KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id filemian suatu negara sudah tidak ... proses kredit. “Nanti,...

1
JONGGI MANIHURUK P ERAN sektor usaha mikro, kecil, dan me- nengah (UMKM) se- bagai pilar perekono- mian suatu negara sudah tidak diragukan lagi. Tidak ada yang membantah, dalam kondisi krisis ekonomi sekalipun, sek- tor UMKM tetap berdiri kukuh, bahkan mampu menjadi loko- motif kebangkitan. Krisis yang meluluhlantak- kan perekonomian dunia pada 1997 lalu bisa menjadi con- toh paling fenomenal untuk menunjukkan betapa tangguh- nya posisi UMKM. Ketika negara-negara Asia termasuk Indonesia terperosok ke dalam lubang resesi dan perlu waktu lama untuk ba- ngun lagi, dua negara tetangga Malaysia dan Thailand justru mampu bangkit dengan cepat. Mengapa bisa demikian? Harus diakui, salah satunya disebabkan oleh kekuatan UMKM di kedua negara itu yang secara perlahan memutar kembali roda perekonomian. Pengalaman ini membu- ka mata dunia bahwa peran UMKM bagi perekonomian suatu negara demikian besar. Tak mengherankan bila sektor ini mendapat perhatian serius dari pemerintah negara-negara di dunia termasuk ASEAN. Di Indonesia, upaya menata UMKM menjadi pilar perekono- mian kini memulai babak baru. Bank sentral mulai terlibat aktif memajukan sektor ini dengan menyiapkan peringkat kredit (credit rating) untuk UMKM. Credit rating, seperti dika- takan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Budi Rochadi di sela penyerahan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi di Desa Kinahrejo, Sleman, Sabtu (12/2), akan bermanfaat bagi perbankan dalam me- nyalurkan kredit, terutama untuk menekan biaya. Selama ini, beber Budi, per- bankan nasional harus menge- luarkan biaya tidak sedikit un- tuk memproses kredit UMKM. Biaya itu antara lain untuk membiayai SDM yang mem- proses kredit. “Nanti, ketika credit rating UMKM sudah berjalan, biaya itu dapat ditekan. Perbankan cukup membayar fee kepada lembaga pemeringkat untuk mendapat- kan rating debitur yang menga- jukan pinjaman,” jelasnya. Menurut Budi, ide soal credit rating UMKM ini sebetulnya datang dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Mulai 2015, MEA mewajibkan UMKM memiliki credit rating jika ingin mendapat- kan pinjaman perbankan. “Pada tahap awal, perusa- haan yang akan di-rating ada- lah perusahaan menengah dan kecil. Setelah itu nanti perusa- haan mikro,” kata Budi. Saat ini, jumlah perusahaan menengah sekitar 56 ribu unit, perusahaan kecil 540 ribu unit, dan perusahaan mikro 50 juta. Sekuritisasi aset Kepala Biro Humas BI DiJo- hansyah menambahkan, dengan adanya credit rating ini, bank akan mengucurkan kredit dan menetapkan bunga berdasarkan peringkat. UMKM yang rating- nya bagus, akan mendapatkan bunga lebih rendah ketimbang perusahaan dengan rating buruk. “Jadi, suku bunga kredit dapat kita tekan.”Sementara itu untuk jangka panjang, utang UMKM- UMKM yang memiliki rating bagus, dapat dijual ke pasar sekunder. Di saat bank pemberi kredit memerlukan likuiditas, utang UMKM yang ber-rating bagus dapat dijual bank tersebut kepada pihak lain. Hal seperti itu sudah lazim dilakukan di beberapa negara maju seperti Jepang dan Pran- cis. Untuk kawasan ASEAN, negara yang telah menerapkan credit rating adalah Malaysia. Di Jepang, utang UMKM itu dibeli bank sentral. Dengan begitu, bank sentral punya instrumen lain yang fungsinya sama dengan surat utang pe- merintah (di Indonesia dikenal dengan SUN dan SBI) untuk mengatur jumlah uang beredar. Ketika bank sentral membeli surat utang UMKM, itu berarti jumlah uang beredar ditambah. Demikian sebaliknya. (E-2) [email