KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF...
Transcript of KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF...
KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF
DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Futmasepta Fanya Ulinnuha
NIM : 21113038
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
i
KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF
DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Futmasepta Fanya Ulinnuha
NIM : 21113038
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988
Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan أ
Ba‟ B Be ب
Ta‟ T Te ت
Sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
Kha‟ Kh ka dan ha خ
Dal D De د
Zal ẑ zet (dengan titik di atas) ذ
Ra‟ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy es dan ye ش
Sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
Dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
Ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
vi
Za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain „ Koma terbalik di atas„ ع
Gain G Ge غ
Fa‟ F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wawu W W و
Ha‟ H H ھ
Hamzah Apostrop ء
Ya‟ Y Ye ي
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis muta’addidah متعد دة
Ditulis ‘iddah عد ة
C. Ta’ Marbutah
Semua ta’ marbutah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata
tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh
kata sandang “al”). Ketetntuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang
sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya
kecuali dikehendaki kata aslinya.
Ditulis Hikmah حكمة
vii
Ditulis ‘illah علة
’Ditulis karamah al-auliya كرامة األولياء
D. Vokal Pendek Dan Penerapannya
-------- ------- Fathah Ditulis A
-------- ------- Kasrah Ditulis I
-------- ------- Dammah Ditulis U
Fathah Ditulis fa’ala فعل
Kasrah Ditulis Zukira ذكر
Dammah Ditulis Yazhabu يذهب
E. Vokal Panjang
1. Fathah + alif Ditulis A
Ditulis Jahiliyyah جاهلية
2. Fathah + ya‟ mati Ditulis A
Ditulis Tansa تسى
3. Kasrah + ya‟ mati Ditulis I
Ditulis Karim كريم
4. Dammah + wawu
mati Ditulis U
Ditulis Furud فروض
F. Vokal Rangkap
1. Fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis Bainakum بينكم
2. Fathah + wawu Ditulis Au
viii
mati
Ditulis Qaul قول
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrop
Ditulis a’antum أأنتم
Ditulis u’iddat أعدت
Ditulis la’in syakartum لئنشكرتم
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf qamariyyah maka ditulis dengan huruf awal “al”
Ditulis al-Qur’an القرأن
Ditulis al-Qiyas القياس
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama
syamsiyyah tersebut
’Ditulis as-Sama السماء
Ditulis asy-Syams الشمس
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya:
Ditulis zawi al-furud ذوالفروض
Ditulis ahl as-sunnah أهل السنة
ix
MOTTO
Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
(Q.S. Al-An’am : 162)
Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-
penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang
memperoleh kemenangan.
(Q.S. Al-Hasyr : 20)
“BILA KAU TAK TAHAN LELAHNYA BELAJAR, MAKA
KAU HARUS MENAHAN PERIHNYA KEBODOHAN”
(Imam Asy-Syafi’i)
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucap syukur alhamdulillah, kupersembahkan skripsi ini
teruntuk orang-orang yang kusayangi:
1) Bapak dan Ibu tercinta, inspirator terbaik dalam hidupku yang tidak pernah
lelah mendoakan dan menyayangiku. Terimakasih atas segala pengorbanan
dan kesabaran untuk menghantarkanku sampai pada titik ini.
2) Kakak dan Adikku, Futmalia dan Futmaridho yang selalu memberikan
semangat dan keceriaan di saat aku menghadapi kesulitan dalam mengerjakan
penelitian ini.
3) Almamater IAIN Salatiga yang selalu berusaha memberikan pelayanan
berkualitas. Semoga semakin berjaya dalam mencetak generasi yang rabbani.
4) Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Syariah IAIN Salatiga yang tiada jemu
memberikan bimbingan dan arahan akademik selama 4 tahun studiku ini.
5) Teman-Teman HKI 2013 yang selalu setia menemaniku berjuang mencari
ilmu dari titik 0. Kalian luar biasa!
6) Jodoh Lauh Mahfuzhku yang saat ini sedang berusaha memantaskan diri.
Semoga kelak kita bisa dipertemukan dalam keadaan berilmu dan penuh
ketakwaan kepada Allah SWT, Sang Maha Cinta.
7) Semua pihak terkait yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu.
xi
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul
“Konsep Keluarga Sakinah Menurut Muallaf Ditinjau Dari Hukum Islam
(Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga)”, Jurusan Hukum Keluarga Islam
(HKI), Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun
2017 ini sesuai dengan prosedur dan waktu yang telah ditentukan.
Penelitian skripsi ini sangat banyak memberikan manfaat bagi penulis, baik
dari segi ilmu maupun pengalaman yang berharga. Dan tentunya terdapat pihak
yang telah banyak memberikan kontribusi dalam dalam penyusunan skripsi ini.
Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak DR. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga
Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
4. Bapak Dr. Ilyya Muhsin S.HI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas
Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah berkenan
menyampaikan ilmu dan wacana baru selama penulis berada di bangku
perkuliah.
7. Seluruh karyawan dan staf bagian akademik Jurusan Hukum Keluarga Islam,
Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah bersedia
memberikan pelayanan prima selama penulis membutuhkan bantuan.
xii
8. Kedua orang tuaku yang tak tergantikan, Bapak H. Putut Gendroyono dan Ibu
Hj. Nurul Rachmawati. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala
rahmat, kebaikan dan kebahagiaan untuk bapak dan ibu berdua.
9. Para keluarga muallaf (Bapak JK, Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, Ibu ES, dan
Ibu YN) yang bersedia membagi cerita dan pengalaman hidup berumah
tangga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman dan sahabat seperjuanganku Lia Wardah Nadhifah, Halimatul Sabrina,
dan Iva Farida Rohmah. Terima kasih telah menjadi sahabat tergilaku yang
mengisi hari-hari dengan tawa dan canda, membantu, mensupport dan
bersedia menemaniku berjuang sampai akhir.
11. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dan dengan senang hati membantu dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi ini. Tidak ada kata yang dapat
mewakili kecuali terima kasih banyak atas bantuan anda sekalian.
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dari berbagai aspek. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga penulis dapat menjadikannya sebagai bahan
evaluasi dan pembelajaran baru. Akhirnya dengan mengharap ridho Allah SWT
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aamiin.
Salatiga, 25 September 2017
Penulis
xiii
ABSTRAK
Ulinnuha, Futmasepta Fanya. 2017. Skripsi. Konsep Keluarga Sakinah Menurut
Muallaf Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus Keluarga Muallaf di
Salatiga). Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Salatiga:
IAIN Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si.
Kata Kunci : Keluarga, Sakinah, dan Muallaf
Mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga adalah cita-cita luhur dari
setiap pasangan suami istri. Namun latar belakang seseorang yang berbeda
terutama dalam hal agama akan berimplikasi pada perbedaan penerapan nilai-nilai
kehidupan dalam keluarga. Sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman
agama yang sama sebagai pedoman untuk memenuhi tugas, hak, dan kewajiban
dalam keluarga agar tujuan membentuk keluarga yang sakinah dapat terpenuhi.
Berangkat dari sinilah penulis tertarik untuk meneliti konsep keluarga sakinah
menurut muallaf yang ditinjau dari hukum Islam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui (1) bagaimana persepsi keluarga sakinah menurut muallaf, (2)
bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah dalam keluarga muallaf dan (3)
bagaimana tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan
field research yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
terperinci mengenai konsep keluarga sakinah pada keluarga muallaf. Penelitian ini
dilakukan dengan metode wawancara, dan dokumentasi yang bersumber pada 6
keluarga pasangan muallaf di Kota Salatiga. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian guna memudahkan peneliti menarik
kesimpulan.
Berdasarkan analisa terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara,
maka dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah menurut para muallaf adalah
keluarga yang memiliki keimanan kepada Allah SWT, karena iman akan
membuat kehidupan rumah tangga menjadi tenang dan penuh dengan kasih
sayang. Para muallaf berupaya untuk meningkatkan pengetahuan umum dan
agama agar mampu menghantarkan mereka pada keimanan yang kuat. Dengan
iman yang kuat ini maka akan menimbulkan suasana saling mengerti dan
menghargai, bersikap terbuka, menerima pasangan apa adanya, tidak
mementingkan ego masing-masing, memperhatikan pendidikan anak, meminta
maaf dan saling memaafkan, patuh kepada suami, menjaga hubungan baik dengan
keluarga besar, bersabar terhadap ujian, bersikap saling setia, menjaga
komunikasi, saling percaya, memenuhi hak dan kewajiban bersama, serta mandiri
secara finansial dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Dari 6 informan yang
diwawancarai, terdapat 4 informan yang sudah memenuhi UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan dan hukum keluarga dalam Islam. Sedangkan 2
informan lainnya, belum memenuhi UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan hukum keluarga dalam Islam karena rendahnya tingkat
pengetahuan keagamaan pada mereka.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... v
MOTTO ........................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
E. Penegasan Istilah .................................................................... 8
F. Telaah Pustaka ........................................................................ 10
G. Metode Penelitian ................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ............................................................. 17
BAB II : GAMBARAN UMUM KELUARGA SAKINAH ................... 18
A. Pengertian Keluarga Sakinah ............................................ 18
B. Kiat Mewujudkan Keluarga Sakinah Berdasarkan Al-Qur‟an
dan Hadits ...............................................................................
21
C. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah ..................................................... 28
D. Bekal Meraih Keluarga Sakinah ............................................ 33
BAB III : KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT 36
xv
MUALLAF................................................................................
A. Gambaran Umum Kehidupan Keagamaan Kota
Salatiga..................................................................................
36
B. Selayang Pandang Kehidupan Pembinaan Muallaf di Kota
Salatiga ...................................................................................
37
C. Profil Muallaf ........................................................................ 41
1. Suami Muallaf................................................................... 41
a. Bapak JK .................................................................... 41
b. Bapak BK ................................................................... 48
c. Bapak HD ................................................................... 56
2. Istri Muallaf ...................................................................... 64
a. Ibu IP ......................................................................... 64
b. Ibu ES ........................................................................ 73
c. Ibu YN ....................................................................... 81
BAB IV : ANALISIS KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
MUALLAF..................................................................................
90
A. Persepsi Keluarga Sakinah Menurut Muallaf ......................... 90
B. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah dalam Rumah Tangga
Muallaf ...................................................................................
92
C. Tinjauan Keluarga Muallaf dalam Hukum Islam ................... 98
BAB V : PENUTUP .................................................................................. 104
A. Kesimpulan ............................................................................. 104
B. Saran ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ................. Data Perkembangan Muallaf di Kecamaatan Sidorejo
40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kantor Kementerian Kota
Salatiga
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk KUA Kec. Sidorejo Kota
Salatiga
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae)
Lampiran 7 Daftar Nilai SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan simbol penyempurna ibadah seorang hamba
kepada Allah SWT yang berfungsi sebagai penunduk pandangan dan penjaga
kemaluan. Pernikahan juga dianjurkan Rasulullah SAW kepada para
pengikutnya yang telah memiliki bekal yang cukup untuk membina sebuah
keluarga. Disebutkan dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Disini jelas terlihat bahwa
pernikahan berdiri di atas ikatan yang kuat antara laki-laki dan perempuan
demi membentuk sebuah keluarga yang bahagia, sejahtera, harmonis, dan
dalam waktu yang lama karena mentaati perintah Allah SWT.
Untuk melangsungkan sebuah pernikahan maka seorang muslim atau
muslimah harus dapat memenuhi syarat-syarat nikah. Salah satunya yakni
satu kepercayaan, sama-sama beragama Islam. Maka dari itu tidak jarang bagi
seorang muslim atau muslimah yang memiliki calon pendamping berbeda
agama, kebingungan untuk menentukan agama mana yang akan dipilihnya.
Namun dari beberapa contoh kasus yang ada dalam masyarakat, pasangan
beda agama akan memilih agama Islam sebagai solusi. Hal ini disebabkan
karena masuk agama Islam tidaklah sulit persyaratannya. “Sehingga banyak
2
fenomena seorang muallaf masuk Islam yang dilatarbelakangi kebutuhan
untuk memenuhi syarat pernikahan”, (hasil wawancara dengan Bapak
Murtadho, anggota POKJALUH Kota Salatiga). Tentang hal ini diatur di
dalam Al-Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 221 yang berbunyi:
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
Menjadi seorang muallaf berarti harus belajar ilmu agama Islam mulai
dari nol. Apabila tidak dibarengi dengan niat yang kuat dan faktor pendukung
yang memadai maka seorang muallaf akan mengalami kesulitan dalam
mendalami ajaran agama Islam. “Apalagi jika dasar ke-muallaf-annya hanya
karena untuk melegalkan pernikahannya, bukan atas kemauan dan
kesadarannya sendiri” (hasil wawancara dengan Bapak Murtadho, anggota
POKJALUH Kota Salatiga). Hal ini tentu saja akan berdampak pada
kehidupan rumah tangganya. Ditambah lagi, ia memiliki beban tanggung
3
jawab terhadap anak-anaknya yang harus diberi arahan dan bimbingan
terhadap persoalan agamanya kelak. Hal ini disinggung dalam hadits Nabi
SAW berikut ini:
د بن حرب عن الزب يدي عن الزىري ث نا مم ث نا حاجب بن الوليد حد حدبن المسيب عن أب ىري رة أنو كان ي قول قال رسول اللو صلى أخب رن سعيد
رانو اللو عليو وسلم ما من مولود إل يولد على الفطرة فأب واه ي هودانو وي نصسانو كما ت نتج البهي ون فيها من جدعاء ويج ...مة بيمة جعاء ىل تس
Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari
Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari
Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan
ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah
yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi
sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa
cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?
(HR. Muslim Nomor 4803)
Memiliki sebuah keluarga yang bahagia adalah impian setiap orang.
Baik yang sudah lama memasuki dunia pernikahan maupun yang baru saja
melangsungkan pernikahan. Allah SWT sendiri menginginkan para hambanya
untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan dalam rumah tangga
melalui jalan pernikahan. Di dalam Al-Qur‟an rumah tangga yang bahagia
disebut dengan keluarga sakinah. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ruum
ayat 21 berikut ini:
4
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Ayat di atas mengindikasikan pengertian bahwa untuk memperoleh
ketentraman atau kebahagiaan maka salah satu jalan yang harus ditempuh
adalah pernikahan. Dengan menikah, seseorang akan bahagia dan dari
perasaan bahagia tersebut akan timbul perasaan kasih dan sayang terhadap
pasangan dan anak-anaknya seiring dengan bergulirnya waktu.
Dalam sebuah rumah tangga yang sakinah dibutuhkan pasangan yang
mengerti dan memahami tugas, hak dan kewajiban masing-masing. Adapun
pembahasan mengenai hak dan kewajiban berumah tangga dalam Islam dibagi
menjadi 3 aspek yaitu (Ulfatmi, 2011: 86):
1. Hak isteri yang wajib dipenuhi oleh suami (kewajiban suami yang harus
dipenuhi isteri)
2. Hak suami yang wajib dipenuhi oleh isteri (kewajiban isteri yang harus
dipenuhi suami)
3. Hak bersama yang harus dipenuhi oleh keduanya.
Pemenuhan tugas, hak, dan kewajiban ini tentu saja harus dibarengi dengan
sikap tanggung jawab terhadap apa yang menjadi tanggungan kedua suami
istri. Sikap tanggung jawab sendiri adalah salah satu faktor pembentuk sifat
5
kepemimpinan pada diri seseorang. Adapun hadis Rasulullah SAW mengenai
sifat kepemimpinan adalah sebagai berikut:
عت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول كلكم راع وكلكم ... سمام ر اع ومسئول عن رعيتو والرجل راع ف أىلو مسئول عن رعيتو ال
وىو مسئول عن رعيتو والمرأة راعية ف ب يت زوجها ومسئولة عن رعيتها والادم راع ف مال سيده ومسئول عن رعيتو
Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban
atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang
isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan
akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga
tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta
tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan
tanggung jawabnya tersebut.
(HR Muslim Nomor 4828)
Hadis di atas menerangkan bahwa seorang suami adalah pemimpin atas
keluarganya. Begitu pula seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga
suaminya. Keduanya harus berjalan beriringan agar keseimbangan dalam
rumah tangga tetap terjaga sehingga terhindar dari berbagai konflik rumah
tangga yang tidak berkesudahan. Dalam kaitannya dengan masalah
kepemimpinan ini Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa‟ ayat 34:
6
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Dari pemaparan di atas dapat diketahi bahwa Islam sangat menjunjung
tinggi nilai sebuah pernikahan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
nash-nash di dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang mengatur tentang
bagaimana mewujudkan sebuah keluarga harmonis yang bahagia atau dengan
kata lain keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Akan tetapi
bagaimanakah jadinya jika dalam keluarga tersebut minim pengetahuannya
tentang agama Islam? Maka yang terjadi adalah peran dan fungsi dalam
keluarga tidak akan terlaksana dengan baik.
Dari beberapa fakta dan realitas yang ada di lapangan, maka perlu
penelitian lebih lanjut agar nantinya dapat dijadikan bahan refleksi diri dan
dapat memberikan suatu kemaslahatan. Dengan demikian penelitian ini
mengambil judul “KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT
KELUARGA MUALLAF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM”
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi keluarga sakinah menurut muallaf?
2. Bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah dalam keluarga muallaf?
3. Bagaimana tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi keluarga sakinah menurut muallaf.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya membentuk keluarga sakinah dalam
keluarga muallaf.
3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan keluarga muallaf dalam hukum
Islam.
D. Manfaat Penelitian
Dalam rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini,
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pihak - pihak
yang terkait dengan kegiatan penelitian ini. Berikut ini adalah manfaat
penelitian bagi pihak - pihak berkepentingan tersebut, yaitu :
1. Bagi Penulis
a. Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti tentang kehidupan rumah
tangga pada keluarga muallaf.
b. Guna menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang hukum
keluarga sebagai bekal untuk praktik hidup di masyarakat dan
lingkungan kerja.
8
2. Bagi Pembaca / Akademisi
a. Penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan
dan referensi dalam ilmu hukum Islam, khususnya mengenai hukum
keluarga tentang implementasi konsep keluarga sakinah dalam
lingkungan keluarga muallaf.
b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian lain yang
berkeinginan mengkaji masalah ini dari aspek yang berbeda.
3. Bagi Obyek Penelitian
Memberikan informasi tambahan bagi rumah tangga keluarga yang
bersangkutan, khususnya keluarga muallaf mengenai kehidupan rumah
tangga yang bersendikan hukum Islam guna mewujudkan sebuah
keluarga yang sakinah serta dirodhoi oleh Allah SWT.
E. Penegasan Istilah
Untuk lebih terarahnya penelitian ini dan sebagai pedoman agar penelitian ini
mudah dipahami, maka penyusun memberikan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah adalah suatu ungkapan yang menyebut sebuah keluarga
yang penuh damai, tentram, dan bahagia.
Menurut Antoro (2016: 10) keluarga sakinah adalah keluarga yang
dibina atas dasar pernikahan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup
spiritual dan material secara layak dan seimbang, dalam suasana kasih
sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya secara selaras, serasi,
9
serta mampu mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan, dan akhlaqul karimah.
Keluarga sakinah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keluarga yang penuh kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan yang
dibentuk oleh pasangan suami istri, dimana salah satu pasangan suami
istri tersebut adalah seorang muallaf.
2. Muallaf
Secara bahasa kata muallaf berasal dari kosa kata bahasa arab مؤلف
yang memiliki arti „yang dijinakkan‟ (orang yang baru masuk Islam).
Dalam agama Islam muallaf ditujukan dan dimaksudkan kepada
panggilan individu yang bukan Islam yang mempunyai harapan masuk
agama Islam atau mereka yang baru masuk agama Islam yang imannya
masih lemah.
Syarifuddin (2003: 49) menyatakan bahwa muallaf secara leksikal
berarti orang-orang yang dijinakkan hatinya untuk tetap berada dalam
Islam. Sedangkan menurut Katsir (2006: 151) menyatakan arti dari
muallaf adalah orang-orang yang hatinya perlu dilunakkan. Disisi lain
Sabiq (1978: 113) menyatakan bahwa muallaf adalah golongan yang
diusahakan untuk merangkul, menarik serta mengukuhkan hati mereka
dalam keIslaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka, atau
untuk menolak bencana yang mungkin mereka lakukan terhadap kaum
10
muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan untuk
kepentingan mereka.
Muallaf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang laki-
laki maupun perempuan yang rela meninggalkan agamanya yang lama
dan masuk Islam untuk menikah dengan seorang laki-laki maupun
perempuan muslim.
F. Telaah Pustaka
Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk dijadikan perbandingan
terhadap penelitian yang akan dilakukan nantinya. Berdasarkan penelusuran
pustaka yang dilakukan terkait dengan muallaf, penyusun tidak menafikan
adanya beberapa tulisan yang mempunyai relevansi dengan penelian yang
penyusun lakukan mengenai keluarga sakinah, antara lain:
1. Skripsi dengan judul “Konsep Dasar Pembentukan Keluarga Sakinah
Menurut Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren Ar-Ramli Giriloyo Wukirsari
Imogiri Bantul” karya Muhammad Zulfan yang telah disusun pada tahun
2009. Penelitian ini membahas tentang konsep dasar pembentukan
keluarga sakinah menurut pandangan Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren
Ar-Ramli. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa konsep keluarga
sakinah menurut Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren Ar-Ramli dengan
menerapkan isi dari Al-Qur‟an secara kontekstual. Konsep sakinah
menurut Majelis Ta‟lim Pondok Pesantren Ar-Ramli menyatakan bahwa
hak antara suami dan istri adalah seimbang.
