konsep betyneuman

27
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penjelasan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Model Konsep Betty Neuman Model konsep Neuman adalah model konsep yang menggambarkan tindakan keperawatan yang berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Neuman (1972) mendefenisikan manusia secara utuh yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka (Marrine-Tomey, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan sebagai stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Lingkungan ini terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi intrapersonal yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal ialah segala pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem. Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang disadari maupun yang tidak disadari. (Reed, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Universitas Sumatera Utara

description

konsep betyneuman

Transcript of konsep betyneuman

Page 1: konsep betyneuman

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian ini akan

dipaparkan sebagai berikut:

1. Model Konsep Betty Neuman

Model konsep Neuman adalah model konsep yang menggambarkan

tindakan keperawatan yang berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi

respon klien terhadap stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry,

2005).

Neuman (1972) mendefenisikan manusia secara utuh yang merupakan

gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka (Marrine-Tomey,

1994 dalam Potter & Perry, 2005). Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi,

beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan sebagai

stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Lingkungan ini

terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari

segala sesuatu yang mempengaruhi intrapersonal yang berasal dari dalam diri

klien. Lingkungan eksternal ialah segala pengaruh yang berasal dari luar diri

klien (interpersonal). Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh

stresor yang dapat merusak sistem. Pembentukan lingkungan merupakan usaha

klien untuk menciptakan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh

mekanisme yang disadari maupun yang tidak disadari. (Reed, 1995 dalam Potter

& Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: konsep betyneuman

Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga, dan

kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal

(Neuman dan Young, 1972 dalam Potter & Perry, 2005). Intervensi keperawatan

diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer,

sekunder dan tersier. Adapun pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan

untuk mengidentifikasi adanya stresor dan mencegah terjadinya reaksi tubuh

karena adanya stres. Pencegahan sekunder meliputi tindakan keperawatan untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena

adanya stresor. Sedangkan pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan

teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi suatu penyakit.

Prinsip dari pencegahan tersier adalah memberikan penguatan pertahanan tubuh

terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan membantu dalam pencegahan

terjadinya masalah yang sama (Potter & Perry, 2005).

Keperawatan sebagai profesi merupakan variabel dari reaksi individu

terhadap stres. Keperawatan berfokus pada individu sebagai satu kesatuan,

bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kestabilan pasien. Konsep

keperawatan ini juga memiliki dasar pemikiran yang memandang sehat sebagai

kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan

keseimbangan yang dinamis dari menghindari stres (Potter & Perry, 2005).

Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah sistolik

dan/ diastolik yang tidak normal sehingga mempunyai resiko besar bukan saja

terhadap penyakit jantung, tetapi juga penyakit lain. Makin tinggi tekanan darah

makin besar resikonya (Price & Wilson, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: konsep betyneuman

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat ialah dengan

berolahraga secara teratur dan menghindari stres yang diaplikasikan melalui

olahraga pernapasan Satria Nusantara dilakukan dalam tiga tahapan yaitu latihan

pernapasan duduk awal, latihan pernafasan bergerak, latihan pernapasan duduk

akhir (Maryanto, 2008).

2. Tekanan Darah

2.1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh curah jantung, ketegangan arteri, dan

volume, laju, serta viskositas darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis

dimana tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi (sistolik) dan tekanan

terendah terjadi saat jantung beristirahat (diastolik). Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan

nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata

tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Lewis, Heitkemper, & Dirksen,

2000).

2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Pengukuran secara langsung yaitu dengan memasukkan kateter ke

dalam arteri dimana hasil yang diperoleh sangat tepat tetapi memiliki resiko

tinggi dalam pengukurannya. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan

menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun

Universitas Sumatera Utara

Page 4: konsep betyneuman

atas manset dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga manset

(Brunner & Suddarth, 2001).

Awal pengukuran dilakukan dengan membalutkan manset pada lengan

atas dengan kencang dan lembut dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan

dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang.

Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui

dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai

30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset dikempiskan perlahan,

dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi

kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Brunner

& Suddarth, 2001).

Auskultasi tekanan darah dilakukan dengan meletakkan ujung

stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma pada arteri brakialis, tepat di

bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri

brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan

kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan

bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik (bunyi Korotkoff).

