Konseling Dan Informasi Obat 1
-
Upload
abdul-manaf -
Category
Documents
-
view
535 -
download
71
description
Transcript of Konseling Dan Informasi Obat 1
MAKALAH
KONSELING DAN INFORMASI OBAT
Disusun oleh :
Lailul hidayati 14334704
Alvin khairunnisa 14334707
Ririn wahyuni 14334714
A c i h 14334719
Aris munandar 14334722
Abdul manaf 14334723
Septiyani Monalisa 14334733
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Konseling dan Informasi Obat”. Makalah
ini disusun dan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Sosial, program studi
Farmasi, Institut Sains dan Tekhnologi Nasional.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelsain makalah ini.
Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari sempurna, segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kebaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, November 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Tujuan .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Konseling ....................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Konseling .......................................................................2
2.1.2 Manfaat dan Tujuan Konseling........................................................3
2.1.3 Prinsip Konseling.............................................................................3
2.1.4 Sasaran Konseling............................................................................4
2.1.5 Kegiatan Konseling..........................................................................8
2.1.6 Hal-hal yang harus disiapkan dalam konseling ...............................8
2.1.7 Kendala dalam pemberian obat dan Konseling ...............................9
2.1.8 Modal Untuk Melaksanakan Konseling bagi Pasien .......................9
2.1.9 Metode Konseling............................................................................10
2.1.10 Tahapan Proses Konseling...............................................................10
2.2 Pelayanan Informasi Obat...........................................................................12
2.2.1 Definisi...............................................................................................12
2.2.2 Tujuan ................................................................................................13
2.2.3 Sasaran Informasi Obat......................................................................13
2.2.4 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat ..................................................15
2.2.5 Sumber Informasi Obat......................................................................16
2.2.6 Dokumentasi ......................................................................................17
2.2.7 Evaluasi Kegiatan ..............................................................................18
iii
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................19
3.1 Pelayanan Konseling Obat ..........................................................................19
3.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO).................................................................20
BAB III PENUTUP............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan .................................................................................................21
3.2 Saran ...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................22
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari
pelayanan kefarmasian, Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya
pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi
dengan pasien dan professional kesehatan lainnya dengan melaksanakan pelayanan
Pharmaceutical care secara menyeluruh oleh tenaga farmasi.
Konseling farmasi merupakan tugas wajib dari apoteker untuk membantu masyarakat
guna menyelesaikan masalah kesehatan yang umumnya terkait dengan sediaan farmasi agar
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut sehingga pasien dapat menyelesaikan
masalahnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi masyarakat itu sendiri. Konseling
kefarmasian bukan hanya sekedar pemberian informasi obat (PIO), namun dapat
menambahkan pengetahuan pasien tentang kondisi dan informasi tentang hal – hal apa saja
yang dapat dilakukan pasien agar tercapainya tujuan terapi yang maksimal. Berhasilnya suatu
terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh
kepatuhan (compliance) pasien untuk mengikuti terapi yang telah ditentukan.
Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis komunitas yang
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor: 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 11,
dimana pelayanan ini wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. Dengan melaksanakan
kewajiban ini, farmasis komunitas mendapatkan legal protection, selain keuntungan lainnya
seperti membangun kepercayaan pasien terhadap tenaga farmasi komunitas dan peningkatan
pemasukan, baik moral maupun material. Pasien pun mendapatkan keuntungan berupa
penggunaan obat yang rasional, biaya yang terjangkau, dan edukasi tentang kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan hasil terapi obat dan tercapainya tujuan medis dari terapi obat dapat
tercapai.
2. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan rumah sakit.
3. Membina hubungan dengan pasien dan menimbulkan kepercayaan pasien
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konseling
2.1.1 Pengertian dan Konsep Dasar Konseling
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan
pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya
seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor)
dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah. Konseling pasien merupakan bagian tidak
terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker
sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan dispensing aja, tetapi
juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan
dalam konsep Pharmaceutical Care.
Konsep dasar konseling adalah konsultasi dan edukasi :
1. Konsultasi merupakan kegitann pemberian motivasi dan mendorong
perubahanprilaku.
2. Edukasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan
kefarmasian yang mempunyai tanggung jawab etika serta medikasi legal untuk
memberikan motivasi, mendorong perubahan perilaku serta memberikan informasi dan
edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat. Kegiatan konseling dapat
diberikan atas inisiatif langsung dari Apoteker mengingat perlunya pemberian konseling
karena pemakaian obat-obat dengan cara penanganan khusus, obat-obat yang
membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan
pasien meminum obat. Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari Apoteker
disebut konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien
datang untuk berkonsultasi pada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini
disebut konseling pasif.
Konseling obat adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasikan diri yang dapat mengarah pada peningkatan pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran tentang penggunaan obat yang benar.
3
2.1.2 Manfaat dan Tujuan Konseling
1. Manfaat dari Konseling yaitu :
Bagi Pasien :
1) Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
2) Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya.
3) Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri.
4) Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
5) Menurunkan kesalahan penggunaan obat
6) Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terpai.
7) Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
8) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya kesehatan
Bagi Farmasis :
1) Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.
2) Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung
jawab profesi Farmasis.
3) Menghindari Farmasis dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat
(Medication Error).
4) Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi
upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.
2. Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :
1) Membina hubungan/komunikai farmasis dengan pasien dan
membangun kepercayaan pasien kepada farmasis.
2) Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.
3) Membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan
memberikan cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat
dengan benar.
2.1.3 Prinsip Konseling
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara pasien
dengan Apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela. Pendekatan
Farmasis dalam pelayanan konseling mengalami perubahan modela pendekatan
"Medical Model" menjadi pendekatan "Helping Model".Hal-Hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang farmasis adalah "Mengerti kebutuhan, keinginan, dan pilihan dari pasien"
4
1. Menentukan Kebutuhan
Konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yang
dibutuhkannya. Seringkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan
kebutuhannya, walaupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkan. Oleh karena
itu dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakan pertanyaan terbuka dan
mendengar dengan baik dan hati-hati.
2. Perasaan
Farmasis harus dapat mengerti dan menerima perasaan pasien (berempati).
Farmasis harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimana perasaan
menjadi orang sakit) sehingga dapat berinteraksi dan menolong dengan lebih
efektif.Beberapa bentuk perasaan atau emosi pasien dan cara penanganannya
adalah sebagai berikut :
a. Frustasi yaitu membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk
mencari alternatif jalan lain yang lebih tepat dan meminimalkan rasa
ketidaknyamanan dari aktifitas hariannya yang tertunda.
b. Takut dan cemas yaitu membantu menjernihkan situasi apa yang
sebenarnya ditakutinya dan membuat pasien menerima keadaan dengan
keberanian yang ada dalam dirinya.
c. Marah yaitu mencoba ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan juga begitu
saja menerima kemarahannya tetapi mencari tahu kenapa pasien marah
dengan jalan mendengarkan dan berempati.
d. Depresi yaitu Usahakan membiarkan pasien mengekspresikan
penderitaannya, membiarkan privasinya, tetapi dengarkan jika pasien ingin
bicara.
e. Hilang kepercayaan diri
f. Merasa bersalah
2.1.4 Sasaran Konseling
Pemberian konseling ditujukan untuk :
1. Konseling Pasien Rawat Jalan
Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada pasien
yang mengambil obat di apotek, puskemas, dan sarana kesehatan lainya. Kegiatan
ini bisa dilakukan di counter pada saat penyerahan obat, tetapi lebih efektif bila
di lakukan di ruang khusus yang di sediakan untuk konseling.
5
Konseling pada pasien rawat jalan lebih diutamakan pada pasien yang :
1) Menjalani terapi penyakit kronis dan pengobatan jangka
panjang(Long Life Terapy) seperti diabetes,TBC, hipertensi dan antung.
Konseling pada pengobatan Longlife meliputi :
a) Memberikan informasi yang tepat mengenai obat meliputi kebenaran,
instruksi yang lengkap termasuk berapa banyak, kapan, berapa lama
penggunaan dan bagaimana jika obat lupa diminum; informasi tentang
penyakit, kapan dan bagaimana pemakaian obat akan berguna untuk
penyembuhan; Informasi tentang efek samping.
b) Mencegah ketidakpatuhan, dengan cara bekerjasama dengan medis
untuk mempermudah jadwal pengobatan dengan menurunkan jumlah
obat, menurunkan interval dosis perhari dan penyesuaian regimen dosis
untuk penggunaan terbaik pasien sehari-hari.
c) Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaan obat,
misal alarm di handphone, chart, pemberian label instruksi pengobatan
pada obatnya,pil dispenser(wadah untuk persediaan harian maupun
mingguan), kemasan penggunaan obat per dosis unit.
d) Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak keluarga
pasien dalam mengingatkan penggunaan obat.
e) Memberikan motivasi dalam menangani ketidakpatuhan dengan
menjelaskan keuntungan dari penggunaan obat.
f) Tingkatkan kewaspadaan pasien dari gejala penyakit yang diperlihatkan
dan membutuhkan pengobatan.
g) Jelaskan bahwa pasien harus dapat mengevaluasi dirinya sendiri,
meliputi membantu pasien untuk mengembangkan kepercayaan dirinya,
memastikan pasien/klien telah memahami informasi yang diperoleh
dan memastikan apakah informasi yang diberikan konseling dapat
dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta kembali pasien
untuk mengulang informasi yang sudah disampaikan. Dengan cara ini
pula dapat diidentifikasikan adanya penerimaan informasi yang salah
sehingga dapat dilakukan pembetulan.
