Komposisi Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014)
-
Upload
indra-furwita -
Category
Documents
-
view
447 -
download
2
Transcript of Komposisi Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014)
Indra F. [email protected]
KABINET INDONESIA BERSATU II SBY 2009-2014Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden RI, Prof.
Boediono secara resmi mengumumkan ada tiga puluh nama-nama menteri mencakup 34
menteri dan 3 pejabat negara setingkat menteri.
Berikut ini profil singkat para menteri dan pejabat setingkat menteri yang telah resmi
diumumkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono :
1. Marsekal TNI (Pur) Djoko Suyanto Pria kelahiran Madiun, Jawa Timur, 2
Desember 1950 ini menjabat Panglima TNI dari 13 Februari 2006 sampai 28
Desember 2007. Pada Pilpres 2009, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Tim
Kampanye SBY-Boediono. Sebelum menjabat Panglima TNI, Djoko Suyanto adalah
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (TNI-AU). Ia merupakan Panglima TNI pertama
yang berasal dari kesatuan TNI-AU sepanjang sejarah Indonesia. Dalam Kabinet
Indonesia Bersatu II pimpinan SBY-Boediono, Djoko Suyanto menempati posisi
Menko Polhukam.
2. Ir. M. Hatta Rajasa Pria kelahiran Palembang, Sumatra Selatan, 18 Desember 1953
ini menjabat Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) dalam Kabinet Indonesia
Bersatu I (KIB). Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan
(2004-Mei 2007) dalam kabinet yang sama dan Menteri Riset dan Teknologi dalam
Kabinet Gotong Royong (2001-2004). Hatta Radjasa yang juga politisi dari Partai
Amanat Nasional (PAN) menempati posisi Menko Perekonomian pada Kabinet
Indonesia Bersatu II.
3. Agung Laksono Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar yang lahir di Semarang,
Jawa Tengah, 23 Maret 1949 ini adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode
2004-2009. Sebelumnya, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di Kabinet
Pembangunan VII (1998-1999), Agung yang masih menjabat Ketua Umum PPK
Kosgoro 1957 sempat dipercaya menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga.
Agung Laksono menjadi Menko Kesra pada kabinet bentukan SBY periode 2009—
2014.
1
Indra F. [email protected]
4. Dr. Andi Alfian Mallarangeng Sebelum menjadi Juru Bicara Kepresidenan, Andi
yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Maret 1963 itu dikenal sebagai
pengamat politik. Peraih gelar Doctor of Philosophy di bidang ilmu politik dari
Northern Illinois University (NIU), Amerika Serikat ini juga menjabat pemimpin
redaksi situs internet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Andi yang juga
anggota Tim Kampanye SBY-Boediono menempati posisi sebagai Menteri Negara
Pemuda dan Olah Raga.
5. Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi Salah satu orang kepercayaan Presiden SBY yang
lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara, 13 Juli 1949 ini adalah Sekretaris Kabinet
dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid satu (2004-2009). Anggota Tim Kampanye
SBY-Boediono ini adalah Sekretaris Menko Polkam, saat Yudhoyono sedang
menjabat sebagai Menko Polkam di bawah pemerintahan Megawati
Soekarnoputri. Sudi Silalahi menggantikan Hatta Rajasa sebagai Menteri Sekretaris
Negara (Mensesneg) pada kabinet mendatang.
6. Sri Mulyani Indrawati Sebelum menjabat Menteri Keuangan menggantikan Jusuf
Anwar pada Desember 2005, wanita kelahiran Bandar Lampung, Provinsi
Lampung, 26 Agustus 1962. Sejak tahun 2008, Sri Mulyani yang sebelumnya
merupakan pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) ini merangkap
jabatan sebagai Jabatan Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah
Menko Perekonomian Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Sri
Mulyani pernah dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia pada tahun
2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan
Bank Dunia dan IMF di Singapura. Pada KIB II, Sri Mulyani tetap menempati posisi
Menteri Keuangan. Namun pada tanggal 20 Mei 2010 AGUS Dermawan Wintarto
Martowardojo, direktur utama Bank Mandiri ditunjuk Presiden SBY sebagai
menteri keuangan menggantikan Sri Mulyani yang mundur dikarenakan
penerimaan dan persetujuan presiden terkait dengan penunjukan dirinya untuk
menempati posisi Mangaing Directure di World Bank. Sementara wakil Menkeu
dijabat Anny Ratnawati yang sebelumnya bertugas sebagai Dirjen Anggaran
Kementrian Keuangan. Agus Martowardojo bernama lengkap Agus Dermawan 2
Indra F. [email protected]
Wintarto Martowardojo. Dia lahir di Amsterdam, Belanda, 24 Januari 1956.
Sempat mengundurkan diri dari Bank Mandiri, Agus kembali ke bank BUMN ini
sejak Mei 2005 menggantikan ECW Neloe.
Sebelum di Bank Mandiri, Agus tercatat sebagai direktur utama Bank Permata
selama tiga tahun. Tahun 2020, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini
bertugas di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai advisor bagi
ketua dan wakil ketua BPPN untuk bidang perbankan. Saat itu, Agus dipercaya
untuk ikut menggarap pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan.
