KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

187
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN ANXIETY DISORDER DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh : TANTYA LEGYSTANIA NIM. 11170510000037 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

Transcript of KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

Page 1: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT

DENGAN PASIEN ANXIETY DISORDER DI RUMAH

SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh :

TANTYA LEGYSTANIA

NIM. 11170510000037

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 2: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …
Page 3: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT

DENGAN PASIEN ANXIETY DISORDER DI RUMAH

SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos.)

Oleh

Tantya Legystania

NIM. 11170510000037

Pembimbing

Dr. Yopi Kusmiati, M.Si

NIP. 198012172003122002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 4: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …
Page 5: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

i

ABSTRAK Tantya Legystania, 11170510000037

“Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan Pasien

Anxiety Disorder Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan”

Pasien anxiety disorder cenderung mempunyai rasa curiga

yang lebih besar dan emosi yang tidak stabil, maka dari itu

dibutuhkan keterampilan perawat dalam berkomunikasi dengan

pasien agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat berjalan

dengan lancar. Di dalam dunia keperawatan komunikasi yang

digunakan dalam proses penyembuhan disebut dengan

komunikasi terapeutik (Therapeutic Communication).

Dari latar belakang tersebut, maka muncul beberapa

pertanyaan yaitu bagaimana tahapan komunikasi terapeutik,

bagaimana teknik komunikasi terapeutik dan apa saja faktor

penghambat komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien

anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan riset lapangan (field research) dan paradigma

kontruktivisme. Data yang didapat dengan menggunakan teknik

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Agar penelitian ini dapat terarah, maka teori yang menjadi

acuan dalam penelitian ini adalah teori Penetrasi Sosial yang

dikembangkan oleh Alman dan Taylor yang menjelaskan

bagaimana proses terjadinya pengembangan hubungan secara

bertahap.

Hasil dari penelitian ini adalah tahapan komunikasi

terapeutik yang terjadi antara perawat dengan pasien anxiety

disorder dimulai dari tahap pra-interaksi, tahap orientasi, tahap

kerja dan tahap terminasi dengan teknik komunikasi yaitu

mendengarkan dengan penuh perhatian, menanyakan pertanyaan

berkaitan, pertanyaan terbuka, mengulangi ucapan pasien,

memberi kesempatan untuk pasien memulai pembicaraan, dan

mengurutkan kejadian secara kronologis. Selanjutnya faktor

penghambat komunikasi terapeutik ini adalah emosi, latar

belakang sosial budaya dan belum adanya rasa percaya (bina

trust).

Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik, Perawat, Pasien,

Anxiety Disorder, Penetrasi Sosial, Rumah Sakit Jiwa.

Page 6: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahhmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing umat dari zaman kegelapan hingga zaman terang

benderang.

Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin setelah perjalan panjang

yang penulis lewati, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan

penelitian dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Komunikasi

Terapeutik Antara Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder Di

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan”. Skripsi ini dibuat

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Srata-1 Sarjana

Sosial (S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak hambatan dan

rintangan yang penulis lalui tetapi penulis selalu mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak baik berupa pikiran, tenaga, dorongan

moril maupun materil. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag.

Page 7: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

iii

selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.

Sihabbudin Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II

Bidang Administrasi Umum, Dr. Cecep Sastrawijaya,

MA sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

2. Dr. Armawati Arbi, M.Si. selaku Ketua Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dr. H. Edi Amin, M.A selaku Sekertaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Dosen Penasehat

Akademik yang telah membimbing dan memberikan

arahan kepada penulis selama melakukan studi.

4. Dr. Yopi Kusmiati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing

yang telah bersedia membimbing dan banyak

memberikan masukan serta saran kepada penulis selama

proses penulisan ini berlangsung. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Beliau, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah

SWT dan senantiasa diberikan keberkahan, kesehatan,

dan kebaikan kepada dirinya beserta keluarganya.

5. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah berperan penting dalam proses perkuliahan,

memberikan ilmu serta wawasan dan pengalaman yang

mempermudah pada masa studi.

Page 8: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

iv

6. dr. Galianti Prihandayani, Sp.KJ selaku Direktur SDM,

Pendidikan dan Umum Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan yang telah memberikan izin penulis untuk

melakukan penelitian terkait skripsi yang penulis susun.

7. Ners. Ahmad Qofrawi, S.Kep selaku Pembimbing

Lapangan yang telah memberikan waktu dan tenaganya

untuk membimbing penulis selama penelitian

berlangsung.

8. Ners. Fahrudin, S.Kep, Ners. Darmoko, S.Kep, Ners.

Adlan Baduwi, S.Kep, Dzulfan, Am.K, Asep Aris

Muwandar, Am.K, dan Magdalena Verita Intan Manik,

Am.K, selaku perawat RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

sekaligus informan dalam penelitian ini. Terima kasih

telah berkenan untuk penulis wawancarai dan

memberikan informasi terkait penelitian yang penulis

lakukan.

9. Bapak Pendi dan Ibu Yuli selaku orang tua penulis,

penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk

semua cinta, kasih dan sayang yang selalu penulis

dapatkan. Terima kasih untuk selalu percaya kepada

penulis, dan selalu menjadi support system sejak hari

pertama. Semoga Allah SWT selalu memberikan Bapak

dan Ibu keberkahan, kesehatan dan umur yang panjang

agar bisa terus menemani penulis sampai tua nanti.

10. Kakak- kakak tercinta, Mba Ita, Mba Pipi, Kak Roki,

Mas Arif, Mamas Aal yang selalu memberikan motivasi

dan dukungan kepada penulis .

Page 9: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

v

11. Keponakan-keponakan penulis, Zavi, Azky, dan Alana

yang selalu memberikan canda tawa serta menguras

emosi di kehidupan penulis.

12. Grup Arisan Sosyalita, Friska Atrelia, Khoirunnisa,

Nila Cilvia, Farah Maulida, Jeihan Hafiyah, Ratu Vega

Alfira, Fardia Irma, Citra Novianti dan Raihanna

Ummu Kulsum selaku sahabat penulis yang selalu

memberikan tawa, canda, tangis, dukungan dan

membuat warna di kehidupan perkuliahan penulis.

Kalian semua Amazing! Penulis sangat bersyukur bisa

bertemu dan mengenal kalian semua, semoga kita bisa

sukses di jalan kita masing masing dan pertemanan ini

akan terus lanjut sampai tua nanti.

13. Friska Atrelia dan Khoirunnisa selaku sahabat dekat

penulis yang selalu bersedia menyediakan telinga dan

bahunya kapanpun penulis butuhkan. Terima kasih

untuk semua yang sudah diberikan kepada penulis

semoga Allah membalas kebaikan kalian berdua.

14. Nafan Hudzaifi dan Zainy Hulwany selaku sahabat

cowok yang sangat amat baik dan menjaga penulis.

Terima kasih sudah menemani malam-malam penulis

dengan video call dan obrolan yang random.

15. Teman seperjuangan skripsi dan tempat bertukar pikiran

Yovita Widiyafitri, Zahra Nur Afifah, Hadi Al-Habsyi,

Fardia Irma, Bayu Muhardianto, dan Adilah Bagus.

16. Teman-teman KPI A 2017 yang telah membantu serta

bekerja sama dalam proses perkuliahan di dalam kelas.

Page 10: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

vi

17. Sahabat baik penulis Sinta Pricilla, Ananda Aidil,

Dzihan Nabilah, Andina Sari, Mardiyah, dan Revino

Pramestu yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis sejak penulis duduk di bangku SMA.

18. Teruntuk semua pihak yang telah memberikan

kontribusi serta doa selama penulis berada dalam masa

studi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

19. Dan terakhir ucapan terima kasih untuk diri sendiri.

Terima kasih Tantya sudah berjuang sekeras ini,

melewati puluhan malam dengan tangisan, selalu

percaya bahwa diri kamu bisa dan tetap berdiri di

kakimu sendiri. Kamu sangat hebat!

Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu penulis mulai dari awal

penulisan hingga skripsi ini terselesaikan. Penulis menyadari

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis

mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya

untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membaca.

Jakarta, Februari 2021

Penulis

Page 11: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………x

DAFTAR TABEL ……………………………………xi

DAFTAR GRAFIK ……………………………………xii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………1

A. Latar Belakang Masalah …………………………1

B. Identifikasi Masalah ……………………………8

C. Batasan Masalah ……………………………………9

D. Rumusan Masalah ………………………………10

E. Tujuan Penelitian …………………………………10

F. Manfaat Penelitian ………………………………11

G. Tinjauan Pustaka……………………………………11

H. Metodologi Penelitian ……………………………15

1. Paradigma Penelitian ……………………………15

2. Metode dan Pendekatan Penelitan ………….15

3. Subjek dan Objek Penelitian …………………16

4. Tempat Penelitian ……………………………16

5. Teknik Pengumpulan Data ……………………16

6. Teknik Analisis Data ……………………18

I. Sistematika Penulisan ……………………………20

BAB II LANDASAN TEORI ………………………23

A. Komunikasi Interpersonal ………………………23

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ………23

2. Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal 24

3. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal …………27

4. Proses Komunikasi Interpersonal ……………..28

5. Tujuan Komunikasi Interpersonal ……………30

B. Komunikasi Terapeutik …………………………32

Page 12: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

viii

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik …………32

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik …………………33

3. Karakteristik Komunikasi Terapeutik …………34

4. Teknik Komunikasi Terapeutik …………………35

5. Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik ………38

6. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik ……39

C. Anxiety Disorder ………………………………………43

1. Pengertian Anxiety Disorder ………………………43

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan 44

3. Ciri-ciri Gangguan Kecemasan ………………45

4. Jenis-jenis Gangguan Kecemasan ……………46

5. Tingkat Kecemasan ……………………………48

D. Teori Penetrasi Sosial ………………………………50

1. Pengertian Teori Penetrasi Sosial ……………50

2. Tahapan Proses Penetrasi Sosial ………………52

BAB III GAMBARAN UMUM ……………………56

A. Profil RSJ Dr. Soeharto Heerdjan …………………56

B. Visi, Misi, dan Nilai RSJ Dr. Soeharto Heerdjan …58

C. Fasilitas Pelayanan RSJ Dr. Soeharto Heerdjan ……60

D. Ketenagakerjaan ……………………………………66

E. Grafik Kinerja Pelayanan ………………………67

F. Data Riwayat Penyakit Gangguan Jiwa ……………68

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITAN ………70

A. Identifikasi Informan ………………………………70

B. Tahapan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan

Pasien Anxiety Disorder ……………………………74

C. Teknik Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan

Pasien Anxiety Disorder ………………………………82

D. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik Antara Perawat

Dengan Pasien Anxiety Disorder Di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan ……………………………………………91

E. Peran Dakwah Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kepada Pasien Anxiety disorder ………………………94

BAB V PEMBAHASAN ………………………………98

A. Tahapan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan

Pasien Anxiety Disorder ………………………………99

Page 13: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

ix

B. Teknik Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan

Pasien Anxiety Disorder………………………………110

C. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik Antara Perawat

Dengan Pasien Anxiety Disorder Di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan ………………………………………113

D. Peran Dakwah Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kepada Pasien Anxiety disorder …………………..118

BAB VI PENUTUP …………………………………124

A. Simpulan ………………………………………124

B. Saran …………………………………………127

DAFTAR PUSTAKA ………………………………128

LAMPIRAN ……………………………………………133

Page 14: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Komunikasi Interpersonal ………28

Gambar 2.2 Rentang Respon Kecemasan ………………48

Gambar 2.3 Tahapan Penetrasi Sosial …………………53

Page 15: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ketenagakerjaan RSJSH ……………………66

Tabel 3.2 10 Besar Penyakit Gangguan Jiwa Tahun 2019..68

Tabel 5.1 Analisis Tahapan Komunikasi Terapeutik Antara

Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder Dalam Proses

Pemulihan ………………………………………………99

Tabel 5.2 Temuan Peneltian dan Kaitannya Dengan Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi …………………………………120

Page 16: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Kunjungan Pasien Rawat Inap Pada Tahun 2019..67

Page 17: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi terdiri atas beberapa konteks. Salah satu

konteks komunikasi yang berkaitan langsung dengan

hubungan antarmanusia adalah komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu kemampuan

dalam membina hubungan yang baik antar manusia yang

satu dengan manusia yang lain.1 Menurut Suranto,

komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi

adalah komunikasi antara orang orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi

orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non

verbal.2

Sebuah komunikasi dikatakan berhasil apabila

memenuhi kompenen-komponen di dalamnya, seperti

pengirim pesan (sender), penerima pesan (receiver), pesan

(messege), saluran (channel), pengaruh (effect) dan umpan

balik (feed back). Dalam proses komunikasi perubahan

sikap diri penerima pesan (receiver) sangat penting adanya,

1Vardiansyah D, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2004),h.12 2Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta: Graha Ilmu,

2011),h.3

Page 18: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

2

karena dengan begitu kita dapat mengetahui apakah

komunikasi tersebut berjalan secara efektif atau tidak.3

Sebagai makhluk sosial dan hidup berkelompok, tentu

membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain

tidak terkecuali orang dengan gangguan mental. Gangguan

mental sendiri menurut Damaiyanti adalah kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan

dengan fisik, maupun dengan mental.4 Ganguan mental ini

meliputi ketidakpuasan dengan karakteristik, kemampuan,

prestasi diri, hubungan yang tidak efektif, tidak puas hidup

di dunia atau koping yang tidak efektif terhadap peristiwa

kehidupan dan tidak terjadi pertumbuhan personal.5

Berdasarkan data dari World Health Organization

(WHO) terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan

mental dan perilaku di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari

empat orang akan menderita gangguan mental selama masa

hidup mereka. Menurut WHO regional Asia Pasifik (WHO

SEARO) jumlah kasus gangguan depresi terbanyak di India

(56.675.969 kasus atau 4,5% dari jumlah populasi), dan

terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari

populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus

3Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta: Graha Ilmu,

2011),h.3 4Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.63 5Shiela L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, (Jakarta:

Keperawatan, 2008), h.4

Page 19: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

3

atau 3,7% dari populasi.6 Sedangkan berdasarkan

swaperiksa web PDKSJI (Perhimpunan Dokter Spesialis

Kedokteran Jiwa Indonesia) terdapat 64,8% dari 4.010

responden menderita masalah psikologis dalam lima bulan

saat Covid-19 masuk ke Indonesia. Masalah psikologis ini

antara lain cemas, depresi, dan trauma psikologis. Prevalensi

penderita gangguan jiwa akan terus meningkat selama

wabah Covid-19.7

Salah satu gangguan mental ini adalah gangguan

kecemasan (anxiety disorder). Gangguan kecemasan

(anxiety disorder) adalah suatu gangguan yang dialami dari

adanya perasaan takut dan cemas yang tingkatannya tidak

sebanding dengan proporsi ancaman. Gangguan ini dapat

berupa perasaan khawatir, cemas yang berat menyeluruh

dan menetap/bertahan lama, dan disertai dengan gejala

somatik (motorik & otonomik) yang menyebabkan

gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan atau perasaan

nyeri hebat, serta perasaan tak enak.8 Jika gangguan

kecemasan tersebut tidak segera diatasi, maka akan

berdampak buruk bagi diri klien, karena tidak sedikit orang

yang mengalami gangguan kecemasan memilih untuk

mengakhiri hidupnya bahkan bisa saja menyakiti orang

disekitarnya.

6WHO, Depression and Other Common Mental Disorders, Global

Health Estimates, (Geneva: World Health Organization, 2017)

7http://pdskji.org/home diakses pada tanggal 22 Agustus 2020. 8Tristiadi Ardi & Noor Rochman, Psikologi Abnormal, (Bandung:

Lubuk Agung, 2011),h.13

Page 20: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

4

Melihat kondisi pasien yang emosinya tidak stabil dan

psikologisnya terganggu maka terbentuk pertanyaan tentang

bagaimana seorang perawat melakukan pendekatan

komunikatif saat memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien. Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat

dan pasien, perawat dan profesional kesehatan lain, serta

perawat dan komunitas. Proses interaksi manusia terjadi

melalui komunikasi: verbal dan nonverbal, tertulis dan tidak

tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif

dalam berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan

komunikasi yang baik. Mereka harus menyadari kata-kata

dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain.

Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka

harus menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi

verbal maupun komunikasi tertulis.9

Komunikasi dalam dunia keperawatan yang dilakukan

sebagai proses penyembuhan disebut dengan komunikasi

terapeutik (Therapeutic Communication). Komunikasi

terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,

bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan

pasien.10 Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan

proses menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan

pasien untuk menentukan rencana tindakan serta kerjasama

dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pada dasarnya

9Kathleen Koenig Blais, Praktik Keperawatan Profesional Konsep &

Praktik, (Jakarta: Kedokteran EGC, 2007),h.64 10Christina Lia Uripni, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2002),h. 48

Page 21: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

5

komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang bertuju pada

penyembuhan pasien. Seperti hadis nabi yang diriwayatkan

dalam Hadits Muslim, Rasulullah SAW bersabda:11

اء برأ بإذن الل لكل داء دواء، فإذا أصيب دواء الد

Likulli daain dawaun faidzaa ushiiba dawaaud daai

bara’ bi idznil lillah

Artinya: “Semua penyakit ada obatnya. Apabila

sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan

sembuh dengan izin Allah SWT.”

Komunikasi ini dalam kajian ilmiah biasa disebut

dengan komunikasi interpersonal. Tujuan dari komunikasi

terapeutik ini adalah membantu pasien memperjelas dan

mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu

mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, dan

membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan, fisik dan

diri sendiri.12

11Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Shahih Bukhari Muslim, No.4084,

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2017),h.829 12Christina Lia Uripni, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2002),h. 48

Page 22: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

6

Dalam Al-Quran juga dijelaskan cara berkomunikasi

yang efektif yang dijelaskan dalam Q.S An-Nisa ayat 63

yang berbunyi :13

ما فى قلوبهم فأعرض عنهم ئك ٱلذين يعلم ٱلل أول

وعظهم وقل لهم فى أنفسهم قولا بليغا

Ula`ikallażina ya'lamullahu ma fi qulụbihim fa a'riḍ

'an-hum wa'iẓ-hum wa qul lahum fi anfusihim qaulam

baliga

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah

mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu

berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka

pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang

berbekas pada jiwa mereka”

Ayat diatas menjelaskan pembicaraan yang fasih atau

tepat, jelas maknanya serta tepat cara penyampaiannya

dalam segi kata dan efektif dalam segi sasaran sehingga

memudahkan komunikan menangkap pesan yang ada.

Melalui metode ini pasien sebagai komunikan

diarahkan sedemikian rupa sehingga terjadi pertukaran

pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang

bermanfaat. Teknik komunikasi terapeutik ini sudah

13Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Al

Mubarok, 2018)

Page 23: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

7

diberlakukan di berbagai yayasan mental dan rumah sakit

jiwa di Indonesia terkhusunya di Jakarta, salah satunya

adalah Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang

beralamatkan di Jl. Prof. Dr. latumenten No. 1, RT.1/RW.4,

Jelambar, Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta 11460. Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan ini merupakan salah satu rumah sakit

tertua di Indonesia, pembangunannya dimulai sejak zaman

Belanda dan sudah beroperasi kurang lebih selama 145

tahun. Dari lamanya beroperasi tentunya rumah sakit jiwa

ini mempunyai banyak pengalaman dan juga perbaikan

perbaikan dalam pemberian layanan kepada masyarakat

yang mana hal tersebut menjadi alasan penulis memilih

rumah sakit jiwa ini sebagai temapt penelitian.

Dari paparan di atas, tulisan ini berfokus kepada teknis

komunikasi yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien

anxiety disorder dalam proses pemulihan. Maka dari itu

peneliti tertarik menuangkan permasalahan ini kedalam

skripsi yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK

ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN ANXIETY

DISORDER DI RUMAH SAKIT JIWA DR.

SOEHARTO HEERDJAN”

Page 24: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

8

B. Identifikasi Masalah

Anxiety disorder adalah gangguan berupa perasaan

khawatir, cemas yang berat, menyeluruh dan menetap

hingga bertahan lama dan disertai dengan gejala somatik

(motorik & otomotik) yang menyebabkan gangguan fungsi

sosial dan juga fungsi pekerjaan. Gangguan kecemasan ini

tentu berbeda dengan kecemasan sehari hari yang biasanya

ditemui. Gangguan kecemasan ini tidak terkendali dan tidak

proporsional dengan bahaya sebenarnya yang mungkin

dihadapinya.

Pasien dengan gangguan kecemasan pada umumnya

memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap suatu hal,

cenderung menutup diri, dan emosi yang tidak stabil yang

mana berpengaruh pada kesehariannya. Tidak sedikit kasus

pasien dengan gangguan kecemasan memilih untuk

menyakiti dirinya atau bahkan mengakhiri hidupnya. Hal ini

tentu tidak bisa dianggap sepele karna menyangkut nyawa

seseorang.

Maka banyak pasien anxiety disorder yang

dimasukkan ke rumah sakit jiwa guna untuk mendapatkan

asuhan keperawatan yang tepat sehingga pasien dapat

mencapai tujuan pemulihan. Rumah sakit jiwa menjadi

sarana atau wadah dimana pasien dapat menceritakan

keluhan yang dirasakan dan mengurangi permasalahan

pasien. Untuk menunjang proses pemulihan, perawat harus

Page 25: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

9

bisa melakukan pendekatan komunikatif dalam hal ini yaitu

dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Oleh

karena itu, penulis mengamati bagaimana teknik komunikasi

terapeutik antara perawat dengan pasien anxiety disorder

dalam proses pemulihan.

C. Batasan Masalah

Membatasi masalah penelitian merupakan upaya

pembatasan dimensi masalah atau gejala agar jelas ruang

lingkup dan batasan yang akan diteliti.14

Dari latar belakang diatas, peneliti membatasi masalah

kedalam beberapa poin :

a. Masalah gangguan mental hanya pada pasien yang

mengidap anxiety disorder saja, tidak mencangkup

gangguan mental secara luas.

b. Pasien yang menjadi informan penelitan adalah kategori

anxiety disorder dengan tingkat kecemasan yang sedang

sampai pada tingkat kecemasan panik.

c. Penelitian ini dilakukan pada perawat dan pasien anxiety

disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan,

Jakarta.

14Andi Prastomo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-ruz

Media, 2016), h.134

Page 26: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

10

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimana tahapan komunikasi terapeutik yang terjadi

antara Perawat dengan Pasien anxiety disorder di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?

b. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan

Perawat kepada Pasien anxiety disorder di Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?

c. Apa saja faktor penghambat komunikasi terapeutik yang

terjadi antara Perawat dengan Pasien anxiety disorder di

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan komunikasi

terapeutik yang terjadi antara Perawat dengan Pasien

anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana teknik

komunikasi terapeutik yang dilakukan Perawat kepada

Pasien anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat

komunikasi terapeutik yang terjadi antara Perawat

dengan Pasien anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan.

Page 27: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

11

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pada pengembangan penelitian disiplin ilmu

komunikasi terkhususnya komunikasi interpersonal.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai sumber informasi dan referensi serta dapat

mengembangkan bidang ilmu komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi khalayak dalam bagaimana berkomunikasi

dengan pasien gangguan mental terutama anxiety

disorder.

G. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, sebelumnya peneliti melakukan

tinjuan pustaka terlebih dahulu untuk menambah kajian dan

referensi dalam penelitian. Adapun beberapa penelitian

seputar komunikasi interpersonal yang relevan dengan

penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian dengan judul KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KONSELOR LAKTASI TERHADAP KLIEN

RELAKTASI DALAM JURNAL KAJIAN

KOMUNIKASI, Volume 3, No. 2, Desember 2015,

Halaman 192-211 oleh Retasari Dewi. Universitas

Padjajaran, 2015. Hasil penelitian jurnal ini berupa

proses komunikasi terapeutik konselor laktasi yang

Page 28: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

12

terdiri dari tiga tahapan yaitu, tahap pembinaan hubungan

baik, tahap pengumpulan informasi dan tahap

penyelesaian masalah. Dan ada sepuluh teknik

komunikasi yang digunakan konselor dalam konseling

relaktasi ini yaitu, komunikasi nonverbal, mendengarkan,

mengajukan pertanyaan, menggunakan respon sederhana,

berempati, menghindari kata-kata yang menghakimi atau

menilai, mengerima apa yang klien pikirkan, mengenali

dan memuji, memberikan informasi yang relevan dan

memberikan saran. Persamaan dengan penelitian ini yaitu

menggunakan metode kualitatif dan meneliti komunikasi

terapeutik dalam konseling, namun pada penelitian ini

mengenai konseling terhadap klien relaktasi. Perbedaan

dengan penelitian ini yaitu menggunakan teori interaksi

simbolik dan self-diclosure sebagai perspektif dalam

menganalisis fenomena kasus komunikasi antara

konselor dengan kliennya.

2. Skripsi dengan judul KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DALAM KONSELING (Studi Deskriptif Kualitatif

Tahapan Komunikasi Terapeutik dalam Pemulihan

Trauma Korban Kekerasan Terhadap Istri di Rifka

Annisa Women’s Crisis Center Yogyakarta) oleh Etik

Anjar Fitriarti, mahasiswa program studi Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, ditulis tahun 2017. Hasil

dari penelitian ini yaitu adanya proses komunikasi

interpersonal antara konselor dengan klien atau korban

Page 29: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

13

Kekerasan Terhadap Istri (KTI) di Rifka Annisa

Women’s Crisis Center Yogyakarta. Dan didalam

penelitian ini juga menyebutkan bahwa di dalam

konseling ini semua tahapan komunikasi terapeutik

terlaksana dengan baik, mulai dari tahap pra interaksi,

orientasi, tahap kerja dan terminasi.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode riset lapangan. Perbedaan dalam penelitian ini

pada bagian teknik pengumpulan data dan analisis data.

Skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data

pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling)

sedangkan peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data observasi, wawancara dan studi pustaka.

Selanjutnya, yang menjadi kritikan dalam penelitian ini

yaitu pada metode penelitian, peneliti hanya

menyebutkan metode riset lapangan yang dimana metode

riset lapangan ini sangat banyak jenisnya.

3. Skripsi dengan judul KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

PERAWAT TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA

DALAM PROSES PENINGKATAN KESADARAN DI

RUMAH SAKIT JIWA DR.H. MARZOEKI MAHDI

BOGOR oleh Dwi Asriani Nugraha, mahasiswa program

studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, ditulis pada tahun 2015. Kesimpulan hasil dari

penelitian ini adalah:

Page 30: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

14

(1) Pola komunikasi perawat terhadap pasien skizofrenia

di RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ialah pola

komunikasi antarpribadi. Ciri-ciri komunikasi

antarpribadi sangat masuk dalam objek penelitian ini

seperti suasananya nonformal, prosesnya terjalin

secara dua arah, umpan balik segera, dan peserta

komunikasi berada dalam jarak yang dekat.

(2) Selanjutnya hambatan-hambatan yang ditemui

perawat saat berkomunikasi dengan pasien skizofrenia

dalam penelitian ini diantaranya, faktor halusinasi

yang ada dalam diri pasien, keadaan jiwa yang belum

stabil, belum adanya rasa percaya diri pasien dengan

perawat, keengganan pasien untuk berkomunikasi, dan

ketidakpahaman perawat akan bahasa yang diucapkan

pasien ataupun sebaliknya.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

teori penetrasi sosial dengan asumsi self disclosure,

dan persamaan penelitian ini juga menitikberatkan

pada teknis komunikasi yang digunakan oleh perawat

atau terapis kepada pasien dalam proses pemulihan.

Perbedaanya terdapat pada paradigma yang

digunakan, skripsi ini menggunakan paradigma klasik

sedangkan skripsi peneliti menggunakan paradigma

kontruktivisme.

Page 31: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

15

H. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Adapun paradigma yang digunakan dalam

penelitian ini adalah paradigma kontruktivisme dalam

perspektif komunikasi, yaitu paradigma yang hampir

merupakan antitesis dari paham yang meletakkan

pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu

realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini

memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis

terhadap socially meaningful action melalui pengamatan

langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang

bersangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola

dunia sosial mereka.15

2. Metode dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan jenis

penelitian kualitatif dengan riset lapangan (field

research). Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak

menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif ini

menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi

tertentu (dalam konteks tertentu). Pendekatan kualitatif, lebih

lanjut mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir.

Oleh karena itu, urutan-urutan kegiatan dapat berubah

sewaktu-waktu tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-

gejala yang ditemukan.

15Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial

Empirik Kalasik, (Jakarta: Dapartemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia,2003),h.3

Page 32: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

16

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah Sembilan

orang yang terdiri dari enam perawat dan tiga pasien

dengan diagnosa anxiety disorder yang ada di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

Kemudian, yang menjadi objek penelitian yaitu

komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien

anxiety disorder dalam proses pemulihan di Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan yang beralamatkan di Jl. Prof. Dr.

latumenten No. 1, RT.1/RW.4, Jelambar, Grogol

Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 11460.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati

secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk

melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek

tersebut.16 Observasi yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah dengan terjun langsung ke lokasi

observasi untuk mengetahui secara langsung

16Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,

Prenada Media Group, 2006),h.106

Page 33: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

17

komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien

anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan, Jakarta.

b. Wawancara

Wawancara mendalam adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka atara

pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

interview guide, dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dengan demikian, kekhasan wawacara mendalam

adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.17

Selain metode observasi, penelitian ini juga

menggunakan metode wawancara untuk memperoleh

gambaran yang memadai dan akurat mengenai praktik

komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien

anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan, Jakarta.

Adapun nama-nama informannya sebagai

berikut:

1. Ners. Fahrudin, S.Kep

2. Ners. Darmoko, S.Kep

3. Ners. Adlan Baduwi, S.Kep

4. Dzulfan, Am.K

17Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2007), h.108

Page 34: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

18

5. Asep Aris Muwandar, Am.K

6. Magdalena Verita Intan Manik, Am.K

7. Pasien W dengan diagnose PTSD

8. Pasien D dengan diagnosa OCD

9. Pasien S dengan diagnose Anxiety

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan

dan mempelajari material-material yang tertulis dan

tersimpan, adapun dokumentasi yang dimaksud adalah

beberapa catatan, transkrip, dan buku.18 Dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini berupa profil RSJ, data

kearsipan, dan transkip wawancara dengan informan.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi langkah-langkah reduksi,

penyajian data, kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif (interactive models of analysis), seperti

yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.19

Penelitian ini bergerak di antara tiga komponen, yaitu

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/

verifikasi, dimana aktivitas ketiga komponen tersebut

18 Dr.J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grasindo,

2010),h. 111 19 Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif: buku sumber tentang

metode-metode baru, (jakarta: Penerbit Universitas Indonesia),h. 52

Page 35: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

19

bukanlah linear namun lebih merupakan siklus dalam

struktur kerja interaktif.

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan penyesuaian,

pemusatan data sehingga data tersebut disederhanakan

dari hasil data lapangan yang masih berupa kasaran

data, mereduksi data berarti merangkum, menyeleksi

atau memilih data untuk di fokuskan kedalam hal-hal

yang penting sesuai dengan penelitian, dengan adanya

reduksi data dapat memberikan gambaran data yang

lebih jelas dan memudahkan untuk melanjutkan tahap

pengumpulan data selanjutnya.

b. Penyajian data

Setelah data direduksi maka data tersebut di

sajikan dalam bentuk narasi hal ini dikarenakan

penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data

tersebut disajikan dengan uraian singkat atau bagan

atau juga bagan yang berhubungan antar kategori.

Dengan kualitatif data harus sangat mendalam dikaji,

narasumber tidak perlu banyak tetapi datanya yang

harus dalam dan banyak.

c. Penarikan kesimpuan

Langkah terakhir adalah langkah untuk menarik

kesimpulan dari data-data yang tersisa, kesimpulan

yang di dapatkan masih bersifat sementara atau belum

pasti karena harus di pastikan lagi dengan data-data

berikutnya, apabila data-data tersebut valid dan

Page 36: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

20

konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel. Penarikan

kesimpulan tentunya dilandaskan dengan teori-teori

yang ada melihat bagaimana hasil penelitian dengan

teori apakah cocok atau malah berbeda jauh dari teori.

Dalam penelitian ini peneliti menarik kesimpulan

bagaimana komunikasi terapeutik antara psikolog

dengan pasien anxiety disorder terjadi.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pembahasan skripsi secara

sistematis, peneliti membagi penulisannya ke dalam enam

bab yang terdiri atas sub-sub bab. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan merupakan penjelasan

dari latar belakang masalah penelitian yang

didalamnya juga berisi pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Page 37: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

21

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan menjelaskan teori teori

yang berkaitan dengan judul penelitian,

seperti komunikasi interpersonal, teori

penetrasi sosial, komunikasi terapeutik, dan

penjelasan yang berkaitan dengan anxiety

disorder.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini akan membahas mengenai

profil umum dari RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan, seperti sejarah berdirinya,

struktur kepengurusan, sarana dan prasarana

yang dimiliki, dan data terapis di RSJ Dr.

Soeharto Heerdjan.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini berisi penyajian data dan

temuan observasi, wawancara dan

dokumentasi yang dilakuakn di RSJ Dr.

Soeharto Heerdjan. Data tersebut berkaitan

dengan teknis komunikasi terapeutik antara

psikolog dengan pasien anxiety disorder

dalam proses pemulihan.

Page 38: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

22

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini mengenai penjelasan hasil data dan

temuan yang telah didapatkan, selanjutnya

akan dianalisis serta dikaitkan dengan teori

dengan pembahasan yang sederhana.

BAB VI PENUTUP

Bab ini merupakan akhir dari penulisan

skripsi, dimana data data yang sudah

diuraikan tersebut akan dituangkan ke

dalam suatu bentuk kesimpulan dan saran.

Page 39: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Pada dasarnya setiap orang membutuhkan

komunikasi interpersonal sebagai alat agar dapat bekerja

dengan lancar dengan orang lain dalam bidang apapun.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu suatu cara

menyampaikan dan menerima pikiran, informasi,

gagasan, perasaan bahkan emosi seseorang, tujuannya

untuk mencapai pemahaman yang sama antara

komunikator dan komunikan. Secara umum, definisi

komunikasi interpersonal adalah sebuah proses

penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari

seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu

(biasanya dalam komunikasi diadik) sehingga orang lain

tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh

komunikator.1

Menurut Deddy Mulyana, komunikasi

interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah

1Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha

Ilmu,2011),h.3

Page 40: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

24

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi

orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun

nonverbal.2 Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi

interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau

beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan

pesan secara langsung dan penerima pesan dapat

menerima dan menanggapi secara langsung pula.3

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi

yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap orang

lain, khususnya individu. Hal ini disebabkan, biasanya

pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut

bertemu secara langsung, dan tidak ada media yang

digunakan untuk menyampaikan pesan, sehingga tidak

ada jarak antara komunikator dan komunikan. Oleh

karena saling berhadapan muka, maka masing-masing

pihak dapat langsung melihat dan mengetahui respon

yang diberikan, serta mengurangi tingkat ketidakjujuran

ketika berkomunikasi.

2. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal

Sederhananya, dapat diasumsikan bahwa ketika

pengirim menyampaikan informasi kepada penerima

dalam bentuk simbol verbal dan nonverbal maka akan

2Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT

Remajaja Rosdakarya, 2008),h.81 3Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal,

(Jakarta: Kanius, 2003),h. 85

Page 41: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

25

terjadi proses komunikasi interpersonal. Berdasarkan

asumsi tersebut maka dapat dikatakan bahwa dalam

proses komunikasi interpersonal terdapat komponen-

komponen komunikasi yang bekerja. Suranto AW

mengemukakan komponen-komponen komunikasi

interpersonal sebagai berikut:4

a. Sumber/ Komunikator

Dalam konteks komunikasi interpersonal,

komunikator adalah individu yang menciptakan,

memformulasikan, dan menyampaikan pesan.

b. Encoding

Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi

pikiran ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan

sebagainya sehingga komunikator merasa yakin

dengan pesan yang disusun dan cara

penyampaiannya.

c. Pesan

Pesan merupakan hasil encoding. Komunikasi akan

efektif apabila komunikan menginterpretasi makna

pesan sesuai yang diingikan oleh komunikator.

d. Saluran

Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari

sumber ke penerima atau yang menghubungkan

orang ke orang lain secara umum.

e. Penerima/Komunikan

4Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011),h.7

Page 42: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

26

Komunikan adalah seseorang yang menerima,

memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam

proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat

aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses

interpretasi dan memberikan umpan balik.

f. Decoding

Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri

penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan

macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa

kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah

kedalam pengalaman- pengalaman yang mengandung

makna.

g. Respon

Yaitu apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk

dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan.

Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif.

h. Gangguan (Noise)

Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau

membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan,

termasuk yang bersifat fisik dan psikis.

i. Konteks Komunikasi

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks

tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang,

waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada

lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya

komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan.

Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan

Page 43: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

27

komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi,

siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai

sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana

komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah,

norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.

3. Ciri – Ciri Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa ciri komunikasi interpersonal menurut

Suranto diantaranya:5

a. Arus pesan dua arah.

Komunikasi interpersonal menempatkan sumber

pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar,

sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan

mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan

komunikan dapat berganti peran secara cepat.

b. Suasana nonformal.

Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung

dalam suasana nonformal. Relevan dengan suasana

nonformal tersebut, pesan yang dikomunikasikan

biasanya bersifat lisan bukan tertulis.

c. Umpan balik segera.

Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya

mempertemukan para pelaku komunikasi secara

bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui

dengan segera.

5Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011),h.14

Page 44: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

28

d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat.

Komunikasi interpersonal merupakan metode

komunikasi antar individu yang menuntut agar

peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik

jarak dalam arti fisik maupun psikologis.

e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan

secara stimultan dan spontan, baik secara verbal

maupun nonverbal.

4. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi merupakan langkah langkah

yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi.

Singkatnya, proses komunikasi digambarkan sebagai

proses menghubungkan pengirim dengan penerima

pesan. Prosesnya terdiri dari enam langkah sebagai

berikut:

Gambar 2.1

Proses Komunikasi Interpersonal6

6Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011),h.11

Page 45: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

29

Dari gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa

secara tidak sadar ketika kita ingin berkomunikasi

dengan orang lain maka kita akan melewati enam

langkah tersebut. Pertama, seseorang komunikator

mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan

orang lain. Kedua, Encoding oleh komunikator adalah

tindakan mengungkapkan isi pikiran atau konsep ke

dalam simbol, kata, dan sebagainya. Sehingga

komunikator dapat memiliki keyakinan terhadap pesan

yang disusun dan cara penyampaiannya. Ketiga,

pengiriman pesan kepada orang yang dikehendaki

koresponden memilih saluran komunikasi, seperti

telepon, SMS, e-mail, surat, atau komunikasi tatap

muka. Keempat, selanjutnya pesan yang dikirim oleh

komunikator telah diterima oleh komunikan. Kelima,

decoding oleh komunikan merupakan kegiatan internal

dalam diri penerima, dalam hal ini decoding merupakan

proses memahami makna dari pesan tersebut. Keenam,

pada tahap inilah setelah komunikan menerima pesan

dan memahaminya, komunikan akan memberi respon

atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seorang

komunikator dapat mengevaluasi efektivitas

komunikasi.

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan

bahwa proses komunikasi interpersonal berlangsung

sebagai sebuah siklus, artinya uman balik yang

Page 46: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

30

diberikan oleh komunikan menjadi bahan bagi

komunikator untuk merancang pesan berikutnya.

5. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu

tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan

komunikasi interpersonal bermacam-macam,

diantaranya:

a. Menemukan diri sendiri.

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah

menemukan personal atau pribadi. Komunikasi

interpersonal memberikan kesempatan kepada kita

untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau

mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita

dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan

yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah

laku kita.7

b. Menemukan dunia luar.

Dengan komunikasi interpersonal menjadikan kita

dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan

orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak

informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi

interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi

yang datang kepada kita dari media massa hal itu

7Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,

2005),h.168

Page 47: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

31

seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau

didalami melalui interaksi interpersonal.8

c. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku.

Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan

menerima pesan, berarti komunikan telah mendapat

pengaruh dari proses komunikasi. hal itu disebabkan

karena pada dasarnya komunikasi adalah sebuah

fenomena, sebuah pengalaman, setiap pengalaman

akan memberi makna pada situasi tertentu, termasuk

memberi makna terhadap kemungkinan terjadinya

perubahan sikap.9

d. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti.

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah

membentuk dan memelihara hubungan dengan orang

lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam

komunikasi interpersonal diabadikan untuk

membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan

orang lain.10

e. Memberikan bantuan (konseling).

Ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional

mereka untuk mengarahkan kliennya. Dalam

kehidupan sehari-hari komunikasi interpersonal dapat

8Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,

2005),h.168 9Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011),h.21 10Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,

2005),h.168

Page 48: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

32

dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi

orang lain yang membutuhkan.

B. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan

kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien.

Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan

salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang

dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk

membantu proses penyembuhan pasien.11 Menurut

Priyanto, komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau

keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi

terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis dan

belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.12

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi

biasanya, pada komunikasi terapeutik selalu dapat tujuan

atau arah yang lebih spesifik untuk berkomunikasi.

Stuart dalam buku Suciati menyatakan bahwa

untuk komunikasi ini menggunakan prinsip hubungan

interpersonal. Istilah ini juga sering dipakai dalam

psikologi konseling dalam hubungan antara psikolog dan

klien. Klien secara sukarela akan mengekspresikan

perasaan dan pikirannya, sehingga beban emosi dan

11Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.11 12Priyanto, Farmakoterapi Dasar untuk Mahasiswa Keperawatan dan

Farmasi, (Jakarta: Leskonfi, 2009),h.143

Page 49: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

33

ketegangan yang dirasakan dapat hilang sama sekali dan

kembali seperti semula.13 Komunikasi ini meliputi

informasi untuk seorang individu yang berkaitan dengan

kondisi kesehatan individu, bagaimana perawatan yang

dilakukan, pemberian terapi atau penyampaian

pendekatan alternatif yang mana secara tidak langsung

termasuk bentuk melayani pasien secara komunikatif.14

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan

secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk

kesembuhan pasien. Manfaat komunikasi terapeutik

diantarnya:

a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara

perawat/terapis dengan pasien.

b. Mengidentifikasi, mengekspresikan emosi, dan

mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan yang

dilakukan oleh perawat/terapis.

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Stuart dan Sundeen, menyatakan beberapa hal

tentang tujuan umum dari sebuah hubungan terapeutik:15

a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya

kehormatan diri

13Suciati, Psikologi Komunikasi sebuah Tinjauan Teoritis dan Perspektif

Islam, (Yogyakarta: Buku Literia Yogyakarta),h.199 14Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007),h.51 15Nurjannah, Komunikasi Terapeutik (Dasar-dasar komunikasi bagi

perawat), (Yogyakarta: Mocomedia,2005),h. 42

Page 50: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

34

b. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya

kehormatan diri.

c. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman,

saling ketergantungan, hubungan interpersonal dengan

kapasitas memberi cinta.

d. Mendorong fungsi dan meningkatkan terhadap

kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan

pribadi yang realistik.

Singkatnya, tujuan komunikasi terapeutik adalah

menyediakan tempat yang aman bagi pasien untuk

mengetahui pengalaman penyakit dan memberikan

informasi dan dukungan emosional yang dibutuhkan

setiap pasien untuk mencapai kesehatan dan

kesejahteraan yang maksimal. Dalam banyak hal,

perawat bertindak sebagai pendamping yang terampil,

dan menggunakan komunikasi sebagai alat utama untuk

mencapai tujuan kesehatan.

3. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Menurut Arwani ada tiga hal yang menjadi dasar

dari ciri-ciri komunikasi terapeutik:16

a. Keikhlasan (Genuiness)

Dalam rangka membantu klien, perawat harus

menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan, yang

dimiliki terhadap keadaan klien. Apa yang dipikirkan

dan dirasakan tentang individu dan dengan siapa dia

16Arwani, Komunikasi Dalam Keperawatan, (Jakarta: ECG, 2002),h.24

Page 51: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

35

berinteraksi selalu dikomunikasikan pada individu,

baik secara verbal ataupun non verbal. Perawat yang

mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai

kesadaran mengenai sikap yang dimiliki terhadap

pasien sehingga mampu belajar untuk

mengkomunikasikan secara tepat.

b. Empati (Empathy)

Empati merupakan perasaan “pemahaman” dan

“penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami

pasien dan kemampuan merasakan dunia pribadi

pasien. Empati cenderung bergantung dengan

kesamaan pengalaman di antara orang yang terlibat

dalam komunikasi. Empati dapat diekspresikan

melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika

dibutuhkan, seperti memperlihatkan kesadaran tentang

apa yang saat ini sedang dialami oleh pasien/klien.

c. Kehangatan (Warmth)

Dengan adanya kehangatan, perawat akan mendorong

pasien untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan

mereka dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan

tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.

4. Teknik Komunikasi Terapeutik

Dalam menjalankan komunikasi terapeutik, ada

beberapa teknik yang harus diketahui dan dikuasai oleh

perawat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi perkataan

Page 52: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

36

yang akhirnya hanya memperburuk kondisi pasien.