11
2. Skripsi dengan judul “Relevansi Konsep Kafa‟ah Dengan Pembentukan
Keluarga Sakinah (Studi atas Buku Islam tentang Relasi Suami dan Istri
karya Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A.)” karya Nailul Hidayah A.
yang disusun pada tahun 2008. Penelitian ini membahas perdebatan
dikalangan ulama. Khoiruddin mengambil poros tengah untuk mengambil
kesimpulan lebih dekat pada maksud dan tujuan dari kedua buku yang
bertentangan, yaitu mencari maslahah dari konsep kafa‟ah. Khoiruddin
menyimpulkan bahwa kafa‟ah bisa ditolerir ketika dijadikan wahana
untuk mencari keserasian dan kecocokan dalam mencari calon
pendamping. Sebaliknya kafa‟ah tidak sah jika dijadikan wahana
diskriminalisasi untuk membedakan dan melebihkan seseorang.
3. Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Suami terhadap
Istri yang Muallaf di Desa Asam Jaya Kec. Jorong” karya Rully Meilita
Kusriyanti yang telah disusun pada tahun 2016. Penelitian ini membahas
tentang gambaran rumah tangga istri muallaf di desa Asam Jaya Kec.
Jorong dan tinjauan hukum Islam tentang peran suami terhadap rumah
tangga dengan status istri muallaf di desa Asam Jaya Kec. Jorong.
4. Skripsi dengan judul “Dampak Perkawinan Muallaf terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Pandreh Kabupaten Barito Utara
Kalimantan Tengah”, karya Muhammad Noor yang disusun pada tahun
2015. Penelitian ini membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap
dampak perkawinan muallaf terhadap keharmonisan rumah tangga yang
12
mana kasus ini memfokuskan pada dampak perkawinan yang salah satu
pasangannya menjadi muallaf dan keadaan rumah tangganya.
5. Skripsi dengan judul “Pengalaman Membina Keluarga Sakinah (Studi
Kasus pada Dua Pasangan Suami Istri Muallaf di Yogyakarta)”, karya
Norman Ary Wibowo yang telah disusun pada tahun 2013. Penelitian ini
membahas tentang pengalaman membina keluarga sakinah pasangan
suami istri muallaf meliputi pengalaman peribadahan, pengalaman
hubungan sosial, pengalaman mendidik anak, dan pengalaman
mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya di lakukan di
lapangan (Sarjono, 2004: 21). Adapun pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitik yang bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang suatu gejala atau suatu masyarakat tertentu
secara baik, jelas, serta dapat memberikan data secara cermat tentang
obyek yang diteliti (Sukandarrumidi, 2004: 104). Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan semua hal yang berkaitan dengan konsep keluarga
sakinah pada keluarga muallaf.
13
2. Lokasi dan Subjek penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Lokasi tersebut dipilih oleh penulis karena terdapat keberadaan keluarga
dari pasangan muallaf. Subyek penelitian ini adalah muallaf yang
bertempat tinggal di sekitar Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Dalam
penelitian ini diambil sebanyak 6 (enam) orang muallaf untuk diteliti.
3. Sumber Data
Untuk memperoleh data digunakan sumber sebagai berikut:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang
memuat informasi atau data dari responden (Amirin, 1990: 132). Data-
data tersebut diperoleh dari wawancara langsung dengan 6 (enam)
orang muallaf di Kecamatan Sidorejo yaitu Bapak JK, Bapak BK,
Bapak HD, Ibu IP, Ibu ES, dan Ibu YN .
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang
bukan asli, yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin, 1990:
132). Misalnya dari buku-buku, majalah, jurnal, maupun pustaka lain
yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut di atas.
4. Teknik Pengumpulan data
Dalam teknik pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu:
14
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moeloeng, 2011: 186).
Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang multi
dimensi dari para partisipan sehingga peneliti akan memperoleh
banyak data yang berguna bagi penelitiannya (Sarosa, 2012: 45).
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan muallaf
untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan
rumusan masalah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari
catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang
dilakukan oleh seseorang dalam meneliti perkembangan seorang klien
melalui catatan pribadinya (Fatoni, 2006: 112). Dokumentasi
dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 236).
Di dalam pelaksanaannya metode dokumentasi, peneliti
gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan konsep
keluarga sakinah menurut keluarga muallaf.
15
5. Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar
diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data
tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu analisis untuk
meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian
(Moeloeng, 2011: 288).
Analisis data kualitatif ini dilakukan peneliti melalui pengolahan
data sebagai prosedur penelitian yang bersifat deskriptif. Yaitu data yang
diperoleh kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan teori-teori yang
terkait untuk kemudian dievaluasi. Hasil evaluasi tersebut akan ditarik
sebagai kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang muncul. Proses
analisa data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
hasil wawancara dengan muallaf dan anggota POKJALUH Kota
Salatiga.
b. Reduksi data, dilakukan dengan merangkum pernyataan muallaf dan
anggota POKJALUH Kota Salatiga dalam wawancara
c. Menyusun data hasil reduksi, data tersebut disusun menjadi satuan-
satuan yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
Satuan-satuan data dalam hasil reduksi dibedakan menjadi dua yaitu
persepsi keluarga sakinah menurut muallaf dan upaya membentuk
keluarga sakinah pada keluarga muallaf.
16
d. Pemeriksaan keabsahan data, data yang diperoleh perlu diperiksa
kembali agar keabsahan datanya dapat dipertanggungjawabkan.
e. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan yang didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten merupakan kesimpulan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa fakta.
Fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai bahan pembahasan. Untuk
memperoleh keabsahan data, penulis akan menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk kepentingan
pengecekan atau pembanding data itu sendiri.
Untuk mengecek keabsahan data yang telah diperoleh dari
lapangan maka penulis membandingkan data tertentu dengan data yang
diperoleh dari sumber lain yang dilakukan secara bersamaan dari sisi
peneliti. Tidak jarang peneliti akan menemukan informasi yang berbeda
yang mulanya terkesan valid namun saat dikonfirmasikan dengan data
yang ada terjadi kekaburan. Hal ini memerlukan sebuah perhatian yang
serius dari peneliti untuk segera melakukan upaya pengecekan data ulang
sehingga nantinya data yang dihasilkan terjamin kevalidannya.
17
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kejelasan dan ketetapan pembahasan dalam
menyusun skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan
penelitian yang terdiri atas 5 (lima) bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II Gambaran Umum Keluarga Sakinah. Bagian ini membahas
kajian teori tentang pengertian keluarga sakinah, kiat mewujudkan keluarga
sakinah berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits, ciri-ciri keluarga sakinah, dan
bekal meraih keluarga sakinah. Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan
pisau analisis teoretik terkait dengan kajian dalam penelitian ini.
Bab III Konsep Keluarga Sakinah Menurut Muallaf. Bagian ini terdiri
dari gambaran umum kehidupan keagamaan di Kota Salatiga, selayang
pandang kehidupan pembinaan muallaf di Kota Salatiga, dan profil keluarga
muallaf.
Bab IV Analisis Kehidupan Rumah Tangga Keluarga Muallaf. Bagian
ini menjelaskan analisa terhadap persepsi keluarga sakinah menurut muallaf,
upaya membentuk keluarga sakinah dalam rumah tangga muallaf, dan
tinjauan keluarga muallaf dalam hukum Islam.
Bab V Penutup. Bagian ini berisi kesimpulan dan saran - saran yang
diperoleh dari hasil penelitian yang diakhiri dengan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
18
BAB II
GAMBARAN UMUM KELUARGA SAKINAH
A. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari beberapa orang yang
masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Para ahli ilmu
kemasyarakatan berpendapat bahwa rumah adalah tempat pertama mencetak
dan membentuk pribadi umat, baik laki-laki maupun perempuan. Bila tempat
atau sumber ini baik, jernih, bersih, dan bebas dari segala kotoran, maka akan
selamatlah pembentukan umat ini dari kerusakan. Namun apabila sumber ini
penuh dengan kotoran, maka tunggulah kehancuran dan kerusakannya
(Kisyik, 2005: 214-215). Pengertian ini telah ditentukan dalam QS.Al-A‟raf
ayat 58 sebagai berikut:
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Dari ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa cikal bakal generasi
yang shaleh, hebat, dan bermartabat berasal dari sumber dan pemeliharaan
yang baik. Sebaliknya apabila sumber dan pemeliharaannya buruk, maka akan
menghasilkan generasi yang suka membangkang, bodoh, dan tidak beradab.
19
Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan dan pengajaran yang baik sesuai
dengan ajaran agama Islam guna membentuk sebuah keluarga yang madani.
Di dalam Al-Qur‟an, kata kebahagiaan ditunjukkan dengan kata
sakinah. Seperti kata-kata yang tertuang dalam QS. Ar-Ruum ayat
21 yang diartikan dengan tenang atau tentram berikut ini:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Sakinah secara bahasa diambil dari akar kata bahasa arab يسكن -سكن-
yang berarti tenang, tidak bergerak, dan diam. Dan setelah menjadi سكونا
نة .memiliki arti ketenangan hati سكي
Menurut al-Asfahaniy dalam Ulfatmi (2011), kata sakinah bermakna
sesuatu yang tetap setelah ia bergerak, biasanya digunakan untuk kata
menempati. Tetap di sini mengacu pada sebuah kondisi dimana seseorang
merasa tentram di tempat tersebut, yang diperoleh dari hidup berpasangan.
Sedangkan menurut Rasyid Ridla (Subhan, 2004: 5) sakinah adalah sikap jiwa
20
yang timbul dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari goncangan
batin dan kekalutan.
Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi
dimana kata sakinah sebagai sifat yang menerangkan kata keluarga. Keluarga
sakinah digunakan untuk pengertian keluarga yang tenang, tentram, bahagia,
dan sejahtera secara lahir dan batin. Munculnya istilah ini menyatakan bahwa
tujuan berkeluarga adalah untuk mencari ketenangan dan ketentraman atas
dasar saling mencintai dan penuh rasa kasih sayang antara suami dan istri.
Keluarga sakinah merupakan keluarga yang selalu didamba oleh setiap
muslim karena selalu berhias kasih sayang serta mendapatkan limpahan
rahmat dari sisi Allah SWT. Sudah selayaknya apabila seorang muslim
menetapkan tujuan pernikahannya adalah untuk mewujudkan keluarga yang
sakinah. Sehingga segala langkah yang ditempuh kelak, senantiasa bermuara
pada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (Halim, 2007: 12-13).
Menurut Antoro (2016: 10) keluarga sakinah adalah keluarga yang
dibina atas dasar pernikahan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual
dan material secara layak dan seimbang, dalam suasana kasih sayang antara
anggota keluarga dan lingkungannya secara selaras, serasi, serta mampu
mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul
karimah.
Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya akan merasakan suasana
tentram, damai, bahagia, aman, dan sejahtera secara lahir dan batin. Sejahtera
lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan-tekanan penyakit
21
jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman, serta
mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat (Subhan, 2004: 7).
B. Kiat Mewujudkan Keluarga Sakinah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Tips mewujudkan keluarga harmonis berdasarkan Al-Qur‟an dan
Hadits adalah sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah
Untuk mewujudkan keluarga sakinah diperlukan landasan keimanan
kepada Allah SWT agar nantinya pembentukan keluarga tersebut sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Allah menjelaskan bahwa orang-
orang yang dapat menjaga keluarganya adalah mereka yang beriman
kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 1 yang
berbunyi:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.
dan Q.S. At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
22
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dengan berbekal keimanan kepada Allah, maka rumah tangga
akan senantiasa terarah kepada keridhaan Allah SWT sehingga
mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah bukanlah hal yang mustahil.
2. Memilih pasangan yang baik
Untuk mewujudkan keluarga sakinah ada hal penting yang tidak boleh
diabaikan oleh hamba-Nya yaitu memilih pasangan sesuai dengan
petunjuk Islam. Karena jika salah dalam memilih pasangan akan
berdampak pada keharmonisan rumah tangga dan pendidikan anak-anak.
Allah SWT berfirman dalam QS An-Nur ayat 26:
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-
laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-
wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
23
Mengenai pemilihan pasangan yang baik ini juga diatur dengan
sabda Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah hadits yang berisi petunjuk
untuk memilih seorang perempuan:
ات ذ ب ر ف اظ ا، ف ه ن ي د ل ا و ال ج ا و اب س ل ا و ال م : ل ع ب ر ل ة أ ر م ال ح ك ن ت ... )رواه البخاري( اك د ي ت ب ر ، ت ن ي الد
Perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena
status orangtuanya/keluarganya, karena kecantikannya, dan karena
agamanya. Karena itu nikahilah perempuan karena agamanya, maka
kamu akan memperoleh keuntungan yang tidak terhingga.
(HR. Bukhari Nomor 5090)
Sedangkan petunjuk untuk memilih seorang laki-laki disabdakan Nabi
Muhammad SAW sebagai berikut:
نة إذا خطب إليكم من ت رضون دينو وخلقو ف زوجوه ، إل ت فعلوا تكن فت )رواه الرتمذي( ف الرض وفساد عريض
Jika telah datang kepada kalian siapa (lelaki) yang kalian ridhai
agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak perempuan
kalian), jika tidak maka niscaya akan terjadi musibah dan kerusakan
di bumi.
(HR. Tirmidzi Nomor 1084)
Adanya petunjuk untuk memilih pasangan ini adalah sebagai
sarana bagi manusia untuk dapat mewujudkan rumah tangga yang
sakinah. Apabila kedua belah pihak berkualitas dengan kriteria-kriteria
tertentu, maka rumah tangga yang dibina tidak mudah goyah diterpa
cobaan seberat apapun.
24
3. Hidup dengan cinta dan kasih sayang
Mendayung bahtera rumah tangga adalah suatu hal yang tidak mudah,
karena begitu banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh
suami ataupun istri. Oleh karena itu sangat perlu adanya kesadaran bagi
keduanya untuk berusaha saling menolong dalam mengurus rumah
tangga. Disadari atau tidak, semakin banyak pengorbanan dan
pertolongan yang diberikan kepada pasangan, maka akan semakin
menumbuhsuburkan cinta kasih di dalam diri pasangannya tersebut. Allah
SWT berfirman dalam Q.S Ar-Ruum ayat 21:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Dan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:
ير عك إذا أمرت وتفظ غيبتك ف خ النساء من تسرك إذا ابصرت وتطي ن فسها ومالك )رواه الطرباىن(
Sebaik-baik istri adalah apabila dipandang menyenangkan hatimu,
taat apabila diperintah (yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam), dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya serta menjaga
harta bendamu apabila engkau tidak berada di rumah.
(HR. Thabrani Nomor 21154)
25
Pernikahan yang langgeng tidak terjadi begitu saja tanpa
perjuangan. Pernikahan perlu untuk dipupuk dengan cinta dan kasih
sayang agar ketentraman dalam rumah tangga dapat terjaga.
4. Menafkahi keluarga dengan nafkah yang baik dan halal
Berdasarkan petunjuk al-Qur‟an dan al-Hadis, hukum memberikan nafkah
keluarga adalah wajib bagi suami. Maka dari itu, wajib bagi setiap suami
untuk mencukupi nafkah keluarga itu sesuai dengan kemampuannya.
Secara lahiriyah, para anggota keluarga hanya dapat hidup dan beribadah
dengan baik manakala terpenuhi nafkahnya. Ini berarti bahwa semua
anggota keluarga hanya dapat beramal lantaran nafkah yang diberikan
oleh suami. Sehingga sudah sepantasnya suami memberikan nafkah yang
halalan-thayyiba kepada semua anggota keluarganya (Halim, 2007: 144-
146). Allah SWT memerintahkan para suami untuk menafkahi
keluarganya dari rezeki yang halal dalam Q.S At-Talaq ayat 7 dan Q.S
An-Nahl ayat 114 berikut ini:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.
26
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah.
Menafkahi keluarga dengan nafkah yang halalan-thayyiba, akan
membekali setiap anggota keluarga dengan fisik dan organ tubuh yang
halal dan baik. Anak-anak yang terlahir pun akan terbentuk dari saripati
makanan yang halal dan baik pula. Setiap anggota keluarga akan bisa
berfikir dan berasa dengan jernih. Dengan pikiran dan hati yang jernih,
seseorang akan lebih mudah untuk menerima nasihat-nasihat keagamaan
dan lebih terarah pula untuk mengamalkannya dengan baik dan benar
(Halim, 2007: 271).
5. Memperhatikan pendidikan anak
Suami istri memegang peranan penting dalam pembentukan model
anggota keluarga. Jika pasangan suami istri menginginkan anak yang
shalih/shalihah, maka mereka harus menjadi teladan dahulu dalam
berperilaku. Cara beribadah, cara berbicara, cara berpakaian, cara
bersikap kepada orang lain, cara mendapatkan harta, cara membelanjakan
harta, dan berbagai hal lainnya dapat menjadi tolak ukur bagi anak dalam
berperilaku. Jika suami istri sebagai orangtua mampu memberikan teladan
dalam beribadah dan berperilaku, maka anak-anak akan mengikuti
ketaatan dan keshalihan kedua orangtuanya. Dari sini tampak bahwa
27
suami istri memiliki tanggungjawab utama dalam mendidik anak. Hal ini
disinggung dalam hadits Nabi SAW berikut ini:
ث نا م ث نا حاجب بن الوليد حد د بن حرب عن الزب يدي عن حد مالزىري أخب رن سعيد بن المسيب عن أب ىري رة أنو كان ي قول قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ما من مولود إل يولد على الفطرة
سانو كما ت نتج البهيمة بيمة جعاء ىل فأب و رانو ويج اه ي هودانو وي نصون فيها من جدعاء س ...ت
Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari
Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari
Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini)
melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang
tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun
Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat
tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?
(HR. Muslim Nomor 4803)
Anak dalam pandangan Islam adalah makhluk yang tidak memiliki
apa-apa, tetapi ia dilengkapi potensi yang dapat ditumbuhkembangkan
oleh lingkungannya. Oleh karena itu anak memerlukan asuhan yang baik
dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip keislaman agar ia dapat tumbuh
menjadi pribadi yang baik. Sebaliknya apabila terjadi salah asuh dan
pembinaan maka akan mempengaruhi potensi anak untuk berkembang
secara baik dan optimal. Zakiah Darajat menyebutkan bahwa pembinaan
yang perlu dilakukan orang tua terhadap anak meliputi pembinaan iman,
28
akhlak, ibadah, agama, kepribadian dan interaksi sosial. (Ulfatmi, 2011:
120-122)
C. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah
Dalam rangka mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah, suami dan
istri wajib membekali diri dengan kematangan fisik maupun mentalnya. Hal
ini disebabkan karena problema dan tanggung jawab dalam rumah tangga
sangat beragam sehingga membutuhkan penyelesaian secara tepat dan benar.
Secara garis besar, terwujudnya keluarga sakinah dapat ditandai dengan hal-
hal berikut ini:
1. Keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri
Dalam rumah tangga Islam, seorang suami mempunyai hak dan
kewajiban terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya, seorang istri juga
mempunyai hak dan kewajiban terhadap suaminya (Basri, 1995: 28). Jika
hak dan kewajiban dijalankan dengan benar dan tulus, maka pernikahan
akan melahirkan kebahagiaan yang langgeng.
Adapun tolok ukur keseimbangan hak dan kewajiban antara
seorang suami dan istri adalah apabila pasangan suami-istri tersebut
tergolong baik dalam pandangan masyarakat dan pandangan syara‟.
Artinya antara suami dengan istri tersebut membina pergaulan dengan
baik dan tidak saling merugikan (Mujab, 2000: 31)
Pembahasan tentang hak dan kewajiban dalam rumah tangga
dalam Islam dibagi menjadi 3 aspek yaitu (Ulfatmi, 2011: 86-90):
29
a. Hak isteri yang wajib dipenuhi oleh suami (kewajiban yang harus
dipenuhi suami terhadap istri).
1) Maskawin atau mahar
Maskawin atau mahar adalah bentuk pemberian wajib seorang
suami kepada istrinya sebagai tanda pengikatan janji untuk hidup
bersama berlandaskan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 4 berikut ini:
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan
Besar kecilnya pemberian maskawin ditetapkan atas
persetujuan kedua belah pihak, karena pemberian itu harus
dilakukan dengan keikhlasan. Adanya maskawin atau mahar ini
dimaksudkan untuk memperkokoh ikatan antara suami dan istri.
2) Nafkah
Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya.
Kepada istri, nafkah yang wajib diberikan oleh suami terdiri atas
dua macam, yaitu nafkah lahiriyah dan nafkah batiniyah.
Dalam hal nafkah lahiriyah, suami wajib memberikan
nafkah kepada istrinya berupa sandang, pangan, dan papan yang
kadarnya disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Artinya
besarnya nafkah yang wajib diberikan oleh suami kepada istrinya
adalah dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga secara wajar,
30
yaitu tidak kurang dan tidak berlebihan. Dimana tingkat
kewajaran bagi satu keluarga dengan keluarga yang lain akan
berbeda-beda. Sedangkan dalam hal nafkah batiniyah, suami
wajib memenuhi kebutuhan biologis istrinya secara penuh dan
dengan cara-cara yang ma’ruf serta mempertimbangkan norma-
norma kesopanan. Sehingga nantinya diharapkan dapat
melahirkan anak-anak yang shalih/shalihah.
Satu hal yang harus lebih diperhatikan oleh suami adalah
bahwa suami yang baik akan selalu melakukan yang terbaik bagi
keluarganya. Ia akan selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang
membahagiakan bagi anak dan istrinya. Ia akan selalu mengutamakan
nafkah keluarga dalam membelanjakan hartanya di atas kepentingan-
kepentingan lainnya (Kauma, 2003: 85-86).
Sikap menghormati dan menghargai serta perlakuan yang baik
merupakan pilihan yang harus diambil oleh suami untuk istrinya.
Disamping itu suami juga harus berusaha untuk meningkatkan taraf
hidup istri dalam bidang agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan yang
diperlukan dengan cara yang lemah lembut, penuh kesungguhan, dan
selalu mendoakan kebaikan bagi keluarganya.
b. Hak suami yang wajib dipenuhi oleh isteri (kewajiban yang harus
dipenuhi istri terhadap suami).
