KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara...

87
KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR OLEH SOULMA ARUM MARDIANA H14080055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara...

Page 1: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

OLEH SOULMA ARUM MARDIANA

H14080055

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 2: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

RINGKASAN

SOULMA ARUM MARDIANA. H14080055. Kondisi Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan di Provinsi Jawa Timur (dibimbing oleh MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL).

Ketimpangan ekonomi antar wilayah disebabkan oleh ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah. Trend ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2001 hingga 2010 yang dianalisis menggunakan Indeks Williamson menunjukkan adanya konvergensi. Namun, terdapat perbedaan yang sangat jauh antara PDRB per kapita tertinggi dengan terendah pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, sehingga kecenderungan ketimpangan di Provinsi Jawa Timur masih cukup tinggi. Oleh karena itu, salah satu upaya dalam mengatasi ketimpangan ekonomi antar wilayah adalah dengan memacu pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi trend dan tingkat ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Jawa Timur, mengidentifikasi daerah relatif tertinggal dan memacu pertumbuhan ekonomi agar dapat mengurangi ketimpangan antar wilayah, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah miskin agar dapat mengejar ketertinggalan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pusat dan Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan kuantitatif, yakni tujuan pertama diukur menggunakan Indeks Williamson, tujuan kedua diidentifikasi menggunakan Klassen Typology, dan tujuan ketiga dianalisis menggunakan metode data panel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang diukur menggunakan Indeks Williamson cenderung menurun, namun masih termasuk dalam ketimpangan taraf tinggi dengan nilai indeks ketimpangan antara 0,52-0,58. Ketimpangan ekonomi selama periode analasis berfluktuasi dan cenderung menurun sebesar 0,034 poin pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2001. Berdasarkan klasifikasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 menggunakan Klassen Typology, terdapat enam kabupaten/kota yang masuk daerah maju dan pertumbuhan cepat dengan persentase sebesar 15,80 persen dari jumlah total kabupaten/kota, sembilan kabupaten/kota masuk dalam daerah berkembang cepat dengan persentase sebesar 23,68 persen dari jumlah kabupaten/kota, dua kabupaten/kota masuk daerah maju tetapi tertekan dengan persentase sebesar 5,26 persen dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota, dan 21 kabupaten/kota masuk daerah relatif tertinggal dengan persentase sebesar 55,26 persen dari keseluruhan kabupaten/kota. Berdasarkan analisis regresi data panel mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi daerah relatif tertinggal, kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, jumlah pekerja, tabungan dan anggaran pembangunan signifikan berpengaruh terhadap laju PDRB di daerah relatif tertinggal.

Page 3: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebijakan pemerintah yang sebaiknya dilakukan yaitu meningkatkan jumlah guru di daerah tertinggal agar kualitas pendidikan dapat meningkat dengan cara memberikan insentif dan fasilitas yang memadai kepada guru yang mau mengajar di daerah tersebut, meningkatkan jumlah dokter di daerah tertinggal agar kualitas kesehatan dapat meningkat dengan cara memberikan tunjangan maupun rumah dinas bagi dokter yang bersedia mengabdi di daerah tersebut, dan mengembangkan sektor-sektor yang memiliki peranan besar terhadap pertumbuhan ekonomi agar dapat meningkatkan lapangan pekerjaan di daerah relatif tertinggal. Misalnya mengembangkan sektor pertanian yang memiliki peranan paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal. Pengembangan agribisnis dengan basis padat karya sebaiknya dilakukan agar lapangan pekerjaan di daerah tertinggal dapat meningkat dan hal ini juga dapat meningkatkan daya saing dari komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemerintah juga perlu meningkatkan anggaran pembangunan di daerah relatif tertinggal untuk pembiayaan perbaikan dan pengembangan infrastruktur maupun kualitas pendidikan dan kesehatan, serta sektor-sektor lain yang mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sehingga pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal dapat dipacu lebih cepat.

Page 4: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

OLEH SOULMA ARUM MARDIANA

H14080055

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 5: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Soulma Arum Mardiana

NIM : H14080055

Judul Skripsi : Kondisi Ketimpangan Ekonomi Antar

Kabupaten/Kota dan Implikasinya terhadap

Kebijakan Pembangunan di Provinsi Jawa

Timur

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D NIP. 1957 0904 1983031005

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 1964 1022 1989031003

Tanggal Kelulusan:

Page 6: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2012

Soulma Arum Mardiana H14080055

Page 7: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Soulma Arum Mardiana lahir pada tanggal 3 Januari 1990

di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari

dua bersaudara, dari pasangan Nurud Dhuha dan Sri Supadmi Rahayu. Jenjang

pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menyelesaikan jenjang sekolah

dasar pada SDN Pucang II Sidoarjo, kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Sidoarjo

dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 3

Sidoarjo dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan

diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Koperasi

Mahasiswa dan beberapa kepanitiaan yang diadakan himpunan mahasiswa.

Page 8: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Judul skripsi ini

adalah “Kondisi Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota dan

Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan di Provinsi Jawa Timur”.

Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan salah satu permasalahan di

Indonesia yang belum mampu diatasi dengan baik. Pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Jawa Timur yang tinggi, tidak membuat daerah tersebut terbebas dari

masalah ketimpangan antar wilayah. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut dan

diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembangunan

perekonomian, terutama pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Disamping

hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis selama

proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. Agr selaku dosen penguji utama yang

telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Deniey Adi Purwanto, M.SE selaku dosen penguji komisi pendidikan yang

telah memberikan masukan untuk skripsi ini.

Page 9: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

4. Kedua orang tua penulis, Nurud Dhuha dan Sri Supadmi Rahayu, serta

seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan restu kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

5. Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

6. Teman-teman penulis, khususnya Ilmu Ekonomi 45 untuk kebersamaannya.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak lain yang

membutuhkan.

Bogor, Juni 2012

Soulma Arum Mardiana H14080055

Page 10: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

i  

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ......... 11

2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah .................................. 11

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 14

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................. 17

2.3.1 Sumber Daya Manusia................................................. 17

2.3.2 Infrastruktur .................................................................. 18

2.3.3 Anggaran Pembangunan............................................... 19

2.3.4 Tabungan ...................................................................... 19

2.4 Penelitian Terdahulu .............................................................. 20

2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................... 24

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 27

3.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 27

3.2 Metode Analisis ...................................................................... 27

3.2.1 Analisis Ketimpangan EkonomiAntar Wilayah ........... 27

3.2.2 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................... 29

3.2.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB .................................................................... 30

3.3 Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik .............................. 34

3.3.1 Multikolinearitas ........................................................... 34

3.3.2 Autokorelasi .................................................................. 34

Page 11: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

ii  

3.3.3 Heteroskedastisitas ........................................................ 35

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR ...................... 36

4.1 Kondisi Geografis .................................................................. 36

4.2 Wilayah Administratif dan Kependudukan ........................... 36

4.3 Kondisi Sosial ........................................................................ 39

4.4 Kondisi Perekonomian ........................................................... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 44

5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur ........................................................... 44

5.2 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur .......................................................... 45

5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi PDRB Daerah Tertinggal di Provinsi Jawa Timur ............................ 47

5.4 Implikasi Kebijakan untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi Daerah Relatif Tertinggal di Provinsi Jawa Timur ................. 52

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 59

6.1 Kesimpulan ............................................................................. 59

6.2 Saran ....................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 61

LAMPIRAN ............................................................................................. 64

Page 12: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

iii  

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Nasional Tahun 2004-2010 (Persen) ..................... 4

1.2 PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 (juta Rupiah) ................................................................ 8

3.1 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen .............................................................................. 30

4.1 Peranan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen) ........................................ 43

5.1 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 Menurut Tipologi Klassen ........................................... 46

5.2 Hasil Uji Hausman ........................................................................... 48

5.3 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB di Daerah Relatif Tertinggal menggunakan Fixed Effect Model ...... 49

5.4 Notasi Variabel Bebas dan Deskripsi pada Model Estimasi Laju PDRB Daerah Relatif Tertinggal Provinsi Jawa Timur ........... 51

5.5 Peranan Sektor-sektor Perekonomian Daerah Relatif Tertinggal Provinsi Jawa Timur ......................................................................... 52

Page 13: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

iv  

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Hubungan Output, Konsumsi, dan Investasi dalam Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................................... 16

2.2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 26

4.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006-2010 (persen) ............................ 41

5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 1998-2010 ........................................... 44

Page 14: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

v  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2005 ........ 65

2. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010 ........ 66

3. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2005 (Rp Juta) ......................................... 67

4. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010 (Rp Juta) ......................................... 68

5. Indeks Williamson Provinsi Jawa Timur ......................................... 69

6. Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 ................................................ 70

7. Hasil Uji Hausman ........................................................................... 71

8. Hasil Estimasi Model ....................................................................... 72

9. Cross Section Effects ........................................................................ 73

Page 15: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara

dunia ketiga saja. Kesenjangan ekonomi telah menjadi permasalahan yang umum

terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju.

Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju timbul karena dianutnya sistem

ekonomi kapitalis pada negara tersebut. Sistem tersebut justru menyebabkan

kesenjangan semakin melebar, bahkan menimbulkan krisis seperti yang terjadi di

Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.

Ketimpangan ekonomi antar wilayah yang terjadi pada negara berkembang

umumnya muncul karena adanya proses pembangunan yang sedang berlangsung.

Pembangunan ekonomi lebih banyak dilakukan pada daerah-daerah yang

memiliki potensi sumber daya yang baik. Sedangkan potensi sumber daya di

setiap daerah berbeda. Kemampuan yang dimiliki setiap wilayah untuk

membangun daerahnya sangat dipengaruhi oleh potensi sumber daya yang

dimiliki daerah tersebut, misalnya sumber daya manusia, sumber daya alam,

sumber daya buatan (modal dan infrastruktur), sumber daya sosial yang meliputi

ekonomi, budaya, adat istiadat, jumlah dan kepadatan penduduk, letak geografis,

sarana dan prasarana yang tersedia serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi

perkembangan pembangunan dan mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan yang dicapai masyarakat di setiap daerah berbeda.

Page 16: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

2  

Pembangunan ekonomi merupakan cara bagi suatu negara untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan ekonomi

dilakukan secara berkesinambungan dan terencana untuk dapat menciptakan

kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Program pembangunan ekonomi

sebaiknya dilakukan di seluruh penjuru negara agar lebih merata. Pembangunan

ekonomi bukan hanya dikerjakan di wilayah pusat pemerintahan saja, tetapi juga

di daerah-daerah lain agar manfaatnya dapat dinikmati oleh semua kalangan

masyarakat. Program yang sebaiknya dijalankan oleh suatu negara adalah dengan

cara memacu sektor industri terutama yang berbasis padat karya, sehingga dapat

menyerap tenaga kerja yang banyak dan akan mengurangi pengangguran.

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) juga

dapat dijadikan program untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Negara yang

telah sukses mengembangkan program ini adalah India dengan koperasi susunya.

Pemerintah juga harus memperhatikan infrastruktur yang ada di wilayahnya.

Infrastruktur yang memadai dapat menarik pemodal untuk menginvestasikan

dananya di wilayah tersebut. Infrastruktur juga salah satu modal yang dimiliki

suatu daerah dalam meningkatkan produktivitasnya. Faktor-faktor lain yang juga

mempengaruhi pembangunan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,

peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Malaysia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki laju

pertumbuhan ekonomi tinggi dan tingkat inflasi rendah. Pertumbuhan ekonomi

yang baik ini didukung oleh tenaga terdidik dan trampil yang cukup banyak, serta

kondisi politik yang stabil. Pemerintah Malaysia telah mengadakan investasi yang

besar dalam bidang pendidikan. Berkat keberhasilan investasi pendidikan dan

Page 17: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

3  

program penciptaan lapangan kerja, Malaysia memiliki angka kemiskinan yang

tergolong rendah di kalangan negara-negara berkembang, yaitu sekitar 15 persen.

Program yang dilakukan oleh Cina pada tahun 1975 untuk meningkatkan

perekonomiannya dikenal dengan istilah “Program Empat Modernisasi”. Program

ini bertujuan untuk melipatgandakan produksi pertanian secara cepat,

mengembangkan industri, memacu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta memperkuat pertahanan nasional. Pada tahun 1980, disahkan rencana

pembangunan yang mencakup pengembangan reformasi pertanian (pemberian hak

sewa tanah dalam jangka panjang dan pemberian ijin kepada para petani untuk

melakukan spesialisasi dalam bercocok tanam serta terlibat aktif dalam berbagai

kegiatan nonpertanian), hak swamanajemen, pengenalan persaingan pasar yang

lebih besar, keringanan pajak bagi perusahaan swasta, dan pemberian aneka

fasilitas kemudahan bagi pengusaha Cina untuk menjalin hubungan langsung

dengan mitra-mitranya atau semua pengusaha di mancanegara. Reformasi ini

membuahkan keberhasilan yang besar. Tingkat pendapatan nasional, output

pertanian dan industri meningkat 10 persen per tahun selama periode 1980-1990.

Pendapatan riil petani meningkat dua kali lipat, penghasilan para pekerja di

perkotaan naik setengahnya. Cina juga berhasil dalam swasembada pangan.

Sektor industri di pedesaan berkembang pesat dan mampu menyerap surplus

tenaga kerja (Todaro, 2003).

Penelitian pertama mengenai ketimpangan ekonomi di Indonesia dilakukan

oleh Hendra Esmara pada tahun 1975 menggunakan Indeks Williamson sebagai

ukuran ketimpangan antar wilayah. Namun penelitian ini belum menghasilkan

kesimpulan yang jelas karena keterbatasan data. Kemudian penelitian dilanjutkan

Page 18: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

4  

oleh Uppal dan Handoko pada tahun 1986, dari penelitian ini menghasilkan

kesimpulan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia lebih

tinggi daripada di negara maju. Selain itu, indeks ketimpangan cenderung

meningkat, hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan antar wilayah di Indonesia

belum mencapai puncaknya. Peningkatan ketimpangan antar wilayah membawa

implikasi negatif dan mendorong timbulnya kecemburuan sosial daerah

terbelakang terhadap daerah maju yang dapat menimbulkan permasalahan sosial

dan politik apabila tidak segera diatasi (Sjafrizal, 2008).

Provinsi Jawa Timur menjadi penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau

Bali. Lokasi Jawa Timur yang strategis menjadikan provinsi ini sebagai pintu

gerbang perdagangan antara Kawasan Tengah, Kawasan Timur dan Kawasan

Barat Indonesia. Sehingga Jawa Timur memiliki peluang yang besar dalam

pembangunan ekonomi.Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diduga dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi. Provinsi Jawa Timur

menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta yang memiliki laju pertumbuhan

paling tinggi.

Tabel 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Nasional Tahun 2004-2010 (dalam persen)

Daerah Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

DKI Jakarta 5,65 6,01 5,95 6,44 6,23 5,02 6,51 Jawa Barat 4,77 5,60 6,02 6,48 6,21 4,19 6,09

Banten 5,63 5,88 5,57 6,04 22,53 4,69 5,94 Jawa Tengah 5,13 5,35 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84

DI Yogyakarta 5,12 4,73 3,70 4,31 5,03 4,43 4,87 Jawa Timur 5,83 5,87 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68

Nasional 5,05 5,60 5,19 5,67 6,43 4,74 6,08 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi

nasional. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Timur terus mengalami

Page 19: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

5  

kemajuan. Meskipun perekonomian di Jawa Timur menunjukkan kemajuan, tetapi

berdasarkan hasil pendapatan daerah, namun kemajuan ekonominya tidak

diimbangi dengan adanya pemerataan antar kabupaten/kota. Hal ini

mengindikasikan bahwa Provinsi Jawa Timur tidak terbebas dari masalah

ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota.

Kesenjangan ekonomi antar wilayah masih banyak terjadi di Indonesia,

khususnya di Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu

provinsi yang Kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat memberikan dampak

negatif, misalnya adanya urbanisasi dari desa ke kota.Menurut Todaro (2003),

migrasi dapat memperburuk ketidakseimbangan struktural antara desa dan kota

secara langsung. Dalam sisi penawaran, migrasi internal secara berlebihan akan

meningkatkan jumlah pencari kerja di perkotaan yang melampaui batasan

pertumbuhan penduduk. Kehadiran para pendatang cenderung melipatgandakan

tingkat penawaran tenaga kerja di perkotaan, sementara persediaan tenaga yang

sangat bernilai di pedesaan semakin berkurang.

Ketidakseimbangan struktural akibat migrasi dalam sisi permintaan yaitu

penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal

daripada penciptaan lapangan kerja di pedesaan, sehingga permintaan tenaga kerja

di perkotaan cenderung menurun. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh migrasi

dapat memperburuk tingkat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan

keterbelakangan di pedesaan. Migrasi meningkatkan pengangguran di perkotaan

yang dapat menimbulkan permasalahan sosial, seperti kriminalitas. Oleh karena

itu, masalah ketimpangan ekonomi antar wilayah penting untuk segera diatasi

oleh pemerintah, agar tidak terjadi migrasi penduduk dari desa ke kota.

Page 20: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

6  

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan ketimpangan ekonomi di Indonesia sudah muncul sejak tahun

1970-an.Perbedaan potensi sumber daya yang dimiliki setiap daerah di Indonesia

menjadi salah satu penyebab ketimpangan yang terjadi di negara ini.Kurang

lancarnya mobilitas barang dan jasa, perbedaan pengelolaan ekonomi wilayah,

kondisi demografis juga menjadi penyebab lain dari ketimpangan ekonomi antar

wilayah. Masalah ketimpangan ekonomi antara Indonesia bagian barat dengan

Indonesia bagian timur pernah menjadi isu politik bahkan menimbulkan gerakan

separatisme. Adanya perbedaan pembangunan antara Indonesia bagian barat

dengan timur menimbulkan kecemburuan dari masyarakat di Indonesia bagian

timur. Pembangunan lebih diutamakan di daerah Indonesia bagian barat, termasuk

Pulau Jawa. Sehingga masyarakat di kawasan Indonesia timur melakukan

tindakan separatisme dengan membentuk suatu perkumpulan seperti Republik

Maluku Selatan (RMS) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kesenjangan

sosial-ekonomi bukan hanya terjadi diantara Pulau Jawa dengan Luar Jawa.

Permasalahan ini juga muncul di dalam Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa

Timur.

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk mencapai pemerataan

sejak tahun 1969 dengan adanya program pembangunan jangka panjang yang

disebut Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Namun pada saat itu, pemerataan

belum menjadi prioritas utama. Sejak memasuki Pelita III (1979-1984) hingga

Repelita VI (1994-1999), pemerataan menjadi prioritas utama. Akan tetapi,

program ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Kesejahteraan

masyarakat di Indonesia meningkat daripada masa-masa sebelumnya, tetapi

Page 21: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

7  

peningkatan ini tidak dengan sendirinya mengurangi ketimpangan ekonomi.

Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah pada masa Orde Baru dalam

mengatasi ketimpangan ekonomi adalah dengan membuat kebijakan mengenai

Otonomi Daerah, kemudian dibentuklah Undang-undang No. 5 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Mengacu pada Undang-undang ini,

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku. Meskipun telah dibentuk UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-

pokok Pemerintahan Daerah, namun pada kenyataannya yang terjadi adalah

sentralisasi yang dominan dalam perencanaan maupun implementasi

pembangunan Indonesia, ketergantungan Pemerintah Daerah masih relatif tinggi

terhadap Pemerintah Pusat.

Setelah masa Orde Baru berakhir, UU No. 5 Tahun 1974 kemudian

digantikan oleh UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Otonomi Daerah dan desentralisasi fiskal diharapkan dapat mengatasi

masalah kesenjangan ekonomi antar wilayah. Keberadaan Otonomi Daerah

memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk membangun

wilayahnya dengan lebih baik dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat di

daerahnya. Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk melakukan

pembangunan ekonomi dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.

Karena wewenang ada pada Pemerintah Daerah maka diharapkan kegiatan

pembangunan yang dilakukan dapat lebih merata dan tepat sasaran, sehingga pada

akhirnya akan mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Page 22: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

8  

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa masih ada jarak yang cukup jauh antara

PDRB per kapita kabupaten/kota di Jawa Timur. Hal ini terlihat dari nilai PDRB

per kapita tertinggi pada tahun 2010 diduduki oleh Kota Kediri dengan nilai

sebesar 88,65 juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita terendah hanya sebesar

2,66 juta rupiah, sangat jauh dari rata-rata provinsi yang sebesar 9,49 juta rupiah.

Hal ini menunjukkan masih belum meratanya distribusi pendapatan antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 1.2 PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 (juta Rupiah) No. Kode Kabupaten/Kota Nilai

1. 71 Kota Kediri 88,652. 78 Kota Surabaya 33,333. 73 Kota Malang 18,334. 15 Kab. Sidoarjo 14,375. 25 Kab. Gresik 14,126. 77 Kota Madiun 12,507. 76 Kota Mojokerto 10,788. 74 Kota Probolinggo 9,549. 16 Kab. Mojokerto 8,15

10. 4 Kab. Tulungagung 8,0011. 72 Kota Blitar 7,6712. 79 Kota Batu 7,5613. 10 Kab. Banyuwangi 7,0714. 23 Kab. Tuban 6,8615. 8 Kab. Lumajang 6,3916. 13 Kab. Probolinggo 6,3417. 75 Kota Pasuruan 6,1918. 7 Kab. Malang 6,1619. 12 Kab. Situbondo 5,45

No. Kode Kabupaten/Kota Nilai20. 18 Kab. Nganjuk 5,2321. 17 Kab. Jombang 5,2122. 6 Kab. Kediri 5,2123 20 Kab. Magetan 5,1024. 24 Kab. Lamongan 5,0425. 5 Kab. Blitar 5,0326. 9 Kab. Jember 4,9427. 22 Kab. Bojonegoro 4,8128. 29 Kab. Sumenep 4,5729. 14 Kab. Pasuruan 4,5630. 19 Kab. Madiun 4,5031. 3 Kab. Trenggalek 4,4232. 11 Kab. Bondowoso 4,4033. 2 Kab. Ponorogo 3,8434. 26 Kab. Bangkalan 3,7235. 21 Kab. Ngawi 3,6936. 27 Kab. Sampang 3,3037. 1 Kab. Pacitan 2,7538. 28 Kab. Pamekasan 2,66

Rata-rata Provinsi Jawa Timur 9,49Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Kesenjangan masih menjadi persoalan yang penting untuk diatasi oleh

pemerintah Provinsi Jawa Timur. Apabila kesenjangan tidak segera diselesaikan,

maka masalah ini dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi kondisi sosial,

ekonomi, dan politik. Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan

yang menjadi perhatian pada penelitian ini adalah:

Page 23: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

9  

1. Bagaimana kecenderungan ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota

di Provinsi Jawa Timur?

2. Apabila ketimpangan ekonomi antar wilayah semakin melebar atau telah

berkurang namun masih cukup tinggi, berapa banyak daerah yang

termasuk daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

daerah yang tertinggal?

4. Bagaimana implikasi kebijakan yang tepat dalam memacu pertumbuhan

ekonomi di daerah relatif tertinggal?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi trend dan tingkat ketimpangan ekonomi antar

kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Jawa Timur.

2. Mengidentifikasi daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

di daerah-daerah miskin agar dapat mengejar ketertinggalan.

4. Merumuskan implikasi kebijakan yang tepat dalam memacu

pertumbuhan ekonomi di daerah relatif tertinggal.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur dalam

Page 24: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

10  

merumuskan dan menentukan kebijakan yang tepat, sehingga dapat mengatasi

kesenjangan ekonomi di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan juga

dapat berguna bagi masyarakat yang akan melakukan penelitian sejenis sebagai

bahan acuan untuk pengembangan pembangunan ekonomi khususnya di Provinsi

Jawa Timur dan wilayah lain secara umum.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini adalah menganalisis ketimpangan ekonomi antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Salah satu cara untuk mengurangi

ketimpangan ekonomi adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada

daerah-daerah tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, analisis faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dilakukan hanya pada

daerah-daerah yang tertinggal.

Page 25: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah

Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah.

Ketimpangan muncul karena adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan

perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah.

Sehingga kemampuan suatu daerah dalam proses pembangunan juga menjadi

berbeda. Oleh karena itu, pada setiap daerah terdapat wilayah maju dan wilayah

terbelakang. Ketimpangan juga memberikan implikasi terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat antar wilayah yang akan mempengaruhi formulasi

kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah (Sjafrizal,

2008).

Beberapa faktor utama penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi menurut

Sjafrizal (2008) adalah:

a. Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam

Adanya perbedaan yang sangat besar dalam kandungan sumberdaya

alam pada masing-masing daerah mendorong timbulnya ketimpangan

pembangunan antar wilayah. Perbedaan kandungan sumberdaya alam

mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah yang bersangkutan. Daerah

dengan kandungan sumberdaya alam cukup tinggi akan dapat

memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah

Page 26: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

12  

dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan

sumberdaya alam lebih rendah. Sehingga pertumbuhan ekonomi daerah

bersangkutan menjadi lebih cepat.

b. Perbedaan Kondisi Demografis

Kondisi demografis yang dimaksud adalah perbedaan tingkat

pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan

dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam

tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat

daerah bersangkutan. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan

cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal

ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan

meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi

daerah.

c. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa

Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah

dan migrasi. Apabila mobilitas tersebut kurang lancar maka kelebihan

produksi suatu daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang

membutuhkan. Migrasi yang kurang lancar dapat menyebabkan kelebihan

tenaga kerja pada suatu daerah. Akibatnya daerah terbelakang sulit

mendorong proses pembangunannya.

d. Perbedaan Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daerah

yang memiliki konsentrasi kegiatan ekonomi cukup besar. Kondisi ini

Page 27: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

13  

akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan

penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.

e. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah

Investasi merupakan salah satu yang sangat menentukan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. daerah yang mendapat alokasi investasi yang lebih

besar dari pemerintah atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta

akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang

lebih cepat.

Upaya untuk menanggulangi ketimpangan ditentukan oleh faktor-faktor

penyebab ketimpangan yang telah diuraikan sebelumnya. Beberapa upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi ketimpangan yaitu (a) penyebaran pembangunan

prasarana perhubungan; (b) mendorong transmigrasi dan migrasi spontan; (c)

pengembangan pusat pertumbuhan; dan (d) pelaksanaan otonomi daerah.

Menurut Todaro (2003), pertumbuhan ekonomi uang dihasilkan oleh

beberapa orang saja akan menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan yang

semakin parah. Kemiskinan dan ketimpangan akan menimbulkan pengaruh

negatif yang dapat merugikan masyarakat. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim

menyebabkan inefisiensi ekonomi, masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak

mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikan bagi anak mereka ataupun

mengembangkan bisnis.

Disparitas (kesenjangan) pembangunan antar daerah dapat dilihat dari

kesenjangan dalam: (a) pendapatan perkapita, (b) kualitas sumber daya manusia,

(c) ketersediaan sarana dan prasarana seperti transportasi, energi dan

telekomunikasi, (d) pelayanan sosial seperti kesehatan, pendidikan, dsb., dan (e)

Page 28: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

14  

akses ke perbankan. Kesenjangan pembangunan antar daerah yang terjadi selama

ini terutama disebabkan oleh: (a) distorsi perdagangan antar daerah, (b) distorsi

pengelolaan sumber daya alam dan (c) distorsi sistem perkotaan-perdesaan.

Distorsi sistem perkotaan-perdesaan menggambarkan tidak berfungsinya hierarki

sistem kota, sehingga menimbulkan over-concentration pertumbuhan pada kota-

kota tertentu, terutama kota-kota besar dan metropolitan di Pulau Jawa. Di sisi

lain, pertumbuhan kota-kota lain dan perdesaan relatif lebih tertinggal. Padahal

idealnya, sebagai suatu sistem perkotaan-perdesaan, terdapat keterkaitan dan

interaksi yang positif baik antar tipologi kota maupun antara perkotaan dengan

perdesaan. Dalam perspektif tersebut, perkotaan perdesaan merupakan satu

kontinum (Daryanto, 2003).

Ukuran ketimpangan pembangunan antar wilayah yang pertama kali

dikemukakan adalah Indeks Williamson pada tahun 1966. Indeks ini digunakan

oleh Jeffrey G. Williamson untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar

wilayah.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat

yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added

value) yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam

nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga sekaligus

menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah

tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi) yang berarti secara kasar

dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah

Page 29: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

15  

selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut,

juga ditentukan oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian

pendapatan yang mengalir keluar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar

wilayah (Tarigan, 2004).

Boediono (1985) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, jadi persentase

pertambahan output harus lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah

penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu

akan berlanjut. Ada ahli ekonomi yang membuat definsi lebih ketat yaitu

pertumbuhan harus bersumber dari proses interen perekonomian tersebut,

ketentuan yang terakhir ini sangat penting di perhatikan dalam ekonomi wilayah

karena bisa saja suatu wilayah mengalami pertumbuhan tetapi petumbuhan itu

tercipta karena banyaknya bantuan/suntikan dana dari pemerintah pusat dan

pertumbuhan itu terhenti apabila suntikan dana dihentikan. Dalam kondisi seperti

ini sulit dikatakan ekonomi wilayah itu bertumbuh. Wajar apabila suatu wilayah

terbelakang mendapat suntikan dana dalam proporsi yang lebih besar di

bandingkan wilayah lain. Akan tetapi setelah suatu jangka waktu tertentu, wilayah

tersebut harus tetap bisa tumbuh walaupun tidak memperoleh alokasi yang

berlebihan.

