KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

102
KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI MASYARAKAT PANONGAN, TANGERANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Muhammad Ibnu Sina NIM: 11140321000048 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

Transcript of KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

Page 1: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT

BERAGAMA DI MASYARAKAT PANONGAN,

TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Muhammad Ibnu Sina

NIM: 11140321000048

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M

Page 2: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI

MASYARAKAT PANONGAN, TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Muhammad Ibnu Sina

NIM: 11140321000048

Di bawah Bimbingan

Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer

NIP: 19510304 198203 1 003

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M

Page 3: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSYAH

Skripsi yang berjudul KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR

UMAT BERAGAMA DI MASYARAKAT PANONGAN, TANGERANG,

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juli 2021, Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

program Strata Satu (S1) Jurusan Studi Agama-Agama.

Jakarta, 13 Juli 2021

Panitia Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Syaiful Azmi, MA

NIP. 19710310 199703 1 005

Lisfa Sentosa Aisyah, MA

NIP. 19750506 200501 2 003

Anggota,

Penguji I,

Penguji II,

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si

NIP. 19651129 199403 1 002

Syaiful Azmi, MA

NIP. 19710310 199703 1 005

Pembimbing,

Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer

NIP. 19510304 198203 1 003

Page 4: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Ibnu Sina

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Studi Agama-agama

Judul Skripsi : Konsep dan Praktik Kerukunan Antar Umat Beragama di

Masyarakat Panongan, Tangerang.

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juli 2021

Muhammad Ibnu Sina

Page 5: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

i

ABSTRAK

Muhammad Ibnu Sina (11140321000048) “Konsep dan Praktik Kerukunan Antar Umat Beragama di Masyarakat Panongan,

Tangerang”

Kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan dimana antar umat

beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan masing-masing,

saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

Kerukunan umat beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan

pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Kerukunan umat beragama juga memiliki arti

saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam bingkai

persaudaraan. bila pemaknaan ini dijadikan pegangan kerukunan adalah sesuatu

yang ideal dan didambakan oleh masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kerukunan

yang dilakukan oleh masyarakat ataupun pemuka agama dalam menjaga

kerukunan umat berbeda agama antara pemeluk agama di Kecamatan Panongan.

Selanjutnya mengetahui faktor pendukung maupun penghambat penerapan

kerukunan dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama di Panongan agar

tetap tepelihara.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat kualitatif

deskriptif dengan tujuan menggambarkan fenomena kerukunan umat beragama

antara masyarakat Islam, Katholik, Kristen, Budha dan Khonghucu secara objektif

dari suatu fakta di lapangan. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder, pengumpulan datanya meliputi observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Dari hasil analisis data ini kemudian di tarik kesimpulan.

Hasil penelitan menunjukkan bahwa: 1) Bentuk-bentuk kerukunan umat

beragama di Panongan adalah adanya peran aktif pemuka agama dengan

menerapkan kerukunan umat beragama dalam bingkai toleransi, interaksi, dan

komunikasi. Bekerjasama di bidang sosial kemasyarakatan maupun di bidang

agama, sosial individu, musyawarah dengan umat seagama maupun umat

beragama lain, dan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama maupun terhadap

lingkungan yang memiliki kemajemukan agama. 2) Faktor-faktor pendukung

yang mempengaruhi terjadinya kerukunan umat beragama di Panongan adalah

adanya sikap toleransi yang dimiliki oleh setiap golongan masyarakat, bentuk-

bentuk interaksi yang dilakukan oleh pemuka agama lalu ditiru oleh masyarakat,

dan komunikasi sosial yang baik diantara masyarakat. Sedangkan yang menjadi

faktor penghambat adalah adanya kesalah pahaman atau keegoisan masing-

masing individu dari kalangan yang tidak ingin terciptanya kerukunan umat

beragama.

Kata Kunci: Kerukunan Antar Umat Beragama, Praktik Kerukunan.

Page 6: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah Rabb Al-Amiin, Segala puji bagi Allah yang senantiasa

memberikan karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan anugerah-Nya

sehingga penulis masih diberikan kesempatan menulis dan menyelesaikan skripsi.

Tak terlupa shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari kata sempurna ini tidak

akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dari banyak pihak baik secara materil

ataupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan penuh rasa rendah hati izinkanlah penulis mengungkapkan

rasa terima kasih kepada beliau-beliau yang telah banyak berjasa dalam

membantu penyelesaian tugas akhir ini:

1. Keluarga besar babeh Yahya dan mamah Luluk yang tidak pernah lepas

memberikan kasih sayangnya mulai dari kecil sampai waktu yang tak terkira,

terima kasih selalu memberikan semangat, motivasi, kasih sayang, dan doa

yang tulus untuk kesuksesan penulis, dan juga untuk kakak-kakak, mas Kahfi,

mba Emal, mas Fikri, mba Novi, mas Alfi dan adik-adik tercinta, Fikar, Sita

dan Siti semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya dan memberikan umur

panjang kepada mereka.

2. Bapak Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer selaku dosen pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan, saran serta perhatiannya kepada penulis dan dengan

Page 7: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

iii

sangat sabar membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Dan

Bapak Prof. Dr. Media Zainul Bahri, MA selaku dosen Penasehat Akademik

yang memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan dengan baik.

Semoga senantiasa sehat dan diberikan kelancaran dalam segala urusannya.

Āamīin.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A Selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Syaiful Azmi, MA ketua Jurusan Studi Agama-agama Fakultas

Ushuluddin dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku sekertaris Jurusan Studi

Agama-agama. Serta seluruh dosen dan staff akademik Fakultas Ushuluddin,

khususnya Jurusan Studi Agama-agama yang telah membagikan waktu,

tenaga dan ilmu pengetahuan juga pengalaman berharga kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan, kepada seluruh teman Jurusan Studi Agama-

agama angkatan 2014. Khususnya kepada Irfan, Swandi, Athoilah, Ryan, Eko,

Misbah, Wamos, Nana, Ojan, Salwa, Tika, Shana yang selalu mengisi hari-

hari kuliah penulis dengan penuh kenangan. Semoga kita semua tetap dalam

ikatan silaturahmi dan jalinan pertemanan yang indah.

Semoga peran-peran beliau semua mendapat imbalan yang

sepantasnya dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Āamīin. Semoga penelitian

ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umunya bagi para

pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran Rasulullah SAW. Āmīn. Kritik

dan saran serta solusi sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna

Page 8: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

iv

penyempurnaan dari kebaikan karya-karya penulis nantinya. Semoga Allah SWT

senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, 13 Juli 2021

Muhammad Ibnu Sina

Page 9: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 10

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 11

E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 12

F. Sumber dan Jenis Data ............................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan................................................................................. 17

BAB II GAMBARAN UMUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA .......... 19

A. Definisi Kerukunan Umat Beragama ......................................................... 19

B. Sejarah Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia .................................... 23

C. Kerukunan Umat Beragama dalam Perspektif Agama-agama................... 27

BAB III LETAK GEOGRAFIS DAN KONDISI SOSIOLOGIS WILAYAH

PANONGAN ........................................................................................................ 35

A. Sejarah Panongan ....................................................................................... 35

B. Letak Geografis .......................................................................................... 37

C. Sosial Kemasyarakatan .............................................................................. 38

BAB IV HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI PANONGAN ...... 47

A. Hubungan Antar Umat Beragama .............................................................. 47

B. Faktor Penghambat Kerukunan .................................................................. 54

C. Faktor Pendukung Kerukunan.................................................................... 57

D. Peran Pemerintah dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama ................ 61

Page 10: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

vi

E. Hasil Penelitian Kerukunan Antar Umat Beragama .................................. 63

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 66

A. Kesimpulan ................................................................................................ 66

B. Saran ........................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu persoalan dalam hidup beragama pada masyarakat

heterogen adalah menyangkut kerukunan. Heterogenitas masyarakat antar

agama merupakan sunnatullah bahwa manusia memiliki sikap saling

ketergantungan dalam menggali dan mengembangkan potensi-potensi agar

menjadi masyarakat antar agama yang dinamis.

Keberagamaan di Indonesia memiliki peran penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Hal ini dipertegas dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu

Pancasila pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di

Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi, dan budaya.

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan

untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya dan menjamin semuanya

akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”.1

Keberagamaan merupakan suatu hal yang sensitif yang bisa

menimbulkan ketidakrukunan dan pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia yang dapat mengakibatkan tidak berhasilnya pembangunan

nasional. Oleh karena itu keberadaan agama-agama serta penganutnya ini

hendaknya benar-benar menyadari bahwa Tri Kerukunan Hidup Beragama

sungguh sangat penting dan bermanfaat dalam upaya kita mewujudkan

persatuan dan kesatuan bangsa. Bentuk Tri kerukunan hidup beragama yang

1 Daimah. “Peran Perempuan dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama: Studi

Komparatif Indonesia dan Malaysia”, Jurnal Pendidikan Islam el-Tarbawi, Vol. XI No. 1,

Yogyakarta, 2018., h. 132.

Page 12: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

2

telah disepakati, yakni : (1) Kerukunan intern umat beragama, (2) Kerukunan

antarumat beragama, dan (3) Kerukunan antara umat beragama dengan

pemerintah.2

Akhir-akhir ini, ketidakrukunan antar umat beragama dipicu oleh

bangkitnya sikap fanatik keagamaan yang menghasilkan berbagai

ketidakharmonisan di tengah-tengah kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat. Selanjutnya yang lebih serius, anggapan bahwa agamanya

sendiri yang benar, sedangkan yang lain salah. Bahkan tidak saja berhenti

pada saat telah memegangi keyakinannya itu, tetapi juga memaksa orang lain

untuk mengikuti jalan pikirannya.

Keadaan seperti itu bagi sementara orang mengartikannya sebagai hal

telah munculnya sebuah sikap intoleransi. Oleh karenanya dengan serbuan

modernitas dan globalisasi, agama-agama harus menjauhkan dari doktrin yang

sifatnya mengikat secara universal dan harus menerima secara politis agar

secara bersama-sama menjalani eksistensi di dalam masyarakat majemuk.

Selain itu adanya perbedaan yang cukup mencolok dalam status sosial,

ekonomi dan pendidikan antar berbagai golongan agama, kurangnya

komunikasi antar pemimpin masing-masing umat beragama dan adanya

kecenderungan fanatisme yang berlebihan antar umat beragama sehingga

2 Muhammad Anang Firdaus. “Eksistensi Forum Kerukunan Umat Beragama dalam

Memelihara Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”, Jurnal Kontekstualita, Vol. 29, No. 1,

Jayapura, 2014., h. 62.

Page 13: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

3

mendorong munculnya sikap kurang menghormati bahkan memandang rendah

pihak lain.3

Kenyataan yang terjadi sepanjang perjalanan kehidupan manusia

selama ini, ketegangan dan bahkan kerusuhan berkepanjangan atas nama

agama masih sering terjadi. Contohnya kegiatan-kegiatan masyarakat agama

dalam menyambut hari besar keagamaan normalnya berjalan dengan baik.

Hanya saja terdapat sebuah catatan dalam hal ini, di desa Ciakar kecamatan

Panongan pada bulan Desember tahun 2003, pernah terjadi kemarahan umat

Islam ketika masyarakat Kristiani ingin mendirikan rumah ibadah di daerah

pemukiman umat muslim. Kemudian kekhawatiran terhadap beredarnya isu

kristenisasi yang berkembang liar ditengah-tengah masyarakat. Namun hal ini

tidak berlangsung lama karena akhirnya pendirian gereja di pending setelah

adanya kesepakatan antara umat muslim dan panitia pendirian gereja bahwa

akan terlebih dahulu didirikannya masjid, dengan hal demikian kemarahan

umat muslim di Panongan tidaklah sampai berlarut-larut.4

Penyebab timbulnya kerawanan hubungan bahkan kerusuhan antar

umat beragama bersumber dari berbagai aspek yang diantaranya sifat dari

masing-masing agama yang mengemban tugas dakwah seperti Islam, Kristen

dan Buddha, kurangnya pengetahuan para pemeluk agama terhadap agamanya

sendiri dan pihak lain, kaburnya batas antara sikap memegang teguh

keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat, kecurigaan

3 M. Atho Mudzhar . Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer. (Jakarta: Badan

Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003), h. 34. 4 Wawancara dengan H. Anwar Munawar Ketua MUI Kecamatan Panongan, 1 September

2020.

Page 14: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

4

masing-masing pihak akan kejujuran pihak lain baik intern umat beragama,

antar umat beragama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah.

Oleh sebab itu, perlu orang-orang yang menunjukkan diri sebagai

manusia beriman dan beragama dengan taat, namun berwawasan terbuka,

toleran, rukun dengan mereka yang berbeda agama. Disinilah letak salah satu

peran umat beragama dalam rangka hubungan antar umat beragama, yaitu

mampu beriman dengan setia dan sungguh-sungguh, sekaligus tidak

menunjukkan fanatik agama dan fanatisme keagamaan.

Agama yang mestinya dapat membumi dalam kehidupan antar

pemeluknya, oleh penganutnya terkadang tidak dapat dijadikan sebagai

institusi integritas masyarakat antar umat beragama. Oleh karena itu, kiranya

konflik yang mengatasnamakan agama perlu dianalisa dalam hubungan

politik, ekonomi maupun sosial budayanya.

Apabila masih terlihat gesekan-gesekan dipermukaan, maka masalah

kerukunan sejati tetap dibangun atas dasar nilai-nilai keadilan, kebebasan dan

hak asasi manusia, yang menyentuh keluhuran martabat manusia. Semakin

dalam rasa keagamaan, maka semakin dalam pula rasa keadilan dan

kemanusiaannya.5

Kerukunan umat beragama bukan sekedar terciptanya keadaan dimana

tidak ada pertentangan intern umat beragama, antar golongan-golongan agama

dan antara umat beragama dengan pemerintah, tetapi juga keharmonisan

hubungan dalam dinamika pergaulan dan kehidupan bermasyarakat yang

5 AM Ghazali. “Teologi Kerukunan Beragama dalam Islam : Studi Kasus Kerukunan

Beragama di Indonesia”. Anal J Studi Keislam, Vol. 13, 2017., h. 271–292.

Page 15: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

5

saling menguatkan dan diikat oleh sikap mengendalikan diri dalam wujud:

Pertama, saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agamanya. Kedua, Saling hormat menghormati dan bekerja sama

intern pemeluk agama, antar berbagai golongan agama dan antar umat

beragama dengan pemerintah yang sama-sama bertanggung jawab

membangun bangsa dan negara. Ketiga, saling tenggang rasa dengan tidak

memaksakan agama kepada orang lain.

Hubungan dan kerja sama antar umat beragama merupakan bagian dari

hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam hal ini

diperintahkakan Allah dalam isi kandungan QS. Al-Hujurat ayat (13): “Hai

manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara

kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.

Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun

budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang

lingkup kebaikan. Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan

membiarkan para pemeluk agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran

agamanya masing-masing, inilah dasar ajaran Islam mengenai kerukunan

umat beragama. Akan tetapi kerukunan umat beragama tidak diartikan

sebagai sikap masa bodoh terhadap agamanya.6

6Adeng Muchtar Ghazali, Pemikiran Islam Kontemporer Suatu Refleksi Keagamaan

Yang Dialogis (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 55-58.

Page 16: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

6

Dalam upaya memelihara kerukunan hidup umat beragama tidaklah

berarti mempertahankan suatu keyakinan yang fanatik sehingga menghambat

kemajuan masing-masing agama. Kerukunan itu harus dilihat dalam konteks

perkembangan masyarakat yang dinamis, yang menghadapi beraneka

tantangan dan persoalan.

