KONSEP REVOLUSI MENTAL GURU DALAM PERSPEKTIF …
Transcript of KONSEP REVOLUSI MENTAL GURU DALAM PERSPEKTIF …
KONSEP REVOLUSI MENTAL GURU DALAM
PERSPEKTIF MULYASA
Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S. Pd.)
Oleh:
Asma Khairul Bariyah
NIM. 14311319
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/ 1439 H
KONSEP REVOLUSI MENTAL GURU DALAM
PERSPEKTIF MULYASA
Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S. Pd.)
Oleh:
Asma Khairul Bariyah
NIM. 14311319
Pembimbing:
Dr. Ulinnuha Khusnan, Lc. MA.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/ 1439 H
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Konsep Revolusi Mental Guru dalam Perspektif
Mulyasa” yang disusun oleh Asma Khairul Bariyah dengan Nomor Induk
Mahasiswa: 14311319 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
Munaqasyah.
Jakarta, 12 Juli 2018
Pembimbing,
Dr. M. Ulinnuha Khusnan, Lc. MA.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Konsep Revolusi Mental Guru dalam Perspektif
Mulyasa”, oleh Asma Khairul Bariyah dengan NIM 14311319 telah
diajukan pada sidang muaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta pada tanggal 15 Agustus 2018. Skirpsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Jakarta, 1 Novemer 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag.
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag. Yuyun Siti Zaenab, S. Pd. I.
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag. Dr. Esi Hairani, M. Pd.
Pembimbing
Dr. M. Ulinnuha Khusnan, Lc. MA.
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Asma Khairul Bariyah
NIM : 14311319
Tempat/Tgl Lahir : Bogor, 06 September 1995
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Konsep Revolusi Mental
Guru dalam Perspektif Mulyasa” adalah benar-benar asli karya saya
kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan sumbernya. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 12 Juli 2018
Penulis,
Asma Khairul Bariyah
NIM. 14311319
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah menyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi
Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ؼ j : ج
q : ؽ h : ح
k : ؾ kh : خ
l : ؿ d : د
m : ـ dz : ذ
n : ف r : ر
w : ك z : ز
h : ق s : س
‘ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : â ... ي : ai
v
Kasrah : i ي: î ... ك : au
Dhammah : u ك: û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (اؿ) qamariyah. Kata sandang
yang diikuti oleh alif lam qamariyahditransliterasikan sesuai dengan
bunyi. Contoh:
al-Madinah : المدينة al-Baqarah :البقرة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (اؿ) syamsiyah.
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (اؿ) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayidah :السيدة ar-Rajul :الرجل
ad-Dârimi :الدارسي asy-Syams :السمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambang ( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tenagh
kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
أمنا بالله : Âmannâ Billah أمن السفهاء: Âmana as-Dufahaâ‟u
vi
الذين إف : inna al-Ladzîna كالرك ع: wa ar-Rukka‟i
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti
oleh kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh:
الأفئدة : Al-Af‟idah الامعة الإسلمي ة : Al-Jâmiah al-Islâmiyyah
Sedangkan Ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (isim), maka sialih aksarakan menjadi
huruf “t”.
Contoh:
karâmatul al-auliyā :كرامة الأكليآء ni„matullāh :نعمة الله
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huru kapital,
akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri dan yang diawali dengan
kata sandang maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh: „Âlî Hasan al-Âridh, al-„Âsqallânî,
al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an
dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
vii
MOTTO
“Sungguh, orang-orang yang beriman danmengerjakan kebajikanm
kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan kasih sayang (dalam
hati mereka).” (QS. Maryam [19]: 96)
الر اح وف يػرح ه م الر حن ارح وا من ف الأرض يػرحك م من ف الس ماء “Orang–orang yang penyayang itu akan disayang oleh dzat yang
Maha Penyayang. Hendaklah kalian sayangi orang yang berada di bumi,
maka kalian akan disayangi oleh Dzat yang di atas langit.”(Sunan
Tirmidzi no. 1924dan Sunan Abu Dawud no. 4290, dan Musnad Ahmad no.
6458)
viii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حن الر حيم Sebagai ucapan rasa syukur, alhamdulillâh penulis panjatkan kepada
Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, khususnya
berupa kekuatan, kesabaran dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam penulis tujukan kepada baginda Rasulullah SAW. yang
telah menjadi suri tauladan dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia
ini. Demikian pula kepada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari sekalu, bahwa proses penyelesaian skripsi ini telah
melibatkan banyak pihak, sekaligus nmendapatkan sumbangan dari mereka,
baik yang bersifat materi, fikiran, fasilitas, motivasi dan lain sebagainya
yang rasanya sulit diungkapkan satu persatu. Tanpa mengurangi arti
penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak, berikut ini secara
khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih yang seluas-luasnya kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur`an Jakarta.
2. Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag., selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
pada program Sarjana (S. 1) IIQ Jakarta dengan berbagai fasilitasnya.
3. Dr. Ulinnuha Khusnan, MA., selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan kritik dan arahan kepada penulis dan selalu memberikan
motivasi agar cepat selesai dalam mengusun skripsi.
ix
4. Ibu Dr. Esi Hairani, M. Pd., selaku Kepala Program Pendidikan
Fakultas Tarbiyah yang selalu memberikan nasihat selama
perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Program Sarjana Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta khususnya yang telah memberikan berbagai
ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama menjalani
masa perkuliahan.
6. Seluruh instruktur tahfidz yang telah sabar mengajari saya dalam
keadaan benar-benar tidak bisa membaca Al-Qur`an sampai bisa
mengaji dan menghafal Al-Qur`an..
7. Seluruh staf bagian Tata Usaha Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan banyak informasi terkait
perkuliahan dan pengurusan penyelesaian skripsi serta kemudahan
pengurusan administrasi kepada penulis.
8. Orang tua penulis ibunda Hj. Kokom Komariah dan ayahanda H.
Jawawi Usup yang tidak pernah lelah memberikan perhatian,
dukungan yang sangat besar baik moril maupun materil dan yang
paling utama adalah do‟a yang tiada henti.
9. Saudara-saudara penulis (A Icat, Ka Kesit, Yaya dan Dede aikal)
yang tidak pernah bosan dalam memberikan dukungan, semangat dan
bantuan baik moril maupun materil kepada penulis.
10. Keluarga besar Yayasan Pondok Yatim Afwaja yang selalu
mendoakan disetiap langkah aktivitas selama masa perkuliahan.
11. Keluarga besar PMII Kebayoran Lama (IPTIQ-IIQ) terutama KOPRI
(Korps PMII Puteri) dan Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB PTIQ-
IIQ) yang telah menemani berjuang sampai kepada tahap ini.
x
12. Sahabat pejuang skripsi wali songo (9 mahasiswa bimbingan Dr. H.
M. Ulinnuha Khusnan Lc, MA.) yang selalu merangkul dan saling
menyemangati.
13. Staf kampus satpam dan cleaning service terutama Bang Udin yang
selalu memberikan semangat dan menularkan energi positif.
14. Nurul Fadilah (Mpo Noe) alumni IIQ Jakarta tahun 2017 yang selalu
cerewet mengingatkan tahfidz yang harus segera diselesaikan.
15. Dreamer of being Superman (Abang Ihsan Wildan) Sekretaris PP
KMB 2018 yang selalu menjadi pahlawan kesiangan terbaik, selalu
membangun semangat dan mendukung di setiap langkah aktivitas dan
kegiatan.