Menurut Mankiw (2004), untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para

ekonom menggunakan data produk domestik bruto (PDB), yang mengukur

pendapatan total setiap orang dalam perekonomian. Model pertumbuhan Solow

menunjukkan bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi dan kemajuan

teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian serta pertumbuhannya

Page 30: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

16  

sepanjang waktu. Model pertumbuhan Solow menunjukkan bahwa dalam jangka

panjang, tingkat tabungan perekonomian menunjukkan ukuran persediaan modal

dan tingkat produksinya. Semakin tinggi tingkat tabungan, semakin tinggi pula

persediaan modal dan semakin tinggi output.

k

c Investasi = sf(k)

Output = f(k)

Depresiasi = δk y

i

Sumber: Mankiw, 2004 Gambar 2.1 Hubungan Output, Konsumsi, dan Investasi dalam

Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi persediaan modal, yaitu

investasi (i) dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan

usaha dan peralatan baru, hal ini menyebabkan persediaan modal bertambah.

Depresiasi mengacu pada penggunaan modal, sehingga menyebabkan persediaan

modal berkurang. Setiap nilai k, jumlah output ditentukan oleh fungsi produksi

f(k), dan alokasi output itu di antara konsumsi (c) dan tabungan ditentukan oleh

tingkat tabungan s.

Dumairy (1996) menuliskan bahwa PDB secara umum disebut agregat

ekonomi, yang berarti angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi

suatu negara. Dari agregat ekonomi ini dapat diukur pertumbuhan ekonomi.

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi riil, harus menghilangkan pengaruh

Page 31: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

17  

perubahan harga yang melekat pada angka-angka agregat ekonomi menurut harga

berlaku, sehingga terbentuk angka agregat ekonomi menurut harga konstan.

Pola pertumbuhan ekonomi dapat dianalisis menggunakan Klassen

Typology. Klassen Typology membagi daerah berdasarkan dua indikator utama,

yaitu laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Terdapat empat

karakteristik pola pertumbuhan ekonomi dalam tipologi ini, yaitu daerah maju dan

pertumbuhan cepat, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan

daerah relatif tertinggal.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Kemampuan suatu daerah dalam memajukan wilayahnya pasti dipengaruhi

oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi perlu diteliti agar dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah relatif tertinggal. Apabila

pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal dapat dipacu, maka diharapkan hal ini

dapat mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan ekonomi antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

2.3.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu modal yang penting bagi

pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian Prahara (2010), sumber daya yang

dicerminkan pada kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, dan jumlah penduduk

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sumber daya manusia

berhubungan dengan proses produksi. Tenaga kerja dianggap sebagai faktor

Page 32: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

18  

positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja merupakan modal

utama bagi suatu daerah untuk berproduksi.

Kualitas sumber daya manusia juga akan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Apabila kualitas sumber daya manusia di suatu daerah

baik, maka diharapkan perekonomiannya juga akan lebih baik. Kualitas sumber

daya manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikan, kesehatan, atau indikator-

indikator lainnya. Tingkat pendidikan yang baik akan mempengaruhi

perekonomian melalui peningkatan kapabilitas penduduk, sehingga akan

meningkatkan produktivitas dan kreativitas, serta menentukan kemampuan dalam

menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.

Kualitas pendidikan yang tinggi tidak akan berarti jika tingkat kesehatan

masyarakat relatif rendah. Tingkat kesehatan yang rendah akan memberikan

dampak pada produktivitas yang tidak maksimal. Sehingga kualitas kesehatan

harus dijaga dengan cara memberikan pelayanan kesehatan yang memadai bagi

masyarakat. Sehingga produktivitas tenaga kerja semakin baik dan mampu

meningkatkan produksi yang berarti akan meningkatkan perekonomian.

2.3.2 Infrastruktur

Infrastruktur merupakan penunjang utama terselenggaranya proses usaha,

pembangunan, proyek, dan sebagainya. Infrastruktur menjadi elemen penting bagi

pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu daerah karena infrastruktur

memfasilitasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi. Contoh-contoh

infrastruktur adalah jalan raya, fasilitas air bersih, telekomunikasi, pertanian

teririgasi, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, infrastruktur dianalisis melalui

panjang jalan, produksi air yang disalurkan kepada masyarakat, dan luas sawah

Page 33: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

19  

yang teririgasi. Kondisi jalan yang baik dapat memperlancar mobilitas barang dan

jasa. Fasilitas irigasi dapat memperbaiki kualitas lahan pertanian, sehingga

produktivitasnya akan meningkat. Ketersediaan air bersih merupakan penunjang

bagi masyarakat untuk dapat hidup sehat. Selain itu air bersih juga menjadi

penunjang proses produksi suatu komoditi (Todaro, 2003).

2.3.3 Anggaran Pembangunan

Anggaran pembangunan merupakan dana yang dialokasikan untuk

pembangunan bagi suatu daerah. Pada penelitian yang dilakukan Prahara (2010),

anggaran pembangunan menjadi salah satu variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Anggaran tersebut menjadi salah satu alat yang

berperan penting dalam peningkatan pembangunan agar dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber

kekayaan daerah. Masyarakat yang sejahtera merupakan salah satu indikator

bahwa daerah tersebut telah berkembang dan mengalami kemajuan perekonomian.

2.3.4 Tabungan

Menurut model pertumbuhan Solow tingkat tabungan dalam jangka panjang

pada perekonomian menunjukkan ukuran persediaan modal. Semakin tinggi

tingkat tabungan, semakin tinggi pula persediaan modal dan semakin tinggi output

(Mankiw, 2004). Dalam model Solow, kenaikan tingkat tabungan memunculkan

periode pertumbuhan yang cepat, tetapi akhirnya pertumbuhan itu melambat

ketika kondisi mapan yang baru dicapai. Sehingga tabungan diduga dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah.

Page 34: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

20  

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai ketimpangan regional untuk tingkat nasional pernah

dilakukan oleh Prasasti (2006) dengan menggunakan formulasi Williamson. Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini adalah kesenjangan ekonomi antar provinsi di

Indonesia selama periode 1993-2003 semakin merata, sebagaimana terlihat pada

Indeks Williamson yang semakin menurun. Nilai ketimpangan distribusi PDRB

per kapita pada tahun 1993 sebesar 1,5247. Nilai ketimpangan hingga pada tahun

1996 terus mengalami peningkatan menjadi 1,6794. Namun nilai ketimpangan

pada tahun 1997 menjadi 1,6778 dan terus mengalami penurunan. Sehingga pada

tahun 2003 nilai ketimpangan ini menjadi 0,8974. Hasil perhitungan konvergensi

yang bernilai negatif menunjukkan bahwa PDRB per kapita di daerah miskin

tumbuh lebih cepat daripada daerah kaya dan telah terjadi penurunan kesenjangan.

Besarnya laju konvergensi adalah 4,5 persen per tahun selama periode 1993-

2003.

Fitria (2006), melakukan penelitian yang menganalisis kesenjangan

pendapatan antar kabupaten/kota di Pulau Jawa tahun 1993-2004 dengan

menggunakan formulasi Williamson. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tingkat

kesenjangan antar kabupaten/kota di Pulau Jawa sebelum krisis ekonomi periode

1993-1998 tinggi, sedangkan setelah krisis pada periode 1998-2004 tingkan

kesenjangan mulai menurun. Pada tahun 1993 tingkat kesenjangan pendapatan

sebesar 0,9908, sedangkan pada tahun 1996 menurun menjadi 0,9900. Pada

periode setelah krisis tahun 1998, tingkat kesenjangan kembali meningkat menjadi

0,9924, namun pada tahun 2004 kesenjangan menurun menjadi 0,9910.

Menurunnya tingkat kesenjangan ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi yang

Page 35: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

21  

lebih baik dan kualitas sumberdaya manusia yang meningkat juga. Perubahan

sistem pemerintahan sentralistik menjadi desentralistis juga turut memberikan

pengaruh terhadap adanya penurunan kesenjangan. Otonomi daerah memberikan

kesempatan pada masing-masing wilayah untuk dapat mengembangkan potensi

sehingga daerahnya semakin maju dan pembagian pendapatn lebih merata. Hasil

analisis konvergensi kabupaten/kota di Pulau Jawa selama periode 1993-2004

menunjukkan tidak ada konvergensi, dengan kata lain terjadi divergensi. Nilai

koefisien regresi lebih besar dari nol, maka tingkat pendapatan antar

kabupaten/kota di Pulau Jawa tidak merata. Hasil pengujian faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan PDRB adalah: untuk periode 1993-1994 faktor yang

signifikan yaitu tingkat pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Sedangkan

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PDRB periode 1997-1998 adalah

pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan pendidikan. Pada periode 2003-

2004 yang signifikan berpengaruh adalah jumlah penduduk. Untuk periode tahun

1993-2004 yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan PDRB antar

kabupaten/kota di Pulau Jawa adalah tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.

Penelitian yang dilakukan oleh Bhinadi (2003) mengenai disparitas

pertumbuhan ekonomi Jawa dengan luar Jawa menggunakan metode fixed effect

menunjukkan bahwa perbedaan angka pertumbuhan pendapatan per kapita riil

antara Jawa dengan luar Jawa terutama disebabkan oleh perbedaan produktivitas

faktor total. Pertumbuhan kapital secara positif juga signifikan di dalam

mempengaruhi pertumbuhan pendapatan per kapita dan mempunyai peran paling

besar dibandingkan pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas sumber

daya manusia. Peran pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan kualitas SDM

Page 36: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

22  

sangat kecil dan tidak signifikan di dalam model pertumbuhan ekonomi regional.

Pertumbuhan tenaga kerja mempunyai kontribusi negatif, dan kontribusi

pertumbuhan kualitas SDM kontribusinya positif. Hasil pengujian secara statistik

menggunakan uji t dan uji F untuk mengetahui ada tidaknya disparitas regional di

Indonesia memberikan hasil bahwa tidak terdapat disparitas pertumbuhan

pendapatan per kapita antara Jawa dengan luar Jawa.

Permasalahan ketimpangan di Provinsi Jawa Timur pernah diteliti oleh

Kristiyanti (2007). Dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Sektor Basis

Perekonomian dan Peranannya dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur”, Kristiyanti mengatakan bahwa

ketimpangan pendapatan di Propinsi Jawa Timur termasuk dalam kategori

ketimpangan sangat tinggi karena nilai indeks ketimpangan lebih besar dari 1

(satu). Penelitian ini difokuskan pada sektor basis di Provinsi Jawa Timur. Alat

analisa yang digunakan yaitu Location Quotient(LQ)untuk mengetahui sektor

basis ekonomi di Provinsi Jawa Timur dan Indeks Williamson untuk menghitung

tingkat ketimpangan pendapatan daerah.

Hasil perhitungan nilai LQ diseluruh sektor perekonomian berdasarkan

indikator pendapatan daerah atau PDRB atas dasar harga konstan 2000 terdapat

lima sektor yang menjadi basis perekonomian Provinsi Jawa Timur pada tahun

2001-2003 yaitu sektor pertanian, sektor industri dan pengolahan, sektor listrik,

gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor

pengangkutan dan komunikasi. Pada tahun 2004-2005 terdapat tiga sektor basis

yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan,

hotel dan restoran. Hal ini ditunjukkan dari nilai LQ sektor tersebut lebih besar

Page 37: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

23  

dari 1 (satu) dan berarti bahwa sektor-sektor tersebut berperan dalam kegiatan

ekspor daerah.

Sektor basis yang memiliki peranan besar dalam mengurangi tingkat

pendapatan terbesar di Jawa Timur adalah sektor pertanian dengan rata-rata

sebesar 19 persen. Sektor basis lainnya seperti sektor listrik, gas dan air bersih dan

sektor pengangkutan dan komunikasi hanya berperan kecil dalam mengurangi

tingkat ketimpangan rata-rata di bawah 3 persen. Namun sektor industri dan

pengolahan, dan sektor perdagangan justru memberikan dampak yang negatif

terhadap ketimpangan dan menyebabkan kenaikan tingkat ketimpangan rata-rata

selama perode pengamatan sebesar 45 persen.

Purnamasyari (2010) melakukan penelitian mengenai kesenjangan

pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat periode tahun

2001-2008 dengan menggunakan Indeks Ketimpangan Williamson, Klassen

Typology dan model data panel. Indeks Ketimpangan Williamson digunakan

untuk mengukur tingkat kesenjangan pendapatan serta menganalisa trend

kesenjangan yang terjadi antar kabupaten/kota. Berdasarkan Indeks Ketimpangan

Williamson pada periode pengamatan tahun 2001-2008 kesenjangan pendapatan

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tergolong dalam kesenjangan taraf tinggi

dengan nilai indeks ketimpangan antara 0,61 sampai 0,69 yang berarti berada di

atas 0,50 sebagai batas kesenjangan taraf sedang. Ketimpangan selama periode

analisis berfluktuasi dan cenderung menurun dengan penurunan sebesar 0,03 poin

pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2001. Klassen Typology digunakan

untuk mengetahui kecenderungan pola pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota.

Berdasarkan Klassen Typology, selama periode analisis kondisi terbaik terjadi

Page 38: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

24  

pada tahun 2002 dengan kabupaten/kota yang termasuk daerah maju dan

pertumbuhan cepat sebanyak 18,18 persen dari jumlah total kabupaten/kota.

Sedangkan kondisi terburuk terjadi pada tahun 2007 dengan kabupaten/kota yang

termasuk daerah kurang berkembang sebanyak 63,64 persen dari jumlah total

kabupaten/kota di Jawa Barat. Sedangkan model data panel digunakan untuk

mengestimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) kabupaten/kota sehingga dapat diketahui faktor-faktor

yang dapat mendorong untuk membantu peningkatan PDRB terutama bagi daerah

miskin agar dapat mengejar ketertinggalan. Hasil analisis menggunakan data

panel menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif secara signifikan

terhadap PDRB, sedangkan pangsa sektor pertanian dan pangsa sektor industri

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap PDRB. Indeks pendidikan dan

indeks kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB.

2.5 Kerangka Pemikiran

Karakteristik alam, ekonomi, sosial, dan budaya yang beraneka ragam pada

masing-masing daerah menimbulkan pola pembangunan ekonomi yang berbeda.

