KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

148
LAPORAN HASIL PENELITIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI DARUSSALAM Oleh: DR.H. Imam Kanafi,M.Ag (Ketua) DR.H.Muhlisin,M.Ag (Anggota) DR.Hj.Susminingsih,M.Ag (Anggota) PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN MENDAPATKAN BANTUAN BIAYA DARI DIPA STAIN PEKALONGAN TAHUN 2015

Transcript of KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

Page 1: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

LAPORAN HASIL PENELITIAN

KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA

DI BRUNEI DARUSSALAM

Oleh: DR.H. Imam Kanafi,M.Ag (Ketua)

DR.H.Muhlisin,M.Ag (Anggota) DR.Hj.Susminingsih,M.Ag (Anggota)

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PEKALONGAN

MENDAPATKAN BANTUAN BIAYA DARI DIPA STAIN PEKALONGAN

TAHUN 2015

Page 2: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

ii

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN

A. Judul : Konsep dan Implementasi Ajaran Aswaja di Brunei

Darussalam.

B. Bentuk Penelitian : Lapangan

C. Kategori : Pengembangan Ilmu Pengetahuan

D. Identitas Peneliti

a. Nama Lengkap : DR.Imam Kanafi, M.Ag

b. NIP : 197511201999031004

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Pangkat/Gol/Ruang : Pembina Tk. I (IV/b)

e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

f. Bidang Keahlian : Pemikiran Islam

g. Jurusan/Prodi : Pascasarjana/PAI

E. Anggota Peneliti : DR.H.Muhlisin,M.Ag

DR.Hj.Susminingsih,M.Ag

F. Unit Kerja : STAIN Pekalongan

G. Jangka Waktu Penelitian : 4 bulan

H. Biaya Penelitian : Rp 40.000.000,-

(Empat Puluh Juta Rupiah)

Pekalongan, 1 Desember 2015

Mengetahui,

Kepala P3M STAIN Pekalongan

Maghfur, M.Ag

NIP. 197305062000031003

Ketua Peneliti

DR.Imam Kanafi, M.Ag

NIP. 197511201999031004

Disahkan,

Ketua STAIN Pekalongan

Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag

NIP. 197101151998031005

Page 3: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …
Page 4: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

vi

DAFTAR ISI

Halaman Sampul…i

Halaman pengesahan…ii

Surat Pernyataan........iii

Kata pengantar……iv

Daftar isi….vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............1

B. Masalah penelitian ..............3

C. Tujuan dan Kegunaan.........3

D. Signifikansi Penelitian ........4

E. Kajian Riset Sebelumnya .........5

F. Kerangka teoritis ..... 6

G. Metodologi penelitian........8

H. Sistematika penulisan.......9

BAB II. KAJIAN TENTANG ASWAJA

A. Hakekat Aswaja .......11

B. Dasar Aswaja...........13

C. Sejarah Timbul dan Perkembangannya......21

D. Ajaran Pokok Islam Aswaja.......29

1. Akidah Aswaja..........29

2. Fiqih Aswaja..............32

3. Tasawuf Aswaja...........34

E. Nilai-Nilai Prinsip Aswaja.........37

1. Tawasuth........38

2. Ta’awun.......42

3. Tasamuh........44

4. Ta’adul..........45

Page 5: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

vii

5. Islahiyyah.........46

6. Amar Makruf Nahyi Munkar.......47

BAB III. AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH DI BRUNEI DARUSSALAM

A. Sekilas tentang Negara Brunei Darussalam.....49

B. Konsep Aswaja Brunei Darussalam..........56

1. Pengertian Ahli Sunnah wal Jama’ah di Negera Brunei Darussalam....56

2. Dasar Pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah...........60

3. Kedudukan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei Darussalam........62

4. Cakupan Paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah:

a. Akidah.......64

b. Fiqih.........72

c. Tasawuf/Akhlaq.......76

C. Implementasi ajaran Aswaja Brunei Darussalam:

1. Tradisi Kebudayaan.........79

2. Sistem Pendidikan ...........81

3. Sistem Politik..........82

4. Hukum...........87

5. Ekonomi.........89

6. Pendidikan ......101

BAB IV . BRUNIE:NEGARA ASWAJA YANG SEJAHTERA

A. Analisis Konsep Aswaja………….104

B. Analisis Impelentasi Aswaja.............112

Page 6: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

viii

C. Pembudayaan Aswaja di Brunei Darusslam ......118

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ......128

B. Rekomendasi……133

Daftar Kepustakaan

Lampiran-lampiran

Page 7: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih kami haturkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan segala kenikmatanNya sehingga panukisan laporan penelitian akhir yang

berjudul Konsep dan Implementasi Ajaran Aswaja di Bruni Darussalam ini dapat

terselesaikan dengan baik, walaupun karena kendala teknis waktu sedikit mengalami

keterlambatan. Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah menginspirasi kepada para ulama pewarisnya tentang

tanggungjawab sosial kemasyarakatan, untuk melakukan transformasi nilai-nilai Islam

yang subtantif demi tatanan bangsa dan masyarakat yang dinamis nan damai dan

harmonis .

Dengan selesaianya laporan ini, maka kami menghaturkan banyak terima kasih

yang tiada terkira kepada:

1. Ketua STAIN Pekalongan yang telah memberikan kebijakan sehingga kami

dapat memperoleh kesempatan menulis penelitian ini dengan beaya DIPA

2015.

2. Kepala P3M yang telah menyediakan fasilitas penelitian ini,

3. Direktur Program Pascasarjana STAIN Pekalongan atas izin dan

kerjasamanya.

4. Rektor Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan Brunei darussalam

berserta segenap pimpinan yang telah memberikan fasiitas selama beberapa

hari untuk melakukan berbagai upaya pengumpulan data yang dimaksud.

Page 8: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

v

5. Lembaga-lembaga penting di Brunei Darussalam diantara Pusat Pengkajian

Kefahaman Ahlussunnah Waljama’ah yang diketuai oleh Prof.DR.Samsyul

Bahri, Pusat Kajian Madzhab Syafi’i di Universiti Syarif Ali, Pusat Dakwah

Islamiyah, Lembaga Fatwa, Pusat Kawalan Akidah dan sebaginya yang

telah bersedia menjadi mitra dan objek kajian ini yang dengan dengan data-

data dan dukumen yang telah mereka sediakan bisa kami mafaatkan, semoga

amal baiknya membuahkan inspirasi dan insight bagi generasi yang peduli

pada kehidupan yang penuh kebersamaan dalam keragaman nan damai dan

harmoni

6. Seluruh tim (DR.H.Muhlisin dan DR.Susminingsih,MAg) dan kolega di

Brunei Darussalam yang tidak dapat disebut satu persatu.

7. Kolega dosen dan teman-teman yang bersedia diskusi dalam rangka

pengumpulan dan pematangan materi.

Kami menyadari penulisan ini jauh dari kesempurnaan baik subtansi maupun

metodologinya. Kepada semua pembaca dari kalangana manapun kami mengharapkan

saran dan kritiknya agar kajian ini dapat lebih bermanfaat bagi ummah.

Pekalongan, 1 Desember 2015

Ketua Peneliti

DR. Imam Kanafi,M.Ag

Page 9: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Citra Islam di mata internasional dalam beberapa dekade ini, didominasi

oleh citra negatif dan peyoratif. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya perilaku

sebagian kaum muslimin di berbagai negara berpenduduk muslim yang

menunjukkan kekerasan, anarkhis, tidak toleran, dan bahkan konflik sosial politik

yang berkepanjangan. Di berbagai negara Islam yang ada di Timur Tengah

bahkan terus bergejolak yang mengantarkan kepada kerusakan di berbagai bidang

kehidupan. Sementara gerakan-gerakan Islam garis keras di beberapa negara juga

sudah berani mendeklarasikan negara syari’ah (Islamic state) dan menentang

keberadaan negara bangsa (nation state) dengan melakukan cara yang merusak

dan merugikan banyak pihak. Ironismya berbagai tindakan kekerasan, anarkhis

dan konflik tersebut hampir selalu dinisbahkan kepada ajaran al-Qur’an dan

Sunnah Rasulullah SAW, dan karenanya mereka mengklaim juga sebagai

pengikut Ahl al-Sunnah Waljama’ah, di mana Rasulullah menegaskan sebagai

golongan yang selamat diantara puluhan bahkan ratusan golongan yang ada pada

ummat Islam.

Pola gerakan Islam yang cenderung radikal dan anarkhis yang

mengatasnamakan Ahl al-Sunnah Waljama’ah, menjadi hal yang menarik untuk

dikritisi, bagaimana sesungguhnya konsep Ahl al-Sunnah Waljama’ah itu dan

bagaimana konsep tersebut diimplementasikan dalam konteks yang berbeda-beda.

Apa yang dilakukan sebagai kelompok radikal yang mengatasnamakan pengikut

Ahl al-Sunnah Waljama’ah tersebut, tentu bukanlah merupakan kebenaran

Page 10: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

2

faktual yang melingkupi praktik dunia Islam Ahl al-Sunnah Waljama’ah. Karena

Islam Ahl al-Sunnah Waljama’ah pada prinsipnya adalah ajaran Islam yang

selalu mengacu kepada nilai-nilai al-Qur’an dan al-Sunnah Nabawiyah serta

praktik terbaik para Sahabat, para Wali dan Ulama-Ulama, dengan

mengedepankan nilai moderasi (tawassuth), berkeadilan (i’tidal), seimbang antara

rasionalitas dan tekstual-formalitas (tawazun), dan penuh penghargaan toleransi

kepada sesama (tasamuh).

Dengan demikian, bila mengacu kepada prinsip dasar Ahl al-Sunnah

Waljama’ah, praktik kekerasan atas nama agama bukanlah ciri Ahl al-Sunnah

Waljama’ah. Sebaliknya Ahl al-Sunnah Waljama’ah akan lebih menekankan

terwujudnya perdamaian dan perilaku yang ramah dan kasih sayang bagi sesama

bahkan seluruh alam (Rahmatan Lill ‘Alamin). Secara konseptual memang ajaran

Ahl al-Sunnah Waljama’ah banyak pandangan atau pemikiran yang berbeda-

beda, sehingga berbeda pula dalam implementasinya. Oleh karena itu, dalam

rangka mencari model implementasi Ahl al-Sunnah Waljama’ah yang secara

nyata dapat mengantarkan kepada keadaan masyarakat yang aman, adil dan

sejahtera, perlu melihat berbagai praktik amalan Ahl al-Sunnah Waljama’ah di

beberapa negara mayoritas penduduk muslim, yang telah terbukti pola

keberagamaannya tidak menunjukkan adanya kekerasan apalagi konflik anarkhis.

Diantara negara di kawasan Asia Tenggara yang selama ini menunjukan

ciri tersebut adalah Negara Brunei Darussalam, yang berpenduduk 76% muslim

dan menyatakan secara tegas sebagai negara dengan agama resminya Islam Ahl

al-Sunnah Waljama’ah. Keadaan inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian

Page 11: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

3

secara serius tentang konsep dan implementasi ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah

di Brunei Darussalam.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang menjadi fokus

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Ahl al-Sunnah Waljama’ah yang dirumuskan para

Ulama di Brunei Darussalam?

2. Bagaimana implementasi ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah di Brunei

Darussalam pada bidang akidah, Fiqih (ibadah, muamalah-ekonomi dan

siyasah) dan di bidang akhlaq-tasawuf ?

3. Bagaimana ajaran Aswaja dibudayakan di negara Brunei Darussalam dalam

konteks kemodernan ?

C. Pembatasan Masalah

Ada dua batasan atau ruang lingkup kajian dalam penelitian ini, yaitu

(1) masalah konstruksi konseptual tentang Aswaja yang dirumuskan oleh para

ulama di Brunei Darussalam, dan (2) implementasi ajaran Aswaja tersebut pada

aspek akidah, fiqih dan tasawuf yang dikembangkan oleh negara maupun institusi

keagamaan dan para ulama di Brunei Darussalam. Termasuk dalam hal ini adalah

Page 12: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

4

kebijakan dan keterlibatan negara dalam proses sosialisasi dan pembudayaan

dalam kehidupan masyarakat.

D. Signifikansi Penelitian

Berbijak pada latar belakang, rumusan masalah dan pembatasan masalah

di atas, signifikasi yang diberikan oleh penelitian ini antara lain:

1.Memberikan pemahaman konseptual yang komprehensif tentang Aswaja di

negara mayoritas muslim yang memiliki kondisi ekonomi paling mapan di Asia

Tenggara, sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan dengan negara

Indonesia dan negara muslim sunni lainnya.

2. Memahami cara mengimpelentasikan ajaran Aswaja, baik bidang akidah, fiqih-

syari’ah maupun Akhlaq Tasawufnya dalam konteks masyarakat modern nan

maju, sehingga kondisi ini akan dapat dijadikan sebagai perbandingan dengan

negara Indonesia. Hasil kajian ini juga dapat dijadilkan pola atau model

rumusan konsep dan pengembangan Aswaja di wilayah Indonesia, khususnya

Kota Pekalongan dan sekitarnya. Pada akhirnya juga dapat dijadikan bahan

penyamaan visi dan langkah dalam memelihara ajaran dan tradisi Islam Aswaja

di Asia Tenggara dan mensikapi perkembangan sosial serta mencegah berbagai

hal yang mengancamnya. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan

konstribusi bagi penciptaan perdamaian dan kesejahteraan masyarakat di

lingkup Asia dan dunai Internasional.

Page 13: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

5

E. Kajian Riset Sebelumnya

Ada beberapa kajian yang telah dilaksanakan oleh para peneliti atau

ilmuwan tentang aswaja. Diantaranya yang dilakukan oleh Atho Mudhar yang

berjdul Menjaga Aswaja dan Kerukunan Ummat, yang terbitkan oleh

Kementerian RI Balai Badan Litbang tahun 2012. Buku ini menjelaskan tentang

ruang lingkup pembaharuan pemikiran aswaja dan bagaimana lingkungan sosial

keagamaan para pengikut aswaja dalam konteks sosial Indonesia menjadikan

aswaja sebagai pola tradisi amaliah yang mengkondisikan kepada kerukunan

antara agama. Hal ini berbeda dengan kajian yang akan penulis angkat, yang

berkenaan dengan implementasi pada wilayah khusus yaitu Bruni Darusssalam.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Imam Baehaqi yang berjudul

Kontroversi Aswaja, Aula Perdebatan dan Interpretasi, (Yogjakarta: LkiS,2000).

Kajian buku ini lebih melihat pandangan yang beraneka ragam tentang Aswaja

dan interpratasi dalil masing-masing kalangan untuk memperkuat basik

pendapatanya. Dengan demikian kajiannya tidak menyinggung masalah konsep

dan implementasi pada kawasan atau wilayah tertentu.

Chusnan bin Djaenuri dengan penelitian disertasi doktoralnya yang

berjudul Ahl as-Sunnah Wal Jamaah NU (Konsep dan impelemntasi), yang

mengaskan bahwa perkembangan aswaja NU menjadi fikrah Nahdhiyyah yang

menyatukan antara akidah, fiqih dan tasawuf menjadi kesatuan tersebut

melahirkan sikap moderat (tawassuth), tidak tafrit atau tidak ekstrim baik kanan

atau kiri, tasamuh atau toleran dengan perbedaan amal dan pikiran, i’tidal atau

Page 14: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

6

bersikap adil dalam mensikapi berbagai persoalan dan selalu mengajukan

perbaikan ke arah yang lebih maju (al-islah la ma huwa islah). Aswaja NU juga

bersifat dinamis dalam merespon segala persoalan. Adapun Implementasi Aswaja

dalam cara berfikir masyarakat terbukti dapat mebentuk pola pikir yang

metodologis (manhaji) yaitu selalu menggunakan kerangka yang mengacu pada

manhaj amar maruf nahi mungkar dan rahmatan lil alamin. Dalam hal fiqih

sudah mendapat respon besar masyarakat, namun dalam hal tasawuf masih kurang

berkembang karena masih terlalu ideologis dan doktriner.

Melihat beberapa hasil kajian Aswaja tersebut, dan sepanjang yang

penulis ketahui belum ada kajian yang secara khusus membahas konsep dan

implementasi Aswaja di Brunei Darusslam. Secara subtansi kajian ini sama

dengan kajian Chusnan tentang konsep dan implementasinya, namun objek dan

wilayah kajian berbeda. Demikian tema kajian ini, memiliki kelayakan untuk

dilaksanakan karena tidak mengandung duplikasi dari kajian sebelumnya.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini akan menggunakan kerangka teori ilmu sosial yang berupa

sosiologi pengetahuan yang dikemukakan oleh Karl Manheim yang menjelaskan

bagaimana ilmu pengetahuan membentuk perilaku. Dengan teori ini

menunjukkan bahwa perilaku yang terimplementasi pada ranah sosiologi

masyarakat, sangat terkait dengan pengetahuan konspetual yang dimilikinya.

Dengan teori ini maka pemahaman tentang konsep aswaja di Brunei Darussalam

akan menjadi sasaran awal untuk dikaji. Hal ini karena setiap tindakan yang

Page 15: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

7

terbiasakan dalam bentuk tradisi selalu berawal dari konsep pemikiran yang

dirumuskan secara mendalam dan mantap. Teori yang kedua adalah teori Anthony

Giddens yang menekankan pada tindakan manusia sebagai sebuah agen atau

pelaku. Teori ini menyatakan bahwa suatu tradisi merupakan hasil dari praktek

sosial yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dialektika yang saling

mempengaruhi antara agen dan struktur. Suatu perilaku menurut Giddens dapat

dibedakan pada unconscious motives, practical consciousness dan discursive

consciousness. Teori kedua ini dapat dijadikan acuan dalam melihat implementasi

ajaran Aswaja dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan struktur sosial yang

ada.

Dalam merespon berbagai persoalan keagamaan maupun kemasyarakatan,

Ahlusunnah wal Jama’ah dalam konteks Indonesia dapat dijadikan sebagai

landasan berpikir yang mencakup beberap aspek, diantaranya:

a. Fikrah Tawassuthiyah (pola pikir moderat), artinya Nahdlatul ‘Ulama

senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan I’tidal (moderat) dalam

menyikapi berbagai persoalan.

b. Fikrah Tasamuhiyah (pola pikir toleran), artinya aswaja dijadikan sebagai

kerangka membangun peri kehidupan sosial yang hetrogen dengan

berdampingan secara damai dengan berbagai pihak lain walaupun aqidah, cara

pikir, dan budayanya berbeda.

c. Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif), artinya aswaja dijadikan sebagai

pola pikir untuk perbaikan menuju ke arah yang lebih baik (al ishlah ila ma

huwa al ashlah).

Page 16: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

8

d. Fikrah Tathawwuriyah (pola pikir dinamis), artinya aswaja sebagai kerangka

untuk melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai persoalan.

e. Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya aswaja digunakan

sebagai kerangka berpikir yang mengacu kepada manhaj yang telah

ditetapkan oleh para ‘Ulama.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode

berpikir dialektis-kritis; yaitu dengan terlebih dahulu mendeskripsikan data

tentang konsep dan praktek, menganalisa data dan menarik kesimpulan. Data yang

akan diambil difokuskan pada data tentang konsep Aswaja dan impelentasinya di

Brunei Darussalam. Dengan demikian sumber data primernya adalah dokumen

tentang rumusan Aswaja Brunei Darussalam, dan dokumen terkait

implementasinya dalam kebijakan kelembagaan Islam yang dikonfirmasi kepada

para tokoh agama dan dipadupadankan pada kondisi dan praktek keberagamaan

masyarakat muslim.

Data-data tersebut akan dikumpulkan melalaui metode dokumentasi,

wawancara atau interview dan pengamatan. Dokumentasi akan diambil dari

berbagai perpustakaan di negera Brunei dan institusi keislaman, khususnya pada

Centre of Research for Understanding Ahl al- Sunnah Wa al-Jama’ah atau Pusat

Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah waljamaa’ah di Kolej Universiti Perguruan

Ugama Seri Begawan (KUPU-SB) Brunei Darussalam, di bawah pengelolaan

Prof.DR. Syamsul Bahri Andi Galigo,Ph.D. Lembaga ini akan menjadi mitra

kelembagaan untuk merealisasikan penelitian ini. Sedangkan metode wawancara

Page 17: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

9

akan dugunakan untuk mendapat data konfirmatif dari para tokoh agama dan

negara baik pada lembaga tempat dokumentasi diambil maupun pada sumber yang

dirujuk oleh nara sumber kuncinya, sehingga model snow ball akan diterapkan

pada proses wawancara ini. Adapun pengamatan atau observasi dilakukan pada

komunitas muslimin dengan beragam aktifitas keagamaaan maupun yang lainnya,

baik di bidang pengamalan akidah, ibadah, ekonomi, politik, pendidikan dan

kebudayaan.

Memperhatikan data dan sumber data serta teknik pengumpulan data

tersebut, maka data akan diolah dan dianalisis secara kritis, sesuai dengan

kerangka teoritis yang telah ditentukan di atas. Dengan demikian analisis historis,

analisis isi, analisis sosio-kultural secara dialektis, reflektif dan eklektif akan

dilakukan untuk menghasilkan pemahaman secara komprehensif dan subtantif.

Maka teknik penyimpulan dapat secara bersama atau bergantian antara teknik

induktif dan deduktif.

H.Sistematika Penulisan

Untuk penyusunan penulisan, akan dibagi ke dalam beberapa bab yang

satu sama lain saling terkait. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang

latar belakang peulisan, rumusan masalahnya, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka teori dan kajian kepustakaan. Selanjutnya adalah metode penelitian yang

dipakai dan sistematika penulisan.

Bab II berisi teori tentang Ahslussunnuah Waljama’ah, yang terdiri dari

kajian tentang makna aswaja, dasar dan ajarannya, kemudian akan diuraikan

tentang sejarah timbul dan dinamika ajaran Ahlussunnah waljama’ah sampai pada

konteks Indonesia. Kemudian tentang ajaran Ahlussunnah waljama’ah baik

Page 18: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

10

berkenaan dengan aspe akidah, ibadah fiqhiyyah sampai pada tasawuf akhlaqiyah

amaliyah. Seterusnya membahas tentang nilai-nilai prinsip ajaran Ahlussunnah

waljama’ah yang terdiri dari prinsip tasamuh, ta’awun, tawazun, ta’adul, islahiyah

dan prinsip amar makruf nahyi mungkar.

Bab III akan menguraikan tentang data pokok tentang Ahlussunnah

waljama’ah di Brunei Darussalam; yang meliputi tentang sejarah singkat negara

runei Darussalam, kemudian tentang konsep Ahlussunnah waljama’ah di Brunei

yang terdiri dari aspek akidah, ibadah dan muamalah akhlaqiyah. Selanjutnya

dibahas dasar konsep Ahlussunnah waljama’ah, serta posisinya dalam konteks

kenegaraan dan kebangsaan di Brunei Darussalam. Berikutnya dibahas

implementasinya dalam kehidupan baik pada bidang akidah, ibadah fiqhiyyah dan

tasawuf akhlaqiyahnya, bidang politik pemerintahan, pendidika, sosial dan

sebagainya. Pada paparan terakhir akan diuraikanusaha-usaha pembudayaan

Ahlussunnah waljama’ah di Brunie Darussalam.

Bab IV membahas analisis yag sudah dipaparkan pada bab III, yang

meliputi analisis konsep Ahlussunnah waljama’ah baik bidang akidah, ibadah

fiqhiyyah sampai kepada tasawuf akhlaqiyah. Termasuk dalam analisis tetang

posisi Ahlussunnah Waljama’ah dalam kenegaraan yang menjadi madha negara

secara resmi berdasarkan undang-undang. Kemudian tentang pelaksanaan

Ahlussunnah waljama’ah dalam kehidupan yang sedikit memiliki kekhasan

dibanding dengan Ahlussunnah waljama’ah di Indonesia sampai pada analisis

tentang pembudayaan yang meletakkan posisi raja sebagai penentu kebudayaan

Ahlussunnah waljama’ah di negara Brunei. Bab V berisi beberapa untaian kalimat

penutup yang terdiri dari dua hal; yaitu kesimpulan dan rekomendasi.

Page 19: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

11

BAB II

KAJIAN TENTANG ASWAJA

A. Hakekat Aswaja

Aswaja berdasarkan makna bahasa terdiri dari tiga kata, Ahlu, Al-Sunnah,

dan Al-Jama’ah. Kata Ahlu diartikan sebagai keluarga, komunitas, atau pengikut.

Kata Al-Sunnah diartikan sebagai jalan atau karakter. Sedangkan kata Al-Jamaah

diartikan sebagai perkumpulan. Arti Sunnah secara istilah adalah segala sesuatu

yang diajarkan Rasulullah SAW., baik berupa ucapan, tindakan, maupun

ketetapan. Sedangkan Al-Jamaah bermakna sesuatu yang telah disepakati

komunitas sahabat Nabi pada masa Rasulullah SAW. dan pada era pemerintahan

Khulafah Al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Dengan demikian

Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah komunitas orang-orang yang selalu

berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad SAW. dan jalan para sahabat

beliau, baik dilihat dari aspek akidah, agama, amal-amal lahiriyah, atau akhlak

hati.1 Jama’ah mengandung beberapa pengertian, yaitu: kaum ulama atau

kelompok intelektual; golongan yang terkumpul dalam suatu pemerintahan yang

dipimpin oleh seorang amir; golongan yang di dalamnya terkumpul orang-orang

yang memiliki integritas moral atau akhlak, ketaatan dan keimanan yang kuat;

golongan mayoritas kaum muslimin; dan sekelompok sahabat Nabi Muhammad

SAW.2

1FKI LIM, Gerbang Pesantren, Pengantar Memahami Ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Kediri :

Litbang Lembaga Ittihadul Muballigin PP. Lirboyo, 2010, cet. 2, hlm. 3 2Badrun Alarna, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, Yogyakarta : Tiara Wacana,

2000, cet. 1, hlm. 33

Page 20: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

12

Menurut Imam Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang

berpegang teguh kepada al-Qur’an, hadis, dan apa yang diriwayatkan sahabat,

tabi’in, imam-imam hadis, dan apa yang disampaikan oleh Abu Abdillah Ahmad

ibn Muhammad ibn Hanbal.3

Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah

golongan yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para sahabat, dan

mengikuti warisan para wali dan ulama. Secara spesifik, Ahlusssunnah Wal

Jamaah yang berkembang di Jawa adalah mereka yang dalam fikih mengikuti

Imam Syafi’i, dalam akidah mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan

dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili.4

Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah

para sahabat, tabiin, tabiit tabi’in dan siapa saja yang berjalan menurut pendirian

imam-imam yang memberi petunjuk dan orang-orang yang mengikutinya dari

seluruh umat semuanya.5

Definisi di atas meneguhkan kekayaan intelektual dan peradaban yang

dimiliki Ahlusssunnah Wal Jamaah, karena tidak hanya bergantung kepada al-

Qur’an dan hadits, tapi juga mengapresiasi dan mengakomodasi warisan

pemikiran dan peradaban dari para sahabat dan orang-orang salih yang sesuai

dengan ajaran-ajaran Nabi. Terpaku dengan al-Qur’an dan hadis dengan

membiarkan sejarah para sahabat dan orang-orang saleh adalah bentuk

3Abi al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy’ari, al-Ibanah An Ushul al-Diyanah, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t., hlm. 14

4 Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Dan Kebangsaan, Jakarta : Kompas, 2010, cet. 1, hlm. 107

5 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Jakarta : Rajawali Press, 2010, cet. 1, hlm. 190

Page 21: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

13

kesombongan, karena merekalah generasi yang paling otentik dan orisinal yang

lebih mengetahui bagaimana cara memahami, mengamalkan dan menerjemahkan

ajaran Rasul dalam perilaku setiap hari, baik secara individu, sosial, maupun

kenegaraan. Berpegang kepada al-Qur’an dan hadis ansich, bisa mengakibatkan

hilangnya esensi (ruh) agama, karena akan terjebak pada aliran dhahiriyah

(tekstualisme) yang mudah menuduh bid’ah kepada komunitas yang dijamin

masuk surga, seperti khalifah empat.6

B. Dasar Islam Aswaja

Konsep aswaja, semula mendasarkan kepada Firman Allah QS. Al

Ma’idah: 54

على أذلة ويحبونه يحبهم بقوم ياأيها الذين ءامنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله

ة المؤمنين لآئم ذلك لومة يخافون ولا سبيل الله يجاهدون في على الكافرين أعز

عليم واسع والله يشآء من يؤتيه الله فضل

Artinya: “Wahai sekalian orang beriman barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah, mereka adalah orang-orang yang lemah lembut kepada sesama orang mukmin dan sangat kuat -ditakuti- oleh orang-orang kafir. Mereka berjihad dijalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap cacian orang yang mencaci”. (QS. Al-Ma’idah: 54).

6 Jamal Makmur Asmani, Manhaj Pemikiran Aswaja, dalam http://aswajacenterpati.

wordpress.com /2012/04/02/manhaj-pemikiran-aswaja/

Page 22: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

14

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika turun ayat ini,

Rasulullah memberitakannya sambil menepuk pundak sahabat Abu Musa al-

Asy’ari, seraya bersabda: “Mereka (kaum tersebut) adalah kaum orang ini!!”.

Dari hadits ini para ulama menyimpulkan bahwa kaum yang dipuji dalam ayat di

atas tidak lain adalah kaum Asy’ariyyah, karena sahabat Abu Musa al-Asy’ari

adalah moyang dari al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari, sebagaimana telah kita

tulis secara lengkap dalam penulisan biografi al-Imâm Abu al-Hasan sendiri.

Dalam penafsiran firman Allah di atas: “Maka Allah akan

mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai

Allah....” (QS. Al-Ma’idah: 54), al-Imâm Mujahid berkata: “Mereka adalah

kaum dari negeri Saba’ (Yaman)”. Kemudian al-Hâfizh Ibn Asakir dalam Tabyîn

Kadzib al-Muftarî menambahkan: “Dan orang-orang Asy’ariyyah adalah kaum

yang berasal dari negeri Saba’.

