KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional...

103
KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA DI BASE CAMP HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW) RINI AVRYANI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional...

Page 1: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

KONSEP DESAIN

TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA DI BASE CAMP

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW)

RINI AVRYANI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

Page 2: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Konsep Desain Taman Rumah Tradisional Minahasa di Base Camp Hutan Pendidikan Gunung Walat” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Penulis

Page 3: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

RINGKASAN RINI AVRYANI, Konsep Desain Taman Rumah Tradisional Minahasa di Base Camp Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan area hutan yang

berfungsi sebagai hutan produksi, wisata pendidikan, dan konservasi. Di tengah-tengah kawasan HPGW terdapat base camp. Sebagai pusat aktivitas dan istirahat pengunjung, base camp harus dapat mendukung salah satu fungsi hutan ini, diantaranya adalah pendidikan. Fungsi pendidikan pada base camp dapat berupa pendidikan budaya yang berpotensi dikembangkan melalui salah satu wisma yang merupakan model rumah tradisional Minahasa, yaitu Wisma Woloan. Namun, rumah tradisional tersebut belum didukung oleh taman yang dapat memperkuat karakter rumah tradisional Minahasa. Untuk itu diperlukan konsep desain taman rumah tradisional Minahasa dengan penerapan unsur budaya agar karakter rumah tradisional ini dapat dimunculkan.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat konsep desain taman area Wisma Woloan pada base camp HPGW yang didasarkan pertimbangan budaya sehingga memberikan gambaran dan pengetahuan bagi pengguna mengenai taman rumah tinggal masyarakat Minahasa. Tempat kegiatan penelitian berlokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam desain ini adalah metode deskriptif melalui survei, wawancara, dan studi pustaka. Wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kebudayaan Minahasa. Terdapat empat tahapan dalam penelitian ini, yaitu kajian budaya, inventarisasi, analisis dan sintesis, serta pembuatan konsep desain. Setelah tahapan ini selesai, dibuat gambar siteplan, tampak potongan, serta perspektif sebagai ilustrasi. Dalam penelitian ini, aspek yang akan dibahas mencakup aspek fisik, biofisik, sosial, dan aspek yang berkaitan dengan kebudayaan Minahasa.

Wisma Woloan 1 dan 2 yang menjadi objek dalam penelitian ini terletak di sebelah barat base camp. Wisma Woloan 1 terletak di atas air, sedangkan Wisma Woloan 2 terletak di atas tanah yang datar. Jenis tanah yang ada di area ini merupakan tanah latosol merah kekuningan. Tanah jenis ini cukup subur untuk ditanami tanaman. Suhu udara rata-rata tapak adalah 24° C, kelembaban rata-rata 81,8%, dan nilai THI sebesar 23,13. Dari hasil analisis, iklim pada tapak dikategorikan nyaman. Vegetasi yang ada di sekitar Wisma Wolan 1 adalah cempaka (Michelia champaca), puspa (Schima wallichii), dan teratai (Nymphaea lotus), sedangkan di Wisma Woloan 2 terdapat vegetasi matoa (Pometia pinnata), hanjuang (Cordyline sp), sambang dara (Iresine herbstii), dan pisang (Musa sp).

Bangunan Wisma Woloan 1 dan 2 berupa rumah panggung dengan ketinggian ± 1,5 m dari tanah. Konstruksi rumah panggung ini terbuat dari kayu yang dapat dibongkar-pasang. Jenis kayu yang digunakan umumnya adalah kayu Cempaka. Di bagian dalam wisma terdapat 2 kamar, 1 kamar mandi, ruang tamu, dapur, dan ruang makan. Bagian luar rumah berupa teras sebagai tempat duduk-duduk untuk menikmati pemandangan. Saat ini kondisi bangunan terawat namun dibutuhkan penataan lanskap di bagian luar rumah tradisional ini.

Dari informasi budaya Minahasa yang didapat diketahui bahwa pembagian ruang, baik di dalam maupun di luar rumah dipengaruhi oleh beberapa unsur

Page 4: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

kebudayaan yaitu adat istiadat, kegiatan keseharian masyarakat, kepercayaan, dan ilmu pengetahuan. Pembagian ruang dalam rumah terdiri dari teras depan, ruang tengah, kamar tidur, ruang makan, serta teras belakang, sedangkan bagian luarnya berupa halaman (kintal). Bagian teras rumah digunakan untuk menyelenggarakan berbagai upacara adat sehingga mempengaruhi pembentukan halaman depan rumah sebagai area yang bersifat publik. Halaman yang ada di sekitar rumah ditanami beberapa jenis vegetasi, yaitu vegetasi buah, sayur, bunga, obat, serta vegetasi untuk upacara tertentu. Vegetasi sayur dan bunga ini umumnya ditanam masyarakat dalam bentuk bedeng-bedeng. Antar rumah yang satu dengan lainnya dipisahkan oleh kebun yang ditanami vegetasi perkebunan seperti kopi (Coffea arabica), kapas (Gossypium hirsutum), dan coklat (Theobroma cacao). Jenis tanaman yang dipercaya masyarakat Minahasa untuk menandakan batas tanah adalah hanjuang hijau (Cordyline fruticosa), sedangkan hanjuang merah (Cordyline terminalis) digunakan untuk upacara adat.

Berdasarkan informasi mengenai kebudayaan Minahasa dihasilkan konsep umum desain taman tradisional Minahasa. Konsep desain ini menjadi acuan dalam mendesain Wisma Woloan 1 dan 2. Dalam pengaplikasiannya, konsep dibagi menjadi konsep dasar, ruang, vegetasi, sirkulasi, dan fasilitas. Konsep dasar taman yaitu taman yang memunculkan karakter taman tradisional Minahasa melalui penerapan informasi budaya yang berhubungan dengan pembagian ruangnya. Menurut Booth (1983) ruang berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi ruang publik, ruang privat, dan ruang servis. Melalui pendekatan pembagian ruang ini, konsep ruang untuk taman rumah tradisional Minahasa mengikuti pembagian ruang tersebut dan ditambahkan ruang semi publik untuk mengakomodasi kegiatan yang bersifat non privasi. Ruang publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh penghuni rumah maupun orang lain, sedangkan ruang privat lebih tertutup sehingga hanya dapat diakses oleh penghuni rumah saja. Ruang servis merupakan ruang penunjang yang umumnya terletak di belakang rumah.

Konsep vegetasi yang dikembangkan dalam tapak berdasarkan fungsi vegetasi dalam kehidupan masyarakat Minahasa. Fungsi vegetasi tersebut adalah sebagai vegetasi produksi, vegetasi buah, vegetasi pembentuk bedeng bunga dan sayur, vegetasi rempah-rempah, vegetasi yang dipakai dalam upacara adat, dan vegetasi obat. Konsep sirkulasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu sirkulasi utama dan sirkulasi pendukung. Sirkulasi utama menghubungkan tapak dengan area luarnya, sedangkan sirkulasi pendukung menghubungkan elemen-elemen di dalam tapak. Konsep fasilitas yang akan diterapkan adalah fasilitas yang ada di sekitar rumah tradisional Minahasa berdasarkan informasi budaya. Fasilitas yang akan dikembangkan adalah dapur, kamar mandi, WC, sumur, dan waruga.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembagian ruang dalam taman tradisional Minahasa berupa halaman depan sebagai area publik, halaman samping sebagai area semi publik, halaman belakang sebagai area servis, dan bangunan rumah tradisional sebagai area privat. Taman Wisma Woloan 1 yang terletak di atas air, pembagian ruang dan penempatan elemen taman pada wisma ini berbeda dengan Wisma Woloan 2, yaitu kolam air sebagai area publik dan letak jalur sirkulasi di sekitar rumah yang dipisahkan oleh kolam tersebut. Tata letak elemen-elemen tanaman dalam Wisma Woloan 1 berdasarkan peletakkan tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, “Zazanian Ni Karema”.

Page 5: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

tanpa mencantumkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan suatu masalah.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 6: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

KONSEP DESAIN

TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA DI BASE CAMP

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

RINI AVRYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2012

Page 7: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

Judul : Konsep Desain Taman Rumah Tradisional Minahasa di base camp

Hutan Pendidikan Gunung Walat

Nama : Rini Avryani

NRP : A44070064

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc

NIP. 19620801 198703 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :

Page 8: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Djejen Achmad dan Ibu Dewi Sukaesih.

Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Pisangan Baru 11

Pagi pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMP Negeri 232 Jakarta

Timur. Jenjang pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA Negeri 68

Jakarta Pusat dan tamat pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis memasuki bangku kuliah di Institut Pertanian

Bogor melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis

memilih untuk masuk dalam Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Selama masa studi, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa

Arsitektur Lanskap (Himaskap). Tahun 2008, penulis sempat menjadi anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, dengan jabatan sebagai

staf Divisi Sosial Lingkungan serta menjadi panitia Simposium Green City. Pada

tahun 2009, penulis menjadi pengurus Himaskap di bawah Divisi Sosial

Lingkungan. Pada tahun yang sama penulis menjadi panitia dalam kegiatan Masa

Perkenalan Fakultas (MPF), Masa Perkenalan Departemen (MPD), serta Gebyar

Pertanian. Tahun 2010, penulis menjadi panitia dalam IPB Art Contest (IAC) serta

Workshop Nasional Arsitektur Lanskap. Penulis sempat memegang jabatan

sebagai sekretaris ketika pelaksanaan KKP di Desa Candali.

Page 9: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

KATA PENGANTAR Assalamualaikum, wr. wb

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia

Allah Swt sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep

Desain Taman Rumah Tradisional Minahasa di Base Camp Hutan Pendidikan

Gunung Walat” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Akhirnya dengan penuh syukur penulis mengucapkan terima kasih

kepada

1. Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian berlangsung

hingga penyusunan karya ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Nandi Koesmaryandi, MScF sebagai pengelola Hutan Pendidikan

Gunung Walat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di

HPGW dan informasi mengenai pengembangan base camp Gunung Walat

serta Pak Rizal dan Pak Agung sebagai staf pengelola HPGW atas

bantuan, bimbingan dan dukungannya selama penulis melakukan

penelitian.

3. kedua orang tua, Ibu Dewi Sukaesih dan Bapak Djedjen Achmad, yang

telah memberikan dukungan, baik moral maupun materi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Meskipun

demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca yang memerlukannya.

Bogor, Desember 2012

Penulis

Page 10: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak
Page 11: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang .............................................................................................. 1

Tujuan ........................................................................................................... 2

Manfaat ......................................................................................................... 2

Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Hutan ............................................................................................................. 4

Vernakular ..................................................................................................... 4

Taman ............................................................................................................ 5

Elemen Dasar dalam Desain Lanskap ........................................................... 6

Bentukan Lahan .................................................................................. 6

Material Tanaman ............................................................................... 7

Paving ................................................................................................. 8

Site Structures ..................................................................................... 8

Air ....................................................................................................... 9

Prinsip Desain ............................................................................................... 9

Focalization of Interest ..................................................................... 10

Kesederhanaan (Simplicity) ............................................................... 10

Ritme dan Garis................................................................................. 11

Proporsi ............................................................................................. 11

Kesatuan (unity) ................................................................................ 12

Konsep Ruang Luar..................................................................................... 12

Kebudayaan ................................................................................................. 12

Minahasa ..................................................................................................... 13

Lanskap Minahasa ............................................................................. 14

Kependudukan dan Mata Pencaharian .............................................. 14

Page 12: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

ii

Karakteristik Masyarakat Minahasa .................................................. 16

Pola Perkampungan ........................................................................... 16

Sistem Organisasi Kemasyarakatan .................................................. 17

Sistem Religi dan Upacara Keagamaan ............................................ 17

Bahasa ............................................................................................... 27

Sistem Ilmu Pengetahuan .................................................................. 27

Kesenian ............................................................................................ 28

Seni Bangunan .................................................................................. 30

Pengaruh Luar terhadap Kebudayaan Minahasa ......................................... 39

METODOLOGI .................................................................................................... 41

Waktu dan Tempat ...................................................................................... 41

Metode Penelitian........................................................................................ 42

Kajian Budaya ............................................................................................. 42

Inventarisasi ................................................................................................ 43

Analisis dan Sintesis ................................................................................... 43

Konsep Desain ............................................................................................ 45

Batasan Studi ............................................................................................... 45

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 46

Kondisi Umum Base camp HPGW ............................................................. 46

Aksesibilitas dan Sirkulasi ................................................................ 46

Topografi dan Jenis Tanah ................................................................ 48

Iklim dan Hidrologi ........................................................................... 48

Vegetasi ............................................................................................. 50

Fasilitas ............................................................................................. 50

Utilitas ............................................................................................... 50

Potensi Visual.................................................................................... 52

Penduduk Sekitar .............................................................................. 52

Pengguna (User) ............................................................................... 52

Aktivitas HPGW ............................................................................... 53

Taman Wisma Woloan 1 dan 2 ................................................................... 54

Analisis dan Sintesis Tapak ........................................................................ 57

Aspek Fisik ....................................................................................... 57

Page 13: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

iii

Aspek Budaya ................................................................................... 59

Konsep ........................................................................................................ 65

Konsep Umum .................................................................................. 65

Desain Wisma Woloan di Basecamp HPGW. ............................................ 71

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 79

Simpulan ..................................................................................................... 79

Saran ............................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

LAMPIRAN .......................................................................................................... 83

Page 14: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

iv

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jenis data yang dikumpulkan pada tahap studi pustaka ................................... 43

2. Daftar narasumber penelitian ........................................................................... 43

3. Jenis, sumber, dan kegunaan data inventarisasi ............................................... 44

4. Data kunjungan HPGW pada tahun 2010 dan 2011 ........................................ 53

5. Perbandingan jenis upacara sebelum dan setelah abad ke-19 .......................... 59

6. Informasi budaya dan ruang yang diperlukannya ............................................ 61

7. Jenis vegetasi yang ada di halaman rumah tradisional Minahasa .................... 63

8. Pembagian ruang, aktivitas, dan fasilitas pada Wisma Woloan....................... 68

9. Pembagian fungsi vegetasi berdasarkan ruang yang ada ................................. 70

Page 15: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

v

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka pikir penelitian ................................................................................... 3

2. Fungsi tanaman dalam lanskap .......................................................................... 7

3. Keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris ...................................... 10

4. Penanaman pada area sudut, perhatian diarahkan pada area incurve ............... 11

5. Pembagian komposisi ruang luar ..................................................................... 13

6. Sketsa desa di Minahasa pada tahun 1977/1978 .............................................. 18

7. Relief peletakkan waruga di sekitar rumah tinggal .......................................... 23

8. Ukiran peti kayu balasong dan sketsa rumah Sonder (1824) .......................... 29

9. Seni ragam hias Minahasa ................................................................................ 30

10. Relief waruga Sawangan ................................................................................ 31

11. Relief proses pembuatan waruga dan posisi jenazah di dalamnya ................ 32

12. Sketsa rumah dan bagian-bagian rumah adat Minahasa ................................ 33

13. Layout rumah tradisional Minahasa ............................................................... 38

14. Denah rumah dan halamannya 1845-1945 ..................................................... 38

15. Lokasi penelitian ............................................................................................ 41

16. Tahapan penelitian ......................................................................................... 42

17. Aksessibilitas menuju HPGW melalui Bogor dan Jakarta ............................. 46

18. Peta alur sirkulasi pada base camp................................................................. 47

19. Kontur base camp saat ini .............................................................................. 49

20. Peta base camp saat ini ................................................................................. 51

21. Peta Inventarisasi Tapak ................................................................................ 55

22. Kondisi Wisma Woloan saat ini ..................................................................... 56

23. Peta analisis dan sintesis tapak ...................................................................... 58

24. Block plan Taman Tradisional Minahasa ....................................................... 66

25. Konsep ruang pada Wisma Woloan ............................................................... 69

26. Konsep sirkulasi Wisma Woloan ................................................................... 71

27. Site plan .......................................................................................................... 73

28. Blow up Wisma Woloan 1.............................................................................. 74

29. Blow up Wisma Woloan 2.............................................................................. 75

Page 16: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

vi

30. Tampak potongan Wisma Woloan ................................................................. 77

31. Perspektif Wisma Woloan.............................................................................. 78

Page 17: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Lirik lagu “Zazanian Ni Karema” .................................................................... 84

Page 18: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan area hutan yang

terletak di Kabupaten Sukabumi dengan luas sekitar 359 ha. Hutan ini berfungsi

sebagai hutan pendidikan dan konservasi. Sebagian besar wilayah HPGW

ditanami oleh pohon damar (Agathis loranthifolia) dan pinus (Pinus mercusii).

Kedua jenis pohon ini menghasilkan getah yang menjadi sumber ekonomi bagi

pengelolaan HPGW. Selain kegiatan produksi, aktivitas mahasiswa seperti

praktikum dan penelitian dapat difasilitasi oleh hutan ini. Sebagai pusat aktivitas

dan istirahat bagi para pengunjungnya, HPGW menyediakan base camp seluas ± 2

ha yang terletak di tengah-tengah area hutan. Fasilitas yang terdapat di dalam base

camp berupa guest house, ruang diskusi, ruang makan dan dapur, aula, masjid,

penginapan dosen, serta gedung workshop sebagai tempat penyimpanan getah

damar (Agathis loranthifolia).

Guest house atau wisma untuk pengunjung HPGW berjumlah sembilan

bangunan yang letaknya menyebar di seluruh area base camp. Guest house

tersebut meliputi Wisma Woloan 1 dan 2, Wisma Pinus, Wisma Jati, Wisma

Agathis, Wisma Puspa, Wisma Bungur, Wisma Banteng, dan Wisma Rasamala.

Dari kesembilan bangunan tersebut, terdapat dua buah bangunan yang merupakan

salah satu bangunan tradisional Minahasa, yaitu Wisma Woloan. Wisma Woloan

ini merupakan pemberian dari kerabat pengelola HPGW. Wisma ini berbentuk

rumah panggung yang dimiliki oleh suku Minahasa. Kelebihan dari rumah ini

adalah penerapan teknologi knock down yang menjadikan rumah dapat dibongkar

pasang. Rumah adat ini telah banyak mengalami perkembangan. Pada saat ini

rumah panggung woloan sudah banyak diekspor ke luar negeri karena kelebihan

yang dimilikinya.

Untuk mendukung fungsi HPGW sebagai hutan konservasi dan pendidikan,

base camp dapat dijadikan sarana bagi pengunjung HPGW untuk memperluas

ilmu pengetahuan. Salah satu aplikasinya adalah pada rumah tradisional woloan

ini yang dapat menjadi sarana pendidikan budaya. Namun, rumah tersebut belum

didukung oleh taman yang dapat memperkuat karakter rumah tradisional

Minahasa. Diperlukan konsep desain taman rumah tradisional Minahasa dengan

Page 19: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

2

penerapan unsur budaya agar karakter rumah tradisional tersebut dapat

dimunculkan.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan penelitian ini adalah menyusun konsep desain taman

area Wisma Woloan pada base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat yang

didasarkan pada pertimbangan budaya Suku Minahasa sehingga memberikan

gambaran dan pengetahuan bagi pengguna mengenai taman rumah tinggal

masyarakat Minahasa.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari desain taman area base camp Hutan

Pendidikan Gunung Walat ini adalah sebagai berikut.

