Konsep Kampung Teknologi
description
Transcript of Konsep Kampung Teknologi
-
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21- 29
*) Staf Pengajar Universitas Semarang
KAJIAN POTENSI RINTISAN KAMPUNG TEKNOLOGI
SEBAGAI WAHANA PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT KOTA SEMARANG
Wyati Saddewisasi, Aprih Santoso, Teguh Ariefiantoro, Harini Tri Astuti*)
Abstrak
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi rintisan Kampung Teknologi
di Kota Semarang. Penelitian ini merupakan survei di wilayah Kecamatan Gunungpati. Responden dalam
penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan Gunungpati dan perangkat kelurahan, serta pengusaha pada
sentra kegiatan ekonomi produktif/ UKM yang terdapat di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Penentuan
sampel pelaku usaha/ UKM dilakukan secara random dengan jumlah sampel 25 responden dimanfaatkan
untuk mengetahui strategi pemberdayaan yang tepat bagi para pengusaha. Strategi pemberdayaan dirumuskan
dengan mengunakan Analisis SWOT. Berdasarkan Analisis SWOT yang dibuat, untuk melakukan pemberdayaan
kepada masyarakat khususnya pelaku usaha, strategi yang bisa digunakan melalui integrasi horizontal.
Pemberdayaan pelaku usaha melalui integrasi horizontal ini dapat dilakukan dengan: memperluas pasar,
memperluas fasilitas produksi maupun teknologi, pengembangan internal maupun eksternal, joint venture
dengan pelaku usaha lain dalam industri yang sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Wilayah
Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai kampung teknologi karena memenuhi 3 kawasan kampung
teknologi yaitu: Kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati), Kawasan Ecopark (kawasan wisata),
Kawasan Technopark (kawasan bidaang non hayati).
Kata kunci: Kampung Teknologi, rintisan Kampung Teknologi, integrasi horisontal
Latar Belakang
Konsep dasar Kampung Teknologi adalah
mendekatkan teknologi kepada masyarakat,
sehingga istilah Kampung Teknologi lebih ke
arah brand name, bukan dalam artian tatanan
administrasi (desa), maka konsep
pengembangan lebih ke arah kawasan. Kota
Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa
Tengah mempunyai fungsi sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, kegiatan industri,
transportasi, pendidikan, pariwisata dan
pemukiman. Saat ini kota Semarang belum
memiliki kampung teknologi maka diperlukan
penelitian tentang potensi rintisan kampung
teknologi.
Secara konseptual pengertian kampung
teknologi adalah kawasan untuk pengembangan
sektor ekonomi strategis berbasis teknologi
yang menyajikan, memperagakan dan
menginformasikan teknologi terkini dari
berbagai disiplin ilmu sebagai bentuk alih
teknologi kepada masyarakat, maka daerah yang
dipandang cocok oleh peneliti adalah di wilayah
Kecamatan Gunungpati.
Dipilihnya kecamatan Gunungpati karena
memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi yaitu:
1. Kawasan agrotechnopark (kawasan bidang hayati)
2. Kawasan ecopark (kawasan wisata) 3. Kawasan technopark (kawasan bidang
non hayati)
Rencana pembangunan bidang pariwisata
antara lain meliputi (Peta Kecamatan
Gunungpati, 2009):
1. Proyek pengembangan obyek wisata Goa Kreo
2. Proyek pembangunan obyek wisata Waduk Jati Barang
3. Sentra agropolitan 4. Proyek Pegembangan Combat Game di
Tinjomoyo
5. Proyek pujasera & open space di Banaran
6. Sentra pasar buah.
Pengembangan bidang wisata tersebut di
atas bisa mencakup kawasan Agrotechnopark
(kawasan bidang hayati), dan Kawasan Ecopark
(kawasan wisata).
Rencana pembangunan bidang ekonomi
antara lain meliputi (Peta Kecamatan
Gunungpati, 2009):
1. Pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan
2. Pembangunan Pusat Souvenir & Aneka Oleh-oleh Khas Gunungpati
3. Pembangunan area pasar hewan 4. Pembangunan area pasar formal 5. Pembangunan kawasan penyebaran
usaha mikro bidang gypsum
Pembangunan bidang ekonomi tersebut di
atas termasuk kawasan Technopark (kawasan
bidang non hayati).
Dalam upaya meningkatkan taraf hidup
masyarakat Kota Semarang khususnya
Kecamatan Gunungpati serta memanfaatkan
situasi demografi dan geografis yang ada,
keberadaan rintisan Kampung Teknologi
berperan penting sebagai wahana
-
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi
Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)
22
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Rintisan
Kampung Teknologi pada dasarnya adalah suatu
upaya untuk mempelopori terbentuknya
Kampung Teknologi. Agar potensi Kampung
Teknologi dapat menjadi wahana pemberdayaan
masyarakat, maka diperlukan strategi yang tepat
di lingkungan Kampung Teknologi khususnya
berbagai usaha UKM yang telah ada. Adapun
UKM di Gunungpati antara lain: kelompok tani
bidang pertanian dan peternakan yaitu: budidaya
usaha durian dan rambutan, usaha sapi perah;
usaha pengolahan pangan (usaha kolang-kaling,
aneka kripik dan tape singkong); usaha kain
perca; mebel; gypsum, dll. Semua UKM tersebut
masih memerlukan pembinaan baik dari segi
teknis/teknologi, ekonomi,dan sosial.
