koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA...

16
2014 : SAATNYA TURUNTANGAN! koran turuntangan APRIL 2014

Transcript of koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA...

Page 1: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

2014 : SAATNYATURUNTANGAN!

koranturuntangan

AP

RIL

201

4

Page 2: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

2

aniesbaswedan.com

DARI REDAKSI

MENCETAK SEJARAH:TURUNTANGAN UNTUKINDONESIA

koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun TanganJl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp. 021-29304102

Ikuti Anies Baswedan dan Turun Tangan di twitter @aniesbaswedan, @turuntangan & cari tahu tentang Anies Baswedan di www.aniesbaswedan.com

ejarah terlalu sering ditulis oleh para pemenang, para raja, atau punggawa istana. Akibatnya kita secara tak sadar dibius oleh manipulasi fakta dan misti�kasi peristiwa. Contoh, siapakah yang sesungguhnya membangun candi Borobudur dan candi Prambanan? Kita di sekolah belajar bahwa Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya lah yang membangun candi-candi itu. Bahkan kita mendapat cerita bahwa konon kabarnya candi Prambanan dibangun dalam satu malam. Luar biasa!!! Tapi benarkah demikian? Rasionalitas kita tentu mengatakan hal itu sugguh tidak masuk akal. Tidak mungkin Prambanan dibangun dalam satu malam. Dan benarkah para bangsawan Syailendra dan Sanjaya yang membangun ribuan candi itu? Merencana dan menatah batu-batunya pun barangkali tidak. Mereka hanya duduk-duduk di istana, dihibur oleh para dayang dan pujangga. Mereka undang sejarawan istana untuk menulis kitab demi kitab. Dan para sejarawan itu dengan sadar menjilat para tuannya yang digambarkan begitu hebat dan sakti mandraguna. Sejarah yang sesungguhnya, sebagaimana disebutkan dalam On History, adalah dialektika perjuangan kelas. Sejarah dilewati oleh pertarungan demi pertarungan. Pertarungan ide, gagasan ideologis, sampai tusuk-menusuk di parit-parit pembantaian. Tidak ada yang indah dalam sejarah. Borobudur dan Prambanan dibangun oleh para budak paria, yang bahkan menyebut eksistensi kelas sosialnya pun tidak diperkenankan. Berapa di antara mereka yang kena penyakit dan mati dalam seratusan tahun pembuatan candi? Dalam salah satu pidatonya di depan para

Relawan Turun Tangan, Anies Baswedan membalik semuan-ya itu. Ia mengatakan, “We are making a history.” Dengan menyebut “We”, Anies menyatakan dirinya bagian dari gerakan Relawan Turun Tangan. Kita sedang membuat sejarah. Bersama-sama kita bergerak melunasi janji kemerdekaan bangsa ini, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Koran ini menuliskan laporan tentang gerakan relawan Turun Tangan, tidak dari perspektif istana atau ketika sudah menang nantinya. Laporan ini justru ditulis ketika gerakan masih bayi, infant yang belum menunjukkan kekuatan. Namun kita yakin bahwa gerakan ini akan mampu mengubah wajah sebuah imagine nation bernama Indonesia. Lalu di manakah letak dan posisi gerakan relawan Turun Tangan ini dalam sejarah perjalanan sosial politik Indonesia? Koran ini mendudukkan Turun Tangan dalam tonggak paling modern sejarah gerakan pemuda di nusan-tara ini. Tonggak-tonggak sejarah (milestone) gerakan pemuda dimulai sejak tahun 1908 dengan berdirinya Boedi Oetomo. Lalu tahun 1928 ada peristiwa Soempah Pemoeda. Tahun 1945 kita merdeka dalam penjagaan kaum muda yang rela mengorbankan nyawa. Disusul berentetan gerakan pemuda di tahun 1966, 1974, 1978, 1980-an, dan 1998 yang menumbangkan Soeharto. Berbeda dengan gerakan pemuda sebelumnya, Turun Tangan lahir dalam era multimedia yang diwarnai konvergensi telekomunikasi dan digitalisasi teknologi. Era ini memunculkan romantikanya sendiri yang menumpas glori�kasi dan pendewaan tokoh sebagaimana gerakan pemuda sebelumnya. Maka gerakan ini layak diangkat untuk disimak para pembaca. .

S

Pemimpin Redaksi:Abdul Rahman Ma'mun

Redaktur Pelaksana:B. Nugroho

Redaktur:ChozinMuhammad HusnilArdi Wilda (Awe)Dyah IstiariniTaty Apriliyana

Reporter:Ardi WildaAnggun PiputriFajar YuliantoYus Naeni

Desain Layout:Monika HalimIrfan Hilmi

Fotografer:Imang Jasmine

Sirkulasi dan Distribusi:Jezzi SetiawanHendri AriwibowoLidya

Multimedia:Lukman

IT:Razi ThalibIndah Putri

Simbol “TANGAN”mewakili tanda berhenti

(stop/sudah cukup dengan keadaan sekarang),ikut terlibat, kerja nyata

Simbol “HATI” mewakili kepedulian,ketulusan, kecintaan

Simbol “TurunTangan” mewakili hati yang tergerak untuk berbuatmewujudkan perbaikan yang diinginkan

APA ARTITURUN

TANGAN?

TurunTangan adalah gerakan politik yang mendukung orang-orang baik yang kompeten dan berintegritas, seperti Anies Baswedan, supaya terlibat dalam politik untuk mewujudkan perubahan positif yang nyata demi Indonesia kita semua. Masalah negeri ini tidak mungkin bisa diselesaikan oleh 1 orang. Tetapi kunci perubahan Indonesia ada pada manusianya dan semuanya dimulai dari diri sendiri. Hati yang terger-ak untuk melakukan hal yang berbeda dari biasanya demi perbaikan, sekecil apapun itu, jika dilakukan bersama-sama akan menghasil-kan dampak yang luar biasa. Sudah cukup kita membiarkan keadaan negeri ini, sekedar berkomentar dan berkoar tentang membuat perubahan tidak akan merubah apapun. Kita harus mulai terlibat langsung membenahi semua aspek. Sekarang saatnya kita semua ikut menyelesaikan masalah, ikut turun tangan!

Page 3: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

3

koranturuntangan

RELAWAN TURUNTANGAN:21.000+ ORANG BERGERAK TANPA UPAH

FOKUS

ali ini saya yakin kalau setiap orang baik turun tangan mengu rus negeri ini, kita akan lebih baik,” kata Noveri Maulana. Bersama puluhan anak muda lainnya ia sengaja menyaksikan orasi politik Anies Baswedan. Veri warga negara biasa yang merindukan perubahan. Ia gatal dengan kondisi tanah air selama ini. “Tapi diam saja enggak akan menyelesaikan masalah,” kata Veri, sapaan akrab anak muda itu. Veri mengatakan itu pada Minggu (15/9/2013) sebagai respons atas pidato Anies Baswedan. Pada hari itu Anies menyampaikan pidato politik pertamanya sejak menyatakan diri siap menjadi calon presiden. Pidato Anies singkat namun padat. Mengusung tema “Indonesia Kita Semua”, ia menawarkan perspektif baru dalam kepemi-mpinan: ia tak datang untuk menyelesaikan masalah seorang diri. Bagi Anies, negara sebesar Indonesia ini tak bisa diselesaikan satu orang. Indonesia harus dikelola dengan model kepemimpinan yang mengajak semua orang untuk turun tangan. “Indonesia ini adalah ‘Indonesia Kita Semua’, milik kita, mari kita miliki masalah yang ada di bangsa ini, lalu turun tangan rame-rame menyele-saikan masalah yang ada,” kata Anies. Ucapan Anies ini kemudian ia wujudkan dengan membuat Gerakan TurunTangan; sebuah gerakan yang mendorong siapa pun untuk turun tangan menyelesaikan masalah di sekitar kita dan mendorong orang-orang baik untuk mengisi posisi publik, untuk mengurus republik. Gayung bersambut. Para relawan muncul. Veri hanya salah satunya. Mereka menamakan diri Relawan Turun Tangan. Gerakan ini kemudian menyebar luas ke semua daerah di Indonesia. Mereka hadir dan ikut bergerak bukan karena diimingi jadi kaya, tapi karena percaya. Berbagai upaya mereka lakukan demi menyebarkan informasi tentang perjuangan dalam jalur politik. Mereka memberikan iuran waktu, tenaga, ide dan gagasan. Relawan Rp0

Para Relawan Turun Tangan datang dengan hati dan ingin sama-sama membuktikan bahwa negeri ini masih melahirkan para pejuang dan negeri ini harus diperjuangkan. Pertumbuhan relawan Turun Tangan terhitung pesat. Sekitar Agustus 2013 jumlah relawan Turun Tangan hanya sekitar 1.500 orang, dan hari ini melesat menjadi lebih dari 20.000. Muncul secara organik, membuat gerakan di setiap kota di mana mereka berada, berkegiatan, menyebarkan seman-gat kepada seluruh manusia Indonesia bahwa sekarang saatnya kita turun tangan, menyuarakan optimisme bahwa Indonesia masih memiliki harapan. Di bagian paling barat Indonesia, tepatnya di Aceh, Hendra Maryadi menjadi penggerak masyarakat untuk memilih orang-orang baik di pemerintahan dengan mengadakan diskusi terbuka. Di Papua, La Musa mendorong masyarakat untuk memilih calon pemimpin yang baik dengan berkampanye ke berbagai tempat. Tak hanya Hendra dan La Musa yang bergerak, ribuan orang di berbagai daerah menyelami makna “Indonesia Kita Semua”, orang biasa yang merasa memiliki masalah dan turun tangan menyelesaikannya. Di Sibolga, ada Samsul Pasaribu dan teman-temannya. Semula, ia apolitis. Pria asal Sibolga, Sumatera Utara ini muak

dengan permasalahan-permasalahan politik yang kerap ia temui. “Banyak saya temui politik uang di mana-mana. Akhirnya masyarakat apatis. Saat pemilu daerah, misalnya, banyak teman-teman yang golput,” katanya. Bang Samsul, begitu ia biasa disapa, membayangkan gerakan politik yang tak diisi oleh transaksi rupiah. Ia membayangkan politik yang berisi gagasan. Ia menemukannya di Gerakan TurunTangan. Di sana ia sadar bahwa politik yang ia bayangkan bisa terwujud, gerakan politik tanpa transaksi rupiah, melainkan berbasis ide dan gagasan. Ia dan puluhan ribu relawan TurunTangan adalah relawan nol rupiah. Di Turun Tangan Samsul sadar harus semakin banyak orang baik yang didorong mengisi posisi penting di pemerintahan. Bersama relawan di Sibolga ia kemudian mengadakan berbagai acara untuk mendorong orang baik masuk ke politik, ia bersosialisasi ke warung kopi dan kampung-kampung. Samsul tak sendiri, ribuan Relawan TurunTangan lainnya juga melakukan hal serupa. Di masing-masing daerahnya para relawan mendorong orang baik mengelola pemerintahan. Ini adalah ikhtiar bersama sekaligus sinyal perubahan positif bahwa negeri ini butuh orang baik untuk perubahan. Samsul adalah bukti nyata ikhtiar tersebut. Di Bekasi, Relawan Turun Tangan berkampanye untuk memilih orang-orang baik dalam politik. Menggunakan kostum menyeramkan seperti pocong dan setan, Relawan Turun Tangan Bekasi ingin menyadarkan masyarakat agar jangan memilih orang-orang yang bergentayangan duduk di dewan perwakilan. Saat acara debat konvensi Partai Demokrat di Bandung, puluhan relawan Bandung hadir membawa angklung. Anies menggunakan angklung itu untuk melam-bangkan kepemimpinan yang menggerak-kan. Mereka turun tangan dengan hati. Mereka gerah dengan kondisi bangsa ini, rindu adanya pemimpin baru, rindu negerin-ya berubah ke arah lebih baik. Masih banyak kegiatan relawan lainnya se-Indonesia. Semangat positif selalu muncul di setiap kota. Tapi cerita-cerita berbeda itu memiliki satu tujuan: Indonesia

Kita Semua. Bahwa Indonesia ini, kata mereka, milik kita dan kita perjuangkan agar saudara-saudara kita di berbagai daerah mendapatkan kesempatan dan manfaat yang sama. Ketulusan dan kebaikan menyebar bukan saja bagi sesamanya tapi juga untuk bangsanya. Kata mereka, “Kalau semua orang mengeluh, lantas siapa yang berbuat? kami mau menjadi bagian yang membuat perubahan itu.”. Sampai hari ini relawan Turun Tangan terus membuktikannya, bahwa menjadi bagian dari melakukan sesuatu itu adalah terhormat dan tak bisa dinilai dengan apa pun. Mereka kerap meng-umandangkan pernyataan Anies, “Relawan tak dibayar bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai.” Hendra, La Musa, Samsul, dan 20.000 lebih relawan lainnya di Indonesia bergerak turun tangan bukan diimingi nominal rupiah. Mereka berbuat untuk negeri ini agar lebih baik. ANGGUN / AWE

“K

Relawan TurunTangan sedang melakukan sosialisasi ke masyarakat Dukungan Relawan TurunTangan di acara Debat Capres Konvensi Ambon

Relawan TurunTangan sedang melakukan sosialisasi ke masyarakat

Page 4: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

4

aniesbaswedan.com

FOKUS

APR

IL 2

014

7 Agustus 2045. Ya, kelak ketika usia Republik Indonesia menca pai 100 tahun janji-janji kemerdekaan akan bisa dilunasi: melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencer-daskan kehidupan bangsa, dan ikut serta mewujudkan perdamaian dunia. “Insya Allah janji kemerdekaan terpenuhi ketika kita 100 tahun merdeka,” ungkapan penuh keyakinan ini disampaikan Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan dalam Orasi Kebangsaan ‘Melunasi Janji Kemerdekaan’’ di Jakarta, Senin (15/8/2011), dua hari menjelang peringatan Kemerdekaan RI 17 Agustus 2011. Keyakinan Anies didukung oleh beberapa penelitian yang kuat mengenai posisi ekonomi Indonesia di dunia. Pertama, Citibank Research Group menyebutkan Indonesia akan menjadi salah satu negara penting dalam skala global dan dikelompok-kan sebagai penggerak ekonomi global. Diperkirakan tahun 2030, ekonomi Indonesia menjadi terbesar nomor 7 dan tahun 2050 naik posisinya ke nomor empat secara global. Kedua, Asian Development Bank (ADB) menyebutkan Indonesia akan menjadi salah satu mesin kebangkitan Asia, bersama Jepang, Korea Selatan, India, dan China. Negara-negara tersebut akan menguasai 80 persen ekonomi Asia. Alhasil, saat 100 tahun Indonesia merdeka, kita akan menjadi high income country.“Kita akan mencapai itu semua, kalau kita menemukan pemimpin yang otentik,” kata Anies. Hari ini pemimpin otentik diperlu-kan untuk memperjuangkan tiga hal utama: pembangunan, demokrasi, dan penegakan hukum. Apalagi, bagi negara sebesar Indone-sia, berbagai masalah tidak bisa hanya diselesaikan oleh satu orang. Strong leader-ship yang memiliki kepemimpinan otentik penting untuk bisa menggerakkan segenap warga untuk terlibat menyelesaian berbagai masalah bangsa, melunasi janji kemerdekaan. Bagi sebagian rakyat janji kemerdekaan memang telah dilunasi. Sebagian rakyat sudah tersejahterakan, tercerdaskan, terlindungi dan bisa berperan

di dunia global. Tapi masih jauh lebih banyak rakyat, yang kepadanya janji itu belum dilunasi. Pelunasan janji itu bukan semata tanggung jawab konstitusional negara dan pemerintah tapi juga tanggung jawab moral setiap anak bangsa yang kepadanya janji itu telah dilunasi: telah terlindungi, tersejahtera-kan, dan tercerdaskan.