1. Acuan dalam mendesain dan membangun taman rumah tradisional woloan

pada base camp bagi pengelola Hutan pendidikan Gunung Walat untuk

membangun taman;

2. Referensi bagi perencana dan desainer lanskap dalam mendesain taman

rumah tinggal Minahasa.

Kerangka Pikir Penelitian

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan hutan produksi,

terdiri dari hutan dan base camp yang terletak di tengah-tengah area hutan

tersebut. Fungsi HPGW sebagai hutan pendidikan dan rekreasi diterapkan di area

base camp, sedangkan fungsi konservasi diterapkan pada hutan produksinya.

Fungsi pendidikan pada base camp dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

pendidikan alam, pendidikan budaya, dan pendidikan teknologi (Gambar 1).

Pendidikan alam dapat memanfaatkan keberadaan pohon buah yang tersebar di

area base camp, sedangkan pendidikan teknologi dapat diterapkan pada

pembuatan biola dari pohon damar yang tumbang. Pendidikan budaya dapat

memanfaatkan keberadaan Wisma Woloan yang merupakan salah satu rumah

tradisional Sulawesi Utara. Untuk lebih memunculkan karakter rumah tradisional

tersebut, diperlukan penataan taman di sekitar bangunan yang mencirikan taman

rumah tinggal masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara.

Page 20: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

3

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Konsep Desain Taman Rumah

Tradisional Minahasa sebagai

Sarana Pendidikan Budaya bagi

Pengunjung

Vegetasi

Buah

Rumah

Tradisional

Woloan

Biola dari

Kayu

Damar

Konservasi

Hutan Pendidikan Gunung

Walat (HPGW)

Base camp Hutan Produksi

Pendidikan Rekreasi

Alam Budaya Teknologi

Page 21: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

4

TINJAUAN PUSTAKA Hutan

Hutan merupakan suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan

dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi

areal sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu. Kerapatan ini disebabkan

oleh adanya semak belukar, tanaman penutup tanah, dan adanya pohon-pohon

pemanjat (Arief, 2001).

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pada

Bab II Pasal 8 dinyatakan bahwa pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan

tertentu untuk tujuan khusus yang diperlukan untuk kepentingan penelitian dan

pengembangan, pendidikan dan latihan, serta religi dan budaya. Berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.188/Menhut-II/2005, HPGW merupakan

kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) sebagai hutan pendidikan dan

pelatihan (Hutan Diklat).

Vernakular

Vernakular adalah penerjemahan secara langsung dan tanpa sadar pada

bentuk fisik budaya, kebutuhan dan nilainya, sesuai keinginan, impian, dan

kegemaran manusia. Lingkungan ideal manusia diwujudkan pada bangunan dan

pemukiman dengan tanpa desainer, seniman, atau arsitek (Rapoport, 1969, dalam

Motloch, 1991). Bentuk, model, material, dan konstruksi dari bangunan

vernakular merupakan aturan sehingga tidak dapat dirubah. Selain itu, model

bangunan merupakan bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan keluarga, tapak,

iklim mikro, dan sebagainya. Karakteristik dari vernakular adalah kurangnya

aspek teoritis dan keindahan sehingga vernakular berfokus pada keadaan tapak

dan iklimnya dengan memperhatikan lingkungan keseluruhan, bersifat sealami

mungkin dan mempunyai corak khas sesuai aturan yang diberikan.

Menurut Wiranto (1999), arsitektur vernakular merupakan pengembangan

dari arsitektur rakyat. Arsitektur rakyat dipengaruhi oleh norma, adat, iklim,

budaya, dan potensi bahan yang ada di sekitarnya. Arsitektur Rakyat tersebut

secara langsung telah mendapatkan pengakuan masyarakatnya karena tumbuh dan

melewati perjalanan pengalaman trial and error yang panjang. Arsitektur Rakyat

Page 22: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

5

yang dirancang oleh dan untuk masyarakat yang bersangkutan mengandung muatan

“local genius” dan nilai jati diri yang mampu menampilkan keaslian, perbedaan, dan

variasi. Arsitektur ini sangat dekat dengan budaya lokal yang umumnya tumbuh dari

masyarakat kecil. Warisan arsitektur vernakular Indonesia memiliki nilai karakteristik

kuat sesuai dengan pemikiran kosmologis dan pandangan hidup masyarakat asli. Hal

penting yang dimiliki oleh arsitektur vernakular adalah nilai ekologis yang tanggap

terhadap lingkungannya dan senantiasa mengacu pada potensi, kemampuan dan

keterampilan setempat, pengetahuan praktis, dan teknik tradisional yang biasanya

dilaksanakan sendiri atau dibantu oleh kerabat atau masyarakatnya.

Taman

Menurut Turner (2005), taman adalah sebidang lahan yang dipagari dan

digunakan untuk kesenangan manusia. Taman menghubungkan antara manusia

dengan dunia dimana mereka hidup. Semua manusia dari berbagai jenis umur

merasakan kebutuhan untuk berdamai dengan lingkungan sekitarnya dan telah

membuat taman untuk memuaskan cita-cita dan aspirasinya (Crowe, 1981). Salah

satu taman yang dapat mendukung fungsi rumah adalah taman rumah. Dalam

cakupan pertamanan, peran taman rumah tidak kecil. Taman rumah merupakan

komponen penting di lingkungan rumah tinggal sebagai pelengkap dan

penyempurna kehidupan rumah tangga. Taman dapat menjadi wahana bagi

keluarga sebagai tempat bercanda, berekreasi, bermain, atau sekedar duduk santai.

Taman rumah juga menjadi unsur penting dalam menciptakan lingkungan yang

sehat baik bagi penghuni maupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Rangkaian taman rumah yang satu dengan yang lainnya akan membentuk

kesatuan rumah tinggal. Apabila ditata dengan asri, rangkaian taman dapat

menampilkan keindahan lingkungan perumahan (Sulistyantara, 2006).

Ada beberapa faktor/fungsi yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan

taman, yaitu keindahan, privasi, kenikmatan, keamanan dan kenyamanan,

fleksibel, rekreasi, sumber makanan (sayur dan buah), hiburan, dan mudah dalam

perawatan (Supriati et al., 2008). Fungsi taman sebagai sumber makanan dapat

diaplikasikan dengan menanam jenis tanaman sayur dan buah. Di negara maju,

kesadaran akan manfaat tanaman sayur dan buah segar untuk kesehatan

Page 23: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

6

mendorong mereka untuk menjadikan tanaman buah dan sayur sebagai elemen

terpenting dari lanskap halaman rumah.

Berdasarkan bagian yang dapat dikonsumsi, tanaman sayur dapat dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu sayur buah, sayur daun, dan sayur umbi. Tanaman sayur

buah contohnya adalah tomat, terung, cabai merah, cabai rawit, paprika, labu

siam, kacang panjang, dan pare, sedangkan contoh tanaman sayur daun seperti

kemanggi, katuk, bayam, kangkung, sawi hijau, selada, bawang daun, dan seledri.

Tanaman sayur umbi dapat berupa wortel dan lobak.

Elemen Dasar dalam Desain Lanskap

Dalam mendesain suatu tapak, terdapat elemen dasar yang perlu

diperhatikan. Elemen dasar lanskap ini terdiri dari bentukan lahan, material

tanaman, paving, bangunan pada tapak, serta air (Booth, 1983).

Bentukan Lahan

Bentukan lahan sinonim dengan topografi. Contoh bentukan lahan ini

adalah bukit, gunung, lembah, padang rumput, dan dataran. Topografi

mempengaruhi banyak aspek, diantaranya karakter dari suatu area, definisi dan

persepsi dari ruang, pemandangan, drainase, iklim mikro, penggunaan lahan, dan

pengaturan fungsi dari tapak tertentu. Untuk dapat bekerja secara efektif dengan

bentukan lahan, dibutuhkan pengetahuan dalam teknik mengekspresikannya,

diantaranya pengetahuan memanipulasi topografi melalui kontur, warna, arsiran,

perhitungan matematika, model 3 dimensi, serta komputer grafis.

Tipe bentukan lahan dilihat dari bentuknya terdiri dari datar, cembung,

bukit, cekung, dan lembah. Masing-masing tipe bentukan lahan ini memiliki

karakteristik yang berbeda-beda. Bentukan lahan yang datar bersifat paling stabil

dibandingkan dengan bentuk lahan yang lain. Oleh karena itu orang merasa

nyaman dan tenang ketika berjalan di atasnya. Kelemahan dari bentukan ini

adalah tidak ada pembatas ruang sehingga kesan privasi tidak ada, sedangkan

bentukan lahan yang cekung menghasilkan privasi, namun seseorang yang berada

di lahan ini cenderung merasa terisolasi dari lingkungan sekitarnya.

Page 24: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

7

Sumber: Booth (1983)

Material Tanaman

Tanaman merupakan komponen mayor yang digunakan arsitek lanskap

dalam mengatur ruang dan mengatasi permasalahan yang ada. Selain

menyediakan peran penting dalam elemen struktur desain, tanaman juga

menyediakan kehidupan dan keindahan lingkungan. Material tanaman dalam

penggunaan arsitektur diantaranya menciptakan ruang, sebagai screen, dan

privacy control (Gambar 2).

Material tanaman yang digunakan dalam desain lanskap memiliki

karakteristik yang dapat dibedakan baik melalui ukuran, bentuk, warna, maupun

tekstur. Terdapat beragam ukuran tanaman, diantaranya pohon besar dan sedang,

pohon kecil dan ornamental, semak tinggi, semak sedang, semak rendah, serta

groundcover, sedangkan dalam hal bentuk, tajuk tanaman dibedakan menjadi

bentuk kolumnar, menyebar, bulat, piramidal, menjuntai, dan bentuk tidak

beraturan.

Warna pada tanaman memberikan karakteristik emosi karena pengaruh

langsungnya pada ruang luar. Warna yang cerah menyampaikan kesan terang dan

cerah pada atmosfir, sedangkan warna yang gelap menggambarkan kesan yang

suram. Warna direpresentasikan dalam material tanaman melalui daun, bunga,

buah, ranting dan cabang, serta batang kulit kayu, sedangkan tekstur memberikan

pengaruh dalam komposisi penanaman, termasuk kesatuan dan variasi komposisi,

Gambar 2. Fungsi tanaman dalam lanskap

Page 25: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

8

persepsi jarak, sifat warna, daya tarik visual, dan suasana desain. Tekstur pada

tanaman ini dibagi menjadi tekstur kasar, sedang, dan halus.

Fungsi estetis material tanaman adalah sebagai komplementor, pemersatu,

penegas, pemberi identitas, penghalus dalam desain, dan membingkai view.

Paving

Paving merupakan salah satu material keras yang terdapat pada ruang luar

untuk membuat permukaan yang tahan lama dan memperkuat objek desain.

Contoh dari paving seperti gravel, kerikil, bata, ubin, batu, beton, aspal, dan kayu.

Paving memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya berbeda dengan

material permukaan lainnya. Terdapat beberapa fungsi penggunaan paving,

diantaranya paving dapat mengakomodasi penggunaan yang intensif. Hal ini

dikarenakan struktur paving yang keras sehingga lebih tahan lama dibandingkan

dengan penggunaan vegetasi penutup tanah. Selain itu, paving dapat menjadi

pengarah dengan desain paving yang menghubungkan satu lokasi ke lokasi

lainnya. Paving juga dapat memberikan kecepatan dan irama dari pergerakan,

tergantung dari lebar dan bentuk paving.

Desain yang berbeda baik melalui ukuran, material, bentuk, maupun

kemiringan paving dapat mengindikasikan penggunaan yang berbeda pada tapak.

Misalnya penggunaan paving yang berbeda antara pintu masuk dengan ruangan

santai ataupun cafetaria. Ukuran paving yang berbeda dapat mempengaruhi kesan

skala sehingga paving dengan ukuran besar memberikan kesan ruang yang luas,

sedangkan paving yang kecil memberikan kesan sempit. Selain itu, paving

menyediakan kesatuan. Dengan penggunaan paving pada bangunan yang terpisah,

maka bangunan tersebut akan terkesan menyatu.

Site Structures

Site structures dapat diartikan sebagai elemen konstruksi tiga dimensi di

dalam lanskap yang memenuhi fungsi spesifik pada konteks ruang luas. Site

Structures merupakan bentuk yang keras, tetap, dan relatif permanen pada

lingkungan luar. Contoh site structures adalah anak tangga, ramp, dinding, pagar,

dan tempat duduk. Anak tangga dan ramp memfasilitasi pergerakan dari satu

tempat ke tempat lain. Dinding dan pagar membatasi ruang dan menciptakan

Page 26: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

9

detail pada struktur. Tempat duduk membuat ruang luar terlihat lebih manusiawi

dengan menyediakan tempat untuk beristirahat dan mengamati. Penggunaan yang

sensitif dari site structures membuat lanskap lebih nyaman dan responsif untuk

kebutuhan manusia.

Air

Air merupakan elemen yang memiliki banyak variasi desain dan beragam

bentuk, seperti berbentuk rata, kolam, air terjun, dan air mancur. Air digunakan

dalam lanskap sebagai elemen estetik dan digunakan untuk mendinginkan udara,

penghalang suara, mengirigasi tanah, atau menyediakan area rekreasi.

Karakteristik umum air yang mempengaruhi tujuan dan metode dalam mendesain

suatu lanskap diantaranya adalah plastis, dapat bergerak, dapat menghasilkan

suara, serta dapat menciptakan refleksi dari suatu objek.

Dalam mendesain air, hal yang harus diperhatikan adalah bentuk, ukuran,

tinggi, dan kemiringan dasar dari suatu elemen. Namun demikian, faktor lain

seperti angin, cahaya matahari, dan suhu dapat mempengaruhi kualitas visual air.

Dengan berbagai kemampuannya, air merupakan elemen spesial yang

menambahkan arti dan kesan pada ruang terbuka.

Prinsip Desain

Prinsip mengacu pada standar dimana desain dapat dibuat, diukur,

didiskusikan, dan dievaluasi (Ingels, 2004). Menurut Ingels, terdapat enam prinsip

dalam desain, diantaranya:

Keseimbangan

Terdapat 2 tipe keseimbangan, yaitu keseimbangan simetris dan asimetris

(Gambar 3). Keseimbangan simetris adalah keseimbangan yang terdapat pada

taman formal dimana salah satu sisi merefleksikan sisi yang berlawanan

dengannya. Komposisi lanskap tidak selalu harus terlihat kaku untuk menunjukan

keseimbangan simetris. Kombinasi material yang digunakan dapat bebas dan

sederhana selama bentuk, warna, dan material spesifiknya sama pada kedua sisi

komposisi, sedangkan keseimbangan asimetris merupakan keseimbangan yang

tidak formal. Secara visual, berat komposisi dari satu sisi dan sisi yang lainnya

sama, tetapi material yang digunakan dan penempatannya boleh berbeda.

Page 27: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

10

Keseimbangan ini berpotensi untuk lebih menarik dilihat karena terdapat dua sisi

yang dapat diamati dan dikaji.

Focalization of Interest

Focal point merupakan salah satu bagian dari komposisi lanskap yang

menarik mata pengunjung. Bagian lain dari komposisi berperan untuk melengkapi

fitur tersebut. Focal point dapat dibuat dengan penggunaan tanaman, hardscape,

elemen arsitektural, warna, pergerakan, tekstur, atau kombinasi dari satu elemen

dengan elemen lainnya (Gambar 4). Pada area publik di lanskap perumahan, pintu

masuk ke rumah merupakan fokus perhatian paling penting, Semua keputusan

desain yang dibuat pada area ini mendukung focal point tersebut.

Kesederhanaan (Simplicity)

Seperti prinsip keseimbangan, kesederhanaan juga membuat pengunjung

merasa nyaman pada lanskap. Di dalam lanskap mungkin saja terdapat bangunan

dengan arsitektur kompleks, pencahayaan yang luas, elemen air, sound system,

pola sirkulasi, dan sistem keamanan. Apabila elemen-elemen tersebut harus

Sumber: Ingels (2004)

Gambar 3. Keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris

Page 28: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

11

dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan klien, lanskap sebagai tempat meletakkan

elemen tersebut harus tetap sederhana dan nyaman bagi pengguna. Kesederhanaan

tidak berarti sederhana, membosankan, atau miskin akan imajinasi.

Kesederhanaan hanya mencengah penggunaan yang berlebihan terhadap jenis

tanaman, warna, tekstur, dan bentuk.

Ritme dan Garis

Ketika suatu elemen diulang dengan jarak yang sama maka ritme akan

terlihat. Elemen yang akan diulang dapat berupa elemen struktural (lampu atau

bangku taman) dan berupa pola, seperti pola jalan. Garis pada desain terbentuk

ketika elemen yang berbeda bertemu, misalnya ketika area rumput bertemu

dengan pavement. Alam juga dapat membentuk garis, seperti pada puncak

beberapa bukit. Ketika cukup banyak garis yang pararel satu sama lain dan

semuanya dapat terlihat oleh pengunjung pada saat yang sama, ritme garis akan

terlihat membawa dua konsep yang menyatu.

Proporsi

Proporsi menekankan pada hubungan ukuran antara semua elemen lanskap,

termasuk hubungan vertikal dan horizontal. Kebanyakan persepsi manusia

mengenai proporsi vertikal dipengaruhi oleh ketinggian pengamat dan terutama

oleh ketinggian mata pengamat yang berbeda antara berdiri, duduk, dan berbaring.

Menurut Crowe (1981), skala dan proporsi merupakan pelengkap unity, tanpa

kedua hal ini tidak akan tercipta harmoni dari suatu desain.

Gambar 4. Penanaman pada area sudut, perhatian diarahkan pada area incurve

Sumber: Ingels (2004)

Page 29: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

12

Kesatuan (unity)

Sebagai prinsip desain, kesatuan dapat mudah diukur jika kelima prinsip

yang lainnya sudah diterapkan secara baik dan benar pada desain. Desain yang

mempunyai kesatuan adalah dimana semua bagian yang terpisah berkontribusi

menciptakan desain keseluruhan, seperti warna dan tekstur mendukung satu sama

lain dibandingkan menonjolkan sisi menarik antar individu. Pada setiap kasus,

ketika komponen individu berharga dan diapresiasi, secara kolektif menciptakan

satu desain keseluruhan. Prinsip yang sama digunakan untuk mendesain lanskap.

Setiap komponen desain, baik material tanaman, bentuk penanaman, pemilihan

dan penggunaan material paving, pemilihan warna, rencana pencahayaan, atau

komponen lain dari ruang luar harus menjadi bagian dari keseluruhan.

Konsep Ruang Luar

Komposisi ruang di dalam setiap rumah sama, terdiri dari dinding, langit-

langit, dan lantai (Ingels, 2004). Komposisi ini juga terdapat pada ruang luar.

Material yang digunakan berbeda dari ruang dalam tetapi memenuhi fungsi yang

sama. Dinding pada ruang luar menegaskan batas dan ukuran dari ruang tersebut.

Material alam yang digunakan untuk membentuk dinding ruang luar dapat berupa

semak, pohon rendah, ground covers, dan bunga, sedangkan material buatan

manusia dapat berupa pagar atau bangunan (Gambar 5).

