Komite akreditasi rumah sakit
-
Upload
moch-rasyiid -
Category
Documents
-
view
724 -
download
0
Transcript of Komite akreditasi rumah sakit
BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA
No. 124, 2011
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 417/MENKES/PER/II/2011
TENTANGKOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit;
Mengingat:1.Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2.Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3.Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional;4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1.Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku.
2.Standar pelayanan rumah sakit adalah pedoman yang harus diikuti dalam menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan.
3.Akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan standar pelayanan.
4.Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
5.Komisi Akreditasi Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat KARS adalah lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non-struktural, dan bertanggung jawab kepada Menteri.
6.Peraturan lnternal Komisi Akreditasi Rumah Sakit adalah peraturan tentang pengorganisasian Komisi Akreditasi Rumah Sakit termasuk para surveior yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
7.Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang kesehatan.
BAB IIKEDUDUKAN, FUNGSI DAN TUGAS
Pasal 2KARS berkedudukan di Ibu Kota Negara.
Pasal 3(1)KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pembimbingan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan perkembangan akreditasi rumah sakit secara internasional.
(2)Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KARS mempunyai tugas:a.merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi rumah sakit;b.menyusun rencana strategis akreditasi rumah sakit;c.menyusun peraturan internal KARS;d.menyusun standar akreditasi;e.menetapkan status akreditasi rumah sakit;
f.menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta pengembangan di bidang akreditasi dan mutu layanan rumah sakit;g.mengangkat dan memberhentikan tenaga surveior;
h.membina kerja sama dengan institusi di dalam negeri maupun di luar negeri yang berkaitan dengan bidang akreditasi dan peningkatan mutu layanan rumah sakit;i.melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi;j.melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit; dank.melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi rumah sakit.
(3)KARS dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dan Komite Akreditasi Nasional dalam melakukan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi dan untuk membina rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu layanannya.
(4)Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia mengikutsertakan asosiasi perumahsakitan lainnya.
BAB IIIORGANISASI
Bagian KesatuUmum
Pasal 4(1)Susunan Organisasi KARS terdiri dari Pembina, Komisioner dan kelompok surveior.(2)Pembina KARS adalah Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.(3)Komisioner terdiri dari:
a.Ketua;b.Wakil Ketua;c.Sekretariat;d.Bidang Akreditasi;e.Bidang Pendidikan dan Pelatihan;f.Bidang Komunikasi, Data dan Informasi;g.Bidang Penelitian dan Pengembangan; danh.Koordinator Surveior.
Bagian KeduaPembina
Pasal 5
(1)Pembina mempunyai fungsi menetapkan kebijakan pengembangan akreditasi rumah sakit.(2)Pembina mempunyai tugas:
a.menetapkan visi dan misi serta peraturan internal KARS;b.menetapkan kode etik dan disiplin akreditasi rumah sakit;c.merumuskan kebijakan perkembangan akreditasi rumah sakit;
d.memberikan petunjuk, pertimbangan dan nasehat dalam menyelesaikan masalah yang diajukan Komisioner;e.mengusulkan kepada Menteri untuk mengangkat dan memberhentikan Komisioner; dan
f.membentuk panitia Ad Hoc Etik dan Disiplin.
Bagian KetigaKomisioner
Pasal 6(1)Komisioner mempunyai tugas mengelola dan melaksanakan akreditasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.(2)Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) komisioner membentuk sekretariat dan
kelompok surveior serta mengangkat staf.(3)Komisioner berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pembina.
Pasal 7Ketua bertugas memimpin Komisioner sesuai tugas yang ditetapkan Pembina agar berdaya guna dan berhasil guna.
Pasal 8Wakil ketua bertugas:a.membantu ketua dalam menjalankan tugas-tugas komisi.b.mewakili ketua dalam tugasnya apabila berhalangan.
Pasal 9(1)Sekretariat adalah unsur penunjang tugas dan fungsi KARS di bidang pelayanan administrasi, mengelola aset,
mengoordinasikan kegiatan bidang-bidang di lingkungan KARS, mengelola kegiatan surveior dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua.
(2)Sekretariat di pimpin oleh Kepala Sekretariat dengan di bantu oleh wakil sekretariat dan staf sekretariat dalam menjalankan tugas kesekretariatan.
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana kesekretariatan diatur lebih lanjut dengan peraturan internal KARS.
Pasal 10(1)Bidang Akreditasi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi KARS yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Ketua.(2)Bidang Akreditasi mempunyai tugas membantu Ketua dalam merumuskan, merencanakan dan melaksanakan
akreditasi rumah sakit serta menyusun standar akreditasi.(3)Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bidang Akreditasi dapat dibantu oleh 1 (satu) orang staf atau lebih.
Pasal 11(1)Bidang Pendidikan dan Pelatihan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi KARS yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua.(2)Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas membantu Ketua dalam merumuskan, merencanakan dan
melaksanakan Pendidikan dan pelatihan serta pembimbingan yang terkait dengan akreditasi rumah sakit.(3)Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan dapat dibantu oleh 1 (satu) orang staf
atau lebih.
