Konsep Kampung Teknologi

download Konsep Kampung Teknologi

of 9

description

o

Transcript of Konsep Kampung Teknologi

  • Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21- 29

    *) Staf Pengajar Universitas Semarang

    KAJIAN POTENSI RINTISAN KAMPUNG TEKNOLOGI

    SEBAGAI WAHANA PEMBERDAYAAN EKONOMI

    MASYARAKAT KOTA SEMARANG

    Wyati Saddewisasi, Aprih Santoso, Teguh Ariefiantoro, Harini Tri Astuti*)

    Abstrak

    Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi rintisan Kampung Teknologi

    di Kota Semarang. Penelitian ini merupakan survei di wilayah Kecamatan Gunungpati. Responden dalam

    penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan Gunungpati dan perangkat kelurahan, serta pengusaha pada

    sentra kegiatan ekonomi produktif/ UKM yang terdapat di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Penentuan

    sampel pelaku usaha/ UKM dilakukan secara random dengan jumlah sampel 25 responden dimanfaatkan

    untuk mengetahui strategi pemberdayaan yang tepat bagi para pengusaha. Strategi pemberdayaan dirumuskan

    dengan mengunakan Analisis SWOT. Berdasarkan Analisis SWOT yang dibuat, untuk melakukan pemberdayaan

    kepada masyarakat khususnya pelaku usaha, strategi yang bisa digunakan melalui integrasi horizontal.

    Pemberdayaan pelaku usaha melalui integrasi horizontal ini dapat dilakukan dengan: memperluas pasar,

    memperluas fasilitas produksi maupun teknologi, pengembangan internal maupun eksternal, joint venture

    dengan pelaku usaha lain dalam industri yang sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Wilayah

    Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai kampung teknologi karena memenuhi 3 kawasan kampung

    teknologi yaitu: Kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati), Kawasan Ecopark (kawasan wisata),

    Kawasan Technopark (kawasan bidaang non hayati).

    Kata kunci: Kampung Teknologi, rintisan Kampung Teknologi, integrasi horisontal

    Latar Belakang

    Konsep dasar Kampung Teknologi adalah

    mendekatkan teknologi kepada masyarakat,

    sehingga istilah Kampung Teknologi lebih ke

    arah brand name, bukan dalam artian tatanan

    administrasi (desa), maka konsep

    pengembangan lebih ke arah kawasan. Kota

    Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa

    Tengah mempunyai fungsi sebagai pusat

    pemerintahan, perdagangan, kegiatan industri,

    transportasi, pendidikan, pariwisata dan

    pemukiman. Saat ini kota Semarang belum

    memiliki kampung teknologi maka diperlukan

    penelitian tentang potensi rintisan kampung

    teknologi.

    Secara konseptual pengertian kampung

    teknologi adalah kawasan untuk pengembangan

    sektor ekonomi strategis berbasis teknologi

    yang menyajikan, memperagakan dan

    menginformasikan teknologi terkini dari

    berbagai disiplin ilmu sebagai bentuk alih

    teknologi kepada masyarakat, maka daerah yang

    dipandang cocok oleh peneliti adalah di wilayah

    Kecamatan Gunungpati.

    Dipilihnya kecamatan Gunungpati karena

    memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi yaitu:

    1. Kawasan agrotechnopark (kawasan bidang hayati)

    2. Kawasan ecopark (kawasan wisata) 3. Kawasan technopark (kawasan bidang

    non hayati)

    Rencana pembangunan bidang pariwisata

    antara lain meliputi (Peta Kecamatan

    Gunungpati, 2009):

    1. Proyek pengembangan obyek wisata Goa Kreo

    2. Proyek pembangunan obyek wisata Waduk Jati Barang

    3. Sentra agropolitan 4. Proyek Pegembangan Combat Game di

    Tinjomoyo

    5. Proyek pujasera & open space di Banaran

    6. Sentra pasar buah.

    Pengembangan bidang wisata tersebut di

    atas bisa mencakup kawasan Agrotechnopark

    (kawasan bidang hayati), dan Kawasan Ecopark

    (kawasan wisata).

    Rencana pembangunan bidang ekonomi

    antara lain meliputi (Peta Kecamatan

    Gunungpati, 2009):

    1. Pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan

    2. Pembangunan Pusat Souvenir & Aneka Oleh-oleh Khas Gunungpati

    3. Pembangunan area pasar hewan 4. Pembangunan area pasar formal 5. Pembangunan kawasan penyebaran

    usaha mikro bidang gypsum

    Pembangunan bidang ekonomi tersebut di

    atas termasuk kawasan Technopark (kawasan

    bidang non hayati).

    Dalam upaya meningkatkan taraf hidup

    masyarakat Kota Semarang khususnya

    Kecamatan Gunungpati serta memanfaatkan

    situasi demografi dan geografis yang ada,

    keberadaan rintisan Kampung Teknologi

    berperan penting sebagai wahana

  • Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi

    Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi

    Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)

    22

    pemberdayaan ekonomi masyarakat. Rintisan

    Kampung Teknologi pada dasarnya adalah suatu

    upaya untuk mempelopori terbentuknya

    Kampung Teknologi. Agar potensi Kampung

    Teknologi dapat menjadi wahana pemberdayaan

    masyarakat, maka diperlukan strategi yang tepat

    di lingkungan Kampung Teknologi khususnya

    berbagai usaha UKM yang telah ada. Adapun

    UKM di Gunungpati antara lain: kelompok tani

    bidang pertanian dan peternakan yaitu: budidaya

    usaha durian dan rambutan, usaha sapi perah;

    usaha pengolahan pangan (usaha kolang-kaling,

    aneka kripik dan tape singkong); usaha kain

    perca; mebel; gypsum, dll. Semua UKM tersebut

    masih memerlukan pembinaan baik dari segi

    teknis/teknologi, ekonomi,dan sosial.

