Konsep Bid’ah Menurut Pemahan Para Ulama

88

description

Konsep Bid’ah Menurut Pemahan Para Ulama. Mana Yang Lebih Baik ?. Orang-orang yang tidak shalat ? Atau orang-orang yang shalat berjamaah namun setelah shalat selesai mereka berzikir dan berdoa berjamaah dengan suara keras dan berdoa dengan mengangkat tangan ? - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Konsep Bid’ah Menurut Pemahan Para Ulama

Page 1: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama
Page 2: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Konsep Bid’ah Menurut Pemahan

Para Ulama

Page 3: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Mana Yang Lebih Baik?• Orang-orang yang tidak shalat?• Atau orang-orang yang shalat berjamaah

namun setelah shalat selesai mereka berzikir dan berdoa berjamaah dengan suara keras dan berdoa dengan mengangkat tangan?

• Tidak shalat adalah maksiat• Zikir dan doa berjamaah adalah bidah• Maka orang yang tidak shalat lebih baik

karena hanya melakukan maksiat?• Apakah seperti itu????

Page 4: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Beberapa Pertanyaan?• Apakah ada perbedaan pendapat

dalam konsep dan definisi bid’ah?• Apakah pendapat dalam masalah

bidah berkisaran antara tepat ( ash-showab) dan tidak tepat (al-khoto)?• Atau antara haq da bathil?• Apakah pembahasan dalam masalah

ini masuk dalam lingkup ijtihad?

Page 5: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Beberapa Pertanyaan?• Apakah Ulama satu pendapat dalam

menilai bid’ah atau tidaknya sebuah masalah baru dalam agama yang berhubungan dengan ibadah?• Apakah Terlalu mudah mem-bid’ahkan

suatu amalan ibadah baru dalam agama adalah dibenarkan?

Page 6: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Masalah bidah adalah masalah krusial

• Orang-orang yang tidak shalat?• Atau orang-orang yang shalat berjamaah

namun setelah shalat selesai mereka berzikir dan berdoa berjamaah dengan suara keras dan berdoa dengan mengangkat tangan?

• Tidak shalat adalah maksiat• Zikir dan doa berjamaah adalah bidah• Maka orang yang tidak shalat lebih baik

karena hanya melakukan maksiat?• Apakah seperti itu????

Page 7: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Masalah bidah adalah masalah krusial

Konsep Bidah harus dipelajari dengan sempurna dan secara amanah.

Samar dalam memahami konsep bidah menimbulkan keresahan bahkan perpecahan yang dimulai dengan saling mencaci.

Contoh : Orang-orang yang merayakan maulid Nabi lebih

berdosa dari peminum khamr, pencuri, pejina dan pembunuh.

memakai ayat-ayat mengenai orang kafir untuk diterapkan kepada orang mukmin.

Page 8: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Contoh Ayat Tentang Orang Kafir Yang Dituduhkan Kepada Orang Mukmin

فجعلناه • عمل من عملوا ما إلى وقدمنا/ الفرقان ] منثورا [23هباء

• Ayat Ini ditiduhkan kepada yang merayakan maulid

نعبدهم • ما أولياء دونه من اتخذوا والذين/ الزمر ] زلفى الله إلى بونا ليقر [3إال

• Ayat ini dituduhkan kepada mukmin yang melakukan tawasul dengan Nabi saw

Page 9: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Tiga Hal Penting • Pertama: Ahlu sunnah wal Jamaah harus menyatukan

kata, hati dan barisannya.• Kedua: Dialog dan diskusi adalah suatu hal yang

wajar. Namun jangan sampai merusak rasa saling menghormati. Hal tersebut terwujud dengan dua syarat; satu: Diskusi dilakukan dengan cara ilmiah, dalil dilawan dengan dalil, argument dibalas dengan argument. Kedua: setiap pihak yang terlibat diskusi hendaknya berpegang dengan adab dialog

• Ketiga: buku ini diharapkan menjadi sebab mendekatnya pandangan yang berbeda dalam masalah bidah

Page 10: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Kesempurnaan Agama Dan Realita Adanya

Masalah Baru (Nawazil)

Page 11: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Ulama Sepakat • Kesempurnaan syariat Islam , maka tidak butuh tambahan

dan tidak mengalami pengurangan• Peringatan keras tentang melakukan bid’ah dalam agama

baik dengan cara menambah, mengurangi ataupun merubah.

• Kejadian dan masalah baru (nawazil) terus bermunculan dan tidak berakhir.

• Setiap Nawazil pasti ada hukum Allah yang berkenaan dengannya. Hukum tersebut ada dalam Al-Quran dan sunnah.

• ijtihad disyariatkan bagi Ulama muslimiin. Hakikat ijtihad adalah mencari hukum dari kejadian dan masalah

Page 12: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Apa Yang Dilakukan Kalau Muncul Nawazil Dalam Ibadah?

• Apakah Divonis bid’ah atau dilakukan ijtihad?• Contoh: • Do’a khatam Quran dalam sholat taraweh atau sholat

qiyam di bulan Ramadhan.• ‘Asyaul-walidain. (jamuan makan mlam yang diadakan

setelah satu atau dua bualan dari meninggalnya orang tua. Dalam acara ini diundang kerabat, rekan dan tetangga. Dengan harapan pahalanya sampai kepada orangtua yang sudah meninggal.)

• Merubah bentuk masjid: membuat garis diatas karpet masjid untuk meluruskan shaf shalat

Page 13: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Bagaimana Memahami al-Muhdatsaat?o Apakah al-muhdats termasuk dalam masalah baru

sehingga memungkinkan hukum yang lima? o atau al-muhdatsaat otomatis menjadi bid’ah?Ada perbedan pendapat: kelompok pertama berpendapat bahwa seluruh hal yang

baru dalam agama mempunyai hukumnya masing-masing. Kelompok kedua berpendapat bahwa seluruh hal baru

dalam agama bid’ah yang sesat. disebabkan tidak adanya penentuan makna bidah dalam

agama secara jelas dan terang Kalau Ulama belum sepakat dalam makna jelas dari bidah

jelek dalam syariat , maka jalan satu-satunya adalah saling memaklumi satu sama lainnya

Page 14: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Makna Bid’ah

Page 15: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Definisi Bid’ah• Definisi al-Iz bin Abdussalam rahimahullah:

“mengerjakan sesuatu yang tidak ada dan tidak dikenal di zaman Rasulullah SAW , Ia terbagi menjadi wajib, haram , mandub (sunah) , makruh dan mubah, Cara menentukannya dengan jalan menakar bidah tersebut dengan kaidah syariah”.

• Definisi Ibnu Hajar: “hal baru yang diciptakan , tidak memiliki dalil dalam syariat”

• Definisi Ibnu Rajab rahimahullah :”Hal baru yang diciptakan , dalam syariat tidak ada dalil yang menunjukkan hal baru tersebut”

Page 16: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Definisi Syatibi rahimahullah.• Pertama: “sebuah cara dalam agama yang

ditemukan, cara tersebut menyamai syariat , maksud dari mengerjakannya adalah berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT.”

• Kedua: “ sebuah cara dalam agama yang ditemukan , cara tersebut menyamai syariat , maksud dari mengerjakannya sama dengan maksud mengerjakan sesuatu yang dilakukan dengan cara syariat”

Page 17: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Ibnu Taimiyah Tentang Bidah• Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:” hal yang

bertentangan dengan tex-tex Islam adalah bidah , hal ini merupakan kesepakatan ulama. Dan hal yang belum diketahui bertentangan terkadang tidak disebut bidah” (Kitab Daru-tta’arudh karangan Ibnu Taimiyah. Jilid;1 hal:140 , semakna dengannya di buku al-fatawa jilid 20 hal: 159 )

• ungkapan Ibnu Taimiya menunjukkan bahwa hal baru kalau tidak bertentangan dengan nushush terkadang tidak dinamai bidah.

Page 18: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Sebab Perselisihan Definisi• Perbedaan pendapat tentang penerapan

bidah sesat pada setiap hal baru yang memiliki warna agama dan tidak ditemukan dalam kurun waktu pertama, namun tidak bertentangan dengan nushush syariat Islam dan kaidah-kaidahnya.

• Apakah hal baru seperti ini termasuk bidah sesat atau tidak?

Page 19: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Tiga konsep bidah1. Setiap hal baru yang berhubungan dengan agama mempunyai

hukum yang sesuai dengannya. Ia tercakup dalam lima. Disebut hasanah kalau boleh dan disebut sayyiah kalau dilarang. (Al-muwassi’uun)

2. Hal baru dalam agama mempunyai satu hukum saja yaitu haram. Setiap hal baru bidah, setiap bidah sesat , dan setiap kesesatan di neraka. (al-Mudhoyyiquun)

3. Al-Muhdast kalau termasuk dalam kaidah-kaidh syariat atau ada Nushush yang menunjukkannya tidak disebut bidah. Akan tetapi diberi nama dengan hukum syar’i yang sesuai. Kalau tidak termasuk dalam kaidah-kaidh syariat atau tidak ada Nushush menunjukkannya maka disebut bidah. Maka menurutnya semua bidah sesat.

Perbedaan pendapat pertama dan ketiga hanya perbedaan lafadh saja. Perbedaan pertama dan kedua perbedaan secara substansi

Page 20: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Secara Substansi Ada Dua Konsep Bid’ah

الموسعون•• Al-Muwassi’uun

• Luas Memahami Bid’ah

• Hati-hati dalam membidahkan

المضيقون•• Al Mudhoyyiquun• Sempit Memahami

Bidah• Mudah dan Cepat

Membidahkan

Page 21: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Apakah Syatibi Sependapat Dengan Mudhoyyiqin?

• Secara Konsep Syatibi Bersama Muwassi’iin!• Saya menyimpulkan bahwa Syathibi rahimahullah

berpendapat bahwa bidah adalah sebuah terminology syariat , maksud dari bidah adalah setiap hal baru yang bertentangan dengan dalil-dalil syariat dan kaidah-kaidahnya.

• Sedangkan al-muhdats yang tidak bertentangan dengan dalil-dalil syariat maka tidak disebut kata bidah. Ia adalah hal baru yang disyariatkan sesuai dengan hukumnya yang sesuai. Karena nushush syariah kulliyyah (umum, yang mencakup bagian-bagiannya) dan kaidah-kaidah umum syariat mendukungnya.

Page 22: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Bidah Dalam Ibadah

Al-MuqtadhoالمقتضCى

Al-mani’المانع

Sebab Terjadi sebuah perbuatan

Sesuatu yang menghalangi dilakukannya

sebuah perbuatan

Ada Tidak Ada

Page 23: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Terdapat MuqtadhoNamun Ada Mani’

• Shalat Tarawih Berjamaah setiap malam:• Dizaman Rasulullah shalat tarawih ada • Berarti muqtadho diturunkannya hukum ada.• Namun terdapat mani’ , yaitu khawatir diwajibkan.• Rasulullah tidak Tarawih jamaah di masid tiap

malam karena ada mani’.• Ketika Rasulullah meninggal maka mani’ dari tidak

tarawih berjamaah setiap malam sudah hilang maka mengadakan tarawih berjamaah tiap malam tidak bidah.

Page 24: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Terdapat MuqtadhoDan Tidak Ada Mani’

• Zakat Sayuran:• Dizaman Rasulullah ada Sayuran• Berarti muqtadho diturunkannya hukum ada.• Tidak ada mani’ , yaitu hal yang menghalangi

terjadinya hukum.• Ketika Rasulullah tidak mewajibkan zakat

untuk sayuran difahami bahwa sayuran tidak ada zakatnya.

• Mewajibkan zakat sayuran termasuk bidah.

Page 25: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pembagian Sukutu Syari’

• Tidak menurunkan hukum karena tidak terdapat sebab atau hal yang mengharuskan diturunkannya hukum

• Disebut al-muqtdho (المقتضى)

• Berhubungan dengan nawazil (masalah baru)

• Berhunbungan dengan Mashlahah Mursalah

• Tidak menurunkan hukum padahal terdapat sebab atau hal yang mengharuskan diturunkannya hukum

• Dan tidak terdapat mani’ (المانع)

• Berhunbungan dengan masalah bidah

• Khusus dalam Ibadah

Page 26: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Memahami Tiga Hadis Tentang Bid’ah

Page 27: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Hadis Pertama• Rasulullah SAW berkata dalam khutbahnya:

وإن • الله كتاب الحديث أصدق فإن ، بعد أماعليه الله صلى محمد هدي الهدي أفضل

، محدثاتها األمور وشر ، محدثة وسلم وكلضاللة ، بدعة بدعة النار وكل في ضاللة وكل ،

• Amma ba’du, sebaik-baiknya pembicaraan adalah kitab Allah, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuknya Muhammad SAW , seburuk-buruknya perkara agama adalah hal-hal baru dalam agama, setiap yang baru adalah bidah, setiap bidah sesat, dan setiap sesat di neraka.

