KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi...

29
KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL MASYARAKAT DAYAK KENYAH DI KAMPUNG MERASA DALAM PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ETNOGRAFI “LABAK” SKRIPSI PENCIPTAAN SENI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Film dan Televisi Disusun oleh Anindya Nabilah Mega Jayanti NIM: 1410723032 PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2019

Transcript of KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi...

Page 1: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL

MASYARAKAT DAYAK KENYAH DI KAMPUNG MERASA DALAM

PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ETNOGRAFI “LABAK”

SKRIPSI PENCIPTAAN SENI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Strata 1

Program Studi Film dan Televisi

Disusun oleh

Anindya Nabilah Mega Jayanti

NIM: 1410723032

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI

JURUSAN TELEVISI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2019

Page 2: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

i

KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL

MASYARAKAT DAYAK KENYAH DI KAMPUNG MERASA DALAM

PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ETNOGRAFI “LABAK”

SKRIPSI PENCIPTAAN SENI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Strata 1

Program Studi Film dan Televisi

Disusun oleh

Anindya Nabilah Mega Jayanti

NIM: 1410723032

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI

JURUSAN TELEVISI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2019

Page 3: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Page 4: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

iii

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Page 5: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

iv

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Page 6: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dan lagi-lagi hidup adalah mimpi yang harus dihadapi dengan nyata

Meski langkah terasa berat dan terseok-seok, yakinilah tawa selalu

menjadi obat pelipur lara

Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik

Juga seluruh keluarga dan sahabat

Kalian, pelupur laraku, jangan letih-letihnya yakini harapan baik

mengikuti kemana pun kita melangkah

Untuk hati yang selalu menerimaku, apa adanya,

Terima kasih untuk dukungannya

Page 7: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga pada

akhirnya terwujud dan terselesaikan dengan baik seluruh proses pembuatan Skripsi

Penciptaan Karya Seni yang berjudul Konservasi Orangutan dan Perubahan

Generasional Masyarakat Dayak Kenyah di Kampung Merasa dalam

Penyutradaraan Film Dokumenter Etnografi “Labak”, kendati mengalami

beberapa kendala dalam proses pembuatannya. Skripsi Penciptaan Karya Seni ini

dibuat sebagai upaya untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1

di Program Studi Film dan Televisi, Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam,

Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Banyak bimbingan, dukungan, dan bantuan, baik moril maupun materil, dari

berbagai pihak dalam penyusunan Skripsi Penciptaan Karya Seni ini, oleh karena

itu, dengan ketulusan hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih

yang begitu besar kepada:

1. Marsudi, S.Kar., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Seni Media Rekam, Institut

Seni Indonesia Yogyakarta.

2. Agnes Widyasmoro, S.Sn., M.A., selaku Ketua Jurusan Televisi, Fakultas Seni

Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, sekaligus Dosen Wali dan

Dosen Pembimbing I.

3. Raden Roro Ari Prasetyowati, S.H., LL.M., selaku Dosen Pembimbing II.

4. Sazkia Noor Anggraini, M.Sn., selaku Cognate/Penguji Ahli.

5. Arif Sulistiyono, M.Sn., selaku Sekretaris Jurusan Televisi, Fakultas Seni

Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam,

Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

7. Orangtua, Wiwik Wijayati juga adik, Fakhri Putra Effendi dan Felicia

Shellerine Catalya Maukar.

8. Anton Istiantoro, Menik Purwanti, dan Reza Dwi Kurniawan.

Page 8: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

vii

9. Seluruh Tim Produksi sekaligus sahabat yang terlibat dalam pembuatan Film

Dokumenter Etnografi “Labak”: Kurnia Yaumil Fajar, Nurudin Sidiq Mustofa,

Dian Pradipta Shan, Nur Aziz Fajar Surya, dan Ilham Rakan Dhawi.

10. Musa Tingai, Ipung Tulud, Uyang, Jalung, Idam, Jevri, Uring, dan Seluruh

Masyarakat di Kampung Merasa.

11. Hardi Baktiantoro, selaku pendiri Centre for Orangutan Protection serta

seluruh staf karyawan Centre for Orangutan Protection.

12. Keluarga Besar Reksowiredjo.

13. Keluarga Besar Ludin Datuk Bandaro Putih Nan Kayo.

14. Seluruh teman-teman angkatan 2014 Prodi Film dan Televisi, Jurusan Televisi,

Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Banyak hal yang dialami selama proses penyusunan Skripsi Penciptaan Karya

Seni yang jauh dari kata sempurna ini, dikarenakan segala keterbatasan dan

kemampuan yang dimiliki, namun penulis berusaha untuk mempersembahkan

Skripsi Penciptaan Karya Seni ini sebaik-baiknya agar dapat memiliki manfaat bagi

banyak pihak. Penulis akan menerima segala kritik dan saran yang membangun

dalam perbaikan kedepan. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis

mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan dalam penyusunan

penulisan, dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 28 Mei 2019

Anindya Nabilah Megajayanti

Page 9: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

viii

DAFTAR ISI

SKRIPSI PENCIPTAAN SENI ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xiii

ABSTRAK .......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penciptaan ................................................................... 1

