Komponen Darah
-
Upload
patrycia-anugerah -
Category
Documents
-
view
15 -
download
6
description
Transcript of Komponen Darah
Komponen Darah
a) Whole blood
Darah lengkap adalah unit darah selengkapnya yang diperoleh dari donor tanpa ada
pemisahan komponennya baik sel maupun non sel. Darah lengkap (whole blood) biasanya
disediakan hanya untuk transfusi pada perdarahan masif. Satu unit darah lengkap (450-540
ml) mengandung pengawet 60 ml CPDA-1 atau CP2D dengan kadar hematokrit 30-40%
dapat menaikkan kadar Hb resipien 1 gr%.Ketentuan standar jumlah darah 450 kurang lebih
45 ml diberi anti-koagulan / pengawet eritrosit. Modifikasi whole blood yaitu dipisahkan
kriopresipitat dan atau trombositnya.9,11
Antikoagulan yang dipakai adalah yang mengandung dekstrose. Dekstrose diperlukan
untuk nutrisi eritrosit. Contoh:12
i. Citrate ² Phosphate ² Dextrose / CPD
ii. Acid ² Citrate ² Dextrose / ACD ( dengan CPD atau ACD ini darah dapat disimpan sampai
21 hari)
iii. Citrate ² Phosphate ² Dextrose ² Adenine ² 1/CPDA-1 (dengan penambahan adenine darah
dapat disimpan sampai 35 hari). Dikenal antikoagulan CPDA-2, CPDA-3 yang mengandung
adenine dan dekstrose lebih tinggi daripada CPDA-1 sehingga eritrosit pekat dapat diawetkan
sampai 7 minggu.
iv. CPD + AS-1 / AS-2 (AS = additive solution yang terdiri dari salin, desktrose, manitol,
adenine)
v. Citrate ² Phosphate, Double Dextrose + AS (terdiri dari salin, dekstrose, adenine).
vi. Heparin : tidak ditambah destrose, sehingga usia simpan hanya sampai 48 jam.
Penyimpanan
i. Temperatur penyimpanan
Setelah darah diambil dari donor segera disimpan pada suhu antara 1-60C. Pada suhu
sekitar ini glikolisis terjadi secara perlahan-lahan. Suhu penyimpanan terbaik ialah 40C,
karena pada suhu ini asam laktat yang terbentuk akan sangat menurunkan pH dan fungsi
enzim heksokinase serta fosfofruktokinase sehingga glikolisis terhenti. Di bawah 10C maka
karena efek dari dekstrose eritrosit akan membengkak, menjadi sangat fragil dan cenderung
hemolisis. Di atas suhu 60C bakteri akan berkembang biak, sehingga umur hidup eritrosit
menjadi lebih pendek.12
ii. Efek samping penyimpanan
Setelah disimpan maka store whole blood tidak lagi mengandung granulosit &
trombosit yang dapat berfungsi, demikian juga faktor pembekuan yang labil (faktor V, VII)
menjadi rusak. Darah yang diambil dari donor harus diperiksa lengkap selain golongan darah,
deteksi antibodi, juga tes untuk penyakit menular yang memerlukan waktu cukup lama untuk
melakukannya, sehingga darah harus disimpan. Di samping itu tidak ada indikasi kuat yang
menyokong keharusan menggunakan fresh whole blood / darah segar untuk ditransfusikan
kepada resipien. Darah ini mengandung leukosit yang masih mampu berfungsi membunuh
bakteri, oleh karenanya bila memang sangat diperlukan darah segar maka dapat dibiarkan
pada temperatur kamar dalam waktu singkat, namun hal ini tidak direkomendasikan.12
Tabel 1. Klasifikasi darah lengkap menurut lamanya penyimpanan2
Darah lengkap Lama Penyimpanan
Segar < 48 jam
Baru <6 hari
Biasa 35 hari
Indikasi penggunaan whole blood:9
i. Pada penderita dengan kehilangan darah sangat banyak/berat (mencapai 25-30 %), sehingga
menimbulkan gejala hipovilemi/syok. Pada keadaan iniwhole blood diperlukan untuk
mengembalikan atau memelihara volume darah dan kapasitas mengangkut oksigen.
ii. Pada keadaan dimana diperlukan pengembalian volume darah yang seimbang/sama
pentingnya dengan komponen seluler.
iii. Untuk transfusi tukar (exchange transfusion) pada bayi baru lahir.
