KONSEP TATA KELOLA HOMESTAY DI DESA WISATA PINGE … · ini menggunakan metode survey dengan teknik...

8
Ni Putu Atik Pranya Dewi 1) , I Nyoman Widya Paramadhyaksa 2) ,Tri Anggraini Prajnawrdhi 3) -Konsep Tata Kelola Homestay di Desa Wisata Pinge Kabupaten Tabanan 4-101 KONSEP TATA KELOLA HOMESTAY DI DESA WISATA PINGE KABUPATEN TABANAN Ni Putu Atik Pranya Dewi 1) , I Nyoman Widya Paramadhyaksa 2) , Tri Anggraini Prajnawrdhi 3) 1)2)3) Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] ABSTRACT Tourist village tourism are one type of alternative that is being encouraged in bali exactly how the government plans and the local community.Some of the villages are have succeeded in being developed as a tourist village pioneer in bali such as desa ubud ( gianyar ), village penglipuran ( bangli ), and village tenganan pegringsingan ( karangasem.The success of the development of the villages tourist attraction is thus raising the possibility that be an example for the development of other tourist village in bali launched by 100 fruit is going to be on this village in the year 2018 yuniartha putra, 2016.In tabanan, tourist village the developing is tourist village pinge.In fulfillment of a akomodsi tourism, facilities lodgings will is one of the solutions prepared by local community.Reachable price and character dwelling that still exist with the architecture local as one of potential of the village tourism.Has targeted located in tourist village pinge not only offer cleanliness and comfort for the visitors, the community pinge also a memberKey word: the concept of management tourist village. Keyword: concept homestay arrangement, tourist village ABSTRAK Desa wisata merupakan salah satu model wisata alternatif yang sedang digalakkan di Bali baik dari pihak pemeritah maupun masyarakat lokal. Ada beberapa desa yang sudah berhasil dikembangkan menjadi desa wisata pionir di Bali, seperti Desa Ubud (Gianyar), Desa Penglipuran (Bangli), dan Desa Tenganan Pegringsingan (Karangasem). Keberhasilan pengembangan desa-desa wisata tersebut agaknya menjadi contoh bagi pengembangan desa wisata lain di Bali, yang dicanangkan akan berjumlah 100 buah desa pada tahun 2018 ini (Yuniartha Putra, 2016). Di Kabupaten Tabanan, desa wisata yang sedang berkembang adalah Desa Wisata Pinge. Dalam pemenuhan fasilitas akomodsi pariwisata, homestay adalah salah satu solusi yang disiapkan oleh masyarakat lokal. Harga terjangkau dan karakter hunian yang masih kental dengan arsitektur lokal sebagai salah satu potensi desa wisata. Homestay yang terletak di desa wisata pinge tidak hanya menawarkan kebersihan dan kenyaman bagi para pengunjung, masyarakat pinge juga memberikan rasa kebersamaan dan kekeluargaan selama pengunjung tinggal di desa mereka. Tujuan penelitian adalah mengkaji konsep penataan akomodasi homestay yang diterapkan di Desa Wisata Pinge. Kajian yang dipergunakan yang adalah kajian fenomenologi dengan analisa deskriptif kualitatif. Kata kunci: konsep penataan homestay, desa wisata PENDAHULUAN Dalam dunia kepariwisataan Indonesia, dewasa ini telah berkembang berbagai tren pariwisata baru yang muncul sebagai jawaban atas terjadinya masalah kejenuhan pariwisata; eksploitasi berlebihan terhadap potensi alam; dan belum optimalnya pemberdayaan masyarakat pe ngelola situs lokasi wisata. Jika tidak mendapat konsep penanganan kepariwisataan yang serius dan tepat, masyarakat umum di sekitar situs wisata memang cenderung lebih banyak hanya hanya mendapat peran sebagai “penonton” di wilayah wisatanya sendiri (Damanik, 2015). Bali yang terkenal sebagai destinasi wisata utama Indonesia, dalam satu dasa warsa belakangan ini telah berkembang satu konsep wisata baru yang diadopsi dari karakter, potensi, dan nilai kearifan lokal budaya daerah itu (Nirwandar, 2016). Konsep pengembangan wisata tersebut dikenal dengan sebutan konsep desa wisata yang memang telah didukung pengembangannya oleh pemerintah daerah, swasta, dan tentunya pihak masyarakat sendiri. Konsep pengembangan wisata tersebut dikenal dengan sebutan konsep desa wisata yang memang telah didukung pengembangannya oleh pemerintah daerah, swasta, dan tentunya pihak masyarakat sendiri. Desa Wisata Pinge merupakan desa wisata pionir di Kabupaten Tabanan. Ditetapkan pertama kali dengan Keputusan Bupati Tabanan No.337 Th 2004 tentang Penetapan Desa Adat Pinge sebagai

