Komplikasi Penyembuhan Luka
-
Upload
sinta-diani -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka
Hemoragi pendarahan didaerah luka.
Hemoragi dianggap normal jika terjadi selama atau sesaat setelah trauma .Pendarahan
dapat terjadi secara eksternal dan internal
Mendeteksi pendarahan internal yaitu dengan melihat adanya distensi atau
pembengkakan pada bagian tubuh yang luka, perubahan jenis dan jumlah drainase
setelah pembedahan dan juga tanda – tanda syok hipovolemik.
Hematoma adalah pengumpulan darah local dibawah jaringan. Hematoma terlihat
seperti bengkak dan masanya sering berwarna kebiruan. Jika hematoma terjadi
didekat arteri vena yang besar ,maka sangat berbahaya karma tekanan akibat
hematoma dapat menghambat aliran darah → jika aliran darah terhambat maka
sirkulasi darah tidak lancer. Pendarahan ekternal dapat terdeteksi dengan adanya
diagnosa darah pada balutan yang menutupi luka jika pendarahan terjadi maka
balutan akan cepat basah dan darah keluar dari tepi balutan secara turun
menurun.
Yang beresiko tinggi mengalami pendarahan adalah pasien luka operasi kisaran waktu
terjadinya pendarahan selama 24-48 jam pertama operasi selesai.
Infeksi luka
Infeksi luka merupakan infeksi nasokomial luka tersebut mengalami infeksi jika
terdapat drainase pada luka. Ada luka yang mengandung bakteri tetapi tidak
menyebabkan infeksi disebut terkominasi perbedaan luka terkotaminasi dengan
luka infeksi adalah jumlah bakteri yang ada didalamnya luka infeksi mengandung
bakteri lebih dari 100.000 (105)/ml. dan terdapatnya organisme streptotokus
hemalitik walaupun kurang dari 100.000 ml tetapi sudah dianggap terinfeksi. Luka
terkominasi mengandung bakteri kurang dari luka terinfeksi luka terkontaminasi
akan menjadi luka infeksi setelah waktu 2 hari – 3 hari. Infeksi luka operasi
biasanya tidak terjadi sampai hari ke 4-5 setelah operasi pasien yang lukanya
terinfeksi akan mengalami demam, nyeri pada daerah luka serta jumlah sel darah
putih klien meningkat tapi luka terlihat mengalami imflamon. Kalau ada drainase,
drainase berbau dan purulen yang menimbulkan warna :
Dehisens
Dehisens adalah terpisahnya lapisan luka secara pasial atau total,. Terjadi setelah tiga
sampai 11 hari setelah cedera. Klien dengan penyembuhan luka yang buruk
beresiko mengalami dehisens. Klien obesitas beresiko mengalami dehisens, karma
adanya regangan yang konstan pada luka dan buruknya kwalitas penyembuhan
luka pada jaringan lemak.
Dehisens sering terjadi pada luka pembedahan abdomen, dan terjadi pada reganganan
mendadak, misalnya batuk, muntah atau duduk tegak ditempat tidur. Klien sering
melaporkan seakan –akan ada terlepas. Bila drainase serosanguinosa dari luka
meningkat, perawat harus waspada. Akan timbulnya dehinsens.
Eviserasi.
Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi (keluarnya organ
visceral melalui luka yang terbuka). Kondisi ini merupakan darurat medis yang
perlu diperbaiki melalui pembedahan. Bila terjadi eviserasi perawat meletakkan
handuk steril yang dibasahi dengan salin normal steril diatas jaringan yang keluar
untuk mencagah masuknya bahteri dan kekeringan pada jaringan tersebut
keluarnya organ pada jaringan luka dapat membahayakan suplai darah ke jaringan
tersebut klien harus tetap puasa. Dan terus diobservasikan tanda dan gejala syok
serta segera siapkan pembedahan darurat.
fistula
fistula adalah saluran abnormal yang berada diantara 2 buah organ atau diantara
organ dan bagian luar tubuh. Dokter bedah membuat fistula untuk kepentingan
terapi misalnya pembuatan saluran antara lambung dengan dinding abdomen luar
untuk memasukkan selang gastrostomi yang berguna untuk memasukkan makanan
namun sebagai fistula terbentuk karena penyembuhan luka yang buruk karena
komplikasi suatu penyakit seperti penyakit Chron atau anteritis regional. Trouma
infeksi, terpapar radiasi serta penyakit seperti kanker akan menyebabkan lapisan
jaringan tidak menutup dengan baik dan membentuk saluran fistula. Fistula
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan ketidak seimbangan cairan dan
eletrolit. Drainase cairan yang kronik melalui fistula juga dapat menyebabkan
kerusakan kulit.
Penundaan penutupan luka
Disebut juga penyembuhan luka tersier, penundaaan penutupan luka adalah tindakan
yang disengaja dilakukan oleh dokter bedah agar terjadi drainase yang efektif dari
luka yang terkontaminasi bersih atau luka yang terkontaminasi. Luka tidak tertutup
sehingga semua tanda aedema dan debris luka hilang balutan oklusif digunakan
untuk mencegah kontaminasi bakteri pada luka kemudian luka ditutup seperti
pada penutupan primer dan penyembuhan primer.
Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Koloid ini biasanya muncul
tidak diduga dan tidak pada setiap orang.
Komplikas Dini
a. Infeksi
Infeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering dari tindakan operasi dan sering
menikuti hematoma luka. Pada tahun 1867, Lister dalam penelitiannya tentang
antiseptik mengatakan bahwa gangren rumah sakit ikut berperan pada julah
kematian antara 20-100%. Dewasa ini, infeksi luka sering tidak fatal, tetapi dapat
menimbulkan cacat. Dua fakyor penting yang jelas berperan pada patogenesis
infeksi adalah (1) dosis kontaminasi bakteri, dan (2) ketahnan pasien. (David C,
Sabiston, Jr., M.D. 1995. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta)
b. Hematoma
Hematoma timbul dini akibat kegagalan pengendalian pembulus darah yang berdarah
dan dapat timbul lanjut pada pasien hipertensi atau cacat koagulasi. Biasanya
hematoma dapat dibiarkan hilang spontan, tetapi hematoma yang meluas
membutuhkan operasi dab pengendalian perdarahan. (David C, Sabiston, Jr., M.D.
1995. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta)
c. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah,
dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence
luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah
luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk
segera dilakukan perbaikan pada daerah luka. (Reksoprodjo, S. 1995. Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta)
2. Komplikasi Lanjut
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang
berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam
teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya
menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
(Reksoprodjo, S. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta)
Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan,
yang menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri. Parut hipertrofik akan
menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun,
sedangkan keloid tidak. (Reksoprodjo, S. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Binarupa Aksara, Jakarta)
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan
kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher,
wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada
mata, cuping hidung, atau mulut. (Reksoprodjo, S. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta)
Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan
kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali
sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya
pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari
kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka. (Reksoprodjo,
S. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta)