Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

download Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

of 16

Transcript of Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    1/16

    KONSEP CITIZEN’S CHARTER  SEBAGAI INOVASI

    DALAM PELAYANAN PUBLIK

    A. H. Rahadian

     Abstract

     In an effort to improve the quality of public services, it has been established Public

    Service Act No. 25/2009 , in which service providers are obliged to prepare and

    establish service contents intimation ability to carry out services in accordance with the

     service standards. This provision has yet to be a solution to overcome the problems of

     public services. The low quality of public services in turn be the cause of the cases can

    be categorized as mal administration. The concept of citizen's charter as an innovative

     public service has been implemented in many countries as well as in Indonesia ( Blitar ,

    Semarang , Yogyakarta and Mataram ), there are benefits in the form of changes inculture and norms of service bureaucracy, the implementation of public service

    management that is participatory, transparent, and accountable, as an advocacy work

    in empowering stakeholders outside the bureaucracy, open space and the chance for

    broader interaction between the bureaucracy and society, as well as the emergence of

    the discourse to adopt the concept of citizen's charter in drafting local regulations

    (Perda) regarding public services . 

     Keywords: Citizen Charter, innovation, public services

    Abstrak

    Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik telah ditetapkan Undang-undang

    Pelayanan Publik No. 25 Tahun 2009, didalamnya penyelenggara pelayanan

     berkewajiban menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan yang isinya

    kesanggupan untuk melaksanakan pelayanan sesuai standar pelayanan yang ditetapkan.

    Ketentuan ini ternyata belum menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan pelayanan

     publik. Rendahnya kualitas pelayanan publik pada gilirannya menjadi penyebab

    timbulnya kasus-kasus yang dapat dikatagorikan sebagai mal administrasi. Konsep

    citizen’s charter sebagai inovasi pelayanan publik telah diimplementasikan di banyak

     Negara dan juga di Indonesia (Blitar, Semarang, Yogyakarta dan Mataram), ternyata

    memberikan manfaat berupa perubahan budaya dan norma pelayanan birokrasi,terselenggaranya manajemen pelayanan publik yang partisipatif, transparan, dan

    akuntabel, sebagai bentuk kegiatan advokasi pemberdayaan stakeholders di luar

     birokrasi, membuka ruang dan kesempatan interaksi yang lebih luas antara birokrasi

    dengan masyarakat, serta munculnya wacana untuk mengadopsi konsep citizen’s

    charter dalam penyusunan peraturan daerah (Perda) tentang pelayanan publik.

    Kata kunci: Citizen Charter, inovasi, pelayanan publik

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    2/16

    Kondisi Pelayanan Publik

    Penyelenggaraan pelayanan publik

    masih dihadapkan pada kondisi yang

     belum sesuai dengan kebutuhan dan

     perubahan di berbagai bidang kehidupan

     bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

    Hal tersebut dapat disebabkan oleh

    ketidaksiapan untuk menanggapi

    terjadinya transformasi nilai yang

     berdimensi luas serta dampak berbagai

    masalah pembangunan yang kompleks.

    Sementara itu tatanan baru masyarakat

    Indonesia dihadapkan pada harapan dan

    tantangan global yang dipicu oleh

    kemajuan bidang ilmu pengetahuan,

    informasi, komunikasi, transportasi,

    investasi, dan perdagangan. Hal inilah

    yang menjadi latar belakang lahirnya

    Undang-undang Pelayanan Publik no.

    25 Tahun 2009.

    Hal yang baru dari Undang-undang

    tersebut adalah adanya ketentuan

    mengenai Maklumat Pelayanan (Pasal 22

    UU Pelayanan Publik no. 25 Tahun 2009).

    Maklumat Pelayanan adalah

     pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan

    rincian kewajiban dan janji yang terdapat

    dalam standar pelayanan. Sampai dengan

    saat ini, UU tersebut belum diikuti dengan

    Peraturan Pemerintah yang dapat menjadi

     pedoman dalam implementasi dari UU

    tersebut.

    Hasil survei Komisi Pemberantasan

    Korupsi (KPK) tentang Integritas Sektor

    Pelayanan Publik 2010 yang dirilis pada

     bulan November 2010, mengemukakan

     bahwa dari standar minimal integritas yang

    ditetapkan KPK sebesar 6,00 (dari skala 0

     –   10), Indeks Integritas Nasional (IIN)

    mencapai 5,42. Dengan perincian nilai

    rata-rata di tingkat pusat 6,16, di tingkat

    instansi vertical 5,26 dan ditingkat

     pemerintahan kota 5,07. Dari data tersebut

    menunjukan bahwa kinerja pelayanan

     publik belum berjalan sebagaimana

    diharapkan.

    Hal ini sejalan dengan hasil

     penelitian Pusat Studi Kependudukan dan

    Kebijakan UGM (Dwiyanto, dkk. 2002) 

    yang mengemukakan “Kinerja pelayanan

     publik di Indonesia yang masih belum

     profesional, memang tidak terjadi begitu

    saja sebagai suatu taken for granted ,

    namun merupakan konsekuensi dari

    adanya desain birokrasi Indonesia yang

    memang tidak dipersiapkan sebagai

     pelayanan masyarakat (public servant).

    Secara historis, semenjak masa kerajaan

    sampai masa pemerintahan kolonial

    Belanda, birokrasi Indonesia telah

    ditempatkan sebagai instrumen

    kekuasaan”. 

    Hasil penelitian Governance and

    Decentralization Survei (GDS, 2004), 

    memperlihatkan bahwa penyelenggaraan

     pelayanan publik masih belum sepenuhnya

    menerapkan prinsip transparansi,

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    3/16

    khususnya mengenai biaya pelayanan.

    Warga masyarakat masih tetap

    memberikan “uang rokok” setiap kali

     berhubungan dengan pejabat birokrasi

    untuk mengurus pelayanan sertifikat tanah,

    SIM dan KTP.

