Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

6
Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempegaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi: 1) tradisi dan nilai-nilai, 2) struktur kehidupan sosial, 3) keyakinan dan pandangan hidup, 4) suasana politik, 5) lingkungan hidup, 6) agama, dan sebagainya. Kondisi masyarakat sebagai unsur kemasyarakatan : Berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat (ekonomi, politik , dan sosial) yang dapat di refleksikan dengan kondisi masyarakat saat ini. CERPEN “MALAM SEORANG MALING” KARYA JAKOB SUMARDJO (Suatu Tinjauan Mimetik) Cerpen “Malam Seorang Maling” karya Jakob Sumardjo adalah cerpen pilihan Kompasyang diterbitakan pada 15 April 1970. Dalam cerpen ini pengarang menceritakan maling yang sedang beraksi di malam hari. Ia mencuri di rumah sepasang suami istri yang ceroboh dan sembrono, karena dengan mudah ia bisa masuk dan mencuri barang berharga dari rumah tersebut. Namun ia tak beruntung, karena kopor yang ia bawa tersangkut jendela dan menimbulkan suara yang membuatnya ketahuan dan dikejar-kejar warga. Di saat yang menegangkan itu temannya malah kabur menyelamatkan diri terlebih dahulu. Ia lari tunggang langgang mencari tempat yang aman. Maling itu selamat, tetapi telah terjadi kesalahpahaman antarwarga. Mereka menangkap orang yang salah, yang dianggap sebagai maling dan mereka memukuli orang tersebut hingga tewas tanpa

description

Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

Transcript of Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

Page 1: Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempegaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi:

1) tradisi dan nilai-nilai,2) struktur kehidupan sosial,3) keyakinan dan pandangan hidup,4) suasana politik,5) lingkungan hidup,6) agama, dan sebagainya.

Kondisi masyarakat sebagai unsur kemasyarakatan       :

Berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat (ekonomi, politik , dan sosial) yang dapat di refleksikan dengan kondisi masyarakat saat ini.

CERPEN “MALAM SEORANG MALING” KARYA JAKOB SUMARDJO (Suatu Tinjauan Mimetik)

Cerpen “Malam Seorang Maling” karya Jakob Sumardjo adalah cerpen pilihan Kompasyang diterbitakan pada 15 April 1970. Dalam cerpen ini pengarang menceritakan maling yang sedang beraksi di malam hari. Ia mencuri di rumah sepasang suami istri yang ceroboh dan sembrono, karena dengan mudah ia bisa masuk dan mencuri barang berharga dari rumah tersebut. Namun ia tak beruntung, karena kopor yang ia bawa tersangkut jendela dan menimbulkan suara yang membuatnya ketahuan dan dikejar-kejar warga. Di saat yang menegangkan itu temannya malah kabur menyelamatkan diri terlebih dahulu. Ia lari tunggang langgang mencari tempat yang aman. Maling itu selamat, tetapi telah terjadi kesalahpahaman antarwarga. Mereka menangkap orang yang salah, yang dianggap sebagai maling dan mereka memukuli orang tersebut hingga tewas tanpa mengetahui pasti dan penyelidikan terlebih dahulu terhadap orang tersebut. Kejadian-kejadian di atas merupakan gambaran dari kejadian yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Maling lebih sering beraksi pada malam hari disaat penghuni rumah tertidur pulas dan aksi mereka tak diketahui warga. Seperti contoh kasus yang terjadi pada 25 Desember 2009 saat satu keluarga berlibur natal di vila mereka, pelaku masuk ke dalam rumah dengan cara mencungkil jendela vila. Diduga sebelum masuk ke dalam rumah, pelaku terlebih dahulu mengincar wisatawan dari Surabaya ini, kemudian beraksi pada malam hari, ketika korban tidur lelap.  Berita dalam media massa tersebut merupakan penggambaran nyata dari kasus yang disampaikan penulis dalam cerpen “Malam Seorang Maling” bahwa maling sering melakukan aksinya di malam hari dan waktu yang tepat untuk maling adalah saat hari libur tiba. Mereka lebih mudah untuk membobol rumah atau toko yang sedang ditinggalkan pemiliknya.

