KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri...

10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019 ISBN : 978-602-6697-31-8 217 KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAM 1) Tri Na’imah, 2) Dyah Siti Septiningsih 1,2) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, email : [email protected] , [email protected] ABSTRAK Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, karena melalui proses komunikasi, individu dapat menyampaikan kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan, diinginkan dan dirasakannya. Begitu pentingnya komunikasi bagi manusia, sehingga para ahli terus melakukan kajian maupun penelitian tentang komunikasi sehingga teori-teori komunikasi selalu berkembang. Oleh karena itu perlu ada kajian yang lebih mendalam sehingga akan terumuskan integrasi konsep islam dalam teori komunikasi. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengkaji konsep komunikasi interpersonal dari perspektif Islam. Metode penulisan dengan pendekatan literature reviu dari buku dan jurnal hasil penelitian yang terkait dengan komunikasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa konsep komunikasi menurut teori barat berbeda kajian dengan komunikasi menurut perspektif islam. Komunikasi islam melengkapi bentuk komunikasi dari konsep barat karena dalam perspektif Islam ada metakomunikasi yaitu komunikasi dengan Alloh SWT. Integrasi konsep komunikasi interpersonal islami ke dalam ilmu komunikasi memberikan efek/dampak mengurangi gangguan psikologis dan semantik dalam proses komunikasi, karena dalam perspektif islam ada metode komunikasi Qaulan Sadidan, Qaulan Maysura, Qaulan Layyinan, Qaulan Kariman, Qaulan Ma’rufa dan Qaulan Baligha Kata Kunci : Komunikasi, Interpersonal, Islam PENDAHULUAN Para ahli komunikasi barat memandang bahwa komunikasi efektif dapat dibangun dengan memperhatikan setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Oleh karena itu komunikasi dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan “siapa, mengatakan apa, di saluran yang mana, kepada siapa, dengan efek apa.” Berdasarkan jawaban tersebut, maka dapat dirumuskan bagian-bagian dari proses komunikasi adalah komunikator, pesan, saluran/media, komunikan dan efek (Mulyana, 2011). Dalam perspektif islam, karakteristik dasar komunikasi Islam adalah lebih bersifat persuasif dan tidak kursif (Faruqi, 1984). Hal ini berarti bahwa komunikasi dalam Islam selalu berusaha mempengaruhi orang dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri, bukan dengan paksaan karena paksaan adalah perampasan hak asasi manusia. Berdasarkan interpretasi terhadap ayat-ayat Islam Al-Quran dan kehidupan empiris umat manusia disimpulkan bahwa konsep komunikasi Islam adalah transmisi (tabligh), yaitu mempengaruhi dengan cara yang benar, memperhatikan etika dan implementasinya berdasarkan prinsip-prinsip al-Quran (Suhaimi, 2012). Komunikasi penting untuk menyampaikan pesan dan menyebarkan ide. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menggunakan komunikasi tertulis dan lisan sesuai kebutuhan. Komunikasi tertulis di gunakan ketika ada informasi yang harus disimpan untuk diguakan sebagai referensi di masa depan dan menggunakan komunikasi lisan jika informasi harus dikomunikasikan kepada umatnya segera. Komunikasi didefinisikan sebagai atribut dari sistem sosial yang melibatkan dua atau lebih orang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (Kazim, 2013). Komunikasi dalam Islam bersifat universal sehingga tidak dipengaruhi perbedaan ras, warna kulit, bahasa, agama, budaya, atau kebangsaan. Islam adalah agama yang komunikatif, dibuktikan dengan proses komunikasi Allah SWT

Transcript of KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri...

