KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

84
KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN STUDI KOMPARATIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF Proposal skripsi ini diajukan ke Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Disusun Oleh : DAMANHURI 105043101294 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Transcript of KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

Page 1: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN STUDI

KOMPARATIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Proposal skripsi ini diajukan ke Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Disusun Oleh :

DAMANHURI

105043101294

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

Page 2: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …
Page 3: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …
Page 4: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juni 2010

Damanhuri

NIM. 105043101294

  

Page 5: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah

memberi nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, juga karena izin dan

ridha-Nya pula dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan

yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi

Muhammad saw., yang dengan kehadirannya telah memberikan pencerahan,

ketenangan dan kenyaman hidup manusia. Tak lupa kepada para sahabat,

keluarga dan orang-orang yang pernah mengikuti dan mentaati ajarannya

hingga akhir zaman.

Setelah melewati eaktu yang melelahkan, akhirnya dengan penuh

kesabaran dan penulis dapat menyelesaikan skripai ini. Semua ini tentunya

tidak menjadi sebuah kenyataan, tanpa bantuan dan keterkaitan semua

pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ayahanda H. Nara Somadan Ibunda Hj. Rosyidah, adalah orang tua

penulis yang dimuliakan, disayangi dan juga yang telah menemani

penulis sejak kecil baik suka maupun duka. Selama di dalam penulisan

skripsi ini beliau selalu memberikan semangat dengan kata-kata yang

membuat penulis semakin semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

hingga menjai Wisudawan.

2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

i  

Page 6: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

4. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA. Selaku Ketua jurusan

Perbandingan Madzhab dan Hukum. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki

Mag. Selaku Sekretaris Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum.

5. Bapak Asep Saepudin Jahar MA, Ph.D sebagai dosen pembimbing

yang selalu memberikan masukan, arahan, dan kritikan yang

konstruktif pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Pimpinan perpustakaan, baik perpustakaan pusat maupun fakultas yang

telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

berupa buku ataupun literatur lainnya sehingga memperoleh informasi.

7. Para dosen khususnya fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakart yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa perkuliahan berlangsung.

Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada

mereka yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis,

kecuali dengan doa. Semoga Allah membalas segala amal baik karena

sesungguhnya Dialah Tuhan satu-satunya tempat memohon dan

meminta.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidak

terlepas dari keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat

membutuhkan kritikan dan masukan yang membangun dari semua

pihak. Semoga skripsi ini dapat menjadi amal bagi pengembangan

ii  

Page 7: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

iii  

ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan bagi wacana keislaman.

Amin ya robbal ‘alamin

Penulis

Damanhuri

NIM. 105043101294

 

Page 8: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................13

D. Metode Penelitian....................................................................13

E. Sistematika Penulisan..............................................................15

BAB II : BENTUK-BENTUK OPOSISI

A. Definisi Oposisi.......................................................................17

B. Oposisi Dalam Islam................................................................23

C. Oposisi dalam Sistem Parlementer...........................................27

D. Oposisi Dalam Sistem Presidensil...........................................30

BAB III : SEJARAH GERAKAN OPOSISI INDONESIA DAN ISLAM

A. Sejarah Gerakan Oposisi di Indonesia.....................................34

B. Sejarah Gerakan Oposisi di Pemerintahan Islam.....................43

BAB IV : KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN (STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF)

A. Konsep Partai Oposisi Dalam Sistem Pemerintahan Menurut

Hukum Islam...........................................................................54

B. Konsep Partai Oposisi Dalam Sistem Pemerintahan Menurut

Hukum Positif..........................................................................61

C. Persamaan dan Perbedaan Antara Kedua Konsep..............69

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................71

B. Saran..............................................................................72

C. Daftar Pustaka.................................................................74

Page 9: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi saat ini merupakan kata yang sering menjadi perbincangan

berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas

elit seperti kalangan elit politik, birokrat pemerintahan dan kaum profesional lainnya.

Pada berbagai kesempatan mulai dari obrolan warung kopi sampai dalam forum

ilmiah seperti seminar, lokakarya, diskusi publik dan sebagainya.

Semaraknya perbincangan tentang demokrasi semakin memberikan dorongan

kuat agar kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat menjunjung tinggi

nilai-nilai demokrasi. Wacana demokrasi seringkali dikaitkan dengan berbagai

persoalan. Karena itu demokrasi menjadi altenatif sistem nilai dalam berbagai

lapangan kehidupan manusia baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan

negara1.

Demokrasi mempunyai beberapa prinsip yang terdiri dari pluralisme,

persamaan dan kebebasan. Prinsip pluralisme memberikan penegasan dan pengakuan

bahwa keragaman budaya, bahasa, etnis, agama, pemikiran dan sebagainya

merupakan conditio sain qua non (sesuatu yang tidak bisa terelakan). Sedangkan

prinsip persamaan memberikan penegasan bahwa setiap warga negara baik rakyat

biasa atau pejabat mempunyai persamaan kesempatan dan kesamaan kedudukan di

muka hukum dan pemerintahan. Begitupula dengan prinsip kebebasan yang

1 Civic Education, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, h. 161

1

Page 10: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

2

menegaskan bahwa setiap individu warga negara atau rakyat memiliki kebebasan

menyampaikan pendapat dan membentuk perserikatan

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa kebebasan merupakan salah satu

prinsip demokrasi yang harus dijalankan yaitu kebebasan menyampaikan pendapat

dan kebebasan membentuk suatu perserikatan seperti membentuk Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), membentuk organisasi kemahasiswaan bahkan membentuk

organisasi politik (partai politik) sekalipun. Kebebasan membentuk perserikatan

terutama partai politik, akan mampu menyerap dan sekaligus menyuarakan aspirasi

dan harapan-harapan yang diinginkan oleh segenap anggota masyarakat.

Penyerapan aspirasi masyarakat di negara besar seperti Indonesia yang terdiri

dari banyak pulau, suku, ras dan agama serta berbagai macam golongan yang terus

bermunculan seiring perkembangan zaman. Oleh karena itu diperlukan banyak

penyerap aspirasi, dalam arti diperlukan banyak partai (multi partai) yang mampu

menyerap aspirasi mereka, dan tidak ada lagi warga masyarakat yang merasa

terkucilkan serta tidak diperhatikan pemerintah serta menepis isu-isu separatisme

yang mengancam integrasi bangsa ini.

Sistem demokrasi memberikan ruang tumbuhnya multi partai politik yang

bebas dalam mengemukakan dan mengartikulasikan kepentingan masyarakat untuk

disampaikan kepada pemerintahan.2 Adanya multi partai politik mampu melakukan

kontrol terhadap kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan cita-cita dan

keinginan masyarakat. Karena pemimpin pada dasarnya juga mempunyai

2Civic Education, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, h. 167

Page 11: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

3

keterbatasan dalam hal pemikiran, pengelolaan dan kepemimpinan. Sehingga tidak

bisa dipungkiri juga dapat melakukan hal-hal yang keliru dalam mengelola bangsa ini

Sistem multi partai dianggap lebih mencerminkan keanekaragaman budaya

dan politik daripada sistem dwi-partai dan apalagi partai tunggal. Namun demikian

dalam sistem multi partai, apalagi kalau digandengkan dengan sistem pemerintahan

parlementer yang menitikberatkan kekusaan pada lembaga legislatif sehingga peranan

lembaga eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh karena tidak

ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri,

sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Di lain fihak partai-

partai oposisi pun kurang memainkan peranan yang jelas oleh karena sewaktu-waktu

masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan koalisi baru.

Berbeda dengan sistim multi partai, dalam sistim dwi-partai sudah jelas letak

tanggungjawab mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi partai. Di dalamnya ada partai

yang berkuasa (partai yang menang dalam pemilihan umum) yang berperan sebagai

pelaksana pemerintahan dan partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilihan

umum) yang berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia (loyal opposition)

terhadap kebijaksanaan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian

bahwa sewaktu-waktu dapat bertukar tangan.3

Dalam pemilihan umum partai politik berkompetisi untuk mendapatkan

dukungan mayoritas rakyat. Karena itu ada partai yang mendapatkan suara dan

dukungan mayoritas dan ada yang mendapatkan dukungan minoritas. Partai politik

3 Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia, 1989) h. 168

Page 12: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

4

yang mendapat dukungan rakyat mayoritas berkesempatan memimpin pemerintahan,

sedangkan partai yang mendapatkan dukungan minoritas dapat menentukan kebijakan

politiknya menjadi kelompok oposisi yakni berada di luar parlemen sebagai

penyeimbang pemerintah, sehingga akan timbul check and balance.

Keputusan menjadi golongan oposisi didasari oleh adanya perbedaan

pandangan dalam menjalankan sebuah roda pemerintahan. Perbedaan pandangan

jangan dianggap sesuatu yang negatif yang dapat merusak dan menghambat jalannya

roda pemerintahan. Namun sebaliknya perbedaan pandangan tersebut akan

mengahasilkan banyak alternatif dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga

tidak terjadi lagi pemaksaan pandangan yang sudah jelas tidak tepat untuk diterapkan

Namun demikian menjadi oposisi bukan asal beda dan menempatkan serta

menganggap pemerintah secara sinis, lemah dan gagal. Oposisi bukan pula sekedar

menentang suatu kebijakan tanpa alasan dan landasan yang jelas dan tepat, melainkan

berdasar pada program-program yang telah direncanakan namun urung terlaksana

karena kalah dalam pemilihan umum. Maka untuk membuktikan kepada pemilih

bahwa mereka telah keliru dalam menentukan pilihan yaitu dengan membandingkan

antara perencanaannya dan realisasi yang dikerjakan oleh pemerintah yang sedang

berkuasa, dengan demikian maka terlihat jelas keunggulan masing-masing program,

sehingga pada pemilu berikutnya, pemilih dapat melihat kembali kualitas dan

kemampuan masing-masing kontestan berdasarkan pada pengalaman dan kenyataan

yang telah dilalui.

Kemunculan oposisi tidak lepas dari tujuan berdirinya suatu negara, yaitu

Page 13: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

5

untuk mensejahterakan rakyatnya, dan pemerintah diberi mandat serta wewenang

untuk mengatur dan menemukan cara yang tepat dan jitu menuju dan menjadi

sejahtera. Untuk itu berbagai upaya dan pendekatan dilakukan untuk tujuan

kesejahteraan tersebut. Cara dan jalan itulah yang dibuat sehingga terbentuk suatu

sistem yang dapat diukur dan dievaluasi kendala, kelemahan, keberhasilan dan

kesuksesannya. Sistem yang digunakan untuk mewujudkan tujuan negara tersebut

tidak selamanya dapat berjalan baik, disana sini terserak berbagai kendala.

Penanganan kendala-kendala tersebut dapat memicu polemik, sehingga

memunculkan beragam model dan alternatif sistem lainnya, maka lahirlah sistem-

sistem baru, baik hasil modifikasi sistem lama maupun sistem yang sama sekali baru.

Pertarungan diantara sistem-sistem inilah yang melahirkan oposisi. Jadi oposisi

esensinya adalah perbedaan pandangan terhadap model pencapaian tujuan

kesejahteraan. Itulah sebabnya oposisi dikenal dalam sistem kepartaian, sebab partai

politiklah satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk memperjuangkan suatu

sistem terlaksana dan dijalankan.

Sistem-sistem ini menjadi platform partai yang dijadikan sebagai alat tawar

kepada pemilih agar mau memilih partai tersebut. Maka oposisi tidak serta merta

terjadi, namun memiliki landasan dan alasan kuat sehingga suatu partai politik

memilih menjadi oposisi. Begitu pula dengan koalisi, tidak sebatas pertemuan

kepentingan sesaat, melainkan adanya pertautan dan persinggungan platform yang

dianut oleh partai-partai politik.

Namun kenyataan, realisasi dan praktek oposisi terlihat bertolak belakang,

Page 14: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

6

oposisi dan koalisi menjadi “abu-abu”, sehingga sulit menentukan apakah kekalahan

suatu partai menjadikannya secara otomatis sebagai oposisi, atau bersekutunya

beberapa partai menempatkannya sebagai teman koalisi, tentu sulit untuk

menjawabnya, masih perlu analisa dan telaah lebih mendalam.

Sebenarnya di negara-negara yang menganut demokrasi sekalipun, oposisi

tidak benar-benar diterapkan secara konsisten, mengingat paradigma dan aliran

politik yang dianut dan diterapkan relatif sama terutama dalam kebijakan ekonomi.

Tawaran yang diperjual belikan kepada konstituen tidak jauh berbeda, sehingga

siapapun yang berkuasa tidak akan ada perbedaan yang signifikan. Amerika Serikat

misalnya, sulit membedakan kebijakan Bush dengan Clinton, meskipun mereka

berasal dari partai yang berbeda, keduanya sama-sama mengidolakan liberalisme.

Begitu pula dengan kebijakannya terhadap politik luar negeri Amerika, tidak

jauh berbeda, penerapan standar ganda dilakukan oleh keduanya. Yang berbeda

mungkin hanya pendekatannya, soal motif dan tujuan akhirnya sama saja. Dalam

kasus Israel misalnya, di masa Clinton yang Demokrat tidak ada bedanya dengan

Bush yang Republik, begitu pula dalam kebijakan-kebijakan lainnya. Hal ini

menunjukkan dan menguatkan bahwa oposisi tidak benar-benar sanggup atau mampu

diterapkan di negara-negara yang menganut demokrasi sekalipun.4

Adanya oposisi adalah adanya pertarungan ideologi atau pemikiran-pemikiran

yang berbeda antara partai satu dengan partai yang lainnya. Pertarungan ini hanya

dimungkinkan, bila suatu negara memberi kebebasan kepada penganut paham

4 http.// www.michelleader.com

Page 15: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

7

manapun untuk ikut bertanding. Dengan demikian dapat dilihat keunggulan dan

kelemahan masing-masing pihak. Tentu ide ini tidak mudah untuk dijalankan

mengingat banyaknya trauma sejarah terhadap pertarungan ideologi antar partai

politik tersebut, sehingga membuat banyak pihak menjadi paranoid, padahal bila

hukum ditempatkan sebagai wasit, maka tidak perlu ada kekhawatiran senantiasa

mengisi

Bagi masyarakat muslim Hukum Islam, dalam pengertian mewakili tatanan

konstitusional merupakan seperangkat nilai yang diterima oleh sebagian besar orang

dalam masyarakat politik sebagai sesuatu yang sah dan otoritatif. Oleh karena itu

kesadaran terhadap konstitusi merupakan unsur penting dalam memberikan landasan

bagi oposisi yang sah. Ia memberi dasar untuk menentang tindakan para pemimpin

atau menyarankan pembaruan itu tanpa perlu melakukan penggulingan pemerintahan

secara revolusioner yang banyak menimbulkan kehancuran-kehancuran dan bahkan

menumpahkan darah.5

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang demokratis, yang didasarkan pada

permusyawaratan dan penghargaan pada hak asasi manusia, hak material, dan hak

imaterial manusia yang tidak boleh dipaksakan dan ditindas. Oleh akrena itu setiap

anggota masyarakat itu berhak menyatakan pendapatnya, berhak berbeda

pendapatnya, berhak mengoreksi setiap pemimpin apakah dia pemimpin tinggi, raja,

presiden atau pemimpin tingkat rendah. Apakah dia pemimpin formal, seperti

5 John L.Esposito&John O. Voll Demokrasi di negara-negara muslim: problem dan

prospekDiterjemahkan oleh Rahmani Astuti dari Islam and Democracy, h. 50-51

Page 16: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

8

presiden, raja, panglima atau pemimpin informal, seperti tokoh politik, tokoh

masyarakat, para ulama dan cendikiawan

Ini dinyatakan dalam firman Allah

“dan bermusyawarahlah di dalam semua urusan kamu”(ali imron: 159)

“dan di dalam urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka” (al-syura: 38)

“afdhalul jihad qoulal haqi ‘inda suthanin jaair” (hadits)

Dari ayat-ayat dan hadits di atas tegas bahwa setiap ummat itu berhak untuk

menyatakan yang benar, berhak untuk menyatakan keberatan jika dia merasa bahwa

dia tidak akan mampu melakukannya.