Hal ini menyebabkan adanya beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat

sementara wilayah lain tumbuh dengan lambat. Perbedaan kemampuan untuk

bertumbuh menimbulkan kesenjangan ekonomi seperti ketimpangan pendapatan

antar wilayah, sektor, golongan, dan desa-kota. Desentralisasi sistem pemerintah

merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketimpangan.

Melalui kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki wewenang dalam

mengatur pembangunan wilayahnya. Setiap daerah diharapkan dapat

Page 39: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

25  

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh daerahnya agar dapat meningkatkan

kesejahteraan dan mengurangi ketimpangan pendapatan.

Tujuan pembangunan ekonomi dapat dicapai melalui suatu perencanaan

yang baik dan terkendali. Perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan

karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah. Potensi yang ada

diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi yang besar dalam

penerimaan dan pengeluaran pemerintah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan

dan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini

berupaya menjawab beberapa tujuan yaitu mengukur tingkat kesenjangan

ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan

Indeks Williamson. Besarnya nilai ketimpangan ekonomi setiap tahun selama

periode penelitian dapat diketahui, kemudian diplot ke dalam sebuah grafik agar

terlihat trend ketimpangan yang terjadi di Provinsi Jawa Timur.

Analisis pola pertumbuhan ekonomi dilakukan menggunakan Klassen

Typology. Klassen Typology dianalisis menggunakan data PDRB per kapita dan

laju pertumbuhan ekonomi dari masing-masing daerah di Provinsi Jawa Timur.

Sehingga diperoleh hasil wilayah-wilayah yang mengalami kemajuan atau

kemunduranpada tahun 2010.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju PDRB di setiap kabupaten/kota yang

masuk ke dalam daerah tertinggal pada Klassen Typologydianalisis menggunakan

metode data panel dengan beberapa indikator yaitu kualitas pendidikan,

kesehatan, jumlah pekerja, panjang jalan, produksi air yang disalurkan, luas

pertanian teririgasi, tabungan, dan anggaran pembangunan. Setelah diketahui

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju PDRB, diharapkan pemerintah dapat

Page 40: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

26  

menentukan kebijakan yang sesuai agar terjadi peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan pada akhirnya mampu mengurangi ketimpangan ekonomi antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Analisis Ketimpangan Ekon(Indeks Williamson)

omi

• Daerah maju dan pertumbuhan cepat • Daerah berkembang cepat • Daerah maju tetapi tertekan • Daerah relatif tertinggal

Rekomendasi Kebijakan Pemerintah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB Daerah Tertinggal

Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah

(Klassen Typology) 

Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota

Ketidakseimbangan Pertumbuhan Ekonomi Antar Wilayah

Page 41: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode

tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten dan kota yang dianalisis berjumlah 38, terdiri dari 29 kabupaten dan 9

kota. Data yang diperlukan meliputi: (1) jumlah penduduk, (2) PDRB, (3) jumlah

pekerja, (4) luas pertanian teririgasi, (5) panjang jalan, (6) anggaran pembangunan

daerah, (7) produksi air yang disalurkan, (8) tabungan, (9) rasio murid terhadap

guru, (10) rasio dokter setiap puskesmas. Sumber data tersebut diperoleh dari: (1)

BPS Pusat, (2) BPS Provinsi Jawa Timur, dan (3) literatur lain yang mendukung.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2010

dan software Eviews 6.

3.2 Metode Analisis

Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesenjangan ekonomi

antar wilayah, analisis trend ketimpangan, dan analisis pola pertumbuhan

ekonomi dilakukan dengan metode deskriptif. Metode kuantitatif digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB.

3.2.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah

Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur diukur

menggunakan Indeks Williamson. Rumus Indeks Williamson adalah sebagai

berikut:

Page 42: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

28  

∑ .CVW =

Dimana:

CVW : Indeks Williamson

fi : Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)

f : Jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur (jiwa)

Yi :PDRB per kapita kabupaten/kota ke-i (Rp juta)

Y : PDRB per kapita Provinsi Jawa Timur (Rp juta)

Apabila nilai ketimpangan kurang dari 0,35 maka di daerah tersebut terdapat

ketimpangan namun rendah. Jika nilai ketimpangan di atas 0,5 maka ketimpangan

yang ada di daerah tersebut termasuk tinggi. Kriteria yang digunakan untuk

menentukan taraf ketimpangan adalah:

CVW < 0,35 : Kesenjangan taraf rendah

0,35 < CVW< 0,5 : Kesenjangan taraf sedang

CVW > 0,5 : Kesenjangan taraf tinggi

Trend ketimpangan diamati dari perkembangan nilai indeks ketimpangan

ekonomi antar wilayah yang diperoleh dari hasil perhitungan Indeks Williamson

yang digambarkan dalam sebuah grafik. Kemudian dianalisis secara deskriptif

bagaimana trend ketimpangan dalam grafik tersebut dapat terjadi.

Pada penelitian ini terdapat dua indeks Williamson, yaitu nilai indeks

Williamson berdasarkan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan nilai

indeks Williamson kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tanpa Kota Kediri dan

Kota Surabaya. Apabila menggunakan nilai indeks Williamson yang pertama,

maka nilai yang dihasilkan yaitu lebih dari 1 (Lampiran 5) sehingga tidak sesuai

Page 43: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

29  

dengan teori yang menyebutkan bahwa nilai indeks Williamson yaitu antara 0

hingga 1. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis nilai indeks Williamson

yang kedua, tanpa Kota Kediri dan Kota Surabaya, karena nilai yang dihasilkan

sesuai dengan teori. Nilai PDRB per kapita di Kota Kediri dan Kota Surabaya

yang sangat jauh dari rata-rata merupakan penyebab dari nilai indeks Williamson

yang melebihi 1. Sehingga penelitian ini tidak memasukkan Kota Kediri dan Kota

Surabaya ke dalam perhitungan nilai indeks Williamson yang dianalisis.

3.2.2 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Klasifikasi pertumbuhan ekonomi daerah dianalisis menggunakan Klassen

Typology (Tipologi Klassen). Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua

indikator utama, yaitu laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.

Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan

ekonomi yang berbeda, yaitu:

1. Daerah maju dan pertumbuhan cepat, adalah daerah yang memiliki

tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi

dibandingkan provinsi.

2. Daerah berkembang cepat, adalah daerah yang memiliki

tingkatpertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi pendapatan per kapitanya

lebih rendahdibandingkan provinsi.

3. Daerah maju tetapi tertekan, adalah daerah yang memiliki

tingkatpertumbuhan ekonomi rendah sedangkan pedapatan per

kapitanya lebih tinggi dibandingkan provinsi.

Page 44: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

30  

4. Daerah relatif tertinggal, adalah daerah yang memiliki

tingkatpertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah

dibandingkan provinsi.

Tabel 3.1 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen

PDRB per Kapita

Laju Pertumbuhan

Pendapatan per Kapita di Atas Rata-rata Provinsi

Pendapatan per Kapita di Bawah Rata-rata Provinsi

Laju Pertumbuhan di atas Rata-rata Provinsi

Daerah Maju dan Pertumbuhan Cepat

Daerah Berkembang Cepat

Laju Pertumbuhan di bawah Rata-rata Provinsi

Daerah Maju Tetapi Tertekan Daerah Relatif Tertinggal

Sumber: Sjafrizal, 2008

3.2.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju PDRB

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur maka menggunakan analisis panel data.

Faktor-faktor yang dianalisis adalah kualitas pendidikan, kesehatan, jumlah

pekerja, panjang jalan, produksi air yang disalurkan, luas pertanian teririgasi,

tabungan, dan anggaran pembangunan.

LPDRBit = α + β1 PDKit + β2KESit + β3 LNTKit + β4 LNJLNit + β5 LNAIRit

+ β6 LNPTNit + β7 LNTABit + β8 LNPEMit + eit

Dimana:

α : Intersep

β : Slope

i : Individu ke-i

t : Periode waktu ke-t

LPDRB : Laju PDRB (persen)

LNDIK : Logaritma natural rasio murid terhadap guru (orang)

LNKES : Logaritma natural jumlah penduduk terhadap jumlah dokter (orang)

Page 45: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

31  

LNTK : Logaritma natural jumlah pekerja (jiwa)

LNJLN : Logaritma natural panjang jalan (km)

LNAIR : Logaritma natural produksi air bersih (m3)

LNPTN : Logaritma natural luas pertanian teririgasi (Ha)

LNTAB : Logaritma natural tabungan (Rupiah)

LNPEM : Logaritma natural anggaran pembangunan (Rupiah)

e : Error

Berdasarkan hasil analisis data panel akan didapat besarnya nilai t-statistik,

F-statistik, dan R2. Nilai t-statistik menunjukkan apakah variabel bebas

berpengaruh signifikan secara nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan F-

statistik menunjukkan apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

signifikan secara nyata terhadap variabel terikat. Nilai R2 digunakan untuk

melihat sejauh mana keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Menurut Baltagi (1995), keunggulan penggunaan metode panel data

dibandingkan time series dan cross-section adalah:

1. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap

individu.

2. Dengan data panel, data lebih informatif dan bervariasi, sehingga

mengurangi kolinearitas antar variabel dan meningkatkan derajat

kebebasan (degree of freedom), serta lebih efisien.

3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section.

Page 46: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

32  

4. Data panel mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara

sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross-section.

5. Data panel membantu menganalisis perilaku yang lebih kompleks.

6. Data panel mampu meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi

individu karena unit data yang banyak.

Dalam analisis model data panel terdapat tiga macam pendekatan yaitu

Pooled Least Square (PLS), Model Efek Tetap (Fixed Effect Model), dan Model

Efek Acak (Random Effect Model). Ketiga pendekatan pada model data panel

akan dijelaskan berikut ini:

1. Pooled Least Square (PLS)

Dalam pendekatan ini terdapat regressor (K) dalam (xit), kecuali

konstanta. Jika efek individual (αi) konstan sepanjang waktu (t) dan

spesifik terhadap setiap unit (i) maka modelnya akan sama dengan

model regresi biasa. Jika nilai αi sama untuk setiap unitnya, maka OLS

akan menghasilkan estimasi yang konsisten dan efisien untuk α dan β.

PLS merupakan pendekatan yang sederhana, namun hasilnya tidak

memadai karena setiap pengamatan diperlakukan seperti pengamatan

yang berdiri sendiri.

2. Fixed Effect Model (FEM)

Asumsi intersep dan slope yang konsisten pada model data panel

umumnya sulit terpenuhi. Variabel dummy berguna dalam mengatasi

masalah tersebut, sehingga perbedaan nilai parameter pada cross-

section maupun time series diperbolehkan. Pendekatan dengan

Page 47: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

33  

memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan istilah fixed effect

model (FEM) atau Least Square Dummy Variable (LSDV).

3. Random Effect Model (REM)

Keputusan untuk memasukkan variabel dummy dalam FEM dapat

mengurangi besarnya derajat kebebasan, sehingga efisiensi dari

parameter yang diestimasi akan berkurang. Model data panel yang di

dalamnya melibatkan korelasi antar error term akibat berubahnya

waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan

model efek acak (random effect model).

Untuk menentukan model yang layak digunakan maka model diuji

menggunakan uji Hausman. Uji Hausman adalah pengujian statistik sebagai dasar

pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan FEM atau REM. Uji

Hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : REM

H1 : FEM

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan Statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan:

m = (β - b)(M0 - M1)-1(β - b) ~X2 (K)

Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor

statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed

effect modeldan M1 adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model.

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari X2-Tabel, atau nilai Hausman Test

lebih besar dari taraf nyata, maka tidak cukup bukti untuk melakukan penerimaan

Page 48: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

34  

).

ij2

terhadap H0. Sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, demikian pula

sebaliknya.

3.3 Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik

3.3.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti terdapatnya hubungan linier yang sempurna

diantara beberapa variabel yang menjelaskan model regresi. Indikasi

multikolinearitas tercermin dari nilai t dan F-statistik hasil regresi. Jika banyak

koefisien parameter dari t-statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F-

hitung signifikan, maka patut dicurigai adanya multikolinearitas. Tanda-tanda

penyebab multikolinearitas yaitu :

• R2 tinggi tetapi uji individu tidak banyak yang nyata atau bahkan tidak

ada yang nyata.

• Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (Rij tinggi

• R2< R

Nilai koefisien korelasi tidak boleh melebihi rule of thumb 0,8 karena

diduga mengandung multikolinearitas, namun hal ini dapat diabaikan dengan uji

Klen yaitu apabila nilai R2 lebih besar daripada koefisien korelasi variabel

eksogen.

3.3.2 Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang

diurutkan menurut waktu dan ruang. Akibat dari autokorelasi dapat

mempengaruhi efisiensi dan estimatornya. Dampak lain dari autokorelasi pada

model adalah varian residual yang diperoleh akan lebih rendah daripada

Page 49: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

35  

semestinya sehingga menyebabkan R2 menjadi lebih tinggi. Untuk mendeteksi

adanya autokorelasi dapat menggunakan uji Breusch-Godfrey Correlation LM

atau dengan melihat nilai Durbin-Watson.

Hipotesis pada uji Breusch-Godfrey Correlation LM adalah sebagai berikut :

H0 : β = 0, tidak ada autokorelasi

H1 : β ≠ 0, ada autokorelasi

Cara menguji autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW) yaitu dengan

melihat nilainya. Apabila nilainya mendekati 2, maka menunjukkan tidak ada

autokorelasi.

3.3.3 Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model

BLUE adalah semua variasi dari faktor pengganggu adalah sama. Jika pada model

dijumpai hetersokedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak

bias dan konsisten. Dengan kata lain, apabila regresi tetap dilakukan meskipun

ada masalah heteroskedastisitas maka pada hasil regresi akan tetap terjadi

misleading (Gujarati, 2003).

Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada pengolahan data panel

yang menggunakan metode General Least Square (Cross Section Weights) yaitu

dengan membandingkan Sum Square Resid pada Weighted Statistics dengan Sum

Squared Resid Unweighted Statistics. Jika Sum Square Resid pada Weighted

Statistics lebih kecil dari Sum Squared Resid Unweighted Statistics, maka terjadi

heteroskedastisitas.

 

Page 50: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

BAB IV

GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR

4. 1 Kondisi Geografis

Provinsi Jawa Timur membentang antara 111° 0’ BT - 114° 4’ BT dan

7° 12’ LS - 8°48’ LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian

utara Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa. Bagian selatan

berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Selat

Bali, dan daerah Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Letak Jawa

Timur yang strategis memberikan keuntungan bagi daerah ini karena menjadi

penghubung antara wilayah Indonesia bagian barat dengan bagian tengah.

