KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum...

97
KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah Dan Hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Abdul Khoir NIM: 106044101375 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

Transcript of KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum...

Page 1: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI

(Analisis Perspektif Hukum Islam

Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Abdul Khoir

NIM: 106044101375

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 2: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI

(Analisis Perspektif Hukum Islam

Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Abdul Khoir

NIM: 106044101375

Dibawah bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H.Umar Haddad, MA Dr.Hj.Mesraini, MA NIP. 196 809 041 994 011 001 NIP. 197 602 132 003122 001

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 3: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat

iman, Islam dan atas rahmat serta dengan petunjuk dan bimbingan-Nyalah penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konsep Adil dalam Poligami

(Analisis Perspektif Hukum Islam dan UU No.1 Tahun 1974)”.

Lantunan shalawat dan salam tak lupa penulis kepada Nabi besar kita

Muhammad Saw semoga selalu tercurahkan, yang telah membawa umat-Nya dari

zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang dengan dien yang diridhai oleh

Nya.seperti yang dirasakan Ummat-Nya saat ini.

Penulis menyadari, bahwa tugas ini selesai bukan semata-mata dari buah

tangan penulis sendiri, akan tetapi tugas ini selesai karena adanya dorongan,

motivasi, bimbingan, do’a dan bantuan yang senantiasa mengalir dari para hamba

Allah SWT baik secara langsung atau tidak langsung. Mereka yang dengan tulus

hati meluangkan waktunya dan memberikan inspirasi kepada penulis, pastinya

tugas ini akan lebih berat tanpa adanya mereka. Melalui kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati, penulis persembahkan untaian kata terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 4: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

ii

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA selaku Ketua Program Studi Ahwal

Syakhshiyah dan Kama Rusdiana, S.Ag, MH selaku Sekretaris Program Studi

Ahwal Syakhshiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr.H.Umar Haddad dan Dr.Hj.Mesraini, MA, Selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi

ini.

4. Dr. Hj. Azizah, MA dan Rosdiana, MA, selaku penguji yang telah

memberikan kritik konstruktif dalam penulisan skripsi ini.

5. Segenap Ibu dan Bapak Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberi ilmu yang tidak ternilai kepada penulis.

6. Pimpinan dan Karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan pelayanan referensi yang diperlukan penulis.

7. Ayahanda H. Khomsi dan Ibunda tercinta Hj. Ummi Kultsum serta kakak-

kakak & adik-adik tersayang yang telah memberikan motivasi dan doa serta

dukungan materiil kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1.

8. Kepada Eva Latifah yang selalu setia mendampingi penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Kepada semua sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan

supportnya kepada penulis. Yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan

perhatiannya serta teman-teman seperjuangan, khususnya sahabat-sahabat

PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) KOMFAKSYAHUM, teman-

teman Fakultas Syariah dan Hukum Konsentrasi Peradilan Agama angkatan

2006 serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu,

Page 5: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

iii

atas segala bantuan, informasi serta motivasi yang diberikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan penuh kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih

yang mendalam atas segala keikhlasan dukungan, motivasi, pengarahan serta

bantuan baik moril maupun materiil. Penulis hanya mampu berdoa semoga Allah

membalas semua amal perbuatan dengan kasih sayang-Nya. Harapan penulis,

mudah-mudahan skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi

pembaca. Amin.

Jakarta, 30 Agustus 2010 M 20 Ramadhan 1431 H

Page 6: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

D. Kerangka Pemikiran ............................................................ 6

E. Metodologi Penelitian .......................................................... 12

F. Sistematika Penulisan .......................................................... 14

BAB II : PERKAWINAN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG

PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan ........................................................ 15

B. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ......................................... 18

C. Pengertian Poligami ............................................................ 20

D. Syarat-Syarat Poligami ........................................................ 22

E. Hak Istri yang Dipoligami ................................................... 26

BAB III : PRO DAN KONTRA PRAKTEK PERKAWINAN

POLIGAMI

A. Kondisi Obyektif ................................................................. 32

B. Praktik Poligami Versus Ketidakadilan Gender .................. 46

C. Jumlah Maksimal Isteri yang Boleh Dipoligami ................. 61

Page 7: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

v

BAB IV : ANALISIS KEADILAN DALAM PERKAWINAN

POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1

TAHUN 1974 ASPEK SOSIOLOGIS YURIDIS A. Analisis Sosiologis Yuridis Poligami dalam Hukum Islam..64

B. Makna Adil dalam Poligami Perspektif Hukum Islam ...... 73

C. Makna Adil dalam Poligami Perspektif UU NO. 1 Tahun

1974 ...................................................................................... 76

D. Analisis Penulis ................................................................... 80

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 82

B. Kritik dan Saran ................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 5

E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 14

BAB II : PERKAWINAN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan ........................................................................ 15

B. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ......................................................... 18

C. Pengertian Poligami ............................................................................ 21

D. Syarat-Syarat Poligami ....................................................................... 22

E. Hak Istri yang Dipoligami ................................................................... 27

BAB III : PRO DAN KONTRA PRAKTIK PERKAWINAN

POLIGAMI

A. Kondisi Obyektif ................................................................................. 33

B. Praktik Poligami Versus Ketidakadilan Gender ................................. 47

C. Jumlah Maksimal Isteri yang Boleh Dipoligami ................................ 62

Page 9: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

BAB IV : ANALISS KEADILAN DALAM PERKAWINAN

POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1

TAHUN 1974 ASPEK SOSIOLOGIS YURIDIS A. Analisis Sosiologis Yuridis Poligami dalam Hukum Islam ................ 65

B. Makna Adil dalam Poligami Perspektif Hukum Islam ....................... 74

C. Makna Adil dalam Poligami Perspektif UU NO. 1 Tahun 1974......... 77

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 71

B. Kritik dan Saran .................................................................................. 72

Page 10: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

suatu cara yang dipilih Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk

berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.1

Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang

hidup bebas mengikuti nalurinya dalam berhubungan secara bebas tanpa aturan.

Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan

hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan

perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling suka, dengan

ucapan ijab qabul sebagai lambang adanya rasa saling suka dan dengan dihadiri

oleh para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan

tersebut telah terikat secara sah menurut syari’at agama Islam.

Perkawinan ini, sebagaimana diungkapkan Sayyid Sabiq yang dikutip

oleh Abd Rahman Ghazaly, telah memberikan jalan yang aman pada naluri seks,

memelihara keturunan dengan baik, dan menjaga kaum perempuan agar menjadi

seseorang yang terhormat.2 Pergaulan suami istri menurut ajaran Islam diletakan

di bawah naluri keibuan dan kebapakan sebagaimana ladang yang baik nantinya

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan menghasilkan buah yang baik                                                             

1 Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Pustaka Setia, 1997 ), h.39 2 Abd. Rahman Al-Jaziry, Al-Fqih Ala Madzahibil Arba’ah, (Mesir : Dar Al Ihya, 1969),

h.284-285 

1

Page 11: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

2

pula.

Dengan pernikahan, ikatan mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih

sayang) antara suami dan istri akan semakin bertambah. Masing-masing

merasakan ketenangan, kelembutan dan keramahan serta mendapatkan

kebahagiaan di bawah naungan satu dengan yang lainnya. Suami yang selesai

bekerja, kemudian kembali ke rumahnya di sore hari dan berkumpul bersama

keluarga, ia akan melupakan semua duka yang ia temui di siang hari dan segala

kelelahan yang dirasakannya pada waktu bekerja.

Masing-masing dari pasangan suami-istri tersebut satu sama lainnya

menemukan ketenangan jiwa pada saat perjumpaannya. Keduanya saling

merasakan kedamaian hati dan kegembiraan pada detik-detik pertemuan.

Begitupula, anggota keluarga yang lain juga merasa tentram disebabkan perhatian

dan tanggung jawab sang ayah. Semua tugas dan peran masing-masing pihak

dalam keluarga dijalankan dengan baik sehingga akan senantiasa tercipta

keharmonisan dalam hidup.

Hal tersebut di atas tidak selamanya terjadi dalam sebuah keluarga,

dahsyatnya pengaruh globalisasi yang mewarnai setiap sisi kehidupan manusia

telah mengakibatkan terjadinya dekadensi (kemerosotan) moral, lebih-lebih pada

hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Setiap saat kita dikejutkan dengan

berbagai pemberitaan mengenai perkosaan, perselingkuhan, dan pergaulan bebas.

Anak-anak yang tidak berdosa lahir tanpa memiliki status ayah yang legal (sah),

aborsi telah menjadi trend dewasa ini sehingga tidak lagi dianggap sebagai

perbuatan memalukan. Gelombang WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria

Page 12: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

3

Idaman Lain) tidak ada yang bisa menghentikannya. Sementara kejahatan yang

bernama pemerkosaan dan perzinaan terus mengalir bak air bah yang sulit

dibendung.

Islam merupakan agama sempurna, persoalan-persoalan kemanusiaan

sebagaimana pemaparan di atas, direspon melalui sebuah syari’at Agama yang

disebut dengan poligami, yang dalam pengertian sederhana berarti memiliki istri

lebih dari satu 3.

Islam telah menghalalkan seorang suami untuk melakukan poligami

apabila ia telah memenuhi kriteria yang ditentukan. Namun demikian,

pelaksanaan poligami ini bukan tanpa hambatan, tantangan maupun resiko yang

ada. Melihat bagaimana reaksi sebagian umat Isam ketika melihat da’i

panutannya, KH.Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) telah melakukan poligami,

mayoritas jama’ahnya menjadi antipati terhadap sang ustadz.

Reaksi dari sebagian umat Islam yang merespon negatif pelaksanaan

poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala psikologis yang terjadi

terutama bagi orang-orang yang melakukan poligami. Reaksi berlebihan yang

ditunjukkan oleh sebagian umat Islam melalui berbagai media telah menjadikan

poligami ini seolah-olah merupakan sesuatu hal yang buruk bahkan terlarang

untuk dilakukan.

Dalam kaitan ini, poligami yang mensyaratkan adil dalam perspektif

kajian adil dalam hukum Islam dan konsep adil dalam perspektif Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 menarik untuk dikaji lebih komprehensip, sehingga pada

                                                            3 Abd. Rahman, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2006), h.45  

Page 13: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

4

akhirnya menemukan kesimpulan yang lebih arif dalam menyikapi polemik

praktik poligami di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Skripsi ini penulis

sajikan sebagai bentuk keikutsertaan dalam menjawab polemik poligami, sehingga

pada gilirannya diharapkan menjadi salah satu bahan rujukan seputar poligami.

Oleh karenanya penulis menguraikan pendapat-pendapat ulama dan ahli hukum

nasional terkait adil sebagai syarat poligami.

Berawal dari latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian

yang lebih mendalam mengenai poligami terutama berkaitan dengan syarat

berpoligami menurut Hukum Islam (Qur’an dan Hadits) maupun hukum Nasional

Indonesia (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan).

B. Perumusan Masalah

1. Perumusan Masalah

Pada prinsipnya perkawinan antara laki-laki dan perempuan adalah

sunnatullah yang diajarkan dalam agama Islam. Perkawinan memiliki nilai ibadah

terhadap Allah SWT dan humanisme yang tinggi serta melalui perkawinan pula

umat Islam telah melaksanakan sunnah nabi Muhammad.

Seperti diketahui bahwa Islam merupakan agama yang sangat

menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme, pertanyaannya kemudian apakah Islam

yang mengenal perkawinan poligami adalah bentuk inkonsistensi ajaran Islam.

Masih membahas soal poligami, Islam juga mengharuskan perlakuan adil seorang

suami terhadap istri-istri yang dipoligami. Lantas bagaimanakah konsep adil yang

diharapkan dalam pelaksanaan poligami, baik ditinjau dari tuntunan ajaran Islam

atau Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974?

Page 14: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

5

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan ini

dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana perkawinan poligami dalam perspektif Hukum Islam dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974?

2) Bagaimana tanggapan masyarakat tentang praktek perkawinan poligami?

3) Bagaimana konsep adil dalam berpoligami menurut Hukum Islam dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan?

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini terfokus, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi hanya pada pembahasan konsep Adil, yakni perlakuan

suami yang menyamaratakan para istri yang dipoligami pada hal-hal yang dapat

diukur baik secara materi atau immateri sebagai syarat poligami dalam perspektif

hukum Islam dan Undag-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka skripsi ini di susun dengan

tujuan untuk:

1. Mengetahui makna perkawinan poligami menurut Hukum Islam dan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

2. Mengetahui tanggapan masyarakat tentang praktek perkawinan poligami

3. Mengetahui konsep adil dalam poligami menurut Hukum Islam dan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Page 15: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

6

D. Kerangka Pemikiran

Islam adalah agama Nizham (aturan) hidup paripurna, universal, dan

integral. Tidak ada dimensi kehidupan yang tidak tersentuh nilai-nilai

kebenarannya. Islam merupakan solusi atas problematika kehidupan, ia bahkan

hanya satu-satunya solusi yang ada. Tidak ada aturan yang lebih baik dari aturan

Islam untuk memperbaiki permasalahan umat saat ini.

Sebagai pedoman hidup, ruang lingkup hukum Islam bersifat

menyeluruh. Ia tidak dibatasi hanya pada persoalan hukum sipil, tetapi juga

termasuk hukum privat, dan salah satunya adalah tentang perkawinan.

Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup

berjodoh-jodohan adalah naluri semua makhluk Allah SWT. Sebagaimana firman-

Nya dalam surat adz-Dzariyat ayat 49:

⌧ ⌧

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah SWT”

Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan

inilah, Allah SWT menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan

berlangsung dari generasi ke generasi.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 1 :

⌧ ☯

Page 16: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

7

“Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak...”

Dari sekian banyaknya ayat-ayat kebesaran Allah yang tidak terhingga

adalah Dia menjadikan manusia berpasangan antara pria dan wanita dan

menetapkan jodohnya masing-masing agar tercipta ketenteraman dalam hidupnya.

Karena dari kedua jenis manusia ini masing-masing memiliki rasa ketertarikan

dan diberi dorongan seksual (syahwat) terhadap lawan jenisnya.

Ketertarikan kedua pasangan lawan jenis untuk kemudian dilanjutkan

melalui sebuah ikatan perkawinan agar hubungan keduanya menjadi leluasa dan

sah. Ajaran Islam sangat menganjurkan pernikahan dan meNomorlak adanya

kehidupan membujang (ruhbaniyah).

Kehidupan ruhbaniyah yang lurus dan mudah dalam ajaran Islam adalah

dengan dianjurkannya suatu pernikahan bagi pemeluknya. Dalam hadits riwayat

Bukhori Muslim, diceritakan ada tiga orang bersilaturahmi ke rumah Rasulullah

SAW, dan yang lain lagi berkata, aku akan menjauhi wanita, tidak akan kawin

selama hidupku.

Rasulullah SAW mendengar pembicaraan ketiga tamunya, kemudian

beliau bersabda yang artinya:

) مسلمالجما عة و رواه( ىمن فليس سنتى نع رغب فمن ساءالن وأتزوج .... “............... dan aku mengawini kaum wanita. Oleh karena itu, barangsiapa

yang tidak suka kepada sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku” 4.

                                                            4 Syaifullah, Poligami Antara Pro dan Kontra, (Bandung : Fokus Media, 1993), h. 5 

Page 17: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

8

Pernikahan adalah suatu ketentuan untuk mengikat hubungan lahir dan

bathin antara pria dan wanita. Karena itu, pernikahan sesuai dengan fitrah manusia

yang menghajatkan hubungan dengan lawan jenisnya. Bahkan Islam

mengharamkan seorang muslim untuk menahan diri dari perkawinan dengan niat

melakukan kehidupan membujang (celibacy). Perbuatan membujang seumur

hidup bagi pria dan wanita adalah perbuatan sangat menyimpang dari fitrah

kejadian manusia itu sendiri.

Pernikahan bukanlah satu ketentuan yang ditimbulkan dari hasil

pemikiran manusia, tetapi merupakan bagian yang di syari’atkan dalam Islam

untuk mengatur tata hidup dan pergaulan manusia di dunia. Oleh karena itu

pernikahan termasuk salah satu bentuk peribadatan kepada Allah yang berarti pula

melaksanakan syari’at Islam.

Adapun tujuan pernikahan itu menurut Islam adalah untuk:

a. Menegakkan dan menjunjung tinggi syari’at agama

b. Memelihara berlakunya hubungan biologis

c. Menjaga fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan

d. Mencapai ketentraman hidup

e. Mempererat serta memperluas hubungan persaudaraan

f. Memelihara kedudukan harta pusaka 5.

Hukum Islam ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara

perorangan maupun bermasyarakat, baik untuk kehidupan di dunia maupun di

akhirat. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai dengan terciptanya kesejahteraan

                                                            5 Syaifullah, Poligami Antara Pro dan Kontra, (Bandung : Fokus Media, 1993), h.21  

Page 18: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

9

keluarga., karena keluarga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat,

sehingga kesejahteraan masyarakat sangat bergantung kepada kesejahteraan

keluarga, kesejahteraan perorangan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan hidup

keluarganya 6.

Dalam kehidupan rumah tangga di mana terjadinya perpaduan antara dua

karakter yang berbeda, prinsip hidup yang berbeda pula, dan banyak lagi

perbedaan-perbedaan lainnya yang melatarbelakangi kepribadian suami maupun

istrinya, tentu bukan hal yang mustahil apabila terjadi keretakan hubungan di

antara keduanya. Selain itu faktor ketersaluran biologis yang tidak sempurna,

permasalahan keturunan yang tidak dapat dimiliki dalam sebuah keluarga, sering

pula menjadi pemicu terjadinya kerenggangan hubungan dalam ikatan

perkawinan.

Selain faktor-faktor di atas, realitas sosial dewasa ini juga telah mulai

mengalami pergeseran nilai, gelombang demoralisasi telah menumbuhkan

budaya-budaya ‘barat’ yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Seorang suami

atau istri yang melakukan perselingkuhan bukanlah hal asing yang diceritakan

saat ini.

Islam sebagai agama samawi terakhir, menawarkan solusi terbaik untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Adapun solusi yang ditawarkan

adalah poligami (ta’addud) bagi mereka yang mampu untuk melakukannya.

Bahkan poligami sebenarnya merupakan hukum asal dalam membangun mahligai

                                                            6 Abd. Rahman, Adil Terhadap Para Istri, (Jakarta : Darus Sunnah, 2005), h.13 

Page 19: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

10

keluarga bagi yang mampu melakukan keadilan dalam mengatur rumah tangga 7.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa ayat 3 yang

berbunyi:

“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim” .

Poligami bukanlah syari’at baru yang diperbolehkan dalam Islam.

Poligami merupakan budaya lama yang dimiliki bangsa Arab sebelumnya. Islam

datang untuk mengatur dan merapikan masalah poligami, sehingga tidak setiap

orang bisa melakukannya tanpa aturan, atau hanya untuk memenuhi syahwatnya

belaka 8.

Karena poligami merupakan hukum syariah yang tercantum di dalam Al-

Quran dan Hadis Nabi SAW secara jelas, maka penentangan atau peNomorlakan

terhadap kebolehan hukum poligami sebenarnya merupakan penentangan terhadap

hukum Allah SWT, dan inilah yang sebenarnya sedang terjadi. Peradaban

kapitalis dan propaganda Barat sendiri terus berupaya menjadikannya sebagai

senjata untuk menyerang Islam. Mereka telah menggambarkan hukum tentang

poligami sebagaimana hukum Islam yang lain seperti jihad dengan gambaran

yang keji dan busuk.                                                             

7 Rasyid Ridha, Tafsir Al-manar, (Mesir : Darul Ihya, tth), h. 82 8 Khalil Abdul Karim, Islam dan Sejarah Arab, (Yogyakarta ; LKIS, 2003), h.32 

Page 20: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

11

Hanya saja masalah poligami ini mendapat ganjalan dan serangan

bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam yang tidak memahami hakikat dan hikmah

hukum yang digariskan Allah SWT. Bagi yang kontra dengan masalah poligami,

beralasan bahwa poligami telah melakukan diskriminasi (pembedaan) antara laki-

laki dan perempuan, dengan poligami posisi perempuan seolah menjadi sangat

lemah. Apalagi pada zaman sekarang dimana aktivis gender dengan lantang

menyuarakan kesetaraan gender, poligami menjadi sebuah perbuatan yang paling

salah dimata mereka.

Diperlukan pemahaman yang komprehensif dari seluruh umat Islam

khususnya dalam memandang persoalan poligami. Poligami bukanlah sebuah

“kejahatan” melainkan sebuah kebijaksanaan sesuai tinjauan hukum Islam dan

positif. Poligami menjadi masalah yang paling kontroversial. Para ulama ortodoks

berpendapat bahwa poligami ini adalah bagian dari syari’at Islam, dan karenanya

pria boleh mempunyai istri hingga empat orang. Di pihak lain, kaum modernis

dan pejuang-pejuang Hak Asasi Wanita berpendapat bahwa poligami dibolehkan

hanya dalam kondisi tertentu dengan persyaratan yang ketat 9.

Umat Islam meyakini bahwa setiap hukum yang digariskan Allah SWT

senantiasa mengandung hikmah bagi manusia. Begitu juga dengan poligami,

disyariatkannya poligami dalam Islam adalah untuk menjawab problematika

sosial keluarga. Hal ini hanya akan terwujud apabila umat Islam itu sendiri

menyadari betul hakikat syariat Islam, serta menegakkan hukum-hukum ilahiyah

tersebut secara proporsional dan selaras dengan hukum positif.

Dalam Undang-Undang perkawinan pada pasal 41 poin (d) disebutkan

ketentuan boleh beristri lebih dari satu orang dengan melihat ada atau tidaknya

                                                            9 Abu Fikri, Istri-istri Nabi, (Jakarta : Trisedia, 2007), h.70 

Page 21: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

12

jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anak dengan

pernyataan perjanjian yang dibuat suami dengah bentuk ketetapan untuk itu10.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori-teori ilmiah atau

metode yang berlaku dalam penulisan ilmiah 11, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan

Nomorrmatif (tinjauan kepustakaan), yaitu dengan meneliti literatur-literatur yang

sesuai dengan kajian dalam skripsi ini. Pendekatan Nomorrmatif adalah

pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, produk-produk

hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.12

2. Sumber Data

a. Sumber Primer, sumber-sumber utama yang menjelaskan tentang konsep

keadilan dalam pernikahan poligami, baik dari sumber-sumber hukum

Islam maupun dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Dari sumber-sumber hukum Islam, sumber primer yang

dirujuk adalah penjelasan Al-Quran, Sunnah dan interpretasi terhadap

keduanya dari para ulama yang berkompeten. Adapun dari Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974, sumber primer yang dirujuk adalah materi

undang-undang tersebut disertai penjelasan-penjelasannya dan peraturan-

peraturan terkait dengannya.                                                             

10 UNDANG-UNDANG Perkawinan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), h.46 11 SoerjoNomor Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , (Jakarta : UIP, 1986), cet ke-III,

h. 43  12 SoerjoNomor Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Nomorrmatif; suatu tinjauan

singkat (Jakarta, PT Rajawali Press, 1995), cet. IV, h.13-14 

Page 22: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

13

b. Sumber Sekunder, yaitu buku-buku yang menunjang tema di atas, antara

lain: Buku Hitam Putih Poligami karya Eni Setiati, Poligami Berkah atau

Musibah karya Karim Hilmi Farhat Ahmad dan buku Poligami yang tak

melukai hati karya Abu Fikri.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh melalui kepustakaan

(library research), untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung tema dalam

penulisan ini yang diperoleh dari berbagai literatur13.

4. Analisis Data

Analisis merupakan suatu usaha untuk menentukan jawaban atas

pertanyaan dari rumusan masalah yang telah tersusun. Dalam penelitian ini akan

menghimpun data-data teoritik mengenai pandangan Islam dan Hukum Nasional

Indonesia (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan) tentang

poligami.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Proses Satuan (Unityzing)

Pada dasarnya satuan adalah alat untuk menghaluskan data satuan, yaitu data

yang menganalisa tentang satuan pembahasan dalam skripsi ini.

b. Penafsiran Data

Penafsiran data adalah memberikan penafsiran terhadap data-data yang telah

diproses sebelumnya. Penafsiran ini dilakukan sejak pengumpulan data atau

selama penelitian. Hasil dari penafsiran data ini nantinya membentuk sebuah

                                                            13 SoerjoNomor Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , (Jakarta : UIP, 1986), cet ke-III

h.12 

Page 23: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

14

kesimpulan akhir.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini disusun dalam lima bab, dimana tiap bab terdiri

dari beberapa sub bab. Sistematika merupakan uraian ringkas secara global terkait

hal-hal pokok yang dibahas, guna mempermudah dalam memahami dan melihat

hubungan suatu bab dengan yang lainnya.

Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut :

Bab Pertama berisikan pendahuluan dengan uraian mengungkapkan latar

belakang masalah kajian skripsi ini, perumusan masalah dan pembatasan masalah,

kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan terakhir sistematika penulisan.

Bab Dua berisikan perkawinan poligami dalam perspektif hukum Islam

dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dengan uraian

mengungkapkan Pengertian Perkawinan, tujuan dan hikmah perkawinan,

Pengertian poligami, Syarat-syarat poligami, hak istri yang dipoligami.

Bab Tiga berisikan pro dan kontra praktik perkawinan poligami dengan

uraian kondisi obyektif, praktik poligami versus ketidakadilan gender, Jumlah

maksimal istri yang boleh dipoligami.

Bab Empat berisikan analisis keadilan dalam perkawinan poligami

perspektif hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dengan uraian

analisis sosiologis yuridis poligami dalam hukum Islam, makna adila dalam

poligami perspektif hukum Islam, makna adil dalam poligami perspektif Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan analisis penulis.

Bab Lima berisikan Penutup dengan uraian kesimpulan, kritik dan saran.

Page 24: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

15

Page 25: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

BAB II

PERKAWINAN POLIGAMI

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan

Istilah Perkawinan dalam Al-Qur’an biasa menggunakan istilah ”nikah”

yang berarti ”berhimpun” dan ”zawwaja-tazwij” yang berarti ”berpasangan”. Dua

istilah ini menyiratkan makna kesetaraan secara ekstensial bagi laki-laki dan

perempuan, meskipun pada kenyataannya secara biologis mereka berbeda. Para

ulama Fiqh tidak membedakan arti zawaaj dan nikah, walaupun keduanya secara

etimologis memiliki perbedaan, menurut para ulama fiqh zawaaj dan nikah

memiliki arti yang sama yaitu akad perkawinan1.

Pernikahan secara terminologis didefinisikan sebagai akad yang

membolehkan kedua mempelai untuk mendapatkan kesenangan dari masing-

masing pasangan, sesuai dengan tuntutan syari’at.2

Persoalan pernikahan adalah persoalan manusia yang banyak seginya,

mencakup seluruh segi kehidupan manusia, mudah menimbulkan emosi dan

perselisihan. Karena itu adanya kepastian hukum bahwa telah terjadi suatu

perkawinan sangat diperlukan. Dalam hal ini telah terjadinya suatu aqad

                                                            1 Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad berpoligami, (Jakarta : PT. Buku Kita, 2007),

h.89  2 Arij Binti Abdul Rahman, Poligami, (Jakarta : Darus Sunnah, 2006), h.30 

15

Page 26: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

16

(perjanjian) pernikahan mudah diketahui dan mudah diadakan alat-alat buktinya,

sedang telah terjadinya suatu persetubuhan sulit mengetahuinya dan sukar

membuktikannya. Pemakaian kata “nikah” yang diartikan dengan “perjanjian

perikatan” dapat dilihat dalam surat Al-Nur ayat 32, surat Al-Baqarah ayat 221,

surat Al-Nisa ayat 21.

Perkawinan yang disyari’atkan oleh hukum Islam mempunyai beberapa

segi di antaranya: Pertama, segi ibadah ; perkawinan mempunyai unsur ibadah.

Melaksanakan perkawinan berarti melaksanakan sebahagian dari ibadah dan

berarti pula telah menyempurnakan sebahagian dari agama. Rasullah SAW

mencela dengan keras para sahabat yang ingin menandingi ibadatnya dengan cara;

berpuasa setiap hari, bangun setiap malam untuk beribadat, hidup menyendiri dan

tidak akan kawin, karena perbuatan yang demikian menyalahi sunnahnya,

sebagaimana dalam sabdanya :

) الجما عة ومسلم رواه( ىمن فليس سنتى نع رغب فمن ساءالن وأتزوج ....

 “............ dan aku mengawini wanita. Maka barang siapa yang membenci sunnahku bukanlah ia termasuk (umat) ku”. (HR. Jama’ah dan Muslim).3

Kedua, segi hukum; perkawinan merupakan suatu perjanjian yang kuat

(QS.Al-Nisa’; 21), dalam arti perkawinan tidak dapat dilangsungkan tanpa

persetujuan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan akibat perkawinan, masing-

masing pihak terikat oleh hak dan kewajiban, bagi suami yang hendak

berpoligami ditentukan syarat-syaratnya, termasuk jika terjadi pemutusan

hubungan perkawinan harus melalui prosedur dan alasan-alasan kuat.

                                                            3 Mustofa M. Imaroh, Jawahirul Bukhari, (Beirut Libanon : Darul Ihya, 1940), h.285-286 

Page 27: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

17

Ketiga, segi sosial; perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang

diliputi rasa saling cinta mencintai dan rasa kasih sayang antara sesama anggota

keluarga. Karena itu Rasulullah Saw melarang kerahiban, hidup menyendiri

dengan tidak kawin yang menyebabkan tidak mendapatkan keturunan, keluarga

dan melenyapkan umat.

Berdasarkan penjelasan makna nikah dari berbagai segi sebagaimana

yang dikemukakan di atas, dapatlah dirumuskan bahwa perkawinan adalah

perjanjian perikatan antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan untuk

melaksanakan kehidupan suami istri, hidup berumah tangga, melanjutkan

keturunan sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum agama.

Dalam Bab 1 pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan

didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4

Definisi perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan

Hukum Islam sebagaimana tercantum di atas, tidaklah memiliki perbedaan yang

signifikan. Pertalian seorang laki-laki dan perempuan yang dikukuhkan dalam

sebuah akad menjadi ciri pokok dalam perkawinan.

Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dapat

dikatakan sah apabila sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing,

dimana agama dan kepercayaannya tersebut juga tidak bertentangan dengan

perundang-undangan yang berlaku.

                                                            4 UNDANG-UNDANG Pokok Perkawinan No 1 tahun 1974, (Jakarta : Sinar Grafika,

2000), h.3  

Page 28: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

18

Dengan demikian, tentu konsep perkawinan dalam Islam tidak akan

berbeda dengan yang tertera dalam undang-undang, yang membedakan hanya

dalam detail syarat atau rukunnya saja. Hal ini dimungkinkan karena Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, tidak hanya diberlakukan bagi

mereka yang beragama Islam tetapi juga bagi penganut agama lain. Undang-

undang mensyaratkan adanya pencatatan melalui petugas dari Kantor Urusan

Agama, sedangkan Islam tidak mensyaratkan itu.

B. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Tujuan perkawinan dalam hukum Islam dapat dipahami dari pernyataan

Al-Qur’an yang menegaskan bahwa di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Swt

ialah bahwa ia menciptakan istri-istri bagi para lelaki dari jenis mereka sendiri,

agar mereka merasa tenteram (sakinah). Kemudian Allah menjadikan atau

menumbuhkan perasaan cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah) di antara

mereka, yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi

mereka yang mau berfikir. Dalam ayat lain mengisyaratkan bahwa para istri

adalah pakaian (libas) bagi para suami, demikian pula sebaliknya, para suami

adalah pakaian bagi para istri.

“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”

Kehidupan yang tenteram (sakinah) di balut dengan perasaan cinta kasih

yang ditopang saling pengertian di antara suami istri, karena baik suami atau istri

menyadari bahwa masing-masing sebagai “pakaian” bagi pasangannya. Itulah

yang sesungguhnya merupakan tujuan utama disyari’atkannya perkawinan.

Page 29: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

19

Suasana kehidupan keluarga yang demikian, dapat diwujudkan dengan mudah

apabila perkawinan dibangun di atas dasar yang kokoh, antara lain antara suami

istri ada dalam sekufu’ (kafa’ah). Pentingnya kafa’ah dalam perkawinan sangat

selaras dengan tujuan perkawinan di atas yaitu suatu kehidupan suami istri yang

betul-betul sakinah dan bahagia.

Suami istri yang sakinah dan bahagia akan mampu mengembangkan

hubungan yang intim dan penuh kemesraan, yang pada gilirannya akan

melahirkan generasi pelanjut yang bertaqwa.

Perkawinan disamping bertujuan melestarikan keturunan yang baik,

juga untuk mendidik jiwa manusia agar bertambah rasa kasih sayangnya,

bertambah kelembutan jiwa dan kecintaannya, dan akan terjadi perpaduan

perasaan antara dua jenis kelamin. Sebab antara keduanya ada perbedaan cita rasa,

emosi kesanggupan mencintai, kecakapan dan lain-lain.5

Tujuan perkawinan menurut hukum Islam tidak jauh berbeda dengan

yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, di mana dalam Bab

1 Pasal 1 undang-undang tersebut dikatakan bahwa tujuan perkawinan adalah

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka yang perlu untuk dilakukan

oleh suami istri adalah saling melengkapi dalam setiap kekurangan, saling

menyayangi dan mengasihi. Hal ini tentu dipengaruhi ketika awal mereka

memutuskan untuk menikah. Oleh sebab itu, undang-undang juga mengatakan

                                                            5 Arij binti Abdul rahman, Adil terhadap Para Istri, (Jakarta : Darus Sunnah, 2002), h.32 

Page 30: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

20

bahwa pernikahan yang terjadi harus dilakukan atas dasar suka sama suka tidak

ada paksaan dari pihak manapun.

Hikmah perkawinan sangat berkaitan erat dengan tujuan manusia

diciptakannya ke muka bumi. Tuhan menciptakan manusia dengan tujuan untuk

memakmurkan bumi, di mana bumi dan segala isinya diciptakan untuk

kepentingan manusia. Oleh karena itu, demi kemakmuran bumi secara lestari,

kehadiran manusia sangat diperlukan sepanjang bumi masih ada. Pelestarian

keturunan manusia merupakan sesuatu yang mutlak, sehingga eksistensi bumi di

tengah-tengah alam semesta tidak menjadi sia-sia. Pelestarian manusia secara

wajar dibentuk melalui perkawinan. Maka, demi memakmurkan bumi,

perkawinan mutlak diperlukan. Ia merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran

bumi.

Kehidupan manusia laki-laki tidak akan rapi, tenang dan mengasyikkan,

kecuali dikelola dengan sebaik-baiknya. Itu bisa diwujudkan jika ada tangan

terampil dan profesional, yaitu tangan-tangan lembut kaum perempuan, yang

memang secara naluriah mampu mengelola rumah tangga secara baik, rapi dan

wajar. Karena itu perkawinan disyari’atkan bukan hanya demi memakmurkan

bumi, tetapi tak kalah penting adalah supaya kehadiran manusia yang teratur dan

rapi dapat tercipta. Kehadiran perempuan di sisi lelaki (suami) melalui

perkawinan sangatlah penting.

C. Pengertian Poligami

Istilah poligami berasal dari bahasa Latin polygamia (poly dan gamia)

atau gabungan kata bahasa Yunani poly dan gamy dari akar kata polus (banyak)

Page 31: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

21

dan gamos (kawin). Jadi secara harfiah poligami berarti perkawinan dalam jumlah

banyak. Sedangkan secara terminologi poligami adalah suatu praktik atau kondisi

(perkawinan) lebih dari satu istri, suami, pasangan, yang dilakukan pada satu

waktu (bersamaan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, poligami

didefinisikan sebagai sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau

mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.6

Jika menilik definisi poligami di atas, tampak tidak ada perbedaan istilah

antara perkawinan yang dilakukan oleh pria (suami) atau wanita (istri), apabila

dilakukan lebih dari satu pasangan dan dilakukan pada saat bersamaan (masih

dalam ikatan perkawinan dengan pasangan lain), maka praktik tersebut masuk

dalam cakupan terminologi poligami.