protected] KEMENTERIAN Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenaker- trans) menjanjikan TKI overstay yang baru pulang dari Arab Saudi akan mendapat program pelatihan kewirausahaan. Hal itu dimaksudkan agar mereka mampu membuka lapangan kerja baru dan tidak kembali bekerja di luar negeri sebagai TKI informal. “Para TKI overstay yang baru pulang dari Arab Saudi, nantinya dapat diikutsertakan mengikuti program pelatihan kewirausahaan yang selama ini telah dilaksanakan di 38 kantong TKI di Indonesia,” ujar Menakertrans Muhaimin Iskan- dar di Jakarta, Senin (14/2). Pelatihan kewirausahaan bisa disesuaikan dengan minat, potensi masyarakat, serta sum- ber daya alam yang tersedia di sekitar kantong TKI. Jenis- jenis pelatihan kewirausahaan yang dilakukan meliputi budi daya ayam, sapi, dan kambing, usaha konveksi, menjahit, dan bordir. Selain itu, ada pelatihan tata rias pengantin, tata boga, bengkel motor, sablon dan percetakan, pengelasan, serta konstruksi skala kecil. Untuk permodalan, Mu- haimin mengatakan akan diper- oleh dari perbankan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) khusus TKI. Pada Senin (14/2), sebanyak 301 TKI telah dipulangkan ke Tanah Air. Di gelombang berikutnya, 265 lainnya tiba kemarin. Total TKI overstay yang telah pulang ke Indonesia sebanyak 566 orang. “Pemerintah menargetkan seluruh TKI telantar dapat dipu- langkan tahun ini. Dengan ada- nya pemulangan massal maupun pemulangan reguler, diharapkan tidak akan ada lagi TKI yang telantar di Jembatan Khandara, Jeddah,” pungkasnya. Sementara itu, Kepala Pusat Humas Kemenakertrans Su- hartono dalam keterangan pers nya kemarin mengungkapkan pemerintah segera melakukan moratorium yang diawali de- ngan pengetatan penempatan TKI. Hal itu dilakukan dengan menyeleksi para majikan/peng- guna jasa TKI. “Calon majikan harus datang wawancara ke kedutaan atau konjen Indonesia. Perjanjian kerja antara si calon majikan dan TKI bisa diteken Konsulat Jenderal di Arab Saudi kalau calon majikan lolos seleksi.” Terkait dengan adanya be- rita penyetopan penempatan TKI ke Arab Saudi oleh Kadin Arab Saudi bidang perekrut- an tenaga kerja asing (Saudi Arabia National Recrutment Committe/Sanarcom), Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat mengatakan, pihaknya telah mendapat konrmasi langsung dari Sanarcom. “Menurut mereka, pe- nyetopan itu bukan wewenang pihak swasta, melainkan we- wenang pemerintah Saudi,” kata Jumhur. Sanarcom hanya ingin satu aso- siasi khusus untuk penempatan TKI ke Saudi, tidak seperti seka- rang tiga asosiasi. (HA/E-4) SEBAGAI produsen crude palm oil (CPO) terbesar dunia, In- donesia masih belum bisa me- ngalahkan Malaysia dalam hal jumlah ekspor hasil turunan produk tersebut. Pada 2010, dari total produksi sekitar 15,6 juta ton CPO, Indonesia hanya mengekspor sekitar 6,8 juta ton produk turunan. Sisanya, 8,8 juta ton diekspor dalam bentuk minyak mentah. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indo- nesia (Gapki) Fadhil Hasan menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan produk turunan CPO di Indo- nesia semakin membaik, tetapi tidak secepat yang diharapkan. Hal itu disebabkan lambatnya pertumbuhan industri turunan CPO yang terkendala sejumlah kebijakan pemerintah. “Jika dibandingkan dengan Malaysia, kita masih terting- gal jauh. Perbandingan ekspor CPO dengan produk turunan- nya masih 60:40. Harus ada kondisi yang kondusif untuk pengembangan hilir, yaitu melalui kebijakan insentif,” ujar Fadhil dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Senin (14/2). Salah satu kebijakan yang masih menjadi kendala adalah bea keluar (BK) ekspor produk sawit yang diterapkan