Gagasan pembaharuan yang dikemukakan Cak Nun khususnya

tentang gagasan mewujudkan kerukunan umat beragama. Menurutnya jika

dalam al-Qur‟an surat al-Ma‟idah ayat 13 disebutkan bahwa manusia

diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal

dan menghargai, maka pluralitas ini meningkat menjadi pluralisme, yaitu

suatu sistem nilai yang memandang secara positif kemajemukan itu sendiri,

dengan menerimanya sebagai kenyataan dan berusaha untuk berbuat sebaik

mungkin.7

Dalam hal ini penulis mencoba untuk mengidentifikasi masyarakat

yang mempunyai peran dalam aspek kehidupan sosial, demikian juga umat

beragama mempunyai peranan yang sangat penting bagi lingkungan dalam

kehidupan keagamaan, termasuk peran untuk menciptakan dan memelihara

kehidupan yang rukun, baik di kalangan intern umat maupun antar umat

beragama dalam masyarakat.

Maka keikutsertaan dan peran aktif umat beragama dalam

mewujudkan kondisi yang rukun di kalangan masyarakat sangat dibutuhkan.

7 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1992) h. viii-xx.

Page 17: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

7

Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk merawat keberagamaan

yang telah dijaga sejauh ini oleh pemerintah melaluli FKUB (Forum

Kerukunan Umat Beragama) sehingga terus tercipta suasana kehidupan yang

saling hormat menghormati, harmonis ditengah keberagamaan yang sejauh ini

hadir ditengah-tengah masyarakat Kabupaten Tangerang.

Menurut KH. Maski, Kabupaten Tangerang saat ini menjadi

miniaturnya Indonesia terlebih di wilayah Kecamatan Panongan, karena

beragam etnis maupun agama di Indonesia hadir di daerah yang terkenal

dengan sebutan kota 1001 industri, sehingga menjadi tujuan urbanisasi

masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Saat ini kegiatan-kegiatan yang

sering dilakukan adalah menjalin silaturahmi, karena dengan saling mengenal,

tentunya akan tercipta rasa saling menyayangi.8

Berikutnya pandangan dari tokoh agama Katolik di Panongan, Felix

Supranto, menurutnya, membangun kerukunan bukan sekadar berada dalam

level perkataan, tetapi lebih pada level perbuatan. Nasihat berikut ini

“Berkatalah kalau diperlukan, tetapi berbuatlah banyak” mempertegas prinsip

tersebut. Tindakan kecil seperti perjumpaan dengan para santri di pondok

pesantren, mempererat tali silaturahmi dengan para tokoh keagamaan dan

menghadiri undangan syukuran dapat menjadi cahaya kerukunan,

persaudaraan dan perdamaian karena berbasiskan hati nurani dan kasih.

Oleh karenanya, daripada selalu mengeluhkan persoalan tentang

intoleransi, hendaknya lebih baik menjadi cahaya kecil kerukunan. Menjadi

8 Wawancara pribadi dengan Ketua FKUB Kabupaten Tangerang, pada tanggal 25

November 2018.

Page 18: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

8

cahaya kecil kerukunan akan melahirkan harapan dan kebahagiaan, sebaliknya

jika terus menerus mengeluhkan persoalan yang terjadi hanyalah akan

melumpuhkan.9

Penting bahwasannya yang butuh dikedepankan saat ini adalah sikap

saling menghargai antar pemeluk agama, kerukunan umat beragama tidak

akan menjadi apa-apa tanpa ada perubahan orientasi dari kaum agama untuk

berani keluar dari pemahaman sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan adanya

transformasi internal yang signifikan dalam tradisi agama. Tanpa perubahan

seperti itu, pada akhirnya kerukunan umat beragama tidak lebih dari sekedar

wacana yang tidak memiliki banyak keterlibatan dalam tingkah laku antar

pemeluk agama.

Mengingat keberagamaan merupakan realitas dan ketentuan dari

Tuhan, maka diperlukan tenggang rasa dan usaha untuk memelihara dengan

mengarahkannya kepada kepentingan dan tujuan bersama. Perbedaan yang

terjadi merupakan fakta yang harus disikapi secara positif sehingga antar

pemeluk agama terjadi hubungan kemanusiaan yang saling menghargai dan

menghormati. Memang agama itu bersifat universal, tetapi beragama tidak

mengurangi rasa kebangsaan, bahkan menguatkan rasa kebangsaan.

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang kerukunan umat

beragama belum banyak dilakukan kecuali yang berkaitan dengan interaksi

sosialnya, dan kebanyakan peneliti bertolak pada suatu pandangan bahwa

perbedaan agama atau keyakinan akan mempengaruhi hubungan sosial di

9 Wawancara pribadi dengan Tokoh Agama Katolik Panongan, pada tanggal 8 Desember

2018.

Page 19: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

9

antara masyarakat. Penelitian ini berpijak pada trilogi kerukunan yang

meliputi kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama,

dan kerukunan antara umat bergama dengan pemerintah.10

Melalui penelitian ini, penulis ingin meneliti lebih dalam lagi

mengenai praktik kerukunan umat beragama yang berkembang serta di

pahami masyarakat dalam upaya membina serta memelihara kerharmonisan

dalam menjalani kehidupan beragama di wilayah Kecamatan Panongan

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Berdasarkan pada latar belakang di

atas, maka judul skripsi yang diangkat oleh penulis adalah “Konsep dan

Praktik Kerukunan Antar Umat Beragama di Masyarakat Panongan,

Tangerang)”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan penelitian ini tidak melebar, maka

penulis membatasinya penelitian ini hanya mencakup tentang konsep dan

praktik kerukunan umat beragama di wilayah Panongan. Adapun rumusan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana masyarakat Panongan Muslim dan non Muslim

mengimplementasikan kerukunan umat beragama?

2. Bagaimana masyarakat Panongan Muslim dan non Muslim

menjadikan wilayahnya sebagai daerah yang tentram dan damai dalam

upaya membina kerukunan umat beragama di Kabupaten Tangerang?

10

Khairah Husin, “Peran Mukti Ali dalam Pengembangan Toleransi Antar Agama di

Indonesia”, Jurnal Ushuluddin, Vol. XXI, No. 1, 2014., h. 105.

Page 20: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan di atas, maka tujuan

penulisan ini dimaksudkan untuk:

a. Mengetahui upaya yang telah dilakukan masyarakat dalam hal

mengimplementasikan kerukunan umat beragama.

b. Mengetahui pandangan masyarakat beragama mengenai kerukunan

umat beragama serta aktualisasinya.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi tiga, yakni kegunaan teoritis,

praktis dan Akademis.

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumbangan data ilmiah.

b. Kegunaan Praktis

Sementara kegunaan praktis dari penelitian ini adalah mencoba

untuk merespon serta memberikan masukan bagi masyarakat dan

pihak-pihak terkait yang mempunyai kepentingan dalam

memahami makna kerukunan antar umat demi keberlangsungan

hidup beragama. Dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta

menjadi rujukan penelitian-penelitian serupa dikemudian hari.

c. Kegunaan Akademis

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan akhir perkuliahan guna mendapatkan gelar Sarjana

Page 21: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

11

Agama (S.Ag) jurusan studi-studi Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjaun Pusataka

Peneliti berusaha melakukan penelitian terhadap pustaka yang ada,

berupa karya-karya penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan

topik yang diteliti, diantaranya:

1. Buku yang ditulis oleh Bashori Abdul Hakim dengan judul

“Memelihara Harmoni Dari Bawah: Peran Kelompok Keagamaan

Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama”. Fokus dari

penelitian ini dimaksudkan, pertama, mengidentifikasi kelompok-

kelompok keagamaan yang diteliti. Kedua, mendata kegiatan-kegiatan

yang dilakukan terkait pemeliharaan kerukunanan umat beragama, dan

ketiga, meneliti faktor pendukung dan penghambat terwujudnya

kerukunan.

2. Skripsi Adelina Fauziah mahasiswa fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

tahun 2016 dengan judul “Harmoni Dalam Perbedaan Studi Kerukunan

Islam dan Kristen Di Perbatasan Desa Jungjang dengan Desa

Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon”. Fokus

penelitian Adelina Fauziah ini yaitu menggambarkan kerukunan

masyarakat di lingkungan Gereja Bethel dan Masjid di wilayah

perbatasan Desa Jungjang dan Desa Arjawinangun dengan menganalisa

interaksi masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, politik, dan

budaya.

Page 22: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

12

Seperti yang disebutkan di atas bahwa belum ada yang menuliskan

tentang judul “Konsep dan Praktik Kerukunan Antar Umat Beragama di

Masyarakat Panongan, Tangerang” yang menjadi pembeda dari

penelitian ini adalah penulis berusaha memahami dan menggali

pemahaman kerukunan umat beragama yang tumbuh dan berkembang di

masyarakat Panongan, hanya skripsi inilah yang penulis temukan selama

melakukan tinjauan pustaka.

E. Metodologi Penelitian

i. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bermaksud untuk

memperoleh data lebih maksimal di wilayah Panongan Kabupaten

Tangerang.

ii. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu,

penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.11

Atau diistilahkan

dengan penelitian ilmiah yang menekankan pada karakter alamiah sumber

data. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk

menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan

data. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi bahkan sangat

terbatas. Tetapi jenis penelitian ini jika data telah terkumpul secara

mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu

11

Lexi J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2002), h. 2.

Page 23: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

13

mencari sampling lainnya. Pendekatan ini lebih mengutamakan kedalaman

bukan banyaknya data.12

iii. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan

yaitu:

Pertama, pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis dalam studi

agama berfokus kepada tokoh dan masyarakat yang memahami dan

mempraktikkan pola keagamaan, bagaimana pengaruh masyarakat

terhadap agama dan pengaruh agama terhadap masyarakat.13

Kedua, Fenomenologi memberikan model pertanyaan yang deskriptif,

reflektif, interpretatif untuk memperoleh esensi pengalaman. Menurut

Husserl dan Hedegger deskriptif dari fenomenologi itu menyatakan bahwa

struktur dasar dari dunia kehidupan tertuju pada pengalaman (lived

experience) pengalaman dianggap sebagai persepsi individu terhadap

kehadirannya didunia.14

Fenomenologi berusaha mengungkapakan apa yang menjadi realitas

dan pengalaman yang dialami individu, mengungkapkan dan memahami

sesuatu yang tidak nampak dari pengalaman subjektif individu. Oleh

karenanya, peneliti tidak dapat memasukkan dan mengembangkan asumsi-

asumsinya di dalam penelitiannya.15

12

M. Hariwijaya, Metodologi dan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi untuk Ilmu

Sosial dan Humaniora (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2015), Cet. II, h. 85-86. 13

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),

h. 44. 14

Donny Gahral Anwar. Pengantar Fenomenologi (Depok: Koekoesan, 2010), h. 42 15

J W Creswell, Research Design: Quantitative And Qualitative Approach (London:

Sage, 1994), h. 53.

Page 24: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

14

iv. Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui kearsipan dan kepustakaan, data tersebut

dapat dideskripsikan secara menyeluruh, dianalisa, dan diinterpretasikan.

Kemudian data lain akan diperoleh dari studi lapangan dengan teknik

wawancara yang dipergunakan sebagai pembanding dan mencari makna

bagi pemeluknya.

F. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data (heuristik), yaitu kegiatan mencari dan

mengumpulkan data.

A. Sumber Data

Inti dari sebuah penelitian adalah menemukan data, oleh karena itu

keberadaannya sangat penting dalam penelitian. Menurut Suharsimi

Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data ialah subjek dari mana

sebuah data bisa diperoleh. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi,

maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data sedangkan isi

dokumentasinya atau isi catatannya menjadi subjek penelitian.16

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.17

Tentunya data-data tersebut harus berkaitan dengan judul yang dibahas

dalam skripsi ini, yaitu mengenai Konsep dan Praktik Kerukunan Antar

Umat Beragama di Masyarakat Panongan, Tangerang. Sumber data ini

dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

16 Suharsimi Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), h.172. 17

Lexi J, Moloeng, Metode penelitian kualitatif, h. 157.

Page 25: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

15

Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data

penelitian secara langsung. Sumber data primer ini merupakan sumber

utama, berupa karya yang ditulis langsung oleh penganutnya sendiri

maupun yang ahli dalam bidangnya. Sedangkan sumber data sekunder

adalah data yang materinya secara tidak langsung berhubungan dengan

masalah yang diungkapkan. Sumber data sekunder ini digunakan sebagai

pelengkap dari sumber data primer.18

Adapun sumber-sumber sekunder yang digunakan penulis adalah:

1). Prof. H. Marzani Anwar, MA., et.al. Potret Kerukunan Umat

Beragama Di Indonesia Bagian Barat. Jakarta: Balai Penelitian dan

Pengembangan Agama Jakarta, 2011. 2). Kementerian Agama dalam

Editor Wawan Djunaedi & Ida Ahdiah, Pelangi Agama di Ufuk Indonesia.

Jakarta: PKUB, Cet. 3, 2016. 3). Alo Liliweri. Prasangka dan Konflk.

Yogyakarta: LKIS. 2005. 4). Aslati, “Optimalisasi Peran FKUB Dalam

Menciptakan Toleransi Beragama di Kota Pekanbaru”, Jurnal Toleransi:

Media Komunikasi Umat Beragama, Vol 6, (Juli Desember 2014), no. 2.

5). M. Ridwan Lubis, Agama dalam Perbincangan Sosiologis, Bandung:

Cipta Pustaka Media Perintis, cet. I. 2010.

B. Sumber Lapangan

1. Pengamatan (Observasi), ialah melakukan pengamatan suatu keadaan,

suasana, peristiwa, menghimpun, memeriksa, dan mencatat dokumen-

dokumen yang menjadi sumber data penelitian. Penulis terjun

18

Suharsimi Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), h.117.

Page 26: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

16

langsung ke lokasi guna mengamati keadaan lingkungan dan

masyarakat di Panongan sekarang.

2. Wawancara mendalam (Indepth Interview), ialah pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung oleh

pewawancara kepada responden.19

Dalam penelitian ini yang menjadi

responden adalah tokoh-tokoh yang berkepentingan dan masyarakat

sekitar yang dianggap relevan dengan objek penelitian. Wawancara

dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan

tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-

pendirian mereka. Wawancara merupakan suatu pembantu utama dari

metode observasi.20

3. Dokumentasi, ialah suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik.21

Penulis mendapatkan data dari

dokumentasi yang ada di Panongan yang sesuai dengan masalah

penelitian.

4. Secondary-Source, pengumpulan data-data dari media atau dari

organisasi-organisasi lain.

C. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif

19

Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2008), h. 67. 20

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia,

1977), cet.1, h. 129. 21

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 221.

Page 27: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

17

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan

Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan, skripsi tersebut dibagi

menjadi beberapa bab dan sub bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan menguraikan latar belakang masalah. Bab ini

membahas tentang alasan pemilihan judul, dengan

menunjukkan faktor yang mendorong pemilihan judul skripsi.

Kemudian diikuti dengan menuliskan rumusan masalah, tujuan

penelitian dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Secara garis

besar bagian ini bertujuan sebagai landasan teoritis

metodologis dalam penelitian.

BAB II : Penulis akan menjelaskan definisi kerukunan umat beragama,

sejarah kerukunan umat beragama di Indonesia dan ajaran-

ajaran keagamaan yang mendorong adanya kerukunan umat

beragama.

