KOMUNIKASI KOTA RUANG PUBLIK TAMAN SEBAGAI … · 2020. 5. 5. · pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi...

12
pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1 102 KOMUNIKASI KOTA RUANG PUBLIK TAMAN SEBAGAI PEMBENTUK CITRA KOTA HIJAU Communication of Taman Public Space as a Former of Green City Images Mariana Rista Ananda Siregar Universitas Pakuan Bogor E-mail: [email protected] ABSTRACT Building an image of an area now has become the concern of many local governments in shaping the image of the city or region. Place branding is part of the study of city branding which is part of an effort to plan cities in building differentiation of images and strengthening brands. Bogor City as one of the supporting cities of capital city has a lot of potential natural resources, human resources and environmental resources that support in building the city image as a Green City. This study aims to describe the efforts of the Bogor City government in building the city image as a Green City. This paper is based on several research authors with a sequential method approach using data collected through qualitative and quantitative methods. Instead of communicating with the city marketing using media publications, the City of Bogor Government prefers to build its city image in the public's mind through a landscape strategy approach in carrying out the city's primary communication. The landscape strategy carried out by the Bogor City government in building its city image is carried out by building city parks, structuring and expanding green open spaces as a city attraction that is also seen and felt by its citizens. Keywords: city branding, city communication, green city ABSTRAK Membangun imaji suatu kawasan saat ini telah menjadi perhatian banyak pemerintah daerah dalam membentuk citra kota atau daerahnya. Branding tempat (place branding) merupakan bagian dari kajian city branding ini merupakan bagian dari upaya merencanakan kota dalam membangun differensiasi imaji dan memperkuat brand. Kota Bogor sebagai salah satu kota penyangga ibukota memiliki banyak potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan yang mendukung dalam membangun imagi kotanya sebagai Kota Hijau.. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripisikan upaya pemerintah Kota Bogor dalam membangun imagi kotanya sebagai Kota Hijau. Tulisan ini dibuat berdasarkan beberapa penelitian penulis dengan pendekatan metode sekuensial menggunakan data yang dikumpulkan melalui metode kualitatif dan kuantitatif. Alih-alih melakukan komunikasi pemasaran kotanya dengan menggunakan media publikasi, Pemerintah Kota Bogor lebih memilih membangun imaji kotanya di benak publiknya melalui pendekatan strategi lanskap dalam menjalankan komunikasi primer kotanya. Strategi lanskap yang dilakukan pemerintah Kota Bogor dalam membangun imaji kotanya dilakukan dengan membangun taman kota, penataan dan perluasan ruang terbuka hijau sebagai daya tarik kota yang juga terlihat dan dirasakan oleh warganya. Kata kunci: city branding, komunikasi kota, kota hijau PENDAHULUAN Kajian city branding merupakan bagian dari perencanaan kota yang bertujuan membangun differensiasi dan memperkuat citra kota. Di Indonesia, city

Transcript of KOMUNIKASI KOTA RUANG PUBLIK TAMAN SEBAGAI … · 2020. 5. 5. · pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi...

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    102

    KOMUNIKASI KOTA RUANG PUBLIK TAMAN SEBAGAI

    PEMBENTUK CITRA KOTA HIJAU

    Communication of Taman Public Space as a Former of Green City Images

    Mariana Rista Ananda Siregar

    Universitas Pakuan Bogor

    E-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    Building an image of an area now has become the concern of many local governments in

    shaping the image of the city or region. Place branding is part of the study of city

    branding which is part of an effort to plan cities in building differentiation of images and

    strengthening brands. Bogor City as one of the supporting cities of capital city has a lot

    of potential natural resources, human resources and environmental resources that

    support in building the city image as a Green City. This study aims to describe the efforts

    of the Bogor City government in building the city image as a Green City. This paper is

    based on several research authors with a sequential method approach using data

    collected through qualitative and quantitative methods. Instead of communicating with

    the city marketing using media publications, the City of Bogor Government prefers to

    build its city image in the public's mind through a landscape strategy approach in

    carrying out the city's primary communication. The landscape strategy carried out by the

    Bogor City government in building its city image is carried out by building city parks,

    structuring and expanding green open spaces as a city attraction that is also seen and felt

    by its citizens.