secara progresif. Menurutnya, BK progresif tidak tepat lagi dite- rapkan karena telah melenceng dari tujuan awalnya untuk menstabilkan harga minyak goreng dalam negeri. “Saat ini BK progresif sudah menjadi instrumen penerimaan negara, tidak seperti tujuan awalnya. Oleh karena itu, kami sudah sampaikan usulan ke pemerintah untuk menerapkan BK at 3% kalau harga CPO di atas US$700 per ton,” ujarnya. Sementara itu, Sekjen Asosia- si Petani Kelapa Sawit Indone- sia (Apkasindo) Asmar Arsyad menyampaikan soal banyaknya pungutan yang harus disetor produsen kelapa sawit. “Efeknya domino, salah satunya posisi tawar harga jual ke produsen, menjadi kecil. Adapun pungutannya bermacam-macam, dari yang resmi sampai yang liar atau pungli, seperti uang keamanan dan lainnya. Sementara itu, pungutan resmi datangnya dari perda-perda itu,” jelas Asmar. Nilai pungutan itu jika dijum- lahkan mencapai 50% dari penda- patan produsen. (CS/E-4) 18 RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL Dalam jangka panjang, utang UMKM yang memiliki rating bagus dapat dijual ke pasar sekunder. TKI Overstay akan Dibekali Pelatihan Kewirausahaan Bea Keluar dan Pungli Hambat Ekspor CPO Investor Kehutanan Butuh Kepastian LAMBANNYA penandata- nganan instruksi presiden soal konversi lahan gambut seba- gai turunan dari kesepakatan dengan Norwegia berpotensi menghambat investasi di sektor kehutanan. Pasalnya, peng- usaha butuh kepastian soal lahan hutan yang dapat mereka gunakan. Hal itu dikemukakan Sekjen Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto, di Jakarta, Senin (14/2). Dari kalkulasi pihaknya, Indonesia berpotensi kehilangan investasi hingga Rp29 triliun. Jumlah itu dari kalkulasi kehi- langan potensi di sektor hutan tanaman industri Rp7,5 triliun, perkebunan sawit Rp10,5 tri- liun, biomass Rp3 triliun, dan tambang Rp8 triliun. “Moratorium dijalankan un- tuk menurunkan emisi hingga 26% sampai 10 tahun ke depan, tapi itu juga akan mengakibat- kan sektor kehutanan kehi- langan kawasan eksploitasi,” imbuhnya. Padahal, pemerintah per- lu lebih giat meningkatkan iklim investasi kehutanan. Sebab, pertumbuhan industri kehutanan cenderung rendah. Pada 2010, industri kehutanan tumbuh negatif 3,5%. “Pe- nyebabnya, kalah daya saing serta disparitas harga yang mencolok dengan kompetitor seperti China,” kata dia. Menurutnya, daya saing industri kehutanan Indonesia rendah karena ongkos produksi yang sangat besar ketimbang China. Keterbatasan infrastruk- tur membuat biaya produksi jadi mahal. Indonesia pun be- lum bisa memproduksi alat-alat kehutanan seperti China. Sementara itu, Menko Per- ekonomian Hatta Rajasa me- ngatakan instruksi presiden soal konversi lahan itu ditarget- kan berorientasi kepentingan nasional. Pemerintah perlu mengkaji dampaknya terhadap produksi pangan nasional ser- ta penyediaan lahan untuk pengembangan infrastruktur. Kebijakan moratorium itu didasarkan pada letter of intent antara pemerintah Indonesia dan Norwegia dalam kerja sama pengurangan emisi karbon, pada 2010. Norwegia sepakat menghi- bahkan US$1 miliar. Syaratnya, Indonesia menunda (moratori- um) pembukaan lahan baru dan konversi lahan wilayah hutan alam dan lahan gambut selama dua tahun. (HA/Mad/E-3) Perjanjian kerja antara si calon majikan dan TKI bisa diteken Konsulat Jenderal di Arab Saudi kalau calon majikan lolos seleksi.” Suhartono Kepala Humas Kemenakertrans HALUSKAN TOPENG: Perajin menghaluskan pahatan kerajinan topeng berbahan bonggol bambu di Desa Peliatan, Ubud, Bali, beberapa waktu lalu. Bank Indonesia menyiapkan peringkat kredit untuk UMKM. ANTARA/NYOMAN BUDHIANA Menggagas Peringkat Kredit UMKM