BAB III: Penulis akan mengemukakan atau menjelaskan kembali

gambaran umum mengenai wilayah Kabupaten Tangerang

terlebih Panongan yang meliputi sejarah, potret geografis,

sosial kemasyarakatan, sosial budaya, sosial keagamaan, sosial

ekonomi, serta sosial pendidikan.

BAB IV : Penulis akan menganalisa hasil penelitian lapangan mengenai

konsep yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat, relasi

keberagamaan, pembauran yang tercipta, praktik-praktik

Page 28: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

18

kerukunan umat beragama mana saja yang sudah dilakukan

dan belum dilakukan masyarakat Panongan, Kabupaten

Tangerang.

BAB V : Penutup yang diantaranya terdapat kesimpulan dan saran. Yaitu

memuat kesimpulan yang mencakup intisari skripsi, saran dan

diakhiri dengan kata penutup.

Page 29: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

19

BAB II

GAMBARAN UMUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

A. Definisi Kerukunan Umat Beragama

Pengertian kerukunan dalam kamus besar bahasa Indonesia kerukunan

berakar dari kata rukun yang berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan:

kita hendaknya hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat:

penduduk kampung itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan;

(2) menjadikan bersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa

rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.1

Kerukunan umat beragama, mengandung arti hidup rukun walaupun

antar maupun intern umat beragama. Menurut Yustiani menjelaskan bahwa:

“Pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan

yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat

beragama di Indonesia”.2

Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli

sebagai berikut:

1). W. J.S Purwadarminta menyatakan Kerukunan adalah sikap atau sifat

menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian,

1 Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan perundang-Undangan Kerukunan

Umat Beragama, (Jakarta: Puslitbang, 2008), h. 5. 2 Yustiani, “Kerukunan Antar Umat Beragama Kristen dan Islam di Soe, Nusa Tenggara

Timur”, Jurnal Analisa, Vol. XV. No. 02, 2008., h. 72.

Page 30: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

20

pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainya yang berbeda

dengan pendirian.3

2). Dewan Ensiklopedi Indonesia, Kerukunan dalam aspek sosial, politik,

merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu

keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena

sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.4.

Berikutnya dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius,

dengan demikian, kerukunan berarti kondisi sosial yang ditandai oleh adanya

keselarasan, kecocokan, atau ketidak berselisihan. Kerukunan merupakan

kondisi dan proses tercipta dan terpeliharanya pola-pola interaksi yang

beragam diantara unit-unit (unsur/sub-sistem) yang otonom. Kerukunan

mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling

menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta

sikap memaknai kebersamaan.5

Kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan sosial ketika

semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar

masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Kerukunan umat

beragama tidak akan mungkin lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap masa

bodoh atas hak keberagaman dan persaan orang lain. Dalam hal kerukunan

umat beragama juga tidak diartikan bahwa umat beragama dapat

3 W.J.S Porwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986)

h.1084 4 Dewan Ensiklopedi Indonesia, Ensiklopedia Indonesia Jilid 6, (Van Hoeve,t,th) h.3588. 5 Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta: Puslitbang,2005), h.7-8.

Page 31: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

21

mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda, sebab hal itu

dapat merusak nilai-nilai keagamaan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting: pertama,

kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau

kelompok lain. Kedua, kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan

ajaran yang diyakininya. Dan yang ketiga, kemampuan untuk menerima

perbedaan merasakan indahnya sebuah perbedaan dan mengamalkan

ajarannya. Keluhuran masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari

setiap orang. Lebih dari itu, setiap agama adalah pedoman hidup umat

manusia yang bersumber dari ajaran tuhan.

Kerukunan umat beragama itu sendiri bisa diartikan dengan toleransi

umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus

bersikap lapang dada dan menerima adanya perbedaan antar umat beragama.

Selain itu masyarakat juga mesti saling menghormati satu sama lain dalam

hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama lain

tidak saling mengganggu.6

Adapun dalam konsep Islam, kerukunan diberi istilah tasamuh

(toleransi) yang berarti kerukunan sosial kemasyarakatan. Dalam tinjauan

Mawardi dan Marmiati menyebutkan bahwa: “Kerukunan adalah suatu

bentuk akomodasi yang tidak membutuhkan penyelesaian dari pihak lain

karena kedua belah pihak saling menyadari dan mengharapkan situasi yang

6 Wahyudin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 32.

Page 32: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

22

kondusif dalam kehidupan bermasyarakat”.7

Adapun menurut Ali

menyebutkan bahwa: “Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang

berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain berpendapat

berbeda, berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang yang berlainan

pandangan, keyakinan, dan Agama”8 Menurut Baidhawy, mendeskripsikan

bahwa: Toleransi adalah kesiapan dan kemampuan batin bersama orang lain

yang berbeda secara hakiki meskipun terdapat konflik dengan pemahaman

anda tentang yang baik dan jalan hidup yang layak. Toleransi di sini bukanlah

dalam bidang akidah islamiah, karena akidah telah digariskan secara tegas

dalam Alquran dan Sunnah.9

Selanjutnya Fachruddin menambahkan bahwa: ”Yang dilarang dalam

toleransi adalah mendukung keyakinan pemeluk agama lain dengan

mengorbankan keimanan Islam (akidah) seseorang”.10

Adapun dalam bidang

akidah, seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-

satunya agama yang benar sesuai dengan firman Allah Swt dalam QS.3:19

dan 85.

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa

kerukunan umat beragama adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk

membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas

perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Kerukunan

7 Mawardi, Marmiati. “Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Di Daerah Transmigrasi

Palingkau Asri”, Jurnal Analisa, Vol. XV, No 02, 2008., h. 94. 8 Mukti Ali, Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan, (Salatiga: STAIN

Salatiga Press, 2006), h. 87. 9 Zakiyuddin Baidhawi, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta:

Erlangga, 2005), h. 79. 10

Fuad Fachruddin, Agama dan Pendidikan Demokrasi: Pengalaman Muhammadiyah,

dan Nahdlatul Ulama’, (Jakarta: Pustaka Alvabet dan Yayasan INSEP), h. 244.

Page 33: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

23

diartikan adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang

meskipun mereka berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan.

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena

sebelumnya ada ketidak rukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup

bersama dengan damai dan tenteram.11

B. Sejarah Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negeri berpenduduk

lebih dari 260 juta jiwa dengan 17.800 pulau kecil dan besar dan 6.000 pulau

yang didiami, merupakan negeri kepulauan terbesar di dunia. Dalam

sejarahnya negeri ini selalu terbuka terhadap pemikiran-pemikiran dari luar

dan telah terbukti ramah terhadap budaya asing. Realitas demikian

menjadikan Indonesia sebagai negeri yang memiliki keanekaragaman dalam

berbagai hal, dari segi bahasa, adat, suku, kondisi alam, maupun agama.

Dengan demikian dilihat dari hampir seluruh sudut pandang Indonesia

memiliki kompleksitas yang tinggi.12

Dalam sejarah bangsa Indonesia, ternyata aspek-aspek kerukunan

antar umat beragama telah terwujud dengan jelas. Salah satu di antaranya

adalah apa yang terjadi dalam kerajaan Majapahit pada abad ke-12. Dalam

menjalankan pemerintahannya raja dibantu para ahli sesuai dengan bidang

keahlian masing-masin. Di bidang keagamaan, raja dibantu para ahli yang

memahami agama Hindu dan agama Buddha. Berikutnya suatu kehidupan

11

Said Agil Husain Al Munawar, fikih hubungan antar agama (Jakarta: Ciputat

Press ,2003), h.4. 12

Syamsul hadi, Abdurrahman Wahid: Pemikir Tentang Kerukunan Umat Beragama,

(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press, 2005), h. 1-2.

Page 34: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

24

yang penuh toleransi dan koeksistensi secara damai terjadi pula pada sekitar

abad ke-9, yaitu pada masa dinasti Sanjaya yang beragama Buddha

Mahayana. Kebudayaan Pela di Maluku, Mapulus di Sulawesi Utara dan

Rumah Betang di Kalimantan mengungkapkan secara realistis bagaimana

suatu kehidupan yang penuh dengan kerukunan telah dapat dibangun menjadi

kekayaan sejarah bangsa yang tiada ternilai.13

Munculnya istilah kerukunan umat beragama ditenggarai oleh pidato

Menteri Agama K.H. M. Dachlan dalam kegiatan Musyawarah Antar Agama

tanggal 30 November 1967, yang berisi:

“Adanya kerukunan antara golongan beragama adalah merupakan syarat

mutlak bagi terwujudnya stabilitas politik dan ekonomi yang menjadi

program kabinet Ampera. Oleh karena itu, kami mengharapkan sungguh

adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat beragama untuk

menciptakan “iklim kerukunan umat beragama”, sehingga tuntutan hati

nurani rakyat dan cita-cita kita bersama ingin mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur yang dilindungi Tuhan Yang Maha Esa itu benar-

benar dapat terwujud.”14

Dari isi penggalan pidato diatas, maka tersebutlah istilah

“Kerukunan Umat Beragama” yang kemudian menjadi istilah baku dalam

berbagai dokumen negara dan peraturan perundang-undangan, seperti GBHN

(Garis-garis Besar Haluan Negara), Keputusan Presiden, Keputusan-

13

Sairin Weinata, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-

butir pemikiran (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, Cet. III, 2011), h. 6. 14

Departemen Agama Republik Indonesia, Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan

Kerukunan Hidup Umat Beragama, (Jakarta: Depag RI, 2003), h. 4.

Page 35: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

25

keputusan Menteri Agama, bahkan yang lebih serius pemerintah pernah

mengadakan satu proyek dengan nama Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup

Beragama.

Kerukunan umat beragama merupakan satu unsur penting yang

harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnya berbagai macam suku,

ras, aliran dan agama. Untuk itu sikap toleransi yang baik diperlukan

dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan umat

beragama dapat tetap terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai

kalau masing-masing golongan agama pandai menghormati identitas

golongan lain.15

Untuk menciptakan keharmonisan hidup yang majemuk, bangsa

Indonesia telah melakukan berbagai upaya yang secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi dua. Pertama, upaya konstitusional dan politik,

seperti terlihat dalam penetapan undang-undang, peraturan, dan sejumlah

petunjuk mengenai penataan pluralitas itu. Kedua, membangun kemajemukan

dengan rasa tulus melalui penumbuhan kesadaran titik temu di tingkat

esoterik16

agama-agama secara tulus, untuk kemudian membangun

harmonitas kehidupan.

Secara konstitusional pemeliharaan keharmonisan hidup umat

beragama itu tercantum dalam penegasan Undang-Undang Dasar Negara

15

M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia (Jakarta: Media Dakwah, 1988), h. 209. 16

Mendeskripsikan kekuatan dan pengaruh yang terdapat didalam dunia yang fenomenal

dan sebuah proses untuk mewaspadai dan mengerti kekuatan tersebut.

Page 36: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

26

Republik Indonesia tahun 1945 pasal 2917

, dan Sidang Istimewa Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1998 yang merumuskan

bahwa salah satu upaya reformasi dalam bidang kehidupan beragama adalah

“membina kerukunan antar-umat beragama serta pembentukan dan

pemberdayaan jaringan kerja antar-umat beragama”.

Pada sisi lain telah dikeluarkan sejumlah peraturan pemerintah

menyangkut pembinaan kerukunan hidup umat beragama. Salah satu

diantaranya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

nomor 9 dan nomor 8 tahun 200618

yang mengatur tugas pemerintah dalam

pembinaan kerukunan hidup umat beragama berbasis kesadaran masyarakat,

dan pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di tingkat

daerah provinsi dan kabupaten-kota.

Dalam hal ini penulis menemukan penegasan bahwa sikap toleransi

berada di garda terdepan dalam mengawali kerukunan umat beragama. Hal ini

menjelaskan bahwa toleransi menjadi sikap awal untuk mengedepankan

kerjasama maupun keterbukaan dalam memelihara kerukunan umat

beragama.

17 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu". Kerja sama antarumat beragama

dalam berbagai bidang kehidupan dilakukan untuk mewujudkan kerukunan hidup. 18 Pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian

Rumah Ibadat

Page 37: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

27

C. Kerukunan Umat Beragama dalam Perspektif Agama-agama

a. Islam

Keharusan menghormati agama orang lain karena di samping

setiap agama mengajarkan kebaikan juga semuanya datang dari Tuhan.

Ajaran masing-masing agama atau disebut dengan syariat antara satu

dengan yang lainnya berbeda, namun semuanya mengandung kebaikan

dan menuju pada satu tujuan. Syariat adalah jalan, sedangkan Tuhan

adalah tujuan.19

Kerukunan umat beragama diakui sebagai konteks kongkrit dimana

agama dihayati oleh pemeluknya. Sebagai orang yang mengakui beragama

mesti menerima dan menghayati bahwa kerukunan umat beragama adalah

sebagai wujud manifestasi besarnya rahmat Tuhan. Hal ini dapat

dibuktikan melalui pesan normatif Tuhan dalam Al-Qur‟an surat Al-

Baqarah ayat 256:

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar

dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan

beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh)

pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha

Mendengar, Maha Mengetahui.”.

Islam menjunjung tinggi kebebasan beragama seseorang untuk

memilih keyakinannya. Tiada paksaan dalam beragama Islam. Allah

menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Sebab paksaan

19

Budhi Munawar Rachman, Reorientasi Pembaruan Islam, (Jakarta: Lembaga Studi

Agama dan Filsafat, 2010), h. 539-540.

Page 38: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

28

menyebabkan jiwa tidak tentram, menimbulkan pertengkaran dan

ketidakrelaan. Bahwa perbedaan agama adalah kehendak Tuhan sebagai

sebuah keniscayaan. Tujuan dari kehendak ini tidak lain adalah supaya

semua ciptaan-Nya di dunia ini menjadi seimbang baik secara fungsional

maupun secara struktural. Artinya, melalui pesan normatif tersebut Tuhan

menyatakan bahwa Dia menghargai heterogenitas (perbedaan) dalam

berbagai dimensi, baik bahasa, ras, suku, agama, bangsa, maupun adat

istiadat.

b. Kristen

Dalam perspektif Iman Kristiani juga tertulis jelas dalam Al-Kitab

bahwa sesama manusia harus saling kasih mengasihi yang tertuang dalam

Injil Markus 16:15 “Umat Kristen sebagai orang-orang yang percaya

dipanggil untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan memberikan

keselamatan yang disediakan Allah kepada segala makhluk”.20

Matius 22:39 “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,

ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” dari ayat

tersebut jelas bahwa perintah untuk saling mengasihi sesama manusia juga

terdapat dalam iman Kristen dan itu menjadi hukum yang kedua setelah

hukum yang pertama yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan

jiwa.

Setiap umat beragama menjalin kehidupan di dasari dengan aturan

Tuhan yang memerintahkan umatnya agar hidup rukun dan damai

20 Leks, Stefan, Mengenal ABC Kitab Suci Kanisius, (Yogyakarta: 1996), h.29.

Page 39: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

29

memiliki cinta kasih dan saling tolong menolong, memandang baik orang

yang tidak memusuhi kita. Seperti Kalam Tuhan: “Berbahagialah orang

yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”

(Matius 5:9).

c. Katolik

Katolik sendiri selalu mengupayakan kerukunan umat beragama.Ini

ditegaskan pada Konsili Vatikan II melalui dokumen Nostra Aetate poin

ke-5 yang menyatakan :

Kita tidak dapat menyerukan nama Allah, Bapa segala

bangsa, bila kita tidak mau bersikap sebagai saudara terhadap

orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra Allah.

Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan dengan sesamanya

begitu erat sehingga Allah berkata, “Barang siapa tidak mengasihi,

ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:8).

Gereja mengecam segala bentuk diskriminasi dan penganiayaan

terhadap manusia berdasarkan keturunan, warna kulit, keadaan hidup,

ataupun agama.Oleh karena itu,mengikuti jejak rasul Petrus dan Paulus,

Konsili meminta dengan sangat kepada umat Kristen supaya “Milikilah

cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi”

(1Ptr 2:12), dan bila memungkinkan hidup berdamai dengan semua

orang sehingga kita semuadapat menjadi anak-anak Allah di surga.

Mengingat bahwa dalam peredaran jaman, telah timbul pertikaian

dan permusuhan yang tidak sedikit antara orang Kristen dan Islam, maka

konsili suci mengajak semua pihak untuk melupakan yang sudah-sudah,

Page 40: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

30

dan mengusahakan dengan jujur saling pengertian dan melindungi lagi

memajukan bersama-sama keadilan sosial, nilai-nilai moral serta

kebebasan untuk semua orang .21

d. Hindu

Kerukunan beragama sebagai pondasi dasar dalam mewujudkan

persatuan dan kesatuan bagi seluruh umat manusia juga ditekankan

dalam Hindu.Dalam. Kitab Suci Veda dinyatakan secara tegas melalui

beberapa kutipan terjemahan mantram berikut:

“Berikanlah penghargaan kepada bangsamu yang

menggunakan berbagai bahasa daerah, yang menganut

kepercayaan/agama yang berbeda. Hargailah mereka yang tinggal

bersama di bumi pertiwi ini, bumi yang memberi keseimbangan

bagaikan sapi yang memberi susunya kepada manusia. Demikian

Ibu Pertiwi memberikan kebahagiaan yang melimpah kepada umat-

Nya” (Atharvaveda XII. 1.45).22

e. Buddha

Sejarah perkembangan agama Buddha di tanah air juga sarat dengan

upaya-upaya mewujudkan dan menjaga kelestarian hidup umat

beragama.Sesungguhnya ajaran kerukanan hidup umat beragama berasal

dari Sang Buddha sendiri.Kemudian hal tersebut dilaksanakan oleh Raja

Asoka di India, dan oleh pujangga besar Mpu Tantular pada zaman

21

Leks, Stefan, Mengenal ABC Kitab Suci Kanisius, (Yogyakarta: 1996), h. 33. 22

Widya Duta. “Merawat Kerukunan Hidup Umat Beragama Dalam Pandangan Hidu”,

Jurnal Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya, Vol. XV, No 02, 2020., h. 189-190.

Page 41: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

31

kerajaan Majapahit.Itulah salah satu alasannya mengapa kedua kerajaan

ini berjaya, Raja Asoka di India dan Raja Hayam Wuruk di Majapahit.

Teologi kerukunan mengajak untuk meningkatkan keberimanan

pada Tuhan dan membangun kesadaran bersama untuk melakukan

perbuatan baik kepada siapapun.23

Teks tentang kerukunan umat beragama dalam agama Budha (dalam

Kitab Tripitaka).

"Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau

Sangha, (3) 'kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu

akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan

itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang

lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau

tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka

katakan itu benar atau salah?' ,'Tidak, Bhagava.' 'Jika orang lain

menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus

menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan apa

yang bukan ajaran, dengan mengatakan: "Itu tidak benar, itu salah,

itu bukan jalan kami, itu tidak ada pada kami.” "Selidikilah dengan

seksama, perumah-tangga. Sungguh bagus bila orang-orang

terkenal seperti engkau menyelidiki dengan seksama.""Yang Mulia,

saya bahkan merasa lebih puas dan senang dengan Yang

Terberkahi karena memberitahukan hal itu kepada saya. Bagi

kelompok-kelompok sekte lain, ketika memperoleh saya sebagai

23

Ngainun Naim, Teologi Kerukunan (mencapai titik temu dalam keragaman),

(Yogyakarta: Teras, 2011), h. 12.

Page 42: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

32

siswa mereka, mereka akan membawa spanduk ke seluruh Nalanda

dan mengumumkan: 'Perumah-tangga Upali telah menjadi siswa di

bawah kami.' Tetapi sebaliknya, Yang Terberkahi memberitahukan

saya: 'Selidikilah dengan seksama, perumah-tangga. Sungguh bagus

bila orang-orang terkenal seperti engkau menyelidiki dengan

seksama.'Maka, untuk kedua kalinya, Yang Mulia, saya pergi pada

Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada

Sangha para bhikkhu.Sejak hari ini biarlah Guru Gotama menerima

saya sebagai umat yang telah pergi kepada Beliau untuk

perlindungan sepanjang hidup saya." (Digha Nikaya I:3).24

Dalam agama Budha kerukunan umat beragama berarti, setiap orang

memiliki persamaan hak dan harus diperlakukan sama dalam hidupnya

demi kesejahteraan bersama. Atas dasar nilai cinta kasih dan pengertian

yang benar, maka seseorang tidak akan mengutamakan kepentingan

pribadi, sebaliknya mereka akan mengasihi dan melayani sesama dengan

mengabaikan ras, kelas, warna kulit, dan kepercayaan,.25

f. Khonghucu

Ajaran dalam agama Khonghucu, manusia dalam hubungan sosial

telah diatur dalam agama untuk memelihara keharmonisan hubungan

sosial, Tuhan menurunkan agama yang mengandung pedoman dasar

dalam mengatur hubungan antarasesama manusia itu sendiri. Tak

24

Piyadassi. Spektrum Ajaran Buddha. (Jakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri Ratna,

2003), h. 431 25

Piyadassi. Spektrum Ajaran Buddha. (Jakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri Ratna,

2003), h. 431.

Page 43: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

33

terkecuali dengan agama Khonghucu yang merupakan agama minoritas

dari keenam agama yang secara resmi diakui oleh Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dalam ajaran agamanya mengajarkan nilai-nilai

yang mengatur hubungan dengan Tuhan, alam dan hubungan dengan

sesama manusia. Ajaran ini juga mendukung adanya kerukunan hidup

beragama menjadi modal awal untuk memperkuat tali persaudaraan antar

umat beragama.26

Memahami arti pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama

danpersatuan dan kesatuan, kerukunan hidup antar umat beragama

merupakan ajaran agama dan agama adalah suatu hukum peraturan hidup

yang bersumber pada Tuhan Yang Maha Esa.27

Dengan munculnya pengetahuan dan pemahaman terhadap agama-

agama lain, maka akan menimbulkan adanya sikap saling pengertian

terhadaporang lain dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tumbuh

kerukunan hidupberagama. Dan kerukunan hidup beragama itu

dimungkinkan karena tiap-tiap agama memiliki dasar ajaran untuk hidup

rukun.Semua agama mengajarkan untuk senantiasa hidup damai dan

rukun dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.28

Dalam pemahaman umat beragama penulis dapat menarik benang

merah bahwasannya setiap ajaran yang diturunkan ke muka bumi

bersifat baik dan senantiasa mengajarkan kebaikan, jadi tidak hanya

26

Dian Nur Anna, “Khonghucu di Korea Kontenporer dan Sumbangannya terhadap

Kerukunan Ummat Beragama di Indonesia”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, cet. 2,

2013), h. 13. 27

Bashori Mulyono, “Ilmu Perbadingan Agama”, (Indramayu : Pustaka Sayid Sabiq,

2010), h. 130. 28

Bashori Mulyono, “Ilmu Perbadingan Agama”, h. 120.

Page 44: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

34

ajaran Islam dan Kristen saja yang mengajarkan kebaikan akan tetapi

agama lainpun juga senantiasa mengajarkan kepada kebaikan. Kutipan-

kutipan ayat diatas jelas menunjukan bahwa agama melarang keras

tindakan-tindakan yang tidak masnusiawi, semua agama mengajarkan

kepada pemeluknya agar selalu menjaga kerukunan dan saling

menghargai antar pemeluk agama.

Page 45: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

35

BAB III

LETAK GEOGRAFIS DAN KONDISI SOSIOLOGIS WILAYAH

PANONGAN, TANGERANG

A. Sejarah Panongan

Panongan adalah nama sebuah Desa yang terletek di jantung wilayah

Kecamatan Panongan, Kapan dan oleh siapa nama “Panongan”: diberikan

kepada Desa ini, sampai saat ini belum ada satu orangpun masyarakat Desa

Panongan dan sekitarnya yang bisa menceritakannya. Namun menurut cerita

yang berkembang di masyarakat, nama : “Panongan” itu sendiri diberikan

karena lebih pada faktor sejarah.1

Panongan sebagian besar wilayahnya didominasi oleh daratan yang

mempunyai tingkat kemiringan wilayah yang tidak curam, dan persawahan

dengan kedalaman yang cukup realistis dan sistim pengairan mengandalkan

hujan (sawah tadah hujan)2.

Panongan secara bahasa berasal dari bahasa sunda yaitu „Panoongan‟

yang memiliki arti Pengelihatan. Menurut hikayat cerita rakyat yang

disampaikan secara turun temurun bahwa Panongan dahulu kala sebelum

menjadi desa adalah wilayah dari kerajaan Banten yang terletak sebelah

wetan (Timur).

Kenapa nama Panongan dipakai menjadi nama Desa? Sampai saat ini

tidak ada yang bisa menjelaskannya, diambil dari sejarah jaman dulu bahwa

daerah ini pada jaman dulu ditempati oleh seorang putri yang bernama nyai

Menong yang memiliki paras cantik nan elok asal muasal nyai menong

1 http://desapanongan.com/sejarah-dan-legenda-desa/. diakses pada 20 Agustus 2020. 2 Usaha pertanian yang memanfaatkan hujan sepenuhnya sebagai sumber air.

Page 46: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

36

sendiri tidak diketahui namun keberadaan nyai Menong menjadi buah bibir

masyarakat disekitar wilayah tersebut.

Nyai Menong tinggal seorang diri dan tepat tinggal nyai Menong

sering disebut sebagai “Hulu Panoongan” yang kawasannya ada disekitar

Panongan I (sekarang) karena kecantikan nyai Menong terkenal keseantero

jagat mengundang pemuda yang memiliki kanuragan disebut Jawara3 untuk

berdatangan kepanongan untuk mendapatkannya, hal tersebut dapat

dibuktikan dengan patilasan Ki Banteng, Ki banjir yang sampai sekarang

masih berdatangan orang yang berzirah ditempat tersebut. Situs yang lainya

yang ada di desa Panongan adalah “Sumur Tujuh” dan “Telapak Sujud” yang

kawasan tersebut berada dikampung Ciapus, walaupun lokasi tersebut kurang

terawat namun masih ada saja penduduk sekitar atau dari luar panongan yang

menziarahi. Pada abad ke 19 (sekitar tahun 1933 Desa Panongan membentuk

Pemerintahan sendiri dengan dipimpin oleh Kepala Desa).4

Panongan merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang. Kabupaten

Tangerang yang memiliki luas wilayah 959,6 kilometer memiliki jumlah

penduduk sebanyak 2.838.621 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-

laki sebesar 1.454.914 jiwa sedangkan perempuan 1.383.707. Kabupaten

Tangerang memiliki 29 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 Desa.5

Dan

Panongan berkedudukan sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten

Tangerang.

3 Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jawara adalah Pendekar atau jagoan.

4 http://desapanongan.com/sejarah-dan-legenda-desa/. diakses pada 20 Agustus 2020.

5 https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/profil-kabupaten-tangerang, diakses pada 25

Agustus 2020.

Page 47: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

37

Kecamatan Panongan berada dalam wilayah Kabupaten Tangerang di

bawah pemerintahan Provinsi Banten. Sebelumnya menjadi sebuah

Kecamatan, Panongan dulunya masih menjadi bagian dari Kecamatan

Cikupa. Panongan itu sendiri baru ditetapkan menjadi sebuah Kecamatan

ketika disahkannya peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48

Tahun 1999 Tentang Pembentukan 14 (empat belas) Kecamatan diwilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Serang, Tangerang, Pandeglang, Bogor,

Subang, Karawang, Ciamis, dan Majalengka dalam Wilayah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat.

B. Letak Geografis

Secara geografi Panongan memiliki luas wilayah 3593,767 Ha, terdiri

dari wilayah daratan seluas 15 Km2 atau 1500 Ha, dan wilayah perairan atau

persawahan seluas 22,73 Km2 atau 2273 Ha. Mempunyai wilayah

Pemerintahan Desa sebanyak 7 Desa 1 Kelurahan dengan batas-batas sebagai

berikut: 6

- Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Cikupa,

- Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Curug,

- Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Tiga Raksa,

- Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Legok.

6 Kecamatan Panongan Dalam Angka: Panongan District in Figures 2018, Katalog BPS

1102001. 3603.040 (Tangerang: Kabupaten Tangerang, 2018), h. 3.

Page 48: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

38

2.1 Peta Wilayah Kecamatan Panongan

Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Panongan terdiri dari

lahan pertanian/persawahan, sedangkan dari aspek demografi penduduk

berjumlah 75.823 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 39.374 jiwa dan

perempuan berjumlah 36.449 jiwa, dengan tingkat kepadatan 1.947 jiwa per

Km2.

C. Sosial Kemasyarakatan.

a. Kemasyarakatan

Pada dasarnya masyarakat Panongan merupakan masyarakat yang

guyub, rukun dan saling terbuka. Hubungan sosial yang terjadi antar

pemeluk agama menjadi salah satu bentuk kerukunan yang terjadi di

wilayah Panongan seperti dalam kegiatan silaturahmi yang diawali dengan

ngopi bareng, pembangunan sarana ibadah atau rumah, acara kematian,

kerja bakti guna kepentingan umum, ronda malam yang dilakukan

bersama-sama.

Hal tersebut dilakukan secara bergantian sebagai pertahanan

keamanan, bakti sosial, kegiatan olahraga, pengobatan gratis maupun

donor darah yang dilakukan umat non-muslim dilingkungan rumah ibadah

Page 49: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

39

dengan bekerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan sebagai

penanggung jawab acara tersebut.7

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Panongan

Sumber: Katalog BPS 1102001. 3603.040 Kabupaten Tangerang, 2019.

b. Budaya

Budaya sebagai manifestasi peradaban manusia dalam wujud

bahasa, cara dan upacara yang berhubungan dengan sesama manusia

7 Wawancara dengan Pak Sukiar Staff Kecamatan Panongan, 1 September 2020

No. Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Ranca Iyuh 5.234 4.947 10.181

2. Mekar Jaya 2.714 2.495 5.209

3. Ranca Kalapa 3.176 2.873 6.049

4. Panongan 10.593 10.160 20.753

5. Serdang Kulon 2.900 2.724 5.624

6. Ciakar 24.735 23.985 48.720

7. Mekar Bakti 24.138 24.033 48.171

8. Peusar 4.065 3.734 7.799

Kecamatan Panongan 77.555 74.951 152.506

Page 50: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

40

maupun Tuhan, yang hidup dan tumbuh berkembang di Kabupaten

Tangerang, tentunya sejalan dengan hadirnya manusia di wilayah

Panongan. Dalam hal kerukunan bertetangga, dapat dilihat dari tempat

tinggal mereka yang berdekatan. Sejak 20 tahun terakhir mereka

senantiasa mencerminkan kehidupan yang bersahabat, rukun, dan damai.