Transcript of KONSEP TATA KELOLA HOMESTAY DI DESA WISATA PINGE … · ini menggunakan metode survey dengan teknik...

Ni Putu Atik Pranya Dewi1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa

2),Tri Anggraini Prajnawrdhi

3)-Konsep Tata Kelola Homestay di

Desa Wisata Pinge Kabupaten Tabanan 4-101

KONSEP TATA KELOLA HOMESTAY DI DESA WISATA PINGE KABUPATEN TABANAN

Ni Putu Atik Pranya Dewi

1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa

2), Tri Anggraini Prajnawrdhi

3)

1)2)3)Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected]

ABSTRACT

Tourist village tourism are one type of alternative that is being encouraged in bali exactly how the government

plans and the local community.Some of the villages are have succeeded in being developed as a tourist village

pioneer in bali such as desa ubud ( gianyar ), village penglipuran ( bangli ), and village tenganan pegringsingan (

karangasem.The success of the development of the villages tourist attraction is thus raising the possibility that be

an example for the development of other tourist village in bali launched by 100 fruit is going to be on this village in

the year 2018 yuniartha putra, 2016.In tabanan, tourist village the developing is tourist village pinge.In fulfillment

of a akomodsi tourism, facilities lodgings will is one of the solutions prepared by local community.Reachable price

and character dwelling that still exist with the architecture local as one of potential of the village tourism.Has

targeted located in tourist village pinge not only offer cleanliness and comfort for the visitors, the community pinge

also a memberKey word: the concept of management tourist village.

Keyword: concept homestay arrangement, tourist village

ABSTRAK

Desa wisata merupakan salah satu model wisata alternatif yang sedang digalakkan di Bali baik dari pihak

pemeritah maupun masyarakat lokal. Ada beberapa desa yang sudah berhasil dikembangkan menjadi desa

wisata pionir di Bali, seperti Desa Ubud (Gianyar), Desa Penglipuran (Bangli), dan Desa Tenganan Pegringsingan

(Karangasem). Keberhasilan pengembangan desa-desa wisata tersebut agaknya menjadi contoh bagi

pengembangan desa wisata lain di Bali, yang dicanangkan akan berjumlah 100 buah desa pada tahun 2018 ini

(Yuniartha Putra, 2016). Di Kabupaten Tabanan, desa wisata yang sedang berkembang adalah Desa Wisata

Pinge. Dalam pemenuhan fasilitas akomodsi pariwisata, homestay adalah salah satu solusi yang disiapkan oleh

masyarakat lokal. Harga terjangkau dan karakter hunian yang masih kental dengan arsitektur lokal sebagai salah

satu potensi desa wisata. Homestay yang terletak di desa wisata pinge tidak hanya menawarkan kebersihan dan

kenyaman bagi para pengunjung, masyarakat pinge juga memberikan rasa kebersamaan dan kekeluargaan

selama pengunjung tinggal di desa mereka. Tujuan penelitian adalah mengkaji konsep penataan akomodasi

homestay yang diterapkan di Desa Wisata Pinge. Kajian yang dipergunakan yang adalah kajian fenomenologi

dengan analisa deskriptif kualitatif.