Transcript of KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id filemian suatu negara sudah tidak ... proses kredit. “Nanti,...

JONGGI MANIHURUK

PERAN sektor usaha mikro, kecil, dan me-nengah (UMKM) se-bagai pilar perekono-

mian suatu negara sudah tidak diragukan lagi. Tidak ada yang membantah, dalam kondisi krisis ekonomi sekalipun, sek-tor UMKM tetap berdiri kukuh, bahkan mampu menjadi loko-motif kebangkitan.

Krisis yang meluluhlantak-kan perekonomian dunia pada 1997 lalu bisa menjadi con-toh paling fenomenal untuk menunjukkan betapa tangguh-nya posisi UMKM.

Ketika negara-negara Asia termasuk Indonesia terperosok ke dalam lubang resesi dan perlu waktu lama untuk ba-ngun lagi, dua negara tetangga Malaysia dan Thailand justru mampu bangkit dengan cepat.

Mengapa bisa demikian? Harus diakui, salah satunya disebabkan oleh kekuatan UMKM di kedua negara itu yang secara perlahan memutar kembali roda perekonomian.

Pengalaman ini membu-ka mata dunia bahwa peran UMKM bagi perekonomian suatu negara demikian besar. Tak mengherankan bila sektor ini mendapat perhatian serius dari pemerintah negara-negara di dunia termasuk ASEAN.

Di Indonesia, upaya menata UMKM menjadi pilar perekono-mian kini memulai babak baru. Bank sentral mulai terlibat aktif memajukan sektor ini de ngan menyiapkan peringkat kredit (credit rating) untuk UMKM.

Credit rating, seperti dika-takan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Budi Rochadi di sela penyerahan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi di Desa Kinahrejo, Sleman, Sabtu (12/2), akan bermanfaat bagi perbankan dalam me-nyalurkan kredit, terutama untuk menekan biaya.

Selama ini, beber Budi, per-bankan nasional harus menge-luarkan biaya tidak sedikit un-tuk memproses kredit UMKM. Biaya itu antara lain untuk membiayai SDM yang mem-proses kredit.

“Nanti, ketika credit rating UMKM sudah berjalan, biaya itu dapat ditekan. Perbankan cukup membayar fee kepada lembaga pemeringkat untuk mendapat-kan rating debitur yang menga-jukan pinjaman,” jelasnya.

Menurut Budi, ide soal credit rating UMKM ini sebetulnya datang dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Mulai 2015, MEA mewajibkan UMKM memiliki credit rating jika ingin mendapat-kan pinjaman perbankan.

“Pada tahap awal, perusa-haan yang akan di-rating ada-lah perusahaan menengah dan kecil. Setelah itu nanti perusa-haan mikro,” kata Budi.

Saat ini, jumlah perusahaan menengah sekitar 56 ribu unit, perusahaan kecil 540 ribu unit, dan perusahaan mikro 50 juta.

Sekuritisasi asetKepala Biro Humas BI Difi Jo-

hansyah menambahkan, de ngan adanya credit rating ini, bank akan mengucurkan kredit dan menetapkan bunga berdasarkan peringkat. UMKM yang rating-nya bagus, akan mendapatkan

bunga lebih rendah ketimbang perusahaan dengan rating buruk. “Jadi, suku bunga kredit dapat kita tekan.”Sementara itu untuk jangka panjang, utang UMKM-UMKM yang memiliki rating bagus, dapat dijual ke pasar sekunder. Di saat bank pemberi kredit memerlukan likuiditas, utang UMKM yang ber-rating bagus dapat dijual bank tersebut kepada pihak lain.

Hal seperti itu sudah lazim dilakukan di beberapa negara maju seperti Jepang dan Pran-cis. Untuk kawasan ASEAN, negara yang telah menerapkan credit rating adalah Malaysia.

Di Jepang, utang UMKM itu dibeli bank sentral. Dengan begitu, bank sentral punya instrumen lain yang fungsinya sama dengan surat utang pe-merintah (di Indonesia dikenal dengan SUN dan SBI) untuk mengatur jumlah uang beredar. Ketika bank sentral membeli surat utang UMKM, itu berarti jumlah uang beredar ditambah. Demikian sebaliknya. (E-2)

[email protected]

KEMENTERIAN Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenaker-trans) menjanjikan TKI overstay yang baru pulang dari Arab Saudi akan mendapat program pelatihan kewirausahaan. Hal itu dimaksudkan agar mereka mampu membuka lapangan kerja baru dan tidak kembali bekerja di luar negeri sebagai TKI informal.