Penafsiran ayat di atas bahwa kaum yang dicintai Allah dan mencintai

Allah tersebut adalah kaum Asy’ariyyah telah dinyatakan pula oleh para ulama

terkemuka dari para ahli hadits. Lebih dari cukup bagi kita bahwa hal itu telah

dinyatakan oleh orang sekelas al-Imâm al-Hâfizh Ibn Asakir dalam kitab Tabyîn

Kadzib al-Muftarî. Beliau adalah seorang ahli hadits terkemuka (Afdlal al-

Muhaditsîn) di seluruh daratan Syam pada masanya. Al-Imâm Tajuddin as-Subki

dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah menuliskan: “Ibn Asakir adalah termasuk

orang-orang pilihan dari umat ini, baik dalam ilmunya, agamanya, maupun

dalam hafalannya. Setelah al-Imâm ad-Daraquthni tidak ada lagi orang yang

Page 23: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

15

sangat kuat dalam hafalan selain Ibn Asakir. Semua orang sepakat akan hal ini,

baik mereka yang sejalan dengan Ibn Asakir sendiri, atau mereka yang

memusuhinya.

Adapun hadis sebagai dasarnya adalah sabda Rasulullah bersabda:

وإن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين، ثنتان وسبعون في النار وواحدة في الجنة وهي

الجماعة (رواه أبو داود)

Artinya: “Dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya di dalam neraka, dan hanya satu di dalam surga yaitu al-Jama’ah”. (HR. Abu Dawud).

Sejarah mencatat bahwa di kalangan umat Islam dari semenjak abad

permulaan, terutama pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib, hingga sekarang ini

terdapat banyak golongan (firqah) dalam masalah akidah. Faham akidah yang

satu sama lainnya sangat berbeda dan bahkan saling bertentangan. Ini adalah

fakta yang tidak dapat kita pungkiri. Karenanya, Rasulullah sendiri sebagaimana

dalam hadits di atas telah menyebutkan bahwa umatnya ini akan terpecah-belah

hingga 73 golongan. Semua ini tentunya dengan kehendak Allah, dengan

berbagai hikmah terkandung di dalamnya, walaupun kita tidak mengetahui

secara pasti akan hikmah-hikmah di balik itu.

Namun demikian, Rasulullah juga telah menjelaskan jalan yang selamat

yang harus kita tempuh agar tidak terjerumus di dalam kesesatan. Kunci

Page 24: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

16

keselamatan tersebut adalah dengan mengikuti apa yang telah diyakini oleh al-

Jamâ’ah, artinya keyakinan yang telah dipegang teguh oleh mayoritas umat

Islam. Karena Allah sendiri telah menjanjikan kepada Nabi bahwa umatnya ini

tidak akan tersesat selama mereka berpegang tegung terhadap apa yang

disepakati oleh kebanyakan mereka. Allah tidak akan mengumpulkan mereka

semua di dalam kesesatan. Kesesatan hanya akan menimpa mereka yang

menyempal dan memisahkan diri dari keyakinan mayoritas.

Mayoritas umat Rasulullah, dari masa ke masa dan antar generasi ke

generasi adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka adalah para sahabat

Rasulullah dan orang-orang sesudah mereka yang mengikuti jejak para sahabat

tersebut dalam meyakini dasar-dasar akidah (Ushûl al-I’tiqâd). Walaupun

generasi pasca sahabat ini dari segi kualitas ibadah sangat jauh tertinggal di

banding para sahabat Rasulullah itu sendiri, namun selama mereka meyakini apa

yang diyakini para sahabat tersebut maka mereka tetap sebagai kaum

Ahlussunnah.

Dasar-dasar keimanan adalah meyakini pokok-pokok iman yang enam

(Ushûl al-Imâm as-Sittah) dengan segala tuntutan-tuntutan yang ada di

dalamnya. Pokok-pokok iman yang enam ini adalah sebagaimana disebutkan

dalam sebuah hadits yang dikenal dengan hadist Jibril:

Page 25: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

17

ه (رواه البخ اري الإيمان أن تؤمن با� وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقدر خيره وشر

ومسلم)

Artinya: “Iman adalah engkau percaya dengan Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, serta beriman dengan ketentuan (Qadar) Allah; yang baik maupun yang buruk” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Pengertian al-Jamâ’ah yang telah disebutkan dalam hadits riwayat al-

Imâm Abu Dawud di atas yang berarti mayoritas umat Rasulullah, yang

kemudian dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah, telah disebutkan dengan

sangat jelas oleh Rasulullah dalam haditsnya, sebagai berikut:

لذين يلونهم ثم الذين يلونهم، (وفيه): عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة أوصيكم بأصحابي ثم ا

ة (رواه فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد، فمن أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماع

قال حسن صحيح، وصححه الحاكم)الترمذي و

Artinya: “Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku, kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka”. Dan termasuk dalam rangkaian hadits ini: “Hendaklah kalian berpegang kepada mayoritas (al-Jamâ’ah) dan jauhilah perpecahan, karena setan akan menyertai orang yang menyendiri. Dia (Setan) dari dua orang akan lebih jauh. Maka barangsiapa menginginkan tempat lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh kepada (keyakinan) al-Jamâ’ah”. (HR. at-Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini Hasan Shahih. Hadits ini juga dishahihkan oleh al-Imâm al-Hakim).

Kata al-Jamâ’ah dalam hadits di atas tidak boleh diartikan dengan

orang-orang yang selalu melaksanakan shalat berjama’ah, juga bukan jama’ah

masjid tertentu, atau juga bukan dalam pengertian para ulama hadits saja. Karena

pemaknaan semacam itu tidak sesuai dengan konteks pembicaraan hadits ini,

juga karena bertentangan dengan kandungan hadits-hadits lainnya. Konteks

Page 26: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

18

pembicaraan hadits ini jelas mengisyaratkan bahwa yang dimaksud al-Jamâ’ah

adalah mayoritas umar Rasulullah dari segi jumlah. Penafsiran ini diperkuat pula

oleh hadits riwayat al-Imâm Abu Dawud di atas. Sebuah hadits dengan kualitas

Shahih Masyhur. Hadits riwayat Abu Dawud tersebut diriwayatkan oleh lebih

dari sepuluh orang sahabat Rasulullah. Hadits ini memberikan kesaksian akan

kebenaran apa yang dipegang teguh oleh mayoritas umat Nabi Muhammad,

bukan kebenaran firqah-firqah yang menyempal. Dari segi jumlah, firqah-firqah

sempalan 72 golongan yang diklaim Rasulullah akan masuk neraka seperti yang

disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dawud ini, adalah kelompok yang sangat

kecil dibanding pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Kemudian di kalangan Ahlussunnah dikenal istilah “Ulama Salaf”;

mereka adalah orang-orang terbaik dari kalangan Ahlussunnah yang hidup pada

tiga abad pertama tahun hijriah. Tentang para ulama Salaf ini, Rasulullah

bersabda:

خير القرون قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم (رواه الترمذي)

Artinya: “Sebaik-baik abad adalah abad-ku (periode sahabat Rasulullah), kemudian abad sesudah mereka (periode Tabi’in), dan kemudian abad sesudah mereka (periode Tabi’i at-Tabi’in)” (HR. at-Tirmidzi).

Pola perumusan hukum dan ajaran Ahlul Sunnah Wa al-Jama’ah sangat

tergantung pada pola pemecahan masalahnya, antara: pola maudhu’iyah

(tematik) atau terapan (qonuniyah) dan waqi’yah (kasuistik). Pola maudhu’iyah

merupakan pendiskripsian masalah berbentuk tashawur lintas disiplin keilmuan

Page 27: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

19

empirik. Ketika rumusan hukum atau ajaran Islam dengan kepentingan terapan

hukum positif, maka pendekatan masalahnya berintikan ”tathbiq al-syari’ah”

disesuaikan dengan kesadaran hukum kemajemukan bangsa. Apabila langkah

kerjanya sebatas merespon kejadian faktual yang bersifat kedaerahan atau

insidental, cukup menempuh penyelesaian metode eklektif (takhayyur) yaitu

memilih kutipan doktrin yang siap pakai (instan).

Metode pengalian atau pengambilan sumber (referensi) dan langkah-

langkanya baik deduktif maupun induktif dalam tradisi keagamaan dalam

mengembangkan paham Ahlul Sunnah Wa al-Jama’ah.

a. Madzhab Qauli, pandangan keagamaan ulama yang terindentifikasi

sebagai ”ulama sunni” dikutip utuh qaulnya dari kitab mu’tabar (qaulnya

Imam Syafi’i) dalam madzhab, untuk memperjelas dan memperluas

doktrin yang akan diambil bisa mengunakan kitab syarah yang disusun

oleh ulama sunni yang bermadzhab yang sama (Imam al Nawawi).

b. Madzhab Manhaji, madzhab ini lebih mengarah pada masalah yang

bersifat kasuistik yang diperlukan penyertaan dalil nash syar’i berupa

kutipan al-Quran, nuqilan matan sunnah atau hadist, serta ijmak

c. Madzhab Ijtihad, metode akan ditemui pada permasalahan rancangan

undang-undang atau rancangan peraturan daerah, dengan pola ijtihad

dengan memgang asas-asa idtihad dan didukung kearifan lokal serta

dialakukan secara kolektif.

Page 28: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

20

Adapun upaya yang dilakukan dalam pola perujukan manhaji ini supaya

tersajikan dengan baik dan muhafazhah maka ada 3 hal yang harus dilakukan,

yaitu:

1. Pengutipan ayat dari mushaf dengan nisam Utsmany secara lengkap berikut

nama surah, nomor urut ayat, terjemah standar Departemen Agama RI,

kemudian dilengkapi dengan tafsir-tafsir populer karya mufassir-mufassir

Sunni dari kitab-kitab yang mu’tabarah. Pemilihan tafsir juga

mempertimbangkan penelusuran sumber-sumber dan media yang

diperbantukan dan diperlukan dalam kaidah istinbath (deduktif) yang dipakai.

Selain itu, profil mufassir seperti integritas dan mutu tafsir serta takwilnya

telah diakui oleh pelbagai ulama semasanya atau masa setelahnya. Perujukan

juga harus menghindari pola pentakwilan dan penafsiran yang berlebihan

seperti yang dilakukan Syiah 12 Imam dan Syiah Ja’fariyah soal

kema’shuman penafsir dan penfasiran yang bercampur dengan aliran

kebatinan yang bertentangan dengan paham umum ahlus sunnah wal-jama’ah.

2. Penuqilan matan sunnah/hadist harus dilakukan dari kitab-kitab ushulul hadist

(kitab standar hadist), dengan mencantumkan narasumber Nabi atau

Rasulullah SAW dalam redaksinya, beserta nama perawi atau nama mukharrij

(kolektor) nya. Penuqilan ini harus diberdayakan sedapat mungkin dengan

mempertimbangkan uji kehujjahannya sebagai hal shahih, hasan atau dhaif.

Penarikan kesimpulan atas konsep substansi nash yang diperoleh harus

bermuara pada pensyarahan terdahulu oleh para muhaddisin termasyhur dan

diakui berpaham Sunni.

Page 29: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

21

3. Pengutipan ijma’ perlu memisahkan kategori-kategori ijma’, seperti ijma’

shahabi (ijma’ para shahabat Nabi) yang diakui sebagai ijma’ tertinggi

kehujjahannya, dan ijma’ mujtahiddin. Pengutipan ijma’ arus bersumber dari

karya mujtahid muharrir madzhab seperti Imam Nawawi dan kawan-kawan.

Kutipan ijma’ juga harus diintegrasikan dengan tafsir ayat al-Qur’an yang

disertai data kritik dan dukungan syarah hadist untuk mengimbangi kondisi

pemutusan masalah oleh pelaku ijtihad.7

C. Sejarah Timbul dan Perkembangannya

Ketika Nabi SAW wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama

yang mereka jalani. Klasifikasi sosial yang ada pada saat itu terdiri dari 3

golongan, yaitu orang muslim, orang kafir, dan orang munafik. Namun begitu

Nabi wafat, perselisihan diantara mereka terjadi tentang pemimpin yang akan

menjadi pengganti Nabi SAW. Namun akhirnya, kekuatan kepemimpinan para

sahabat Nabi tersebut mengalahkan semua ambisi dan fanatisme kesukuan,

sehingga menggiring mereka pada kesepakatan untuk memilih Abu Bakar As-

Shidiq sebagai kholifah. Setelah Ia wafat, khilafah berpindah tangan Umar bin

Khatab, sahabat Nabi terbaik setelah Abu Bakar. Hingga akhirnya khalifah Umar

menemui ajalnya setelah ditikam oleh seorang budak Persia, yaitu Abu Lu’lu’ah

al-Majusi. Setelah ia wafat, khilafah berpindah ketangan kholifah Utsman bin

Affan, menantu Nabi SAW. Ia dibaiat sebagai kholifah berdasarkan hasil rapat

tim formatur yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.

7 Aswaja an-Nadhliyah, LTN PWNU Jawa Timurhttp://kotasepapan-pati.blogspot.com

Page 30: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

22

Setelah 6 tahun dari masa pemerintahan Utsman, friksi internal dan

gejolak politik seputar kebijakan-kebijakan Utsman mulai muncul kepermukaan

dan menjadi sasaran kritik sebagian masyarakat. Dalam kondisi tersebut, unsur-

unsur Majusi dan Yahudi ikut bermain dalam mengeruhkan suasana, sehingga

lahirlah berbagai kekacauan dan beragam propaganda dengan membawa

kepentingan menurunkannya dari jabatan melalui amr ma’ruf dan nahi mungkar,

sehingga hal tersebut barakhir dengan terbunuhnya kholifah Utsman ditangan

kaum pemberontak.

Khilafah berpindah tangan ke Ali bin Abi Tholib, menantu dan sepupu

Nabi serta sahabat terbaik setelah wafatnya Utsman. Namun beragam kekacauan

yang terjadi pada Utsman sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Ali bin Abi

Tholib. Pada masa pemerintahannya terjadi perang saudara besar-besaran antara

Ali dengan kelompok Aisyah, Tholhah, dan Zubair dalam perang jamal,

kemudian terjadi perang shiffin dengan kelompok Mu’awiyah bin Abi Sofyan.

Pada masa pemerintahannya, muncul satu kelompok dari pengikut Ali

yang memisahkan diri dan kemudian dinamakan dengan aliran khowarij. Mereka

mendefinisikan iman dengan keyakinan yang disertai pengamalan, sehingga

keyakinan tidaklah berguna ketika tidak disertai pengamalan. Oleh karena itu,

khowarij mengkafirkan pelaku dosa. Khowarij berpandangan bahwa Utsman,

Ali, Aisyah, Tholhah, Zubair, Muawiyah, dan pengikut mereka dalam perang

Jamal dan Shiffin adalah kafir. Khowarij hanya mengakui kholifah Abi Bakar

dan Utsman.

Page 31: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

23

Pada masa Ali, lahir juga aliran Sabaiyah dari kalangan Rafidhah (Syi’ah)

yang dipimpin oleh Abdulloh bin Saba’. Mereka berpandangan bahwa Ali adalah

Tuhan. Ajaran Abdulloh bin Saba’ ini dilanjutkan oleh golongan syiah yang

terpecah menjadi 3 golongan besar, yaitu Imamiyah, Zaidiyah, dan Ismailiyah.

Kelompok syiah yang ekstrim seperti Imamiyah dan Ismailiyah mengkafirkan

seluruh sahabat Nabi kecuali empat orang.

Setelah benturan pemikiran antara Syi’ah dan Khowarij semakin keras

pasca proses arbitrase antara Ali dan Mu’awiyah. Situasi tersebut menjadi sebab

lahirnya satu kelompok yang netral (tidak memilih antara pihak manapun).

Menurut kelompok ini, ketika kita tidak dapat menentukan mana pihak yang

salah dan mana yang benar, maka kita harus mengembalikan persoalan ini

kepada Allah. Dengan pandangan ini, kelompok tersebut akhirnya dinamakan

aliran Murji’ah (kelompok yang mengembalikan persoalan kepada Allah).8

Pada akhir generasi sahabat, lahir aliran Qadariyah yang dipimpin oleh

Ma’bad al-Juhani, Ghailan al-Dimasyqi dan Ja’ad bin Dirham. Kelompok ini

berpandangan bahwa perbuatan manusia terjadi karena rencana sendiri bukan

karena takdir Allah. Pendangan mereka menuai penolakan keras dari kalangan

sahabat yang masih hidup pada saat itu, seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin

Abbas, dan lain sebagainya.

Pada masa al-Imam al-Hasan Al-Bashri lahir kelompok Mu’tazilah yang

dirintis oleh Atho’ al-Ghazzal yang membawa faham manzilah baina al

8 Lebih lanjut lihat Syabab Ahlusunnah Wal Jamaah, Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,

(Jakarta: Syahamah Press, 2012)

Page 32: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

24

manzilataini (tempat antara dua tempat). Aliran ini berpandangan bahwa seorang

muslim yang fasik tidak dikatakan mukmin dan tidak dikatakan kafir dan

diakhirat nanti dia akan kelak dineraka bersama dengan orang-orang kafir. Selain

aliran tersebut diatas muncul aliran Najjariyah, Karramiyah dan Wahhabi.

Berdasarkan data sejarah yang ada, setelah terjadinya fitnah pada masa

kholifah Utsman bin Affan kemudian aliran-aliran yang menyimpang dari

ajaran islam yang murni dan asli bermunculan satu persatu, maka pada periode

akhir generasi sahabat Nabi SAW istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mulai

diperbincangkan dan dipopulerkan sebagai nama bagi kaum muslimin yang

masih setia kepada ajaran islam yang murni dan tidak terpengaruh dengan ajaran-

ajaran baru yang keluar dari mainstrem. Hal ini dapat dibuktikan dengan

memperhatikan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa istilah Ahlus Sunnah

Wal Jama’ah diriwayatkan dari sahabat Nabi generasi junior (sighor al-

shohabah) sepert Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Sa’id al-Khurdi. Ibnu Abbas

(3SH-68H/619-688) mengatakan: “pada hari yang diwaktu itu ada muka yang

putih berseri dan ada pula muka yang hitam” (QS. Ali Imron: 106). Adapun

orang-orang yang wajahnya putih berseri, adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal

Jama’ah dan orang-orang yang berilmu. Sedangkan orang-orang yang wajahnya

hitam muram adalah pengikut bi’ah dan kesesatan.

Pada perkembangan selanjutnya, Ahlussunnah adalah kaum Asy’ariyyah

dan Maturidiyyah. Ibn Khaldun dalam kitab Muqaddimah menuliskan bahwa

produk-produk hukum yang berkembang dalam disiplin ilmu fiqih yang digali

dari berbagai dalil-dalil syari’at menghasilkan banyak perbedaan pendapat antara

Page 33: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

25

satu imam mujtahid dengan lainnya. Perbedaan pendapat di antara mereka tentu

disebabkan banyak alasan, baik karena perbedaan pemahaman terhadap teks-teks

yang tidak sharîh, maupun karena adanya perbedaan konteks. Demikian maka

perbedaan pendapat dalam produk hukum ini sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Namun demikian, setiap produk hukum yang berbeda-beda ini selama dihasilkan

dari tangan seorang ahli ijtihad (Mujtahid Muthlak) maka semuanya dapat

dijadikan sandaran dan rujukan bagi siapapun yang tidak mencapai derajat

mujtahid, dan dengan demikian masalah-masalah hukum dalam agama ini

menjadi sangat luas. Bagi kita, para ahli taqlîd; orang-orang yang tidak mencapai

derajat mujtahid, memiliki keluasan untuk mengikuti siapapun dari para ulama

mujtahid tersebut.

Dari sekian banyak imam mujtahid, yang secara formulatif dibukukan

hasil-hasil ijtihadnya dan hingga kini madzhab-madzhabnya masih dianggap

eksis hanya terbatas kepada Imam madzhab yang empat saja, yaitu; al-Imâm Abu

Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit al-Kufy (w 150 H) sebagai perintis madzhab

Hanafi, al-Imâm Malik ibn Anas (w 179 H) sebagai perintis madzhab Maliki, al-

Imâm Muhammad ibn Idris asy-Syafi’i (w 204 H) sebagai perintis madzhab

Syafi’i, dan al-Imâm Ahmad ibn Hanbal (w 241 H) sebagai perintis madzhab

Hanbali. Sudah barang tentu para Imam mujtahid yang empat ini memiliki

kapasitas keilmuan yang mumpuni hingga mereka memiliki otoritas untuk

mengambil intisari-intisari hukum yang tidak ada penyebutannya secara sharîh,

baik di dalam al-Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah. Selain dalam

masalah fiqih (Furû’iyyah), dalam masalah-masalah akidah (Ushûliyyah) para

Page 34: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

26

Imam mujtahid yang empat ini adalah Imam-Imam teolog terkemuka (al-

Mutakllimûn) yang menjadi rujukan utama dalam segala persoalan teologi.

Demikian pula dalam masalah hadits dengan segala aspeknya, mereka

merupakan tumpuan dalam segala rincinan dan berbagai seluk-beluknya (al-

Muhadditsûn). Lalu dalam masalah tasawwuf yang titik konsentrasinya adalah

pendidikan dan pensucian ruhani (Ishlâh al-A’mâl al-Qalbiyyah, atau Tazkiyah

an-Nafs), para ulama mujtahid yang empat tersebut adalah orang-orang

terkemuka di dalamnya (ash-Shûfiyyah). Kompetensi para Imam madzhab yang

empat ini dalam berbagai disiplin ilmu agama telah benar-benar ditulis dengan

tinta emas dalam berbagai karya tentang biografi mereka.

Pada periode Imam madzhab yang empat ini kebutuhan kepada

penjelasan masalah-masalah fiqih sangat urgen dibanding lainnya. Karena itu

konsentrasi keilmuan yang menjadi fokus perhatian pada saat itu adalah disiplin

ilmu fiqih. Namun demikian bukan berarti kebutuhan terhadap Ilmu Tauhid tidak

urgen, tetap hal itu juga menjadi kajian pokok di dalam pengajaran ilmu-ilmu

syari’at, hanya saja saat itu pemikiran-pemikiran ahli bid’ah dalam masalah-

masalah akidah belum terlalu banyak menyebar. Benar, saat itu sudah ada

kelompok-kelompok sempalan dari para ahli bid’ah, namun penyebarannya

masih sangat terbatas. Dengan demikian kebutuhan terhadap kajian atas faham-

faham ahli bid’ah dan pemberantasannya belum sampai kepada keharusan

melakukan kodifikasi secara rinci terhadap segala permasalahan akidah

Ahlussunnah. Namun begitu, ada beberapa karya teologi Ahlussunnah yang telah

ditulis oleh beberapa Imam madzhab yang empat, seperti al-Imâm Abu Hanifah

Page 35: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

27

yang telah menulis lima risalah teologi; al-Fiqh al-Akbar, ar-Risâlah, al-Fiqh al-

Absath, al-‘Âlim Wa al-Muta’allim, dan al-Washiyyah, juga al-Imâm asy-Syafi’i

yang telah menulis beberapa karya teologi. Benar, perkembangan kodifikasi

terhadap Ilmu Kalam saat itu belum sesemarak pasca para Imam madzhab yang

empat itu sendiri.

Seiring dengan semakin menyebarnya berbagai penyimpangan dalam

masalah-masalah akidah, terutama setelah lewat paruh kedua tahun ke tiga

hijriyah, yaitu pada sekitar tahun 260 hijriyah, yang hal ini ditandai dengan

menjamurnya firqah-firqah dalam Islam, maka kebutuhan terhadap pembahasan

akidah Ahlussunnah secara rinci menjadi sangat urgen. Pada periode ini para

ulama dari kalangan empat madzhab mulai banyak membukukan penjelasan-

penjelasan akidah Ahlussunnah secara rinci hingga kemudian datang dua Imam

agung; al-Imâm Abu al-Hasan al-As’yari (w 324 H) dan al-Imâm Abu Manshur

al-Maturidi (w 333 H). Kegigihan dua Imam agung ini dalam membela akidah

Ahlussunnah, terutama dalam membantah faham rancu kaum Mu’tazilah yang

saat itu cukup mendapat tempat, menjadikan keduanya sebagai Imam terkemuka

bagi kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kedua Imam agung ini tidak datang

dengan membawa faham atau ajaran yang baru, keduanya hanya melakukan

penjelasan-penjelasan secara rinci terhadap keyakinan yang telah diajarkan oleh

Rasulullah dan para sahabatnya ditambah dengan argumen-argumen rasional

dalam mambantah faham-faham di luar ajaran Rasulullah itu sendiri. Yang

pertama, yaitu al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari, menapakan jalan madzhabnya

di atas madzhab al-Imâm asy-Syafi’i. Sementara yang kedua, al-Imâm Abu

Page 36: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

28

Manshur al-Maturidi menapakan madzhabnya di atas madzhab al-Imâm Abu

Hanifah. Di kemudian hari kedua madzhab Imam agung ini dan para

pengikutnya dikenal sebagai al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah.

Penamaan Ahl as-Sunnah adalah untuk memberikan pemahaman bahwa

kaum ini adalah kaum yang memegang teguh ajaran-ajaran Rasulullah, dan

penamaan al-Jamâ’ah untuk menunjukan para sahabat Rasulullah dan orang-

orang yang mengikuti mereka di mana kaum ini sebagai kelompok terbesar dari

umat Rasulullah. Dengan penamaan ini maka menjadai terbedakan antara faham

yang benar-benar sesuai ajaran Rasulullah dengan faham-faham firqah sesat

seperti Mu’tazilah (Qadariyyah), Jahmiyyah, dan lainnya. Akidah Asy’ariyyah

dan al-Maturidiyyah sebagai akidah Ahlussunnah dalam hal ini adalah keyakinan

mayoritas umat Islam dan para ulama dari berbagai disiplin ilmu. Termasuk

dalam golongan Ahlussunnah ini adalah para ulama dari kalangan ahli hadits (al-

Muhadditsûn), ulama kalangan ahli fiqih (al-Fuqahâ), dan para ulama dari

kalangan ahli tasawuf (ash-Shûfiyyah).

Penyebutan Ahlusunnah dalam dua kelompok ini (Asy’ariyyah dan

Maturidiyyah) bukan berarti bahwa mereka berbeda satu dengan lainnya, tapi

keduanya tetap berada di dalam satu golongan yang sama. Karena jalan yang

telah ditempuh oleh al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari dan al-Imâm Abu Mansur

al-Maturidi di dalam pokok-pokok akidah adalah jalan yang sama. Perbedaan

yang terjadi di antara Asy’ariyyah dan Maturidiyyah adalah hanya dalam

masalah-masalah cabang akidah saja (Furû’ al-‘Aqîdah), yang hal tersebut tidak

menjadikan kedua kelompok ini saling menghujat atau saling menyesatkan satu

Page 37: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

29

atas lainnya. Contoh perbedaan tersebut, prihal apakah Rasulullah melihat Allah

saat peristiwa Mi’raj atau tidak? Sebagian sahabat, seperti Aisyah, Abdullah ibn

Mas’ud mengatakan bahwa ketika itu Rasulullah tidak melihat Allah. Sedangkan

sahabat lainnya, seperti Abdullah ibn Abbas mengatakan bahwa ketika itu

Rasulullah melihat Allah dengan mata hatinya. Dalam pendapat Abdullah ibn

Abbas; Allah telah memberikan kemampuan kepada hati Rasulullah untuk dapat

melihat-Nya. Perbedaan Furû’ al-‘Aqîdah semacam inilah yang terjadi antara al-

Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah, sebagaimana perbedaan tersebut telah terjadi

di kalangan sahabat Rasulullah. Kesimpulannya, kedua kelompok ini masih

tetap berada dalam satu ikatan al-Jamâ’ah, dan kedua kelompok ini adalah

kelompok mayoritas umat Rasulullah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang disebut

dengan al-Firqah an-Nâjiyah, artinya sebagai satu-satunya kelompok yang

selamat.

D. Ajaran Pokok Islam Aswaja

Ahlussunnah Waljama’ah, memiliki tiga ajaran pokok yang terdiri dari

ajaran akidah, fiqih syari’ah dan tasawuf. Konsep dasar ketiga ajaran tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1-Akidah Ahlussunnah Waljama’ah

Persoalan akidah ini bermula dari permasalahan tentang perbuatan

manusia dan kekuasaan Tuhan. Juga tentang sifat Tuhan, keadilan, melihat

Tuhan, kebaharuan dan kekekalan al-Qur’an. Pertentangan hebat antara

Page 38: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

30

kelompok pun terjadi, dan di tengah pertentangan tersebut lahirlah

kelompokmoderat yang berusaha mengkompromikan keduanya beah pihak

yag ekstrem. Kelompok ini dipimpin oleh Abu Hasan al-Asyr’ari dan Imam

Abu mansyur al-Maturidi, yang dikenal sebagai golongan Ahlussunnah

waljama’ah.

Ciri khas kelompok ini adalah metode jaan tengah (tawasuth) diatara

kelompok-kelompok keagamaan yang berkembang, terutama kelompok

Jabariyah dan Qadariyah. Terkait perbuatan manusia dan keuasaan Tuhan, al-

Asy’ari berpandangan bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh Allah SWT,

namun manusia memiliki peranan dalam perbuatannya. Iniah yag disebutnya

sebagai kasb,yaitu kebersamaan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan.

Kasb memiliki makna keaktifan dan bahwa manusia bertanggungjawab atas

perbuatannya.Dengan konsep kasb ini al-Asy’ari menjadikan manusia selalu

berusaha secara kreatif dalam kehidupanya, akan tetapi tidak melupakan

bahwa Tuhanlah yang menentukan semuanya.

