Kolestasis_neonatal
-
Upload
fossetta23 -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Kolestasis_neonatal
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
1/13
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
2/13
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi utama dari hati adalah memproduksi dan mensekresi empedu.
Kolestasis terjadi bila terjadi hambatan aliran empedu dan bahan-bahan yang harus diekskresi
hati. Tiga penyebab utama kolestasis adalah sindroma hepatitis neonatal, obstruksi mekanik
dan sindroma paucity saluran empedu intrahepatal.1Diagnosis dini kolestasis sangat penting
karena terapi dan prognosa dari masing-masing penyebab sangat berbeda.2
Pada atresia bilier,
bila pembedahan dilakukan pada usia lebih dari 8 minggu mempunyai prognosa buruk.3
Salah
satu tujuan diagnostik yang paling penting pada kasus kolestasis adalah menetapkan apakah
gangguan aliran empedu intrahepatik atau ekstrahepatik.1,2
DEFINISI
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk duodenum dalam jumlah
normal. Gangguan dapat terjadi mulai dari membrana-basolateral dari hepatosit sampai
tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum.4
Dari segi klinis didefinisikan sebagai
akumulasi zat-zat yang diekskresi kedalam empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan
kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh. Secara patologi-anatomi kolestasis adalah
terdapatnya timbunan trombus empedu pada sel hati dan sistem bilier.1,2,4
EPIDEMIOLOGI
Kolestasis pada bayi terjadi pada 1:25000 kelahiran hidup. Insiden hepatitisneonatal 1:5000 kelahiran hidup, atresia bilier 1:10000-1:13000, defisiensi -1 antitripsin
1:20000. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1, sedang pada
hepatitis neonatal, rasionya terbalik5,6,7
.
Di Kings College Hospital England antara tahun 1970-1990, atresia bilier 377
(34,7%), hepatitis neonatal 331 (30,5%), -1 antitripsin defisiensi 189 (17,4%), hepatitis lain
94 (8,7%), sindroma Alagille 61 (5,6%), kista duktus koledokus 34 (3,1%).3,5
Di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antara tahun 1999-2004 dari
19270 penderita rawat inap, didapat 96 penderita dengan neonatal kolestasis. Neonatal
hepatitis 68 (70,8%), atresia bilier 9 (9,4%), kista duktus koledukus 5 (5,2%), kista hati 1
(1,04%), dan sindroma inspissated-bile 1 (1,04%).8
KLASIFIKASI
Secara garis besar kolestasis dapat diklasifikasikan menjadi:
1.Kolestasis ekstrahepatik, obstruksi mekanis saluran empedu ekstrahepatikSecara umum kelainan ini disebabkan lesi kongenital atau didapat. Merupakan
kelainan nekroinflamatori yang menyebabkan kerusakan dan akhirnya pembuntuan
2
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
3/13
saluran empedu ekstrahepatik, diikuti kerusakan saluran empedu intrahepatik1,2,4
.
