KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

100
1 KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN SIOMPU DAN SIOMPU BARAT (Studi Kasus di Buton Selatan) SKRIPSI Diajukan untuk Sebagai Salah Satu Syarat guna memper gelar serjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamadia Makassar Oleh Lomin Unfani Nim.10538316915 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

Page 1: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

1

KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN SIOMPU

DAN SIOMPU BARAT

(Studi Kasus di Buton Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Sebagai Salah Satu Syarat guna memper gelar serjana

Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhamadia Makassar

Oleh

Lomin Unfani

Nim.10538316915

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

2

2020

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Lomin Unfani

NIM : 10538316915

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Konflik Sosial Daerah Tapal Batas Kecamatan Siompu

dan Siompu Barat (Studi Kasus di Buton Selatan)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan depan tim penguji

adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan

oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar , Agustus 2020

Yang membuat perjanjian

Lomin Unfani

Page 3: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lomin Unfani

NIM : 10538316915

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Konflik Sosial Daerah Tapal Batas Kecamatan

Siompu dan Siompu Barat (Studi Kasus di Buton

Selatan)

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas..

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3 saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar Agustus 2020

Yang membuat perjanjian

Lomin Unfani

Page 4: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

4

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Berani ingin tau, Malas, Awal dari Keberhasilan.

PERSEMBAHAN

Kepada Ibu dan Ayah handa selaku dosen pembimbing, dengan

segala kerendahan hati saya ucapkan banyak terima kasi karena

sudah membimbing saya dari awal hinnga selesai dengan sebaik-

baiknya.

Terima kasih pula atas bantuanya, nasehatnya, dan ilmunya yang

selama ini diberikan kepada saya dengan rasa tulus dan iklas.

Page 5: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

5

ABSTRAK

LOMIN UNFANI.2020. Konflik sosial Daerah Tapal Batas (Studi kasus Buton

Selatan). Skripsi. Jurusan Pendidikan sosiologi Fakultan Keguruan dan Ilmu

pendidikan Universitas Muhammdiyah Makassar. Pembimbing I Muhlis Madani

dan Pembimbing II Sitti Asnaeni Am.

konflik yang muncul saat ini adalah perbedaan pandangan mengenai tapal

batas antar Kecamatan Siompu dan Kecamatan Siompu Barat hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan pendangan mengenai tapal batas sehingga kedua

masyarakat saling mengklaim wilayah yang ada di perbatasan. Factor konflik ini

disebakan hilangnya penanda tapal batas yang ada di perbatasan hingga saat ini

muncul dua fersi pandangan tapal batas dengan hal ini masyarakat dari dua

kecamatan saling mengklaim wilayah yang ada di perbatasan antara Kecamtan

siompu dan Kecamatan Siompu Barat.

Hasil penelitian konflik tapal batas antara Kecamatan siompu dan

Kecamtan Siompu Barat tidak mampu menyelesaikan sengketa tapal batas yang

ada sehinggah pemerintah daerah dan tokoh adat memilih untuk mengadakan

pertemuan dan dimediasi oleh Bupati Buton Selatan dan kapolsek Siompu untuk

mencarikan jalan terbaik memecakan masalah sengketa tapal batas

Kata kunci: Konflik Sosial daerah tapal batas, Sengketa tapal batas.

Page 6: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

6

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii

KARTU KONTROL PEMBIMBING .......................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xv

BAB 1 PENDHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep ...................................................................................... 9

1. Konflik Sosial................................................................................. 9

2. Daerah Otonomi ............................................................................. 16

3. Daerah Tapal Batas ........................................................................ 22

4. Batas Wilayah ................................................................................ 22

B. Kajian Teori Sebagai Landasan ........................................................... 25

C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 28

D. Kerangka Konsep ................................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan Penelitian ........................................................... 34

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................... 35

Page 7: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

7

C. Fokus Penelitian ................................................................................... 35

D. Informan Penelitian .............................................................................. 35

E. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36

F. Instrumen Penelitian............................................................................. 37

G. Teknik pengumpulan Data ................................................................... 37

H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40

I. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENEITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian ..................................................................... 44

1. Sejarah Singkat............................................................................... 44

B. Letak Geografis .................................................................................... 46

1. Topografi dan Hidrologi ................................................................ 48

2. Keadaan Iklim ................................................................................ 48

C. Keadaan Sosial Masyarakat ................................................................. 49

D. Keadaan Penduduk ............................................................................... 50

E. Keadaan Pendidikan ............................................................................. 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 56

1. Faktor-Faktor Apa yang Menyebabkan Konflik Sosioal Daerah

Tapal Batas ..................................................................................... 57

B. Pembahasan .......................................................................................... 61

1. Faktor-Faktor Apa Yang Menyebabkan Konflik Sosial Daerah

Tapal Batas ..................................................................................... 63

2. Interprestasi Hasil Penelitian.......................................................... 66

Page 8: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

8

3. Cara Kerja Teori ............................................................................. 72

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 75

B. Saran ..................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 9: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Keluarga dan

sahabatnya. Selanjutnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini guna

melengkapi persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana.

Diawali dengan doa dan sebentuk perjuangan, memulai studi hingga

penyusunan tugas akhir dengan melewati berbagai kendala, semuanya

memberikan pengalaman tersendiri bagi penulis. Pengalaman yang menjadi

tenaga pendorong bagi penulis untuk meraih cita-cita. Penulis telah mencurahkan

segala kemampuan dalam menyelesaikan skrispsi ini, tetapi lepas dari semuanya

itu mengingat penulis juga masih dalam tahap belajar, tentunya tidak luput dari

berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan, namun inilah hasil maksimal yang

dapat penulis berikan.

Dalam penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan

hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

Allah SWT yang merupakan sumber segala ilmu pengetahuan dan telah

memberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini.

Dekan Fakultas Keguruan da Ilm Pendidikan Bapak Erwin Akib. S.Pd.M,Pd.,

Ph.D Serta Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Page 10: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

10

Muhamadiyah Makassar. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs.

H.Nurdin, M.Si dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak

Kahharudin, S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya. Bapak Dr. Muhlis

Madani,M.Si. Sebagai pembimbing 1 (Satu). Ibu Sitti Asnaeni Am.,S.Sos.,M.Pd.

Selaku pembimbing 2 (dau) yang telah meluangkan waktunya membimbing

penulis dalam menyeselsakan proposal ini. Bapak dan Ibu dosen proram program

Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam

rahamatnya dan lindungan Allah SWT. Sehinga ilmu yang telah di ajarkan dapat

bermanfaat dikemudian hari.

Ungkapan terima kasi dan penghargaan yang sangat special penulis

haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang

tercinta. Ayahanda dan Ibunda serta adik-adik penulis dan segala pengorbanannya

tak akan perna penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan

petunjuk dari merekah yang merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi

kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

Kawan-kawan Mahasiswa program studi pendidikan sosiologi khususnya

kawan-kawan seperjuangan Kelas A yang selalu memberikan spport kepada

penulis.

Makassar, 29 Agutus 2020

Lomin Unfan

Page 11: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

11

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2018 ................................. 50

4.2 Jumlah Sekolah SD Menurut Kecamatan ................................................. 53

4.3 Jumlah Sekolah Madrasah Ibtidiyah Menurut Kecamatan ........................ 53

4.4 Jumlah Sekolah SMP Menurut Kecamatan................................................ 54

4.5 Jumlah Sekolah SMA Menurut Kecamatan ............................................... 54

4.6 Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan Menurut Kecamatan ....................... 55

5.1 Hasil Interprestasi Wawancara ................................................................... 66

Page 12: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik perbatasan wilayah merupakan hal yang sering terjadi dibeberapa

kabupaten maupun kota. hal inilah yang merupakan salah satu masalah penting

yang luput dari perhatian pemerintah, sehingga berbagai perselisihan muncul antar

kalangan masyarakat maupun elit politik yang pada umumnya belum tuntas

dikarenakan masalah penyelesain garis batas, presepsi masyarakat maupun elit

politik yang berbeda-beda dan juga konflik tapal batas sangat rentan terjadi

apabila daerah yang diperebutkan memiliki potensi sumberdaya alam dan

ekonomi yang memadai. Persoalan seperti ini yang melanda banyak daerah-

daerah pemekaran yang banyak terjadi di indonesia.

Pemekaran wilaya pada dasarnya upaya menciptakan pemerintah yang

lebih efektif dan efisien serta sumberdaya guna mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Dengan pembangunan dan pengembangan otonomi dalam masa

transisi ini mampu mengembangkan inisiatif untuk menumbuhkan kekuatan-

kekuatan baru dari masyarakat, sehingga intervensi dari luar termasuk dari

pemerintah terhadap masyarakat harus memerlukan proses pemberdayaan dalam

rangka mengelola pembangunan sehingga dapat mengantisipasi perubahan dan

peluang yang luas. Secara esensial sebenarnya dalam penyelenggara desentralisasi

terdapat elemen penting yang saling berkaitan, yaitu pemebntukan daerah otonom

dan penyerahan kekuasan secara hukum dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah untuk mengatur dan menangani urusan pemerintah tertentu yang di

Page 13: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

13

serahkan. Konsep otonomi daerah pada dasarnya mengandung arti adanya

kebebasan daerah untuk mengambil keputusan baik politik maupun administratif.

Sejak berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999, indonesia disebut

dalam era otonomi daerah. Daerah otonomi diberikan kewenangan dengan prinsip

luas, nyata dan bertanggung jawab. Demikian juga setelah undang-undang tentang

pemerintah daerah tersebut diganti dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004

dan disempurnakan oleh undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang

pemerintah daerah, prinsip luas, nyata dan bertanggung jawab tetap menjadi

prinsip dalam penyelenggaraan kewenangan daerah otonom.

Sesuai pasal 14 ayat (7) undang–undang nomor 23 tahun 2014 tentang

pemerintah daerah yang menyatakan dalam hal batas wilayah kabupaten kota

sebagaimana yg dimaksud pada ayat (6) kurang dari 4 mil batas wilayah dibagi

sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari daerah yang

berbatasan.

Berbagai implikasi kemudian muncul karena implementasi undang–

undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, satu diantaranya yaitu

bahwa daerah menjadi sangat penting perlunya penegasan batas daerah sala satu

sebabnya adalah karena daerah menjadi kewenangan untuk mengelola sumber

daya diwilayahnya. Daerah dituntut untuk berperan aktif dalam mengelola dan

mengeksplorasi sumber daya didaerahnya. Kemampuan daerah dalam

mengoptimalkan sumber daya yang ada menjadi penentu bagi daerah dalam

menjalankan otonomi daerah. Oleh karena itu, daerah-daerah menjadi terdorong

untuk mengetahui secara pasti sampai sejauh mana wilayah kewenangannya,

Page 14: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

14

terutama yang memiliki potensi sumber daya yang mendukung pendapatan hasil

daerah (PAD).

Daerah melaksanakan kewenanganya masing-masing dalam lingkup batas

daerah yang ditentukan, artinya kewenangan suatu daerah pada dasarnya tidak

boleh melampaui batas daerah yang di tetapkan dalam undang-undang Nomor

Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah.

Apabila batas daerah tidak jelas akan menyebabkan dua kemungkinan

akibat negatif pertama, sauatu bagian wilayah dapat diabaikan oleh masing-

masing daerah saling melempar tangung jawab dalam menyelengarakan

pemerintahan, pelayanan masyarakat maupun pembangunan dibagian wilayah

tersebut. Kedua, daerah yang satu dapat dianggap mealampaui batas kewenagan

daerah yang lain sehingga berpotensi timbulnya konflik antar daerah.( Sakinah,

(2016), konflik-penegasan-batas-daerah-semakin-marak- pasca lahirnya-uu-22-

tahun-1999, di akses Tanggal 11 april 2016 http://www.kompasiana.com/).

Kekaburan batas daerah dapat menimbulkan dampak negatif yang lebih

luas lagi dari sekedar potensi konflik antara daerah karena potensi strategis dan

ekonomis suatu bagian wilayah, seperti dampak pada kehidupan sosial dan

penyelenggaraan administrasi pemerintah bahkan dapat menimbulkan dampak

politis khususnya di daerah-daerah perbatasan. Oleh karena itu, dalam

penyelenggaraan administrasi pemerintah, penegasan batas daerah menjadi

penting untuk dilaksanakan.

Namun demikian penetapan batas daerah secara fisik dan pasti dilapangan

bukan merupakan suatu hal yang mudah meskipun penyelenggaraan administrasi

Page 15: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

15

pemerintah daerah telah berjalan dan berkembang sejak lahirnya NKRI dan

batas-batas yuridis telah ditetapkan dengan undang-undang pembentukan masing-

masing daerah. Pada kenyataannya, menentukan titik-titik batas fisik dengan

mengacu pada undang-undang pembentukan daerah itu sendiri sering

menimbulkan permasalahan antara daerah-daerah yang bersangkutan karena

masing-masing pihak tidak dengan mudah untuk sepakat begitu saja mengenai

batas fisik yang ditentukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Solichin (jurnal 2017) mengenai

Salah satu sengketa perbatasan wilayah antar daerah yang menarik untuk diteliti

adalah konflik tapal batas antara Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang

Bawang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab konflik tapal batas antara

Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang adalah perbedaan kepentingan

atau tujuan, perbedaan individual, perbedaan nilai dan keyakinan dan keterbatasan

sumberdaya. Sengketa yang terjadi menjadi tanggung jawab dari kedua daerah

yang berselisih untuk dapat menyelesaikannya. Konflik tapal batas antara

Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang meluas dan berkembang

karena Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang tidak mampu

menyelesaikan sengketa tapal batas yang ada sehingga pemerintah provinsi

menyelesaikan masalah tersebut pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian

konflik tapal batas adalah pihak pihak kepolisian Pemerintah Kabupaten Mesuji

Page 16: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

16

dan Pihak Kabupaten Tulang Bawang yang dimediasikan oleh pihak Provinsi

Lampung.

