Konsep Ilmu Dalam CTU

download Konsep Ilmu Dalam CTU

of 12

Transcript of Konsep Ilmu Dalam CTU

Islam dan Ilmu

ILMU DALAM PANDANGAN ISLAMUhar Suharsaputra 1. Apakah Ilmu itu ? Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian : Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

e is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of d English readers dictionary)

e is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment (Websters ew School and Office Dictionary) dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memangmengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu. 2. Kedudukan Ilmu Menurut IslamIlmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL quran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.

Didalam Al quran , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL quran sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri pentingdariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ; Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya: ALLah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan

ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang berimandan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasakepada ALLah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan fuirman ALLah:

a yang takut kepada allah diantara hamba hambanya hanyaklah ulama (orang ; (surat faatir:28) Disamping ayat ayat Quran yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, AL quran juga mendorong umat islam untuk berdoa agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam AL quran sursat Thaha ayayt 114 yang artinya dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan . dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya: bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu dari segummpal darah . Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala . Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui. Ayat ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .Di samping ayat ayat AL quran, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaamiu Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) :

Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim(hadis riwayat Baihaqi).

ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi muslim . sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena s apa yang dia tuntut (hadist riwayat Ibnu Abdil Bar). Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah, 3. Klarsfikasi Ilmu menurut ulama islam.

Dengan melihat uraian sebelumnya ,nampak jelas bagaimana kedudukan ilmu dalam ajaran islam . AL quran telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama menempati kedudukan yang sangat terhormat, sementara hadis nabimenunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dari sini timbul permasalahan apakah segala macam Ilmu yang harus dituntut oleh setiap muslim dengan hukum wajib (fardu), atau hanya Ilmu tertentu saja ?. Hal ini mengemuka mengingat sangat luasnya spsifikasi ilmu dewasa ini . Pertanyaan tersebut di atas nampaknya telah mendorong para ulama untuk melakukan pengelompokan (klasifikasi) ilmu menurut sudut pandang masing-masing, meskipun prinsip dasarnya sama ,bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Syech Zarnuji dalam kitab Taliimu AL Mutaalim (t. t. :4) ketika menjelaskan hadis bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan :

ilah bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntutsegsls tapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (ilmu AL hal) sebagaimana pkan ,sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuaytan dan sebagus bagus amal adalah a perbuatan. Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda ALLah, maka wajib bagi manusia(Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara tersebut ,seprti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji ,mengakibatkan wajibnya menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat di sayangkan bahwa beliau tidak menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain Ilmu Haltersebut lebih jauh di dalam kitabnya. Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudinmengklasifikasikan Ilmu dalam dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu ain, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah, kemudian beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut :

rdu ain . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahui ng wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu ain (1979 :

rdu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakan duniawi (1979 : 84) Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia. Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :

yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa menemukannya karena atan berpikir.

ang bersifat tradisional (naqli).

bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan menjadi 1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu naqliyah.

enjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan :

pok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmmah dan falsafah. Yaituilmu pengetahuan yang erdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indraindra kemanusiaannya t sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspekengajarannya, sehingga penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada ang benar dan yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. ilmu-ilmu tradisional (naqli dan wadli. Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan berita dari pembuat konvensi syara (Nurcholis Madjid, 1984 : 310) dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al qurandan sunnah Rasul. Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 1). Al manqulat, 2). Al maqulat, dan 3). Al maksyufat. Adapun pengertiannya sebagaimana dikutif oleh A Ghafar Khan dalam tulisannya yang berjudul Sifat, Sumber, Definisi dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Syah Waliyullah (Al Hikmah, No. 11, 1993), adalah sebagai berikut :

anqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu kepada r, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.

aqulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.

maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan a, maupun pikiran spekulatif Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok yaitu : 1). Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual, formatifaposteriori dan 2). Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi . Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar Khan bahwa al manqulat dan al maqulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli 4. Apakah filsafat itu ? Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.

Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan,filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak. Menurut Sidi Gazlba (1976 : 25) Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatuyang diluar alam, yang disebut oleh agama Tuhan. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964 : 7) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat 5. Apakah Filsafat Ilmu itu ? filsat ilmu pada dasarnya merupakan upaya untuk menyoroti dan mengkaji ilmu, dia berkaitan dengan pengkajian tentang obyek ilmu, bagaimana memperolehnya serta bagaimana dampai etisnya bagi kehidupan masyarakat. Secara umum kajian filsafat ilmu mencakup : ontologis epistemologis Aspek ontologis berkaiatan dengan obyek ilmu, aspek epistemologis berkaiatan dengan metode, dan aspek axiologis berkaitan dengan pemanfatan ilmu. Dari sudut ini folosuf muslim telah berusaha mengkajinya dalam suatu kesatuan dengan prinsip dasar nilai-nilai keislamanyang bersumebr pada Al Quran dan Sunnah Rasul.Komentar

ogis

Situs web

Perkataan ilmu dari sudut bahasanya adalah berasal daripada perkataan arab iaitu calima, yang bererti mengetahui atau perbuatan yang bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu dengan sebenarnya. Sementara ilmu dari segi istilah memberi erti tentang segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah s.w.t yang diturunkan kepada rasul-rasulnya dan alam ciptaannya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah. Secara umumnya, ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut kaedah dan metod tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan sesuatu yang berkait dengan bidang ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan pada lazimnya terdapat dalam dua bentuk iaitu ilmu pengetahuan nyata (explicit knowledge) dan ilmu pengetahuan tidak nyata (tacit knowledge). Ilmu pengetahuan nyata boleh

didapati kebanyakannya dalam bentuk dokumen bercetak manakala ilmu pengetahuan tidak nyata pula terdapat dalam idea, minda, amalan harian, pengalaman, memori dan seumpamanya yang kebiasaannya sukar dilihat dengan mata kasar. (Noraziah Sharuddi, 2002) Dalam zaman moden ini pengertian ilmu telah disempitkan dan dimodenkan kepada pengetahuan maklumat dan kemahiran sahaja. Dalam pengertian barat moden, ilmu hanyalah merujuk kepada pengenalan atau persepsi yang jelas tentang fakta. Fakta pula merujuk kepada perkara-perkara yang boleh ditanggapi oleh pancaindera zahir dan bersifat empiris. Kewujudan perkara lain di luar keupayaan pancaindera tersebut dianggap bukan fakta dan tidak termasuk dalam bidang ilmu. Mengikut pandangan mereka secara automatik ajaran agama terkeluar daripada takrif dan ruang lingkup ilmu dan dianggap sebagai kepercayaan semata-mata. Islam telah menghimpun antara agama dan ilmu. Tidak ada sebarang penentangan antara agama dan ilmu kerana dalam Islam, agama itu sendiri adalah ilmu dan ilmu adalah agama. Ilmu menurut perspektif Islam dikenali sebagai sifat, proses dan hasil. Manakala istilah ilmu dalam Islam merangkumi pelbagai perkara iaitu al-Quran, syariah, sunnah, iman, ilmu kerohanian, hikmah, makrifat, pemikiran, sains dan pendidikan. 2. Kepentingan Ilmu Pengetahuan Ilmu merupakan suatu perkara yang penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan dan kemajuan sesuatu bangsa di dunia ini berkait rapat dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terdapat pada sesuatu bangsa itu sendiri. Justeru, Islam mengingatkan tentang hakikat ini menerusi pelbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w. Penekanan terhadap kepentingan dan keperluan menuntut ilmu membuktikan bahawa Islam adalah satu agama yang memartabatkan ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu. Baginda Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya; Menuntut ilmu itu adalah wajib ke atas tiap-tiap orang Islam lelaki dan perempuan. Berdasarkan hadis tersebut, jelas bahawa menuntut ilmu itu adalah suatu perkara yang penting dan menjadi kewajipan bagi setiap orang Islam. Antara kepentingan ilmu pengetahuan ialah; 2.1 Kedudukan serta martabat orang yang berilmu diangkat dan diletakkan ditempat yang lebih tinggi. Dengan erti kata lain, ilmu dapat mengangkat darjat seseorang kepada darjat yang tinggi di sisi Allah dan masyarakat. Firman Allah s.w.t dalam surah al-Mujadalah, ayat 11 ; . Maksudnya; "Allah mengangkat beberapa darjat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan" 2.2 Ilmu dapat meninggikan dan membezakan taraf di kalangan manusia. Firman Allah dalam surah al-Zumar, ayat 9 ; . Maksudnya; Katakanlah adakah sama orang-orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya mereka yang mendapat peringatan dan petunjuk hanyalah di kalangan hambanya yang berilmu dan bijaksana" 2.3 Ilmu dapat membentuk keperibadian yang baik dan menjadikan seseorang itu bertaqwa dan cintakan Allah s.w.t dan RasulNya. Firman Allah dalam surah al-Fathir, ayat 28 ; Maksudnya ; Sesungguhnya yang takutkan Allah daripada hambanya ialah orang-orang yang berilmu 2.4 Ilmu pengetahuan akan membawa manusia ke arah kebahagian hidup di dunia dan di