Penyebab utama yang pernah dilaporkan adalah proses imunologis,9
infeksi virus
terutama CMV10
dan Reo virus tipe 3, asam empedu yang toksik, iskemia dan kelainan
genetik11
. Biasanya penderita terkesan sehat saat lahir dengan berat badan lahir, aktifitas
dan minum normal. Ikterus baru terlihat setelah berumur lebih dari 1 minggu. 10-20%
penderita disertai kelainan kongenital yang lain seperti asplenia, malrotasi dan gangguan
kardiovaskuler.4,9
Deteksi dini dari kemungkinan adanya atresia bilier sangat penting
sebab efikasi pembedahan hepatik-portoenterostomi (Kasai) akan menurun apabila
dilakukan setelah umur 2 bulan.12
Pada pemeriksaan ultrasound terlihat kandung empedu
kecil dan atretik disebabkan adanya proses obliterasi, tidak jelas adanya pelebaran saluran
empedu intrahepatik. Gambaran ini tidak spesifik, kandung empedu yang normal
mungkin dijumpai pada penderita obstruksi saluran empedu ekstrahepatal sehingga tidak
menyingkirkan kemungkinan adanya atresi bilier.1,4
Gambaran histopatologis ditemukan adanya portal tractyang edematus dengan
proliferasi saluran empedu, kerusakan saluran dan adanya trombus empedu didalam
duktuli. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi langsung
untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.1,2,4,5
2.Kolestasis intrahepatika. Saluran Empedu
Digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu: (a) Paucity saluran empedu, dan (b)
Disgenesis saluran empedu. Oleh karena secara embriologis saluran empedu intrahepatik
(hepatoblas) berbeda asalnya dari saluran empedu ekstrahepatik (foregut) maka kelainan
saluran empedu dapat mengenai hanya saluran intrahepatik atau hanya saluran
ekstrahepatik saja.4
Beberapa kelainan intrahepatik seperti ekstasia bilier dan hepatik
fibrosis kongenital, tidak mengenai saluran ekstrahepatik.13
Kelainan yang disebabkan
oleh infeksi virus CMV, sklerosing kolangitis, Carolis disease mengenai kedua bagian
saluran intra dan ekstra-hepatik.4,9,10
Karena primer tidak menyerang sel hati maka secaraumum tidak disertai dengan gangguan fungsi hepatoseluler. Serum transaminase,
albumin, faal koagulasi masih dalam batas normal. Serum alkali fosfatase dan GGT akan
meningkat. Apabila proses berlanjut terus dan mengenai saluran empedu yang besar dapat
timbul ikterus, hepatomegali, hepatosplenomegali, dan tanda-tanda hipertensi portal.14,15
Paucity saluran empedu intrahepatik lebih sering ditemukan pada saat neonatal
dibanding disgenesis, dibagi menjadi sindromik dan nonsindromik. Dinamakan paucity
apabila didapatkan < 0,5 saluran empedu per portal tract.4
Contoh dari sindromik adalah
sindrom Alagille, suatu kelainan autosomal dominan disebabkan haploinsufisiensi pada
gene JAGGED 1.16
Sindroma ini ditemukan pada tahun 1975 merupakan penyakit multi
3
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
4/13
organ pada mata (posterior embryotoxin), tulang belakang (butterfly vertebrae),
kardiovaskuler (stenosis katup pulmonal), dan muka yang spesifik (triangular facial yaitu
frontal yang dominan, mata yang dalam, dan dagu yang sempit).17,18
Nonsindromik adalah
paucity saluran empedu tanpa disertai gejala organ lain. Kelainan saluran empedu
intrahepatik lainnya adalah sklerosing kolangitis neonatal, sindroma hiper IgM, sindroma
imunodefisiensi yang menyebabkan kerusakan pada saluran empedu.4,19
b. Kelainan hepatosit
Kelainan primer terjadi pada hepatosit menyebabkan gangguan pembentukan dan
aliran empedu. Hepatosit neonatus mempunyai cadangan asam empedu yang sedikit,
fungsi transport masih prematur, dan kemampuan sintesa asam empedu yang rendah
sehingga mudah terjadi kolestasis.1,2,4
Infeksi merupakan penyebab utama yakni virus,
bakteri, dan parasit. Pada sepsis misalnya kolestasis merupakan akibat dari respon
hepatosit terhadap sitokin yang dihasilkan pada sepsis.20
Hepatitis neonatal adalah suatu deskripsi dari variasi yang luas dari neonatal
hepatopati, suatu inflamasi nonspesifik yang disebabkan oleh kelainan genetik, endokrin,
