komplikasi sirosis

5
Asites atau hidrops peritoneum atau abdomen dropsy adalah penumpuan cairan dalam rongga peritoneum. Asites paling sering ditemukan berhubungan atau sebagai penyakit sirosis hati. Keluhan dan gejala sangat tergantung kepada jumlah cairan yang ada di dalam rongga peritoneum. Jika asites bertambah banyak, maka mulai terjadi pendesakan ke atas (diafragma) yang dapat menimbulkan anoreksia, mual dan terjadinya gastroesofageal refluks yang menimbulkan rasa tidak enak dan panas di epigastrium. Asites dapat ditemukan dalam 3 tingkatan: Tingkat 1 : Ringan dan hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan USG. Tingkat 2 : Dapat ditemukan melalui pemeriksaan fisik, penampilan perut kodok dan shifting dullness. Tingkat 3 : Langsung dapat dilihat dengan perut yang buncit dan dipastikan dengan pemeriksaan gelombang cairan (fluid wafe). Proses inisiasi yang manapun berlangsung jelas bahwa sejumlah faktor ikut berperan dalam penumpukan cairan di dalam rongga abdomen, seperti: A. Peninggian tekanan hidrostatik - Sirosis hati - Penyumbatan vena hepatica - Obstruksi vena cava superior - Gagal jantung kongestif B. Penurunan tekanan koloid osmotik

description

haha

Transcript of komplikasi sirosis

Asites atau hidrops peritoneum atau abdomen dropsy adalah penumpuan cairan dalam rongga peritoneum. Asites paling sering ditemukan berhubungan atau sebagai penyakit sirosis hati. Keluhan dan gejala sangat tergantung kepada jumlah cairan yang ada di dalam rongga peritoneum. Jika asites bertambah banyak, maka mulai terjadi pendesakan ke atas (diafragma) yang dapat menimbulkan anoreksia, mual dan terjadinya gastroesofageal refluks yang menimbulkan rasa tidak enak dan panas di epigastrium.Asites dapat ditemukan dalam 3 tingkatan:Tingkat 1 : Ringan dan hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan USG.Tingkat 2 : Dapat ditemukan melalui pemeriksaan fisik, penampilan perut kodok dan shifting dullness. Tingkat 3 : Langsung dapat dilihat dengan perut yang buncit dan dipastikan dengan pemeriksaan gelombang cairan (fluid wafe).Proses inisiasi yang manapun berlangsung jelas bahwa sejumlah faktor ikut berperan dalam penumpukan cairan di dalam rongga abdomen, seperti:A. Peninggian tekanan hidrostatik Sirosis hati Penyumbatan vena hepatica Obstruksi vena cava superior Gagal jantung kongestifB. Penurunan tekanan koloid osmotik Tahap akhir penyakit hati dengan sintesis protein yang buruk Sindroma nefrotik dengan kehilangan protein Malnutrisi Enteropati karena kehilangan proteinC. Permeabilitas kapiler peritoneum Peritonitis tuberkulosa Peritonitis bacterial Penyakit keganasan peritoneumD. Kebocoran cairan ke dalam rongga peritoneum Asites empedu (bile acites) Asites pankreatik Asites kilous Sirosis merupakan komplikasi penyakit hati kronis. WHO memberi batasan histologi sirosis sebagai proses kelainan hati yang bersifat difus, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat/fibrosis dan perubahan bentuk hati normal ke bentuk nodul-nodul yang abnormal dan ireversibel. Progresivitas kerusakan hati ini dapat berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa tahun. Beberapa gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari penurunan fungsi sintetik hati (koagulopati), penurunan kemampuan hati untuk detoksifikasi (ensefalopati hepatic), sampai hipertensi portal (pendarahan varises). Kebanyakan kematian disebabkan karena gagal hati fulminan yang dapat disebabkan oleh hepatitis virus (hepatitis A dan B), obat (asetaminofen), toksin jamur Amanita phalloides atau jamur yellow death-cap, hepatitis autoimun, penyakit Wilson, dan berbagai macam penyebab lain yang jarang ditemukan. FHF mempunyai mortalitas sebesar 50-80%, kecuali bila ditolong dengan transplantasi hati. Perbandingan pria : wanita= 2,1 : 1 dan usia rata-rata 44 tahun. Rentang usia 13-88 tahun, dengan kelompok terbanyak antara 40-50 tahun. Di Indonesia, hepatitis B dan C merupakan enyebab sirosis yang lebih menonjol disbanding penyakit hati alkoholik.Pengobatan spesifik dapat diberikan untuk berbagai kelainan hati sebagai usaha mengurangi keluhan dan mencegah sirosis hati. Beberapa contoh, misalnya prednisolone dan azatioprin untuk hepatitis autoimun; interferon dan antivirus untuk hepatitis B dan C; flebotomi untuk hemokromatosis; ursodeoxycholic acid (UDCA) untuk sirosis bilier primer dan mengatasi hipertensi portal pada sirosis, dan Zink serta penisilamin untuk penyakit Wilson. Akan tetapi semua pengobatan ini menjadi tidak efektif bila hepatitis kronik sudah menjadi sirosis. Sekali sirosis terjadi, pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut, mengobati komplikasi yang mungkin telah timbul, serta mencegah atau deteksi sedini mungkin adanya kanker hati.Untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut diperlukan konsumsi diet seimbang dan multivitamin setiap hari. Pasien PBC (Primary Bilier Cirosis) dengan gangguan penyerapan vitamin larut lemak membutuhkan tambahan vitamin D dan K. Hindari obat (OAINS/NSAID) dan alcohol yang merusak hati. Pasien sirosis dapat mengalami kemunduran funsi hati dan ginjal akibat OAINS. Eradikasi virus hepatitis B dan C menggunakan antiviral.Banyak pasien mengeluh nafsu makannya menurun akibat efek langsung penekanan asites terhadap saluran cerna, karena itu perawatan pasien harus termasuk asupan diet yang adekuat mengandung cukup kalori dan protein. Pengobatan tambahan yakni dengan Zinc Sulfat 220mg 2x1hari peroral juga dapat memperbaiki keluhan dyspepsia dan merangsang nafsu makan pasien. Selain itu, zinc juga efektif untuk mengobati kram otot dan sebagai tambahan obat ensefalopati. Pasien sirosis juga dapat mengalami osteoporosis, karena itu pemberian vitamin D dan kalsium sangatlah ppenting terutama pasien kolstasis kronik, PBC, dan hepatitis autoimun yang mendapat kortikosteroid.

Prognosis pasien tergantung ada tidaknya komplikasi sirosis. Pasien sirosis kompensata mempunyai harapan hidup lebih lama, bila tidak berkembang menjadi sirosis dekompensata. Indeks hati dapat dipakai sebagai petunjuk menilai prognosis pasien sirosis hati dengan hematemesis melena yang mendapat pengobatan medik. Pemeriksaan012

1. Albumin (g%)>3,63,0-3,53,52,8-3,53,54-6>6

INR2,3

Ensefalopati-1-23-4

Skor CTP A=5-6 B=7-9 C=10-15