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi oleh isteri diantaranya adalah
ditaati, dihormati, memperoleh pelayanan yang baik dan memelihara
31
diri serta harta suami baik di hadapan maupun di belakang suami
(Ulfatmi, 2011: 91-92).
c. Hak bersama yang harus dipenuhi oleh suami istri (kewajiban yang
harus dipenuhi bersama antara suami dan istri).
Hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri dari sudut pandang
Islam adalah keseimbangan antara tanggung jawab yang dibebankan
dengan hak yang diperoleh dalam rumah tangga (Ulfatmi, 2011: 91-
92). Hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri diantara
adalah:
1) Dihalalkannya bagi suami menikmati hubungan fisik dengan
istrinya demikian pula sebaliknya.
2) Timbulnya hubungan mahram diantara suami dan istri.
3) Berlakunya hukum kewarisan diantara suami dan istri.
4) Dihubungkannya nasab anak mereka kepada nasab suami dengan
syarat kelahiran anak tersebut paling sedikit setelah 6(enam)
bulan sejak berlangsungnya akad nikah dan terjadinya dukhul.
5) Berlangsungnya hubungan baik antara kedua suami istri secara
rukun.
2. Pemeliharaan dan pendidikan anak
Sebuah pernikahan yang sakinah tidak akan lengkap tanpa hadirnya anak-
anak yang shalih/shalihah. Untuk menciptakan anak-anak yang
shalih/shalihah perlu kiat-kiat khusus yang harus dipahami oleh suami
dan istri sebagai orangtua.
32
Anak adalah amanat Allah sehingga setiap orang tua hendaknya
memahami apa tanggung jawabnya terhadap anak-anak. Seorang anak
harus dirawat dengan baik, disayang, dan dididik dengan pendidikan yang
bermanfaat supaya ia dapat tumbuh dewasa menjadi anak yang shaleh dan
shalihah. Anak harus dididik sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dengan pendidikan yang baik, anak akan berkembang dengan baik pula,
sehingga kelak dapat menjadi manusia yang mengetahui hak dan
kewajiban dalam hidupnya, baik hak dan kewajiban terhadap orang
tuanya, masyarakatnya, maupun terhadap Tuhannya.
Zakiah Darajat menyebutkan bahwa pembinaan yang perlu
dilakukan orang tua terhadap anak meliputi pembinaan iman, akhlak,
ibadah, agama, kepribadian dan interaksi sosial (Ulfatmi, 2011: 122).
Nantinya diharapkan nilai antara duniawi dan ukhrowi pada anak dapat
terjaga keseimbangannya. Juga tidak kalah pentingnya adalah pendidikan
dengan contoh dan keteladanan dari kedua orangtuanya baik dalam hal
beribadah maupun berperilaku.
3. Terciptanya hubungan sosial yang harmonis
Keluarga atau rumah tangga merupakan suatu unit masyarakat terkecil
sehingga pasti mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat luas
disekitar tempat tinggalnya. Di dalam Islam, hubungan sosial
kemasyarakatan tidak hanya terbatas pada orang tua, anak-anak atau
anggota keluarga yang lain saja tetapi juga terhadap masyarakat di
sekelilingnya.
33
Hidup bermasyarakat adalah sebuah keniscayaan bagi manusia.
Oleh karena itu, hendaknya seorang individu selain berbuat baik dalam
pergaulan sehari-hari di rumah juga harus berbuat baik dalam pergaulan
sehari-hari di luar rumah. Pergaulan tersebut mencakup hubungan dengan
tetangga, kerabat, dan dengan masyarakat pada umumnya. Berbuat baik
kepada sesama manusia dapat diwujudkan dalam ucapan dan tindakan,
seperti tidak saling menyakiti, saling menghormati, tidak arogan dan
egois, serta membiasakan untuk saling tolong menolong.
Sebuah keluarga yang sakinah juga akan selalu berusaha
melakukan yang terbaik kepada kaum kerabatnya baik yang jauh maupun
yang dekat. Dan selalu menjalin tali silaturrahim dengan seluruh keluarga
besarnya baik itu dari pihak sang suami maupun dari pihak sang istri.
D. Bekal Meraih Keluarga Sakinah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya mewujudkan
harmonisasi hubungan suami istri adalah:
1. Adanya saling pengertian
Diantara suami istri hendaknya saling memahami dan mengerti tentang
keadaan pasangannya, baik secara fisik maupun mentalnya. Karena baik
laki-laki maupun perempuan diberikan kelebihan atau kekurangan
masing-masing. Untuk itu perlu adanya pengertian atas kekurangan atau
kelebihan diantara masing-masing pasangan.
34
2. Saling menerima kenyataan
Suami istri hendaknya sadar bahwa jodoh, rezeki, dan kematian adalah
kekuasaan Allah SWT. Dengan tetap selalu berusaha dan bertawakal
kepada Allah SWT, suami istri seyogyanya pasrah kepada ketentuan-Nya
agar hati senantiasa diliputi perasaan sabar dan ikhlas.
3. Saling melakukan penyesuaian diri
Setiap pasangan suami istri harus bisa saling melengkapi kelemahan dan
kekurangan pasangannya. Disamping itu antara suami istri harus bersedia
mengakui kelebihan yang ada pada pasangannya.
4. Dapat memupuk rasa cinta dalam keluarga
Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga hendaknya antara suami istri
senantiasa berupaya memupuk rasa cinta dengan saling menyayangi,
saling menghormati, saling menghargai, dan penuh keterbukaan.
5. Senantiasa melaksanakan asas musyawarah
Dalam keluarga pasti syarat dengan berbagi problema rumah tangga.
Untuk mengatasinya perlu adanya keterbukaan dan musyawarah antar
anggota keluarga. Suami dan istri dituntut untuk saling terbuka dan
lapang dada, mau menerima dan memberi, serta menghindari sikap mau
menang sendiri.
6. Suka memaafkan
Diantara suami istri harus ada sikap kesediaan untuk saling memaafkan
atas kesalahan masing-masing. Hal ini penting karena tidak jarang
persoalan yang kecil dan sepele dapat menjadi sebab terganggunya
35
hubungan suami istri yang dapat menjurus kepada perselisihan yang
berkepanjangan.
7. Berperan serta untuk kemajuan bersama
Masing-masing suami istri berusaha saling membantu pada setiap usaha
untuk peningkatan dan kemajuan bersama yang pada gilirannya menjadi
kebahagiaan keluarga.
36
BAB III
KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF
A. Gambaran Umum Kehidupan Keagamaan Kota Salatiga
Kota Salatiga adalah sebuah kota yang terletak di wilayah Provinsi
Jawa Tengah dan berada pada titik koordinat 1100.27‟.56,81” -
1100.32‟.4,64” BT dan 0070.17‟-0070.17‟.23” LS. Kota ini berbatasan
langsung dengan Kabupaten Semarang pada sisi selatan dan Kabupaten
Boyolali pada sisi utara. Dengan luas wilayah 56,781 km2 Kota Salatiga
memiliki 4 kecamatan yaitu Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir,
Kecamatan Sidomukti, dan Kecamatan Sidorejo serta 22 kelurahan yang
tersebar di seluruh wilayah Kota Salatiga. Berdasarkan data statistik tahun
2015, total populasi penduduk Kota Salatiga mencapai 194.664 jiwa dengan
prosentase pemeluk agama Islam sebanyak 78,51%, pemeluk agama Kristen
Protestan sebanyak 16,32%, pemeluk agama Katolik sebanyak 4.87%,
pemeluk agama Budha sebanyak 0,21%, dan pemeluk agama Hindu sebanyak
0,09%. (Website resmi Bappeda Kota Salatiga)
Kota Salatiga adalah kota yang terbilang unik karena memiliki begitu
banyak keanekaragaman yang menyebabkan kota ini memiliki masyarakat
yang plural dan majemuk. Hal ini memungkinkan kehidupan sehari-hari
mereka bersinggungan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang
yang berbeda baik dari segi suku, ras, budaya maupun agamanya. Dengan
adanya fakta ini maka dibutuhkan sikap rukun dan toleransi terhadap
37
perbedaan antar sesama warga negara. Mewujudkan kerukunan dan toleransi
dalam kehidupan plural merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan
kemashlahatan umum bagi warga negara yang berlainan agama. Diharapkan
dengan hal ini setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan bagian
dari tuntunan agama masing-masing.
Beragamnya agama di Kota Salatiga ini memungkinkan setiap
pemelukknya bersentuhan dengan pribadi dan tata cara peribadatan pemeluk
agama lain.
“Hal ini mengakibatkan banyaknya kasus warga negara yang keluar
masuk dari suatu agama ke agama yang lain. Fenomena ini didasari oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah pernikahan. Berdasarkan peraturan
UU Nomor 1 Tahun 1974, pemerintah negara Indonesia mensyaratkan
warga negaranya untuk menikah dengan sesama pemeluk agama. Karena
syarat inilah maka banyak ditemukan kasus pindah agama sebelum
menikah dalam masyarakat Kota Salatiga” (hasil wawancara dengan
Bapak Murtadho, anggota POKJALUH Kota Salatiga).
B. Selayang Pandang Kehidupan Pembinaan Muallaf di Kota Salatiga
Sebelum tahun 2010 pembinaan muallaf hanya dilakukan oleh modin
atau tokoh agama setempat. Hal ini karena belum adanya POKJALUH
(Kelompok Kerja Penyuluh) seperti saat ini. Apabila persangkaan modin atau
tokoh agama sudah kuat bahwa muallaf yang dimaksud benar-benar mau
masuk Islam, maka langsung dibawa ke KUA untuk diIslamkan. Peraturannya
masih sangat longgar sehingga tidak ada syarat minimal pembinaan oleh
modin atau tokoh agama setempat bagi muallaf. Sertifikat keislaman sebelum
tahun 2010 di keluarkan dari pihak KUA berupa kertas berwarna yang
ditandatangani kepala KUA, pensyahadat, dan saksi. (Hasil wawancara
38
dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal
17 April 2017)
Sumber daya manusia sebagai penyuluh dan pembina muallaf di kota
Salatiga mulai ada pada tahun 2010. Pada tahun tersebut, ada 21 orang
penyuluh se kota Salatiga. Para penyuluh tersebut ditempatkan di KUA-KUA
kota Salatiga dan sebagian kecil di tempatkan di Kantor Kementrian Agama
Kota Salatiga. Ketika di KUA para penyuluh banyak berhadapan dengan para
muallaf. Dari beberapa muallaf itu ada yang bersungguh-sungguh masuk
Islam, namun alasan mayoritas para muallaf memeluk agama Islam adalah
karena akan menikah. Berangkat dari hal tersebut, para penyuluh yang
bergabung dalam organisasi penyuluh atau yang lebih dikenal dengan sebutan
POKJALUH merundingkan cara agar para muallaf di lingkungan kota
Salatiga mendapat penanganan yang sama. (Hasil wawancara dengan Bapak
Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal 17 April
2017)
Dalam rapat dan koordinasi tersebut para penyuluh mengundang
BIMAS Islam selaku atasan dari penyuluh dan juga mengundang Bapak
Kepala Kantor Kemenag untuk membuat kesepakatan. Hasil dari rapat dan
koordinasi akhirnya menyepakati bahwa terdapat pembinaan untuk muallaf
minimal 3 kali pertemuan. Hasil kesepakatan yang disetujui oleh BIMAS
Islam ini dikirimkan oleh KUA melalui surat pemberitahuan dan regulasi
masuk Islam ke kelurahan dan kecamatan se kota Salatiga. Dengan adanya
surat pemberitahuan dan regulasi masuk Islam dari KUA ini, maka pihak
39
kelurahan dan kecamatan mengetahui bahwa ketika ada warga yang mau
merubah agama di KTP dan KK yang duhulu beragama non Islam ke agama
Islam harus melampirkan sertifikat keIslaman yang ditandatangani oleh
Kepala Kemenag. Syarat dikeluarkannya sertifikat keIslaman oleh KUA
adalah terpenuhinya bimbingan keIslaman untuk para muallaf dari penyuluh
minimal 3 kali pertemuan. (Hasil wawancara dengan Bapak Murtadho,
Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal 17 April 2017)
Walaupun syarat minimal bimbingan hanya menetapkan 3 kali
pertemuan, namun faktanya ada yang lebih dari 3 kali pertemuan dan kurang
dari 3 kali pertemuan. Perbedaannya tergantung dari kesungguhan para
muallaf untuk memeluk agama Islam. Apabila mereka bersungguh-sungguh,
maka kemauan untuk belajar akan semakin tinggi sehingga 3 kali bimbingan
akan terpenuhi, tetapi jika mereka hanya memeluk Islam karena ikut-ikutan
saja maka bisa jadi penyuluhan akan lebih dari 3 kali pertemuan atau bahkan
kurang dari itu. Bimbingan ini dilakukan untuk menanggapi fenomena masuk
Islam sebagai syarat menikah di beberapa tempat, karena ada dari para
muallaf yang kembali ke agama asalnya setelah dibuatkan sertifikat dan
memiliki anak. Seorang muallaf yang masuk Islam karena keinginan dari hati
nuraninya sendiri dan tidak diboncengi dengan urusan pernikahan akan lebih
sungguh-sungguh menerima dan belajar agama Islam daripada muallaf yang
terkesan masuk Islam karena terdapat kebutuhan untuk menikah. (Hasil
wawancara dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga
pada tanggal 17 April 2017)
40
Para penyuluh tidak bermaksud untuk mempersulit seseorang memeluk
agama Islam tapi lebih kepada menghadang kemungkinan-kemungkinan
kembalinya muallaf ke agama semula. Terbukti bahwa sesudah tahun 2010
para muallaf yang masuk Islam dan kembali lagi ke agamanya yang semula
tidak sebanyak ketika belum ada pembinaan. Sejak tahun 2010 minimal ada
30 orang muallaf setiap tahun di suatu kecamatan di Kota Salatiga. Sampai
tahun 2017 ini perkembangan muallaf selalu fluktuatif. (Hasil wawancara
dengan Bapak Murtadho, Penyuluh KUA Sidorejo Kota Salatiga pada tanggal
17 April 2017)
Berdasarkan lokasi yang dipilih oleh peneliti, diperoleh data dari KUA
Kecamatan Sidorejo tentang perkembangan muallaf yang mengalami
perkembangan secara signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini diperkuat dengan
tabel perkembangan muallaf di Kecamatan Sidorejo berikut ini:
Tabel 1.1
Data Perkembangan Muallaf di Kecamaatan Sidorejo Kota
Salatiga pada Tahun 2010 s.d Tahun 2017
No Tahun Jumlah Muallaf
1 2010 32 orang
2 2011 35 orang
3 2012 39 orang
4 2013 41 orang
5 2014 49 orang
6 2015 30 orang
7 2016 32 orang
8 2017 s/d 4 September 2017 32 orang
Total Muallaf 290 0rang
Sumber: Data Muallaf Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
41
C. Profil Keluarga Muallaf
1. Suami Muallaf
a. Bapak JK
Bapak JK lahir 38 tahun yang lalu di Blora. Beliau menempuh
pendididkan terakhir sebagai D1 dan saat ini bekerja sebagai buruh.
Ayah Bapak JK adalah seorang muslim, sedangkan Ibu dan kakak-
kakak Bapak JK adalah seorang kristiani. Kedua orangtua Bapak JK
tidak pernah mencontohkan untuk beribadah di masjid maupun di
gereja kepada anak-anaknya. Sejak kecil Bapak JK dibesarkan
dengan didikan agama kristen protestan, sehingga beliau selalu rajin
pergi beribadah ke gereja. Pendidikan yang diberikan kedua orangtua
Bapak JK bersifat membebaskan anak-anaknya untuk mengambil
keputusan apapun. Tidak ada pendidikan tentang keagamaan sama
sekali baik itu dari pihak ayah maupun dari pihak Ibu Bapak JK.
Pendidikan dalam keluarga lebih banyak tentang adab berperilaku
orang jawa, seperti saling berbagi, tidak menyakiti jika tidak ingin
disakiti, dan lain sebagainya.
Bapak JK menikah dengan Ibu KJ pada tanggal 14 Mei 2005
dan telah dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Latar belakang Bapak JK
menikahi Ibu KJ adalah karena sering bertemu di tempat kerja.
Menurut Bapak JK, Ibu KJ adalah sosok yang sangat mandiri, tidak
manja, kuat, berbakti kepada orangtua, tidak egois, rela berkorban,
dan suka menolong sesama. Karena sifat-sifat baik dalam diri Ibu KJ
42
itulah akhirnya Bapak JK memutuskan untuk menikahi Ibu KJ.
Sayangnya saat ini sudah 40 hari Ibu KJ meninggal dunia karena
menderita penyakit kanker payudara.
Pertimbangan Bapak JK untuk menjadi muallaf adalah karena
agama Islam dari pihak keluarga Ibu KJ sangat kuat. Sebelum
menikah hal ini sudah menjadi topik pembicaraan hangat di antara
mereka berdua. Pernah suatu ketika mereka berfikir untuk pindah ke
agama lain jika nanti kedua pihak orangtua mereka tidak
memperbolehkan mereka untuk hidup bersama. Teman-teman
Nasrani dari Bapak JK pun menyarankan untuk berkonsultasi dengan
Ibu beliau. Ibu beliau sebenarnya cocok dengan Ibu KJ tetapi
terkendala masalah agama. Bapak JK yakin jodoh itu sudah diatur
oleh Tuhan, tinggal bagaimana cara untuk menyikapinya. Akhirnya
beliau memutuskan untuk masuk Islam pada tahun 2005 hanya untuk
mencari status saja. Dulu Bapak JK pernah berjanji kepada Ibunya
walaupun beliau telah masuk Islam, tapi hati beliau tetep akan
nasrani. Itulah yang membuat beliau berat untuk menerima Islam
sampai usia 5 tahun pernikahan. Beliau baru benar-benar mendalami
Islam 2 tahun yang lalu sampai sekarang.
Kehidupan keagamaan beliau setelah menikah, Ibu KJ
meminta beliau untuk melakukan ibadah agama Islam. Bukan
bermaksud untuk memaksa beliau tapi lebih kepada keinginan agar
suami melakukan ibadah. Beliau bingung karena beliau masih awam
43
tentang Islam. Jika pergi ke gereja lagi beliau sudah beragama Islam,
tapi jika mau pergi ke masjid beliau masih baru dan belum bisa apa-
apa. Saat Ibu KJ sedang sholat beliau hanya bisa melihat. Anak
Bapak JK sering bertanya „kok Bapak tidak pernah ke masjid tapi
malah pergi ke gereja?‟. Lain hari dia juga bertanya „kok Bapak tidak
pergi ke gereja? katanya ibadahnya di gereja?‟, beliau menjawab
„Bapak ke gereja hari Minggu‟. Dan saat hari Minggu tiba beliau
pergi memancing bukannya ke gereja. Terakhir anak Bapak JK
bertanya „Bapak kok tidak pernah sholat jumat?‟ Hal ini berlangsung
terus menerus. Dengan berbagai pertimbangan, maka beliau
membulatkan niat untuk belajar Islam secara benar. Jujur beliau akui
bahwa dorongan beliau menerima Islam adalah karena anak.
Alhamdulillah sekarang beliau sudah sholat 5 waktu dan menjalankan
puasa Ramadhan. Setiap malam Selasa dan Sabtu beliau usahakan
untuk ikut belajar mengaji bersama dengan sesama muallaf dan
beberapa pengajar dari pondok.
Setelah menikah Ibu KJ ingin lebih bertanggungjawab kepada
suami. Ibu KJ ingin semua pekerjaan rumah tangga diselesaikan
sendiri padahal Bapak JK sudah terbiasa mencuci baju dan mengurus
rumah tangga. Ibu KJ ingin beliau hanya bertanggung jawab terhadap
nafkah dan pendidikan anak saja. Jika anak-anak ada yang susah
diberitahu atau nakal, maka Ibu KJ akan laporan kepada beliau.
Untuk urusan memasak beliau bergantian dengan Ibu KJ. Beliau bisa
44
masak beberapa masakan karena dulu waktu kecil beliau ikut ibunya
untuk berjualan makanan. Sebelum menikah mereka sudah sama-
sama bekerja sehingga setelah menikah mereka terbuka untuk
masalah penghasilan dan kebutuhan sehari-hari. Nafkah dari Bapak
JK dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari sedangkan penghasilan
Ibu KJ ditabung untuk kepentingan yang bersifat mendadak. Jika ada
kekurangan dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga, Ibu KJ selalu
siap membantu. Beliau berpesan kepada Ibu KJ untuk pintar
mengelola uang. Jika sedang tidak punya uang, terkadang Ibu KJ
mengeluh. Dan hal inilah yang sering menjadi alasan cekcok dalam
keluarga. Tapi sejauh ini selalu ada jalan untuk mencukupi
kebutuhan.
Pemenuhan kebutuhan biologis pasangan ini berjalan lancar.
Menurut Bapak JK dalam berhubungan harus sama-sama senang dan
puas. Jika salah satu pasangan merasa tidak senang dan puas maka
akan menyengsarakan. Jadi saat ada yang tidak merasa senang maka
harus mencari solusinya. Saat masuk Islam semua amal perbuatan
harus serba hati-hati. Melakukan hubungan suami istri pun ada
adabnya, yaitu harus berdoa dulu. Beliau sadar bahwa wanita
mempunyai halangan setiap bulannya, sehingga saat keduanya
memiliki waktu luang, sebisa mungkin akan mereka selenggarakan.