Bergerak dan menggerakkan Anies Baswedan tidak hanya berhenti pada orasi. Tahun 2009 Anies telah memulai untuk turut melunasi salah satu janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia menggagas dan menggulirkan Gerakan Indonesia Mengajar. Yaitu melatih dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indone-sia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. “Indonesia Mengajar adalah gerakan, bukan untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia, tetapi lebih ingin mengajak semua pihak bergerak bersama-sama turun tangan melunasi janji

mencerdaskan saudara-saudara kita,” kata Anies. Gagasan Anies dengan pola menggerakkan semua pihak untuk turun tangan inilah yang kemudian terbukti mendorong banyak pihak turut bergerak. Sebut beberapa gerakan ‘turun tangan’ yang kemudian muncul, Gerakan Solo Mengajar, di mana Walikota Solo saat itu Joko Widodo (Jokowi) menjadi anggota kehormatan. Di beberapa perusahaan tumbuh; Pertamina Mengajar, Bosowa Mengajar. Bahkan juga di kampus-kampus besar ada Gadjah Mada Mengajar dan UI Mengajar. Giliran berikutnya menyusul gerakan Kelas Inspirasi, yang mengajak para profesional mengajar SD untuk beberapa waktu. Juga Indonesia Menyala, yang mengajak siapa saja menyumbangkan buku-buku mereka untuk meyediakan bahan bacaan dan membangun perpustakaan di berbagai daerah, Di luar itu muncul juga berbagai inisiatif dari berbagai pihak seperti Indonesia Berkebun, Indonesia Berbagi, dan sebagain-ya yang pada intinya menggerakkan orang

untuk turun tangan.

Turuntangan.org Gagasan, inisiatif, dan kepemi-mpinan Anies Baswedan yang terbukti menggerakkan banyak pihak dan banyak orang ini kemudian menginspirasi beberapa anak-anak muda, seperti Philips J. Vermonte, Ardi Wilda dan Razi Thalib untuk serius menekuni gerakan ini. Sekitar Januari 2013 bersama Anies mereka berdiskusi untuk membuat sebuah organisasi guna memu-dahkan siapapun untuk bergerak menum-buhkan inisiatif baru dalam berbagai bidang. Lahirlah ide membentuk turuntangan.org “Gerakan turun tangan ini tidak berencana menyelesaikan semua masalah-masalah di negara ini, tetapi membuat siapapun yang ingin turun tangan, bergerak melakukan sesuatu secara bersama-sama, dapat dimudahkan. Ini semacam hub tempat simpul-simpul inisiatif difasilitasi,” ujar Anies. Beberapa bulan kemudian sekitar Maret-April 2013 muncul inisiatif turun tangan mengawasi penyelenggara negara. Idenya, dengan membuat wikiantikorupsi. Yakni membuat situs online semacam Wikipedia untuk pencegahan korupsi. Dan ketika Anies Baswedan diundang untuk turut serta dalam Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat, Seprember 2013, turuntan-gan.org mengajak siapa saja untuk bergabung sebagai relawan. Kurang dari 6 bulan lebih 20.000 relawan bergabung dan masih terus bertambah dari waktu ke waktu. Mereka bukan semata-mata ingin memenangkan Anies dalam kontestasi politik, tetapi yang lebih penting mendorong orang-orang baik masuk dan terlibat untuk mengurus negara ini. Melihat gerakan turun tangan yang didalamnya Anies Baswedan bergerak dan menggerakkan mengingatkan kita pada kepemimpinan Bung Karno yang menginspi-rasi segenap warga bangsa, bergerak dan kemudian berhasil merebut kemerdekaan. Hari ini ketika momentum melunasi janji kemerdekaan makin dekat kahadiran pemimpin dengan kepemimpinan yang otentik tentu menjadi dambaan kita semua.

1

Anies Baswedan diantara Relawan TurunTangan Bandung

PEMIMPIN OTENTIKYANG MENGGERAKKAN

“Pemimpin tak lolongkan ratapan, tapi gelorakan harapan.”

ANIES BASWEDAN

Page 5: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

5

koranturuntangan

FOKUS

Berkaca Pada Sejarah,Berguru Pada Pendiri Bangsa

Kemerdekaan yang sekarang ini kita dapatkan merupakan buah perjuangan panjang para pejuang.Berpuluh tahun mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun, kemerdekaan bukan cuma menggulung

penjajahan, melainkan melunasi empat janji kemerdekaan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945:mencerdaskan, menyejahterakan, melindungi, dan berkiprah di tingkat dunia. Ada banyak peristiwa penting dalam sejarah

Indonesia yang menjadi tonggak kemerdekaan bangsa ini. Peristiwa itu selalu dimulai anak-anak muda pemberani,anak-anak muda pejuang. Berikut peristiwa penting anak-anak muda yang turun tangan membangun bangsa:

Sumpah Pemuda (1928) Tak terbayang apa jadinya bila para pemuda dari berbagai suku pada 1928 tak mengadakan Ikrar Pemuda. Indonesia ini terdiri dari ratusan bangsa dan memiliki ratusan bahasa suku. Jika tak memiliki bahasa pemersatu, tentu akan repot bila masing-masing suku itu berkumpul di satu ruangan. Di setiap acara atau perundingan kita tentu akan memerlu-kan penerjemah. Tapi, Indonesia masa kini tak memerlukan penerjemah. Kita mengucapkan dan berbahasa pemersatu: bahasa Indonesia. Mereka yang terlibat di dalam Sumpah Pemuda adalah anak-anak muda visioner. Mereka pejuang, tak gentar melihat tantangan dan berjuang mengambil langkah terjal. Padahal, pada 1928 itu pemerintah Belanda mengawasi setiap gerak-gerik siapa pun yang mengumandangkan ide kemerdekaan Indonesia. Di bawah pengawasan ketat polisi Belanda, anak-anak muda dari berbagai suku mengucapkan ikrar pemuda, yang sekarang kita kenal sebagai sumpah pemuda. Sumpah ini dianggap sebagai penegasan keinginan kemerdekaan Indonesia. Diselenggara-kan selama dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, Sumpah Pemuda memutuskan tiga hal: bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Revolusi 45 Dikumandangkan Soekarno-Hatta, proklamasi kemerdekaan Indonesia menggema ke seluruh negeri. Seluruh anak bangsa bersuka cita akan tanah air yang merdeka. Mereka yang berjuang adalah anak-anak muda terbaik bangsa. Mereka berbuat untuk negeri. Selamanya, nama dan ikhtiar mereka akan terus terpatri dalam sejarah negeri ini. Dengan iuran tenaga, waktu, harta, pikiran, anak-anak muda itu membangun bangsa dan melepaskan belenggu penjajahan di tanah Indonesia. Di Surabaya ada Bung Tomo. Dengan pekikan takbir, ia mengajak semua masyarakat untuk bersama-sama turun tangan menghalau kaum penjajah yang ingin menginjakkan kaki kembali di Indonesia.