Namun di kalangan umum, istilah ini justru sering dibatasi wilayah

penggunaannya khusus bagi perkawinan jamak yang dilakukan seorang pria

(suami). Padahal bentuk perkawinan yang terakhir disebut ini secara terminologi

dikenal dengan istilah poligini, yaitu sistem perkawinan yang membolehkan

seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang

bersamaan. Sedangkan poliandri adalah sistem perkawinan yang membolehkan

seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu yang

bersamaan. Adapun lawan kata poligami adalah monogami, yang secara simpel

dapat diartikan dengan perkawinan tunggal (hanya ada satu ikatan perkawinan).7

Secara terminologi, monogami memiliki dua pengertian:

                                                            6 DEPDIKBUD, Poligami Aspek yang Dituju, (Jakarta : Dikbud, 2001), h.600 7 Abdul Aziz Dahlan, et. all ; Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van

Haove, 2003), h.1185 

Page 32: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

22

1. Suatu kebiasaan atau kondisi dari perkawinan yang dilakukan hanya pada satu

orang (pasangan) pada satu waktu.

2. Suatu keadaan dimana perkawinan satu pasangan berlangsung bagi seumur

hidup.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah monogami telah mengalami

penyempitan cakupan. Dalam hal ini monogami diartikan sebagai sistem yang

memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu istri pada jangka waktu

tertentu. Untuk pengertian yang relatif sama juga digunakan istilah lain, yakni

monogini.

D. Syarat-Syarat Poligami

Islam tidak menjadikan poligami sebagai sebuah kewajiban atau hal yang

disunahkan bagi kaum Muslim, tetapi hanya menjadikannya sebagai sesuatu yang

mubah, yakni boleh dilakukan jika memang dipandang perlu.

Karena poligami merupakan hukum syariah yang tercantum di dalam al-

Quran dan Hadis Nabi SAW secara jelas, maka penentangan atau penolakan

terhadap kebolehan hukum poligami sebenarnya merupakan penentangan terhadap

hukum Allah SWT, dan inilah yang sebenarnya sedang terjadi. Peradaban

kapitalis dan propaganda barat sendiri terus berupaya menjadikannya sebagai

senjata untuk menyerang Islam. Mereka telah menggambarkan hukum tentang

poligami sebagaimana hukum Islam yang lain seperti jihad dengan gambaran

yang keji dan busuk.

Kebolehan untuk melakukan poligami tentu tidak serta merta seorang

suami bebas melakukan poligami tanpa memperhatikan aturan-aturan yang mesti

Page 33: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

23

dipenuhinya. Merujuk pada pasal 5 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974 menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suami yang akan

melakukan poligami, yaitu:

a. Harus ada persetujuan istri pertama

b. Harus ada kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri

dan anak-anak mereka (material)

c. Harus ada jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka (immaterial).8

Adapun dalam syari’at agama Islam, syarat bagi seorang suami yang

akan melakukan poligami juga tidak jauh berbeda dengan yang tercantum dalam

Pasal 4 Undang-Undang Pekawinan Nomor 1 Tahun 1974, hal ini tercantum

dalam Q.S An-Nisaa Ayat 3:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu meiliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Diantara keagungan ayat ini tampak jelas bahwa bolehnya poligami dan

pembatasanya dengan empat orang datang dengan dibarengi kekhawatiran berlaku

zhalim kepada perempuan yatim.9

                                                            8 Eni Setiani, Syarat Poligam, (Jakarta : Pustaka Buana, 2007), h.29 9 Karan Hilmi Farhat, Poligami Nabi, (Bandung : Logos, 2007), h.21 

Page 34: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

24

Berkenaan dengan ayat ini, ada beberapa hal yang perlu dipahami.

Pertama: ayat ini diturunkan kepada Nabi SAW, pada tahun kedelapan Hijriah,

yaitu untuk membatasi jumlah istri pada batas maksimal empat orang saja.

Sebelum ayat ini diturunkan, jumlah istri bagi seorang pria tidak ada batasannya.

Ayat tersebut juga memerintahkan agar seorang suami yang berpoligami berlaku

adil di antara istri-istrinya. Namun demikian, ayat tersebut lebih menganjurkan

agar membatasi jumlah istri pada bilangan satu orang, jika memang ada

kekhawatiran tidak dapat berlaku adil. Sikap semacam ini harus dimiliki oleh

setiap Muslim.

Kedua: perlu digarisbawahi bahwa keadilan menjadi syarat bagi

kebolehan untuk melakukan poligami. Hukum ini wajib dimiliki oleh seorang

suami dalam kehidupan berpoligami, di samping merupakan dorongan untuk

membatasi jumlah istri pada satu wanita saja, jika memang ada kekhawatiran

tidak dapat berlaku adil. Patut ditegaskan, dalam Fiqh Islam, istilah syarat itu

digunakan untuk menunjuk pada kondisi atau perbuatan yang menjadi bagian dari

perbuatan yang dipersyaratkan.

Syarat ini biasanya harus dipenuhi sebelum perbuatan yang

dipersyaratkan itu dikerjakan. Suci dari hadats dan najis, misalnya, merupakan

syarat sah shalat. Kondisi tersebut harus dipenuhi sebelum shalat dan terus

berlangsung sepanjang shalat dikerjakan. Realitas syarat semacam ini tentu tidak

tepat jika dikaitkan dengan sifat adil suami yang ingin berpoligami. Andai adil

merupakan syarat sah poligami, lalu bagaimana mungkin syarat itu bisa dipenuhi

Page 35: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

25

sebelum akad nikah terjadi, sementara perlakuan adil itu baru bisa dilakukan

setelah pernikahan.

Ketiga: pengertian adil dalam ayat di atas berbentuk umum, yakni

mencakup setiap bentuk keadilan. Akan tetapi, kata yang bersifat umum ini

kemudian ditakhsîs (diperlakukan secara khusus), yaitu bahwa keadilan yang

dimaksud hanya yang berada dalam batas-batas kemampuan manusia.

Sebagaimana arti surat An Nisa ayat 129 yang berbunyi ”Dan sekali-kali tidak

akan dapat berlaku adil diantara istri-istrimu walaupun sangat ingin berbuat

demikian” .

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 4 dijelaskan

pengadilan dapat memberikan izin kepada seseorang yang ingin melakukan

poligami apabila terpenuhinya alasan-alasan sebagai berikut, yaitu;

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri

2. Istri mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Atas dasar ketentuan di atas, tentu sedikit berbeda dengan ketentuan

poligami yang berlaku dalam Islam, di mana Islam hanya mensyaratkan adil

sebagai syarat untuk melakukan poligami.

Keadilan yang diwajibkan atas seorang suami adalah bersikap seimbang

di antara para istrinya sesuai dengan kemampuannya, yaitu dalam hal bermalam

atau memberi makan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain, bukan dalam masalah

cinta dan kasih sayang yang memang berada di luar kemampuan manusia.

Page 36: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

26

Bersikap adil sebagai syarat utama dalam poligami tidak mudah, karena

dalam perkawinan poligami terdapat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh

suami kepada istrinya yang lebih dari satu tersebut. Hal ini tidak akan mudah

terpenuhi apabila suami tidak memiliki sifat dan sikap yang cukup layak untuk

melakukan poligami.

E. Hak Istri yang Dipoligami

Poligami merupakan syari’at Islam yang akan berlaku sepanjang zaman

hingga hari akhir. Poligami diperbolehkan dengan syarat sang suami memiliki

kemampuan untuk adil di antara para istri, sebagaimana tercantum dalam Al-

Qur’an Surat An-Nisa ayat 3:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Berlaku adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya, yaitu dengan

memberikan kepada masing-masing istri hak-haknya. Adil di sini lawan dari

curang, yaitu memberikan kepada seseorang kekurangan hak yang dipunyainya

dan mengambil dari yang lain kelebihan hak yang dimilikinya. Jadi adil dapat

diartikan persamaan.

Page 37: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

27

Berdasarkan hal ini maka adil antar para istri adalah menyamakan hak

yang ada pada para istri dalam perkara-perkara yang memungkinkan untuk

disamakan didalamnya. Dengan kata lain adil adalah memberikan sesuatu kepada

seseorang sesuai dengan haknya.

Seorang suami yang ingin melakukan poligami hendaknya merenungkan

hikmah-hikmahnya, memperhatikan keadaannya, dan hajat atau tingkat kebutuhan

dirinya, serta sejauh mana kesesuaian poligami tersebut untuk dirinya. Sebab

walaupun poligami dalam Islam diperbolehkan tetapi seyogyanya ada syarat-

syarat yang mendorong kesana, antara lain:

1. Prilaku istri yang buruk. Adakalanya istri dalam berinteraksi dengan suaminya

berprilaku buruk yang mendorong suaminya untuk melakukan poligami

daripada menceraikannya.

2. Menginginkan keturunan. Mungkin dikarenakan istrinya tersebut tidak dapat

memberikannya keturunan.

3. Kondisi kesehatan istri yang sering sakit-sakitan, sehingga pada titik tertentu

tidak dapat melayani kebutuhan seksual suami. Walaupun perlu diperhatikan

kebutuhan seksual tersebut bukan semata untuk alasan pemenuhan syahwat

duniawi saja.

4. Alasan mencari pahala, ia menikahi perempuan untuk memeliharanya,

menjaga kesuciannya, merawatnya dan menjaganya dari tangan-tangan yang

mengusiknya dengan keburukan.10

                                                            10 Abu Umar Basyir, Poligami yang Tidak Melukai, (Jakarta : Mizan, 2007), h.44 

Page 38: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

28

Bagi suami yang telah melakukan poligami, maka ia diwajibkan untuk

memenuhi hak-hak istrinya. Adapun diantara hak setiap istri yang dipoligami

adalah sebagai berikut:

a. Memiliki rumah sendiri

Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri. Allah

Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 33, yang artinya,

“Menetaplah kalian (wahai istri-istri Nabi) di rumah-rumah kalian”. Dalam ayat

ini Allah SWT menyebutkan rumah Nabi SAW dalam bentuk jamak, sehingga

dapat dipahami bahwa rumah beliau tidak hanya satu.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Aisyah Radhiyallahu

'Anha menceritakan bahwa ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sakit

menjelang wafatnya, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, “Dimana aku

besok? Di rumah siapa?” Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menginginkan di

tempat Aisyah Radhiyallahu 'Anha, oleh karena itu semua istri mengizinkan untuk

dirawat di mana pun beliau menginginkannya, maka dirawat di rumah Aisyah

sampai ahirnya wafat di sisi Aisyah. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

meninggal di hari giliran Aisyah. Allah mencabut ruhnya dalam keadaan kepala

beliau bersandar di dada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Ibnu Qudamah

Rahimahullah menjelaskan dalam kitab Al Mughni bahwasanya tidak pantas

seorang suami mengumpulkan dua orang istri dalam satu rumah tanpa ridha dari

keduanya.11

                                                            11 Arij binti Abdul rohman, Adil terhadap Para Istri, (Jakarta : Darus Sunnah, 2006), h.224 

Page 39: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

29

Hal ini dikarenakan dapat menjadikan penyebab kecemburuan dan

permusuhan di antara keduanya. Masing-masing istri dimungkinkan untuk

mendengar desahan suami yang sedang menggauli istrinya, atau bahkan

melihatnya. Namun jika para istri ridha apabila mereka dikumpulkan dalam satu

rumah, maka tidaklah mengapa. Bahkan jika keduanya ridha jika suami mereka

tidur diantara kedua istrinya dalam satu selimut tidak mengapa. Namun seorang

suami tidaklah boleh menggauli istri yang satu di hadapan istri yang lainnya

meskipun ada keridhaan diantara keduanya.

b. Menyamakan Para Istri dalam masalah Giliran

Setiap istri harus mendapat jatah giliran yang sama. Imam Muslim

meriwayatkan hadits yang artinya Anas bin Malik menyatakan bahwa Nabi

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memiliki 9 istri.12 Kebiasaan Rasulullah

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bila menggilir istri-istrinya, beliau mengunjungi

semua istrinya dan baru behenti (berakhir) di rumah istri yang mendapat giliran

saat itu.

Ketika dalam bepergian, jika seorang suami akan mengajak salah seorang

istrinya, maka dilakukan undian untuk menentukan siapa yang akan ikut serta

dalam perjalanan. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Aisyah Radhiyallahu

'Anha menyatakan bahwa apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hendak

safar, beliau mengundi di antara para istrinya, siapa yang akan Rasulullah

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sertakan dalam safarnya.

                                                            12 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut Libanon ; Darul Kutub, 1982), juz III, h.1249 

Page 40: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

30

Rasulullah SAW, biasa menggilir setiap istrinya pada hari dan

malamnya, kecuali Saudah bintu Zam’ah karena jatahnya telah diberikan kepada

Aisyah Radhiyallahu'Anha. Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa seorang

suami diperbolehkan untuk masuk ke rumah semua istrinya pada hari giliran salah

seorang dari mereka, namun suami tidak boleh menggauli istri yang bukan waktu

gilirannnya.

Seorang istri yang sedang sakit maupun haid tetap mendapat jatah giliran

sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Aisyah

Radhiyallahu 'Anha menyatakan bahwa jika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa

Sallam ingin bermesraan dengan istrinya namun saat itu istri Rasulullah

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang haid, beliau memerintahkan untuk menutupi

bagian sekitar kemaluannya.

Seorang suami tidak boleh keluar untuk menuju rumah istri yang lain

yang bukan gilirannya pada malam hari kecuali keadaan darurat. Larangan ini

disimpulkan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menceritakan

bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di rumah Aisyah

Radhiyallahu 'Anha, tidak lama setelah beliau berbaring, beliau bangkit dan keluar

rumah menuju kuburan Baqi sebagaimana diperintahkan oleh Jibril alaihi wa

sallam. Aisyah Radhiyallahu 'Anha kemudian mengikuti beliau karena menduga

bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam akan pergi ke rumah istri yang

lain. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pulang dan mendapatkan

Aisyah Radhiyallahu 'Anha dalam keadaan terengah-engah, Rasulullah SAW,

Page 41: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

31

bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'Anha, “Apakah Engkau menyangka Allah

dan Rasul-Nya akan berbuat tidak adil kepadamu?”

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menyatakan tidak dibolehkannya

masuk rumah istri yang lain di malam hari kecuali darurat, misalnya si istri sedang

sakit. Jika suami menginap di rumah istri yang bukan gilirannya tersebut, maka

dia harus mengganti hak istri yang gilirannya diambil malam itu. Apabila tidak

menginap, maka tidak perlu menggantinya.

Rasulullah SAW, dalam hal tersebut dikembalikan kepada ‘urf, yaitu

kebiasaan yang dianggap wajar oleh daerah setempat. Jika mendatangi salah satu

istri tidak pada waktu gilirannya, baik waktu siang atau malam tidak dianggap

suatu kezaliman dan ketidakadilan, maka hal tersebut tidak apa-apa. Dalam hal

tersebut, urf sebagai penentu karena masalah tersebut tidak ada dalilnya

c. Wajib menyamakan nafkah

Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri-sendiri, hal ini

berkonsekuensi bahwa mereka makan sendiri-sendiri, namun bila istri-istri

tersebut ingin berkumpul untuk makan bersama dengan keridhaan mereka maka

tidak apa-apa.

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa bersikap adil dalam nafkah dan

pakaian menurut pendapat yang kuat, merupakan suatu kewajiban bagi seorang

suami. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu

mengabarkan bahwa Ummu Sulaim mengutusnya menemui Rasulullah

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan membawa kurma sebagai hadiah untuk

Page 42: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

32

Rasulullah SAW, Kemudian kurma tersebut untuk dibagi-bagikan kepada istri-

istri beliau segenggam-segenggam.13

 

 

                                                            13 Arij binti Abdul Rahman, Adil terhadap Para Istri, (Jakarta : Darus Sunnah, 2006), h.242 

Page 43: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

32

BAB III

PRO DAN KONTRA PRAKTEK PERKAWINAN

POLIGAMI

A. Kondisi Obyektif

Poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling

banyak diperdebatkan sekaligus kontroversial. Poligami ditolak dengan berbagai

macam argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis bahkan selalu

dikaitkan dengan ketidakadilan gender.

Dalam perkembangannya, isu poligami dijadikan sebagai pintu masuk

kelompok liberal untuk ‘membina dan mencerahkan’ masyarakat agar tumbuh

semangat perlawanan terhadap syariah Islam. Mereka berupaya membangkitkan

emosi umat, khususnya kalangan perempuan, untuk bersama-sama menolak

poligami, sebagai salah satu kebolehan dari syariah Islam. Kelompok liberal ini

memang sudah lama berupaya untuk memporak-porandakan syariah Islam dari

berbagai pintu, termasuk pintu poligami.

Poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling

banyak diperdebatkan. Para penulis barat sering mengklaim bahwa poligami

adalah bukti bahwa ajaran Islam dalam bidang perkawinan sangat diskriminatif

terhadap perempuan. Poligami dikampanyekan karena dianggap memiliki

32

Page 44: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

33

sandaran normatif yang tegas dan dipandang sebagai salah satu alternatif untuk

menyelesaikan fenomena selingkuh dan prostitusi.1

Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan

peradaban manusia itu sendiri. Sebelum Islam datang ke Jazirah Arab, poligami

merupakan sesuatu yang telah mentradisi bagi masyarakat Arab. Poligami masa

itu dapat disebut poligami tak terbatas, bahkan lebih dari itu tidak ada gagasan

keadilan di antara para istri. Suamilah menentukan sepenuhnya siapa yang ia

sukai dan siapa yang ia pilih untuk dimiliki secara tidak terbatas. Istri-istri harus

menerima takdir mereka tanpa ada usaha memperoleh keadilan.2

1. Pengakuan Pelaku Poligami "I am a Second Wife"3

Masa SMU wanita Amerika itu hancur tatkala dirinya hamil diusia 17

tahun. Ia terpaksa menjadi 'single mother' diusia muda. Namun hidupnya merasa

nyaman setelah menjadi istri kedua seorang pria Muslim Oleh M. Syamsi Ali.

Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum yang diadakan setiap Sabtu di

Islamic Center New York kedatangan peserta baru. Pertama kali memasuki

ruangan itu Ismil sangka wanita Bosnia. Dengan pakaian Muslimah yang sangat

rapih, blue eyes, dan kulit putih bersih. Pembawaannya pun sangat pemalu, dan

seolah seseorang yang telah lama paham etika Islam.

Huda, demikianlah wanita belia itu memanggil dirinya. Menurutnya, baru

saja pindah ke New York dari Michigan ikut suami yang berkebangsaan Yaman.

Suaminya bekerja pada sebuah perusahaan mainan anak-anak (toys).

1 Amir Nurudin dan Azhari, Perempuan Korban Poligami, (Solo : Rumah Dzikir, 2004),

h.156 2 Karam Hilmi Farhat, Poligami Nabi, (Bandung : Logos, 2007), h.17 3 Diakses di www.hidayatullah.com, 5 April 2010 pkl. 19.00

Page 45: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

34

Tak ada menyangka bahwa wanita itu baru masuk Islam sekitar 7 bulan

silam. Huda, yang bernama Amerika Bridget Clarkson itu, adalah mantan pekerja

biasa sebagai kasir di salah satu tokoh di Michigan. Di toko inilah dia pertama

kali mengenal nama Islam dan Muslim.

Biasanya ketika Ismail menerima murid baru untuk bergabung pada kelas

untuk new reverts, ia tanyakan proses masuk Islamnya, menguji tingkatan

pemahaman agamanya, dll. Ketika Ismail tanyakan ke Huda bagaimana proses

masuk Islamnya, dia menjawab dengan istilah-istilah yang hampir tidak

menunjukkan bahwa dia baru masuk Islam. Kata-kata “alhamdulillah”.”Masya

Allah” dst, meluncur lancar dari bibirmya.

Dengan berlinang air mata, tanda kebahagiaannya, Huda menceritakan

proses dia mengenal Islam. “I was really trapped by jaahiliyah (kejahilan)”,

mengenang masa lalunya sebagai gadis Amerika. “I did not even finish my High

School and got pregnant when I wan only 17 years old”, katanya dengan suara

lirih. Menurutnya lagi, demi menghidupi anaknya sebagai ‘a single mother’ dia

harus bekerja. Pekerjaan yang bisa menerima dia hanyalah grocery kecil di

pinggiran kota Michigan.

Suatu ketika, toko tempatnya bekerja kedatangan costumer yang spesial.

Menurutnya, pria itu sopan dan menunjukkan ‘respek’ kepadanya sebagai kasir.

Padahal, biasanya, menurut pengalaman, sebagai wanita muda yang manis, setiap

kali melayani pria, pasti digoda atau menerima kata-kata yang tidak pantas.

Hingga suatu ketika, dia sendiri berinisiatif bertanya kepada costumernya ini,

siapa namanya dan tinggal di mana.

Page 46: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

35

Mendengar namanya yang asing, Abdu Tawwab, Huda semakin bingung.

Sebab nama ini sendiri belum pernah didengar. Sejak itu pula setiap pria ini

datang ke tokonya, pasti disempatkan bertanya lebih jauh kepadanya, seperti kerja

di mana, apa tinggal dengan keluarga, dll.

Perkenalannya dengan pria itu ternyata semakin dekat, dan pria itu juga

semakin baik kepadanya dengan membawakan apa yang dia sebut ‘reading

materials as a gift”. Huda mengaku, pria itu memberi berbagai buku-buku kecil

(booklets). Dan hanya dalam masa sekitar tiga bulan ia mempelajari Islam,

termasuk berdiskusi dengan pria tersebut. Huda merasa bahwa inilah agama yang

akan menyelamatkannya.

“Pria tersebut bersama isterinya, yang ternyata telah mempunyai 4 orang

anak, mengantar Ismail ke Islamic Center terdekat di Michigan. Imam Islamic

Center itu menuntun Ismail menjadi seorang Muslimah, alhamdulillah!”, kenang

Huda dengan muka yang ceria.

Tapi untuk minggu-minggu selanjutnya, kata Huda, ia tidak komunikasi

dengan pria tersebut. Huda mengaku justeru lebih dekat dengan isteri dan anak-

anaknya. Kebetulan lagi, anaknya juga berusia tiga tahun, maka sering pulalah

mereka bermain bersama. “Huda sendiri belajar shalat, dan ilmu-ilmu dasar

mengenai Islam dari Sister Shaima, nama isteri pria yang mengenalkannya pada

Islam itu.

Suatu hari, dalam acara The Islamic Forum, minggu lalu, datang seorang

tamu dari Bulgaria. Wanita dengan bahasa Inggris seadanya itu mempertanyakan

keras tentang konsep poligami dalam Islam. Bahkan sebelum mendapatkan

Page 47: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

36

jawaban, perempuan ini sudah menjatuhkan vonis bahwa “Islam tidak menghargai

sama sekali kaum wanita”, katanya bersemangat.

Huda, yang biasanya duduk diam dan lebih banyak menunduk, tiba-tiba

angkat tangan dan meminta untuk berbicara. Ismail cukup terkejut. Selama ini,

Huda tidak akan pernah menyelah pembicaraan apalagi terlibat dalam sebuah

dialog yang serius. Ismail hanya biasa berfikir kalau Huda ini sangat terpengaruh

oleh etike Timur Tengah, di mana kaum wanita selalu menunduk ketika

berpapasan dengan lawan jenis, termasuk dengan gurunya sendiri. “I am sorry

Imam Shamsi”, dia memulai. “I am bothered enough with this woman’s

accusation”, katanya dengan suara agak meninggi. Ismail segera menyelah: “What

bothers you, sister?”. Dia kemudian menjelaskan panjang lebar kisah hidupnya,

sejak masa kanak-kanak, remaja, hingga kemudian hamil di luar nikah, bahkan

hingga kini tidak tahu siapa ayah dari anak lelakinya yang kini berumur hampir 4

tahun itu.

Tapi yang sangat mengejutkan Ismail dan banyak peserta diksusi hari itu

adalah ketika mengatakan: “I am a second wife.” Bahkan dengan semangat dia

menjelaskan, betapa dia jauh lebih bahagia dengan suaminya sekarang ini, walau

suaminya itu masih berstatus suami wanita lain dengan 4 anak. “I am happier

since then“, katanya mantap.

Dia seolah berdakwah kepada wanita Bulgaria tadi: “Don’t you see what

happens to the western women around? You are strongly opposing polygamy,

which is halaal, while keeping silence to free sex that has destroyed our people”

,jelasnya. Huda kemudian menyelah dan menjelaskan kata “halal” kepada wanita

Page 48: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

37

Bulgaria itu. “I know, people may say, I have a half of my husband. But that’s not

true“, katanya.

Lebih jauh dia menjelaskan bahwa poligami bukan hanya masalah suami

dan isteri. Poligami dan kehidupan keluarga menurutnya, adalah masalah

kemasyarakatan. Dan jika seorang isteri rela suaminya beristeri lagi demi

kemaslahatan masyarakat, maka itu adalah bagian dari pengorbanannya bagi

kepentingan masyarakat dan agama.

Kami yang dari tadi mendengarkan penjelasan Huda itu hanya ternganga.

Hampir tidak yakin bahwa Huda adalah isteri kedua, dan juga hampir tidak yakin

kalau Huda yang pendiam selama ini ternyata memiliki pemahaman agama yang

dalam. Ismail kemudian bertanya kepada Huda: “So who is your husband?”

Dengan tertawa kecil dia menjawab “the person who introduced me to Islam”.Dan

lebih mengejutkan lagi:

“his wife basically suggested us to marry”, menutup pembicaraan hari

itu.

Diskusi Islamic Forum hari itu kita akhiri dengan penuh bisik-bisik. Ada

yang setuju, tapi ada pula yang cukup sinis. Yang pasti, satu lagi rahasia terbuka.

Ismail sendiri hingga hari ini belum pernah ketemu dengan suami Huda karena

menurutnya, “he is a shy person. He came to the Center but did not want to talk to

you”, kata Huda ketika Ismail menyatakan keinginan untuk ketemu suaminya.

“Huda, may Allah bless you and your family. Be strong, many challenges

lay ahead in front of you”, nasehatku. Doa kami menyertaimu Huda, semoga

dikuatkan dan dimudahkan!

Page 49: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

38

2. Pengakuan Dr. Gina Puspita : "Anak Ismail Senang Memiliki Ibu yang

Banyak"4

Dr. Gina Puspita, bercerita seputar pengalamannya praktik poligami

dengan sang suami, Dr. Abdurahman Riesdam Efendi. Ini cerita pengalaman

indahnya sudah hampir sepekan wacana poligami secara terus-menerus diulas di

berbagai media massa. Banyak yang setuju dan tak sedikit yang sinis. Diantara

yang sinis, tentu saja para aktivis perempuan dan para pengagum feminisme.

Sabtu (9/12) kemarin, Koalisi Perempuan dan sejumlah lembaga swadaya

masyarakat (LSM) menolak praktik poligami. Alasannya, poligami melanggar

hak-hak perempuan serta rawan terhadap kekerasan psikis dan fisik. Benarkah?

Kali ini hidayatullah.com mewawancarai Dr. Gina Puspita. Sebelum

ramai-ramai berkembang wacana poligami, istri pertama Dr. Abdurahman

Riesdam Efendi ini boleh jadi diantara sekian Muslimah yang merasakan sendiri

pengalaman “dimadu”. Tidak seperti umumnya pria yang ingin menikah lagi, ia

mencarikan sendiri calon untuk pasangan suaminya itu.

Tahun 1995, Abdurahman menikah lagi untuk yang kedua dengan

Basyiroh Cut Mutia. Enam tahun kemudian, ia menikah yang ketiga dengan Siti

Salwa asal Malaysia. Dan yang terakhir, menikah dengan Fatimah. Praktis ia

memiliki empat orang istri.

Jangan keliru, semua istri mudanya ini bukan pilihan sang suami, justru

pilihan Gina alias sang istri pertamanya. Tak seperti dugaan aktivis perempuan

selama ini, di mana poligami dianggap begitu rendah dan rawan konflik. Mereka

4 Diakses di www.hidayatullah.com, 5 April 2010 pkl. 19.15

Page 50: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

39

berempat justru sangat rukun dan bahagia. Bahkan bekerja di kantor yang sama

dan tinggal seatap, tanpa ada masalah.

''Kalau suami sedang dengan istri yang lain, kami bertiga ngobrol-

ngobrol di satu kamar,'' tutur kepada sebuah media Jakarta. Bila berada di luar

kota, mereka bertukar pesan lewat SMS. Pokoknya, akrab. ''Poligami yang

didasarkan pada Allah SWT tidak akan menimbulkan masalah.'' tambah mantan

Kepala Departemen Structure Optimizition Divisi Riset & Development IPTN

(Industri Pesawat Terbang Nusantara) ini di sebuah harian di Jawa Barat.

Apa kabar Anda dan keluarga?

Kami sekeluarga alhamdulillah sehat,semoga kesehatan yg dirahmati

Allah. Lama tak dengar kabarnya, apa kesibukan Anda terbaru? Selama kurang

lebih 2 tahun terkahir kami banyak berada di Malaysia. Alhamdulillah perusahaan

yang dipimpin oleh guru kami Abuya Ashaari (pendiri Darul Arqam yang

dilarang mantan PM Mahathir Mohammad-- berkembang pesat di sana. Kebetulan

Tuhan rizqikan kami untuk ikut serta beraktifitas di sana selama 2 tahun.

Setelah di sana terasa manfaatnya untuk kalangan luas, dan perusahaan

terus berkembang ke berbagai negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, maka mulai

2 bulan belakangan ini kami mulai menguatkan kembali aktifitas perusahaan

Rufaqa di Indonesia.

Ismail dengar Anda juga punya proyek besar di Malaysia? boleh tahu?

Di malaysia bukan proyek Dr. Gina Puspita tapi perusahaan yang

dipimpin oleh guru Ismail, Abuya Ashaari Muhammad. Dari tahun 1997 beliau

mendirikan perusahaan Rufaqa namanya yang bergerak di berbagai bidang seperti

Page 51: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

40

pendidikan, ekonomi, sosial, kesehatan, kebudayaan dll. Kalau mau jelas, boleh

kunjungi website nya www.rufaqa.com & www.rufaqadaily.com.

Sepekan ini banyak orang sibuk mendiskusikan poligami, apa pendapat

Anda?

Segala kejadian Allah yang menentukan. Diantara sekian banyak

hikmahnya, Allah nampaknya mau menunjukkan keadaan masyarakat sekarang

ini. Dan kita bertanggung jawab untuk memperbaiki keadaan. Sebenarnya ada dua

kejadian yang terjadi secara serentak. Pertama tentang poligaminya Aa Gym,

kedua, monogaminya anggota DPR RI, tapi selingkuh. Tapi yang diramaikan

hanya poligaminya. Bahkan poligami mau dilarang segala. Hehehe. Yang

menarik, sikap masyarakat terbelah dua. Kasus monogami selingkuh menjadi

kasus cukup besar. Tapi poligami, pernikahan secara sah justru yang dikatakan

zalim. Padahal menurut Ismail, monogami selingkuh itu jauh lebih menzalimi

perempuan. Seperti wanita ini tak ada harganya.

Menurut Anda, mengapa masyarakat justru seperti itu?

Dr.Gina Puspita tak menyalahkan masyarakat. Itulah keadaan masyarakat

yang kita perlu rasakan sebagai peringatan Allah pada kita. Mungkin kita gagal

membawa kebaikan di tengah masyarakat ini. Ismail juga maklum kenapa banyak

masyarakat awam begitu membenci poligami, kerana memang susah mau mencari

poligami yang dapat dijadikan teladan di indonesia sekarang ini. Yang lebih

menyedihkan, yang sekarang berlaku bukan sekedar diskusi tapi penafsiran-

penafsiran terhadap Rasulullah yang sifatnya merendahkan beliau. Jauh sekali

Page 52: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

41

daripada mencari solusi. Lagi pula, mengapa banyak orang sibuk membicarakan

poligami atau bahkan terkesan begitu ketakutan.

Padahal dalam Islam, poligami haya sekedar satu dari sekian ribu syariat

dalam agama kita.. Jadi dia bukan perkara yang wajib. Tapi kok yang biasa-biasa

menjadi masalah Negara. Padahal Shalat yang berkali-kali Allah katakan sebagai

“tiang agama” pun, Negara tak pernah peduli apakah manusia melakukannya?

Anda termasuk diantara pelaku, sebelum banyak orang melakukan.

Bisakan bercerita pengalaman poligami?

Islam itu adalah “cara hidup”. Selain tentang Allah yang utama, di

dalamnya ada juga syariat yang beribu jenisnya, yang mengatur kehidupan

manusia di dunia ini. Sepertimana janji kita dalam setiap kali shalat, “inna

shalolati wa nusuki… (dst), “hidup mati kita untuk Allah, maka tentulah sebagai

seorang Muslim, kita perlu wujudkan janji kita dalam kehidupan. Kita atur

individu kita, ekonomi kita, pendidikan kita, kebudayaan kita, rumah tangga kita,

menurut Islam. Hal ini tidak dapat kita wujudkan sendiri-sendiri. Misalnya untuk

mewujudkan pendidikan Islam, perlu guru dan murid. Kalau sendirian mana

mungkin dapat terwujud. Itulah yang kami lakukan melalui perusahaan Rufaqa

ini. Sama halnya dengan masalah rumah tangga.

Setelah kami dididik oleh guru kami, kami (Ismail dan suami) merasakan

bahwa Allah mesti dijadikan segalanya. Syariat Islam mesti diperjuangkan.

Dengan melihat keluarga guru kami yang memiliki 4 istri dan 37 anak, 200 cucu,

namun semua justru menjadi pendukung perjuangan Islam. Maka kami melihat

(bukan sekedar membaca buku atau hanya mendengar), bahwa poligami juga

Page 53: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

42

dapat kita laksanakan. Atas kesepakatan bersama itulah, Ismail dan suami –tentu

saja atas persetujuan guru kami-- maka kami tambahkan anggota keluarga kami

dengan mengambil salah seorang staf Rufaqa sebagai istri kedua untuk suami

Ismail.

Siapa yang mencari dan melamarkannya?

Dr. Gina Puspita sendiri yang datang pertama kali dan menjelaskan pada

orang tuanya untuk menyampaikan hasrat kami.

Apa sih yang ada di perasaan Anda saat mencarikan suami istri lagi?

Karena dari awal memang sama-sama berniat (Dr. Gina Puspital, suami

dan istri kedua) untuk menguatkan keluarga, maka, masalah-masalah dalam

keluarga dapat diatasi dengan baik. Bertambah terasa kehebatan Allah. Ternyata

belum lagi kita baik, baru niat mau baik, tapi Allah sangat memberikan bantuan-

Nya.

Apakah setelah poligami pernah cekcok? Atau cemburu?

Kalau beda pendapat sih dalam rumah tangga itu hal yang biasa.

Jangankan di keluarga yang praktik poligami, dalam rumah tangga monogami pun

ada. Tapi karena sama-sama sudah dididik oleh guru yang sama, jadi setiap kali

ada masalah, masing-masing berusaha untuk dapat menilai yang baik di sisi Allah.

Bila semua mempunyai tujuan yang sama yaitu keridhaan Allah, perkara apapaun

selalu jadi mudah. Kami berempat serumah. Kecuali sekarang ini, dua orang

sedang bertugas di Malaysia.

Menjadi istri "dimadu" apa tak membuat martabat Anda sebagai seorang

perempuan terhina?

Page 54: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

43

Dr. Gina Puspita hendak mengingatkan kita bahwa dalam menilai

sesuatu, karena zaman ini sudah rusak, maka nilai-nilai manusia/moral juga sudah

sangat jauh dari kehendak Allah. Contoh saja; para wanita mengatakan dirinya

merasa “dihina” dengan poligami. Padahal itu kan memang boleh menurut Islam.

Tapi wanita diminta buka aurat, ia menjadi tontonan. Tak satupun menganggap

dirinya merasa terhina. Padahal itu adalah keadaan yang sangat menghinakan.

