Konsep Dasar

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dengan salah satu komplikasinya yaitu makrovaskuler yang meliputi Penyakit jantung koroner, kerusakan pembuluh darah otak atau stroke dan penyakit pembuluh darah perifer (Long, B.C. 1996). Diabetes mellitus ini disebabkan kurangnya produksi hormon insulin oleh organ pancreas (tipe 1), kurangnya respon tubuh terhadap insulin sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi tidak efektif (tipe 2), dan karena tubuh tidak bisa merespon hormone insulin yang disebabkan adanya hormone penghambat respon yang dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan (gestasional) (Sjaifoellah, N. 1996). Manifestasi klinis dari diabetes mellitus ini diantaranya sering kencing di malam hari, sering merasa haus dan lapar, kehilangan berat badan, kesemutan, cepat lelah dan lemah, kulit terasa gatal, dan mengalami gangguan penglihatan (Smeltzer, S. 2002). B. Tujuan 1

description

Ini konsep

Transcript of Konsep Dasar

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDiabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dengan salah satu komplikasinya yaitu makrovaskuler yang meliputi Penyakit jantung koroner, kerusakan pembuluh darah otak atau stroke dan penyakit pembuluh darah perifer (Long, B.C. 1996).Diabetes mellitus ini disebabkan kurangnya produksi hormon insulin oleh organ pancreas (tipe 1), kurangnya respon tubuh terhadap insulin sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi tidak efektif (tipe 2), dan karena tubuh tidak bisa merespon hormone insulin yang disebabkan adanya hormone penghambat respon yang dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan (gestasional) (Sjaifoellah, N. 1996).Manifestasi klinis dari diabetes mellitus ini diantaranya sering kencing di malam hari, sering merasa haus dan lapar, kehilangan berat badan, kesemutan, cepat lelah dan lemah, kulit terasa gatal, dan mengalami gangguan penglihatan (Smeltzer, S. 2002).B. Tujuan1. Tujuan umuma. Mengetahui secara menyeluruh mengenai Diabetes Mellitus dengan komplikasi makrovaskuler.2. Tujuan khususa. Memahami definisi dari beberapa komplikasi makrovaskuler.b. Mengetahui etiologi dari beberapa komplikasi makrovaskuler.c. Memahami patofisiologi dari beberapa komplikasi makrovaskuler.d. Mengetahui manifestasi klinis dari beberapa komplikasi makrovaskuler.e. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada beberapa komplikasi makrovaskuler.f. Mengetahui penatalaksanaan dari beberapa komplikasi makrovaskuler.g. Menguasai konsep asuhan keperawatan dari beberapa komplikasi makrovaskuler

BAB IIPEMBAHASAN

A. Komplikasi Makrovaskuler dari Diabetes MellitusKomplikasi makrovaskuleradalah komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkanatherosklerosis. Akibatatherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki (7). 3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease=CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer(peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskulardapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasimakrovaskularini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi daripenyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,antara lainSyndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atauInsulin Resistance Syndrome (Long, B.C. 1996).1. Penyakit Jantung KoronerAkibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke (Long, B.C. 1996).a) Pengertian PJKPenyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2001).Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis) karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa menimbulkan kematian mendadak (Kaplan, Norman M., 1991).PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan O2miokardium dengan suplai O2yang disebabkan oleh proses arterosklerosis yang merupakan kelainan digeneratif (Smeltzer, S. 2002).b) EtiologiPenyakit jantung koroner disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2untuk sel otot jantung tergantung dari O2dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab lain dapat berupa spasme pembuluh darah atau kelainan kongenital (Lynda Juall, Carpenito. 2001).Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung dengan manifestasinya adalah nyeri (Mardiono Masetio. 2001).c) Faktor resikoFaktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:1. Sifat pribadi Aterogenik.Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan, Norman M., 1991).2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan, Norman M., 1991).3. Faktor resiko kecil dan lainnya.Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui benar-benar ada. Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan, Norman M., 1991).d) Manifestasi klinik (Brunner and Suddarth. 2002).1. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar keleher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pectoris stabil (APS), angina pectoris tak stabil atau IMA2. Sesak nafas3. Perasaan melayang dan pingsan4. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantunge) Pemeriksaan Penunjang (Prince A Sylvia. 1995).1. EKG : gelombang T terbalik, elevasi segmen ST2. Pemeriksaan radiologi : pembesaran ventrikel ST3. Echocardiografi4. Pemeriksaan Lab : kolesterol, trigliserida meningkatf) PenatalaksanaanTindakan yang dilakukan (Prince A Sylvia. 1995, Carpenito, L.J. 2001) :1. Mengatasi iskemia1) MedikamentosaObat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis calsium (Ca A)2) RevaskularisasiHal ini dilaksanakan dengan cara :a. Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IJAb. Prosedur invasif (PI) non operatifc. Operasi (coronary artery surgeny CAS)2. Melakukan pencegahan secara sekunder1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin (A) dengan dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga bisa efektif.2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang sudah ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.

2. Pembuluh darah PeriferTimbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerahdaerah yang tekena trauma (Long, B.C. 1996).a) DefinisiPenyakit arteri perifer / Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah keadaan di mana sirkulasi arteri menyempit mengurangi aliran darah ke kaki anda.Ketika anda mengalami penyakit arteri perifer, ekstremitas - biasanya kaki - tidak menerima aliran darah yang cukup. Hal ini menyebabkan gejala, terutama nyeri kaki ketika berjalan (klaudikasio intermiten) (Barbara, C. Long, 1996).Penyakit arteri perifer juga mungkin menjadi tanda akumulasi lebih luas dari deposit lemak di arteri (aterosklerosis). Kondisi ini dapat mengurangi aliran darah ke jantung dan otak, serta kaki anda.Sering kali, Anda dapat mengobati penyakit arteri perifer dengan berhenti merokok, berolahraga dan makan makanan yang sehat (Brunner and Suddarth. 2002).b) EtiologiPenyakit arteri perifer sering disebabkan oleh arteroslerosis (penyempitan pembuluh darah). Pada aterosklerosis, timbunan lemak (plak) menumpuk di dinding arteri dan mengurangi aliran darah. Meskipun jantung biasanya yang menjadi fokus pembahasan aterosklerosis, penyakit ini dapat dan biasanya mempengaruhi arteri di seluruh tubuh anda. Ketika itu terjadi pada arteri yang memasok darah ke anggota badan anda, hal itu menyebabkan penyakit arteri perifer. Penyebab yang kurang umum seperti peradangan pembuluh darah, cedera pada anggota badan, anatomi yang tidak biasa dari ligamen atau otot, atau paparan radiasi (Smeltzer, S. 2002).c) Gejala penyakit arteri perifer meliputi (Smeltzer, S. 2002). 1. Nyeri kram pada otot pinggul, paha atau betis setelah aktivitas, seperti berjalan atau naik tangga (klaudikasio intermiten).2. Kaki mati rasa atau terasa lemah.3. Dingin di kaki bawah atau kaki, terutama bila dibandingkan dengan kaki yang lain4. Luka pada jari-jari kaki kaki atau kaki yang tidak kunjung sembuh5. Perubahan warna kaki Anda6. Bulu rontok atau lebih lambat pertumbuhannya rambut pada kaki dan tungkai bawah.7. Pertumbuhan kuku lambat8. Kulit pada daerah kaki berwarna pucat.9. Tidak ada denyut atau denyut yang lemah di kaki atau tungkai.10. Disfungsi ereksi pada priad) Faktor RisikoFaktor-faktor yang meningkatkan risiko anda terkena penyakit arteri perifer meliputi (Smeltzer, S. 2002) :1. Merokok2. Diabetes3. Obesitas (indeks massa tubuh lebih dari 30)4. Tekanan darah tinggi (140/90 mmHg atau lebih tinggi)5. Kolesterol tinggi (darah kolesterol total lebih dari 240 miligram per desiliter, atau 6,2 milimol per liter)6. Bertambahnya usia, terutama setelah mencapai usia 50 tahun7. Riwayat keluarga penyakit arteri perifer, penyakit jantung atau stroke8. Kelebihan kadar homosistein, komponen protein yang membantu membangun dan mempertahankan jaringanOrang yang merokok atau menderita diabetes memiliki risiko terbesar terkena penyakit arteri perifer akibat aliran darah yang berkurang (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2001).