Agus juga pernah berkarir di Bank of America (1984), Bank Niaga (1986-1994)
sebagai vice president, dan Corporate Banking Group di Jakarta dan Surabaya.
Selain itu, pernah menjabat Deputy Chief Executive Officer di Maharani Holding
(1994), Bank Bumiputera sebagai Direktur Utama (1995–1998), serta Bank Exim
Direktur Utama di tahun 1998.
Pendidikan bidang perbankan /keuangan yang pernah ditempuh Agus antara lain
Credit Decision Seminar Bank of America–Hongkong (1986), Foreign Exchange and
Exposure Management Bank of America –Singapore (1986), Credit Risk
Management III Institute Banking&Finance–Singapore (1990), Managing Problem
Loans Institute Banking&Finance – Singapore (1991), Project Finance Training
Course The Euromoney Institute of Finance Singapore (1992), Strategic Bank
Marketing Institute Banking&Finance – Singapore (1992), Advanced Commercial
Lending Program Bank Management Institute State University of New York at
Buffalo – USA (1992), Applied Corpoaret Finance in Asia The Euromoney Institute
of Finance Hongkong (1992).
7. Marie Elka Pangestu, Ph.D Wanita kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1955 ini
merupakan wanita Tionghoa-Indonesia pertama yang memegang jabatan sebagai
menteri di Indonesia sebagai Menteri Perdagangan dalam Kabinet Indonesia
Bersatu jilid satu (2004-2009). Marie Pangestu memperoleh gelar Bachelor dan
3
Indra F. [email protected]
Master of Economics dari the Australian National University, serta gelar Ph.D
(Doktor) dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi
Moneter dari Universitas California, Davis pada tahun 1986. Sebelum menjabat
sebagai Menteri Perdagangan, Marie Pangestu telah lama aktif dalam berbagai
forum perdagangan seperti PECC dan ia adalah salah seorang peneliti ekonomi
terpandang di Indonesia. Marie Pangestu kembali menempati posisi sebagai
Menteri Perdagangan.
8. Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya, periode 2003-2006, dipercaya menjadi Menteri
Komunikasi dan Informatika pada KIB jilid I menggantikan Sofyan Djalil pada
perombakan kabinet tahun 2007. Pria kelahiran Surabaya, 17 Juni 1959 ini meraih
gelar S1 pada Jurusan Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan
mengawali karirnya sebagai dosen Teknik Elektro ITS pada tahun 1984. Ia
kemudian mendapat beasiswa menempuh magister di Universite Science et
Technique du Languedoc (USTL) Montpellier, Perancis. Ia juga menyelesaikan studi
S3 di universitas tersebut. M. Nuh yang dikenal sering memberikan ceramah
agama ini menempati posisi Menteri Pendidikan Nasional.
9. Drs. Suryadharma Ali Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
yang lahir di Jakarta pada 19 September 1956 itu adalah Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah pada KIB jilid I. Suryadharma menyelesaikan
pendidikan sarjananya di Institut Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta,
pada tahun 1984. Sebelum menjadi menteri, ia pernah berkarir di PT Hero
Supermarket, dan menduduki posisi Deputi Direktur perusahaan ritel tersebut
pada 1999. Pada KIB II ini, ia menduduki posisi sebagai Menteri Agama.
10. Jero Wacik Pria kelahiran Singaraja, Bali, 24 April 1949 ini adalah Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I (2004-2009).
Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat ini merupakan lulusan sarjana Teknik Mesin
dari Institut Teknologi Bandung tahun 1974 dan dari Fakultas Ekonomi Universitas
4
Indra F. [email protected]
Indonesia tahun 1983. Dalam KIB II, anggota Tim Kampanye SBY-Boediono ini
kembali menempati posisi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
11. Gamawan Fauzi Pria kelahiran 9 November 1957 adalah Gubernur Sumatra Barat
sejak 15 Agustus 2005. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Bupati Kabupaten Solok
selama dua periode yakni 1995-2000 dan 2000-2005. Ia adalah penerima Bung
Hatta Award pada 2004 atas keberhasilannya memerangi korupsi pada saat
menjadi Bupati Solok. Kini, Gamawan Fauzi menjabat sebagai Menteri Dalam
Negeri.
12. Marty Natalegawa Pria bernama lengkap Dr. Raden Marty Muliana Natalegawa
M.Phil. B.Sc. ini merupakan Wakil Tetap RI untuk PBB sejak 5 September 2007.
Marty yang lahir di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1963, pernah menjadi juru
bicara Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Sebelum mendapat tugas
sebagai Wakil Tetap RI di PBB, Marty Natalegawa adalah Duta Besar RI untuk
Inggris sejak 11 November 2005 hingga 5 September 2007. Marty yang mulai
bekerja di Deplu pada 1986 meraih gelar doktor dari Australian National University
pada tahun 1993. Sedangkan gelar S2-nya diperoleh di London School of
Economics, Universitas Cambridge, Inggris. Pengalaman diplomatiknya terbilang
cukup banyak, antara lain pernah menjabat sebagai kepala delegasi negara untuk
sejumlah konferensi internasional, interaliansi dengan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), Gerakan Non-Blok, konferensi organisasi Islam, dan ASEAN. Ia pun
pernah menjadi delegasi Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB dan dialog
trilateral di Timor Timur serta Direktur Jenderal untuk Kerjasama ASEAN (2003-
2005). Marty menempati posisi sebagai Menteri Luar Negeri menggantikan Nur
Hassan Wirajuda.