Kata kunci: konsep penataan homestay, desa wisata

PENDAHULUAN

Dalam dunia kepariwisataan Indonesia, dewasa ini telah berkembang berbagai tren pariwisata baru yang muncul sebagai jawaban atas terjadinya masalah kejenuhan pariwisata; eksploitasi berlebihan terhadap potensi alam; dan belum optimalnya pemberdayaan masyarakat pe ngelola situs lokasi wisata. Jika tidak mendapat konsep penanganan kepariwisataan yang serius dan tepat, masyarakat umum di sekitar situs wisata memang cenderung lebih banyak hanya hanya mendapat peran sebagai “penonton” di wilayah wisatanya sendiri (Damanik, 2015).

Bali yang terkenal sebagai destinasi wisata utama Indonesia, dalam satu dasa warsa belakangan ini telah berkembang satu konsep wisata baru yang diadopsi dari karakter, potensi, dan nilai kearifan lokal budaya daerah itu (Nirwandar, 2016). Konsep pengembangan wisata tersebut dikenal dengan sebutan konsep desa wisata yang memang telah didukung pengembangannya oleh pemerintah daerah, swasta, dan tentunya pihak masyarakat sendiri. Konsep pengembangan wisata tersebut dikenal dengan sebutan konsep desa wisata yang memang telah didukung pengembangannya oleh pemerintah daerah, swasta, dan tentunya pihak masyarakat sendiri.

Desa Wisata Pinge merupakan desa wisata pionir di Kabupaten Tabanan. Ditetapkan pertama kali dengan Keputusan Bupati Tabanan No.337 Th 2004 tentang Penetapan Desa Adat Pinge sebagai

4-102 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

Desa Wisata. Desa wisata Pinge yang terletak di Kecamatan Baturiti Tabanan ini berada di dekat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Jatiluwih. Kondisi alam yang sejuk dan masih asri alami sangat mendukung kondisi berwisata di Desa Pinge. Desa Pinge diresmikan kembali oleh Menteri BUMN Republik Indonesia,Rini Soemarno pada tanggal 11 November 2016 sebagai Desa Wisata Binaan bersinergi dengan BUMN dan Program Home Stay Untuk Negeri. (Arfah ,2016).

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Tri Hita Karana dalam keruangan yang terdiri atas zona pelemahan, zona pawongan dan zona parahyangan. Berdasarkan layout dari unit hunian homestay yang dapat dikaji dengan Tri Hita Karana untuk pembagian zona berdasarkan fungsi dan sirkulasi ruang. Prinsip Community Management dalam pengelolaan homestay untuk kawasan desa wisata dengan menggerakan partisipasi aktif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan rasionalistik dengan analisa deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi lapangan dan studi kepustakaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil observasi di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan studi kepustakaan yang meliputi jurnal, buku dan media internet.

GAMBARAN UMUM DESA WISATA PINGE SEBAGAI LOKASI PENELITIAN

Desa Wisata Pinge terletak di kecamatan Marga Kabupaten Tabanan, 17 km di bagian utara kota Tabanan. Dari kota Denpasar kira-kira 34 km dan lebih kurang 103 menit perjalanan dari Bandara Udara Ngurah Rai bila menggunakan kendaraan bermotor. Lokasi Desa Wisata Pinge hanya berjarak 12KM atau kurang lebih 30 menit jika berkendaraan bermotor dari KSPN Jatiluwih.