Persoalan tapal batas yang bergulir beberapa waktu lalu, belakangan ini

menjadi masalah serius ditengah-tengah masyarakat tanpa penyeselesain yang

jelas saking carut marutnya masalah serius di tengah-tengah masyarakat hampr

terjadi kontak fisik antara masyarakat siompu dan masyarakat siompu barat,

pertikaian ini memicu kedua masyarakat saling menyerang sehinga masyrakat

siompu melakukan penutupan jalan poros yang ada di perbatasan kecamatan

siompu dan kecamatan siompu barat. Begitupun juga sebaliknya dengan

masyarakat siompu barat mengadakan pengusuran perahu nelayan masyarakat

siompu yang diparkir di pantai dongkala.

Sala satu sengketa wilayah perbatasan antar daerah yang menarik untuk

diteliti adalah konflik sosial daerah tapal batas kabupaten buton selatan kecamtan

siompu barat dan kecamatan siompu. Karena permasalahan ini diakibatkan karena

hilangnya penanda tapal batas daerah yang sudah di sepekati orang tua dulu.

konflik yang muncul saat ini adalah perbedaan pandangan mengenai tapal

batas antar Kecamatan Siompu dan Kecamatan Siompu Barat hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan pendangan mengenai tapal batas sehinga kedua

masyarakat saling mengklaim wilayah yang ada di perbatasan. Faktor konflik ini

disebakan hilangnya penanda tapal batas yang ada di perbatasan hingga saat ini

muncul dua versi pandangan tentang tapal batas dengan hal ini masyarakat dari

dua kecamatan saling mengklaim wilayah yang ada di perbatasan antara

Kecamtan siompu dan Kecamatan Siompu Barat.

Page 17: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

17

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang. Bagiamana Konflik Sosial Daerah Tapal Batas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, Maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan konflik Sosial daerah tapal batas

Kecamatan Siompu dan Siompu Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan konflik sosial daerah

tapal batas.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Kegunaan Penelitian ini yaitu:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu sosiologi pada khususnya, serta bagi yang berminat untuk

meneliti lebih lanjut mengenai konflik sosial daerah tapal batas.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang konflik tapal batas

sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat pada penelitian yang

sama dengan penelitian ini. Di harapkan dapat menjadi bahan informasi dan

pertimbangan bagi pemerintah atau pihak-piahak terkait dalam menentukan

kebijakan dalam menentukan yang akan datang.

Page 18: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

18

a. Das Sein dan Das Solen

Persoalan tapal batas yang bergulir beberapa waktu lalu, belakangan ini

menjadi masalah serius ditengah-tengah masyarakat tanpa penyeselesain yang

jelas saking carut marutnya masalah serius di tengah-tengah masyarakat hampr

terjadi kontak fisik antara masyarakat siompu dan masyarakat siompu barat,

pertikaian ini memicu kedua masyarakat saling menyerang sehinga masyrakat

siompu melakukan penutupan jalan poros yang ada di perbatasan kecamatan

siompu dan kecamatan siompu barat. Begitupun juga sebaliknya dengan

masyarakat siompu barat mengadakan pengusuran perahu nelayan masyarakat

siompu yang diparkir di pantai dongkala. Hal inipun berbuntut hampir saling

menyeranng kedua belah pihak masayarakat untung sebelum proses terjadinya

penyerangan kedua bela pihak masyarakat siompu dan siompu barat aparat

keamanan dengan cepat turun lapangan di perbatasan dalam mengamankan situasi

agar tidak terjadi hal-hal yang seharusnya tidak perlu terjadi dikedua Kecamatan

ini.

Harapan peneliti dengan konflik yang terjadi ditengah-tengah masyarakat

siompu dan siompu barat saat ini agar kiranya pemerintah daerah di wilayah

setempat cepat turun tangan untuk mendiskusikan dan menyelesaikan konflik

tersebut. Jika masalah ini di biarkan begitu sajah tanpa adanya penangaganan dari

pihak pemerintah dan tokoh adat, masalah ini akan berdampak kepada anak cucu

yang akan datang.

Pemerintah Kecamatan siompu dan siompu barat lebih meningkatkan lagi

pembinan dan pengawasan terhadap masyarakat yang masuk dalam wilayah

Page 19: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

19

pengawasan agar ketika terjadi masalah langsung di tangani oleh pemerintah

setempat.

Pemerintah sebaiknya memperhatikan wilayah yang ada masuk dalam

wilayah Kecamatan Siompu Atau Kecamatan Siompu Barat, Jika wilayah akan di

miliki berada dalam wilayah perbatasan harus ada persetujuan kedua bela pihak

dari kedua pemerintah Siompu dan Siompu Barat baik itu tokoh adat.

Page 20: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Konflik Sosial

Secara etimologi, konflik (conflict) berasal dari bahasa latin configere yang

berarti memukul. Menurut Antonius, dkk konflik adalah suatu tindakan salah satu

pihak yang berakibat menghalangi, menghambat, atau menggangu pihak lain.

Dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan

antar pribadi (Antonius,dkk:i75). Sedangkan hunt dan mecalf membagi konflik

menjadi dua jenis, yaitu intrapersonal conflict (konflik interpersonal) dan

interpersonal conflict (konflik interpersonal). Konflik intrapersonal adalah konflik

yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika keyakinan yang di

pegang individu bertentangan dengani nilai budaya masyarakat, atau keinginanya

tidak sesui dengan kemampuan. Konflik intrapersonal ini bersifat psikologis, yang

jika tidak mampu di atasi dengan baik dapat mengganggu bagi kesehatan mental

(mental hygiene) individu yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal

ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap

lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah,

masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan

kelompok, baik dalam sebuah kelompok (intragroup conlict) maupun antar

kelompok (intergroup conlict).

Page 21: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

21

Berdasarkan urain di atas,maka dapat disimpulkan bahwa konflik adalah

adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (misalnya intern) maupun

dengan orang lain (misalnya ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat

berupa perselisisahan, adanya ketegangan, atau munculnya kesulitan-kesulitan

lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi

antar kedua belah pihak, sampai kepada pihak pihak yang terlibat memandang

satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhuan dan

tujuan masing-masing.

Fisher membedakan antara devinisi konflik dan kekersan sebagai berikut:

Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih ( individu atau

kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki sasaran yang tidak

sejalan. Sedangkan kekerasan meliputi tindakan, perkatann, sikap, berbagai

struktur atau sistem yang menyebabkan kerusakan secara fisik, mental, sosial

atau lingkungan dan menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara

penuh.(Fisher,2001:4)

Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Berbagai perbedan

pendapat dan konflik biasanya diselesaikan tanpa kekerasan , dan sering

menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar atau atau semua pihak

yang terlibat. Karena itu konflik tetap berguna, apalagi karena memang

merupakan bagian dari keberadaan kita. Semua bentuk hubungan manusia seperti

hubungan sosial, ekonomi, dan pertumbuhan, perubahn dan konflik. Konflik

timbul karena ketidak seimbangan antara hubungan-hubungan tersebut.Lalu,

Robert Lawang membagi dua pengertian, yakni pengertian konflik dan konflik

Page 22: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

22

sosial. Menurutnya, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status,

kekuasaan, di mana tujuannya tidak hanya memperoleh keuntungan melainkan

juga untuk menundukkan saingannya. Sedangkan, konflik sosial merupakan

proses sosial antar perseorangan atau kelompok di dalam suatu masyarakat yang

diakibatkan adanya perbedaan paham dan kepentingan mendasar sehingga

menimbulkan jurang pemisah yang kemudian menghambat interaksi sosial antara

pihak yang bertikai.

Dalam menganalisis konflik masyarakat, yang pertama dilakukan adalah

mengidentifikasi berbagai peran otoritas di dalam masyarakat. Dahrendorf

mengkombinasikan pendekatan fungsional (tentang struktur dan fungsi

masyarakat) dengan pendekatan konflik dalam menganalisis antar kelas sosial

masyarakat. Berkaitan dengan hal ini, Zetlin menyarankan dalam menganalisis

masyarakat harus membedakan dua metateori dalam masyarakat yaitu system

sosial terintegrasi secara fungsional (teori fungsional), dan metateori kedua adalah

struktur sosial dijalankan melalui tekanan dan paksaan (teori konflik).

Teori sosial Dahrendorf pada kelompok berfokus kepentingan konflik

yang berkenaan dengan kepemimpinan, ideologi, dan komunikasi di samping

tentu saja berusaha melakukan berbagai usaha untuk menstrukturkan konflik itu

sendiri, mulai dari proses terjadinya hingga intensitasnya dan kaitannya dengan

kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, bahwa ia tidak memandang

masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun senantiasa berubah oleh

terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas bawah

dan kelas atas.

Page 23: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

23

Teori konflik menurut Max Weber baginya konflik merupakan unsur

dasar kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat tentunya memiliki

pertentangan-pertentangan dan pertentangan tersebut tidak bisa dilenyapkan dari

kehidupan masyarakat. Max Weber juga menyatakan bahwa masalah kehidupan

modern dapat dirujuk ke sumber materialnya yang riil (misalnya struktur

kapitalisme). Bagi Max Weber konflik sebagai suatu sistem otoritas atau sistem

kekuasaan, dimana kekuasaan cenderung menaruh kepercayaan kepada kekuatan.

Orang yang kuat itulah yang akan berkuasa. Sedangkan otoritas adalah kekuasaan

yang dilegitimasikan artinya kekuasaan yang dibenarkan. Tindakan manusia itu di

dorong oleh kepentingan-kepentingan bukan saja kepentingan materiil melainkan

juga oleh kepentingan-kepentingan ideal. Oleh karena itu, antara konflik dan

integrasi akan terjadi di dalam masyarakat.

Menurut Coser, Konflik bisa diartikan sebagai proses yang bersifat

instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial.

Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih

kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas

kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial

sekelilingnya.Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi

suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Dalam

ruang lingkup kecil, karena konflik maka kelompok-kelompok baru dapat lahir

dan mengembangkan identitas strukturalnya.

Usaha perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah, hal tersebut

telah memperkuat identitas kelompok, yang kemudian membentuk memutuskan

Page 24: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

24

untuk segera membentuk sebuah negara untuk mendapatkan pengakuan dari

negara dan bangsa lain.

Misalnya geng motor. Dalam geng motor ini mereka membangun identitas

diri, peraturan, tata nilai dan perilaku, antribut serta kultur yang menggambarkan

jati diri mereka. Seiring para geng motor ini berkonflik dengan komunitas lain

justru akan menambah kesolitan dari para anggota geng motor tersebut, para geng

motor ini secara tidak langsung menerapkan apa yang dimaksud Coser tentang

penguatan identitas saat terjadi konflik.

a. Faktor penyebab Konflik

Secara umum, faktor - faktor penyebab konflik terdiri dari beberapa faktor,

yakni:

a. Adanya perbedaan perasaan dan pendirian antar individu. adanya

perbedaan kebudayaan,terutama perbedaan adat istiadat.

b. Adanya perbedaan kepentingan.

c. Adanya perubahan sosial yang mengubah nilai-nilai pada masyarakat.

d. Adanya rasa benci dan dendam.

e. Adanya paksaan dari yang kuat kepada yang lemah. Dan,

f. Meletusnya revolusi politik pada perebutan kekuasaan.

b. Dampak konflik sosial

Ada beberapa akibat yang dapat di timbulkan oleh adanya pertentangan

konflik antara lain yakni:

1. Tambahnya rasa solidaritas dalam kelompok.

Page 25: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

25

2. Berubahnya sikap atau kepribadian baik yang mengarah kepada hal-hal

yang bersifat negatif maupun positif.

3. Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan kelompok.

4. Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi

benturan fisik.

5. Munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang

kalah.

6. Terjadi akomodasi, munculnya kompromi (para pihak punya kekuatan

yang seimbang).

7. Goyah atau retaknya persatuan kelompok.

8. Rusaknya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

c. Jenis – jenis konflik

Jenis – jenis konflik menurut Mastenbreok(2016) di bagi 4 bagian yakni

antara lain

1. Instrumental Conflicts

Konflik ini terjadi oleh karena ketidaksepahaman antarkomponen

dalam organisasi dan proses pengoperasiannya.

2. Socio-emotional Conflicts

Konflik ini berkaitan dengan masalah identitas, kandungan emosi,

citra diri, prasangka, kepercayaan, keterikatan, identifikasi terhadap

kelompok, lembaga dan lambang-lambang tertentu, sistem nilai dan

reaksi individu dengan yang lainnya.

3. Negotiating Conflicts

Page 26: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

26

Konflik negosiasi adalah ketegangan-ketegangan yang dirasakan

pada waktu proses negosiasi terjadi, baik antara individu dengan

individu atau kelompok dengan kelompok.

4. Power and Dependency Conflicts

Konflik kekuasaan dan ketergantungan berkaitan dengan persaingan

dalam organisasi. Contoh : pengamanan dan penguatan kedudukan

yang strategis.

d. Cara penyelesain konflik

Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 250-251), cara penyelesaian

konflik yakni :

1. Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian, yaitu

suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna

mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini

pihak-pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga

yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang

dianggapnya baik kepada kedua pihak yang berselisih untuk

menghentikan sengketanya.

2. Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara untuk

menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang perantara

(mediator). Seorang mediator tidak berwenang untuk memberikan

keputusan yang mengikat (hanya bersifat konsultatif). Pihak-pihak

yang bersengketa sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk

menghentikan perselisihan.

Page 27: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

27

3. Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan,

dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan yang

mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang

hakim harus ditaati.

4. Paksaan (Coercion). Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan

pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak

yang bisa menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat, pihak yang

merasa yakin menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak

musuh.

5. Détente. Detente berasal dari kata Perancis yang berarti

mengendorkan, yang berarti mengurangi hubungan tegang antara dua

pihak yang bertikai guna persiapan untuk mengadakan pendekatan

dalam rangka pembicaraan tentang langkah-langkah mencapai

perdamaian.

2. Derah Otonomi

Dalam kamus besar indonesia (KBBI) otonomi daerah adalah hak,

wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian secara

umum otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara

harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa

Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan

Page 28: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

28

namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai

kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan

guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga

sebagai implementasi tuntutanglobalisasi yang harus diberdayakan dengan cara

memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung

jawab, dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi

yang ada di daerah masing-masing. daerah, dalam konteks pembagian

administratif di Indonesia, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat

Daerah terdiri atas Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Sedangkan kecamatan,

desa, dan kelurahan tidaklah dianggap sebagai suatu Daerah (daerah otonom).

Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah (gubernur/bupati/wali kota), dan memiliki

Pemerintahan Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah, terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu asas

Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

Page 29: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

29

1. Desentralisasi

Desentralisasi Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan daerahnya sendiri

berdasarkan asas otonom.

2. Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil

Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau

kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan

pemerintahan umum.

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah

otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada

Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah provinsi.

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

2. Pengembangan kehidupan demokrasi.

3. Keadilan nasional.

4. Pemerataan wilayah daerah.

5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

6. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.

Page 30: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

30

7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

a. Hakikat otonomi daerah

Berdasarkan pengertian-pengertian otonomi daerah tersebut dapat

disimpulkan bahwa hakikat otonomi daerah ialah sebagai berikut:

1. Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga

pemerintahan sendiri, baik, jumlah, macam, maupun bentuk

pelayanan masyarakat yang sesuai kebutuhan daerah masing-

masing.

2. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri, baik kewenangan mengatur maupun mengurus

rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

b. Maksud dan tujuan otonomi daerah

Maksud dan tujuan otonomi daerah ialah dapat di bagi beberapa bagian

antara lain:

1. Supaya tidak terjadi pemusatan dalam kekuasaan pemerintahan

pada tingkat pusat sehingga jalannya pemerintahan dan

pembangunan berjalan lancar.

2. Supaya pemerintah tidak hanya dijalankan oleh pemerintah pusat,

tetapi daerah pun dapat diberi hak untuk mengurus sendiri

kebutuhannya.

Page 31: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

31

3. Supaya kepentingan umum suatu daerah dapat diurus lebih baik

dengan memperhatikan sifat dan keadaan daerah yang mempunyai

kekhususan sendiri.

c. Asas otonomi daerah

Pedoman pemerintahan diatur dalam pasal 20 UU No. 32 Tahun

2004, penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum

penyelenggaraan negara yang terdiri atas sebagai berikut:(Pasal 20 UU No.

32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah)

1. Asas kepastian hukum ialah asas yang mengutamakan landasan

peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam

setiap kebijakan penyelenggara negara.

2. Asas tertib penyelenggara ialah asas menjadi landasan keteraturan,

keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara

negara.

3. Asas kepentingan umum ialah asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan

selektif.

4. Asas keterbukaan ialah asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informas yang benar, jujur dan

tidak diskriminatif tentang penyelenggara negara dengan tetap

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan

rahasia negara.

Page 32: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

32

5. Asas proporsinalitas ialah asas yang mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban.

6. Asas profesionalitas ialah asas yang mengutamakan keadilan yang

berlandasan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas ialah asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Asas efisiensi dan efektifitas ialah asas yang menjamin

terselenggaranya kepada masyarakat dengan menggunakan sumber

daya tersedia secara optimal dan bertanggung jawab “efisiensi =

ketepatgunaan, kedayagunaan, efektivitas = berhasil guna”.

Adapun penyelenggaraan otonomi daerah menggunakan tiga asas

antara lain sebagai berikut:

9. Asas desentralisasi ialah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI.

10. Asas dekosentrasi ialah pelimpahan wewenang dari pemerintah

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat

pusat daerah.

11. Asas tugas pembantuan ialah penugasan dari pemerintahan kepada

daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas

Page 33: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

33

tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta

sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan

pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang

menugaskan.

3. Daerah Tapal Batas

Daerah dalam artian kamus besar bahasa indonesia (KBBI) merupakan

bagian permukaan bumi dalam kaitanya dengan keadaan alam. Secara umum,

devinisi daerah menurut Nia k. Pontoh dalam bukunya pengantar perencanaan

perkotaan (2008), adalah suatu wilayah teritorial dengan pengertian, batasan, dan

perwatakanya didasarkan pada wewenang administratif pemerintah yang di

tentukan oleh peraturan perundang-undangan tertentu. Devinisi lain dari daerah

adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait

padanya dengan batas dan sistemnya di tentukan berdasarkan aspek administrasi.

4. Batas Wilayah

Oleh John Bernando Seran mengemukakan bahwa perbatasaan wilayah

yakni mempertahankan kedaulatan (souvereignity) dan hak-hak berdaulat

(souvereign Rights) antar negara serta menyelesaikan semua persoalan yang

berkaitan dengan hubungan international, negara perlu menetapkan perbatasan

wilayah baik dimensi perbatasan darat maupun perbatasan laut dan udara.

Penetapan perbatasan wilayah (Border Zone) tersebut dapat dilakukan sesuai

ketentuan hukum international agar dapat memberikan kepastian hukum,

kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat yang mendiami wilayah

perbatasan dimaksud.

Page 34: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

34

Menurut ahli hukum international Green NA Maryan, Shaw Malcolm, JG

Starke dan Burhan Tsani, perbatasan wilayah adalah batas terluar wilayah suatu

negara berupa suatu garis imajiner yang memisahkan wilayah suatu negara

dengan wilayah negara lain di darat, laut maupun udara yang dapat dikualifikasi

dalam terminologi "Border Zone" (zona perbatasan) maupun Customs Free Zone

(zona bebas kepabeanan).

Sodjuangan situmorong (2006: 89) mengemukakan bahwa adanya

persoalan batas wilayah administrasi diera otonomi daerah. Hal tersebut

mencerminkan sebuah gambaran persoalan batasan daerah yang faktual yang

dirasakan daerah-daerah di indonesia semenjak era otonomi daerah.

Kawasan perbatasan dalam dua pembahasan di atas dapat diatur secara

limitatif dalam berbagai perjanjian international yang bersifat "Treaty Contract"

untuk menyelesaikan permasalahan di perbatasan secara insidentil maupun yang

bersifat "law making treaty" untuk pengaturan masalah perbatasan secara

permanen berkelanjutan.

Pengelolaan perbatasan wilayah oleh badan-badan khusus yang ditentukan

negara secara internal dimaksudkan agar administrasi pemerintahan dapat

dilakukan dengan baik dan penerapan hukum nasional secara berkeadilan. Secara

eksternal penetapan dan pengelolaan perbatasan antar negara dimaksudkan

keseimbangan hak dan kewajiban suatu negara dalam konteks hubungan

international yang harmonis, damai dan seimbang agar dapat menjamin penerapan

hukum international secara holistik untuk mewujudkan hak dan kewajiban suatu

Page 35: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

35

negara dalam konteks hubungan international yang harmonis, damai dan

seimbang.

Era otonomi yang menunjukan pada sesuatu era yang dimulai sejak

berlakunya undang undang nomor 22 Tahun 1999 Tentang pemeritntah Daerah

Hal itu dimulai dengan pelaksanaan asas desantaralisasi yang dilaksanakan

dengan pemberian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada derah.

Prinsip tersebut sangat berbeda dengan pelaksanaan asas desentralisasi

sebelumnya dengan otonomi yang nyata dan bertangung jawab saja.

Kehendak untuk mewujudakan otonomi daerah dilandasi oleh keprihatian

bangsa semasa Orde Baru (Orba) karena adanya sentralisme kewenangan dan

keuangan yang telah mengakibatkan ketimpangan anggaran pembangunan antara

pusat ( wilayah ibukota jakarta) dan daerah (wilayah lain). Oleh karena itu

otonomi yang hendak dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dan Undang-Undang nomor 23 Tahun 214 adalah otonomi daerah yang

seluas luasnya, nyata dan bertangung jawab. Namun pada kenyataan arti penting

dan strategis dari batas daerah belum diimbangi dengan kejelasan batas antar

daerah sehinga akhirnya menimbulkan permasalahan-permasalahan yang dapat

mengakibatkan konflik antar daerah. Pada hakekatnya, konflik konflik tercipta

dari kompetisi memperebutkan akses terhadap otoritas (kekuasan) dan dari aktor-

aktor berkepentingan. Pernyataan ini selaras dengan sebuah kesimpulan yang

mengatakan bahwa daerah akan merasa terancam kepentingan politik dan

ekonomi bila gagal mempertahankan sumber-sumber yang bisa meningkatkan

Page 36: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

36

pendapatan daerah. Celakanya, perasaan ini pula yang yang menyebabkan daerah

renta disulut konflik atau kesalapahaman terhadap daerah lain.

Munculnya konflik atau benturan kepentingan antar daerah pada dasarnya

merupakan refleksi dari kesalapahaman, keagamaan, dan egoisme daerah dalam

melaksankan otonomi. Otonomi sering dipresepsikan lebih dari sekedar dapat

mengatur rumah tangganya sendiri, namun hingga tidak mau dicampuri oleh pihak

lain walaupun dalam konteks kordinasi dan singkronisasi.

Pruit dan Rubin (2008: 48) menjelaskan bahwa konflik terjadi ketika tidak

terlihat adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi kedua belah pihak dan

lebih jauh masing-masing pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka

berhak memiliki obyek tersebut. Mengacu pada penjelasan Pruit dan Rubin

(2008: 45) dapat di bahasakan ada obyek bernilai yang di anggap berhak dimiliki

oleh masing – masing pihak. Rumah obyek bernilai membantu untuk

mengidentifikasi bagian wilayah yang di sengketakan sebagai obyek bernilai.

B. Kajian Teori ( Sebagai Landasan Teori)

1. Teori Konflik

Marx berpendapat, bahwa bentuk-bentuk konflik terstruktur antara

berbagai individu dan kelompok muncul terutama melalui terbentuknya

hubungan-hubungan pribadi dalam produksi sampai pada titik tertentu dalam

evolusi kehidupan sosial manusia.hubungan pribadi dalam produksi mulai

menggantikan pemilihan komunal atas kekuatan produksi. Dengan demikian,

masyarakat terpecah menjadi kelompok-kelompok yang memiliki dan mereka

yang tidak memiliki kekuatan produksi dapat menyubordinasikan kelas sosial

Page 37: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

37

yang lain dan memaksa kelompok tersebut untuk bekerja memenuhi kepentingan

mereka sendiri. Dapat dipastikan hubungan yang terjadi adalah eksploitasi

ekonomi. Secara alamiah yang tereksploitasi akan marah dan memberontak untuk

menghapuskan hak-hak istimewa mereka.untuk mengantisipasi kondisi ini, kelas

dominan akan membentuk aparat politik yang kuat, nrgara yang mampu menekan

pemberontakan dengan kekuatan. Akibatnya timbulah konflik Marx menyebut

dengan konflik “pertentangan kelas.

Dalam teori Karl Marx terdapat beberapa fakta sebagai berikut.

a. Adanya struktur kelas dalam masyarakat.

b. Adanya kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-

orang yang berada dalam kelas yang berbeda.

c. Adanya pengaruh yang besar dilihat dari kelas ekonomi terhadap gaya

hidup seseorang.

d. Adanya berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan

pengaruh struktur sosial.

Karl Marx menguraikan tentang adanya kelas objektif. Kelas ini dapat

dibagi atas kepentingan manifes dan kepentingan laten. Oleh karena itu, setiap

sistem sosial harus dikoordinasi dan mengandung kepentingan laten yang sama.

Kelompok tersebut biasa dikenal dengan istilah kelompok semu. Dalam Kamus

Sosiologi, kelompok semu adalah kelompok yang terdiri atas orang-orang yang

sifatnya sementara, tanpa struktur, ikatan, kesadaran, dan aturan. Kelompok semu

ini terdiri atas kelompok yang menguasai dan kelompok yang dikuasai.

2. Teori interaksionisme simbolik

Page 38: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

38

Teori interaksionisme simbolik dikembangkan oleh kelompok The

Chicago School dengan tokoh-tokohnya seperti Goerge H.Mead dan Herbert

Blummer.

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis, yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada

sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan

orang lain.

3. Makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat proses

interaksi sosial berlangsung. Sesuatu alih-alih disebut objek ini tidak

mempunyai makna yang intriksik.

Bagi H. Blumer, sesuatu itu biasa diistilahkan realitas sosial bisa berupa

fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun

nonverbal, dan apa saja yang patut dimaknakan. Sebagai realitas sosial, hubungan

sesuatu dan makna ini tidak inheren, tetapi volunteristrik. Sebab, kata Blumer

sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan

serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa, mengelompokkan,

membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya

dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya. Dengan demikian, pemberian makna

ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya,

tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring

dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan

tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa tindakan

Page 39: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

39

manusia tidak disebabkan oleh kekuatan luar (sebagaimana yang dimaksudkan

kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh kekuatan dalam

(sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan

pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer

disebut self-indication.

C. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Arafat Hermana (2017) Mengenai

masalah sengketa batas antara Kabupaten Lebong dan Kabupaten

Bengkulu Utara, yang disebabkan oleh Undang-Undang Pembentukan

daerah masing-masing dan perpanjangan wilayah Kabupaten Lebong yang

mengakibatkan pengembangan wilayah oleh Kabupaten Lebong terhadap

beberapa daerah di Kabupaten Bengkulu Utara.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif,

karena materi yang dibahas memprioritaskan peninjauan dalam hal

legislasi terkait Penyelesaian Sengketa Batas antara Kabupaten Lebong

dan Kabupaten Bengkulu Utara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Alternatif penyelesaian

sengketa batas antara Kabupaten Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu penyelesaian hukum

dan penyelesaian non-hukum. Kata kunci: sengketa, larangan, alternatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Destry Yani Rizki (2016)

tentangManajemen Konflik Tapal Batas antara Kabupaten Kampar

Page 40: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

40

Pekanbaru (Studi Kasus Kecamatan Bukitraya Pekanbaru) merupakan

upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh pihak terkait dalam hal ini

warga RW 15, RW 16, dan RW 18 Kelurahan Simpang Tiga kecamatan

Bukitraya untuk mendapatkan solusi dari kejelasan status mereka secara

administrasi kependudukan. Upaya pengelolaan konflik ini sudah

dilakukan semenjak Desember 2015 hingga kini dan belum juga mendapat

solusi. Menurut teori Wirawan, manajemen konflik terdiri dari pihak

ketiga (pihak yang terlibat konflik), strategi konflik, mengendalikan

konflik dan resolusi konflik.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa manajemen konflik tapal batas

Kampar Pekanbaru (Studi Kasus Kecamatan Bukitraya Pekanbaru) belum

berjalan maksimal karena selama ini usaha penyelesaian hanya dilakukan

oleh pihak warga RW 15, RW 16, dan RW 18 sebagai pihak yang merasa

dirugikan. Adapun faktor yang mempengaruhi manajemen konflik tapal

batas Kampar Pekanbaru (Studi Kasus Kecamatan Bukitraya Pekanbaru)

adalah tidak adanya komitmen Pemerintah Kota Pekanbaru dalam

menegakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2015

tentang batas Daerah Kabupaten Kampar dengan Kota Pekanbaru Provinsi

Riau dan tidak adanya selama ini pengawasan dalam penyelesaian konflik

ini.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Solichin (2017) mengenai

Salah satu sengketa perbatasan wilayah antar daerah yang menarik untuk

diteliti adalah konflik tapal batas antara Kabupaten Mesuji dan Kabupaten

Page 41: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

41

Tulang Bawang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif. Analisis data pada penelitian yang bersifat

kualitatif berlandasan pada penggunaan keterangan secara lengkap dan

mendalam dalam menginter prestasikan data tentang variabel, bersifat non-

kuantitatif dan dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi mendalam dan

tidak meluas terhadap fenomena.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab konflik tapal batas

antara Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang adalah

perbedaan kepentingan atau tujuan, perbedaan individual, perbedaan nilai

dan keyakinan dan keterbatasan sumberdaya. Sengketa yang terjadi

menjadi tanggung jawab dari kedua daerah yang berselisih untuk dapat

menyelesaikannya. Konflik tapal batas antara Kabupaten Mesuji dan

Kabupaten Tulang Bawang meluas dan berkembang karena Kabupaten

Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang tidak mampu menyelesaikan

sengketa tapal batas yang ada sehingga pemerintah provinsi

menyelesaikan masalah tersebut pihak-pihak yang terlibat dalam

penyelesaian konflik tapal batas adalah pihak pihak kepolisian Pemerintah

Kabupaten Mesuji dan Pihak Kabupaten Tulang Bawang yang

dimediasikan oleh pihak Provinsi Lampung.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Anung S. Hadi (2014) tentang evaluasi, tim

penegasan batas daerah di Provinsi Lampung dan Kalimantan Timur.

Metode deskriptif kualitatif yang digunakan, melalui teknik wawancara

mendalam dengan memakai pendekatan kualitatif sebagai konsentrasi

Page 42: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

42

utama pada penelitian ini. Lokasi penelitian secara kasus akan melihat di

Provinsi Lampung dan Kalimantan Timur. Provinsi Lampung dipilih

karena merupakan salah satu provinsidi Indonesia yang rawan konflik

batas daerah, sedangkan Kalimantan Timur dipilih karena provinsi inikaya

sumber daya alam (SDA).

Hasil Penelitian menunjukan di kedua provinsi ini antara lain: adanya

keterbatasan sumber daya manusia yang profesional (tenaga ahli segmen

batas), kurangnya koordinasiantara pemerintah-pemerintah daerah yang

berbatasan, sarana dan prasarana yang belum menjangkausampai ke

daerah pelosok, serta kurangnya dukungan pimpinan di dalam program

kerja Penegasan Batas Daerah, yang dianggap belum menjadi hal yang

prioritas.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmuzar (2017) tentang Sengketa Tapal

Batas Antar Daerah Otonom di Indonesia (Studi Kasus di Provinsi Riau)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa

tapal batas wilayah antar daerah otonom di Indonesia, khususnya di

Provinsi Riau dan tata cara penyelesaiannya. Penelitian ini merupakan

penelitian hukum sosiologis yakni meneliti hukum yang hidup dalam

masyarakat. Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan

sekunder, diperoleh melalui survey lapangan, studi pustaka dan

wawancara dengan informan kunci.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sengketa tapal batas wilayah

antar daerah otonom di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau disebabkan

Page 43: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

43

karena; penanda tapal batas wilayah sangat berjauhan, adanya penitipan

administrasi pemerintahan dan kependudukan, kepentingan pemilik modal

dan, kepentingan politik.

D. Kerangka Konsep

Kerangka dasar teori merupakan uraian dengan beberapa konsep atau teori

yang di butuhkan dan relevan dengan penelitian sebagai kejelasan titik tolak suatu

landasan berfikir dalam memecahkan masalah, memuat pokok-pokok pikiran yang

menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disorot. Menurut

Koentjaraningrat, teori sebagai serangkai asumsi konsep, definisi proposi dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep.Kerlingger juga mengatakan bahwa

teori adalah seperangkat konstruk atau bisa di katakan konsep, definisi dan

proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis, melalui

spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan

dan meramalkan fenomena.

Page 44: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

44

Gambar skema krangka konsep

Konflik Sosial Daerah

Tapal Batas

Kecamatan Siompu dan

Kecamatan Siompu Barat

Kabupaten Buton Selatan

Faktor-faktor apa yang

menyebabkan Konflik Sosial

Daerah Tapal Batas

Temusn dan

Hasil

Page 45: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif yang bermaksud untuk mendapatkan gambaran nyata, dan penjelasan

deskriptif, secara sistematis dan faktual di lapangan mengenai fenomena sosial,

konflik sosial daerah tapal batas (Study Kasus di kabupaten buton selatan).

Penelitian kualitatif menurut pandangan dari moleong, lexy. j (2007) adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di

pahami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dll.

Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut pandaggan manusia yang di teliti. Kualitatif

berhubungan dengan ide presepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang di teliti

dan kesemuanya yang tidak dapat di ukur dengan angka.

Penelitian kasus (case study) atau penelitian lapangan (field study)

dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keaadan

dan posisi saat ini, serta intraksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa

adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau

masyrakat. Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial

Page 46: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

46

tertentu,yang hasil yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan

mendalam mengenai unit sosial tertentu, Subjek yang di teliti relatif terbatas,

tetapi variabel – variabel dan focus yang di teliti sangat luas dimensinya (Danim,

2002:54)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siompu Barat dan

Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2019 di Kabupaten

Buton Selatan

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian terdiri dari hal-hal yang berkaitan dengan hal inti yang

akan diteliti. Dalam hal ini, fokus penelitian pada penelitian ini adalah konflik

sosial daerah tapal batas di Buton Selatan

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi informan utama adalah peneliti.

Selanjutnya perlu dikemukakan siapa yang menjadi informan atau partisipan atau

narasumber sebagai sumber datanya. Emori (2012), Informan penelitian adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi di

lokasi. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan

berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Page 47: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

47

1. Kreteria Informan

Jumlah informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Informan inti,

informan utama dan informan tambahan dalam penelitian ini dipilih dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik dimana peneliti memilih

sampel dari populasi sesuai dengan kriteria yang telah dibuat peneliti. Kriteria

informan yang akan dipilih peneliti yaitu:

1) Informan dari pihak Pemerintah Kabupaten Buton Selatan

2) Tokoh-tokoh masyarakat, seperti tokoh adat dan perangkat Staf

Daerah.

3) Informan yang bersedia menjadi informan, serta mempunyai

kemampuan berkomunikasi yang baik.

E. Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, data

kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam buntuk

angka.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah subyek darimana

data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data

sebagaimana yang dijelaskan Burhan Bugin (2013: 129) yaitu:

1. Data Primer.

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek.Untuk

melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam

dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disipkan sebagai alat

pengumpulan data.

Page 48: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

48

2. Data Sekunder.

Data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang relevan dan data yang

tidak secara langsung diperoleh dari responden, tetapi diperoleh dengan

menggunakan dokumen yang erat hubungannya dengan pembahasan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan

data, (Burhan Bungin, 2013: 71).Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen

utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.Sebagai instrumen utama dalam

penelitian ini, maka peneliti mulai tahap awal penelitian sampai hasil penelitian

ini seluruhnya dilakukan oleh peneliti. Selain itu untuk mendukung tercapainya

hasil penelitian maka peneliti menggunakan alat bantu berupa lembar observasi,

panduan wawancara.

1. Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh peneliti pada saat

melakukan pengamatan langsung di lapangan.

2. Panduan wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah

disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan

peneliti yang akan dijawab melalui proses wawancara.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

menggunakan beberapa cara, diantaranya:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam

penelitian ini dimana penelitian atau pengamatan melihat situasi penelitian.

Page 49: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

49

Teknik ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari dan

menggali data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap obyek

yang diteliti. Menurut James dan Dean (dalam Paizaluddin dan Ermalinda, 2013:

113), observasi adalah mengamati (watching) dan mendengar (listening) perilaku

seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian

serta mencatat penemuan yang menghasilkan atau memenuhi sarat untuk

digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis. Terdapat dua jenis observasi,

yaitu:

a. Observasi Partisipan, yaitu kegiatan observasi dimana orang yang

mengobservasi turut berperan sebagai orang yang diobservasi.

b. Observasi Non Partisipan, yaitu kegiatan observasi dimana observer tidak

berperan sebagai observec tetapi hanya sebagai observer semata.

Adapun teknik observasi yang digunakan dalam peneliti ini adalah

observasi non partisipan, dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan

hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan

selanjutnya dapat membuat kesimpulan yang berkaitan dengan Konflik Sosial

Daerah Tapal Batas di Buton Selatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila

ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlahnya

sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam

Page 50: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

50

wawancara dilakukan dengan dua cara yakni secara terstruktur, dan tidak

terstruktur.

a. Wawancara terstruktur adalah peneliti dapat mengetahui dengan pasti

tentang informasi apa yang akan diperoleh, dan berapa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara tidak terstruktur atau bebas adalah peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap, tetapi hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang

akan ditanyakan.

Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur. Pengumpulan data dengan teknik ini bertujuan untuk

memperoleh informasi dan keterangan, baik itu dari subjek maupun informasi

yaitu Pemerintah Daerah, dan masyarakat Lokal maupun Masyarakat Setempat

mengenai Konflik Sosial Daerah Tapal Batas di Buton Selatan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data yang berupa dokumen, baik dokumen tertulis maupun

hasil gambar. Menurut Lexy J. Moleong (dalam Paijaluddin dan Ermalinda, 2013:

135), dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dapat

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Data yang

diperoleh dari dokumen ini biasa digunakan untuk melengkapi bahkan

memperkuat data dari hasil wawancara.

Page 51: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

51

4. Partisipatif

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang

kondisi di lapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku yang terjadi

selama berlangsungnya penelitian. Dalam pengertian sempit observasi berarti

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

Menurut Darmiyati Zuchdi (1997: 7) pengamatan mempunyai maksud

bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti dengan

subyek penelitian maupun informan dalam suatu setting selama pengumpulan data

harus dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan diri sebagai peneliti.

Dengan cara seperti ini antara peneliti dan yang diteliti berinteraksi secara timbal

balik.

H. Teknik Analisis Data

Bogdam (dalam Sugiyono, 2016: 244), analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, penjabaran dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Teknik analisis data yang dipakai peneliti adalah anlisis data berlangsung

atau mengalir (flow model analysis). Ada beberapa langkah-langkah yang

dilakukan pada teknik anlisis data tersebut yaitu:

Page 52: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

52

1. Tahap Reduksi Data

Merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan

carasedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasikan. Obyek yang akan diredukasi dalam hal ini adalah data yang

diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terkait hal tentang

Konflik Sosial Daerah Tapal Batas di Buton Selatan.

2. Tahap Penyajian Data

Tahap kedua dari prosedur analisis data adalah penyajian data yang

merupakan sekumpulan informasi yang menyatakan adanya kemungkinan

penarikan kesimpulan bahkan sampai pada pengambilan tindakan. Data yang

disajikan pada tahapan ini adalah data yang diperoleh melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi tentang Konflik Sosial Daerah Tapal Batas di Buton

Selatan.

3. Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan. Menarik

kesimpulan dilakukan setelah dilakukannya reduksi data dan penyajian data.

Penarikan kesimpulan adalah membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang

diperoleh dan telah dilakukan reduksi serta penyajian dari data hasil penelitian

tentang Konflik Sosial Daerah Tapal Batas di Buton Selatan.

I. Teknik Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2016: 267), uji keabsahan data dalam penelitian

ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kreteria

Page 53: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

53

utama terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliable dan obyektif.Data dapat

dikatakan valid apabila data tidak mengalami perbedaan antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

penelitian.

Untuk melakukan pengujian terhadap keabsahan data dapat dilakukan

dengan cara uji krebilitas. Menurut Sugiyono (2016: 270), dalam melakukan uji

kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara

lain dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjang pengamatan yaitu peneliti kembali kelapangan melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti

dengan narasumber akan semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin

terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji

kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap

data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah di cek

kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila dicek kembali

ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka perpanjangan pengamatan

dapat diakhiri.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

Page 54: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

54

uraian peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Trianggulasi

Trianggulasi dalam pemeriksaan keabsahan data diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi teknik, trianggulasi sumber,

dan trianggulasi waktu. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Trianggulasi Sumber. untuk menguji kredibiliras data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas tentang bagaimana

keberlanjutan perekonomian masyarakat maka pengumpulan dan

pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada orang-orang

yang terlibat langsung dalam perekonomian masyarakat.

b. Trianggulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi atau dokumentasi.

c. Trianggulasi Waktu, untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Page 55: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

55

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

1. Sejarah singkat Kabupaten Buton Selatan

Kabupaten Buton Selatan adalah Kabupaten Buton Selatan atau disingkat

Busel merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil

pemekaran dari Kabupaten Buton pada pertengahan tahun 2014 menjelang akhir

kepengurusan DPR RI periode 2009-2014, Alasan pemekaran kabupaten ini salah

satunya karena akses yang menghambat pelayanan. Sejak pemekaran Kota

Baubau pada tahun 2001, ibu kota Kabupaten Buton dipindahkan ke Pasarwajo.

Akses menuju Pasarwajo bagi masyarakat Buton Selatan harus melalui Kota

Baubau terlebih dahulu karena belum ada akses langsung dari wilayah Buton

Selatan ke Pasarwajo. Terlebih beberapa daerah di Buton Selatan merupakan

pulau-pulau yang terpisah dari Pulau Buton, seperti Pulau Kadatua, Pulau

Siompu, dan Pulau Batu Atas, pulau paling selatan di Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Buton Selatan sebagian besar wilayahnya terletak di Pulau Buton yang

merupakan pulau terbesar di luar pulau induk Kepulauan Sulawesi, atau pulau ke-

130 terbesar di dunia. Buton Selatan telah eksis sejak zaman Kerajaan dan

Kesultanan Buton.