Penulis menyadari bahwa meskipun ini merupakan hasil kerja keras
dan upaya maksimal, namun sebagai manusia biasa tentu masih banyak
ditemukan kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini, sekaligus membuka
peluang bagi pembaca untuk mengkritik dan mengoreksi kelemahan dan
kekurangan tersebut, terutama bagi mereka yang menekuni bidang
pendidikan Al-Qur`an. Akhirnya hanya kepada Allah SWT. penulis berserah
diri dan menggantungkan seluruh harapan. Semoga usaha penulis dan peran
serta semua pihak yang terkait yang penulis tidak dapat sebutkan satu-
persatu namanya dalam skripsi ini, semoga bernilai ibadah dan mendapat
pahala serta ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Jakarta, 12 Juli 2018
Penulis,
Asma Khairul Bariyah
NIM. 14311319
xi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
PERNYATAAN PENULIS .................................................................. iii
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................. xiv
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 6
C. Perumusan Masalah ............................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
F. Tinjaun Pustaka .................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian .......................................................... 18
H. Tehnik dan Sistematika Penulisan ....................................... 20
BAB II KAJIAN TEORI
A. Mengetahui Konsep Revolusi Mental dalam Pendidikan ..... 22
1. Pengertian Revolusi ......................................................... 22
2. Pengertian Mental ........................................................... 22
3. Pengertian Revolusi Mental ............................................ 23
4. Revolusi Mental dalam Pendidikan ................................. 25
5. Manfaat dan Tujuan Revolusi Mental dalam Pendidikan 27
B. Guru Sebagai Objek revolusi mental dalam Pendidikan ...... 30
1. Pengertian Guru ........................................................ 30
xii
2. Kriteria Guru ............................................................. 34
C. Sifat Negatif Guru ................................................................. 44
BAB III BIOGRAFI PENULIS, PROFIL BUKU DAN
IDENTIFIKASI AYAT REVOLUSI MENTAL
A. Biografi Mulyasa ............................................................... 50
B. Profil Buku ........................................................................ 51
C. Identifikasi Ayat-ayat tentang Revolusi Mental ................ 55
BAB IV JENIS PENYAKIT MENTAL GURU DAN
PENGOBATANNYA
A. Penyakit Mental Pendidik Menurut Mulyasa .................... 68
1. Virus EBOLA (Enggan Belajar Otaknya Lamban) ..... 68
2. TBC (Tidak Bisa Computer) ....................................... 69
3. Kurap (Kurang Aplikatif) ............................................ 70
4. Kudis (Kurang Disiplin) .............................................. 71
5. Asma (Asal Masuk) .................................................... 71
6. Hipertensi (Hiruk Persoalkan Tentang Sertifikasi) ..... 72
7. Mual (Mutu Ujian Amat Lemah) ................................. 73
8. Asam Urat ( Asal Selesai Mengajar, Meteri Usang
Kurang Akurat) ............................................................ 73
9. Kram (Kurang Terampil) ............................................. 74
10. Gatal (Galau Tanpa Alasan) ........................................ 74
11. Tipus (Tidak Punya Selera) ........................................ 75
12. Koreng (Kurang Objektif, Ribet, Enggan Bertanggung
Jawab) .......................................................................... 75
13. Virus SMS ( Susah Melihat Orang Lain Senang) ........ 76
14. Lesu (Lemah Sumber) ................................................. 76
15. Liper (Lemah Ilmu Pengetahuan, Empati Rendah) ..... 76
16. Kuman (Kurang Manfaat) ........................................... 77
xiii
17. Diabetes (Dihadapan Anak Bekerja Tidak Serius) ...... 77
B. Solusi dan Pengobatan Penyakit Mental Guru ................. 78
1. Solusi Menurut Mulyasa ............................................. 79
2. Solusi Menurut Pandangan Al-Qur`an ........................ 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 108
B. Saran .................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 111
xiv
ABSTRAK
Asma Khairul Bariyah (NIM: 14311319). Skripsi dengan judul “Konsep
Revolusi Mental Guru Perspektif Mulyasa dan Al-Qur`an”, dianjurkan
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd),
Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta (IIQ) Jakarta.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pada kenyataanya bangsa
Indonesia mengalami dekadensi mental. Penurunan mental ini sangat
membuat resah masyarakat. Terutama orang tua yang berharap anaknya akan
baik dalam didikan di sekolah justru malah dibuat semakin resah dengan
penurunan mental yang juga sedang merasuki para guru. Kesalahan guru
yang paling utama adalah belum atau tidak bisa memberikan bekal dasar
yang optimal kepada peserta didik, hal ini disebabkan karena rendahnya
aspek keilmuan dan aspek akhlak seorang guru. Rendahnya asek itulah yang
bisa ditularkan kepada peserta didik. Akibat dari rendahnya aspek tersebut
membuat guru banyak memiliki penyakit mental. Untuk itu, penelitian ini
mengangkat tema revolusi mental dalam rangka merubah secara besar-
besaran kondisi mental guru dari yang tidak baik menjadi baik. Revolusi
mental yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah revolusi mental yang
digagas oleh Mulyasa penulis buku Revolusi Mental dalam Pendidikan. Di
dalam bukunya, Mulyasa menyebutkan penyakit-penyakit mental guru yang
membuat peneliti merasa tertarik untuk membahas solusi dalam merevolusi
penyakit mental guru tersebut. Solusi dari penyakit-penyakit mental guru
peneliti kutip dari beberapa solusi yang ditawarkan Mulyasa dan solusi
menurut pandangan Al-Qur`an. Peneliti berharap bahwa dengan solusi yang
ditawarkan bisa diterapkan dalam menghadapi dekadensi mental guru
dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang menggunakan metode Library Research (riset
kepustakaan), dengan teknik analisis metode deskriptif analitis. Hasil dari
penlitian menunjukkan bahwa segala penyakit mental yang disebutkan dalam
buku Mulyasa memiliki obatnya. Solusi yang ditawarkan oleh Mulyasa
diperkuat oleh ayat-ayat yang menunjang solusinya. Selain itu ada pendapat
penulis mengenai beberapa mental yang harus dimiliki seorang guru sebagai
obat dari penyakit mental guru. Kemudian revolusi mental ini benar-benar
diperlukan dalam menghadapi dekadensi mental para guru. Dan
menyadarkan kembali bahwa menjadi seorang guru harus sadar akan tugas
dan fungsinya.
Kata Kunci: Konsep revolusi mental, guru sebagai objek pendidikan,
penyakit guru dan solusinya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Mahmud Yunus, pendidikan adalah satu usaha yang
dengan sengaja diambil untuk mempengaruhi serta menunjang anak yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan, jasmani
serta akhlak hingga perlahan-lahan dapat mengantarkan anak pada tujuan
serta cita-citanya yang tertinggi.1 Pendidikan adalah pilar yang sangat
menentukan bagi kemajuan suatu bangsa. Tanpa pendidikan yang
memadai suatu bangsa sulit berkembang dan bahkan akan terus terpuruk
dalam perkembangan global maupun internasional.2
Pendidikan bukan saja merupakan pemindahan ilmu
pengetahuan (transfer of knowladge), tetapi juga sekaligus sebagai alih
nilai (transfer of value). Artinya di samping proses transfer pengetahuan,
juga mentransfer nilai-nilai moral dan kebaikan. Nilai-nilai moral dan
kebaikan yang berkenaan dengan proses perkembangan dan
pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat menjadi masyarakat
yang baik dan bermoral sehingga tercapainya tujuan dari pendidikan
nasional.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan
primer atau mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
1 Totok Prio Huson, Makalah Upaya Peningkatan Retorika, Tendensi, dan
Kompetensi Bakat dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan Aksentuasi
Program Pedagogi Sejak Duduk di Sekolah Dasar, (Magelang: Universitas Muhammadiyah
Magelang, 2016), h. 5.
2 Zanwir dan Widyaiswara, Potret Pendidikan Indonesia Masa Lalu, Kini dan Hari
Esok,
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=577:drs
zanwirspd&catid=41:top-headlines, diaksespada tanggal 11 Maret 2018, pukul 17.00 WIB.
2
pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut
konsep pandangan hidupnya. Dalam pengertian sederhana dan umum,
makna pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan
mengambangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
agama.
Pada era globalisasi sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa
semakin majunya informasi dan teknologi. Sehingga menyebabkan
banyak perubahan dalam segala bidang. Dalam bidang pendidikan yang
dipandang secara filosofis dipandang sebagai alat atau wadah untuk
mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik
(humanisasi), sekarang sudah bergeser. Demikian terjadi salah satunya
dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti perkembangan
zaman yang begitu cepat.
Pendidikan seyogyanya yang menjadi gerbang untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada kenyataanya potret pendidikan di
Indonesia saat ini mengalami penurunan seperti yang dikatakan Anies
Baswedan (mantan Menteri Pendidikan dan Budaya) “Berita buruknya,
75 persen sekolah Indonesia memiliki standar minimal pendidikan tidak
layak,” kata Anies, dalam pidato pada tanggal 1 Desember 2014 di
hadapan Kepala Dinas se-Indonesia Kantor Kemendikbud Jakarta.3
Penurunan tersebut diantaranya meliputi beberapa aspek yaitu:
nilai rata-rata guru yang belum maksimal, kinerja rendah, mutu
pendidikan, persoalan kekerasan serta minat baca yang rendah. Menurut
Anis Baswedan, terdapat tiga komponen utama pendidikan abad 21 untuk
3 Abdurrahman, Pendidikan Pesantren dalam Membangun Revolusi Mental,
http://pwansorjabar.org/pendidikan-pesantren-dalam-membangun-revolusi-mental/, diakses
pada tanggal 11 Maret 2018, pukul 18.19 WIB.
3
jenjang di masa depan: pertama karakter moral (iman, takwa, jujur dan
rendah hati) dan karakter kinerja (kerja keras tangguh dan ulet), kedua
kompetensi akademik (kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif), ketiga
literasi (membaca, budaya, teknologi).
Apa yang diungkapkan Anies Baswedan di atas, menunjukan
perlunya revolusi mental dalam pendidikan, terutama untuk
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berdaya asing, selain
itu bukan masa depan menjadi apa, tetapi di masa mendatang akan
membuat apa. Era globalisasi yang penuh masalah dan tantangan seperti
sekarang ini, menuntut pendidikan untuk dipimpin dan di bina oleh para
ahli pendidikan yang profesional. Dengan demikian, ahli pendidikan
yang profesional harus memahami, dan memiliki ilmu pendidikan
sebagai dasar profesi pendidikan.
Hal yang patut mendapat perhatian di sini, bahwa obyek ilmu
pendidikan adalah peserta didik yang sekaligus sebagai subjeknya.
Peserta didik adalah makhluk hidup yang khas, dengan karakteristik yang
unik, yang memiliki kepribadian sendiri dengan berbagai potensi diri
yang harus dikembangkan melalui proses pendidikan. Proses pendidikan
sangat jauh berbeda dengan proses produksi di lingkungan dunia industri,
karena proses pendidikan merupakan interaksi edukatif antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik dan positif. Sesuai dengan firman Allah SWT.:
....
