Konsep hukum agama islam

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap aktivitas dalam kehidupan sehari-hari kita akan dipertemukan dengan hukum. Namun tidak banyak orang yang menyadari bahwa dirinya telah melakukan aktivitas hukum. Untuk itu, kita perlu memahami bagaimana sebenarnya hukum itu. Aktivitas seorang uslim sehari-hari tidak bisa lepas dari permasalahan hukum Islam, baik ketika melakukan ibadah kepada Allah maupun hubungan sosial kepada sesama manusia. Permasalahannya masih banyak diantara kita yang tidak tahu mengenai hukum islam, Mempelajari dan mengamalkannya adalah hal yang masih langka. Sehingga, banyak yang tingkah lakunya belum sesuai atau bertentangan dengan hukum islam. Memahami hukum Islam secara mendalam bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan tekad yang kuat serta waktu yang tidak sebentar untuk mempelajarinya.

Transcript of Konsep hukum agama islam

Page 1: Konsep hukum agama islam

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap aktivitas dalam kehidupan sehari-hari kita akan dipertemukan

dengan hukum. Namun tidak banyak orang yang menyadari bahwa dirinya

telah melakukan aktivitas hukum. Untuk itu, kita perlu memahami bagaimana

sebenarnya hukum itu.

Aktivitas seorang uslim sehari-hari tidak bisa lepas dari permasalahan

hukum Islam, baik ketika melakukan ibadah kepada Allah maupun hubungan

sosial kepada sesama manusia. Permasalahannya masih banyak diantara kita

yang tidak tahu mengenai hukum islam, Mempelajari dan mengamalkannya

adalah hal yang masih langka. Sehingga, banyak yang tingkah lakunya belum

sesuai atau bertentangan dengan hukum islam.

Memahami hukum Islam secara mendalam bukanlah hal yang mudah.

Dibutuhkan tekad yang kuat serta waktu yang tidak sebentar untuk

mempelajarinya.

Makalah ini tidak mengungkap segala persoalan terkait dengan hukum

Islam, karena dibutuhkan usaha keras dan waktu yang cukup lama. Makalah

ini hanya akan mengungkap hal-hal penting terkait dengan persoalan hukum

Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum islam?

2. Apa saja sumber hukum islam?

Page 2: Konsep hukum agama islam

3. Bagaimana ruang lingkup hukum islam?

4. Bagaimana karakter hukum islam?

5. Apa tujuan hukum islam?

6.

Page 3: Konsep hukum agama islam

BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian Hukum Islam

Menurut ulama fiqih hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh

kitab syari’ dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah.

Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah adalah

hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatnya yang dibawa oleh

seorang nabi baik hukum yang berhubunga dengan kepercayaan (aqidah)

maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliah.

Hukum islam menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan

yang diciptakan oleh Allah supaya manusia berpegang teguh padanya di

dalam berhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama muslim, dengan

saudaranya sesame manusia, beserta hubungannya dengan alam seluruhnya

dan hubungannya dengan kehidupan.

Menurut Muh.Ali Attahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-

Funun memberikan pengertian syari’ah mencakup seluruh ajaran islam,

meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah (kemasyarakatan).

Syariah disebut juga syara, millah dan diin.

B. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Qur’an dan sunah. Selain

menggunakan kata sumber, juga digunakan kata dalil yang berarti keterangan

yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran. Selain itu, ijtihad, ijma’, dan

qiyas juga merupakan sumber hukum karena sebagai alat bantu untuk sampai

Page 4: Konsep hukum agama islam

kepada hukum-hukum yang dikandung oleh Al Qur’an dan sunah Rasulullah

SAW

Secara sederhana hukum adalah “seperangkat peraturan tentang tingkah laku

manusia yang diakui sekelompok masyarakat; disusun orang-orang yang

diberi wewenang oleh masyarakat itu; berlaku mengikat, untuk seluruh

anggotanya”. Bila definisi ini dikaitkan dengan Islam atau syara’ maka hukum

Islam berarti: “seperangkat peraturan bedasarkan wahyu Allah SWT dan

sunah Rasulullah SAW tentang tingkah laku manusia yang dikenai hukum

(mukallaf) yang diakui dan diyakini mengikat semua yang beragama Islam”.