Page 1: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019 ISBN : 978-602-6697-31-8

217

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAM

1)Tri Na’imah,2)Dyah Siti Septiningsih 1,2) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, email : [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, karena melalui proses komunikasi, individu dapat menyampaikan kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan, diinginkan dan dirasakannya. Begitu pentingnya komunikasi bagi manusia, sehingga para ahli terus melakukan kajian maupun penelitian tentang komunikasi sehingga teori-teori komunikasi selalu berkembang. Oleh karena itu perlu ada kajian yang lebih mendalam sehingga akan terumuskan integrasi konsep islam dalam teori komunikasi. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengkaji konsep komunikasi interpersonal dari perspektif Islam. Metode penulisan dengan pendekatan literature reviu dari buku dan jurnal hasil penelitian yang terkait dengan komunikasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa konsep komunikasi menurut teori barat berbeda kajian dengan komunikasi menurut perspektif islam. Komunikasi islam melengkapi bentuk komunikasi dari konsep barat karena dalam perspektif Islam ada metakomunikasi yaitu komunikasi dengan Alloh SWT. Integrasi konsep komunikasi interpersonal islami ke dalam ilmu komunikasi memberikan efek/dampak mengurangi gangguan psikologis dan semantik dalam proses komunikasi, karena dalam perspektif islam ada metode komunikasi Qaulan Sadidan, Qaulan Maysura, Qaulan Layyinan, Qaulan Kariman, Qaulan Ma’rufa dan Qaulan Baligha Kata Kunci : Komunikasi, Interpersonal, Islam

PENDAHULUAN

Para ahli komunikasi barat memandang bahwa komunikasi efektif dapat dibangun dengan memperhatikan setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Oleh karena itu komunikasi dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan “siapa, mengatakan apa, di saluran yang mana, kepada siapa, dengan efek apa.” Berdasarkan jawaban tersebut, maka dapat dirumuskan bagian-bagian dari proses komunikasi adalah komunikator, pesan, saluran/media, komunikan dan efek (Mulyana, 2011). Dalam perspektif islam, karakteristik dasar komunikasi Islam adalah lebih bersifat persuasif dan tidak kursif (Faruqi, 1984). Hal ini berarti bahwa komunikasi dalam Islam selalu berusaha mempengaruhi orang dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri, bukan dengan paksaan karena paksaan adalah perampasan hak asasi manusia. Berdasarkan interpretasi terhadap ayat-ayat Islam Al-Quran dan kehidupan empiris umat manusia disimpulkan bahwa konsep komunikasi Islam adalah transmisi (tabligh), yaitu mempengaruhi dengan cara yang benar, memperhatikan etika dan implementasinya berdasarkan prinsip-prinsip al-Quran (Suhaimi, 2012).

Komunikasi penting untuk menyampaikan pesan dan menyebarkan ide. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menggunakan komunikasi tertulis dan lisan sesuai kebutuhan. Komunikasi tertulis di gunakan ketika ada informasi yang harus disimpan untuk diguakan sebagai referensi di masa depan dan menggunakan komunikasi lisan jika informasi harus dikomunikasikan kepada umatnya segera. Komunikasi didefinisikan sebagai atribut dari sistem sosial yang melibatkan dua atau lebih orang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (Kazim, 2013). Komunikasi dalam Islam bersifat universal sehingga tidak dipengaruhi perbedaan ras, warna kulit, bahasa, agama, budaya, atau kebangsaan. Islam adalah agama yang komunikatif, dibuktikan dengan proses komunikasi Allah SWT

Page 2: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih

Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam

218

dengan umat manusia melalui perkembangan nabi dari Adam ke Nabi terakhir, Muhammad SAW.

Berdasarkan uraian tersebut, tampaklah bahwa konsep komunikasi menurut teori barat berbeda kajian dengan komunikasi menurut perspektif islam. Oleh karena itu perlu ada kajian yang lebih mendalam sehingga akan terumuskan integrasi konsep islam dalam teori komunikasi.