13. Syarif Hasan Pria kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan, 17 Juni 1949, yang memiliki
nama lengkap Syarifuddin Hasan ini adalah Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR
periode 2004-2009. Ia adalah suami dari presenter dan pemain sinetron Inggrid
Maria Palupi Kansil atau yang lebih populer dengan Inggrid Kansil, yang sekarang
5
Indra F. [email protected]
menjadi anggota DPR dari Partai Demokrat periode 2009-2014. Saat menjadi
anggota DPR, Syarif Hasan –yang meraih gelar Magister Business Administration
dari California State University ini– pernah menjadi anggota Komisi XI dan Panitia
Anggaran dari Fraksi Partai Demokrat. Syarif Hasan menduduki jabatan Menteri
Koperasi dan UKM.
14. Tifatul Sembiring Ia adalah Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) periode 2005-
2010. Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, 28 September 1961 ini disebut-
sebut sebagai “anak panah ketiga” PKS setelah Nur Mahmudi Ismail dan Hidayat
Nur Wahid. Sebelum menjadi Presiden PKS, Tifatul yang juga salah satu pendiri
Partai Keadilan –yang kemudian berganti nama menjadi PKS– pernah menjadi
Kepala Humas PK dan Ketua DPP PKS wilayah Dakwah I Sumatra. Ia juga pernah
bekerja di PT PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa, Bali, Madura pada 1982-1989.
Dalam kabinet, Tifatul menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika.
15. Dr. Salim Segaf Al Jufrie, M.A. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah pada tanggal 17
Juli 1954 ini, dipercaya Presiden SBY menjadi Dubes untuk Kerajaan Arab Saudi
dan Kerajaan Oman sejak Desember 2005, menggantikan pendahulunya
Muhammad Maftuch Basyuni yang telah menjadi Menteri Agama. Salim Segaf Al
Jufrie pernah menjadi Ketua Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Direktur Perwakilan WAMY (World Assembly of Muslim Youth) untuk Kawasan
Asia Timur dan Asia Tenggara dan juga Direktur Syariah Consulting Center. Ia
menyelesaikan pendidikan S1 (1976), S2 (1980) dan S3 (1986) untuk bidang
Syariah di Universitas Madinah, Arab Saudi. Salim adalah cucu dari ulama besar
Palu, K.H. Said Idrus Al Jufri atau lebih dikenal dengan nama “Guru Tua Al Jufri”
yang juga pendiri Yayasan Al-Khairaat. Dalam kabinet, ia menjabat sebagai
Menteri Sosial.
16. Abdul Muhaimin Iskandar Politisi muda kelahiran Jombang, Jawa Timur, 24
September 1966 adalah Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (UGM),
6
Indra F. [email protected]
Yogyakarta, ini sejak muda telah terjun di berbagai organisasi, hingga menjadi
Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Karier politiknya melesat ketika dipilih oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk
menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun
1998. Pria yang akrab disapa Cak Imin ini kemudian menjadi anggota DPR dari PKB
dalam dua periode sejak 1999-2004 dan 2004-2009. Ia juga sempat menjabat
Wakil Ketua DPR RI periode 2004-2009. Pada pemilu 2009, Cak Imin kembali
terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014 dari daerah pemilihan Jawa
Timur I. Di kabinet, ia menempati posisi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
17. Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. H.E. Pejabat karier di Departemen Pekerjaan Umum (PU)
yang menjabat Menteri PU di KIB Jilid I ini lahir di Pengging, Jawa Tengah, 5 Juli
1943. Djoko Kirmanto menyelesaikan pendidikan sarjananya di Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tahun 1969 dan pasca sarjananya di
Land and Water Development, IHE-Delft, Belanda pada tahun 1977. Ia disebut-
sebut menteri tertua di KIB jilid II, yang kembali menempati posisinya sebagai
Menteri PU.
18. Darwin Zahedy Saleh, S.E., M.BA Saat ini, Darwin masih menjabat Ketua Bidang
Ekonomi dan Keuangan DPP Partai Demokrat. Ekonom dari Universitas Indonesia
(UI) yang lahir di Riau, 29 Oktober 1960 ini, merupakan staf ahli Dekan Fakultas
Ekonomi UI dan sekaligus dosen FE UI. Dalam kabinet, Darwin menempati posisi
Menneg ESDM/Kepala Bappenas.
19. M.S. Hidayat Pria yang memiliki nama lengkap Mohamad Suleman Hidayat ini
lahir di Jombang, Jawa Timur, 2 Desember 1944. Ia adalah Ketua Kamar Dagang
dan Industri (KADIN) Indonesia periode 2004-2008 dan periode 2008-2012.
Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Real Estate Indonesia (1989-
1992) dan wakil ketua Federasi Real Estate Asia Pasifik (Asia Pacific Real Estate
Federation/APREF). Di kabinet KIB jilid II, M.S. Hidayat menjadi Menteri
Perindustrian.
7
Indra F. [email protected]
20. Prof. Gusti Muhammad Hatta Ia adalah pakar lingkungan yang juga Guru Besar
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Sosok yang dikenal sangat perhatian terhadap kondisi
lingkungan hidup di Indonesia ini meraih gelar profesornya dari Wageningen
University. Salah satu karya pria kelahiran Banjarmasin itu di bidang lingkungan
adalah menjadi salah seorang yang membidani lahirnya pusat penelitian
lingkungan hidup (PPLH) di Unlam. Dari PPLH Unlam tersebut, Hatta banyak
memberikan tambahan wawasan dan kritikan terhadap pemerintah tentang
pengelolaan lingkungan di Kalsel. Ia menempati posisi Menteri Negara Lingkungan
Hidup pada kabinet mendatang.
21. Suharna Surapranata Salah seorang anggota pendiri Partai Keadilan (PK) tahun
1998, yang kemudian berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu
kini masih menjabat Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS. Pria dengan
satu isteri dan 10 anak itu lahir di Bandung, 13 Desember 1955. Suharna
menyelesaikan pendidikan S1 di FMIPA UI dan S2 di Teknik Fisika ITB. Aktifis
masjid kampus ini pernah bekerja sebagai peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional
(Batan) dan Dosen FMIPA UI, serta mengikuti Pendidikan Kepemimpinan Nasional
Lemhanas KSA X tahun 2002. Suharna juga merupakan salah satu pendiri
Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI). Sejak berdiri tahun 2004,
MITI telah membangun jaringan di seluruh Indonesia dan luar negeri yang
mencakup lebih dari 300 ilmuwan doktor Indonesia di seluruh dunia, serta MITI-
Mahasiswa di 26 propinsi di seluruh Indonesia. Program utama yang dilancarkan
MITI adalah melakukan akselerasi pemanfaatan iptek di seluruh lini kehidupan
masyarakat dan industri, serta membantu pengembangan SDM Iptek Indonesia.
Suharna menempati posisi sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi
(Menristek).
22. Linda Agum Gumelar, S.IP Wanita bernama lengkap Linda Amalia Sari ini adalah
puteri mantan Menparpostel Achmad Tahir, yang juga istri dari tokoh nasional,
8
Indra F. [email protected]
mantan Menteri Perhubungan, Agum Gumelar. Linda Agum Gumelar masih
menjabat Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang merupakan
federasi dari organisasi kemasyarakatan wanita Indonesia, periode 2004-2009.
Selain itu, mertua dari pebulutangkis nasional Taufik Hidayat ini juga menjabat
Ketua Yayasan Keselamatan Payudara. Ia menempati posisi Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
23. Patrialis Akbar, S.H. Politisi senior dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang lahir di
Padang, 31 Oktober 1958 ini sudah cukup lama menggeluti dunia politik. Selain
piawai dengan dunia politik yang telah lama ditekuninya, praktisi hukum itu
dikenal menguasai masalah-masalah hukum dan hak asasi manusia (HAM). Ia
menjabat Menteri Hukum dan HAM pada KIB II.
24. Endang Rahayu Setyaningsih Ia menempati posisi sebagai Menteri Kesehatan
menggantikan Siti Fadilah Supari yang merupakan atasannya di Departemen
Kesehatan. Endang merupakan staf Litbang Menteri Kesehatan terdahulu dan juga
orang yang paling dekat dengan Namru-2 (Naval Medical Research Unit 2).
Keberadaan Namru-2 sempat menjadi kontroversi. Namru-2 pertama kali berada
di Indonesia pada tahun 1970 untuk meneliti virus-virus penyakit menular bagi
kepentingan Angkatan Laut AS dan Departemen Pertahanan AS. Kontrak Namru-2,
unit riset virus milik Angkatan Laut AS, dengan RI sudah habis sejak Januari 2000.
Endang sendiri sejak awal karirnya sudah menekuni bidang kesehatan. Pada 1979,
Endang lulus dengan predikat dokter dari FK UI. 20 tahun berselang, atau tepatnya
pada 1992, ia menyabet gelar Master of Public Health. Tak puas dengan apa yang
diraihnya, lima tahun kemudian atau pada 1997, Endang menyabet gelar doktor di
bidang sama di Harvard School of Public Health, Boston. Karir pendidikan Endang
yang cemerlang membawanya pada posisi Direktur di Center for Biomedical and
Pharmaceutical Research & Programme Development National Institute of Health
Research & Development-MOH. Posisi itu ia tempati pada Februari 2007.
9
Indra F. [email protected]
25. Gita Wirjawan Sosok profesional di bidang finansial ini dikenal memiliki
pengalaman menangani sejumlah usaha di bidang migas, seperti PT Ancora
International, konsultan di perusahaan finance investment GP Morgan dan
perusahaan private equity investment GoldmanSach. Ia juga merupakan salah satu
komisaris PT Pertamina. Gita menempati posisi Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM).
26. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. Pria kelahiran Lampung, 17 Mei 1962 ini adalah
Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Zulkifli menjadi calon
menteri ketiga dari PAN, setelah Hatta Radjasa dan Patrialis Akbar. Ia menjabat
Menteri Kehutanan.
27. Helmy Faisal Zaini Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini baru berusia 37
tahun, tepatnya lahir pada 1 Agustus 1972 di Desa Babakan, pinggiran kota
Cirebon, Jawa Barat. Di kalangan aktivis mahasiswa Jawa Timur era 1990-an,
Helmy yang saat itu tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Darul
Ulum, Jombang, merupakan salah seorang tokoh demonstran, selain aktif dalam
organisasi pers mahasiswa. Ketika warga Nahdlatul Ulama (NU) ingin mendirikan
partai sendiri, yang kemudian diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
Helmy pun terlibat di dalam proses tersebut sebagai anggota Komite
Pendeklarasian PKB pada tanggal 23 Juli 1998. Helmy mengisi pos Menteri Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal, yang pernah dijabat dua seniornya di PKB yakni
Saifullah Yusuf (kini Wakil Gubernur Jawa Timur) dan Muhammad Lukman Edy
(kini anggota Komisi V DPR ).
28. Dr. Ir. Mustafa Abubakar Pria kelahiran Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),
15 Oktober 1949 itu adalah Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Badan
Urusan Logistik (Bulog). Mantan Pelaksana Tugas Harian Gubernur NAD itu
menyelesaikan pendidikan S1 sampai S3 di Institut Pertanian Bogor. Ia pernah
menjadi Ketua Dewan Mahasiswa IPB Bogor, Ketua Ikatan Konsultan Indonesia
(Inkindo), juga pernah menjadi Ketua Masyarakat Perikanan Indonesia.
10
Indra F. [email protected]
Kesuksesan kepemimpinannya terbukti dalam penyelenggaraan Pilkada Gubernur
Provinsi NAD yang pertama di Indonesia dengan calon Independen pada tahun
2007. Mustafa menempati posisi sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
29. Suharso Monoarfa Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini lahir di
Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 31 Oktober 1954. Bendahara DPP PPP itu
menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dan pernah menjadi anggota Panitia
Anggaran DPR . Pada Pemilu 2009, ia kembali terpilih menjadi anggota DPR
periode 2009-2014. Suharso menjadi calon menteri kedua dari PPP setelah
Suryadharma Ali. Ia menempati posisi sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat.
30. Evert Ernest Mangindaan Mantan Pangdam VIII/Trikora ini lahir di Solo, 5 Januari
1944. Mantan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) periode 1995-2000 dikenal sebagai
pecinta sepakbola. Ia pernah menjadi pemain sepak bola PSM Makassar itu,
menjabat Manajer Timnas PSSI, dan anggota Dewan Kehormatan PSSI. Ketua
Komisi II DPR dari Partai Demokrat periode 2004-2009 itu menduduki posisi
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
31. Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc., Ph.D Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I ini lahir di Semarang, Jawa
Tengah, 16 Juni 1951. Alumnus Institut Teknologi Bandung tahun 1974 itu meraih
gelar MA dari University of Colorado at Boulder Main Campus, Colorado, USA,
1988. Gelar M.Sc. pada 1986 dan Ph.D (ekonomi mineral/sumber daya alam) pada
1988 diperolehnya dari Colorado School of Mines, Golden, Colorado, USA.
Teknolog dan ekonom ini mempunyai latar belakang pengalaman internasional,
khususnya dalam lingkup sumber daya alam, pertambangan dan energi. Purnomo
juga menyelesaikan Kursus Reguler Angkatan (KRA) XXV Lemhanas pada 1992
dengan penghargaan Wibawa Seroja Nugraha. Pada September 1998-Agustus
2000, Purnomo pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhanas).Di kabinet, ia menjadi Menteri Pertahanan.
11
Indra F. [email protected]
32. Fadel Muhammad Bernama lengkap Ir. H. Fadel Muhammad Al Haddar, pria yang
lahir di Ternate, Maluku, 20 Mei 1952 itu merupakan Gubernur Provinsi Gorontalo
sejak 10 Desember 2001. Pada Pilkada Gorontalo 2006, ia memperoleh 81 persen
suara. Perolehan suara itu merupakan yang tertinggi di Indonesia untuk pilkada
sejenis sehingga tercatat dalam rekor MURI sebagai peraih suara tertinggi di
Indonesia untuk pemilihan gubernur. Sebelum menjadi gubernur, Fadel dikenal
sebagai seorang pengusaha dan politisi. Kini, ia msih menjadi Ketua DPD I Partai
Golkar Provinsi Gorontalo. Fadel meraih gelar insinyur dari Jurusan Teknik Fisika,
Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1978. Ia juga merupakan salah
seorang pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan mantan
pemimpin Grup Bukaka yang juga didirikannya. Dalam kabinet, Fadel menempati
posisi Menteri Kelautan dan Perikanan.