Kerja rasionalitas bagi al-Asyari tidak ditolak, tetapi dihormati sebagai

penerjemahan dan penafsiran wahyu dalam kerangka menentukan langkah-

langkah ke dalam peaksanaan sisi kehiduan manusia. Bagaimana pesan-pesan

wahyu dapat dilaksanakan oleh ummat manusia. Upaya pendamaian antara

naql dan aql dutujukan oleh al-Maturidi yangberpendapat bahwa suatu

keslahan apabila berhenti berbuat pada saat tidak ada nash. Sama juga salah

apabila larut tidak terkendali dalam menggunakan rasio. Menggunakan naql

Page 39: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

31

sama pentingnya dengan menggunakan aql. Seba akal yanag dimiliki manusia

sama-sama berasal dari Allah, yangbahan Allah dalam al-Qur’an banyak

memerintahkan manusia untuk berfikir memahami segala realitas kehiduan

dengan akal.

Dalam masalah kekuasaan dan kemampua Tuhan, al-Maturidi

berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh

Tuhan sendiri.jadi tidak mutlak. Meskipun demikian, Tuhan tidak dapat

dipaksa atau terpaksa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.Karena manusia

diberi kekuasaan untuk memilih dalam berbuat, maka sesungguhnya

perbuatan tersebut tetap dimiliki oleh Allah. Sehingga perbuata manusia

sebagai perbuatan bersama antara manusia dan Tuhan. Allah yag

menciptakan dan manusia mengkasabkannya. Dengan begitu manusia yang

dikehendaki adalah manusia yag selalu kreatif, tetapi kreatifitasnya tidak

menjadikan makhluk menjadi sombong karena merasa mapu enciptakan dan

mewujudka perbuatan. Tetapi makhluk harus pandai bersyukur dan kreatif

selalu, sebab apapun perbuatannya tidak mungkin dapat terwujud tanpa

bantuan oeh Alllah sebagai pihak yang menguasai kehendak.9

Kelompok akidah aswaja menolak ajaran-ajaran akidah yang radika

dan keras, dan yang sering memaksakan ajaranya kepada masyarakat dengan

cara yang tidak santun. Seperti yang dilakukan oleh Muktazilah dan

Wahabiyah yang bila tidak sepaham atau tidak mau mengikutinya dituduhnya

9 Lihat TimPWNU Jatim, Aswaja an-Nahdliyah,(Surabaya: Khalista,2007), hlm.12-16

Page 40: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

32

sebagai syirik, kufur, bid’ah dan sebagainya. Juga akidah aswaja ini menolak

kelompok-kelompok Islam yang bersifat eksklusif atau menutup diri dari

golongan mayoritas ini (jama’atul muslimin), dan tidak mau menerima dan

memberi masukan secara bersama-sama untuk kepentingan bersama ummat.

Prinsip akidah ini Ahlussunnah Waljama’ah tiada lain melestarikan hal lama

yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik, atau yang lebih dikenal

dengan istilah الاصلاح المحافطة على قديم الصالح والاخذ بالجديد .

2-Fiqih Ahlussunnah Waljama’ah

Pengamalan ajaran Islam, menuntut adanya pemahaman yang baik

supaya terhindar dari kesalahan dan penyelewengan. Pada zaman Rasulullah

bila ada persoaan bisa langsung bertanya kepada Rasulullah SAW. Pun pada

masa Sahabat dan tabi’in, kaummuslimi bisa langsung bertanya kepada para

sahabat dan kaum muslimin yang pernah tinggal dan hidup semasa dengan

Rasulullah SAW. Semenjak rasulpun, ada anjuran untuk menggunakan akal

pikir dalam memutuskan suatu erkara yang tidak dijelaskan oleh al-Qur’an

secara tegas. Penggunaan akal dengan tetap mengacu kepada metode

pengambilan hukum berdasarkan nash inilah yang kemudian disebutnya

sebagai metode ijtihad.

Metode ijtihad yang dilakukan oeh para sahabat, dan keudian

dilanjutkan oleh para tabi;in dan lalu tabiut tabi’in selalu mengacu kepada

pandangan sebelumnya yang bersifat meyakinkan atau muktabar, dan

Page 41: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

33

didasarkan kepada kaidah –kaidah pengambilan hukum yang diakui

kebenarannya seperti adanya ilmu ushul fiqh, qawaid ushuliyyah dan

sebagainya. Orang-orang yang menggunakan pola ijtihad dalam memutuskan

hadis ii disebutnya mujtahid, dan model mujtahid dalam berijtihad inilah yang

kemudian melahirkan metode bermadzhab.

Dengan model madzhab, maka ajaran Islam dapat dikembangkan,

disebarluaskan dan diamalkan dengan mudah kepada semua lapisan dan

tingkatan ummat Islam. Dengan metode ini juga pewarisan dan pengamalan

ajaran Islam terpelihara kelurusan dan terjamin kemurniannya. Hal ini karena

ajaran Islam dipahami, ditafsiri, dan diamalkan dengan pola pemahaman dan

metode ijtihad yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Diantara

madzhab yang terkenal dan diakui kesahihan metodenya adalah empat

madzhab yaitu Hanfiah, Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanbaliyah.

Ada beberapa alasan mengapa ummat Islam harus bermadzhab,

diantaranya kualitas pribadi dan keilmuan mereka imam madzhab fiqih

tersebut sudah masyhur. Kedua, keempat imam madzhab tersebut merupakan

Imam Mujtahid Mutlak Mustaqil, yaitu Imam Mujtahid yang mampu secara

mandiri menciptakan manhaj al-fikr, pola, metode dan proses serta prosedur

pengambilan hukum dengan seluruh perangkat yang dibutuhkan. Ketiga,

keempat Imam tersebut telah memiliki pengikut setia atau urid yang secara

konsisten mengajar dan mengembangkan madzhabnya yang didukung oleh

kitab-kitab induk yang masih terjamin keasliannya hingga masa

Page 42: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

34

ini.keempat,semua imam madzhab yang empat ini memiliki mata rantai

intelektual yang saling bersambug satu sama lainnya. Dan sambugan ini

sampai tersambug pada Rasulullah SAW.

Inilah karenanya Ahlussunnah waljama’ah akan selalu istiqmah dalam

mengamalkan ajaran syari’ah fiqhiyyah dengan mengikuti salah satu empat

madhab ini. Dalam rangka menjamin kebenaran dan kemurnain ajaran Islam

yang teah terbukti bersambug amaliah dan keilmuannya sampai pada

Rasulullah SAW. Prinsip pengamalan ajaran fiqih dengan bermadzhab akan

terhindar dari kecenderungan yang berlebihan kepada radikalisme dan juga

fundamentalisme. Terlebih dalam praktik pengamalan yang keras dan radikal.

Karena prinsip imam mazdhab ini adalah selalu menjaga keseimbangan,

keharmonisan dan akomodatif serta toleran terhadap perbedaan satu sama

lainnya.

3-Tasawuf Ahlussunah Waljama’ah

Dalam hal pendekatan diri kepada Allah dan untuk menemukan

kesejatiannya atau hakekat hidup yang sebenarya, maka tasawuf merupakan

satu disiplin ilmu yang digunakan ahlussunnah waljamaah. Metode tasawuf

mengantarkan manusia menemukan hakekat hidup, tujuan hidup dan metode

untuk sampai kepada pendakian spiritual dan rohani agar dapat mencapai

kesempurnaan. Pada ilmu tasawuf metode tersebut didasarkan kepada ajaran

a-Qur’an dan al Sunnah. Karenanya pengamalan ajaran tasawuf yang

Page 43: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

35

dijalankan kaum Ahlussunnah waljama’ah sesuai denga ajaran al-Qur’an dan

alSunnah sebagaimana dicontohkan oleh Rasululah SAW.

Dalam ajaran Ahslussunnah waljama’ah, dianjurkan untuk mengikuti

salah satuu dari thariqah sebagai lembaga pengamalan tasawuf yang sudah

dirumuskan oleh para ulama yang sangat diakui kebeneran ajarannya. Standar

kebenarannya, baik sanad atau sambungan riwayatnya maupun matannya

sebagaimana hadis disebutya sebagai thariqah al-mu’tabarah.

Secara khusus, tasawuf dan thariqah yang diamalkan oleh

Ahlussunnah Wajama’ah adalah model moedarat akhaqi yang dimotori oleh

Abu Qasyim Juneid al-bagdadi, Abu Hamid al-Ghazali dan a-Qusyairi. Bukan

model tasawuf wujudiyyah yang cenderung rumit dan membuka peluang salah

paham bila tidak memiliki dasar keilmuan yang kuat. Pilihan kepada model

tarekat yang amali akhlaqi ala al-Ghazali ini bertjuan memberikan jaan tengah

diantara dua kelompok yang berbeda. Yaitu kelompok yang yang menyatakan

seteah seseorang mencapai tingkat hakekat, tidak lagi diperlukan engamalan

syari;ah fiqhiyyah. Disisi lain ada kelompok yang menyatakan bahwa tasawuf

merupakan penyebab kehancuran ummat Islam, sehingga mereka menolak

keberadaan ajaran tasawuf dan thariqah.

Ciri tasawuf yang diamalkan Ahlussunnah waljama’ah adalah

moderasi amaliah tersebut. Model ini memungkinan ummat Islam memiliki

hubugan langsung dengan Allah dan secara jama’ah dapat melakukan

Page 44: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

36

kebaikan untuk kesejahteraan ummat. Dengan ini ummat Islam akan

diarahkan untuk memiliki kesalehan ndividu dan sosial sekaligus. Dengan

model moderat ala al-Ghazali dan Junied al-Baghdadi ini, ummat Isam

diharapkan lebih dinamis, dan dapat menghadapi berbagai tantangan

modernitas yang semakin problematik. Dengan model moderat ini akan

memudahkan Islam menerima berbagai hal baru yang ada di masyarakat dan

akomodatif terhadap tradisi, adaptif terhadap hal-hal yang baharu, dan

menghagai berbagai perbedaan atau pluralitas serta dapat bertindak secara

asah-asih-asuh. Iniah kunci keberhasilan para wali yang tanah air yang

menyebarkan Islam dengan mengimplementasian nilai-nilai tasawuf dalam

setiap langkah dakwahnya.

Dengan demikian untuk bidang tasawuf, aswaja memiliki ciri tidak

mencegah bahkan mengajurkan usaha, mencegah berlebihan dalam menilai

sesuatu, berpedoman pada akhlaq yang luhur, mengakui watak keberagamaan,

mengembangkan toleransi, bergaul dengan dasar toleransi. Dalam hal

berbudaya akhirnya aswaja memiliki sikap harus mensejajarkan kebudayaan

dengan norma agama, kebudayaan yang sejalan dengan Islam dikembangkan,

yang baik dijaga dan yang lebih baik dikembangkan, tidak berdakwah dengan

mengfonis, berdakwah dengan melihat sasaran dan tujuannya, dan

menghindari tindak kekerasan dan anarkhisne.

Page 45: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

37

E. Nilai-Nilai Prinsip Ahlussunnah Waljama’ah

Dari uraian tentang ajaran dasar tersebut, dapat disarikan suatu tata nilai

yang menjadi kaidah dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai

tersebut dikembangkan dalam aplikasi aswaja sebagai manhaj fikr atau metode

berfikir dan metode beramal dalam kesehariannya. Sebagaimana pandangan Said

Agil Siraj yang menyatakan bahwa aswaja adalah metode berfikir keagamaan yang

meliputi seluruh aspek kehidupan dan tuntutan yang dibangun atas dasar nilai

moderasi (tengah), keadilan dan saling toleran ( اهل السنة والجماعة هومنهج الفكر الديني

10. (الشامل على سؤون الحياة ومقتضياتها القائمة على اسس التوسط والاعتدال والتسامح

Diantara ciri aswaja sebagai manhaj fikr dan amali adalah (1) melakukan

reinterpretasi dalam mengkaji teks-teks untuk mencari konteksnya yang baru

(qiyas).(2) makna madzhab diubah dari bermadzhab secara tekstual (madzhab

qauly) menuju madzhab berfikir metodologis (madzhab manhaji), dari metode

istikhroj al-ahkam (mengeluarkan hukum/berfatwa) menjadi istimbath al-ahkam

(menetapkan hukum).(3) melakukan verifikasi mendasar terhadap ajaran yang

pokok dan cabang, (4) fiqih dihadiran sebagai etika sosial bukan hukum positif

dengan pendekatan mashlahat. Dari normatif partisipatoris menuju etis

emansipatoris. (5) melakukan pemahaman metodologi pemikiran filosofis

terutama dalam masalah-masalah sosial budaya.

10 Lihat ThalhahHasan, Aswaja,Pengertian dan Aktualisasinya...., hlm.84

Page 46: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

38

Diantara niai-niai dasar perilaku golongan Ahlussunnah waljama’ah

adalah Tawassuth, Tasamuh, Ta’awun, Ta’adul dan Ishlahiyyah atau amar ma’ruf

nahyi munkar.

1.Tawassuth (moderat)

Yaitu sikap tengah dan adil dalam kehidupan, tidak memiliki

kecondongan ke ekstrim kanan maupun kiri. Berada ditengah dalam artian

tidak bersikap yang adil akomodatif dalam segala pilihan hidup. Hal ini

sebagaimana ayat Allah yang menegaskan:

سول عليكم شهيدا وما وكذ ة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الر لك جعلناكم أم

بع الر ن ينقلب جعلنا القبلة التي كنت عليها إلا لنعلم من يت عقبيه وإن كانت علىسول مم

بالناس لر ليضيع إيمانكم إن ° وما كان ° ءوف رحيم لكبيرة إلا على الذين هدى °

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak menyukai kekerasan, permusuhan, dan

senantiasa menegakkan keadilan. Prinsip at-tawasuth dalam ajaran ini

diterapkan dalam segala bidang kehidupan yang meliputi: bidang akidah,

bidang syari’ah, dan bidang tasawuf.

Page 47: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

39

Dalam bidang akidah ahlusunnah waljamaah berpegang teguh pada nash

sebagai pedoman utamanya dan menempatkan akal, ilmu dan filsafat serta

logika sebagai sarana pembantu untuk memahami nash, juga bersikap wajar

dalam menghadapi permasalahan, sehingga tidak terjerumus dalam sikap

ekstrim dalam memutuskan segala masalah. Secara garis besar ajaran

ahlusunnah waljamaah dalam bidang akidah dirumuskan dalam rukun iman

yang meliputi:

Imam Allah SWT, yang menurut ajaran ahlusunnah waljamaah, percaya

kepada Allah SWT SWT artinya mempercayai bahwa Allah SWT maha

kuasa, menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini Allah SWT

mempunyai sifat yang tidak terbatas banyaknya, yaitu semua sifat jamal

(keindahan), sifat jalal (keagungan), dan sifat kamal (kesempurnaan). Dan

bagi setiap orang islam yang akil baligh wajib mengetahui 20 sifat wajib Allah

SWT dan 20 sifat mustahil serta 1 sifat jaiz Allah SWT.

Tentang malaikat, ahlusunnah waljamaah mengajarkan bahwa ada

sesuatu makhluk halus yang dijadikan Allah SWT dari nur (cahaya) tak

berayah dan tak beribu, tidak laki-laki atau perempuan, bernama malaikat.

Bagaimana hakikat dan bentuk malaikat itu hanya Allah SWT semata yang

tahu. Jumlah malaikat itu sangat banyak dan masing-masing mempunyai tugas

dari Allah SWT. Umat islam hanya diwajibkan mengetahui 10 nama malaikat

dan tugas-tugas utamanya.

Page 48: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

40

Tentang kitab-kitab suci, ajaran pokok ahlusunnah waljamaah adalah

sebagai berikut: Allah SWT telah menurunkan beberapa kitab suci kepada

rasul-Nya, tetapi yang wajib diketahui hanya 4 kitab, yaitu: kitab zabur yang

diturunkan kepada nabi dawud, kitab taurat yang diturunkan kepada nabi

musa, kitab injil yang diturunkan kepada nabi isa, kitab al-qur’an yang

diturunkan kepada nabi Muhammad. Semua kitab suci tersebut isinya benar

dan tidak boleh diragukan.

Tentang utusan-utusan Allah SWT, ahlusunnah walajamaah

berpendapat bahwa Allah SWT telah mengutus para rasul kepada umat

manusia. Nabi dan rasul jumlahnya ada 124.000 orang, diantaranya ada 314

orang rasul. Nabi dan rasul yang pertama adalah nabi adam dan sebagai

penutup para rasul adalah nabi Muhammad sesudah nabi Muhammad tidak

ada lagi nabi dan rasul. Nabi dan rasul yang wajib diketahui adlah 25 orang.

Sedangkan tentang percaya kepada hari akhir artinya mempercayai

bahwa kehidupan di dunia ini pada saatnya pasti berakhir, manusia, binatang

pasti akan mati dan semua yang ada di dunia ini pasti akan rusak dan binasa.

Kemudin sesudah itu pasti ada kehidupan lagi yang abadi, manusia yang mati

dihidupkan kembali dan menerima pembalasan amal perbuatannya selama

hidup di dunia ini.

Pada aspek syariah dimaknai sebagai hukum yang ditetapkan Allah

SWT untuk hamba-Nya dengan perantaraan rasul-Nya. Dalam

perkembangannya para ulama’ memakai kata syari’ah diidentikkan dengan

ilmu fiqih. Kaum aswaja menetapkan hukum agama dengan jalan menggali

Page 49: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

41

dalil-dalil al-qur’an dan assunah (hadis). Usaha dengan sungguh-sungguh

mencurahkan segala kemampuan , menggali dalil-dalil untuk menetapkan

suatu hukum yang disebut ijtihad. Kadang-kadang penggalian dalil al-qur’an

atau hadis itu ditempuh dengan jalan qiyas atau analogi.

Kata akhlaq merupakan bentuk jama’ dari kata arab “khuluq” yang

berarti tabiat, budi pekerti, watak, dan dalam pengertian umum sering

diartikan sopan santun atau etika, moral atau kesusilaan. Akhlaq yag luhur

akan menolak sikap-sikap at-thowur (teledor tanpa perhitungan) dan al-jubn

(penakut), at-takabbur watadollu (terlalu tinggi menilai diri sendiri atau

terlalu merendah), al-bukhl wal israf (bakhil dan boros). Imam al-Ghazali

memberikan arti akhlaq sebagai berikut: ”akhlaq adalah ungkapan tentang

sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan dahulu”. Jadi akhlaq yang berupa

tingkah laku seseorang tersebut bersumber dari sikap batin atau jiwanya,

tingkah laku itu begitu saja muncul tanpa dipikir panjang oleh karena

dorongan batinnya dan telah dibiasakannya. Akhlaq memegang peranan

penting dalam kehidupan manusia, yang dapat membedakan manusia dengan

binatang. Sumber ajaran akhlaq menurut paham ahlusunnah waljamaah adalah

akhlaq dari nabi Muhammad SAW.

Akhlaq Rasullah SAW mempunyai cakupan yang sangat luas

sekali, yakni berbagai hal seperti sifat sabar, sederhana, rendah hati, jujur,

memgang teguh janji, suka menolong, dan lain-lain. Asal kata tasawuf, ada

yang mengatakan bersal dari kata “shala” yang artinya suci, ada pula yang

mengatakan berasal dari kata “shaff” berarti barisan dalam shalat dan ada pula

Page 50: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

42

yang berpendapat berasal dari kata yunani “sophos” artinya hikmah, akan

tetapi tujuannya sama, yaitu memntingkan kebersihan batin. Orangnya disebut

sufi sedang ilmunya disebut tasawuf .

Sedangkan dalam hal pengamalan taswuf jelas mengambil model

yang tidak radikal ke wujudiyah dan juga tidak liberal yang enganggap rinagn

dan mudah atau ibahiyyah segala amal ibadah. Itulah tawasuth yang diambil

dengan merujuk kepada al-Ghazali dan Juned al-Bahgdadi

2. Ta’awun (saling tolong menolong)

Yaitu sikap dan sifat yang menyadari bahwa manusia tidak dapat

hidup dengan sendirinya, karena fitrahnya membutuhkan satu sama lainnya,

maka tolong menolong harus dilakukan dalam menghadapi segala hal yang

baik dan mewujudkan segala kebaikan pada tataran kehidupan sosial yang

ada. Prinsip saling menolong ini jelas diperintahkan dalam al Qur’an:

بعض يأمرون بالمعروف أولياء والمؤمنون والمؤمنات بعضهم

كاة لاة ويؤتون الز وينهون عن المنكر ويقيمون الص ويطيعون °

عزيز حكيم إن ° ئك سيرحمهم ° ورسوله أول

Arinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā: sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS.9:71)

Juga ayat lain disebutkan:

Page 51: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

43

تعاونواعلى البر والتقوى ولا وتعاونوا إن ° ثم والعدوان واتقوا ° على الإ

شديد العقاب

Artinya: ‘Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS al-Maidah: 2)

Bahkan rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya saling

menolong ini dalam suatuhadis yang menyatakan:

حدثنا مسدد حدثنا معتمر عن حميد عن أنس رضي الله عنه قال : قال مظلوما ) . ( انصر أخاك ظالما أورسول الله صلى الله عليه و سلم

قالوا يا رسول الله هذا ننصره مظلوما فكيف ننصره ظالما ؟ قال ( تأخذ فوق يديه )

Artinya:”Diriwayatkan dari Musadad, diriwayatkan dari Mu’tamar, dari Anas. Anas berkata: Rasulullah bersabda: Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya. Anas berkata: Wahai Rasulullah, kami akan menolong orang yang teraniaya. Bagaimana menolong orang yang sedang berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya”.

3. Tasamuh ( toleransi)

Yaitu sikap saling menghormati perbedaan yang ada degan tidak saling

menjelakkan, tetapi saling meghormati dan menghargai. Hal ini sebagaimana al-

Qur’an menegaskan tidak ada paksaan dalam hal keagamaan.

Page 52: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

44

شد من الغي فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن ين قد تبين الر لا إكراه في الد فقد استمسك بالعروة الوثقى لا انف Áسميع عليم با صام لها و°

Artinya:”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS.al-Baqarah:256)

Juga ayat tentang tidak bolehnya saling menghina

قوم عسى أن يكونوا خيرا يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من منهم ولا نساء من نساء عسى أن يكن خيرا منهن ولا تلمزوا أنفسكم

ولا تنابزوا بالألقاب بئس الاسم الفسوق بعد الإيمان ومن لم يتب فأولئك ون هم الظالم

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain, boleh jadi mereka yang di perolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-ngolok. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mengolok-ngolokkan perempuan lain, boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari pada perempuan yang mengolok-olok. Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS. AI-Hujarat :11)

4. Ta’adul (Berbuat adil)

امين الله شهدآء بالقسط ولا يجرمنكم شنآن يآيها الذين آمنوا كونوا قوقوم على الا تعدلوا هو اقرب للتقو واتقوا الله قلى ان الله خبير بما

اجر عظيم. تعملون. وعد الله الذين امنواو غفرة و عملو الصلحت لا لهم م

Page 53: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

45

١٠–٨والذين كفرواوكذبوا بايتنآ اولئك اصحب الجحيم. (الما ئدة:

Artinya:“ Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. Adapun orang-orang yang kafir mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. “ (Q.S Al-Maidah [5]: 8-10)

Juga ayat yang perintah berbuat adil

حسان وايتائ ذى القربى وينهى عن الفحشاء ان الله يأمر بالعدل والام والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. واوفوا بعهد الله اذا عاهدت

نقضوا الايمان بعد توكيدها وقد جعلتم الله عليكم كفيلا ان الله يعلم ولات ة انكاثا قلى ما تفعلون. ولا تكونوا كالتي نقضت غزلها منم بعد قو

خذون ايمانكم دخلام بينكم ا ة هي اربى من امة انما يبلوكم تت ن تكون ام٩٢ – ٩٠الله به قلى وليبينن لكم يوم القيمة ما كنتم فيه تختلفون ( النحل

Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu dapat menggambil pelajaran. Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan lain.[2] Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisiahan itu. (Q.S An-Nahl [16]: 90-92)

Page 54: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

46

5. Ishlahiyyah (perbaikan atau reformasi)

Adalah prinsip perbaikan yang harus terus dilakukan oleh pengikut

Ahlussunnah waljamaah dalam setiap bidang kehidupan. Keadaan yang tida

sesuai dengan prinsip keislaman harus diperbaiki dan yang sudah baik terus

dilakukan perbaikan ke arah yang lebih baik sesuai degan tuntutan jaman dan

keadaan. Bahkan istilah ishlahiyyah menuntut adaya suatu reformasi bagi suatu

bidang kehidupan yang memang mengharuskan adanya perbaikan mendasar dan

fundamental. Reformasi tersebut tersebut bisa menyangkut masalah akidah,

ibadah, epistemologi ilmu pengetahuan, bidang politik, ekonomi budaya dan sosial

serta yang lainnya. Secara prinsip hal yang baik, maka itulah yang akan dibea

sebagaimana kaidah yang enyatakan idha shahha al-mashlahah fahuwa madzhabi.

Hal ini sesuai dengan semangat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kita adalah

ummat yang bersudara dan karenanya harus saling memperbaiki , ayat 10 surat al-

Hujurat tersebut adalah:

لعلكم ترحمون إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم واتقوا °

Artinya:” orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

6. Amar Makruf Nahyi Munkar

Tata nilai ini mengajarkan ummat untuk memiliki kepedulian dengan sesama

dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada hal-hal yang merusak

dan mengatarkan kepada kesengsaraan hidup. Anggota aswaja memiliki kewajiban

Page 55: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

47

untuk memberikan peringatan kepada sesama dengan cara yang baik, santun dan

sesuai dengan kedaan masyarakat. Pelaksanaan prinsip nilai amar makruf nahyi

munkar ini tidak diperkenankan dengan cara yang kasar, radikal, merusak,

memaksa dan apalgi anarkhis. Maka pendekatannya juga harus lebih sosiologis

dan humanis.

Beberapa ayat al-Qur’an yang memerintahkan pelaksanaan nilai ini adalah:

ة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ولتكن منك م أم

وأولئك هم المفلحون

Artinya:”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran: 104)

ة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون كنتم خير أم

Áبا ◌

Artinya;”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran : 110)

لاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما أصابك إن ذلك من يابني أقم الص

عزم الأمور

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

Page 56: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

48

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. ( Surat Luqman : 17)

Page 57: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

49

BAB III

AHLUS SUNNAH WALJAMA’AH DI BRUNEI DARUSSALAM

A. Sekilas tentang Negara Brunei Darussalam

Struktur Keislaman di Brunie Darusalam dapat dililhat dari beberapa aspek,

yaitu:

Pertama, Dalam sejarah, para Sultan Brunei itu dari dahulu hingga sekarang

kebanyakannya mempunyai kecenderungan yang kuat kepada agama. Ini dimulai

dari Sultan Sharif Ali, tokoh yang membawa Islam ke Brunei seterusnya menjadi

raja Brunei yang ketiga. Baginda merupakan pendakwah yang berkharisma,

berilmu dan bertakwa. Bakat kealimannya itu turun kepada anaknya Sultan

Sulaiman yang dibayangkan sebagai orang sufi, banyak beribadat. Puteranya

Sultan Bolkiah telkah menjelajah ke seluruh pulau Borneo, bahkan dikatakanj

sampai ke Jawa dan ke gugusan kepulauan Filipina. Sang putera, Abdul kahar

juga digambarkan sebagai sultan yang salih. Disambut pula oleh Sultan Saiful

Rijal yang berjasa mempertahankan negara Brunei dari penajajahan Spanyol.

Demikian juga Sultan Hasan, yang telah meninggalkan legasi yang besar

karena menjalankan opemerintahannya berdasarkan Hukum Kanun, siapa yagn

membina sistem adat istiadat beraja dan membina pertahanan negara dengan

senjata meriam di sekeliling istananya cukup dengan pengawalnya. Raja-raja

berikutnya demikian juga hingga ke zama Al-Marhum Sultan Haji Omar Ali

Saifuddien dan Kebawah Duli Yang Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji

Hassanal Bolkiah sekarang. Mereka memiliki jiwa keislaman yang kuat.

Page 58: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

50

Kaedahnya ialah, jika raja sebuah negara itu orang yang salih, maka rakyat yang

dipimpinj juga begitu. Karena raja itu selalu berperanan mencorakkan rakyatnya.

Kedua, yang mencorakkan Islam itu di Brunei adalah adanya sistem

pemerintahan secara tradisional yang mewujudkan barisan wazir-wazir, menteri-

menteri ugama (agama) yang teridiri dari Pehin Datu Seri maharaja sebagai ketua,

Pehin Datu Imam, Pehin Siraja Khatib, Pehin Tuan Imam dan Pehin Udana

Khatib, serta Pehin-Pehin Khatib. Kesemua mereka ini mempunyai peranan

dalam hal keugamaan di samping sultan sendiri sebgai ketua negara dan ketua

agama. Sistem ini berjalan dari dahulu hingga sekarang, sebab itu ugama di

negara Brunei Darusalam terpelihara.

Ketiga, ialah adanya perlembagaan Brunei 1959 yang dengan jelas

memaktubkan kedudukan Islam sebagai ugama resmi negara mengikut aliran Ahli

Sunah Wal Jamaah, madzhab Syafi’i. Inilah salah satu keistimewaan dalam

perlembagaan Brunei yang diciptakan oleh Al-Marhum Sultan Haji Omar Ali

Saifuddien. Dengan yang demikian Brunei menjadi negara Islam yang tulen,

tetapi sederhana. Selain itu jasa-jasa baginda menubuhkan sekolah ugama,

menubuhkan Undang-Undang Ugama dan Mahkamah Kadi, 1955, menubuhkan

Jabatan Hal Ehwal Ugama dan Majlis Ugama Islam. Sementara jasa-jasa

Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanal

Bolkiah antanya ialah menerusi titiah perisytiharan watiqah kemerdekaan Brunei

1984, penekanan kepada konsep Melayu Islam Beraja dan menubuhkan

Kementerian Hal Ehwal Ugama pada tahun 1986, telah meletakkan Hal Ehwal

Ugama pada tahun 1986, telah meletakkan Brunei benar-benar sebagai sebuah

Negara Islam.