Dengan demikian sebelum Kampung
Teknologi diimplementasikan maka masyarakat
wilayah setempat perlu diberdayakan. Hal ini
diharapkan akan mempermudah terwujudnya
rintisan Kampung Teknologi. Untuk dapat
melaksanakan ini semua diperlukan pengkajian
dari berbagai aspek.
Dengan rintisan Kampung Teknologi maka
diperlukan langkah-langkah strategis untuk
mewujudkan Kampung Teknologi yang berbasis
teknologi dan dilengkapi dengan fasilitas sarana
prasarana dengan memanfaatkan teknologi.
Teknologi yang dipakai atau dirancang
diharapkan dapat diamati, dipelajari dan ditiru
oleh masyarakat (teknologi tepat guna).
Identifikasi dan Perumusan Masalah
A. Identifikasi Masalah Kota Semarang belum memiliki Kampung
Teknologi, oleh karena itu untuk membuatnya
perlu adanya rintisan Kampung Teknologi. Agar
rintisan Kampung Teknologi tersebut dapat
terwujud, maka perlu dilakukan identifikasi
pelaku usaha untuk pemberdayaan masyarakat
di wilayah Kampung Teknologi yang akan
dirintis tersebut.
Kemampuan pelaku usaha di kawasan
Kecamatan Gunungpati untuk mengakses dan
mengaplikasikan teknologi tepat guna masih
rendah karena tingkat pengetahuan dan
pendidikan masih rendah. Pada umumnya usaha
yang dilakukan adalah usaha mikro (skala rumah
tangga) dan masih sebagai usaha sampingan
karena pada umumnya masyarakat bermata
pencaharian sebagai petani. Beberapa
keterbatasan yang dimiliki antara lain
penguasaan teknologi yang masih rendah,
keterbatasan sumber modal dan akses
pemasaran, kelemahan dalam organisasi dan
manajemen. Oleh karena itu berbagai cara dan
program untuk pengembangan usaha perlu
ditingkatkan salah satunya melalui
pemberdayaan masyarakat. Dengan
pemberdayaan masyarakat maka kampung
teknologi dapat dirintis. Adanya rintisan
kampung teknologi, kegiatan produksi di
kawasan Gunungpati akan mendapat perhatian,
pembinaan dan stimulus yang lebih intensif dan
diharapkan berpengaruh positif terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat.
Keberadaan kegiatan produksi di suatu wilayah
berpotensi untuk dirintis sebagai sentra-sentra
teknologi. Pada sentra - sentra teknologi
tersebut diharapkan dapat diterapkan teknologi.
Apabila teknologi dapat diterapkan pada
masyarakat, maka selanjutnya dapat di adopsi
pada Kampung Teknologi.
B. Perumusan Masalah Kajian ini diawali dengan mengetahui
potensi pemberdayaan masyarakat agar dapat
terwujud rintisan kampung teknologi. Oleh
karena itu muncul pertanyaan penelitian : (1)
Apakah masyarakat khususnya para pelaku
usaha yang ada mampu diberdayakan di bidang
ekonomi? (2) Apakah wilayah kecamatan
Gunungpati mempunyai potensi untuk dirintis
menjadi Kampung Teknologi?(3) Aspek-aspek
apa saja yang harus dipenuhi untuk terwujudnya
Kampung Teknologi?. Dengan demikian
perumusan masalahnya adalah :: bagaimana
merintis Kampung Teknologi sebagai wahana
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka judul
penelitian yang diajukan adalah Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota
Semarang.
Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang potensi rintisan
Kampung Teknologi di Kota Semarang. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan tentang: pemberdayaan
ekonomi, potensi wilayah untuk dirintis menjadi
Kampung Teknologi dan aspek-aspek yang
harus dipenuhi untuk mewujudkan Kampung
Teknologi di wilayah Kecamatan Gunungpati.
2. Sasaran Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran
adalah Kawasan Kota Semarang yaitu wilayah
Kecamatan Gunungpati yang memenuhi 3
kawasan, meliputi: kawasan Agrotechnopark
(kawasan bidang hayati), Technopark (kawasan
bidang non hayati), serta Kawasan Ecopark
(kawasan wisata).
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi
hasil sebagai berikut:
1. Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan
-
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29
23
dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat guna mewujudkan rintisan
Kampung Teknologi.
2. Dengan diketahui potensi rintisan Kampung Teknologi maka dapat digunakan
untuk mewujudkan Kampung Teknologi.
3. Untuk menambah perbendaharaan ilmiah dan sekaligus sebagai sumbangan
pemikiran guna menunjang penelitian
selanjutnya terutama yang berkaitan dengan
studi kelayakan (feasibility study) Kampung
Teknologi.
Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang
terkait dengan pemberdayaan ekonomi
masyarakat khususnya pelaku usaha UKM dan
potensi rintisan guna mewujudkan Kampung
Teknologi di wilayah Kecamatan Gunungpati.