Dalam Undang-Undang Martabat Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni

undang-undang Kesultanan Buton pada masa Sultan Buton ke-4, disebutkan

daerah-daerah Kesultanan Buton. Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie yang

diduduki oleh 30 menteri dan 40 bobato. Sedangkan sisanya menandakan kaum

yang memegang pemerintahan di pusat. Dari 70 bagian tersebut dibagi lagi

Page 56: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

56

menjadi dua bagian besar yakni Pale Matanayo dan Pale Sukanayo. Di wilayah

Pale Matanayo, Menteri Baluwu mengepalai Rongi, Sempa-Sempa,

Tambunaloko, dan Kaindea (Distrik Sampolawa) dan Kaoengkeongkea (Distrik

Pasarwajo) dengan nama kesatuannya Lapandewa. Selanjutnya Menteri Ketapi di

Busoa (Distrik Batauga), Lakina Tobe-Tobe di Tobe-Tobe (Distrik Batauga), dan

Lakina Batauga di Batauga (Distrik Batauga). Di wilayah Pale Sukanayo, Menteri

Peropa di Wabula dan Wasuemba (Distrik Sampolawa), Warugana (Distrik

Batauga), dan Ballo (Kabaena). Kemudian Menteri Gama di Lipu, Kaufe, Kapea,

dan Banabungi (di pulau Kadatua) yang masuk pada Distrik Batauga dan Wakoko

Distrik Pasarwajo. Menteri Siompu di Biwina-pada, Molona, Kaimbulawa, dan

Lontoi (terdapat di Pulau Siompu) di Distrik Batauga. Selanjutnya Menteri

Lantongau di Katokobari (Distrik Mawasangka) dan Saumolewa (Distrik

Sampolawa), Lakina Bola di Lakulepa dan Rano (Distrik Batauga), Lakina

Sampolawa di Katilombu Uwe-bonto, dan Mambulu (Distrik Sampolawa), Lakina

Kambe-Kambero (Distrik Batauga), Lakina Labalawa (Distrik Batauga), Lakina

Lawele di Lawele (Distrik Batauga), dan Lakina Laompo di Laompo (Distrik

Batauga).

Kesultanan Buton saat ini lebih dikenal dengan nama Kabupaten Buton.

Kabupaten Buton adalah salah satu daerah Tingkat II Provinsi Sulawesi Tenggara

(sultra), dengan Ibu Kota Kabupaten terletak di Pasar Wajo. Awalnya Kabupaten

Buton dengan Ibukota Bau-Bau memiliki wilanyah pemerintahan adalah bekas

kerajaan Buton atau Kesultanan Buton yaitu meliputi sebagian wilayah pulau

Page 57: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

57

Buton, sebagian wilayah pu lau Muna, sedikit bagian pulau Sulawesi serta pulau-

pulau yang ada di bagian selatan Pulau Buton.

B. Letak Geografi Kabupaten Buton Selatan

Kabupaten Buton Selatan merupakan kabupaten pemekaran dari

Kabupaten Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan pusat pemerintahan

terletak di Batauga sebagai ibukota kabupaten. Secara yuridis, Kabupaten Buton

Selatan sebagai daerah otonomi resmi berdiri berdasarkan undang-undang nomor

16 tahun 2014 tanggal 23 Juli 2014 Tentang pembentukan Kabupaten Buton

Selatan di propinsi Sulawesi Tenggara dan pelantikan Pejabat Bupati Buton

Selatan oleh Menteri dalam Negeri Tangga l9 Oktober 2014. Wilayah Kabupaten

Buton Selatan terletak di Kepulauan Buton, jazirah tenggara Pulau Sulawesi.

Secara geografis, terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari

Utara ke Selatan diantara 5o30’-6 o-25’ LS dan membentang dari Barat ke Timur

dantara 122,20o-122,46oBT. Secara administratif batas-batas Kabupaten Buton

Selatan dapat dirinci sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Betoambari, Kecamatan

Sorawolio Kota Baubau dan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wabula dan Kecamatan

Pasarwajo Kabupaten Buton dan Laut Flores.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores.

4) Kabupaten Buton Selatan memiliki wilayah keseluruhan ±509,92 km2

dengan daratan seluas ±348,00 km2 atau 34.800 Ha.

Page 58: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

58

5) Jumlah kecamatan sebanyak 7 kecamatan, 60 desa, dan 10 kelurahan

dengan rincian luas masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut.

6) Kondisi Geografis Kabupaten Buton Selatan, 2016

7) Letak Geografis Kebupaten Buton Selatan Menurut Kecamatan, 2016.

8) Jarak Dari Kecamatan, ke Ibu Kota Kebupaten Buton Selatan Menurut

Kecamatan, 2016.

9) Peta Administrasi Buton Selatan

Page 59: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

59

Batas Wilayah Kabupaten Buton Selatan berbatasan dengan:

Utara Kota Bau-Bau dan Kabupaten Buton

Timur Kabupaten Buton dan Laut Flores

Selatan Laut Flores

Barat Laut Flores

1. Topografi dan Hidrologi

Kabupaten Buton memiliki sungai–sungai, yaitu: Sungai Sampolawa di

Kecamatan Sampolawa, Sungai Winto dan Tondo di Kecamata Pasar Wajo,

Sungai Malaoge, Tokulo dan Sungai Wolowa di Kecamatan Lasalimu.

Permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah ada juga yang bisa digunakan

untuk usaha yang sebagian besar berada pada ketinggian 100–500 m di atas

permukaan laut, kemiringan tanahnya mencapai 40º.

Dari sudut oceanagrafi memiliki perairan laut yang masih luas, yaitu diperkirakan

sekitar 21.054.69 km² setelah berpisah dengan Kabupaten Wakatobi dan

Kabupaten Bombana. Wilayah perairan tersebut sangat potensial untuk

pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena

disamping hasil ikan dan hasil laut lainnya, juga memiliki panorama laut yang

sangat indah yang tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia.

2. Keadaan Iklim

Keadaan musim di Kabupaten Buton Selatan pada umumnya sama seperti

daerah-daerah lain di Indonesia dimana hanya mempunyai dua musim, yakni

Page 60: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

60

musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pada tahun 2015 ini terjadi di

antara bulan Desember sampai dengan bulan April. Pada saat tersebut, angin darat

bertiup dari Benua Asia serta Lautan Pasifik banyak mengandung uap air. Musim

kemarau terjadi antara bulan Juli dan angin Timur yang bertiup dari Benua

Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada bulan

April dan Mei di daerah Kabupaten Buton Selatan arah angin tidak menentu,

demikian pula dengan curah hujan, sehingga pada bulan-bulan ini dikenal sebagai

musim Pancaroba. Curah hujan suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

iklim, keadaan monografi dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu,

jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat.

C. Keadaan sosial masyarakat

Persoalan tapal batas pasca pemekaran yang bergulir beberapa waktu lalu,

belakangan ini menjadi masalah serius di tengah masyarakat tanpa penyelesaian

yang jelas. Saking carut-marutnya masalah yang timbul di tengah-tengah

masyarakatpun nyaris baku hantam dan terjadinya perusakan. Masyarakat Siompu

dan siompu barat saling tegang. Bahkan sempat terjadi aksi penutupan jalan di

wilayah tapal batas. Hal inipun berbuntut hampir saling serang. Beruntung

aparat pemerintah dibantu kepolisian dan TNI, bergerak cepat turun di lokasi tapal

batas dan lansusng mengamankan situasi. Permasalahan yang timbul sering

dikarenakan adanya kesanjenjang sosial di dalam masyarakat, hal semacam inilah

yang perlu untuk dihindari terutama bagi masyarakat di daerah kawasan

perbatasan. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah secara adat, tetapi

apabila sudah menyangkut stabilitas dan keamanan nasional maka hal tersebut

Page 61: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

61

akan menjadi urusan pemerintah. Persoalan lain menyangkut ketiadaaan konsepsi

pengembangan yang tergantung pula pada sistem data adminitrasi yang juga tidak

tersedia. Pengelolaan kawasan perbatasan kemudian meskipun memasuki era baru

tetapi persoalan mulai dari konsepsi pengembangan, mekanisme, sampai dengan

tanggung jawab pengelolaan tetap belum jelas.

D. Keadaan Penduduk

penddudukadalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial

Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.

Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Kabupaten Buton

Selatan 2018.

No Kecamatan Jumlah penduduk

1 Batu Atas 8 920

2 Lapandewa 8 285

3 Sampolawa 21 528

4 Batauga 14 924

5 Siompu Barat 8 667

6 Siompu 9 403

7 Kadatua 8 254

Jumlah 74,954

Sumber/Source: BPS, Sensus Penduduk (SP) 2010 dan Proyeksi Penduduk

Indonesia 2015-2045

Page 62: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

62

E. Keadaan pendidikan

Pendidikan Sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada

peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan,

dimulai dari kegiatan pra sekolah (Taman Kanak-kanak) sampai dengan

perguruan tinggi. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut

dimaksudkan untuk menghasilkan manusia berkualitas. Sedangkan perluasan

kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun

mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat

memperoleh kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Pelaksanaan pembangunan

pendidikan di kabupaten Buton mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pendidikan di kabupaten

buton seperti banyaknya sekolah dan guru, perkembangan berbagai rasio dan

sebagainya. Tidak/belum pernah sekolah atau belum pernah terdaftar dan tidak

pernah atau belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan

formal maupun non formal (paket A/B/C) termasuk juga yang tamat/belum tamat

tamankanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar.

Mereka masih bersekolah adalah yang terdaftardan aktif mengikuti

pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal maupun nonformal (paket A/B/C)

yang berada di bawah pengawasan Kemendiknas, Kementrian Agama

(Kemenag), Instansi negeri lain maupun swasta, baik pendidikan dasar, menengah

maupun pendidikan tinggi. Bagi mahasiswa yang sedang cuti dianggap masih

bersekolah.

Page 63: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

63

Tidak bersekolah lagiadalah mereka yang pernah terdaftar dan aktif

mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal maupun nonformal,

tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak aktif mengikuti

pendidikan. Tamat sekolahadalah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan

lulus. tingkat akhir suatu jenjang pendidikan formal maupun ujian akhir pada

kelas atau nonformal (paket A/B/C) di sekolah negeri maupun swasta dengan

mendapatkan tanda tamat belajar/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti

pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap

tamat sekolah. Dapat membaca dan menulis artinya dapat membaca dan menulis

katakata/kalimat sederhana dengan suatu aksara tertentu.

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dimulai dari pendidikan

dasar, menengah,dan tinggi. Pendidikan yang dicatat adalah pendidikan formal

berdasar kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional, termasuk pendidikan yang

diselenggarakan oleh pondok pesantren dengan memakai kurikulum Kementrian

Pendidikan Nasional, seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah

(MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Pondok pesantren/madrasah diniyah adalah

sekolah yang tidak memakai kurikulum dari kementrian pendidikan pasional.

Madrasah Ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan berciri khas Islam pada

jenjang Sekolah Dasar. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan berciri

khas Islam pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, Madrasah aliyah adalah

lembaga pendidikan berciri khas Islam pada jenjang Sekolah Menengah Atas

(SMA).

Page 64: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

64

Tabel 4.2 Jumlah sekolah Dasar (SD) di bawah kementrian Pendidikan Dan

Kebudayaan menurut kecamatan kecamatan, (2018/2019).

Sekola Dasar

NO Kecamatan Negeri Swasta Total

1 Kecamatan Batu Atas 7 - 7

2 Kecamatan Lapandewa 7 - 7

3 Kecamatan Sampolawa 17 - 17

4 Kecamatan Batauga 13 - 13

5 Kecamatan Siompu

Barat

7 - 7

6 Kecamatan Siompu 10 - 10

7 Kecamatan Kadatua 8 - 8

Buton Selatan 69 0 69

Sumber/Source: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Data Semester

Ganjil.

Tabel 4.3. Jumlah sekolah Madrasah Ibtidayah (MI)di bawah kementrian

Agama menurut kecamatan, (2017/2018).

NO Kecamatan Negeri Swasta Total

1 Kecamatan Batu Atas - 2 2

2 Kecamatan Lapandewa - - 0

3 Kecamatan Sampolawa - 1 1

4 Kecamatan Batauga - 1 1

5 Kecamatan Siompu Barat - 1 1

Page 65: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

65

6 Kecamatan Siompu - 1 1

7 Kecamatan Kadatua - - 0

Buton Selatan 0 6 6

Sumber/Source: Kementerian Agama, Data Semester Ganjil.

Tabel 4.4 Jumlah sekolah Menengah pertama (SMP) di bawah kementrian

Pendidikan Dan Kebudayaan menurut kecamatan kecamatan, (2018/2019).

NO Kecamatan Negeri Swasta Total

1 Kecamatan Batu Atas 2 - 2

2 Kecamatan Lapandewa 4 - 4

3 Kecamatan Sampolawa 7 - 7

4 Kecamatan Batauga 6 - 6

5 Kecamatan Siompu

Barat

2 - 2

6 Kecamatan Siompu 4 - 4

7 Kecamatan Kadatua 4 - 4

Buton Selatan 29 0 29

Sumber/Source: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Data Semester

Ganjil.

Tabel 4.5 Jumlah sekolah Menengah Atas (SMA) di bawah kementrian

Pendidikan Dan Kebudayaan menurut kecamatan kecamatan, (2018/2019).

NO Kecamatan Negeri Swasta Total

1 Kecamatan Batu Atas 1 - 1

2 Kecamatan Lapandewa 3 - 3

3 Kecamatan Sampolawa 5 - 5

Page 66: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

66

4 Kecamatan Batauga 2 - 2

5 Kecamatan Siompu

Barat

1 - 1

6 Kecamatan Siompu 1 - 1

7 Kecamatan Kadatua 1 -

Buton Selatan 14 0 14

Sumber/Source: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Data Semester

Ganjil.

Tabel 4.6 Jumlah sekolah Menengah Kejuruan di bawah kementrian

Pendidikan Dan Kebudayaan menurut kecamatan kecamatan, (2018/2019).

