buku referensi yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti;
2. pengumpulan data merupakan pencarian untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dari sumber data yang telah ditentukan, antara lain dari surat kabar
dan majalah;
3. penyeleksian data merupakan pemilihan data yang sesuai dengan sifat dan ciri
setiap data;
4. pengklasifikasian data merupakan pengelompokan data yang telah terkumpul
untuk memudahkan penganalisisan;
5. penganalisisan data merupakan proses analisis dan mendeskripsikan data yang
ada;
16
6. penyimpulan hasil penelitian merupakan penarikan simpulan berdasarkan
analisis data sekaligus jawaban tujuan penelitian; dan
7. penyusunan laporan merupakan penyusunan hasil penganalisisan data yang
diteliti dalam bentuk karya tulis ilmiah.
1.7 Sumber Data Penelitian
Data penelitian ini bersumber dari bahasa tulis, yakni media masa dan
majalah yang berbahasa Indonesia. Sumber data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Surat Kabar Media Indonesia,
2. Surat Kabar Kompas,
3. Surat Kabar Republika, dan
4. Majalah Tempo.
Sumber data tersebut dapat memberikan data-data sesuai dengan objek
yang diteliti dan dianggap dapat mewakili data-data dalam penelitian yang
dilakukan. Alasan dipilihnya sumber data dari media masa dan majalah tersebut
karena mempunyai cakupan yang luas untuk mencari kalimat yang memiliki
konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konstituen
Konstituen dapat dikatakan sebagai bagian terpenting atau pendukung dari
suatu konstruksi. Berikut ini ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan
pendapatnya tentang konstituen.
Kridalaksana (2001: 118) mengatakan, “Konstituen adalah unsur bahasa
yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar; bagian dari sebuah
konstruksi”. Misalnya dalam konstruksi kalimat Ia dinobatkan menjadi sultan
Yogyakarta pada 8 Februari 1921. Yang menjadi konstituen dalam konstruksi
kalimat tersebut adalah Ia, dinobatkan, menjadi sultan Yogyakarta, dan 8
Februari 1921.
Selanjutnya, Alwi, dkk. (2003: 314) mengatakan, “Konstituen adalah
satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi”. Misalnya dalam konstruksi
kalimat berikut Para demonstran memprotes tindakan Israel menyerang Jalur
Gaza, Palestina. Konstituen-konstituen dalam kalimat tersebut adalah Para
demonstran, memprotes, dan tindakan Israel menyerang Jalur Gaza, Palestina.
Konstituen tersebut masih terdiri atas konstituen yang lebih kecil lagi, yaitu Para
dan demonstran untuk Para demonstran, me(N)- dan protes untuk memprotes, dan
tindak, -an, Israel, me(N)-, serang, Jalur, Gaza, dan Palestina untuk tindakan
Israel menyerang Jalur Gaza, Palestina.
17
18
2.2 Konstituen Pascaverba
Berbiacara tentang pascaverba berarti ada dua unsur yang harus dipahami,
yaitu pasca dan verba. Secara morfologis pasca merupakan bentuk terikat atau
yang dikenal dengan klitika. Artinya, bentuk pasca tidak dapat berdiri sendiri dan
harus dilekatkan dengan bentuk lainnya. Berdasarkan kamus Alwi, dkk. (2005:
834) makna pasca adalah sesudah atau setelah. Selanjutnya, verba adalah kategori
sintaktis yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Jadi, dapat
diartikan pascaverba adalah setelah atau berada di sebelah kanan verba.
Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan dapat disimpulkan bahwa
konstituen pascaverba ialah bagian dari satuan unsur bahasa yang letaknya setelah
atau berada di sebelah kanan verba. Dalam skripsi ini dijelaskan apa yang menjadi
konstituen pascaverba.
2.3 Batasan Verba
Verba merupakan satu di antara kelas kata yang dibacarakan dalam bahasa
Indonesia. Verba biasanya juga sering dikaitkan dengan predikat dalam kalimat.
Kridalaksana (1994: 46) mengatakan bahwa verba diberi tempat pertama tidaklah
berarti bahwa proses derivasi, misalnya, nomina ke verba atau kategori kata lain
ke verba diingkari.
Alwi, dkk. (2003: 88-117) menjelaskan, verba dapat dilihat berdasarkan
beberapa perilakunya, di antaranya verba berdasarkan perilaku morfologis, verba
berdasarkan perilaku sintaktis, dan verba berdasarkan perilaku semantis. Berikut
ini merupakan penjelasan tentang verba dilihat berdasarkan segi perilakunya.
19
2.3.1 Verba dari Segi Perilaku Morfologis
Klasifikasi verba berdasarkan dari segi perilaku morfologis berarti
mengamati verba dari segi bentuknya. Alwi, dkk. (2003: 98-117) mengatakan,
dalam pembentukannya verba dibedakan menjadi dua bagian, yaitu verba asal dan
verba turunan. Berikut ini penjelasan mengenai verba dilihat dari bentuknya.
A. Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan afiks dalam
konteks sintaktis, misalnya, pergi, datang, tidur, mandi, naik, turun, suka,
tiba, dan tinggal.
B. Verba turunan adalah verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung
pada tingkat keformalan bahasa pada posisi sintaktisnya. Verba turunan
digolongkan lagi menjadi beberapa bagian, di antaranya, (1) verba afiks wajib
dengan dasar bebas, misalnya, bersuami, membesar, bersepeda, bertelur, dan
mendarat; (2) verba afiks manasuka dengan dasar bebas, misalnya,
(men)dengar, (mem)beli, dan (ber)jualan; (3) verba afiks wajib dengan dasar
terikat, misalnya, berjuang, menganga, mengungsi, dan bertemu; (4) verba
berulang, misalnya, bangun-bangun, bernyanyi-nyanyi, dan menari-nari; dan
(5) verba majemuk, misalnya, siap tempur, terjun payung, dan jatuh bangun.
2.3.2 Verba dari Segi Perilaku Sintaktis
Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kostruksi kalimat
karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain
yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut. Berdasarkan dari segi perilaku
sintaktisnya Alwi, dkk. (2003: 90-95) mengemukakan verba terdiri atas verba
20
transitif dan verba taktransitif. Berikut ini penjelasan mengenai verba dilihat dari
perilaku sintaktisnya.
2.3.2.1 Verba Transitif
Alwi, dkk. (2003: 90) mengemukakan, “Verba transitif adalah verba yang
memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek tersebut dapat
berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif”. Berikut ini contoh kalimat berupa
verba transitif.
(1) Pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak bulan depan.
(2) Rani sedang membersihkan halaman rumah.
Verba yang dicetak miring pada kalimat nomor (1) dan (2) adalah verba
transitif. Setiap verba transitif tersebut diikuti pendampingnya berupa frasa
nominal, yaitu harga bahan bakar minyak dan halaman rumah. Frasa nominal
tersebut berfungsi sebagai objek dalam konstruksi kalimat, objek tersebut dapat
dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Berikut ini merupakan kalimat apabila
objeknya dipindahposisikankan menjadi subjek.
(1a) Harga bahan bakar minyak akan dinaikkan (oleh) pemerintah.
(2a) Halaman rumah sedang dibersihkan (oleh) Rani.
Kridalaksana (1994: 52-53) menyatakan, “Verba transitif ialah verba yang
bisa mempunyai atau harus mendampingi objek”. Berdasarkan banyaknya objek
verba dapat dibagi atas
A. verba monotransitif adalah verba yang hanya mempunyai satu objek.
Misalnya dalam kalimat Mahasiswa menyampaikan orasi.
21
B. verba bitrasitif adalah verba yang mempunyai dua objek. Misalnya, Ibu
membelikan adik sepeda.
C. verba ditransitif adalah verba transitif yang ojeknya tidak muncul. Misalnya,
Adik sedang menangis.
2.3.2.2 Verba Taktransitif
Alwi, dkk. (2003: 93) mengemukakan, “Verba taktransitif adalah verba
yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek
dalam kalimat pasif”. Berikut ini merupakan kalimat berupa verba taktransitif.
(3) Mobil Pak Herman berjumlah lima belas buah.
(4) Musa sudah bekerja di perusahaan asing.
Verba yang dicetak miring pada kalimat nomor (3) dan (4) adalah verba
taktransitif. Verba berjumlah dan sudah bekerja dikatakan taktransitif karena
tidak dapat diikuti objek. Dilihat berdasarkan fungsi dan kategori konstituen
pascaverba pada kalimat tersebut adalah lima belas buah sebagai fungsi
pelengkap dan di perusahaan asing sebagai kategori frasa preposisional.
Konstituen pascaverba yang berupa pelengkap dan frasa preposisional tersebut
tidak dapat dipindahposisikan dalam konstruksi kalimat.
2.3.3 Verba dari Segi Perilaku Semantis
Setiap verba memiliki makna inhern yang terkandung di dalamnya. Makna
inhern verba dapat kita ketahui dari segi semantisnya. Alwi, dkk. (2003: 98-117)
mengatakan, verba dilihat berdasarkan segi perilaku semantisnya dapat dibedakan
22
menjadi empat bagian, yaitu verba perbuatan (aksi), verba proses, verba keadaan,
dan verba pengalam. Berikut ini penjelasan mengenai verba dilihat dari perilaku
semantisnya.
A. Verba perbuatan biasanya dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang
dilakukan oleh subjek? misalnya, dalam kalimat Polisi itu berlari kencang.
Verba berlari merupakan jenis verba perbuatan karena dapat diuji dengan
pertanyaan Apa yang dilakukan Polisi itu?
B. Verba proses biasanya dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang
terjadi pada subjek? misalnya, Mobil itu terbakar setelah tertabrak truk.
Verba terbakar merupakan jenis verba proses karena dapat diuji dengan
pertanyaan Apa yang terjadi pada Mobil itu?
C. Verba keadaan menyatakan bahwa acuan verba berada dalam situasi tertentu.
Misalnya pada kata sakit, suka, dan sedih. Verba tersebut merupakan jenis
verba keadaan karena menunjukkan dalam situasi dan kondisi tertentu.
2.4 Proses Morfologis
Proses morfologis merupakan cara pembentukan suatu kata. Berikut ini
para ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya tentang proses
morfologis.
Ramlan (1987: 51) mengatakan, “Proses morfologis adalah proses
pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya”.
Misalnya, menjual, berlari-lari, dan rumah sakit ketiganya merupakan kata yang
23
sudah terbentuk berdasarkan intinya. Yang menjadi inti dari bentuk tersebut
adalah jual, lari, dan rumah sakit.
Kridalaksana (2009: 12) mengatakan, “Proses morfologis adalah proses
yang mengubah leksem menjadi kata. Dalam hal ini leksem merupakan input dan
kata merupakan output”.
Samsuri (1985: 190) mengatakan, “Proses morfologis adalah cara
penggabungan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lain; proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
morfologis adalah pembentukan kata yang mengubah leksem menjadi kata dari
satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya dengan menghubungkan morfem
satu dengan morfem lainnya. Proses morfologis dalam bahasa Indonesia meliputi
tiga jenis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
2.4.1 Afiksasi
Afiksasi merupakan proses pelekatan afiks pada kata. Berikut ini adalah
pendapat tentang pengertian afiksasi yang dikemukakan para ahli tata bahasa
Indonesia.
Kridalaksana (2009: 28) mengatakan, “Afiksasi adalah proses yang
mengubah leksem menjadi kata kompleks”. Dalam proses ini, leksem (1) berubah
bentuknya; (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata; dan (3) sedikit
banyak berubah maknanya.
24
Ramlan (1987: 54) mengatakan, “Afiksasi adalah suatu satuan gramatik
terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata atau pokok
kata, yang sanggup melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru”. Afiksasi dapat dibagi-bagi lagi menjadi prefik, infiks, sufiks,
simulfiks, konfiks, dan kombinasi afiks.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah
proses atau penambahan kata dasar dengan afiks, sehingga menimbulkan kata
kompleks. Dalam hal ini leksem berubah bentuknya menjadi kategori tertentu,
sehingga berstatus kata.