B. Ide Penciptaan Karya ........................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan ........................................................... 7

D. Tinjauan Karya ..................................................................................... 7

BAB II OBJEK PENCIPTAAN DAN ANALISIS ........................................... 15

A. Objek Penciptaan................................................................................ 15

1. Orangutan ...................................................................................... 15

2. Centre for Orangutan Protection .................................................. 17

3. Dayak Kenyah ............................................................................... 21

4. Kampung Merasa........................................................................... 23

5. Jevri ............................................................................................... 25

6. Musa Tingai ................................................................................... 26

B. Analisis Objek Penciptaan ................................................................. 27

BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................ 30

A. Film Dokumenter ............................................................................... 30

B. Etnografi ............................................................................................. 32

C. Gaya Observasional............................................................................ 35

D. Penyutradaraan ................................................................................... 36

E. Struktur Dialektik ............................................................................... 38

BAB IV KONSEP KARYA ................................................................................ 40

A. Konsep Penciptaan ............................................................................. 40

1. Konsep Penyutradaraan ................................................................. 41

2. Konsep Penulisan Naskah ............................................................. 43

3. Konsep Sinematografi ................................................................... 44

4. Konsep Pencahayaan ..................................................................... 45

Page 10: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

ix

5. Konsep Tata Suara ......................................................................... 46

6. Konsep Editing .............................................................................. 47

B. Desain Produksi.................................................................................. 48

1. Desain Film ................................................................................... 48

2. Desain Produksi ............................................................................. 49

BAB V PERWUJUDAN DAN PEMBAHASAN KARYA .............................. 57

A. Proses Perwujudan Karya................................................................... 57

1. Praproduksi .................................................................................... 58

2. Produksi ......................................................................................... 66

3. Paskaproduksi ................................................................................ 72

B. Pembahasan Karya ............................................................................. 75

C. Kendala dalam Perwujudan Karya ................................................... 107

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 109

A. Kesimpulan....................................................................................... 109

B. Saran ................................................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112

LAMPIRAN ....................................................................................................... 115

Page 11: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Still Film Lukas’ Moment. .............................................................. 8

Gambar 1.2 Screenshot salah satu tokoh yang sedang berbicara mengenai

kegiatannya pada Aryo .................................................................... 9

Gambar 1.3 Screenshot Aryo Danusiri berinteraksi dengan salah satu tokoh. ... 9

Gambar 1.4 Poster “Negeri di Bawah Kabut”. .................................................. 10

Gambar 1.5 Screenshot suasana hujan dan kabut yang membangun

suasana dalam film ........................................................................ 11

Gambar 1.6 Screenshot perbincangan tokoh-tokoh dalam film ........................ 12

Gambar 1.7 Poster “Virunga”. .......................................................................... 13

Gambar 1.8 Screenshot Taman Nasional Virunga aerial shot .......................... 14

Gambar 1.9 Hubungan animal keeper dengan gorila ........................................ 14

Gambar 2.1 Orangutan Popi yang sedang bermain di sekolah hutan. ............... 16

Gambar 2.2 Pos pemantauan pulau konservasi orangutan COP ....................... 18

Gambar 2.3 Murid sekolah hutan sedang menikmati santap pagi ..................... 20

Gambar 2.4 Peta Topografi Kampung Merasa .................................................. 24

Gambar 2.5 Jevri dan Orangutan Popi .............................................................. 25

Gambar 2.6 Musa Tingai dan Ipung Tulud ....................................................... 26

Gambar 3.1 Venn Diagram Direct Cinema, Observational Cinema, dan

Cinema Vérité oleh Tobias Deml .................................................. 35

Gambar 5.1 Screenshot hutan yang lebat .......................................................... 78

Gambar 5.2 Screenshot hamparan pohon kelapa sawit ..................................... 79

Gambar 5.3 Screenshot judul film ..................................................................... 79

Gambar 5.4 Screenshot establish shot Kampung Merasa ................................. 80

Gambar 5.5 Macam-macam aspek rasio ........................................................... 80

Gambar 5.6 (a,b) Screenshot ciri perubahan generasional ................................ 81

Gambar 5.7 (a,b) Screenshot pengenalan karakter Jevri di ladang ................... 81

Gambar 5.8 (a,b) Screenshot sepatu yang menjadi benda simbolik untuk

menyampaikan relasi antara Pak Musa dan Jevri .......................... 82

Gambar 5.9 Screenshot penerapan long take ketika Jevri dan Pak Musa

mengumpulkan padi kering di ladang ........................................... 82

Gambar 5.10 (a,b) Screenshot penerapan prinsip garis imajiner arah gerakan ... 83

Gambar 5.11 (a,b,c,d) Screenshot eksterior dan interior rumah keluarga

Pak Musa ....................................................................................... 84

Gambar 5.12 (a,b) Screenshot gerakan kamera tilt up yang bertujuan untuk

menunjukkan ideologi Pak Musa .................................................. 84

Gambar 5.13 (a,b) Screenshot Jevri dan Pak Musa berbincang di teras rumah. . 85

Gambar 5.14 Screenshot identitas Centre for Orangutan Protection ................. 86

