komputer dalam masyarakat

9
TEKNOLOGI, KESENJANGAN DAN KESEMPATAN A. Pendahuluan Digital divide, digital dalam hal ini diartikan sebagai perangkat elektronika, khusunya komputer dalam hal menyelesaikan suatu proses kerja. Divide, berati pembagian, dalam hal ini terjadi pada masyarakat umum, dalam istilah lain diartikan sebagai kesenjangan, dilihat dari kontrasnya suatu golongan masyarakat satu dengan yang lainnya, baik dari segi ekonomi, politik, serta tingkat intelektual. Komputer, sebagai salah satu produk teknologi yang berkembang pesat, menjadi salah satu andalan dalam menyelesaikan segala bentuk permasalahan. Kondisi ini dimungkinkan dengan kian kuatnya dominasi komputer sebagai solusi yang efektif dalam penyelesaian masalah, khusunya dibidang teknis. Tidak hanya komputer, produk teknologi yang lain pun kian melaju cepat, seperti mesin-mesin otomatisasi dan pengontrol yang digunakan pada perusahaan-perusahaan produksi serta alat-alat kesehatan, dll. Dengan demikian makin mendesaknya kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam pengoperasian, perawatan bahkan pembuatan produk-produk teknologi tersebut. B. Latar Belakang Digital divide (kesenjangan digital), isu yang diluncurkan oleh para techno-utopianism, demikian menurut Donny B.U., M.Si, koordinator ICT Watch dan jurnalis TI independen. Istilah "digital divide" terbentuk untuk menggambarkan 1

description

teknologi sebagai salah satu kesenjangan yang terjadi di masyarakat

Transcript of komputer dalam masyarakat

Page 1: komputer dalam masyarakat

TEKNOLOGI, KESENJANGAN DAN KESEMPATAN

A. Pendahuluan

Digital divide, digital dalam hal ini diartikan sebagai perangkat elektronika,

khusunya komputer dalam hal menyelesaikan suatu proses kerja. Divide, berati pembagian,

dalam hal ini terjadi pada masyarakat umum, dalam istilah lain diartikan sebagai

kesenjangan, dilihat dari kontrasnya suatu golongan masyarakat satu dengan yang lainnya,

baik dari segi ekonomi, politik, serta tingkat intelektual.

Komputer, sebagai salah satu produk teknologi yang berkembang pesat, menjadi

salah satu andalan dalam menyelesaikan segala bentuk permasalahan. Kondisi ini

dimungkinkan dengan kian kuatnya dominasi komputer sebagai solusi yang efektif dalam

penyelesaian masalah, khusunya dibidang teknis. Tidak hanya komputer, produk teknologi

yang lain pun kian melaju cepat, seperti mesin-mesin otomatisasi dan pengontrol yang

digunakan pada perusahaan-perusahaan produksi serta alat-alat kesehatan, dll. Dengan

demikian makin mendesaknya kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki keahlian

dalam pengoperasian, perawatan bahkan pembuatan produk-produk teknologi tersebut.

B. Latar Belakang

Digital divide (kesenjangan digital), isu yang diluncurkan oleh para techno-

utopianism, demikian menurut Donny B.U., M.Si, koordinator ICT Watch dan jurnalis TI

independen. Istilah "digital divide" terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam

memahami, kemampuan, dan akses teknologi. Sehingga muncul istilah “the have” sebagai

pemilik/penggunna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya. Labelisasi ini

muncul seiring makin besarnya perbandingan pendapatan dan kesempatan kerja antara

yang memiliki keahlian teknologi dengan yang tidak. Sekali lagi, hal tersebut dicetuskan

oleh para the have. Otomatis hal ini berdampak buruk pada perkembangan sosial ekonomi

masyarakat, karena kian tersisihkannya kaum the have not, baik dari lingkungan kerjanya

maupun dari pergaulan masyarakat suatu golongan yang berpendapat bahwa teknologi

dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Berikut perbandingan antara kemampuan seseorang dibidang teknologi dengan

penghasilan yang diperoleh :

1

Page 2: komputer dalam masyarakat

Penghasilan

Tampak bahwa penghasilan seseorang akan

berbanding lurus dengan keahlian atau

kemampuan yang dia miliki, maka eliminasi

terhadap para pekerja dalam bidang yang

berkaitan dengan teknologi akan terjadi.

Buntutnya muncul istilah kalangan pakar IT,

operator, teknisi, dan istilah-istilah lain pada

sub bidang pekerjaan IT lainnya.

Keahlian

Techno utopianism, merupakan paham yang berpandangan bahwa sains dan

teknologi dapat mengatasi semua masalah yang ada. Konsekuensinya orang-orang yang

mau terlibat didalamnya harus memiliki pengetahuan dan skill yang mumpuni untuk

mengimbangi kemajuan teknlogi, salah satu yang ditempuh adalah melalui pendidikan.

