Komunikasi Dan Persetujuan

15
KOMUNIKASI DAN PERSETUJUAN Persetujuan yang berdasarkan pengetahuan merupakan salah satu konsep inti etika kedokteran saat ini. Hak pasien untuk mengambil keputusan mengenai perawatan kesehatan mereka telah diabadikan dalam aturan hukum dan etika di seluruh dunia. Deklarasi Hak- hak Pasien dari WMA menyatakan: Pasien mempunyai hak untuk menentukan sendiri, bebas dalam membuat keputusan yang menyangkut diri mereka sendiri. Dokter harus memberi tahu pasien konsekuensi dari keputusan yang diambil. Pasien dewasa yang sehat mentalnmya memiliki hak untuk memberi ijin atau tidak memberi ijin terhadap prosedur diagnosa maupun terapi. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusannya. Pasien harus paham dengan jelas apa tujuan dari suatu tes atau pengobatan, hasil apa yang akan diperoleh, dan apa dampaknya jika menunda keputusan. Kondisi yang diperlukan agar tercapai persetujuan yang benar adalah komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien. Jika paternalisme medis adalah suatu yang normal, maka komunikasi adalah suatu yang mudah karena hanya merupakan perintah dokter dan pasien hanya menerima saja terhadap suatu tindakan medis. Saat ini komunikasi memerlukan sesuatu yang lebih dari dokter karena dokter harus memberikan semua informasi yang diperlukan pasien dalam pengambilan keputusan. Ini termasuk menerangkan diagnosa medis, prognosis, dan regimen terapi yang konpleks dengan bahasa sederhana agar pasien paham mengenai pilihan-pilihan terapi yang ada, termasuk keuntungan dan kerugian dari masing-masing terapi, menjawab semua pertanyaan yang mungkin diajukan, serta memahami apapun

description

Komunikasi Dan Persetujuan

Transcript of Komunikasi Dan Persetujuan

Page 1: Komunikasi Dan Persetujuan

KOMUNIKASI DAN PERSETUJUANPersetujuan yang berdasarkan pengetahuan merupakan salah satu konsep inti etika kedokteransaat ini. Hak pasien untuk mengambil keputusan mengenai perawatan kesehatan mereka telahdiabadikan dalam aturan hukum dan etika di seluruh dunia. Deklarasi Hak-hak Pasien dariWMA menyatakan:Pasien mempunyai hak untuk menentukan sendiri, bebas dalam membuat keputusanyang menyangkut diri mereka sendiri. Dokter harus memberi tahu pasien konsekuensidari keputusan yang diambil. Pasien dewasa yang sehat mentalnmya memiliki hakuntuk memberi ijin atau tidak memberi ijin terhadap prosedur diagnosa maupunterapi. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untukmengambil keputusannya. Pasien harus paham dengan jelas apa tujuan dari suatu tesatau pengobatan, hasil apa yang akan diperoleh, dan apa dampaknya jika menundakeputusan.Kondisi yang diperlukan agar tercapai persetujuan yang benar adalah komunikasi yang baikantara dokter dengan pasien. Jika paternalisme medis adalah suatu yang normal, makakomunikasi adalah suatu yang mudah karena hanya merupakan perintah dokter dan pasienhanya menerima saja terhadap suatu tindakan medis. Saat ini komunikasi memerlukan sesuatuyang lebih dari dokter karena dokter harus memberikan semua informasi yang diperlukanpasien dalam pengambilan keputusan. Ini termasuk menerangkan diagnosa medis, prognosis,dan regimen terapi yang konpleks dengan bahasa sederhana agar pasien paham mengenaipilihan-pilihan terapi yang ada, termasuk keuntungan dan kerugian dari masing-masingterapi, menjawab semua pertanyaan yang mungkin diajukan, serta memahami apapunkeputusan pasien serta alasannya. Ketrampilan komunikasi yang baik tidak dimiliki begitusaja namun harus dibangun dan dijaga dengan usaha yang disadari penuh dan direview secaraperiodik.Dua hambatan besar dalam komunikasi dokter-pasien yang baik adalah perbedaan budaya danbahasa. Jika dokter dan pasien tidak berbicara dalam bahasa yang sama maka diperlukanseorang penterjemah. Sayangnya dalam banyak situasi tidak ada penterjemah yang memadahidan dokter harus mencari orang yang tepat untuk pekerjaan ini. Budaya dapat memunculkanmasalah dalam komunikasi karena perbedaan pemahaman budaya tentang penyebab, dan sifatdari penyakit dapat menyebabkan pasien tidak paham terhadap diagnosis dan perawatan yangdiberikan. Dalam situasi seperti ini dokter harus membuat segala usaha yang mungkin untukdapat memahamkan pasien terhadap kesehatan dan penyembuhan serta mengkomunikasikansaran-sarannya kepada pasien sebaik mungkin.Jika dokter berhasil mengkomunikasikan semua informasi yang diperlukan oleh pasien danjika pasien tersebut ingin mengetahui diagnosa, prognosis, dan pilihan terapi yang dijalani,maka kemudian pasien akan berada dalam posisi dapat membuat keputusan berdasarkanpemahamannya tentang bagaimana menindaklanjutinya. Walaupun istilah ijin mengandungpengertian menerima perlakuan yang diberikan, namun konsep ijin berdasarkan pengetahuandan pemahaman juga bermakna sama dengan penolakan terhadap terapi atau memilihPasien yang kompeten mempunyai hak untukmenolak perawatan, walaupun penolakan tersebutdapat menyebabkan kecacatan atau kematian.diantara beberapa alternatif terapi. Pasien yang kompeten mempunyai hak untuk menolakperawatan, walaupun penolakan tersebut dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.Bukti adanya ijin dapat eksplisit atau emplisit. Ijin eksplisit diberikan secara lisan atautertulis. Ijin implisit jika pasien mengindikasikan kemauannya untuk menjalani prosedur atautindakan tertentu melalui perilakunya. Contohnya ijin untuk venipuncture (suntikan padapembuluh vena) secara implisit diberikan melalui tindakan memberikan lengannya. Untuk

Page 2: Komunikasi Dan Persetujuan

tindakan yang dapat menimbulkan resikoatau melibatkan ketidak nyamanan yangtidak ringan, lebih baik mendapat ijineksplisit bukan ijin implisit.Ada dua perkecualian syarat untuk mendapatkan ijin berdasarkan pemahaman oleh pasienyang kompeten:• Keadaan dimana pasien memberikan secara sukarela hak pengambilan keputusan kepadadokter atau pihak ketiga. Karena kompleksitas masalah atau karena pasien percayasepenuhnya kepada penilaian dokter, maka pasien dapat saja mengatakan ”Lakukan apayang menurut anda yang terbaik”. Dokter tidak boleh terlalu berani bertindak karenamendapat permintaan seperti itu, namun harus tetap memberi pasien informasi dasarmengenai pilihan tindakan yang ada dan tetap menyemangati pasien untuk mengambilkeputusan sendiri. Namun setelah diberitahu dan didorong paisen tetap menyerahkankeputusan kepada dokter, dokter harus bertindak berdasarkan kepentingan terbaik pasien.• Keadaan dimana penyampaian informasi kepada pasien dapat menyakiti pasien. Konseptherapeutic privilege (hak istimewa terapi) dapat digunakan dalam kasus tersebut dimanadokter diijinkan menyimpan informasi medis jika ternyata menyampaikannya dapatmembahayakan atau menyakiti pasien secara emosional, psikologi, fisik dirinya atauorang lain; seperti jika pasien dapat melakukan tindakan bunuh diri jika diagnosa ternyatamengindikasikan adanya penyakit stadium terminal. Hak istimewa ini sangat mungkindisalahgunakan, sehingga dokter hanya boleh menggunakannya dalam keadaan yangekstrim. Dokter harus mengawali dengan anggapan bahwa semua orang pasien dapatmenghadapi semua fakta dan tetap mencoba terbuka terhadap kasus-kasus dimana doktermenganggap bahwa akan lebih membahayakan jika mengatakan kebenaran dibandingtidak mengatakannya.Dalam beberapa budaya masih dianut bahwa dokter tidak harus memberitahukan informasikepada pasien dengan diagnosis penyakit stadium terminal. Hal tersebut dikarenakan dirasaakan menyebabkan pasien putus asa dan menyebabkan sisa hidupnya lebih menderitadibanding jika masih ada harapan untuk sembuh. Hampir di seluruh dunia sangat umum kitajumpai bahwa anggota keluarga pasien meminta dokter untuk tidak mengatakan kepadapasien bahwa mereka sekarat. Dokter haruslah sensitif terhadap budaya dan juga faktor-faktorpersonal saat memberitahukan kabar buruk, terlebih lagi yang menyangkut kematian.Walaupun demikian hak pasien terhadap persetujuan tindakan berdasarkan pemahaman telahditerima lebih luas dan dokter memiliki tugas utama membantu pasien menggunakan haktersebut.Sejalan dengan perkembangan tren anggapan bahwa pelayanan kesehatan merupakan produkkonsumen dan pasien adalah konsumen, pasien dan keluarganya secara teratur meminta aksesterhadap pelayanan medis yang menurut pendapat dokter tidak tepat. Contohnya adalahpermintaan antibiotik untuk infeksi virus sampai perawatan intensif pasien dengan otak yangsudah mati atau prosedur pembedahan atau pemberian obat-obatan yang menjajikan namunbelum terbukti. Beberapa pasien mengklaim hak mendapatkan layanan medis apapun yangdirasa dapat menguntungkan mereka, dan sering dokter hanya menyetujuinya bahkan dokteryakin bahwa pilihan tersebut tidak memberikan keuntungan medis terhadap kondisi pasien.Masalah ini dapat menjadi serius jika sumber terbatas dan memberikan tindakan yang sia-siaatau tidak menguntungkan terhadap seorang pasien berarti membiarkan pasien lain tidakterawat atau tidak menerima tindakan.Kesia-siaan dan hal yang tidak menguntungkan dapat dipahami bahwa dalam keadaan tertentuseseorang dapat menentukan bahwa suatu tindakan adalah sia-sia dan tidak menguntungkansecara medis karena tidak menawarkan harapan yang masuk akal terhadap kesembuhan atau