metabolik, dan infeksi intra-uterin. Mempunyai gambaran histologis yang serupa yaitu
adanya pembentukan multinucleated giant cell dengan gangguan lobuler dan serbukan sel
radang, disertai timbunan trombus empedu pada hepatosit dan kanalikuli. Diagnosa
hepatitis neonatal sebaiknya tidak dipakai sebagai diagnosa akhir, hanya dipakai apabila
penyebab virus, bakteri, parasit, gangguan metabolik tidak dapat ditemukan.1,2,4,5
4
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
5/13
Tabel 1. Kolestasis pada neonatus
A. Saluran empedu ekstrahepatik
Biliary atresia
Choledochal cyst dan choledochocele
Biliary hipoplasiaCholedocholithiasis
Bile duct perforation
Neonatal sclerosing cholangitis
B. Saluran empedu intrahepatik
Syndromic paucity (sindrom Alagille, mutasi pada JAGGED1)
Nonsyndromic paucity
Hypothyroidism
Bile duct dysgenesis
Congenital hepatic fibrosis
Ductal plate malformation
Polycystic kidney disease
Carolis disease
Hepatic cyst
Cystic fibrosis
Langerhans cell histiocytiosis
Hyper-IgM syndrome
C. Hepatocytes
Sepsis-associated cholestasis
Neonatal hepatitis
Viral infections
Hepatitis B
Cytomegalovirus (juga menginfeksi cholangiocytes)
Herpes viruses (simplex and HHV-6 and 8)
Adenovirus
Enterovirus
Parovirus B19
Toxoplasmosis
Syphilis
Progressive familial intrahepatic cholestasis syndromes
PFIC-1: mutation in FIC1, ? aminophospholipid transporter
PFIC-1: mutation in BESP, the canalicular bile salt export pump
PFIC-1: mutation in MDR3, canalicular phospholipid flippase
Bile acid synthetic defects
Urea cycle defects
Ormithine transcarbamylase deficiency
Carbomoyl phosphate synthetase deficiency
Tyrosinemia
Fatty acid oxidation disorders
5
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
6/13
Mithocondrial enzymopathies
Peroxisomal disorders(zellweger syndrome)
Carbohydrate disorders
Galactosemia
Hereditary fructose intolerance
Glycogen storage disease
Lipid storage disorders
Niemann-Pick cell disease
Gauchers disease
Wolmans disease
1-Antitrypsin deficiency
Neonatal hemochromatosis
Total parenteral nutrition-associated cholestasis
(Dikutip dari Karpen SJ. Update on the etiologies and management of neonatal cholestasis. Clin Perinatol.
2002;29:159-80)
PATOFISIOLOGI
Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan merupakan
kombinasi produksi dari hepatosit dan kolangiosit. Empedu mengandung asam empedu,
kolesterol, phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi, elektrolit, protein, dan bilirubin
terkonyugasi. Kolesterol dan asam empedu merupakan bagian terbesar dari empedu sedang
bilirubin terkonyugasi merupakan bagian kecil. Bagian utama dari aliran empedu adalah
sirkulasi enterohepatik dari asam empedu. Hepatosit adalah sel epetelial dimana permukaan
basolateralnya berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler)
berbatasan dengan empedu. Hepatosit adalah epitel terpolarisasi berfungsi sebagai filter dan
pompa bioaktif memisahkan racun dari darah dengan cara metabolisme dan detoksifikasi
intraseluler, mengeluarkan hasil proses tersebut kedalam empedu.1,2,4,5
Salah satu contoh
adalah penanganan dan detoksifikasi dari bilirubin tidak terkonyugasi (bilirubin indirek).
Bilirubin tidak terkonyugasi yang larut dalam lemak diambil dari darah oleh transporter pada
membran basolateral, dikonyugasi intraseluler oleh enzim UDPGTa yang mengandung P450
menjadi bilirubin terkonyugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam empedu oleh
transporter mrp2. mrp2 merupakan bagian yang bertanggungjawab terhadap aliran bebas
asam empedu. Walaupun asam empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam empedu oleh
transporter lain, yaitu pompa aktif asam empedu. Pada keadaan dimana aliran asam empedu
menurun, sekresi dari bilirubin terkonyugasi juga terganggu menyebabkan hiperbilirubinemia
terkonyugasi. Proses yang terjadi di hati seperti inflamasi, obstruksi, gangguan metabolik, dan
iskemia menimbulkan gangguan pada transporter hepatobilier menyebabkan penurunan aliran
empedu dan hiperbilirubinemi terkonyugasi.