Lantai menyediakan permukaan untuk ruang luar. Material yang digunakan

untuk lantai dapat berupa material alami seperti rumput, ground covers, pasir,

gravel, atau air. Selain itu juga dapat berupa buatan manusia, seperti bata, beton,

patio, atau ubin. Langit-langit pada ruang luar memberikan batas atas pada ruang

tersebut. Langit-langit ini menyediakan perlindungan fisik, seperti penutup

alumunium atau pohon.

Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang bermakna pikiran, akal budi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), kebudayaan memiliki beberapa

arti berikut:

Page 30: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

13

1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti

kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat;

2. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan

untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi

pedoman tingkah lakunya;

3. Hasil akal budi dari alam sekelilingnya dan dipergunakan bagi

kesejahteraan hidupnya.

Selain itu, terdapat pengertian lain dari kebudayaan menurut Wenas (2007)

yang menjelaskan bahwa kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta India

yang terdiri dari gabungan kata Budhi dan Daya yang artinya kekuatan akal dan

karya. Dengan demikian kebudayaan adalah keseluruhan total dari gagasan dan

karya manusia yang menguasai bumi dan planet ini. Unsur kebudayaan meliputi

sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, bahasa

untuk saling berkomunikasi, sistem ilmu pengetahuan, sistem mata pencaharian,

sistem teknologi peralatan, dan kesenian.

Minahasa

Minahasa berasal dari kata Minaesa yang berarti persatuan. Daerah ini

dulunya dikenal dengan nama malesung (Rogi dan Siswanto, 2009).

Gambar 5. Pembagian komposisi ruang luar

Sumber: Ingels (2004)

Page 31: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

14

Lanskap Minahasa

Suku Bangsa Minahasa mendiami daerah yang terletak di ujung utara Pulau

Sulawesi, diantara 0055’-1055’ Lintang Utara dan 124020’- 125022’ Bujur Timur

dengan luas wilayah sekitar 5.273 km2. Batas administrasi wilayah suku ini

sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sangir Talaud, sebelah Timur

berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah Selatan dengan Kabupaten Bolaang

Mangondow, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.

Temperatur udara rata-rata 200C dan maksimum 280C dengan curah hujan

rata-rata setiap tahun 2.279 mm. Sebagian daerah Minahasa termasuk wilayah

vulkanis, terdapat sejumlah besar gunung berapi. Terdapat hewan yang tidak

dijumpai di daerah lain, seperti babi rusa, sapi hutan atau anoa, burung maleo, dan

burung manguni yang merupakan lambang daerah Minahasa.

Daerah Sulawesi Utara sejak dahulu merupakan penghasil kelapa terbesar

karena daerah sepanjang pantai banyak ditumbuhi pohon kelapa. Flora lainnya

diantaranya adalah jenis pohon kayu seperti kayu besi, kayu jati, kayu putih,

meranti, kayu hutan, rotan, dan bambu. Cengkeh mengambil peranan besar dalam

perekonomian Sulawesi Utara, kemudian coklat, kopi, buah-buahan, sayur-

sayuran, dan sebagainya.

Tahun 2001 Kabupaten Minahasa mulai dimekarkan yang terbagi menjadi

Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kota Tomohon, dan

Kabupaten Minahasa Tenggara (Wenas, 2007).

Kependudukan dan Mata Pencaharian

Masyarakat Minahasa mendiami pulau Sulawesi bagian utara. Suku bangsa

Minahasa terbagi ke dalam 8 sub suku bangsa dan 8 dialek, yaitu Tonsea,

Tombulu, Toulour, Totemboan, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan, dan Bantik

(Wenas, 2007). Dari informasi budaya menurut Wenas (2007) serta Proyek

Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Sulawesi Utara pada Tahun

1977/1978, didapatkan beberapa jenis mata pencaharian masyarakat Minahasa

yaitu dalam bidang pertanian, jasa, perdagangan, kerajinan, dan peternakan.

Page 32: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

15

Pertanian

Pertanian merupakan mata pencaharian pokok masyarakat Minahasa.

Hampir setiap rumah tangga memiliki tanah baik berupa sawah maupun ladang.

Sistem kepemilikan tanah di Minahasa dikenal dengan tanah pasini (milik sendiri)

dan tanah kalakeran (milik bersama). Menyadap air tuak dari pohon enau (aren)

dan membuat sagu dari batang pohon tewasen (rumbia) sudah dikenal sejak

zaman dulu. Minuman tuak ini dalam bahasa Melayu Manado disebut saguer dari

asal kata ‘air sagu’ karena berwarna putih susu.

Masuknya Bangsa Eropa di Minahasa telah mengenalkan masyarakat akan

komoditas pertanian lain, seperti jagung, kopi, kelapa, tembakau, coklat, dan pala.

Tanaman jagung merupakan tanaman dengan nilai ekonomi tinggi setelah padi,

sedangkan tanaman kopi pernah menjadi mata pencaharian utama di Minahasa

dari tahun 1818 sampai 1942.

Jasa

Mata pencaharian menjual jasa dilakukan orang Minahasa seperti menjadi

pendeta upacara kematian (Walian Mawasal) dan membuat batu kubur waruga.

Anak-anak para pemimpin Minahasa menjadi guru setelah tamat dari sekolah

kristen.

Perdagangan

Penduduk Minahasa menjual minuman yang berasal dari air tuak yang

disuling, dikenal dengan nama Minuman Cap Tikus. Minuman ini dahulunya

merupakan pengganti minuman keras bagi orang Eropa.

Kerajinan

Kerajinan membuat kain tenun sekitar tahun 1770-an pernah sangat

menguntungkan orang Minahasa, ketika produksi beras berkurang dan serangan

bajak laut di pantai Minahasa meningkat. Pohon kapas yang menjadi bahan utama

pembuatan kain tenun ini ditanam orang Minahasa sendiri di ladangnya. Kain

tenun ini terbuat dari berbagai daerah, yaitu buatan Tondano, Tomohon,

Langouwan, Tonsea, dan Bentenan. Semua kain tenun ini disebut ‘bentenan’ oleh

orang Minahasa. Pembuatan kain tenun di Minahasa mulai turun sejak 1880

Page 33: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

16

karena masuknya pakaian jadi dan mesin jahit di Minahasa sehingga muncullah

pedagang keliling yang menjual kain dan toko-toko penjual pakaian.

Kerajinan tangan lainnya yang terdapat di Minahasa adalah tikar yang

terbuat dari sejenis daun tumbuh-tumbuhan tertentu, aneka ragam wadah yang

terbuat dari rotan, silar, pandan, sejenis bambu kecil yang disebut bulutui,

sedangkan kerajinan dari tanah liat berupa jambangan, pot-pot bunga, piring,

mangkok, dan sebagainya.

Peternakan

Binatang ternak yang dikenal di Minahasa adalah sapi, babi, ayam, bebek,

kuda, anjing, dan angsa. Hewan ternak tersebut digunakan untuk menarik gerobak

dan bendi (sapi, kuda), sebagai penjaga dan pemburu (anjing), dan untuk

dikonsumsi (babi, ayam, bebek, sapi, angsa). Ternak seperti kuda dan sapi di

beberapa tempat di Minahasa banyak sekali dipakai sebagai salah satu bagian dari

maskawin di dalam perkawinan Minahasa yang disebut antar harta.

Karakteristik Masyarakat Minahasa

Orang Minahasa dikenal dengan beberapa sebutan, yaitu “orang Menadao”

atau “tou wenang”. Suku bangsa Minahasa berasal dari utara dan mempunyai

pertalian serta banyak kesamaan dengan bangsa Filipina dan Jepang dalam bentuk

tubuh (fisik) maupun genetikal (Rogi dan Siswanto, 2009). Masyarakat Minahasa

mengenal suatu bentuk keluarga batih (kesatuan kerabat) berdasarkan monogami.

Batas-batas hubungan kekerabatan ditentukan oleh prinsip keturunan bilateral,

jadi hubungan kekerabatan dihitung melalui pihak laki-laki maupun pihak

perempuan. Selain itu, masyarakat Minahasa mengenal sistem gotong-royong

yang disebut mapalus. Mapalus diartikan sebagai bentuk kerja sama yang

dilakukan warga se-desa yang berhubungan dengan aktivitas membangun rumah,

pertanian, kematian, dan sebagainya (Syamsidar, 1991).

Pola Perkampungan

Pola perkampungan desa di Minahasa adalah memanjang mengikuti jalan

raya di desa sehingga sepanjang jalan raya terletak pusat-pusat aktivitas desa

seperti gereja, masjid, kantor Kepala Desa, sekolah, pasar, toko, warung, rumah-

rumah tempat tinggal penduduk, dan sebagainya. Dari Gambar 6 terlihat bahwa

Page 34: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

17

letak gereja dan warung menyebar di dalam suatu desa. Akses yang

menghubungkan rumah satu kelompok keluarga dengan kelompok keluarga

lainnya berupa jalan desa , sedangkan jalan yang menghubungkan antar rumah di

dalam perumahan satu keluarga dihubungkan dengan jalan yang lebih kecil yang

disebut lorong.

Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Menurut Wenas (2007), masyarakat Minahasa mengenal dua golongan

kepemimpinan, yaitu walian dan tona’as. Walian berasal dari kata wali yang

artinya mengantar, seperti induk ayam mengantar dan melindungi anak-anaknya,

sedangkan tona’as berasal dari kata ta’as yang artinya keras, misalnya kata

tima’as artinya mengeras, bersifat keras. Jabatan tertinggi golongan walian adalah

Walian Tu’ah yang memimpin semua acara agama dan adat. Jabatan tertinggi

tona’as adalah Tona’as Wangko sebagai kepala pemerintahan. Tona’as Wangko

mengendalikan soal pemerintahan, pembangunan, peperangan, dan ilmu

pengetahuan.

Pada tahun 1870, fungsi walian dan tona’as berubah. Fungsi walian sebagai

pemimpin agama suku digantikan pendeta, pastor, atau imam, sedangkan fungsi

tona’as sebagai kepala adat digantikan oleh pejabat negeri seperti hukum tua dan

petugas catatan sipil. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan kelahiran,

perkawinan, dan kematian mulai menghilang digantikan oleh upacara gereja atau

di masjid. Unsur adat pada upacara kematian sudah tidak terlihat lagi karena

jenazah disemayamkan di gereja sebelum ke pemakaman. Tetapi penggunaan

busana khusus untuk perkawinan dan acara kedukaan masih diaplikasikan.

Sistem Religi dan Upacara Keagamaan

Sebelum Agama Katolik masuk pada tahun 1563, masyarakat Minahasa

mengenal Tuhan yang mereka sebut sebagai Empung atau Opo-opo. Menurut

N.Graafland dalam Wenas (2007), Tuhan orang Minahasa disebut Empung

Wa’ilan Wangko atau Empung Rengan-Rengan yang berarti Tuhan Maha Mulia,

Maha Besar, Tuhan yang selalu mendampingi manusia dimanapun berada. Untuk

mengatasi pengaruh dari roh jahat, orang Minahasa menggunakan roh leluhur

sehingga roh leluhur mempengaruhi seluruh kehidupan dari lahir sampai

Page 35: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

18

Sum

ber:

Tim

Pen

eliti

an d

an P

enca

tata

n K

ebud

ayaa

n D

aera

h Su

law

esi U

tara

(197

7/19

78)

Gam

bar 6

. Sk

etsa

des

a di

Min

ahas

a pa

da ta

hun

1977

/197

8

Page 36: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

19

meninggal. Ketika agama Kristen masuk ke Minahasa, batas-batas pemisah antara

upacara agama dan upacara adat mulai hilang karena saat upacara agama asli

berubah menjadi agama kristen, upacara adat ikut menghilang di Minahasa.

Cerita mengenai manusia pertama yang ada di Minahasa diperkirakan

berasal dari Jaman Spanyol. Cerita tersebut sebagai berikut: Empung Wa’ilan

Wangko menemukan kelapa yang kemudian dibelah dua dan keluarlah manusia

dari dalam kelapa disebut Wengi. Kemudian Empung Wa’ilan Wangko menyuruh

Wengi membuat 2 patung manusia dari tanah liat. Kemudian Wengi

menyemburnya dengan kunyahan jahe (goraka) sehingga patung tanah liat

berubah menjadi Adam dan Hawa.

Wengi merupakan ibu dari Dewi Lumimu’ut, sedangkan ayahnya bernama

Kawengian. Terdapat mitos mengenai Toar dan Lumimu’ut sebagai manusia

pertama lalu mendapat pengaruh kristen sehingga mitos asli Minahasa mengalami

perubahan konsep. Agama yang pertama kali masuk di daerah Minahasa adalah

agama katolik. Agama ini dibawa oleh seorang paderi katolik bernama Diego de

Magelhaes, yang merupakan Bangsa Spanyol dalam tahun 1563. Kemudian pada

tahun 1674 pemerintah Belanda menggantikan agama katolik dengan agama

kristen Protestan. Agama Islam masuk daerah Sulawesi Utara sekitar abad ke-16

(Syamsidar, 1991). Agama Minahasa disebut Maka Tana’ yang berarti

pengetahuan dari si pemilik tanah/bumi, Empung Wailan Wangko.

Dalam setiap upacara yang menyangkut roh manusia seperti pada upacara

kematian terdapat unsur upacara adat dan upacara agama. Unsur upacara agama

dipimpin oleh pendeta agama asli, Walian Me’eres yang mengucapkan doa

kepada Empung Wa’ilan Wangko untuk menerima roh yang meninggal. Dalam

pemakaman diikutsertakan kepala orang yang terpancung dengan tujuan dapat

menemani roh orang meninggal tersebut dalam perjalanan ke surga. Semakin

tinggi jabatan orang di masyarakat, semakin banyak jumlah kepala orang yang

dimasukkan. Upacara adat dalam prosesi pemakaman ini terletak pada upacara

memakamkan jenazah ke dalam waruga. Upacara lainnya yang menggunakan

kepala orang dalam pelaksanaannya adalah upacara mendirikan rumah baru,

upacara kesuburan, dan bersih desa.

Page 37: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

20

Pada tahun 1874 pendeta Belanda, Louwerier dalam Wenas (2007)

menyatakan bahwa upacara agama asli Minahasa yang memuja roh leluhur sudah

hilang sama sekali di Minahasa. Berdasarkan pernyataan tersebut, informasi

upacara-upacara tradisional masyarakat Minahasa dapat dibagi menjadi dua

periode, yaitu masa sebelum abad ke-19 dan masa setelah abad ke-19.

Masa Sebelum Abad ke-19

Dalam catatan perjalanan Graafland pada tahun 1869 di Minahasa, terdapat

beberapa upacara adat yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia, mulai dari

upacara kelahiran hingga kematian. Upacara tersebut diantaranya:

1. Upacara kelahiran

Setelah dua atau tiga hari bayi dilahirkan, keluarga harus mengadakan

upacara yang disebut Iroyor Si Oki (menurunkan anak). Dalam upacara ini

dipanggil dua, tiga, atau empat orang walian yang merupakan pemimpin

upacara adat. Di depan tangga bawah rumah anak ini dimandikan. Apabila

pada saat upacara ada orang yang lewat dan bersin, anak tersebut diramalkan

tidak ada harapan untuk bahagia. Namun, hal ini dapat disiasati dengan ibu dan

walian yang memakan sepotong pinang lalu berkata “ini sudah hari lain”,

kemudian upacara ini dilanjutkan. Selanjutnya bayi tersebut dibawa ke bawah

dan digendong untuk menyentuh babi yang ada di dekatnya dengan kakinya

agar para dewa mengetahui bahwa babi itu dipersembahkan atas nama bayi

tersebut. Kemudian bayi dibawa ke sungai dengan diiringi seorang walian yang

membawa api, sebuah batok kelapa, dan kemiri. Api digunakan sebagai alat

untuk mengusir setan dan kemiri digunakan untuk mengolesi kepala bayi. Di

sungai ini walian memandikan bayi dengan mengucapkan mantera agar

penyakit dapat hanyut bersama air. Dalam perjalanan pulang, walian berjalan

di depan diikuti oleh ibu dan bayinya. Bunyi gong dan kolintang mengiringi

perjalanan pulang mereka. Setelah sampai di rumah, babi dibelah dan diambil

hatinya. Hati babi ini digunakan untuk meramal masa depan bayi. Selanjutnya

adalah acara makan dan minum. Walian membagikan daging babi, ayah bayi

biasanya hanya mendapat sebagian kecil saja.

Ketika seorang anak laki-laki sudah berumur ± 1 tahun, anak ini harus

belajar menyadap air tuak (makehet). Dalam upacara ini, seorang ayah

Page 38: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

21

mengendong anaknya dan bersama rombongan dan walian pergi mencari

pohon aren. Setelah sampai pada pohon yang ditentukan, walian menempatkan

tangga dan menggantungkan bambu yang telah diisi penuh dengan saguer.

Kemudian walian mengangkat anak tersebut tiga kali dan menyentuhkan

kakinya ke tangga. Dalam perjalanan pulang setiap orang ditawari dengan

seteguk saguer. Setelah sampai di rumah, dimulailah acara makan dan minum.

Acara ini diiringi oleh gong dan kolintang. Anak perempuan tidak belajar

makehet melainkan harus dibekali kepandaian memasak dan memelihara babi.

Oleh karena itu, ia diberi beberapa potong kayu dan beberapa helai daun pada

bahunya lalu dibawa ke ujung jalan setapak yang menuju kebun. Dari sana

mereka menuju ke sungai, anak tersebut dimandikan, dan selanjutnya dibawa

pulang.

2. Upacara pernikahan

Dalam adat istiadat Minahasa, calon mempelai wanita yang akan

menikah harus terlebih dahulu dibeli oleh pria yang akan menikahinya. Hal ini

dikenal dengan istilah bowang (kasih harta). Jika telah mendapat keputusan

bahwa seorang gadis akan dipinang, keluarga pria pergi mengunjungi rumah

wanita tersebut. Setelah mendapat persetujuan dari orang tua wanita,

selanjutnya ditentukan hari untuk membicarakan roko (mahar). Mahar

sementara biasanya adalah 9 buah pinang, 9 lembar daun sirih, dan sepasang

perhiasan dari emas atau perak. Semua mahar ini dibungkus oleh kain katun

merah yang disebut katun benggali. Pada saat hari penentuan mahar, kedua

belah pihak bertemu, kemudian sambil memakan pinang, membicarakan mahar

untuk wanita tersebut. Mahar ini beragam, tergantung dari kesepakan keluarga.

Mahar paling tinggi adalah 100 potong salempuri, seekor kuda, sebuah gong,

satu paket alat musik tradisional, seorang budak, dan sebidang tanah. Mahar

untuk wanita yang pernah menikah dihargai rendah. Setelah mahar disepakati,

maka upacara pernikahan dapat dilaksanakan. Pada saat upacara ini walian

mengambil sebuah pinang dan mengunyahnya dengan sirih dan kapur

kemudian memberikannya kepada calon pengantin. Setelah acara makan di

rumah pengantin wanita selesai atau keesokan harinya, rombongan pengantin

wanita mengunjungi rumah pengantin pria. Pengantin wanita ini harus

Page 39: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

22

menyebrangi sungai atau melewati jembatan dan tidak boleh meneruskan

perjalanan sebelum diberi sepotong kain linen. Setelah sampai di depan rumah

pengantin pria, pengantin wanita tidak diperbolehkan menaiki tangga rumah

tersebut sebelum diberi kain linen lagi. Setelah menerimanya ia

memperlihatkan kepada keluarga dan orang yang di sekitarnya dan menaiki

tangga. Di dalam rumah telah tersedia hidangan dan setelah acara makan ini,

kedua mempelai dianggap telah resmi menikah.