Pasal 12(1)Bidang Komunikasi, Data dan Informasi adalah unsur Pelaksana sebagian tugas dan fungsi KARS berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua.(2)Bidang Komunikasi, Data dan Informasi mempunyai tugas membantu Ketua dalam merencanakan dan
melaksanakan kerja sama dengan instansi lain serta penyebaran informasi hal-hal yang terkait dengan akreditasi rumah sakit.
(3)Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Komunikasi, Data dan Informasi dapat dibantu oleh 1 (satu) orang staf atau lebih.
Pasal 13(1)Bidang Penelitian dan Pengembangan adalah unsur Pelaksana sebagian tugas dan fungsi KARS berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua.(2)Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas membantu Ketua dalam penelitian dan pengembangan
hal-hal yang terkait dengan akreditasi rumah sakit.(3)Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan dapat dibantu oleh 1 (satu) orang
staf atau lebih.
Pasal 14(1)Kelompok surveior diangkat oleh KARS untuk melaksanakan survei akreditasi dan memberikan layanan
bimbingan pra survei akreditasi rumah sakit.(2)Bimbingan pra survei akreditasi rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan oleh
surveior yang berbeda dengan pelaksana survei akreditasi.(3)Kelompok Surveior terdiri dari Koordinator dan Anggota Surveior.(4)Koordinator surveior diangkat dan diberhentikan oleh Ketua.(5)Surveior berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua.(6)Surveior harus mematuhi Kode Etik Surveior dan peraturan lainnya yang ditetapkan oleh KARS.(7)Jumlah, jenis dan lokasi tempat tinggal surveior sesuai kebutuhan dan perkembangan akreditasi rumah sakit.(8)Tugas dan fungsi koordinator surveior diatur lebih lanjut di dalam peraturan internal KARS.
BAB IVTATA KERJA
Pasal 15(1)Semua unsur di lingkungan KARS dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integritas,
sinkronisasi, baik di lingkungan KARS sendiri maupun dalam hubungannya dengan institusi lain.(2)Tata laksana akreditasi dan pembinaan pasca akreditasi ditetapkan oleh Ketua.(3)Petunjuk pelaksanaan dan Prosedur tetap akreditasi rumah sakit ditetapkan oleh Ketua.
BAB VPENGANGKATAN, MASA JABATAN DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 16(1)Komisioner diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas usul Pembina.(2)Komisioner diangkat untuk masa bakti 3 (tiga) tahun. 3) Komisioner (3) Komisioner dapat diganti dalam masa
bakti keanggotaannya apabila yang bersangkutan meninggal dunia atau karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan tugasnya.
(4)Komisioner dapat diganti dalam masa bakti keanggotaannya apabila yang bersangkutan karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan tugasnya.
Pasal 17Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan dan pemberhentian serta mekanisme kerja komisioner diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Internal KARS.
BAB VIPENDANAAN
Pasal 18Pendanaan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi KARS bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Kesehatan dan atau sumber lain yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIIPELAPORAN
Pasal 19(1)Setiap akhir tahun Ketua membuat laporan pelaksanaan akreditasi rumah sakit dan kegiatan lain yang terkait
kepada Pembina.(2)Pembina melakukan evaluasi kinerja Ketua dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit dan kegiatan lain yang
terkait dengan akreditasi rumah sakit.(3)Pembina menyampaikan laporan tersebut kepada Menteri.
BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 20Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1165A/Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 21Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 24 Februari 2011MENTERI KESEHATAN,REPUBLIK INDONESIA
ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIHDiundangkan di Jakartapada tanggal 2 Maret 2011MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,REPUBLIK INDONESIA
PATRIALIS AKBAR
Menkes melantik Dewan Pengawas BLU dan anggota KARS
Sesuai amanat UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum (BLU), Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, hari ini (25/3) melantik 112 Dewan Pengawas yang baru pada 25 RS-BLU di lingkungan Kemkes dan mengukuhkan 10 anggota Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pelantikan juga dihadiri Pejabat Eselon 1 dan 2 Kemkes, Direktur Utama RS-BLU, Ketua Organisasi Profesi, dan Ketua Organisasi Perumahsakitan.
Menkes dalam sambutannya mengharapkan, pergantian keanggotaan Dewan Pengawas dan KARS dapat memberikan kesegaran, visi dan inovasi baru dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat bagi terwujudnya derajat kesehatan yang optimal.
RS-BLU dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus menerapkan prinsip efisiensi dan produktif tetapi tidak boleh mengutamakan mencari keuntungan. Karena itu, pimpinan RS-BLU dapat membebaskan sebagian atau seluruh biaya pelayanan bagi pasien tidak mampu, maupun pasien dengan pertimbangan tertentu, namun tidak boleh mengurangi kualitas pelayanan, ujar Menkes.
