KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI … · Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif...
Transcript of KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI … · Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif...
STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL-AZHAR
TERHADAP PEMBIAYAAN UKM
JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)Gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
Arief Rahman
NIM. 206046103809
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
i
x
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Proses Perencanaan, Implementasi, dan Pengawasan............... 19
4.4 Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM Di BMT Masjid Al Azhar…… 69
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2011
Arief Rahman
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada segenap
keluarganya, sahabatnya serta ummatnya sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada
didalamnya.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis bersyukur, dengan limpahan
kasih sayang-Nya, penulis mampu meyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi BMT
Masjid Al-Azhar Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan”, dapat terselesaikan
dengan baik.
Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak
hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridha-Nya, berkat doa,
kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis sampai titik proses akhir
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari betapa sederhana karya tulis ini dan jauh dari sempurna.
Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah
banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis
untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
iv
1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah
Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada
penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga
penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa
kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perputakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh
berbagai informasi dan sumber-sumber referensi sehingga skripsi dapat
terselesaikan.
6. Pimpinan dan Staf BMT Masjid Al-Azhar, yang telah menerima penulis untuk
melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian
skripsi ini.
v
7. Yang tercinta Ayahanda (Harmuny), engkaulah Ayah yang bijaksana, yang
dengan ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi
Ananda untuk memilih judul skripsi tentang Baitul Maal Wat Tamwil. Dan
yang tercinta Ibunda (Faridah), yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang
buat Anada, yang tidak henti mendoakan, memberikan motivasi dan spirit
buat Ananda, sehingga Ananda menjadi Laki-laki kuat dalam menghadapi
cobaan hidup dan menjadi kebanggaan Ayah dan Bunda. Amin. Dan yang
tersayang kakakku (Ahmad Nofel), yang telah membantu dalam membuat
skripsi. Selanjutnya adik-adikku (Siti Kholilah dan Muhammad Fahmi), ambil
yang positifnya mudah-mudahan kamu bisa lebih baik dari kakak
8. Buat orang-orang yang telah membantu saya, Ka‟ Farhan, Bang Iis Muliadi,
M.Zein, Jamruddin, Dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu, terimakasih banyak atas semuanya, saya takkan bisa tanpa kalian.
9. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-C ekstensi yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan banyak
kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan, semoga tali
silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua teman-teman Bengkel Eman
Motor Condet (EMC) / MAN yang selalu memotivasi saya yaitu Bapak MAN,
khususnya Bang Simo dan Bang Ipan. Serta anak-anak kampus UIN Jakarta
Non-Reg.
vi
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi
Robbil „Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha Allah SWT. Demikian
ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan
bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi
ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat
manusia, serta bagi Lembaga-Lembaga Ekonomi Syariah di Indonesia. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta
menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.
Jakarta, 28 Januari 2011
Penulis
Arief Rahman
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………...
Lembar Pengesahan………………………………………………………….. i
Lembar Pernyataaan………………………………………………………… ii
Kata Pengantar……………………………………………………………….. iii
Daftar Isi………………………………………………………………………. vii
Daftar Gambar………………………………………………………………... x
Daftar Tabel…………………………………………………………………... xi
Daftar Lampiran……………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….. 6
D. Tinjauan Pustaka………………………………………………… 6
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan…………………...…… 9
F. Sistematika Penulisan…………………………………………… 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi…………………………………………………………… 14
1. Pengertian Strategi…………………………………………… 14
2. Konsep Strategi………………………………………………. 16
B. Pemasaran………………………………………………………... 22
1. Pengertian Pemasaran………………………………………... 22
2. Konsep Pemasaran Syariah…………………………………... 25
3. Nilai-Nilai Pemasaran Syariah………………………………... 26
viii
4. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Konvensional………... 28
5. Pengertian Strategi Pemasaran................................................. 31
C. Perumusan Strategi Pemasaran....................................................... 32
D. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)…………………………………. 35
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)…………………. 35
2. Tujuan dan Fungsi……………………………………………. 37
3. Badan Hukum BMT…………………………………………. 38
E. Pembiayaan………………………………………………………. 40
1. Pengertian Pembiayaan………………………………………. 40
2. Unsur-Unsur Pembiayaan…………………………………….. 41
3. Jenis-Jenis Pembiayaan………………………………………. 44
4. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)………………………… 44
5. Tujuan Pembiayaan…………………………………………. 46
6. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syariah………………………... 47
F. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ……………...………… 48
BAB III GAMBARAN UMUM BMT MASJID AL-AZHAR
A. Sejarah Berdiri………………………………………………….. 50
B. Visi dan Misi……………………………………………………. 52
C. Struktur Organisasi……………………………………………… 53
D. Produk-Produk yang Dikeluarkan………………………………. 54
BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL AZHAR
TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN
A. Penyaluran Pembiayaan UKM Jakarta Selatan………………….. 58
1. Aplikasi Strategi Pemasaran yang Dilakukan oleh BMT
Masjid Al Azhar.............…………………………………….. 58
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemasaran
Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta Selatan di
BMT Masjid Al Azhar .............……………………….......... 65
ix
3. Prosedur Pengajuan Pembiayaan di BMT
Masjid Al Azhar ............…………………………….............. 69
4. Peluang dan Tantangan Pembiayaan Terhadap
Pemberdayaan UKM Jakarta
Selatan...................................................................................... 70
B. Pemanfaatan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan………………… 72
1. BMT Masjid Al Azhar............……………………………….. 72
2. UKM Jakarta Selatan yang Diberikan
Pinjaman Pembiayaan oleh BMT Masjid
Al Azhar............……………………………………………… 72
C. Perkembangan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan di
BMT Masjid Al Azhar.............…………………………………... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 79
B. Saran…………………………………………………………….. 81
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
4.1 Strategi Pemasaran……………………………………………………. 65
4.2 Nama, Lokasi, Usaha UKM Jakarta Selatan…………………………. 66
4.3 Kolektabilitas Pembiayaan UKM……………………………………. 67
4.5 Pembiayaan Menurut Kelompok Usaha………………………………. 73
4.4 Data Realisasi Pembiayaan Per Tahun………………………………... 76
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi……….………………………………
Surat Pengantar Bimbingan Skripsi…………………………………………………..
Surat Mohon Data Wawancara………………………………………………………..
Surat Keterangan Observasi Dari BMT Masjid Al-Azhar……………………………
Formulir Permohonan Pembiayaan UKM……………………………………………
Formulir Akad Perjanjian Pembiayaan Murabahah Dengan Jaminan………………..
Formulir Akad Perjanjian Pembiayaan Murabahah Tanpa Jaminan…………………
Brosur Pembiayaan Di BMT Masjid Al-Azhar………………………………………
Stuktur Organisasi BMT Masjid Al-Azhar…………………………………………..
Daftar Pertanyaan Wawancara Kepada Manager
BMT Masjid Al-Azhar……………………………………………………………….
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Analisa yang dikemukakan oleh banyak pihak, terutama para pengamat
ekonomi mengungkapkan bahwa usaha kecil menengah (UKM) memperlihatkan
kamampuan untuk tetap survive meskipun mereka diterpa badai krisis. Hal ini
tidaklah mengherankan karena memang selama ini mereka eksis diatas usaha
sendiri, sumber daya pribadi. Kemudian dibandingkan perusahaan-perusahaan
besar tidak cukup kuat fondasinya untuk bertahan dari terpaan dari badai krisis
yang terjadi. Mereka mengalami kebangkrutan karena memang selama ini mereka
menguntungkan sumber pendanaan pada faktor eksternal, hutang.
Kamampuan UKM untuk survive dengan sumber daya pribadi inilah membuat
banyak kalangan merasa optimis bahwa UKM dimasa sekarang dan dimasa depan
merupakan tonggak penyalamatan ekonomi nasional.
Kemudian yang menjadi permasalahan pada hal ini adalah ketika orang-orang
yang mempunyai pendapatan terbatas untuk menjalani kehidupannya yang
akhirnya mereka menginginkan untuk membangun usaha sendiri tetapi mereka
tidak mempunyai banyak dana. Maka dalam pembahasan ini yaitu bertujuan
untuk mendeskripsikan berbagai soal yang berkaitan dengan prospek dan problem
dihadapi oleh usaha kecil dan menengah sebagai sendi ekonomi nasional.
Kekuatan usaha kecil dan menengah dalam mendukung program pemerintah
menghapus kemiskinan dan pengangguran.
2
Belakangan ini istilah pemberdayaan ekonomi rakyat atau usaha kecil
menengah menjadi topik pembicaraan banyak kalangan. Penggunaan istilah
ekonomi rakyat memberikan kesan secara umum yang menggambarkan bahwa
seolah-olah selama ini telah terjadi pembelahan (dikotomi) antara rakyat dan
kolongmerat. Melihat kecenderungan yang demikian, maka untuk memahami
substani yang sesungguhnya dari istilah tersebut diperlukan pengkajian secara
memadai sehingga kesan yang bernada dikotomis rakyat versus konglomerat
dapat dipahami secara baik pula.
Kata “pemberdayaan dan memberdayakan” yang merupakan terjemahan dari
kata “empower”. Kemunculan istilah ini memberikan isyarat bahwa selama ini
telah terjadi ketidakberdayaan dalam kehidupan kelompok tertentu baik dalam
siklus kehidupan politik, sosial maupun ekonomi. Pemberdayaan adalah upaya
membuat sesuatu berkemampuan atau berkekuatan.1
Selanjutnya yaitu meskipun UKM menjanjikan bagi masa depan ekonomi
nasional, namun dalam perkembangannya seringkali diperhadapkan oleh berbagai
dilema. Persoalan pendanaan merupakan salah satu dilema yang sangat krusial
bagi kelanjutan usaha UKM. Lembaga keuangan formal (bank) yang diharapkan
sebagai sumber pendanaan bagi perkembangan ekonomi UKM telah gagal
memainkan fungsi dasarnya, terutama dalam menyalurkan dana secara efektif ke
kegiatan-kegiatan usaha yang paling produktif atau paling menguntungkan secara
1 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2005), h. 109-111.
3
finansial. Bahkan lembaga tersebut memandang usaha mikro sebagai unit
ekonomi yang not bank able.2
Dengan demikian bahwa lebih dari satu abad lebih sistem ekonomi
konvensional telah melayani kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan
manusia. Dalam konsep kekinian prinsip ekonomi modern berkiblat pada sistem
bunga (riba) dalam kegiatan perdagangan sehingga ekonomi modern memberikan
berbagai macam cara bagaimana memuaskan keinginan manusia sepanjang
mereka memiliki akses atau kemampuan mengelola sumber daya ekonomi.3
Oleh karena itu, dari pengertian diatas maka peran BMT disini sangatlah
penting. BMT dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah
dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, Baitul Mal wa Tamwil juga bisa
menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkan sesuai dengan
peraturan dan amanatnya.4
Baitul Mal wa Tamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan Syariah non
perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.
2 Ibid., h. 118-119.
3 Ali Sakti, Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern (Jakarta: Paradigma
Aqsa Publishing, 2007), h. xi. 4 PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu (Jakarta:
PINBUK,t.t), h. 1.
4
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pola pengembangan institusi
keuangan ini diadopsi dari bayt al-mal yang pernah dan sempat tumbuh dan
berkembang pada masa Nabi SAW dan Khulafa al-Rasyidin. Oleh sebab itu,
keberadaan BMT selain bisa dianggap sebagai media penyalur pendayagunaan
harta ibadah seperti zakat, infaq, shadaqah, juga bisa dianggap sebagai institusi
yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif seperti layaknya bank.
Oleh karenanya selain berfungsi sebagai lembaga ekonomi, lembaga
keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan
menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi
ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan
pertanian.
Dari penjelasan diatas penulis ingin mengangkat permasalahan yang berkaitan
dengan strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al
Azhar, dan faktor pendukung serta penghalang pemasaran penyaluran
pembiayaan di BMT tersebut.
Dengan mengetahui latar belakang yang demikian, maka penulis tertarik
untuk mencoba menganalisa lebih dalam tentang permasalahan tersebut yang
kemudian akan diangkat dalam bentuk skripsi yang berjudul “Strategi
Pemasaran BMT Masjid Al-Azhar Terhadap Pembiayaan UKM Jakarta
Selatan”. Penulis berharap agar skripsi ini kelak dapat menempatkan masalah
tersebut secara proporsional dan juga mengharapkan dana tersebut yang dimiliki
oleh BMT Masjid Al Azhar pada khususnya dapat dikelola dengan baik dan
disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam
5
perundang-undangan dan syariat. Dengan begitu masyarakat dapat terbantukan
dalam menjalankan usahanya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis mencoba membatasi permasalahan ini hanya pada model Strategi
Pemasaran Pembiayaan UKM Jakarta Selatan yang diterapkan di BMT Masjid
Al- Azhar.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya penulis merasa perlu merumuskan beberapa permasalahan dalam
skripsi ini, dengan harapan tercapainya bobot permasalahan yang akan dibahas,
yaitu:
1. Bagaimana strategi BMT Masjid Al-Azhar terhadap pemasaran pembiayaan
UKM Jakarta Selatan ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemasaran terhadap penyaluran
pembiayaan UKM Jakarta Selatan ?
3. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan UKM di BMT Masjid Al-
Azhar?
4. Apa saja peluang dan tantangan pembiayaan BMT Masjid Al-Azhar terhadap
pemberdayaan UKM di Jakarta Selatan ?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui strategi pemasaran BMT Masjid Al-Azhar terhadap pembiayaan
UKM Jakarta Selatan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran pembiayaan UKM
Jakarta Selatan.
3. Mengetahui prosedur pengajuan pembiayaan UKM di BMT Masjid Al-Azhar.
4. Mengetahui peluang dan tantangan dalam memberikan pembiayaan terhadap
pemberdayaan UKM Jakarta Selatan.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang dilakukan penulis, belum
terdapat penelitian yang membahas secara khusus masalah yang penulis tulis.
