Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

26
J Anaesth Clin Pharmacol 2010; 26 (1):39-44 Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- Penelitian Prospektif dari 5000 kasus Abraham A. A., Riyan shetty, Manju Ninan Abstrak Latar Belakang: Anestesi spinal sudah mulai dikenal selama 40 sampai dengan50 tahun karena sederhana, cepat, reliable, murah, dan memiliki sedikit komplikasi. Pada section caesaria terdapat paparan minimal obat depresi terhadap fetus. Ibu tetap bangun dan bahaya aspirasi minimal. Pasien dan Metode: Kami mengerjakan penelitian prospektif di tahun 2004 pada 5000 kasus anestesi spinal untuk komplikasi akhir. Masalah yang terjadi seperti bradikardia, hipotensi, mual muntah, dan kegagalan menganestesi blok sebagian menjadi kriteria eksklusi. Hasil dan Kesimpulan: Sebagian besar pasien (77, 56 %) tinggal di rumah sakit sampai hari ke delapan, 6, 18% pasien tinggal di rumah sakit lebih dari 10 hari karena berbagai operasi dan komplikasi medis. Kami tidak pernah memperoleh kasus tunggal komplikasi dari infeksi atau 1

description

J Anaesth Clin Pharmacol 2010; 26 (1):39-44Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- Penelitian Prospektif dari 5000 kasusAbraham A. A., Riyan shetty, Manju Ninan Abstrak Latar Belakang: Anestesi spinal sudah mulai dikenal selama 40 sampai dengan50 tahun karena sederhana, cepat, reliable, murah, dan memiliki sedikit komplikasi. Pada section caesaria terdapat paparan minimal obat depresi terhadap fetus. Ibu tetap bangun dan bahaya aspirasi minimal. Pasien dan Metode: Kami mengerja

Transcript of Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Page 1: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

J Anaesth Clin Pharmacol 2010; 26 (1):39-44

Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- Penelitian

Prospektif dari 5000 kasus

Abraham A. A., Riyan shetty, Manju Ninan

Abstrak

Latar Belakang: Anestesi spinal sudah mulai dikenal selama 40 sampai dengan50

tahun karena sederhana, cepat, reliable, murah, dan memiliki sedikit komplikasi. Pada

section caesaria terdapat paparan minimal obat depresi terhadap fetus. Ibu tetap

bangun dan bahaya aspirasi minimal.

Pasien dan Metode: Kami mengerjakan penelitian prospektif di tahun 2004 pada

5000 kasus anestesi spinal untuk komplikasi akhir. Masalah yang terjadi seperti

bradikardia, hipotensi, mual muntah, dan kegagalan menganestesi blok sebagian

menjadi kriteria eksklusi.

Hasil dan Kesimpulan: Sebagian besar pasien (77, 56 %) tinggal di rumah sakit

sampai hari ke delapan, 6, 18% pasien tinggal di rumah sakit lebih dari 10 hari karena

berbagai operasi dan komplikasi medis. Kami tidak pernah memperoleh kasus

tunggal komplikasi dari infeksi atau komplikasi neurologis. Kami memperoleh 11

kasus sakit kepala spinal (0, 22%). Sekali pasien keluar dari rumah sakit sehingga

sulit untuk megunjungi mereka. Oleh karena itu, kami membatasi penelitian pada

lamanya tinggal di rumah sakit. Pada penelitian kami, 83 % pasien tinggal di rumah

sakit 8 sampai dengan 10 hari.

Kata kunci: Anestesi spinal, komplikasi, post dural puncture headache (PDPH)

cerebro spinal fluid (CSF), komplikasi infeksi.

1

Page 2: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Anestesi spinal berkembang pada akhir tahun 1800an. Pada awal tahun 1900an

terdapat sejumlah laporan mengenai anestesi spinal menggunakan jarum bor besar.

Keluhan sakit kepala dilaporkan pada 50 % pasien.

