Konsep Wahyu Dalam Al Quran

3
KONSEP WAHYU DALAM AL QUR’AN Oleh : Kahfi 1. Wahyu terpancar dari “Luh Yang Terpelihara” (Qs. 85:22), yang hanya dapat disentuh oleh orang yang disucikan (Qs. 56:79). Luh ini juga disebut sebagai “Kitab Terpelihara”, kitab maknun (Qs. 56:78), atau “Induk Segala Kitab”, ummul kitab (Qs. 13:39, 43:4) 2. Dalam konsep Islam, istilah wahyu dibedakan dengan istilah ilham, kasysyaf, fihrasat atau lainnya. Wahyu merupakan bentuk komunikasi Allah dengan para Nabi, sedangkan istilah lainnya menunjuk kepada bentuk komunikasi Allah dengan selain Nabi. 3. Di dalam Al Qur’an, penggunaan kata wahyu dan kata-kata bentukannya tidak hanya dibatasi bagi para Nabi, tetapi juga digunakan secara umum untuk melukiskan bentuk komunikasi yang dijalin antara sesama manusia, atau antara Allah dengan makhluk-Nya. 4. Penggunaan kata wahyu dalam Al Qur’an diantaranya : Kata “awha” digunakan dalam pengertian “memberi isyarat” atau “menunjukkan” guna menggambarkan komunikasi yang dilakukan Zakaria kepada kaumnya (Qs. 19:11). Didalam Qs. 6:112 dikatakan bahwa setan dari kalangan jin dan manusia saling “membisikkan” atau “memberi tahu secara sembunyi- sembunyi” gagasan-gagasan muluk. Kata “yuhi” dalam Qs. 8:12 berarti “memerintahkan” agar meneguhkan pendirian orang-orang beriman. Kata “awha” dalam Qs. 28:7 berarti “memberi ilham” kepada ibu Nabi Musa agar menyusui anaknya. Bahkan kepada lebahpun Allah mewahyukan, “memberi ilham” kepada lebah untuk membuat sarangnya di bukit-bukit dan pohon-pohon (Qs. 16:68) Pada hari akhir, buki akan mengeluarkan beban beratnya karena Allah “memerintahkan”. Awha kepadanya (Qs. 99:1-5)

Transcript of Konsep Wahyu Dalam Al Quran

Page 1: Konsep Wahyu Dalam Al Quran

KONSEP WAHYU DALAM AL QUR’ANOleh : Kahfi

1. Wahyu terpancar dari “Luh Yang Terpelihara” (Qs. 85:22), yang hanya dapat disentuh oleh orang yang disucikan (Qs. 56:79). Luh ini juga disebut sebagai “Kitab Terpelihara”, kitab maknun (Qs. 56:78), atau “Induk Segala Kitab”, ummul kitab (Qs. 13:39, 43:4)

2. Dalam konsep Islam, istilah wahyu dibedakan dengan istilah ilham, kasysyaf, fihrasat atau lainnya. Wahyu merupakan bentuk komunikasi Allah dengan para Nabi, sedangkan istilah lainnya menunjuk kepada bentuk komunikasi Allah dengan selain Nabi.

3. Di dalam Al Qur’an, penggunaan kata wahyu dan kata-kata bentukannya tidak hanya dibatasi bagi para Nabi, tetapi juga digunakan secara umum untuk melukiskan bentuk komunikasi yang dijalin antara sesama manusia, atau antara Allah dengan makhluk-Nya.

4. Penggunaan kata wahyu dalam Al Qur’an diantaranya : Kata “awha” digunakan dalam pengertian “memberi isyarat” atau

“menunjukkan” guna menggambarkan komunikasi yang dilakukan Zakaria kepada kaumnya (Qs. 19:11). Didalam Qs. 6:112 dikatakan bahwa setan dari kalangan jin dan manusia saling “membisikkan” atau “memberi tahu secara sembunyi-sembunyi” gagasan-gagasan muluk.

Kata “yuhi” dalam Qs. 8:12 berarti “memerintahkan” agar meneguhkan pendirian orang-orang beriman. Kata “awha” dalam Qs. 28:7 berarti “memberi ilham” kepada ibu Nabi Musa agar menyusui anaknya.

Bahkan kepada lebahpun Allah mewahyukan, “memberi ilham” kepada lebah untuk membuat sarangnya di bukit-bukit dan pohon-pohon (Qs. 16:68)

Pada hari akhir, buki akan mengeluarkan beban beratnya karena Allah “memerintahkan”. Awha kepadanya (Qs. 99:1-5)

5. Rasulullah SAW hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadanya (Qs. 6:50, 53:3-4, 18:110).

6. Awal turunya wahyu kepada Rasulullah SAW : Nabi Muhammad saw. melihat Jibril: 53:7, 53:8, 53:9, 53:10, 53:11,

53:12, 53:13, 53:14, 53:15, 53:16, 53:17, 53:18, 81:23 Nabi Muhammad saw. buta huruf: 7:157, 7:158, 62:2 Terputusnya wahyu: 93:3 Beratnya saat nabi Muhammad saw. menerima wahyu: 73:5

Page 2: Konsep Wahyu Dalam Al Quran

7. Wahyu disampaikan dengan tiga model (Qs. 42:51-52) yaitu Melalui wahyu, wahyu disini dimaknakan dengan “ilham/inspirasi” atau

“Mimpi yang benar/rukyat shalihah”, seperti yang terjadi dalam kisah penyembelihan Ismail (Qs. 39:101-112)

Dari balik tabir yaitu kalam ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara, seperti dialami Musa AS (Qs. 4:164, 7:143-144, 28:30)

Melalui utusan yaitu melalui Malaikat Jibril, seperti yang dialami Muhammad SAW. Jibril adalah agen wahyu/utusan spiritual yang menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW (Qs. 2:97 16:102), khususnya lagi kedalam hari Muhammad SAW (Qs. 26:192-194 42:24 17:85-86)

8. Al Qur’an diturunkan dalam bentuk emrionik secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuz ke Baytul Izzah di langit dunia (hati Nabi SAW ?), kemudian diturunkan secara gradual dalam bentuk rincian selama 23 tahun, selaras dengan misi risalah. Ibnu Abbas mengatakan Al Qur’an diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada laylatul qadr, setelah itu bagian demi bagiannya diturunkan secara berangsur-angsur kepada Muhammad SAW dari waktu ke waktu.

Referensi :1. Taufik Adnan Kamal, Rekonstruksi Sejarah Al Qur’an, Jakarta : Pustaka

Alvabet, 2005.2. Dr. Akram Dhiya Al Umuri, Seleksi Shiroh Nabawiyah, Jakarta : Darul

Falah, 2004.