21
6
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
7/13
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
8/13
berperan dalam kerusakan hati adalah bilirubin, Cu, dan cysteinyl leukotrienes namun
peran utama dalam kerusakan hati pada kolestasis adalah asam empedu.4,26,27
2. Proses imunologis
Pada kolestasis didapat molekul HLA I yang mengalami display secara abnormal pada
permukaan hepatosit, sedang HLA I dan II diekspresi pada saluran empedu sehingga
menyebabkan respon imun terhadap sel hepatosit dan sel kolangiosit. Selanjutnya akan
terjadi sirosis bilier.29
MANIFESTASI KLINIS
Tanpa memandang etiologinya, gejala klinis utama pada kolestasis bayi adalah
ikterus, tinja akholis, dan urine yang berwarna gelap. Selanjutnya akan muncul manifestasis
klinis lainnya, sebagai akibat terganggunya aliran empedu dan bilirubin.
Dibawah ini bagan yang menunjukkan konsekuensi akibat terjadinya kolestasis.
.
Gambar 1. Manifestasi klinis kolestasis
Diare, kalsium turun
A: rabun senja
D: kelainan tulang metabolik
E: degenerasi neuromuskuler
K: hipoprothrombinemia
REGURGITASI/
RETENSI EMPEDU
PENURUNAN ALIRAN
EMPEDU KE USUS
SIROSIS BILIERPROGRESIF
As. Empedu pruritus
hepatotoksik
Kolesterol xanthelasma,
hiperkolesterolemia
Bilirubin ikterus
Tembaga hepatotoksik
Konsentrasi asam empedu
intraluminal turunHipertensi
portal
malabsorbsi
Defisiensi
Vitamin
LarutLemak
Malnutrisi hambatan
pertumbuhan
KOLESTASIS
8
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
9/13
DIAGNOSIS
Tujuan utama evaluasi bayi dengan kolestasis adalah membedakan antara
kolestasis intrahepatik dengan ekstrahepatik sendini mungkin. Diagnosis dini
obstruksi bilier ekstrahepatik akan meningkatkan keberhasilan operasi. Kolestasis
intrahepatik seperti sepsis, galaktosemia atau endrokinopati dapat diatasi dengan
medikamentosa.1,2,4,5
Anamnesis
a.Adanya ikterus pada bayi usia lebih dari 14 hari, tinja akolis yang persisten harusdicurigai adanya penyakit hati dan saluran bilier.
1,2,4
b.Pada hepatitis neonatal sering terjadi pada anak laki-laki, lahir prematur atau beratbadan lahir rendah. Sedang pada atresia bilier sering terjadi pada anak perempuan
dengan berat badan lahir normal, dan memberi gejala ikterus dan tinja akolis lebih
awal.5-7,9
c.Sepsis diduga sebagai penyebab kuning pada bayi bila ditemukan ibu yang demamatau disertai tanda-tanda infeksi.
20
d.Adanya riwayat keluarga menderita kolestasis, maka kemungkinan besar merupakansuatu kelainan genetik/metabolik (fibro-kistik atau defisiensi 1-antitripsin).
1,2,4,5
Pemeriksaan fisik
Pada umumnya gejala ikterik pada neonatus baru akan terlihat bila kadar bilirubin
sekitar 7 mg/dl. Secara klinis mulai terlihat pada bulan pertama. Warna kehijauan bila kadar
bilirubin tinggi karena oksidasi bilirubin menjadi biliverdin. Jaringan sklera mengandung
banyak elastin yang mempunyai afinitas tinggi terhadap bilirubin, sehingga pemeriksaan
sklera lebih sensitif.4,5
Dikatakan pembesaran hati apabila tepi hati lebih dari 3,5 cm dibawah arkus kota
pada garis midklavikula kanan. Pada perabaan hati yang keras, tepi yang tajam dan
permukaan noduler diperkirakan adanya fibrosis atau sirosis. Hati yang teraba pada
epigastrium mencerminkan sirosis atau lobus Riedel (pemanjangan lobus kanan yang normal).