Kepopuleran anestesi spinal semakin berkurang pada tahun 1940an seiring adanya

beberapa laporan mengenai kerusakan neurologis. Di tahun 1936, Brock, Bell, dan

Davidson menguraikan tujuh pasien yang mengalami berbagai komplikasi neurologis

setelah memperoleh anestesi spinal. Komplikasi tersebut meliputi meningitis aseptic,

poliencefalitis, radikulits lumbal, sindrom cauda equine dan mielitis transversal.

Pada tahun 1937, Macdonald Critchley memimpin diskusi tentang sindrom

neurologis post spinal di Royal Society of Medicine, termasuk di dalamnya sindrom

cauda equine dan conus medularis dengan inkontinensia atau retensi urin dan

radikulomielitis dengan paraplegia lemah. Di tahun 1945, Kennedy Somberg dan

Goldberg melaporkan tiga kasus arachnoiditis spinal.

Publikasi paling merugikan yang diperoleh anestesi spinal pada kasus Wooley dan

Ros. Pada kasus tersebut, keduanya menjadi paraplegia setelah dianestesi spinal di

Royal Hospital di London pada 13 Oktober 1947. Keduanya dianestesi oleh dr.

Malcolm Graham menggunakan anestesi local dan teknik yang sama. Kontaminasi

fenol melalui retakan kecil pada ampul cinchocain disebut-sebut sebagai penyebab

terjadinya komplikasi pada saat itu. Padahal, beberapa tahun kemudian. Kontaminasi

syringe dan jarum dengan solusio acid descaler yang digunakan pada sterizer

disarankan sebagai penyebab.

Sekarang dengan teknik sterilisasi yang lebih baik, pelatihan yang lebih baik, dan

jarum yang lebih kecil, komplikasi anestesi spial telah menurun drastis.

Pasien dan Metode

Penelitian prospektif ini berhubungan dengan institusi kami dari tahun 2004 dan

seterusnya hingga mencapai 5000 kasus. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah

2

Page 3: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

kasus rutin dan emergensi. Kombinasi spinal epidural tidak dimasukkan dalam

penelitian. Pasien dengan riwayat alergi anestesi local, penyakit perdarahan, penyakit

neurologis, sepsis local dimasukkan dalam kriteria eksklusi.

Setelah menulis inform consent, semua pasien dievaluasi secara klinis dan anamnesis

ulang preoperatif.

Pada kasus rutin, guidline standar NPO diikuti. Pada malam sebelum operasi, pasien

diberi ranitidine tablet 150 mg. Injeksi petidin 1mg/kgBB im diberikan 1 jam

sebelum operasi.

Setelah menempatkan monitor noninvasif, pasien diberi preload cairan 500-1000 ml

normal saline atau dextrose 5 % normal saline melalui kanul 18 G. Pada keadaan

aseptic, anestesi blok subarachnoid dilakukan pada posisi tubuh miring kanan atau

kiri pada L2- L3, L3-L4, L5-L6 setelah diinfiltrasi local. Kami menggunakan jarum

Quincke 23 atau 25 G secara acak. Kami biasanya menggunakan pedekatan dari garis

tengah tubuh. Ketika terdapat kesulitan dalam mendapatkan spinal tap, digunakan

pendekatan dari lateral. Ujung jarum dijaga tetap parallel dengan aksis panjang

spinal.

Pasien yang operasi hanya pada satu anggota badan dijaga posisinya dalam keadaan

lateral selama 5 menit dengan bagian tubuh yang berkaitan berada di bawah. Pada

sebagian besar kasus, kami menggunakan bupivakain 0,5 %. Xilokain 5 % digunakan

hanya pada operasi yang tidak membutuhkan waktu lama.

Kami merawat pasien di PACU sampai blok sensori hilang dan kekuatan motorik

normal kembali. Pasien diobservasi menggigil atau tidak, jika ada nyeri segera diberi

analgesik. Pasien dipindah ke bangsal setelah vital sign stabil. Pasien diobservasi dan

dievaluasi ada tidaknya gejala dan tanda komplikasi seperti sakit kepala, muntah,

nyeri sensorik atau deficit motorik, demam yang tidak diketahui penyebabnya, dan

lain-lain.