Namun secara umum, terdapat penelitian yang membahas masalah pembiayaan
terhadap usaha kecil dan menengah yaitu :
1. Nafisah, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Potensi dan
Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM (Studi Kasus Pada BMT Ta’awun
Cipulir), tahun 2007. Pembahasan ini menjelaskan tentang potensi dan strategi
7
yang dimiliki BMT Ta’awun dan tingkat keberhasilan selama dua tahun terakhir
(2006 dan 2007).5
2. Hiliyati Min Ummaya, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas
Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan (Studi Kasus KS-
BMT Masjid Al Azhar Jakarta), tahun 2009. Pembahasan ini menjelaskan tentang
tingkat kepuasan nasabah dalam memperoleh pelayanan yang telah
diperolehnya.6
3. Helmi Adam, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Strategi
Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT Al-Munawwarah dan
BMT Berkah Madani, tahun 2010. Membahas tentang penerapan strategi
manajemen risiko dan permasalahan dalam memberikan pembiayaan kepada
UKM di BMT Al Munawwarah.7
4. Toto Kurniarto, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas Peran
Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam Pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah, tahun 2010. Membahas tentang
peluang dan potensi LPNU dalam mengembangkan UMKM dan kendala yang
dihadapi dalam mengembangkan UMKM bebasis syariah.8
5 Nafisah, “Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM (Studi Kasus Pada BMT Ta’awun
Cipulir),” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007), h. 4. 6 Hiliyati Min Ummaya, “Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan (Studi
Kasus KS-BMT Masjid Al Azhar Jakarta),” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2009). 7 Helmi Adam, ”Strategi Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT Al-
Munawwarah dan BMT Berkah Madani,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2010), h. 8. 8 Toto Kurniarto, “Peran Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah
& Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 5.
8
Dari beberapa penelitian yang sudah penulis telusuri tidak mendapati
penelitian ini, skripsi ini dibuat ekslusif dan berbeda dengan skripsi diatas dimana
skripsi ini lebih fokus dan terperinci dengan strategi pemasaran pembiayaan
UKM Jakarta Selatan, dan perbedaan dengan penelitian empat diatas yaitu :
skripsi pertama sangat jauh berbeda dengan penelitian ini dimana penulis
membahas strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan sedangkan
skripsi pertama membahas Potensi dan Strategi BMT Dalam Pengembangan
UKM. Dengan skripsi kedua perbedaan sangat jelas terdapat pada Analisis
Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis Pelayanan Studi Kasus KS-BMT
Masjid Al Azhar Jakarta. Sedangkan dengan skripsi ketiga terjadi perbedaan
mendasar dalam pembahasan walaupun memakai Strategi Manajemen Risiko dan
Pada Pembiayaan UKM di BMT Al-Munawwarah dan BMT Berkah Madani.
Kemudian skripsi keempat perbedaannya pada Peran Lembaga Perekonomian
Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
(UMKM) Berbasis Syariah. Dari pembahasan skripsi keseluruhan, dimana skripsi
diatas membahas analisis usaha mikro terlalu lebar dan umum, sehingga lebih
sulit untuk dibatasi. Sedangkan penulis membahas dengan lebih terarah dan jelas
strategi pemasaran pada pembiayaan UKM Jakarta Selatan yang berdasarkan
prinsip syariah.
9
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata atau kalimat,
metode penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang analisis tidak untuk
menerima atau menolak hipotesis (jika ada) melainkan hasil analisis itu berupa
deskripsi dari gejala yang diamati yakni strategi pemasaran BMT Masjid Al
Azhar terhadap pembiayaan UKM Jakarta Selatan.
1. Sumber Data
Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi, menggunakan dua jenis
sumber data, yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Yang
termasuk data primer antara lain:
1) Sejarah BMT Masjid Al-Azhar Jakarta
2) Visi dan Misi BMT Masjid Al-Azhar Jakarta
3) Hasil wawancara dengan Manager yang berkompeten dibidang pemasaran
pada pembiayaan UKM Jakarta Selatan
4) Dokumen-dokumen BMT Masjid Al-Azhar Jakarta yang berkaitan dengan
pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan
5) Brosur BMT Masjid Al-Azhar tentang produk-produk yang dikeluarkan
b. Data Sekunder, data ini diperoleh dengan membaca teori-teori pemasaran
yang terdapat pada:
1) Buku-buku ekonomi umum dan ekonomi Islam
2) Artikel-artikel ekonomi
10
3) Sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan ilmu ekonomi dan
keuangan
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang berkenaan dengan judul penelitian, penelitian
menggunakan jenis pengumpulan data sebagai berikut:
a. Riset Kepustakaan
Dalam riset kepustakaan ini membaca, meneliti, mempelajari bahan-bahan
tertulis seperti majalah, buku-buku, artikel dan informasi tertulis lainnya yang
berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini, melalui riset ini akan didapat
konsep, teori dan definisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berfikir
dan analisa dalam proses penulisan riset laporan.
b. Observasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena
yang diselidiki.9 Untuk mencari informasi dan pengumpulan data yang
diperlukan, penulis melakukan observasi BMT Masjid Al-Azhar.
c. Wawancara
Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dalam upaya menghimpun data
yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu
dengan tanggung jawab secara langsung yang bebas dan terbuka.10
Wawancara
dilakukan penulis terhadap pihak-pihak yang berwenang yakni kepada Bapak
9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jogja: Andi Offset, 1992), h. 132.
10 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), Cet. Ke-4, h. 54
11
Syamsul Bahri Sebagai Manager Di BMT Masjid Al-Azhar, wawancara
penulis tentang Strategi Pemasaran BMT Masjid Al-Azhar Terhadap Pembiayaan
UKM Jakarta Selatan.
Sedangkan teknik penulisan, penulis berpedoman pada buku “Pedoman
penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, (UIN
Jakarta CeQDA, 2007).
d. Dokumentasi
Dokumentasi mengumpulkan data laporan yang didapat dari pihak yang
bersangkutan yang berkaitan dengan penelitian.
e. Objek Penelitian
Yang dijadikan objek penelitian ini di BMT Masjid Al-Azhar, Jl. Mujair 1
RT. 003/09 No. 24A Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Telp: (021) 780 2650.
f. Metode Analisa
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara, dokumen perjanjian, dokumen
perkembangan pemasaran pembiayaan UKM Jakarta Selatan, brosur BMT Masjid
Al-Azhar dan lain-lain. Langkah selanjutnya adalah data-data tersebut
dikategorikan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Tahap akhir dari analisis
ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini selesai,
mulailah ketahap penafsiran data, tujuan dari penafsiran data ini untuk melakukan
deskriptif analitis. Deskriptif maksudnya memberikan sebuah gambaran secara
sistematis mengenai pelaksanaan strategi pemasaran pembiayaan UKM Jakarta
12
Selatan pada BMT Masjid Al-Azhar. Analisis, maksudnya bahwa data penelitian
ini dikaji secara mendalam terhadap fakta yang ada melalui beberapa penguraian.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini disusun
menjadi lima bab yang kemudian pada setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab
bahasan dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan latar belakang penulisan, pembatasan
dan perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang pengertian strategi, konsep strategi, definisi pemasaran,
konsep pemasaran syariah, nilai-nilai pemasaran syariah, perbandingan
pemasaran syariah dan konvensional, pengertian strategi pemasaran, pengertian
Baitul Mal wat Tamwil (BMT), tujuan dan fungsi, badan hukum BMT, pengertian
pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, bauran pemasaran,
tujuan pembiayaan, prinsip-prinsip pembiayaan syariah, pengertian usaha kecil
dan menengah.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT MASJID AL-AZHAR
Berisi tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, produk-
produk yang dikeluarkan.
13
BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL-AZHAR
TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN
Berisi tentang strategi pemasaran BMT Masjid Al-Azhar pada pembiayaan
UKM Jakarta Selatan.
BAB V PENUTUP
Penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil penelaahan yang
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, serta akan mencoba memberikan saran-
saran perbaikan yang dipandang perlu.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. STRATEGI
1. Pengertian Strategi
Strategi menurut kamus bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Kemudian strategi pemasaran
menurut kamus bahasa Indonesia adalah rencana untuk memperbesar pengaruh
terhadap pasar, baik dalam jangka pendek, yang didasarkan pada riset pasar,
penilaian, perencanaan produk, promosi, dan perencanaan penjualan, serta
distribusi.1
Strategi menurut kamus manajemen adalah rencana yang cermat mengenai
kegiatan mencapai sasaran khusus dan saling hubungan dalam hal waktu dan
ukuran. Selanjutnya strategi pemasaran (marketing strategy) menurut kamus
manajemen adalah semua rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar,
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, yang didasarkan pada
riset pasar, penilaian, dan perencanaan produk, promosi, dan perencanaan
penjualan, serta distribusi berhubungan dengan sasaran perusahaan yang hendak
dicapai.2
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka. 2005), h. 1092. 2 B.N. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2003), h. 340-341.
15
Strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap unit
bisnis harus merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada beberapa
tahapan dalam menentukan keputusan strategis yaitu3 :
a. Menentukan perumusan unit usaha.
Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha menjadi
unit-unit yang menjadikannya dari divisi produk. Unit usaha memberikan
ketentuan yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap pasar dan
perencanaan.
b. Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci.
Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategis dan mengevaluasi
kinerja serta pada tahap ini pemilihan variabel kunci kesuksesan industri
perusahaan.
c. Memilih strategi yang berperan yaitu industrial economy (yang merupakan
ekonomi mikro), maksudnya melihat industri sebagai sasaran.
d. Mengevaluasi seluruh portofolio yang dimiliki.
Untuk menjalankan keempat tahapan tersebut diperlukan perangkat serta
teknik dalam menganalisis dan mengevaluasi keputuasan strategis. Perangkat dan
teknik ini perlu ditentukan untuk langkah strategis pengembangan usaha dan
untuk strategi-strategi yang berfungsi sebagai pedoman pertumbuhan dan seleksi
3 Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h. 76.
16
2. Konsep Strategi
a. Perencanaan Strategik
Perencanaan Strategik adalah proses manajerial yang meliputi perkembangan
dan pemeliharaan suatu keserasian yang berlangsing terus antara sasaran
organisasi (perbankan) dan sumber daya dan berbagai peluang yang terdapat di
dalamnya. Perencanaan strategik menurut Philip Kotler4 adalah proses untuk
mengembangkan dan mempertahankan kecocokan strategik di antara sasaran-
sasaran dan kemampuan perusahaan dan peluang-peluang pemasarannya yang
terus berubah. Tugas perencanaaan strategik adalah untuk bisa tanggap terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu merancang perusahaan (bank)
sedemikian rupa agar kegiatan usahanya selalu cukup sehat dan sustainable untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bank tersebut.
Langkah-langkah dalam kegiatan perencanaan strategik meliputi hal-hal
sebagai berikut 5:
1) Menetapkan Visi dan Misi
Visi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan tujuan global yang
ingin dicapai oleh perusahaan, dan visi inilah yang menjadi jiwa dari suatu
perusahaan. Visi tersebut merupakan mimpi yang harus ada pada setiap
perusahaan dan dialah yang menjadi ruh atau jiwa dalam aktivitas bisnis
suatu perusahaan. Setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar
pastilah memiliki mimpi hendak menjadi perusahaan seperti apa di masa
4 Ibid., h. 67.
5 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. (Jakarta: Indeks. 2007), h. 54.
17
yang akan datang, mimpi tersebutlah yang tercipta menjadi visi pada suatu
perusahaan.
Dari visi diturunkan menjadi misi, yaitu penjabaran dari visi
perusahaan yang sudah mencakup tujuan-tujuan umum yang ingin dicapai
oleh perusahaan, biasanya visi dan misi suatu hal yang bersifat jangka
panjang. Dalam menetapkan suatu misi sebaiknya jangan terhadap suatu
produk sebab akan menjadikan misi tersebut menjadi sempit, namun
dalam menetapkan misi juga jangan terlalu luas.
2) Menetapkan Tujuan dan Sasaran Perusahaan
Setelah misi ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan
tujuan dan sasaran perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai terdapat
berbagai macam, artinya setiap perusahaan dapat saja memiliki tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan perusahaan menggambarkan ekspetasi kinerja
yang ingin dicapai oleh manajemen.
3) Merancang portofolio bisnis
Merancang portofolio bisnis maksudnya adalah membuat rancangan
terhadap bisinis yang akan dijalankan melalui pendekatan yang paling
rasional. Rancangan portofolio bisnis disusun berdasarkan perhitungan
dan analisis yang benar dan akurat.
Dengan mempersiapkan pernyataan misi, kebijakan, strategi dan tujuan,
kantor pusat suatu perusahaan akan mampu memiliki kerangka acuan kerja bagi
divisi dan unit kerja dalam merencanakan kegiatan perencanaan bisnis yang akan
mereka persiapkan. Beberapa perusahaan memberikan kebebasan yang cukup
18
bagi unit kerjanya untuk menetapkan strategi serta target penjualan dan
keuntungan yang mereka inginkan. Sementara beberapa perusahaan yang lain
menetapkan tujuan bagi unit kerjanya namun membiarkan mereka menetapkan
sendiri strategi yang akan digunakan. Sedangkan yang lainnya tetap menetapkan
tujuan serta turut terlibat aktif dalam strategi unit kerja masing-masing. Setiap
kantor pusat memiliki aktivitas utama yang dilakukan 6:
1. Mendefinisikan misi perusahaan
Sebuah perusahaan lahir dalam rangka mewujudkan atau menciptakan
sesuatu, misalnya suatu perusahaan mobil bertujuan untuk memproduksi mobil,
sementara perbankan syariah bertujuan atau memiliki misi untuk menyediakan
jasa penyimpanan dana yang aman serta penyediaan modal kerja bagi yang
membutuhkan yang sesuai dengan prinsip syariah. Misi atau tujuan yang spesifik
biasanya jelas ketika bisnis akan dimulai, namun seiring perkembangan waktu
seringkali misi yang ditetapkan sudah tidak relevan lagi baik disebabkan oleh
perubahan kondisi pasar maupun ketidakjelasan muncul karena perusahaan
menambahkan produk baru dalam perusahaannya.
6 Ibid., h. 80.
19
Gambar 2.1
Proses Perencanaan, Implementasi, dan Pengawasan
Perencanaan Implementasi Pengawasan
2. Menetapkan unit kerja strategi (strategic business unit)
3. Menyediakan sumber daya masing-masing unit kerja strategis.
Tujuan dari proses pengindentifikasian unit kerja strategis dari perusahaan
adalah untuk mengembangkan strategi terpisah serta penyediaan dana yang
sesuai. Manajemen senior mengetahui bahwa portfolio bisnis biasanya mencakup
sejumlah “hal yang telah dilakukan kemarin” serta” pencapaian yang akan
dilakukan besok”, dimana hal ini membutuhkan suatu alat analisis untuk
mengklasifikasikan bisnis berdasarkan potensi keuntungannya.
4. Merencanakan bisnis baru serta menurunkan bisnis yang lama.
Perencanaan
Perusahaan
Perencanaan
divisi
Perencanaan
bisnis
Perencananaan
produk
Pengorganisasian
Implementasi
Mengukur
hasil
Menganalisis
hasil
Mengambil
kebijakan
korektif
20
b. Pemasaran Strategis
Hingga Abad ke-21 ini masih banyak perusahaan yang melakukan pemasaran
dengan pendekatan manajemen klasik yaitu berorientasi pada kepuasan konsumen
melalui bauran pemasaran (marketing mix) semata. Pemasaran klasik diarahkan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pada
tahun 1980-an telah terjadi pergeseran orientasi, dimana perusahaan hendaknya
menciptakan dan memperhatikan keunggulan daya saing yang berkelanjutan
(sustainable competitive advantage), yang dikenal sebagai strategic marketing
management atau managemen pemasaran strategis. Konsep ini berupaya untuk
melihat bagaimana kemampuan para pesaing dan kemampuan yang dimiliki
perusahaan dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelanggan (nasabah).
Manajemen pemasaran strategis sangat diperlukan pada saat sekarang, karena
manajemen memfokuskan pada perumusan strategi pemasaran yang lebih
mutakhir dan merupakan proses analisis dalam mencari perbedaan-perbedaan
yang menguntungkan. Pemasaran strategi dinilai lebih unggul daripada pemasaran
klasik karena pemasaran strategis memperhatikan keadaan eksternal dan internal
perusahaan secara menyeluruh sehingga perusahaan bersaing dengan kemampuan
lokal. Dengan pemasaran strategis, perusahaan akan memiliki orientasi jangka
panjang. Sumber daya yang dimiliki akan dialokasikan untuk memperoleh
keunggulan daya saing yang berarti tanggap terhadap hal-hal yang mengancam
kelangsungan hidup perusahaan dan yang juga dapat meningkatkan efektivitas
pemasaran perusahaan. Dengan adanya pergeseran ini, perusahaan diharapkan
dapat lebih meningkatkan keberhasilan dan efektivitas dalam pemasaran.
21
c. Analisis Strategis
Dalam merumuskan strategi pemasaran, perusahaan hendaknya menganalisis
keadaan eksternal maupun internal dengan baik. Hal ini sangat penting karena
tanpa analisis yang baik perusahaan tidak dapat mengambil tindakan yang tepat
untuk kepentingan perusahaan dimasa mendatang. Analisis strategi memiliki
kegunaan 7:
1) Untuk menentukan misi dan tujuan dari perusahaan.
2) Membantu upaya perusahaan dalam mencapai misi dan tujuan.
3) Untuk tindakan perbaikan dan penyesuaian bagi perusahaan dalam setiap
situasi dan kondisi.
d. Perumusan Strategi
Sasaran menunjukkan apa yang ingin dicapai oleh suatu unit bisnis; strategi
adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap unit bisnis harus
merancang strategi untuk pencapaian tujuannya. Ada empat tahapan dalam
menentukan keputusan strategis yaitu 8:
1) Menentukan perumusan unit usaha.
Maksudnya adalah untuk membagi-bagi kegiatan suatu badan usaha
menjadi unit-unit yang membedakannya dari divisi produk. Unit usaha
memberikan ketentuan yang lebih sempit bagi analisis strategis terhadap
pasar dan perencanaan.
7 Ibid., h. 103.
8 Philip Kotler, Marketing Managemen, h. 76.
22
2) Menentukan klasifikasi strategis atau variabel-variabel kunci.
Yakni membuat ukuran untuk menilai suatu strategi dan mengevaluasi
kinerja serta pada tahap ini pemilihan pemilihan variabel kunci
kesuksesan industri perusahaan.
3) Memilih strategi yang berperan yaitu industrial economy (yang
merupakan ekonomi mikro), maksudnya melihat industri sebagai sasaran.
4) Mengevaluasi seluruh portfolio yang dimiliki.
B. PEMASARAN
1. Definisi Pemasaran
Apabila terdengar kata pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak pihak
dengan penjualan (sales), sales promotion girl, iklan, promosi, atau produk.
Bahkan seringkali orang menyamankan profesi marketer (pemasaran) dengan
sales (penjual). Namun, sebenarnya pemasaran tidaklah sesempit yang
diidentikkan oleh banyak orang, karena pemasran berbeda dengan penjualan.
Pemasaran lebih merupakan “suatu seni menjual produk”, sehingga pemasaran
proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk sampai dengan setelah
produk tersebut terjual. Berbeda dengan penjualan yang hanya berkutat pada
terjadinya transaksi penjualan barang atau jasa.
Dunia pemasaran seringkali diidentikkan dengan dunia yang penuh janji
manis namun belum tentu terbukti apakah produknya sesuai dengan apa yang
telah dijanjikan. Inilah yang harus dibuktikan dalam suatu manajemen pemasaran
23
syariah baik pada penjualan produk atau jasa, bahwa pemasaran syariah bukanlah
dunia yang penuh dengan tipu menipu. Sebab pemasaran syariah merupakan
tingkatan yang paling tinggi dalam pemasaran, yaitu spiritual marketing, dimana
etika, nilai-nilai dan norma dijunjung tinggi hal-hal inilah yang seringkali
dilanggar oleh dalam pemasaran konvensional, sehingga menyebabkan konsumen
pada akhirnya banyak yang kecewa pada produk barang dan jasa yang telah dibeli
karena berbeda dengan apa yang telah dijanjikan oleh para pemasar.
Pemasaran berhubungan dan berkaitan dengan suatu proses mengidentifikasi
dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi
pemasaran yang terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara
menguntungkan”.
Asosiasi pemasaran Amerika memberikan definisi formal9 yaitu “Pemasaran
adalah suatu fungso organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola
hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para
pemilik sahamya”.
Kotler memberikan definisi bahwa10
Manajemen pemasaran sebagai suatu
unit seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”.
9 Philip Kotler, Markering Management, h. 8.
10 Ibid., h. 8.
24
Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi pemasaran adalah11
“Suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan
bertukar suatu yang bernilai satu sama lain”. Defnisi ini bernilai berdasarkan
pada konsep inti: kebutuhan, keinginan, dan permintaan produk; nilai, biaya, dan
kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar; pemasaran dan pemasar.
Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan
dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan optimal kepada pelanggan.
Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an. Sebagai ganti
filosofi “buat dan jual” yang berpusat pada produk, bergeser ke filosofi “pahami
dan tanggapi” yang berpusat pada konsumen. Filosofi “buat dan jual” bertitik
tolak bahwa konsumen akan membeli seluruh barang yang dibeli oleh perusahaan,
namun kelemahan dari filosofi ini adalah seringkali produk yang dibuat
perusahaan tidak terserap oleh pasar, karena produk yang dibuat tidak
berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini mengakibatkan
banyaknya produk perusahaan yang tidak laku di pasaran, meskipun betapa
canggih dan bagusnya produk tersebut karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
Sementara filosofi “pahami dan tanggapi” bertitik tolak bahwa pembuatan
suatu produk haruslah berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan
11
Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Jakarta: Salemba
Empat, 2000), h. 7.
25
dari konsumen, sehingga produk yang dibuat benar-benar yang menjadi
kebutuhan konsumen. Riset pasar menjadi kunci utama dalam filosofi ini, agar
pembuatan produk benar-benar berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan
konsumen. Seorang pemasar mampu memahami pelanggan secara emosi,
sehingga kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dipahami oleh pemasar dan
akhirnya mampu menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen.
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif
dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.
2. Konsep Pemasaran Syariah
Pasar syariah sering dikatakan sebagai pasar yang bersifat emosional
sementara pasar konvensional adalah pasar yang rasional. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah orang hanya tertarik untuk berbisnis pada pasar
syariah hanyalah karena alasan emosinal keagamaan semata dan bukan karena
ingin mendapatkan keuntungan finansial yang menurut sebagian pihak dikatakan
sebagai sesuatu yang bersifat rasional. Sebaliknya pada pasar konvensional, orang
ingin mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya tanpa terlalu peduli
apakah bisnis yang digelutinya mungkin menyimpang atau malah bertentangan
dengan ajaran Islam atau apakah cara yang dipergunakan dalam memperoleh
keuntungan tersebut menggunakan cara-cara yang kotor atau mungkin tidak.
26
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa langkah selanjutnya adalah faktor
tokoh sesungguhnya bisa menjadi alat lontar awal bagi pertumbuhan BMT yang
sehat. Dengan ketokohan kiai, BMT mendapatkan modal awal yang kuat untuk
menggiring masyarakat kecil agar memfokuskan pengelolan keuangannya di
BMT. Mulai menyimpan uang, meminjam permodalan, sampai investasi.12
3. Nilai-nilai Pemasaran Syariah
Ada beberapa nilai dalam pemasaran syariah yang mengambil konsep dari
keteladanan Rasulullah SAW, yaitu sifat shiddiq, amanah, fathanah, tabliqh dan
istiqamah :
a. Shiddiq
Artinya memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta
perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada satu ucapan pun yang saling
bertentangan dengan perbuatan. Allah SWT senantiasa memerintahkan kepada
setiap orang beriman untuk memiliki sifat shiddiq dan menciptakan lingkungan
yang shiddiq. Didalam Al-Qur’an disebut sebanyak 154 kali.
b. Fathanah
Berarti mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam segala hal
yang terjadi dalam tugas dan kewajiban. Fathanah berkaitan dengan kecerdasan
rasio, rasa, maupun kecerdasan ilahiyah. Dengan demikian dibandingkan dengan
dengan good governance dengan konsep intelligensinya maka konsep ini
12
EH Ismail, “Pertumbuhan BMT di Jatim Kurang Gesit,” Republika, 18 November 2010, h.
15.
27
sebetulnya hanya berhubungan dengan kecerdasan intellegensia semata. Padahal,
fathanah menekankan kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional dan spiritual.
Seorang pemasar di bank syariah harus paham tentang seluruh paham tentang
produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah termasuk kaidah fiqhinya secara
dasar. Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan
berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreativitas dan inovatif hanya dimiliki
ketika seseorang melakukan up-grading keilmuan yang dimiliki baik melalui self
learning process maupun pendidikan formal serta pelatihan.
c. Amanah
Memikiki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban.
Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan prima dan ihsan
(berupaya menghasilkan yang terbaik) dalam segala hal. Sifat amananah harus
dimiliki oleh setiap mukmin apalagi yang memiliki perkejaan terkait dengan
pelayanan kepada masyarakat. Seorang mukmin ketika mendapatkan amanah
akan berupaya melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sifat ini bisa diparalelkan
dengan konsep accountability dalam good governance. Namun, bila kita meneliti
secara jeli, maka accountability ini merujuk kepada hal yang hal formal
adminstratif.
d. Tabliqh
Artinya mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam setiap gerak aktivitas
ekonomi yang dilakukan sehari-hari. Tabliqh yang disampaikan dengan hikmah,
28
sabar, argumentatif dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan
yang semakin solid dan kuat.
e. Istiqomah
Artinya konsisten. Hal ini memberikan makna seorang pemasar syariah dalam
praktik pemasarannya selalu istiqamah dalam penerapan aturan syariah. Seorang
pemasar syariah harus didapat dipegang janjinya, tidak diperkenankan seorang
pemasar syariah berubah-ubah dalam memberikan janji. Sebab dalam suatu
perusahaan syariah konsistensi dan seorang pemasarnya menjadi cermin dari
perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Kelima nilai ini akan mampu melahirkan suatu turunan budaya kerja yang
berbeda pada institusi keuangan syariah.
4. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional
Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan
pemasaran konvensional diantaranya sebagai berikut :
a. Konsep dan Filosofi
Perbedaan mendasar antara pemasaran syariah dan pemasar konvensional
adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Pemasaran konvensional merupakan
pemasaran yang bebas nilai dan tidak mendasarkan keTuhanan dalam setiap
aktivitas pemasarannya. Sehingga dalam pemasaran konvensional dapat seorang
pemasar memberikan janji-janji kosong hanya sebagai pemikat konsumen untuk
membeli produk. Pemasar hanya mementingkan pencapaian target penjualan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
29
Dalam pemasaran syariah, seorang pemasar harus merasakan bahwasanya dalam
setiap aktivitas pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia pun
akan sangat berhati-hati dalam memasarkan produk yang dijualnya. Seorang
pemasar syariah tidak akan memberikan janji kosong belaka yang bertujuan
hanya untuk mencari nasabah. Seorang pemasar syariah tidak akan mau
memberikan sesuatu yang menyesatkan bagi nasabahnya sebab ia selalu merasa
bahwa Allah SWT selalu mengawasinya dan akan meminta pertanggungjawaban
di hari kiamat.
b. Etika pemasar
Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan
pemasaran kepada calon konsumennya. Ia akan sangat menghindari memberi janji
bohong, ataupun terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan. Seorang
pemasar syariah atau secara jujur menceritakan kelebihan serta kekurangan
produk yang ditawarkannya. Hal ini merupakan praktik perniagaan oleh yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, beliau dalam melakukan praktik
perniagaan selalu berkata jujur mengenai kualitas produk, harga dan apa saja yang
akan didapat oleh konsumen.
Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung bebas
nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi
untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan
oleh syariat. Dalam pemasaran konvensional, seorang pemasar dapat saja
melakukan kebohongan dengan terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan,
30
hal ini dapat menimbulkan kekecewaan dari konsumen setelah ia
mengkonsumsinya karena kualitas produk yang jauh dari yang diharapkan.
c. Pendekatan terhadap konsumen
Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkkan sebagai mitra sejajar,
dimana baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai
pembeli produk berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap
konsumen sebagai “sapi perah” untuk membeli produknya, namun perusahaan
akan menjadikan konsumen sebagai mitra dalam pengembangan perusahaan.
Suatu konsep pemasaran syariah dengan menjadikan konsumen sebagai mitra
maka ia tidak akan melakukan praktik-praktik yang dapat merugikan konsumen.
Seorang pemasar syariah akan selalu berupaya menciptakan nilai produk yang
positif bagi konsumennya termasuk dengan meminta umpan balik dari konsumen.
Nilai kekeluargaan sangat terasa pada pemasaran syariah karena konsep mitra
sejajar ini menyebabkan seorang pemasar syariah sudah menganggap konsumen
sebagai saudaranya sendiri yang akan dibantu dan tidak akan dirugikan.
d. Cara pandang terhadap pesaing
Dalam industri perbankan syariah tidak menganggap pesaing sebagai pihak
yang haus dikalahkan atau bahkan dimatikan. Konsep persaingan dalam
pemasaran syariah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi
lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra kita
31
dalam turut menyukseskan aplikasi ekonomi syariah di lapangan, dan bukan
sebagai lawan yang harus dimatikan.
Hal ini berbeda dengan konsep pada perusahaan konvensional yang menganggap
pesaing sebagai pihak lawan yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan
agr eksistensi perusahaan dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan setelah
pesaing dikalahkan, akhirnya daya inovasi perusahaan menurun karena tidak ada
motivasi dari pesaing.
e. Budaya Kerja dalam Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari
lembaga keuangan konvensional, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan
yang dapat sebagai nilai tambah di pandangan masyarakat. Budaya kerja yang
harus ditanamkan kepada setiap sumber daya insani yang bekerja di lembaga
keuangan syariah haruslah budaya kerja yang meneladani Rasulullah SAW, yaitu
sifat kejujuran (shiddiq), cerdas atau kompeten (fathanah), bertanggung jawab
(amanah), dan mampu menyebarluaskan (tabliqh).
5. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran dapat dipahami sebagai logika pemasaran yang dengannya
unit usaha berharap dapat mencapai tujuan pemasarannya.13
Strategi pemasaran
juga merupakan mengenai bagaimana suatu merk atau lini produk dapat mencapai
13
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1997), edisi 2, jilid
1, h. 3
32
tujuannya yaitu dapat memenuhi keinginan dan dapat memuaskan pelanggan.
Selain itu pemasaran sendiri dapat diartikan sebagai seleksi atas pasar sasaran,
menentukan posisi persaingan dan pengembangan suatu bauran pemasaran yang
efektif untuk mencapai dan melayani klien yang dipilih.14
Adapun tujuan strategi pemasaran yaitu :15
a. Menetapkan arah kegiatan perusahaan
b. Memberikan informasi kepada manajemen puncak dan merumuskan tujuan
c. Sasaran untuk mengantisipasi berbagai permasalahan dan keadaan yang
berubah dimasa mendatang.
C. Perumusan Strategi Pemasaran
1. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar secara keseluruhan suatu
produk atau jasa yang semula bersifat heterogen kedalam beberapa segmen
yang cenderung bersifat homogen dalam segala aspek atau proses
pengelompokan dari keseluruhan prilaku pasar yang beragam menjadi bagian-
bagian pasar yang berprilaku sama.16
Lebih singkatnya, segmentasi pasar
14
Philip Kotler dan Paul N. Bloom, Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional,
(Jakarta: Intermedia, 1995), h. 27 15
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1997), edisi 2, jilid
1, h. 3 16
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2002). Edisi 1, h. 72
33
proses mengidentifikasi bagian-bagian yang ada dalam suatu pasar menjadi
sub-sub pasar (segmen-segmen) yang lebih homogen.17
Segmentasi pasar juga dapat diartikan bermacam-macam kategori atau
karakteristik pasar.18
Misalnya segmentasi daerah pasar, ukuran pasar,
kelompok, pendapatan, status sosial masyarakat dan sebagainya. Segmentasi
pasar merupakan langkah maju dalam berfikir pemasaran, artinya bahwa
pendapatan segmentasi pasar merupakan perbedaan yang khas antara
menajemen pemasaran yang profesional dengan kepandaian dagang gaya
lama. Pemasaran yang berlangsung tanpa segmentasi pasar dapat dipastikan
tidak akan bertahan lama.
Tujuan utama melakukan segmentasi pasar adalah berusaha untuk
melokalisasi pesaing pada segmentasi pasar yang lebih kecil.19
Lebih jelasnya,
berikut ini beberapa tujuan segmetasi pasar.20
a. Agar kegiatan pemasaran lebih terarah. Sehingga dapat menentukan
segmen mana yang harus diprioritaskan.
b. Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
dengan tingkat efisiensi yang tinggi, dengan istilah lain yaitu the right
man on the right place.
c. Agar perusahaan lebih kompetitif.
17
E. Jerome MC Carthy, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 192
18
Soekartawi, Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993), cet. Ke-1, h. 47 19
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2002). Edisi 1, h. 73 20
Ibid, h. 73
34
Basu swastha DH menemukan beberapa alasan bagi perusahaan
mengadakan segmentasi pasar, yaitu.21
a. Pasar bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa pasar selalu terjadi perubahan
secara terus menerus tentang sikap, keadaan keluarga, jumlah pendapatan,
pola konsumsi, dan lain-lain.
b. Pasar untuk satu produk berusaha sesuai dengan siklus kehidupan produk
tersebut dari tahap penurunan keuntungan.
2. Penentuan Pasar Sasaran
Penentuan pasar sasaran yaitu suatu suatu proses untuk mengevaluasi
setiap daya tarik segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen yang akan
dimasuki.22
Dalam menentukan pasar sasaran, perusahaan dapat melakukan tiga strategi
sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai. Tiga strategi tersebut yaitu
undifferentiated marketing, differentiated marketing, concentrate marketing.
a. Undifferentiated marketing, strategi ini dipakai oleh perusahaan dalam
mencoba mengembangkan produk tunggal yang dapat memenuhi
keinginan banyak orang.
b. Differentiated marketing, strategi ini digunakan oleh suatu perusahaan
dalam mencoba mengidentifikasi kelompok-kelompok pembeli tertentu
(segmen pasar) dengan membagi pasar kedalam berbagai kelompok sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan.
21
Basu swastha DH, Asas-Asas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 66 22
Ibid, h. 72
35
c. Concentrate marketing, strategi yang digunakan perusahaan dengan
hanya memusatkan usahanya pada satu atau beberapa kelompok pembeli
saja sehingga perusahaan dapat mengembangkan produk yang lebih ideal
bagi kelompok tersebut.23
3. Penentuan Posisi Pasar
Penentuan posisi pasar adalah bagaimana mengatur sebuah produk untuk
menempati tempat yang jelas, berbeda dan diinginkan terhadap produk-produk
saingan didalam fikiran konsumen sasaran.24
Hal ini dilakukan agar produk
tersebut mendapatkan posisi menguntungkan sehingga memiliki kekhasan dan
keunggulan dibanding produk-produk saingan.
D. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Istilah “Baitul Maal Wattamwil” (BMT) berasal dari penggabungan 3 unsur
kata, yaitu “Bait” (rumah), “Maal” (harta), dan “Tamwil” (harta). Ditinjau dari
sudut gaya bahasa, istilah “Bait” tergolong kategori makna kononatif, dan makna
konotatif dari penggunaan istilah “Bait” adalah lembaga keuangan (semacam
perbankan). Sementara istilah “Maal dan Tamwil” sama-sama bermakna harta.
Perbedaan dari keduanya terletak pada sumber dan penggunaan harta yang
diperoleh. Jika harta diperoleh dari pengumpulan zakat, infaq, shadaqah, wakaf,
23
Basu swastha DH, Asas-Asas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 51
24
Ibid, h. 69
36
hibah dan hadiah, maka dikategorikan sebagai Baitul Maal. Oleh karenanya
penggunaan harta wajib bersifat nirlaba. Sebaliknya, jika pengumpulan harta
diperoleh melalui simpanan masyarakat, atau usaha-usaha lain bersifat bisnis,
maka dikategorikan sebagai Baitul Tamwil. Oleh karenanya penggunaan hartapun
bersifat untuk pembiayaan yang memungkinkan mendatangkan keuntungan.
Dengan demikian Baitul Maal Wattamwil kiranya dapat dimaknai sebagai
lembaga keuangan (semacam bank) yang bergerak pada sektor nirlaba sekaligus
sektor bisnis, dan dalam menjalankan segala sesuatunya berlandaskan pada
syariah.
Untuk memperkuat pandangan penulis tentang hakekat BMT, di bawah ini
penulis kutipkan pandangan-pandangan dari beberapa pakar. Menurut Abu A’la
al Maududi bahwa baitul maal adalah lembaga keuangan yang di bangun atas
landasan syariah, oleh sebab itu pengelolaannya harus dengan aturan syariah.25
Adapun yang dimaksud dengan baitul maal dalam istilah fiqh Islam adalah suatu
badan atau lembaga yang bertugas mengurusi kekayaan/keuangan negara
terutama berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang
berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.26
Definisi lain
menjelaskan bahwa baitul maal ialah merupakan lembaga keuangan yang
kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial).27
Sementara itu Irfan
M. Ra’ana, mendefinisikan BMT sebagai pusat pembendaharaan umat, dimana
25
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 5 ed. (Jakarta: Iktikar Baru Van Hove,
1991), h. 186. 26
Ibid., 187. 27
Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional BMT (Bandung: Mizan, 1999), h. 81.
37
umat yang pendapatannya dikumpulkan dari berbagai sumber seperti: zakat,
jizyah, kharaj, beacukai dan yang lainnya, didalam pembendaharaan umat yang
kemudian digunakan untuk pembiayaan bagi yang membutuhkan.28
Ada juga
yang memaknai Baitul Maal wat Tamwil sebagai lembaga ekonomi kerakyatan
yang dapat dan mampu melayani nasabah usaha kecil-bawah berdasarkan sistem
bagi hasil dan jual beli dengan memanfaatkan janjian dalam lingkungannya
sendiri. 29
Atas landasan pengertian-pengertian BMT sebagaimana tersebut di
atas, kiranya BMT memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut:
a. Lembaga keuangan syariah (semacam bank) yang dalam operasionalnya
memliki dua tujuan, yaitu sektor nirlaba dan sektor bisnis.
b. Menggunakan manajemen Islami
c. Dalam pembiayaan yang sifatnya bisnis tidak ada riba, tetapi menggunakan
sistem yang lebih adil dan manusia, seperti sistem mudharabah (bagi hasil).
d. Dalam pembiayaan yang sifatnya sosial, diberlakukan pinjaman tanpa bunga,
misalnya sistem qardhul hasan.
2. Tujuan dan Fungsi
BMT merupakan usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuh kembangkan
dalam swadaya dan dikelola secara profesional, serta berorientasi untuk
kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya, BMT bertujuan:30
28
Irfan M. Ra’ana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khatab, 2 ed. (Jakarta: Pustaka
Pridaus, 1992), h. 148. 29
Baihaqi Abd. Madjid Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem
Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 182. 30
BMT sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM) (Jakarta: PINBUK, t.th),
h .9.
38
a. Meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumya.
b. Mewujudkan gerakan pembebasan anggota dari belenggu rentenir, jerat
kemiskinan dan ekonomi ribawi.
c. Mewujudkan gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan
ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang
makmur dan maju.
d. Dan mewujudkan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani
yang adi berkemakmuran, berkemajuan, serta berkeadilan berlandaskan
syariah dan ridho Allah SWT.
Dalam rangka pencapaian tujuannya, BMT berfungsi:31
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha
anggota muamalat daerah kerjanya.
b. Mempertinggi kualitas SDM anggota dan kelompok usaha anggota muamalat
menjadi lebih berprofesional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh
menghadapi tantangan global.
c. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
3. Badan Hukum BMT
BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM)
atau koperasi.32
Sebelum menjalankan usahanya, KSM mesti mendapatkan
31
Ibid., 10
39
sertifikat operasi dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), sementara
PINBUK itu sendiri mesti mendapatkan pengakuan dari Bank Indonesia (BI)
sebagai Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM). Selain dengan
badan hukum KSM, BMT juga bisa didirikan dengan menggunakan badan hukum
koperasi, baik Koperasi Serba Usaha di perkotaan, Koperasi Unit Desa di
pedasaan, maupun koperasi podok pesantran (Kopontren) di lingkungan
pesantren.
Berkenaan dengan koperasi Unit Usaha Desa (KUD) dapat mendirikan
BMT telah diatur dalam petunjuk Menteri Koperasi dan PPK tanggal 20 Maret
1995 yang menetapkan bahwa bila disuatu wilayah dimana telah ada KUD dan
KUD tersebut telah berjalan baik dan organisasinya telah teratur dengan baik,
maka BMT bisa menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan
Koperasi (TPK) dari KUD tersebut. Sedangkan bila KUD yang sedang berdiri itu
belum berjalan dengan baik, maka KUD yang bersangkutan dapat dioperasikan
sebagai BMT. Apakah di wilayah yang bersangkutan belum ada KUD, maka
didirikan KUD BMT.33
Di wilayah-wilayah bebasis pelayanan, masyarakat bisa mendirikan BMT
dengan menggunakan badan hukum BMT, keberadaan BMT di Kopontren, maka
civitas pesantren dapat mendirikan kopontren dan BMT secara bersama-sama.
Untuk itu, Panitia Penyiapan Pendirian BMT dapat bekerja sama dengan
32
Karnaen A, Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 216. 33
A., Djazuli, dkk, Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat (sebuah pengenalan) (Jakarta:
Raja Grafindo, 2002), h. 185.
40
Puskopontren (Pusat Koperasi Pondok Pesantren), Kantor Departemen Agama
dan Kantor Departemen Koperasi dan PPK di Kabupaten setempat.
Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk BMT itu disebabkan
karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan
UU Nomor 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998 serta UU Nomor 21
Tahun 2008 tentang perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat,
baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil.
Namun demikian, kalau BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi itu telah
berkembang dan memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat
mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS
(Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dengan badan hukum koperasi atau perseroan
terbatas.
D. Pembiayaan
1. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
41
2. Unsur-unsur Pembiayaan34
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan
demikian, pemberian pembiyaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti
prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan oleh
penerima pembiayaan sesuai dengan waktu syarat-syarat yang telah disepakati
bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam pembiayaan adalah:
a. Adanya 2 pihak
yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan penerima pembiyaan
(mudharib). Hubungan keduanya merupakan kerjasama yang saling
menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan tolong-menolong.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah: 2 berikut:
O
34
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veitzhal, Islamic Financial Management: Teori,
Konsep, dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4-5.
42
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
b. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan atas
prestasi dan potensi mudharib.
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak mudharib kepada pihak
shahibul maal untuk berjanji membayar. Perjanjian tersebut dapat berupa janji
lisan, tertulis (akad pembiyaan), atau berupa instrument (credit instrument).
Sebagaimana fiirman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah/2: 282 berikut:
43
O
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
d. Adanya penyerahan barang jasa, atau dari shahibul maal kepada mudharib.
e. Adanya unsure waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure esensial
pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari sisi
shahibul maal maupun dari sisi mudharib.
44
f. Adanya unsur risiko (degree of risk) di kedua belah pihak. Risiko di pihak
shahibul maal adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena
kegagalan usaha (pinjaman produktif) maupun ketidaksediaan membayar.
Risiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pemberi pembiayaan,
antara lain berupa shahibul maal yang bermaksud mencaplok perusahaan yang
diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.
3. Jenis-jenis Pembiayaan
Adapun secara garis besar pembiayaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif,
seperti pembiayaan untuk pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan
pendidikan dan apapun yang sifatnya konsumtif.
b. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan sektor produktif, seperti
pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian barang modal dan lainnya yang
mempunyai tujuan untuk pemberdayaan sektor riil.
4. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Selanjutnya yaitu alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu
program yaitu perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan
positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses (marketing mix) diantaranya:
45
a. Produk (Product)
Produk adalah merupakan keseluruhan konsep atau proses yang memberikan
sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk
adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli
benefit dan value dari produk tersebut yang disebut “the offer”. Terutama pada
produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari
penyedia jasa kepada konsumen.
b. Harga (Pricing)
Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam memberikan value
kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen
untuk membeli. Pricing juga berhubungan dengan pendapatan dan turut
mempengaruhi supply atau marketing channels. Akan tetapi, yang paling penting
adalah keputusan dalam pricing harus konsisten dengan strategi pemasaran secara
keseluruhan.
c. Distribusi (Place)
Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas
saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara
penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis.
d. Promosi (Promotion)
Marketer dapat memilih sarana yang dianggap sesuai untuk mempromosikan
jasa mereka. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam promosi, yaitu:
1) Identifikasi terlebih dahulu target audience-nya, hal ini berhubungan
dengan segmentasi pasar.
46
2) Tentukan tujuan promosi, apakah untuk menginformasikan,
mempengaruhi, atau untuk mengingatkan.
3) Pengembangan pesan yang disampaikan, hal ini berhubungan dengan isi
pesan (what to say), struktur pesan (how to say it logically), gaya pesan
(creating a strong presence), sumber pesan (who should develop it).
4) Pemilihan bauran komunikasi, apakah itu personal communication.
5. Tujuan Pembiayaan
Pada dasarnya terdapat 2 fungsi yang saling berkaitan dari pembiayan,
yaitu:
a. Profitability
yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan
yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari hasil usaha yang dikelola
bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan
kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya.
b. Safety
yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
terjamin sehingga tujuan memperoleh keuntungan dapat benar-benar tercapai
tanpa hambatan yang berarti.
47
6. Prinsip-prinsip Pembiayaan Syariah
Lembaga Kauangan Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut35
:
a. Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama lembaga keuangan
dan Nasabah.
b. Prinsip Kemitraan
Lembaga keuangan syariah menempatkan nasabah penyimpan dana,
nasabah pengguna dana, maupun lembaga keuangan pada kedudukan yang
sama dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak,
kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang diantara nasabah
penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. Dalam hal ini
lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediary institution lewat skim-skim
yang dimilikinya.
c. Prisnsip Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan
kualitas manajemen lembaga keuangan.
35
Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syariah, artikel diakses pada tanggal 22 oktober 2010 dari
http://gogle.com./prinsip-prinsip pembiayaan syariah
48
d. Universalitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan
suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam
sebagai rahmatan lil’alamiin.
E. Usaha Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
a. Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan bagian integral dan usaha nasional yang mempuyai
kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan pembangunan
nasional.
Mengacu Undang-undang nomor 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat
dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha), dan.
2) Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 miliar/tahun.
b. Usaha Menengah
INPRES NO. 10 tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit
kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta sampai
maksimal 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).36
36
Titik Sartika, Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia
2004), h. 27-28.
49
Untuk kriteria usaha menengah:
1) Untuk sektor industri, memiliki total asset paling banyak Rp. 5 miliar, dan
2) Untuk sektor non-industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 miliar.
Secara normatif, moral filosofis sistem ekonomi kerakyatan sebenarnya sudah
tercantum dalam UUD 45, khususnya pasal 33. yang jika disederhanakan
bermakna bahwa perekonomian bangsa disusun berdasarkan demokrasi ekonomi
dimana kemakmuran rakyat banyaklah yang lebih diutamakan dibandingkan
kemakmuran orang perorang. Bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya adalah pokok-pokok atau sumber-sumber kemakmuran rakyat, maka
hal tersebut berarti harus dikuasai dan diatur oleh negara sebesar-besarnya demi
kemakmuran rakyat.37
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) merupakan sektor penting dalam perkembangan struktur industri dan
pondasi ekonomi di Negara-negara sedang berkembang. Dalam konteks
Indonesia, pembangunan dan pengembangan usaha kecil mempunyai arti
strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta
meningkatkan derajat distribusi pendapatan.38
37
Thohir Luth, Bank Syariah dan Prospek Perkembangan di Indonesia di Indonesia,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005)h. 16. 38
Marzuki Usman, Kiat Pengusaha Kecil, (Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan
Institusi Bankir Indonesia, 1998), h. 1.
50
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT MASJID AL AZHAR
A. Sejarah Berdiri
KS-BMT Masjid Al Azhar berdiri pada tanggal 26 Agustus 1995 M / 29
Rabiul Awal 1416 H yang diresmikan oleh Bpk. Aries Mufti, SE, SH (Direktur
Bank Muamalt Indonesia) dan Bapak Camat Pasar Minggu yang dalam hal ini
diwakili oleh Bpk. Drs. H. Moch. Syarief Hasan (Wk. Camat Pasar Minggu).
Adapun pendiri dan penggagas berdirinya KS-BMT Masjid Al Azhar adalah
dari pengurus dan pembina Masjid Al Azhar Pasar Minggu yaitu Bp. H. Moh. Ali
Moe’is, Bp. DR. KH. Mas’ud Saiful Alam dan Bp. Arifin yang disupervisi oleh
praktisi BMI yaitu Bp. H. Aries Muftie, SE. SH dan Bp. Wiroso serta mendapat
dukungan dari seluruh jama’ah pengajian Majelis Ta’lim Al Azhar Pasar Minggu.
Pada awal operasinya (September 1995) KS-BMT Masjid Al Azhar hanya
memiliki Asset sebesar Rp. 34.284.950,- dengan modal dasar pendirian sebesar
Rp. 19.965.000,- yang merupakan setoran modal awal dari dari pemegang saham
perdana, yaitu :
1. Bp. H. Moh. Ali Moe’is Rp. 12.965.000,-
2. Bp. Arifin QQ-Kas Masjid Al Azhar Rp. 3.500.000,-
3. Bp. A. Aziz Lutfi Rp. 3.500.000,-
Pada saat itu KS-BMT Masjid Al Azhar sebelum memiliki Badan Hukum
yang resmi, hanya berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibawah
51
binaan PINBUK yaitu sebuah LPSM yang dibentuk oleh BMI, MUI dan ICMI
yang mana lembaga ini ditunjuk untuk membina dan megawasi BMT-BMT di
Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan
PINBUK yang tertuang dalam MOU No. 003/MOU/PHBK-PINBUK/VIII/95
tertanggal 27 September 1995 dan didukung dalam Program Gerakan BMT
Nasional yang direncanakan oleh Presiden Republik Indonesia pada saat itu
(Bapak Soeharto) tanggal 7 Desember 1995.
Dengan demikian KS-BMT Masjid Al Azhar beroperasi atas dasar izin
operasi yang diberikan oleh lembaga tersebut diatas pada awal tahun 1996,
dengan sertifikat operasi No. 0903004/PINBUK/IV/96 yang diperpanjang setiap 6
(enam) bulan sekali.
Dan pada miladnya yang ke-4 tepatnya bulan September 1999 Manajemen
KS-BMT Masjid Al Azhar merubah status badan hukum KS-BMT Masjid Al
Azhar, dari bentuk KSM-PHBK menjadi ber-Badan Hukum Koperasi Syariah
dengan Nomor : 357/BH/KDK.9.4/IX/1999, dengan sedikit perubahan nama yang
terdaftar dalam Lembaran Negara Republik Indonesia melalui Depkop dan PKM
menjadi “ BMT MASJID AL AZHAR “. Hal tersebut sudah mendapat
persetujuan dari Musyawarah Anggota Tahunan (Pemegang Saham) KS-BMT
Masjid Al Azhar pada tanggal 18 Juli 1999 yang tertuang dalam Notulen Rapat
Nomor : 03/NR-RTAT/VII/99 tertanggal 20 Juli 1999.
52
B. Visi dan Misi
Visi :
Menjadi BMT yang Profesional, Modern, Terdepan dan Terpercaya.
Misi :
1. Membangun dan memberdayakan ekonomi umat.
2. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.
3. Menumbuh kembangkan prinsip ekonomi syariah.
4. Profesionalisme dalam melayani dan berorientasi pada ekonomi mikro.
5. Mencari keridho’an Allah SWT.
53
C. Sruktur Organisasi
54
D. Produk-Produk yang Dikeluarkan
BMT adalah suatu lembaga yang dimana kegiatan usahanya adalah
menyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
kepada masyarakat. Oleh karena itu BMT Masjid Al-Azhar Jakarta dalam
menghimpun dana dari masyarakat maupun dari pihak lain dalam bentuk
simpanan yang melalui produk-produk penghimpunan dananya seperti:
1. Simpanan AMANAH
Adalah simpanan yang dikelola dengan penuh amanah dan bagi hasil yang
penuh berkah lagi menguntungkan. Simpanan ini dapat diambil setiap saat dengan
setoran awal menimal Rp. 10.000,-.
2. Simpanan PENDIDIKAN
Adalah simpanan yang diperuntukkan untuk perencanaan pendidikan bagi
buah hati tersayang dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada tiap tahun
ajaran baru. Membiasakan anak-anak anda untuk belajar hidup hemat dan
merancang masa depannya yang lebih cerah dengan cara gemar menabung.
3. Simpanan HARI RAYA
Adalah produk simpanan yang dipersiapkan untuk keperluan menyambut
dua hari raya baik Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha, agar meraih
kekhusyuan dalam menjalankan ibadah.
4. Simpanan WALIMAH
Adalah produk ini dikhususkan bagi pemuda, pemudi dan atau para orang
tua untuk mempersiapkan kebutuhan dana pernikahan bagi putra-putrinya kelak.
5. Simpanan HAJI & UMROH
55
Adalah simpanan yang terencana dengan matang sebagai usaha bagi
hamba-Nya yang taat untuk dapat beribadah ke Baitullah, dengan setoran awal
sebesar Rp. 500.000,-.
6. Simpanan Berjangka MUDHARABAH
Adalah simpanan investasi syariah dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12
bulan dimana nisbah bagi hasil yang ditawarkan sangat menguntungkan. Setoran
awal minimal Rp. 500.000,-.
BMT Masjid Al-Azhar Jakarta selain menghimpun dana dari masyarakat, juga
menyalurkan dana melalui produk-produk pembiayaan seperti:1
1. Al-Murabahah (pembiayaan dengan sistem jual beli)
Dalam skim ini, BMT berperan sebagai penjual barang, sementara calon
nasabah sebagai pembeli. Karena jual beli tidak dilakukan secara tunai (lunas)
pada saat transaksi, maka besarnya margin keuntungan BMT disesuaikan dengan
jangka waktu pembayaran (secara angsuran) sampai lunas, dan sesuai dengan
kesepakatan antara calon nasabah dengan BMT. Tingkat margin murabahah tidak
berubah sepanjang jangka waktu, walaupun suku bunga berubah.
2. Al-Mudharabah (kerjasama usaha/modal dimana 100% modalnya dari BMT
Masjid Al-Azhar)
Dalam skripsi ini, BMT menyalurkan seluruh (100%) dana sebagai modal
untuk membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan share atau kontribusi
nasabah berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan dari
usaha/proyek dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal akad
1 Brosur BMT Masjid Al-Azhar Jakarta
56
BMT akan menerima bagi-hasil dari nasabah pada setiap periode yang telah
disepakati. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan
akibat kelalaian si pengelola. Tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian pengelola, maka si pengelola bertanggung jawab atas
kerugian.
3. Al-Musyarokah (kerjasama modal kerja)
Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
4. Al-Ijarah / Ijarah Multi Jasa (sewa)
Adalah akad pemindahan hak penggunaan/pemanfaatan atas barang atau
jasa melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership / milkiah) atas barang itu sendiri.
5. Al-Qordhul Hasan (pembiayaan kebajikan)
Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan,
istilah ini muncul dikarena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini
bukan berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari dana Zakat, Infaq
dan Shadaqah (ZIS). Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial
baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam
rangka mewujudkan tanggung jawab sosial. Dari pembiayaan ini BMT tidak
mengenakan tambahan keuntungan sama sekali, kalaupun pihak nasabah akan
57
menambahkan dari perputaran usahanya, maka dana tersebut hanya akan
menambahkan jumlah dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
58
BAB IV
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL AZHAR
TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN
A. Penyaluran Pembiayaan UKM Jakarta Selatan
1. Aplikasi Strategi Pemasaran Yang Dilakukan oleh BMT Masjid Al-Azhar
BMT merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang berada di wilayah
Jakarta Selatan yang pembangunannya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.1
Oleh karena itu didalam menyusun rencana pemasaran produk pembiayaan
UKM Jakarta Selatan, BMT Masjid Al Azhar Jakarta menempatkan pengenanalan
produk terhadap calon nasabah pada urutan pertama guna memberikan pelayanan
yang sebaik-baiknya kepada nasabah tersebut. Hai ini dilakukan untuk
menentukan terlebih dahulu segmen pasar yang akan dituju. Setelah menentukan
segmen pasar yang dituju, maka tahap selanjutnya BMT Masjid Al Azhar Jakarta
tersebut memilih pasar sasaran yang ingin dipenuhi kebutuhannya. Pemilihan
pasar sasaran produk LKM BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah kepada nasabah
potensial, diantaranya adalah nasabah yang memerlukan modal untuk kebutuhan
UKM, perdagangan, dan sebagainya.
Selanjutnya yang dimaksud dengan UKM yakni suatu usaha yang di bangun
atas dasar sendiri, baik itu dari sisi modal ataupun manajemennya. Maka UKM di
1 Wawancara pibadi dengan Bapak Syamsul, Manager BMT Masjid Al Azhar, Jakarta,
tanggal 23 Desember 2010.
59
sini yang dimaksud oleh BMT Masjid Al Azhar yakni UKM yang dalam
melakukan usahanya dari penjualan omset barang di bawah Rp. 50 juta. Maka
BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat memberikan pembiayaan tersebut kepada
para UKM/debitur. Pembiayaan yang diberikan kepada UKM maksimal
berjumlah Rp. 30 juta.