33. Prof. Dr. Armida S Alisjahbana, S.E., M.A. Guru besar Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran Bandung itu lahir di Bandung, 16 Agustus 1960. Armida
adalah profesor ekonomi yang menjabat sebagai Wakil Dekan Fakutas Ekonomi
Unpad. Dia juga merupakan peneliti senior fakultas Ekonomi Unpad. Dia
memperoleh gelar doktor dari University of Washington, Seattle, Washington,
Amerika Serikat. Sarjana ekonomi Jebolan FEUI ini juga kerap menjadi konsultan di
sejumlah lembaga keuangan dunia, seperti Bank Dunia, juga di AusAid. Selain
sebagai pembimbing mahasiswa program S1, S2, dan S3 di kampusnya, ia juga
menjadi konsultan World Bank di bidang pendidikan, di Bappenas, di Badan Pusat
Statistik (BPS), staf ahli Departeman Keuangan dan Menteri Koperasi. Armida juga
kerap tampil sebagai pembicara di berbagai seminar dalam dan luar negeri. Di
kabinet, Armida S. Alisjahbana menduduki posisi Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.
34. 2.5cm Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu lahir di Tegal, Jawa Tengah,
20 April 1959. Suswono menyelesaikan S1 bidang Sosial Ekonomi Peternakan di
Institute Pertanian Bogor. Kemudian, gelar Magister Manajemen Agribisnis juga
12
Indra F. [email protected]
diperolehnya dari IPB. Selain mengajar di IPB, Suswono juga mengajar di
Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Kariernya sebagai politisi menanjak ketika
menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009 dari daerah pemilihan Jawa Tengah IX
(Kab. Tegal, Kota Tegal, Kab. Brebes) dan menjadi anggota Komisi IV yang
membidangi masalah pangan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan.
Pada periode itu, ia dipercaya menjadi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI. Suswono
diprediksi menjabat sebagai Menteri Pertanian menggantian Anton Apriyantono
yang juga berasal dari PKS.
35. Laksamana Madya (Purn) Freddy Numberi Pria yang lahir di Serui, Papua, 15
Oktober 1947 itu pernah menduduki sejumlah jabatan menteri sebelum posisi
terakhirnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada KIB jilid I. Setelah
pensiun dari dunia kemiliteran di TNI AL, Freddy menjabat sebagai Gubernur Irian
Jaya (sekarang Papua) pada tahun 1998. Dalam Kabinet Persatuan Nasional (1999-
2001) di bawah pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Freddy dipercaya
sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Di bawah pemerintahan
Megawati Soekarnoputri, Freddy dipilih sebagai Duta Besar Indonesia untuk Italia
dan Malta. Pada 2004, ia lalu dilantik sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Freddy Numberi kembali menempati posisi sebagai Menteri Perhubungan pada
kabinet mendatang.
36. Jenderal Pol (Purn) Sutanto Ketua Dewan Pembina Gerakan Pro SBY itu pernah
menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) sejak 8
Juli 2005 sampai 30 September 2008. Pria kelahiran Comal, Pemalang, Jawa
Tengah, 30 September 1950 itu adalah lulusan Akabri (kepolisian) terbaik tahun
1973. Sebelum menjabat Kapolri, Sutanto menjadi Kepala Badan Pelaksana Harian
(Kalakhar) Badan Narkotika Nasional. Ia juga pernah menjadi ajudan Presiden
Soeharto pada tahun 1995-1998, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatra
Utara (2000), dan Kapolda Jawa Timur (17 Oktober 2000-Oktober 2002). Sutanto
menjabat sebagai Kepala BIN.
13
Indra F. [email protected]
37. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto lahir di Purwokerto, 14 Maret 1947. Mantan
Menteri Pertambangan (1998-1999) ditetapkan sebagai Kepala BP-BRR Aceh Nias
(Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan
Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias,
Provinsi Sumatera Utara). Kuliah di jurusan Tehnik Industri ITB dan lulus 1972.
Setelah lulus, dia langsung diangkat menjadi dosen di almamaternya. Sebagai
dosen, dia pun memperdalam ilmunya di bidang industrial engineering di Stanford
University (1976). Lalu mendalami bidang civil engineering di universitas yang
sama (1977). Kemudian meraih gelar doktor dari ITB (1982) dengan disertasi
tentang analisa keputusan. Tak lama kemudian (1983) Kuntoro ditarik ke kantor
Sekretaris Negara menjadi staf ahli menteri muda UP3DN Ginanjar Kartasasmita
dan Pembantu Asisten Administrasi Menteri Sekretaris Negara RI Safaruddin
Husada (1984). Lima tahun kemudian (1988) dia diangkat menjabat Direktur
Utama PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tanjung Enim, Palembang.
Keberhasilannya memimpin Tambang Timah, kemudian mengantarkannya
dipercaya menjabat Dirjen Pertambangan Umum Deptamben (1993). Pada KIB II,
Kuntoro menempati posisi sebagai Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan.
Rekruitmen calon menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, sebenarnya
adalah proses rekruit mencalon menteri-menteri yang dilakukan oleh Presiden SBY.
Recruitment, melalui proses uji dan seleksi tersebut berangkat untuk menguji calon
menteri yang berasal dari dua latar belakang yang berbeda, yaitu berasal dari
para politikus dan para professional. Calon menteri dari latar belakang politikus berasal
dari partai politik yang sudah menyatakan berkoalisi secara terbuka dengan Partai
Demokrat, yaitu partai pemenang pemilu lalu. Calon menteri dari partai-partai yang
berkoalisi, berarti secara eksplisit menyatakan mendukung dan dapat bekerja sama
dengan presiden yang terpilih. Menteri-menteri merupakan pembantu presiden, sehingga
perlu dilakukan seleksi agar menteri yang terpilih memiliki “chemistry” dengan presiden-
apapun latar belakang partainya, diharapkan memiliki kinerja yang seirama dalam
14
Indra F. [email protected]
menjalankan program kerja presiden. Berbeda dengan proses rekruitmen calon menteri
pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I, pada saat itu JK sebagai wakil presiden
mempunyai bargaining positionyang kuat dalam menentukan gerbong cabinet. Dapat
dipastikan, pada proses “audisi” kali ini, Budiono sebagai wakil presiden tidak se-
powerfull JK dalam menentukan calon pembantu presiden tersebut. Publikasi proses
“audisi” calon menteri begitu gegap gempita, seakan ingin menjelaskan kepada
masyarakat bahwa proses rekruitmen dilakukan secara professional dan terbuka,
walaupun memang ada kesan “balas jasa” kepada para elit partai yang telah
memenangkan SBY dalam pertarungan pilpres. Untuk partai besar seperti PDIP yang tidak
menyatakan berkoalisi dengan partai pemenang pemilu kemungkinan besar tidak akan
ada kadernya yang mengikuti proses rekrutment. Ini berarti tidak ada calon menteri yang
berasal dari kader partai tersebut. Banyak yang mempertanyakan kompetensi dari para
calon menteri yang berasal dari para politikus. Dilain pihak, banyak juga kalangan
yang pesimis padaintegritas para calon menteri dari politikus, apakah bisa bekerja secara
professional sebagai menteri atau malah ”bermain mata” dengan kepentingan partai
politiknya, walaupun bisa saja dikemudian hari calon menteri tersebut mundur dari
jabatannya di partai politik.
Semakin banyak partai politik yang berkoalisi, maka semakin kuat dukungan
terhadap pemerintah. Tapi kekuasaan yang terlalu besar harus diimbangi oleh kekuatan
penyeimbang yang diharapkan dilakukan oleh partai politik yang tidak tergabung dalam
koalisi. Masyarakat berharap PDIP dan partai lainnya yang tidak tergabung dalam koalisi
bisa berperan sebagai kekuatan penyeimbang tersebut.Megawati diharapkan menjadi
ujung tombak dalam memperjuangkan ekonomi kerakyaan (yang selama ini dijanjikan
dalam kampanye pemilu lalu) untuk meng-counter program ekonomi Budiono dan Sri
Mulyani yang sering dicap sebagai ekonomi neo-liberal. Sosok Budiono sebagai Wakil
Presiden suatu saat sangat menentukan,terutama bila Presiden tidak dapat menjalankan
tugas-tugas kepresidenannya. Tidak ada yang menyangsikan kompetensinya dibidang
ekonomi, tetapi apakah bisa bekerja sama dengan seluruh menteri-menteri
yang dipilih oleh Presiden – hal ini penting mengingat terlihat begitu mendominasinya
15
Indra F. [email protected]
Presiden SBY dalam proses audisi calon-calon menteri tsb. Presiden SBY kemungkinan
besar akan bekerja secara powerfull, mengingat dukungan koalisi partai politik dan
menteri-menteri yang dipilihnya secara langsung. Ini berbeda bila “suatu saat” Wapres
Budiono – seorang profesional harus menggantikan Presiden SBY, tidak ada jaminan
mendapat dukungan dari koalisi partai pendukung Presiden SBY baik dukungan dari
kabinet maupun dari DPR.
Bisa diperkirakan, bila Wapres Budiono harus menggantikan Presiden SBY karena
alasan tidak dapat melanjutkan tugas-tugas kepresidennya, akan terjadi tarik-menarik
kekuasaan. Akibatnya bisa sangat mengerikan : koalisi partai akan pecah yang berakibat
dukungan terhadap pemerintahan akan melemah. Pada saat itu, kekacauan di tingkat elit
politik akan mempengaruhi arah pembangunan ekonomi, pada akhirnya akan dirasakan
oleh rakyat banyak. Kondisi yang tidak stabil dapat menyebabkan
tingkat kepercayaan investor akan turun tajam dan berdampak pada investasi yang
berkurang.