3

Page 4: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Hasil

Kami tidak mendapatkan adanya komplikasi seperti spinal total, perdarahan

subarachnoid, atau henti jantung mendadak. Demikian juga, kami tidak menemukan

komplikasi karena infeksi seperti abses kutaneus, abses epidural, atau meningitis

aseptik. Efek neurotoksik seperti meningismus, arachnoiditis, sindrom kauda equine,

mielitis, neuropati perifer juga tidak didapatkan.

Pada 124 pasien berkembang kesulitan dalam buang air kecil ketika sudah berada di

bangsal setelah operasi. Empat puluh enam pasien dapat buang air kecil setelah

meletakkan kantong air hangat pada wilayah kantong kemih atau setelah meminta

pasien ke toilet, 78 pasien dipasang kateter. Paralisis kantong kemih dapat terjadi

akibat paresis lama pada musculus detrussor oleh anestesi lokal, tetapi dapat juga

karena pembesaran prostat pada orangtua, menggunakan opiat, dan kesulitan

berpindah dari tempat tidur. Karena paralisis kantong kemih tidak dapat secara

langsung dihubungkan dengan anestesi spinal, kami mengeksklusi paralisis kantong

kemih sebagai komplikasi anestesi spinal.

Pada 11 pasien terjadi sakit kepala spinal. Pada 11 pasien tersebut, kami

menggunakan jarum 23 G dan pendekatan pada garis tengah tubuh. Dari 11 pasien, 3

(27,2%) perempuan, 8 (72,8%) laki-laki. Enam pasien berumur antara 21 sampai

dengan 30 tahun (54,5%) dan lima pasien berumur antara 31 sampai dengan 40 tahun

(45,5%). Semua pasien dengan kategori ASA I-II. Pada enam pasien hanya sekali

penginsersian jarum ke spinal, tiga pasien membutuhkan dua kali penginsersian

jarum, dan dua pasien membutuhkan tiga kali penginsersian jarum ke spinal.

Semua pasien tidak mempunyai riwayat sakit kepala atau anestesi spinal sebelumnya.

Untuk menangani penyebab sakit kepala, kami melakukan konsultasi medis dan ENT.

Tiga pasien hanya mengalami sakit kepala ringan. Satu pasien pada hari pertama

setelah operasi dan dua lainnya pada hari kedua. Sakit kepala pada bagian frontal dan

occipital terjadi saat bangun dari tempat tidur dan mereda dengan kembalinya pasien

4

Page 5: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

dalam posisi berbaring. Dari tiga pasien tersebut diterapi dengan brufet tablet dan

pasien disuruh untuk banyak minum. Sakit kepala membaik setelah dua sampai tiga

hari terapi.

Pada salah satu pasien keluhan sakit kepala langsung dirasakan setelah pasien

dipindah ke PACU (selama dua jam). Kaki tempat tidur pasien ditinggikan untuk

meningkatkan aliran darah. Pasien diminta untuk banyak minum setelah pasien

dipindah ke bangsal perawatan post operasi dan diberikan injeksi diclofenac 75 mg.

Delapan pasien lainnya mengeluh sakit kepala post operasi setelah pindah ke bangsal

selama satu sampai dengan tiga hari. Sakit kepala frontal atau occipital menjalar ke

punggung dan bahu. Mereka menjadi memiliki riwayat derajat mual, muntah, vertigo,

dan gelisah yang membaik dengan posisi berbaring. Satu pasien mengeluh diplopia.

Semua pasien diterangkan tentang penyebab sakit kepala dan juga bertujuan

menenangkan pasien. Semua pasien diterapi dengan obat antiinflamasi per oral dan

cairan intravena. Dari semua pasien tidak ada yang membutuhkan epidural blood

patch. Keluhan sakit kepala semua pasien membaik dalam waktu 5 sampai dengan 10

hari.

5

Page 6: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Tabel 1. Data 11 pasien yang mengalami sakit kepala spinal

No.

Umur

Jenis kelamin

ASA Ukuran

Usaha Mulai sakit kepala

pendekatan

Penyelesaian

Jenis operasi Gejala yang berhubungan

komentar

1.

2.

3.

4.

5.

6.7.

8.9.10.

11.

32

25

30

29

32

2535

403525

23

M

M

M

M

M

MM

MFF

F

1

1

1

1

1

11

111

1

23

23

23

23

23

2323

232323

23

1

1

1

2

1

33

121

1

2 hari

1 hari

2

3 jam

1

31

222

1

M

M

M

M

M

MM

MMM

M

2

2

3

5

5

64

546

5

Hidrocel

Sistolitotomi

Varikoselektomi

Hidrocel

Patella wiring

Varicose veinHernia

HerniaHisterectomyOvarian cystectomyLSCS

Sakit kepala ringan

mual muntah

VertigoGelisah

Diplopia

Sakit kepala ringanSakit kepala ringan

Mulai selama 3 jamPembedahan emergensi

Pembedahan emergensi

6

Page 7: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Tabel 2. Distribusi Pasien Meliputi Umur, Jenis Kelamin, Umur, Jenis Operasi,

Status Fisik, dan Departemen

Variabel Jumlah Persentase (%)

I. UMUR

<20

21-30

31-40

41-50

51-60

61-70

>70

108

640

1492

1010

600

730

420

2,16

12,8

29,84

20,2

12

14,6

8,4

II. JENIS KELAMIN

Laki-laki 3256 65,12

Perempuan 1744 34,88

III. JENIS OPERASI

Elektif 4036 80.72

Non-elektif 964 19,28

IV. STATUS FISIK

ASA I 2039 40,78

II

III

IV

1920

985

56

38,4

19,7

1,18

V. DEPARTEMEN

Bedah Umum 1846 36,92

Ortho 1920 38,4

Urologi 1025 20,5

Obsgyn 661 13,22

7

Page 8: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Tabel 3. Distribusi Pasien Meliputi Ukuran Jarum, Pendekatan, Jumlah Tusukan,

Obat yang Digunakan, Waktu Berkemih, dan Lama Rawat Inap

Variabel Jumlah Persentase (%)

VI. UKURAN JARUM

23

25

4424

576

88,48

11,52

VII. PENDEKATAN

Garis tengah tubuh

Lateral

4984

16

99,68

0,32

VIII. JUMLAH TUSUKAN

Single

Multiple

4577

423

91,54

8,46

IX. OBAT YANG DIGUNAKAN

Bupivacain

Lignocain

4790

210

95,8

4,2

X. PENGELUARAN URIN

Kateter in situ

Tanpa bantuan

Dengan bantuan

Kateter

2352

2524

46

78

47,04

50,48

0,92

1,56

XI. LAMA RAWAT INAP

1-2 hari

3-7 hari

8 hari

>10 hari

272

541

3878

309

5,44

10,82

77,56

6,18

8

Page 9: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Tabel 4. Penelitian Prospektif pada Komplikasi Akhir Anestesi Spinal di Fakultas

Kedokteran Yanepoya, Mangalore

Serial No. Tanggal

Nama :

I. Umur 18-20

51-60

21-30

61-70

31-40

>70

41-50

II. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

III. Tipe Elektif Emergensi

IV. Status Fisik ASA I ASA II ASA III ASA IV

V. Departemen Bedah umum Ortho Urologi Obsgyn

VI. Ukuran jarum 23 25

VII. Pendekatan Garis tengah

tubuh

Lateral

VIII. Jumlah tusukan Single Multiple

IX. Obat yang

digunakan

Bupivacain Lignocain

SETELAH PINDAH KE BANGSAL POST OPERASI

Waktu sadar kembali 4 jam 5 jam 6 jam 7 jam 8 jam

Tingkat sensorik T10 L1

Fungsi motorik 0 1 2 3 4 5

X. Urine Kateter in situ

Dengan bantuan

Tanpa bantuan

Kateterisasi

BAB 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari

XI. Waktu rawat inap

yang dibutuhkan

setelah dianestesi

<5

10

6

>10

7 8 9

Diskusi

9

Page 10: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Pada tahun 1898, Bier melakukan anestesi spinal pada dirinya sendiri dan

menderita sakit kepala hebat yang baru menghilang setelah 9 hari. Dia berpendapat

bahwa keluarnya liquor cerebrospinal (LCS) melalui injeksi dural menyebabkan

penurunan tekanan LCS, tekanan di otak dan meninges. Akibatnya terjadi penarikan

pada pembuluh yang sensitif. Menurunnya LCS menyebabkan dilatasi vena yang

terkompensasi. Bertentangan dengan doktrin Monro Kellie. Doktrin Monro-Kellie

menyatakan bahwa volume otak, LCS dan darah intrakranial berjumlah konstan.