3. Upacara kematian

Pada saat tokoh masyarakat meninggal, jenazahnya diikat dalam posisi

duduk di sebuah kursi selama satu malam dan dijaga oleh Walian Mawasal.

Peran walian ini untuk membujuk roh jenazah yang tidak ingin berpisah dari

jasadnya. Pada hari berikutnya, jenazah diturunkan dari lantai rumah yang

papan lantainya terbuka kemudian diletakkan di kursi jenazah yang disebut

lulukeran. Jenazah ini digotong mengelilingi rumah tiga kali, berkeliling

kampung, dan akhirnya dibawa ke waruga yang terletak di sebelah kanan

halaman belakang rumah alamarhum (Gambar 7). Tata cara ini bertujuan agar

roh orang yang meninggal tersebut tidak dapat kembali lagi ke rumah.

Menurut Graafland, agar kesedihan keluarga yang berduka hilang,

sebuah pesta persembahan keagamaan harus dilakukan demi kehormatan orang

yang meninggal tersebut. Tidak ada seorang pun yang berani melakukan

pekerjaan di rumah, di kebun, atau bekerja pada seseorang sebelum pesta

tersebut selesai karena roh mendiang akan terus meresahkannya siang malam

apabila hanya sedikit kemurahan yang dilakukan orang. Bagian dari pesta itu

adalah ngolongan yaitu ketika semua wanita menari-nari di halaman dan

memohon kepada Empung untuk memberikan yang terbaik sebagai ganti orang

yang meninggal itu bagi pria maupun wanita yang ditinggalkan. Keesokan

harinya pria atau wanita yang ditinggalkan itu diantar oleh seluruh keluarga

pergi ke luar kampung agar lambat laun dapat melupakan kesedihannya. Hal

ini disebut numaram. Selanjutnya, orang yang berduka cita itu boleh pergi

lebih jauh termasuk ke kebun. Di kebun pria atau wanita tersebut mengambil

beberapa sayuran atau buah-buahan lalu menebang satu atau lebih pohon buah-

Page 40: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

23

buahan agar roh yang meninggal dapat menikmati makanan dan tanaman di

tempatnya yang baru. Upacara ini disebut rumou-tanah.

Di rumah duka, tempat ada kematian, pesta pernikahan, pesta pertama

penghunian rumah, atau dalam kesempatan lain saat banyak orang berkumpul,

masyarakat biasanya melakukan permainan teka-teki. Apabila banyak tamu

yang diharapkan datang dalam upacara tersebut, atap depan rumah disambung

dengan atap sementara yang miring ke bawah hingga empat sampai lima kaki

di atas tanah. Dengan demikian, terdapat tempat untuk meletakkan bangku dan

kursi di bawahnya. Biasanya tempat ini untuk pria, sedangkan wanita duduk di

atas, di dalam rumah. Selama permainan mereka mengunyah pinang, sirih, dan

kapur, serta meminum saguer.

Masa Setelah Abad ke-19

Dalam Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Sulawesi Utara pada

periode tahun 1977/1978, terdapat beberapa upacara adat yang berkaitan dengan

daur hidup manusia, mulai dari upacara kelahiran hingga kematian. Upacara

tersebut diantaranya:

1. Upacara kelahiran

Di Minahasa masih terdapat wanita-wanita yang pada masa

kehamilannya percaya kepada hal yang tabu (foso). Foso yang juga dikenal

Rumah

tinggal

waruga waruga

Sumber:http://thearoengbinangproject.com/2010/10/mural-waruga-sawangan-Minahasa

Gambar 7. Relief peletakkan waruga di sekitar rumah tinggal

Page 41: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

24

dengan istilah posan dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan ibu yang

mengandung terhindar dari bermacam-macam pengaruh buruk. Foso ini berupa

seorang ibu tidak boleh melihat sesuatu yang menakutkan, seperti melihat

binatang yang disembelih dan suami tidak boleh menyembelih binatang, tidak

boleh melihat mayat, berdiri di depan pintu, dan sebagainya. Maksud larangan

ini adalah agar bayi lahir dengan selamat atau ibu tersebut tidak melahirkan

bayinya dengan susah payah.

Menjelang bersalin, semua pintu, jendela, koper, peti, dan sebagainya

harus dalam keadaan terbuka agar bayi dapat lahir dengan lancar. Setelah anak

lahir, beberapa hari kemudian diadakan pesta kelahiran yang hanya dihadiri

oleh famili terdekat. Pesta ini disebut Iroyor Si Oki. Pengambilan nama bayi

biasanya dari nama ayah/ibu/nenek/ paman/ bibi dan dapat juga disesuaikan

dengan bulan kelahiran bayi, masa peristiwa penting, dan nama-nama dari Al-

kitab.

2. Upacara pernikahan

Pada acara-acara seperti upacara pernikahan, malam hiburan di bidang

kematian, dan pada pekerjaan gotong royong biasanya seorang pria atau wanita

menemukan jodohnya. Apabila keinginan pria tersebut telah disetujui oleh

kedua orang tuanya, orang tua pria mengambil perantara yang disebut rereoan

dimana orang tersebut masih satu keluarga (wanita/pria yang sudah tua).

Perantara tersebut menyampaikan maksud orang tua pria kepada orang tua

wanita. Apabila disetujui, selanjutannya adalah penentuan hari upacara mas

kawin yang disebut antar harta. Pada upacara tersebut dirundingkan tanggal

pernikahan, tempat pelaksanaan, jumlah undangan, surat-surat yang

diperlukan, siapa saksi-saksi, dan sebagainya. Seringkali terdapat pernikahan

yang tidak melalui upacara antar harta lagi, melainkan mengikuti adat barat

seperti upacara tukar cincin. Setelah kedua pengantin duduk di pelaminan,

upacara adat dimulai dengan memanjatkan doa oleh walian dan kemudian

dilakukan upacara tawa’ang, kedua mempelai memegang setangkai pohon

tawa’ang sambil mengucapkan ikrar dan janji.

Page 42: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

25

3. Upacara kematian

Apabila terdapat warga suatu desa yang meninggal, secara cepat dapat

diketahui oleh seluruh warganya melalui beduk kampung, lonceng gereja, atau

berita dari mulut ke mulut. Menurut kebiasaan yang berlaku sampai pada

penelitian tersebut dilakukan, tidak ada seorangpun yang dapat keluar desa

untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan yang ada

hubungannya dengan kematian. Kaum wanita bertugas memasak, menyapu

dalam rumah, menjahit pakaian jenazah, menyediakan bunga, melayani tamu,

dan sebagainya, sedangkan tamu pria menyediakan peti jenazah, menyapu

halaman, membuat sabua (bangunan tambahan), menggali lubang pekuburan,

memikul jenazah, dan menyediakan tempat duduk.

Sebagian besar orang Minahasa beragama kristen sehingga upacara

kematian dilakukan berdasarkan tata cara kristen yang dipimpin pendeta.

Upacara dimulai dari dalam rumah, kemudian di luar rumah, dan upacara di

pekuburan. Selain upacara, terdapat acara lain yang berhubungan dengan

kematian, yaitu setelah jenazah telah dimakamkan minimum 3 hari. Acara

tersebut sebenarnya merupakan acara hiburan yang dikenal dengan 3 malam,

kumawus (Keduri tujuh hari), empat puluh hari, dan satu tahun. Pada acara ini

diadakan kebaktian secara agama dan langsung disambung dengan menyanyi,

bermain kartu, pantun, dan sebagainya.

Terdapat upacara-upacara lain yang berhubungan dengan rumah,

diantaranya (Kalangie et al., 1985):

1. Upacara pungutan

Upacara pungutan merupakan salah satu upacara tradisional di Minahasa

setelah panen. Upacara ini berupa pengucapan syukur kepada pemberi rezeki

berupa wujud dari hasil panen. Upacara dulunya dilaksanakan di suatu

lapangan terbuka yang luas, di sawah, dan di ladang. Namun, setelah agama

kristen masuk upacara ini dilaksanakan di gereja. Upacara pungutan dibagi

dalam dua bagian, yaitu upacara pengucapan syukur yang dilaksanakan pada

pagi hari di ruangan gereja dan pada sore hari yang bertempat di halaman

gereja. Masyarakat setempat berkumpul kembali dengan membawa berbagai

kue, makanan matang, dan berbagai hasil pertanian. Upacara pungutan yang

Page 43: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

26

dilaksanakan pagi dan sore hanya ditemukan di daerah pedesaan, sedangkan di

kota dilaksanakan di pagi hari (pukul 10.00 s/d 12.00) karena acara selanjutnya

dilakukan khusus di rumah masing-masing berupa makan bersama dengan

keluarga dan undangan.

Pada umumnya di saat pengucapan syukur setelah acara gereja pagi,

orang sibuk keluar-masuk rumah baik penghuni maupun tamu yang datang dari

luar. Sudah menjadi kebiasaan keluarga pada saat itu seakan-akan berebut

memanggil tamu untuk datang mencicipi makanan dan minuman yang telah

disediakan mereka. Selama upacara ini rumah sedapat mungkin dalam keadaan

terbuka (pintu dan jendela), melambangkan agar rezeki yang akan datang tidak

lewat begitu saja. Selain itu, bila ada keluarga yang rumahnya ditutup akan

dinilai sebagai orang yang kikir.

2. Upacara kaipian

Upacara ini diadakan di area rumah berupa acara mencicipi makanan dari

seorang petani yang akan panen. Masyarakat percaya bahwa memberi berupa

mencicipi hasil pertanian pada orang lain (kaipian) maka rezeki tetap terbuka

dalam arti panen berikutnya akan mendapatkan hasil yang berlimpah. Sebelum

diadakan selamatan di rumah, diadakan kegiatan persiapan berupa menjemur,

menumbuk, dan memasak beras yang akan disajikan dalam upacara ini. Acara

dilaksanakan di ruang tengah atau ruang makan. Pada saat ini upacara kaipian

sudah jarang dilaksanakan lagi karena beberapa alasan, diantaranya tidak

semua warga memiliki lahan garapan yang luas sehingga tidak mampu untuk

membagikan hasil kepada orang lain.

Berdasarkan Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah

Sulawesi Utara pada Tahun 1977/1978, terdapat salah satu upacara adat yang

disebut naik rumah baru yang sering dilakukan dengan memperdengarkan

nyanyian bersama. Upacara ini diadakan pada malam hari dengan memasang

lampu (minyak, lilin, atau obor). Setiap orang yang datang naik ke atas rumah

panggung dan ikut menari-nari sambil bernyanyi dengan ungkapan. Salah satu

ungkapannya adalah: “wasian rimondori wan kentur rumbu-rumbuan eh royor”.

Ungkapan ini bermakna bahwa pemilik rumah yang akan hidup menetap dalam

Page 44: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

27

rumah baru tersebut sudah tidak perlu khawatir lagi karena rumah itu sudah

kokoh, kuat bagaikan gunung. Upacara adat naik rumah baru ini sudah

menghilang apalagi upacara-upacara adat lainnya di Minahasa yang berupa adat

asli sudah tidak ada lagi.

Bahasa

Minahasa terdiri dari 8 wilayah sub-etnik tetapi hanya mempunyai 7 bahasa

sub etnik atau dialek, karena subetnik Bantik di pantai Barat dan Ponosakan di

pantai timur memiliki bahasa yang dapat dikatakan sama (Wenas, 2007). Bahasa

sub-etnik Tombulu, Tonsea, Tondano, dan Tontemboan digunakan oleh sebagian

besar penduduk Minahasa.

Sistem Ilmu Pengetahuan

Gejala alam seperti adanya laut, gunung, sungai, langit, matahari, awan,

hujan, kilat, dan guntur dijelaskan dalam pengetahuan mengenai cerita To’ar dan

Lumi’muut yang dipercaya sebagai nenek moyang masyarakat Minahasa. Peneliti

J. Alb. T. Schwarz dalam Wenas (2007) meneliti To’ar yang berasal dari kata tou

ari’i (tiang utama), juga tu’ur artinya keringat, maksudnya bumi yang berkeringat

sehingga menghasilkan embun pagi yang kemudian menjadi Dewi Bumi. Dewi

Karema yang ada di mitos asal-usul orang Minahasa berasal dari kata karerema’,

rerema’ yang artinya bintang. Bagaikan karerema (bintang) yang menyaksikan

To’ar lahir sebagai anak dan ketika berubah menjadi suami. Wujud Dewi Karema

di dalam Batu Pinawetengan digambarkan sebagai bintang berekor yang sekarang

dikenal dengan Komet Halley. Ilmu perbintangan ini dikuasai oleh Tona’as

Pengumaan/Tona’as Pertanian untuk menentukan musim tanam tanaman,

menangkap ikan di laut, penyakit, dan sebagainya.

Dari Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Sulawesi Utara

pada Tahun 1977/1978, terdapat pengetahuan yang berhubungan dengan

kebutuhan pengobatan di Minahasa sebagai berikut.

1. Kolano (jarak pagar), daunnya digunakan untuk kompres kepala bagi orang

yang sakit panas dan sakit kepala, sedangkan buahnya dipakai untuk obat

cuci perut, getahnya sebagai obat sariawan dan mata, kulit kayunya dibuat

jamu untuk penguat badan dan sebagainya;

Page 45: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

28

2. Lemong suangi (buah jeruk) digunakan untuk obat mata, batuk, penolak jin

jahat yang dinamakan pok-pok atau suangi. Tanaman ini juga digunakan

pada saat tradisi khusus peletakan batu bangunan rumah;

3. Goraka (jahe) digunakan untuk obat batuk, obat sakit perut, dan pengusir

roh-roh jahat;

4. Kucai (sejenis bumbu dapur) dipakai untuk mengobati anak-anak yang

panas;

5. Tawaang (hanjuang) digunakan untuk menentukan batas tanah. Tawaang

paling dipercaya untuk menentukan sampai dimana batas tanah seseorang.

Tanaman ini mengandung makna sumpah, barang siapa yang dengan

sengaja mencabut atau memotong tanaman tersebut akan mendapat

kesulitan di kemudian hari disebabkan orang yang menanam selamanya

diiringi oleh sumpah (sumpah tawaang) yang menurut kepercayaan

disaksikan oleh opo-opo. Itulah sebabnya dalam bahasa Minahasa tawaang

disebut juga poepopo yang artinya mengikutsertakan opo. Tawaang berasal

dari kata tawa, menjadi tumawa, yang artinya ‘memanggil’ sehingga daun

tanaman ini sering dipakai para pemuka agama pada berbagai upacara.

Pengetahuan masyarakat pada jaman dahulu berupa kepercayaan terhadap

binatang-binatang yang dianggap penjelmaan dari tuhan mereka (Opo-

opo/empung). Binatang tersebut adalah Burung Manguni dan ular hitam. Binatang

ini membawa tanda yang memberikan kabar baik atau buruk bagi setiap orang

yang mendengar maupun melihatnya.

Kesenian Seni Tari

Seni tari Minahasa umumnya dilakukan sambil menyanyi walaupun ada

tarian yang hanya berisi tarian saja. Dewi penari Minahasa bernama Rumintuwu’

yang berasal dari kata Tuwu’ yang artinya daun woka muda (Livistonia

rotundifolia). Dewi ini menari sambil memegang dan menggoyang-goyangkan

daun woka. Tarian yang paling utama disebut Maengket dimana tarian diisi juga

dengan nyanyian mengenai dewa-dewi kesuburan yang berhubungan dengan

tanaman padi, naik rumah baru, dan nyanyian cinta kasih. Selain tarian Maengket,

terdapat tarian Mangorai yang terdapat pada upacara Rumages yang merupakan

Page 46: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

29

upacara agama asli Minahasa. Tarian ini diiringi nyanyian Zazanian ni Karema

(Nyanyian Dewi Karema) yang menceritakan kisah Lumimu’ut dan To’ar.

Seni Ukir

Seni ukir Minahasa terdapat pada batu kubur waruga, peti kubur dari kayu

balasong, balok melintang di atas tiang rumah, papan petunjuk upacara, periuk

tanah liat bakar, dan ukiran jaman purba di batu Pinawetengan. Penulis MR. C. T.

Bertling berpendapat bahwa ukiran gambar motif ular adalah gaya asli Minahasa

tanpa dipengaruhi motif naga dari India. Hal ini sesuai dengan kepercayaan orang

Minahasa bahwa kematian hanya bagaikan ular yang berganti kulit, perubahan

dari dunia nyata ke dunia roh.

Ukiran pada tiang dan balok rumah Minahasa dari Sonder digambar sketsa

oleh seorang pengelana bangsa barat bernama Antonie Payen tahun 1824

(Gambar 8). Pada tiang dalam gambar tersebut, terukir relief pria dan wanita

pemilik rumah (ukiran pria berpakaian Eropa dengan topi seperti topi Napoleon).

Di sisi atasnya terlihat balok yang berukiran ular dengan kepala agak menonjol

keluar. Rumah ini milik Totolio Herman Wilem Dotulong.

Motif binatang yang banyak menghiasi benda-benda atau barang-barang

dalam rumah tangga karena dianggap keramat adalah ular hitam dan burung

manguni. Ular hitam melambangkan kewaspadaan karena ular hitam tidak pernah

lengah terhadap alam sekitarnya, sedangkan burung manguni dianggap binatang

Gambar 8. Ukiran peti kayu balasong dan sketsa rumah Sonder (1824)

Sumber: Wenas (2007)

Page 47: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

30

yang dapat memberi isyarat atau tanda-tanda melalui bunyinya pada malam hari

(Suradi et al., 1989).

Seni Ragam Hias

Motif hias Minahasa mempunyai ciri khas tersendiri dalam menggambar

tanaman, bunga, sapi hutan, ular, ayam, burung, dan manusia (Gambar 9). Ragam

hias Minahasa ini menurut Wenas (2007) banyak dipengaruhi gambar dari

keramik Cina kuno yakni bentuk pilin dan melengkung, seperti tanaman

merambat. Motif hias ini umumnya terdapat pada batu kubur waruga, bangunan,

atau benda lainnya. Namun karena orang Minahasa menganggap hiasan pada batu

waruga merupakan hiasan orang meninggal, orang Minahasa memilih

menghilangkannya sehingga banyak orang yang berpendapat bahwa Suku

Minahasa tidak mengenal motif hias.