Tidak lepas dari hal tersebut peran tokoh agama yang memiliki

pemahaman mendalam terkait kerukunan antar umat beragama dan

kesadaran masyarakat itu sendiri.8

Di kalangan penduduk yang sebagian besar beragama Islam, pada

empat dasa warsa lalu, masih kental dengan warna budaya nenek moyang

bangsa kita, yaitu nuansa Hindu. Tidak sedikit acara-acara ritual yang

dilakukan orang Tangerang begitu pula di wilayah Panongan yang

sebagian besar muslim disertai dengan media atau barang-barang tertentu,

seperti sesajen, ancak, dupa, stangi yang mirip dengan acara ritual

kegamaan Hindu. Benda-benda seperti itu sering ditemukan pada kegiatan

riungan maupun sejenisnya. Pada setiap upacara perkawinan misalnya, di

sudut-sudut rumah tertentu biasanya terdapat “ancak”, yaitu sebuah

sesajen kecil yang diisi dengan kue-kue tertentu, sebatang lisong atau

benda lain yang diyakini disenangi makhluk ghaib.9

Ada juga “Rebo Wakasan,” sebuah ritual “tolak bala” yang

dilakukan di persimpangan jalan yang ada di kampung atau pemukiman

warga. Kegiatan ini dilakukan pada hari rabu terakhir di bulan Safar.

8 Wawancara dengan Pak Sukiar Staff Kecamatan Panongan, 1 September 2020 9 Ahmad Jabir, dkk, Potret Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Tangerang,

(Tangerang: FKUB Press, 2010), h. 12.

Page 51: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

41

Karena terdapat keyakinan terdahulu, bahwa di bulan Safar sering terjadi

musibah atau bencana, maka diadakan ritual “tolak bala” dengan istilah

Rebo Wakasan. Sejak tahun 1970-an kegiatan seperti itu mulai

ditinggalkan, dengan adanya gerakan dakwah Islam dan pengajian-

pengajian yang dilakukan oleh umat Islam baik melalui majlis taklim

maupun di masjid.

Namun dalam beberapa hal tertentu masih ada yang melakukan

hingga saat ini terlihat pada sebagian penduduk yang masih mengadakan

acara “marhabanan”10

saat upacara gunting rambut anak yang baru lahir.

Begitu pula pada saat acara “ngarak penganten”, diiringi dengan shalawat

“Asyrakal badru”. Di kalangan etnis keturunan Cina, sering dikenal

dengan nama Cokek, pada saat acara pernikahan irama musik yang kental

dengan nuansa rakyat Cina. Saat ini tradisi-tradisi sudah jarang dijumpai.11

Terkait dengan budaya dan nilai tradisional daerah Panongan, hal

yang paling terkenal dalam warisan budaya nampaknya belum terekspose

secara luas. Di era 1980-an Tangerang pernah diproklamirkan sebagai

“kota kerajinan”. Sebutan itu diraih karena didukung dengan keunggulan

wilayah Panongan yang memiliki hasil kerajinan anyaman topi bambu.

c. Keagamaan

Didalam data kependudukan berdasarkan pemeluk agama di

wilayah Panongan 2018, menunjukkan bahwa semua agama yang diakui

10

Sebuah tradisi masyarakat untuk melantunkan syair-syair Al-Barzanji. 11 Ahmad Jabir, dkk, Potret Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Tangerang, h. 12.

Page 52: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

42

di negara ini memiliki penganut serta sarana peribadatannya yang

tersebar di beberapa desa, persentase terbesar terdapat di kalangan

muslim yang populasinya berada di sekitaran angka 60% dan non-

muslim 40%. Demikian juga jumlah sarana peribadatannya.

Berbicara kehidupan sosial keagamaan yang tercipta sejauh ini,

kegiatan keagamaan semua pemeluk umat beragama di wilayah

Panongan terlihat saling menghormati dan menjaga keamanan satu sama

lain. Ketika masing-masing dari umat beragama sedang merayakan hari

rayanya maupun dalam perayaan hari besar agama semua umat yang

berbeda agama saling menghormati akan berjalannya kegiatan

keagamaan tersebut bahkan dari pemuda juga turut membantu

pelaksanaan peringatan hari besar agama seperti ketika umat Islam dalam

mengadakan peringatan maulid nabi mereka para pemuda yang berbeda

agama ikut membantu dalam penataan sound sistemnya maupun dalam

penataan mimbarnya. Begitu pula sebaliknya ketika ada perayaan natal

pemuda dan juga masyarakat Panongan selalu hadir berada di garda

terdepan demi terciptanya suasana yang kondusif.12

Kemudian tercermin dari sikap warga non muslim ketika umat

muslim sedang merayakan hari raya Idul Fitri mereka juga sangat toleran

dan menghormati bahkan warga non muslim ikut bersilaturahmi

ketetangganya pula untuk memohon permaafan. Hal ini menunjukkan

12

Wawancara dengan H. Anwar Munawar Kepala KUA Kecamatan Panongan, 1

September 2020

Page 53: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

43

bahwa perdamaian antar umat beragama di wilayah Panongan dalam

kegiatan keagamaan bersifat perdamaian yang positif.13

Dengan kondisi demikian, suasana kemasyarakatan dalam

konteks kerukunan umat beragama terjaga secara kondusif. Kalaupun

terjadi percikan-percikan kecil, terlebih disebabkan kurangnya

komunikasi serta pemahaman dalam penyelenggaraan aktifitas

peribadatan, yang dijalankan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku,

sehingga kecenderungan menimbulkan gangguan ketertiban umum.

Tabel 2.2

Jumlah Sarana Ibadah dan kegiatan keagamaan di wilayah Panongan.

No

Agama

Sarana

Ibadah

Pemuka Agama

Kegiatan Keagamaan

1. Islam 54 15 Majlis Ta‟lim

2. Kristen 2 4 Kebaktian

3. Katolik 1 5 Kebaktian Kristus

4. Buddha 3 2 Puja Bhakti

5. Hindu - - Puja Trisandhaya

6. Konghucu 1 2 Sembahyang pada Thian

Jumlah 61 28

Sumber: KUA Kecamatan Panongan.

13

Wawancara dengan H. Anwar Munawar Kepala KUA Kecamatan Panongan, 1

September 2020

Page 54: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

44

d. Ekonomi

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,

pendidikan dan juga pendapatan.14

Gambaran kondisi sosial perekonomian

masyarakat Panongan cukup komplek seperti perdagangan, pengusaha,

petani, pegawai negeri, dan pegawai swasta.

Kecamatan Panongan jika dilihat secara luas didominasi oleh lahan

pertanian sehingga kebanyakan masyarakat panongan berprofesi sebagai

petani. Tapi dalam perjalanannya, ekonomi di Kecamatan Panongan

mengalami perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya imbas dari

pembangunan industri besar yang terintegrasi seperti pembangunan proyek

properti, berupa kawasan industri, rumah sakit, perkantoran, dan

perumahan, di wilayah Kecamatan Panongan.

Hal penting dalam pembangunan di wilayah Panongan adalah

pembangunan di sektor ekonomi, terutama ekonomi kerakyatan salah

satunya koperasi yang bersahabat dengan rakyat juga sangat berperan

dalam pengembangan industri kecil dan usaha menengah di wilayah

Panongan, pemerintah kecamatan Panongan memberikan kontribusi

berupa penyuluhan dan pembinaan terhadap industri kecil maupun usaha

kecil menengah agar mampu mengembangkan usahanya ke tingkat yang

lebih baik.

14

Arsyad, Lincolin, “Ekonomi Pembangunan”, Edisi 4, (Yogyakarta : STIE YKPN,

1997), h. 47.

Page 55: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

45

Beberapa produk unggulan dan kreatifitas warga yang pantas

dibanggakan diantaranya ada kerajinan pembuatan sepatu, kerajinan

anyaman bambu, kerajinan anyaman plastik dan rotan, usaha pembuatan

dodol, usaha pembuatan keripik tempe serta pengolahan sampah terpadu

yang semuanya mampu memberikan penghidupan dan kesejahteraan bagi

warga sekitarnya. Panongan merupakan contoh nyata kemandirian

masyarakat di bidang ekonomi, kerja keras dan semangat wirausaha

bukanlah hal yang sulit dijumpai di wilayah Panongan.15

Sehingga menurunnya ketimpangan pendapatan tersebut menjadi

cermin bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi, memang memiliki basis

yang kuat di berbagai daerah khususnya Kecamatan Panongan. Selain itu,

juga sudah melibatkan sebanyak mungkin komponen masyarakat. Oleh

karena itu terdapat sebagian kelompok masyarakat, terutama dari kalangan

bawah yang lebih banyak menikmati hasil dari pertumbuhan ekonomi.

Dalam hal ini, persentase kenaikan pendapatan mereka secara rata-rata

lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Imbasnya, ketimpangan

pendapatan antar penduduk mengalami penurunan.

e. Pendidikan

Pendidikan merupakan komponen penting dalam perkembangan

suatu wilayah, Masyarakat Kecamatan Panongan sudah mulai peduli

dengan pendidikan anak masyarakat sudah mulai mengantarkan anak-anak

mereka ke sekolah untuk mencari ilmu dan belajar meskipun terkadang

15 Wawancara dengan Pak Sukiar Staff Kecamatan Panongan 1 September 2020.

Page 56: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

46

masih terhimpit kebutuhan ekonomi. Kesadaran untuk bersekolah dapat

dilihat dari jumlah siswa dan siswi yang berada di sekolah dasar.

Adapun strata pendidikan penduduk Panongan terdiri dari

berpendidikan SD 24.357 jiwa, berpendidikan SLTP berjumlah 13.500

jiwa, berpendidikan setingkat SLTA berjumlah 11.236 jiwa dan bertingkat

setingkat perguruan tinggi berjumlah 1.425 jiwa.16

Berikut adalah tabel yang menggambarkan kondisi masyarakat

Panongan berdasarkan pendidikan:

Tabel 2.3

Data Kependudukan berdasarkan Pendidikan.

No Kelompok Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Tidak/belum Sekolah 1.700 856 844

2. Belum tamat SD/sederajat 13.318 6.912 6.406

3. SLTP/Sederajat 774 371 403

4. SLTA/Sederajat 2.250 1.227 1.023

5. Diploma IV/Strata I 414 283 131

6. Diploma III/S.Muda 346 182 164

7. Strata II 11 7 4

Sumber: Katalog BPS 1102001. 3603.040 Kabupaten Tangerang, 2019.

16

https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/profil-kabupaten-tangerang, diakses pada 25

Agustus 2020.

Page 57: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

47

BAB IV

HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI PANONGAN

A. Hubungan Antar Umat Beragama

Setiap agama telah sepakat untuk mengajarkan kebaikan. Hal ini

menjadi modal besar bagi terciptanya kerukunan umat beragama. Keberadaan

agama-agama yang diakui Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki

ajaran yang luhur agar mengajarkan kebaikan bagi umat manusia. Meskipun

ada juga yang tidak menghargai perbedaan dan cenderung tidak mendukung

kerukunan umat beragama, tetapi tidak mengurangi keluhuran agama dalam

menerapkan konsep kerukunan.

Sejauh ini kerukunan akan dapat dicapai apabila setiap golongan

agama memiliki prinsip setuju dalam perbedaan. Setuju dalam perbedaan

berarti orang mau menerima sepenuh hati dan menghormati orang lain

dengan seluruh aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya, menerima

dan menghormati orang lain dengan kebebasan untuk menganut keyakinan

agamanya sendiri.

Kesadaran mengenai pentingnya membangun kerukunan beragama di

tengah masyarakat jauh lebih kuat tertanam didalam hati masing-masing

umat beragama. Dari hasil wawancara penulis dengan tokoh agama Katolik

dan masyarakat Katolik Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang, Romo

Felix Supranto selaku tokoh agama di Gereja Santa Odilia mengatakan:

“sejauh pengamatan saya di wilayah ini berbagai ragam agama hubungan

sosialnya berjalan dengan baik, masyarakat kami ajarkan agar saling

Page 58: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

48

merangkul, sehingga kehidupan beragama dapat terlaksana dengan baik,

seperti mudahnya umat melaksanakan ritual ibadah dan kegiatan keagamaan

lainnya walaupun berada di daerah mayoritas muslim, begitupula ketika kami

mengadakan kebaktian serta menyambut hari raya besar kami seperti Natalan

di Gereja ini aman-aman saja.”1

Panongan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki keragaman

ras, agama, dan suku. Panongan juga dapat disebut sebagai miniaturnya

Indonesia dalam konteks kerukunan umat beragama. Dengan keadaaan

tersebut masyarakat dituntut untuk menjaga atau memelihara kerukunan yang

selama ini telah terjalin di tengah-tengah masyarakat.

Tentunya hal ini tidak serta-merta dibuat untuk beberapa kepentingan

saja, keadaan ini terlihat nyata berkat dari pemahaman-pemahaman yang

tumbuh ditengah-tengah masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai toleransi

dan seringnya diadakan kegiatan silaturahmi lintas agama.2

Menurut Ketua MUI Kecamatan Panongan Anwar Munawar : “cara

menjaga kerukunan umat beragama itu adalah tetap menjunjung tinggi nilai

toleransi, menjadi pribadi yang terbuka kepada agama lain tetapi tidak

mengikuti ajarannya. Menjaga toleransi yang sudah ada, karena dengan

adanya sikap toleransi di dalam diri maka akan sedikit sekali timbul

pertikaian atau bahkan dapat meredam konflik itu sendiri.”3

1 Wawancara dengan Romo Felix Supranto, Pemuka agama Katholik Kecamatan

Panongan, 3 September 2020. 2 Wawancara dengan H. Anwar Munawar Ketua MUI Kecamatan Panongan, 1 September

2020. 3 Wawancara dengan H. Anwar Munawar Ketua MUI Kecamatan Panongan, 1 September

2020.

Page 59: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

49

Pentingnya peran pemuka agama dalam menjaga kerukunan umat

beragama diawali dengan bagaimana cara mereka mengkondisikan umat

agamanya agar aktif di dalam kegiatan keagamannya masing-masing, karena

setiap pertemuan di masing-masing agama, pemuka agama memiliki

kesempatan bertemu dengan seluruh umat agamanya, kesempatan tersebut

mereka manfaatkan untuk memberikan wejangan, berdiskusi dan

bermusyawarah membahas semua masalah kemasyarakatan dan keagamaan

bagaimana mereka harus memposisikan diri terhadap kedua aspek tersebut.