Maksud kata “seperangkat peraturan” disini adalah peraturan yang

dirumuskan secara rinci dan mempunyai kekuatan yang mengikat, baik di

dunia maupun di akhirat.

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”, sedangkan menurut

istilah :Adalah “firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad

SAW. Dalam bahasa Arab yang diriwayatkan secara mutawatir dan yang

membacanya adalah ibadah: Defenisi di atas mengisaratkan kepada kita,

bahwa : Pertama Apa-apa yang diwahyukan oleh Allah dalam

maknanya, kemudian dipahami dalam bahasa Rasulullah, tidaklah

dinamakan Al-Qur’an. Kedua Alih bahasa Al-Qur’an ke dalam bahasa

lain bukanlah disebut Al-Qur’an. Ketiga Wahyu yang diturunkan kepada

selaian nabi Muhammad bukanlah seperti taurat kepada nabi

Musa. Keempat Syarat mutawatir. Adapun isi kandungan pokok Al-

Page 5: Konsep hukum agama islam

Qur’an diantaranya Tauhid,Ibadah, Janji dan ancaman dan Kisah umat

terdahulu.Perlu diketahui Al-Qur’an menempati kedudukan pertama atau

tertinggi dari sumber-sumber hukum lain. Oleh karena itu, sumber

hukum dan norma yang ada tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an.

Al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui

malakikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia agar

diamalkan segala perintah-Nya dan segala yang dilarang-Nya.

Pedoman dalam menetapkan hukum, Pertama Tidak memberatkan

atau menyulitkan, Allah tidak akan membebani umat manusia atas

sesuatu yang diluar batas kemampuan manusia. Jika manusia sulit

mengerjakan , kemungkinan karena kondisi manusia itu sendiri. Kedua

Meyedikitkan Beban, Al-Qur’an memberikan keringanan kepada umat

manusia dalam dalam masalah ibadah, yang disebut juga rukhsah,

diantara keringanan (rukhsah) seperti : Menjama’ dan mengqasar shalat,

Tidak berpuasa dalam perjalanan, Bertayamum sebagai ganti wudhu,

Memakan makanan haram bila dalam keadaan darurat.

2. Sunnah

Arti Sunnah secara bahasa adalah ;Jalan yang ditempuh atau cara,

cara atau jalan yang sudah biasa, sesuatu yang dilakukan para sahabat,

Sebagai lawan dari bid’ah. Sunnah menurut istilah syar’I adalah sesuatu

yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuataan,

maupun penetapan pengakuan.

C. Ruang Lingkup Hukum Islam

Page 6: Konsep hukum agama islam

Ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam sangat luas. Oleh

karena ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam meliputi seluruh

ajaran islam, baik yang berkaitan dengan keimanan, amaliah ibadah ataupun

akhlak. Berbeda apabila ruang lingkup hukum islam yang dimaksud adalah ilmu

fiqih. Ilmu fiqih itu sendiri merupakan bagian dari syariah, sehingga ruang

lingkup hukum islam dalam makna ilmu fiqih lebih sempit daripadaruang lingkup

hukum islam dalam makna syariah islam.