Page 3: Komunikasi Dan Persetujuan

perbaikan kondisi atau karena pasiennya secara permanen tidak dapat merasakan keuntunganyang diharapkan. Pada kasus yang lain manfaat dan keuntungan suatu tindakan hanya dapatditentukan dengan referensi dari penilaian subjektif pasien mengenai kebaikan badannyasecara keseluruhan. Aturan umum mengatakan, pasien sebaiknya dilibatkan dalammenentukan ketidak manfaatan/kesia-sian dalam kasusnya, kecuali dalam keadaan tertentuseperti diskusi-diskusi, mungkin tak sesuai untuk kebaikan pasien. Dokter tidak berkewajibanmenawarkan kepada pasiennya tindakan sia-sia atau hal yang tidak menguntungkan.Dokter tidak berkewajiban menawarkankepada pasiennya tindakan sia-sia atauhal yang tidak menguntungkan.Prinsipnya persetujuan tindakan berdasarkan pengetahuan (informed consent) berhubungandengan hak pasien untuk memilih dari beberapa pilihan yang ditawarkan dokter. Sampaisejauh mana pasien dan keluarganya mempunyai hak terhadap suatu layanan kesehatan yangtidak direkomendasikan oleh dokter menjadi topik kontroversi yang besar dalam etikakedookteran, hukum, dan kebijakan publik. Sampai masalah ini diputuskan oleh pemerintah,penyedia asuransi kesehatan, dan/atau organisasi profesional, dokter secara pribadi harusmenentukan apakah mereka harus setuju terhadap permintaan suatu tindakan yang tidaksesuai. Dokter harus menolak permintaan seperti itu jika yakin bahwa tindakan tersebut akanlebih membahayakan. Dokter harus juga tahu bahwa mereka mempunyai hak untuk menolakjika tindakan yang akan dilakukan sepertinya tidak akan memberikan kebaikan, atau bahkanmembahayakan walaupun kemungkinan efek plasebo tidak dapat diabaikan. Jika sumbersumberdaya yang terbatas menjadi masalah, dokter harus mengkonsultasikannya kepadapihak yang bertanggung jawab terhadap alokasi sumber daya tersebut.

Makalah Bioetika (Pembahasan kasus berdasarkan kaidah Beneficence, Non-maleficence, Autonomi, Justice)

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka derita.

Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.

Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.

Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.

Pada kasus kali ini, penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter Bagus, seorang dokter yang mendedikasikan diri pada pelayanan pada orang kecil di daerah terpencil.

