KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1504/1/SKRIPSI...
-
Upload
phungtuong -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1504/1/SKRIPSI...
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT
MUHAMMADIYAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh :
ISTIANAH LIS HIKMAWATI
NIM 11112172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
i
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM
BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh :
ISTIANAH LIS HIKMAWATI
NIM 11112172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik Q.S Ali Imran 3:110)
vi
PERSEMBAHAN
Teruntuk kedua orang tua saya Ibu, Bapak, Mamas, Mba Zety dan Sekar yang
senantiasa mendukung, memotivasi, membimbing, dan mendoakan saya.
Keluarga besar Mbah Khanan dan seluruh saudara, yang selalu memotivasi dan
mendoakan saya.
Sahabat-sahabat saya yang sudah banyak mendukung saya dalam menyelesaikan
skripsi ini
IMMawan dan IMMawati Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Kota Salatiga
Almamaterku Tercinta
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2012
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robil’alamin, segala curahan rasa syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN
MENURUT MUHAMMADIYAH”. Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar
Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
Proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, seperti bantuan kemudahan dalam meminjam buku-buku
perpustakaan (Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan daerah Kota
Salatiga). Demikian pula dalam hal bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai
kalangan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tulus dan ikhlas pada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Bapak Dr. Rahmat
Haryadi, M.Pd.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhyati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
viii
4. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Achmad Maimun M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing, memotivasi, memberikan nasehat, arahan yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN)
Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
7. Keluarga tercinta, Ibu (Suhartini), Bapak (Sadar Wahyono), Mamas dan Istri
(Dede Hikmawan dan Zety Dian Ma’ruf) yang senantiasa memotivasi,
mendukung, membimbing, mendidik dengan sabar. Walau raga terpisah jauh,
tapi kita akan selalu dekat dalam cinta, kasih sayang dan doa.
8. Keluarga Pakde Imam Sutomo dan Bu Nunung, yang selalu memotivasi,
membimbing, menasehati, memberi doa, dan membantu penulis sampai saat
ini. Serta seluruh keluarga besar Mbah Khanan dan Mbah Ambyah.
9. Sahabat-sahabat yang telah banyak melakukan hal terbaik kepada penulis,
sebagai teman dalam susah maupun senang, yang tidak akan pernah bisa
tebalaskan baik budinya khususunya untuk, Mas Emon Ngatemin, Anggih
Ratna Sari, Ririn Agus Triani, Ros Arianti Abbas, Pawitri, Ratna Sri
Wardani, Visi Sofya H.S, dan semuannya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu
10. Keluarga besar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Salatiga dan
kawan-kawan seperjuangan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) Kota Salatiga periode (2016-2017), Adinda-adinda
ix
Pimpinan Komisariat (Ahmad Dahlan, Ibnu Rusyd, Prof. Achmadi, dan Ibnu
Kholdun) yang telah mendampingi, memotivasi dan memberikan pengalaman
keilmuan.
Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Bagi para pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi tulisan yang baik dikemudian hari.
Salatiga, 17 Februari 2017
Istianah Lis Hikmawati
x
ABSTRAK
Hikmawati, Istianah Lis. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam
Berkemajuan menurut Muhammadiyah. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.
Kata Kunci: Konsep Pendidikan Islam dan Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah.
Penelitian ini membahas tentang Konsep pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah. Fokus Penelitian yang dikaji yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah? 2.
Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah?
Penelitian ini menggunakan pendekatan library research yaitu suatu
penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yang mencari data
mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku,
majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan
sebagainya. Selain itu penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian
lapangan, untuk membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.
Hasil penelitian bahwa pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
yaitu merupakan pendidikan Islam yang mengitegrasikan dikotomi ilmu
pengetahuan. Pendidikan yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan
antara iman dan kemajuan yang holistik. Konsep pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan yaitu sebagai refleksi nilai-nilai humanisasi, liberasi,
emansipasi dan transendensi dari kandungan Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu; Pertama, humanisasi
sebagai pendidikan yang membawa tranformasi sosial menuju tranformasi
intelektual dan proses pembangunan karakter kemanusiaan. Kedua, liberasi yaitu
pendidikan yang mampu menyadarkan masyarakat akan realitas sosial yang sudah
terkontaminasi dengan budaya lokal (khususnya Hindu dan Budha). Selain itu
membentuk generasi muda menjadi individu yang berpikiran maju atau modern,
terhindar dari kejumudan pemikiran. Ketiga¸ emansipasi merupakan pembebasan
perbudakan, atau per-samaan hak baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan
Islam perspektif Islam berkemajuan memberikan kebebasan untuk individunya
berkembang dan memanfaatkan potensi diri. Serta tidak adanya diskriminasi
terhadap kaum perempuan. Keempat, transendensi (proses mempercayai yang
xi
bernuansa abstrak, ghaib). Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
menyeimbangkan pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan lebih
menekankan kepada pembinaan moralitas untuk awal pembentukan kerpibadian
yang sempurna (insan kamil) dan menjadi individu yang rahmatan lil ‘alamin.
Sedangkan pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan bila dilihat secara
ideologis, merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk menghadirkan dakwah
dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup keutamaan, kebangsaan dan
kemanusian universal. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan harus
mampu menyeimbangkan dan memaksimalkan peran manusia untuk dunia dan
akhirat.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................ iv
MOTTO ................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
ABSTRAK .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
E. Metode Penelitian .................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam ..................................................... 12
B. Dasar Pendidikan Islam ............................................................ 13
C. Komponen Pendidikan Islam ................................................... 18
xiii
D. Pembiayaan Pendidikan ............................................................ 31
BAB III ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Pengertian Islam dan Muhammadiyah ...................................... 33
B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah ........... 37
C. Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah .................. 44
D. Ruang lingkup Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah ... 49
BAB IV KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM
BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Pengertian Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah .......................................................... 56
B. Dasar Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut
Muhammadiyah ........................................................................ 65
C. Komponen Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah .......................................................... 68
D. Pembiayaan Pendidikan ............................................................. 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 97
B. Saran ......................................................................................... 101
C. Penutup...................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
3. PEDOMAN WAWANCARA
4. TRANSKRIP WAWANCARA
5. DOKUMENTASI
6. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
7. KETERANGAN SKK
8. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dunia internasional, mutu pendidikan Indonesia masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Bahkan dengan negara tetangga
yaitu Malaysia yang menduduki peringkat 65. Berdasarkan data dalam
Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis,
Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang
diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan indonesia berada
di urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Sistem pendidikan yang dianggap
terbaik di Asia adalah Jepang (Amirrachman, 2015:156).
Jika education development index (EDI) ini sebagai ukuran tentang
kualitas pendidikan yang menempatkan Indonesia pada peringkat 69 dari 127
negara, maka ketertinggalan ini tampak cukup memprihatinkan. Tanpa adanya
kualitas pendidikan yang tinggi bangsa ini takkan mampu bersaing dengan
negara lain.
Banyak hal yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh
tertinggal dari negara lain. Berdasarkan analisis kinerja pendidikan di
Indonesia juga menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan-kelemahan yang
mendasar. Pertama, bidang manajemen dan ketatalaksanaan sekolah,
2
termasuk perguruan tinggi, Kedua, bidang pendanaan, dan yang Ketiga,
berkaitan dengan masalah kultural (Danim, 2003).
Selain itu yang menjadikan rendahnya pendidikan yaitu komponen
pendidikan itu sendiri. Hal ini menyebabkan banyak permasalahan, seperti
kualitas pendidikan yang rendah, SDM yang kurang dan banyaknya
penyimpangan moral. Bagaimana nasib bangsa Indonesia di masa yang akan
datang jika kondisi pendidikan terus seperti itu.
Pendidikan di era global dihadapkan pada beberapa tantangan.
Menurut Zamroni, dampak globalisasi terhadap pendidikan setidaknya tampak
pada tiga kecenderungan. Pertama, munculnya kecenderungan dan
komoditisasi atas pendidikan. Kedua, globalisasi melahirkan spirit
internasionalisasi di lembaga pendidikan. Itu berarti pendidikan pun perlu
distandarisasi guna meningkatkan daya saing global. Ketiga¸munculnya
kondisi dimana kemampuan bangsa untuk hidup dalam era global tidak lagi
ditentukan oleh modal yang berupa fisik seperti kekayaan. Tetapi
menggunakan ilmu pengetahuan, jaringan kerja sama dan watak atau moral
yang dimiliki bangsa. Kualitas Sumber daya manusia lebih dipentingkan dari
kekayaan (Amirrachman, 2015:157).
Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik
kualitas pendidikan yang diselenggarakan suatu masyarakat atau bangsa maka
akan diikuti semakin baiknya kualitas masyarakat atau bangsa tersebut.
Dengan kata lain, pendidikan dapat menjadi tolok ukur kualitas dan kemajuan
suatu bangsa.
3
Hal tersebut tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 dijelaskan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI
nomor 20 tahun 2003:5).
Islam memiliki pengaruh besar dalam perkembangan negara
Indonesia. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia membawa kekhawatiran untuk generasi penerus
bangsa. Kekhawatiran ini dijelaskan dalam Q.S An-Nisa 4: 9.
Artinya : hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtceraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 78)
Pada ayat tersebut Allah mengharuskan setiap umat untuk tidak
meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya dan tak
memiliki daya saing dalam kompetensi kehidupan salah satunya yaitu dalam
pendidikan. Dari ayat di atas dapat dipahami betapa pentingnya
mempersiapkan generasi penerus yang lebih baik melalui pendidikan.
4
Adapun firman Allah yang memberi anjuran tegas kepada umat
Islam agar ada sebagian dari umat Islam untuk memperdalam pengetahuan
agama. Hal ini terdapat dalam salah satu firman Allah QS. At-Taubah/9: 122.
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka Alitu dapat menjaga dirinya.(Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemah, hal: 206 ).
Karena Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam maka Islam
pun mempunyai andil besar dalam bidang pendidikan. Melihat kondisi
pendidikan yang masih jauh tertinggal dari negara lain, kini Muhammadiyah
mulai mengedepankan konsep Islam berkemajuan yang diharapkan mampu
untuk memperbaiki dan memajukan Pendidikan di Indonesia khususnya
melalui Pendidikan Islam.
Sudah satu abad Muhammadiyah berkiprah, banyak sekali kontribusi
yang telah dilakukan untuk mewujudkan misinya yaitu menciptakan umat
Islam yang sebenar-benarnya. Terutama dalam pendidikan dan pengajaran,
orang merasa bersyukur bahwa usaha Muhammadiyah menonjol sekali.
5
Bahkan di banyak tempat, dimana pendidikan langka atau kurang, maka
Muhammadiyah dapat mengisi kekurangan itu (Mukti Ali. 1996: 143).
Akan tetapi banyak dari masyarakat yang belum memahami konsep
Islam Berkemajuan. Kalimat Islam berkemajuan sedang ramai
diperbincangkan sebagai gagasan pembaharuan, yang mana secara tidak
langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu konsep
Islam berkemajuan juga akan mempengaruhi kemajuan pendidikan Islam di
Indonesia. Maka sangatlah penting untuk mengetahui hakikat dari Islam
berkemajuan dan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
menjabarkan konsep pendidikan perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah. Maka dengan ini peneliti mengambil judul skripsi:
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM
BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsep Islam Berkemajuan oleh
Muhammadiyah?
2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam
Berkemajuan?
6
C. Tujuan Penelitian
Dalam Penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa konsep Islam Berkemajuan menurut
Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam perspektif Islam
Berkemajuan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas tentang istilah Islam berkemajuan dalam kajian bidang pendidikan.
Sehingga mampu memberikan rmanfaat baik secara Teoritis maupun
praktiknya.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bisa memberikan pengetahuan atau wacana serta
menjadi rujukan atau referensi mengenai Islam Berkemajuan dan konsep
pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pegangan
bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan Islam. Serta
menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan Islam dengan
konsep Islam berkemajuan.
7
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari
penelitian yaitu: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan
analisis data.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan library research. Penelitian Pustaka
(library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan
menggunakan bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, ensiklopedia,
jurnal, majalah, dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan topik
dan masalah yang dikaji sebagai sumber datanya(Hadi,1990:9). Selain itu
penelitian ini juga dikombinasikan dengan penelitian lapangan untuk
membantu memperkuat data yang yang telah diperoleh.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian terdiri dari sumber data primer dan sumber
data sekunder (pendukung).
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data pokok yang digunakan sebagai
bahan utama dalam kajian penelitian ini, berupa data-data yang
berhubungan langsung dengan materi yang diteliti yaitu berjudul Islam
Berkemajuan: Kyai Ahmad Dahlan dalam Catatan Pribadi Kyai Syuja’
(2009). KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah (2010), Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia
(2015), Studi Ke-Muhammadiyahan (1994), Di Seputar Percakapan
8
Pendidikan Dalam Muhammadiyah (1994), Ideologi dan Strategi
Muhammadiyah (2008), Studi Kemuhammadiyahan (2006),
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (2000), Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam (2014) .
b. Sumber Data Sekunder
Sumber Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer.
Data sekunder diambil dari sumber-sumber lain, yang secara tidak
langsung berkaitan dengan materi penelitian yang dilakukan. Seperti:
internet, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga
yang terkait dengan penelitian ini antara lain: Sejarah Pendidikan
Islam, pengantar dasar-dasar kependidikan, KH. Ahmad Dahlan Amal
dan Perjuangannya (2009), Muhammadiyah Menjemput Perubahan
(2005), Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam
(2012), Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Mengemban
Visi Muhammadiyah (2009), Majalah Suara Muhammadiyah,
Pendapat para tokoh Muhammadiyah di Salatiga.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara
membaca, mengkaji, memahami, dan melakukan wawancara serta
menganalisis data yang dapat diperoleh dari buku, skripsi, jurnal, majalah,
artikel, surat kabar, hasil wawancara dan dokumen lainnya yang
mendukung penelitian ini baik dari sumber data primer maupun sekunder.
9
4. Teknik Analisis Data
Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan yaitu library
research. Maka data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa
dengan menggunakan teknik analisis isi (content analyze) yaitu upaya
untuk menafsirkan isi, ide, atau gagasan serta konsep Islam berkemajuan
menurut Muhammadiyah yang kemudian dianalisis dalam konteks
pendidikan Islam. Dengan menggunakan metode ini maka prosedur kerja
yang dilakukan yaitu menentukan maksud atau makna dari istilah Islam
Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Selanjutnya penulis akan
menganalisis konsep pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
menurut Muhammadiyah.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok
pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda. Secara
rinci masing-masing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah
dari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Pendidikan Islam berisi tentang Pengertian Pendidikan Islam,
Dasar pendidikan Islam, Komponen Pendidikan Islam, dan Pembiayaan
Pendidikan.
Bab III Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, berisi tentang
Pengertian Islam dan Muhammadiyah, Deskripsi Islam berkemajuan menurut
10
Muhammadiyah, Dasar Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Ruang
lingkup Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah.
Bab IV Konsep Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan
menurut Muhammadiyah. Dalam bab ini penulis menjabarkan Konsep
Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah,
yang berisi tentang Deskripsi Pendidikan Islam Perspektif Islam
Berkemajuan Menurut Muhammadiyah, Dasar Pendidikan Islam Perspektif
Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah, Komponen Pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, Pembiayaan
Pendidikan, yang didukung oleh pendapat para tokoh tentang kemajuan
pendidikan Islam dalam perspektif Islam berkemajuan menurut
Muhammadiyah.
Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir
berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran serta riwayat hidup
penulis.
11
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam dalam teori dan praktik selalu mengalami
perkembangan, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam secara teoritik
memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berisi nalar, melainkan juga
wahyu ini ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan
firman Allah SWT. Terkait dengan masalah pendidikan, kombinasi ini menjadi
ciri khas pendidikan Islam yang tidak dimiliki oleh konsep pendidikan pada
umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan dan budaya (Assegaf, 2014: 2).
Pendidikan dimulai dari Proses belajar yang merupakan aktivitas tak
terpisahkan dari kehidupan manusia, yang dapat terjadi di mana pun kita berada.
Seperti di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, kerja dan lain sebagainya.
proses belajar tersebut dinamakan sebagai pendidikan. Islam mengenal pendidikan
dengan pengertian yang menyeluruh yaitu sebagai pengembangan jasmani, akal,
rohani, emosi, dan akhlak. Islam memandang bahwa pendidikan tidak hanya dapat
diperoleh di sekolah namun bisa di luar sekolah. Seperti di rumah, di lingkungan
masyarakat, di jalan, dan lain-lain. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai
pemindahan pengetahuan dari generasi tua ke generasi muda untuk menjaga
pengetahuan yang ada atau bisa disebut sebagai transfer ilmu.
Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan umum dan pendidikan
agama, karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam menjadikan agama
Islam mempunyai peran besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
12
Masyarakat tidak hanya membutuhkan pendidikan umum namun juga
membutuhkan pendidikan agama yaitu pendidikan Islam.
Aktivitas kependidikan Islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi
Adam dan Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW adalah perintah Iqra’ (membaca, merenungkan,
menelaah, meneliti, mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan
manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan (Muhaimin, 2012). Hingga
sekarang eksistensi pendidikan Islam terus menjadi hal yang menarik untuk
didiskusikan.
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada
Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah di bumi. Kata
“Islam” dalam “Pendidikan Islam” menunjukkan itu pendidikan tertentu, yaitu
pendidikan yang khusus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Menurut Marimba (1989:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama
(Tafsir, 2014:24). Sedangkan Kata “Pendidikan” dalam bahasa Arab berkaitan
atau dekat dengan tiga terma, yaitu ta’lim, tarbiyah atau ta’dib (Shobron,
2009:266). Kata “ta’lim” lebih condong pada aspek pengetahuan kognitif,
“tarbiyah” lebih menekankan pada pembeliharaan dan asuhan dengan kasih
13
sayang, dan ta’dib menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Shobron, 2009:279).
Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Muhammad Quthb yaitu
sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud
manusia, baik dari segi jasmani maupun ruhani, baik dari kehidupan fisik
maupun mentalnya dalam melaksanakan kegiatannya di Bumi ini. Dalam hal
ini Quthb memandang pendidikan Islam sebagai suatu aktifitas yang berusaha
memahami diri manusia secara total melalui berbagai pendekatan dalam
rangka menjalankan kehidupan dunia (Idi. 2006: 47).
Achmadi, pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara
dan mengembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma
Islam (Abdullah. 2001:39). Rumusan definisi ini menggambarkan upaya
mengarahkan kepada pengembangan fitrah dan pembentukan manusia
seutuhnya yang sesuai dengan norma Islam. Segala usaha atau ikhtiar
dilakukan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya
insani.
B. Dasar Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat. Oleh
karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus
mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan
pendidikan Islam itu dihubungkan (Daradjat, 2011:19). Dasar Pendidikan
14
Nasioanal terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Suwarno,
2006).
Secara yuridis lembaga pendidikan Islam semakin kokoh setelah terbit
UU No. 2 Tahun 1989 yang secara eksplisit menyebutkan pendidikan
keagaaman termasuk dalam Sisdiknas (Pasal 11 dan 39) hal ini dikuatkan
dalam UU No. 20 tahun 2003, pasal 15, 17, 18, 30, dan 37 (Rohyani,
2015:74). Dengan kekuatan tersebut diharapkan perkembangan kemajuan
pendidikan Islam akan semakin meningkat.
Sedangkan pendidikan Islam sejak awal perkembangannya telah berdiri
tegak di atas dua sumber pokok yang amat penting yaitu Al Qur’an dan
Sunnah Nabi. Di dalam kitab suci ini terkandung ayat mufasshalaat (terinci)
dan ayat-ayat Mubayyinaat (yang memberikan bukti-bukti kebenaran) yang
mendorong kepada orang untuk belajar membaca dan menulis serta untuk
menuntut ilmu, memikirkan, merenungkan dan menganalisis ciptaan langit
dan bumi. Oleh karena itu maka tujuan da’wah Islamiyah adalah untuk
memberi cahaya terang kepada hati nurani dan pikiran serta menambah
kemampuan umat Islam dalam melakukan proses pengajaran dan pendidikan.