Gambar 5.15 Screenshot Jevri menggunakan rokok elektronik .......................... 87

Page 12: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

xi

Gambar 5.16 Screenshot Jevri mencuci pakan untuk orangutan ......................... 87

Gambar 5.17 Screenshot beruang yang merupakan satwa liar terancam

punah ............................................................................................. 88

Gambar 5.18 Screenshot Pak Musa berbicara dengan Mak Ipung...................... 89

Gambar 5.19 Screenshot Pak Musa mencari baju untuk dikenakan ................... 89

Gambar 5.20 Screenshot Pak Musa memantau jeratnya dari atas bukit. ............ 90

Gambar 5.21 (a,b,c,d) Screenshot Pak Musa membenarkan jeratnya ................. 90

Gambar 5.22 Screenshot penggunaan teknik handheld ketika mengikuti

kegiatan Pak Musa ......................................................................... 91

Gambar 5.23 Screenshot Jevri memberi pakan kepada orangutan ...................... 91

Gambar 5.24 Screenshot orangutan yang sedang menikmati pakannya ............. 92

Gambar 5.25 Screenshot Jevri membersihkan kandang orangutan ..................... 93

Gambar 5.26 Screenshot penggunaan komposisi segitiga emas ......................... 93

Gambar 5.27 Screenshot tambang batu bara yang terlihat dari perahu ............... 94

Gambar 5.28 Screenshot Pak Musa membelah buah cokelat sambil bercerita ... 94

Gambar 5.29 Screenshot asap blasting tambang batu bara ................................. 95

Gambar 5.30 Screenshot Pak Musa mengasah parangnya .................................. 95

Gambar 5.31 Screenshot Pak Musa menunjukkan kayu yang biasa ia pakai

untuk membuat jerat ...................................................................... 96

Gambar 5.32 Screenshot jerat. ............................................................................ 96

Gambar 5.33 Screenshot beruang yang terkena jerat .......................................... 97

Gambar 5.34 Screenshot suasana kamp saat hujan ............................................. 97

Gambar 5.35 Screenshot briefing sebelum pergi bekerja.................................... 98

Gambar 5.36 Screenshot poster di dinding kamp................................................ 99

Gambar 5.37 Screenshot orangutan Unyil memandang Jevri yang sedang

memberikan susu ......................................................................... 100

Gambar 5.38 Screenshot orangutan yang bermain di sekolah hutan. ............... 100

Gambar 5.39 Screenshot Jevri menulis laporan kegiatan di sekolah hutan ...... 100

Gambar 5.40 Screenshot hubungan Jevri dengan orangutan

yang dirawatnya........................................................................... 101

Gambar 5.41 Screenshot Pak Musa menguliti beruang hasil buruannya .......... 101

Gambar 5.42 Screenshot pembeli yang membeli daging .................................. 102

Gambar 5.43 Screenshot penerapan set on location tanpa perubahan latar ...... 102

Gambar 5.44 Screenshot re-establish shot suasana rumah sore hari ................ 103

Gambar 5.45 Screenshot pondok di kebun Pak Musa di mana terdapat

perbincangan warga mengenai tambang batu bara ...................... 104

Gambar 5.46 Screenshot Pak Musa melihat ke arah tambang batu bara .......... 104

Gambar 5.47 (a,b,c,d,e,f) Screenshot closing film dokumenter “Labak” ......... 106

Gambar 5.48 Screenshot foto Jevri dan Pak Musa. ........................................... 106

Page 13: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Treatment Dokumenter ......................................................................... 51

Tabel 4.2 Alat yang Digunakan ............................................................................ 52

Tabel 4.3 Estimasi Biaya....................................................................................... 53

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan .................................................................................... 56

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Produksi Film Dokumenter “Labak” .......................... 67

Page 14: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Tahapan Proses Penciptaan Film Dokumenter “Labak” .................. 57

Page 15: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

xiv

ABSTRAK

Film dokumenter etnografi “Labak” mengangkat tentang keseharian pola

hidup dan interaksi sosio-kultural antara anak dan ayah dari sebuah keluarga suku

Dayak Kenyah Uma Baha yang mempunyai bidang pekerjaan berbeda. Anak yang

lebih memilih bekerja di lembaga konservasi orangutan daripada mengikuti jejak

ayahnya yang masih melakukan ekonomi tradisional yaitu berburu sebagai mata

pencaharian. Berburu dianggap sebagai salah satu aspek yang menyebabkan

kelangkaan satwa liar di Indonesia, termasuk orangutan, meski pun terdapat aspek

lain seperti pembabatan hutan oleh perusahaan-perusahaan industri yang secara

langsung menimbulkan risiko lebih besar bagi orangutan maupun masyarakat adat

yang budaya dan penghidupannya bergantung pada hutan.

Film ini dibuat dengan metode etnografi dan gaya observasional yang bersifat

observasi partisipasi dimana dokumentaris tak hanya mengamati masyarakat yang

akan diteliti, namun juga berupaya untuk menyatu dalam kehidupan sosio-kultural

mereka. Pengamatan yang dilakukan meliputi pola perilaku, keyakinan, bahasa

lokal, dan nilai kultural yang dianut dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil karya yang telah diwujudkan dapat disimpulkan bahwa

pilihan pekerjaan yang berbeda antara anak dan ayah bisa dikatakan sebagai

perubahan generasional yang sebenarnya tersebar secara luas di masyarakat.