Dan jika seseorang itu merasa bahwa ada kejanggalan atau kekurangan atau

kesalahan atau mengandung maksiat maka ummat wajib mengoreksinya. Dan jika

tidak mampu melakukannya dia boleh menyampaikan keberatannya, dan pimpinan

yang baik tidak akan memberati ummatnya di luar kemampuannya seperti ayat di

atas.

Sebaliknya jika ada kekeliruan, lupa atau kekurangan, maka setiap pemimpin

sangat mengharapkan koreks dan pendapat yang lebih baik dari orang yang

dipimpinnya. Pemimpin Islam itu selalu mengharapkan kritik dan koreksi yang

dicontohkan oleh Rasulullah di mana beliau selalu meminta pendapat dari ummat,

bahkan dari wanita yaitu istrinya, dia dapat menerima jika memang pendapat istrinya

tersebut lebih baik. Juga dari khalifaturasyidin banyak contoh di mana mereka sangat

mengharapkan koreksi dan kritik dari rakyatnya. Khalifah Abu Bakar di saat beliau

Page 17: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

9

dibaiat, beliau berkata: “taatilah aku jika aku benar, dan koreksilah aku jika menurut

pendapat kalian aku keliru.”

Contoh di atas merupakan benang merah dari demokrasi dan ketulusan serta

kebesaran pemipin Islam di masa lampau, yang wajib menjadi teladan bagi kita di

masa ini. Akibat dari ada hak dan kewajiban di antara pemimpin dan ummat ini,

maka masyarakat Islam ditegakkan secara demokratis dan didukung dengan sukarela

dan tulus oleh ummatnya. Menjadikan masyarakat yang mempunyai disiplin yang

tinggi, yang masing-masing pihak mengerti tanggung jawab hak dan kewajiban

masing-masing.6

Pada masa “klasik “setelah wafatnya Nabi Muhammad dan meluasnya

ekspansi komunitas dan negara Islam gagasan mengenai konsensus (ijma’),

musyawarah (syura), dan ijtihad secara operasional didefinisikan. Selain itu,

dikembangkan pula konsep spesifik yang terkait dengan isu oposisi, yaitu

menyangkut perbedaan pendapat antar umat Islam. Oleh karena itu pada masa itu

pulalah didefinisikan mana perbedaan pendapat yang diperbolehkan dan mana yang

dianggap pembangkangan.

Islam menetapkan musyawarah sebagai salah satu kaidah hidup yang islami

dan mewajibkan seorang pemimpin untuk melakukan musyawarah serta mewajibkan

umatnya untuk mengkritisi apa yang telah dilakukan pemimpinnya. Sebagaimana

menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai sebuah kewajiban yang harus

dijalankan, bahkan menjadikannya sebagai sebuah keutamaan jihad untuk

6 Ciri-ciri pemimpin menurut al-Qur’an, hal 58

Page 18: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

10

mengatakan perkataan yang benar dihadapan pemimpin jahat.

Kewajiban tersebut harus diimplementasikan oleh partai politik khususnya

dalam pengelolaan sebuah negara. Karena penguasa seringkali dengan mudah

mematah kekuatan individu atau kelompok kecil dengan cara kekerasan atau tipu

daya. Namun sebaliknya ia akan sulit mematahkan kekuatan kelompok yang besar

dan terorganisir seperti partai politik yang mempunyai peran dalam segi kehidupan

dan pengaruh serta basis masa yang kuat di dalam masyarakat.7. Maka oleh karena itu

apabila ada kekeliruan atau terjadi keadaan statis dalam menjalankan pemerintahan,

partai politik harus cepat merespon hal tersebut dengan mengkritisi dan memberikan

masukan-masukan yang positif. .

Langkah oposisi partai politik tersebut akan membawa perubahan yang

signifikan bagi peningkatan kinerja pemerintahan dan berdampak pada terlaksananya

kesejahteraan serta kemakmuran yang selalu diidam-idamkan oleh seluruh lapisan

masyarakat khususnya golongan menengah ke bawah. Maka dengan demikian lagi-

lagi kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tersebut harus dijalankan dengan sungguh-

sungguh, jangan sampai diabaikan bahkan tidak dijalankan sama sekali.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akhirnya tertarik untuk meneliti

secara lebih jauh tentang permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang.

Sehingga penulis berkeinginan untuk menulis skripsi yang berjudul

“KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN ;

STUDI KOMPARATIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF” 7 Yusuf Qordlowy, fiqh daulah fil Islam, h. 136

Page 19: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

11

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Peran menjadi partai oposisi tidaklah mudah dan harus menghadapi berbagai

macam tantangan dan permasalahan, yang tidak akan pernah habis dibahas dalam

waktu yang singkat, dan tidak sedikit buku yang dijadikan referensi. Sesuai dengan

latar belakang yang telah dipaparkan di atas. Maka penulis membatasi masalah hanya

mengenai partai oposisi yaitu tentang peran oposisi partai politik terhadap langkah-

langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah, yang lebih ditekankan pada masalah

pendorongan pemerintah untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu kinerjanya

dalam rangka membangun negara dan mensejahterakan seluruh warga negaranya.

Adapun berdasarkan uraian dari pembatasan masalah, maka perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengertian “Partai

Oposisi” yang diperankan partai politik terhadap pemerintah yang

sah.

2. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif

terhadap konsep partai oposisi

3. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan

hukum positif mengenai konsep partai oposisi

Page 20: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian disesuaikan pada perumusan masalah di atas yang

meliputi:

1. Dengan penelitian ini dapat diketahui pandangan hukum Islam dan hukum

positif terhadap pengertian ”Partai Oposisi” yang diperankan partai politik

terhadap pemerintah yang sah.

2. Dengan penelitin ini dapat diketahui pandangan hukum Islam dan hukum

positif tentang konsep partai oposisi

3. Dengan penelitian ini dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara hukum

Islam dan hukum positif mengenai konsep partai oposisi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan

dalam kajian ilmiah, antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah wawasan

khazanah keilmuwan di bidang hukum Islam terutama dalam hal hukum Islam

tentang bagaimana sebuah partai politik berperan sebagai oposisi dan

korelasinya terhadap peningkatan mutu kinerja pemerintahan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pemecahan masalah bagi

kalangan akademisi khususnya di bidang siyasah (perpolitikan) agar dapat

menjawab permasalahan-permasalahan hukum terutama seputar oposisi partai

politik dalam segala bentuknya.

Page 21: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

13

D. Metode Penelitian

Ada beberapa hal yang terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian

skripsi ini, yakni;

a. Jenis Penelitian

Melihat pada data-data yang diambil dalam skripsi ini, maka penelitian

skripsi ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif, karena jenis data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Dan jika dilihat dari segi tujuan penelitian ini, maka penelitian ini juga

termasuk jenis penelitian deskriptif, yaitu pemaparan data-data dalam satu

variabel.

Dan juga apabila dilihat dari segi tipe penelitian ini, maka penelitian

ini termasuk dalam penelitian normatif-doktriner-komparatif, yaitu penelitian

pada doktrin-doktrin hukum dan membandingkannya satu dengan yang lain.

b. Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis dan sumber yang dijadikan sebagai bahan pegambilan

data penelitian ini, yakni jenis data dari sumebr primer diambil dari undang-

undang hukum, yakni undang-undang tentang partai politik, dan hukum Islam.

Sedangkan sekundernya adalah penjelasan dan juga penafsiran terhadap

undang-undang dan peraturan lainnya yang terkait dengan objek penelitian,

serta referensi-referensi pendukung lainnya. Kedua jenis data tersebut diambil

langsung dari undang-undang dan buku-buku yang terkait dengan objek

penelitian.

Page 22: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

14

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk jenis penelitian normatif dilakukan dengan cara studi kepustakaan atau

studi dokumenter, yakni dengan menelusuri bahan pustaka yang terkait

dengan peran partai oposisi dan korelasinya terhadap peningkatan mutu

kinerja pemerintah, baik itu dari hukum positif maupun hukum Islam yang

terkait dengan objek masalah yang dikaji dalam skripsi ini.

d. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data dalam skripsi ini dengan menggunakan teknik

deskriptif, yaitu setelah data-data tersebut terkumpul, maka langkah

selanjutnya adalah memaparkan data tersebut secara lengkap, urut, dan

teratur, dan setelah itu dilakukan analisis dengan mencermati setiap

pembahasan tema yang digarap.

e. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku-buku pedoman

penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di fakultas syari’ah dan hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini penulis membaginya pada lima bab dan beberapa

sub bab, yakni:

BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab: latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan keguanaan penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 23: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

15

BAB II: Pengertian partai oposisi dan partai opoisis menurut pandangan hukum

Islam serta tujuan dan pola oposisi

BAB III: Bentuk-bentuk oposisi dan strategi oposisi dalam mengkritisi

kebijakan yang tidak populis, yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu

oposisi parlementer, oposisi presidensiil, dan Kedudukan dan fungsi

partai oposisi dalam ketatanegaraan, yang terdiri dari dua sub bab,

partai oposisi dalam ketatanegaraan, fungsi partai sebagai oposisi

pemerintahan

BAB IV: Peran partai oposisi dalam meningkatkan mutu kinerja pemerintahan

menurut hukum Islam dan hukum positif, yang terdiri dari beberapa

sub bab, yaitu peran partai oposisi dalam meningkatkan mutu kinerja

pemerintah menurut hukum Islam, peran partai oposisi dalam

meningkatkan mutu kinerja pemerintah menurut hukum positif,

persamaan dan perbedaan antara keduanya tentang peran partai oposisi

dalam meningkatkan mutu kinerja pemerintah

BAB V: penutup yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: kesimpulan dan

saran-saran.

Page 24: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

BAB II

BENTUK-BENTUK OPOSISI

A. Definisi Oposisi

Secara etimologi oposisi berasal dari bahasa inggris opposition (opposites,

oppnore dalam bahasa latin) yang berarti memperhadapkan, membantah, dan

menyanggah1. Sedangkan secara terminology, oposisi adalah golongan atau partai

yang menentang politik pemerintahan yang sedang berjalan2. Dalam kamus besar

bahasa Indonesia, oposisi diartikan sebagai partai penentang di dewan perwakilan dan

mengkritik pendapat atau kebijakan politik golongan mayoritas yang berkuasa3.

Eep Saifullah Fatah mendefinisikan oposisi sebagai setiap ucapan atau

pebuatan yang meluruskan kekeliruan sambil menggaris bawahi dan menyokong

segala sesuatu yang sudah benar. Sehingga maksud dari beroposisi politik adalah

melakukan kegiatan pengawasan atas kekuasaan politik yang bisa keliru dan bisa

benar. Jadi oposisi bukanlah penentang an sich, oposisi bukan pula sekedar pihak

yang mengatakan ketidaksetujuan, oposisi bukanlah golongan atau partai yang hanya

teriak semata-mata, dan bukan pula kalangan yang melawan kekuasaan secara

membabi buta4.

Sementara itu menurut prof. Dr. Nurcholis Madjid dalam bukunya “Dialog

Keterbukaan” menyatakan bahwa dalam Negara demokrasi yang sehat sangat

1 Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta; Gramedia, 1996) h. 754 2 Jhon McGill dan Eddy Soetrisno, Kamus Politik, (Jakarta, Aribu Matra Mandiri, 1996)

h.154 3 Tim Penyusun Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka) h. 628 4 Eep Saifullah Fatah, Membangun Oposisi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 1999) h. XI

17

Page 25: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

18

diperlukan check and balance sebagai kekuatan pemantau dan pengimbang, sebab

dalam pandangan yang agak filosofis manusia tak mungkin selalu benar untuk

menjalankan check and balance secara formal di parlemen adalah partai oposisi.

Menurutnya juga, oposisi tidak berarti to oppose (menentang) tapi dalam oposisi

terkandung unsure to support (mendukung). Dalam pandangan Nurcholis oposisi

sangat berbeda dengan oppositionalisme adalah menentang sekedar menentang,

sangat subyektif dan bahkan ittikadnya kurang baik, seperti kebiasaan mendaftar

kesalahan orang lain. Sedangkan oposisi dalam semangat loyal, loyal kepada Negara,

loyal kepada cita-cita bersama dan bahkan kepada pemerintah pun dalam hal yang

jelas-jelas baik harus loyal5.

Dalam ilmu politik definisi oposisi adalah partai yang memiliki kebijakan atau

pendirian yang bertentangan dengan garis kebijakan kelompok yang menjalankan

pemerintahan. Oposisi bukanlah musuh, melainkan mitra tanding (counter player)

dalam percaturan politik, sebagaimana diidentifikasi oleh ghita Lonesca dan Isabel de

Madriaga dalam opposition (1982) – oposisi hadir sebagai pemerhati, pengontrol, dan

evaluator perilaku dan kinerja pemerintah

Dalam wacana politik, oposisi ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kultural dan

aspek struktural. Pada aspek kultural menekankan bahwa oposisi sudah menjadi

sebuah kebutuhan mutlak dalam membangun bangsa kedepan yang lebih baik.

5 Nurcholis Madjid, Dialog Keterbuakaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial

Politik Kontemporer, (Jakarta, Paramadina, 1999) h.7

Page 26: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

19

Mencermati bukan sekedar turut menyaksikan apa saja yang berlalu didepan mata,

akan tetapi siap-siaga untuk melakukan counter discourse atau gelar wacana

tandingan, dialog, kampanye publik, dan lain sebagainya.

Perilaku beroposisi seperti ini dapat diperankan oleh siapa saja dan kapan

saja. Sedangkan dalam aspek struktural, oposisi dimaknai dengan mengkritisi

kebijakan pemerintah yang berkuasa, namun dengan tidak banyak memproduksi aksi

positif, cukup dengan menolak tegas secara moral kebijakan tersebut, untuk

selanjutnya menunggu perkembangan yang akan berlaku. Dengan bahasa lain

merupakan oposisi yang miskin strategi dan miskin program, (menurut penulis) persis

sama dengan kondisi gerakan oposisi di Indonesia6

Oposisi dalam ilmu politik tidak terlepas dari perkembangan partisipasi yang

lebih luas dalam proses politik. Menurut Myron Weiner partisipasi disebabkan oleh

lima hal. Pertama: modernisasi, komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi

yang meningkat, penyebaran baca tulis, perbaikan pendidikan dan pengembangan

proses demokrasi yang berdaulat. Bentuk kebebasan dalam bingkai pluralisme

menuntut partai untuk andil dalam kekuasaan. Kedua, perubahan struktur sosial.

