KOMITMEN GURU HONOR SD NEGERI TERHADAP KINERJA …
Transcript of KOMITMEN GURU HONOR SD NEGERI TERHADAP KINERJA …
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
132
KOMITMEN GURU HONOR SD NEGERI TERHADAP KINERJA GURU DI
KOTA SEKAYU (PENDEKATAN AFEKTIF, KONTINU DAN NORMATIF)
Avissa Calista
Dosen Program Studi Manajemen STIE Rahmaniyah Sekayu E-mail : avissa.stier @gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menjawab rumusan masalah, yaitu mengetahui dan menganalisis : Pertama, Pengaruh Komitmen Guru Honor SD Negeri secara bersama-sama Terhadap Kinerja
Guru di Kota Sekayu (Pendekatan Afektif, Kontinu dan Normatif). Kedua, Pengaruh Komitmen
Guru Honor SD Negeri secara parsial Terhadap Kinerja Guru di Kota Sekayu (Pendekatan Afektif, Kontinu dan Normatif). Ruang lingkup pembahasan, yaitu komitmen para guru honor
dengan pendekatan afektif, kontinu dan normatif terhadap kinerja guru di SD Negeri Kota
Sekayu. Populasi penelitian ini guru SD Negeri Sekayu yang berjumlah 264 guru honor (aktif
mengajar). Sampel berjumlah 73 responden yang didasari oleh Teori Slovin. Untuk menganalisis dari jawaban responden, skor yang di gunakan untuk mengukur indikator di atas
dengan munggunakan skala likert melalui hasil/skor (dengan pembobotan1,2,3,4,5) dari
jawaban responden. Penelitian ini menyimpulkan pertama, Komitmen Afektif, Kontinu, Normatif, signifikan positif secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Guru. Kedua,
Komitmen Afektif, Kontinu, Normatif, signifikan positif secara parsial berpengaruh terhadap
Kinerja Guru. Ketiga, Kontribusi terbesar di mulai dari komitmen afektif, normative dan yang terendah kontinu pengaruhnya terhadap kinerja guru.
Kata Kunci : Komitmen Afektif, Kontinu, Normatif dan Kinerja Guru
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting
dalam proses pengembangan guru adalah
komitmen organisasional. Karena
dengan adanya komitmen
organisasional yang kuat, sekolah akan
memiliki guru yang loyal dan mau
untuk bekerja dengan sepenuh hati.
Walaupun terdapat kesempatan bagi
guru untuk berpindah sekolah, tetapi
dengan adanya komitmen yang kuat,
maka guru akan tetap bertugas di
sekolahnya.
Komitmen merupakan kondisi
psikologis yang menendakan hubungan
antara karyawan dengan organisasi serta
memiliki implikasi bagi keputusan
individu untuk tetap berada atau
meninggalkan organisasi (Tobing, 2009).
Komitmen organisasi (organizational
commitment) merupakan salah satu
tingkah laku dalam organisasi yang
banyak dibicarakan dan diteliti.
Meningkatnya popularitas konsep
komitmen kerja didasarkan pada
keyakinan bahwa komitmen kerja
memiliki implikasi, bukan saja pada
pegawai dan organisasi, namun juga
kepada masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Greenberg dan Baron (1993),
karyawan yang memiliki komitmen
organisasi yang tinggi adalah karyawan
yang lebih stabil dan lebih produktif
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
133
sehingga pada akhirnya juga lebih
menguntungkan bagi organisasi.
Menurut Mohamed (2012) dalam
(Arta & Surya, 2017) mengatakan bahwa
komitmen organisasional melihat kepada
kesiapan karyawan untuk bekerja keras,
menerima dan mewujudkan tujuan
organisasi, standar organisasi, prinsip
organisasi, etika organisasi dan nilai-nilai
organisasi untuk tetap bertahan pada
organisasi dalam segala bentuk situasi
dan kondisi organisasi. Berdasarkan
uraian di atas, ada berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi
komitmenorganisasional seorang
karyawan. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah motivasi karyawan,
kepemimpinan dan kompensasi. Faktor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi
beberapa tipe komitmen secara
bersamaan, baik itu komitmen afektif,
komitmen kontinyu, dan komitmen
normatif.
Komitmen Afektif, yaitu keterikatan
emosional, identifikasi dan keterlibatan
dalam suatu organisasi. Dalam hal ini
individu menetap dalam suatu organisasi
karena keinginannya sendiri. Karyawan
dengan komitmen afektif yang kuat tetap
berada dalam organisasi karena
menginginkannya (want to). Hasil
penelitian Hidayat (2010) menemukan
bahwa komitmen afektif mempunyai
hubungan positif yang signifikan dengan
kinerja layanan karyawan. Hasil ini
mendukung argumen yang disajikan
dalam studi dalam Allen dan Meyer
(1990) serta Caruana et al. (1997).
Karyawan yang menghargai dan
mengidentifikasi tujuan organisasi
cenderung mempunyai performa (kinerja)
yang baik. Karyawan yang merasa
emosional melekat pada organisasi dan
yang berkomitmen afektif terhadap
organisasi akan bersedia untuk
mengerahkan upaya yang lebih besar atas
nama organisasi daripada mereka yang
tidak Hidayat (2010).
Komitmen Kontinyu, yaitu
komitmen individu yang didasarkan pada
pertimbangan tentang apa yang harus
dikorbankan bila akan meninggalkan
organisasi. Dalam hal ini individu
memutuskan menetap pada suatu
organisasi karena menganggapnya sebagai
suatu pemenuhan kebutuhan. Karyawan
dengan komitmen kontinyu yang kuat
tetap berada dalam organisasi karena
membutuhkannya (need to) (Tobing
2009). Hasil penelitian Hidayat (2010)
menunjukkan bahwa melanjutkan
pekerjaan dalam organisasi adalah
masalah kebutuhan bagi karyawan yang
memiliki komitmen keberlanjutan tinggi.
Sifat hubungan antara komitmen
keberlanjutan dengan kinerja cenderung
tergantung pada implikasi perilaku untuk
pekerjaan. Oleh karena itu, jika seorang
karyawan percaya bahwa mereka akan
dapat terus bekerja, maka karyawan
bersedia mengerahkan banyak upaya atas
nama organisasi dibandingkan dengan
situasi di mana pekerjaan lebih atau
kurang terjamin.
Komitmen Normatif, yaitu
keyakinan individu tentang tanggung
jawab terhadap organisasi. Individu tetap
tinggal pada suatu organisasi karena
merasa wajib untuk loyal pada organisasi
tersebut. Karyawan yang memiliki
komitmen normatif kuat tetap berada
dalam organisasi karena mereka harus
melakukan (ought to).