Topografi di Provinsi Jawa Timur beragam, ada yang berupa pegunungan,

perbukitan, dan kepulauan. Oleh karena itu, wilayah ini memiliki sumber daya

pertanian, kelautan, kehutanan, dan pertambangan yang potensial. Iklim di daerah

Jawa Timur termasuk dalam tropis lembab dengan curah hujan rata-rata 2.100 mm

setiap tahun. Suhu udara di daerah ini berkisar antara 18°-35° Celcius.

Struktur geologi di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh batuan sedimen

Alluvium. Batuan hasil gunung berapi juga tersebar di bagian tengah wilayah

Jawa Timur sehingga daerah ini relatif subur. Beragam jenis batuan yang tersebar

di Jawa Timur menyebabkan besarnya ketersediaan bahan tambang di wilayah ini.

4.2 Wilayah Administratif dan Kependudukan

Provinsi Jawa Timur memiliki 229 pulau dengan luas wilayah daratan

sebesar 47.130,15 km2 dan wilayah lautan seluas 110.764,28 km2. Provinsi ini

Page 51: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

37  

terbagi menjadi 29 kabupaten, meliputi Pacitan, Ponorogo, Trenggalek,

Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi,

Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang,

Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik,

Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, serta 9 kota, yaitu Surabaya,

Madiun, Kediri, Blitar, Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo dan Mojokerto.

Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur

(Bakorwil) dibentuk guna memantapkan dan meningkatkan koordinasi

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat di seluruh wilayah Jawa Timur. Terdapat empat

Bakorwil yaitu, Bakorwil-I yang berkedudukan di Kota Madiun, dengan wilayah

kerja meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten

Ngawi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung,

Kabupaten Pacitan, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, dan Kabupaten Nganjuk.

Bakorwil-II berkedudukan di Kabupaten Bojonegoro, dengan wilayah kerja

meliputi Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban,

Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Kediri,

dan Kota Kediri. Bakorwil-III berkedudukan di Kota Malang, dengan wilayah

kerja meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan,

Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Lumajang,

Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, dan

Kabupaten Bondowoso. Bakorwil-IV berkedudukan di Kabupaten Pamekasan,

dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Bangkalan,

Page 52: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

38  

Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sampang, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik,

dan Kabupaten Sidoarjo.

Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur pada tahun 1998 dari hasil

proyeksi penduduk oleh BPS Jawa Timur adalah sebanyak 33.447.470 jiwa. Kota

Surabaya menjadi daerah yang mempunyai jumlah penduduk paling besar, yaitu

2.373.082 jiwa. Sedangkan daerah dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah

Kota Mojokerto dengan 107.123 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus

meningkat. Pada tahun 2005, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur mencapai

37.070.731 jiwa. Dari data sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Provinsi

Jawa Timur sebanyak 37.476.757 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki berdasarkan

data tersebut sebesar 49,37 persen dan penduduk perempuan sebesar 50,63 persen.

Sejak tahun 2000, pertumbuhan penduduk di Jawa Timur sudah berada di

bawah satu persen, yaitu sebesar 0,7 persen per tahun. Laju pertumbuhan

penduduk Provinsi Jawa Timur selama sepuluh tahun terakhir, periode 2000-

2010, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan laju penduduk kecuali

Kabupaten Lamongan. Kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan penduduk

tertinggi adalah Kabupaten Sidoarjo dengan laju sebesar 2,21 persen per tahun.

Sepuluh kabupaten/kota yang memiliki laju pertumbuhan penduduk di atas 1

persen adalah Kabupaten Gresik dengan laju 1,59 persen, Kabupaten Sampang

dengan laju 1,58 persen, Kabupaten Pamekasan dengan laju 1,44 persen, Kota

Probolinggo dengan laju 1,26 persen, Kota Batu dengan laju 1,22 persen,

Kabupaten Mojokerto dengan laju 1,20 persen, Kabupaten Bangkalan dengan laju

1,20 persen, Kota Pasuruan dengan laju 1,02 persen, Kota Blitar dengan laju 1,01

persen, dan Kabupaten Pasuruan dengan laju 1,00 persen. Sedangkan

Page 53: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

39  

kabupaten/kota lainnya memiliki laju pertumbuhan penduduk di bawah 1 persen,

dan yang paling rendah lajunya adalah Kabupaten Lamongan dengan laju minus

0,02 persen.

4.3 Kondisi Sosial

Kondisi sosial di Jawa Timur berkaitan dengan kualitas pendidikan dan

kesehatan untuk masyarakat di daerah ini. Jawa Timur merupakan provinsi

dengan jumlah perguruan tinggi negeri terbanyak di Indonesia. Kota Surabaya

memiliki lima perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Airlangga, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Negeri Surabaya, Politeknik Negeri

Surabaya dan IAIN Sunan Ampel. Sedangkan di Malang terdapat empat

perguruan tinggi negeri. Selain itu masih banyak lagi perguruan tinggi negeri yang

tersebar di wilayah Jawa Timur. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di Provinsi

Jawa Timur diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah ini.

Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Timur pada tahun

1999 adalah 61,8 menduduki peringkat ke 22. Nilai IPM Jawa Timur dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, nilai IPM Jawa Timur sebesar

69,18 menduduki peringkat 20. Sedangkan pada tahun 2010, nilai IPM sebesar

71,62 berada di peringkat 18 dari 33 provinsi.

Kondisi kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

pengetahuan tentang pola hidup sehat, upaya pencegahan dan pengobatan

penyakit, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang terjangkau,

ketersediaan tenaga medis dan paramedis, apotik dan toko obat, lingkungan hidup,

tempat tinggal yang sehat dan bersih, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan diberikan

Page 54: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

40  

oleh Dinas Kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Jawa Timur. Pemantauan

kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini

tumbuh kembang. Pemeriksaan tumbuh kembang di Jawa Timur pada tahun 2010

telah dilakukan pada 2.321.542 anak balita dan pra sekolah. Sedangkan pelayanan

kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS).

Kualitas kesehatan didukung juga oleh keberadaan sarana kesehatan.

Terdapat 10 jenis sarana kesehatan yang ada di Provinsi Jawa Timur, yaitu Rumah

Sakit sebanyak 309 unit, Puskesmas sebanyak 950 unit, Puskesmas Pembantu

sebanyak 2.273 unit, Puskesmas Keliling sebanyak 1.063, Pondok Kesehatan

Desa sebanyak 1.608 unit, Desa Siaga sebanyak 8.501 unit, Posyandu sebanyak

45.603 unit, Pondok Bersalin Desa sebanyak 4.580 unit, Rumah Bersalin

sebanyak 236 unit, dan Balai Pengobatan Klinik 804 unit. Selain itu, kualitas

kesehatan untuk masyarakat juga didukung oleh banyaknya tenaga kesehatan di

Jawa Timur yang mencapai 64.400 orang.

4.4 Kondisi Perekonomian

Angka pertumbuhan ekonomi diperoleh dari perubahan nilai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah yang dinilai atas dasar harga

konstan, sehingga dinamika perekonomian yang terjadi benar-benar berasal dari

pertambahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Semakin banyak jumlah

barang dan jasa yang diproduksi, maka semakin tinggi sisi permintaan barang dan

jasa dari konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pertumbuhan

ekonomi.

Page 55: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

41  

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur saat ini relatif stabil.

Berdasarkan Gambar 4.1 laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004-2006

cenderung konstan. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan pada tahun 2009, terjadi penurunan laju pertumbuhan

ekonomi, namun hal ini dapat diatasi, karena pada tahun 2010 laju pertumbuhan

ekonomi Provinsi Jawa Timur kembali meningkat.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Laju PDRB

 (persen)

Tahun

Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (persen)

Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 1998

mencapai angka negatif yaitu sebesar -6,71 persen. Hal ini terjadi karena adanya

krisis ekonomi yang menimpa Indonesia. Sehingga laju pertumbuhan ekonomi di

Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis. Peningkatan laju

pertumbuhan ekonomi mencapai nilai positif pada tahun 2001. Provinsi Jawa

Timur pada tahun 2001 memiliki laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3,37. Daerah

dengan laju pertumbuhan paling tinggi pada saat itu adalah Kabupaten Madiun

Page 56: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

42  

sebesar 10,11 persen. Sedangkan daerah yang memiliki laju pertumbuhan paling

rendah adalah Kabupaten Sampang dengan laju sebesar 1,53 persen.

Pada tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur mencapai

6,68 persen. Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang tertinggi saat itu

sebesar 10,97 persen terjadi di Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan laju

pertumbuhan ekonomi yang paling rendah sebesar 5,40 persen di Kabupaten

Sampang.

Kondisi perekonomian daerah juga dapat dilihat dari PDRB tiap sektor.

Sektor yang memberikan kontribusi besar dalam PDRB Jawa Timur pada tahun

1998 adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restauran. Sektor tersebut

memberikan kontribusi sebesar 32.069.409,12 juta rupiah. Selain sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restauran, sektor Industri Pengolahan, sektor Jasa-jasa,

dan sektor Pertanian turut berperan besar dalam pembentukan PDRB Jawa Timur.

Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi sekitar 17,25 persen terhadap

PDRB, sektor Jasa-jasa berkontribusi sebesar 13,59 persen bagi PDRB, dan sektor

Pertanian memiliki kontribusi sebesar 11,24 persen bagi PDRB Jawa Timur.

Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor

Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,57 persen. Kontribusi yang kecil ini

terjadi karena pada masa itu, sektor Pertambangan dan Penggalian belum terlalu

dieksploitasi karena masih minimnya teknologi yang dimiliki.

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restauran memberikan kontribusi yang

tinggi bagi pembentukan PDRB di Provinsi Jawa Timur, hal ini disebabkan

karena letak Jawa Timur yang strategis. Provinsi Jawa Timur menjadi

penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali dan Pulau Kalimantan.

Page 57: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

43  

Sehingga sektor perdagangan terus berkembang pesat dan memberikan dampak

yang besar bagi pembentukan PDRB. Peranan sektor ini pada tahun 1998 hingga

2002 menunjukkan peningkatan mencapai 42 persen. Namun pada tahun 2003,

peranannya menurun menjadi 27 persen. Sebaliknya, sektor Industri Pengolahan

justru menunjukkan peningkatan kontribusi terhadap PDRB yaitu sebesar 28

persen. Tiga sektor dengan kontribusi paling tinggi dalam pembentukan PDRB

tahun 2010 adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restauran dengan kontribusi

sebesar 31 persen, sektor Industri Pengolahan berkontribusi sebesar 25 persen,

dan sektor Pertanian dengan kontribusi sekitar 15 persen.

Tabel 4.1 Peranan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

Lapangan Usaha Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian 17,43 16,71 16,24 15,81 15,65 14,99Pertambangan dan Penggalian 1,96 2,02 2,11 2,17 2,21 2,26 Industri Pengolahan 27,55 27,27 26,92 26,52 25,96 25,38Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,72 1,33 1,43 1,39 1,36 1,36 Konstruksi 3,47 3,49 3,34 3,24 3,21 3,21 Perdagangan, Hotel, dan Restauran 29,07 28,55 29,17 29,75 29,91 31,03Pengangkutan dan Komunikasi 5,66 6,31 6,41 6,60 7,10 7,32 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 4,94 5,19 5,30 5,40 5,42 5,45 Jasa-jasa 8,17 9,10 9,07 9,10 9,17 8,97

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2011

 

Page 58: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur

dihitung menggunakan data PDRB Provinsi Jawa Timur. Jumlah penduduk yang

terus meningkat dari tahun ke tahun juga mempengaruhi PDRB per kapita yang

diperoleh dari pembagian antara PDRB Provinsi Jawa Timur dengan jumlah

penduduk.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2001-2010 (diolah)

Ga upaten/Kota di Provinsi

Trend ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur

diamati melalui indeks ketimpangan antar wilayah yang dihitung dengan teori

Williamson (Lampiran 5). Nilai tersebut kemudian digambarkan dalam sebuah

grafik. Grafik pada Gambar 5.1 yang berfluktuasi menunjukkan adanya perbedaan

ketimpangan pendapatan yang berbeda setiap tahun. Trend ketimpangan pada

0.48

0.5

0.52

0.54

0.56

0.58

0.6

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai CVW

Tahun

mbar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi KabJawa Timur Tahun 2001-2010

Page 59: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

45  

ndeks Williamson yang kecil menggambarkan tingkat kesenjangan

renda

5.2 lasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

diana

gambar cenderung menurun meskipun terjadi peningkatan pada tahun 2002.

Namun mulai tahun 2004 hingga 2009 trend ketimpangan cenderung terlihat stabil

pada nilai 0,54. Hasil akhir analisis trend ketimpangan berdasarkan grafik tersebut

menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan mengalami penurunan sebesar 0,015

pada akhir periode analisis yaitu tahun 2010. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mengalami

penurunan, meskipun masih termasuk dalam karakteristik ketimpangan dengan

taraf tinggi.

Nilai I

h ataupemerataan yang baik, dan sebaliknya nilai Indeks Williamson yang

besar maka tingkat kesenjangan semakin tinggi. Indeks Williamson Provinsi Jawa

Timur menunjukkan nilai lebih dari 0,5 yang berarti ketimpangan ekonomi di

daerah tersebut tinggi. Nilai indeks tertinggi diperoleh pada tahun 2003 sebesar

0,59. Namun nilai Indeks Williamson dari tahun ke tahun menunjukkan

penurunan. Hal ini menandakan adanya peningkatan pemerataan antar wilayah di

Provinsi Jawa Timur. Sedangkan nilai Indeks Williamson yang terendah terjadi

pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,52. Meskipun masih dalam taraf kesenjangan

yang tinggi, tetapi Provinsi Jawa Timur telah berhasil mengurangi ketimpangan

yang terjadi di daerahnya.