akhirat, memberikan kekuatan ketika dalam kesusahan dan ketika berhadapan dengan musuh. 2.5 Dengan ilmu manusia dapat menjalankan ibadah dengan sempurna, samada ibadah umum atau ibadah khusus dan dapat melaksanakan peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan sebaiknya. 2.6 Ilmu agama atau ilmu yang terdapat dalam al-Quran dan Al-sunnah akan menjadi benteng yang dapat mencegah seseorang itu dari melakukan perkara-perkara yang dilarang oleh syariat, dapat menolak kejahilan dan kebodohan sama ada dalam perkara agama atau dalam mengejar kebendaan duniawi. 2.7 Pelbagai jenis ilmu keduniaan seperti ilmu kejuruteraan, ilmu kedoktoran, ilmu pertanian dan sebagainya dapat membantu kemaslahatan hidup manusia di dunia. 2.8 Ilmu adalah salah satu langkah bagi menjana pembangunan negara kerana melalui ilmu sahajalah yang dapat membezakan antara yang hak dan yang batil. 3. Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan Secara umumnya, sumber ilmu pengetahuan adalah diperolehi melalui wahyu, pancaindera, akal dan intuisi atau ilham.

FRIDAY, SEPTEMBER 12, 2008

Apakah Konsep Ilmu Menurut Perspektif Islam?

Dalam pengertian Barat moden khususnya kepada aliran yang berpegang kepada kaedah sains , ilmu merujuk kepada pengenalan atau persepsi jelas tentang fakta-fakta. Fakta-fakta merujuk pula kepada perkara yang boleh ditanggapi oleh pancaindera zahir, yakni yang bersifat empirikal. Perkara-perkara yang diluar pencapaian panca indera zahir tidak disebut fakta dan tidak dikira termasuk dalam ruanglingkup ilmu, ilmu laduni tidak diiktiraf sebagai ilmu dalam kacamata barat. Pendukung utama ini, iaitu fahaman empiricme diantaranya ialah David Hume, John Locke, Herbert Spencer dan lain-lain lagi. Prof. Syed Muhammad al-Naquib al-Attas mentakrifkan ilmu dengan mengenengahkan kembali takrif yang pernah dikemukakan oleh Fakhruddin Al-Razi (m.1209M): Merujuk kepada Allah sebagai sumber segala ilmu, ilmu adalah ketibaan makna ke dalam diri seseorang. Bila merujuk kepada diri sebagai penafsir, ilmu adalah ketibaan diri seseorang kepada makna sesuatu. Takrif tersebut dengan sendirinya menjelaskan bahawa ilmu tidak sama dengan fakta atau maklumat, walaupun, tentunya ilmu memerlukan maklumat. Ilmu memerlukan maklumat yang benar yang membawa makna kepada pemilikNya. Para ilmuan islam mengkelasifikasi hiraki ilmu kepada dua, iaitu ilmu fardhu ain dan kifayah. Keduaduanya bersepadu dan tidak boleh dipisahkan, ilmu fardhu ain pada dasarnya merujuk kepada ilmuilmu asas yang wajib dipelajari oleh semua orang dengan tugas dan peranan sebagai hamba dan khalifah Allah, manakala ilmu fardhu kifayah pula merujuk kepada bidang-bidang ilmu yang diperlukan oleh masyarakat dan wajib dituntut oleh yang sebahagian untuk mencukupi keperluan masyarakat. (Rujukan Utama: Faham Ilmu Pertumbuhan dan Implikasi oleh Mohd. Idris Jauzi)Posted by Ahmad Rais Johari at 2:48:00 AM