Wanita sudah hilang malunya karena ketiadaan iman. Poligami itu, bila dijalankan

dengan tujuan membesarkan Allah, kita akan merasakan bahwa itu sangat baik

untuk pendidikan hati kita. Kita akan tahu bahwa kita belum sabar. Maka, kita

akan belajar untuk bersabar. Kita bisa tahu bahwa di hati kita ada hasad dan

dengki. Cemburu itu adalah hasad dan dengki adalah puncaknya. Lalu kita belajar

untuk tidak hasad atau dengki hingga timbul rasa tidak membahagiakan orang

lain.

Bukankan manusia normal tak menginginkan suaminya jadi rebutan

wanita lain?

Jadi, bila dikatakan manusia normal tidak mau dipoligami? Manusia

normal itu seperti apa? Apakah istri-istri Rasulullah bukan wanita normal?

Menurut Dr. Gina Puspita, manusia normal itu adalah manusia yang tahu dirinya

hamba dan Allah sebagai Tuhannya. Tentu dia akan sangat mencintai Tuhan Nya.

Dan dirinya akan merasakan bahwa syariat Allah adalah yang terbaik. Bahkan

sekarang kadang Dr. Gina Puspita merasa malu dengan Allah. Malu, mengapa

“orang jahat” seperti Dr. Gina Puspita tapi Allah masih memberi rasa kebaikan-

kebaikan dalam poligami. Kalau ia saja yang menganggap “masih jahat” dan

Page 55: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

44

masih diberi banyak kebaikan oleh Allah, bagaiman pula kehebatan keluarga

Rasulullah?.

Anda tidak takut, rasa cinta suami Anda tak akan seperti di awal

pernikahan? Karena akan terbagi?

Tidak. Sebab suami dan kami punya cita-cita yang sama. Untuk

mencintai Allah. Dan mencintai Allah itulah yang dapat menambah kuat ikatan

diantara kami semua. Perlu kita sadari, kerana manusia sudah tidak menganggap

Tuhan segalanya, maka bila berumahtangga, dia menganggap suami adalah

segala-galanya. Ya dengan kata lain, cinta suami. Padahal, kalau kita

membesarkan cinta pada Allah, maka Allah sendirilah yang akan membagi

kebahagiaan itu.

Bagaimana dengan kebutuhan finansial dan pembagian perhatian

terhadap anak-anak Anda suami menikah lagi?

Alhamdulillah Allah bukan saja mencukupkan, tapi menambah-nambah.

Dan alhamdulillah, anak-anak kami semua justru bersyukur dengan poligami.

Kemarin anak Ismail yang berumur 10 tahun diwawancara sebuah majalah. Dia

mengatakan, begitu senang memiliki ibu banyak. Banyak tapi Ismailng. Dia

pernah melihat seorang aktifis perempuan begitu keras berkata tentang poligami.

Anak Ismail mengatakan, “Ini perempuan bercakap bukan dengan akal lagi, tapi

dengan nafsu. Sangat emosional. Padahal, kami (anak-anak Ismail maksudnya)

suka dengan itu . tak ada penzaliman.”

Apakah mungkin seorang suami bisa membagi perhatian tiga orang istri

dengan banyak anak berbeda-beda misalnya?

Page 56: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

45

Bisa. Bahkan hubungan anak-anak semua sangat baik. Tak ada perbedaan

dia dari ibu yang mana. Suami Dr. Gina Puspita baru memiliki 4 orang anak. Tiga

darinya dan 1 dari istri kedua. Istri ketiga dan keempat belum dikaruniai anak.

Banyak aktivis perempuan mengkritik poligami, apa pandangan Anda

menghadapi kritikan itu?

Jangankan untuk hal poligami, gerakan kaum feminis hingga sekarang

ini, belum mendapatkan kejayaan. Patutnya sekiranya jika mereka melihat

gagalnya perjuangan kaum feminis di Prancis yang menjadi sumber awalnya.

Ismail pernah 11 tahun di Prancis melihat sampai sekarang, di sana gerakan

tersebut boleh dikatakan tidak membuahkan hasil, yang ada justru kesengsaraan

bagi kaum wanitanya. Banyak orang berkonsultasi dengan Dr. Gina Puspita.

Sebab banyak hal yang diperjuangkannya tidak sesuai dengan fitrah dia. Jadi

katakanlah dia mendapatkan apa yang dia mau, tapi ternyata bila sudah

mendapatkan, sesungguhnya dia begitu tersiksa.

Jadi apa hikmahnya bagi Anda dan kalangan Muslimah dengan

berpoligami?

Dr. Gina Puspita pernah mengatakan di media massa, “poligami itu indah

dan memang perlu.” Perlu bagi wanita dan lelaki sebagai pendidikan hati kita

untuk dapat lebih mudah membesarkan asma Allah. Karenanya, Dr. Gina Puspita l

menghimbau pada semua, mari kita kembali pada Allah, Tuhan kita. Dialah

penyelesai segala maslah. Sekarang ini yang jadi masalah sebenarnya bukanlah

poligami. Jadi tak perlu sibuk memerangi poligami. Sama halnya sekarang banyak

orang shalat tapi masih korupsi. Lantas apakah dengan begitu kita akan

Page 57: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

46

memerangi shalat? Banyak masalah lain yang kita perlu selesaikan. Pendidikan

kita sedang bermasalah. Ekonomi kita bermasalah. Kebudayaan dan semua aspek

kehidupan kita sudah rusak dan itu adalah masalah. Maka mari kita kembali pada

Allah. Jadikan Ia segalanya. Bila demikian akan selesailah semua masalah. Mau

monogami atau poligami, jika kembali pada Allah, tetap akan membawa

kehidupan yang harmoni. [Cholis Akbar]

B. Praktek Poligami Versus Ketidakadilan Gender

Sebagaimana disebutkan di atas, pro-kontra senantiasa mewarnai

pelaksanaan poligami. Kelompok yang kontra terhadap poligami, mengatakan

bahwa poligami lebih memposisikan perempuan dalam kaum tertindas, kaum

yang tidak punya pilihan lain selain menerima apa adanya. Lebih tegas mereka

menganggap bahwa poligami akhirnya merupakan salah satu bentuk kekerasan

terhadap perempuan.

Mengutip Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan pasal

11, menyebutkan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan

berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat

kesengsaraan atau penderitaan perempuan baik secara fisik, seksual atau

psikologis, termasuk ancaman perbuatan-perbuatan tertentu, dan pemaksaan atau

perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan

umum maupun dalam kehidupan pribadi.

Bahkan sebuah Jurnal Perempuan yang terbit di Bandung memasukkan

poligami sebagai kekerasan terhadap perempuan berdasarkan salah satu data LBH

APIK Jakarta yang mengungkapkan bahwa poligami telah melahirkan dampak

Page 58: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

47

tertentu bagi istri. Dampak yang paling dialami adalah istri tidak lagi diberi

nafkah (37 orang), istri diterlantarkan atau ditinggalkan (23 orang), istri

mengalami tekanan psikis (21 orang), istri dianiaya secara fisik (7 orang), pisah

ranjang (11), mendapat teror istri kedua (2 orang) dan diceraikan (6 orang). 5

Data tersebut diambil dari istri yang melapor, belum lagi istri yang takut

melapor atau istri yang harus manut menerima perlakuan diskriminatif dari suami

dalam institusi poligami, bahkan ia tak berani untuk sekedar menyuarakan derita

yang terjadi.

Di sisi lain, kita tahu, tak sedikit dari kaum laki-laki masih gemar

poligami dengan perasaan tak risau, dari mulai rakyat biasa, dosen, pengusaha

sampai ulama. Kenapa seseorang mesti poligami? Pertanyaan itu harus diajukan

pada semua lelaki yang mulai punya niat berpoligami.

Selama ini permasalahan poligami terkesan hanya dipahami dari sudut

kepentingan lelaki belaka. Meski pada kenyataannya, para pelaku poligami

bersikukuh membela poligami dan mencari pelbagai legitimasi dari aneka sumber.

Dapat dipahami bahwa poligami merupakan bentuk konstruksi kuasa laki-laki

yang mengaku superior dengan nafsu menguasai perempuan, disisi lain, lagi-lagi

faktor biologis atau seksual juga mendominasi bahkan demi prestise tertentu.

Dalam hal itu, gairah lelaki (suami) punya peluang membangun siasat

untuk memenuhi keinginan dan kepentingannya. Jikapun penolakan istri muncul,

ia mesti berhadapan dulu dengan “konsep kepatuhan istri kepada suami”

(disobidience to the husband) yang mesti dijalani oleh istri tanpa ruang lebar

5 Diakses di http://www.lbh-apik.or.id/fac-31.htm, 3 April 2010 pkl. 20.00

Page 59: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

48

untuk kritis. Melenceng dari itu dalam beberapa kasus tak segan vonis “durhaka”

(bahkan kekerasan fisik) mesti ditelan perempuan karena dianggap tidak patuh

terhadap suami dan tidak teguh iman menerima “rahmat” poligami. Selain itu,

rayuan “jaminan surga”, “sunah Rasul” acap dibalutkan pada pola pikir

perempuan. Akibatnya, perempuan tak mampu mendefinisikan dirinya. Logika

dominasipun muncul, jika suami bahagia berpoligami, istri harus patuh dan ikut

bahagia. Tak heran jika banyak perempuan menerima poligami bahkan bersedia

membelanya sekedar ingin kepuasan mendapat citra “perempuan solehah” versi

laki-laki yang patuh pada suami, hukum dan tafsir sepihak dalam agama.6

Argumentasi di atas seakan menegaskan ada yang salah dengan poligami.

Sebagai orang muslim yang meyakini sepenuhnya bahwa setiap hal yang

diperbolehkan oleh Allah SWT tidak akan me-madharat-kan manusia, penulis

berpendapat kalau sekarang poligami ternyata malah menghadirkan sebuah

ketakutan besar yang sama sekali tidak terlihat sisi manfaatnya, tentu ada yang

salah dengan poligami tersebut, dan menurut hemat penulis kesalahan itu bukan

pada hukumnya tetapi pada pemahaman hukum dan penerapannya.

Hilaly Basya mengatakan bahwa sebenarnya Nabi punya semangat

poligami yang berbeda dengan poligami sekarang. Perempuan yang dinikahi

adalah janda punya anak atau yatim. Pada waktu itu, janda dalam masyarakat

Arab tidak punya akses apapun ke masyarakat, berbeda dengan janda sekarang.

Kini poligami sudah tak sejalan dengan moral Al-Qur`an. Kini poligami lebih

berdampak kemadharatan ketimbang kemaslahatan. Bukankah Tuhan tidak

6 Anshori Fahmi, Siapa Bilang Poligami Sunnah, (Depok : Pustaka Iman, 2007), h.45-47

Page 60: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

49

menyukai hambanya yang senang berlebihan? Sebab poligami kini tak lebih dari

tirani birahi laki-laki yang mengeksploitsi perempuan atas nama Tuhan, alih-alih

billahi, justeru birahi yang berkedok tafsir agama.7

Pembolehan poligami bagi suami dalam ayat tersebut merupakan hal

yang amat dibatasi dengan ketat, sehingga seolah-olah mencapai tingkat darurat,

pembolehannya harus memenuhi syarat bahwa suami harus dipercaya untuk dapat

berlaku adil dan aman dari berbuat dosa (perbuatan menzalimi istri dan atau anak-

anaknya). Muhammad Abduh menilai bahwa jika memperhatikan poligami yang

cenderung dipraktikkan secara destruktif pada masa sekarang, dapat dipastikan

bahwa tidak seorang pun mampu membina suatu umat yang menyalahgunakan

poligami secara luas. Sebab rumah tangga yang terdiri dari dua orang istri

cenderung tidak stabil dan sulit terwujud ketenangan. Bahkan suami dan para istri

sebetulnya memberi andil bagi kehancuran rumah tangga tersebut, karena di

antara para istri satu sama lain bermusuhan, demikian pula antara anak-anak

mereka. Bahaya yang ditimbulkan tersebut akan meluas dari lingkungan individu

ke lingkungan keluarga, dari keluarga ke lingkungan masyarakat, selanjutnya

kepada kehidupan bangsa dan negara.

Dengan melihat dampak buruk yang sering terjadi akibat poligami di

Mesir, Abduh menyarankan kepada ahli hukum di masanya untuk memformulasi

hukum yang lebih kontekstual yang mengacu kepada kemaslahatan dan menepis

segala kemudaratan, dengan memperhatikan kaidah dar al mafaasid muqaddam

7 Eni Setiati, Perkawinan dalam Islam, (Jogjakarta : An-Naba, 2007), h.17

Page 61: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

50

‘ala jalb al-masholih sebagai acuan. Ia menyimpulkan bahwa di saat timbul

kekhawatiran tidak adanya keadilan maka hukum poligami adalah haram.8

Rasyid Ridha menambahkan bahwa poligami secara alamiah

bertentangan dengan tujuan perkawinan, sebab pada dasarnya perkawinan adalah

antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Poligami hanya untuk

kondisi darurat, seperti dalam situasi perang, selain itu juga disertai syarat yang

ketat, tidak boleh mengandung unsur dosa dan ketidakadilan. Ketika poligami

menimbulkan lebih banyak mudarat dibandingkan manfaat, maka para hakim

dapat mengharamkan poligami.9

Rasyid Ridha juga melihat poligami sebagai persoalan sosial yang

penegasan status hukumnya tidaklah sederhana, akan tetapi perlu pertimbangan

multidimensional. Berbagai pertimbangan tersebut mencakup persoalan watak dan

potensi antara laki-laki dan perempuan, dan bagaimana hubungan keduanya dari

sudut perkawinan dan tujuannya. Selain itu juga terkait dengan keseimbangan

jumlah populasi jenis laki-laki dan perempuan, problem kehidupan rumah tangga

dan tanggung jawab laki-laki atas perempuan atau sebaliknya, atau posisi

kemandirian masing-masing. Perlu dikaji pula sudut sejarah perkembangan

manusia khususnya keberadaan laki-laki dengan memiliki satu pasangan (istri).

Hal terakhir yang juga perlu ditinjau adalah bagaimana konsepsi Al-Quran

mengenai persoalan poligami, apakah poligami merupakan urusan agama dan

sesuatu keharusan atau hanya sekedar rukhshah (dispensasi) yang dibolehkan

dalam keadaan darurat disertai dengan sejumlah syarat yang ketat.

8 Anshori Fahmi, Siapa Bilang Poligami Sunnah, (Depok : Pustaka Iman, 2007), h.178 9 Rasyid Ridha, Tafsir Almanar, (Mesir : Darul Manar, 1999), h.284

Page 62: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

51

Berpijak dari pertimbangan dan sudut pandang di atas, Rasyid Rida

menyimpulkan bahwa pada prinsipnya kebahagiaan dalam suatu perkawinan dan

kehidupan rumah tangga hanya dapat dibangun oleh suami yang hanya memiliki

seorang istri. Konsep inilah yang semestinya dibangun oleh semua orang dalam

bahtera perkawinan mereka. Poligami sendiri sebetulnya bukanlah potret umum

dari kehidupan manusia, ia hanya dipraktikkan dalam jumlah terbatas oleh

sebagian kecil kalangan masyarakat.

Meskipun demikian Rasyid Ridha juga memaklumi bahwa poligami tetap

punya sisi positif (maslahat), baik bagi individu maupun kolektif. Sebagai contoh

kasus, pada pasangan yang tidak dikaruniai anak, suami terpaksa berpoligami

karena si istri tidak dapat memberikan keturunan akibat mandul atau faktor usia

lanjut (menopause), atau istri mengalami sakit parah atau berbagai problem fisik

lainnya yang tidak memungkinnya untuk melayani suami dengan baik, atau

berbagai alasan lain yang jika tidak dapat dicarikan solusinya (poligami)

berpotensi besar menjerumuskan suami kepada perbuatan zina.

Sedangkan sisi positif dalam skala kolektif adalah manakala terjadi

ketimpangan jumlah populasi antara perempuan dan laki-laki, seperti kondisi yang

dialami oleh negeri-negeri yang terlibat dalam peperangan dan beberapa negara

Eropa dimana kaum perempuan terpaksa bekerja keras menghidupi keluarga dan

beraktivitas di bidang-bidang pekerjaan yang berat dengan tingkat resiko yang

sangat tinggi mengancam keselamatan mereka. Ironis bahwa pembolehan

poligami ini tak jarang disalahgunakan sebagian kaum laki-laki (suami) hanya

Page 63: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

52

untuk melampiaskan keinginan biologisnya tanpa memperhatikan upaya realisasi

kemaslahatan dalam poligami.

Oleh karena itu, sejatinya rumah tangga ideal adalah monogami, Islam

membolehkan poligami hanyalah sebagai rukhsah (keringanan), bukan anjuran

apalagi kewajiban.

Menurut Rasyid Ridha, poligami merupakan penyimpangan dari prinsip

dan idealitas, ia dapat memupus ketenangan jiwa, cinta dan kasih Ismailng

(sakinah, mawaddah wa rahmah) yang merupakan pondasi dan pilar hidup

berumah tangga. Tidak ada perbedaan antara perkawinan pasangan suami istri

yang tidak membangun pondasi-pondasi luhur tersebut dan pasangan yang

berorientasi kepuasan biologis semata. Oleh karena itu sepatutnya seorang

Muslim menghindari poligami kecuali karena kondisi darurat yang disertai

keyakinan mampu berlaku adil, lebih dari sekedar meraih sakinah, mawaddah wa

ramah10.

Berdasarkan pendekatan fiqh dan perspektif tafsir (tradisionalis) di atas

tampak jelas bahwa poligami adalah hal yang legal menurut doktrin hukum Islam

konvensional, oleh karena itu pelarangan dan kriminalisasi terhadap poligami

merupakan deviasi dari ketentuan doktrin “syariah”. Namun apa yang

dikemukakan oleh sejumlah mufassir modern di atas tersirat urgensi upaya

formulasi hukum yang dapat mempersulit praktik poligami dan mencegah efek

negatif dari penyalahgunaan poligami dalam masyarakat.

10 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000). h.113.

Page 64: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

53

Interpretasi seperti inilah yang kelihatan turut mengilhami sejumlah

negeri muslim untuk menerapkan aturan ketat bahkan keras terhadap praktik

poligami di dalam undang-undang mereka.

1. Pendapat yang Pro Poligami

Poligami merupakan syariat Islam yang akan berlaku sepanjang zaman

hingga hari akhir. Poligami diperbolehkan dengan syarat suami

memiliki kemampuan untuk adil diantara para istri, ketentuan ini termaktub pada

ayat yang artinya:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." ( Q. S. An-Nisa : 3)

Agama Islam mengedepankan kepentingan umum (maslahah ‘ammah)

atas kepentingan pribadi (maslahah khassah). Termasuk kepentingan umum

dalam hal ini adalah diperbolehkannya poligami. Seandainya Islam tidak

memperbolehkan poligami, maka pasti akan banyak anak-anak hasil perzinaan.11

Islam membolehkan umatnya berpoligami bukanlah tanpa alasan atau tujuan

tertentu. Keharusan berpoligami ini mempunyai hikmah-hikmah untuk

kepentingan serta kesejahteraan umat Islam itu sendiri, adapun hikmahnya :

1. Bahwa wanita itu mempunyai tiga halangan yaitu haid, nifas dan keadaan yang

belum betul-betul sehat selepas melahirkan. Dengan berpoligami dapatlah

11 Muhammad Nasir al-Hammid, Dawabit al-‘Adl bain al-Zawjat (Jurnal al-‘Adl, Nomor

33 Muharram 1428). h.32-33.

Page 65: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

54

menyelamatkan suami terjerumus ke jurang perzinaan pada saat-saat istri

berhalangan.

2. Untuk mewujudkan salah satu tujuan disyariatkannya pernikahan, yaitu

mendapatkan keturunan, ketika istri mandul tidak dapat melahirkan anak atau

kerana istri sudah terlalu tua dan sudah putus haidnya.

3. Untuk menjamin kekuatan hukum setiap anak yang lahir, karena memiliki garis

nasab yang jelas. Dengan demikian dapat pula menjamin sifat kemuliaan umat

Islam. Anak luar nikah mempunyai hukum yang berbeda dari anak yang

terlahir dari pernikahan yang sah.

Diperbolehkannya poligami tidaklah tepat kalau dikatakan "syaratnya

harus adil”, yang benar, adil bukan syarat poligami, melainkan kewajiban dalam

berpoligami. Syarat adalah sesuatu sifat atau keadaan yang harus terwujud

sebelum adanya sesuatu yang disyaratkan (masyrut). Wudhu, misalnya, adalah

syarat sah shalat. Jadi wudhu harus terwujud dulu sebelum shalat. Maka kalau

dikatakan "adil" adalah syarat poligami, berarti "adil" harus terwujud lebih dulu

sebelum orang berpoligami. Tentu ini tidak benar, yang mungkin terwujud

sebelum orang berpoligami bukanlah "adil" itu sendiri, tapi "perasaan" seseorang

apakah ia akan bisa berlaku adil atau tidak. Jika "perasaan" itu adalah berupa

kekhawatiran tidak akan dapat berlaku adil, maka di sinilah syariah mendorong

dia untuk menikah dengan satu istri saja.

Poligami adalah sunnah para kekasih Allah, para nabi, rasul, dan para

wali-Nya. Karena itu, tentulah dalam poligami terdapat hikmah yang luar biasa.

Page 66: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

55

Tak mungkin Allah memerintahkan para kekasih-Nya untuk mendzalimi makhluk

lain. Salah satunya adalah pendidikan. Tuhan ingin mendidik manusia untuk

berlaku adil. Keadilan yang paling utama adalah adil dalam membawa keluarga

untuk kenal Tuhan, cinta Tuhan dan takut Tuhan. Suami bertanggung jawab

penuh dalam hal tersebut. Bagi para istri, ini benar-benar sebuah ujian berat, cinta

suami atau cinta Tuhan? Ujian ini memang amat berat, hanya seorang perempuan

yang betul-betul beriman saja yang mampu mengorbankan perasaannya untuk

cinta agung Allah Yang Maha Tinggi. Sebenarnya bagi perempuan dengan

keimanan yang tinggi, poligami justru sangat menguntungkan karena di saat

"giliran" bukan miliknya itulah saat untuk berkasih-kasihan dengan Tuhan.12

2. Pendapat Yang Kontra Poligami

Perkawinan dirumuskan secara leksikal dalam undang-undang

Perkawinan (Undang-Undang Perkawinan) Nomor 1 Tahun 1974, sebagai "ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa". Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

dirumuskan lebih spesifik, bahwa "perkawinan menurut hukum Islam adalah

pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk

menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah".

Pada prinsipnya laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah

berpasang-pasangan untuk mewujudkan ketentraman diantara mereka. Oleh

12Diakses di http://www.dt-poligami.or.id , 25 Februari 2010 pkl. 17. 30

Page 67: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

56

karenanya perlakuan baik dari seorang suami terhadap istrinya merupakan sebuah

keniscayaan. Hal ini dijelaskan dalam firmannya :

⌧ “Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir

iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu ( Q.S al-Baqarah : 231)

Dari ayat ini hanya ada dua pilihan bagi suami yaitu pertama: hidup

bersama istri dan memperlakukannya dengan baik atau kedua: menceraikannya

dengan cara yang baik pula. Tidak ada pilihan lain. Karena itu, hidup bersama istri

dengan menyengsarakannya baik secara lahir maupun batin tidak dikenal dalam

ajaran Islam, dan harus memilih dua hal tersebut13.

Dalam sebuah hadits yang dimuat dalam beberapa kitab hadis yang

mu'tabar, antara lain dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at-Tirmidzi,

dan Musnad Ahmad bin Hanbal, dari sumber yang sama, Miswar bin Makhramah,

13 Musdah Mulia, Pandangan Islam tenang Poligami,( Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 1999) h.10

Page 68: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

57

ia berkata, Ismail mendengar Rasulullah SAW bersabda di atas mimbar. Sabda

Rasulullah:

"Sesungguhnya anak-anak Hisyam bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan puterinya dengan Ali. Ketahuilah bahwa aku tidak mengizinkannya, aku tidak mengizinkannya, aku tidak mengizinkannya, kecuali jika Ali bersedia menceraikan puteriku, kemudian menikahi anak mereka".

"Sesungguhnya Fatimah bagian diriku. Barangsiapa membahagiakannya berarti ia membahagiakanku. Sebaliknya, barangsiapa menyakitinya berarti ia menyakitiku. (Shahih Bukhari, Hadits No.4829).

Dalam hadits tersebut terungkap sikap Rasulullah SAW terhadap

poligami yang akan dilakukan Ali bin Abi Thalib, menantunya, berupa dua

pilihan yaitu menikahi perempuan yang ditawarkan Bani Hisyam al-Mughirah

atau menceraikan Fatimah, putri Rasulullah. Karena perbuatan Ali mendua istri

itu akan menyakiti hati puterinya, sekaligus menyakiti pula hati Rasulullah SAW.

Rasulullah melakukan poligami, tetapi beliau tidak merestui menantunya

berpoligami. Hal ini terkait dengan sikap adil yang harus dilakukan dalam

berpoligami, yang tidak semua orang akan mampu melakukannya, termasuk Ali

bin Abi Thalib, padahal ia telah teruji keimanannya dan ternilai kesalihannya,

namun sebagai manusia biasa ia tidak akan mampu menjalankan keadilan

sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW. Firman Allah dalam Al-Quran

menyebutkan :

⌧ ☺ ☺ ⌧ ☺ ⌧

⌧ ⌧ ☺

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

Page 69: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

58

terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q. S an- Nisa : 129)

Dalam suasana ketidakadilan, bagaimana bisa tercapai tujuan perkawinan

tersebut, yaitu kesejahteraan spiritual dan material, atau terpenuhinya kebutuhan

lahir dan batin dalam perkawinan itu.

Kemungkinan alasan lain, Rasulullah SAW. Tidak mengizinkan

menantunya berpoligami adalah karena ketika itu anak-anaknya masih kecil,

masih membutuhkan kasih Ismailng dan perhatian yang besar dari kedua

orangtuanya. Dengan berpoligami perhatian seorang ayah kepada anak-anaknya

akan terbelah. Setelah menikah lagi, seorang suami biasanya mengabaikan istri

lama dan anak-anaknya. Perhatian dan kasih Ismailng akan lebih tercurah pada

istrinya yang baru. Suami yang berpoligami akhirnya akan terjebak dalam

perilaku dzalim dan tidak adil. Oleh karena itu, perkawinan monogami adalah

pilihan yang menjanjikan tercapainya tujuan perkawinan yang hakiki.14

Pasal 2 KHI yang memuat ungkapan kalimat miitsaaqan gholiidzan

mempertegas kalimat "ikatan lahir batin" yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-

Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Pemahaman ini mengisyaratkan

bahwa perkawinan bukan merupakan perjanjian yang semata-mata bersifat

keperdataan saja – sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 KUH Perdata, dan juga

seperti perikatan-perikatan yang lain dalam keperdataan tetapi perkawinan

merupakan ikatan atau perjanjian yang bersifat lahir dan batin.15

14 Musdah Mulia, Pandangan Islam tenang Poligami,( Jakarta: Lembaga Kajian Agama

dan Jender, 1999), h.26 15 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta : Prenada Media, 2006), h. 40

Page 70: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

59

Dalam kaitan dengan aspek batin inilah, maka seseorang yang bermaksud

melaksanakan poligami harus mempertimbangkan dengan matang dan bertanya

pada nuraninya, apakah dirinya mampu berlaku adil di antara istri-istrinya dan

anak-anaknya, apakah ia mampu mengembangkan kepribadiannya membantu dan

mencapai kesejahteraan spiritual dan material mereka. Pertimbangan tidak hanya

bersandar pada kekayaan material dan kekuasaan yang menunjukkan keperkasaan

(superioritas) dan dominasi lelaki terhadap perempuan, begitu pun pertimbangan

alasan memilih poligami sebagai penyaluran hasrat seksual secara halal daripada

memilih penyaluran syahwat melalui perbuatan zina, merupakan solusi yang tidak

tepat, malah merupakan alasan yang menunjukkan sikap arogansi kaum lelaki

dalam melampiaskan keserakahan libidonya, sekaligus merendahkan martabat

kaum perempuan, dengan menempatkannya sebagai objek, dan bukannya sebagai

subjek yang setara dengan kaum lelaki dalam perkawinan.

Dalam sebuah seminar memperingati Hari Kartini 2002 di Yogyakarta,

K.H.Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan bahwa "orang yang

membolehkan poligami adalah orang yang tidak tahu ajaran agama". Selanjutnya

dikatakan oleh Gus Dur, "konsep keadilan dalam poligami selama ini ditentukan

laki-laki (sebagai subjek), padahal seharusnya yang menentukan adalah

perempuannya (sebagai objek).16

Hegemoni kaum lelaki nampak sekali dalam perkawinan di kalangan

masyarakat berpola budaya patriarkhi dan feodal. Patriarkhi sebagai hambatan

16 Kompas, 22 Juli 2002

Page 71: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

60

terbesar untuk mendapatkan keadilan gender. Perempuan dalam masyarakat ini

menempati posisi subordinasi kaum lelaki.17

Achmad Muthali'in dalam bukunya melukiskan kondisi subordinasi

perempuan seperti gelas kaca dan kayu bakar. Pengibaratan dengan gelas kaca,

karena perempuanlah yang sering mengalami peristiwa retak dan pecah.

Sementara pengibaratan perempuan dengan kayu bakar, karena lelaki sebagai api.

Lelakilah yang berpeluang membakar dan menghanguskan kayu bakar. Oleh

karena itu, perempuanlah yang berpotensi terbakar menjadi debu yang tidak

berarti apa-apa.18

Analogi atau pengibaratan ini menggambarkan kehidupan seksualitas.

Kaum lelaki adalah api nafsu yang bisa membuat gelas kaca pecah, sekaligus

menyebabkan kayu bakar hangus menjadi abu yang tidak berguna. Kasus yang

digambarkan dalam analogi di atas, senantiasa terjadi dalam kehidupan

masyarakat.

Adalah sebuah keniscayaan berlangsungnya pernikahan antara seorang

laki-laki dan perempuan dalam hubungan suami istri salah satu tujuanya adalah

tercipta ketentraman antara kedua belah pihak. Lebih lanjut pernikahan

disyariatkan dalam Islam diharapkan mampu mencegah dorongan biologis yang

haram dan menahan kecenderungan laki-laki yang relatif mengumbar nafsu

seksualnya, lantas apakah poligami masih menjalankan koridor tujuan pernikahan

dalam Islam?

17 Ashghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, ( Yogyakarta: LKiS, 2003 ), h.4 18Achmad Muthali'in, Bias Gender dalam Pendidikan, (Surakarta:Muhammadiyah

University Press, 2001), h.35

Page 72: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

61

Data survei nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Pusat

Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidatullah Jakarta, Maret

2006, tentang poligami.

Umum Laki-Laki PerempuanSangat Setuju 1,2 % 1,6 % 0,7 % Setuju 32,5 % 45,9 % 18,8 % Abstain 6,3 % 8,4 % 4,1 % Tidak Setuju 53 % 40 % 65,9 % Sangat Tidak Setuju 4,4 % 00,7 % 8,2 %

C. Jumlah Maksimal Isteri yang Boleh di Poligami

Fokus pembicaraan dalam literatur mazhab fiqh pada umumnya sama

sekali tidak mempersoalkan kebolehan poligami. Hal yang diperdebatkan adalah

lebih kepada persoalan jumlah maksimal istri yang boleh dipoligami, sebagai

akibat perbedaan dalam memahami ayat Al-Quran yang memuat persoalan

poligami (Q.S. An-Nisa: 3).19

Berbagai ulasan fiqh lebih cenderung memuat syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh suami yang ingin berpoligami seperti kemampuan materi dan

kewajiban berlaku adil kepada istri/istri-istri mereka. Sikap yang relatif sama juga

ditunjukkan oleh para mufassir (kalangan klasik khususnya) ketika memahami

pernyataan nash tersebut. Berbagai uraian dalam masalah ini tampaknya terkait

erat dengan pemahaman dan interpretasi mereka atas sejumlah pernyataan Al-

Quran dan As-Sunnah.

Di dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 3, Allah SWT berfirman yang

artinya:

19 Ibnu Rusyd, Bidayah Al Mujtahid, (Jakarta : Pustaka Amani, 2002), h.368

Page 73: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

62

“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-

hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.”

Para mufasir sepakat bahwa sebab turun ayat diatas berkaitan dengan

perbuatan para wali yang tidak adil terhadap anak yatim yang berada dalam

perlindungan mereka. Mayoritas kaum muslimin pada masa hidup nabi

berpendapat jumlah maksimal empat istri. Pendapat ini telah ditegaskan Al-

Qur’an dan Sunnah Nabi SAW serta ijma’ para ahli yang berkompeten. Hal ini

disebutkan oleh ayat dengan kata matsna, tsulats, dan ruba’ yang pengertian

linguistiknya dua, tiga, atau empat istri.20

Adapun menurut ijma’ yang berkompeten dalam bidang hukum Islam,

tidak pernah didengar ada sahabat atau tabi’in yang berpoligami lebih dari empat

istri. Kemudian ini menjadi putusan ijma’ mayoritas kaum muslimin dari generasi

ke generasi berikutnya.

Jadi, Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ ulama sampai pada satu kata bahwa

jumlah maksimal berpoligami ialah empat istri dan berpoligami dengan lebih dari

empat istri adalah dispensasi yang khusus diberikan kepada nabi sebagaimana

20 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Mesir : darul Ulum, tanpa tahun), h.403

Page 74: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

63

diharamkannya menikahi janda-janda Nabi setelah beliau wafat. Allah SWT

berfirman:

☺ “Tidak ada bagimu hak untuk menyakiti Rasul Allah atau menikahi istri-

istrinya setelah itu untuk selamanya. Sesungguhnya itu suatu dosa besar di sisi Allah”. (QS. Al-Ahzab : 53)

Namun demikian ada kelompok kecil yang menyimpang dari konsensus

jama’ah dan bersandar pada dugaan yang tidak berdasar, mengatakan bahwa

bilangan (dua, tiga dan empat) dalam al-Qur’an menunjukkan dibolehkannya

berpoligami dengan sembilan istri, sebab partikel “waw” dalam ayat tersebut

bermakna penjumlahan. Pendapat ini datang dari kaum Rifadhah dan sebagian

penganut faham literalis, yaitu orang-orang yang sangat jauh menyimpang

pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an, sunnah dan ijma’ ulama.

Sedangkan sebagian ulama lain (minoritas), juga dengan dasar

argumentasi ayat yang sama (QS. An-Nisa ayat 3), pendapat lain menyatakan

delapan belas istri. Hal ini pernah dibahas oleh al-Qurtubi dalam tafsirnya.21

21 M. Baltaji, Poligami, (Solo : Lawean, 2007), h.39-40

Page 75: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

BAB IV

ANALISIS KEADILAN DALAM PERKAWINAN

POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO 1 TAHUN

1974 ASPEK SOSIOLOGIS YURIDIS

A. Analisis Sosiologis Yuridis Poligami dalam Hukum Islam

Istilah hukum Islam sering diidentikkan dengan Syariah dan Fiqh. Ketiga

istilah ini dilihat dari asal usulnya sama-sama berdasarkan Al-Qur’an dan Al-

Hadits. Namun bila dilihat dari metodologinya mempunyai perbedaan yang

signifikan. Syariah adalah “al-Nushus al-Muqaddasah” (nash-nash hukum atau

norma-norma hukum yang tertulis) dalam wahyu Allah dan As–Sunnah al-

Mutawatirah yang sama sekali belum atau tidak tercampuri oleh daya nalar

manusia sehingga ia tetap dan tidak bisa berubah dan tidak boleh dirubah karena

ia sebagai wahyu Allah.