Peran guru menjadi salah satu
komponen yang penting dan strategis
melalui kinerjanya. Kinerja guru sangat
penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dan menentukan
tinggi rendahnya mutu pendidikan, akan
tetapi kinerja guru ini banyak dipengaruhi
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
134
oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar individu yang
bersangkutan. Kinerja guru dipengaruhi
oleh Afektif, Kontinu dan Normatif yang
merupakan Komitmen Organisasi yang
berpengaruhnya Terhadap Kinerja Guru.
Suatu sekolah tidak akan berjalan
dengan baik, jika para guru tidak memiliki
komitmen organisasi. Seorang guru yang
baik mempunyai rencana ataupun
program serta loyalitas yang tinggi untuk
kemajuan sekolah. Kinerja guru sangat
penting dalam mewujudkan kesiapan
peserta didik dalam menigkatkan
kompetensi diri untuk terjun di dunia
usaha dan dunia industri nanti. Akan
tetapi kinerja guru ini banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar individu yang
bersangkutan.
Komitmen afektif organisasi pada
guru dipengaruhi beberapa faktor.
Berdasarkan observasi awal melalui hasil
wawancara terhadap 20 guru honor SD
Negeri di Sekayu di dapat bahwa salah
satu yang mempengaruhi tinggi
rendahnya komitmen afektif guru honor
SD Negeri di Kota Sekayu adalah faktor
di dalam kelas yang salah satunya minat
belajar siswa. Bahwa siswa yang memiliki
minat belajar yang tinggi akan membuat
guru senang untuk memberikan yang
terbaik bagi para siswanya. Sementara
apabila para siswa memiliki minat belajar
yang rendah akan membuat guru kurang
bersemangat untuk mengajar. Perilaku
individu salah satunya dipengaruhi oleh
variabel psikologis, dimana persepsi
masuk didalamnya. Sikap, perasaan, dan
motivasi individu dalam bekerja
dipengaruhi oleh persepsi terhadap
kondisi dan lingkungan kerja. Dalam
dunia pekerjaan guru, kondisi dan
lingkungan kerja yang dimaksud bisa
berupa kondisi kelas, rekan kerja, minat
belajar siswa, dan kondisi fisik bangunan
sekolah. Maka dari itu, jika guru memiliki
persepsi positif terhadap minat belajar
siswa, maka guru akan berusaha optimal
mewujudkan visi dan misi sekolah.
Hasil observasi awal dengan
mewawancarai 20 guru honor sebagai
responden yang tersebar dari SD Negeri
yang berada di Kota Sekayu. Fenomena
yang terjadi, kinerja guru, hanya
berselisih sedikit antara responden yang
menjawab setuju dengan tidak setuju.
Indikator Loyalitas, dengan pernyataan
Guru loyal terhadap pimipinannya dalam
menjalankan aktivitasnya, berselisih
hanya 14%. Sedangkan item pernyataan
Keputusan yang dibuat pimpinan akan
dijalankan oleh para guru, dengan selisih
32,6%. Indikator Tanggung Jawab dengan
pernyataan Tanggung Jawab Pekerjaan
yang diberikan diselesaikan secara tuntas
dengan berselisih 35%. Sedangkan item
pernyataan Guru bertanggung jawab
terhadap pekerjaan yang sudah
dilaksanakan, berselisih 27,6%. Indikator
Keterampilan, dengan item pernyataan
Pimpinan cekatan dalam menyelesaikan
berbagai konflik di sekolah, dengan
selisih 25%. Pernyataan Pimpinan trampil
melakukan evaluasi terhadap guru dan
administrasi sekolah, dengan selisih
15,2%.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
mencoba untuk melakukan penelitian
dengan judul “Komitmen Guru Honor
SD Negeri Terhadap Kinerja Guru di
Kota Sekayu (Pendekatan Afektif,
Kontinu dan Normatif)“.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka dapat di rumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah :
a. Adakah Pengaruh Komitmen Guru
Honor SD Negeri secara bersama-sama
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
135
Terhadap Kinerja Guru di Kota Sekayu
(Pendekatan Afektif, Kontinu dan
Normatif)?
b. Adakah Pengaruh Komitmen Guru
Honor SD Negeri secara parsial
Terhadap Kinerja Guru di Kota Sekayu
(Pendekatan Afektif, Kontinu dan
Normatif)?
1.3 Ruang Lingkup pembahasan
Peneliti menemukan beberapa
permasalahan yang dihadapi guru honor
terhadap kinerja guru di Sekayu. Lingkup
pembahasan yang akan dibahas, yaitu
pendekatan melalui Afektif, Kontinu dan
Normatif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komitmen guru dalam
memilih tempatnya mengajar.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisa :
a. Pengaruh Komitmen Guru Honor SD
Negeri secara bersama-sama Terhadap
Kinerja Guru di Kota Sekayu
(Pendekatan Afektif, Kontinu dan
Normatif)
b. Pengaruh Komitmen Guru Honor SD
Negeri secara parsial Terhadap Kinerja
Guru di Kota Sekayu (Pendekatan
Afektif, Kontinu dan Normatif)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan suatu hasil yang
dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya
menurut kriteria tertentu yang berlaku
untuk suatu pekerjaan (Robbins,
2012:198). Menurut Sedarmayanti
(2010:23), kinerja adalah status
kemampuan yang diukur berdasarkan
pelaksanaan tugas yang sesuai uraian
tugasnya. Menurut Irianto (2010: 88),
kinerja adalah hasil/prestasi kerja yang
dihasilkan oleh pegawai atau perilaku
nyata yang ditampilkan sesuai perannya
dalam organisasi.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kinerja
a) Faktor-faktor Pribadi
Faktor pribadi, yaitu terdiri dari
kemampuan individu, kepuasan kerja,
motivasi dan komitmen.
b) Faktor-faktor Kepemimpinan
Faktor kepemimpinan yaitu terdiri dari
kualitas dorongan, bimbingan, dan
dukungan yang disediakan oleh
pimpinan dan pemimpin lain.
c) Faktor-faktor Tim
Faktor tim, yaitu terdiri dari kualitas
dukungan yang disediakan oleh rekan
kerja.
d) Faktor-faktor Sistem
Faktor sistem, yaitu terdiri dari sistem
kerja dan fasilitas yang disediakan oleh
organisasi.
e) Faktor-faktor Situasional
Faktor situasi, yaitu terdiri dari tekanan
lingkungan internal dan eksternal serta
perubahan-perubahan (Wibowo,
2011:134).