Kontra indikasi:9
i. Penderita dengan anemia kronik yang berat dimana telah terjadi kompensasi terhadap
penurunan sel darah merah yaitu dengan terjadinya peningkatan volume plasma /
peningkatan cardiac output sehingga kebutuhan O2 jaringan dapat dipenuhi (anemia
normovolemik). Penderita ini tidak memerlukan plasma yang ada dalam whole blood,
sehingga dapat terjadi kelebihan volume yang memungkinkan bahaya udem paru dan payah
jantung.
ii. Penderita yang hanya memerlukan pengembalian volume plasma, makawhole
blood merupakan kontraindikasi mengingat plasma mungkin mengandung mikroorganisme
yang menular
Fungsi fresh whole blood
Penggunaan fresh whole blood tanpa pendingin dibandingkan dengan sel darah merah
pada pasien trauma yang membutuhkan transfusi masif telah direncanakan dengan maksud
mengatasi koagulopati. Pendekatan ini memiliki masalah besar pada logistiknya. Kebanyakan
bank darah memproses hampir semua unit whole blood ke dalam komponen darah, dan pada
kasus darurat, fresh whole blood tidak tersedia, terutama dalam jumlah banyak. Selain itu, di
beberapa negara telah menginmplementasikan leukodeplesi universal, contohnya semua unit
darah mengalami leukodeplesi sebelum penyimpanan, whole blood yang mengalami
leukodeplesi tidak bisa lagi disebut ‘whole blood’ karena hampir semua platelet dan beberapa
faktor pembekuan terbuang ketika proses filtrasi leukosit. Karena itu, penggunaan fresh
whole blood tidak dapat memperbaiki koagulopati karena perdarahan masif dan merupakan
tindakan yang jarang dilakukan. Selain itu, penggunaan fresh whole blood akan menghalangi
tes skrining yang adekuat, yang akan menurunkan keamanan transfusi darah. Jelasnya,
tindakan transfusi untuk pasien dengan perdarahan yang mengancam jiwa masih belum ideal.
Ada batas pada apa yang dapat dicapai dengan terapi penggantian komponen darah pada
pasien trauma dengan pendarahan tak terkendali.13
b) Sel darah merah
Biasa juga disebut PRC (packed red blood cells), mengandung konsentrat eritrosit
dari whole blood yang disentrifugasi atau dengan metode apheresis. Satu unit PRC berisi 240-
340 ml dengan hematokrit 75-80% dan Hb 24 gr/dl. Untuk menaikkan Hb 1 gr/dl diperlukan
PRC 4ml/kg atau 1 unit untuk menaikkan kadar Ht 3-5%.9,10
Dosis pada dewasa tergantung kadar hemoglobin semasa dan yang akan dicapai. Satu
kantong akan menaikkan kadar hemoglobin resipien sekitar 1 g/dL. Pada neonatus, dosisnya
10-15 mL/kgBB akan meningkatkan kadar hemoglobin 3 g/dL. Kadar hemoglobin akhir
dapat diperkirakan dengan rumus berikut:10
Kadar hemoglobin akhir = volume darah x hematokrit x 0,91
Sel darah merah diberikan apabila:14
i. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7
g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat
diterima.
ii. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.
iii. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi
tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transpor oksigen lebih tinggi
(contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).
iv. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila
tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada anemia bayi
prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan
suplementasi oksigen, batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.