Ketiga, pengaruh kaum intelektual dan komunikasi era modern yang memunculkan

6 http://ashlf.comH. Aries Sugi Hartono, S.H. H. Aries Sugi Hartono, S.H., oposisi semu di Indonesia, diakses

pada tgl 9 maret 2010

Page 27: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

20

ide-ide egaliterianisme, nasionalisme, demokrasi, pluralisme ke dalam masyrakat

umum. Keempat, konflik antar kelompok pemimpin politik. Kelima, keterlibatan

pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan.7

Partisipasi ini sebagai usaha terorganisasi dari para warga negara untuk

mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan. Untuk menilai partisipasi politik

dapat dilihat dalam dua tolak ukur, yaitu pengetahuan dan penghayatan terhadap

politik yang mereka miliki. Diantaranya hak dan kewajiban warga negara.

Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan partisipasi itu diperlukan sistem

politik yang demokratis meliputi dua suasana kehidupan. Suasana kehidupan yang

konstitusional (supra struktur) dan kehidupan politik rakyat sebagai kekuatan politik

sosial dalam masyarakat (infra struktur). Infra struktur politik di sebuah negara

mempunyai lima komponen, meliputi:partai politik (political party), kelompok

kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group), media komunikasi

politik (political communication group), dan tokoh politik (political figure). Pola

partisipasi politik dapat diklasifikasikan dalam dua pola. Yaitu pola konvensional

sebagai bentuk partisipasi yang umum dala demokrasi modern, meliputi aktivitas

pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye dan bergabung dalam kelompok

kepentingan.

Sedangkan partispasi politik non konvensional adalah pengajuan petisi,

demonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan terhadap harta benda atau

manusia dan revolusi. Partisipasi dapat terealisasi dengan dibentuknya partai politik

7 Tim Kanisius,Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta, Kanisius, 1996), h. 945

Page 28: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

21

sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi rakyat dan komunikasi, sosialisasi dan

rekrutmen politik, fungsi lainnya sebagai pengatur konflik.

Kekuasaan dalam politik berbentuk hubungan, dalam arti ada pihak yang

memberi perintah dan ada pula pihak yang diperintah, sehingga ada pengaruh dalam

menjalankan kekuasaan. Kekuasaan politik merupakan kekuasaan sosial yang

fokusnya ditunjukan kepada negara sebagai satu-satunya pihak berwenang yang

mempunyai hak mengendalikan tingkah laku sosial dengan paksaan, ada dua macam

kekuasaan politik. Yakni, kekuasaan sosial yang terwujud dalam negara seperti

lembaga-lembaga pemerintah: DPR, presiden dan yudikatif. Kekuasaan sosial dalam

bentuk asosiasi-asosiasi dan aliran yang bersifat politik, maka untuk mengimbangi

agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan dalam satu badan. Ada pembagian kekuasaan

dalam negara atau lebih dikenal dengan doktrin trias politica.8

Badan legislatif adalah lembaga yang mewakili aspirasi dari masyrakat yang

dipilih dalam pemilu. DPR menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan

dengan jalan menentukan kebijakan dan menuangkan dalam undang-undang.

Perwakilan-perwakilan partai ini mempunyai wewenang dalam menyuarakan aspirasi

masyarakat yang legal. Adapun tugas penting dari anggota legislatif adalah:

1. Menentukan kebijaksanaan dan membuat undang-undang. Untuk itu DPR

diberi hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang

yang disusun oleh pemerintah dan hak budget.

8 Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia, 1989) h. 135

Page 29: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

22

2. Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan bada

eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Untuk

menyelenggarakan tugas ini badan legislatif diberikan hak-hak kontrol

khusus, diantaranya adalah hak bertanya, interpelasi, anggket dan mosi.

Maka format oposisi dalam bentuk ajaran mengimbangi kekuasaan (check and

balance)9 negara yang diletakan dalam kerangka konstitusi. Format oposisi ini biasa

dilakukan oleh partai politik yang menginginkan perubahan atau mengkritisi kinerja

pemerintahan. Konstitusi mutlak merupakan kata akhir dan perwujudan legitimasi,

penyimpangan terhadap konstitusi berarti melampaui batas mandat politik. Pada

konteks ini oposisi dapat disebut sebagai sistem kontrol konstitusi.

Sistem check and balance merupakan sebuah mekanisme untuk mampu

mengoreksi dan meluruskan sebuah pemerintahan serta mendorong pertumbuhan ke

arah yang lebih baik. Oleh karena itu, setiap pengekangan kebebasan dan pencekalan

dalam mengemukakan pikiran adalah pelanggaran yang amat prinsipil terhadap

tuntutan sebuah falsafah sebuah negara atau hak asasi manusia. Peran oposisi partai

politik sangat penting untuk mengawasi dan mengimbangi kekuasaan secara

konsisten, objektif dan berpegang pada kebenaran. Serta berpihak pada kepentingan

rakyat banyak. Adanya oposisi di parlemen akan mempersempit kemugkinan

terjadinya tiranisme dan otoriterianisme.

9 Nurcholis Madjid, Dialog Keterbuakaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial

Politik Kontemporer, (Jakarta, Paramadina, 1999) h.13

Page 30: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

23

.

B. Oposisi Dalam Islam

Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam yang mengatur segala aspek

kehidupan manusia, seperti sosial, ekonomi, budaya dan bahkan politik sekalipun,

agar manusia tidak tersesat dan selalu berada pada jalan yang telah digariskan-Nya.

Ketika seorang pengkaji mengamati nash-nash yang terdapat dalam Al-

Qur’an dan sunnah Nabi Saw serta dalam berbagai khazanah pemikiran Islam yang

disampaikan pada masa Khulafaur Rasyidin menemukan bahwa secara keseluruhan,

wacana Islam memerintah dan mengajak kaum muslim untuk beroposisi. Di samping

itu mendorong ummat untuk melakukan reformasi, bahkan bersikap menentang jika

keadaannya menghendaki demikian.

Fokus pokok oposisi tercermin dalam kewajiban yang dibebankan syari’at

kepada seluruh manusia untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyeru

kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Menurut Imam Hamid Al-Ghazali

dalam kitab ihya ‘ulumuddin, hal itu merupakan kutub terbesar agama10.

Kewajiban tersebut, dalam praktiknya, dewasa ini telah dihapus, bahkan

hanya difokuskan dalam masalah moral saja. Tetapi menurut pengalaman pahit kaum

muslim dan menurut kebanyakan ulama, kewajiban ini merupakan istilah politik pada

peringkat pertama. Ia juga merupakan substansi pokok untuk proses perubahan, baik

10 Fahmi Huwaydi, Demokrasi, oposisi, dan Masyarakat Madani , h. 132

Page 31: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

24

itu dalam skala individu, kelompok, maupun ummat secara keseluruhan.

Suatu amalan yang sangat penting dalam menjalankan suatu roda

pemerintahan bagi mereka yang mendapatkan amanah dari ummat adalah

melaksanakannya dengan baik, dan sebaik-baiknya ummat adalah yang berani

memperingatkan dan mengkritisi suatu kekeliruan yang dilakukan oleh kepala negara.

Karena itu, suatu bentuk kritikan (oposisi) bukan hanya sekedar hak, tetapi bahkan

merupakan kewajiban menurut syari’at

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa sebagai muslim kita senantiasa dituntut untuk

taat kepada Allah, rasul dan para pemimpin kita, tetapi kesepakatan itu segera disusul

dengan satu klausul politik selama para penguasa tidak menyeleweng. Artinya, ketika

para pemimpin melakukan perbuatan maksiat (kepada allah dan Rasul-nya), maka

tidak ada ketaatan lagi kepadanya. Dalam konteks ini, umat diperkenankan bahkan

diharuskan untuk senantiasa melakukan kritik terhadap para pemimpinya.

Sehingga dalam pandangan Islam, oposisi tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan

suatu pemerintahan ataupun mengganggu pemerintahan yang sedang berkuasa, tapi

bersikap tegas, tidak kompromi terhadap kedzaliman, sikap tegas ini mengandung

konsekuensi berani mengatakan “tidak” jika salah dan berani mengatakan “benar”

jika memang benar adanya. Atas dasar inilah, maka termasuk bagian tegas ini adalah

tidak malu mendukung kebijakan pemerintah jika dipandang tepat, dan sebaliknya

tidak takut untuk mengkritik suatu kebijakan jika dipandang salah.

Hal tersebut dilakukan untuk mencegah penyimpangan terhadap hak rakyat,

pelanggaran terhadap penuanaian amanat rakyat. Penyimpangan dari keadilan dan

Page 32: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

25

menghilangkan kebebasan manusia, maka diperlukan partai politik atau kelompok

yang independen yang mengawasi jalannya pemerintahan di dalam birokrasi untuk

selalu objektif dalam menilai setiap kebijakan yang dibuat.

Untuk mengakomodir aspirasi masyarakat dalam sistem pemerintahan Islam

ada lembaga perwakilan rakyat yang lebih dikenal dengan majelis umat (ahl halli wal

aqdi). Tugas dari majelis umat ini membaiat kepala negara sebagai bentuk dari

kontrak sosial, ini tidaklah bersifat mutlak dan permanen, tetapi bersifat bersyarat

yang bergantung pada para penguasa dalam menjalankan kontrak sosial yang

disepakati sesuai atau tidak dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan berdasarkan

agama.

Adapun tugas lain dari lembaga ini adalah (1) memberikan saran kepada

khalifah. Dalam hal ini pendapatnya bersifat mengikat (wajib dilaksanakan oleh

khalifah); (2) dalam masalah disiplin, finansial, pasukan dan politik luar negeri,

khalifah berhak merujuk kepada majelis untuk meminta pendapatnya dan bersikap

sesuai dengan pandangannya, tetapi tidak mengikat; (3) majelis mempunyai hak

untuk mengoreksi khalifah atas seluruh tindakan yang selama ini terjadi di negara; (4)

majelis umat berhak untuk menampakan ketidaksetujuannya terhadap para Muawin,

Wali dan Amil; (5) kaum muslimin yang menjadi anggota mejelis umat, berhak untuk

membatasi calon yang akan menjadi khalifah.

Dari fungsi majelis umat, maka hak dan kebebasan beroposisi merupakan

produk alami dari kebebasan pemdapat, keadilan dan kesetaraan. Produk alami ini

adalah kaidah-kaidah dasar dari sistem pemerintahan Islam, yang berarti bahwa

Page 33: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

26

dalam hukum Islam menerima munculnya oposisi dan melindunginya. Dalam sejarah

Islam permulaan dapat ditemukan bukti-bukti yang menunjukan bahwa Nabi

memberikan kebebasan kepada para sahabatnya untuk berbicara dan mengemukakan

pendapat mereka.

Hal ini tampak dalam musyawarah-musyawarah atau konsultasi yang beliau

laksanakan untuk membicarakan berbagai masalah. Beliau mengembangkan

kebebasan pendapat di kalangan para sahabatnya. Kegemaran Nabi Muhammad

bermusyawarah dengan para sahabatnya mengindikasikan bahwa Nabi mengakui

kebebasan berfikir dan berpendapat, dan sangat menghargai nilai-nilai kebebasan itu

sebagai suatu nilai yang bermanfaat11.

Islam telah menjadikannya sebagai tugas Muslim dan Muslimat untuk

membentuk masyarakkat yang sehat, yang bersih dari korupsi dan perbuatan tercela

dan untuk selalu berkelakuan baik dan menghindari kezhaliman. Tugas ini dituangkan

dalam prinsip amar ma’ruf nahi munkar, menyeru orang kejalan kebajikan dan

mencegah ketidakadilan adalah tanggung jawab bersama dari negara dan rakyat.

Sutau pemerintahan Islam tidak bisa bersikap netral berkenaan dengan kondisi moral

religius dari masyarakat.

Syariat islam telah menetapkan peemulaan muasyawarah dan menjadikannya

salah satu pondasi dari hukum dan politik yang tidak mempunyai perincian,

pembatasan, serta formulasinya bagi ummat islam. Al-qur’an belum

memformulasikannya dan Rasul juga belum memberikan tata aturan yang khusus dari

11 Dr. Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta, 1988) h. 75-76

Page 34: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

27

musyawarah itu sendiri, karena musyawarah merupakan hal yang di dalamnya

terdapat perubahan sudut pandang dan perubahan pada generasi yang

menjalankannya, serta kemajuan masyarakat. Oleh karena itu apabila ditetapkan

aturan yang baku terhadap musyawarah, maka akan mempersempit pemahaman

musyawarah bagi mereka. Ini secara sengaja ditinggalkan tanpa aturan baku agar

menjadi rahmat bagi sekalian manusia

C. Oposisi dalam Sistem Parlementer

Dalam konsep trias politica, kekuasaan dibagi menjadi tiga; pertama,

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat undang-undang, kedua, kekuasaan

eksekutif atau kekuasaan melaksanakan dan ketiga kekuasaan yudikatif atau

kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Trias politica adalah prinsip

yang normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan ini sebaiknya tidak diserahkan kepada

orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang

berkuasa.12

Sebelum lebih jauh berbicara tentang oposisi dalam sistem parlementer

penulis akan menguraikan lebih dahulu tentang sistem parlementer. Pertama, dalam

sistem parlementer, parlemen merupakan satu-satunya badan yang anggotanya dipilih

secara langsung oleh warga negara yang berhak memilih melalui pemilihan umum.

Kedua, anggota dan pemimpin kabinet dipilih oleh parlemen untuk melaksanakan

fungsi dan kewenangan eksekutif. Sebagian besar atau seluruh anggot kabinet

12 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 2000, h. 151

Page 35: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

28

biasanya juga menjadi anggota parlemen sehingga mereka memiliki fungsi ganda,

yakni legiaslatid dan eksekutif. Ketiga, kabinet dapat bertahan sepanjang mendapat

dukungan mayoritas dari parlemen. Hal ini berarti perlemen dapat menjatuhkan

kabinet manakala mayoritas parlemen memberikan mosi tidak percaya kepada

kabinet. Keempat, manakala kebijakan tidak mendapat dukungan, parlemen dapat

membubarkan kabinet lalu membentuk kabinet yang baru.13

Kebanyakan oposisi berjalan dengan baik dalam sistem parlementer. Oposisi

biasanya dilakukan oleh partai yang kalah dalam pemilu. Oposisi dilakukan dalam

rangka check and balance terhadap pemerintah. Partai oposisi dalam

implementasinya, membentuk kabinet bayangan (shadow cabinet) sebagai pengontrol

terhadap kinerja kabinet. Apabila salah satu dari menteri mengeluarkan kebijakan

yang tidak populis atau tidak berpihak pada rakyat, maka kabinet bayangan akan

mengontrol maupun menolak kebijakan atau membuat kebijakan yang berbeda

dengan yang dikeluarkan oleh menteri terkait. Misalnya, jika yang mengeluarkan

kebijakan itu menteri keuangan, maka menteri keuangan dari partai oposisi kebinet

bayangan pun mengeluarkan kebijakan tandingan.

Dalam sistem parlementer, seorang perdana menteri sangat mudah untuk

dijatuhkan oleh parlemen karena yang memilih perdana menteri adalah legislatif.