2) Indikator Kinerja
Indikator-indikator kinerja, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Loyalitas : kesetiaan pegawai terhadap
organisasi dan semangat berkorban
demi tercapainya tujuan organisasi.
b) Tanggung Jawab : rasa memiliki
organisasi dan kecintaan terhadap
pekerjaan yang dilakukan dan ditekuni
serta berani menghadapi segala
konsekuensi dan resiko dari pekerjaan
tersebut.
c) Ketrampilan : kemampuan pegawai
untuk melaksanakan tugas serta
menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan
(Mangkunegara , 2012: 70).
d) Kemampuan kerja : merupakan
kemampuan menguasai seluk beluk
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
136
pekerjaannya serta mampu
menyelesaikan permasalahan pekerjaan
dengan baik.
e) Kerajinan : merupakan ketekunan atau
kerajinan seseorang pegawai dalam
melakukan pekerjaan.
f) Kepatuhan kerja : merupakan
kepatuhan seorang pegawai terhadap
prosedur dalam melakukan pekerjaan.
g) Kualitas pekerjaan : merupakan
kesempurnaan hasil pekerjaan,
kerapihan, kebenaran prosedur kerja,
keletihan dan kecepatan kerja.
h) Hubungan kerjasama: merupakan mutu
hasil pekerjaan yang memerlukan
kerjasama serta kemampuan dalam
bekerjasama.
i) Kepemimpinan: merupakan
kemampuan dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengendalikan
tugasnya serta mampu atau sanggup
membimbing, mendorong, dan menjadi
teladan bawahannya.
j) Prakarsa atau inisiatif: merupakan
kemampuan menggabungkan pikiran
dan usaha, serta berusaha memulai
pekerjaan tanpa diminta.
k) Tanggung jawab: berusaha
menyelesaikan pekerjaan dengan hasil
baik, tepat waktu dan dapat
bekerjasama dengan selaras serta jujur
dalam melaksanakan tugas (Robbins,
2012:217).
2.2 Komitmen Organisasi.
a. Pengertian Komitmen Organisasi
Murty dan Hudiwinarsih,
(2012:215), Secara umum, kinerja
karyawan dipengaruhi oleh komitmen dari
karyawan itu sendiri dan Murty dan
Hudiwinarsih (2012:216). Tingkat
komitmen baik komitmen perusahaan
terhadap karyawan, maupun antara
karyawan terhadap perusahaan sangat
diperlukan karena melalui komitmen-
komitmen tersebut akan tercipta iklim
kerja yang profesional dan menghasilkan
peningkatan kinerja karena karyawan
bekerja secara sepenuh hati dan merasa
bahwa karyawan tersebut merupakan
bagian penting dari suatu organisasi.
Keinginan, tanggung jawab dan
rasamemiliki yang tinggi dalam sebuah
komitmen organisasi tersebutlah yang
dapat meningkatkan kinerja dan
produktifitas karyawan yang tinggi.
Menurut Mathis dan Jacson (2001: 12)
memberikan definisi bahwa komitmen
organisasi “Organizational Commitment
is the degree to which empolyees belive in
and accept organizational goalsand
desire to remain with the organization”.
Komitmen organisasi adalah derajat yang
mana karyawan percaya dan menerima
tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap
tinggal atau tidak akan meninggalkan
organisasi”.
b. Faktor keterlibatan individu dalam
komitmen Oragnisasi
Porter, dkk dalam Triyono,(2008:
19) mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai kekuatan yang bersifat relative
dari individu dalam mengidentifikasikan
keterlibatan dirinya ke dalam bagian
organisasi. Hal ini dapat ditandai dalam
tiga hal, yaitu :
1) Penerimaan terhadap nilai-nilai dan
tujuan organisasi.
2) Kesiapan dan kesediaan untuk
berusaha dengan sungguh-sungguh
atas nama organisasi.
3) Keinginan untuk mempertahankan
keanggotaan di dalam organisasi.
Komitmen merupakan bagian dari
fungsi manajemen sumber daya
manusia yaitu fungsi pemeliharaan.
Komitmen sangat diperlukan oleh
organisasi karena melalui komitmen-
komitmen tersebut, diharapkan akan
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
137
terciptanya iklim kerja yang
profesional. Kualitas kerja yang sehat
merupakan wujud dari komitmen
organisasi terhadap karyawan, akan
mendorong peningkatan motivasi
kerja dan komitmen dari karyawan
terhadap organisasi.Konsep komitmen
organisasi didefinisikan sebagai sikap
yang merefleksikan loyalitas karyawan
pada organisasi dan proses
berkelanjutan di mana anggota
organisasi mengekspresikan perhatiannya
terhadap organisasi dan keberhasilan
serta kemajuan yang berkelanjutan
(Luthans, 2011: 249). Komitmen
organisasi merupakan suatu konstruk
psikologis yang merupakan
karakteristik hubungan anggota
organisasi dengan organisasinya dan
memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan
keanggotaannya dalam berorganisasi
(Allen and Meyer, 1990:143).
Komitmen organisasi didefinisikan
sebagai suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu
serta tujuan-tujuan dan keinginannya
untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi tersebut (Robbins
and Judge, 2013:100). Komitmen
organisasi sebagai tingkat sampai di
mana karyawan yakin dan menerima
tujuan organisasional, serta berkeinginan
untuk tinggal bersama organisasi
(Mathis and Jackson,
2013:122).Keputusan untuk tinggal
bersama atau meninggalkan
perusahaan pada akhirnya tercermin
dalam ketidakhadiran dan angka
perputaran karyawan.Karyawan yang
tidak berkomitmen terhadap organisasi
memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk meninggalkan organisasi,
mungkin lewat ketidakhadiran atau
perputaran secara permanen (Mathis and
Jackson, 2013:122).
Terdapat tiga dimensi terpisah
komitmen organisasional, yaitu antara lain
(Allen and Meyer, 1990: 5). Mengukur
komitmen organisasi dengan 3 indikator
yaitu :
a) Affective commitment, adalah
keterlibatan emosional seseorang pada
organisasinya berupa perasaan cinta
pada organisasi.
b) Continuance commitment, adalah
persepsi seseorang atas biaya dan
resiko dengan meninggalkan organisasi
saat ini.
c) Normative commitment, adalah sebuah
dimensi moral yang didasarkan pada
perasaan wajib dan tanggungjawab
pada organisasi yang
mempekerjakannya
2.3 Komitmen Afektif
a. Pengertian komitmen afektif (Affective
commitment)
Menurut Busro (2020: 78),
komitmen afektif (affective commitment)
berkaitan dengan adanya keinginan untuk
terikat pada organisasi atau keterikatan
emosional karyawa. Komitmen afektif
berhubungan dengan perasaan
emosional untuk organisasi dan
keyakinan dalam nilai–nilainya.