LANDASAN TEORI/KERANGKA TEORI

1. Konsep Komunikasi

Banyak para ahli yang menjelaskan konsep komunikasi dengan berbagai macama sudut pandang. Lasswel (dalam Mulyana, 2011) memiliki paradigma bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu : 1) Komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan atau informasi, 2) Pesan yaitu pernyataan dalam bentuk lambang, bahasa, gambar dan lain-lainnya, 3) Media yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan agar sampai ke komunikan, 4) Komunikan yaitu orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator, 5) Efek yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan. Dengan demikian komunikasi terjadi karena ada pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media dan menimbulkan dampak bagi komunikator maupun komunikan. Konsep ini dilengkapi oleh De vito (2013) bahwa komunikasi adalah suatu proses bertukar informasi dimana setiap komponennya saling berkaitan satu sama lain, sehingga membentuk sebuah lingkaran yang disebut sebagai conversation.

Berdasarkan konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap aktifitas komunikasi ada perilaku membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan. Membentuk pesan artinya proses menciptakan gagasan pada komunikator dan selanjutnya gagasan tersebut disampaikan ke orang lain. Pesan tersebut diterima oleh komunikan dan selanjutnya diolah dan diinterpretasikan. Dengan demikian pesan adalah produk utama dalam proses komunikasi yang berupa lambang dari gagasan komunikator. Kotler (2000) menggambarkan proses komunikasi sebagai berikut :

Gambar tersebut menunjukkan bahwa proses komunikasi itu melibatkan beberapa komponen, yaitu :

a. Sender, yaitu individu yang berperan sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan ke komunikan (penerima pesan). Komunikator dan komunikan merupakan dua

Page 3: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019 ISBN : 978-602-6697-31-8

219

orang yang tidak bisa terpisahkan karena pesan akan tersampaikan jik ada dua peran tersebut.

b. Encoding, yaitu proses mengolah pesan dengan penyandian ke dalam bentuk simbol sehingga bisa diterima oleh komunikan.

c. Message, yaitu pesan yang sudah diolah melalui encoding yang dapat dipahami komunikan, baik berupa pesan verbal maupun non verbal.

d. Media, yaitu alat atau sarana penghubung dalam menyampaikan pesan

e. Decoding, yaitu proses penyandian yang dilakukan komunikan untuk menterjemahkan pesan dari komunikator.

f. Receiver, yaitu komunikan yang berperan menerima pesan

g. Response, yaitu tanggapan yang dilakukan komunikan berkaitan dengan pesan dari komunikator

h. Feedback, yaitu umpan balik atau balasan dari komunikator yang berupa bahasa tubuh

i. Noise, yaitu gangguan fisik, psikologis maupun semantik yang mengganggu proses komunikasi dari komunikator ke komunikan sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik atau berbeda dengan pesan yang diterima.

Dalam teori komunikasi dari Barat, kajian komunikasi berkisar pada level personal sampai massa. Secara sederhana dapat digambarkan dalam tabel berikut berikut :

Tabel 1. Bentuk Komunikasi

BENTUK KETERANGAN

Komunikasi Interpersonal Komunikasi individu dengan dirinya sendiri berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf.

Bisa dalam bentuk muhasabah/instropeksi diri Komunikasi Intrapersonal Komunikasi dengan orang lain

Bisa berlangsung satu arah, bisa juga dua arah (dialog) Komunikasi Kelompok Komunikasi antara individu dengan kelompok

Komunikasi antara kelompok dengan kelompok

Komunikasi Organisasi Komunikasi dalam organisasi tertentu

Komunikasi Massa Komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat

Sumber : Mubarok & Adjani (2014)

Dalam kajian Islam dijelaskan ada bentuk komunikasi metapersonal, yaitu komunikasi bukan hanya kepada sesama manusia tetapi di luar manusia, misalnya komunikasi dengan Alloh SWT. Komunikasi manusia dengan Tuhannya dilakukan melalui shalat, zikir, doa serta melalui ibadah-ibadah lain yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Suryani, 2015). Proses yang terjadi selama ibadah berlangsung merupakan bagian dari komunikasi yang disebut proses komunikasi transendental. Bentuk komunikasi

Page 4: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih

Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam

220

inilah yang membedakan antara komunikasi dalam kajian teori barat dengan kajian islam. Komunikasi dalam kajian islam tidak hanya terbatas pada komunikasi antar manusia tetapi juga komunikasi antara manusia dengan Tuhannya.