Nyeri tekan pada palpasi hati diperkirakan adanya distensi kapsul Glisson karena edema. Bila
limpa membesar, satu dari beberapa penyebab seperti hipertensi portal, penyakit storage, atau
keganasan harus dicurigai. Hepatomegali yang besar tanpa pembesaran organ lain dengan
gangguan fungsi hati yang minimal mungkin suatu fibrosis hepar kongenital. Perlu diperiksa
adanya penyakit ginjal polikistik. Asites menandakan adanya peningkatan tekanan vena portal
dan fungsi hati yang memburuk. Pada neonatus dengan infeksi kongenital, didapatkan
bersamaan dengan mikrosefali, korioretinitis, purpura, berat badan rendah, dan gangguan
organ lain.1,2,4,5
9
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
10/13
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
11/13
Tabel 3. Pemeriksaan laboratorium pada kolestasis neonatal
Darah
Panel hati (alanine transferase, aspartate transaminase, alkaline phosphatase, GGT, Bu, Bc)
Darah tepi
Faal hemotasis
1-Antitrypsin dan phenotype
Kadar asam amino
Kadar asan empedu
Kultur bakteri
RPR
Endokrin (indek tiroid)
Amonia
GlukosaIndeks zat besi
Hepatitis B surface antigen
IgM Total
Kultur virus
Urine
Zat-zat reduksi
Asam organik
Succinylacetone
Metabolit asam empedu
Kultur bakteri
Kultur virus (CMV)
Tes keringat
Pencitraan
Ultrasound (patensi saluran empedu, tumor, kista, dan parenkim hati)
Biopsi hati
Evaluasi histologi
Mikroskop Elektron
Enzim dan analisa DNA
Kultur
(Dikutip dari Karpen SJ. Update on the etiologies and management of neonatal cholestasis. Clin Perinatol.
2002;29:159-80)
11
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
12/13
KOLESTASIS NEONATAL
Anamnesis : BBLR, riwayat penyakit keluarga, tinja kuningKlinis : tampak sakit
Gambar 2. Algoritme diagnosis kolestasis
TIDAKYA
Kolestasis intrahepatik
USG
DiagnostikNondiagnostik
Pembedahan
(Tumor, kista, Striktur)
TIDAK YA
Biopsi hati
Proliferasi
duktuli
Operasi Kasai
Kolangiografi
operatif
Reevaluasi penyebab
kolestasis intrahepatik
Skintigrafi
Ekskresi (+)
Pemeriksaan penyaring:
-TORCH- Infeksi bakteri-Metabolik
Neonatal hepatitis
Diagnostik
Kolestasis ekstrahepatik
PENUTUP
Deteksi dini dari kolestasis neonatal merupakan tantangan bagi dokter dan dokter
spesialis anak. Kunci utama adalah kesadaran adanya kolestasis pada bayi yang mengalami
ikterus pada usia diatas 2 minggu. Dengan ditemukannya peningkatan kadar bilirubin
terkonyugasi maka proses diagnosa untuk mencari penyebab harus segera dilakukan agar
mendapatkan hasil yang optimal dalam pengobatan maupun pembedahan. Kegagalan dalam
deteksi dini etiologi kolestasis menyebabkan terlambatnya tindakan sehingga mempengaruhi
prognosis.1,2,4,5
12
-
8/7/2019 Kolestasis_neonatal
13/13
KEPUSTAKAAN1. Roberts EA. The jaundiced baby. In: Deirdre A Kelly. Disease of the liver and biliary system 2nd Ed.
Blackwell Publishing 2004, 35-73.
2. A-Kader HH, Balisteri WF. Neonatal cholestasis. In: Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook ofPediatrics 17th Ed. Saunders, 2004;1314-19.
3.Mieli-Vergani G, Howard ER, Portmann B, et al. Late referral for biliary atresia-missed opportunities foreffective surgery. Lancet i. 1989:421-423.
4. Karpen SJ. Update on the etiologies and management of neonatal cholestasis. Clin Perinatol. 2002;29:159-80.5. Suchy FJ. Approach to the infant with cholestasis. In: Suchy FJ Liver disease in children. St Louise: Mosby-
Yearbook. 1994:399-55.
6. Yoon PW, Bresee JS, Olney RS, et al. Epidemiology of biliary atresia: A population-based study. Pediatrics.1997;99:376.
7. Dick MC, Mowat AP. Hepatitis syndrome in infancy-an epidemiologic survey with 10 year follow up. ArchDis Child. 1985;60:512-16.
8. Arief S. The profile of cholestasis in infancy. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004;39:suppl 1 S188.9. Haber BA. Biliary atresia. Gastroenterol Clin North Am. 2003;32:891-911.10.Hart MH, Kaufmann SS, Vanderhoof JA et al. Neonatal hepatitis and extrahepatic biliary atresia associated
with cytomegalovirus infection in twins. Am J Dis Children. 1991;145:302-305.
11.Tyler KL, Sokol RJ, Oberhaus SM, et al. Detection of reovirus RNA in hepatobiliary tissues from patientswith extrahepatic biliary atresia and choledocal cyst. Hepatology. 1998;27:1475-82.
12.Charder C, Carton M, Spire-Bendelac N, et al. Is the Kasai operation still indicated in children older than 3months old diagnosed with biliary atresia? J Pediatr. 2001;138:224-28.
13.Alvarez F, Bernard O, Brunelle F, et al. Congenital hepatic fibrosis in children. J Pediatr. 1981;99:370-375.
14.Hatoff DE, Hardison WGM. Induced synthesis of alkaline phosphatase by bile acids in rat liver cell culture.Gastroenterology. 1979;77:1062-67.
15.Bulle F, Mavier P, Zafrani ES, et al. Mechanism of-glutamyltranspeptidase release in serum duringintrahepatic cholestasis in rat: A histochemical, biochemical and molecular approach. Hepatology.
1990;11:545-550.
16.Crosnier C, Driancourt C, Raynaud N, et al. Mutations in the JAGGED1 gene are predominantly sporadic inAlagille syndrome. Gastroenterology. 1999;116:1141-48.
17.Alagille D, Odievre M, Gautier M, et al. Hepatic ductular hypoplasia associated with characteristic facies,vertebral malformations, retarded physical, mental, and sexual development, and cardiac murmur. J Pediatr.
1975;86:63-71.
18.Alagille D, Estrada A, Hadchousel M, et al. syndromic paucity of interlobular bile ducts (Alagille syndromeor arteriohepatic dysplacia): Review of 80 cases. J Pediatr. 1987;110:195-200.
19.Levy J, Espanol-Boren T, Thomas C, et al. Clinical spectrum of X-linked hyper-IgM syndrome. J Pediatr.1997;131:47-54.
20.Moseley RH. Sepsis-associated cholestasis. Gastroenterology. 1997;112:302-06.21.Arrese M, Ananthananarayanan M, Suchy FJ. Hepatobiliay transport: Mechanism of development and
cholestasis. Pediatr Res. 1998;44:141.
22.Schachter D. Fluidity and function of hepatocyte plasma membranes. Hepatology. 1984;4:146-151.23.Kawata S, Imai Y, Inada M et al. Selective reduction of hepatic cytochrome P-450 content in patient
with intrahepatic cholestasis. A mechanism for impairment of microsomal drug oxidation. Gastroenterology.
1987;92:299-303.
24.Bove KE. Liver disease caused by disorders of bile acid synthesis. Clin Liver Dis. 2000;4:831-48.25.Koopen NR, Muller M, Vonk RJ, et al. Molecular of cholestasis: Causes and consequences of impaired bile
formation. Biochim Biophys Acta. 1998;1408:1-17.
26.Janssens AR, Bosman FT, Ruiter DJ, van den Hamer CJA. Immunohistochemical demonstration of thecystoplasmic copper-associated protein in the liver in primary biliary cirrhosis: Its identification as
metallothionein. Liver. 1984;4:139-147.27.Keppler D, Hagmann W, Rapp S, et al. The relation of leukotrienes to liver injury. Hepatology. 1985;5:883-
891.
28.Spector AA, Yorek MA. Membrane lipid composition and cellular function. J Lipid Res. 1985;26:1015-35.29.Innes GK, Nagafuchi Y, Fuller BJ, et al. Increased expression of major histocompability antigens in the liver
as a result of cholestasis. Transplantation.1988;45:749-752.
30.Eisenburg J. Cholestasis guiding symptom in liver disease, pathogenesis and clinical pictures. Munich.1996:5-20.
31.Alagille D. Cholestasis in the newborn and infant. In: Alagille D, Odievre M. Liver and biliary tract disease inchildren. Paris: Flammarion. 1992:426-38.
13