Page 59: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

51

Keinginan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri baginda Sultan

dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darusalam untuk menjadikan Negara Brunei

Darusalam sebagai sebuah negara Islam yang senantiasa memperoleh rahmat dan

eprtolongan Alloh, apat dilihat melalui usaha-usaha dan dasar pentadhbiran

Baginda. Perkara ini pernah Baginda titahkan pada sempena hari Raya Aidiladha

Tahun 1428 H bersamaan 19 Desember 2007, di Istana Nurul Iman:

“Brunei adalah negara yang selalu bersama-sama dengan Ar-Rahman

(Yang Maha Mengasihi) yagn senantiasa berhias dengan dzikir dan

menjadikannya sebagai rutin kebiasaan. Karena itu Alloh pun dengan

rahmat-Nya memalingkan kita dari sebarang kesusahan dan bencana

dari pelbagai anasir yang boleh merosakkan keamanan. Beta, Insya

Alloh akan terus berazam untuk menjadikan Brunei Darusalam sebagai

Negara Zikir yang senantiasa mengagungkan Allah, supaya kita selalu

berada dalam perhatian dan pemeliharaanNya, sesuai dengan janjiNya

di dalam surah al-Baqarah ayat 152, tafsirnya: ‘Kamu ingati Aku,

nescaya Aku akan mengingati kamu pula’

Dalam perkembangan pemeluk agama Islam di Brunei Darusalam bisa

dilihat sebagai contoh dari perkembangan tahun 1985-2910 dalam tabel berikut:

Tabel

Jumlah Pemeluk Agama Islam Brunei Darusalam 1985-2010

Tahun

Daerah

Brunei

Muara

Tutong Belait Temburong Jumlah

1985 190 59 116 57 422

Page 60: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

52

1986 175 63 133 17 388 1987 144 70 110 12 336 1988 134 109 97 5 345 1989 174 55 104 12 345 1990 143 66 78 16 303 1991 170 113 118 19 420 1992 190 142 163 30 525 1993 211 208 121 24 564 1994 185 81 180 29 475 1995 168 72 80 31 351 1996 180 124 91 31 426 1997 223 153 144 81 601 1998 285 130 137 66 618 1999 219 102 99 47 467 2000 200 103 122 25 450 2001 260 124 101 19 504 2002 291 155 119 41 606 2003 284 124 103 35 546 2004 288 164 87 33 572 2005 260 88 116 32 496 2006 226 107 102 26 461 2007 238 122 94 8 462 2008 221 110 114 20 465 2009 234 125 153 21 533 2010 281 180 161 25 647

Perhatian pemerintah Brunei Darusalam di bidang agama juga diberikan

kepada para pemeluk Islam baru dengan program bimbingan agama., seperti pada

tabel berikut:

Tabel

Jumlah Pemeluk Islam Baru Yang Mengikuti Bimbingan

di Brunei Darusalam Tahun 1989-2010

Tahun

Nama Kursus

Bimbingan

Pengenalan

Islam 10 Hari

Skim

Bimbingan

Asas 14 hari

Skim

Bimbingan

Lanjutan (I)

Skim

Bimbingan

Lanjutan (II)

1989 46 - - - 1990 181 209 - -

Page 61: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

53

1991 278 245 - - 1992 383 236 76 - 1993 402 235 80 - 1994 406 229 66 - 1995 297 205 68 - 1996 323 207 63 - 1997 448 221 74 - 1998 444 272 71 - 1999 472 284 75 - 2000 394 278 90 - 2001 430 253 86 - 2002 484 249 83 - 2003 454 259 92 - 2004 501 245 87 - 2005 446 236 91 47 2006 372 207 86 47 2007 416 207 73 43 2008 430 116 64 74 2009 450 136 77 27 2010 534 137 81 46

B.

Selain bimbingan agama, pemerintah Brunei Darusalam juga memberikan

bantuan kepada para pemeluk agama yang baru terkait dengan kehidupan

perekonomian mereka, seperti dalam tabel berikut:

Tabel

Bantuan Pusat Dakwah Islamiyah kepada Pemeluk Islam Baru

Tahun 1992-2010

Tahun

Rumah

Ijin Generato

r

Tangki Air

PAM Air

Mesin

Jahit

Ku bota

Mesin Rumput Sikut

Bahan Binaa

n

Ijin Motor

Sangkut

Kalbat

Pendawaian Elektr

ik

Keperluan Asas

1993 4 20 14 10 - - - 17 - - - - 1994 3 15 8 - - - - 8 - - - 8 1995 3 11 12 1 - - - 11 - - - 8 1996 1 24 8 - - - - 10 - - - 22 1997 11 24 5 - - - - 13 - - - 39 1998 - - - - - - - 5 - - - 45 1999 - - - - - - - 2 - - - 52 2000 8 - - - - - - 1 - - - 73 2001 7 8 1 1 - - - 2 - - - 96 2002 8 7 - - 1 - - 2 - - - 126 2003 7 8 2 2 - - - - - - -- 147

Page 62: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

54

2004 6 4 12 - 2 6 6 11 1 1 - 113 2005 - 9 12 - - 4 4 1 - - - 171 2006 10 6 - - - - - - - - - 129 2007 6 1 - 1 1 1 1 3 3 1 2 181 2008 - 10 3 - - 2 2 - - - 1 127 2009 - 6 1 - - - - - - - - 156 2010 - 6 2 - - - - 2 - - - 163

Bantuan pembimbingan agama seperti yang telah tersebut dalam tabel

telah membantu memantabkan peningkatan kualitas hidup beragama pemeluk

Islam yang baru dan menaikkan tahap sosio ekonomi dan kehidupan mereka.

Selain perhatian fisik, kegiatan ceramah juga menjadi perhatian khusus bagi

pemerintah Brunei Darusalam, sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel

Jumlah Ceramah Tahun 1995-2010

Tahun

Jenis Ceramah Hari Kebesaran

Islam (I) Semasa (II) Mingguan (III) Bulanan (IV)

1995 521 194 9 26 1996 548 197 11 30 1997 552 221 15 29 1998 631 181 11 45 1999 684 914 45 40 2000 514 201 12 13 2001 500 511 61 36 2002 644 261 19 74 2003 514 837 - 52 2004 500 1,077 48 39 2005 630 1,130 53 126 2006 561 799 49 73 2007 582 479 87 87 2008 676 170 80 56 2009 802 296 147 147 2010 941 290 118

Page 63: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

55

Mulai tahun 1990, Pusat Dakwah islamiyah telah mengupayakan

terbitan-terbitan rancangan agama harian dan mingguan untuk siaran rangkaian

radio Inggris dan Tiong Hwa. Pada tahun 1993, Pusat Dakwah Islamiyah

bukan saja telah berhasil menerbitkan rancangan-rancangan bermusim untuk

rangakaian-rangkaian radio tersebut, bahakan berhasil meningkatkan frekuensi

terbitan harian dan mingguannya masing-masing dari 1 kali sehari hingga 3

kali sehari dan seminggu.

Khusus mengenai materi dari bacaan atau buku, asesoris, peralatan dan

sebagainya yang dibawa dari luar negeri, dijual dan diedarkan akan diseleksi

terlebih dahulu untuk memastikan isinya tidak bertentangan dengan ajaran

Islam khususnya Ahlu Sunah Wal Jamaah serta tidak menimbulkan kekacauan

atau kegelisahan di kalangan masyarakat.

Pemerintah Brunei juga sangat memperhatikan potensi para pelajar

penghafal Al-Qur’an maupun yang sedang belajar ilmu tafsir, dengan

menyediakan penerbitan tafsir Darusalam. Di bawah pantauan Duli Yang

Maha Mulia Paduka Seri baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei

Darusalam sewaktu berangkat meninjau ke beberapa buah institusi pendidikan

ugama pada hari Kamis 18 Safar 1428/ 08 Mac 2007 telah mendapati

penuntut-penuntut yang sedang belajar Al-Qur’an menggunakan tafsir Al-

Qur’an dalam bahasa Indonesia susunan Departemen Agama Republik

Indonesia edisi Arab Saudi.

Melalui warkah Baginda kepada Menteri hal Ehwal Ugama, bil: HPPO

4/1981/ III bertarikh 17 Mac 2007 antara lain baginda menitahkan “8 Buku

tafsir Al-Qur’an yang digunakan perlu dipelbagaikan dan tidak terhad kepada

Page 64: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

56

satu versi saja. Perlu difikirkan untuk menyediakan versi yang dihasilkan oleh

Brunei Darusalam sendiri.”

Untuk mendukung keinginan Yang Maha Mulia tersebut, sebagian

Mushaf Brunei Darusalam dan Terjemahannya telah dan akan ditindaklanjuti

kepada institusi pengkajian Islam dan masjid-masjid di seluruh negara. Empat

jilid (Juz 1-12) telah diterbitkan. Ini bertujuan untuk memudahkan para murid

membaca Mushaf Brunei Darusalam dan terjemahannya ini dalam memahami

kandungan Al-Qur’an dan seterusnya menghayati dan menjadikannya sebagai

panduan untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat

B. Konsep Aswaja Brunei Darussalam

1. Pengertian Ahli Sunnah wal Jama’ah di Negera Brunei Darussalam

Ahl Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam, dipahami sebagai

suatu standard pemahaman agama Islam yang mengandung aspek nilai yang

mulia dan murni (tulen), karena ia merupakan pendekatan pemahaman Islam

yag di pegang oleh umat Islam pada zaman Rasulullah SAW bersama sahabat

Baginda. Karenanya tidak perlu diperdebatkan siapa pendiri Ahl Sunnah

Waljama’ah, sebab ia bukan organisasi yang diciptakan atau didirikan. Ia

merupakan kumpulan ummat Islam mayoritas (al-sawad al-‘adham) yang

senantasa tampil menilai dan mewaspadai kumpulan-kumpulan umat Islam

yang lain yang mencoba menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan

ajaran agam Islam yang sebenarnya.1

1 Lihat Syamsul Bahri Andi Galigo, Pengenalan Ahli Sunnah Waljam’ah;

Sejarah,Pendekatan dan Pemahaman, (Negara Brunei Darusalam: KUPU-SB Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljamaah, 2012), hlm.24

Page 65: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

57

Dalam Bahasa Arab kata ahli dimaknai sebagai keluarga, kerabat,

famili dan pemiliki. Mengikut pendapat al-Razi, ahli bermakna pemeluk satu-

satunya aliran atau pengikut mazhab jika dikaitkan dengan aliran atau

madzhab. Menurut Syamsul Bahri (2008), kata ahli merupakan badal nisbah,

sehingga jika dikaitkan dengan perkataan sunnah mempunyai arti orang yang

berfahaman ahli sunnah. Dalam kamus Lisan al Arab perkataan sunnah berari

sayr. Sementara dalam pengertian istilah sunnah artinya pedoman hidup

Rasulullah SAW dan juga para sahabat, baik berupa ilmu pengetahuan,

keyakinan, kepercayaan, perkataan, perbuatan, danajaran-ajaran sunnah

tersebut wajib diikuti dan ditaati oleh ummah. Sedangkan kata jamaa’ah

bermakna penggabungan sesuatu dengan yang lainnya.

Bekas Mufti Kerajaan, Negara Brunei Darussalam al-Marhum Haji

Ismail bin Omar Abdul Aziz, menyatakan bahwa bahwa perkataan ahli

bermakna orang yang memegang dan mengamalkan. Dan al-sunnah

bermakna perjalanan Rasulullah Sallahu ‘Alihi Wassallam dan perjalanan

sahabat-sahabat Baginda Radhiallah ‘anhu, sedangkan yang dimaksud

jama’ah adalah sekumpulan ummat Islam yang berpegang dan beramal

dengan perjalanan Rasulullah SAW serta berpandukan ajaran Rasulullah

SAW.2

Dari segi istilah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah satu golongan

yang mengikuti sunnah Nabi dan para sahabat Baginda serta jama’ah ummat

Islam. Golongan ini juga dikenal sebagai sunnis atau sunnites oleh

masyarakat Barat. Menurut al-Imam Abu Muzaffar al-Isfirayini menyatakan

2 Haji Ismail bin Omar Abdul Aziz, Ringkasan Akidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah, cet. Kedua

(Brunei Pusat Dakwah Islamiah, 1994), hlm.1

Page 66: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

58

bahwa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah mereka yang mengikuti perjalanan

Nabi Muhammad SAW dan juga para sahabat Baginda dan menggunakan

segala hadits sahih serta tsabit dari pada mereka.3

Ibn Hazm, yang dikutip oleh tim Pusat Pengkajian Pemahaman Ahli

Sunah, menyatakan bahwa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang juga disebut

sebagai ahlu al-Haq dan ahlu al-Hadits adalah dari kalangan sahabat-sahabat

Baginda Rasulullah SAW dan semua yang mengikut perjalanan mereka dari

kalangan tabiin, kemudian ahli hadits dan yang mengikuti jejak mereka dari

kalangan fuqaha’ sejak zaman berzaman sehinggalah hari ke hari ini dan

sesiapa yang mengikuti mereka dari kalangan orang awam baik dari timur

atau barat.4

Dengan mengutip pandangan Syekh Nasir bin Ali, Ahlus Sunnah

Wal Jama’ah dimaknai sebagai mereka yang berpegang teguh dengan ajaran-

ajaran yang dibawa oleh al-Qur’an dan Sunnah, dan beriltizam pada

kedua=duanya baik dalam peraturan dan pengamalan. Akidah yang mereka

anuti ini bertepatan dengan apa yang dibawa oleh al-Qur’an, Sunah dan juga

bertepatan dengan akidah yang dibawa oleh para sahabat Baginda Rasulullah

SAW dan juga para tabiin serta mereka yang mengikuti jejak pada tabiin.

Berdasarkan berbagai penpadat di atas, dapat disimpulkan bahwa

golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ialah golongan yang mengikuti

perjalan nabi Muhammad Sallah ‘Alihi Wassalam dan juga sahabat-sahabat

Baginda.

3 Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljamaah, Kefahaman Ahli Sunnah Wal

Jama’ah; Isu dan Cabaran di Nusantara, (Kolej University Perguruan Ugama Seri Bagawan: Brune darussalam, 2011), hlm. 6-7

4 Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljamaah, Kefahaman.....hlm. 7

Page 67: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

59

Golongan ini telah diabadikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya

sebagai berikut yang artinya “akan kekal segolongan daripada ummatku

yang bepegang teguh pada kebenaran dan tidak berganjak dari keaslian

agamnya hingga ke akhir zaman”. “ Mereka itu adalah ummat Islam yang

berpegang teguh pada ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW dan diamalkan oleh sahabat baginda” (HR. Imam Tirmidzi dan al-

Hakiem).

Dengan demikian ciri-ciri golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

adalah sebagai berikut:

a. Berpegang teguh kepada ikatan Allah (habl mina Allah) yaitu al-

Qur’an dan al-Sunnah, mengikuti tafsiran dan pemahaman para

ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

b. Menjadikan Rasulullah SAW dan para sahabatnya sebagai

pegangan dalam mengamalkan ajaran agama Islam mengikuti

panduan hadits dan athar para ulama salaf.

c. Berpandukan kepada metodologi dan pendekatan mazhab Imam

Syafi’i atau madzhab-madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang

lain dalam membahas masalah-masalah fiqih (ibadah dan

muamalah).

d. Berpedoman kepada metodologi dan pendekatan Imam Abu

Hasan Ash’ari dan Imam Abu Mansur al –Maturidi dan ulama

yang mengikuti keduanya dalam membahas prinsip-prinsip

Aqidah Islamiyah.

Page 68: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

60

e. Menghidupkan pelbagai syiar Islam yang boleh memantapkan lagi

ketaqwaan dan keimanan ummat Islam.

f. Memelihara nilai-nilai murni individu dan masyarakat berteraskan

nilai-nilai Islam yang mulia.5

2. Dasar Pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Pahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang dijadikan

pegamangan bagi masuyarakat Brunei Darussalam, telah dikenal

secara pasti bersumberkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia teradum

dan terbina dari nas-nas dan dalil-dalil syara’ yang sahih. Ia juga

terbukti sebagai dasar dan pegangan beragama yang berjaya, sehingga

mampu menjadikan ummah dan negara benar-benar sejahtera.

Maka oleh karena itu, bagi tujuan pengukuhan bagi

kefahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei Darusslam,

dibentukkalh dan diresmikanlah oleh Kerajaan Pusat Pengkajian

Kefahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yang berada pada Kolej

University Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU). Hal ini

dianggap penting untuk dipelajari, dipahami dan dijadika pegangan

bagi masyarakat dan ummat agar dapat mencapai keselamatan dan

kesejahteraan.

Dengan demikian, dasar Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei

Darussalam adalah al-Qur’an dan al-Sunnah yang tidak lagi bisa

ditawar tawar lagi. Segala tingkah laku lahir dan bathin selalu

berdasarkan kepada kedua dasar tersebut. Karenanya Ahlus Sunnah

5 Seri Panduan Kefahaman Ahli Sunnah waljamaah, Memahami Ahli Sunnah Waljamaah dan

Menghindari Penyelewengannya, (Pusat Pengkajian Kepahaman Ahlus Sunnah Waljamaah: Brunei darussalam, 2014), hlm. 2-3

Page 69: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

61

Wal Jama’ah di Brunei Darussalam meyakini bahwa rukun Iman itu

secara sempurna adalah enam perkara; iman pada Allah,

Rasul,Malaikat, Kitab, Kiamat dan qadha dan Qadar. Hal ini berbeda

dengan aliram Syiah yang hanya 5 aspek saja rukun iman itu (tauhid,

adil, kenabian, imam dan hari kiamat), demikian juga Muktazilah

(tauhid, adil, al-manzilah baein manzilatain, al-wa’d wal waid, amar

makruf nahyi mungkar). Keyakinan rukun iman yang enam tersebut

jelas berdasarkan hadis yang muktabar dari Rasulullah SAW.

Dalam hal ketuhanan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei

Darussalam meyakini Allah yang satu tidak diperanannkan dengan

segala sifat dan nama-nama sebagaimana pada al-Asma al-Husna.

Dalam hal kenabian meyakini Nabi Muhammad sebagai khatamul

anbiya wal mursalin sehingga menilak kenabian setelah Rasulullah

SAW sebagaimana agama Qadiyani yang meyakini Mirza Ghulan

sebagai nabi. Dalam hal kitab karenanya hanya meyakini al-Qur’an

sebagai pembimbing yang terlengkap dan tidak ada duanya.

Sementara kitab-kitab terdahulu sudah terselewengkan dan diubah

sesuai dengan selera para pengikut dahulunya.

Selain rukun Iman, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei

Darussalam juga berpegang teguh pada prinsip keislaman atau rukun

Islam yang lima. Sebagaimana didasarkan kepada hadis Rasulullah

SAW yang diriwayatkan Bukhori Muslim. Dimulai dari Syahadah,

sholat sebagai lanjutan syahadahnya, membayar zakat, melaksanakan

Page 70: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

62

puasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Betullah bagi

yang memiliki kemampuan.

Rukun Iman dan Rukun Islam inilah yang menjadi pegangan

bagi muslimin dan muslimat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei

Darussalam, dimana yang berpegang secara teguh akan membawa

kepada keamanan, kesejahteraan, dan ketenteraman lahir dan bathin

pengamalnya. Karena inilah maka kedua hal ini, menjadi dasar

pengajaran dan pendidikan yang wajib diberikan pada lembaga

pendidikan baik formal maupun informal di Brunei Darussalam.6

3. Kedudukan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Brunei Darussalam

Keunikan Negara Brunei Darusslam dalam memartabatkan

kefahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sangat kuat sebagaimana

Negara Brunei Darussalam mengukuhkan secara resmi bahwa agama

resmi bagi Nagera Brunei Darussalam adalah agama Islam menurut

paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Sebagaimana hal ini termaktib

dalam Perlembagaan Negari Brunei tahun 1959 bab 3 (1).

Dalam titah Pemasyhuran Kemerdekaan Negara Brunei

Darussalam pada 1hb Januari, 1984 Masehi bertepatan dengan 27hb.

Rabiul Awal 1404 Hijriyah, perkara tersebut sekalilagi ditegaskan oleh

Duli Yag Maha Mulia Paduka seri Baginda Sultan Dan yang Di-

Pertuan Negara Brunei Darussalam yang menyatakan bahwa:

“.......Negara Brunei Darussalamadalah dan dengan izin serat

limpahan kurnia Allah Subhanahu Wataala, akan untuk selama-

lamanya kekal menjadi sebuah Negara Melayu Islam beraja yang

Merdeka, Berdaulat dan Demokratik kepada ajaran-ajaran Ugama

6 Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljamaah, Kefahaman.....hlm. 13-16.

Page 71: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

63

Islam menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan dengan berasakan

keadilan dan amanah dan kebebasan, dan dengan petunjuk serta

keredaan Allah SWT”.

Titah ini menjadi dasar bagi masyarakat sepanjang masa

bahwa agama resmi yang dianut negara adalah Islam dengan haluan

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Dasar ini tercatat dalam lembaran negara

Majelis Tertinggi Kebangsaan Melayu Islam Beraja yang secara tegas

menyatakab bahwa “agama resmi negara adalah agama Islam menurut

akidah Ahlus Sunnah Wal Jama’a, madzhab Syafi’i yang dihayatai

menjadi cara hidup yang lengkap, sempurna dan unggul.

Dengan demikian di Brunei Darussalam agama Islam bukan

saja menjadi agama resmi negara, bahkan pegangan akidah Ahlus

Sunnah Wal Jama’ah juga disytiahrkan sebagai pegangan resmi

masyarakat Islam di negara ini selain berpegang kepada madzhab Imam

Syafi’i dalam masalah fiqih. Hal ini berari semua paham keagamaan

dalam Islam seperti syi’ah, wahabi, khawarij, bathiniyah dan sebagai

tidak dapat diterima di negara Brunei Darussalam.

Sudah terbukti diakui dan dirasakan masyarakat, bahwa

pengamalan ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di negara ini

sebagai pegangan hidup masyarakat seluruh negeri, telah memberikan

dampak positif bagi stabilitas dan kemakuran ummat serta dapat

mempersatukan berbagai kecenderungan masyarakat. hal ini sebagai

mana dinyatakan secara tegas oleh Baginda Raja Sultan Hassanah

Bolkiah bahwa selama ini pengamalan paham Ahlus Sunnah Wal

Jama’ah telah terbukti mengantarkan masyarakat kepada persatuan

Page 72: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

64

dan telah berhasil menghindarkan diri dari perpecahan dan perselisihan

dalam perkara-perkara agama. Karenanya tidak akan dibiarkan

penyebaran faham apapun selain paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

Bila ada indiksi perkembangan faham-faham yang tidak ssuai

dengan pagam agama negara, maka negara menganbil tindakan keras

memberantasnya baik melalui undang-undang negara maupun dengan

berbagai upaya untuk melakukan pencegahan bagi perkembangan

paham lain di seleuruh tanah negeri Brunei.7

4. Cakupan Paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

a. Bidang Akidah

Akidah Ahli Sunnah Wal-Jamaah artinya kepercayaan, keyakinan

yang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat baginda.

Asalnya ia belum tersusun secara rapi. Tetapi kemudianya dikumpulkan,

disusun dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama Ushuluddin yang

agung, yaitu al-Syaikh Abu Hasan Ali al-Asy’ari, yang eninggal pada

tahun 324 Hijriyah. Dan juga seorag ulama lagi yang turut terlibat

bernama Abu mansyur Al-Maturidi yang meninggal pada tahun 333

Hijriyah, sebagaimana diungkapkan oleh al-Ghazali dalam Ihya yang

artinya: apabila disebut kaum Ahli Sunnah, maka maksudnya adalah

orang-orang yang mengikuti al-Asy’ari dan al-Maturidi.8

Pandangan akidah ini mendasarkan kepada hadis Nabi SAW

tentang kewajiban memegang pedoman sunnah, sebagaimana hadis yang

7 Pusat Pengkajian Kefahaman....hlm.5-6.

8 Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah wal

Jamaah Penyelemat Ummah, (Brunei Darussalam: Jabatan Mufi Kerajaan, 2011), hlm. 4-5.

Page 73: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

65

artinya “maka barang siapa yang hidup lama diantara kamu selepasku,

niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Pada saat itu kamu

berpeganglah pada sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang dieri

petunjuk, kamu peganglah ia dan gigit dengan geraham kamu” (Riwayat

Abu Daud).

Juga hadis tentang perpecahan ummat, yang artinya:”

Sesungguhnya Bani israil itu berpecah sampai 72 golongan dan ummatku

pula akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya itu masuk neraka

keuali satu golongan saja. Bertaya para sahabat: siapa yag satu golongan

tersebut wahai Rasulullah?, Rasul menjawab yang satu itu adalah yang

berpegang dengan peganganku dan peganagan para sahabatku. Dalam

riwayat lain disebut yang selamat itu adalah golongan Ahli Sunnah wal

Jama’ah”.

Golonga Ahli Sunnah Wal-Jamaah telah secara bulat berpandangan

dan berucap satu kata Tiada Tuhan Selain Allah dan nabi Muhammad

adalah utusan Allah, juga bulat dalam keyakinan akan adanya alam ghaib,

hari akhir, alam kebangkitan, perkumpulan di padang mahsyar, pahal da

dosa serta timbangan, berjalan pada syirat al-mustakim, orang baik masuk

surga dan orang durhaka akan masuk neraka.9

9 Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah.....hlm.9

Page 74: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

66

Islam bagi orang Brunei adalah Islam Ahlis Sunnah wal-Jama’ah

yang menjamin adanya keselamatan, mendorong kepada kesejahteraan dan

keadilan yang merata bagi seluruh ummat dan dunia.10

Dalam pandangan Ahlis Sunnah wal-Jama’ah, Islam memiliki

beberapa pokok ajaran dasar agama yang biasa disebut sebagai rukun

agama atau arkan al-din. Rukun ini memiliki konsekwensi yang fatal

kalau ditinggalkan atau tidak dilaksanakan, yang menyebabkan suatu

perkara yang dilakukan menjadi tidak sah. Sebab makna rukun itu sendiri

adalah sesuatu yang merupakan sebagian dari suatu perkara yang karena

kewujudannya maka wujudlah perkara itu, manakala sekiranya ia tidak

wujud, maka tidak wujudlah perkara itu. Rukun agama tersebut terdiri dari

dasar-dasar ke-Islaman yang mencakup 5 bidang, dan keimanan yang

menakup 6 aspek keimanan. 11

Dengan demikian pendekatan Ahlis Sunnah wal-Jama’ah di Brunei

darussalam pada bidang akidah adalah pemahaman yang di bawa oleh al-

Asy’ari dan al-Maturidi. Bahkan aliran ini bagi sebagian ulama Brunei

merupakan sinonim dengan Ahlis Sunnah wal-Jama’ah (ASWJ). Hal ini

didasarkan kepada pendapat Imam al-Subkhi dalam kitab Syarh al’Aqidah

Ibn al-Hazb dan al-Zabidi dalam Ittihad al-Sadat al-Muttaqin. Dan juga

diperkuatkan oleh para ulama Brunei Darussalam seperti Mantan Mufti

Kerajaaan Shihab al-Samahah Ustadz Haji Ismail Umar Abdul Aziz,

Mantan Menteri Hal Ehwal Ugama Brunei Uztaz Dr.Haji Mohd. Zein bin

10 Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah.....hlm.18

11 Kamaluddin Nurdin Marjani, “Beza Akidah Ahlussunnah waljama’ah dengan Syi’ah”, dalam Jurnal Kefahaman Ahli Sunnah Waljama’ah, No.02 Juni 2012,(Brunei Darussalam: Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljama’ah, 2012), hlm. 26-54

Page 75: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

67

Haji Serudin, dan DR. Uztadz Haji Awang Abdul Aziz bin Juned Mufti

Kerajaan.12

Kedua aliran ini, al-Asy’ariyah dan al Maturidiyah, cukup terkenal

mendapatkan tempat di kalangan masyarakat Islam Brunei, karena

kesederhanaannya dalam memahami akidah berdasarkaan al-Qur’an dan

al-Sunnah. Kesederhanaan dalam arrti menerima pendekatan salaf dan

pendekatan akal dalam memehami teks atau nushus agamaa tetapi tidak

sampai ke tahap melampui dan ekstrem terhadap akal sebagaimana aliran

Muktazilah, dan tidak juga tidak menerima manhaj literal dan beku dalam

memahami akidah Islam seprti yang diyakaini oleh golongan Mujassim

dan Karomah. Kedua pendekatan ini berjalan sealiran dan tidak

mempunyai perbedaan dalam menyelesaikan masalah akidah dan

khususnya ushul akidah.

Selain itu model keberagamaan al-Asy’ari juga mengajak

masyarakat Islam memberikan perhatian dan tempat kepada peranan akal

dalam mengukuhkan agama dan akidah yang dinyatakan oleh teks agama.

Dengan adanya perpaduan antara akal dan nash atau panduan antara aql

dan naql, maka akan lebih mudah meningkatkan pemahaman masyarakat

Islam tentang akidah dan sekaligus memudahkan penyebaran kepada

masyarakat yang belum mengenal Islam.

Namun demikian al-Asy’ari dan Maturidi tetap menempatkan nash

atau naql di atas akal. Hal ini untuk menghindari bila ada perselisihan

12 Pusat Kengkajian Kefahaman Ahlis Sunnah wal-Jama’ah, ....hlm.8

Page 76: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

68

antara akal dengan nash al Qur’an atau Sunnah dalam suatu perkara

akidah, maka nash harus lebih diutamakan karena posisinya yang lebih

tinggi dan lebih otoritatif dalam suatu dasar keputusan. Peranan akal dapat

dikatakan sebagai pelengkap yang berkhidmat kepada nash dalam

menjelaskan hakekat kebenaran akidah, dan persoalan persoalan yang

lainnya berkenaan dengan persoalan iman dan Islam.

Karena itu semua yang dinayatakan oleh nash, maka akalpun harus

diterima dan dipatuhi secara penuh, sementara akal akan memberikan

penjelasan dan keterangan yang memperkuat kebenaran nash yang sudah

dinyatakan. Inilah yang dnamakan sebagai Ahlis Sunnah wal-Jama’ah

sebagai prinsip manhajiyah. Dan metode ini tidak akan berubah-berubah

seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman.

