konsep pendidikan kesehatan
description
Transcript of konsep pendidikan kesehatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Pendidikan Kesehatan
Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan
kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang
masing-masing. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut.
Pendidikan kesehatan adalah sebagai sekumpulan pengalaman yang
mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan
kesehatan individu, masyarakat, dan ras (Wood dkk, 2010).
Pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan
kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku
individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara
berfikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan,
rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan promosi hidup sehat (Stuart, 2009).
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis
bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Hal itu dapat dilihat dari definisi yang dikemukan,
yaitu: Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu,
dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada
seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun
praktik baru, yang bertujuan dengan hidup sehat (Notoatmodjo, 2008).
Pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk
mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap
pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau
ide baru (Suliha, 2010).
Jadi, dapat disimpulkan pendidikan kesehatan merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan,
sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik
secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen
dari program kesehatan.
B. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku
individu/masyarakat dibidang kesehatan (WHO, 2010). Tujuan ini dapat
diperinci lebih lanjut menjadi :
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimata masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci oleh (Wong,
2008) sebagai berikut:
1) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar
pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya.
2) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan
ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan efesien
dan efektif.
4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan
bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem
pelayanan formal.
Dari kedua uraian tentang tujuan tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah
pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar
menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2009).
C. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi,
antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan
pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan.
1) Sasaran pendidikan kesehatan
Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
2) Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan.
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya
juga berbeda. Misalnya :
a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya
kesehatan sekolah (UKS)
b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat
Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum
maupun Khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
c) Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
3) Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan
Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
preventi) dari Leavel dan Clar), yaitu:
a) Promosi kesehatan (Health Promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam
kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan
kesehatan berkala, peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup sehat.
b) Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya
imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada anak
maupun orang dewasa. Program imunisasi merupakan bentuk
pelayanan perlindungan khusus. Contoh lainnya adalah perlindungan
kecelakaan di tempat kerja.
c) Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya
tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan ini menimbulkan
kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat,
masyarakat tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Kegiatan
pada tingkat pencegahan ini meliputi pencarian kasus individu atau
masal, survey penyaringan kasus, penyembuhan dan pencegahan
berlanjutnya proses penyakit,pencegahan penyebaran penyakit
menular, dan pencegahan komplikasi.
d) Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat
sering didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas
atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya
secara tuntas. Pengobatan yang tidak layak dan tidak sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau
memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini terjadi
karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan meliputi
perawatan untuk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi
lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah
kematian.
e) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah
sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi
cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan-
latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar sesuai
dengan program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan
kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Di sampng itu, ada
rasa malu dan takut tidak diterima untuk kembali ke masyarakat
setelah sembuh dari suatu penyakit atau sebaliknya masyarakat
mungkin tidak mau menerima anggota masyarakat lainnya yang baru
sembuh dari suatu penyakit.
D. Model Pendidikan Kesehatan
Banyak teori belajar yang dapat di gunakan sebagai pendidikan
kesehatan, yang lebih penting prisipnya adlah situasi dengan individu,
keluarga, dan kelompok terutama yang berhubungan dengan. Perawat sebagai
pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak
yang ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subjek yang
dapat memperkaya, memberikan informasi, dan melengkapi perilaku subjek
yang diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh
perawat adalah sebagai berikut.
1. Model Perilaku Individu
Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor
penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan model
promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan di tujukan
untuk promosi peningkatan perilaku sehat dari pada mendanggulangi
faktor penyebanb. Model ini befokus pada oriensi mencegah penyakit
yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada model nilai kesehaytan
meliputi kepekaan, keparahan, penghalang yang di rasakan, variabel
struktural, serta sosio-spikologi lainnya.
2. Model Pemberdayaan Masyarakat
Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa
dampak yang berarti pada perubahan perilaku di masyaratnya. Sehingga
perawat perlu membantu individu dan keluarga yang telah berubah
perilakunya untuk di tampilkan pada komunitas.
Fokus proses pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi,
informasi, dan pendidikan kesehatan. Di indonesia sering di sebut
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang di tujukan pada individu,
keluarga, dan kelompok. Strategi yang dapat digunakan oleh perawawt
dalam rangka KIE adalah pembelajaran pemecahan masalh (problem-
solving), memperluas jaringan kerja (networking), bernegosiasi dengan
pihak yang bersangkutan (negotiating), pendekatan untuk mempengaruhi
orang lain (lobbying), dan pencarian informasi (information seeking)
untuk meningkatkan derajat kesehatan kliennya.
