Kohesi Dan Koherensi

13
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Wacana Menurut pendapat Chaer (1994:267) pengertian wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Jenis wacana diantaranya wacana lisan dan tulis. Dalam wacana tulis sebagai satuan gramatikal tertinggi dan terbesar, berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramtikal dan persyaratan kewacanaan yang lain. Pendapat lain yaitu Halim (1984: 70) mendefinisikan wacana sebagai sebagai seperangkat kalimat yang karena pertalian semantiknya diterima sebagai suatu keseluruhan yang relarif lengkap oleh pemakai bahasa (baik penutur atau pembaca). Dalam pandangan Kridalaksana (dalam Rejeki, 2004: 7), wacana diartikan sebagai satuan bahasa yang terlengkap dan dalam hierarki gramarikal merupakan

description

pengertian wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar

Transcript of Kohesi Dan Koherensi

Page 1: Kohesi Dan Koherensi

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Pengertian Wacana

Menurut pendapat Chaer (1994:267) pengertian wacana adalah satuan

bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan

gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Jenis wacana diantaranya wacana lisan

dan tulis. Dalam wacana tulis sebagai satuan gramatikal tertinggi dan terbesar,

berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

gramtikal dan persyaratan kewacanaan yang lain.

Pendapat lain yaitu Halim (1984: 70) mendefinisikan wacana sebagai

sebagai seperangkat kalimat yang karena pertalian semantiknya diterima sebagai

suatu keseluruhan yang relarif lengkap oleh pemakai bahasa (baik penutur atau

pembaca).

Dalam pandangan Kridalaksana (dalam Rejeki, 2004: 7), wacana diartikan

sebagai satuan bahasa yang terlengkap dan dalam hierarki gramarikal merupakan

satuan gramatikal tertinggi. Pendapat tersebut sejalan dengan Tarigan (dalam

Rejeki, 2004: 7), wacana sebagai kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi diatas

kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi yang tinggi, berkesinambungan

dan mempunyai awal dan akhir yang nyata. Bentuk wacana diantaranya dapat

berupa drama, puisi, prosa.

Moeliono (1988: 334), mendeskripsikan wacana sebagai rentetan kalimat

yang berkaitan, menghubungkan proposisi satu dengan yang lain membentuk

kesatuan maknsa. Selanjutnya, dikatakan bahwa bahasa dalam realisasinya

Page 2: Kohesi Dan Koherensi

sebagai alat komunikasi tidak berupa unsur-unsur yang lepas, tidak lagi berwujud

bunyinya, frasenya, kalimat yang terpisah, tetapi hadir sebagai satu kesatuan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan terbesar dan dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi yang terdiri dari seperangkat

kalimat yang berkaitan satu dengan yang lain, dan membentuk suatu jaringan atau

tekstur yang berupa pertalian semantik dan dilengkapi dengan kohesi dan

koherensi.

B. Aspek Keutuhan Wacana

Bahasa yang lengkap bukanlah kata atau kalimat, melainkan wacana.

Halliday dan Hasan (dalam Wedhawati, 1979: 3) menyatakan bahwa struktur

wacana bukan struktur sintaktik, melainkan merupakan struktur semantik. Suatu

rentetan kalimat barulah dapat membentuk suatu wacana apabila antarkalimat tadi

saling berkaitan secara serasi, padu dan utuh.

Keutuhan wacana merupakan aspek yang sangat penting untuk

menentukan yang dihadapi itu sebagai sebuah wacana atau hanya kumpulan

kalimat yang acak-acakan. Kridalaksana (1978:37), menyatakan bahwa keutuhan

wacana bersangkutan dengan hubungan antarunsur wacana. Keutuhan juga

menjadi ciri dari satuan gramatikal lain, saperti morfem, kata, frasa, klausa,

kalimat, dan paragraf.

