KODEKI-Tahun-2012

download KODEKI-Tahun-2012

of 80

description

KODEKI

Transcript of KODEKI-Tahun-2012

  • Pengurus BesarIkatan Dokter Indonesia

  • Pengurus BesarIkatan Dokter Indonesia

  • Penyusun :

    Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, MSi, SpF, DFM

    Dr. Soetedjo, SpS (K)

    Dr. Sintak Gunawan, MA

    Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpF

    Dr. Pukovisa Prawiroharjo, SpS

    Dr. Ade Firmansyah, SpF

    KODE ETIKKEDOKTERAN INDONESIA

    i

    Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

    Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau

    seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

    ISBN978-602-18831-3-6

    Isi diluar tanggung jawab percetakan

  • Kontributor Utama : Prof.dr. Teguh Ranakusuma SpS; Dr. M. Nasser SpKK,DR.dr.. Yuli Budiningsih SpF, dr. Soetedjo SpS, dr. Sintak Gunawan MA.

    Kontributor :

    MKEK Pusat : Prof. Agus Purwadianto; dr. Anwari; dr. Danardi; dr. AdeFirmansyah, Sp.F; dr. Ari Muhandari, dr. Eka Wahyu Harsawardhani, dr.Pukovisa Prawirohardjo; dr. Hasnah Siregar; Dr.dr. Laila Nurana; dr.Baharrudin, G; dr. Husniah Akib

    MKEK WILAYAH : Prof.Dr.dr. Rianto Setiabudy; dr.Dasril Nizam, dr.Emil BMoerad; dr. Samson E Teron, dr. Rusmunandar; dr. Horas Rajagukguk; dr..H Soekimin; Dr. Syarifuddin Wahid; DR. Mulyanto; dr. Hamzah; Dr. ReggyLefrandt; dr. Djoko Widyarto, dr. Pendi T; dr. Ibrahim; dr. Asep Sukohar; dr. Asri Purwanti; dr. Hasrul Han; dr. Supriyono; dr. Soegandi; dr. ChariulAnwar; dr. Ariman Syukri; Dr. Ketut Suwitra; Prof. Eddy Rahardjo; Dr.Wawang Sukarya.

    PDSp : Prof.Rustadi Sosrosumihardjo, dr. Soemardoko; dr. Zulaikha Fatimah,dr. Hadjat; Dr. HN Nazar, Dr. Drupadi; dr. Rina M; dr. Gunawarman; Dr. IMNasar; dr. A Chalim, dr. Trisanto Wibisano; dr. Erna Tresnaningsih, dr. RimaMelati; dr. Dr. Irwan Ramli; dr. Luh K Wahyuni, dr. Titiek Moerjayati,Ziskawati, dr.. Bambang Subagyo. Dr. Marulaya; dr. Kemas Abdurrohi; dr.Mukhtar Ikhsan, dr.. Magdalena, dr. Lanny Lestiarini, Dr. Suriadi Gunawan,Dr. Pri Utomo; dr. Arry Ramba; Dr. Mahesa, dan Dr. Imelda Datau .

    PDSm : Dr. Sabhartini, dr. Siri Pariani; dr. Muharram; dr. . Pantja Wibowo;dr. Soripada Mulia; dr. Tommy Sibuea; dr. Nury; dr. Sudi Astono.

  • KATA PENGANTARKODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA 2012

    Setelah melalui perjalanan panjang dan revisi penyempurnaanberulang kali, akhirnya Kode Etik Kedokteran Indonesia berhasildiselesaikan. Hasil akhir ini memang belum sepenuhnya dapat menjadipedoman sikap, tindak dan perilaku dokter Indonesia saat ini, karenapesatnya dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran di dunia,perkembangan kehendak masyarakat yang berlapis-lapis dari lokal,regional, dan global serta dinamika antisipasi perubahan sistem kesehatannasional, khususnya subsistem pembiayaan di setiap fasilitas pelayanankesehatan pada era jaminan kesehatan semesta (universal health coverage),termasuk armasi kepada upaya pelayanan kesehatan masyarakatkhususnya pada fasilitas pelayanan jenis promotif dan preventif.

    Sebagaimana diketahui bahwa Kode Etik kedokteran Indonesiasebelumnya disusun tahun 2001 yang kemudiaan disahkan IDI tahun2002, belum menampung substansi profesionalisme dokter dankeselamatan pasien sebagaimana tersirat dalam disusun UU Nomor 29Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan dan UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, UU nomor40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UUNomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS), maupun pelbagai perundang-undangan lainnya yang mengaturprofesi kedokteran.

    Demikian pula struktur kode etik tersebut terdapat kelemahan dalamoperasional pelaksanaannya, karena tak jelas konteksnya sehinggamenyulitkan pemahaman dan pengamalannya. Oleh karena itu batangtubuh kode etik ini mengalami banyak perubahan selain juga isi maupuntata bahasanya. Kode etik yang berisi pasal, cakupan pasal (disesuaikandengan konteksnya) dan penjelasannya, selain dalam format biasa, dicetakpula dalam bentuk buku saku. Hal ini akan memudahkan para doktermembawanya sehingga diharapkan pengamalannya kelak akan lebihkonsisten. Selain itu, bagi dokter atau pembaca yang menghendakipemahaman lebih dalam, kode etik kedokteran diterbitkan pula dalambuku yang komprehensif yang memuat penjelasan lengkap.

    Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam upaya revisi atau

    ii

  • penyempurnaan kode etik kedokteran meliputi hal-hal sebagai berikut:

    1. Tidak mengubah isi pasal, yang dari awalnya memang sudah baik,apalagi jenis pasal yang melambangkan keluhuran profesi, yangselayaknya dijunjung tinggi sesuai dengan etika dan nurani dokterdimana pun di dunia, termasuk Indonesia. Yang diubah adalah jenispasal yang sifatnya profesi biasa, yang terbukti telah dapat dipakaisekitar sepuluhan tahun, namun kini dirasakan ketinggalan. Sehinggapenyempurnaan lebih ke arah pemerincian dan penyempurnaanredaksional penjelasannya, dengan disertai beberapa tambahan hal-hal baru sesuai jamannya.

    2. Dibuat cakupan pasal, yang isinya dalam bentuk kalimat yang lebihtegas dan jelas, khususnya untuk merinci lebih lanjut konteks atausituasi dan kondisi yang relevan sehingga isi pasal tersebut lebihkaya tanpa mengubah makna normatifnya. Cakupan pasal berisi pulakekhususan perlakuan atau ruang lingkup toleransi terhadapkekhususan makna yang terkandung di pasal sehingga norma etikadi dalamnya menjadi lebih operasional.

    3. Konsistensi kata, pada pasal maupun cakupan pasal, denganpenekanan keketatan norma yang lebih hirarkis yang ditunjukkandengan kata wajib atau "dilarang" pada pasal, kemudian dalamkontekstualitasnya pada cakupan pasal dapat menjadi "seharusnya" atau "seyogyanya".

    4. Pada revisi penyempurnaan Kode Etik Kedokteran Indonesia 2012ini ditambah dengan bab PENUTUP, sebagai kelaziman karena telahdiawali di bagian depan dengan bab MUKADIMAH .

    5. Pasal-pasal 7, 7a, 7b, 7c, dan 7d dijadikan pasal utuh/tersendiri yangmenyambung, sehingga jumlah pasal keseluruhan menjadi 21 pasal.

    6. Inti dan/atau konteks susbtansi "addendum" sedapat mungkindimasukkan dalam "cakupan pasal" dan "penjelasan"nya sehinggalebih menyatu dengan pasalnya. Namun substansi yang relevan tetapditampung tersendiri dalam Kelengkapan Penjelasan" dari bukuKode Etik Kedokteran Indonesia komprehensif, yang dapat dibukukanbersamaan atau secara terpisah.

    7. Khusus pasal 2 lama yang bunyinya: "Seorang dokter harus senantiasaberupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesiyang tertinggi" yang menimbulkan keragaman pengertian, diganti

  • dengan bunyi pasal yang lebih jelas penafsirannya : Seorang dokterwajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secaraindependen dan mempertahankan perilaku profesional dalam dalamukuran tertinggi .

    8. Dalam "cakupan pasal" dapat menampung wawasan baru dari Codeof Medical Ethics negara maju agar dapat mengantisipasiperkembangan global dan perkembangan terbaru dari praktikkedokteran.

    9. Kodeki 2012 ini merupakan Hasil Rapat tentang Kodeki pada MukernasXIX IDI Pekanbaru tanggal 19-23 Oktober 2011, Rakernas MKEKJakarta beserta Tim Perumusnya, tanggal 3-4 Januari 2012, draftRevisi Kode Etik Kedokteran Indonesia usulan IDI Wilayah Jawa Tengahdan masukan dari Pengarahan Ketua Umum MKEK Pusat pada RakerPB IDI Diperluas tanggal 16 Juni 2012, serta komunikasi intensifbaik lisan, tertulis maupun imel dengan semua pemangkukepentingan, para dokter senior dan dosen etika kedokteran dankerja keras Tim Kecil MKEK Pusat. Untuk itu, atas nama MKEK Pusatsaya mengucapkan terima kasih kepada semua teman sejawat yangtelah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menyusunpenyempurnaan KODEKI ini.

    10. Kami menyadari, bahwa penyempurnaan KODEKI ini bukanlah hasilyang sempurna karena dinamika perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, kehendak masyarakat sebagai cermin dari kepentinganumum dan keterbatasan alokasi pembiayaan pelayanan kesehatan.Kami mencoba memutakhirkan hal-hal yang relevan, beberapa saranatau tambahan redaksional juga kami tampung selama saat prosespercetakan draft Final, yang insya Allah disahkan di Muktamar IDIke-28 di Makassar, tanggal 20-24 Nopember 2012. Namun karenaterbatasnya waktu tak semua dapat kami tampung. Untuk itu kamisecara rendah hati dan tulus mohon maaf sebesar-besarnya kepadasemua pihak. Beberapa hal baru yang krusial selanjutnya selayaknyaakan dapat ditambahkan sebagai butir baru dalam cakupan pasaldan penjelasannya pada kesempatan perkembangan berikutnya,yang merupakan tugas pokok MKEK Pusat periode berikutnya untukmengawal dan melaksanakannya.

  • 11. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pengurus Besar PB IDI,jajaran pengurus pusat PDSp, PDSm dan PDPP bersama dewanetikanya, seluruh anggota MKEK Pusat, jajaran MKEK Wilayah danCabang bersama Pengurus IDI Wilayah dan Cabang se Indonesia sertaperorangan sejawat pemerhati etika yang tergabung dalamKementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan danKebudayaan, PERSI, Jaringan Bioetika dan Humaniora KesehatanIndonesia, Komisi Bioetika Nasional, dan kelembagaan lainnya ataskerjasamanya dalam memberikan kontribusi dalam penyempurnaanKODEKI ini. Semoga KODEKI ini menjadi tonggak kebenaran etispraktek kedokteran di negara tercinta kita, payung penuntuntumbuhnya dokter lege artis, model panutan, penghayat kesejawatan,penyelesai konik etikolegal dan pengamal sederet keserba-baikanlainnya. Semoga Allah Swt memberikan ridho dan hidayahNya kepadaseluruh dokter Indonesia dan yang berpraktek di Negara KesatuanRepublik Indonesia hingga akhir jaman.

    Jakarta, 9 November 2012

    Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, Sp.F(K)

    NPA 10575

    Atas nama MKEK PusatMasa Bakti 2009-2012

    Ketua

  • iii

    SAMBUTAN KETUA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN INDONESIA PUSAT

    (MKEK PUSAT) MASA BAKTI 2012 2015

    Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita sekalian dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan dan keprofesian.