Adapun fiqh adalah pemahaman atau hasil pengembangan interpretasi nalar

manusia (ijtihad mujtahid) dari Syariah (Al-Qur’an dan Al-Hadits) sehingga ia

bisa berubah dan berkembang sesuai dengan kapasitas daya nalar mujtahid dan

perkembangan zaman. Sedangkan hukum Islam meliputi norma-norma hukum

yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits (wahyu Allah) yang belum

melibatkan daya nalar manusia dan norma-norma hukum yang dihasilkan oleh

daya nalar manusia (Fiqh Ijtihadi) sebagai hasil pengembangan pemahaman Al-

64

Page 76: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

65

Qur’an dan Al-Hadits yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan daya nalar

manusia.1

Berangkat dari pemikiran diatas, menjadi jelas perbedaan antara syariah

dengan fiqh. Syariah adalah wahyu itu sendiri yang belum tercampuri oleh daya

nalar manusia. Oleh sebab itu ia bersifat tsubut (tetap) dan tidak berubah.

Sementara fiqh adalah hasil dari proses penalaran (pemahaman) mujtahid terhadap

wahyu. Karena itu, ia bersifat tathawur (berkembang), bervariasi sesuai dengan

tingkat kemampuan daya nalar mujtahid.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hukum Islam lebih luas dari

syariah dan fiqh. Hukum Islam sebagai wahyu Allah (belum tercampuri daya

nalar manusia) adalah syariah. Hukum Islam sebagai pemahaman terhadap wahyu

adalah fiqh. Dalam keterpaduan dua sifat ini (dimensi) inilah hukum Islam bisa

bertahan sepanjang masa dan berkembang, tidak kaku dalam berbagai situasi dan

kondisi sosial.

1. Latar Belakang Sosiologis Sebab Turun Ayat Poligami

Para ulama fiqh sepakat bahwa kebolehan poligami dalam perkawinan

didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 3,

sebagaimana tercantum di bawah ini:

1 H. A. Jazuli, Ilmu Fikih, (Jakarta : Kencana, 2005), h. 4 -5

Page 77: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

66

“Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan-

perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu meiliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Ayat 3 Q.S. An-Nisa’ ini masih ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yaitu

ayat 2 Q.S. An-Nisa’. Adapun kandungan Ayat 2 surat An-Nisa yaitu

mengingatkan kepada para wali yang mengelola harta anak yatim, bahwa mereka

berdosa besar jika sampai memakan atau menukar harta anak yatim yang baik

dengan yang jelek dengan jalan yang tidak sah, sedangkan pada ayat 3 Allah SWT

mengingatkan kepada para wali anak wanita yatim yang mau mengawini anak

yatim tersebut, agar si wali itu beri’tikad baik dan adil dan fair, yakni si wali wajib

memberikan mahar dan hak-hak lainnya kepada anak yatim wanita yang

dikawininya, ia tidak boleh mengawininya dengan maksud untuk memeras dan

menguras harta anak yatim atau menghalang-halangi anak wanita yatim kawin

dengan orang lain.

Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah RA waktu ditanya oleh Urwah bin

Al-Zubair RA mengenai maksud ayat 3 surat An-Nisa’ tersebut. Jika wali anak

wanita yatim tersebut khawatir atau takut tidak bisa berbuat adil terhadap anak

yatim, maka ia (wali) tidak boleh mengawini anak wanita yatim yang berada di

bawah perwaliannya itu, tetapi ia wajib kawin dengan wanita lain yang ia senangi,

seorang istri sampai dengan empat, dengan syarat ia mampu berbuat adil terhadap

istri-istrinya2. Jika ia takut tidak bisa berbuat adil terhadap istri-istrinya, maka ia

hanya beristri seorang, dan ini pun ia tidak boleh berbuat dzalim terhadap istri

2 Rasyid Ridha, Tafsir Al Manar, (Mesir : Darul Manar, tth), h.344-345

Page 78: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

67

yang seorang itu. Apabila ia masih takut pula kalau berbuat dzalim terhadap

istrinya yang seorang itu, maka tidak boleh ia kawin dengannya, tetapi ia harus

mencukupkan dirinya dengan budak wanitanya.

Rasyid Ridha lebih lanjut mengemukakan bahwa maksud ayat 3 surat An-

Nisa’ ialah untuk memberantas atau melarang tradisi zaman jahiliyyah yang tidak

manusiawi, yaitu wali anak wanita yatim mengawini anak wanita yatimnya tanpa

memberi hak mahar dan hak-hak lainnya dan ia bermaksud untuk makan harta

anak yatim dengan cara tidak sah serta ia menghalangi anak yatimnya kawin

dengan orang lain agar ia tetap leluasa menggunakan harta anak tersebut.

Demikian pula tradisi zaman jahiliyyah yang mengawini istri banyak dengan

perlakuan yang tidak adil dan tidak manusiawi, dilarang oleh Islam berdasarkan

ayat tersebut.3

Sehingga yang melakukan berbagai kajian tentang poligami yang sudah ada

dari zaman dahulu sama tuanya sesuai adanya manusia secara sosiologis sudah

ada meskibun banyak ragam dan tujuan pelaksanaannya yang mana dalam Islam

juga dikenal dengan istilah poligami namun dengan orientasi yang jelas sebagai

aspek yuridis guna memuliakan derajat wanita.

2. Poligami dalam Syari’at Islam

Ayat 3 QS: An-Nisa sebagaimana tercantum di atas, secara ekplisit

menegaskan seorang suami boleh beristri lebih dari seorang sampai batas

maksimal empat orang dengan syarat mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya

itu. Ayat ini melarang menghimpun dalam saat yang sama lebih dari empat orang

3 Rasyid Ridha, Tafsir Al Manar, (Mesir : Darul Manar, tth), h.347-348

Page 79: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

68

istri bagi seorang pria. Ketika turun ayat ini, Rasulullah memerintahkan semua

pria yang memiliki lebih dari empat istri, agar segera menceraikan istri-istrinya

sehingga maksimal setiap orang hanya memperistrikan empat orang wanita.4

M. Quraish Shihab lebih lanjut menegaskan bahwa ayat ini, tidak membuat

satu peraturan tentang poligami, karena poligami telah dikenal dan dilaksanakan

oleh syari’at agama dan adat istiadat sebelum ini. Ayat ini juga tidak mewajibkan

poligami atau menganjurkannya, dia hanya berbicara tentang bolehnya poligami,

dan itupun merupakan pintu darurat kecil, yang hanya dilalui saat amat diperlukan

dan dengan syarat yang tidak ringan. Bukankah kemungkinan mandulnya seorang

istri atau terjangkit penyakit parah, merupakan satu kemungkinan yang tidak

aneh? Bagaimana jalan keluar bagi seorang suami, apabila menghadapi

kemungkinann tersebut? Bagaimana ia menyalurkan nafsu biologis atau

memperoleh dambaannya untuk memiliki anak? Poligami ketika itu adalah jalan

yang paling ideal. Tetapi sekali lagi harus di ingat bahwa ini bukan berarti

anjuran, apalagi kewajiban. Itu diserahkan kepada masing-masing menurut

pertimbangannya. Al-Qur’an hanya memberi wadah bagi mereka yang

menginginkannya5.

Kebolehan poligami di dalam Al-Qur’an adalah untuk kemaslahatan di

dunia dan akhirat. Poligami bertujuan untuk memelihara hak-hak wanita dan

memelihara kemuliaannya. Kebolehan poligami terdapat pesan-pesan strategis

yang dapat diaktualisasikan untuk kebahagiaan manusia. Poligami memiliki nilai

sosial ekonomis untuk mengangkat harkat dan martabat wanita. Muh. Abduh

4 M. Quraisy Syihab, Waeasan al Qur’an, (Jakarta : Mizan, 1999 ), h.199 5 M. Quraisy Syihab, Wawasan al Qur’an, (Jakarta : Mizan, 1999 ), h.200

Page 80: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

69

berpendapat bahwa poligami merupakan tindakan yang tidak boleh dan haram.

Poligami hanya dibolehkan jika keadaan benar-benar memaksa seperti tidak dapat

hamil.

Kebolehan poligami juga mensyaratkan kemampuan suami untk berlaku

adil. Ini merupakan sesuatu yang sangat berat, seandainya manusia tetap

bersikeras untuk berlaku adil tetap saja ia tidak akan mampu membagi kasih

sayangnya secara adil.6 Muhammad As’ad mengatakan bahwa kebolehan

poligami hingga maksimal empat istri dibatasi dengan syarat, “Jika kamu punya

alasan takut, tidak mampu memperlakukan adil terhadap istri, maka kawinilah

satu, karena untuk membuat perkawinan majemuk ini hanya sangat mungkin

dalam kasus-kasus yang luar biasa dan dalam kondisi yang luar biasa.”7

Islam memandang poligami lebih banyak membawa resiko atau madarat

daripada manfaatnya. Karena manusia menurut fitrahnya mempunyai watak

cemburu, iri hati dan suka mengeluh. Watak-watak tersebut mudah timbul dengan

kadar tinggi, jika hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis. Poligami bisa

menjadi sumber konflik dalam kehidupan keluarga, baik konflik antara suami

dengan istri-istri dan anak-anak dari istri-istrinya, maupun konflik antara istri

beserta anak-anaknya masing-masing. Oleh sebab itu, hukum asal perkawinan

dalam Islam adalah monogami, sebab dengan monogami akan mudah menetralisir

sifat atau watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh dalam keluarga monogamis.

Berbeda dengan kehidupan keluarga yang poligamis, orang akan mudah

peka dan terangsang timbulnya perasaan cemburu, iri hati, dengki dan suka

6 Khoirudin Nasution, Poligami Apa Monogami, (Jakarta : Gerafika, 1996), h.100 7 Asghar Ali, Pembebasan perempuan, (Jogjakarta : LKIS, 2003), h.117

Page 81: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

70

mengeluh dalam kadar tinggi, sehingga bisa mengganggu ketenangan keluarga

dan dapat membahayakan keutuhan keluarga. Dengan demikian, poligami hanya

diperbolehkan, bila dalam keadaan darurat, misalnya istrinya ternyata mandul

(tidak dapat membuahkan keturunan), istri terkena penyakit yang menyebabkan

tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri.8

Hukum perkawinan yang baik ialah yang bisa menjamin dan memelihara

hakikat perkawinan, yaitu untuk menghadapi segala keadaan yang terjadi atau

yang mungkin akan terjadi. Perkawinan bukanlah merupakan hubungan jasmani

antara dua jenis hewan, bukan hubungan rohani antara dua malaikat. Perkawinan

adalah hubungan kemanusiaan antara lelaki dengan wanita untuk menyongsong

kehidupan dengan segala problemanya.9

3. ‘Illat Hukum Kebolehan Poligami

Illat secara bahasa berarti “nama bagi sesuatu yang menyebabkan

berubahnya keadaan sesuatu yang lain dengan keberadaannya.” Misalnya,

penyakit itu dikatakan illat, karena dengan adanya “penyakit” tersebut tubuh

manusia berubah dari sehat menjadi sakit.10 Menurut istilah ushul fiqh, yang

dinamakan illat hukum adalah suatu sifat yang menjadi motivasi atau yang

melatarbelakangi terbentuknya hukum.

Menentukan illat hukum kebolehan poligami disamping dengan melihat

latar belakang sosiologis sebab turun ayat poligami (QS. An-Nisa : 3 ), juga dapat

dicermati dari peristiwa poligami Nabi SAW. Nabi SAW melakukan poligami

8 Masfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta : H Masagung, 1989), h.12 9 Rifat Syauqi, Al taaddud, (Mesir : Darul Ulum, tth), h.104 10 Abu Hamid AL-Ghozali, Al-Musytasyfa min ‘Ilmi al-Ushul, (Mesir, Darul Ulum,1995),

h.76

Page 82: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

71

setelah pernikahan pertamanya berlalu sekian lama setelah meninggalnya

Khadijah RA. Rasulullah menikah pada usia 25 tahun, 15 tahun setelah

pernikahan beliau dengan Khadijah RA, beliau diangkat menjadi Nabi. Istri beliau

ini wafat pada tahun ke 10 kenabian beliau. Ini berarti beliau bermonogami

selama 25 tahun. Tiga atau empat tahun sesudah meninggalnya Khadijah, baru

Nabi SAW melakukan awal poligami dengan Aisyah RA pada tahun kedua atau

ketiga hijriyah.11

Semua istri Nabi selain Aisyah adalah para janda yang berusia di atas 45

tahun. Janda-janda yang dikawin oleh nabi, disamping telah mencapai usia senja

yang sudah tidak ada daya tarik memikat, juga dalam keadaan sedang mengalami

kesusahan hidup karena ditinggal mati suaminya baik mati dimedan perang,

maupun ditinggal mati biasa dan ada pula dicerai oleh suaminya sebab murtad dan

ada yang dicerai karena tidak ada kebahagiaan atau ketidakcocokkan dengan

suaminya.12

Melihat latar belakang sebab turun ayat tentang poligami, yaitu kebiasaan

perilaku wali anak wanita yatim yang mengawini anak yatimnya dengan tidak adil

dan manusiawi, dan memperhatikan latar belakang Nabi melakukan poligami

sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka illat hukum kebolehan poligami

dalam perkawinan Islam, bukan didorong oleh motivasi seks dan kenikmatan

biologis, tetapi oleh motivasi sosial dan kemanusiaan.

Hal ini dilakukan oleh perkawinan poligami Nabi SAW dengan beberapa

janda pahlawan Islam yang telah lanjut usia seperti Saudah binti Zum’ah (suami

11 Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Jogjakarta : PT Buku Kita, 2007), h.107

12 M. Quraisy Syihab, Waeasan al Qur’an, (Jakarta : Mizan, 1999 ), h.199

Page 83: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

72

meninggal setelah kembali dari hijrah Abessinia), Hafsah binti Umar (suami

gugur di perang Badar), Zaenab binti Khuzaemah (suami gugur di perang Uhud),

dan Hindun Ummu Salamah (suami gugur di perang Uhud). Istri-istri yang lain

seperti Ramlah putri Abu Sufyan RA diceraikan oleh suaminya yang murtad di

perantauan, Huriyah binti al Haris RA adalah putri kepala suku dan termasuk

salah seorang yang ditawan pasukan Islam, yang kemudian nabi menikahinya

sambil memerdekaannya, Shafiyah binti Huyai RA, putri pemimpin yahudi dari

bani Quraidhah yang ditawan setelah kekalahan mereka dalam pengepungan yang

dilakukan oleh nabi SAW, diberi pilihan kepada keluarganya atau tinggal bersama

Nabi SAW dalam keadaan bebas merdeka, Ia memilih untuk tinggal hidup

bersama Nabi SAW.13

Menarik yang disampaikan oleh M. Quraish Shihab, bukankah kenyataan

menunjukkan bahwa jumlah lelaki lebih sedikit dari jumlah perempuan?

Bukankah rata-rata usia perempuan lebih panjang dari usia laki-laki, sedang

potensi masa subur lelaki lebih lama daripada potensi masa subur perempuan? Hal

ini bukan saja karena mereka mengalami haid, tetapi juga karena mereka

mengalami masa manopouse, sedang lelaki tidak mengalami keduanya. Bukankah

peperangan yang hingga kini tidak kunjung dapat dicegah lebih banyak merenggut

nyawa lelaki daripada perempuan? Maka poligami ketika itu adalah jalan keluar

yang paling tepat. Namun harus di ingat, bahwa poligami bukanlah anjuran

apalagi kewajiban.

13 Rasyid Ridha, Tafsir Al Manar, (Mesir : Darul Manar, tth), h.371-372

Page 84: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

73

Seandainya poligami merupakan anjuran, pasti Allah SWT menciptakan

perempuan lebih banyak empat kali lipat dari jumlah laki-laki, karena tidak

adanya menganjurkan sesuatu kalau apa yang dianjurkan tidak tersedia. Allah

hanya memberikan wadah bagi orang yang menginginkannya ketika mengahadapi

kondisi atau kasus tertentu. Poligami mirip dengan pintu darurat dalam pesawat

terbang, yang hanya boleh dibuka dalam kedaan emergency tertentu.

B. Makna Adil dalam Poligami Perspektif Hukum Islam

Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 3 menegaskan syarat suami yang

berpoligami wajib berlaku adil terhadap istri-istrinya. Berkenaan dengan syarat

berlaku adil, hal ini sering menjadi perdebatan yang panjang tidak saja dikalangan

ahli hukum tetapi juga di masyarakat. Oleh sebab itu, apa yang dimaksud berlaku

adil atau makna keadilan sebagai syarat poligami.

Imam Syafi’i, as-Sarakhsi dan al-Kasani mensyaratkan keadilan diantara

para istri, menurut mereka keadilan ini hanya menyangkut urusan fisik misalnya

mengunjungi istri di malam atau di siang hari.14 Seorang suami yang hendak

berpoligami menurut ulama fiqh paling tidak memiliki dua syarat : Pertama,

kemampuan dana yang cukup untuk membiayai berbagai keperluan dengan

bertambahnya istri. Kedua, harus memperlakukan semua istrinya dengan adil.

Tiap istri harus diperlakukan sama dalam memenuhi hak perkawinan serta hak-

hak lain.15

Persyaratan demikian, nampak sangat longgar dan memberikan kesempatan

yang cukup luas bagi suami yang ingin melakukan poligami. Syarat adil yang

14 Khaerudin Nasution, Riba dan Poligami, (Jakarta : Tiara, 1996), h. 105 15 Abdurrahman, KHI, (Jakarta : Akedemika Pressindo, 1992), h. 192

Page 85: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

74

sejatinya mencakup fisik dan non fisik, oleh Syafi’i dan ulama-ulama Syafi’iyyah

dan orang-orang yang setuju dengannya, diturunkan kadarnya menjadi keadilan

fisik atau material saja. Bahkan lebih dari itu, para ulama fiqh ingin mencoba

menggali hikmah-hikmah yang tujuannya adalah melakukan rasionalisasi terhadap

praktek poligami.

Berbagai pendapat diatas, para ulama fiqh cenderung memahami keadilan

secara kuantitatif yang bisa diukur dengan angka-angka. Muhamad Abduh

berpandangan lain, keadilan yang disyaratkan al-Qur’an adalah keadilan yang

bersifat kualitatif seperti kasih sayang, cinta, perhatian yang semuanya tidak bisa

diukur dengan angka-angka. Ayat al-Qur’an mengatakan : “Jika kamu sekalian

khawatir tidak bisa berlaku adil, maka kawinilah satu isrti saja” (QS. An-Nisa : 3).

