Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa

17
Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu. Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh masyarakatperlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan

description

Mata Kuliah

Transcript of Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa

Konsep Dasar

Kedudukan dan Fungsi Bahasa

Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?

Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi label secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa

kedudukan dan fungsi tertentu.

Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh masyarakatperlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan label yang diberikanakan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan label yang dikenakan padanya.

Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapatmemilah-milahkan sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yangdigunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bias mengetahuik apan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikianperkembangan bahasa itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang masuk ke dalamnya.Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.

Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan, misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhi nya layak diterima, dan kapan seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia padatanggal 28 Oktober 1928 yang konsepa aslinya berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe bertoempah darah satoe,

Tanah Air IndonesiaKami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mendjoendjoeng bahasa persatoean,

Bahasa Indonesia.

Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian sosiologadalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuati yang luar biasa.Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita,mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.

sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, merekatelah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasadaerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.

Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.

Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut :

1. lambang kebanggaan nasional.

2. Lambang identitas nasional.

3. Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

4. Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh takacuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya jangansampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu danber satu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalamkehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya,apabila arus informasi antar kita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi

Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada uraian berikut.

Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualis mepemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial danjiwa nasional.

Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.

a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat yang dianggap rendah.

b. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut sistem pemerintah HindiaBelanda.

c. Penerbitan-penerbitan yang dikelolaoleh jawatan pemerintah HindiaBelanda.

d. Bahasa yang digunakan dalamgerakan kebangsaan untuk mencapaikemerdekaan Indonesia.

e. Bahasa yang digunakan dalampenerbitan-penerbitan yang bertuju-an untuk mewujudkan cita-citaperjuangan kemerdekaan Indonesiabaik berupa:

1. bahasa pers,

2. bahasa dalam hasil sastra.

Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945. Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itudinyatakan dalam Uud 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasanegara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harusdipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya,

walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.

Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa negara apabila anatara lain :

a. Bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu,

b. Secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan

c. Bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.Bahasa-bahasa yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India tidak mempunyai ketiga faktor di atas,

Masyarakat multilingual yang terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia. Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan, tidakhanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini.

Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasionalyang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :

a. Bahasa resmi kenegaraan.

b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.

c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan

d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memangsebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagaibahasa negara. Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.

Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yangdikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasaIndonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menuanaikantugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia. Sehubungandengan ini kita patut bangga terhadap presiden kita, Soeharto yang selalumenggunakan bahasa Indonesia dalam situsi apa dan kapan pun selama beliaumengatasnamakan kepala negara atau pemerintah. Bagaimana dengan kita.

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bhasa pengantar dilembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai denganperguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikanrendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah)menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Halini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.

Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dilembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran ynag berbentuk media cetakhendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan denganmenerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri.Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasaIndonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek). Mungkin padasaat mendatang bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajardengan bahasa Inggris.

Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasional untukkepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasaIndonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasaninformasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakanpenyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuanpenyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikandapat dengan cepat dan tepat diterima oleh orang kedua (baca: masyarakat).

Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi,bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu,yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidaklahmungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesiadengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Balimengajarkan menari Bali kepada orang Jawa, Sunda, dan Bugis dengan bahasa Bali?Tidak mungkin! Hal ini juga berlakudalam penyebarluasan ilmu dan teknologimodern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi,baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiahmaupun media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa Indonesia. Pelaksanaanini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yangdirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi Perbedaan dari Segi Ujudnya Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalm rangkaperingatan Hari Hak-hak Asasi Manusia dan pidato sambutan Menteri Muda Usahawanita dalam rangka peringatan Hari Ibu, misalnya, tentunya kita tidak menjumpaikalimat-kalimat yang semacam ini.

Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita membaca surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-peraturan pemerintah. Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari daerahatau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai kata-kata seperti,Apabila kita menginginkan tercapainya tujuankomunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti olehlawan bicara kita sebagaimana contoh di atas. Kita juga tidak akan menggunakanstruktur-struktur kalimat yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.Yang menjadi masalah sekarang ialah apakah ada perbedan ujud antarabahasaIndonesia sebagai bahasa negara/resmi sebagaimana yang kita dengar dan kita bacapada contoh di atas, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sebagaimanayang pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seeorang lain daerahatau lain suku? Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan

Perbedaan dari Segi Fungsinya

Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa fungsi kedudukanbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali dengan fungsi kedudukanbahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perbedan itu terlihat pada wilayahpemakaian dan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi itu. Kapan bahasaIndonesia sebagai bahasa negara/resmi dipakai, kiranya sudah kita ketahui.

Yang menjadi masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengn tanggung jawabkita terhadp pemakaian fungsi-fungsi itu. Apabila kita menggunakan bahasaIndonesia sebagai fungsi tertentu, terdapat kaitan apa dengan kita? Kita berperansebagai apa sehingga kita berkewajiban moralmenggunakan bahasa Indonesiasebagai fungsi tertentu? Jawaban atas pertanyaan itulah yng membedakan tanggungjawab kita terhadap pemakaian fungsi-fungsi bahasa Indonesia baik dalamkedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara/resmi.

Kita menggunakan sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alatpenghubung antarsuku, misalnya, karena kita sebagai bangsa Indonesia yang hidupdi wilayah tanah air Indonesia. Sehubungan dengan itu, apabila ada orang yangberbangsa lain yang menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa Indonesia,dia tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa Indonesiasebagai fungsi tersebut.

Lain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton Sin Hwan keturunan Cina,tetapi karena dia warga negara Indonesia dan secara kebetulan menjabat sebagaiKetua Lembaga Bantuan Hukum, maka pada saat dia memberikan penataran kepadaanggotnyan berkewajiban moral untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tidakperduli apakah dia lancar berbahasa Indonesia atau tidak. Tidak perduli apakahsemua pengikutnya keturunan Cina yang berwarga negara Indonesia ataukah tidak.

Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antarsuku,karena dia berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkanseseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, karena diasebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-tugas pembangunanIndonesi

3..