Hasil grand tour yang dilakukan ke Desa Pinge memperoleh gambaran visual dan data hasil wawancara awal dengan Bapak Denayasa sebagai Bendesa Adat (2016-2017) tentang perkembangan desa wisata wilayah ini. Ada beberapa informasi awal yang memicu keinginan untuk melakukan studi lanjutan tentang gambaran perkembangan desa bersahaja menjadi desa wisata yang diminati banyak pelancong ini. Konsep Tata Kelola homestay bagi wisatawan dalam komplek rumah-rumah penduduk. Hasil kajian yang diperoleh selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai contoh gambaran konsep penataan dan pengelolaan homestay desa wisata yang berkarakter serupa dengan

Desa Pinge ini.

Gambar 1. Lokasi Desa Wisata Pinge

Sumber: RTBL Kawasan Wisata Pinge Tahun Anggaran 2016

Ni Putu Atik Pranya Dewi1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa

2),Tri Anggraini Prajnawrdhi

3)-Konsep Tata Kelola Homestay di

Desa Wisata Pinge Kabupaten Tabanan 4-103

Home Stay merupakan Rumah tinggal keluarga yang sebagian kamar dan fasilitas pendukungnya disewakan kepada tamu untuk suatu kepentingan yang ada hubungannya dengan integrasi kedua belah pihak, dan bertujuan mencari keuntungan (Gatot Soetrisno,). Home stay adalah rumah biasa yang sebagian kamarnya disewakan kepada tamu, namun tamu yang menginap akan tinggal dalam jangka waktu lama.homestay sering diikuti oleh pelajar asing guna mempelajari kebudayaan setempat (tikadwit.wordpress.com) Suatu jenis akomodasi yang berasal dari rumah – rumah rakyat yang telah ditingkatkan fasilitas dan sarananya, sehingga memenuhi syarat – syarat kesehatan, yang disewakan kepada wisatawan. Hunian warga yang fungsikan sebagai homestay sangat berperan dalam pemenuhan sarana akomodasi yang ada di Desa Wisata Pinge. Peneliti mengambil beberapa kasus dari homestay milik warga. Masyarakat mengadakan kamar homestay

Puncak Acara

Homestay Made Mudara

Homestay Md, Receb & Wyn. Sumayasa

Homestay I Putu Agus Udiyana

Homestay A.A. Raka (Jro Pinge)

Homestay Workshop Ukir & Gamelan

I Nyoman Suarsana ( Pan Era)

Homestay Wayan Dibia

Homestay Nyoman Candra

Workshop ukuran & Gambaran

Homestay Wayan Rakes

Homestay Wayan Sadriana

Tourist Information

Gambar 2. Lokasi Homestay di Desa Wisata Pinge

Sumber: Survey Lapangan 2017

4-104 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

KASUS 1

Nama pemilik :

I Putu Agus Udiyana

Jumlah Anggota Keluarga :

6 orang

Luas lahan :

1.425 m2

Jumlah Kamar Homestay :

1 kamar 2 tempat tidur

Hunian milik Bapak I Putu agus Udiyana memiliki pola Natah, yang mana bangunan-bangunan yang ada memiliki orientasi ke arah tengah halaman (natah) sebagai pusat orientasi. Bangunan seperti: meten daja, bale suka duka (sakenem), dapur dan jineng. Fasad bangunan hingga pemesuan di dominasi oleh model tradisional (style Bali). Hunian untuk homestay berada di zona teben dengan jalan sebagai ulu dan merajan berada di bagian madya.

Bangunan meten daja difungsikan oleh pemilik sebagai homestay (fasilitas akomodasi pariwisata), sedangkan bagunan meten satunya lagi untuk hunian pemilik. Kamar homestay tersedia 1 unit dengan 2 tempat tidur untuk wisatawan. Kamar mandi atau toilet untuk wisatawan tidak dibedakan dengan pemilik rumah, namun standar kebersihan dan kenyaman tetap dijaga. Wisatawan dijamu dengan hidangan rumahan, dengan lokasi bersantap bersama di jineng secara kekeluargaan.

1. Meten Daja 2. Jineng 3.Dapur dan kamar

mandi

1.424 M2

BALE

ADAT

METEN METEN

DAJA

JINENG

TEMPAT

SUCI

DAPURDAPUR

KM/WC

JALAN

TEMPAT

SUCI

TEMPAT

SUCI

200

450

580

400

276

584

860

230520410360310300

395

390

195

435

215

230750315675230350380

640

220

1700

1016 1778

2190

300

490

2490

TEBEN ULU

1

2

3

Gambar 3. Layout Homestay I Putu Agus Udiyana

Sumber: Survey Lapangan 2017

Ni Putu Atik Pranya Dewi1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa

2),Tri Anggraini Prajnawrdhi

3)-Konsep Tata Kelola Homestay di

Desa Wisata Pinge Kabupaten Tabanan 4-105

KASUS 2

Nama pemilik : I Made Mudara

Jumlah Anggota Keluarga : 12 orang

Luas lahan : 1.910 m2

Jumlah Kamar Homestay : 4 kamar

Homestay milik bapak I Made Mudara terdapat 3 bangunan yang difungsikan dengan total 4 kamar untuk akomodasi home stay. Dalam unit hunian di kediaman beliau ini terdapat 3 Kepala Keluarga (KK), dimana setiap 1KK menyediakan 1unit bangunan untu tamu menginap. Walaupun demikian, jineng dan bale adat hanya terdapat 1 unit saja. Bale adat sebagai pusat orientasi dari pola hunian yang ada.

Sirkulasi untuk wisatawan yang menghabiskan malamnya di home stay ini, tidak ada pembatas secara fisik, namun disampaikan secara verbal bahwa ada area yan tidak boleh dimasuki kecuali seijin pemilik rumah.

Wisatawan dijamu santap bersama di areal jineng atau bale adat. Bapak Made Mudara selaku tuan rumah ingin menjamu wisatawan dengan rasa kekeluargaan, nyaman dan aman selama mereka berwisata di Desa Wisata Pinge. Bahan Makan untuk lauk pun, wisatawan diikutsertakan dalam proses memetik hingga pengolahannya menjadi makanan siap santap. Kamar mandi dan toilet keberadaannya terpisah dari unit kamar inap. Hal ini terkait dengan kondisi budaya masyarakat yang ingin mempertahanankan tatanan ruang tinggal tradisional mereka, namun tetap dijaga kebersihannya oleh pemilik rumah.

Meten 1 = homestay 1 Meten 2 = homestay 2 Meten 3 = homestay 3

Gambar 4. Layout Homestay I Made Mudana Sumber: dokumentasi 20 Maret 2017

TEMPAT

SUCI METEN

METEN

METENMETEN

DAPURKM/WC

DAPURKM/WC

JINENG

BALE

ADAT

KAMAR

TIDUR

GUDANG

TUGU

KEBUN

1960 200 380 160 600 220 820 240

1440

640

690

1400

4170

1200

220

420

650

180

500 550

610

820

360

480

1000

200

470

440

550 550 390

720

1380 840 720 250 720 270 400

560

570

560

340

370

140

600

470

490

240

550

610

270

890

620

240

KM/WC

bale adat

jineng

4-106 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

KASUS 3

Nama pemilik : I Wayan Dibya

Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

Luas lahan : 1.700 m2

Jumlah Kamar Homestay : 3 kamar

Meten1= homestay 1 Meten 2= homestay 2 Meten 3= homestay 3

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi tentang tata ruang dalam pekarangan rumah warga di Desa Pinge yang dijadikan sebagai lokasi hamestay bagi para tamu yang menginap secara komparatif dapat dilihat sebagai gambar berikut ini.

TEMPAT

SUCI

METEN

METEN

TUGU

BALEADAT

JINENG

JINENG

DAPUR

DAPURKAMAR

TIDUR& WCGUDANG

& WC

GARASE

GUDANG

1110 240 710 230 700 230 300 100

450

690

340

350

480

500120600210600290540740

780

3200

3980

380

480

370

450

220

550

360 270

230

400

550

200

400

460

220

520

500

1000

400

220

800

bale adat

jineng

Gambar 5. Layout Homestay I Made Mudana Sumber: dokumentasi 20 Maret 2017

Ni Putu Atik Pranya Dewi1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa

2),Tri Anggraini Prajnawrdhi

3)-Konsep Tata Kelola Homestay di

Desa Wisata Pinge Kabupaten Tabanan 4-107

Homestay Made Receb Wayan Sumayasa I Nyoman Candra

Wayan Sadriana I Nyoman Suarsana A.A Raka

Setidaknya diperoleh ada pola penataan bangunan homestay yang berlaku di Desa Pinge yaitu sebagai berikut.

Bangunan homestay untuk tamu selalu ditempatkan di zona teben pekarangan rumah tinggal, akan tetapi tidak terpisah secara tegas dengan zona lain yang menjadi area hunian keluarga pemilik rumah. Zona hulu rumah diperuntukkan bagi pemilik rumah dan bangunan suci.

Homestay dalam area rumah ditetapkan maksimal berjumlah enam kamar saja. Hal ini bertujuan untuk memeratakan pendapatan ekonomi warga dari kunjungan wisatawan tersebut. Hal ini sekaligus juga untuk menghindari praktik monopoli dan dominasi pemilik modal yang banyak dan pemilik modal yang relatif sedikit.

Area homestay dirancang menyatu dengan bangunan-bangunan dan suasana ruang terbuka dalam pekarangan rumah. Hal ini bertujuan agar wisatawan yang menginap dapat merasakan atmosfer suasana kekerabatan dan keakrabatan khas orang Bali dalam lingkungan rumah tinggalnya.

Pemilik rumah memberikan kesempatan para tamunya untuk berinteraksi secara langsung dan aktif dengan para penghuni rumah. Mereka juga bebas ikut terlibat dalam berbagai kegiatan dalam lingkungan keluarga tersebut, seperti dalam kegiatan memasak, persiapan upacara, dan berlatih seni budaya tradisional Bali.

Tata ruang homestay ditata mengikuti pola tata ruang arsitektur tradisional Bali. Hal ini sekaligus memberikan edukasi secara budaya bagi para wisatawan tentang tata ruang dan tata nilai zonasi rumah tinggal tradisional Bali.

Para wisatawan juga dilibatkan untuk ikut kegiatan kebersihan lingkungan, panen, dan adat istiadat di wilayah Desa Pinge ini.

Para wisatawan yang datang didistribusikan menginap di homestay dalam rumah-rumah penduduk secara adil dan proporsional oleh pengelola desa wisata Pinge.