    Keywords: city branding, city communication, green city

    ABSTRAK

    Membangun imaji suatu kawasan saat ini telah menjadi perhatian banyak pemerintah

    daerah dalam membentuk citra kota atau daerahnya. Branding tempat (place branding)

    merupakan bagian dari kajian city branding ini merupakan bagian dari upaya

    merencanakan kota dalam membangun differensiasi imaji dan memperkuat brand. Kota

    Bogor sebagai salah satu kota penyangga ibukota memiliki banyak potensi sumberdaya

    alam, sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan yang mendukung dalam

    membangun imagi kotanya sebagai Kota Hijau.. Penelitian ini bertujuan untuk

    mendeskripisikan upaya pemerintah Kota Bogor dalam membangun imagi kotanya

    sebagai Kota Hijau. Tulisan ini dibuat berdasarkan beberapa penelitian penulis dengan

    pendekatan metode sekuensial menggunakan data yang dikumpulkan melalui metode

    kualitatif dan kuantitatif. Alih-alih melakukan komunikasi pemasaran kotanya dengan

    menggunakan media publikasi, Pemerintah Kota Bogor lebih memilih membangun imaji

    kotanya di benak publiknya melalui pendekatan strategi lanskap dalam menjalankan

    komunikasi primer kotanya. Strategi lanskap yang dilakukan pemerintah Kota Bogor

    dalam membangun imaji kotanya dilakukan dengan membangun taman kota, penataan

    dan perluasan ruang terbuka hijau sebagai daya tarik kota yang juga terlihat dan dirasakan

    oleh warganya.

    Kata kunci: city branding, komunikasi kota, kota hijau

    PENDAHULUAN

    Kajian city branding merupakan bagian dari perencanaan kota yang

    bertujuan membangun differensiasi dan memperkuat citra kota. Di Indonesia, city

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    103

    branding telah banyak dicanangkan beberapa kota besar seperti Jakarta dengan

    slogan “Enjoy Jakarta,”Surabaya dengan Sparkling Surabaya, Jogja Never Ending

    Asia, Semarang The Beauty of Asia serta Solo dengan The Spirit of Java. Namun

    demikian, merujuk beberapa hasil penelitian, pencanangan city branding di

    beberapa kota di Indonesia dinilai belum maksimal karena adanya faktor-faktor

    yang belum berjalan linier antara sistem dan tata aturan pemerintah yang berlaku.

    Jakarta dengan slogan Enjoy Jakarta dicanangkan sejak tahun 2005

    misalnya, dinilai gagal dalam implementasi city branding karena aspek belum

    ditemukan solusi pengurai kemacetan lalu lintas yang berdampak langsung

    keberadaan polusi udara serta belum tertangani dengan maksimal kondisi

    transportasi umum yang memprihatinkan. Bogor sebagai salah satu kota yang

    memiliki banyak potensi pariwasata alam, budaya, dan kuliner, hingga saat ini

    masih belum menentukan merek kotanya.

    City branding merupakan autentitas dari suatu kota dan harus dikelola

    dengan baik, diaplikasikan dan menjadi budaya serta perilaku, baik oleh aparatur

    maupun warga kota. Dalam mengelola suatu kota dan membangun city branding,

    diperlukan suatu riset yang kuat serta harus memetakan perubahan yang terjadi

    pada lingkungan, target pasar, pesaing kota dan perubahan yang terjadi di dalam

    kota itu sendiri. Selain riset, kombinasi strategi komunikasi dan pemasaran bagian

    lain yang penting untuk diperhatikan dalam penerapan city branding.

    Komunikasi pemasaran merupakan suatu strategi untuk meningkatkan

    ekuitas merek dan loyalitas publik terhadap suatu merek. Merek dibangun untuk

    menempatkan diri di benak publik dan menciptakan pemosisian yang kuat dimata

    publik. Brand dipandang mewakili sebuah nama dari suatu produk dan merupakan

    alat pengidentifikasian dengan produk lain yang sejenis. Menurut Purwianti dan

    Lukito (2014) branding tidak hanya berlaku pada barang atau jasa, namun dapat

    pula berupa nama, organisasi, event olah raga, karya seni dan wilyah

    (kota/kabupaten) sekalipun. Branding untuk wilayah lazim juga disebut dengan

    place branding.

    Konsep place branding telah menjadi kajian baru saat ini dimana para

    pemangku dan pengambil kepentingan mulai menyadari pentingnya citra kota

    untuk menggaet wisatawan atau investor. Kajian terkait manajemen citra sebuah

    kota mengerucut pada konsep city branding yang telah dahulu dirntis di kota-kota

    besar baik di Amerika, Eropa dan Asia. (Mihalis Kavaratzis, 2009) memaparkan

    city branding dipahami sebagai sarana untuk mencapai keunggulan kompetitif

    dalam rangka untuk meningkatkan investasi dari pariwisata dan juga sebagai

    pencapaian pembangunan masyarakat.

    City branding umumnya memfokuskan pada pengelolaan citra, tepatnya apa

    dan bagaimana citra itu akan dibentuk serta aspek komunikasi yang dilakukan

    dalam proses pengelolaan citra. Alasan yang paling umum dari penerapan brand

    strategy dalam komunikasi citra kota adalah untuk mendorong pertumbuhan

    ekonomi kota atau daerah. Vermeulen (dalam Kavaratzis, 2009) menjelaskan

    bahwa dalam upaya city branding dan pemasaran kota, citra dari kota yang perlu

    direncanakan dan dikelola dengan baik. Merujuk pendapat Prophet (2006)

    beberapa alasan urgensi city branding dalam tata kelola sebuah wilayah, antara

    lain:

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    104

    1. Mengubah persepsi kota yang mungkin memiliki citra buruk di antara para

    konstituen internal dan eksternalnya.