Dalam menghadapi masalah rumah tangga Bapak JK
mengajarkan kepada istrinya untuk menyelesaikan masalah apapun
45
bersama. Jika ada masalah mereka akan saling bercerita. Saat Ibu KJ
mempunyai masalah dan beliau bisa membantu maka akan beliau
bantu. Intinya harus saling melengkapi. Tetapi jika sudah berada
diujung permasalahan, maka Bapak JK akan berkunjung ke tempat
pemuka agama yang membantu beliau mengenal Islam untuk mencari
solusi dan pencerahan. Dulu pada tahun-tahun pertama pernikahan,
perasaan ingin menang sendiri sebagai laki-laki kadang beliau
rasakan. Beliau merasa sebagai kepala keluarga pendapat beliau lah
yang paling benar dan harus ditaati, sehingga Ibu KJ pun terkadang
pulang ke rumah orangtuanya tanpa mau beliau antar. Pagi hari Ibu
KJ pergi, kemudian beliau menyusul untuk menjemputnya pada sore
hari. Orangtua Ibu KJ berpesan kepada putrinya untuk patuh kepada
Bapak JK karena dia adalah perempuan. Orangtua Ibu KJ bisa
maklum dan menjaga hubungan pernikahan mereka, sedangkan
orangtua Bapak JK jarang untuk mengetahui masalah dalam keluarga
mereka. Lambat laun mereka jarang memberitahu orangtua saat ada
masalah. Sebagai seorang suami beliau berani maju saat Ibu KJ
disakiti karena istri adalah amanah dari orangtuanya untuk beliau
jaga.
Bapak JK terbuka untuk masalah-masalah tertentu saja. Beliau
selau berfikir dulu sebelum cerita. Apakah nanti menjadi beban untuk
Ibu KJ atau tidak. Jika sekiranya menjadi beban maka akan beliau
sembunyikan, tapi saat masalah itu sudah selesai maka akan beliau
46
ceritakan. Ada yang spontan langsung beliau ceritakan dan ada yang
harus berproses dulu. Penyesuaian beliau dengan Ibu KJ tidaklah
susah. Tapi untuk urusan agama memang lumayan lama. Beliau
bukan tipe yang romantis, apa adanya, bahkan cenderung kaku. Dan
Ibu KJ pun juga tidak romantis, mudah marah dan moody. Jika beliau
mendapat kritik atau masukan dari Ibu KJ maka akan ditimpali
dengan candaan, tapi jika Ibu KJ mengkritik tidak pada tempatnya
maka akan beliau marahi. Beliau tidak suka jika Ibu KJ berdandan,
jika hanya bedak masih diperbolehkan. Di rumah pun Ibu KJ juga
sangat biasa dalam berpakaian. Sedangkan Bapak JK malah lebih
terawat, beliau harus mandi, memakai deodorant dan handbody
ketika mau keluar rumah walupun itu hanya ke warung.
Pasangan ini telah dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Anak
pertama bernama E berumur 11 tahun dan anak kedua bernama A
berumur 2,5 tahun. Pendidikan anak-anak baik itu menyangkut
lembaga formal maupun keagamaan saat dirumah dipegang oleh Ibu
KJ. Hanya jika ada hal-hal yang tidak dimengeti oleh Ibu KJ, maka
kan ditanyakan kepada beliau. Tapi untuk urusan akhlak anak-anak,
beliau yang memegang peranan. E selalu sholat sejak usia 9 tahun
sampai sekarang, tapi karena Ibunya meninggal ia jadi agak
mengendur sholatnya. Selama ini ia selalu melihat ibunya sholat
menjadi imamnya, jadi saat ibunya meninggal dia selalu sedih saat
sholat karena teringat jika Ibunya sudah meninggal. Sekarang E sudah
47
mengaji sampai juz 6 Al-qur‟an. Dari TK E sudah belajar puasa
setengah hari dan saat masuk SD sudah puasa penuh. E sudah bisa
memasak sendiri, sehingga saat sahur dan berbuka pun ikut
menyiapkan makanan. Ini tidak lain karena didikan dari Ibu KJ yang
keras, tegas dan disiplin dalam beragama. Bapak JK sangat
membatasi penggunaan teknologi kepada anak-anaknya. Penggunaan
teknologi hanya untuk game-game ringan dan pelajaran saja. Beliau
tegaskan kepada anak-anaknya untuk bisa mengatur waktu antara
bermain dan belajar. E beliau fasilitasi dengan hape dan laptop karena
saat ini sarana yang dikenalkan di sekolah membutuhkan teknologi
ini. Sepanjang itu untuk kegiatan belajar anak-anaknya, maka akan
beliau usahakan. Bapak JK berharap agar nanti E lebih pintar
daripada beliau. Anak kedua Bapak JK yang bernama A mengalami
salah asuhan. Saat Ibu KJ sedang perawatan intensif di RS, A
dititipkan kepada tetangga yang berkecukupan, sehingga hape dan
internet menjadi bagian dari kesehariannya. Beliau dan Ibu KJ sempat
bingung karena A sudah kecanduan internet di umurnya yang masih
kecil. Saat ini A sudah beliau pilihkan game-game ringan seperti
menggambar dan mewarnai. Kritikan dari anak menurut Bapak JK
selama itu masih dalam lingkup perkembangan umurnya, beliau ingin
anak-anak menjabarkannya agar nanti kedepannya dapat beliau
perbaiki. Tapi jika di luar lingkup perkembangan umurnya, maka
akan beliau diamkan.
48
Menurut Bapak JK selama masa pernikahan ini Ibu KJ adalah
pribadi yang hebat dan kuat. Sesakit apapun yang dia rasakan dalam
hidup, jika bisa dia tahan akan dia tahan.
Rumah tangga harmonis menurut Bapak JK adalah jika kita
kenal Islam secara baik maka rumah tangga akan berjalan dengan
baik pula. Selama kita mengenal agama, beliau yakin kehidupan akan
berjalan lancar karena Islam mengatur semua segi kehidupan seraca
rinci. Antara suami istri harus saling mengerti dan menghargai satu
sama lain, jangan mengedepankan ego masing-masing, serta
memahami pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing dan
pasangan.
b. Bapak BK
Bapak BK lahir 39 tahun yang lalu di Salatiga. Pendidikan
terakhir beliau adalah SMK dan saat ini beliau bekerja sebagai
wiraswasta. Beliau berasal dari keluarga besar yang menganut agama
majemuk. Dari kecil beliau dididik dengan ajaran agama Kristen
sehingga beliau terbiasa beribadah ke gereja secara rutin.
Setelah dewasa beliau mulai berkenalan dengan Ibu KB yang
beragama Islam selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Lama-lama
timbul perasaan ingin menikahi Ibu KB. Dulu sempat ada
pembicaraan sebelum menikah, dimana Bapak BK menawarkan Ibu
KB untuk ikut agama Kristen, tapi Ibu KB menolak karena
almarhumah ibunya pernah berpesan saat masih hidup jangan sampai
49
Ibu KB mempunyai suami yang berbeda agama. Karena peraturan
pernikahan di Indonesia harus menikah dengan sesama pemeluk
agama, maka Bapak BK mengalah. Bapak BK memutuskan untuk
masuk Islam 2 bulan sebelum menikah pada tahun 2008. Dari pihak
keluarga Bapak BK tidak ada pertentangan dan penolakan terhadap
keputusan beliau ini, yang terpenting orang itu harus beragama dan
selalu berbuat baik, terlepas dari apapun agama yang dianutnya.
Bapak BK masuk Islam karena mencintai akhlak Ibu KB,
Bapak BK melihat perilaku dan tindakan Ibu KB yang baik, sehingga
beliau juga ingin berubah menjadi baik pula. Menurut beliau Ibu KB
suka bercanda dan lucu, namun terkadang juga menjengkelkan.
Terlepas dari itu, banyak dari sifat Ibu KB yang membuat Bapak BK
memutuskan untuk menikahinya. Dari pernikahan ini, Bapak BK
telah dikaruniai 2 orang anak.
Kehidupan agama bapak BK setelah menikah tidak mengalami
kemajuan. Saat itu pihak KUA belum mengadakan bimbingan untuk
muallaf sehingga pembinaan agama Bapak BK pun hanya didapat
dari paman beliau. Beliau merasa kesusahan untuk belajar
melaksanakan ibadah karena sudah disibukkan dengan kebutuhan
keluarga yang mengharuskan Bapak BK untuk berangkat kerja pada
pagi hari dan pulang saat sudah malam. Waktu untuk libur bekerja
pun jarang beliau dapatkan sehingga waktu untuk belajar agama
sangat sedikit. Ibu KB sendiri tidak terlalu pintar dalam mengajari
50
agama. Sampai saat ini Bapak BK belum melaksanakan sholat sama
sekali. Bapak BK ingin bisa melaksanakan sholat seperti muslim yang
lain, tapi karena terkendala kesibukan bekerja ditambah mengurus
anak-anak di rumah maka keinginan itu belum terlaksana. Beliau juga
tidak memiliki tempat untuk sholat di rumah.
Setelah menikah nafkah dari Bapak BK untuk memenuhi
kebutuhan Ibu KB dan anak-anak telah tercukupi dengan baik. Ibu
KB dulu sebelum menikah juga bekerja, tapi karena sekarang sudah
memiliki anak maka beliau harus mengalah untuk mengurus anak. Ibu
KB tetap ingin membantu keuangan keluarga, tapi Bapak BK baru
akan mengizinkan jika anak-anak sudah besar. Ibu KB tidak pernah
minta apapun selain apa yang telah Bapak BK berikan. Menurut
Bapak BK keseharian Ibu KB di rumah dalam merawat rumah sudah
lumayan, dalam merawat anak pun juga bagus, hanya saja Ibu KB
sangat kurang saat merawat dirinya sendiri. Ibu KB sama sekali tidak
ada inisiatif menyenangkan suami dengan penampilannya. Sedangkan
Bapak BK sendiri malah lebih memperhatikan penampilannya.
Masakan selalu disajikan Ibu KB di meja. Bapak BK tidak pernah
request untuk dimasakkan makanan tertentu, tapi biasanya Ibu KB
yang menawarkan lebih dulu. Sebelum Bapak BK berangkat bekerja
beliau akan membantu mengurus anak, agar Ibu KB bisa mengurus
pekerjaan rumah. Ibu KB saat mau pergi selalu meminta izin kepada
51
Bapak BK. Misalnya saat mau ke rumah orangtuanya aling nanti
setelah pulang kerja Bapak BK ikut menyusul kesana.
Pemenuhan kebutuhan biologis pasangan ini dilakukan secara
normal seperti orang lain. Hanya saja setelah Bapak BK pulang kerja,
Ibu KB biasanya sudah tidur dengan anak-anak dan baru bangun pada
pagi harinya. Ibu KB adalah orang yang cuek. Jika Bapak BK
meminta kebutuhannya dan Ibu KB berkata sudah capek mengurus
rumah seharian dan mau tidur maka keinginan Bapak BK tidak akan
terpenuhi. Kejadian ini hampir berlangsung setiap hari. Padahal
menurut Bapak BK, Ibu KB paham bahwa di dalam agama jelas
disebutkan jika istri menolak suami untuk memenuhi kebutuhannya
maka ia akan berdosa. Jika hal ini tidak terjadi setiap hari, mungkin
Bapak BK bisa maklum. Bapak BK hanya bisa mengikhlaskan
perbuatan istrinya dengan setengah hati.
Saat awal menikah yang dibutuhkan Ibu KB dari Bapak BK
adalah kasih sayangnya, tapi makin kesini orientasinya berubah
menjadi materi. Ibu KB ingin Bapak BK selalu kerja. Jika Bapak BK
memiliki rencana untuk libur bekerja, Ibu KB sudah mendekte beliau
untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah. Namun terkadang hal itu
hanya bercanda saja. Bapak BK adalah orang yang romantis kepada
pasangan, begitu pula Ibu KB. Pasangan ini saling bercanda karena
Ibu KB adalah orang yang humoris dan Bapak BK juga bisa
mengimbanginya. Bapak BK selalu siap saat Ibu KB meminta
52
apapun. Beliau sangat memperhatikan kebutuhan istri dan anak-
anaknya.
Namanya keluarga pasti ada pertengkaran dan
kesalahpahaman entah itu karena masalah anak atau masalah yang
lainnya. Saat suami pulang kerja dengan kondisi yang tidak pasti, dan
di rumah juga dikondisikan tidak nyaman, maka bawaannya akan
marah. Hal ini juga dirasakan oleh Bapak BK dan keluarga.
Alhamdulillah pasangan ini bisa mengatasi dan menyelesaikan
permasalahan yang ada. Bapak BK dan Ibu KB mengaku tidak betah
jika harus berlama-lama bertengkar. Saat terjadi masalah yang berat,
pasangan ini tidak pernah sampai mengucapkan kata-kata untuk
berpisah. Nanti saat sudah sama-sama tenang, maka mereka akan
saling meminta maaf. Kritikan atau masukan yang Bapak BK berikan
kepada Ibu KB maupun sebaliknya sama sama tidak digubris.
Menurut Bapak BK, Ibu KB itu tipe istri yang ngeyelan, sedangkan
menurut Ibu KB, Bapak BK adalah tipe suami yang menangan. Saat
ada masalah, Bapak BK akan bercerita kepada teman kerja yang
beliau percaya, sedangkan Ibu KB akan bercerita dengan bibi Bapak
BK. Namun tidak ada dampak apapun dengan bercerita tentang
masalah keluarga kepada orang lain yang mereka percaya selain dari
beban pikiran yang berkurang.
Pasangan ini selalu membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keuangan keluarga. Bapak BK selalu terbuka
53
tentang penghasilan. Berapapun yang Bapak BK dapat akan
diceritakan kepada Ibu KB. Tidak pernah sekalipun Bapak BK
menutup-nutupi pendapatannya. Saat Ibu KB mendapatkan uang,
beliau juga selalu bilang kepada suaminya. Intinya adalah saling
percaya. Menurut Bapak BK, Ibu KB dalam mengelola keuangan
sangat baik. Uang yang Bapak BK berikan selalu digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga. Jika uang yang diberikan Bapak BK adalah
kebutuhan untuk belanja, maka uang itu akan habis untuk belanja
saja. Ibu KB sering mengajak Bapak BK untuk menemaninya
berbelanja. Agar Bapak BK tahu kenapa uang yang beliau berikan
selalu habis padahal yang dibeli tidak seberapa. Jangan sampai
ketidaktahuan penggunaan uang membuat membuat Bapak BK tidak
mempercayai istrinya.
Pasangan ini telah dikaruniai 2 orang anak. Yang pertama
bernama N dan telah berusia 8 tahun dan A yang baru berusia 15
bulan. Pasangan ini sama-sama berkontribusi dalam mendidik anak.
Jika anak-anak sudah tidak bisa dikendalikan oleh Ibu KB, maka Ibu
KB akan menyerahkan mereka kepada Bapak BK. Menurut Ibu KB
anak-anak lebih dekat kepada Bapak BK sehingga akan memudahkan
untuk mengurusnya. Setelah besar N sangat susah untuk diarahkan
karena saat masih kecil selalu dimanjakan dan apapun yang dia minta
selalu Bapak BK berikan. Beliau akui ini adalah kesalahannya jika
sekarang N jadi bandel. N sangat malas jika diminta untuk belajar.
54
Hal ini terjadi karena faktor lingkungan dan kebiasaan menonton tv.
Sebenarnya N adalah anak yang mudah menangkap sesuatu walaupun
ia tidak tekun belajar. Bapak BK bersyukur karena walaupun malas
belajar, nilai-nilai N selalu di atas rata-rata. Pada saat penerimaan
rapot pun N termasuk dalam rangking 10 besar. Untuk keagamaan N,
dulu Bapak BK pernah masukkanya ke TPA, tapi lambat laun N
menjadi malas karena merasa sudah besar. Sehingga Ibu KB akan
mengajari N belajar mengaji saat berada dirumah. Walaupun sudah
berumur 8 tahun, N masih belum belajar sholat. Untuk puasa
Ramadhan, N baru mulai belajar puasa setengah hari pada tahun ini.
N berpuasa karena dia malu melihat teman-temannya sudah berpuasa.
Saat ini Bapak BK mendidik anak-anaknya dengan tegas. Bapak BK
takut anak-anaknya tidak menghormati orangtua karena saat ini
tontonan di tv banyak yang tidak mendidik. Kadang N merasa Bapak
BK sudah tidak sayang kepadanya seperti dulu. Bapak BK memberi
pengertian bahwa sayang tidak harus ditunjukkan dangan memenuhi
semua keinginan anak, dimarahi pun juga salah satu bentuk dari
sayang. Sekarang N bahkan ingin selalu dimarahi sehingga dia
sengaja melakukan sesuatu yang membuat pasangan ini marah. Inilah
bahayanya jika anak-anak salah menangkap maksud dari perkataan
orangtua. N suka sekali bermain game sehingga terkadang
mengganggu jam belajarnya. Teman-teman sepermainan N juga
begitu. Jika berkumpul akan bermain gadget. Bapak BK
55
memperbolehkan N bermain game jika dia sudah belajar. Menurut
beliau anak juga butuh refreshing setelah belajar agar tidak tegang.
Bapak Bk berpesan kepada N agar ia mampu membagi waktunya
antara belajar dan bermain. Pendidikan perilaku selalu diajarkan
Bapak BK kepada anak-anaknya. Beliau mengajarkan sopan santun
kepada anaknya seperti menyapa orang lebih tua jika lewat di suatu
jalan. Jika N mengucapkan kata-kata yang tidak pantas atau sesuai
dengan umurnya, Bapak BK sering menegurnya agak keras agar
jangan sampai N mengulanginya lagi. Bapak BK selalu memilihkan
acara tv untuk anaknya. Jika sekiranya tontonan itu tidak baik maka
langsung beliau ganti. Beliau merasa miris karena acara tv jaman
sekarang banyak yang mencontohkan perilaku durhaka kepada
orangtua dan banyak mengucapkan kata-kata yang tidak pantas.
Beliau takut nanti si anak akan mengikuti apa yang dia lihat.
Kontribusi keluarga besar dalam rumah tangga Bapak BK
tidak terlalu signifikan. Walaupun Bapak BK cerita tentang masalah
rumah tangga, keluarga besar tidak pernah langsung menyalahkan Ibu
KB. Kebanyakan orang tua akan lebih condong kepada anaknya, tapi
hanya orangtua bijaksana yang bisa melihat mana yang benar dan
mana yang salah. Bahkan Bapak BK sering ditanya apakah mungkin
masalah rumah tangga terjadi karena kesalahan Bapak BK. Keluarga
besar sama sekali tidak ada yang menjurus untuk memperkeruh
suasana rumah tangga Bapak BK.
56
Bapak BK berpandangan jika Ibu KB adalah pribadi yang
secara keseluruhan sangat baik. Hanya saja Ibu KB sangat suka tidur
sehingga terkadang ada kesalahpahaman dan membuat jengkel.
Rumah tangga yang baik menurut Bapak BK adalah rumah
tangga yang di dalamnya terdapat istri yang patuh kepada suami
terhadap hal-hal yang baik. Menurut Bapak BK mempunyai istri yang
patuh sudah cukup untuk membuat rumah tangga menjadi harmonis.
Istri patuh yang tidak membantah perkataan dan perilaku suami
selama suami tidak menyalahi syariat dan norma yang berlaku akan
membuat suami manapun merasa senang. Jangan membuat suami
marah, bersikap saling terbuka, menjaga komunikasi dengan baik,
dan jangan suka pulang ke rumah orangtua saat ada masalah rumah
tangga.
c. Bapak HD
Bapak HD lahir di Kabupaten Semarang 47 tahun yang lalu.
Pendidikan terakhir beliau adalah S1 PGSD dan saat ini telah bekerja
sebagai guru di salah satu sekolah dasar negeri di Kota Salatiga.
Beliau adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Sejak kecil Bapak HD
telah dibesarkan dalam keluarga yang taat menjalankan ajaran agama
Kristen.
Bapak HD mengenal Ibu DH lewat pertemuannya di sekolah.
Saat itu Ibu DH adalah mahasiswi yang sedang praktek sebagai guru
bantu pelajaran matematika. Latar belakang Bapak HD menikahi Ibu
57
DH karena beliau tertarik dengan perilaku dan sikap Ibu DH yang
sangat sopan, berpenampilan sederhana, dan bisa menempatkan sikap
dengan baik terhadap orang yang lebih tua, sebaya, maupun yang
lebih muda. Setelah menjadi akrab dan sama-sama merasa cocok
akhirnya Bapak HD memutuskan untuk menikahi Ibu DH pada tahun
2010 walaupun terdapat kemungkinan beliau akan menjadi muallaf.
Sebelum menikah pasangan ini menemui banyak kendala terutama
karena terpaut usia yang cukup jauh dan adanya perbedaan agama.
Kedua keluarga besar pasangan ini sama-sama menentang rencana
pernikahan mereka. Walupun berat Bapak HD harus mengambil sikap
karena yang menjalani kehidupan yang lebih baik. Bapak HD
berkonsultasi dengan beberapa tokoh alim ulama. Menurut para
ulama, kepercayaan adalah hidayah sehingga jika sudah mantap harus
disegerakan. Setelah Bapak HD menjadi muallaf, orangtua Ibu DH
merestui hubungan mereka. Sedangkan dari keluarga Bapak HD
sendiri membutuhkan waktu 2 tahun untuk menerima kepercayaan
baru Bapak HD. Saat Bapak HD menikah yang mendampingi beliau
adalah paman dan bibinya saja. Tapi Bapak HD tidak tersinggung
karena itulah konsekuensi yang harus beliau tanggung. Bapak HD
bersyukur karena masih ada saudara yang mau datang. Setelah Bapak
HD menikah, beliau benar-benar merasakan kenyamanan dan
ketenangan dalam rumah tangga.
58
Setelah menikah Bapak HD mulai pelan-pelan berusaha
belajar tentang agama Islam. Beliau dibimbing langsung oleh Ibu DH
mulai dari sholat, dan membaca Al-quran. Ibu DH sangat sabar dalam
membimbing suaminya. Teman-teman Bapak HD pun juga
mendukung usaha beliau. Bapak HD sudah mampu mengerjakan
sholat semenjak menjadi muallaf. Menurut beliau, sholat adalah hal
yang sangat penting dibandingkan yang lain karena sholat adalah
ibadah wajib. Bapak HD merasa ada yang kurang apabila belum
melaksanakan sholat jika waktunya telah tiba sehingga beliau sering
mengikuti sholat berjamaah di masjid sekitar lingkungan rumahnya.