Tugas Dewan Pengawas adalah memberikan pendapat dan saran kepada Menkes dan Menkeu mengenai Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang, pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kinerja BLU, serta memberikan nasehat kepada pejabat pengelola BLU dalam melaksanakan pengurusan BLU sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan No.09/PMK.02/2006.
”Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5 tahun dan dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya apabila tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, serta tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” kata Menkes
Anggota Dewan Pengawas yang dilantik sesuai peraturan yang berlaku dan memenuhi unsur Kemkes, Kemkeu, tenaga ahli yang profesional dan kompeten di bidang RS-BLU serta tokoh masyarakat.
Menkes menegaskan, dalam meningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam mewujudkan keamanan dan keselamatan pasien (patient safety) pada era persaingan bebas (globalisasi), sebagaimana diatur dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu dilakukan akreditasi oleh KARS.
Menkes merharapkan KARS dapat mengembangkan kiprahnya menjadi lembaga Akreditasi Internasional dalam upaya menuju kualitas pelayanan yang mampu menjawab tantangan global melalui RS yang terakreditasi dan memenuhi standar internasional.
Sesuai Peraturan Menkes No. 417/MENKES/PER/II/2011, tugas KARS adalah merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi rumah sakit; menyusun rencana strategis, standar dan menetapkan status akreditasi rumah sakit; serta menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, pembimbingan, melakukan sosialisasi, melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit.
Sampai saat ini rumah sakit yang telah diakreditasi sebanyak 646 RS (42,42%) dari 1.523 RS di seluruh Indonesia. Tahun 2011 ditargetkan 914 RS (60%) dari 1.523 RS dan pada tahun 2014 ditargetkan 1.370 RS (90%) telah diakreditasi.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, 5223002 Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail [email protected],[email protected], [email protected].
NAMA-NAMA PEMBIMBING
I. Pembimbing Administrasi
1. Dr.H.Boedihartono,MHA
2. Dr.H.Sudasri,MHA
3. Dr.Sofyan Syahboedin,MPH,MHA,MM
4. Dr.Luwiharsih,M.Sc
5. Dr.Hj.Nina Sekartina, MHA
6. Dr.H.MgsJohan T.Saleh,M.Sc
7. DR.Dr.H.Sutoto,M.Kes (MMR)
8. Dr.H.Abdoel Rasim,MM,MARS
9. Dr.R.Rifayantini,MHA
10. Dr.Suparman Sidik
11. Dr.Nurul Ainy Sidik,MARS
12. Dr.Sri Handono,MPPM
13. Dr.Tri Hastuti,MS
14. Dr.B.Eka A.Wahjoeni,M.Kes
15. Dr.Liliek Marliana,MM
II. Pembimbing Medis
1. Dr.RobbyTandiari,Sp.Rad,FICS
2. Dr.Nico A.Lumenta,K.Nefro,MM
3. Dr. Farida DjalaI,Sp.KK
4. Dr. Anggreni Wiyono,Sp.THT
5. Dr.Abdul Bar Hamid,Sp.S
6. Prof.DRJB Suparyatmo,Sp.PK
7. Dr.Rahmat Wahjudiana,Sp.B
8. Dr.Nana Supriana,Sp.R
9. Dr. Koesno Martoamodjo,Sp.A
10. Dr.Harry Hartoyo,Sp.RM
11. Dr.Djoti Atmojo,Sp.A
12. Prof.Dr.Amirudin Aliah,Sp.S(K)
13. Dr.Nunuk Maria Ulfah,Sp.M
14. Dr.Siti Nurdajanah,Sp.THT,MARS
15. Dr.C.Prabani Setiodrestiono,Sp.B
16. Dr.Sutopo Kirlan,Sp.BT.Sp.B,MARS
17. Dr.Dashriati,Sp.KJ
18. Dr.Danial M.Hadibarata,Sp.PK
19. Dr.Budiharto,Sp.B
20. Dr.Djoni Darmajaya,Sp.B
21. Dr.Asianto Supargo,Sp.KJ
22. Dr.Tri Lastiti W,Sp.RM
23. Dr.Anthon,W.P,Sp.PK
24. Dr.Rorry Hartono,Sp.F,MH
III. Pembimbing Keperawatan
1. DR.Rokiah K,SKM,MHA
2. Lismidar,SKM
3. Gandauli Panggabean,SKM,MARS
4. Saida Simanjuntak,S.Kp
5. Maria I Wijaya, SKM
6. Rasmanawati,S.Kp,MM
7. Sri Rejeki,SH,MARS
8. Siti Pertiwi,S.Pd
9. Rumondang Panjaitan,M.Kep
10. Dra.Pipih Karniasih,M.Kep
11. Ruti Nubi,SKM
12. Astuti Sri Wardhani,SKM
13. Rismawati Syarief,S.Kp,M.Kes
14. Ida Suaedah,S.Kp