Konsep Rumah Sa

15
Konsep Rumah Sakit Menurut American Hospital Assocition (1974) definisi Rumah Sakit adalah : RS adalah Suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut Kotter (1983) definisi rumah sakit adalah merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi perkembangan RS, antara lain; teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan pemerintah yang berlaku. Sedangkan menurut Wolper dan Pena (1987), mereka mendefinisikan rumah sakit sebagai tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Jenis Rumah Sakit Rumah sakit dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut kategorinya masing masing 1. Menurut pemilik : pemerintah, swasta

description

konsep rumah

Transcript of Konsep Rumah Sa

Konsep Rumah Sakit

Menurut American Hospital Assocition (1974) definisi Rumah Sakit adalah :

RS adalah Suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Menurut Kotter (1983) definisi rumah sakit adalah

merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi perkembangan RS, antara lain; teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan pemerintah yang berlaku.

Sedangkan menurut Wolper dan Pena (1987), mereka

mendefinisikan rumah sakit sebagai tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

Jenis Rumah Sakit

Rumah sakit dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut kategorinya masing masing

1. Menurut pemilik : pemerintah, swasta

2. Menurut filosofi yang dianut : profit hospital dan non profit hospital

3. Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan : General Hospital dan Specialty Hospital

4. Menurut lokasi (pemerintah) : pusat, provinsi dan kabupaten

Sedangkan menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu :

1. Rumah sakit tipe A, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital2. Rumah sakit tipe B, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari kabupaten

3. Rumah Sakit tipe C, ciri-ciri : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas

4. Rumah sakit tipe D, ciri-ciri : Pelayanan rujukan dari Puskesmas

5. Rumah sakit tipe E (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru, kanker, Kusta dll

Dalam beberapa kebutuhan rumah sakit juga dapat di golongkan menjadi 2, yaitu : RS pendidikan dan non pendidikan. RS pendidikan dikelompokkan menjadi 2

golongan: (1) pusat ilmu kesehatan pada universitas besar yang mengadakan penelitian ilmu kesehatan dasar

(2) RS pendidikan yang mengadakan tiga atau lebih program kedokteran spesialis ( Trisnantoro, 1992 ).

Syarat Mendirikan Sebuah Rumah sakit

1. Nama Rumah Sakit Berdasarkan SK Dirjen Yanmedik No.0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV1992 menyatakan bahwa:

Nama rumah sakit tidak boleh memakai nama orang yang masih hidup Tidak boleh menyebutkan jenis badan hukum, misalnya rumah sakit PT. Tambang Batubara Bukit Asam (persero) tetapi boleh dinamai Rumah Sakit Bukit Asam.

2. Penyelenggara Rumah Sakit Foto copy akte notaris pendirian yayasan (pemohon) Fotocopy sertifikat tanah atau surat penunjukan penggunaan lokasi atas nama pemohon Izin lokasi dari kepala daerah Tk II Study kelayakan pendirian RS Rekmendasi PERSI Surat pernyataan dari pemohon untuk tunduk pada peraturan yang berlaku.

CATATAN: Semua persyaratan tersebut diajukan kepada

Dinas kesehatan Tk Provonsi dan tembusannya ke dir Direjen Yanmedik Depkes RI di Jakarta

Empat fungsi dari rumah sakit

1. Pelayanan pasien.

2. Pelayanan komunitas berupa suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain di luar rumah sakit yang biasanya berupa upaya-upaya preventif, promotif dan rehabilitatif

3. Pendidikan, terutama bagi rumah sakit-rumah sakit besar yang berfungsi sebagai tempat pendidikan.

4. Penelitian

5. Pelayanan Informasi Pembagian Pelayanan rumah sakit secara sederhana Prinsip-prinsip hubungan antar bagian di rumah sakit Bagian-bagian rumah sakit harus berhubungan dengan baik dan dengan tata letak yang serasi dan sesuai dengan fungsinya. Adanya akses khusus atau tidak saling mengganggu, Adanya jalan yang terpisah atau alur yang berbeda antara umum dengan petugas rumah sakit, antara barang-barang bersih dengan barang-barang kotor

Sistem otoriter adalah rejim politik yang ditandai dengan pemusatan kekuatan politik di tangan sekelompok kecil elit yang tidak memberikan pertanggung-jawaban kepada masyarakat secara institusional. Jadi mereka tidak memiliki hal-hal yang menandai orde-orde demokratik-liberal khususnya kebebasan sipil yang luas, rule of law, kompetisi antar-partai dan pemerintahan perwakilan. Ada berbagai bentuk pemerintahan otoriter. Pemerintahan bisa dijalankan oleh militer atau politisi sipil, dan kekuatan politik bisa dijalankan secara langsung oleh individu atau melalui sebuah partai politik. Barangkali perbedaan yang paling penting pada rezim otoriter adalah pada dimensi- dimensi despotisme dan penetrasi (Mann 1986). Despotisme adalah seberapa jauh kekuatan politik itu dimainkan dan dijalankan tanpa batas, dan penetrasi adalah seberapa jauh negara otoriter itu mengatur kehidupan sehari-hari warganya. Pada salah satu ujung kontinum adalah kediktatoran partai- tunggal; ada yang sama sekali tidak memiliki batasan dalam menjalankan kekuasaan politiknya serta kekerasan, dan ada juga yang membuat batasan, seperti Meksiko. Di ujung kontinum yang berlawanan adalah negara otoriter, sebagaimana kita temukan dalam bentuk murninya pada Rusia Stalin sejak 1927 hingga 1953. Totaliterisme menggambarkan diktator partai-negara yang tersentralisir dan jalin-menjalin, yang menggunakan teror, organisasi yang mendetail, dan indoktrinasi ideologis untuk mengen- dalikan secara terang-terangan segenap aspek kehidupan sosial. Pada prakteknya, hal ini berarti kontrol dijalankan tidak hanya terhadap seleksi elit politik dan agenda politik, tapi juga terhadap masyarakat dan perekonomian lewat kontrol pada media, elaborasi sosialisasi publik, pencegahan mandirinya suatu organisasi dari struktur partai-negara dan terakhir kepemilikan dan perencanaan ekonomi (Arendt 1951; Friedrich dan Brezinski 1956). Jadi, dalam totaliterisme, batas-batas yang populer memisahkan politik, ekonomi, dan masyarakat menjadi lenyap. Ini memungkinkan penetrasi dan despotisme yang menjadi ciri khas dalam kediktatoran modem itu. Munculnya negara sebagai sebuah bentuk organisasi politik berbarengan dengan munculnya otoritarianisme. Dengan demikian, otoritarianisme sama tuanya dengan negara itu sendiri, karena lewat praktek-praktek politik otoriterlah negara mulai terbentuk. Akan tetapi, dimulai pada abad delapan- belas di Eropa, negara-negara mulai berbeda satu dengan yang lain dalam hal pertanggungjawabannya kepada masyarakat. Proses ini yang mau tidak mau mendorong Inggris dan Prancis, sebagai contoh, menumbuhkan demokrasi melahirkan perdebatan- perdebatan hangat tentang munculnya demokrasi versus konsolidasi pemerintahan otoriter dalam bentuk fasisme dan komunisme. Perdebatan-perdebatan itu juga diwarnai oleh dua isu lain. Salah satunya adalah mengapa beberapa negara demokrasi terlibat dalam sistem otoriter. Isu lain adalah mengapa sejumlah sistem otoriter runtuh dan memberi peluang pada orde orde politik yang lebih liberal.

PROMOSI KESEHATAN DALAM TEORI

Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion. Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive medicine for the doctor in his community.