Menuntut Ilmu Menurut Perspektif IslamTUESDAY, 26 MAY 2009 19:15

Kedatangan Islam membawa gesaan menuntut, menyebar dan memuliakan ilmu. Wahyu yang pertama iaitu ayat 1-5 surah Al-Alaq dengan jelas mewajibkan pencarian ilmu. Oleh itu agama Islam ini dapatlah dikatakan sebagai tertegak atas dasar ilmu atau pengetahuan. Tanpa ilmu dan pengetahuan kita tidak akan dapat mengenal Khaliq dan seterusnya tidak dapat berbakti kepadaNya. Perkataan ilmu disebut kira-kira 750 kali dalam Al-Quran melalui berbagai bentuk (Muhammad Dawilah,1993:9). Orang yang berilmu diberikan pujian dan dipandang mulia di sisi Islam. Hal ini dapat kita lihat melalui banyak ayat Al-Quran antaranya,

Firman Allah S.W.T yang bermaksud: Katakanlah: Adakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. (Az-Zumar:9) Firman Allah S.W.T maksudnya: Allah memberikan hikmah (ilmu pengetahuan) kepada sesiapa yang dikehendakiNya dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan beerti ia telah diberikan kebaikan yang banyak. (Al-Baqarah:269) Firman-Nya lagi maksudnya: Hanya sanya orang yang takut kepada Allah ialah orang yang berilmu. (Al-Faatir:28) Konsep Ilmu Konsep ilmu dalam Islam merujuk kepada hakikat bahawa Allah S.W.T sebagai pemilik mutlak ilmu. Manusia hanya diberikan sedikit sahaja ilmu. Namun begitu ilmu yang sedikit sangat bermakna di sisi Allah jika ianya digunakan sebaik mungkin iaitu sehingga membawa kepada keimanan yang kukuh terhadap Allah serta mengikut perintah dan menjauhi laranganNya. Ilmu mesti dipelajari dan dikembangkan berdasarkan asas-asas tauhid dan disertakan integrasi iman, kemanfaatan ilmu, amalan yang soleh dan akhlak yang mulia (Mohd. Kamal Hassan, 1998:19). Dasar ini jelas melalui wahyu pertama iaitu surah Al-Alaq yang menyatukan antara tauhid (melalui sifat al-Khaliq mutlak) dengan ilmu (Muhammad Dawilah,1993:9). Semua pancaindera zahir dan batin yang dijadikan oleh Allah adalah bermatlamatkan pencarian ilmu yang benar. Lantaran itu manusia yang tidak menggunakan pancaindera tersebut untuk mendapatkan ilmu yang benar akan dikutuk. Hal ini jelas melalui firman Allah S.W.T, "Sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka Jahannam kebanyakkan Jin dan manusia, bagi mereka ada jantung hati (tetapi) tidak mengerti dengannya, dan bagi mereka ada mata (tetapi) tidak melihat dengannya, dan bgai mereka ada telinga (tetapi) tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternakan, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (Al-Alaq:179)