Bunyi tersebut terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar

dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun dan bunyi akan

menghilang yang disebut tekanan diastolik (Brunner & Suddarth, 2001). Prosedur

pengukuran tekanan darah yang akan dijadikan panduan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada lampiran 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: konsep betyneuman

2.3. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Otak berfungsi sebagai pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh

dan pengatur berbagai organ lainnya dalam merespon kebutuhan tubuh. Tekanan

darah juga dikontrol oleh serabut saraf yang merupakan bagian sistem saraf

otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan

kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan

keputusan dikirim melalui saraf yang bereaksi secara otomatis menuju organ-

organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis

atau mengembangnya pembuluh darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Ginjal berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam

tubuh. Ginjal memproduksi hormon renin yang merangsang pembentukan

angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah

meningkat. Hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh

darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon

seperti kortisol, adrenalin dan aldosteron. Kelenjar tiroid memproduksi hormon

tiroid atau tiroksin, yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan

darah. Ovari mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Pada jantung terdapat kelenjar endokrin yang dapat mensekresikan hormon

natriuretik yang dapat membersihkan tubuh dari kelebihan garam dan membantu

mempertahankan pelebaran pembuluh darah sebagaimana mestinya. Hormon-

hormon ini semua dibutuhkan untuk menjalankan fungsi organ tubuh. Bila organ-

organ tersebut mengeksresikan hormon dalam jumlah yang tidak normal maka

Universitas Sumatera Utara

Page 6: konsep betyneuman

hormon-hormon itu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal terdiri dari pembuluh

elastis yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan (Brunner & Suddarth,

2001). Otot-otot yang terdapat di dalam pembuluh darah dapat membesar untuk

meningkatkan suplai darah ke suatu organ, ataupun dapat berkontraksi untuk

mengeluarkan darah dan menyebarkan ke tempat lain yang membutuhkan

(Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer.

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satuan

waktu yang merupakan hasil kali denyut jantung dan volume sekuncup (Brunner

& Suddarth, 2001). Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari

ventrikel kiri pada setiap kontraksi. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di

ventrikel kiri pada akhir diastol (preload), tahanan terhadap semprotan

ventrikular kiri (afterload), dan kontraktilitas miokard (Potter & Perry, 2005).

Tahanan perifer adalah perlawanan pembuluh darah terhadap aliran

darah dimana tahanan perifer ditentukan oleh beberapa faktor yaitu viskositas

darah, panjang pembuluh, dan radius pembuluh (Brunner & Suddarth, 2001).

2.4. Gangguan Tekanan Darah

Karena kebutuhan metabolisme jaringan tubuh selalu berubah

meskipun dalam keadaan istirahat, perlu adanya sistem regulasi yang integral dan

terkoordinasi sehingga aliran darah ke setiap bagian tetap dapat dipertahankan

sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan

metabolisme, pembuluh darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran

Universitas Sumatera Utara

Page 7: konsep betyneuman

oksigen dan nutrisi ke jaringan. Ketika kebutuhan metabolisme menurun,

pembuluh darah akan berkontraksi dan darah yang mengalir ke jaringan akan

berkurang. Mekanisme dimana pembuluh darah berdilatasi dan berkontraksi

untuk menyesuaikan perubahan metabolisme menunjukkan bahwa tekanan arteri

yang normal tetap terjaga tetapi jika mekanisme tersebut gagal terjadi akan

mengakibatkan gangguan tekanan darah (Brunner & Suddarth, 2001).

Terdapat dua jenis gangguan tekanan darah yaitu tekanan darah tinggi

atau hipertensi dan tekanan darah rendah atau hipotensi akan tetapi komplikasi

yang terjadi pada penderita tekanan darah rendah tidak seberat tekanan darah

tinggi (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini hanya

berfokus pada informasi tentang tekanan darah tinggi atau hipertensi.

2.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor

secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang adekuat

menunjukkan tekanan darah klien. Meskipun saat dalam kondisi yang paling

baik, tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke denyut lainnya (Perry

and Potter, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah menurut Perry and

Potter (2005) adalah:

a. Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat

tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran

tubuh dan usia (Task Force on Blood Pressure Control in Children, 1987). Anak-

Universitas Sumatera Utara

Page 8: konsep betyneuman

anak yang lebih besar (lebih berat atau lebih tinggi) tekanan darahnya lebih

tinggi daripada anak-anak yang lebih kecil dari usia yang sama.

Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal

ini berhubungan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding

arteri akan semakin kaku, sehingga tahanan pada arteri akan semakin besar dan

meningkatkan tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi tidur ke

duduk, duduk ke berdiri bias mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi

mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pombuluh darah perifer (Nugroho,

2000).

b. Stress

Ansietas, takut, nyeri, dan stress emosional akan merangsang saraf

simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan perifer.

Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.

c. Ras

Frekuensi hipertensi pada orang Afrika Amerika lebih tinggi dibanding

pada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga

lebih banyak pada orang Afrika Amerika. Kecenderungan populasi ini terhadap

hipertensi diyakini berhubungan dengan genetik dan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: konsep betyneuman

d. Medikasi

Banyak medikal yang secara langsung maupun tidak langsung

berhubungan dengan tekanan darah. Salah satu golongan medikasi yang dapat

mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yaitu dapat menurunkan

tekanan darah.

e. Variasi Diurnal

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah

biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi

menjelang siang dan sore, dan mencapai puncaknya pada senja atau malam.

Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

f. Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah

pada laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan

tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

3. Hipertensi

3.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan yang menetap dari

tekanan darah sistemik dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan

tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Thomson & Cotton, 1997). Pada populasi

manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2001). Hipertensi merupakan

peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: konsep betyneuman

disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya

dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, Leenen, &

Soetrisno, 2003; Dekker, 1996).

Hipertensi memiliki dua tipe yaitu hipertensi esensial atau primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer terdiri atas hipertensi jinak

dimana terdapat suatu peningkatan progresif lambat dari tekanan darah selama

periode bertahun-tahun dan hipertensi maligna yang merupakan bentuk hipertensi

yang lebih progresif, dimana sering dicapai tingkat tekanan darah yang sangat

tinggi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi sebagai akibat sekunder

penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit renal, darah, endokrin,

serebral, dan kardiovaskular (Thomson & Cotton, 1997).

3.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.

Tabel 1. Klasifikasi derajat tekanan darah menurut The Sixth Report of The Joint

National Commitee on Detection 1997

Kategori Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80 Normal <130 <85 Normal Tinggi 130-139 85-89 Hipertensi

Stadium 1 140-159 90-99 Stadium 2 160-179 100-109 Stadium 3 >180 >110

Dikutip dari The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Pressure, Arch intern Med (1997 dalam Dunitz, 2001)

Universitas Sumatera Utara

Page 11: konsep betyneuman

Bila tekanan sistolik dan diastolik turun ke kategori berbeda, kategori

yang lebih tinggi harus diseleksi untuk mengklasifikasi status tekanan darah

individual (Dunitz, 2001).

3.3. Respon Penderita Hipertensi

Tekanan darah bervariasi sepanjang hari. Meningkat pada saat

berolahraga dan mengalami stres atau gangguan mental. Sebaliknya tekanan

darah akan menurun bila tubuh sedang dalam kondisi istirahat atau tidur (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah salah satu penyakit yang

benyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya (Dekker, 1996).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan

vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi

oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2001).

Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling

menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan

beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang

meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja,

maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan

azotemia (peningkatan urinasi pada darah [BUN] dan kretinin). Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien

yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemigplegia) atau

Universitas Sumatera Utara

Page 12: konsep betyneuman

gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi

disertai serangan iskemia (Brunner & Suddarth, 2001).

Olahraga dapat mengurangi risiko terkena hipertensi atau reaksi

abnormal lainnya bila seseorang telah menderita hipertensi. Untuk menyelidiki

apakah latihan fisik dapat memberi nilai dalam pengobatan hipertensi,

sekelompok pasien hipertensi yang sebelumnya tidak aktif, diharuskan menjalani

program latihan dan setelah itu efeknya terhadap tekanan darah diperiksa.

Hasilnya, latihan dinamik secara regular dapat mengurangi tekanan darah senilai

10 mmHg (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

3.4. Bahaya Penderita Hipertensi

Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan

langsung, tetapi lama-kelamaan dapat mengakibatkan berbagai penyakit (Dekker,

1996). Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,

dan pada kasus berat terjadi edema pupil (Brunner & Suddarth, 2001).

Karena pengaruh tekanan darah tinggi, proses penumpukkan zat-zat

lemak di dalam urat-urat nadi besar makin cepat, sehingga mengakibatkan

pengapuran pembuluh darah (arteriosclerosis). Penyakit yang sering timbul

akibat hipertensi adalah gagal jantung, stroke, juga gagal ginjal (Dekker, 1996).

Hipertensi adalah faktor resiko yang tergolong berperan dalam

mengacu timbulnya infark jantung sampai 3-5 kali lipat. Hipertensi dapat

mengacu terjadinya berbagai penyakit yang cukup serius serta kematian

mendadak (Irawan & Mulyadi, 1998). Smith, Odel, Kernohan (1950 dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 13: konsep betyneuman

Kaplan, 2006) mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab

kematian terbesar yang disebabkan oleh hipertensi.