“Sesungguhnya Allah tidak merubah apa yang ada pada sebuah
kaum hingga mereka mengubah apapun yang ada di diri mereka.” (Qs.
Ar-Ra’d [13]: 11)
4
Allah menegaskan bahwa perubahan dimulai dari makhluk itu
sendiri, begitu pula dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan
sarana merubah karakteristik manusia menjadi lebih baik justru harus
mempersiapkan dengan baik bagaimana menjadi sarana yang benar-
benar dapat mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang
berakhlakul karimah. Dengan demikian, ilmu pendidikan merupakan
ilmu yang nyata dan real berkenaan dengan realita subyek yang semakin
mandiri. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksanan pembelajaran di kelas
yang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan harus dijadikan
sasaran pertama dan utama revolusi mental di sekolah.4
Adapun latar belakang revolusi mental dalam pendidikan
dikarenakan perlunya penguatan karakter bagi peserta didik melalui
pemulihan pendidikan karakter di sekolah untuk mempersiapkan peserta
didik dalam menghadapi tantangan perkembangan era globalisasi.
Diperlukannya optimalisasi peran sekolah agar pemulihan pendidikan
karakter bagi peserta didik di sekolah lebih efektif. Peserta didik perlu
dibekali nilai-nilai agama atau moralitas yang tinggi agar peserta didik
tidak menjadi korban arus globalisasi.5
Revolusi mental juga diperlukan karena tantangan abad 21 dan
menyiapkan generasi emas 2045, yang menandai 100 tahun hari ulang
tahun kemerdekaan republik Indonesia adalah membangun manusia yang
produktif, kreatif, inovatif, berkarakter dan berkeahlian sesuai minat dan
kemampuan individu. Pendidikan harus membebaskan, membuka pintu
bagi peserta didik dalam mewujudkan cita-citanya sesuai dengan minat
4 E. Mulyasa, Revolusi Mental Dalam Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 4.
5 Ahmad Yusuf Sobri, Penyemaian Nilai Karakter Melalui Program Penguatan
Pendidikan Karakter di Sekolah, http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Ahmad-
Yusuf-Sobri.pdf, diakses pada tanggal 11 Maret 2018, pukul 17.28 WIB.
5
dan bakatnya masing-masing secara optimal, sehingga bisa menjadi
pribadi mandiri yang siap saling berkomunikasi dan berkolaborasi,
bersaing dan bersanding, bakhan bertanding. Untuk kepentingan tersebut,
diperlukan revolusi mental di sekolah sebagai jawaban konkret dan
operasional terhadap berbagai masalah pendidikan, baik masalah internal
maupun eksternal. Lantas apa, siapa dan bagaimana revolusi mental
disekolah itu?6
Revolusi mental dalam bidang pendidikan, perlu diawali dengan
mengembalikan peran guru dan sekolah sebagai fasilitator pendidikan
dan pembelajaran. Hal ini penting, karena kualitas sekolah sangat
bergantung pada kualitas guru dan lingkungannya. Oleh karena itu,
revolusi mental di sekolah harus menyentuh persoalan bagaimana
membangun manusia yang berkualitas dan berkarakter secara kaffah,
sehingga pendidikan tidak hanya menjadi ajang pengembangan
intelektual saja, tetapi mebangun karakter manusianya, jiwa dan
qolbunya. Untuk itu, sekolah terutama guru harus menjadi fasilitator
untuk meyiapkan dan menciptakan manusia yang kaffah, berintelektual
sekaligus berakhlakul karimah, dan yang paling penting dari semuanya
itu, mereka kelak dapat memberikan manfaat bagi kepentingan umat.7
Seperti hadis Nabi SAW.: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni.
Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Melalui penelitian ini, penulis tertarik untuk mencari lebih dalam
mengenai konsep revolusi mental seperti apa yang diterapkan dalam
pendidikan sebagai sebagai upaya membentuk karakter siswa. Terutama
6 E. Mulyasa, Revolusi Mental Dalam Pendidikan, h. 5.
7 E. Mulyasa, Revolusi Mental Dalam Pendidikan, h. 19.
6
merevolusi mental pendidik yang menjadi pemeran utama dalam proses
pendidikan.
Penulis membaca bahwa, Prof, Dr. H. E. Mulyasa, M. Pd
menulis buku tentang Revolusi Mental dalam Pendidikan. Dalam
bukunya terdapat penyakit-penyakit mental guru yang harus
disembuhkan. Dengan demikian penulis tertarik untuk menuangkan
konsep sebagai solusi dari penyakit-penyakit yang ada dalam buku
tersebut. Konsep yang dimaksud adalah solusi yang Allah tawarkan
dalam kitabnya yaitu Al-Qur´an dan juga pemikiran Mulyasa atas
penyakit tersebut.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Konsep Revolusi Mental
Guru Perspektif Mulyasa dan Al-Qur΄an.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis,
dapat ditemukan beberapa masalah, diantaranya:
1. Semakin canggihnya teknologi sehingga mengharuskan pendidik
lebih gesit dalam mengejar ketertinggalannya dalam bidang teknologi
dan informasi dan sehingga dapat mengatasi kekhawatiran terhadap
perkembangan peserta didik.
2. Pendidik kurang mampu memfiltrasi pengaruh foreign culture dari
perkembangan zaman terhadap mental dan moral serta akhlak peserta
didik.
3. Kurangnya penerapan aspek atau nilai-nilai afektif (budi pekerti) atau
akhlak.
7
4. Dibutuhkannya sebuah sistem yang dapat memenuhi tuntutan
pendidikan di masa sekarang, mampu menanamkan kebiasaan hidup
mandiri, terampil, dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas.
5. Pendidik belum atau tidak bisa memberikan bekal dasar yang optimal
kepada peserta didik, baik dalam sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, maupun keterampilan.
6. Penurunan sikap mental, penurunan produktivitas dan kreativitas
pendidik, serta keterlambatan dalam mengikuti perkembangan
IPTEK.
7. Banyaknya penyimpangan guru di sekolah, sehingga tidak sesuai
dengan tugas dan fungsinya yang tidak lain untuk memberikan bekal
dasar kepada peserta didik.
8. Diperlukannya penguatan karakter bagi peserta didik melalui
restorasi pendidikan karakter di sekolah untuk mempersiapkan
peserta didik dalam menghadapi tantangan perkembangan era
globalisasi.
9. Pendidik harus memiliki bekal agama yang kuat karena peserta didik
perlu dibekali nilai-nilai agama atau moralitas yang tinggi agar
peserta didik tidak menjadi korban arus informasi global.
10. Kurangnya benteng atau akidah dalam diri sehingga tidak bisa
melakukan filtrasi terhadap perbuatan baik dan buruk.
11. Diperlukannya konsep revolusi mental untuk membangun karakter
pendidik yang lebih baik.
12. Banyaknya penyakit mental pendidik yang dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan, sehingga harus direvolusi.
8
C. Pembatasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah di atas, agar tulisan ini lebih
terfokus dan terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu tentang bagaimana konsep revolusi
mental yang harus diimplementasikan sebagai solusi penyembuhan
penyakit mental guru menurut Mulyasa dan Al-Qur´an.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis akan
merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah konsep revolusi mental dalam pendidikan?
2. Apa saja jenis penyakit mental guru menurut Mulyasa?
3. Bagaimana solusi terhadap penyakit mental guru menurut Mulyasa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
konsep revolusi mental sebagai solusi terhadap penyakit mental guru
dalam perspektif Mulyasa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menunjukkan pada pentingnya penelitian
yang dilakukan, baik untuk pengembangan ilmu dan referensi penelitian
lebih lanjut. Dengan kata lain, manfaat penelitian berisi uraian yang
menunjukkan bahwa masalah yang dipilih memang layak untuk diteliti.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis
maupun praktis bagi penulis dan pembaca, yakni:
1. Manfaat Teoritis
9
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran,
khususnya bagi semua profesi guru sebagai bahan bacaan dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru.
b. Hasil penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah
satu acuan dalam menerapkan konsep revolusi mental dalam
mengobati penyakit-penyakit mental guru.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan peran konsep revolusi mental dalam mewujudkan guru
yang dapat diteladani.
b. Untuk menambah pengetahuan yang berguna bagi penulis saat
terjun di masyarakat agar dapat mengaplikasikan ilmu yang
penulis dapat.
c. Dapat menjadi solusi bagi masalah yang selama ini dialami oleh
tenaga kependidikan. Sehingga revolusi mental meningkatkan
kualitas dalam pendidikan.
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah kajian literatur yang relevan dengan
pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan, atau bahkan memberikan
inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian.8 Dalam berbagai
literatur yang penulis telah baca, adapun bahan-bahan bacaan yang
berkaitan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan bahan telaah penulis,
antara lain:
8Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
(Jakarta: IIQ Press, 2011), h. 13
10
1. Skripsi yang ditulis oleh Nanda Nursyah Alam berjudul “Nilai-nilai
Revolusi Mental dan Implikasinya terhadap Pembentukan
Kepribadian Siswa (Studi Analilsis Materi Buku Pendidkan Agama
Islam Kurikulum 2013)” tahun 2017, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Sunan Kalijaga.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai
bagaimana implikasi revolusi mental terhadap pembentukan
kepribadian siswa (studi analisis materi Pendidkan Agama Islam
Kurkulum 2013).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep
revolusi mental dan nilai-nilai revolusi mental serta implikasinya
terhadap pembentukan kepribadian siswa.