    Salah satu upaya untuk menyehatkan bangsa adalah melalui profesion-alisme di bidang kesehatan dan kedokteran, dan senantiasa berupaya untuk selalu meningkatkan dan memelihara pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata dan terjangkau. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini tentu saja belum cukup bila tidak didukung dengan penerapan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi, demikian juga pelayanan di bidang kedokteran pelaksanaan nilai-nilai luhur profesi sangat diperlukan.

    Kami menyambut gembira telah terbitnya buku Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia 2012. KODEKI ini merupakan hasil revisi dari pengkajian yang cukup panjang dari mulai Draft Kodeki Mukernas XIX IDI Pekanbaru 19-23 Oktober 2011, Rakernas MKEK Jakarta, 3-4 Januari 2012, draft Revisi Kode Etik Kedokteran Indonesia usulan IDI Wilayah Jawa Tengah dan masukan serta pengarahan Prof. Agus Purwadianto, Ketua Umum MKEK Pusat Masa Bakti 2009-2012 pada Raker PB IDI diperluasbulan Agustus 2012. Revisi dilakukan setelah menyadari betapa KODEKI kita telah berusia lebih dari satu dasa warsa, yang tentu saja terasa ketinggalan untuk mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologikedokteran serta belum tertampungnya semua substansi profesionalisme dokter dan keselamatan pasien sebagaimana tersirat dalam disusun UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU Nomor 36 Tahun2009 tentang Kesehatan dan UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumahsakit,

  • UU nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS (Badan PenyelenggaraJaminan Sosial), maupun pelbagai perundang-undangan lainnya yang mengatur profesi kedokteran. Revisi ini sekaligus membuktikan bahwa Kode Etik Kedokteran Indonesia tidak statis, melainkan mempunyai dinamika sesuai jamannya, sehingga menjadi kewajiban masyarakat profesi untuk selalu memonitor, mengevaluasi serta mengamalkannya.

    Harapan kami buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para dokter dalam penyelenggaraan praktik profesinya, begitu juga untuk para calon dokter umum maupun calon dokter spesialis, mudah-mudahan buku ini dapatdijadikan sebagai salah satu acuan dalam mempelajari etika kedokteran. Selanjutnya kepada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia(MKEK) Pusat Masa Bakti 2009-2012 beserta jajarannya, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas penyempurnaan dan penerbitan buku KODEKI ini. Semoga segala usaha, upaya dan kesungguhan kerja teman sejawat semuanya bernilai ibadah di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

    Ketua MKEK Pusat Masa Bakti 2012-2015

    Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad

    NPA IDI : 15.840

  • iv

    SAMBUTAN KETUA UMUMPENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA

    Assalammualaikum Wr Wb

    Seiring perkembangan zaman, banyak perubahan terhadap seluruh aspek dalam interaksi dokter dengan pasien, interaksi dokter dengan sejawatnya, atau interaksi dokter dengan masyarakat luas. Hal ini tentunya dapat menimbulkan potensi terjadinya konik etik yang harus disikapi. Selain daripada itu, perkembangan zaman juga memberikan dampak terhadap paradigma etik tidak hanya dalam pandangan masyarakat, namun juga merubah paradigm di dalam lingkungan komunitas dokter itu sendiri. Perdebatan akan permasalahan etik akan lebih banyak muncul seiring perubahan paradigma tersebut.

    Dalam peranannya, Ikatan Dokter Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter, bertanggungjawab terhadap mutu pelayanan dokter Indonesia sebagai anggotanya. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah pemenuhan standar profesi dimana standar etik atau kode etik menjadi salah satu unsurnya. Dalam pelayanan, seorang dokter harus memegang teguh etika kedokteran yang menjadi penentu keluhuran profesi ini. Jika etika kedokteran tidak lagi dipegang teguh oleh dokter sebagai anggota IDI, maka profesi ini tidak lagi layak disebut sebagai profesi yang luhur.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran Majelis Kehormatan dan Etik Kedokteran (MKEK) di seluruh Indonesia, yang telah mengawal pelaksanaan etik pada anggota. Lebih khusus kepada MKEK PB IDI periode 2009-2012, dengan Prof. Dr. Agus Poerwadianto, Sp.F,SH sebagai ketuanya, yang telah merevisi Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) bersama-sama seluruh perhimpunan terkait, kemudian mempersembahkannya sebagai draft (bahan) yang dibahas pada Muktamar Dokter Indonesia XXVIII Tahun 2012. Besar harapan kami dengan KODEKI ini dapat tetap menjadi pegangan bagi seluruh dokter anggota IDI dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat.

  • Akhir kata, mari bersama-sama kita menjaga keluhuran profesi dokter agar tetap memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara. Semoga Tuhan YME selalu melimpahkan rahmatNya bagi kita semua. Amin

    Billahi tauq wal hidayahWassalammualaikum Wr Wb

    Ketua Umum PB IDI

    Dr. Zaenal Abidin, MH

    NPA IDI : 42.557

  • SURAT KEPUTUSAN TENTANG KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

    v

  • Daftar Isi

    Penyusun ........................................................................................... i

    Kata Pengantar .................................................................................. ii

    Sambutan Ketua MKEK Pusat Masa Bakti 2012-2015 ........................ iii

    Sambutan Ketua Umum .................................................................... iv

    Surat Keputusan Tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia ............... V

    Kode Etik Kedokteran Indonesia (Mukadimah) .................................. 1

    Kewajiban Umum .............................................................................. 3

    Kewajiban Dokter Terhadap Pasien .................................................... 5

    Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat ...................................... 5

    Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri ............................................. 6

    Penjelasan Kode Etik Kedokteran Indonesia ...................................... 7

    Pasal 1 (Sumpah Dokter) ................................................................... 7

    Pasal 2 (Standar Pelayanan Kedokteran Yang Baik) ........................... 9

    Pasal 3 (Kemandirian Profesi) ............................................................ 12

    Pasal 4 (Memuji Diri) ......................................................................... 18

    Pasal 5 (Perbuatan Melemahkan Psikis Maupun Fisik) ...................... 22

    Pasal 6 (Bijak Dalam Penemuan Baru) ............................................... 24

    Pasal 7 (Keterangan Dan Pendapat Yang Valid) ................................. 27

    Pasal 8 (Profesionalisme) .................................................................. 31

    Pasal 9 (Kejujuran Dan Kebajikan Sejawat) ........................................ 32

    Pasal 10 (Penghormatan Hak-hak Pasien Dan Sejawat) ...................... 34

    Pasal 11 (Pelindung Kehidupan) ........................................................ 37

    Pasal 12 (Pelayanan Kesehatan Holistik) ............................................ 39

    Pasal 13 (Kerjasama) ......................................................................... 41

    Pasal 14 (Konsul Dan Rujukan) .......................................................... 42

    Pasal 15 (Kebebasan Beribadat Dan Lain-lain) ................................... 44

    Pasal 16 (Rahasia Jabatan) ................................................................ 46

    Pasal 17 (Pertolongan Darurat) .......................................................... 48

    Pasal 18 (Menjunjung Tinggi Kesejawatan) ....................................... 51

    Pasal 19 (Pindah Pengobatan) .......................................................... 56

    Pasal 20 (Menjaga Kesehatan) .......................................................... 60

    Pasal 21 (Perkembangan Ilmu Dan Teknologi Kedokteran) .............. 62

    Penutup ............................................................................................. 64

  • KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

    MUKADIMAH

    Sejak permulaan sejarah peradaban umat manusia, sudah dikenalhubungan kepercayaan (duciary relationship) antara dua insan yaitusang pengobat dan penderita yang melahirkan konsep profesi. Manusiapenderita atau pasien yang sangat memerlukan pertolongan sik, mental,sosial dan spiritual mempercayakan bulat-bulat dirinya, khususnyakelangsungan kehidupan, penderitaan, ketergantungan dankerahasiaannya kepada sang pengobat. Kepercayaan bulat yang teramatbesar ini sebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-pasien tersebutmemunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi.Universalitas tanggung jawab profesi pengobat yang kemudian di eramodern dikenal sebagai dokter adalah tetap abadi, sepanjang masa.Dokter bahkan dikenal sebagai pelopor profesi luhur tertua dalam sejarahkarena dimensi tanggung jawabnya di bidang kemanusiaan yangmembuahkan ahlak peradaban budaya sejagat. Budaya ini diyakini akanabadi sepanjang sejarah manusia sebagai mahluk sosial karena moralitasluhur kedokteran sebagai sisi deontologik dan tipe ideal manusia penolongkemanusiaan senantiasa meneguhkan semata-mata kewajiban atautanggung jawab dan tidak segera atau bahkan selamanya tidak akanmengedepankan hak-hak profesi ketika melaksanakan pengabdianprofesinya.

    Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma,sebagai perintis peletak dasar moralitas dan tradisi luhur kedokteransebagai suatu janji publik sepihak yang dibuat oleh kaum pengobat/dokterakan mengusung model keteladanan tokoh panutan yang seragam dandiakui dunia. Selain itu, suara batin atau nurani dokter sebagai manusiabio-psiko-sosio-kultural-spiritual, akan melambangkan ajaran keteladanandan kebaikan sosial budaya dan agama masing-masing. Kumpulan janjipublik penuh keteladanan dan kesejawatan tersebut kemudian dirumuskanoleh organisasi profesi dari negara tempat berpijak pengabdian profesimenjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika berdasarkanajaran lsafat tentang universalitas kewajiban dalam relasi sosial partikulardokter-pasien yang mengedepankan nilai-nilai tanggung jawabprofesional, kesejawatan dan proporsionalitas tugas dan jasa dokter dalam

    1

  • rangka keberlangsungan profesi di era global. Ajakan orientasi panggilannurani demi tujuan umum kepentingan terbaik dan keselamatan pasiensebagai bahagian dari komunitas atau masyarakat setempat danditerapkannya secara legeartis ilmu pengetahuan dan teknonolgikedokteran mutakhir yang senantiasa dinamis dan berkembang, disatukandalam norma profesi. Norma etika praktik kedokteran yang dibakukanberfungsi sebagai ciri dan cara pedoman dokter dalam bersikap, bertindakdan berperilaku profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dandijadikan tolok ukur tanggung jawab pelayanan profesi yang seringkalimendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi, selain pelayanankesehatan termasuk juga dalam lapangan pendidikan dan penelitian dankegiatan sosial atau kesejawatan lainnya.

    Pada jaman modern seperti saat ini yang ditandai oleh spesialisasidan keseminatan kedokteran atau kelompok kesejawatan lainnya, nilai-nilai etika profesi akan senantiasa mewarnai ciri dan cara pelayananpasien, klien atau masyarakat setempat atau pun manusia sejagat, dengandimensi meningkatkan hubungan dokter-pasien juga dalam formathubungan saling kerjasama. Nilai etika yang berdimensi apa yangseyogyanya", apalagi jenis yang melambangkan keluhuran profesi,senantiasa akan menjadi pencerah dan pembingkai apa yang senyatanyadari dimensi teleologik penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secaratertulis, baik idealisme teoritis maupun penerapannya akanmempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun prinsip/kaidahdasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidakmerugikan (non malecence), menghargai otonomi pasien (autonomy),dan berlaku adil ( justice).

