konsep dasar pendidikakan
-
Upload
ummushabiha -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
Transcript of konsep dasar pendidikakan
A. Konsep pendidikan
1. Pengertian pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’
dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti
proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengertian pendidikan menurut para ahli :
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut H. Horne, adalah alat dimana kelompok sosial melanjutkan
keberadaannya dalam mempengaruhi diri sendiri serta menjaga
idealismenya.
MenurutBapak Plato, bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan
seumur hidup (life-long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga
kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan
warga negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin
dan mematuhi yang benar. Bapak Plato pun menambahkan dalam
pengertiannya tentang pendidikan bahwa pendidikan tidak hanya
menyediakan ilmu pengetahuan dan kemampuan akan tetapi nilai,
pelatihan insting, membina tingkah laku dan sikap yang benar. Pendidikan
yang sejati (true education), akan memiliki kecenderung terbesar dalam
membentuk manusia yang beradab dan memanusiakan manusia dalam
1
hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang berada dalam
perlindungannya.
Menurut Dictionary Reference, situs pengertian berbahasa inggris, bahwa
pengertian pendidikan adalah tindakan atau proses menyampaikan atau
memperoleh pengetahuan umum, mengembangkan kekuatan penalaran
dan penilaian, dan umumnya mempersiapkan diri sendiri atau orang lain
secara intelektual untuk kehidupan dewasa.
Menurut Bapak C.D. Hardie dalam monografnya, Truth and Fallacy in
Educational Theory (1941), bahwa pendidikan seharusnya mendidik
seseorang dengan alami (nature), bahwa seorang guru harus bertindak
sebagai tukang kebun yang membina tumbuhan secara alami dan tidak
melakukan hal hal yang tidak alamiah. Dalam monografnya, C.D. Hardi
mengkritik pemerintah yang memberikan aturan aturan (law) yang
mengatur pendidikan.
Menurut Bapak Comenius pada abad pertengahan, bahwa pendidikan
adalah proses dimana individu mengembangkan kualitasnya terhadap
agama, ilmu pengetahuan dan moralnya, yang membuatnya mampu
mengklaim dirinya sebagai manusia.
Menurut Bapak Aldous Huxleybahwa pendidikan yang sempurna adalah
dimana semua manusia dilatih agar siap untuk ditempatkan dalam hirarki
sosial akan tetapi dalam prosesnya tidak melakukan penghancuran atau
pengrusakan terhadap individu atau karakter unik atau khas seseorang.
MenurutBapak Herman Harrell Horne bahwa pendidikan adalah proses
yang terus menerus (abadi) (education is a process of continuous
(perpetual)) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental ( higher adjustment for the
human beings who have evolved physically and mentally), yang bebas dan
sadar kepada tuhan (which is free and conscious to God), seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan
dari manusia (as manifested in nature around the intellectual, emotional
and humanity of the human).
2
Menurut Gunning dan KohnstammPendidikan adalah proses pembentukan
hati nurani. Sebuah pembentukan dan penentuan diri secara etis yang
sesuai dengan hati nurani.
Menurut Carter. V. Good pendidikanadalahProses perkembangan
kecakapan individu dalam sikap dan perilaku bermasyarakat. Proses sosial
dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir,
seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri
dan kecakapan sosial.
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata
“didik” mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka kata ini
mempunyai arti proses, atau cara, atau perbuatan mendidik.
Menurut John Dewey pendidikan senergis dengan pertumbuhan dan tidak
memiliki akhir selain dirinya sendiri.
Menurut Theodore Brameld pendidikan adalah sebuah proses yang lebih
luas dari sekedar periode pendidikan di sekolah, pendidikan juga memiliki
arti proses belajar terus menerus dalam keseluruhan aktivitas sosial
manusia tetap ada dan berkembang.
Menurut Stella van Petten Henderson pendidikan adalah kombinasi
pertumbuhan, perkembangan diri dan warisan sosial.
Menurut Martinus Jan Langeveld pendidikan adalah upaya menolong anak
untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat
bertanggung jawab secara susila.
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus pendidikan adalah suatu usaha yang
sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga
secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya
yang paling tinggi.