Hukum Menuntut Ilmu "Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina". (Al-Hadis) Kadang-kadang kita lupa untuk apa sebenarnya kita menuntut ilmu, dan kita juga lupa apa hukumnya menuntut ilmu dalam agama Islam. Dalam hal tersebut, saya ingin mengingatkan kembali untuk apa sebenarnya, dan apa hukumnya kita menuntut ilmu dalam agama Islam. Hal tersebut ada dinyatakan di dalam buku "Ilmu Fiqih Islam" karangan Drs. H. Moh. Rifai. Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadis, terdapat beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki mahupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W. yang bermaksud; "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap Muslim, baik laki-kali mahupun perempuan." (HR. Ibn Abdulbari) Dari hadis ini kita memperoleh pengertian bahawa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisis segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan aqidah dan ibadat, serta hubungannya dengan soal-soal keduniaan dan segala keperluan hidup. Nabi Muhammad S.A.W. bersabda: "Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duannya pula." (HR. Bukhari dan Muslim) Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim tidak dikategorikan sebagai terkebelakang dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diredhai Allah swt. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu deenul Islam agar menghasilkan natijah yang sempurna, amalan yang dilakukan sesuai dan selaras dengan perintah-perintah syara. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ain dan adakalanya wajib kifayah. Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim tidak dikategorikan sebagai terkebelakang dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diredhai Allah swt. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu deenul Islam agar menghasilkan natijah yang sempurna, amalan yang dilakukan sesuai dan selaras dengan perintah-perintah syara. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ain dan adakalanya wajib kifayah. Pembahagiaan Ilmu Syariah Islam menggariskan dua bahagian besar ilmu iaitu ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain dirujuk kepada ilmu yang wajib diketahui oleh setiap orang "mukallaf" atau yang sudah diberi pertanggungjawaban dalam Islam. Fardhu kifayah pula ialah ilmu yang diwajibkan ke atas sebahagian umat Islam untuk menguasainya dan jika terdapat sebahagian yang sudah menguasainya maka terlepaslah kewajipan umat Islam yang lain daripada bebanan wajibnya.

Ilmu fardhu ain boleh dibahgikan kepada empat bahagian iaitu ilmu yang berkaitan rukun iman, yang berkaitan dengan hukum hakam, yang berkaitan dengan perkara-perkara yang diharamkan dan yang berkaitan dengan pergaulan dan muamalah seharian (Amir A. Rahman, 1991:110-111). Fardhu kifayah pula ialah bidang ilmu yang luas dan sering berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Sebahagian umat Islam diwajibkan untuk mengetahuinya agar tidak memberikan kesan buruk kepada Islam yang mungkin menghadapi ketinggalan dalam bidang kebendaan serta terancam keselamatannya. Ilmu yang wajib ain dipelajari oleh mukallaf iaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin; dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Di samping itu perlu dipelajari ilmu akhlak untuk mengetahui adab sopan santun yang perlu kita laksanakan dan tingkah laku yang harus kita tinggalkan. Di samping itu harus pula mengetahui kepandaian dan keterampilan yang menjadi tonggak hidupnya. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang tidak dikerjakan sehari-hari maka diwajibkan mempelajarinya kalau dikehendaki akan melaksanakannya, seperti seseorang yang hendak memasuki alam rumah tannga seperti syarat-syarat dan rukun-rukunnya dan segala yang diharamkan dan dihalalkan dalam menggauli isterinya. Sumber Ilmu Kebanyakkan manusia mengagungkan akal sebagai punca ilmu yang tidak terbatas. Mereka mletakkan akal sebagai pembeza utama dalam apa hal sekalipun. Keadaan ini menyebabkan ramai manusia yang sesat dan menyesatkan seperti yang berlaku pada zaman Greek purba yang mencari Tuhan dengan semata-mata menggunakan akal. Islam meletakkan sumber ilmu yang jelas dan tersusun rapi serta terjamin kesahihan dan ketekalannya. Al-Quran dan Sunnah adalah dua sumber utama ilmu dalam Islam. Kedua-duanya dirujuk sebagai sumber "wahyu". Selepas itu barulah akal diletakkan sebagai antara sumber ilmu dan masih lagi di bawah naungan wahyu (Hassan Langgulung, 1981:28). Bertepatan dengan fakta tersebut, Mohd. Kamal Hassan (1988:25) menjelaskan punca ilmu dalam Islam terbahagi kepada dua iaitu Naqli atau Revealed Knowledge (Wahyu) dan Aqli atau Acquired Knowledge (akal). Firman Allah S.W.T maksudnya: "Sebagaimana Kami telah mengutuskan seorang Rasul kepadamu, iaitu salah seorang di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, membersihkan kamu (daripada kelakuan yang tidak baik) dan mengajarkan Kitab dan hikmah kepadamu dan lagi mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui." (AlBaqarah:151) Objektif Ilmu Tujuan menuntut ilmu bukanlah bermatlamat ilmu semata-mata tetapi ia merupakan wasilah (jalan) untuk memahami dan menguasainya bagi melaksanakan ubudiyyah kepada Allah S.W.T. Tujuan menuntut ilmu juga adalah untuk melaksanakan petunjuk Allah S.W.T. sebab itulah menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim, sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud; "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslimin dan muslimat". Antara lain tujuan menuntut ilmu ialah untuk membina kekuatan ummah Islam dan untuk mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat merupakan salah satu tanggungjawab para penuntut kerana merekalah bakal pemimpin di masa depan. Oleh yang demikian, kemaslahatan ummah banyak bergantung kepada pemimpin dan kepimpinannya. Antara lain tujuan menuntut ilmu ialah untuk membina kekuatan ummah Islam dan untuk mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat merupakan salah satu tanggungjawab para