Metodologi Penelitian
A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan survei di wilayah
kecamatan Gunungpati. Responden dalam
penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan
Gunungpati dan perangkat kelurahan, serta
pelaku usaha pada sentra kegiatan ekonomi
produktif/ UKM yang terdapat di Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang. Pemilihan
Kecamatan Gunungpati sebagai lokasi penelitian
ditentukan berdasarkan pertimbangan 3
kawasan kampung teknologi yaitu:
1. Kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati)
2. Kawasan Ecopark (kawasan wisata) 3. Kawasan Technopark (kawasan bidang
non hayati)
Penentuan sampel pelaku usaha/ UKM
dilakukan secara random dengan jumlah sampel
25 responden. Jumlah tersebut digunakan untuk
mendukung analisis strategi pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
B. Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang
berperan sebagai wahana pemberdayaan
ekonomi masyarakat dan faktor-faktor tersebut
selanjutnya dianalisis dengan SWOT. (2)
Melakukan studi banding dan telaah pustaka
sebagai acuan dalam merintis Kampung
Teknologi. (3) Menganalisis potensi wilayah
dalam merintis Kampung Teknologi untuk
mewujudkan Kampung Teknologi.
C. Teknik Pengumpulan Data Langkah awal dari penelitian ini adalah
melakukan studi banding ke Kabupaten Jepara
yang telah memiliki rintisan Kampung
Teknologi. Selanjutnya diadakan FGD (Focus
Gruop Discusion) pada stakeholder di wilayah
penelitian untuk mencari kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman mengenai faktor-faktor
strategis yang ada pada masyarakat (para pelaku
usaha/UKM). Dengan bantuan kuesioner
dikumpulkan data primer melalui wawancara
baik dari stakeholder maupun pelaku usaha/
UKM. Sebelum data primer terkumpul terlebih
dahulu dihimpun data sekunder yang berupa
monografi, peta wilayah dan rencana
pembangun wilayah kecamatan Gunungpati
serta data lain yang terkait dengan penelitian ini.
D. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara
diskriptif, kuantitatif dan SWOT. Analisis data
secara diskriptif untuk menggambarkan
bagaimana merintis Kampung Teknologi.
Analisis kuantitatif, yaitu dengan frekuensi dan
rata-rata digunakan untuk mendiskripsikan
potensi pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui
posisi dan strategi yang harus diambil dalam
rangka memberdayakan masyarakat khususnya
pelaku usaha/ UKM.
Pembahasan
1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Dalam rangka mempermudah menerima
alih teknologi, maka masyarakat wilayah
lingkungan rintisan Kampung Teknologi perlu
diberdayakan. Pemberdayaan tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Penelitian ini baru merupakan rintisan
mendirikan kampung teknologi di satu kawasan.
Oleh karena itu setelah diketahui potensi yang
ada, kawasan yang dipilih sebagai Kampung
Teknologi adalah Kecamatan Gunungpati.
Selanjutnya untuk mengetahui potensi
pemberdayaan masyarakat di Gunungpati pelu
dilakukan kajian dengan menggunakan data
primer. Adapun responden yang digunakan
mewakili unsur hayati (Agrotechnopark), dan non
hayati (Technopark). Unsur hayati yang diambil
adalah pelaku usaha bidang pertanian dan
pengolahan paska panen, yaitu: petani durian
dan rambutan, peternak sapi perah, pengusaha
kolang-kaling, serta pengusaha aneka kripik.
Unsur non hayati terdiri dari pengusaha kain
perca dan mebel. Sedangkan untuk kawasan
wisata (Ecopark) sudah tersaji dalam
pembangunan wisata Gunungpati (peta potensi
wisata Gungungpati terlampir). Adapun
karakteristik responden hayati dan non hayati
adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan responden
pengusaha yang berada pada 4 kelurahan di
Kecamatan Gunungpati. Kelurahan tersebut
-
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi
Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)
24
adalah Pakintelan, Mangunsari, Jatirejo dan
Nongkosawit. Dipilih empat kelurahan sebagai
obyek penelitian karena pada kelurahan
tersebut terdapat kelompok tani dan kelompok
tani ternak serta sentra-sentra usaha kecil dan
menengah (UKM). Di kelurahan Pakintelan
terdapat sentra UKM aneka keripik, di
Kelurahan Mangunsari terdapat kelompok tani
budidaya buah durian dan rambutan serta UKM
jasa dan kain perca, di Kelurahan Jatirejo
terdapat sentra UKM kolang-kaling dan di
Kelurahan Nongkosawit terdapat kelompok
tani ternak sapi perah dan sentra UKM mebel.
Dalam penelitian ini yang dijadikan
responden sebanyak 25 orang pengusaha, yang
terdiri dari 15 orang atau 60% laki-laki dan 10
orang atau 40 % perempuan. Secara rinci dapat
dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Responden Menurut
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Responden
Jumlah %
Laki laki 15 60
Perempuan 10 40
25 100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat
dilihat bahwa responden perempuan sebanyak
10 orang (40 %), dengan jenis usaha yang
memang cocok dengan kemampuan dan usaha
mereka, yang mana untuk perempuan
menjalankan usaha aneka keripik, kolangkaling. sedangkan bagi yang laki-laki sebanyak 15 orang
(60%) lebih cenderung mendalami usaha di
bidang pertanian-peternakan, pengolahan
kolang-kaling dan pengolahan kayu (mebel).