NO Kecamatan Negeri Swasta Total

1 Kecamatan Batu Atas - - 0

2 Kecamatan Lapandewa - 1 1

3 Kecamatan Sampolawa 1 - 1

4 Kecamatan Batauga 1 1 2

5 Kecamatan Siompu

Barat

- - 0

6 Kecamatan Siompu - - 0

7 Kecamatan Kadatua 1 - 1

Buton Selatan 3 2 5

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Data Kabuaten Buton

Selatan.

Page 67: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

67

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki daerah perbatasan

darat antar negara yang cukup panjang, yaitu sepanjang ± 3.200 km. Kawasan

perbatasan antar negara ini memiliki potensi yang potensil dan strategis bagi

perbatasan lewat pengembangan kegiatan perdagangan internasional, yang saling

menguntungkan bagi Indonesia dan negara tetangganya. Bahkan sepanjang

kawasan perbatasan tersebut secara intemasional telah ditetapkan sebagai

bagian dari Asean Connectiviti serta daerah pertumbuhan ASEAN Timur yang

lebih dikenal dengan sebutan BIMP-EAGA (Brunei-hdonesia-Malaysia- Philipina

East Asean Growth Area).

Dikaitkan dengan semangat pemerintah untuk membangun infrastruktur

berkelas di wilayah perbatasan, semestinya pihak pemda perbatasan sudah mulai

membenahi wilayahnya sendiri, khususnya dengan memperhatikan dan meng

integrasikannya dengan pembangunan berbagai potensi yang ada di daerahnya.

Misalnya potensi pariwisata, perkebunan, pertanian dll.

Saat ini sebenarnya adalah waktu yang tepat bagi Pemerintah Daerah

perbatasan untuk aktif membenahi wilayah perbatasannya. Hal ini terkait dengan

semangat Pemerintah Pusat yang tengah giat-giatnya membangun infrastruktur di

perbatasan. Ini juga mencoba memperlihatkan profil Kabupaten perbatasan yang

ada di perbatasan. Dari data yang ada, maka potensi daerahnya tidak akan bisa

dikelola secara optimal.

Page 68: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

68

Ruang wilayah daerah merupakan kesatuan wadah yang menentukan patok

wilayah Karena itu perlu di kelola secara benar dan berkesinambungan. Salah satu

upaya dalam pengelolaan wilayah adalah melalui Penataan Ruang Wilayah

Nasional yang di selenggarakan secara terencana, terpadu oleh pemerintah dengan

melibatkan segenap masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Dalam perspektif, Penataan ruang wilayah negara di selenggarakan dengan

strategi penataan ruang Kedepan aspek penataan ruang kawasan pertahanan akan

semakin penting untuk ditangani dan penanganannya secara lintas sektoral.

Persoalan tata ruang di masa mendatang akan semakin kompleks dan memerlukan

peran serta para pihak.

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan konflik sosial daerah tapal

batas Kecamatan Siompu dan Siompu Barat

1. Perbedaan Pendapat tentang tapal batas

Konflik tersebut banyak terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan seperti

oknum-oknum yang tidak bertanggug jawab mengadakan perusakan hal-hal yang

seharusnya tidak perlu terjadi, hal ini berkelanjutan sehingga pertikain konflik

tapal batas muncul ditengah-tengah masyarakat. Munculnya pertikain ini

disebabkan karena hadirnya dua opsi tentang patok wilayah kecamatan siompu

dan kecamatan siompu barat sehingga dari kedua bela pihak mempertahankan

batas wilayah masing-masing yang mereka yakini bahwa batas wilayah tersebut

itu sudah di tentunkan oleh nenek moyang sejak dahulu kala. (Hal ini disampaikan

oleh Bapak La Musliadin 39 tahun).

Page 69: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

69

2. Adanya Perusakan

Perusakan ini adalah salah satu dari faktor terjadinya pertikain konflik

tapal batas antara kecamatan siompu dan kecamatan siompu barat sehingga

memicu pertentangan kedua belah pihak saling tegang dalam melakukan aktivitas

sehari-sehari, karena ketakutan masyarakat jangan sampai terjadinya penyerangan

antara kedua belah pihak yang berkonflik. Namun hal tersebut sudah diselesaikan

oleh pemerintah kabupaten buton selatan sehingga permasalahan ini sudah

dianggap selesesai. (Hal ini di sampaikan oleh Bapak La Mittu 76 tahun).

Adapun Bunyi Pertanyan yang di ajukan. Apa dampak sosial yang terjadi

dikecamatan Siompu dan kecamatan Siompu Barat akibat konflik tapal batas?

Hasil wawancara dari salah satu pemerintah daerah dari kecamatan

Siompu Barat Musliadin (39) tahun jabatan selaku kepala desa kamoali.

konflik tapal batas yang terjadi masyarakat siompu dan siompu barat tidak

lagi seperti dulu di karenakan dari dua kecamatan tersebut tidak bisah lagi

menyebrang dalam hal transaksi jual beli dipasar dan transportasi.

(wawancara pada tgl 15/10/2019) menurut bapak Musliadin 39 tahun.

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

munculnya konflik tapal batas di antara dua kecamatan sangatlah merugikan

kedua belah pihak karnah kedua kecamatan tersebut sudah terbatas dalam

menjalankan bisnis pemasaran begitupun dengan tukang ojek tidak bisa

mengantar dan mengambil penumpang diluar perbatasan dua kecamatan tersebut .

Selanjutnya pertanyaan yang di ajukan peneliti kepada La Harudi (49)

tahun selaku pemerintah daerah kecamatan Siompu Barat jabatan selaku kepala

desa lalole, Dengan bunyi pertanyaan Bagaimana tangapan anda terkait konflik

sosial yang terjadi di kecamatan Siompu dan Kecamatan Siompu Barat?

Page 70: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

70

Terjadinya konflik tapal batas sangat merugikan kedua belah pihak

karnah hubungan kekeluaragaan masayarakat didua kecamatan ini

tergangu dikarenakan masyarakat siompu dan masayarkat siompu barat

ada ketakutan untuk menjalankan silaturahim di wilayah masing-masing.

(wawancara pada tgl 15/10/2019). Menurut La Harudi 49 tahun.

Dari hasil waawancara diatas peneliti dapat simpulkan bahwa terjadinya

konflik sosial tapal batas sangatlah berpengaruh dikalangan masyarakat karenah

kedua bela pihak masyarakat mereka tidak bisalagi mendatangi kerabat-kerabat,

keluarga yang berada di kecamatan seberang hal ini dikarenakan adanya polemic

sosial yang terjadi antara dua kecamatan tersebut, disisi lain masyarkat dikedua

bela pihak sudah terbatas dalam menjalankan kerjasamanya sebagai mana

mestinya.

Selanjutnya pertanyaan yang di ajukan peneliti kepada La Mittu (76) tahun

selaku mantan Toko adat kecamatan siompu dengan bunyi pertanyaan Faktor-

Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik sosial tapal batas

Kecamatan siompu dan Kecamatan Siompu Barat?

Dengan melihat konflik terjadi karenah adanya kesalah pahaman tentang

tapal batas sehinga pelemic tersebut banyak kejadian dengan hal-hal yang

tidak menyenangkan seperti oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab

yang merusak hal-hal yang seharusnya tidak perlu terjadi, Konflik tersebut

hanya kekeliruan pemahaman antara kedua bela pihak mengenai tapal

batas yang sejak dahulu kala sudah ditentukan oleh nene moyang

dulu”(wawancara pada tgl 24-10-2019). Menurut La Mittu 76 tahun.

Hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa Penyebab

terjadinya permasalahan tapal batas di kecamtan siompu dan kecamatan

siompu barat mengklaim sisi tapal batas yang ada saat itu sudah tepat namun

disisi lainnya mengatakan tapal batas yang sudah ada itu masih perlu didiskusikan

lebih lanjut. Permasalahan ini bermula dari suatu kesalapahaman perbedaan

Page 71: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

71

pendapat tentang tapal batas yang sudah ditetapkan nenek moyang dulu kini

menjadi pertikain disebakan karena didua kecamatan memiliki pandangan berbeda

mengenai tapal perbatasan, dengan pertikaian tersebut sehinggah dapat memicu

terjadinya perusakan yang seharusnya tidak perlu terjadi, permasalahan seperti

ini pertama kali terjadi didua kecamatan tersebut, Pemicu kemunculan masalah

tersebut disebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai tapal batas yang

sudah ditentukan oleh zaman kesultanan Buton dahulu. sehinga saat ini

permasalahan ini belum ada titik temu dari dua kecamtan tersebut karena dari

masing-masing kecamatan masi-masing mempertahankan pengetahuan mereka

tentang penanda tapal batas.

Selanjutnya pertanyaan yang di ajukan peneliti kepada La Sarufi (59)

tahun selaku masyarakat kecamatan siompu dengan bunyi pertanyaan. Apakah

ada oknum-oknum tertentu yang memprovokasi kedua bela pihak.?

Pertikaian yang terjadi dikarenakan adanya perbedan pandangan

mengenai tapal batas yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum-oknum

yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan kelompok

tertentu. (wawancara pada tgl 20/10/2019). Menurut La Sarufi 59 tahun.

Hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa Penyebab

terjadinya permasalahan tapal batas didua kecamatan tersebut tidak terlepas dari

kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan konflik tapal batas antar

masyarakat siompu dan masyarakat siompu barat sehinga dengan mudah mereka

memprovokator masyarakat untuk mengambil kepentingan didalamnya. sehinga

saya dapat menilai bahwa terjadinya konflik tapal batas dijadikan sebagai alat

untuk kepentingan kelompok-kelompok yang tidak bertangung jawab.

Page 72: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

72

Selanjutnya pertanyaan yang di ajukan peneliti kepada Muh.Thahir (76) tahun

selaku Camat kecamatan siompu dengan bunyi pertanyaan. Apa solusi yang

ditawarkan dari pemerintah dan tokoh adat terkait konflik tapal batas?

Secepatnya melakukan pertemuan pemirintah dan tokoh adat dari kedua

belah pihak untuk duduk bernusyawara untuk menyelesaikan konflik

tersebut dan dimediasi oleh bupati dan kapolres agar konflik tersebut tidak

terulang lagi kepada anak cucu kita nanti, Supaya seluruh masyarakat dari

kedua kecamatan tersebut kembali akur lagi seperti dahulu.(20/10/2019,

Menurut Muh.Thahir 56 tahun.

Hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari kedua

kecamatan mengiginkan pertemuan kusus secepatanya dengan pemerintah dan

tokoh adat kedua kecamatan untuk duduk bersama dalam satu mejah untuk

menduksikusikan masalah perbatasan kedua kecamatan ini karena masyarakat dari

kedua kecamatan mengigingkan pertikaian yang terjadi saat ini ingin seceptanya

diselesaikan oleh pihak pemerintah dan toko adat agar masayarakat dari kedua

kecamatan ini kembali akur (menjalankan silaturahim sejak dahulu). Namun

dalam pertemuan kusus ini masyarkat dan pemerintah, toko adat kedua bela pihak

mengingkan dimediasi oleh bupati busel dan kapolres siompu dalam

mendiskusikan penyelesaian konflik tapal batas.

B. Pembahasan

Konflik perbatasan wilayah merupakan hal yang sering terjadi di beberapa

kabupaten maupun kota. hal inilah yang merupakan salah satu masalah penting

yang luput dari perhatian pemerintah, sehingga berbagai perselisihan muncul antar

kalangan masyarakat maupun elit politik yang pada umumnya belum tuntas di

karenakan masalah penyelesain garis batas, presepsi masyarakat maupun elit

politik yang berbeda-beda dan juga konflik tapal batas sangat rentan terjadi

Page 73: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

73

apabila daerah yang di perebutkan memiliki potensi sumberdaya alam dan

ekonomi yang memadai. Persoalan seperti ini yang melanda banyak daerah-

daerah pemekaran yang banyak terjadi di indonesia.

Sesuai pasal 14 ayat (7) undang–undang nomor 23 tahun 2014 tentang

pemerintah daerah yang menyatakan dalam hal batas wilayah kabupaten kota

sebagaimana yg dimaksud pada ayat (6) kurang dari 4 mil batas wilayah dibagi

sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari daerah yang

berbatasan.

Daerah melaksanakan kewenanganya masing-masing dalam lingkup batas

daerah yang di tentukan, artinya kewenangan suatu daerah pada dasarnya tidak

boleh melampaui batas daerah yang di tetapkan dalam undang-undang Nomor

Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah.

Apabila batas daerah tidak jelas akan menyebabkan dua kemungkinan

akibat negatif pertama, sauatu bagian wilayah dapat di abaikan oleh masing-

masing daerah saling melempar tangung jawab dalam menyelengarakan

pemerintahan, pelayanan masyarakat maupun pembangunan di bagian wilayah

tersebut. Kedua, daerah yang satu dapat di anggap mealampaui batas kewenagan

daerah yang lain sehingga berpotensi timbulnya konflik antar daerah.

Kekaburan batas daerah dapat menimbulkan dampak negatif yang lebih

luas lagi dari sekedar potensi konflik antara daerah karena potensi strategis dan

ekonomis suatu bagian wilayah, seperti dampak pada kehidupan sosial dan

penyelenggaraan administrasi pemerintah bahkan dapat menimbulkan dampak

politis khususnya di daerah-daerah perbatasan. Oleh karena itu, dalam

Page 74: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

74

penyelenggaraan administrasi pemerintah, penegasan batas daerah menjadi

penting untuk dilaksanakan.

Sala satu sengketa wilayah perbatasan antar daerah yang menarik untuk di

teliti adalah konflik sosial daerah tapal batas kabupaten buton selatan kecamtan

siompu barat dan kecamatan siompu. Karena permasalahan ini di akibatkan

adanya perusakan penanda batas daerah yang sudah di sepekati orang tua dulu.

Secara aturan sudah jelas, bahwa perkebunan lapombira dan wilayah pesisir

pantai dongkala masuk bagian dari kecamtan siompu barat. Tapal batas ini

menjadi prioritas pemerintah.