    2. Membentuk suatu visi yang umum bagi masa depan warga kota dan mereka

    yang berpotensi menjadi warga kota tersebut di masa depan.

    3. Menyediakan suatu representasi yang konsisten mengenai kota tersebut.

    4. Meningkatkan tingkat kesadaran dan posisi kota tersebut di tingkat lokal,

    regional dan global.

    5. Menghilangkan stereotip buruk yang diasosiasikan dengan kota tersebut dan

    menggantinya dengan asosiasi yang lebih menarik.

    Layaknya sebuah merek, city branding harus bersifat fungsional yang

    direpresentasikan melalui benefit yang diperoleh. Untuk itu, city branding tidak

    hanya sebuah slogan atau kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari

    pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika

    seseorang tersebut (prospek atau customer) melihat atau mendengar sebuah nama,

    logo, produk, layanan, event, ataupun berbagai simbol dan rancangan yang

    menggambarkannya.

    Kavaratzis mengungkapkan bahwa dalam rangka membangun imaji sebuah

    kota dapat dikomunikasikan melalui tiga kegiatan komunikasi, yaitu primer,

    sekunder dan tersier. Alih-alih melakukan promosi sebagai tahapan komunikasi

    sekunder yang membutuhkan dana besar yang sudah dilakukan banyak kota di

    Indonesia. Kota Bogor berupaya membangun identitas kota dengan melakukan

    pembenahan potensi tata kotanya, yang menurut Kavaratzis merupakan salah satu

    aspek komunikasi primer dalam membangun imaji kota. Konteks penelitian ini

    adalah melihat bagaimana kerja strategi lanskap sebagai salah satu bentuk

    komunikasi primer (Michalis Kavaratzis, 2004) dalam bentuk pembangunan

    taman kota dan kemudian membangun makna Bogor sebagai Kota Hijau walau

    pada kenyataan terjadi pengurangan lahan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota

    Bogor (Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, 2016).

    Berdasarkan paparan tersebut, maka tulisan ini akan memparkan

    bagaiamana strategi komunikasi karakter mahasiswa sebagai salah satu publik

    Kota Bogor dan bagaimana bentuk komunikasi kota Bogor sebagai Kota Hijau

    dan apa yang dirasakan (dimaknai) warga terkait komunikasi primer tersebut?

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini didesain sebagai penelitian sekuensial dengan

    mengombinasikan penemuan data melalui metode kualitatif dengan data dari hasil

    penemuan kuantitatif. Strategi metode campuran merupakan prosedur-prosedur

    dimana di dalamnya peneleti berusaha menggabungkan atau memperluas

    penemuannya-penemuannya yang diperolehnya dari satu metode dengan

    penemuan-penemuan lainnya dari metode lain. Strategi ini dapat dilakukan

    dengan melakukan pengumpulan data kualitatif untuk mendapatkan penjelasan-

    penjelasan memadai, lalu diikuti dengan metode survei kuantitatif dengan

    sejumlah sampel, atau bisa dilakukan sebaliknya (Creswell, 2012).

    Penelitian ini menggunakan studi kasus, yang merupakan pendekatan

    kualitatif dalam penelitian mengeskplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas

    kontemporer (kasus) atau berbagai sistem terbatas (berbagai kasus) melalui

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    105

    pengumpulan data yang detail dan mendalam melibatkan berbagai sumber

    informasi atau sumber informasi majemuk (pengamatan, wawancara, dokumen,

    dan berbagai laporan), dan melaporkan secara deskriptif.

    Selanjutnya dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

    pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengamatan (observation), wawancara

    (interview), angket (questioner), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

    Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, dapat dilakukan pada natural

    setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data

    lebih banyak pada observasi, serta wawancara mendalam dan dokumentasi

    (Creswell, 2012). Pengumpulan data penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

    melakukan penelusuran arsip dan dokumentasi berupa artikel, dokumen kebijakan

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor 2014-2019,

    Laporan utama DIKLPH 2016, situs resmi pemerintah Kota Bogor beserta Situs

    resmi tiap OPD, dan artikel berita terkait lainnya.

    Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat uraian dari kumpulan

    data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh,

    dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif naratif -

    eksplanatif. Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang

    dikemukakan adalah Deskriptif Kualitatif-Eksplanatory berdasarkan model Citra

    Kota (City Image) Kavaratzis. Kemudian ditambahkan dengan data statistik

    parametrik mengenai apa yang dirasakan publik kota, dalam penelitian ini adalah

    mahasiswa di Perguruan Tinggi Kota Bogor.