Untuk usia responden dibagi kedalam
kelompok usia produktif dan tidak produktif.
Dalam hal ini usia produktif bisa dikatakan juga
sebagai usia kerja yaitu usia antara 17 tahun
sampai 65 tahun. Semua responden baik laki-laki
maupun perempuan masih termasuk dalam usia
produktif, karena berdasarkan data di lapangan
rata-rata masih berusia antara 38 tahun sampai
56 tahun sehingga bisa dikatakan bahwa para
pengusaha ini masih memiliki semangat kerja
yang tinggi untuk menjalankan usahanya dan
dimungkinkan juga untuk dilakukan
pengembangan terhadap usaha mereka.
Jenis usaha yang dijalankan responden
dapat dilihat pada tabel : 2 dibagi dalam 2
kategori yaitu usaha pertanian, jasa serta usaha
home industri.
Tabel 2
Jenis Usaha Responden
Jenis
Kelamin
Jenis Usaha Total
Responden
Jasa, pertanian,
peternakan
Home Industri
Jml % Jml % Jml %
Laki laki 8 32 7 28 15 60
Perempuan 1 4 9 36 10 40
Jumlah Keseluruhan
9 36 16 64 25 100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Dari tabel: 2 dapat dilihat bahwa responden
yang menekuni jenis usaha home industri
sebanyak 16 orang atau 64% yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 7 orang atau 28% dan
perempuan sebanyak 9 orang atau 36%. Usaha
home industri disini meliputi: pembuatan aneka
keripik, pengolahan kolang-kaling, serta
pengolahan kayu (mebel). Home industri
memiliki prosentase yang besar dimungkinkan
karena beberapa faktor, yaitu: pengetahuan
pengrajin tentang teknologi masih tradisional
disebabkan keahlian yang turun temurun,
tingkat pendidikan rendah serta modal yang
sangat terbatas. Sedangkan yang menekuni
usaha jasa hanya 1 orang atau 6% , bidang
pertanian dan peternakan sebanyak 8 orang
(32%). Usaha jasa yang ditekuni adalah pengepul
kain perca (kain sisa). Usaha ini hanya dilakukan
oleh satu orang saja dikarenakan membutuhkan
modal yang besar (kain sisa sebagian besar
impor dari negara lain dan sebagian kecil dari
lokal), namun demikian kain-kain perca tersebut
didistribusikan ke daerah-daerah lain untuk
dibuat menjadi sesuatu yang memiliki nilai
ekonomis yang lebih tinggi (keset maupun
pakaian) sehingga usaha ini juga menuntut
keberanian dan daya kreatifitas yang tinggi.
Sedangkan bidang pertanian-peternakan
meliputi usaha budidaya buah rambutan, durian
serta usaha ternak sapi perah.
Tabel 3
Lama Usaha Responden
Jenis Kelamin
Lama Usaha
Total Responden
Cukup lama
(10Th-
15Th)
Lama
(Diatas 15 Th)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laki laki 13 52 2 8 15 60
Perempuan 9 36 1 4 10 40
Jumlah
Keseluruhan 22 88 3 12 25 100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan lama usaha, sebagian besar
responden (sebanyak 22 orang atau 88%) yang
terdiri dari 13 orang laki-laki atau 52% dan 9
orang perempuan atau 36% sudah menjalankan
usaha dalam waktu yang cukup lama yaitu
-
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29
25
antara 10-15 tahun, sedangkan yang
menjalankan usaha dalam waktu yang lama
sebanyak 3 orang atau 12% yang terdiri dari 2
orang laki-laki atau 8% dan 1 orang perempuan
atau 4%. Dengan kondisi ini dapat dikatakan
bahwa keahlian mereka dalam bidang usahanya
sudah tidak diragukan lagi, namun yang perlu
ditekankan disini adalah apakah keahlian mereka
tersebut masih bisa diandalkan dengan kondisi
saat ini yang menuntut banyak hal seperti:
kualitas, harga, dan pemasaran yang baik.
Tabel 4
Tingkat Pendidikan Responden
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan Total
Responden SD SMP SMA
Jml % Jml % Jml % Jml %
Laki laki 10 40 2 8 3 12 15 60
Perempuan 10 40 0 0 0 0 10 40
Jumlah Keseluruhan
20 80 2 8 3 12 25 100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian
besar responden (sebanyak 20 orang atau 80%)
memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu
SD. Berdasarkan data di lapangan, responden
yang tidak dapat menyelesaikan tingkat
pendidikan SD memiliki pola pikir yang sangat
sederhana yaitu: hidup sederhana dan yang
terpenting adalah kebutuhan minimal sehari-hari
sudah dapat dipenuhi. Dengan kondisi ini
tentunya diperlukan upaya agar mereka mampu
merubah pola pikir dan kemampuan untuk
meningkatakan taraf hidupnya kearah yang lebih
baik. Sisanya sebanyak 2 responden atau 8%
yang memiliki tingkat pendidikan SMP dan SMA.