Page 28: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Memahami Hadis Pertama• Ada perbedaan pendapat tentang makna kata

“seluruh” (كل ) dalam hadis.• Kelompok mudhoyyiquun : sabda Rasulullah

saw “setiap hal baru bidaha” adalah makna umum yang tidak ada pengecualiannya. Oleh karenanya pembagian bidah menjadi lima adalah bertentangan dengan hadis ini.

• Kelompok muwassi’iin memahaminya dengan makna seluruh tapi ada pengecualiannya, maka maknanya sebagian besar.

Page 29: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Syarah Imam Nawawi ج مسلم صحيح على النووي صلى ( 154ص/6شرح قوله

هذا ضاللة بدعة وكل وسلم عليه مخصوص الله عام) البدع غالب والمراد

“ , Imam Nawawi berkata:”Sabda Rasulullah SAW “dan setiap bidah sesat” , ini adalah makna umum yang ada pengecualiannya, yang dimaksud adalah sebagian besar bid’ah.”

ج مسلم صحيح على النووي في) ” 104ص/7شرح سن منالحديث ” .... هذا وفي إلى أجرها فله حسنة سنة االسالم

وكل بدعة محدثة كل وسلم عليه الله صلى قوله تخصيصضاللة والبدع بدعة الباطلة المحدثات به المراد وأن

....(المذمومةHadis ini mengecualikan keumuman sabda Rasulullah saw

“setiap muhdast bida’h”….dan yang dimaksud adalah bid’ah yang bathil dan tercela.”

Page 30: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Hadis Kedua: • Rasulullah bersabda:

هذا • أمرنا في أحدث منه من ليس رد ما فهو• “barang siapa membuat hal baru dalam agama ini dan bukan

bagian dari agama ini, makka hal tersebut ditolak”• Apakah “bukan bagian dari agama” adalah syarat lazim atau

qoidun ?• Al-Mudhoyyiquun: syarat lazim yaitu sifat yang pasti ada dalam

setiap hal baru (al-muhdats). Artinya setiap hal baru pasti bukan bagian dari agama. Hadis tersebut tidak bisa difahami dengan sebaliknya (mafhum mukholafah). Maka tidak bermakna bahwa sebagian hal baru ada yang termasuk dalam agama.

• Al-Muwassi’un: qoidun, maka boleh mafhum mukholafah. Kalau bukan bagian dari agama ditolak, kalau ternyata bagian dari agama diterima

Page 31: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Hadis Ketiga:

وأجر سن من • أجرها فله حسنة سنة اإلسالم فيأجورهم من ينقص أن غير من بعده بها عمل من

ومن اإلسالم سن شيء سيئة في عليه سنة كانأن غير من بعده من بها عمل من ووزر وزرها

شيء أوزارهم من ينقص• “Barang siapa membuat sunnah dalam Islam sunah-yang

baik maka ia mendapat pahalanya dan mendapat pahala orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa mengurangi pahala orang yang mengerjakanya sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah dalam Islam sunah-yang buruk maka ia mendapat dosanya dan mendapat dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa mengurangi orang orang yang mengerjakanya sedikitpun

Page 32: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Memahami Hadis Ketiga• Apa makna kata سن dalam hadis?• mempunyai dua makna : membuat dan سن

menghidupkan.• Mudhoyyiqun : bermakna menghidupkan• Muwassi’un: menghidupkan dan membuat.• kata سن kalau hanya bermakna

menghidupkan tidak selaras dengan akhir dari hadis diatas. Yaitu menghidupkan sunnah yang jelek. Dalam Islam tidak ada sunnah Jelek

Page 33: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Memahami Hal Yang Tidak Dilakukan Rasululah saw

Page 34: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Hal yang ditinggalkan Rasulullah SAW dan tidak dikerjakan , dengan sengaja, tidak mempunyai makna wajib, kadang bermakna haram, makruh, mubah atau dianjurkan (musthab).

• Rasulullah SAW tidak melakukannya karena ada sebab seperti menjelaskan bahwa yang ditingalkannya itu boleh tidak dikerjakan, atau khawatir menimbulkan kesulitan bagi umatnya, atau karena alasan maslahat lain.

• Dalam hal ini kita harus meliha al-qoroin (indikator yang bisa dipakai untuk memahami maksud tertentu) yang menyertai ketika Rasulullah SAW tidak mengerjakan hal tersebut.

• Kalau tidak ada qorinah yang mennjukkan sebabnya maka perbuatan yang tidak dikerjakan adalah mubah, boleh dikerjakan.Sedangkan tidak melakukan dengan tidak sengaja maka tidak ada hukum syariat apapun yang berhubungan dengannya.

Page 35: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Kaidah yang mengatakan bahwa suatu hal yang tidak dikerjakan Rasulullah SAW menunjukkan bahwa hal yang ditinggalkan tersebut adalah haram,

kaidah ini dibatalkan dengan sabda Rasulullah SAW:قبلكم • كان من أهلك إنما ، تركتكم ما دعوني

نهيتكم فإذا ، أنبيائهم على واختالفهم سؤالهمما منه فأتوا بأمر أمرتكم Cوإذا ، فاجتنبوه شيء عن

استطعتم• Biarkan saya dengan apa yang sudah saya tinggalkan

buat kalian, Umat sebelumkalian hancur karena pertanyaan mereka, penentangan mereka terhadap nabinya. , kalau saya melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah. Kalau saya memerintahkan sesuatu maka lakukanlah sekuat tenaga kalian

Page 36: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Melakukan Hal Yang Tidak dilakukan Rasulullah adalah

tidak ada hukumnya. Tergantung Baik dan Tidaknya

كتابه في الله أحل ماحرم وما حالل فهو

سكت وما حرام فهوعفو فهو عنه

الله من فاقبلواربك كان وما عافيته

نسيا وجل عز الله إن

فال فرائض فرضوحرم تضيعوها

تنتهكوها فال حرماتفال حدودا وحد

عن وسكت تعتدوهانسيان غير من أشياء

عنها تبحثوا فال

Melakukan Hal Yang Tidak Dilakukan Rasulullah adalah

bidah

) محدثاتها األمور وشرضاللة ) بدعة وكل

)وسنة بسنتي فعليكمالمهديين الخلفاء

بها كوا تمس اشدين الربالنواجذ عليها وا وعض

األمور ومحدثات وإياكمبدعة محدثة كل فإن

( ضاللة بدعة وكل (:ليس عمال عمل من

رد ) فهو ؛ أمرنا عليه

Page 37: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Manhaj Rasulullah saw.Dalam Menerima Atau

Menolak Hal Baru dalam Agama.

Page 38: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Seorang Sahabat Dari Anshor, mengimamai Sholat Di Masjid Quba dengan Membaca Al-

Ikhlas setelah Fatihah Sebelum Suratرجل • كان عنه الله رضي أنس عن ثابت عن اCلله عبيد وقال

سورة افتتح كلما وكان قباء مسCجد في هم Cيؤم األنصار منأحد الله هو قل افتتح به يقرأ ا مم الة الص في لهم بها يقرأذلك يصنع وكان معها أخرى سCورة يقرأ ثم منها يفرغ حتى

ورة Cالس بهذه تفتتح إنك فقالوا أصحابه فكلمه ركعة كل فيأن ا Cوإم بها تقرأ ا فإم بأخرى تقرأ حتى تجزئك أنها ترى ال ثمكم Cأؤم أن أحببتم إن بتاركها أنا ما فقال بأخرى وتقرأ تدعهاأفضلهم من أنه يرون Cوكانوا تركتكم كرهتم وإن فعلت بذلك

النبي أتاهم فلما غيره هم يؤم أن الخبر eوكرهوا أخبروهفالن يا وما فقال أصحابك به يأمرك ما تفعل أن يمنعك ما

ورة الس هCذه لزوم على أحبها يحملك إني فقال ركعة كل فياCلجنة فقال أدخلك إياها ج) حبك البخاري (268ص/1صحيح

Page 39: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Bahwa seorang dari ansor menjadi imam di masji Quba.

• Ia selalu memulai surat yang akan ia baca dalam shalat dengan surat al-Ikhlas sampai selesai.

• Setelah itu ia membaca surat lain setelah al-ikhlas. Ia melakukannya disetiap rakaat.

• Sahabat yang lainnya menegurnya. Mereka berkata: “engkau memulainya dengan surat ini. dan engkau merasa tidak cukup dengan surat al-ikhlas sampai engkau membaca surat lain. Pilih saja salah satunya, cukup membaca al-Ikhlas atau tidak membaca al-Ikhlas namun membaca surat lain.

Page 40: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Ia menjawab: “saya tidak akan meninggalkannya!” kalau kalian setuju aku mengimami kalian dengan cara saperti itu saya akan jadi imam. Kalau kalian tidak setuju saya tidak akan jadi imam.

• Jamaah sholat melihat bahwa Ia adalah orang terbaik diantara mereka. Mereka tidak ingin orang lain mengimami. Ketika Nabi saw menginjungi mereka mereka menceritakan kejadian itu..

• Kemudian Rasulullah bertanyakepada imam tadi:”Apa yang membuat engkan menolak untuk mengerjakan apa yang diminta sahabatmu?

Page 41: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Apa yang membuatmu selalu membaca surat ini disetiap rakaat?

• Imam masjid menjawab: “saya mencintainya” • Rasulullah saw berkata:”Kecintaanmu terhadap

surat al-Ikhlas membuatmu masuk surga”Kesimpulan : Rasulullah menyetujui dua hal: Pertama: selalu membaca surat al-ikhlas setelah

al-fatihah Kedua: Cara Sahabat mengambil kesimpulan,

yaitu sesuai dengan perintah umum membaca Quran setelah al-fatihah.

Page 42: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Seorang Sahabta Selalu membaca al-Ikhlas Sebelum Ruku’

• Rasulullah SAW mengutus sebuah pasukan perang (sariyah). Pasukan tersebut dipimpin seseorang.

• Pimpinan pasukan selalu membaca surat al-Ikhlas untuk mengakhiri bacaanya.

• Ketika pasukan kembali mereka bertanya kepada Rasulullah saw tentang perbuatan pimpinan mereka.

• Rasulullh saw menyuruh mereka untuk menanyakan hal itu pada pimpinan mereka. Beliau berkata: “tanyakan kepada dia, kenapa melakukan hal itu?”

• kemudian mereka menanyakannya . Ia menjawab:”karena surat tersebut sifat Ar-Rahman ( Allah ) , dan saya suka membacanya .

• Rasulullah saw berkata: “kabarkan kepada dia bahwa Allah mencinyainya. (Hadis Riwayat Bukhori, Muslim dan Nasai )

Page 43: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Seorang Sahabat Membuat Bacaan Dalam Shalat Dan Nabi SAW Tidak Mengajarkannya

فدخل جاء رجال أن أنس عنفقال النفس حفزه وقد الصف

مباركا طيبا كثيرا حمدا لله الحمدم فيه ص الله رسول قضى فلما

بالكلمات المتكلم أيكم قال صالتهالمتكلم أيكم فقال القوم فأرم

: رجل فقال بأسا يقل لم فإنه بها . فقلتها النفس حفزني وقد جئت

ملكا: عشر اثني رأيت لقد فقالصحيح ) يرفعها أيهم يبتدرونها

ج ( 419ص/1مسلم

Page 44: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• disebutkan bahwa seseorang datang tergesa-gesa menuju shalat. Nafas dia mendorongnya , kemudian dia bisa mendapatkan ruku,

• kemudian takbir dan mengucapkan hamdalah. فيه • مباركا طيبا كثيرا حمدا لله الحمد

• Rasulullah bertanya siapa yang mengucapkan kalimat tadi.• Tidak seorangpun menjawab. • Rasulullah saw mengulang pertanyaanya dan berkata

sesungguhnya ia tidak mengucapkan hal yang buruk.• Kemudian ia mengaku dan memberikan alasan bahwa ia

terdorong oleh nafanya dan mengucapkan hamdalah dengan lafadh tadi

• Setelah itu Rasulullah saw bersabda:”saya melihat duabelas malaikat berlomba sipa diantara mereka yang duluan menuliskannya.”

Page 45: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Beberapa Muhdatsat Yang dibuat Sahabat1. Bilal bin Rabah ra selalu komitmen dengan berwudhu setiap

kali beliau batal wudhu dan beliau selalu melakukan sholat dua rakaat setelah wudhu dan setelah adzan

2. Sholat Khubaib bi ‘Adi ra dua rakaat sebelum dibunuh3. Seorang sahabat selalu membaca surat al-Ikhlas di setiap

rakaat sholat malam4. Munajat seorang sahabat kepada Allah saw dengan doa

yang belum pernah didengar dari Rasulullah saw.5. Seorang sahabat ra menambah lafadh zikir setelah ia

bangun dari ruku’6. Sunnahnya Muaz bin Jabal ra dalam hal sholat masbuk7. Abu Said al-Khudriy ra meruqyah seseorang yang digigit ular

Page 46: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pertanyaan?• Kenapa Sahabat ra yang melakukan

muhdatsaat tidak Betanya Kepada Rasulullah Sebelum melakuakannya?• Bahkan yang bertanya bukan pelaku?• Apakah Pelaku Tidak Takut Bidah?• Atau Karena sesuai dengan Syariat?

Page 47: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Apakah termasuk Sunnah Taqririyah?• Sahabat melakukan amalan-amalan baru di atas sebelum Rasulullah

Saw. menjelaskan hukumnya kepada mereka, padahal sangat mungkin dan mudah bagi mereka untuk bertanya.

• Hal ini menunjukkan bahwa Sahabat tidak merasa bersalah untuk melakukannya dan tidak menilainya sebagai perkara bid’ah yang tercela. Sebab jika hal itu bid’ah, pastilah mereka akan meninggalkannya.

• Rasulullah Saw. membenarkan perbuatan para Sahabatnya dan perkara-perkara baru yang berkaitan dengan agama yang mereka lakukan.

• Hal ini memberikan dalil jelas bahwa tidak semua yang Rasulullah Saw. tinggalkan, berarti haram. Jikalau tidak, pastilah semua perkara baru yang dilakukan oleh para Sahabat termasuk hal-hal yang diharamkan, sebab Rasulullah Saw. tidak pernah melakukannya.

Page 48: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Rasulullah Menolak Sujud Muaz kepadanya.

• Rasulullah saw tidak setuju dengan sujudnya Muadz bin Jabal ra kepadanya.

• Muadz ra ketika berkunjung ke Syam atau yaman melihat Nashrani sujud kepada pendeta. Juga melihat yahudi sujud kepada pendeta.

• Rasulullah saw bertanya kepada Muadz:”untuk apa mereka melakukan hal ini? Mereka menjawab:”Ini adalah penghormatan kepada para Nabi. “ Aku mnjelaskan:”Kami lebih berhak untuk melakukannya kepada nabi kami.”

• Kemudian Rasulullah saw berkata:”mereka berbohong kepada Nabi-nabi mereka, sebagaimana mereka merubah kitab suci mereka, kalau saya disuruh untuk memerintahkan sujud seorang manusia kepada seorang manusia maka saya akan menyuruh perempuan untuk sujud kepada suaminya.” (Hasi riwayat Ahmad, ibnu Majah, Hakim, Thabrani, Haitsami dalam al-mujmma’ ilid:4 hal:568 )

Page 49: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Kesimpilan Manhaj Rasulullah Dalam Menilai Menerima atau menolak hal baru

dalam Agama.

• Kalau melihat atau mendengar yang baru, Rasulullah saw tidak langsung memvonis bidah.

• Rasulullah saw. bertanya sebab dilakukannya amalan baru tersebut

• Kemudian Rasulullah saw menilai apakah diterima atau ditolak. Menerima yang sesuai dengan Syariat

• Menolak yang tidak sesuai

Page 50: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Manhaj Para SahabatTentang Hal-hal Baru

Setelah Rasulullah Saw. Wafat.

Page 51: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Hal Baru YangDiterima• Abu Dzar ra.banyak melakukan shalat sunnah tanpa memperhatikan jumlah

rakaatnya.• Mutharrif bin Abdillah berkata, “Saya duduk bersama beberapa orang

Quraisy. Tiba-tiba datang seorang laki-laki, kemudian ia shalat, ruku dan sujud, namun tidak duduk setelah dua rakaat.

• Aku pun berkata, ‘Menurutku, orang itu tidak tahu apakah dia menyudahi rakaat shalatnya dalam jumlah genap atau ganjil.’

• Mereka berkata, ‘Kenapa tidak kamu temui dia dan beritahu dia?’• Aku pun berdiri menemuinya seraya berkata, ‘Wahai hamba Allah, saya

tidak tahu, apakah kamu shalat dengan jumlah rakaat genap atau ganjil.’• Ia menjawab, ‘Tetapi, Allah Maha Mengetahui. Saya mendengar Rasulullah

Saw. bersabda:•. درجة بها له ورفع خطيئة، عنه بها وحط حسنة، بها له الله كتب سجدة، ه لل سجد من

• “Barangsiapa sujud (shalat) kepada Allah sebanyak satu kali, Allah akan mencatat baginya satu kebaikan karenanya; akan menghapus satu kesalahan karenanya; dan mengangkat satu derajat untuknya.”

Page 52: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Aku bertanya, ‘Kamu siapa?’• Ia menjawab, ‘Abu Dzar.’• Aku pun kembali kepada teman-temanku dan berkata, ‘Semoga

Allah membalas kalian dengan keburukan, hai teman-teman yang buruk! Kalian menyuruhku untuk mengajari salah seorang Sahabat Rasulullah!’” (h.r. Ahmad))

• Abu Dzar ra. memperbanyak rukuk dan sujud. Beliau tidak duduk setelah dua rakaat untuk membaca tasyahud. Beliau tidak juga mengucapkan salam di antara dua rakaat. Bahkan, Beliau tidak berniat melakukan shalat dalam jumlah rakaat tertentu. Semua ini beliau lakukan karena senang memperbanyak jumlah sujudnya.

• Imam Haitsami berkata, “Imam Ahmad dan Al-Bazzar meriwayatkan hadits ini dengan beberapa sanad. Sebagian diriwayatkan oleh para perawi hadits shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Mu’jamu al-Ausath.” (Al-Majma’, 2/514).

Page 53: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Hal Baru Dalam Agama Yang Ditolak Sahabat• Ibnu Abbas ra. mengingkari perbuatan Muawiyah bin Abu Sofyan ra. yang

mencium rukun Iraqi dan rukun Syami ketika tawaf. • Ibnu Abbas ra. berkata kepada Muawiyah ra., “Rasulullah Saw. hanya

mencium Hajar Aswad dan Rukun Yamani ketika tawaf.” • Muawiyah ra. menjawab, “Tidak ada satu pun bagian Ka’bah yang tidak

dihormati.”• Ibnu Abbas ra. membaca ayat:“Sesungguhnya telah ada pada (diri)

Rasulullah itu, suri teladan yang baik bagimu.” (q.s. Al-Ahzab: 21)• Muawiyah ra. berkata, “Ya. Kamu benar.” (h.r. Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi)• Imam Syafi’i berkata, “Kita tidak mencium keduanya --Rukun Iraqi dan

Rukun Syami—bukan karena mengabaikannya. Bagaimana mungkin Ibnu Abbas mengabaikannya, padahal ia sedang bertawaf mengelilinginya? Akan tetapi, kami mengikuti Sunnah Rasulullah Saw., baik dalam hal melakukan atau meninggalkan sesuatu. Jikalau meninggalkan Rukun Iraqi dan Rukun Syami termasuk mengabaikan keduanya, pastilah meninggalkan bagian-bagian Ka’bah di antara keduanya juga dianggap mengabaikannya; padahal tidak ada seorangpun yang mengatakan seperti itu.”

Page 54: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Kesimpulan Manhaj Sahabat

• Sahabat membedakan, dengan ilmu dan pemahaman yang Allah karuniakan kepada mereka, antara perkara-perkara baru yang baik yang diperbolehkan untuk dilakukan dengan perkara-perkara baru yang buruk dan diharamkan untuk dilakukan.

• setiap perbuatan baik yang dianjurkan dan sesuai dengan dalil-dalil serta kaidah-kaidah umum syariat, termasuk bagian dari perkara-perkara baru yang baik dan terpuji, dengan syarat tidak bertentangan dengan dalil syar’i, tidak menimbulkan kerusakan, tidak menafikan atau bertentangan dengan petunjuk Rasulullah Saw.

• Sebaliknya, perkara-perkara baru yang bertentang dengan dalil-dalil dan kaidah umum syariat, atau bukan bagian perkara yang diperintahkan secara umum, atau menimbulkan masalah kerusakan ajaran agama atau perkara duniawi, atau bertentangan dengan contoh dan petunjuk Rasulullah Saw., merupakan perkara-perkara baru yang tercela dan bid’ah sesat yang diperingatkan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya:

•. النار في ضاللة وكل ضاللة، بدعة وكل بدعة، محدثة كل• “Setiap perkaara baru adalah bid’ah; semua bid’ah adalah kesesatan; dan semua

kesesatan berada dalam neraka.”

Page 55: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Qiyas Dalam Ibadah

Page 56: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Qiyas Dalam Ibadah • Bisa difahami.

• Disebut ‘Illah• Boleh dilakukan qiyas.

56

• Tdak bisa difahami• Disebut sebab (السبب) • Dalam kategori ta’abbudi, • tidak boleh dilakukan

qiyas.

• Sebab Hukum

• Selama Bisa Difahami Boleh Dilakukan Qiyas walaupun dalam Bab Ibadah

Page 57: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Contoh Qiyas Dalam Ibadah

• Mengucapkan “ جامعة sebelum pelaksanaan ”الصالةshalat Ied; dikiaskan pada shalat gerhana

• Melafalkan niat shalat boleh menurut sebagian ulama; dikiaskan pada niat (ihram) haji dan ibadah kurban.

• Mengucapkan salam dua kali pada shalat jenazah; dikiaskan pada shalat biasa.

• Orang yang pingsan tidak wajib mengqadho’ shalat; dikiaskan pada orang gila (hilang ingatan).

• Mengeluarkan zakat untuk hasil tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok; dikiaskan pada biji gandum.

57

Page 58: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Dalil yang membolehkan qiyas dalam masalah ibadah,

• hadits yang menjelaskan bahwa Umar bin Khattab ra. pernah mencium istrinya ketika ia sedang berpuasa. Ia pun berkata kepada Rasulullah Saw.,”Wahai Rasulullah, saya telah berbuat kesalahan besar hari ini; saya mencium istriku, padahal aku sedang berpuasa.”

• Rasulullah Saw. pun bertanya, “Bagaimana menurutmu, jika kamu berkumur-kumur dalam keadaan berpuasa?”

• Umar ra. menjawab, “Tidak apa-apa.”• Rasulullah Saw. pun menjawab, “Kalu begitu, ada apa

dengan mencium?”

58

Page 59: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Contoh-contoh Perbedaan Salaf

dalam Menerapkan Hukum Perkara Bid’ah

( 36 Masalah)

Page 60: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Kendati seluruh ulama menjauhi bid’ah dan meyakini bahwa membuat perkara baru dalam urusan agama adalah haram,• namun para ulama –salaf

ataupun khalaf—berbeda pendapat dalam memberikan hukum untuk sebuah perkara bid’ah.

Page 61: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Perbedaan Pendapat Ulama Terdahulu

Amalan yang

DiadakanFatwa Bid’ah Fatwa Boleh

Melafazkan Niat Dalam Shalat

Ibnu TaimiyahUlama dari mazhab Hanafi dan Syafii, serta sebagian ulama mazhab Hambali

Membaca Basmalah Dengan Keras Dalam Shalat

Ibrahim An-Nakhai , Waki’ bin Jarrah

mazhab Syafii

Membaca Doa Kunut Pada Sholat Subuh

Mazhab hanafi Mazhab Syafi’i

Page 62: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Perbedaan Pendapat Ulama TerdahuluAmalan yang

DiadakanFatwa Bid’ah Fatwa Boleh

Azan Pertama Sebelum Matahari TergelincirPada Hari Jum’at

Ibnu UmarUtsman bin AffanDan Sahabat

Menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban dan keutamaanya

Ulama Hijaz, Imam Malik bin Anas

tabiin yang hidup di Negeri Syam ,Imam Ahmad, Ibnu Taimiyah ,

Mentalkini Mayit Sebagian ulama

Sebagian besar ulama mazhab Syafii dan Hambali, sebagian ulama mazhab maliki dan hanafi

Page 63: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Contoh Perbedaan Kelompok

“Mudhoyyiqiin” Dalam Menghukumi Masalah

Baru (20 masalah)

Page 64: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Manhaj Mudhoyyiqiin dalam menilai bidah:• Tidak pernah dilakukan salaf sholeh. • kalau seandainya baik maka salaf sholeh akan terlebih

dahulu melakukannya.• Ketika terdapat muqtadho ( sesuatu yang mengharuskan

terjadinya suatu hal) dan tidak terdapat hal yang menghalanginya (al-mani’) dan sahabat tidak melakukannya maka hal ini menunjukkan bahwa hal baru tesebut haram

• Syariat Sudah sempurna• Cنعمتي عليكم وأتممت دينكم Cلكم Cأكملت Cاليوم«

دينا« Cاإلسالم لكم Cورضيت• Adanya Bidah mengisyaratkan bahwa Islam Belum

Sempurna dan Ini bertentangan

Page 65: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pertanyaan Yang Menggangu

• Apakah mudhoyyiqun konsisten dalam menerapkan konsep dan manhaj bidah?

• Apakah bidah antara haq dan bathil?• Apakah Pelaku bidah tidak usah

didengar perkataanya?• Apakah setiap Bidah sesat dan setiap

yang sesat di neraka?

Page 66: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Perbedaan Pendapat Ulama

Amalan yang

DiadakanFatwa Bid’ah Fatwa Boleh

‘Asya’ul Walidain Ibnu UtsaiminIbnu Baz, Ibnu

Jabrain, Al-Fauzan

Berdzikir dengan

tasbihAl-Fauzan, Albani

Ibnu Baz, Ibnu

Jabrain, Ibnu Utsaimin

Membaca doa

khataman Al-Qur’an

dalam shalat

Albani, Bakr Abu

Zaid, Ibnu Ibnu

Utsaimin

Ibnu Baz, Ibnu

Jabrain, Al-Fauzan,

Ibnu Utsaimin

Page 67: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Perbedaan Pendapat Ulama Amalan yang

DiadakanFatwa Bid’ah Fatwa Boleh

Shalat qiyam pada 10

malam terakhir bulan

Ramadhan

Tidak diketahuiIbnu Utsaimin, Ibnu

Jabrain

Membaca Al-Qur’an

untuk membuka acara

Bakr Abu Zaid, Afifi,

dan Ibnu UtsaiminAl-Fauzan, Albani

Garis-garis untuk

meluruskan shafAlbani

Ibnu Baz, Al-Fauzan,

Afifi, Lajnah Daimah

Page 68: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Perbandingan Antara Tiga Amalan Baru Dalam Agama

pertama: perayaan maulid Nabikedua: sholat qiyam lail di sepuluh hari terakhir

bulan Ramadhanketiga: Asyaul-walidainKesimpulan:ketiga amalan tersebut mirip dari berbagai sisi.

seharusnya hukumnyapun mirip. Seluruh argumen yang dipakai untuk menolak

maulid nabi seharusnya dipakai pula untuk menolak sholat qiyam Ramadhan dan ‘asyaul-walidain.

Page 69: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Lanjutan ….

Barang siapa mengharamkan perayaan maulid Nabi karena berbagai sebab, maka seharusnya mengharamkan sholat qiyam di sepuluh terkhir bulan Ramadhan. Juga harus mengharamkan ‘asyaul-walidain karena sebab yang sama.

Usaha untuk membedakan ketiganya dalam hukum sama sekali tidak berdasarkan dalil yang diakui.

Usaha membedakannya hanya berdasarkan pada salah satunya terbiasa dilakukan dan yang lainnya tidak terbiasa dilakukan.

Ada pepatah mengatakan: “barang siapa tidak mengenal sesuatu maka ia akan memusuhinya”

Page 70: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Toleransi Syeikh Utsaimin Dalam Bid’ah

• Dalam sebuah fatwa, Syeikh Muhammad bin Utsaimin pernah menentukan sikap bahwa dirinya tidak akan mudah membid’ah sebuah amalan yang berbeda dengan sunnah, ketika amalan itu boleh masuk dalam kategori ijtihad para ulama.

• Beliau pernah ditanya tentang bersedikap tangan ketika berdiri setelah ruku’, yang telah dibid’ahkan oleh Syeikh Albani.

Page 71: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Toleransi Syeikh Utsaimin Dalam Bid’ah.....Lanjutan

• Beliau menjawab, “Aku tidak akan mudah membid’ahkan sebuah amalan yang berbeda dengan sunnah, ketika amalan itu boleh masuk dalam kategori ijtihad para ulama. Orang-orang yang meletakkan tangannya di dada ketika, mendasarkan amalan ini dengan dalil sunnah. Ketika amalan ini dibid’ahkan, tentu akan sangat berat bagi mereka. Oleh karena itu, tidak tepat kalau orang menyebut kata “bid’ah” dalam kasus seperti ini. Karena hal itu akan menyebabkan orang mudah membid’ahkan orang lain dalam masalah-masalah yang sebenarnya masih merupakan perbedaan pendapat para ulama.

• masalah seperti itu, belum bisa dipastikan mana pendapat yang benar dan mana pendapat yang salah. Kalau sepert itu, maka akan terjadi perpecahan yang sangat parah.”

Page 72: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Realita permasalahan Bidah• kesepakatan teori dalam definisi bidah tidak secara otomatis

sepakat dalam menilai bidahnya hal-hal baru dalam agama.• Adalah suatu hal yang sangat sulit untuk sepakat dalam

menetapkan hukum bidah terhadap suatu hal yang baru dalam agama, bahkan dikalangan ulama yang memandang sempit makna bidahpun termasuk hal sulit. Padahal mereka memandang segala hal yang baru dalam agama adalah bidah.

• Sebagian orang yang tergesa-gesa menghukumi sesuatu dengan bidah terkadang tidak melandasinya dengan dalil syar’i dan kaidah syariat yang baku. Kaidah syar’i yang ada terkadang dilanggar.

• Menilai sesuatu bidah lebih disebabkan karena realitas lingkungan yang mereka hadapi. Sesuatu inovasi baru dalam agama yang menjadi tradisi mereka diberi fatwa boleh dan tidak ada keraguan bahwa hal tersebut tidak bidah. Sebaliknya inovasi baru dalam agama yang tidak sesuai dengan tradisi mereka diberi fatwa bid’ah dan haram yang tidak diragukan

Page 73: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pesan buku ini• Menjelaskan secara detail makna bidah dari

berbagai sisi yang sangat komplek• Perbedaan pendapat dalam hukum berbagai

hal-hal yang baru dalam agama, secara khusus hal-hal praktis, antara disyariatkan dan bidah, terkadang masuk dalam lingkup perbedaan pendapat yang dibolehkan, berkisar antara ash-showab (tepat) dan al-khoto yang (tidak tepat). Tidak semua masalah berada dalam lingkup al-haq dal al-bathil.

Page 74: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pesan buku ini

• Dari sisi teori, sepakat dalam definisi bidah dan hukumnya mungkin mudah. Namun sangatlah sulit sepakat dalam menerapkan hukum bidah kepada beberapa hal baru dalam agama.

• Sejak jaman salaf sholeh para ulama berbeda pendapat dalam menentukan definisi bidah dan hukumnya. Perbedaan tersebut sangat tajam.

• Mengarahkan para pemuda kebangkitan Islam yang peduli terhadap agamanya dan menjaga mereka dari melakukan sesuatu yang berakibat patal yang disebabkan pemahaman mereka yang sempit tentang bidah.

Page 75: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

• Bagi pihak yang menghukumi dan menilai hal-hal baru, apakah bidah atau tidak, hendaknya menahan diri dan berhati-hati dalam menuduh seorang muslim dengan tuduhan melakukan bidah dalam agama. Karena para ulama berselisih pendapat dalam banyak masalah. Perselisihan mereka sangat jelas dalam masalah-masalah tersebut, antara menilainya sunah, mustahab, boleh dan bidah. Kalaulah para ulama, benteng syariah, berbeda pendapat dalam penilaian sesuatu yang baru , bukankah lebih baik kalau seandainya kaum muslimin saling memaklumi dalam perbedaan pendapat mereka terhadap berbagai masalah yang dinilai bidah?

Pesan buku ini.........lanjutan.

Page 76: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Hendaknya Menerapkan Konsep Syaikh Uthaimin Dalam Masalah Bid’ah

Ijtihadiyah

Page 77: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Toleransi Dalam Masalah Ijtihadiyah

Pasti Bidah Pasti Sunah

Tidak Pasti

Page 78: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pertanyaan

• Jika ada amalan masih diperdebatkan, apakah sebaiknya diamalkan? Atau lebh sunah

• Mash diperdebatkan, apakah harus konsisten atau memilih fatwa yang berbeda

• Berpartai? • Apa syarat ulema yang boleh berijtihad?• Bidah hasanah selain shalat tarawih apa lagi?• Hadis shahih belum diamalkan, dhaif?

Page 79: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

pertanyaan

• . Kesepakatan? Lbh baik!• Usul dan furu?• Yang baru dihapus oleh yang baru

fatwa berdasarkan hadis dhaif? bidah , toleransi, Ibadah perlu dalil?

Page 80: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pertanyaan

dizaman Rasulullah melakukan bidah dan dianggap sesat?

Ibadah pakai ilmu, beribadah sebaik mungkin, ilmu seperti apa yang bisa mengoptimalkan ibadah?

Page 81: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pengantar Penerjemah

Page 82: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

القرآن في والظني القطعيوالحديث

Qoth’I dan Dhonny dalam Al-Quran dan Hadist

Page 83: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Makna qoth’I dan Dhonny

• Pasti 100%• Hanya memunyai satu

kemungkinan• Bukan lahan ijtihad• Tidak Boleh berbeda

pendapat• Tegas.

Mengingkarinya kafir

• Dhonny:• Qoth’i:

• Belum Pasti ( kurang dari 100%)

• memunyai lebih dari satu kemungkinan

• lahan ijtihad• Mungkin berbeda

pendapat• Toleransi

Page 84: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Pembagian qoth’I dan Dhonny

• Mencari kepastian apakah benar dari Rasulullah saw.

• Qoth’I wuruudالورود • قطعي

• Dhonny wuruudالورود • ظني

Maknaالداللة

Periwayatanالورود

• Meneliti makna yang dimaksud dari sebuah lafadh

Qoth’I Dilalahالداللة قطعي

Dhonny Dilalahالداللة ظني

Page 85: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Dari sisi Periwayatan الورود

• Hadis Aahad• Masih Ada Ijtihad tentang

Shahih atau tidak shahihnya• Kalaupun Shahih tetap

masih dhonny wurud• Kepastian dari Rasulullah

saw kurang dari 100%• Mungkin ada beda pendapat• Toleransi

Qoth’I Wuruudالورود قطعي

Dhonny Wuruudالورود ظني

• Al-Quran• Hadis Mutawatir• Tidak ada Ijtihad Shahih

atau tidaknya• Ada kepastian 100%

dari Rasulullah• Tidak ada beda

pendapat

Page 86: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

Dari sisi Makna الداللة

• Mempunyai lebih dari satu makna

• Lahan Ijtihad• Mungkin Beda Pendapat• Toleransi• Tidak boleh mengklain saya

benar dan yang lain salah• Istilah yang dipakai al-khoto

wa ash-showab

Qoth’I Dilalahالداللة قطعي

Dhonny Dilalahالداللة ظني

• Hanya Mempunyai satu makna

• Bukan Lahan Ijtihad• Tidak boleh beda

pendapat• Tidak ada toleransi

Page 87: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama
Page 88: Konsep Bid’ah Menurut Pemahan  Para  Ulama

pertanyaan

1. keterangan, membaca yasin dan fatihah untuk yang meninggal. Dan sebelum/setelah doa

2. Hadis mana yang menyebutkan , 40, 100, 3 hari

3. Tahlilan dengan berhutang?4. Berdoa berjamaah. Tidak bidah?