Sebagai pembacaan yang lebih luas, permasalahan hutan hari ini adalah

permasalahan bersama yang perlu ditelaah dari berbagai aspek.

Kata kunci : Konservasi, Perubahan Generasional, Masyarakat Dayak Kenyah,

Film Dokumenter

Page 16: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah alam dengan

keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Tercatat dalam buku Kekinian

Keanekaragaman Hayati Indonesia (Widjaja et al. 2014, 78-79) bahwa Indonesia

memiliki berbagai jenis fauna endemik berupa 270 jenis mamalia, 386 jenis burung,

328 jenis reptil, 204 jenis amphibia, dan 280 jenis ikan. Sementara itu, Indonesia

juga menduduki posisi keempat dalam hal jumlah spesies yang terancam punah.

Satwa liar semakin sedikit, bahkan beberapa jenis sudah sangat jarang ditemukan.

Banyak satwa endemik Indonesia berada pada status populasi yang dikhawatirkan

akan punah, meskipun 294 spesies di antaranya sudah dilindungi oleh Undang-

Undang, salah satunya ialah orangutan.

Karakteristik orangutan secara DNA hampir sama dengan manusia. Angka

kesamaan tersebut mencapai 97% sehingga menjadikannya spesies yang memiliki

keunikan tersendiri. Orangutan terbagi menjadi dua sub-spesies yaitu orangutan

Sumatra (pongo abelii) dan orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus). Pada tahun

2017 yang lalu, seluruh dunia merayakan penemuan sub-spesies orangutan baru,

yaitu orangutan Tapanuli yang berada di Tapanuli, Sumatra Utara. Tahun

sebelumnya, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan

status orangutan Kalimantan naik dari level terancam punah menjadi kritis

terancam punah, akibat dari populasi yang terus berkurang sejak tahun 1970an, dan

selanjutnya akan terus menurun menjadi sekitar 47.000 orangutan pada tahun 2025.

Diperkirakan 2.000 hingga 3.000 orangutan telah dibunuh setiap tahunnya dalam

empat dekade terakhir.

Penyebab utama menurunnya populasi ialah hutan hujan dataran rendah

sebagai habitat dari orangutan semakin bersaing ketat dengan perluasan wilayah

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembukaan hutan untuk lahan pertanian,

Page 17: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

2

pemukiman, industri, dan kegiatan lain yang menguras sumber daya alam

berlangsung terus dengan pertambahan volume dan kecepatan yang begitu tinggi,

salah satunya yaitu pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Situasi ini

didorong oleh permintaan pasar global yang besar untuk kelapa sawit sebagai

minyak nabati dan biofuel. Kelapa sawit sebagai minyak nabati bisa meningkatkan

diet sehat yang digunakan dalam pembuatan makanan, perawatan kecantikan, dan

produk konsumen lainnya. Minyak kelapa sawit sebagai biofuel bisa mengurangi

emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sayangnya, banyak

orang tidak menyadari bahwa keputusannya untuk mengikuti gaya hidup konsumtif

sangat mempengaruhi keutuhan hutan rimba, yang secara langsung maupun tidak

langsung menyebabkan kematian orangutan.

Kegiatan pembangunan sesungguhnya secara fisik juga telah mendekatkan

manusia dengan orangutan. Pada saat vegetasi pakan alami berkurang, orangutan

terpaksa mengusik kehidupan manusia yang merambah habitat mereka dengan

memasuki wilayah sekitar pemukiman, seperti kebun dan ladang masyarakat,

sehingga orangutan seringkali dianggap sebagai hama yang harus diberantas.

Orangutan dipukuli dengan tongkat kayu atau jeruji besi, disiram bensin dan

dibakar, dijepit di jaring atau diikat dengan kawat yang menembus daging mereka.

Para pemburu melihat kesempatan ini sebagai jalan mendapatkan orangutan untuk

meraup keuntungan, sehingga seringkali ibu orangutan terbunuh saat bayinya

diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan. Tengkorak orangutan diperdagangkan

untuk dijadikan hiasan dan kerajinan tangan. Saat ini, pelaku perburuan dan

perdagangan orangutan dihukum rata-rata paling berat 2 tahun penjara atau masih

di bawah ketentuan hukuman maksimal 5 tahun dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. Hukuman ini tidak memberikan efek jera bagi para pelaku dan

memicu terus berlangsungnya kejahatan.

Orangutan menjadi satu contoh dari sekian banyak satwa liar lainnya yang

terancam punah. Permasalahan menurunnya populasi orangutan salah satunya

disebabkan oleh perilaku manusia terhadap lingkungannya. Padahal orangutan

adalah satwa yang sangat membantu dalam regenerasi tumbuhan di hutan. Daya

Page 18: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

3

jelajah dan variasi makanannya akan menjaga keberlangsungan tumbuhan dengan

cepat. Menjaga populasi orangutan berarti menyelamatkan hutan sebagai sumber

dari banyak kehidupan. Sekarang ini, jumlah gerakan untuk konservasi orangutan

banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Gerakan-gerakan tersebut biasanya

dimotori oleh organisasi pemerhati satwa, lingkungan, atau memang secara khusus

berkonsentrasi pada konservasi orangutan seperti Centre for Orangutan Protection

(COP).