Menaggapi permasalahan sengketa di wilayah tapal batas Siompu barat

dan Siompu Kabupaten Buton Selatan. bahwa pemicu konflik di perbatasan

terjadi karena ada sekelompok masyarakat yang sengaja merusak penanda

perbatasan antara Siompu dan Siompu Barat. Hal itu didasari karena perbedaan

pendapat mengenai tapal batas yang dimana didua kecamtan ini mengklaim

bahwa perkebunan lapombira dan pantai dongkala masuk willyah masyarakata

siompu dan disisi lain menolak haltersebut namun permasalahan perlu

didiskusikan lagi agar kejadian tersebut tidak terulang lagi dikedua kecamatan ini

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan konflik sosial daerah tapal

batas Kecamatan Siompu dan Siompu Barat

a. Perbedaan Pendapat tentang tapal batas

Konflik tersebut banyak terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan seperti

oknum-oknum yang tidak bertanggug jawab mengadakan perusakan hal-hal yang

seharusnya tidak perlu terjadi, hal ini berkelanjutan sehingga pertikain konflik

Page 75: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

75

tapal batas muncul ditengah-tengah masyarakat. Munculnya pertikain ini

disebabkan karena hadirnya dua opsi tentang patok wilayah kecamatan siompu

dan kecamatan siompu barat sehingga dari kedua bela pihak mempertahankan

batas wilayah masing-masing yang mereka yakini bahwa batas wilayah tersebut

itu sudah di tentunkan oleh nenek moyang sejak dahulu kala. (Hal ini disampaikan

oleh Bapak La Musliadin 39 tahun).

b. Adanya Perusakan

Perusakan ini adalah salah satu dari faktor terjadinya pertikain konflik

tapal batas antara kecamatan siompu dan kecamatan siompu barat sehingga

memicu pertentangan kedua belah pihak saling tegang dalam melakukan aktivitas

sehari-sehari, karena ketakutan masyarakat jangan sampai terjadinya penyerangan

antara kedua belah pihak yang berkonflik. Namun hal tersebut sudah diselesaikan

oleh pemerintah kabupaten buton selatan sehingga permasalahan ini sudah

dianggap selesesai. (Hal ini di sampaikan oleh Bapak La Mittu 76 tahun).

Munculnya konflik tapal batas di antara dua kecamatan sangatlah

merugikan kedua belah pihak karnah kedua kecamatan tersebut sudah terbatas

dalam menjalankan bisnis pemasaran begitupun dengan tukang ojek tidak bisa

mengantar dan mengambil penumpang diluar perbatasan dua kecamatan tersebut.

Terjadinya konflik sosial tapal batas sangatlah berpengaruh dikalangan

masyarakat karenah kedua bela pihak masyarakat mereka tidak bisalagi

mendatangi kerabat-kerabat, keluarga yang berada di kecamatan seberang hal ini

dikarenakan adanya polemic sosial yang terjadi antara dua kecamatan tersebut,

Page 76: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

76

Disisi lain masyarkat dikedua bela pihak sudah terbatas dalam menjalankan

kerjasamanya sebagai mana mestinya.

Penyebab terjadinya permasalahan tapal batas di kecamtan siompu dan

kecamatan siompu barat mengklaim sisi tapal batas yang ada saat itu sudah tepat

namun disisi lainnya mengatakan tapal batas yang sudah ada itu masih perlu

didiskusikan lebihlanjut.Permasalahan ini bermula dari suatu kesalapahaman

perbedaan pendapat tentang tapal batas sehinggah dapat terjadinya perusakan

dapat menimbulkan suatu polemic tentang tapal batas antara kedua kecamatan

tersebut. permasalahan seperti ini barusan kali terjadi didua kecamatan karenah

disebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai tapal batas yang sudah

ditentukan oleh zaman kesultanan Buton sehinga saat ini terjadi perbedaan

pendapat, Sehingga terjadi ketidak puasan dikedua belah pihak dengan

perbedaan pandangan tentag tapal batas dari kedua belah pihak, Sehingga

permasalahan ini belum ada titik temu dari dua kecamatan karenah dari masing-

masing kecamatan tersebut tidak ada yang mau mengalah.

Penyebab terjadinya permasalahan tapal batas didua kecamtan tersebut

tidak terlepas dari beberapa kelompok tertentu yang memprovokator masyarakat

dengan kepentingan tertentu. Sehinga saya dapat menilai bahwa terjadinya konflik

tapal batas dijadikan sebagai alat untuk kepentingan kelompok-kelompok yang

tidak bertangung jawab.

Kedua kecamatan tersebut mengiginkan pertemuan secepatanya

mengadakan pertemuan khusus dengan pemerintah dan tokoh adat kedua

kecamatan untuk duduk bersama dengan satu mejah untuk menduksikusikan

Page 77: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

77

masalah tersebut karna masyarakat dari kedua kecamatan tersebut mengigingkan

pertikaian yang terjadi ingin seceptanya diselesaikan agar masayarakat dari kedua

kecamatan ini kembali akur lagi sejak dahulu kala. Namun dalam pertemuan

kusus ini kedua bela pihak mengingkan dimediasi oleh bupati buton selatan dan

kapolres siompu dalam mendiskusikan pencarian titik temu penyelesaian konflik

tapal batas.

1. Interprentasi hasil penelitian

Letak Kecamatan Siompu dilihat dari peta pulau Buton berada di sebelah

barat daya dan merupakan suatu letak pulau posisi Siompu ialah sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Batauga di sebelah Selatan berbatasan dengan

Pulau Kadatua di sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bau-bau di sebelah

Barat berbatasan dengan Kecamatan Siompu Barat. Wilayah Kecamatan Siompu

sebagian besar berada pada daratan Pulau Siompu dengan luas kecamatan sekitar

32,50 km2 dan jumlah penduduk tahun 2016 sebanyak 10.742 jiwa. Secara

administratif Kecamatan Siompu terdiri dari 10 Desa pada tahun 2017.

Dari 10 Desa tersebut, Desa Lontoi merupakan desa yang jaraknya paling

jauh dari ibukota kecamatan Siompu, yaitu berjarak sekitar 13 km. Begitu juga

dari ibukota Kabupaten Buton Selatan (Batauga), Desa Lontoi memiliki jarak

terjauh yaitu sejauh 53,60 km. Menyusul Desa Laimbulawa dengan jarak 10 km

dari ibu kota kecamatan Siompu dan berjarak 40,60 km dari ibu kota Kabupaten

Buton Selatan. Desa yang berjarak paling dekat dari ibukota kecamatan

Page 78: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

78

Siompu adalah desa nggula-nggula dan desa biwinapada, dengan jarak masing-

masing sejauh 0,5km. Sedangkan desa yang jaraknya terdekat dari ibu kota

Kabupaten Buton Selatan adalah Desa Lapura dengan jarak 28,3 km.

Kondisi topografi tanah daerah Kecamatan Siompu pada umumnya

memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit-bukit.

Diantara gunung dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang merupakan

daerah-daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

Letak Kecamatan Siompu Barat dilihat dari peta Kabupaten Buton Selatan

berada di daratan Pulau Siompu, di sebelah barat daya Pulau Buton. Batas wilayah

Kecamatan Siompu Barat adalah sebagai berikut di sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Kadatua di sebelah Selatan berbatasan dengan laut flores di

sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siompu. Di sebelah Barat

berbatasan dengan laut flores wilayah kecamatan Siompu Barat secara

keseluruhan berada pada daratan pulau Siompu dengan luas sekitar 10,00 Km2

dan jumlah penduduk tahun 2016 sebanyak 8.478 jiwa. Secara administratif

Kecamatan Siompu Barat terdiri dari 8 desa.

Dari 8 Desa tersebut, Desa Watuampara adalah yang terluas wilayahnya

yaitu 2,17 Km2 (21,7%), menyusul desa lalole dengan luas 2,00 Km2 (20,00 %),

menyusul desa mbanua dengan luas 1,97 Km2 (19,70%), menyusul desa

lamaninggara dengan luas 1,88 Km2 (18,80%), menyusul desa molona dengan

luas 1,13 Km2 (11,30%), menyusul desa katampe dengan luas 0,85 Km2 (8,5 %).

Page 79: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

79

Kondisi topografi tanah daerah Kecamatan Siompu Barat pada umumnya

memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit-bukit.

Sedangkan wilayah sebelah utara kondisinya agak berbatu.

Penyebab terjadinya permasalahan tapal batas di kecamtan siompu dan

kecamatan siompu barat mengklaim sisi tapal batas yang ada saat itu sudah tepat

namun disisi lainnya mengatakan tapal batas yang sudah ada itu masih perlu

didiskusikan lebihlanjut.Permasalahan ini bermula dari suatu kesalapahaman

perbedaan pendapat tentang tapal batas sehinggah dapat terjadinya perusakan

dapat menimbulkan suatu polemic tentang tapal batas antara kedua kecamatan

tersebut. permasalahan seperti ini barusan kali terjadi didua kecamatan karenah

disebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai tapal batas yang sudah

ditentukan oleh zaman kesultanan Buton sehinga saat ini terjadi perbedaan

pendapat, Sehingga terjadi ketidak puasan dikedua belah pihak dengan

perbedaan pandangan tentag tapal batas dari kedua belah pihak, Sehingga

permasalahan ini belum ada titik temu dari dua kecamtan karnah dari masing-

masing kecamatan tersebut tidak ada yang mau mengalah.

Tabel 5.1 Hasil Interprestasi Wawancara

No Informan Hasil Interview Interprestasi Teori

1 Musliadin

(39) tahun

konflik tapal batas

yang terjadi

dimasyarakatsiompu

dansiompubarattidak

lagiseperti dulu di

karenakan dari dua

kecamatan tersebut

tidak bisa lagi

menyebrang dalam

hal transaksi jual beli

Dari hasil wawancara

di atas peneliti

menyimpulkan bahwa

munculnya konflik

tapal batas di antara

dua kecamatan

sangatlah merugikan

kedua belah pihak

karnah kedua

kecamatan tersebut

Teori Konflk

Lewis A.Coser

konflik

merupakan

perubahan sosial

tidak terjadi

Page 80: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

80

dipasar dan

transportasi.

(15/10/2019)

sudah terbatas dalam

menjalankan bisnis

pemasaran begitupun

dengan tukang ojek

tidak bisa mengantar

dan mengambil

penumpang diluar

perbatasan dua

kecamatan tersebut .

melalui proses

penyesuain

nilai-nilai yang

membawa

perubahan,

tetapi terjadi

akibat adanya

konflik yang

menghasilkan

kompromi yang

berbeda dengan

kondisi semula.

2 La Harudi

(49) tahun

Terjadinya konflik

tapal batas sangat

merugikan kedua

belah pihak karnah

hubungan

kekeluaragaan

masayarakat didua

kecamatan ini

tergangu

dikarenakan

masyarakat siompu

dan masayarkat

siompu barat ada

ketakutan untuk

menjalankan

silaturahim di

wilayah masing-

masing.

(15/10/2019)

Dari hasil waawancara

diatas peneliti dapat

simpulkan bahwa

terjadinya konflik

sosial tapal batas

sangatlah berpengaruh

dikalangan

masyarakat karenah

kedua bela pihak

masyarakat mereka

tidak bisa lagi

mendatangi kerabat-

kerabat, keluarga yang

berada di kecamatan

seberang hal ini

dikarenakan adanya

polemic sosial yang

terjadi antara dua

kecamatan tersebut,

Disisi lain masyarkat

dikedua bela pihak

sudah terbatas dalam

menjalankan

kerjasamanya sebagai

mana mestinya.

Teori konflik

Karl Marx salah

satu prespektif

di dalam

sosiologi

memandang

masyarakat

sebagai satu

system sosial

yang terdiri dari

bagian-bagian

dan komponen-

komponen yang

berusaha untuk

menaklukan

komponen yang

lain guna

memnuhi

kepentinganya

Page 81: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

81

masing-masing.

3 La Mittu

(76) tahun

Dengan melihat

konflik terjadi

karenah adanya

kesalah pahaman

tentang tapal batas

sehinga pelemic

tersebut banyak

kejadian dengan hal-

hal yang tidak

menyenangkan

seperti oknum-

oknum yang tidak

bertanggung jawab

yang merusak hal-

hal yang seharusnya

tidak perlu terjadi,

Konflik tersebut

hanya kekeliruan

pemahaman antara

kedua bela pihak

mengenai tapal batas

yang sejak dahulu

kala sudah

ditentukan oleh nene

moyang dulu”(24-

10-2019).

Hasil wawancara

tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwa

Penyebab terjadinya

permasalahan tapal

batas di kecamtan

siompu dan

kecamatan siompu

barat mengklaim sisi

tapal batas yang ada

saat itu sudah tepat

namun disisi lainnya

mengatakan tapal

batas yang sudah ada

itu masih perlu

didiskusikan lebih

lanjut. Permasalahan

ini bermula dari suatu

kesala pahaman

perbedaan pendapat

tentang tapal batas

yang sudah ditetapkan

nene moyang dulu

kini menjadi menjadi

pertikain disebakan

karena didua

kecamatan memiliki

pandangan berbeda

mengenai tapal

perbatsan, dengan

polemic tersebut

sehinggah dapat

memicu terjadinya

perusakan yang

seharusnya tidak perlu

terjadi, permasalahan

seperti ini pertama

kali terjadi didua

kecamatan tersebut,

Pemicu kemunculan

masalah tersebut

disebabkan adanya

Teori konflik

sosial Karl Marx

mengemukakan

bahwa konfik

sebua fenomena

sosial dalam

kenyataan bagi

setiap

masyarakat yang

merupakan

gejala sosial

yang hadir

dalam

kehidupan

sosial.

Page 82: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

82

perbedaan pendapat

mengenai tapal batas

yang sudah ditentukan

oleh zaman kesultanan

Buton. sehinga saat

ini permasalahan ini

belum ada titik temu

dari dua kecamtan

tersebut karena dari

masing-masing

kecamatan masi-

masing

mempertahankan

pengetahuan mereka

tentang penanda tapal

batas.