Untuk menjalankan puasa, Bapak HD tidak mengalami masalah
karena waktu masih beagama Kristen beliau juga menjalankan puasa.
Hanya untuk mempelajari dan membaca Al-Quran Bapak HD masih
membutuhkan waktu. Sebisa mungkin Bapak HD mendekatkan diri
kepada Allah SWT, karena dengan dekat kepada Allah beliau benar-
benar merasakan kedamaian. Bapak HD merasa ada perbedaan yang
signifikan saat beliau masih nasrani dan setelah menjadi muslim pada
hubungan keluarga, hubungan dengan istri, dan hubungan dengan
anak-anak. Bapak HD sering menyampaikan kepada para tokoh
agama di sekitarnya bahwa beliau masih dalam tahap belajar dan
bimbingan, sehingga jika ada hal yang menyimpang beliau bersedia
untuk diingatkan dan dibimbing. Di tempat kerja pun Bapak HD juga
menyampaikan kepada para pimpinan terutama yang muslim bahwa
59
beliau sekarang sudah menjadi muallaf sehingga beliau membutuhkan
bimbingan dan doa agar cepat untuk beradaptasi dan mempelajari
agama Islam secara lebih mendalam. Menurut beliau, belajar agama
itu butuh komitmen dan waktu luang.
Hak dan kewajiban dalam keluarga Bapak HD selalu dipenuhi
secara baik. Bapak HD sebagai kepala keluarga selalu
bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada
awal pernikahan Bapak HD dan Ibu DH tinggal dirumah mertua
Bapak HD selama 3 tahun. Apa yang Bapak HD usahakan pada
pernikahan sebelumnya, beliau serahkan semuanya kepada mantan
istri dan anak-anaknya. Hanya dokumen penting, surat dinas, dan
seragam dinas yang dibawa oleh beliau. Alhamdulillah Allah
membuka jalan rezeki untuk mereka sehingga baru beberapa bulan
pasangan ini sudah mampu bangkit dengan usaha sendiri. Sebelum
menikah dengan Ibu DH, Bapak HD pernah menikah pada tahun
1992 dan dikaruniai 2 orang anak, sehingga sampai saat ini beliau
masih memenuhi kewajiban terhadap hak mantan istrinya sebesar 1/3
dari total pendapatannya setiap bulan. Meskipun begitu, Ibu DH
selalu menerima keadaan Bapak HD apa adanya, beliau tidak pernah
meminta maupun menuntut apapun dari Bapak HD. Sebagai suami
Bapak HD ingin membahagiakan anak dan Ibu DH, untuk itu Bapak
HD membanting tulang dengan membuka les privat dari kelompok
belajar satu ke kelompok belajar yang lain. Alhamdulillah dari
60
tambahan pekerjaan itu beliau dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
Penghasilan yang Bapak HD dapatkan, langsung beliau berikan
seluruhnya kepada Ibu DH untuk dikelola. Baru satu tahun ini Ibu DH
mulai bekerja di salah satu sekolah swasta sebagai pegawai wiyata.
Hal ini dilakukan agar Ibu DH mempunyai kegiatan selain sebagai
ibu rumah tangga tanpa mengesampingkan kewajibannya dalam
mengurus rumah tangga dan mendidik anak. Bapak HD tidak pernah
mencampuri penghasilan Ibu DH sedikitpun, biar itu menjadi uang
pibadi istrinya saja. Saat Bapak HD berada di rumah, beliau saling
membantu dan berbagi dalam menyelesaikan pekerjaan rumah
bersama istrinya. Jika pasangan ini memiliki agenda untuk pergi
keesokan harinya, maka semua pekerjaan rumah seperti beres-beres
rumah dan halaman, mencuci baju, menyetrika, dan yang lainnya
harus sudah selesai sebelum pergi. Anak Bapak HD pun sudah mulai
dididik untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti membuang
sampah, mengelap kaca meja,dan memberi makan ayam.
Hubungan biologis Bapak HD dan Ibu DH sampai saat ini
berjalan lancar. Karena pasangan ini saling mencintai dan merasa
cocok satu sama lain, maka siapapun yang membutuhkan akan
mereka layani walaupun terkadang merasa lelah setelah beraktivitas
seharian.
Bapak HD bukanlah figur yang romantis, namun terkadang
Bapak HD memberikan istrinya kejutan saat memiliki waktu luang.
61
Menurut Bapak HD, Ibu DH adalah istri cuek dan sederhana. Jarang
sekali memperhatikan penampilannya. Jika keluar rumah Ibu DH
hanya akan memakai bedak dan lipstik saja. Hal ini sesuai dengan
Bapak HD yang juga tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.
Menurutnya, yang sederhana itu lebih alami dan lebih mensyukuri.
Dan Bapak HD pun juga tipikal suami yang tidak pernah
memperdulikan penampilan. Mandi saja sudah cukup. Untuk masalah
masakan, Bapak HD sudah menyampaikan apa yang beliau tidak suka
kepada Ibu DH. Ibu DH juga selalu menawarkan menu apa yang
ingin Bapak HD makan. Jika Bapak HD sedang tidak ingin apa-apa,
maka beliau akan menerima apapun yang dimasak Ibu DH untuk
beliau. Namun jika ada masakan yang ingin Bapak HD santap, beliau
akan segera menyampaikannya kepada istrinya. Jika Ibu DH harus
pergi keluar kota sehari dua hari, beliau selalu menyiapkan masakan
untuk keluarganya. Sehingga tidak ada ceritanya Bapak HD dan
anaknya harus makan di luar. Bapak HD pun tidak pernah
menyempatkan diri untuk ke warung kemudian minum kopi dan
mengobrol dengan bapak-bapak. Jika ingin jajan di luar, Bapak HD
pasti mengajak Ibu DH dan anaknya untuk ikut serta. Penyesuaian
dengan Ibu DH tidaklah sulit. Apa yang Bapak HD inginkan selalu
berjalan dengan baik. Hal ini berbeda sekali dengan rumah tangga
yang dulu.
62
Pasangan ini memiliki komitmen terhadap rumah tangga
bahwa jika terdapat masalah apapun dalam keluarga maka jangan
sampai dikeluarkan dari rumah. Baik itu disampaikan kepada
orangtua maupun tetangga. Bapak HD ingin menunjukkan kepada
keluarganya, bahwa hidup beliau sekarang lebih baik dengan adanya
Ibu DH disisinya. Bapak HD ingin menunjukkan bahwa keluarganya
dapat menjadi contoh bagi keluarga yang lain. Masalah dalam rumah
tangga beliau biasanya berasal dari perbedaan dalam mendidik anak.
Ibu DH adalah pribadi yang agak keras dalam mendidik anak,
sedangkan Bapak HD tidak. Sehingga saat anak mendapat didikan
yang terlalu keras dari Ibu DH, Bapak HD akan sering membela sang
anak. Disinilah letak kesalahpahaman yang sering terjadi antara
Bapak HD dan Ibu DH. Namun setelah masalah terselesaikan,
masing-masing pasangan ini akan cepat-cepat meminta maaf sebelum
hari berganti.
Pasangan ini telah dikaruniai 1 orang putra dalam
pernikahannya. Putra tersebut bernama R yang saat ini telah berusia
6,5 tahun. Dalam mendidik keagamaan R, Bapak HD sering
mengajaknya untuk pergi sholat berjamaah. Bapak HD juga selalu
mengajak R untuk sholat jumat di masjid saat hari Jumat tiba. Puasa
ramadhan tahun ini dijalankan R secara penuh. Sebenarnya Bapak
HD tidak tega membiarkan R berpuasa penuh mengingat dia masih
kecil, namun karena semangatnya dalam berpuasa sangat luar biasa,
63
maka Bapak HD hanya bisa mendukung. Karena R masih minum
susu dari botol, maka saat awal-awal berpuasa R sering rewel karena
menyesuaikan diri. Bapak HD memilihkan R sekolah yang
berlatarbelakang pendidikan Islam dengan harapan R mampu
menguasai ilmu agama dan ilmu umum sekaligus pada saat yang
sama.
Keterbukaan dalam keluarga sangat diperhatikan oleh
pasangan ini. Setiap ada masalah sekecil apapun, langsung mereka
sampaikan untuk didiskusikan. Jika terdapat masalah yang berasal
dari keluarga Ibu DH maka Bapak HD hanya memberi saran. Tapi
jika ada masalah yang berkaitan dengan keluarga Bapak HD, maka
Bapak HD akan menyelesaikannya sendiri tanpa mengikutsertakan
Ibu DH karena beliau tidak ingin membuat istrinya merasa terbebani.
Pasangan ini bersikap tidak ingin mencampuri masalah orang lain jika
orang yang bersangkutan tidak meminta bantuan mereka. Begitu pula
mereka yang tidak ingin diganggu privasinya oleh orang lain. Apabila
pasangan ini memiliki salah terhadap satu sama lain, mereka siap
untuk memberi ataupun menerima teguran. Setiap Bapak HD tidak
menyukai sesuatu, maka beliau akan menegur Ibu DH baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ibu DH tidak pernah ikut bergosip
dengan tetangga di sekitar rumah karena Bapak HD pernah
menyampaikan kepada beliau bahwa ia tidak menyukai orang yang
bergosip karena dapat menambah dosa dan mengeluarkan aib sendiri.
64
Lambat laun pasangan ini saling mengerti sifat dan karakter masing-
masing karena bersikap saling terbuka.
Menurut Bapak HD, istrinya adalah seorang wanita yang
sholehah, sangat taat dan patuh kepada suaminya, selalu menghormati
suami, sangat sayang kepada keluarga, bertanggung jawab terhadap
amanah, selalu berpamitan saat akan pergi keluar rumah baik saat
Bapak HD sedang berada di rumah maupun tidak. Ibu DH adalah
wanita yang luar biasa.
Kunci sukses rumah tangga menurut Bapak HD walaupun
sebelumnya beliau pernah mengalami kegagalan adalah jadilah istri
yang sholihah, menerima keadaan suami apa adanya saat sudah
berkomitmen, jangan banyak menuntut suami, hormati dan patuhi apa
yang menjadi keputusan bersama, cepat-cepat meminta maaf dan
memberi maaf saat ada perdebatan atau perbedaan pendapat agar
permasalahan tidak berlarut-larut, dan saling mengingatkan untuk
melakukan kebaikan. Jika sebuah rumah tangga dilandasi dengan
iman dan agama yang kuat, Bapak HD yakin tidak ada yang tidak
mungkin untuk menyelesaikan masalah melalui komunikasi yang
baik dan sikap saling mengerti.
2. Istri Muallaf
a. Ibu IP
Ibu IP lahir pada 37 tahun yang lalu di Salatiga. Beliau
menempuh pendidikan hingga SMA dan saat ini bekerja sebagai
65
pengajar senam. Sebelum menjadi muallaf Ibu IP beragama kristen.
Beliau berasal dari keluarga besar yang memiliki agama beragam.
Ayah beliau beragama kristen sedangkan ibu beliau sebelum menikah
beragama Islam kemudian pindah ke agama Kristen setelah menikah.
Dari kecil beliau dididik dengan ajaran agama Kristen oleh
orangtuanya sehingga beliau aktif menjalankan pelayanan di gereja
dan tempat yayasan sosial selama 5 tahun. Beliau tidak mengalami
kesulitan dalam bergaul dengan keluarga besar walaupun dengan latar
belakang agama yang berbeda-beda.
Ibu IP menikah dengan Bapak PI pada tanggal 28 Juli 2008
dan telah dikaruniai 2 orang anak. Latar belakang beliau menikah
dengan Bapak PI karena sudah lama mengenalnya sebagai teman
kerja. Menurut beliau Bapak PI adalah sosok yang dewasa dan bisa
mengurus beliau. Dulu beliau sama sekali tidak pernah memimpikan
memiliki suami seorang muslim sebelum mengenal Bapak PI.
Dengan teman-teman gereja yang sudah dekat pun juga tidak
berjodoh. Ibu IP menerima Islam pada tahun 2006 karena mendapat
calon Bapak PI muslim. Selama berpacaran beliau berdua sudah
membicarakan hal ini dengan matang. Sebelum menikah beliau
meminta saran kepada Ibunya tentang kepindahan agamanya.
Menurut ibu beliau, perempuan harus ikut suami dan bapak beliau
pun menyetujui beliau untuk pindah agama ke Islam.
66
Beliau mendapat bimbingan agama yang cukup dari Bapak PI
dengan dituntun secara perlahan. Bapak PI selalu mencontohkan
praktek beribadah secara langsung daripada dengan kata-kata, agar
nanti Ibu IP bisa mengikutinya. Bapak PI bukan orang yang kaku
dalam mengajari agama yang mengharuskan Ibu IP untuk mampu
beribadah saat itu juga. Menurut beliau bimbingan dari Bapak PI ini
juga bisa menjadi contoh untuk anak-anak. Sosok Bapak PI pun
sudah bisa menjadi contoh dalam beribadah dan berprilaku untuk
anak-anak. Sayangnya sampai saat ini beliau belum mampu untuk
mendirikan sholat 5 waktu secara teratur dan mengaji Al-qur‟an.
Namun untuk berpuasa Ibu IP tidak mengalami kendala karena saat
beragama Kristen dulu beliau juga menjalankannya.
Pemenuhan hak dan kewajiban dalam kehidupan rumah tangga
Ibu IP setelah menikah berjalan lancar. Sebagai seorang istri beliau
selalu patuh kepada Bapak PI, berusaha menjaga kehormatan Bapak
PI, anak-anak, dan keluarga besar. Bapak PI bekerja sebagai security
di sebuah pabrik. Dari awal menikah sampai sekarang Bapak PI
selalu full memberikan gajinya kepada beliau. Bapak PI selalu
mempercayakan pengelolaan keuangan keluarga kepada beliau.
Beliau juga terbuka dengan Bapak PI jika ada kesulitan keuangan.
Sehingga nantinya Bapak PI akan mencari tambahan lain, dan beliau
pun juga ikut berusaha, dan hasilnya akan mereka kelola bersama.
Beliau biasanya memberikan uang yang beliau dapet dari mengajar
67
senam ke Bapak PI. Namun Bapak PI dengan bijak berkata bahwa
uang yang beliau usahakan adalah hak beliau dan peruntukannya
adalah untuk beliau sendiri. Tapi hal ini tidak membuat Ibu IP
menutup mata. Pasangan ini akan berusaha saling menutupi dan
melengkapi. Jika Bapak PI tidak memiliki uang untuk kebutuhan
rumah tangga beliau akan siap membantu, begitu pula sebaliknya.
Semua itu dilakukan oleh pasangan ini untuk menjadi contoh bagi
anak-anak.
Pemenuhan kebutuhan biologis pasangan ini berlangsung baik
dengan baik. Bapak PI bukan orang yang over. Beliau tau tempat,
waktu, dan kesempatan. Mereka berdua tidak suka memaksakan diri.
Jika salah satu mengeluh capek, maka yang lain akan memiijit dan
mengeroki. Mereka saling mengerti dan perhatian kepada satu sama
lain.
Dulu sebelum bekerja Ibu IP selalu rajin merawat diri. Tapi
karena sekarang sudah bekerja, beliau tidak bisa leluasa seperti dulu.
Bapak PI juga bisa memahami kondisi beliau yang bekerja di dua
tempat sehingga tidak bisa maksimal merawat diri. Bapak PI tidak
suka jika istrinya berdandan menor. Tapi setiap setelah selesai masak
Bapak PI selalu minta istrinya untuk mandi. Ibu IP selalu berusaha
menjaga agar saat Bapak PI pulang, anak- anak dan beliau sudah
dalam kondisi bersih. Menurut Ibu IP istri harus bisa menjaga
penampilan. Jangan setelah menikah karena suami sudah menerima
68
kita apa adanya terus tidak merawat diri. Bapak PI sendiri suka
berdandan dan menjaga kebersihan. Penempilannya selalu rapi. Jika
Bapak PI sudah capek maka akan beliau terima apa adanya. Saat ada
tamu pun mereka berusaha untuk berpenampilan rapi. Intinya harus
bisa menempatkan diri saat berdandan. Pasangan ini selalu berbagi
pekerjaan rumah. Siapa pun yang tidak sibuk harus membantu
pekerjaan yang lain. Bapak PI tidak pernah menolak pekerjaan rumah
seperti mencuci baju dan mengurus anak sedangkan nanti Ibu IP yang
akan menyetrika dan beres-beres rumah. Mereka adalah pasangan
yang saling menyayangi dan perhatian terhadap satu sama lain. Bapak
PI tidak segan untuk memeluk beliau, memegang tangan beliau, dan
kemesraan itu dilakukan bersama anak-anak. Menurut Ibu IP menjaga
kesetiaan, bersikap terbuka, menjalin komunikasi yang baik, dan
saling menghormati adalah hal yang harus dijaga. Jangan sampai
kendur karena sudah tua dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Konflik keluarga pada awal pernikahan dulu sangat luar biasa.
Setiap ada masalah beliau akan lari ke rumah ibunya. Tapi ibunya
selalu berkata jika beliau mempunyai masalah maka harus
diselesaikan dengan suami jangan malah pulang ke rumah. Saat ini
beliau adalah istri Bapak PI sehingga jika ingin pulang maka harus
pulang ke rumah Bapak PI. Karena ibu beliau berkata seperti itu,
maka beliau jadi tidak berani jika ada masalah kemudian pulang ke
rumah ibunya lagi sehingga Ibu IP selalu memendam sendiri semua
69
masalahnya. Bapak PI juga pernah diberi pengertian dari keluarganya
untuk menyelesaikan sendiri masalah rumah tangganya. Dulu Ibu IP
pernah meminta cerai kepada suaminya karena tidak tahan dengan
karakter Bapak PI yang keras. Saat ada masalah sedikit Bapak PI
mudah sekali bermain tangan, dan hal itu dilakukan di hadapan anak-
anak. Beliau pernah diberi saran oleh tetangga untuk mengkasuskan
Bapak PI ke polisi. Tetapi beliau tolak dengan halus karena Bapak PI
adalah suami dan bapak dari anak-anaknya. Beliau tidak ingin nama
baik Bapak PI tercemar dan keluarganya menanggung malu. Setelah
beliau bicarakan dengan Bapak PI, ternyata Bapak PI bisa menerima
sehingga sekarang saat ada masalah sudah tidak seperti dulu lagi.
Sudah 3 tahun pasangan ini bisa saling mengenal dan menerima.
Bapak PI sadar bahwa pertengkaran suami istri berdampak buruk
untuk anak. Jadi sekarang saat ada masalah Bapak PI lebih banyak
diam dan mengalah. Pasangan ini menyelesaikan masalah secara
perlahan. Keduanya sama-sama menahan emosi. Lama-lama
pasangan ini paham dimana letak perbuatan yang tidak disukai oleh
masing-masing. Kuncinya hanya komunikasi.
Penyesuain dengan Bapak PI kurang lebih 5 tahun sejak
pertama menikah. Setelah tahun 2011 rumah tangga mereka sudah
lebih stabil. Lambat laun setelah mengenal Ibu IP, Bapak PI lebih
mengerti beliau. Bapak PI sekarang lebih sabar dan lebih banyak
mengalah dalam menghadapi masalah sehingga beliau sangat
70
menghormarti Bapak PI. Kelebihan kekurangan masing-masing
disikapi dengan baik. Beliau mengaku lebih cerewet daripada Bapak
PI. Beliau dan Bapak PI adalah sosok yang terbuka. Setiap ada
sesuatu yang tidak pas beliau berdua akan saling memperbaiki satu
sama lain. Jika ada masalah di tempat kerja pun mereka akan saling
bercerita. Mereka menjalaninya dengan enjoy. Ibu IP adalah orang
yang tertutup. Beliau tidak pernah bercerita masalah kepada apapun
kepada orang lain. Jika ada apa-apa selalu beliau tanggung sendiri.
Beliau tidak ingin oranglain seakan-akan „tertawa‟ di atas kesedihan
beliau. Bapak PI yang beliau tahu juga merupakan sosok yang
tertutup. Namun pernah suatu hari beliau menelpon Bapak PI dan
suaminya itu tidak sadar telah menerimannya. Ternyata Bapak PI
sedang curhat kepada temannya mengenai beliau. Ibu IP berkata
kepada suaminya agar sebisa mungkin saat mereka mempunyai
masalah diselesaikan berdua saja dan jika harus ada orang lain yang
tahu, itu adalah orangtua saja. Tapi jangan sampai membebani pikiran
orangtua. Karena bisa jadi masalah Ibu IP dan suami sudah selesai
tetapi masalah orangtua dengan mertua belum selesai. Jadi harus
dijaga hubungan antara keluarga dua belah pihak itu.
Pasangan ini telah dianugerahi dua anak selama masa
pernikahannya. Anak yang pertama bernama B berusia 9 tahun, dan
anak yang kedua bernama I berusia 8 tahun. Pendidikan formal
maupun keagamaan kedua anak ini dipegang oleh kedua orangtuanya.
71
B dan I bersekolah di SD negeri yang berbeda. Ibu IP memisah
sekolah mereka karena ada anggapan bahwa nanti jika disatukan
kakaknya akan mengalah kepada adiknya dalam pendidikan.