2. Teori Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan proses yang menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara dua orang atau lebih dalam sebuah situasi yang memberikan kesempatan yang sama bagi komunikator dan komunikan (Pearson, Nelson, Titsworth, & Harter, 2003). Proses komunikasi itu ditandai dengan interaksi verbal dan non verbal (De Vito, 2013). Ada beberapa teori yang melandasi proses komunikasi interpersonal, yaitu :

a. Relationship Rules Theory. Teori ini memandang proses komunikasi interpersonal berdasarkan aturan yang berlaku selama proses komunikasi (Shimanoff, 1980). Dengan adanya aturan-aturan ini dapat mengidentifikasi perilaku yang mendukung dan atau merusak komunikasi. Selain itu, aturan-aturan ini dapat digunakan untuk mendeteksi mengapa komunikasi putus dan bagaimana komunikasi itu dapat diperbaiki. Selanjutnya, jika individu mengetahui aturannya, maka individu itu akan lebih mampu menguasai keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam komunikasi interpersonal.

b. Relationship Dialectics Theory. Teori ini beranggapan bahwa individu yang terlibat dalam suatu komunikasi interpersonal dapat mengalami ketegangan internal antara sepasang motif yang berlawanan (Rawlins, 1989). Misalnya ketegangan antara sikap closedness dan openness, yaitu konflik antara keinginan untuk berada dalam hubungan tertutup dan keinginan untuk berada dalam suatu hubungan yang terbuka dengan kelompok yang lebih luas. Ketegangan antara autonomy dan connection, yaitu konflik individu yang terjadi karena adanya keinginan untuk tetap menjadi individu yang otonom dan independen tetapi juga adanya keinginan untuk berhubungan dengan orang lain (Sahlstein, 2004). Untuk mengatasi hal tersebut de Vito (2013) memberikan tiga solusi yaitu : 1) individu yang terlibat dalam proses komunikasi interpersonal sebaiknya menerima kekurangan masing-masing, 2) Jika individu ingin terbebas dari tekanan itu, maka individu tersebut bisa keluar dari hubungan itu, 3) Individu perlu menyeimbangkan hidup agar dapat menyegarkan kembali situasi hubungan.

c. Social Penetration Theory. Teori ini menjelaskan proses berkembangnya hubungan dalam komunikasi interpersonal. Hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling rendah, menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Teori ini dimaknai juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses individu saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi (Altman & Taylor, 1973). Dalam proses komunikasi interpersonal membutuhkan kedalaman hubungan, tetapi keluasan informasi juga penting. Dalam beberapa situasi individu bisa sangat terbuka kepada seseorang, tetapi dalam informasi tertentu individu tidak bisa terbuka. Jika suatu hubungan mulai memburuk, maka keluasan dan kedalaman akan berkurang dan disebut depenetrasi. Misalnya, pada saat individu mengakhiri komunikasi interpersonal maka informasi akan terpotong, tetapi informasi yang tersisa dapat didiskusikan lebih mendalam.

d. Social exchange Theory. Teori ini mengatakan suatu hubungan interpersonal akan terjadi jika individu menganggap bahwa dengan hubungan tersebut dapat

Page 5: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019 ISBN : 978-602-6697-31-8

221

mendatangkan keuntungan (Cook, & Rice, 2003). Maka dalam hubungan interpersonal terdapat unsur reward, pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Hubungan interpersonal dapat dikaji dari keseimbangan antara apa yang diberikan individu dalam hubungan tersebut dengan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu. Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada teori ekonomi, yang menjelaskan bahwa individu akan memilih sebuah hubungan yang dapat memberikan keuntungan bagi dirinya.