3. Pembuluh darah otakPada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun (Long, B.C. 1996).1) DefinisiStroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2001). Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Mardiono Masetio. 2001). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan peredaran otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel saraf (Mardiono Masetio. 2001). 2) Klasifikasi stroke Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai berikut (Wardhana, W.A. 2011): a) Stroke Iskemik Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai berikut (Junaidi, I. 2011) : 1) Transient Ischemic Attack (TIA) Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark.2) Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND) Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND akan membaik dalam waktu 2448 jam. 3) Stroke In Evolution (SIE) Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat.4) Complete Stroke Non Hemorrhagic Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark. b) Stroke Hemoragik Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:1) Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.2) Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.3) Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma. 4) Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. 3) Manifestasi Klinis Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain: defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit kognitif dan defisit emosional (Smeltzer, S. 2002).a) Defisit Lapang Pandangan 1. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan2. Kesulitan menilai jarak 3. Diplopia b) Defisit Motorik 1. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).2. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama). 3. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki.4. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.5. Disfagia (Kesulitan dalam menelan) c) Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh d) Defisit Verbal 1. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)2. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan) 3. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif) e) Defisit Kognitif 1. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang 2. Penurunan lapang perhatian 3. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi4. Perubahan penilaian f) Defisit Emosional 1. Kehilangan kontrol diri 2. Labilitas emosional 3. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres 4. Depresi 5. Menarik diri 6. Rasa takut, bermusuhan dan marah 7. Perasaan isolasi

Pathway

Diabetes Melitus

Komplikasi Makrovaskuler

Penyakit Jantung KoronerGangguan Pembuluh Darah PeriferGangguan Pembuluh Darah di Otak/stroke

terdapat sumbatan pada pembuluh darah di otaksuplay oksigen ke daerah perifer Arteri koroner tersumbat

Jantung dan paru-paru bekerja lebih keras

suplay oksigen ke daerah otak

kulit tampak biru kering bersisik, teraba dingin, terdapat ulkus diabet, kram

Pembesaran jantung

hipertensi, sesak nafas, takikardi, pusing, merasa lelah saat beraktivitas

kebutuhan suplay oksigen tubuh

dx ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

dx penurunan curah jantung

dx intoleransi aktivitas

dx nyeri akut

B. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dengan komplikasi Makrovaskuler1. Pengkajiana. Identitas pasien.b. Keluhan Utama. Pasien merasakan nyeri akibat luka ulkus kaki (luka gangren).c. Riwayat Kesehatan.Pasien di diagnose diabetes mellitus dan kolesterol (hiperlipidemia).d. Pemeriksaan Fisik.Inspeksi: pasien tampak kesakitan, sesak, takipnea, pada ekstremitas tampak kebiruan, lesi (luka gangren), bulu di sekitar kaki tampak rontok, pasien tampak tidak dapat berkonsentrasi, tampak lemah, lesu, ada bendungan pada vena jugularis.Palpasi: pada ekstremitas teraba dingin, terdapat bendungan pada vena jugularis, takikardiPerkusi: terdapat pembesaran jantung.Auskultasi: hipertensi, terdapat suara bising jantung pada pasiene. Pola Fungsional Kesehatan (GORDON)1) Persepsi kesehatanKaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit, apa yang akan dilakukan dan pengobatan apa yang akan diberikan.2) Pola nutrisi metabolikTanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status nutrisi klien dengan mengkaji input cairan klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit.3) Pola eliminasiKaji pola BAB dan BAK klien sebelum dan selama sakit.4) Pola aktivitasKaji TTV, tekanan darah, dan adanya tanda-tanda kelelahan.5) Pola kebutuhan istirahat tidurKaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit.6) Pola persepsi kognitifKaji kemampuan panca indera klien, kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita.7) Pola persepsi diriKaji persepsi diri klien meliputi : body image, harga diri, peran diri, ideal diri, konsep diri.8) Pola hubungan socialKaji pola komunikasi klien terhadap keluarga dan perawat9) Pola seksualitasKaji kebutuhan seksual klien.10) Pola mekanisme kopingKaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang diderita.11) Pola spiritualKaji persepsi klien dilihat dari segi agama.2. Diagnosis1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, dengan tanda gejala kram pada daerah kaki dan nyeri dada yang khas.2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen atau imobilisasi, dengan tanda gejala hipertensi, sesak napas, takipnea, pasien merasa lelah dan lemah saat beraktivitas.3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus, dengan tanda gejala kram pada otot pinggul/ paha atau betis setelah aktivitas, pertumbuhan kuku lambat, kulit pada daerah kaki berwarna pucat4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, dengan tanda gejala ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung, perasaan melayang dan pingsan.5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan3. NOC dan NICDiagnosa KeperawatanNOCNIC

