kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

16
KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) 105 JAKARTA Adventina Krismastyanti Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kompetensi sosial pada Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA), faktor-faktor yang menyebabkan kompetensi sosial subjek, dan cara pengembangan kompetensi sosial subjek. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana kompetensi sosial pada subjek sebagai Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA)?apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kompetensi sosial subjek demikian, dan bagaimana cara pengembangan kompetensi sosial subjek. Kompetensi sosial adalah keefektifan seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik subjek berjenis kelamin pria berada pada usia 50 tahun dan berprofesi sebagai kepala sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa subjek memiliki kompetensi sosial yang baik, hal ini dikarenakan subjek telah memiliki banyak pengalaman dalam hidupnya, selain itu sebelum menjadi kepala sekolah, subjek adalah seorang guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mendidik dan mengajar siswa-siswanya sehingga hal inilah yang akhirnya membentuk kompetensi sosial yang baik pada diri subjek. Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah agar subjek tetap mempertahankan dan terus meningkatkan perilaku-perilaku sosialnya yang selama ini telah dilakukan sehingga kompetensi sosial subjek akan semakin baik, selain itu, bagi kepala sekolah yang lain juga agar dapat mengembangkan terus kompetensi sosial yang baik, sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Kata kunci : Kompetensi Sosial, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA)

Transcript of kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

Page 1: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI (SMAN) 105 JAKARTA

Adventina Krismastyanti

Program Sarjana, Universitas Gunadarma

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kompetensi

sosial pada Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA), faktor-faktor yang menyebabkan kompetensi sosial subjek, dan cara pengembangan kompetensi sosial subjek. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana kompetensi sosial pada subjek sebagai Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA)?apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kompetensi sosial subjek demikian, dan bagaimana cara pengembangan kompetensi sosial subjek.

Kompetensi sosial adalah keefektifan seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik subjek berjenis kelamin pria berada pada usia 50 tahun dan berprofesi sebagai kepala sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa subjek memiliki kompetensi sosial yang baik, hal ini dikarenakan subjek telah memiliki banyak pengalaman dalam hidupnya, selain itu sebelum menjadi kepala sekolah, subjek adalah seorang guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mendidik dan mengajar siswa-siswanya sehingga hal inilah yang akhirnya membentuk kompetensi sosial yang baik pada diri subjek.

Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah agar subjek tetap mempertahankan dan terus meningkatkan perilaku-perilaku sosialnya yang selama ini telah dilakukan sehingga kompetensi sosial subjek akan semakin baik, selain itu, bagi kepala sekolah yang lain juga agar dapat mengembangkan terus kompetensi sosial yang baik, sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Kata kunci : Kompetensi Sosial, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA)

Page 2: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Wahjosumidjo (dalam Sudrajat, 2009) mengartikan kepala sekolah sebagai

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana

diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara

guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Dalam Pasal 12 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1990 dikemukakan

bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana.”

Seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi sosial sebagai salah satu

standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, sebagaimana yang

telah tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi sosial yang merupakan kemampuan

pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: berkomunikasi lisan dan tulisan,

menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali

peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Menurut Adam (dalam Martani & Adiyanti, 1991) kompetensi sosial mempunyai

hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi.

Sedangkan Ross-Krasnor (dalam Denham & Queenan, 2003) mendefinisikan kompetensi

sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun

dalam jangka panjang.

Mengapa kompetensi sosial penting bagi seorang kepala sekolah sebagai tenaga

pendidik? Seorang kepala sekolah tidak hanya bertugas sebagai pemimpin dan pendidik,

tetapi juga merupakan panutan dan teladan bagi lingkungan. Seorang kepala sekolah

dituntut untuk mampu berinteraksi dengan guru-guru dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Seorang kepala sekolah yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan

lingkungannya, maka ia dapat bekerjasama dengan tokoh masyarakat guna melaksanakan

berbagai program dalam lingkungan kerja di sekolahnya untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan tersebut. Kepala sekolah

Page 3: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

juga harus berhadapan langsung dengan para guru dan anak didiknya untuk memberikan

pengarahan, bimbingan dan ceramah, selain itu kepala sekolah juga harus berhadapan

langsung dengan para orang tua murid untuk memberikan informasi mengenai anak

mereka. Kepala sekolah juga perlu memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai

aturan-aturan yang berlaku dalam sekolah. Selain itu, sebagai salah satu contoh adalah

jika ada anak didiknya yang bertengkar, atau ada diantara guru yang berselisih pendapat,

maka tugas kepala sekolah adalah menengahi, sehingga sangat dibutuhkan kompetensi

sosial yang baik pada diri seorang kepala sekolah, agar kepala sekolah tersebut mampu

menjalankan tugasnya dengan baik (Majalah Gema Widyakarya, 2008).

Contoh kompetensi sosial di lingkungan sekitar adalah jika kepala sekolahnya

seorang perempuan, maka ia dapat aktif di kegiatan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

(PKK) daerah tersebut, sehingga ia pun juga dapat mengajarkan ilmu atau keterampilan

yang dimilikinya guna diajarkan kepada masyarakat. Jika kepala sekolahnya seorang

laki-laki, dapat berperan dalam pembinaan Karang Taruna di daerah tersebut. Jadi, selain

dapat mencerdaskan peserta didiknya, kepala sekolah juga dapat membina serta

bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya, dengan demikian seorang kepala

sekolah dapat memberikan manfaat kepada lingkungan dimana ia ditugaskan serta dapat

pula menjalankan tugasnya dengan baik. Apabila kepala sekolah tersebut telah

berdedikasi terhadap lingkungannya, maka ia dapat beradaptasi dan bertahan di tempat ia

ditugaskan (Mahdianur, 2009).

Seorang kepala sekolah menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16

Tahun 2007 mengenai kompetensi sosial (dalam Mahdiannur, 2009), seharusnya bersedia

ditempatkan dimanapun dia berada, namun demikian banyak kepala sekolah yang

ditugaskan di daerah-daerah terpencil atau pedalaman, merasa tidak betah karena sarana

dan prasarana yang tidak memadai seperti dimana tempat ia tinggal sebelumnya, tetapi

kepala sekolah diharuskan profesional dengan peraturan tersebut. Disinilah pentingnya

kompetensi sosial dimiliki oleh seorang kepala sekolah, agar ia dapat beradaptasi

dilingkungan tugasnya yang baru.

Mengapa kompetensi sosial pada Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) itu

perlu untuk diteliti, hal itu karena seorang Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) itu

memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk memimpin, mendidik, membimbing

Page 4: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

dan mengarahkan siswa-siswanya untuk mempersiapkan masa depannya kelak, apakah

hendak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau akan terjun langsung ke

masyarakat. Maka disinilah pentingnya kompetensi sosial yang baik bagi Kepala Sekolah

Menengah Atas (SMA), agar ia dapat memberikan contoh yang baik dan menjadi panutan

bagi anak-anak didiknya dan mempersiapkan anak-anak didiknya agar dapat berguna di

masyarakat (Majalah Gema Widyakarya, 2008).

Latar belakang mengapa penulis memilih Sekolah Menengah Atas Negeri

(SMAN) 105 Jakarta adalah berdasarkan data yang diperoleh penulis dari situs resmi

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 105 Jakarta, sekolah yang terletak di rayon

Ciracas Jakarta Timur ini memiliki akreditasi A dan memiliki peringkat kedua di rayon

Ciracas dalam hal mutu. Selain itu, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 105 Jakarta

ini memiliki peringkat pertama dalam hal kebersihannya di tingkat rayon Ciracas.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kompetensi sosial pada subjek sebagai Kepala Sekolah Menengah Atas

(SMA)?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kompetensi sosial subjek demikian?