4 La Sarufi

59 tahun

Pertikaian yang

terjadi dikarenakan

adanya perbedan

pandangan mengenai

tapal batas yang

kemudian

dimanfaatkan oleh

oknum-oknum yang

tidak bertanggung

jawab untuk

kepentingan

kelompok

tertentu..(20/10/2019

)

Hasil wawancara

tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwa

Penyebab terjadinya

permasalahan tapal

batas didua

kecamatan tersebut

tidak terlepas dari

kelompok-kelompok

tertentu yang

memanfaatkan konflik

tapal batas antar

masyarakat siompu

dan masyarakat

siompu barat sehinga

dengan mudah mereka

memprovokator

masyarakat untuk

mengambil

kepentingan

didalamnya. sehinga

saya dapat menilai

bahwa terjadinya

konflik tapal batas

dijadikan sebagai alat

untuk kepentingan

kelompok-kelompok

yang tidak bertangung

jawab.

Teori Interaksi

Sosial.

Talcott Parsons

menjelaskan

bahwa tindakan

sosial

mempunyai

komponen

seperti aktor,

sarana atau alat

dan tujuan.

Page 83: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

83

5

Muh.Thah

ir 56 tahun

Secepatnya

melakukan

pertemuan

pemirintah dan

tokoh adat dari

kedua belah pihak

untuk duduk

bernusyawara untuk

menyelesaikan

konflik tersebut dan

dimediasi oleh

bupati dan kapolres

agar konflik tersebut

tidak terulang lagi

kepada anak cucu

kita nanti, Supaya

seluruh masyarakat

dari kedua

kecamatan tersebut

kembali akur lagi

seperti

dahulu.(20/10/2019)

Hasil wawancara

tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwa

dari kedua kecamatan

mengiginkan

pertemuan kusus

secepatanya dengan

pemerintah dan tokoh

adat kedua kecamatan

untuk duduk bersama

dalam satu mejah

untuk

menduksikusikan

masalah perbatasan

kedua kecamatan ini

karena masyarakat

dari kedua kecamatan

mengigingkan

pertikaian yang

terjadi saat ini ingin

seceptanya

diselesaikan oleh

pihak pemerintah dan

toko adat agar

masayarakat dari

kedua kecamatan ini

kembali akur

(menjalankan

silaturahim sejak

dahulu). Namun

dalam pertemuan

kusus ini masyarkat

dan pemerintah, toko

adat kedua bela pihak

mengingkan dimediasi

oleh bupati busel dan

kapolres siompu

dalam mendiskusikan

penyelesaian konflik

tapal batas.

Teori Interaksi

Simbolik

Herbert Blumer

mengemukakan

Manusia

bertindak

terhadap sesuatu

dasar asumsi

internilai

simbolik yang

dimiliki sesuatu

itu (kata, benda,

atau isyarat) dan

bermakna bagi

mereka.

Page 84: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

84

2. Cara kerja teori

Temuan penelitian menunjukkan bahwa konflik sosial tapal batas yang

terjadi didua kecamatan masyarakat kabupaten buton selatan konflik yang terjadi

disebabkan adanya perbedaan pendapat sehinga mengundang kontroversial antara

kelompok masayarakat kecamatan siompu dan kecamtan siompu barat. Karena

adanya perbedaan pandangan inilah dari dua kecamatan saling mengklaim

sehingah dapat memunculkan konflik pertikain tapal batas, perusakan dan konflik

lainya didua kecamatan tersebut. Awal mula pertentanggan ini terjadi karena

masing-masing dari kedua kecamatan mempertahankan penanda patok wilayah

yang sudah disepakati nenek sejak dahulu kala.

Maka dari itu, teori yang yang di kemukakan oleh Karl Marx teori konflik

adalah salah satu prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat

sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian dan komponen-komponen

yang mempunyai kepentinganya masing-masing. Marx melihat konflik sosial

terjadi diantara kelompok atau kelas dari pada diantara individu.Dari beberapa

pemaparan problematika perbatasan di atas kita bisa melihat konflik yang terjadi

ditengah-tengah masayarakat sangatlah serius, sehinggah konflik yang terjadi

sekarang sangat merugikan kedua kecamatan ini karenah mereka tidak bisah lagi

menjalankan kebiasaan atau kerja sama antar kelompok-kelomppok masayrakat

seperti dulu karenah diakibatkan pengaruh konflik sosial yang terjadi ditengah-

tengah masyarakat.

Dari beberapa teori diatas penyebab adanya konflik saling berkaitan faktor

ini menjelaskan bahwa kesesuain factor-faktor penyebab konflik sosial pada

Page 85: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

85

kenyataan sosial itu sendiri bisa di temukan di mana-mana konflik ini suatu tingka

laku atau perbuatan individu dalam masyarakat, konflik timbul lebih mengarah

kepada suatu tindakan atau perbuatan sehingah menimbulkan pertentangan antara

kelompok-kelompok masyarakat karenah diakibatkan adanya kesalapahaman atau

perbedan ideologi terhadap sesuatu.

Sedangkan dalam taraf masyarakat konflik bersumber pada perbedaan

antara nilai dan norma-norma kelompok satu dengan yang lainya. Konflik sosial

ini merupakan pertentanggan antara-antara segmen-segmen masyarakat untuk

memperebutkan aset-asetnya yang berguna bagi kelompok masyarakat.

Page 86: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

86

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

permasalahan tapal batas kecamatan siompu dan kecamatan siompu barat terjadi

kerena adanya perbedaan pandangan tentang tapal batas yang sudah di tandai oleh

nenek moyang dahulu kala sehingga saat ini memunculkan pertikaian. Salah

satunya yaitu sengketa tapal batas yang terjadi di Kecamatan siompu Barat dan

Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan.

Konflik tapal batas antara Kecamatan Siompu dan Kecamatan Siompu

Barat meluas dan berkembang karena dalam administrasi tidak ditemukan batas

kordinasi antara Kecamatan Siompu dan Kecamatan Siompu Barat, sehingga

konflik tdak mampu menyelesaikan sengketa tapal batas yang ada sehingga

pemerintah daerah dan tokoh adat memilih untuk mengadakan pertemuan dan

dimediasi oleh Bupati Buton Selatan (Busel) dan kapolsek Siompu untuk

mencarikan jalan terbaik memcahkan masalah sengketa tapal.

B. Saran

Pemerintah Kecamatan Siompu dan Pemerintah Kecamtan Siompu Barat

lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat yang

termasuk dalam wilayah pengawasan Kecamtan siompu dan Kecamatan Siompu

barat agar ketika terjadi masalah langsung ditangani oleh pemerintah setempat.

Selain itu dalam pengakuan suatu lahan sebaiknya pemerintah harusnya

memperhatikan wilayah yang ada apakah masuk dalam wilayah Kecamtan

Page 87: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

87

Siompu atau Kecamatan Siompu Barat, jika wilyah yang akan dimiiki berada

dalam wilayah perbatasan maka harus ada persetujuan antara kedua belah pihak

baik itu pemerintah dan tokoh adat Kecamatan Siompu atau Pemerintah dan toko

adat Kecamatan Siompu Barat.

Jika terjadi sengketa tapal batas maka tugas yang pertama yaitu

penyelesaian sengketa tapal batas dilakukan terlebih dahulu oleh Pemerintah

Kecamatan siompu dan Kecamatan Siompu Barat dengan melakukan musyawara

yang di mediasi bupati buton selaan dan kapolsek siompu.

Pemerintah kecamatan siompu dan siompu barat agar tertib dalam

mengurus administrasi agar masyarakat dapat menemukan kejelasan terkaitt patok

wilaya kecamatan siompu dan siompu barat.

Page 88: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

88

DAFTAR PUSTAKA

Antonius,dkk,2002, Empowerment, Stres dan Konlik: Jakarta:Ghalia

Anung S. Hadi (2014) tentang evaluasi, tim penegasan batas daerah di Provinsi

Lampung dan Kalimantan Timur.

Burhan Bungin, 2013 Instrumen Penelitian Teori dan Terapan PT. Raja

GrafindoPersada.

Destry Yani Rizki (2016)Tesis tentangManajemen Konflik Tapal Batas antara

Kabupaten Kampar Pekanbaru (Studi Kasus Kecamatan Bukitraya

Pekanbaru)

D. Hendropuspito OC (1989 : 250-251), Jurnal Mengenai cara penyelesaian

konflik

Danim, 2002:54) tentang Jenis dan Pendekatan Penelitian

Darmiyati Zuchdi (1997: 7) pengamatan tentang Teori dan Terapan Teknik

Pengumpulan Data

Emori (2012), Informan Penelitian Menerapkan Teoridan TerapanKondisi

danLokasi Jurnal, 2 (1)

Fisher,2001:4 Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak

Green Na Maryan dan Burhan Tsani Tentang batas wilayah imajiner yang

memisahkan Negara dengan Negara lain.

http://kupang.tribunnews.com/2012/03/07/perbatasan-wilayah-menurut-

hukum-international.

H.Blummer. Teori Intraksionisme Simbolik

http://itsmagnesiumbenzoate.blogspot.com/2017/04/teori-interaksionisme-

simbolik-html

Jhon Bernando Seran. perbatasaan wilayah mempertahankan kedaulatan dan hak-

hak berdaulat antar negara serta menyelesaikan semua persoalan yang

berhubungan international

Page 89: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

89

KarlMarx, Konflik Pertentangan Kelas.

https://untansosiologi.blogspot.com/2016/04/teori-konflik-menurut-karl-

marx-1.html

M. Arafat Hermana (2017) Mengenai masalah sengketa batas antara Kabupaten

Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara

Mahmuzar (2017) tentang Sengketa Tapal Batas Antar Daerah Otonom di

Indonesia (Studi Kasus di Provinsi Riau)

Mastenbreok(2016) Jenis-Jenis Konflik

https://www.scribd.com/document/371427579/Jenis-Jenis-Konflik

Moleong, Lexy J (2007) Metode Penelitian Kualitatif

Muhammad Solichin (2017) Jurnal mengenai Salah satu sengketa perbatasan

wilayah antar daerah yang menarik untuk ditelitiadalah konflik tapal

batas antara Kabupaten Mesuji dan Kabupaten TulangBawang.

Nia.K.Pontoh (2008) Pengantar Perencanaan Perkotaan

Paizaluddin dan Ermalinda, (2013:113)Teknik Pengumpulan Data Teori dan

Terapan PT. Raja Grafindo

Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-otonomi-daerah-dasar-hukum-

prinsip-asas-dan-tujuan-otonomi-daerah.html

Pruit dan Rubin, 2008: 48 Teori Konflk Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Sakinah, (2016), konflik-penegasan-batas-daerah-semakin-marak- pasca lahirnya-

uu-22-tahun-1999,di dikses Tanggal 11 april 2016

http://www.kompasiana.com/

Sodjuangan Situmorong, 2006, Persoalan Batas Wilayah Administrasi di Era

Otonomi Daerah, artikel, Majalah Profil PUM edisi Juli-Desember 2006

Sugiyono, 2016 Analisis Data Teori dan Terapan PT. Raja GrafindoPersada.

Page 90: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

90

Robert Lawang Konflik sosial adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status,

kekuasaan untuk menundukan sainganya.

https://www.artikelsiana.com/2015/06/konflik-pengertian-penyebab-macam-

macam.html#

Page 91: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

91

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 92: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

92

PEDOMAN WAWANCARA

Pertanyaan

1. Bagaimana tangaapan anda terkait konfik sosial yang terjaadi di

kecamatan siompu dan kecamatan siompu barat?

2. Menurut anda apa dampak sosial yang terjadi akibat konflik tapal,

akibat konflik tapal batas?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik sosial

tapal batas kecamatan siompu dan siompu barat?

4. Apakah ada oknum-oknum yang memprovokasi kedua bela pihak?

5. Apa solusi yang di tawarkan dari pemerintah dan tokoh adat terkait

konflik tapal batas?

Page 93: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

93

DAFTAR INFORMAN

Nama :Musliadin

Umur :39 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan :Kepala desa

Nama :La Harudi

Umur :49 tahun

Jenis kelamin :Laki-Laki

Jabatan :Kepala desa

Nama :La Mittu

Umur :76 Tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan : Tokoh adat

Nama :La Sarufi

Umur :59 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan :Staf Kecamatan

Nama :Muh. thahir

Umur :56 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan : Camat

Page 94: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

94

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 95: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

95

PEDOMAN WAWANCARA

Pertanyaan

1. Bagaimana tangaapan anda terkait konfik sosial yang terjaadi di

kecamatan siompu dan kecamatan siompu barat?

2. Menurut anda apa dampak sosial yang terjadi akibat konflik tapal,

akibat konflik tapal batas?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik sosial

tapal batas kecamatan siompu dan siompu barat?

4. Apakah ada oknum-oknum yang memprovokasi kedua bela pihak?

5. Apa solusi yang di tawarkan dari pemerintah dan tokoh adat terkait

konflik tapal batas?

Page 96: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

96

DAFTAR INFORMAN

Nama :Musliadin

Umur :39 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan :Kepala desa

Nama :La Harudi

Umur :49 tahun

Jenis kelamin :Laki-Laki

Jabatan :Kepala desa

Nama :La Mittu

Umur :76 Tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan : Tokoh adat

Nama :La Sarufi

Umur :59 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan :Staf Kecamatan

Nama :Muh. thahir

Umur :56 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Jabatan : Camat

Page 97: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

97

DOKUMENTASI

G

ambar 1. Wawancara dengan bapak La Mitu salah satu toko adat

Gambar 2. Pengambilan Surat keterangan telah melakukan penelitian di

kecamatan Siompu.

Page 98: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

98

Gambar 3. Wawancara dengan bapak Muh. Thahir

Gambar 4. Wawancara dengan bapak la sarufi

Page 99: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

99

Gambar 5. Pengambilan Surat keterangan telah melakukan penelitian di

kecamatan Siompu Barat.

Gambar 6. Foto bersama staf kantor kecamatan Siompu

Barat

Page 100: KONFLIK SOSIAL DAERAH TAPAL BATAS KECAMATAN …

100

RIWAYAT HIDUP

LOMIN UNFANI. Dilahirkan di watuampara

Kabupaten Buton Selatan pada tanggal 12 september

1995. Dari pasangan Ayahanda La Hadima dan Ibunda

Wa Zamana. Masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di

SDN 2 Lalole Kecamatan Siompu Barat dan tamat tahun

2009. Tamat SMP Negeri 1 Siompu Barat tahun 2012.

Dan tamat SMA Negeri 1 Siompu Barat tahun 2015. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan pada program studi pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhamadiayah Makassar.