    Dengan demikian sebelum Kampung

    Teknologi diimplementasikan maka masyarakat

    wilayah setempat perlu diberdayakan. Hal ini

    diharapkan akan mempermudah terwujudnya

    rintisan Kampung Teknologi. Untuk dapat

    melaksanakan ini semua diperlukan pengkajian

    dari berbagai aspek.

    Dengan rintisan Kampung Teknologi maka

    diperlukan langkah-langkah strategis untuk

    mewujudkan Kampung Teknologi yang berbasis

    teknologi dan dilengkapi dengan fasilitas sarana

    prasarana dengan memanfaatkan teknologi.

    Teknologi yang dipakai atau dirancang

    diharapkan dapat diamati, dipelajari dan ditiru

    oleh masyarakat (teknologi tepat guna).

    Identifikasi dan Perumusan Masalah

    A. Identifikasi Masalah Kota Semarang belum memiliki Kampung

    Teknologi, oleh karena itu untuk membuatnya

    perlu adanya rintisan Kampung Teknologi. Agar

    rintisan Kampung Teknologi tersebut dapat

    terwujud, maka perlu dilakukan identifikasi

    pelaku usaha untuk pemberdayaan masyarakat

    di wilayah Kampung Teknologi yang akan

    dirintis tersebut.

    Kemampuan pelaku usaha di kawasan

    Kecamatan Gunungpati untuk mengakses dan

    mengaplikasikan teknologi tepat guna masih

    rendah karena tingkat pengetahuan dan

    pendidikan masih rendah. Pada umumnya usaha

    yang dilakukan adalah usaha mikro (skala rumah

    tangga) dan masih sebagai usaha sampingan

    karena pada umumnya masyarakat bermata

    pencaharian sebagai petani. Beberapa

    keterbatasan yang dimiliki antara lain

    penguasaan teknologi yang masih rendah,

    keterbatasan sumber modal dan akses

    pemasaran, kelemahan dalam organisasi dan

    manajemen. Oleh karena itu berbagai cara dan

    program untuk pengembangan usaha perlu

    ditingkatkan salah satunya melalui

    pemberdayaan masyarakat. Dengan

    pemberdayaan masyarakat maka kampung

    teknologi dapat dirintis. Adanya rintisan

    kampung teknologi, kegiatan produksi di

    kawasan Gunungpati akan mendapat perhatian,

    pembinaan dan stimulus yang lebih intensif dan

    diharapkan berpengaruh positif terhadap

    perkembangan ekonomi masyarakat.

    Keberadaan kegiatan produksi di suatu wilayah

    berpotensi untuk dirintis sebagai sentra-sentra

    teknologi. Pada sentra - sentra teknologi

    tersebut diharapkan dapat diterapkan teknologi.

    Apabila teknologi dapat diterapkan pada

    masyarakat, maka selanjutnya dapat di adopsi

    pada Kampung Teknologi.

    B. Perumusan Masalah Kajian ini diawali dengan mengetahui

    potensi pemberdayaan masyarakat agar dapat

    terwujud rintisan kampung teknologi. Oleh

    karena itu muncul pertanyaan penelitian : (1)

    Apakah masyarakat khususnya para pelaku

    usaha yang ada mampu diberdayakan di bidang

    ekonomi? (2) Apakah wilayah kecamatan

    Gunungpati mempunyai potensi untuk dirintis

    menjadi Kampung Teknologi?(3) Aspek-aspek

    apa saja yang harus dipenuhi untuk terwujudnya

    Kampung Teknologi?. Dengan demikian

    perumusan masalahnya adalah :: bagaimana

    merintis Kampung Teknologi sebagai wahana

    pemberdayaan ekonomi masyarakat.

    Berdasarkan permasalahan tersebut, maka judul

    penelitian yang diajukan adalah Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi Sebagai Wahana

    Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota

    Semarang.

    Tujuan dan Sasaran

    1. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk

    memperoleh gambaran tentang potensi rintisan

    Kampung Teknologi di Kota Semarang. Secara

    khusus penelitian ini bertujuan untuk

    mendiskripsikan tentang: pemberdayaan

    ekonomi, potensi wilayah untuk dirintis menjadi

    Kampung Teknologi dan aspek-aspek yang

    harus dipenuhi untuk mewujudkan Kampung

    Teknologi di wilayah Kecamatan Gunungpati.

    2. Sasaran Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran

    adalah Kawasan Kota Semarang yaitu wilayah

    Kecamatan Gunungpati yang memenuhi 3

    kawasan, meliputi: kawasan Agrotechnopark

    (kawasan bidang hayati), Technopark (kawasan

    bidang non hayati), serta Kawasan Ecopark

    (kawasan wisata).

    Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi

    hasil sebagai berikut:

    1. Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan

  • Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29

    23

    dalam memberdayakan ekonomi

    masyarakat guna mewujudkan rintisan

    Kampung Teknologi.

    2. Dengan diketahui potensi rintisan Kampung Teknologi maka dapat digunakan

    untuk mewujudkan Kampung Teknologi.

    3. Untuk menambah perbendaharaan ilmiah dan sekaligus sebagai sumbangan

    pemikiran guna menunjang penelitian

    selanjutnya terutama yang berkaitan dengan

    studi kelayakan (feasibility study) Kampung

    Teknologi.

    Ruang Lingkup

    Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang

    terkait dengan pemberdayaan ekonomi

    masyarakat khususnya pelaku usaha UKM dan

    potensi rintisan guna mewujudkan Kampung

    Teknologi di wilayah Kecamatan Gunungpati.