Sebenarnya I adalah adik kelas B, tetapi beliau jadikan satu level
dengan kakaknya karena berawal dari tidak ingin repot urusan antar
jemput keduanya. Pasangan ini membagi tugas saat mendampingi
anak-anaknya belajar. Ibu IP akan mendampingi I, sedangkan Bapak
PI mendampingi B. Ibu IP terkadang memberi soal yang sama untuk
mengetahui tingkat pemahaman anak-anak terhadap topik yang
sedang diajarkan. Jika B lebih maju satu langkah maka beliau akan
meminta I untuk belajar dengan B, begitu pula sebaliknya. Walaupun
begitu selalu ada persaingan antara B dan I. I selalu merasa iri jika B
lebih unggul. Alhamdulillah kedua anak Ibu IP sama-sama berprestasi
karena termasuk urutan 3 besar di kelas. Untuk urusan ibadah B
sudah memiliki inisiatif untuk mengikuti bapaknya jika diminta untuk
sholat, sedangkan I malah sebaliknya. Pendidikan agama B dan I
khusunya TPA belum mereka dapatkan karena Bapak PI beranggapan
bahwa kedua anaknya masih banyak bermain, sehingga beliau
menunda memasukkan keduanya sampai mereka kelas 3. Tapi saat di
rumah Bapak PI sudah mengenalkan tentang surat-surat pendek, doa
sehari-hari, dan membaca iqro‟. Bapak PI sangat berperan aktif dalam
pendidikan anak-anaknya. Walaupun Bapak PI sibuk dengan
pekerjaannya, beliau tidak pernah mengesampingkan pendidikan
72
untuk anak. Anak-anak Ibu IP diperbolehkan memegang gadget
hanya satu jam sehari untuk bermain game. Beliau sengaja tidak
mengenalkan apa itu internet dan kembangannya. Beliau selalu
memantau anak-anak saat memegang hape. Jika di hape ada konten
yang tidak pantas untuk anak, maka akan langsung beliau hapus.
Beliau dan Bapak PI termasuk orangtua yang cerewet untuk urusan
perilaku anak. Jika ada teman anak-anak yang suka berbicara kotor,
beliau meminta anak-anaknya untuk tidak terlalu dekat dengan
mereka dan jangan menirunya. Menurut pasangan ini cerewet untuk
mendidik perilaku anak sangat diperlukan.
Kontribusi keluarga besar beliau dan Bapak PI dalam
kehidupan rumah tangga mereka sangat berbeda. Keluarga besar
beliau mendukung anak-anak untuk berperilaku mandiri dengan
masalah rumah tangganya. Sedangkan keluarga Bapak PI tidak
melakukan hal yang sama, jika terdapat masalah rumah tangga ibu
mertua akan menyalahkan dan memojokkan Ibu IP. Bapak PI
berpesan walaupun ibu mertua memperlakukan beliau seperti itu, tapi
jangan sampai beliau menyakiti perasaan ibunya. Ibu mertua beliau
dengan cucu juga tidak dekat. Sekarang jika terjadi apa-apa Bapak PI
akan lebih percaya kepada beliau dan keluarga beliau daripada
kepada ibunya sendiri. Terbukanya ibu mertua kepada beliau dan
keluarganya sudah beliau serahkan kepada Allah.
73
Ibu IP berpandangan bahwa Bapak PI adalah sosok suami dan
bapak yang luar biasa dan tidak akan ada gantinya. Beliau sangat
sabar. Selalu siap melindungi istri dan anak-anaknya. Beliau adalah
seorang pekerja keras yang tidak malu untuk berbuat hal-hal yang
positif. Beliau juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Untuk anak-
anak beliau adalah bapak yang baik dan suka bercanda.
Menurut pandangan Ibu IP rumah tangga yang baik adalah
rumah tangga yang selalu menjaga komunikasi, bersikap terbuka
untuk segala hal, berani mempunyai jiwa besar untuk menerima
perbedaan, memiliki banyak waktu untuk mendidik anak, dan
menumbuhkan sikap untuk saling percaya. Sebagai perempuan harus
menghargai suami. Jangan banyak menuntut tanpa tahu kemampuan
suami, lebih baik saling mengisi saja. Jangan sampai menjadikan
suami sebagai robot untuk penghasilan. Menerima apa saja yang
diberikan suami adalah hal yang terbaik. Dan hiduplah dengan lebih
banyak bersyukur.
b. Ibu ES
Ibu ES lahir pada 34 tahun yang lalu di Salatiga. Beliau
menempuh pendidikan terakhir hingga SMA dan saat ini bekerja di
sebuah tempat pengiriman barang di Kota Salatiga. Sebelum menjadi
muallaf beliau adalah pemeluk agama Kristen. Beliau berasal dari
keluarga besar yang menganut agama beragam. Dulu ayah beliau
adalah seorang muslim sebelum menikah, tapi setelah menikah ayah
74
beliau menjadi seorang kristiani. Beliau adalah anak ke 11 dari 11
bersaudara.
Ibu ES merasa tidak asing dengan Islam karena sering melihat
kakak ipar beliau beribadah. Saat beliau masih kecil pun, beliau selalu
ikut berpuasa saat bulan Ramadhan. Hal ini terus berlangsung sampai
beliau dewasa. Beliau masih beragama kristen saat lulus dari SMA.
Akhirnya Ibu ES memutuskan untuk menjadi muallaf pada tahun
2007. Ibu ES belajar agama Islam dari buku-buku agama milik kakak
Ibu ES secara otodidak. Ibu ES berusaha belajar mengaji dengan
kakak ipar beliau semampunya. Beliau juga mencoba untuk sholat
sendiri. Beliau mempelajari Islam dan ritual peribadatannya secara
perlahan. Saat tekad Ibu ES sudah kuat, beliau mengutarakan niatnya
untuk masuk Islam kepada orangtua. Orangtua Ibu ES mengizinkan
beliau masuk Islam dengan catatan bahwa beliau harus menjalankan
Islam secara penuh dan benar. Kemudian kakak ipar Ibu ES ngajak
beliau ke sebuah majelis ilmu untuk di syahadatkan.
Suatu hari beliau dipertemukan dengan calon suami dari
keluarga muslim yang taat. Saat tahu calon menantunya adalah
seorang muallaf, calon mertua Ibu ES meminta beliau untuk belajar
mengaji. Kemudian Ibu ES dipertemukan dengan calon bapak mertua
yang telah memilihkan tempat mengaji untuk beliau. Awalnya Ibu ES
merasa keberatan, beliau berpikir apakah beliau masih bisa belajar
mengaji di umur yang sudah tidak lagi muda. Dulu Ibu ES sampai
75
menangis saat belajar mengaji karena Ibu ES tidak bisa cepat paham.
Guru mengaji Ibu ES pun juga mungkin sudah terlalu capek sehingga
terbawa emosi. Ibu ES mengaku bahwa beliau adalah pribadi yang
tidak bisa dimarahin. Ibu ES berpendapat bahwa karena beliau
dulunya beragama nasrani dan sama sekali tidak tahu bagaimana
caranya mengaji maka wajar jika membuat kesalahan pada saat
belajar mengaji. Seharusnya guru beliau membimbingnya, bukan
malah memarahinya. Calon suami waktu itu sempat menawarkan
untuk mengganti guru, tapi Ibu ES menolaknya dengan berat hati
karena sebenarnya Ibu ES juga takut jika setiap membuat kesalahan
selalu dimarahin. Tapi Ibu ES menghadapinya dengan sangat sabar.
Saat Ibu ES belajar mengaji ada orang yang baru belajar mengaji saat
sudah berusia 50 tahun. Ibu ES tambah semangat karena yang sepuh
saja mau belajar Islam masa beliau kalah padahal beliau masih muda.
Kemudian beliau kuatkan tekad untuk bisa mengaji. Setelah belajar
mengaji dengan guru Ibu ES, beliau akan mengulangi lagi pelajaran
mengajinya tadi di rumah. Semakin dalam Ibu ES belajar agama
Islam, beliau semakin merasa tertarik terhadap Islam. Ibu ES tahu
bahwa Islam memiliki banyak aturan. Ibu ES merasa sangat berat
pada awalnya, tapi Ibu ES merasa terpacu untuk bisa. Dan saat ini Ibu
ES telah merasakan bahwa Islam itu agama yang indah.
Ibu ES kemudian menikah dengan Bapak SE pada tahun 2010.
Beliau memutuskan menikah dengan suami karena sudah merasa
76
cocok, rasanya seperti sudah mengenal Bapak SE lama. Dulu Bapak
SE adalah teman SMA Ibu ES. Beliau adalah orang dewasa. Pertama
melihat Bapak SE, beliau seperti melihat orang yang angkuh. Bapak
SE selalu pilih-pilih teman, tapi ternyata beliau hanya memilih teman
yang agamanya baik. Orangtua suami juga mempunyai modal agama
yang kuat. Ibu ES yakin Bapak SE bisa menjadi imam yang baik
untuk dirinya. Hak dan kewajiban dalam keluarga setelah menikah
sangat diperhatikan. Karena suami beliau adalah seorang TNI, maka
setelah menikah beliau bertempat tinggal di asrama TNI. Ibu ES
merasa bersyukur karena dahulu bapak mertua meminta Ibu ES untuk
belajar mengaji. Ternyata di lingkungan tempat tinggal beliau banyak
diselenggarakan acara pengajian. Jika bulan puasa seperumah tanggai
saat ini, ibu-ibu disana terbiasa untuk mengaji Al-quran. Ibu ES
teringat saat dulu belajar mengaji sempat ingin berhenti di tengah
jalan. Dan sekarang beliau baru merasakan manfaatnya. Setelah
menikah suami selalu membimbing Ibu ES untuk mengaji setelah
sholat maghrib. Minimal satu ayat setiap hari, namun jika mampu
maka bisa lebih banyak. Menurut beliau modal utama hidup adalah
agama, jika setengah-setengah agamanya nanti saat dititipi anak oleh
Allah akan berdosa jika tidak bisa membimbing. Karena anak adalah
adalah amanah dan nanti di akhirat akan ada pertanggungjawabannya.
Alhamdulillah setelah menikah beliau sudah mampu untuk
mendirikan sholat 5 waktu secara teratur dan mengaji Al-Qur‟an
77
tanpa menemui kesulitan. Tapi untuk sholat sunnah seperti tahajjud
beliau belum mampu menjalankannya karena merasa selalu
mengantuk. Ibu ES merasa suami beliau adalah imam yang baik.
Beliau juga mendapat restu dan dukungan dari kedua belah keluarga
sehingga beliau merasa jalan masuk Islamnya sangat mudah.
Bapak SE adalah seorang TNI dan Ibu ES baru bekerja selama
3 bulan di tempat pengiriman barang. Dulu Ibu ES bekerja saat masih
bujang, namun setelah menikah dan berada di Batalion Ibu ES tidak
bisa kerja. Setelah Bapak SE pindah ke Korem maka Ibu ES bisa
bekerja lagi untuk mengisi waktu. Pasangan ini selalu terbuka
terhadap penghasilan masing-masing. Siapapun yang mempunyai
kelebihan uang harus digunakan untuk kepentingan bersama. Setelah
pindah dari asrama TNI, Ibu ES dan suaminya berusaha menemani
dan merawat ibu mertua beliau yang sendirian karena bapak dan adik
laki-laki suaminya sudah meninggal dunia. Ibu ES dan suaminya
jarang sholat berjamaah karena terpisah jarak yang jauh. Jika
suaminya sedang di rumah pun, beliau lebih banyak sholat di masjid
sedangkan Ibu ES akan sholat di rumah. Ibu ES adalah sosok wanita
yang sholihah karena bisa menjaga kehormatan diri dan suaminya
saat Bapak ES tidak ada di rumah. Bapak SE selalu membantu untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyetrika dan memasak.
Ibu ES sendiri tidak pernah menuntut suami harus membantunya
karena beliau tahu bahwa Bapak SE juga capek karena pekerjaannya.
78
Suami Ibu ES selalu mengarahkan ke jalan yang benar, dan ibu
mertua beliau juga tidak segan untuk menegur jika Ibu ES memiliki
kesalahan.
Pemenuhan kebutuhan biologis pasangan ini terpenuhi secara
baik. Bapak SE memperlakukan Ibu ES dengan sangat baik dan
melalui cara sehat. Ibu ES paham bahwa terdapat anjuran saat akan
melakukan hubungan suami istri harus didahului dengan berdoa
terlebih dahulu. Sama sekali tidak ada hal yang menyimpang.
Pasangan ini saling mengerti kondisi masing-masing. Jika posisi Ibu
ES sedang capek maka Bapak SE akan memahami, begitu pula
sebaliknya
Ibu ES sangat jarang merias diri. Jika saat Bapak SE berada di
rumah beliau hanya berdandan sedikit. Di tempat kerja pun Ibu ES
sangat minimalis dandanannya. Hal ini dikarenakan Ibu ES tidak bisa
memakai make up sehingga dandanannya selalu ala kadarnya. Bapak
SE adalah suami yang rapi dan bersih. Beliau berdandan hanya
dengan memakai deodorant dan sedikit parfume. Bapak SE juga
mewanti-wanti kepada Ibu ES untuk tidak memakai parfume
berlebihan ketika berada di luar rumah karena akan menyebabkan
dosa jika sampai tercium oleh oranglain. Ibu ES memutuskan untuk
memakai kerudung kurang lebih sudah 2 tahun ini. Karena saat
melihat pengajian di tv ada materi bahwa menutup aurat adalah
kewajiban. Dan pertanggungjawaban hal ini di akhirat bukan hanya
79
dibebankan kepada suami saja, tapi juga orangtua. Setelah memakai
kerudung Ibu ES merasa sangat nyaman saat bepergian. Pasangan ini
selalu berkomunikasi kapan pun. Waktu mereka untuk berkomunikasi
sangat intens. Jika akan berangkat bekerja atau akan pulang dari
bekerja mereka akan saling memberi kabar. Mereka selalu bercerita
tentang apapun. Bapak SE adalah pribadi yang tampak serius dari
luar. Tapi aslinya beliau adalah orang yang romantis. Pasangan ini
suka bersenda gurau saat berduaan. Namun jika sedang ada masalah
serius, ketegangan Bapak SE terkadang membuat Ibu ES takut.
Dalam menyelesaikan Ibu ES berkomitmen bahwa nanti jika
ada masalah orang tua tidak perlu tahu, selain kabar yang baik-baik
saja. Saat masih bertempat tinggal di batalion beliau dididik untuk
mandiri. Saat ditinggal dinas dalam waktu yang lama juga harus kuat.
Jadi saat beliau mempunyai masalah tidak pernah sekalipun untuk
pulang dan mengadukannya ke orangtua. Awal-awal berumahtangga
dirasakan sangat berat bagi Ibu ES. Saat ada masalah apapun beliau
selalu menangis. Tapi beliau sadar bahwa konsekuensi sebuah rumah
tangga tidak hanya ada yang manis saja tapi juga ada yang pahit. Jika
terdapat masalah maka harus dibicarakan oleh mereka berdua.
Pasangan ini sudah terbiasa dalam menyikapi selisih paham karena
saling terbuka sejak awal berumahtangga. Penyesuaian Ibu ES
dengan suaminya tidak lama karena sudah kenal sehingga bisa saling
terbuka. Masing-masing sudah tahu sifat dan karakter pasangannya.
80
Jika ada masalah mereka akan menunggu dan memberi waktu
pasangan mereka untuk memahami satu sama lain. Kemudian setelah
selesai bicara jangan sungkan untuk meminta maaf. Jadikan ini
sebagai pembelajaran dan jangan sampai diulangi lagi. Saat ada
masukan atau saran dari masing-masing pihak, mereka akan saling
mendengar jika waktu yang dipilih untuk mengutarakannya tepat.
Sampai 7 tahun usia pernikahan, Allah belum berkehendak
memberikan amanah berupa anak kepada pasangan ini. Namun hal ini
tidak membuat mereka berputus asa. Menurut pasangan ini, semua
hal harus dilandasi dengan ikhtiyar dan doa yang tidak terputus .
Menurut Ibu ES suaminya adalah imam terbaik. Beliau adalah
orang yang apa adanya. Sangat terbuka dan berwibawa. Bisa
menempatkan diri dalam segala situasi. Dan sangat memanjakan Ibu
ES.
Keluarga yang harmonis menurut Ibu ES adalah keluarga yang
bermodalkan takut kepada Allah. Semua yang kita lakukan harus
dikembalikan kepada Allah. Allah Maha Melihat. Menurut Ibu ES
rumah tangga itu harus hidup rukun, saling percaya, setia kepada
pasangan, terbuka terhadap segala hal, dan bersabar jika terdapat
ujian. Jika ada masalah harus ditanggung bersama. Senang pun juga
harus dirasakan bersama. Saling menerima kekurangan. Saling
menjaga hubungan dengan keluarga besar.
81
c. Ibu YN
Ibu YN lahir 42 tahun yang lalu di Timor Timur. Pendidikan
terakhir beliau adalah D3 jurusan Sekretaris di sebuah universitas
swasta di Salatiga. Saat ini beliau telah berdomisili di wilayah Kota
Salatiga dan bekerja sebagai penjahit dan rias pengantin. Beliau
berasal dari keluarga kecil yang menganut agama Katolik. Sedangkan
keluarga besar beliau memiliki agama yang beragam sehingga banyak
terjadi kasus perpindahan keyakinan dalam keluarganya. Ayah beliau
dulunya adalah seorang muslim sebelum menikah. Beliau adalah anak
ke 2 dari 2 bersaudara dimana kakak beliau juga merupakan seorang
muallaf.
Hal yang menjadi pertimbangan Ibu YN untuk menjadi
muallaf adalah karena Bapak NY adalah seorang muslim. Beliau
tidak pernah bermimpi memiliki Bapak NY yang berbeda keyakinan,
sehingga harus ada pemikiran dan pertimbangan yang matang
sebelum memutuskan untuk menjadi muallaf. Ayah beliau
menyarankan agar Ibu NY mengikuti keyakinan Bapak NY, dengan
catatan beliau harus menjalankan agamanya dengan benar dan
sungguh-sungguh. Namun ibu beliau menentang keputusan beliau
untuk berpindah agama karena beberapa faktor diantaranya karena
kakak perempuan beliau juga menjadi muallaf. Namun karena
pertimbangan dari berbagai hal dan dibarengi saran dari bapak dan
82
sanak saudara yang setuju dengan keputusan Ibu YN, akhirnya ibu
beliau mengizinkan beliau menjadi muallaf.
Ibu YN menikah dengan Bapak NY pada tahun 2000 dan saat
ini telah dikaruniai 2 orang anak. Latar belakang beliau menikah
dengan Bapak NY karena mereka adalah rekan satu kantor. Ibu YN
memilih Bapak NY karena faktor usia yang saat itu sudah menginjak
usia 28 tahun dan faktor lingkungan yang memaksa dan menekan
beliau untuk segera menikah. Proses pendekatan dengan Bapak NY
sangat cepat, sehingga jauh dari kesan pacaran anak muda jaman
sekarang. Walaupun bekerja dalam satu kantor tetapi intensitas
mereka untuk bertemu sangat jarang. Jika Bapak NY berkunjung ke
rumah, beliau hanya ngobrol sebentar dengan orangtua Ibu YN. Jika
pergi berdua pun hanya sebentar saja kemudian pulang. Intinya
mereka fokus dulu dalam pekerjaan sampai dinyatakan sah. Hanya
Bapak NY satu-satunya laki-laki yang bisa dekat dan cocok dengan
Ibu YN mengingat beliau adalah pribadi yang tertutup dan takut
untuk memulai sebuah hubungan. Bisa dikatakan Bapak NY adalah
orang pertama untuk beliau. Banyak kecocokan dalam diri pasangan
ini sehingga mereka memutuskan untuk menikah.
Ibu YN merasa lumayan kesulitan saat menjalankan agama
Islam karena memang dari kecil sudah dididik dengan dididkan
Katolik. Apalagi dalam agama Islam banyak pelaksanaan ibadah yang
tidak menggunakan bahasa sendiri, seperti sholat dan doa-doanya.
83
Ayah beliau yang dulunya seorang muslim pun setelah menikah tetap
menjalankan doa-doa menurut tata cara Islam. Dari keluarga Bapak
NY tidak pernah memaksa Ibu YN untuk cepat-cepat mendalami
Islam, tapi tetap memantau dari jauh. Keluarga dari Bapak NY sama
sekali tidak memojokkan beliau yang masih awam tentang Islam.
Mereka tidak mendekte beliau harus berbuat sesuatu tapi membiarkan
Ibu YN untuk bertanya. Ini yang membuat Ibu YN terpacu untuk
belajar. Ibu YN menguatkan niat untuk belajar Islam sedikit-sedikit
karena beliau ingin menjadi contoh dalam hal beribadah untuk anak-
anak beliau. Sampai saat ini beliau masih kesulitan untuk belajar tata
cara sholat.
Hak dan kewajiban setelah menikah dipenuhi dengan baik oleh
pasangan ini. Saat masih bujang Ibu YN pernah bekerja selama 6
tahun kemudian setelah menikah beliau keluar dan menimba ilmu
untuk berwiraswasta sebagai penjahit. Menurut Ibu YN, Bapak NY
adalah kepala keluarga yang sempurna. Ia sangat bertanggung jawab
pada keluarga. Nafkah selalu diberikan Bapak NY untuk memenuhi
semua kebutuhan rumah tangga. Bapak NY juga ikut memberikan
pengajaran yang baik untuk anak-anaknya. Penampilan Bapak NY
pun selalu rapi dan bersih. Bapak NY tidak pernah komplain tentang
tampilan Ibu YN, bersih saja sudah cukup. Jika di rumah Ibu YN
hanya memakai bedak dan lipstik tipis saja. Untuk pakaian beliau
selalu memakai yang nyaman untuk dikenakan. Bapak NY terkadang
84
juga berpesan kepada Ibu YN agar tidak memakai pakaian ketat dan
berbelah tinggi. Rambut yang sudah panjang pun diminta untuk
segera dirapikan. Pernah terjadi selisih paham mengenai penampilan
dalam pasangan ini namun hal itu tidak berlangsung lama. Ibu YN
berusaha selalu menghidangkan makanan di meja. Apapun yang
disediakan Ibu YN, akan diterima dengan senang hati oleh Bapak
NY. Bapak NY tidak pernah mengomentari rasa masakan istrinya.
Saat Ibu YN tidak memasak, maka Bapak NY akan membeli
makanan untuk disantap bersama.
Ibu YN dan Bapak NY selalu melihat kondisi masing-masing
saat memenuhi kebutuhan biologisnya. Apabila salah satu merasa
lelah maka tidak akan dipaksakan untuk memenuhinya. Jika Ibu YN
dan Bapak NY merasa fit dan waktunya tepat, maka akan
diselenggarakan. Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan dengan cara-
cara yang wajar, sehat, dan sopan sehingga dapat dinikmati bersama.