    Praktik ini semakin

    memperlihatkan tidak adanya transparansi

     biaya pelayanan, sebab ketentuan biaya

     pelayanan yang terdapat dalam Peraturan

    Darah ataupun ketentuan resmi lainnya,

    tidak pernah mengatur tentang “uang

    sukarela” atau “biaya administrasi” lain

    diluar biaya yang sudah dicantumkan

    secara resmi. Praktik pelayanan seperti

    tetap memperlihatkan masih rendahnya

     profesionalisme birokrasi dalam

    memberikan pelayanan kepada

    masyarakat.

    Salah satu ciri profesionalisme

    dalam pemberian pelayanan adalah

     penyedia layanan tidak bersedia untuk

    menerima pemberian dalam bentuk apapun

    dari pengguna layanan yang dapat

    mendrong mereka untuk diskriminasi

     pelayanan terhadap pengguna jasa yang

    lain. Praktik diskriminasi pelayanan ini

    dapat terjadi melalui pemberian bentuk-

     bentuk “uang suap” kepada pejabat

     birokrasi untuk mempengaruhi proses

     pemberian dan penyelesaian pelayanan

    kepada warga pengguna.

    Era reformasi memunculkan

    adanya kesadaran dari warga pengguna

    akan pentingnya kinerja pelayanan yang

    tidak diskriminatif dan menghargai

    martabat serta hak pengguna layanan.

    Warga pengguna mulai menginginkan

    adanya kemudahan pelayanan, baik dalam

    hal persyaratan, prosedur, kepastian waktu,

    maupun transparansi biaya yang harus

    dikeluarkan. Adanya tuntutan semacam ini

    karena praktik pemberian pelayanan

    selama ini dinilai kurang responsif

    terhadap kebutuhan pengguna, serta

    rendahnya akuntabilitas pelayanan.

    Prinsip dan Manfaat Citizen’s Charter

    Citizen’s charter merupakan

     pendekatan dalam penyelenggaraan

     pelayanan publik yang menempatkan

     pengguna layanan sebagai pusat perhatian,

    untuk itu Denhardt & Denhardt (2003)

    merumuskan prinsip- prinsip dari citizen’s

    charter, yaitu:

    1)  Serve Citizen, Not Customers

    Kepentingan publik adalah hasil dari

    sebuah dialog tentang pembagian nilai

    daripada kumpulan dari kepentingan

    individu. Oleh karena itu, aparatur

     pelayanan publik tidak hanya

    merespon keinginan pelanggan

    (customer), tetapi lebih fokus pada

     pembangunan kepercayaan dan

    kolaborasi dengan dan antara warga

    negara (citizen).

    2) 

    Seek the Public Interest

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    4/16

    Pada administrasi Publik harus

    memberi kontribusi untuk

    membangun sebuah kebersamaan,

    membagi gagasan dari kepentingan

     publik, tujuannya adalah tidak untuk

    menemukan pemecahan yang cepat,

    yang dikendalikan oleh pilihan-

     pilihan individu. Lebih dari itu, adalah

    kreasi dari pembagian kepentingan

    dan tanggungjawab.

    3)  Value Citizenship over

    entrepreneurship

    Kepentingan publik adalah lebih

    dimajukan oleh komitmen aparatur

     pelayanan publik dan warga negara

    untuk membuat kontribusi lebih

     berarti daripada oleh gerakan para

    manajer swasta sebagai bagian dari

    keuntungan publik yang menjadi

    milik mereka.

    4) 

    Think Strategically, Act

    Democracally

    Pertemuan antara kebijakan dan

     program agar bisa dicapai secara lebih

    efektif dan berhasil secara

     bertanggungjawab mengikuti upaya

     bersama dan prosesproses

    kebersamaan.

    5)  Recognized that Accountability is Not

    Simple

    Aparatur pelayanan publik seharusnya

     penuh perhatian lebih baik daripada

     pasar. Mereka juga harus mengikuti

     peraturan perundangan dan konstitusi,

    nilainilai masyarakat, norma-norma

     politik, standar-standar profesional

    dan kepentingan warga negara.

    6)  Serve Rather than Steer

    Semakin bertambah penting bagi

     pelayanan publik untuk menggunakan

    andil, nilai kepemimpinan mendasar

    dan membantu warga

    mengartikulasikan dan

    mempertemukan kepentingan yang

    menjadi bagian mereka lebih daripada

     berusaha untuk mengontrol atau

    mengendalikan masyarakat pada

     petunjuk baru.

    7) 

    Value people, not Just Productivity

    Organisasi publik dan kerangka

    kerjanya dimana mereka

     berpartisipasi dan Iebih sukses dalam

    kegiatannya kalau mereka

    mengoperasikan sesuai proses

    kebersamaan dan mendasarkan diri

     pada kepemimpinan yang hormat

     pada semua orang.

    Sedangkan manfaat citizen’s

    charter baik bagi pemerintah selaku

     penyedia layanan, maupun bagi

    masyarakan selaku pengguna layanan, 

    (Riyadi Soeprapto : 2005), adalah:

    1) Bagi Pemerintah

    o  Memudahkan melakukan evaluasi

    terhadap kinerja pelayanan. Karena

     penyelenggaraan pelayanan publik

    didasarkan pada standart yang jelas

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    5/16

    sebagaimana diatur dalam

    dokumen citizen’s charter, 

    o  Membantu memahami kebutuhan

    dan aspirasi warga serta

    stakeholder mengenai

     penyelenggaraan pelayanan publik.

    Karena standart pelayanan dalam

    citizen's  charter didasarkan pada

    kebutuhan nyata dan aspirasi

    masyarakat;

    o  Meningkatkan kesadaran

    masyarakat bahwa pelayanan

     publik bukan hanya tanggung

     jawab pemerintah tetapi juga

    menjadi tanggung jawab semua,

    termasuk warga masyarakat selaku

     pengguna layanan.

    2) Bagi Masyarakat

    Memberikan jaminan bahwa

     pelayanan publik akan menjadi

    lebih responsif, artinya dengan

    citizen's charter   penyelenggaraan

     pelayanan publik didasarkan pada

    kebutuhan nyata masyarakat

     pengguna layanan sehingga

    terdapat kesesuaian antara

     pelayanan yang diberikan dengan

    kebutuhan masyarakat. Disamping

    itu  citizen's charter memberikan

     jaminan transparansi bagi

    masyarakat, artinya masyarakat

     bisa mengetahui denganmudah

    aspek-aspek pelayanan baik

    mengenai jenis, prosedur, waktu,

     biaya dan cara pelayanannya. Dan

    lebih akuntabel artinya pelayanan

     publik yang diberikan dapat

    dipertanggungiawabkan kepada

    masyarakat selaku pengguna

    layanan;

    o  Memberi kemudahan kepada

    masyarakat untuk mengakses

    informasi pelayanan dan sekaligus

    melakukan kontrol terhadap

     penyelenggaraan pelayanan, karena

    masyarakat dilibatkan secara

    langsung dalam prosesnya sejak

    awal hingga akhir; Pengembangan

    Model Citizen's

    o  Penghargaan terhadap martabat dan

    kedudukan masyarakat sebagai

    warga Negara yang berdaulat

    (masyarakat sebagai subyek).

    Walaupun dalam tataran konsep

    dan normatif skema Citizen’s

    Charter ini sangat ideal, namun

    implementasinya tidaklah bukan

    tanpa halangan.

    Kondisi pelayanan publik yang

    khusus diselenggarakan oleh organisasi

     pemerintah kualitasnya masih jauh dari

    harapan, padahal pemerintah sampai

    dengan saat ini adalah pemegang monopoli

     pelayanan publik yang sah.

    Sementara itu apabila melihat

    kondisi sumber daya aparat dianggap

    masih kurang professional, berbelit-belit,

    disiplin kerja rendah dan sebagainya yang

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    6/16

    menunjukkan seakan-akan justru aparatlah

    yang minta dilayani, bukan warga

    masyarakat.

    Rendahnya kualitas pelayanan

    yang demikian carut mamt tersebut tidak

    hanya dirasakan oleh warga masyarakat

    tetapi juga dirasakan oleh oleh aparatur itu

    sendiri yang secara administratif juga

    mendapatkan pelayanan dari pemerintah.

    Rendahnya reward   penghasilan

    yang diperoleh terkadang membuat aparat

    tersebut bekerja dengan istilah nyambi.

    Tak heran jika pada instansi pelayanan

     publik tertentu beberapa dari mereka

     bekerja sebagai calo pelayanan yang

    mencoba memanfaatkan ketidak

    transparasiannya prosedur pelayanan

    sebagai ajang mereka untuk mencari

     penghasilan tambahan diluar gaji yang

    diberikan pemerintah.

    Kontrak Pelayanan (Citizen’s Charter)

    VS Maklumat Pelayanan

    Citizen’s Charter atau Kontrak

    Pelayanan adalah hasil kesepakatan antara

    setidaknya dua pihak, penyelenggara dan

     pengguna pelayanan tentang praktek

     pelayanan yang akan diwujudkan.

    Citizen’s Charter adalah suatu pendekatan

    dalam penyelenggaraan pelayanan publik

    yang menempatkan pengguna layanan

    sebagai pusat pelayanan. Artinya

    kebutuhan dan kepentingan pengguna

    layanan harus menjadi pertimbangan

    utama dalam keseluruhan proses

     penyelenggaraan pelayanan publik.

    Berbeda dengan praktik penyelenggaraan

     pelayanan publik sekarang ini, yang

    menempatkan kepentingan pemerintah dan

     penyedia layanan sebagai acuan utama

    dari praktik penyelenggaraan pelayanan,

    Citizen’s Charter menempatkan

    kepentingan pengguna layanan sebagai

    unsur yang paling penting.

    Untuk mencapai maksud tersebut,

    Citizen’s Charter mendorong penyedia

    layanan untuk bersama dengan pengguna

    layanan dan pihak-pihak yang

     berkepentingan (stakeholders) lainnya

    untuk menyepakati jenis, prosedur, waktu,

     biaya, serta cara pelayanan. Kesepakatan

    tersebut harus mempertimbangkan

    keseimbangan hak dan kewajiban antara

     penyedia layanan, pengguna layanan, serta

    stakeholders. Kesepakatan ini nantinya

    akan menjadi dasar praktek

     penyelenggaraan pelayanan publik.

    Sementara itu maklumat pelayanan

    sebagaimana diatur dalam UU Pelayanan

    Publik hanya berisi kewajiban

     penyelenggara pelayanan menetapkan dan

    membuat pernyataan kesanggupan

     penyelenggara dalam melaksanakan

     pelayanan sesuai standar pelayanan yang

    meliputi: dasar hukum, persyaratan, istem,

    mekanisme dan prosedur, Jangka waktu

     penyelesaian, biaya/tarif, produk

     pelayanan, sarana, prasarana dan/ atau

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    7/16

    fasilitas; kompetensi pelaksana,

     pengawasan internal, penanganan

     pengaduan, saran, dan masukan, jumlah

     pelaksana, jaminan pelayanan yang

    memberikan kepastian pelayaan

    dilaksanakan sesuai dengan standar

     pelayanan, jaminan keamanan dan

    keselamatan pelayanan dalam bentuk

    kmitmen untuk memberikan rasa aman,

     bebas dari bahaya, dan resiko keragu-

    raguan; dan evaliasi kinerja pelaksana.

    Perbedaan esensial antara

    maklumat pelayanan dengan kontrak

     pelayanan (citizen’s charter), yaitu

    maklumat pelayanan dibuat oleh

     penyelenggara pelayanan, sedangkan

    citizen’s charter adalah hasil kesepakatan

    antara setidaknya dua pihak,

     penyelenggara dan pengguna pelayanan

    tentang praktek pelayanan yang akan

    diwujudkan.

    Citizen’s Charter adalah suatu

     pendekatan dalam penyelenggaraan

     pelayanan publik yang menempatkan

     pengguna layanan sebagai pusat

     pelayanan. Artinya kebutuhan dan

    kepentingan pengguna layanan harus

    menjadi pertimbangan utama dalam

    keseluruhan proses penyelenggaraan

     pelayanan publik. Berbeda dengan praktik

     penyelenggaraan pelayanan publik

    sekarang ini, yang menempatkan

    kepentingan pemerintah dan penyedia

    layanan sebagai acuan utama dari

     praktik penyelenggaraan pelayanan,

    Citizen’s Charter menempatkan

    kepentingan pengguna layanan sebagai

    unsur yang paling penting.

    Untuk mencapai maksud tersebut,

    Citizen’s Charter mendorong penyedia

    layanan untuk bersama dengan pengguna

    layanan dan pihak-pihak yang

     berkepentingan (stakeholders) lainnya

    untuk menyepakati jenis, prosedur, waktu,

     biaya, serta cara pelayanan. Kesepakatan

    tersebut harus mempertimbangkan

    keseimbangan hak dan kewajiban antara

     penyedia layanan, pengguna layanan, serta

    stakeholders. Kesepakatan ini nantinya

    akan menjadi dasar praktek

     penyelenggaraan pelayanan publik.

    (Dwiyanto, 2007).

    Secara rinci, unsur-unsur pokok

    citizen’s charter yang berlaku secara

    umum, adalah terdiri dari:

    1. Visi dan Misi Pelayanan

    Yang termuat di sini adalah rumusan

    tentang sejauh mana organisasi

     pelayanan publik telah merujuk pada

     prinsip-prinsip kepastian pelayanan.

    Harus diingat bahwa visi dan misi

     pelayanan tidak hanya dipahami

    sebagai slogan atau motto, tetapi

    harus diaktualisasikan ke dalam

    tindakan konkret. Visi dan misi harus

    menjadi bagian dari budaya pelayanan

    yang tercermin di dalam cara

     pemberian layanan.

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    8/16

    2. Standar Pelayanan

    Berisi tentang penjelasan tentang apa,

    mengapa, dan bagaimana upaya yang

    diperlukan untuk memperbaiki

    kualitas pelayanan. Standar pelayanan

    memuat norma-norma pelayanan yang

    akan diterima oleh pengguna layanan.

    Dalam hal ini, standar pelayanan akan

    memuat standar perlakuan terhadap

     pengguna, standar kualitas produk

    (output ) yang diperoleh masyarakat,

    dan standar informasi yang dapat

    diakses oleh pengguna layanan.

    3. Alur Pelayanan

    Berisi penjelasan tentang unit/bagian

    yang harus dilalui bila akan mengurus

    sesuatu atau menghendaki pelayanan

    dari organisasi publik tertentu. Alur

     pelayanan harus menjelaskan berbagai

    fungsi dan tugas unit-unit dalam

    kantor pelayanan sehingga

    kesalahpahaman antara penyedia dan

     pengguna jasa pelayanan dapat

    dikurangi. Bagan dari alur pelayanan

     perlu ditempatkan di tempat strategis

    agar mudah dilihat pengguna layanan.

    Alangkah baiknya kalau bagan itu

    didesain secara menarik dengan

     bahasa yang sederhana dan gambar-

    gambar yang memudahkan

     pemahaman pengguna pelayanan.

    4. Unit atau Bagian Pengaduan

    Masyarakat

    Yang dimaksud adalah satuan, unit

    atau bagian yang berfungsi menerima

    segala bentuk pengaduan masyarakat.

    Satuan ini wajib merespon dengan

     baik semua jenis pangaduan,

    menjamin adanya keseriusan dari

     penyedia layanan untuk menanggapi

    keluhan dan masukan. Juga berperan

    untuk mengevaluasi sistem pelayanan

    yang ada. Salah satu peran penting

    dari unit pengaduan masyarakat

    adalah dalam riset dan pengembangan

     pelayanan.

    5. Survei Pengguna Layanan

    Di Indonesia, survei pengguna

    layanan kebanyakan masih terbatas

     pada perusahaan swasta dalam bentuk

    survei pelanggan (customers survey).

    Kontrak pelayanan mengharuskan

    dilakukannya survei pengguna

    layanan bagi organisasi publik.

    Tujuannya adalah untuk mengetahui

    aspirasi, harapan, kebutuhan dan

     permasalahan yang dihadapi

    masyarakat. Hasil survei digunakan

    untuk memperbaiki sistem

     penyelenggaraan pelayanan publik di

    masa mendatang sesuai harapan

    masyarakat. Yang diharapkan dari

    adanya survei pengguna layanan ini

    adalah adanya hubungan baik dan

    tingkat kepercayaan pengguna

    terhadap penyedia layanan.

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    9/16

    Pada perumusan citizen’s charter

    akta kelahiran kota Yogyakarta yang

    diselenggarakan oleh Dinas

    Kependudukan dan Catatan Sipil,

    Pemerintah Kota Yogyakarta, dan UPTSA

    Kota Yogyakarta, kontrak pelayanan

    dirumuskan oleh forum citizen’s charter

    yang beranggotakan multi stakeholders

    yang terdiri dari aparat birokrasi, pengguna

    layanan, LSM, media masa, akademisi,

    anggota DPRD, dan tokoh masyarakat.

    (www.pemkot.jogja.go.id) 

    Implementasi Citizen’s Charter 

    Reformasi dalam penyelenggaraan

     pelayanan publik diartikan sebagai upaya

    mewujudkan asas-asas pemerintahan yang

     baik dan bersih (Principles of Good

    Governance and clean Governance), yaitu

    dengan menumbuhkan kesadaran pada

     penyelenggara pelayanan publik bahwa

     pelaksanaan fungsi-fungsi publik pada

    dasarnya tidak saja bertolak dari aspek

    kewenangan (authority), akan tetapi juga

     bertolak dari aspek pemenuhan hak-hak

    masyarakat untuk memperoleh pelayanan

    yang prima.

    Hal ini membuat skenario

     pelayanan publik bukan hanya melihat

    masyarakat sebagai konsumen, akan tetapi

     juga dipandang sebagai warga negara

    (citizen) yang mempunyai hak untuk

    dilayani. Dengan demikian hakikat

     pelayanan publik seharusnya bertolak dari

    dmensi kewajiban aparat birokrasi untuk

    memberikan pelayanan kepada masyarakat

    dan citizen’s charter adalah sebuah model

     pelayanan publik untuk dapat memenuhi

    hal tersebut.

    Citizen’s Charter, pada awalnya

    merupakan sebuah dokumen yang di

    dalamnya disebutkan hak-hak dan

    kewajiban-kewajiban yang melekat baik

    dari dalam diri  providers  maupun bagi

    customers. Kemudian dalam

     perkembangannya, dalam dokumen

    tersebut disebutkan pula sanksi-sanksi

    terhadap pelanggaran apabila salah satu

     pihak tidak mampu menjalankan

    kewajibannya sesuai dengan ketentuan

    dalam dokumen Citizen’s Charter tersebut.

    Kemudian seiring dengan konsep dan teori

    dalam Manajemen Strategis, dalam

    Citizen’s Charter disebutkan pula visi dan

    misi organisasi penyelenggara pelayanan

    dan juga visi dan misi pelayanan

    organisasi tersebut.

    Perubahan yang dituntut dalam

     penyelenggaraan pelayanan publik oleh

     birokrasi ini tidak dapat dilepaskan dari

    munculnya kecenderungan baru dalam

     proses penyelenggaraan pelayanan publik,

    yakni adanya “Global Public Management

    Reform” (Donald Kettl, dalam Denhardt

    & Denhardt, 2003:14),  dimana

    difokuskan pada beberapa isu pelayanan

     penting, seperti;

    http://www.pemkot.jogja.go.id/http://www.pemkot.jogja.go.id/http://www.pemkot.jogja.go.id/http://www.pemkot.jogja.go.id/

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    10/16

    1. Bagaimana birokrasi dapat

    menerapkan sistem insentif untuk

    mencegah terjadinya praktik KKN

    dalam pemberian pelayanan;

    2. Bagaimana birokrasi dapat

    memanfaatkan ‘mekanisme pasar’

    untuk memberikan kesempatan pada

    warga pengguna layanan agar terlibat

    dalam menentukan kebijakan

     pelayanan;

    3. Bagaimana birokrasi dapat inovatif

    dan kreatif dalam merumuskan

    kebijakan pelayanan yang aspiratif;

    4. Bagaimana birokrasi dapat

    memberikan kewenangan yang lebih

     besar pada petugas pelayanan ( street-

    level bureaucracy) untuk mengambil

    keputusan untuk mengurangi ‘budaya

    minta petunjuk’ pada pejabat; dan

    5. Bagaimana birokrasi dapat lebih

     berorientasi pada kualitas output dan

    outcome layanan, daripada prosedur

    layanan yang dibuat secara rigid.

    Selandia Baru ( New Zealand )

    memulai program reformasi manajemen

     pelayanan publik pada pertengahan tahun

    1980-an, melalui adanya kebijakan yang

     bersifat “topdown”untuk melakukan

     privatisasi pada sektor-sektor pelayanan

    Pemerintah yang dianggap memungkinkan

    untuk dilakukan. Sistem pengawasan

    kinerja birokrasi yang didasarkan pada

    otoritas, digantikan dengan sistem “market

    incentives”, artinya kontrol terhadap

    kinerja birokrasi dalam memberikan

     pelayanan tidak dapat lagi hanya

    didasarkan pada otoritas politik, tetapi

     juga melibatkan mekanisme pasar yang

    melibatkan “customers” dan  stakeholders

     pelayanan. Kinerja pelayanan birokrasi

     juga lebih difokuskan pada output atau

     produk layanan yang dihasilkan, bukannya

     pada input layanan (anggaran) dan

    sebagainya.

    Hal ini membawa konsekuensi

     pada lebih diperhatikannya masalah

    kualitas atau mutu dari suatu produk

    layanan yang dihasilkan oleh birokrasi

    menurut perspektif pengguna layanan, jadi

     pelayanan bukan semata-mata dilihat

    dalam konteks ketersediaan anggaran

    operasional pelayanan yang diberikan oleh

    Pemerintah.

    Birokrasi pelayanan di Selandia

    Baru mulai diperkenalkan pada adanya

    suatu “kontrak kerja pelayanan”, baik

    antara Pemerintah dengan Badan/Instansi

    Penyedia Layanan ( providers). Pemerintah

    menerapkan adanya kontrak pelayanan

    kepada Badan- Badan Pemberi layanan

    agar dapat memenuhi kinerja pelayanan

    yang telah ditetapkan dalam kontrak

    tersebut. Kepala Badan/Instansi pelayanan

    (di Indonesia Kepala Dinas/Badan), dapat

    menegosiasikan kontrak pelayanan ini

    kepada para aparatur birokrasi pelayanan

    di Badan/instansi pelayanan tersebut guna

    mencapai kesamaan visi pelayanan.

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    11/16

    Birokrasi juga diperkenalkan pada

    sistem anggaran yang lebih difokuskan

     pada pencapaian kinerja pegawai dalam

    memberikan pelayanan, artinya pemberian

    insentif akan diberikan pada pegawai

     birokrasi yang memiliki kinerja pelayanan

     baik dilihat dari indikator-indikator kinerja

    yang telah ditetapkan. Penerapan model-

    model pelayanan baru ini ternyata

    membawa perubahan besar dalam

     birokrasi pelayanan di Selandia Baru.

    Pemerintah Australia demikian

     pula telah melakukan upaya reformasi

    manajemen pelayanan publik semenjak

    tahun 1980-an. Adanya program baru

    yang digulirkan pada masa pemerintahan

    Perdana Menteri Robert Hawke pada

    tahun 1983 berupa “managing for result”

    telah membawa banyak perubahan pada

    kinerja birokrasi Pemerintah. Para pejabat

     birokrasi didorong untuk mempergunakan

     proses perencanaan yang mengadopsi

    model “corporate-style” untuk

    mengidentifikasi prioritas, tujuan, sasaran,

    dan perbaikan manajemen anggaran dalam

     penyelenggaraan pelayanan publik.

    Upaya serupa juga dilakukan oleh

    Pemerintah Inggris pada masa

     pemerintahan Perdana Menteri Margaret

    Thatcher, dimana penerapan pendekatan

    “Citizens’ Charter” dilakukan sebagai

     bentuk responsibilitas Pemerintah sebagai

     penyedia layanan untuk menyusun standar

     pemberian pelayanan yang sesuai dengan

    kebutuhan masyarakat pengguna layanan.

    Pemerintah Inggris memiliki asumsi dasar

    yang berperspektif ekonomi bahwa

     buruknya kinerja birokrasi dapat terjadi

    karena adanya faktor monopoli pelayanan

    oleh birokrasi, transaksi biaya tinggi

    dalam birokrasi, dan masalah distorsi

    informasi yang turut memperburuk

    terjadinya inefisiensi dalam

     penyelenggaraan pelayanan publik.

    Birokrasi pemerintah Malaysia

     juga mulai menerapkan reformasi

     pelayanan publik pada tahun 1996 dengan

    dicanangkannya program Visi Malaysia

    2020 (Sarji, 1996).  Salah satu langkah

    kebijakan reformasi pelayanan publik

    yang dilakukan adalah merombak budaya

     birokrasi menjadi budaya kerja yang

     berorientasi pada kualitas pelayanan.

    Pemerintah Malaysia sangat menaruh

     perhatian dan komitmen besar untuk

    memfokuskan pada kebutuhan pengguna

    layanan ( focus on the customer ) dalam

     pemberian pelayanan publik. Birokrasi

     pelayanan diwajibkan menyusun standar

    dan indikator kinerja pelayanan, serta

     berorientasi pada perubahan. Melalui

     berbagai langkah reformasi pelayanan

    yang dilakukan, birokrasi Malaysia

    akhirnya mampu meraih penghargaan ISO

    9000, suatu bentuk penghargaan yang

    diberikan bagi lembaga/organsasi

     pelayanan yang dapat mencapai standar

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    12/16

     pemberian pelayanan yang memuaskan

     pengguna layanan.

    Reformasi pelayanan publik di

    Amerika Serikat banyak diilhami oleh

    tulisan David Osborne dan Ted Gaebler

    dalam bukunya “Reinventing

    Government”, serta tulisan Osborne dan

    Plastrik yang kemudian memperkenalkan

     prinsip- prinsip birokrasi sebagai “public

    enterpreneurs” yang membawa perubahan

     besar dalam birokrasi pelayanan di

    Amerika Serikat. Beberapa ide reformasi

    manajemen pelayanan publik dari Osborne

    yang diterapkan di birokrasi Amerika

    antara lain birokrasi mengembangkan

     budaya kompetisi dalam memberikan

     pelayanan, baik antar badan/unit

     pelayanan di lingkungan birokrasi sendiri,

    dengan pihak swasta, maupun badan-

     badan penyedia layanan non pemerintah

    lainnya. Ide kompetisi pelayanan ini akan

    menghasilkan efisiensi dan responsivitas

     birokrasi pada perubahan lingkungan

    sehingga dapat meningkatkan daya inovasi

    dalam birokrasi. (Partini, Bambang

    Wicaksono. 2004)

    The Citizen's Charter  

    dipresentasikan kepada Parlemen di

    Inggris oleh Perdana Menteri pada Juli

    1991 dan dipublikasikan dalam bentuk

    Kertas Pemerintah. Charter memperkuat

    kembali komitmen pemerintah terhadap

     privatisasi, terhadap kontrak layanan

     publik yang lebih jauh dan terhadap

     pengembangan uji pasar kompetitif, tapi

    hal ini secara implisit menerima bahwa

     beberapa layanan utama harus dan akan

    tetap berada dalam sector publik-pada

    waktu yang bersamaan melalui gagasan

    yang menyatakan bahwa mereka harus

    lebih transparan dan peka terhadap

    konsumen.

    Tema-tema dalam The Citizen's

    Charter   (Oliver dan Drewry, 1996) 

    adalah :

    1. Standar yang lebih tinggi : publikasi,

    dan bahasa yang jelas, standar layanan,

     pengawasan yang lebih kuat dan

    independen, sebuah skema "tanda

    charter" untuk   mengidentifikasi

    lembaga-lembaga yang ada melalui

    term charter dana;

    2. Keterbukaan : menghilangkan

    kekaburan tatanan organisasional,

     biaya layanan, dsb; staf diidentifikasi

    melalui nama- namanya;

    3. Informasi : publikasi secara regular

    mengenai target-target kinerja dan

    seberapa bagus mereka dipenuhi;

    4. Non-diskriminasi : layanan yang

    tersedia apapun ras maupun jenis

    kelaminnya; brosur yang dicetak dalam

     bahasa-bahasa minoritas yang

    dibutuhkan;

    5. Daya respon : kepekaan yang lebih

     besar terhadap kebutuhan konsumen-

    konsumen diminta pendapatya

    mengenai layanan yang diberikan;

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    13/16

    6. Keluhan : tingkat responden terhadap

    keluhan yang lebih bagus (termasuk

    sebuah sistem mediator lokal yang

    terkait dengan penanganan klaim-

    klaim minor), penyembuhan yang

    memadai, termasuk kompensasi yang

    tepat.

    Dalam perkembangannya

    kebijakan publik yang menyentuh banyak

    dimensi persoalan dalam penyelenggaraan

     pelayanan adalah mendorong pelayanan

     publik untuk menerapkan customer's

    charter . Istilah customer's charter sama

    makna / esensinya dengan Citizen's

    Charter.

    Istilah Citizen’s Charter pada

    awalnya ditujukan untuk pengguna jasa

    atau klien saja (customers atau  client ),

     bukan untuk seluruh warga negara

    (citizen). Namun, istilah yang salah kaprah

    ini ditujukan tetap untuk seluruh

    masyarakat sebagai pengguna jasa.

    Citizen’s Charter sering juga disebut 

    sebagai customer’s charter, client’s charter

    atau diterjemahkan dalam Bahasa

    Indonesia sebagai Kontrak Pelayanan atau

    Piagam Pelayanan.

    Pelembagaan Citizen’s Charter 

    Tujuan pelembagaan Citizens’

    Charter  adalah membuat pelayanan publik

    menjadi lebih responsif, yaitu sesuai antara

     pelayanan dengan kebutuhan masyarakat,

    transparan baik dari segi waktu, biaya,

    maupun cara pelayanan, serta akuntabel.

    Selain itu, dengan adanya Citizens’

    Charter, pengguna pelayanan juga dapat

    mengakses informasi pelayanan dan

    melakukan kontrol terhadap

     penyelenggaraan pelayanan serta

    menghargai martabat dan kedudukan

     pengguna layanan sebagai warga yang

     berdaulat.

    Di lain sisi, bagi penyedia layanan,

    Citizens’ Charter  bermanfaat untuk

    memudahkan evaluasi terhadap kinerja

     pelayanan dan membantu memahami

    kebutuhan dan aspirasi warga serta

    stakeholder mengenai penyelenggaraan

     pelayanan publik. Citizens’ Charter   juga

    memberikan kesadaran pada masyarakat

     bahwa pelayanan publik bukan hanya

    tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi

    tanggung jawab semua termasuk warga

    dan pengguna layanan.

    Fase pelembagaan Citizens’

    Charter ada empat, yakni promosi,

    formulasi, implementasi dan evaluasi.

    Pada fase promosi, kegiatan utama yang

    dilakukan adalah mengenalkan kepada

     publik tentang pendekatan Citizens’

    Charter dan membangun kesepakatan

     pelayanan antara penyedia, pengguna dan

    stakeholders pelayanan lainnya, serta

     pembentukan Forum Citizens’ Charter di

    tiap-tiap kota.

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    14/16

    Pada fase formulasi, kegiatan

    utama yang dilakukan adalah

    mempersiapkan instrumen bagi keperluan

    survei pengguna jasa, menganalisis data

    hasi survei, serta menyusun draft

    kesepakatan berupa ‘Kontrak Pelayanan’

    yang berisi janji perbaikan pelayanan ke

    depan oleh birokrasi.

    Pada fase implementasi, kegiatan

    utama adalah menerapkan ‘Kontrak

    Pelayanan’ yang telah disepakati ini dalam

     penyelenggaraan pelayanan sehari-hari.

    Terdapat beberapa kegiatan yang

    menyertainya, seperti adanya uji publik

    terhadap ‘Kontrak Pelayanan, talkshow,

    dialog dengan pejabat birokrasi, anggota

    DPRD, serta penerbitan semacam buletin

    tentang ‘Kontrak Pelayanan’. Sedangkan

     pada fase evaluasi , kegiatan utama yang

    dilakukan adalah melihat sejauh mana

     perubahan cara pelayanan yang telah

    dilakukan setelah diterapkannya ‘Kontrak

    Pelayanan’. Perubahan pelayanan terutama 

    dilihat pada aspek keramahan atau etika

     pelayanan, kepastian dan transparansi

     biaya, kepastian waktu pelayanan,

    kepastian prosedur, respon petugas

    terhadap keluhan warga pengguna,

    dukungan sarana prasarana pelayanan,

    serta mengindentifikasi berbagai bentuk

     pelanggaran dari ‘Kontrak Pelayanan’. 

    Pengalaman selama menjalankan

     proses pelembagaan Citizens’ Charter di

    Blitar, Yogyakarta, dan Ambarawa

    menghasilkan banyak manfaat yang dapat

    dipetik bagi upaya perbaikan kinerja

     penyelenggaraan pelayanan publik di masa

    mendatang. Baik pihak mitra lokal,

     birokrasi pemerintah, maupun anggota

    Forum Citizens’ Charter di tiga kota ini

    sepakat bahwa adanya kegiatan

    eksperimentasi seperti ini setidaknya

    memberikan manfaat pada tiga hal

    mendasar, yakni (1) perubahan budaya dan

    norma pelayanan birokrasi; (2)

    terselenggaranya manajemen pelayanan

     publik yang partisipatif, transparan, dan

    akuntabel; (3) sebagai bentuk kegiatan

    advokasi pemberdayaan stakeholders di

    luar birokrasi; (4) membuka ruang dan

    kesempatan interaksi yang lebih luas

    antara birokrasi dengan masyarakat; serta

    (5) munculnya wacana untuk mengadopsi

    konsep citizens charter dalam penyusunan

     peraturan daerah (perda) tentang pelayanan

     publik. (Partini, Bambang Wicaksono.

    2004)

    Penutup

    Citizens’ Charter sebagai inovasi

     pelayanan publik, dikembangkan di Barat,

    di Indonesia padanan kata yang dipandang

    mempunyai makna yang sama adalah

    dengan isitlah “Kontrak Pelayanan”. Bila

     para politisi atau anggota legislatif harus

    menandatangani ‘Kontrak Politik” atau

    ‘Kontrak Sosial’ dengan konstituen yang

    diwakilinya, maka dalam pelayanan publik

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    15/16

    suatu “kontrak pelayanan” merupakan

     bentuk kesepakatan bersama antara

     penyedia dengan pengguna layanan.

    Kesepakatan ini dirumuskan dengan tujuan

    agar kinerja penyelenggaraan pelayanan

     publik menjadi lebih transparan, responsif

    dan akuntabel.

    Model Citizens’ Charter

    diharapkan akan lebih menempatkan

    warga pengguna sebagai stakeholder

     pelayanan penting, serta menjadi pusat

     perhatian birokrasi. Sebagai pusat

     perhatian, berarti sistem pelayanan (term

    of services) seperti prosedur, mekanisme,

    kepastian waktu dan biaya pelayanan,

    informasi layanan, harus didasarkan pada

    aspirasi, kebutuhan dan harapan pengguna

    layanan.

    Citizens’ Charter menawarkan

    suatu pendekatan dalam pemberian

     pelayanan publik yang lebih manusiawi,

    artinya menghargai martabat dan hak-hak

    sebagai pengguna layanan, seperti adanya

    standar sapaan, keramahan dan

    menjadikan aspirasi pengguna layanan

    sebagai kekuatan untuk melakukan

     perubahan ke arah yang lebih baik.

    Penerapan Citizen’s Charter dalam

     proses pemberian pelayanan publik akan

    mendorong birokrasi untuk melakukan

     perubahan mindset dan kultur pelayanan

    yang diskriminatif. Dengan menciptakan

    kultur pelayanan, maka berbagai praktik

     pelayanan yang merugikan pengguna

    layanan, seperti kolusi, korupsi, ‘uang

    suap’, dan sebagainya akan dapat

    dikurangi.

    Aparatur birokrasi juga akan

    didorong untuk profesional, mampu

    mengembangkan nilai-nilai partisipatif

    dalam penyelenggaraan pelayanan publik

    melalui pelembagaan survei pelanggan,

    serta memperkuat akuntabilitas

     penyelenggaraan pelayanan kepada warga

     pengguna layanan. Arogansi birokrasi

    secara sistematis akan berkurang karena

     pejabat birokrasi akan menempatkan diri

    sebagai ‘service provider’, bukannya

    seorang penguasa. Kinerja pelayanan akan

     jauh lebih akuntabel karena forum

    multistakeholders akan turut mengawasi

    kinerja birokrasi, sekaligus menjadi mitra

     birokrasi bagi perbaikan kualitas

     pelayanan.

    Daftar Pustaka

    Denrhardt, Janet V. dan Denhardt Robert

    B. 2003. The New Public Service:

    Daha, Khairid: 2002.  Kinerja

    Organisasi Pelayanan Publik (Studi

     Kasus Pada Kartu Pendaftaran

     Penduduk Kota Samarinda). ThesisMAP UGM

    Dwiyanto, Agus. 2002. Reformasi

    Birokrasi Publik di Indonesia. Pusat

    Studi Kependudukan dan Kebijakan

    Universitas Gajah Mada:

    Yogyakarta.

     _____________. Materi Kuliah Prinsip-

     prinsip Administrasi Publik. 17

    Desember 2007. Yogyakarta: MAPUGM

  • 8/18/2019 Konsep Citizen’s Charter Sebagai Inovasi Dalam Pelayanan p

    16/16

     

    Governance and Decentralization Survey

    1+. 2004. Laporan Penelitian,

    Kerjasama Pusat Studi

    Kependudukan dan Kebijakan UGM

     –   Bank Dunia, Yogyakarta, tidak  dipublikasikan.  Oliver,D, dan

    Drewry, G. 1996, Public Sercice

    Reform, Pinter, A Cassell Imprint,

    Wellington House, 125 Strand,

    London WC2R OBB, England.

    Oliver,D, dan Drewry, G., 1996, Public

    Sercice Reform, Pinter, A Cassell

    Imprint, Wellington House, 125

    Strand, London WC2R OBB,

    England

    Partini, Bambang Wicaksono. 2004.

    Makalah Seminar Pusat Studi

    Kependudukan dan Kebijakan

    (PSKK) UGM, 28 Oktober 2004.

    Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2009.

    Manajemen Pelayanan. Pustaka

    Pelajar : Yogyakarta.

    Saiful, Arif., Ahmad Ainur Rohman. M.

    Mas’ud Sa’id., Purnomo. 2008.

    Reformasi Pelayanan Publik.

    Averroes Press : Malang

    Sarji, Ahmad. 1996. Civil Service

    Reforms: Toward Malaysia’s Vision

    2020, Pelanduk Publications

    Selangor.

    Soeprapto, Riyadi. 2005, PengembanganModel Citizens Charter Dalam

    Meningkatkan Pelayanan Publik Di

    Indonesia. Jurnal Delegasi No. 2

    Agustus 2005 : 123- 150: Malang

    Survei Komisi Pemberantasan Korupsi

    (KPK), 2010. Integritas Sektor

    Pelayanan Publik.

    Wahyudi Kumorotomo. Citizen Charter

    (Kontrak Pelayanan): Pola Kemitraan Strategis untuk

     Mewujudkan Good Governance

    dalam Pelayanan Publik. Diakses

    melalui www.google.co.id  tanggal

    23 Januari 2008

    www.pemkot.jogja.go.id  diakses tanggal23 Januari 2008

    Undang-undangUndang-undang No. 25 Tahun 2009

    Tentang Pelayanan Publik  

    http://www.google.co.id/http://www.google.co.id/http://www.pemkot.jogja.go.id/http://www.pemkot.jogja.go.id/http://www.pemkot.jogja.go.id/http://www.google.co.id/