Dilatasi vena juga merupakan penyebab sakit kepala tersebut.

Angka kejadian sakit kepala pasca pungsi dural tercatat sebesar 66% pada

tahun 1898. Angka yang cukup tinggi ini kemungkinan besar disebabkan oleh

penggunaan jarum berukuran besar, prosedur yang kurang tepat, potongan jarum

spinal pada tulang belakang itu sendiri. Pada tahun 1956, dengan digunakannya jarum

ukuran 22G dan 24G, angka kejadian diperkirakan telah turun menjadi sebesar 11%.

Saat ini penggunaan jarum halus seperti Whitacre dan Sprotte mengurangi kejadian

PDPH dalam jumlah besar. Hal ini terkait dengan desain ukuran jarum spinal,

pengalaman orang yang melakukan pungsi dural, usia, dan jenis kelamin pasien.

Sebanyak 66% sakit kepala akan mulai terjadi dalam kurun waktu 48 jam

pertama dan 90% terjadi dalam 3 hari setelah prosedur dilakukan. Sakit kepala

kemungkinan timbul seketika setelah pungsi berlangsung. 70% PDPH sembuh dalam

1 minggu setelah pungsi dural, dan kira-kira 95% hilang dalam waktu 6 minggu.

Masa pemulihan terlama yang pernah tercatat yaitu 8 tahun setelah pungsi dural.

10

Page 11: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Biasanya sakit dirasakan di daerah frontal dan oksipital yang menjalar di

bagian leher dan bahu. Rasa sakit ini dapat diperparah oleh gerakan kepala dan posisi

tegak dan akan hilang ketika berbaring. Peningkatan keparahan sakit kepala ini saat

berdiri merupakan sine qua non dari sakit kepala pasca pungsi dural. Gejala lainnya

seperti mual, muntah, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo, pusing, diplopia.

Kebutaan kortikal juga pernah dilaporkan. Haemotoma subdural intrakranial, herniasi

otak dan kematian merupakan sebuah komplikasi.

Diagnosis ditegakkan dengan adanya riwayat pungsi dural dan gejala sakit

kepala postural. Ketika ada keraguan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

mengkonfirmasi diagnosis. Pungsi lumbal diagnostik dapat menunjukkan tekanan

LCS yang rendah. Magnetic Resonancing Imaging (MRI) dapat menggambarkan

perluasan dural yang menyebar, pengenduran dan penurunan otak, dan chiasma

opticus. Untuk menemukan sumber spinal yang mengalami kebocoran LCS dapat

digunakan CT myelography retrograde radionuclide myelography, cisternography,

bagan tipis MRI.

Penting untuk mempertimbangkan diagnosis alternatif seperti virus kimia atau

bakteri meningitis, pendarahan intra kranial, trombosis vena serebral, tumor

intrakranial, sakit kepala non spesifik, pitutory pitam, infark cerebral, herniasi uncal,

dan migrain.

Pengobatan PDPH dapat dibagi ke dalam prosedur terapi konservatif dan

khusus. Tindakan konservatif termasuk dukungan psikologis dan menenangkan

11

Page 12: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

pasien, posisi telentang atau posisi kepala di bawah, administrasi volume besar cairan

oral atau intravena, obat penenang dan analgesik, inhalasi oksigen, kompresi perut

dengan pengikat.

Kafein sodium benzoat 0.5gm IV atau IM telah terbukti efektif pada 70-75%

pasien di penelitian double blind yang dilakukan oleh Sechzer. Penelitian

menunjukkan bahwa kafein menyebabkan vasokonstriksi serebral dan menetralkan

distensi vaskular intrakranial yang disebabkan oleh perubahan dinamika LCS.