Dalam sistem yang menggunakan dwi partai, oposisi lebih jelas peranannya dalam

mengontrol pemerintah, dan begitupula pemerintah akan lebih mudah dalam

mengendalikan wakil-wakilnya di parlemen. Tapi jika menggunakan multi partai dan

13 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 1999, h. 170

Page 36: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

29

tidak ada single majority (pemenang utama) maka partai-partai akan berkoalisi untuk

mendapatkan jabatan perdana menteri, sedangkan yang kalah dalam pemilihan

perdana menteri sudah otomatis menjadi partai oposisi. Seperti di Jerman, Partai Uni

Demokrat Kristen (Christlich Demokratische Union Deutschlands) dan Partai Uni

Sosial Kristen (Christlich Soziale Union) adalah dua parpol oposisi terhadap kanselir

Jerman, Gerhard Schroeder dari Partai Sosialis Demokrat Jerman (Sozial

Demokratische Partei Deutschlands) yang tengah berkuasa dengan koalisinya, Partai

Hijau (Bundnis 90 Die Grunen). Partai Uni Demokrat Kristen dan Partai Uni Sosial

Kristen bersama partai oposisi lainnya, Partai Demokrat Liberal (Freier

Demokratische Partei) misalnya, selalu mengkritik kinerja pemerintah dari segala

sisi. Jadi, jika di kabinet Schroeder terdapat menteri luar negeri dengan segala

kinerjanya, di partai oposisi juga memiliki orang yang berperan sebagai menteri luar

negeri bayangan yang tugasnya mengkaji segala bentuk kebijakan luar negeri

Schroeder.14

Pengalaman di Indonesia menganut sistem ini ketika awal-awal kemerdekaan

menjadikan perpolitikan Indonesia kacau dan tidak stabil karena seringkali sebuah

kabinet dijatuhkan, sehingga menyebabkan arah pembangunan bangsa tidak berjalan

karena energi para elitnya habis untuk mengurusi politik.

14 Y.W. Nugroho, “Oposisi dalam sistem presidensial, mungkinkah?”, Diakses pada tanggal 7

Oktober 2010 dari http://www. Suara pembaruan.com

Page 37: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

30

D. Oposisi dalam Sistem Presidensial

Sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial sangat

jauh berbeda. Kalau dalam sistem presidensial kepala negara dipilih langsung oleh

rakyat melalui pemilihan yang ditentukan, sedangkan sistem parlementer kepala

negara dipilih oleh legislatif.

Negara yang sering dijadikan rujukan dalam menggunakan sistem presidensial

adalah negara Amerika Serikat yang kemudian ditiru dan dimodifikasi oleh negara-

negara lain termasuk Indonesia. Sistem pemerintahan Amerika dirumuskan dalam

sistem pemerintahannya yang berbentuk presidensial.

Diantara ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan sistem presidensial adalah,

pertama, kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan (administrasi) lebih jelas

pada sistem presidensial, yakni di tangan presiden, dari pada dalam kabinet

parlementer, tetapi siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan kebijakan lebih

jelas dalam kabinet parlementer dibandingkan dengan kabinet presidensial. Kedua,

kebijakan yang bersifat komfrehensif jarang dapat dibuat karena legislatif dan

eksekutif mempunyai kedudukan yang terpisah, ikatan partai yang longgar, dan

kemungkinan kedua badan ini didominasi oleh partai yang berbeda. Ketiga, jabatan

kepala pemerintahan dan jabatan kepala negara berada dalam satu tangan. Keempat,

legislatif bukan tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif, yang dapat diisi dari

berbagai sumber termasuk legislatif.15

15 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 171

Page 38: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

31

Oposisi dalam sistem negara presidensial seperti Amerika tidak terlalu

kelihatan, antara partai oposisi dan partai pemerintah, karena menerapkan sistem

bipartisan yang memungkinkan pemerintah didukung dua partai yang bersaing dalam

pemilihan umum. Sistem bipartisan juga memungkinkan presiden terpilih dapat

mengisi anggota kabinetnya dengan seorang yang berasal dari partai yang berlainan.

Hal ini pernah dilakukan oleh presiden Bill Clinton yang berasal dari partai demokrat

yang memilih William Cohen, yang berasal dari partai republik, sebagai menteri

pertahanan.16

Dalam sistem presidensial, teradapat satu cara yang bisa digunakan oleh pihak

oposisi untuk menanyakan langsung mengenai satu pertanggung jawaban dari

pemerintah tentang suatu kasus. Cara ini merupakan cara formal yang diatur oleh

undang-undang sebagai sarana komunikasi yang sah, yang bisa digunakan pihak

oposisi di parlemen terhadap pemerintah. Mekanisme impeachement merupakan

mekanisme pendakwaan atau pemanggilan untuk pertanggungjawaban. Tidak jarang

melalui mekanisme ini, seorang presiden dapat diturunkan dari jabatannya.17

Sistem presidensial yang ada di Amerika, mekanisme impeachement sulit

diterapkan karena di negara ini menerapkan Fixed Term, yakni empat tahun untuk

Amerika, atau lima tahun untuk Indonesia. Dalam skandal terbesar presiden AS,

yakni skandal Watergate oleh presiden Richard Milhous Nixon, mekanisme

impeachement tidak digunakan, karena Nixon sudah mengundurkan diri.

16 Rahmat Bahari, “oposisi dan bipartisan”, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 dari

http//www. Kompas.com 17 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 176

Page 39: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

32

Impeachement pernah digunakan lagi ketika muncul skandal Monica Lewinsky oleh

presiden Bill Clinton, yang dalam keputusan akhirnya dimenangkan oleh kubu yang

menghendaki Bill Clinton tetap meneruskan jabatan sampai selesai. Dalam

pemahaman demokrasi di Amerika Serikat, pemerintah yang sedang berkuasa

memang dibuat agar tidak mudah untuk digoyang atau bahkan dijatuhkan sekalipun.

Karena memang impeachement adalah sejatinya sebuah mekanisme yang merupakan

pilihan terakhir yang diterapkan dalam kasus khusus (extraordinary case).

Tapi, dalam sejarah perpolitikan sistem presidensial di Indonesia hanya sekali

impeachement pernah dilakukan oleh parlemen kepada presiden, yaitu ketika presiden

KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur), karena memang presiden melakukan

pelanggaran yang sangat parah dalam pandangan parlemen yaitu terkena kasus dana

bulogate. Jatuhnya presiden KH. Abdurahman Wahid sah secara konstitusi, karena

telah melanggar UUD 1945 hasil amandemen yang menyebutkan bahwa

“pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi

memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden” (pasal 17 A UUD

amandemen ketiga).

Di luar itu, presiden tidak mungkin bisa dijatuhkan, karena mekanismenya

sudah jelas dan hukuman terhadap presiden akan dilakukan oleh rakyat yang mungkin

tidak akan lagi memilihnya pada pencalonan masa jabatan berikutnya.

Dalam sistem presidensial di Amerika Serikat maupun di negara kita yang

menggunakan sistem presidensial bukan tidak ada oposisi, tapi memang sistem

Page 40: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

33

presidensial dibuat agar seorang pemimpin dalam rangka menjalankan tugasnya bisa

sampai selesai. Oposisi dalam sistem presidensial sebenarnya lebih berarti

mekanisme pengawasan dan perimbangan terhadap semua kebijakan yang dibuat

eksekutif.

Di dalam pemerintahan yang demokratis, biasanya sistem yang diikuti adalah

demokrasi preesidensial atau demokrasi parlementer. Di negara-negara demokrasi di

dunia ini, lebih banyak yang mengikuti demokrasi parlementer dari pada presidensial.

Menurut Austin Rahney, yang dikutif Miftah Toha, di dunia ini hanya 15 negara yang

mengikuti demokrasi presidensial sedangkan yang mengikuti sistem parlementer ada

110 negara.18 Kebanyakan negara yang menganut sistem presidensial adalah negara

dunia ketiga atau dalam sistem politiknya belum mapan seperti Filipina kecuali

Amerika Serikat sebagai pengecualian.

18 Miftah Toha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003, h. 36

Page 41: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

BAB III

Sejarah Gerakan Oposisi Indonesia dan Islam

A. Sejarah Gerakan Oposisi di Indonesia

Gerak pemuda memang tak luput dari gejolak ambisi untuk merubah dan

mengganti suasana yang suram, gelap serta memilukan. Khususnya para mahasiswa

yang terus berjuang tanpa henti melakukan gerakan-gerakan revolusioner dari awal

masa kemerdekaan hingga saat ini. Perlawanan terhadap rezim-rezim otoriter Orde

Lama dan Orde Baru yang penuh dengan halangan dan rintangan, bahkan nyawa

sekalipun.

Sejarah mencatat pada Juni 1966-Maret 1967 Mahasiswa Indonesia berada di

garis depan dalam kampanye melawan presiden Soekarno yang masih berkuasa.

Merasa memiliki tugas sejarah, dengan dukungan yang kuat, Mahasiswa Indonesia

memimpin perjuangan angkatan ’66 – paling tidak di Bandung – terhadap Soekarno,

kepala negara yang kekuasaannya mulai pudar. Posisi maksimal yang diambil

Mahasiswa Indonesia sejalan dengan posisi Divisi Siliwangi, walaupun sering lebih

jauh dari posisi yang diambil Soeharto dan orang-orang di sekelilingnya. Sikap yang

terlalu hati-hati dan mederat dari yang terakhir ini tak luput dari kritik Mahasiswa

Indonesia.1

1 Francois Raillon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia pembentukan dan konsolidasi

OrBa 1966-1974 diterjemahkan oleh Nasir Tamara, Jakarta, LP3ES, 1989, h. 46

34

Page 42: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

35

Serangan terhadap Soekarno dilakukan melalui tulisan-tulisan di Mahasiswa

Indonesia dan juga lewat aksi-aksi melalui Badan Kerjasama Pers dan Kesatuan Aksi.

Organisasi ini, didirikan tak lama setelah Mahasiswa Indonesia lahir, terdiri dari

kasatuan aksi-kesatuan aksi dan koran-koran Bandung. Langkah yang harus diambil

pers agar dapat mencapai cita-cita Orde Baru dengan cara lebih baik didiskusikan

secara teratur di bawah pimpinan Rahman Tolleng. Mahasiswa Indonesia berhasil

memperkuat lobi Orde Baru berkat dukungan pers daerah dalam tingkatan lokal

(Jawa Barat) dengan menyelenggarakan satu kampanye terhadap Soekarno.

Kampanye yang mereka lakukan dalam koran itu sendiri berlangsung melalui

beberapa tahap yang makin lama makin memperlihatkan sikap lebih keras.

MPRS juga melakukan sidang paripurna untuk mensahkan berbagai tindakan

yang memperlemah kedudukan Soekarno. Sementera jalan-jalan raya di ibukota dan

Bandung diduduki berbagai gerakan pemuda, atas namanya atau atas nama-nama

kesatuan aksi, Mahasiswa Indonesia menyerang kewibawaan dan politik presiden:

“Cabut keputusan MPRS yang bertentangan dengan UUD 1945”, ‘Jabatan presiden

seumur hidup inkonstitusional’. Bahwa Soekarno adalah pencipta Pancasila

dipertanyakan.

Kampanye anti Soekarno baru tampil secara terang-terangan pada tanggal 17

Agustus 1966. Pada hari itu Soekarno mengucapkan sebuah pidato berjudul “Jangan

sekali-kali melupakan sejarah” yang terkenal dengan singkatan “Jas Merah”. Dalam

Page 43: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

36

pidato ini Soekarno mengkritik keputusan-keputusan yang diambil MPRS dan

menganggap bahwa Surat Perintah 11 Maret tidaklah berarti pengalihan kekuasaan,

tapi hanya pengalihan wewenang kepada Jenderal Soeharto untuk memelihara

keamanan.

Pidato yang dianggap sebagai provokasi ini melahirkan reaksi keras. Di Bandung

misalnya, pidato itu dianggap sebagai biang keladi keributan tanggal 19 Agustus

1966 ketika sekelompok orang bersenjata dan berseragam hitam yang dijuluki

gerombolan liar Gestapu ASU menyerang Markas Besar KAMI dan KAPPI sehingga

Julius Usman, mahasiswa Universitas Katolik Parahiyangan tersebut, meninggal

dunia, dan limabelas orang lainnya menderita luka-luka. Deklarasi KAMI diterbitkan:

“Bung Karno tak dipercayai lagi, sabotase terhadap program Kabinet Ampera”.

Pada bulan September serangan tehadap Soekarno diteruskan dengan

menggunakan fakta-fakta yang didapat dari proses pengusutan Jusuf Muda dalam.

Mantan Menteri Bank Sentral ini dituduh telah memberikan dana negara kepada

presiden untuk membiayai sejumlah aksi politiknya. Mahasiswa Indonesia

melangkah lebih jauh dan menulis di halaman pertama: “BK harus ke Mahmilub,

terlibat subversi dan beri angin Gestapu”. Soekarno juga dianggap sebagai “Benteng

Page 44: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

37

pertahanan terakhir Orde Lama”. Bahkan Mahasiswa Indonesia menyatakan bahwa

Soekarno “Terlibat dalam kudeta Gestapu/PKI”.2

Kampanye anti Soekarno memasuki fase terakhir. Dalam pasal pertama Tritura

yang baru diumumkan, menuntut supaya ‘arsitek Orde Lama’ dipecat. Tanggal 29

Januari, berbagai defile dilancarkan oleh kesatuan aksi-kesatuan aksi di Bandung.

Mahasiswa Indonesia mengutip salah satu slogan yang dibawa demonstran:

“Meskipun langit runtuh kami menuntut Soekarno diadili”. Tanggal 5 Februari, koran

Bandung itu menuntut “agar Soekarno ditahan bila perlu untuk pemeriksaan”.

Tanggal 12, Mahasiswa Indonesia mengumumkan bahwa DPRGR – setelah

menambah anggotanya sebanyak 108 orang telah mensahkan satu resolusi yang

meminta MPRS mengakhiri tugas Soekarno dan mengajukannya ke pengadilan.

Kejadian-kejadian berlangsung dengan cepat. Menurut Rosihan Anwar: ‘tanggal

10 sampai 13 Februari para panglima ke 4 Angkatan Bersenjata berunding secara

maraton dengan Presiden untuk meyakinkannya menerima salah satu dari usul yang

diajukan’. Perundingan itu gagal karena Soekarno menolak untuk menyerah. Dengan

demikian hanya pilihan pertama yang dapat diambil.

Penyerahan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto terjadi tanggal 20 Februari.

Namun kesatuan aksi-kesatuan aksi di Jawa Barat tidaklah puas, sebab Soekarno

masih menggondol gelar Presiden. Rosihan Anwar mengkritik dipertahankannya

2 Francois Raillon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia pembentukan dan konsolidasi OrBa 1966-1974 diterjemahkan oleh Nasir Tamara, Jakarta, LP3ES, 1989, h.49

Page 45: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

38

Soekarno sebagai Presiden karena meskipun tanpa kekuasaan, ia akan dapat

memulihkan kembali kekuasaannya a fortiori bila ia tak diadili.

Pada dasarnya Soekarno adalah seorang yang selalu mencoba untuk

mempertahankan diri, meski tampak dengan jelas gejala bahwa ia sudah tidak mampu

lagi mengerahkan dukungan rakyat, dengan rasa penuh keyakinan ia buresaha untuk

meyakinkan rakyat bahwa ia masih tetap berkuasa dan tidak dapat dipaksa-paksa oleh

siapa pun juga. Oleh sebab itu, Soekarno mencoba untuk memenuhi “Tritura” yang

kemudian dituntut oleh mahasiswa dan masyarakat lainnya, akan tetappi Soekarno

malah menyerang dan menantang tuntutan dan aksi mereka.