Boedi Oetomo (1908) Didirikan Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA, seperti Goenawan Mangoen-koesoemo dan Soeraji pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tak mengarah ke politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Boedi Oetomo menjadi salah satu tonggak penting kesadaran berbangsa. Sadar bahwa Boedi Oetomo bisa menjadi penggerak utama masyarakat secara luas, sejak 1920 pengurus memutuskan membuka diri untuk menerima anggota dari kalangan mana pun. Tidak terbatas kelas ekonomi dan sosial. Dan, puncaknya, pada 1930 Boedi Oetomo membu-ka keanggotaan untuk semua bangsa Indonesia. Ini merupakan langkah penting Boedi Oetomo dalam menanamkan pengetahuan tentang pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara. Lewat jalur pendidikan, mereka turun tangan mendorong gagasan kemerdekaan Indonesia

Page 6: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

minggu pagi ini saya relakan waktu mengisi hobi saya memba-ca dan menonton untuk berkumpul dengan teman-teman relawan turun tangan yang tak ada satu pun di antara mereka yang saya kenal secara pribadi. Walaupun pagi itu mendung dan di wilayah Kalibata mulai sedikit gerimis, entah sisa hujan semalam atau tanda-tanda hujan besar akan turun, tidak mengecilkan niat saya untuk bertemu dengan relawan lainnya. Apa yang membuat saya begitu bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini? Tentu banyak yang mempertanyakan. Bukan karena saya suka ‘ngobrol’, tapi saya meyakini bahwa dengan bertemu orang baru sama dengan belajar hal baru, apapun latar belakang mereka, saya yakin pasti ada hal (secara langsung ataupun tidak) yang dapat kita pelajari. Selain karena ‘kesenangan’ saya tersebut, tentu saja karena kita semua mempunyai satu niatan dan misi yang sama dalam gerakan Turun Tangan ini. Tepat pukul 08.06 saya tiba di Bunderan HI dan langsung menuju ‘tempat janjian’ para relawan. Sembari menunggu relawan lainnya yang akan hadir, saya menyempatkan diri untuk berkenalan dengan para relawan yang sudah berkumpul. Agak canggung awalnya karena saya datang sendiri dan lainnya datang bersama teman mereka atau dengan teman relawan yang mungkin sudah berkenalan sebelum acara ‘Turun tangan bersihin sampah di CFD Jakarta’. Menarik sekali mengetahui latar belakang relawan yang berbe-da-beda. Ada bapak-bapak, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, mahasiswa, bahkan pelajar SMU. Satu hal yang menarik perhatian saya, ada seorang bapak yang penampilannya lusuh, meminta kantong sampah dari kami karena ingin membantu ikut mengumpulkan sampah. Saat beliau bertanya darimana kami dan kegiatan yang sebenarnya kami lakukan, lalu saat kami menjelaskan tentang turun tangan dan tentang Mas Anies Baswedan, ternyata beliau kenal siapa sosok Mas Anies, prestasi yang dicapainya, bahkan sampai sosok beliau dan adiknya yang ikut terlibat dalam penyelidikan kasus di KPK. Bahkan kami para relawan, sempat tercengang atas penjelasan beliau. Melihat banyaknya respon yang masuk, bahkan ada para relawan yang mendapat-kan relawan baru untuk bergabung dalam gerakan turun tangan ini, menjadi salah satu bukti bahwa yang kita semua inginkan yaitu perubah-an. Perubahan untuk Indonesia kita semua, dimana ras, suku, agama, jenjang sosial bukan menjadi penghalang untuk membangunkan bangsa ini dari tidur panjangnya. Sudah cukup kita urun angan dan lipat tangan, kini saatnya kita untuk TURUN TANGAN!!!

Tergugah turun tangan, ketika mulai terpapar soal mirisnya situasi pendidikan di pelosok yang diangkat oleh kawan-kawan pengajar muda, mungkin lebih karena kurang percaya ada daerah yang masih tertinggal atau kurang diperhatikan. Tergugah juga melihat banyak rekan professional turun memberi inspirasi pada anak-anak SD di penjuru kota, cukup heran kok mau buang waktu dan tenaga . Tergugah juga ketika membaca ada rektor muda mau diremehkan ikut konvensi calon presiden. Dari tergugah, saya mulai coba interaksi dengan relawan. Ragu-ragu dan takut awalnya. Ragu dan takut jika ini pilihan yang salah. Ragu dan takut melihat gagasan yang diajukan menerjang kelebaman dan zona nyaman banyak pemain besar di negeri ini. Ragu dan takut juga jika dianggap aneh oleh rekan dan kawan di lingkungan profesi. Namun perasaan ragu dan takut, hilang ketika merasakan betapa optimisme digaungkan besar-besar oleh para relawan dan tidak merendahkan pihak manapun. Hilang ketika kegiatan dibangun secara kreatif oleh relawan sehingga asyik dinikmati dan diikuti oleh banyak orang, hilang ketika melihat relawan yang terlibat ribuan di seantero negeri. Maka tak salah jika hari ini saya merasakan kemenangan. Menang karena saya telah berubah dan keluar dari zona penonton dan mulai ikut campur, bahkan ikut lantang teriakkan optimisme ke seantero negeri. Menang karena ternyata rekan sekitar saya mulai setuju dan bergabung bahwa banyak hal positif bisa dilakukan dan diangkat dengan kreatif seperti berbagi optimisme di

manapun dengan cara dialog tanpa menambah sampah visual. Menang karena saya tidak sendirian, ada ribuan relawan yang begitu tulus berbuat dan mencintai negeri ini, mereka mencintai negeri ini dengan memberi ruang agar cinta negeri ini tumbuh dan berkembang. Menang ketika melihat bahwa gerakan ini mulai memberikan bonusn-ya dengan makin meningkatnya dukungan agar orang-orang baik jadi pemimpin. Ikut turun tangan wujud dari kemenangan.”

Setelah saya tergabung dalam relawan TurunTangan, saya sering diundang untuk ikut kopdar relawan TurunTangan, namun kerapkali saya berhalangan hadir karena penelitian di RS hingga malam. Pada pertemuan pertama saya dengan relawan TurunTangan saya hanya banyak diam dan mengobservasi, “Bagaimana kah orang-orang yg ikut Turun Tangan ini? Masak iya mereka tidak dibayar?” rupanya, benar-benar 0 Rupiah.! Orang lain pernah nyinyir ke saya, “Enak dong kalo ketemuan di tempat makan, sama aja namanya juga politik, ga mungkin bersih.” Tapi benar-benar kopdar itu atas inisiatif relawan, dan kami membayar sendiri makanan yang kami pesan, dengan uang saku kami. Dan bagi mereka yang mencemooh seperti ini, saya hanya bisa bilang, "Anda tidak akan benar merasakan jika Anda tidak turun tangan." Saya sering ngetweet dan retweet tentang Anies Baswedan, dari situ kemudian jadi banyak teman saya tertarik untuk mendukung Anies Baswedan karena gagasan dan prestasinya. Mulai dari aktif ngetweet, mengikuti berita online, dan memilah caleg agar tepat pilih, hingga mengajak diskusi di sela jeda pergantian dokter. Bukan saya loh yg mengajak, tapi mereka yg nanyak dan minta "didongengi". Turun Tangan adalah titik awal dimana saya peduli pada negeri.”