K

Pola pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur

lisis menggunakan Tipologi Klassen.Tipologi Klassen dilakukan dengan

cara membandingkan PDRB per kapita masing-masing kabupaten/kota dengan

Page 60: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

46  

Tahun 2010 Menurut Tipologi Klassen

PDRB per Kapita Provinsi Jawa Timur dan membandingkan laju pertumbuhan

ekonomi masing-masing kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data pada lampiran 6, Provinsi Jawa Timur

dapat dibagi menjadi empat klasifikasi Tipologi Klassen sebagai berikut:

Tabel 5.1 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur

PDRB per kapita (y) y1> y y1< y

Laju Pertumbuhan (r) r1> r Daerah maju dan

pertumbuhan cepat:

ggoto

Daerah berkembang cepat:

Kab. Tulungagung

Kab. Gresik Kota Malang

Kota Probolin Kota Mojoker Kota Madiun Kota Surabaya

Kab. Pacitan

Kab. Malang Kab. Mojokerto Kab. Jombang Kab. Bojonegoro Kab. Lamongan Kota Batu Kota Blitar

r1< r Daerah maju tetaptertekan:

Kot

latif l:

K Kab. Trenggalek

ng

i oso

an

i Daerah re

Kab. Sidoarjo a Kediri

tertinggaab. Ponorogo

Kab. Blitar Kab. Kediri Kab. Lumaja Kab. Jember Kab. Banyuwang Kab. Bondow Kab. Situbondo Kab. Probolinggo Kab. Pasuruan Kab. Nganjuk Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Tuban Kab. Bangkal Kab. Sampang Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kota Pasuruan

Page 61: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

47  

Berdasarkan Tabel 5.2, terdapat enam daerah yang m asi

daerah maju dan pertumbuhan cepat. Lima daerah yang termasuk ke dalam daerah

maju dan pertumbuhan cepat merupakan wilayah perkotaan dan satu wilayah

enunjukkan bahwa daerah perkotaan bertumbuh lebih cepat

dan m

ilan daerah. Sisanya berada pada kategori daerah

maju tapi tertekan, yaitu sebesar 5,26 pe

Fokus utama yang dianalisis pada penelitian ini adalah melihat seberapa

besar pengaruh kualitas pendidikan, kesehatan, jumlah pekerja, panjang jalan,

produksi air yang disalurkan, luas pertanian teririgasi, tabungan, dan anggaran

latif tertinggal di Provinsi Jawa Timur yang

diperoleh dari hasil analisis Tipologi Klassen. Faktor-faktor yang mempengaruhi

asuk dalam klasifik

kabupaten. Hal ini m

aju daripada daerah kabupaten. Sedangkan pada daerah relatif tertinggal

didominasi oleh daerah kabupaten. Terdapat 21 wilayah yang masuk ke dalam

daerah relatif tertinggal, 20 wilayah merupakan daerah kabupaten dan satu daerah

perkotaan, yaitu Kota Pasuruan.

Daerah relatif tertinggal memiliki persentase sebesar 55,26 persen.

Sedangkan daerah maju dan pertumbuhan cepat memiliki persentase sebesar

15,80 persen. Kabupaten/kota yang termasuk dalam daerah berkembang cepat ada

23,68 persen atau sebanyak semb

rsen. Dari perbandingan persentasi pada

masing-masing kategori wilayah, terlihat bahwa jumlah daerah relatif tertinggal di

Provinsi Jawa Timur masih sangat banyak, sedangkan hanya beberapa daerah saja

yang maju. Hal ini membuktikan bahwa ketimpangan ekonomi antar

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur masih tinggi.

5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi PDRBDaerah Tertinggal di Provinsi Jawa Timur

pembangunan pada daerah re

Page 62: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

48  

laju P

itian. Heterogenitas unit cross sectionyang

ditun

DRB pada daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur dianalisis agar

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut. Sehingga

daerah-daerah relatif tertinggal dapat memacu pertumbuhan ekonominya dengan

membuat kebijakan yang sesuai dan pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan

yang terjadi di Provinsi Jawa Timur.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Kabupaten/kota yang

termasuk dalam daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur diestimasi

menggunakan metode data panel. Keunggulan dari metode data panel adalah

model ini memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk melihat heterogenitas tiap

unit cross section dari contoh penel

jukkan oleh perbedaan antar kabupaten/kota dapat diperoleh dengan

pendekatan fixed effect ataupun pendekatan random effect. Uji Chow tidak

digunakan dalam penelitian ini karena apabila menggunakan pendekatan pooled

least square, heterogenitas tiap unit cross section tidak dapat diestimasi. Dasar

statistika untuk memutuskan apakah akan menggunakan pendekatan fixed effect

atau random effect menggunakan Uji Hausman. Nilai probabilitas Uji Hausman

sebesar 0,0000, lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Artinya tolak H0, maka

model yang digunakan adalah model fixed effect.

Tabel 5.2 Hasil Uji Hausman

Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 32.934585 8 0,0001

Hasil estimasi menggunakan fixed effect model dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Berdasarkan tabel tersebut, terdapat lima variabel yang berpengaruh signifikan

aerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur. secara statistik terhadap PDRB d

Page 63: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

49  

R-squ efisien deter hasil estimasi se 0,466575

yang menunjukkan PDRB daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur dapat

dijela

Daerah Relatif Tertinggal menggunakan Fixed Effect Model

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob.

ared (R²) atau ko minasi pada besar

skan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 46,66 persen.

Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Pada tingkat

kepercayaan 95 persen (taraf nyata 5 persen), nilai probabilitas F-statistic yaitu

0,000000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti minimal ada satu variabel bebas

yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan dapat dinyatakan pula

bahwa hasil estimasi tersebut mendukung keabsahan model. Uji signifikansi

individu (uji t) menggunakan t-statistik dengan taraf nyata 5 persen yang

dibandingkan dengan nilai mutlak t-statistik dari hasil estimasi, menunjukkan

bahwa empat variabel penjelas signifikan mempengaruhi variabel terikat. Satu

variabel penjelas lainnya signifikan pada taraf nyata 10 persen dan terdapat tiga

variabel yang tidak signifikan dari delapan variabel bebas yang digunakan.

Tabel 5.3 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju PDRB di

LNAIR

LNJLN

LNPEM

0,146504

0,300261

0,083601

0,094421

0,190789

0,029128

1,551596

1,573783

2,870121

0,1225

0,1173

0,0046*

LNDIK

LNKES

LNPTN

LNC

-0,380196

-0,417015

-0,114202

-17,98781

0,119492

0,094195

0,249117

5,378209

-3,181757

-4,427126

-0,458425

-3,344573

0,0017*

0,0000*

0,6472

0,0010

LNTAB TK

-0,028604 1,364902

0,016568 0,275378

-1,726493 4,956470

0,0860** 0,0000*

Kriteria Statistik Nilai RA -sqF-Pr istiD tson

-squared djusted R uared statistic ob(F-stat c) urbin-Wa stat

0,466575 0,384056 5,654159 0,000000 1,453012

∗ S pad a 5 p** S pad a 10

ignifikan a taraf nyat ersen ignifikan a taraf nyat persen

Page 64: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

50  

Men t Guj ), u pe l y k harus

memenuhi asumsi regresi klasik, model harus terbebas dari asalah

dalam itu heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas, diberikan perlakuan

bandingkan Sum Square Resid pada

Weig

kan.

si sebagai berikut:

uru arati (2003 ntuk mem roleh mode ang bai

masalah-m

regresi ya

Generalized Least Square (GLS) dan mem

hted Statistics dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistics. Karena

model fixed effect yang digunakan telah diberi perlakuan GLS dengan Cross-

section weights maka asumsi adanya heteroskedastisitas dapat dihilangkan.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

probabilitas t-statistik dan nilai probabilitas F-statistik. Dari hasil regresi, empat

variabel bebas signifikan pada taraf nyata 5 persen dan satu variabel signifikan

pada taraf nyata 10 persen, sedangkan nilai probabilitas F-statistik signifikan pada

taraf nyata 10 persen. Sehingga asumsi adanya multikolinearitas dapat diabai

Untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi, maka dideteksi dengan

melihat nilai Durbin-Watson statistik. Nilai Durbin-Watson sebelum diberi bobot

dibandingkan dengan nilai sesudah diberi bobot. Apabila nilai Durbin-Watson

setelah diberi bobot lebih besar, maka asumsi adanya autokorelasi dapat

diabaikan.

Berdasarkan estimasi dan pengujian asumsi regresi klasik terhadap model

fixed effect, maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut layak untuk

digunakan. Berdasarkan hasil estimasi model data panel dengan menggunakan

fixed effect setelah melalui serangkaian uji, maka diperoleh model terbaik dengan

hasil estima

Page 65: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

51  

LPDR

ggal di Provinsi Jawa Timur antara lain : kualitas

endidikan (LNDIK), kesehatan (LNKES), jumlah pekerja (LNTK), anggaran

pembangunan (LNPEM), dan tabungan (LNTAB). Sedangkan interpretasi dari

hasil estimasi adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4 Notasi Variabel Bebas dan Deskripsi pada Model Estimasi Laju

Bit = 0,1465 LNAIRit – 0,3802 LNDIKit + 0,3003 LNJLNit – 0,4170

LNKESit + 0,0836 LNPEMit – 0,1142 LNPTNit - 0,0286

LNTABit + 1,3649 LNTKit - 17,9878 + [CX=F] + eit

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi

laju PDRB daerah relatif tertin

p

PDRB di Daerah Relatif Tertinggal Provinsi Jawa Timur

No. Notasi Variabel Deskripsi

1.

LNDIK

Setiap peningkatan rasio murid terhadap guru sebesar 1 satuan maka laju PDRB akan berkurang sebesar 0,3802 satuan (ceteris paribus).

sebesar 1 satuan 2.

7.

8.

LNKES

NPTN

Setiap peningkatan rasio jumlah penduduk terhadap dokter maka laju PDRB akan berkurang sebesar

0,4170 satuan (ceteris paribus).

(ceteris paribus).

3. LNTK Setiap peningkatan jumlah pekerja sebesar 1 orang maka laju PDRB akan meningkat sebesar 1,3649 satuan

4.

5.

6.

LNPEM

LNTAB

LNAIR

LNJLN

L

Setiap peningkatan anggaran pembangunan sebesar 1 satuan maka laju PDRB akan meningkat sebesar 0,0836 satuan (ceteris paribus).

Setiap peningkatan tabungan sebesar 1 satuan maka laju PDRB akan berkurang sebesar 0,3802 satuan (ceteris paribus).

Produksi air bersih tidak berpengaruh nyata terhadap laju PDRB di daerah relatif tertinggal.

Panjang jalan tidak berpengaruh nyata terhadap laju PDRB di daerah relatif tertinggal.

Lahan pertanian teririgasi tidak berpengaruh nyata terhadap laju PDRB di daerah relatif tertinggal.

Page 66: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

52  

5.4 Implikasi Kebijakan untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi Daerah Re tin

1. Sumber Daya

Su a

be bu ga

embangunan ekonomi. Pekerja yang memiliki produktivitas tinggi dapat

empengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah

an jumlah pekerja akan mampu meningkatkan

produ

2006 2007 2008 2009 2010

latif Ter ggal di Provinsi Jawa Timur Manusia

mber day manusia merupakan modal bagi pertumbuhan ekonomi karena

rhu ngan den n faktor produksi. Pekerja merupakan salah satu modal dalam

p

m

pekerja memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, peningkat

ktivitas, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dipacu. Agar jumlah pekerja

dapat meningkat, maka perlu meningkatkan lapangan kerja. Pemerintah daerah

sebaiknya memperhatikan sektor apa saja yang memiliki potensi. Sehingga sektor-

sektor yang berpotensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik agar

memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di daerahnya.

Tabel 5.5 Peranan Sekotor-sektor Perekonomian Daerah Relatif Tertinggal Provinsi Jawa Timur

Lapangan Usaha Tahun

Pertanian

Perdagangan, Hotel, dan Restauran

Industri Pengolahan

Lainnya

37,79

22,69

13,13

26.39

37,34

23,43

13,08

26,15

37,24

23,41

14,24

25,11

36,80

23,65

14,16

25,39

36,07

23,92

14,06

25,95

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

Sekto nggulan di Provinsi Jawa Timur adalah sektor

perdagangan, hotel, dan restauran, sektor pertanian, dan sektor industri

. Namun pada daer if ter , pe ma

pengembangan pada sektor pertanian perlu dilakukan oleh pemerintah agar dapat

r-sektor yang menjadi u

pengolahan ah relat tinggal rtanian sih menjadi sektor

yang memiliki peranan cukup besar terhadap perekonomian. Oleh karena itu,

Page 67: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

53  

aing daer if ter . Selain itu, peranan dari industri

perlu ditingkatkan, indu il b padat karya sehingga

membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak. Kebijakan yang sebaiknya

dilakukan oleh pemerintah yaitu mengembangkan lapangan pekerjaan di sektor

pertanian dengan basis padat karya agar dapat mempekerjakan orang lebih

banyak.

Peningkatan jumlah pekerja dinilai mampu meningkatkan laju PDRB bagi

daerah relatif tertinggal, namun peningkatan ini juga harus diiringi dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

berhubungan dengan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat. Agar

kualitas sumber daya manusia membaik dan memiliki potensi dalam memajukan

perekonomian daerahnya maka kualitas pendidikan dan kesehatan harus

ditingkatkan.

Jumlah guru di daerah tertinggal harus ditingkatkan, sehingga rasio murid

terhadap guru akan berkurang dan memberikan pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Agar jumlah guru di daerah tertinggal dapat meningkat,

maka pemerintah daerah dapat memberikan insentif bagi guru-guru yang berkenan

mengajar di daerah tersebut. Misalnya memberikan rumah dinas, kendaraan dan

fasilitas-fasilitas lainnya agar banyak guru yang mau mengajar di daerah

tertinggal.

Berdasarkan Departemen Pendidikan Nasional, rasio murid terhadap guru di

Indonesia yaitu sebesar 1:14, sedangkan rasio murid terhadap guru di daerah

relatif tertinggal Provinsi Jawa Timur yaitu 1:16. Oleh karena itu perlu dilakukan

penambahan jumlah guru agar rasionya berkurang. Pemerataan jumlah guru juga

meningkatkan daya s ah relat tinggal

kecil juga karena stri kec erbasis

Page 68: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

54  

didikan di daerah tertinggal dapat merata.

erajinan agar masyarakat

memi

eningkatan jumlah

dokte

perlu dilakukan, agar guru-guru tidak terpusat di wilayah perkotaan saja, tetapi

juga di daerah pedalaman yang sulit dijangkau. Hal ini perlu dilakukan agar

kualitas pen

Kebijakan lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu

memberikan beasiswa kepada murid-murid berprestasi untuk melanjutkan ke

perguruan tinggi. Namun dengan syarat apabila telah lulus, mereka akan

mengabdi di daerah asalnya sebagai guru. Dengan begini jumlah guru di daerah

tertinggal dapat mengalami peningkatan. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia pemerintah sebaiknya memberikan fasilitas yang memadai,

misalnya dengan mengadakan program pelatihan k

liki kemampuan khusus dan memiliki daya saing tinggi.

Kualitas kesehatan juga turut mempengaruhi potensi sumber daya manusia,

apabila kesehatan pekerja memburuk, maka dapat mengurangi produktivitas.

Sehingga peningkatan pelayanan kesehatan perlu dilakukan agar proses produksi

tidak terganggu dan berjalan lancar. Kualitas kesehatan diukur menggunakan rasio

jumlah penduduk terhadap dokter. Rasio jumlah penduduk terhadap dokter di

Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 1:12458, sedangkan rasio ini di daerah

tertinggal mencapai 1:15000. Oleh karena itu, perlu dilakukan p

r di daerah tertinggal.