COP merupakan satu-satunya lembaga konservasi orangutan yang dibuat dan

dikelola oleh putra-putri Indonesia. Didirikan pada tahun 2007 oleh Hardi

Baktiantoro. COP bekerja memerangi kejahatan dan kekejaman terhadap orangutan

beserta habitatnya dengan cara menyelidiki, mendokumentasikan, membongkar,

dan jika perlu berkonfrontasi langsung melawan penjahat yang mengancam

kelangsungan hidup orangutan. COP bekerja menyelamatkan satwa liar yang

terancam bahaya dan menciptakan kesempatan kedua bagi orangutan untuk hidup

lebih baik di alam liar maupun dalam pemeliharaan dengan membuat COP Borneo,

Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan yang berada di Labanan, Kabupaten

Berau, Kalimantan Timur.

COP adalah organisasi yang sangat ramping, dijalankan hanya oleh beberapa

orang staf dan dibantu oleh ratusan anggota sukarelawan yang dinamakan

Orangufriends. COP sangat menghargai sukarelawannya yang multikultur serta

menghargai kesetaraan gender. Pekerjanya pun berasal dari latar belakang yang

berbeda, salah satunya ialah Jevri, seorang pemuda suku Dayak Kenyah dengan

subsuku Uma Baha dari Kampung Merasa, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau,

Kalimantan Timur. Kampung yang hanya berjarak ±13 km dari COP Borneo.

Jevri berasal dari latar belakang keluarga pemburu. Mayoritas masyarakat

Dayak Kenyah Uma Baha di Kampung Merasa masih melakukan aktivitas berburu,

bertani, dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Saat ini, ayah Jevri masih

aktif melakukan perburuan liar di hutan-hutan sekitar kampung. Hal tersebut tidak

lantas menjadikan Jevri berhasrat meneruskan jejak ayahnya, meskipun

sebagaimana pemuda Dayak pada umumnya, ilmu berburu telah diturunkan oleh

Page 19: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

4

orangtuanya sejak ia berusia 12 tahun, namun Jevri lebih memilih untuk

mendedikasikan dirinya sebagai animal keeper yang memiliki tugas untuk merawat

orangutan di Centre for Orangutan Protection.

Perubahan generasional terjadi karena hadirnya lapangan pekerjaan baru

seiring dengan berkembangnya teknologi. Selain telah memilih pekerjaan untuk

mengabdi pada alam dengan merawat orangutan, Jevri juga tidak tergiur untuk

bekerja pada perusahaan-perusahaan tambang dan sawit di dekat rumahnya yang

menawarkan pendapatan cukup besar. Berdasar latar belakang permasalahan

tersebut, kondisi ini dapat dijadikan sebuah film dokumenter. Film dokumenter

secara disadari adalah bagian dari media yang dapat membantu penontonnya

memahami dunia yang ditempati, serta membantu dalam menentukan peran dalam

bermasyarakat. Diharapkan dengan adanya film ini, masyarakat lebih sadar bahwa

alam diciptakan tidak hanya untuk manusia, tapi juga untuk makhluk-makhluk lain

seperti binatang dan tumbuhan.

Film ini menampakkan kontradiksi dari perbedaan pilihan pekerjaan Jevri dan

Bapak Musa yang akan membawa penonton pada tingkat emosional tertentu. Film

dokumenter dengan judul “Labak” ini akan dikemas menggunakan metode

etnografi dan gaya observasional. Metode etnografi digunakan untuk

mengidentifikasi perilaku dan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa

subjek, serta untuk memahami karakteristik sosial budaya pada suku Dayak Kenyah

Uma Baha di Kampung Merasa dan konservasi orangutan di Centre for Orangutan

Protection, dengan melakukan pengamatan yang dilihat dari pola-pola aktivitas

subjek, seperti pola perilaku, pola interaksi, dan pola tindakan.

Pada film ini, gaya observasional digunakan karena kekuatan dokumenter

untuk menjadi ‘mata’ pada masyarakat dengan cara yang melampaui kekuatan

pengamatan manusia. Suasana dari kejadian yang berlangsung, bahasa tubuh dan

kontak mata, intonasi dan nada suara, akan membangun logika drama dari dunia

nyata. Melalui gaya observasional, alur dan plot dibentuk berdasarkan kejadian

nyata pada aktivitas sehari-hari subjek yang terekam kamera dan disusun

Page 20: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

5

sedemikian rupa hingga menjadi sebuah film dengan cerita yang memiliki alur dan

konflik menarik.