Berikut ini adalah ruang lingkup hukum islam atau syariah islam, antara lain:

1. Hubungan manusia dengan Tuhannya secara vertikal diantaranya meliputi,

shalat, puasa, zakat, naik haji dan lain sebagainya;

2. Hubungan manusia muslim dengan sesama muslim antara lain meliputi,

tolong menolong, bekerja sama, sillaturrahmi dan lain sebagainya;

3. Hubungan manusia dengan sesama manusia, antara lain meliputi tolong

menolong, mewujudkan perdamaian, bekerja sama dalam meningkatkan

kesejahteraan dan lain sebagainya;

4. Hubungan manusia dengan alam di lingkungan sekitarnya dan alam

semesta;

5. Hubungan manusia dengan kehidupan, yakni hidup dengan berusaha

mencari karunia Allah yang halal, mensyukuri nikmat-Nya, dan lain

sebagainya.

Ruang lingkup hukum islam sebagaimana disebutkan diatas, ranahnya sangat

luas. Syariah islam mencakup segala hal yang bersumber dari Al-Quran dan

Page 7: Konsep hukum agama islam

Sunnah Rasul. Adapun fiqih, juga bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul

yang dirumuskan berdasarkan ijtihad para ahli hukum islam.

Selain ruang lingkup sebagaimana dimaksud diatas, terdapat pula pendapat

lain mengenai ruang lingkup hukum islam sebagaimana ditulis oleh Mustafa Ali,

dalam buku yang berjudul Hukum dalam Perspektif Hukum Islam, yang

menyebutkan bahwa ruang lingkup syariah islam meliputi beberapa hal sebagai

berikut:

Munakahat, yakni mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan

perkawinan;

Wirasah, yakni mengatur segala hal yang berhubungan dengan waris

(pewarisan);

Muamalat, yakni mengatur segala hal yang berhubungan dengan jual-beli

dan sewa menyewa serta pinjam meminjam dan lain sebagainya;

Jinayat, yakni mengatur segala hal mengenai perbuatan yang dapat

diancam dengan hukuman pidana;

Al-ahkam as-sulthaniyah, yakni mengatur segala hal yang berhubungan

dengan hukum tata negara;

Siyar, yakni mengatur segala hal yang berkaitan dengan peperangan;

Mukhasamat, yakni mengatur segala hal mengenai peradilan dan

kehakiman serta hukum acara.

Selain itu, terdapat pula pendapat Fathi Osman, yang menyatakan bahwa

ruang lingkup hukum islam, antara lain meliputi:

Page 8: Konsep hukum agama islam

Al ahkam as-syakhsiyah atau hukum perorangan

Al ahkam al-madaniyah atau hukum kebendaan

Al ahkam al-jinaiyah atau hukum pidana

Al ahkam al-murafaat atau hukum perdata

Al ahkam al-dusturiyah atau hukum tata negara

Al ahkam al-iqtishadiyah atau hukum ekonomi dan keuangan

D. Karakter Hukum Islam

Setidaknya, ada empat karakteristik yang menjadi produk pemikiran hukum

Islam. Keempatnya juga memiliki otoritas penerapan yang dalam hal ini disebut

fikih, fatwa, yurisprudensi, dan perundang-undangan.

1. Fikih

Fikih dari etimologis-terminologis sedikit telah disinggung dalam uraian

sebelumnya. Dirumuskan bahwa fikih adalah pemahaman terhadap syariat

menangkut amal perbuatan manusia. Pemahaman tersebut diambil dari dalil-

dalil terinci melalui kaidah-kaidah ushulu. Dari sini lahirlah konsep-konsep

fikih ang terhimpun dalam kitab-kitab yang masing-masing memiliki ciri dan

karakteristik tersendiri berdasarkan metode ijtihad penyusunnya.

Dalam konteks Indonesia, fikih dapat berarti hasil ijtihad para ulama yang

kemudian disetujui secara bersama (ijtihad jamai), misalnya Kompilasi

Hukum Islam (KHI). Dalam impelementasinya, fikih merupakan responsi bagi

problematika hukum secara umum yang berkembang ketika diktum-diktum

fikih itu ditulis. Biasanya kitab-kitab fikih meliputi seluruh aspek hukum

Islam. Ia tidak memiliki ketentuan tentang masa dan wilayah berlakunya.

Page 9: Konsep hukum agama islam

Keaadaannyna yang demikian menjadikan kitab-kitab fikih cenderung

dianggap harus diberlakukan sepanjang masa. Karenanya, fikih menjadi

resisten terhadap perubahan. Masalahnya adalah, problematika hukum yang

dihadapi umat ketika kitab-kitab tersebut ditulis belum sekompleks

permasalahan hukum umat pada masa sesudahnya. Demikian pula latar

belakang sosio kultural umat jauh berbeda dengan kodisi umat pada masa itu.

Karenanya, sangat dilematis bila diktum-diktum yang terdapat dalam kitab-

kitab fikih tersebut harus diberlakukan pada masa dan tempat yang berbeda.

Dengan uraian di atas, dipahami bahwa fikih dalam konteks tertentu

memiliki hak otoritas untuk diberlakukan, bila masalah hukum yang dihadapi

memiliki kesesuaian dengan produk hukum dalam fikih tersebut, yang dalam

konteks negara Republik Indonesia, kitab fikih yang selalu memiliki

kesesuaian adalah yang bersumber dari fikih Syafii. Bilamana suatu masalah

tidak sesuai dengannya, dan setelah dicari ketentuan hukumnya yang qat'iy

dari kitab-kitab fikih lain belum ditemukan juga, maka diperlukan fatwa.

2. Fatwa

Fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti sehubungan dengan peristiwa

hukum yang diajukan kepadanya.12 Fatwa bersifat dinamis, karena

merupakan respon terhadap perkembangan baru yang dihadapi masyarakat.

Karena itu, setiap muncul persoalan yang sifatnya asing dan ia merupakan

aktivitas baru yang belum jelas kedudukan hukumnya, diperlukan fatwa.

Page 10: Konsep hukum agama islam

Fatwa dapat diberikan oleh ulama secara individual maupun secara

kolektif. Hingga permulaan abad ke-20 beberapa fatwa telah mulai diberikan

oleh ulama secara kolektif, yakni setelah perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU)

secara organisatoris mengeluarkan fatwa-fatwa yang dirumuskan

bersamaan dengan waktu kongres pertamanya pada tahun 1926.13

Fatwa sebagai salah satu karakteristik dari produk hukum Islam, ia bersifat

kasuistik karena merupakan respon atau jawaban terhadap pertanyaan yang

diajukan oleh peminta fatwa. Ia tidak memiliki daya ikat, dalam arti peminta

fatwa tidak harus mengikuti rumusan hukum yang diberikan kepadanya.

Meskipun fatwa biasanya cenderung dinamis, karena ia merupakan respon

terhadap perkembangan bar yang sedang dihadapi masyarakat permintaan

fatwa, akan tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Hal ini sangat

tergantung pada visi hukum dan visi sosial ulama pemberi fatwa tersebut.

Seorang ulama yang memiliki wawasan Islam dan sosial yang holistik

sudah pasti akan memberikan fatwa ang setidaknya dapat diterima oleh

banyak kalangan. Sebaliknya seorang ulama yang sektarian dan ekslusif,

cenderung mempertahakan sebuah pandangan yang menurutnya sangat

mapan, fatwanya akan menjadi konsumsi bagi kalangan tertentu dan terbatas

untuk masyarakat tertentu pula.

3. Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah putusan hakim atau Pengadilan Agama, yang

merupakan salah satu dari karakteristik produk hukum Islam. Putusan hadkim,

diambil atau ditetapkan berdasarkan pemeriksaan perkara di depan sidang

Page 11: Konsep hukum agama islam

pengadilan, atau ketetapan hukum syari yang disampaikan melalui seorang

qadhi atau seorang hakim yang diangkat untuk itu.

Berbeda dengan fatwa, putusan-putusan pengadilan agama bersifat

mengikat kepada pihak-pihak yang berperkara. Sampai tingkat tertentu, ia

bersifat dinamis karena merupakan usaha pemberian jawaban atau

penyelesaian suatu perkara yang diajukan ke pengadilan pada suatu masa

tertentu.14

Bila dilihat dari sudut masa dan tempat berlakunya suatu putusan

pengadilan, maka dikatakan bahwa putusan pengadilan berpeluang untuk

dapat dipergunakan dalam sejumlah masa dan tempat tertentu. Hal ini

dikarenakan, putusan pengadilan, apabila telah melalui proses dan telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, ia dapat dipergunakan oleh hakim-hakim

lain untuk memutuskan suatu perkara sama meski berada pada tempat dan

masa berbeda. Hanya saja, dengan catatan bahwa kondisi sosial budaya

masyarakat belum banyak berubah.

4. Perundang-undangan

Undang-undang atau peraturan perundang-undangan adalah suatu

peraturan yang dbuat warga negara di mana undang-undang itu diberlaku-kan.

Pelanggaran terhadap sebuah undang-undang akan mendatangkan sanksi.15

Dengan demikian daya ikat undang-undang lebih luas dari keputusan

pengadilan. Karena diputuskan oleh lembaga, maka orang ang terlibat dalam

perumusannya tidaklah terbatas pada fuqaha atau ulama, tetapi juga para

politisi dan cendikiawan lainnya.

Page 12: Konsep hukum agama islam

Sebagai produk kolektif (ijtihad kolektif), undang-undang relatif memiliki

kualitas yang lebih tinggi dan lebih mencerminkan kesadaran hukum

masyarakat. Hal ini disebabkan karena ia dirumuskan dengan pertimbangan

yang lebih komprehensif. Namun di sisi kedinamisan, perundang-undangan

cenderung lamba dinamikana, karena untuk mengubah suatu undang-undang

memerlukan waktu, biaya dan persiapan yang matang.

E. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum islam adalah untuk mewujudkan atau menciptakan

kemaslahatan hidup bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Secara umum

ada 3 tujuan hukum islam, antara lain: mendidik setiap individu agar mampu

menjadi sumber atau membawa kebaikan bagi masyarakat dan tidak menjadi

sumber atau yang membawa malapetaka bagi orang lain. Allah SWT berfirman

dalam QS. Al-Ankabut; 45, yang artinya:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan

sesungguhnya mngingat Allah lebih besar”.

 Selain itu tujuan hukum islam adalah menegakkan keadilan. Keadilan yang

dimaksud adalah keadilan bagi seluruh umat manusia yang tidak terbatas pada

kaum tertentu saja. Islam tidak membedakan manusia berdasarkan keturunan dan

suku atau warna kulit dan berbagai macam perbedaan lainnya, kecuali

ketaqwaannya. Telah disebutkan dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat;13,

yang artinya:

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

Page 13: Konsep hukum agama islam

suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.”

 Mengenai tujuan hukum islam yang ingin menegakkan keadilan, Allah SWT

berfirman dalam QS. Al-Maidah; 8, yang artinya:

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

takwa”.

 Selanjutnya, tujuan hukum islam adalah mewujudkan atau menciptakan

kemaslahatan yang hakiki bagi seluruh umat manusia. Kemaslahatan yang hakiki

adalah kemaslahatan sejati, bukan kemaslahatan yang semu atau kemaslahatan

bagi sekelompok orang saja.

Page 14: Konsep hukum agama islam

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Syariat menurut istilah adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah

untuk umatnya yang dibawa oleh seorang nabi baik hukum yang

berhubunga dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang

berhubungan dengan amaliah.

2. Sumber hukum Islam yang utama adalah Al Qur’an dan sunah.

3. Ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam meliputi seluruh

ajaran islam, baik yang berkaitan dengan keimanan, amaliah ibadah

ataupun akhlak.

4. Tujuan hukum islam adalah untuk mewujudkan atau menciptakan

kemaslahatan hidup bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

B. Saran