    Metodologi Penelitian

    A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan survei di wilayah

    kecamatan Gunungpati. Responden dalam

    penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan

    Gunungpati dan perangkat kelurahan, serta

    pelaku usaha pada sentra kegiatan ekonomi

    produktif/ UKM yang terdapat di Kecamatan

    Gunungpati Kota Semarang. Pemilihan

    Kecamatan Gunungpati sebagai lokasi penelitian

    ditentukan berdasarkan pertimbangan 3

    kawasan kampung teknologi yaitu:

    1. Kawasan Agrotechnopark (kawasan bidang hayati)

    2. Kawasan Ecopark (kawasan wisata) 3. Kawasan Technopark (kawasan bidang

    non hayati)

    Penentuan sampel pelaku usaha/ UKM

    dilakukan secara random dengan jumlah sampel

    25 responden. Jumlah tersebut digunakan untuk

    mendukung analisis strategi pemberdayaan

    ekonomi masyarakat.

    B. Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

    mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang

    berperan sebagai wahana pemberdayaan

    ekonomi masyarakat dan faktor-faktor tersebut

    selanjutnya dianalisis dengan SWOT. (2)

    Melakukan studi banding dan telaah pustaka

    sebagai acuan dalam merintis Kampung

    Teknologi. (3) Menganalisis potensi wilayah

    dalam merintis Kampung Teknologi untuk

    mewujudkan Kampung Teknologi.

    C. Teknik Pengumpulan Data Langkah awal dari penelitian ini adalah

    melakukan studi banding ke Kabupaten Jepara

    yang telah memiliki rintisan Kampung

    Teknologi. Selanjutnya diadakan FGD (Focus

    Gruop Discusion) pada stakeholder di wilayah

    penelitian untuk mencari kekuatan, kelemahan,

    peluang dan ancaman mengenai faktor-faktor

    strategis yang ada pada masyarakat (para pelaku

    usaha/UKM). Dengan bantuan kuesioner

    dikumpulkan data primer melalui wawancara

    baik dari stakeholder maupun pelaku usaha/

    UKM. Sebelum data primer terkumpul terlebih

    dahulu dihimpun data sekunder yang berupa

    monografi, peta wilayah dan rencana

    pembangun wilayah kecamatan Gunungpati

    serta data lain yang terkait dengan penelitian ini.

    D. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara

    diskriptif, kuantitatif dan SWOT. Analisis data

    secara diskriptif untuk menggambarkan

    bagaimana merintis Kampung Teknologi.

    Analisis kuantitatif, yaitu dengan frekuensi dan

    rata-rata digunakan untuk mendiskripsikan

    potensi pemberdayaan ekonomi masyarakat.

    Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui

    posisi dan strategi yang harus diambil dalam

    rangka memberdayakan masyarakat khususnya

    pelaku usaha/ UKM.

    Pembahasan

    1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

    Dalam rangka mempermudah menerima

    alih teknologi, maka masyarakat wilayah

    lingkungan rintisan Kampung Teknologi perlu

    diberdayakan. Pemberdayaan tersebut

    dimaksudkan untuk meningkatkan harkat dan

    martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi

    sekarang tidak mampu melepaskan diri dari

    perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

    Penelitian ini baru merupakan rintisan

    mendirikan kampung teknologi di satu kawasan.

    Oleh karena itu setelah diketahui potensi yang

    ada, kawasan yang dipilih sebagai Kampung

    Teknologi adalah Kecamatan Gunungpati.

    Selanjutnya untuk mengetahui potensi

    pemberdayaan masyarakat di Gunungpati pelu

    dilakukan kajian dengan menggunakan data

    primer. Adapun responden yang digunakan

    mewakili unsur hayati (Agrotechnopark), dan non

    hayati (Technopark). Unsur hayati yang diambil

    adalah pelaku usaha bidang pertanian dan

    pengolahan paska panen, yaitu: petani durian

    dan rambutan, peternak sapi perah, pengusaha

    kolang-kaling, serta pengusaha aneka kripik.

    Unsur non hayati terdiri dari pengusaha kain

    perca dan mebel. Sedangkan untuk kawasan

    wisata (Ecopark) sudah tersaji dalam

    pembangunan wisata Gunungpati (peta potensi

    wisata Gungungpati terlampir). Adapun

    karakteristik responden hayati dan non hayati

    adalah sebagai berikut:

    a. Karakteristik Responden

    Penelitian ini menggunakan responden

    pengusaha yang berada pada 4 kelurahan di

    Kecamatan Gunungpati. Kelurahan tersebut

  • Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi

    Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi

    Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)

    24

    adalah Pakintelan, Mangunsari, Jatirejo dan

    Nongkosawit. Dipilih empat kelurahan sebagai

    obyek penelitian karena pada kelurahan

    tersebut terdapat kelompok tani dan kelompok

    tani ternak serta sentra-sentra usaha kecil dan

    menengah (UKM). Di kelurahan Pakintelan

    terdapat sentra UKM aneka keripik, di

    Kelurahan Mangunsari terdapat kelompok tani

    budidaya buah durian dan rambutan serta UKM

    jasa dan kain perca, di Kelurahan Jatirejo

    terdapat sentra UKM kolang-kaling dan di

    Kelurahan Nongkosawit terdapat kelompok

    tani ternak sapi perah dan sentra UKM mebel.

    Dalam penelitian ini yang dijadikan

    responden sebanyak 25 orang pengusaha, yang

    terdiri dari 15 orang atau 60% laki-laki dan 10

    orang atau 40 % perempuan. Secara rinci dapat

    dilihat dalam tabel 1.

