KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB …
Transcript of KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA DALAM KITAB …
i
KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA
DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG
PENDIDIKAN KARAKTER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
ILHAM TOMPUNU
NIM: 105 191 109 517
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1443 H / 2021 M
ii
KONSEP PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA
DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN TENTANG
PENDIDIKAN KARAKTER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
ILHAM TOMPUNU
NIM: 105191109 517
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1443 H / 2021 M
vii
ABSTRAK
Ilham Tompunu. 105191109517. 2021. Konsep Pemikiran Umar Bin Ahmad
Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang Pendidikan Karakter. Dibimbing
oleh KH. Muh Alwi Uddin dan Elli
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter anak dalam
kitab Al-Akhlak Lil-Baniin menurut pemikiran Syaikh Umar bin Ahmad Baradja,
Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter anak dalam kitab Al-Akhlak
Lil-Baniin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library
research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka dan yang
dijadikan objek kajian adalah hasil Karya tulis yang merupakan hasil dari
pemikiran. penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mengkaji dan mempelajari
berbagai literatur yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
Adapun hasil penelitian ini adalah dari hasil kajian pustaka adalah
mendeskripsikan pemikiran Syekh Umar bin Achmad Baradja yang terdapat pada
kitab al-Akhlaq li al-Banin tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter
(akhlak) sangatlah penting sekali bagi masa depan anak.
Kata Kunci: Pemikiran Umar Bin Ahmad Baradja Al-Baradja, Al-Akhlak
Lil-Baniin, Pendidikan, Akhlak, Karakter
viii
KATA PENGANTAR
الهذي كان بعباده خبيرا بصيرا، تبارك الهذي جعل في السهماء بروجا الحمد لله
دا عبده .وجعل فيها سراجا وقمرا منيرا شه د انه محمه أشهد ان لا إله إلاه الله وأ
بإذنه وسراجا منيرا بشيرا ونذيرا، وداعيا إلى الحق .ورسوله الهذي بعثه بالحق
.اللههمه صل عليه وعلى آله وصحبه وسل م تسليما كثيرا
Segala puji bagi Allah, yang maha mengetahui dan maha melihat hamba-
hambanya, maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit,
dan dijadikan padanya penerang dan bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan
Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan Izin-Nya, dan cahaya
penerang bagi umat-Nya. Ya Allah curahkan salawat dan salam baginya dan
keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.
Syukur alhamdulillah, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Konsep Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil
Banin Tentang Pendidikan Karakter,” guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan islam pada jurusan pendidikan agama islam
Universitas Muhammadiyah Makassar. Selesainya skripsi ini tentunya tidak
terlepas dari peran serta dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan
bantuan kepada peneliti. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
xii
1. Kepada kedua orang tua penulis, Mahrum Tompunu dan Mui Paputungan
yang selama ini memberikan perhatian dalam setiap langkah dan gerak
selama menjalani perkuliahan. Kepada mama Fatma Sangko, Kakak Arfan
Lalangki, Kakak Yani Lalangki, Tante Nuryanti Pobela, yang turut
memberikan bantuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
yang bekerja keras sehingga kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
menjadi kampus yang terkemuka di Indonesia bagian timur.
3. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Dekan Fakultas Agama Islam yang
senantiasa melakukan pengembangan Fakultas sehingga Fakultas Agama
Islam menjadi Fakultas yang terakreditasi Baik.
4. Nurhidayah M. S.Pd.I, M.Pd.I Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
senantiasa memberikan perhatian dan pelayanan yang baik bagi Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam termasuk penulis.
5. Dr. KH. Muh Alwi Uddin, M.Ag sebagai pembimbing I dan bapak Elli,
S.Pd.I, M.Pd.I sebagai pembimbing II dalam penyelesaian Skripsi ini, yang
telah memberikan perhatiannya dengan baik, menyediakan waktunya selama
proses pengajuan judul sampai penyelesaian skripsi ini.
6. Dr. KH. Abdullah Renre, M.Ag selaku Direktur Pendidikan Ulama Tarjih
Universitas Muhammadiyah Makassar dan kepada bapak Dr. Dahlan
Lamabawa, M.Ag selaku Sekertaris Direktur Pendidikan Ulama Tarjih
Universitas Muhammadiyah Makassar, serta segenap keluarga besar
Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah Makassar yang
senantiasa memberikan tempat, nasehat kepada penulis dalam menuntut Ilmu.
7. Kepada pondok pesantren Pendidikan Ulama Tarjih Universitas
Muhammadiyah Makassar tempat penulis menemukan ilmu pengetahuan,
nilai-nilai kehidupan dan saudara.
8. Dosen dan Staf Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar,
yang senantiasa memberikan pelajaran ilmu selama perkuliahan berlangsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan study dengan baik.
9. Kepada kakak tercinta Sudarwin Jusuf Tompunu, S.IP Ketua Pimpinan
Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara yang senantiasa
memberikan motivasi, nasehat, dan spirit kepada penulis dalam menjalani
kehidupan selama study.
10. Kepada Ayah Hajiar M Sati, S.Ag Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Minahasa Selatan yang senantiasa membantu memberikan rekomendasi
kepada penulis dalam melanjutkan study di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
11. Kepada teman-teman seangkatan, angkatan 2017 Pendidikan Ulama Tarjih
yang telah membersamai dalam suka maupun duka selama menjalankan study.
12. Kepada teman-teman, sahabat dan semua pihak yang penulis tidak bisa sebut
satu-persatu.
Makassar, 13 Dzul Qa’dah 1442 H
23 Juni 2021
Peneliti
Ilham Tompunu NIM: 105 191 109 517
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ..............................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..........................................vi
ABSTRAK ........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................6
C. Tujuan Kajian .........................................................................................6
D. Manfaat Kajian ........................................................................................6
E. Metodologi Penelitian ............................................................................7
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK
A. Kajian Teori ............................................................................................10
1. Pengertian Akhlak Dalam Ajaran Islam ...........................................10
2. Macam-Macam Akhlak .....................................................................13
3. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................14
B. Kajian Penelitian Terdahulu ...................................................................15
BAB III ANALISIS PENGARUH PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD
BARAJA DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN
A. Analisis Kebahasaan ..............................................................................19
1. Biografi Umar Bin Ahmad Baraja ....................................................19
2. Karya-karya Umar Bin Ahmad Baraja ..............................................22
B. Analisis Eksegesisi .................................................................................24
1. Umar Bin Ahmad Baraja ...................................................................24
2. Pendidikan Karakter ..........................................................................26
BAB IV PEMIKIRAN UMAR BAN AHMAD BARAJA DALAM KITAB
AKHLAK LIL BANIN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER
A. Hakikat Pendidikan Karakter Menurut Umar Bin Ahmad Baraja Dan
Relevansinya Dalam Kitab Akhlak Lil Banin ........................................28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................47
B. Saran .......................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................51
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah interaksi yang menghasilkan kegiatan
berpikir, di mana setiap kegiatan tersebut dilaksanakan dengan unsur sengaja,
terstruktur juga terencana. Dalam prosesnya terdapat aktivitas guru yang berposisi
memiliki pengetahuan berupa ilmu dan juga keterampilan yang nantinya akan
disampaikan kepada peserta didik. Hal tersebut tidak lain adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia yang berkarakter dan juga insan kamil.1
Setiap bangsa memiliki karakter yang sangat kuat, hal tersebut tidak lain
lahir dari adanya pengimplementasian pendidikan yang profesional, bagus dan
juga bermartabat. Di saat setiap kalangan masyarakat memiliki sebuah karakter
yang tangguh, positif dan juga kuat, otomatis peradaban di dalam masyarakat
tersebut akan terjamin kualitasnya. Akan tetapi, jika di dalam kalangan
masyarakat mayoritas lebih cenderung memiliki karakter yang lemah, negatif dan
pesimis akan membuat peradaban di dalam masyarakat tersebut mengalami
kemunduran2
Akan tetapi, pada sebuah persoalan pendidikan, sering kali akan kita temui
problematika yang cenderung tidak diselesaikan. Hal tersebut akhirnya akan
memicu munculnya masalah-masalah di mana masalah lama yang belum selesai
ditinggalkan begitu saja. Dalam hal ini, sosok pendidik memiliki embanan tugas
1 Agus Wibowo, pendidikan karakter strategi membangun karakter bangsa
berperadaban. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012, h. 18 2 Agus Wibowo, pendidikan karakter strategi membangun karakter bangsa
berperadaban. h. 19
2
yang sangat berat dan wajib, di mana mereka harus dapat melakukan
penanggulangan dan juga mencari sebuah solusi guna mengatasi menurunnya
setiap karakter yang menjadikan peserta didik menjadi tidak fokus dan kurang
semangat. Adapun usaha yang harus diberikan para pendidik kepada peserta didik,
yaitu meningkatkan potensi dan juga meninjau calon sasaran secara berkala,
melalui berbagai macam pembinaan secara berkelanjutan. Hal tersebut demi
menumbuhkan kualitas peserta didik yang memiliki karakter berpendidikan.
Adapun pendapat dari Abuddin Nata pada bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam, di mana memaparkan bahwa pendidikan adalah faktor paling
dasar yang nantinya akan mempengaruhi perwujudan karakter baik manusia atau
buruknya kepribadian manusia3.
Adapun salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari kurangnya
penekanan pendidikan karakter, yaitu permasalahan akhlak. Berdasarkan
pemaparan dari Prof Dr. Ahmad Tafsir, negara Indonesia sampai dewasa ini tidak
bisa lepas dari fenomena lahirnya koruptor, dalam hal ini beliau mengkritisi akan
kualitas pendidikan negara Indonesia, karena masih banyak terjadi fenomena
korupsi dimana-mana. Selain itu, tidak sedikit lembaga pendidikan yang
meluluskan mental peserta didik yang hanya ingin menang sendiri dan anti kritik.
Dari sini dapat ditinjau, bahwa kegagalan pendidikan kita terletak pada
pendidikan akhlak.4
3 Abuddin Nata, ilmu pendidikan islam, Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2010,
h. 24 4 Tafsir Ahmad, filsafat pendidikan Islam, Yogyakarta : Gama Media, 2006, h. 125
3
Tindakan yang dipaparkan di atas adalah salah satu bentuk kebiadaban
manusia yang mencerminkan kemunduran peradaban bangsa, selain itu juga
berseberangan dengan nilai yang terkandung di dalam syariat islam, karena
konsep dari Agama Islam sendiri adalah kebaikan, bukan pengacau. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Al-Qashash/28:77
نيا واحسن كما احسن الله خرة ول تنس نصيبك من الد الدار ال وابتغ فيما اتىك الله
ل يحب المفسدين اليك ول تبغ الفساد فى الرض ان الله
Terjemahannya :
Dan carilah pada apa yang telah dianjurkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusuhan di (muka ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusuhan.5
Oleh karena itu, manusia dituntut untuk menjalankan akhlak kepada Allah
berdasarkan keikhlasan dan ketulusan, di mana tidak meninggalkan akhlak
terhadap manusia lainnya guna menciptakan peradaban yang humanis. Said Aqil
Siraj memberi pengantar dalam buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Yaitu
“Tiga hal yang seharusnya menjadikan dasar penghayatan agama oleh setiap
orang adalah : Toleran, Moderat, dan Akomodatif. Orang yang beriman harus
disempurnakan dengan amal dan ibadah yang baik, serta perilaku yang terpuji” .6
5 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 39 6 Sayikh Idahram, sejarah berdarah sekte salafi wahabi, Yogyakarta : pustaka pesantren,
2011, h. 9
4
Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata mensifati Rasulullah Saw bersabda :
عنهما قال لم يكن رسول الله صلى الله عليه وسلم عبد الله بن عمرو رضى الله
شا وإنهه كان يقول : " إنه خياركم أحاسنكم أخلاقا" ) رواه فاحشا، ولا متفح
البخاري (
Artinya :
“ Dari Abdullah bin Amr RA berkata Rasulullah SAW tidak pernah berbuat
kejelekan dan tidak pernah mengucapkan ucapan yang jelek. Lalu beliau
bersabda: “Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian adalah yang
paling baik akhlaknya”. (HR. Al-Bukhari No 6035 dan Muslim No 2321)7
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan memiliki sebuah misi yang bukan
hanya berhenti pada sebuah kegiatan penyampaian, tetapi juga harus menerapkan
pengaplikasian yang berujung pada pengimplementasian. Dari sini nantinya
pendidikan akan dibawa ke arah sarana dan juga prasarana di mana di dalamnya
menyampaikan berbagai unsur nilai kepada setiap peserta didik. Pada persoalan
ini, peserta didik juga harus mulai menyadari sikap terhadap diri sendiri, mulai
melakukan implementasi terhadap nilai keagamaan dan juga etika berkehidupan
guna mencapai peserta didik yang berkarakter dan berpedoman pada akhlak.
Ditinjau dari persoalan saat ini, setiap permasalahan akhlak menjadi sorotan
utama, di mana permasalahan ini terus berkembang karena kurangnya penerapan
atas pendidikan karakter. Adapun nasehat dari Imam Ghazali dalam
pendidikannya ialah memperhatikan masalah pendidikan anak itu sejak dini, sejak
7 Shahih Bukhari dan Muslim, Penerjemah : Syaikh Muhammad Abdul Fuad Baqi
5
permulaan umurnya, karena bagaimana adanya seorang anak, begitulah besarnya
nanti.8
Dalam hal mendidik anak tentunya butuh formula yang tepat karena hal
tersebutlah peneliti teringat dan tertarik akan meneliti kitab Al-Akhlak Lil Al-
Banin. Pengarang kitab Al-Akhlak Lil Al-Banin ini adalah “Umar Bin Ahmad
Baraja” (L 1913 M – W. 1990 M).9 Karena di dalam kitab karya Umar Bin
Ahmad Baraja ini, berisi berbagai singgungan yang mengarah kepada tingkah laku
manusia, di mana setiap perbuatan, kegiatan dan pola kehidupan digambarkan
melalui kajian nasihat dan juga melalui interpretasi cerita. Di dalam kitab tersebut,
penulis banyak mendapati sebuah nilai-nilai perilaku akhlak yang dapat dijadikan
bahan dasar ajar terkait konsep pendidikan karakter. Melalui kitab AL-Akhlak Lil
Al- Banin tersebut, beliau banyak sekali menyelipkan nilai-nilai akhlak melalui
contoh-contoh yang sangat sederhana sehingga dapat dipahami oleh pembacanya,
terutama para murid di madrasah dan juga pesantren.
Maka dari itu, atas dasar latar belakang yang penulis buat dan persoalan
yang terjadi, peneliti akan berkonsentrasi untuk meneliti relevansi pendidikan
karakter dengan konsep akhlak Umar Bin Ahmad Baraja dengan judul “Konsep
Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang
Pendidikan Karakter”
8 M. Athiyah Al-Abrasyi, dasar-dasar pokok pendidikan islam, Jakarta : Bulan bintang, h.
118 9 Biografi Al-Ustadz Umar Bin Achmad Baradja (1913-1990)
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah, yaitu:
1. Bagaimana ajaran Islam tentang Akhlak?
2. Bagaimana Hakikat Pendidikan Karakter dan Relevansinya menurut Umar
bin Ahmad Baraja dalam kitab akhlak lil banin?
C. Tujuan Kajian
Berangkat dari latar belakang pemikiran yang mendasari permasalahan
pokok dan sub-sub masalah di atas, maka peneliti bertujuan mengkaji atau
meneliti konsep dan memaparkan masalah ini. Adapun tujuan kajian atau
penelitian yang peneliti hendak capai, yaitu:
1. Untuk mengetahui ajaran Islam tentang Akhlak.
2. Untuk mengetahui hakikat Pendidikan Karakter dan relevansinya menurut
Umar Bin Ahmad Baraja pada kitab Akhlak Lil Banin.
D. Manfaat Kajian
Hadirnya kajian atau penelitian yang dilakukan ini, penulis berharap dapat
mengembangkan wawasan perihal nilai karakter pendidikan sebagai pendidik,
baik itu secara praktis maupun teoritis. Berikut adalah Manfaat dari kajian atau
penelitian yang dilakukan ini seperti:
1. Manfaat Teoritis
Guna dapat menyampaikan sebuah interpretasi gambaran akan bagaimana
akhlak dapat diterapkan kepada peserta didik dengan berlandaskan pada
pendidikan karakter. Juga mengedukasi pengetahuan terutama untuk
7
pendidik dan juga orang tua agar dapat selalu meninjau budi pekerti dan
juga akhlak untuk para anak didiknya.
2. Manfaat Praktis
a. Agar dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pendidikan islam
dalam mengembangkan karakter dan akhlak anak.
b. Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi pada penelitian
berikutnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Berikut ini adalah salah satu desain atau bentuk penelitian yang peneliti
kerjakan, yaitu adalah penelitian kepustakaan (Library Research), peneliti
menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan semua data dan sumber data
berasal dari kepustakaan (Hadi, 1990). Dari kepustakaan tersebut peneliti
olah menjadi sebuah objek kajian, di mana hasilnya berupa karya tulis yang
berisi hasil dari pemikiran peneliti.
2. Data Dan Sumber Data
Karena desain penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian
kepustakaan (Library Research) maka data yang diambil oleh peneliti
bersumber dari literatur. Adapun referensi yang dijadikan sumber data
primer adalah kitab Akhlak Lil banin karya Umar Bin Ahmad Baraja.
Kemudian yang menjadi data sekunder adalah terjemah kitab akhlak
lil banin tentang pendidikan karakter, kapita selekta pendidikan islam dan
8
juga sumber referensi lainnya, yang relevan dengan objek pembahasan
penulis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan mencari dan mengkaji data
yang menjadi sumber data primer yaitu kitab Akhlak Lil Banin karya Umar
Bin Ahmad Baraja, dan buku-buku yang relevan dengan kitab beliau.
Setelah terkumpul, peneliti melakukan kupasan secara sistematika dalam
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Sehingga memperoleh bahan
untuk pembahasan dalam objek kajian yang peneliti lakukan.
4. Teknik Analisis Data
Peneliti melakukan pengelolaan pada objek ilmiah tertentu dengan
membetulkan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain
untuk mendapatkan kejelasan mengenai halnya.
Macam-macam metodologi yang penulis lakukan dalam menganalisis
masalah adalah sebagai berikut:
a. Metodologi Deduktif
Yaitu apa yang di pandang benar pada peristiwa suatu jenis, berlaku pada
hal yang benar dari semua peristiwa yang termasuk dalam suatu jenis.
Hal itu merupakan proses berpikir dari semua pengetahuan yang bersifat
umum. Kemudian berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik sebuah
pengetahuan khusus (Hadi. 1990: 26), metodologi ini digunakan penulis,
untuk menganalisis data konsep yang akan dibahas yaitu pendidikan
karakter.
9
b. Metodologi Induktif
Yaitu metodologi yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-
peristiwa yang konkret, dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkret
ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum (Hadi. 1990: 26).
Metodologi ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang hakikat
dalam kitab akhlak lil banin sehingga dapat diketahui konsep atau
pandangan Umar bin Ahmad Baraja tentang pendidikan karakter yang
penulis akan kaji yang terkandung di dalam kitab tersebut.
10
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK
A. Kajian Teori
1. Pengertian Akhlak Dalam Ajaran Islam
Akhlak merupakan wujud dari pengajaran yang sangat
dipertimbangkan di dalam dunia pendidikan islam. Dalam artian
etimologis, akhlak merupakan kata lain dari kata khuluq (bentuk batin).
Istilah dari kata khuluq adalah perlawanan kata dari khalqq (bentuk lahir).
Jika keduanya digabungkan akan menjadi khalaqa (penciptaan).10 Akhlak
sering kali dikaitkan dengan sopan dan santun serta juga kesusilaan,
sedangkan dalam hal ini Khuluq adalah sebuah gambaran dari ringkasan
sifat atas batin manusia, atau bentuk gambaran lahiriah dari diri seorang
manusia seperti meliputi gerak anggota badan dan juga raut wajah, atau
apa yang ada di seluruh tubuh kita. Ada pun persamaan dari kata khuluq di
dalam bahasa Yunani, yaitu etos/ethicos yang memiliki artian kebiasaan,
di mana sifat perbuatan yang mempengaruhi kecenderungan hati, perasaan
dari batin dan juga adab dari sebuah kebiasaan. Ethicos kemudian
berdalam dunia modern diubah menjadi etika.11
Berangkat dari pemaparan tersebut, bisa dikaji lagi bahwa akhlak
tidak akan bisa terpisah dari penciptanya, yaitu Tuhan Allah SWT sebagai
10 Mohammad Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009),
h. 31. 11 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta Amzah, 2007),
h. 3.
11
satu-satunya wujud sumber utama di mana pengajarannya diaplikasikan
dan diimplementasikan melalui nabinya yang bernama Muhammad SAW.