Upaya peningkatan laju PDRB dapat dilakukan melalui penambahan jumlah

dokter pada setiap rumah sakit maupun puskesmas di daerah tertinggal. Agar

banyak dokter yang tertarik untuk betugas di puskesmas, maka pemerintah dapat

memberikan insentif seperti rumah dinas, kendaraan, ataupun tunjangan kepada

dokter yang mau bertugas di daerahnya. Pemerintah juga sebaiknya memberikan

Page 69: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

55  

aik, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif

terhad

silitas-fasilitas yang dibutuhkan masyarakat

enunjang produktivitas di daerah tersebut. Oleh

karen

PDRB. Hal ini mungkin terjadi karena peningkatan tabungan berarti mengurangi

penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat.

Apabila kualitas kesehatan b

ap produktivitas masyarakat, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di daerah relatif tertinggal.

2. Anggaran Pembangunan

Anggaran pembangunan berguna untuk memberdayakan berbagai sumber

ekonomi yang mampu meningkatkan pendapatan per kapita dan mengurangi

kesenjangan ekonomi. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan memberikan

peranan penting dalam sektor perekonomian dan pertumbuhan ekonomi suatu

daerah. Daerah dengan pembangunan yang maju dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonominya, karena fa

telah tersedia sehingga dapat m

a itu, pemerintah daerah sebaiknya meningkatkan anggaran pembangunan

untuk mengembangkan daerahnya. Pemasukan untuk anggaran pembangunan

dapat ditingkatkan melalui penggalian potensi-potensi sumber daya yang dimiliki

daerah tersebut. Anggaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan infrastruktur

ataupun kualitas pendidikan dan kesehatan di daerah tertinggal agar pertumbuhan

ekonomi di daerah ini dapat melaju dengan cepat dan tinggi.

3. Tabungan

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan

penting dari persediaan modal. Jika tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian

akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi.

Namun pada penelitian ini, tabungan signifikan berpengaruh negatif terhadap laju

Page 70: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

56  

an menurun dan laju

nomi juga menurun.

Dalam penelitian ini, infrastruktur diukur

melal

rdagangan antar wilayah akan

baik dan migrasi tenaga kerja akan berjalan lancar. Sehingga

keleb

ada

pertu

konsumsi, apabila konsumsi berkurang maka hasil kegiatan produksi tidak

memberikan keuntungan sebesar dahulu. Sehingga PDRB ak

pertumbuhan eko

Pemerintah sebaiknya berinvestasi dalam bentuk selain tabungan, misalnya

investasi pada sektor-sektor yang memiliki potensi yang besar terhadap

perekonomian seperti pertanian. Pemerintah dapat memberikan modalnya untuk

mengembangkan agribisnis dari hulu ke hilir agar dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di daerah relatif tertinggal.

4. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan penunjang utama terselenggaranya proses usaha,

pembangunan, proyek, dan lain-lain.

ui panjang jalan, produksi air yang disalurkan, dan luas pertanian teririgasi.

Ketiga variabel tersebut belum mampu memberikan pengaruh terhadap

peningkatan laju PDRB pada daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur.

Jalan merupakan penunjang bagi proses mobilisasi barang dan jasa. Apabila

mobilitas barang dan jasa lancar, maka kegiatan pe

berkembang dengan

ihan produksi di suatu wilayah dapat disalurkan ke wilayah lain agar

memperoleh keuntungan. Migrasi tenaga kerja yang berjalan lancar dapat

mengurangi efek negatif dari kelebihan penawaran tenaga kerja, sehingga

kelebihan tenaga kerja di suatu daerah dapat disalurkan ke daerah lain yang

membutuhkan. Namun pada penelitian ini, panjang jalan tidak berpengaruh p

mbuhan ekonomi. Hal ini mungkin terjadi karena masih banyak jalan-jalan

yang rusak di daerah tertinggal. Jumlah jalan yang rusak di daerah relatif

Page 71: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

57  

oses produksi suatu komoditi.

Sehin

mungkin terjadi karena jumlah lahan pertanian teririgasi hanya

sekita

tertinggal mencapai 30 persen. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya

memperbaiki jalan-jalan di daerah tertinggal dan menambah jumlahnya agar dapat

meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.

Penyediaan air bersih merupakan salah satu infrastruktur yang dapat

menunjang proses produksi di suatu daerah. Air bersih juga digunakan dalam

kegiatan produksi. Penyediaan air bersih dapat meningkatkan produktivitas,

sehingga air bersih ikut memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Namun pada penelitian ini produksi air bersih tidak berpengaruh

terhadap laju pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal. Hal ini mungkin terjadi

karena produksi air yang disalurkan lebih banyak digunakan untuk konsumsi

masyarakat saja, bukan untuk penunjang pr

gga produksi air tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah

relatif tertinggal.

Pertanian teririgasi merupakan salah satu infrastruktur yang turut

menunjang perekonomian di suatu daerah. Pertanian merupakan salah satu sektor

yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB. Oleh karena itu,

peningkatan infrastruktur pada sektor pertanian mampu memberikan pengaruh

positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi pada daerah relatif tertinggal di

Provinsi Jawa Timur. Namun pada penelitian ini lahan pertanian teririgasi tidak

memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi di daerah relatif

tertinggal. Hal ini

r 10 persen dari seluruh luas lahan pertanian. Lahan pertanian tidak hanya

dilihat dari besarnya jumlah sawah teririgasi, tetapi ada pula lahan pertanian

Page 72: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

58  

bukan sawah. Sehingga lahan pertanian teririgasi tidak mempengaruhi laju

pertumbuhan ekonomi daerah relatif tertinggal.

Pemerintah daerah sebaiknya mengalokasikan anggaran pembangunan

untuk mengembangkan atau memperbaiki infrastruktur di daerah tertinggal. Agar

infrastruktur yang ada dapat efektif memberikan pengaruh terhadap peningkatan

laju pertumbuhan ekonomi di daerah relatif tertinggal. Selain itu, bantuan dana

dari pemerintah pusat juga diperlukan agar daerah tertinggal dapat meningkatkan

kualitas infrastruktur di daerah tersebut.

 

Page 73: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur

selama periode analisis tahun 2001-2010 berada pada kesenjangan taraf

tinggi, yaitu lebih dari 0,50. Trend ketimpangan ekonomi antar

kabupaten/kota berfluktuatif dan nilainya cenderung menurun dari tahun ke

tahun. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk dapat mengatasi

ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

2. Berdasarkan Tipologi Klassen tahun 2010, pola pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa masih banyak daerah yang masuk

dalam daerah relatif tertinggal, dengan persentase lebih dari 50 persen. Oleh

karena itu, pertumbuhan ekonomi di daerah relatif tertinggal perlu dipacu

agar dapat mengejar daerah maju, sehingga ketimpangan ekonomi dapat

berkurang.

3. Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju PDRB

daerah relatif tertinggal, kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, jumlah

pekerja, anggaran pembangunan dan tabungan mampu mempengaruhi laju

PDRB di daerah tertinggal.

4. Kebijakan pemerintah yang sebaiknya dilakukan yaitu meningkatkan jumlah

guru di daerah tertinggal agar kualitas pendidikan dapat meningkat dengan

cara memberikan insentif dan fasilitas yang memadai kepada guru yang mau

mengajar di daerah tersebut, meningkatkan jumlah dokter di daerah tertinggal

Page 74: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

60  

agar kualitas kesehatan dapat meningkat dengan cara memberikan tunjangan

maupun rumah dinas bagi dokter yang bersedia mengabdi di daerah tersebut,

dan mengembangkan sektor-sektor yang memiliki peranan besar terhadap

pertumbuhan ekonomi agar dapat meningkatkan lapangan pekerjaan di daerah

relatif tertinggal. Pemerintah juga perlu meningkatkan anggaran

pembangunan di daerah relatif tertinggal untuk pembiayaan perbaikan dan

pengembangan infrastruktur maupun kualitas pendidikan dan kesehatan, serta

sektor-sektor lain yang mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

6.2 Saran

1. Pemerintah daerah sebaiknya mengembangkan sektor pertanian yang

memiliki peranan paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan agribisnis sebaiknya dilakukan agar lapangan pekerjaan di

daerah tertinggal dapat meningkat dan hal ini juga dapat meningkatkan daya

saing yang dimiliki daerah tersebut. Selain itu, sebaiknya pemerintah daerah

meningkatkan anggaran pembangunan untuk mengembangkan infrastruktur

dan meningkatkan kualitas pendidikan maupun kesehatan, agar pertumbuhan

ekonomi di daerah tertinggal dapat dipacu lebih cepat.

2. Pemerintah pusat sebaiknya menyediakan dana alokasi khusus kepada daerah

tertinggal agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki daerah tertinggal

dan membangun daerahnya dengan baik. Sehingga daerah tertinggal dapat

berkembang dengan cepat dan masalah ketimpangan ekonomi antar wilayah

bisa diatasi.

Page 75: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2001. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Indonesia 1998-2001. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2003. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Indonesia 2000-2003. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Indonesia 2004-2008. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur: Kabupaten/Kota Se Jawa Timur 2006-2010. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2001. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2001. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2002. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2002. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2003. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2003. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2005. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2005. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2006. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2006. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2007. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2007. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2008. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2008. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2009. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2009. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2010. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2010. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2011. Provinsi Jawa Timur dalam Angka Tahun 2011. Surabaya: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2001-2003. Jakarta: BPS.

Page 76: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

62  

Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2003-2004. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2004-2005. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2005-2006. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2006-2007. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2007-2008. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2008-2009. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota 2009-2010. Jakarta: BPS.

Bhinadi, Ardito. 2003. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar Jawa. Dalam: Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 (1): 39-48.

Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4. Yogyakarta: BPFE.

Daryanto, Arief. 2003. Disparitas Pembangunan Perkotaan Indonesia. Dalam Agrimedia Vol. 8 No. 2: 30-39.

Dumairy, M. A. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Fitria, Endang. 2006. Analisis Kesenjangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Pulau Jawa [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Firdaus, Muhammad. 2011. Ekonometrika: Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.

Kristiyanti, L. 2007. Analisis Sektor Basis Perekonomian dan Peranannya dalam Mengurangi Ketimpoangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Mankiw, N. Gregory. 2004. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Page 77: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

63  

Prahara, Guntur. 2010. Analisis Disparitas Antar Wilayah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Prasasti, Diah. 2006. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita 30 Provinsi Di Indonesia Periode 1993-2003: Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi. Dalam: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 21 (4): 344-360.

Purnamasyari, Meika. 2010. Analisis Kesenjangan Pendapatan Regional Kabupaten/Kota Periode Tahun 2001-2008 di Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.

Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

 

Page 78: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

LAMPIRAN

Page 79: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

65  

Lampiran 1. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2002

Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 Kab. Pacitan 532.726 535.674 538.392 542.556 546.150Kab. Ponorogo 864.424 866.995 869.359 875.448 880.701Kab. Trenggalek 663.790 667.582 671.076 677.185 682.465Kab. Tulungagung 949.197 954.853 960.067 968.983 976.691Kab. Blitar 1.100.663 1.105.902 1.110.726 1.121.716 1.131.222Kab. Kediri 1.454.244 1.464.954 1.474.840 1.493.209 1.509.135Kab. Malang 2.322.699 2.331.120 2.338.865 2.368.372 2.393.959Kab. Lumajang 987.939 993.971 999.533 1.009.349 1.017.839Kab. Jember 2.205.492 2.219.175 2.231.793 2.248.968 2.263.794Kab. Banyuwangi 1.526.870 1.533.679 1.539.948 1.552.867 1.564.026Kab. Bondowoso 700.692 704.831 708.646 714.836 720.183Kab. Situbondo 613.778 617.570 621.067 626.600 631.382Kab. Probolinggo 1.017.365 1.027.181 1.036.262 1.048.616 1.059.322Kab. Pasuruan 1.381.027 1.401.079 1.419.716 1.443.550 1.464.297Kab. Sidoarjo 1.592.385 1.638.669 1.682.278 1.738.285 1.787.771Kab. Mojokerto 938.758 954.161 968.502 989.965 1.008.740Kab. Jombang 1.152.962 1.163.083 1.172.439 1.187.178 1.199.958Kab. Nganjuk 1.015.318 1.022.050 1.028.260 1.041.812 1.053.569Kab. Madiun 653.421 655.243 656.918 660.873 664.282Kab. Magetan 621.738 621.222 620.750 621.160 621.511Kab. Ngawi 833.944 837.072 839.949 846.355 851.884Kab. Bojonegoro 1.195.706 1.204.542 1.212.700 1.226.691 1.238.811Kab. Tuban 1.061.529 1.069.618 1.077.088 1.087.121 1.095.795Kab. Lamongan 1.221.528 1.229.000 1.235.890 1.249.867 1.261.972Kab. Gresik 1.026.488 1.043.747 1.059.822 1.081.800 1.101.000Kab. Bangkalan 864.279 875.584 886.077 907.651 926.560Kab. Sampang 812.575 823.498 833.640 855.405 874.512Kab. Pamekasan 722.148 731.487 740.154 755.331 768.587Kab. Sumenep 1.016.812 1.024.843 1.032.260 1.045.501 1.056.985Kota Kediri 251.697 251.872 252.033 253.287 254.367Kota Blitar 122.683 123.027 123.344 124.203 124.944Kota Malang 756.294 762.155 767.567 773.703 779.002Kota Probolinggo 196.591 198.493 200.252 203.056 205.490Kota Pasuruan 172.840 174.859 176.730 179.587 182.072Kota Mojokerto 110.100 111.087 111.999 114.339 116.383Kota Madiun 169.595 169.536 169.481 170.260 170.931Kota Surabaya 2.633.067 2.647.283 2.660.381 2.681.092 2.698.972Kota Batu 170.030 173.763 177.256 181.631 185.467Prov. Jawa Timur 35.633.394 35.930.460 36.206.060 36.668.408 37.070.731Sumber: Badan Pusat Statistik, 2002

Page 80: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

66  

Lampiran 2. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010

Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010 Kab. Pacitan 549.768 553.865 557.029 558.644 540.756Kab. Ponorogo 885.986 892.527 895.921 899.074 855.087Kab. Trenggalek 687.786 691.207 675.380 675.765 674.928Kab. Tulungagung 984.460 992.248 988.731 992.048 990.841Kab. Blitar 1.140.809 1.144.528 1.070.122 1.070.446 1.116.870Kab. Kediri 1.525.231 1.531.187 1.451.630 1.451.861 1.500.340Kab. Malang 2.419.822 2.442.422 2.413.779 2.425.311 2.447.051Kab. Lumajang 1.026.400 1.034.334 1.024.849 1.028.103 1.007.251Kab. Jember 2.278.718 2.293.740 2.320.844 2.327.957 2.349.213Kab. Banyuwangi 1.575.265 1.580.441 1.531.753 1.535.701 1.556.101Kab. Bondowoso 725.571 727.790 707.242 708.905 737.347Kab. Situbondo 636.200 638.537 623.042 624.888 648.249Kab. Probolinggo 1.070.137 1.081.063 1.043.671 1.044.237 1.096.933Kab. Pasuruan 1.485.342 1.496.474 1.448.370 1.452.629 1.512.767Kab. Sidoarjo 1.838.666 1.869.350 1.781.405 1.802.948 1.952.376Kab. Mojokerto 1.027.871 1.041.269 1.005.486 1.013.988 1.025.566Kab. Jombang 1.212.876 1.233.279 1.285.739 1.301.459 1.202.827Kab. Nganjuk 1.065.459 1.073.126 1.000.132 1.002.530 1.017.108Kab. Madiun 667.709 667.841 642.518 642.638 662.249Kab. Magetan 621.862 622.966 625.424 626.092 620.216Kab. Ngawi 857.449 860.029 834.847 836.767 817.123Kab. Bojonegoro 1.251.051 1.263.411 1.263.551 1.270.876 1.209.729Kab. Tuban 1.104.538 1.107.691 1.078.641 1.080.956 1.118.651Kab. Lamongan 1.274.194 1.281.176 1.189.087 1.189.615 1.179.770Kab. Gresik 1.120.541 1.142.817 1.194.821 1.215.603 1.180.299Kab. Bangkalan 945.863 965.568 956.996 973.681 909.059Kab. Sampang 894.046 914.016 902.429 919.548 879.238Kab. Pamekasan 782.076 795.801 835.101 851.690 797.429Kab. Sumenep 1.068.595 1.076.592 1.016.907 1.017.147 1.042.859Kota Kediri 255.452 258.734 270.374 272.610 267.832Kota Blitar 125.689 127.338 132.278 133.408 132.239Kota Malang 784.337 791.970 816.637 820.857 820.787Kota Probolinggo 207.953 210.446 226.643 230.464 217.417Kota Pasuruan 184.591 185.507 174.073 174.173 186.636Kota Mojokerto 118.464 119.051 113.201 113.327 120.327Kota Madiun 171.605 173.447 178.291 179.391 170.965Kota Surabaya 2.716.971 2.720.156 2.630.079 2.631.305 2.768.729Kota Batu 189.384 192.059 187.813 189.604 190.176Prov. Jawa Timur 37.478.737 37.794.003 37.094.836 37.286.246 37.523.341Sumber: Badan Pusat Statistik, 2006

Page 81: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

67  

Lampiran 3. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2005 (Rp Juta)

Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 Kab. Pacitan 0,66 0,67 0,68 2,06 2,13 Kab. Ponorogo 0,80 0,83 0,85 2,82 2,92 Kab. Trenggalek 0,80 0,82 0,84 2,48 2,57 Kab. Tulungagung 1,23 1,27 1,32 5,77 6,01 Kab. Blitar 1,02 1,06 1,09 3,68 3,84 Kab. Kediri 1,04 1,05 1,08 3,36 3,47 Kab. Malang 1,26 1,20 1,24 4,42 4,59 Kab. Lumajang 0,99 1,01 1,04 4,53 4,71 Kab. Jember 1,04 1,07 1,11 3,48 3,64 Kab. Banyuwangi 1,21 1,24 1,28 5,17 5,38 Kab. Bondowoso 0,86 0,89 0,91 2,36 2,46 Kab. Situbondo 1,46 1,48 1,54 4,11 4,28 Kab. Probolinggo 1,39 1,43 1,46 4,67 4,84 Kab. Pasuruan 1,09 1,12 1,14 3,36 3,48 Kab. Sidoarjo 2,50 2,52 2,61 10,79 11,13 Kab. Mojokerto 1,40 1.,42 1,45 4,38 4,53 Kab. Jombang 0,97 0,99 1,03 3,82 3,98 Kab. Nganjuk 1,15 1,18 1,23 3,35 3,50 Kab. Madiun 0,91 0,93 0,96 3,06 3,18 Kab. Magetan 1,03 1,06 1,10 3,85 4,03 Kab. Ngawi 0,84 0,85 0,87 2,69 2,80 Kab. Bojonegoro 0,87 0,93 0,95 3,46 3,59 Kab. Tuban 1,12 1,15 1,18 4,09 4,35 Kab. Lamongan 0,94 0,97 0,99 2,96 3,07 Kab. Gresik 4,58 4,72 4,83 10,26 10,80 Kab. Bangkalan 0,94 0,96 0,98 2,83 2,91 Kab. Sampang 0,70 0,71 0,73 2,36 2,40 Kab. Pamekasan 0,68 0,68 0,69 2,05 2,11 Kab. Sumenep 0,92 0,93 0,95 3,72 3,81 Kota Kediri 25,96 25,23 26,07 74,01 73,88 Kota Blitar 1,43 1,48 1,53 4,37 4,59 Kota Malang 3,28 3,53 3,65 12,40 13,01 Kota Probolinggo 2,29 2,37 2,44 7,06 7,37 Kota Pasuruan 1,65 1,69 1,74 4,51 4,71 Kota Mojokerto 2,25 2,41 2,49 7,76 8,04 Kota Madiun 1,78 1,86 1,93 4,97 5,20 Kota Surabaya 5,33 5,50 5,73 21,00 22,18 Kota Batu - - 1,15 4,93 5,14 Prov. Jawa Timur 2,12 2,14 2,18 6,76 6,96 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

Page 82: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

68  

Lampiran 4. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010 (Rp Juta)

Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010 Kab. Pacitan 2,20 2,30 2,42 2,50 2,75 Kab. Ponorogo 3,04 3,22 3,39 3,45 3,84 Kab. Trenggalek 2,67 2,80 3,03 4,16 4,42 Kab. Tulungagung 6,29 6,60 7,00 7,49 8,00 Kab. Blitar 4,01 4,23 4,78 4,95 5,04 Kab. Kediri 3,59 3,73 4,11 5,08 5,21 Kab. Malang 4,80 5,05 5,39 5,83 6,16 Kab. Lumajang 4,91 5,14 5,47 5,91 6,39 Kab. Jember 3,82 4,02 4,22 4,70 4,94 Kab. Banyuwangi 5,59 5,89 6,43 6,75 7,08 Kab. Bondowoso 2,58 2,71 2,94 4,33 4,40 Kab. Situbondo 4,48 4,72 5,09 5,34 5,45 Kab. Probolinggo 5,06 5,31 5,82 6,27 6,34 Kab. Pasuruan 3,64 3,83 4,20 4,47 4,56 Kab. Sidoarjo 11,44 11,89 13,07 14,69 14,37 Kab. Mojokerto 4,69 4,91 5,38 7,72 8,16 Kab. Jombang 4,16 4,34 4,41 4,52 5,21 Kab. Nganjuk 3,67 3,87 4,40 4,99 5,23 Kab. Madiun 3,31 3,48 3,82 4,37 4,49 Kab. Magetan 4,24 4,46 4,67 4,78 5,10 Kab. Ngawi 2,93 3,07 3,33 3,39 3,69 Kab. Bojonegoro 3,76 3,93 4,16 4,26 4,81 Kab. Tuban 4,65 4,98 5,48 6,69 6,86 Kab. Lamongan 3,21 3,38 3,87 4,68 5,05 Kab. Gresik 11,33 11,86 12,05 12,84 14,12 Kab. Bangkalan 2,98 3,07 3,24 3,29 3,72 Kab. Sampang 2,45 2,49 2,64 2,99 3,30 Kab. Pamekasan 2,16 2,23 2,24 2,36 2,66 Kab. Sumenep 3,92 4,07 4,48 4,45 4,57 Kota Kediri 77,38 79,85 79,98 82,17 88,65 Kota Blitar 4,84 5,07 5,19 7,13 7,67 Kota Malang 13,70 14,41 14,84 17,19 18,33 Kota Probolinggo 7,71 8,11 7,97 8,46 9,54 Kota Pasuruan 4,90 5,15 5,78 6,26 6,19 Kota Mojokerto 8,33 8,78 9,73 10,73 10,78 Kota Madiun 5,47 5,74 5,93 11,14 12,50 Kota Surabaya 23,44 24,88 27,34 32,63 33,33 Kota Batu 5,37 5,66 6,19 7,08 7,56 Prov. Jawa Timur 7,28 7,61 8,01 8,95 9,49 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Page 83: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

69  

Lampiran 5. Indeks Willi mson Provinsi Jaw Timur a a

Tahun f Y (Rp juta) ∑(Yi-Y)².fi/f CVW 2001 35.463.364 2,11839513 5,976215683 1,1540 2002 35.756.697 2,141752722 5,803169837 1,1248 2003 36.206.060 2,182541336 6,147504048 1,1360 2004 36.668.408 6,762334754 56,27689359 1,1093 2005 37.070.731 6,964751065 58,38940262 1,0971 2006 37.478.737 7,283740683 64,241617 1,1004 2007 37.794.003 7,612085289 70,08324792 1,0998 2008 37.094.836 8,013551045 78,04702057 1,1024 2009 37.286.246 8,950280651 96,37785508 1,0969 2010 37.523.341 9,488442824 105,7307258 1,0837

Indeks Williamson Provinsi Jawa Timur Tanpa Kota Kediri dan Kota Surabaya

Tahun f Y (Rp juta) ∑(Yi-Y)².fi/f CVW 2001 32.578.600 1,345527 0,556599 0,554471 2002 32.857.542 1,386190 0,661335 0,586662 2003 33.293.646 1,420178 0,695715 0,587317 2004 33.734.029 4,498724 5,904927 0,540154 2005 34.117.392 4,683265 6,466784 0,542995 2006 34.506.314 4,887805 7,052579 0,543326 2007 34.815.113 5,125613 7,741769 0,542843 2008 34.194.383 5,477609 8,662544 0,537318 2009 34.382.331 6,258428 11,21820 0,535176 2010 34.486.780 6,627198 11,88644 0,520231

CVW = ∑ .

Page 84: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

70  

Lampiran 6. Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Kode Kabupaten/ Kota

Laju Pertumbuhan PDRB (Persen)

PDRB per kapita (Rupiah)

1 Kab. Pacitan 6,66 2.751.4632 Kab. Ponorogo 5,89 3.840.2173 Kab. Trenggalek 6,16 4.423.3344 Kab. Tulungagung 6,65 8.000.4295 Kab. Blitar 6,12 5.036.5226 Kab. Kediri 6,07 5.213.2297 Kab. Malang 6,57 6.162.1088 Kab. Lumajang 5,94 6.387.7749 Kab. Jember 6,16 4.949.43110 Kab. Banyuwangi 6,26 7.076.06511 Kab. Bondowoso 5,69 4.401.97012 Kab. Situbondo 5,89 5.448.05013 Kab. Probolinggo 6,25 6.344.98214 Kab. Pasuruan 6,23 4.565.88815 Kab. Sidoarjo 5,92 14.372.75016 Kab. Mojokerto 6,87 8.156.36117 Kab. Jombang 6,65 5.213.42818 Kab. Nganjuk 6,32 5.232.56019 Kab. Madiun 5,96 4.499.14220 Kab. Magetan 5,81 5.105.78521 Kab. Ngawi 6,19 3.695.46422 Kab. Bojonegoro 10,97 4.811.07323 Kab. Tuban 6,30 6.863.53824 Kab. Lamongan 6,86 5.047.90425 Kab. Gresik 6,89 14.119.22826 Kab. Bangkalan 5,47 3.723.31027 Kab. Sampang 5,40 3.305.63028 Kab. Pamekasan 5,77 2.662.16329 Kab. Sumenep 5,51 4.575.25071 Kota Kediri 5,99 88.649.98872 Kota Blitar 6,66 7.672.40373 Kota Malang 6,60 18.335.82374 Kota Probolinggo 6,41 9.543.54975 Kota Pasuruan 5,99 6.194.10576 Kota Mojokerto 6,66 10.783.24177 Kota Madiun 6,97 12.503.15178 Kota Surabaya 7,47 33.331.72679 Kota Batu 7,16 7.561.791

Provinsi 6,68 9.488.443Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Page 85: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

71  

Lampiran 7. Hasil Uji Hausman

H0 : Model Random Effect H1 : Model Fixed Effect Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: EQ01 Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 32.934585 8 0.0001

Nilai Prob (0,0001) < α 5% maka tolak H0, artinya model yang dipilih adalah model Fixed Effect.

Page 86: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

72  

Lampiran 8. Hasil Estimasi Model

Dependent Variable: LPDRB Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 06/18/12 Time: 22:33 Sample: 2001 2010 Periods included: 10 Cross-sections included: 21 Total panel (balanced) observations: 210 Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNAIR 0.146504 0.094421 1.551596 0.1225 LNDIK -0.380196 0.119492 -3.181757 0.0017 LNJLN 0.300261 0.190789 1.573783 0.1173 LNKES -0.417015 0.094195 -4.427126 0.0000 LNPEM 0.083601 0.029128 2.870121 0.0046 LNPTN -0.114202 0.249117 -0.458425 0.6472 LNTAB -0.028604 0.016568 -1.726493 0.0860 LNTK 1.364902 0.275378 4.956470 0.0000

C -17.98781 5.378209 -3.344573 0.0010

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.466575 Mean dependent var 1.682097 Adjusted R-squared 0.384056 S.D. dependent var 0.627735 S.E. of regression 0.255320 Sum squared resid 11.79911 F-statistic 5.654159 Durbin-Watson stat 1.453012 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.423570 Mean dependent var 1.495141 Sum squared resid 11.99207 Durbin-Watson stat 1.428532

Page 87: KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ... · terjadi di suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara maju

73  

Lampiran 9. Cross Section Effect

Daerah CROSSID Effect Kab. Ponorogo 1 0.045778 Kab. Trenggalek 2 0.345440 Kab. Blitar 3 -0.086570 Kab. Kediri 4 -0.900387 Kab. Lumajang 5 -0.134400 Kab. Jember 6 -1.213286 Kab. Banyuwangi 7 -0.866002 Kab. Bondowoso 8 0.198859 Kab. Situbondo 9 0.318449 Kab. Probolinggo 10 0.126292 Kab. Pasuruan 11 -0.785522 Kab. Nganjuk 12 -0.174383 Kab. Madiun 13 0.527946 Kab. Magetan 14 0.240138 Kab. Ngawi 15 0.178651 Kab. Tuban 16 -0.025408 Kab. Bangkalan 17 0.137540 Kab. Sampang 18 0.150267 Kab. Pamekasan 19 0.169234 Kab. Sumenep 20 -0.684677 Kota Pasuruan 21 2.432044