    Tabel 1

    Jumlah Responden Menurut

    Jenis Kelamin

    Jenis Kelamin Responden

    Jumlah %

    Laki laki 15 60

    Perempuan 10 40

    25 100

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat

    dilihat bahwa responden perempuan sebanyak

    10 orang (40 %), dengan jenis usaha yang

    memang cocok dengan kemampuan dan usaha

    mereka, yang mana untuk perempuan

    menjalankan usaha aneka keripik, kolangkaling. sedangkan bagi yang laki-laki sebanyak 15 orang

    (60%) lebih cenderung mendalami usaha di

    bidang pertanian-peternakan, pengolahan

    kolang-kaling dan pengolahan kayu (mebel).

    Untuk usia responden dibagi kedalam

    kelompok usia produktif dan tidak produktif.

    Dalam hal ini usia produktif bisa dikatakan juga

    sebagai usia kerja yaitu usia antara 17 tahun

    sampai 65 tahun. Semua responden baik laki-laki

    maupun perempuan masih termasuk dalam usia

    produktif, karena berdasarkan data di lapangan

    rata-rata masih berusia antara 38 tahun sampai

    56 tahun sehingga bisa dikatakan bahwa para

    pengusaha ini masih memiliki semangat kerja

    yang tinggi untuk menjalankan usahanya dan

    dimungkinkan juga untuk dilakukan

    pengembangan terhadap usaha mereka.

    Jenis usaha yang dijalankan responden

    dapat dilihat pada tabel : 2 dibagi dalam 2

    kategori yaitu usaha pertanian, jasa serta usaha

    home industri.

    Tabel 2

    Jenis Usaha Responden

    Jenis

    Kelamin

    Jenis Usaha Total

    Responden

    Jasa, pertanian,

    peternakan

    Home Industri

    Jml % Jml % Jml %

    Laki laki 8 32 7 28 15 60

    Perempuan 1 4 9 36 10 40

    Jumlah Keseluruhan

    9 36 16 64 25 100

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Dari tabel: 2 dapat dilihat bahwa responden

    yang menekuni jenis usaha home industri

    sebanyak 16 orang atau 64% yang terdiri dari

    laki-laki sebanyak 7 orang atau 28% dan

    perempuan sebanyak 9 orang atau 36%. Usaha

    home industri disini meliputi: pembuatan aneka

    keripik, pengolahan kolang-kaling, serta

    pengolahan kayu (mebel). Home industri

    memiliki prosentase yang besar dimungkinkan

    karena beberapa faktor, yaitu: pengetahuan

    pengrajin tentang teknologi masih tradisional

    disebabkan keahlian yang turun temurun,

    tingkat pendidikan rendah serta modal yang

    sangat terbatas. Sedangkan yang menekuni

    usaha jasa hanya 1 orang atau 6% , bidang

    pertanian dan peternakan sebanyak 8 orang

    (32%). Usaha jasa yang ditekuni adalah pengepul

    kain perca (kain sisa). Usaha ini hanya dilakukan

    oleh satu orang saja dikarenakan membutuhkan

    modal yang besar (kain sisa sebagian besar

    impor dari negara lain dan sebagian kecil dari

    lokal), namun demikian kain-kain perca tersebut

    didistribusikan ke daerah-daerah lain untuk

    dibuat menjadi sesuatu yang memiliki nilai

    ekonomis yang lebih tinggi (keset maupun

    pakaian) sehingga usaha ini juga menuntut

    keberanian dan daya kreatifitas yang tinggi.

    Sedangkan bidang pertanian-peternakan

    meliputi usaha budidaya buah rambutan, durian

    serta usaha ternak sapi perah.

    Tabel 3

    Lama Usaha Responden

    Jenis Kelamin

    Lama Usaha

    Total Responden

    Cukup lama

    (10Th-

    15Th)

    Lama

    (Diatas 15 Th)

    Jumlah % Jumlah % Jumlah %

    Laki laki 13 52 2 8 15 60

    Perempuan 9 36 1 4 10 40

    Jumlah

    Keseluruhan 22 88 3 12 25 100

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Berdasarkan lama usaha, sebagian besar

    responden (sebanyak 22 orang atau 88%) yang

    terdiri dari 13 orang laki-laki atau 52% dan 9

    orang perempuan atau 36% sudah menjalankan

    usaha dalam waktu yang cukup lama yaitu

  • Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29

    25

    antara 10-15 tahun, sedangkan yang

    menjalankan usaha dalam waktu yang lama

    sebanyak 3 orang atau 12% yang terdiri dari 2

    orang laki-laki atau 8% dan 1 orang perempuan

    atau 4%. Dengan kondisi ini dapat dikatakan

    bahwa keahlian mereka dalam bidang usahanya

    sudah tidak diragukan lagi, namun yang perlu

    ditekankan disini adalah apakah keahlian mereka

    tersebut masih bisa diandalkan dengan kondisi

    saat ini yang menuntut banyak hal seperti:

    kualitas, harga, dan pemasaran yang baik.

    Tabel 4

    Tingkat Pendidikan Responden

    Jenis Kelamin

    Tingkat Pendidikan Total

    Responden SD SMP SMA

    Jml % Jml % Jml % Jml %

    Laki laki 10 40 2 8 3 12 15 60

    Perempuan 10 40 0 0 0 0 10 40

    Jumlah Keseluruhan

    20 80 2 8 3 12 25 100

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian

    besar responden (sebanyak 20 orang atau 80%)

    memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu

    SD. Berdasarkan data di lapangan, responden

    yang tidak dapat menyelesaikan tingkat

    pendidikan SD memiliki pola pikir yang sangat

    sederhana yaitu: hidup sederhana dan yang

    terpenting adalah kebutuhan minimal sehari-hari

    sudah dapat dipenuhi. Dengan kondisi ini

    tentunya diperlukan upaya agar mereka mampu

    merubah pola pikir dan kemampuan untuk

    meningkatakan taraf hidupnya kearah yang lebih

    baik. Sisanya sebanyak 2 responden atau 8%

    yang memiliki tingkat pendidikan SMP dan SMA.