Rasional:
Transfusi satu unit darah lengkap (whole blood) atau sel darah merah pada pasien
dewasa berat badan 70 kg yang tidak mengalami perdarahan dapat meningkatkan hematokrit
kira-kira 3% atau kadar Hb sebanyak 1 g/dl. Tetapi,kadar Hb bukan satu-satunya faktor
penentu untuk transfusi sel darah merah. Faktor lain yang harus menjadi pertimbangan adalah
kondisi pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit
yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi.14
Banyak transfusi sel darah merah dilakukan pada kehilangan darah ringan atau
sedang, padahal kehilangan darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas perioperatif. Meniadakan transfusi tidak menyebabkan keluaran (outcome)
perioperatif yang lebih buruk.9 Beberapa faktor spesifik yang perlu menjadi pertimbangan
transfusi adalah:14
i. Pasien dengan riwayat menderita penyakit kardiopulmonal perlu transfusi pada batas
kadar Hb yang lebih tinggi.
ii. Volume darah yang hilang selama masa perioperatif baik pada operasi darurat maupun
elektif, dapat dinilai secara klinis dan dapat dikoreksi dengan penggantian volume yang tepat.
iii. Konsumsi oksigen, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab antara lain adalah
demam, anestesia dan menggigil. Jika kebutuhan oksigen meningkat maka kebutuhan untuk
transfusi sel darah merah juga meningkat.
Pertimbangan untuk transfusi darah pada kadar Hb 7-10 g/dl adalah bila pasien
akan menjalani operasi yang menyebabkan banyak kehilangan darah serta adanya gejala
dan tanda klinis dari gangguan transportasi oksigen yang dapat diperberat oleh anemia.14
Kehilangan darah akut sebanyak <25% volume darah total harus diatasi dengan
penggantian volume darah yang hilang. Hal ini lebih penting daripada menaikkan kadar Hb.
Pemberian cairan pengganti plasma (plasma subtitute) atau cairan pengembang plasma
(plasma expander) dapat mengembalikan volume sirkulasi sehingga mengurangi kebutuhan
transfusi, terutama bila perdarahan dapat diatasi.14
Pada perdarahan akut dan syok hipovolemik, kadar Hb bukan satu-satunya
pertimbangan dalam menentukan kebutuhan transfusi sel darah merah. Setelah pasien
mendapat koloid atau cairan pengganti lainnya, kadar Hb atau hematokrit dapat digunakan
sebagai indikator apakah transfusi sel darah merah dibutuhkan atau tidak.14
Sel darah merah diperlukan bila terjadi ketidakseimbangan transportasi oksigen,
terutama bila volume darah yang hilang >25% dan perdarahan belum dapat
diatasi. Kehilangan volume darah >40% dapat menyebabkan kematian. Sebaiknya hindari
transfusi darah menggunakan darah simpan lebih dari sepuluh hari karena tingginya potensi
efek samping akibat penyimpanan. Darah yang disimpan lebih dari 7 hari memiliki kadar
kalium yang tinggi, pH rendah, debris sel tinggi, usia eritrosit pendek dan kadar 2,3-
diphosphoglycerate rendah.14,15
Pertimbangan dalam memutuskan jumlah unit transfusi sel darah merah:14
i. Menghitung berdasarkan rumus umum sampai target Hb yang disesuaikan dengan
penilaian kasus per kasus.
ii. Menilai hasil/efek transfusi yang sudah diberikan kemudian menentukan kebutuhan
selanjutnya.
Pasien yang menjalani operasi dapat mengalami berbagai masalah yang menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen, seperti kenaikan katekolamin, kondisi yang tidak stabil atau
nyeri. Penurunan penyediaan oksigen juga dapat terjadi seperti hipovolemia dan hipoksia.
Tanda dan gejala klasik anemia berat (dispnea, nyeri dada, letargi, hipotensi, pucat,
takikardia, penurunan kesadaran) sering timbul ketika Hb sangat rendah. Tanda dan gejala
anemia serta pengukuran transportasi oksigen ke jaringan merupakan alasan transfusi yang
lebih rasional.16