Dengan pendekatan dan manhaj ini, menjadikan Ahlis Sunnah wal-

Jama’ah mudah diterima dan populer di kalangan mayoritas ummat

Islam.maka mayoritas ulama Bruneipun menyatakan dengan tegas bahwa

pandangan al-Asy’ari dan al Maturidy adalah pandangan pendukung

utama aliran Ahlis Sunnah wal-Jama’ah. Diantara ulama Brunei yang

dimaksud adalah Sahih al-Samahah DR. Ustaz haji Ismail Omar Abdul

Aziz, Ustaz haji Zein Serudin sebagai Mantan Menteri hal Ihwal Ugama

Nageri Brunei Darussalam. Para ulama inipun mengikuti pandangan para

ulama salafi yang mendukung pandangan al-Asy’ari dan al-Maturidi,

diantaranya Imam Abu bakar alQaffal, Abu Bakar al-Baqillani, Abu Ishaq

al-Isfarayini, al-Baghadadi, Imam hafiz al-Baehaqy, al-Qusyairy, Imam al-

Haramaien, al-Juweini, Imam al-Ghazali, Imam fakhrurozy, al-Iji, al-

Page 77: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

69

taftazani, al-Jurjani, al-Sanusi, al-Laqani, Imam Muhammad Abduh dan

sebagainya yang menjadi rujukan al-Asy’ari. Demikian juga yang menjadi

pendukung al-Maturidi diantaranya Imam al-Thahtawi, Abu Yasir

alBazdawi, Abu Muin al-Nasafi, Imam Umar al-Nasafi, Imam Nurudin al-

Shabuni, al-Sadr al-‘Allamah, Ibn al-Himam, al-Syaeikh al-Zadah, dan

Mulla al-Umar dan sebagainya.

Sementara para pendukung aliran al-Asyr’ari dari kalangan Ulama

mutakhr antara lain al-Syeikh Muhammad bin Bakhit al-Mu’thi,

Muhammad Habibullah bin al-Syeikh Abdullah bin sayid Ahmad al-

Syinqithi, al-Syeikh Yusuf bin Ahmad bin Nasrud Dajwi, al-Syekh

Muhammad Zahid binHasan al-kautsari, al-Syekh Muhammad al-Hadari

Hussin, Syekh Musthafa sabri Afendy, dan seykh Alwi bin tahir al-Hadad

serta Seykh Muahammad Hasanin Makhluf al-Adawi al-Maliki.13

Pengamalan aswaja menuntun kepada tradisi-tradisi agama

seperti pembacaan al-Qur’an, Yasin dan tahlil dalam setiap perayaan,

saling menolong dan membantu sesama, istiqamah dalam berdzikir kepada

Allah dimanapun berada dan pun mendasarkan semua aktifitas ekonomi,

politik, seni kebudayaan dan yang lainnya dengan senantiasa berdoa

menyertakan Allah dan Rasul-Nya.14

Untuk penyelemataan akidah Ahli Sunnah wal-Jama’ah, Brunei

sangat menekankan kepada pemahaman tentang bid’ah, yaitu sesuatu yang

diadakan tanpa ada contoh-contoh sebelumnya dari Rasulullah SAW. Atau

13 Pusat Kengkajian Kefahaman Ahlis Sunnah wal-Jama’ah, ....hlm.10-11

14Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah.....hlm.11

Page 78: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

70

sesuatu yang baru yang tidak ada penyebeutannya secara tertulis, baik al-

Qur’an maupun hadits.15

Dengan mengikuti pendapat Ibn Arabi dalam al-Ahkam fi al-

Qur’an, menyatakan bahwa perkara bid’ah atau muhdats tidak pasti

tercela hanya karena secara bahasa disebut bid’ah atau muhdats, atau

dalam pengertian keduanya. Melainkan bid’ah yang tercela itu adalah

perkara baru yang menyalahi Sunnah dan muhdats yang tercela itu adalah

perkara baru yang mengajak kepada kesesatan.16 Berdasarkan pandangan

tersebut maka bid’ah dibagi menjadi bid’ah dhalalah (sesat) dan bid’ah

hasanah (baik). Pahaman yang menyatakan bid’ah itu hanya satu dan

sesat, adalah pemahaman yang salah.

Bid’ah dhalalah yang disebut juga bid’ah sayyi’ah atau sunnah

sayyi’ah adalah perkara baru yang timbul dalam masyarakat islam yang

mengalahi pemahaman yang benar sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an

dan al-Sunnah. Sedangkan bid’ah hasanah atau bid’ah hudan adalah

perkara baru yang diamalkan dalam masyarakat Islam, namun ia masih

bersesuaian dan sejalan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.

Pandangan tersebut juga didasarkan kepada pendapat Imam Syafii

yang menyatakan bahwa perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua,

yaitu perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, sunnah, athar atau ijmak

para ulama, dan perkara inilah yang disebut bid’ah yang sesat. Sedangkan

perkara baru yang baik dan tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Athar

15 Pusat Kengkajian Kefahaman Ahlis Sunnah wal-Jama’ah, Makna Bid’ah mengikuti

Panduan Ahli Sunnah Wal Jama’ah, (Brunei: Penerbitan KUPU SB, 2014), hlm.1-2).. 16

Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah.....hlm.3

Page 79: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

71

maupun ijmak ulama, maka sesuatu yang baru tersebut tidak tercela. Imam

Syafii menegaskan:

بدعتان: بدعة محمودة وبدعة مذمومة. وما وافق السنة فهو محمودة وما خالفها فهو

ةمذمومةالبدع

“Bid’ah ada dua jenis, bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang

tercela. Bid’ah yang sesuai dengan sunnah adalah bid’ah terpuji dan

bid’ah yang menyalahi sunnah adalah bid’ah tercela”

Beberapa amaliah bid’ah hasanah mahmudah yang dilestarikan

pada tradisi Brunai antara lain:

a. Penambahan adzan pertama sebelum sholat sebelum jumatan

b. Penambahan titik dalam huruf al-Qur’an

c. Penambahan mihrab dalam masjid sebagai tempat imam

Sholat Jamaah

d. Peringatan Maulid nabi SAW

e. Membaca Shalawat atas Rasulullah

f. Menulis kalimat lengkap Shaollahu ‘Alahi Wasallam pada

Nabi

g. Pengamalan 40 tarekat yang dilaksanakan dengan baik.

Sedangkan yang tergolong bid’ah sesat antara lain:

a. Mengingkari Qadar Allah

b. Memahami hamba itu mujbir atau terpaksa sebagaimana

paham jahmiyah

Page 80: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

72

c. Pandangan kaum Khawarij yang mengkafirkan mukmin yang

berbuat dosa.

d. Mengkafirkan dan mengharamkan orang yang bertawasul

kepada para Nabi dan Rasul.17

b. Bidang Fiqih

Dengan melihat dasar negara yang telah diresmikan semanjak

tahun 1984, Konstitusi Brunei menegaskan bahwa agama resmi Brunai

Darussalam adalah ISLAM mengikut mazhab Syafi’i. Dengan penegasan

negara berdasarkan madzhab Syafi’i tersebut, jelas bahwa Brunei

menganut Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah; sebagaimana pemahaman

tentang Islam Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kelompok Islam yang

secara konsisten dalam mengamalka fiqihnya mengikuti salah satu 4

mazdhab, dalam meyakini akidahnya mengikuti paham al-Asyari dan al-

Maturidi dan dalam mengembangkan aspe spiritualnya mengikuti paham

tasawuf moderat sebagaimana yang diajarkan oleh Abu al-Qasyim al-

Juneide, al-Qusyairi dan al-Ghazali.

Pengamalan aswaja al-syafi’iyah di Brunei, tidak bisa dilepaskan

dari konstelasi Islam Nusantara atau Islam Melayu yang semenjak awal

proses islamisasi melibatkan para tokoh ulama dari tanah Arab yang

bermadzhab sunny, yang mereka bersifat toleran, moderat dan menjunjung

tinggi tradisi yang maslahat dari para pandahulu, dan menjaga

keharmonisan, persatuan dan kerukunan dengan sesama di manapun saja

17 Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah.....hlm.15-

20

Page 81: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

73

berada. Corak keberagamaan aswaja di wilayah Nusantara atau Asia

Tenggara, adalah bukti dahulunya wilayah Indonesia, Malaysia,

Singapura, Brunei Darussalam, Philipina, Thailand dan wilayah Vietnam,

mengalamai proses akuturasi kebudayaan dan selalu terjadi dialog kreatif

antara Islam dan budaya lokal, sehingga melahirkan pribadi masyarakat

yang santun dan toleran. Dengan keadaan ini stabilitas wilyah bisa lebih

terjaga dan kepentingan ummat dalam melaksanakan kehidupan

keagamaan dan sosial bisa berlangsung menuju keadilan dan

kesejahteraannya.

Dalam konteks pembudayaan inilah Brunei menerapkan prinsip

dialogis kreatifnya dengan istilah Melayu Islam Beraja (MIB), yaitu

Kerajaan Islam melayu menyerukan kepada masyarakat untuk setia

kepada rajanya, melaksanakan Islam dan menjadikannya sebagai jalan

hidup serta menjalani kehidupan dengan mematuhi segala karakteristik

dan sifat sejati bangsa melayu Brunei Darussalam, termasuk menjadikan

bahasa melayu sebagai bahasa utama.

Secara lebih khusus, pandangan fiqih Syafi’i memiliki dasar –

dasar pemikiran yang merujuk kepada pandangan Imam al-Syafi’i

sebagaimana dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab

fiqh al-Umm. Di dalam buku-buku tersebut Imam Syafi'i menjelaskan

kerangka dan prinsip mazhabnya serta beberapa contoh merumuskan

hukum far'iyyah (yang bersifat cabang). Dasar-dasar mazhab yang pokok

ialah berpegang pada hal-hal berikut:

Page 82: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

74

a. Al-Quran, dengan tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang

menegaskan bahwa yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i

pertama sekali selalu mencari alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan

hukum Islam.

b. Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak

ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya

terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah

Nabi).

c. Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat

perbedaan pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam

Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan

kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum;

karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.

d. Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila

dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i

menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara menetapkan

hukum Islam.

Untuk menjaga kelestarian pandangan dan pengamalan madzhab

Syifi’i, negara Brunei Darusaalam, mendirikan Pusat Penyelidikan

Mazhab Syafi’i (Mazhab Syafi’i Research Centre/ Markaz Bukhust al-

Madzhab al-Syafi’i), yang didirikannya di kampus Universiti Islam Sultan

Sharuf Ali. Sebagaimana tertera dalam Jurnal al-Syafi’i, pusat kajian ini

berharap menjadi paltform bagi para ulama Islam di suluruh dunia untuk

berurusan dengan aktivitas penelitian, dokumentasi, dan ulasan ilmu-ilmu

Page 83: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

75

yang bermadzhab Syafi’i dengan tujuan untuk mengembangkan dan

mengukuhkan penyebaran ajaran Islam bermadzhab al-Syafi’i di Asia

Tenggara.

Untuk menjaga orisinalitas dan kesinambungan pafam al-Syafii,

Negara melalui Pusat Penyeledikan Madzhab Syafii (Syafi’i Research

Center), menerbitkan panduan khusus tentang buku buku karya al-

Syafiiyah yang harus menjadi rujukan masyarakat. Pada buku tersebut

dijelaskan buku-bukual-Syafii sendiri mulai dari al-Rislah, al Umm dan

sebagainya. Serta buku-buku para ulama sunni yang menjadi rujukan oleh

para pimpinan pada level manapun.18

Adapun aspek fiqih yang dikembangkan baik dalam pengajaran,

penelitian sampai pengamalan di Brunei Darussalam, mencakup bidang-

bidang ibadah, mu’amalat/perdagangan, ahwal syakhsiyyah, jinayat,

pengadilan dan sebagainya. Dengan haluan Ahlis Sunnah wal-Jama’ah,

maka praktek-praktek bidang tersebut memiliki ciri khas sendiri dalam

kehidupan masyarakat Brunei Darussalaam.

Adapun metode pengambilan keputusan masalah-masalah

fiqhiyyah, selalu mengaju kepada metode yang digunakan asy-syafi’i,

yang secara berurutan sebagai berikut: pertama adalah Al-Qur’an yang

merupakan sumber pokok huku Islam sampai akhir zamah. Kedua adalah

al- Hadits; Sebagai sumber kedua dalam menentukan hukum ialah sunnah

Rasulullah SAW. Karena Rasulullah yang berhak menjelaskan dan

menafsirkan Al-Qur’an, maka As-Sunnah menduduki tempat kedua

18 Mazhab Syafi’i Research Centre, Kompilasi kertas ker

Page 84: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

76

setelah Al-Qur’an. Ketiga adalah Ijma’ , yaitu kesepakatan para Ulama’

atas suatu hukum setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Karena pada

masa hidupnya Nabi Muhammad SAW seluruh persoalan hukum kembali

kepada Beliau. Setelah wafatnya Nabi maka hukum dikembalikan kepada

para sahabatnya dan para Mujtahid. Keempat adalah qiyas dan ke lima

adalah Istishab; yaitu menyertakan, membawa serta dan tidak melepaskan

sesuatu.

c. Bidang Tasawuf

Untuk bidang penguatan keimanan spiritual, Negara Brunie

berdasarkan pandangan para ulama-ulamanya, tidaklah menganut sutau

madzhab tasawuf tertentu, sebagaimana dikenal sebagi tarekat. Secara

resmi negara memiliki pengamalan yang kurang kondusif dalam

kemasyarakat, dimana beberapa aliran tarekat dianggap sebagai amalan

yang lebih dekat dengan penyelewengan akidah Ahlus Sunnah

Waljama’ah.

Karenanya Negara tidak secara tegas memberikan izin bagi

pengembangan pemahaman dan pengamalan tarekat sebagai implementasi

bagi pengembangan tasawuf. Bahkan Fatwa dari Lembaga Mufti telah

secara tegas mengharamkan beberapa tarekat dengan alasan tidak

bersesuaian dengan akidah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh pengurus

aktifis masjid al-Ameerah Jerudong, Tuan Addadin, bahwa Negara Brunei

kurang dalam pengamalan tasawuf dan lebih banyak memperhatikan aspek

syari’ah fiqihnya. Hal ini lebih karena kekwatiran kaum tua akan dasar

Page 85: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

77

pengaamalan tasawuf yang karena tidak sejak semula tumbuh kuat di

Brunei, dimungkinkan mudah dimasuki pemahaman yang tidak

bersesuaian dengan syariah dan akidah.19

Diantara alasan lain tidak mengamalkan tarekat secara khusus adalah

(1) tarekat dipandang sebagai pintu masuk ajaran-ajaran yang sesat secara

akidah, (2) tarekat yang diamalkan adalah tarekat tasawuf yang diamalkan

oleh Rasulullah dan salafusalihin, sehingga sudahlah cukup mengacu

kepada ama;an rasulullah saja, (3) amaliah pengembangan spiritual

mengacu kepada karya-karya al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin yang

mengabil aspek tasawuf amaliyah praktis yang mengarahkan kepada

peningkatan keimanan dan akhlaq karimah. (4) amaliah praktis itu berupa

amaliah dzikir yang harus dilaksanakan secara rutin di masjid-masjid

setiap habis sholat dan dengan suatra keras, (5) bila ada amalan para ahli

tetamu yang berkenaan dengan tarekat secara khusus, akan mendapatkan

kawalan ketat dari negara untuk mengantisipasi pada pemahaman yang

tidak sesuai dengan akidah Ahlus Sunnah Waljama’ah.

Sedangkan untuk penguatan spiritual masyarakat, pengamalan

tasawuf dilakukan secara umum, berdasarkan tuntutan para ulama salafi,

sehingga amalan yang dibolehkan seputar dzikir dzikir harian secara

umum sebagaimana diajarkan dalam hadits-hadits, shalawatan al-barzanji

yang dilakukan sebagai upacara perayaan Maulid nabi Muhammad SAW

19 Hasil wawancara dan observasi dengan Tuan Addadin, Mantan Pegawai Keuangan

Kerajaan Brunei, dan aktifis pengurus masjid negara al-Ameerah, Jerudong, Brunei Darussalam, pada hari Ahad, 13 Desember 2015.

Page 86: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

78

di seluruh Negeri. Juga pembacaan ayat-ayat al-Qur’an termasuk Tahlil,

Yasin dan ratib al-Athtas yang hanya dibaca secara umum saja.20

Meskipun masalah tarekat tidak diperkenankan, namun persoalan

tasawuf dan akhlaq selalu menjadi perhatian negara, sehingga dalam

materi ini terdapat dalam seri panduan hukum yang secara resmi

diterbitkan oleh Jabatan Mufti Kerajaan, Perdana Menteri Negara Brunei

Darussalam. Sebagai contoh pada buku panduan hukum atau Irsyad

Hukum 2014, dijelaskan pada bab Tasawwuf tentang barokah atau

tabarrukan, dzikir, sedekah dan sebagainya. Berkah artinya perkembangan

atau pertumbuhan dan kelebihan. Dengan mengutip Imam Nawawi,

disebutkan bahwa berkah adalah kebaikan yang banyak dan tetap, atau

kebaikan yang melimpah. Sedangkan tabarruk adalah menagih ketetapan

kebaikan di sisi Allah pada suatu perkara. Ruang ringkup berkah sangat

luas, diantaranya berkah pada rezki,makanan dan harta benda. Juga berkah

pada ilmu dan umur. Untuk mendapatkan berkah maka harus melakukan

tabarruk. Maka tabarruk adalah keniscayaan bagi manusia, khususnya

tabarruk kepada sesuatu yang diketahui baiknya seperti tabarruk kkepada

al-Qur’an. Sedangkan tabarruk kepada hal hal yang buruk yang

menjadikan kekufuran, kesesatan dan bid’ah sangat dilarang seperti

pemakaian azimat, rajah, keris dan sebagainya.21

Model tabarruk atau permintaan kebaikan bisa disembarang tempat.

Tapi masjid merupakan tempat utama, sehingga masjid dan musholla

20 Hasil Focused Group Discussion (FGD) dengan pimpinan dan staf Pusat Pengkajian

Kefahaman Ahlus Sunnah waljama’ah, KUPU SB, yang dipimpin oleh Prof. DR. Syamsul Bahri Andi Galigo, MA pada hari Selasa, 15 Desember 2015.

21 Jabatan Mufti Kerajaan, Irsyad Hukum 2014; Himpunan Siri Bimbingan Hukum di Pelita

Brunei, (Brunai Darussalam, Jabatan Mufti kerajaan, 2014), hlm.285-290

Page 87: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

79

harus tersedia disemua wilayah dan tempat. Selain itu makam-makam

orang soleh adalah bagus sebagai tempat berdzikir dan memohon kebaikan

kepada Allah, khususnya makam para raja yang telah berjasa bagi

perkembangan Islam di Negeri ini.

C. Implementasi ajaran Aswaja Brunei Darussalam

1. Tradisi Kebudayaan

Apa yang disebut sebagai tradisi di sini adalah semua bentuk atau

wujud pikiran, keyakinan dan perilaku yang tercermin pada kegiatan

masyarakat dan hasil pembangunan yang tertampang dalam lingkungan

masyarakat Brunei Darussalam. Dengan demikian keseluruhan dari peri

kehidupan masyarakat adalah kebudayaan yang hidup dan mempengaruhi

kehiduoan masyarakat.

Melihat dan merasakan Negeri Brunei, mengesankan adanya

keteraturan manajemen pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja

dengan agama Islam Ahlus Sunnah Waljama’ahnya. Keteraturan dengan

kebersihan nampak jelas pada jalan-jalan raya yang bersih dan lebar,

lalulintas lancar dan tidak ada kemacetan. Pemukiman dan gedung-gedung

pun tertata rapi dengan pepohonan atau taman-taman hijau yang selalu

menghias sudut sudut rumah dan kota. Sepanjang jalan yang ada di negeri

ini, tertulis banyak kalimat-kalimat berbahasa Arab, khususnya arab jawi,

yaitu tulisan Arab tetapi bahasa melayu. Hal ini menunjukkan adanya

akulturasi dan pengaruh budaya Arab Muslim yang sangat kuat pada

masyarakat. bahkan negara memaklumlatkan bahwa bahasa resmi negara dan

masyarakat adalah bahasa Arab Jawi ini.

Page 88: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

80

Pemandangan yang menaraik adalah banyaknya masjid-masjid yang

dibangun secara megah. Apalgi di pusat kota, dibuatlah dua buah Masjid raya

yang sangat mewah bahkan kubahnya bertaburan emas dan perak. Masjid

raya di tengah kota Bandar seri Begawan bisa menampung ribuah jama’ah,

dan dekelola dengan rapi, indah, tertib dan bersih. Merasakan masjid di

negeri ini seperti miniatur surga yang di sekitar masjid tersebut selalu ada

taman-taman hijau dengan berbagai tanaman dan buah yang siapa saja boleh

memanfaatkannya. Bahkan di masjid ini disediakan makan bagi para musafir

dan masyarakat yang sangat membutuhkan. 22

Berbagai bangunan kuno dan yang baru dipadu dalam satu kesatuan

yang bertaburan arsitektur Arab, Barat dan Melayu; sebagai simbol integrasi

sosial yang mendukung terwujudnya sistem sosial yang damai dan sejahtera

bersama. Dari beberapa museium yang ada, musiun negeri maupun musium

raja, nampak sekali kekuatan dan pengaruh besar agama Islam dengan hasil

kebudayaaan ilmu pengetahuannya dan teknologi yang digunaproduksikan.

Yang kesemuanya berpegang pada al-Qur’an al-Kariem. Pada musieum

nampak banyaknya kitab-kitab al-Qur’an dengan berbagai versi, berbagai

bentuk dan ragam hias kaligrafinya, menunjukkan kepedulian raja pada al-

Qur’an dan sekaligus menggambarkan kuatnya masyarakat berpegang teguh

kepada al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya.

Selain al-Qur’an juga terdapat tasbih dengan berbagai ukuran. Hal ini

menjukkan adanya semangat ibadah pendekatan diri masyarakat dan Raja

kepada Allah begitu kuat. Hal ini sesuai dengan perilaku masyarakat yang

22 Hasil observasi pada tanggal 13-16 Desember 2015 di kota-kota Brunei Darussalam.

Page 89: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

81

suka melakukan dzikir dalam berbagai upacara dan kegiatan keseharian dan

kenegaraan. Bahkan setiap har-hari besar international, seperti hari buruh,

hari aids, hari olah raga dan sebagainya dirayakan secara sangat religius

misalnya dengan khataman al-Qur’an, pembacaan doadan dikir. Maka

negarapun memaklumatkan sebagai negara berdikir.

2. Sistem Pendidikan

Bidang pendidikan merupakan aspek strategis dalam setiap

pembangunan masyarakat pada suatu bangsa. Demikian juga di Brunei

Darussalam, negara memberikan perhatian yang sangat besar pada dunia

pendidikan, karena maju mundurnya suatu bangsa sangat bergantung kepada

pembangunan sumberdaya manusianya, dan pembangunan sumberdaya

manusia tersebut hanya diperoeh melalui proses pendidikan.

Sebagai negara yang berdasarkan Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah,

maka negara melaksanakan pendidikan yang berbasis nilai-nilai tersebut

dengan program-program sebagai berikut:

a. Pembiayaan secara penuh pendidikan oleh negara bagi warga pada semua

jenjang mulai dari tingkat dasar sampai kepada tingkat doktoral.

b. Memberikan pendanaan sesuai dengan kebutuhannya bagi pengembangan

keilmuan, dengan secara konsisten memgutamakan kajian-kajian Islam

Ahlu Sunnah Waljama’ah.

c. Materi pendidikan agama Islam, menjadi wajib bagi seluruh warga

negara.

Page 90: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

82

d. Sistem penpenjenjangan pendidikan menyesuaikan sistem pendidikan

modern Barat.

e. Kebijakan pendidikan berada di tangah raja, baik pendanaan maupun arah

dan materi yang dilaksanakan.

f. Bahasa Arab Jawi wajib digunakan oleh seluruh sekolah.23

3. Sistem Politik dan Pemerintahan

Pada sistem politik dan pemerintahan di Brunei Darussalam ini, diatur

dalam prinsip dan kaidah MIB; Melayu Islam Beraja.24 Bahkan MIB inilah

yang disebut sebagai ideologi negara yang telah disahkan sejak Proklamasi

Kemerdekaan Negera pada tanggal 1 Januari 1984. Hal itu dapat dilihat pada

teks proklamasi kemerdekaan Brunei Darussalam yang dibacakan Sultan Haji

Hassanal Bolkiah yaitu, “Negara Brunei Darussalam adalah dan dengan

izin dan limpah kurnia Allah Subhanahuwa Taala akan untuk selama-

lamanya kekal menjadi sebuah Melayu Islam Beraja yang merdeka,

berdaulat dan demokratik, bersendikan kepada ajaran-ajaran Agama

Islam menurut Ahlussunnah Waljamaah”.

Walaupun pencanangan dasar negara tersebut secara resmi pada

tahun 1984, namun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah berurat

berakar dalam tradisi masyarakat Brunei sejak zaman dulu yaitu sejak

berdirinya kerajaan Brunei dengan raja pertamanya yaitu Awang Alak

Betatar atau Sultan Mohammad Syah. Penjabaran secara rinci tentang MIB,

23 Hasil FGD dengan Pusat Pengkajian Pemahaman Ahlus Sunnah Waljama’ah, yang

dipimpin oleh Prof. DR.Syamsul Bahri, pada hari Selasa, 14 Desember 2015 24 Penjelasan Mohd. Muslehuddin, Staf pada Pusat Pengkajian Kefahaman Ahlu Sunnah

Waljamaah, Selasa 15 Desember 2015.

Page 91: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

83

agar menginternalisasi kepada masyarakat maka Raja membentuk badan

khusus yang diberi nama Majelis Tertinggi Kebangsaan Melayu Islam

Beraja (MTKMIB), yang diketuai Pehin Dato Abdul Aziz Umar (mantan

Menteri Pendidikan). Lembaga ini bertugas untuk mejabarkan pengertian

MIB dalam kehidupan kebangsaan dan menyebarluaskannya kepada

masyarakat.

Pengertian MIB mencakup tiga landasan pokok yaitu Melayu, Islam

dan Beraja. Pengertian ketiga konsep dasar tersebut melalui uraian masing-

masing yaitu: Melayu, Islam dan Beraja.

a. Melayu

Istilah Melayu memiliki berbagai macam defenisi seperti dikemukakan

oleh ilmuwan Van Ronekl yaitu,”... bangsa Melayu ialah orang yang

bertutur bahasa Melayu dan mendiami Semenanjung Tanah Melayu,

Kepulauan Riau Lingga serta beberapa daerah di Sumatera khususnya di

Palembang.” Tetapi pengertian definisi Melayu tersebut berbeda dengan

konsep Melayu berdasarkan Konsitusi Malaysia yang menyatakan bahwa

bangsa Melayu adalah orang yang berbahasa Melayu, beragama Islam

dan mengamalkan budaya Melayu.

Sementara itu, pengertian Melayu berdasarkan konsteks MIB adalah

bangsa Melayu yang termaktub dalam Konstitusi Brunei Darussalam

tahun 1959 yaitu 7 etnis yang tinggal di Brunei yaitu: Melayu Belait,

Melayu Bisaya, Melayu Brunei, Melayu Dusun, Melayu Kedayan,

Melayu Murut, dan Melayu Tutong.

Hal itulah yang membedakannya dengan etnis Melayu di Malaysia dan

Page 92: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

84

Indonesia. Warga suku Melayu Brunei Darussalam disebut dengan istilah

rakyat Kebawah Duli sebagai konsekuensi logis atas diakuinya hak-hak

etnis Melayu Brunei tersebut dalam ideologi negara. Sementara itu bagi

warga etnis lain diluar etnis Melayu Brunei disebut dengan istilah

penduduk Kebawah Duli seperti etnis Cina dan India yang telah disahkan

sebagai warga negara Brunei.

b. Islam

Islam pada ideologi MIB mengandung pengertian bahwa Brunei

Darussalam adalah kerajaan Islam dan bukanlah negara sekuler.

Penerapan nilai-nilai ajaran Agama Islam dirujuk kepada Agama Islam

golongan Ahlus Sunnah Waljamaah yaitu mengikut Mazhab Imam

Syafei.

Kelompok Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah golongan agama Islam yang

menjadikan Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai

sumber utama dan mengakui kekhalifahan Rasulullah (Khulafaurasyidin)

yaitu Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin

Abi Thalib. Golongan Ahlussunnah Wal Jamaah ini dipelopori oleh

Imam Al Asyhari dari Irak dan golongan inilah yang membedakannya

dengan golongan Mu’tazilah maupun Islam Syiah.

Sedangkan menurut Mufti Brunei, Pehin Abdul Aziz bin Juned bahwa

Ahlussunnah Waljamaah adalah golongan yang mendukung atau

menganut pendapat-pendapat atau kepercayaan yang datang dari

Rasulullah SAW yang disebut juga dengan Sunnah Rasulullah.

Sedangkan dalam tradisi Ahlus sunnah waljamaah mengakui adanya 4

Page 93: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

85

mazhab utama yaitu: Imam Syafei, Iman Hanafi, Imam Maliki dan Imam

Hambali.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa sejarah Brunei diawali dengan

pemerintahan Raja Awang Alak Betatar yang kemudian masuk Islam dan

menukar namanya menjadi Sultan Mohammad Syah pada tahun 1365 M.

Dasar negara Islam ini dijabarkan dalam bentuk penerapan Syariat Islam

dalam urusan agama disamping penerapan hukum sipil bagi hal-hal

tertentu mengikuti hukum Inggris. Begitu pula dalam bidang ekonomi,

pemerintah Brunei Darussalam gencar mendirikan bank Islam bahkan

mengharapkan jadi pusat keuangan Islam di kawasan. Begitu pula atas

dasar Islam ini pulalah arus keluar masuk barang dari luar dan ke dalam

negeri diatur sedemikian rupa agar untuk menghalangi masuknya barang-

barang yang diharamkan oleh ajaran Islam.

Sultan Brunei disamping sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan

adalah juga bertindak sebagai pemimpin tertinggi Agama Islam dimana

dalam menentukan keputusan atas sesuatu masalah dibantu oleh Mufti

Kerajaan. Meskipun demikian bukan berati umat non-Muslim tidak

mendapat tempat di Brunei karena dalam Al Quran sendiri diakui hak-hak

warga non-Muslim. Ajaran Islam pula memerintahkan tunduk dan patuh

kepada seorang Ulil Amri dalam konteks ini adalah sebagai seorang

Sultan yang akan membawa bangsa dan rakyatnya menuju kemakmuran

dan kesejahteraan. Rakyat Brunei diharapkan dapat mengamalkan ajaran

Islam karena diyakini agama tersebut merupakan agama yang sempurna.

Pengamalan ataupun perlakukan etnis Melayu dalam berkeluarga,

Page 94: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

86

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beraja tidak bertentangan

dengan ajaran Islam.

b. Beraja

Unsur atau sila ketiga daripada dasar negara MIB adalah Beraja artinya

Brunei merupakan negara kerajaan (monarki) yang dipimpin oleh seorang

raja secara absolut. Dalam konteks kebudayaan Melayu, rakyat telah

menyerahkan haknya secara bulat kepada raja untuk memerintah.

Tentunya raja harus dapat menjalankan amanat tersebut yang tidak hanya

diberikan oleh rakyatnya tetapi juga dari Allah SWT untuk membawa

rakyat kepada kesejahteraan dan kemakuran. Sehingga muncullah

pribahasa dalam perspektif adat yang mengatakan ”Raja tidak zalim,

rakyat pantang menderhaka kepada raja” dan ”Raja wajib adil, rakyat

wajib taat” dari perspektif agama.

Dalam konteks Beraja dalam MIB ini, Sultan memiliki 6 kedudukan:

1. Raja sebagai payung Allah di muka bumi,

2. Raja sebagai pemimpin tertinggi Agama Islam,

3. Raja sebagai kepala negara

4. Raja adalah kepala pemerintahan,

5. Raja sebagai pemimpin tertinggi adat istiadat,

6. Raja sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.

Dibandingkan dengan kerajaan atupun negara lain di dunia,

kedudukan Sultan tersebut lebih kuat dan telah diwariskan secara

lama secara turun-temurun. Ketiga unsur atau sila dalam MIB tersebut

adalah merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu

Page 95: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

87

dengan yang lainnya. Belumlah dapat dikatakan nasionalisme

seseorang rakyat Brunei dinilai baik kalau tidak mengakui salah satu

daripadanya seperti hanya mengakui Melayu dan Islam tapi tidak

mengakui Beraja.

Raja Brunei dalam sejarahnya telah berhasil menunaikan

kewajibannya dengan baik yang menjadi hak rakyat. Oleh sebab itu,

rakyat juga dituntut untuk menunaikan kewajibannya kepada raja

yang menjadi hak seorang Raja yaitu taat dan setia serta mendukung

kebijakannya yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Dalan sistem Beraja terdapat 3 unsur yaitu: raja, pemerintahan

dan rakyat. Raja akan dihormati dan dicintai apabila pemerintahan

dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Dengan sendirinya rakyat kemudian

akan menunjukkan kesetiaannya kepada raja. Pemerintah hendaknya

dapat menjalankan roda administrasi dengan baik agar pembangunan

berjalan dengan berhasil. Hal inilah yang sebenarnya dituntut oleh

Agama Islam yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan

Umat Islam sehingga dapat menunaikan kewajibannya baik fardhu ain

maupun kifayah.25

4. Bidang hukum

Bagi Negara Brunei Darussalam, pegangan dan amalan hukum jelas

berasaskan Ahlus Sunnah Waljama’ah al-Syafi’iyyah. Dan hal ini telah jesal

25 Penjelasan ini dilengkapi dengan berbagai informasi dari media internet misalnya

http://liecute.blogspot.co.id/2008/06/ ideologi-negara-brunei-darussalam.html.

Page 96: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

88

dinyatakan dalam pelembagaan Negara Brunei. Agama resmi bagi negeri

adalah Islam menurut Ahli Sunnah waljama’ah, tetapi agama-agama lain

boleh diamalkan dengan aman dan sempurna oleh mereka yang

menyakininya. Pengambilan dan pilihan kepada madzhab al-Syafi’iyah ini

telah tegaskan pada dokumen pelembagaan Negara pada bab 3 (1) dan juga

(S32/04;S65/04).

Berdasarkan pelembagaan di atas, pemahaman dan penghayatan

masyarakat islam di Brunei Darussalam dalam hal akidah terikat oleh paham

Ahlus Sunnah Waljama’ah al-Asy’ariyah wal Maturidiyah. Maka

barangsiapa yang menyebarkan dan mengamalkan akidah selain darai pada

akidah Ahlus Sunnah Waljama’ah, akan dianggap melakukan penyelewengan

dari dasar ajaran Ahlus Sunnah Waljama’ah (ASWJ) dan didakwa di bawah

bab 186 dari Akte Majelsi Ugama Islam dan Mahkamah Kadi Penggal 77,

yang menyebutkan bahwa:

“Barang siapa yang mengajar atau menerangkan di hadapan awam

seberang ajaran atau melaksanakan seberang upacara atau

perbuatan yang berkaitan dengan ugama Islam dengan sebarang

cara yang bertentangan dengan hukum syarak adalah melakukan

suatu kesalahan; hukuman di penjara selama 3 tahun atau didenda

sebanyak $2,000.”

Dalam hal fiqih, atau hukum Islam, pendapat yang digunakan dalam

mendasarkan kepada pendapat yang sah (muktamad) dalam madzhab Syafi’i.

Bila pendapat al-Syafi’i setelah dipertimbangkan secara seksama berlawanan

dengan kepentinga hajat masyarakat umum, maka boleh mengambil pendapat

madzhab yang lain yang disahkan, yaitu madzhab Hanifiah, Maliki dan

Hanbaliyah.

Page 97: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

89

Dalam pelaksanaannya hukum Islam, persialan halal haram sangat

ditekankan dalam masyarakat Brunei. Melalui Lembaga Fatwa Kerajaan,

persoalan halal haram diatur sedemikian rinci dan teknis. Diantara persoalan

halal yang dikontrol negara antara, makanan, minuman, restoran,

penyembelihan, pengibatan, perdagangan, kosmetik, pakaian dan

transportasi. Aturan halal haram ini begitu ketat, dimana semua hal yang

dipakai, apalagi digunakan secara umum, maka izin harus didapatkan dan

memastikan kehalalalnya. Negara memiliki kepedulian dan jaminan kepada

masyarakat akan kehidupan yang halal sehingga mendapatkan keridhaaan

Allah sebagai implementasi Ahlus Sunnah Waljama’ah.26

5. Bidang ekonomi

Brunei Darusalam adalah satu dari negara yang memiliki sumber daya

minyak dan gas alam yang luar biasa. Kebijakan Sultan selalu diupayakan

untuk mendukung keseimbangan ketersediaan sumber daya alam ini agar

terus berkesinambungan. Kebijakan untuk menumbuhkan sumber daya alam

lainnya seperti kebijakan energy kelistrikan yang dikeluarkan oleh perdana

menteri, yang menginisiasi kebijakan tarif terkait dengan konsumsi energi.

Untuk itu, pihak kerajaan juga meminta respon publik terkait dengan ide

energi baru. Respon positif mengindikasikan bahwa di Brunei perhatian

terhadap penggunaan energi harus lebih diperketat sebagaimana penggunaan

26 Sebagaimana dibukukan dalam suatu fatwa yang secara sistematis komprehensif diatur

oleh negara Brunei. Lihat lebih lanjut pada State Muftis Office, Issues on Halal Product; Compilation

of State Mufti’s Fatwa on Issues on Halal Product 1994-2006 Brunei Darussalam, (Brunei Darussalam:Prime Manistre Office, t.th)

Page 98: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

90

tabungan dan masyarakat dihimbau untuk lebih memperbaiki gaya hidup

dengan prioritas efisiensi energi.

Dari sisi pendidikan, Universitas Brunei Darusalam (UBD) berperan

sebagai kelompok Pembangun Teknologi yang dimotori oleh biro Penelitian

Brunei yang berkonsentrasi pada sumber energi alternatif, yang tidak hanya

berorientasi pada keuntungan pengembangan ilmu akan tetapi juga

berkontribusi bagi Sultan demi kelangsungan energi mendatang. Dalam

proyek khusus yang dimulai pada tahun 2011, sejumlah rumah/ pemukiman

yang menjadi icon/ landmark Kampung Ayer.

Pemerintahan Brunei Darusalam terus mempromosikan tenaga kerja

lokal dalam sektor privat, sementara mayoritas bekerja di sektor publik.

Untuk mengakomodir kesiapan tenaga kerja, kementrian Sumber daya atau

Human Resources Development Fund of the Departement of Economic

Planning and Development (DEPD) menyelenggarakan kegiatan bagi para

lulusan sarjana seperti bursa lapangan kerja (fresh graduate seeking

employment), kursus-kursus kilat seperti kursus bahasa untuk bisnis dan

training kemampuan berkomunikasi.

Brunei Darusalam dikenal menerapkan sistem ecotourism, untuk

memaksimalkan potensi ekonomi di bidang pariwisata. Spanjang 161

kilometer garis pantai dengan air laut yang biru sangat menarik bagi

wisatawan. Landscape Brunei Darusalam dikelilingi hutan yang dibatasi oleh

sungai. Beberapa titik wisata Brunei yang sangat bernilai ekonomis adalah:

Page 99: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

91

1. Kawasan Brunei Muara: Pantai Muara, Pantai Serasa, Pulai Selirong,

Bukit Tempayang Pisang, Taman Bukit Rekreasi Shahbandar, Taman

Tasek Rekreasi lama, Wasai Kendal, Dermaga Diraja

2. Kawasan Tutong: Pantai Seri kenangan, Taman tasek Merimbun Heritage

3. Kawasan Belait: Bukit Teraja, Taman Sungai Liang Forest Rekreasi,

Wasai Wong Kadir, Taman Luagan Lalak, Taman Sungai Mau Rekreasi.

4. Kawasan Temburong: Taman Ulu Temburong Nasional, Taman Kuala

Belalong Mini, Taman Perdayan Forest Rekreasi.

Pengelolaan ekonomi di Brunei Darusalam diwujudkan ke dalam beberapa

aspek yaitu :

1. Managemen Sumber Daya

Supply terhadap kebutuhan air untuk populasi dari sekitar 400.000

penduduk dilayani dengan sejumlah fasilitas pipa yang mendapat pengawalan

dari Water Quality Guidelines dari WHO. Dalam hal ini pemerintah

kesultanan merencanakan infrastruktur air, sistem drainase, pertanian, dan

sebagainya.

Gas dan minyak bumi ditemukan sejak 1929 dan menjadi komoditi

yang sangat diandalkan hingga mendapat julukan Black Gold atau emas

hitam, dan menjadi sumber utama bagi pendapatan Brunei Darusalam. Brunei

Darusalam menjadi penghasil tebesar ketiga di Asia Tenggara yang

memproduksi sejumlah 143.226 barel perhari (bdp) pada pertengahan 2012.

Sekaligus menjadi pengekspor minyak terbesar ke sembilan di dunia

(Liquefield Natural Gas). Dengan kontribusinya, Brunei Darusalam berperan

penting dalam penentuan pasar minyak dunia. Sektor energi Brunei

Page 100: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

92

Darusalam menjadi sektor andalan, di bawah kendali Total Energy sebagai

perusahaaan energi multinasional yang telah menempati posisi terbesar

keempat di dunia sebagai pengekspor terbesar. Kurang lebih sekitar 98.000

pekerja dan telah beroperasi lebih dari 130 negara di dunia.Total Company

telah mengeksplorasi lebih dari 40 negara dan sebagai produsen minyak dan

gas di lebih dari 30 negara. Untuk menjalin hubungan dengan lingkungan,

Total Company juga telah menerapkan Corporate Social Responsibility yang

dijalankan atas dasar 4 pilar:

1. Mengembangkan dan mendorong komunitas lingkungan.

2. Berkontribusi untuk membangun Kompetensi Brunei di bidang

perminyakan yang akan menguntungkan keberlanjutan bisnis mereka dan

daya kompetisinya.

3. Menjadi posisi kunci dalam mempromosikan lingkungan kelautan dan

aktivitas budaya untuk menciptakan kepedulian publik.

4. Berpartisipasi dalam diversifikasi ekonomi Brunei untuk mencapai profil

yang maksimal.

Keamanan/ ketahanan pangan menjadi tujuan utama dari Kementerian

Industri dan Sumber Daya Primer (MIPR). Kementerian ini juga menerapkan

berbagai metode/ strategi untuk mencapai pemenuhan produksi padi yang

optimal. Salah satunya padi Laila yang dihasilkan 3 ton per hektar. Dengan

managemen yanga bagus bisa dihasilkan 3-4 MT (metric tonnnes) per hektar.

Selain keberhasilan varitas padi laila, Brunei Darusalam melanjutkan fokus

pada penelitian tentang padi untuk meningkatkan produksi lebih dari 90 %

dari kebutuhan pangan.

Page 101: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

93

2. Keberlanjutan Ekonomi

Menteri perindustrian dan Sumber Daya telah mengumumkan bahwa

di antara fokus ekonomi adalah pengembangan/ diversifikasi yang mencakup

penekanan pada sektor agrikultur yang meraup sekitar 288 miliar Brunei dari

total 1.515 triliun pendapatan, melebihi sektor industri, sektor pariwisata,

perikanan sebagaimana dalam sektor kehutanan. Pemerintah telah

mengalokasikan sejumlah lahan dari 4 distrik dan sekitar 555% lahan

dialokasikan untuk agrikultur.

Selain agrikultur, Brunei Darusalam juga mengembangkan

perekonomian di bidang aquaculture, yang diidentifikasikan sebagai sektor

terbesar/ mayor di bidang industri perikanan dengan kmontribusi sebesar 200

milyar dolar Brunei hingga tahun 2023. Beberapa strategi aquaculture di

untuk perikanan diterapkan agar mereka mapu menembus pasar ekspor.

Satu dari tujuan jaminan kualitas adalah melalui Good Aquaculture

Practices (GAP), yaitu sebuah sistem atau menajemen yang diikuti oleh

setiap pengusaha aquaculture dalam rangka memproduksi produk-produk

berkualitas. GAP berusaha menghasilkan produk yang bebas penyakit dan

aman untuk dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan iklim

perikanan yang ramah lingkungan. Operator dari uaha aquaculture berusaha

untuk menerapkan kualitas pada produk mereka dalam rangka mendorong

kesempatan mereka menembus pasar yang lebih luas.

Departemen perikanan telah menyiapkan aktivitas dan sarana yang

memadai, seperti Pelong Roks dan area Pelompong. Proyek “hybrid grouper”

Page 102: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

94

telah dimulai yang ditandai dengan disepakatinya MoU antara depatemen

perikanan Brunei Darusalam dan departemen perikanan dan Kelautan

Provinsi Guangdong, Rrepublik Rakyat Cina pada tanggal 10 September

2008. Hingga beberapa tahun teakhir, pertukaran komoditi ikan antara

Guangdong dan Brunei telah mendapatkan perkembangan yang cukup besar.

Seperti yang diketahui, Guangdong adalah provinsi penghasil ikan terbesar di

China. Guangdong juga telah menggabungkan teknologi aquaculture dan

pengalaman managemen. Di sisi lain, Brunei Darusalam memiliki sumber

perikanan dan kondisi alam yang sangat menguntungkan yang memebrikan

berbagai peluang bagus bagi industri perikanan.

3. Industri Halal

Dalam upaya pencapaian Brunei Vision 2035 untuk memperluas

ekonomi negara selain minyak dan gas alam, Brunei Darusalam terus

menguapayakan sertifikasi merk industri halal yang telah dimulai sejak tahun

2009. Dengan perubahan iklim industri yang cepat serta persaingan regional

dalam berbagai industri, Brunei Darusalam berupaya untuk terbebas dari

ketergantungan pada minyak dan gas alam, beralih pada pasar halal global.

Merk Brunei Halal merupakan produk dari keseriusan pemerintah dan

upaya mengenalkan warisan Islam pada dunia. Merk Brunei halal ini menjadi

pioner bagi pengusaha kecil dan menengah (SMEs) untuk memasuki

persaingan pasar global, melahirkan kesempatan investasi bagi Brunei

Darusalam di negara lain serta menciptakan pekerjaan sejalan dengan

tingginya angkatan kerja yang berpendidikan.

Page 103: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

95

Brunei Wafirah Holding, sang pemilik merke Brunei Halal telah

beroperasi sejak 2009, dan telah melebarkan usahanya hingga benua Eropa

dengan mengoptimalkan penjualan dan distribusi di bulan Agustus 2011 di

Saltley Business Park di United Kingdom di bawah perusahaan Brunei

Wafirah Ltd.

Selain mengembangkan pasar Brunei Halal, Brunei juga

mengeksplorasi berbagai kesempatan di bidang farmasi dan kosmetik.

Tujuannya adalah untuk membangun kepercayaan dalam hal merk melalui

strategi yang mendorong integritas halal pada produk serta kepatuhan pada

aturan mencakup bidang bahan/ komponen bahan, proses produksi, logistik

dan distribusi. Merk Brunei Halal selanjutnya bertujuan untuk memenuhi

konsumsi masyarakat muslim dunia, serta menjadikan konsep halal sebagai

solusi dunia.

Brunei halal juga mendorong pertumbuhan usaha kecil menengah

(SMEs) untuk mengembangkan usahanya hingga ekspor. Terlebih karena

banyak usaha kecil tidak memiliki sertifikat HACCP dan ISO, maka Brunei

Halal berkomitmen untuk bekerja sama dengan usaha kecil menengah

(SMEs) agar bisa mengekspor produk yang dihasilkannya, dengan memenuhi

persyaratan produk, pengemasan serta akreditasi komersil yang diberlakukan.

Kebijakan Brunei halal ini bisa dimaklumi pula sebagai pelaksanaan

konsep agama negara yaitu Islam. Meski demikian kebebasan beragama

(selain Islam) dilindungi oleh pemerintah Brunei Darusalam. Demografi

populasi berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Islam 67 %, Budha 13

%, Kristen 10 %, dan 10 % lainnya merupakan pemeluk ajaran / kepercayaan

Page 104: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

96

lainnya. Kebersamaan agama dan kultur budaya sangat mempengaruhi

kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat sebagai “keramahtamahan Brunei”

atau Bruneien Hospitality”.

Keseriusan Brunei Darusalam juga diperkuat dengan diterbitkannya

Kompilasi Fatwa pada Produk Halal 1994-2006 oleh Dewan Mufti Kerajaan

Brunei Darusalam yang di dalamnya mengatur beberapa hal yaitu:

a. Makanan, di dalamnya mengatur tentang:

a) Penggunaan bahan tambahan makanan Monosodium Glutamate,

b) Makanan hewan,

c) Penyiapan sate dan metode membersihkan daging,

d) Hukum mengkonsumsi tape,

e) Pengemulsi,

f) Konsumsi daging yang subhat,

g) Konsumsi saus,

h) Hukum mengkonsumsi ikan yang terkena najis.

b. Minuman, di dalamnya mengatur:

a) Konsumsi minuman yang bercampur dengan alkohol,

b) Softdrink ,

c) Minuman yang subhat,

d) Hukum penggunaan air yang telah disterrilkan dari najis (newwater),

c. Restoran, yang di dalamnya mengatur:

a) Perintah mencantumkan peringatan “tempat makan bukan untuk

orang Islam” di restoran tertentu,

b) Lisensi restoran untuk non muslim,

Page 105: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

97

c) Restoran non muslim yang menjual makanan halal,

d) Hukum bersantap di toko non muslim.

d. Penyembelihan hewan, di dalamnya mengatur tentang

a) Penyembelihan ayam

b) Pasca penyembelihan

e. Obat-obatan, di dalamnya mengatur tentang

a) Obat-obatan yang bercampur dengan dengan alkohol dan gelatin

b) Vaksin meningitis

c) Kriteria untuk memilih obat

d) Obat dari tanduk hewan

f. Perdagangan, di dalamnya mengatur tentang

a) Perdagangan air zam-zam

b) Bisnis laser disk

c) I.B.B Saham

d) Hadiah dengan sistem pembelian

e) Transaksi bank konvensional dalan proyek halal

f) Pembelian produk dalam Quiz

g) Jual beli daging babi

h) Perdagangan kucin

i) Pembelian daging dari penjual non muslim

j) Hukum bisnis Amway

k) Penawaran lewat sms

l) Hukum dari hasil penjualan anjing

m) Hukum pembelian daging di toko non muslim

Page 106: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

98

g. Kosmetik, di dalamnya mengatur tentang

a) Pewarna rambut

b) Mewarnai rambut memakai henna

c) Parfum yang mengandung alkohol

d) Penggunaan alkohol

h. Perhiasan, di dalamnya mengatur tentang

a) Memotong bulu domba hidup-hidup

b) Kata “carlsberg” pada kain

i. Persewaan dan Perabotan, di dalamnya mengatur tentang

a) Penggunaan gedung

b) Microwave yang diproduksi oleh non muslim

c) Penggunaan dapur dan mesin cuci di apartemen oleh non muslim

d) Cara pembersihan pasar babi

e) Penggunaan peralatan dari tulang

f) Transportasi

g) Penulisan label transporrtasi untuk daging babi

h) Transportasi khinzir atau daging babi

4. Perbankan Syariah & Otoritas Moneter

Sektor keuangan di Brunei Darusalam berjalan dengan 2 sistem

keuangan yaitu konvensional dan Keuangan Islam. Ada beberapa bank yang

beroperasi di Brunei Darusalam, 7 bank dari luar negeri dan 3 bank lokal,

termasuk 2 bank Islam yaitu Bank Islam Brunei Darusalam (BIBD) dan

Tabung Amanah Islam Brunei (TAIB), Baiduri Bank Berhad, Citibank,

Page 107: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

99

HSBC, Standard Cartered Bank, Maybank, RHB dan United Overseas Bank,

Bank international seperti Royal bank Canada, Commerce International

Merchant Bankers and Overseas-Chinese Banking Corporation juga

menempatkan cabangnya di Brunei Darusalam.

Khusus untuk industri perbankan Islam di Brunei dimulai dengan

beroperasinya Tabung Amanah islam Brunei (TAIB) pada tahun 1991 yang

kemudian diikuti oleh Islamic Bank of Brunei Berhad (IBB) pada tahun 1993

dan Islamic Development Bank of Brunei Berhad (IDBB) pada tahun 2000.

Kementerian keuanganh pada gilirannya menerapkan merger antara IBB dan

IDBB menjadi Bank Islam Brunei Darusalam (BIBD) yang diluncurkan pada

tahun 2005.

Keuangan Islam memainkan peran sentarl pada ekonomi lokal Brunei

Darusalam gengan 40 % dari market share bank Syariah.dalam kurun waktu

5 tahun berikutnya telah meningkat 55 hingga 60 %. Sebagaimana industri

pelayanan keuangan yang menuntut jiwa kompetitif, bank Islam juga

memiliki tantangan tersendiri. Tantangan itu antara lain bagaimana

mengelola pembiayaan agar tidak mendatangkan resiko besar bagi mereka.

Beberapa jenis produk keuangan adalah dengan adanya BIBD’s Sukuk

Al-Ijarah pada tahun 2006, seiring dengan BIBD Musyarokah Musahamah

dan Sertifikat Al-BaiTradable Musyarokah. Perkembangan sektor ekonomi

juga mengalami perkembangan seiring pertumbuhan bank Islam di Brunei

Darusalam, seperti yang dikemukakan oleh Javed Ahmad (Direktur Manajer

BIBD) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pelayanan Keuangan Islam

lahir sejalan dengan populasi masyarakat muslim. Faktanya, ada sejumlah 1,

Page 108: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

100

6 miliar masyarakat muslim pada dunia global yang membutuhkan pelayanan

seperti ini. Banyak bank konvensional juga membuka pelayanan keuangan

Islam untuk memenuhi tuntutan pasar.

Baiduri Bank beroperasi dan memiliki 13 cabang pada Times Square

Shopping hingga Juli 2012. Dan sejak 1994, Baiduri Bank konsisten

membangun keuangan yang kuat dengan menyiapkan pelayanan produk dan

konsumen. Upaya mereka membuahkan prestasi internasional, antara lain

sebagai Best Retail Bank Brunei dari Asian Banker; Best Banking Group dari

World Finance dan Bank of the Year dari The Banker Magazine, UK.

5. Wirausaha/ Enterpreneur

Brunei Darusalam memiliki komitmen kuat untuk membangun bisnis

lokal yang fokus pada pertumbuhan industri kecil menengah (SMEs).

Berkoordinasi dengan Brunei Economic Deelopment Board (BEBD) dalam

rangka memperkuat sektor dalam negeri, Local Business Development

Strategy diformulasikan untuk memenuhi Brunei vision tahun 2035. BEBD

telah memformulasikan beberapa program untuk mengembangkan

kapabilitas, permodalan dan konektifitas dengan tujuan menciptakan

kreatifitas bagi bisnis lokal dengan mempromosikan lingkungan bisnis yang

ramah.

Selain itu dengan mengajak Kementerian Budaya, Pemuda dan

Olahraga, Alcoa of the USA, Bank Islam Brunei Darusalam, Petroleum Geo

Services of Norway dan Citi Foundation of the USA, Beberapa program

dijalankan oleh YDR termasuk seminar motivasi, mentoring bisnis,

Page 109: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

101

workshoip bisnis dan skema bisnis mikro. Tipe bisnis yang dikembangkan

meliputi industri roti, jahit, makanan, jasa kaering, salon, cuci mobil, dan

sebagainya.

Perkembangan usaha di Brunei Darusalam juga semakin bergeliat

dengan dibukanya Icenter yang mulai beroperasi pada tahun 2008 di bawah

kendali Pangeran Mohamed Bolkiah, yagn pada sat itu juga menjabat sebagai

menteri perdagangan dan kementerian luar negeri. Icenter manjadi inkubasi

tehnologi komunikasi dan informasi (ICT) yang fokus pada pengembangan

pengusaha ICT menuju produksi Made-in Brunei.

6. Bidang pendidikan

Dalam rangka menghadapi tantangan sosial dan ekonomi pada abad 21

serta untuk merealisasikan visi kementerian pendidikan untuk membekali

pelajar dengan ketrampilan yang berguna, National Education Scheme

(SPN21) telah dikenalkan sebagai sistem pendidikan sejak 2009. Alasan di

balik pendekatan holistik dari SPN21 adalah untuk mencapai Visi Brunei

2035 yatiu mencetak generasi yang trampil untuk memasuki dunia kerja dan

ekonomi yang berkelanjutan. Negara ingin membentuk kreatifitas, inovasi

dan pelajar yang memiliki ketrampilan yang tinggi.

Kementerian Pendidikan telah mencanangkan beberapa program yang

mencakup kemampuan individu, inovasi kerja sebagaimana kreatifitas pada

kemampuan intelektual dan kreatifitras kemampuan menstimulasi mental dan

pengembangan bakat atau talenta.

Page 110: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

102

Sejalan dengan SPN21 adalah adanya upaya meningkatkan efisiensi

pengajaran dan pembelajaran serta pelayanan kantor dengan menyiapkan

sejumlah pelatihan dan bimbingan kepada para guru dan karyawan baik

secara tingkat lokal maupun internasional. Hal ini dimaksudkan untuk

menguatkan kualitas pelayanan melalui program Building Improvment of

Schools and Infrastructure (BISAI), serta program perawatan gedung,

penguatan jaringan kerja sama dan pendekatan kerja sama dengan komunitas

serta industri yang berkaitan dengan pendidikan internasional melalui

hubungan bilateral, pelibatan pada asosiasi penting semacam SEAMEO,

UNESCO dan ISESCO, pola baru bagi para guru dan sudah dikenalkan pada

tahun 2008, diselenggarakan pula program Kepemimpinan Sekolah untuk

mengembangkan kapasitas pimpinan kepala sekolah, yang

mengimplementasikan program membaca seperti English fo Pre-School

(EPPS), mengintensifkan dukungan pada Science, Technology and

Environment Partner Center (STEP) dan menerapkan La main La Pate

(LAMAP), yang mengenalkan ilmu pada sekolah dasar dan menengah serta

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mendukung visi menteri dalam menyiapkan kualitas pendidikan

bagi pengembangan negara, maka kedamaian dan kemakmuran senantiasa

diupayakan dalam pencapaian visi Brunei 2035. Untuk itu beberapa kegiatan

yang menginisiasi telah disiapkan. Sebagai contoh para pelajar dalam

program SPN21 telah menerapkan Applied Secondary Education Programme

yang berorientasi pada kombinasi antara tehnologi dan bisnis secara lebih

praktik dan menggunakan pendekatan pengajaran bermodel hands-on dan

Page 111: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

103

pendekatan pembelajaran. Melalui subyek bisnis, seni dan tehnologi, pelajar

akan mulai belajar mengembangkan bisnis khususnya identifikasi pasar dan

mendeteksi produk yang layak jual serta membangun ketrampilan dalam

penggunaan kemampuan berseni dalam waktu yang bersamaan menggunakan

tehnologi tingkat dasar. Kalau dilihat dari fatwa-fatwa lembaga fatwa,

memang Mufti ini memberikan saraan-saran agar diadakan sekolah-sekolah

agama, sehingga sekolah agama di Brunei sehingga lebih bagus, dan

disarankan juga oleh Mufti untuk mengadakan sekolah Arab. 7 tahun wajib

ugama. Jadi yang wajib itu sekolah melayu dan sekolah ugama.27

Bila di Indonesia sekolah agama banyak diajarkan di pesantren, di

Brunei tidak ada. Sebagaimana penjelasan pengurus lembaga dakwah yang

meyatakan bahwa di Brunei tidak ada pesantren, kalau dulu ada dan

namanya Balai. Pendidikan pun kita seiring dengan zamanlah. Jadi

kedudukan pesantren diganti oleh sekolah Arab,dan semuanya di asrama.28

27Hasil Focus Group Discussion dengan Pengurus Lembaga Fatwa Negara Brunei, Kamis, 17

Desember 2015 28 Wawancara dengan Pengurus Pusat dakwah Islamiyah Brunei Darussalam, Jum’at 18

Desember 2015

Page 112: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

104

BAB IV

BRUNIE DARUSSALAM:

NEGARA AHLUS SUNNAH WALJAMA’AH YANG SEJAHTERA

A.Analisis Konsep Aswaja

Bila dilihat dari sisi konsep pemikiran, Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunei

Darussalam merupakan bentuk dari pemahaman keislaman yang sudah berkembang

sejak masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiuttabi’in sampai para ‘ulama

dan da’i da’i kekinian. Dengan pemahaman makna aswaja sebagai kelompok yang

konsisten dengan kebenaran dan kebaikan yang dibawa secara turun temurun dari

para ulama, menunjukkan bahwa paham keislaman ini berusaha untuk yang

menjaga keaslian ajaran Islam dan ketersambungan (qontiunity). Hal ini penting

dilakukan secara konsisten karena banyak dalam pengalaman agama-agama langit,

yang terjadi berbagai penyelewengan ajarannya, sehingga tidak lagi bisa dijamin

orisinalitas ajaran yang kemudian melahirkan banyak penyalahgunaan. Dengan

demikian konsep Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam sejatinya

menganut telah memenuhi unsur teoritis qontiunity and changes.