    Dilihat dari pembiayaan usaha atau sumber

    modal, sebanyak 6 orang (24%), orang

    menggunakan modal pinjaman untuk

    mengembangkan usahanya, yaitu pelaku usaha

    aneka keripik 1 orang, kolang-kaling 1 orang

    dan ternak sapi perah sebanyak 4 orang. Sisanya

    yaitu 19 orang (76%) masih menggunakan modal

    sendiri. Sumber pembiayaan berasal dari

    perbankan dan koperasi simpan pinjam. Untuk

    lebih jelaskan sumber modal dapat dilihat pada

    tabel : 5.

    Tabel 5

    Sumber Modal Usaha Responden

    Jenis Kelamin

    Sumber Modal Total Responden Sendiri Pinjaman

    Jml % Jml % Jml %

    Laki laki 10 40 5 20 15 60

    Perempuan 9 36 1 4 10 40

    Jumlah Keseluruhan

    19 76 6 24 25 100

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Hasil wawancara dengan responden

    sebanyak 24 orang (96%) memasarkan hasil

    usahanya masih secara regional yaitu dipasarkan

    di Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan

    Kabupaten Kendal. Hanya 1 orang (4%) yang

    dapat memasarkan secara nasional yaitu ke luar

    propinsi yaitu di daerah Jawa Timur (tabel :6).

    Tabel 6

    Wilayah Pemasaran Hasil Usaha

    Responden

    Jenis Kelamin

    Wilayah Pemasaran Total

    Responden Regional Nasional

    Jml % Jml % Jml %

    Laki laki 14 56 1 4 15 60

    Perempuan 10 40 0 0 10 40

    Jumlah

    Keseluruhan 24 96 1 4 25 100

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    b. Analisis SWOT sebagai alat

    Formulasi Strategi

    Untuk melakukan analisis SWOT diawali

    dengan menganalisis faktor-faktor strategis

    UKM (kekuatan, kelemahan, peluang dan

    ancaman) pada kondisi saat ini. Adapun

    kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor

    internal serta peluang dan ancaman dari UKM

    yang berada di daerah penelitian meliputi:

    Kekuatan :

    1. Sudah terbentuk usaha-usaha kecil yang menghasilkan berbagai produk

    2. Bahan baku melimpah 3. Bahan baku lokal bermutu baik 4. Infrastruktur (transportasi, listrik, air bersih

    dran telekomunikasi) sudah cukup baik

    5. Jumlah SDM banyak 6. Pengalaman usaha cukup lama 7. Biaya produksi rendah

    Kelemahan:

    1. Bahan baku produk dari luar daerah harganya mahal

    2. Pengetahuan pengrajin tentang teknologi masih tradisional (turun temurun)

    3. Keahlian diversifikasi produk kurang 4. Modal terbatas 5. Daerah pemasaran produk masih terbatas 6. Belum terbentuk kelompok/ asosiasi usaha 7. Teknologi dan peralatan sederhana 8. Tingkat pendidikan rendah

    Peluang:

    1. Permintaan akan produk tinggi 2. Pangsa pasar untuk produk terbuka luas 3. Mesin/peralatan modern untuk produksi

    banyak tersedia di pasaran

    4. Tersedianya lembaga keuangan bank dan non bank yang mendukung permodalan

    (BUMN melalui program CSR, dana

    bergulir dari instansi terkait)

    5. Adanya sistem pemasaran modern (e-businnes, TI)

    6. Adanya dukungan Kebijakan Industri dari pemerintah baik nasional maupun regional

    (termasuk pemda)

  • Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi

    Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi

    Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)

    26

    7. Jaringan infrastruktur yang cukup memadai (jalan,listrik, air bersih dan tekomunikasi)

    8. Tersedianya banyak tenaga ahli

    Ancaman:

    1. Potensi bahan baku lokal (fieldspar) dimanfaatkan (dipakai) sentra daerah lain

    2. Tuntutan masyarakat atas hasil produksi yang bermutu

    3. Persaingan harga dan kualitas makin tinggi 4. Tawaran pekerjaan diluar daerah lebih

    menjanjikan

    5. Harga bahan pendukung tidak stabil Dari hasil temuan di lapangan secara umum

    kekuatan dan kelemahan yang ada memiliki

    bobot dan rating seperti pada tabel :7

    Tabel 7

    Analisis Faktor Internal (IFAS)

    Strength (Kekuatan) Bobot Rating

    Bobot

    x Rating

    1 Sudah terbentuk usaha-

    usaha kecil yang menghasilkan berbagai produk

    0.09 3 0.27

    2 Bahan baku melimpah 0.09 3 0.27

    3 Bahan baku lokal

    bermutu baik 0.09 3 0.27

    4 Infrastruktur (transportasi, listrik, air

    bersih dan telekomunikasi) sudah cukup baik

    0.11 4 0.44

    5 Jumlah SDM banyak 0.06 2 0.12

    6 Pengalaman Usaha

    cukup lama 0.09 3 0.27

    7 Biaya produksi rendah 0.06 2 0.12

    Weaknesses (Kelemahan)

    1 Bahan baku produk dari luar daerah harga

    mahal

    0.05 2 0.10

    2 Pengetahuan pengrajin

    tentang teknologi masih tradisional (turun-temurun)