Seni Bangunan

Waruga

Waruga merupakan salah satu warisan nenek moyang Suku Minahasa yang

berupa batu untuk menguburkan orang yang meninggal. Waruga berasal dari

gabungan dua kata, yaitu wale dan maruga. Wale berati rumah dan maruga berarti

badan yang akan menjadi hancur. Bentuk waruga menyerupai bentuk rumah, yang

terdiri dari bagian bangunan (bawah) dan atap (atas). Waruga ini berukuran lebar

0,5-1 meter dan tinggi 1-3 meter. Ukuran ini tergantung dari usia jenazah yang

ada di dalamnya. Jenazah orang yang meninggal dimasukkan ke dalam ruang di

Gambar 9. Seni ragam hias Minahasa

Sumber: Wenas ( 2007)

Page 48: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

31

dalam bangunan waruga dalam posisi jongkok dengan tumit kaki menempel pada

pantat, dan kepala mencium lutut, seperti janin di dalam kandungan. Filosofi yang

mendasari posisi peletakkan ini adalah bahwa manusia mengawali kehidupan

dengan posisi jongkok dan seharusnya mengakhiri hidup dengan posisi jongkok

pula. Dalam bahasa setempat, filosofi ini disebut whom. Jenazah diletakkan di

atas benda-benda untuk bekal kubur, yang terdiri dari parang, gelang, manik-

manik, piring, padi, uang benggol, mangkuk, sendok, dan kolintang.

Jenazah yang ada di dalam waruga dihadapkan ke arah utara karena nenek

moyang mereka berasal dari utara (Mongolia). Relief yang ada pada bagian atas

(atap) waruga terdiri atas motif manusia (Gambar 10), motif sulur tumbuhan,

motif geometri, dan motif binatang. Motif-motif ini melambangkan strata sosial

dan profesi dari jenazah yang ada di dalamnya. Contohnya, ukiran manusia

berjubah menandakan bangsawan dan gambar hewan menandakan profesi orang

tersebut sebagai pemburu. Selain itu, terdapat juga ukiran bergambar beberapa

orang yang menandakan di dalam waruga itu adalah jenazah satu keluarga.

Masyarakat percaya bahwa nenek moyang mereka dapat mengetahui kapan

mereka akan meninggal sehingga mereka membuat batu kubur mereka sendiri

(Gambar 11). Caranya dengan tangan kanan memegang batu yang ada di sungai di

atas kepala, sambil berjalan kaki menuju ke tempat yang mereka tentukan sendiri

sebagai lokasi kubur, tangan kiri mereka menangkap ikan di sungai. Setelah

sampai di tempat yang mereka pilih, batu itu akan menjadi kuburan si

pembawanya.

Gambar 10. Relief waruga Sawangan

Sumber: Wenas ( 2007)

Page 49: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

32

Menurut Syamsidar (1991) ketika penyakit sampar menyebar sehingga

banyak penduduk yang menjadi korban sekitar abad ke 18, cara penggunaan

waruga sebagai tempat penyimpanan jenazah dilarang pemerintah Belanda dan

setiap orang yang meninggal diperintahkan harus dikubur di dalam tanah.

Posisi Jenazah Pria

Memahat Batu untuk Waruga

Membawa Batu ke Tempat yang Dituju

Meletakkan Batu di Tempat yang Sesuai

Meletakkan Mangkuk sebagai Alas Duduk

Memasukkan Jenazah ke Dalam Waruga

Posisi Jenazah Wanita

Sumber: http://gried.multiply.com/photos/album/104/Taman-Purbakala-WARUGA-Minahasa-Feb-2008?&show_interstitial=1&u=%2Fphotos%2Falbum

Gambar 11. Relief proses pembuatan waruga dan posisi jenazah di dalamnya

Page 50: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

33

Rumah Tradisional Minahasa

Menurut Wenas (2007), terdapat dua jenis rumah adat Minahasa, yaitu

rumah yang tiang-tiangnya diletakkan di atas batu disebut wale meiwangin dan

rumah yang tiang-tiangnya diletakkan di atas balok datar dinamakan wale

meito’tol (Gambar 12). Balok dasar yang memanjang disebut entangan dan yang

melintang disebut sahizan. Seluruh bangunan rumah menyatu dengan tiang rumah

dan tahan terhadap gempa bumi. Ruangan dibawah atap rumah disebut loteng

soldor (pa’a dalam bahasa Tombulu). Kayu memanjang pada atap rumah dari

depan sampai ke belakang disebut kewu. Di depan rumah terdapat dua tangga kiri

dan kanan. Proses naik ke rumah disebut menek, sedangkan proses turun tangga

disebut miahu. Lantai rumah disebut wela. Semua konstruksi tidak menggunakan

paku. Atap bagian depan rumah disebut sarem dan di atas atap ini terdapat jendela

loteng yang disebut tetemboan. Disekitar jendela kecil ini biasanya terdapat

gambar dekoratif berupa tanaman merambat.

Menurut Rogi dan Siswanto (2009) Masyarakat Minahasa dahulu menyebut

Tuhan mereka sebagai Opo Walian atau Opo Empung. Dalam perkembangannya,

kepercayaan orang Minahasa ini diterapkan dalam rumah tinggal mereka yang

memiliki kolong dengan skema sebagai berikut.

1. Atap diidentikan dengan dunia Tuhan. Dunia ini dianggap sebagai dunia

yang paling suci;

Gambar 12. Sketsa rumah dan bagian-bagian rumah adat Minahasa

Sumber: Wenas ( 2007)

Page 51: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

34

2. Badan rumah diidentikan dengan dunia manusia. Pada bagian ini manusia

melakukan segala aktivitas dan kehidupannya;

3. Kolong/pondasi dianggap sebagai tempat terburuk karena merupakan

tempat roh orang mati (arwah). Dinilai kotor karena dekat dengan tanah.

Syamsidar (1991) dalam buku Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Utara

menjelaskan sejarah, konstruksi, serta fungsi bagian-bagian pada rumah

tradisional Minahasa.

1 Sejarah

Rumah adat Minahasa pada awalnya berbentuk rumah panggung yang

didiami oleh satu keluarga besar. Rumah ini disebut wale wangko. Tujuan dari

bentuk rumah panggung ini adalah untuk menghindari gangguan binatang buas

dan gangguan musuh yang datang dari luar daerah. Di dalam rumah panggung

terdapat 6 sampai 9 keluarga. Masing-masing keluarga merupakan rumah

tangga sendiri yang mengurus ekonomi rumah tangganya. Rumah ini berdiri di

atas tanah dengan ketinggian tiang 2,5 sampai 3 meter. Di bagian dalam rumah

terdapat kamar yang jumlahnya sama dengan jumlah keluarga kecil yang ada di

dalamnya. Pada bagian tengah rumah terdapat ruangan besar yang berukuran

5x8 meter yang berfungsi untuk menyimpan hasil panen padi. Tiap ruangan

dipisahkan dengan gantungan anyaman tikar sehingga membentuk 7-9

ruangan.

Pada bulan Mei 1832 terjadi gempa bumi besar di Minahasa sehingga

mengakibatkan ribuan rumah rubuh dan hancur, termasuk tipe rumah besar ini.

Oleh karena itu, masyarakat Minahasa mulai membuat rumah yang lebih kecil

yang disebut wale. Rumah ini didiami oleh satu keluarga dengan kerangka

rumah yang lebih kuat agar tidak mudah hancur. Bentuk rumah baru ini tidak

berubah, yaitu berupa rumah panggung persegi panjang dengan ukuran luas

lebih kecil dan tiang penyangga setinggi 2 meter.

2 Konstruksi Rumah

Secara keseluruhan, konstruksi bangunan rumah adat Minahasa ini dapat

dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama berupa tiang-tiang penyangga

berjumlah 16-18 buah tiang yang berukuran 12x12 m. Tiang ini umumnya

Page 52: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

35

terbuat dari kayu besi. Untuk mencegahnya dari pelapukan, di bawah masing-

masing tiang ini dipasang batu yang disebut watulanei. Batu ini diibaratkan

sebagai penolak kejahatan sehingga apabila seseorang berniat jahat pada

penghuni rumah, akan terhalang oleh batu yang licin ini. Peletakkan tiang raja

(tiang utama struktur atap) tidak diperkenankan untuk berposisi tepat di atas

ambang pintu, baik pintu depan maupun belakang (Rogi dan Siswanto, 2009).

Bagian kedua rumah adalah kerangka bangunan rumah berupa dinding

yang terbuat dari papan atau bambu. Pada umumnya, lantai pada rumah

golongan menengah ke atas terbuat dari papan, sedangkan bambu atau batang

nibung yang dicincang digunakan pada lantai rumah menengah ke bawah.

Pemasangan kayu berupa papan atau bambu dipasang dengan memperhatikan

arah tumbuh serat kayu. Apabila dipasang vertikal, bagian pangkal

papan/bambu berada di bawah dan bagian ujung di atas, sedangkan apabila

dipasang horizontal, bagian ujung sebilah kayu harus bertemu dengan bagian

pangkal bilah yang lainnya sehingga alur tumbuh kayu tetap terjaga dan tidak

terbalik. Jenis kayu yang digunakan untuk tiang, lantai, dan dinding rumah

adalah kayu cempaka, sedangkan jenis bambunya adalah buluh jawa karena

jenis ini adalah yang paling kuat. Bagian ketiga berupa atap rumah. Jenis kayu

untuk atap rumah adalah kayu nantu dan penutup atapnya dibuat dari daun

rumbia atau daun pohon sagu (Metroxylon rumphiana) kemudian agar lebih

tahan lama, banyak penduduk yang menggantinya dengan seng. Atap ini

berfungsi untuk menyimpan hasil panen.

Tradisi khusus yang biasanya menyertai perletakan batu umpak pertama

pada bangunan adalah penyiraman batu tersebut dengan tuak/saguer atau cap

tikus, juga perasan air jeruk (lemong suangi) dan sirih, disertai pembacaan doa

sebagai upaya “tolak bala”. Langkah ini biasanya juga disertai dengan ritual

perkerasan tanah dengan cara menari sambil melompat-lompat di atas tanah

(Rogi dan Siswanto, 2009).

3 Bagian-bagian Rumah Adat

Bagian Depan

Pada bagian depan rumah terdapat satu atau dua buah tangga. Apabila

terdapat satu tangga, letak tangga ini berada di tengah-tengah bagian depan

Page 53: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

36

rumah, sedangkan apabila terdapat dua buah tangga, tangga terletak

berhadapan di sisi sebelah kiri dan kanan sehingga terlihat dari depan

berbentuk silang. Tangga yang berjumlah dua memiliki makna, yaitu pada

jaman dahulu, tangga dimaksudkan jika ada roh jahat yang berniat masuk ke

dalam rumah melalui salah satu tangga maka akan keluar pada tangga satunya

lagi. Pada saat ini dua buah tangga yang terdapat pada rumah suku Minahasa

ini bermanfaat pada saat pinangan. Pria yang melamar seorang gadis akan

masuk melalui tangga sebelah kiri. Apabila pinangannya diterima, pria tersebut

akan keluar dari sebelah kanan, sebaliknya, apabila pinangan tersebut ditolak,

pria tersebut akan keluar pada tangga yang ada di sebelah kiri. Tinggi

rendahnya tangga tergantung dari tingginya bangunan. Jumlah anak tangga

bervariasi, antara 7, 9, dan 12 anak tangga. Jumlah anak tangga berfungsi untuk

menentukan banyaknya hadiah (seserahan) yang akan diberikan pria yang

ingin menikahi seorang wanita.

Ruangan di depan rumah yang berukuran selebar rumah adalah ruangan

tamu (Loloang). Bagian ini tidak berdinding tetapi dikelilingi oleh regel

setinggi kurang lebih satu meter dengan terali-terali yang terbuat dari kayu.

Ruangan ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu yang dilengkapi dengan

beberapa kursi sederhana dan dua buah bangku panjang. Bagian ini termasuk

pula salah satu bagian rumah, yaitu sebagai ruangan depan rumah yang disebut

setup (emperan).

Pintu depan rumah berukuran tinggi 2 meter dan lebar 1 meter,

sedangkan jendela yang terpasang di depan rumah berjumlah 4 sampai 6 buah

dengan ukuran 60x90 cm. Jendela terletak di samping kiri dan kanan pintu

rumah, sedangkan empat buah jendela lainnya terdapat pada samping kiri dan

kanan rumah yang ada di masing-masing kamar. Peletakan bukaan pintu

jendela dan ventilasi berada dalam satu poros secara berpasangan (berhadap-

hadapan) dan langsung terhubungkan dengan bagian luar rumah. Hal ini

dilatarbelakangi oleh kepercayaan bahwa makhluk halus pola berjalannya

adalah lurus ke depan.

Page 54: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

37

Bagian Dalam

Bagian dalam rumah terdiri dari kamar-kamar dan ruang tengah (pores).

Sebagai penghubung kamar dengan ruang tengah terdapat sebuah gang selebar

satu meter yang memanjang dari depan ke belakang yang membagi ruangan

atas dua bagian yang sama besar. Pada samping kiri dan kanan gang terdapat

1-2 kamar tidur. Ruangan tengah (pores) berfungsi sebagai tempat menerima

tamu terutama apabila diadakan upacara-upacara keluarga dan tempat makan

para tamu.

Bagian Belakang

Pada bagian belakang rumah terdapat bangunan dapur yang disebut

raramporan (Wenas, 2007) sebagai tempat memasak dan tempat makan

keluarga. Bangunan untuk dapur ini merupakan bangunan tambahan yang

biasanya lebih rendah 25-30 cm dari lantai rumah induk. Terdapat sebuah

ruangan kecil lainnya yang tidak berdinding, tetapi pada bagian samping dan

belakangnya terdapat sederetan regel yang di atasnya dibuatkan para-para atau

dego-dego (balai-balai) yang terbuat dari bambu atau papan. Balai-balai

berfungsi untuk meletakkan alat-alat dapur dan alat-alat untuk makan, mencuci

sayur, ikan, dan alat-alat yang kotor. Bagi rumah yang memungkinkan dibuat

sumur akan terdapat sebuah sumur di belakang dapur dan di sampingnya

terdapat ruangan kecil sebagai kamar mandi, sedangkan untuk buang air besar

dibangun sebuah bangunan kecil agak jauh ke belakang rumah (Gambar 13).

Bagian Atas dan Bawah Rumah

Bagian atas rumah disebut loteng (soldor) berfungsi sebagai tempat

untuk menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya, serta

peralatan rumah tangga, sedangkan bagian bawah rumah berfungsi sebagai

gudang (godong) tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat-alat pertanian,

gerobak, dan tempat memelihara hewan peliharaan. Pada jaman rumah

besar/panjang, kolong ini juga digunakan untuk rapat dan pertemuan.

Bagian Luar

Peletakkan bangunan berada pada bagian tengah halaman (kintal)

sehingga bangunan cenderung dikelilingi oleh RTH (Ruang Terbuka Hijau) di

Page 55: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

38

Gambar 13. Layout rumah tradisional Minahasa

Sumber: http://vinnynazalita.blogspot.com/2010/01/perkembangan-arsitektur-rumah_05.html

bagian depan, belakang, kiri, dan kanan (Gambar 14). Di halaman ini

masyarakat Minahasa menanam berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk

memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Dari informasi budaya yang didapat,

jenis tanaman di dalam pekarangan Minahasa dapat dibagi menjadi tanaman

sayur, tanaman bunga, tanaman buah, tanaman produksi, tanaman yang

digunakan dalam upacara adat, dan tanaman rempah. Penyucian bagian luar

rumah adalah dengan menanam sejumlah vegetasi tertentu yang dipercaya

memiliki manfaat metafisis, baik untuk tolak bala maupun untuk

mendatangkan kebaikan bagi penghuni rumah.

Sumber: Arsip Perpustakaan Nasional RI

Gambar 14. Denah rumah dan halamannya 1845-1945

Page 56: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

39

Pengaruh Luar terhadap Kebudayaan Minahasa

Menurut Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Sulawesi Utara,

masuknya kebudayaan asing di Minahasa sekitar abad ke-16. Pada abad tersebut

Bangsa Spanyol menduduki Minahasa. Kekuasaan Spanyol di Minahasa hampir

seratus tahun sehingga banyak unsur-unsur kebudayaan mereka yang hingga kini

masih terdapat pada penduduk Minahasa, antara lain pada Bahasa Manado banyak

terdapat Bahasa Spanyol (nyora, kawayo).

Bersamaan dengan masuknya Bangsa Spanyol di Minahasa, unsur agama

katolik yang mula-mula dibawa oleh Peter Diego de Magelhaes ikut menyebar di

Minahasa. Kemudian tahun 1675, seorang pendeta Belanda bernama Montanus

dari protestan mengadakan penginjilan. Pengaruh kedua agama tersebut terhadap

penduduk Minahasa sangat kuat sehingga tampak pada masa sekarang. Hal ini

disebabkan kedua agama tersebut bukan saja mengadakan penginjilan di

Minahasa, tetapi juga mendirikan sekolah-sekolah dan klinik-klinik, serta rumah

sakit bagi penduduk.

Dengan masuknya kekuasaan Belanda yang juga membawa unsur-unsur

kebudayaan lain bagi penduduk Minahasa, antara lain bahasa, cara berpakaian,

sistem pemerintahan, sistem pengetahuan, peralatan, dan pengangkutan tampak

berpengaruh pada pergaulan hidup orang Minahasa sekarang. Pada pertengahan

abad ke-19, agama islam masuk ke Minahasa dan membawa unsur-unsur

kebudayaan islam di Minahasa.

Menurut Palm dalam Wenas (2007) di dalam karangannya Ancient Art of

the Minahasa mengatakan bahwa Minahasa dalam waktu yang relatif singkat

dapat mudah menerima kebudayaan luar, terutama dari orang barat. Penduduk

Minahasa baik yang berada di kota maupun di desa, pada umumnya tidak

memperlihatkan lagi unsur kebudayaan asli sebagaimana terlihat pada suku-suku

bangsa yang lain di berbagai aktivitas mereka. Adam dalam Syamsidar (1991)

menambahkan bahwa perubahan nilai budaya tradisional orang Minahasa sebagai

suatu yang luar biasa karena dalam waktu yang relatif singkat (kurang Lebih 150

tahun) orang Minahasa dapat dengan mudah menerima kebudayaan barat. Selain

itu, berbagai peristiwa yang terjadi di daerah Minahasa dianggap sebagai suatu

sebab berkurangnya nilai tradisional orang Minahasa pada masa kini. Diawali

Page 57: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

40

dengan terjadinya gempa bumi besar pada tahun 1832 yang telah menyebabkan

banyak bangunan yang hancur, termasuk bangunan rumah adat. Selanjutnya, pada

tahun 1958-1961 terjadi peristiwa bersejarah dimana Minahasa dan daerah

sekitarnya mengalami pergolakan yang disebut Permesta. Dalam peristiwa ini

banyak rumah tradisional Minahasa yang rusak dan habis terbakar. Saat ini

banyak bangunan tradisional yang dibongkar akibat perencanaan kota, seperti

pelebaran jalan, pembangunan gedung perkantoran, pertokoan, dan lain

sebagainya. Hal ini juga berdampak pada menurunnya jumlah rumah tradisional

yang ada di Minahasa.

Page 58: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

41

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung

Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan

Mei 2011 sampai dengan Desember 2012.

Gambar 15. Lokasi penelitian

Peta HPGW

Peta Jawa Barat*

Sumber: * http://maps.google.co.id/maps

Base camp HPGW

Letak Wisma Woloan 1 dan 2 pada Base camp

Page 59: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

42

Metode Penelitian

Metode kerja yang digunakan dalam penelitian di rumah tradisional Woloan

pada base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah metode deskriptif

dengan teknik survei, interview, serta penelusuran studi pustaka mengenai

kebudayaan Minahasa. Proses desain yang dilakukan pada penelitian ini terdiri

dari beberapa tahap yaitu kajian budaya, inventarisasi, analisis dan sintesis, serta

pembuatan konsep desain (Gambar 16).

Kajian Budaya

Tahapan ini meliputi kegiatan studi pustaka dan wawancara. Studi pustaka

dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai Minahasa, terutama yang

berkaitan dengan kebudayaannya (Tabel 1), sedangkan wawancara dilakukan

untuk mendukung dan melengkapi informasi tersebut dengan menemui

narasumber yang merupakan orang asli Minahasa dan mengetahui dengan jelas

mengenai kebudayaannya (Tabel 2). Informasi pustaka dan wawancara yang

berkaitan dengan ruang ditabulasikan dalam bentuk tabel.

Gambar 16. Tahapan penelitian

Tahap I

Inventarisasi pada

Tapak

Analisis dan

Sintesis

Konsep Desain

Taman Tradisional

Minahasa

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Kajian Budaya

Studi Pustaka Interview dengan

Tokoh Budaya

Analisis Spasial Budaya

Page 60: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

43

Tabel 1. Jenis data yang dikumpulkan pada tahap studi pustaka

No Jenis Data Bentuk Data Sumber Data 1. Lanskap Minahasa Deskripsi Pustaka, jurnal

2. Arsitektur rumah tradisional Minahasa

Deskripsi, spasial Pustaka, jurnal

3. Sejarah rumah tradisional Minahasa

Deskripsi Pustaka, jurnal

4. Vegetasi dalam lanskap Minahasa

Deskripsi Pustaka, jurnal

5. Kebudayaan Minahasa Deskripsi Pustaka, jurnal

6. Kondisi Minahasa saat ini Deskripsi Pustaka

Tabel 2. Daftar narasumber penelitian

No Nama Profesi Lokasi Interview 1. Detty Kawengian Staf anjungan Sulawesi

Utara TMII

2. Ritha Sumolang Kasie promosi dan informasi Sulawesi Utara

Kantor perwakilan Manado di Jakarta

Inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahapan pengambilan data berupa data primer dan

data sekunder, yaitu informasi tapak di lapangan (Tabel 3) serta informasi dari

pustaka yang mendukung penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan melalui

survei tapak berupa pengamatan dan pengambilan foto atau sketsa.

Analisis dan Sintesis

Pada tahap analisis, kajian budaya yang menghasilkan ruang yang

digunakan untuk kegiatan budaya di-overlay dengan peta analisis tapak. Hasil

overlay ini berupa block plan yang terdiri dari ruang-ruang fungsional dan estetik

pada taman tradisional masyarakat Minahasa, sedangkan sintesis dilakukan untuk

menyelesaikan permasalahan ruang secara budaya terhadap tapak yang ada atau

ketidaksesuaian penempatan. Beberapa jenis data seperti data iklim, jenis tanah,

sosial, sirkulasi, topografi, vegetasi, serta utilitas akan dianalisis dan dibuat

sintesisnya dalam bentuk deskriptif dan spasial, sedangkan data kebudayaan yang

akan diaplikasikan pada tapak dianalisis dan disintesis secara tabular.

Page 61: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

44

Tabel 3. Jenis, sumber, dan kegunaan data inventarisasi

Jenis/ Aspek data

Unit Data

Cara Pengambilan

Sumber Data

Kegunaan Data

Fisik: 1. Lokasi dan batas

a. Lokasi - Wawancara, pengambilan data

Pengelola HPGW

Mengetahui kondisi umum lokasi

b. Luas tapak m 2 Pengambilan data Data HPGW Mengetahui batas tapak

2. Topografi mdpl Survei lapang Teodolit Analisis drainase, struktur, dan fasilitas

Kemiringan lahan

%

3. Iklim

Pengambilan data

Kebun Percobaan Sukamulya, Sukabumi

Menentukan kenyamanan

a. Suhu 0C b. Curah hujan mm/

tahun

4. Jenis tanah - Pengambilan data Data HPGW Mengembangan struktur dan menentukan kemampuan tumbuh tanaman

Kesuburan

5. Aksesibilitas Jalur penca-paian

Survei lapang dan pengambilan data

Data HPGW Menentukan desain sirkulasi, fasilitas, dan utilitas

6. Sirkulasi - Survei lapang dan pengambilan data

Data HPGW Menentukan desain sirkulasi

7. Utilitas Satuan unit

Survei lapang - Menentukan penempatan utilitas dan fasilitas

8. Fasilitas Satuan unit

Survei lapang - Menentukan penempatan dan desain fasilitas

Biofisik: Vegetasi Satuan

unit Survei lapang - Menentukan desain

penanaman

Sosial:

1. Pengguna Jumlah

Wawancara pengelola, pengambilan data

Data HPGW Mengetahui daya dukung tapak Profil HPGW

2. Aktivitas - Survei Lapang dan wawancara

- Mengetahui kebutuhan ruang bagi user

Aspek Legal: Ketentuan dan undang-undang

- Studi literatur - Dasar pengembangan kawasan

Page 62: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

45

Konsep Desain

Pada tahap ini ditentukan konsep yang sesuai untuk diterapkan pada tapak

berdasarkan hasil analisis dan sintesis. Penentuan konsep ini juga disesuaikan

dengan pertimbangan budaya. Konsep terdiri dari konsep dasar dan

pengembangan konsep. Pengembangan konsep terdiri dari konsep ruang,

sirkulasi, vegetasi, fasilitas, dan desain. Dari konsep dasar dan pengembangan

konsep tersebut dibuat gambar site plan dan perspektif. Site plan digunakan

sebagai dasar dalam perancangan dan pengembangan tapak selanjutnya,

sedangkan gambar perspektif dibuat sebagai pelengkap ilustrasi desain.

Batasan Studi

Batasan penelitian ini adalah konsep desain taman area Wisma Woloan 1

dan 2 yang ada di base camp HPGW dengan hasil penelitian berupa site plan dan

gambar perspektif.

Page 63: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

46

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Base camp HPGW

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan

Sukabumi-Bogor, sedangkan dari simpang Ciawi berjarak 46 km dan dari

Sukabumi 12 km (Gambar 17). Akses utama menuju HPGW adalah melalui jalan

aspal yang terletak di kampung Segog. Jalan ini cukup sempit jika dilalui dengan

dua kendaraan yang berjalan berlawanan arah dan memiliki tikungan yang cukup

tajam sehingga bus berukuran besar tidak dapat melalui jalan ini. Pengunjung

yang datang ke HPGW biasanya membawa kendaraan pribadi atau menggunakan

jasa ojek untuk sampai di base camp yang berjarak 2,5 km dari jalan raya

Cibadak, Sukabumi.

Jalur sirkulasi di dalam base camp HPGW terdiri dari dua jalur, yaitu jalur

sirkulasi untuk pejalan kaki dan jalur sirkulasi kendaraan (Gambar 18). Jalur

sirkulasi untuk kendaraan merupakan jalan utama yang memiliki lebar 4 m,

sedangkan jalur sirkulasi pejalan kaki merupakan jalan pendukung yang memiliki

lebar 1,5 m dan digunakan sebagai penghubung antarbangunan pada base camp.

Wisma Woloan yang dapat terlihat dari area entrance base camp dapat diakses

dengan menggunakan kendaraan dan berjalan kaki karena letak wisma ini berada

di sekitar jalan utama base camp.

Gambar 17. Aksessibilitas menuju HPGW melalui Bogor dan Jakarta

Page 64: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

47

Gam

bar 1

8. P

eta

alur

sirk

ulas

i pad

a ba

se c

amp

Page 65: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

48

Topografi dan Jenis Tanah

Base camp HPGW terletak pada ketinggian 500 mdpl. Topografi bervariasi

dari datar hingga curam. Bangunan pada base camp diletakkan dengan

memanfaatkan kontur yang ada sehingga pada jalur sirkulasi pejalan kaki dibuat

tangga bertrap-trap yang mengikuti kontur. Dengan adanya kontur yang bervariasi

ini, area base camp terhindar dari kesan monoton (Gambar 19). Wisma Woloan 1

terletak pada topografi yang lebih rendah dari area entrance sehingga

bangunannya dapat terlihat dari area ini, sedangkan Wisma Woloan 2 terletak

agak ke dalam dan topografinya lebih tinggi dari Wisma Woloan 1 sehingga untuk

mencapainya dibutuhkan sedikit tenaga untuk mendaki.

Terdapat tiga jenis tanah pada area HPGW, yaitu jenis tanah podsolik,

latosol, dan litosol. Base camp termasuk area yang memiliki jenis tanah latosol,

yaitu latosol merah kekuningan.

Iklim dan Hidrologi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kebun Percobaan Sukamulya (Data

tahun 1996-2010), curah hujan rata-rata tahunan wilayah HPGW adalah 2780

mm/th. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yaitu 396,4 mm dan

curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu 77,73 mm. Klasifikasi

iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan nilai Q =

14,3%-33%. Suhu udara rata-rata adalah 24° C dengan maksimum rata-rata di

siang hari 29° C dan minimum rata-rata 19° C di malam hari. Kelembaban rata-

rata kawasan adalah 81,8%. Berdasarkan klasifikasi ini, HPGW merupakan

daerah beriklim tropik basah dengan jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis.

HPGW merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat

sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang

mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan,

Cikatomas, dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam kawasan DAS

Cimandiri. Sumber air di daerah base camp berasal dari air hujan dan mata air.

Air bersih yang berasal dari mata air disalurkan melalui jaringan air bersih pada

masing-masing bangunan dan disimpan dalam tangki air. Air hujan yang jatuh

dibiarkan meresap ke dalam tanah melalui vegetasi penutup tanah. Sisa air hujan

yang tidak terserap oleh tanah dibiarkan mengalir ke dalam saluran drainase.

Page 66: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

49

Gam

bar 1

9. K

ontu

r bas

e ca

mp

saat

ini

Page 67: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

50

Vegetasi

Tegakan hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis

loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon

(Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla), dan jenis lainnya

seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), sonokeling

(Dalbergia latifolia), gamal (Gliricidae sp), meranti (Shorea sp), dan akasia

(Acacia mangium). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk

2 jenis rotan dan 13 jenis bambu (Anonim, 2009). Selain itu, terdapat jenis

tumbuhan obat sebanyak 68 jenis dan berbagai macam tanaman buah yang

tersebar di dalam base camp (Gambar 20).

Fasilitas

Bangunan yang terdapat pada area base camp terdiri dari 22 bangunan, yaitu

sembilan wisma yang dijadikan penginapan pengunjung dan satu wisma untuk

karyawan, mushala, aula dengan kapasitas sampai dengan 600 orang, dapur dan

ruang makan, kantor informasi, ruang diesel, ruang diskusi, gudang, pos jaga,

galeri, dua ruang kelas, serta bangunan penyimpan getah damar dan pinus.

Wisma yang dijadikan penginapan bagi pengunjung HPGW terletak

menyebar di dalam base camp. Wisma Jati, Agathis, Puspa, dan Bungur terletak

di area bawah. Wisma Pinus, Woloan 1, dan Woloan 2 terletak di area depan,

dekat dengan pintu masuk, sedangkan Wisma Rasamala dan Banteng terletak di

area menuju hutan. Pada welcome area, bangunan yang pertama dilihat adalah pos

jaga dan gudang peralatan. Kantor informasi terletak di tengah-tengah area base

camp bersebrangan dengan mushola. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan

pribadi dapat memarkir kendaraannya di halam parkir yang berada di samping pos

jaga.

Utilitas

Jaringan utilitas yang terdapat pada base camp meliputi jaringan listrik,

telepon, dan air bersih. Jaringan listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara

(PLN) dan genset. Untuk mengalirkan listrik ke tiap bangunan, terdapat tiang

listrik pada sisi kiri dan kanan jalan utama kendaraan di base camp.

Page 68: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

51

Gam

bar 2

0.

Peta

bas

e ca

mp

saat

ini

51

Page 69: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

52

Pendistribusian listrik di dalam bangunan dilakukan melalui kabel yang

disembunyikan di dalam plafond. Hampir di setiap bangunan pada base camp

memiliki tangki air yang menyimpan air bersih.

Untuk sistem drainase, hampir seluruh jalan utama dan jalan pendukung

tapak memiliki saluran drainase di sampingnya. Lebar drainase ini 20 cm. Air dari

sistem drainase dialirkan ke sungai kecil yang berada di area hutan alami pada

base camp.

Potensi Visual

Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki beberapa potensi visual yang

dapat mendukung wilayah ini menjadi hutan rekreasi dan edukasi, di antaranya,

terdapat panorama bentang alam berhutan lebat dengan udara segar dan iklim

mikro yang sejuk, terdapat Gua Cipeureu yang terletak di bagian barat wilayah

HPGW, serta terdapat hutan tanaman. Panorama hutan alami ini dapat dinikmati

secara langsung pada base camp.

Penduduk Sekitar

Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat umumnya memiliki

mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian,

dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan

basah dan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program

agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap (Anonim, 2009). Hasil

pertanian dari lahan agroforestry adalah singkong, kapolaga, pisang, cabe, padi

gogo, kopi, sereh, dan sebagainya.

Pengguna (User)

HPGW digunakan sebagai tempat praktik mahasiswa Fakultas Kehutanan

IPB dan fakultas lain di lingkup IPB, mahasiswa perguruan tinggi lain, baik dari

dalam maupun luar negeri, seperti dari Jepang, Korea, Perancis, Jerman, dan

Belanda (Tabel 4). Selain itu, HPGW juga menjadi objek penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa program sarjana, pascasarjana, dosen, dan peneliti.

Penelitian mencakup aspek silvikultur, perencanaan hutan, hidrologi hutan, sosial

kehutanan, ekonomi sumber daya hutan, ekowisata, konservasi sumber daya

hutan, dan lainnya.

Page 70: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

53

Tabel 4. Data kunjungan HPGW pada tahun 2010 dan 2011 (sampai dengan 18 Juni 2011)

No Asal Institusi Pengunjung

2010 2011

Jumlah (orang)

Hari Kunjungan

(hari)

Jumlah (orang)

Hari Kunjungan

(hari) 1 Institut Pertanian

Bogor 1.646 112 520 125

2 Perguruan tinggi lain dalam negeri 548 18 230 5

3 Perguruan tinggi luar negeri 118 18 31 26

4 Sekolah Menengah Atas 855 10 88 68

5 Sekolah Menengah Pertama 373 7 97 5

6 Instansi pemerintah 416 39 205 11 7 Organisasi

masyarakat/politik 1.704 16 8 3

8 Perusahaan/swasta 224 7 56 8 9 Perorangan 32 12 20 8

Jumlah 5.916 239 1.255 259

Sumber: Data HPGW

Aktivitas HPGW

Pendidikan

Hutan Pendidikan Gunung Walat digunakan sebagai tempat praktik

mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB dan fakultas lain, baik di dalam maupun di

luar IPB. Praktik mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB meliputi praktik mata kuliah

dan Praktik Umum Pengelolaan Hutan (PUPH). Praktik lapang mencakup praktik

mata kuliah yang diselenggarakan 1-2 hari yang diikuti oleh ± 90 mahasiswa dan

PUPH yang dilaksanakan pada alih semester 6-7 selama 20 hari yang diikuti oleh

± 200 mahasiswa. Selain itu HPGW juga memfasilitasi penyelenggaraan program

pendidikan dan pelatihan bidang kehutanan, cinta alam, dan lingkungan hidup

bagi masyarakat umum.

Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan oleh mahasiswa program sarjana,

pascasarjana, dosen, dan peneliti. Penelitian mencakup aspek silvikultur,

perencanaan hutan, hidrologi hutan, sosial kehutanan, ekonomi sumber daya

Page 71: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

54

hutan, ekowisata, konservasi sumber daya hutan, dan lainnya. Kerja sama

pengembangan demplot agroforestry dilakukan antara Fakultas Kehutanan IPB

dan ACECOF Korea dengan melibatkan masyarakat sekitar HPGW.

Wisata Alam

Wisata alam dilakukan oleh masyarakat sekitar HPGW, khususnya pada

hari libur. Beberapa orang penduduk sekitar memanfaatkan kegiatan ini untuk

berjualan makanan dan minuman. Wisata alam ini bernuansa pendidikan

lingkungan dengan belajar mengekplorasi kekayan sumber daya hutan tropis dan

mengetahui manfaat serta cara pemanfaatannya.

Taman Wisma Woloan 1 dan 2

Tapak yang akan didesain dalam penelitian ini adalah salah satu taman

wisma yang ada di base camp HPGW, yaitu Wisma Woloan. Wisma ini berupa

rumah tradisional suku Minahasa, Sulawesi Utara. Seperti rumah tradisional pada

umumnya, arsitektur bangunan wisma ini berbentuk rumah panggung yang terbuat

dari kayu yang bersifat tahan lama, anti rayap, dan tahan gempa. Terdapat dua

Wisma Woloan pada area base camp, Wisma Woloan 1 dan 2.

Wisma Woloan 1 dapat terlihat ketika pengunjung memasuki area entrance

base camp. Sebelah utara Wisma Woloan 1 adalah hutan alami, sebelah selatan

dan timur adalah jalan aspal, dan sebelah barat adalah Pintu II base camp

(Gambar 21). Wisma Woloan 1 berdiri di atas kolam air sehingga untuk

mengaksesnya terdapat jembatan kayu di depan wisma. Luas keseluruhan area

wisma ini ± 971 m2. Vegetasi yang terdapat di sekitar Wisma Woloan 1 adalah

cempaka (Michelia champaca), puspa (Schima wallichii), dan teratai (Nymphaea

lotus).

Wisma Woloan 2 berbatasan dengan pondok kerja karyawan. Sebelah utara

berbatasan dengan hutan alami, sebelah selatan berbatasan dengan jalan aspal,

Page 72: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

55

Gam

bar 2

1. P

eta

Inve

ntar

isas

i Tap

ak

Page 73: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

56

sebelah timur berbatasan dengan pintu II base camp, dan sebelah barat berbatasan

dengan pondok kerja karyawan. Berbeda dengan Wisma Woloan 1, Woloan 2

berdiri di atas lahan datar. Untuk sampai ke lantai rumah, pengunjung harus

menaiki tangga yang ada di samping kiri rumah. Luas keseluruhan area wisma ini

±765 m2. Vegetasi yang terdapat di sekitar Wisma Woloan 2 adalah matoa

(Pometia pinnata), hanjuang (Cordyline sp), sambang dara (Iresine herbstii), dan

pisang (Musa sp).

Ukuran bangunan Wisma Woloan adalah 112 m2. Bentuk rumah berupa

rumah panggung yang berdiri di atas tiang-tiang beton yang berjumlah 15 tiang

dengan ketinggian ±1,5 m. Fasilitas yang terdapat di dalamnya adalah 2 kamar

yang masing-masingnya untuk 2 orang, sebuah kamar mandi, dapur, dan ruang

tamu. Jendela sebagai ventilasi udara terletak di setiap ruangan rumah. Di bagian

depan wisma terdapat teras untuk duduk-duduk dan menikmati pemandangan

(Gambar 22).

Gambar 22. Kondisi Wisma Woloan saat ini

Page 74: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

57

Analisis dan Sintesis Tapak

Aspek Fisik

Wisma Woloan 1 dan 2 yang menjadi objek dalam penelitian ini terletak di

base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sehingga aspek fisik yang

akan dianalisis berhubungan dengan data fisik base camp (Gambar 23). Jenis

tanah yang terdapat pada area base camp HPGW adalah latosol merah

kekuningan. Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah (1982) dalam Hardjowigeno

(2003), jenis tanah latosol memiliki karakteristik, di antaranya kadar liat lebih dari

60%, remah sampai gumpal, bersifat gembur, memiliki warna tanah seragam

dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 1,5 m), dan

kejenuhan basa kurang dari 50%. Dilihat dari sifat tanahnya, daerah base camp

termasuk daerah yang subur sehingga memudahkan dalam memilih jenis

tanamannya.

Untuk mengetahui nilai kenyamanan pada area base camp, maka dilakukan

perhitungan THI (Temperature Humidity Index), yang rumusnya THI = 0,8 T +

(rH x T/500). Dengan suhu udara rata-rata 24° C dan kelembaban rata-rata 81,8%,

didapat nilai THI sebesar 23,13. Menurut Laurie (1984), iklim yang nyaman di

daerah tropis memiliki nilai THI < 27. Dengan nilai THI 23,13, base camp HPGW

termasuk nyaman.

Curah hujan rata-rata bulanan pada area HPGW adalah 231,70 mm dengan

9 bulan basah (CH>100 mm/bln) dan 3 bulan lembab (60≤ CH ≥100). Banyaknya

bulan basah dan bulan lembab pada tapak memberikan pengaruh pada tapak.

Curah hujan yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bagi tanaman dan

air tanah, tetapi dapat juga menyebabkan ketidaknyamanan pada tapak, seperti

tapak menjadi lembab.

Wisma Woloan 1 yang teletak di daerah cekungan mudah terlihat dari area

masuk base camp. Hal ini dapat mengurangi privasi bagi tamu yang menginap di

dalam wisma. Oleh karena itu, dibutuhkan vegetasi screen untuk membatasi

pandangan. Demikian pula pada Wisma Woloan 2, diperlukan vegetasi screen

untuk membatasi pandangan dari dan ke arah pondok karyawan. Terdapat ruang

genset di belakang Wisma Woloan 1 yang menimbulkan noise sehingga perlu

penanaman vegetasi peredam suara di area belakang wisma agar noise ini tidak

Page 75: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

58

Gam

bar 2

3. P

eta

anal

isis

dan

sint

esis

tap

ak

Page 76: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

59

mengganggu kenyamanan penghuni. Lahan kosong yang ada di sekitar Wisma

Woloan 2 berpotensi digunakan sebagai lahan untuk ditanami tanaman yang

berkaitan dengan budaya Minahasa.

Aspek Budaya

Suku Minahasa sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki kebudayaan

yang unik dan berbeda dengan suku lainnya. Keunikan ini berupa delapan jenis

bahasa yang tersebar di wilayah Minahasa serta batu kubur waruga yang

merupakan peninggalan sejarah. Dari informasi budaya yang didapatkan,

diketahui bahwa pembagian ruang di dalam maupun di luar rumah dipengaruhi

oleh adat istiadat, kegiatan keseharian masyarakat, serta kepercayaan dan ilmu

pengetahuan.

1. Upacara Adat

Terdapat berbagai jenis upacara yang mengisi setiap tahapan di dalam

lingkaran hidup masyarakat Minahasa, mulai dari masyarakat tersebut lahir

sampai meninggal. Upacara pada umumnya diselenggarakan di salah satu

bagian rumah, yaitu teras dan halaman depan rumah. Dari informasi budaya

yang didapatkan diketahui bahwa jenis upacara yang dilaksanakan masyarakat

Minahasa sebelum dan setelah abad ke-19 umumnya berubah walaupun

terdapat satu jenis upacara yang masih dilakukan, seperti Upacara Iroyor Si Oki

(Tabel 5).

Tabel 5. Perbandingan jenis upacara sebelum dan setelah abad ke-19

No. Jenis Upacara

Kegiatan Informasi Terkait Ruang Sebelum Abad

ke-19 Setelah Abad

ke-19

1 Upacara Kelahiran

Upacara Iroyor Si Oki

Upacara Iroyor Si Oki

Di halaman depan dan teras rumah

Upacara Makehet - Di kebun terdapat pohon aren dan di rumah

Upacara untuk anak perempuan

- Terdapat jalan setapak menuju kebun

2 Upacara Pernikahan

Mengantarkan mahar (9 buah pinang dan 9 daun sirih)

- Terdapat pohon pinang dan sirih dalam lanskap Minahasa

Page 77: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

60

Tabel 5. Lanjutan perbandingan jenis upacara sebelum dan setelah abad ke-19

No. Jenis Upacara

Kegiatan Informasi Terkait Ruang Sebelum Abad

ke-19 Sebelum Abad

ke-19 - Mempelai pria

dan wanita memegang daun tawaang (hanjuang)

Terdapat pohon hanjuang dalam lanskap Minahasa

3 Upacara

Kematian

Berkeliling rumah 3 x

- Terdapat sirkulasi di sekitar rumah

Pemakaman dengan waruga

- Ditempatkan di sebelah kanan halaman belakang rumah

Upacara ngolongan

- Di halaman rumah

Membuat sabua (bangunan tambahan)

Terdapat ruang di sekitar rumah untuk bangunan tambahan ini

4 Upacara Lainnya

- Upacara Pungutan

Di rumah

- Upacara Kaipian Di rumah - Upacara Naik

Rumah Baru Di rumah

5. Kegiatan Lainnya

Permainan teka-teki

- Di teras dan halaman depan rumah

2. Kegiatan Keseharian Masyarakat

Halaman rumah masyarakat Minahasa sangat berperan dalam

mendukung berbagai kegiatan keseharian masyarakatnya. Halaman depan

berfungsi sebagai area entrance. Dalam ruang ini terdapat vegetasi estetik

berupa vegetasi bunga yang dapat memberikan fungsi keindahan dan sebagai

daya tarik bagi tamu yang akan berkunjung ke rumah. Halaman belakang yang

letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari depan digunakan sebagai tempat

bangunan tambahan berupa dapur, kamar mandi, WC, dan sumur. Halaman

samping rumah berfungsi sebagai area untuk ditanami berbagai jenis tanaman

konsumsi, seperti buah dan sayur. Pada umumnya, tanaman sayur ini ditanam

Page 78: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

61

dalam bedeng-bedeng tanaman. Rumput kusu-kusu yang sering terlihat dalam

lanskap Minahasa merupakan alang-alang (Graminae arundinaceae) yang

berfungsi sebagai tanaman obat (Tabel 6).

Tabel 6. Informasi budaya dan ruang yang diperlukannya

No Informasi budaya Ruang yang diperlukan Sumber Informasi

1. Rapat dan pertemuan Di bawah pohon besar, di tempat terbuka, dan di kolong rumah pangung

1

2. Pagar tanaman yang lebar dengan lonceng-lonceng biru di tengahnya, petak-petak kebun bunga di belakang pagar tanaman, dan di tepi jalan ada pagar hidup yang terdiri dari mawar, bunga lonceng, bunga burong, dan beluntas/ ballacai.

Di halaman depan rumah 2

3. Setiap rumah dipisahkan oleh halaman dan dikelilingi bermacam-macam pohon buah

Di sekitar halaman rumah 2

4. Tanah dibagi menjadi halaman-halaman dan di tengahnya berdiri sebuah rumah

Bagian luar rumah 2

5. Tanaman di halaman terdiri dari pohon buah-buahan seperti pisang, berbagai macam jeruk, pinang, serta kopi dan kapas

Di sekitar halaman rumah 2

6. Di halaman terdapat kebun kecil yang ditanam buncis, seledri, bawang, kayu manis, dan berbagai macam pohon

Halaman belakang rumah 2

7. Bedeng-bedeng bunga diselingi bermacam-macam rumput khusus

Halaman depan rumah 2

8. Terdapat rumah panggung kecil setinggi rumah utama yang berfungsi sebagai dapur (bangunan ini kadang kala tidak di atas panggung)

Di belakang rumah 2

9. Waruga pada asalnya ditempatkan di belakang rumah

Di sebelah kanan halaman belakang rumah

2

Page 79: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

62

Tabel 6. Lanjutan informasi budaya dan ruang yang diperlukannya

No Informasi budaya Ruang yang diperlukan Sumber Informasi

10. Halaman ditanami berbagai jenis tanaman buah-buahan terutama jeruk, jambu, manggis, berbagai jenis mangga, dan langsat.

Di sekitar halaman rumah 2

11. Rumput kusu-kusu tumbuh di sekitar daerah Minahasa

Di sekitar halaman rumah 2

12. Terdapat sebuah sumur di belakang dapur dan di sampingnya terdapat kamar mandi, sedangkan WC dibangun pada sebuah bangunan kecil agak jauh ke belakang rumah

Di belakang rumah 3

13. Jarak rumah yang satu dengan lainnya rata-rata 15 meter karena itu penduduk masih dapat menanam buah-buahan, rempah-rempah, dan sayur-sayuran, bunga-bungaan di dalam halamannya

Bagian luar rumah 4

*Sumber: 1. Wenas (2007) 2. Graafland (1869) 3. Syamsidar (1991) 4. Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Sulawesi Utara (1977/1978)

5. Kepercayaan dan Ilmu Pengetahuan

Kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis berupa roh jahat

mempengaruhi peletakan elemen rumah tinggalnya, seperti penempatan jendela

dan pintu yang harus terletak dalam satu poros, serta penempatan dua buah

tangga di depan rumah. Untuk mencegah roh jahat masuk ke dalam rumah,

ditanam berbagai jenis tanaman yang dianggap memiliki nilai metafisis

tertentu. Salah satu jenis tanaman ini berupa tanaman tawa’ang (Hanjuang)

yang dapat menandakan batas tanah seseorang. Selain dari kepercayaan,

pengetahuan masyarakat mengenai jenis tanaman yang berkhasiat untuk

pengobatan juga mempengaruhi peletakan tanaman di sekitar halaman rumah,

seperti tanaman kolano (Jarak pagar) dan goraka (Jahe). Untuk memenuhi

Page 80: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

63

kebutuhan sehari-hari, masyarakat menanam tanaman sayur dan buah di

halaman rumahnya (Tabel 7).

Tabel 7. Jenis vegetasi yang ada di halaman rumah tradisional Minahasa No Nama Ilmiah Nama Lokal Tinggi

Tanaman Jenis

Vegetasi Fungsi dalam

Lanskap Pemukiman Minahasa

1. Allium cepa Bawang merah <0,4 m GC Bedeng sayur

2. Allium tuberosum Kucai 0,3-0,5 m GC Bedeng sayur,tanaman obat

3. Apium graveolens Seledri 0,25-1 m GC Bedeng sayur 4. Areca catechu Pinang 10-30 m PT Tanaman dalam

upacara adat, tanaman buah

5. Arenga pinnata Aren 25 m PT Tanaman produksi 6. Bromelia

annanas Nanas <0,5 m GC Tanaman buah

7. Canna sp. Bunga tasbih, kana

0,5-1 m SR Tanaman untuk bedeng bunga

8. Carica papaya Pepaya <10 m PS Tanaman buah 9. Cinnamomum

burmani Kayu manis 5-15 m PS Tanaman rempah,

tanaman produksi 10. Citrus

aurantifolia Jeruk Limau <2 m PR Tanaman obat

11. Citrus sp. Jeruk 3,5-4 m PR Tanaman buah 12. Citoria ternatea Kembang

telang 0,4-0,5 m GC Tanaman untuk

bedeng bunga 13. Coffea arabica Kopi 4-6 m PR Tanaman produksi 14. Cordyline

fruticosa Tawa’ang (hanjuang) daun hijau

2-4 m PT Tanaman pagar

15. Cordyline terminalis

Tawa’ang (hanjuang) daun merah

2-4 m PT Tanaman upacara

16. Curcuma xanthorrhiza

Temulawak 1-2 m SS Tanaman obat

17. Erythrina lithosperma

Dadap 15-22 m PT Tanaman pelindung tanaman kopi

18. Garcinia mangostana

Manggis 15-20 m PT Tanaman buah

19. Gossypium hirsutum

Kapas 2-3 m ST Tanaman produksi

20. Graminae arundinaceae

Alang-alang 0,3-1,8 m SR Tanaman obat

21. Heliconia sp. Pisang hias < 2 m PR Tanaman hias

Page 81: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

64

Tabel 7. Lanjutan jenis vegetasi yang ada di halaman rumah tradisional

Minahasa No Nama Ilmiah Nama Lokal Tinggi

Tanaman Jenis

Vegetasi Fungsi dalam

Lanskap Pemukiman Minahasa

22. Jatropha curcas Ballacai, jarak pagar

1,5-5 m PR Tanaman pagar, tanaman obat

23. Lactuca sativa Selada <0,5 m GC Tanaman sayur 24. Lansium

domesticum Langsat < 30 m PT Tanaman buah

25. Livistonia rotundifolia

Woka, Palem Sadeng

>15 m PT Tanaman upacara

26. Mangifera indica Mangga <10 m PS Tanaman buah 27. Metroxylon sagu Sagu 10-15 m PS Tanaman

produksi 28. Musa sp. Pisang 2-3 m PR Tanaman buah 29. Myristica

fragrans Pala 20 m PT Tanaman rempah-

rempah 30. Nicotiana

tabacum Tembakau 2,5-4 m ST Tanaman

produksi, tanaman upacara adat

31. Nymphaea lotus Teratai - TA Tanaman hias 32. Phaseolus

vulgaris Buncis < 2m SS Tanaman sayur

33. Piper betle Sirih - M Tanaman obat, tanaman upacara

34. Pisum sativum Kacang kapri 3,5 m ST Tanaman sayur 35. Psidium guajava Jambu 15 m PT Tanaman buah 36. Rosa sp Bunga Mawar 2-3 m ST Tanaman untuk

bedeng bunga 37. Syzygium

aromaticum Cengkih 10-20 m PT Tanaman rempah-

rempah, tanaman produksi

38. Theobroma cacao Coklat 3-4 m PR Tanaman produksi

39. Uncaria gambir Gambir 1-3 m ST Tanaman obat, tanaman dalam upacara adat

40. Zingiber officinale

Jahe < 1m GC Tanaman obat

Keterangan: BS: Bedeng Sayur TU: Tanaman Upacara BB: Bedeng Bunga TR: Tanaman Rempah-rempah Tpe:Tanman Pelindung TO: Tanaman Obat TP: Tanaman Produksi TPg:Tanaman Pagar TB: Tanaman Buah

Berdasarkan ketinggiannya, tanaman dapat dibagi menjadi tanaman

penutup tanah, semak, perdu, dan pohon. Tanaman yang memiliki ketinggian

Page 82: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

65

kurang dari 0,5 m dikategorikan sebagai tanaman penutup tanah (ground

cover), sedangkan tanaman dengan ketinggian 0,5-1 m dikategorikan sebagai

semak rendah. Semak sedang mempunyai ketinggian 1-2 m, semak tinggi 2-3

m, perdu rendah ≤ 2 m, dan perdu tinggi ≥ 2 m. Pohon yang memiliki ukuran

ketinggian paling besar dibagi menjadi pohon rendah dengan tinggi ≤ 6 m,

pohon sedang 6-15 m, dan pohon tinggi ≥ 15 m (Lestari dan Kencana, 2008).

Dari Tabel 7 diketahui bahwa tanaman yang ditanam oleh masyarakat

Minahasa di dalam taman rumahnya mempunyai nilai estetik dan fungsional.

Tanaman estetik ini berupa tanaman bunga yang ditempatkan di taman depan

rumah, sedangkan tanaman yang bernilai fungsional berupa tanaman konsumsi,

seperti tanaman buah dan sayur, serta tanaman sebagai salah satu mata

pencaharian masyarakat, seperti tanaman produksi dan tanaman rempah-

rempah.

Konsep

Konsep dalam penelitian ini dibagi menjadi konsep umum dan aplikasi

konsep. Konsep umum merupakan konsep yang didapatkan dari informasi budaya

Minahasa, sedangkan aplikasi konsep merupakan konsep yang akan diterapkan

dalam mendesain Wisma Woloan. Dalam pengembangannya, aplikasi konsep ini

dibagi menjadi konsep ruang, vegetasi, sirkulasi, dan fasilitas.

Konsep Umum

Dari informasi budaya yang berhubungan dengan pembagian ruang, jenis

vegetasi yang terdapat dalam taman tradisional Minahasa, dan penempatan

elemen-elemen pada taman tersebut, dalam mendesain taman rumah tinggal

masyarakat Minahasa sebaiknya mengacu pada konsep berikut:

1. Penanaman vegetasi sayur, bunga, dan tanaman obat ditanam dalam

bentuk bedeng-bedeng tanaman.

2. Peletakkan dapur, kamar mandi, dan WC tidak menyatu dengan rumah

melainkan berada di halaman belakang rumah (Gambar 24).

3. Waruga yang berfungsi sebagai batu kubur masyarakat Minahasa terletak

di halaman samping kanan belakang rumah.

Page 83: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

66

4. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya berupa kebun yang

ditanami tanaman produksi.

5. Sirkulasi penghubung antara halaman rumah dan kebun berupa jalan

setapak.

6. Vegetasi bunga terletak di halaman depan rumah sehingga terlihat dari sisi

jalan.

7. Pagar bambu digunakan untuk membatasi rumah dan halaman depannya

dengan area luar.

8. Tanaman hanjuang hijau (Cordyline fruticosa) digunakan sebagai

pembatas tanah.

Konsep Dasar

Konsep dasar yang akan diterapkan dalam mendesain Wisma Woloan adalah

taman yang memunculkan karakter taman tradisional Minahasa melalui penerapan

informasi budaya yang berhubungan dengan pembagian ruangnya. Dengan

pembagian ruang ini diharapkan taman yang didesain pada Wisma Woloan 1

Gambar 24. Block plan Taman Tradisional Minahasa

Page 84: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

67

dan 2 dapat memberikan gambaran bagi pengunjung mengenai taman rumah

tradisional Minahasa.

Konsep Ruang

Berdasarkan fungsinya, pembagian ruang di dalam rumah dapat dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu living quarter dan work/storage area (Booth, 1983). Living

quarter yang merupakan area tempat tinggal dapat dibagi lagi menjadi ruang

publik dan privat. Ruang publik di dalam rumah berupa ruang makan, ruang tamu,

dan ruang keluarga. Dilihat dari peruntukannya, ruang publik ini bersifat umum

yang dapat diakses baik oleh penghuni rumah maupun tamu yang datang,

sedangkan ruang privat berupa kamar tidur dan kamar mandi lebih bersifat pribadi

sehingga tidak dapat dengan mudah diakses oleh orang luar. Work/storage area

sebagai ruang pendukung terdiri dari dapur dan gudang. Ruang ini sifatnya

tambahan yang mengakomodasi kegiatan pelayanan (servis).

Dengan menggunakan pendekatan pembagian ruang tersebut, ruang di

dalam lanskap halaman Minahasa dibagi menjadi ruang publik, semi publik,

privat, dan servis (Tabel 8).

1. Ruang Publik

Ruang publik yang bersifat umum terletak di bagian depan wisma agar

mudah terlihat dan dapat dengan mudah diakses. Menurut Ingels (2004), ruang

publik pada lanskap taman rumah memiliki tiga fungsi, yaitu 1) meletakkan

rumah pada latar yang menarik dengan meningkatkan nilai arsitektur rumah, 2)

sebagai penanda pintu masuk dengan desain yang mengarahkan tamu menuju

pintu masuk tersebut, serta 3) sebagai akses tamu menuju rumah.

Ruang publik dalam desain ini berupa halaman depan rumah yang dapat

diakses oleh semua orang yang mengunjungi base camp. Ruang publik ini

berfungsi sebagai area entrance wisma (Gambar 25). Selain itu, terdapat pagar

bambu pada area ini sebagai batas antara area wisma dengan area luarnya.

2. Ruang Privat

Dibandingkan dengan ruang lainnya, ruang ini paling bersifat tertutup

sehingga sulit diakses. Pada desain ini, seluruh ruangan yang ada di dalam

Page 85: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

68

rumah termasuk ruang privat yang hanya dapat diakses oleh penghuni yang

menginap di wisma tersebut.

3. Ruang Servis

Ruang servis mengakomodasi kegiatan pelayanan, seperti memasak,

mengambil air, dan mandi. Ruang ini terletak di belakang rumah dengan

fasilitas yang ada di dalamnya berupa dapur, kamar mandi, WC, dan sumur.

4. Ruang Semi Publik

Ruang semi publik pada tapak berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan

yang sifatnya setengah umum. Ruang ini tidak dengan mudah diakses oleh

semua orang sehingga orang luar dapat mengakses ruang ini apabila

mendapatkan ijin dari penghuni rumah. Jika dibandingkan dengan ruang

publik, ruang ini bersifat setengah terbuka sehingga masih ada privasi bagi

penggunanya. Replika waruga yang digunakan sebagai batu kubur masyarakat

Minahasa dihadirkan dalam ruang ini sebagai gambaran budaya nenek moyang

masyarakat Minahasa yang meletakkan waruga di samping kanan halaman

belakang rumah.

Tabel 8. Pembagian ruang, aktivitas, dan fasilitas pada Wisma Woloan

No. Ruang Aktivitas Fasilitas 1. Ruang Publik Melihat wisma Vegetasi estetik 2. Ruang Semi Publik a. Memanen tanaman

sayur, buah, dan obat

b. Menyambut tamu dan berdiskusi

c. Melihat waruga

a. Bedeng tanaman sayur dan obat, pohon buah

b. Teras rumah

c. Waruga

3. Ruang Privat a. Istirahat b. Menikmati

pemandangan c. Duduk-duduk d. Bercengkrama

Wisma

4. Ruang Servis a. Memasak b. Mandi c. Mengambil air

a. Dapur b. Kamar mandi,WC c. Sumur

Page 86: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

69

Gambar 25. Konsep ruang pada Wisma Woloan

Konsep Vegetasi

Berdasarkan informasi mengenai jenis vegetasi di halaman rumah

masyarakat Minahasa yang bersifat fungsional dan estetik, konsep vegetasi yang

akan diterapkan pada Wisma Woloan 1 dan 2 adalah mengikuti kedua fungsi

tersebut, yaitu vegetasi yang memberikan daya tarik bagi pengunjung dengan

penanaman vegetasi estetik di depan wisma serta vegetasi yang memberikan

manfaat baik bagi pengunjung maupun pengelola HPGW dengan penanaman

vegetasi buah, sayur, obat, rempah-rempah, dan vegetasi perkebunan. Untuk

mengenalkan pengunjung base camp HPGW terhadap taman rumah tradisional

masyarakat Minahasa, jenis vegetasi yang diterapkan adalah vegetasi yang ada di

sekitar halaman rumah masyarakat Minahasa yang telah diuraikan sebelumnya

sehingga pada konsep vegetasi ini ditambahkan vegetasi upacara adat (Tabel 9).

Selain jenis vegetasi tersebut, terdapat vegetasi pembatas tanah, yaitu

hanjuang merah (Cordyline terminalis) dan vegetasi produksi. Vegetasi produksi

ditanam di area kebun. Kebun ini umumnya terletak di lahan kosong yang

memisahkan antara rumah yang satu dengan rumah lainnya. Dalam area ini

vegetasi yang ditanam berupa kopi (Coffea arabica), kapas (Gossypium

hirsutum), sagu (Metroxylon sagu), aren (Arenga pinnata), dadap (Erythrina

lithosperma), kakao (Theobroma cacao), serta vegetasi rempah-rempah seperti

Page 87: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

70

kayu manis (Cinnamomum burmani), pala (Myristica fragrans), dan cengkih

(Syzygium aromaticum).

Tabel 9. Pembagian fungsi vegetasi berdasarkan ruang yang ada No Ruang Fungsi Vegetasi Jenis vegetasi yang diaplikasikan

1. Publik Vegetasi estetik Bunga mawar (Rosa sp), lonceng (Clitoria ternatea), bunga tasbih (Canna sp), pisang-pisangan (Heliconia sp), dan teratai (Nymphaea lotus).

2. Semi Publik

a. Vegetasi sayur

Bawang merah (Allium cepa), seledri (Apium graveolens), selada (Lactuca sativa), buncis (Phaseolus vulgaris), dan kacang kapri (Pisum sativum).

b. Vegetasi obat

Kucai (Allium tuberosum), ballacai (Jatropha curcas), gambir (Uncaria gambir), alang-alang (Graminae arundinaceae), dan jahe (Zingiber officinale).

c. Vegetasi buah

Pepaya (Carica papaya), jeruk (Citrus sp), manggis (Garcinia mangostana), langsat (Lansium Domesticum), mangga (Mangifera indica), pisang (Musa sp), nanas (Bromelia annanas), dan jambu (Psidium guajava).

d. Vegetasi upacara adat

Pinang (Areca catechu), jeruk limau (Citrus aurantifolia), tawa’ang daun merah (Cordyline terminalis), woka (Livistonia rotundifolia), tembakau (Nicotiana tabacum), dan sirih (Piper betle).

3. Privat - 4. Servis -

Konsep Sirkulasi

Berdasarkan karakter pergerakannya, pola sirkulasi di dalam rumah

tradisional Minahasa bersifat direct movement (Motloch, 1991). Sirkulasi ini

berupa gang yang menghubungkan pintu depan dengan pintu belakang rumah.

Berdasarkan informasi budaya ini, konsep sirkulasi pada taman mengikuti pola

sirkulasi tersebut dengan pergerakan pengunjung diarahkan pada objek tertentu.

Pada pengembangannya, sirkulasi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu sirkulasi

utama dan sirkulasi pendukung. Sirkulasi utama terletak di depan Wisma Woloan

dan menghubungkan wisma dengan area luarnya, sedangkan sirkulasi pendukung

Page 88: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

71

Gambar 26. Konsep sirkulasi Wisma Woloan

terletak di sekitar area wisma yang menghubungkan fasilitas-fasilitas yang ada di

dalamnya (Gambar 26).

Konsep Fasilitas

Konsep fasilitas yang akan diterapkan dalam mendesain taman Wisma

Woloan selain diperuntukkan sebagai fasilitas penunjang wisma juga sebagai

sarana pendidikan budaya bagi pengunjung. Oleh karena itu, desain fasilitas ini

semaksimal mungkin mempertahankan bentuk aslinya yang ada pada rumah

tradisional Minahasa. Fasilitas yang terdapat di sekitar rumah adalah dapur, kamar

mandi, WC, sumur, dan waruga yang ada di samping kanan halaman belakang

rumah.

Desain Wisma Woloan di Basecamp HPGW

Untuk mendukung fungsi pendidikan budaya pada base camp, selain

kondisi fisik tapak yang dipertimbangkan dalam desain juga informasi budaya

yang membentuk karakter dari arsitektur tradisional rumah Minahasa ini. Pada

bagian depan kedua Wisma Woloan terdapat pagar bambu yang di belakangnya

ditanami berbagai jenis bunga yang berfungsi sebagai penyemarak welcome area

dan menjadi unsur estetik dalam taman. Vegetasi sayuran dan tanaman obat yang

ada di samping rumah ditanam dalam bedeng-bedeng agar terlihat rapi dan

Sirkulasi Pendukung

Keterangan

Sirkulasi Utama

Page 89: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

72

memunculkan cerita perjalanan Graafland pada tahun 1869, yang pada saat itu di

sekitar rumah masyarakat terdapat bedeng-bedeng tanaman (Gambar 27). Selain

fungsi tersebut, penempatan tanaman dalam bedeng juga dapat mengontrol

pertumbuhan tanaman, seperti tanaman Alang-alang (Graminae arundinaceae)

yang sebaiknya dibatasi pertumbuhannya.

Pada bagian belakang rumah terdapat dapur, kamar mandi, WC, dan

sumur. Bangunan dapur berupa bangunan semi permanen yang terbuat dari

bambu, sedangkan untuk kamar mandi dan WC berupa bangunan permanen yang

ditembok. Ketiga bangunan tersebut beratapkan rumbia. Selain itu, terdapat

replika waruga di samping kanan belakang rumah sebagai penambah unsur

budaya di dalam tapak.

Wisma Woloan 1 terletak di atas kolam air (Gambar 28). Hal ini tidak

sesuai dengan konsep rumah tradisional Minahasa yang terletak di atas tanah

sehingga pengaplikasian konsep desain pada Wisma Woloan 1 berbeda dengan

Wisma Woloan 2 (Gambar 29). Tata letak elemen tanaman pada Wisma Woloan

1 terinspirasi dari salah satu lagu tradisional Minahasa (Zazanian ni Karema)

yang sering dinyanyikan dalam upacara adat. Lagu tersebut menceritakan

mengenai asal usul masyarakat Minahasa (Lampiran 1). Dalam lagu disebutkan

bahwa Dewi Karema melihat beberapa tanaman yang ada di Minahasa

berdasarkan letaknya, yaitu

a. Tenggara: pohon aren (Arenga pinnata),

b. Timur Laut: pohon assa/ alang-alang (Graminae arundinaceae), pohon tu’is

(Bromelia ananas), dan la’ikit (Heliconiopsis amboinensis),

c. Barat Laut: temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sirih (Piper betle) dan

tewasen/ pohon sagu (Metroxylon sagu), serta

d. Barat Daya: pohon woka (Livistonia rotundifolia) dan tambelang (Bambusa

celebensis).

Dilihat dari jenis vegetasi yang ada pada lagu tersebut, penempatan vegetasi

berdasarkan lagu ini dapat diterapkan karena sudah sesuai dengan konsep vegetasi

yaitu vegetasi yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakat Minahasa, seperti

pohon tu’is yang merupakan tanaman buah, pohon aren dan sagu yang merupakan

tanaman produksi, alang-alang dan temulawak yang merupakan vegetasi obat,

Page 90: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

73

Gam

bar 2

7. S

ite p

lan

Page 91: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

74

Gam

bar 2

8. B

low

up

Wis

ma

Wol

oan

1

Page 92: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

75

Gam

bar 2

9. B

low

up

Wis

ma

Wol

oan

2

Page 93: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

76

serta pohon la’ikit, sirih, dan woka yang merupakan vegetasi upacara. Untuk

menjaga privasi dari pengunjung yang menginap di wisma ini, ditempatkan pohon

pisang (Musa sp) pada Wisma Woloan 2 dan hanjuang hijau (Cordyline fruticosa)

pada Wisma Woloan 1 sebagai screen. Dari sisi budaya, hanjuang hijau juga

digunakan sebagai pembatas halaman kedua wisma ini. Noise yang berasal dari

ruang genset di belakang Wisma Woloan 1 diredam dengan penanaman vegetasi

yang mempunyai tajuk yang cukup rapat (Gambar 30), seperti jarak pagar

(Jatropha curcas). Untuk menambah nilai estetik pada Wisma Woloan 1, terdapat

teratai (Nymphaea lotus) yang berada di atas air.

Jalur sirkulasi berupa pola yang mengelilingi rumah menggambarkan

prosesi yang ada pada upacara adat kematian, yaitu ketika salah seorang penghuni

rumah meninggal dilakukan putaran tiga kali keliling rumah (Gambar 31). Jalur

ini berupa gravel untuk mengurangi penutup lahan. Selain itu, terdapat jalan

setapak menuju kebun yang berasal dari informasi mengenai upacara anak

perempuan yang sudah berumur 1 tahun. Pada upacara tersebut anak ini

membawa beberapa potong kayu dan daun pada bahunya lalu dibawa ke ujung

jalan setapak yang menuju kebun.

Page 94: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

77

Gambar 30. Tampak potongan Wisma Woloan

A-A’

B-B’

A

A’ B

B’

Keyplan

Page 95: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

78

Gambar 31. Perspektif Wisma Woloan

Page 96: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

79

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memiliki potensi

untuk dikembangkan menjadi sarana pendidikan budaya melalui keberadaan

rumah tradisional Minahasa, yaitu Wisma Woloan 1 dan 2. Sebagai sarana

pendidikan budaya, wisma harus didukung dengan taman yang dapat memperkuat

karakter arsitektur Minahasa. Pembagian ruang baik di dalam maupun di luar

rumah tradisional Minahasa dipengaruhi oleh adat istiadat, kegiatan keseharian

masyarakat, kepercayaan, dan ilmu pengetahuan. Informasi pembagian ruang ini

menghasilkan konsep umum sebagai dasar dalam mendesain kedua wisma

tersebut. Konsep umum yang dihasilkan berupa pembagian halaman rumah, yaitu

halaman depan sebagai area publik, halaman samping sebagai area semi publik,

halaman belakang sebagai area servis, dan bangunan rumah tradisional sebagai

area privat. Elemen-elemen yang terdapat di taman rumah tradisional Minahasa

terdiri dari bedeng tanaman, pagar bambu, dapur, kamar mandi, WC, sumur, dan

waruga, sedangkan jenis vegetasinya adalah vegetasi upacara, produksi, obat, dan

estetik.

Desain taman Wisma Woloan 1 dan 2 mengaplikasikan konsep umum dan

elemen-elemen taman tersebut. Bagian depan taman Wisma Woloan 2 merupakan

area publik yang terdiri dari pagar bambu dan bedeng tanaman bunga, halaman

samping merupakan area semi publik yang ditanami pohon buah, bedeng sayur,

dan tanaman obat, serta halaman belakang rumah yang merupakan area servis

terdiri dari bangunan dapur, kamar mandi, WC, sumur, dan waruga. Taman

Wisma Woloan 1 yang terletak di atas air, pembagian ruang dan penempatan

elemen taman pada wisma ini berbeda, yaitu kolam air sebagai area publik dan

letak jalur sirkulasi di sekitar rumah yang dipisahkan oleh kolam tersebut. Tata

letak elemen tanaman pada taman ini berdasarkan peletakan tanaman dalam salah

satu lagu tradisional Minahasa, “Zazanian Ni Karema”. Dalam lagu tersebut

vegetasi ditempatkan berdasarkan arah mata angin, yaitu pohon aren (Arenga

pinnata) di tenggara; pohon alang-alang (Graminae arundinaceae), pohon tu’is

(Bromelia ananas), dan la’ikit (Heliconiopsis amboinensis) di timur laut;

Page 97: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

80

temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sirih (Piper betle), dan pohon sagu

(Metroxylon sagu) di barat laut; serta pohon woka (Livistonia rotundifolia) dan

tambelang (Bambusa celebensis) di barat daya. Pengaplikasian konsep desain dan

elemen-elemen yang terdapat di dalam taman tradisional Minahasa pada Wisma

Woloan 1 dan 2 dapat menjadi sarana pendidikan budaya bagi pengunjung

HPGW.

Saran

Beberapa saran yang diusulkan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi

masyarakat umum dan pengelola HPGW sebagai berikut.

1. Konsep desain taman rumah tradisional Minahasa ini diharapkan dapat menjadi

acuan dalam mendesain taman yang memiliki arsitektur bangunan Minahasa

dengan memperhatikan pembagian ruang dan penempatan elemen-elemen

berdasarkan fungsi ruang tersebut;

2. Peletakkan Wisma Woloan 1 di atas air pada base camp HPGW tidak sesuai

dengan konsep rumah tradisional Minahasa yang terletak di atas tanah. Untuk

memperkuat karakter tradisional taman Minahasa, disarankan agar kolam

tersebut diurug tanah sebagaimana yang terlihat pada halaman Wisma Woloan

2. Hal ini dapat dilakukan dengan catatan bahwa kolam tersebut tidak

mempunyai fungsi ekologis yang penting seperti daerah resapan air, embung,

dan sebagainya.

3. Pada pembangunan base camp ke depannya disarankan terdapat bangunan

berarsitektur sunda yang didukung dengan taman tradisionalnya. Hal ini selain

dapat menambah sarana pendidikan budaya pada base camp, juga dapat

mencirikan daerah sekitar HPGW yang berbudaya sunda.

Page 98: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

81

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Rencana Pengembangan Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009 – 2013. Bogor: IPB, Fakultas Kehutanan.

Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Booth. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Illinois:

Waveland Press Inc. Crowe S. 1981. Garden Design. Chichester: Packard Publishing Limited. [Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Graafland N. 1991. Minahasa: Negeri, Rakyat, dan Budayanya. Lucy R

Montolalu, penerjemah. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. Ingels JE. 2004. Landscaping: Principles and Practice. Ed ke-6. New York:

Delmar Learning. Kalangie EI, LL Ticoalu, R Tandi, J Inkiriwang. 1985. Upacara Tradisional Yang

Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Sulawesi Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Laurie M. 1984. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra. Lestari G, Kencana IP. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Depok: Penebar Swadaya Motloch JL. 1991. Introduction to Landscape Design. New York: Van Nostrand

Reinhold. Rogi OH, Wahyudi S. 2009. Identifikasi Aspek Simbol dan Norma Kultural pada

Arsitektur Rumah Tradisional di Minahasa. Ecoton 9: 43-48. Sulistyantara S. 2006. Taman Rumah Tinggal. Depok: Penebar Swadaya. Supriati Y, Yuyu Y, Ida N. 2008. Taman Sayur. Depok: Penebar Swadaya. Syamsidar. 1991. Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Utara. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tim Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Sulawesi Utara. 1977/1978.

Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 99: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

82

Turner T. 2005. Garden History: Philosophy and Design. London: Taylor & Francis Routledge

Undang-Undang Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 – Kehutanan.1999.

Jakarta: Kopkar Hutan. Wenas J. 2007. Sejarah dan Kebudayaan Minahasa. Manado: Institut Seni Budaya

Sulawesi Utara Wiranto. 1999. Arsitektur Vernakular Indonesia: Perannya Dalam

Pengembangan Jati Diri. Dimensi Teknik Arsitektur 27: 15-20

Page 100: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

83

LAMPIRAN

Page 101: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

84

Lam

pira

n 1.

Liri

k la

gu “

Zaza

nian

Ni K

arem

a”

Page 102: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

85

Lam

pira

n 1.

Lan

juta

n lir

ik la

gu “

Zaza

nian

Ni K

arem

a”

Page 103: KONSEP DESAIN TAMAN RUMAH TRADISIONAL MINAHASA … · tanaman dalam salah satu lagu tradisional Minahasa, ... Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1989 di Jakarta, sebagai anak

86

Sum

ber:

Wen

as (2

007)

Lam

pira

n 1.

Lan

juta

n lir

ik la

gu “

Zaza

nian

Ni K

arem

a”