Paragraf merupakan satuan informasi dengan ide pokok sebagai

pengendalinya. Informasi yang dinyatakan dalam sebuah kalimat yang

membentuk paragraf itu berhubungan erat dan sangat padu. Kepaduan itu

merupakan syarat keberhasilan suatu paragraf. Tanpa adanya kepaduan informasi,

Page 3: Kohesi Dan Koherensi

tidak akan menghasilkan sebuah paragraf. Kepaduan informasi ini disebut juga

kepaduan dibidang makna (koherensi). Adapun kepaduan lain disebut kohesi atau

kepaduan di bidang bentuk Ramlan (dalam Rejeki, 2004: 8). Senada dengan

pendapat tersebut, Tarigan (1987: 96) menjelaskan bahwa kepaduan (kohesi) dan

kerapian (koherensi) merupakan unsur hakikat wacana, dan unsur yang turut

menentukan keutuhan wacana.

C. Kohesi dan Koherensi

Sebuah wacana terdiri dari dua bagian, yaitu bentuk dan makna Rejeki

(2004: 9). Kepaduan makna dan kerapian merupakan faktor penting untuk

menentukan tingkat keterbacaan dan keterpahaman wacana. Salah satu unsur

penting wacana adalah kohesi dan koherensi. Kehadiran kohesi dan koherensi

juga akan membantu menciptakan keutuhan wacana.

Beberapa tokoh menganggap pengertian kohesi dan koherensi seolah

hampir tidak ada bedanya, bahkan ada yang menyamakan keduanya. Namun,

sebenarnya keduanya berbeda. Kohesi berkaitan dengan aspek formal kebahasaan

(language) yang melukiskan bagaimana cara proposisi-proposisi saling

berhubungan dalam membentuk teks, sedangkan koherensi cenderung pada ujaran

(speeech) yang menggambarkan bagaimana cara proposisi yang ada atau yang

tersembunyi itu disimpulkan untuk menafsirkan tindak ilokusi dalam wacana

Widdoson (dalam Rejeki, 2004: 9).

D. Cerpen

Karya sastra prosa merupakan salah satu genre sastra. Karya sastra jenis

prosa terdiri dari novel, roman, dan cerita pendek (cerpen) yang dalam bahasa

Jawa biasa disebut dengan cerkak. Cerpen sesuai dengan namanya adalah serita

Page 4: Kohesi Dan Koherensi

pendek. Namun, berapa ukuran panjang pendeknya memang tidak ada ukutannya,

tidak ada kesepakatan diantara para pengarang maupun para ahli Nurgiyantoro

(1998: 7).

Kependekan memang merupakan ciri pertama sebuah cerpen. Orang

langsung dapat mengenali suatu karya fiksi itu adalah sebuah cerpen hanya

dengan mengetahui berapa halaman yang ada dalam cerita tersebut. Cerita fiksi

yang menghabiskan berpuluh-puluh halaman, bahkan sampai ratusan halaman

tidak akan disebut dengan cerpen. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa ada

cerpen yang panjang atau disebut long short story, ada cerpen yang pendek atau

short short story dan adapula cerpen yang panjangnya sedang atau middle short

story Nurgiyantoro (1998: 10).

Kependekan cerpen tidak berarti bahwa hanya merupakan sebuah cerita

yang dangkal kandungan isinya, akan tetapi kependekan cerpen merupakan

sebuah kesatuan, yaitu kesatuan kesan dan impresi. Hal ini akan memberikan

gambaran yang jelas dan tajam, sehingga cerpen dalam bentuk yang tunggal dan

utuh akan mencapai efek yang tunggal dan utuh pula kepada pembacanya. Sebuah

cerpen agar dapat mencapai kesan yang tunggal dan utuh, harus mengandung

unsur-unsur : (1) ceritanya pendek, mengandung interpretasi pengarang tentang

konsepsinya mengenai penghidupan baik secara langsung maupun tidak langsung,

(2) sebuah cerpen harus menimbulkan suatu hempasan dalam pikiran pembaca,

(3) cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa pembaca merasa

terbawa oleh jalan cerita dan cerpen pertama harus menarik perasaan kemudian

menarik pikiran, (4) cerpen mengandung perincian dan insiden-insiden yang

Page 5: Kohesi Dan Koherensi

dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam

pikiran pembaca, Lubis (dalam Rejeki 2004: 22).