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah suatu proses bimbingan
yang dilaksanakan secara sadar oleh pendidik terhadap suatu proses
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, yang tujuannya agar
kepribadian peserta didik terbentuk dengan sangat unggul.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang
diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan
3
orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi yang dididik
memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya
secara mandiri.
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan seseorang, karena
melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang
baik serta dapat bertingkah sesuai dengan norma yang berlaku.
Pendidikan mengarah kepada bimbingan yang diberikan kepada anak
dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya untuk mencapai tingkat
kedewasaan dan bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, membentuk
karakter diri dan mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional harus sesuai dengan Tap MPRS No
XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, sehingga
dirumuskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk manusia
Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Dalam UU No. tahun
1989 juga ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, dengan artian bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur, memiliki keterampilan dan
pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki pribadi yang baik,
mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
1. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
4
2. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-
Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan Institusional
Merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga
pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
setiap lembaga pendidikan memiliki tujuan institusional sendiri. Tidak seperti
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional lebih bersifat konkrit. Tujuan
institusional ini dapat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.
Tujuan Kurikuler
Merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan
ini dapat dilihat dari GBPP (Garis besar program pembelajaran) setiap bidang
studi. Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional
sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini akan menggambarkan
tujuan institusional. Artinya, semua tujuan kurikuler yang ada pada suatu
lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional yang
bersangkutan.
Tujuan Intruksional
Merupakan tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran. Tujuan ini sering kali dibedakan menjadi dua bagian yaitu
tujuan instruksional umum dan khusus.
Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya
masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih
5
spesifik. Tujuan intruksional umum dapat dilihat dari tujuan setiap pokok
bahasan atau bidang studi yang ada didalam GBPP.
Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum. Tujuan ini irumuskan oleh guru dengan maksud agar
tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan mudah
diukur tingkat ketercapainnya.
Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United
Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan
empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni:
(1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to
live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan
tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
Menurut ki hadjar dewantara
Mendidik anak agar menjadi manusia sempurna hidupnya, yaitu kehidupan
dan penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan
masyarakatnya.
Menurut Johan Amos Comenius
Membentuk manusia yang mempunyai pendidikan kesusilaan dan kesalehan
sebagai persiapan untuk kehidupan diakherat.
Menurut JJ Rousseau
Mempertahankan kebaikan yang ada pada manusia dan membentuk anak
menjadi manusia yang natural.
Menurut John Locke
Membentuk “Gentlemen”
Menurut Friendrich Frobel
Membentuk akal menjadi makhluk aktif dan kreatif
Menurut Herber Spencer
Mengilmiahkan usaha-usaha pendidikan serta membentuk manusia-manusia
ilmiah.
Menurut Maria Montesori
6
Perkembangan anak secara bebas
Menurut Helen Parkhust
Membentuk anak menjadi warga Negara yang baik.
Kesimpulannya, pendidikan bertujuan untuk menghilangkan segala sumber
penderitaan rakyat yaitu kebodohan dan ketertinggalan. Jadi pendidikan nasional
bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan tujuan yang sangat luas dan
besar cakupannya karena bersifat nasional namu dengan adanya pengkhususan
setiap tingkat guna merelevankan antara fungsi dan tujuannya, maka tujuan
pendidikan menjadi lebih jelas dan signifikan sesuai dengan tingkatannya.
Pendidikan juga bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkwalitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai
suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di
berbagai lingkungan.
3. Asas-asas pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
a. Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau
tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu
dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Diantara asas-asas tersebut
adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas
kemandirian dalam belajar.
b. Pembagian Asas Pendidikan Khusus untuk pendidikan di indonesia, terdapat
sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecendrungan umum
pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di indonesia. Di antar berbagai asas
tersebut, tiga buah asas akan dikaji lebih lanjut dalam paparan ini.
1. Asas Tut wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yang kini menjadi semboyan Diknas pada
awalnya merupakan salah satu dari asas 1922 yakni : tujuh buah asas dari
Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922).. Asas atau
7
semboyan ini dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. dan mendapat
dukungan dari positif dari Drs. RMP Sosrokartono dengan menambahkan
dua semboyan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha dan Ing Madya Mangun
Karsa. Ketiga semboyan itu telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.