2) Mendapat obat dengan cara penyimpanan khusus seperti insulin
3) Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya : geriatrik dan
pediatrik.
6
Menghitung jumlah sisa tablet secara langsung dan menghitung tingkat
kepatuhan pasien dengan menggunakan rumus :
ℎ = ℎ − ℎℎ 100%a. Penyuluhan dan kepatuhan anak (Pediatrik)
Kepatuhan anak terhadap pengobatan sangat tergantung pada orang tua,
atau pengasuh. Penyuluhan dengan melibatkan pasien anak dapat dilakukan
pada pasien usia 8-10 tahun.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan :
1. Formulasi (rasa) Penampilan obat
2. Kemudahan cara penggunaan
3. Waktu pemberian obat (berhubungan dengan waktu tidur, waktu
sekolah)
4. Efek samping pada anak
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya efek samping :
a) Informasikan jika anak sedang minum obat bebas, suplemen makanan
b) Tanyakan efek samping dari obat
c) Amati apakah terjadi perubahan pada anak
d) Ikuti petunjuk dosis dan cara pakai
e) Untuk obat jangka panjang, jangan dihentikan mendadak
f) Penggunaan obat pada lansia
g) Masalah pada pemberian obat pada pasien usia lanjut
b. Penyuluhan dan kepatuhan lansia
Hanya 60 % yang patuh sedangkan 40 % pasien lansia meminum obat
kurang dari yang diberikan dokter.
4) Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara
pemakaian yang khusus misalnya: supossitoria, enema, inhaler, injeksi
insulin.
5) Mendapatkan obat dengan pemakaian rumit misalnya pemakaian
kortikosteroid dengan tapering down.
6) Mendapat obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin dll)
7
7) Mendapatkan terapi obat – obatan dengan kombinasi yang banyak
( Polifarmasi)
2. Konseling Pasien Rawat Inap
Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien akan
melanjutkan terapi di rumah dan pada pasien rawat inap pada kondisi sebagai
berikut :
1) Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat yang rendah.
2) Adanya perubahan terapi yang berupa penambahan terapi.
2.1.5 Kegiatan Konseling
Kegiatan konseling meliputi beberapa hal yaitu :
1. Persiapan dalam melakukan konseling
2. Tahap konseling, terdiri dari beberapa tahap:
a) Pembukaan
b) Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah.
c) Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya
d) Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh
e) Menutup diskusi
f) Follow up diskusi
3. Aspek konseling yang harus disampaikan :
a) Deskripsi dan kekuatan obat
1) Memberikan informasi mengenai :
2) Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya
3) Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnya
4) Kekuatan obat (mg/g)
b) Jadwal dan cara penggunaan obat, penekanan dilakukan untuk obat dengan
instruksi khusus, seperti : “minumobat sebelum makan’, “jangan minum obat
bersama susu”.
c) Dampak gaya hidupd) Mekanisme kerja obat, menjelaskan mekanisme obat sesuai penyakit yang
diobati.
e) Efek potensial yang tidak diinginkan, penekanan penjelasan terutama untuk
obat yang menyebabkan perubahan warna urine, menyebabkan kekeringan
pada mukosa.
8
f) Penyimpanan, memberitahu cara penyimpanan obat terutama obat – obat
yang harus disimpan pada suhu kamar
2.1.6 Hal-hal yang Harus Disiapkan Dalam Memberikan Pelayanan Konseling
PadaPasien
Sebelum memberikan konseling ada beberap hal yang harus diketahui oleh
seorang farmasis agar tujuan konseling tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah latar
belakang pasien (data base pasien) seperti biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan,
alergi, riwayat keluarga, sosial dan ekonomi. Hal kedua yang pelu diperhatikan adalah
membuat daftar masalah yang dihadapi pasien ( terutama masalah yang berkaitan dengan
obat). Setelah kedua hal tersebut dilakukan barudapat memberikan konseling
berdasarkan masalah yang sudah di susun kemudian dapat dilihatdari perubahan sikap
pasien apakah konseling yang telah diberikan sudah tepat atau belum.
2.1.7 Kendala dalam pemberian obat dan konseling
Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses
pengobatan dan pemberian konseling. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kendala yang berasal dari pasien antara lain:
1) Perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu.Hal ini dapat diatasi dengan
bersikap empathy,mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap
bersikap terbuka dan siap membantu.
2) Latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa. Kendala dapat diatasi
dengan Menggunakan istilah sederhana dan dapat dipahami, Berhati-hati
dalam menyampaikan hal yang sensitif, atau Menggunakan penterjemah.
3) Fisik dan mental pasien. Dapat diatasi dengan upaya menggunakanalat
bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.
2. Kendala yang berasal dari tenaga farmasi
Mendominasi percakapan.
1) Menunjukkan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak
mendengarkan apa yang pasien sampaikan.
2) Cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras,sering mengulang suatu kata)
3) Menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien.
4) Sikap dan gerakanbadan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu
konsentrasi pasien.
9
5) Sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien. Bila ini
terjadi pada upaya mengatasinya adalah:
1) Memberikan pasien kesempatanuntuk menyampaikan masalahnya
dengan bebas.
2) Menunjukan kepada pasien bahwa apa yangdisampaikannya
didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala.
3) Kata ya dansikap badan yang cenderung ke arah pasien. d)
Menyesuaikan volume suara.
4) Mengurangikebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan
gugup dan tidak siap.
5) Menghindaripemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien.
6) Tidak menyilangkan kedua tangan dan menghindari gerakan yang
tidak pada tempatnya.
7) Menjaga kontak mata dengan pasien.
3. Kendala Lingkungan
1) Tempat yang terbuka.
2) Suasana yang bising.
3) Sering adanya interupsi.
4) Adanya partisi (kaca counter) dapat mempengaruhi pasien dalam menerima
konseling.
Hal ini harus diperhatikan oleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling.
a) Adanya tempat khusus.
b) Tidak menerima telepon atau tamu lain dapat memberikan rasa privasi dan
nyaman kepada pasien.
2.1.8 Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien
1. Menguasai Ilmu
Kalau kita menguasai ilmu yang akn kita sampaikan, maka kita akan dapat
berbicara lancar, meyakinkn sehingga pasien akan puas dan percaya,
ini meupakan kunci utama. Kalau psien sudah percaya maka mereka akan
patuh.
2. Kemampuan Berkomunikasi
Ini penting, karena teknik berbicara akan sangat berpengaruh pada
keberhasilan komunikasi.
10
2.1.9 Metode Konseling
Beberapa metode Konseling yaitu :
1. Three Prime Questions
a) Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Obat Anda ?
b) Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Cara Pakai Obat Anda ?
c) Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Harapan setelah minum/memakai
ObatAnda ?
2. Final Verification
a) Meminta pasien untuk mengulang instruksi
b) Yakin bahwa pesan tidak terlewat
c) Koreksi bila ada Salah Informasi
3. Show and Tell
a) Melakukan Cerita
b) Melakukan Peragaan
c) Melalui Gambar atau Tayangan
2.1.10 Tahapan Proses Konseling
Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu :
1. Pengenalan/ pembuka
Tujuan : pendekatan dan membangun kepercayaan
Teknik :
a) Memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama ?
Contoh Pengenalan/ pembukaan :
a) Sapa pasien dengan ramah
b) Perkenal diri anda
c) Jelaskan tujuan konseling
d) Informasikan lama waktu yang dibutuhkan
Contoh
“Selamat pagi, saya Tanti, Apoteker disini ( perkenalkan diri ). Saya ingin
menanyakan beberapa pertanyaan singkat tentang obat-obatan yang baru
anda peroleh (subjyek yang akan ditanyakan ). Hanya butuh waktu beberapa
menit saja (waktu yang dibutuhkan ). Informasi yang anda berikan nanti akan
11
sangat membantu kita untuk mengenali masalah yang mungkin timbul dari
obat-oabt yang baru anda terima ini. (tujuan/iuran)
2. Penilaian Awal/Identifikasi
Tujuan : menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang
harus dipenuhi.Perhatikan apakah pasien baru/lama dan peresepan
baru/lama/OTC Teknik :Three Prime Questions
Contoh:
Pasien mendapat obat antihipertensi
Ny. Jamilah : “Dokter bilang, saya memerlukan obat ini tapi saya merasa
baik- baik saja, mungkin saya benar-benar tidak
membutuhkannya?”
Tn.Jamil : “Saya tahu TD saya tinggi dan harus minum obat secara
teratur,tapi jadwal saya sibuk dan sering lupa…?”