A. Prefiks ialah afiks yang terletak dilajur paling depan bentuk dasar. Prefiks
dalam bahasa Indonesia, antara lain be(R)-, me(N)-, pe(R)-, pe(N)-, dan te(R)-
B. Infiks adalah afiks yang disisipkan di tengah kata. Infiks dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi empat, yaitu -el-, -em-, -er-, dan -in-.
C. Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bagian bentuk dasar.
Sufiks dalam bahasa Indonesia, antara lain -an, -i, -kan, dan -nya.
D. Simulfiks menurut Badudu (1986: 89) adalah afiks yang berbentuk nasalisasi.
Dalam bahasa Jawa dikenal simulfiks N (nasal), misalnya, pada kata
nanggung, ngelas, nyasar, dan ngetik.
E. Konfiks menurut Keraf (1984: 115) ialah gabungan afiks berupa prefiks dan
sufiks merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Konfiks dalam bahasa
Indonesia, yaitu pe(R)-an, pe(N)-an, per-i, per-kan, ke-an, dan be(R)-an.
F. Imbuhan gabung menurut Kridalaksana (1993: 114) adalah gabungan afiks
yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal sendiri-sendiri yang
25
dibubuhkan pada bentuk dasar. Imbuhan gabung dalam bahasa Indonesia
meliputi me(N)-i, me(N)-kan, di-i, di-kan, memper-i, memper-kan, diper-,
diper-i, diper-kan, ter-kan, dan ter-i.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada afiks be(R)- yang
membentuk verba intransitif sebagai pengisi fungsi predikat dalam suatu
konstruksi kalimat.
2.4.2 Reduplikasi
Ramlan (1987: 63) mengatakan, “Reduplikasi atau proses pengulangan
adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik
dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya”.
Dalam linguistik Indonesia reduplikasi dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian, antara lain (1) reduplikasi penuh, misalnya, sepeda-sepeda,
buku-buku, dan makan-makan, (2) reduplikasi sebagian, misalnya, lelaki, tetamu,
dan tetangga, (3) reduplikasi berubah bunyi, misalnya, bolak-balik, sayur-mayur,
dan lauk-pauk, dan (4) reduplikasi berimbuhan, misalnya, kereta-keretaan,
rumah-rumahan, dan secantik-cantiknya.
2.4.3 Komposisi
Ramlan (1987: 76) mengatakan, “Kata majemuk ialah kata yang terdiri
dari dua kata sebagai unsurnya”. Di samping itu, ada juga kata majemuk yang
terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya, misalnya kolam
26
renang, dan daya tahan; ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya,
jual beli, simpan pinjam, dan lomba lari; dan kata majemuk dengan unsur yang
berupa morfem unik, misalkan simpang siur dan sunyi senyap.
Menurut Ramlan ciri-ciri kata majemuk, yaitu salah satu atau semua
unsurnya berupa pokok kata, unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak
bisa diubah strukturnya, tidak bisa disisipi kata lain seperti yang, itu, dan dan.
2.5 Fungsi Sintaktis
Verhaar (2006: 167) mengatakan, “Fungsi sintaktis adalah konstituen yang
formal belaka tidak terikat pada unsur semantis tertentu dan tidak terikat pada
unsur kategorial tertentu”. Dapat dikatakan fungsi sintaktis ialah peran sebuah
unsur bahasa dalam satuan kalimat yang lebih luas.
Kridalaksana (2001: 62) mengatakan, “Fungsi sintaktis adalah hubungan
antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajinya dalam ujaran;
masalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan bersangkutan dengan
fungsi sintaktis”.
Chaer (2009: 20) mengatakan, “Fungsi sintaktis adalah semacam kotak-
kotak atau tempat-tempat dalam struktur sintaktis yang kedalamannya akan
diisikan kategori tertentu”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi
sintaktis ialah konstituen yang mengisi bagian unsur bahasa, seperti subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
27
2.5.1 Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping
unsur predikat. Kridalaksana (2001: 204) mengatakan, “Subjek adalah bagian
klausa berujud nomina; atau frasa nominal yang menandai apa yang dikatakan
oleh pembicara”.
Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa
dan siapa;
b. dapat disertai kata ini dan itu (takrif);
c. dapat diperluas dan disertai frasa atau klausa;
d. tidak dapat didahului kata depan (di, ke, dan dari); dan
e. berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat
memiliki salah satu ciri di atas.
(5) Rani mengendarai mobil barunya.
2.5.2 Predikat
Kridalaksana (2001: 177) mengatakan, “Predikat adalah bagian klausa
yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek”. Predikat juga
merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek.
Ciri-ciri predikat di dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan
mengapa dan bagaimana;
b. berupa kata adalah, ialah, atau merupakan;
28
c. dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;
d. dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah; dan
e. berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata
benda, kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata
bilangan, serta kelompok kata atau frasa preposisional.
(6) Para buruh bekerja bagaikan sapi perah.
2.5.3 Objek
Kridalaksana (2001: 148) mengatakan, “Objek adalah nomina atau
kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa”. Ciri-ciri
yang dimiliki oleh objek dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. terdapat dalam kalimat aktif transitif;
b. langsung mengikuti predikat (kata kerja transitif);
c. tidak didahului kata depan;
d. dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif (dalam oposisi aktif); dan
e. berupa kata benda, kelompok kata benda, atau anak kalimat.
(7) Presiden SBY akan menaikkan harga BBM.
2.5.4 Pelengkap
Kridalaksana (2001: 114) mengatakan, “Pelengkap sebagai komplemen
adalah kata atau frasa yang secara gramatikal melengkapi kata atau frasa lain
dengan menjadi subordinat padanya”. Pelengkap dan objek memiliki kesamaan.
Kesamaan kedua unsur kalimat ini adalah sebagai berikut:
29
1. bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat;
2. menempati posisi di belakang predikat; dan
3. tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif,
objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap kalimat dalam bahasa Indonesia.
a. terdapat pada kalimat dengan predikat berupa kata adalah, ialah, merupakan,
atau menjadi; atau predikat berupa kata kerja berimbuhan be(R)- atau ke-an;
b. berada langsung di belakang predikat (pada kalimat semitransitif) atau di
belakang objek (pada kalimat dwiransitif);
c. tidak didahului kata depan; dan
d. tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
Pelengkap berdasarkan posisinya ada yang bersifat wajib dan ada yang
bersifat tidak wajib. Berikut ini penjelasannya.
2.5.4.1 Pelengkap Wajib
Pelengkap wajib ialah unsur sintaktis yang harus hadir dalam konstruksi
kalimat. Pelengkap wajib apabila dilesapkan dari konstruksi menyebabkan
ketidakberterimaan suatu kalimat dari segi struktur dan makna. Berikut ini
merupakan contohnya.
(8) Andri berkebangsaan Brasil.
30
2.5.4.2 Pelengkap Tidak Wajib
Pelengkap tidak wajib ialah unsur sintaktis yang bersifat manasuka hadir
dalam konstruksi kalimat. Pelengkap tidak wajib apabila dilesapkan dari
konstruksi menyebabkan suatu kalimat masih berterima dari segi struktur dan
makna. Berikut ini merupakan contohnya.
(9) Gandar tertidur pulas setelah bermain seharian.
2.5.5 Keterangan
Kridalaksana (2001: 107) mengatakan, “Keterangan adalah kata atau
kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau
predikat dalam klausa”. Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan
informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya,
memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan
yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat
ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika,
dan sehingga.
Ciri-ciri unsur keterangan kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat,
tujuan, dan sejenisnya;
b. memiliki keleluasaan posisi (awal, akhir, atau di antara subjek dan predikat.);
c. didahului kata depan atau kata penghubung; dan
d. berupa kata atau kelompok kata (frasa preposisi) atau anak kalimat.
31
2.5.5.1 Keterangan Wajib
Keterangan wajib ialah unsur sintaktis yang harus hadir dalam konstruksi
kalimat. Keterangan wajib apabila dilesapkan dari konstruksi menyebabkan
ketidakberterimaan suatu kalimat dari segi struktur dan makna. Berikut ini
merupakan contohnya.
(10) Rinaldi tinggal di Banjaran.
2.5.5.2 Keterangan Tidak Wajib
Keterangan tidak wajib ialah unsur sintaktis yang bersifat manasuka hadir
dalam konstruksi kalimat. Keterangan tidak wajib apabila dilesapkan dari
konstruksi menyebabkan suatu kalimat masih berterima dari segi struktur dan
makna. Berikut ini merupakan contohnya.
(11) Jumadi sedang mengerjakan tugas di kamar .
Dalam penelitian ini yang menjadi fungsi sintaktis sebagai konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- ialah pelengkap dan keterangan. Kedua
fungsi sintaktis tersebut ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat tidak wajib
atau manasuka.
2.6 Kategori Sintaktis
Verhaar (2006: 170) mengatakan, “Kategori sintaktis adalah apa yang
sering disebut kelas kata, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbial, adposisi
artinya preposisi atau posposisi, dan sebagainya”. Dalam analisisnya kategori
lazim ditentukan kata demi kata.
32
Kridalaksana (2001: 101) mengatakan, “Kategori sintaktis adalah
golongan yang diperoleh suatu satuan sebagai akibat hubungan dengan kata-kata
lain dalam konstruksi sintaktis”. Berbicara tentang kategori tidak terlepas
mengenai kelas kata. Kelas kata sendiri ialah golongan kata yang mempunyai
kesamaan dalam perilaku formalnya.
Kategori dalam bahasa Indonesia, Kridalaksana (1994: 51-104)
menggolongkannya menjadi beberapa bagian, antara lain: verba, adjektiva,
nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula,
preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi. Dalam penjelasan berikut
penulis hanya memaparkan kategori sintaktis yang berkaitan dengan penelitian, di
antaranya nomina, verba, adjektiva, pronominal, adverbial, konjungsi, numeralia,
dan preposisi.
2.6.1 Nomina
Kridalaksana (1994: 68) mengatakan, “Nomina adalah kategori yang
secara sintaktis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel
tidak; (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari, bukan dan
beberapa”. Secara garis besar nomina terdiri atas (1) nomina bernyawa, dan (2)
nomina takbernyawa.
Alwi, dkk. (2003: 213) mengatakan nomina sering juga disebut dengan
kata benda. Dalam bukunya Alwi memberikan keterangan mengenai ciri-ciri
nomina dilihat dari segi semantis, segi sintaktis, dan segi morfologisnya. Dari segi
33
semantisnya, dapat kita katakan nomina adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
Dari segi sintaktisnya, nomina mempunyai ciri sebagai berikut, yaitu dapat
menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap; tidak dapat diingkarkan dengan
kata tidak, kata pengingkarnya ialah bukan; dan dapat diikuti adjektiva seperti
yang. Dari segi morfologisnya, nomina dapat diturunkan melalui afiksasi,
perulangan, atau pemajemukan. Berikut ini merupakan contoh.
(12) Persija unggul 2-0 atas Persela Lamongan.
2.6.2 Verba
Verba dapat dikatakan sebagai kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai
predikat dalam suatu bahasa dalam hal ini bahasa Indonesia. Berikut ini para ahli
tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya tentang verba.
Menurut Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2008: 45) mengatakan, “Verba
adalah subkategori kata yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak,
tetapi tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih, atau agak.
Selain itu, verba juga dapat dicirikan oleh perluasan kata tersebut dengan rumus V
+ dengan kata sifat”. Misalnya, berjuang dengan sangat gigih, melaju dengan
lambat, dan berpikir dengan cepat. Kata berjuang, melaju, dan berpikir
merupakan verba.
Alwi, dkk. (2005: 1260) mengatakan, “Verba adalah kata yang
menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan; kata kerja”. Ciri-ciri verba
dapat diketahui, antara lain berfungsi utama sebagai predikat dalam kalimat
34
walaupun dapat juga memiliki fungsi lain dan pada umumnya verba tidak dapat
bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan, seperti agak,
sangat, dan sekali. Misalnya, *agak mandi, *sangat makan, dan *lari sekali. Di
samping itu, ada juga bentuk verba yang dapat didekatkan dengan kata yang
menyatakan makna kesangatan, seperti agak berbahaya, sangat mengecewakan,
dan menginginkan sekali.