Dilihat dari pembiayaan usaha atau sumber
modal, sebanyak 6 orang (24%), orang
menggunakan modal pinjaman untuk
mengembangkan usahanya, yaitu pelaku usaha
aneka keripik 1 orang, kolang-kaling 1 orang
dan ternak sapi perah sebanyak 4 orang. Sisanya
yaitu 19 orang (76%) masih menggunakan modal
sendiri. Sumber pembiayaan berasal dari
perbankan dan koperasi simpan pinjam. Untuk
lebih jelaskan sumber modal dapat dilihat pada
tabel : 5.
Tabel 5
Sumber Modal Usaha Responden
Jenis Kelamin
Sumber Modal Total Responden Sendiri Pinjaman
Jml % Jml % Jml %
Laki laki 10 40 5 20 15 60
Perempuan 9 36 1 4 10 40
Jumlah Keseluruhan
19 76 6 24 25 100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Hasil wawancara dengan responden
sebanyak 24 orang (96%) memasarkan hasil
usahanya masih secara regional yaitu dipasarkan
di Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Kendal. Hanya 1 orang (4%) yang
dapat memasarkan secara nasional yaitu ke luar
propinsi yaitu di daerah Jawa Timur (tabel :6).
Tabel 6
Wilayah Pemasaran Hasil Usaha
Responden
Jenis Kelamin
Wilayah Pemasaran Total
Responden Regional Nasional
Jml % Jml % Jml %
Laki laki 14 56 1 4 15 60
Perempuan 10 40 0 0 10 40
Jumlah
Keseluruhan 24 96 1 4 25 100
Sumber: Data primer yang sudah diolah
b. Analisis SWOT sebagai alat
Formulasi Strategi
Untuk melakukan analisis SWOT diawali
dengan menganalisis faktor-faktor strategis
UKM (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) pada kondisi saat ini. Adapun
kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor
internal serta peluang dan ancaman dari UKM
yang berada di daerah penelitian meliputi:
Kekuatan :
1. Sudah terbentuk usaha-usaha kecil yang menghasilkan berbagai produk
2. Bahan baku melimpah 3. Bahan baku lokal bermutu baik 4. Infrastruktur (transportasi, listrik, air bersih
dran telekomunikasi) sudah cukup baik
5. Jumlah SDM banyak 6. Pengalaman usaha cukup lama 7. Biaya produksi rendah
Kelemahan:
1. Bahan baku produk dari luar daerah harganya mahal
2. Pengetahuan pengrajin tentang teknologi masih tradisional (turun temurun)
3. Keahlian diversifikasi produk kurang 4. Modal terbatas 5. Daerah pemasaran produk masih terbatas 6. Belum terbentuk kelompok/ asosiasi usaha 7. Teknologi dan peralatan sederhana 8. Tingkat pendidikan rendah
Peluang:
1. Permintaan akan produk tinggi 2. Pangsa pasar untuk produk terbuka luas 3. Mesin/peralatan modern untuk produksi
banyak tersedia di pasaran
4. Tersedianya lembaga keuangan bank dan non bank yang mendukung permodalan
(BUMN melalui program CSR, dana
bergulir dari instansi terkait)
5. Adanya sistem pemasaran modern (e-businnes, TI)
6. Adanya dukungan Kebijakan Industri dari pemerintah baik nasional maupun regional
(termasuk pemda)
-
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi
Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)
26
7. Jaringan infrastruktur yang cukup memadai (jalan,listrik, air bersih dan tekomunikasi)
8. Tersedianya banyak tenaga ahli
Ancaman:
1. Potensi bahan baku lokal (fieldspar) dimanfaatkan (dipakai) sentra daerah lain
2. Tuntutan masyarakat atas hasil produksi yang bermutu
3. Persaingan harga dan kualitas makin tinggi 4. Tawaran pekerjaan diluar daerah lebih
menjanjikan
5. Harga bahan pendukung tidak stabil Dari hasil temuan di lapangan secara umum
kekuatan dan kelemahan yang ada memiliki
bobot dan rating seperti pada tabel :7
Tabel 7
Analisis Faktor Internal (IFAS)
Strength (Kekuatan) Bobot Rating
Bobot
x Rating
1 Sudah terbentuk usaha-
usaha kecil yang menghasilkan berbagai produk
0.09 3 0.27
2 Bahan baku melimpah 0.09 3 0.27
3 Bahan baku lokal
bermutu baik 0.09 3 0.27
4 Infrastruktur (transportasi, listrik, air
bersih dan telekomunikasi) sudah cukup baik
0.11 4 0.44
5 Jumlah SDM banyak 0.06 2 0.12
6 Pengalaman Usaha
cukup lama 0.09 3 0.27
7 Biaya produksi rendah 0.06 2 0.12
Weaknesses (Kelemahan)