Ini juga kesalahan Soekarno yang tidak mau berusaha untuk mengendalikan

gerakan mahasiswa dengan membujuk atau setidak-tidaknya pura-pura berpikir setuju

kepada kekuatan yang terus menerus berdemonstrasi. Tetapi dalam kenyataannya

Presiden justeru malah menyerang balik demonstran sambil mengejek mereka dengan

sepatah peribahasa Belanda secara terbuka dalam salah satu pidatonya: “kip zonder

kop” yang artinya “ayam tanpa kepala”. Tetapi, kemudian ternyata bahwa ayam tanpa

kepala itu akhirnya memiliki kepala, dan malah semakin berani. Sehingga membuat

Soekarno tidak aman berada di Jakarta, dengan kemudian menuduh mahasiswa

dipersenjatai dan ditunggangi oleh militer. Semakin kuatnya tekanan dan merasa

terdesak, militer pun mendesak dengan paksa pada tanggal 11 Maret 1966 Soekarno

menandatangani Supersemar sebagai surat perintah kekuasaan yang diberikan kepada

Page 46: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

39

Jenderal Soeharto untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan

pemerintahan.3 Kelicikan Soekarno kemudian dibalas oleh militer yang saat itu

memiliki banyak dukungan dengan memaksa presiden menandatangani Surat

Perintah 11 Maret “Supersemar”.

Menyusul naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan, seluruh oposisi hancur.

Dengan dibubarkannya PKI dan organisasi-organisasi afiliasinya, tidak ada lagi

organisasi berbasis massa yang kritis terhadap pemerintahan yang didominasi militer

ini. Kelompok kelas mengengah Muslim maupun yang lebih berorientasi sekular

mendukung apa yang dinamakan Orde Baru, seperti juga banyak aktivis mahasiswa.

Tetapi, segera menjadi jelas bahwa kelompok komunis bukanlah satu-satunya

kelompok yang mendapatkan derita dari pemerintah yang baru. Sejak para pemimpin

baru mencoba mengontrol seluruh masyarakatdan mencegah berkembangnya setiap

bentuk organisasi independen, banyak aktivis kelas menengah menjadi sadar dan

mulai mengkritik rezim. Sejak 1970 hingga januari 1972, protes-protes dialamatkan

pada tindak korupsi, khususnya yang terjadi di dalam perusahaan minyak milik

negara, Pertamina. Proyek Taman Mini Indonesia yang disponsori oleh istri presiden

merupakan target berikutnya. Pada Januari 1972, pemerintah menindas protes-protes

tersebut dengan menangkapi para pemimpin mahasiswa maupun editor surat kabar.

3 Eros Djarot, Siapa Sebenarnya Soeharto, fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G-30-

S/PKI, Jakarta, Mediakita, 2006, h. 53

Page 47: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

40

Banyak aktivis kelas menengah mengambil pendekatan yang lebih moderat dan

kurang konfrontatif. Mereka mendirikan LSM-LSM yang menangani isu-isu

pembanunan, perempuan, lingkungan, dan sebagainya. Disebabkan profil politik

mereka yang rendah, mereka berusaha meloloskan diri dari bentuk-bentuk penindasan

yang lebih agar bisa melanjutkan upaya advokasi mereka. Aktivis-aktivis mahasiswa

yang lebih radikal tidak puas dengan pendekatan moderat LSM-LSM itu. Pada tahun

1974, satu generasi baru aktivis mahasiswa menggalang demonstrasi untuk

memprotes kebijaksanaan pembangunan pemerintah dan dominasi modal Jepang di

Indonesia. Mereka dipengaruhi oleh teori kemandirian dan barangkali juga oleh

demonstrasi-demonstrasi mahasiswa di Thailand, yang megakibatkan berakhirnya

rezim militer di sana pada Oktober 1973. Protes mahasiswa ini kelihatannya

didukung oleh unsur-unsur militer. Pemimpin mahasiswa Hariman Siregar mengakui

mengantongi dukungan dari sejumlah pengusaha Indonesia. Menyusul demonstrasi

dan kerusuhan 15 Januari itu (Insiden Malari), beberapa pemimpin mahasiswa, di

antaranya Hariman Siregar dipenjarakan.

Pada 1977 dan 1978, lagi-lagi mahasiswa berdemonstrasi menentang rezin Orde

Baru. Sekalipun demokrasi dan hak asasi manusia bukan merupakan konsep kunci

gerakan mahasiswa ini yang memfokuskan pada kritik terhadap kebijakan

pembangunan dan militerisme. Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an terjadi pula

kerusuhan buruh. Gelombang pemogokan melanda wilayah perindustrian di Jakarta,

tetapi setelah adanya intervensi militer frekuensinya menurun tajam. Perjuangan

Page 48: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

41

buruh waktu itu tidak erat terkait dengan protes-protes mahasiswa dan kelas

menengah lainnya4

Rezim Orde Baru telah memperlihatkan kecenderungan untuk mengasingkan

beberapa mantan pendukungnya. Banyak pejabat tinggi dan politisi menjadi kecewa

terhadap pemerintahan Soeharto. Beberapa telah disingkirkan dari kekuasaan karena

perselisihan pribadi dengan Soeharto atau karena Soeharto percaya bahwa mereka

melangkah terlalu jauh dalam menggapai ambisi politik mereka sendiri. Perselisihan

kadang-kadang terkait dengan politik kekuasaan murni pada tingkat elite, tetapi

terdapat pula pertengkaran mendasar dalam masalah kebijakan.

Banyak aktor elite yang kecewa memilih untuk bungkam, tetapi sebagian dari

mereka membentuk sejenis oposisi. Mereka biasanya disisihkan dari kehiodupan elite

dan mengalami hantaman pada bisnis mereka dan pembatasan pada kebebasan

mereka berekspresi dan hak mereka untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.

Sebagian kecil berakhir di penjara, tetapi biasanya mereka tidak dikenai jenis

penindasan kejam yang sama dengan orang-orang dari strata sosial rendah

Para pembangkang elite yang paling aktif dan terpandang adalah mereka yang

dikaitkan dengan Petisi 50. Sejak 1980 kelompok ini telah menulis lebih dari 170

surat kepada parlemen, pemerintah, dan lain-lain, guna menyerukan reformasi politik.

4 Anders Uhlin, Oposisi Berserak, diterjemahkan dari Indonesian and the “Third wave of

Democratization”: the Indonesian Pro-Democracy Movement in a Changing World oleh Rofik Suhud, Bandung, Mizan, 1998, h. 91

Page 49: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

42

Petisi 50 merupakan bagian dari oposisi moderat di Indonesia. Slamet Bratanata

pernah menegaskan bahwa dia dan anggota-anggota lain Petisi 50 “tidak hanya

moderat tetapi juga merupakan juru bicara bagi nilai-nilai tengah-kanan” (Borsuk

1992). Argumen dasar mereka adalah bahwa Soeharto sendiri, dan bukan mereka,

yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Anggota-anggota Petisi 50 adalah

antikomunis yang teguh, tetapi mereka sering menekankan kebutuhan akan

kesetaraan ekonomi dan sebagian dari tuntutan reformasi politik dan ekonomi mereka

memiliki karakteristik demokratis sosial.

Pada April 1991, unsur-unsur elite intelektual membentuk kelompok

prodemokrasi demokrat lain, Forum Demokrasi. Empat puluh lima intelektual

terkemuka mendirikan forum ini, sebagian sebagai reaksi atas dibredelnya tabloid

Monitor yang didakwa mencemarkan Islam ketika menerbitkan sebuah jajak pendapat

umum yang di dalamnya Nabi Muhammad ada di urutan sebelas. Serangan massa

yang tidak pernah dihukum terhadap majalah itu dan penangkapan atas editornya

mengguncang minoritas non-muslim, dan memperlihatkan pada mereka bahwa

kecenderungan Islam fundamentalis masih ada di Indonesia. Para pendiri forum juga

diilhami oleh tulisan dan aktifitas Valvac Havel di Cekoslovakia.5

5 Anders Uhlin, Oposisi Berserak, diterjemahkan dari Indonesian and the “Third wave of

Democratization”: the Indonesian Pro-Democracy Movement in a Changing World oleh Rofik Suhud, Bandung, Mizan, 1998, h. 96

Page 50: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

43

B. Sejarah Gerakan Oposisi di Pemerintahan Islam

Dalam literatur ilmu politik, kita mengenal kelompok penekan atau oposisi

dan kelompok berkuasa atau Status-Quo. Kelompok penekan ini muncul sebagai

respons atas hegemoni yang ada, dan dominasi yang dilakukan oleh kelompok

berkuasa. Kelompok penekan dapat berbentuk gerakan politik ekstrakekuasaan

(aktivitas massa), pemberontakan (insurgency), gerakan separatis, atau faksi politik

yang secara laten mengembangkan kekuatan dan melancarkan kritik terbatas pada

kelompok Status-Quo.

Ketika berbagai keberatan terhadap Usman secara bertahap semakin intensif,

beberapa lelaki berdiri dihadapan Usman di mesjid dan mengajukan keberatan

kepadanya. Usman terpaksa menggunakan kekerasan untuk menentang mereka, dan

perbuatannya ini pada gilirannya menyebabkan terpicunya bentrokan yang lebih

parah di pihak mereka. Pada saat yang sama, kondisi berubah sedemikian rupa

sehingga Usman tidak bisa melanjutkan pembicaraannya. Maka ia pun turun dari

mimbar dan Sahl bin Hunaif yang memimpin shalat jum’at pada waktu itu.6

Ketika itu pula orang-orang Mesir mengadukan persoalan-persoalan yang

mereka hadapi dan mereka merasa dizhalimi oleh Abdullah bin Abi Sarah (Gubernur

Mesir). Usman kemudian menulis surat kepada Abdullah bin Abi Sarah dan dia

memperingatkannya dengan peringatan yang sangat keras. Namun Abu Sarah tidak

6 Rasul Ja’fariyan, Sejarah Khilafah, terj, Jakarta, Al-Huda, 2006, h. 257

Page 51: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

44

mau menerima apa yang diperingatkan oleh Usman. Dia bahkan memukul orang-

orang Mesir yang diutus oleh Usman dan membunuhnya.7

Ketika keberatan terhadap Usman semakin tajam, beberapa penduduk Kufah

dan Mesir berangkat menuju Madinah atas permintaan para sahabat, seiring dengan

munculnya protes terhadap para penguasa Bani Umayyah di kota-kota tersebut.

Rombongan ini dipimpin oleh Abdurahman bin Udais Balawi yang merupakan salah

satu dari mereka yang bersumpah setia kepada keluarganya, dengan Muhammad bin

Abi Hudzaifah. Ibnu Syubbah juga menyampaikan surat yang ditulis oleh bangsa

Mesir kepada Usman sebelum menuju ke Madinah. Mereka memberitahukan tentang

wajibnya mewujudkan perintah-perintah ketuhanan, yang berhubungan dengan ayat-

ayat al-Qur’an, “kalian ini mengaku berhak ditaati oleh kami, sedangkan menurut al-

Qur’an, ketaatan kepada orang yang tidak taat kepada Allah tidak diperbolehkan. Jika

kau taat kepada Allah, konsekuensinya, kami akan segera mengetahui bahwa kau

telah berencana melenyapkan diri.”

Usman mengutus Ammar ke sana untuk menenangkan orang-orang Mesir itu.

Namun ia tidak sadar bahwa Ammar sendiri setelah dikirim ke Mesir justru

mendorong penduduk untuk menentang Usman. Setelah pengusiran Ammar,

beberapa orang ingat ada sekita 400 hingga 700 orang datang ke Madinah.

Rombongan ini mendatangi Usman dan wakilnya dan mengajukan permintaan-

7 Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa diterjemahkan oleh Samson Rahman, Jakarta, Pustaka

Al-Kautsar, 2001, h.181

Page 52: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

45

permintaannya sebagai berikut: pertama, mengembalikan orang-orang yang

diasingkan; kedua, membayar hak-hak orang miskin; ketiga, bertindak berdasarkan

al-Qur’an dan hak-hak orang miskin. Usman bertaubat secara formal kepada mereka

dan memperingatkan mereka untuk menghindari perpecahan. Berkaitan dengan

kesepakatan Usman, sebuah perjanjian bersama dituliskan antara Usman dan Imam

Ali yang ditunjuk sebagai duta antara penduduk dan Khalifah. Lima kalimat

disebutkan dalam perjanjian ini. Tiga di antaranya telah disebutkan di atas. Yang

keempat adalah menerapkan keadilan dalam mendistribusikan dan mempekerjakan

orang yang cukup layak dan kuat untuk menangani masalah-masalah ini.8

Selanjutnya pada masa pemerintahan Ali penuh dengan tantangan dan gejolak

kekerasan. Kejadian-kejadian itu tidak terlepas dari peristiwa sebelumnya, yaitu

terbunuhnya Khalifah Utsman. Umat Islam terpecah belah penuh dengan permusuhan

dan saling menjatuhkan. Ali berhadapan dengan kelompok Muawiyah yang didukung

penduduk Syam, para pengikut Thalhah dan Zubair, orang-orang Khawarij dan

kelompok lain yang merasa dikecewakan. Semua itu membuat pemerintahan Ali

makin tidak stabil. Belum lagi dengan sejumlah gerakan lokal yang tidak hanya

bertujuan untuk merongrong kepemimpinan Ali tetapi juga bisa menghancurkan

sendi-sendi Islam.

Penentangan terhadap Ali dimulai sejak terbunuhnya Utsman. Pada saat itu,

kaum oposan mengambil kesempatan dengan dalih dituntaskannya kasus

8 Rasul Ja’fariyan, Sejarah Khilafah, terj, Jakarta, Al-Huda, 2006, h.259

Page 53: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

46

pembunuhan terhadap Utsman. Tuntutan itu hanya sekedar tameng. Karena terbukti

mereka sendiri tidak mencintai Utsman. Bahkan sebagian di antaranya pernah

melakukan penentangan terhadap kepemimpinan Utsman. Perbedaan pendapat

semakin meruncing ketika kaum oposan didukung oleh Thalhah, Zubair dan Aisyah.

Puncak dari segala perbedaan pendapat itu adalah terjadinya perang Jamal. Sebuah

tragedi yang menelan 13.000 korban dari kedua belah pihak.

Tantangan selanjutnya, Ali berhadapan dengan kelompok ekstrim khawarij

yang berpusat di Hutara. Sebagian mereka bisa disadarkan oleh Abdullah bin Abbas

yang diutus Ali untuk melakukan pendekatan. Namun tidak sedikit di antaranya yang

makin membangkang. Mereka melakukan tindakan makar di Naharwan, dan

membunuh Abdullah bin Khobab Al-Arof. Ali berusaha melakukan perlawanan

sehingga Naharwan berubah menjadi medan pertempuran.

Terdapat perbedaan pokok antara gerakan oposisi pada masa Utsman dengan

gerakan oposisi kaum Khawarij. Unsur oposan yang melawan Utsman berasal dari

berbagai wilayah kekuasaan, bukan hanya dari satu golongan tertentu. Sedangkan

oposisi Khawarij adalah oposisi partai, oposisi madzhab dengan segala atributnya,

yang kemudian berkembang menjadi “ideologi” tersendiri.