Page 4: Komunikasi Dan Persetujuan

 

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah “Totalitas seorang dokter dalam pelayanannya”.

Penulis memilih rumusan masalah ini karena rumusan ini sudah mencakup banyak aspek yang menjadi masalah atau kendala dalam pelayanan sang dokter di tempat tugasnya, sehingga mudah untuk dijabarkan atau dijelaskan.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA dapat memahami dengan sungguh dan mampu menerapkan kaidah bioetik seperti Beneficence, Non - Malficence, Autonomy dan Justice apabila sudah terjun kedunia kerja yang sesungguhnya.

 

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi bioetik

Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak defenisi dan paham mengenai bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat pendapat ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu bioetika.

Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

2.2 Pembahasan Masalah

Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:

Page 5: Komunikasi Dan Persetujuan

Beneficence Non - Maleficence Justice Autonomi

2.2.1 Beneficence

Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;

Mengutamakan Alturisme Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter Tidak ada pembatasan “goal based” Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang Menjamin kehidupan baik-minimal manusia Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan Memberi suatu resep berkhasiat namun murah Mengembangkan profesi secara terus menerus Minimalisasi akibat buruk

Kaidah Benefince dalam kasus dokter Bagus

1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1).

Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan niatnnya untuk menolong pasien dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah Beneficence.

2. Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat dirumah sakit yang berada dikota.(Paragraf 2).

Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.

3. Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. (Paragraf 2).

Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan diterima pasien.

Page 6: Komunikasi Dan Persetujuan

4. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)

Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu, memberikan obat berkhasiat namun murah kepada pasiennya.

5. “Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita” kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. (Paragraf 4).

Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar pasien tidek terlalu menderita.

6. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini dokter Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter dalam menangani pasiennya.

7. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang ada hanya bagaimana mengobati pasien-pasiennya (Paragraf 7).

Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban demi kepentingan orang lain, dan tidak mementingkan dirinya sendiri.

2.2.2 Non – Malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:

Menolong pasien emergensi Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien Tidak memandang pasien sebagai objek Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien Melindungi pasien dari serangan Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter Tidak membahayakan pasien karena kelalaian Menghindari misrepresentasi Memberikan semangat hidup Tidak melakukan white collar crime

Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:

1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari

Page 7: Komunikasi Dan Persetujuan

pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).

Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa akibat pendarahan.

2.2.3 Autonomi

Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan Berterus terang menghargai privasi Menjaga rahasia pasien Menghargai rasionalitas pasien Melaksanakan Informed Consent Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien

sendiri Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien Mejaga hubungan atau kontrak

Kaidah Autonomi dalam kasus dr. Bagus :

1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. “Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu”, kata dokter Bagus. (Paragraf 3).

Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari ibu tersebut

2. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).

Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu sendiri.

3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol. (Paragraf 5).

Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien, apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.

Page 8: Komunikasi Dan Persetujuan

4. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6)

Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus menerapkan prinsip ke 3, yaitu berterus terang kepada pasiennya.

2.2.4 Justice

Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :

Memberlakukan segala sesuatu secara universal Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama Menghargai hak sehat pasien Menghargai hak hukum pasien Menghargai hak orang lain Menjaga kelompok rentan Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainya Tidak melakukan penyalahgunaan Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan Bijak dalam makroalokasi

Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :

1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2).

Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan tertib, lancar dan tidak membeda-bedakan pasien.

2. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)

Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

3. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).

Page 9: Komunikasi Dan Persetujuan

Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.

 

PENUTUP

3. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter Bagus melaksanakan segala tugas praktek kedokterannya berdasarkan prinsip-prinsip yang ada di dalam kaidah bioetika kedokteran, yaitu beneficence, non maleficence, justice dan autonomi.Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk kesembuhan pasien. Ia mengutamakan kepentingan pasien. Kemudian sesuai prinsip non maleficence, dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien dalam keadaan darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan keadilan baik untuk pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut prinsip autonomi, dokter Bagus mengutamakan hak-hak pasien dalam mengambil keputusan tentang penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam menentukan nasibnya sendiri.Prinsip-prinsip dalam bioetik tersebut dapat diterapkan dalam menghadapi pasien, sehingga terciptanya situasi yang, baik bagi hubungan pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan demi kesembuhan pasien.

 DAFTAR PUSTAKA

1.    1.  Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.2.    2.  Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika, Humaiora dan

Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.