Nyeri akutSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 60 menit, diharapkan klien sesuai dengan kriteria hasil :Pain Control1= Never demonstrated5= consistently demonstratedPain Level1= Severe5= NoneAnalgesic administration1. Kolaborasikan dengan dokter tentang obat, dosis, rute dan indikasi2. Cek alergi klien terhadap obat3. Pilih analgesik dari tipe yang terendah untuk mengurangi nyeri4. Cek reaksi obat terhadap klien5. Monitor TTVPain Management1. Observasi secara komprehensif letak nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan keparahan nyeri serta faktor prespitasi

Intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x 24 jam, diharapkan klien sesuai dengan kriteria hasil :1. Activity Tolerence2. Cardiac pump effectivenes3. Cardiopulmonary statusActivity Therapi1. Instruksikan klien untuk berpartisipasi terhadap aktivitas yang direncanakan2. Kolaborasi dengan ahli terapi untuk perencanaan, monitoring, dan program aktivitas3. Kaji kemampuan klien untuk beraktivitasSelf care assistance1. Kaji riwayat atau kebudayaan pasien saat mempromosikan aktivitas2. Ajarkan perawatan diri sampai klien mampu melakukan sendiri.

Defisiensi pengetahuanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x pertemuan, diharapkan klien sesuai dengan kriteria hasil :1. Knowledge : Diabetes management2. Knowledge : Coronary artery disease management3. Knowledge : prescribed dietHealth Education1. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang penyakit diabetes melitus2. Berikan pengetahuan mengenai terapi dan perawatan yang akan diberikan3. Evaluasi pengetahuan klien dan sejauh mana klien mengerti tentang pendidikan yang diberikanCardiac Risk Management1. Instruksikan kepada klien tentang aktivitas yang dapat memperparah jantung (exm. Rokok)2. Instruksikan klien untuk melakukan latihan 30 menit dalam sehari3. Instruksikan stretegi diet yang berpengaruh terhadap kesehatan jantung dan darah4. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang akan diberikan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 60 menit, diharapkan klien sesuai dengan kriteria hasil :1. Perfusi jaringan perifer2. Integritas jaringan : kulit dan membran mukos3. Keparahan penyakit arteri periferFoot Care1. Inspeksi kulit dari edema, pus dan lesi2. Jaga kaki tetap kering3. Diskusikan kepada klien tentang cara pembersihan kaki secara rutin4. Lakukan perawatan luka secara teraturShock Management1. Monitor TTV, TD, Status mental, BAK2. Administrasi oksigen atau ventilasi mekanis jika dibutuhkan3. Administrasi agen anti inflamasi atau penggunaan bronkodilator

Penurunan curah jantung

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 60 menit, diharapkan klien sesuai dengan kriteria hasil :1. Circulation status2. Tissue Perfusion : cerebral

Oksigen therapy1. Atur peralatan oksigenasi2. Administrasikan pemberian oksigen sesuai aturan3. Monitor efektivitas dan reaksi dari terapi oksigen4. Gunakan peralatan oksigennasi sesuai keadaan pasienMedication administration1. Berikan obat yang dibutuhkan sesuai dengan protokol.2. Kolaborasikan pemberian obat antihipertensi atau diuretik dengan dokter.Trombolitik therapy management1. Kaji riwayat sakit klien dan riwayat medis.2. Berikan administrasi pengobatan sesuai anjuran3. Persiapkan trombolitik agent.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDiabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dengan salah satu komplikasinya yaitu makrovaskuler yang meliputi Penyakit jantung koroner, kerusakan pembuluh darah otak atau stroke dan penyakit pembuluh darah perifer.

B. SaranDengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami komplikasi makrovaskuler dari diabetes mellitus serta diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit.

14