Promosi kesehatan adalah upayameningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan public yang berwawasan. (Depkes RI)

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini , health promotion di maknai sebagai perluasan dari healt education atau pendidikan kesehatan. Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat

5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :

1. Promotion of healt

2. Specifik protection

3. Early diagnosis and prompt treatment

4. Limitation of disability dan

5. Rehablitation.

Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :

Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment . (Ottawa Charter,1986).

B. USAHA KESEHATAN MENURUT GARIS BESAR

Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :

1. Usaha pencegahan (usaha preventif) Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui

posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah

b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah

c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).

e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

2. Usaha pengobatan (usaha kuratif) Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TB

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas

d. Perawatan payudara

e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

f. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.

3. Usaha rehabilitasi Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan bawaan

b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan

nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi). Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.

C. TINGKAT-TINGKAT USAHA PENCEGAHAN

Leavell dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine for the Doctor in his Community , membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.

Usaha-usaha pencegahan itu adalah :

a) Masa sebelum sakit

1. Mempertinggi Nilai Kesehatan ( Health Promotion ) Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.

Beberapa usaha diantaranya :

Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2. Memberikan Perlindungan Khusus Terhadap Suatu Penyakit (Specific Protection) Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu yang gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Beberapa usaha

diantaranya adalah :

a. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu. Contohnya : imunisasi hepatitis diberikan kepada mahasiswi kebidanan yang akan praktek di rumah sakit.

b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadappasien penyakit flu burung.

c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat umum, misalnya adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas. Sedangkan di tempat kerja : para pekerja yang memakai alat perlindungan diri.

d. Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik. Contohnya : kursus-kursus peningkatan keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif.

e. Penanggulangan stress. Contohnya :

membiasakan pola hidup yang sehat , dan seringnya melakukan relaksasi.

b) Pada masa sakit

1. Mengenal dan Mengetahui Jenis Penyakit pada Tingkat Awal Serta Mengadakan Pengobatan yang Tepat dan Segera (Early Diagnosis And Prompt Treatment) Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau tindakan pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena penyakit.Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada tingkat permulaan sehingga tidak akan menjadi parah. Prinsipnya diterapkan dalam program pencegahan, pemberantasan dan pembasmian macam penyakit baik menular ataupun tidak dan memperhatikan tingkat kerawanan penyakit terhadap masyarakat yang tinggi.

Misalnya : TBC paru-paru, kusta, kanker, diabetes, jantung dll. Sedangkan Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt treatment merupakan tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah.

Tujuan utama dari usaha ini adalah :

a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari seytiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera

b. Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular

c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit

Beberapa usaha diantaranya :

Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan misalnya

pemeriksaan darah, rontgen, paru-paru dsb, serta memberikan pengobatan

Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit

menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat diberikan segera pengobatan dan tindakan-tindakan yang lain

misalnya isolasi, desinfeksi, dsb.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat. Kemungkinan kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit menjadi lebih lama, biaya untuk pengobatan dan perawatan menjadi lebih besar.

2. Pembatasan Kecacatan dan Berusaha Untuk Menghilangkan Gangguan Kemampuan Bekerja yang Diakibatkan Suatu Penyakit (Disibility Limitation) Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat (dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.peran bidan dalam hal tersebut yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara professional, melakukan pendampingan pada pasien untuk mendapatkan kesehatan secara sempurna, serta memberikan pendidikan kesehatan untuk masyarakat sejak dini

3. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas :

a. Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.

Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.

b. Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat

c. Rehabilitasi social vokasional Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.

d. Rehabilitasi aesthetis Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya:

misalnya penggunaan mata palsu. Usaha pengembalian bekas penderita ini

kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusian dan keadailan social. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia. Sedangkan peran bidan dalam rehabilitasi (pemulihan) yaitu:

1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat

2. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali

3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.

4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit

5. Memberikan konseling pada penderita kecacatan

6. Memberikan keyakinan dalam kesembuhan, menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi dgn masyarakat

7. Memberikan pendidikan kesehatan