B. Ide Penciptaan Karya

Ide penciptaan karya seni audio visual dalam bentuk film dokumenter

etnografi berjudul “Labak” bersumber dari ketertarikan pribadi dengan orangutan,

serta keinginan untuk melihat langsung habitat dari orangutan dan keanekaragaman

hayati di Indonesia yang sedang terancam. Atas dasar tersebut, dilanjutkan riset ke

lembaga konservasi orangutan dan mencari pekerja konservasi yang akan dijadikan

subjek film dokumenter ini. Hingga pada akhirnya bertemu dengan Jevri (20) yang

berprofesi sebagai animal keeper di Centre for Orangutan Protection (COP).

Berbekal dari informasi awal yang digali lewat situs-situs di internet serta

wawancara dengan pekerja dan sukarelawan di COP, riset saat itu lebih

menekankan pada keakuratan informasi yang ada di pernyataan-pernyataan

narasumber dan juga mencari tahu tentang keseharian dari subjek.

Masalah yang akan diangkat dalam film yaitu mengenai konservasi orangutan

dan perubahan generasional pada masyarakat Dayak Kenyah Uma Baha di

Kampung Merasa. Orangutan sebagai satwa endemik dari Kalimantan dan Sumatra

memang sudah seharusnya dilindungi dan dijaga populasinya oleh masyarakat

Indonesia, khususnya masyarakat di sekitar habitat tempat tinggal orangutan

tersebut. Menurut Maunati (2004:155), ia melihat perubahan generasional di

masyarakat Dayak tersebar secara luas, dalam hal berburu, misalnya. Sikap orang-

orang muda terhadap cara berburu ‘tradisional’ Dayak sudah berubah karena

adanya situasi-situasi yang baru. Ini tampak kontras dengan sikap generasi tua yang

cenderung mengagungkan masa lalu. Sedang dalam pembuatan film ini, perubahan

generasional tampak dari perubahan dalam pemilihan profesi dari ‘tradisional’ ke

arah yang lebih modern, yakni bekerja di lembaga konservasi.

Judul “Labak” diambil dari bahasa Dayak Kenyah Uma Baha yang dalam

Bahasa Indonesia berarti “Jerat”. Kata labak pertama kali muncul saat melihat

Bapak Musa menggunakan jerat sebagai perangkap saat berburu. Pada dunia

Page 21: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

6

konservasi, jerat dianggap berbahaya bagi satwa liar yang dilindungi, tak terkecuali

orangutan. Pada spektrum yang lebih besar, Bapak Musa dan Jevri sebagai warga

Kampung Merasa juga turut ‘terjerat’ oleh kondisi alam yang terganggu oleh

kehadiran sawit dan tambang. Film ini nantinya akan terbagi menjadi 4 segmen.

Segmen pertama memperkenalkan keanekaragaman hayati di Kalimantan

sebagai habitat dari orangutan dan berbagai satwa liar lainnya. Segmen kedua

memperlihatkan aktivitas Jevri sebagai animal keeper, bagaimana dia bekerja dan

hubungannya dengan orangutan yang dirawat, untuk melihat bagaimana konservasi

bekerja. Segmen ketiga, memperlihatkan aktivitas Bapak Musa, ayah dari Jevri,

yang masih menjalani ekonomi tradisional Dayak, yakni berburu. Mempertebal

gambaran atas perubahan generasional pada masyarakat Dayak Kenyah Uma Baha.

Di mana berburu dan berladang merupakan mata pencaharian utama mereka.

Segmen keempat merupakan bagian yang menunjukkan hubungan Jevri dan Bapak,

laku Jevri sebagai seorang anak, dan Bapak Musa sebagai kepala keluarga.

Menunjukkan keduanya melakukan pekerjaan untuk tetap hidup di tengah kesulitan

yang hadir oleh masuknya perusahaan-perusahaan tambang dan sawit.

Sudah begitu banyak orang asing yang meliput tentang masalah konservasi di

negeri ini, tetapi, belum ada yang mengangkat tentang perilaku manusia khususnya

masyarakat adat setempat yang berkontribusi dalam suatu lembaga konservasi

orangutan untuk melihat interaksi antara manusia dengan lingkungan alam.

Tujuannya agar masyarakat urban, khususnya generasi muda lebih sadar terhadap

lingkungan. Bahwasannya, permasalahan hutan hari ini adalah permasalahan

bersama yang perlu ditelaah dari berbagai aspek. Ekonomi tradisional yang masih

dilakukan oleh sebagian masyarakat Dayak, bisa jadi bukan satu-satunya aspek

yang membuat kelangkaan dari satwa liar. Juga ada aspek lain, yakni pembukaan

lahan yang secara langsung merusak habitat asli dari aneka satwa liar, termasuk

orangutan. Hutan berkualitas tentunya mendukung kehidupan seluruh makhluk

hidup yang ada di bumi ini, tak terkecuali kehidupan manusia.

Page 22: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

7

C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan

Tujuan penciptaan karya seni dengan judul Konservasi Orangutan dan

Perubahan Generasional Masyarakat Dayak Kenyah Di Kampung Merasa dalam

Penyutradaraan Film Dokumenter Etnografi “Labak” yaitu:

1. Menciptakan film dokumenter yang memberikan informasi tentang

konservasi orangutan dan perubahan generasional masyarakat Dayak

Kenyah Uma Baha di Kampung Merasa, khususnya dalam bidang

pekerjaan.