Affective commitment muncul karena
keinginan artinya komitmen dipandang
sebagai suatu sikap yaitu suatu
usaha individu untuk
mengidentifikasikan dirinya pada
organisasi beserta tujuannya. Proses
pembentukan affective commitment
dikembangkan berdasarkan kondisi
exchange principle berupa pelaksanaan
sistem reward dan punishment, sebagai
bentuk timbal balik untuk setiap
konstribusi keterlibatan karyawan
terhadap perusahaan. Pemberian hadiah
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
138
atau hukuman sesuai dengan tingkat
keberhasilan atau kegagalan serta
bagaimana kondisi perusahaan.
Menurut Luthans (2011:249)
komitmen afektif (Affective commitment),
adalah keterikatan emosional karyawan,
identifikasi dan keterlibatan dalam
organisasi. Menurut Darmawan
(2013:169) Komitmen Afektif, yaitu
keterikatan emosional terhadap organisasi
dan kepercayaan terhadap nilai-nilai
organisasi, yang meliputi Keinginan
berkarir di organisasi, Rasa percaya
terhadap organisasi dan Pengabdian
kepada organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan komitmen
afektif adalah adanya keinginan sesorang
atau individu untuk terikat secara
emosional dalam suatu organisasi.
b. Indikator komitmen afektif
Indikator komitmen afektif
meliputi yaitu:
1) Emosional Komitmen afektif
menyatakan bahwa organisasi akan
membuat karyawan memiliki
keyakinan yang kuat untuk
mengikuti segala nilai-nilai
organisasi, dan berusaha unutk
mewujudkan tujuan organisasi sebagai
prioritas utama.
2) Identifikasi Komitmen afektif muncul
karena kebutuhan, dan memandang
bahwa komitmen terjadi karena
adanya ketergantungan terhadap
aktivitas-aktivitas yang telah
dilakukan dalam organisasi pada masa
lalu dan hal ini tidak dapat
ditinggalkan karena akan merugikan.
3) Keterlibatan karyawan dalam
organisasional
Menurut Busro (2020: 86) indikator
komitmen afektif yaitu:
a) Identifikasi dengan organisasi
b) Keterlibatan anggota dengan kegiatan
di organisasi.
Allen dan Meyer (1997)
membagi 8 (delapan) item pertanyaan
untuk komitmen afektif (Affective
Commitment), yaitu :
a) Senang menghabiskan sisa karir di
organisasi ini
b) Senang membicarakan organisasi
dengan teman-teman di luar
c) Merasa masalah organisasi ini bagian
dari masalah diri
d) Dapat dengan mudah berpindah pada
perusahaan lain
e) Tidak merasa seperti menjadi bagian
keluarga di organisasi ini
f) Tidak merasa terikat secara
emosional dengan organisasi ini
g) Organisasi ini memiliki banyak arti
secara pribadi
h) Tidak merasakan “rasa memiliki”
yang kuat terhadap organisasi ini
2.4 Komitmen Keberlanjuta
(continuance commitment)
a. Pengertian komitmen keberlanjutan
(continuance commitment)
Komitmen berkelanjutan
berhubungan dengan nilai ekonomi
yang dirasa dari bertahan dalam
suatu organisasi bila dibandingkan
dengan meninggalkan organisasi
tersebut. Continuance Commitment
muncul karena kebutuhan dan
memandang bahwa komitmen sebagai
suatu perilaku yaitu terjadi karena adanya
suatu ketergantungan terhadap aktivitas-
aktivitas yang telah dilakukan didalam
organisasi pada masa lalu dan hal ini tidak
dapat ditinggalkan karena akan
merugikan.
Menurut Luthans (2011:249)
komitmen berkelanjutan (continuance
commitment), adalah komitmen
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
139
berdasarkan kerugian yang berhubungan
dengan keluarnya karyawan dari
organisasi. Hal ini mungkin karena
kehilangan senioritas atas promosi atau
benefit.
Menurut Allen and Meyer, (1997)
Komitmen Kontinuan/berkelanjutan
yaitu berhubungan dengan nilai
ekonomi yang dirasa dari bertahan
dalam suatu organisasi bila dibandingkan
dengan meninggalkan organisasi tersebut.
Continuance Commitment muncul
karena kebutuhan dan memandang
bahwa komitmen sebagai suatu perilaku
yaitu terjadi karena adanya suatu
ketergantungan terhadap aktivitas-
aktivitas yang telah dilakukan didalam
organisasi pada masa lalu dan hal ini
tidak dapat ditinggalkan karena akan
merugikan.
Menurut Kaswan (2012: 294) “
Komitmen kelanjutan merupakan
komitmen yang didasari atas
kekhawatiran seseorang terhadap
kehilangan sesuatu yang telah diperoleh
selama ini dalam organisasi, seperti gaji,
fasilitas, dan yang lainnya.” Hal-hal yang
menyebabkan adanya komitmen
kelanjutan antara lain adalah umur,
jabatan, dan berbagai fasilitas serta
berbagai tunjangan yang diperoleh.
Komitmen ini akan menurun jika terjadi
pengurangan terhadap berbagai fasilitas
dan kesejahteraan yang diperoleh
karyawan.
Menurut Darmawan (2013:170)
Komitmen Berkelanjutan (continuance
commitment) yaitu keinginan yang tinggi
akan bertahan di organisasi, bukan karena
alasan emosional, tetapi karena adanya
kesadaran dalam individu tersebut akan
kerugiaan yang akan dialami jika
meninggalkan organisasi. Keinginan ini
meliputi Kecintaan pegawai kepada
organisasi, Keinginan bertahan dengan
pekerjaannya, Bersedia mengorbankan
kepentingan pribadi, Keterikatan pegawai
kepada pekerjaan dan Tidak nyaman
meninggalkan pekerjaan saat ini.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan komitmen
keberlanjutan adalah kesadaran anggota
organisasi akan mengalami kerugian jika
meninggalkan organisasi tersebut.
b. Indikator komitmen berkelanjutan
(continuance commitment)
Indikator komitmen kontinu yaitu:
1) Kerugian bila meninggalkan
organisasi Komitmen berkelanjutan
merujuk pada kekuatan
kecenderungan seseorang untuk
tetap bekerja di suatu organisasi
karena tidak ada alternatif lain.
Komitmen berkelanjutan yang tinggi
meliputi waktu dan usaha yang
dilakukan dalam mendapatkan
keterampilan yang tidak dapat
ditransfer dan hilangnya manfaat
yang menarik atau hak-hak
istimewa sebagai senior.