Beberapa efek hipertensi pada otak, bila tidak dikontrol dalam jangka

panjang, akan menimbulkan stroke dengan resiko hingga tujuh kali lipat bila

dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal. Tekanan darah

tinggi juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal dimana terjadi penurunan aliran

darah ke ginjal dan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal. Makin tinggi

hipertensi maka makin cepat terjadi kerusakan sistem penyaringan (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003). Dicurigai juga penyakit hipertensi dapat

mengakibatkan kelahiran prematur dan kematian yang berhubungan dengan

hipertensi arterosklerosis (Agmon, Khandheria, Meissner et al., 2002 dalam

Kaplan, 2006). Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak

negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

3.5. Penatalaksanaan Hipertensi

Penurunan tekanan darah tinggi hingga di bawah 140/90 mmHg dapat

mengurangi segala komplikasi yang mungkin terjadi. Terdapat dua jenis

penatalaksanaan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu

penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003).

3.5.1. Penatalaksanaan Farmakologis

Penataksanaan farmakologis yaitu penatalaksanaan dengan

menggunakan obat-obatan kimiawi (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Ada

berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 14: konsep betyneuman

a. Diuretik

Diuretik dapat meningkatkan kadar garam dan air yang dikeluarkan

ginjal dari tubuh. Aksi ini mengurangi volume darah yang dipompa oleh jantung

setiap denyutan. Tekanan darah kemudian secara perlahan-lahan mengalami

penurunan karena hanya ada fluida sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan

dengan sebelum menggunakan diuretik (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Diuretik juga menurunkan kandungan sodium di dalam pembuluh

darah. Keberadaan sodium yang terlalu tinggi dalam darah cenderung

mempersulit aliran darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dengan demikian

tekanan darah akan turun akibat berkurangnya curah jantung dan resistensi perifer

serta diikuti oleh vasodilatasi perifer dan berkurangnya volume cairan interstisial

yang mengakibatkan berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan

bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular (McGowan, 2001; Dekker,

1996; Ganiswara, 1995 dalam Fitriani, 2005).

b. Penghambat adrenergik (β-bloker)

Beta-bloker menghambat aksi noradrenalin dan adrenalin pada reseptor

beta, mengurangi kekuatan dan mempercepat kontraksi jantung dan menurunkan

sekresi renin oleh ginjal sehingga terjadi pengurangan tekanan darah (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003). Bloker yang berbeda menurunkan renin dengan

tingkatan berbeda pula (Goodfriend, 1983).

Beta-bloker bekerja melalui beberapa cara. Beta-bloker dapat bekerja

secara langsung dengan mengurangi kegiatan memompa otot jantung dan denyut

jantung serta kontraktilitas miokard sehingga terjadi penurunan curah jantung dan

jumlah darah yang dikeluarkan jantung. Dengan demikian aliran darah akan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: konsep betyneuman

berkurang dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Cara lain yaitu dengan

menghambat pelepasan norephinephrin melalui hambatan reseptor para sinaps

dan menghambat sekresi renin melalui hambatan reseptor β1 di ginjal serta efek

sentral yang dapat menurunkan tekanan darah (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995).

c. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-

angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah membatasi efek enzim pengubah

angiotensin (angiotensin-converting enzyme) sehingga produksi angiotensin II

menurun. Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah sehingga meringankan kerja jantung. ACE inhibitor

dapat mengurangi fungsi ginjal dan menyebabkan akumulasi potasium apabila

terjadi penurunan fungsi ginjal (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

d. Antagonis Kalsium (Calcium Antagonist)

Antagonis kalsium dapat mengendurkan otot-otot di dalam dinding

pembuluh darah, menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan

darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar. Meskipun

demikian, antagonis kalsium berbeda dari vasodilator lainnya.

Antagonis kalsium sebagian menghambat isyarat dari saraf ke jantung.

Pengurangan ini akan meningkatkan laju denyut jantung yang biasanya terjadi

dengan vasodilator lainnya tetapi tidak dengan antagonis kalsium. Antagonis

kalsium memiliki efek diuretik meskipun hanya sedikit (Hayens, Leenen, &

Soetrisno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: konsep betyneuman

e. Vasodilator

Vasodilator mengendurkan otot-otot pada dinding pembuluh darah.

Pembuluh darah dikendurkan dan daya tahan fluida di dalamnya diturunkan.

Selain menurunkan tekanan darah, vasodilator memiliki beberapa efek lain yang

cenderung mengurangi kemampuan mengendurkan pembuluh darah yaitu

menyebabkan ginjal menahan sodium dan air sehingga terjadi peningkatan

jumlah sodium dan air di dalam tubuh serta menyebabkan jantung berdenyut

lebih cepat dan lebih kuat (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Vasodilator biasanya tidak digunakan sendiri. Obat ini sering

digunakan bersama dengan beta-bloker dan diuretik untuk mengatasi efek

samping vasodilator pada ginjal dan jantung (Hayens, Leenen, & Soetrisno,

2003).

Semua obat-obat di atas bertambah manfaatnya jika ditunjang oleh

pengobatan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup (Dekker, 1996).

3.5.2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis atau penatalaksanaan tanpa

menggunakan obat-obatan kimiawi. Penatalaksanaan hipertensi dengan

nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk

menurunkan tekanan darah yaitu seperti di berikut ini :

a. Mempertahankan Berat Badan Ideal

Kelebihan berat badan sampai mencapai 30-40% dari berat ideal

cenderung mudah terserang stroke yang biasanya diawali dengan penyakit

hipertensi jantung atau ginjal (Irawan & Mulyadi, 1998). Penurunan berat badan

diikuti penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik ( Stamler dkk., 1980; Tuck

Universitas Sumatera Utara

Page 17: konsep betyneuman

dkk., 1981 dalam Kaplan & Stamler, 1994). Penurunan berat badan hingga 10%

dapat secara bermakna menurunkan beberapa faktor resiko penyakit

kardiovaskular (Kaplan & Stamler, 1994).

Beberapa cara untuk mempertahankan berat badan ideal adalah diet

rendah lemak namun kaya serat dan protein serta adanya aktivitas fisik yang

nyata (Kaplan & Stamler, 1994).

b. Kurangi asupan natrium (sodium)

Tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam meningkat.

Meskipun demikian, efeknya secara keseluruhan hanya sedikit, khususnya pada

tekanan diastolik. Perubahan diet yang normal adalah dengan mengurangi asupan

garam dan dapat menurunkan tekanan darah rata-rata 2 sampai 3 mmHg (Hayens,

Leenen, & Soetrisno, 2003).

c. Latihan aktivitas fisik secara teratur

Peningkatan aktivitas fisik dan kapasitas latihan dapat mencegah

hipertensi dan menurunkan resiko kematian (Blair & Church, 2004 dalam

Kaplan, 2006). Insidens hipertensi 20 hingga 40% lebih rendah pada mereka yang

melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam perminggu daripada mereka yang

kurang aktif (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Latihan olahraga teratur pada

penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat

menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmHg dan diastolik 6-10 mmHg (Radmarssy,

2007).

d. Batasi konsumsi alkohol

Minuman keras khususnya yang berkadar alkohol tinggi sangat

membahayakan bagi sirkulasi darah otak. Sebab alkohol mengandung unsur yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: konsep betyneuman

bersifat membakar sehinggga menimbulkan panas dan menyebabkan tekanan

darah meningkat (Irawan & Mulyadi, 1998). Para peminum berat mempunyai

resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar daripada mereka yang tidak

minum minuman beralkohol (Radmarssy, 2007).

e. Makan K, Ca, Mg yang cukup dari diet

Individu yang mengonsumsi makanan berkadar potasium tinggi

memiliki tekanan darah yang lebih rendah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/ hari) dengan cara

konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara

mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat

menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang

bersama urine.

Diet kaya potasium sangat penting bagi orang yang mengonsumsi

diuretik untuk mengatasi tekanan darah tinggi karena pil tersebut menghabiskan

potasium di dalam darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dengan

setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang

bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007).

f. Hindari stres

Peningkatan aliran darah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran

darah ke kulit, ginjal, dan saluran pencernaan merupakan respon tubuh terhadap

stres (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Usahakan dapat tidur dan beristirahat

secukupnya untuk mempertahankan kondisi badan, karena tekanan darah

menurun pada waktu tidur, lebih rendah dari pada waktu siang hari (Dekker,

1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: konsep betyneuman

Stres akan menimbulkan respon ‘’fight or flight’’. Flight merupakan

reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi

adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut

jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif

untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, renin

angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik

(Idrus, 2006).

Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah

dengan mengurangi jumlah darah, kegiatan jantung memompa, dan mengerutnya

dinding-dinding pembuluh nadi halus sehingga tekanan pada dinding-dinding

pembuluh darah berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan

darah akan menurun (Dekker, 1996).

4. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

4.1. Pengertian Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Olahraga pernapasan merupakan latihan yang menghasilkan kekuatan

dan daya tahan terhadap otot pernafasan dimana terdapat sebuah proses

rekonstruksi tubuh pada setiap tahapan latihan untuk memperoleh keseimbangan.

Oleh karena itu, dalam memulai latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kondisi tubuh seseorang (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Makasar, 2008).

Olahraga pernapasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

olahraga pernapasan Satria Nusantara. Olahraga pernafasan Satria Nusantara

ditujukan untuk mengembangkan usaha penanggulangan stresor dan upaya

Universitas Sumatera Utara

Page 20: konsep betyneuman

peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu mengelola stresor dengan baik

untuk menjaga dan bahkan mengembalikan ke homeostasis (Maryanto, 1990).

4.2. Prinsip Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Olahraga pernafasan Satria Nusantara adalah pengolahan nafas dan

tenaga dalam yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk meningkatkan

kesehatan (Maryanto, 2008). Prinsip gerakan olahraga pernapasan Satria

Nusantara adalah sebagai berikut:

1. Latihan peregangan selama 10 (sepuluh) menit dilakukan dalam dua periode

Peregangan sangat dibutuhkan sebelum menjalani latihan dalam upaya

mencapai kelenturan otot menghindari cedera. Otot akan menjadi rentan cedera

dan sakit jika tidak melakukan peregangan. Manfaat lain dari peregangan ialah

dapat menghilangkan rasa ngilu atau pegal sehabis bekerja keras atau olahraga

selama delapan jam atau lebih, serta menyebabkan otot tetap fleksibel. Untuk

mencapai hasil yang baik, peregangan dilakukan sebelum dan setelah latihan

dimana otot sudah mulai panas (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Makasar,

2008).

2. Latihan pernapasan duduk awal dan duduk akhir selama 20 menit dalam dua

periode

Latihan pernapasan duduk awal dilakukan sebagai pemanasan

(warming-up) bagian dalam tubuh sebelum melakukan pernapasan bergerak.

Pernapasan duduk akhir dilakukan untuk pendinginan (cooling down) dan

pengendapan tenaga hasil latihan (Maryanto, 2008).

Peserta pernafasan Satria Nusantara dilatih bernafas dengan ritme yang

teratur, pelan dan dalam sehingga ritme pernafasan diperlambat. Kebiasaan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: konsep betyneuman

bernafas pelan dan dalam akan memberikan pengaruh terhadap stabilitas fungsi

saraf otonom dengan semakin meningkatnya fungsi saraf parasimpatik. Fungsi

syaraf parasimpatik berhubungan erat dengan anabolisme yaitu metabolisme yang

bersifat membangun, yang mengarah kepada perbaikan-perbaikan terhadap

kerusakan jaringan dan gangguan fungsional. Penghambatan fungsi sistem

jantung-pembuluh darah yang cenderung menyebabkan melambatnya denyut

jantung dan melemasnya pembuluh darah, khususnya arterioale sehingga

menyebabkan tekanan darah menurun (Maryanto, 2008).

Latihan pernapasan duduk akhir merupakan latihan pendinginan

dimana latihan ini dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan

keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan

pendinginan yaitu mecegah pengumpulan darah dalam vena dan memastikan

cukupnya aliran darah dalam otot, mencegah kekakuan dan nyeri otot (Maryanto,

2008 dalam Mardhiah, 2009).

3. Latihan pernapasan bergerak, dilakukan selama 80 (delapan puluh) menit

dilakukan dalam dua periode.

Pernapasan bergerak adalah pengolahan pernapasan yang dilakukan

bersamaan dengan gerak tertentu/ jurus. Pada latihan pernapasan bergerak, napas

ditahan selama 3 sampai 5 menit (Maryanto, 2008).

Latihan pernapasan bergerak menggunakan mekanisme hipoksia

anaerobik. Latihan ini membuat sel-sel tubuh efisien menggunakan oksigen yang

berarti meningkatnya kemampuan fungsional dan kesehatan sel serta merupakan

cara yang sangat fisiologis dalam merangsang sel-sel tubuh untuk melakukan

penyembuhan bagi dirinya (Maryanto, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: konsep betyneuman

4. Istirahat Selama 10 Menit

Istirahat dilakukan di antara dua periode latihan pernapasan bergerak

selama 10 (sepuluh) menit dalam satu kali periode (Maryanto, 2008).

Istirahat dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti pada

awal latihan sebagai persiapan untuk latihan kemudian (Simbar, 2008).

4.3. Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Adapun gerakan yang dilakukan saat latihan olahraga pernapasan

adalah sebagai berikut:

1. Gerakan peregangan

Tiap gerakan lakukan dua sampai tiga kali kemudian meningkat

menjadi delapan sampai sepuluh kali.

a. Latihan kepala dan leher

Miringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu. Tekuk kepala

ke samping kiri hingga mengenai bahu diikuti dengan meluruskan lengan ke arah

yang sama dengan arah kepala. Lalu bergantian dengan sisi lain (Maryanto,

2008).

b. Latihan bahu dan lengan

Luruskan lengan kanan ke arah kiri lalu di tahan dengan lengan kiri.

Lakukan bergantian dengan sisi lain. Satu tangan menyentuh bagian belakang

dari leher kemudian raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai.

Bergantian tangan kanan dan tangan kiri. Letakkan tangan di punggung kemudian

coba meraih ke atas sedapatnya. Tepukkan kedua telapak tangan dan regangkan

lengan ke depan lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua

tangan bertepuk kemudian angkat lengan ke atas kepala. Kemudian regangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: konsep betyneuman

lengan ke belakang punggung sejauh mungkin. Lengan harus lurus dan tidak

bengkok. Kepal jari-jari tangan kanan lalu tangan kiri mendorong tangan kanan

ke belakang. Gerakan ini juga dilakukan bergantian dengan sisi lain (Maryanto,

2008).

c. Latihan paha

Kaki kanan diluruskan dengan tumit menyentuh lantai dan kaki kiri

ditekuk. Lalu kaki kanan ditekuk dengan telapak kaki menyentuh lantai

sedangkan kaki kiri diluruskan dengan ujung jari menyentuh lantai. Gerakan

dilakukan bergantian dengan sisi lain. Badan tegak lurus dengan kedua kaki

dirapatkan dan tangan lurus ke depan, Lalu perlahan-lahan turunkan punggung

hingga tangan menyentuh tanah. Silangkan kedua kaki dengan badan tetap tegak

dan tangan lurus ke depan. Perlahan-lahan turunkan punggung hingga tangan

menyentuh tanah. Lakukan gerakan ini dengan menyilangkan kaki bergantian

(Maryanto, 2008).

2. Gerakan latihan pernapasan duduk awal

Gerakan latihan pernapasan duduk awal adalah duduk dengan kaki

melipat ke belakang, telapak kaki dengan ujung jari kaki melingkar ke arah

pantat. Tulang ekor menyentuh lantai dan punggung diluruskan. Tangan dengan

jempol digenggam diletakkan pada lutut, pandangan lurus ke depan ke satu titik.

Bila peserta lebih dari satu orang dan sejenis, maka peserta duduk merapat kiri

kanan sehingga lutut saling bersentuhan. Bernapas teratur sambil berkonsentrasi.

Keluar masuk napas melalui hidung, dengan menekan napas di bawah perut

(abdominal pressing). Selang waktu tarik, tekan/ tahan dan keluar napas adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: konsep betyneuman

sama yakni 10-30 detik. Pernapasan duduk dilakukan selama 10 menit

(Maryanto, 2008).

3. Gerakan latihan pernapasan bergerak I

Adapun gerakan latihan pernapasan latihan bergerak adalah sebagai

berikut:

a. Gerakan tungkai

Tungkai membentuk posisi kuda-kuda rendah, kedua kaki sejajar,

ujung kaki ke samping berlawanan arah, telapak kaki digesekan ke bumi dan

kedua tumit ditemukan satu sama lain pada setiap gerakan kaki maju sejengkal

(Maryanto, 2008).

b. Gerakan tangan

Jurus untuk tingkat dasar, 10 jurus untuk tingkat pengendalian 1, 6

jurus untuk tingkat gabungan dasar. Untuk tingkat dasar, pada awal gerakan,

napas ditarik sebanyak mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan ditahan di

bawah perut sambil menggesek telapak kaki maju sejengkal yang disebut satu

langkah kuda-kuda, seiring seirama dengan gerakan tangan. Untuk 1 kali

menekan dan menahan napas minimal dilakukan 15 langkah, setelah itu napas

dikeluarkan, juga melalui hidung. Kemudian atur napas dengan tarik dan keluar

napas 2 atu 3 kali , lalu lanjutkan dengan latihan lagi. Latihan dilakukan selama

90 menit dalam dua periode yang diselingi dengan istirahat (Maryanto, 2008).

4. Istirahat

Selama latihan istirahat dilakukan hanya satu kali selama 10 (sepuluh)

menit (Maryanto, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: konsep betyneuman

5. Gerakan latihan pernapasan bergerak II

Merupakan lanjutan dari gerakan latihan pernapasan bergerak sebelum

istirahat. Melanjutkan gerakan jurus yang sebelum istirahat, untuk memantapkan

gerakan latihan gerakan jurus yang sudah diajari sebelumnya (Maryanto, 2008).

6. Gerakan latihan pernapasan duduk akhir

Gerakan yang dilakukan pada latihan pernapasan duduk akhir sama

dengan latihan pernapasan duduk awal. Pernapasan duduk akhir dilakukan selama

10 menit (Maryanto, 2008).

7. Gerakan peregangan

Gerakan peregangan akhir untuk menutup latihan sama dengan gerakan

peregangan yang dilakukan di awal latihan olahraga pernapasan (Maryanto,

2008).

4.4. Manfaat Olahraga Pernapasan Satria Nusantara

Manfaat yang dapat dicapai dengan melakukan olahraga pernapasan

Satria Nusantara yaitu (1) Meningkatkan fungsi paru. Ketika orang menarik

napas cepat dan dangkal, paru-paru tidak cukup mengembang untuk

memungkinkan transfer maksimum oksigen ke dalam darah. Sedangkan ketika

menarik napas dalam atau pernapasan diafragma menyebabkan perut untuk lebih

luas. Pernapasan diafragma dapat menarik udara ke dalam lobus bawah paru-paru

dimana sebagian besar terjadi transfer oksigen. (2) Meningkatkan aliran limfatik

(getah bening). Dengan membantu mengembangkan paru-paru lebih penuh,

pernapasan dalam juga meningkatkan aliran cairan limfatik yang membantu

mencegah infeksi. (3) Meredakan stress. Bernapas dalam dapat membantu

mengurangi keparahan dan frekuensi ketegangan sakit kepala yang berhubungan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: konsep betyneuman

dengan stres, memperlambat denyut jantung, tekanan darah rendah dan

mengurangi kelelahan. (4) Mempercepat penurunan berat badan dimana berat

badan juga mempengaruhi tekanan darah (Livestrong, 2010).

5. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara pada Penderita Hipertensi

Olahraga pernapasan mempunyai banyak kegunaannya. Menurut

Gilang (2007); olahraga pernafasan merupakan suatu sarana yang membantu

tubuh untuk mengubah udara yang dihirup menjadi energi. Aliran udara berenergi

ini mampu menghasilkan tenaga dalam yang akan disebarkan ke seluruh bagian

tubuh. Menurut penelitian yang dilakukan Siswantoyo, 2007; terhadap siswa laki-

laki kelas 2 Madrasah Aliyah Mu’alimin Yogyakarta dengan memenuhi kriteria

inkubasi tertentu, menghasilkan kesimpulan bahwa olahraga pernapasan dapat

meningkatkan kadar beta-endorphin, IgG dan interleukin-6, sedangkan pada

interleukin-2 dan interleukin-4 tidak terjadi peningkatan, sedangkan kortisol

mengalami penurunan.

Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal

berfungsi untuk membantu mengatur tekanan darah dan sistem kekebalan tubuh

saat terjadi krisis tiba-tiba, baik serangan fisik atau kemunduran emosional

(Tarigan, 2010). Kelebihan kortisol mengakibatkan peningkatan kadar glukosa

dan tekanan darah serta perubahan ekspresi dari gen-gen tertentu yang

menyebabkan gangguan psikosomatis misalnya hipertensi dan infark jantung

(Dahroji, 2009).

Pernapasan yang baik dan benar akan menjadikan tubuh sehat dan

prima, tidak mudah diserang berbagai penyakit. Untuk bernapas dengan benar,

Universitas Sumatera Utara

Page 27: konsep betyneuman

kita hanya perlu mengendurkan otot lambung, menghirup perlahan-lahan melalui

hidung, dan memasukkan udara sampai rasanya bagian bawah lambung terisi

penuh oleh udara. Kemudian berhentilah sebentar sebelum menghembuskan

napas melalui mulut (Wordpress.com, 2008).

Peningkatan jumlah Hb dalam darah bisa dilakukan dengan teknik

penahanan napas. Penahanan napas juga akan menyebabkan berkurangnya

jumlah oksigen dalam jaringan tubuh, yang menyebabkan meningkatkan

keasaman jaringan tubuh. Cairan jaringan yang asam ini merangsang pembuluh

pembuluh kapiler dan pembuluh darah untuk melebar sehingga jumlah darah

yang mengalir lebih banyak. Pelebaran pembuluh darah berpengaruh terhadap

tekanan darah yaitu memperkecil hambatan terhadap aliran darah, sehingga

tekanan darah cenderung menjadi normal (Fadhil, 2009).

Universitas Sumatera Utara