3. Pemberian Informasi
Tujuan: Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahami dan
mengikuti regimen terapi.
Tehnik : Show & Tell
Contoh pemberian informasi obat inhaler
a) Berikan informasi pokok tentang nama obat dan bentuk sediaan,
kegunaan inhaler, cara menggunakan inhaler dan cara penyimpanan.
b) Gunakan sarana: Poster, contoh inhaler
Contoh : Cara Penggunaan Inhaler
Information Sheet ?
1) Mengeluarkan dahak / lendir(bila ada)
2) Latihan nafas
3) Periksa alat / wadah
4) Tahap penggunaan:
a) Kocok dulu dan buka penutup.
b) Tarik dan keluarkan nafas.
c) Pasang alat dimulut.
d) Ambil nafas pelan-dalam dan tekan alat
e) Tutup mulut,tahan nafas 5-10 detik,alat dilepas.
12
f) Keluarkan nafas lewat hidung, bila ada dosis ke-2, beri jarak 5
menit.
g) Cuci mulut atau berkumur.
4. Verifikasi
Tujuan :
a) Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang
sudah disampaikan.
b) Mengulang hal-hal penting.
Tehnik : fill in the gaps
Contoh Penilaian akhir/ Verifikasi yaitu:
a) Bertanya tentang pemahaman informasi yang disampaikan.
b) Meminta pasien untuk menceritakan dan memperagakan ulang cara
penggunaan.
5. Tindak lanjut (Feedback) :
Tahapan ini merupakan hal yang paling penting untuk memastikan bahwa
konseling yang kita lakukan efektif. Feedback yang kita harapkan dari
konseling adalah kepatuhan pasien dalam minum obat dan keberhasilan
pengobatan.
Tujuan : Mengikuti perkembangan dan monitoring kepatuhan pasien
dalam minum obat dan memastikan keberhasilan pengobatan.
Tehnik :
a) Membuat patient medication record(PMR)
b) Komunikasi melalui telepon.
c) Tanyakan kembali apakah ada informasi lain yang ingin di tanyakan.
Contoh Penutup / Tindak lanjut:
a) Ingatkan waktu untuk kontrol
b) Berikan salam dan ucapkan “semoga lekas sembuh”
c) Lakukan pencatatan pada kartu konseling
2.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
2.2.1 Definisi PIO
Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO merupakan
kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara
13
akurat, tidak bisa dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien.
Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya maksud
dan intinya sama saja. Salah satu definisinya adalah, informasi obat adalah setiap data
atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencangkup
farmakologi, toksikologi, dan farmakoterapi obat. Informasi obat mencangkup, tetapi
tidak terbatas pada pengetahuan seperti nama kimia, struktur dan sifat-sifat,
identifikasi, indikasi diagnostik atau indikasi terapi, mekanisme kerja, waktu mulai kerja
dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian, dosis yang direkomendasikan, absorpsi,
metabolisme detoksifikasi, ekskresi, efek samping danreaksi merugikan, kontraindikasi,
interaksi, harga, keuntungan, tanda, gejala dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data
komparatif, data klinik, data penggunaan obat, dan setiap informasi lainnyayang berguna
dalam diagnosis dan pengobatan pasien (Siregar, 2004).
Definisi pelayanan informasi obat adalah; pengumpulan, pengkajian,
pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan,
pendistribusia, penyebaran serta penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai
bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata dan yang mungkin (Siregar,2004)
2.2.2 Tujuan PIO
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
di lingkungan rumah sakit.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
3. Meningkatkan profesionalisme apoteker.
4. Menunjang terapi obat yang rasional.
5. Meningkatkan keberhasilan pengobatan
2.2.3 Sasaran PelayananInformasi Obat
Yang dimaksud dengan sasaran informasi obat adalah orang, lembaga, kelompok
orang, kepanitiaan, penerima informasi obat, seperti yang tertera dibawah ini;
1. Dokter
Dalam proses penggunaan obat, pada tahap penetapan pilihan obat serta
regimennya untuk seorang pasien tertentu, dokter memerlukan informasi dari
14
apoteker agar ia dapat membuat keputusan yang rasional. Informasi obat
diberikan langsung oleh apoteker, menjawab pertanyaan dokter melalui telepon
atau sewaktu apoteker menyertai tim medis dalam kunjungan ke ruang perawatan
pasiean atau dalam konferensi staf medis (Siregar, 2004).
2. Perawat
Dalam tahap penyampaian atau distribusi oabt kepada PRT dalam
rangkaian proses penggunaan obat, apoteker memberikan informasi obat tentang
berbagai aspek oabt pasien, terutama tentang pemberian obat. Perawat adalah
profesional kesehatan yaang paling banyak berhubungan dengan pasien karena
itu, perawatlah yang pada umumnya yang pertama mengamati reaksi obat
merugikan atau mendengar keluhan mereka. Apoteker adalah yang paling siap,
berfungsi sebai sumber informasi bagi perawat. Informasi yang dibutuhkan
perawat pada umumnya harus praktis, seera, dan ringkas, misalnya frekuensi
pemberian dosis, metode pemberian obat, efek samping yang mungkin,
penyimpanan obat, inkompatibilitas campuran sediaan intravena, dll (Siregar,
2004).
3. Pasien / Keluarga Pasien
Informasi yang dibutuhkan pasien/keluarga pasien, pada umumnya adalah
informasi praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan profesional kesehatan. Informasi obat untuk PRT diberikan apoteker
sewaktu menyertai kunjungan tim medik ke ruang pasien; sedangkan untuk
pasien rawat jalan, informasi diberikan sewaktu penyerahan obatnya. Informasi
obat untuk pasien/keluarga pasein pada umumya mencangkup cara penggunaan
obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat
bebas dikaitkan dengan resep obat, dan sebagainya (Siregar, 2004).
4. Apoteker
Setiap apoteker suatu rumah sakit masing-msaing mempunyai tugas atau
fungsi tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan pada bidang tertentu.
Apoteker yang langsung berinteraksi dengan profesional kesehatan dan pasien,
seing menerima pertanyaan mengenai informasi obat dan pertanyaan yang tidak
dapat dijawabnya dengan segera, diajukan kepada sejawat apoteker yang lebih
mendalami pengetahuan informasi obat. Apoteker apotek dapat meminta bantuan
informasi obat dari sejawat di rumah sakit (Siregar, 2004).
15
5. Kelompok, Tim, Kepanitiaan, dan Peneliti
Selain kepada perorangan, apoteker juga memberikan informasi obat
kepada kelompok profesional kesehatan, misalnya mahasiswa, masyarakat,
peneliti, dan kepanitiaan yang berhubungan dengan obat. Kepanitiaan di rumah
sakit yang memerlukan informasi obat antara lain, panitia farmasi dan terapi,
panitia evaluasi penggunaan obat, panitia sistem pemantauan kesalahan obat,
panitia sistem pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan, tim pengkaji
penggunaan oabt retrospektif, tim program pendidikan “in-service” dan
sebagainya (Siregar, 2004)
2.2.4 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat
aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberika informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif
memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan
sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.
Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan
rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan
secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau
e-mail). Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai yang
bersifat urgen dan kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai
secara seksama .
Langkah – Langkah Sitematis Pemberian Informasi Obat
1. Penerimaan permintaan Informasi Obat, mencatat data permintaan informasi dan
mengkategorikan permasalahan; aspek farmasetik (identifikasi obat,
perhitungan farmasi, stabilitas dan toksisitas obat), ketersediaan obat, harga
obat,efek samping obat, dosis obat, interaksi obat, farmakokinetik,
farmakodinamik, aspek farmakoterapi, keracunan, perundang-undangan.
2. Mengumpulkan latar belakang masalah yang ditanyakan, menanyakan lebih
dalam tentang karakteristik pasien dan menanyakan apakah sudah
diusahakan mencari informasi sebelumnya
3. Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan sekunder dan bila perlu
rujukan primer.
16
4. Formulasikan jawaban sesuai dengan permintaan : jawaban jelas, lengkap dan
benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal dan tidak
bolehmemasukkan pendapat pribadi.
5. Pemantauan dan Tindak Lanjut : menanyakan kembali kepada penanya
manfaat informasi yang telah diberikan baik lisan maupun tertulis.
Contoh alur menjawab pertanyaan dalam pelayanan informasi obat; petugas
mengisi formulir mengenai klasifikasi, nama penanya dan pertanyaan yang ditanyakan,
setelah itu petugas menanyakan tentang informasi latar belakang penyakit mulai muncul,
petugas melakukan penelusuran sumber data dengan mengumpulkan data yang ada
kemudian data dievaluasi. Formulir jawaban didokumentasikan oleh petugas baru
kemudian dikomunikasikan kepada penanya. Informasi yang dikomunikasikan petugas
apotek kepada penanya akan menimbulkan umpan balik atau respon penanya.
2.2.5 Sumber Informasi Obat
Sumber informasi obat meliputi :
1. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan
lain merupakan sumber informasi obat.
2. Pustaka
Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga) kategori :
a. Pustaka primer
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang
terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
ilmiah. Contoh pustaka primer; laporan hasil penelitian, laporan kasus, studi
evaluatif dan laporan deskriptif.
b. Pustaka sekunder
Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari
berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat
membantu dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber
informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data base,
contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi obat, International
Pharmaceutikal Abstract yang berisi abstrak penelitian kefarmasian.
17
c. Pustaka tersier
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan pedoman
praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi
yang umum, lengkap dan mudah dipahami. Menurut undang-undang No.23
tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa Standar
profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan
pasien seperti dokter dan perawat, dalam melaksanakan tugasnya harus
menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah
hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran, dan hak atas pendapat kedua.
3. Sarana
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan perpustakaan.
4. Prasarana
Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan tinggi farmasi,
Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain-lain).
5. Sumber Informasi Lainnya
Selain sumber informasi yang sudah disebutkan diatas, masih terdapat beberapa
sumber informasi obat lainnya. Diantaranya informasi obat dari media masssa,
leaflet, brosur, etiket dan informasi obat yang berasal di seorang Medical
Representative.
2.2.6 Dokumentasi
Setelah terjadi interaksi antara penanya dan pemberi jawaban, maka kegiatan
tersebut harus didokumentasikan. Manfaat dokumentasi adalah :
1. Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam
menjawab pertanyaan dengan lengkap.
2. Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa
3. Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
4. Media pelatihan tenaga farmasi
5. Basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan layanan.
6. Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan informasi
obat.
18
2.2.7 Evaluasi kegiatan
Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan pelayanan
informasi obat itu sendiri dengan cara membandingkan tingkatkeberhasilan sebelum dan
sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat.Untuk mengukur tingkat keberhasilan
penerapan pelayanan informasi obat, indikator yang dapat digunakan antara lain :
1 Meningkatkan jumlah pertanyaan yang diajukan.
2 Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.
3 Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.
4 Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leflet, buletin,ceramah).
5 Meningkatnya pertanyaan berdasarkan jenis pertanyaan dan tingkatkesulitan.
6 Menurunnya keluhan atas pelayanan.
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pelayanan konseling obat
Konseling obat adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik
antaraApoteker/farmasis dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan
yang berkaitan dengan obat. Apoteker perlu memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah, terutama untuk penderita penyakit
kronis seperti kardiovaskular,diabetes, tuberkulosis dan asma.
Pendahuluan
1 Perkenalan pasien
1 Pasien dipersilakan masuk ke ruang konseling
2 Beri salam disertai senyum & jabat tangan pasien
3 Tanyakan identitas pasien
4 Perkenalkan nama & profesi anda pada pasien
5 Jika yang menerima konseling bukan pasien, yang bersangkutan Tanyahubungan kekerabatan dengan pasien dan siapa yang bertanggungjawab dalam mengonsumsikan obat pada pasien
2Penjelasan maksuddan pentingnyakonseling
1 Pastikan pasien memiliki waktu cukup untuk diberi konseling
2 Jelaskan maksud, manfaat dan pentingnya konseling bagi pasien
Proses konseling
1
Identifikasi tentang pengetahuan pasien (3 prime questions) :
Tentang obat danmaksud daripemberian obat
1 Tanyakan apa saja yang sudah pasien ketahui tentang obatnya
2Jika jawaban pasien sudah benar, tegaskan kembali jawaban tersebutagar lebih diingat oleh pasien
3Perbaiki kesalahan persepsi pasien (jika ada) dan lengkapi informasiyang belum diketahuinya
4Tunjukkan obat-obat yang akan dikonsumsi pasien sekaligusmenjelaskan informasi obat dan manfaat yang akan diterima pasien
Tentang carapenggunaan obat
1 Tanya pasien tentang bagaimana caranya mengonsumsi obat tersebut
2
Berikan pertanyaan lebih lanjut yang lebih spesifik, seperti :
Pada jam berapa obat dikonsumsi
Bagaimana cara pasien mengingat jadwal penggunaan obat tersebutBagaimana rencana pasien untuk mengonsumsi obat yang harusdiminum pada saat dia bekerjaBagaimana cara pasien menyimpan obat di rumah/saat sedangbepergian
3 Konfirmasikan jawaban yang benar
4Koreksi jawaban ang tidak tepat dan lengkapi dengan informasi yangbelum diketahui