Penelitian ini merpakan jenis penelitian kepustakaan dengan
sumber data primer buku siswa pelajaran Pendidkan Agama Islam
dan Budi Pekerti Kelas X, XI, dan XII SMA Kurikulum 2013.
Adapun pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi pendidikan karena mengkaji masalah dengan mempelajari
kondisi kejiwaan dan tingkah laku siswa sebagai individu, anggota
kelompok dan lingkungan sekitar (sekolah, keluarga dan masyarakat)
dalam proses belajar mengajar. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis konten.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Konsep revolusi
mental yaitu, perombakan kejiwaan seorang manusia dari yang keras
kepala, suka berdusta, mencuri, intoleran, menyeleweng, menyiksa
orang lain yang lainnya menjadi manusia lebih baik. (2) Kandungan
nilai revolusi mental dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas X yaitu percaya diri dan teguh pendirian, nilai sosial,
11
nilai kejujuran, nilai religius (spiritual), nilai kesabaran (kontrol diri),
positive thingking, nilai persaudaraan. Adapun nilai revolusi mental
dalam Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI
yaitu nilai religius (spiritual), nilai saling menghormati, nilai
kejujuran, nilai kepatuhan, nilai keteladanan, nilai kerja keras, nilai
toleransi dan nilai anti kekerasan. Sedangkan adapun nilai revolusi
mental dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas
XI yaitu nilai religius (spiritual), nilai kerja keras, nilai optimisme,
nilai saling menghargai. (3) Implikasinya terhadap pembentukan
kepribadian siswa yaitu mengarahkan dan membimbing siswa
menjaadi taat beribadah, mengidenifikasi dan memahami tindakan-
tindakan negatif di masyarakat, melakukan praktik-praktik kegiatan
dan pengembangan diri, mengadakan kegiatan sosial masyarakat,
membuat pengayaan dan refleksi proses pembelajaran, dan
menerapkan kejujuran dalam setiap latihan dan ujian.9
Adapun persamaan peneliti dengan skripsi diatas adalah
sama-sama meneliti tentang revolusi mental dalam proses
pendidikan. Sedangkan perbedaannya adalah, peneliti pada skripsi di
atas meneliti bagaimana buku PAI berperan dalam merevolusi
mental, sedangkan peneliti akan meneliti tentang bagaimana revolusi
mental teerhdap pendidik yang memiliki penyakit-penyakit mental
sebagaimana tertuang dalam buku Revolusi Mental dalam Pendidikan
karya Mulyasa.
2. Skripsi yang ditulis oleh Emir Rasyid Fajrian berjudul “Islam
Nusantara Sebagai Pondasi Pendidikan Revolusi Mental (Dalam
9Nanda Nursyah Alam, “Nilai-nilai Revolusi Mental dan Implikasinya terhadap
Pembentukan Kepribadian Siswa (Studi Analilsis Materi Buku Pendidkan Agama Islam
Kurikulum 2013)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, 2017
12
Perspektif KH. A. Mustofa Bisri)” tahun 2016, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguran Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai
bagaimana Islam Nusantara sebagai pondasi pendidikan revolusi
mental (dalam perspektif KH. A. Mustofa Bisri).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep
Islam Nusantara dan penddikan revolusi mental, dan
mendeskripsikan pemikiran mendasar dari KH. A. Mustofa Bisri.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tokoh. Penulis
menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan
analisis wacana. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berbagai dokumen tertulis yang berisi pemikiran KH. A
Mustofa Bisri tentang Islam Nusantara dan pendidikan revolusi
mental. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan
penelusuran dan kajian dokumentasi serta wawancara. Sedangkan
untuk teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis
wacana dengan model yang dikembangkan oleh A. Van Djik yang
terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran KH. A.
Mustofa Bisri tentang Islam Nusantara dan pendidikan revolusi
mental antara lain dalam memaknai Islam Nusantara adalah Islam
yang khas ala Indonesia yang merupakan gabungan nilai Islam
teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya dan adat istiadat di
Nusantara. Karakter Islam Nusantara menunjukan adanya kearifan
lokal di Nusantara yang tidak melanggar ajaran Islam, namun justru
menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak
tersebar di wilayah Nusantara. Revolusi mental diperlukan untuk
13
menggeser kembali pandangan ke arah yang benar, sehingga
langkah-langkah yang ditempuh pun menjadi benar.10
Adapun persamaan peneliti dengan skripsi diatas adalah
sama-sama meneliti tentang bagaimana revolusi mental harus
diimplementasikan. Perbedaannya, skripsi diatas membahas
bagaimana Islam Nusantara sebagai pondasi revolusi mental,
sedangkan peneliti akan meneliti tentang implementasi dalam praktek
pendidikan. Tertutama bagaimana pendidik yang seharusnya menjadi
peran utama dalam proses pendidikan itu sendiri.
3. Skipsi yang ditulis oleh Ibnu Khibban Al Ilyas berjudul “Revolusi
Mental Berbasis Al-qur`an dan Implikasinya Terhadap Guru
Pendidikan Agama Islam (telaah karya-karya M. Quraish Shihab)”,
tahun 2016, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pada
kenyataannya bangsa Indonesia mengalami dekadensi mental,
dekadensi mental inilah yang sedang merasuki para guru terutama
guru pendidikan agama Islam di Indoenesia. Kesalahan guru yang
paling utama adalah belum atau tidak bisa memberikan bekal dasar
yang optimal kepada peserta didik, hal ini disebabkan karena
rendahnya aspek keilmuan dan aspek akhlak seorang guru.
Rendahnya dua aspek itulah yang nantinya tidak akan bisa ditularkan
kepada peserta didik secara optimal. Untuk itu penelitian ini
mengangkat tema revolusi mental dalam rangka merubah secara
besar-besaran kondisi mental manusia dari yang tidak baik menuju
kepada yang baik. Revolusi mental yang ditawarkan dalam penelitian
10
Emir Rasyid Fajrian berjudul “Islam Nusantara Sebagai Pondasi Pendidikan
Revolusi Mental (Dalam Perspektif KH. A. Mustofa Bisri)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguran Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2016
14
ini adalah revolusi mental yang digagas oleh M. Quraish Shihab
melalui karya-karyanya. Ayat Al-Qur´an yang dijadikan sebagai
acuan untuk menjalankan revolusi mental adalah QS. Ar-Ra’du ayat
11 dan QS. Al-Anfal ayat 53. Dari dua ayat inilah M. Quraish Shihab
mengeluarkan gagasannya tentang istilah mentalitas manusia dan
bagaimana merevolusi mental manusia tersebut.tentunya peneliti
mengetahui hal tersebut dengan menelaah karya-karya M. Quraish
Shihab, karena itu penelitian ini diharapkan dapat menggali
pengetahuan kita tentang revolusi mental berbasis Al-Qur´an dan
mengimplikasikannya terhadap guru pendidikan agama Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang
menggunakan pendekatan tematik. Pengumpulan datanya
menggunakan metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
teknik analisis isi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam Al-Qur´an
istilah memiliki persamaan makna dengan kata mental. Istilah
tersebut adalah nafs, nafs inilah ang bisa melahirkan perbuatan postif
atau perbuatan negatif. Revolusi mental adalah bagaimana
memelihara nafs agar ketertarikan untuk melakukan perbuatan postif
lebih besar daripada melakukan perbuatan negatif. Maka dari itu,
perlu ada perhatian yang sangat bear untuk menjaga kesucian nafs.
Ada beberapa syarat untuk memelihara nafs dalam konteks
perubahan atau revolusi mental: 1). Meneguhkan nilai-niai. 2).
Memiliki iradah atau tekad yang kuat, 3). Memiliki kemampuan, baik
kemampuan fisik maupun non fisik. Dalam konteks revolusi mental
guru pendidikan agama Islam, ada beberapa ayat Al-Qur´an yang
dijadikan sebagai acuan sekaligus berimplikasi terhadap perilaku
15
guru pendidikan agama Islam. Implikasi tersebut mencangkup aspek
keilmuan dan aspek akhlak seorang guru pendidikan agama Islam.
Adapun persamaan peneliti dengan skripsi diatas adalah
sama-sama meneliti tentang revolusi mental dalam pendidikan dan
sama-sama membahas tentang penyakit mental yang disebutkan
dalam buku Mulyasa. Sedangkan perbedaannya, peneliti akan
membuat perbedaan pada solusi yang ditawarkan penulis dalam
menangani penyakit mental guru.