Ini perang di medan peperangan namun tidak dengan senjata melainkan dengan pemikiran, dari pada lipat tangan dan urun angan lebih baik memilih turun tangan.Setelah menjadi relawan Turun Tangan , saya mengajak teman-teman mahasiswa untuk ikut Turun Tangan, sampai sekarang ada 5 orang yang aktif dlan kegiatan-kegiatan Turun Tangan di Sidoarjo. Semakin lama tim kami semakin banyak, bahkan dari ketua OSIS SMAN 1 Sidoarjo, Rizal mengusulkan untuk mengenalkan Turun Tangan di sekolahnya. Menurut saya ini bukan hanya soal ABW tapi apa yang bisa kita kerjakan untuk Indonesia jika ada masalah.Bersama-sama dengan relawan Turun Tangan Sidoarjo kami mengada-kan “BINA DESA” dengan tema “PEMUDA PILIH TURUN TANGAN”. Pada pemudalah Indonesia akan bertumpu dan kepemimpinan akan dilanjutkan. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Persawahan Kecamatan Porong, masyarakatnya menerima dengan baik relawan Turun Tangan. Selama 1 bulan kami disana mengajar anak-anak hingga berdiskusi dengan warga mengenai IndonesiaDalam melaksanakan kegiatan ini kami tidak sendirian, kami bekerjasa-ma dengan KNPI (Komisi Nasional Pemuda Indonesia), DPRD Sidoarjo dan pemerintahan desa. Tidak dipungkiri memang segala bentuk dedikasi untuk Indonesia adalah pemuda yang menjalankan roda perubahan tersebut. Karena itu kita butuh pemimpin muda dengan wajah dan gagasan yang baru untuk mewujudkan Indonesia kita semua.

Sejak akhir SMA, saya mulai sering mendengar nama Anies Baswedan, apalagi di lingkungan pendidikan. Dan sampai sekarang saya semester 6 pun, saya semakin sering mendengar nama itu. Indone-sia Mengajar, Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi, hingga yang baru nge-hits saat ini, Turun Tangan. Mengucapkan #TurunTangan , yang makin terpikir dalam

APR

IL 2

014

6

aniesbaswedan.com

TESTIMONI

HARGA DIRI MEREKATAK DIRUPIAHKAN!

Kisah Relawan TurunTangan Rp0

EstyPurwitasari

Karyawan SwastaJakarta

Anwar SadatDosen

Bandung

AlinMahasiswa Kedokteran UNAIRSurabaya

SigitMahasiswa Komunikasi Universitas MuhammadiyahSidoarjo

Rizka AmaliaMahasiswa Pendidikan Agama UIIYogyakarta

salah karena ini adalah jam orang pulang kerja dan Jum’at. Kami menunggu TransJakarta di halte dalam barisan antrian padat dan sesak selama 2 jam. Masih dalam situasi yang sama ketika masuk bus keadaan pun padat sehingga kami tak terbagi ruang untuk bergerak. Di halte Garuda, kami menawar beberapa taxi yang kebanyakan tidak mau mengangkut kami karena jarak yang terlalu dekat, dan jumlah kami yang berenam. Di dalam TMII kami pun tak kunjung menemukan Desa Wisata karena petunjuknya yang kurang jelas.Tiba di lokasi kami disambut teman-teman dari relawan pusat dan Semarang. Pukul 23.00, kami diberi kejutan pertama. Mas Anies sengaja meluangkan waktu seusai beliau rapat untuk menyapa relawan yang sudah tiba. Sekitar pukul 03.00 terdengar suara gemuruh pijakan kaki dan orang yang sedang asyik mengobrol satu sma lainnya. Bus kloter kedua sudah tiba, membawa 25 orang dari berbagai daerah. Pagi itu, yang sudah tiba antara lain: Aceh, Kepulauan Riau, Riau, Padang, Lampung, Palembang, Yogya, Semarang, Surabaya, Malang, Samarinda, Balikpapan, Ternate, Makasar, Lombok, Manado.1 Maret 2014 bertepatan dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret, akan dideklarasikan REVOLUSI. Sementara, kami juga msih menunggu dari Papua dan Bali yang pagi itu masih dalam perjalanan ke Jakarta.REVOLUSI dipandu oleh mas @pandji atau Pandji Pragiwaksono. Acara yang sangat luar biasa mungkin itu ungkapan yang bisa kami sampaikan. Banyak yang disampaikan Mas Anies Baswedan tapi ada satu hal yang membuat kami melinangkan air mata, kami diajak untuk menunjukkan kepada Ibu Pertiwi bahwa orang-orang baik itu masih ada dan akan selalu menjagamu. Pekik “Ibu Pertiwi, kami masih ada” mengharubiru dalam ruangan Soehana Hall malam itu. Selain itu, kami relawan turuntangan diajak untuk berjanji untuk berupaya melunasi janji kemerdekaan, mendukung orang-orang baik untuk masuk ke dunia politik, dan mewujudkan Indonesia Kita Semua.Dan kami berucap, REVOLUSI baru di mulai, Bung!!!”

Karena semangat. Bahwa untuk mewujudkan sesuatu yang besar kita butuh pengorbanan yang besar pula. Tidak ada urusan besar dihasilkan dengan usaha kecil. Bentuk semangat ini bahwa kita sangat menginginkan ada perubahan dari sistem yang berlaku di Negara kita. Sistem politik atau bagaimana kita menggunakan hak suara kita, bahwa ditengah kondisi Indonesia yang kompleks ini masih ada orang-orang baik yang harus kita dukung. Kami nekat naik sepeda motor dari Sibolga ke Medan selama 12 jam dan untuk pertama kalinya, tujuannya ingin membuktikan bahwa kita serius dan uang bukan segalanya untuk bisa mewujudkan apa yang kita inginkan. Kita harus bisa membuktikan pada Indonesia kita bahwa kita ada. Kita adalah orang yang ingin melaukan apapun tanpa pamrih, kita bisa membuktikan bahwa kita tak dibayar, hadir untuk memebuhi janji kemerdekaan dan tanggung jawab sebagai warga negara untuk membenahi Indonesia.”

Adalah suatu kebanggaan tersendiri dapat belajar, dapat berbagi, dapat malakukan sesuatu bagi tanah yang kita pijak dan orang lain di sekeliling kita. Meski kadang berhadapan dengan penolakan dan ketidak perdulian orang lain yang sibuk mengutuk permasalahan. Dari sini ada sebuah pembelajaran dimana tantangan tidak dapat membata-si satu kebaikan kecil yang tulus. "Apalah artinya berpikir, tanpa buah tingkah.”

otak saya adalah, ini pasti ajakan untuk lebih peduli pada bangsa. Dan betul, pertama kali datang ke kopdar turun tangan, atmosfer pemuda dan kebangsaan begitu terasa. Yang datang itu, anak muda keren yang mikirin masa depan bangsanya dan masih percaya kalau politik masa depan masih ada harapan. Semenjak bergabung dengan turun tangan Jogja dan aktif membagikan artikel tentang politik serta Pak Anies, rekan-rekan di kampus mulai nyinyir. Ya, mereka pikir, saya ini sama seperti simpatisan tokoh-tokoh lain yang memuja sang tokoh dan kampanye untuk mendukung. Padahal, sesungguhnya atmosfer yang terasa di turun tangan adalah meneladani Pak Anies, serta ikut bergerak. Pak Anies tidak pernah menuntut agar kami sekadar memperkenalkan beliau. yang saya rasakan, sugesti terkuat di lingkungan turun tangan adalah tentang bagaimana kita mau ikut bergerak memperbaiki bangsa. Bikin negeri ini makin keren. Sejak saat itu, sering ada yang bertanya, “Buzzernya Pak Anies Baswedan, ya? Di kasih berapa biasanya?” Saya jawab, “Nol rupiah, Bro! Pakai hati, untuk negeri.” Lalu saya pergi. heheh… Bagaimana dengan keluarga saya? Pertama kali pakai kaos turun tangan di rumah, Ayah saya nanya, “Itu kaosnya di kasih?”, saya jawab, “Enggak. Beli, dong.” Dan beliau langsung bilang, “Weh, nggak di bayar kok mendukung?” Saya jawab, “Karena aku percaya.” Lalu beliau manggut-mang-gut. Ibu juga bertanya, siapa, sih, Anies Baswedan? Dan sayapun dengan senang hati menceritakan sosok Pak Anies beserta pergera-kan-pergerakannya yang berhasil bikin ribuan anak muda bangkit dan mau bergerak untuk Indonesia. Coba cari, siapa orang di Indonesia yang berhasil bikin ribuan anak muda Indonesia yang udah sukses di perusahaan-perusahaan besar, bahkan udah menetap di luar negeri, akhirnya memutuskan untuk pulang dan mengabdi sebagai guru di pedalaman Indonesia. Siapa orang yang berhasil bikin lebih dari dua puluh ribu orang mau menjadi relawan dan bergerak bareng-bareng, #TurunTangan untuk negeri?”