e. Equity Theory. Teori kesetaraan didasarkan pada ide teori pertukaran sosial, tetapi lebih menekankan pada membangun sebuah hubungan antar individu yang didasarkan pada kepentingan yang saling menguntungkan diantara keduanya. Hubungan bisa bertahan jika masing-masing pihak saling memberi dan memperoleh keuntungan yang sepadan. Teori kesetaraan menganggap bahwa individu akan mengembangkan, mempertahankan, dan merasa puas dengan hubungan yang sifatnya adil. Sebaliknya, individu tidak akan berkembang, akan mengakhiri, atau tidak puas dengan hubungan yang tidak adil. Semakin besar ketidakadilan, semakin besar ketidakpuasan dan semakin besar kemungkinan hubungan akan berakhir (De Vito, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teori-teori itu benar menjelaskan banyak hal tentang mengapa individu mengembangkan hubungan, cara kerja hubungan, cara individu berusaha mempertahankan hubungan, dan alasan mengapa hubungan bisa memuaskan dan tidak memuaskan. Berdasarkan teori tersebut maka komunikasi interpersonal akan terjalin dengan baik jika mengikuti aturan, ada konflik tetapi pada tahap bisa ditoleransi, luas dan kedalaman informasi meningkat, adanya penghargaan atau keuntungan dari hubungan itu, dan masing-masing individu mendapatkan keadilan dalam hubungan itu. Dalam perpektif sosial budaya proses komunikasi meletakkan kebudayaan sebagai pusat dari proses komunikasi. Oleh karena itu efektifitas komunikasi juga ditentukan oleh pengaruh sosial budaya. Dalam hal ini, termasuk didalamnya adalah aspek kepercayaan atau aspek religi individu yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Oleh karen itu artikel ini mengkaji bentuk komunikasi interpersonal dalam kajian islam.

METODE PENELITIAN

Dalam penulisan artikel ini digunakan metode literature reviu, yaitu mengkaji konsep komunikasi interpersonal dari buku dan jurnal hasil penelitian. Data dari hasil penelitian ini dianalisa secara kualitatif, artinya data kepustakaan dianalisis secara mendalam, holistik, dan komprehensif dengan teknik analisis content.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Komunikasi Interpersonal dalam kajian Islam

Komunikasi dalam Islam merupakan proses menyampaikan pesan dengan menggunakan prinsip-prinsip islam dalam pesan maupun metode penyampaiannya. Al-Qur'an menggunakan konsep-konsep seperti balāgh, da'wah, basher, nadhár, tadhkirah, dan Mawi'zah untuk mengkomunikasikan pesan Allah kepada manusia. Panduan pertama dan utama adalah al-Qur'an, mengkomunikasikan prinsip-prinsip dasar Islam dan meletakkan dasar perilaku Islam. Panduan yang kedua adalah sunnah atau

Page 6: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih

Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam

222

perbuatan,ucapan, dan sifat persetujuan Nabi (SAW), menguraikan dan mengklarifikasi prinsip-prinsip ini dan menghubungkan nya dalam kehidupan nyata manusia (Khalil, 2016).

Walaupun al-Quran secara spesifik tidak menjelaskan komunikasi secara khusus, tetapi ada banyak ayat yang memberikan gambaran umum konsep komunikasi (Kusnadi, 2014). Beberapa kata dalam al-Quran diasumsikan sebagai penjelasan dari bentuk pesan maupun metode komunikasi, yaitu :

a. Qaulan Sadidan, yaitu berbicara yang benar karena menyampaikan pesan yang benar adalah syarat untuk mencapai kebenaran amal (Mubarok & Andjani, 2014). Hal ini sesuai dengan Firman Alloh dalam Dalam QS An-nisa, ayat 9. Ayat tersebut dapat dimaknai bahwa untuk menegakkan komunikasi yang benar membutuhkan kejujuran. Jujur adalah kesesuaian antara yang diucapkan dengan kejadian yang sebenarnya dan berkata yang benar ketika berhadapan dengan orang yang diharapkan (Mudjib, 2017).. Komunikasi yang jujur adalah menyampaikan pesan dengan benar dan berdasarkan fakta dan data. Komunikator tidak boleh mengkomunikasikan informasi yang tidak diketahui secara jelas sumbernya.