4. Tesis yang ditulis oleh Muhammad Ihwan berjudul “Peran Guru PAI
dalam Revolusi Mental Siswa dalam Perspektif Islam di SMP 1
Yogyakarta” tahun 2015, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
UIN Sunan Kalijaga.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai
bagaimana peran guru PAI dalam merevolusi mental siswa dalam
perspektif agama Islam di SMPN 1 Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peran guru PAI dalam merevolusi mental siswa dalam perspektif
agama Islam di SMPN 1 Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat
deskriptif kualitatif. Teknik dalam penentuan subyek penelitian yang
penulis gunakan adalah sampling (purposive sampling). Adapun
metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi, atau
catatan lapangan, dan dokumentasi seangkan analilis datanya
menggunakan desktiptif analitik, dan pada akhirnya kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membentuk
karakter siswa di SMPN 1 Yogyakarta menggunakan pendekatan
komprehensif. Strategi revolusi mental menggunakan pendekatan
moral reasoning (penalaran moral) yaitu pembelajaran yang
16
ditempuh dengan tahapan pengetahuan moral, perasaan moral, dan
tindakan moral melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
SMPN 1 Yogyakarta melakukan beberapa startegi yaitu: Pertama
mengajarkan dan memberikan pemahaman tentang kebaikan,
keadilan kedua guru sebagai suritauladan sekaligus sebagai pengasuh
dan pembimbing ketiga menentukan prioritas karakter, keempat
praksi prioritas refleksi yaitu pendalaman untuk melihat sejauh mana
keberhasilan dan kegagalan pendidikan karakter peran revolusi
mental guru. Adapun dampak dari revolusi mental pendidikan
tersebut terhadap karakter siswa memiliki dampak yang cukup baik,
dari segi pengetahuan, perasaan dan tindakan yang mencerminkan
karakter baik dalam kesehariannya. Adapun nilai-nilai karakter yang
dimiliki yakni religius, tanggung jawab, jujur, kreatif, demokrasi,
disiplin, mandiri, toleransi, kerja keras, cinta kebersihan/ peduli
lingkungan, sopan santun, dan sederhana. SMPN 1 Yogyakarta dalam
pembentukan karakter adalah sesuai antara karakter yang di
tanamkan dengan indikator keberhasilan karakter dari gejala atau
fakta hasil observasi, bentuk keteladanan pembiasaan pengetahuan
keterlibatan orang tua dan masyarkat kunci keberhasilan penanaman
karakter. Adapun faktor pendukung dan penghambat keberhasilan
penanaman karakter peserta didik yang dianalisis menggunakan
analisis SWOT berdasarkan kondisi internal dan eksternal SMPN 1
Yogyakarta.11
Adapun persamaan peneliti dengan skripsi diatas adalah
sama-sama meneliti tentang revolusi mental dalam pendidikan.
Sedangkan perbedaannya, peneliti akan meneliti tentang konsep
11
Muhammad Ihwan, “Peran Guru PAI dalam Revolusi Mental Siswa dalam
Perspektif Islam di SMP 1 Yogyakarta”, Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
UIN Sunan Kalijaga, 2015
17
revolusi mental ruang lingkup guru. Revolusi mental yang dibahas
penulis merupakan solusi dari penyakit-penyakit guru yang terdapat
pada pendidik khususnya penyakit yang tertuang dalam buku
Mulyasa yang berjudul Revolusi Mental dalam Pendidikan.
5. Skripsi yang ditulis oleh Adi Nugroho berjudul “Konsep Revolusi
Mental Tan Malaka” tahun 2014, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Malang.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai
bagaimana kondisi masyarakat pribumi Hindia Belanda, bagimana
konsep revolusi mental menurut Tan Malaka, bagaimana relevansi
konsep revolusi mental Tan Malaka bagi pergerakan nasional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi
mental masyarakat pribumi Hindia Belanda, untuk mendeskripsikan
konsep revolusi mental menurut Tan Malaka dan untuk
mendeskripsikan relevansi konsep revolusi mental Tan Malaka bagi
pergerakan nasional.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
sejarah. Metode ini meliputi, pemilihan topik yang didasarkan pada
perjuangan Tan Malaka dalam mengubah mental masyarakat pribumi
Hindia Belanda yang masih berpikiran magis religious menuju
pemikiran yang logis melalui sarana pendidikan dan pemikirannya,
heuristik, yaitu proses mencari dan mengumpulkan sumber data
penelitian, kritik sumber interprestasi yaitu penafsiran terhadap
sumber-sumber pustaka yang telah dikritik dan yang terakhir adalah
historiografi yang memiliki arti penulisan sejarah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh pergerakan
nasional menggunakan pemikiran Tan Malaka dalam
memperjuangkan merebut kemerdekaan. Para tokoh tersebut meliputi
18
Soekarno yang telah membaca “Naar de Republiek” atau dalam
terjemahan Bahasa Indonesia menjadi “Menuju Republik”,
menginspirasi beliau untuk menulis “Indonesia Menggugat”. W.R.
Soepratman sang pencipta lagu Indonesia Raya mengilhami bagian
akhir dari Massa Achtie yaitu kata “tanah tumpah darahku” diambil
dari bab XII yang bertajuk “Khayalan Seorang Revolusioner”. Inti
dari pemikiran revolusi mental Tan Malaka ini adalah didasari oleh
gagasan atau ide untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari pola
pemikiran yang masih terkurung dalam belenggu magis religius.
Revolusi mental mencakup tiga aspek kehidupan, yaitu logika
mistika, feodalisme, dan pendidikan. Tan Malaka mendefinisikan
magis religius sebagai logika mistika, yaitu pemikiran yang
menjadikan tahayul sebagai penyebab terjadinya suatu peristiwa.
Feodalisme merupakan salah satu penghambat masyarakat Indonesia
agar berpikir logis. Pendidikan merupakan sarana untuk menuju pola
pikir yang lebih modern dan terbebas dari logika mistik.12
Adapun persamaan peneliti dengan skripsi di atas adalah
sama-sama meneliti tentang revolusi mental dan mecari solusi atas
penyakit mental. Perbedaannya skripsi tersebut lebih terfokus pada
revolusi mental dalam konsep Tan Malaka untuk mengubah
masyarakat agar lepas dari pemikiran yang magis religius. Sedangkan
peneliti akan membahas bagaimana konsep revolusi mental dalam
bidang pendidikan. Peneliti berusaha mencari solusi bagaimana
merevolusi mental guru dari penyakit-penyakit mental yang tertuang
dalam buku Mulyasa dengan judul Revolusi mental dalam
Pendidikan.
12
Adi Nugroho berjudul,“Konsep Revolusi Mental Tan Malaka”, Skripsi, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, 2014
19
H. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai salah satu cara yang harus
ditempuh untuk mencaai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,
sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana
dilakukan menggunakan metode-metode tertentu.
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oeh asumsi-asumsi asar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu
dihadapi.13
Metode penelitian ialah cara kerja meneliti, mengkaji, dan
menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau
kesimpulan tertentu.14
1. Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan metode kualitatif.
Alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para
peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan
memhami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala
merupakan suatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.15
Dengan demikian penulis akan secara mendalam menganalisis terkait
judul, agar dapat ditemukan titik terang dari permasalahan.
Metode yang digunakan penulis adalah metode Library
Research (riset kepustakaan/studi kepustakaan), untuk mendapatkan
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2015) h. 52
14Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma,
2005), h. 43
15Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), cet ke-2, h. 20.
20
teori-teori yang mendukung tema dalam penulisana ini yang
diperoleh dari berbagai literatur.16
Library research (studi kepustakan) ialah segala usaha yang
dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi
itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia dan sumber-sumber
tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
Studi kepustkaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah
dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan
studi kepustakan. Selain itu seorang penelitian dapat memperoleh
informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada
kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakan peneliti
dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang
relevan dengan penelitiannya.
Adapun untuk teknik analisis, penulis menggunakan metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang, sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau
dalam ingatan responden.
16
Soerjo Nomor Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UIP, 1986), cet.
Ke-III, h. 12.
21
2. Sumber Data
Data yang terkumpul dalam penelitian selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan teknik content analisis.17
Dalam riset
kepustakaan, pasti membutuhkan data primer dan data sekunder yang
akan digunakan sebagai bahan penelitian. Adapun data primer yang
dugunakan penulis adalah buku revolusi mental dalam pendidikan
karya Mulyasa. Sedangkan data sekunder, diambil dari buku-buku
yang menunjang judul penelitian di atas, jurnal, skripsi dan tesis serta
literatur yang terkait dengan judul.
Penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulakn bahan-bahan yang relevan serta mendukung
pembahsan skripsi ini. Data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
berupa buku, literatur, dokumen-dokumen resmi, Al-Qur´an dan
hadis yang berhubungan dengan objek masalah.
I. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan laporan dalam penelitian ini akan merujuk
pada buku yang disusun oleh Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo. MA, et
al. yang diterbitkan oleh LPPI Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
tahun 2017.
Sistematika penulisan adalah penjelasan tentang bagian-bagian
yang akan ditulis di dalam penelitian secara sistematis. Bagian ini berisi
logika struktur bab yang berisi nama judul bab dan sub bab.18
BAB I: Pendahuluan, bab ini memuat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
17
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 221-222
18Huzaemah T. Yanggo, et al, Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi,
(Tangerang: LPPI IIQ Jakarta, 2017), h. 7.
22
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II: Kajian Teori,bab ini meliputi: Pertama, tentang konsep
revolusi mental dalam pendidikan, antara lain pengertian revolusi,
pengertian mental, pengertian revolusi mental dalam pendidikan, tujuan
dan manfaat revolusi mental dalam pendidikan. Kedua, tentang guru
sebagai objek revolusi mental dalam pendidikan, meliputi pengertian
guru, kriteria guru seharusnya dan sifat negatif guru.
BAB III: Sekilas tentag biografi penulis, profil buku revolusi
mental dalam pendidikan dan ayat tentang revolusi mental. Bab ini berisi
uraian yang menjelaskan secara rinci bagaimana biografi penulis buku,
latar belakang penulisan buku, karya lain yang pernah dibuat oleh penulis
buku dan metode penulisan buku serta identifikasi ayat tentang revolusi
mental.
BAB IV: Hasil Penelitian, bab ini berisi penyakit mental guru,
meliputi penyakit mental yang harus disembuhkan. Dan menguraikan
hasil analisis yakni solusi untuk penyakit mental pendidik menurut
penulis dalam perspektif Al-Qur´an atas penyakit mental pendidik yang
telah dipaparkan dalam buku Revolusi mental dalam pendidikan karya
Mulysa.
BAB V: Penutup, bab ini menguraikan kesimpulan yang
meliputi: kesimpulan dan saran.
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah peneliti kemukakan tentang konsep
revolusi mental guru dalam perspektif Mulyasa dan Al-Qur`an, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan:
Konsep revolusi mental dalam pendidikan dimulai dari tenaga
kependidikan itu sendiri. Terutama sebagai pemeran utama dalam
pendidikan adalah guru. Guru berperan aktif dalam revolusi mental
dalam pendidikan. Tetapi sangat disayangkan bahwa masih banyak guru
yang belum menjadi guru seutuhnya. Banyak guru yang bermasalah
dalam dirinya baik dalam sikap dan perbuatannya akibat penyakit mental
dalam dirinya.
Menurut E. Mulyasa penyakit mental guru yang dimaksud antara
lain: Virus EBOLA (engga belajar otaknya lamban), TBC (tidak bisa
computer), Kurap (kurang aplikatif), Kudis (kurang disiplin), Asma (asal
masuk), Hipertensi (hiruk persoalkan tentang sertifikasi), Mual (mutu
ujian amat lemah), Asam Urat (asal selesai mengajar, materi usang
kurang akurat), Kram (kurang terampil), Gatal (galau tanpa alasan),
Tipus (tidak punya selera), Koreng (kurang objektif, ribet, enggan
bertanggug jawab), Virus SMS (susah melihat orang lain senang), Lesu
(lemah sumber), Liper (lemah ilmu pengetahuan, empati rendah), Kuman
(kurang manfaat), dan Diabetes (dihapdan anak bekerja tidak serius).
Itulah penyakit mental guru yang masih banyak dimiliki oleh guru di
Indonesia.
Dalam mengatasi penyakit mental guru tersebut penulis
menuliskan beberapa treatment atau solusi menurut Mulyasa dan Al-
2
Qur`an. Menurut Mulyasa mental obat yang dibutuhkan oleh guru yang
pertama adalah be a smilling teacher kemudian penulis mencantumkan
ayat yang berhubungan dengan senyum terbaik yaitu An-Naml ayat 19.
Kedua revolusi mental melawan setan Bung Karno yang maksudnya
adalah sadar bahwa tugas guru yang sesungguhnya adalah
menyampaikan ilmunya bukan hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri
apalagi hanya karena sertifikasi. Ditegaskan oleh Allah dalam QS. Ar-
Rahmaan ayat 2-4. Meniatkan kerja sebagai ibadah sebagai obat dari
penyakit penyakit diabetes (di hadapan anak bekerja tidak serius), gatal
(galau tanpa alasan), tipus (tidak punya selera) sebagaimana firman Allah
SWT. Adz-Dzariyah ayat 56. Disiplin dan adil ayat yang digunakan
adalah Surat Fushilat ayat 9-12, Surat Luqman ayat 32 dan An-Nahl ayat
90 sebagai solusi penyakit kudis (kurang disiplin) pada guru. Be a
professional teacher terdapat dalam surat Al-Israa ayat 84. Be An
Inovatife Teacher sebagai obat dari penyakit asam urat (asal masuk
materi kurang akurat), kram (kurang trampil), kurap (kurang aplikatif)
dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 284. Be Affection Teacher obat
dari empati rendah virus sms (sudah melihat orang lain senang) terdapat
pada surat An-Nisa ayat 8. Be A Usefull Teacher sebagai treatment dari
penyakit kuman (kurang manfaat) pada guru ayat yang menjelaskan yaitu
surat Al-Israa ayat 7. Serasi antara perbuatan dan perkataan diejalaskan
dalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 dan Al-Baqarah ayat 44. Haus akan ilmu
sebagai solusi dari penyakit ebola (enggan belajar otaknya lamban), lesu
(lemah sumber) dan liper (lemah ilmu pengetahuan) dijelaskan pada surat
Al-Mujadilah ayat 11. Dan yang terakhir adalah belajar pada ahlinya
sebagai solusi dalam mengatasi penyakit tidak bisa komputer dan
dijelaskan oleh Allah SWT. dalam surat An-Nahl ayat 43 dan Al-Anbiya
3
ayat 7. Itulah penyakit dan solusi terhadap penyakit mental guru dalam
perspektif Mulyasa dan Al-Qur`an.
B. Saran
Adapun saran-saran yang perlu penulis kemukakan yaitu:
Dengan banyak kekurangan penulis menyarankan bahwa konsep
revolusi mental dalam pendidikan harus benar-benar diaplikasikan. Tidak
hanya banyak membahas teori tetapi haruslah dipraktikan dalam sehari-
hari. Percuma apabila begitu banyak teori tapi tidak dipraktikan dalam
kehidupan nyata. Dan sebagai seorang guru yang menjadi pemeran utama
dalam peroses pendidikan harus memulai untuk merubah semua penyakit
mental yang diderita dengan mulai memperbaiki diri, evaluasi apa yang
kurang selama menjadi guru.
Bukan hanya mengevaluasi tetapi juga memulai bagaimana
menjadi guru yang baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
menjadi guru profesional dalam lingkungan pendidikan dan juga di
hadapan Allah SWT. Dengan menerapkan onsep revolusi mental guru ini
diharapkan banyak guru yang sadar bahwa tugasnya bukan hanya sebagai
batu loncatan atau pengisi waktu luang, tetapi sadar akan tugas dan peran
guru itu sendiri.
4
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pendidikan Pesantren dalam Membangun Revolusi Mental,
http://pwansorjabar.org/pendidikan-pesantren-dalam-membangun-
revolusi-mental/, diakses pada tanggal 11 Maret 2018, pukul 18.19
WIB.
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan: Tafsir Al-ayat Al-tarbawiy.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Afendi, Arief Hidayat. Al-Islam Studi Al-Qur`an: Kajian Tafsir Tarbawi.
Yogyakarta: Deepublish. 2016.
Alam, Nanda Nursyah. “Nilai-nilai Revolusi Mental dan Implikasinya
terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa (Studi Analilsis Materi
Buku Pendidkan Agama Islam Kurikulum 2013)”. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Kalijaga. 2017
Al-Mahali, Jalaluddin & Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain Jilid I: Surah
An-Nisaa. ter. dari Tafsir Jalalain oleh Najib Junaidi. Surabaya: PT.
Elba Mandiri Fitrah Sejahrtera. 2015.
Al-Maududi, Abul A’la. Khalifah dan Kerajaan. ter. dari Muhammad al-
Baqir. Bandung: Mizan. 1993. Cet. ke-6
Alwi, Haddad. Uswatun Hasanah. Jakarta: PT. Mizan Publika. 2009.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: Rineka Cipta. 2002.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press. 2010.
B, Hurlock E. Perkembangan Anak Jilid I. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
1978.
Bagian Program dan Pelaporan Itjen, “Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi
Mental”, https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/sosialisasi-gerakan-
nasional-revolusi-mental-0 diakses tanggal 2 Juli 2018 pukul 23.58.
Danmiarti, Rahma. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pendukung
Tumbuh Kembang Wawasan Kebangsaan Pada Mata Pelajaran
PPKN Di SMP Negeri 7 Palembang”. dalam Jurnal Manajemen.
Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan. 2017
Endraswara,Suwardi. Revolusi Mental dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Narasi, 2015.
Fajrian, Emir Rasyid. “Islam Nusantara Sebagai Pondasi Pendidikan
Revolusi Mental (Dalam Perspektif KH. A. Mustofa Bisri)”. Skripsi.
5
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguran Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Purwokerto. 2016
Goleman, D. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Graedia Pustaka Utama.
1996.
Haryatmoko, “Revolusi Mental di Ranah Politik: Orientasi Pelayan Publik
dan Pola Baru Seleksi Pejabat Publik”. dalam Semiarto Aji Purwanto
(ed). Revolusi Mental
Hasbullah, Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2006.
Hie, Bayu Prawira. Revolusi Sistem Pendidikan Nasional. Jakrata: Gramedia
Pustaka Utama.2014.
Huson, Totok Prio. Makalah Upaya Peningkatan Retorika, Tendensi, dan
Kompetensi Bakat dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan
dengan Aksentuasi Program Pedagogi Sejak Duduk di Sekolah
Dasar. Magelang: Universitas Muhammadiyah Magelang, 2016.