ACTH diberikan sebagai infus untuk pengobatan PDPH (1,5 mg.kg.-1)

Mekanisme yang diusulkan termasuk peningkatan produksi LCS, edema sekunder

dural untuk memproduksi aldosteron dan meningkatkan produksi endorfin yang

menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 70-95%.

Tindakan terapi khusus termasuk epidural blood patch, epidural saline,

dekstran epidural, epidural pengikat fibrin. Epidural blood patch pertama kali

dijelaskan oleh Gormley menggunakan 2-3ml darah autologus. Tapi sekarang

kebanyakan orang berpikir bahwa diperlukan sebanyak 20-30 ml darah. Pada

prosedur akhir, pasien diminta untuk tetap berbaring selama satu sampai dengan dua

jam lalu diperbolehkan untuk berjalan.

Rejimen yang dianjurkan untuk epidural saline mencakup (i) 1-1,5 liter

larutan Hartmans selama 24 jam yang dimulai pada hari pertama tusuk dural, (ii)

hingga 35 ml larutan per jam di atas 24-48 jam setelah sakit kepala meluas (iii)

sebuah 30 ml bolus epidural saline setelah sakit kepala (iv) 100-120 ml garam pada

12

Page 13: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

bolus melalui ruang kaudal epidural. Injeksi epidural lumbal meningkatkan tekanan

epidural dan intratekal. Pengurangan kebocoran akan memungkinkan dura untuk

memperbaikinya.

Beberapa pengamat mempertimbangkan epidural dekstran 40. Mereka

menganjurkan dekstran 40 sebagai infus atau bolus, dan menyimpulkan bahwa berat

molekul tinggi dan viskositas mampu memperlambat penghapusannya dari ruang

epidural.

Pencegahan PDPH - Faktor utama yang bertanggung jawab pada kejadian

PDPH adalah ukuran perforasi dural. Pencegahan PDPH dapat dicapai dengan hidrasi

yang tepat dengan cairan oral 2500ml/hari atau cairan IV bila diperlukan.

Meminimalkan kebocoran dengan menggunakan jarum pengukur yang bagus.

Dianjurkan menggunakan ukuran 24 atau yang lebih kecil. Jika jarum miring yang

digunakan maka masukkan jarum spinal dengan paralel bevel hingga serat-serat dural

mendorong ambulasi awal.

Jarum Quincke standar adalah yang dilengkapi dengan bevel pemotong

ukuran sedang dan lubang di ujung jarum. Pada tahun 1926 Greene mengusulkan

sebuah desain ujung jarum dengan non cutting edge yang dapat memisahkan serat-

serat dural. Jarum Whitacre diperkenalkan pada tahun 1951 dan jarum Sprotte pada

tahun 1987. Istilah generik untuk kedua jarum ini adalah titik pensil atau atraumatik.

Studi telah menunjukkan bahwa jarum titik pensil kurang menyebabkan sakit kepala

dibandingkan jarum pemotong tingkat menengah. Bagaimanapun, parasthesia telah

13

Page 14: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

diamati dengan jarum titik pensil. Alasannya mungkin pada jarak dari ujung jarum ke

ujung lubang. Ujung jarum harus melewati ruang subarachnoid sekitar 0,5 mm

sebelum lubang memasuki ujung spasi. Ujung jarum kemudian dapat menimpa cauda

equina yang membentang. Percayalah pada hipotesis ini, parasthesia adalah sesuatu

yang tidak lazim dengan jarum tingkat rendah atau jarum Atraucan.

Komplikasi infektif adalah berbagai macam infeksi dapat terjadi karena teknik

aseptik yang tidak benar atau ketika terdapat bakteremia ketika spinal dilakukan.