Kaum Khawarij memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah hanya secara lahiriah,

tanpa melihat maksud dan tujuan yang lebih mendalam. Sehingga sering lepas dari

Page 54: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

47

kaidah beroposisi yang benar, yang mengutamakan musyawarah menuju Amar

Ma’ruf Nahi Munkar.9

Selanjutnya pada masa Bani Umayyah yang bersistem pemerintahan yang

monarki, konstruksi oposisi secara otomatis terbangun dengan gerakan politik

ekstrakekuasaan dan pemberontakan. Dalam konteks sejarah Bani Umayyah,

pemberontakan banyak yang dapat dipadamkan oleh Khalifah. Akan tetapi, ada dua

gerakan yang menarik untuk diulas dalam hal ini, yaitu gerakan yang dibangun oleh

Abdullah bin Zubeir bin Awwam di Hijaz dan gerakan yang dibangun oleh Abul

Abbas As-Saffah di Kufah. Kedua gerakan ini eksis dalam rentang waktu yang cukup

lama dan memiliki legitimasi dari kelompok dan daerah masing-masing.

Pertama, gerakan Abdullah bin Zubeir. Gerakan ini merupakan stimulasi

kekecewaan warga di daerah jazirah Arab (Hijaz dan sekitarnya) atas kepemimpinan

Muawiyah bin Abu Sufyan dan khalifah di bawahnya. Gerakan in mengakar pada

kekecewaan atas sikap Muawiyah yang secara taktis merebut kekuasaan atas Ali

dengan perundingan yang dianggap tidak fair (peristiwa tahkim). Pasca pembantaian

Karbala yang melahirkan Syiah sebagai faksi teologis tersendiri, penduduk Hijaz

membai’at Abdullah bin Zubeir sebagai Khalifah dan mulai mengonsolidasi diri.

Kekuatan oposisi terbangun. Abdullah bin Zubeir yang mendapat legitimasi

politik dari orang-orang Mekkah dan Madinah mulai membangun pertahanan di

9 Jabir Qumihah, beroposisi menurut Islam, jakarta, gema insani press, 1991, h.107

Page 55: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

48

Mekkah. Kedekatan Abdullah bin Zubeir dengan kaum ulama semakin memperkokoh

kedudukannya sebagai pemimpin oposisi, ditambah dengan melemahnya kekuatan

Damaskus sepeninggal Muawiyah. Konstruksi gerakan oposisi ini merupakan respons

atas terbunuhnya Husein bin Ali dan hilangnya hak politik Hasan bin Ali oleh

Damaskus. Disparitas kekuasaan yang begitu mencolok juga menjadi sebuah alasan

bagi terbentuknya gerakan oposisi tersebut pada waktu itu.

Abdul Malik bin Marwan seorang khalifah Umawiyah mengirim utusan

kepada gubernur Madinah untuk mengambil sumpah orang-orang agar membaiat dua

orang anaknya, yaitu Walid dan Sulaiman, sepeniggalnya sebagai khalifah. Tetapi

Sa’id bin Musayyab menolak baiat tersebut. Sa’id berkali-kali diperintahkan agar

mencabut penolakannya. Ia pun tetap bersikeras memegang pendapatnya itu sampai

ia dicambuk enam puluh kali cambukan, namun ia tetap menolak baiat tersebut.

Kemudian Sa’id bin Musayyab dipanggil untuk diberi uang tiga puluh ribu

dirham, sebagai hadiah dari gubernur, tetapi ia menolaknya seraya berucap, “saya

tidak membutuhkan hadiah itu dan juga apa yang ada pada Bani Marwan sampai aku

bertemu Allah SWT., lalu Allah mengadili antara saya dan mereka.”10

Namun, ternyata rekonsolidasi kekuatan Bani Umayyah di era kepemimpinan

Khalifah Abdul Malik bin Marwan berhasil mengalahkan kekuatan oposisi yang telah

terbangun tersebut. Di sini, menarik untuk dicermati bahwa pemerintahan yang kuat

10 Fahmi Huwaydi, Demokrasi, oposisi, dan Masyarakat Madani , h. 137

Page 56: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

49

dapat melemahkan gerakan oposisi. Apalagi dengan tampilnya Abdul Malik bin

Marwan dengan panglima Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi sebagai pemimpin perang

yang ahli dalam strategi, Bani Umayyah menjadi semakin kuat dan tangguh.

Umar bin Hubairah salah seorang pembantu (Gubernur) Yazid bin Abdul

Malik, khalifah Umawi. Pada suatu hari, Umar bin Hhubairah memanggil Hasan Al-

Bashri, Ibnu Sirin, dan Sya’bi, ia mengatakan kepada mereka, “Amirul mukminin

telah memberikan tugas kepadaku, apabila aku melaksanakannya, aku takut akan

agamaku. Tetapi, apabila aku tidak melaksanakannya, aku atakut akan diriku

(nyawaku).” Kemudian Asy-Sya’bi ban Ibnu Sirin memberikan pengarahan secara

lembut. Sedangkan Hasan Al-Bashri mengatakan kepadanya, “Wahai Ibnu Hubairah,

takutlah kepada Allah dalam mengabdi kepada Yazid. Janganlah takut kepada Yazid

dalam mengabdi kepada Allah. Wahai Ibnu Hubairah, sesungguhnya Allah akan

mencegahmu dari yazid, sedangkan Yazid tidak bisa mencegahmu dari Allah. Wahai

Ibnu Hubairah, sesungguhnya tidak ada ketaatan bagi seorang makhluk untuk berbuat

maksiat kepada Allah. Apabila surat Yazid sesuai dengan Kitab Allah, maka

laksanakanlah, dan bila bertentangan, janganlah kamu melaksanakannya. Allah Swt

lebih layak untuk kamu taati dari pada Yazid, dan Kitab-Nya lebih layak untuk

engkau laksanakan dari pada kitab Yazid.” Kemuadian Ibnu Hubairah berkata,

“Syaikh ini telah membuatku percaya.”

Page 57: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

50

Fenomena berbeda justru terjadi pada kekuatan oposisi yang dibangun oleh

Abul Abbas As-Saffah. Mereka memanfaatkan disparitas dan ketidakadilan yang

dialami oleh kelompok mawalli (non-Arab) yang merasa dinomorduakan pada

kepemimpinan Bani Umayyah, kecuali era Umar bin Abdul Aziz. Gerakan Abbasiyah

juga memainkan peran yang penting dalam proses pembentukan gerakan dengan aksi-

aksi yang laten namun mengancam eksistensi pemerintahan. Isu-isu yang dibawa oleh

gerakan, didukung oleh kekuatan eksternal dari orang-orang mawalli, efektif sebagai

gerakan oposisi yang mengancam kekuasaan.

Di sini, sekali lagi struktur pemerintahan menjadi sebuah parameter

keberhasilan. Pasca-era Hisyam bin Abdul Malik, pemerintahan Bani Umayyah telah

menjadi pemerintahan yang lemah (weak government). Lemahnya pemerintahan,

hilangnya figur Khalifah yang strategis, serta efektivitas gerakan telah menguatkan

posisi gerakan Abbasiyah. Hingga akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi

gerakan politik total yang berhasil merebut kekuasaan pada tahun 750 M.

Dari dua gerakan tersebut, kita patut mencermati dua fenomena. Pertama,

struktur pemerintahan yang lemah dan kuat menentukan efektivitas dari gerakan

oposisi atau kelompok penekan tersebut. Ketika figur Khalifah yang memimpin

Daulah bukan figur yang baik secara manajerial, kelompok penekan menjadi begitu

kuat dan berhasil mengancam kekuasaan. Akan tetapi, pemerintahan yang kuat dan

dibantu kekuatan militer yang berada di bawah kekuasaan pemerintah dapat

Page 58: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

51

memperlemah kekuatan oposisi. Di sini, kuat atau lemahnya struktur pemerintahan

berpengaruh besar.

Kedua, gerakan oposisi memerlukan legitimasi politik. Dua gerakan di atas

dapat bertahan lama dan menjadi ancaman besar karena mereka memiliki legitimasi

politik dari kelompok pendukung. Gerakan Abdullah bin Zubeir mendapat legitimasi

dari orang-orang Hijaz, sedangkan Gerakan Abul Abbas As-Saffah mendapat

legitimasi politik dari orang-orang Mawalli dan Bani Abbas di Mekkah. Legitimasi

menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan sebuah gerakan, karena pemerintah juga

memerlukan legitimasi untuk menanamkan pengaruh dan kekuasaannya.

Sejarah perkembangan Islam selalu menarik untuk dijadikan bahan kajian.

Dengan sejarah, kita dapat mengetahui perkembangan Islam secara lebih detil dan

mendalam. Sejarah juga menceritakan fakta-fakta menarik yang selalu dijadikan

hikmah atas peristiwa, agar kita dapat mengambil pelajaran dan menjadikan sejarah

tersebut sebagai bahan pertimbangan kita dalam bersikap.

Pendekatan sejarah telah menjadi sebuah perspektif dalam ilmu politik, yaitu

pendekatan behavioralisme atau pattern of political behavior (Budiardjo, 1993: 17)1.

Sejarah member analisis tentang Sebagai unit analisis, sejarah telah banyak memberi

kontribusi dalam pengembangan pemikiran politik dan menceritakan pola-pola

kecenderungan dalam perkembangan politik. Sehingga, ketika kita berbicara tentang

politik, kita juga tak dapat melepaskan diri dari sejarah yang melatarbelakanginya.

Page 59: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

52

Dalam diskursus politik Islam, sejarah sangat memberi kontribusi karena

pemikiran-pemikiran politik Islam tak dapat dilepaskan dari perilaku orang-orang

terdahulu. Ketika kita berbicara tentang pemikiran politik Ibnu Taimiyyah, misalnya,

kita tak dapat melepaskan sebuah fakta bahwa pemikiran politik Islam yang

ditelurkannya berkaitan dengan kondisi sosiologis dan kondisi politik yang terjadi

pada era tersebut. Atau pemikiran Ibnu Khaldun yang selama ini dikenal sebagai

‘Bapak Sosiologi Islam’, juga tak dapat dilepaskan dari konteks historis dan sosial-

politik pada era tersebut (Ralliby, 1960).

Tak hanya itu, model negara yang sekarang banyak menjadi wacana publik

juga tak dapat dilepaskan dari wacana historis. Konstruksi negara khilafah yang

dicita-citakan oleh beberapa harakah Islam banyak mengambil sampel pada konsep

khilafah ketika era Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyyah.

Model kesejahteraan umat dan keadilan sosial pun sedikit banyaknya berasal dari

sejarah umat Islam di era-era tersebut. Sehingga, sejarah tak dapat dilepaskan begitu

saja dari pokok kajian ilmu politik –terutama politik Islam— agar terjadi

kesinambungan antara sejarah dan masa depan.

Dalam pendekatan behavioralisme, lebih jauh, akan ada sebuah variabel

penting yang tak dapat dipisahkan, yaitu aktor sejarah. Peristiwa-peristiwa yang

tercatat dalam sejarah hanya akan terekam dalam memori kita ketika ada aktor

intelektual –atau aktor utama—yang menjadi penggerak dalam peristiwa tersebut.

Page 60: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

53

Misalnya, ketika kita berbicara mengenai perang shiffin, kita pasti akan mengingat

sebuah peristiwa penting yang mengubah konstruksi dan konstelasi politik pada masa

tersebut, yaitu peristiwa tahkim

Harus dicatat, peristiwa tahkim adalah strategi yang sangat efektif yang

berasal dari Amr bin Ash, negosiator ulung dari kalangan Muawiyah. Peran Amr bin

Ash menjadikan sejarah harus berubah dan menempatkan kemenangan Muawiyah

atas Ali. Maka, tak salah jika Thomas Carlyle mengatakan bahwa “history is story of

great men” (sejarah adalah cerita tentang orang-orang besar)4.

Dalam konteks dinasti Umayyah, aktor juga berperan dominan. Kami

menggunakan pendekatan aktor sejarah ini dengan mengaitkan keberhasilan

pembangunan politik yang dilakukan dengan keberadaan para khalifah yang berkuasa

pada era tersebut. Pendekatan aktor ini penting karena konstruksi ketatanegaraan pada

era tersebut menempatkan kedudukan Khalifah yang begitu sentralistik serta istana-

sentris.11

Maka, pendekatan behavioralisme sangat berperan dalam mengupas

persoalan-persoalan penting dalam mengupas sejarah politik dan pemerintahan Islam

di Era Dinasti Umayyah. Dalam hal ini, kami mencoba untuk mengupas sejarah

Dinasti Umayyah yang menjadi aktor utama dalam sejarah Islam Pasca-Ali.

11 http://kammikomsatugm.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Agusttus 2010

Page 61: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

54

Page 62: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

BAB IV

KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN

(STUDI KOMPARATIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF)

A. Konsep Partai Oposisi Dalam Sistem Pemerintahan Menurut

Hukum Islam

Islam sebagai sebuah pandangan hidup yang menyeluruh telah mengatur

seluruh aspek kehidupan manusia; baik sebagai pribadi, keluarga, jamaah (kelompok)

dan masyarakat. Peran dan posisi bagian masyarakat dalam Islam telah ditentukan

dengan rinci dan tegas. Termasuk dalam hal ini keberadaan partai politik.

Partai politik pertama kali berkembang di negara-negara Eropa Barat pada

akhir abad ke 18 dan abad ke 19. Munculnya partai politik merupakan upaya dari

kelompok tertentu yang berada di luar lingkungan politik untuk bersaing

memperebutkan kekuasaan atau jabatan pemerintahan dalam rangka untuk dapat ikut

mengendalikan kebijakan pemerintah.1

Keberadaan partai politik di kalangan intelektual Muslim merupakan suatu hal

yang masih terbilang kontroversial. Di antara intelektual Muslim yang tidak setuju

dengan keberadaan partai politik adalah Hasan al-Banna, menurutnya, partai politik

lebih mendapatkan legitimasinya ketika partai politik yangg ada di Mesir tidak lebih

1 Aay Muhammad Furkon, PKS Ideologi Dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, Jakarta, Teraju, 2004, h. 62

54

Page 63: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

55

dan tidak bukan dari sekedar sebuah partai politik ‘karbitan’ dari pada sungguhan.

Kemunculan berbagai partai politik di Mesir lebih didorong oleh inisiatif pribadi, dari

pada kepentingan nasional. Karena itu, Al-Banna menilai jika memang pada

kenyataannya sistem multi partai malah membuat umat jadi terpecah belah, terjadi

perselisihan, dan permusuhan, maka jelas ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Namun menurut Yusuf Qardlawy pandangan Al-Banna tentang partai politik tersebut

di atas merupakan sebuah pandangan kenyataan politik yang terjadi di Mesir pada

waktu itu saja.