Berangkat dari Surabaya, Jum’at pagi pukul 08.15 WIB, dengan ketidaktahuan mau apa kita ke Jakarta pagi ini. Ya, karena memang kita belum tahu rangkaian acara apa saja yang akan kita kerjakan di REVOLUSI ini. Semula merasa perjalanan ini seperti perjalanan 12 jam biasa untuk sampai ke tujuan. Tapi, semua itu berubah begitu tiba di Semarang, disana salah seorang teman kami hampir ketinggalan kereta hanya karena membeli mie cupPerjalanan pun berlanjut ke stasiun-stasiun berikutnya, kalau dihitung-hitung kita sudah menempuh 725 km untuk menuju Jakarta, lain lagi dengan mas Dedy relawan turuntangan dari Sumenep yang saaat itu berangkat bersama kami dari Surabaya. Dia berangkat dari Sumenep jam 2 pagi dan hampir menempuh 1000 km untuk memulai REVOLUSI.Kalau orang awam pasti bertanya, mengapa sampai segitunya, kami dengan tegas akan menjawab “karena kami ini percaya, bukan diimingi jadi kaya”.Pukul 18.15 WIB kami tiba di Stasiun Jatinegara, selanjutnya kami mencari-cari info bagaimana menuju TMII, akhirnya kami memutuskan untuk naik angkot ke Kampung Melayu kemudian lanjut naik Transjakarta ke arah Garuda Taman Mini. Sepertinya kami tiba dalam keadaan yang

Page 7: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

ImamMahasiswa,

Surabaya

minggu pagi ini saya relakan waktu mengisi hobi saya memba-ca dan menonton untuk berkumpul dengan teman-teman relawan turun tangan yang tak ada satu pun di antara mereka yang saya kenal secara pribadi. Walaupun pagi itu mendung dan di wilayah Kalibata mulai sedikit gerimis, entah sisa hujan semalam atau tanda-tanda hujan besar akan turun, tidak mengecilkan niat saya untuk bertemu dengan relawan lainnya. Apa yang membuat saya begitu bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini? Tentu banyak yang mempertanyakan. Bukan karena saya suka ‘ngobrol’, tapi saya meyakini bahwa dengan bertemu orang baru sama dengan belajar hal baru, apapun latar belakang mereka, saya yakin pasti ada hal (secara langsung ataupun tidak) yang dapat kita pelajari. Selain karena ‘kesenangan’ saya tersebut, tentu saja karena kita semua mempunyai satu niatan dan misi yang sama dalam gerakan Turun Tangan ini. Tepat pukul 08.06 saya tiba di Bunderan HI dan langsung menuju ‘tempat janjian’ para relawan. Sembari menunggu relawan lainnya yang akan hadir, saya menyempatkan diri untuk berkenalan dengan para relawan yang sudah berkumpul. Agak canggung awalnya karena saya datang sendiri dan lainnya datang bersama teman mereka atau dengan teman relawan yang mungkin sudah berkenalan sebelum acara ‘Turun tangan bersihin sampah di CFD Jakarta’. Menarik sekali mengetahui latar belakang relawan yang berbe-da-beda. Ada bapak-bapak, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, mahasiswa, bahkan pelajar SMU. Satu hal yang menarik perhatian saya, ada seorang bapak yang penampilannya lusuh, meminta kantong sampah dari kami karena ingin membantu ikut mengumpulkan sampah. Saat beliau bertanya darimana kami dan kegiatan yang sebenarnya kami lakukan, lalu saat kami menjelaskan tentang turun tangan dan tentang Mas Anies Baswedan, ternyata beliau kenal siapa sosok Mas Anies, prestasi yang dicapainya, bahkan sampai sosok beliau dan adiknya yang ikut terlibat dalam penyelidikan kasus di KPK. Bahkan kami para relawan, sempat tercengang atas penjelasan beliau. Melihat banyaknya respon yang masuk, bahkan ada para relawan yang mendapat-kan relawan baru untuk bergabung dalam gerakan turun tangan ini, menjadi salah satu bukti bahwa yang kita semua inginkan yaitu perubah-an. Perubahan untuk Indonesia kita semua, dimana ras, suku, agama, jenjang sosial bukan menjadi penghalang untuk membangunkan bangsa ini dari tidur panjangnya. Sudah cukup kita urun angan dan lipat tangan, kini saatnya kita untuk TURUN TANGAN!!!

Tergugah turun tangan, ketika mulai terpapar soal mirisnya situasi pendidikan di pelosok yang diangkat oleh kawan-kawan pengajar muda, mungkin lebih karena kurang percaya ada daerah yang masih tertinggal atau kurang diperhatikan. Tergugah juga melihat banyak rekan professional turun memberi inspirasi pada anak-anak SD di penjuru kota, cukup heran kok mau buang waktu dan tenaga . Tergugah juga ketika membaca ada rektor muda mau diremehkan ikut konvensi calon presiden. Dari tergugah, saya mulai coba interaksi dengan relawan. Ragu-ragu dan takut awalnya. Ragu dan takut jika ini pilihan yang salah. Ragu dan takut melihat gagasan yang diajukan menerjang kelebaman dan zona nyaman banyak pemain besar di negeri ini. Ragu dan takut juga jika dianggap aneh oleh rekan dan kawan di lingkungan profesi. Namun perasaan ragu dan takut, hilang ketika merasakan betapa optimisme digaungkan besar-besar oleh para relawan dan tidak merendahkan pihak manapun. Hilang ketika kegiatan dibangun secara kreatif oleh relawan sehingga asyik dinikmati dan diikuti oleh banyak orang, hilang ketika melihat relawan yang terlibat ribuan di seantero negeri. Maka tak salah jika hari ini saya merasakan kemenangan. Menang karena saya telah berubah dan keluar dari zona penonton dan mulai ikut campur, bahkan ikut lantang teriakkan optimisme ke seantero negeri. Menang karena ternyata rekan sekitar saya mulai setuju dan bergabung bahwa banyak hal positif bisa dilakukan dan diangkat dengan kreatif seperti berbagi optimisme di

manapun dengan cara dialog tanpa menambah sampah visual. Menang karena saya tidak sendirian, ada ribuan relawan yang begitu tulus berbuat dan mencintai negeri ini, mereka mencintai negeri ini dengan memberi ruang agar cinta negeri ini tumbuh dan berkembang. Menang ketika melihat bahwa gerakan ini mulai memberikan bonusn-ya dengan makin meningkatnya dukungan agar orang-orang baik jadi pemimpin. Ikut turun tangan wujud dari kemenangan.”