2) Karyawan membutuhkan organisasi
Karyawan yang tetap bekerja dalam
organisasi karena karyawan
mengakumulasikan manfaat yang
lebih yang akan mencegah karyawan
mencari pekerjaan lain.
Menurut Busro (2020: 83) Indikator
komitmen kontinu terdiri dari yaitu:
Keuntungan bila seseorang tetap tinggal
sebagai anggota organisasi. Kerugian bila
seseorang meninggalkan sebagai anggota
organisasi.
Allen dan Meyer (1997)
membagi 8 (delapan) item pertanyaan
untuk komitmen keberlanjutan
(continuance Commitment), yaitu :
1) Tidak takut berhenti bekerja tanpa
memiliki pekerjaan lagi (R)
2) sulit meninggalkan organisasi ini
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
140
3) Keputusan keluar dari perusahaan ini,
akan banyak urusan yang akan
terganggu.
4) Tidak terlalu mahal jika
meninggalkan organisasi ini sekarang
(R)
5) Bertahan di perusahaan ini karena
masalah kebutuhan dan keinginan
6) Tidak memiliki pilihan kecuali tetap
bekerja di organisasi ini
7) Konsekuensi meninggalkan
organisasi ini adalah sulitnya mencari
alternatif pekerjaan lain
8) Alasan utama tetap bekerja di
perusahaan ini adalah butuh biaya
yang besar jika memulai bekerja di
tempat lain.
2.5 Komitmen Normatif
a. Pengertian komitmen normatif
(Normative Commitment)
Komitmen ini berhubungan dengan
kewajiban untuk bertahan dalam
organisasi untuk alasan – alasan moral
atau etis. Normative commitment
berkembang berdasar prinsip pertukaran
atau biasa disebut norm of resiprocity.
Reward secara tidak langsung akan
menciptakan kondisi kewajiban moral
sehingga pada akhirnya akan membentuk
keterikatan yang besar terhadap tempat
kerja. Menurut Luthans (2011:250)
komitmen normatif (normative
commitment), adalah perasaan wajib
untuk tetap berada dalam organisasi,
karena memang harus begitu, tindakan
tersebut merupakan hal benar yang harus
dilakukan.
Menurut Allen and Meyer, (1997),
Komitmen Normatif yaitu berhubungan
dengan kewajiban untuk bertahan dalam
organisasi untuk alasan –alasan moral
atau etis. Normative commitment
berkembang berdasar prinsip
pertukaran atau biasa disebut norm of
resiprocity. Reward secara tidak
langsung akan menciptakan kondisi
kewajiban moral sehingga pada
akhirnya akan membentuk keterikatan
yang besar terhadap tempat kerja.
Menurut Kaswan (2012: 294) “
Komitmen normatif menunjukkan
tanggung jawab moral karyawan untuk
tetap tinggal dalam organisasi.” Penyebab
timbulnya komitmen ini adalah tuntutan
sosial yang merupakan hasil pengalaman
seseorang dalam berinteraksi dengan
sesama atau munculnya kepatuhan yang
permanen terhadap seorang panutan atau
pemilik organisasi dikarenakan balas jasa,
respek sosial, budaya atau agama.
Menurut Darmawan (2013:170)
Komitmen Normatif (normative
commitment) merupakan suatu keharusan
untuk tetap menjadi anggota organisasi
karena alasan moral atau alasan etika.
Meliputi yaitu, Kesetiaan terhadap
organisasi, Kebahagiaan dalam bekerja
dan Kebanggaan bekerja pada organis
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan komitmen
normatif adalah perasaan seseorang
merasa mempunyai keterikatan yang terus
menerus untuk berada di organisasi
tersebut.
b. Indikator komitmen normatif
(Normative Commitment)
Indikator komitmen normatif yaitu:
1) Social reward
Berupa dukungan rekan kerja dan
supervisor serta suasana kondusif
dalam hubungan internasional.
2) Organizational reward
Berupa legitimasi jabatan, keamanan
dan kenyamanan kerja, sistem gaji
yang sesuai harapan.Novelia dkk
(2016).
Menurut Busro (2020: 86) Indikator
komitmen normatif terdiri dari yaitu:
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
141
1) Kemauan bekerja sebagai anggota
organisasi.
2) Tanggung jawab memajukan
organisasi
2.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir menjelaskan secara paradigma alur pikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan gambar di atas, maka
dapat di artikan bahwa faktor-faktor
mempengaruhi kinerja guru yaitu dalam
komitmen afektif, kontinu dan normative.
Sehingga dapat di gambarkan pada
kerangka pemikiran yang telah penulis
buat di atas.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Design / Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini
menggunakan kajian deskriptif, dengan
kata lain bahwa kajian yang penulis
terapkan menggunakan teori-teori yang
dikemukakan para ahli. Selanjutnya
dilakukan analisis dengan berdasarkan
teori-teori yang telah dipelajari dalam
studi pustaka untuk diterapkan pada
penelitian ini.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu metode kualitatif,
dengan menggunkan data penelitian
sebagai berikut. Menurut Husein Umar
(2002:130), sumber data terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang di
peroleh / dapat secara langsung dari
objek penelitian. Data primer
penelitian ini adalah data yang berupa
hasil jawaban responden terhadap
kuesioner yang di sebarkan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja guru Honor SD Negeri di
Sekayu.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah berupa data
yang diperoleh dari objek penelitian,
data tersebut berupa data tertulis atau
sudah berbentuk laporan. Data
sekunder dalam penelitian ini, seperti
materi pengajaran dan jumlah siswa
serta sarana proses belajar mengajar.
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
142
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel.
Populasi penelitian ini adalah Guru
Honor SD Negeri di Kota Sekayu yang
berjumlah 264 guru. Untuk menentukan
jumlah sampel dalam penelitian ini,
penulisan berpedoman pada Teori Slovin.
Menurut Slovin (Husin Umar, 2005:164)
bahwa untuk menentukan jumlah sampel
maka digunakan rumus :
n = _N___
1+ (N e2 )
di mana :
n = sampel
N = total populasi
e = tingkat kesalahan (persentase
kelonggaran karena adanya
kesalahan pengambilan sample)
Maka jumlah sampel yang diambil, jika
tingkat kesalahan sampling sebesar 10%,
adalah
n = _264____= 73 pembulatan
1 + (264.0,012 )
Maka jumlah sampel yang diambil, jika
tingkat kesalahan sampling sebesar 10%,
adalah 73 guru/responden.