2. Menciptakan teknik pembuatan film dokumenter dengan metode

etnografi dan gaya observasional.

3. Menghadirkan tayangan yang informatif dan menarik untuk seluruh

masyarakat Indonesia.

Manfaat yang diharapkan dari penciptaan film dokumenter “Labak” yaitu:

1. Menjadi bahan bagi masyarakat agar lebih sadar dalam menjaga satwa

liar yang terancam punah dan habitatnya.

2. Masyarakat bisa mengenal proses rehabilitasi dan reintroduksi orangutan

melalui orang-orang yang berperan aktif dalam Centre for Orangutan

Protection.

3. Menambah pengetahuan mengenai masyarakat Dayak Kenyah, terutama

dalam ekonomi berburu.

D. Tinjauan Karya

Untuk membantu memberi gambaran tentang metode dan teknik yang akan

digunakan dalam pembuatan film dokumenter “Labak”, maka diperlukan beberapa

sumber yang akan menjadi acuan karya di antaranya:

1. “Lukas’ Moment”

Sutradara : Aryo Danusiri

Page 23: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

8

Negara : Indonesia

Tahun : 2005

Durasi : 60 menit

Gambar 1.1 Still Film Lukas’ Moment.

Sumber: https://ragamnetworks.wordpress.com

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

“Lukas’ Moment” adalah film dokumenter etnografi yang

menceritakan tentang Lukas, seorang nelayan muda dari suku Marind yang

tinggal di pinggiran kota Merauke, Papua. Lukas ingin membiayai sendiri

pendidikannya dengan cara memulai usaha distribusi udang dari bantuan

modal sebuah lembaga. Ia berusaha untuk menjual tangkapannya ke pasar

tanpa melalui cukong, dan hal tersebut tampaknya menjadi masalah. Lukas

mengalami berbagai konflik yang rumit dalam kehidupan pribadi maupun

secara sosial. Fenomena yang dihadirkan menunjukkan bahwa satu peristiwa

menjelaskan peristiwa lainnya yang lebih besar, seperti ketidakadilan pasar

global, ‘tipu-tipu’ ditingkatan yang lebih besar dan sebagainya.

Sutradara pada film ini ingin membuat penonton melihat film sebagai

konstruksi. Dalam berbagai adegan dan obrolan, ia memperlihatkan bahwa

ada pembuat film yang sedang merekam subjek, bisa dilihat dari penggunaan

teknik handheld dan long take shot, serta interaksi antara pembuat film dan

subjek dalam film yang terjalin dengan apa adanya tanpa wawancara formal.

Aryo Danusiri tentunya telah melakukan penelitian yang mendalam sebelum

melakukan proses perekaman. Ia pun ikut serta dalam beraktivitas dan

Page 24: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

9

berbaur dengan masyarakat setempat sehingga mampu menghasilkan sebuah

film yang tidak begitu berjarak dengan subjek.

Gambar 1.2 Screenshot salah satu tokoh yang sedang berbicara

mengenai kegiatannya pada Aryo.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=DDeVmS9d-Zg

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

Gambar 1.3 Screenshot Aryo Danusiri berinteraksi dengan salah satu tokoh.

Terlihat kedekatan yang terjalin lewat kamera.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=DDeVmS9d-Zg

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

Pendekatan dengan menggunakan etnografi inilah yang akan

diaplikasikan pada penciptaan film dokumenter “Labak”, untuk

menggambarkan kedekatan (intimacy) lewat kamera. Pembuat film akan

melakukan observasi sambil berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas subjek,

mengacu pada etnografi itu sendiri yang bertujuan untuk belajar dari

Page 25: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

10

masyarakat, selain itu, untuk membuat sebuah film etnografi yang

membangun struktur sosial dan budaya pada masyarakat suku Dayak Kenyah

Uma Baha di Kampung Merasa, dan proses konservasi orangutan oleh Centre

for Orangutan Protection, serta untuk memahami permasalahan yang ada di

balik berbagai aktivitas subjek sehari-hari. Pembuat film –seperti

Antropolog– berhak untuk memiliki pandangan personal atas berbagai

peristiwa sosial yang tidak beresonansi dengan semangat pribadi mereka,

namun hal tersebut tidak seharusnya memengaruhi perangai ketika

diharuskan berinteraksi dengan siapa saja yang ditemui di lapangan.

2. “Negeri di Bawah Kabut”

Gambar 1.4 Poster “Negeri di Bawah Kabut”.

Sumber: kompasiana.com

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

Sutradara : Shalahuddin Siregar

Negara : Indonesia

Tahun : 2011

Page 26: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

11

Durasi : 105 menit

Film “Negeri di Bawah Kabut” menceritakan tentang kehidupan sehari-

hari dua keluarga petani di desa Genikan yang terletak di lereng Gunung

Merbabu, Jawa Tengah. Keluarga pertama adalah pasangan suami istri

bernama Muryati dan Sudardi dengan dua anak laki-laki mereka. Keluarga

kedua ialah keluarga Arifin, murid tingkat akhir Sekolah Dasar setempat.