Dewasa ini, kajian akhlak di dalam lingkup agama islam hanya
berhenti pada persoalan pemahaman sunah dan al-Qur’an, kemudian
lanjutannya mengalami pengembangan yang cukup lumayan luas,
menyesuaikan zamannya. Hal tersebut dapat ditinjau dari era setelah
filsafat Yunani, yang mana banyak bermunculan tokoh baru yang
kajiannya melingkupi khazanah klasik terkait akhlak dalam bentuk corak
pemikiran.12 Dari sini, di lihat terminologinya akhlak adalah proses
hubungan perilaku manusia, setiap ulama memiliki pemaknaan berbeda-
beda guna menjelaskan pengertiannya
Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulum alDin
mendefinisikan akhlak sebagai:
الخلق عبارة عن هيئة فى النهفس راسخة عنها تصدر الافعال بسهولة من غىر
حاجة الى فکر ورؤية
Pendapatnya :
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak
memerlukan pikiran dan pertimbangan.13
Hasan Langgulung mengartikan akhlak sebagai kebiasaan atau
sikap yang cukup dalam perihal penjiwaannya, di mana kemudian
12 Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: AMZAH, 2011), h. 225. 13 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazli, Ihya’ ‘Ulum al-Din Jilid III,
(Beirut: Dar al-Kutub, t.t.), Terjemah : Purwanto
12
memunculkan kegiatan dan perilaku yang reflektif, di mana perbuatannya
menyesuaikan faktor-faktor keturunan dan lingkungan.14
Ibnu Miskawwaih mendefinisikan akhlak sebagai:
ورؤية فکر غير من ٲفعالها ٳلى الخلق حال للنهفس داعية لها
Pendapatnya :
Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.15
Berdasarkan analisis di atas, bisa ditinjau bahwa akhlak merupakan
kegiatan reflektif yang mana sudah mendarah daging pada diri manusia,
akhlak akan muncul tanpa kompromi apa pun dengan diri kita, karena
sudah menjadi laku yang berupa implementasi dan juga aplikasi kemudian
menjadi karakter pada diri manusia.
Adapun hakikat akhlak berdasarkan pemaparan al-Ghazali harus
mencakup dua syarat, yaitu yang pertama syarat perbuatan tersebut harus
konstan secara berulang, yang mana dilaksanakan secara reflektif dan
dilakukan berulang-ulang dengan pengaplikasiannya yang sama.
Kemudian syarat kedua adalah perbuatan konstan tersebut harus
mempengaruhi refleksi pada diri manusia yang sedang melakukannya,
tanpa adanya paksaan, tekanan, sogokan dan juga pengaruh dari manusia
lain, dalam hal ini manusia tersebut harus ikhlas.
Adapun sumber-sumber ajaran Akhlak :
14 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. AlHusna, 2003), h. 56. 15 Abu Ali Ahmad Miskawaih, Tahdzibul Akhlak wa TathhirulA’raaq Juz I, dalam
Maqtaah Tsaqafah Diniyah, Maktabah Shameela, ttp, t.t, penerjemah : zainun kamal M.A, menuju
kesempurnaan
13
Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan hadits. Tingkah laku Nabi
Muhammad SAW merupakan teladan bagi umat manusia. Hal ini sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab/33:21
خر واليوم الا اسوة حسنة ل من كان يرجوا الله وذكر لقد كان لكم في رسول الله
كثيرا الله
Terjemahanya :
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.16
2. Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak Karimah
Akhlak Karimah adalah akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu
aturan atau norma yang mengatur hubungan antara Tuhan, manusia,
dan alam semesta. Akhlak karimah merupakan akhlak terpuji baik
yang langsung terhadap Allah dengan melaksanakan ibadah yang
wajib maupun sunnah, dan melaksanakan hubungan yang baik dengan
sesama manusia, di antaranya berupa husnudzhan hablumminallah
wahablumminannas, istiqamah, tawakkal, qanaah, tasammuh, dan
ikhtiar. Akhlak karimah juga merupakan segala tingkah laku yang
terpuji (yang baik) yang biasa juga disebut “fadhilah” atau kelebihan.
Berdasarkan pemaparan Imam Ghazali, Akhlak merupakan bentuk
sifat yang sudah ditanamkan pada ke dalam jiwa kita, di mana nantinya
16 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h. 421
14
akan mencerminkan setiap perbuatan reflektif, perbuatan yang dengan
mudah tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu.17
b. Akhlak Mazmumah
Akhlak mazmumah yaitu segala bentuk perbuatan manusia yang
dapat mendatangkan kemudharattan bagi diri sendiri dan orang lain
serta dapat membahayakan iman dan mendatangkan dosa. Seperti
bersikap takabur, kikir, sombong dan dengki, berkata dusta,
berprasangka buruk, ingkar janji, durhaka kepada kedua orang tua,
mencuri.
Akhlak Karimah dan Akhlak Mazmumah bersumber dari al-Qur’an
dan Sunnah dari ajaran Rosulullah saw. Karena apa yang baik menurut
al-Qur’an dan Sunnah maka itulah yang baik menjadi pegangan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan
terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang
di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
17 Erwin yudi prahara, materi pendidikan agama islam, Ponorogo: STAIN PO press, 2009 h
181
15
Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pendidikan
moral, di mana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih
kemampuan individu secara terus menerus guna penyempurnaan diri ke
arah yang lebih baik.
Menurut Prof. H. Pramula Mahrus Razzan pendidikan karakter
adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi memperbaiki karakter
manusia yang perlu ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi
berakhlak dan bermoral Pancasila yang masih dalam lingkup revolusi
mental.18
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Kajian pustaka memiliki sebuah fungsi, yaitu guna meninjau hasil penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya. Tinjauan ini pun dilakukan dengan cara
hanya memperhatikan beberapa pemaparan penelitian yang kajiannya terkait
dengan problematika pada penelitian yang dilakukan ini.
Ada beberapa penelitian terkait kitab akhlak lil banin yang penulis temukan
di website-website dari penelitian terdahulu, penulis menemukan beberapa
penelitian yang sama tentang Umar Bin Ahmad Baraja dan kitabnya Akhlak Lil
Banin juga kitabnya Akhlak Lil Banat tentang pendidikan karakter memiliki
kesamaan, namun di sini penulis dapat memperkaya teori-teori dengan melakukan
pendekatan-pendekatan kajian terdahulu sehingga dalam konteks ini, kajian yang
penulis lakukan bisa dibedakan dalam beberapa poin dari kajian terdahulu.
18 Agus Rukiyanto 2009 pendidikan karakter Yogyakarta: Kanisius 64-67
16
Pertama, penelitian yang penulis lakukan seluruhnya pada kitab Akhlak lil
Banin, sedangkan penelitian terdahulu hanya sebagian dan ada penelitian
terdahulu juga menggunakan penelitian lapangan, yaitu ingin mengungkapkan
hasil dari pembelajaran buku ini.
Kedua penelitian ini mencoba mengaitkan relevansi pola pembentukan
karakter siswa dalam kitab tersebut pada pendidikan agama Islam, sehingga secara
tidak langsung penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, baik aspek
pendekatan maupun kedalaman pembahasan yang dilakukan.
Ketiga, hasil penelitian terdahulu menunjukkan sedikit sekali teori atau pola
pembentukan karakter yang dilahirkan dari khazanah keislaman. Selama ini pola
pembentukan akhlak lebih banyak meminjam teori Barat. Adapun kajian
terdahulu skripsi yang berjudul:
1. Rofaatul Fauziyah, “Aplikasi Pembelajaran Kitab Al-Akhlak Lil Banin
dalam Pembentukan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Babussalam
Kalibening Tanggalrejo Mojoagung Jombang”. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui tentang bagaimana pembelajaran kitab Al-Akhlak Lil
Banin di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Tanggalrejo
Mojoagung Jombang, dan bagaimana aplikasi pembelajaran kitab Al-
Akhlak Lil Banin dalam pembentukan akhlak santri. Berdasarkan dari
penelitian yang diperoleh penulis dari lapangan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening
Tanggalrejo sangat baik karena di dalam pondok mempunyai beberapa
metode agar santri bisa disiplin dalam segala situasi, dan di dalam
17
pondok juga sudah diberikan jadwal kegiatan harian agar para santri bisa
tertib dan tahu apa yang akan mereka kerjakan. Sedangkan
pengaplikasian kitabnya juga berpengaruh sangat baik, mereka banyak
menerapkan akhlak yang baik kepada siapa saja dan apa saja dan
meninggalkan apa yang tidak baik bagi mereka.
2. Ninik Herlina dengan judul: “Implementasi Pembelajaran Kitab Akhlak
lil Banin wal Banat dalam Upaya Meningkatkan Moral Keagamaan
Anak di Madrasah Diniyah Al-Fadhiliyah Gentan Jenangan Ponorogo”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi. Adapun dalam analisis data penulis menggunakan
analisis interaktif dengan analisis reduktif data, display data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa, Implementasi pembelajaran kitab Akhlak lil Banin wal Banat
dalam upaya meningkatkan moral keagamaan anak adalah dengan
menggunakan metode ceramah dan cerita yakni seorang
ustadz/ustadzah membacakan kitab yang bermakna, sedangkan murid
mendengarkan sambil menulis dengan menggunakan makna
gandul/dengan huruf pegon. Dan seorang guru menjelaskan isi dari kitab
tersebut agar mudah dipahami oleh para santri. dampak implementasi
pembelajaran kitab Akhlak lil banin wal Banat terhadap moral
keagamaan anak. dampak positif, seorang anak memiliki moral dan
kepribadian yang baik dan mengetahui aturan-aturan agama Islam. Dari
18
segi negatif anak-anak kurang tertarik dan bosan dengan sistem
pembelajaran yang monoton yang menyebabkan mereka ramai sendiri di
dalam kelas.
19
BAB III
ANALISIS PENGARUH PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARAJA
TENTANG AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
A. Analisis Kebahasaan
1. Biografi Umar Bin Ahmad Baraja
Syaikh Umar bin Ahmad Baraja lahir dikampung Ampel Magfur,
pada 10 Jumadil akhir 1331 H/17 mei 1913 M. Sejak kecil beliau dididik
oleh kakeknya dari pihak ibunya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja beliau
seorang ulama’ ahli nahwu dan fiqih. Beliau seorang ulama yang memiliki
akhlak mulia. Penampilan Syaikh Umar bin Ahmad Baraja sangat
bersahaja, dan beliau juga dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai
dengan keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi.
Beliau juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait, yang terdiri dari
keluarga, sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW.
Beliau juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik tentang ilmu amal
dan ibadah. Ini karena beliau tawadu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.19
Dalam beribadah, beliau selalu istiqomah baik dalam persoalan
shalat fardhu maupun dalam shalat sunnah qobliyah dan ba’diyah. Shalat
dhuha dan tahajud hampir tidak pernah beliau tinggalkan walaupun dalam
keadaan bepergian sekalipun beliau tetap menjalankan dengan baik. Kisah
19 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad
Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 7
20
hidup Umar bin Ahmad selalu dirujukkan pada syariat islam yang
mengandung tata aturan agama.20
Dalam pengaplikasian hidupnya, Syaikh Umar bin Ahmad Baraja
selalu menghormati waktu dan tidak menyia-nyiakan waktunya, sehingga
setiap apa yang telah dipelajarinya tidak sia-sia dan bisa dipertanggung-
jawabkan. Beliau meninggal ketika mencapai umur 77 tahun, tepatnya di
bulan november tanggal 3 tahun 1990 di RS Islam Surabaya. Jasad Syaikh
Umar sendiri di kebumikan di makam Islam pinggirian Surabaya.21
Syaikh Umar bin Ahmad Baraja merupakan alumni dari madrasah
Al-Khariyah yang terletak di lingkungan kampung ampel kota Surabaya,
di mana madrasah tersebut dipimpin oleh Al-Habib Al-Imam Muhammad
bin Achmad Al-Mudhar. Di dalam masa pendidikannya, Syaikh Umar
merupakan murid yang tekun dan sangat intens untuk belajar bahasa Arab,
hal ini membuatnya menjadi lebih mudah memahami setiap kitab-kitab
yang masih menggunakan bahasa Arab asli dan belum mengalami
terjemahan. Adapun guru-guru yang pernah mendidik Syaikh Umar Bin
Ahmad Baradja seperti Al-Ustadz Abdul Qodir bin Ahmad bin Faqih
(Malang), Al-Ustadz Muhammad bin Husein bin Ba’bud (Lawang), Al-
Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf, Al-Habib Muhammad bin Ahmad
Assegaf (Surabaya), Al-Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo), Al-
Habib Ahmad bin Alwi Al-Jufri (Pekalongan), Al-Habib Ali bin Husein
20 Majalah Al-Kisah No. 07/tahun V/26 Maret – 8 April 2007, h. 88
21 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad
Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 11
21
bin Syahab, Al-Habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gersik), Al-Habib Ahmad
bin Ghalib Al-Hamid (Surabaya), Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-
Muhdhar (Bondowoso), Al-Habib Abdullah bin Hasan Maulachela, Al-
Habib Hamid bin Muhammad As-Sery (Malang), Syaikh Robaah
Hassunah Al-Kholil (Palestina), Syaikh Muhammad Mursyid (Mesir) –
keduanya bertugas mengajar di Indonesia.
Guru-gurunya beliau yang berada di luar negeri di antaranya, Al-
Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki, As-Sayyid Muhammad bin Amin Al-
Qurthbi, As-Syaikh Muhammad Seif Nur, As-Syaikh Hasan Muhammad
Al-Masysyath, Al-Habib Alwi bin Salim Al-Kaff, As-Syaikh Muhammad
Said Al-Hadrawi Al-Makky (Makkah), Al-Habib Muhammad bin Hady
Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Abdullah bin Ahmad Al-
Haddar, Al-Habib Hadi bin Ahmad Al-Haddar (‘Inat, Hadramaut, Yaman),
Al-Habib Ali bin Zein Al-Hadi, Al-Habib Abdullah bin Hamid Assegaf
(Seiwun, Hadramaut, Yaman), Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-
Haddar (Al-Baidhaa, Yaman), Al-Habib Ali bin Zein Bilfagih (Abu Dabi,
Uni Emitr Arab), As-Syaikh Muhammad Bakhit Al-Mathii’I (Mesir),
Sayyaidi Muhammad Al-Fatih Al-Kattani (Faaz, Maroko), Sayyid
Muhammad Al-Munthashir Al-Kattani (Marakisy, Maroko), Al-Habib
Alwi bin Thohir Al-Haddad (Johor,Malaysia), Syeikh Abul Aliim As-
22
Shiddiqi (India), Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir), Al-Habib
Abdul Qodir bin Achmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi). 22
Syaikh Umar sendiri belajar dari beberapa guru yang disebutkan di
atas tidak dalam lingkup formal, tetapi nonformal. Beliau menganggap
siapa pun yang beliau temui dan dari situ beliau belajar hal baru, di situlah
Syaikh Umar menganggap bahwa mereka sudah selayaknya guru dari
beliau. Hal tersebut dibuktikan karena banyak dari mereka juga masih
lebih muda usianya dari pada usia beliau.23
2. Karya-karya Umar Bin Ahmad Baraja
Dari ketekunan beliau selama hidupnya, hasil proses belajar dari
Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja melahirkan beberapa karya yang cukup
relevan untuk dijadikan bahan ajar di lingkup madrasah dan pesantren.
Karya-karya beliau tidak sedikit juga dijadikan referensi belajar dilingkup
pendidikan formal maupun non formal. Hampir semua santri di seluruh
pondok pesantren pernah mempelajari buku-buku karya Syaikh Umar Bin
Ahmad Baraja dari Surabaya seperti Al-Akhlak Lil Al-Banin, Kitab Al-
Akhlak Lil Banat, Kitab sullam fiqih, Kitab 17 Jauharah, Kitab Ad’iyah
Ramadhan.24
Karya-karya yang disebutkan di atas semuanya terbit di tahun 1950,
di mana karya tersebut dijadikan rujukan kurikulum di pesantren dan juga
madrasah di seluruh Indonesia. Kitab-kitab tersebut pernah di cetak Kairo,
22 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad
Baradja, 2-5 23 Mustafa Bun Ahmad Baraja (Cucu Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja) 24 Muhammad Ahmad Assegaf Sekelumit Riwayat Hidup Al-Ustadz Umar Bin Ahmad
Baraja, Surabaya Panitia Haul Ke-V 1995. h 8
23
Mesir, pada tahun 1969 atas biaya syaikh Siraj Ka’ki dermawan makkah
yang dibagikan secara Cuma-Cuma ke seluruh dunia islam. Pada tahun
1992, kitab-kitab tersebut diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia, Madura,
Jawa, dan Sunda.
Adapun inti sari dari kelima karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja
adalah ulasan mengenai nilai-nilai akidah dan akhlak sebagai kaum
muslim, di mana beliau menekankan manusia harus memiliki karakter di
dalam dirinya, dan mengantarkan dirinya menuju sebagai manusia
beridentitas dan berbudi pekerti luhur.25
Perihal pembahasan pendidikan karakter, di dalam penelitian ini,
peneliti mengkaji salah satu karya yang bagi peneliti sangat relevan
dengan pembahasan tentang pendidikan karakter, yaitu kitab berjudul Al-
Akhlak Lil Al-Banin. Di dalam karya ini banyak sekali singgungan perihal
penanaman pendidikan karakter yang dipaparkan oleh Syaikh Umar Bin
Ahmad Baraja, seperti ajakannya untuk para kaum muda agar menjadi
seorang manusia yang menghamba Allah dengan menerapkan sopan
santun dan kebijaksanaan di saat mencari ilmu pengetahuan. Inti dari yang
dimaksudkan oleh beliau adalah menekankan pendidikan karakter yang
membangun orientasi pada pencapaian amal baik, di mana seorang
manusia yang sedang mencari ilmu tidak hanya sekedar berhenti pada
pencarian saja, akan tetapi juga mendapatkan sebuah pemahaman yang
berguna pada dirinnya.
25 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit Riwayat hidup AL-Ustadz Umar bin achmad
Baradja, Surabaya : panitia Haul ke-v, 1995, h. 8
24
Sejatinya, sebuah pendidikan karakter dapat dibentuk dari diri
seorang individu yang menerapkan keikhlasan di dalam dirinya, yang tidak
memperhitungkan untung dan ruginya, karena dari situlah sifat reflektifitas
akan timbul dan mengantarkannya menjadi manusia yang beridentitas serta
juga berkarakter.
B. Analisis Eksegesisi
1. Umar Bin Ahmad Baraja
Penulis mencoba menjelaskan istilah judul tentang konsep pemikiran
Umar Bin Ahmad Baraja untuk menghindari kesalah pahaman atau pun
kekeliruan dalam memahami judul yang menjadi objek kajian penulis
tentang pendidikan karakter konsep pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja.
Yang perlu penulis tegaskan adalah Syaikh Umar Bin Ahmad
Baraja, beliau adalah seorang ulama yang memiliki akhlak mulia. Syaikh
Umar memiliki penampilan yang bersahaja, beliau juga dihiasi sifat-sifat
ketulusan niat yang disertai dengan keikhlasan amal perbuatan duniawi
dan ukhrawi. Syaikh Umar juga menjelaskan tentang akhlak ahlul bait,
yang terdiri dari keluarga, sahabat, yang mencontoh Nabi Muhammad
Saw. Syaikh Umar juga tidak suka membanggakan diri sendiri, baik
tentang ilmu dan amal. Ini karena Syaikh Umar tawadhu’ dan rendah
hatinya sangat tinggi.26
26 Muhammad Achmad Asseggaf, sekelumit riwayat hidup al-ustadz Umar Bin Ahmad
Baraja 1995. h 7
25
Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja memiliki banyak kitab, Dari sekian
banyaknya kitab di dalam agama islam yang telah dijadikan sebuah
rujukan sebagai kitab standar perihal ajaran akhlak di dalam proses
pembelajaran pada sebuah pesantren, kitab Akhlak Lil Banin yang menjadi
sumber rujukan penulis dalam melakukan penelitian tentang pendidikan
karakter karangan Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja adalah salah satu
rujukan yang paling penting. Syaikh Umar merupakan seorang ulama
salaf atau biasa disebut ulama terdahulu. Kitab berjudul Akhlak Lil Banin
sendiri sudah digunakan sebagai rujukan ajaran pada madrasah dan juga
pondok pesantren di Indonesia sedari kisaran tahun 1950.27
Kitab akhlak Lil Banin sendiri berisi ulasan perihal pendidikan
akhlak untuk anak laki-laki. Adapun kitab Umar selain Lil Banin yang
juga berisi perihal ulasan pendidikan akhlak untuk perempuan, yaitu Lil
Banat, di mana kedua kitab tersebut sebenarnya memiliki ulasan yang
hampir sama, hanya berbeda konteksnya saja. Kitab Lil Banin sendiri
ditulis dengan bahasa Arab, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa
termasuk Madura, Sunda dan juga Jawa. Bahasa yang disampaikan di
dalam kitab tersebut terbilang sederhana, sehingga mudah dipahami para
peserta didik di madrasah maupun pesantren. Pengaplikasian dari kitab Lil
Banin sendiri adalah untuk mengimplementasikan pendidikan karakter
pada diri seorang siswa.
27 Muhammad Achmad Asseggaf Sekelumit Riwayat Hidup AL-Ustadz Umar Bin Ahmad
Baraja. h 2-5
26
Kitab ini berisi ucapan Umar bin Ahmad Baraja dalam
menyampaikan nasihatnya yang menggunakan dua cara, yaitu Nasihat
langsung dari Umar tanpa perumpamaan, metafora dan perantara. Kedua
nasihat tidak langsung, yang disampaikan menggunakan metafora,
perantara dan perumpamaan melalu beberapa aspek kisah dan cerita
teladan.
Kitab Akhlak Lil Banin terdiri dari empat jilid dan diterbitkan di
Surabaya oleh Maktabah Ahmad bin Said bin Nabhan wa awladihi. Jumlah
halaman tahun terbit kitab Akhlak Lil Banin adalah sebagai berikut:
a. Jilid I berjumlah 32 halaman tahun terbit 1372 H.
b. Jilid II berjumlah 48 halaman tahun terbit 1373 H.
c. Jilid III berjumlah 64 halaman tanpa tahun.
d. Jilid IV berjumlah 136 halaman tahun terbit 1385 H.
Intisari dari beberapa kitab tersebut sama, yaitu menekankan
pentingnya mengaplikasikan akhlak dalam bentuk implementasi, seperti
halnya pendidikan karakter.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang terencana dan
terarah melalui lingkungan pembelajaran untuk tumbuh kembangnya
seluruh potensi manusia yang memiliki watak berkepribadian baik,
27
bermoral, berakhlak, dan berefek positif konstruktif pada alam dan
masyarakat.28
Dalam konsep pemikiran Syaikh Umar mengenai beberapa poin dari
kitab beliau seperti Religius, peduli lingkungan, peduli sosial, memiliki
standar korelasi. Bahwa sikap religius merupakan perwujudan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut itu harus dilaksanakan.
Dalam hal peduli sosial. Penulis memahami konsep pemikiran
Syaikh Umar harus menanamkan sikap tanggung jawab, konsistensi
tindakan dan perkataan, yang berdasarkan kebenaran, menghargai
martabat individu, dan mampu menunjukkan keteladanan.
Dalam hal peduli lingkungan, penulis memahami arah pemikiran
beliau dalam kitab akhlak lil banin, bahwa kita harus menunjukkan
apresiasi budaya rama lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati
keragaman budaya dan agama.29
28 Kaimuddin dalam Jurnal Bertajuk implementasi pendidikan karakter dalam kurikulum
2013: 2014 h. 23 29 Kemendikbud RI
28
BAB IV
PEMIKIRAN UMAR BAN AHMAD BARAJA DALAM KITAB AKHLAK
LIL BANIN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER
A. Hakikat Pendidikan Karakter Menurut Umar Bin Ahmad Baraja Dan
Relevansinya Dalam Kitab Akhlak Lil Banin
Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah menumbuh kembangkan
potensi di dalam diri guna membangun karakter pada pribadi anak sehingga
menjadi individu yang lebih baik. Dengan begitu penulis memahami bahwa
pendidikan karakter merupakan nutrisi penyempurnaan diri anak dan dengan
penyempurnaan diri anak lewat pendidikan karakter dapat melatih anak secara
terus-menerus, mengembangkan kemampuan dirinya menuju ke arah hidup yang
lebih baik.30
Penulis melihat dan coba memahami hakikat pendidikan karakter dengan
menumbuh kembangkan potensi pada diri anak lewat gagasan dan pemikiran
Umar bin Ahmad Baraja khususnya pada kitab akhlak lil banin tentang pendidikan
karakter. Dari sini penulis melihat konsep pemikiran Syaikh Umar dalam
pembentukan karakter terhadap anak beliau memberikan gambaran dengan pola
materi terutama pada lingkup dunia pendidikan pesantren dan masyarakat islam
pada umumnya. Syaikh Umar menjelaskan di dalam kitabnya, sebagai seorang
umat Muhammad, kita harus mengikuti pola keberimanannya, di mana hal
tersebut dapat membentuk kepribadian diri kita dengan karakter yang tinggi.
30 SMK Widya Nusantara menciptakan Insan yang mandiri dan berkarakter serta dilandasi
iman dan takwa Tri Satya: perum bumi bekasi baru
29
Sejatinya setiap umat manusia di muka bumi diberikan kelebihan serta juga
potensi yang sangat khas, di mana mereka berbeda-beda kelebihannya. Maka dari
itu Syaikh Umar mengajak kita untuk selalu rendah hati, tidak sombong dan selalu
sopan santun, bercontoh pada nabi Muhammad SAW. Kemudian Syaikh Umar
juga mengajak kita untuk mengaplikasikan dan mengimplementasikan nila-nilai
akhlak yang diajar di dalam al-Qur’an dan juga hadis, melalui perbuatan dan
kegiatan yang sederhana, yang sangat dekat dengan diri kita, seperti membantu
orang tua, saudara, tetangga bahkan guru kita ketika sedang kesusahan. Selain itu
karena kesanggupan insan menimba ilmu pengetahuan yang berbagai jenis.31
Dalam hal ini, manusia diwajibkan untuk memiliki kekuatan berpendidikan
agar bisa dijadikan pembeda dengan makhluk lain, pembeda di sini adalah
kualitas diri kita sebagai manusia yang berakal dan berpikir. Agama menjadi
landasan dasar yang sangat penting untuk hal ini, seperti yang diungkapkan oleh
Malik Fajar yang memaparkan bahwa ada sebuah hubungan nilai islam, terutama
akhlak yang bisa di kaitkan dengan pendidikan guna membentuk sebuah karakter.
Hal tersebut sangatlah dekat, karena ajaran islam dengan pendidikan
mempunyai hubungan filosofis yang sangat dekat dan berkaitan. Akan tetapi juga
demikian, usaha untuk melakukan penghubungan antar islam dengan dunia
pendidikan masih banyak sekali dijumpai, karena adanya batasan-batasan verbal
yang harus dicairkan dengan bahasa keseharian. 32 dari sini dapat ditinjau bahwa
kitab Lil Banin karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja dapat dijadikan rujukan
untuk membangun pendidikan karakter bagi anak.
31 Al-Syaibany, 1983: 107 32 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2010
30
Menuntut ilmu hukumnya wajib, sebagaimana dalam hadits Rosulullah Saw
bersabda:
د ار حدثنا حفص بن سليمان حدثنا كثير بن شنظير عن محم حدثنا هشام بن عم
عليه وسلم طلب العلم صل ى الل بن سيرين عن أنس بن مالك قال قال رسول الل
فريضة على كل مسلم
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami hisyam bin ammar berkata, telah
menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan
kepada kami katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin
Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah no.
224) 33
Begitu pentingnya Ilmu pengetahuan hingga seorang anak dalam menuntut
ilmu rela mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan Ilmu. Namun tidak
cukup itu saja. Para pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat
mengambil manfaatnya tanpa mau menghormati guru, oleh karena itu ada yang
mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil, mereka ketika masih mencari
ilmu sangat menghormati ilmu dan gurunya, dan orang-orang yang tidak berhasil
dalam menuntut ilmu karena mereka tidak mau menghormati ilmu dan gurunya.34
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu:
Pertama, bagi peserta didik hendaknya berniat yang baik untuk menuntut ilmu,
jangan berniat untuk hal-hal yang berhubungan dengan duniawi, dan jangan
sampai melecehkan dan menyepelekan guru atau pun ilmu. Kedua, bagi guru
33 Ibnu Majah Kitab Muqaddimah Bab. Keutamaan Ulama Dan Dorongan Untuk
Menuntut Ilmu Hr. Ibnu Majah No. 224. 34 Al-Zarnuji Tt. Syarah Ta'limul Muta'allim, Indonesia: Maqtabah Syarqiah
31
ketika mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niat terlebih dahulu, supaya tidak
mengharapkan materi semata. Di samping itu, yang diajarkan hendaknya sesuai
dengan tindakan-tindakan yang diperbuat.
Pada penjelasan di dalam kitab Akhlak Lil Al-Banin karya Umar Bin
Ahmad Baraja memaparkan perihal kaidah nilai terkait penerapan pendidikan
karakter untuk anak guna dapat mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat,
berikut adalah hasil analisis peneliti tentang poin atau nilai akhlak yang bisa
direlevansi kajiannya dengan pendidikan karakter, yaitu:
1. Religius
Religius adalah pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai Ketuhanan. Di antaranya:
a. Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah merupakan esensi dari nilai-nilai akhlak
yang lain. Artinya jika seseorang akhlaknya kepada Allah itu baik,
maka akan mewarnai dan menjiwai akhlak lainnya. Akhlak kepada
Allah merupakan tolak ukur keberhasilan dalam memahami dan
melaksanakan nilai-nilai akhlak lainnya jika akhlak terhadap Allah
lemah (kualitas rendah) maka akan mempengaruhi kualitas akhlak
lainnya. Dengan demikian, untuk menjalani proses kehidupan yang
lebih baik, manusia perlu menjalin hubungan yang harmonis dengan
32
sang pencipta. Sehingga perjalanan kehidupan manusia senantiasa
mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah Swt.35
Akhlak kepada Allah sebuah sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai sang pencipta.36
Menurut Abuddin Nata, banyak hal yang dapat dilakukan
dalam berakhlak kepada Allah Swt. Diantaranya ialah tidak
menyekutukan Allah, bertakwa kepada-Nya, mencintai-Nya, rida
dan ikhlas dengan segala keputusan-Nya, bertobat, dan mensyukuri
nikmat-Nya, berdoa kepada-Nya, beribadah, dan mencari rida-Nya.37
Sementara itu M Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak
ukur akhlak kepada Allah Swt. Adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Swt. Diia memiliki sifat-sifat
terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun
tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.38
Pendapat lain yang penulis temukan diungkapkan oleh
Yunahar Ilyas, dia berpendapat bahwa akhlak terhadap Allah Swt.
Di antaranya ialah takwa, cinta dan rida, ikhlas, khauf dan raja',
muraqabah, dan tobat. 39
35 Umar Bin Ahmad Baraja, Kitab Akhlak Lil Banin Jilid II (Surabaya: Maktabah
Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladah, 192), h. 22
36 Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 149
37 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 150 38 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2014), h.
39 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 157
33
Menurut Syaikh Umar dalam kitab akhlak lil banin
dalam pembentukan karakter anak seorang anak wajib berakhlak
kepada Allah Swt.
Umar bin Ahmad Baraja telah menjelaskan cara seorang anak
atau siswa yang berakhlak baik, harus patuh atau bertakwa kepada
Tuhannya. dalam berakhlak kepada Allah. Penjelasan tersebut
terdapat dalam kutipan:
ايهاالعزيز: الله سبحانه وتعالي هوالذي خلقك وحسن صورتك: بان
اعطك عينين تنظرو بهما الشياء واذنين تسمع بهما الصوات ولسان
تتكلم به ويدين تستعملهما في اشغالك. ورجلين تمشي عليهما وعقلا
تعرف به الخير من الشر وانعم عليك بالصحة والعفية ووضع الرحمة
في قلوب والديك حتي ربياك تربية حسنة.
Artinya :
“wahai anak yang mulia ! Allah SWT. Telah menciptakan kamu dan
membaguskan bentukmu dengan memberimu kedua mata untuk
melihat segala sesuatu dan kedua telinga untuk mendengarkan suara
serta lidah untuk berbicara, dua tangan untuk kamu gunakan dalam
berbagai pekerjaanmu, dua kaki untuk berjalan, akal untuk mengenal
mana yang baik dan mana yang buruk. Dia memberimu kenikmatan
berupa kesehatan dan meletakkan kasih sayang di dalam hati kedua
orang tuamu sehingga engkau didik dengan pendidikan yang baik”.40
Penulis memahami kutipan Syaikh Umar bahwa keridhaan
Allah terhadap seseorang apabila seseorang itu menunjukkan
perilaku yang baik menjalankan perintah Allah dan menjauhi apa
40 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda,
Jakarta: Pustaka Amani, 1922. h.13
34
yang menjadi larangan-Nya. Nasihat yang diberikan Syaikh Umar
itu bahwa kita harus taat kepada Allah juga sejalan dengan firman
Allah Swt dalam QS. Al-Mujadalah/58: 22
ورسوله ولو خر يوادون من حاد الله واليوم ال تجد قوما يؤمنون بالله
ىك كتب في ا اباءهم او ابناءهم او اخوانهم او عشيرتهم اول كانو
يمان واي نه ويدخلهم جنهت تجري من تحتها قلوبهم ال دهم بروح م
رضي النهر خلدين فيها
هم المفلحون ال ان حزب الله ىك حزب الله عنهم ورضوا عنه اول الله
Terjemahnya:
“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya.
Sekalipun orang-orang itu adalah bapaknya, anaknya, saudaranya
atau keluarganya. Mereka itulah adalah orang-orang yang di
dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia,
lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya Allah rida
terhadap mereka dan mereka pun merasa puas dengan (limpahan
rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah, ingatlah sesungguhnya
golongan Allah itulah yang beruntung.”41
Dari kutipan di atas, penulis melihat nampak bahwa Umar bin
Ahmad Baraja telah memberikan nasihat untuk beriman dan
bertakwa kepada Allah, dan sebagaimana kita telah mengetahui
bagaimana Allah menganugerahi dengan nikmat-Nya,
41 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h 545
35
mengagungkan-Nya, dan mengerjakan segala yang diperintahkan-
Nya, serta engkau tinggalkan segala sesuatu yang dilarang-Nya
terhadapmu.
Tidak hanya akhlak kepada Allah, penulis juga menemukan
bahwa Syaikh Umar juga menggunakan dalil untuk mendeskripsikan
materi dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban seseorang terhadap
nabi dengan mencintai dan mengikuti ajaran beliau.
b. Akhlak kepada Rasulullah
Menurut Yunahar Ilyas akhlak terhadap Rasulullah Saw. Di
antaranya ialah mencintai dan memuliakan Rasulullah Saw.
Mengikuti dan menaati Rasulullah Saw. Dan mengucapkan salawat
dan salam kepada Rasulullah Saw.42
Hal ini penulis temukan bahwa pendapat yang dikemukakan
oleh Yunahar Ilyas sejaran dengan pemikiran Umar Bin Ahmad
Baraja yang dijelaskan di dalam kitab akhlak lil banin bahwa
Rasulullah Saw. Adalah manusia yang paling baik atau sempurna
akhlaknya. Akhlak kepada Rasulullah Saw. Yaitu mengikuti segala
ajarannya, dan selalu bersalawat kepadanya.
Umar bin Ahmad Baraja menjelaskan dalam kutipannya:
ايهاالولد الديب: كما يحب عليك ان تعظم ربك سبحانه وتعالي
يجب عليك ايضا ان تعظم نبيك صلاالله عليه وسلم وتملاء قلبك
42 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 25
36
بمحبته حتي تحبه اكثر من محبتك لوالديك ولنفسك لنه الذي
عرفنا ربنا. وفرقنا بين الحلال والحرام علمنا دن السلام وبسبءه
ولن لله تعلي احبه فجعله افضل الناس وصيره قدوة لنا في الخلق
والدب
Artinya :
“wahai anak yang beradab sebagaimana engkau diwajibkan
mengagungkan tuhanmu, maka engkau wajib pula
mengagungkan Nabi Muhammad saw. Dan memenuhi hatimu
dengan kecintaan kepadanya, sehingga engkau lebih
mencintainya dari pada mencintai kedua orang tua dan dirimu
sendiri. Karena beliaulah yang mengajarkan kita agama islam
dan dengan sebabnya kita mengenal Allah kita dan bisa
membedakan yang halal dan yang haram. Dan karena Allah
SWT mencintainya sehingga menjadikannya manusia yang
terbaik serta sebagai contoh panutan bagi kita dalam budi
pekerti/sopan santun.43
Melalui kutipan di atas tersebut Umar bin Ahmad Baraja,
menyampaikan pesannya agar anak selain bertakwa terhadap Allah
SWT juga taat kepada Rasul-Nya. Karena selain taat kepada Rasul-
Nya termasuk ke dalam Rukun Iman, Allah juga sangat
menganjurkan untuk menaati dan mencintai Rasul-Nya, karena
beliaulah yang mengajarkan kita agama Islam dan dengan
perantaraannya kita mengenal Allah SWT. Telah tertulis jelas dalam
Al-Qur’an bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai suri teladan bagi
kita.
43 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda,
Jakarta: Pustaka Amani, 1922. h.16
37
Di sisi lain dari penjelasan teks kitab Syaikh Umar penulis
memahami bahwa mencintai dan meneladani Nabi Muhammad
merupakan pendeskripsian Syaikh Umar agar anak dalam
pembentukan karakternya bahwa setiap yang akan dilakukan anak
itu harus dengan sudut pandang agama yaitu dengan pengamalan
hadis dari nabi dalam melakukan aktivitas sehingga anak melahirkan
potensi atau karakter yang baik. Dalam hal mencontoh atau
meneladani Nabi Muhammad penulis tidak hanya mendeskripsikan
secara konteks maksud dari Syaikh Umar. Akan tetapi ini sejalan
dengan firman Allah dalam QS. Al-Ahzab/33:21
خر واليوم ال اسوة حسنة ل من كان يرجوا الله لقد كان لكم في رسول الله
كثيرا وذكر الله
Terjemahannya:
“Sungguh telah ada padi (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.”44
Penulis memahami bahwa Syaikh Umar dalam kitab akhlak lil
banin menekankan aturan dalam beraktivitas dengan mencontoh
Nabi Muhammad seperti adab ketika makan jangan meniup
makanan karena mengganggu kesehatan untuk anak, berdoa saat
makan yang merupakan bentuk ketaatan anak kepada Tuhannya.
44 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h 420
38
Contoh lainnya berkaitan dengan teladan, yaitu dalam hal
kesabaran penulis coba mengungkap pernah suatu ketika Sayyidah
Aisyah Ra berkata Nabi Muhammad Saw. Pernah melakukan salat
pada waktu malam hingga bengkak kakinya. Maka Aisyah bertanya
kepada Nabi mengapa Anda lakukan ini wahai Rasulullah padahal
Allah telah mengampuni dirimu terlebih dahulu dan terkemudian,
kemudian Nabi Muhammad menjawab bukankah aku harus menjadi
seorang hamba yang bersyukur.45
Dari sinilah penulis memahami, bahwa setiap anak harus
bertindak untuk meneladani Nabi Muhammad dan meneladani
pendidiknya yang memiliki sifat atau akhlak Nabi Muhammad
dalam pembentukan karakter seorang anak. Hal ini juga diakui oleh
semua ahli pendidikan baik dari barat maupun dari timur. Penulis
memahami bahwa dasarnya adalah karena secara psikologis anak
memang senang meniru. Tidak saja yang baik, yang jelek pun
ditirunya. Maka penulis mengakui bahwa sifat anak untuk
membentuk kepribadiannya tergantung didikan dari yang menjadi
teladannya, apakah baik atau buruk.
2. Peduli lingkungan
Karakter peduli lingkungan menurut Umar bin Ahmad Baraja
yang dituangkan dalam kitabnya adalah meliputi:
45 Ali Syawakh Ishaq, metodologi pendidikan Al-Qur’an dan Sunnah trj. Asmau’i Saliha
Zaskhsyari (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 1995 h. 89
39
وان يحافظ علي ادوات المنزل: فلا يكثر الواني. ول يغير البواب. ول
يفسد الشجار, واذاكان عنده هر او دجاج يقدم له الطعام والشراب
وليؤذيه
Artinya :
“Hendaklah ia memelihara perkakas rumah. Maka ia tidak
boleh memecahkan barang-barang pecah belah, tidak
merusak pintu-pintu serta tidak boleh merusak tanaman-
tanaman. Apabila ia mempunyai kucing atau ayam, maka
ia pun harus memberinya makan dan minum serta
mengganggunya.”46
Dalam permasalahan kepedulian lingkungan merupakan niilai
pendidikan karakter yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan bahwa
kita menyadari akan tidak perhatiannya kita terhadap lingkungan
sekitar. Sehingga akhlak peduli lingkungan Pada kutipan Syaikh Umar
dalam kitab akhlak lil banin tentang larangan-larangan seorang anak
dalam melakukan sesuatu seperti, tidak memecahkan tempat makan atau
minum, dan tidak merusak barang yang sekitarnya. Dalam hal ini Umar
bin Ahmad Baraja berpesan agar seseorang anak selalu menjaga perabot
dan barang yang ada di rumahnya, dan jika mempunyai atau memelihara
tanaman, maka harus selalu di rawat dengan tidak lupa menyiraminya
pada waktu-waktunya, merupakan dasar pembentukan karakter sehingga
kedepannya seorang anak mampu menjadi generasi yang rama
lingkungan.
46 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda,
Jakarta: Pustaka Amani, 1922. h.18
40
Hal demikian juga yang menjadi dasar pemahaman penulis dalam
memahami maksud dari Syaikh Umar tentang akhlak peduli lingkungan,
bahwa Syaikh Umar berangkat dari kekhawatiran beliau dengan adanya
generasi perusak sebagaimana dengan firman Allah dalam QS. Ar
Rum/30:41
ظهر الفساد فى البر والبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض الذي
عملوا لعلهم يرجعون
Terjemahnya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari akibat dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”47
Dari ayat di atas penulis bisa memahami tentang akhlak peduli
lingkungan yang menjadi salah satu poin buah pemikiran Syaikh Umar
di dalam kitab akhlak lil banin agar supaya dengan akhlak peduli
lingkungan, seorang anak bisa memiliki kepribadian atau karakter yang
rama lingkungan.
3. Peduli sosial
Manusia adalah makhluk sosial, oleh sebab itu hidupnya tidak
terlepas dari kehidupan bersama manusia lainnya dan dengan sendirinya
manusia individu menjadi satu lebur dalam kehidupan bersama48
Penulis juga menemukan pendapat dari Yunahar Ilyas bahwa
dalam pembentukan karakter anak, selain hubungan dengan Allah,
47 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h 408
48 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 53
41
Rasulullah, sebagai seorang muslim juga seharusnya berhubungan baik
dengan masyarakat yang lebih luas tidak hanya di lingkungan
pendidikan tetapi harus di lingkungan kerja sosial dan lingkungan
lainnya 49
Karakter peduli sosial menurut penjelasan Umar bin Ahmad
Baraja adalah dengan menanamkan nilai atau sifat sopan santun kepada
sesama, hal ini dituangkan dalan kitabnya Akhlak Lil Banin yang mana
tersirat pada kutipan Syaikh Umar sebagai berikut:
علي الولد ان يرعي الدب في منزله. بان يحترم والديه واخواته يجب
واخواته. وكل من في المنزل, ول يعمل شيئا يغضبا حدا منهم, ول
يعاند اخاهالكبير. ول يخاصم اخاه الصغير. ول يؤذالخادم. واذا لعب
بئظام, بغير صياح ول حركت لتليق به ل سيما اذكان احد في البيث نا
ا او مريضئما
Artinya :
“setiap anak wajib memperhatikan sopan santun di dalam rumahnya
dengan menghormati kedua orang tuanya, saudara-saudaranya laki-
laki dan saudara-saudara perempuannya serta setiap orang di dalam
rumah. Ia tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat marah salah
seorang dari mereka dan tidak boleh melawan kepada saudaranya
yang lebih tua dan tidak boleh bertengkar dengan saudaranya yang
lebih kecil serta tidak boleh mengganggu pelayan rumah. Apabila ia
bermain, maka ia pun bermain dengan teratur, tanpa berteriak dan
bertingkah yang tidak pantas baginya, terutama bilamana di dalam
rumah ada salah seorang yang sedang tidur atau sakit.”50
49 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 205
50 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda,
Jakarta: Pustaka Amani, 1922. Hlm. 22
42
Melalui kutipan tersebut, bisa diketahui Umar bin Ahmad Baraja
ingin berpesan kepada semua anak agar menjaga karakternya ketika di
rumah. Bersikap sopan santun terhadap semua orang di rumah, yakni
bapak, kakak, adik, bahkan pembantu. Beliau berpesan agar seorang
anak tidak mudah marah jika terdapat sesuatu yang seharusnya
membuatnya marah tidak membantah jika disuruh oleh orang tuanya,
selalu menghormati saudaranya yang lebih tua dan menyayangi saudara
yang lebih muda.
Penulis memahami bahwa Syaikh Umar memberi gambaran
tentang peduli sosial bahwa seorang anak harus mempunyai sopan
santun, tata krama, menghormati kedua orang tua dan seseorang yang
lebih tua dari kita, dan menyayangi seseorang yang lebih muda dari kita.
Penulis juga mendapatkan penguatan mengenai akhlak peduli
sosial di dalam Al-Qur’an bahwa mengajarkan kebaikan kepada sesama
muslim merupakan kepedulian sosial dengan keimanan kepada Allah,
berupa ibadah wajib, amal saleh, dan kasih sayang terhadap sesama.
Islam mewajibkan untuk berbuat baik kepada sesama dan larangan
berbuat jahat dinyatakan dalam ayat berikut:
Allah Swt berfirman dalam QS. An-Nahl/16:90
ن وإيتائ ذى ٱلقربى وينهى عن ٱلفحشاء حس يأمر بٱلعدل وٱل إن ٱلل
وٱلمنكر وٱلبغى يعظكم لعلكم تذكرون
43
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan bertobat
kebijakan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.51
Penulis memahami bahwa di dalam kitab Al-Akhlak Lil Banin
yang dijelaskan Syaikh Umar tentang kepedeluian sosial adalah
gambaran akhlak anak untuk membentuk karakter yang senantiasa
menghormati sesama, tetangga, serta tidak mengganggu mereka dengan
memaki atau mengolok-olok mereka ataupun mengeraskan suaramu
pada waktu mereka tidur atau melempari rumah mereka ataupun
mengotori halaman dindingnya.
4. Akhlak kepada orang tua
Dalam kitab akhlak lil banin Syaikh Umar menjelaskan seorang
anak dalam pembentukan karakter itu dengan menghormati orang
tuanya. Menghormati di sini disebutkan dalam kitab akhlak lil banin
yaitu dengan mematuhi perintah orang tua disertai rasa cinta dan
penghormatan kepada orang tua. Yunahar Ilyas dalam bukunya yang
berjudul kuliah akhlak menjelaskan tentang akhlak anak terhadap orang
tua. Beliau menyebutnya dengan istilah birrul walidain secara konteks
menjelaskan bahwa seorang anak wajib menyayangi orang tuanya begitu
51 Departemen Agama R.I, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
penterjemah/ penafsir Al-Quran), h. 277
44
pun dengan orang tua wajib memberikan kasih sayang kepada
anaknya.52
Berikut ini adalah penjelasan tentang akhlak anak terhadap orang
tua dalam menjelaskan tentang akhlak yang baik terhadap kedua orang
tua.
Syaikh Umar memberikan kutipan di dalam kitabnya:
أن تمتثل اوامرها مع المحبة والحترام. وتعمل كل شئ يفرح قلوبها.
وتبتسم اما مها دائما. وتصا فحها كل يوم وتد عوالها بطؤل العرفي
صحة وعافية
Artinya :
“hendaklah engkau mematuhi perintah-perintahnya disertai
kecintaan dan penghormatan. Engkau kerjakan segala sesuatu
yang menggembirakan hatinya. Engkau selalu tersenyum di
hadapannya dan menjabat tangannya setiap hari serta
mendo’akannya panjang umur dalam keadaan sehat
walafiat.”53
Penulis coba menjelaskan dalam kutipan Umar Bin Ahmad Baraja,
bahwa pembentukan karakter seorang anak juga tidak lepas dari perilaku
baik anak terhadap kedua orang tua. Di mana seorang anak menanamkan
sikap atau perilaku berupa penghormatan kepada kedua orang tua
dengan mengerjakan apa yang menjadikan mereka gembira, mematuhi
perintah-perintah orang tua disertai dengan cinta, tidak membantah
nasehat kedua orang tua serta melakukan hal yang mereka ridhai.
52 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 147-183
53 Al-Ustadz Umar Bin Ahmad Baraja, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda,
Jakarta: Pustaka Amani, 1922. h. 23
45
Yunahar Ilyas mendefinisikan akhlak terhadap orang tua yaitu
dengan berbakti kepada orang tua sebagaimana yang dikatakan beliau
dengan sebutan birrul walidain, penulis memahami bahwa birrul
walidain adalah bagaimana seorang anak harus mengikuti kemauan dan
saran orang tua, menghormati dan memuliakan orang tua, membantu
orang tua secara fisik dan materil serta mendoakan orang tua agar diberi
keselamatan dan ampunan54
Di dalam Al-Qur’an Allah telah menjelaskan tentang sikap anak
terhadap orang tua. Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Isra’/13:23
ا يبلغن عندك الكبر اياه وبالوالدين احسنا ام ا ال وقضى ربك ال تعبدو
ل تنهرهما وقل لهما قول احدهما او كلهما فلا و كريما تقل لهما اف
Terjemahnya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.”55
Dari ayat ini penulis memahami arah pemikiran Syaikh Umar
bahwa pendidikan karakter seyogianya dimulai dari membentuk akhlak
anak agar menaati kedua orang tua sejak dini melalui perintah Allah
lewat firmannya, karena tidak sedikit orang tua dalam melakukan
pengajaran terhadap anak dengan sikap temperamen bukan melahirkan
54 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 152
55 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, h 284
46
akhlak baik untuk pengembangan kepribadian atau karakter anak yang
baik. Tetap melahirkan sikap temperamen baru terhadap anak.
Berbakti kepada orang tua merupakan faktor diterimanya doa
seseorang dan merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan
seorang muslim salah satu keutamaannya ialah menghapus dosa-dosa
besar.56
Seorang anak wajib berbakti kepada orang tua. Orang tua telah
bersusah payah memelihara, mengasuh, mendidik sehingga menjadi
seorang anak yang berguna dan berbahagia. Karena itu anak wajib
menghormatinya, menjunjung tinggi titahnya, mencintai mereka dengan
ikhlas, berbuat baik ketika mereka telah lanjut usia, dan tidak berkata
keras dan kasar dihadapannya.57
56 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 107
57 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008),
h. 215
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian yang dilakukan oleh penulis,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Akhlak Dalam Ajaran Islam
Dalam islam akhlak merupakan perihal yang sangat diperhatikan,
akhlak merupakan suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa yang
menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan
pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar adalah perbuatan
baik dan terpuji maka perbuatan itu dikatakan akhlak mulia atau disebut
dengan akhlak karimah. Sebaliknya, apabila keluar perbuatan yang buruk,
dia dinamakan akhlak yang buruk atau disebut dengan akhlak mazmumah.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat
yang baik, agar akhlak yang keluar dari diri kita merupakan akhlak yang
terpuji, yang disukai oleh Allah.
2. Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang
Pendidikan Karakter
Dalam kitab Al-Akhlak Lil Al-Banin Jilid beliau memaparkan betapa
pentingnya pendidikan pada segala sendi kehidupan. Manusia harus
memiliki pendidikan sebagai pembeda dari makhluk lain. Bahkan
pentingnya pendidikan dalam Islam sampai diibaratkan seperti dua sisi dari
sekeping mata uang, artinya Islam dan pendidikan mempunyai hubungan
48
filosofis yang sangat mendasar dan tidak dapat dipisahkan. Sangat penting
bagi pelajar untuk mengetahui sikap yang harus dilakukan agar ilmu yang
didapatkan dapat memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Beliau menyatakan bahwa ilmu itu sesuatu yang suci dan hanya akan dapat
di serap oleh jiwa yang suci pula. Pendidikan tidak hanya di dapat dari
bangku sekolah saja, namun kita bisa mendapatkannya melalui siapa saja
dan apa saja. Dengan cara berkumpul dengan orang saleh, menjaga diri dari
perbuatan yang dilarang agama dan senantiasa mendekatkan diri kepada
Allah.
Sikap kita kepada sesama manusia dan makhluk lain juga akan
berpengaruh dalam pendidikan. Menghargai orang lain, menjaga lisan,
rendah hati, serta sikap-sikap yang seharusnya kita lakukan kepada makhluk
lain akan menjadikan kita sebagai hamba yang santun dan bijak dalam
mengarungi bahtera kehidupan.
3. Relevansi Pendidikan Karakter Dalam Kitab Akhlak Lil Banin Tentang
Pendidikan Karakter Anak.
Pendidikan yang telah di paparkan kitab akhlak lil banin memberikan
penekanan pada sikap yang harus diambil oleh seorang hamba dalam
memperoleh pendidikan dan mengamalkan pendidikan. Dari pemaparan
beliau, pendidikan yang relevan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
adalah pendidikan karakter religius, pendidikan karakter peduli lingkungan,
pendidikan karakter peduli sosial. Dengan pendidikan tersebut seorang anak
akan mampu mengarungi bahtera kehidupannya dengan baik.
49
B. Saran
Dari pembahasan yang telah dikaji maka penulis dapat memberikan saran-
saran kepada para pembaca ada pun saran-saran tersebut sebagai berikut:
1. Pendidikan Akhlak
Bahwa perlunya pengetahuan dan pengalaman tentang akhlak maka
hendaknya memperhatikan pengaruh akhlak anak sejak dini, sudah menjadi
kewajiban kita memberikan contoh, dan mendidik anak dengan baik dan
benar agar ketika tumbuh dewasa anak terbiasa menerapkan nilai-nilai
akhlak. Lingkungan, sosial, dan dukungan orang tua menjadi sangat penting
dalam mewujudkan keberhasilan tumbuhnya akhlak baik terhadap anak,
agar tercapainya kepribadian atau pendidikan karakter yang baik.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam kehidupan Kita
sebagai manusia terutama pendidikan agama. Baik dalam hubungannya
kepada Sang Pencipta maupun makhluk-Nya. Seseorang akan ditinggikan
derajatnya apabila dia berilmu pengetahuan luas. Dalam hal Ubudiyah
misalnya, kita harus mengetahui ilmu cara sholat, syarat dan rukunnya agar
ibadah kita tidak sia-sia dan diterima Allah. Oleh karena itu hendaknya
pendidikan karakter lebih di prioritaskan dari pada apa pun agar nantinya
dapat menjadi orang yang memiliki kesempurnaan akal pikiran.
3. Pendidikan Masyarakat
Masyarakat memiliki peran memberikan anak kemampuan penalaran
dan sikap. Juga menjadi ajang pengoptimalan perkembangan diri setiap
50
individu. Masyarakat memiliki peran penting dalam perkembangan
pendidikan, karena dengan adanya masyarakat dapat membantu anak
melahirkan akhlak yang baik dalam proses pembentukan pendidikan
karakter bagi anak bangsa.
51
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim,
Ahmad Tafsir, 2006, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta : Gama Media,
Al-Abrasyi M. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Shahih Bukhari
Dan Muslim, Penerjemah : Syaikh Muhammad Abdul Fuad Baqi, Jakarta :
Bulan Bintang,
Abdullah Yatimin M, 2007, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta
Amzah,
Asseggaf Achmad Muhammad, 1995, Sekelumit Riwayat Hidup Al-Ustadz Umar
Bin Achmad Baradja, Surabaya : Panitia Haul Ke-V,
Aly Noer Hery, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos,
Asmani Ma‟Mur Jamal, 2013, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
Di Sekolah Yogjakarta: Diva Press
Al-Mubarakfuri Syafiyurrahman 2008, Syaikh, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6
Bogor:Pustaka Ibnu Katsir,
Al-Zarnuji Tt. Syarah Ta'limul Muta'allim. Indonesia: Maqtabah Syarqiah
Aly Noer Hery, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta
Al-Zarnuji Tt. Syarah Ta'limul Muta'allim, Indonesia: Maqtabah Syarqiah
Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 149
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 150
Ali Syawakh Ishaq, metodologi pendidikan Al-Qur’an dan Sunnah trj. Asmau’i Saliha
Zaskhsyari (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 1995 h. 89
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 53
Biografi Al-Ustadz Umar Bin Achmad Baradja 1913-1990
Baraja Ahmad Bin Mustafa (Cucu Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja)
Baraja Ahmad Bin Umar, 1922, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-Putra Anda,
Jakarta: Pustaka Amani,
52
Fitri Zaenal Agus, 2012, Reiventing Humen Character: Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai Dan Etika Di Sekolah Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Fitri, Reiventing Humen Character,
Ghulayaini, 1967: 314
Hajjaj Fauqi Muhammad, 2011, Tasawuf Islam Dan Akhlak, Jakarta: Amzah
Hadist Bukhari Dan Muslim, Muttafaqun ‘Alaihi: Shahih Al-Bukhari (No.
10/378), Shahih Muslim (No.2321).
Hadist Shahih : Diriwayat oleh At-tirmidzi, 8/25 ; Ahmad 1/200 ; An-Nasai’
8/327,328 dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-jami’, No.3378,
Penerjemah Ahmad syaikhu, S.Ag, Syarah Ar-Bai’n An-Nawawi
Idahram Sayikh, 2011, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarta :
Pustaka Pesantren
Kamal Zainun M.A, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Abu Ali Ahmad Miskawaih,
Tahdzibul Akhlak Wa Tathhirula’raaq Juz I, Dalam Maqtaah Tsaqafah
Diniyah, Maktabah Shameela,
Kementrian Agama RI
Langgulung Hasan, 2003, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pt. Alhusna,
Majalah Al-Kisah No. 07/Tahun V/26 Maret – 8 April 2007
Muhammad Hamid Abu Bin Muhammad Al-Ghazli, Ihya’ ‘Ulum Al-Din Jilid Iii,
Beirut: Dar Al-Kutub, T.T, Terjemah : Purwanto
Majah Ibnu Kitab Muqaddimah Bab. Keutamaan Ulama Dan Dorongan Untuk
Menuntut Ilmu Hr. Ibnu Majah No. 224.
Miskawaih Ahmad Abu Ali, Tahdzibul Akhlak wa TathhirulA’raaq Juz I, dalam
Maqtaah Tsaqafah Diniyah, Maktabah Shameela, ttp, t.t, penerjemah :
zainun kamal M.A, menuju kesempurnaan Akhlak
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2014), h.
Nata Abuddin, 2003, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Pranada Media
Group
Nata Abuddin, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Pranada Media
Group
53
Nasirudin Mohammad, 2009, Pendidikan Tasawuf, Semarang: Rasail Media
Group
Umar Bin Ahmad Baraja, Kitab Akhlak Lil Banin Jilid II (Surabaya: Maktabah
Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladah, 192), h. 22
Prahara Yudi Erwin, 2009, Materi Pendidikan Agama Islam, Ponorogo: Stain Po
Press
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 107
Samani Muchlas Dan Hariyanto, 2012, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Syaikhu Ahmad S.Ag, Syarah Ar-Bai’n An-Nawawi, Hadist Shahih : Diriwayat
Oleh At-Tirmidzi, 8/25 ; Ahmad 1/200 ; An-Nasai’ 8/327,328 Dan
Disahihkan Oleh Al-Albani Dalam Shahih Al-Jami’, No.3378,
Shahih Bukhari dan Muslim, Penerjemah : Syaikh Muhammad Abdul Fuad Baqi
SMK Widya Nusantara menciptakan Insan yang mandiri dan berkarakter serta
dilandasi iman dan takwa Tri Satya: perum bumi bekasi baru
Wibowo Agus, 2012, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2009), h. 157
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008), h.
215
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Ilham Tompunu lahir pada tanggal
17 Januari 1994 di Tanamon Kecamatan Sinonsayang
Kabupaten Minahasa Selatan, penulis merupakan anak ke 1
dari 2 bersaudara, buah cinta dari pasangan Mahrum
Tompunu dan Mui Paputungan. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar (SD) di MI Muhammadiyah Tanamon
Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2006, kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) di Mts. Muhammadiyah Tanamon
di Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan dan selesai pada tahun 2009,
kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMK Negeri 1 Sinonsayang di
Kabupaten Minahasa Selatan hingga selesai pada tahun 2012.
Pada tahun 2017 terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih di
Universitas Muhammadiyah Makassar dan program lughawi di Ma’had Al-Birr, dan
terdaftar di Fakultas Agama Islam dengan fokus jurusan Studi Pendidikan Agama Islam
dengan Program Pendidikan Strata satu (S1).
Riwayat Organisasi, Pengurus Pimpinan IPM Ranting Mts Tanamon Pada Tahun
2008-2009, Pengurus Osis SMK N 1 Sinonsayang Pada Tahun 2011-2012, Ketua Bidang
Organisasi Ikatan Mahasiswa Tarjih Muhammadiyah (IMTM) periode 2019-2020.
Berkat rahmat Allah Swt dan doa restu kedua orang tua dan dukungan dari
seluruh sahabat, sehingga penulis menyelesaikan skripsi pada tahun 2021 dengan judul
skripsi “Konsep Pemikiran Umar Bin Ahmad Baraja Dalam Kitab Akhlak Lil
Banin Tentang Pendidikan Karakter”
LAMPIRAN