Ihwan, Muhammad. “Peran Guru PAI dalam Revolusi Mental Siswa dalam
Perspektif Islam di SMP 1 Yogyakarta”. Tesis. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. UIN Sunan Kalijaga. 2015
Imron, Elok Tsurroya. “Analisis Komparansi Konsep Belajar dan
Pembelajaran Menurut Al-Ghazali dan Al-Zharnuji”. Skripsi,
Fakultas Tarbiyah Universitas Negeri Malang. 2008.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.2008.
Jaya, Hermawan Karta dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing.
Bandung: Mizan, 2006. h. 132
Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma. 2005. h. 43
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Djambatan. 2007.
Koesoema, Doni. Strategi Pendidikan Karakter, Revolusi Mental dalam
Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: PT Kanisius. 2015.
Kritiawan, Muhammad. “Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter
Dalam Pembentukkan Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Pandai
Dan Berakhlak Mulia”. dalam Jurnal Ta’dib. 2015.
M. Darwis Hude, Jurnal Pendidikan Agama Islam: Mengemas Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang Bermakna. Jakarta: Institut Ilmu Al-
Qur`an. 2014.
6
M. Quraish Syihab, Al-Qur´an dan Revolusi Mental (Acara Muara Hati),
diakses di https://www.youtube.com/watch?v=WhuBNOe9acQ pada 1
Juli 2018 pukul 22.00 WIB
Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-
Maarif. 1989.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2011.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Prenada Kencana. 2006.
Mulyasa, E. Revolusi Mental dalam Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2015.
Nata, Abudin. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid.
Jakarta: Raja Grafindo. 2001.
Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 1993.
Nugroho, Adi. “Konsep Revolusi Mental Tan Malaka”. Skripsi. Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. 2014
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 1991. Cet. XII
Prasetyo, Sigit Aris Bung Karno dan Revolusi Mental. Tangerang
Selatan: Imania. 2017
Putra, Heddy Shri Ahimsa. “Strategi Kebudayaan untuk Revolusi Mental di
Indonesia”. dalam Semiarto Aji Purwanto (ed.). Revolusi Mental
Rahmawati, Reni. Kepemimpinan Non-Muslim Menurut Al-Qur´an. Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur´an. 2014), h. 138
Ridlo, Saiful dan Andin Irsadi. “Pengembangan Nilai Karakter Konservasi
Berbasis Pembelajaran”, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan, 2012
Roza, Ahmad. “Internalisasi Revolusi Mental”. dalam Tarbawiyah. Vol. 13
No. 2 Edisi Juli-Desember 2016.
Saifuddin. Revolusi Mental dalam Perspektif Al-Qur´an. dalam Maghza Vol.
1, No. 2, Juli-Desember 2016.
Semiun,Yustinus. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur´an. Jakarta: Lentera Hati. 2002. vol. 7.
7
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur´an: Tafsir Tematik atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan. 2007.
Sobri, Ahmad Yusuf. Penyemaian Nilai Karakter Melalui Program
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah,
http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Ahmad-Yusuf-
Sobri.pdf, diakses pada tanggal 11 Maret 2018, pukul 17.28 WIB.
Soekanto, Soerjo Nomor. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UIP. 1986.
Cet. Ke-III
Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
Setia. 2005. Cet ke-2
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset. 2015.
Sumodiningrat, Gunawan. Revolusi Mental: Pembentukan Karakter Bangsa
Indonesia. Yogyakarta: Media Presindo. 2015.
Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Dari Konsepsi Sampai
Implementasi, Jakarta: Grafindo Persada. 2002.
Supelli, Karlina. “Mengartikan Revolusi Mental”.
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/07/04/mengartikanrevol
usi-mental/, diakses tanggal 14 April 2016.
Suprapto, B. Revolusi Mental Dimulai dari Pendidikan,
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/6669/Revolusi-Mental-
Dimulai-dari-Pendidikan/ diakses tanggal 27 Mei 2018 pukul
21.05WIB.
Susiarja, A. Pendidikan Dalam Tantangan Zaman. Yogyakarta: Kanisius PT.
2014.
Syalhub, Asy. Fuad Abdul Aziz. “Begini Harusnya Menjadi Guru”. terj. dari
Al-Muallim al-Awwal (Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah)
oleh Jamaluddin. Jakarta: Darul HAQ. 2016. Cet ke X.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya. 1994.
Tanzeh, Ahmad. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras. 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008
8
Wicaksono,Andri. “Mencari Karakter Pendidik yang Ideal Bagi Indonesia
(Dalam Cerita Dan Realita Dari Masa Ke Masa)”. dalam Lentera:
Jurnal Ilmiah Kependidikan STKIP PGRI Bandar Lampung. Vol. 1
2017.
Yanggo, Huzaemah T, et al. Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan
Skripsi. Tangerang: LPPI IIQ Jakarta. 2017.
Zakaria, Hamry Gusman. 5 Pilar Revolusi Mental. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo. 2017.
Zanwir dan Widyaiswara, Potret Pendidikan Indonesia Masa Lalu, Kini dan
Hari Esok,
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=577:drszanwirspd&catid=41:top-headlines,
diaksespada tanggal 11 Maret 2018, pukul 17.00 WIB.
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah peneliti kemukakan tentang konsep
revolusi mental guru dalam perspektif Mulyasa dan Al-Qur`an, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan:
Konsep revolusi mental dalam pendidikan dimulai dari tenaga
kependidikan itu sendiri. Terutama sebagai pemeran utama dalam
pendidikan adalah guru. Guru berperan aktif dalam revolusi mental
dalam pendidikan. Tetapi sangat disayangkan bahwa masih banyak guru
yang belum menjadi guru seutuhnya. Banyak guru yang bermasalah
dalam dirinya baik dalam sikap dan perbuatannya akibat penyakit mental
dalam dirinya.
Menurut E. Mulyasa penyakit mental guru yang dimaksud antara
lain: Virus EBOLA (engga belajar otaknya lamban), TBC (tidak bisa
computer), Kurap (kurang aplikatif), Kudis (kurang disiplin), Asma (asal
masuk), Hipertensi (hiruk persoalkan tentang sertifikasi), Mual (mutu
ujian amat lemah), Asam Urat (asal selesai mengajar, materi usang
kurang akurat), Kram (kurang terampil), Gatal (galau tanpa alasan),
Tipus (tidak punya selera), Koreng (kurang objektif, ribet, enggan
bertanggug jawab), Virus SMS (susah melihat orang lain senang), Lesu
(lemah sumber), Liper (lemah ilmu pengetahuan, empati rendah), Kuman
(kurang manfaat), dan Diabetes (dihapdan anak bekerja tidak serius).
Itulah penyakit mental guru yang masih banyak dimiliki oleh guru di
Indonesia.
Dalam mengatasi penyakit mental guru tersebut penulis
menuliskan beberapa treatment atau solusi menurut Mulyasa dan Al-
2
Qur`an. Menurut Mulyasa mental obat yang dibutuhkan oleh guru yang
pertama adalah be a smilling teacher kemudian penulis mencantumkan
ayat yang berhubungan dengan senyum terbaik yaitu An-Naml ayat 19.
Kedua revolusi mental melawan setan Bung Karno yang maksudnya
adalah sadar bahwa tugas guru yang sesungguhnya adalah
menyampaikan ilmunya bukan hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri
apalagi hanya karena sertifikasi. Ditegaskan oleh Allah dalam QS. Ar-
Rahmaan ayat 2-4. Meniatkan kerja sebagai ibadah sebagai obat dari
penyakit penyakit diabetes (di hadapan anak bekerja tidak serius), gatal
(galau tanpa alasan), tipus (tidak punya selera) sebagaimana firman Allah
SWT. Adz-Dzariyah ayat 56. Disiplin dan adil ayat yang digunakan
adalah Surat Fushilat ayat 9-12, Surat Luqman ayat 32 dan An-Nahl ayat
90 sebagai solusi penyakit kudis (kurang disiplin) pada guru. Be a
professional teacher terdapat dalam surat Al-Israa ayat 84. Be An
Inovatife Teacher sebagai obat dari penyakit asam urat (asal masuk
materi kurang akurat), kram (kurang trampil), kurap (kurang aplikatif)
dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 284. Be Affection Teacher obat
dari empati rendah virus sms (sudah melihat orang lain senang) terdapat
pada surat An-Nisa ayat 8. Be A Usefull Teacher sebagai treatment dari
penyakit kuman (kurang manfaat) pada guru ayat yang menjelaskan yaitu
surat Al-Israa ayat 7. Serasi antara perbuatan dan perkataan diejalaskan
dalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 dan Al-Baqarah ayat 44. Haus akan ilmu
sebagai solusi dari penyakit ebola (enggan belajar otaknya lamban), lesu
(lemah sumber) dan liper (lemah ilmu pengetahuan) dijelaskan pada surat
Al-Mujadilah ayat 11. Dan yang terakhir adalah belajar pada ahlinya
sebagai solusi dalam mengatasi penyakit tidak bisa komputer dan
dijelaskan oleh Allah SWT. dalam surat An-Nahl ayat 43 dan Al-Anbiya
3
ayat 7. Itulah penyakit dan solusi terhadap penyakit mental guru dalam
perspektif Mulyasa dan Al-Qur`an.
