Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia
-
Upload
chindaliaskaindah -
Category
Documents
-
view
282 -
download
56
description
Transcript of Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia
![Page 1: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/1.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
53
KONSELING GENETIK, STRATEGI MENGONTROL PENYAKIT
GENETIK DI INDONESIA
Lantip Rujito
1
1Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Selesainya The Human Genome Project (HGP) pada tahun 2001 telah memberikan
landasan terbesar dalam bidang genetik dengan menstimulasi berbagai macam kajian genetik
dalam ranah yang lebih luas. Sampai sekarang industri kedokteran telah berkembang pesat
memanfaatkan pengetahuan, sumberdaya, dan berbagai teknik aplikasi genetik untuk
memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kemaslahatan umat manusia. Sebagai
akibat perkembangan di ranah genetik ini, genomic medicine muncul memfokuskan diri kepada
bidang kesehatan. Genomic medicine merupakan loncatan besar untuk mendiagnosa,
memonitoring, dan memberikan terapi pada berbagai macam penyakit (Collins, 1999)
Di Indonesia, perkembangan keilmuan tentang genetik sudah berkembang cukup pesat,
namum jika dibandingkan dengan negara berkembang lain masih sangat tertinggal. Konseling
genetik sebagai sebuah ilmu dan konselor genetik sebagai sebuah profesi telah berkembang pesat
di negara-negara maju, pun demikian juga dengan negara berkembang lainnya. Tulisan ini akan
memberikan gambaran tentang definisi, ruang lingkup, dan perkembangan konseling genetik
baik di dunia maupun di Indonesia sebagai upaya meminimalisir kejadian dan efek penyakit
genetik.
______________________________________________________________________________ Keywords : genetic counseling.
PENDAHULUAN
Selesainya The Human Genome
Project (HGP) pada tahun 2001 telah
memberikan landasan terbesar dalam bidang
genetik dengan menstimulasi berbagai
macam kajian genetik dalam ranah yang
lebih luas. Sampai sekarang industri
kedokteran telah berkembang pesat
memanfaatkan pengetahuan, sumberdaya,
dan berbagai teknik aplikasi genetik untuk
memecahkan berbagai masalah yang
berkaitan dengan kemaslahatan umat
manusia. Sebagai akibat perkembangan di
ranah genetik ini, genomic medicine muncul
memfokuskan diri kepada bidang kesehatan.
Genomic medicine merupakan loncatan
besar untuk mendiagnosa, memonitoring,
dan memberikan terapi pada berbagai
macam penyakit1.
Di Indonesia, perkembangan
keilmuan tentang genetik sudah berkembang
cukup pesat, namum jika dibandingkan
dengan negara berkembang lain masih
sangat tertinggal. Konseling genetik sebagai
sebuah ilmu dan konselor genetik sebagai
sebuah profesi telah berkembang pesat di
negara-negara maju, pun demikian juga
dengan negara berkembang lainnya. Tulisan
ini akan memberikan gambaran tentang
definisi, ruang lingkup, dan perkembangan
konseling genetik baik di dunia maupun di
![Page 2: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/2.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
54
Indonesia sebagai upaya meminimalisir
kejadian dan efek penyakit genetik.
DEFINISI KONSELING GENETIK
National Society of Genetic Counselors
(NSGC) mendefinisikan konseling genetika
sebagai proses komunikasi yang berkaitan
dengan masalah kesehatan manusia yang
berhubungan dengan kejadian atau risiko
kekambuhan dari penyakit genetik dalam
suatu keluarga2. Proses ini melibatkan
berbagai upaya oleh satu atau beberapa
orang terlatih untuk membantu keluarga atau
individual dalam hal :
(1) memahami fakta medis termasuk
diagnosa, prognostik dari penyakit dan
manajemen yang tersedia,(2) memahami
jalur dan penyebab dari penyakit tersebut
dan resiko penurunan dalam keluarga, (3)
Memberikan penjelasan terkait dengan
risiko kambuh, (4) Pemilihan tindakan yang
optimal dalam menghadapi penyakit atau
resiko terjadinya penyakit, sesuai dengan
tujuan keluarga, etika agama dan standar-
standar nilai yang berlaku, serta menuntun
bertindak arif sesuai dengan keputusan yang
diambil terhadap keluarga yang terkena atau
yang beresiko terkena.