3. Bagaimana cara pengembangan kompetensi sosial subjek?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kompetensi

sosial pada subjek sebagai Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA), faktor-faktor yang

menyebabkan kompetensi sosial subjek demikian, dan cara pengembangan kompetensi

sosial subjek.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam ilmu

psikologi khususnya dibidang psikologi sosial, yang dapat digunakan sebagai

pedoman dalam penelitian lebih lanjut.

Page 5: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

2. Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

setiap kepala sekolah, agar dapat memiliki dan mengembangkan kompetensi

sosial yang baik, dan mempertahankan kompetensi sosial yang baik yang

selama ini sudah dimiliki.

E. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Sosial

1. Pengertian Kompetensi Sosial

Ross-Krasnor (dalam Denham & Queenan, 2003) mendefinisikan

kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-

perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan

dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Menurut Fisher dan Katherine (1994) kompetensi sosial merupakan suatu

respon yang efektif dari seseorang terhadap beragam situasi kehidupan atau

kesanggupan untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan.

Menurut Hurlock (1980), kompetensi sosial merupakan suatu kemampuan

atau kecakapan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk

terlibat dalam situasi-situasi sosial dengan memuaskan. Kompetensi sosial

merupakan suatu sarana untuk dapat diterima dalam masyarakat. Dengan

kompetensi sosial seseorang menjadi peka terhadap berbagai situasi sosial yang

dihadapinya. Sedangkan menurut Santrock (1990), kompetensi sosial dapat

diartikan sebagai kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan

lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi

sosial adalah keefektifan seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan

orang lain dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Page 6: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

2. Komponen Kompetensi Sosial

Menurut Adam ( dalam Martani & Adiyanti, 1991) tiga komponen yang

memungkinkan seseorang bagaimana menjalin hubungan positif dengan orang

lain, yaitu:

a. Pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi sosial tertentu.

b. Kemampuan berempati dengan orang lain.

c. Percaya pada kekuatan diri sendiri.

Sedangkan La Fontana dan Cillesen (dalam Papalia, Olds & Feldman,

2002) menuliskan bahwa kompetensi sosial dapat dilihat sebagai perilaku

prososial, altruistik, dan dapat bekerja sama.

5

Rydell, Hagekull dan Bohlin (1997) mengemukakan aspek kompetensi

sosial adalah aspek prosocial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari

kedermawanan (generosity), empati (emphaty), memahami orang lain

(understanding of others), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial

(social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi

sosial dan withdrawal behavior (perilaku menarik diri) dari situasi tertentu.

Menurut Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan Reis (1988) kemampuan

menjalin hubungan dengan orang lain dibagi dalam lima kriteria, yaitu:

a. Kemampuan untuk memulai interaksi

Adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalin kontak

sosial dengan orang lain.

b. Kemampuan untuk menyatakan hak-hak pribadi dan ketidaksenangan kepada

orang lain

Adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan secara tegas akan hak-hak

pribadinya serta perlakuan yang dirasa tidak disukai dari orang lain.

c. Kemampuan untuk membuka diri

Adalah kemampuan seseorang untuk membuka diri dan mengungkapkan hal-

hal yang bersifat pribadi.

d. Pemberian dukungan emosional

Adalah kemampuan seseorang untuk memberikan dukungan sosial pada

orang lain.

Page 7: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

e. Penanganan konflik

Adalah kemampuan seseorang untuk menangani konflik yang ada.

Menurut Mahdiannur (2009) dimensi kompetensi sosial pada seorang

pendidik, yaitu: kerja tim, melihat peluang, peran dalam kegiatan kelompok,

tanggung jawab sebagai warga, kepemimpinan, relawan sosial, kedewasaan dalam

berelasi, berbagi, berempati, kepedulian kepada sesama, toleransi, solusi konflik,

menerima perbedaan, kerja sama, dan komunikasi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

kompetensi sosial adalah pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat untuk

situasi sosial tertentu, kemampuan berempati dengan orang lain dan percaya pada

kekuatan diri sendiri dan aspek prosocial orientation (perilaku prososial) yang

terdiri dari kedermawanan (generosity), empati (emphaty), memahami orang lain

(understanding of others), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial

(social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi

sosial dan withdrawal behavior (perilaku menarik diri) dalam situasi tertentu.