    Populasi penelitian ini adalah mahasiswa beberapa universitas di Kota

    Bogor yang domisili di luar Kota Bogor. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota

    Bogor dalam Angka, jumlah keseluruhan mahasiswa dari lima Universitas di

    Kota Bogor (Universitas Ibnu Khaldun, Universitas Pakuan, Universitas Nusa

    Bangsa, Universitas Djuanda dan Institut Pertanian Bogor) sebanyak 45763

    mahasiswa/i. Pengambilan sampel dengan cara quota sampling dimana

    pengambilan sampel tersebar di tempat populasi berada. Penarikan sampel

    menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan perhitungan menggunakan Slovin,

    dengan kelonggaran 10% maka didapatkan jumlah sampel minimal 100 dan pada

    penelitian ini ditambahkan sehingga menjadi 121 responden.

    Langkah dalam penelitian dilakukan dengan diawali mereduksi data, dengan

    cara pemilihan data berupa arsip dan dokumentasi berupa artikel, dokumen

    kebijakan Rencana Pembanguna Jangka Menengah Daerah Kota Bogor 2014-

    2019, Laporan Utama DIKLPH 2016, situs resmi pemerintah Kota Bogor beserta

    Situs resmi tiap OPD, dan artikel berita terkait lainnya, penyederhanaan data,

    pengabstrakan, dan pemindahan data kasar yang muncul dari catatan tertulis di

    lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama penulis

    sampai laporan akhir lengkap tersusun. Melalui kegiatan ini didapatkan poin-poin

    tambahan dari sudut pandang peneliti terhadap pelaksanaan membangun citra kota

    berlandaskan tiga pilar identitas Kota Bogor sebagai Kota Hijau yang disusun

    berdasarkan model Citra Kota yang dibangun Kavaratzis. Penyajian data,

    dilakukan dengan menginterpretasikan secara deskriptif data dalam bentuk artikel,

    arsip dan dokumen. Data-data kualitatif tersebut kemudian dianalisis dengan

    dukungan data statistik parametrik berdasarkan hasil survei. Penarikan

    kesimpulan dengan cara melakukan verifikasi terhadap penyajian data penulisan

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    106

    guna memperoleh kebenaran data atau informasi yang valid kemudian

    diinterpretasikan secara deskriptif dan ditarik suatu kesimpulan. Setelah itu,

    proses analisis data dilanjutkan dengan menggunakan matriks data kualitatif yang

    sudah disusun berdasarkan komunikasi Kota Bogor sebagai Kota Hijau.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Deskripsi Kondisi Kota Bogor

    Kota Bogor sebagai daerah penyangga ibukota memiliki kekhasan aktifitas

    dan mobilitas penduduk. Sebaran aktifitas atau kegiatan di Kota Bogor berpusat di

    pusat kota. Hal ini terlihat dari dominasinya keberadaan pusat Kota Bogor (berada

    di wilayah Kecamatan Bogor Tengah) untuk kegiatan utama kota seperti

    perdagangan dan jasa, perkantoran, pemerintahan dan fasilitas transportasi, semua

    berada pada kawasan ini. Delienasi pusat kota Bogor saat ini adalah sekitar Kebun

    Raya yang dikelilingi oleh Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Ir. H

    Juanda, Jalan Oto Iskandardinata, melebar ke Jalan Suryakencana, Jalan Kapten

    Muslihat, Jalan Sudirman, Jalan RE Martadinata. Pada pusat kota ini terdapat

    fasilitas transportasi penunjang kegiatan penduduk bagi Kota Bogor maupun

    kawasan sekitarnya yaitu Terminal Tipe A yaitu Terminal Barangsiang dan

    Stasiun Kereta Api Bogor.

    Selain perkembangan yang terpusat di Kota, beberapa kegiatan yang sudah

    berkembang di luar pusat Kota Bogor memiliki dan dapat dijadikan embrio pusat

    pelayanan baru kota terdapat di bagian utara yaitu di sepanjang Jalan Soleh

    Iskandar, Kemang Raya, Jasmine. Pada koridor ini berkembang failitas penunjang

    kegiatan penduduk seperti fasilitas kesehatan, perdagangan dan jasa dengan skala

    pelayanan kota maupun kecamatan. Di bagian barat, perkembangan kegiatan pada

    koridor Jalan Sindang Barang dan sekitar Jalan Abdullah Bin Nuh. Perkembangan

    kegiatan perdagangan jasa serta fasilitas penunjang seperti fasilitas pendidikan

    dan kesehatan mulai bermunculan. Bagian timur dan selatan perkembangan pusat

    aktivitas penduduk terlihat pada Jalan Tajur dan sekitarnya, daerah Empang dan

    sekitarnya serta calon pusat baru yaitu di perumahan BNR, di mana fasilitasnya

    berskala pelayanan tidak hanya untuk perumahan tersebut namun juga skala kota

    dan regional (seperti fasilitas rekreasi). Hal ini menunjukkan bahwa upaya

    penyebarluasan perkembangan wilayah Kota Bogor sudah diupayakan untuk

    mengurangi beban aktivitas di pusat kota sehingga tidak menutup lahan terbuka

    hijaunya. Hal ini sejalan dengan salah satu isu prioritas Kota Bogor terkait

    mobilitas penduduk yang aman, efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

    Isu Prioritas Kota Bogor

    Penetapan Isu prioritas Kota Bogor ditentukan berdasarkan RPJMD 2015-

    2019 pada masa jabatan walikota Bima Arya yang sudah ditetapkan mengacu dari

    hasil sosialisasi mengenai pedoman penyusunan terbaru, penetapan isu prioritas

    minimal 3 (tiga) maksimal 5 (lima) yang didasarkan proses partisipatif dan

    melibatkan para pemangku kepentingan di Kota Bogor. Dalam hal ini penetapan

    isu di RPJMD sudah melalui proses yang partisipatif dengan melibatkan para

    pemangku kepentingan. Penetapan Isu prioritas Kota Bogor meliputi, (1)

    Pengelolaan Sampah Yang Belum Terpadu, (2) Pencemaran Lingkungan dan

    Perubahan Iklim mikro Kota Bogor, (3) Mobilitas Penduduk Yang Aman, Efektif,

    Efisien, dan Ramah Lingkungan.

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    107

    Maksud disusunnya Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup

    Daerah adalah sebagai dasar pertimbangan bagi kepala daerah dalam menetapkan

    dan melaksanakan kebijakan, dan/atau program berwawasan lingkungan di Kota

    Bogor. Manfaat bagi publik kota Bogor (pemangku kepentingan/stakeholder)

    sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan hidup untuk semua

    stake holder. Informasi kinerja pengelolaan tersebut diharapkan dapat

    mewujudkan (1) Peningkatan kesadaran dan kefahaman akan kecenderungan dan

    kondisi lingkungan, (2) memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju

    keberlanjutan, dan (3). Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Bogor.

    Berbicara pengelolaan lingkungan, merujuk pada kriteria yang dapat

    dijadikan isu prioritas di suatu daerah jika dilihat dari kajian lingkungan

    memberikan fokus pada bentuk kerusakan sumber daya alam; kerusakan

    keanekaragaman hayati, pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang

    terjadi yang berpotensi signifikan terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya

    dan kualitas lingkungan hidup; serta segala unsur lingkungan dalam tatanan

    sebuah daerah yang memiliki peluang mendapat perhatian publik yang luas dan

    perlu ditangani segera. Berdasarkan paparan isu prioritas kota Bogor yang tertera

    dalam dokumen Laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan

    Hidup Daerah Tahun 2016 Kota Bogor, yang perlu digarisbawahi dalam

    pengelolaan lingkungan hidupnya, Kota Bogor berusaha mengomunikasikan

    kotanya kepada publiknya sebagai kota yang berwawasan lingkungan. Namun ini

    menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi pemerintah kota Bogor, dengan Kota

    Bogor dengan luas 11.850 ha, dengan 61.61 persen lahan yang ada diperuntukkan

    sebagai lahan non pertanian (gambar 1). Perubahan tutupan lahan menunjukkan

    kecenderungan meningkat akibat adanya pertambahan penduduk dan

    perkembangan perkotaan. Melihat kecenderungan pembangunan yang terus

    meningkat, Pemerintah Kota Bogor telah membuat rencana pola ruang yang

    berfungsi untuk membatasi pembangunan pada kawasan tertentu dengan

    menetapkan kawasan ruang terbuka hijau. Secara umum penggunaan lahan

    dikelompokkan menjadi lahan non pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan,

    lahan hutan, dan badan air.

    Melihat kecenderungan pembangunan yang terus meningkat, Pemerintah

    Kota Bogor telah membuat rencana pola ruang yang berfungsi untuk membatasi

    pembangunan pada kawasan tertentu dengan menetapkan kawasan ruang terbuka

    hijau. Perubahan tutupan lahan menunjukkan kecenderungan meningkat akibat

    adanya pertambahan penduduk dan perkembangan perkotaan. Secara umum

    penggunaan lahan dikelompokkan menjadi lahan non pertanian, sawah, lahan

    kering, perkebunan, lahan hutan, dan badan air seperti yang sudah dipaparkan

    sebelumnya. Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa kawasan di Kota Bogor

    didominasi penggunaan lahannya sebagai pemukiman sebesar 3.136,79 hektare.

    Luasan terbanyak sebesar 2.926,31 hektare, sisa lahan lainnya diperuntukkan

    untuk perkantoran, fasilitas pendidikan, kesehatan dan ruang peribadatan.