PEKERJAAN DAN PRAKTIK
KONSELING GENETIK
Konseling genetik adalah proses
yang berkesinambungan mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik sampai
pemeriksaan molekuler3. Secara berurutan
konseling genetik melalui berbagai tahapan
seperti tersebut di bawah ini :
(1) Riwayat penyakit.
Menggali secara mendalam tentang riwayat
prenatal, perinatal, postnatal, dan riwayat
keluarga. Riwayat ini penting untuk
mengarahkan konselor memilah, memilih
dan menentukan apakah penyakit tersebut
berkaitan dengan proses genetik atau
lingkungan. Terkadang para dokter secara
mudah mendiagnosa kelainan seperti club
foot, atau digital amputations, sebagai
masalah genetik, tanpa mempertimbangkan
hal lain seperti adanya amniotic band, atau
stres karena oligohidramnion. Sering juga
kasus-kasus kematian bayi baru lahir tidak
terdiagnosis dengan baik, atau kasus abortus
berulang yang ‘hanya’ dikelola sebagai
kelainan TORCH, tanpa melihat kelainan
kromosom.
(2) Pemeriksaan fisik.
Konselor akan memeriksa fisik penderita
secara keseluruhan baik pemeriksaan fisik
dalam maupun fisik luar. Adalah umum
konselor akan mengumpulkan informasi
dismorfologi secara mendalam terkait
typologi sindrom-sindrom yang khas.
Konselor akan memeriksa kemungkinan
short stature, wide span, hypertelorisme, up
slanting, simian crease, dll.
(3) Pemeriksaan endokrine
Pada kasus-kasus yang mengarah ke arah
kelainan endokrin seperti Congenital
![Page 3: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/3.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
55
Adrenal Hiperplasia (CAH),
Complete/Parsial Androgen Insuficiensi
Syndrome (CAIS/PAIS), konselor akan
memeriksa hormon tertentu untuk
mengkonfirmasikan diagnosa.
(4) Pemeriksaan Sitogenetik.
Sitogenetik akan sangat penting terutama
pada kasus yang memerlukan pertimbangan
keputusan jenis kelamin, sindrom Turner
dan Klenifeleter, ataupun Sindrom down.
Sitogenetik juga merupakan pemeriksaan
rutin pada kasus-kasus retardasi mental yang
tidak khas untuk menilai kemungkinan
kelainan kromosom.
(5) Pemeriksaan molekuler.
Pemeriksaan molekuler merupakan gold
standar untuk mendiagnosa penyakit-
penyakit genetik. Sampai saat ini sekitar
3000 gen jenis penyakit genetik telah dapar
diidentifikasi, sehingga arah untuk
menentukan diagnosa dapat ditentukan
dengan baik. Walaupun begitu dengan
adanya mutasi mutasi baru atau
polimorfisme baru, tidak 100% penyakit
genetik dapat dipastikan dengan teknik ini.
Dalam prakteknya seorang konselor
genetik biasanya menerima pasien dari para
kolega seperti ahli pediatrik, ahli obsgyn,
bidan, dan dokter umum. Konselor genetik
bekerja sebagai anggota dari tim kesehatan
dengan memberikan informasi secara benar
dan memberi dukungan bagi keluarga yang
memiliki anggota dengan cacat lahir atau
penyakit genetik serta keluarga yang
mungkin beresiko untuk mewarisi penyakit
genetik. Seorang konselor akan
mengidentifikasi keluarga beresiko,
menyelidiki masalah yang ada dalam
keluarga, menafsirkan informasi tentang hal
tersebut, menganalisa pola risiko
kekambuhan, dan meninjau pilihan
penanganan yang tersedia kepada keluarga.
BIDANG KONSELING GENETIK
Dalam praktek sehari-hari seorang
konselor genetik memiliki tiga layanan
utama menurut umur yaitu Prenatal,
Pediatrik (anak-anak), dan Dewasa4.
(1).Prenatal.
Pada tahap ini konseling genetik berperan
dalam hal memberikan edukasi tentang
segala sesuatu mengenai penyakit genetik
yang diderita oleh anggota keluarga
pasangan, kemungkinan pola pewarisan
terhadap anak yang dikandung, pemilihan
cara diagnosa dan waktu yang optimal, serta
pengambilan keputusan hasil test terhadap
penyakit yang di derita oleh salah satu
anggota keluarga tersebut. Konselor
bersama tim obsgyn akan memberikan
alternatif test seperti USG, amniosintesis,
CVS, atau pemeriksaan serum, sesuai
kedaan dan kecenderungan diagnosa
penyakit. Konselor juga membantu
pasangan membuat keputusan mereka
sendiri tentang kemungkinan mengakhiri
kehamilan jika hasil test mengarah ke
penyakit genetik yang berat.
![Page 4: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/4.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
56
Lebih jauh di negara-negara yang maju,
seorang konselor juga melayani para
pasangan muda yang akan menikah yang
khawatir terhadap keturunan-keturunan
mereka, jika dalam keluarga mereka terdapat
anggota yang di duga berpenyakit
keturunan. Seorang konselor juga melayani
edukasi terhadap pasangan yang akan
merencanakan kehamilan selanjutnya.
(2).Pediatrik (anak-anak).
Dalam prakteknya, konselor genetik akan
banyak bersentuhan dengan periode anak-
anak ini. Sebagian besar kasus genetik akan
diketahui dan dilaporkan pada periode ini.
Di negara maju seorang anak yang lahir
dengan defek yang nyata merupakan hal
yang umum dihadapi seorang konselor.
Dengan kerjasama tim pediatrik, konselor
akan memberi konseling terhadap orang tua
penderita. Anak-anak yang membutuhkan
konseling sebagaimana dimaksud konseling
genetika adalah jika mereka telah lahir
dengan bawaan anomali, ataupun dicurigai
menderita anomali. Pada kasus tertentu
kondisi anak ketika lahir tidak menunjukan
hal yang di anggap ‘berbeda’ dengan anak
yang lain, dan kelainan akan muncul pada
tahun-tahun selanjutnya. Kelainan ambigous
genetalia mewakili keadaan seperti ini.
Seorang konselor genetik berperan besar
terhadap keputusan yang optimal untuk
perkembangan anak selanjutnya.
(3).Dewasa.
Konselor Genetik melayani orang dewasa
untuk mengetahui apakah mereka memiliki
keturunan yang berpotensi terkena penyakit
genetik, dan ini sekaligus berkaitan dengan
nasehat untuk melakukan pemeriksaan jika
anak mereka, atau anggota keluarga mereka
menderita penyakit genetik. Penyakit
genetik yang beronset dewasa seperti pada
penyakit huntington, SCA, FXTAS, POF,
ataupun kasus infertilitas menetap juga
merupakan bagian dari layanan koseling
genetik. Lebih lanjut seorang konselor
genetik akan memberikan edukasi kepada
keluarga mengenai isu-isu seperti
manajemen medis, asuransi, kepemilikan
anak (paterity test), dan konseling
berkelanjutan.
PERKEMBANGAN KONSELING
GENETIK
Konseling genetik adalah salah satu
bidang yang relatif baru dalam bidang
kedokteran. Terminologi ini sebenarnya
sudah berkembang pesat khususnya dalam
30 tahun terakhir ini. Konseling genetik
berkembang seiring dengan semakin
berkembangnya genetika penyakit, strategi
diagnosa yang semakin berkembang masif,
sampai kepada penggunaan genetik dalam
terapi5.
Pendidikan untuk Konselor genetik
di Negara Amerika Serikat di mulai pada
tahun 1969, dan sampai saat ini telah
diluluskan sekitar 200 lulusan program
![Page 5: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/5.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
57
konselor genetik per tahunnya. Di Eropa
perkembangan konseling genetika pertama
dimulai pada tahun 1992 di Manchester,
Inggris, dan selanjtnya di Cardiff, Wales
pada tahun 2000, sedangkan Kuba telah
melatih tenaga konselor genetik pada
tahun1995 dengan model yang unik, dengan
memberikan gelar master dalam konseling
genetika untuk dokter keluarga. Belanda
juga mempunyai program nasional sejak
tahun 1996, selanjutnya empat pendidikan
program muncul di Australia antara 1996
dan 2000. Afrika Selatan telah mendidik
konselor genetik sejak 1987 kemudian
program ini ditambahkan pada tahun 20046.
Sejak tahun 2000, momentum
perkembangan konseling genetik dimulai
dengan cepat. Jepang menciptakan program
nasional dengan membuka tujuh program
sejak 2002 dan menambahkan satu lagi
menjadi delapan pada 2008. Di Taiwan
program pertama ini muncul pada tahun
2003 dan kemudian Norwegia segera
sesudahnya. Pemerintah Prancis menetapkan
konseling genetika sebagai profesi kesehatan
yang baru pada tahun 2004, dan Saudi Arab
membentuk program konseling genetik
pada tahun 2005. Filipina berencana
membuka program konseling genetik di
Universitas pada tahun 20097. Universitas di
Malaysia juga menyediakan layanan
konseling genetik sebagai program
pascasarjana dan juga sebagai layanan
umum tercatat mulai tahun 20068. Singapura
telah terlebih dahulu mengembangkan
konseling genetik sebagai bagian dari
pelayanan di universitas namun sekarang
telah menjadi salah satu unit pelayanan
tersendiri bersama dengan yang lainnya9.
Di Indonesia sendiri perkembangan
konseling genetik di prakarsai oleh Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro yang
telah merintis pendidikan konselor genetik
ini pada tahun 2007, dan pada tahun 2009
ini telah meluluskan 10 mahasiswa sebagai
konselor genetik pertama di Indonesia.
Namun demikian, perkembangan ini belum
sampai ke tahap kebijakan nasional. Ini
ditandai dengan masih belum adanya
regulasi yang jelas tentang profesi konselor
genetik di Indonesia. Pusat-pusat pendidikan
kedokteran nampaknya masih ‘wait and
see’. Sudah saatnya para ahli dalam bidang
genetik dan konselor genetik duduk bersama
untuk merumuskan suatu regulasi dan
pelayanan yang bersifat nasional.
KEBUTUHAN KONSELING GENETIK
Menurut National Society of Genetic
Councelor, standar minimum untuk
memberikan layanan optimal dalam sebuah
negara adalah sekitar dua konselor genetik
per 1 juta penduduk. Namun sampai saat ini
diperkirakan hanya terdapat kurang lebih
3000 konselor genetik di seluruh dunia.
Kebutuhan konselor genetik yang terdidik
juga ditujukan untuk mempertimbangkan
dampak budaya, agama dan masalah sosial
![Page 6: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/6.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
58
ekonomi bagi setiap keluarga atau
penduduk.
Di Indonesia, kebutuhan seorang
konselor genetik sangat besar karena sesuai
dengan jumlah penduduk yang hampir
kurang lebih 200 juta penduduk. Namun
kebutuhan ini belum terealisasi dengan baik.
Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah
yang masih ditujukan kepada penyakit-
penyakit infeksi, sehingga kebutuhan akan
konselor genetik seolah terabaikan. Salah
satu masalah penyakit genetik di Indonesia
adalah penyakit Talasemia. Kejadian
penyakit ini dari tahun ke tahun menunjukan
peningkatan yang mengkhawatirkan.
Padahal unit cost untuk menangani penyakit
ini sangat besar10. Belum lagi kasus-kasus
seperti ambigous genetalia, pemerintah
belum sedikit pun melihat sisi ini. Pelayanan
kepada mereka belum menjadi fokus
penanganan yang dituangkan dalam
kebijakan.
Di Inggris NHS (National Health
Service) menyebutkan bahwa pelayanan
konseling genetik dimaksudkan untuk
mendapatkan keuntungan dari kemajuan
bidang genetik tepat pada waktunya, dan
berbiaya efektif. Pelayanan langsung
bertujuan untuk memastikan bahwa pasien
dan keluarga mereka bisa mendapatkan
keuntungan dari informasi genetik dan
intervensi saat ini yang tersedia. Jangka
panjangnya adalah untuk memastikan bahwa
kerja konselor genetik siap untuk
menggunakan prediksi kemajuan ilmu
genetik seperti uji kerentanan untuk
penyakit-penyakit umum dan memberikan
resep berdasarkan konstitusi genetik pada
diri pasien.
HAMBATAN DAN TANTANGAN
Konseling genetik merupakan
bidang yang relative baru berkembang di
dunia. Namun seiring dengan penemuan-
penemuan baru dalam perangkat diagnosik,
penemuan susceptibility genes,
farmakogenetik, dan farmakogenomik,
konseling genetik diyakini akan berkembang
pesat dan merupakan sebuah kebutuhan
pasti, dan bukan sebuah euphoria keilmuan.
Namun demikian, masih banyak hambatan
dan tantangan yang dihadapi. Ada beberapa
hal yang krusial :
(1) Status dari pendidikan genetik untuk
professional kesehatan.
Tidak dipungkiri bahwa kurikulum
kesehatan untuk para profesional masih
sangat minim dalam mengintegrasikan ilmu
genetik. Dalam prakteknya pengetahuan
tentang genetik dan penyakit genetik tidak
diajarkan sendiri sebagai suatu kodifikasi
ilmu. (Farndon and Bennett, 2008).
(2) Miskonspesi tentang genetik.
Banyak dari petugas kesehatan, dokter
sekalipun, menganggap bahwa genetik
hanya berpaku pada penyakit yang
diturunkan secara Mendelian dan ditangani
oleh ahli pediatrik atau ahli obstetric saja.
![Page 7: Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik Di Indonesia](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9a18550346d033a07147/html5/thumbnails/7.jpg)
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Rujito, Konseling genetik
59
Hal ini tentu sangat disayangkan karena
fakta tentang genetik, akhir-akhir ini telah
mulai difokuskan pada penyakit yang
umum, penyakit kronis yang setiap hari
ditemui oleh para petugas kesehatan.
(3) Kekurangan tenaga pendidik. Banyak
institusi pendidikan bidang kesehatan yang
tidak mempunyai ahli yang cukup untuk
mendidik ilmu genetika klinik atau
aplikasinya pada tataran pasien11.
(4) Kurangnya kemampuan dan kepercayaan
diri tentang genetik diantara petugas
kesehatan12.
(5) Kurangnya managemen sistem rujuk
pasien genetik. Hal ini ditandai dengan
banyaknya kasus kematian atau penanganan
yang tidak sesuai dari pasien penyakit
genetik di tingkat perifer13.
KESIMPULAN
Konseling genetik adalah bidang
ilmu yang akan selalu berdampingan dengan
bidang-bidang ilmu lainnya. Genetik
kedepannya, menjadi landasan pokok
kemajuan bidang ilmu yang lainnya dan
kebutuhan seorang konselor genetik di
masyarakat adalah sebuah kepastian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Collins F, Shattuck lecture medical and
societal consequences of human genome
project, N. Engl. J. Med., 1999, 341, 28-36.
2. NSGC,Definition: Genetic Counselors,
2008,http://www.nsgc.org/about/definition.cf
m
3. Resta R, Biesecker BB, Bennett R L, et al. A
new definition of genetic counseling:
National Society of Genetic Counselors’
Task Force Report. Journal of Genetic
Counseling, 2006, 15(2), 77–83
4. Begleiter, Nature Precedings :
hdl:10101/npre.2008.1574.1 : Posted 7 Feb
2008. Training for Genetic Counselors.
Nature Reviews/Genetics, 2002, 3:557
5. Guttmacher, AE, Porteous ME, &
McInerney JD. Educating health-care
professionals about genetics and genomics.
Nat Rev Genet, 2007, 8(2), 151–157
6. Rantanen E, Hietala M, and Kääriäinen H,
Regulations and practices related to genetic
counselling in 38 European countries, 2009,
http://www.eurogentest.org/regulations_gene
tic_counselling.xhtml.htm
7. Sabater, UP eyes Genetic Counseling course,
2009, Manila Bulletin Article date:March 7,
2009
8. UMMC, Genetic Unit,
http://www.ummc.edu.my/index.php?option
=com_content , 2006,
&task=view&id=540&Itemid=665
9. HPBS: Health Promotion Board of
Singapore, 3 Second Hospital Avenue, 2009,
Singapore 168937: www.hpb.gov.sg)
10. Ruswandi, Populasi Pasien Talasemia,
Indonesia Tertiggi di Dunia, Pikiran Rakyat,
2009, Kamis, 05 Maret 2009
11. Metcalfe SA, Aitken M and Gaff CL, The
Importance of Program Evaluation: How
Can it be Applied to Diverse Genetics
Education Settings?, Journal of Genetic
Counseling, 2008, 10.1007/s10897-007-
9138-8
12. Burgess M.M, Laberge LM, Knoppers BM,
Bioethics for clinicians: 14. Ethics and
genetics in medicine, Canadian Medical
Association, 1998, 158 (10)
13. Kirk M, Tonkin E, and Burke S, Engaging
Nurses in Genetics: The Strategic Approach
of the NHS National Genetics Education and
Development Centre, Journal of Genetic
Counseling, 2008, 10.1007/s10897-007-
9127-y
.