Selain itu, sebuah cerpen harus mengandung (1) sebuah insiden utama

yang menguasai jalan cerita, (2) seorang pelaku utama, (3) jumlah cerita yang

padat, (4) mencerminkan yang ketiga di atas hingga tercipta satu efek atau kesan

(impressie) Lubis (dalam Rejeki, 2004: 22).

Page 6: Kohesi Dan Koherensi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan

dengan pengumpulan data, pengklasifikasian data dan kemudian analisis data

dengan tujuan mendeskripsikan jenis kohesi antarkalimat dan jenis koherensi

antarkalimat yang digunakan dalam Cerkak ............

B. Data dan Sumber Penelitian

Data penelitian berupa kumpulan kalimat yang mengandung jenis kohesi

dan koherensi yang tepat diketahui dari adanya penanda kedua hubungan tersebut.

Data diperoleh dari ........

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca dan catat. Artinya, data

dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membaca dengan cermat dan teliti

terhadap semua sampel penelitian, dan kemudian mencatatnya dalam kartu data.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa kartu data.

Kartu data berfungsi untuk mencatat semua data yang berhubungan dengan

masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini. Selanjutnya, data dan

hasil analisisnya dari kartu data dipindahkan dan disimpan dalam komputer.

E. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dan dicatat dalam kartu data yang selanjutnya

dianalisis. Cerkak yang dijadikan sebagai subjek penelitian digunakan untuk

mendapatkan data yang menjadi bahan analisis. Data yang diambil harus relevan

Page 7: Kohesi Dan Koherensi

dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis wacana.

Adapun teknik analisis data yang digunakan antara lain teknik lesap, ganti, sisio

dan balik.

Kegiatan yang dilakukan selama tahap analisis data meliputi langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Penyajian Data

Penelitian ini berjenis deskriptif sehingga data disajikan secara deskriptif. Data

diperoleh kemudian dideskripsikan secara keseluruhan.

2. Kategorisasi

Data penelitian yang ditentukan, dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan

kategori yang telah ditentukan, yaitu kohesi antarkalimat dan jenis koherensi

antarkalimat.

3. Tabulasi

Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel rangkuman

berdasarkan hasil temuannya yang meliputi dan jenis kohesi antarkalimat dan

jenis koherensi antarkalimat.

4. Inferensi

Bersadarkan hasil penelitian yang ada, akhirnya dilakukan penyimpulan-

penyimpulan terhadap aspek yang mengandung permasalahan yang diteliti.

Penyimpulan tersebut dijabarkan dengan rinci dalam analisis yang jelas.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data meliputi validitas dan reliablitas data. Validitas dalam

penelitian ini berorientasi pada proses (validitas konstruk) menilai seberapa besar

Page 8: Kohesi Dan Koherensi

suatu model prosedur analisis secara fungsional menunjuk hubungan dengan

konteks data. Bentuk validitas ini secara prinsip dikaitkan dengan penerimaan atau

penolakan konstruk analisis atas dasar hubungan struktural-fungsional proses dan

kategori analisis yang ditunjukkan dengan teori model dan pengetahuan mengenai

konteks data. Disamping itu, untuk memperkuat hasil penelitian digunakan juga

valid expert judgment artinya data yang ada dikonsultasikan dengan para ahli

yang bersangkutan, dalam peneltian ini dilakukan dengan Dosen Pembimbing.

Reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas interpenilai (intrarater

reliability) dan antarpenilai (interrater reliability). Reliabiliatas interpenilai

artinya penelitian dilakukan dengan tekun dan berulang-ulang membaca dan

dengan kemampuannya sendiri memecahkan masalah yang dihadapi. Jika terdapat

data yang meragukan, maka peneliti mendiskusikan data tersebut dengan

pengamat lain yang mampu memberi pendapat, inilah yang dimaksud reliabilitas

antar penilai.