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kompetensi Sosial yang Baik

Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki

kompetensi sosial yang baik juga mempunyai fungsi sosial yang baik. Faktor yang

menyebabkan seseorang memiliki fungsi sosial yang baik menurut Hurlock

(1980), yaitu:

a. Kesehatan yang baik menyebabkan orang dapat berpartisipasi dalam kegiatan

sosial.

b. Kaitan yang erat dengan kegiatan sosial dapat melahirkan motivasi yang perlu

untuk ambil bagian dalam kegiatan sosial.

c. Kemahiran dan keterampilan sosial yang diperoleh sebelumnya dapat

memperkuat kepercayaan diri dan dapat mempermudah masalah sosial.

d. Status sosial yang sesuai dengan teman sebayanya tentang keinginan

kelompok sosial yang memungkinkan bergabung dengan organisasi

masyarakat.

Page 8: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

Selain itu, Argyle (1980) menyatakan bahwa kompetensi sosial

dilingkungan masyarakat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu:

a. Persepsi

Untuk bereaksi secara efektif terhadap stimulus, diperlukan pengamatan

dan perhatian yang cermat. Proses persepsi yang dilakukan individu

membentuk sejumlah kategori atau dimensi yang disesuaikan dengan situasi

yang menyertainya. Dengan demikian, persepsi yang dilakukan oleh individu

membentuk impresi bagi orang lain, yang dapat dipergunakan dalam berbagai

situasi sosial. Ketidakmampuan dalam persepsi menimbulkan kecemasan dan

melemahkan kemampuan seseorang dalam berinteraksi secara sepantasnya.

b. Pertukaran Peran

Persepsi seseorang terhadap reaksi orang lain merupakan hal yang penting.

Demikian pula halnya dalam mempersepsikan pandangan orang lain terhadap

situasi yang terjadi, hal ini disebut dengan metapersepsi. Metapersepsi berlaku

disaat seseorang merasa dinilai dan berada dihadapan orang lain. Ada

perbedaan individu dalam kemampuan melihat sudut pandang orang lain

secara berbeda. Oleh karena itu, kompetensi sosial membutuhkan kecakapan

dalam mengambil alih peran orang lain serta motivasi untuk melaksanakannya

secara tepat dan sesuai.

c. Komunikasi Non-Verbal

Interaksi sosial dipengaruhi oleh komunikasi non-verbal, yang sering tidak

disadari oleh orang yang terlibat didalamnya. Pesan yang disampaikan melalui

komunikasi non-verbal merupakan sikap terhadap orang lain. Tanda-tanda

komunikasi non-verbal meliputi ekspresi wajah, tinggi rendah suara dan sikap

tubuh (gesture). Tanda-tanda non-verbal memiliki dampak yang kuat

dibandingkan dengan tanda verbal dalam menilai tingkah laku apakah

bersahabat atau bermusuhan, dominan atau patuh. Kegagalan dalam relasi

sosial seringkali berkaitan dengan hambatan menyampaikan tanda non-verbal

seperti ekspresi wajah atau suara dan ketidakmampuan memahami tanda non-

verbal yang disampaikan orang lain.

d. Imbalan

Page 9: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

Penilaian terhadap interaksi sosial didasari pula oleh perasaan suka erat

kaitannya dengan imbalan yang diterima dan perasaan tidak suka

berhubungan dengan sanksi yang diterimanya. Berdasarkan penelitian, tampak

bahwa jika seseorang memberikan penguatan (reinforcement) terhadap

perilaku orang lain, maka orang lain itu akan meneruskan perilakunya.