Karakteristik partai politik Islam: pertama, partai politik Islam biasanya

concern terhadap perjuangan dan kepentingan politik masyarakat muslim serta

berusaha untuk mempertahankan dan memelihara segala hak dan kewajiban

masyarakat muslim. Kedua, partai itu secara resmi mengadopsi Islam (ideologi

keislaman), yakni harus mengakui Islam – baik dari segi akidah maupun syariat – dan

tidak memusuhi atau mengingkarinya, meskipun dalam partai diperbolehkan

melakukan ijtihad dalam memahami Islam dengan menggunakan paradigma

ilmiahyang telah ditetapkan. Dan tidak bekerja untuk kepentingan pihak yang

memusuhi Islam dan umatnya.2 Ketiga, partai Islam menggunakan simbol-simbol

yang identik atau secara dekat diasosiasikan dengan Islam.3

2 Fahmi Huwaydi, Demokrasi, oposisi, dan Masyarakat Madani , h. 236 3 AM Fatwa, Satu Islam Multi Partai, Bandung, Mizan, 2000, h. 13

Page 64: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

56

Satu ciri yang mengemuka dari partai Islam lainnya berupa penggunaan istilah

Dewan Syura yang merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip Syura sebagai warisan

sistem pemerintahan Islam yang dirintis oleh Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh

Khulafaur Rasyidin sebagai acuan politik Islam.

Dalam anggaran dasar partai Islam menyebutkan bahwa partai dibentuk

dengan dua tujuan: pertama, menegakan kedaulatan negara dan agama Islam. Kedua,

melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan4

Dalam menjalankan aksi perjuangannya partai sebuah partai oposisi Islam

harus memiliki prinsip-prinsip di antaranya: pertama, prinsip persamaan, yakni:

persamaan dalam kehidupan sosial, persamaan hak membela diri, persamaan

tanggung jawab dalam menjalankan kehidupan bernegara, persamaan hak dalam

memberikan saran dan nasihat untuk kebaikan, persamaan hak mengatur kehidupan

ekonomi. Implementasi prinsip persamaan dalam hukum Islam pada hakikatnya

bertujuan agar setiap orang atau golongan menemukan harkat dan martabat serta

dapat mengembangkan potensinya secara wajar dan layak. Prinsip persamaan juga

akan menimbulkan sikap kepedulian dan tolong-menolong, yaitu ikut serta

mewujudkan kehidupan bernegara yang baik. Oleh karena itu partai oposisi sebagai

kekuatan penyeimbang harus menanamkan prinsip ini, agar bersikap peduli dan mau

berperan serta (memberi kritik dan saran) kepada pemerintah.

4 Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme Dalam Politik Islam, Jakarta,

Paramadina, 1997, h. 71

Page 65: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

57

Kedua, prinsip keadilan, menuntut agar partai oposisi bersikap adil dalam

menentang para pelaku kejahatan khususnya para penguasa. Sebab sebuah partai

oposisi Islam yang membiarkan atau menutup-nutupi para penguasa yang melakukan

kejahatan dan dosa, merupakan cerminan sikap yang tidak adil. Partai oposisi yang

adil menentang siapa saja yang melakukan kejahatan agar ketidakadilan tidak

merajalela.

Ketiga, prinsip musyawarah, tanpa musyawarah persamaan dan adil itu

mustahil dapat dipenuhi, karena di dalam musyawarah semua peserta memiliki

persamaan kesempatan secara adil untuk mengungkapkan pendapat dan pandangan

masing-masing terhadap masalah yang dirundingkan. Nabi Muhammad sebagai

contoh teladan sebagai kepala negara telah membudayakan praktek musyawarah di

kalangan para sahabatnya. Sejarah membuktikan bahwa beliau seringkali

bermusyawarah dengan para sahabatnya untuk meminta saran dan pendapat mereka

dalam soal kemasyarakatan dan kenegaraan. Keempat, prinsip terakhir yaitu prinsip

amar ma’ruf nahi munkar. Prinsip ini merupakan prinsip utama partai oposisi, karena

dengan prinsip ini sebuah partai oposisi Islam diwajibkan mempunyai kepedulian

sosial, baik untuk tugas amar ma’ruf maupun tugas nahi munkar.5

Di samping harus memiliki prinsip-prinsip tersebut di atas sebuah partai

oposisi Islam juga harus diisi oleh para ulama, cendekiawan (kaum reformis). Karena

5 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah, Jakarta,

RajaGrafindo Persada, 1994, h. 262

Page 66: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

58

para ulama dan para cendekia adalah orang-orang yang mampu menggerakan partai

oposisi Islam sesuai dengan arah dan tujuannya. Mereka mampu menyampaikan

dengan baik aspirasi serta keluhan yang dirasakan masyarakat pada umumnya.

Seperti contoh tindakan para ulama terdahulu terhadap para penguasa. Diriwayatkan

bahwa Hisyam bin Abdul Malik sedang mengerjakan haji, lalu ia berkata, “Hadapkan

kepadaku seorang sahabat Nabi Saw.!” Lalu dikatakan kepadanya, “Mereka semua

telah wafat!” ia berkata lagi “Dari para tabi’in”. Kemudian dihadapkan kepadanya

Thawus Al-Yamani. Lalu Thawus mengahadap kepadanya, dia melepas dan

meletakan sandalnya di tepi karpet seraya mengucapkan, “Assalamu’alaika ya

Hisyam”. Setelah itu ia duduk di hadapanya, dan mengatakan, “Bagaimana kabar

Anda, wahai Hisyam?” maka Hisyam pun sangat marah sampai ia bermaksud untuk

membunuhnya. Lalu dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya Anda berada di tanah

Allah dan Rasul-Nya dan Anda tidak boleh berbuat seperti itu.” Maka Hisyam

berkata kepada Thawus, “apa yang menyebabkan kamu berbuat seperti itu?” lalu

Thawus balik bertanya, “Apa yang telah aku perbuat?” kemudian Hisyam

mengutarakan apa yang telah menyebabkannya marah sehingga mengatakan, “Kamu

tidak menyebut kepadaku dengan sebutan Amirul Mukminin ketika mengucapkan

salam kepadaku” Thawus pun segera menjawab, “tidak semua orang rela dengan

kepemimpinanmu, sedang aku tidak suka berdusta.”

Dalam kisah lain diceritakan bahwa Abu Ja’far Al-Manshur, Khalifah kedua

Bani Abbas memanggil Sufyan Tsauri, katanya, “Wahai Abu Abdillah, berikanlah

Page 67: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

59

nasihat kepadaku!” lalu Sufyan menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, engkau tidak

mengerjakan apa-apa yang telah engkau ketahui, lalu apakah aku akan menasihatimu

atas apa-apa yang tidak engkau ketahui?” Kemudian Al-Manshur bertanya, “apa yang

mencegahmu untuk datang kepadaku?” Sufyan pun menjawab, “Allah Swt telah

berfirman, ‘Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang

menyebabkan kamu disentuh api neraka” (QS Hud : 113)

Penduduk Bashrah juga berjanji kepada Al-Manshur bahwa mereka tidak akan

berontak terhadapnya. Apabila mereka melanggarnya, maka boleh dibunuh.

Kemudian mereka melanggar janji mereka dan melakukan pemberontakan

terhadapnya. Al-Manshur bermaksud menerapkan apa yang telah mereka janjikan

kepadanya. Lalu ia bertanya kepada Abu Hanifah An-Nu’man tentang masalah itu.

Maka Abu Hanifah menjawab, “Mereka telah memberikan syarat atas apa yang tidak

mereka miliki, dan kamu telah memberikan syarat kepada mereka atas apa yang tidak

kamu miliki. Apabila kamu membunuh mereka, maka kamu telah melakukan apa

yang tidak dihalalkan.”6

6Fahmi Huwaydi, Demokrasi, oposisi, dan Masyarakat Madani , h.139

Page 68: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

60

Jelaslah bagi kita tentang keberadaan partai oposisi yang bekerja untuk Islam,

yaitu dengan syarat:

1. Partai itu harus dari kalangan (beranggotakan) kaum muslimin,

khususnya para ulama dan cendikiawan Muslim

2. Partai oposisi haruslah menjadikan aqidah Islam sebagai dasar

keberadaannya dan menjadikan syariat Islam sebagai pangkal tolak

dari hukum yang dijadikan pegangannnya.

3. partai oposisi harus menggunakan prinsip persamaan, keadilan,

musyawarah, dan amar ma’ruf nahi munkar dalam perjuangannya.

4. Partai oposisi harus beraktivitas menyeru kepada yang ma’ruf

(melaksanakan syariat) dan mencegah kemungkaran (mencegah

pelanggaran terhadap syariat). Bahkan kegiatan amar ma’ruf nahi

munkar inilah bagian terpenting dari keberadaan partai oposisi

tersebut dalam masyarakat Islam, yaitu mengawasi para penguasa

(‘muhasabah lil Hukam’) serta menyampaikan nasehat kepadanya

apabila dalam aktivitas pemerintahannya terdapat penyimpangan

dan penyelewengan terhadap syariat Islam (misalnya bersikap

zhalim, fasik dan lain-lain).

Page 69: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

61

B. Konsep Partai Oposisi Dalam Sistem Pemerintahan Menurut

Hukum Positif

Partai adalah simbol kesadaran kolektif kelompok-kelompok masyarakat akan

hak-hak mereka di dalam kehidupan negara modern. Barangkali tidak seorang pun

tokoh pergerakan yang tidak dibesarkan melalui partai, dan sebaliknya hampir tidak

ada tokoh kebangsaan kita yang tidak membesarkan partai sebagai alat perjuangan

menentang represi politik-ekonomi kolonial di satu pihak dan meraih kemerdekaan

nasional di pihak lain.7

Partai-partai politik di dalam format politik Orde Baru tentulah tidak bisa

dianggap sama dengan partai-partai yang dikenal di dalam sistem demokarasi pada

umumnya, lebih khusus lagi demokrasi Barat. Perbedaannya terletak pada kuatnya

faktor pemerintah dalam membentuk performance dan citra diri partai dalam

kehidupan politik nasional. Seperti diketahui, faktor pemerintah itu tidak hanya hadir

ketika partai-partai harus dilahirkan dalam bentuk ‘baru’ (melalui fusi), atau ketika

partai-partai membutuhkan pengakuan dan legalitas, atau tatkala ideologi nasional

Pancasila harus diterima sebagai satu-satunya asas, tetapi juga dalam persoalan-

persoalan yang niscaya merupakan masalah intern mereka sendiri. Adanya kebijakan

pembinaan politik atas partai adalah jelas dari kuatnya faktor pemerintah itu. (demito

h. 73)

7 Adi Sasono dkk. Demitologisasi Politik Indonesia Mengusung Elitisme dalam OrBa,

Jakarta, Pustaka CIDESINDO, 1998, h.89

Page 70: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

62

Dengan demikian, maka mungkinkah partai-partai politik kita di dalam format

politik yang berlaku dewasa ini bisa mandiri? Kalau mandiri didefinisikan sebagai

kondisi di mana OPP bisa menentukan identitas maupun kebaradaannya secara bebas

tanpa campur tangan pihak luar, khususnya birokrasi, maka hampir dipastikan tidak

mungkin. Ini berarti bahwa kemandirian dalam pengertian tulisan ini adalah

“kemandirian terbatas” di mana faktor pemerintah tetap hadir karena memang tidak

bisa dipisahkan sepenuhnya dalam pertumbuhan dan keberadaan partai politik di

dalam format politik yang berlaku.

Pelembagaan oposisi adalah proyek demokrasi yang seharusnya dibangun,

menyusul ambruknya sebuah rezim otoriter. Gunanya aadalah agar masa transisi

menuju demokrasi dapat dipakai secara efektif untuk mencegah rekonsolidasi sisa-

sisa rezim lama, dan sebaliknya mempercepat pelembagaan demokrasi yang baru

diperoleh itu. Pengalaman dari negara-negara yang pernah dan sedang mengalami

masa transisi menunjukan, ambruknya sebuah rezim otoriter tidak dengan sendirinya

mengakhiri jaringan kekuasaan dari rezim itu. Kekacauan politik karena terbukanya

pintu kebebasan, sering menjadi alasan kembalinya kekuatan inti rezim lama untuk

memanipulasi kecemasan publik, dengan menawarkan ulang ideologi stabilitas dan

keamanan sebagai kunci pengendalian situasi. Apalagi bila pemerintahan yang baru

merupakan hasil kompromi pragmatis yang ikut didukung oleh sisa-sisa kekuatan

rezim lama.8

8 Panduan Parlemen Indonesia, Jakarta, Yayasan API, 2001, h. 15

Page 71: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

63

Seburuk apapun wajah partai keberadaannya sangat penting, ia harus tetap ada

dan harus terus memperbaiki diri. Pengalaman di berbagai negara membuktikan hal

tersebut. Di Pkaistan misalnya, pada era pemerintahan Ayub Khan, 1958, di mana ia

membubarkan parlemen demi menjaga stabilitas. Akan tetapi setelah sistem

kepartaian dihilangkan yang terjadi justru otoriterianisme, sehingga membuat

presiden Khan mencabut keputusannya. Indonesia juga mengalami hal yang sama,

saat Presiden Soekarno membubarkan parlemen melalui dekrit Presiden 1959. Tetapi

yang terjadi setelah itu justru kondisi politik yang tidak sehat. Ini membuktikan,

partai tetaplah diperlukan. Hanya saja, kita mengharapkan setelah sepuluh tahun

reformasi, partai juga melakukan transformasi menuju partai modern yang dapat

mewakili rakyat secara nyata. Dan itu hanya dapat diraih salah satunya melalui

rekrutmen politik yang sehat.9

Partai oposisi harus mempunyai ideologi, karena ideologi dapat digunakan

sebagai identitas atau karakteristik suatu partai politik, sehingga semua orang –

terutama para pemilih yang berhak memberikan suara – dapat dengan mudah

membedakannya dengan partai politik lain. Dalam kaitan ini, ideologi adalah basis

sistem nilai dan faham yang menjelaskan mengapa suatu partai politik harus ada.