Setelah saya tergabung dalam relawan TurunTangan, saya sering diundang untuk ikut kopdar relawan TurunTangan, namun kerapkali saya berhalangan hadir karena penelitian di RS hingga malam. Pada pertemuan pertama saya dengan relawan TurunTangan saya hanya banyak diam dan mengobservasi, “Bagaimana kah orang-orang yg ikut Turun Tangan ini? Masak iya mereka tidak dibayar?” rupanya, benar-benar 0 Rupiah.! Orang lain pernah nyinyir ke saya, “Enak dong kalo ketemuan di tempat makan, sama aja namanya juga politik, ga mungkin bersih.” Tapi benar-benar kopdar itu atas inisiatif relawan, dan kami membayar sendiri makanan yang kami pesan, dengan uang saku kami. Dan bagi mereka yang mencemooh seperti ini, saya hanya bisa bilang, "Anda tidak akan benar merasakan jika Anda tidak turun tangan." Saya sering ngetweet dan retweet tentang Anies Baswedan, dari situ kemudian jadi banyak teman saya tertarik untuk mendukung Anies Baswedan karena gagasan dan prestasinya. Mulai dari aktif ngetweet, mengikuti berita online, dan memilah caleg agar tepat pilih, hingga mengajak diskusi di sela jeda pergantian dokter. Bukan saya loh yg mengajak, tapi mereka yg nanyak dan minta "didongengi". Turun Tangan adalah titik awal dimana saya peduli pada negeri.”

Ini perang di medan peperangan namun tidak dengan senjata melainkan dengan pemikiran, dari pada lipat tangan dan urun angan lebih baik memilih turun tangan.Setelah menjadi relawan Turun Tangan , saya mengajak teman-teman mahasiswa untuk ikut Turun Tangan, sampai sekarang ada 5 orang yang aktif dlan kegiatan-kegiatan Turun Tangan di Sidoarjo. Semakin lama tim kami semakin banyak, bahkan dari ketua OSIS SMAN 1 Sidoarjo, Rizal mengusulkan untuk mengenalkan Turun Tangan di sekolahnya. Menurut saya ini bukan hanya soal ABW tapi apa yang bisa kita kerjakan untuk Indonesia jika ada masalah.Bersama-sama dengan relawan Turun Tangan Sidoarjo kami mengada-kan “BINA DESA” dengan tema “PEMUDA PILIH TURUN TANGAN”. Pada pemudalah Indonesia akan bertumpu dan kepemimpinan akan dilanjutkan. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Persawahan Kecamatan Porong, masyarakatnya menerima dengan baik relawan Turun Tangan. Selama 1 bulan kami disana mengajar anak-anak hingga berdiskusi dengan warga mengenai IndonesiaDalam melaksanakan kegiatan ini kami tidak sendirian, kami bekerjasa-ma dengan KNPI (Komisi Nasional Pemuda Indonesia), DPRD Sidoarjo dan pemerintahan desa. Tidak dipungkiri memang segala bentuk dedikasi untuk Indonesia adalah pemuda yang menjalankan roda perubahan tersebut. Karena itu kita butuh pemimpin muda dengan wajah dan gagasan yang baru untuk mewujudkan Indonesia kita semua.

Sejak akhir SMA, saya mulai sering mendengar nama Anies Baswedan, apalagi di lingkungan pendidikan. Dan sampai sekarang saya semester 6 pun, saya semakin sering mendengar nama itu. Indone-sia Mengajar, Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi, hingga yang baru nge-hits saat ini, Turun Tangan. Mengucapkan #TurunTangan , yang makin terpikir dalam

Samsul PasaribuWiraswasta,Sibolga Medan

Theodosius ManabungMahasiswa,Manado

APR

IL 2

014

7

koranturuntangan

TESTIMONI

salah karena ini adalah jam orang pulang kerja dan Jum’at. Kami menunggu TransJakarta di halte dalam barisan antrian padat dan sesak selama 2 jam. Masih dalam situasi yang sama ketika masuk bus keadaan pun padat sehingga kami tak terbagi ruang untuk bergerak. Di halte Garuda, kami menawar beberapa taxi yang kebanyakan tidak mau mengangkut kami karena jarak yang terlalu dekat, dan jumlah kami yang berenam. Di dalam TMII kami pun tak kunjung menemukan Desa Wisata karena petunjuknya yang kurang jelas.Tiba di lokasi kami disambut teman-teman dari relawan pusat dan Semarang. Pukul 23.00, kami diberi kejutan pertama. Mas Anies sengaja meluangkan waktu seusai beliau rapat untuk menyapa relawan yang sudah tiba. Sekitar pukul 03.00 terdengar suara gemuruh pijakan kaki dan orang yang sedang asyik mengobrol satu sma lainnya. Bus kloter kedua sudah tiba, membawa 25 orang dari berbagai daerah. Pagi itu, yang sudah tiba antara lain: Aceh, Kepulauan Riau, Riau, Padang, Lampung, Palembang, Yogya, Semarang, Surabaya, Malang, Samarinda, Balikpapan, Ternate, Makasar, Lombok, Manado.1 Maret 2014 bertepatan dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret, akan dideklarasikan REVOLUSI. Sementara, kami juga msih menunggu dari Papua dan Bali yang pagi itu masih dalam perjalanan ke Jakarta.REVOLUSI dipandu oleh mas @pandji atau Pandji Pragiwaksono. Acara yang sangat luar biasa mungkin itu ungkapan yang bisa kami sampaikan. Banyak yang disampaikan Mas Anies Baswedan tapi ada satu hal yang membuat kami melinangkan air mata, kami diajak untuk menunjukkan kepada Ibu Pertiwi bahwa orang-orang baik itu masih ada dan akan selalu menjagamu. Pekik “Ibu Pertiwi, kami masih ada” mengharubiru dalam ruangan Soehana Hall malam itu. Selain itu, kami relawan turuntangan diajak untuk berjanji untuk berupaya melunasi janji kemerdekaan, mendukung orang-orang baik untuk masuk ke dunia politik, dan mewujudkan Indonesia Kita Semua.Dan kami berucap, REVOLUSI baru di mulai, Bung!!!”

Karena semangat. Bahwa untuk mewujudkan sesuatu yang besar kita butuh pengorbanan yang besar pula. Tidak ada urusan besar dihasilkan dengan usaha kecil. Bentuk semangat ini bahwa kita sangat menginginkan ada perubahan dari sistem yang berlaku di Negara kita. Sistem politik atau bagaimana kita menggunakan hak suara kita, bahwa ditengah kondisi Indonesia yang kompleks ini masih ada orang-orang baik yang harus kita dukung. Kami nekat naik sepeda motor dari Sibolga ke Medan selama 12 jam dan untuk pertama kalinya, tujuannya ingin membuktikan bahwa kita serius dan uang bukan segalanya untuk bisa mewujudkan apa yang kita inginkan. Kita harus bisa membuktikan pada Indonesia kita bahwa kita ada. Kita adalah orang yang ingin melaukan apapun tanpa pamrih, kita bisa membuktikan bahwa kita tak dibayar, hadir untuk memebuhi janji kemerdekaan dan tanggung jawab sebagai warga negara untuk membenahi Indonesia.”