Muhammad Abduh menjelaskan, apabila seorang laki-laki tidak mampu

memberikan hak-hak istrinya, rusaklah struktur rumah tangga dan terjadilah

kekacauan dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Sejatinya, tiang utama dalam

mengatur kehidupan rumah tangga adalah adanya kesatuan dan saling menyayangi

antar anggota keluarga.16

Mayoritas ulama fiqh (ahli hukum Islam) menyadari bahwa keadilan

kualitatif adalah sesuatu yang sangat mustahil bisa diwujudkan. Abdurrahman al-

Jaziri menuliskan bahwa mempersamakan hak atas kebutuhan seksual dan kasih

sayang di antara istri-istri yang dikawini bukanlah kewajiban bagi orang yang

berpoligami karena sebagai manusia, orang tidak akan mampu berbuat adil dalam

membagi kasih sayang dan kasih sayang itu sebenarnya sangat naluriah. Sesuatu

16 Ali Ahmad Jarjawi, Pembebasan Perempuan, (Jakarta : Darul Fallah, 2007), h.10-11

Page 86: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

75

yang wajar jika seorang suami hanya tertarik pada salah seorang istrinya melebihi

yang lain dan hal yang semacam ini merupakan sesuatu yang di luar batas kontrol

manusia.17

M. Quraish Shihab menafsirkan makna adil yang disyaratkan oleh ayat 3

surat An-Nisa bagi suami yang hendak berpoligami adalah keadilan dalam bidang

material. Sebagaimana yang ditegaskan dalam surat An-Nisa ayat 129:

⌧ ☺ ☺ ⌧ ☺ ⌧

⌧ ⌧ ☺

"Kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu senderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung”.

Keadilan yang dimaksudkan dalam ayat diatas adalah adil dalam bidang

immaterial (cinta). Keadilan ini yang tidak mungkin dicapai oleh kemampuan

manusia. Oleh sebab itu suami yang berpoligami dituntut tidak memperturutkan

hawa nafsu dan berkelebihan cenderung kepada yang dicintai. Dengan demikian,

tidaklah tepat menjadikan ayat ini sebagai dalih untuk menutup rapat pintu

poligami.18

Berdasarkan berbagai penafsiran ulama tentang makna adil dalam

perkawinan poligami, dapatlah dirumuskan bahwa keadilan sebagai syarat

poligami dalam perkawinan pada hal-hal yang bersifat material dan terukur. Hal

ini menjadikan lebih mudah dilakukan dan poligami menjadi sesuatu lembaga

yang bisa dijalankan. Sebaliknya, jika keadilan hanya ditekankan pada hal-hal

17 Abdurrahman, KHI, (Jakarta : Akedemika Pressindo, 1992), h.239 18 M. Quraisy Syihab, Wawasan Al- Qur’an, (Jakarta : Mizan, 1999 ), h.201

Page 87: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

76

yang kualitatif seperti cinta, kasih sayang, maka poligami itu sendiri menjadi

suatu yang tidak mungkin dilaksanakan.

C. Makna Adil dalam Poligami Perspektif Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974

Perkawinan merupakan salah satu dimensi kehidupan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia yang merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan

kuat sebagai penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam

membentuk suatu keluarga atau rumah tangga. Begitu pentingnya perkawinan,

sehingga tidak mengherankan jika agama-agama, tradisi atau adat masyarakat dan

juga institusi negara tidak ketinggalan mengatur perkawinan yang berlaku di

kalangan masyarakatnya. Di Indonesia masalah perkawinan telah mendapat

pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dalam ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan tersebut perkawinan diartikan sebagai ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. Dari pengertian di atas dapat dimengerti bahwa pada prinsipnya suatu

perkawinan ditujukan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa19.

Dua istilah model perkawinan yaitu monogami dan poligami, diakui dan

dibolehkan oleh hukum/perundang-undangan di Indonesia dan hukum Islam,

Beranjak dari model perkawinan di atas maka Undang-Undang Nomor 1 Tahun

19 Undang-Undang Pokok Perkawinan No 1 tahun 1974, (Jakarta ; Sinar Grafika, 2000), h.3

Page 88: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

77

1974 Tentang Perkawinan sebenarnya menganut asas monogami. Hal ini sesuai

dengan ketentuan Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi : Pada azasnya dalam suatu

perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita

hanya boleh mempunyai seorang suami. Namun ketentuan tentang adanya asas

monogami ini bukan hanya bersifat limitatif saja, karena dalam Pasal 3 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan dimana

pengadilan dapat memberikan ijin pada seorang suami untuk beristri lebih dari

satu apabila disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.

Ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan tersebut di atas membuka kemungkinan seorang suami dapat

melakukan poligami apabila dikehendaki oleh istri pertama tentunya dengan ijin

pengadilan. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai macam agama yang ada yang

dianut oleh masyarakat karena ada agama yang melarang untuk berpoligami dan

ada agama yang membenarkan atau membolehkan seorang suami untuk

melakukan poligami. Khusus yang beragama Islam harus mendapat ijin dari

pengadilan agama (Pasal 51 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam) dan yang beragama

selain Islam harus mendapat ijin dari pengadilan negeri. Jadi hal ini tergantung

dari agama yang dianut dan pengadilan yang berkompeten untuk memutuskan.

Adapun syarat utama yang harus dipenuhi adalah suami mampu berlaku adil

terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya, akan tetapi jika si suami tidak bisa

memenuhi maka suami dilarang beristri lebih dari satu. Disamping itu si suami

harus terlebih dahulu mendapat ijin dari pengadilan agama, jika tanpa ijin dari

pengadilan agama maka perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

Page 89: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

78

Apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari seorang maka ia

wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan. Pengadilan

agama baru dapat memberikan ijin kepada suami untuk berpoligami apabila ada

alasan yang tercantum sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam Pasal 4 ayat

(2) UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu: Istri tidak

dapat menjalankan kewajiban sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau

penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Untuk mendapatkan ijin dari pengadilan, suami harus pula memenuhi syarat-

syarat tertentu disertai dengan alasan yang dapat dibenarkan. Tentang alasan yang

dapat dibenarkan ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menentukan:

(1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat

sebagai berikut: adanya persetujuan dari istri/istri-istri, adanya kepastian bahwa

suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak anak

mereka, adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka.

(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai

persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak

ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena

sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.20

20 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.83.

Page 90: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

79

Mengenai persyaratan persetujuan dari istri yang menyetujui suaminya

poligami dapat diberikan secara tertulis atau secara lisan akan tetapi sekalipun

telah ada persetujuan tertulis dari istri persetujuan ini harus dipertegas dengan

persetujuan lisan dari istri pada sidang pengadilan agama. Persetujuan dari istri

yang dimaksudkan tidak diperlukan bagi suami apabila istri atau istri-istrinya

tidak mungkin dimintai persetujuan dan tidak mungkin menjadi pihak dalam

perjanjian dan apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2

tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang mendapat penilaian dari hakim

Pengadilan Agama.

Persetujuan secara lisan ini nantinya istri akan dipanggil oleh Pengadilan

dan akan didengarkan oleh majelis hakim, tidak hanya istri tetapi suami juga akan

diperlakukan hal yang sama. Kemudian pemanggilan pihak-pihak ini dilakukan

menurut tata cara yang diatur dalam hukum acara perdata biasa yang diatur dalam

pasal 390 HIR dan pasal-pasal yang berkaitan.21

Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri-

istrinya dan anak-anak ada beberapa faktor yang menjadi barometer yaitu

1. Surat keterangan gaji suami yang ditandatangani bendahara tempat bekerja

2. Surat keterangan pajak penghasilan

3. Surat keterangan lain yang diterima oleh pengadilan. 22

Adapun proses dalam acara pengadilan agama dimana dalam pemeriksaan

pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang bersangkutan.

21 A. Mukti Arto, Praktek-praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama (Jakarta,

Pustaka Pelajar, 2003) h.34 22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media,

2006), h.127

Page 91: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

80

Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30

hari setelah diterima surat permohonan beserta lampiran-lampirannya. Apabila

pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristri lebih

dari satu maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa ijin untuk beristri

lebih dari seorang.

D. Analisis Penulis

Fenomena praktek poligami di Indonesia mengundang beragam respon dari

berbagai kalangan, ada yang pro poligami dan tidak sedikit kalangan yang

menolak praktek poligmi. Masing-masing memiliki alasan kuat dalam

mempertahankan pendapatnya.

Setelah menguraikan berbagai pendapat dari kelompok yang pro dan anti

poligami, penulis berpendapat bahwa poligami pada dasarnya merupakan solusi

yang ditawarkan Islam terhadap gejala masayarakat jahiliayah pada waktu itu

yang merendahkan harkat wanita. Hal ini dapat dilihat dari asbab an-nuzul Al-

Quran surat An-Nisa ayat 3 yang dilatarbelakangi untuk menjawab prilaku

masyarakat arab yang menganggap wanita hanya untuk dieksploitasi dan dianggap

harta yang dapat diwariskan. Islam sebagai agama samawi yang menjunjung

tinggi nilai-nilai humanisme memberikan perhatian lebih terkait permasalahan

gender, termasuk poligami di dalamnya.

Poligami baik merujuk pada ajaran Islam atau Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan diperbolehkan dengan syarat adil. Konsep adil

memang sangat mudah dalam perumusannya, hanya saja dalam prakteknya suami

beristri lebih dari satu menemukan kendala yang cukup sulit diselesaikan.

Page 92: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

81

Persyaratan adil bagi suami yang berpoligami pada prinsipnya sejalan

dengan semangat salah satu tujuan disyariatkannya pernikahan, ketentraman

pasangan suami-istri. Dengan kata lain, suami sah-sah saja melakukan poligami

dengan catatan mampu mempraktekkan prilaku adil terhadap para istrinya, baik

secara materi atau immateri. Sehingga berpoligami pada akhirnya bukan menjadi

problematika sosial, justru merupakan solusi persoalan di tengah-tengah

masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme dan keadilan.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Istri mempunyai hak untuk

menolak keinginan suami untuk berpoligami, aturan hukum ini menjadi barometer

potensi sikap adil yang dimiliki suami yang hendak berpoligami. Oleh karenanya

ada sebagian istri yang rela dimadu bahkan mencarikan pasangan untuk suaminya

dalam beberapa kasus poligami. Namun tidak sedikit istri yang tidak rela

suaminya berpoligami karena dihawatirkan justru dengan suami berpoligami

ketenteraman yang menjadi salah satu hikmah perkawinan jauh dari kenyataan.

Jadi sikap adil suami yang beristri lebih dari satu mungkin saja terwujud hanya

saja sangat minim yang mampu melakukannya. Menurut paradigma penulis, hal

inilah yang melatarbelakangi adanya aturan tentang adanya izin istri bagi suami

yang hendak berpoligami.

Page 93: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hukum Perkawinan poligami dalam perspektif agama Islam diperbolehkan

dengan catatan suami mampu bertindak adil terhadap istri-istrinya, hal ini

merujuk pada Al-Quran Surat An-Nisa ayat 3. Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 memberi ruang bagi suami yang hendak beristri lebih dari satu

sebagaimana diatur dalam pasal 4 (empat) dan 5 (lima).

2. Praktek poligmi menuai respon beragam dari masyarakat luas, ada yang pro

poligami namun ada pula masyarakat yang menolaknya. Bagi kelompok pro

poligami, mereka memiliki alasan bahwa polgami merupakan ibadah dan

menjalankan aturan agama yang diwahyuhkan Allah, mengharamkan sesuatu

yang dihalalkan Allah tidak dibenarkan dalam Islam. Kelompok masyarakat

anti poligami berargumen kesetaraan gender dan minimnya potensi sikap adil

suami terhadap para istri-istrinya.

3. Makna keadilan sebagai syarat poligami bukan pada keadilan makna batin

(seperti cinta dan kasih sayang) tetapi keadilan pada hal-hal yang bersifat

material dan terukur. Sebagaimana di isyaratkan oleh ayat 129 surat An-Nisa

dan latar belakang sosiologis sebab turun ayat poligami (An-Nisa ayat 3).

Barometer keadilan yang harus dimiliki suami ketika hendak berpoligami

82

Page 94: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

83

menunurt Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 5 (lima) adalah suami

yang berpoligami harus ada persetujuan istri pertama dan adanya kepastiaan

mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anaknya (materail)

serta suami menjamin akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya

(immaterial).

B. Kritik dan Saran

Fenomena perkawinan poligami yang terjadi di tengah-tengah masyarakat

dengan dalih dan mengatasnamakan agama serta mengesampingkan aspek

semangat disyariatkannya poligami perlu mendapatkan perhatian serius dari

berbagai pihak. Hal ini sering terjadi karena dilatarbelakangi oleh keterbatasan

wawasan yang cukup seputar poligami. Oleh karenanya menjadi urgen sosialisasi

terkait aturan hukum positif yang menjadi acuan hakim untuk mengizinkan

poligami terhadap seseorang, sehingga pada akhirnya poligami bukan menjadi

media penyaluran kebutuhan biologis lelaki semata, akan tetapi harus

mengedepankan sisi positif dari poligami itu sendiri, seperti keadilan dan motivasi

kemanusiaan dan sosial.

Page 95: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kholid ibn, Keutamaan-Keutamaan Poligami, Sajadah Press, Yogyakarta, 2006

Abraham & Ilo Wilar, Poligini Nabi, Pustaka Rihlah, Yogyakarta, 2006

Al-Hufy, Ahmad, Mengapa Rasulullah Berpoligami, Pustaka Azzam, Jakarta, 2001

Ali, Asghar, Pembebasan Perempuan, LKIS, Yogyakarta

Al-Jahrani, Musfir, Poligami Dalam Berbagai Persepsi, Gema Insani Pers, Jakarta, 1996

Al-Jaziri, Abd. Al-Rahman, Kitab al Fiqh ‘ala al-Madzahib al-‘Arba’ah, al-

Maktabah al-Tijariyyah, Mesir, 1969 Al-Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Pustaka Amani, Jakarta, 2003

Al-Qardlawi, Yusuf , Fiqh Maqashid Syari’ah, Pustaka Kautsar, Jakarta 2006

Aminudin, Slamet Abidin, Fiqh Munakahat, Pustaka Setia, Bandung, 1999

Anshori, Fahmie, Siapa Bilang Poligami itu Sunnah?, Pustaka Iman, Depok, 2007

As-Sa’dani, As-Sayid bin Abdul Aziz, Isteriku Menikahkanku, Daarul Falah, jakarta, 2007

As Sanan, Ariij Binti Abdur Rahman, Adil Terhadap Para Isteri (Etika

Berpoligami), Darus Sunah, Jakarta, 2005 Baltaji, Muhammad, Poligami, Media Insani Publishing, Solo, 2007

Basyir, Abu Umar, Poligami; Anugrah yang Terzhalimi, Rumah Dzikir, Solo, 2007

Djazuli, Ahmad, Ilmu Fiqh; Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum,

Kencana, Jakarta, 2005 Do’I, Abd. Rahman I, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah),

Rajawali Press, Jakarta 2002 Farhat, Karam Hilmi, Poligami dalam pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi,

Tim Pustaka Daarul Haq, Jakarta, 2007

Page 96: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

Fathurrohman, Imam, Saya Tak Ingin Poligami Tapi Harus Poligami; Menelisik Alasan Kenapa Aa Gym Beristeri Dua, Hikmah Populer, Bandung, 2007

Fikri, Abu, Poligami yang Tak Melukai Hati, Mizania, Bandung, 2007

Fuad, Isnaeni, Berpoligami dengan Aman, Lintas Media, Jombang, [t.t]

Ghazaly, Abd Rahman, Fiqh Munakahat, Kencana, Jakarta, 2006

Gusmian, Islah, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, Pustaka Marwa, Yogyakarta, 2007

Hudhari, Muhammad Syarif, Hak-Hak Wanita dalam Islam, Mujahid Press,

Bandung, 2007 Husein, Imanuddin, Satu Istri Tidak Cukup, Khazanah, Jakarta, 2003

Irawan, Candra Sabtia, Perkawinan dalam Islam; Monogami atau Poligami, An-Naba Islam Media, Jogjakarta, 2007

Jaiz, Hartono Ahmad, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan,

Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2007 Karim, Khalil Abdul, Syari’ah, LKIS, Yogyakarta, 2003

Karim, Muslih Abdul, Keistimewaan Nafkah Suami dan Kewajiban Isteri, Wawasan Islami, Jakarta, 2007

Khaluk, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqh; Kaidah Hukum Islam, Pustaka Amani,

Jakarta, 2003 Mubarok, Syaiful Islam, Poligami antara Pro dan Kontra, Syamil, Bandung,

2007 Muchtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Bulan Bintang,

Jakarta. Mudjib, Abdul, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, Kalam Mulia, Jakarta, 2001

Mursalim, Supardi, Menolak Poligami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007

Muttahari, Murthadha, Duduk Perkara Poligami, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2007

Nasution, Khoiruddin, Riba dan Poligami; Sebuah Studi atas Pemikiran

Muhammad Abduh, Pustaka Pelajar, 1996

Page 97: KONSEP ADIL DALAM POLIGAMI (Analisis Perspektif Hukum ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4182/1/ABDUL... · poligami di atas, telah menyiratkan ada suatu gejala

Nurudin, Amiur dan Tarigan, Ahmad Azhari, Hukum Perdata di Indonesia, Permada Media, 2004

Ridho, Rasyid, Tafsir al-Manar, Dar al-Manar, Mesir

Setiati, Eni, Hitam Putih Poligami, Cisera Publishing, Jakarta 2007

Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an, Mizan, 1999

_______________ , Perempuan, Lentera Hati, Jakarta, 2001

Soerjono, Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Tim Penyusun al-Manar, Fiqh Nikah; Panduan Syar’i Menuju Rumah Tangga

Islami, PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2006 Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam, Fokus Media, Bandung 2005

Utomo, Setiawan Budi, Fiqh Aktual; Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Gema Insani Press, Jakarta, 2003

Yanggo, Chuzaemah dan Azhari, Hafiz, 1994, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, Jakarta; PT. Pustakan Firadus. Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyyah, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989