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    108

    Tabel 1 Luas perubahan penggunaan lahan Kota Bogor

    NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)

    LAMA BARU PERUBAHAN

    1 Perdagangan dan Jasa 81,02 246,88 165,86

    2 Pemukiman 3.135,79

    A. Fasilitas Kesehatan * 19,93 19,93

    B. Fasilitas Pendidikan * 75,16 75,16

    C. Perkantoran * 126,36 126,36

    D. Fasilitas Peribadatan * 10,58 10,58

    E. Rumah Individu * 2.926,31 2.926,31

    F. LP * 0,8 0,8

    3 Perumahan 1.020,08 1.358,88 338,8

    4 Komplek Militer 73,96 78,32 4,36

    5 Istana 1,17 1,68 0,51

    6 Industri 92,59 98,81 6,22

    7 Danau/Situ 14,4 19,36 4,96

    8 Sungai 124,59 130,61 6,02

    9 Terminal 5,41 5,4 -0,01

    10 Gardu 1,84 1,84 0

    11 RTH

    A. Hutan Kota 57,62 51,6 -6,02

    B. Jalur Hijau Jalan 138,02 77,32 -60,7

    C. Jalur Hijau SUTET 14,36 24,24 9,88

    D. Kawasan Hijau 1.963,92 1.389,56 -574,36

    E. Kebun Raya 72,12 72,12 0

    F. Lahan Pertanian Kota 3.117,27 3.107,70 -9,57

    G. Lapangan Olahraga 151,51 32,67 -118,84

    H. Sempadan Sungai 181,79 126,77 -55,02

    I. TPU 134,64 137,95 3,31

    J. Taman Kota 217,25 310,26 93,01

    K. Kolam 81,84 94,75 12,91

    L. Sempadan Kereta Api * 51,88 51,88

    M. Pulau dan Median Jambu * 51,62 51,62

    N. Tegalan * 23,99 23,99

    O. Halaman Perkantoran * 7,98 7,98

    P. Helipad * 1 1

    12 Tanah Kosong 984,38 623,78 -360,6

    13 Badan Jalan * 514,52 514,52

    14 Peternakan * 3,37 3,37

    15 Pariwisata 40,08 13 -27,08

    16 Lain-Lain (Tidak Terindentikasi) 144,35 33 -111,35

    Total 11.850,00 11.850,00 -550,07

    Sumber: Olahan (Bappeda Kota Bogor dalam (Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor,

    2016)

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    109

    Pada tahun 2016, Kota Bogor melakukan upaya perbaikan kualitas

    lingkungan hidup dengan beberapa cara seperti kegiatan penghijauan dan

    peningkatan luas taman kota. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi pembangunan

    infrastruktur seperti hotel, pusat perbelanjaan, perumahan, dan industri. Upaya

    penghijauan lainnya yang dilakukan Pemda Kota Bogor dapat dilihat di Tabel 2.

    Tabel 2 Realisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi di Kota Bogor

    No Kecamatan

    Penghijauan

    Target

    (Ha)

    Luas Realisasi

    (Ha)

    1 Bogor Timur 225 75

    2 Bogor Selatan 2.425,00 875

    3 Bogor Utara 438 146

    4 Tanah Sareal 498 166

    5 Bogor Tengah 360 120

    6 Bogor Barat 60 20

    Keterangan: Kota Bogor tidak memiliki hutan lindung

    Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor (2016) dalam (Dinas

    Lingkungan Hidup Kota Bogor, 2016)

    Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa penghijauan paling banyak dilakukan

    di daerah Bogor Selatan dengan target luasan lahan penghijauan paling besar dan

    dengan luasan wilayah administrasi terbesar (3.081) kedua setelah Bogor Barat

    (3.285 ha). Presentasi target dengan realisasi di daerah Bogor Selatan sebesar

    (33.61%) untuk wilayah lainnya realisasi penghijauan sebesar (33.33%).

    Berdasarkan data ini tulisan ini mencoba memvalidasi dokumen laporan kinerja

    lingkungan hidup sebagai dasar bentuk komunikasi primer kota Bogor berupa

    kebijakan dan aksi kebijakan mewujudkan salah satu pilar Kota Bogor sebagai

    Kota Hijau yang telah dipaparkan sebelumnya.

    Karakteristik Publik Mahasiswa

    Penelitian ini mengambil mahasiswa di rentang umur 18-26 tahun sebagai

    sampel penelitian dianggap dapat mewakili persepsi publik orang muda terhadap

    kotanya, selain itu anak muda juga merupakan salah satu pemangku kepetingan

    yang akan membentuk masa depan citra kotanya di kemudian hari. Anak muda di

    era media sosial saat ini juga menjadi salah satu agen penyebaran informasi

    kotanya kepada publik eksternal dalam mencitrakan kotanya di berbagai media

    sosial yang mereka miliki.