b. Qaulan Maysura, yaitu perkataan yang sopan, tidak merendahkan martabat orang lain, tidak menghina, tidak merendahkan kemuliaan orang dan tidak mengungkit segala kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain (Mubarok & Andjani, 2014). Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an Q.S Al Isra: 28 yang intinya mengajarkan pada seseorang apabila tidak bisa memberi atau mengabulkan permintaan orang lain karena memang tidak ada, maka harus mengatakan dengan perkataan yang baik dan alasan-alasan yang rasional. Pada prinsipnya, qaul maysura adalah segala bentuk perkataan yang baik, lembut, dan melegakan. Komunikator seharusnya menyampaikan informasi dengan bahasa yang mengandung kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan serta memberikan optimisme bagi individu yang diajak bicara.

c. Qaulan Layyinan, yaitu komunikasi dengan lemah lembut, persuasif, memahami lawan bicara dan mampu mengendalikan emosi (Hefni, 2017). Perkataan yang lembut mencerminkan kepribadian komunikator yang tenang dan mampu mengatasi situasi komunikasi yang terkadang tidak sesuai dengan keinginannya. Qaulan layyina adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh yang dilakukan komunikator dengan meyakinkan komunikan bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut. Qoulan Layyina dapat ditafsirkan sebagai komunikasi dengan cara yang lunak, tidak memvonis sehingga dapat membuat hati komunikan yang keras menjadi lembut kembali (Hefni, 2017). Dengan qoulan layyina maka sebuah komunikasi bukan hanya berdampak pada terserapnya informasi tetapi juga akan berubahnya pandangan, sikap dan perilaku komunikan yang diajak bicara.

d. Qaulan Kariman, yaitu perkataan mulia, mengandung isi, pesan, cara serta tujuannya selalu baik, penuh hormat, mencerminkan akhlak terpuji dan mulia. Dalam hal ini komunikator memilih kata-kata yang mulia, sopan sehingga komunikan merasa bahagia, dihormati dan dimuliakan (Hefni, 2017).

e. Qaulan Ma’rufan, yaitu berkata bijak, berisi ungkapan yang baik, ramah, tidak kasar, tidak menyinggung perasaan, tidak kotor dan tidak menstimulasi komunikan untuk berbuat jahat, berisi pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan

Page 7: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019 ISBN : 978-602-6697-31-8

223

(Hefni, 2017). Secara harfiah ma’rufa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam pandangan masyarakat lingkungan penutur.

f. Qaulan Baligha, yaitu perkataan yang jelas maknanya, terang, dan tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki (Mubarok & Andjani, 2014). Baligha mengandung unsur utama, yaitu bahasanya tepat, sesuai dengan yang dikehendaki, dan isi perkataan adalah suatu kebenaran (Islami, 2013). Komunikasi akan efektif jika komunikator menggunakan kata-kata yang sederhana, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit. Agar komunikasi tepat sasaran, maka gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan masa perkembangan komunikan. Dengan demikian pesan disebut balighan, apabila : 1) seluruh pesan tertampung dalam kalimat yang disampaikan, 2) kalimatnya tidak berteletele, tetapi tidak pula terlalu singkat sehingga mengaburkan pesan, 3) Kosa kata yang disampaikan tidak asing bagi komunikan, 4) Kandungan gaya bahasa sesuai dengan sikap komunikan, dan 5) Menggunakan tata bahasa yang baik

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek komunikasi interpersonal dalam islam dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2. Aspek Komunikasi Islami

Aspek Indikator Sumber dari Al Qur’an

Qaulan Sadīda Menyampaikan informasi yang benar dan berdasarkan fakta dan data.

Menyampaikan informasi berdasar sumber yang jelas.