3.4 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan Variabel operasional penelitian sebagai berikut
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ariabel Definisi Variabel Indikator
Kinerja
Guru
(Y).
hasil kerja yang dicapai seorang guru, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan dalam mencapai
tujuan di SD Negeri di Kota Sekayu
Palembang
a.Loyalitas. b.Tanggung Jawab
c.Terampil
Afektif
(X1)
adanya keinginan seorang guru untuk terikat secara emosional
di SD Negeri Kota Sekayu
a.Identifikasi b.Keterlibatan
Kontinu
(X2)
kesadaran seorang guru akan mengalami
kerugian jika meninggalkan SD Negeri di Kota Sekayu
a.Keuntungan tetap tinggal
sebagai anggota organisasi b.Kerugian meninggalkan
organisasi
Normatif
(X3)
perasaan seorang guru merasa
mempunyai keterikatan yang terus menerus untuk berada di SD Negeri Kota
Sekayu
a. kemauan bekerja
b.tanggung jawab memajukan sekolah
Sumber: Pemikiran peneliti yang didasari Teori-teori, 2020
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian, yaitu dengan menggunakan
skala likert.
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD
Negeri yang ada di kota Sekayu. Waktu
penelitian ini di lakukan selama 3 (tiga)
bulan, terhitung dari bulan Oktober 2020
sampai dengan Desember 2020.
3.7 Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
daftar pertanyaan, dokumentasi dan teknik
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
143
observasi, menurut Husaini Usman dan
Purnomo Setiadi Akbar (2001:54):
1. Daftar pertanyaan
Metode pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang di sebarkan kepada
responden yang terpilih dari penelitian
ini.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah
pengumpulan data yang dilakukan
melalui dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan masalah dalam
penelitian dari kegiatan operasional
seorang guru.
3. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan
langsung, pencatatan dan
penganalisaan terhadap objek yang ada
hubungannya dengan penulisan
penelitian ini yang ada di SD Negeri
Kota Sekayu.
3.8 Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa guna
memecahkan masalah di dalam penelitian
ini, penulis menggunakan beberapa
analisis yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Kualitatif
Analisi kualitatif yaitu teknik analisis
dengan cara membandingkan antara
teori dengan data di lapangan. Hasil
wawancara dengan responden dan
pengisian quisioner dijadikan sebagai
analisis kuantitatif
2. Analisis Kuantitatif
Teknik analisis kuantitatif yang di
ambil adalah teknik analisis kuantitatif
deskriptif, menyatakan bahwa analisis
kuantitatif Deskriptif adalah analisis
data angka di mana jawaban responden
tersebut di olah, dianalisis dengan
menggunakan interval rata-rata.
Dengan menggunakan perhitungan
statistik regresi linear berganda.
Untuk menganalisis dari jawaban
responden, skor yang di gunakan untuk
mengukur indikator setiap variabel
dengan munggunakan skala likert dengan
jawaban responden sebagai berikut :
Pilihan skor
Sangat setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Netral (N) = 3
Tidak setuju (TS) = 2
Sangat tidak setuju (STS) = 1
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Sebagaimana telah dijelaskan pada
bagian terdahulu bahwa populasi dalam
penelitian ini adalah guru SD Negeri
berstatus honor di Kota Sekayu. Guru
honor ini sudah mengajar di atas 3 (tiga)
tahun di sekolah tersebut.
4.1.2 Uji Regresi.
Analisis regresi linier berganda
digunakan dalam penelitian ini dengan
tujuan untuk membuktikan hipotesis
mengenai pengaruh Variabel Afektif (X1),
Kontinu (X2) dan Normatif (X3) Terhadap
Kinerja Guru (Y). Perhitungan statistik
dalam analisis regresi linier berganda
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS For Windows
Relase 15.00. Hasil pengolahan datanya
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
144
Tabel 4.1. Hasil Koefisien Regresi Berganda
Coefficientsa
-1.967 1.062 -1.852 .068
.525 .233 .254 2.250 .028
.353 .154 .249 2.287 .025
.420 .183 .249 2.303 .024
(Constant)
Afektif
Kontinu
Normatif
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kinerja Gurua.
Sumber : Hasil olah data primer, 2020.
Berdasarkan tabel di atas maka didapat persamaan regresi sederhana berikut ini:
Intepretasi dari persamaan regresi
berganda mengenai pengaruh Variabel
Afektif (X1), Kontinu (X2), Normatif (X3),
terhadap Variabel Terikat yaitu Kinerja
Guru (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Nilai konstanta sebesar -1,967
menunjukkan bahwa jika Variabel
Afektif (X1), Kontinu (X2), Normatif
(X3), dianggap tidak ada (nol) maka
Variabel Kinerja Guru (Y) sebesar -
1,967.
b) Koefisien regresi Variabel Afektif
(X1), sebesar 0,525 berslope positif, hal
ini menyatakan bahwa jika Afektif
(X1), mengalami kenaikan sebesar 1
satuan, maka Kinerja Guru (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar 0,525
atau dapat juga dikatakan bahwa
semakin tinggi Afektif (X1), seorang
pegawai maka akan mampu
meningkatkan Kinerja Guru (Y).
c) Koefisien regresi Variabel Kontinu
(X2) sebesar 0,353 berslope positif, hal
ini menyatakan bahwa jika Kontinu
(X2) mengalami kenaikan sebesar 1
satuan, maka Kinerja Guru (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar 0,353
atau dapat juga dikatakan bahwa
semakin baik Kontinu (X2) maka akan
mampu meningkatkan Kinerja Guru.
d) Koefisien regresi Variabel Normatif
(X3) sebesar 0,420 berslope positif, hal
ini menyatakan bahwa jika Normatif
(X3) mengalami kenaikan sebesar 1
satuan, maka Kinerja Guru (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar 0,420
atau dapat juga dikatakan bahwa
semakin baik Normatif (X3) maka akan
mampu meningkatkan Kinerja Guru.
e) Ketiga koefisien variabel bebas
berslope positif, hal ini menunjukkan
hubungan linier positif (searah) antara
Variabel Afektif (X1), Kontinu (X2),
Normatif (X3), terhadap Variabel
Terikat yaitu Kinerja Guru (Y) artinya
Afektif (X1), Kontinu (X2), Normatif
(X3), yang semakin baik, maka
semakin baik pula Kinerja Guru (Y).
4.1.3 Uji Korelasi dan Koefisien
Determinasi.
a. Uji Korelasi (R).
Analisis korelasi adalah salah satu
teknik statistik yang digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel
atau lebih yang sifatnya kuantitatif.