penuntut kerana merekalah bakal pemimpin di masa depan. Oleh yang demikian, kemaslahatan ummah banyak bergantung kepada pemimpin dan kepimpinannya. Moga-moga dengan tujuan yang suci dan bersih ini dapat melahirkan para ilmuan yang membangunkan muka bumi ini menurut apa yang telah digariskan oleh Allah S.W.T. Ini bermakna menuntut ilmu di dalam Islam bukanlah sekadar mencari habuan dunia, wang ringgit dan harta benda akan tetapi ianya merupakan suatu usaha untuk melengkapkan diri sebagai hamba Allah dan khalifah Allah S.W.T. di muka bumi ini . Para ilmuan Islam mestilah memahami bahawa mereka wajib memainkan peranan untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan keamanan sejagat iaitu dengan cara mengembalikan sistem Islam memerintah alam ini. Para ilmuan Islam juga perlu berusaha sedaya upaya mungkin menjadikan diri mereka sebagai pekerja Islam dan pendawah ke arah melahirkan ummah Islam yang iltizam dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan. Allah S.W.T. berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud; "Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya.." (Al-Baqarah:208) Para ilmuan Islam juga sama sekali tidak boleh lupa bahawasanya antara tugas seorang muslim itu ialah menegakkan yang maruf iaitu mengajak manusia menegakkan dan mendaulatkan ajaran Allah S.W.T. dan mencegah kemungkaran iaitu melarang manusia dari melakukan larangan Allah S.W.T. dari sekecil-kecil perkara sehinggalah sebesar-besar perkara. Sabba Rasulullah S.A.W. yang bermaksud; "Sesiapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia cegah dengan tangannya (kuasa), sekiranya tidak mampu cegahlah ia dengan lisan seandainya tidak mampu juga; cegahlah ia dengan hati itu yang paling lemah imannya." Sehubungan dengan itu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud; " Wahai rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepada kamu dari Rabb kamu. Dan jika kamu tidak mengerjakannya maka tidaklah kamu menyampaikan risalahNya. Allah memelihara kamu daripada manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (Al-Maidah:67) Sehubungan dengan itu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud; Diperintah oleh agama, sungguh tidak disangkal lagi, bahawa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutamautamanya. Nabi diutus ke dunia inipun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya; " Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar." (HR.Baihaqi) Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, iaitu hal-hal yang di luar akal manusia. Untuk itulah Rasul Allah dibangkitkan di dunia ini. Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia/masyarakat secara luas agar mereka tidak dalam kebodohon dan kegelapan, maka diperlukan kesedaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beriringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mereka mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi S.A.W.; "Barangsiapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mahu memberikan jawapannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak di hari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka." (HR Ahmad) Marilah kita menuntut ilmu pengetahuan sesempat mungkin dengan tidak ada hentinya tanpa menguzurkan diri

sampai ke liang kubur, dengan ikhlas dan tekad mengamalkan dan menyumbangkannya kepada masyarakat, agar kita semua dapat mengenyam hasil dan buahnya di akhirat nanti.