Adapun teknik yang dimaksud di antaranya:17

a. Mendengarkan (Listening)

Dalam hal ini perawat berusaha mengerti pasien

dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan

pasien.

b. Bertanya (Question)

Bertanya merupakan teknik yang dapat mendorong

pasien untuk mengungkapkan perasaan dan

pikirannya.

c. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)

Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban “Ya” atau

“Mungkin”, tetapi pertanyaan yang memerlukan

jawaban yang luas sehingga pasien dapat

mengungkapakan masalahnya.

d. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata

kata sendiri

Melalui pengulangan kata-kata pasien, perawat

memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan

yang disampaikan oleh pasien dan berharap pasien

akan terus melanjutkan ceritanya.

e. Mengklarifikasi

Klarifikasi terjadi pada saat perawat berusaha untuk

menjelaskan dalam kata-kata, ide tau gagasan yang

tidak jelas dikatakan oleh pasien.

17Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.14

Page 53: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

37

f. Memfokuskan (Focusing)

Teknik ini bertujuan untuk membatasi bahan

pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih

spesifik dan dimengerti.

g. Menyatakan hasil observasi

Perawat harus memberikan umpan balik kepada

pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya

sehingga pasien dapat mengetahui apakah pesannya

diterima dengan benar.

h. Menawarkan informasi

Memberikan informasi tambahan merupakan tindakan

penyuluhan kesehatan untuk pasien.

i. Diam (Silence)

Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat

dan klien untuk mengorganisikan pikirnanya.

j. Meringkas

Teknik meringkas ini membantu mengingat topik

yang telah dibahas sebelum meneruskan pembahasan

selanjutya.

k. Humor

Dengan menghadirkan humor akan mengurangi

ketengangan dan rasa sakit akibat stress dan

meningkatkan keberhasilan perawat.

l. Menempatkan kejadian secara berurut

Menempatkan kejadian secara urut akan membantu

perawat dan pasien untuk melihat masalah dari suatu

perspektif.

Page 54: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

38

m. Memberi kesempatan pasien untuk menyampaikan

persepsinya

Pasien harus merasa bebas dan menguraikan

persepsinya kepada perawat.

n. Asertif

Kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman

untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan diri

dengan tetap menghargai orang lain.

5. Tahapan- Tahapan Komunikasi Terapeutik

Dalam menjalankan komunikasi terapeutik, terapis

harus melewati empat tahapan, yaitu:18

a. Fase Pra-interaksi

Pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan

pasien. Perawat mengumpulkan data tentang pasien

terlebih dahulu, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan

membuat perencaan pertemuan dengan pasien.

b. Fase Orientasi

Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan

pasien untuk pertama kalinya. Hal utama yang perlu

dikaji adalah alasan pasien meminta pertolongan yang

akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-

pasien. Pada tahap ini perawat mencoba untuk

menggali informasi singkat tentang pasien, seperti

menanyakan namanya, kegiatan yang ia lakukan

sehari hari dan sebagainya.

18Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21

Page 55: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

39

c. Fase Kerja

Pada fase kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan

yang dilakukan adalah memberi kesempatakan pada

pasien untuk bertanya. Tahap ini merupakan inti dari

keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Pada tahap

ini para perawat mengatasi masalah yang dihadapi

oleh pasien, perawat akan mengeksplorasi dan

mendorong perkembangan kesadaran diri dengan

menghubungkan persepsi, perasaan, dan perilaku

pasien.

d. Fase Terminasi

Pada tahap ini yang dilakukan perawat adalah

menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan

klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)

dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

6. Faktor Pengahambat Komunikasi Terapeutik

Dalam melakukan sebuah komunikasi salah

satunya komunikasi yang terapeutik dapat dipengaruhi

beberapa faktor (Potter dan Perry, 1993):19

a. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk

komunikasi dalam dua aspek, yaitu tingkat

perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan

untuk menggunakan teknik komunikasi tertentu dan

19Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.3

Page 56: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

40

untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan.

Agar dapat berkomunikasi efektif seorang perawat

harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari

sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut.

Adalah sangat berbeda cara berkomunikasi anak usia

remaja dengan anak usia balita.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang

terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi

dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan

persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya

komunikasi.

c. Gender

Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya

komunikasi yang berbeda dan memiliki interpretasi

yang berbeda terhadap suatu percakapan. Tannen

(1990) menyatakan bahwa kaum perempuan

menggunakan teknik komunikasi untuk mencari

konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan

meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki

lebih menunjukan indepedensi dan status dalam

kelompoknya.

d. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku

sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai

seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi

nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi

Page 57: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

41

yang tepat dengan klien.

e. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara

bertindak dan komunikasi.

f. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu

kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan

mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan

orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan

keluarganya sehingga mampu memberikan asuhan

keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu

mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar

dalam melakukan asuhan keperawatan tidak

terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

g. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi

yang dilakukan. Seseorang dengan tingkat

pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan

yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi. Hubungan akan

terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan

perawat tentang komunikasi terapeutik baik tujuan,

manfaat dan proses yang akan dilakukan. Perawat

juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien

sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan

akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang

Page 58: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

42

tepat pada klien secara profesional.

h. Peran dan Hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan

antar orang yang berkomunikasi. Berbeda dengan

komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas,

komunikasi antar perawat klien terjadi secara formal

karena tuntutan profesionalisme.

i. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi

komunikasi efektif. Suasana yang bising, tidak ada

privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan,

ketegangan dan ketidaknyamanan. Untuk itu perawat

perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman

sebelum memulai interaksi dengan pasien. Menurut

Ann Mariner (1986) lingkungan adalah seluruh

kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhinya

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

j. Jarak

Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. jarak tertentu

menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat

dimisalkan dengan individu yang merasa terancam

ketika seseorang yang tidak dikenal tiba tiba berada

pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal

tersebut juga dialami perawat dengan pasien pada saat

pertama kali berinteraksi.

Page 59: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

43

C. Anxiety Disorder

1. Pengertian Anxiety Disorder

Anxiestas atau kecemasan adalah suatu keadaan

aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan

bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Kecemasan merupakan suatu keadaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi

umum dari ketidakmampuan untuk mengatasi masalah

atau adanya rasa tidak nyaman. Perasaan yang tidak

menentu pada umumnya tidaklah menyenangkan yang

mana nantinya akan menimbulkan perasaan fisiologis

dan psikologis.20 Menurut Craig, kecemasan dapat

diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak tenang, rasa

khawatir atau ketakutan terhadap seseuatu yang tidak

jelas dan tidak diketahui.21 Dari pernyataan beberapa ahli

tersebut dapat disimpulkan kecemasan adalah respon

pribadi terhadap situasi yang tidak menyenangkan tanpa

rasa aman yang ditandai dengan perubahan perilaku.

Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah

suatu gangguan yang dialami dari adanya perasaan takut

dan cemas yang tingkatannya tidak sebanding dengan

proporsi ancaman. Gangguan ini dapat berupa perasaan

khawatir, cemas yang berat menyeluruh dan

menetap/bertahan lama, dan disertai dengan gejala

20Nevid, Jeffrey S, dkk, Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 1,

(Jakarta: Erlangga, 2005),h.163 21Diyan Indriyani & Asmuji, Buku Ajar keperawatan Martenitas,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006),h.12

Page 60: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

44

somatik (motorik & otonomik) yang menyebabkan

gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan atau

perasaan nyeri hebat, serta perasaan tak enak.22

Gangguan kecemasan berbeda dengan kecemasan sehari-

hari yang mungkin kita temui. Kecemasan ini tidak

terkendali dan tidak proporsional dengan bahaya

sebenarnya yang mungkin dihadapinya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Asmadi ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi kecemasan, yaitu faktor internal atau

dalam diri sendri dan faktor eksternal atau dari

lingkungan luar:23

a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi

ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan

kebutuhan dasar.

b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu, adanya sesuatu

yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga

diri, kehilangan status atau peran dan hubungan

interpersonal.

Sedangkan menurut Atkrinson, kecemasan dapat

timbul dari situasi apapun yang bersifat mengancam

22Tristiadi Ardi & Noor Rochman, Psikologi Abnormal, (Bandung:

Lubuk Agung, 2011),h.13 23Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, (Jakarta: EGC,2008),h.53

Page 61: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

45

kebebasan individu. Kecemasan tersebut bisa timbul

karena adanya:24

1. Threat (Ancaman)

Ancaman dapat disebabkan oleh sesuatu yang benar-

benar realistis dan juga yang tidak realistis,

contohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa dan psikis.

2. Conflict (Pertentangan)

Timbul karena adanya dua keinginan yang bertolak

belakang.

3. Fear (Ketakutan)

Ketakutan akan segala sesuatu yang dapat

menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian

atau ketakutan adanya penolakan.

4. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Kebutuhan manusia sangatlah kompleks dan jika ada

yang tidak terpenuhi maka rasa cemas itu timbul.

3. Ciri- Ciri Gangguan Kecemasan25

1. Ciri-Ciri Fisik dari Kecemasan

a. Gelisah/ gugup

b. Nafas tersendat

c. Tangan atau tubuh gemetar

d. Kekencangan dari pori pori kulit perut dan dada

24Atkinson, Rita, Dkk, Pengantar Psikologi Jilid 2. Alih Bahasa:

Nurdjanah Taufik, (Jakarta: Erlangga,1983),h.212 25Nevid, Jeffrey S, dkk, Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 1,

(Jakarta: Erlangga, 2005),h.164

Page 62: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

46

e. Banyak keringat

f. Pingsan

g. Sulit bicara

h. Anggota tubuh mati rasa

i. Mual

j. Panas dingin

2. Ciri-Ciri Behavioral dari Kecemasan

a. Perilaku menghindar

b. Perilaku melekat dan dependen

c. Perilaku terguncang

3. Ciri-Ciri Kognitif dari Kecemasan

a. Khawatir tentang sesuatu

b. Perasaan terganggu akan ketakutan di masa depan

c. Keyakinan sesuatu yang buruk akan segera terjadi

d. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa

e. Berfikir bahwa semuanya tidak bisa dikendalikan

f. Semua hal terasa membingungkan

g. Sulit berkonsentrasi

h. Ketakutan menghadapi masalah

4. Jenis-Jenis Gangguan Kecemasan

Laura di dalam buku Psikologi Umum mengatakan ada

lima jenis gangguan kecemasan yang mana semuanya

berbeda- beda:26

1. Gangguan Kecemasan Tergeneralisasi

26A. King, Laura, Psikologi Umum, (Jakarta : Salemba

Humanika,2010),h.301-307

Page 63: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

47

Gangguan kecemasan tergeneralisasi atau yang sering

disebut dengan generalized anxiety disorder (GAD)

yang terdiri atas kecemasan yang bertahan untuk

setidaknya 6 bulan dan bertahan terus menerus.

2. Gangguan Panik

Gangguan kecemasan yang ditandai dengan

kemunculan ketakutan akan teror yang tiba tiba datang

dan berulang. Serangan panik sering kali muncul

tanpa peringatan terlebih dahulu dan menghasilkan

denyut jantung yang sangat cepat, nafas menjadi

sangat pendek, sakit di dada, gemetar, berkeringat,

pusing dan perasaan tidak berdaya.

3. Gangguan Fobia

Phobic disorder adalah sebuah bentuk gangguan

kecemasan di mana individu memiliki kekuatan yang

orrasional, berlebihan dan persisten akan suatu objek

tertentu atau situasi.

4. Gangguan Obsesif-Kompusif

Obsessive-complusive disorder atau OCD adalah

gangguan kecemasan dimana individu memiliki

pikiran pikiran yang menimbulkan kecemasan yang

tidak dapat hilang begitu saja (obsesi) dan dorongan-

dorongan untuk melakukan perilaku berulang.

5. Gangguan Stress Pascatrauma

Post-tarumatic stress disorder atau PTSD adalah

sebuah gangguan kecemasan yang berkembang

melalui paparan terhadap suatu kejadian traumatis,

Page 64: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

48

situasi-situasi yang menekan, penyiksaan yang parah,

dan bencana alam maupun bencana akibat kelalaian

manusia.

5. Tingkat Kecemasan

Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki

objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas

berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas

untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,

tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan

kehidupan.

Rentang respon kecemasan menggambarkan suatu

derajat perjalanan cemas yang dialami individu, seperti

gambar dibawa ini:

Gambar 2.2 Rentang Respon Kecemasan

Tingkat Kecemasan adalah suatu rentang respon

yang membagi individu apakah termasuk cemas ringan,

Page 65: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

49

sedang, berat atau bahkan panik. Beberapa kategori

kecemasan menurut Stuart (2007):27

1. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan

yang menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas.

2. Kecemasan sedang

Kecemasan ini memungkinkan individu untuk

berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Kecemasan sedang ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian, individu mengalami tidak perhatian yang

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untuk melakukannya.

3. Kecemasan berat

Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang

persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada

sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area

lain.

27Stuart dan Sundden, Buku Saku Keperawatan Edisi Jilid 5, (Jakarta:

EGC,2007)

Page 66: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

50

4. Tingkat Panik pada Kecemasan

Tingkat paling atas ini berhubungan dengan

terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci

terpecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panik

tidak mampu melalukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan

menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat

kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat

terjadi kelelahan dan kematian.

D. Teori Penetrasi Sosial

1. Pengertian Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial (Social Penetration Theory)

dikembangkan di Amerika pada tahun 1973 oleh dua

orang ahli psikologi, Irwan Altman dan Dalmas A.

Taylor. Mereka mengajukan sebuah konsep penetrasi

sosial yang menjelaskan bagaimana berkembangnya

kedekatan hubungan. Teori penetrasi sosial

dikembangkan untuk membantu memahami bagaimana

self-disclosure atau pengungkapan diri memfasilitasi

kedekatan hubungan dan tahapan yang harus dilalui

masing masing individu agar dapat berjalan sebagaimana

Page 67: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

51

mereka bergerak dari derajat kedekatan yang minim ke

hubungan yang lebih dekat lagi.

Teori penetrasi sosial (Social Penetration Theory)

mengacu pada sebuah proses pengikatan hubungan di

mana individu-individu bergerak dari komunikasi

superfisial menuju komunikasi yang lebih intim. Munurut

Altman dan Taylor, keintiman yang dimaksud lebih dari

sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari

keintiman termasuk intelektual dan emosional, dan

hingga pada batasan di mana pasangan melakukan

aktivitas bersama.28 Teori penetrasi sosial berupaya

mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan

keintiman seseorang dalam menjalani hubungan dengan

orang lain.29 Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan

teori ini mempelajari tentang bagaimana seseorang

meningkatkan kualitas hubungannya, bermula dari

keengganan seseorang untuk berbicara sampai kepada

keterbukaan antara satu sama lain.

Menurut Altman dan Taylor (1973), hubungan

yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang lebih

intim karena adanya keterbukaan diri. Berdasarkan

konsep dasar teori penetrasi sosial terdapat empat asumsi

dasar, yaitu:30

28Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.196 29Morissan, Teori Komunikasi Individual Hingga Massa, (Jakarta:

Kencana Prenada Group, 2013),h.296 30Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.199

Page 68: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

52

1. Hubungan-hubungan mengalami perkembangan

kedekatan. Saat pertama kali bertemu seseorang, kita

akan memiliki penilaian terhadap orang tersebut dan

berinteraksi mengenai hal hal yang ringan.

2. Perkembangan hubungan sistematis dan dapat

diprediksi.

3. Perkembangan hubungan mencangkup penarikan diri

(depenetrasi) dan disolusi. Perkembangan hubungan

tidak selalu maju tetapi juga mengalami pemunduran

karena salah satu dari mereka menarik diri. Hal ini

terjadi karena konflik atau perbedaan pendapat pada

saat berinteraksi yang tidak selalu berjalan dengan

baik atau dimaknai positif.

4. Pembukaan diri (self disclosure) merupakan inti dari

perkembangan hubungan. Proses pembukaan diri

dimana sikap individu mulai terbuka dan mengatakan

informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain.

Informasi yang diberikan biasanya bersifat signifikan

mengenai data diri kita, masalah atau kejadian yang

menimpa kita.

2. Tahapan Proses Penetrasi Sosial

Penetrasi sosial merupakan proses bertahap,

dimulai dari komunikasi yang tidak akrab hingga

berbagi informasi yang menyangkut topik pembicaraan

yang lebih pribadi, seiring dengan berjalannya hubungan

Page 69: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

53

orang akan membiarkan orang lain untuk mengenali

dirinya secara bertahap.31

Gambar 2.3

Tahapan Penetrasi Sosial32

1. Tahap Orientasi (Orientasi Stage); Membuka Sedikit

Demi Sedikit.

Pada tahap ini, hanya sebagian kecil dari diri kita yang

terungkap kepada orang lain. Ucapan atau komentar

yang disampaikan orang biasanya bersifat basa-basi

yang hanya menunjukkan informasi permukaan atau

apa saja yang tampak secara kasat mata pada diri

individu.

2. Tahap Penjajakan Afektif (Exploratory Affective

Exchange Stage); Munculnya Diri.

Tahap pertukaran penjajakan afektif (exploratory

affective exchange stage) merupakan perluasan area

publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari

kepribadian seseorang individu mulai muncul. Tahap

ini terjadi ketika orang mulai memunculkan

31S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka,

1994),h.80 32Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.205

Page 70: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

54

kepribadian mereka kepada orang lain. Apa yang

sebelumnya merupakan wilayah pribadi, sekarang

menjadi wilayah publik.

3. Tahap Pertukaran Afektif (Exploratory Exchange

Stage); Komitmen dan Kenyamanan.

Tahap pertukaran afektif (exploratory exchange stage)

termasuk interaksi yang lebih santai di mana

komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu

membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan

sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara

keseluruhan. Tahap ini ditandai munculnya hubungan

persahabatan yang dekat atau hubungan antara

individu yang lebih intim. Pada tahap ini juga muncul

perasaan kritis dan evaluatif pada level yang lebih

dalam.

4. Tahap Pertukaran Stabil (Stable Exchange Stage);

Kejujuran Total dan Keintiman.

Tahap ini merupakan tahap dimana pengungkapan

pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka.

Dalam tahap ini yang terlibat dalam komunikasi

sedang pada tingkat keintiman yang tinggi.

Altman dan Taylor menggunakan analogi bawang

untuk menjelaskan proses teori penetrasi sosial. Pada

hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan

kepribadian. Jika kita mengupas lapisan terluar dari

Page 71: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

55

sebuah bawang, maka kita akan menemukan lapisan yang

lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.33

Dari uraian diatas, peneliti memilih teori penetrasi

sosial dikarenakan dengan teori ini peneliti dapat melihat

bagaimana pengungkapan diri dapat memfasilitasi

kedekatan hubungan dan tahapan yang harus dilalui

perawat dan pasien agar dapat berjalan sebagaimana

mereka bergerak dari derajat kedekatan yang minim ke

hubungan yang lebih dekat lagi. Selanjutnya ketika

hubungan berkembang, maka perawat dengan pasien

akan lebih mampu mengelola atau melakukan koordinasi

terhadap silkus keterbukaan. Masalah waktu dan

seberapa jauh keterbukaan, semakin lebih dapat diatur.

Dengan kata lain, pasangan dapat mengatur kapan harus

terbuka dan seberapa jauh keterbukaan dapat dilakukan,

yang merupakan kebutuhan fleksibilitas dalam hubungan.

33Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.200

Page 72: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

56

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sebelumnya

bernama Rumah Sakit Jiwa Grogol yang didirikan

berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda

(Koninklijkbesluit) tertanggal 30 Desember 1865 No.100

dan berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal (Gouverneur

General) tertanggal 14 April 1867, namun pembangunannya

baru dimulai pada tahun 1876. Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan berdiri di atas tanah seluas 64.850 M2.

Uuntuk menghilangkan stigma masyarakat tentang rumah sakit,

maka pihak rumah sakit mengambil kebijakan yaitu :

1. Pada tahun 1973 Rumah Sakit Jiwa Grogol dirubah

namanya menjadi Rumah Sakit Jiwa Jakarta.

2. Pada tahun 1993 dirubah dengan nama Rumah Sakit Jiwa

Pusat Jakarta.

3. Kemudian terakhir pada tahun 2002 dirubah lagi menjadi

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sampai dengan

sekarang.

Nama Rumah Sakit ini diambil dari nama Dr.

Soeharto Heerdjan. Dr. Soeharto Heerdjan lahir tanggal 22

Juli 1925 di Surabaya. Beliau tamat SMA Tahun 1944, dan

Page 73: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

57

langsung melanjutkan pendidikan kedokteran tetapi baru

tingkat 2 pendidikannya terhenti karena pecah Revolusi

Kemerdekaan. Kemudian Beliau melanjutkan lagi Fakultas

Kedokteran Klaten hanya secara administratif, karena

Beliau masuk angkatan bersenjata, sebagai Kapten TRI-TNI

dan tak sempat turut kuliah karena ditahan oleh pihak

Belanda.

Selama kurang lebih 3 tahun tawanan dibebaskan pada

tahun 1950 dan meneruskan studi di Fakultas Kedokteran

Universitas Indonasia, dan lulus Sarjana Kedokteran pada

tahun 1953 yang kemudia pada tahun 1957 lulus sebagai

dokter. Selanjutnya Beliau melanjutkan pendidikan

Spesialisasi Psikiatrik tahun 1961. Beliau wafat pada tahun

2000 dan dimakamkan di Tanah Kusir Jakarta. Pada tahun

2002 nama Beliau diabadikan sebagai nama RS Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta.1

Adapun landasan hukum Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan sebagai berikut:2

1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

2. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit.

3. Peratutan Pemerintah No.23 / 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan BLU

1Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019. 2Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.

Page 74: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

58

4. Kep. Menkes R.I No.277/KMK.05/2007 Tentang

Penetapan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada

Departemen Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah yang

Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum.

5. Kep. Menkes R.I. No. 765/Menkes/SK/VI/2007 tentang

Penetapan 15 (lima belas) Rumah Sakit Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Dep.Kes. dengan menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan BLU.

6. Peraturan Menkes R.I. No. 252/Menkes/Per/III/2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan.

7. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.03/I/2145/2014

tentang Penetapan RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

sebagai Rumah Sakit Pendidikan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.03/I/0847/2015

tentang Izin Operasional Rumah Sakit Khusus Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan Jakarta sebagai Rumah Sakit Khusus

Jiwa Kelas A.

B. Visi , Misi dan Nilai Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan3

Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi yang

digunakan sebagai pegangan perusahaan dalam menjalankan

usahanya agar pada jalur yang benar sesuai dengan tujuan

3Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.

Page 75: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

59

awal perusahaan. Berikut ini adalah visi dan misi dari

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan:

1. Visi

“Masyarakat Sehat Yang Mandiri Dan Berkeadilan”

2. Misi

a. Menyediakan kegiatan promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif yang profesional dan bermutu

berbasis layanan neuropsikiatri.

b. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang

Kompeten dan Profesional.

c. Meningkatkan sarana prasarana untuk mendukung

terwujudnya layanan-layanan unggulan dan pusat

rujukan layanan neuropsikiatri.

d. Menyediakan Pendidikan Kesehatan Jiwa sesuai

Standar RS Pendidikan.

e. Menyediakan Penelitian dan pelatihan yang berbasis

layanan neuropsikiatri.

3. Nilai (Value)

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeahrto Heerdjan mempunyai

singkatan RSJSH yang mana setiap hurufnya mempunyai

nilai yang mencerminkan rumah sakit:4

R : Responsibility (Bertanggung Jawab)

S : Sincerely (Ketulusan)

J : Justice (Berkeadilan)

S : Social (Sosial)

H : Humanity (Manusiawi)

4Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.

Page 76: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

60

C. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan5

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan sebagai

unsur dari pelayanan instansi pemerintah yang berfungsi

sebagai penyelengaraan layanan unggulan dan pusat rujukan

layanan neuropsikiatri, dan juga berfungsi sebagai

penyelenggara penelitian dan pelatihan serta pendidikan

kesehatan jiwa. Berikut beberapa fasilitas pelayanan yang

tersedia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan:

1. Pelayanan Unggulan

a. Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja

Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja hadir

memberikan layanan kepada masyarakat dengan

model onestop services, tujuanya:

- Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

anak dan remaja.

- Mendorong peran keluarga dan masyarakat untuk

mengatasi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja

dengan peningkatkan pengetahuan dan

keterampilan.

- Mengembangkan dan meningkatkan mutu,

pemerataan dan jangkauan pelayanan kesehatan

jiwa anak dan remaja secara terpadu.

- Menjadi layanan unggulan, pusat rujukan nasional

dan pusat penelitian.

5Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.

Page 77: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

61

Layanan yang diberikan:

1. ADHD dan Autism Center

2. Layanan Rawat Jalan/ Day Care

3. Layanan Rawat Inap

4. Konsultasi Psikiatri Anak dan Remaja

5. Layanan Elektrofisiologi

b. Medical Check-Up Kesehatan Jiwa

1. Pemeriksaan Skrining & Deteksi Dini

- Profil Kepribadian

- Pemeriksaan Tes Minat dan Bakat

- Kapasitas Kerja

- Pemeriksaan Test MMPI

- Penggunaan Napza / Narkoba

- Gangguan Tidur

- Masalah Psikogeriatri

- Surat Keterangan Kesehatan Jiwa

- Surat Keterangan Bebas Narkoba

- Surat Keterangan Sehat.

2. Tindakan

- Tes Psikometrik

- Tes Psikologi

- EEG Brainmapping

- EEG Biofeedback

- Tes Neuropsikiatri

c. Rehabilitasi Medik

1. Jenis layanan:

Page 78: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

62

- Klinik Rehabilitasi Medik

- Rehabilitasi Psikososial Rawat Inap

- Rehabilitasi Psikososial Rawat Jalan; Day Care

- Rehabilitasi Psikososial Rawat malam; Night

Care

2. Macam-macam layanan Rehabilitasi Psikososial

- Psikofarmaka

- Psikoedukasi

- Manajemen Kasus

- Latihan keterampilan sosial

- Latihan keterampilan Hidup

- Rehabilitasi Kognitif

- Komunikasi

- Terapi Vokasi

- Terapi Occupational

- Dukungan Hidup

- Spiritual

2. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan Rawat Jalan dilaksanakan Senin – Jumat jam

08.00 – 14.00 WIB. Jenis pelayanan:

a. Poliklinik Psikiatri Dewasa:

- Klinik Psikosis

- Klinik Ansietas

- Klinik Depresi dan Bipolar

- Klinik Adiksi

- Klinik Eksekutif Sore

b. Klinik Konsultasi Psikologi

Page 79: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

63

c. Klinik Gigi

d. Klinik Neurologi

e. Klinik Penyakit Dalam

f. Klinik Psikogeriatri

g. Klinik TB Dots

h. Terapi ECT

3. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap dapat menampung pasien sebanyak

300 orang, yang terbagi atas 12 ruangan dengan

perawatan intensif, perawatan intermediate dan

rehabilitasi. Kelas perawatan terdiri dari : Kelas VIP, I,

II, dan III.

a. Ruang Rawat Akut

b. Ruang Rawat Intermediate

c. Ruang Rawat Rehabilitasi

d. Ruang Rawat Komorbid Psikiatri dan Fisik

4. Pelayanan dan Kesehatan Jiwa Masyarakat

a. Memberikan edukasi kesehatan jiwa kepada

masyarakat sebagai upaya promotif dan preventive.

b. Melakukan promosi pelayanan yang tersedia di

RSJSH.

c. Kegiatan:

- Penyuluhan

- Penjemputan Pasien Dinas Sosial

- Car Free Day

- MMHS (Mental Mobile Health Service)

- Deteksi Dini Gangguan Jiwa

Page 80: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

64

5. Pelayanan Gawat Darurat

a. Kondisi Yang Bisa di Tangani:

- Kegawat daruratan Psikiatri

- Kegawatdaruratan Fisik

b. Fasilitas:

- Layanan 24 Jam

- Ambulance

- Elektro Kardio Grafi

- Bedside Monitor

c. Melayani Pasien:

- Umum

- BPJS

- JKM

- TKI

6. Pelayanan Penunjang Medik

Pelayanan Pelayanan Penunjang medik RSJSH didukung

dengan tenaga profesional serta peralatan modern dan

canggih.

a. Pelayanan Radiologi

b. Pelayanan Laboratorium

c. Pelayanan ECT

d. Pelayanan EKG

e. Pelayanan Brain Mapping

f. Pelayanan USG

g. Pelayanan Psikoedukasi

h. Pelayanan Tova

i. Pelayanan Test IQ

Page 81: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

65

j. Pelayanan Farmasi

k. Pelayanan Gigi

l. Pelayanan Gizi

7. Pelayanan Diklat dan Litbang

Pelayanan Diklat mencakup kegiatan Pendidikan,

pelatihan dan penelitian bagi calon dokter umum,

spesialis, tenaga keperawatan, psikolog, dan juga

kegiatan penelitian dan pengembangan pelayanan

kesehatan jiwa yang diselenggarakan oleh pihak internal

rumah sakit maupun pihak luar rumah sakit (kalangan

akademisi perguruan tinggi, praktisi kesehatan, lembaga

profesi dll).

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan bekerjasama

dengan 5 Institusi Pendidikan Kedokteran, yaitu :

1. Universitas Trisakti

2. Universitas Yarsi

3. UKRIDA

4. UIN Syarif Hidayatullah

5. UPN Veteran

Jika dilihat dari paparan diatas, fasilitas pelayanan

yang disediakan oleh Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan sudah sangat memadai, karena pada setiap

ruang tertentu sudah dilengkapi dengan berbagai alat

yang dibutuhkan. Karena begitu penting dan

mendukungnya sarana dan prasarana dalam memberikan

pelayanan kesehatan, maka diharapkan sering melakukan

Page 82: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

66

pengecekan berkala terharap sarana dan prasarana yang

memadai dengan kondisi agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang optimal kepada pasien.

D. Ketenagakerjaan

Jumlah ketenagakerjaan di Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan ada sebanyak 500 pegawai yang terbagi

atas:

Tabel 3.1

Ketenagakerjaan RSJSH6

Jenis Jumlah

Tenaga Medis 45 Orang

Tenaga Keperawatan 192 Orang

Tenaga Farmasi 20 Orang

Tenaga Kesehatan

Masyarakat

5 Orang

Tenaga Kesehatan

Lingkungan

3 Orang

Tenaga Gizi 5 Orang

Tenaga Keterapian

Fisik

10 Orang

Tenaga Teknik

Biomedika

18 Orang

Tenaga Keteknisan

Medis

26 Orang

Psikolog 3 Orang

6Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.

Page 83: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

67

Pekerja Sosial 13 Orang

Tenaga Administrasi 160 Orang

E. Grafik Kinerja Pelayanan

Adapun grafik jumlah kunjungan pasien rawat inap

pada tahun 2018 – 2019 sebagai berikut:

Grafik 3.1

Kunjungan Pasien Rawat Inap 2018 – 20197

Jika dilihat dari grafik diatas, jumlah pasien yang

menjalani rawat inap dalam dua tahun terakhir dapat

dikatakan tidak stabil karena ada beberapa titik yang

mengalami peningkatan dan penurunan yang sangat drastis.

Total kunjungan pasien rawat inap pada tahun 2018

berjumlah 3.695 kunjungan, dan total kunjungan pasien

rawat inap pada tahun 2019 berjumlah 3.391 kunjungan. Itu

7Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.

348

281

357331338

176

356300 312343

262291

376

306308292314

225

294255270

278241232

0

50

100

150

200

250

300

350

400

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JUL

AG

U

SEP

OK

T

NO

V

DES

2018

2019

Page 84: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

68

berarti total kunjungan pada tahun 2019 mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya.

F. Data Riwayat Penyakit Gangguan Jiwa

Berdasarkan data arsip Rumah Sakit Jiwa Dr.

Soeharto Heerdjan terdapat 10 besar diagnosis penyakit

ganguan jiwa, yakni sebagai berikut:

Tabel 3.2

10 Besar Penyakit Gangguan Jiwa Tahun 20198

Kode

ICDX

Diagnosa Jumlah

F20.0 Paranoid schizophrenia 16.822

F20.5 Residual schizophrenia 4.102

F20.9 Schizophrenia, unspecified 1.742

F31.9 Bipolar affective disorder,

unspecified

1.476

F31.0 Bipolar affective disorder,

current episode hypomanic

1.217

F90.0 Disturbance of activity and

attention

939

F09 Unspecified organic or

symptomatic mental disorder

916

F20.3 Undifferentiated

schizophrenia

816

8Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.

Page 85: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

69

F06.8 Other specified mental

disorder brain damage and

dysfunction/physcal disease

624

F84.9 Pervasive developmental

disorder, unspecified

528

Seperti yang tertera pada tabel di atas, terdapat 10

besar riwayat penyakit ganguan jiwa pada tahun 2019.

Penyakit tertinggi yaitu Paranoid schizophrenia dengan

jumlah pasien mencapai 16.822 jiwa dan hal ini dapat

dibuktikan, karena di semua bangsal rawat inap pasti

ditemukan pasien dengan diagnosa Paranoid schizophrenia

ini. Dan untuk pasien dengan diagnose Anxiety Disorder

ternyata tidak termasuk dalam kategori 10 besar peyakit

ganguan jiwa pada tahun 2019.

Page 86: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

70

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Identifikasi Informan Penelitian

1. Identifikasi Perawat Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan

Data yang telah penulis dapatkan berdasarkan

prosedur penelitian ini adalah temuan di lapangan

mengenai “Komunikasi Terapeutik Antara Perawat

Dengan Pasien Anxiety Disorder Di Rumah Sakit Jiwa

Dr. Soeharto Heerdjan” agar penelitian ini mendapatkan

hasil yang optimal, maka penulis melibatkan enam orang

perawat dalam penelitian ini, di antaranya:

1. Ners. Fahrudin, S.Kep

2. Ners. Darmoko, S.Kep

3. Ners. Adlan Baduwi, S.Kep

4. Dzulfan, Am.K

5. Asep Aris Muwandar, Am.K

6. Magdalena Verita Intan Manik, Am.K

Semua informan di atas merupakan perawat

kejiwaan di poli rawat inap, dan berasal dari latar

belakang pendidikan yang berbeda, serta sudah

berpengalaman dalam bidangnya.

Page 87: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

71

2. Identifikasi Pasien Anxiety Disorder Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Selain perawat, penulis juga melibatkan pasien

sebagai informan penelitian. Dalam penelitian ini,

terdapat tiga pasien yang terlibat, Pertama, pasien

berinisial W dengan diagnosa PTSD. Kedua, Pasien

berinisial D dengan diagnosa OCD, dan pasien ketiga

berinisial S dengan diagnosa Anxiety.

1. Pasien berinisial W (nama disamarkan karena

merupakan privasi rumah sakit), Ia merupakan pasien

laki laki berumur 36 tahun dengan diagnosa PTSD

(Post-traumatic Stress Disorder). Pasien dengan

diagnosis PTSD memiliki pengalaman atau pernah

menyaksikan kejadian-kejadian traumatis. Kejadian

tersebut biasanya mengancam jiwa atau fisik dan

membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa.

Penderita PTSD biasanya akan mengalami kejadian-

kejadian yang sama terus menerus dengan berbagai

persepsi. Bisa saja berupa penglihatan, mimpi, ilusi,

halusinasi, atau kilas balik. Pada kasus Pasien W

penyebab utamanya dikarenakan tekanan berat dari

ayahnya dan juga perilaku kekerasan yang diterima

sewaktu kecil. Menurut pernyataan pasien sendiri

bahwa ayahnya sering kali tidak dapat mengontrol

emosi dan suka memukul pasien. Perilaku ini pasien

terima sejak pasien duduk di bangku sekolah dasar.

Sejak saat itu pasien merasa takut dengan ayahnya dan

Page 88: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

72

suka merasa ada pusaran pusaran suara dan juga time

travel. Hal tersebut membuat mental pasien terganggu

dan terkadang suka mengamuk.

2. Pasien dengan inisial D (nama disamarkan karena

merupakan privasi rumah sakit) merupakan pasien laki

laki berumur 24 tahun dengan Organic Mental

Disorder dan juga OCD (Obsessive Complusive

Disorder). Pasien D merupakan pasien lama yang

sering keluar masuk RSJ Dr. Soeharto Heerdjan,

bahkan sedari kecil Pasien D sudah sering

mendapatkan penanganan di rumah sakit ini.

Penyebab dari gangguan mental yang dimilikinya

yaitu kejang sewaktu bayi yang mengakibatkan

kerusakan otak pada area-area terkait kemampuan

belajar, mengingat, mencernakan dan mengambil

keputusan. Pasien dengan gangguan mental organik

dapat menimbulkan gejala yang bermacam macam

tergantung dimana bagian otak yang terkena dampak

dan efek dari kejang demamnya. Dan selain gangguan

mental organik Pasien D juga menderita OCD, pasien

dengan diagnosa OCD akan mengalami kecemasan

sebagai hasil pikiran pikiran mereka yang bersifat

obsesif dan ketika mereka tidak dapat menangani

perilaku komplusifnya. Pada kasus Pasien D, dia suka

mengulang perilakunya, jika tidak dilakukan maka

akan menimbulkan kecemasan yang sangat

berlebihan.

Page 89: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

73

3. Pasien berinisial S (nama disamarkan karena

merupakan privasi rumah sakit) merupakan pasien laki

laki berumur 43 tahun dengan diagnosa Anxiety

(Kecemasan). Berdasarkan data dari rumah sakit

penyebab gangguan mental pada Pasien S adalah

lingkungan yang tidak baik. Pasien S mempunyai

riwayat napza selama belasan tahun, pergaluan bebas,

dan pernah menusuk orang lain dengan pisau. Sejak

saat itu perasaan bersalahnya terus menghantui dirinya

sehingga dia tidak dapat mengendalikan dirinya

sendiri, dan mulai timbul kecemasan berlebihan, serta

ketakutannya akan melihat benda tajam seperti pulpen,

pensil, spidol, cutter dan pisau. Pasien S bisa

mengamuk saat rasa ketakutan dan kecemasannya

datang.

Dari penjelasaan ketiga informan pasien di atas,

kita ketahui bahwa gangguan mental yang dimilikinya

ditumbulkan oleh berbagai macam penyebab, mulai dari

pergaulan atau lingkungan yang salah, penyakit bawaan

dari lahir serta peristiwa atau kejadian yang membuat diri

pasien trauma sehingga dapat memicu depresi, stress dan

kecemasan yang berlebihan.

Page 90: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

74

B. Tahapan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat

Dengan Pasien Anxiety Disorder

Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi)

perawat mempunyai 4 tahapan di mana setiap tahapannya

mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat.

Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari fase pra-interaksi,

selanjutnya fase orientasi, masuk ke inti yaitu fase kerja, dan

yang terakhir adalah fase terminasi. Dalam proses

penelitian, penulis mengobservasi langsung bagaimana

perawat membina hubungan terapeutik dengan pasien

anxiety disorder.

1. Fase Pra-interaksi

Pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan

pasien. Perawat mengumpulkan data tentang pasien

terlebih dahulu, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan

membuat perencaan pertemuan dengan pasien.1 Menurut

perawat Magdalena, fase pra-interaksi merupakan fase

yang sama pentingnya dengan fase yang lain.

“Fase pra-interaksi ini juga sama penting ya,

karena sebelum bertemu dengan pasien kita kan

harus mengevaluasi diri kita dulu, terus juga

menyiapkan rencana interaksi dan pastinya kita

juga harus mencari tau data tentang pasien yang

akan kita ajak berkomunikasi ini. Kalau persiapan

kita di fase pra-interaksi ini sudah matang kan

pasti ada kemungkinan besar untuk fase

selanjutnya berjalan dengan lancar juga”2

1Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21 2 Wawancara Penelitian dengan Ibu Magdalena, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 91: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

75

2. Fase Orientasi

Setelah fase pra-interkasi, perawat akan masuk ke fase

orientasi. Fase ini dimulai ketika perawat bertemu

dengan pasien untuk pertama kalinya. Pada tahap ini

perawat mencoba untuk menggali informasi singkat

tentang pasien, seperti menanyakan namanya, kegiatan

yang ia lakukan sehari-hari dan sebagainya.3 Dari temuan

penelitian, informan perawat yang penulis wawancarai

mengatakan bahwa semua praktek atau prosedur

komunikasi terapeutik yang terjadi di lapangan sama

dengan teorinya, seperti pernyataan Perawat Aris yaitu:

“Tahapan sama sih seperti yang lain dan tidak ada

perbedaannya. Kalau di kejiwaan ini kan kita

melakukan SP ya, dan kalau ke pasien baru

pastinya semua perawat harus mencari tau dulu

data tentang pasien, baru setelah itu kita lakukan

pertemuan pertama dengan perkenalan, kontrak

dan masuk ke tahap kerja itu sampai akhirnya

tahap terminasi ya mba”4

Dari pernyataan di atas, kita ketahui bahwa perawat jiwa

dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan

keperawatan memerlukan suatu perangkat instruksi atau

langkah-langkah kegiatan yang dibakukan. Hal ini

bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan

memenuhi standar pelayanan. Langkah-langkah kegiatan

tersebut berupa Standar Operasional Prosedur (SOP),

3Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.23 4Wawancara Penelitian dengan Bapak Aris, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 92: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

76

salah satu jenis SOP yang digunakan adalah SOP tentang

Strategi Pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada

pasien. SP tindakan keperawatan merupakan standar

model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien

dengan gangguan jiwa. SP yang diberikan perawat ke

pasien tentu berbeda sesuai dengan diagnosa pasien. SP

ini akan berjalan setelah perawat melakukan fase pra

interaksi. Untuk pasien Anxiety secara umum SP nya

sebagai berikut:5

a. Membina hubungan saling percaya perlu

dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan

nyaman saat berinteraksi

- Mengucapkan salam terapeutik

- Berjabat tangan

- Menjelaskan tujuan interaksi

b. Evaluasi/validasi

c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)

d. Membantu pasien mengenal ansietas:

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan

perasaannya

- Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan

ansietas

- Bantu pasien mengenal penyebab ansietas

- Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas

5Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21

Page 93: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

77

e. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafasdalam untuk

meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri:

pengalihan situasi

f. Evaluasi kemampuan klien

g. Beri reinforcement positif

h. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Dan pernyataan ini juga diperjelas dengan pandangan

Perawat Fahrudin dan Perawat Dzulfan bahwasanya

tahapan komunikasi teraputik ini sama dengan biasanya,

mungkin hanya saja saat pemberian SP kepada pasien

akan sedikit berbeda sesuai dengan diagnosa pasien.

“Pertama tidak ada bedanya dengan pasien pasien

yang lain, teknisnya masih sama. Yang pertama

pastinya kita melakukan kontrak terlebih dahulu

ya, dimana dia akan berbicara dengan kita, tempat

dan waktunya. Selanjutnya perkenalan diri,

kemudian penekanan masalahnya, karna jangan

sampai interfensi yang kita lakukan menjadi

interfensi yang pasien tidak butuhkan.”6

“Yang pastinya pra interaksi dulu ya, kita cari

data dulu tentang pasien. Kemudian selanjutnya ya

perkenalan dengan pasien, kalau dengan pasien

baru kita pasti akan melakukan perkenalan dan

mencari data terus penyebab dia sakit apa,

riwayatnya apa, faktor pencutusnya apa, kenapa

dibawa kesini, nah itu kita analisa. Seperti

keseharian pasien, apakah bisa mandiri atau

cenderung malas, atau perlu bantuan, terus kita

6Wawancara Penelitian dengan Bapak Fahrudin, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 18 November 2020

Page 94: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

78

kaji lagi komunikasinya, cara dia ngomong ke

orang lain bagaimana, kalau udah komunikasi

selanjutnya kita juga kaji bagaimana cara pola

pikirnya dia, apakah disorganisasi, tangensial atau

sirkumtansial, pokoknya semuanya kita kaji ya.”7

3. Fase Kerja

Fase kerja pada komunikasi terapeutik merupakan inti

hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan

pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.8

Dari hasil penelitian, penulis mengobservasi dan

menganalisa langsung bagaimana fase kerja yang

dilakukan perawat kepada pasien anxiety disorder.

Berikut ini adalah penggalan komunikasi terapeutik yang

dilakukan Perawat Magdalena kepada Pasien S:

Perawat Magdalena: oh gitu ya, bapak masih

sukadengar dengar suara gitu ga?

Pasien S: dengar

Perawat Magdalena: oh masih ya berarti, terus

apa yang bapak lakuin kalau dengar suara suara?

Pasien S: iya sekarang saya sudah bisa

mengatasinya

Perawat Magdalena: iya kan udah diajari ya

bagaimana cara buat mengontrol itu. Boleh ga

perawat tau apa aja tahapan yg kita ajarkan?

7Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 18 November 2020 8Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.25

Page 95: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

79

Pasien S: mengahardik yang pertama. Jadi kalo

ada suara suara harus bilang “pergi pergi kamu

tidak nyata, aku tidak mau mengikuti kamu”

Perawat Magdalena: iya pinter, terus sehabis itu

biasanya bapak ngapain?

Pasien S: wudhu

Perawat Magdalena: oh wudhu ya, berarti spritual

ya pak

Pasien S: sama minum obat yang paling penting

Perawat Magdalena: oh iya obat yaa, pinter

bapak. Terus apa lagi pak?

Pasien S: melakukan aktivitas

Perawat Magdalena: iya benar, jadi bapak bisa

buat jadwal kegiatan aktivitas harian mulai dari

bapak bangun pagi sampai tidur lagi ya. Ini bapak

bagus sekali sudah mau mempraktekkan apa yang

diajarkan perawat.9

Jika dilihat dari percakapan di atas, Perawat Magdalena

sudah melakukan fase kerja pada komunikasi terapeutik

dengan baik dan sudah mencapai tujuan untuk

mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan pasien secara mandiri untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Dan hal ini juga sama seperti

yang dilakukan perawat Darmoko kepada pasien D.

Perawat Darmoko: mas minum obat berapa

banyak selama disini? Kita lanjutin yang kemarin

9Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 96: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

80

aja ya mas., yaitu pengetahuan tentang obat.

Berapa biji yang mas minum?

Pasien D: 2 kali sehari,

Perawat Darmoko: jenis obatnya apa mas?

Pasien D: ada 3, 1 panjang sm 2 bulet

Perawat Darmoko: baik, sekarang mas tau ga

kegunaannya apa aja?

Pasien D: ngga

Perawat Darmoko: belum tau ya, nanti kita belajar

lagi ya. Kalau abis minum obat gimana

perasaannya mas? mas bisa lihat saya dulu, kan

saya yang berbicara disini (disini pasien tidak bisa

fokus saat diajak berbicara)

Pasien D: iya

Perawat Darmoko: masih suka denger suara ga?

Merasa takut dan cemas ga?

Pasien D: masih

Perawat Darmoko: oh masih ya, kalo ada suara

atau bisikan terus perasaan mulai takut dan cemas,

mas jangan iktuin ya suaranya. Jadi mas harus

menerapkan apa yang sudah diajarkan, kalo misal

ada suara suara mas cepat cari teman buat ngbrol

agar tidak merasa sendirian dan tidak cemas lagi.

Pasien D: iya10

Pada fase kerja komunikasi terapeutik Perawat Darmoko

dengan Pasien D sudah mencapai salah satu tujuannya

yaitu melaksanakan pendidikan kesehatan pada pasien.

10Percakapan Perawat Darmoko Dengan Pasien D Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Kamis, 17 Desember 2020

Page 97: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

81

Jika dilihat dari percakapan di atas, Perawat Darmoko

mencoba memberikan pengetahuan pendidikan kesehatan

tetang obat yang dikonsumsi Pasien D.

4. Fase Terminasi

Pada tahap ini yang dilakukan perawat adalah

menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan

klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik) dan

mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.11

Perawat Darmoko: yaudah sekarang cukup sampai

sini, kapan kita akan bertemu lagi mas? Nanti sore

abis makan sore mau? Nanti saya akan lanjutkan

menjelaskan tentang obat dan fungsinya ya.

Pasien D: iya

Perawat Darmoko: baik, mas mau dimana

tempatnya? Disni lagi aja mau?

Pasien D: iya12

Pada fase terakhir ini, Perawat Darmoko membuat

kontrak yang akan datang lagi dengan Pasien D untuk

melanjutkan pembahasan tentang obat dan fungsinya.

Pembicaraan ini diakhiri karena Pasien D mulai merasa

tidak nyaman dan tidak bisa fokus saat diajak

berkomunikasi. Berbeda dengan Pasien D, fase terminasi

yang dilakukan Perawat Magdalena kepada Pasien S

sebagai berikut:

11Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21 12Percakapan Perawat Darmoko Dengan Pasien D Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Kamis, 17 Desember 2020

Page 98: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

82

Perawat Magdalena: jadi perawat ulangi ya yang

harus bapak lakukan kalau mendengar suara dan

merasa cemas yaitu dengan menghardik, bercakap

cakap, minum obat dan melakukan aktivitas ya

Pasien S: iya bu saya udah lakuin semuanya

Perawat Magdalena: iya bagus. Baik kalo gitu,

tadi kontrak kita hanya 10 menit ya berarti

sekarang sudah selesai. Nanti kita ngbrol kembali

ya pak, bapak mau kapan?

Pasien S: besok aja bu

Perawat Magdalena: oke boleh, besok pagi ya pak

kita bertemu lagi13

Pada percakapan di atas, Perawat Magdalena sudah

melakukan fase terminasi dengan baik yaitu dengan

menyimpulkan hasil dari wawancara mereka dan juga

melakukan kontrak yang akan datang.

C. Teknik Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan

Pasien Anxiety Disorder

Tujuan dari komunikasi teraputik sendiri adalah

menyediakan tempat yang aman bagi pasien untuk

mengetahui pengalaman penyakit dan memberikan

informasi dan dukungan emosional yang dibutuhkan setiap

pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang

maksimal. Dalam banyak hal, perawat bertindak sebagai

pendamping yang terampil, dan menggunakan komunikasi

sebagai alat utama untuk mencapai tujuan kesehatan. Saat

13Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 99: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

83

menjalankan komunikasi terapeutik, ada beberapa teknik

yang harus diketahui dan dikuasai oleh perawat. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi perkataan yang akhirnya hanya

memperburuk kondisi pasien.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan,

perawat berkomunikasi dengan pasien dengan berbagai

teknik yaitu, mendengarkan, menanyakan pertanyaan

berkaitan, menanyakan pertanyaan terbuka, mengulang, dan

perawat selalu memberi ruang untuk pasien bicara, serta

menjelaskan secara kronologis.

1. Mendengarkan

Mendengarkan merupakan upaya untuk mengerti seluruh

pesan verbal dan non verbal yang sedang

dikomunikasikan dengan pasien. Dalam hal ini perawat

berusaha mengerti pasien dengan cara mendengarkan apa

yang disampaikan pasien.

Menurut Damaiyanti, mendengarkan ada dua macam:14

a. Mendengarkan pasif

Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal

untuk pasien, misalnya dengan kontak mata,

menganggukkan kepada dan juga keikutsertaan secara

verbal misalnya, “oh gitu” “hmmmm”, “yeah”, “saya

mendengar kamu”.

Teknik mendengarkan dengan pasif ini dilakukan oleh

Perawat Dzulfan kepada Pasien W:15

14Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.14-15

Page 100: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

84

Perawat Dzulfan: oh gitu, terus kalo bapak suka

mukulin dia bilangnya apa? Atau alasannya apa?

Pasien W: ada tapi saya bingung ceritanya

Perawat Dzulfan: iya gapapa sepotong sepotng aja

ceritanya, Saya dengerin mas kok

b. Mendengarkan aktif

Kegiatan mendengarkan yang menyediakan

pengetahuan bahwa perawat mengetahui perasaan

pasien dan mengerti mengapa dia merasakan hal

tersebut. Teknik ini juga dilakukan oleh Perawat

Dzulfan kepasa Pasien W saat pasien menceritakan

apa yang dia rasakan:16

Perawat Dzulfan: oh kamu suka dipukulin, kalo

saya boleh tau alasan bokap mukulin kamu

kenapa?

Pasien W: ya gatau ya, tapi mungkin mau bikin

saya macho kali ya.

Perawat Dzulfan: oh mungkin maksud bokap baik,

cuma caranya yang salah ya mas

Pasien W: iya gitu caranya salah

Dari penggalan percakapan di atas, Perawat Dzulfan

mencoba mendengarkan dengan mengerti apa yang

Pasien W rasakan.

15Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020 16Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020

Page 101: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

85

2. Menanyakan pertanyaan berkaitan

Menanyakan pertanyaan berkaitan adalah menanyakan

hal-hal mengenai informasi diri pasien, sepert riwayat

penyakit yang diderita dan juga alasan atau cerita dirinya

bisa dibawa ke rumah sakit. Tujuan perawat bertanya

adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik

mengenai apa yang disampaikan oleh pasien.17 Dari hasil

penelitian, semua perawat yang penulis teliti melakukan

teknik ini, salah satu contohnya adalah Perawat Dzulfan

dengan Pasien W:18

Perawat Dzulfan: baik kalo mas masih susah

mengingat dan bercerita, kalau boleh tau itu dagu

mas W kenapa? Kok bisa luka?

Pasien W: ini saya lompat dari pagar rumah terus

lari dari bokap

Perawat Dzulfan: oh, kenapa lari dari bokap?

Emang bokapnya kenapa?

Pasien W: bokap galak, suka mukulin

Di sini Perawat Dzulfan mencoba menanyakan

pertanyaan yang berkaitan tentang topik kenapa Pasien

W bisa dibawa ke rumah sakit dengan keadaan dagu

terluka.

17Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.15 18Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020

Page 102: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

86

3. Menanyakan pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak

memerlukan jawaban “Ya” atau “Mungkin”, tetapi

pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga

pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya

dengan kata katanya sendiri, atau dapat memberikan

informasi yang diperlukan.19

Perawat Magdalena: iya kan udah diajari ya

bagaimana cara buat mengontrol itu. Boleh ga

perawat tau apa aja tahapan yg kita ajarkan?

Pasien S: mengahardik yang pertama. Jadi kalo

ada suara suara harus bilang “pergi pergi kamu

tidak nyata, aku tidak mau mengikuti kamu”…20

Saat Perawat Magdalena bertanya tentang tahapan yang

harus dilakukan ketika mendengar bisikan-bisikan dan

Pasien S mencoba menjelaskan dengan jawaban yang

luas.

4. Mengulang

Maksud dari mengulang adalah teknik mengulangi

kembali ucapan pasien dengan bahasa perawat. Melalui

pengulangan kembali kata kata pasien, perawat

19Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.15 20Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 103: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

87

memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan

pasien dan berharap komunikasi bisa dilanjutkan.21

Perawat Dzulfan: sama ibu ga ada perilaku

kekerasan ya?

Pasien W: oh ada, dipukul juga sama kaya saya

Perawat Dzulfan: oh ada, jadi emang dasarnya

bapaknya suka marah marah ya, suka melakukan

kekerasan ya?22

Selain Perawat Dzulfan, Perawat lainnya juga melakukan

teknik yang sama.

Pasien S: wudhu

Perawat Magdalena: oh wudhu ya, berarti spritual

ya pak

Pasien S: sama minum obat yang paling penting

Perawat Magdalena: oh iya obat yaa, pinter

bapak. Terus apa lagi pak?23

5. Perawat selalu memberi ruang untuk pasien memulai

pembicaraan

Memberi kesempatan pada pasien untuk berinisiatif

dalam memilih topik pembicaraan. Pasien yang merasa

ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam

21Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.18 22Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020 23Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 104: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

88

interaksi ini, maka perawat dapat menstimulusnya untuk

mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan

untuk membuka pembicaraan.24

Perawat Dzulfan: Kita mau ngbrol riangan aja,

kira kira kalo mas W ada yang mau diceritain

silakan tapi kalo ga ada juga gapapa.

Perawat Dzulfan : oh jadi emang emosi bapak ga

bisa dikontrol ya. Dari situ kamu mulai merasa

takut, cemas gitu kamu ngeliat bokap? Kalo ada

yang bisa diceritain certain aja, saya akan

dengerin.

Perawat Dzulfan: iya berarti kamu bisa ya

menghadapinya. Sekarang ada yang mau

diceritain lagi ga?25

Dari hasil observasi komunikasi terapeutik Perawat

Dzulfan dengan Pasien W, penulis melihat bahwa

Perawat Dzulfan selalu memberikan kesempatan Pasien

W untuk memulai pembicaraannya.

6. Menjelaskan peristiwa secara kronologis

Menjelaskan peristiwa secara kronologis akan membantu

perawat dan pasien untuk melihatnya dalam suatu

perspektif.26 Dari temuan penelitian, pada saat

menanyakan pertanyaan terkait, perawat selalu meminta

24Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.18 25Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020 26Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.18

Page 105: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

89

pasien untuk menjelaskan peristiwa yang dialami secara

kronologis.

Perawat Dzulfan: bapak suka mukulin itu dari

umur berapa? Mas masih inget?

Pasien W: dari kelas 1 SD

Perawat Dzulfan: oh gitu, terus kalo bapak suka

mukulin dia bilangnya apa? Atau alasannya apa?

Pasien W: ga ada alasan, tau tau kalo pengen

mukul ya mukul kaya gitu terus

Perawat Dzulfan: oh jadi emang emosi bapak ga

bisa dikontrol ya. Dari situ kamu mulai merasa

takut, cemas gitu kamu ngeliat bokap? Kalo ada

yang bisa diceritain certain aja, saya akan

dengerin. Tapi kalo ga mau gapapa

Pasien W: saya bingung

Perawat Dzulfan: oke baik. kalo mas dibawa kesini

dengan keadaan dagu luka mas inget ga?

Pasien W: saya di bawa oleh temen saya pake

motor ke rumahnya, terus disana saya coba cerita

cerita terus sampai nangis, terus gatau tiba tiba

saya merasa kaya time travel gitu, saya ditonjokin

bokap terus denger suara suara yang buat saya jd

lebih takut. Terus tiba tiba saya udah disini. Saya

dibawa teman saya sama nyokapnya teman saya.

Dari percakapan ini perawat dapat mengetaui penyebab

atau pencetus dari gangguan mental pasien.

Selain dari beberapa teknik di atas yang penulis

temukan dalam komunikasi terapeutik perawat dengan

Page 106: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

90

pasien, ada beberapa hal juga yang harus diperhatikan

perawat saat berkomunikasi dengan pasien. Kembali lagi

pada tujuan dari komunikasi terapeutik ini sendiri yaitu

memberi rasa aman maka perawat juga harus

memperhatikan bagaimana melakukan pendekatan dengan

pasien. Seperti pernyataan Perawat Darmoko:

“Cara melakukan pendekatan kalau saya priadi itu

menerapkan kontak sedikit tapi sering. Kita bina

trust dengan pasien, biasanya kalo sudah trust ya

pasien akan mudah terbuka, dan kalau kita

melakukan kontak lebih sering akan membuat

pasien merasa nyaman dan trust ke kita ya. Nah

kalo ada pasien yang tidak mau terbuka bisanya

kita tinggalkan dulu, tapi beberapa jam lagi kita

temui lagi, lalukan komunikasi lagi. gitu aja terus

menerus jadi akan membuat pasien merasa kalo

kita ini tidak berbahaya untuk mereka.”27

Pernyataan ini juga diperkuat oleh Perawat Aris

“saat melakukan pendekatan kita lihat dulu

kondisinya gimana, misal masih bingung, masih

labil tentunya kita tidak melakukan komunikasi

dulu karna bakal susah juga untuk diajak

berbicara pasti bakal inkoheren jawabnnya. Jadi

kita biarkan pasiennya dulu agar terbina trust

pasien ke kita. tapi kita tetap pantau beberapa jam

sekali lihat bagaimana kondisi pasien apa masih

merasa takut, cemas, atau curiga ke kita.”28

27Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat Kejiwaan

Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 17 Desember 2020 28Wawancara Penelitian dengan Bapak Aris, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 107: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

91

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bahasa

yang perawat gunakan. Pasien dengan gangguan mental

pasti berbeda dengan orang normal biasanya. Maka saat

berkomunikasi jauhi bahasa yang sekiranya susah

dimengerti oleh pasien.

“Kalau untuk bahasa gunakan bahasa yang bisa

dimengerti pasien ya, tidak pakai bahasa formal

apalagi bahasa kedokteran ya, karena takutnya

pasien malah tidak mengerti. Pakai bahasnya yang

simple, on the spot dan tepat sasaran ya.”29

D. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik Antara

Perawat Dengan Paisen Anxiety Disorder Di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Berdasarkan temuan penelitian, penulis menemukan

beberapa hambatan yang terjadi, diantaranya:

1. Emosi

Dari semua informan yang penulis wawancarai, ada

beberapa yang mengatakan bahwa emosi merupakan

hambatan yang sering banyak ditemui.

“Banyak ya hambatannya, misal kaya emosi

pasien, ada pasien yang irritable missal ada kata

kata yang menyinggung dia itu bisa marahnya

melebihi orang normal”30

29Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat Kejiwaan

Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 17 Desember 2020 30 Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 18 November 2020

Page 108: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

92

“Kendala pasti banyak ya yang kita temui, tapi

yang paling sering itu emosi pasien tidak

stabil…”31

Berdasarkan dari temuan penelitian yang penulis

dapatkan, dari ketiga informan pasien yang penulis teliti,

Pasien S lebih susah mengontol emosi dibanding Pasien

W dan Pasien D. hal ini juga diperkuat dengan

pernyataan Perawat Dzulfan mengenai Pasien S:

“Iya kalo si S ini, kan saya juga sering dapat shift

malam dan Pasien S ini saat kecemasannya muncul

emosinya sangat ga bisa dikendalikan ya.

Kecemasan dan halusinasinya ini kadang muncul

di malam hari ya, jadi kalo udah mulai cemas dia

teriak-teriak.”32

2. Latar belakang sosial budaya

Dari temuan penelitian, di ruangan Elang sendiri banyak

pasien yang berasal dari berbagai daerah, bahkan dari

Negara luar seperti Afganistan dan Negara timur lainnya.

Hal tersebut membuat perawat kebingungan untuk

berkomunikasi dikarenakan penggunaan bahasa yang

berbeda.

“Kalau hambatan lain itu ada, seperti dari bahasa

ya. Dirumah sakit ini juga banyak pasien dari

Negara luar seperti Afganistan, keluarganya juga

ga bisa bahasa Indonesia, jadikan itu hambatan

31 Wawancara Penelitian dengan Ibu Magdalena, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021 32 Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 109: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

93

buat kita ya karna informasi yang kita terima tidak

mendetail.”33

“Kendala yang biasanya saya temui sih dari

bahasa ya, misalnya banyak pasien dari tidak bisa

pakai bahasa Indonesia ya, ada dari Negara lain.

terus juga ada pasien yang masih ada proses

denail yang terus melakukan pertanyaan berulang

seperti kenapa saya disini”34

3. Belum adanya rasa percaya (Bina trust)

Masih banyak pasien yang belum ada rasa percaya

kepada perawat terkhususnya juga pasien anxiety

disorder, pernyataan ini dijelaskan oleh Perawat

Fahrudin:

“Kendala atau hambatan itu pasti ada ya, pasti

akan selalu ditemukan. Tapi kalau sejauh saya

kerja disini khusus untuk pasien anxiety disorder

itu kendala yang temui itu feedbacknya kurang dan

lamanya waktu untuk si pasien untuk membuka diri

ke kita karena belum adanya rasa percaya. jadi

untuk mengatasi kendalanya ya itu tadi tetap

melakukan pendekatan terus menerus ya. Jadi

perawat itu harus sabar, jadi ketika pasiennya

reject atau tidak memberikan feedback ya bukan

berarti dia benci sama kita ya, mungkin kita harus

yakinin mereka terlebih dahulu ya dengan

pendekatan terus menerus.”35

33Wawancara Penelitian dengan Bapak Adlan, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 7 Januari 2021 34Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat Kejiwaan

Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 17 Desember 2020 35Wawancara Penelitian dengan Bapak Fahrudin, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 18 November 2020

Page 110: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

94

Dan pernyataan ini juga diperkuat dengan pernyatan

Perawat Adlan:

“Kalau selama kerja, masalah hambatan itu pasti

ada ya. Kan di sini kita juga bisa melihat pasien ini

dengan diagnosa apa, misal kasusnya anxiety

itukan ditandai dengan perasaan curiga, cemas

nah itukan pasti pasien susah diajak berkomunikasi

karena belum turst ke kita,dia masih curiga apakah

kita ini berbahaya atau tidak untuk dirinya. Jadi

kita menggali informasipun tidak secepat pasien

yang lainnya.”36

Dari temuan yang penulis dapatkan, hambatan ini penulis

temui saat Perawat Dzulfan melakukan komunikasi

terapeutik dengan Pasien W. Dari awal masuk ruangan,

pasien W hendak curiga dan takut melihat Perawat

Dzulfan hal itu dikarenakan Pasien W mengidap PTSD di

mana ada beberapa kejadian yang membuat dia merasa

takut dan truma akan sesuatu hal.

E. Peran Dakwah Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kepada Pasien Anxiety Disorder

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

perawat kejiawaan dalam menjalankan peranannya sebagai

pemberi asuhan keperawatan memerlukan suatu perangkat

instruksi atau langkah- langkah kegiatan yang biasa dikenal

dengan SP. Pemberian SP ini pun berbeda-beda sesuai

dengan diagnosa pasien. Dari data yang ditemukan menurut

36Wawancara Penelitian dengan Bapak Adlan, Perawat Kejiwaan Poli

Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 7 Januari 2021

Page 111: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

95

informan perawat SP yang biasanya diberikan kepada pasien

di Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan ada lima, yaitu:

1. Menghardik

2. Bercakap-cakap

3. Melakukan aktivitas harian

4. Minum Obat

5. Spritual

Sebelum menerapkan SP ini perawat tentunya sudah

mengindentifikasi masalah pasien, dan juga sudah

terbentuknya bina trust satu sama lain. Pada prakteknya SP

di atas tidak selalu dilakukan secara berurut, hal ini tentu

diselaraskan dengan kondisi pasien. Jika ada pasien yang

mengamuk dan tidak bisa dikendalikan biasanya SP

pemberian obat akan jadi SP yang pertama begitu juga

dengan yang lain.

Pada SP spiritual dari data yang didapatkan, perawat

biasanya mengajarkan nilai keagamaan sesuai dengan

agamanya yang dianut pasien. Contohnya yang terjadi pada

pasien S, pasien S sudah menerapkan SP spritual dengan

cara berwudhu jika mendengar suara suara yang tidak

berwujud. Pasien S diajarkan untuk dekat dengan Tuhan

mulai dari memasukan jadwal solat pada aktivitas

hariannya. Dan dari data yang ditemukan di lapangan Pasien

S sudah melakukan kegiatan spiritual ini dengan mandiri

tanpa paksaan lagi dari perawat.

Page 112: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

96

Perawat: Pinter, terus sehabis itu biasanya bapak

ngapain?

Pasien S: Wudhu

Perawat: Wudhu, berarti spritual ya pak

Pasien S: Sama minum obat yang paling penting

Perawat: Oh iya obat ya, pinter bapak. Terus apa lagi

pak?

Pasien S: Melakukan aktivitas

Perawat: Iya benar, jadi bapak bisa buat jadwal

kegiatan aktivitas harian mulai dari bapak bangun

pagi sampai tidur lagi

Pasien S: iya saya juga harus minum obat untuk otak

saya, supaya mengurangi kecemasan saya. Saya

pernah motong leher saya bu

Perawat: Kenapa bapak lakukan?

Pasien S: Saya dulu sering dibully oleh teman saya,

padahalkan ngebully ga baik ya bu?

Perawat: Iya bener ga bagus kalo ngebully, tau yang

bapak lakukan tadi juga ga baik ya pak. Ga boleh ya

pak melakukan penyatan di tubuh bapak lagi. Di

dalam agama juga kan dilarang pak, kan Tuhan suda

memberikan bapak anggota tubuh yang lengkap jadi

harusnya bapak syukuri pemberian Tuhan. Kalau

bapak melakukan penyayatan di tubuh bapak berarti

bapak ga bersyukur atas apa yang Tuhan kasih.

Pasien S: Iya bu, saya takut sama pulpen, pensi,

pisau, cutter sm spidol juga bu. Itu tajem bisa bunuh

orang loh bu.37

37 Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan

Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 113: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

97

Selain itu perawat juga memberikan nasehat,

wejangan dan arahan mengenai hal apa yang dilarang atau

diharamkan oleh agama. Seperti kasus Pasien S dengan

riwayat napza belasan tahun dan juga pergaulannya yang

bebas. Disinilah penekanan nilai agama yang diberikan

perawat kepada pasien.

Page 114: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

98

BAB V

PEMBAHASAN

Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,

gangguan kejiwaan tidak bisa dianggap enteng, termasuk

gangguan kecemasan karena jika tidak segera diatasi, maka akan

berdampak buruk bagi diri pasien. Tidak sedikit orang yang

mengalami gangguan kecemasan memilih untuk mengakhiri

hidupnya bahkan bisa saja menyakiti orang disekitarnya. Maka

untuk membantu proses pemulihan pasien, perawat dapat

menerapkan komunikasi terapeutik dalam asuhan

keperawatannya. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau

pemulihan pasien.

Komunikasi terapeutik tentu berbeda dengan komunikasi

pada umumnya, komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

professional bagi perawat, dengan memiliki keterampilan

berkomunikasi terapeutik perawat akan lebih mudah menjalin

hubungan saling percaya dengan pasien, sehingga akan lebih

efektif pula dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan.

Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil temuan

penelitian yang dikaitan dengan teori penetrasi sosial dan juga

akan membahas jawaban dari rumusan masalah.

Page 115: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

99

A. Tahapan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat

Dengan Pasien Anxiety Disorder Di Rumah Sakit Jiwa

Dr. Soeharto Heerdjan

Secara umum, teknis komunikasi teraputik akan selalu

melewati empat fase yaitu fase pra-interaksi, fase orientasi,

fase kerja dan fase terminasi. Berdasarkan temuan penelitian

yang penulis dapatkan mengenai tahapan komunikasi

terapeutik yang dilakukan perawat kepada pasien anxiety

disorder, penulis akan menuangkannya ke dalam tabel yang

diharapkan dapat menjelaskan secara ringkas tentang

tahapan komunikasi terapeutik.

Tabel 5.1 Analisis Tahapan Komunikasi Teraputik

Antara Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder Dalam

Proses Pemulihan Di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.

No Tahapan Komunikasi

Terapeutik

Hasil Analisis

1 Tahap Pra-interaksi

a. Mengumpulkan data

tentang pasien sebelum

melakukan kontrak

pertama

b. Penetapan tahap

hubungan interaksi

Mencari tau data

diri pasien, seperti

nama, riwayat

penyakit yang

dimiliki dan lain

sebagainya.

Perawat harus

mengetahui apa

Page 116: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

100

tujuan dari

pertemuan.

Apakah

pengkajian/observ

asi/pemantauan/ti

dakan

keperawatan

terminasi.

2 Fase Orientasi

a. Memberikan salam

b. Memperkenalkan nama

perawat

c. Menanyakan nama

panggilan kesukaan

pasien

d. Menjelaskan tanggung

jawab perawat

e. Menjelaksan kegiatan

yang akan dilakukan

f. Menjelaskan waktu yang

dibutuhkan

Pada fase ini penulis

mengambil penggalan

percakap yang dilakukan

Perawat Dzulfan kepada

Pasien W. Hal ini

dikarenakan Perawat

Dzulfan untuk pertama

kalinya bertemu dengan

Pasien W.

Dari hasil analisis

penulis, Perawat Dzulfan

telah melakukan semua

hal yang ada pada fase

orientasi sesuai dengan

teori yang ada.

“halo mas, selamat pagi.

mas kalo kita ngbrol bisa

Page 117: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

101

ga? Atau masih susah

untuk berkomunikasi?”

“mas kenalan dulu, saya

Pak dzulfan, perawat

disini. Mas W mau

dipanggil apa ?”

“tadi pagi dapat suntikan

ya? Terus sekarang

ngantuk ya mas? Kita

mau ngbrol riangn aja,

sekiranya 15 menit. kira

kira kalo mas W ada

yang mau diceritain

silakan tapi kalo ga ada

juga gapapa. Gimana

bisa ga mas?”

3 Fase Kerja

a. Memberi kesempatan

pada klien untuk

bertanya

b. Menanyakan keluhan

utama/keluhan yang

mungkin berkaitan

dengan kelancaran

pelaksaan kegiatan

c. Melaksanakan rencana

Pada fase ini penulis

mengambil penggalan

percakapan antara

Perawat Darmoko dengan

Pasien D.

Perawat Darmoko: terus

sekarang apa yang

dirasain?

Perawat Darmoko: mas

Page 118: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

102

tindakan keperawatan

sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai

minum obat berapa

banyak selama disini?

Kita lanjutin yang

kemarin aja ya mas.,

yaitu pengetahuan

tentang obat. Berapa biji

yang mas minum?

Pasien D: 2 kali sehari,

Perawat Darmoko: jenis

obatnya apa mas?

Pasien D: ada 3, 1

panjang sm 2 bulet

Perawat Darmoko: baik,

sekarang mas tau ga

kegunaannya apa aja?

Pasien D:ngga

Perawat Darmoko:

belum tau ya, nanti kita

belajar lagi ya. Kalau

abis minum obat gimana

perasaannya mas? mas

bisa lihat saya dulu, kan

saya yang berbicara

disini (disini pasien tidak

bisa fokus saat diajak

berbicara)

Page 119: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

103

Pasien D: iya

Dari penggalan

percakapan diatas,

Perawat Darmoko dengan

Pasien D sudah mencapai

salah satu tujuannya yaitu

melaksanakan pendidikan

kesehatan pada pasien.

Jika dilihat dari

percakapan di atas,

Perawat Darmoko

mencoba memberikan

pengetahuan pendidikan

kesehatan tetang obat

yang dikonsumsi Pasien

D.

4 Fase Terminasi

a. Menyimpulkan hasil

kegiatan

b. Memberikan

reinforcement positif

c. Merencakana tindak

lanjut dengan pasien

d. Melakukan kontrak

Pada fase ini penulis

mengambil penggalan

percakapan antara

Perawat Magdalena

dengan Pasien S.

Perawat Magdalena:

jadi perawat ulangi ya

Page 120: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

104

untuk pertemuan

selanjutnya

yang harus bapak

lakukan kalau mendengar

suara dan merasa cemas

yaitu dengan

menghardik, bercakap

cakap, minum obat dan

melakukan aktivitas ya

Pasien S: iya bu saya

udah lakuin semuanya

Perawat Magdalena: iya

bagus. Baik kalo gitu,

tadi kontrak kita hanya

10 menit ya berarti

sekarang sudah selesai.

Nanti kita ngbrol kembali

ya pak, bapak mau

kapan?

Pasien S: besok aja bu

Perawat Magdalena: oke

boleh, besok pagi ya pak

kita bertemu lagi

Di tahap akhir dari

komunikasi teraputik ini,

Perawat Magdalena telah

melaksanakannya dengan

Page 121: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

105

sangat baik dan

menyimpulkan evaluasi

dari pembicaran yang

telah dilakukan serta

menutup perkacapan

dengan baik pula.

Tahapan komunikasi terapeutik yang dilewati perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

anxiety disorder di atas tentu memiliki tujuan untuk

membentuk hubungan serta melakukan pertukaran informasi

yang sekiranya dapat membantu pasien dalam proses

pemulihan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori

penetrasi sosial (Social Penetration Theory) yang

dikemukakan oleh Irwan Altman dan Dalmas Taylor. Teori

ini meliputi studi psikologi sosial dan komunikasi, pada

bidang komunikasi cangkupannya untuk menjelaskan suatu

kerangka pemikiran bahwa proses komunikasi memainkan

peranan penting dalam perkembangan hubungan sosial.

Teori ini mengkaji mengenai proses perkembangan

kedekatan hubungan interpersonal. Altman dan Taylor

menggunakan analogi atau model bawang dalam

menjelaskan tahapan penetrasi sosial. Menurut mereka

kepribadian manusia sangatlah kompleks, layaknya bawang

kepribadian manusia terbangun belapis-lapis. Kepribadian

Page 122: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

106

seseorang itu tidak hanya sebatas tampilan luar yang

sifatnya formal atau biografikal. Di balik itu manusia

memiliki lapisan-lapisan lain sebagai kepribadian mereka.

Ketika satu lapisan dibuka akan ada lapisan berikutnya dan

begitu seterusnya. Semakin dalam lapisan akan semakin

bersifat pribadi.1

Senada dengan komunikasi terapeutik yang memiliki

beberapa tahap untuk asuhan keperawatan, teori penetrasi

sosial juga merupakan proses bertahap yang mana harus

dilewati untuk mencapai hubungan yang lebih intim. Maka

penulis akan menganalisis tahapan proses penetrasi sosial

dalam fase komunikasi terapeutik yang terjadi antara

perawat dengan pasien anxiety disorder.

1. Tahap Orientasi (Orientasi Stage)

Berdasarkan hasil penelitian, saat pertama kali perawat

melakukan kontrak dengan pasien yang mana masuk

kedalam fase orientasi dalam komunikasi terapeutik,

perawat harus menganalisa terlebih dahulu siapa yang

akan mereka ajak berkomunikasi, dan menganalisa gestur

dan mimik wajah pasien saat berkomunikasi. Apakah

pasien tertarik atau malah merasa terancam. Saat pasien

merasa terancam, perawat harus mengakhiri komunikasi

yang dibuka dan memberikan waktu pasien untuk sendiri

tetapi beberapa saat kemudian perawat melakukan

1Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.196

Page 123: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

107

pendekatan lagi. Karena dari data yang ada pasien

anxiety disorder lebih cenderung susah memberikan

informasi dengan orang lain, karna kecurigaan dan

kecemasan yang besar dalam diri pasien. Pasien akan

menganalisa terlebih dahulu apakah orang yang di dekat

mereka atau yang sedang berinteraksi dengan mereka

berbahaya bagi diri pasien atau tidak. Maka dengan

melakukan pendekatan sedikit tapi sering pasien akan

merasa bahwa perawat tidak berbahaya untuk diri pasien.

Maka jika dikaitkan dengan komunikasi terapeutik

kegiatan melakukan pendekatan sedikit tetapi sering

masuk ke dalam tahapan orientasi (orintasi stage) proses

penetrasi sosial dan komunikasi terapeutik yang mana

informasi yang diberikan atau didapatkan hanya

permukaannya saja.

2. Tahap Pejajakan Afektif (Exploratory Affective Exchange

Stage); Munculnya Diri

Dari hasil analisa yang penulis lakukan, untuk

membangun bina trust pasien kepada perawat selain

dengan melakukan pendekatan, perawat juga sering

membagikan cerita pengalaman individu mereka. Dalam

hal ini perawat dapat memulai pembicaraan dengan

berbagi cerita yang mungkin pengalaman tersebut juga

dirasakan oleh pasien. Hal ini yang juga dilakukan

Perawat Magdalena saat berkomunikasi dengan pasien.

Menurutnya saat perawat juga ikut berbagi pengalaman

Page 124: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

108

hidupnya kepada pasien, maka pasien akan merasa

bahwa dirinya dan perawat pernah berada dalam situasi

yang sama dan dengan begitu pasien juga akan mudah

membagikan informasi tentang dirinya.

Dalam komunikasi terapeutik tahap ini masih masuk ke

fase orientasi, karena di tahap ini perawat dapat

memvalidasi kekurangan data lewat informasi yang

pasien bagikan, dan perawat dapat menyepakati masalah

pasien hingga nantinya akan memudahkan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada

pasien serta perawat dapat mengevaluasi hasil tindakan

yang lalu.

3. Tahap Pertukaran Afektif (Exploratory Exchange Stage);

Komitmen dan Kenyamanan

Menurut hasil analisa penulis, jika hubungan perawat

dengan pasien sudah memasuki hubungan intim maka

akan terlihat dari cara pasien berkomunikasi. Pasien akan

berinteraksi secara spontan dan tanpa kecurigaan saat

pasien merasa nyaman dengan perawat, begitu juga

sebaliknya. Dan jika sudah mencapai tingkatan di mana

komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu

membuat keputusan yang cepat, serta sering kali dengan

sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara

keseluruhan maka pasien akan dengan mudah menjawab

pertanyaan yang diberikan perawat dengan jawaban yang

koheren.

Page 125: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

109

Dalam komunikasi terapeutik, tahapan ini masuk ke

dalam fase kerja dimana komunikasi yang dilakukan

sudah memasuki inti yang terkait erat dengan

pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

4. Tahapan Pertukaran Stabil (Stable Exchange Stage);

Kejujuran Total dan Keintiman

Berdasarkan dari hasil analisa, jika perawat dan pasien

sedang dalam hubungan yang sangat dekat atau intim

maka dapat terlihat dari keterbukaan yang

berkesinambungan pada semua lapisan. Perawat dan

pasien sudah tahu dan paham apa yang dirasakan,

terutama pada pasien. Perawat sudah mengatahui apa

yang dirasakan pasien, seperti perasaan sedih, curiga,

takut sampai pada perilaku kecemasan yang ditimbulkan.

Perawat juga sudah tau apa yang harus ia lakukan saat

pasien melakukan perbuatan yang keluar dari perbuatan

normal.

Dalam komunikasi terapeutik, tahapan ini masuk ke

dalam fase terminasi di mana perawat dapat merencakan

tindak lanjut dengan pasien.

Seperti yang telah dipaparkan penulis mengenai

tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat

kepada tiga informan pasien yang terlibat, penulis dapat

menyimpulkan bahwa perawat RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

Page 126: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

110

terkhususnya ruangan Elang telah melakukan tahapan

komunikasi dengan baik dimulai dari fase pra interaksi, fase

orientasi, fase kerja dan terkahir fase terminasi.

B. Teknik Komunikasi Terapeutik Yang Dilakukan

Perawat Kepada Pasien Anxiety Disorder Di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Komunikasi yang terjadi antara perawat dengan pasien

tentu melibatkan komunikasi verbal dan komunikasi

nonverbal. Seperti ketika perawat melakukan komunikasi

terapeutik kepada pasien, bertanya tentang keadaan dan

keluhan pasien maka hal tersebut masuk ke dalam

komunikasi verbal. Sedangkan ketika mereka menggunakan

gestur tubuh, mimik wajah, kontak mata, dan gerak isyarat,

hal tersebut masuk ke dalam komunikasi nonverbal.

Komunikasi nonverbal digunakan untuk memperjelas

maksud pesan yang ingin disampaikan oleh perawat,

contohnya pada saat perawat melakukan pemberian SP

seperti menutup telinga dengan kedua tangan saat

mendengar bisikan-bisikan, memukul bantal untuk

mengurangi rasa marah, dan yang lainnya.

Dari hasil temuan penelitian, terdapat enam teknik

yang dilakukan perawat kepada pasien, yaitu mendengarkan

dengan penuh perhatian, menanyakan pertanyaan berkaitan,

pertanyaan terbuka, mengulangi ucapan pasien, memberi

kesempatan untuk pasien memulai pembicaraan, dan

mengurutkan kejadian secara kronologis.

Page 127: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

111

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Mendengarkan merupakan salah satu dasar utama dalam

berkomunikasi, dalam hal ini perawat berusaha mengerti

pasien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan

pasien. perawat bisa menjadi pendengar aktif dan pasif.

Keterampilan mendengar dengan penuh perhatian

meliputi pandangan saat berbicara, menganggukkan

kepala jika pasien membicarakan hal hal penting yang

sekiranya memerlukan umpan balik, tidak menyilangkan

kaki dan tangan, dan posisi tubuh condong kearah lawan

bicara.

2. Menanyakan pertanyaan berkaitan

Menanyakan pertanyaan berkaitan mempunyai tujuan

yaitu untuk mendapatkan informasi yang spesifik

mengenai apa yang disampaikan oleh pasien. Oleh

karena itu pertanyaan yang diberikan perawat harus

dikaitkan dengan topik yang dibicarakan.

3. Pertanyaan terbuka (Open-ended question)

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak

memerlukan jawaban “Ya” atau “Mungkin”, tetapi

pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga

pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya

dengan kata katanya sendiri, atau dapat memberikan

informasi yang diperlukan.

Page 128: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

112

4. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata

kata sendiri

Melalui pengulangan kembali kata kata pasien, perawat

memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan

pasien dan berharap komunikasi bisa dilanjutkan.

5. Memberikan kesempatan pada pasien untuk memulai

pembicaraan

Memberi kesempatan pada pasien untuk berinisiatif

dalam memilih topik pembicaraan. Pasien yang merasa

ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam

interaksi ini, maka perawat dapat menstimulusnya untuk

mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan

untuk membuka pembicaraan.

6. Menempatkan kejadian secara berurutan (Kronologis)

Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu

perawat untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat

dan pasien untuk melihat kejadian berikutnya yang

merupakan akibat dari kejadian sebelumnya

Jika ditinjau dari segi teori masih banyak sekali

teknik-teknik komunikasi teraputik yang belum diterapkan

perawat ruangan Elang RSJ Dr. Soeharto Heerdjan kepada

pasien. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pasien di

ruangan Elang yang harus diberikan asuhan keperawatan

Page 129: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

113

sehingga durasi yang dimiliki perawat untuk melakukan

asuhan keperawatan sangat singkat.

Dari hasil analisis di atas penulis dapat menyimpulkan

bahwa teknik komunikasi terapeutik merupakan

keterampilan perawat yang harus dipelajari dan dilatih

setiap saat. Saat berkomunikasi dengan pasien, perawat

perlu menganalisa dengan siapa dia berbicara, bagaimana

bahasa yang akan digunakan, dan sikap apa yang harus

dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mendukung proses

pemulihan pasien.

C. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik Antara

Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder Di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Komunikasi teraputik yang dilakukan perawat kepada

pasien tidak selalu berjalan dengan mulus, banyak juga

ditemukan hambatan hambatan yang memperlambat proses

komunikasi teraputik. Ada beberapa faktor yang menjadi

penghambat perawat dalam melakukan komunikasi

terapeutik kepada pasien anxiety disorder:

1. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu

kejadian. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan

keluarganya sehingga mampu memberikan asuhan

keperawatan dengan tepat. Emosi merupakan faktor

penghambat yang paling sering ditemui saat

berkomunikasi. Saat berkomunikasi dengan pasien,

Page 130: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

114

mungkin saja ada beberapa pasien yang merasa bahwa

perkataan perawat menyinggung perasaannya sehingga

membuat pasien marah dan tidak dapat mengontrol

emosinya. Maka dalam hal ini perawat diminta harus

pintar mengolah kata. Bukan hanya itu, perawat juga

harus pandai mengetahui apa yang sedang pasien

rasakan, dan bagaimana keadaannya.

2. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara

bertindak dan berkomunikasi. Dari temuan penelitian,

diketahui ada banyak pasien yang berasal dari Negara

luar seperti Negara Timur Tengah, hal tersebut membuat

perawat susah berkomunikasi dikarenkan tidak mengerti

bahasa yang pasien gunakan begitu juga sebaliknya.

3. Belum adanya rasa percaya (Bina trust)

Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wadah

untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat

perawat dan pasien berinteraksi kesediaan untuk terlibat

guna mencapai tujuan asuhan keperawatan. Dari hasil

analisis, pada kasus pasien anxiety disorder kebanyakan

yang terjadi dilapangan, bahwa pasien anxiety lamban

untuk membuka diri kepada perawat. Hal ini dikarenakan

adanya perasaan curiga dan ketakutan yang besar pada

diri pasien. Pasien anxiety akan menganalisa terlebih

Page 131: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

115

dahulu apakah orang yang mendekatinya berbahaya bagi

dirinya atau tidak hal ini termasuk juga perawat. Maka di

sinilah kunci dari berjalannya komunikasi terapeutik itu,

perawat harus pintar melakukan pendekatan kepada

pasien sehingga pasien merasa nyaman dan mau

berkomunikasi dengan perawat.

Jika ditinjau dari teori maka hal ini senada dengan

pandangan Potter dan Perry (1993) yang menyatakan bahwa

proses komunikasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

di antaranya:2

a. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk

komunikasi dalam dua aspek, yaitu tingkat

perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk

menggunakan teknik komunikasi tertentu dan untuk

mempersepsikan pesan yang disampaikan.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap

suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh

harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat

mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

c. Gender

Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi

yang berbeda dan memiliki interpretasi yang berbeda

2Damayanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.3

Page 132: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

116

terhadap suatu percakapan.

d. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku

sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai

seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai

sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang

tepat dengan klien.

e. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara

bertindak dan komunikasi.

f. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu

kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan

mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan

orang lain.

g. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi

yang dilakukan. Seseorang dengan tingkat pengetahuan

rendah akan sulit merespon pertanyaan yang

mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan

yang lebih tinggi.

h. Peran dan Hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan

antar orang yang berkomunikasi. Berbeda dengan

komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas,

komunikasi antar perawat klien terjadi secara formal

Page 133: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

117

karena tuntutan profesionalisme.

i. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi

efektif. Suasana yang bising, tidak ada privacy yang

tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan

ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapkan

lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai

interaksi dengan pasien.

j. Jarak

Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu

menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan

dengan individu yang merasa terancam ketika seseorang

yang tidak dikenal tiba tiba berada pada jarak yang

sangat dekat dengan dirinya. Hal tersebut juga dialami

perawat dengan pasien pada saat pertama kali

berinteraksi.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa ada 3 macam kendala yang paling sering ditemui

perawat saat berkomunikasi dengan pasien anxiety disorder,

yaitu emosi yang tidak stabil, latar belakang sosial budaya

dan jarak antara perawat dengan pasien yang menimbulkan

belum adanya kepercayaan dengan perawat. Dan dilihat dari

hambatan yang ada di lapangan, hambatan tersebut tidak

terlalu menganggu proses komunikasi terapeutik. Sehingga

dapat disimpulkan komunikasi terapeutik yang dilakukan

Page 134: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

118

perawat dengan pasien ini cukup efektif dalam membantu

proses pemulihan pasien.

D. Peran Dakwah Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kepada Pasien Anxiety Disorder

Spritual merupakan salah satu SP yang diajarkan

perawat kepada pasien. Pada SP ini pasien diarapkan data

mendekatkan diri kepada Tuhannya. Pasien Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan berasal dari latar belakang

agama dan budaya yang berbeda beda maka yang diajarkan

pun juga berbeda-beda.

Pesan dakwah yang disampaikan oleh perawat ini

bersifat sederhana, aplikatif dan anjuran saja, seperti ajaran

berwudhu, sholat, dan berdzikir. Untuk pasien yang sudah

mandiri mengontrol emosinya, lebih mudah menerapkan SP

yang diajarkan perawat termasuk SP spiritual ini. Pesan

dakwah yang disampaikan perawat ini arus mudah untuk

dicerna oleh pasien, dan tentunya perawat harus mempunyai

keterampilan komunikasi yang baik. Seperti penggalan

surah An-Nisa ayat 63 yang berbunyi :3

ما فى قلوبهم فأعرض عنهم ئك ٱلذين يعلم ٱلل أول

وعظهم وقل لهم فى أنفسهم قولا بليغا

3Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Al

Mubarok, 2018)

Page 135: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

119

Ula`ikallażina ya'lamullahu ma fi qulụbihim fa a'riḍ

'an-hum wa'iẓ-hum wa qul lahum fi anfusihim qaulam

baliga

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah

mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu

berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka

pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang

berbekas pada jiwa mereka”

Ayat diatas menjelaskan pembicaraan yang fasih atau

tepat, jelas maknanya serta tepat cara penyampaiannya

dalam segi kata dan efektif dalam segi sasaran sehingga

memudahkan komunikan menangkap pesan yang ada. Kata

“qaulan baliga” berarti perkataan yang dapat menyentuh

dan berpengaruh pada hati sanubari orang yang diajak

berbicara. Diksi dan kalimat yang disampaikan penutur

dalam komunikasinya dapat memperngaruhi serta merubah

perilaku seseorang. Dan ini sejalan dengan apa yang

dilakukan perawat kepada pasien anxiety disorder, dimana

perawat harus bisa menerapkan komunikasi yang efektif dan

pesan pesan yang dapat membekas di hati pasien. sehingga

pasien dapat mengikuti perkataan perawat selama dalam

proses pemulihan.