Ada beberapa strategi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta
diantaranya strategi pemasaran UKM yang dilandasi sikap proaktif BMT kepada
para wirausahawan yang juga adalah anggota/debitur. Pelaksanaannya murni oleh
BMT Masjid Al Azhar sendiri. Konsekuensinya, BMT Masjid Al Azhar harus
mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang memenuhi kapasitas sebagai
pemberdayaan UKM sekaligus mampu membangun moral pada usaha yang
dibinanya. Selanjutnya pada strategi pemasaran tersebut yaitu terbagi diantaranya,
yaitu :
Tabel 4.1
No. EKSTERNAL INTERNAL
1. Sponsorship
Dari mulut kemulut (dari BMT
kepada debitur dan dari selanjutnya
debitur kepada masyarakat)
2. Adanya tim khusus pemasaran Karyawan yang terdiri dari beberapa
ustadz-ustadz yang bersosialisasi di
pengajian-pengajian.
60
3. Berpartner kepada kantin sekolah-
sekolah
Dalam menjalankan strategi pemasaran pembiayaan UKM, BMT Masjid Al
Azhar Jakarta terlah mengaplikasikan bauran pemasaran dalam strategi
pemasaran pembiayaan UKM, diantaranya yaitu :
a. Strategi Produk
Strategi produk pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al
Azhar Jakarta adalah dengan cara sebagai berikut :
1) Al-Murabahah
BMT Masjid Al Azhar Jakarta mempunyai beberapa produk
pembiayaan UKM, yaitu produk pembiayaan murabahah (jual beli).
Dimana BMT Masjid Al Azhar Jakarta bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah (UKM) sebagai pembeli. Barang/jasa yang diperjual
belikan dalam produk pembiayaan murabahah di BMT Masjid Al Azhar
Jakarta adalah seperti kendaraan bermotor. Harga jual kendaraan bermotor
kepada nasabah (UKM) adalah harga beli BMT Masjid Al Azhar Jakarta
dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
2) Al-Ijarah
Adalah akad pemindahan hak penggunaan / pemanfaatan atas barang
atau jasa melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership /milkiyah) atas barang itu sendiri.
61
3) Al-Qordhul Hasan
Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan,
istilah ini muncul dikarena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan
ini bukan berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari dana Zakat,
Infaq dan Shadaqah (ZIS). Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan
sosial baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan ini
adalah dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial. Dari
pembiayaan ini BMT tidak mengenakan tambahan keuntungan sama
sekali, kalaupun pihak nasabah akan menambahkan dari perputaran
usahanya, maka dana tersebut hanya akan menambahkan jumlah dana
zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
4) Al-Mudharabah
Adalah BMT menyalurkan seluruh (100%) dana sebagai modal untuk
membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan share atau kontribusi
nasabah berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan
dari usaha/proyek dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada
awal akad BMT akan menerima bagi-hasil dari nasabah pada setiap
periode yang telah disepakati. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola. Tetapi
seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola, maka si pengelola bertanggung jawab atas kerugian.
62
5) Al-Musyarakah
Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
b. Strategi Harga
Strategi harga pemasaran produk pembiayaan UKM yang dilakukan oleh
BMT Masjid Al Azhar Jakarta menurut Bapak Samsul selaku manager
pemasaran BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah dengan cara seperti
perhitungan produk pembiayaan murabahah, dimana BMT Masjid Al Azhar
Jakarta dan nasabah (UKM) harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah
disepakati tidak dapat dirubah selama berlakunya akad. Dalam hal ini barang
diserahkan segera setelah akad, dan pembayaran produk pembiayaan
murabahah yang selalu dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan
cara pembayaran langsung yakni harian/mingguan ataupun bulanan.
c. Strategi Distribusi
Strategi disribusi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta
adalah dengan semaksimal mungkin memberikan kemudahan kepada nasabah
debitur (UKM) dalam segala proses transaksi. Beberapa kemudahan tersebut
adalah :
1) Proses pengajuan pembiayaan yang mudah, dikarenakan nasabah
merupakan warga Jagakarsa pasar minggu dan sekitarnya, dimana BMT
63
Masjid Al Azhar Jakarta berada dan warga yang mendirikan BMT Masjid
Al Azhar Jakarta sehingga masih terikat ikatan saling mempercayai satu
sama lain karena hal ini masyarakat dengan mudah mendapatkan
pengajuan pembiayaan tanpa proses yang rumit.
2) Pengajuan pembiayaan maksimal Rp. 30 juta.
3) Fleksibel dalam bukti pengembalian bukti/struk pembelian nasabah
debitur (UKM) dari agen/grosir. Memang nasabah seharusnya
memberikan bukti/struk pembelian dari agen/grosir kepada BMT Masjid
Al Azhar Jakarta. Apabila nasabah dalam menjalankan usahanya tanpa
disertai dengan bukti pembelian/struk, maka pihak BMT Masjid Al Azhar
Jakarta memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada nasabah debitur
(UKM).
d. Srategi Promosi
Strategi yang diterapkan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta ialah dalam
proses pensosialisasian dilakukan pada saat pengajian masyarakat yang
dilaksanakan di daerah Jagakarsa dan sekitarnya. Pada saat itu
pensosialisasian tentang berdirinya BMT Masjid Al Azhar Jakarta dilakukan,
dengan demikian masyarakat dapat memahami tujuan berdirinya BMT Masjid
Al Azhar Jakarta dan manfaat dari produk-produk pembiayaan UKM yang
terdapat di BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
Proses yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta belum sampai pada
metode periklanan, seperti pada televisi, radio, majalah, dan lain-lain. BMT
64
Masjid Al Azhar Jakarta baru hanya pembuatan kalender, brosur dan
pensosialisasian informasi melalui website. Maka dengan hal inilah promosi
dengan cara periklanan belum dapat dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar
Jakarta secara menyeluruh. Promosi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar
Jakarta. Promosi yang dilakukan ialah dengan proses dari mulut ke mulut dengan
memaksimalkan hal-hal positif yang terdapat pada produk-produk BMT Masjid
Al Azhar Jakarta. Nasabah yang telah merasakan manfaat dari produk-produk
yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta memberitahu masyarakat yang
belum merasakan manfaat dari produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid
Al Azhar Jakarta, sehingga lambat laun masyarakat yang belum merasakan
manfaat dari produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta
berminat untuk memanfaatkan produk-produk yang terdapat pada BMT Masjid
Al Azhar Jakarta.
Promosi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta ialah dengan
penjualan pribadi (personal selling). Promosi ini dilakukan oleh pengelola BMT
Masjid Al Azhar Jakarta dengan cara menawarkan produk-produk yang terdapat
pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan menjelaskan manfaaat dan
keuntungan yang akan diperoleh masyarakat apabila memanfaatkan produk-
produk yang terdapat pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
Strategi pemasaran pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al
Azhar Jakarta juga seperti sponsorship keagamaan, berpartner dengan sekolah-
sekolah yakni kantin jajanan. Kemudian BMT Masjid Al Azhar Jakarta dalam
memasarkan produk-produknya juga melalui bantuan-bantuan yang sifatnya
65
sosial. Selain itu pemasaran pembiayaan UKM yang Islami dan juga bauran
pemasaran pembiayaan UKM, ternyata dapat menarik minat nasabah ini
dibuktikan dengan perkembangan dan pertumbuhan jumlah pembiayaan UKM
yang diajukan oleh nasabah (UKM) terhadap produk-produk BMT Masjid Al
Azhar Jakarta.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemasaran Terhadap Pembiayaan
UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar Jakarta
Dalam memasarkan produknya dari segi pembiayaan UKM, BMT Masjid Al
Azhar Jakarta memiliki beberapa actor, seperti actor pendukung dan juga
actor penghalang yang berperan penting untuk membantu para UKM/debitur
dalam mengembangkan usahanya, diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung :
Lokasi yang sangat strategis, yaitu sentralisasi roda perekonomian yang
berdekatan dengan para UKM di Jakarta Selatan dan juga dekat sekali dengan
pasar-pasar tradisional. Berikut di bawah ini adalah nama, lokasi dan usaha yang
digeluti para UKM Jakarta Selatan :
66
Tabel 4.2
NO. NAMA ALAMAT USAHA
1.
2.
3.
4.
5.
Nunung Sumiati
Rojali
Kuraisin
Samsuir
Puji Kuat
Jl. Masjid Al-Makmur Rt 17/07
No. 6 Pejaten
Jl. Jati Padang Rt 05/08 Pasar
Minggu
Jl. Lebak Rt 07/08 Pejaten Timur
Gg. H. Zakaria Rt 02/03 Lenteng
Agung
Tanah Kusir V Rt 012/11
Kebayoran Lama
Warung Sembako
Warteg
Warung Nasi
Catering
Dagang
(Pecel Ayam)
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari beberapa lokasi, ternyata para pengusaha
UKM Jakarta Selatan lebih banyak berasal dari pejaten pasar minggu dibanding
dengan para UKM lainnya. Hal ini dapat saja didukung dengan keberadaan UKM
Jakarta Selatan yang dekat sekali untuk mengakses ke BMT Masjid Al-Azhar
yang keberadaan lokasinya di pasar minggu Jakarta Selatan.
b. Faktor Penghalang :
UKM yang debiturnya berasal dari luar Jakarta, yang sekiranya agak sulit
sekali dalam kelengkapan administratif, misalnya pada kepemilikan KTP. Kalau
dari UKM/debitur yang berasal dari luar daerah ditakutkan karena para
UKM/debitur tersebut melakukan usahanya tersebut dapat berpindah-pindah dari
67
daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Sehingga berimplikasi pada sulitnya
pendataan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
Berikut adalah tabel kolektibilitas pembiayaan UKM :
Tabel 4.3
NO.
TINGKAT
KOLEKTIBILITAS
JUMLAH
DEBITUR
TINGKAT
PERTUMBUHAN
2009 2008
A.
B.
C.
D.
LANCAR
KURANG LANCAR
DIRAGUKAN
MACET
1069
190
110
25
498
28
69
23
29,3 %
471,4 %
59,4 %
8,6 %
Rata-rata :
349
155
142,2 %
*) Data s/d 31 Desember 2009
Keterangan
A. LANCAR : Angsuran berjalan sesuai dengan Akad Pembiayaan
dan atau terdapat tunggakan dengan akumulasi maksimal 3 bulan.
B. KURANG LANCAR : Angsuran berjalan cukup lancar dan terakumulasi
tunggakan maksimal 6 bulan.
68
C. DIRAGUKAN : Angsuran berjalan kurang lancar dan terakumulasi
tunggakan maksimal 27 bulan.
D. MACET : Angsuran berjalan tidak lancar dan terakumulasi
tunggakan lebih dari 27 bulan.
Dari tabel diatas bahwa dapat dijelaskan bahwa :
A) Pada kategori lancar, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 498
orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 1069 orang atau
meningkat 29,3 %.
B) Kategori kurang lancar, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 28
orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 190 orang atau
meningkat 471,4 %.
C) Kategori diragukan, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 69
orang mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 110 orang atau
meningkat 59,4 %.
D) Kategori macet, dengan jumlah debitur pada tahun 2008 berjumlah 23 orang
mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan jumlah 25 orang atau meningkat
8,6 %.
Dari penjelasan diatas dan disertai penjabarannya ternyata BMT Masjid Al
Azhar dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM berdasarkan seluruh
kategorinya ternyata mengalami penurunan yang kurang sehat . Misalnya pada
rata-rata kolektibilitas pembiayaan UKM tahun 2008-2009 rata-rata berjumlah
142,2 %. Hal ini menunjukkan karena adanya Rasio Kolektibilitas Pembiayaan
69
dari tahun sebelumnya (tahun 2008) yaitu untuk BDR nya 20,4 % dan NPF nya
27,2 %. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 dengan Rasio BDR nya 21,9 % dan
NPF nya 30,6 % (kurang sehat).
3. Prosedur Pengajuan Pembiayaan UKM Di BMT Masjid Al Azhar Jakarta
Gambar 4.4
Gambar di atas menjelaskan bahwa berawal dari mendaftarkan diri sebagai
anggota BMT Masjid Al Azhar Jakarta, kemudian anggota/calon debitur
diharuskan untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan dan disertai dengan
syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta yang harus
dipenuhinya. Setelah itu, maka langkah selanjutnya adalah pihak BMT Masjid Al
Azhar Jakarta datang kelokasi /survei ke tempat usaha anggota/calon debitur
untuk melihat jenis-jenis usaha yang digelutinya. Dengan demikian dari laporan
yang diterima oleh pihak BMT yang mensurvei ke lokasi maka berkas tersebut
diserahkan kepada komite untuk dilakukan pengecekan, apakah berkas dan
syarat-syarat anggota/calon debitur tersebut sudah memenuhi kriteria yang
diinginkan ataukah tidak. Jika komite menyetujuinya maka langkah berikutnya
adalah melakukan akad sesuai kesepakatan yang dinginkan, dan apabila tidak
disetujui oleh komite maka pengajuan permohonan tersebut dapat dikategorikan
Anggota Mengisi
Formulir
Survei
Lokasi Komite Akad
70
seperti harus memenuhi kelengkapan persyaratan ataupun permohonan
pembiayaan tersebut ditolak.
Selanjutnya yaitu persyaratan yang diterapkan di BMT Masjid Al-Azhar
Jakarta dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM Jakarta Selatan,
diantaranya sebagai berikut:2
1. Menyerahkan foto copy KTP/SIM, KK, surat nikah, surat domisili, PBB,
rekening listrik/telepon dan identitas lain.
2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan.
3. Menyerahkan jaminan berupa BPKB motor/mobil, surat tanah, surat kios, dll.
4. Peluang dan Tantangan Pembiayaan Terhadap Pemberdayaan UKM
Jakarta Selatan
Dalam memasarkan produknya dari segi pembiayaan untuk memberdayakan
para UKM, BMT Masjid Al-Azhar memiliki peluang dan juga tantangan dalam
mengembangkan usaha UKM, diantaranya adalah :
a. Peluang
Peluang pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al-Azhar
Jakarta adalah sebagai berikut :
1) Meningkatnya nasabah dari tahun ke tahun yang berdasarkan pada tabel
perkembangan nasabah.
2 Brosur BMT Masjid Al-Azhar Jakarta.
71
2) Dalam pemberian keuntungan kepada nasabah tidak menggunakan bunga,
melainkan dengan prinsip bagi hasil.
3) Di negara Indonesia penduduknya mayoritas muslim, maka dengan hal
inilah BMT Masjid Al-Azhar pun nasabahnya adalah kebanyakan muslim.
4) Para UKM Jakarta Selatan lebih menyukai pembayaran dengan cicilan
dibandingkan pembayaran tunai, karena para UKM dapat mengalihkan
uangnya ke yang lain.
b. Tantangan
Selain peluang diatas BMT Masjid Al-Azhar memiliki tantangan dalam
memberikan pembiayaannya kepada para UKM, diantaranya sebagai berikut :
1) Dalam mengembangkan perekonomian dengan berbasis syariah, maka
dikalangan masyarakat masih terdapat pemikiran bahwa lembaga ini
hanyalah identik dengan yang bernuansa keagamaan semata seperti
penerimaan dan penyaulran ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah).
2) Kejujuran para nasabah UKM dalam memberikan suatu data keuangan
atau keuntungan setiap bulan dalam menentukan bagi hasil seringkali
nasabah memberikan informasi yang kurang mendukung, seperti
mengatakan bahwa laporan keuntungannya kecil padahal yang
sesungguhnya keuntungan yang diterima para UKM adalah besar.
3) Berkompetisi dengan para kompetitif seperti rentenir, dalam hal ini para
UKM lebih senang meminjam pembiayaan kepada rentenir dengan mudah
dan cepat, walaupun UKM dibebankan bunga sampai dengan 20%.
72
B. Pemanfaatan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan
1. BMT Masjid Al Azhar Jakarta
Untuk memaksimalkan keinginan yang sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan, ternyata terdapat beberapa manfaat yang diperoleh oleh BMT,
diantanya :
a. Profitabilitas
b. Penyampaian visi dan misi
c. Kedekatan emosinal kepada UKM/debitur
2. UKM Jakarta Selatan yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan oleh BMT
Masjid Al Azhar Jakarta
Tidak hanya pada BMT Masjid Al Azhar saja yang memperoleh banyak
manfaat, maka para UKM/debitur pun yang mengajukan pembiayaan kepada
BMT Masjid Al Azhar Jakarta mendapatkan banyak manfaat khusus, diantaranya
sebagai berikut :3
a. Mendapatkan kemudahan dalam mengajukan pembiayaan, seperti jumlah
peminjaman akan dikenakan 2-3% yang harus dibayarkan dari jumlah plafon
yang diterima oleh UKM/debitur kepada BMT Masjid Al Azhar Jakarta. Bila
dibandingkan dengan meminjam kerentenir yaitu kira-kira akan dikenakan
sampai 20% dari jumlah plafon yang diterima oleh debitur.
b. Bertambahnya pengetahuan tentang pemahaman ekonomi Islam
3 Wawancara pribadi dengan Bapak Syamsul, Manager BMT Masjid Al Azhar, Jakarta
tanggal 23 Desember 2010.
73
C. Perkembangan Pembiayaan UKM Jakarta Selatan Pada BMT Al Azhar
Jakarta
Strategi pemasaran pembiayaan UKM yang dilakukan oleh BMT Masjid Al
Azhar menerapkan prinsip-prinsip pemasaran pembiayaan UKM yang Islami dan
juga penerapan bauran pemasaran pembiayaan UKM, ternyata dapat menarik
minat nasabah ini dibuktikan dengan perkembangan jumlah pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah terhadap produk-produk BMT Masjid Al Azhar.
Tabel 4.5
Pembiayaan Menurut Kelompok Usaha4
KELOMPOK
USAHA
JUMLAH PEMBIAYAAN
TINGKAT
PEMBIAYAAN
(%)
2008
2009
A. SEKTOR
INDUSTRI
KECIL
379.600.000
419.600.000
10,53 %
4 Dokumen BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
74
B. SEKTOR
PERDAGANGAN
C. SEKTOR JASA
D. SEKTOR UMUM
(NON USAHA)
3.387.770.300
3.802.719.500
6.048.298.000
7.392.470.300
4.258.719.500
7.195.478.000
36,21 %
11,99 %
18,96 %
Rata-rata : 3.404.596.950 4.816.566.950 139,92 %
*) Data s/d Tgl. 31 Desember 2009
Dari tabel di atas dengan penerapan bauran pemasaran pembiayaan UKM,
ternyata dapat menarik minat nasabah ini dibuktikan dengan perkembangan
jumlah pembiayaan UKM yang diajukan oleh nasabah terhadap produk-produk
BMT Masjid Al Azhar, ini terbukti dengan peningkatan jumlah pembayaran
UKM pada tahun 2008 sampai 2009.
Apabila data di atas dijabarkan berdasarkan kelompok usaha, maka :
A) Sektor industri kecil dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008
sebesar Rp. 379.600.000 dengan kenaikan sebesar Rp. 419.600.000 atau
meningkat 110,53 %.
B) Sektor perdagangan dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008 sebesar
Rp. 3.387.770.300 dengan kenaikan sebesar Rp. 7.392.470.300 atau meningkat
36,21 %.
75
C) Sektor jasa dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008 sebesar Rp.
3.802.719.500 dengan kenaikan sebesar Rp. 4.258.719.500 atau meningkat
119.99 %.
D) Sektor umum (non usaha) dalam menerima pembiayaan pada tahun 2008
sebesar 6.084.8298.000 dengan kenaikan sebesar Rp. 7.195.478.000 atau
meningkat 118,96 %.
Dari keterangan diatas dan disertai penjabarannya ternyata BMT Masjid Al
Azhar dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM ternyata mengalami
kenaikan yang sangat signifikan. Misalnya pada rata-rata pembiayaan UKM tahun
2008-2009 rata-rata berjumlah 139,92 %. Ini bisa dikatakan bahwa BMT Masjid
Al Azhar sangat baik sekali dalam memberikam pembiayaannya kepada UKM,
serta membantu UKM yang kekurangan dana dan UKM inilah penyelamat
tonggak ekonomi nasinal.
76
Selanjutnya, di bawah ini yakni tabel realisasi pembiayaan per tahun :
Tabel 4.6
Data Realisasi Pembiayaan Per Tahun5
NO.
TAHUN
REALISASI PEMBIAYAAN
TOTAL PEMBIAYAAN
(AKUMULATIF)
TINGKAT
PERTUMBUHAN Jumlah
Debitur
Jumlah
Uang
Total
Debitur
Total Uang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
211
143
82
105
141
158
152
116
171
167
207
205
484
1611
Rp 337.220.200
Rp 260.064.000
Rp 212.750.000
Rp 254.230.000
Rp 455.870.000
Rp 649.085.000
Rp 980.738.000
Rp 707.215.000
Rp 1.414.620.000
Rp 1.645.725.000
Rp 1.963.731.600
Rp 2.084.690.000
Rp 2.652.449.000
Rp 5.647.880.000
211
354
436
541
682
840
992
1108
1279
1446
1653
1858
2342
3953
Rp 337.220.200
Rp 597.284.200
Rp 810.034.200
Rp 1.064.264.200
Rp 1.520.134.200
Rp 2.169.219.200
Rp 3.149.957.200
Rp 3.857.172.200
Rp 5.271.792.200
Rp 6.917.517.200
Rp 8.881.248.800
Rp 10.965.938.800
Rp 13.618.387.800
Rp 19.266.267.800
77 %
36 %
31 %
43 %
43 %
45 %
22 %
36 %
31 %
28 %
23 %
24 %
41 %
Rata-Rata Per 282 Rp 1.376.161.986 37 %
5 Dokumen BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
77
Tahun
*) Data Terakhir s/d Tgl. 31 Desember 2009
Berdasarkan tabel di atas apabila dijabarkan dari awal berdirinya BMT Masjid
Al Azhar sampai tahun 2009 ternyata fluktuatif dalam memberikan
pembiayaannya, maka jika dibagi perlima tahun penjelasannya adalah sebagai
berukut :
A) Berawal dari berdirinya BMT Masjid Al Azhar Jakarta, dan memberikan
pembiayaannya pada tahun 1996 ternyata jumlah debitur 211 orang dengan
jumlah realisasi pembiyaan Rp. 337.220.200. Kemudian pada tahun 1997
mengalami penurunan jumlah debitur menjadi 143 orang dengan realisasi
pembiayaan Rp. 260.064.000 atau jika diakumulasikan meningkat berjumlah
77 %.
B) Kemudian pada tahun 2002 jumlah debitur 152 orang dengan realisasi
pembiayaan Rp. 980.738.000. Dan pada tahun 2003 mengalami penurunan
jumlah debitur menjadi 116 orang dengan realisasi pembiayaan Rp.
707.215.000 atau jika diakumulasikan meningkat menurun menjadi 22 %.
C) Pada tahun 2008 jumlah debitur 484 orang dengan realisasi pembiayaan Rp.
2.652.449.000. Selanjutnya pada tahun 2009 jumlah debitur 1611 orang
dengan realisaisi pembiyaan Rp. 5.647.880.000 atau jika diakumulasikan
meningkat menjadi 41 %.
Dengan demikian bahwa pencapaian dibidang pembiayaan yang mengalami
pertumbuhan. Sampai akhir desember 2009, pembiayaan yang telah disalurkan
78
kepada masyarakat meningkat dari realisasi tahun-tahun sebelumnya. Dengan
pertumbuhan yang setiap tahunnya meningkat rata-rata Rp 1.376.161.986,
diharapkan dapat terus meningkatkan pembiayaan terhadap UKM dengan lebih
optimal lagi ditahun-tahun mendatang.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab
sebelumnya mengenai strategi pemasaran pembiayaan UKM yang dilakukan oleh
BMT Masjid Al Azhar Jakarta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Aplikasi strategi pemasaran produk pembiayaan UKM yang dilakukan oleh
BMT Masjid Al Azhar Jakarta meliputi faktor eksternal dan faktor internal,
seperti a). Faktor eksternal terdiri dari sponsorship, adanya tim khusus,
berpartner dengan sekolah-sekolah seperti di kantin. Dan variabel bauran
pemasaran pembiayaan UKM terdiri dari strategi produk, strategi harga,
strategi distribusi dan strategi promosi. b). Faktor internal terdiri dari mulut ke
mulut (dari BMT kepada debitur dan dari debitur tersebut disampaikan lagi
kepada masyarakat / pedagang lainnya), karyawan yang terdiri dari ustadz-
ustadz yang bersosialisasi di pengajian-pengajian / majelis ta’lim.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengaplikasian strategi pemasaran
pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar Jakarta adalah
sebagai berikut a). Faktor pendukung seperti lokasi yang sangat strategis,
yaitu sentralisasi roda perekonomian yang berdekatan dengan para UKM di
Jakarta Selatan dan juga dekat sekali dengan pasar-pasar tradisional.
Selanjutnya adalah dari beberapa sampel nasabah UKM yang berada di
wilayah Jakarta Selatan ternyata lebih banyak para nasabah UKM yang
80
berasal dari pejaten pasar minggu dibanding dengan wilayah lainnya yang
ruang lingkupnya masih berada di Jakarta Selatan. b). Faktor penghalang
seperti UKM yang debiturnya berasal dari luar Jakarta, yang sekiranya agak
sulit sekali dalam kelengkapan administratif, misalnya pada KTP yang tidak
dimilikinya. Kalau dari UKM / calon debitur yang berasal dari luar daerah
ditakutkan karena para UKM / calon debitur tersebut melakukan usahanya
tersebut dapat berpindah-pindah dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya.
Sehingga berimplikasi pada sulitnya pendataan oleh BMT Masjid Al Azhar
Jakarta. Selanjutnya adalah para nasabah yang memiliki KTP yang
menunjukkan bahwa banyak diantara nasabah yang sulit sekali dalam
membayar angsurannya. Sehingga pada tahun 2008-2009 BMT Masjid Al
Azhar dikategorikan mengalami penurunan pembiayaan yang disebabkan dari
nasabah UKM itu sendiri.
3. Prosedur pengajuan pembiayaan UKM di BMT Masjid Al Azhar Jakarta
yakni nasabah / calon debitur diharuskan untuk mengisi formulir permohonan
pembiayaan dan disertai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT
Masjid Al Azhar Jakarta yang harus dipenuhinya. Setelah itu, maka langkah
selanjutnya yaitu pihak BMT Masjid Al Azhar Jakarta mensurvei kelokasi ke
tempat usaha nasabah / calon debitur untuk melihat jenis-jenis usaha yang
digelutinya. Dengan demikian dari laporan yang diterima oleh pihak BMT
yang mensurvei ke lokasi maka berkas tersebut diserahkan kepada komite
untuk dilakukan pengecekan, apakah berkas dan syarat-syarat nasabah / calon
debitur tersebut sudah memenuhi kriteria yang diinginkan ataukah tidak. Jika
81
komite menyetujuinya maka langkah berikutnya adalah melakukan akad
sesuai kesepakatan yang dinginkan, dan apabila tidak disetujui oleh komite
maka nasabah / calon debitur harus melengkapi persyaratan atau permohonan
pembiayaan tersebut nantinya akan ditolak.
4. Peluang dan tantangan yang dihadapi oleh BMT Masjid Al-Azhar dalam
memberikan pembiayaan kepada para UKM yang berfungsi untuk
memberdayakan para masyarakat ternyata diantaranya : a). Peluang BMT
Masjid Al-Azhar terdiri dari peningkatan jumlah nasabah, pembagian
keuntungan kepada para nasabah memakai prinsip bagi hasil, mayoritas
penduduk Indonesia muslim, UKM lebih menyukai cicilan dibandingkan
dengan tunai. b). Tantangan BMT Masjid Al-Azhar terdiri dari minimnya
pemahaman masyarakat tentang BMT yang identik dengan lembaga penerima
atau penyalur ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah), kejujuran para nasabah dalam
melaporkan data keuangan atau keuntungan yang diterimanya.
B. Saran
Dari kesimpulan yang dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk
memberikan saran bahwa hendaknya BMT Masjid Al Azhar Jakarta semakin aktif
untuk meningkatkan inovasi dalam kegiatan pemasaran, baik promosi dan
sosialisasi, karena kegiatan pemasaran terbukti mampu meningkatkan jumlah
pembiayaan UKM yang di ajukan oleh nasabah. Jika dilihat dari persentase
peningkatan jumlah pembiayaan UKM yang diajukan oleh nasabah (UKM) dari
tahun ke tahun sudah dapat dikatakan bagus untuk ukuran lembaga keuangan
82
mikro syariah yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat, namun masih perlu
adanya perbaikan diberbagai hal. Oleh karena itu, perlu diadakan evaluasi
terhadap pelaksanaan aktivitas promosi dan sosialisasi secara terus menerus untuk
mengetahui seberapa efektif keberhasilan strategi pemasaran yang dilakukan,
mengatasi berbagai kendala yang timbul dan sebagai bahan acuan perencanaan
kegiatan promosi dan sosialisasi di masa mendatang.
Diharapkan dimasa mendatang BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat
mengeluarkan produk-produk pembiayaan yang lainnya. Bila BMT Masjid Al
Azhar Jakarta dapat menerapkan bermacam-macam produk pembiayaan UKM
tersebut dengan baik, insya Allah akan menghasilkan lebih banyak keuntungan
terhadap BMT dan tentunya sangat bermanfaat terhadap nasabah (UKM) yang
menggunakan produk-produk pembiayaan tersebut. Dalam penerapan strategi
harga hendakya BMT Masjid Al Azhar Jakarta lebih kompetitif, ini akan
berdampak positif terhadap keuntungan yang didapat oleh BMT Masjid Al Azhar
Jakarta. Dalam penerapan strategi distribusi (Place) telah banyak memberikan
kemudahan-kemudahan kepada nasabah dalam segi aksesbilitas, dan diharapkan
BMT Masjid Al Azhar Jakarta meningkatkan aksesbilitas UKM terhadap BMT
Masjid Al Azhar Jakarta sebagai lembaga penyedia modal untuk wilayah Pasar
Minggu dan sekitarnya seperti mendirikan kantor cabang lainnya selain di
wilayah Tangerang. Sehingga nasabah (UKM) lebih mudah menjangkau produk-
produk pembiayaan UKM yang ada pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta.
Diharapkan penerapan strategi promosi yang telah dilakukan tidak berhenti
sampai disitu, BMT Masjid Al Azhar Jakarta dapat memasarkan produk
83
pembiayaan UKM dengan berbagai cara lain seperti periklanan dengan cara
pemasangan spanduk, pemasangan iklan melalui koran, majalah, televisi lokal,
dan radio.
Kemampuan Sumber Daya Manusia juga perlu ditingkatkan lagi melalui
pendidikan dan pelatihan yang diberikan serta penyeleksian calon karyawan baru
dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas kerja BMT Masjid
Al Azhar Jakarta. Selain itu, keterbatasan Sumber Daya Manusia dalam
mensosialisasikan / memasarkan produk-produknya kepada para UKM harus
segera diselesaikan pemecahan permasalahannya.
Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang diberikan
oleh para nasabah (UKM) sebagai upaya untuk membangun hubungan
kekerabatan silaturrahmi antara BMT Masjid Al Azhar Jakarta dengan para
nasabahya (UKM). Hal ini akan menciptakan image positif sekaligus bagian dari
sosialisasi pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Helmi. ”Strategi Manajemen Risiko dan Pada Pembiayaan UKM di BMT Al-
Munawwarah dan BMT Berkah Madani,” Skripsi S1 Fakultas Syariah &
Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Aziz Dahlan, Abdul. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Iktikar Baru Van Hove,
1991.
BMT sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Jakarta: PINBUK.
Brosur BMT Masjid Al-Azhar Jakarta
Djazuli, A. Dkk. Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat (sebuah pengenalan).
Jakarta: Raja Grafindo, 2002.
DH, Basu swastha. Asas-Asas Marketing. Yogyakarta: Liberty, 1983.
Dokumen BMT Masjid Al-Azhar Jakarta
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogja: Andi Offset, 1992.
Ismail, EH. “Pertumbuhan BMT di Jatim Kurang Gesit.” Republika, 18 November
2010.
Kotler dan Armstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997.
Kotler, Philip dan N. Bloom, Paul. Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional.
Jakarta: Intermedia, 1995.
Kotler, Philip. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall, 2000.
Kotler, Philip dan Lane Keller, Kevin. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks, 2007.
Kotler, Philip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat, 2000.
Kurniarto, Toto. “Peran Lembaga Perekonomian Nahdatul Ulama (LPNU) Dalam
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Syariah,”
Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2010.
Luth, Thohir. Bank Syariah dan Prospek Perkembangan di Indonesia di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Marbun, B.N. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
MC Carthy, Jerome. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1985.
Min Ummaya, Hiliyati. “Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah BMT bebasis
Pelayanan (Studi Kasus KS-BMT Masjid Al Azhar Jakarta),” Skripsi S1
Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.
M. Ra’ana, Irfan. Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khatab. Jakarta: Pustaka
Pridaus, 1992.
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Nafisah. “Strategi BMT Dalam Pengembangan UKM (Studi Kasus Pada BMT
Ta’awun Cipulir),” Skripsi S1 Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2007.
Perwataatmadja, Kanaen A. Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia. Depok:
Usaha Kami, 1996.
Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syariah, artikel diakses pada tanggal 22 oktober 2010
dari http://gogle.com./prinsip-prinsip pembiayaan syariah
PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu. Jakarta:
PINBUK,t.t.
Rivai, Veithzhal dan Permata Veitzhal, Andria. Islamic Financial Management:
Teori, Konsep, dan Aplikasi (Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008.
Saifuddin A. Rasyid, Baihaqi Abd. Madjid. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan
Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia.
Jakarta: PINBUK, 2000.
Sakti, Ali. Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta:
Paradigma Aqsa Publishing, 2007.
Sartika, Titik. Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004.
Soekartawi, Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2005.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi, 2002.
Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 2003.
Usman, Marzuki. Kiat Pengusaha Kecil. Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan
Institusi Bankir Indonesia, 1998.
Wawancara pibadi dengan Bapak Samsul, Manager BMT Masjid Al Azhar, Jakarta,
tanggal 23 Desember 2010.
Widodo, Hertanto. Panduan Praktis Operasional BMT. Bandung: Mizan, 1999.
Hasil Wawancara
STRATEGI PEMASARAN BMT MASJID AL-AZHAR
TERHADAP PEMBIAYAAN UKM JAKARTA SELATAN
Nama : Bpk. Samsul
Jabatan : Manajer
Tempat Wawancara : BMT Masjid Al-Azhar
Pewancara : Arief Rahman
1. Apa definisi pembiayaan UKM Jakarta Selatan menurut BMT Masjid Al Azhar
Jakarta/ kriteria-kriteria UKM ?
Jawab :
Omset dibawah 50 juta, maksimal pemberian pembiayaan 30 juta untuk
debitur.
2. Strategi apa saja yang dilakukan BMT Masjid Al Azhar dalam memasarkan
produk pembiayaan UKM Jakarta Selatan ?
Jawab :
Dari mulut kemulut
Internal (pengajian dari ustad-ustad yang sebagian adalah karyawan BMT
Masjid Al Azhar
Eksternal (seperti sponsorship)
Adanya tim khusus pemasaran
Berpartner dengan sekolah-sekolah, seperti: kantin.
3. Faktor-faktor pendukung dan penghalang terhadap pemasaran penyaluran
pembiayaan UKM Jakarta Selatan di BMT Masjid Al Azhar Jakarta ?
Jawab :
Faktor Pendukung :
Lokasi yang strategis yaitu lokasinya berdekatan dengan para UKM dan pasar-
pasar.
Faktor Penghalang :
UKM yang berasal dari masyarakat pendatang agak sulit karena kurangnya
administratif, seperti : KTP yang tidak dimilikinya.
4. Pemanfaatan Pembiayaan UKM
a. BMT Al Azhar Nasabah yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan UKM
Jakarta Selatan oleh BMT Al Azhar ?
Jawab :
Profitabilitas
Penyampaian visi dan misi
Kedekatan emosinal,yaitu DPK/BMT terhadap nasabah pembiayaan UKM
b. Nasabah yang Diberikan Pinjaman Pembiayaan UKM Jakarta Selatan oleh
BMT Al Azhar ?
Jawab :
Pemberian pembiayaan BMT akan dibebankan kepada UKM berkisar 2-3%
dari plafon yang diterimanya. Jika dibandingkan dengan renternir UKM akan
dibebankan sampai dengan 20% dari jumlah plafon yang diterimanya
Adanya pertambahan tentang pemahaman ekonomi Islam
5. Dalam memasarkan produk pembiayaan UKM, apakah sudah sangat optimal ?
Jawab :
Belum sangat optimal, karena masih banyak UKM yang belum disentuh yang
disebabkan terbatasnya Sumber Daya Manusia untuk mengakses kepada UKM.
6. Prosedur dan syarat-syarat mengajukan pembiayaan UKM, serta akad-akad yang
digunakan nasabah ?
Jawab :
Jika Diterima
7. Pada pembiayaan UKM, apakah ada perbedaan akad antara seluruh nasabah ?
Jawab :
Ya ada perbedaan akad, karena tergantung kebutuhan para UKM.
8.a. Jika permohonan pembiayaan UKM disetujui, apakah jumlah plafon yang
diinginkan nasabah akan dipotong biaya-biaya atau mungkin calon nasabah
harus membayar administrasi lain ? Jika ada, Berapa jumlah biaya-biaya
administrasi dan apa saja jenis-jenis biaya administrasi ?
Jawab :
Ya, itu sama saja baik dipotong biaya-biaya ataupun membayar administrasi.
Biaya-biaya administrasi seperti :
Membayar 3% dari jumlah plafon yang akan diterima
Profisi
Asuransi kredit/pembiayaan
Pembelian materai dan map
b. Kemudian, adakah pembayaran infaq/shadaqah, jika ada berapa jumlahnya ?
Jawab :
Ya, harus membayar berkisar 1-1,5%. Tetapi jika pembiayaan tersebut
membutuhkan sekali/mendesak, maka tidak akan dikenakan pembayaran
infaq/shadaqah tersebut.
c. Jika pihak BMT Masjid Al Azhar menyetujui pembiayaan UKM terhadap
calon nasabahnya, maka apakah pihak BMT akan mensurvei ke lokasi usaha
nasabah tersebut ?
Anggota Mengisi Formulir
Survei Lokasi Komite
Akad
Jawab :
Ya, dari pihak BMT akan mensurvei kelokasi calon nasabah pembiayaan
UKM.
d. Berapa lamanya nasabah dapat menerima pembiayaan tersebut setelah BMT
survey kelokasi ?
Jawab:
Lamanya 7 hari semenjak kelengkapan berkas calon nasabah pembiayan.
e. Untuk menyatakan kebenaran pembiayaan dialokasikan keusahanya, apakah
pihak BMT memerlukan suatu bukti ? Seandainya diperlukan, buktinya
berupa apa ?
Jawab :
Ya, seperti warung berupa struk pembelian setiap belanja di grosir/agen.
Tetapi kalau tidak ada juga tidak apa-apa dan itu diserahkan sepenuhnya
kepada nasabah.
f. Sendainya bukti tersebut kurang dari jumlah plafon yang diberikan oleh BMT
maka langkah apa saja yang dilakukan oleh BMT ?
Jawab :
Tetapi kalau tidak ada juga tidak apa-apa dan itu diserahkan sepenuhnya
kepada nasabah.
g. Seandainya nasabah meninggal, apakah hutang / angsurannya di bebaskan ?
Jawab :
Ya, karena ada asuransi yang membayarnya (Jiwa Sraya).
10. a. Jika nasabah tidak sanggup bayar tagihannya (macet), apakah akan
dikenakan finalti (denda) ?
Jawab :
Belum ada finalti/denda.
b. Apabila dikenakan finalti (denda) bagi nasabah yang pembiayaanya macet,
maka dana finalti (denda) tersebut dialokasikan kemana ? apakah
dialokasikan ke zakat/infaq/shadaqah ?
Jawab :
─
c. Apa yang dilakukan pihak BMT dalam memenuhi likuiditasnya (kecukupan
modal) jika terdapat nasabah yang macet dalam angsurannya ? Apakah
harus diambil dari Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk menutupi kekurangan
tersebut ataupun dari dana yang lainnya ?
Jawab :
Untuk nasabah yang tidak sanggup bayar, maka semuanya sudah
diatur/disediakan dirasio khusus likuiditas.
d. Ketika nasabah terus-menerus macet, langkah apa yang digunakan BMT ?
Apa mungkin menjual / melelang jaminan ?
Jawab :
Ya, karena pihak BMT pada waktu perjanjian akan menahan sementara
BPKB motor/mobil, dan juga menahan rekening tabungan nasabah
tersebut.
11. a. Seandainya nasabah melunasi hutang-hutangnyanya keseluruhan sebelum
jatuh tempo yang ditentukan, apakah akan mendapatkan keringanan
(diskon) ?
Jawab :
Bagi nasabah yang melunasi hutangnya sebelum waktunya maka BMT akan
memberikan keringanan sebesar 75% s/d 50 % s/d 25%.
b. Kalaupun mendapatkan keringanan (diskon), apakah ada biaya-biaya lain
yang harus dikeluarkan oleh nasabah ?
Jawab :
─
12. Jika nasabah melunasi hutangnya keseluruhan, maka apakah jaminan nasabah
dapat langsung diterima pada saat itu juga ?
Jawab :
Ya, langsung diterima pada saat itu juga.
13. a. Seandainya salah satu pihak (nasabah/BMT) wanprestasi, maka kemanakah
langkah hukum yang digunakan ? Apakah menyelesaikan perkaranya di
internal BMT, ataupun membawa perkaranya ke lembaga peradilan ?
Jawab :
Langkah awal yang diambil oleh BMT adalah penyelesaiannya di internal
BMT jika itu masalahnya dari BMT, tetapi kalau itu datang dari luar
(nasabah) itu tergantung mereka yang mau menyelesaikan masalahnya ke
lembaga apa saja.
b. Jika di pengadilan, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh BMT dalam
menyelesaikan perkaranya berasal darimana ?
Jawab :
Ada angaran khusus yang berimplikasi pada biaya-biaya yang akhirnya
mengurangi laba.
14.a. Apabila terdapat perkembangan yang pesat pembiayaan UKM disetiap
tahunnya, apakah BMT akan melakukan inovasi / perubahan lebih baik agar
jumlah nasabah UKM kian terus meningkat dan para UKM menjadi lebih
makmur ?
Jawab :
Ya, akan melakukan inovasi sesuai dengan keinginan debitur dan BMT pun
tidak mau ketinggalan zaman.
b. Apabila ingin melakukan inovasi, perencanaannya seperti apa? Apakah
dengan promosi lain untuk meningkatkan jumlah nasabah, ataupun
keringanan angsuran pinjaman ?
Jawab :
Ya, melalui promosi diantaranya yaitu :
Pembuatan kalender
Sponsorship keagamaan
Sekolah-sekolah seperti, kantin.
Bantuan-bantuan yang sifatnya soial.
Jakarta, 23 Desember 2010
Manajer BMT Masjid Al-Azhar
(Bpk. Samsul)