Karena Rasullah SAW sendiri diutus pertama-tama untuk menjadi pendidik
dan beliau adalah guru yang pertama dalam Islam (Al Jumbulati, 1994: 1).
15
Ada beberapa landasan atau dasar dari pendidikan Islam (Rosyadi, 2004)
antara lain:
a) Al-Qur’an
Al Qur’an diakui oleh orang-orang Islam sebagai firman Allah, dan
karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka. Sebenarnya, Al Qur’an
merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad
saw dengan perantara malaikat jibril. Al Qur’an tidak diwahyukan secara
keseluruhan, akan tetapi turun secara sebagian-sebagian, sesuai dengan
timbulnya kebutuhan, dalam masa kira-kira dua puluh tiga tahun.
Diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur bertujuan untuk
memecahkan setiap problema yang timbul di masyarakat. Dan juga
menunjukkan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah mustahil,
karena Al Qur’an turun menjadi petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu
ke waktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.
Al Qur’an menjadi petunjuk manusia untuk menjalankan
kehidupan dan mengatasi problem yang ada. Kebenarannya tidak dapat
diragukan lagi terutama sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
sebagaiamana dalam Q.S Al Baqarah 2: 2 yang artinya “Kitab (Al Qur’an)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan petunjuk yaitu segala aktifitas
manusia termasuk di dalamnya mengenai pendidikan Islam.
16
b) As Sunnah
As Sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rosul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al
Qur’an. As Sunnah ini sebagai petunjuk dalam segala aktifitas. Karena
Rosulullah sebagai pendidik pertama yang mengajarkan segala sesuatu
kepada manusia. Dijadikannya As Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam
tidak terlepas dari fungsi As Sunnah itu sendiri terhadap Al Qur’an. Fungsi
As Sunnah terhadap Al Qur’an adalah sangat penting yaitu a) As Sunnah
menerangkan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum. maka dengan
sendirinya yang menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan. b)
Sunnah mengkhidmati Al Qur’an. Memang As Sunnah menjelaskan
mujmal Al Qur’an, menerangkan musykilnya dan memanjangkan
keringkasannya (Rosyadi, 2004:155).
Allah telah menyuruh umatnya untuk menjadikan Al Qur’an dan
As Sunnah sebagai pedoman dalam melangsungkan kehidupan. Begitu
juga dalam pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan Al Qur’an dan As
Sunnah. Perintah ini terdapat dalam salah satu Firman Allah Q.S An
Nisa/4:59 (Shobron. 2009:269).
17
Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Al Qur’an dan Terjemah Departemen Agama RI, hal:88).
c) Al-Kaun
Selain menurunkan ayat-ayat qauliyah kepada manusia melalui
perantara malaikat Jibril dan nabi-nabi, Ia juga membentangkan ayat-ayat
kauniyah secara nyata, yaitu alam semesta dengan segala macam partikel
dan heteroginitas. Berbagai entitas yang ada di dalamnya: langit yang
begitu luas dengan gugusan-gugusan galaksinya, laut yang begitu
membahana dengan kekayaan ikan dan aneka primate yang
dikandungannya, bumi yang bulat dengan segala yang dilahirkannya;
pepohonan, bebukitan, gunung-gunung, berbagai macam binatang dan lain
sebagainya (Rosyadi, 2004: 156).
Alam semesta selain sebagai ayat-ayat kauniyah yang merupakan
jejak-jejak keagunganNya, ia juga merupakan himpunan-himpunan teks
secara konkret yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia
secara mondial bagaimana bersikap dan berperilaku mulia: patuh pada
kefitrian kodrat, harmoni yang begitu menentramkan, kerelaan yang tulus
dalam membahagiakan umat manusia. Ditilik dari wacana pedagogis, hal
itu amatlah berarti bagi kelangsungan proses pendidikan demi tercapainya
tujuan pendidikan.bukan hanya tumpukan ilmu dan kepandaian, tapi juga
sikap arif dan kedewasaan jiwa (Rosyadi, 2004: 157).
18
d) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam
untuk menetapkan dan menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al Qur’an dan As
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al Qur’an dan As
Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang
diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al Qur’an
dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu
sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan setelah Rasul Allah wafat.
Namun, ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al
Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dan para ahli
pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada
kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus
dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (Daradjat, 2011:21-
22).
C. Komponen Pendidikan Islam
1. Tujuan
Sebelum lebih jauh mengetahui tujuan pendidikan Islam, terlebih
dahulu mari lihat apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara
etimologi, tujuan adalah “Arah, maksud atau haluan.” Sedangkan secara
19
terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapakan tercapai setelah
sebuah usaha atau kegiatan selesai”.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, kurikuler, dan
instruksional. Atau Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin
dicapai oleh suatu bangsa; tujuan institusional adalah tujuan pendidikan
yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan; tujuan kurikuler adalah
tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu;
dan tujuan Instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh
suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu (Suwarno, 2006: 33).
Selain itu menurut ‘Atiyah Al Abrasyi, mengemukakan rincian
aplikasi dari tujuan pendidikan Islam tersebut:
1. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit).
4. Menyiapkan peserta didik dari segi professional
5. Persiapan untuk mencari rezeki (Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya
Pasa. 2012: 8).
Menurut al Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,
tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi yaitu: (1) insan
purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.; (2) insan
purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di
20
akhirat. Kebahagaian dunia akhirat dalam pandangan al Ghazali adalah
menempatkan kebahagian dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagian
yang lebih memiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang
diprioritaskan (Mujib, 2006).
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menjadikan
manusia yang beriman, manusia yang shaleh, berkualitas dalam kehidupan
pribadi dan sosial.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam istilah tasawuf, peserta didik seringkali disebut dengan
“murid” atau thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang
menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah
“pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing
spriritual (mursyid)”. Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang
mencari”, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan
spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai
derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta
didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk
perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib) (Mujib,
2006: 104).
21
Manusia lahir dengan membawa muatan nilai yang signifikan
dalam totalitas kehidupannya, yang disebut potensi (fitrah). Fitrah manusia
tidak akan berkembang dan tumbuh dengan baik tanpa adanya bimbingan
faktor dari luar. Faktor luar yang paling strategis untuk menumbuh
kembangkan potensi manusia adalah lewat pendidikan. Karenanya
pendidikan harus memandang anak didik sebagai orang yang belum
dewasa dan sedang dalam masa perkembangannya menuju kedewasaan
(Rosyadi. 2004: 198)
3. Pendidik
Dalam teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa) (Mujib, 2006:87). Pendidik
adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain,
pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta
didik kearah kedewasaan. Sedangkan secara akademis, pendidik adalah
tenaga kerja kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang
berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan (Suwarno, 2006:38).
22
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan
murrabi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah
tersebut mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang pakai
dalam pendidikan dalam konteks Islam. Murrabi, merupakan orang yang
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta
mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Mualim, orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya
serta menjalaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi
teoritris dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer imu pengetahuan,
internalisasi, serta implementasi (amaliah). Mu’addib yaitu orang yang
mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Mudarris, orang
yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarharui
pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, membrantas kebodohan mereka, serta
melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.Mursyid, orang yang mampu menjadi model atau sentral,
identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi
peserta didiknya (Mujib, 2006:92).
Disamping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui
gelarnya, seperti istilah ustadz dan al syaykh. Pendidik dalam Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
23
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan
mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri (Mujib, 2006:87).
Al Ghazali memberikan tempat terhormat profesi mengajar. Ia
banyak mengutip teks AlQur’an dan al Hadits untuk memperkuat
argumentasinya bahwa profesi mmerupakan tugas yang palin utama dan
mulia. Al Ghazali, dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin sendiri telah
menyejajarkan para pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana
ditulis:
“Makhluk (Allah) yang paling utama di atas bumi adalah
manusia. Bagian manusia yang paling utama adalah hatinya.
Sedangkan seorang pendidik sibuk memperbaiki, membersihkan,
menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada
Allah SWT. Maka mengajar ilmu adalah ibadah dan pemenuhan
tugas sebagai khalifah Allah, bahkan merupakan tugas kekhalifaan
Allah yang paling utama. Sebab Allah telah membukakan hati
seorang alim untuk menerima suatu pengetahuan dan sifat-sifat-
Nya yang paling istimewa. Hati itu bagaikan gudang yang berisi
benda-benda yang paling berharga, kemudian ia diberi izin untuk
membagikan kepada orang yang membutuhkan. Maka derajat
mana yang lebih tinggi dari seorang hamba yang menjudi perantara
antara Tuhan dengan makhluk-Nya dalam mendekatkan mereka
kepada Allah dan menggiring mereka menuju surge tempat
peristirahatan terakhir ” Sholeh (2006: 71-72).
24
Posisi pendidik yang sangat mulia itu sebagai konsekuensi atas
posisi strategis pendidik di tengah komunitas masyarakat. Al Ghazali pun
bersepakat bahwa profesi pendidik harus mendapatkan perhatian serius.
4. Kurikulum
Salah satu komponen dalam operasional pendidikan Islam adalah
kurikulum. Kurikulum merupakan materi yang diajarkan yang tersusun
secara sistematik dan sesuai dengan arah dan tujuan. Tidak hanya itu
kurikulum juga merupakan segala usaha sekolah untuk mempengaruhi
anak didik untuk belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah,
atau di luar sekolah, semua itu termasuk dalam kurikulum.
Menurut Dr. Addamadasy Sarhan dan Dr. Munir Kamil,
mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman-pengalaman
pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh
sekolah bagi anak didiknya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan
merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun
pengertian kurikulum menurut pandangan para ahli pendidikan modern
adalah berupa pengalaman belajar, baik di dalam maupun di luar
lingkungan sekolah (Rosyadi. 2004:244).
25
Dalam fungsi pendidikan, kedudukan kurikulum sangat
mempengaruhi perkembangan pendidikan dan tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan.Selain itu ada beberapa fungsi kurikulum (Rosyadi. 2004:245-
246) antara lain:
a) Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi kurikulum adalah sebagai instrumen atau jembatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Fungsi kurikulum bagi anak.
Fungsi kurikulum bagi anak yaitu kurikulum sebagai organisasi belajar
tersusun dan disiapkan untuk anak didik sebagai salah satu konsumsi
pendidikan mereka. Dengan ini, maka diharapkan mereka akan
mendapatkan pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seiring
dengan perkembangan anak guna melengkapi bekal hidupnya.
c) Fungsi kurikulum bagi guru.
Fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman kerja dalam
menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar pada anak didik
serta sebagai pedoman evaluasi terhadap perkembangan anak dalam
rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
d) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah.
Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisior memiliki
tanggung jawab dalam memantau dan memperbaiki kurikulum yang
ada sehingga dapat terwujud suatu proses pendidikan dengan baik serta
mampu mencapai tujuan yang diharapakan.
26
e) Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.
Fungsi bagi orang tua yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu
usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
f) Fungsi Kurikulum bagi sekolah pada tingkat diatasnya.
Sebagai pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan untuk
penyiapan tenaga baru.
g) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah
Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat atau
pemakai lulusan dapat melakukan sekurang-kurangnya dua hal, yaitu:
ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program
pendidikan, serta ikut memberikan kritik konstruktif dalam rangka
penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi
dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan-laapangan kerja.
Karakteristik kurikulum pada pendidikan Islam ialah:
a) Islam menolak dualisme sistem kurikulum dan sekularisme.
b) Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan dan
kandungan-kandungan, metode-metide, alat-alat dan tekniknya.
c) Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya
d) Ciri-ciri keseimbangan yang relatif diantara kandungan-kandungan
kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni, atau kemestian-kemestian,
pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan yang bermacam-
macam (Rosyadi, 2004: 259).
27
5. Metode
Dalam pelaksanaan pendidikan Islam, tujuan pendidikan dapat
dicapai dengan cara-cara tertentu. Cara-cara tersebut dinamakan dengan
metode. Metode merupakan salah satu unsur pendidikan yang perlu
diperhatikaan dalam penerapannya.
Dalam buku Rosyadi, (2004: 209) ada beberapa pendapat para ahli
pendidikan mengenai pengertian metode sebagai berikut:
a) Prof. Mohd Athiyah al-Abrasy mengartikan metode ialah jalan yang
kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam
pelajaran, dalam segala mata pelajaran.
b) Prof. Mohd. Abd. Rohim Ghunainnah mengartikan metode sebagai
cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-
maksud pengajaran.
c) Edgar Bruce Wesley mengartikan metode dalam bidang pendidikan
sebagai rentetan kegiatan belajar pada murid-murid, atau ia adalah
proses yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan proses
belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu berkesan.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan, ada unsur-unsur yang sama pada masing-masing pengertian
diatas yang pada intinya bahwa metode merupakan cara-cara yang
dilakukan untuk bisa mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Metode juga
merupakan sarana dalam menyampaikan materi yang telah tersusun secara
28
sistematik di dalam kurikulum pendidikan sehingga peserta didik mampu
memahaminya.
Rosyadi, (2004: 216) menurut Abdurrahman an-Nahlawi, secara
lebih spesifik dengan terstruktur mengajukan metode-metode dalam
pendidikan Islam sebagai berikut:
a) Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
b) Metode dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi.
c) Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.
d) Mendidik dengan memberi teladan.
e) Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
f) Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan Mau’izhah
(peringatan)
g) Mendidik dengan Targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut).
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang ada dalam
komponen pendidikan, lingkungan ikut serta berperan dalam dunia
pendidikan. Lingkungan dibagi menjadi beberapa yaitu lingkungan
keluarga, masyarakat, sekolah, kerja, dan lain sebagainya. Masing-masing
memiliki peran dalam pembentukan karakter individu. Lingkungan
pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi proses pendidikan.
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan
peserta didik. Islam mengakui bahwa firtah (potensi) manusia itu
29
merupakan dua hal yang saling bertentangan satu sama lain yaitu fitrah
untuk berbuat baik (Islam) dan fitrah untuk berbuat jahat (kafir). Dengan
demikian lingkungan merupakan saran untuk mengembangkan fitrah.
Apabila lingkungan yang melatarbelakangi anak didik itu lebih kondusif
dalam mengembangkan fitrah (potensi) secara maksimal, akan terjadi
perkembangan yang positif. Apabila lingkungan yang melatarbelakangi
perkembangan anak didik itu destruktif dalam mengembangkan fitrah
(potensi) itu, akan terjadi sebaliknya, yaitu perkembangan yang negatif
(Rosyadi, 2004:296)
Ada beberapa lingkungan yang menjadi tempat berlangsungnya
proses pendidikan selain lingkungan sekolah (Daradjat, 2011: 66) antara
lain:
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang
anak kenal. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, begitu besar
peran dan pengaruh lingkungan tersebut untuk pembentukan pondasi
awal anak. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai
dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnnya, artinya tanpa
harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan
diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Disini diletakkan dasar-dasar
pengalaman melalui kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan
akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan
yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi
30
dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat
penting.
b) Lingkungan Asrama
Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki cirri-ciri
antara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak
dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan
dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak
sebayanya. Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri yang amat
diwarnai oleh para pendidik atau pemimpinnya dan oleh sebagian
besar anggota kelompok dari mana mereka berasal. Seperti: asrama
yatim piatu, asrama tampungan untuk anak-anak didik, asrama untuk
anak-anak nakal atau anak yang memiliki kelainanan, dan sebagainya.
asrama merupakan lingkungan pendidikan yang dibina sedemikian
rupa sesuai dengan tujuannya dalam rangka mengembangkan
kepribadian anak. Dengan cara-cara dan alat sarana prasarana yang
berbeda-beda. Meskipun demikian sedapat mungkin senantiasa
mewujudkan suasana kekeluargaan.
c) Lingkungan kerja
Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan kerja
memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja merupakan suatu
lingkungan baru yang menuntut berbagai penyesuaian. Bergaul dengan
orang-orang baru dan orang dewasa yang berbeda dari yang pernah
mereka alami. Dalam pergaulan tersebut terbuka kesempatan untuk
31
saling mempengaruhi, karenanya segala tingkah laku orang dewasa di
lingkungan kerja itu dapat berpengaruh besar atas perkembangan
tersebut.
7. Alat pendidikan
Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat
dan metode. Alat pendidikan merupakan media pendidikan, audio Visual
Aids, alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya.
menurut Roestiyah Nk. dkk.: “media pendidikan adalah alat, metode dan
teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi
dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah”. Alat pendidikan merupakan segala sesuatu yang
dapat membantu proses pencapaian tujuan pendidikan (Daradjat. 2011:80).
8. Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan, selain itu sebagai kegiatan menilai
yang terjadi dalam kegiatan pendidikan dan sebagai alat menngukur
sampai dimana penguasaan anak didik terhadap bahan pendidikan yang
telah diberikan (Rosyadi. 2004: 283).
D. Pembiayaan Pendidikan
Pembangunan dalam sektor pendidikan pada dasarnya sama
pentinganya dengan pembangunan sektor ekonomi. Karena tanpa adanya
pembangunan pada sektor pendidikan maka sumber daya manusia tidak akan
32
memiliki kualitas dan kemampuan yang unggul. Tanpa adanya sumber daya
manusia yang unggul maka pembangunan dalam bidang ekonomi pun tidak
akan berkembang maksimal. Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan baik
bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peran yang
sangat menentukan. Oleh karena itu, pendidikan tanpa didukung biaya yang
memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan sesuai harapan.
Biaya pendidikan merupakan komponen yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dasar pemikirannya adalah pendidikan
merupakan sumber kunci pembangunan ekonomi dan sekaligus sebagai
outcome proses pembangunan. Kepustakaan sumber ekonomi internasional
menerangkan bahwa investasi suatu negara dapat diarahkan untuk pendidikan
bangsa. Melalui investasi pendidikan dapat berpengaruh secara signifikan
terhadap pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia suatu bangsa. Pembiayaan pendidikan adalah uang yang dihasilkan
dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang
mencakup gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan sarana ruang
belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan atau mobile, pengadaan alat-alat
dan buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan
pengelolaan pendidikan, dan supervise pendidikan (Mulyono. 2010: 92).
33
BAB III
ISLAM BERKEMAJUAN MENURUT MUHAMMADIYAH
A. Pengertian
1. Islam
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya
sejak zaman Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi musa, Nabi Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi penutup atau terakhir Nabi Muhammad
SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan spiritual, duniawi dan ukhrawi (PP Muhammadiyah, 2010:51).
Islam merupakan agama yang mengimani satu Tuhan yaitu Allah.
Islam sebagai salah satu agama yang mayoritas dipeluk oleh penduduk
Indonesia. Islam secara bahasa (etimologi) yaitu berserah diri, tunduk, atau
patuh. Agama Islam sebagai agama yang terakhir dan agama Islam
mengakhiri dan menyempurnakan agama sebelumnya yang dianut hamba-
Nya. Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu
Nabi akhir zaman, Islam ialah ajaran yang diturunkan Allah yang
tercantum dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih berupa perintah-
perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan yang meliputi bidang-
bidang akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah. Islam adalah
agama semua nabi-nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama
34
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan manusia, agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam (PP
Muhammadiyah, 2010:69)
Selain itu Islam merupakan agama yang benar dan satu-satunya
agama yang diterima Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah Ali Imran
ayat 19 :”Sesungguhnya agama (yang benar) disisi Allah adalah Islam”.
Islam memiliki keistimewaan diantara agama sebelum-sebelumnya yaitu
agama Islam bersifat universal cocok dan sesuai untuk setiap masa, tempat
dan kondisi ummat. Selain itu juga sebagai agama satu-satunya yang
dibenarkan Allah mencakup seluruh aspek kehidupan seperti; akhlak,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dll.
2. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara bahasa (Etimologi) berasal dari bahasa
Arab “Muhammad” yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir.
Kemudian mendapatkan “ya’ nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi
Muhammadiyah berarti umat Islam yang mengajui dan meyakini bahwa
“Muhammad saw” atau “pengikut Muhammad saw”, yaitu semua orang
Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah
hamba dan pesuruh Allah yang terakhir (Pasha. 2003:119).
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan untuk menegakan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Persyarikatan Muhammadiyah ini didirikan oleh
35
KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriah yang
bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 di Kota Yogyakarta.
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang telah menghembuskan
jiwa pembaharuan pemikiran. Islam di Indonesia dan bergerak diberbagai
bidang kehidupan umat (Shobahiya, 2006:26).
Dalam kehidupan Muhammadiyah telah berkiprah melewati
berbagai fase zaman, dinamika organisasi dilalui dengan keikhlasan dan
perjuangan tanpa kenal lelah. Di era penjajahan Muhammadiyah telah
berperan dalam pergerakan kebangkitan nasional menuju kemerdekaan
Indonesia. Kemudian ketika awal kemerdekaan Muhammadiyah berperan
dalam peletakan fondasi bangsa yang berlandaskan pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Di era Orde Baru, Muhammadiyah terus berkiprah
dan berperan dalam pembangunan bangsa. Pergerakan Muhammadiyah
dalam lintasan satu abad itu merupakan perwujudan dari pembaruan
(tajdid) yang dipelopori Kyai Haji Ahmad Dahlan selaku pendiri gerakan
Islam ini. spirit pembaharuan telah melekat dalam gerakan
Muhammadiyah generasi awal untuk memahami dan menerjemahkan
kembali ajaran Islam ke dalam kerja-kerja kemanusian dan
kemasyarakatan yang mencerahkan. Sikap optimis dan pantang menyerah
untuk berjuang mewujudkan Islam dalam pencerahan kehidupan.
Menurut Haedar Nashir, Muhammadiyah dalam memahami ajaran
Islam melakukannya secara komprehensif. Aspek-aspek ajaran Islam,
yaitu aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah duniawiyah
36
(kemasyarakatan), tidak dipisah-pisahkan, meskipun dapat dibedakan satu
sama lain (Nur, 2000:9).
Semua itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus
dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif,
Muhammadiyah dengan misinya mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Muhammadiyah akan mampu mewujudkan atau mengaktualisasikan
agama Islam menjadi rahmatan lil’alamin dalam kehidupan di muka bumi
ini (Miswanto, 2012:88).
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan
bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai mana telah menjadi
panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan
setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara
tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah dan cita-cita hidup, serta
khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen
dan tanggung jawab dalam mewujudkan “baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur”.
Muhammadiyah juga sebagai organisasi sosial keagamaan
(organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi dakwah amar ma’ruf
nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan komunikatif dalam usaha- usaha
pembangunan dan reformasi nasional yang sesuai dengan khittah (garis)
37
perjuangannya serta tidak akan tinggal diam menghadapi kondisi-kondisi
kritis yang dialami oleh bangsa dan negara.
B. Deskripsi Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah
Indonesia merupakan bangsa muslim terbesar dengan jumlah
numerikal umat Islam di negeri ini mencapai 87% dari populasi nasional
(sekitar 225 juta jiwa) jumlah yang luar biasa besar. Tetapi jumlah itu hanya
bersifat numerikal dan potensial, belum aktual dan substansial. Karena
kualitaslah bukan kuantitas yang menentukan kemajuan suatu bangsa.
Menurut Bung Karno (Suara Muhammadiyah Edisi No 19 TH ke 101 hlm 28-
29) tulisan dengan judul “(Bukan) Bangsa Sontoloyo” yang ditulis oleh
Hajriyanto Y Thohari, bahwa Islam is Progress. Progress artinya lebih tinggi
tingkatannya daripada yang terdahulu. Progress juga berarti ciptaan yang
baru. Islam adalah yang berkemajuan atau progressif. Beliau mengatakan
bahwa Islam sontoloyo, namun kata sontoloyo ini bukan ditujukan terhadap
agama Islam, tetapi kepada umat Islam. Masih banyak di kalangan umat Islam
yang islamnya masih sontoloyo. Karena dengan jumlah populasi terbesar di
Indonesia seharusnya mampu menjadikan Islam sebagai agama yang
rahmatan lil alamin. Banyak para pemuka Islam yang mulai menanamkan
kesadaran akan pentingnya berorganisasi.
Salah satunya yaitu Muhammad Darwisy atau yang lebih dikenal
dengan K.H. Ahmad Dahlan. Beliau dengan berlandaskan Al Qur’an dan As-
Sunnah mendirikan sebuah Organisasi. Organisasi tersebut diberi nama
Muhammadiyah, yang artinya pengikut Nabi Muhammad saw. K. H. Ahmad
38
Dahlan yang telah melahirkan pandangan Islam berkemajuan, pandangan
tersebut melahirkan ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang
muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Organisasi tersebut
sekarang telah berdiri selama satu abad lebih yaitu sejak 18 November 1912.
Muhammadiyah telah ikut berperan dalam kemajuan Islam di tanah air.
Berdirinya Muhammadiyah di Indonesia ini dilatar belakangi oleh beberapa
faktor antara lain: tidak murninya Islam di Indonesia pada masa itu,
pendidikan Islam yang tidak maju, kemiskinan rakyat, adanya missi dan
zending Kristen, umat Islam bersifat fanatisme sempit, taklid buta, masih
diwarnai konservatisme, formalisme dan tradisionalisme (Shobahiya,
Mahasari, dkk. 2006: 27).
Telah banyak sekali konstribusi Muhammadiyah untuk bangsa
Indonesia. Kemajuan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran Muhammadiyah.
Sejak awal berdiri hingga Muktamar Muhammadiyah ke 47 tanggal 3-7
Agustus 2015 yang lalu di Makasar. Muhammadiyah tetap mengharapkan
Indonesia menjadi negara yang lebih maju. Hal ini tercantum dalam tema yang
diusung dalam Muktamar ke 47 yaitu “Gerakan Pencerahan Untuk Menuju
Indonesia Berkemajuan”. Begitu juga pada Muktamar Muhammadiyah yang
ke 46 tahun 2010 di Yogyakarta yang mengusung tema “Islam yang
Berkemajuan” yang kemudian secara formal dijadikan substansi tentang
pandangan keislaman yang terkandung dalam pernyataan pikiran
Muhammadiyah abad kedua (Amirrachman. 2015:14).
39
Sejak Muktamar Muhammadiyah yang ke 46 di Yogyakarta tersebut
istilah Islam berkemajuan semakin ramai. Sebelum istilah ini dikenal banyak
orang sebenarnya K.H Ahmad Dahlan telah menggunakan dalam misinya
menjadikan Islam di dunia menjadi modernis. Penggunaan istilah
berkemajuan pertama kali oleh pendiri dan ideolog Muhammadiyah yaitu K.H
Ahmad Dahlan dalam pernyataannya sebagai berikut; “memajoekan hal
agama kepada anggauta-anggautanja” ini muncul pertama kali tahun 1912.
Selain itu dalam edisi awal majalah Suwara Muhammadiyah yang ditulis
dalam bahasa jawa diungkapkan; “karena menurut tuntunan agama kita Islam
serta sesuai dengan kemauan zaman kemajuan”. Selain itu istilah ini juga
digunakan ketika Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968, di
Yogyakarta, dikatakan bahwa karakter masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya, salah satu cirinya adalah masyarakat yang maju dan dinamis, serta
dapat menjadi teladan (Amirrachman, 2015;160)
Sesuai apa yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah.
Semangat ini ternyata membuat umat Muhammadiyah menjadi bergairah
untuk mewujudkan amar ma’ruf nahi munkar. Tema yang diusung pada
Muktamar ke 46 tersebut tampaknya tidak sekedar tema retorika, tetapi
menjadi pemikiran yang esensial dan sistematik yang membuat
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam pembaharuan yang terus menerus
berkiprah dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia. Islam
berkemajuan dijadikan dasar pergerakan untuk abad kedua.
40
Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai dan ajaran tentang kemajuan dalam pandangan Islam
melekat dengan misi kekhalifahan manusia yang sejalan dengan sunatullah
kehidupan, karena itu setiap muslim baik individu maupun kolektif
berkewajiban menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al hadharah)
dan umat Islam sebagai pembawa misi kemajuan yang membawa rahmat bagi
kehidupan (Amirrachman, 2015:14).
Kemajuan dalam pandangan Islam yaitu segala sesuatu yang
melahirkan kebaikan baik lahiriah maupun rohaniah. Dalam mewujudkan
Islam berkemajuan Muhammadiyah menggunakan jalan dakwah dan tajdid.
Kedua identitas Muhammadiyah tersebut tercantum dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah Pasal 1 ayat 1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
bertujuan untuk melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita
hidupnya, Muhammadiyah selalu mendasarkan pada prinsip-prinsip ajaran
Islam, karena adanya keyakinan bahwa hanya Islamlah ajaran yang mampu
mengatur tata kehidupan manusia yang dapat membawa kepada kesejahteraan
hidup dunia dan akhirat. Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah dengan cara melakukan seruan dan ajakan kepada seluruh umat
manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Dakwah ini
dilakukan melalui amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan, Muhammadiyah
dikenal sebagai gerakan tajdid karena Muhammadiyah selalu berupaya
melakukan koreksi dan evaluasi terhadap berbagai pemikiran dan pengamalan
keagamaan dalam rangka pemurnian dalam bidang aqidah dan ibadah yang
41
disesuaikan dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Selain itu
Muhammadiyah selalu berusaha untuk melakukan pembaharuan dalam
berbagai bidang kehidupan, yang disesuaikan dengan kemajuan zaman dengan
tidak meninggalkan prinsip-prinsip Islam.
Islam berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam
yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan
refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberal, emansipasi, dan humanisasi yang
terkandung dalam pesan Al Qur’an surah Ali Imran 104 dan 110 yang menjadi
inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis, Islam yang berkemajuan
untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk
menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup
keutamaan, kebangsaan dan kemanusian universal. Transformasi Islam
bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar
meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber Al
Qur’an dan Al sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan
kehidupan modern abad ke 21 yang sangat kompleks (Amirrachman,
2015:15).
Dikutip dari Suara Muhammadiyah Edisi 17 /TH 96, Hlm 12-13,
tulisan DR H Haedar Natsir, MSI yang berjudul Pandangan Islam yang
Berkemajuan. Bahwa Muhammadiyah dalam perspektif ideologi
keagamaannya sesungguhnya menampilkan pandangan Islam yang
berkemajuan. Idiom “kemajuan”, “maju”, “memajukan”, dan “berkemajuan”
telah melekat dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga
42
dalam perjalanan berikutnya. Dalam Statuten pertama kali tahun 1912,
tercantum kata “memajukan” dalam frasa tujuan Muhammadiyah yaitu “….
memajukan hal agama kepada anggauta-anggautanya”.
Islam berkemajuan tampaknya telah menjadi semangat pergerakan
yang tiada henti untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Istilah
Islam berkemajuan bukan berarti akan merubah ketentuan-ketentuan dalam
Islam sendiri, yang dimaksud dalam perubahan berkemajuan yaitu hal-hal
yang sifatnya zhanniy, bukan qath’iy. Dalam Muhammadiyah yang qath’iy itu
jelas, yakni soal akidah, ibadah mahdah dan akhlakul karimah dan itu semua
telah diatur dalam Al Qur’an dan As sunnah.
Pada perkumpulan sebelum Muktamar ke 47 yang diselenggarakan di
Makasar, para intelek dan tokoh Muhammadiyah berkumpul dan berbincang,
dalam acara tersebut Prof. Din Syamsudin mengatakan bahwa "Islam
berkemajuan adalah Islam yang mengedepankan kasih sayang dan
persaudaraan. Apa yang dilakukan Muhammadiyah baik pendidikan, sosial,
kesehatan dan ekonomi bertumpu pada kemanusiaan dan religiusitas" (Upaya
Muhammadiyah wujudkan Indonesia Berkemajuan, selasar budaya.com,
diakses tanggal 31 Mei 2016, Pukul 12.06).
Dikutip dari sebuah artikel yang berjudul “Aktualisasi Islam
berkemajuan dalam sains teknologi dan seni budaya” yang ditulis oleh Prof.
Dr. Dadang Kahmad (Suara Muhammadiyah, No. 17/TH. Ke 96. 1-15
September 2011: 41), Bahwa Muhammadiyah memahami Islam berkemajuan
sebagai berikut:
43
1. Islam berkemajuan adalah Islam yang menyemaikan benih-benih
kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran,
dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia.
2. Islam yang berkemajuan adalah Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan
martabat manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi.
3. Islam yang menggelorakan misi anti perang, anti terorisme, anti kekerasan,
anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk
pengrusakan di muka bumi.
4. Islam yang berkemajuan juga secara positif melahirkan keutamaan yang
memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan.
Muhammadiyah terus berkomitmen untuk terus mengembangkan
pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal
kelahirannya tahun 1912 yang ditularkan oleh KH. Ahmad Dahlan. Pada abad
kedua ini Muhammadiyah dengan semboyan Islam berkemajuan
menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, kemaslahatan,
kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia.
Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun
perempuan tanpa diskriminasi (PP Muhammdiyah, 2010:22)
Islam berkemajuan yaitu Islam yang menggelorakan misi anti perang,
anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti
terhadap segala bentuk perusakan di atas muka bumi seperti korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta
berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara
44
positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku, bangsa,
ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi (Amirrachman,
2015:160).
C. Dasar Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah.
Islam Berkemajuan memiliki dasar yang digunakan dalam setiap
geraknya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah serta Nabi yang maqbullah serta
jejak sejarah Islam sebagai role model pergerakan, sekaligus merujuk pada
sejarah kelahiran dan hasil sistematisasi dari Muhammadiyah generasi awal
pada era Ahmad Dahlan. Bahwa pandangan Islam berkemajuan memang
memiliki landasan teologis, historis, ideologis, dan epistimologis pada jatidiri
Muhammadiyah sendiri sebagai gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi
munkar serta tajdid sebagaimana terkandung dalam pasal identitas
Muhammadiyah pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah. Muhammadiyah sejatinya merupakan gerakan Islam
berkemajuan, yang melekat dengan identitas sebagai gerakan dakwah dan
gerakan tajdid (Amirrachman, 2015: 13).
Menurut Kyai Syuja, ada 5 dasar Islam berkemajuan yang menjadi
karakter Muhammadiyah yaitu:
1. Tauhid yang Murni.
Tauhid merupakan kunci dari seseorang dalam beragama.Tauhid
menjadi sesuatu yang harus ada di dalam diri seseorang ketika memeluk
sebuah agama. Dalam Muhammadiyah memiliki cita-cita salah satunya
yaitu untuk menegakkan tauhid yang murni. Tauhid yang murni yaitu yang
45
tidak terpengaruh oleh budaya dan adat istiadat. Muhammadiyah mengajak
orang muslim menuju akidah yang murni dan meninggalkan perbuatan
yang merusak iman. seperti fanatik terhadap sesuatu juga akan mengarah
kepada hal tersebut.
Dalam muqadimah anggaran dasar yang telah dirumuskan pada
tahun 1951 yaitu pokok pikiran pertama yang berisi hidup manusia harus
berdasar tauhid (mengesakan) Allah, bertuhan dan beribadah serta tunduk
dan taat kepada Allah. Pokok pikiran ini dirumuskan dalam teks
muqaddimah sebagai berikut: “Amma ba’du. Bahwa sesungguhnya
ketuhanan itu adalah hak Allah semata. Bertuhanlah dan beribadah serta
tunduk dan taat kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib
atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia” (Miswanto, 2012:67).
Menurut Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag Tauhid merupakan
salah satu pondasi Islam berkemajuan, Muhammadiyah sepanjang usianya
terus melakukan pemurnian tauhid dengan dakwah yang mencerahkan dan
santun. Ketauhidan yang murni pada akhirnya akan membawa masyarakat
yang maju, dengan perilaku beragama yang efektif dan efisien
(Ilyas,Yunahar. 2016. Lima Pondasi Islam Berkemajuan, Suara
Muhammadiyah, hlm 19)
Tauhid menjadi sesuatu yang paling pokok bagi manusia untuk
mempercayai Tuhannya. Tauhid merupakan inti dari ajaran Islam yang
tidak akan berubah-ubah dan tetap sampai akhir dunia. Karena itulah
tauhid menjadi kunci keimanan seseorang. Begitu juga dengan
46
Muhammadiyah yang didirikan dengan latar belakang menjadikan tauhid
yang murni agar tercipta Islam yang sebenar-benarnya.
2. Memahami Al Qur’an dan As-Sunnah secara Mendalam.
Setiap umat Islam memang harus menjadikan As sunnah dan Al
Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam hidupnya. Namun seringkali,
umat manusia tidak memahami isi dan makna kandungan. Sedikit dari
mereka mempelajari makna Al Qur’an. Manusia kini banyak
teralihkan oleh teknologi yang semakin maju. Semakin lupa untuk apa
mereka diciptakan di dunia ini.
Menurut Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag bahwa
mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah seharusnya secara independen,
komprehensif dan integratif. Agama Islam merupakan agama yang seluruh
ajarannya berpegang pada Al Qur’an dan As sunnah.
Hal ini ada dalam firman Allah Q.S. Al Baqarah 2:2-4
Artinya: 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. 4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah
47
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (QS. Al Baqarah 2:2-4) (Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemah: hal 2)
Dari ayat tersebut bahwa Allah telah memerintahkan kepada
makhluknya untuk menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk di hidupnya.
Karena kemurnian dan keasliannya yang tidak diragukan lagi. Maka secara
tidak langsung umat muslim diperintahkan untuk memahami Al Qur’an
dan As-Sunnah sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan di dunia dan
sebagai bekal kehidupan yang berikutnya yaitu di akhirat.
3. Melembagakan Amal Shalih yang Fungsional dan Solutif.
Tidak lengkap iman seseorang apabila iman yang dimiliki tidak di
imbangi dengan amal-amal sholih. Tidak hanya habluminnallah tetapi
juga habluminannass. Muhammadiyah sejak dahulu dikenal sebagai
gerakan yang berjuang tidak hanya melalui syiar dakwah, akan tetapi juga
melalui amalan sholih seperti gerakan sosial, pendirian rumah sakit,
sekolah, panti asuhan,dan lain sebagainya.
Bagi Muhammadiyah amal shalih tidak hanya semata-mata berupa
amal ibadah mahdlah. Amal shalih adalah karya yang bermanfaat,
merefleksikan kerahmatan Islam dan kasih sayang Allah. Dengan fondasi
ini, Muhammadiyah bukanlah sebagai gerakan tajdid pemikiran yang
mengedepankan supremasi intelektualisme tetapi gerakan amal (Abdul
mu’ti, 2009).
48
4. Berorientasi Kekinian dan Masa Depan
Berorientasi kekinian dan masa depan mungkin menjadi pemikiran
bagi semua orang di dunia ini. banyak orang bekerja keras demi
mewujudkan masa depan yang lebih baik. Sebelum melakukan tersebut
mindset atau pemikiran perlu digerakan agar mampu untuk menyusun dan
merancang masa depan.
Muhammadiyah merupakan organisasi yang modernis, yang
artinya selalu berorientasi kekinian dan tidak terikat dengan satu
paradigma. Para pendiri Muhammadiyah memberikan contoh bagaimana
membangun Islam yang berkemajuan. Pertama, melihat Islam sebagai
realitas kekinian dan kedisiplinan. Kedua, menjadikan realitas, konteks
situasi dan kondisi untuk merancang masa depan yang lebih baik (Abdul
Muti, 2009:).
Inilah yang menjadi cita-cita KH. Ahmad Dahlan ingin menjadikan
Islam menjadi agama yang berkemajuan. Menjadikan Islam yang sebenar-
benarnya.
5. Bersikap Toleran, Moderat dan Suka Bekerja Sama.
K.H. Ahmad Dahlan memberikan teladan kepada genersi penerus
Muhammadiyah untuk bersikap toleran, moderat dan bekerja sama. Hal itu
terlihat ketika K.H Ahmad Dahlan mulai berbeda tentang arah kiblat,
hingga masalah surau yang ia bangun dengan jerih payahnya dan teman-
temannya, beliau tetap semangat dan toleran menerima semua perbedaan.
Beliau tidak memaksakan kehendaknya. Ketiga sikap itu menjadi dasar
49
untuk Muhammadiyah mengembangkan diri dan menghadapi tantangan
dunia yang semakin hari semakin kompleks. Semua itu memang perlu kita
terapkan ketika berbeda suatu hal dengan yang lain bukan malah
memusuhi apa yang berbeda.
D. Ruang Lingkup Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah
Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan
“kesatuan ajaran” yang tidak boleh dipisah-pisah. Dalam Keyakinan dan Cita-
cita Hidup Muhammadiyah yang merupakan keputusan Tanwir tahun 1969 di
Ponorogo pada Muktamar Muhammadiyah ke-37 salah satu isinya yaitu
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi:
1. Aqidah
Aqidah menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan, disebut
demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan
segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah Iman dan
kepercayaan. Aqidah dalam Islam ditautkan dengan rukun iman yang
menjadi asas seluruh ajaran Islam, kedudukannya sangat sentral dan
fundamental, karena, seperti yang telah disebutrkan di atas, menjadi asas
dan sekaligus menjadi gantungan segala sesuatu dalam Islam. Juga
menjadi titik tolak kegiatan seorang muslim (Ali, 2008: 199).
Aqidah merupakan ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih
dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurofat, tanpa mengabaikan
50
prinsip toleransi menurut ajaran Islam. Adapun dalam pedoman hidup
islami warga Muhammadiyah dalam: Bab Kehidupan Pribadi, disebutkan
bahwa 1. Setiap warga Muhammadiyah memiliki prinsip hidup dan
kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah swt yang benar, ikhlas dan
penuh ketundukan. Sehingga terpancar sebagai ibad al rahman menjalani
kehidupan dengan sebenar-benar menjadi mukmin, muslim, muhsin dan
muttaqien yang paripurna. 2. Setiap warga Muhammadiyah wajib
menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup, tidak
boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu dan tetap menjauhi
serta menolaktakhayul, bid’ah dan khurafat yang menodai iman dan tauhid
kepada Allah SWT (Hambali, 2008:62).
2. Ibadah
Secara etimologis ibadah berasal dari kata’ubu:dah, ‘ubu:diyah
dan ‘abdiyah, yang artinya tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya
menyerah dan tunduknya seseorang terhadap orang lain secara patuh tanpa
perlawanan, penyelewengan dan pendurhakaan, hingga dilayaninya orang
itu (yang dipatuhinya) menurut keinginan dan kemauannya
(Maududi,1986:100).
Sedangkan menurut Majlis Tarjih Muhammadiyah merumuskan
pengertian ibadah sebagai berikut: “Bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah, dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi larangan-
Nyat dan mengamalkan semua yang diizinkan Allah SWT”. Dari batasan
51
ibadah tersebut Majlis Tarjih Muhammadiyah membedakan ibadah
menjadi dua, yaitu:
a. Ibadah khusus atau ibadah mahdlah yakni ibadah yang telah ditetapkan
secara pasti oleh sya:ri. Seperti sholat, umrah dan haji
b. Ibadah ‘Am, ibadah umum atau dapat dinamakan juga dengan
muamalah duniawiyah, yaitu segala amalan keduniaan yang diizinkan
Allah (Pasha, 2003:209).
Tajdid dalam bidang ibadah dalam Muhammadiyah
terhadap orang yang sudah Islam adalah menuntunkan ibadah
sebagaimana yang diturunkan oleh Rosulullah SAW tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia yang bid’ah serta menghilangkan bersikap taqlid
atau membeo (Pasha, 2003:289). Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
ibadah yang dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan
dari manusia (Pasha, 2003:312).
3. Akhlak
Dalam buku Ali, Muhammad Daud (2008: 346), Akhlak secara
etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki
asal usul kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara
lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at (Rachmat,
1987:25). Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang
melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin
buruk.
52
Akhlak merupakan ajaran yang berhubungan dengan pembentukan
sikap mental dan kepribadian seseorang. Dalam ajaran Islam kita
senantiasa diperintahkan untuk meneladani Rasulullah saw agar manusia
mampu menjadi seseorang yang memiliki iman dan akhlak yang mulia.
Sifat Beliau antara lain sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Akhlak
dibagi menjadi dua. Pertama adalah akhlak terhadap Allah atau Khalik
(Pencipta), dan Kedua adalah akhlak terhadap semua makhluk (semua
ciptaan Allah) (Ali, 2008: 352).
Selanjutnya dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Bab kehidupan pribadi bagian akhlak disebutkan bahwa:
a. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku Nabi
dalam mempraktikan akhlak mulia, sehingga menjadi uswah hasanah
yang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabligh dan
fathanah.
b. Setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan
hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas dalam
wujud amal-amal sholih dan ihsan, serta menjauhkan diri dari perilaku
riya, sombong, ishraf, fasad, fahsya¸ dan kemunkaran.
c. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk menunjukakan akhlak
yang mulia (akhlak al karimah) sehingga sidukai diteladani dan
menjauhkan diri dari akhlak yang tercela (akhlak al madzmumah) yang
membuat dibenci dan dijauhi sesama
53
d. Setiap warga muhammadiayah dimanapun ia bekerja dan menunaikan
tugas maupaun dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar
menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi serta praktik-praktik
buruk lainnya yang merugikan hak-hak public dan membawa
kehancuran dalam kehidupan di dunia ini (Shobron, 2006:196).
4. Muamalah Duniawiyah
Dari segi bahasa muamalah duniawiyah berarti berbagai macam
amalan keduniaan. Sementara kalau dilihat dari segi istillah mengandung
pengertian tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan hubungan manusia dengan benda. Muamalah
duniawiyah ini meliputi berbagai bidang yaitu bidang politik, sosial,
ekonomi, kesenian, kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya (Pasha,
2003:209).
Islam menaruh perhatian yang serius terhadap urusan keduniawian
karena di dunia ini setiap orang mencari sebanyak-banyaknya bekal untuk
di akhirat kelak. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang
bagaimana menyelaraskan muamalah duniawiyah dengan apa yang telah
ditetapkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah agar segala urusan muamalah
duniawiyah bisa dilakukan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan
ajaran Islam.
Salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yaitu dalam
bidang pendidikan. Pendidikan merupakan bidang yang strategis dalam
upaya mewujudkan kemajuan umat dan bangsa. Lembaga pendidikan
54
Muhammadiyah telah eksis dan bertahan selama seabad yakni sejak 1911-
sekarang. Tercatat hingga Januari 2016, Muhammadiyah dalam
pengelolaan Amal Usaha dalam bidang pendidikan baik dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi berjumlah 10.452 dari berbagai elemen instansi
pendidikan (Taufiq, 2016:75).
55
BAB 1V
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISLAM BERKEMAJUAN
MENURUT MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah sejak berdiri pada tahun 1912 menegaskan diri sebagai
gerakan Islam yang berjuang menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam di
Indonesia yang diilhami oleh firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104.
Misi Muhammadiyah tersebut dikenal dengan gerakan dakwah dan tajdid.
Identitas Muhammadiyah ini tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah
pasal 1 ayat 1 dinyatakan sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar, beraqidah Islam dan bersumber kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Organisasi yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November
1912 ini semakin berkembang, semangat K.H. Ahmad Dahlan ini membuat
generasi penerus di bawahnya termotivasi. Usaha yang dilakukanpun telah
membuktikan pelaksanaan misi dakwah dan tajdid itu, seperti pembaharuan
pemahaman agama, pendirian lembaga pendidikan Islam modern, reformasi
sistem pendidikan Islam, pengembangan pranata pelayanan-pelayanan sosial, dan
lain sebagainya.
Istilah Islam berkemajuan yang kini menjadi slogan Muhammadiyah kerap
digunakan di berbagai momen tertentu yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah,
Angkatan Muda Muhammadiyah, Amal Usaha Muhammadiyah dan lain
sebagainya. Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang
56
tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba
utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Dalam
perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al
hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Islam
berkemajuan ini melingkupi segala aspek kehidupan salah satunya yaitu
pendidikan. Pendidikan memang sebagai permasalahan yang tidak akan pernah
usai.
Khusus di bidang pendidikan, umat Islam semakin memerlukan lembaga
pendidikan Islam yang inovatif dan berkualitas unggul seiring dengan kelompok
kelas menengah muslim yang semakin luas. Pendidikan Islam yang lebih inovatif,
unggul, sejalan dengan kepentingan umat dan mengikuti perkembangan zaman
yang semakin kompetitif, pendidikan seperti itulah yang masyarakat harapkan.
Kemajuan di bidang pendidikan memang tidak bisa instan, tetapi itu bisa
diusahakan dengan perlahan.
A. Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut
Muhammadiyah
Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia, pendidikan telah
menjadi semacam teknologi yang memproduksi manusia masa depan yang
paling efektif. Bahkan pendidikan menjadi kebutuhan manusia sendiri secara
massal. Pendidikan menjadi proyeksi perubahan dan proyeksi masa depan
yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.
Selain itu pendidikan merupakan tonggak kemajuan peradaban suatu
bangsa. Kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari pilar pendidikan yang ada di
57
negara tersebut. Negara yang peradabannya kurang maju biasanya
dikarenakan pendidikannya tertinggal sehingga sumber daya manusia (SDM)
tidak memiliki daya saing dengan bangsa dan negara lain. Pendidikan
diharapkan bisa menciptakan sumber daya manusia yang memiliki karakter
utama, unggul, dan berdaya saing tinggi sehingga mampu mengejar
ketertinggalan dan berdiri setara bahkan lebih hebat dibandingkan dengan
sumber daya manusia dari negara lain.
Kegiatan pendidikan atau mencari ilmu harus dimulai dari pendidikan
pribadi atau keluarga, lembaga sekolah, dan masyarakat. Ketiganya harus
terjalin dan berlangsung secara terpadu, selaras, serasi, seimbang dan
harmonis. Pendidikan tidak akan berfungsi dengan baik bila hanya berjalan
parsial atau tidak menyeluruh. Karenanya dibutuhkan pengelolaan secara
integratif dengan memadukan semua unsur yang mendukungnya. Dari sinilah
pendidikan akan menghasilkan sosok pribadi yang tangguh (Mujtahid,
2011:34).
Pendidikan harus mampu menjadi pilar strategis yang kredibel dalam
mencerdaskan masyarakat. Salah satunya yaitu pendidikan Islam. Pendidikan
Islam merupakan salah satu disiplin ilmu keislaman, yang memiliki daya tarik
tersendiri untuk terus dikaji secara lebih mendalam dan komprehensif, serta
selalu hangat untuk selalu dibicarakan, terutama oleh kalangan akademisi.
Hal ini karena pendidikan Islam berperan untuk membina manusia secara utuh
(kaffah) dan seimbang (tawazun), baik dari segi aspek rohani maupun jasmani.
58
Pendapat ini pun juga disampaikan Bapak Sutomo, M.Ag (Kepala SD
Muhammadiyah Plus Salatiga),
Bahwa pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk menciptakan individu yang utuh (kaffah). Serta memiliki keunggulan dalam bidang IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan dan peduli lingkungan. Pendidikan Islam seperti ini bisa dikatakan sebagai pendidikan yang berkemajuan.
Dalam persyarikatan Muhammadiyah, pendidikan berada di bawah
naungan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majelis
Pendidikan Tinggi (Dikti). Majelis Dikdasmen mengurusi lembaga pendidikan
dasar dan pendidikan menengah yang dimiliki Muhammadiyah. Sedangkan
Majelis Dikti adalah lembaga yang mengurusi pendidikan tinggi yaitu
perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Majelis-majelis ini terfokus kepada
pengembangan pendidikan seperti; kemajuan sarana dan prasarana
pendidikan, administrasi pergedungan, manajemen kurikulum, dan silabusnya,
dan lain sebagainya. Selain itu melalui pendidikan Majelis Dikdasmen dan
Dikti juga mengharapkan adanya akademisi Islam yang anggun dalam moral,
unggul dalam intelektual.
Adapun fungsi Majelis Dikdasmen dalam kependidikan, pengajaran,
dan kebudayaan dalam Muhammadiyah (Shobron. 2008:106-107):
1. Menanamkan kesadaran akan pentingnya bidang pendidikan dan
pengajaran serta kebudayaan sebagai rangkaian usaha untuk mencapai
tujuan persyarikatan serta menggerakan anggota-anggota untuk beramal di
bidang pendidikan
59
2. Memimpin dan membantu usaha cabang-cabang dalam usahanya di
bidang pendidikan, dan pengajaran serta kebudayaan.
3. Membantu mengkoordinasi kegiatan anggota dan masyarakat serta
organisasi Islam yang bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran serta
kebudayaan sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan.
4. Mengusahakan bantuan dan fasilitas dari pemerintah dan badan-badan lain
yang halal dan baik.
5. Mengadakan pendidikan untuk:
a. Membentuk tenaga pendidikan dan pengajaran yang berjiwa
Muhammadiyah.
b. Mempertebal keyakinan agama dan kesadaran keMuhammadiyahan
kepada tenaga pendidik dan pengajar.
c. Mengusahakan alat kelengkapan pengajaran dan pendidikan serta alat-
alat administrasi sekolah dan madrasah.
d. Membuka dan menyelenggarakan sekolah atau madrasah asrama dan
sebagainya ditempat yang strategis, dimana cabang-cabang yang
bersangkutan tidak atau belum mungkin menyelenggarakan sendiri.
e. Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah percontohan atau
teladan.
Pendidikan Islam dalam Muhammadiyah sebagai salah satu perantara
gerakan dakwahnya yaitu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu
dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Dalam pendidikan
Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan, ada 3 nilai dasar pendidikan
60
yang perlu ditegakkan dan dilaksanakan untuk membangun bangsa yang
besar yaitu:
1. Pendidikan Akhlak yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia
yang baik berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah.
2. Pendidikan Individu yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran
individu yang utuh, yang berkesinambungan antara perkembangan mental
dan jasmani, keyakinan dan intelek, perasaan dan akal, dunia dan akhirat.
3. Pendidikan sosial yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan
keinginan hidup bermasyarakat (Shobron, 2008: 152-153).
Ketiga nilai dasar tersebut diadopsi untuk pembaharuan pendidikan
Islam perspektif Islam berkemajuan untuk mampu membentuk generasi muda
yang utuh dan rahmatan lil ‘alamin. Karena pendidikan Islam ini tidak hanya
menghendaki pengembangan pada salah satu aspek, akan tetapi
pengembangan dilakukan secara menyeluruh yaitu aspek kognitif, efektif, dan
psikomotorik anak didik. Lokalitas waktu dan tempat tidak ada lagi yang
terbatas. Pengajaran yang berdasarkan Islam baik pendidikan sekolah/
madrasah ataupun pendidikan dalam masyarakat dan sekolah-sekolah yang
telah disediakan untuk mewujudkan generasi muda yang modern (Suharto,
2006:299).
Satu abad yang lalu K.H. Ahmad Dahlan telah merintis pembaharuan
pendidikan sebagai kesatuan kelembagaan berbasis kesatuan IPTEKS yang
telah tumbuh sebagai tradisi masyarakat pembelajar berbasis makrifat spiritual
dalam bentuk tabligh (pendidikan luar sekolah), pesantren, madrasah, dan
61
sekolah sebagai realisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Pendidikan
Muhammadiyah dilakukan sebagai penyiapan lingkungan yang
memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran
Allah SWT sebagai Rabb dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS).
Pendidikan Islam menurut pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yaitu
pendidikan yang bertitik tolak pada upaya pengembangan akal melalui proses
pendidikan yang pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan
memberikan implikasi bagi warga masyarakat untuk memiliki semangat tajdid
(pembaharuan) dalam pendidikan Islam (Iswati, 2014: 47).
Pendidikan tersebutlah yang bisa disebut dengan pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan. Pendidikan ini memiliki ciri khas tersendiri
yang mampu menggambarkan Islam berkemajuan. Menurut salah satu
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga yaitu Bapak Hammam
Sanadi, M.Pd. salah satu cirinya yaitu,
Bila dilihat dari segi pendidikan, Islam berkemajuan yaitu Islam yang mampu menghargai ilmu pengetahuan dan perkembangannya saat ini, serta Islam yang mampu memuliakan akal. Ciri-ciri Islam berkemajuan tersebut seperti: damai, toleran dan saling menghargai, dan lain sebagainya.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan bila dilihat secara
teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberal, emansipasi,
dan humanisasi yang terkandung dalam pesan Al Qur’an surah Ali Imran 104
dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah.
62
Pertama, humanisasi (kemanusian) Pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan yaitu pendidikan yang membawa tranformasi sosial menuju
tranformasi intelektual dan proses pembangunan karakter kemanusiaan.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan ditinjau dari aspek sosial
sebagai pendidikan yang peduli kepada permasalahan sosial seperti
lingkungan masyarakat, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya. Pendidikan
Islam perpektif Islam berkemajuan adalah pendidikan pencerahan kesadaran
ke-Tuhanan (makrifat iman/tauhid) yang menghidupkan, mencerdaskan, dan
membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan bagi kesejahteraan
dan kemakmuran manusia dalam kerangka kehidupan berbangsa dan tata
pergaulan dunia yang terus berubah dan berkembang.
Kedua, liberasi (pembebasan) pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan yaitu pendidikan yang mampu menyadarkan masyarakat akan
realitas sosial yang sudah terkontaminasi dengan budaya lokal (khususnya
Hindu dan Budha). Akibatnya banyak ibadah-ibadah sakral dalam Islam sudah
jauh dari nilai-nilai syariat Islam. Seperti adanya takhayul, bid’ah dan
khurafat. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan ini menciptakan
individu yang bersih dari takhayul, bid’ah dan khurafat serta memiliki cara
pandangan ke depan yang lebih kreatif, inovatif. Pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan tersebut berorientasi kepada pendidikan modern yang
terinspirasi dari pendidikan Muhammadiyah yang dipelopori oleh K.H Ahmad
Dahlan. Pendidikan modern yang memberi ruang seluas-luasnya bagi
perubahan. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu pendidikan
63
yang tidak terjebak pada situasi kemunduran dan keterpurukan. Pendidikan
Islam yang mampu menjadi wadah bersama untuk membina generasi muda
penerus Islam
Ketiga¸ Emansipasi merupakan pembebasan perbudakan, atau per-
samaan hak baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan memberikan kebebasan untuk individunya berkembang
dan memanfaatkan potensi diri. Serta tidak adanya diskriminasi terhadap
kaum perempuan.
Keempat, Transendensi (proses mempercayai yang bernuansa abstrak,
ghaib). Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menyeimbangkan
pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan lebih menekankan kepada
pembinaan moralitas untuk awal pembentukan kerpibadian yang sempurna
(insan kamil).