“Para TKI overstay yang baru pulang dari Arab Saudi, nantinya dapat diikutsertakan mengikuti program pelatihan kewirausahaan yang selama ini telah dilaksanakan di 38 kantong TKI di Indonesia,” ujar Menakertrans Muhaimin Iskan-dar di Jakarta, Senin (14/2).

Pelatihan kewirausahaan bisa disesuaikan dengan minat, potensi masyarakat, serta sum-ber daya alam yang tersedia di sekitar kantong TKI. Jenis-jenis pelatihan kewirausahaan yang dilakukan meliputi budi daya ayam, sapi, dan kambing, usaha konveksi, menjahit, dan bordir. Selain itu, ada pelatihan tata rias pengantin, tata boga, bengkel motor, sablon dan percetakan, pengelasan, serta konstruksi skala kecil.

Untuk permodalan, Mu-

haimin mengatakan akan diper-oleh dari perbankan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) khusus TKI.

Pada Senin (14/2), sebanyak 301 TKI telah dipulangkan ke Tanah Air. Di gelombang berikutnya, 265 lainnya tiba kemarin. Total TKI overstay yang telah pulang ke Indonesia sebanyak 566 orang.

“Pemerintah menargetkan seluruh TKI telantar dapat dipu-langkan tahun ini. Dengan ada-nya pemulangan massal maupun pemulangan reguler, diharapkan tidak akan ada lagi TKI yang telantar di Jembatan Khandara, Jeddah,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Humas Kemenakertrans Su-

hartono dalam keterangan pers nya kemarin mengungkapkan pemerintah segera melakukan moratorium yang diawali de-ngan pengetatan pe nempatan TKI. Hal itu dilakukan dengan menyeleksi para majikan/peng-guna jasa TKI.

“Calon majikan harus datang wawancara ke kedutaan atau konjen Indonesia. Perjanjian kerja antara si calon majikan dan TKI bisa diteken Konsulat Jenderal di Arab Saudi kalau calon majikan lolos seleksi.”

Terkait dengan adanya be-rita penyetopan penempatan TKI ke Arab Saudi oleh Kadin Arab Saudi bidang perekrut-an tenaga kerja asing (Saudi Arabia National Recrutment Committe/Sanarcom), Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat mengatakan, pihaknya telah mendapat konfi rmasi langsung dari Sanarcom.

“Menurut mereka , pe-nyetopan itu bukan wewenang pihak swasta, melainkan we-wenang pemerintah Saudi,” kata Jumhur.

Sanarcom hanya ingin satu aso-siasi khusus untuk penempatan TKI ke Saudi, tidak seperti seka-rang tiga asosiasi. (HA/E-4)

SEBAGAI produsen crude palm oil (CPO) terbesar dunia, In-donesia masih belum bisa me-ngalahkan Malaysia dalam hal jumlah ekspor hasil turunan produk tersebut. Pada 2010, dari total produksi sekitar 15,6 juta ton CPO, Indonesia hanya mengekspor sekitar 6,8 juta ton produk turunan. Sisanya, 8,8 juta ton diekspor dalam bentuk minyak mentah.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indo-nesia (Gapki) Fadhil Hasan menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan produk turunan CPO di Indo-

nesia semakin membaik, tetapi tidak secepat yang diharapkan. Hal itu disebabkan lambatnya pertumbuhan industri turunan CPO yang terkendala sejumlah kebijakan pemerintah.

“Jika dibandingkan dengan Malaysia, kita masih terting-gal jauh. Perbandingan ekspor CPO dengan produk turunan-nya masih 60:40. Harus ada kondisi yang kondusif untuk pengembangan hilir, yaitu melalui kebijakan insentif,” ujar Fadhil dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Senin (14/2).

Salah satu kebijakan yang masih menjadi kendala adalah

bea keluar (BK) ekspor produk sawit yang diterapkan secara progresif. Menurutnya, BK progresif tidak tepat lagi dite-rapkan karena telah melenceng dari tujuan awalnya untuk menstabilkan harga minyak goreng dalam negeri.