Selain itu, ideologi merupakan basis perjuangan atau cita-cita yang ingin dicapai

suatu partai politik. Dengan demikian, ideologi seharusnya melekat pada kehadiran

suatu partai politik. Agar dapat dikatakan sebagai penganut ideologi tertentu, suatu

9 Zaenal A. Budiono, Demokrasi Bukan Basa-Basi, Jakarta, DCSC Publishing, 2008, h. 100

Page 72: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

64

sistem nilai, kepercayaan, dan norma harus tercermin dalam semua aspek organisasi

partai politik bersangkutan.10

Ideologi partai politik adalah dimensi yang kompleks. Untuk menganalis

ideologi partai politik dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, dari isi orasi, figur

yang ditonjolkan, visi dan misi partai, strategi partai, struktur organisasi, media

komunikasi, dan isu-isu politik yang ditawarkan kepada publik. Bahkan bukan hanya

itu, ideologi partai politik pun dapat dicermati melalui hal-hal yang bersifat non-

organisasional alias individual seperti cara berpakaian, bahasa tubuh dan karakter

fungsionaris partai serta kandidat yang akan diusung. Sedangkan ideologi politik

memayungi organisasi partai politik secara keseluruhan termasuk perilaku-perilaku

yang muncul di dalamnya. (firmanzah 107)

Menurut pasal 9 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik disebutkan

bahwa “Asas Partai Politik tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” Pancasila sebagai dasar

ideologi kebangsaan partai, khususnya partai oposisi. Karena Pancasila adalah

identitas kebangsaan dan keindonesiaan, atau ciri kultur “masyarakat Indonesia”, atas

mana negara Indonesia dibentuk. Nilai-nilai yang dikandung dalam Pancasila

dianggap sebagai perangkat nilai yang mampu menjadi perekat sosial sekaligus

10 Firmanzah Ph.D, Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik Di

Era Demokrasi, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2008, h. 105

Page 73: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

65

referensi ideal yang seharusnya dipelihara dan diperjuangkan dalam bidang sosial,

politik, dan budaya.11

Selain harus mempunyai ideologi sebagai ciri dan identitas suatu partai. Partai

oposisi juga harus mempunyai konstituen, pendukung atau orang-orang yang

diwakilinya. Keberadaan sebuah partai politik tidak luput dari pendukung, khususnya

partai oposisi yang siap bekerja untuk memperjuangkan aspirasi dan tuntutan

masyarakat yang diwakilinya. Menurut UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Pasal 8

ayat (1) huruf b – e menyebutkan bahwa:

“Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan:

b. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah provinsi;

c. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah kabupaten/kota di provinsi

yang bersangkutan;

d. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan

perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;

e. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000

(satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada setiap kepengurusan partai politik

sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c yang dibuktikan dengan

kepemilikan kartu tanda anggota;”

Bagaimana pun persyaratan ini menjadi penting untuk dipenuhi, karena

bagaimana mungkin sebuah partai yang menyatakan oposisi terhadap pemerintah

dapat menyalurkan tuntutan kalau tidak mempunyai konstituen yang jelas. Suatu hal

yang sangat tidak diinginkan seperti pelanggaran persyaratan ini. Seperti contoh

keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) .Lembaga tertinggi pemutus sengketa

11 As’ad Said Ali, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta, LP3ES, 2009, h. 53

Page 74: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

66

konstitusi itu mengabulkan gugatan Koalisi Partai Masa depan partai-partai yang tak

lolos pemilu 2009-dengan membatalkan pasal 316 d UU 10 Tahun 2008 tentang

pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Konsekuensi dari putusan MK ini adalah 9

parpol kontestan pemilu 2009 dianggap menyalahi konstitusi. Sehingga apa pun kelak

hasil pemilu 2009 dengan sendirinya dapat dianggap melanggar UUD 1945. Karena

kesembilan partai tersebut tidak memenuhi electoral threshold (ET) pemilu 2004

tetapi memiliki kursi di parlemen.12

Yang tak kalah pentingnya partai oposisi juga harus mempunyai fungsi dan tujuan

yang jelas. Dalam Pasal 10 dan 11 UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

dinyatakan bahwa: “Tujuan umum Partai Politik adalah:

a. mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan

d. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan khusus Partai Politik adalah:

a. meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;

b. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara; dan

c. membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

12 Zaenal A. Budiono, Demokrasi Bukan Basa-Basi, Jakarta, DCSC Publishing, 2008, h. 87

Page 75: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

67

(3) Tujuan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diwujudkan secara konstitusional.

Pasal 11

(1) Partai Politik berfungsi sebagai sarana:

a. pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara

Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara;

b. penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

untuk kesejahteraan masyarakat;

c. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam

merumuskan dan menetapkan kebijakan

negara;

d. partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

e. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme

demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.”

Fungsinya sebagai penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik

masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan. Diharapkan benar-benar

mampu menuntut pemerintah untuk membuat kebijakan serta aturan-aturan yang

sesuai dengan keinginan masyarakat, juga mampu mendesak pemerintah untuk

merubah segala kebijakan serta aturan yang tidak mereka inginkan.

Selain itu, dalam memperjuangkan fungsi dan tujuannya partai oposisi juga

harus memiliki keanggotaan dan kepemimpinan yang mampu menggerakannya

dengan baik. Tentang keanggotan partai UU Parpol No. 2 Tahun 2008 pasal 14 ayat

(1) menyebutkan bahwa : “Warga negara Indonesia dapat menjadi anggota Partai

Politik apabila telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin.”

Page 76: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

68

Yang terakhir sebagai hal utama dalam perjuangan oposisinya partai oposisi

harus memakai dua prinsip sebagai berikut: pertama, prinsip musyawarah yang

tertera dalam pembukaan UUD 1945 Alinea Ke-4 yang menjadi salah sila juga dalam

Pancasila yaitu sila ke 4 yang berbunyi:

“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan”

Prinsip musyawarah menjadi acuan utama bagi pergerakan partai oposisi.

Dengan musyawarah partai oposisi dapat merundingkan serta membahas segala

permasalahan politik dengan pemerintah. Persolaan yang dihadapi jangan sekali

diselesaikan dengan jalan kekerasan, karena sekali-kali ia hanya merugikan semua

pihak

Kedua, prinsip keadilan, keadilan adalah menempatkan segala sesuatu sesuai

porsinya (proporsional). Segala bentuk kritikan, tuntutan itu harus disampaikan

secara berkeadilan, jangan sampai dilebih-lebihkan dan jangan juga dikurangi. Jika

hal demikian dilakukan oleh partai oposisi, maka akan menjadi bumerang sendiri bagi

partai oposisi. Karena dianggap tidak adil dalam menuntut setiap kesalahan yang

dilakukan pemerintah.

Page 77: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

69

C. Persamaan dan Perbedaan Antara Kedua Konsep

Terdapat beberapa persamaan yang dapat kita lihat dari paparan di atas antara

kedua konsep ini. Di antaranya:

1. Dalam konsep partai oposisi menurut hukum Islam bahwa sebuah partai

oposisi harus memiliki prinsip musyawarah dan keadilan dalam

perjuangannya. Sama halnya dengan hukum positif kita yang menerapkan

kedua prinsip ini dalam perjuangannya.

2. dalam konsep partai oposisi menurut hukum Islam bahwa sebuah partai

oposisi mempunyai prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Sama halnya

dengan konsep partai oposisi menurut hukum positif kita yang berfungsi

sebagai penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat

dalam merumuskan dan membentuk kebijakan.

Sedangkan terdapat beberapa perbedaan yang kita lihat dari paparan di atas

antara kedua konsep ini. Di antaranya:

1. Dalam konsep partai oposisi menurut hukum Islam ideologi partai adalah

Islam yang mempunyai nilai-nilai universal yang sangat luhur, dan

kompleks bagi segala bidang kehidupan. Sedangkan konsep partai oposisi

menurut hukum positif melandaskan ideologinya pada Pancasila yang

hanya mengandung sebahagian nilai Islam yang diadopsinya, dan masih

banyak kekurangan di dalamnya.

2. Dalam konsep partai oposisi menurut hukum Islam kenggotaan partai

oposisi harus diutamakan para ulama dan para cendikia muslim yang

Page 78: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

70

dapat merumuskan serta menyampaikan segala aspirasi dan tuntutan lebih

baik dan lebih terarah. Sedangkan konsep partai oposisi menurut hukum

positif kita keanggotaan partai sudah dapat diisi dengan warga negara

yang sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah menikah. Tanpa

mengutamakan para cendikia dan ilmuwan. Sehingga dikhawatirkan akan

terjadi kesalaharahan dalam menyampaikan segala aspirasi serta tuntutan

masyarakat, karena tidak memikirkan secara matang metode serta jalan

yang diambil dalam melaksanakannya.

Page 79: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekuasaan pemerintahan adalah amanah yang dipercayakan umat kepada

seorang atau beberapa orang yang mampu menjaga dan melaksanakannya dengan

baik. Namun sediakalanya amanah itu tak sepenuhnya diberikan tanpa ada prasyarat

yang harus dijalankan. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi sebuah

penyelewengan amanah yang telah dipercayakan tersebut.

Dari adanya prasyarat tersebut di atas membuka peluang bagi adanya sebuah

kelompok atau golongan yang mampu mengawasi, serta mau memberikan solusi agar

prsyarat tersebut dapat silaksanakan dengan baik. Golongan tersebut biasa disebut

golongan oposisi atau partai oposisi. Istilah oposisi ini sekilas terluhat mempunyai

arti “negatif”, namun dalam arti sebenarnya oposisi mempunyai arti yang sangat

mulia. Oposisi mempunyai artri mengontrol, mengawasi, mengkritik, dan bahkan ia

mempunyai arti lain seperti apa yang dikemukakan oleh CakNur yaitu to support atau

mampu mendukung para penguasa untuk mampu menjalankan pemerintahan dengan

baik.

Dalam pandangan hukum Islam oposisi yang dilakukan partai politik

merupakan sebuah keharusan karena partai adalah sebuah golongan atau Ummah

yang mempunyai kapasitas serta basis kekuatan masa yang mendukungnya, sehingga

71  

Page 80: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

72  

dengan itu partai yang beroposisi tidak mudah untuk dipatahkan oleh tipu daya serta

pemaksaan para penguasa. Demikian juga dalam hukum positif kita, nilai-nilai

oposisi yang terkandung di dalamnya pun dimanfaatkan oleh partai politik yang

merupakan sebuah elemen penting bangsa ini, baik dalam pemilihan seorang kepala

negara hingga produk kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan.

Namun demikian hukum Islam mempunyai nilai-nilai yang lebih kompleks

dibanding hukum positif kita, meskipun produk hukum positif kita pun sedikit-

banyak juga mengambil dari nilai-nilai hukum Islam seperti musyawarah, keadilan,

serta dasar ketuhanan dalam menjalankan pemerintahannya.

B. Saran

Menjadi golongan oposisi mungkin bukan hal yang mudah, langkah dan

perbuatan selalu dicurigai, menuai kontroversi serta tak sedikit hujatan yang

terdengar oleh mereka yang beroposisi. Namun demikian dibalik itu Allah

menjanjikan sebuah keberkahan dan karunia bagi yang menjalankannya.

Dengan adanya partai oposisi diharapkan agar mampu mengontrol

berjalannya pemerintahan, sehingga tidak terjerumus kepada penyelewengan

kekuasaan. Karena seperti kata adagium “kekuasaan condong pada penyelewengan

dan kekuasan yang absolut akan berakibat pada penyelewengan yang merajalela”.

Dan diharapkan juga agar partai oposisi mampu memberikan alternatif kebijakan

Page 81: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

73  

yang membangung sehingga dapat terwujud sebuah pemerintahan yang berkeadilan

dan mampu mensejahterakan warga negaranya. Wassalam

Page 82: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

74  

Daftar Pustaka

Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta; Gramedia, 1996) h. 754

John McGill dan Eddy Soetrisno, Kamus Politik, (Jakarta, Aribu Matra

Mandiri, 1996) h.154

Tim Penyusun Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai

Pustaka) h. 628

Eep Saifullah Fatah, Membangun Oposisi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

1999) h. XI

Nurcholis Madjid, Dialog Keterbuakaan, Artikulasi Nilai Islam dalam

Wacana Sosial Politik Kontemporer, (Jakarta, Paramadina, 1999) h.7

Tim Kanisius,Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta, Kanisius, 1996), hal, 945 

Fahmi Huwaydi, Demokrasi, oposisi, dan Masyarakat Madani , hal. 132

H. Zainal Abidin Ahmad, konsepi negara bermoral menurut Imam Al-

Ghazali, Jakarta, bulan bintang, 1975, hal. 230-232

J. Suyuti Pulungan, prinsip-prinsip pemerintahan dalam piagam madinah

ditinjau dari pandangan al-qur’an, jakarta, RajaGrafindo Persada, 1994, hal. 208, 250-

253 1 Jabir Qumihah, beroposisi menurut Islam, jakarta, gema insani press, 1991,

hal. 38-39

Dr. Nurcholis Madjid, Cita-cita politik Islam Pra Reformasi, Jakarta,

Paramadina, 1999, hal. 190-191

Abul A’la al-Maududi, khilafah dan kerajaan diterjemahkan oleh Muhammad

al-Baqir dari al-khilafah wal-mulk, Bandung, Mizan, 1996, hal. 115-116

Dr. Yusuf Qardhawi, meluruskan dikotomi agama&politik bantahan tuntas

terhadap sekularisme dan liberalisme diterjemahkan oleh khoirul amru Harahap dari

Ad-Din wa As-Siyasah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2008, hal. 194-200

Dr. Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta, 1988) h. 75-76

Page 83: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

75  

Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia, 1989)

hal. 135

Drs. H. Inu Kencana Syafi’i, Al-qur’an dan Ilmu Politik, Rineke Cipta,

Jakarta, 1996, hal. 163

Civic Education, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, hal. 161

John L.Esposito&John O. Voll Demokrasi di negara-negara muslim: problem

dan prospekDiterjemahkan oleh Rahmani Astuti dari Islam and Democracy, hal. 50-

51

Yusuf Qordlowy, fiqh daulah fil Islam, hal. 136

David E. Apter, politik modernisasi. Terj, (jakarta, Gra,edia Press, 1967),

hal. 204

Miriam Budiarjo, partisipasi dan partai politik (jakarta, obor 1998), hal. 138

Arbi Sanit, Reformasi politik,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998), h. 174-75

Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik Pasca-Soeharto,(Jakarta, LP3ES,

2003), hal. 222

Dr. Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah konsepsi kekuasaan politik dalam al-

qur’an, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1995, hal. 74-75

Muhammad Furkon, Aay, PKS Ideologi Dan Praksis Politik Kaum Muda

Muslim Indonesia Kontemporer, Jakarta, Teraju, 2004,

Fatwa, AM, Satu Islam Multi Partai, Bandung, Mizan, 2000 

Ihza  Mahendra,  Yusril,  Modernisme  dan  Fundamentalisme  Dalam  Politik 

Islam, Jakarta, Paramadina, 1997 

Sasono, Adi dkk., Demitologisasi Politik Indonesia Mengusung Elitisme dalam 

OrBa, Jakarta, Pustaka CIDESINDO, 1998 

Panduan  Parlemen Indonesia, Jakarta, Yayasan API, 2001 

Page 84: KONSEP PARTAI OPOSISI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN …

76  

A.  Budiono,  Zaenal, Demokrasi  Bukan  Basa‐Basi,  Jakarta, DCSC  Publishing, 

2008 

Said  Ali,  As’ad,  Negara  Pancasila  Jalan  Kemaslahatan  Berbangsa,  Jakarta, 

LP3ES, 2009 

Raillon,  Francois,  Politik  dan  Ideologi  Mahasiswa  Indonesia  pembentukan 

dan konsolidasi OrBa 1966‐1974 

Djarot,  Eros,  Siapa  Sebenarnya  Soeharto,  fakta  dan  Kesaksian  Para  Pelaku 

Sejarah G‐30‐S/PKI, Jakarta, Mediakita, 2006 

Uhlin,  Anders,  Oposisi  Berserak,  diterjemahkan  dari  Indonesian  and  the 

“Third wave  of  Democratization”:  the  Indonesian  Pro‐Democracy Movement  in  a 

Changing World oleh Rofik  Suhud, Bandung, Mizan, 1998 

Ja’fariyan, Rasul, Sejarah Khilafah, terj, Jakarta, Al‐Huda, 2006 

As‐Suyuthi,  Imam,  Tarikh  Khulafa  diterjemahkan  oleh  Samson  Rahman, 

Jakarta, Pustaka Al‐Kautsar, 2001 

http://kammikomsatugm.wordpress.com  diakses  pada  tanggal  23  Agusttus 

2010 

http.// www.michelleader.com diakses pada tanggal 7 Agustus 2010

http://www.bundestag.de/ Konsensus  dan  disensus  dalam  parlemen 

Jerman, diakses pada tanggal 15 april 2010 

http://ashlf.comH. Aries Sugi Hartono, S.H. H. Aries Sugi Hartono, S.H.,

oposisi semu di Indonesia, diakses pada tgl 9 maret 2010