Muryati dan Sudardi berusaha memahami kenapa hujan turun lebih banyak

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Gagal panen dan harga jual yang

terlalu murah menjadi ancaman. Sementara itu, Arifin dihadapkan pada

pertanyaan mengenai masa depan seperti apa yang ditawarkan kepadanya.

Pada usia yang masih sangat muda, dia harus berhadapan dengan sistem

sekolah negeri yang kompleks. “Negeri di Bawah Kabut” membawa

penonton melihat lebih dekat bagaimana perubahan musim, pendidikan, dan

kemiskinan saling berkaitan satu sama lain.

Gambar 1.5 Screenshot suasana hujan dan kabut yang membangun suasana dalam film.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=fl7gB1LoBdM

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

Film ini dibuat dengan gaya observasional, di mana film disampaikan

melalui kata, perbuatan, dan sudut pandang subjek, tanpa pengaturan tempat,

musik latar, efek suara, intertitles, atau narator. Film ini mengajak penonton

untuk mengobservasi secara langsung kehidupan sehari-hari para petani. Film

hadir sebagai sebuah perjalanan emosi yang dirasakan secara visual. Kabut

tebal yang menyelimuti, derai hujan yang membasahi tanah, dan obrolan-

obrolan ringan tidak lagi menjadi tontonan namun bagian dari pengalaman

Page 27: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

12

psikologis yang mendalam. Gaya observasional dalam film ini akan dijadikan

tinjauan karya pada penciptaan film dokumenter “Labak”. Menekankan pada

sisi psikologis dan sosial subjek dengan menggunakan teknik penceritaan

yang tidak membosankan sehingga penonton dapat merasakan tekanan dan

tantangan emosional yang dihadapi subjek dalam film, yaitu Jevri dan Bapak

Musa, supaya penonton merasa dekat dan terlibat dalam persoalan yang

sedang dihadapi oleh subjek dalam perannya masing-masing.

Gambar 1.6 Screenshot perbincangan tokoh-tokoh dalam film

yang berjalan dengan apa adanya.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=fl7gB1LoBdM

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

3. “Virunga”

Sutradara : Orlando von Einsiedel

Negara : Congo

Tahun : 2014

Durasi : 100 menit

“Virunga” adalah sebuah film dokumenter yang mengungkapkan

kejadian penuh gejolak dan menggemparkan di Taman Nasional Virunga

yang terletak di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Virunga

merupakan situs Warisan Dunia UNESCO. Diperankan oleh empat tokoh

utama yang heroik (penjaga taman, direktur taman, perawat gorila, dan

jurnalis) yang bertekad untuk menyelamatkan penduduk asli, satwa liar, dan

ekosistem berharga di daerah kaya mineral tersebut, menghadapi penjahat

Page 28: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

13

tingkat tinggi yang ingin mengeksploitasi sumber daya di Virunga dengan

segala cara, salah satunya dengan mengambil keuntungan dari konflik di

antara milisi lokal. Perlindungan terhadap gorila merupakan isu utama, jika

gorila punah, alasan terpenting untuk mencegah tereksploitasinya taman akan

hilang.

Gambar 1.7 Poster “Virunga”.

Sumber: http://www.imdb.com/title/tt3455224/

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

Pada penciptaan film dokumenter “Labak” akan menggunakan film

“Virunga” sebagai tinjauan karya dari segi teknis sinematografi dan editing.

Terlebih tema yang diangkat hampir sama, yakni tentang pelestarian alam.

Hal yang membedakan terdapat pada pembahasannya. Film “Virunga”

menceritakan konflik yang terjadi antara para penjaga taman dengan

perusahaan minyak (SOCO) dan pendukungnya, sedangkan film “Labak”

lebih menceritakan pada kontradiktif pekerjaan antara ayah yang bekerja

sebagai pemburu dan anaknya yang bekerja sebagai konservasionis.

Perbedaan juga terdapat pada gaya yang diangkat, jika “Virunga”

menggunakan gaya perfomatif, “Labak” menggunakan gaya observasional.

Perancangan konsep sinematografi yang baik dalam film “Virunga”

menentukan terwujudnya gambar dari setiap adegan yang menawan.

Komposisi, angle, dan shot size yang ada pada film ini sangat menarik dan

Page 29: KONSERVASI ORANGUTAN DAN PERUBAHAN GENERASIONAL …digilib.isi.ac.id/5729/1/Bab I.pdf · menjadi obat pelipur lara Teruntuk Ayah, Ibu, dan Adik Juga seluruh keluarga dan sahabat Kalian,

14

tidak membosankan. Sudut pengambilan gambar dan pergerakan gambar

yang beragam membuat informasi dari visual dapat tersampaikan dengan

baik, sedangkan editing yang digunakan adalah editing continuity dengan

beberapa teknik seperti slow motion.

Gambar 1.8 Screenshot Taman Nasional Virunga aerial shot.

Sumber: https://www.netflix.com/id/title/80009431

Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017

Gambar 1.9 Hubungan animal keeper dengan gorila.

Sumber: http://virungamovie.com/#gallery

Diakses pada tanggal 3 Maret 2018