Infeksi kulit mungkin muncul, tetapi tidak signifikan. Hasil abses epidural

dari kontaminasi ruang epidural karena teknik yang salah. Pada umumnya gejala

infeksi terjadi dalam beberapa hari. Meningitis bakteri merupakan komplikasi yang

serius namun jarang terjadi. Organisme yang biasa ditemukan berupa Pseudomonas,

Staphylococcus aureus dan Streptokokus mitis. Jeda dalam teknik steril merupakan

yang paling sering menjadi penyebab utama kontaminasi bakteri pada ruang sub

arachnoid.

Permulaan terjadi dalam waktu 48 jam, tetapi mungkin tertunda selama 30

hari setelah anestesi spinal. Gejala seperti sakit kepala akut, suhu badan meninggi,

dan tetanus dapat muncul tiba-tiba. Dasar pengobatannya adalah terapi antibiotik.

Karena Pseudomonas adalah organisme yang paling dominan, polimiksin B

sebaiknya ditambahkan pada antibiotik yang biasa.

Perhatian yang cermat pada teknik steril sangat penting untuk mengurangi

komplikasi infeksi. Mencuci tangan secara menyeluruh, sarung tangan steril, topi

14

Page 15: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

bedah, tudung, masker dan teknik blok steril sangatlah penting. Sebuah area luas kulit

harus dipersiapkan dengan povidone iodine dan alkohol. Waktu yang memadai harus

diberikan untuk pengeringan.

Spinal anestesi untuk pasien dengan bakteremia dianggap kontroversial. Jika

suatu blok diperlukan maka blok harus dilakukan jika antibiotik yang sesuai telah

diberikan.

Komplikasi neurologis merupakan komplikasi neurologis setelah anestesi

spinal yang mulai mendapat perhatian media sejak kasus Woolley dan Roe di Inggris.

Marinacci, seorang ahli saraf mengevaluasi 542 pasien yang dianggap

memiliki komplikasi neurologis terkait dengan anestesi spinal sebelumnya. Setelah

evaluasi, hanya 4 dari 542 pasien yang ditemukan mengalami perubahan neurologis

pasca operasi. Vandam dan Dripps mencatat 10.098 pasien telah menjalani anestesi

spinal tanpa komplikasi neurologis.

Dalam gangguan saraf organik tertentu anestesi spinal dapat memperburuk

gejala dan kondisi pasien. Pada anemia pernisiosa yang berkombinasi dengan

sclerosis dari saraf tulang belakang, kondisi dapat menjadi lebih buruk. Pada penyakit

multiple sclerosis silent mungkin akan terbongkar. Pada pasien yang memiliki infeksi

virus seperti cacar air poliomielitis, setiap defisit saraf residural bisa menjadi lebih

buruk.

15

Page 16: Komplikasi yang Terjadi Kemudian dari Anestesi Spinal- PenelitianProspektif dari 5000 kasus

Seri besar dan laporan kasus mendokumentasikan lesi neurologis yang jarang

terjadi setelah anestesi spinal seharusnya tidak memberikan rasa aman palsu.

Perubahan neurologis mungkin saja terjadi. Dianggap bahwa cedera neurologis

disebabkan oleh efek langsung neurotoksik dari obat bius pada jaringan saraf. Hal ini

terjadi karena konsentrasi yang salah. Cedera dapat terjadi akibat suntikan

intramedulla atau endoneural suntikan obat. Ini dinamakan sebagai meningismus,

arrachroiditis yang merekat, mielitis, sindrom kauda equina, kelumpuhan kandung

kemih dan dubur.

Sebagian besar cedera dalam sindrom cauda equina yang berhubungan dengan

anestesi spinal dikaitkan dengan penggunaan lidokain. Data eksperimental

menunjukkan bahwa toksisitas lidocain melekat melebihi bupivacain. Vasoconstrictor

digunakan bersama dengan lidocain berkontribusi pada toksisitas dengan

mempromosikan iskemia mengurangi serapan obat bius atau langsung mempengaruhi

elemen saraf.

Penting untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa manifestasi klinis

dari sindrom cauda equina dapat karena lesi kompresif seperti hematom atau abses.

Kompresi ini bersifat reversibel dan memperpanjang pemulihan secara langsung

berkaitan dengan waktu permulaan defisit pada dekompresi bedah. Keadaan klinis

seperti status koagulasi dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis.

16