    0.03

    1 0.03

    3 Keahlian diversifikasi produk kurang

    0.05 2 0.10

    4 Modal terbatas 0.07 3 0.21

    5 Daerah Pemasaran

    produk masih terbatas

    0.07 3 0.21

    6 Belum terbentuk

    kelompok/asosiasi usaha

    0.06

    2 0.12

    7 Teknologi dan

    peralatan sederhana

    0.04 2 0.08

    8 Tingkat pendidikan rendah

    0.03 1 0.03

    Total 1 2.64

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Hasil temuan di lapangan secara umum

    terhadap peluang dan ancaman yang ada

    memiliki bobot dan rating sebagai berikut-

    (tabel :8)

    Tabel 8

    Analisis Faktor Eksternal (EFAS)

    Opportunity (Peluang) Bobot Rating Bobot

    x Rating

    1 Permintaan akan produk tinggi

    0.11 4 0.44

    2 Pangsa pasar untuk produk terbuka luas

    0.11 4 0.44

    3 Mesin-peralatan modern untuk produksi banyak tersedia di pasaran

    0.09 3 0.27

    4 Tersedianya lembaga keuangan bank dan non

    bank yang mendukung permodalan (BUMN melalui program CSR,

    dana bergulir dari instansi terkait)

    0.09 3 0.27

    5 Adanya sistem

    pemasaran modern (e-businnes, TI)

    0.04 1 0.04

    6 Adanya dukungan

    Kebijakan Industri dari pemerintah baik nasional maupun

    regional (termasuk pemda)

    0.06 2 0.12

    7 Jaringan infrastruktur

    yang cukup memadai (jalan, listrik, air bersih dan telekomunikasi)

    0.11 4 0.44

    8 Tersedianya banyak tenaga ahli

    0.06 2 0.12

    Threat (Ancaman)

    1 Potensi bahan baku lokal (fieldspar)

    dimanfaatkan (dipakai) sentra daerah lain

    0.06 2 0.12

    2 Tuntutan masyarakat

    atas hasil produksi yang bermutu

    0.06 2 0.12

    3 Persaingan harga dan

    kualitas makin tinggi 0.05 2 0.10

    4 Tawaran pekerjaan

    diluar daerah lebih menjanjikan

    0.08 3 0.24

    5 Harga bahan

    pendukung tidak stabil 0.06 2 0.12

    Total 1 2.84

    Sumber: Data primer yang sudah diolah

    Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS di atas

    dapat ditentukan posisi perusahaan didasarkan

    pada analisis total skor faktor internal dan

    faktor eksternal dengan menggunakan model

    Internal-Eksternal Matrik (Wheelen, 1995

    dalam Freddy Rangkuti). Hasil temuan

    dilapangan menunjukkan Internal-Eksternal

    Matrik, dengan nilai total skor IFAS = 2,64 dan

    EFAS = 2,84 tampak bahwa strategi yang sesuai

    bagi UKM di Gunungpati adalah pertumbuhan

    melaui integrasi horizontal. Artinya UKM masih bisa tumbuh dengan cara memperluas kegiatan

    lini produk yang tujuannya untuk meningkatkan

    jenis produk dan jasa. UKM yang melakukan

  • Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29

    27

    integrasi horizontal ini dapat memperluas pasar,

    fasilitas produksi maupun teknologi, melalui

    pengembangan internal maupun eksternal

    melalui joint venture dengan UKM lain dalam

    industri yang sama. Hal ini sejalan dengan yang

    dikemukakan Freddy Rangkuti (2008), bahwa

    perusahaan yang melakukan integrasi horizontal dapat memperluas pasar, fasilitas produksi

    maupun teknologi, melalui pengembangan

    internal maupun eksternal melalui akuisisi, joint

    venture dengan perusahaan lain dalam industri

    yang sama.

    Berdasarkan analisis tersebut maka apabila

    sentra-sentra UKM yang berada dilokasi

    penelitian dijadikan rintisan kampung teknologi,

    maka harus melakukan pengembangan internal

    dan eksternal melalui:

    a. Membentuk sentra-sentra sejenis disetiap kelurahan

    b. Membentuk asosiasi/ kelompok usaha c. Meningkatkan produktivitas d. Melakukan diversifikasi produk e. Meningkatkan keahlian pengrajin tentang

    bahan baku dan proses produksi

    f. Modernisasi mesin peralatan pengolahan produk

    g. Memberdayakan dinas/ instansi terkait dan tenaga ahli untuk meningkatkan SDM

    h. Menggali potensi daerah/Kelurahan i. Meningkatkan dan menciptakan potensi

    wisata belanja

    j. Meningkatkan pangsa pasar

    Strategi yang diterapkan sebenarnya juga

    merupakan hasil dari analisis SWOT secara

    keseluruhan, yang mana ada beberapa strategi

    yang dimungkinkan untuk diterapkan. Dalam hal

    ini Strategi yang diterapkan adalah Strategi S-O (Strenght-opportunity).