Pemaknaan yang dilakukan oleh para ulama Brunei Darussalam tentang

Ahlus Sunnah Waljama’ah mengacu kepada pemaknaan yang dilakukan oleh para

ulama Nusantara yang tergabung pada MABIM, yaitu Majelis Agama Brunei

Darussalam, Indonesia dan Malaysia. Kesepakatan makna tersebut intinya adalah

golongan yang secara istiqamah berpegang teguh kepada tradisi kenabian dan

salafussalihin yang tentunya mengacu kepada dasar-dasar al-Qur’an dan al-Sunnah.

Page 113: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

105

Pemegangan terhadap sunnah nabawiyah tersebut untuk memastikan adanya

kebenaran yang pasti terjamin keasliannya karena selalu mengacu kepada bimbingan

dan pendapat pendapat para ulama yang satu sama lainnya saling bersambung secara

mutawatir sampai Rasulullah SAW.

Pemahaman makna yang dipegang dan jadikan dasar pemikiran dan amaliah

Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam ini, sebagaimana juga pemahaman

masyarakat ulama di Indonesia dan Malaysia, berbeda dengan makanaan Ahlus

Sunnah Waljama’ah pada kelompok lain seperti kelompok salafi wahabi, yang

memaknai tanpa harus mengacu kepada pendapat ulama-ulama. Sehingga

pemahaman yang diambil dari pemaknaannya yang lansung menafsirkan dari hadist

tersebut menimbulkan amaliah yang sangat berbeda dengan mayoritas kaum

muslimin, dan bahkan cenderung eksklusif dan tak jarang menjadi radikal

fundamental.

Dari pola pemaknaan tersebut, juga menunjukkan adanya metode

pengambilan dasar hukum bagi pemahaman dan pengamalan Ahlus Sunnah

Waljama’ah di Brunei Darussalam. Dapat dipahami bahwa para ulama di Brunei

Darussalam Ahlus Sunnah Waljama’ah mendasarkan kepada (1) al-Qur’an sebagau

sumber utama yang tidak bisa di tawar, (2) al-Sunah al-nabawiyah sebagai sumber

kedua setelah al-Qur’an, yang pemahamannya harus dilihat berbagai aspeknya; asbab

al wurud, riwayah sanadnya, matanya dan contoh dari para ulama serta pengamalan

mayoritas ummat, karena itulah maka (3) Ijma’ atau kesepakatan ulama-ulama yang

Page 114: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

106

ahli di bidangnya menjadi acuan dasar pemahaman yang ketiga. Ulama-ulama yang

dimaksud satu sama lainnya harus bersambung sampai Rasulullah SAW. Dan untuk

mensikapi berbagai perubahan sosial yang terus berkembang, maka para ulama Ahlus

Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam dan di Asia Tenggara pada umumnya

menggunakan metode (4) qiyas atau analogi kasus yang sudah ada sebelumnya

dengan peristiwa atau kasus yang muncul belakangan. Bila memiliki kesamaan sebab

dan aspek lainnya, maka hukum disamakan dengan hukum amal yang sudah ada

tersebut.

Dengan ke empat dasar pemahaman dan juga pengamalan Ahlus Sunnah

Waljama’ah di Brunei Darussalam tersebut, dapat dipahami bahwa Ahlus Sunnah

Waljama’ah tidak hanya sekedar paham keagamaan biasa saja, namun juga

merupakan metode berfikir atau metode istinbath hukum (dedutif) maupun metode

istidlal (induktif). Diantara metode tersebut adalah (1) Ahlus Sunnah Waljama’ah

sebagai manhaj qauli, artinya mengutip pandangan atau pendapat uama sunni secara

utuh berdasarkan kitab-kitab yang muktabar.oleh karenanya perlu dihindari

pengutipan dari pendapat atau kitab dari madzhab lain dalam rangka menjaga

kemurnian dan konsistensi pemahaman. (2) Ahlus Sunnah Waljama’ah sebagai

madzhab manhaji, artinya cara merespon masalah yang harus mengutip sumber al-

Qu’an, Hadits dan pendapat para ulama dengan tahapan pengutipan dari kitab al-

Qur’an usmani, dan mufasir yang terkemuka, kemudian mengutip hadist hadist yang

muktabar periwayatannya dengan mencantumkan nama perawi sampai Rasulullah

dan kadar hadis yang disahkan oleh ulama yang tidak diragukan kesunnianya.

Page 115: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

107

Langkah berikutnya adalah mengutip pendapat ulama baik ijma sahabat atau ijma

mujtahidin dengan tetap mengacu kepada kita-kitab muktabar serta mujtahid

muharrir madzhab.

Sedangkan prosedur penetapan hukum dalam tradisi Ahlus Sunnah

Waljama’ah se Asia Tenggara, sebagaimana berlaku di Brunei Darussalam juga

mengacu kepada tiga pola, yaitu (1) pola maudhuiyah, yaitu pola pendeskripsian

masalah yang berbentuk tashawur lintas disiplin keilmuan empirik..(2) pola

qanuniyah , yaitu bila masalah berkenaan dengan masalah hukum maka

pendekatanya adalah tathbiqu syari’ah dan (3) pola waqi’iyyah, yaitu cara merespon

kejadian faktual kontekstual serta insidental.

Adapun keberadaan Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam yang

secara tegas diyatakan dalam undang-undang negara sebagai madzhab resmi negara,

menunjukkan adanya keyakinan yang kuat pada para pemimpin negara ini bahwa

konsep Ahlus Sunnah Waljama’ah memiliki kekuatan untuk mengantarkan kepada

kondisi masyarakat islam danmasyarakat pada umumnya untuk bersatu membangun

kehidupan yang aman, adil, sejahtera lahir bathin dunia sampai akherat. Peletakan

paham Ahlus Sunnah Waljama’ah sebagai madzhab negara ini tidak terlepas dari

beberapa kenyataan yang melatarbelakanginya, diantaranya adalah (1) pemimpin

negara yang merupakan keturunan raja-raja Brunei yang merupakan keturunan

Rasulullah yang konsisten bermadzhabkan Ahlus Sunnah Waljama’ah.

Ketersambungan kepemimpinan yang berhaluan sunni, menuntut para penerusnya

Page 116: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

108

memegang teguh haluan keislaman yang sudah menjadi cirikhas dan sekaligus

ideologi keagamaan, kenegaraan dan kemasyarakatan. Ketika penerus memegang

tabuk kepemimpinan, maka legitimasi kekuasaannya tidak hanya karena darah

birunya atau keturunan biologisnya, namun juga harus meneruskan dan

mengejawantahkan ideologi keagamaan yang justru lebih kuat legitimasi masyarakat

dan dunia manakala ideologinya memiliki kesamaan dengan penerus dan masyarakat

yang dipimpinanya.

Faktor yang kedua (2) adalah adanya jaringan keislaman dan keulamaan

Nusantara, yang meliputi wilayah-wilayah Asia Tenggara yang semenjak masa awal

islamisasi sudah menunjukkan warna keislamannya yang berhaluan Ahlus Sunnah

Waljama’ah atau lebih dikenal sebagai madzhab sunni. Haluan keulamaan yang sunni

inilah yang menjadikan Islam secara masif dapat diterima dengan damaioelh

masyarakat Nusantara, yang memang menekankan karakter moderatnya

(tawashutiyyah), santun (ahlaqiyyah), saling membantu (ta’awuniyah), saling

menghargai dan toleransi (tasamuhiyyah), persaudaraan (ukhuwwah) dan persamaan

sesama (al-musawah). Prinsip nilai-nilai tersebut menjadikan Islam damai atau Islam

rahmatan lil ‘alamien dapat terwujud secara nyata (3) pengalaman sosial

budaya,yaitu kondisi masyarakat Brunei yang secara budaya merupakan satu

kesatuan dengan budaya warga Nusantara yang memiliki banyak kesamaan dalam

banyak aspek kehidupan. Kenyamanan sosial yang sudah terbentuk merupakan hasil

perjuangan para dai Ahlus Sunnah Waljama’ah, dengan lahirnya tradisi-tradisi yang

berbasiskan kepada agama dan budaya lokal yang ada.model berbudaya yang

Page 117: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

109

akamodatif dari madzhab sunni Ahlus Sunnah Waljama’ahiniah yang menjadikan

tatanan sosial budaya bertahan lama dan bahkan membudaya sedemikian rupa.

Prinsip kebudayaan kaum sunni yang menjaga tradisi lama yang masih baik dan

dapat mengambil hal-hal baru yang lebih bermashlahat atau seering dikenal dengan

istilah ( ة على قديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلاحالمحافظ ), adalah prinsip metodologi

kebudayaan yang telah teruji dalam sejarah Islam. (4) kepentingan negara menjaga

stabilitas keamanan demi kondusifnya pembangunan yang berkelanjutan menuju

kesejahteraan umum yang senyatanya. Karena sudah menjadi pengalaman negara-

negara di dunia, bahwa stabilitas negara yang kondusif dan aman, menjadi modal

utama bagi terlaksananya pembangunan masyarakat. Melihat kondisi sosial budaya

yang sudah tertanam nilai-nilai Ahlus Sunnah Waljama’ah itulah maka negara harus

hadir membantu terciptanya tujuan masyarakat yang sudah memiliki tata nilai sunni

tersebut. Hal ini sesuai dengan teiru antropologi budaya dari Ibn Khaldun yang

menyatakan الرعية على دين ملكهم, rakyat atau ummat akan mengikuti kebijakan

pemimpinnya. dan kebijakan pemimpin harus mengikuti kemashlahatan untuk

ummatnya.

Dengan kemantapan dan penetapan Ahlus Sunnah Waljama’ah sebagai

madzhab negara Brunei Darussalam, maka negara inilah satu-satunya negara di dunia

yang secara tegas menyatakan sebagai Negara Ahlus Sunnah Waljama’ah, atau

negara aswaja, yang dengannya terbukti mengarahkan kepada kesejahteraan sosial

dan keadilan masyarakat, dan dinobatkan sebagai negara terkaya di Asia Tenggara.

Page 118: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

110

Cakupan bidang Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunie Darusslalam,

sebagaimana ruang lingkup Ahlus Sunnah Waljama’ah di Asia Tenggaran lainnya,

yaitu 3 bidang meliputi akidah, fiqih syari’ah dan tashawwuf atau akhlaq. Aspek

akidahnya mengikuti pandangan al-Asy’ari dan al-Maturidi dan aspek fiqihnya

mengikuti salah satu empat madzhab fiqih (Hanbali, Maliki, Hanafi dan Syafi’i),

serta tasawuf akhlaqnya mengikuti pandangan tashawuf moderat model Abu Qasyim

Juneid al-baghdadi dan al-Ghazali.

Tiga bidang keagamaan tersebut sebenarnya mengikuti pola dasar trilogi

keberagamaan atau dikenal sebagai arkan al-dien, yaitu iman, islam dan ihsan yang

ketiganya bisa disebut dalam trilogi iman, ilmu dan amal. Model ketiganya juga

dianalogkan sebagai pohon thayyibah yang meliputi akar, batang ranting dau serta

buahnya. Sebagaimana hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

Page 119: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

111

Akar sebagai penyangga pohon

sebagai Akidah atau Iman

Batang tubuh atau pohon, ranting, anak ranting sampai dedaunan, diumpakan sebagai aspek Fiqih/Syari’ah

Buah atau sebagai hasil dari akar dan batang pohon sebagai akhklaq tasawuf

Page 120: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

112

B. Analisis Impelentasi Aswaja

Konsep Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunie Darusslalam yang telah

ditetapkan secara resmi sebagai madzhab negara, menuntut negara bertanggungjawab

sepenuhnya untuk mengimplementasikan konsep tersebut secara sistematis dan

terencana dengan dukungan fasilitas yang memadai. Sebagai negara monarkhis, maka

pelaksanaan kebijakan semuanya ditangan raja karena rajalah pemiliki kebijakan

tertinggi dan sekaligus penanggungjawabnya. Salah satu kawalan yang dilakukan

adalah dengan membentuk Pusat Pengkajian Pemahaman Ahlu Sunnah Waljama’ah

yang berpusat di Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan.

Suatu konsep tentang keyakinan, ajaran, madhab atau keagamaan, dibentuk

oleh beberapa faktor, diantaranya adalah doktrin normatif yang didapatkan dari suatu

teks yang sudah diyakini kebenarannya secara mutlak, yang harus diterima secara

taken for granted. Dalam hal konsep Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunie

Darusslalam, tentu faktor nash al-Qur’an dan al-Hadits menjadi faktor utamanya.

Faktor lain adalah keturunan atau warisan tradisi yang diturunkan secara

kekeluargaan, dan dalam kontek ini sangat jelas bahwa pemahaman Ahlus Sunnah

Waljama’ah di Brunie Darusslalam merupakan kebijakan keluarga raja yang masih

dhurriyah Rasulullah SAW yang sejak dahulu merupakan penjaga Islam sunni.

Konsep yang kuat ini akan mendorong suatu tindakan dalam bentuk kebijakan yang

bersifat mengikat bagi seluruh negeri. Hal ini sesuai dengan teori Karl Manheim yang

Page 121: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

113

menegaskan bahwa pemahaman suatu konsep ilmu pengetahuan akan memdorong

dan membentuk perilaku.

Kosep

Karl Manheim : ilmu pengetahuan

membentuk perilaku

Implementasi

Anthony Giddens;

tindakan manusia sebagai

sebuah agen atau pelaku

Aswaja

Brunei Darussalam (analisis mengacu:

, فكرة التوسطية, التطورية, التسامحية

المنها جية و الاصلاحية

Cakupan: Aqidah, syari’ah-fiqhiyya

dan akhlaq-shufiyyah

Merespon kemodernan

Dari sisi konsep Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunie Darusslalam, ada

sedikit perbedaan dengan yang berkembang di negara-negara muslim Asia Tenggara.

Kesepahaman dari MABIN, yang diambil dari pemahaman para ulama sunni

muktabarah, bahwa cakupan pemahaman Ahlus Sunnah Waljama’ah yang standar itu

adalah berpegang teguhnya ummat bidang akidah mengikuti al-Asy’ari dan al-

Maturidi, bidang fiqih syari’ah mengikuti salah satu empat madhab dan mengikuti

atau mengamalkan tasawuf dengan mengambil model moderat sebagaimana

dilakukan al-Juneid dan al-Ghazali.

Page 122: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

114

Pada praktiknya, Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunie Darusslalam ada

perbedaan yang cukup signifikan bila dibanding dengan Ahlus Sunnah Waljama’ah

di Indonesia. Perbedaan tersebut adalah:

a. Bidang akidah dijaga sangat ketat dan rigid, sehingga sangat sensitif

terhadap isu syirik, bid’ah dan khurafat. Bahkan untuk menjaga

kemurnian akidah ini dibentuk dewan khusus yang bertugas mengawal

akidah. Bentuk pengawalan tersebut diataranya melarang sama sekali

paham selain Ahlus Sunnah Waljama’ah, sehingga wahabi salafi,

muktazili dan lainnya merupakan larangan keras berkembang di Brunei

Darussalam. Razia akidah bisa diterapkan kapan saja, dan bila terdapat

hal-hal yang tidak sesuai dengan akidah Ahlus Sunnah Waljama’ah akan

dikenakan sanksi pidana atau penjara.

b. Bidang fiqih atau syari’ah, walaupun secara konsep Ahlus Sunnah

Waljama’ah pada umum memilih salah satu dari empat madzhab fiqih,

namun di Brunei ini negara telah menentukan pilihan satu satunya yang

dilaksanakan adalah madzhab Syafi’i. Pilihan madzhab ini pun ditegaskan

oleh negara sebagai satu-satunya madzhab yang harus diimplementasikan

dalam bidang ibadah, muamalah, politik atau siyasah, munakahat, jual beli

atau perdagangan dan bidang lainnya. Untuk pengawalan ini maka raja

membentuk dewan pengawalan yaitu center for madhab syafii studies

yang berpusat di Universitas Sultan Syarif Ali.

Page 123: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

115

c. Bidang tasawuf, pengamalannya hanya bersifat umum yaitu praktik

akhlaq al-karimah melalui pendekatan dzikrullah secara masif dengan

materi yang bersifat umum. Implementasi aspek tasawuf ini berbeda

dengan dengan praktik di negara-negara berpendudukan muslim lain, yang

mengarahkan pada pemilihan pada salah satu tarekat yang berkembang

selama ini. Ahlus Sunnah Waljama’ah di Brunie Darusslalam dapat

dikatakan anti tarekat, karena dianggap tarekat itu rentan pada

pelaksanaan akidah ummat, dan sebagai pintu masuknya praktik

kesyirikan, kultus, bid’ah dan perdukunan yang ini berarti tidak sesuai

dengan kawalan akidah yang murni. Bahkan fatwa para mufti kerajaan

dengan tegas melarang amalan dan perkembangan tarekat, dan sesiapa

yang melakukannya akan mendapat sanksi tegas. Adapun pelaksanaan

tasawuf hanya ditujukan kepada pembentukan akhlaq al-karimah dengan

mengacu kepada pendapat kaum sufi moderat akhlaqi terutama al-Ghazali.

Amaliah dzikir dan pembacaan al-Qur’an, walaupun secara umum

sebagaimana dalam hadits, tetapi negara menjadikan dzikir sebagai

budaya masyarakat dalam aspek apapun. Semua kegiatan besar maupun

kecil, baik formal maupun non formal, terutama proyek-proyek besar,

selalu didahului dengan dzikir. Bahkan perayaan hari-hari besar Islam,

hari perayaan negara, hari perayaan internasional, selalu dilakukan

seremoni dengan dzikir. Pengamaan dzikir yang intens itu diyakini

masyarakat sebagai penyebab turunnya berkah dari Allah sehingga

Page 124: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

116

kemamuran terwujud di negeri ini. Masyarakat sangat yakin bila dikir

dilaksanakan dengan serius negara tidak akan memgalami kesulitan

ekonomi, yang merupakan aspek terpenting kehidupan. Masyarakat dan

raja pun bersepakat untuk terus menjadikan Brunei sebagai negeri dzikr.

Selain kegiatan dzikir, sebagai bentuk kegiatan tasawuf akhlaqi amali

adalah pembacaan al-Qur’an dan shlawatan Nabi SAW. Dua kegiatan ini

merupakan acara wajib kenegaraan dalam rangka perayaan hari-hari besar

Islam dan kenegaraan. Kegiatan tersebut dilaksanakan di berbagai masjid

dan musholla dan negara yang membiayainya.Pembacaan al-Qur’an

diwajibkan pada sekolah-sekeolah dasar sebagai materi utama, bahkan

sekolah-sekolah tahfidz al-Qur’an menjadi perhatian raja secara serius.

Untuk memberikaan semangat kepada masyarakat muslim dalam

pengamalan tasawuf dan al-Qur’an, raja mendirikan musium al-Qur’an

yang memajang berbagai bentukdan versi al-Qur’an yang diambil dari

berbagai wilayah dan negara di dunia. Al-Qur’an yang terkecil sampai al-

Qur’an yang terbuat dari tulang dan marmer tersimpan dengan sangat rapi

di musium ini. Juga ada musium yang menyimpan berbagai bentuk dan

jenis tasbih, tongkat dan keris.ini menjukkan bahwa raja adalah suka

berdzikir sebagai implenentasi perintah Allah, raja juga mewarisi tradisi

para Nabi yang terus bersambung petunjuknya sebagaimana gambaran

tongkat yang menggambarkan permohonan petunju hidup. Sedangkan

Page 125: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

117

keris menggambarkan penjagaan tradisi yang harus dihormati agar

kekuasaannya terus mendapatkaan dukungaan masyarakat, juga gambaran

akan kekuatan untuk menjaga kadaulatan negara dari gangangung dari

manapun.

Dalam rangka meneguhkan implementasi Ahlus Sunnah Waljama’ah, negara

mengendalikan sepenuhnya semua bidang kehidupan masyarakat. sebagaimana

konsep negara Islam yang berhaluan sunni sebagai negara resmi dengan pemahaman

konsep tunggal dari negara, maka semua aspek kehidupan dikontrol secara ketat oeh

negara. Aspirasi dan transformasi kerakyatan nyaris tidak tumbuh. Dengan model

monarkhi yang dikendalikan negara, masyarakaat tidak memiliki tafsir dan inisiatif

untuk mengembangkanaspek-aspek kehidupan keseharian.

Bidang akidah yang menolak syia’ah dan wahabiyah serta aliran-aliran

lainnya. Juga fiqih yang hanya menggunakan al-Syafi’i serta tasawuf normatif tanpa

tarekat, mengesankan kuatnya normatifitas dan berparadigma konservatif dalam hal

agama mahdhah. Namun untuk bidang muamalah, khususnya ekonomi dan ilu

pengetahuan umum, masyarakaat yang sepenuhnya diendalikan negara, mengikuti

perkembangan zaman. Artinya negara terbuka terhadap praktik-praktik ekonomi

modern, baik perbankan, pembangunan infrastrukttur, perdagangan eksport import

dan sebagainya.

Page 126: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

118

C. Pembudayaan Aswaja di Brunei Darussalam

ASWAJA BRUNEI

Konsep Implementasi

Islam sbg Agama Negara (official religion)

agama sebagai instrument :Otoritas kekuasaan, menjaga

stabilitas

Konsep tunggal tentang Aswaja

Akidah Asy’ariyah

Tasawuf al-Ghazaliyah

Fiqih Syafi’iyyah

Aswaja dikendalikannegara: stablisator

Akidah: menolak syi’ah dan wahabiyah

Menolak wujudiyah

Fiqh post tradisional(stabilitas)

محافظة على الصالح والاصلاح وتطوربة

Menjaga tradisi dan menerima modernitas(continuity and change)

“Melayu Islam Baraja”

Praktik kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai model akomodasi

kebudayaan baru dengan tetap menjaga tradisi dan nilai-nilai normatif teologis Islam

Ahlus Sunnah Waljama’ah. Prinsip akomodatif antara Islam dan tradisi yang ada

yaitu tradisi masyarakaat Melayu, inilah yang dirumuskan oleh negara sebagai

konsep Melayu Isam Baraja (MIB). Dengan konsep ini sesungguhnya Brunei

Darussalam mengaplikasikan kaidah “menjaga tradisi lama yang baik dan menerima

hal baru yang lebih bernilai guna”. Kaidah ini lebih dikenal dengan istilah المحافظة

على قديم الصالح والاخذ بالجديد لاصلح

Inilah prinsip pembudayaan Ahlus Sunnah Waljama’ah dalam kehidupan

masyarakat yang menjamin adanya stabilitas kekuasaan, stabilitas keamanan,

Page 127: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

119

stabilitas keimanan dan stabilitas kesejahteraan. Stabilitas kekuasaan sangat

dibutuhkan oleh siapaun yang sedang berkuasa agar dapat menjalankan tugas

kekuasaannya. Konsentrasi penguasa dalam membuat program pembangunan untuk

rakyatnya menjadi sangat penting sehingga tujuan kekuasaan tercapai. Stabilitas

kekuasaan akhirnya menjadikan terwujudnya stabilitas keamanan negara yang

memungkinkan dapat menjaga situasi nyaman bagi seluruh masyarakat dan rakyat.

Namun stabilitas keamanantidak mungkin bisa terkondisikan bila hati masyarakat

tidak memiliki stabilitas keimanan, karena keimanan yang kuat akan mendorong

manusia melakukan banyak hal baik yang sesuai denga perintah Tuhan.semakin

banyak kebaikan yang dihasilkan, semakin amanlah keadaan. Di siniah peran ajaran

Ahlus Sunnah Waljama’ah sangat strategis dalam menumbuhkan keimanan yang

akomodatif dan toleran sehingga keamanan bisa terwujud.

Bila stabilitas kekuasaan, keimanan dan keimanan telah mapan, maka

pembangunan segala bidang masyarakat; politik, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya

dapat dilaksanakan secara lancar. Dengan pembagunan yang aman lancar tersebut

akan memudahkan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Keadaan telah

membuktikan bahwa stabiliats-stabilitas tersebut telah mengantarkan kepada

kesejahteraan yang merata bagi masyarakat. tentunya kesejahteraan yang tidak hanya

bersifat fisik namun bathiniyah. Dengan semua stabilitas tersebut akhirnya

kebahagiaan hidup akan dirasakan oleh seluruh komponen bangsa. Di sinilah

urgensinya negara hadir sebagai pihak yang mengontrol terjaminnya stabilitas

multidimensi tersebut. Kontrol tersebut memstikan terjadinya proses pembudayaan

Page 128: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

120

yang terjadi secara sistematis dan berkeanjutan. Proses pembudayaan aswaja di

Brunei Darussaam dapat digambarkan sebagaimana bagan di bawah ini.

Pembudayaan Aswaja BruneiControlled and conditioned by Government

kelembagaan

kebudayaan

Pembentukan perundangan berasaskan aswaja, HB muizzaddin wa daulah, hukum qonun sbg UUD

Pendirian institusi keisaman: pendidikan, qadi, politik, ekonomi dan sosial dsb berasaskan “melayu Islam baraja”

Perayaan kagamaan sebagai tradisi Islam yg wajib diadakan diikuti masyarakat

Amaliyah syari’ah mahdhah dalam arahan MU, pelaksanaan kehidupan berbasis syari’ah

Dzikir, yasin tahlil dan ziarah, (negara sbg cultural broker)......

Negara sbg khadimul aswaja

Dari gambar tersebut nampak bahwa pembudayaan konsep Ahlus Sunnah

Waljama’ah oleh negara yang memegang kontrol kendali melalui langkah-angkah

sebagai berikut:

a. Konseptualisasi

Yaitu upaya negara untuk memberikan pemahaman secara benar dan

utuh tentang Ahlus Sunnah Waljama’ah kepada masyarakat pada setiap level

dan strata. Untuk kepentingan inilah didirikan Pusat Pengkajian Kefaman

Ahlus Sunnah Waljama’ah yang didirikan di Kolej Universiti Perguruan

Page 129: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

121

Ugama Seri Begawan (KUPU-SB). Penyamaan konsep tentang Ahlus Sunnah

Waljama’ah merupakan upaya awal untuk meletakkan dasar-dasar keislaman

yang santun, ramah, toleran dan menghargai tradisi, suatu konsep tentang Islam

yang rahmatan lil ‘alamien. Konsep Ahlus Sunnah Waljama’ah yang

dibudayakan tersebut dapat mencakup sebagai metode beragama (manhaj al-

dini), metode berperilaku (manhaj al-suluki),metode pembaharuan dan

pengembangan (manhaj al-Islahiyah wa al-thatawwuriyah) dan metode

berpolitik (manhaj al-siyasiyah).

Secara khusus proses pembudayaan yang mengintegrasian antara Islam

dan budaya tersebut dirumuskan dalam konsep Melayu Isam Beraja. Ini adalah

bentuk konseptualisasi yang cukup cerdas dimana Islam dan tradisi Melayu

yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu ranah kebudayaan yang hidup sejak

lama dan terbukti membawa kesejahteraan masyarakat.

b. Institusionalisasi

Tahapan ini adalah mendirikan lembaga-lembaga yang berfungsi secara

khusus untuk mengawal, menjabarkan pemahaman Ahlus Sunnah Waljama’ah,

merancang kegiatan-kegiatan khusus dan mengkordinasikan dengan lembaga-

lembaga terkait dalam rangka pembudayaan. Lembaga-lembaga tersebut

didirikan di berbagai bidang baik di pendidikan, ekonomi, pemerintahan dan

keagamaan. Diantara lembaga itu adalah Majelis Ugama Islam, Jabatan hal

Ihwa Agama (1955), Mahkamah Kadi (1955), Majelis Tertinggi Kebangsaan

Page 130: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

122

Melayu Islam Beraja (MTKMIB), pusat kajian madzhab Syafi’i, pusat kajian

pemahaman Ahlus Sunnah Waljama’ah, lembaga fatwa, lembaga pengawal

akidah, pusat dakwah (1985), pusat kajian Isam (1986), pusat kajian keuangan,

dan sebagainya. Kesemua lembaga tersebut secara prinsip merupakan

penjabaran dari konsep Malayu Islam Beraja. Penjabaran ke dalam program-

program yang langsung bersentuhan dengan berbagai aspek kehidupan

masyarakat merupakan tugas kelembagaan yang menentukan proses

pembudayaan terwujud dalam keseharian hidup berbangsa dan bernegara.

Satu hal yang menarik adalah keberadaan MIB sebagai ideologi dan

dasar kenegaraan, yang dijabarkan secara khusus oleh lembaga yang bernama

Majelis Tertinggi Kebangsaan Melayu Islam Beraja (MTKMIB). Institusi

inilah yang bertugas untuk menjabarkan dasar dasar MIB kedalam program-

program kebijakan lembaga lain. Istilah beraja ini menunjukkan bahwa sultan

sebagai kepala negara diberikan mandat penuh dari rakyat sebagai payung

Allah, pemimpin tertinggi agama Islam, kepala negara, panglima tertinggi

angkatan senjata dan sebagai pemimpin tertinggi adat istiadat atau budaya.

Pada peran terakhir inilah kesultanan merupakan institusi yang berperan

sebagai cultural broker atau agen pengembangan kebudayaan. Ini

menunjukkan bahwa rajalah yang bertanggung jawab dalam pembudayaan

Ahlus Sunnah Waljama’ah.

Page 131: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

123

c. Fasilitasi

Ini adalah tahap dimana negara memberikan berbagai perangkat yang

dibutuhkan oleh lembaga-lembaga yang telah dibentuk dalam membudayakan

konsep dan nilai-nilai Ahlus Sunnah waljama’ah secara kongrit. Fasilitasi

tersebut mencakup sumberdaya manusia yang berkompeten pada bidangnya,

regulasi dan sistem, sarana dan prasarana yang memadai dan pendanaan untuk

mencukukupi berbagai infra struktur kebudayaan. Semua tradisi yang sudah

berkembang diberikan fasilitas untuk memastikan keterpeliharaan dan

berkembangnya tradisi kebudayaan yang bersesuaian dengan prinsip Melayu

Islam Beraja. Sultan sebagai cultural broker bertanggungjawab terhadap

pemenuhan fasiltas apapun

d. Edukasi

Pendidikan merupakan sarana efektif dalam menanamkan suatu tata nilai

kebudayaan. Suatu proses yang dilaksanakan secara terus menerus, sistematis

dan terukur, menjadikan pendidikan sebagai sarana terbaik dalam proses

kebudayaan manapun. Dasar kehidupan bernegara, beragama dan berbudaya

dapat dilakukan secara simultan dalam proses pendidikan yang laksanakan

semenjaak usia dini sampai waktu yang tidak ditentukan. Itulah makanya Nabi

SAW menyabdakan bahwa mencari ilmu itu dimulai dari buain ibu sampai ke

liang lahat atau sering dikenal sebagai prinsip long life education,

Page 132: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

124

Untuk kepentingan pembudayaan tata nilai Ahlussunnah Waljama’ah

inilah maka raja Bruniei Darussalam memiliki kebijakana untuk membiayai

pendidikan warganya secara maksimal dengan bantuan gratis dan pendukung

fasilitas yang dibutuhkan sampai pada tingkat jenjang setinggi-tingginya.

Lembaga pendidikan yang disediakan untuk warga Brunie semuanya dengan

fasilitas yang memadai, baik sarana prasarana, sumberdaya manusia pengajar

dan tenaga stafnya dan tidak kalah pentingnya adalah kurikulumnya. Pada

aspek kurikulum inilah materi pembelajaran atau materi pendidikan tentang

keislaman yang berhaluan Ahlussunnah waljama’ah serta kemelayuan diramu

dalam suatu binagaki pembudayaan Melaya Islam Beraja.

Dengan pendidikan iniah proses pemahaman, internalisasi, adaptasi,

akulturasi dan kondisioning dapat dilakukan. Bahkan internalisasi nilai Melaya

Islam Beraja yang dikemas dengan seluruh sistem pendidikan yang terintegrasi

tersebut menjadikan warga Brunei Darussalam menjadi warga yang patuh

dengan agama, taat pada negara dan mendengar serta menghormati titah

rajanya. Walaupu sistem kenegaraan bukan demokratis dengan pemilihan

bebas, namun rakyat sangat merasa bahagia dan tidak ada gejolak yang berarti

karena kondisi kebudayaan masyarakat yang sangat kondusif. Pendidikan

merupakan bagian sistem kenegaraan yang saling membutuhkan dan saling

memberikan.

e. Intensifikasi

Page 133: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

125

Apa yangg disebut sebagai intensifikasi di sini adalah upaya yang secara

intens konsistem memberikan perhatian besar terhadap tumbuh kembangnya

suatu kebudayaan dalam segala bidang kehidupan bernafaskan Melayu Islam

Beraja. Perayaan hari-hari besar Islam misalnya, negara mewajibkan semua

masjid an mushollah untuk mengadakan maulid Nabi Muhammad SAW yang

wajib diikuti oleh seluruh warga. Bahkan perayaan secara besar-besaran di

seluruh penjuru negeri menjadi pertemuan akbar seluruh warga dan raja. Semua

prosesi kegiatan tersebut difasilitasi oleh raja sebagai kepala negara Brunei

Darussalam.

Juga pembudayaan yang intensif tentang pembacaan al-Qur’an, di mana

raja memberikan sumbangan geratis mushaf al-Qur’an di masjid-masjid dan

musholla agar dapat kemudahan bagi warga membaca dan menelaah secara

seksama apa kandungan al-Qur’an sebagai dasar amal keseharian seluruh

warga. Karena Ahlussunnah waljama’ah adalah segeolongan ummat yang

berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah sebagai kebenaran, maka

membaca sumber kebenaran yaitu al-Qur’an adalah keniscayaan bagi seluruh

lapisan masyarakat.

Dalam proses intensifikasi ini, Raja Brunei melakukan kunjungan ke

seluruh elemen masyarakat, berdialog dan bertemu tanpa ada sekat dan jarak

lagi sehingga integrasi antara raja dengan rakyat sangatlah erat. Demikian juga

integrasi sosial antara agama, antara suku dan bangsa di Brunei sangatlah kuat.

Page 134: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

126

Kerukunan dan kenyamanan sosial di jaga dengan nilai toeransi, saling

menghargai dan saling membantu. Juga memdukung terpeliharanya seni musik

khas melayu, pakaian, kuliner dan sistem kekeluargaan sebagai sebuah

kebudayaan yang tumbuh di masyarakat terus dijaga kelestariannnya.

f. Inspirasi

Yang menjadi panutan atau referensi perilaku berbudaya dalam

masyarakat tidak lain adalah raja. Maka sang raja Brunie adalah sosok ideal

bagi manusia, sehingga segala perilakunya menjadi inspiring dalam semua

bidang kehidupan.dalam suatu pratik kebudayaan selalu ada tuntutan yang

menjadi pedoman bagi terlaksananya perilaku keseharian masyarakat. Dengan

tetap menjaga perasaan, pikiran, perkataan, tata perilaku, tata busana, tata

konsumsi dan sebagainya, raja menjadi inspirasi sepanjang hari, sehingga cara

bersialam dan berbudaya Melayu dalam satu nafas berada dalam sosok raja dan

kendali raja. Inilah yang disebut sebagai beraja dalam sistem integrasi budaya

Islam Melayu di Brunei Darussalam.

Dalam konteks kemodernan, Melayu Islam Beraja memiliki prinsip

sebagaimana diimplementasikan oleh para ulama Ahlussunnah Waljama’ah,

yaitu melestarikan nilai tradisi lama yang baik dan mengambil hal-hal yang

bersifat kebaharuan atau kemoderan yang lebih bermaslahat; “ المحافظة على قديم

Ini berarti dalam hal keagamaan yang diyakini .”الصالح والاخذ بالجديد الاصلاح

sebagai kebenaran sebagaimana subtansi Ahslussunnah Waljam’ah,maka harus

Page 135: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

127

tetap dilestarikan. Namun dalam konteks kemoderan yang tidak bertentangan

dengan prinsip keislaman, maka diambil kemanfaatannya sesuai dengan

tuntutan kebutuhan. Seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

perdgangan, arsitektur, transportasi, militer dan sebagainya dipelajari dan

dipraktekkan sebaik-baiknya untuk dapat berdiri sama tinggi dengan negara-

negara modern di dunia ini.

Page 136: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

128

BAB V

P E N U T U P

Setelah menguraikan deskripsi tentang konsep dan implementasi Ahl al-Sunnah

Waljama’ah dalam konteks negara Brunei Darussalam dengan analisis pembudayaanya,

maka secara ringkas kajian ini dapat disimpulkan sebagaimana di bawah ini,dan sebagai

tindaklanjutnya dikemukakan saran rekomendasi untuk kajian selanjutnya dan bagi

berbagai pihak yang berkepentingan.

A.Kesimpulan

1. Konsep Ahl al-Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam, berdasarkan

pengkajian dan pemahaman yang diyakini para ilmuwan dan ulama, adalah

golongan yang secara istiqamah berpegang teguh kepada tradisi kenabian dan

salafussalihin yang mengacu kepada dasar-dasar al-Qur’an dan al-Sunnah serta

pendapat para ulama yang muktabar jama’ah mayoritas. Ahl al-Sunnah

Waljama’ah dipahami sebagai suatu standard pemahaman agama Islam yang

mengandung aspek nilai yang mulia dan murni (tulen), karena ia merupakan

pendekatan pemahaman Islam yag di pegang oleh umat Islam pada zaman

Rasulullah SAW bersama sahabat Baginda. Ia merupakan kumpulan ummat Islam

mayoritas (al-sawad al-‘adham) yang senantasa tampil menilai dan mewaspadai

kumpulan-kumpulan umat Islam yang lain yang mencoba menimbulkan hal-hal

yang bertentangan dengan ajaran agam Islam yang sebenarnya. Konsep ini

Page 137: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

129

seirama dengan hasil keputusan para ulama Majelis Agama Brunei Darussalam,

Indonesia dan Malaysi (MABIM).

Standar utama Ahl al-Sunnah Waljama’ah adalah berpegang teguh pada 3 aspek

keagamaan secara simultan yang terdiri dari (a) bidang akidah, dengan mengikuti

pendapat al-Asy’ari dan al-Maturidi yang dikenal sebagai akidah Ahl al-Sunnah

Waljama’ah , (b) bidang fiqih, mengikuti salah satu empat madhab (Maliki,

Hanafi, Safi’i dan Hanbali), dan (c) bidang tasawuf mengikuti pandangan al-

Juneidi dan al-Ghazali. Dari makna dan cakupan konsep Ahl al-Sunnah

Waljama’ah di Brunei Darussalam ini secara prinsip tidak berbeda dengan konsep

di negara-negara berpenduduk muslim lainnya.

2. Implementasi ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam:

a. Bidang akidah, yang merujuk pandagan akidah Abu Hasan al-Asy’ari dan al-

Maturidi, diaplikasikan secara ketat dan konsisten. Negara telah menetapkan

akidah Ahl al-Sunnah Waljama’ah ini sebagai akidah paling benar dan

selainnya adalah bathil. Oleh karenanya, tidak diperkanankan akidah lain

berada dan dikembangkan di negara ini, karena dinilai sebagai akidah yang

sesat, seperti akidah syi’ah, khawarij, muktazilah dan wahabi salafiyah. Demi

menjaga kemurnian pelaksanaan akidah Ahl al-Sunnah Waljama’ah ini,

negara membentuk semacam satgas untuk mengawal akidah, dan bila dijumpai

akidah yang tidak bersesuaian dengan akidah madzhab negara akan dikenakan

sanksi tegas.

Page 138: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

130

b. Bidang fiqih, yang secara konsep mengikuti salah satu empat madzhab

(Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hanbali), dalam prakteknya di Brunei kebijakan

negara hanya menggunakan madzhab al-Syafi’i saja. Secara formal bahkan

ditegaskan dalam perundangan negara, bahwa Islam yang dianut adalah

bermadzhabkan al-Syafi’i. Hal ini ditetapkan negara dengan pertimbangan

matang; subtansi paham al-Syafi’i, coraknya yang moderat dan lebih

akomodatif dan sesuai degan amaliah yang telah lama dijalankan masyarakat,

sehingga lebih menjamin stabilitas. Untuk menguatkan pemahaman dan

pelaksanaan madzhab ini, dibentuklah Pusat Kajian madzhab Syafi’i, sebagai

instrumen pengembangan dan sekaligus pengawalan madzhab al-Syafi’i.

Dengan hanya memakai madzhab Syafi’i ini, maka praktik ibadah harus

merujuk kepada kitab-kitab al-Syafi’i dan para ulama yang mengikutinya

secara konsisten. Di bidang siyasah politik menjadikan dewan ulama sebagai

pemimpin tertinggi, yang diserahkan amanah pelaksanaannya kepada raja yang

memiliki darah keturunan Nabi Muhamad SAW. Dengan demikian

kepemimpinan di Brunei adalah keemimpinan berdasarkan otoritas agama,

bukan demokrasi liberal. Adapun berkenaan dengan muamalah-ekonomi,

secara prinsip nilai-nilai syari’ah al-Syafi’iyah tetap dijunjung tiinggi, namun

dalam segi pengembangannya mengikuti pola ekonomi modern sehingga bisa

mengikuti perubahan dan tuntutan zaman.

c. Bidang akhlaq-tasawuf, di implementasikan di Brunei Darussalam dengan

berpegang pada prinsip ajaran akhlaq al-karimah yang tidak bertentangan atau

Page 139: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

131

berpotensi bertentangan dengan akidah. Karenanya praktik tasawuf Ahl al-

Sunnah Waljama’ah di negara ini tidak mengikuti salah satu lembaga-

lembaga tarekat yang berkembang di dunia Islam. Bahkan praktik tarekat dan

penyebarannya dilarang oleh hukum negara Brunie. Hal ini berdasarkan

pengalaman masyarakat, di mana praktik-praktik tarekat lebih banyak

berdekatan dengan praktik syirik, bid’ah dan khurafat seperti azimat, rajah,

jampi-jampi, pandangan kultus yang berlebihan pada sosok, dan sebagainya.

Amaliah tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah dan peningkatan

akhlaq al-karimah dipilihnya suatu metode tasawuf praktis akhlaqi. Diantara

praktik tersebut adalah dzikir yang umum sebagaimana diajarkan dalam

hadits-hadits, shalawat al-barzanji, dzikir maulid Nabi dan khataman al-

Qur’an. Amaliah dzikir menjadi kewajiban bagai seluruh masyarakat dalam

memulai suatu pekerjaan, baik formal maupun nor formal. Begitu semaraknya

praktik dzikir di negeri ini, maka disebutpula Brunei sebagai negeri dzikir.

Dengan memperbanyak dzikir inilah masyarakat meyakini dilimpahannya

negeri Brunei suatu kesejahteraan yang adail dan merata bagai seluruh

masyarakat, dan terus dilimpahkan sumberdaya alam minyak sehingga tidak

berkekurangan secara material, juga dianugerahkan pimpinan atau raja yang

adil dan santun.

Secara khusus, implementasi konsep ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah di

Brunei dikawal oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk oleh raja yanag

bernama Pusat Pengkajian Kefamahan Ahl al-Sunnah Waljama’ah, dan dalam

Page 140: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

132

bidang fiqih dikawal oleh Pusat Pengkajian Madzhab Syafi’i. Dengan impelentasi

Ahl al-Sunnah Waljama’ah secara konsisten inilah raja dan masyarakat meyakini

dapat merasakan keamanan, kenyamanan, keadilan dan sejahteraan. Maka pilihan

impelemtansi di atas tidak bisa dilepaskan dari tujuan memjaga stabilitas

keamanan dan kesejahteraan.

3. Pembudayaan ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah di Brunei Darussalam dalam

konteks kemodernan, melalui serangkaian tahapan sebagai berrikut:

a. Konseptualisasi, dikonsepkan secara formal kenegaraan dengan istilah Melayu

Islam Beraja. Integrasi antara tradisi Melayu dengan agama Islam dalam

bimbingan seorang raja atau negara.

b. Institusionalisasi, negara membentuk berbagai lembaga untuk mendukung

pemahaman Ahl al-Sunnah Waljama’ah secara komprehensif, dan mengawal

paham ini sebagai instrumen mewujudkan stabilitas dan kesejahteraan.

c. Fasilitasi, negara memberikan berbagai sarana dan prasarana yang digunakan

untuk mendukung program pengawalan Ahl al-Sunnah Waljama’ah yang

dilakukan oleh institusi yang telah dibentuk.

d. Edukasi, negara menggunakan sarana pendidikan untuk menanamkana nilai-

nilai Ahl al-Sunnah Waljama’ah dalamkehidupan masyarakat dari mulai kecil

sampai dewasa. Materi kurikulum Ahl al-Sunnah Waljama’ah adalah wajib

bagi semua peserta didik, dan semua fasilitas pendidikan dipenuhi secara

maksimal oleh negara.

Page 141: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

133

e. Intensifikasi, melakukana komunikasi dan bimbingan intens kepada

masyarakat yanag dilakukan secara humanis oleh raja dan seluruh pegawai

kawalaan Ahl al-Sunnah Waljama’ah .Maka raja turun ke masyarakata untu

mendorong terciptanya kebudayaan berdasarka nilai-nilai Ahl al-Sunnah

Waljama’ah .

f. Inspirasi, negara dengan raja dan staf pegawainya, menjadi contoh tauladan

bagi implementasi ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah dalam kehidupan sehari-

hari. Keteladanan para pemimpin menjadi kunci pelaksanaan pembudayaan

Ahl al-Sunnah Waljama’ah pada seluruh aspek sosial.

B. Saran Rekoemdasi

Berdasarkan untaian kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran

rekomendasi yang ditujukan untuk menindaklanjuti kajian ini.

1. Dalam kontek kehidupan bangsa, model penerapan ajaran Islam Ahl al-Sunnah

Waljama’ah Brunie Darussalam dapat menjadi bahan pertimbangan dalam hal

penciptaan stabilitas keagamaan, stabilitas keamanan dan stabiitas

kesejahteraan. Ajaran Ahl al-Sunnah Waljama’ah memberikan konsribusi

kongrit bagai penciptaan kondisi bangsa yang aman, tertib dan taat sehingga

pembangunan dapat dilaksanakan secara maksimal untuk kemajuan bangsa.

2. Lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, perlu mengadakan kajian yang

serius tentang keislaman yang memiliki corak pemberdayaan dan mampu

mengantarkan kepada kondisi masyarakat umum lebih aman, sejahtera dan adil

berkemakmuran. Model kontrol negara terhadap kehidupan berbangsa dan

Page 142: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

134

bermasysrakat secara ketat, perlu dikaji ketersesuaiananya dengan konteks

Indonesia yang memiliki latar belakang berbeda. Minimnya penduduk dan

kecilnya luas lahan namun melimpahnya sumber minyak menjadi bahan

kajiana tersendiri dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat.

3. Perlu kajian lebih mendalam dan kritis, terkait kecenderungan Islam Brunie

kepada Islam Salafi Wahabai, seiring dengan kebijakan terlalu ketat kepada

akidah, apalagi terkait dengan amaliah tarekat yang terkesan over generalisir

sebagai lembaga yang membuka penyelewengan akidah. Perlu disikapi secara

bijak bahwa ajaran tarekat dengan praktiknya suatu hal yang berbeda, sehingga

bila terdapat praktik yang kurang sesuai dengan akidah hal tersebut tidak serta

merta menjadikan semua ajaran tarekat menjadi penyeleweng.

Page 143: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

Daftar Pustaka

Asy’ari, KH Hasyim, Risalah Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah,(Jombang: Penerbit Tebuiring,

1418 H).

Abi al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy’ari, al-Ibanah An Ushul al-Diyanah, (Beirut : Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah, t.t.,)

Baehaqi,Imam., Kontroversi Aswaja, Aula Perdebatan dan Interpretasi, (Yogjakarta:

LkiS,2000)

Badrun Alaena, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, (Yogyakarta : Tiara Wacana,

2000)

Badrun Alaina, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, (Yogyakarta : Tiara Wacana,

2000)

FKI LIM, Gerbang Pesantren, Pengantar Memahami Ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah

(Kediri : Litbang Lembaga Ittihadul Muballigin PP. Lirboyo, 2010)

Giddens, Anthony, The Constitutions of Society: Teori Strukturisasi Untuk Analisis Sosial,

terj., (Pasuruan: Pedati 2003)

Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnah wal Jamaah Dalam Persepsi dan Tradisi NU,

(Jakarta: Lantabora, 2005)

Haji Ismail bin Omar Abdul Aziz, Ringkasan Akidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah, cet. Kedua

(Brunei Pusat Dakwah Islamiah, 1994)

Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufi Kerajaan Brunei, Aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah

Penyelemat Ummah, (Brunei Darussalam: Jabatan Mufi Kerajaan, 2011)

Page 144: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

Jamal Makmur Asmani, Manhaj Pemikiran Aswaja, dalam http://aswajacenterpati.

wordpress.com /2012/04/02/manhaj-pemikiran-aswaja/

Jabatan Mufti Kerajaan, Irsyad Hukum 2014; Himpunan Siri Bimbingan Hukum di Pelita

Brunei, (Brunai Darussalam, Jabatan Mufti kerajaan, 2014)

Kamaluddin Nurdin Marjani, “Beza Akidah Ahlussunnah waljama’ah dengan Syi’ah”, dalam

Jurnal Kefahaman Ahli Sunnah Waljama’ah, No.02 Juni 2012, (Brunei

Darussalam: Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljama’ah, 2012)

Pusat Kengkajian Kefahaman Ahlis Sunnah wal-Jama’ah, ....hlm.8

Manheim, Karl., Ideologi Utopia; Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj. penerbit

(Yogjakarta: Kanisius, 1990).

Muhibbin, Ahmad Zuhri, Pemikiran KH.Hasyim Asy’ari tentang Ahl al-Sunnah wa al-

Jama’ah, (Surabaya: Khalista, 2012)

Maksum, Ali, Hujjah Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah, (Semarang: Thoha Putra, tt)

Pusat Pengkajian Kefahaman Ahli Sunnah Waljamaah, Kefahaman Ahli Sunnah Wal

Jama’ah; Isu dan Cabaran di Nusantara, (Kolej University Perguruan Ugama

Seri Bagawan: Brune darussalam, 2011)

Pusat Kengkajian Kefahaman Ahlis Sunnah wal-Jama’ah, Makna Bid’ah mengikuti Panduan

Ahli Sunnah Wal Jama’ah, (Brunei: Penerbitan KUPU SB, 2014)

Siraj, Said Agil,. Ahlussunnah Waljamaah dalam Lintasan Sejarah, (Yogjakarta:

LKPSM,1997)

Saefuddin, Asep Chalim, Membumikan Aswaja Pegangan Guru NU, (Surabaya: Khalista,

2012)

Page 145: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya,

(Jakarta : Rajawali Press, 2010)

Syakur, Abu Fadhl ibn Abdusy, al-Kawakib al-Lamma’ah fi Tahqiq al-Musamma bi Ahl as-

Sunnah wa al-Jamaah, (Semarang: Thoha Putra, tt.)

Syamsul Bahri Andi Galigo, Pengenalan Ahli Sunnah Waljam’ah; Sejarah,Pendekatan dan

Pemahaman, (Negara Brunei Darusalam: KUPU-SB Pusat Pengkajian

Kefahaman Ahli Sunnah Waljamaah, 2012)

Syabab Ahlusunnah Wal Jamaah, Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta: Syahamah

Press, 2012)

Seri Panduan Kefahaman Ahli Sunnah waljamaah, Memahami Ahli Sunnah Waljamaah dan

Menghindari Penyelewengannya, (Pusat Pengkajian Kepahaman Ahlus Sunnah

Waljamaah: Brunei darussalam, 2014)

State Muftis Office, Issues on Halal Product; Compilation of State Mufti’s Fatwa on Issues

on Halal Product 1994-2006 Brunei Darussalam, (Brunei Darussalam:Prime

Manistre Office, t.th)

LTN PWNU Jawa Timur , Aswaja an-Nadhliyah dalam http://kotasepapan-pati.blogspot.com

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Dan Kebangsaan,

(Jakarta : Kompas, 2010)

Page 146: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

BIODATA PENELITI KETUA TIM

1. Nama Lengkap : Imam Kanafi

2. Tempat/tanggal Lahir : Blitar, 20 Nopember 1975

3. NIP : 197511201999034001/

4. Pangkat dan Golongan : Pembina Tk I (IV/b)

5. Jabatan Fungsional : Lektor kepala

6. Fakultas/Jurusan : Pascasarjana/PAI STAIN Pekalogan

7. Bidang Keahlian : Pemikiran Islam

8. Email : [email protected]

Pengalaman Pendidikan :

NO Perguruan Tinggi Kota Bidang Studi Tahun Lulus

1 IAIN Walisongo Surakarta Teologi-Filsafat

1997

2 Program Pascasarjana

IAIN Walisongo Semarang

Pemikiran

Tasawuf

2001

3 Program Pascasarjana

UIN Jakarta Jakarta

Pemikiran Islam

2008

9. Pengalaman Penelitian

NO Judul Penelitian Tim Peneliti Sumber Biaya Tahun

1 Peran Kyai Dalam

Membangun Kesadaran

Gender Kota

Pekalongan

Kolektif

DIP Depag Pusat

2002

2 Fungsi Sosial Masjid di

Kota Santri

Pekalongan

Kolektif DIK-S STAIN

2002

3 Kesetaraan Gender

Dalam Spiritualitas

Islam (Telaah Normatif

dan Historis atas

Pencapaian maqamat

sufi perempuan)

DIP STAIN

Pekalongan

2003

4 Dialog Tasawuf dan

Budaya Jawa

DIK-S STAIN 2004

5 Corak Pemikiran

Keislaman Dosen

STAIN Pekalongan

DIPA STAIN 2006

6 Persepsi dan

Transformasi Visi dan

Misi pada Civitas

Akademik STAIN

Pekalongan

Ketua Tim

Peneliti

DIPA STAIN 2009

7 Pengaruh Tasawuf bagi

Peningkatan ESQ pada

jama’ah TQN Kota

Pekaloangan

Peneliti Dipa STAIN 2010

Page 147: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

8 Spiritualitas batik

Jlamprang Pekalongan

Peneliti DIPA STAIN 2011

9 Tarekat Kebangsaan Peneliti DIPA STAIN 2012

10 Problem Epistemologi

Kajian Islam di PTAIN

Peneliti DIPA STAIN 2013

11 Manajemen Kearifan

Lokal Pekalongan

Peneliti DIPA STAIN 2014

Biodata Anggota Tim

:

Nama lengkap dan gelar : Dr. H. Muhlisin,M.Ag.

Tempat Tanggal lahir : Pati, 07 Juni 1970

NIP. : 197007061998031001

Nomor HP. : 081542224597

Pekerjaan : Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan.

Jabatan : Lektor Kepala

Alamat : Proto, Kedungwuni, Pekalongan

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Universitas/ Institut Gelar

Akademik

Tahun

selesai

Bidang studi /

Program studi

S.1 Fak.Tarbiyah IAIN

Waisongo

S.Ag. 1995 Pendidikan

agama Islam

S.2 Program

Pascasarjana IAIN

Walisongo

M.A. 1999 Pemikiran

Pendidikan

Islam

S.3 Universitas

Pendidikan

Indonesia Bandung

DR. 2012 Pendidikan

Nilai/ Umum

Pengalaman penelitian :

1. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah pada Madrasah Swasta di Kabupaten

Pekalongan.

2. Madrasah sebagai stakeholders STAIN Pekalongan.

3. Pelaksanaan madrasah model di Indonesia.

4. Komitmen Pemerintah Kabupaten Pekalongan dalam pengembangan Pendidikan

Agama Islam Pasca Pemberlakukan UU Pemerintah Daerah No 32 tahun 2004.

5. Implementasi Active leaning pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di

Jawa Tengah

6. Formulasi pesantren (dampaknya terhadap transformasi pendidikan pesantren kota

Pekalongan)

Karya ilmiah yang pernah dipublikasikan dalam jurnal

1. Reformasi : Paradigma rekontekstualisasi pendidikan Islam.

2. Telaah atas perkembangan istitusi pendidikan masa Abbasiyah (Periode pertama).

3. Konvigurasi demokratisasi pendidikan dalam masyarakat madani.

4. Kebijakan pemerintah terhadap madrasah sebagai sub-sistem pendidikan nasional

(sejak kemerdekaan hingga transidi reformasi ).

5. Strategi pemberdayaan kapasitas kelembagaan dan kinerja komite madrasah.

Page 148: KONSEP DAN IMPLEMENTASI AJARAN ASWAJA DI BRUNEI …

Biodata Anggota Tim

1. Nama : DR. SUSMININGSIH, MAg

2. NIP/NIK : 197502111998032001/092 1040 1125 0015

3. Tempat/Tanggal Lahir : Temanggung, 11 Pebruari 1975

4. Golongan / Pangkat : IV/a Lektor Kepala

5. Perguruan Tinggi : STAIN Pekalongan

6. Alamat PTAI : Jl. Kusumabangsa No.9 Pekalongan

7. Telp./Faks. : (0285) 412575, 0285 423418

8. E-mail : [email protected]

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun

Lulus Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/

Bidang Studi

1996 Sarjana (S1) IAIN Walisongo di Pekalongan Peradilan Agama

2000 Magister

(S2)

IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta

Ekonomi Islam

2014 Doktoral

(S3)

UII Yogyakarta Ekonomi/Manajemen

SDM

PENGALAMAN PENELITIAN

Tahun Judul Penelitian

Jabatan Sumber

Dana

2015

Berkah Lan Sanggan (Pragmatisme Religiusitas

Dalam Hubungan Kerja Pada Industri Batik di

Kota Pekalongan)

Peneliti

Utama

Mandiri

2014

From Functional Into Positional Desire

(Understanding The Transformation of Etichal

Consumer Decision in Islamic Perspective)

Peneliti

Utama

DIPA

STAIN

PKL

2013 Suksesi Bisnis Keluarga Muslim &

Keberlangsungan Industri Batik Di Kota

Pekalongan

Peneliti

Utama

DIPA

STAIN

PKL

2012 Self Leadership & Ketahanan Usaha

BatikKeluarga Muslim Di Kota Pekalongan

Peneliti

Utama

DIPA

STAIN

PKL

2011 Trust Building & Filosofi Kerja Pengusaha Batik

Etnis Jawa, Arab dan Cina di Pekalongan

Peneliti

Utama

DIPA

STAIN

PKL

2010 Neuroekonomi & Trust Pada Entrepreneur

Muslim di Kota Pekalongan

Peneliti

Utama

DIPA

STAIN

PKL