Chaer (2008: 74) mengatakan, “Ciri-ciri utama verba atau kata kerja dapat
dilihat dari adverbia yang mendampinginya, yaitu (1) dapat didampingi oleh
adverbia negasi tidak dan tanpa, misalnya, tidak minum dan tanpa menabung; (2)
tidak dapat didampingi adverbia negasi bukan, misalnya, *bukan tidur, tetapi
negasi bukan dapat berterima bila berada dalam konstruksi konstrastif, misalnya
dalam kalimat Intan bukan menangis karena sedih, melainkan karena gembira;
(3) dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi, misalnya, sering makan,
kadang-kadang pulang, dan jarang pulang; (4) tidak dapat didampingi oleh kata
bilangan dengan penggolongannya, misalnya, *sebuah menulis dan *dua butir
pulang; (5) dapat didampingi semua adverbia jumlah, misalnya, kurang menulis,
sedikit makan, dan kurang menarik; (6) tidak dapat didampingi oleh semua
adverbia derajat, misalnya, *agak datang, *cukup pergi, dan *paling lompat; dan
(7) dapat didampingi semua adverbial kala, misalnya, sudah mandi, sedang
membaca, dan akan pergi.”. Berikut ini merupakan contoh.
(13) Marwoto akan datang setelah adiknya pulang.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diungkapkan dari para ahli
bahasa dapat disimpulkan bahwa verba adalah kategori kata yang menggambarkan
35
proses, perbuatan, atau keadaan; verba disebut juga sebagai kata kerja dan mengisi
fungsi predikat dalam kalimat; dan verba memiliki ciri-ciri dapat bergabung
dengan partikel tidak, sering, kurang, dan sedang, tetapi tidak dapat bergabung
dengan partikel bukan, di, ke, dari, sebuah, sangat, lebih, atau agak.
2.6.3 Adjektiva
“Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1)
bergabung dengan partikel tidak; (2) mendampingi nomina; (3) didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak; (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti -er
(dalam honorer), -if (dalam sensitif), dan -i (dalam alami); atau (5) dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti keadilan, kehalusan, dan
keyakinan.” (Kridalaksana, 1994: 59). Adjektiva juga sering disamakan atau
disejajarkan dengan kata sifat.
Alwi, dkk. (2003: 171) mengatakan, “Adjektiva adalah kata yang
memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh
nomina dalam kalimat”. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina
itu berfungsi atributif. Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan
adverbial dalam kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu mengacu pada suatu
keadaan. Berikut ini merupakan contoh.
(14) Dewi siswa tercantik di kelasnya..
36
2.6.4 Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi menggantikan nomina.
Pronomina itu terdiri atas saya, aku, kami, kita, Anda, engkau, kalian, dia, ia,
beliau, dan mereka. Kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya
bisa direduplikasikan, yaitu kami-kami, dia-dia, beliau-beliau, mereka-mereka,
dengan pengertian ‘meremehkan’ atau ‘merendahkan’.
2.6.5 Numeralia
Kridalaksana (1994: 79) mengatakan, “Numeralia adalah kategori yang
dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaktis; (2) mempunyai
potensi untuk mendampingi numeralia lain; dan (3) tidak dapat bergabung dengan
tidak atau dengan sangat.
Numeralia berdasarkan subkategorisasinya Kridalaksana (1994: 79)
menggolongkan atas (1) numeralia takrif ialah numeralia yang menyatakan jumlah
yang tentu, misalnya, dua, satu perempat, kelima, ribuan, dan (2) numeralia
taktakrif ialah numeralia yang menyatakan jumlah yang taktentu, misalnya,
beberapa, tiap-tiap, dan semua.
2.6.6 Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi kategori lain,
misalnya, adjektiva (belum rapi), numeralia (bukan dua), dan verba (tidak
makan).
37
2.6.7 Preposisi
Kridalaksana (1994: 95) mengatakan, “Preposisi adalah kategori yang
terletak di depan kategori lain (terutama nomina), sehingga terbentuk frasa
eksosentris direktif”. Preposisi dibagi menjadi tiga jenis, antara lain
A. preposisi dasar, preposisi yang tidak mengalami proses morfolgis;
B. preposisi turunan, terbagi lagi atas;
i. gabungan preposisi dan preposisi
ii. gabungan preposisi dan nonpreposisi
C. preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa, selain,
semenjak, sepanjang, sesuai, dan sebagainya.
2.6.8 Konjungsi
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi meluaskan satuan yang lain
dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih
dalam konstruksi miliknya, misalnya, adapun, agar, tetapi, dan jika.
Dalam penelitian ini yang menjadi kategori sintaktis sebagai konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- ialah nomina, verba, adjektiva, dan
numeralia.
2.7 Konstruksi Sintaktis
“Konstruksi sintaktis adalah pengelompokan satuan-satuan yang sesuai
dengan kaidah-kaidah sintaktis suatu bahasa.” (Kridalaksana, 2001: 120). Maksud
dari pengertian di atas ialah konstruksi sintaktis itu merangkaikan dari unsur-
38
unsur sintaktis yang ada, sehingga membentuk bangunan kalimat yang lengkap
dan memiliki makna.
Konstruksi sintaktis tersusun secara hierarki dibedakan menjadi lima
macam satuan sintaktis, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Artinya,
kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frasa; frasa membentuk klausa,
klausa membentuk kalimat; dan kalimat membentuk wacana. Beriku ini hanya
dijelaskan konstruksi sintaktis berupa kata, frasa, dan klausa.
2.7.1 Kata
Kata merupakan satu di antara konstruksi sintaktis yang paling kecil.
Berikut ini para ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya tentang
kata.
Kridalaksana (2001: 98) mengatakan, “Kata adalah morfem atau
kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang
dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; satuan bahasa yang dapat berdiri
sendiri”.
Selanjutnya, Kentjono (2002: 56) berpendapat, “Kata disebut sebagai
satuan gramatikal bebas terkecil dengan kata lain kata mempunyai potensi untuk
berdiri sendiri”. Misalnya sebagai kalimat jawaban atau sebagai kalimat suruhan
mau., pergi!.
Chaer (2009: 37) mengemukakan, kata sebagai satuan terbesar dalam
tataran morfologi dan sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Berdasarkan
bentuknya kata dibedakan atas bentuk dasar dan bentuk turunan. Kata yang
39
berbentuk turunan terjadi akibat pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan.
Berikut ini merupakan contoh.
(15) Sepeda merupakan alat transportsi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan
terkecil yang dapat berdiri sendiri dan diujarkan bebas, kata juga berpotensi
menjadi kalimat minor.
2.7.2 Frasa
Frasa merupakan satu di antara konstruksi sintaktis yang dibentuk dari
kata. Berikut ini para ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya
tentang frasa.
Kridalaksana (2001: 59) mengatakan, “Frasa adalah gabungan dua kata
atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dan dapat
renggang”. Contohnya gunung tinggi, mobil baru, dan orang sakit.
Ramlan (1987: 151) mengemukakan, “Frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas unsur klausa”.
Chaer (2009: 39) mengemukakan, “Frasa adalah satuan sintaksis yang
tersusun dari dua buah kata atau lebih yang di dalam klausa menduduki fungsi-
fungsi sintaktis”. Dengan kata lain, frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih
dan mengisi salah satu fungsi sintaktis. Frasa bila dilihat dari hubungan kedua
unsurnya dalam kalimat Chaer (2009: 120) membedakannya atas frsa endosentrik
dan frasa koordinatif.
40
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa adalah gabungan
dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif dan biasanya menempati satu
unsur fungsi di dalam kalimat.
2.7.2.1 Frasa Endosentrik
Chaer (2009: 40) mengemukakan, “Frasa endosentrik adalah frasa yang
salah satu unsurnya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya”. Apabila
salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis
masih bisa berterima.
Ramlan (1987: 155) membedakan frasa endosentrik menjadi tiga
golongan, di antaranya, frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik atributif,
frasa endosentrik apositif.
2.7.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif ialah frasa yang unsur-unsurnya setara.
Frasa endosentrik koordinatif dapat ditandai dengan hadirnya konjungsi dan dan
atau. Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.
(16) Kami pergi bersama ayah dan ibu.
2.7.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif
Frasa endosentrik atributif ialah frasa yang unsur-unsurnya tidak setara.
salah satu unsurnya ada yang berupa inti dan unsur lainnya disebut atribut.
Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.
41
(17) Raharjo membeli mobil baru.
2.7.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif
Frasa endosentrik apositif ialah frasa yang unsur-unsurnya saling
menggantikan. Antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya memiliki
kaitan. Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.
(18) Jembatan Suramadu diresmikan Presiden RI SBY.
2.7.2.2 Frasa Eksosentrik
Chaer (2009: 40) mengemukakan, “Frasa eksosentrik adalah frasa yang
hubungan kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua unsurnya tidak bisa
dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis”.
Dalam kaitan antarunsurnya, frasa eksosentrik memiliki hubungan
semantis tertentu, di antaranya, frasa eksosentrik direktif dan frasa eksosentrik
objektif.
2.7.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif
Frasa eksosentrik direktif ialah frasa yang salah satu unsurnya berbentuk
preposisi. Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.
(19) Perkulian semester pendek akan dilaksanakan di gedung kuliah bersama.
42
2.7.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif
Frasa eksosentrik objektif ialah frasa yang memiliki objek. Berikut ini
merupakan contoh kalimatnya.
(20) Kami berniat merencanakan sesuatu.
Dalam penelitian ini frasa yang hadir sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- ialah frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik
atributif, frasa endosentrik apositif, frasa eksosentrik direktif, dan frasa
eksosentrik objektif.
2.7.3 Klausa
Klausa merupakan satu di antara konstruksi sintaktis yang dibentuk dari
kata dan frasa. Berikut ini beberapa para ahli tata bahasa Indonesia
mengemukakan pendapatnya tentang klausa.
Kridalaksana (2001: 59) mengatakan, “Klausa adalah satuan gramatikal
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat;
dan mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat”. Sifat dari klausa yaitu
predikatif, contohnya hujan turun, angin ribut, dan sebagainya.
Kentjono (2002: 58) berpendapat, “Klausa adalah satuan gramatikal yang
disusun oleh kata atau frasa dan yang mempunyai satu predikat”. Klausa pada
umumnya merupakan konstituen sebuah konstruksi kalimat.
Chaer (2009: 41) mengemukakan, “Klausa adalah satuan sintaksis yang
berada di atas satuan frasa dan di bawah satuan kalimat, berupa runutan kata-kata
43
berkonstruksi predikatif”. Dengan kata lain, di dalam konstruksi itu ada
komponen berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat.
Klausa bila dilihat dari kedudukannya di dalam kalimat Chaer (2009: 43)
membedakannya atas klausa bebas dan klausa terikat. Berikut ini penjelasan
tentang klausa bebas dan klausa terikat.
2.7.3.1 Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat bebas. Artinya, fungsi-fungsi sintaktis yang dimiliki harus lengkap dan
apabila diberi intonasi final akan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri serta
tidak terikat dengan kalimat lain.
2.7.3.2 Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat bebas. Jenis klausa ini ditandai dengan munculnya konjungsi subordinatif,
seperti ketika, meskipun, dan karena.
(21) Ayah sudah pergi ketika kami datang.
Kalimat tersebut terdiri dari dua klausa, yaitu klausa pertama Ayah sudah
pergi disebut dengan klausa bebas karena dapat berdiri sendiri, sedangkan klausa
kedua ketika kami datang disebut dengan klausa terikat karena tidak dapat mandiri
dan posisinya harus selalu melekat dengan klausa pertama.
44
Dari beberapa pendapat yang ada mengenai klausa dapat disimpulkan
bahwa klausa adalah satuan bahasa yang minimal terdiri atas subjek dan predikat
dan berkemampuan untuk menjadi sebuah kalimat.
Dalam penelitian ini klausa yang hadir sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- ialah klausa bebas dan klausa terikat.
2.7.4 Kalimat
Kridalaksana (1993: 92) mengatakan, “(1) Kalimat adalah satuan bahasa
yang secara relaitf berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa; (2) klausa bebas yang menjadi bagian
kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal,
seruan, dan salam”.
Putrayasa (2008: 20) mengatakan, “Kalimat adalah satuan gramatikal yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun”.
Berdasarkan jumlah klausanya Putrayasa (2008: 20-55) mengklasifikasi
kalimat menjadi (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. Berikut ini
penjelasan tentang klasifikasi kalimat berdasarkan klausanya.
Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa atau satu
konstituen. Unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Selanjutnya,
kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Perhatikan
bedanya contoh antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk berikut ini.
45
(22) Mahasiswa Mendiskusikan pemilihan umum 2009.
(23) Sarang teroris itu dikepung dan ditembaki Densus 88 pada malam hari.
Dalam penelitian ini konstituen-konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- itu terdapat pada kalimat tunggal dan majemuk.
46
BAB III
ANALISIS KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF
BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA NDONESIA
3.1 Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
Pada dasaranya fungsi sintaktis terdiri atas subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Dapat diketahui bahwa verba intransitif adalah verba
yang tidak menghadirkan objek setelah predikatnya. Jadi, dalam penelitian ini
dibahas mengenai fungsi sintaktis yang menjadi konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)-. Fungsi sintaktis setelah verba intransitif berafiks be(R)- hanya
berupa pelengkap dan keterangan.
3.1.1 Konstituen dengan Fungsi Pelengkap
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan fungsi
pelengkap dalam konstruksi kalimat. Berdasarkan distribusi dalam kalimat,
pelengkap ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat opsional atau manasuka.
Berikut ini analisis data konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dengan
fungsi pelengkap.
3.1.1.1 Pelengkap Wajib
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
pelengkap wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data pelengkap wajib
46
47
sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(1) Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan Slovenia. (MI, 1/1/7-5-2008)
(2) Konvensi ini berpotensi memicu perpecahan. (MI, 1/1/11-12-2008)
(3) Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. (R, 1/1/3-5-2009)
(4) APBD DKI Berindikasi Korupsi (R, 1/1/27-2-2008)
(5) Selama persidangan ayah pesinetron Fachri Albar itu berkelakuan baik. (MI,
1/1/25-6-2008)
Pada kalimat nomor (1) sampai dengan (5) konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- mengisi fungsi sebagai pelengkap. Fungsi pelengkap
pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah Slovenia, memicu perpecahan,
hangat, Korupsi, dan baik. Fungsi pelengkap yang hadir pada kalimat tersebut
bersifat wajib. Artinya, pelengkap tersebut sebagai unsur dalam konstruksi
kalimat sangat terikat dan kehadirannya sangat diperlukan.
Fungsi pelengkap sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-
apabila dilesapkan dalam konstruksi kalimat akan menjadi tidak berterima baik
struktur dan maknanya. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur
pelengkapnya sebagai berikut.
(1a)* Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan.
(2a)* Konvensi ini berpotensi.
(3a)* Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian.
(4a)* APBD DKI Berindikasi.
(5a)* Selama persidangan ayah pesinetron Fachri Albar itu berkelakuan.
48
3.1.1.2 Pelengkap Tidak Wajib
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
pelengkap tidak wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data pelengkap tidak
wajib sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(6) Ratusan Karyawan Freeport Berjalan Kaki ke Timika. (MI, 1/1/25-7-2009)
(7) Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi Bersiul-siul
sepanjang hari Dengan tak jemu-jemu. (R, 1/1/23-10-2008)
(8) Warga berteriak histeris, karena tak ada suara gemuruh mesin pesawat
bernomor registrasi A-1325, namun terdengar suara benda keras yang
menerjang rerimbunan pohon bambu. (R, 1/1/22-5-2009)
(9) Jumlah pengangguran bertambah banyak setiap tahunnya karena
pabrik/industri banyak yang gulung tikar/bangkrut. (MI, 1/1/19-5-2008)
(10) Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas sendiri
meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang. (T, 1/1/20-1-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (6)
sampai dengan (10) berfungsi sebagai pelengkap. Pelengkap sebagai fungsi
konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara
berturut-turut adalah Kaki, Bersiul-siul, histeris, banyak, dan sendiri.
Pelengkap-pelengkap yang hadir pada kalimat nomor (6) sampai dengan
(10) sifatnya tidak wajib atau manasuka. Dikatakan demikian karena kehadiran
konstituen-konstituen yang berupa fungsi pelengkap itu boleh hadir atau pun tidak
hadir dalam konstruksi kalimat. Pelengkap yang bersifat manasuka sebenarnya
49
hanya sebagai penjelas predikat kalimat. Jika, konstituen yang berfungsi sebagai
pelengkap tersebut dilesapkan, kalimat-kalimat tersebut tidak terganggu baik
struktur dan informasi yang diberikan masih dapat berterima. Akan tetapi,
informasi yang diberikan kalimat tersebut menjadi kurang lengkap.
Ketidakhadiran pelengkap-pelengkap itu masih dapat teratasi oleh hadirnya fungsi
keterangan dalam kalimat. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur
pelengkapnya sebagai berikut.
(6a) Ratusan Karyawan Freeport Berjalan ke Timika.
(7a) Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi sepanjang hari
Dengan tak jemu-jemu.
(8a) Warga berteriak, karena tak ada suara gemuruh mesin pesawat bernomor
registrasi A-1325, namun terdengar suara benda keras yang menerjang
rerimbunan pohon bambu.
(9a) Jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya karena pabrik/industri
banyak yang gulung tikar/bangkrut.
(10a) Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas
meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang.
3.1.2 Konstituen dengan Fungsi Keterangan
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat pula diisi fungsi
keterangan dalam konstruksi kalimat. Berdasarkan distribusinya dalam kalimat,
keterangan ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat tidak wajib atau
50
manasuka. Berikut ini analisis data konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- dengan fungsi keterangan.
3.1.2.1 Keterangan Wajib
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
keterangan wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data keterangan wajib
sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(11) Proyek ambisius ini bakal berlokasi di Ibu Kota Tallin atau kota besar
lainnya. (R, 1/1/18-5-2009)
(12) Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor di Wisma Batavia. (R,
1/1/14-8-2009)
(13) Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan dengan tim
Thailand. (T, 1/1/6-9-2009)
(14) Pemerintah dan DPR berkesempatan untuk membuat UU tentang
Pengadilan Tipikor hingga 19 Desember 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)
(15) Presiden Yudhoyono akan bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman
Ali Alatas. (R, 1/1/11-12-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (11)
sampai dengan (15) berfungsi sebagai keterangan. Keterangan sebagai konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut
adalah di Ibu Kota Tallin atau kota besar lainnya, di Wisma Batavia, dengan tim
Thailand, untuk membuat UU tentang Pengadilan Tipikor, dan sebagai inspektur
51
upacara pemakaman Ali Alatas. Konstituen pengisi keterangan itu ditandai
hadirnya preposisi di, dengan, untuk, dan sebagai.
Keterangan pada kalimat (11) sampai dengan (15) memiliki sifat yang
wajib. Maksud pernyataan tersebut adalah fungsi keterangan yang hadir dalam
kalimat tidak dapat dilesapkan dari posisinya. Apabila fungsi keterangan pada
kalimat dilesapkan, kalimat tersebut berdasarkan struktur dan maknanya menjadi
tidak berterima. Hilangnya konstituen keterangan pada konstruksi kalimat tersebut
akan menyebabkan ketidakgramatikalan kalimat. Jadi, pada intinya konstituen
sebagai fungsi keterangan dalam kalimat tersebut kehadirannya sangat terikat dan
diperlukan pada konstruksi kalimat.
Berikut ini kalimat nomor (11) sampai dengan (15) apabila fungsi
keterangannya dilesapkan.
(11a)* Proyek ambisius ini bakal berlokasi.
(12a)* Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor.
(13a) * Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan.
(14a)* Pemerintah dan DPR berkesempatan.
(15a)* Presiden Yudhoyono akan bertindak.
3.1.2.2 Keterangan Tidak Wajib
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan fungsi
keterangan tidak wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data keterangan tidak
wajib sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
52
(16) Ia sempat berdiskusi dengan pengurus masjid dan bersilaturahmi dengan
jamaah. (T, 1/1/29-7-2009)
(17) Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
berdemonstrasi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta,
kemarin. (MI, 1/1/5-11-2008)
(18) Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary sedang berkegiatan di Balikpapan,
Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat, untuk mengikuti
acara Kementerian Komunikasi dan Informatika. (MI, 1/1/5-11-2008)
(19) Kini, jumlah pemeluk Islam semakin bertambah dengan kehadiran para
imigran dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan negara-negara Islam di
Asia. (R, 1/1/18-5-2009)
(20) Para pengendara harus berhati-hati saat melewati Jalan Otto
Iskandardinata karena terdapat galian perbaikan jalan di Jakarta Timur,
kemarin. (MI, 1/1/11-12-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (16)
sampai dengan (20) berfungsi sebagai keterangan. Fungsi keterangan yang
dimunculkan adalah dengan pengurus masjid, di depan kantor Komisi Pemilihan
Umum, Jakarta, di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan
Barat, dengan kehadiran para imigran dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan
negara-negara Islam di Asia, dan saat melewati Jalan Otto Iskandardinata.
Konstituen pengisi fungsi keterangan tersebut ditandai dengan hadirnya preposisi
dengan, di, dan saat.
53
Keterangan yang hadir pada kalimat (16) sampai dengan (20) sifatnya
tidak wajib atau manasuka. Maksudnya adalah kehadiran fungsi keterangan
sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- boleh hadir atau pun
tidak hadir dalam konstruksi kalimat. Jika, konstituen yang berfungsi sebagai
keterangan tersebut dilesapkan, kalimat-kalimat tersebut tidak terganggu dan
masih dapat berterima dari segi struktur dan maknanya. Berikut ini merupakan
kalimat apabila konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- yang berupa
keterangannya dilesapkan.
(16a) Ia sempat berdiskusi dan bersilaturahmi dengan jamaah.
(17a) Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
berdemonstrasi.
(18a) Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary sedang berkegiatan.
(19a) Kini, jumlah pemeluk Islam semakin bertambah.
(20a) Para pengendara harus berhati-hati karena terdapat galian perbaikan jalan
di Jakarta Timur, kemarin.
54
Tabel 1. Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
Fungsi Sintaktis Kalimat Konstituen Pascaverba
PelengkapWajib
1. Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan Slovenia.2. Konvensi ini berpotensi memicu perpecahan.3. APBD DKI Berindikasi Korupsi.
Slovenia
memicu perpecahanKorupsi
PelengkapTidak Wajib
4. Ratusan Karyawan Freeport Berjalan Kaki ke Timika.5. Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas sendiri
meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang.6. Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi Bersiul-siul sepanjang
hari Dengan tak jemu-jemu
Kaki
sendiri
Bersiul-siul
KeteranganWajib
7. Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor di Wisma Batavia.8. Presiden Yudhoyono akan bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman
Ali Alatas.9. Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan dengan tim Thailand.
di Wisma Bataviasebagai inspektur upacara pemakaman Ali Alatas
dengan tim Thailand
KeteranganTidak Wajib
10. Ia sempat berdiskusi dengan pengurus masjid dan bersilaturahmi dengan jamaah.
11. Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) berdemonstrasi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, kemarin.
12. Para pengendara harus berhati-hati saat melewati Jalan Otto Iskandardinata karena terdapat galian perbaikan jalan di Jakarta Timur, kemarin.
dengan pengurus masjid
di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta,saat melewati Jalan Otto Iskandardinata
54
54
55
Bagan 1.
Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
55
56
3.2 Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
Dalam penelitian ini dibahas mengenai kategori sintaktis yang menjadi
konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-. Hasil penelitian kategori
sintaktis setelah verba intransitif berafiks be(R)- berupa nomina atau frasa
nominal, verba atau frasa verbal, adjektiva atau frasa adjektival, frasa numeralia,
dan frasa preposisional.
3.2.1 Konstituen dengan Kategori Nomina atau Frasa Nominal
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
kategori nomina atau frasa nominal dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data
kategori nomina atau frasa nominal sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- dalam konstruksi kalimat.
(21) Sebanyak 23 orang berkebangsaan Thailand, 3 orang lainnya
berkebangsaan Indonesia. (T, 1/1/1-4-2008)
(22) Ketika itu, Estonia belum berbentuk negara. (R, 1/1/18-5-2009)
(23) Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain. (R,
1/1/18-5-2009)
(24) Papan itu bergambar sepasang polisi laki-laki dan perempuan dalam sikap
hormat. (K, 1/1/14-8-2008)
(25) Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih. (K, 1/1/3-7-2008)
(26) Jika kasus itu berindikasi tindak pidana korupsi, selanjutnya dilakukan gelar
perkara. (MI, 1/1/6-10-2008)
57
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (21)
sampai dengan (26) berkategori sebagai nomina. Nomina sebagai kategori
konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara
berturut-turut adalah Thailand, negara, dan Nasrani. Selanjutnya, Konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (21) sampai dengan
(26) berkategori sebagai frasa nominal. Frasa nominal sebagai kategori
pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut
adalah sepasang polisi laki-laki dan perempuan, segitiga lebar dan pipih, dan
tindak pidana korupsi.
3.2.2 Konstituen dengan Kategori Verba atau Frasa Verbal
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
kategori verba atau frasa verbal dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data
kategori verba atau frasa verbal sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- dalam konstruksi kalimat.
(27) Lulusan PT Berkesempatan Kerja di Perusahaan Jepang. (R, 1/1/11-7-2009).
(28) Saya nggak bisa berhenti menangis. (R, 1/1/14-7-2009)
(29) Malam ini Presiden berencana datang bersama dengan PM Badawi. (R,
1/1/11-12-2008)
(30) Pemprov DKI Tak Berkewajiban Ganti Rugi Monorel. (K, 1/1/14-5-2009)
(31) Saya tidak bermimpi mencetak gol di final. (MI, 1/1/24-8-2008)
(32) Sementara itu, seluruh penyusun Undang-Undang yang berasal dari parpol
sudah berkonsentrasi menghadapi Pemilu 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)
58
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (27)
sampai dengan (32) berkategori sebagai verba. Verba sebagai kategori konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut
adalah Kerja, menangis, dan datang. Selanjutnya, Konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (27) sampai dengan (32)
berkategori sebagai frasa verbal. Frasa verbal sebagai kategori pascaverba
intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah Ganti
Rugi Monorel, mencetak gol, dan menghadapi Pemilu 2009.
3.2.3 Konstituen dengan Kategori Adjektiva atau Frasa Adjektival
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
kategori adjektiva atau frasa adjektival dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data
kategori adjektiva atau frasa adjektival sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- dalam konstruksi kalimat.
(33) Dari Indonesia, Amin Suryana berkesempatan besar untuk menyalip Hardi
karena selisih catatan waktu keduanya amat tipis. (T, 1/1/25-8-2003)
(34) Saat menuju landasan, pesawat berkecepatan rendah sehingga tidak bisa
bermanuver, (R, 1/1/10-3-2009)
(35) Siswi kelas I SMP ini sudah berkegiatan normal seperti rekan-rekan
sebayanya. (T, 1/1/19-1-2009)
(36) Pelapis dinding atau wallcover ruang tamunya berwarna merah bata,
bergaya retro, dengan motif polkadot seukuran bola pingpong dengan garis-
garis vertikal. (T, 1/1/20-7-2009)
59
(37) Sedangkan perabotnya berwarna cokelat kayu. (T, 1/1/20-7-2009)
(38) RUU MA Beraroma "Tak Sedap". (K, 1/1/23-9-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (33)
sampai dengan (38) berkategori sebagai adjektiva. Adjektiva sebagai kategori
konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara
berturut-turut adalah besar, rendah, dan normal. Selanjutnya, Konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (33) sampai dengan
(38) berkategori sebagai frasa adjektival. Frasa adjektival sebagai kategori
pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut
adalah merah bata, cokelat kayu, dan Tak Sedap.
3.2.4 Konstituen dengan Frasa Numeralia
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
kategori frasa numeralia dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data kategori frasa
numeralia sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam
konstruksi kalimat.
(39) Penyerang (Satpol PP) berjumlah 150 orang. (T, 1/1/10-9-2008)
(40) Biaya yang dibutuhkan para calon TKI berkisar Rp 5 juta. (K, 1/1/22-12-
2008)
(41) Angin dari tenggara-selatan itu berkecepatan 5-22 knot. (MI, 1/1/27-9-2008)
(42) Satu porsi full berisi dua lontong. (K, 1/1/3-7-2008)
(43) Pimpinan MPR berjumlah lima orang yang terdiri dari 3 anggota DPR dan
2 anggota DPD. (MI, 1/1/3-7-2008)
60
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (39)
sampai dengan (43) berkategori sebagai frasa numeralia. Frasa numeralia sebagai
kategori konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut
secara berturut-turut adalah 150 orang, Rp 5 juta, 5-22 knot, dua lontong, dan
lima orang.
3.2.5 Konstituen dengan Frasa Preposisional
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
kategori frasa numeralia dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data kategori frasa
numeralia sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam
konstruksi kalimat.
(44) Kalla sudah berkegiatan sejak pagi hari. (R, 1/1/29-7-2009)
(45) Kompetisi Liga Singapura berakhir pada 4 November 2009. (MI, 1/1/26-9-
2009)
(46) Beberapa perusahaan besar Thailand beroperasi di Kamboja. (R, 1/1/16-10-
2008)
(47) Kapal jetfoil itu berlayar dari Pelabuhan Boom Baru, Palembang, dan
mengalami kecelakaan pada jalur pelayaran Bui Merah, Bangka, sekitar pkl.
15.00 hingga 16.00 WIB. (MI, 1/1/27-1-2009)
(48) Diah Defawati telah berpindah ke PDIP sekaligus menjadi Caleg partai
pimpinan Megawati Soekarnoputri ini. (MI, 1/1/26-8-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (44)
sampai dengan (48) berkategori sebagai frasa preposisional. Frasa preposisional
61
sebagai kategori konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat
tersebut secara berturut-turut adalah sejak pagi hari, pada 4 November 2009, di
Kamboja, dari Pelabuhan Boom Baru, Palembang, dan ke PDIP. Frasa
preposisional dalam kalimat tersebut ditandai dengan hadirnya preposisi sejak,
pada, di, dari, dan ke.
62
Tabel 2. Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
Kategori Sintaktis Kalimat Konstituen Pascaverba
Nomina
1. Sebanyak 23 orang berkebangsaan Thailand, 3 orang lainnya berkebangsaan Indonesia.
2. Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain.
Thailand
Nasrani
FrasaNomina
3. Papan itu bergambar sepasang polisi laki-laki dan perempuan dalam sikap hormat.
4. Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih.
sepasang polisi laki-laki dan perempuansegitiga lebar dan pipih
Verba5. Lulusan PT Berkesempatan Kerja di Perusahaan Jepang.6. Saya nggak bisa berhenti menangis.
Kerjamenangis
FrasaVerba
7. Pemprov DKI Tak Berkewajiban Ganti Rugi Monorel.8. Saya tidak bermimpi mencetak gol di final.
Ganti Rugi Monorelmencetak gol
Adjektiva
9. Siswi kelas I SMP ini sudah berkegiatan normal seperti rekan-rekan sebayanya.10. Saat menuju landasan, pesawat berkecepatan rendah sehingga tidak bisa
bermanuver,
normalrendah
FrasaAdjektiva
11. Sedangkan perabotnya berwarna cokelat kayu.12. RUU MA Beraroma "Tak Sedap".
cokelat kayuTak Sedap
FrasaNumeralia
13. Penyerang (Satpol PP) berjumlah 150 orang.14. Satu porsi full berisi dua lontong.
150 orangdua lontong
FrasaPreposisional
15. Kalla sudah berkegiatan sejak pagi hari.16. Beberapa perusahaan besar Thailand beroperasi di Kamboja.
sejak pagi haridi Kamboja
62
63
Bagan 2.
Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
64
3.3 Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam bahasa Indonesia
memiliki konstruksi sintaktis beragam. Pada dasaranya konstruksi sintaktis terdiri
atas kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Berikut ini diuraikan jenis konstruksi
sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam bahasa
Indonesia.
3.3.1 Konstituen Berupa Kata
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk
kata dalam konstruksi kalimat. Berdasarkan bentuknya kata dibedakan atas bentuk
dasar dan bentuk turunan. Berikut ini data berupa kata sebagai konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi kalimat.
3.3.1.1 Bentuk Dasar
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
konstruksi kata yang berbentuk dasar dalam kalimat. Berikut ini data berupa
konstruksi kata yang berbentuk dasar sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)-.
(49) Saya berpenyakit asma, bisa mati kalau pakai ekstasi. (T, 1/1/11-5-1999)
(50) Pembahasan RUU MA Berindikasi Suap (R, 1/1/17-12-2008)
(51) LBI juga bersifat profesional, (T, 1/1/16-6-2003)
(52) Para petinju wanita ini berkemauan besar untuk mewakili negara di tingkat
dunia. (K, 1/1/13-11-2009)
65
(53) Ketiganya memang berprilaku normal namun semuanya kurang pergaulan.
(R, 1/1/14-7-2009)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (49)
sampai dengan (53) berkonstruksi sebagai kata yang berupa bentuk dasar. Kata
yang berbentuk dasar sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah asma, Suap, profesional,
besar, dan normal.
3.3.1.2 Bentuk Turunan
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
konstruksi kata yang berbentuk turunan dalam kalimat. Berikut ini data berupa
konstruksi kata yang berbentuk turunan sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)-.
(54) Para santriwati juga berkesempatan berorganisasi melalui kegiatan
ekstrakurikuler. (R, 1/1/23-12-2008)
(55) Selama kurang lebih 30 menit lamanya aparat polsek Abepura berusaha
bertahan dari serangan ratusan warga asal Wamena itu. (MI, 1/1/9-4-2009)
(56) Mobil baru berhenti melaju kala menabrak tiang listrik. (R, 29/9/2009)
(57) Menurut hitungannya, 68 persen siswa berkemampuan rata-rata. (T, 1/1/1-
2-1999)
(58) Tujuh partai berasaskan Pancasila; hanya PKS dan PPP. (R, 1/1/30-4-2009)
66
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (54)
sampai dengan (58) berkonstruksi sebagai kata yang berupa bentuk turunan. Kata
yang berbentuk turunan sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah berorganisasi,
bertahan, melaju, rata-rata, dan Pancasila.
Bentuk turunan berorganisasi, bertahan, dan melaju merupakan hasil dari
afiksasi be(R)- + kata dasar (organisasi, tahan, dan laju). Bentuk turunan rata-
rata merupakan hasil dari reduplikasi kata dasar rata. Bentuk turunan Pancasila
merupakan gabungan kata antara panca dengan sila yang satu di antaranya
merupakan bentuk terikat atau biasa disebut klitika.
3.3.2 Konstituen Berupa Frasa
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk
frasa dalam konstruksi kalimat. Frasa dilihat berdasarkan distribusinya dapat
terbagi atas frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Berikut ini data berupa frasa
sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
3.3.2.1 Frasa Endosentrik
Dalam kaitan antarunsurnya, frasa endosentrik memiliki hubungan
semantis tertentu, di antaranya, frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik
atributif, dan frasa endosentrik apositif. Berikut ini data konstruksi frasa
67
endosentrik sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam
kalimat.
3.3.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa
endosentrik koordinatif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa
endosentrik koordinatif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-
dalam konstruksi kalimat.
(59) Ajak anak berbelanja sayur dan buah. (K, 1/1/23-7-2008)
(60) Ia berkali-kali menggerakkan atau menggigit bibir. (K, 1/1/17-6-2008)
(61) Semua berpakaian rapi dan trendy. (K, 1/1/10-3-2008)
(62) “Golkar tidak berpikir soal menang-kalah, tapi lebih menginginkan
terciptanya pemerintahan yang kuat dan stabil.” (R, 1/1/16-4-2009)
(63) Guru harus berpenampilan menarik dan penuh percaya diri. (R, 1/1/24-2-
2009)
(64) Mereka cocok bekerja sebagai artis, dekorator interior, atau pemandu
wisata. (MI, 1/1/24-9-2009)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (59)
sampai dengan (64) berkonstruksi sebagai frasa endosentrik koordinatif. Frasa
endosentrik koordinatif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah sayur dan buah,
menggerakkan atau menggigit, rapi dan trendy, menang-kalah, menarik dan
penuh percaya diri, dan sebagai artis, dekorator interior, atau pemandu wisata.
68
Kalimat pada nomor (59) sampai dengan (64) frasa endosentriknya
bersifat koordinatif. Dengan kata lain, unsur-unsur pembentuk frasa tersebut
memiliki kedudukan yang setara dan bersifat penambahan atau pemilihan. Hal itu
dapat dibuktikan dalam kalimat dengan munculnya konjungsi dan dan atau. Frasa
endosentrik yang koordinatif kedua unsurnya merupakan inti dan mempunyai
peranan yang sama penting, sehingga apabila salah satu unsurnya dilesapkan tidak
akan menjadi masalah dalam konstruksi kalimat baik dari segi struktur dan
maknanya.
Berikut ini kalimat apabila unsur-unsur pembentuk frasa endosentriknya
yang bersifat koordinatif dipisahkan.
(59a) Ajak anak berbelanja sayur.
(59b) Ajak anak berbelanja buah.
(60a) Ia berkali-kali menggerakkan bibir.
(60b) Ia berkali-kali menggigit bibir.
(61a) Semua berpakaian rapi.
(61b) Semua berpakaian trendy.
(62a) “Golkar tidak berpikir soal menang, tapi lebih menginginkan terciptanya
pemerintahan yang kuat dan stabil.”
(62b) “Golkar tidak berpikir soal kalah, tapi lebih menginginkan terciptanya
pemerintahan yang kuat dan stabil.”
(63a) Guru harus berpenampilan menarik.
(63b) Guru harus berpenampilan penuh percaya diri.
(64a) Mereka cocok bekerja sebagai artis.
69
(64b) Mereka cocok bekerja sebagai dekorator interior.
(64c) Mereka cocok bekerja sebagai pemandu wisata.
3.3.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa
endosentrik atributif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa endosentrik
atributif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam
konstruksi kalimat.
(65) Matahari bersinar sangat terik. (R, 1/1/6-11-2008)
(66) Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan nasi kuning. (T, 1/1/20-8-
2008)
(67) Ia sebenarnya berpenampilan sangat baik untuk ukurannya. (MI, 1/1/23-10-
2009)
(68) Pagi hari, ia sudah berolahraga selama 30 menit di sebuah gimnasium dekat
rumahnya di Chicago. (K, 1/1/30-6-2008)
(69) Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan sedikit centil untuk
memamerkan ponselnya. (K, 1/1/7-7-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (65)
sampai dengan (69) berkonstruksi sebagai frasa endosentrik atributif. Frasa
endosentrik atributif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah sangat terik, nasi kuning,
sangat baik, selama 30 menit, dan sedikit centil.
70
Kalimat pada nomor (65) sampai dengan (69) frasa endosentriknya
bersifat atributif. Artinya, unsur-unsur pembentuk frasa tersebut berlainan ada
yang berupa unsur pusat atau penting dan ada yang berupa unsur penambah atau
atribut. Berdasarkan data frasa endosentrik atributif pada kalimat tersebut yang
menjadi unsur pusat atau terpenting adalah terik, nasi. baik, 30 menit, dan centil.
Frasa endosentrik atributif apabila salah satu unsurnya dilesapkan dalam
kalimat akan menjadi tidak berterima baik struktur dan maknanya. Berikut ini
kalimat apabila unsur-unsur pembentuk frasa endosentriknya yang bersifat
atributif dipisahkan.
(65a)* Matahari bersinar sangat.
(65b) Matahari bersinar terik.
(66a) Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan nasi.
(66b)* Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan kuning.
(67a)* Ia sebenarnya berpenampilan sangat untuk ukurannya.
(67b) Ia sebenarnya berpenampilan baik untuk ukurannya.
(68a)* Pagi hari, ia sudah berolahraga selama di sebuah gimnasium dekat
rumahnya di Chicago.
(68b) Pagi hari, ia sudah berolahraga 30 menit di sebuah gimnasium dekat
rumahnya di Chicago.
(69a)* Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan sedikit untuk memamerkan
ponselnya.
(69b) Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan centil untuk memamerkan
ponselnya.
71
3.3.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa
endosentrik apositif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa endosentrik
apositif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(70) Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel Ehud
Olmert di Yerusalem, kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan
Lebanon. (K, 1/1/9-1-2009)
(71) Di sini ia berjumpa Sukri, ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. (T, 1/1/6-7-
2009)
(72) Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan
petenis Thailand, Tamarine Tanasugarn, untuk memperebutkan tiket ke
perempat final. (K, 1/1/28-6-2008)
(73) Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan "si brondong" Chase
Dreyfous, pada Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal. (T,
1/1/19-11-2008)
(74) Usai sholat, ia bersama sang adik, Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani
setiap hari, bermain di halaman masjid. (K, 1/1/25-7-2008)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (70)
sampai dengan (74) berkonstruksi sebagai frasa endosentrik apositif. Frasa
endosentrik apositif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah Perdana Menteri Israel
72
Ehud Olmert, Sukri, ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, petenis Thailand, Tamarine
Tanasugarn, "si brondong" Chase Dreyfous, dan sang adik, Ahmad Maulana, 9.
Kalimat pada nomor (70) sampai dengan (74) frasa endosentriknya
bersifat apositif. Artinya, unsur-unsur pembentuk frasa endosentrik hubungannya
menjelaskan dan peranannya sebagai pengganti bagian yang dijelaskan, sehingga
apabila salah satu unsurnya digantikan dalam konstruksi kalimat secara struktur
dan makna masih berterima. Berikut ini kalimat apabila unsur-unsur pembentuk
frasa endosentriknya yang bersifat apositif dipisahkan.
(70a) Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel di
Yerusalem, kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan Lebanon.
(70b) Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Ehud Olmert di Yerusalem,
kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan Lebanon.
(71a) Di sini ia berjumpa Sukri.
(71b) Di sini ia berjumpa ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
(72a) Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan
petenis Thailand, untuk memperebutkan tiket ke perempat final.
(72b) Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan
Tamarine Tanasugarn, untuk memperebutkan tiket ke perempat final.
(73a) Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan "si brondong", pada
Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal.
73
(73b) Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan Chase Dreyfous,
pada Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal.
(74a) Usai sholat, ia bersama sang adik, 9, yang setia menemani setiap hari,
bermain di halaman masjid.
(74b) Usai sholat, ia bersama Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani setiap
hari, bermain di halaman masjid.
3.3.2.2 Frasa Eksosentrik
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan
konstruksi frasa eksosentrik dalam kalimat. Dalam kaitan antarunsurnya, frasa
eksosentrik memiliki hubungan semantis tertentu, di antaranya, frasa eksosentrik
direktif dan frasa eksosentrik objektif. Berikut ini data konstruksi frasa
eksosentrik sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam
kalimat.
3.3.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa
eksosentrik direktif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa eksosentrik
direktif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(75) Biasanya, ia berjualan di Pancoran. (K, 1/1/18-6-2008)
(76) Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi di Indonesia. (K,
1/1/14-8-2008)
74
(77) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung bertolak
ke Bandung, Jawa Barat, setibanya di Jakarta setelah kunjungan kerja
selama tiga hari ke Manado, Sulawesi Utara. (MI, 1/1/15-5-2009)
(78) Wasit dan Juri Chris John Berasal dari AS. (R, 1/1/15-10-2009)
(79) Sebenarnya aku ingin berkolaborasi dengan Glen Fredly, tapi Afghan lebih
tepat karakter suaranya. (R, 1/1/29-4-2009)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (75)
sampai dengan (79) berkonstruksi sebagai frasa eksosentrik direktif. Frasa
eksosentrik direktif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah di Pancoran, di
Indonesia, ke Bandung, Jawa Barat, dari AS, dan dengan Glen Fredly. Frasa
eksosentrik direktif yang ada pada kalimat tersebut ditandai dengan hadirnya
preposisi di, ke, dari, dan dengan.
Frasa eksosentrik direktif pada kalimat nomor (75) sampai dengan (79)
mempunyai distribusi yang tidak sama dengan salah satu unsurnya. Hubungan
antarunsur pembentuk frasa tersebut bersifat terikat dan keduanya sangat penting
untuk hadir dalam kalimat. Jadi, apabila salah satu unsur pembentuk frasa
eksosentrik direktif pada kalimat dilesapkan, kalimat tersebut secara struktur dan
informasi tidak berterima. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu
unsurnya sebagai berikut.
(75a)* Biasanya, ia berjualan di.
(75b)* Biasanya, ia berjualan Pancoran.
(76a)* Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi di.
75
(76b)* Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi Indonesia.
(77a)* Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung
bertolak ke setibanya di Jakarta setelah kunjungan kerja selama tiga hari
ke Manado, Sulawesi Utara.
(77b)* Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung
bertolak Bandung, Jawa Barat, setibanya di Jakarta setelah kunjungan
kerja selama tiga hari ke Manado, Sulawesi Utara.
(78a)* Wasit dan Juri Chris John Berasal dari.
(78b)* Wasit dan Juri Chris John Berasal AS.
(79a)* Sebenarnya aku ingin berkolaborasi dengan, tapi Afghan lebih tepat
karakter suaranya.
(79b)* Sebenarnya aku ingin berkolaborasi Glen Fredly, tapi Afghan lebih tepat
karakter suaranya.
3.3.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa
eksosentrik objektif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa eksosentrik
objektif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(80) Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat ingin membersihkan kamar motel
nomor 47. (MI, 1/1/3-10-2009)
(81) Manajer Arsene Wenger pun berharap bisa menambah kekuatan di lini
depan dengan mendatangkan Mario Balotelli dari Inter. (R, 1/1/23-10-2009)
76
(82) Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan isi pikirannya. (K, 1/1/17-6-
2008)
(83) Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana akan mengirim sekitar
500 tentara ke Afghanistan. (R, 1/1/14-10-2009)
(84) Maskapai penerbangan Lion Air berencana akan melayani pengangkutan
jamaah haji Indonesia tahun 2009 ini. (R, 1/1/13-1-2009)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (80)
sampai dengan (84) berkonstruksi sebagai frasa eksosentrik objektif. Frasa
eksosentrik objektif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks
be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah ingin membersihkan
kamar motel nomor 47, bisa menambah kekuatan di lini depan, mengeluarkan isi
pikirannya, akan mengirim sekitar 500 tentara, dan akan melayani pengangkutan
jamaah haji Indonesia.
Data tersebut dikatakan frasa eksosentrik objektif karena unsur-unsur
pembentuknya memiliki verba transitif yang memerlukan objek sebagai
konstituennya. Verba-verba transitif yang ada dalam frasa eksosentrik objektif
tersebut adalah ingin membersihkan, bisa menambah, mengeluarkan, akan
mengirim, dan akan melayani. Di samping itu, yang menjadi unsur objek dalam
frasa eksosentrik objektif, yaitu kamar motel nomor 47, kekuatan di lini depan, isi
pikirannya, sekitar 500 tentara, dan pengangkutan jamaah haji Indonesia.
Frasa eksosentrik objektif sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- pada kalimat nomor (80) sampai dengan (84) juga mempunyai
distribusi yang tidak sama dengan salah satu unsurnya. Hubungan antarunsur
77
verba dan objek pembentuk frasa bersifat terikat dan keduanya sangat penting
untuk hadir dalam kalimat. Jadi, apabila salah satu unsur pembentuk frasa
eksosentrik objektif pada kalimat dilesapkan, kalimat tersebut secara struktur dan
informasi tidak berterima. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu
unsurnya sebagai berikut.
(80a)* Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat ingin membersihkan.
(80b)* Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat kamar motel nomor 47.
(81a)* Manajer Arsene Wenger pun berharap bisa menambah dengan
mendatangkan Mario Balotelli dari Inter.
(81b)* Manajer Arsene Wenger pun berharap kekuatan di lini depan dengan
mendatangkan Mario Balotelli dari Inter.
(82a)* Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan.
(82b)* Itu artinya dia sedang berusaha isi pikirannya.
(83a)* Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana akan mengirim ke
Afghanistan.
(83b)* Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana sekitar 500 tentara ke
Afghanistan.
(84a)* Maskapai penerbangan Lion Air berencana akan melayani tahun 2009 ini.
(84b)* Maskapai penerbangan Lion Air berencana pengangkutan jamaah haji
Indonesia tahun 2009 ini.
78
3.3.3 Konstituen Berupa Klausa
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk
klausa dalam konstruksi kalimat. Dilihat berdasarkan kemandiriannya klausa
terdiri atas dua bagian, yakni klausa bebas dan klausa terikat. Berikut ini data
berupa klausa sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam
konstruksi kalimat.
3.3.3.1 Konstituen Berupa Klausa Bebas
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk
klausa bebas dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data klausa bebas yang
menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(85) Ia tetap beranggapan Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk
diselamatkan. (T, 1/1/7-9-2009)
(86) Saya berkeyakinan suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan
transportasi di Jakarta. (K, 1/1/8-11-2008)
(87) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri I ndonesia (Kadin) MS Hidayat
berpendapat, Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-
bank untuk melaksanakan fungsi intermediasi. (T, 1/1/3-8-2009)
(88) Bisa-bisa, si dia malah berpikir Anda masih mencintai dan belum bisa
melupakan mantan kekasih. (MI, 1/1/6-6-2009)
79
(89) Ketua Asosiasi Produsen Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansur
berpendapat, merek kemasan murah untuk gula hanya akan menguntungkan
konsumen. (K, 1/1/11-5-2009)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (85)
sampai dengan (89) berkonstruksi sebagai klausa bebas. Klausa bebas sebagai
konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut
secara berturut-turut adalah Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk
diselamatkan, suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan transportasi di
Jakarta, Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-bank untuk
melaksanakan fungsi intermediasi, Anda masih mencintai dan belum bisa
melupakan mantan kekasih, dan merek kemasan murah untuk gula hanya akan
menguntungkan konsumen.
Konstruksi kalimat tersebut dikatakan memiliki klausa bebas karena unsur
pembentuk kalimat yang minimal terdiri atas subjek dan predikat dapat berdiri
sendiri. Bentuk klausa bebas tersebut sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- dapat dipisahkan dalam konstruksi kalimat karena tidak terikat
dengan klausa sebelumnya. Hubungan antara klausa pertama dengan klausa kedua
bersifat bebas dalam arti dapat menjadi kalimat tersendiri. Jadi, apabila salah satu
unsur pembentuk klausa pada konstruksi kalimat dipisahkan, kalimat tersebut
secara struktur dan informasi masih berterima. Hal itu dapat dibuktikan dengan
memisahkan salah satu unsur klausanya sebagai berikut.
(85a) Ia tetap beranggapan.
(85b) Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk diselamatkan.
80
(86a) Saya berkeyakinan.
(86b) Suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan transportasi di Jakarta.
(87a) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri I ndonesia (Kadin) MS Hidayat
berpendapat.
(87b) Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-bank untuk
melaksanakan fungsi intermediasi.
(88a) Bisa-bisa, si dia malah berpikir.
(88b) Anda masih mencintai dan belum bisa melupakan mantan kekasih.
(89a) Ketua Asosiasi Produsen Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansur
berpendapat.
(89b) Merek kemasan murah untuk gula hanya akan menguntungkan konsumen.
3.3.3.2 Konstituen Berupa Klausa Terikat
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk
klausa terikat dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data klausa terikat yang
menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi
kalimat.
(90) SFC tidak berkeberatan andaikata Duric berlaku seperti Precious. (MI,
1/1/26-9-2009)
(91) Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. (K, 1/1/25-
7-2008)
(92) Nyamuk sudah bisa berkembang biak setelah curah hujan relatif kecil. (T,
1/1/15-2-2007)
81
(93) Bolehlah polisi bergembira karena telah melenyapkan Noordin M Top. (MI,
1/1/19-9-2009)
(94) Banyak orang bersedih karena tidak mendapatkan anak yang sangat mereka
impikan. (MI, 1/1/11-8-2009)
Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (90)
sampai dengan (94) berkonstruksi sebagai klausa terikat. Klausa terikat sebagai
konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut
secara berturut-turut adalah andaikata Duric berlaku seperti Precious, ketika ia
duduk di bangku SMP, setelah curah hujan relatif kecil, karena telah
melenyapkan Noordin M Top, dan karena tidak mendapatkan anak yang sangat
mereka impikan. Klausa terikat yang terdapat pada kalimat tersebut ditandai
dengan hadirnya konjungsi, seperti andaikata, meski, bahwa,dan karena.
Konstruksi kalimat tersebut dikatakan memiliki klausa terikat karena unsur
pembentuk kalimat yang minimal terdiri atas subjek dan predikat tidak dapat
berdiri sendiri. Bentuk klausa terikat tersebut tidak dapat dipisahkan dalam
konstruksi kalimat karena merupakan bagian yang dianggap penting sebagai
penjelas klausa pertama. Hubungan antara klausa pertama dengan klausa kedua
yang menjadi penjelas bersifat terikat dan sangat penting untuk hadir dalam
kalimat. Jadi, apabila salah satu unsur pembentuk klausa pada konstruksi kalimat
dipisahkan, kalimat tersebut secara struktur dan informasi tidak berterima. Hal itu
dapat dibuktikan dengan memisahkan salah satu unsur klausanya sebagai berikut.
(90a) SFC tidak berkeberatan.
(90b)* Andaikata Duric berlaku seperti Precious.
82
(91a) Perilaku Ryan banyak berubah.
(91b)* Ketika ia duduk di bangku SMP.
(92a) Nyamuk sudah bisa berkembang biak.
(92b)* Setelah curah hujan relatif kecil.
(93a) Bolehlah polisi bergembira.
(93b)* Karena telah melenyapkan Noordin M Top.
(94a) Banyak orang bersedih.
(94b)* Karena tidak mendapatkan anak yang sangat mereka impikan.
83
Tabel 3. Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
Konstruksi Sintaktis Kalimat Konstituen Pascaverba
KataBentuk Dasar 1. Pembahasan RUU MA Berindikasi Suap
2. Mobil baru berhenti melaju kala menabrak tiang listrik.Suap
Bentuk Turunan melaju
Frasa
Frasa Endosentrik
Koordinatif 3. Semua berpakaian rapi dan trendy. rapi dan trendyAtributif 4. Matahari bersinar sangat terik. sangat terik
Apositif5. Usai sholat, ia bersama sang adik, Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani setiap hari, bermain di halaman masjid.
sang adik, Ahmad Maulana, 9,
Frasa EksosentrikDirektif 6. Biasanya, ia berjualan di Pancoran. di Pancoran.
Objektif7. Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan isi pikirannya.
mengeluarkan isi pikirannya.
KlausaKlausa Bebas
8. Ia tetap beranggapan Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk diselamatkan.
Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk diselamatkan.
Klausa Terikat9. Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP.
ketika ia duduk di bangku SMP.
83
84
Bagan 3.
Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-
84
85
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data pada bab III dapat disimpulkan bahwa
konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam kalimat bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.
(1) Fungsi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-
dapat berupa pelengkap dan keterangan. Pelengkap sebagai konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat berupa pelengkap wajib dan
pelengkap tidak wajib. Keterangan sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- juga dapat berupa keterangan wajib dan keterangan tidak
wajib.
(2) Kategori sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-
terdiri atas nomina atau frasa nominal, verba atau frasa verbal, adjektiva atau
frasa adjektival, frasa numeralia, dan frasa preposisional.
(3) Konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-
yang terdapat dalam kalimat dapat berupa kata, frasa, dan klausa. Kata
sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat berupa bentuk
dasar dan bentuk turunan. Frasa sebagai konstituen pascaverba intransitif
berafiks be(R)- dapat berupa frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa
endosentrik sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat
berupa frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik atributif, dan frasa
85
86
endosentrik apositif. Frasa eksosentrik sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- dapat berupa frasa eksosentrik direktif dan frasa
eksosentrik objektif. Selanjutnya, klausa sebagai konstituen pascaverba
intransitif berafiks be(R)- dapat berupa kalusa bebas dan klausa turunan.
4.2 Saran
Penelitian konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam kalimat
bahasa Indonesia ini belum lengkap atau menyeluruh karena data yang ada
terbatas. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya masih perlu dilakukan agar lebih
komprehensif dengan didukung data-data yang lebih beragam. Penelitian
selanjutnya dapat dilakukan, di antaranya, terhadap sifat kehadiran pelengkap
wajib dan keterangan wajib yang dihubungkan dengan ketransitifan verba,
konstruksi verba, dan kategori pelengkap begitu pula dengan keterangan itu
sendiri. Pengkajian selain ditunjang dari sisi morfologi, sintaksis, dan semantik,
perlu juga dari sisi wacana, sehingga dihasilkan klasifikasi yang lebih lengkap
mengenai sifat kehadiran pelengkap dan keterangan tersebut.
87
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Babdudu, J.S. 1987. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kentjono, Djoko. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fasa UI
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
__________. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
__________. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia
Kushartanti, dkk. 2007. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Parera, J.D. 1990. Morfologi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas RI. 2007. Pedoman
Umum EYD dan Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat. Bandung: Refika Aditama.
__________. 2008. Kajian Morfologi. Bandung: Refika Aditama.
__________. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Ramlan. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono.
__________. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
88
Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
89
DAFTAR KAMUS
Alwi, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
90
DAFTAR SITUS
http://www.google.co.id
http://www.kompas.com
http://www.mediaindonesia.com
http://www.republika.co.id
http://www.tempointeraktif.com
91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Heru Pratikno
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 10 Desember 1986
Agama : Islam
Alamat : Jalan Anggrek 1 Blok J No. 235 RT 13/11 Desa Jatimulya
Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat
17510
No. telepon : 085624624592
Pendidikan Formal : TK Islam Putri Kembar Bekasi 1992-1993
SD Negeri Mulya Jaya Bekasi 1993-1999
SMP Negeri 4 Tambun Selatan 1999-2002
SMA Negeri 1 Tambun Selatan 2002-2005
Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran 2005-2009
Nama Bapak : Sugino
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Ratna Mulyati
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Anggrek 1 Blok J No. 235 RT 13/11 Desa Jatimulya
Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat
17510
92
LAMPIRAN
1. Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan Slovenia. (MI, 1/1/7-5-2008)
2. Konvensi ini berpotensi memicu perpecahan. (MI, 1/1/11-12-2008)
3. Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. (R, 1/1/3-5-2009)
4. APBD DKI Berindikasi Korupsi (R, 1/1/27-2-2008)
5. Selama persidangan ayah pesinetron Fachri Albar itu berkelakuan baik. (MI,
1/1/25-6-2008)
6. Ratusan Karyawan Freeport Berjalan Kaki ke Timika. (MI, 1/1/25-7-2009)
7. Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi Bersiul-siul sepanjang
hari Dengan tak jemu-jemu. (R, 1/1/23-10-2008)
8. Warga berteriak histeris, karena tak ada suara gemuruh mesin pesawat
bernomor registrasi A-1325, namun terdengar suara benda keras yang
menerjang rerimbunan pohon bambu. (R, 1/1/22-5-2009)
9. Jumlah pengangguran bertambah banyak setiap tahunnya karena
pabrik/industri banyak yang gulung tikar/bangkrut. (MI, 1/1/19-5-2008)
10. Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas sendiri
meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang. (T, 1/1/20-1-2008)
11. Proyek ambisius ini bakal berlokasi di Ibu Kota Tallin atau kota besar
lainnya. (R, 1/1/18-5-2009)
12. Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor di Wisma Batavia. (R,
1/1/14-8-2009)
93
13. Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan dengan tim
Thailand. (T, 1/1/6-9-2009)
14. Pemerintah dan DPR berkesempatan untuk membuat UU tentang Pengadilan
Tipikor hingga 19 Desember 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)
15. Presiden Yudhoyono akan bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman
Ali Alatas. (R, 1/1/11-12-2008)
16. Ia sempat berdiskusi dengan pengurus masjid dan bersilaturahmi dengan
jamaah. (T, 1/1/29-7-2009)
17. Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) berdemonstrasi
di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, kemarin. (MI, 1/1/5-11-
2008)
18. Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary sedang berkegiatan di Balikpapan,
Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat, untuk mengikuti acara
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (MI, 1/1/5-11-2008)
19. Kini, jumlah pemeluk Islam semakin bertambah dengan kehadiran para
imigran dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan negara-negara Islam di Asia.
(R, 1/1/18-5-2009)
20. Para pengendara harus berhati-hati saat melewati Jalan Otto Iskandardinata
karena terdapat galian perbaikan jalan di Jakarta Timur, kemarin. (MI, 1/1/11-
12-2008)
21. Sebanyak 23 orang berkebangsaan Thailand, 3 orang lainnya berkebangsaan
Indonesia. (T, 1/1/1-4-2008)
22. Ketika itu, Estonia belum berbentuk negara. (R, 1/1/18-5-2009)
94
23. Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain. (R,
1/1/18-5-2009)
24. Papan itu bergambar sepasang polisi laki-laki dan perempuan dalam sikap
hormat. (K, 1/1/14-8-2008)
25. Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih. (K, 1/1/3-7-2008)
26. Jika kasus itu berindikasi tindak pidana korupsi, selanjutnya dilakukan gelar
perkara. (MI, 1/1/6-10-2008)
27. Lulusan PT Berkesempatan Kerja di Perusahaan Jepang. (R, 1/1/11-7-2009).
28. Saya nggak bisa berhenti menangis. (R, 1/1/14-7-2009)
29. Malam ini Presiden berencana datang bersama dengan PM Badawi. (R,
1/1/11-12-2008)
30. Pemprov DKI Tak Berkewajiban Ganti Rugi Monorel. (K, 1/1/14-5-2009)
31. Saya tidak bermimpi mencetak gol di final. (MI, 1/1/24-8-2008)
32. Sementara itu, seluruh penyusun Undang-Undang yang berasal dari parpol
sudah berkonsentrasi menghadapi Pemilu 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)
33. Dari Indonesia, Amin Suryana berkesempatan besar untuk menyalip Hardi
karena selisih catatan waktu keduanya amat tipis. (T, 1/1/25-8-2003)
34. Saat menuju landasan, pesawat berkecepatan rendah sehingga tidak bisa
bermanuver, (R, 1/1/10-3-2009)
35. Siswi kelas I SMP ini sudah berkegiatan normal seperti rekan-rekan
sebayanya. (T, 1/1/19-1-2009)
95
36. Pelapis dinding atau wallcover ruang tamunya berwarna merah bata, bergaya
retro, dengan motif polkadot seukuran bola pingpong dengan garis-garis
vertikal. (T, 1/1/20-7-2009)
37. Sedangkan perabotnya berwarna cokelat kayu. (T, 1/1/20-7-2009)
38. RUU MA Beraroma "Tak Sedap". (K, 1/1/23-9-2008)
39. Penyerang (Satpol PP) berjumlah 150 orang. (T, 1/1/10-9-2008)
40. Biaya yang dibutuhkan para calon TKI berkisar Rp 5 juta. (K, 1/1/22-12-
2008)
41. Angin dari tenggara-selatan itu berkecepatan 5-22 knot. (MI, 1/1/27-9-2008)
42. Satu porsi full berisi dua lontong. (K, 1/1/3-7-2008)
43. Pimpinan MPR berjumlah lima orang yang terdiri dari 3 anggota DPR dan 2
anggota DPD. (MI, 1/1/3-7-2008)
44. Kalla sudah berkegiatan sejak pagi hari. (R, 1/1/29-7-2009)
45. Kompetisi Liga Singapura berakhir pada 4 November 2009. (MI, 1/1/26-9-
2009)
46. Beberapa perusahaan besar Thailand beroperasi di Kamboja. (R, 1/1/16-10-
2008)
47. Kapal jetfoil itu berlayar dari Pelabuhan Boom Baru, Palembang, dan
mengalami kecelakaan pada jalur pelayaran Bui Merah, Bangka, sekitar pkl.
15.00 hingga 16.00 WIB. (MI, 1/1/27-1-2009)
48. Diah Defawati telah berpindah ke PDIP sekaligus menjadi Caleg partai
pimpinan Megawati Soekarnoputri ini. (MI, 1/1/26-8-2008)
49. Saya berpenyakit asma, bisa mati kalau pakai ekstasi. (T, 1/1/11-5-1999)
96
50. Pembahasan RUU MA Berindikasi Suap (R, 1/1/17-12-2008)
51. LBI juga bersifat profesional, (T, 1/1/16-6-2003)
52. Para petinju wanita ini berkemauan besar untuk mewakili negara di tingkat
dunia. (K, 1/1/13-11-2009)
53. Ketiganya memang berprilaku normal namun semuanya kurang pergaulan.
(R, 1/1/14-7-2009)
54. Para santriwati juga berkesempatan berorganisasi melalui kegiatan
ekstrakurikuler. (R, 1/1/23-12-2008)
55. Selama kurang lebih 30 menit lamanya aparat polsek Abepura berusaha
bertahan dari serangan ratusan warga asal Wamena itu. (MI, 1/1/9-4-2009)
56. Mobil baru berhenti melaju kala menabrak tiang listrik. (R, 29/9/2009)
57. Menurut hitungannya, 68 persen siswa berkemampuan rata-rata. (T, 1/1/1-2-
1999)
58. Tujuh partai berasaskan Pancasila; hanya PKS dan PPP. (R, 1/1/30-4-2009)
59. Ajak anak berbelanja sayur dan buah. (K, 1/1/23-7-2008)
60. Ia berkali-kali menggerakkan atau menggigit bibir. (K, 1/1/17-6-2008)
61. Semua berpakaian rapi dan trendy. (K, 1/1/10-3-2008)
62. “Golkar tidak berpikir soal menang-kalah, tapi lebih menginginkan
terciptanya pemerintahan yang kuat dan stabil.” (R, 1/1/16-4-2009)
63. Guru harus berpenampilan menarik dan penuh percaya diri. (R, 1/1/24-2-
2009)
64. Mereka cocok bekerja sebagai artis, dekorator interior, atau pemandu
wisata. (MI, 1/1/24-9-2009)
97
65. Matahari bersinar sangat terik. (R, 1/1/6-11-2008)
66. Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan nasi kuning. (T, 1/1/20-8-
2008)
67. Ia sebenarnya berpenampilan sangat baik untuk ukurannya. (MI, 1/1/23-10-
2009)
68. Pagi hari, ia sudah berolahraga selama 30 menit di sebuah gimnasium dekat
rumahnya di Chicago. (K, 1/1/30-6-2008)
69. Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan sedikit centil untuk
memamerkan ponselnya. (K, 1/1/7-7-2008)
70. Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel Ehud
Olmert di Yerusalem, kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan
Lebanon. (K, 1/1/9-1-2009)
71. Di sini ia berjumpa Sukri, ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. (T, 1/1/6-7-
2009)
72. Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan
petenis Thailand, Tamarine Tanasugarn, untuk memperebutkan tiket ke
perempat final. (K, 1/1/28-6-2008)
73. Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan "si brondong" Chase
Dreyfous, pada Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal. (T,
1/1/19-11-2008)
74. Usai sholat, ia bersama sang adik, Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani
setiap hari, bermain di halaman masjid. (K, 1/1/25-7-2008)
98
75. Biasanya, ia berjualan di Pancoran. (K, 1/1/18-6-2008)
76. Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi di Indonesia. (K,
1/1/14-8-2008)
77. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung bertolak
ke Bandung, Jawa Barat, setibanya di Jakarta setelah kunjungan kerja selama
tiga hari ke Manado, Sulawesi Utara. (MI, 1/1/15-5-2009)
78. Wasit dan Juri Chris John Berasal dari AS. (R, 1/1/15-10-2009)
79. Sebenarnya aku ingin berkolaborasi dengan Glen Fredly, tapi Afghan lebih
tepat karakter suaranya. (R, 1/1/29-4-2009)
80. Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat ingin membersihkan kamar motel nomor
47. (MI, 1/1/3-10-2009)
81. Manajer Arsene Wenger pun berharap bisa menambah kekuatan di lini depan
dengan mendatangkan Mario Balotelli dari Inter. (R, 1/1/23-10-2009)
82. Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan isi pikirannya. (K, 1/1/17-6-
2008)
83. Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana akan mengirim sekitar
500 tentara ke Afghanistan. (R, 1/1/14-10-2009)
84. Maskapai penerbangan Lion Air berencana akan melayani pengangkutan
jamaah haji Indonesia tahun 2009 ini. (R, 1/1/13-1-2009)
85. Ia tetap beranggapan Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk
diselamatkan. (T, 1/1/7-9-2009)
86. Saya berkeyakinan suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan transportasi
di Jakarta. (K, 1/1/8-11-2008)
99
87. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri I ndonesia (Kadin) MS Hidayat
berpendapat, Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-
bank untuk melaksanakan fungsi intermediasi. (T, 1/1/3-8-2009)
88. Bisa-bisa, si dia malah berpikir Anda masih mencintai dan belum bisa
melupakan mantan kekasih. (MI, 1/1/6-6-2009)
89. Ketua Asosiasi Produsen Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansur
berpendapat, merek kemasan murah untuk gula hanya akan menguntungkan
konsumen. (K, 1/1/11-5-2009)
90. SFC tidak berkeberatan andaikata Duric berlaku seperti Precious. (MI,
1/1/26-9-2009)
91. Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. (K, 1/1/25-7-
2008)
92. Nyamuk sudah bisa berkembang biak setelah curah hujan relatif kecil. (T,
1/1/15-2-2007)
93. Bolehlah polisi bergembira karena telah melenyapkan Noordin M Top. (MI,
1/1/19-9-2009)
94. Banyak orang bersedih karena tidak mendapatkan anak yang sangat mereka
impikan. (MI, 1/1/11-8-2009)
100
RASA TERIMA KASIH
Kebahagian yang luar biasa kurasakan karena pada akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Segala sesuatu itu terjadi semata-mata atas izin
dan kehendak Allah swt. Oleh karena itu, rasa syukur yang sedalam-dalamnya
selalu kutujukan kepada Allah swt. Aku hanya bisa berusaha dengan sungguh-
sungguh dan selalu berserah diri pada-Nya.
Untuk kedua orang tuaku yang takhenti-hentinya memberikan doa dan
tenaganya agar anaknya kelak mendapat kesuksesan. Berkat keringat dan kerja
keras Ayahanda Sugino akhirnya aku bisa menjadi seorang sarjana sastra seperti
sekarang ini. Begitu juga Ibundaku Ratna Mulyati yang selalu memberikan
nasihat dan wejangannya, sehingga aku bisa menyelesaikan studi strata satu
dengan tepat waktu. Untuk Bapak dan Ibuku terima kasih yang sebesar-besrnya
atas seluruh jasa dan pengorbananmu, semua itu akan selalu kuingat dan
kukenang selamanya.
Kepada adik-adikku tercinta Henda Hernawan dan Winda Sulistyawati
yang selalu memberikan motivasi bagiku hingga aku dapat mencapai nilai terbaik
dalam menyelesaikan studi sarjana pertama ini. Semoga nanti engkau dapat
menjadi lebih baik dari padaku dan berhasil mendapatkan apa yang kau cita-
citakan.
Teruntuk kasihku Intan Julides yang takjemu-jemu memberikan bantuan
berupa pikiran dan semangat hidup, sehingga dalam waktu yang relatif cepat
skripsiku ini dapat selesai dengan menyandang predikat mendapat pujian. Segala
101
keikhlasan dan kesabaranmu semoga dapat menjadi kebaikan di kemudian hari.
Amin..
Staf Perpustakaan Fakultas Sastra yang telah berkenan memberikan
prasarana untuk bernaung ketika mengerjakan skripsi ini, sehingga dalam proses
mengerjakan skripsi dari awal sampai akhir mengalami kelancaran.
Bapak Andi sebagai Staf Program Studi Sastra Indonesia yang telah
membantu dalam mempersiapkan administrasi dalam menempuh ujian sidang
sarjana, sehingga pelaksanaan sidang sarjana dapat berjalan dengan tertib dan
memuaskan hati.
Seluruh warga Joko Tarub society, semua saudaraku Sastra Indonesia
2005, kawan-kawan Teater Musim Dingin, rumahku Blue Hikers, panitia PFS,
dan barudak KKNM Ciptarasa kalian itu adalah warna dan bumbu dalam hidupku
selama menjadi mahasiswa Unpad.
-sekian-