    Berdasarkan hasil pengumpulan data, telah dikumpulkan data sebanyak 121

    responden dari total 120 responden yang ditargetkan pada penelitian ini yang

    terdiri dari empat perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa terbanyak di Kota

    Bogor, yaitu Universitas Pakuan (UNPAK), Institut Pertanian Bogor (IPB),

    Universitas Ibn Khaldun (UIKA) dan Universitas Nusa Bangsa (UNB). Adapun

    rincian data yang terkumpul dan kekurangan data dapat dilihat pada Tabel 3.

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    110

    Tabel 3 Rekap data responden 2018

    Universitas Σ Responden Target

    Sampel Σ Sampel Terkumpul

    UNPAK 13502 35 35

    IPB 24888 50 50

    UIKA 6036 20 20

    UNB 1337 15 16

    Total 45763 120 121

    Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria yang telah

    ditetapkan oleh peneliti yaitu mahasiswa dari beberapa Perguruan Tinggi di Kota

    Bogor dan sudah tinggal di Kota Bogor minimal 3 tahun. Karakteristik umum

    responden dalam penelitian ini terdiri dari beberapa kategori, yaitu jenis kelamin,

    usia, semester dan asal tempat tinggal.

    Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ini diharapkan dapat mewakili

    persepsi berdasarkan jenis kelamin. Sebaran persentase responden berdasarkan

    jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1 Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin tahun 2018

    Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui responden kelompok usia 20-22

    tahun mendominasi untuk sebaran responden pada penelitian ini dengan

    persentase sebesar 82%. Pada Kelompok usia ini mahasiswa sedang pada masa

    aktif menjalankan organisasi di kampus, sehingga dapat dengan mudah untuk

    ditemui.

    Gambar 2 Sebaran persentase responden berdasarkan usia tahun 2018

    Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui sebagian besar responden adalah

    semester 8 dengan persentase sebesar 56%, diikuti semester 4 sebesar 22%. Pada

    Kelompok semester ini diharapkan mahasiswa sudah mengerti tentang fenomena

    yang terjadi disekitarnya sehingga dapat menilai objektif tentang objek penelitian.

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    111

    Selain itu jika ada mahasiswa dari luar Bogor yang menjadi responden penelitian

    ini pengalaman fisik dan psikis kota Bogornya minimal sudah terpapar selama 3

    tahun. Sebaran persentase responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar

    3 berikut.

    Gambar 3 Sebaran persentase responden berdasarkan semester tahun 2018

    Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui sebagian besar responden berasal

    dari Bogor dengan persentase sebesar 62,8%, sedangkan sisanya berasal dari luar

    Bogor dengan persentase sebesar 37,2%. Responden asal Bogor lebih banyak

    daripada mahasiswa luar Bogor dikarenakan memang lokasi penelitian dilakukan

    di Bogor sehingga lebih banyak mahasiswa yang berdomisili di sekitar Bogor

    yang sering ditemui saat penelitian berlangsung. Sebaran persentase responden

    berdasarkan asal tempat tinggal dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

    Gambar 4 Sebaran persentase responden berdasarkan asal tempat tinggal tahun

    2018

    Pemaknaan Publik Mahasiswa Kota Hijau

    Pada penelitian ini, pernyataan indikator pada komunikasi primer Bogor

    sebagai Kota Hijau aspek-aspek yang strategi komunikasi primer kota kotanya

    (tabel 3) yang meliputi aspek Perencanaan dan perancangan kota yang ramah

    lingkungan, ketersediaan ruang terbuka hijau, konsumsi energi yang efisien,

    pengelolaan air yang efektif, pengelolaan limbah di Kota Bogor sesuai prinsip 3R

    (Re-use, Re-duce, Re-cycle), bangunan hemat energi, penerapan sistem

    transportasi yang berkelanjutan, peningkatan peran masyarakat sebagai

    Komunitas Hijau.

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    112

    Berdasarkan tabel 4 secara umum semua kriteria komunikasi kota hijau di

    Kota Bogor dinilai mahasiswa terlihat dan cukup terlihat. Komunikasi kota dalam

    bentuk ketersediaan ruang terbuka hijau dinilai dalam rangka mencitrakan Bogor

    sebagai kota hijau dinilai terlihat yaitu dengan nilai rataan sebesar (3,57). Artinya

    perubahn luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar data pada tabel 3 yant

    terdiri dari total perubahan luasan sebanyak 254,58 hektar telah berhasil

    mengomunikasikan Bogor sebagai Kota Hijau di benak responden mahasiswa.

    Dari tabel 3 dapat dilihat perubahan luasan taman kota sebesar 93.01 hektar

    sebagai salah satu ruang publik yang banyak digunakan oleh publik kota Bogor.