TEMPAT

SUCI

R-20 Timur Jalan

880 640 3605801090

200

140

510

540

500

640

440

440

1460

790

300

720

560 200 640 210 34027

500

900

1030

100

400

640

550

600

290

230

400

490

170

BALE

DAJA

TUGU

BALE

ADAT

TEMPAT USAHA

SALON

DAPUR

DAPUR

RUMAHLAMA

JINENG

910 320 900 280 800 720 380

520

450

650

800

160 210 540

950

300

350

1770

230

480

210

610

960

420

470

260

330

200

470

600

TUGU

TEMPAT

SUCI

DAPURDAPUR

GUDANG

BALE

ADAT

METENMETEN

KAMAR

TIDURJ INENGLOJI

KAMARMANDI

GARASE

R-11 Timur Jalan

DAPUR

DAPUR

DAPUR

BALE

ADAT

JINENG

METEN

METENMETEN

JIN ENG

GUDANG GUDANG

TUGU

TEMPAT

SUCI

1100 240 1110 280 7 20 2 50 920 250 420

510

610

204

1260

490

200690 290 140

560

1830

2607 405004 40430500

450

390

790

500

280

360

950

200

400

480

620

1 90

5 50

730

890

160

410

410

390

510530

R-13 Timur Jalan

TEMPAT

SUCIMETEN

TUGU

BALEADAT

GUDANG

GUDANGGARASE

& WC

J INENG

DAPUR

1100 300 1120 620 320

450

1210

550

220

250

340

300650

640150

220650420

120

590

300

720

410

230 80

780

880

2140

3020

700

200

280

250

460

600780

320 450

450

660

360

760

R-14 Timur Jalan

TEMPAT

SUCI

METEN

METEN

TUGU

BALEADAT

JINENG

JINENG

DAPUR

DAPURKAMAR

TIDUR& WCGUDANG

& WC

GARASE

GUDANG

1110 240 710 230 700 230 300 100

450

690

340

350

480

500120600210600290540740

780

3200

3980

380

480

370

450

220

550

360 270

230

400

550

200

400

460

220

520

500

1000

400

220

800

R-15 Timur Jalan

TEMPAT

SUCI

METENMETEN

METEN

GARASE

&

GUDANG

KAMAR

TIDURBALE

ADAT

BALE

ADAT

JINENGJINENG

DAPUR

DAPUR

DAPUR

METEN

METEN

DAPURWARUNG

GARASE

DAPUR

JINENG

DAPUR

TUGU

1400 270 620 250 760 270 720 220 510 90 450

1200

1040

530

530

250

400

80

1000 400

860

160

290

740

510

530

450

590

600

350

200

250

750

300

400300960450

540

300

580

120

670

540

160

340430290170350

290

430

550230

300

590

590

310

340

700

520 280

150 200 450

240

320 680

420

360

48029080015035030030090

190 530

590

260

650

R-16 Timur Jalan

4030

Gambar 6. Layout Homestay sebagai kasus Sumber: dokumentasi 20 Maret 2017

4-108 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil kajian ini sebagai berikut.

Para tamu di Desa Pinge diberikan tempat menginap di homestay-homestay yang tersebar di rumah-rumah penduduk setempat.

Bangunan homestay tersebut dibangun dalam zona teben pekarangan rumah, akan tetapi wisatawan dapat berinteraksi secara aktif dengan pemilik rumah.

Pengunjung didistribusikan secara adil dan proporsional ke seluruh rumah yang memiliki homestay di Desa Pinge.

Wisatawan mendapat kesempatan terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan sosial budaya kemasyarakatan yang berlangsung di wilayah Desa Pinge ini.

REFERENSI

Adiyoso, W. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan Departemen Dalam Negeri, 2000. Tentang Visi, Misi, Startegi, dan Kebijakan Pemberdayaan

Masyarakat Desa. Hadiwijoyo,Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan berbasis Masyarakat. Yogyakarta:

Graha Ilmu. Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 3 2013 Online http://ejournal-s1.undip.ac.id /index.php/pwk Maharini, Eka dan Sukma Arida, 2014, Keterlibatan Masyarakat dalam Mengelola Desa Wisata

Pangsan di Kabupaten Badung, Jurnal Destinasi Pariwisata Vol.2 no.1 Tahun 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata Birin,

Ana.2010. “Strategic Management of Sustainable Development in Rural Tourism.”Journal of Tourism and Hospitality.Faculty of Tourism and Hospitality.

Janet dan Andrea.2012. “Community – Based Tourism and Lokal Culture: The Case of The amaMpondo.” Vol.X, No.1. South Africa: Nort- West University and Walter Sisulu University.

Soemarno.....Pengertian_Desa_Tipologi_Karakteristik_Desa.https://www.academia.edu/9059597/ www.penataanruang.com/tata-ruang2.htmlTata Ruang - PenataanRuang.Com. https//www.republika.co.id, Desa Wisata Atasi Kejenuhan Pariwisata di Bali, online senin 19 juni

2017..diupload kamis 22 juni 2017 pukul 10.26 wita.