“Saat ini BK progresif sudah menjadi instrumen penerimaan negara, tidak seperti tujuan awalnya. Oleh karena itu, kami sudah sampaikan usulan ke pemerintah untuk menerapkan BK fl at 3% kalau harga CPO di atas US$700 per ton,” ujarnya.

Sementara itu, Sekjen Asosia-si Petani Kelapa Sawit Indone-sia (Apkasindo) Asmar Arsyad menyampaikan soal banyaknya pungutan yang harus disetor produsen kelapa sawit.

“Efeknya domino, salah satunya posisi tawar harga jual ke produsen, menjadi kecil. Adapun pungutannya bermacam-macam, dari yang resmi sampai yang liar atau pungli, seperti uang keamanan dan lainnya. Sementara itu, pungutan resmi datangnya dari perda-perda itu,” jelas Asmar.

Nilai pungutan itu jika dijum-lahkan mencapai 50% dari penda-patan produsen. (CS/E-4)

18 RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

Dalam jangka panjang, utang UMKM yang memiliki rating bagus dapat dijual ke pasar sekunder.

TKI Overstay akan Dibekali Pelatihan Kewirausahaan

Bea Keluar dan PungliHambat Ekspor CPO

InvestorKehutanan

ButuhKepastian

LAMBANNYA penandata-nganan instruksi presiden soal konversi lahan gambut seba-gai turunan dari kesepakatan dengan Norwegia berpotensi menghambat investasi di sektor kehutanan. Pasalnya, peng-usaha butuh kepastian soal lahan hutan yang dapat mereka gunakan.

Hal itu dikemukakan Sekjen Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto, di Jakarta, Senin (14/2). Dari kalkulasi pihaknya, Indonesia berpotensi kehi langan investasi hingga Rp29 triliun. Jumlah itu dari kalkulasi kehi-langan potensi di sektor hutan tanaman industri Rp7,5 triliun, perkebunan sawit Rp10,5 tri-liun, biomass Rp3 triliun, dan tambang Rp8 triliun.

“Moratorium dijalankan un-tuk menurunkan emisi hingga 26% sampai 10 tahun ke depan, tapi itu juga akan mengakibat-kan sektor kehutanan kehi-langan kawasan eksploitasi,” imbuhnya.

Padahal, pemerintah per-lu lebih giat meningkatkan iklim investasi kehutanan. Sebab, pertumbuhan industri kehutanan cenderung rendah. Pada 2010, industri kehutanan tumbuh negatif 3,5%. “Pe-nyebabnya, kalah daya saing serta disparitas harga yang mencolok dengan kompetitor seperti China,” kata dia.

Menurutnya, daya saing industri kehutanan Indonesia rendah karena ongkos produksi yang sangat besar ketimbang China. Keterbatasan infrastruk-tur membuat biaya produksi jadi mahal. Indonesia pun be-lum bisa memproduksi alat-alat kehutanan seperti China.

Sementara itu, Menko Per-ekonomian Hatta Rajasa me-ngatakan instruksi presiden soal konversi lahan itu ditarget-kan berorientasi kepentingan nasional. Pemerintah perlu mengkaji dampaknya ter hadap produksi pangan nasional ser-ta penyediaan lahan untuk pengembangan infrastruktur.

Kebijakan moratorium itu didasarkan pada letter of intent antara pemerintah Indonesia dan Norwegia dalam kerja sama pengurangan emisi kar bon, pada 2010. Norwegia sepakat menghi-bahkan US$1 miliar. Syaratnya, Indonesia menunda (moratori-um) pembukaan lahan baru dan konversi lahan wilayah hutan alam dan lahan gambut selama dua tahun. (HA/Mad/E-3)

Perjanjian kerja antara si calon

majikan dan TKI bisa diteken Konsulat Jenderal di Arab Saudi kalau calon majikan lolos seleksi.”

SuhartonoKepala Humas Kemenakertrans

HALUSKAN TOPENG: Perajin menghaluskan pahatan kerajinan topeng berbahan bonggol bambu di Desa Peliatan, Ubud, Bali, beberapa waktu lalu. Bank Indonesia menyiapkan peringkat kredit untuk UMKM.

ANTARA/NYOMAN BUDHIANA

Menggagas PeringkatKredit UMKM