Imbasnya terjadi perkembangan dunia pendidikan dan literatur tentang teknologi, terbentuk

wacana penelitian dan pengembangan, serta gaya hidup yang melulu disuguhi embel-

embel produk teknologi. Hingga pada akhirnya akan membentuk suatu komunitas, dimana

kian hari kian berkembang sangat cepat, bahkan menurut riset di Amerika (US department

of commerce, 1998), perkembangan internet jauh lebih cepat dibanding produk teknologi

lainnya. Yang terjadi bukan hanya adanya gap/kelompok konsumen teknologi tersebut,

namun juga masyarakat yang tidak mampu bahkan tidak tahu tentang perkembangan dan

penggunaannya, dalam istilah awam kita disebut gaptek (gagap teknologi), kondisi ini

disebabkan banyak hal, diantaranya fasilitas akses, infrastruktur, faktor ekonomi, informasi

yang belum tersebar luas secara merata, kondisi geografis, hingga pada segi politik,

dimana kontrol negara akan memegang peranan yang vital.

C. Eliminasi Marginal

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, peribahasa yang menggambarkan

kondisi sosial masyarakat yang memiliki toleransi terhadap sesamanya. Dunia

internasional dengan gamblangnya mencetuskan bahwa sebuah negara harus memberi

2

Page 3: komputer dalam masyarakat

akses sebesar-besarnya pada rakyatnya untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan akses

teknologi tinggi sehingga memberi peran besar terhadap kemajuan negaranya, dikutip dari

Pertemuan G8 di Kyushu-Okinawa, Jepang, tahun 2000 yang mengambil tema Global

Divide to The Global Opportunity.

Techno realism, penyeimbang dari kaum techno-utopian, mereka berpendapat

bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi ditempatkan sebagai salah satu alat bantu untuk

menyelesaikan suatu masalah, bukan sebagai solusi mutlak. Berikut prinsip-prinsip yang

dipegang oleh techno-realism :

- Technologies are not neutral

Pengembangan dan penetrasi teknologi pada masyarakat tidak mutlak sebagai

pengetahuan, namun diboncengi oleh kepentingan-kepentingan politik, sosial, dan budaya.

Sehingga tetap diperlukan pertimbangan terhadap penggunaannya.

- The internet is revolutionary, but no utopian

Internet menjadi salah satu perangkat komunikasi revolusioner yang menyediakan peluang

antar komunitas, masyarakat luas, dunia bisnis, dan pemerintah. Dan sudah pasti, akan ada

sisi buruknya, seperti kejahatan yang menggunakan media internet dan berbagai problem

sosial masyarkat lainnya.

- Government has an important role to play on the eletronic frontier

Pemerintah, sebagai kontrol atas penggunaan teknologi atas rakyatnya dan juga sebagai

pengevaluasi terhadap lalu lintas informasi, sehingga akses terhadap kebutuhan teknologi

dapat tercapai merata. Sebagai wakil rakyat dan pengawal nilai-nilai demokrasi, negara

memiliki hak dan tanggung jawab untuk membantu mengintegrasikan teknologi dengan

masyarakat umum.

- Information is not knowledge

Informasi adalah data yang telah diolah, sehingga esensinya hanya sebagai salah satu

rujukan dalam mengambil keputusan. Awareness, perception, reasoning, judgement,

sebagai empat kemampuan dasar manusia yang diberikan Tuhan dalam bertindak yang

tidak dapat digantikan perannya oleh kemajuan teknologi.

- Wiring the schools will not save them

Kondisi belajar mengajar antara pendidik dengan yang dididik tidak dapat digantikan

dengan kehadiran teknologi yang ada, seperti belajar jarak jauh ataupun penggunaan

internet dan komputer, namun teknologi mendukung peningkatan kualitas pendidikan.

- Information wants to be protected

3

Page 4: komputer dalam masyarakat

Sebagai output dari data-data yang telah ada, informasi yang ada tidak bisa disebarluaskan

begitu saja tanpa adanya kontrol, sehingga dapat meminimalisir implikasi yang akan terjadi

jika informasi tersebut tersebar.

- The public owns the airwaves, the public should benefit from their use

Warga negara harus memperoleh manfaat dan keuntungan dari penggunaan frekuensi

publik, dan harus mempertahankan sebagian dari spektrum untuk pendidikan, budaya, dan

penggunaan akses publik lainnya.

- Undestanding technology should be an essential component of global citizenship

Dalam dunia yang didorong oleh arus informasi, yang membuat informasi terlihat menjadi

kekuatan sosial yang sangat kuat. Memahami kekuatan dan keterbatasan informasi, dan

bahkan berpartisipasi dalam penciptaan perangkat komunikasi yang lebih baik, harus

menjadi bagian penting dalam keterlibatan bangsa-bangsa dunia.