Page 2: Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

Cerita selanjutnya adalah maling ketahuan pemilik rumah karena kecerobohannya sehingga menimbulkan keributan dan membangunkan pemain rumah. Kemudian pemilik rumah meneriaki maling tersebut sambil meminta bantuan warga. Dengan  tergopoh-gopoh maling bergegas melarikan diri, segera warga mengejar maling dan mengeroyok maling yang telah tertangkap, bahkan sampai tewas karena emosi warga meluap.

Kejadian penghakiman massa kepada maling masih sering terjadi hingga saat ini. Seperti contoh kejadian yang diungkapkan salah satu media massa yaitu di Depok dua pelaku pencurian di rumah wartawan RCTI dan SINDO TV Iyung Rizki di Jalan Melur Raya RT 003/06 Kelurahan Abadijaya, Sukmajaya, Depok, berhasil diamankan warga. Bahkan, para pelaku babak belur dihajar dan dikeroyok massa hingga berlumuran darah. Tidak sebatas berlumuran darah ada pun kejadian saat ini warga mengeroyok maling hingga tewas. Seperti kasus yang diberitakan salah satu media. Aksi main hakim sendiri warga terhadap pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) kembali terjadi. Seorang pria meregang nyawa setelah kepergok menggasak motor Yamaha Vixion B 6017 UPP di Kampung Baru, Rt. 01/09 Cakung Barat, Jakarta Timur, Rabu (28/12/2011) malam. Kegiatan main hakim sendiri oleh warga seharusnya tidak bisa dibenarkan, apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang. Mereka tidak menghargai dan terkesan mengabaikan hukum yang berlaku serta adanya pihak berwenang.

Dalam cerpen “Malam Seorang Maling” karya Jakob Sumardjo penulis berusaha menyampaikan pesan bahwa sikap solidaritas yang rendah, satu pekerjaan menjadi berantakan dan penuh resiko. Hal itu menunjukkan kritik dan amanat penulis untuk kehidupan dalam masyarakat. Kita sebagai pembaca dapat mengambil pesan yang tersirat dalam cerpen tersebut bahwa satu tindakan dapat berakibat fatal jika dikerjakan dengan ceroboh dan perencanaan tidak matang.  Kesalahpahaman yang terjadi saat mengeroyok seseorang yang diduga maling hingga membuat orang tersebut tewas. Seperti kejadian yang terjadi di Jakarta Pusat. Abdul Ghoni, korban tewas dikeroyok teman-temannya di dekat kereta api. Kejadian itu berawal saat korban, Purwanto, dan Ramdani asik menegak minuman keras, saat itu istri korban lewat dan Purwanto menyapanya. Korban tidak terima dan memukul Purwanto, karena menganggap Purwanto telah merayu istrinya. Terjadi saling pukul di antara mereka. Ramdani, teman Purwanto kesal dan mengambil balok kayu, selanjutnya memukul dada korban sebanyak dua kali hingga tewas. Purwanto mengaku tidak tahu kalau perempuan yang disapanya adalah istri korban. Sehingga terjadi kesalahpahaman diantara mereka yang menyebabkan Abdul Ghoni tewas.

Penggambaran yang disertai imajinasi yang dipaparkan penulis seperti perasaan dan ketakutan maling saat ia ketahuan yang digambarkan secara detil merupakan salah satu rekaan agar cerpen terasa begitu menarik dan pembaca dapat terlarut dalam kisah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra hanyalah rekaan atau tiruan dari kehidupan nyata manusia dan keadaan social yang melatarbelakanginya dan karya sastra tidak mampu menggambarkan sepenuhnya kenyataan yang ada. Imajinasi pengarang sangat tampak dalam cerpen ini. Seperti pada kutipan berikut.

Page 3: Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

Untung sekali lorong kampung itu gelap sehingga sungguh merupakan dewa penolong bagiku. Kegelapan adalah penyelamatku. Dewa gelap adalah dewa para maling.………………………………………………………………………

Wah, daerah ini betul-betul surga para maling. Dewa gelap telah berkenan menolongku, menolong putranya lepas dari buruan maut. Terpujilah Diaselama-lamanya. Aku betul-betul selamat. Orang-orang itu tak melihat aku membelok. Mereka terus lari menyusuri lorong-lorong kosong itu. Teriakan-teriakan masih terdengar ganas. Aku memperlambat lariku dan mengumpulkan napas kembali. Mendadak kulihat bayangan orang yang samara-samar di depanku.

Kata-kata yang bergaris tebal dari kutipan di atas sulit diterima logika, dan dapat diartikan secara eksplisit. Tidak mungkin terjadi secara nyata, dan itu hanya imajinasi dan maknanya dapat dimengerti saat bacaan dibaca secara utuh, sehingga maknanya dapat dimengerti dengan memperhatikan konteks dan maksudnya ditelaah dengan pragmatik. Sastra hanya tiruan kenyataan yang disertai imajinasi dan tidak mampu menggambarkan seutuhnya keadaan yang ada dalam kehidupan. Pemilihan kata dan penggunaan bahasa merupakan ciri utama karya sastra sebagai tiruan kenyataan. Pengarang memakai kata, kalimat, dan bahasa untuk menimbulkan suasana yang menarik pembaca.

Karya sastra merupakan sarana untuk menyampaikan tuntunan atau perintah seperti yang disampaikan Jakob Sumardjo dalam cerpen “Malam Seorang Maling” yaitu, sebagai manusia kita tidak boleh ceroboh dan sembrono kita harus tetap waspada terhadap orang-orang di sekitar kita. Hal ini tergambar dalam kutipan berikut.

“Dengan mudah jendela itu dapat kucungkil. Penghuni rumah ini terlalu sembrono atau orang yang tak pernah curiga pada orang-orang semacam aku ini?”

………………………………………………………………………

“Aku berhenti sebentar, dan ini suatu kebodohan. Lelaki itu ternyata bergerak-gerak. Aku tiba-tiba bingung dan kehilangan akal. Langkah kupercepat. Tetapi, kopor terkutuk sebelah kiri membentur daun pintu lebar-lebar. “

Dari kutipan di atas kita dapat mengambil pelajaran selain kita tidak boleh ceroboh dan sembrono, kita juga harus memperhitungkan dan merencanakan sesuatu dengan matang dengan memperhitungkan resiko dan alternatifnya. Kita harus lebih waspada dengan keadaan sekitar dan lebih berhati-hati, maling sering beraksi di malam hari.

            Pelajaran selanjutnya adalah dalam melakukan satu kegiatan yang berisiko dan berbahaya diperlukan solidaritas antarteman agar terjalin kerjasama yang baik dan pekerjaan tersebut terselesaikan dengan baik. Kekompakan tim akan menmbuahkan hasil yang baik

Page 4: Kondisi Masyarakat Sebagai Unsur Kemasyarakatan

pula, jika terjadi kerjasama yang tidak baik atau mementingkan ego sendiri maka pekerjaan akan terasa lebih berat dan berisiko tinggi seperti pepatah yang mengatakan berat sama dijinjing ringan sama dipikul. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.

“Di depan kulihat Basran telah mendahului jadi pengecut melarikan diri meloncat pagar yang setengah meter.”

………………………………………………………………………

“Soalnya saya tak sampai hati dia disiksa begitu. Ia sudah terlalu payah. Paling-paling pagi nanti dia sudah mati.”

“Sulit menghindari penghakiman semacam ini. Sebulan ini saja sudah ada lima rumah kemasukan maling. Kita bisa mengerti kemarahan kampung ini.”

Diperlukan satu musyawarah untuk mendapat keputusan yang baik tanpa harus main hakim sendiri terhadap pelaku kriminal, karena masih ada pihak berwenang yang lebih berhak untuk menyelidiki dan memberikan hukuman kepada pelaku, tanpa harus menewaskannya. Meskipun emosi telah memuncak karena ulah maling sebelumnya, tetap dibutuhkan kesabaran dan keputusan bersama.

Dalam cerpen ini juga mengandung pesan bahwa kecerobohan dan tindakan gegabah berdampak buruk dan merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Setidaknya saat melakukan penghakiman diperlukan penyelidikan dan pembuktian agra tidak terjadi kesalahfahaman yang menimbulkan kerugian seperti contoh kutipan berikut.

“Hus, mungkin ini kekeliruan lagi seperti terjadi kekeliruan lagi seperti terjadi di kampung Meniran dua bulan yang lalu. Seorang gelandangan dihantam sampai mati dituduh maling juga.”

Adegan tersebut dapat kita jadikan pelajaran agar kita tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan orang lain dan mengambil hikmah dari suatu kejadian. Salah satunya dengan membuktikan sebelum menuduh seseorang dan menjatuhi hukuman.