    2.Potensi Rintisan Kampung Teknologi

    Perancangan kampung teknologi dibuat

    berjenjang, yaitu empat kawasan utama

    kemudian setiap kawasan tersebut mempunyai

    tata ruang tersendiri sesuai fungsi dan

    kegiatannya. Secara ringkat perancangan

    kampung teknologi dapat dihat pada tabel :9

    Tabel 9

    Perancangan Tata Ruang Kampung

    Teknologi Kawasan

    Agrotechnopark Kawasan

    Technopark Kawasan Ecopark

    1. Zona Pelayanan 2. Zona R &D 3. Zona Diklat 4. Zona

    Pengolahan Pasca Panen 5. Zona

    Peternakan 6. Zona Perikanan 7. Zona

    Pengomposan

    1. Zona

    Technopark Center 2. Zona Pabrik

    Gula Mini 3. Zona

    Agroindustri 4. Zona manufacturing, otomotif,

    1. Zona

    Penerimaan wisata 2. Zona Belajar

    dan informasi Teknologi 3. Zona wisata

    seminar 4. Zona Permainan 5. Zona Piknik 6. Zona agrowisata

    Kawasan

    Agrotechnopark

    Kawasan

    Technopark

    Kawasan

    Ecopark

    8. Zona budidaya pertanian 9. Zona

    Pendukung

    teknologi

    tepat guna 5. Zona Pendidikan

    Latihan

    7. Zona Sekolah

    alam 8. Zona Wisata Belanjar dan

    Kuliner 9. Zona Pendukung

    Sumber: Design & Blok Plan Kampung Teknologi, 2007

    Dengan demikian wilayah Kecamatan

    Gunungpati dapat dirintis sebagai Kampung

    Teknologi karena memenuhi 3 kawasan

    Kampung Teknologi yaitu:

    1. Kawasan Agrotechnopark (Kawasan bidang

    hayati)

    2. Kawasan Ecopark (Kawasan wisata)

    3. Kawasan Technopark (Kawasan bidaang non

    hayati)

    Kawasan Agrotechnopark merupakan

    kawasan percontohan dan percepatan alih

    teknologi yang dapat memfasilitasi upaya

    peningkatan produktivitas dan nilai tambah

    produk pertanian. Kegiatan utama yang

    dijalankan adalah kegiatan produksi pertanian

    dalam arti luas yaitu: penelitian, alih teknologi,

    ekspose teknologi, diklat serta kerjasama bisnis

    hasil penelitian dan pengembangan pertanian.

    Kawasan Ecopark memadukan konsep

    pendidikan teknologi dan pariwisata.

    Pengungjung diharapkan dapat berekreasi

    dengan nyaman sambil belajar ilmu pengetahuan

    dan lingkungan. Kegiatan utama yang dijalankan

    adalah jasa pariwisata berbasis teknologi dan

    lingkungan.

    Kawasan Technopark merupakan kawasan

    percontohan dan percepatan alih teknologi yang

    dapat memfasilitasi peningkatan produktifitas

    dan nilai tambah produk industri kerajinan.

    Kegiatan utama yang dijalankan adalah kegiatan

    produksi industri kerajinan, penelitian, alih

    teknoloi, ekspose teknologi, pendidikan dan

    pelatihan serta kerjasama bisnis hasil penelitian

    dan pengembangan industri kerajinan.

    3. Kampung Teknologi

    Dengan adanya potensi rintian kampung

    teknologi, tentunya langkah selanjutnya yang

    sangat diharapkan adalah terwujudnya Kampung

    Teknologi. Seperti yang telah dilakukan di

    Kabupaten Jepara ada beberapa hal yang masih

    perlu diperhatikan dalam penataan dan

    pengembangan kawasan Kampung Teknologi

    adalah :

    a. Pemetaan Zona AgroEcopark. b. Study kelayakan ekonomi (termasuk

    aspek teknis) dan kajian dampak sosial

    yang skopenya Jepara serta kelayakan

    lingkungan (AMDAL).

    c. Rancang bangun kawasan d. Review Tata Ruang Kabupaten (RDTRK)

  • Kajian Potensi Rintisan Kampung Teknologi

    Sebagai Wahana Pemberdayaan Ekonomi

    Masyarakat Kota Semarang (Wyati Saddewisasi, dkk)

    28

    e. Manajemen plan, yang meliputi: Masterplan, Detail Engineering Design,

    action plan dan Road map.

    Kesimpulan dan Rekomendasi

    A. Kesimpulan Kampung Teknologi dapat dirintis, dengan

    terlebih dahulu menetapkan wilayah yang

    berpotensi untuk dibangun Kampung Teknologi.

    Agar mendukung wilayah tersebut,

    masyarakatnya perlu diberdayakan terlebih

    dahulu khususnya dalam bidang ekonominya.

    Diharapkan dengan adanya pemberdayaan

    ekonomi tersebut, akan memudahkan

    masyarakat sekitarnya khususnya pelaku

    usahanya menerima transfer teknologi dan

    mudah untuk memanfaatkan teknologi pada

    Kampung Teknologi yang akan dibangun.

    Keberadaan wilayah yang berpotensi untuk

    dirintis menjadi kawasan Kampung Teknologi

    memudahkan terwujudnya pembangunan

    Kampung Teknologi. Hasil temuan di lapangan

    penelitian menunjukkan:

    1. Berdasarkan Analisis SWOT yang dibuat, untuk melakukan pemberdayaan kepada

    masyarakat khususnya pelaku usaha,

    strategi yang bisa digunakan melalui

    integrasi horizontal. Artinya pelaku usaha

    dapat digali potensinya dengan cara

    memperluas kegiatan lini produk yang

    tujuannya untuk meningkatkan jenis produk

    dan jasa. Pemberdayaan pelaku usaha

    melalui integrasi horizontal ini dapat

    dilakukan dengan: memperluas pasar,

    memperluas fasilitas produksi maupun

    teknologi, pengembangan internal maupun

    eksternal, joint venture dengan pelaku

    usaha lain dalam industri yang sama.

    2. Wilayah Kecamatan Gunungpati dapat dirintis sebagai Kampung Teknologi karena

    memenuhi 3 kawasan Kampung Teknologi

    yaitu:

    a. Kawasan agrotechnopark (kawasan bidang hayati)

    b. Kawasan ecopark (kawasan wisata) c. Kawasan technopark (kawasan bidang

    non hayati)

    Di samping itu kawasan tersebut

    merupakan kawasan yang sedang tumbuh

    dan berkembang serta berpotensi untuk

    pengembangan kawasan agropolitan.

    3. Untuk mewujudkan Kampung Teknologi, maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

    a. Identifikasi industri berbasis pedesaan untuk pengembangan pengetahuan

    lokal, uji adaptasi teknologi hasil

    penelitian, dan pengembangan yang

    dilakukan lembaga litbang, perguruan

    tinggi, serta pendidikan dan pelatihan.

    b. Ada kawasan khusus yang dipilih untuk kampung teknologi dan diatur dengan

    regulasi (perda). Hal ini untuk

    menetapkan fungsi, transportasi, dan

    perijinan.

    c. Dalam implementasi teknologi perlu kerjasama antara pemda, lembaga

    litbang, perguruan tinggi, swasta dan

    masyarakat.

    d. Perlu kajian dari berbagi aspek sehingga dapat dihasikan teknologi

    spesifik yang mengarah pada teknologi

    tepat guna.

    4. Di Kabupaten Jepara arah Kampung Teknologi lebih ke kawasan industri,

    sehingga untuk Kota Semarang bisa

    menggunakan konsep yang berbeda. Dalam

    hal ini dapat dibangun Kampung Teknologi

    sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan

    wilayah Kota Semarang serta berpotensi

    sebagai wahana pemberdayaan ekonomi

    masyarakat.

    B. Rekomendasi 1. Sektor UKM

    a. Menggali potensi daerah dengan mengupayakan bahan baku dari daerah

    setempat.

    b. Meningkatkan produktivitas dengan mengembangkan keahlian SDM serta

    penggunaan teknologi yang lebih maju.

    c. Meningkatkan kualitas produk guna menunjang perluasan pangsa pasar.

    2. Sektor Pemerintah a. Memfasilitasi upaya standarisasi produk

    yang dihasilakan melalui kerjasama

    dengan dinas/ instansi terkait.

    b. Menjadi mediator dalam rangka menarik investor.

    c. Memfasilitasi pengadaan mesin tepat guna.

    d. Memfasilitasi pelaku usaha untuk memperoleh tambahan modal agar

    usahanya lebih berkembang.

    e. Melakukan kajian dan studi kelayakan sosial ekonomi (termasuk aspek

    teknis) yang skopnya Kota Semarang

    serta kelayakan lingkungan (AMDAL).

    f. Membuat rancang bangun kawasan, review detail tataruang kota,

    manajemen plan dan manajemen bisnis

    dalam rangka kerjasama dan

    pengelolaan kawasan.

    g. Mengembangkan kawasan yang berorientasi pada kota dan desa

    (kawasan agropolitan). Hal ini dapat

  • Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 21 - 29

    29

    dilakukan melalui pembangunan

    ekonomi berbasis pertanian di kawasan

    agribisnis, dengan jalan mensinergikan

    berbagai potensi yang ada untuk

    mendorong berkembangnya sistem dan

    usaha agribisnis.

    3. Sektor Akademisi a. Melaksanakan KKN (Kuliah Kerja

    Nyata) di wilayah Kecamatan

    Gunungpati.

    b. Mengadakan lomba teknologi untuk memperkaya khasanah teknologi di

    kawasan yang dirintis sebagai Kampung

    Teknologi.

    c. Melakukan kajian dari berbagai aspek untuk mewujudkan Kampung

    Teknologi di Kota Semarang.

    Ucapan Terima Kasih

    Ucapan terima kasih disampaikan kepada

    Walikota Semarang dan Kepala Bappeda Kota

    Semarang yang telah memberikan dana kegiatan

    penelitian melalui Bidang Penelitian dan

    Pengembangan Bappeda Kota Semarang tahun

    2009.

    DAFTAR PUSTAKA

    Disnakertrans Kota Semarang, 2007, Dunia

    Kerja Membutuhkan Pelatihan Khusus.

    Djamhari, Choirul, 2006, Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Perkembangan Sentra UKM

    Menjadi Kluster Dinamis. Infokop Nomor

    29 Tahun XXII.

    Rangkuti Freddy, 2008, Analisis SWOT :Teknik

    Membedah Kasus Bisnis, Jakarta : PT

    Gramedia.

    Sasmita Karta, Ginanjar, Sebuah Telaah

    Mengenai Konsep Pemberdayaan

    Masyarakat, Pidato Kebudayaan

    Disampaikan Pada Peringatan Hari Jadi

    ke-28 Pusat Kesenian Jakarta- Taman

    Ismail Marzuki Jakarta, 19 November

    1996.

    Wardoyo Paulus,1998, Manajemen Stratejik:

    Konsep, Analisis, Formulasi, dan

    Implementasi, BP-UNDIP.

    Pemerintah Kota Semarang, Kebijakan

    Penanggulangan Kemiskinan Kota

    Semarang.

    Pemerintah Kota Semarang, Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Menengah

    Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun

    2005-2010.

    Runtuk, Krisnanto Johan, 2006, Perencanaan

    Jangka Menengah dan Pendek

    Pengembangan Sentra Industri

    Perdagangan di Wedoro.

    SPAT-Sentral Pengembangan Agribisnis

    Terpadu, Pusat Pengembangan Teknologi

    Tepat Guna.

    Sumodiningrat, Gunawan, Strategi Pemberdayaan

    Masyarakat Dalam Pelaksanaan Otonomi

    Daerah.

    Yahya, Muh, Penerapan Teknologi Tepat Guna

    Menjadi Pilar Dalam Pemberdayaan

    Masyarakat.

    .