Dampak perilaku ini memberikan pengaruh yang bersifat timbal balik. Bila

seseorang memperoleh imbalan yang sesuai, maka interaksi sosial itu

dianggap menyenangkan. Sebaliknya jika ia tidak memperoleh imbalan yang

sesuai maka interaksi sosial tersebut ditinggalkan.

e. Situasi dan Aturan

Dalam menjalin relasi sosial, seseorang melakukan klasifikasi terhadap

situasi yang dialaminya agar dapat bertindak sesuai dengan keadaan yang

menyertainya. Argyle (1980) mengemukakan bahwa terdapat tujuh kelompok

yang tergolong dalam situasi dan aturan yang menyertai keberhasilan menjalin

relasi sosial, yaitu adanya peraturan, proses pengulangan, kebutuhan akan

motivasi, tuntutan peran sosial, perkembangan struktur kognitif, dan setting

yang menyertai serta keterampilan sosial.

f. Presentasi Diri (Self Presentation)

Kontak sosial yang terjadi antara sesama individu memberikan implikasi

adanya kebutuhan untuk menampilkan diri secara lebih baik sebagai upaya

untuk memperoleh penilaian atau impresi yang positif dari orang lain.

Kompetensi seseorang dalam relasi sosial dipengaruhi oleh cara-cara

menampilkan diri mereka dalam situasi sosial yang ada. Secara umum,

seseorang akan menampilkan perilaku yang khusus untuk membentuk social

image yang dikehendakinya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kompetensi

sosial yang baik juga memiliki fungsi sosial yang baik.

Page 10: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

B. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Wahjosumidjo (dalam Sudrajat, 2009) mengartikan bahwa kepala sekolah

adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana

terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima

pelajaran.

Sementara Rahman (dalam Sudrajat, 2009) mengungkapkan bahwa

“Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk

menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah adalah seorang guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dan

mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada

sekolah tersebut sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai

tujuan sekolah.

2. Peranan Kepala Sekolah

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006),

terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu:

a. Kepala Sekolah sebagai educator

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di

sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus

terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di

sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi

yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha

memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus

meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat

berjalan efektif dan efisien.

b. Kepala Sekolah sebagai manager

Page 11: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah

seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas

kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan

profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang

dilaksanakan di sekolah, seperti: Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan

sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar

sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti

berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

c. Kepala Sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk

tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.

Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan

kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat

kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya

dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan

kompetensi guru.

d. Kepala Sekolah sebagai supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan

supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk

mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam

pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini,

dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam

melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang

bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut

tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus

mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Page 12: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

Jones sebagaimana disampaikan oleh Danim (2002) mengemukakan

bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang

cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah

sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari

kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa

kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah.

Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan

kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik

e. Kepala Sekolah sebagai leader

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat

menumbuhsuburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap

peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita

mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi

pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam

rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat

menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel,

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian

menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Wiyono

(2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul

terungkap bahwa etos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala

sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan

kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-

sifat sebagai berikut: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani

mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan

teladan (Mulyasa, dalam Depdiknas, 2006).

f. Kepala Sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap

guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang

disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam

upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah

Page 13: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: para guru akan

bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan

menyenangkan, tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan

diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia

bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan

tersebut, para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap

pekerjaannya, pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun

sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, usahakan untuk memenuhi

kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.

g. Kepala Sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan

dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya

dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta

memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap

kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan

yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang

berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi

gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara

langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap

peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek

terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Dari peranan kepala sekolah yang telah diuraikan diatas, dapat

disimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam

rangka meningkatkan kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik),

manager, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim

kerja dan wirausahawan.

3. Kompetensi Sosial pada Kepala Sekolah

Menurut Sudrajat (2009), kompetensi sosial pada kepala sekolah adalah

sebagai berikut:

Page 14: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

1) Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang

saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah

a. Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan

kemajuan sekolah

b. Mampu bekerja sama dengan guru, staff atau karyawan, komite

sekolah, dan orang tua siswa bagi pengembangan dan kemajuan

sekolah

c. Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah

terkait dalam rangka pengembangan sekolah

d. Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota atau kabupaten

dan stakeholders sekolah lainnya bagi pengembangan sekolah

2) Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

a. Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah

b. Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan

c. Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga

atau kegiatan masyarakat lainnya

d. Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah

3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain

a. Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai

problem finder)

b. Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)

c. Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah dalam

memecahkan masalah kelembagaan

d. Mampu bersikap obyektif atau tidak memihak dalam mengatasi

konflik internal sekolah

e. Mampu bersikap simpatik atau tenggang rasa terhadap orang lain

f. Mampu bersikap empatik terhadap orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial pada

kepala sekolah meliputi terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip

yang saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah, mampu berpartisipasi

Page 15: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau

kelompok lain.

F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang

dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna

sesuatu atau objek yang diteliti.

G. SUBJEK PENELITIAN

Karakteristik subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Atas

Negeri (SMAN) 105 Jakarta.

H. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat

diketahui bahwa subjek memiliki kompetensi sosial yang baik, hal ini dikarenakan subjek

telah memiliki banyak pengalaman dalam hidupnya, selain itu sebelum menjadi kepala

sekolah, subjek adalah seorang guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk

mendidik dan mengajar siswa-siswanya sehingga hal inilah yang akhirnya membentuk

kompetensi sosial yang baik pada diri subjek. Kompetensi sosial pada diri subjek dapat

dikemukakan sebagai berikut yaitu subjek memiliki sifat kedermawanan yang cukup

baik, subjek memiliki rasa empati yang besar terhadap orang lain disekitarnya, subjek

juga mampu memahami orang lain dan suka menolong orang lain. Subjek aktif untuk

melakukan inisiatif dalam situasi sosial dengan memulai suatu komunikasi dan kontak

sosial dan subjek juga akan menarik dirinya dari situasi tertentu yang dapat menyebabkan

konflik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant other, dan hasil

observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka faktor-faktor yang menyebabkan

kompetensi sosial subjek demikian dapat dikemukakan sebagai berikut, karena subjek

memiliki perasaan dalam dirinya untuk ingin menolong orang lain, berempati kepada

orang lain, dan memahami orang lain, selain itu subjek merasa bahwa hal itu merupakan

suatu keharusan dalam dirinya. Dan faktor lain yang menyebabkan mengapa subjek

63

Page 16: kompetensi sosial kepala sekolah menengah atas negeri

memiliki kompetensi sosial yang baik adalah faktor didikan dari orangtua subjek semasa

subjek masih kecil dulu dan faktor ajaran agama yang dianut oleh subjek.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant other, dan hasil

observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka cara pengembangan kompetensi sosial

subjek dapat dikemukakan sebagai berikut, subjek aktif dalam berorganisasi dan bergaul

dilingkungan sekitarnya, dengan demikian kompetensi sosial subjek akan berkembang

semakin baik.

I. SARAN

1. Saran kepada Subjek

Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada subjek adalah agar subjek

tetap mempertahankan dan terus meningkatkan perilaku-perilaku sosialnya yang

selama ini telah dilakukan sehingga kompetensi sosial subjek akan semakin baik.

2. Saran kepada Masyarakat

Saran yang dapat diberikan penulis bagi masyarakat dilingkungan sekitar

subjek agar dapat mengembangkan juga kompetensi sosial yang baik.

3. Saran kepada Penelitian Selanjutnya

Saran yang dapat diberikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah agar

mencoba meneliti kompetensi sosial pada Kepala Sekolah yang berjenis kelamin

perempuan, untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara kompetensi sosial

laki-laki dengan perempuan. Selain itu adalah dapat digunakannya metode

penelitian kuantitatif dalam penelitian selanjutnya.