Menurut pasangan ini cara-cara yang baik dalam berhubungan akan
melahirkan anak-anak yang baik pula.
Pasangan ini saling menerima kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Jangan sampai terjadi masalah karena tidak adanya
kemampuan menerima kekurangan pada diri pasangan Bapak NY
selalu membantu Ibu YN saat ada kesulitan. Apapun selalu
dikomunikasikan sehingga tidak ada rasa curiga atau buruk sangka
dalam keluarga. Dalam mengurus pekerjaan rumah tangga Bapak NY
85
tidak menuntut bahwa perempuan yang harus mengerjakan itu semua.
Siapapun yang lego untuk mengurus rumah dan anak-anak maka akan
saling membantu. Sehingga nanti yang ada adalah perasaan saling
menghargai. Dengan kerjasama yang baik semua menjadi lebih
mudah.
Dalam mengatur keuangan, Bapak NY akan bertanya berapa
kebutuhan dalam satu bulan kepada istrinya. Bapak NY pun dalam
memberi nafkah selalu melebihkan dari total kebutuhan yang diminta
Ibu YN. Ibu YN selalu mengutamakan pembiayaan kebutuhan pokok
dari uang yang diterimanya. Untuk kebutuhan mendadak maka akan
memakai uang selain dari yang diberikan oleh Bapak NY itu. Prinsip
keuangan pasangan ini adalah jangan sampai besar pasak daripada
tiang. Bapak NY selalu menyarankan Ibu YN agar penghasilan yang
dapatkan dari usaha menjahit ditabung dan digunakan untuk
kebutuhan beliau. Tapi beliau sebagai istri apabila ada kekurangan
finansial selalu siap membantu secara maksimal. Adanya keterbukaan
dan kejujuran dalam urusan pendapatan adalah salah satu hal yang
harus dilakukan agar pasangan ini terhindar dari kecurigaan yang
keliru.
Saat ada masalah pasangan ini menjaga kehormatan masing-
masing dengan tidak menceritakan keburukan keluarga kepada orang
lain. Dalam menyelesaikan masalah Bapak NY bersikap terbuka dan
mau mendengarkan keluhan Ibu YN, sama sekali tidak
86
mencerminkan sikap angkuh dan mau menang sendiri. Ibu YN
dididik bahwa saat seorang wanita sudah menikah jangan sampai
pulang karena memiliki masalah. Jika ada suatu permasalahan mereka
akan komunikasikan secepatnya agar mengurangi peluang kerusakan
rumah tangga. Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk
mencegah adanya kesalahpahaman. Apabila salah satu dari pasangan
ini berbuat salah, maka mereka tidak akan sungkan untuk meminta
maaf dan memperbaiki diri serta berjanji tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama lagi dimasa depan. Untuk urusan rumah tangga
memang ibu YN yang berperan banyak, apapun yang bisa beliau
selesaikan akan diselesaikan sendiri, namun mengikutsertakan Bapak
NY juga menjadi keharusan.
Keluarga besar Ibu YN dan Bapak NY sama sekali belum
pernah mendengar hal buruk tentang keluarga mereka sehingga tidak
ada peluang untuk mencampuri urusan keluarganya. Sejauh ini
keluarga besar mereka sangat rukun. Saat Ibu YN merayakan Idul
Fitri maka keluarga Ibu YN juga akan hadir, begitu pula saat keluarga
Ibu YN merayakan Natal maka beliau juga akan hadir. Pada awal
pernikahan orangtua Ibu YN masih ikut mengurus rumah tangga
pasangan ini karena mereka tinggal di rumah orangtua beliau. Dengan
tekat untuk mandiri dari pasangan ini maka diputuskanlah untuk
mencari tempat tinggal sendiri. Berpisah dengan orang tua setelah
menikah sangat disarankan oleh Ibu YN karena komunikasi antar
87
suami istri dan anak-anak dapat lebih sehat sehingga tidak ada
campur tangan orang tua baik itu bersifat positif maupun negatif. Kita
dapat leluasa menentukan bentuk sebuah keluarga dengan versi kita
sendiri, jelas Ibu YN.
Pasangan ini telah dikaruniai 2 orang anak. Anak pertama
bernama C yang berusia 15 tahun dan anak kedua bernama A yang
usia 6 tahun. Ibu YN berusaha menyesuaikan perkembangan dan
kemampuan anak saat mencarikan sekolah untuk anak-anaknya.
Sehingga nanti diharapkan anak akan belajar dengan rasa senang dan
tanpa tekanan. Dari kecil Ibu YN selalu menanamkan pada C dan A
bahwa belajar adalah kebutuhan mereka sendiri. Menguasai materi
dan mendapat nilai yang baik adalah untuk kebaikan C dan A. Pernah
suatu hari C berkata kepada ibunya, jika ibunya ingin C mendapat
nilai yang baik di kelas maka beliau harus memberi C imbalan. Beliau
katakan bahwa nilai baik adalah untuk C sendiri. Menurut Ibu YN
jangan sampai tertanam dalam diri anak bahwa mendapatkan nilai
baik atau prestasi adalah karena diberi imbalan oleh orangtua. Baik
atau buruk nilai dan prestasi C maupun A adalah tanggungjawab
mereka sendiri. Keagamaan C dan A masih lemah. Sampai usia 15
tahun C belum mampu menunaikan sholat wajib secara teratur. Hal
ini karena figur yang mereka lihat adalah ibunya. Sedangkan Ibu YN
sendiri belum bisa menjadi contoh karena belum melaksanakan apa
yang diperintahkan oleh agama. Beliau akui ini adalah contoh yang
88
tidak baik untuk anak-anaknya. Walaupun C bersekolah di tempat
yang bukan berlatar pendidikan Islam, Ibu YN selalu tekankan bahwa
C tidak bisa bebas melakukan apa saja, C harus berperilaku sesuai
dengan apa yang sudah diyakini oleh keluarga. Sehingga dimanapun
C ditempatkan, dia akan mampu meyakini apa yang dia pegang
sehingga tidak mudah tergoyahkan. Pendidikan formal yang diberikan
Ibu YN kepada A berbeda dengan yang beliau berikan kapada C.
Beliau merasa laki-laki harus lebih kuat pondasi agamanya karena
nantinya dia menjadi imam dan nahkoda dalam keluarganya. Dari tk
A selalu bersekolah di tempat yang berlatarbelakang Islam. A sudah
baik dalam melakukan hafalan-hafalan doa, tapi untuk membaca A
masih sering tertukar pelafalannya antara huruf alfabet dengan huruf
hijaiyah. Ibu YN yakin suatu saat nanti A akan bisa mengikuti
pelajarannya. Beliau meyakini bahwa tingkat pemahaman anak pasti
berbeda-beda.
Bapak NY adalah suami yang sempurna menurut Ibu YN.
Bapak NY juga sangat ideal sebagai sosok seorang ayah untuk anak-
anaknya. Beliau sangat baik dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
anak-anak pun tidak malas untuk memberi nasehat dan menunjukkan
kasih sayang. Bapak NY sangat terbuka untuk semua urusan.
Menurut Ibu YN keluarga yang harmonis adalah keluarga
yang saling menjaga komunikasi, saling menghormati pasangan,
89
saling percaya kepada satu sama lain, saling menjaga keterbukaan
diri, dan mandiri dari segi ekonomi maupun kedewasaan bersikap.
90
BAB IV
ANALISIS KEHIDUPAN RUMAH TANGGA MUALLAF
A. Persepsi Keluarga Sakinah menurut Muallaf
Menjadi keluarga yang sakinah merupakan dambaan setiap insan
sehingga dibutuhkan pemahaman-pemahaman tertentu terkait dengan
keluarga sakinah itu sendiri. Membentuk keluarga yang sakinah merupakan
salah satu tujuan dari suatu pernikahan karena di dalamnya terdapat kasih
sayang serta limpahan rahmat dari sisi Allah SWT. Keluarga sakinah adalah
keluarga yang selalu dihiasi kedamaian, ketenangan, dan ketentraman baik
dari segi fisik maupun batin sehingga tidak mudah goyah walaupun terdapat
banyak ujian dan beban tanggungjawab.
Berkenaan dengan hal ini, penting untuk mengetahui bagaimana
pandangan muallaf mengenai apa definisi dari keluarga sakinah. Menurut
analisa dari wawancara dan observasi secukupnya dengan para informan
dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa definisi dari keluarga
sakinah menurut para muallaf adalah sebagai berikut:
1. Menurut Bapak JK
Rumah tangga yang sakinah menurut Bapak JK adalah jika semua
anggota keluarga mengenal agama Islam secara baik, maka rumah tangga
akan berjalan dengan baik pula. Beliau yakin kehidupan akan berjalan
lancar karena agama Islam mengatur semua segi kehidupan seraca rinci.
91
2. Menurut Bapak BK
Rumah tangga yang sakinah menurut Bapak BK adalah rumah tangga
yang di dalamnya terdapat istri yang patuh kepada suami terhadap hal-hal
yang sifatnya baik menurut agama. Istri patuh yang tidak membantah
perkataan dan perilaku suami, selama suami tidak menyalahi syariat dan
norma yang berlaku akan membuat suami manapun merasa senang.
3. Menurut Bapak HD
Kunci sukses sakinah dalam rumah tangga menurut Bapak HD adalah jika
sebuah rumah tangga dilandasi dengan iman dan agama yang kuat, beliau
yakin tidak ada yang tidak mungkin untuk menyelesaikan masalah
melalui komunikasi yang baik dan sikap saling mengerti.
4. Menurut Ibu IP
Menurut pandangan Ibu IP rumah tangga yang sakinah adalah rumah
tangga yang selalu menjaga komunikasi, bersikap terbuka untuk segala
hal, berani mempunyai jiwa besar untuk menerima perbedaan, memiliki
banyak waktu untuk mendidik anak, menumbuhkan sikap untuk saling
percaya, dan selalu bersyukur.
5. Menurut Ibu ES
Keluarga yang sakinah menurut Ibu ES adalah keluarga yang
bermodalkan iman dan takut kepada Allah. Semua yang kita lakukan
harus dikembalikan kepada Allah SWT. Allah Maha Melihat segala
sesuatu yang kita kerjakan.
92
6. Menurut Ibu YN
Menurut Ibu YN keluarga yang sakinah adalah keluarga yang saling
menjaga komunikasi, saling menghormati pasangan, saling percaya
kepada satu sama lain, saling menjaga keterbukaan diri, dan mandiri dari
segi ekonomi maupun kedewasaan bersikap.
Apabila dilihat dari definisi keluarga sakinah menurut para muallaf di
atas maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar keluarga yang sakinah
adalah keluarga yang memiliki keimanan dan ketakutan kepada Allah SWT,
yang senantiasa menjaga keharmonisan rumah tangganya dengan komunikasi,
keterbukaan, kepercayaan, dan sikap saling menghomati.
B. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah dalam Rumah Tangga Muallaf
Membentuk sebuah keluarga yang sakinah tidaklah mudah. Diperlukan
banyak waktu, tenaga, dan kemauan untuk belajar sehingga tujuan pernikahan
tersebut dapat terwujud. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
bagaimana upaya para keluarga muallaf mengenai pembentukan keluarga
yang sakinah. Menurut analisa dari wawancara dan observasi secukupnya
dengan para informan dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa upaya
untuk mewujudkan keluarga yang harmonis menurut para muallaf adalah
sebagai berikut:
1. Saling mengerti dan menghargai
Untuk membentuk sebuah rumah tangga yang kokoh, dibutuhkan fondasi
yang kuat berupa sikap saling mengerti dan menghargai kekurangan
93
maupun kelebihan pasangan. Pasangan suami istri hendaknya memahami
bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, penting untuk
mengerti betapa pentingnya saling mengerti dan menghargai pasangan.
Inilah yang dilakukan oleh Bapak JK, Ibu IP, dan Ibu YN untuk menjaga
keharmonisan rumah tangga. Dengan bersikap saling mengerti dan
menghargai, rumah tangga akan terasa semakin damai dan menenangkan.
2. Bersikap terbuka dalam segala hal
Keterbukaan dalam keluarga dapat menghilangkan prasangka buruk,
memperkecil timbulnya masalah, mempererat kasih sayang, dan
menguatkan hati satu sama lain. Perasaan inilah yang dialami oleh Bapak
BK, Ibu IP, Ibu ES dan Ibu YN sehingga mereka membuka diri untuk
selalu berbagi rasa, berkeluh kesah, atau hanya sekedar melepas kelelahan
pada pasangan.
3. Menerima pasangan apa adanya
Menerima pasangan apa adanya adalah suatu bentuk penghargaan atas
apa yang pasangan lakukan terhadap kita. Dengan menerima keadaan
pasangan, terdapat konsekuensi untuk mencurahkan perhatian,
memberikan dukungan, mencintai pasangan, serta belajar menjaga dan
merawat komitmen yang telah disepakati bersama. Bapak HD, Ibu IP, dan
Ibu ES menempatkan kriteria ini sebagai upaya untuk mewujudkan
sebuah rumah tangga yang sakinah. Dengan menerima pasangan apa
adanya, tidak banyak menuntut, dan selalu bersikap hormat maka rumah
tangga akan selalu diliputi keberkahan dan kedamaian.
94
4. Tidak mementingkan ego masing-masing
Rumah tangga dibentuk oleh dua pribadi yang memiliki latar belakang
keluarga yang berbeda, sehingga idealisme dalam berkeluarga pun dapat
berbeda pula seperti cara berfikir, cara menyelesaikan masalah, dan lain
sebagainya. Oleh karena adanya perbedaan itu, setiap pasangan
hendaknya saling mengalah dan tidak mementingkan diri sendiri. Bapak
JK menerapkan upaya untuk tidak mengedepankan ego masing-masing
sebagai salah satu sarana agar keluarga sakinah dapat terwujud.
5. Memperhatikan pendidikan anak
Memperhatikan pendidikan anak adalah suatu keharusan karena hal itu
merupakan bentuk dari tanggungjawab orangtua terhadap anaknya.
Pendidikan pertama yang didapatkan oleh anak berada pada lingkungan
keluarganya sehingga model pembelajaran dari orangtua sangat
mempengaruhi tingkat kecerdasan dan pemahaman anak terhadap
persoalan yang mereka hadapi. Ibu IP menyebutkan kriteria memiliki
banyak waktu untuk mendidik anak sebagai tolok ukur keberhasilan
seseorang untuk membentuk sebuah keluarga yang sakinah karena anak
tidak lain adalah cerminan diri bagi orangtuanya.
6. Meminta maaf dan memaafkan kesalahan pasangan
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna sehingga ia tidak akan pernah
luput dari berbagai kesalahan. Kesalahan manusia tidak terbatas pada
dirinya sendiri saja melainkan dengan keluarganya pula. Sehingga sudah
selayaknya apabila sebuah keluarga selalu menjalin hubungan yang baik
95
dengan tidak malu untuk meminta maaf apabila berbuat salah dan
berlapang hati untuk memaafkan kesalahan anggota keluarga yang lain.
Bapak HD menerapkan prinsip ini dalam setiap tahap kehidupannya baik
kepada istri maupun anaknya agar permasalahan dalam keluarga tidak
berlarut-larut.
7. Patuh kepada suami
Sebagaimana Q.S An-Nisa‟ ayat 34 yang menerangkan kedudukan laki-
laki sebagai pemimpin keluarga, maka seorang istri yang sholihah dan
beriman kepada Allah SWT akan senantiasa patuh dan taat kepada
suaminya. Bapak BK dan Bapak HD menyebutkan bahwa salah satu
upaya membentuk keluarga sakinah adalah adanya seorang istri yang
sholihah dalam rumah tangga. Istri yang sholihah akan memahami posisi,
peran, dan tanggungjawabnya dalam keluarga sehingga keseimbangan
dalam rumah tangga akan selalu terjaga.
8. Menjaga hubungan dengan keluarga besar
Menikah tidak hanya menautkan hati para insan yang menjalaninya saja,
tetapi lebih kepada penyatuan dua keluarga. Tentu hal ini bukanlah
perkara yang mudah mengingat setiap keluarga pasti memiliki ideologi
dan prinsip hidup masing-masing. Pernikahan hadir sebagai penyatu
sekaligus penengah hubungan antar kedua keluarga tersebut. Dengan
menikah diharapkan hubungan antar kedua keluarga tersebut dapat
terjalin dengan baik dan seimbang. Bapak BK dan Ibu ES menempatkan
kebaikan dalam menjaga hubungan dengan keluarga besar sebagai
96
indikator pembentukan sebuah keluarga yang sakinah. Dengan tidak
melibatkan keluarga besar dalam masalah rumah tangga akan
meminimalisir adanya tekanan dan intervensi dalam menyelesaikan
masalah dalam keluarga inti.
9. Bersabar terhadap ujian
Adanya konflik dan masalah dalam rumah tangga merupakan suatu
keniscayaan yang tidak mungkin untuk dihindari. Perbedaan dan
perdebatan tentang suatu masalah terkadang dapat menyulut api
kemarahan antara suami dan istri. Disinilah kesabaran berperan penting
dalam menghadang kemungkinan-kemungkinan perpecahan dalam rumah
tangga. Ibu ES menetapkan kesabaran dalam menghadapi ujian sebagai
bentuk dari upaya membentuk keluarga yang sakinah. Dengan bersabar
dan memberi waktu bagi pasangan untuk berfikir, maka tidaklah mustahil
konflik dalam rumah tangga akan terselesaikan dengan cepat.
10. Bersikap saling setia
Kesetiaan adalah komitmen dasar dari sebuah pernikahan. Tanpa
kesetiaan tentunya sebuah hubungan tidak akan berhasil. Kesetiaan yang
digambarkan oleh Ibu ES adalah menjaga kehormatan diri dan suami saat
suami tidak berada di rumah serta menundukkan pandangan terhadap hal-
hal yang dapat menimbulkan madharat dalam rumah tangga.
11. Menjaga komunikasi yang baik
Komunikasi disampaikan oleh seseorang dengan maksud dan tujuan
tertentu. Komunikasi dalam keluarga dimaksudkan agar hubungan dalam
97
keluarga terbina dengan baik. Menjalin komunikasi yang baik adalah
kriteria yang dipilih oleh Bapak BK, Bapak HD, Ibu YN dan Ibu IP untuk
menjaga keharmonisan rumah tangganya tetap sehat dan utuh. Di sisi lain
Bapak HD memanfaatkan komunikasi yang baik sebagai sarana untuk
saling mengingatkan dalam berbuat kebaikan kepada semua anggota
keluarga.
12. Tanamkan sikap kepercayaan
Saat sebuah keluarga memiliki rasa saling percaya, maka keluarga
tersebut dapat disebut sebagai keluarga bahagia. Hanya saja tidak semua
keluarga mampu menumbuhkan rasa saling percaya pada pasangan
maupun anggota keluarganya sendiri. Ibu IP, Ibu ES, dan Ibu YN merasa
bahwa mempercayai suami saat mereka berada di luar rumah untuk
mencari nafkah lebih menenangkan pikiran dan hati. Suami pun akan
merasa segan untuk berbuat sesuatu yang dapat membuat kepercayaan
pasangan terhadap dirinya menjadi luntur.
13. Memenuhi hak dan kewajiban
Rumah tangga harus mampu menjaga dan memelihara setiap individunya
untuk bisa memberikan pelayanan dan pengabdian terbaik kepada
pasangannya. Bapak JK berpendapat jika suatu rumah tangga menyadari
dan saling bahu membahu dalam menunaikan tugas dan kebutuhan dalam
keluarga, maka bisa dipastikan tidak ada yang tidak mungkin untuk
memiliki sebuah keluarga yang baik dan harmonis.
98
14. Bersikap mandiri
Sepasang suami istri hendaknya tidak terlalu menggantungkan dirinya
kepada orang lain seperti teman, saudara, maupun orangtua. Karena bisa
jadi pengaruh dari teman, saudara, maupun orangtua tersebut
menghalangi sebuah pasangan untuk mencapai tujuan rumah tangga yang
telah mereka sepakati sejak awal masa pernikahan. Ibu YN menempatkan
kemandirian dari segi ekonomi sebagai salah satu cara jika ingin memiliki
sebuah keluarga yang harmonis.
C. Tinjauan Keluarga Muallaf dalam Hukum Islam
Untuk merealisasikan sebuah keluarga yang ideal sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh Al-Qur‟an dan hadits, maka dibutuhkan kiat-kiat
khusus dalam membina rumah tangga. Hal ini harus dibarengi dengan niat
untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjaga kesucian diri agar
pengimplementasian pesan-pesan Allah di dalam Al-Qur‟an dan petunjuk
Rasulullah SAW dalam hadits dapat terwujud. Berdasarkan dari wawancara
dan observasi secukupnya dengan para informan dalam penelitian ini, peneliti
perlu menganalisa keluarga para muallaf yang ditinjau dari hukum Islam
berikut ini:
1. Beriman kepada Allah
Untuk mewujudkan keluarga sakinah diperlukan landasan
keimanan kepada Allah SWT agar nantinya pembentukan keluarga
tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Allah
99
menjelaskan bahwa orang-orang yang dapat menjaga keluarganya adalah
mereka yang beriman kepada Allah SWT. Dengan berbekal keimanan
kepada Allah, maka rumah tangga akan senantiasa terarah kepada
keridhaan Allah SWT.
Keimanan ini harus dibuktikan dengan kesanggupan setiap
keluarga untuk berusaha menjalankan kewajiban ibadah yang dibebankan
kepadanya. Dan hal ini telah terlihat pada keluarga Bapak JK, Bapak HD,
dan Ibu ES yang terbukti bahwa mereka telah mampu menjalankan
tuntutan syariat untuk beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang
telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan pada keluarga Bapak
BK, Ibu IP, dan Ibu YN ini terdapat kesamaran dalam pengaplikasian
iman kepada Allah SWT karena kurangnya perhatian mereka terhadap
pelaksanaan ibadah kepada Allah.
2. Memilih pasangan yang baik
Untuk mewujudkan keluarga sakinah ada hal penting yang tidak boleh
diabaikan oleh hamba-Nya yaitu memilih pasangan sesuai dengan
petunjuk Islam. Karena jika salah dalam memilih pasangan akan
berdampak pada keharmonisan rumah tangga dan pendidikan anak-anak.
Apabila kedua belah pihak berkualitas dengan kriteria-kriteria tertentu,
maka rumah tangga yang dibina tidak akan mudah goyah saat diterpa
cobaan.
Dari wawancara dengan para muallaf, hanya Ibu IP yang memilih
pasangan berdasarkan petunjuk agama Islam dimana agama dan akhlak
100
pasangan adalah hal yang paling penting untuk dijadikan barometer.
Sedangkan Bapak JK, Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, dan Ibu YN
memilih pasangan mereka karena faktor kepribadian, kecantikan,
kecocokan, intensitas pertemuan, dan usia.
3. Hidup dengan cinta dan kasih sayang
Mendayung bahtera rumah tangga adalah suatu hal yang tidak mudah,
karena begitu banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh
suami ataupun istri. Oleh karena itu sangat perlu adanya kesadaran bagi
keduanya untuk berusaha saling menolong dalam mengurus rumah
tangga. Semakin banyak pengorbanan dan pertolongan yang diberikan
kepada pasangan, maka akan semakin menumbuhsuburkan cinta kasih di
dalam diri pasangannya tersebut.
Pernikahan yang langgeng tidak terjadi begitu saja tanpa
perjuangan. Pernikahan perlu untuk dipupuk dengan cinta dan kasih
sayang yang telah diajarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya agar
ketentraman dalam rumah tangga dapat terjaga. Hal ini telah dilakukan
oleh Bapak JK, Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, Ibu ES, dan Ibu YN untuk
melanggengkan pernikahan mereka. Dengan komunikasi yang intens dan
kesiapan membantu pasangan saat mengalami kesulitan adalah bukti kecil
bahwa keluarga ini selalu diliputi perasaan cinta dan kasih sayang.
4. Menafkahi keluarga dengan nafkah yang baik dan halal
Berdasarkan petunjuk al-Qur‟an dan al-Hadis, hukum memberikan nafkah
keluarga adalah wajib bagi suami. Maka dari itu, wajib bagi setiap suami
101
untuk mencukupi nafkah keluarga itu sesuai dengan kemampuannya.
Secara lahiriyah, para anggota keluarga hanya dapat hidup dan beribadah
dengan baik manakala terpenuhi nafkahnya. Sehingga sudah sepantasnya
suami memberikan nafkah yang halalan-thayyiba kepada semua anggota
keluarganya.
Pemberian nafkah yang halal dan baik ini sangat berdampak pada
kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga. Dengan nafkah yang halal
dan baik, maka fisik dan batin akan senantiasa terjaga dari kotoran dan
dosa sehingga seseorang dapat berfikir dan berasa dengan jernih. Bapak
JK, Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, Ibu ES, dan Ibu YN telah
melaksanakan ajaran agama Islam ini dengan baik. Walaupun terkadang
menemui kendala dalam memenuhi tangungjawabnya, para muallaf ini
tetap berpendirian bahwa nafkah yang baik akan menciptakan keluarga
yang baik pula.
5. Memperhatikan pendidikan anak
Suami dan istri memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan model anggota keluarga. Jika pasangan suami istri
menginginkan anak yang shalih/shalihah, maka mereka harus menjadi
teladan dahulu dalam hal beribadah dan berperilaku sehingga nantinya
anak-anak akan mengikuti ketaatan dan keshalihan kedua orangtuanya.
Anak dalam pandangan Islam memerlukan asuhan yang baik dan
benar sesuai dengan prinsip-prinsip keislaman agar ia dapat tumbuh
menjadi pribadi yang baik dan berkembang secara optimal. Bapak JK,
102
Bapak BK, Bapak HD, Ibu IP, dan Ibu YN telah berusaha mendidik,
memfasilitasi, dan memilihkan lingkungan sekolah yang disesuaikan
dengan kebutuhan intelektual dan spiritual anak. Nantinya diharapkan
anak-anak mereka dapat memahami hak, tugas, dan kewajiban terhadap
dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan agamanya. Sedangkan Ibu ES
sampai saat ini belum dikaruniai seorang anak oleh Allah SWT, namun
pemahamannya mengenai bagaimana memperlakukan seorang anak
sudah sangat matang.
6. Keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban
Dalam rumah tangga Islam, seorang suami mempunyai hak dan
kewajiban terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya, seorang istri juga
mempunyai hak dan kewajiban terhadap suaminya. Jika hak dan
kewajiban dijalankan dengan benar dan tulus, maka pernikahan akan
melahirkan kebahagiaan yang langgeng.
Pemenuhan hak dan kewajiban antara suami istri pada keluarga
Bapak JK, Bapak HD, Ibu IP, dan Ibu ES telah terlaksana secara
seimbang. Masing-masing pasangan telah memahami bahwa di dalam
pernikahan pemenuhan hak dan kewajiban sangat penting agar rumah
tangga dapat berjalan lancar dan beriringan. Sedangkan pemenuhan hak
dan kewajiban antara suami istri pada keluarga Bapak BK dan Ibu YN
belum sepenuhnya terlaksana secara seimbang karena kurangnya
bimbingan keagamaan pada keluarga mereka.
103
7. Terciptanya hubungan sosial yang harmonis
Keluarga atau rumah tangga merupakan suatu unit masyarakat terkecil
sehingga pasti mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat luas
disekitar tempat tinggalnya. Di dalam Islam, hubungan sosial
kemasyarakatan tidak hanya terbatas pada orang tua, anak-anak atau
anggota keluarga yang lain saja tetapi juga terhadap masyarakat di
sekelilingnya. Keluarga yang sakinah akan selalu memperhatikan
hubungan silaturahminya dengan karib kerabat baik yang jauh maupun
dekat, baik dari pihak suami maupun istri.
Hubungan sosial yang harmonis ini telah dibangun oleh Bapak JK,
Bapak BK, Bapak HD, Ibu ES, dan Ibu YN baik kepada orang tua, anak-
anak atau anggota keluarga, dan masyarakat di sekelilingnya. Namun
sayangnya hubungan Ibu IP dengan keluarga besar suaminya tidak
berjalan dengan baik sehingga menciptakan jurang pemisah dan perasaan
canggung saat melakukan interaksi sosial.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data hasil penelitian yang telah digambarkan dalam bab-bab
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa konsep keluarga
sakinah menurut muallaf yang ditinjau dari hukum Islam adalah sebagai
berikut:
1. Keluarga sakinah menurut persepsi para muallaf secara garis besar
didefinisikan sebagai keluarga yang memiliki keimanan dan ketakutan
kepada Allah SWT, karena dengan keimanan tersebut dapat membuat
kehidupan rumah tangga menjadi tenang dan penuh dengan kasih sayang.
2. Upaya membentuk rumah tangga yang sakinah dalam keluarga muallaf
dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan secara umum dan
agama pada khususnya, karena dengan memiliki ilmu agama yang cukup
maka dapat menghantarkan pada keimanan yang kuat. Implikasi dari
iman yang kuat dalam berkeluarga terkait dengan konsep keluarga
sakinah menurut muallaf adalah dapat menciptakan suasana saling
mengerti dan menghargai, bersikap terbuka, menerima pasangan apa
adanya, tidak mementingkan ego masing-masing, memperhatikan
pendidikan anak, meminta maaf dan saling memaafkan, patuh kepada
suami, menjaga hubungan dengan keluarga besar, bersabar terhadap ujian,
bersikap saling setia, menjaga komunikasi, saling percaya, memenuhi hak
dan kewajiban bersama, serta mandiri dalam finansial.
105
3. Pasangan muallaf dalam mengarungi bahtera tumah tangga telah
melakukan pemenuhan hak dan kewajiban suami istri secara adil dan
ma‟ruf. Dimana suami telah memberikan nafkah yang halal, bimbingan,
serta perlindungan kepada istri dan anak-anaknya. Sedangkan istri juga
selalu menghargai pemberian suami, tidak menuntut melebihi
kemampuan suami, dan selalu mensyukuri pemberian nafkah dari suami
dengan cara membelanjakannya sesuai skala kebutuhan dengan efektif
dan efisien. Dari 6 informan yang diwawancarai, terdapat 4 informan
yang memenuhi hak dan kewajiban suami istri secara penuh yaitu Bapak
JK, Bapak HD, Ibu IP, dan Ibu ES sehingga 4 informan tersebut sudah
memenuhi UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan juga hukum
keluarga dalam Islam. Sedangkan 2 informan lainnya, yaitu Bapak BK
dan Ibu YN belum memenuhi UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan juga hukum keluarga dalam Islam karena rendahnya
tingkat pengetahuan keagamaan pada mereka.
B. Saran
1. Setelah menikah suami/istri tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk
membina keagamaan pasangannya karena telah disibukkan dengan
masalah rumah tangga yang lain. Sehingga mendalami agama sebelum
menikah akan meminimalisir masalah keagamaan keluarga saat nanti
memutuskan untuk menikah.
106
2. Dalam memutuskan untuk berpindah agama, hendaknya para muallaf
memahami bahwa konsekuensi memasuki sebuah agama yang baru
adalah dengan belajar menjalankannya. Sehingga tidak terkesan bahwa
menjadi muallaf adalah untuk mencari legalitas pernikahan saja.
3. Perlu untuk memiliki kematangan ilmu dan kesabaran jika memilih
pasangan hidup seorang muallaf karena kewajiban utama membina dan
membimbing keluarga terletak pada anggota keluarga yang bersangkutan
sehingga dibutuhkan bekal yang cukup baik dari segi intelektual maupun
spiritual.
4. Perlu adanya sosialisasi dan pembinaan yang lebih intensif dari penyuluh
KUA kepada para muallaf terkait dengan ilmu dan hukum-hukum dalam
berumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT
Sinergi Pustaka Indonesia
Hadits
Al-Mundziri, Imam. Ringkasan Shahih Muslim. Alih Bahasa: Ahmad Zaidun.
2003. Jakarta: Pustaka Amani
Az-Zabidi, Imam. Ringkasan Hadis Shahih al-Bukhari. Alih Bahasa: Ahmad
Zaidun. 2002. Jakarta: Pustaka Amani
http://islamweb.net
Fiqh dan Tafsir
Basri, Hasan. 1995. Keluarga Sakinah: Tinjauan Psikologi dan Agama.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halim, M. Nipan Abdul. 2007. Membahagiakan Istri sejak Malam Pertama.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Katsir, Ibnu. 1994. Tafsir Ibnu Katsir. Terjemahan oleh M. Abdul Ghoffar E.M.
2006. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.
Kauma, Fuad dan Nipan. 2003. Membimbing Istri Mendampingi Suami.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Kisyik, Abdul Hamid. 2005. Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga
Sakinah. Bandung: Al-Bayan Mizan Pustaka.
Mujab, Nadhirah. 2000. Merawat Mahligai Rumah Tangga. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Sabiq, Sayyid. 1978. Fiqih Sunnah. Terjemahan oleh Mahyuddin Syaf. Bandung:
PT Al-Ma‟arif
Subhan, Zaitunah. 2004. Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenada Media.
Thobroni, M. 2010. Meraih Berkah dengan Menikah: Doa-Doa Untuk Keluarga
Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Jakarta: Suka Buku
Ulfatmi. 2011. Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kementerian
Agama RI
Lain-Lain
Amirin, Tatang. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta : CV Rajawali.
Antoro, Agung Tri. 2016. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Pegawai KUA
Pengasih Perspektif Hukum Islam. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Syari‟ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta PT : PT Pineka Cipta.
Fatoni, Abdurrahman. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Moloeng, Leksi J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Sarjono, dkk. 2004. Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Press
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks
Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah.
Hukum dan Undang-Undang
Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Bandung: Citra Umbara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Tolong sebutkan identitas lengkap anda.
2. Bagaimana kehidupan anda sebelum menikah?
3. Mengapa anda memutuskan untuk masuk Islam?
4. Kapan anda menikah? Mengapa anda memutuskan untuk menikah dengan
pasangan anda?
5. Bagaimana kehidupan keagamaan setelah anda menikah?
6. Bagaimana bentuk hak dan kewajiban setelah anda menikah?
7. Bagaimana pemenuhan kebutuhan biologis anda dengan pasangan anda?
8. Bagaimana pemenuhan kebutuhan psikologis anda dengan pasangan anda?
9. Bagaimana keseharian anda dan pasangan saat berada di rumah?
10. Bagaimana cara anda memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga?
11. Bagaimana cara anda menyelesaikan konflik dalam rumah tangga?
12. Bagaimana anda mengembangkan sikap-sikap islami dalam keluarga?
13. Bagaimana anda menerapkan nilai-nilai islami dalam mendidik anak?
14. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga besar anda?
15. Bagaimana pandangan anda terhadap pasangan anda?
16. Menurut anda, bagaimana cara untuk membentuk sebuah rumah tangga yang
harmonis?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CurriculumVitae)
Nama : Futmasepta Fanya Ulinnuha
Tempat/Tanggal Lahir : Wonosobo, 25 September 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Lingkungan Ngemplak RT 05 RW 01 Kelurahan
Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang
50661
Mahasiswa Aktif : IAIN Salatiga
NIM : 211-13-038
Fakultas : Syariah
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Riwayat Pendidikan :
Tahun Sekolah/Instansi
1999 – 2001 TK Islam Terpadu Permata Bunda Bawen
2001 – 2007 SD Negeri Bawen 01
2007 – 2010 MTs - Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyyah Yogyakarta
2010 – 2013 MA - Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyyah Yogyakarta
2013 – 2017 IAIN Salatiga
Pengalaman Organisasi :
- Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) AS periode tahun 2015
- Sekretaris Ikatan Remaja RT 05/I Bawen periode tahun 2015-2017
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Futmasepta Fanya Ulinnuha Fakultas : Syari‟ah
Nim : 211 13 038 Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Dosen PA : Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Poin
1. Sertifikat OPAK STAIN
SALATIGA 2013 “Rekontruksi
Paradigma Mahasiswa Yang
Cerdas, Pekadan Peduli” Oleh
Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA) STAIN Salatiga
Salatiga, 27
Agustus 2013
Peserta 3
2. Sertifikat OPAK SYARIAH 2013
“Revitalisasi Intelektualitas &
Spiritualitas Mahasiswa Menuju
Kemajuan Indonesia” Oleh HMJ
Syariah STAIN Salatiga
Salatiga, 29
Agustus 2013
Peserta 3
3. Sertifikat Library User Education
(Pendidikan Pemakai Perpustakaan)
UPT Perpustakaan STAIN Salatiga
Salatiga, 16
September 2013
Peserta 2
4. Sertifikat Seminar Nasional Bahasa
Arab “Inovasi Pembelajaran
Bahasa: Upaya Menjaga Eksistensi
dan Masa Depan Pembelajaran
Bahasa Arab” Oleh ITTAQO
Salatiga, 09
Oktober 2013
Peserta 6
5. Sertifikat Dialog Interaktif dan
Edukatif “Diaspora Politik
Indonesia untuk Salatiga Hati
Beriman” Oleh SEMA STAIN
Salatiga
Salatiga, 01
April 2014
Peserta 2
6. Sertifikat Seminar dan Pelatihan
Praktek Kewirausahaan
“Entrepreneurs is The Way of Life”
Oleh HMPS KPI
Salatiga, 16
April 2014
Peserta 2
7. Sertifikat Training Personality Plus
Regional Jawa Tengah Oleh
KARIMA Learning & Training
Center
Salatiga, 23
November 2014
Peserta 4
8 Sertifikat Nasional Diskusi Publik
& Dengar Pendapat
“Memperkokoh Pondasi
Kebangsaan ” Oleh BPB Kota
Salatiga
Salatiga, 07
Maret 2015
Panitia 6
9 Surat Keputusan Ketua Program
Studi STAIN Salatiga tentang
“PengangkatanPengurus Himpunan
Mahasiswa Program Studi Ahwal
Al Syakhshiyyah Sekolah Tinggi
AgamaIslam Negri Salatiga Masa
Bakti 2015”
Salatiga, 01 Juni
2015
Pengurus 4
10 Sertifikat Sosialisasi Program
Pendewasaan Usia Perkawinan
Oleh PIK IAIN Salatiga
Salatiga, 12 Juni
2015
Peserta 2
11 Surat Keputusan Rektor IAIN
Salatiga Tentang Penyelenggaraan
OPAK IAIN Salatiga Tahun 2015
Salatiga, 27 Juli
2015
Fasilitator 3
12 Sertifikat Seminar Nasional “Peran
Mahasiswa Syariah dan Hukum
dalam Pembangunan Bangsa” Oleh
DEMA Fakultas Syariah
Salatiga, 27 Juni
2015
Peserta 8
13 Sertifikat OPAK Fakultas Syariah
“Aktualisasi Integritas Mahasiswa
Fakultas Syariah melalui Analisa
Sosial Kesyariahan” Oleh DEMA
Fakultas Syariah
Salatiga, 13
Agustus 2015
Fasilitator 3
14 Sertifikat Workshop Pelatihan
Advokasi “Advokasi Wujud Tri
Dharma Perguruan Tinggi Ketiga
Sebagai Upaya Untuk Mencapai
Kemashlahatan” Oleh DEMA
Fakultas Syariah
Salatiga, 03
November 2015
Peserta 3
15 Sertifikat Seminar Nasional
“Perbankan Syariah di Indonesia:
Salatiga, 04
November 2015
Panitia 6
Antara Teori dan Praktek”
16 Sertifikat Seminar Nasional
“Perlindungan Hukum Terhadap
Usaha Mikro Menghadapi Pasar
Bebas Asean” oleh HMPS AS
Salatiga, 10
Desember 2014
Panitia 8
17 Sertifikat IAIN Salatiga
Bersholawat dan Orasi Kebangsaan
“Menyemai Nilai-Nilai Islam
Indonesia Untuk Memperkokoh
NKRI” Oleh DEMA IAIN Salatiga
Salatiga, 06
November 2015
Peserta 2
18. Sertifikat Workshop “Pelatihan
Naib Dalam Mengawali Bahtera
Mahligai Rumah Tangga” oleh
HMJ AS
Salatiga, 08 Juni
2015
Peserta 3
19. Sertifikat Nasional “Membentuk
Hakim Progresif dan Profesional
Demi Terciptanya Keadilan” Oleh
DEMA Fakultas Syariah
Salatiga, 19
Desember 2015
Peserta 8
20. Sertifikat Nasional “Hak Gender
Kaum Difabel Dalam Perspektif
Sosiologis dan Hukum Islam” Oleh
HMJ AS
Salatiga, 24
Desember 2015
Panitia 8
21. Sertifikat Seminar Nasional
“Bersama Merajut Asa
Memberantas Korupsi” Oleh
DEMA Fakultas Syariah
Salatiga, 10
November 2016
Peserta 8
22. Sertifikat Seminar Quovadis
Fakultas Syariah “Menindaklanjuti
Keputusan PMA No.33/2016” Oleh
Gabungan HMJ Syariah
Salatiga, 03
Desember 2016
Peserta 2
23. Sertifikat Seminar Nasional
“ImplementasiNilai-Nilai Pancasila
sebagai Benteng dalam Menolak
Gerakan Radikalisme” Oleh
DEMA IAIN Salatiga
Salatiga, 10
Februari 2016
Peserta 6
24. Sertifikat Seminar Nasional
“Rekontruksi Ideal Sistem
Peradilan Di Indonesia” Oleh HMJ
AS
Salatiga, 22
September 2016
Peserta 8
25. Sertifikat Seminar Nasional “Peran Salatiga, 19 Peserta 6
Partai Politik Pendukung dan
Oposisi dalam Mewujudkan
Pemerintah yang Berdaulat Menuju
Kesejahteraan Rakyat ” Oleh HMJ
HTN
Oktober 2016
26. Sertifikat Seminar Nasional
“MeretasBullying:Mengembangkan
Layanan Kemanusiaan Berbasis
Kearifan Lokal Komunitas” Oleh
HMJ PMI
Salatiga, 26
April 2016
Peserta 6
27. Sertifikat Nasional Achievment
Motivation Training “Solusi Cerdas
Sukses Akademik dan Organisasi”
Oleh LDK IAIN Salatiga
Salatiga, 01
Oktober 2016
Peserta 6
28. Sertifikat Kuliah Umum Fakultas
Syariah IAIN Salatiga “Gerakan
Revivalis Islam Modern dan
Perkembangan Hukum di
Indonesia” Oleh Fakultas Syariah
IAIN Salatiga
Salatiga,02 Juni
2016
Peserta 2
29. Sertifikat Kuliah Umum
“Kontribusi Fatwa DSN MUI
terhadap Perkembangan Hukum
Ekonomi Syariah di Indonesia”
Oleh Jurusan HES Fakultas Syariah
Salatiga, 08 Mei
2017
Peserta 2
30. Sertifikat Softskill Development
“Pengembangan Potensi Diri
Melalui Pelatihan Praktis Untuk
membentuk Mahasiswa yang
Memiliki Daya Saing” Oleh KSEI
IAIN Salatiga
Salatiga, 30 Mei
2017
Peserta 2
31. Sertifikat Islamic Economy
Discussion “Bank Syariah VS Bank
Konvensional” Oleh KSEI IAIN
Salatiga
Salatiga, 30 Mei
2017
Peserta 2
32. Sertifikat Pemasyarakatan
Kewirausahaan Oleh Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah RI
Salatiga, 27
April 2017
Peserta 2
33. Sertifikat Bedah Buku “Agama
Baha‟i Dalam Lintasan Sejarah di
Jawa Tengah” Oleh Fakultas
Syariah IAIN Salatiga
Salatiga, 26
April 2016
Peserta 2
JumlahNilai SKK 140
Salatiga, 22 September 2017
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si.
NIP 197909302003121001