E. Prinsip Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesahatan sangat penting untuk menunjang program–program
kesehatan yang lain, akan tetapi pernyataan ini tidak didukung dengan
kenyataan yang ada. Karena program pelayanan kesehatan yang ada kurang
melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan merupakan ‘behavioral
investment’ jangka panjang. Artinya pendidikan kesehatan baru dapat dilihat
beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact)
pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum
akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan perpengaruh pada perilaku sebagai hasil
jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.
Selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Berbeda
dengan program kesehatan yang lain,terutama program pengobatanyang
langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan
kesakitan.
1. Kumpulan pengalaman dan hasil didik yang digunakan untuk
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan klien
Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi
merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang
dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran
pendidikan.
2. Klien menjadi subyek yang menentukan perubahan perilaku
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh
seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan
itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3. Perubahan perilaku oleh klien menjadi indikator keberhasilan
pendidikan kesehatan
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan
sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat
mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri. Pendidikan kesehatan
dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut (Green, 2008), kegiatan pendidikan kesehatan ditujukan pada
tiga faktor diantaranya adalah:
1) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Predisposisi
Pendidikan Kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran,
memberikan dan meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan
kesehatan yang menyangkut tentang pemeliharaan kesehatan,
peningkatan kesehatan untuk individu, kelompok dan masyarakat.
2) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Enabling/ pemungkin
Pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh faktor enabling atau
kemungkinan diantaranya sarana dan prasarana kesehatan bagi
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberi
bimbingan, pelatihan dan bantuan teknis lainnya yang dibutuhkan
individu, keluarga dan masyarakat.
3) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Reinforcing
Faktor-faktor reinforcing ini antara lain tokoh agama, tokoh masyarakat
dan petugas kesehatan. Pemberian pelatihan pendidikan kesehatan
ditujukan kepada tokoh-tokoh tersebut. Individu, keluarga dan
masyarakat akan menjadikan mereka teladan dalam bidang kesehatan.
Perubahan perilaku hidup sehat akan lebih mudah tercapai jika yang
memberikan pendidikan kesehatan adalah orang yang diyakini
kebenarannya atas perkataan, sikap dan perilakunya.
F. Komunikasi dalam pendidikan kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2010) komunikasi adalah suatu proses ketika
individu sebagai komunikator mengalihkan rangsangan dalam bentuk
lambang, bahasa, atau gerak untuk mengubah tingkah laku individu yang lain
(komunikan).
Menurut (Williams, 2008) komunikasi adalah setiap aktivitas saling
memberi informasi. Dalam hal ini komunikator sebagai sumber informasi
mengalihkan informasi, dan gagasan dengan maksud mengubah perilaku
komunikan.
Peran komunikasi dalam pendidikan kesehatan yang utama adalah
mengkondisikan faktor predisposisi. Petugas kesehatan sebagai sumber
informasi harus mampu berkomunikasi dengan sasaran didik (pasien).
Komunikasi yang terjadi menggambarkan hubungan interaksi perawat-pasien
dalam arti komunikasi terjadi timbale balik atau dua arah. Perawat sebagai
sumber informasi mentransfer pengetahuan dan pasien memahami informasi
yang diterima sebagai hasil belajar.
Komunikasi sebagai suatu proses mengartikan bahwa komunikasi
merupakan kegiatan yang terus-menerus, tidak pernah berakhir atau bermula.
Dalam komunikasi terjadi proses interaktif antara komunikator, yaitu perawat
dan komunikan (pasien), sehingga terjadi timbal balik (feedback).
G. Konsep Manajemen Pembelajaran dalam Strategi Pendidikan Kesehatan
Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan merupakan suatu
langkah yang sistematis yang dimulai dari pengenalan masalah pendidikan
kesehatan, penyusunan perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan
kesehatan, dan upaya tindak lanjut.
Untuk melaksanakan strategi ini, proses manajemen harus dipakai.
Kegiatan ini meliputi :
1) Perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini ahli pendidikan kesehatan harus sudah
diikutsertakan agar dapat menyumbangkan usaha untuk mengubah
perilaku dan meyakinkan masyarakat tentang manfaat usaha kesehatan.
2) Pelaksanaan.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diikut sertakan dalam
mengawasi perkembangan usaha tersebut. Jika ada hambatan atau
penyimpangan, ia akan dapat memberikan bahan pertimbangan atau cara
penyelesaian yang lain, terutama yang berhubungan dengan keadaan
social budaya masyarakat setempat. Dengan demikian, usaha yang
dijalankan tidak bertentangan dengan sistem norma yang berlaku di
tempat tersebut.