Ing Ngarsa Sung Tulada (jika didepan menjadi contoh).
Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan
dan membangkitkan semangat).
Tut Wuri Handayani (jika dibelakang memberi dorongan/mengikuti
dengan awas).
Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas 1922 yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
Keadaan yang dapat ditemukan dalam pendidikan berkaitan dengan
asas ini antara lain :
a. Peserta didik mendapat kebebasan dalam memilih pendidikan dan
keterampilan yang diminati di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan
yang disediakan sesuai potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki.
b. Peserta didik mendapat kebebasan memilih pendidikan kejuruan yang
diminati agar mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja dan
bidang yang diinginkan.
c. Peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa mendapat kesempatan
untuk memasuki program pendidikan dan keterampilan yang diminati
sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.
d. Peserta didik yang memiliki keistimewaan atau kekurangan dalam fisik
dan mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan
keterampilan yang sesuai dengan keadaanya.
e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan memperoleh
pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kondisi daerahnya.
f. Peserta didik dari keluarga tidak mampu mendapatkan kesempatan
memperoleh pendidikan dan keterampilan sesuai dengan minat dan
kemampuanya dengan bantuan dan dari pemerintah masyarakat.
2. Asas Belajar sepanjang hayat
8
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education). Kurikulum yang dapat merancang dan di implementasikan
dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertical dan horizontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu keterkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman diluar sekolah.
Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya dengan istilah
“pendidikan seumur hidup”. UNESCO Institute for Education menetapkan
suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan
yang harus :
1. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
2. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap
individu.
4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
5. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.
Ada 2 misi yang diemban dalam proses belajar mengajar berdasarkan
latar pendidikan seumur hidup yaitu :: membelajarkan peserta didik
dengan efisien dan efektif dan serentak dengan itu, meningkatkan kemauan
dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis belajar sepanjang hayat.
3. Azas Kemandirian dalam Belajar
Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas tut wuri handayani dan
belajar sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini adalah pendidik harus
menjalankan peran komunikator, fasiltator, organisator, dsb. Pendidik
diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar
sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan
sumber belajar tersebut.
9
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara
langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut
wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa
untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Selanjutnya, asas belajar
sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena tidak
mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung
dari bantuan guru ataupun orang lain. Perwujudan asas kemandirian dalam
belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai
fasilitator dan motivator, disamping peran lain : informatory, organisator
dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan
mengatur berbagai sumber belajar demikian sehingga memudahkan peserta
didik berinteraksi dengan sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator,
guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan
sumber belajar itu.
Kesimpulannya adalah Ketiga asas itu dipandang sangat relevan
dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan. Oleh karena
itu, setiap tenaga pendidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas
tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam
penyelenggaraan pendidikan sehari-hari.
Asas pendidikan menjadi menjadi pedoman hidup, jalur,garis dalam
menjalankan pendidikan secara teknis. Pendidikan sebagai pedoman hidup
agar ketika ragu-ragu dapat melihat kembali pedoman itu. Pendidikan
sebagai jalur adalah jalan yang harus dilalui untuk bisa mencapai tujuan.
Pendidikan sebagai garis yang harus diikuti sepanjang hayat.
B. Lingkungan pendidikan
1. Pengertian lingkungan pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala
benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mehluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati,
lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan
10
pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
2. Fungsi lingkungan pendidikan
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar
dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
b. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
c. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan
yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia.
Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan
lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di
keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
3. Pelaksanaan pendidikan
Pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yakni membimbing,
mengajar, dan atau melatih (ayat 1 pasal 1 UU RI No. I/1989). Tiga aspek tersebut
dibedakan sebagai berikut :
Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi
dari segi prilaku umum (aspek pembudayaan).
Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
Melatih, terutama berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran aspek
teknologi.
Sistem pendidikan nasional mengalami kendala dikarenakan kurang
optimalnya kerjasama aplikasi peran pemerintah dan masyarakat. Sinkron uraian
sebelumnya, sistem pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kendala dari
eksternal maupun internal. Meski kendala dari eksternal memengaruhi kondisi
sistem pendidikan di Indonesia, tetapi kendala internal (hambatan di dalam negeri)
lebih banyak memberikan pengaruh terhadap sistem tersebut.
Adapun kendala dari segi internal sistem pendidikan nasional yaitu kurang
optimalnya peran masyarakat dan pemerintah dalam aplikasi program pendidikan
11
nasional. Jika peran masyarakat dikatakan tak sinkron dengan ketentuan pasal 8
UU No. 20/2003, peran pemerintah juga mengalami hal nan sama. Misalnya
dalam pasal 49 UU No. 20/2003 serta pasal 31 ayat 4 UUD 1945 dijelaskan
mengenai aturan pendidikan. Seharusnya pemerintah memberikan aturan tersebut
buat pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan sinkron ketentuan yaitu di atas
20%. Tapi nan terjadi sebaliknya, aturan pendidikan hanya berkisar 2-5%.
Selain itu, aplikasi sistem pendidikan nasional dikatakan belum optimal bisa
diamati melalui kualitas pendidikan Indonesia hingga saat ini. Kualitas pendidikan
dikatakan sinkron baku bukan dilihat dari prestasi di taraf internasional saja, tetapi
kualitas tersebut seharusnya berorientasi pada kretivitas berkarya serta berpikir
masyarakat, utamanya generasi penerus bangsa ini. Sistem pendidikan di
Indonesia belum mampu meraih kualitas pendidikan nan seharusnya sinkron baku
serta tujuan pendidikan nasional berdasar UUD 1945.
Generasi penerus bangsa dalam sistem pendidikan nasional saat ini hanya
bertujuan meraih predikat pintar dilihat dari segi nilai dan memiliki karakter
sebagai pekerja bukan pengusaha (orang nan memiliki banyak penemuan buat
maju). Hal tersebut terjadi sebab aplikasi kurikulum di Indonesia belum optimal
serta sering diubah pemerintah.
Padahal, kurikulum merupakan salah satu bagian krusial pendidikan nan
berkaitan dengan kualitas pendidikan. Wajar jika kualitas pendidikan Indonesia
seperti uraian sebelumnya sebab kurikulum nan diterapkan di Indonesia
mengalami perubahan sinkron kebutuhan pemerintah dalam mengikuti
perkembangan sistem pendidikan internasional.
Pelaksanaan sistem pendidikan nasional saat ini juga telah menjadi sebuah
industri. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu menjadikan pendidikan sebagai
wahana aplikasi industri (meraih untung atau rugi dalam pelaksanaannya).
Ironisnya, sistem pendidikan di Indonesia hingga kini tak dijadikan sebagai salah
satu wahana buat membentuk pencerahan nan kritis dan inovatif. Hal tersebut
menunjukkan fakta mutakhir mengenai kondisi sistem pendidikan di Indonesia
dengan adanya praktik jual-beli ijazah, jual-beli gelar maupun jual-beli nilai.
Selain itu, fakta lain mengenai aplikasi sistem pendidikan nasional sama
seperti aplikasi sistem sebuah industri/bisnis, yaitu kurangnya dukungan
pemerintah terhadap kebutuhan loka belajar mengakibatkan munculnya bisnis di
12
bidang pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat dari golongan
lemah/tidak mampu semakin terpuruk menghadapi model sistem pendidikan saat
ini.
Pendidikan terasa hanya diperuntukkan bagi masyarakat dari golongan
ekonomi kuat. Bagi masyarakat dari golongan miskin, pendidikan menjadi sebuah
mimpi.
Itulah perkembangan kondisi sistem pendidikan nasional hingga saat ini.
Harapannya, informasi ini memberikan kegunaan bagi masyarakat baik dari
kalangan akademisi ataupun nonakademisi dalam berperan aktif di bidang
pendidikan. Bidang pendidikan tak bisa dicermati secara terpisah dengan bidang
lain, tetapi bidang ini berkaitan dengan bidang lain termasuk politik, ekonomi,
sosial maupun budaya.
Meski kondisi sistem pendidikan nasional dikatakan terpuruk hingga saat ini,
seharusnya kita sebagai bagian dari masyarakat berupaya buat ikut serta
memberikan saran mengenai sistem pendidikan nan sinkron dengan kondisi
bangsa ini.
Sistem pendidikan nasional nan sinkron dengan kebutuhan manusia
semestinya yaitu pendidikan nan menjadikan manusia mampu mengembangkan
kemampuan akalnya berpikir optimal dalam berkreasi serta berinovasi. Hal
tersebut bisa dicapai ketika sistem kehidupan nan lain seperti politik, ekonomi,
sosial, hukum ataupun budayanya saling mendukung serta terkait dengan sistem
pendidikan nasionalnya.
C. Tri pusat pendidikan
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan mendapatkan pengaruh dari keluarga,
sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan tersebut disebut Tri Pusat Pendidikan,
yang akan mengaruhi manusia dari segi perilaku, Perkembangan dan pertumbuhan.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup didalam
lingkungan masyarakat tertentu tempat mengalami pendidik.
Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
pendidikan terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
1. Keluarga
Keluarga adalah lembaga social yang terbentuk setelah adanya suatu
perkawinan. Keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan, orang tua mau
13
tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk
menyelenggarakan pendidikan terhadap anak-anaknya.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil
orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga
inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas
(disamping inti ada orang lain: kakek, nenk, adik/ipar, pembantu dan lain-
lain).Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama
dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar
berkembang dengan baik.
Jadi Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama
karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan
bimbingan. Dan dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari
kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak
diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama memiliki Fungsi dan
peranan dalam pendidikan,yaitu:
1. Pengalaman pertama masa kanak kanak.
2. Menjamin kehidupan emosional anak.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral.
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.
5. Peletakan dasar-dasar keagamaan
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat
yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan
individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat untuk melangsungkan
pendidikan kearah pembentukan pribadi yang senpurna, tidak saja bagi anak-anak
kecil tetapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun,
sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Secara khusus terdapat dasar-dasar
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya,meliputi:
1. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua
dan anak.
2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang
tua terhadap anaknya.
3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan
14
menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
4. Memelihara dan membesarkan anaknya.
5. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi kehidupan anak kelak.
2. Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam
keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga,terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban
manusia,sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dalam pendidikan
keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu
efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideologi dalam proses
pendidikan disekolah. Jadi yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah
pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat
dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut :
Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan yang
benar atau salah, dan sebagainya.
Jadi, sekolah merupakan aspek penting dalam meningkatkan proses belajar
manusia, karena dengan adanya sekolah maka manusia akan mengalami peningkatan
mutu dan kualitas dalam belajar dan pemahaman ilmu pengetahuannya.
Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung disekolah ini
yaitu:
15
1. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan
hierarkis
2. Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relatif homogen
3. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan pendidikan yang harus
diselesaikan
4. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
5. Adanya penekanan tentang kualitas tentang pendidikan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan dimasa yang akan mendatang
3. Masyarakat
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah
pergaulan hidup manusia atau perkumpulan orang yang hidup bersama di suatu
tempat dengan ikatan aturan tertentu yang membuat warga masyarakat itu menyadari
diri sebagai suatu kelompok serta saling membutuhkan.
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu
daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah
persesuaian dan sadarkan persatuan dan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama
untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial
dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan
wahana pendidikan; medan kehidupan manusia yang majemuk (plural:suku, agama,
ekonomi, dan lain sebagainya). Manusia berada dalam multi kompleks antar
hubungan dan antar aksi dalam masyarakat.
Dalam pembahasan ini masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam
pendidikan. Pendidikan masyarakat tersebut telah mulai sejak anak lepas dari asuhan
keluarga dan berada diluar pendidikan sekolah
Untuk agak memperjelas pengertian kita tentang lingkungan itu, baiklah kita
jangan terlalu terikat pada “tempat”. Kita adakan tinjauan tentang lingkungan bukan
atas dasar tempat, melainkan atasa dasar “peranan” orang-orang yang berada dalam
lingkungan-lingkungan itu.
Jika orang tua atau anggota keluarga yang lain, tidak berperan lagi terhadap
anak, artinya tidak mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku perbuatan anak,
maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut tidak berada dalam lingkungan keluarga.
Biarpun ia mungkin masih berada di halaman rumahnya. Misalnya ia sedang bermain-
main dengan kawan-kawan sebayanya.
16
Sebaliknya, biarpun ia tidak berada di sekitar halaman rumahnya, akan tetapi
orang tua atau anggota keluarga yang lain masih mengadakan pengawasan terhadap
tingkah laku perbuatan anak, maka dapat dikatakan, bahwa anak itu berada di dalam
lingkungan keluarga. Misalnya mereka sedang berjalan-jalan di sebuah taman, mereka
pergi ke tempat-tempat hiburan dan sebagainya.
Jadi, yang dimaksud dengan anak berada di dalam lingkungan masyarakat,
apabila anak itu tidak berada di bawah pengawasan orang tua atau anggota keluarga
yang lain, dan tidak berada di bawah pengawasan guru atau petugas sekolah yang
lain. Pengawasan tingkah laku perbuatan anak dalam lingkungan masyarakat ialah
oleh petugas-petugas hukum di dalam masyarakat, atau juga orang-orang lain yang
berada dalam masyarakat.
Sebenarnya di dalam masyarakat itu tidak ada pendidikan. Masyarakat tidak
mendidik orang-orang atau anak-anak yang berada di dalamnya. Di dalam masyarakat
yang ada hanyalah “pengaruh” dari masyarakat itu. Pendidikan yang ada di dalam
masyarakat adalah yang terdapat dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda. Sehingga
Ki Hajar Dewantara secara tegas menyebutkan lingkungan pendidikan yang ketiga
ialah pergerakan pemuda.
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ada yang bersifat positif terhadap anak
dan juga bersifat negatif. Yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif ialah
segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan
anak. Yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna
bagi anak itu sendiri maupun bagi kehidupan bersama.
Pengaruh yang positif dari masyarakat banyak kita jumpai dalam perkumpula-
perkumpulan pemuda, organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa maupun
organisasi yang lain. Baik perkumpulan atau organisasi itu bergerak dalam bidang
kesenian, kebudayaan, olahraga, politik, maupun yang merupakan organisasi biasa
yang bersifat menghimpun dan menyatukan para anggota, seperti halnya organisasi-
organisasi pelajar atau mahasiswa dari sesuatu jenis sekolah atau fakultas. Tetapi
perlu ditekankan di sini bahwa organisasi atau perkumpulan pemuda yang
memberikan pengaruh positif ini ialah organisasi atau perkumpulan pemuda yang di
organisasi secara baik dan “legal”.
Sedang yang di maksud dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah segala
macam pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan. Baik,
17
merugikan bagi pendidikan dan perkembangan anak maupun merugikan kepada
kehidupan bersama.
Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam
masyarakat. Dan anehnya , pengaruh yang negatif ini sangat mudah di terima oleh
anak, dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah
mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak brandalan. Oleh
karena itu menjadi tugas bagi orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan
terhadap putra-putrinya. Orang tua harus tahu dan selalu mengawasi dengan siapa
anaknya itu bergaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan kawan, tetapi
justru untuk menjaga agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh
yang tidak diinginkan.
kesimpulan dari tri pusat pendidikan adalah bahwa lingkungan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan psikis anak. Di lingkungan keluarga,
anak akan memulai perkembangan dan menuai pengalaman pertama dan utama. Di
lingkungan sekolah, anak sudah lepas dari asuhan keluarga untuk beberapa waktu.
Pengalaman social sangat berpengaruh di fase ini, namun tidak terlalu susah untuk
dapat bersosialisasi sebab umumnya mereka akan bergaul dengan teman sebayannya.
Dan yang terakhir di lingkungan masyarakat, di lingkungan ini anak akan
memperoleh berbagai pengalaman dan pelajaran dari beragam gender dan usia.
Didikan orang tua di rumah dan guru disekolah akan menentukan kepribadian anak.
18