Fungsi utama dari analisis korelasi adalah
Y = -1.967 + 0,525X1 -+0,353X2 + 0,420X3
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
145
untuk menentukan seberapa erat
hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Analisis Korelasi
bertujuan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel, analisis
korelasi tidak membedakan antara
variabel dependen dengan independen.
Dari hasil estimasi data rekap
jawaban responden, maka hasil koefisien
korelasi dapat dijelaskan melalui tabel
berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Uji Korelasi
Model Summary
.505a .255 .222 1.377191
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors : (Constant), Normatif, Kontinu, Afektifa.
Sumber : Hasil olah data primer
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,505.
Dari hasil yang didapat dengan
mengkaitkan hasil koefisien korelasi
dengan tingkat keeratan antara variabel
sebesar 0,505 yang berada pada
interpretasi nilai korelasi (0,40-0,599)
artinya bahwa hubungan kedua variabel
signifikan dan tingkat keeratannya
Sedang. Dimana data interprestasi
kolerasinya sebagai berikut :
Tabel 4.3
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Kolerasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,01-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-0,999 Sangat Kuat
Koefisien Determinasi digunakan
dalam kaitannya dengan penggunaan
analisis kolerasi untuk melihat besar
kecilnya besaran kontribusi atas variabel
bebas menjelaskan variabel terikat.
Koefisien determinasi disebut juga
koefisien penentu, karena varian yang
terjadi pada variabel dependen dapat
dijelaskan melalui variabel independen.
Hasil perhitungan dengan
penggunaan program SPSS For Windows
diperoleh bahwa nilai R2 = 0,255 yang
berarti bahwa Variabel Afektif (X1),
Kontinu (X2), Normatif (X3) mampu
menjelaskan Variabel Kinerja Guru
sebesar 0,255 atau 25,5%, sedangkan
sisanya sebesar 74,5% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak diteliti.
Dikarenakan berdasarkan tabel 4.20, nilai
Sumber: Sugiyono (2007:183)
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
146
koefisien determinasi yang dinilai sedang
yaitu sebesar 74,5%, maka dalam hal ini
peneliti memberikan rekomendasi kepada
peneliti yang lain untuk dapan melakukan
penelitian serupa guna menyempurnakan
penelitian ini dengan variabel lainnya
diluar variabel yang sedang peneliti
gunakan saat ini.
4.1.4 Uji Hipotesis.
a. Uji t (t-test).
Uji t digunakan untuk menguji
apakah terdapat pengaruh signifikasn
antara Variabel Afektif (X1), Kontinu
(X2), Normatif (X3), terhadap Variabel
Terikat yaitu Kinerja Guru (Y). Untuk
menentukan apakah hipotesis yang
diajukan signifikan atau tidak, maka perlu
dilihat dari estimasi t-hitung yang
ditunjukan oleh tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Hasil Uji t (parsial)
Coefficientsa
-1.967 1.062 -1.852 .068
.525 .233 .254 2.250 .028
.353 .154 .249 2.287 .025
.420 .183 .249 2.303 .024
(Constant)
Afektif
Kontinu
Normatif
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kinerja Gurua.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat
diketahui bahwa nilai thitung untuk
Variabel Afektif (X1) adalah sebesar
2,250, Variabel Kontinu (X2) adalah
sebesar 2,287, Variabel Normatif (X3)
adalah sebesar 2,303, jika dibandingkan
dengan ttabel = 1,99444. Hasil estimasi
tersebut menyatakan bahwa nilai thitung
ketiga variabel bebas atas variabel terikat
lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), maka
kreteria Ha diterima dan Ho ditolak, hal
ini berarti ketiga variabel bebas dapat
dikatakan berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat. Disisi lain, jika
dibandingkan antara nilai koefisien Sig.
dengan nilai P-value (α) sebesar 0,05,
maka dapat diketahui bahwa koefisien
Sig. variabel X1 sebesar 0,028, koefisien
Sig. variabel X2 sebesar 0,025, koefisien
Sig. variabel X3 sebesar 0,24, ketiga
variabel bebas tersebut memiliki nilai
koefisien Sig. yang masih di bawah nilai
P-value (α), hal ini berarti Ha diterima dan
H0 ditolak, artinya bahwa ada hubungan
secara signifikan antara Variabel Afektif
(X1), Kontinu (X2), Normatif (X3)
terhadap Variabel Terikat yaitu Kinerja
Guru (Y).
b. Uji F (simultan/bersama-sama).
Hasil analisis data dengan
menggunakan program SPSS For
Windows Relase 15.00 dapat disajikan
dalam tabel berikut:
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
147
Tabel 4.5 Hasil Uji F (simultan)
ANOVAb
44.749 3 14.916 7.865 .000a
130.869 69 1.897
175.618 72
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predic tors : (Constant), Normat if, Kontinu, Afektifa.
Dependent Variable: Kinerja Gurub.
Sumber : olah data primer.
Dari tabel di atas, diketahui nilai
Fhitung sebesar 7,865 > nilai Ftabel
sebesar 2,73 dan dikuatkan dengan nilai
koefisien sig. Fhitung sebesar 0,000 < P-
value (α) sebesar 0,05. Berdasarkan
kriteria pengujiannya adalah jika nilai
koefisien sig. F < P-value (α) sebesar 0,05
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Maka
dapat disimpulkan bahwa bahwa ada
hubungan secara signifikan antara
Variabel Afektif (X1), Kontinu (X2),
Normatif (X3), terhadap Variabel Terikat
yaitu Kinerja Guru (Y).
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian dengan perhitungan
statistik menyatakan :
a. Hasil uji F menyatakan bahwa Variabel
Afektif (X1), Kontinu (X2), Normatif
(X3), berpengaruh signifikan secara
bersama-sama terhadap Variabel
Terikat yaitu Kinerja Guru (Y).
b. Hasil uji t menyatakan bahwa Variabel
Afektif (X1), Kontinu (X2), Normatif
(X3), berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Variabel Terikat yaitu
Kinerja Guru (Y).
Penelitian ini sesuai dengan teori
Murty dan Hudiwinarsih, (2012:215),
Secara umum, kinerja karyawan
dipengaruhi oleh komitmen dari karyawan
itu sendiri dan Murty dan Hudiwinarsih
(2012:216). Tingkat komitmen baik
komitmen perusahaan terhadap karyawan,
maupun antara karyawan terhadap
perusahaan sangat diperlukan karena
melalui komitmen-komitmen tersebut
akan tercipta iklim kerja yang profesional
dan menghasilkan peningkatan kinerja
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Nurrofi. (2013) dan Nurbiyati
dan Kunto Wibisono. (2014).