3) Penilaian.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diminta untuk turut menilai
seberapa jauh program atau usaha itu telah mencapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Jika terjadi kemacetan, pendidikan kesehatan dapat ikut
memberikan gagasan tentang usaha pemecahan masalah yang dianggap
tepat.
4) Tindak lanjut.
Tahap ini sebenarnya termasuk dalam kegiatan untuk memantapkan
usaha sehingga dapat berlanjut dengan baik, dan di sini lah perlu
diciptakan suatu sistem/ mekanisme yang tepat agar usaha tersebut tidak
mengalami kemandekan.
Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan harus
memperhatikan aspek-aspek berikut :
1) Proses belajar mencakup kegiatan latihan dalam memperoleh tingkah
laku baru
2) Kegiatan belajar dapat dilaksanakan dimana saja, kapan saja dan oleh
siapa saja dengan berfokus pada aspek kemandirian peserta didik
sehingga pengajar harus menciptakan kondisi dan stimulus tertentu agar
peserta didik mau belajar mandiri dan mengubah perilaku sehat atas
kemauannya sendiri.
3) Peserta didik dipandang sebagai orang dewasa, sehingga pengelolaan
proses belajar yang digunakan harus sesuai dengan kondisi peserta didik.
H. Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan
1) Metode ceramah
a) Definisi metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara didepan sekelompok pengunjung. Ceramah pada
hakikatnya adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada
sasaran belajar. Dalam proses transfer informasi ada tiga elemen
yang penting, yaitu pengajar, materi pengajaran, dan sasaran belajar.
b) Penggunaan metode
Metode ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut,
sasaran belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar
mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar perlu
menyimpan informasi, sasaran belajar perlu menggunakan informasi
yang diterima.
c) Keunggulan metode ceramah
(1) Keunggulan metode ceramah adalah :
(2) Dapat digunakan pada orang dewasa
(3) Penggunaan waktu yang efesien
(4) Dapat dipakai pada kelompok yang besar
(5) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran
(6) Dapat dipakai untuk member pengantar pada pelajaran atau
suatu kegiatan
d) Kekurangan metode ceramah
(1) Menghambat respons dari yang belajar sehingga pembicara sulit
menilaireaksinya
(2) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik,
pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya
(3) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-
anak
(4) Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang
dipakai
2) Metode diskusi kelompok
a) Definisi diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topi tertentu
dengan seorang pemimpin.
b) Penggunaan
Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan
kesehatan, diharapkan :
(1) Dapat saling mengemukakan pendapat
(2) Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang
dihadapi
(3) Mengharapkan suasana informal
(4) Diperoleh pendapat dari orang-orang yang tidak suka berbicara
(5) Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk
dibahas
c) Keunggulan metode diskusi kelompok
(1) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
(2) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa
kesatuan
(3) Dapat memperoleh pandangan dan wawasan
(4) Membantu mengembangkan kepemimpinan
d) Kekurangan metode diskusi kelompok
(1) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar
(2) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta
(3) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil
(4) Kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara
(5) Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal
3) Metode Demonstrasi
a) Definisi metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang
menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan
cara berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan media, seperti video dan film.
b) Penggunaan
(1) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar
(2) Apabila tersedia alat-alat peraga
(3) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil
(4) Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain
(5) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila
berhubungan dengan mengatur sesuatu, dan proses mengerjakan atau
menggunakan sesuatu
c) Keunggulan metode demonstrasi adalah
(1) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
konkret
(2) Dapat menghindari verbalisme
(3) Lebih menarik
(4) Peserta didik dirangsang untuk mengamati
(5) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan
sendiri (redemonstrasi)
d) Kekurangan
(1) Memerlukan keterampilan khusus dari pengajar
(2) Alat-alat/biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia
(3) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
a. Diagnosa social
Secara subjektif membicarakan tentang individu, kelompok dan
masyarakat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan self-study yaitu
individu memiliki kesadaran bahwa dirinya memerlukan masukan untuk
menentukan solusi.
b. Diagnosa Epidemiologi
Adalah perencanaan menggunakan data dengan mengenali
permasalahan. Jadi,untuk model ini dapat digunakan untuk
merencanakan program-program pendidikan kesehatan baik disekolah,
masyarakat, institusi-institusi swasta yang mengarah pada upaya
pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada mengembangkan
teoritis.