5 Pastikan obat digunakan pasien dalam jadwal aktivitas dan gaya
20
hidup sehari-harinya
6Diskusikan alternatif solusi untuk membantu pasien dalam manjagakepatuhannya terhadap penggunaan obat
Tentang hasil akhirterapi, ES yangmungkin timbul
1 Menjelaskan tentang hasil terapi yang diharapkan
2 Mendiskusikan tentang solusi bila hasil terapi tidak tercapai
3Tanyakan apakah ada efek lain yang timbul setelah mengonsumsiobat
4Pastikan pasien mengerti tentang ES yang akan ditimbulkan obat,berapa lama ES akan dialami dan cara penanggulangannya
5Tawarkan solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitandengan obat tersebut
2 Melengkapi P3Tanyakan informasi dari pasien yang meliputi1 Status alergi2 Penghentian obat resep oleh pasien
3Penggunaan obat lain yang tidak diresepkan (suplemen, produkherbal, dll)
3 Mendiskusikaninformasi tambahanyang diperlukan
1 Contoh informasi tambahan :
Interaksi obat dengan obat, makanan dllPenanggulangan jika dosis terlupaInformasi pemantauan pasien : bagaimana cara pasien mengetahuiobat bekerja, uji-uji yang harus dilakukan untuk pemantauan, kapanharus konsultasi lagi dengan dokter/apotekerInformasi untuk menebus ulang obatInformasi cara penyimpanan obatPerubahan gaya hidup yang berpengaruh terhadap obat : pola makan,olah raga, merokok, dll
2Pastikan pasien tidak mengalami masalah dengan banyaknyainformasi
3 Berikan waktu sejenak pasien untuk mencerna informasi
4
Menanyakaninformasi lain yangingin diketahuipasien
Tanyakan apakah ada informasi lain yang diperlukan/ingin diketahuipasien
5Feedback (TindakLanjut)
Menanyakan kembali kepada pasien/keluarga pasien tentang konselingyang telah dilakukan apakan pasien sudah benar-benar mengerti tentangpenggunaan obat. Memastikan pasien yang mendapatkan obat long lifeterapy untuk datang pada saat konseling atau pengambilan obatselanjutnya. Serta memastikan pasien patuh dalam minum obat dengancara menanyakan melalui telepon.
3.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas,mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksanadan terkini diperlukan dalam upaya penggunaanobat yang rasional oleh pasien.
Informasi yangperlu diberikan kepada pasien adalah kapan obat digunakan dan berapa banyak;
lama pemakaian obatyang dianjurkan; cara penggunaan obat; dosis obat;efek samping obat;
interaksi obat; dan cara menyimpan obat.
21
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada penyiapan obat
dan penyerahan obat pada pasien , tetapi perlu melakukan interaksi dengan pasien dan
profesional kesehatan lainnya , dengan melaksanakan pelayanan "Pharmaceutical care" secara
meneyeluruh oleh tenaga farmasi.
Konseling pasien merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi , karena baik
tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari kegiatan konseling. Merupakan
suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan penggunaan obat.
Walaupun banyak kendala yang dihadapi dalam memeberikan konseling kepada pasien,
sebagai seorang farmasis kita warus tetap memberikan konseling seefektif mungkin, agar
pengunaan obat dapat dilakukan secara rasional optimal.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bisa dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan rutin
suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara verbal
(melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau e-mail).
Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan
kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai secara seksama.
5.2 Saran
Konseling dan Pelayanan Informasi Obat sangat disarankan dan sangat penting dilakukan
di Pusat Pelayanan Kesehatan baik itu Rumah Sakit, Puskesmas, Apotek maupun pelayan
kesehatan lainnya untuk membantu masyarakat guna menyelesaikan masalah kesehatan agar
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Manfaat dari Konseling dan Pelayanan Informasi
Obat adalah pengobatan menjadi lebih rasional dan optimal dan dapat meningkatkan tingkat
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi.2010.Ruang Lingkup Bimbingan Konseling. Tersedia dalam: http://bpi-
uinsuskariau3.blogsport.com/2010/10ruang-lingkup-bimbingan-konseling.html
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1197/Menkes/Sk/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
Jakarta: Kemenkes RI
Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan
Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kemenkes RI Siregar, Charles. 2006. Farmasi
Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta: ECG
Ikhwan Nurhakim.2011.Kesalahpahaman Tentang Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Tersedia dalam : http://precounselor.wordpress.com/2011/03/13/15 kesalah-
pahaman-tentang-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah
Mugiarso,Heru.2007Bimbingan dan Konseling.Semarang:UPTMKK Universitas Negeri
Semarang.
Murad Lesmana, Jeaneff. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta : UI Press
Prayitno & Amti,Erman.2004.Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Salahuddin,Anas.2010.Bimbingan dan Konseling.Bandung:Pustaka Setia.