    Penataan ruang terbuka hijau dalam bentuk taman telah mampu

    mengomunikasikan kepada publik terkait citra hijau Kota Bogor, walaupun jika

    dilihat banyak penurunan penggunaan lahan RTH seperti hutan kota, jalur hijau

    jalan, kawasan hijau, lahan pertanian, dan sempadan sungai masing-masing luasan

    lahan berkurang sebanyak 6,02 hektar, 60,7 hektar, 574,36 hektar, 9,57 hektar,

    dan 55,02 hektar.

    Tabel 4 Pemaknaan mahasiswa terhadap komunikasi kota

    Komunikasi Kota Hijau Mean Std.

    Deviation Kategorisasi

    Perencanaan dan perancangan kota

    yang ramah lingkungan 3,24 0,94

    Terlihat

    Ketersediaan ruang terbuka hijau 3,57 0,911 Terlihat

    Konsumsi energi yang efisien 2,79 1,024 Cukup Terlihat

    Pengelolaan air yang efektif 2,69 0,911 Cukup Terlihat

    Pengelolaan limbah di Kota Bogor

    sesuai prinsip 3R (Re-use, Re-duce,

    Re-cycle)

    2,72 0,994 Cukup Terlihat

    Bangunan hemat energi 2,42 0,873 Tidak Terlihat

    Penerapan sistem transportasi yang

    berkelanjutan 2,38 1,105

    Tidak Terlihat

    Peningkatan peran masyarakat sebagai

    Komunitas Hijau 2,83 0,989 Cukup Terlihat

    2,83 0,97

    Perlakuan penataan kota Bogor dalama mewujudkan imaji kota Bogor

    sebagai kota hijau pada aspek lainnya yang dinilai tidak terlihat adalah bangunan

    hemat energi (2,42), penerapan sistem transportasi (2,38). Penataan kota berupa

    pengelolaan air yang efektif (2,69), konsumsi energi yang efisien (2,79),

    pengelolaan limbah (Re-use, Re-duce, Re-cycle) (2,72) dinilai responden mahasiswa

    cukup terlihat, terutama pada aspek peran masyarakat sebagai komunitas kota hijau

    dinilai mahasiswa cukup terlihat pergerakannya dalam mewujudkan Bogor

    sebagai Kota Hijau.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Pemaknaan Bogor sebagai yang memiliki citra sebagai kota yang memiliki

    ruang terbuka hijau didapat dari responden publik mahasiswa di rentang umur 18-

    26 tahun, dari 121 mahasiswa empat perguruan tinggi di Kota Bogor yang

    memiliki jumlah siswa terbanyak dan berdomisili di Kota Bogor, sehingga mereka

  • pISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1

    113

    banyak mengalami stimulus akan penataan ruang terbuka hijau di Kota Bogor.

    Mahasiswa yang menjadi responden yang memaknai komunikasi kota Bogor

    sebagai Kota Hijau pada umumnya adalah mahasiswa besar semester 8, cukup

    tertepa fenomena yang terjadi disekitarnya sehingga dapat menilai objektif tentang

    objek penelitian. Selain itu jika ada mahasiswa dari luar Bogor yang menjadi

    responden penelitian ini pengalaman fisik dan psikis kota Bogornya minimal

    sudah terpapar selama 3 tahun.

    Penataan kota dalam bentuk tata lanskap suatu daerah dapat

    mengomunikasikan citra Kota Bogor sebagai Kota Hijau. Hal ini ditunjukkan

    dengan adanya kebijakan pemerintah Kota Bogor di bawah pemerintahan Bima

    Arya, walikota Bogor masa jabatan 2015-2019 dalam bentuk penataan taman kota

    dalam rangka mewujudkan misi ketiga dan keempat Kota Bogor yang tertuang

    dalam RPJMD tahun 2015-2019 mengenai peningkatan kualitas penataan ruang

    dan menguatkan idetintas citra kota Bogor (city branding).

    DAFTAR PUSTAKA

    Jurnal

    Kavaratzis, M. (2004). From city marketing to city branding: Towards a theoretical

    framework for developing city brands. Place Branding, 1(1), 58–73.

    https://doi.org/10.1057/palgrave.pb.5990005.

    Kavaratzis, M. (2009). What can we learn from city marketing practice? European

    Spatial Research and Policy, 16(1), 41–58. https://doi.org/10.2478/v10105-009-

    0003-7.

    Buku

    Creswell, J. W. (2012). Reseach Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed

    (Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Sumber lainnya

    Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor. (2016). Laporan Dokumen Informasi Kinerja

    Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2016 Kota Bogor. Retrieved from

    http://dinaslingkunganhidup.kotabogor.go.id/uploads/post/

    media/Laporan_utama_DIKPLH.

    https://doi.org/10.2478/v10105-009-0003-7https://doi.org/10.2478/v10105-009-0003-7