Dari hal tersebut diatas, teknologi dipandang dan diletakkan apa adanya dan

sewajarnya, tidak bergantung dan tidak pula menjadi momok bagi masyarakat. Lalu,

bagaimana dengan mereka yang notebene menjadi the have not ? . Ini menjadi isu sosial

masyarakat dunia, dan sudah seharusnya diselesaikan bersama, tidak perlu menghakimi

dan tidak perlu adanya pemaksaan. Dan perlu diingatkan sekali lagi, apapun istilah bagi

mereka, karena dipandang dalam ruang lingkup teknologi. Dalam keterlibatan mereka bagi

penunjang perkemangan teknologi harus diperhatikan, sehingga terwujud suatu transisi

yang kondusif pada masyarakat.

Tidak terlepas dari kenyataan bahwa hampir disemua pekerjaan, penggunaan

komputer menjadi salah satu prioritas yang harus terpenuhi, baik dari sisi sumber dayanya

maupun dari infrastrukturnya, sehingga menimbulkan suatu komunitas bersama dalam

menangani berbagai permasalahan yang terjadi, demikian embrio tersebut terlahir sebagai

masyarakat informasi. Apakah akan begitu saja tebentuk?tentu diperlukan hal-hal yang

akan menjadi penunjangnya, seperti knowledge, infrastructure, dan affordability.

a. Knowledge, ada pengetahuan minimal yang harus dimiliki untuk menjadi

masyarakat informasi. Apa saja, siapa yang bertanggung jawab, dan seperti apa

realisasinya, tentunya fleksibel dengan kondisi setempat.

b. Infrastructure, ketersediaan infrastruktur jelas memainkan peran dalam realisasi

memasyarakatkan teknologi, namun ada banyak cara untuk mendapatkannya serta

tidak selalu di biayai dengan harga tinggi. Namun perlu diingat bahwa ketersediaan

4

Page 5: komputer dalam masyarakat

infrastruktur tidak serta merta membentuk masyarakat informasi, dan sekali lagi,

langkah awal dalam implementasinya diawali dengan pengetahuan yang mumpuni.

c. Affordability, keterjangkauan dalam hal ini menjadi problema tersendiri dalam

realisasinya. Bagaimana mempermudah akses terhadap internet, keringanan dalam

memiliki perangkat-perangkat teknologi, serta legitimasi dalam pelaksanaannya

dan dukungan pemerintah dalam pengembangan serta kontrol.

Dan teori evolusi bahwa yang kuat akan bertahan menjadi gambaran realitas

masyarakat informasi. Agar tidak terjadi ketimpangan didalamnya, hendaknya langkah-

langkah penunjang masyarakat informasi diatas, dapat diaplikasikan.

Lalu bagaimana pemerintah Indonesia sendiri dalam kaitannya menjembatani

kesenjangan ini? Telah lama pemerintah melakukannya, mulai dari penyediaan

infrastruktur, pembentukan wadah pendidikan, kemudahan transfer informasi antar negara

serta dukungan peraturan dan undang-undang, yang salah satunya melindungi hak

kekayaan intelektual. Berikut beberapa inisiatif pemerintah bersama masyarakat demi

meminimalisir kesenjangan teknologi pada masyarakat:

1. Penghargaan terhadap karya anak bangsa, berupa program tech-life, penghargaan

kepada pelaku bisnis dalam bidang teknologi, dan BIC(Bussiness Innovation

Center) untuk mengapresiasi produk inovatif karya anak bangsa.

2. Sekolah 2000: sosialisasi kepada sekolah (khususnya level SMU), akses Internet di

sekolah.

3. Pengadaan BPPT Warintek (Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi -

Warung Infomasi & Teknologi) pada berbagai institusi pendidikan.

4. Pengembangan SMK-TI: tenaga terampil di bidang Teknologi Informasi pada level

SMK, termasuk peningkatan sumber daya pendidiknya.

5. Program 100 desa komputer dalam 100 hari kerja pertama Depkominfo periode

2009-2014.

6. Beasiswa pendidikan, dalam rangka mendongkrak mutu sumber daya manusia di

bidang teknologi dan informasi.

7. Bandung High Tech Valley, pengembangan ekonomi wilayah Bandung dsk.

dengan dukungan penuh dari riset dan teknologi informasi.

8. Penyebarluasan materi pembelajaran secara gratis dan online serta

memperbanyaknya dalam bahasa Indonesia.

5

Page 6: komputer dalam masyarakat

9. Pembentukkan IGADD, Investor Group Against Digial Divide, untuk membentuk

rencana strategis bersama para investor dalam membantu penyediaan teknologi

informasi pada masyarakat terpencil, oleh ITB, Habibie Center dan University Of

Washington.

D. Penutup

Sebagai bagian dari masyarakat global, kita tidak menutup mata atas kemajuan

yang terjadi dalam berbagai bidang, terutama dalam dunia teknologi. Menjadi lebih baik

adalah harapan tiap individu dengan latar belakang apapun, dan teknologi menjawabnya,

namun bukan berarti segala hal tergantung pada teknologi. Awareness, perception,

reasoning, dan judgement tetap melandasi atas pertimbangan penggunaan teknologi dalam

kehidupan sehari-hari, dan seusatu yang tidak bijak jika tidak ada improvisasi pada diri

sendiri dalam menghadapi kemajuan global.

6