    Khusus di Indonesia, perumusan norma dan penerapan nyata etikakedokteran kepada perseorangan pasien/klien atau kepada komunitas/masyarakat di segala bentuk fasilitas pelayanan kesehatan/kedokteranjuga didasarkan atas azas-azas ideologi bangsa dan negara yakni Pancasila,Undang-Undang Dasar 1945. Menyadari bahwa pada akhirnya semuapedoman etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun perilakusehari-hari setiap dokter sebagai pembawa nilai-nilai luhur profesi,pengamalan etika kedokteran yang dilandaskan pada moralitaskemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran serba baik dari manusiapenyandangnya. Para dokter Indonesia selayaknya menjadi model panutan

    2

  • bagi masyarakatnya. Dokter Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhankualitas dasariah manusia baik dan bijaksana, yaitu sifat Ketuhanan,kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan danketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan dan cintaIndonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebut pengamalan nilai-nilai etik oleh siapapun dokternya, akan menjadi cahaya penerangperadaban budaya profesi di tanah air tercinta Indonesia, pada situasidan kondisi apapun, dimanapun berada dan sampai kapan pun nanti.

    Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebihnyata menjamin dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmukedokteran sebagaimana dimaksud di atas, kami para dokter Indonesiayang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia, membakukan danmembukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokterandalam suatu Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang diuraikandalam pasal-pasal berikut :

    KEWAJIBAN UMUM

    Pasal 1

    Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkansumpah dan atau janji dokter.

    Pasal 2

    Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusanprofesional secara independen, dan mempertahankan perilaku profesionaldalam ukuran yang tertinggi.

    Pasal 3

    Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak bolehdipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dankemandirian profesi.

    Pasal 4

    Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifatmemuji diri .

    Pasal 5

    Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya

    3

  • tahan psikis maupun sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasientersebut.

    Pasal 6

    Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan ataumenerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belumdiuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkankeresahan masyarakat.

    Pasal 7

    Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapatyang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

    Pasal 8

    Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikanpelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moralsepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatanatas martabat manusia.

    Pasal 9

    Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasiendan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya padasaat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakteratau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.

    Pasal 10

    Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya,dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.

    Pasal 11

    Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungihidup makhluk insani.

    Pasal 12

    Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikankeseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, danrehabilitatif ), baik sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya sertaberusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.

    4

  • Pasal 13

    Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral dibidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib salingmenghormati.

    KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

    Pasal 14

    Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruhkeilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika iatidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, ataspersetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokteryang mempunyai keahlian untuk itu.

    Pasal 15

    Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasadapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalamberibadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.

    Pasal 16

    Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinyatentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

    Pasal 17

    Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujudtugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia danmampu memberikannya.

    KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

    Pasal 18

    Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiriingin diperlakukan.

    Pasal 19

    Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yangetis.

    5

  • KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

    Pasal 20

    Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapatbekerja dengan baik.

    Pasal 21

    Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

    6

  • PENJELASANKODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

    PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1 : Sumpah Dokter

    Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati danmengamalkan sumpah dan atau janji dokter.

    Cakupan pasal:

    (1) Dokter lulusan Fakultas Kedokteran di Indonesia wajib melafalkansumpah/ janji dokter sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, di depanpimpinan fakultas kedokteran yang bersangkutan dalam suasanakhidmat.

    (2) Dokter lulusan luar negeri dan/ atau dokter asing yang hendakmelakukan pekerjaan profesi di Indonesia wajib melafalkan sumpah/janji dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di depan pemimpinIDI dan penjabat kesehatan setempat.

    (3) Setiap dokter yang akan menjalankan tugas sebagai anggota timdokter pemeriksa atau pembuat visum et repertum/surat keteranganahli wajib menyatakan diri bahwa ia telah/belum melafalkan sumpahsebagaimana dimaksud Pasal 1.

    (4) Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 cakupanpasal (1) dan (2) sebagai berikut:

    Demi Allah saya bersumpah, bahwa :

    1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentinganperikemanusiaan.

    2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat danbersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.

    3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisiluhur profesi kedokteran.

    4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karenakeprofesian saya.

    5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatuyang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.

    7

  • 6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.

    7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, denganmemperhatikan kepentingan masyarakat.

    8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidakterpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalammenunaikan kewajiban terhadap pasien.

    9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan danpernyataan terima kasih yang selayaknya.

    10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.

    11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik KedokteranIndonesia.

    12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan denganmempertaruhkankehormatan diri saya.

    Penjelasan pasal

    Lafal sumpah dokter dalam esensi yang sama telah mengalamipenyempurnaan urutan lafal dan redaksional berulang kali, bahkan sejakversi pertama yaitu Declaration of Geneva 1948, kemudian versi kedua:PP No, 26 Tahun 1960. Munas Etik II, 14-16 Desember 1981 memunculkanLafal Sumpah dokter versi ketiga, dan diikuti dengan Lafal Sumpah dokterversi ke-empat yaitu SK Menkes No, 434 Tahun 1983. Penyempurnaanversi ke-lima dilakukan sebagai hasil Rakernas MKEK 1993 dan sejak itutidak pernah berubah lagi malahan dikuatkan pada Mukernas EtikaKedokteran III di Jakarta 21-22 April Tahun 2001, serta otomatis padaMuktamar IDI ke -28 tanggal 20 - 24 Nopember 2012 di Makassar, sebagaitersebut di atas.

    Untuk yang beragama Islam di bagian awal mengucapkan: DemiAllah saya bersumpah. Untuk penganut agama selain Islammengucapkannya sesuai yang ditentukan oleh agama masing-masing.Sesudah itu lafal sumpah diucapkan oleh setiap dokter secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama sesuai bunyi lafal.

    Sumpah dokter yang dilafalkan pertama kali dan satu-satunya seumurhidup di fakultas/sekolah kedokteran setelah memperoleh ijazahmerupakan sumpah promisoris karena berisi janji publik dokter untukmengawali praktik kedokteran sebagai pengabdian profesinya.

    8

  • Penjelasan cakupan pasal

    (1) Yang dimaksud dengan fakultas kedokteran adalah fakultas/sekolahtempat dokter tersebut menempuh pendidikan formal pertama kalidi Indonesia, termasuk tempat proses pendidikan adaptasi bagi dokterlulusan luar negeri yang belum/tidak dapat menunjukkan buktiangkat sumpahnya.

    (2) Berlaku bagi setiap dokter yang tidak menempuh pendidikan adaptasiyang tidak dapat menunjukkan bukti ia telah mengangkat sumpahdi fakultas/sekolah kedokteran asalnya.

    (3) Yang dimaksud dengan dokter pemeriksa adalah dokter yang dimintaoleh pihak berwenang untuk mengemukakan pendapat ahli,keterangan ahli atau ekspertisnya dengan menggunakan keilmuandan teknologi kedokteran terhadap seseorang, termasuk kejiwaannyaatau bagian tubuh manusia atau jejaknya pada benda tertentusebagaimana diajarkan dalam lingkup ilmu kedokteran forensik danmedikolegal, untuk kepentingan hukum dalam arti luas dan peradilan,termasuk penentuan status kesehatan seseorang untuk jabatan/fungsidan status hukum tertentu, seperti surat keterangan sehat/sakit,surat keterangan bagi pengguna obat/terapi tertentu, kepentinganasuransi, dll. Seluruh proses dan keluaran pemeriksaan sebagaimanadimaksud harus didasarkan atas sumpahnya sebagai dokter, karenadokter merupakan profesi mulia terpercaya dan tertua yangmengucapkan sumpah jabatan kedokteran demi kepentingan publikdan telah lama diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

    (4) Bunyi sumpah/janji sebagaimana dimaksud wajib segera diberlakukanapabila terdapat Peraturan Pemerintah terbaru yang sebelumnyatelah memperoleh rekomendasi resmi dari rapat nasional MajelisKehormatan Etika Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia yang khususdiadakan untuk itu.

    Pasal 2 : Standar Pelayanan Kedokteran Yang Baik

    Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusanprofesional secara independen, dan mempertahankan perilaku

    profesional dalam ukuran yang tertinggi.

    9

  • Cakupan pasal:

    (1) Seorang dokter wajib mempertahankan standar profesi, integritasmoral dan kejujuran intelektual dirinya sebagai dasar pengambilankeputusan profesional.

    (2) Pengambilan keputusan profesional sebagaimana dimaksud padaPasal 2 dan standar tertinggi profesi sebagaimana dimaksud cakupanpasal butir 1 merupakan kombinasi selaras, serasi dan seimbangantara keputusan medis teknis dengan keputusan etis yang berasaldari totalitas pelayanan terhadap pasien yang merupakan perilakukeutamaan profesi.

    (3) Pengambilan keputusan kedokteran yang profesional sebagaimanadimaksud pada Pasal 2, dilakukan setelah melakukan pemeriksaandan penilaian yang teliti terhadap pasien dengan menggunakanstandar/pedoman pelayanan kedokteran yang telah diakui secarasah.

    (4) Dalam hal situasi fasilitas pelayanan kesehatan tidak optimal ataukurang memadai untuk mendukung pelayanan yang diberikan,pengambilan keputusan profesional wajib diwujudkan dalam ataudisertai dengan perilaku profesional terbaik dokter demi kepentinganterbaik pasien.

    (5) Dalam hal terjadi dilema etik dalam pemberian pelayanan kesehatan,setiap dokter wajib bersikap sesuai keutamaan profesinya.

    (6) Setiap dokter secara sendiri-sendiri maupun bersama melaluiorganisasi profesi kedokteran wajib memperjuangkan dipenuhinyafasilitas, sarana dan prasarana sesuai dengan standar minimaldan/atau pedoman nasional pelayanan kedokteran yang menjamindipenuhinya keselamatan pasien.

    Penjelasan pasal

    Pengambilan keputusan profesional kedokteran lebih ditujukankepada sikap, tindak dan perilaku dokter yang memiliki niat baik yangkonsisten, kesungguhan dan ketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosialsebagai wujud dari integritas moral dan kejujuran intelektual sebagaikomponen etis altruistik deontologik dan terpenting dari suatu standarprofesi, mengingat dapat saja sarana dan prasarana dari fasilitas pelayanan

    10

  • kesehatan tempat bekerja dokter belum/tidak optimal untukmelaksanakan kompetensi yang dimiliki dokter. Namun bila fasilitas,sarana dan prasarana dan semua komponen pengelolaan teknis medispasien tersedia secara ideal, dokter wajib secara independenmelaksanakan/mempertahankan standar profesi yang tertinggi semata-mata sebagai wujud keberpihakan/toleransinya bagi kepentingan terbaikpasien. Kewajiban ini sebagai jaminan terlayaninya pasien dimanapunberada, siapapun dirinya, bagaimanapun kondisinya dan situasilingkungannya. Independen artinya bebas dari pengaruh/tekanan dariluar/siapapun/pihak manapun sehingga dokter dapat melaksanakankebebasan sepenuhnya dalam bentuk upaya maksimal demi kepentinganterbaik pasien sesuai kewajiban intrinsik dalam nuraninya untuk menolongpasien, semata-mata karena pasien itu adalah insan manusia yangmemerlukan pertolongannya.

    Penjelasan cakupan pasal

    (1) Cukup jelas

    (2) Yang dimaksud keputusan etis adalah keputusan yang didasarkanatas kaidah dasar bioetika, tradisi serba-baik dan luhur kedokteranyang dicontohkan model panutan dan sesuai kualitas dasariah dokterIndonesia dan sesuai dengan kontekstualitas pasien yang dilayanisebagai penyandang harkat dan martabat kemanusiaan, sesuaidengan etika sosial korsa kedokteran serta sesuai dengan asasperlakuan emas timbal balik (golden rule).

    (3) Cukup jelas

    (4) Cukup jelas.