Page 136: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

120

Tabel 5.2 Temuan Penelitian dan Kaitannya

Dengan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Temuan Penelitian Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi

1. Tahapan

komunikasi

terapeutik yang

terjadi antara

perawat dengan

pasien anxiety

disorder.

Tahapan

komunikasi

terapeutik

antara perawat

dengan pasien

anxiety

disorder

terintegrasi

pada dakwah

fardiyah

melalui profesi

perawat

dengan metode

dakwah Bil

Lisan.

Tahapan

komunikasi

terapeutik perawat

dnegan pasien

anxiety disorder

sama saja seperti

pada umumnya,

yaitu melewati

empat tahapan;

Tahap Pra-

interaksi, Tahap

Orientasi, Tahap

Kerja, Tahap

Terminasi. Semua

tahapan ini

memiliki tugas

yang berbeda

dengan tujuan

yang sama yaitu

untuk proses

pemulihan pasien.

Hubungan

Page 137: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

121

kedekatan perswat

dnegan pasien jga

diukur dengan

teori penetrasi

sosial.

2. Ada enam teknik

komunikasi

terapeutik yang

dilakukan

perawat kepada

pasien anxiety

disorder

Tahapan

komunikasi

terapeutik

antara perawat

dengan pasien

anxiety

disorder

terintegrasi

pada dakwah

fardiyah

melalui profesi

perawat

dengan metode

dakwah Bil

Lisan.

komunikasi yang

dilakukan perawat

dengan pasien

melibatkan

komunikasi verbal

dan komunikasi

nonverbal dengan

enam teknik yang

diterapkan

perawat,

diantaranya:

mendengarkan

dengan penuh

perhatian,

menanyakan

pertanyaan terkait,

pertanyaan

terbuka,

mengulangi

ucapan pasien,

memberi

Page 138: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

122

kesempatan untuk

pasien memulai

pembicaraan, dan

yang terakhir

mengurutkan

kejadian secara

kronologis.

3. Faktor

penghambat

komunikasi

terapeutik antara

perawat dnegan

pasien anxiety

disorder

Tahapan

komunikasi

terapeutik

antara perawat

dengan pasien

anxiety

disorder

terintegrasi

pada dakwah

fardiyah

melalui profesi

perawat

dengan metode

dakwah Bil

Lisan.

Komunikasi

terapeutik yang

dilakukan perawat

dengan pasien

jalannya tidak

selalu mulus,

banyak ditemukan

hambatan yang

memperlambat

proses komunikasi

terapeutik. Dari

data yang

ditemukan ada tiga

hambatan yang

sering ditemui

perawat saat

berkomunikasi

dengan pasien

anxiety disorder,

Page 139: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

123

yaitu; Emosi, latar

belakang sosial

budaya dan belum

adanya bina trust.

Page 140: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

124

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan analisis data

yang penulis dapatkan mengenai “Komunikasi Terapeutik

Antara Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder Di Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan” maka kesimpulan yang

dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Tahapan komunikasi terapeutik antara perawat dengan

pasien anxiety disorder di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

sama seperti tahapan komunikasi terapeutik pada

umumnya yaitu akan selalu melewati empat tahap,

dimulai dari tahap pa-interaksi, tahap orientasi, tahap

kerja dan terkahir tahap terminasi. Dimana semua

tahapan mempunyai tujuan untuk membentuk hubungan

serta melakukan pertukaran informasi yang sekiranya

dapat membantu pasien dalam proses pemulihan. Adapun

hal yang bisa dilakukan perawat di setiap tahapan sebagai

berikut:

a. Tahap Pra-interkasi

- Mengumpulkan data tentang pasien sebelum

melakukan kontrak pertama

- Penetapan tahap hubungan interaksi

Page 141: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

125

b. Tahap Orientasi

- Memberikan salam

- Memperkenalkan nama perawat

- Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien

- Menjelaskan tanggung jawab perawat

- Menjelaksan kegiatan yang akan dilakukan

- Menjelaskan waktu yang dibutuhkan

c. Tahap Kerja

- Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya

- Menanyakan keluhan utama/keluhan yang mungkin

berkaitan dengan kelancaran pelaksaan kegiatan

- Melaksanakan rencana tindakan keperawatan

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

d. Tahap Terminasi

- Menyimpulkan hasil kegiatan

- Memberikan reinforcement positif

- Merencakana tindak lanjut dengan pasien

- Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya

2. Teknik komunikasi terapeutik merupakan keterampilan

perawat yang harus dipelajari dan dilatih setiap saat.dari

hasil temuan terdapat enam teknik komunikasi terapeutik

yang dilakukan perawat kepada pasien anxiety disorder,

yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian,

menanyakan pertanyaan berkaitan, pertanyaan terbuka,

mengulangi ucapan pasien, memberi kesempatan untuk

Page 142: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

126

pasien memulai pembicaraan, dan mengurutkan kejadian

secara kronologis.

3. Ada beberapa faktor penghambat yang sering ditemui

perawat saat berkomunikasi dengan pasien anxiety

disorder, yaitu:

a. Emosi

Emosi merupakan faktor penghambat yang paling

sering ditemui saat berkomunikasi. Saat

berkomunikasi dengan pasien, mungkin saja ada

beberapa pasien yang merasa bahwa perkataan

perawat menyinggung perasaannya sehingga

membuat pasien marah dan tidak dapat mengontrol

emosinya.

b. Latar belakang sosial budaya

Dari temuan penelitian, diketahui ada banyak pasien

yang berasal dari Negara luar seperti Negara Timur

Tengah, hal tersebut membuat perawat susah

berkomunikasi dikarenkan tidak mengerti bahasa

yang pasien gunakan begitu juga sebaliknya.

c. Belum adanya rasa percaya (Bina trust)

Dari hasil analisis, pada kasus pasien anxiety disorder

kebanyakan yang terjadi dilapangan, bahwa pasien

anxiety lamban untuk membuka diri kepada perawat.

Hal ini dikarenakan adanya perasaan curiga dan

ketakutan yang besar pada diri pasien. Pasien anxiety

akan menganalisa terlebih dahulu apakah orang yang

Page 143: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

127

mendekatinya berbahaya bagi dirinya atau tidak hal

ini termasuk juga perawat.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai “Komunikasi

Terapeutik Antara Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder

Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan” penulis

memiliki beberapa saran untuk pihak RSJ dan juga perawat

RSJ terkhusunya ruangan Elang:

1. Kepada perawat yang merawat pasien tekhususnya

perawat ruangan Elang disarankan agar lebih banyak

berinteraksi dengan pasien, agar pasien lebih merasa

diperhatikan.

2. Dalam menerapkan teknik-teknik komunikasi terapeutik

para perawat hendaknya melakukan teknik secara

menyeluruh. Hal ini dilakukan agar tujuan dari

komunikasi terapeutik dapat tercapai secara maksimal.

Sehingga dapat mengetahui apakah teknik yang

digunakan oleh perawat sudah tepat atau belum di dalam

proses kesembuhan pasien.

3. Kepada pihak RSJ diharapkan dapat menambahkan

tenaga kerja lebih banyak lagi, mengingat banyaknya

jumlah pasien yang membuat perawat kewalahan

sehingga tidak dapat memberikan asuhan keperawatan

secara menyeluruh.

Page 144: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

128

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Asmadi, Konsep Dasar Keperawaratan, (Jakarta: EGC,

2008)

Arwani, Komunikasi Dalam Keperawatan, (Jakarta: ECG,

2002)

Atkinson, Rita, Dkk, Pengantar Psikologi Jilid 2. Alih

Bahasa: Nurdjanah Taufik, (Jakarta: Erlangga,1983)

AW, Suranto, Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta:

Graha Ilmu, 2011)

Baqi, Muhammad Fu’ad Abdul, Shahih Bukhari Muslim,

No.4084, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

2017)

Blais, Kathleen Koenig, Praktik Keperawatan Profesional

Konsep & Praktik, (Jakarta: Kedokteran EGC,

2007),h.64

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2007)

Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC,

2003)

D, Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor :

Ghalia Indonesia, 2004)

Damayanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik

Keperawatan, (Bandung: PT Refika Adama, 2008)

Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan,

2020.

Page 145: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

129

Djuarsa, S. Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 1994)

Hardjana, Agus M, Komunikasi Intrapersonal &

Interpersonal, (Jakarta: Kanius, 2003)

Hidayat, Dedy N, Paradigma dan Metodologi Penelitian

Sosial Empirik Kalasik, (Jakarta: Dapartemen Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Indonesia,2003)

Indriyani, Diyan & Asmuji, Buku Ajar keperawatan

Martenitas, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006)

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,

(Jakarta: CV Al Mubarok, 2018)

King, A. Laura, Psikologi Umum, (Jakarta : Salemba

Humanika,2010)

Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi,

(Jakarta, Prenada Media Group, 2006)

Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Miles & Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku

Sumber Tentang Metode Metode Baru, (Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia)

Morissan, Teori Komunikasi Individual Hingga Massa,

(Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013)

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005)

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,

(Bandung: PT Remajaja Rosdakarya, 2008)

Page 146: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

130

Nevid, Jeffrey S, dkk, Psikologi Abnormal edisi kelima

Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005)

Nurjannah, Komunikasi Terapeutik (Dasar-dasar

komunikasi bagi perawat), (Yogyakarta:

Mocomedia, 2005)

Prastomo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:

Ar-ruz Media, 2016)

Priyanto, Farmakoterapi Dasar untuk Mahasiswa

Keperawatan dan Farmasi, (Jakarta: Leskonfi, 2009)

Rochman, Noor & Tristiadi Ardi , Psikologi Abnormal,

(Bandung: Lubuk Agung, 2011)

Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.

Stuart dan Sundden, Buku Saku Keperawatan Edisi Jilid 5,

(Jakarta: EGC,2007)

Suciati, Psikologi Komunikasi sebuah Tinjauan Teoritis

dan Perspektif Islam, (Yogyakarta: Buku Literia

Yogyakarta)

Uripni, Christina Lia, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002)

Videbeck, Shiela L, Buku Ajar Keperawatan Jiwa,(Jakarta:

Keperawatan, 2008)

West, Richard, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori

Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, (Jakarta:

Salemba Humanika 2012)

Page 147: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

131

WHO. Depression and Other Common Mental Disorders.

Global Health Estimates. Geneva: World Health

Organization. 2017

Sumber Internet

http://pdskji.org/home diakses pada tanggal 22 Agustus 2020.

Sumber Informan

Percakapan Perawat Darmoko Dengan Pasien D Saat

Melakukan Komunikasi Terapeutik, Pada Kamis, 17

Desember 2020

Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat

Melakukan Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18

November 2020

Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat

Melakukan Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5

Januari 2021

Wawancara Penelitian dengan Bapak Adlan, Perawat

Kejiwaan Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan,

Pada Selasa, 7 Januari 2021

Wawancara Penelitian dengan Bapak Aris, Perawat

Kejiwaan Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan,

Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 148: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

132

Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat

Kejiwaan Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan,

Pada Rabu, 17 Desember 2020

Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat

Kejiwaan Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan,

Pada Rabu, 18 November 2020

Wawancara Penelitian dengan Bapak Fahrudin, Perawat

Kejiwaan Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan,

Pada Rabu, 18 November 2020

Wawancara Penelitian dengan Ibu Magdalena, Perawat

Kejiwaan Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan,

Pada Selasa, 5 Januari 2021

Page 149: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

133

LAMPIRAN

Page 150: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

134

LAMPIRAN 1

TRANSKIP WAWANCARA

Pewawancara : Tantya Legystania

Narasumber : Ners. Fahrudin, S.Kep

Hari/Tanggal : Rabu, 18 November 2020

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

1. Penulis: Bagaimana teknik komunikasi terapeutik yang

dilakukan kepada pasien anxiety disorder?

Informan: Pertama tidak ada bedanya dengan pasien pasien

yang lain, teknisnya masih sama. Yang pertama pastinya kita

melakukan kontrak terlebih dahulu ya, dimana dia akan

berbicara dengan kita, tempat dan waktunya. Selanjutnya

perkenalan diri, kemudian penekanan masalahnya, karna

jangan sampai interfensi yang kita lakukan menjadi interfensi

yang pasien tidak butuhkan. Kalo pasien dengan diagnose

anxiety disorder itu pasti mereka butuh rasa aman, nyaman

agar terawat disini dan bisa melakukan komunikasi untuk

memastikan bahwasanya segala kebutuhan yang mereka

inginkan ada disini.

2. Penulis: Bagaimana perawat melakukan pendekatan dengan

pasien agar mau terbuka dan mengikuti serangkaian proses

Page 151: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

135

pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang

biasanya perawat lakukan?

Informan: Banyak sekali pasien yang tidak mau terbuka ya,

namanya pasien baru, baru kenal dengan orang apalagi pasien

anxiety disorder kan biasanya disertai degan rasa curiga juga

ya. Hampir rata rata pasien dengan diagnose kecemasan itu

tidak mau membuka diri dengan resiko perilaku kekerasan.

Pasti mereka akan jaga jarak, dan mereka akan mengalanisa

terlebih dahulu siapa orang yang mendekatinya ini, apakah

berbahaya atau tidak. Tetapi biarpun begitu kita akan

melakukan pendekatan terus menerus tanpa memaksa dia untuk

terbuka dengan kita. Jadi misalnya hari ini dia ga mau

berinteraksi, contoh saat pertama kita memberi salam,

memperkenalan diri terlihat dari gesture atau caranya menolak

maka sebaiknya kita tidak melanjutkan lagi, pamit aja.

“Baiklah pak kalau sekarang bapak tidak mau berinteraksi

dengan saya, saya akan datang lagi besok di waktu yang sama”

nah begitu terus menerus sampai pasiennya yakin bahwa kita

ini emang tidak berbahaya untuk mereka.

3. Penulis: Sejauh berinteraksi dengan pasien, apakah perawat

pernah menemukan kendala? Kalau ada kendalanya seperti

apa?

Informan: Kendala atau hambatan itu pasti ada ya, pasti akan

selalu ditemukan. Tapi kalau sejauh saya kerja disini khusus

untuk pasien anxiety disorder itu kendala yang temui itu

feedbacknya kurang dan lamanya waktu untuk si pasien untuk

membuka diri ke kita.

4. Penulis: Bagaimana cara mengatasi hambatan yang

menghalangi proses komunikasi terapeutik?

Informan: Jadi untuk mengatasi kendalanya ya itu tadi tetap

melakuakn pendekatan terus menerus ya. Jadi perawat itu harus

sabar, jadi ketika pasiennya reject atau tidak memberikan

feedback ya bukan berarti dia benci sama kita ya, mungkin kita

Page 152: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

136

harus yakinin mereka terlebih dahulu ya dengan pendekatan

terus menerus.

5. Penulis: Bagaimana komunikasi verbal dan non verbal perawat

terhadap pasien?

Informan: Komunikasi non verbal pasien tentu ada ya, seperti

bahasa tubuh. misal ada beberapa pasien yang tidak mau

menjawab tapi matanya menatap kita, atau gampang beralih

pandangan ya. Itukan kita bisa memahami apakah pasien ini

mau berinterkasi atau tidak.

6. Adakah cara tersendiri untuk berkomuniaksi dengan pasien

anak, dewasa, dan orang tua?

Informan: Ketika dia memasuki jenjang dewasa muda

biasnaya pola komunikasinya sama ya, tergantung bagaimana

cara perawat mendekatinya. Kalo anak muda kan mereka akan

terbuka kalau kita juga ikut masuk ke dunia mereka seperti kita

berbicara tentang hobi mereka. Kita brain stroming mereka

dengan hobi hobi mereka, misal dia hobinya main bola ya kita

awali dengan membahas bola jadi mereka akan merasa nyaman

dan merasa “oh dia ini mengerti saya”. Nah sejauh ini saya

belum menangani pasien orang tua atau lansia dengan diagnosa

anxiety disorder ya.

7. Penulis: Apakah teknik komunikasi terapeutik ini dapat

dikatakan efektif atau dapat membantu proses pemulihan

pasien?

Informan: Komunikasi terapeutik ini menurut saya efektif ya,

selain kita kolaborasi dengan media dan obat obatan,

adakalahnya pasien yang merasa tidak nyaman dan merasa

tidak butuh obat karna ada juga yang merasa obat ini racun

buat dia, maka disinilah komunikasi terapeutik itu sangat

penting digunakan agar pasien lebih tenang dan merasa

nyaman ya.

Page 153: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

137

8. Penulis: Apa kriteria keberhasilan komunikasi terapeutik ini?

Informan: Pasien pasien dengan diagnose anxiety disorder

biasaya punya ciri khas muka yang tegang, tidak relax, selalu

menanyakan apa yang kita berikan secure ga buat dia, aman ga

buat dia. Kriterianya ketika ekspresi pasien sudah mulai lentuh,

sesuai dengan rangsangan, mau menerima apa yang kita

berikan tanpa bertanya apakah berbahaya atau tidak, ketika

sudah merasa nyaman, aman maka saya rasa itu indicator

indicator bahwasanya komunikasi teraputik ini sudah berhasil

dilakukan atau membuahkan hasil. Dan indicator yang paling

berhasil ketika tim medis sudah memperbolehlan pasien untuk

melakukan rawat jalan, itu berartikan sudah berhasil ya.

Mengetahui,

Ners. Fahrudin, S.Kep

Page 154: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

138

TRANSKIP WAWANCARA

Pewawancara : Tantya Legystania

Narasumber : Dzulfan, Am.K

Hari/Tanggal : Rabu, 18 November 2020

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

1. Penulis: Bagaimana tahapan komunikasi terapeutik yang

biasanya dilakukan kepada pasien anxiety disorder?

Informan: Yang pastinya pra interaksi dulu ya, kita cari data

dulu tentang pasien. Kemudian selanjutnya ya perkenalan

dengan pasien, kalau dengan pasien baru kita pasti akan

melakukan perkenalan dan mencari data ya penyebab dia sakit

apa, riwayatnya apa, faktor pencutusnya apa, kenapa dibawa

kesini, nah itu kita analisa. Seperti keseharian pasien, apakah

bisa mandiri atau cenderung malas, atau perlu bantuan, terus

kita kaji lagi komunikasinya, dia ngomng ke orang lain

bagaimana, kalau udah komunikasi kita kaji bagaimana cara

pola pikirnya dia, apakah disorganisasi, tangesial atau sirkusial,

pokonya semuanya kita kaji ya. Setela itu baru selanjutnya kita

masuk ke tahapan selanjutnya yaitu taap kerja dan sampai pada

terminasi.

Page 155: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

139

2. Penulis: Bagaimana perawat melakukan pendekatan dengan

pasien agar mau terbuka dan mengikuti serangkaian proses

pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang

biasanya perawat lakukan?

Informan: Kalau untuk pasien baru ya agar dia mau cerita ya

kita harus membangun trust dulu ya. Kalau dia ada rasa turst

ke kita dia pasti akan menceritakan sendiri tanpa kita tanyakan

ya.

3. Penulis: Selama bekerja di sini dan berinteraksi dengan pasien,

pernah menemukan kendala tidak? Kalau ada kendalanya

seperti apa ?

Informan: Banyak ya mba hambatannya, misal kaya emosi

pasien, ada pasien yang irritable missal ada kata kata yang

menyinggung dia itu bisa marahnya melebihi orang normal.

Terus juga kebanyakan pasien dengan diagnose anxiety

disorder ini feedbacknya ya yang kurang, misal pasien

cenderung diam.

4. Penulis: Apakah teknik komunikasi terapeutik ini dapat

dikatakan efektif dalam proses pemulihan pasien?

Informan: kalau berbicara efektif atau tidak menurut saya

komunikasi terapeutik ini sangat efektif ya membantu

pemulian. Karena ya dengan komunikasi terapeutik ini perawat

dan pasien saling mengetahui apa dan bagaimana yang pasien

rasakan, maka dengan begitu akan mempermudah perawat

dalam memberikan asuhan perawatan dengan diagnose pasien.

Mengetahui,

Dzulfan, Am.K

Page 156: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

140

TRANSKIP WAWANCARA

Pewawancara : Tantya Legystania

Narasumber : Ners. Darmoko, S.Kep

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2020

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

1. Penulis: Bagaimana perawat melakukan pendekatan dengan

pasien agar mau terbuka dan mengikuti serangkaian proses

pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang

biasanya perawat lakukan?

Informan: Cara melakukan pendekatan kalau saya pribadi itu

menerapkan kontak sedikit tapi sering. Kita bina trust dengan

pasien, biasanya kalo sudah turst ya pasien akan mudah

terbuka, dan kalau kita melakukan kontak lebih sering akan

membuat pasien merasa nyaman dan trust ke kita ya. Nah kalo

ada pasien yang tidak mau terbuka bisanya kita tinggalkan

dulu, tapi beberapa jam lagi kita temui lagi, lalukan

komunikasi lagi. gitu aja terus menerus jadi akan membuat

pasien merasa kalo kita ini tidak berbahaya untuk mereka.

2. Penulis: apa hambatan yang sering ditemui saat berinteraksi

dnegan pasien anxiety disorder?

Informan: Kendala yang biasanya saya temui sih dari bahasa

ya, misalnya banyak pasien dari tidak bisa pakai bahasa

Indonesia ya, ada dari Negara lain. terus juga ada pasien yang

masih ada proses denail yang terus melakukan pertanyaan

berulang seperti kenapa saya disini, terus juga belum mau

terbuka atau menutup diri ya. Itu aja sih kendalanya.

Page 157: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

141

3. Penulis: bahasa apa yang perawat gunakan saat melakukan

komunikasi terapeutik dengan pasien?

Informan: Kalau saya pakainya bahasa sehari hari yang bisa

dimenegrti pasien ya, tidak pakai bahasa formal apalagi bahasa

kedokteran ya takutnya pasien malah tidak mengerti ya.

Bahasanya yang simpel, on the spot dan tepat sasaran ya.

4. Penulis: Apakah teknik komunikasi terapeutik ini dapat

dikatakan efektif atau dapat membantu proses pemulihan

pasien?

Informan: Komunikasi terapeutik ini snagat efektif ya

menurut saya, apalagi untuk pasien yang suka menarik diri dari

lingkuangan, atau tidak mau terbuka ya, kalo kita bina trust sm

mereka, pastikan lama lama mereka akan percaya dan ikutin

proses pemulihan ya.

5. Penulis: Apakah komunikasi terapeutik ini dapat membantu

pemulihan pasien tanpa adanya obat obatan?

Informan: Menurut saya tidak ya, komunikasi ini tidak akan

berhasil juga kalau tanpa bantuan obat ya, contohnya ada

pasien yang masuk sini dengan keadaan yang tidak

memungkinkan untuk diajak komunikasi terlebih dahulu ya,

kan ga mungkin kalo kita mendekati pasien yang masih gaduh

gelisah, emosi masih labil, kecemasan yang hebat banget ya itu

pasti butuh obat dulu untuk menenangkan pasien baru setelah

itu kita lakukan komunikasi.

6. Penulis: Apa kriteria keberhasilan komunikasi terapeutik ini?

Informan: Kita bisa melihat keberhasilan komuniksi ini saat

kita mendapat feedback yang bagus dari pasien, seperti

menjawab pertanyaan dengan tanggap, itukan bisa jadi suatu

Page 158: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

142

indicator ya bahwa komunikasi teraputik yang kita lakukan ini

sudah berhasil.

Mengetahui,

Ners. Darmoko, S.Kep

Page 159: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

143

TRANSKIP WAWANCARA

Pewawancara : Tantya Legystania

Narasumber : Asep Aris Muwandar, Am.K

Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2021

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

1. Penulis: Bagaimana tahapan komunikasi terapeutik antara

perawat dengan pasien anxiety disorder?

Informan: Tahapan sama sih seperti yang lain dan tidak ada

perbedaannya. Kalau di kejiwaan ini kan kita melakukan SP

ya, dan kalau ke pasien baru pastinya semua perawat harus

mencari tau dulu data tentang pasien, baru setelah itu kita

lakukan pertemuan pertama dengan perkenalan, kontrak dan

masuk ke tahap kerja itu sampai akhirnya tahap terminasi ya

mba.

2. Penulis: Bagaimana perawat melakukan pendekatan dengan

pasien agar mau terbuka dan mengikuti serangkaian proses

pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang

biasanya perawat lakukan?

Informan: Kita lihat dulu kondisinya gimana, missal masih

bingung, masih labil tentunya kita tidak melakukan komunikasi

dulu karna bakal susah juga untuk diajak berbicara pasti bakal

koheren jawabnnya. jadi kita biarkan pasiennya dulu agar

terbina trust pasien ke kita. tapi kita tetap pantau beberapa jam

Page 160: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

144

sekali lihat bagaiaman kondisi pasien apa masih merasa takut,

cemas, atau curiga ke kita.

3. Penulis: Selama bekerja di sini dan berinteraksi dengan pasien,

pernah menemukan kendala tidak? Kalau ada kendalanya

seperti apa ?

Informan: hambatannya terkadang emosi pasien yang tidak

stabil ya, suka mukul gitu mba.

4. Penulis: Apakah teknik komunikasi terapeutik ini dapat

dikatakan efektif dalam proses pemulihan pasien?

Informan: Komunikasi terapeutik ini menurut saya sangat

membantu ya untuk proses pemulihan pasien, karna kan

dengan komunikasi ini kita bisa mengetahui apa yang

dirasakan pasien, dan saat pasien trust ke kita kan dia merasa

lebih nyaman, terus merasa aman. Kan itu yang mereka

butuhkan

Mengetahui,

Asep Aris Muwandar, Am.K

Page 161: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

145

TRANSKIP WAWANCARA

Pewawancara : Tantya Legystania

Narasumber : Magdalena Verita Intan Manik, Am.K

Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2021

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

1. Penulis: Dari keempat fase komunikasi terapeutik yang

dijalankan perawat, fase manaka yang sangat penting dalam

membantu proses pemulihan?

Informan: Semua fase tentunya penting ya mba. Contohnya

fase pra-interaksi walaupun di fase ini perawat belum bertemu

dnegan pasien secara langsung tapi fase pra-interaksi ini juga

sama penting ya, karena sebelum bertemu dengan pasien kita

kan harus mengevaluasi diri kita dulu, terus juga menyiapkan

rencana interaksi dan pastinya kita juga harus mencari tau data

tentang pasien yang akan kita ajak berkomunikasi ini. Kalau

persiapan kita di fase pra-interaksi ini sudah matang kan pasti

ada kemungkinan besar untuk fase selanjutnya berjalan dengan

lancar juga.

2. Penulis: Apakah perawat di poli rawat inap ini sellau

menerapakan keempat fase komunikasi terapeutik ini?

Informan: Kalo saya pribadi pasti menerapkan tahapan

komunikasi terapeutik ini ya mba, tapi sekali lagi tergantung

Page 162: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

146

kondisi ya kalo lagi riweh atau pasiennya banyak biasanya kita

ga bisa melakukan komuniaksi lebih mendalam. Dan kalo poli

rawat inap inikan juga banyak pasien lama ya jadi kita ga

mengulang lagi tahapan mencari datanya karna kita sudah

punya data pasien tersebut. Jadi paling minimal kita

menanyakan keadaanya gimana misal “gimana perasaannya

siang ini pak? Apa yang dirasakan?” seperti itu, terus

selanjutnya kita atur jadwal lagi untuk bertemu dengan pasien,

seperti yang tadi kita atur “nanti sore bertemu saya lagi ya pak,

di tempat ini lagi ya. Kita ngbrol ngbrol lagi” gitu sih mba.

3. Penulis: Bagaimana perawat melakukan pendekatan dengan

pasien agar mau terbuka dan mengikuti serangkaian proses

pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang

biasanya perawat lakukan?

Informan: Kadang kadang saya mendekatinya dengan

menceritakan dulu pribadi saya atau cerita saya yang mungkin

mirip dengan yang dia alami, atau ga kita tanya kebuthan

mendasarnya, dan juga kita mendekati dengan mengikuti

kesukaan dia. Misal hobinya musik kita coba dengan

menanyakan music kesukaannya terus mendengarkan lagu gitu.

4. Penulis: Selama bekerja di sini dan berinteraksi dengan pasien,

pernah menemukan kendala tidak? Kalau ada kendalanya

seperti apa?

Informan: Kenadala pasti banyak ya yang kita temui, yang

paling sering emosi pasien tidak stabil, masih suka curiga ke

kita, menutup diri.

5. Penulis: Apakah teknik komunikasi terapeutik ini dapat

dikatakan efektif dalam membantu proses pemulihan pasien?

Page 163: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

147

Informan: Sejauh ini menurut saya sangat membantu ya

teknik komunikasi terapeutik ini. tetapi ini juga dibantu dengan

obat ya. Dengan komuniaksi kan kita bisa mengerti apa yang

pasien mau, apa yang dirasa dan dengan begitu kita bisa kasih

penanganan yang tepat juga.

Mengetahui,

Magdalena Verita Intan Manik, Am.K

Page 164: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

148

TRANSKIP WAWANCARA

Pewawancara : Tantya Legystania

Narasumber : Ners. Adlan Baduwi, S.Kep

Hari/Tanggal : Kamis, 7 Januari 2021

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

1. Penulis: Bagaimana tahapan komunikasi terapeutik antara

perawat dengan pasien anxiety disorder?

Informan: Komunikasi terapeutik ini kan ada beberapa teknik

ya, dan beberapa fase atau tahapan. Dari fase pra interaksi

sampai ke fase terminasi. Nah di beberapa fase ini kan ada

namanya fase kerja, di fase kerja itulah kita melakukan dan

mencotohkan kepada pasien, dan pasien harus mengulang apa

yang kita contohkan. Nah di situ akan terlihat dari

komunikasinya apakah berjalan baik atau tidak.

2. Penulis: Bagaimana perawat melakukan pendekatan dengan

pasien agar mau terbuka dan mengikuti serangkaian proses

pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang

biasanya perawat lakukan?

Informan: Melakukan pendekatannya dengan memabngun

komunikasi yang baik atau bina trust kepada pasien. Dengan

kita membangun komunikasi yang baik pasti pasien akan

terbuka, ke gali semua informasi diri pasien, permasalahannya,

Page 165: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

149

misal dirumah dia kenapa, kenapa tidak mau berkomunikasi,

atau dikekang atau lain sebagainya. Nah dengan komunikasi

inikan kita bisa mengetahui apa yang dia rasakan.

3. Penulis: Selama bekerja di sini dan berinteraksi dengan pasien,

pernah menemukan kendala tidak? Kalau ada kendalanya

seperti apa ?

Informan: Kalau selama kerja, masalah hambatan itu pasti ada

ya. Kan disini kita juga bisa melihat pasien ini dengan diagnose

apa, misal kasusnya anxiety itukan ditandai dengan perasaan

curiga, cemas nahh itukan apsti suah diajak berkomunikasi,

kita menggali informasipun tidak secepat pasien yang lainnya.

Kalau hambatan lain itu ada, seperti dari bahasa ya. Dirumah

sakit ini juga banyak pasien dari Negara luar seperti

Afganistan, keluarganya juga ga bisa bahasa Indonesia, jadikan

itu hambatan buat kita ya karna informasi yang kita terima

tidak mendetail.

Mengetahui,

Ners. Adlan Baduwi, S.Kep

Page 166: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

150

LAMPIRAN 2

TRANSKIP PERCAKAPAN PERAWAT SAAT

MELAKUKAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN

PASIEN ANXIETY DISORDER

Perawat : Dzulfan, Am.K

Pasien : Pasien W (nama disamarkan)

Diagnosa : PTSD (Post-traumatic Stress Disorder)

Hari/Tanggal : Rabu, 18 November 2020

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

Perawat: Halo mas, selamat pagi. mas kalo kita ngbrol bisa ga?

Atau masih susah untuk berkomunikasi?

Pasien W: Bisa

Perawat: Mas kenalan dulu, saya Pak dzulfan, perawat disini.

Mas W mau dipanggil apa ?

Pasien W: W aja..

Perawat: Oke baik mas W, Kemarin pas mas W masuk sini kan

ada saya tuh

Pasien W: Oh iya yang kemarin

Perawat: Tadi pagi dapat suntikan ya? Terus sekarang ngantuk ya

mas? Kita mau ngbrol riangan aja, sekiranya 15 menit. Kira kira

kalo mas W ada yang mau diceritain silakan tp kalo ga ada juga

gapapa. Gimana bisa ga mas? Kalo bisa saya tanya sebagai

Page 167: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

151

petugas disini, saya mau tanya mas W kenapa kesini? Siapa yang

bawa mas ke sini? Masih inget ga?

Pasien W: Gimana ngomongnya ya, kemarin yang saya tau saya

pingsan, gimana ya saya bingung.

Perawat: Baik kalo mas masih susah mengingat dan bercerita,

kalau boleh tau itu dagu mas W kenapa? Ko bisa luka?

Pasien W: Ini saya lompat dari pagar rumah terus lari dari bokap

Perawat: Oh, kenapa lari dari bokap? Emang bokapnya kenapa?

Pasien W: Bokap galak, suka mukulin

Perawat: Oh kamu suka dipukulin, kalo saya boleh tau alasan

bokap mukulin kamu kenapa?

Pasien W: Ya gatau ya, tapi mungkin mau bikin syaa macho kali

ya.

Perawat: Oh mungkin maksud ayahnya baik, cuma cara ayah

yang salah ya mas

Pasien W: Iya gitu

Perawat: Bapak suka mukulin itu dari umur berapa? Mas masih

inget?

Pasien W: Dari kelas 1 SD

Perawat: Oh gitu, terus kalo bapak suka mukulin, dia bilangnya

apa? Atau alasannya apa?

Pasien W: Ga ada alasan, tau tau kalo pengen mukul ya mukul

kaya gitu terus

Perawat: Baik, apakah bapak kalo mukul kamu karena ada sebab

yang lain terus melampiaskan ke kamu? Seinget kamu perna ga

gitu?

Page 168: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

152

Pasien W: Ga tau juga saya

Perawat: Apa bapak dari dulu emang suka berlaku kasar? Sama

ibu gitu juga ga?

Pasien W: Ngga yah,

Perawat: Sama ibu gaada perilaku kekerasan ya?

Pasien W: Oh ada, dipukul juga sama kaya saya

Perawat: Oh ada, jadi emang dasarnya bapaknya suka marah

marah ya, suka melakukan kekerasan ya

Pasien W: Iya gitu

Perawat: Terus perasaan apa yang berkecamuk ketika bapak

melakukan itu ke kamu?

Pasien W: Ga enak, berontak ya

Perawat: Berontak ya, cuma bapak mau ga denger kamu

Pasien W: Mungkin mau tapi bakal nambah dihajar lagi, jadi saya

diam aja.

Perawat: Oh jadi emang emosi bapak ga bisa dikontrol ya. Dari

situ kamu mulai merasa takut, cemas gitu kamu ngeliat bokap?

Kalo ada yang bisa diceritain certain aja, saya akan dengerin. Tapi

kalo ga mau gapapa

Pasien W: Saya bingung

Perawat: Oke baik. kalo mas dibawa kesini dengan keadaan dagu

luka mas inget ga?

Pasien W: Saya dibawa oleh temen saya pake motor ke

rumahnya, terus disana saya coba cerita cerita terus sampai

nangis, terus gatau tiba tiba saya merasa kaya time travel gitu,

saya ditonjokin bokap terus denger suara suara yang buat saya jadi

Page 169: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

153

lebih takut. Terus tiba tiba saya udah disini. Saya dibawa teman

saya sm nyokapnya teman saya.

Perawat: Oh jadi pas saat mas cerita mas mulai merasa kaya ada

pusaran pusaran panggilan suara dan time travel ya? Terus pas

sampe sini apa masih merasakan hal yang sama

Pasien W: Iya kaya masih kerasa, kayak ke delay waktunya

Perawat: Oh gitu, mama tau ga kamu disini?

Pasien W: ada sempet denger suara mama

Perawat: Oh berarti pas waktu itu kamu dalam keadaan tidak

sadar tapi seperti merasa ada suara suara dan time travel gitu ya?

Pasien W: Iya

Perawat: Sekarang setalah kamu lari dari bokap gimana

perasaannya?

Pasien W: Plong sih, lega dan lebih bisa buat belajar hal yang

baru

Perawat: Lebih plong ya, terus sikap apa yang akan kamu

tunjukukan kalo misal bapak nemui kamu? Apa kamu masih takut

atau cemas menemuinya?

Pasien W: Cemas sm takut pasti akan ada tapi saya coba untuk

menghadapinya

Perawat: Iya berarti kamu bisa ya menghadapinya. Sekarang ada

yang mau diceritain lagi ga?

Pasien W: Ada tapi saya bingung ceritanya

Perawat: Iya gapapa sepotong sepotong aja ceritanya

Pasien W: Bingung saya, ngantuk mau tidur

Page 170: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

154

Perawat: Oke baik, gapapa kalo bingung. Iya kita cukupkan

sampe di sini ya, nanti sore absi ashar kita ngbrol lagi bisa? Di

ruangan ini lagi.

Pasien W: Iya bisa.

Perawat: Baik kalo gitu sekarang masnya istirahat kita ketemu

lagi nanti sore ya abis ashar.

Mengetahui,

Dzulfan, Am.K

Page 171: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

155

TRANSKIP PERCAKAPAN PERAWAT SAAT

MELAKUKAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN

PASIEN ANXIETY DISORDER

Perawat : Ners. Darmoko, S.Kep

Pasien : Pasien D (nama disamarkan)

Diagnosa : Organic Mental Disorder & OCD (Obsessive

Complusive Disorder)

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2020

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

Perawat: Selamat sore mas D

Pasien D: Sore

Perawat: Masih kenal saya ga?

Pasien D: Kenal

Perawat: Kenal ya, siapa nama saya?

Pasien D: Gatau

Perawat: Oke kita kenalan lagi aja ya mas, salaman dulu boleh.

Nama saya Darmoko, saya perawat di sini. Bagaimana kabar nya

hari ini?

Pasien D: Baik

Perawat: Makan sudah? Minum sudah?

Pasien D: Udah

Page 172: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

156

Perawat: Terus sekarang apa yang dirasain

Pasien D: Gatau

Perawat: Semalam bisa tidur ga? Tidur jam berapa?

Pasien D: Tidur jam 8

Perawat: Mas minum obat berapa banyak selama di sini? Kita

lanjutin yang kemarin aja ya mas., yaitu pengetahuan tentang

obat. Berapa biji yang mas minum?

Pasien D: 2 kali sehari,

Perawat: Jenis obatnya apa mas?

Pasien D: Ada 3, 1 panjang sm 2 bulet

Perawat: Baik, sekarang mas tau ga kegunaannya apa aja?

Pasien D: Ngga

Perawat: Belum tau ya, nanti kita belajar lagi ya. Kalau abis

minum obat gimana perasaannya mas? mas bisa lihat saya dulu,

kan saya yang berbicara disini (disini pasien tidak bisa fokus saat

diajak berbicara)

Pasien D: Iya

Perawat: Masih suka denger suara ga? Merasa takut dan cemas

ga?

Pasien D: masih

Page 173: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

157

Perawat: Oh masih ya, kalo ada suara atau bisikan terus perasaan

mulai takut dan cemas, mas jangan iktuin ya suaranya. Jadi mas

harus menerapkan apa yang sudah diajarkan, kalo misal ada suara

suara mas cepat cari teman buat ngbrol agar tidak merasa

sendirian dan tidak cemas lagi. Mas bisa lihat saya dulu? Kan saya

disini, kalo mas menghadap sana tar ga keliatan sm saya.

Pasien D: Iya

Perawat: Yaudah sekarang cukup sampai sini, kapan kita akan

bertemu lagi mas? Nanti sore abis makan sore mau? Nanti saya

akan lanjutkan menjelaskan tentang obat dan fungsinya ya.

Pasien D: Iya

Perawat: Baik, mas mau dimana tempatnya? Di sini lagi aja mau?

Pasien D: iya

Mengetahui,

Ners. Darmoko, S.Kep

Page 174: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

158

TRANSKIP PERCAKAPAN PERAWAT SAAT

MELAKUKAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN

PASIEN ANXIETY DISORDER

Perawat : Magdalena Verita Intan Manik, Am.K

Pasien : Pasien S (nama disamarkan)

Diagnosa : Anxiety

Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2021

Tempat : Poli Rawat Inap RSJSH

Perawat: Halo pak, kenalin saya Perawat Lena, sebentar kita akan

ngbrol ngbrol sekitar 10 menit bisa ga saya minta waktunya?

Pasien S: Boleh, saya duduk sini ya

Perawat: Oke kalo gitu saya duduk di depan bapak ya, kita harus

berhadapan

Pasien S: Ah gamau

Perawat: Maaf ya bapak, bapak boleh duduk depan saya. Kan

yang mau ngbrol sm bapak saya

Pasien S: Oh gitu, iya boleh

Perawat: Baik, gimana perasaan bapak sore ini?

Pasien S: Sedih

Perawat: Kenapa sedih?

Pasien S: Mama belum datang

Page 175: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

159

Perawat: Oh mama belum datang, emang bisanya dibesuk ya?

Tapi kan ini lagi Corona bapak jadi ada pembatasan untuk jam

besuk.

Pasien S: Oh gitu

Perawat: Iya bapak, terus apa yang bapak rasain selain sedih?

Pasien S: Pengen ketemu saya sama ibu saya ya minimal

seminggu sekali lah

Perawat: Oh giu ya. Bapak masih suka dengar dengar suara gitu

ga?

Pasien S: Dengar cuma sekarang sudah bisa mengatasinya

Perawat: Iya kan udah diajari ya bagaimana cara buat mengontrol

itu. Boleh ga perawat tau apa aja tahapan yg kita ajarkan?

Pasien S: Mengahardik yang pertama. Jadi kalo ada suara suara

harus bilang “pergi pergi kamu tidak nyata, aku tidak mau

mengikuti kamu”

Perawat: Pinter, terus sehabis itu biasanya bapak ngapain?

Pasien S: Wudhu

Perawat: Wudhu, berarti spritual ya pak

Pasien S: Sama minum obat yang paling penting

Perawat: Oh iya obat ya, pinter bapak. Terus apa lagi pak?

Pasien S: Melakukan aktivitas

Perawat: Iya benar, jadi bapak bisa buat jadwal kegiatan aktivitas

harian mulai dari bapak bangun pagi sampai tidur lagi

Pasien S: iya saya juga harus minum obat untuk otak saya, supaya

mengurangi kecemasan saya. Saya pernah motong leher saya bu

Page 176: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

160

Perawat: Kenapa bapak lakukan?

Pasien S: Saya dulu sering dibully oleh teman saya, padahalkan

ngebully ga baik ya bu?

Perawat: Iya bener ga bagus kalo ngebully, tau yang bapak

lakukan tadi juga ga baik ya pak. Ga boleh ya pak melakukan

penyatan di tubuh bapak lagi. Di dalam agama juga kan dilarang

pak, kan Tuhan suda memberikan bapak anggota tubuh yang

lengkap jadi harusnya bapak syukuri pemberian Tuhan. Kalau

bapak melakukan penyayatan di tubuh bapak berarti bapak ga

bersyukur atas apa yang Tuhan kasih.

Pasien S: Iya bu, saya takut sama pulpen, pensi, pisau, cutter sm

spidol juga bu. Itu tajem bisa bunuh orang loh bu.

Perawat: Iya ga boleh ya pak. Bapak suda makan siang?

Pasien S: Sudah bu.

Perawat: Jadi perawat ulangi ya yang harus bapak lakukan kalau

mendengar suara dan merasa cemas yaitu dengan menghardik,

bercakap cakap, minum obat dan melakukan aktivitas ya

Pasien S: Iya bu saya udah lakuin semuanya

Perawat: Baik kalo gitu, tadi kontak kita hanya 10 menit ya

berarti sekarang sudah selesai. Nanti kita ngbrol kembali ya pak,

bapak mau kapan?

Pasien S: Besok aja bu,

Perawat: Oke boleh, besok pagi ya pak kita bertemu lagi.

Mengetahui,

Magdalena Verita Intan Manik, Am.K

Page 177: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

161

LAMPIRAN 3

Page 178: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

162

Page 179: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

163

Page 180: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

164

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI

Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Page 181: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

165

Foto-foto Poli Rawat Inap Ruangan Elang

(Tampak Depan Ruangan Elang)

(Bagian Administrasi Ruangan Elang)

Page 182: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

166

(Ruangan Elang Mempunyai 3 Kamar Isolasi)

(Kamar Pasien-pasien Ruangan Elang)

Page 183: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

167

(Rungan Makan atau Kumpul Pasien)

(Tempat Wudhu)

Page 184: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

168

(Foto dengan Pembimbing Lapangan Ners. Ahmad Qofrawi,

S.Kep)

Page 185: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

169

(Foto dengan Perawat Dzulfan, Am.K)

(Foto dengan Perawat Ners. Darmoko, S.Kep)

Page 186: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

170

(Foto dengan Perawat Magdalena Verita Intan Manik, Am.K)

(Foto dengan Perawat Asep Aris Muwandar, Am.K)

Page 187: KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN …

171

(Foto dengan Perawat Ners. Adlan Baduwi, S.Kep)

(Foto dengan Perawat Ruangan Elang Lainnya)