Penelitiannya menyimpulkan semua
hipotesis diterima, yang artinya bahwa
komitmen yang terdiri afektif, kontinyu
dan normatif secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa
komitmen yang terdiri afektif, kontinyu
dan normatif secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap disiplin kerja,
disiplin kerja berpengaruh terhadap
kinerja serta pengaruh tidak langsung
komitmen organisasi yang terdiri dari
komitmen afektif, komitmen kontinyu dan
komitmen normatif terhadap kinerja
karyawan melalui disiplin lebih besar dari
pada pengaruh komitmen organisasi yang
terdiri dari komitmen afektif, komitmen
kontinyu dan komitmen normatif terhadap
kinerja karyawan.
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
148
5. SIMPULAN
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data, maka dapat
disimpulkan :
a. Komitmen Afektif (X1), Kontinu (X2),
Normatif (X3), signifikan positif
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Variabel Terikat yaitu Kinerja
Guru (Y).
b. Komitmen Afektif (X1), Kontinu (X2),
Normatif (X3), signifikan positif
secara parsial berpengaruh terhadap
Variabel Terikat yaitu Kinerja Guru
(Y).
c. Kontribusi terbesar di mulai dari
komitmen afektif, normative dan yang
terendah kontinu pengaruhnya
terhadap kinerja guru.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di
atas, maka penulis mencoba memberikan
saran-saran yang mungkin akan
bermanfaat bagi Sekolah Dasar Negeri
dan instansi terkait untuk meningkatkan
kinerja guru di Sekayu, sebagai berikut :
a. Komitmen afektif perlu dipertahankan,
dengan cara terus melibatkan para guru
dalam pembuatan keputusan sekolah.,
b. Komitmen normative sudah baik,
namun perlu ditingkatkan. Pimpinan
memberikan kepercayaan dan
tanggungjawab kepada para guru.
c. Komitmen kontinu harus ditingkatkan,
agar kinerja guru juga meningkat. Hal
ini perlu dilakukan dengan cara
pimpinan memberikan reward kepada
para guru yang berprestasi dan
sebaliknya secara persuasif memotivasi
guru yang ,asih lamban dalam
berkinerja.
d. Kepala sekolah selaku Pimpinan dapat
memberikan rekomendasi
pengangkatan guru honor ini kepada
Bupati Musi Banyuasin.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Nurrofi. 2013. Analisis Pengaruh
Dimensi Komitmen Organisasi
(Affective, Continuance, Normative)
Terhadap Kinerja Karyawan STIE
Totalwin Semarang. Jurnal Ilmu
Manajemen dan Akuntansi Terapan
(JIMAT) Volume 4 Nomor 1, Mei
2013.
Allen, N. J. & J. P. Meyer. (1997),
Commitment in The Workplace
Theory Research and Application.
Califotnia: Sage Publications.
Allen, N.J., and Meyer J.P. 1997. The
Measurement and Antecendents of
Affective, Continuance and
Normative Commitment to The
Organization, Journal of
Occupational Psychology. Vol.63.
No.1. pp. 1-18.
Bloom, Matt. And., George T, Milkovich.
(1998), “Relationship Among risk
Incentive Pay, And Organizational
Performance”, Academic of
Management Journal,Vol.41, p.283-
297.
Busro Muhammad. 2020. Teori-teori
Manajemen Sumberdaya Manusia.
Edisi Pertama, Cetakan Ke 2
Penerbit Prenada Media Group.
Jakarta.
Fauzi, Fitriya., Dencik, A.Basyith., dan
Asiati, D. I. 2019. Metodologi
Penelitian Untuk Manajemen dan
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2012. “Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 20”. Semarang : UNDIP.
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
149
Kaswan dan Ade Sadikin Akhyadi. 2015.
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Dari Konsepsi, Paradigma,
dan Fungsi Sampai Aplikasi.
Bandung: Alfabeta.
Martinis Yamin, Maisah 2010.
Standarisasi Kinerja Guru. Edisi
Revisi. Penerbit Gunung Persada.
Jakarta.
Malthis, Nawawi, 2011. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Maysaroh, 2004. Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Meyer, John P. dan Catherina A. Smith,
(2000), “HRM Practices and
Organizational Commitment: Test
of a Mediation Model”, Canadian
Journal of Administrative Science,
17, (4)
Mulyasa, 2014. Telaah Kinerja
Organisasi Publik. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Nazir, M. 2008. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Standar Sarana Prasarana
Pidarta, Made, 2008. Pemikiran Tentang
Iklim Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara
Priyantno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS
Untuk Analisi dan Uji Statistik.
Jakarta, Indonesia : Gramedia
Pustaka Utama
Priyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif. Surabaya: Zifatama
Publishing.
Purwanto, 2009. Telaah Kurikulum
Sekolah Menengah. Jakarta : PT.
Gramedia
Rahardjo, Budi. 2003. Manajemen
Pendidikan. Jakarta : Depdiknas
Rivai dan Bisri, 2005. Total Quality
Management (TQM). Jakarta : Bumi
Aksara
Ridwan, 2005, Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian,
Bandung, CV. Alfabeta.
Robbins, 2006, SDM Berkualitas:
Mengubah Visi menjadi Realitas,
Jakarta : Gramedia.
Sandu, S. & Ali, S. 2015. Dasar
Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
Bandung: Alfabeta.
Sujana, Nana, 2005. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : PT. Grafindo
Supriyanto, 2008, Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di Era
Globalisasi. Bandung : PT. Remaja
Rosda
Suyanto, 2005. Tantang Dunia
Pendidikan di Era Globalisasi.
Bandung : CV. Alfabeta
Titik Nurbiyati dan Kunto Wibisono.
2014. Analisis Pengaruh Komitmen
Jurnal Adminika Volume 7. No. 1, Januari- Juni 2020 ISSN : 2442-3343
150
Afektif, Kontinyu dan Normatif
Terhadap Kinerja dengan Disiplin
Kerja Sebagai Variabel Intervening
Fakultas Ekonomi UII, Jurnal
Kajian Bisnis Vol. 22, No. 1, 2014,
21 – 37.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Teknologi Informasi
Uno, Hamzah B, 2011. Pendidikan di Era
Digitalisasi. Jakarta : PT. Gramedia
Usman, 2010. Filosofi Pendidikan.
Yogyakarta : Andi Offset
Waridin, 2006. Manajemen Personalia.
Bandung : Remaja Rosda Karya
Warsita, 2008. Pemanfaatan Teknologi
Informasi. Jakarta : PT. Gramedia
Wijaya, H.A.W.,2004, Otonomi Daerah
dan Daerah Otonomi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Yuliana, 2012, Strategi Organisasi,
Yogyakarta: Amara Books.