Dalam wawancara bersama Andi, ia mengatakan: “Peran tokoh agama

dalam menjaga kerukunan umat beragama bisa dimulai dari bagaimana tokoh

agama membangun dan menanamkan sifat persaudaraan di masing-masing

agama yang dianutnya, saya sebagai pemuka umat Budha di Panongan selalu

memberikan nasehat berupa ceramah di Vihara Caga Sasana setelah ritual

keagamaan yang isinya tentang dorongan motivasi agar umat Budha disini

selalu berbuat baik, saling melayani dan memberikan perhatian kepada yang

lainnya”.4

Pimpinan umat Kristen GKI Panongan, Samuel mengatakan: “Saya

dan tokoh agama lainnya menekankan kepada masyarakat agar selalu

memberikan motivasi dan mengajak orang lain yang berbeda agama harus

tekun dalam agamanya masing-masing, tidak harus sama keyakinan, yang

terpenting adalah kebersaman, dari pandangan dan apa yang saya rasakan, hal

itu saya lakukan semata-mata tujuannya agar masyarakat itu tidak terpecah

belah, sehingga semua pemuka agama mengupayakan bagaimana caranya

4 Wawancara dengan Andi Lim, Pemuka agama Buddha, 3 September 2020.

Page 60: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

50

agar didadalam suatu hubungan kemasyarakatan tidak terjadi sekat-sekat

akibat adanya suatu perbedaan dalam berkeyakinan”.5

Begitu pula seperti yang diungkapkan pemuka agama Khonghucu, di

dalam perannya dalam menjaga kerukunan umat beragama dimulai dari

lingkup umat beragamanya sendiri baru meluas ke dalam masyarakat. Tjun

Teh menuturkan bahwa:6

“Peran saya sebagai umat Khonghucu dalam menjaga kerukunan di

dalam masyarakat Panongan, saya mengawali dengan berperan

aktif di perkumpulan masyarakat sejak 1980-an, kami saling

menjaga satu sama lainnya, kemudian secara tidak langsung kami

juga saling menjaga umat beragama lain di masyarakat Panongan

khususnya dalam urusan menjaga kerukunan umat beragama”.

Kerukunan beragama menjadi hal yang paling penting dijaga dalam

menciptakan masyarakat yang damai, harmonis, dan mengedepankan

tenggang rasa terhadap masyarakat yang berbeda agama di wilayah

Panongan. Hal tersebut tidak lepas dari peran tokoh agama yang ada di

dalamnya dalam mengarahkan umatnya untuk saling menghargai perbedaan

yang ada di wilayah Panongan.

Dari hasil wawancara penulis dengan pemuka agama Kristen dan

masyarakat Kristen di Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang: Pendeta

Samuel Wiratama selaku pendeta di Gereja Kristen Indonesia mengatakan

sejauh pengamatan beliau di wilayah ini antara umat Islam dan Kristen saling

5 Wawancara dengan Samuel Wiratama, Pemuka agama Kristen, 1 September 2020. 6 Wawancara dengan JS Yap Tjun Teh, Pemuka agama Khonghucu, 3 September 2020.

Page 61: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

51

membina pertemanan, seperti menghadiri acara syukuran dan perkawinan

ketika diundang, melayat ketika ada yang meninggal. Beragam agama saling

merangkul, sehingga kehidupan beragama dapat terlaksana dengan baik,

karena masyarakat paham etika bermasyarakat itu sendiri, paham ajaran-

ajaran kitab suci yang mengajarkan kebaikan, karena setiap agama esensinya

mengajarkan perdamaian dan kebaikan. Walaupun untuk selalu berinteraksi

itu ada, tapi tidak begitu mendalam, karena dikhawatirkan adanya perspektif

ataupun bentuk kecurigaan ketika kami sebagai minoritas terlalu dekat

dengan muslim itu sendiri. Namun, untuk hal-hal umum secara keseluruhan

hubungan yang ada sejauh ini sangat baik.7

Hubungan yang rukun dan harmonis ini dapat dilihat dari

membaurnya antar umat beragama, seperti keterlibatan umat beragama

dalam berbagai acara kemasyarakatan seperti syukuran, pernikahan, kematian

dan acara lainnya. Maksudnya, ketika masyarakat muslim mengadakan pesta,

seperti syukuran dan pernikahan, ketika masyarakat Kristen diundang, maka

mereka akan menghadiri acara tersebut, begitupula ketika ada musibah , maka

umat Kristen dan Islam akan saling menyambangi.8

Pertemuan lintas agama itu mereka lakukan dengan berbagai cara

diantaranya berdialog bertukar fikiran dengan sikap keterbukaannya dan

saling menghargai perbedaan. Selain itu pertemuan lintas agama yang

diadakan itu bertujuan untuk menumbuhkan sikap kesadaran hati bahwa

7 Wawancara dengan Samuel Wiratama, Pemuka agama Kristen, 1 September 2020. 8 Wawancara dengan Samuel Wiratama, Pemuka agama Kristen, 1 September 2020

Page 62: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

52

perbedaan di antara mereka dalam satu tempat tinggal yang sama merupakan

suatu realitas hidup yang tidak dapat dielakkan.

Terjadinya pertemuan lintas agama merupakan jembatan untuk

terwujudnya warga masyarakat yang rukun dan harmonis karena adanya

pertemuan lintas agama juga merupakan sarana yang positif untuk

menghadapi suatu sumber permasalahan antar agama dari hati ke hati agar

terciptanya kebersamaan. Mengenai hal itu adanya perbedaan dapat dijadikan

sebagai wujud pembauran mereka untuk bersatu sebagai umat yang semangat

dalam menjalin kerukunan.

Berbagai agenda kemasyarakatan yang terselenggara di wilayah

Panongan, setiap umat beragama tidak mempermasalahkan dalam urusan

yang menyangkut agama, mereka saling kerjasama, contohnya dalam

peringatan hari kemerdekaan yang biasanya mengadakan kegiatan jalan santai

kebangsaan, selain itu faktor kerukunan yang terjalin biasanya adanya

kegiatan dilakukan oleh pemuka agama setiap setahun sekali setelah hari

raya, umat Katolik setiap tahunnya selalu ikut serta dalam perayaan hari raya

Idul Adha dengan menyumbangkan hewan kurban kepada beberapa tokoh

agama di lingkungan Panongan.9

Selain itu adanya pertemuan atau perjumpaan lintas agama merupakan

jembatan untuk terwujudnya warga masyarakat yang rukun dan harmonis

karena adanya pertemuan lintas agama juga merupakan sarana yang positif

untuk menghadapi dinamika permasalahan antar agama dari hati ke hati agar

9 Wawancara dengan Romo Felix Supranto, Pemuka agama Katholik Kecamatan

Panongan, 3 September 2020.

Page 63: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

53

terciptanya rasa kebersamaan. Mengenai hal itu adanya perbedaan itu

dijadikan sebagai upaya mereka untuk bersatu sebagai umat yang semangat

dalam mewujudkan toleransi.10

Dalam berbagai kegiatan setiap umat beragama di Kecamatan

Panongan tidak mempermasalahkan dalam urusan agama, mereka saling

kerjasama, hal kecil yang nampak terlihat di Panongan ialah banyaknya

peternakan babi atau berkeliarannya babi milik warga etnis tionghoa

dipemukiman warga yang penduduknya mayoritas muslim, sejauh ini hal

tersebut tidak pernah dipermasalahkan oleh masyarakat sekitar.

Selain itu faktor kerukunan yang terjalin selama ini atas dasar tali

persaudaraan atau solidaritas yang kuat, dimana masyarakat harus bergotong

royong, tolong-menolong dan tukar-menukar pendapat dalam setiap unsur

kegiatan yang akan direncanakan. Selanjutnya hubungan pertetanggaan antara

muslim dan non-muslim terbina dengan memegang prinsip-prinsip

kemanusiaan seperti menghargai dan memahami bahwa tidak boleh

sembarangan memelihara babi dan memberikan jalan untuk jamaah yang

akan melakukan ibadah.11

Hubungan kekerabatan disini juga baik, masyarakat non-muslim

memandang masyarakat muslim tidak membedakan mereka beragama dan

bersuku apa, contohnya saja tidak adanya permasalahan dalam pemberitahuan

berita kematian non muslim yang di syiarkan oleh masyarakat muslim di

masjid, komunikasi terus ada dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak

10 Wawancara dengan Romo Felix Supranto, Pemuka agama Katholik Kecamatan

Panongan, 3 September 2020. 11 Wawancara dengan Dony Candra, masyarakat Islam, 12 Desember 2020.

Page 64: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

54

menunjukkan sikap permusuhan. Hal lain juga terlihat dalam perbaikan jalan

yang ada di desa Ciakar, mereka tidak keberatan ketika jalan yang diperbaiki

diutamakan jalan yang dilingkungan mayoritas muslim.12

Hubungan yang mereka bangun juga terlihat, artinya tidak merasa

individualis13

, namun ada komunikasi diantara mereka walau hanya

pembicaraan ringan. Hubungan juga terjalin antara tokoh agama kristen

dengan tokoh masyarakat, seperti diskusi mengenai gotong royong, perbaikan

jalan dan upaya penanggulangan narkoba.

B. Faktor Penghambat Kerukunan

Secara umum hubungan antar umat beragama di Panongan berjalan

baik, namun hanya pada tataran kegiatan sosial, dimana tidak ada keterkaitan

aqidah, karena yang dikhawatirkan warga non-muslim bila umat muslim

memiliki prasangka buruk terhadap mereka, terlebih tidak dapat dipungkiri

bahwa agama Kristen dan Islam merupakan agama misi, artinya akan selalu

ada isu-isu seputar Kristenisasi dan Islamisasi.

Dalam suatu upaya menciptakan suasana yang rukun dan damai

tentunya ada kendala-kendala yang sering terjadi di tatanan masyarakat. Hal

yang tidak mendukung kerukunan umat beragama yaitu:14

12 Wawancara dengan Dony Candra, masyarakat Islam, 12 Desember 2020. 13

Pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta

kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. 14 Wawancara dengan Dony Candra, masyarakat Islam, 12 Desember 2020.

Page 65: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

55

1. Syiar agama. Berkhutbah di rumah ibadah dengan mendakwahkan

kebenaran ajaran agamanya dan mengajak pemeluk agama lain untuk

masuk ke dalam agamanya. Tak jarang mereka membuka ruang

perdebatan dengan pemeluk agama lain untuk membuktikan kebenaran

ajaran agamanya. Memang ada segelintir orang yang mengikuti mereka

dan masuk ke dalam agamanya sebagai buah dari debat. Tetapi secara

tidak sadar mereka telah menyebabkan keretakan hubungan antar agama.

2. Pendirian rumah ibadah. Dimana tempat ibadah yang didirikan tanpa

mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan umat beragama

setempat dan tak khayal sering menciptakan ketidakharmonisan umat

beragama yang dapat menimbulkan benih-benih konflik antar umat

beragama.

3. Aspek non agama. Dalam hal ini aspek-aspek non agama yang dapat

mempengaruhi kerukunan umat beragama diantaranya dalam proses

demokrasi atau pemilu, ada beberapa kelompok masyarakat Panongan

yang dengan mudah masuk ke dalam jurang provokasi untuk

membenturkan isu agama yang sejatinya sangat sensitif bila ada

ditengah-tengah masyarakat.

Walaupun tidak adanya pertikaian yang sampai keluar dipermukaan

apalagi yang berbentuk fisik, namun menurut beberapa masyarakat ada

potensi yang mengakibatkan perpecahan itu bisa terjadi yaitu: “prasangka”

yang merupakan hasil proses interaksi baik antar individu maupun kelompok

berbentuk sikap, persepsi, cara berfikir dan merasa terhadap orang lain.

Page 66: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

56

Andreas selaku umat Kristen Panongan mengatakan: “sejauh ini di

lingkungan tempat tinggal tiada hambatan yang berarti, dikarenakan adanya

nilai-nilai kemanusian pada diri masing-masing. dimana manusia mempunyai

prinsip kemanusiaan. Namun tidak dipungkiri bahwa manusia mempunyai

kecurigaan juga, sehingga kami agak membatasi gerak dan hubungan,

berhubungan baik memang terjalin, namun tidak begitu mendalam

dikhawatirkan timbul prasangka negatif.”15

Dimas selaku umat Katolik yang ada di Panongan mengatakan bahwa

di wilayah Panongan kehidupan beragama masyarakat bisa dikatakan rukun

dan damai, tetapi tidak menutup kemungkinan jika keadaan saat ini

dikemudian hari dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang dengan sengaja

mengacaukan suasana rukun yang sejauh ini sudah dipelihara oleh

masyarakat. Agar hal tersebut dapat dihindari, maka penting adanya pemuka

agama yang senantiasa mengingatkan kepada umat agar memiliki cinta kasih

dalam hidup.16

Dengan demikian bahwasannya keretakkan yang terjadi di masyarakat

itu sangat konpleks dan saling terkait satu sama lainnya, sehingga

memperkuat munculnya suatu masalah yang bernuansa keagamaan.

Sesungguhnya bukan karena agamanya yang gagal dalam mewujudkan

toleransi, perdamaian dan kesejahteraan di masyarakat, tetapi para

pemeluknyalah yang gagal dalam memahami dan memaknai agama yang

dianutnya selama ini.

15 Wawancara dengan Andreas, masyarakat Kristen, 3 Desember 2020. 16 Wawancara dengan Dimas, masyarakat Katholik, 5 Desember 2020.

Page 67: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

57

C. Faktor Pendukung Kerukunan

Kehidupan kerukunan umat beragama suatu masyarakat dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mengakibatkan pada hal-hal

yang baik atau malah bisa jadi sebaliknya. Demikian halnya dengan

kerukunan umat beragama diantara masyarakat Panongan.

Menurut informan Yahya Erfan. Terpeliharanya kerukunan umat

beragama di Panongan tidaklah terjadi begitu saja. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kehidupan kerukunan umat beragama diantara masyarakat

Panongan adalah sebagai berikut:17

a) Ikatan Persaudaraan

Dari hasil penelitian dilapangan dapat dikatakan bahwa faktor

persaudaraan ini cukup baik di masyarakat Panongan. Dalam hal

kehidupan sosial jelas terlihat ikatan persaudaraan dari interaksi sosial

dengan adanya kerja sama saling membantu satu dengan yang lainnya.

Dalam lingkungan tempat tinggal saja memiliki perbedaan keyakinan.

Bukti bahwa kerukunan dilingkungan Panongan tidak dibuat-buat ialah

ketika ada seorang muslim di lingkungan masyarakat Khonghucu yang

meninggal dunia, mereka tidak bersikap masa bodoh, umat Khonghucu

biasanya ikut serta dalam penyediaan tempat untuk tamu-tamu yang akan

menyambangi keluarga yang ditinggalkan.

17 Wawancara dengan H. Yahya, Tokoh Masyarakat, 2 September 2020.

Page 68: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

58

Begitu halnya dengan umat Kristen ketika tertimpa musibah

kehilangan anggota keluarganya, umat muslim di lingkungan Panongan

ikut serta membantu penyelenggaraan. 18

.

Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut maka tidak bisa

dielakkan bahwa akan timbul konflik. Tetapi konflik-konflik yang dilatar

belakangi oleh perbedaan ini tidak dipermasalahkan dan bahkan konflik

tersebut tidak pernah terjadi. Dengan demikian terlihat bahwa ikatan

persaudaraan ini memiliki faktor penting dalam mempengaruhi

masyarakat dalam menjaga kerukunan.19

Ikatan persaudaraan seperti ini

yang mesti di contoh dan perlu diimplementasikan sebab menjalin ikatan

persaudaraan sama halnya seperti menjalin kerukunan.

b) Kerjasama yang baik

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat

lepas dari ketergantunagan kepada manusia lainnya. Seperti sejak lahir

manusia memerlukan bantuan dan membutuhkan kerjasama dengan

orang lain. Karena kondisi inilah manusia harus membiasakan sejak dini

untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain dan

menyelesaikan suatu masalah ataupun mengenai pekerjaan.

Demikian pula yang terjadi di masyarakat Panongan. Hal ini

terlihat apabila tetangganya ada kesulitan maka mereka membantunya

walaupun bukan satu agama dengannya, selain itu ada contoh kegiatan

kerjasama yang sampai saat ini masih dilakukan masyarakat Panongan,

18 Wawancara dengan H. Yahya, Tokoh Masyarakat, 2 September 2020. 19 Wawancara dengan H. Yahya, Tokoh Masyarakat, 2 September 2020.

Page 69: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

59

momentum lebaran haji mereka lakukan bersama dalam pelaksanaan

penyembelihan hewan kurban, dalam hal ini umat Kristen ikut serta

menyumbangkan hewan kurban dan ikut membantu penyaluran daging

kepada masyarakat di lingkungan Panongan. Dengan adanya kerjasama

inilah kerukunan dalam kehidupan sehari-hari akan tercipta.

Kerukunan umat beragama di masyarakat Panongan tampak

walaupun bukan satu agamanya yang membutuhkan pertolongan, mereka

akan tetap ditolong. Ada banyak sekali manfaat yang dapat kita rasakan

dengan adanya kerjasama yang baik antara lain :20

- Mempererat tali persaudaraan.

- Menciptakan rasa persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat.

- Membina hubungan sosial yang baik dengan masyarakat.

- Menciptakan rasa kebersamaan dan cinta kasih.

- Menumbuhkan sikap saling membantu, tolong menolong, sukarela,

danpersaudaraan.

c) Saling Menghormati dan Menghargai

Upaya-upaya masyarakat untuk saling menjaga kerukunan

beragama sangat diperlukan suasana yang damai dan aman di lingkungan

tempat tinggal. Dengan damai dan aman dapat melakukan kekhusukan

dalam beribadah, sedangkan apabila merasa curiga, takut atau kurang

aman maka tidak mungkin terjadi kekhusukan dalam beribadah.

20 Wawancara dengan Dony Candra, masyarakat Islam, 12 Desember 2020.

Page 70: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

60

Masyarakat Panongan dapat menciptakan suasana damai dan aman

dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini terlihat dari kepedulian

para orang tua untuk menanamkan sikap terpuji yang menghormati dan

menghargai satu sama lain.21

Masyarakat yang mayoritas tidak memaksakan agamanya untuk

diyakini oleh masyarakat yang minoritas, hal ini disebabkan karena

keyakinan beragama merupakan masalah pribadi yang menyangkut

urusan manusia dengan Tuhannya.

Kalau sudah terbentuk sikap saling menghargai dan menghormati,

kehidupan umat beragama akan aman dan rukun tercapai. Serta aman

melakukan aktifitas kegamaan dan kekhusukan dalam beribadah tanpa

merasa cemas. Keegoisan atau ingin menang sendiri merupakan penyakit

manusia yang ingin mementingkan kepentingannya sendiri dengan tidak

mementingkan kepentingan orang lain atau lingkungan sekitarnya.

Dengan selalu menanamkan sikap saling menghormati dan

menghargai, kerukunan dan kedamaian atau keharmonisan dalam

lingkungan akan tercapai. Saling menghargai adalah sikap toleransi antar

umat manusia, menerima perbedaan antara setiap manusia sebagai hal

yang wajar, dan tidak sama sekali melanggar hak asasi manusia lain.

Kerukunan dapat dikatakan sebagai keadaan hidup bersama yang

diwarnai oleh suasana aman dan damai. Kehidupan yang rukun jauh dari

pertikaian, tetapi bersatu dan sepakat dalam memiliki pandangan serta

21 Wawancara dengan Dony Candra, masyarakat Islam, 12 Desember 2020.

Page 71: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

61

bertindak demi mewujudkan kesejahteraan bersama.22

Di dalam

kerukunan semua orang dapat hidup bersama tanpa adanya rasa curiga,

dimana terletak semangat dan sikap saling menghormati maupun

keikhlasan untuk bekerjasama demi kepentingan bersama.

D. Peran Pemerintah dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama

Setelah pembahasan mengenai kerukunan intern dan antar umat

beragama, pada poin yang terakhir penulis akan mencoba mengeksplorasi

hubungan masyarakat Panongan dengan pemerintah dalam konteks menjaga

dan memelihara kerukunan umat beragama yang selama ini terjalin dengan

baik.

Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai fasilitator dan menjadi

salah satu faktor yang mendorong adanya kerukunan umat beragama di

wilayah Panongan karena melihat dari salah satu informan yaitu Sukiar

dengan mengatakan bahwa: “hubungan yang dibangun oleh ketua Majelis

Ulama Indonesia Kecamatan Panongan misalkan untuk menyambut perayaan

lomba kerohanian seperti Musabaqoh Tilawatil Qur‟an non-muslim diundang

untuk sekedar memeriahkan kegiatan pawai dan lain sebagainya, kerja sama

masyarakat muslim dan non-muslim terbilang cukup menggembirakan, baik

yang selama ini terjadi di kehidupan sosial maupun yang dibangun antara

muslim dan non-muslim dengan pemerintah, setelah ada masukan-masukan

22 Wawancara dengan H. Yahya, Tokoh Masyarakat, 2 September 2020.

Page 72: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

62

sebelumnya dan seiring berjalannya waktu hubungan mereka menjadi lebih

baik.23

Kondisi keagamaan di wilayah Panongan masih terbilang aman dan

kondusif, tidak adanya gangguan yang sifatnya merugikan kerukunan umat

beragama di Panongan, sementara ini gesekan-gesekan keagamaan yang

berbau SARA24

masih bisa diredam sebaik mungkin tentunya dengan dibantu

oleh FKUB serta organisasi-organisasi keagamaan dan juga Forkopimcam

(Forum koordinasi di tingkat Kecamatan).

Keluarnya edaran Surat Keputusan Bersama 3 Menteri yang

ditindaklanjuti oleh SK tiap kepala daerah, maka ketegangan yang terjadi

ditengah-tengah masyarakat sedikitnya bisa diredam dengan adanya tokoh

yang cukup berpengaruh dalam meredam ketegangan tersebut.

Salah satunya ada peran penting Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah

dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama

untuk kerukunan dan kesejahteraan.

Menyadari tentang pentingnya arti kerukunan, FKUB hadir sebagai

wadah aspirasi, saluran komunikasi antara umat beragama maupun dengan

pemerintah. Berbagai kegiatan yang dilakukan FKUB Kabupaten Tangerang

dalam bentuk sosialisasi mengenai Peraturan Bersama Menteri Agama dan

23

Wawancara dengan Pak Sukiar Staff Kecamatan Panongan, 5 September 2020 24 Suku, Agama, Ras dan Antargolongan, yang dimaksud dengan SARA ini adalah

kelompok-kelompok yang hidup di masyarakat berdasarkan pada latar belakangnya seperti asal

sukunya, agamanya, rasnya atau golongannya..

Page 73: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

63

Menteri Dalam Neger Nomor 9 Tahun 2006 / Nomor 8 Tahun 200625

,

sehingga hasil dari sosialisasi tersebut dapat ditindaklanjuti kepada umat.26

FKUB bertugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan

masyarakat, menampung dan menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan

masyarakat dan melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan

kebijakan di bidang kagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat

beragama dan pemberdayakan masyarakat.27

Sebagai kepanjangan dari pemerintah, FKUB sering mewadahi forum

dialog yang dimana semua pihak dapat saling mendengarkan informasi dari

pihak lain dan dapat saling mengemukakan permasalahannya masing-masing.

E. Hasil Penelitian Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan umat beragama bukan berarti menyamakan agama-

agama yang ada dengan melebur kepada satu keutuhan dengan menjadikan

agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas itu. Dengan

kerukunan dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik dalam

pergaulan antar masyarakat yang berbeda agama.

Urgensi kerukunan adalah untuk mewujudkan kesatuan pandangan

dan kesatuan sikap, guna melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan serta

25 Pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian

Rumah Ibadat. 26 Wawancara dengan Yahya Erfan, Pengurus FKUB Kabupaten Tangerang, 5

Desember 2020. 27 Wawancara dengan Yahya Erfan, Pengurus FKUB Kabupaten Tangerang, 5

Desember 2020.

Page 74: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

64

tanggung jawab bersama, sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari

tanggung jawab atau menyalahkan pihak lain.

Dengan kerukunan umat beragama menyadari bahwa masyarakat

dan negara adalah milik bersama dan menjadi tanggung jawab bersama untuk

memeliharanya. Karena itu kerukunan umat beragama bukanlah kerukunan

yang bersifat sementara, apalagi kerukunan politis, tetapi kerukunan hakiki

yang dilandasi dan dijiwai oleh agama masing-masing.28

Upaya-upaya telah dilakukan untuk menciptakan suasana rukun

seperti yang diharapkan masyarakat Panongan, dapat ditempuh cara sebagai

berikut :

a. Sudah menjadi tugas pemuka agama untuk memberi bimbingan kepada

masyarakat agar semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa dalam suasana rukun, baik intern maupun antar

umat beragama.

b. Bagian dari tugas pemerintah untuk memberikan pelayanan dan

menyediakan kemudahan bagi penganut agama.

c. Tidak mencampuradukkan urusan akidah dan ibadah suatu agama.

d. Melindungi agama dari penyalahgunaan dan penodaan agama.

e. Pemerintah mendorong dan mengarahkan segenap lapisan masyarakat

untuk lebih meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam berbagai

sektor kehidupan masyarakat.

28

Toto Suryana. Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama (Jurnal

Pendidkan Agama Islam-Ta‟lim Vol. 9 No. 2. 2011), h. 134-135.

Page 75: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

65

f. Mendorong umat beragama agar mampu mempraktekkan hidup rukun

dalam bingkai Pancasila, konstitusi dan dalam tertib hukum bersama.

Begitu pentingnya kerukunan bagi kehidupan beragama dimana

terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling

tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama menjadi

pemersatu masyarakat yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan

kemajuan Negara. Cara masyarakat Panongan dalam menjaga sekaligus

mewujudkan kerukunan umat beragama sangat berarti dan tentunya dapat

menjadi contoh bagi masyarakat lain.

Page 76: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya maka dalam penulisan skripsi ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a) Toleransi menjadi modal penting dalam terciptanya kerukunan umat

beragama di Panongan. Masyarakat baik muslim maupun non-muslim

saling menjunjung tinggi nilai toleransi.

b) Bentuk-bentuk interaksi yang terjadi di masyarakat Panongan berbentuk

positif karena interaksi menjadi modal utama yang didampingi dengan

kegiatan sosial masyarakat sehingga tidak terjadi perselisihan yang

begitu berarti .

c) Proses komunikasi yang ada di wilayah Panongan juga sangat baik

karena antara masyarakat Islam, Kristen, Buddha dan Khonghucu

saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari, bertetangga maupun

dalam kegiatan hari besar keagamaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerukanan masyarakat Panongan

ini ialah ikatan persaudaraan dalam membangun kerukunan antar umat

beragama menjadi sangat baik, baik itu bagi diri sendiri, ataupun sesama.

Supaya kerukunan agar tetap baik ialah bagaimana masyarakat Panongan

dapat saling mengasihi, menghargai terhadap sesama. Pada umumnya

masyarakat di Panongan adalah pemeluk agama Islam. Meskipun demikian

hal tersebut tidak menjadikan masyarakat Panongan tidak saling membenci

ataupun menghakimi satu sama lain. Masing-masing dari setiap pemeluk

Page 77: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

67

agama saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain. Adanya

kerukunan beragama yang ada di Panongan, tidak membuat hubungan antara

masyarakat Panongan menjadi renggang dan kaku, justru hal tersebut

membuat keindahan tersendiri yang dapat dilihat dalam kehidupan

bermasyarakat sehari-hari. Dalam melakukan kegiatan yang bersifat sosial,

masyarakat Panongan tidak memandang adanya kelompok mayoritas ataupun

minoritas. Masyarakatnya selalu menanamkan rasa persaudaraan yang sangat

kuat dan menjunjung tinggi sikap saling menghormati.

B. Saran

Kerukunan Umat Beragama yang terjadi di Panongan terjalin sangat

baik. Hal ini diharapkan bisa menjadi cerminan bagi masyarakat di wilayah

lain untuk lebih mengenal, saling menghargai, menghormati, saling mengenal,

dan saling membantu sesama masyarakat untuk menciptakan harmonisasi

dalam kehidupan disamping adanya perbedaan akidah atau keyakinan yang

mendasar.

Dengan beberapa uraian di atas mengenai Kerukunan Umat Beragama

di Wilayah Panongan, maka penulis memberikan saran sebagai bahan

pertimbangan yaitu sebagai berikut:

1. Kerukunan yang telah terjalin selama ini harus tetap dijaga dengan sebaik

mungkin, agar dapat hidup berdampingan selama hidup bermasyarakat.

2. Meningkatkan dan menumbuhkan rasa tali persaudaraan pada gerenasi

penerus agar selalu terjaga kerukunan serta keserasian yang sudah terjalin

selama ini.

Page 78: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

68

DAFTAR PUSTAKA

Agil Husain Al Munawar, Said. fikih hubungan antar agama Jakarta: Ciputat

Press, 2003.

A. Hakim, Bashori dan Moh. Saleh Isre. Fungsi Sosial Rumah Ibadah dari

Berbagai Agama Dalam Perspektif Kerukunan Umat Beragama. Jakarta:

Badan Litbang dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2004.

Ali, Mukti. Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan, Salatiga: STAIN

Salatiga Press, 2006.

Amin, Ma‟ruf. Harmoni Dalam Keberagamaan: Dinamika Relasi Agama-Negara.

Jakarta: Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama,

Cet, II, 2013.

Amin, Ma‟ruf. Melawan Terorisme Dengan Iman. Jakarta: Tim

Penanggulangan Terorisme, 2007.

Anwar , Donny Gahral. Pengantar Fenomenologi. Depok: Koekoesan, 2010.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:

2015.

Baidhawi, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta:

Erlangga, 2005.

Budiyono HD, AP. Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman.

Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1983.

Chowmas D, Dharmaji. Kerukunan Antar Umat Beragajvia dalam Pandangan

Agama Buddha, edisi revisi, Pekanbaru: Mandala Producdon, 2009.

Creswell, J.W. Research Design: Quantitative And Qualitative Approach.

London: Sage, 1994.

Fachruddin, Fuad. Agama dan Pendidikan Demokrasi: Pengalaman

Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaka Alvabet dan

Yayasan Insep.

Ghazali, Adeng Muchtar. Pemikiran Islam Kontemporer Suatu Refleksi

Keagamaan Yang Dialogis. Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Page 79: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

69

Hadi, Syamsul. Abdurrahman Wahid: Pemikir Tentang Kerukunan Umat

Beragama. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press, 2005.

Hariwijaya, M. Metodologi dan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi untuk Ilmu

Sosial dan Humaniora. Cet. II, Yogyakarta: Parama Ilmu, 2015.

Ismail, Faisal. Dinamika Kerukunan Antarumat Beragama. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014.

Jabir, Ahmad dkk, Potret Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Tangerang,

Tangerang: FKUB Press, 2010.

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Cet. I, Jakarta: PT.

Gramedia, 1977.

Kunto, Suharsini Ari. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Lincolin, Arsyad. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi 4, STIE YKPN: Yogyakarta,

1997.

Lubis, Ridwan. Cetak Biru Peran Agama, Jakarta: Puslitbang, 2005.

Madjid, Nurcholish. Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana

Sosial Politik Kontemporer. Jakarta: Paramadina, 1998.

Madjid, Nurcholis. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1992.

Mulyono, Bashori. “Ilmu Perbadingan Agama” , Indramayu : Pustaka Sayid

Sabiq, 2010.

Moleong, Lexi J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002.

Naim, Ngainun Teologi Kerukunan (mencapai titik temu dalam keragaman),

Yogyakarta: Teras, 2011.

Natsir, M. Islam dan Kristen di Indonesia. Jakarta: Media Dakwah, 1988.

Nur Anna, Dian. “Khonghucu di Korea Kontenporer dan Sumbangannya

terhadap Kerukunan Ummat Beragama di Indonesia”. Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga Press, 2013.

Piyadassi. Spektrum Ajaran Buddha. Jakarta: Yayasan Pendidikan Buddhis Tri

Ratna, 2003.

Page 80: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

70

Sairin, Weinata. Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa:

Butir-butir pemikiran. Cet. III, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2011.

Shihab, M. Quraish. Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog

Bebas Konflik. Bandung: Pustaka Hidayah, 1988.

Sjadzali, Munawir. Partisipasi Umat Beragama dalam Pembangunan Nasional.

Jakarta: CV. Rekani, 1984.

Soehartono, Irwan Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009.

Suprapto, Semerbak Dupa di Pulau Seribu Masjid: Kontestasi, Integrasi dan

Resolusi Konflik Hindu Muslim. Jakarta: Impressa Publishing, 2013

Syaefullah, Asep. Merukunkan Umat Beragama: Studi Pemikiran Tarmizi Taher

tentang Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu,

2007.

Syafril, Akmal. Hamka Tentang Toleransi Beragama, dalam rubrik Islamia

Republika, Kamis 15 Desember 2011.

Thoha, Anis Malik. Tren Pluralisme Agama. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Yewangoe, A.A. Agama dan Kerukunan, Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Wahyudin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009.

Referensi Jurnal

Daimah. Peran Perempuan dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama: Studi

Komparatif Indonesia dan Malaysia, Jurnal Pendidikan Islam el-Tarbawi,

Vol. XI No. 1, Yogyakarta, 2018.

Duta, Widya. Merawat Kerukunan Hidup Umat Beragama Dalam Pandangan

Hidu, Jurnal Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya, Vol. XV, No 02,

2020.

Page 81: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

71

Firdaus, Muhammad Anang. Eksistensi Forum Kerukunan Umat Beragama dalam

Memelihara Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jurnal

Kontekstualita, Vol. 29, No. 1, Jayapura, 2014.

Khairah, Husin. Peran Mukti Ali dalam Pengembangan Toleransi Antar Agama di

Indonesia, Jurnal Ushuluddin, Vol. XXI, No. 1, Januari 2014.

Mawardi, Marmiati. Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Di Daerah

Transmigrasi Palingkau Asri, Jurnal Analisa, Vol. XV, No 02 Mei –

Agustus, 2008.

Suryana. Toto. Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama,

Jurnal Pendidkan Agama Islam-Ta‟lim Vol. 9 No. 2. 2011.

Yustiani. Kerukunan Antar Umat Beragama Kristen dan Islam di Soe, Nusa

Tenggara Timur, Jurnal Analisa, Vol. XV. No. 02, Edisi: Mei-Agustus2008.

Dewan Ensiklopedi Indonesia, Ensiklopedia Indonesia Jilid 6, (Van Hoeve,t,th).

Referensi Online

https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/profil-kabupaten-tangerang,

http://desapanongan.com/sejarah-dan-legenda-desa/.

Page 82: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

LAMPIRAN I

SURAT IZIN PENELITIAN

Page 83: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

LAMPIRAN II

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 84: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 85: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 86: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 87: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 88: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 89: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 90: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 91: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …
Page 92: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

LAMPIRAN III

HASIL WAWANCARA

A. Wawancara dengan H. Anwar Munawar

1. Apakah masyarakat muslim di Panongan sudah dapat menghargai

perbedaan dan hidup rukun?

Dalam keseharian banyak hal yang telah dilakukan oleh muslim di

Panongan, dalam kehidupan beragama masyarakat telihat rukun tidak

hanya dengan tetangga-tetangganya antara pemeluk agama lain juga, tidak

ada cekcok yang sedemikian rupa . Kalau ada yang minta bantuin ya kita

bantuin, misalnya kalau ada yang nikahan yaudah tetangga-tetangga yang

perempuan baik muslim maupun non-muslim pasti dateng ke rumah yang

punya acaranya bantuin masak, atau sekedar beres-beres apa sajalah yang

bisa di bantu. Alhamdulillah masyarakat di sini kalau sama tetangga sudah

seperti saudaranya saja walaupun berbeda keyakinan.

2. Apa saja bentuk kegiatan keagamaan masyarakat muslim didalam

lingkungan?

Di sini masyarakat sering mengadakan agenda pengajian bulanan.

Hampir tiap bulan juga kadang suka ada kajian di masjid-masjid , jadi

warga suka ikut kajian juga, dan biasanya kalau hari-hari besar Islam

masyarakat berbondong-bondong untuk mengadakan tabligh akbar dan tak

jarang kami selalu berkoordinasi untuk mengarahkan agar memilih

pendakwah yang menyerukan nilai-nilai toleransi.

3. Apa yang sudah dilakukan dalam upaya merawat kerukunan umat

beragama?

Saling bekerjasama dalam segala aspek kehidupan, contohnya

dengan cara membangun komunikasi yang baik, tidak membicarakan hal-

hal yang sifatnya sensitif dan mengarah pada konflik di tatanan

masyarakat, untuk itu kami selaku pemuka agama selalu bertemu setiap

hari sabtu dan selalu berkoordinasi setiap saatnya apabila ada hal-hal yang

Page 93: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

dirasa penting dan sifatnya segera, sehingga konflik tidak terjadi, justru

dengan itu tercipta rasa toleransi, saling menghargai, saling menghormati,

saling pengertian dalam hidup bermasyarakat antar umat beragama.

4. Bagaimana wujud kerukunan umat beragama di wilayah Panongan saat

ini?

Kalau ada orang sakit suka saling menengok, kalau ada orang yang

membutuhkan darah kita sebagai muslim membantu tidak memandang

dari agama mananya. Kemudian ada juga kegiatan berbagi makanan gratis

setiap hari jumat dari muslim disini yang biasanya antusias masyarakat

berbagai latar belakang sangat tinggi.

B. Wawancara dengan Romo Felix Supranto

1. Pemahaman kerukunan seperti apa yang selama ini diajarkan kepada

masyarakat?

Membangun kerukunan bukan sekadar berada dalam level

perkataan, tetapi lebih pada level perbuatan. “Berkatalah kalau

diperlukan, tetapi berbuatlah banyak” nasihat seperti itu yang selalu saya

berikan kepada setiap orang yang berjumpa dengan saya. Tindakan kecil

seperti perjumpaan dengan para santri di pondok pesantren, mempererat

tali silaturahmi dengan para tokoh keagamaan dan menghadiri undangan

syukuran dapat menjadi cahaya kerukunan, persaudaraan dan perdamaian

karena berbasiskan hati nurani dan kasih. Oleh karenanya, daripada selalu

mengeluhkan persoalan tentang intoleransi, hendaknya lebih baik menjadi

cahaya kecil kerukunan. Menjadi cahaya kecil kerukunan akan melahirkan

harapan dan kebahagiaan, sebaliknya jika terus menerus mengeluhkan

persoalan yang terjadi hanyalah akan melumpuhkan semangat menjaga

kerukunan.

2. Apa saja yang telah dilakukan dalam membangun bingkai kerukunan umat

beragama?

Page 94: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

Selalu menunjukkan contoh yang baik kepada masyarakat, karena

masyarakat biasanya mencontoh apa yang biasanya dilakukan oleh

pemuka agamanya. Kita bisa memulainya dengan hidup berdampingan

secara harmonis, gotong royong, memiliki solidaritas yang tinggi tentunya

dalam bingkai negara, dari situ kemudian terbangun pola yang semulanya

formal menjadi yang lebih personal.

Hal kecil yang bisa kita lakukan untuk hal itu misalkan ada yang

sakit kita sambangi, kita jenguk, ada yang meninggal kita datangi

keluarganya, ada yang punya hajat kita hadiri sepanjang tidak bertolak

belakang dengan keyakinan masing-masing.

3. Bagaimana wujud kerukunan umat beragama yag telah dilakukan dan

diajarkan kepada masyarakat?

Peranan saya dalam berbagai kegiatan masyarakat, semua umat

beragama di Panongan selalu saya ajak dalam kegiatan sosial dan saya

tidak mempermasalahkan dalam urusan agama, mereka saling kerjasama,

contohnya dalam peringatan HUT RI yang biasanya mengadakan kegiatan

jalan santai kebangsaan, selain itu faktor kerukunan yang terjalin biasanya

adanya kegiatan dilakukan oleh saya setiap setahun sekali setelah hari

raya, umat Katolik setiap tahunnya selalu ikut serta dalam perayaan hari

raya Idul Adha dengan menyumbangkan hewan kurban kepada beberapa

tokoh agama di lingkungan Panongan.

C. Wawancara dengan Pdt. Samuel Wiratama

1. Apa saja yang telah dilakukan dalam upaya membina kerukunan umat

beragama?

Peran saya sebagai pemuka yang paling penting itu dengan

mengajarkan paham agama kepada umat dengan sebaik-baiknya, karena

saya yakin tidak satupun agama yang mengajarkan pertentangan atau

kontra akan perdamaian.

Page 95: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

2. Bagaimana wujud kerukunan yang selam ini sudah terlihat dan

dilakukan masyarakat?

Hubungan yang rukun dan kondusif selama ini dapat dilihat dari

membaurnya umat beragama, seperti turut andilnya non-muslim dalam

acara syukuran, pernikahan, kematian maupun acara lainnya. Maksud

saya disini, ketika masyarakat muslim mengadakan pesta, seperti

syukuran dan pernikahan, ketika masyarakat non-muslim diundang,

maka mereka akan menghadiri acara tersebut, begitupula ketika ada

yang tertimpa musibah kematian, maka umat non-muslim dan muslim

akan saling melayat. Terbinanya hubungan pertetanggan antara muslim

dan non-muslim dengan memegang prinsip-prinsip kemanusiaan seperti

menghargai dan memahami bahwa tidak boleh sembarangan

memelihara babi dan memberikan jalan untuk jamaah yang akan

melakukan ibadah di gereja.

D. Wawancara dengan H. Yahya

1. Apa saja yang telah dilakukan dalam upaya membina kerukunan umat

beragama?

Berdialog antar tokoh agama, menampung keluhan-keluhan

masyarakat beragama, menyalurkan aspirasi masyarakat,

mensosialisasikan kebijakan dan perundang-undangan terkait dengan

kerukunan dan memberikan rekomendasi terhadap ijin pendirian rumah

ibadah bagi umat beragama yang telah memenuhi syarat dan ketentuan

yang disepakati. Karena selain menjadi tokoh masyarakat saya juga salah

satu pengurus FKUB Kabupaten Tangerang.

2. Bagaimana sikap atau antisipasi untuk menghadapi konflik jika terjadi

di tengah-tengah masyarakat?

Contohnya dalam menjaga kondisi pada momentum hari besar

keagamaan, walaupun di tingkat masyarakat dan di tingkat komunitas

tidak ada masalah, akan tetapi bisa jadi ada oknum yang melakukan suatu

Page 96: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

aksi diluar dugaan yang dapat merugikan dan mencoreng nama baik

komunitas, maka dari itu sekecil apapun potensi konflik harus diantisipasi

dan dikawal. Upaya yang dapat dilakukan ialah bekerja sama dengan

pihak keamanan, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya. Walaupun

mungkin ada orang yang mengatakan bahwa kita terlalu lebay,

menggunakan pengawalan dari alat negara, hal tersebut dilakukan guna

menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Karena membagun kerukunan

umat beragama perlu mengantisipasi konflik sedini mungkin, di manapun,

kapanpun dan sejauh manapun.

E. Wawancara dengan Js. Yap Cun Teh

1. Upaya apa saja yang telah dilakukan guna menjaga dan mengajarkan

kerukunan kepada masyarakat?

Paling utama itu menanamkan sifat ramah, sabar dan menahan diri

tidak emosional, agar kita tidak terombang-ambing oleh keadaan.

Berikutnya jangan menunjukan arogansi, menjelekkan agama lain dan

mengatakan hanya agama saya yang paling baik, menurutnya agama itu

hanya jalan menuju Tuhan, sehingga setiap orang ingin melalui jalan yang

mana saja silahkan, dua hal ini penting karena pada tingkatan umat secara

umum masih dipandang agak sulit dijalankan.

F. Wawancara dengan Andreas

1. Bagaimana hubungan yang terjadi antara muslim dengan non-muslim di

Panongan dalam mengimplementasikan kerukunan umat beragama?

Hubungan yang terjalin selama ini baik-baik saja, dalam urusan

mewujudkan kerukunan umat beragama, kami rutin mengadakan kegiatan

donor darah setiap tiga bulan sekali dilingkungan gereja, tentunya dengan

mengajak rekan-rekan dari unsur muslim atau umat agama lain untuk ikut

serta baik dalam kepanitiaan maupun sebagai peserta donor darah.

Page 97: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

Ada lagi dalam bidang olah raga seperti outbond kebangsaan,

badminton, dan voli. Kami selalu kompak dalam kegiatan positif semacam

itu.

2. Faktor apa saja yang mendorong terjadinya kerukunan antara muslim

dan non-muslim di Panongan?

Faktor yang mendorong kerukunan antara muslim dengan non-

muslim di antaranya sebagai berikut:

a. Adanya hubungan baik berupa seringnya pemuka agama melakukan

kegiatan perjumpaan yaitu antara pemuka agama Islam dengan

Kristen.

b. Menjunjung tinggi nilai toleransi yang mengibaratkan jika toleransi

tidak dibangun hal itu mengisyaratkan seperti malapetaka terhadap

perkembangan kerukunan umat beragama.

G. Wawancara dengan Dimas

1. Apakah ada kegiatan sosial yang dilakukan bersama antara muslim

dengan non-muslim di Panongan?

Ya ada, contoh hal kecilnya seperti gotong royong tetap terjaga dan

dilaksanakan bersama-sama ketika ada perintah dari RT/RW setempat.

Tetapi tidak ada jadwal tertentu/rutin kecuali kalau ada kegiatan-kegiatan

yang cukup besar dan membutuhkan kerja sama antar masyarakat di

Panongan .

2. Bagaimana relasi yang terjadi antara muslim dan non-muslim di

Panongan?

Relasi yang terjadi di Panongan salah satunya masalah perayaan

hari besar keagamaan. Dimana kita saling membantu dalam segi

pelaksanaan maupun keamanan. Jadi ya hubungannya baik-baik saja

dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama. Kemudian ada juga di

mana non-muslim mempunyai yayasan pendidikan sendiri dan di sana

murid-muridnya digabungkan antara muslim dan non-muslim .

Page 98: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

3. Faktor-faktor apa saja yang mendorong adanya kerukunan antara

muslim dengan non-muslim di wilayah Panongan?

Faktor yang mendorong adanya hubungan baik antara dan non-

muslim yang paling menonjol adalah faktor pendidikan. Dapat

menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan

cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain,

sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang murni tanpa dipengaruhi

oleh dorongan tertentu. Yang kedua dengan sadar menganggap bahwa

perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab

itu hendaknya hal ini dijadikan ajang untuk memperindah suasana

kehidupan beragama.

Page 99: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI NARASUMBER

Page 100: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

Dokumentasi Kerukunan Umat Beragama

Bentuk Kerukunan Umat Beragama yang menjunjung tinggi Nilai Toleransi

Page 101: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …

Dokumentasi Kerukunan Umat Beragama dalam bentuk Interaksi dan

Komunikasi

Page 102: KONSEP DAN PRAKTIK KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA …