Konservasi

2
Konservasi oleh siapa dan untuk siapa? Universitas Negeri Semarang sebagai universitas konservasi, sangat menyadari arti pentingnya kebersihan lingkungan khususnya di kawasan sekitar area kampus. Apalagi produksi sampah setiap harinya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat. Beberapa program yang dilakukan Unnes untuk membenahi lingkungan kawasan kampus Unnes ini adalah salah satunya Rumah Kompos yang terletak di Rusunawa laki-laki, belakang Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Ini merupakan sebuah langkah yang dilakukan untuk realisasi sebagai universitas konservasi. Lalu, apa yang saja yang telah dilakukan Rumah Kompos UNNES ini dalam menanggulangi sampah di sekitar wilayah kampus? Pertanyaan ini bisa terjawab dengan adanya Workshop Pembuatan Pupuk Cair yangdiadakan oleh Badan Pengawas Konservasi UNNES, pada tanggal 4 Setember 2014 bertempat di Gedung serbaguna FIK lantai 1 dan Rumah Kompos yang dihadiri oleh beberapa anggota dari Badan Pengawas Konservasi dan Rumah Kompos UNNES, juga melibatkan dosen, tenaga kebersihan, mahasiswa dan civitas akademika Universitas Negeri Semarang. Bahkan kegiatan ini menghadirkan beberapa pakar dalam bidangnya adalah pakar dari BLH kota semarang yaitu Ir. Endang Pratiwiningsih, M.Si dan Pakar dari LSM LP2KLH Patebon – Kendal. Sampai sekarang kegiatan yang dilakukan di Rumah Kompos tersebut adalah pengolahan limbah organik, yang juga dibantu oleh kader konservasi dan beberapa mahasiswa UNNES yang “sadar” akan lingkungan. Karena beberapa program lingkungan yang selalu digalangkan, pada tahun 2015 ini Greenmetric UI menobatkan Universitas Negeri Semarang sebagai kampus terhijau urutan ketiga di Indonesia sekaligus menjadi

description

Pudarnya Konservasi

Transcript of Konservasi

Konservasi oleh siapa dan untuk siapa?

Universitas Negeri Semarang sebagai universitas konservasi, sangat menyadari arti pentingnya kebersihan lingkungan khususnya di kawasan sekitar area kampus. Apalagi produksi sampah setiap harinya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat. Beberapa program yang dilakukan Unnes untuk membenahi lingkungan kawasan kampus Unnes ini adalah salah satunya Rumah Kompos yang terletak di Rusunawa laki-laki, belakang Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Ini merupakan sebuah langkah yang dilakukan untuk realisasi sebagai universitas konservasi. Lalu, apa yang saja yang telah dilakukan Rumah Kompos UNNES ini dalam menanggulangi sampah di sekitar wilayah kampus? Pertanyaan ini bisa terjawab dengan adanya Workshop Pembuatan Pupuk Cair yangdiadakan oleh Badan Pengawas Konservasi UNNES, pada tanggal 4 Setember 2014 bertempat di Gedung serbaguna FIK lantai 1 dan Rumah Kompos yang dihadiri oleh beberapa anggota dari Badan Pengawas Konservasi dan Rumah Kompos UNNES, juga melibatkan dosen, tenaga kebersihan, mahasiswa dan civitas akademika Universitas Negeri Semarang. Bahkan kegiatan ini menghadirkan beberapa pakar dalam bidangnya adalah pakar dari BLH kota semarang yaitu Ir. Endang Pratiwiningsih, M.Si dan Pakar dari LSM LP2KLH Patebon Kendal.Sampai sekarang kegiatan yang dilakukan di Rumah Kompos tersebut adalah pengolahan limbah organik, yang juga dibantu oleh kader konservasi dan beberapa mahasiswa UNNES yang sadar akan lingkungan. Karena beberapa program lingkungan yang selalu digalangkan, pada tahun 2015 ini Greenmetric UI menobatkan Universitas Negeri Semarang sebagai kampus terhijau urutan ketiga di Indonesia sekaligus menjadi universitas terhijau nomor 73 di dunia. Ini merupakan sebuah peningkatan setelah tahun lalu berada di posisi ke-empat.Namun, sangat disayangkan karena perbedaan sangat mencolok untuk tahun ini, berbeda dengan tahun lalu dimana program konservasi dalam penertiban dan penekanan pengguna kendaraan sudah cukup bagus. Tetapi tahun 2015 ini mengalami sedikit kemrosotan, bisa dilihat mulai dari awal tahun ketika kendaraan roda empat diperbolehkan untuk masuk lingkungan kampus. Ditambah dengan adanya proyek pembangunan yang sedang kencang digalangkan oleh Universitas Negeri Semarang sekarang, proyek ini berakibat pada pengguna kendaraan yang kembali padat, dan dampaknya adalah penuh dan sesaknya wilayah kampus, menambah kesan bahwa konservasi sepertinya sudah mulai memudar. Apalagi ditambah dengan kurangnya tenaga di Rumah Kompos untuk mengolah limbah yang setiap minggunya selalu datang untuk di daur ulang. Seperti yang dituturkan oleh mahasiswa yang ikut dalam Rumah Kompos ini bahwa masih dibutuhkan banyak tenaga dalam program pengolahan sampah ini. Walaupun sudah banyak mahasiswa menjalani pelatihan komposting melalui mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup, tetapi sepertinya masih banyak warga UNNES yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Padahal sampah rumah tangga sebenarnya mengandung potensi besar untuk dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai ekonomis. Usaha yang dilakukan mahasiswa UNNES dan warga sekitar dalam mengolah sampah organik yaitu mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik menjadi kerajinan rumah tangga yang memiliki nilai ekonomis. Kita semua sebagai warga UNNES seharusnya berperilaku bijak terhadap kelestarian lingkungan dengan tidak melakukan pencemaran lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Menciptakan teknologi pengolahan sampah menjadi solusi masalah sampah untuk ke depan. Ini adalah salah satu usaha untuk memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang berguna dan memberi solusi yang positif untuk menjadikan UNNES sebagai Universitas Konservasi. Apakah konservasi di Universitas Negeri Semarang akan mengalami kemajuan atau malah sebaliknya? Mungkin akan terjawab apabila nanti sudah ada tindakan yang nyata dari seluruh elemen di kawasan sekitar UNNES.