An-Nisaa’ : 9

Qaulan Maysura Berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti

Menggunakan kalimat yang menyenangkan

Menyampaikan informasi yang berisi informasi yang menggembirakan

Menyampaikan informasi yang memberikan optimisme bagi siswa yang diajak bicara

Al Isro’ : 28

Qaulan Layyinan Komunikasi lemah lembut

Mengajak

Memberi contoh

Meyakinkan

Thoha : 44

Qaulan Karima Berkata santun

Tanpa kalimat yang kasar

Al Isra’ : 23

Qaulan Ma’rufa Berkata bijak

Menggunakan ungkapan yang baik

Ramah

Tidak menyinggung perasaan

Berbicara yang bermanfaat

An-Nisa : 8

Page 8: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih

Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam

224

Qaulan Baligha Menggunakan kata-kata sederhana

Bahasa mudah dimengerti

Bicara tidak berbelit-belit

An-Nisa : 63

2. Model Komunikasi Interpersonal Islami

Menurut Schramm (dalam Khalil, 2013), dalam proses berkomunikasi, melibatkan proses berbagi informasi, ide, atau sikap. Oleh karena itu komunikasi selalu membutuhkan tiga elemen dasar yaitu sumber, pesan, dan tujuan (penerima). Dalam perspektif normatif islami, Ayish (2003) berpendapat bahwa konsepsi komunikasi Arab-Islam dapat dijelaskan dalam konteks empat dikotomis tema yaitu individualisme-konformitas, transendentalisme-eksistensialisme, rasionalitas-intuisi, dan hierarki egaliter. Konsep inilah yang membedakan dengan model komunikasi dari teori barat yang bersifat universal. Dalam perspektif Islam komunikasi interpersonal terjadi karena manusia tidak terlepas dari interaksi dengan sesama. Oleh karena itu, kita dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama berbasis komunikasi. Allah menciptakan manusia dengan fungsi dasar untuk berkomunikasi. Selanjutnya, model komunikasi islami dibangun berdasarkan Al Qur’an, karena Al qur’an mengandung keajaiban konsep komunikasi baik dari bahasa yang digunakan maupun metode komunikasinya. Integrasi model komunikasi interpersonal dalam perspektif islam yang bersumber dari Al qur’an ke dalam teori komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar. Model Komunikasi Interpersonal Islami Gambar tersebut menjelaskan proses komunikasi interpersonal islami dengan

memperhatikan komponen dan metode. Proses komunikasi tersebut melalui langkah-langkah:

Komunikator Penyandian Pesan

Media

Pengartian Komunikan

Qaulan Sadidan Qaulan Maysura Qaulan Layyinan Qaulan Kariman Qaulan Ma’rufa Qaulan Baligha

Gangguan

Respon Umpan Balik

Page 9: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019 ISBN : 978-602-6697-31-8

225

a. Komunikator melakukan penyandian (encoding) untuk menyampaikan pesan dalam bentuk lambang.

b. Pesan tersebut disalurkan ke komunikan melalui media.Pada saat proses menyampaikan tersebut, sering ada gangguan, baik gangguan lingkungan, psikologis maupun gangguan semantik. Gangguan inilah yang menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan baik ke komunikan. Oleh karena itu selama proses menyampaikan pesan perlu di masukkan metode komunikasi yang islami, yaitu sadidan, maysura, layyinan, kariman, ma’rufa dan baligha. Misalnya, saat menyampaikan pesan komunikator harus menggunakan qaulan sadidan dan qaulan baligha, yaitu berkata yang jujur dan menggunakan kata-kata yang jelas. Artinya komunikator harus menyampaikan informasi yang jelas sumbernya dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga mengurangi gangguan psikologis maupun gangguan semantik. Dengan demikian pesan akan tersampaikan dengan benar ke komunikan. Proses komunikasi yang baik juga harus menggunakan qaulan maysura, qaulan layyinan, qaulan karima dan qaulan ma’rufa yaitu menggunakan kata-kata yang lembut, sopan, menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan serta memberikan optimisme bagi komunikan. Dengan metode ini maka gangguan psikologis bisa teratasi, karena komunikan merasa nyaman menerima pesan dari komunikator.

c. Komunikan menafsirkan (decoding) pesan hingga mempunyai makna.

d. Komunikan memberi tanggapan terhadap pesan yang diberikan oleh komunikator sehingga komunikator dapat menganalisis pesan yang disampaikan sudah sesuai dengan tujuan atau belum

Demikianlah, proses komunikasi interpersonal yang islami akan mengurangi terjadinya gangguan yang dapat menghambat tersampaikannya pesan ke komunikan.