Sedangkan pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan bila dilihat
secara ideologis, merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk
menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup
keutamaan, kebangsaan dan kemanusian universal. Pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan harus mampu menyeimbangkan dan
memaksimalkan peran manusia untuk dunia dan akhirat.
Pendididikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam yang
modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan
kemajuan yang holistik. Dari pendidikan Islam inilah akan lahir generasi
muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu
64
menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan Islam yang
berkemajuan (PP Muhammadiyah, 2010: 220).
Selanjutnya dari segi pelaksanaan, pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan merupakan pendidikan yang menggunakan kurikulum integral
yaitu dengan melakukan integrasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu
umum. Sehingga tidak terjadi adanya dikotomi ilmu. Pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan menggunakan sistem pendidikan modern yang
mencegah terjadinya kejumudan pemikiran.
Menurut Sutomo, M.Ag selaku Kepala SD Muhammadiyah Plus Kota
Salatiga:
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan juga menggunakan sistem pendidikan yang memadukan pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Perpaduan ini merupakan sistem yang sangat bagus dan relevan dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Sistem-sistem pendidikan yang ada di sekolah Muhammadiyah diterapkan untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama supaya menghasilkan cendekiawan muslim yang mampu berkiprah dalam banyak bidang keahlian.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan berlaku mulai dari
pendidikan dasar hingga Perguruan Tinggi ataupun Universitas
Muhammadiyah (PTM). Terlebih pada tingkat Perguruan Tinggi maupun
Universitas harus mampu menciptakan akademisi muslim yang berkemajuan
serta anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual. PTM berkemajuan
yaitu PTM yang senantiasa mampu menunjukkan wujud dari Islam yang
membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala
65
bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan dan ketidakadilan (Suara
Muhammadiyah, 1-15 April 2015. “PTM Pilar Strategis Abad Kedua”, hlm 6)
B. Dasar Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut
Muhammadiyah.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian
muslim, maka pendidikan Islam memerlukan dasar yang dijadikan landasan
kerja. Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan
sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik
kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar terpenting pendidikan
Islam yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Sama halnya pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan yang mendasarkan kepada dua sumber tersebut.
Karena sejak awal mula berdirinya Muhammadiyah, ada beberapa poin yang
melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah tersebut. Salah satunya yaitu
kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Setiap permasalahan muamalah
duniawiyah dikembalikan kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Begitu juga
dengan dasar atau landasan pendidikan Islam. Al Qur’an dan As Sunnah
menjadi landasan pendidikan Islam yang amat kuat. Dasar yang menjadi acuan
pendidikan Islam harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang
menghantarkan pada aktivitas yang dicita-citakan.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan terinspirasi dari firman
Allah Q.S Al Alaq 96: 1-5 (Taufiq. 2016:73)
رأ باسم ربك الذي خلق رأ وربك األكرم )٢(خلق اإلنسان من علق )١(اقـ الذي )٣(اقـ
)٥(علم اإلنسان ما لم يـعلم )٤(م علم بالقل
66
Artinya: 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al Quran dan Terjemah Departemen Agama RI: hal 597).
Dalam firman Allah tersebut terdapat pesan yang disampaikan kepada
manusia, yaitu setiap manusia harus pandai membaca dan menulis atau dalam
makna lain bisa diistilahkan dengan belajar. Dalam istilah modern disebut
dengan long life education, artinya orang Islam sangat dituntut untuk
menjelajahi dunia, seumur hidup untuk mengambil pelajaran tentang
kehidupan.
Pendidikan Muhammadiyah didasarkan atas nilai-nilai sebagai berikut;
pertama, pendidikan Muhammadiyah diselenggarakan merujuk pada
Al Qur’an dan As Sunnah. Kedua, niat ikhlas untuk mencari ridho Allah
SWT. Ketiga, menerapkan prinsip kerjasama dengan tetap memelihara sikap
kritis. Keempat, menggunakan prinsip tajdid serta inovasi. Kelima, memiliki
kultur untuk selalu memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan.
Keenam, prinsip terakhir yaitu prinsip keseimbangan dalam mengelola
lembaga pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati (PP Muhammadiyah,
2010:224)
Dr. Said Ismail Ali berpendapat bahwa dasar ideal pendidikan Islam
terdiri atas enam macam.:
1. Al Quran
2. As Sunnah
67
3. Kata-kata sahabat
4. Kemasyarakatan sosial
5. Nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat
6. Hasil pemikiran para pemikir Islam (Muhaimin, Abd. Mujib. 1993:145)
Dasar atau landasan pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
pada prinsipnya sama dengan dasar pendidikan Islam pada umumnya. Selain
dasar tersebut pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan juga termotivasi
oleh misi Muhammadiyah untuk kehidupan umat dan bangsa yaitu:
1. Menegakkan tauhid yang murni.
2. Menyebarkan ajaran Islam yang bersumber kepada Al Qur’an sebagai
kitab Allah yang terakhir untuk manusia dan As Sunnah.
3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan perseorangan,
keluarga, dan masyarakat
4. Pemahaman agama dengan menggunakan akal pikiran(Nashir, 2000: 151)
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menjadikan misi
Muhammadiyah tersebut sebagai landasan pelaksanaan pendidikan Islam.
Selain itu pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan juga termotivasi
oleh pandangan bahwa manusia akan mampu mencapai derajat keimanan dan
ketaqwaan yang sempurna, apabila mereka memiliki kedalaman ilmu
pengetahuan dan ketaqwaan sejati hanya akan diraih mereka yang berilmu
pengetahuan. hal tersebut yang menjadi landasan atau dasar dari pendidikan
Islam perspektif Islam berkemajuan serta perlunya menyebarkan ajaran Islam
melalui pendidikan Islam.
68
C. Komponen Pendidikan dalam Perspektif Islam Berkemajuan Menurut
Muhammadiyah.
1. Tujuan
Secara normatif tujuan pendidikan Muhammadiyah diarahkan
untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan. Dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah Pasal 4 Ayat 1 dan Pasal 6, Maksud dan tujuan
Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Karena
setiap apa yang dilakukan sejatinya ada tujuan yang ingin dicapai, begitu
juga dengan pendidikan.
Tujuan pendidikan Islam yaitu kristalisasi nilai-nilai yang ingin
diwujudkan ke dalam pribadi setiap individu, oleh karena itu faktor tujuan
menjadi sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Adapun tujuan
pendidikan yang sederhana yaitu untuk memanusiakan manusia, yang
artinya membantu manusia untuk menjadi manusia.
Dalam pendidikan Islam, dari zaman Nabi sampai sekarang dan
yang akan datang, tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Tujuan peserta didik ini menurut
Ahmad Dahlan lebih diarahkan pada upaya memecahkan persoalan-
persoalan hidup di dunia yang dihadapi peserta didik. (Iswati, 2014:9).
Tujuan pendidikan dan pengajaran Islam di sekolah
Muhammadiyah yaitu untuk membentuk manusia muslim yang cakap,
berakhlak mulia, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat.
69
Namun tidak hanya membentuk manusia yang memiliki intelektual belaka,
melainkan juga manusia muslim, manusia moralis, manusia kolektivis, dan
manusia yang berwatak atau berkarakter (Salam, 2009:124).
Beberapa tujuan pendidikan Islam menurut Muhammadiyah (PP
Muhammadiyah. 2010:221) yaitu:
1. Mendidik manusia memiliki kesadaran ketauhidan (spiritual
makrifat). Terhindar dari penyakit masyarakat seperti:
a. Syirik yaitu menyekutukan Allah
b. Khurafat, secara bahasa artinya berbagai cerita bohong.
Sedangkan menurut istilah ialah berbagai kepercayaan yang
khayali, bahwa diluar Allah ada berbagai kekuatan ghaib
yang dapat menyebabkan keselamatan seseorang dan dapat
pula mendatangkan mudlarat terhadap seseorang
(Pasha.2003:285)
c. Bid’ah yaitu model atau sesuatu yang baru yang tidak
didahului oleh contohnya atau sesuatu yang diadakan
dengan bentuk yang belum pernah ada contohnya. Menurut
syara’ bid’ah merupakan urusan yang baru di dalam agama
baik berupa aqidah (kepercayaan), berupa ibadah ataupun
berupa sifat bagi ibadah yang belum pernah ada di masa
Rosulullah (Pasha.2003:286)
2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tajdid,
berfikir cerdas, alternatif, dan berwawasan luas.
70
3. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki
IMTAQ (iman dan taqwa), kecakapan hidup, ketrampilan sosial
dan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi Komunikasi dan Seni)
4. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki
jiwa, kemampuan menciptakan dan mengapresiasi karya seni-
budaya.
5. Membentuk kader yang berkarakter, yang peduli dan peka serta
bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dari beberapa tujuan di atas, hakikatnya tujuan pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan terfokus pada tiga bagian: Pertama,
terbentuknya insan al kamil (manusia paripurna) yang memiliki akhlak
qurani, insan yang beriman, berwawasan, bijaksana dan memiliki sifat-
sifat yang tercermin dalam pribadi Nabi Muhammad SAW. Kedua,
terciptanya insan yang kaffah dalam dimensi religius, budaya dan ilmiah.
Ketiga, penyadaran tugas seorang manusia sebagai hamba Allah SWT dan
sebagai wakil Allah di muka bumi dan mampu menjadi hamba yang
berkemajuan dan tangguh.
2. Peserta Didik
Diantara komponen terpenting dalam pendidikan Islam salah
satunya adalah peserta didik. Karena peserta didik merupakan subjek
sekaligus objek pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan tidak akan
terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya. Secara
terminologi, peserta didik diartikan sebagai anak yang sedang tumbuh dan
71
berkembang, baik secara fisik maupun psikologis. Peserta didik
merupakan anak yang belum dewasa dan memerlukan bimbingan dari
seorang yang lebih dewasa atau pendidik.
Peserta didik dalam pendidikan Muhammadiyah diberikan peluang
untuk mengembangkan intelektual mereka serta mendorong peserta didik
untuk memiliki hati suci serta soft skill, ini menunjukkan bahwa dalam
proses pendidikan tidak hanya intelektual saja yang dikembangkan tapi
semua yang ada dalam diri peserta didik baik aspek kognitif, aspek afektif
maupun aspek psikomotorik, sehingga dapat terwujud individu yang
kaffah dan anggun dalam moral, unggul dalam intelektual yang mampu
membawa Islam kepada kemajuan tanpa meninggalkan aturan-aturan atau
syariat Islam.
Menurut Sutomo, M.Ag Kepala SD Muhammadiyah Plus Kota
Salatiga,
Bahwa semua anak itu dasarnya baik, tergantung bagaimana nantinya lingkungan akan membentuknya. Perlu diperhatikan bahwa peserta didik dalam satu kelas itu berbeda-beda. Peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain, baik dari bakat atau potensi, kepribadian dan lain-lain. Pendidik perlu memahami karakteristik peserta didiknya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan peserta
didik (Muhaimin.1993:177-181):
a. Anak didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia
tersendiri, sehingga metode mengajar tidak boleh disamakan dengan
orang dewasa.
72
b. Anak didik mengikuti periode perkembangan tertentu dan mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya.
c. Anak didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi
kebutuhan itu semaksimal mungkin.
d. Anak didik memiliki perbedaan satu individu dengan individu lainnya,
baik yang disebabkan faktor endogen (fitrah) maupun fakto eksogen
(lingkungan).
e. Anak didik hendaknya dipandang sebagai kesatuan sistem manusia
Beberapa kriteria peserta didik perspektif Islam berkemajuan:
a. Individu yang memiliki aqidah atau tauhid yang murni.
b. Individu yang memiliki pribadi anggun dalam moral unggul dalam
intelektual dan kokoh dalam spiritual.
c. Individu yang memiliki pandangan yang luas, alim dalam ilmu dunia
atau ilmu umum serta memiliki kemampuan menalar dan berfikir
bebas dan realistis.
d. Individu yang bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
(modernisasi).
Peserta didik dalam pendidikan Islam perpektif Islam berkemajuan
yaitu generasi muda yang diharapkan mampu meneruskan cita-cita Islam
dan siap mengemban amanat Allah sebagai khalifah Allah di muka bumi,
yang tugas utamanya adalah mengupayakan terciptanya perdamaian
73
sesama umat manusia, serta mengupayakan terciptanya kesejahteraan dan
kemakmuran hidup umat manusia (modernisasi).
3. Pendidik
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu
yang sangat mulia. Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia daripada
pekerjaan sebagai seorang pendidik. Pekerjaan menjadi seorang guru
adalah pekerjaan yang paling mulia dan paling luhur. Inilah yang
menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding manusia
lainnya. Semakin tinggi dan bermanfaat materi ilmu yang diajarkan, maka
akan semakin tinggi pula derajatnya. Dan apabila pendidik tersebut
mengajarkan dengan ikhlas insyaAllah, akan menjadi amal jariyahnya.
Pendidik dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan istillah
murrabi, mu’allim, atau muaddib. Pendidik merupakan salah satu
komponen yang menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar
mengajar. Dalam pendidikan Islam, pendidik merupakan setiap orang
dewasa, yang bertanggungjawab atas dirinya dan orang lain. Pendidik
dalam pendidikan Islam juga diartikan sebagai orang-orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
kognitif, afektif maupun potensi psikomotorik.
Menurut Ibu Dian Indrihartani, S.Sos. M.Pd, Kepala SMA
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga:
74
Sebagai seorang pendidik bertanggungjawab atas perkembangan peserta didik namun peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam perkembangan peserta didik. Terlebih pendidikan pertama yang diperoleh peserta didik merupakan pendidikian di lingkungan keluarga. Sebagai orangtua juga harus memantau bagaimana perkembangan anak di lingkungan sekolah. Begitu juga seorang pendidik perlu mengkomunikasikan kepada orangtua bagaimana perkembangan peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Seorang pendidik harus mampu untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi seorang yang berpotensi dan berakhlakul karimah. Selain itu seorang pendidik harus mampu berkorban untuk perkembangan peserta didik.
Selanjutnya seorang pendidik harus memahami betul kode etik
seorang guru. Kode etik yaitu yang mengatur wilayah kerjanya. Menurut
Ramayulis, kode etik seorang pendidik mencakup tiga macam yaitu:
a. yang berkaitan dengan diri sendiri,
b. yang berkaitan dengan pelajaran,
c. yang berkaitan dengan peserta didiknya (Gunawan, 2014: 180).
Dalam pendidikan Muhammadiyah, pendidik diharuskan memiliki
berbagai aspek yang terkait pembelajaran, seperti: kompetensi akademik,
kompetensi pedagogik, komitmen ideologi persyarikatan, kompetensi
sosial, dan kompetensi kepribadian. Pendidik yang berkhidmat dalam
lingkungan amal usaha Muhammadiyah harus pendidik yang unggul
dalam bidang keilmuan dan keislaman. Dengan kompetensi pendidik
tersebut, maka pendidik dapat mewujudkan pendidikan Muhammadiyah
yang menghidupkan dan membebaskan (PP Muhammadiyah. 2010:227).
Pendidikan perspektif Islam berkemajuan membutuhkan pendidik
yang mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk bisa
75
mencapai tujuan pendidikan Islam tersebut. Adapun kompetensi yang
harus dimiliki seorang pendidik yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yaitu: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c)
kompetensi professional, (d) kompetensi sosial. Dalam pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan pendidik juga harus memiliki beberapa
kompetensi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
tersebut.
Berikut ini adalah beberapa kompetensi pendidik ditinjau dari
perspektif Islam berkemajuan:
a. Kompetensi Pedagogik.
Kompetensi ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam
memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid
melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami
murid melalui perkembangan kognitif murid, merancang pembelajaran
dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus
pengembangan murid.
Dalam perspektif Islam berkemajuan pendidik memposisikan
dirinya sebagai subjek pendidikan, yaitu yang mampu membimbing
dan mengajari, serta memfasilitasi perkembangan peserta didik. Dalam
kompetensi pedagogik ini pendidik harus mampu menciptakan
pembelajaran aktif. Serta memiliki wawasan yang kritis, bebas dan
modern.
76
Menurut Sutomo, M.Ag selaku Kepala SD Muhammadiyah
Plus Kota Salatiga:
Salah satu syarat sebagai seorang guru di sekolah Muhammadiyah yaitu memiliki pengalaman dan keterampilan atau setidaknya telah berkecimpung di bidang pendidikan sebelumnya. Pengalaman dan keterampilan dalam pembelajaran sangat diutamakan.
b. Kompetensi Kepribadian.
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan
personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara
mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap
bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai
akhlak mulia untuk menjadi suri teladan yang baik.
Kompetensi kepribadian pendidik menurut Islam berkemajuan
yaitu pendidik yang mampu menjadi uswatun hasanah bagi peserta
didik, jujur, amanah, tabligh, tegas, bertanggungjawab, bijaksana, adil,
religius, terbebas dari penyakit masyarakat seperti syirik, takhayul,
bid’ah dan khurofat.
c. Kompetensi Profesional.
Kompetensi profesional adalah salah satu unsur yang harus
dimiliki oleh guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran
secara luas dan mendalam serta memiliki wawasan yang luas serta
berfikiran maju atau terhindar dari kejumudan pemikiran.
77
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam
berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau
juga dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Sehingga mampu menjawab aspirasi masyarakat sekitar.
e. Terakhir yaitu memiliki kompetensi atau komitmen terhadap ideologi
persyarikatan, artinya pendidik yang memiliki kompetensi dasar
sebagai pendidik yang didukung oleh komitmennya pada ideologi
persyarikatan Muhammadiyah, nilai-nilai dan pemahaman keislaman
sebagaimana yang dipahami Muhammadiyah tersebut. Komitmen
tersebut ada agar seorang pendidik dalam lingkungan pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah bisa berjalan
selaras dengan tujuan pendidikan yang ada. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Bapak Sutomo, M.Ag Kepala SD Muhammadiyah
Plus Kota Salatiga:
Bahwa sebagai seorang pendidik ataupun karyawan di lingkungan pendidikan Muhammadiyah harus mempunyai ideologi yang sama dan memiliki komitmen terhadap persyarikatan. Berikut ini beberapa syarat menjadi seorang pendidik Islam
perspektif Islam berkemajuan yaitu sebagai berikut:
a. Beragama Islam
b. Berpengalaman,
78
c. Memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi baik terhadap sekolah
maupun kepada persyarikatan.
d. Memiliki kepribadian yang baik, terhindar dari penyakit syirik,
khurafat (inheren dengan dua faham yaitu anisme dan dinamisme),
bid’ah (sesuatu yang baru di dalam agama baik berupa aqidah, ibadah
yang belum pernah terjadi di masa Rasulullah).
e. Memiliki kompetensi-kompetensi sebagai seorang pendidik, seperti:
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional,
kompetensi sosial dan komitmen kepada persyarikatan.
f. Penguasaan materi keislaman yang komperhensif serta wawasan dan
pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
g. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)
pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya. Serta penguasaan
ilmu dan wawasan kependidikan.
h. Update informasi yang mendukung tugasnya.
4. Kurikulum
Istilah kurikulum sering dimaknai dengan kata plan for learning
(rencana untuk pendidikan). Sebagai rencana pendidikan, kurikulum
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, urutaan isi,
dan proses pendidikan. Konsep kurikulum merupakan salah satu yang
mempengaruhi teori dan praktik pendidikan. Kurikulum merupakan
pedoman kegiatan belajar mengajar. Usaha pendidikan modern yang
berorientasi pada tiga pola pemikiraan (Islam murni, barat, dan
79
nasionalisme) yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan
menyesuaikan Islam dan kepentingan nasional.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan belum memiliki
komponen kurikulum yang spesifik. komponen pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan sama dengan komponen pendidikan Islam
pada umumnya (Gunawan, 2014:48) yaitu:
a. Tujuan Kurikulum, tujuan kurikulum memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pendidikan, karena tujuan akan mengarahkan
semua kegiatan pendidikan dan komponen-komponen kurikulum
lainnya. Beberapa tujuan kurikulum yaitu: 1). Tujuan nasional yaitu
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2). Tujuan
institusional yaitu tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. 3). Tujuan kurikuler Tujuan kurikuler adalah tujuan yang
harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. 4). Tujuan
Instruksional atau tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari
tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus
80
dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu
dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Tujuan kurikulum pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan yaitu mewujudkan tujuan pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan yang terfokus pada tiga bagian: Pertama,
terbentuknya insan al kamil (manusia paripurna) yang memiliki akhlak
qurani, insan yang beriman, berwawasan, bijaksana dan memiliki
sifat-sifat yang tercermin dalam pribadi Nabi Muhammad SAW.
Kedua, terciptanya insan yang kaffah dalam dimensi religius, budaya
dan ilmiah. Ketiga, penyadaran tugas seorang manusia sebagai hamba
Allah SWT dan sebagai wakil Allah di muka bumi dan mampu
menjadi hamba yang berkemajuan dan tangguh.
b. Materi atau program dalam kurikulum hakikatnya adalah isi
kurikulum. Pemilihan materi dan penentuan materi disesuaikan dengan
tujuan yang telah dirumuskan. komponen materi adalah bahan-bahan
kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman dan
keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna
mencapai komponen tujuan. Materi yang dipelajari anak harus
mengikuti minat dan keinginan anak sesuai dengan taraf
perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang
minat mereka.
81
Beberapa materi dasar dalam pendidikan islam perspektif Islam
berkemajuan yaitu sebagai berikut:
1) Ilmu Agama Islam:
a) Tauhid
b) Al Qur’an dan Al Hadits
c) Tajwid
d) Tafsir
e) Aqidah Akhlaq
f) Ushul Fiqh
g) Sejarah kebudayaan Islam, dan lain-lain.
2) Ilmu Umum:
a) Ilmu Hitung
b) Bahasa Indonesia
c) Ilmu Alam
d) Ilmu Sosial
e) Bahasa Arab
f) Bahasa Inggris
g) Bahasa Daerah
h) Kesenian dan Ketrampilan
i) Olahraga
j) Ilmu kesehatan
k) Ke Muhammadiyahan, dan lain-lain
82
c. Metode merupakan cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi pendidikan, Metode dalam penyampaian materi pada
pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu menggunakan
metode pembelajaran yang pada umumnya digunakan dalam
pembelajaran.
d. Evaluasi Kurikulum merupakan suatu bagian komponen kurikulum.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai
program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi,
dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan
Selain beberapa komponen dalam kurikulum di atas,
pengembangan kurikulum harus dilakukan untuk menunjang kemajuan
sistem pendidikan yang ada. Agar pendidikan yang ada mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat. Guru perlu memiliki sikap inovatif agar kurikulum
senantiasa selaras dengan kebutuhan masyarakat. Kurikulum merupakan
bagian dari sistem pendidikan yang tidak bisa dipisahkan dengan
komponen lainnya. Tanpa kurikulum, suatu sistem pendidikan tidak dapat
dikatakan sebagai sistem.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum perlu dilaksanakan
dengan pertimbangan yang matang. Karena kurikulum yang nantinya akan
menjadi pedoman dalam proses pendidikan. Output dari sekolah tersebut
juga dipengaruhi oleh kurikulum. Apabila dalam penyusunan kurikulum
lemah maka output yang dikeluarkan juga tidak maksimal. Oleh karena itu
83
perlu adanya landasan dalam penyusunan kurikulum. Menurut K. H.
Ahmad Dahlan bahwa kurikulum pendidikan Islam memiliki dua landasan
kokoh yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Pandangan beliau tentang
pendidikan Islam bertitik tolak dari upaya pengembangan akal melalui
proses pendidikan yang akhirnya bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan
memberikan implikasi bagi warga Muhammadiyah untuk memiliki
semangat tajdid (pembaharuan) (Miswanto, 2012: 200).
Beberapa pembaharuan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu:
a. Mendirikan lembaga pendidikan yang menuju pada integrasi keilmuan
Islam dan umum, yang tidak melahirkan dikotomi ilmu. Jadi ilmu
agama dan ilmu umum bisa diberikan secara terpadu kepada peserta
didik.
b. Memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah-sekolah yang
sekuler.
c. Pendidikan Muhammadiyah yang berupaya mengintegrasikan antara
sistem pesantren dan sekuler dalam bentuk lembaga sekolah.
d. Adanya intensifikasi terhadap pemahaman dan penggunaan bahasa
asing (Inggris dan Arab) sebagai alat dalam mengumpulkan
pengetahuan di tengah arus berkembangnya zaman.
84
Adapun landasan-landasan dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum (Gunawan. 2014:82) yang ditinjau perspektif Islam
berkemajuan tersebut adalah:
a. Landasan Filosofis.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum berdasarkan tujuan dan
proses pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yang
berlangsung.
b. Landasan Psikologis.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan dilakukan setelah ditinjau dari aspek
psikologi. Minimal ada dua bidang yang menjadi landasan
penyusunan dan pengembangan kurikulum yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar.
c. Landasan Sosiologis
Penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik, kekayaan, dan perkembangan masyarakat sekitar
sehingga mampu menjawab persoalan yang ada di masyarakat.
d. Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar bisa menyesuaikan dengan
85
perkembangan zaman dan bisa bersaing dengan sekolah unggulan
lainnya.
e. Landasan Religius
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dalam muatannya
disesuaikan dengan ajaran agama Islam yang sesuai dengan Al Qur’an
dan As Sunnah dan sesuai dengan ideologi Muhammadiyah.
Dalam pendidikan terdapat dua sistem pendidikan yaitu sistem
pendidikan modern, dilaksanakan pemerintah untuk memenuhi tenaga ahli
untuk kepentingan pemerintah dengan menggunakan kurikulum dan
mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Sedangkan sistem pendidikan
tradisional, tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya
memberikan pemdidikan dan pengarahan keagamaan pada madrasah dan
pondok pesantren.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan mengadopsi sistem
pembelajaran yang dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan yaitu sistem
pendidikan modern yang mampu mengintegrasikan ilmu Islam dan ilmu
umum. K.H. Ahmad Dahlan mengatakan bahwa dalam sekolah-sekolah
Islam tidak hanya mengajarkan peserta didiknya tentang pelajaran agama
Islam tetapi juga penting bagi mereka mendapatkan pengajaran tentang
pengetahuan umum. Pendidikan ini digunakan dalam konteks yang luas,
tidak hanya terbatas pada sekolah formal melainkan mencakup semua
usaha yang dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu
pengetahuan. Nilai dari generasi terdahulu kepada generasi yang masih
86
produktif. Berorientasi pada pendidikan modern dengan menggunakan
klasikal secara tradisional secara integral (Iswati, 2014:13).
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan menggunakan
sistem yang menggabungkan dua sistem. Dualisme dan pola pendidikan
ini yang mewarnai pendidikan Islam di negara maju. Usaha pendidikan
untuk memadukan antara kedua sistem itu telah diadakan dengan jalan
memasukkan kurikulum ilmu pengetahuan modern kedalam sistem
pendidikan tradisonal yang berangsur-angsur mengarah kesistem
pendidikan modern. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
menggunakan sistem pendidikan Islam modern yang holistik atau
integratif. Sistem ini memadukan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan
umum serta membangun kepribadian atau watak yang kuat dan
berkemajuan yang mampu menghasilkan generasi terpelajar muslim yang
kokoh iman dan kepribadiannya tetapi mampu menghadapi tantangan
zaman.
5. Metode
Metode merupakan sebuah cara yang paling efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Fungsi metode pendidikan
adalah sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi
pelaksanaan operasional pendidikan. Metode dalam pendidikan Islam
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode yang digunakan dalam pendidikan Islam perspektif Islam
87
berkemajuan tentunya metode yang efektif dan efisien, selain itu metode
yang digunakan harus kreatif dan inovatif sehingga mampu untuk
membangkitkan semangat belajar peserta didik. Dalam pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan, metode pendidikan yang digunakan
menyesuaikan kondisi dan materi yang akan disampaikan.
Adapun prinsip-prinsip dalam menggunakan metode pembelajaran
pendidikan Islam yang digunakan oleh pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan (Gunawan, Heri. 2014: 259):
a. Prinsip individualitas yaitu dengan memerhatikan segi-segi perbedaan
usia, perbedaan intelegensi, kesanggupan, dan kecepatan pemahaman.
b. Prinsip Kebebasan, dalam prinsip terkandung tiga aspek yaitu: self
direction,self discipline, dan self contro.
c. Prinsip Lingkungan, lingkungan yang banyak mempengaruhi factor
pembawaan masing-masing individu.
d. Prinsip Globalisasi, prinsip ini diterapkan dalam pembelajaran dimana
peserta didik diminta untuk mengamati keseluruhan lebih dahulu,
kemudian bagian-bagiannya.
e. Prinsip Pusat-Pusat Minat.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pada pendidikan
Islam perspektif Islam berkemajuan metode yang digunakan sama dengan
metode yang diterapkan dalam pembelajaran pendidikan Islam pada
umumnya. Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan
88
pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: metode ceramah,
metode latihan, metode tanyajawab, metode karya wisata, metode
demonstrasi, metode sosiodrama, metode bermain peran, metode diskusi,
metode pemberian tugas, resitas dan metode problem solving, dan lain-
lain. Itulah beberapa metode yang dapat digunakan untuk pelaksanaan
pembelajaran pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan. Metode
yang digunakan harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Keberhasilan dalam penerapan metode dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti penguasaan pendidik terhadap materi, kondisi kelas, dan lain
sebagainya.
Beberapa metode pendidikan Islam yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran (Gunawan, 2014:260):
a. Metode hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak
atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topic, dan dengan
sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki.
b. Metode qishah atau biasa disebut dengan metode kisah. Kisah atau
cerita sebagai suatu metode pendidikan mempunyai daya tarik yang
menyentuh perasaan hati seseorang. Islam menyadari bahwa sifat
alamiah manusia untuk menyenangi cerita dan menyadari pengaruhnya
begitu besar terhadap perasaan.
c. Metode amtsal atau metode perumpamaan, metode ini baik digunakan
oleh para guru ketika akan menanamkan karakter pada peserta didik.
89
Penggunaan metode ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu
dengan berceramah.
d. Metode keteladanan, dalam penanaman nilai-nilai keislaman kepada
peserta didik metode keteladanan merupakan metode yang lebih efektif
dan efisien. Karena peserta didik pada umumya cenderung meneladani
(meniru) gurunya atau pendidiknya.
e. Metode pembiasaan, pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja
dilakukan berulang-ulang, agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Metode ini dapat dilakukan oleh guru dalam rangka pembentukan
karakter, yaitu dengan membiasakan peserta didik untuk melakukan
perbuatan terpuji.
f. Metode Mau’idzhah atau metode nasihat, metode ini memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa manusia, terlebih jika yang
memberikan nasihat merupakan orang yang amat dicintai.
Adapun faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam
pembelajaran antara lain:
a. Tujuan pembelajaran.
b. Materi
c. Tingkat kematangan anak didik.
d. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran.
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu unsur dalam pendidikan.
Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan
90
peserta didik dan tidak bisa dipisahkan dari konsepsi pendidikan itu
sendiri, karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlanjut terus-
menerus. Sebagai suatu proses, pendidikan akan berlangsung dalam
berbagai situasi dan lingkungan. Lingkungan pendidikan tersebut bisa
diklasifikasikan menjadi: 1). Lingkungan Keluarga, 2). Lingkungan
Sekolah, 3). Lingkungan Masyarakat. Tiap-tiap lingkungan tersebut
memberi pengaruh pada proses pembentukan individu melalui pendidikan
yang diterimanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Islam yang mengakui bahwa fitrah (potensi) manusia merupakan
dua hal yang saling bertentangan satu sama lain yaitu fitrah untuk berbuat
baik (Islam) dan fitrah untulk berbuat jahat (kafir). Dalam kondisi
demikian lingkungan merupakan sarana untuk mengembangkan fitrah
tersebut. Apabila lingkungan yang melatarbelakangi perkembangan
peserta didik itu lebih kondusif dalam mengembangkan fitrah (potensi)
maka perkembangan positif akan didapat secara maksimal, akan tetapi bila
kondisi lingkungan tidak kondusif maka perkembangan negatiflah yang
akan terjadi. Jadi perkembangan individu atau anak didik salah satunya
dipengaruhi oleh lingkungan yang ada.
7. Evaluasi Pendidikan
Rangkaian akhir dari suatu proses pendidikan Islam adalah
evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam
pencapaian tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap
output yang dihasilkan. Sebagai bahan evaluasi terhadap pendidikan Islam,
91
yaitu kemunduran umat Islam yang disebabkan oleh melemahnya atau
merosotnya kualitas pendidikan Islam. Untuk menghasilkan lulusan
terbaik dan bagus, maka lembaga-lembaga pendidikan merancang
pendidikan dengan sebaik-baiknya. Semua komponen dalam pendidikan
harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Namun untuk mengetahui
bagaimana perkembangan pendidikan tersebut setiap pembelajaran perlu
dilakukan evaluasi pendidikan. Evaluasi adalah suatu proses penafsiran
terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan anak didik untuk
tujuan pendidikan (Mujib. 1993:278). Evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui kemajuan pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam yaitu untuk
mengetahui kemajuan yang ada dalam proses pendidikan. Evaluasi juga
membantu mengetahui pemahaman peserta terhadap materi pelajaran, dan
lain-lain. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan membutuhkan
evaluasi dalam setiap pelaksanaan pendidikan. Tidak hanya itu semua
komponen pendidikan memiliki peran masing-masing yang mampu
memdukung perkembangan dan kemajuan pendidikan. Evaluasi
pendidikan Islam harus mampu menyentuh ranah yang menjadi tujuan
pendidikan Islam yang meliputi; pertama, mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik). Kedua, pendidikan
harus mampu mengembangkan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut
92
berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Ketiga, mewujudkan
ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas,
maupun seluruh umat manusia.
Menurut Bu Dian Indrihartani, S.Sos. M.Pd Kepala SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga mengatakan:
Bahwa evaluasi pendidikan harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan pendidikan tersebut. Evaluasi dilakukan secara rutin dan berkala. Ada beberapa evaluasi yang dapat dilaksanakan. Menurut Ketua Majelis dikdasmen Pimpinan Daerah Kota Salatiga,
Bapak Yahya Syarief,
Beberapa hal untuk mengembangkan pendidikan yaitu evaluasi rutin persemester, Pengembangan keprofesian atau diklat, Baitul Arqam, Pembaharuan sarana prasarana, dan lain sebagainya. program tersebut bekerjasama denganTim PLPM. Evaluasi yang diterapkan untuk pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan belum ditemukan jenis evaluasi yang spesifik. Pendidikan
Islam berkemajuan masih menggunakan jenis-jenis evaluasi yang telah
diterapkan dalam pendidikan Islam pada umumnya. Secara operasional,
jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam (Mujib. 2006:217) yaitu:
1. Evaluasi Formatif, evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil
belajar yang dicapai oleh anak didik setelah menyelesaikan program
dalam suatu bahan pelajaran pada suatu bidang studi atau mata
pelajaran tertentu.
2. Evaluasi Sumatif, evaluasi ini berfungsi untuk menentukan program
atau nilai dari anak didik setelah mengikuti program bahan pelajaran
93
dalam satu catur wulan atau semester akhir tahun atau akhir dari suatu
program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan.
3. Evaluasi diagnostik, evaluasi ini berfungsi untuk mengetahui masalah-
masalah yang menggangu anak didik yang mengakibatkan timbulnya
kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program
pengajaran pada suatu bidang tertentu atau keseluruhan bidang studi.
4. Evaluasi Penempatan, evaluasi ini bertujuan untuk nmenempatkan
anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan minat,
bakat, kemampuan, dan kesanggupan, serta anak didik sehingga merek
tidak mengalami hambatan dalam mengikuti suatu program tertentu
atau bahan pengajaran secara keseluruhan
Evaluasi pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa macam
yaitu dengan tes tertulis, tes lisan dan perbuatan. Dalam penggunaanya
biasanya aspek koginitif menggunakan tes tertulis dan tes lisan, sedangkan
aspek psikomotorik. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
belum memiliki teknik evaluasi yang spesifisik, sehingga teknik evaluasi
yang digunakan sama dengan pendidikan pada umumnya.
Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam
(Mujib. 2006:218) yaitu:
1. Teknik Tes
Teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik,
meliputi pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil belajar. Teknik
tes ini terdiri dari (a) uraian berupa uraian bebas (free test) dan uraian
94
terbatas (limited essay); (b) objektif tes berupa betul salah (true-false),
pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), isian
(complation), dan jawaban singkat (short answer); (c) bentuk tes lain
yang bisa berupa ikhtisar, laporan dan lain-lain.
2. Nontes
Teknik nontes ini digunakan untuk menilai karakteristik lainnya,
misalnya: minat, sikap, kepribadian dan lain-lain. Teknik nontes ini
dapat dilakukan dengan observasi terkontrol, wawancara, rating
scale.
D. Pembiayaan Pendidikan.
Pada tingkat sekolah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. ini semua ada dalam rencana
anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS), sebagian besar biaya
pendidikan ditingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan untuk
sekolah swasta seperti sekolah yang berada di bawah naungan
Muhammadiyah berasal dari para siswa atau yayasan.
Manajemen pembiayaan dalam sekolah nampaknya perlu agar
pembiayaan di sekolah bisa transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Manajemen pembiayaan dilakukan dengan merencanakan, melaksanakan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan.
Anggaran pendidikan disusun berdasarkan prinsip berimbang yang artinya
rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang diupayakan tidak
terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan prinsip tersebut diharapkan
95
kehidupan sekolah akan mampu berjalan efektif dan efisien dalam hal
keuangan. Manajemen pembiayaan sekolah ini dapat berjalan dengan baik dan
terpercaya apabila yang menangani juga merupakan orang-orang yang
bertanggungjawab, dapat dipercaya, dan kompeten di bidangnya.
Pembiayaan di lingkungan sekolah swasta bisa dikatakan tergolong
mahal, karena pembiayaan sekolah swasta dilakukan mandiri bukan dari dana
pemerintah pusat. Namun, hal ini tidak menjadikan sekolah swasta semena-
mena dalam menentukan biaya sekolah yang harus dibayarkan oleh peserta
didik. Menurut Drs. Yahya Syarief selaku Ketua Majelis Dikdasmen PDM
Kota Salatiga menyebutkan bahwa sumber keuangan untuk lembaga
pendidikan Muhammadiyah diperoleh dari:
a. Dari persyarikatan
b. Subsidi atau bantuan pemerintah
c. Sumbangan pribadi dari masyarakat
d. Uang infaq atau bulanan dari peserta didik
e. Dari usaha yang lain.
Majelis Dikdasmen mengusahakan sekolah Muhammadiyah untuk
memperoleh dana baik dari pemerintah maupun bantuan dari masyarakat yang
bekerjasama dengan pihak sekolah. Menurut Ibu Dian Indrihartani, S.Sos.
M.Pd kepala SMA Muhammadiyah Plus:
Bahwa keuangan sekolah berasal dari pihak siswa, bantuan masyarakat, Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, pemerintah dan dana tersebut dikelola sesuai dengan rencana pembiayaan sekolah.
96
Pembiayaan yang dilakukan dalam pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan yaitu sesuai dengan rencana anggaran pendapatan dan belanja
sekolah (RAPBS) yang diterapkan oleh Sekolah Muhammadiyah. Pembiayaan
dilakukan untuk menopang kehidupan sekolah, semua sekolah menerapkan
biaya yang berbeda-beda. Hal itu dilakukan karena menyesuaikan rencana
pendapatan dan pengeluaran sekolah yang telah direncanakan. Pembiayaan
dalam sekolah juga selaras dengan penyediaan sarana prasarana sekolah dan
kualitas sekolah yang diberikan. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang
mencerminkan Islam berkemajuan memberikan pelayanan dan kualitas terbaik
mereka untuk para peserta didik. Peningkatan mutu pendidikan dan
pengembangan sekolah Muhammadiyah terus dipantau oleh Majelis
Dikdasmen dan Tim Pengembang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.
Selain itu juga dipengaruhi oleh manajemen pembiayaan yang ada.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengertian dan pemaran materi dalam bab-bab sebelumnya dapat
penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah.
Islam berkemajuan yaitu Islam yang mampu menyemaikan benih-
benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, kemaslahatan, kemakmuran dan
keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang
menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan
tanpa adanya diskriminasi. Islam berkemajuan memancarkan pencerahan
bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan
secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberal,
emansipasi, dan humanisasi yang terkandung dalam pesan Q.S Ali Imran
104 dan 110, yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Menurut
Kyai Syuja, ada 5 dasar Islam Berkemajuan yang menjadi karakter
Muhammadiyah yaitu: tauhid yang murni, memahami Al Qur’an dan As-
Sunnah secara mendalam, melembagakan amal shalih yang fungsional dan
solutif, berorientasi kekinian dan masa depan, bersikap toleran, moderat
dan suka bekerja sama.
98
2. Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan berdasarkan
refleksi nilai-nilai humanisasi, liberasi, emansipasi dan transendensi dari
kandungan Q.S Ali Imran ayat 104 dan 110 yaitu sebagai berikut:
Pertama, humanisasi (kemanusian) Pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan yaitu pendidikan yang membawa tranformasi sosial
menuju tranformasi intelektual dan proses pembangunan karakter
kemanusiaan. pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan ditinjau dari
aspek sosial sebagai pendidikan yang peduli kepada permasalahan sosial
seperti lingkungan masyarakat, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya.
Pendidikan Islam perpektif Islam berkemajuan adalah pendidikan
pencerahan kesadaran ke-Tuhanan (makrifat iman/tauhid) yang
menghidupkan, mencerdaskan, dan membebaskan manusia dari
kebodohan dan kemiskinan bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia
dalam kerangka kehidupan berbangsa dan tata pergaulan dunia yang terus
berubah dan berkembang.
Kedua, liberasi (pembebasan) pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan yaitu pendidikan yang mampu menyadarkan masyarakat
akan realitas sosial yang sudah terkontaminasi dengan budaya lokal
(khususnya Hindu dan Budha). Akibatnya banyak ibadah-ibadah sakral
dalam Islam sudah jauh dari nilai-nilai syariat Islam. Seperti adanya
takhayul, bid’ah dan khurafat. Pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan tersebut berorientasi kepada pendidikan modern yang
99
terinspirasi dari pendidikan Muhammadiyah yang dipelopori oleh K.H
Ahmad Dahlan. Pendidikan modern yang memberi ruang seluas-luasnya
bagi perubahan. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu
pendidikan yang tidak terjebak pada situasi kemunduran dan keterpurukan.
Pendidikan Islam yang mampu menjadi wadah bersama untuk membina
generasi muda penerus Islam. Serta memiliki wawasan yang luas dan
maju, mampu menciptakan pembaharuan yang nyata dan bermanfaat bagi
manusia lainnya.
Ketiga¸ emansipasi merupakan pembebasan perbudakan, atau per-
samaan hak baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan Islam
perspektif Islam berkemajuan memberikan kebebasan untuk individunya
berkembang dan memanfaatkan potensi diri. Serta tidak adanya
diskriminasi terhadap kaum perempuan.
Keempat, transendensi (proses mempercayai yang bernuansa
abstrak, ghaib). Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan
menyeimbangkan pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan lebih
menekankan kepada pembinaan moralitas untuk awal pembentukan
kerpibadian yang sempurna (insan kamil).
Sedangkan pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan bila
dilihat secara ideologis, merupakan bentuk transformasi Al Ma’un untuk
menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup
keutamaan, kebangsaan dan kemanusian universal. Pendidikan Islam
100
perspektif Islam berkemajuan harus mampu menyeimbangkan dan
memaksimalkan peran manusia untuk dunia dan akhirat.
Pendididikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam yang
modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman
dan kemajuan yang holistik. Dari pendidikan Islam inilah akan lahir
generasi muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus
mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan
Islam yang berkemajuan (PP Muhammadiyah, 2010: 220).
Selanjutnya dari segi pelaksanaan, pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan merupakan pendidikan yang menggunakan kurikulum
integral yaitu dengan melakukan integrasi keilmuan antara ilmu agama dan
ilmu umum. Sehingga tidak terjadi adanya dikotomi ilmu. Pendidikan
Islam perspektif Islam berkemajuan menggunakan sistem pendidikan
modern yang mencegah terjadinya kejumudan pemikiran
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan merupakan
pendidikan yang mampu mengikuti perkembangan zaman, namun tidak
meninggalkan kaidah hukum Islam yang berlaku atau sesuai dengan Al
Qur’an dan As Sunnah. Pendidikan Islam perspektif berkemajuan ini harus
mampu membawa peserta didik kepada tujuan pendidikan. Yaitu
menjadikan individu sebagai manusia yang kaffah dan rahmatan lil
alamin.
Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan memiliki tujuan
pendidikan yang terfokus pada tiga bagian: Pertama, terbentuknya insan
101
al kamil (manusia paripurna) yang memiliki akhlak qurani, insan yang
beriman, berwawasan, bijaksana dan memiliki sifat-sifat yang tercermin
dalam pribadi Nabi Muhammad SAW. Kedua, terciptanya insan yang
kaffah dalam dimensi religius, budaya dan ilmiah. Ketiga, penyadaran
tugas seorang manusia sebagai hamba Allah SWT dan sebagai wakil Allah
di muka bumi dan mampu menjadi hamba yang berkemajuan dan tangguh.
B. Saran
a. Bagi Lembaga Pendidikan
Agar lebih meningkatkan kualitas pendidikan Islam dengan cara
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas
dan berkompeten di bidang pendidikan, serta menggunakan sistem
pendidikan yang mampu menciptakan peserta didik yang berkualitas. Dan
mampu mengembangkan pendidikan Islam yang mengikuti kemajuan
zaman tanpa meninggalkan kaidah hukum Islam.
b. Bagi Pendidik
Sebagai seorang pendidik seharusnya memiliki kompetensi yang
manjadi syarat seorang pendidik, agar mampu melaksanakan proses
pendidikan sesuai aturan. Selain itu pendidik juga harus mengetahui dasar-
dasar dalam mendidik peserta didik, agar mampu memahami dan
mengembangkan potensi peserta didik. Sehingga pendidikan Islam ini
tidak hanya menjadi sebuah teori yang diterima oleh peserta didik, namun
mampu menciptakan peserta didik menjadi akademisi Islam yang memiliki
102
pribadi yang utuh (kaffah) serta anggun dalam moral unggul dalam
intelektual dan kokoh dalam spritual.
c. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat muslim khususnya, untuk lebih percaya kepada
lembaga sekolah yang berasaskan Islam supaya anak-anaknya selain
memiliki pengetahuan umum tetapi juga pandai dalam ilmu agama Islam
serta dapat mengamalkan ajaran Islam secara benar dan sesuai dengan
kemajuan zaman
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat
dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penelitian ini jauh dari kata sempurna. Dengan kerendahan penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan penulis mohon kritik dan sarannya demi
kemajuan penelitian di masa yang mendatang. Penulis juga berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatian dan kerjasamanya,
penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abd Rahman. 2001. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam:
Rekonstruksi Pemikiran dalam tinjauan Filsafat. Yogyakarta: UII Press.
Al Jumbulati, Ali dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi. T. t. Perbandingan Pendidikan
Islam. Terjemahan oleh Arifin. 1994. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ali, Muhammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Ali, Mukti. 1996 cet.III. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam.
Bandung:Mizan.
Al Qur’an dan terjemahnya. Departemen Agama RI.
Amirrachman, Alpha. Dkk. 2015. Islam Berkemajuan Untuk Peradaban Dunia,
Refleksi dan Agenda Muhammadiyah Ke Depan. Bandung: Mizan.
Assegaf, Abd. Rachman. 2014. Cet. Ke-3. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma
Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta:
Rajawali.
Danim, Sudarwan. 2003. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Daradjat, Zakiah. 2011. Cet. 9. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2012. Pendidikan Islam Dalam
Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depertemen Agama RI. 2006. Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hambali, Hamdan. 2006. Cet. III. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Idi, Abdullah dan Toto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Iswati. 2014. Pendidikan Islam Menurut Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Skripsi
tidak diterbitkan. Salatiga: Prodi PAI, Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Maududi, Abul A’la. 1986. Pengertian Agama dan , Ibadah dan Ketuhanan yang
Maha Esa. Bandung: Sinar Baru
Miswanto, Agus. 2012. Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan. Magelang: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah
Magelang (P3SI UMM)
Muhaimin, Abd. Mujib. 1993. Pemikiran pendidikan Islam (Kajian Filosofi dan
kerangka dasar operasionalisasinya). Bgandung: Trigenda Karya.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Mujtahid, M.Ag. 2011. Reformasi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press.
Mulyono. 2010. Konsep Pembaiyaan Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Mu’arif. 2013. Pemikiran Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan 1. Suara
Muhammadiyah, hlm. 40-41
Nashir, Haedar. 2000. Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta:
BIGRAF Publishing
Natsir, Haedar. 2011. Pandangan Islam yang Berkemajuan. Suara
Muhammadiyah Edisi 17.
Nur Achmad dan Pramono U. Tanthowi. 2000. Muhammadiyah
“Digugat”.Jakarta: Kompas
Pasha, Musthafa kamal dan Darban, Ahmad Adaby. 2000. Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam (dalam perspektif Historis dan Ideologis)
Yogyakarta: LIPPI
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2010. Manhaj Gerakan Muhammadiyah
(ideologi, Khittah, dan Langkah). Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2010. Berita Resmi Muhammadiyah dan Tanfidz
Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar
Muhammadiyah ke-46). Yogyakarta: PP Muhammadiyah.
Rohyani, Ema Siti. 2015. Skripsi Pemikiran pendidikan Agama Islam dalam
Perspektif Prof. Achmadi. IAIN Salatiga
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salam, Junus. 2009. K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya.Tanggerang:
Al Wasat Publishing House
Shobahiya, Mahasri, dkk. 2006. Studi Kemuhammadiyahan Kajian Historis,
Ideologis dan Organisasi. Cetakan ke IV. Surakarta: Lembaga
pengembangan Ilmu-ilmu Dasar(LIPD).
Sholeh, Asrorun Ni’am. 2006. Cet. III. Reorientasi Pendidikan Islam (Mengurai
Relevansi Konsep al Ghazalu dalam Konteks Kekinian). Jakarta: elSAS.
Suara Muhammadiyah, No. 17/TH. KE 96. 1-15 September 2011 “Islam
Berkemajuan”
Suara Muhammadiyah, No. 19/TH. KE 101, 1-15, Oktober 2016 “Komunisme
Hantu atau Ancaman”
.Suara Muhammadiyah, No. 07/TH. KE 101. 1-15 April 2015. “PTM Pilar
Strategis Abad Kedua”.
Sucipto, Hery. 2010. KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah. Jakarta: Best Media Utama
Sudarno Shobron(Ed.), dkk. 2009. Cet. VI. Studi Islam. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Tafsir, Ahmad. 2014. Cet. 11. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Taufiq. 2016. Dimensi Pofetik dalam Pemikiran Pendidikan Islam K.H Ahmad
Dahlan. Tesis ini tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Islam, UIN Sunan Kalijaga.
(Upaya Muhammadiyah wujudkan Indonesia Berkemajuan, selasar budaya.com,
diakses tanggal 31 Mei 2016, Pukul 12.06).
PEDOMAN WAWANCARA
UCAPKAN SALAM,
Perkenalkan Diri
TUJUAN WAWANCARA : Mengetahui konsep pendidikan Islam
menururt Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah
Menanyakan kesediaannya untuk wawancara
PERTANYAAN:
1. Apa latar belakang kemunculan konsep Islam berkemajuan?
2. Dasar Naqli dan aqli tentang Islam berkemajuan? beserta alasannya?
3. Apa Visi, Misi dan Tujuan dari Islam Berkemajuan?
4. Bagaimana indikator tentang Islam berkemajuan?
5. Bagaimana Konsep Islam berkemajuan jika diterapkan dalam aspek
kehidupan sehari-hari? Berikan contohnya?
6. Bagaimana penerapan Islam Berkemajuan jika diterapkan dalam bidang
pendidikan?
Yaitu dari segi
a. Tujuan Pendidikan :
b. Materi :
c. Metode :
d. Kualifikasi Guru :
e. Kurikulum :
f. Model Pembelajaran :
g. Siswa yang diharapkan:
Transkrip Wawancara
Hari, Tanggal : 20 September 2016
Tempat : Kediaman Bapak Hamam (Blotongan, Kota Salatiga)
Waktu : 19.00 P.M
Informan : Bapak Hamam Sanadi, M,Pd Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kota Salatiga
Fokus : Islam berkemajuan.
A. Prolog
Peneliti memperkenalkan diri kepada informan, serta menyampaikan tujuan
dari penelitian atau wawancara.
B. Wawancara
Peneliti : Apa yang melatarbelakangi munculnya konsep Islam
berkemajuan?
Informan : Kondisi masyarakat yang semakin terpengaruh dengan
kebudayaan barat tanpa dipilih mana yang baik dan buruk.
Banyak generasi muda yang cacat moralitasnya, padahal masa
depan bangsa ini ada ditangan mereka (generasi muda)
Peneliti : Bagaimana pandangan Bapak tentang pendidikan Islam
berkemajuan?
Informan : Bila dilihat dari segi pendidikan, Islam berkemajuan yaitu Islam
yang mampu menghargai ilmu pengetahuan dan
perkembangannya saat ini, serta Islam yang mampu memuliakan
akal. Menurut beliau ciri-ciri Islam berkemajuan tersebut seperti:
damai, toleran dan saling menghargai, dan lain sebagainya
Peneliti : Menurut Bapak, Dasar dari Islam berkemajuan apa saja?
Informan : Ada beberapa dasar dari Islam berkemajuan, kemudian Beliau
memberikan beberapa majalah suara Muhammadiyah yang terkait
dengan Islam berkemajuan dan pendidikan, beliau menunjukkan
beberapa artikel yang menjelaskan tentang apa itu Islam
berkemajuan dan pondasi dari Islam berkemajuan.
Peneliti : peneliti undur diri karena beliau ada kepentingan.
C. Refleksi
1. Islam berkemajuan yaitu Islam yang mampu menghargai ilmu
pengetahuan dan perkembangannya.
2. Ciri-ciri Islam berkemajuan yaitu Islam yang mampu damai, toleran dan
saling menghargai.
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari, Tanggal : 20 September 2016
Tempat : SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
Waktu : 06.00 A.M
Informan : Bapak Sutomo M.Ag, selaku Kepala SD Muhammadiyah Plus
Kota Salatiga
Fokus : Pendidikan Islam Perspektif Islam Berkemajuan.
A. Prolog.
Peneliti memperkenalkan diri kepada informan, serta menyampaikan tujuan
dari penelitian atau wawancara.
B. Wawancara.
Peneliti :Akhir-akhir ini istilah Islam berkemajuan semakin sering kita
dengar, Menurut Bapak apa yang melatarbelakangi kemunculan
konsep Islam berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah?
Informan :Islam yang sesuai dengan apa yang disampaikan Rosul merupakan
Islam yang berkemajuan. Namun saat ini perkembangan Islam
terpecah belah. Banyak muncul firkah-firkah yang membuat umat
Islam tidak bersatu
Peneliti :Apa dasar yang dijadikan sebagai landasan Ilsma berkemajuan?
Informan :Islam berkemajuan merupakan implementasi dari surat Al Maun
dan surat Ali imran ayat 104 dan 110.
Peneliti :Apa visi, misi dan tujuan dari Islam berkemajuan?
Informan :Visi dari Islam berkemajuan yaitu untuk menciptakan manusia
yang rahmatan lil alamin. Tujuannya yaitu menciptakan individu
yang tangguh dan utuh (kaffah).
Peneliti :Apa Indikator dari Islam berkemajuan tersebut?
Informan :Ciri-cirinya ya, Islam yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rosulullah.
Peneliti : Bagaimana Konsep Islam Berkemajuan jika diterapkan dalam
aspek kehidupan sehari-hari? Beri-kan contohnya?
Informan : Islam berkemajuan bisa diterapkan diberbagai aspek kehidupan.
Berkemajuan dalam semua atau maju secara komprehensif.
Contohnya yaitu seperti dalam hal kesehatan, Penggunaan alat-alat
modern dalam dunia kesehatan tetapi tetap melihat ketentuan atau
syariat Islam.
Peneliti :Bagaimana penerapan Islam berkemajuan dalam bidang
pendidikan?
Informan : Islam berkemajuan dalam bidang pendidikan peranannya dapat
dilihat ketika pendidikan siap dengan adanya perubahan dunia.
Selain itu pendidikan perspektif Islam berkemajuan yaitu
pendidikan yang menggunakan sistem, metode, manajemen yang
berbeda dari pendidikan tradisional. Untuk SD Muhammadiyah
Plus menggunakan kurikulum Diknas KTSP 2006 yang
dikombinasikan dengan kurikulum dari kemenag dan Ponpes
Modern.
Peneliti :Apa tujuan pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan?
Informan : Pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk menciptakan
individu yang utuh (kaffah). Serta memiliki keunggulan dalam
bidang IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan dan
peduli lingkungan. Pendidikan Islam seperti ini bisa dikatakan
sebagai pendidikan yang berkemajuan
Peneliti :materi apa saja yang diberikan kepada peserta didik dalam
pendidikan Islam?
Informan : Materi yang diberikan sama seperti pada umumnya pendidikan
Islam sperti SKI, Aqidah Akhlak, Al Qur’an dan Hadits, Ke
Muhammadiyahan dan lain sebagainya.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan?
Informan :Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan juga
menggunakan sistem pendidikan yang memadukan pendidikan
Islam dengan pendidikan umum. Perpaduan ini merupakan sistem
yang sangat bagus dan relevan dengan kondisi masyarakat di
Indonesia. Sistem-sistem pendidikan yang ada di sekolah
Muhammadiyah diterapkan untuk mengintegrasikan ilmu umum
dan ilmu agama supaya menghasilkan cendekiawan muslim yang
mampu berkiprah dalam banyak bidang keahlian.
Peneliti : Bagaimana peserta didik dalam perspektif Islam berkemajuan?
Informan : Bahwa semua anak itu dasarnya baik, tergantung bagaimana
nantinya lingkungan akan membentuknya. Perlu diperhatikan
bahwa peserta didik dalam satu kelas itu berbeda-beda. Peserta
didik memiliki perbedaan satu sama lain, baik dari bakat atau
potensi, kepribadian dan lain-lain. Pendidik perlu memahami
karakteristik peserta didiknya.
Peneliti :Apa kualifikasi seorang pendidik dalam perspektif Islam
berkemajuan?
Informan : Memiliki kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam
standar nasional pendidikan, memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi
terhadap sekolah maupun persyarikatan. Selanjutnya, salah satu
syarat sebagai seorang guru di sekolah Muhammadiyah yaitu
memiliki pengalaman dan keterampilan atau setidaknya telah
berkecimpung di bidang pendidikan sebelumnya. Pengalaman dan
keterampilan dalam pembelajaran sangat diutamakan. Selain itu,
sebagai seorang pendidik ataupun karyawan di lingkungan
pendidikan Muhammadiyah harus mempunyai ideologi yang sama
dan memiliki komitmen terhadap persyarikatan
C. Refleksi
1. Islam berkemajuan merupakan Islam yang sesuai dengan ajaran yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW.
2. Islam berkemajuan bergerak di seluruh aspek kehidupan, ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
3. Dasar konsep Islam berkemajuan yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Landasan Islam berkemajuan sesuai dengan ayat yang mempelopori
berdirinya Muhammadiyah yaitu Surat Al Maun dan Ali Imran ayat 104
dan 110.
4. Penerapan Islam berkemajuan dalam bidang pendidikan Islam yaitu
Bahwa pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk menciptakan
individu yang utuh (kaffah). Serta memiliki keunggulan dalam bidang
IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan dan peduli lingkungan.
Pendidikan Islam seperti ini bisa dikatakan sebagai pendidikan yang
berkemajuan.
Hal ini dapat dilihat dari manajemen sekolah serta komponen pendidikan
seperti tujuan, materi, peserta didik, pendidik, metode, lingkungan, dan
lain sebagainya.
Transkrip Wawancara
Hari, Tanggal : 28 September 2016
Tempat : SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
Waktu : 10.00 A.M
Informan : Bu Dian Indrihartani, S.Sos, M. Pd. selaku Kepala SMA
Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
Fokus : Pendidikan Islam Perspektif Islam berkemajuan.
A. Prolog
Peneliti memperkenalkan diri kepada informan, serta menyampaikan tujuan
dari penelitian atau wawancara.
B. Wawancara
Peneliti :Menurut ibu, apa yang melatarbelakangi adanya gagasan Islam
berkemajuan?
Informan :adanya perkembangan zaman yang menuntut perubahan dan
kemajuan masyarakat untuk bisa menghadapi tantangan
dunia.(Tersirat)
Peneliti : Bagaimana pandangan ibu tentang pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan?
Informan :SMA Muhammadiyah berdiri pada tahun 1977, selanjutnya pada
tahun 2002 SMA Muhammadiyah berada dipuncak karena jumlah
muridnya yang sangat banyak hingga mencapai kurang lebih 600.
Pada saat itu sistem pendidikannya masih regular. Pada tahun
2011 pemerintah sedang mengencarkan program SMK Bisa,
adanya program tersebut mempengaruhi perkembangan sekolah.
Akhirnya PDM bersama Tim PLPM (Pengembang Lembaga
Pendidikan Muhammadiyah) berusaha mengembangkan sekolah
dari SMA regular menuju SMA Plus agar mampu
mengembangkan sekolah. Perjalanan ketika perubahan dari sistem
regular menuju SMA Plus menggunakan prinsip Islam
berkemajuan.
Peneliti :Bagaimana sistem Pendidikan Islam perspektif Islam
berkemajuan?
Informan :Sistem yang digunakan yaitu menggunakan sistem yang berbeda.
Karena perspektif Islam berkemajuan sehingga kegiatannya dibuat
berbeda dari sekolah yang biasanya seperti: Fun, Green,
Scientific School. Maka Kurikulum yang digunakan yaitu
kurikulum campuran dari dinas pendidikan, kurikulum dari
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), dan juga kurikulum
dari Tim PLPM. Kurikulum tersebut dinamakan kurikulum plus.
Dalam kurikulum plus ada pengembangan prestasi,
pengembangan kreasi dan pengembangan karakter.
Peneliti : Program apa saja yang menjadi unggulan SMA Muhammadiyah
PLUS?
Informan : Adanya pembimbingan khusus untuk olimpiade , GLS (Gerakan
Literasi Sekolah), sholat berjamaah Sholat dhuha dan sholat
dzuhur., Hafidz Al-Qur’an, Program beasiswa untuk siswa
berprestasi dan siswa kurang mampu, program prestasi, kreasi dan
karakter, serta Program beasiswa untuk kuliah yang bekerja sama
dengan Universitas Nasional Pengembangan Sistem informatika
Manajemen. Serta bekerja sama dengan STIEAMA dan lembaga
pelatihan yang ada di salatiga.
Sebagai seorang pendidik bertanggungjawab atas perkembangan
peserta didik namun peran orangtua juga tidak kalah pentingnya
dalam perkembangan peserta didik. Terlebih pendidikan pertama
yang diperoleh peserta didik merupakan pendidikian di
lingkungan keluarga. Sebagai orangtua juga harus memantau
bagaimana perkembangan anak di lingkungan sekolah. Begitu
juga seorang pendidik perlu mengkomunikasikan kepada orangtua
bagaimana perkembangan peserta didik agar dapat mencapai
tujuan pendidikan. Seorang pendidik harus mampu untuk
membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi
seorang yang berpotensi dan berakhlakul karimah. Selain itu
seorang pendidik harus mampu berkorban untuk perkembangan
peserta didik.
.Peneliti :Dasar dari Islam berkemajuan?
Informan : Yaitu Al qur’an dan As Sunnah, khususnya ayat yang menjadi
pelopor berdirinya Muhammadiyah. Ali Imran (ayat 104 dan ayat
110)
Peneliti : Apa visi dan misi Islam berkemajuan ?
Informan : Bisa menaklukkan dunia dengan cara-cara yang benar dan islami
tanpa saling menjatuhkan atau sportif
Peneliti : Jika dilihat dari perspektif Islam berkemajuan apa tujuan
pendidikan Islam?
Informan :Menjadikan siswa, prestasi kreatif dan berkarakter yang memiliki
akhlaq dan aqidah yang baik.
Peneliti : Apa saja kualifikasi seorang pendidik?
Informan : Tes Potensial Akademik, Tes Kemuhammadiyahan, Psikotes,
memiliki Kompe-tensi-kompetensi wajib yang harus dimiliki
seorang pendidik. Pendidik di SMA Muhammadiyah Plus ini
direkrut melalui beberapa tahapan yaitu tahap pendaftaran, seleksi
berkas, tes tertulis, tes wawancara, jika dinyatakan lulus, ada masa
praktik atau magang selama 3 bulan, setelah magang baru
ditentukan layak atau tidak.
Peneliti :Apakah Islam berkemajuan ini bisa mencakup seluruh aspek
kehidupan?
Informan :ya, Islam berkemajuan ini menckup seluruh aspek kehidupan baik
sosial, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Peneliti : Bagaimana evaluasi pendidikan Islam perspektif Islam
Berkemajuan?
Informan : Evaluasi pendidikan harus dilakukan untuk mengetahui
perkembangan dan kemajuan pendidikan tersebut. Evaluasi
dilakukan secara rutin dan berkala. Ada beberapa evaluasi yang
dapat dilaksanakan. Untuk evaluasi pendidikan Islam perspektif
Islam berkemajuan masih menggunakan evaluasi pada umumnya
dalam pendidikan.
C. Refleksi
1. Latar belakang adanya konsep Islam berkemajuan yaitu untuk menjawab
perkembangan zaman yang menuntut perubahan dan kemajuan masyarakat
untuk bisa menghadapi tantangan dunia.(Tersirat)
2. Dasar konsep Islam berkemajuan yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.
Khususnya Q.S. Ali Imran (ayat 104 dan ayat 110).
3. Visi misi dari Islam berkemajuan bisa menaklukkan dunia dengan cara-
cara yang benar dan islami tanpa saling menjatuhkan atau sportif.
4. Peran Islam Berkemajuan dalam bidang pendidikan Islam yaitu untuk
memperbaharui sistem pendidikan Islam yang ada. Sistem tersebut
menggunakan kurikulum yang berbeda karena menggunakan kurikulum
perpaduan antara kurikulum dari Dinas Pendidikan, dari pimpinan wilayah
Muhammadiyah dan dari majelis Dikdasmen setempat.
5. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan memiliki tujuan
pendidikan yaitu untuk menciptakan generasi muda islam yang
berprestasi, kreatif dan berkarakter yang memiliki aqidah dan akhlak yang
baik.
6. Model pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu Fun, Green,
Scientific school.
7. Beberapa program unggulan yang menjadi ciri khas Islam berkemajuan
yaitu Hafidz Juz 30, ibadah berjamaah, pembiasaan bersedekah,
bimibingan untuk olimpiade, beasiswa kuliah dan prestasi dan GLS
(gerakan literasi sekolah)
8. Kualifikasi guru pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan, yaitu
Beragama Islam, memiliki ideologi persyarikatan, ikhlas, rela berkorban
demi menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik,
serta mengikuti beberapa tes seperti tes potensial akademik, tes
kemuhammadiyahan, tes keislaman dan lain sebagainya.
Transkrip Wawancara
Hari, Tanggal : 26 November 2016
Tempat : Kediaman Bapak Yahya Syarief
Waktu : 19.30 P.M
Informan : Bapak Yahya Syarief sebagai Ketua Majelis Dikdasmen
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga
Fokus : Perkembangan pendidikan Muhammadiyah di Kota Salatiga.
A. Prolog
Peneliti memperkenalkan diri kepada informan, serta menyampaikan tujuan
dari penelitian atau wawancara.
B. Wawancara
Peneliti :Menurut Bapak, Islam berkemajuan itu seperti apa?
Informan : Islam berkemajuan yaitu Islam yang sesuai dengan Al Quran dan
As Sunnah dan Islam yang bersifat universal. Islam berkemajuan
yaitu Islam yang dari masyarakat untuk masyarakat atau rrahmatan
lil alamin.
Peneliti :Menurut Bapak, Islam berkemajuan bergerak meliputi bidang apa
saja?
Informan : Islam berkemajuan meliputi seluruh aspek-aspek kehidupan.
Mulai dari sosial kesehatan, hukum, pendidikan, ekonomi, budaya
dan lain sebagainya.
Peneliti :bagaimana pandangan anda tentang pendidikan Islam yang
berkemajuan.
Informan : pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu pendidikan
yang mampu menjadikan generasi muda meneruskan perjuangan
untuk membawa Islam tetap jaya dan lebih baik. Serta pendidikan
Islam yang mampu membekali peserta didiknya untuk menjadi
manusia yang sebenar-benarnya.
Peneliti :Apa saja program khusus majelis dikdasmen untuk
mengembangkan pendidikan Muhammadiyah di kota salatiga?
Informan : Beberapa hal untuk mengembangkan pendidikan yaitu evaluasi
rutin persemester, Pengembangan keprofesian atau diklat, Baitul
Arqam, Pembaharuan sarana prasarana, dan lain sebagainya.
program tersebut bekerjasama dengan Tim PLPM.
Peneliti : bila dilihat dari perspektif Islam berkemajuan, apakah ada
kualifikasi khusus dari majelis dikdasmen untuk para pendidik?
Informan :ada, memenuhi syarat sebagai calon pendidik seperti yang tertera
dalam 4 kompetensi pendidik, serta memiliki ideologi
persyarikatan, ikhlas, rela berkorban, tanggung jawab dan lain
sebagainya. untuk guru yang memiliki dedikasi dan loyalitas yang
tinggi akan diusulkan untuk mendapat beasiswa kuliah S2 dan bila
memungkinkan S3.
Peneliti : Bagaimana sistem keuangan yang berputar disekolah?
Informan : Sumber keuangan untuk lembaga pendidikan Muhammadiyah
diperoleh dari, Persyarikatan, subsisdi atau bantuan pemerintah,
sumbangan pribadi masyarakat, uang infaq atau spp dari siswa, dan
dari usaha lainnya. Majelis Dikdasmen juga membantu untuk
pencarian dana ke pemerintah dan yang lainnya, serta menjalin
jaringan seluas-luasnya.
C. Refleksi
1. Pendidikan Islam perspektif Islam berkemajuan yaitu pendidikan yang
mampu menjadikan generasi muda meneruskan perjuangan untuk
membawa Islam tetap jaya dan lebih baik. Serta pendidikan Islam yang
mampu membekali peserta didiknya untuk menjadi manusia yang sebenar-
benarnya.
2. Syarat menjadi seorang pendidik di sekolah Muhammadiyah unggulan
atau sesuai dengan Islam berkemajuan melalui beberapa tes dan magang.
Serta harus memiliki komitmen dan loyalitas tinggi baik terhadap sekolah
maupun persyarikatan
3. Majelis Dikdasmen selalu memantau perkembangan sekolah-sekolah
Muhammadiyah dan mengusahakan sekolah tersebut memperoleh bantuan
dari pemerintah maupun pihak lain.
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Istianah Lis Hikmawati Jurusan : PAI
NIM : 11112172 Dosen P. A : Yedi Efriadi, M.Ag.
NO Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1 Sertifikat Opak STAIN Salatiga 2012
05-07 September 2012
Peserta 3
2 Piagam Penghargaan Opak Jurusan
8-9 September 2012 Peserta 3
3
Sertifikat Orentasi Dasar Keislaman (ODK) “Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Internasional di Era Globalisasi Bahasa”
10 september 2012 Peserta 2
4
Piagam penghargaan Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian 2012 “Explore Your Entrepreneurship Talent”
11 September 2012 Peserta 2
5
Sertifikat Achievement Motivation Training Dengan AMT, Bangun Karakter Raih Prestasi.
12 September 2012 Peserta 2
6 Sertifkat UPT PERPUSTAKAAN STAIN Salatiga
13 September 2012 Peserta 2
7
Sertifikat Seminar Tafsir Tematik dengan tema “Sihir dalam Perspektif Al Qur’an dan Hukum Negara”
04 Mei 2013 Peserta 2
8
Piagam Penghargaan Musabaqah Tilawatil Quran(MTQ) Mahasiswa V dengan Tema “MTQ Wahana Apresiasi untuk Mencetak Insan Qur’ani”
23 Oktober 2013 Peserta 2
9
Sertifikat Seminar Nasional “Mengawal Pengendalian BBM bersubsidi, kebijakan BLSM yang tepat sasaran serta pengendaliaan inflasi dalam negeri sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi”
08 Juli 2013 peserta 8
10
Piagam penghargaan Masa Ta’aruf (MASTA) dengan Tema “Making an Incredible Youth Generation”
6 September 2013 Panitia 3
11
Piagam Penghargaan Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional dengan Tema “Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia”
15 maret 2014
Peserta 2
12
Syadah/ piagam penghargaan Kegiatan Darul Arqam Dasar (DAD) tema : “Mengangkat Calon Muda dengan Semangat Idealisme Kepempinan “
29-30 maret 2014
Panitia 3
13
Sertifikat Pendidikan Dan Pelatihan (DIKLAT) Keprofesian. Tema “Mencerahkan Dunia Pendidikan Melalui Kreatifitas Guru”
13-14 mei 2014 peserta 4
15 Sertifikat Public Hearing “STAIN Menuju IAIN dari Mahasiswa oleh Mahasiswa untuk Mahasiswa”
10 Juni 2014 Peserta 2
16 Sertifikat “Gerakan Santri Menulis” Sarasehan Jurnalistik Ramadan 2014
08 Juli 2014
Peserta
2
17 Sertifikat Seminar Nasional “Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro”
10 Juli 2014 Peserta 8
18 Sertifikat MASTA (Masa Ta’aruf) “Membentuk Pribadi Kembangkan Diri Lahirkan Potensi”
26 September 2014 Panitia 3
14
Sertifikat Gebyar Seni Quraniy (GSQ) Umum Ke-VI Se-Jawa Tengah. Tema “Aktualisasi Makna dan Syiar Al Qur’an sebagai Sumber Inspirasi”
05 November 2014 Peserta 4
19
Piagam Penghargaan kegiatan Darul Arqam Dasar (DAD) “Cipta Kader Islam Negeri dengan Prestasi”
7-9 November 2014 Panitia 3
20
Piagam Penghargaan “Mempertegas Peran Pendidikan dalam Mencerahkan Masa Depan Anak Bangsa”.
19 November 2014 Peserta 2
21
Serifikat Latihan Administrasi Manajemen Organisasi (LAMO). Tema “Memupuk Budaya Musyawarah Demi IMM Kota Salatiga Berkemajuan”.
13-14 Desember 2014
Peserta 2
22
Sertifikat Seminar Nasional, Diskusi Publik dan Dengar Pendapat. Tema “Memperkokoh Pondasi Kebangsaan”
07 maret 2015 Peserta 2
23 Sertifikat Ashabi Training “Mahir Membaca Dan Menghafal Al-Qur’an Dengan Otak Kanan”
05 Juli 2015 peserta 2
24
Sertifikat MASTA dan Seminar Nasional “Membumikan Gerakan Mahasiswa Berilmu Amaliyah, Amalan Ilmiah”
10 September 2015 Panitia 8
25
Sertifikat Penghargaan kegiatan DAD (Darul Arqam Dasar) dengan tema “ Aktualisasi gerakan Menuju Kader ikatan yang berintelektual, religius dan Humanitas”
23-25 Oktober 2015 Panitia 3
26 Sertifikat Follow UP DAD 31 Oktober 2015 Panitia 3
27
Sertifikat Rapat Koordinasi daerah (RAKORDA) “ Ejawantah Aktualisasi Keilmuan Menuju Jawa Tengah Berkemajuan”.
28-29 November 2015
Panitia 3
28 Sertikfikat NOBAR &Sharing “Bajrangi Bhaijaan”
17 Desember 2015 Panitia 3
29
Sertifikat kegiatan LAMO (Latihan Administrasi Manajemen Organisasi) dengan tema “Rekonstruksi Substansi Adminis-trasi Ikatan dalam Membangun Paradigma Berorganisasi”
25 Desember 2015 Panitia 3
30 Sertifikat Pesantren Akhir (PESAT) Tahun 2015
26-27 Desember 2015
Peserta 2
31
Sertifikat Pelatihan Jurnalistik “Realisasi Intelektualitas Kader sebagai Aktivis Melalui Gerakan Menulis”
16-17 Januari 2016 Panitia 3
32 Sertifikat Seminar Nasional Tema “ Geliat Masyarakat Urban”
25 Maret 2016 Peserta 8
33 Sertifikat Seminar Nasional “Pembangunan Karakter Bangsa
09 April 2016 Peserta 8
Upaya Mewujudkan Generasi Muda”
34
Sertifikat Seminar Nasional “Memperkuat Peran Pemuda Dalam Meningkatkan Ekonomim Nasional Melalui Kewirausahaan”
26 April 2016 Peserta 8
35
Seminar Nasional ITTAQO “Menciptakan Peluang Ekonomi kreatif Berbasis Bahasa Arab Melalui Implementasi Edupreneurship”
30 Mei 2016 Peserta 8
36
Sertifikat Baitul Arqam AUM “Meneguhkan Kader Perserikatan Membangun Sekolah Muhammadiyah Unggul dan Berkemajuan”
27-28 Agustus 2016 Panitia 3
37
Sertifikat Seminar Nasional dan Masta “membangun intelektualitas Mahasiswa melalui budaya literasi di era virtual”
10 September 2016 Panitia 8
Total 131
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Istianah Lis Hikmawati
Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 09 April 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Klapagading Kulon, RT 01/RW 01, Kec. Wangon,
Kab, Banyumas, Jawa Tengah.
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. MI Muhammadiyah Wangon lulus tahun: 2006
2. MTs Muhammadiyah Wangon lulus tahun: 2009
3. SMA Negeri 1 Wangon lulus tahun: 2012
4. IAIN Salatiga lulus tahun: 2017
C. Data Orang Tua
Nama Ayah : Sadar Wahyono
Nama Ibu : Suhartini
Alamat : Klapagading kulon, RT 01/RW 01, Kec. Wangon,
Kab, Banyumas, Jawa Tengah.
Demikian data ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 17 Februari 2017
Penulis,
Istianah Lis Hikmawati