    (5) Yang dimaksud dengan dilema etik antara lain dapat ditimbulkanoleh kebijakan tingkat makro negara, pemerintah, pemerintah daerahatau badan kesehatan atau terksit kesehatan tingkatdunia/internasionalatau akibat kebijakan tingkat meso oleh lembagafasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai contoh : perbenturan antarakepentingan kendali mutu dan kendali biaya dalam sistem jaminankesehatan semesta, sasaran pembangunan millennium (MilleniumDevelopment Goals) atau pasca MDGs.

    (6) Pemenuhan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan kesehatan

    11

  • seringkali terbentur kepada kendala biaya, ruang/lokasi dan waktu,apalagi dalam rangka pemerataan pelayanan di seluruh Indonesiayang luas ini, wajib senantiasa diperjuangkan. Mengatasiketimpangan fasilitas yang dapat mengganggu dilaksanakannyapencapaian standar profesi dan pedoman nasional pelayanankedokteran adalah tugas pemilik fasilitas tersebut, termasukPemerintah dan pemerintah daerah. Yang dimaksud dengankeselamatan pasien adalah langkah-langkah sistemik yang dilakukanfasilitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi kejadian tidakdiinginkan dan/atau nyaris cedera, khususnya yang bersifat iatrogenik.

    Pasal 3 : Kemandirian Profesi

    Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidakboleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya

    kebebasan dan kemandirian profesi.

    Cakupan Pasal:

    (1) Setiap dokter memiliki moral dan tanggung jawab untuk mencegahkeinginan pasien atau pihak manapun yang sengaja atau tidak sengajabermaksud menyimpangi atau melanggar hukum dan/atau etikamelalui praktek/pekerjaan kedokteran.

    (2) Setiap dokter dilarang melakukan perbuatan yang dapatmengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesisebagaimana dimaksud pada Pasal 3, antara lain:

    a. memberikan obat, alat/produk kesehatan, anjuran/nasehat atautindakan kedokteran, prototipe/cara/perangkat/sistem manajemenklinis pelayanan langsung pasien dan/atau penerapan ilmupengetahuan, teknologi, keterampilan/kiat kedokteran yang belumberdasarkan bukti ilmiah (evidence) dan/atau diakui di bidangkedokteran yang mengakibatkan hilangnya integritas moral dankeilmuannya

    b. membuat ikatan atau menerima imbalan berasal dari perusahaan farmasi/obat/vaksin/makanan/suplemen/alat kesehatan/alatkedokteran/bahan/produk atau jasa kesehatan/terkait kesehatandan/atau berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan apapun dandari manapun dan/atau berasal dari pengusaha, perorangan atau

    12

  • badan lain yang akan menghilangkan kepercayaanpublik/masyarakat terhadap dan menurunkan martabat profesikedokteran

    c. melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung dalam segalabentuk kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan ataumengiklankan dirinya, barang dan/atau jasa sebagaimanadimaksud Pasal 3, cakupan pasal butir 1 dan 2 di atas gunakepentingan dan keuntungan pribadinya, sejawat/pihak lainkelompoknya

    d. melakukan upaya diagnostik, pengobatan atau tindakan medisapapun pada pasien secara menyimpang dari atau tanpa indikasimedik yang mengakibatkan turunnya martabat profesi kedokterandan kemungkinan terganggunya keselamatan pasien

    e. menerima pemberian imbalan jasa apapun untukpengiriman/rujukan pasien ke dokter atau fasilitas pelayanankesehatan lainnya, di dalam maupun di luar negeri

    (3) Dokter sebagai perseorangan praktisi wajib menolak pemberiansegala bentuk apapun bila dikaitkan atau patut diduga dikaitkandengan kapasitas profesionalnya dalam meresepkanobat/alat/produk/barang industri kesehatan tertentu dan anjuranpenggunaan jasa kesehatan tertentu, termasuk berniatmempengaruhi kehendak pasien/keluarganya untuk membeli ataumengkonsumsi obat/alat/produk/barang/jasa tertentu karena iatelah menerima atau dijanjikan akan menerima komisi/keuntungandari perusahaan farmasi/alat/produk/jasa kesehatan tersebut.

    (4) Dokter yang bekerja penuh dan/atau paruh waktu untuk industrifarmasi/alat/produk kesehatan dan/atau barang/produk terkaitlainnya wajib menjelaskan posisi/status pekerjaannya bila ia membericeramah atau informasi tentang atau berkaitan denganbarang/produk tersebut kepada dokter atau masyarakat awam.Demikian pula setiap dokter pada fasilitas pelayanan kesehatan untukjasa pelayanan.

    (5) Dalam kehadirannya pada temu ilmiah, setiap dokter dilarangmengikatkan diri untuk mempromosikan/meresepkan barang/produkdan jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsorshipnya.

    (6) Dokter dapat menerima bantuan dari pihak sponsor untuk keperluan

    13

  • keikutsertaan dalam temu ilmiah mencakup pendaftaran, akomodasidan transportasi sewajarnya sesuai kode etik masing-masing.

    (7) Dokter dilarang menyalahgunakan hubungan profesionalnyadengan/terhadap pasien dan/atau keluarganya demi keuntunganpribadi dan dilarang melibatkan diri dalam kolusi, kong kalikong,berbagi imbalan/komisi/diskon, termasuk pola pemasaran beragamjenjang (multi-level marketing) dan penarikan imbalan jasa secarapaket yang dibayarkan di muka.

    (8) Dokter dilarang menerima bantuan apapun dari perusahaan ataubadan yang produk barang/jasanya bertentangan dengan prinsipkesehatan, seperti rokok, minuman beralkohol dan sejenisnya.

    (9) Dokter yang menyandang jabatan resmi kepemerintahan, lembaganegara lainnya dan organisasi profesi dalam sosialisasi programkemitraan bersama seyogyanya secara sendiri-sendiri tidakmengiklankan produk/barang/jasa tertentu serta dilarangmengkaitkannya dengan identitas keahlian/spesialisasi profesitertentu.

    (10) Setiap dokter dilarang menyalahgunakan secara tidak sah dan tidaketis forum/wahana peningkatan ilmu dan ketrampilan kedokteranbeserta berbagai bentuk temu ilmiah pengembangan profesionalismekedokteran.

    (11) Pemberian sponsor kepada seorang dokter haruslah dibatasi padakewajaran dan dinyatakan jelas tujuan, jenis, waktu dan tempatkegiatan ilmiah tersebut serta kejelasan peruntukan pemberiandimaksud dan secara berkala dilaporkan kepada pimpinan organisasiprofesi setempat untuk diteruskan ke pimpinan nasional Ikatan DokterIndonesia.

    (12) Setiap dokter dilarang menerima pembayaran untuk kompensasipraktek atau biaya tambahan lainnya sehubungan denganpartisipasinya dalam temu ilmiah.

    (13) Pemberian beasiswa/bantuan nansial dari sponsor untuk pesertadidik kedokteran wajib disalurkan melalui institusi pendidikankedokterannya dan pimpinan institusi pendidikan tersebut seyogyanyamelaporkan nama pemberi dan penerima kepada organisasi profesisetempat.

    (14) Setiap dokter dilarang bertindak memenangkan persaingan bisnis

    14

  • apapun secara melanggar hukum.

    (15) Setiap dokter wajib mendukung program anti korupsi, kolusi, dannepotisme dari pemerintah, organisasi profesi atau pihak manapunjuga.

    (16) Setiap dokter memiliki yang kepentingan nansial terhadap suatuinstitusi/perusahaan/badan usaha seharusnya bertindak patut, telitidan hati-hati agar jangan sampai mempengaruhi dirinya dalammenangani pasien.

    (17) Setiap dokter seyogyanya tidak menarik honorarium sejumlah yangtidak pantas dan bertentangan dengan rasa perikemanusiaan.

    (18) Setiap dokter wajib mengkomunikasikan secara jujur honorariumdan/atau jasa mediknya kepada pasien agar tidak terjadi aduanmenerapkan honorarium di luar kemampuan pasien atau keluarganya.

    (19) Seorang dokter dalam berbisnis / bekerjasama dengan perusahaandi luar bidang kedokteran wajib untuk :

    a. Tidak berniaga yang tidak cocok atau bertentangan dengan profesikedokteran atau membawa pengabdian atau profesinya menjaditidak layak dihormati

    b. Memisahkan barang dan jasa yang dihasilkan dari praktekkedokterannya dan keahliannya sehingga tidak dirancukanmasyarakat sebagai jasa kedokteran atau diakui oleh profesikedokteran

    c. Tidak mempromosikan nama, jenis keahlian dan pelayanan praktekpribadinya.

    Penjelasan pasal.

    Walaupun hubungan antara dokter dengan industri farmasi atau alatkesehatan dan pelbagai jasa ikutannya sudah dirasakan tak dapatdipisahkan, namun hubungan yang menyimpangi kode etik kedua pihakharus diakhiri, karena ibarat lereng yang licin (the slippery slope), doktertergelincir menjadi pedagang yang menganggap sah komisi, diskon dll,padahal itu semua pasti memberatkan pasien/keluarganya yang tengahmenderita atau pihak ketiga yang menanggungnya. Dokter memilikikekuasaan besar untuk menentukan pilihan produk/barang/jasa tersebut,sehingga sepantasnya etika kedokteranlah yang menjadi rem kekuasaan

    15

  • ini. Pada diri dokter terlebih dahulu muncul tanggungjawab daripadakebebasannya. Uraian tersebut menggambarkan bahwa pasal inimerupakan salah satu cirri profesi luhur.

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1) Pencegahan penyimpangan ini merupakan cermin dari keluhuranprofesi.

    (2) Cukup jelas

    (3) Kerjasama didasarkan saling menghormati kode etik masing-masing,termasuk dalam hal ini adalah larangan menginisiasi untukmelakukan kolusi.

    (4) Cukup jelas

    (5) Temu ilmiah dalam rangka pendidikan kedokteran dan professionalberkelanjutan.

    (6) Cukup jelas.

    (7) Termasuk dalam hal ini memaksakan kehendak kepada pasiennyauntuk membeli obat/alat/jasa tertentu setelah menerima sesuatu(komisi) dari industri farmasi/alat kesehatan, apalagi berperan sebagaiagen mereka pada saat berpraktek.

    (8) Cukup jelas.

    (9) Untuk memperkuat gur model panutan sebagai salah satu pilarpembinaan etika kedokteran, disamping etika sosial dan bioetikakedokteran.

    (10) Penyalahgunaan kewenangan dokter terhadap sesama teman sejawatmelalui kedok pendidikan kedokteran berkelanjutan juga merupakanperbuatan tidak etis. Tidak sah artinya bertentangan denganketentuan perundang-undangan dan ketentuan profesi. Termasukdalam hal ini adalah iming-iming sertikat kompetensi tidak sah,imbalan kewenangan tertentu atau diskon pembelian alat kesehatanyang tidak sah.

    (11) Donasi dan pemberian dibatasi hanya untuk organisasi profesi danbukan individu.

    (12) Yang dimaksud temu ilmiah seperti Simposium, Kongres, PendidikanKedokteran Berkelanjutan dan sejenisnya termasuk tele medicine

    16

  • dan derivasi dari penggunaan teknologi pendidikan/pelatihan denganteknologi komunikasi dan informasi mutakhir.

    (13) Pemberian Honorarium sebagai pembicara atau moderator hendaknyasecara wajar dan lazim, sesuai dengan kebiasaan setempat di manapertemuan tersebut berlangsung

    (14) Hal ini akan merusak keluhuran profesi kedokteran.

    (15) Termasuk dalam program ini adalah yang kesadaran anti KKN, sepertiprogram asosiasi gabungan perusahaan farmasi yang menerapkanThe Mexico City Principles yakni perlunya transparansi, integritas,akuntabilitas, niat baik yang sah, independensi dan fokus kepadapelayanan kesehatan dan pasien dan asosiasi/gabungan pengusahaalat kesehatan yang menerapkan Kuala Lumpur Principles. Jugadukungan simpati bagi siapapun yang justru menjadi korban padasaat penegakan anti KKN.

    (16) Cukup jelas.

    (17) Profesi dokter bukanlah pedagang, yang akan mencari keuntungan.Imbalan jasa profesionalnya dilandasi pertolongan kemanusiaan danpasien mengucapkan terima kasih sekaligus membalasnya denganpemberian imbalan sebagai suatu kehormatan atas keluhuran itu.

    (18)Besarnya honorarium tergantung pada beberapa faktor seperti:keadaan, tempat, kemampuan pasien, lama dan sifatnya pertolonganyang diberikan dan sifat pelayanan umum atau spesialistik.

    Pedoman dasar honorarium dokter sebagai berikut :

    a. Honarium dokter disesuaikan dengan kemampuan pasien

    b. Honorarium dokter ditetapkan dengan mengingat karya, kesulitan,lama tindakan/ operasi /obat, khususnya untuk tindakan yangdiduga memerlukan biaya banyak. Besarnya imbalan jasa dapatdikemukaakan kepada pasien sebelum tindakan dilakukan, denganmempetimbangkan keadaan pasien. Pemberitahuan ini harusdilakukan secara bijaksana agar tidak menimbulkan rasa cemasatau kebingungan keluarga.

    c. Honorarium dokter sifatnya tidak mutlak, dapat dimusyawarahkanantara pasien dan dokter

    17

  • Pasal 4 : Memuji diri

    Setiap dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifatmemuji diri.

    Cakupan Pasal:

    (1) Setiap dokter wajib mempertahankan profesionalisme dalammenginformasikan kualitas kompetensi dan kewenangan diri kesesama profesi kesehatan dan/atau publik, wajib menjamin bahwainformasi yang dimaksudkan sesungguhnya adalah faktual dan wajibmenghindari segala niat dan upaya untuk menunjukkan kehebatandiri melalui wahana/media publik seperti pertemuan ke khalayak,media massa, media elektronik dan media komunikasi berteknologicanggih lainnya.

    (2) Perbuatan yang dilarang karena bersifat memuji diri sebagaimanadimaksud pada Pasal 4 cakupan pasal (1) antara lain:

    (a) Menggunakan gelar yang bukan menjadi haknya atau secaramelawan hukum

    (b) Mencantumkan gelar profesor atau gelar akademis atau sebutankeanggotaan profesi yang tidak berhubungan dengan pelayananmedis pada papan praktik, kertas resep, atribut praktik lainnyadan wahana/media publik sebagaimana dimaksud Pasal 4 dancakupan pasal 1 di atas.

    (c) Mengiklankan diri, sejawat, almamater atau fasilitas pelayanankesehatannya yang bertentangan dengan ketentuanhukum/disiplin yang berlaku seperti : fakta tidak akurat, tidakadil, tidak berimbang, berpihak, beritikad buruk, palsu, menipu,menghasut dan menyesatkan, mencampuradukkan fakta danopini pribadi, menonjolkan unsur kekerasan, mempertentangkansuku, agama, ras dan antar golongan, serta membuat beritabohong, tnah, sadis dan cabul.

    (3) Mengiklankan kemampuan/kelebihan-kelebihan yang dimilikinyabaik lisan maupun tulisan, dalam berbagai wahana/media publikdalam dan luar negeri yang mengandung pernyataan superlatif,menyiratkan pengertian satu-satunya atau maknanya sama tentangkeunggulan, keunikan atau kecanggihan pelayanan yang cenderungmenyesatkan, pamer yang berselera rendah/buruk yang menimbulkan

    18

  • kehinaan profesi, termasuk namun tidak terbatas melalui:

    (a) Wawancara/siaran publik yang terencana/menulis karanganpopular sendirian untuk mempromosikan/memperkenalkan ciridan cara dirinya sebagai satu-satunya pusat perhatian dalammengobati suatu penyakit, tanpa persetujuan tertulis MKEKPusat IDI.

    (b) Tidak mencegah orang/pihak lain menyiarkan/menyebut-nyebutnama disertai foto diri dan hasil pengobatannya dalamwahana/media publik, apalagi yang bersifat permanen.

    (c) Memberikan kesempatan langsung kepada orang awammenghadiri presentasi teknik baru pengobatan yangdilakukannya secara berlebihan, komersial dan/atau ajakanuntuk mengunjungi/menggunakan jasa/produknya.

    (d) Membagi-bagikan selebaran, kartu-nama dan identitas lainyang berkesan komersial.

    (e) Melakukan semua hal-hal yang tertera dalam larangan tatacaraperiklanan sebagaimana ketentuan yang berlaku.

    (4) Perbuatan berikut tidak dipandang sebagai memuji diri adalah sebagaiberikut :

    (a) Memasang iklan di media cetak, ukuran maksimum 2 kolom x10 cm,secara patut dalam rangka pengenalan awal praktek,pengumuman cuti praktek, kembali buka praktek pasca cuti,berisi informasi nama, jenis spesialisasi, alamat, waktu praktek,nomor telpon seperti ketentuan papan nama praktek dengannomor surat ijin praktek lengkap, tanpa disertai embel-embelajakan apapun dan alasan cutinya.

    (b) Memasang papan nama praktek ukuran maksimum 60 x 90 cm,dasar putih, huruf hitam, wajib mencantumkan nama, jenisspesialisasi, nomor surat ijin praktek, waktu dan seyogyanyajuga nomor rekomendasi IDI, dengan penerang sewajarnya. Bagipraktek perorangan, dipasang di dinding bangunan bagiandepantempat ia praktek atau dipancangkan di tepi jalan. Untukrumah sakit, puskesmas, klinik bersama, kantor kesehatanmerupakan papan nama kolektif dengan ukuran yang sewajarnyadi pasang di bagian depan/dinding lorong masuk.

    19

  • (c) Kertas resep, surat keterangan dokter, amplop dan kuitansidokter berisi nama, jenis spesialisasi dan nomor surat ijin praktek,sepanjang sesuai dengan keperluan administratif sepatutnya.

    (d) menjadi maksimal satu kali pemeran iklan layanan masyarakatdalam rangka promosi kesehatan masyarakatsuatu programresmi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/ataupengurus besar Ikatan Dokter Indonesia yang telahdirekomendasikan MKEK Pusat.Seyogyanya pemeran iklan adalahdokter yang tidak berpraktek. Untuk media elektronik daninternet harus terlebih dahulu disetujui oleh IDI denganpertimbangan dari MKEK Pusat dan sesuai ketentuan yangberlaku.

    (e) Pencantuman hanya nama dan jenis spesialisasi, tanpa foto diri,dalam iklan resmi yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatanyang direkomendasikan oleh asosiasi fasilitas pelayanankesehatan yang diakui pemerintah dan IDI, hanya di media cetakdan dalam rangka globalisasi. Untuk media elektronik daninternet harus terlebih dahulu disetujui oleh IDI denganpertimbangan dari MKEK Pusat. Untuk media internet harusdimuat di situs IDI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Penjelasan pasal.

    Walau sering berhasil "menyembuhkan" pasien, seorang dokter tidakboleh takabur, sombong dan kemudian memuji diri sendiri, karena yangmenyembuhkan sesungguhnya hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Ia harussadar bahwa pengetahuan, ketrampilan profesi dan hasil pengobatanterhadap pasiennya adalah karena karunia, kemurahan dan ridhoNyasemata yang pada suatu saat pasti berakhir. Dalam sistem kedokteranmodern hasil pengobatan ditentukan oleh banyak faktor. Pelayanankedokteran merupakan sistem kompleks yang saling bergantung antarapelbagai komponen pemberi pelayanan. Andil teman sejawat dan tenagakesehatan lain dalam tataran macho (rekan kerja satu tim di satuankerja/unit fasilitas pelayanan), peran pengelola administratif, manajemenfasilitas pelayanan, pengurus IDI dan pejabat dinas kesehatan di wilayahtempat tinggalnya dalam tataran meso dan peran Pemerintah danorganisasi profesi tingkat pusat dalam tataran makro, tak dapat

    20

  • dikesampingkan.

    Kesuksesan dokter, khususnya yang senior seyogyanya menjadi ajanguntuk menjadi model panutan (pilar alih budaya etika) bagi sejawatyuniornya dengan mencontohkan perilaku yang rendah hati, menciptakansuasana kebersamaan, melakukan kaderisasi dan membuat tatanan kerjauntuk memantapkan sistem etikolegal di tempat bekerja bersamanya(pilar etika sosial).

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1) Semua informasi indikator kinerja individu dokter dalam pelayanankesehatan sebagai sistem sosial harus didasarkan kepada data obyektifyang berdasarkan fakta. Akan lebih akurat bila ditunjang dengansubsistem teknologi informasi dan komunikasi organisasi profesiyang dikelola secara profesional untuk menunjang adanya tele-medicine dan tele-health care. Juga sejalan dengan pendidikankedokteran berkelanjutan yang mungkin dapat menghasilkankewenangan baru/tambahan yang berguna bagi kredensial,peningkatan mutu dan pembinaan etika dan disiplin dokter. Dokterseyogyanya secara moral menyampaikan kinerja dirinya secara jujurdan obyektif agar data informasi yang dihasilkan juga akurat dandapat dipertanggungjawabkan.

    (2) Uraian sebagai berikut :

    a. Cukup jelas

    b. Masyarakat dan khususnya pasien jangan dibuat bingung olehpenamaan atau sebutan dokter, karena kompetensi dankewenangan melakukan praktik kedokteran sudah memadaidengan gelar dokter dan spesialisasi yang dimilikinya, sesuaiketentuan perundang-undangan. Apabila seorang doktermempunyai lebih dari satu gelar/spesialisasi maka gelar/spesialisasiyang dicantumkan pada papan/atribut praktek lainnya, kertasresep dan wahana publik adalah yang sesuai dengan jasa pelayananyang memberi kewenangan keahlian yang tertinggi atau palingspesik yang diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatantempat ia berpraktek, dimanapun tempatnya

    c. Cukup jelas

    21

  • (3) Di depan khalayak melalui wahana publik, apalagi dunia internetyang mengglobal dapat dengan mudah menggelincirkan dokterberperilaku memuji diri sendiri dan komersialisasi sekaligus. Kemajuanipteks dalam kebaruan dan komunikasi informasi yang mengusungide kemampulaksanaan harus diseimbangkan dengan kendali diridokter, karena etika mempertanyakan keharusan seperti itukah ?

    (4) Cukup jelas.

    Pasal 5 : Perbuatan Melemahkan Psikis maupun Fisik.

    Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan dayatahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan

    pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingandan kebaikan pasien tersebut.

    Cakupan Pasal :

    (1) Setiap dokter wajib memberikan informasi memadai dengan jujurdan cara yang santun kepada pasien dan/atau keluarganya ketika iaakan memberikan tindakan atau obat yang berakibat penurunandaya tahan sik pasien walaupun belum tentu menurunkan dayatahan psikisnya.

    (2) Setiap dokter terhadap pasien yang sedang menderita sakit wajibmenyampaikan informasi yang dapat melemahkan kondisi psikispasien secara patut, teliti dan hati-hati dengan perkataan yang tepat.

    (3) Dalam rangka menimbulkan dan/atau menjaga rasa percaya diripasien, dokter seyogyanya dilarang berbohong kepada pasiennyayang menderita penyakit berat/parah, kecacatan atau gangguankualitas hidup tetapi boleh menahan sebagian informasi yang dapatmelemahkan psikis pasien dan/atau siknya.

    (4) Dokter wajib menghormati keinginan pasien yang menolak untukmendapat informasi mengenai penyakitnya sendiri atautindakan/pengobatan yang memperlemah sik dan mentalnya,namun seyogyanya dilakukan setelah memperoleh ijin pasien danmenjelaskan informasi tersebut kepada keluarga pasien.

    (5) Pada saat menggunakan teknologi modern atau baru sebagai

    22

  • modalitas pengobatan, setelah diyakini lebih memungkinkan untukkepentingan terbaik pasien, seorang dokter wajib menjelaskan alasankeharusan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan teknologitersebut dibandingkan dengan teknologi sejenis sebelumnya, sebagaiimbangan dari aspek kemampulaksanaan penerapannya saja kepadapasien tersebut.

    Penjelasan pasal.

    Pada diri pasien sebagai manusia, kaitan badan/tubuh danjiwa/mental tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Melemahkan dayatahan psikis dan sik adalah bertentangan dengan trah/tugas ilmukedokteran, karena hal ini jika dibiarkan justru akan membahayakannyawa atau memperberat penderitaannya. Kecuali ada alasan pembenar,tindakan tersebut diperbolehkan seperti pembiusan pra-bedah padaumumnya, pemberian obat pra-anestesi/anestesi untuk kejang atau nyeritak tertahankan.

    Pasien yang memiliki otonomi namun akan terpapar risiko sik danmental akibat perjalanan penyakitnya sendiri maupun tindakan/obatyang akan diberikan dokter, khususnya yang diramalkan berat (fatal),serius, berpotensi kecacatan atau akan merugikan, wajib diberi informasimemadai sebelumnya. Kecuali bila pasien tersebut tidak mampu mengertidan/atau memahami atau terdapat gangguan kapasitas otonominyasehingga dirinya tidak mampu membuat keputusan menentukan (yangterbaik) baginya. Namun dalam budaya Indonesia, pasien sering ditemanioleh suami/istri atau bapak/ibu atau anak-anaknya, sehingga pemberianinformasi dilakukan bersamaan kepada mereka, apalagi kategoriperawatan akhir kehidupan. Kecuali yang amat khusus privasinya,pemberian informasi bersamaan ini perlu dimintakan persetujuan pasienlebih dulu.

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1), (2), (3), (4) dan (5) Cukup jelas.

    23

  • Pasal 6 : Bijak Dalam Penemuan Baru.

    Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkanatau menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatan baruyang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan

    keresahan masyarakat.

    Cakupan pasal:

    (1) Seorang dokter hanya dibenarkan mengumumkan hasil penelitianbaru yang dilakukannya sendiri untuk pertama kali hanya pada mediailmiah profesi yang diakui sesuai ketentuan tentang penelitiankedokteran yang lazim dan berlaku. Penelitian baru tersebut harustelah lolos kaji etik dari komite/panitia penilai sesuai ketentuan yangberlaku.

    (2) Setiap dokter yang menerapkan penemuan teknik keilmuan,ketrampilan atau modalitas pengobatan baru yang dapatmenimbulkan keresahan masyarakat seharusnya memperolehtanggapan dan saran dari mitra bestarinya masing-masing.

    (3) Setiap dokter yang mengumumkan penerapan perkembangan terbarudari cakupan pasal butir 1 dan 2 di atas seyogyanya menuliskandalam media ilmiah profesi yang sama atau setara/sejenis, pertemuanatau pendidikan dan pelatihan profesi yang diselenggarakan dirinyaatau bersama sejawatnya, dalam forum resmi yang diakui organisasiprofesi sesuai ketentuan yang berlaku.

    (4) Setiap dokter wajib menerapkan praktik kedokteran berbasis buktiilmiah yang telah teruji kebenarannya dan diterima dalam standarpraktek kedokteran, demi kepentingan terbaik dan memperhatikankeselamatan pasiensesuai dengan tujuan, cara dan ciri metodologipenelitiannya masing-masing sebagaimana yang lazim berlaku.

    (5) Setiap dokter yang berpartisipasi dalam penelitian kedokteran harusmengikuti seluruh kaidah-kaidah penelitian kedokteran yang baik

    (6) Setiap dokter dilarang mengumumkan, menganjurkan penerapanbarang/produk dan jasa kesehatan/terkait kesehatan yang dipasarkansecara multi level marketing (MLM).

    (7) Seorang dokter dapat menggunakan pengobatan secara kesehatantradisional, khususnya jenis alternatif-komplementer maupun empirikyang diakui Pemerintah bersama organisasi profesi, termasuk namun

    24

  • tidak terbatas pada program saintikasi jamu/ramuan atauketrampilan setelah meyakini dan mendalami metode sistempengobatan tradisional Indonesia yang dikembangkan resmi secaranasional dan menggunakan bahan/produk yang diijinkan Pemerintah

    (8) Dalam menggunakan obat, ramuan herba/jamu, suplemen makanan,alat/metoda pengobatan/ketrampilan dan pelbagai modalitasnyayang berasal dari pelayanan kesehatan tradisional dan/ataukedokteran alternatif-komplementer untuk kepentingan kuratifdan/atau rehabilitatif, seorang dokter seharusnya memiliki kompetensidan kewenangan yang diakui Pemerintah bersama organisasi profesidan/atau jajarannya, dilarang mengemukakan klaim khasiat dan/ataukeamanan produk yang belum terbukti kebenarannya atau dibuat,diedarkan dan dipasarkan secara melanggar ketentuan perundangan-undangan

    (9) Setiap dokter berkompeten dan berwenang yang menggunakanobat, ramuan herba/jamu, suplemen makanan, alat/metodapengobatan/ketrampilan dan pelbagai modalitasnya yang berasaldari pelayanan kesehatan tradisional dan/atau kedokteran alternatif-komplementer sebagaimana dimaksud cakupan pasal butir 7 di atastetapi untuk kepentingan promotif dan preventif seharusnya memberiekspertisnya demi paradigma sehat, menghormati pilihan pasienuntuk dilakukan pengobatan secara holistik sesuai dengan ketentuanyang berlaku

    (10) Setiap dokter seharusnya mampu menilai secara akal sehat setiappengumuman/publikasi di pelbagai wahana/media, termasuk yangdisampaikan oleh sesama sejawat, tenaga non medis atau perorangansiapapun yang menggunakan prinsip ilmiah yang metodenya belumdiakui oleh organisasi profesi

    (11) Seorang dokter dilarang menggunakan barang/alat/produk kesehatantradisional, alternatif-komplementer untuk diagnosis dan terapikausal yang sudah memiliki baku emas (golden standard) dalamsistem pengobatan konvensional.

    Penjelasan pasal

    Perbuatan seorang dokter dapat mempengaruhi pendapat masyarakatluas, sebaliknya reaksi menyimpang masyarakat tersebut dapat kembali

    25

  • mempengaruhi persepsi mereka terhadap seluruh korsa kedokteran Olehkarena itu dokter harus hati-hati dalam mengumumkan hasil penelitian,teknik dan pengobatan yang belum diuji kebenarannya atau dapatmenimbulkan keresahan masyarakat.

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1) Perkecualian hal ini adalah bila penelitian tersebut dimaksudkanuntuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual, sesuai ketentuanperundang-undangan yang berlaku.

    (2) Cukup jelas

    (3) Untuk mencegah berkembangnya aliran pengobatan yang tidaksesuai standard, karena tidak setiap dokter berwenang melakukanhal ini. Hal ini diatur oleh IDI sebagai organisasi profesi, termasukkesetaraan media ilmiah profesi.

    (4) Penelitian kesehatan terdiri atas 4 rumpun keilmuan yang memilikimetodologinya masing-masing, yakni ilmu biomedik, klinik terapandan epidemiologi klinik, kedokteran komunitas/kesehatan masyarakatdan humaniora & bioetika kedokteran.

    (5) Cukup jelas

    (6) Cukup jelas

    (7) Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan biokultural yang sesuaidengan upaya mensinergikan paradigma sehat (promotif & preventif)serta mengangkat produktivitas keanekaragaman tanaman obatIndonesia dan ketahanan bangsa melalui sistem pengobatantradisional Indonesia,

    (8) Dalam menentukan sikap terhadap penggunaan obat herbal, jamu,suplemen makanan dan produk Complementary Alternative Medicine(CAM) maka dokter harus menggunakan orientasi utama patientsafety. Penekanan diberikan pada produk yang telah diuji keamanandan ekasinya.

    (9) Cukup jelas

    (10) Dokter dan organisasi profesinya merupakan gur dan unsur lembagapenting dalam mengawal pengembangan saintikasi danpenggunaan evidence based medicine dalam rangka penetapan

    26

  • standar/pedoman nasional pelayanan kesehatan.

    (11) Upaya untuk melindungi masyarakat luas dalam kebijakan integrasipelayanan kesehatan tradisional ke dalam pelayanan kesehatankonvensional/formal.

    Pasal 7: Keterangan dan pendapat yang valid.

    Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapatyang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

    Cakupan Pasal :

    (1) Dalam memberikan surat keterangan medis/ahli atau ekspertis danpendapat ahli apapun bentuk dan tujuannya, dokter wajibmendasarkan isinya pada fakta medis yang diyakininya benar sesuaidengan pertanggungjawaban profesinya sebagai dokter.

    (2) Surat keterangan dokter dan/atau pendapat/keterangan ahli wajibdibuat dengan penuh kejujuran, kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian berdasarkan sumpah jabatan, sesuai ketentuan perundang-undangan dan sedapat mungkin bebas dari konik kepentingan.

    (3) Seorang dokter yang dalam posisi tidak tak-berpihak/bebas(imparsial/independen) atau patut menduga tidak sepenuhnyaimparsial/independen terhadap kepentingan dalam pembuatansurat keterangan dan/atau pendapat ahli sebagaimana dimaksud,wajib memberitahukan posisi dirinya kepada pihak berwenang danklien/pasien yang akan diperiksanya serta seyogyanya menyerahkanurusan pembuatan tersebut kepada dokter lain yang paling/lebihimparsial/independen.

    (4) Seorang dokter dalam membuat surat keterangan ahli sebagaimanadimaksud Pasal 7 seyogyanya melaksanakannya di instansi/lembagayang paling imparsial/independen dari tempat ia bekerja ataumelaksanakannya atas nama organisasi profesi tempat ia menjadianggotanya.

    (5) Dalam hal dalam surat keterangan medik diperlukan penulisandiagnosis pasiennya, dokter perlu mendapat persetujuan tertulis daripasiennya.

    (6) Seorang dokter wajib melakukan konsultasi atau melakukan rujukan

    27

  • ke sejawatnya yang mempunyai kompetensi untuk memberikanketerangan yang lebih bermutu apabila kasus yang dihadapi di luarkompetensinya.

    (7) Seorang dokter pengobat pasien, dilarang memberikan keterangansakit/sehat di depan media publik tentang pasiennya yang didugapelaku tindak pidana.

    (8) Seorang dokter dilarang memberikan pendapat mengenai pasienyang diperiksa oleh sejawat lain tanpa permintaan dari pihakberwenang dan tanpa memeriksa atau melihat sendiri pasien tersebut.

    (9) Seorang dokter tidak boleh membuat surat keterangan sakit bagiorangtua atau pengantar yang tidak bisa bekerja karena mengurusianaknya atau keluarganya yang sakit.

    (10) Seorang dokter yang menjadi anggota penguji kesehatan ataspermintaan pihak tertentu:

    a. Dokter harus senantiasa obyektif dan jangan dipengaruhi baikoleh pihak peminta maupun peserta tes kesehatan

    b. Seyogyanya jangan menguji kesehatan calon yang masih ataupernah menjadi pasiennya sendiri, untuk menghindarkan dilemaantara membuka atau mempertahankan rahasia jabatan

    c. Jangan memberitahukan kepada calon tentang kesimpulan darihasil pemeriksaan medik, serahkan hal tersebut kepada institusiyang memintanya.

    Penjelasan pasal

    Pemberian surat keterangan dan/atau pendapat ahli merupakan sisilain dari tugas profesi seorang dokter yakni untuk kepentingan bukankesehatan, tetapi kepentingan hukum/medikolegal dalam arti luas danperadilan. Tugas pemberi sertikasi dokter berdasarkan sumpah jabatanmerupakan lingkup utama dan khas ilmu kedokteran forensik danmedikolegal sebagaimana Pasal 1 KODEKI, cakupan pasalnya butir 1.3beserta penjelasannya masing-masing. Sumpah dan pemeriksaan medisdalam lingkup dan menggunakan ilmu kedokteran yang dilakukannyasendiri menjamin kebenaran terhadap apa yang diterangkannya. Dalampenerbitan surat keterangan dan/atau pendapat ahli dilaksanakan sesuaiketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga harus

    28

  • memperhatikan kewenangan pihak berwenang yang memintanya sertaklien/pasien yang akan diperiksanya. Bila antar keduanya terdapatperbedaan kepentingan, dokter harus bersikap adil, imparsial danindependen dan menjaga jarak antar keduanya. Dokter harus memahamibahwa fungsi sebagai dokter pengobat pasien dan dokter pemeriksaberbeda walaupun sama-sama dapat dimintakan membuat suratketerangan dan/atau pendapat ahli.

    Beberapa contoh surat keterangan dokter antara lain berupa:

    a. surat keterangan sakit atau sehat (sik dan mental);

    b. surat keterangan kelahiran atau kematian;

    c. surat keterangan cacat (disabilitas);

    d. surat keterangan gangguan jiwa/demensia;

    e. surat keterangan untuk asuransi jiwa, untuk perkawinan, bepergianke luar negeri, telah imunisasi dll

    f. surat keterangan laik diwawancara, disidangkan, dihukum (kaitandengan perkara pidana);

    g. surat keterangan pengidap (untuk rehabilitasi) atau bebasnarkotika /psikotropika;

    h. visum et repertum.

    Penjelasan cakupan pasal

    (1) Yang dimaksud pertanggungjawaban profesi adalah keyakinankebenaran hasil dari pengertian ilmu pengetahuan dan teknologibiomedik/kedokteran, pengalaman klinik, perhitungan epidemiologikdan pemahaman kemanusiaanya sebagai dokter. Tidak termasukdalam ketentuan ini adalah surat keterangan atau pendapat dokteryang dibuat bukan atas dasar ilmu pengetahuan kedokteransebagaimana disebutkan terdahulu, karena saat itu ia menjadi saksi(biasa) yang menjelaskan apa yang dilihat dan didengarnya sebagaiwarganegara biasa. Surat keterangan dan pendapat tersebut meliputihal diagnosis, terapi/pengobatan dan prognosis pasien/klien ataukomunitas/masyarakat dalam lingkup ilmu kedokteran yaknibiomedik, kedokteran klinis, kedokteran komunitas/kesehatanmasyarakat dan humaniora kedokteran/bioetika. Kebenaran medis

    29

  • diperoleh dari fakta yang diterima dan diolah dokter sesuai denganmetodologi keilmuan kedokteran berdasarkan permintaan pihakberwenang. Untuk menjamin kebenarannya, pembuatan suratketerangan atau pendapat tersebut didasarkan atas sumpah doktersebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 KODEKI.

    (2) Pada umumnya surat keterangan dokter dan/ataupendapat/keterangan ahli diminta secara tertulis oleh pihakberwenang, untuk memperjelas perkara (sengketa atau statustertentu yang dipersyaratkan) atau upaya memutuskan sesuatusecara benar dan adil. Mengingat surat keterangan tersebut dapatmenjadi dokumen hukum publik, kejujuran hingga bebas konikkepentingan tersebut akan menempatkan dokter sebagai ahli yangbermartabat dan berwibawa di depan hukum. Dokter harusmenjelaskan prosedur/proses pemeriksaan medisnya menujupembuatan surat tersebut, bila memerlukan waktu pemeriksaanyang lama atau berulang untuk penilaian/observasi misalnya padapemberian keterangan demensia/gangguan jiwa atau pada kasussaksi atau tertuduh/terdakwa di pengadilan. Dalam memberikansurat keterangan untuk cuti sakit, perlu mewaspadai pasien terhadapperbuatan sandiwara/simulasi, upaya melebih-lebihkan/memberat-beratkan sakitnya. Dalam memberikan surat keterangan cacat tubuhdan cacat fungsi, harus lebih teliti menyangkut prosentasekecacatannya.

    (3) Dalam hal ia terdesak untuk membuat surat tersebut, ia seyogyanyamencantumkan posisinya terhadap klien/pasien tersebut dalam suratketerangannya, walaupun ia wajib dan tetap membuatnya dengansepenuh-penuhnya pertanggungjawaban profesi sebagaimanadimaksud pada cakupan pasal 1 dan 2 di atas

    (4) Pada visum et repertum dan surat keterangan yang berdimensihukum publik yang diminta oleh pihak penyidik atau pihak berwenangadalah lembaga atau fasilitas pelayanan kesehatan tempat bekerjadokter. Selain itu memerlukan pemrosesan teknis medis danpenyelenggaraan 24 jam serta administratif kelembagaan sepertidokumentasi/penyimpanan karena surat tersebut dapat digunakanpada ruang dan waktu yang berbeda dari saat pembuatannya yangtidak mungkin dilaksanakan oleh dokter perorangan

    (5) Dokter seyogyanya memperhatikan adanya perikatan pasien tersebut

    30

  • dengan pihak ketiga, misalnya asuransi, agar keterangan diagnosisnyatidak merugikan kepentingan pasien maupun pihak ketiga tersebut

    (6) Pada kasus kompleks, berpenyulit, ditangani lintas-spesialisasi ataumemerlukan ketelitian yang lebih tinggi, seringkali diperlukan timdokter pemeriksa. Ketentuan tim dokter pemeriksa atau dokter ahliyang dirujuk untuk menandatangani surat keterangan medik dan/ataumemberikan kesaksian ahli di persidangan ditentukan secara patutdan proporsional sesuai dengan kebutuhan pihak berwenangpemintanya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    (7) Tugas utama dokter pengobat adalah mengobati pasien. Hal ini jugauntuk mencegah dimanfaatkannya dokter oleh pihak tertentu yangterkena masalah hukum. Seyogyanya keterangan tersebut dilakukanoleh dokter lain yang sebagai dokter pemeriksa sesuai ketentuanperundang-undangan.

    (8), (9) Cukup jelas.

    Pasal 8 : Profesionalisme

    Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikanpelayanan secara berkompeten dengan kebebasan teknis danmoral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan

    penghormatan atas martabat manusia.

    Cakupan pasal:

    (1) Seorang dokter yang akan menjalankan praktek wajib memilikikompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan yang berlaku sebagaiprasyarat sekal igus kesinambungan profesional isme.

    (2) Setiap dokter seharusnya menyadari bahwa penyimpangan etikasudah dimulai sejak dirinya menjadi dokter bermasalah.

    (3) Setiap dokter bermasalah wajib memahami bahwa kekurangantanggungjawab dirinya berpeluang menjadi konik etikolegal denganteman sejawat sesama profesional di fasilitas pelayanan kesehatan.

    Penjelasan pasal

    Untuk menjalankan praktek profesi yang bertanggungjawab danbermutu, diperlukan bekal diri dokter yang cukup banyak. Ada 3

    31

  • tanggungjawab profesi yakni : (a) kepada diri sendiri (responsibility) dalamrangka menjalankan kebebasan teknis profesi berdasar kompetensimasing-masing, (b) kepada teman sejawat dan lingkungan kerja(accountability) dan (c) kepada klien/pasien sebagai pihak ketiga (liability).Profesionalisme dihasilkan dari tanggungjawab moral sepenuhnya, adanyakasih sayang dan penghormatan hak asasi manusia karena pasienmerupakan wujud insan bermartabat.

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1) Urutan kontinum profesionalisme dokter dalam pelayanan profesinyadimulai dari diperolehnya kompetensi sebagai hasil pendidikan danpelatihan, kredensial dan peningkatan mutu yang senantiasaberkembang sesuai dinamika kebutuhan masyarakat. Diikutiperolehan kewenangan yang diberikan negara sebagai bentukpengaturan perijinan profesi untuk dilapis oleh pakaianprofesionalisme dalam pelaksanaan profesi. Profesionalismehakekatnya adalah cerminan etika sebagai tekad profesi untukmelayani yang terbaik bagi pasien, menuju trias keluaran sistemetikolegal yakni tujuan medik, keselamatan pasien dan terjaganyamartabat profesi.

    (2) Dokter bermasalah adalah sejawat yang mengalami kelainankepribadian, menderita sakit/gangguan kesehatan, mengalamitekanan kerja, kurang trampil dan faktor lain yang mempengaruhikinerja/tanggungjawab dirinya.

    (3) Konik etikolegal adalah ketidaksepahaman berdimensi etik akibatperbedaan kepentingan atau kewenangan antar dokter, antar dokter- perangkat dan jajaran IDI atau antar dokter tenaga kesehatanlainnya yang belum atau tidak melibatkan pasien/klien dalamhubungan dokter - pasien, yang dianggap akan berkepanjangan danberpotensi menurunkan citra dan keluhuran profesi kedokteran ataukondisi sengketa profesi yang memerlukan kepastian pedoman etika,fatwa dan atau hukum profesi

    Pasal 9: Kejujuran dan Kebajikan Sejawat.

    Seorang dokter wajib bersikap jujur ketika berhubungan dengan

    32

  • pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkansejawatnya yang pada saat menangani pasien dia ketahui memilikikekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan

    penipuan atau penggelapan.

    Cakupan Pasal:

    (1) Setiap dokter wajib secara umum bertanggungjawab menjagamartabat dan keluhuran profesi kedokteran dengan memberi kesanmendalam bahwa korsa kedokteran senantiasa menjunjung tinggikejujuran sebagai pilar utama reputasi dan bonaditas profesi dalamrangka terjaganya kepercayaan publik.

    (2) Setiap dokter dalam rangka mencegah akibat buruk yang merugikanklien/pasien wajib secara tulus dan ikhlas meluangkan waktu untukmemberikan nasihat/kebajikan dan memberi ketauladanan kepadateman sejawatnya yang dikategorikan dokter bermasalah.

    (3) Setiap dokter yang berpengalaman profesi dan memiliki kelebihandalam bidang keilmuan, pengalaman, perhitungan dan pemahamanpengabdian profesi wajib memberikan nasehatnya apabila dimintakepada sejawat bermasalah dan/atau konik etikolegal.

    (4) Seorang dokter seyogyanya tidak mengomentari secara tidak bijakatau memberikan komentar negatif atas terapi yang diberikansejawatnya, tanpa mengetahui dasar kebijakan atau metodologiyang sesungguhnya.

    (5) Seorang dokter atau dokter yunior seyogyanya berterima kasih dantidak merasa sakit hati bila secara pribadi atau empat mata diberinasihat atau diberitahukan kekurangannya dalam menangani pasienatau kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum oleh dokter lainatau seniornya sepanjang dilakukan dengan niat baik.

    (6) Apabila seorang dokter telah mengingatkan rekan sejawat yangmelakukan pelanggaran tetapi tidak ada perubahan, maka dapatmenyampaikan laporan kepada pihak yang berwenang.

    (7) Dalam mengingatkan sejawat, seorang dokter wajib untuk tidakmelakukannya di depan pasien sejawat tersebut.

    Penjelasan pasal

    Seorang dokter jangan merelakan sejawatnya terjebak dalamkekeliruan yang secara sadar atau tidak sadar akan berpotensi merugikan

    33

  • pasien atau menurunkan martabat profesi, apalagi melalui pelanggaranhukum yang dapat menyebabkan kehinaan profesi. Kewajiban salingmenjaga harkat dan martabat kedokteran menimbulkan kekokohan korsaprofesi. Hal ini dalam konsep pengaturan diri sendiri organisasi profesi,merupakan pasal profesi luhur yang berdimensi etika sosial/kesejawatanyang unik.

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1) Bonaditas merupakan wujud terjaganya reputasi korsa kedokterandalam pengabdian profesi.

    (2) Setiap dokter melekat kewajiban untuk mencegah kekeliruan medik(medical error) untuk menjaga akuntabilitas sejawat di mata sejawatlainnya sebagai sesama pemberi pelayanan (tanggungjawab pihakkedua). Kekurangan karakter dan kompetensi dokter serta niat untukberbuat tercela : menipu dan menggelapkan (istilah hukum), karenaposisi pasien yang orang awam dan sedang sakit umumnyalemah/rentan.

    (3) Cukup jelas

    (4) Cukup jelas

    (5) Cukup jelas

    (6) Tergantung tempat bekerja sejawat tersebut, dapat ke Komite Medik,MKEK, Dewan Etik perhimpunan spesialis atau seminat atau melaluiIDI setempat.

    (7) Cukup jelas

    Pasal 10 : Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat..

    Seorang dokter wajib senantiasa menghormati hak-hak- pasien,teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib

    menjaga kepercayaan pasien.

    Cakupan Pasal :

    (1) Seorang dokter wajib memberikan akses kepada pasien dan

    34

  • mengobatinya tanpa prasangka terhadap ras, agama, suku,kedudukan sosial, kondisi kecacatan tubuh dan status kemampuanmembayarnya.

    (2) Seorang dokter dalam mengobati pasien wajib senantiasamenghormati, melindungi dan/atau memenuhi hak-hak pasiensebagai bagian dari hak asasi manusia dalam bidang kesehatan.

    (3) Seorang dokter wajib berperilaku berwibawa, tutur kata sopan,perilaku santun, menghormati hak-hak pasien, sejawat maupuntenaga kesehatan lainnya.

    (4) Seorang dokter wajib memberikan informasi yang jelas dan memadaiserta menghormati pendapat atau tanggapan pasien atas penjelasandokter.

    (5) Seorang dokter seharusnya tidak menyembunyikan informasi yangdibutuhkan pasien, kecuali dokter berpendapat hal tersebut untukkepentingan pasien, dalam hal ini dokter dapat menyampaikaninformasi ini kepada pihak keluarga atau wali pasien.

    (6) Seorang dokter dilarang merokok dan minum minuman keras didepan pasiennya.

    Penjelasan pasal

    Etika kedokteran diwarnai oleh etika kewajiban yang mengedepankanadanya panggilan nurani menolong pasien sebagai manusia yang tengahmenderita sebagai kewajiban tertinggi dokter sebagai pengabdi profesi.Pasien merupakan pribadi unik yang menjadi tujuan bagi hidupnya sendiri,bukan sebagai obyek untuk diintervensi dokter atau tenaga kesehatanlainnya. Penghormatan hak-hak pasien dan teman sejawat yangmerupakan bagian dari kewajiban dokter akan menjaga kepercayaanpasien, agar dapat mempercepat kesembuhannya.

    Penjelasan cakupan pasal.

    (1) Cukup jelas

    (2) Sesuai dengan anjuran WHO tentang hak atas kesehatan.Pelaksanaannya adalah dokter dengan penuh kejujuran, martabatkehormatan dan penuh pertimbangan ia menjunjung tinggi hak atas

    35

  • perolehan informasi secara memadai dan hak untuk menentukandiri sendiri. Termasuk hak-hak pasien adalah : memperoleh pelayananmedis dan perawatan (acces to medical care), bebas memilih dokter,konsultan, rumah sakit dan kelas perawatan (free choice of physician,consultant and hospital), memperoleh penjelasan secukupnya(adequate information), mengambil keputusan untuk persetujuanatau penolakan, setelah memahami informasi yang diberikan(informed consent), menolak tindakan pemeriksaan dan pengobatan(refusal of treatment), memperoleh alih dan kesinambunganpelayanan medis (transfer and continuity of care), mengetahui identitaspemberi pelayanan medis (identity of medical care providers),berhubungan bebas dengan siapa pun (privacy and freecommunication), memperoleh kepribadian, kesendirian yang tidakterganggu dan kerahasiaan ( privacy and condentiality), memperolehkeselamatan dan perlindungan hukun (personal safety and legalprotection), mengetahui biaya pelayanan bagi dirinya (charges),memperoleh pendapat medis kedua ( second opinion), menghentikanpelayanan di rumah sakit atas tanggung jawab sendiri setelahmendapat penjelasan termination of hospital care), melihat isi rekammedis (inzage rech), memperoleh pelayanan yang manusiawi, adildan jujur, memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai denganstandar pelayanan medis dan tanpa diskriminasi, memperolehperawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan, dirawatoleh dokter yang bebas menentukan pendapat etisnya tanpa campurtangan pihak luar, menjalankan ibadah sesuai dengan agaman ataukepercayaan yang dianutnya selama tidak mengganggu pasienlainnya, mengajukan saran usul perbaikan atas perlakukan rumahsakit terhadap dirinya, menerima atau menolak bimbingan moralmaupun spiritual, memperoleh perlindungan sewaktu diadakanpenelitian kesehatan, memutuskan tentang penghentiankehamilannya, memperoleh perlindungan karena terpaksa dirawatdi RS Jiwa, dan mendapatkan upah untuk pekerjaan yang dilakukan,penghapusan rekam medis mengenai dirinya setelah tidak dirawatlagi, mengetahui keterbatasan dan kemampuan rumah sakit, danperaturan mengenai sikap dan tindakan di rumah sakit, memutushubungan dengan dokter di rumah sakit, menerima bantuan hukumdan ganti rugi, dan menolak mendapatkan informasi (hak waiver).

    36

  • (3) Penghormatan terhadap teman sejawat dalam konteks Pasal 10dikaitkan dengan upaya bersama sesama sejawat untuk melakukanpengabdian profesi.

    (4) Pasien berhak memperoleh informasi dari dokternya danmendiskusikan tentang manfaat, risiko, dan pengobatan yang tepatuntuk dirinya, serta wajib mendapatkan tuntunan dan arahanprofesional dari dokter dalam membuat keputusan. Pasien ataukeluarganya berhak mengajukan keluhan, kritik, dan saran ataspelayanan kedokteran. Dokter seharusnya memberikan perhatiandan menanggapi sepenuh hati.

    (5) Cukup jelas.

    (6) Cukup jelas.

    Pasal 11: Pelindung kehidupan.

    Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya dalammelindungi hidup makhluk insani.

    Cakupan Pasal:

    (1) Seorang dokter wajib mengerti/memahami siklus dan mutukehidupan manusia, mulai saat pembuahan dan/atau saat kehidupandiawali, proses alamiah kehidupan berlangsung sampai denganmenjelang/saat/sesudah kematian manusia, dengan tujuan untukmenghormati, melindungi dan memelihara hidup mahluk insani.

    (2) Seorang dokter dilarang terlibat atau melibatkan diri ke dalam abortus,euthanasia, maupun hukuman mati yang tidak dapat dipertanggungjawabkan moralitasnya.

    (3) Seorang dokter wajib berhati-hati, mempertimbangkan berbagaiaspek diagnosis, pengobatan/perlakuan dan prognosis pada kontekskehidupan reproduksi pada umumnya serta menggunakan pelbagaikemajuan/kecanggihan teknologi reproduktif apapun yang dapatmenghilangkan atau menurunkan harkat manusia dan martabatkemanusiaan.

    (4) Seorang dokter harus mengerahkan segala kemampuannya untukmeringankan penderitaan dan memelihara hidup akan tetapi tidakuntuk mengakhirinya

    37

  • (5) Seorang dokter dialrang menggugurkan kandungan (abortusprovocatus) tanpa indikasi medis yang membahayakan kelangsunganhidup ibu dan janin atau mengakhiri kehidupan seseorang yangmenurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh(euthanasia)

    Penjelasan pasal

    Setiap dokter selayaknya berperan sebagai pamomong atau penjagadan pelestari kehidupan manusia yang merupakan penyandang hakasasi, mulai dari konsepsi/saat pembuahan sampai meninggaldunia/dimakamkannya. Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan Yang MahaEsa. Tuhan telah menciptakan masing-masing manusia seusia dengantujuannya. Ketika menjadi klien/pasien, betapapun parah ataukecacatannya, setiap dokter wajib menyadari panggilan suci nuraninyauntuk menjaga kehidupan pasien tersebut.Seorang dokter harusmengerahkan segala kemampuannya untuk memelihara kehidupanalamiah pasiennya dan tidak untuk mengakhirinya.

    Penjelasan cakupan pasal

    (1) Yang dimaksud dengan menghormati dan melindungi kehidupaninsani adalah menyadari bahwa manusia mulai saat pembuahanyang alamiah ataupun buatan, memiliki hak hidup yang akanberkembang pada saatnya secara alamiah menjadi hak asasi manusia,suatu hak dasar yang utuh, tak dapat dikurangi karena ia adalahsemata-mata manusia

    (2) Hal ini sesuai dengan moralitas deontologik profesi kedokteransejagat, karena dokter yang memiliki sifat ketuhanan dankemanusiaan akan memahami bahwa hanya Tuhan Yang Maha Kuasasatu-satunya yang berhak mencabut kehidupan manusia. Menurutagama, peraturan perundang-undangan dan etik, seorang doktertidak diperbolehkan melakukan menggugurkan kandungan (abortusprovocatus); atau mengakhiri kehidupan seseorang yang menurutilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh (euthanasia)

    (3) Yang dimaksud dengan kehidupan reproduksi adalah terutama

    38

  • t en t ang awa l p embuahan /keham i l an , ke l ah i r an ,sterilisasi/pencegahan kehamilan, sectio caesaria, prokreasi(inseminasi buatan), sel punca/stem cell, kloning dan lain-lain hinggaakhir kehidupan/saat kematian dan teknologi reproduktif lainnya,khususnya yang didorong oleh kehendak pasien/keluarganya sertakedokteran genetika dan molekular dengan atau tanpa teknologinano serta jenis teknologi lainnya

    Pasal 12 : Pelayanan Kesehatan Holistik.

    Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajibmemperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif,preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif), baik fisik maupun psiko-

    sosial-kultural pasiennya, serta berusaha menjadi pendidik danpengabdi sejati masyarakat.

    Cakupan pasal:

    (1) Setiap dokter wajib memandang seorang klien/pasien sebagaiman