KESIMPULAN

Teori komunikasi yang berasal dari teori barat lebih menekankan pada bentuk komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Komunikasi islam melengkapi bentuk komunikasi tersebut dengan metakomunikasi yaitu komunikasi dengan Alloh SWT. Integrasi konsep komunikasi interpersonal islami ke dalam konsep barat memberikan efek/dampak mengurangi gangguan psikologis dan semantik dalam proses komunikasi. Pesan yang terkirim ke komunikan menjadi lebih mengena karena saluran/media yang digunakan cenderung rendah tingkat gangguannya.

DAFTAR PUSTAKA

Altman and Taylor. (1973). Social Penetration : The Development of Interpersonal Relationship. New York : Rinehart & Winston

Page 10: KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAJIAN ISLAMdigital.library.ump.ac.id/264/4/19. KOMUNIKASI...Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam 222 perbuatan,ucapan,

Tri Na’imah, Dyah Siti Septiningsih

Komunikasi Interpersonal Dalam Kajian Islam

226

Ayish, M., I., (2003), Beyond Western- Oriented Communication Theories: A Normative Arab Islamic Perspective, Journal of the European Institute for Communication and Culture ,10 (2)79 -92

Cook, K.S and Rice, E., (2003), Handbook of Social Psychology, edited by John Delamater. New York : Kluwer Academic/Plenum Publishers

De Vito, J., (2013). The Interpersonal Communication Book 13th edition, United States : Pearson Education

Faruqi.I.R., (1984). Dakwah Islam dan Misi Kristen Sebuah Dialog Internasional. Ahmad Von Denffer dan Emilio Castro, eds., terj. Ahmad Noer Z. Bandung: Risalah

Hefni, H., (2017), Komunikasi Islam, Jakarta : Prenadamedia Group Islami, D.I, (2013), Konsep Komunikasi Islam Dalam Sudut Pandang Formula Komunikasi

Efektif, Wacana , XII (1), 41-66 Kazim, S., (2013) The Concept of Communication in Islam, Sayedee's Conviction: A Travesty of

Justice. L (51). Khalil, A.I.A.E., (2016), The Islamic Perspective of Interpersonal Communication, Journal of

Islamic Studies and Culture, 4, (2), 22-37. Kotler, P., (2000), Marketing Management. New Jersey : Prentice Hall Intl. Kusnadi, (2014), Komunikasi dalam al-Qur’an (Studi Analisis Komunikasi Interpersonal pada

Kisah Ibrahim), Intizar, 20 (2), 267-284 Mubarok & Adjani, M.D., (2014), Komunikasi Antarpribadi Dalam Masyarakat Majemuk,

Jakarta : Dapur Buku Mujib, A., (2017), Teori Kepribadian, Perpektif Psikologi Islam, Jakarta : PT. Rajagrafindo

Persada. Mulyana, D., (2011), Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosda Karya. Pearson, J. C.. Nelson, P.E., Titsworth, S., Harter, L., (2003), Human Communication, New

york: The McGraw-Hill Companies Rawlins, W. K. (1989). A dialectical analysis of the tensions, functions, and strategic

challenges of communication in young adult friendships. In Communication yearbook 12, (pp. 157–189), J. A. Andersen (ed.), Thousand Oaks, CA: Sage.

Sahlstein, E. M. (2004). Relating at a Distance: Negotiating being Together and being Apart in Long-Distance Relationships. Journal of Social & Personal Relationships, 21, 689-710

Shimanoff, S. B. (1980). Communication rules: Theory and research. California: Sage Publication

Suhaimi, (2012), Dakwah and Communication Programmes in Tertiary Higher Education in Indonesia: A Brief Survey, Islamiyyat, 34, 145 - 149

Suryani, W., (2015), Komunikasi Transedental Manusia-Tuhan, Farabi, 12 (1), 150-163