Berdasarkan pengamatan saya, begitu banyak pos-pos menteri yang
penempatannya bernuansa politis dan bukan berdasarkan keahlian. Sebagai contoh
adalah Menko Perekonomian yang diduduki Hatta Rajasa. Beliau adalah nama yang
sangat berperan dalam pemenangan pasangan SBY - Boediono dalam Pemilu 2009 lalu
sehingga baliau yang sebelumnya menjabat Menteri Sekretaris Negara ini diikutsertakan
dalam Kabinet SBY jilid dua ini. Masalahnya, dengan latar belakang pendidikan serta
pengalaman dan karirnya yang tidak berhubungan dengan bidang ekonomi, maka posisi
yang diberikan kepadanya saat ini mengundang tanda tanya besar, mengingat Indonesia
saat ini masih dalam tahap pemulihan dampak krisis ekonomi global.Dalam keadaan
seperti ini, seharusnya yang dipilih sebagai Menko Perekonomian adalah seorang ahli
ekonomi yang mengerti secara mendasar teori dan praktek ekonomi makro dan mikro,
bukan seorang ahli teknik yang juga seorang pengusaha.
Namun demikian, dipilihnya Hatta Radjasa sebagai Menko Perekonomian secara
matematika politik akan menguntungkan posisi Pemerintah, khususnya dalam
16
Indra F. [email protected]
memperjuangkan undang-undang kebijakan ekonomi pemerintah khususnya APBN di
DPR, sebab karakter Hatta sebagai seorang yang dapat diterima kehadirannya oleh
banyak partai politik walaupun ia adalah tokoh PAN, ditambah lagi dengan
kehandalannya dalam melakukan lobi membuat Hatta mempunyai pengaruh yang cukup
kuat dan disegani para legislator.
Contoh kejanggalan berikutnya adalah dipilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih
sebagai Menteri Kesehatan (secara tiba-tiba, mengingat yang mengikuti tes sampai tahap
akhir adalah Nila Juwita Anfasa Muluk). Endang adalah seorang dokter lulusan FKUI tahun
1979 dengan titel Doktoral dari Harvard University, Amerika Serikat. Track recordnya di
Departemen Kesehatan terbilang biasa saja, jabatan terakhirnya hanyalah pejabat eselon
II di Litbang Depkes. Melalui sebuah telewicara di sebuah stasiun televisi dengan Siti
Fadhilah Supari (Menteri Kesehatan Kabinet sebelumnya) terungkap, bahwa Endang
adalah satu dari dua orang Depkes yang dipercaya Namru (Naval Medical Research Unit,
badan penelitian medis militer Amerika Serikat) untuk memiliki akses masuk bebas ke
instalasi mereka. Dari telewicara tersebut, terungkap pula bahwa Endang merupakan
pejabat Depkes yang mempunyai "kebijakan yang berbeda" mengenai penanganan virus
Flu pandemi, yang membuatnya "dimasukkan kembali ke kotak" ke posisi asalnya yaitu
Litbang Depkes oleh Siti Fadhilah Supari.
Dari hal tersebut bisa ditarik benang merah bahwa alasan paling logis untuk
pemilihan Endang adalah ia merepresentasikan kedekatan dengan Amerika Serikat,
karena seperti yang Endang katakan dalam sebuah wawancara media online beberapa
saat setelah pengumuman tersebut, penunjukkan dirinya bagaikan mimpi. Eselon dua,
"terbuang" karena kasus Namru, ditambah lagi Litbang bukan merupakan posisi strategis
untuk seseorang dapat ditunjuk sebagai menteri karir.
Tapi yang paling menjadi pertanyaan bagi saya adalah alasan pemilihan Purnomo
Yusgiantoro sebagai Menteri Pertahanan. Selama ini Purnomo dikenal sebagai seorang
ahli teknik dan ekonom yang mempunyai latar belakang pengalaman dan jabatan
internasional, khususnya dalam lingkup sumber daya alam, pertambangan dan energi.
Latar belakang pendidikan maupun karir yang berkaitan dengan pertahanan nasional
hanyalah Kursus Reguler Angkatan (KRA) Lembaga Ketahanan Nasipnal (Lemhanas) XXV 17
Indra F. [email protected]
yang kemudian membawanya menjadi Pengajar berbagai kursus kepemimpinan di
Lemhanas, Seskogab, Sespanas, dan Kursus Atase Pertahanan Dephankam. Ia juga pernah
dipercaya masuk dalam Kelompok Kerja Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional
(Wanhankamnas), dalam mempersiapkan GBHN PELITA VII, serta menjadi Wakil Gubernur
Lemhannas, periode September 1998 - Agustus 2000. Namun demikian sebagian besar
track recordnya ada di bidang ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam.
Masih banyak nama lain yang bisa dipertanyakan kapabilitasnya. Namun secara
garis besar, saya melihat ada tiga faktor yang menjadi dasar pemilihan para "menteri
tanda tanya" tersebut. Satu, imbalan SBY atas komitmen politik parpol dalam
pemenangannya. Dua, posisi atau pengaruh yang membawa keuntungan bagi
pemerintah, khususnya dalam rangka memuluskan program-program pemerintah baik ke
dalam maupun luar negeri. Tiga, kedekatan dengan pribadi SBY.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wahdah.or.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan_politik
http://www.ahmadheryawan.com/kolom/94-kolom/3840-kekuasaan-politik.html
Koran kompas tanggal 15 oktober sampai 30 oktober 2009
18