1 Bahan baku produk dari luar daerah harga
mahal
0.05 2 0.10
2 Pengetahuan pengrajin
tentang teknologi masih tradisional (turun-temurun)
0.03
1 0.03
3 Keahlian diversifikasi produk kurang
0.05 2 0.10
4 Modal terbatas 0.07 3 0.21
5 Daerah Pemasaran
produk masih terbatas
0.07 3 0.21
6 Belum terbentuk
kelompok/asosiasi usaha
0.06
2 0.12
7 Teknologi dan
peralatan sederhana
0.04 2 0.08
8 Tingkat pendidikan rendah
0.03 1 0.03
Total 1 2.64
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Hasil temuan di lapangan secara umum
terhadap peluang dan ancaman yang ada
memiliki bobot dan rating sebagai berikut-
(tabel :8)
Tabel 8
Analisis Faktor Eksternal (EFAS)
Opportunity (Peluang) Bobot Rating Bobot
x Rating
1 Permintaan akan produk tinggi
0.11 4 0.44
2 Pangsa pasar untuk produk terbuka luas
0.11 4 0.44
3 Mesin-peralatan modern untuk produksi banyak tersedia di pasaran
0.09 3 0.27
4 Tersedianya lembaga keuangan bank dan non
bank yang mendukung permodalan (BUMN melalui program CSR,
dana bergulir dari instansi terkait)
0.09 3 0.27
5 Adanya sistem
pemasaran modern (e-businnes, TI)
0.04 1 0.04
6 Adanya dukungan
Kebijakan Industri dari pemerintah baik nasional maupun
regional (termasuk pemda)
0.06 2 0.12
7 Jaringan infrastruktur
yang cukup memadai (jalan, listrik, air bersih dan telekomunikasi)
0.11 4 0.44
8 Tersedianya banyak tenaga ahli
0.06 2 0.12
Threat (Ancaman)
1 Potensi bahan baku lokal (fieldspar)
dimanfaatkan (dipakai) sentra daerah lain
0.06 2 0.12
2 Tuntutan masyarakat
atas hasil produksi yang bermutu
0.06 2 0.12
3 Persaingan harga dan
kualitas makin tinggi 0.05 2 0.10
4 Tawaran pekerjaan
diluar daerah lebih menjanjikan
0.08 3 0.24
5 Harga bahan
pendukung tidak stabil 0.06 2 0.12
Total 1 2.84
Sumber: Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS di atas
dapat ditentukan posisi perusahaan didasarkan
pada analisis total skor faktor internal dan
faktor eksternal dengan menggunakan model
Internal-Eksternal Matrik (Wheelen, 1995
dalam Freddy Rangkuti). Hasil temuan
dilapangan menunjukkan Internal-Eksternal
Matrik, dengan nilai total skor IFAS = 2,64 dan
EFAS = 2,84 tampak bahwa strategi yang sesuai
bagi UKM di Gunungpati adalah pertumbuhan
melaui integrasi horizontal. Artinya UKM masih bisa tumbuh dengan cara memperluas kegiatan
lini produk yang tujuannya untuk meningkatkan
jenis produk dan jasa. UKM yang melakukan
-
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29
27
integrasi horizontal ini dapat memperluas pasar,
fasilitas produksi maupun teknologi, melalui
pengembangan internal maupun eksternal
melalui joint venture dengan UKM lain dalam
industri yang sama. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Freddy Rangkuti (2008), bahwa
perusahaan yang melakukan integrasi horizontal dapat memperluas pasar, fasilitas produksi
maupun teknologi, melalui pengembangan
internal maupun eksternal melalui akuisisi, joint
venture dengan perusahaan lain dalam industri
yang sama.
Berdasarkan analisis tersebut maka apabila
sentra-sentra UKM yang berada dilokasi
penelitian dijadikan rintisan kampung teknologi,
maka harus melakukan pengembangan internal
dan eksternal melalui:
a. Membentuk sentra-sentra sejenis disetiap kelurahan
b. Membentuk asosiasi/ kelompok usaha c. Meningkatkan produktivitas d. Melakukan diversifikasi produk e. Meningkatkan keahlian pengrajin tentang
bahan baku dan proses produksi
f. Modernisasi mesin peralatan pengolahan produk
g. Memberdayakan dinas/ instansi terkait dan tenaga ahli untuk meningkatkan SDM
h. Menggali potensi daerah/Kelurahan i. Meningkatkan dan menciptakan potensi
wisata belanja
j. Meningkatkan pangsa pasar
Strategi yang diterapkan sebenarnya juga
merupakan hasil dari analisis SWOT secara
keseluruhan, yang mana ada beberapa strategi
yang dimungkinkan untuk diterapkan. Dalam hal
ini Strategi yang diterapkan adalah Strategi S-O (Strenght-opportunity).
2.Potensi Rintisan Kampung Teknologi
Perancangan kampung teknologi dibuat
berjenjang, yaitu empat kawasan utama
kemudian setiap kawasan tersebut mempunyai
tata ruang tersendiri sesuai fungsi dan
kegiatannya. Secara ringkat perancangan
kampung teknologi dapat dihat pada tabel :9
Tabel 9
Perancangan Tata Ruang Kampung
Teknologi Kawasan
Agrotechnopark Kawasan
Technopark Kawasan Ecopark
1. Zona Pelayanan 2. Zona R &D 3. Zona Diklat 4. Zona
Pengolahan Pasca Panen 5. Zona
Peternakan 6. Zona Perikanan 7. Zona
Pengomposan
1. Zona
Technopark Center 2. Zona Pabrik
Gula Mini 3. Zona
Agroindustri 4. Zona manufacturing, otomotif,
1. Zona
Penerimaan wisata 2. Zona Belajar
dan informasi Teknologi 3. Zona wisata
seminar 4. Zona Permainan 5. Zona Piknik 6. Zona agrowisata
Kawasan
Agrotechnopark
Kawasan
Technopark
Kawasan
Ecopark
8. Zona budidaya pertanian 9. Zona
Pendukung
teknologi
tepat guna 5. Zona Pendidikan
Latihan
7. Zona Sekolah
alam 8. Zona Wisata Belanjar dan
Kuliner 9. Zona Pendukung
Sumber: Design & Blok Plan Kampung Teknologi, 2007
Dengan demikian wilayah Kecamatan
Gunungpati dapat dirintis sebagai Kampung
Teknologi karena memenuhi 3 kawasan
Kampung Teknologi yaitu:
1. Kawasan Agrotechnopark (Kawasan bidang
hayati)
2. Kawasan Ecopark (Kawasan wisata)
3. Kawasan Technopark (Kawasan bidaang non
hayati)
Kawasan Agrotechnopark merupakan
kawasan percontohan dan percepatan alih
teknologi yang dapat memfasilitasi upaya
peningkatan produktivitas dan nilai tambah
produk pertanian. Kegiatan utama yang
dijalankan adalah kegiatan produksi pertanian
dalam arti luas yaitu: penelitian, alih teknologi,
ekspose teknologi, diklat serta kerjasama bisnis
hasil penelitian dan pengembangan pertanian.
Kawasan Ecopark memadukan konsep
pendidikan teknologi dan pariwisata.
Pengungjung diharapkan dapat berekreasi
dengan nyaman sambil belajar ilmu pengetahuan
dan lingkungan. Kegiatan utama yang dijalankan
adalah jasa pariwisata berbasis teknologi dan
lingkungan.
Kawasan Technopark merupakan kawasan
percontohan dan percepatan alih teknologi yang
dapat memfasilitasi peningkatan produktifitas
dan nilai tambah produk industri kerajinan.
Kegiatan utama yang dijalankan adalah kegiatan
produksi industri kerajinan, penelitian, alih
teknoloi, ekspose teknologi, pendidikan dan
pelatihan serta kerjasama bisnis hasil penelitian
dan pengembangan industri kerajinan.
3. Kampung Teknologi
Dengan adanya potensi rintian kampung
teknologi, tentunya langkah selanjutnya yang
sangat diharapkan adalah terwujudnya Kampung
Teknologi. Seperti yang telah dilakukan di
Kabupaten Jepara ada beberapa hal yang masih
perlu diperhatikan dalam penataan dan
pengembangan kawasan Kampung Teknologi
adalah :
a. Pemetaan Zona AgroEcopark. b. Study kelayakan ekonomi (termasuk
aspek teknis) dan kajian dampak sosial
yang skopenya Jepara serta kelayakan
lingkungan (AMDAL).
c. Rancang bangun kawasan d. Review Tata Ruang Kabupaten (RDTRK)
-
Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi
Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)
28
e. Manajemen plan, yang meliputi: Masterplan, Detail Engineering Design,
action plan dan Road map.
Kesimpulan dan Rekomendasi
A. Kesimpulan Kampung Teknologi dapat dirintis, dengan
terlebih dahulu menetapkan wilayah yang
berpotensi untuk dibangun Kampung Teknologi.
Agar mendukung wilayah tersebut,
masyarakatnya perlu diberdayakan terlebih
dahulu khususnya dalam bidang ekonominya.
Diharapkan dengan adanya pemberdayaan
ekonomi tersebut, akan memudahkan
masyarakat sekitarnya khususnya pelaku
usahanya menerima transfer teknologi dan
mudah untuk memanfaatkan teknologi pada
Kampung Teknologi yang akan dibangun.
Keberadaan wilayah yang berpotensi untuk
dirintis menjadi kawasan Kampung Teknologi
memudahkan terwujudnya pembangunan
Kampung Teknologi. Hasil temuan di lapangan
penelitian menunjukkan:
1. Berdasarkan Analisis SWOT yang dibuat, untuk melakukan pemberdayaan kepada
masyarakat khususnya pelaku usaha,
strategi yang bisa digunakan melalui
integrasi horizontal. Artinya pelaku usaha
dapat digali potensinya dengan cara
memperluas kegiatan lini produk yang
tujuannya untuk meningkatkan jenis produk
dan jasa. Pemberdayaan pelaku usaha
melalui integrasi horizontal ini dapat
dilakukan dengan: memperluas pasar,
memperluas fasilitas produksi maupun
teknologi, pengembangan internal maupun
eksternal, joint venture dengan pelaku
usaha lain dalam industri yang sama.
2. Wilayah Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai Kampung Teknologi karena
memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi
yaitu:
a. Kawasan agrotechnopark (kawasan bidang hayati)
b. Kawasan ecopark (kawasan wisata) c. Kawasan technopark (kawasan bidang
non hayati)
Di samping itu kawasan tersebut
merupakan kawasan yang sedang tumbuh
dan berkembang serta berpotensi untuk
pengembangan kawasan agropolitan.
3. Untuk mewujudkan Kampung Teknologi, maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi industri berbasis pedesaan untuk pengembangan pengetahuan
lokal, uji adaptasi teknologi hasil
penelitian, dan pengembangan yang
dilakukan lembaga litbang, perguruan
tinggi, serta pendidikan dan pelatihan.
b. Ada kawasan khusus yang dipilih untuk kampung teknologi dan diatur dengan
regulasi (perda). Hal ini untuk
menetapkan fungsi, transportasi, dan
perijinan.
c. Dalam implementasi teknologi perlu kerjasama antara pemda, lembaga
litbang, perguruan tinggi, swasta dan
masyarakat.
d. Perlu kajian dari berbagi aspek sehingga dapat dihasikan teknologi
spesifik yang mengarah pada teknologi
tepat guna.
4. Di Kabupaten Jepara arah Kampung Teknologi lebih ke kawasan industri,
sehingga untuk Kota Semarang bisa
menggunakan konsep yang berbeda. Dalam
hal ini dapat dibangun Kampung Teknologi
sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan
wilayah Kota Semarang serta berpotensi
sebagai wahana pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
B. Rekomendasi 1. Sektor UKM
a. Menggali potensi daerah dengan mengupayakan bahan baku dari daerah
setempat.
b. Meningkatkan produktivitas dengan mengembangkan keahlian SDM serta
penggunaan teknologi yang lebih maju.
c. Meningkatkan kualitas produk guna menunjang perluasan pangsa pasar.
2. Sektor Pemerintah a. Memfasilitasi upaya standarisasi produk
yang dihasilakan melalui kerjasama
dengan dinas/ instansi terkait.
b. Menjadi mediator dalam rangka menarik investor.
c. Memfasilitasi pengadaan mesin tepat guna.
d. Memfasilitasi pelaku usaha untuk memperoleh tambahan modal agar
usahanya lebih berkembang.
e. Melakukan kajian dan studi kelayakan sosial ekonomi (termasuk aspek
teknis) yang skopnya Kota Semarang
serta kelayakan lingkungan (AMDAL).
f. Membuat rancang bangun kawasan, review detail tataruang kota,
manajemen plan dan manajemen bisnis
dalam rangka kerjasama dan
pengelolaan kawasan.
g. Mengembangkan kawasan yang berorientasi pada kota dan desa
(kawasan agropolitan). Hal ini dapat
-
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29
29
dilakukan melalui pembangunan
ekonomi berbasis pertanian di kawasan
agribisnis, dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis.
3. Sektor Akademisi a. Melaksanakan KKN (Kuliah Kerja
Nyata) di wilayah Kecamatan
Gunungpati.
b. Mengadakan lomba teknologi untuk memperkaya khasanah teknologi di
kawasan yang dirintis sebagai Kampung
Teknologi.
c. Melakukan kajian dari berbagai aspek untuk mewujudkan Kampung
Teknologi di Kota Semarang.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Walikota Semarang dan Kepala Bappeda Kota
Semarang yang telah memberikan dana kegiatan
penelitian melalui Bidang Penelitian dan
Pengembangan Bappeda Kota Semarang tahun
2009.
DAFTAR PUSTAKA
Disnakertrans Kota Semarang, 2007, Dunia
Kerja Membutuhkan Pelatihan Khusus.
Djamhari, Choirul, 2006, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sentra UKM
Menjadi Kluster Dinamis. Infokop Nomor
29 Tahun XXII.
Rangkuti Freddy, 2008, Analisis SWOT :Teknik
Membedah Kasus Bisnis, Jakarta : PT
Gramedia.
Sasmita Karta, Ginanjar, Sebuah Telaah
Mengenai Konsep Pemberdayaan
Masyarakat, Pidato Kebudayaan
Disampaikan Pada Peringatan Hari Jadi
ke-28 Pusat Kesenian Jakarta- Taman
Ismail Marzuki Jakarta, 19 November
1996.
Wardoyo Paulus,1998, Manajemen Stratejik:
Konsep, Analisis, Formulasi, dan
Implementasi, BP-UNDIP.
Pemerintah Kota Semarang, Kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan Kota
Semarang.
Pemerintah Kota Semarang, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun
2005-2010.
Runtuk, Krisnanto Johan, 2006, Perencanaan
Jangka Menengah dan Pendek
Pengembangan Sentra Industri
Perdagangan di Wedoro.
SPAT-Sentral Pengembangan Agribisnis
Terpadu, Pusat Pengembangan Teknologi
Tepat Guna.
Sumodiningrat, Gunawan, Strategi Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah.
Yahya, Muh, Penerapan Teknologi Tepat Guna
Menjadi Pilar Dalam Pemberdayaan
Masyarakat.
.