B. Saran
Adapun saran-saran yang perlu penulis kemukakan yaitu:
Dengan banyak kekurangan penulis menyarankan bahwa konsep
revolusi mental dalam pendidikan harus benar-benar diaplikasikan. Tidak
hanya banyak membahas teori tetapi haruslah dipraktikan dalam sehari-
hari. Percuma apabila begitu banyak teori tapi tidak dipraktikan dalam
kehidupan nyata. Dan sebagai seorang guru yang menjadi pemeran utama
dalam peroses pendidikan harus memulai untuk merubah semua penyakit
mental yang diderita dengan mulai memperbaiki diri, evaluasi apa yang
kurang selama menjadi guru.
Bukan hanya mengevaluasi tetapi juga memulai bagaimana
menjadi guru yang baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
menjadi guru profesional dalam lingkungan pendidikan dan juga di
hadapan Allah SWT. Dengan menerapkan onsep revolusi mental guru ini
diharapkan banyak guru yang sadar bahwa tugasnya bukan hanya sebagai
batu loncatan atau pengisi waktu luang, tetapi sadar akan tugas dan peran
guru itu sendiri.
4
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pendidikan Pesantren dalam Membangun Revolusi Mental,
http://pwansorjabar.org/pendidikan-pesantren-dalam-membangun-
revolusi-mental/, diakses pada tanggal 11 Maret 2018, pukul 18.19
WIB.
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan: Tafsir Al-ayat Al-tarbawiy.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Afendi, Arief Hidayat. Al-Islam Studi Al-Qur`an: Kajian Tafsir Tarbawi.
Yogyakarta: Deepublish. 2016.
Alam, Nanda Nursyah. “Nilai-nilai Revolusi Mental dan Implikasinya
terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa (Studi Analilsis Materi
Buku Pendidkan Agama Islam Kurikulum 2013)”. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Kalijaga. 2017
Al-Mahali, Jalaluddin & Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain Jilid I: Surah
An-Nisaa. ter. dari Tafsir Jalalain oleh Najib Junaidi. Surabaya: PT.
Elba Mandiri Fitrah Sejahrtera. 2015.
Al-Maududi, Abul A’la. Khalifah dan Kerajaan. ter. dari Muhammad al-
Baqir. Bandung: Mizan. 1993. Cet. ke-6
Alwi, Haddad. Uswatun Hasanah. Jakarta: PT. Mizan Publika. 2009.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: Rineka Cipta. 2002.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press. 2010.
B, Hurlock E. Perkembangan Anak Jilid I. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
1978.
Bagian Program dan Pelaporan Itjen, “Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi
Mental”, https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/sosialisasi-gerakan-
nasional-revolusi-mental-0 diakses tanggal 2 Juli 2018 pukul 23.58.
Danmiarti, Rahma. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pendukung
Tumbuh Kembang Wawasan Kebangsaan Pada Mata Pelajaran
PPKN Di SMP Negeri 7 Palembang”. dalam Jurnal Manajemen.
Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan. 2017
Endraswara,Suwardi. Revolusi Mental dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Narasi, 2015.
Fajrian, Emir Rasyid. “Islam Nusantara Sebagai Pondasi Pendidikan
Revolusi Mental (Dalam Perspektif KH. A. Mustofa Bisri)”. Skripsi.
5
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguran Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Purwokerto. 2016
Goleman, D. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Graedia Pustaka Utama.
1996.
Haryatmoko, “Revolusi Mental di Ranah Politik: Orientasi Pelayan Publik
dan Pola Baru Seleksi Pejabat Publik”. dalam Semiarto Aji Purwanto
(ed). Revolusi Mental
Hasbullah, Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2006.
Hie, Bayu Prawira. Revolusi Sistem Pendidikan Nasional. Jakrata: Gramedia
Pustaka Utama.2014.
Huson, Totok Prio. Makalah Upaya Peningkatan Retorika, Tendensi, dan
Kompetensi Bakat dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan
dengan Aksentuasi Program Pedagogi Sejak Duduk di Sekolah
Dasar. Magelang: Universitas Muhammadiyah Magelang, 2016.
Ihwan, Muhammad. “Peran Guru PAI dalam Revolusi Mental Siswa dalam
Perspektif Islam di SMP 1 Yogyakarta”. Tesis. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. UIN Sunan Kalijaga. 2015
Imron, Elok Tsurroya. “Analisis Komparansi Konsep Belajar dan
Pembelajaran Menurut Al-Ghazali dan Al-Zharnuji”. Skripsi,
Fakultas Tarbiyah Universitas Negeri Malang. 2008.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.2008.
Jaya, Hermawan Karta dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing.
Bandung: Mizan, 2006. h. 132
Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma. 2005. h. 43
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Djambatan. 2007.
Koesoema, Doni. Strategi Pendidikan Karakter, Revolusi Mental dalam
Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: PT Kanisius. 2015.
Kritiawan, Muhammad. “Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter
Dalam Pembentukkan Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Pandai
Dan Berakhlak Mulia”. dalam Jurnal Ta’dib. 2015.
M. Darwis Hude, Jurnal Pendidikan Agama Islam: Mengemas Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang Bermakna. Jakarta: Institut Ilmu Al-
Qur`an. 2014.
6
M. Quraish Syihab, Al-Qur´an dan Revolusi Mental (Acara Muara Hati),
diakses di https://www.youtube.com/watch?v=WhuBNOe9acQ pada 1
Juli 2018 pukul 22.00 WIB
Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-
Maarif. 1989.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2011.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Prenada Kencana. 2006.
Mulyasa, E. Revolusi Mental dalam Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2015.
Nata, Abudin. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid.
Jakarta: Raja Grafindo. 2001.
Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 1993.
Nugroho, Adi. “Konsep Revolusi Mental Tan Malaka”. Skripsi. Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. 2014
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 1991. Cet. XII
Prasetyo, Sigit Aris Bung Karno dan Revolusi Mental. Tangerang
Selatan: Imania. 2017
Putra, Heddy Shri Ahimsa. “Strategi Kebudayaan untuk Revolusi Mental di
Indonesia”. dalam Semiarto Aji Purwanto (ed.). Revolusi Mental
Rahmawati, Reni. Kepemimpinan Non-Muslim Menurut Al-Qur´an. Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur´an. 2014), h. 138
Ridlo, Saiful dan Andin Irsadi. “Pengembangan Nilai Karakter Konservasi
Berbasis Pembelajaran”, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan, 2012
Roza, Ahmad. “Internalisasi Revolusi Mental”. dalam Tarbawiyah. Vol. 13
No. 2 Edisi Juli-Desember 2016.
Saifuddin. Revolusi Mental dalam Perspektif Al-Qur´an. dalam Maghza Vol.
1, No. 2, Juli-Desember 2016.
Semiun,Yustinus. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur´an. Jakarta: Lentera Hati. 2002. vol. 7.
7
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur´an: Tafsir Tematik atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan. 2007.
Sobri, Ahmad Yusuf. Penyemaian Nilai Karakter Melalui Program
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah,
http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Ahmad-Yusuf-
Sobri.pdf, diakses pada tanggal 11 Maret 2018, pukul 17.28 WIB.
Soekanto, Soerjo Nomor. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UIP. 1986.
Cet. Ke-III
Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
Setia. 2005. Cet ke-2
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset. 2015.
Sumodiningrat, Gunawan. Revolusi Mental: Pembentukan Karakter Bangsa
Indonesia. Yogyakarta: Media Presindo. 2015.
Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Dari Konsepsi Sampai
Implementasi, Jakarta: Grafindo Persada. 2002.
Supelli, Karlina. “Mengartikan Revolusi Mental”.
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/07/04/mengartikanrevol
usi-mental/, diakses tanggal 14 April 2016.
Suprapto, B. Revolusi Mental Dimulai dari Pendidikan,
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/6669/Revolusi-Mental-
Dimulai-dari-Pendidikan/ diakses tanggal 27 Mei 2018 pukul
21.05WIB.
Susiarja, A. Pendidikan Dalam Tantangan Zaman. Yogyakarta: Kanisius PT.
2014.
Syalhub, Asy. Fuad Abdul Aziz. “Begini Harusnya Menjadi Guru”. terj. dari
Al-Muallim al-Awwal (Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah)
oleh Jamaluddin. Jakarta: Darul HAQ. 2016. Cet ke X.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya. 1994.
Tanzeh, Ahmad. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras. 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008
8
Wicaksono,Andri. “Mencari Karakter Pendidik yang Ideal Bagi Indonesia
(Dalam Cerita Dan Realita Dari Masa Ke Masa)”. dalam Lentera:
Jurnal Ilmiah Kependidikan STKIP PGRI Bandar Lampung. Vol. 1
2017.
Yanggo, Huzaemah T, et al. Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan
Skripsi. Tangerang: LPPI IIQ Jakarta. 2017.
Zakaria, Hamry Gusman. 5 Pilar Revolusi Mental. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo. 2017.
Zanwir dan Widyaiswara, Potret Pendidikan Indonesia Masa Lalu, Kini dan
Hari Esok,
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=577:drszanwirspd&catid=41:top-headlines,
diaksespada tanggal 11 Maret 2018, pukul 17.00 WIB.