Adalah suatu kebanggaan tersendiri dapat belajar, dapat berbagi, dapat malakukan sesuatu bagi tanah yang kita pijak dan orang lain di sekeliling kita. Meski kadang berhadapan dengan penolakan dan ketidak perdulian orang lain yang sibuk mengutuk permasalahan. Dari sini ada sebuah pembelajaran dimana tantangan tidak dapat membata-si satu kebaikan kecil yang tulus. "Apalah artinya berpikir, tanpa buah tingkah.”

otak saya adalah, ini pasti ajakan untuk lebih peduli pada bangsa. Dan betul, pertama kali datang ke kopdar turun tangan, atmosfer pemuda dan kebangsaan begitu terasa. Yang datang itu, anak muda keren yang mikirin masa depan bangsanya dan masih percaya kalau politik masa depan masih ada harapan. Semenjak bergabung dengan turun tangan Jogja dan aktif membagikan artikel tentang politik serta Pak Anies, rekan-rekan di kampus mulai nyinyir. Ya, mereka pikir, saya ini sama seperti simpatisan tokoh-tokoh lain yang memuja sang tokoh dan kampanye untuk mendukung. Padahal, sesungguhnya atmosfer yang terasa di turun tangan adalah meneladani Pak Anies, serta ikut bergerak. Pak Anies tidak pernah menuntut agar kami sekadar memperkenalkan beliau. yang saya rasakan, sugesti terkuat di lingkungan turun tangan adalah tentang bagaimana kita mau ikut bergerak memperbaiki bangsa. Bikin negeri ini makin keren. Sejak saat itu, sering ada yang bertanya, “Buzzernya Pak Anies Baswedan, ya? Di kasih berapa biasanya?” Saya jawab, “Nol rupiah, Bro! Pakai hati, untuk negeri.” Lalu saya pergi. heheh… Bagaimana dengan keluarga saya? Pertama kali pakai kaos turun tangan di rumah, Ayah saya nanya, “Itu kaosnya di kasih?”, saya jawab, “Enggak. Beli, dong.” Dan beliau langsung bilang, “Weh, nggak di bayar kok mendukung?” Saya jawab, “Karena aku percaya.” Lalu beliau manggut-mang-gut. Ibu juga bertanya, siapa, sih, Anies Baswedan? Dan sayapun dengan senang hati menceritakan sosok Pak Anies beserta pergera-kan-pergerakannya yang berhasil bikin ribuan anak muda bangkit dan mau bergerak untuk Indonesia. Coba cari, siapa orang di Indonesia yang berhasil bikin ribuan anak muda Indonesia yang udah sukses di perusahaan-perusahaan besar, bahkan udah menetap di luar negeri, akhirnya memutuskan untuk pulang dan mengabdi sebagai guru di pedalaman Indonesia. Siapa orang yang berhasil bikin lebih dari dua puluh ribu orang mau menjadi relawan dan bergerak bareng-bareng, #TurunTangan untuk negeri?”

Berangkat dari Surabaya, Jum’at pagi pukul 08.15 WIB, dengan ketidaktahuan mau apa kita ke Jakarta pagi ini. Ya, karena memang kita belum tahu rangkaian acara apa saja yang akan kita kerjakan di REVOLUSI ini. Semula merasa perjalanan ini seperti perjalanan 12 jam biasa untuk sampai ke tujuan. Tapi, semua itu berubah begitu tiba di Semarang, disana salah seorang teman kami hampir ketinggalan kereta hanya karena membeli mie cupPerjalanan pun berlanjut ke stasiun-stasiun berikutnya, kalau dihitung-hitung kita sudah menempuh 725 km untuk menuju Jakarta, lain lagi dengan mas Dedy relawan turuntangan dari Sumenep yang saaat itu berangkat bersama kami dari Surabaya. Dia berangkat dari Sumenep jam 2 pagi dan hampir menempuh 1000 km untuk memulai REVOLUSI.Kalau orang awam pasti bertanya, mengapa sampai segitunya, kami dengan tegas akan menjawab “karena kami ini percaya, bukan diimingi jadi kaya”.Pukul 18.15 WIB kami tiba di Stasiun Jatinegara, selanjutnya kami mencari-cari info bagaimana menuju TMII, akhirnya kami memutuskan untuk naik angkot ke Kampung Melayu kemudian lanjut naik Transjakarta ke arah Garuda Taman Mini. Sepertinya kami tiba dalam keadaan yang

Page 8: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

8

aniesbaswedan.com

JARINGAN TURUNTANGAN

RELAWAN Rp0DI SELURUH INDONESIA

Page 9: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

9

koranturuntangan

JARINGAN TURUNTANGAN

JARINGAN RELAWANDI SELURUH DUNIAAmerika Serikat - Kanada - BelandaJerman - Turki - Mesir - UAE - Arab Saudi - Cina - Jepang - Korea SelatanHong Kong - Malaysia - SingapuraAustralia - Selandia Baru - FinlandiaNorwegia - Inggris - Vatican - CekoPolandia - Yordania - Qatar

Relawan Turun Tangan tumbuh dan hadir di mana-mana. Mereka bergerak karena percaya, bukan diimingi menjadi kaya. Ada yang semula tak percaya dunia politik karena dipenuhi hal-hal negatif, namun kini mendorong agar politik diisi orang-orang bersih dan berintegritas. Lewat gerakan dan kegiatan-kegiatan sosial di masing-masing tempat, mereka menumbuhkan optimisme dan sikap positif. Melihat mereka, yakinlah kita akan satu hal: stok orang-orang baik di negeri ini masih melimpah. Ibu-ibu kita masih melahirkan pejuang.

Ya, kita semua yang turun tangan adalah para pejuang!

Page 10: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

10

aniesbaswedan.com

Anies Baswedan

SOSOK

Anies Rasyid Baswe-dan, pria yang lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969

ini merupakan anak pertama dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah. Kedua orang tua Anies adalah pendidik. Rasyid Baswe-dan, sang Ayah, adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Indonesia (UII) Yogyakarta. Ibu-nya, Aliyah, adalah seorang peng-ajar dan guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Anies Baswedan adalah cucu Abdurrahman (A.R.) Baswedan, salah satu sosok penting dalam Revolusi Kemerdekaan Indone-sia. Peran A.R. Baswedan sangat penting ketika menyelundupkan nota perjanjian diplomatik yang menyatakan pengakuan Mesir akan kemerdekaan Indonesia. A.R Baswedan juga pernah menjabat sebagai Menteri Muda Penerangan pada masa Kabinet Syahrir. Sosok inilah yang sangat berpengaruh bagi pembentuk-an mental dan karakter Anies Baswedan.

Saat SMA Anies pernah mewakili sekolahnya SMAN 2 Yogyakarta menghadiri pena-taran pengurus OSIS tingkat nasional di Jakarta. Pada acara tersebut Anies terpilih koordina-tor peserta pelatihan, Ia memim-pin para ketua OSIS se Indonesia. Saat SMA Anies juga mendapat kesempatan mengikuti pertukar-an pelajar, selama satu tahun ke Amerika Serikat. Ia lolos seleksi beasiswa pertukaran pelajar SMA dari American Field Service (AFS) Agricultural Program ke Amerika Serikat.

Di luar sekolah, Anies juga pernah mendapat kesempatan menjadi pewawancara untuk acara Tanah Merdeka di TVRI Yogyakarta. Menjadi jurnalis di usia belia, membuat Anies punya banyak kesempatan bertemu to-koh besar dan pengalaman seru yang menjadi pelajaran tersendiri baginya.

Setamat SMA, Anies masuk Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Masa kuliah Anies dikenal sebagai akti�s yang kritis. Anies terpilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa Universitas Gadjah Mada periode 1992-1993. (Bagaimana sosok dan sepak terjang Anies, semasa menjadi akti�s mahasiswa bisa dibaca lewat artikel yang ditulis rekan-rekan seperjuangannya di hal 11 dan 12).

Setelah mendapatkan gelar Sarjana dari UGM dan berkeluar-ga, Anies Baswedan mendapat-kan beasiswa program master bidang International Security and Economic Policy, di University of Maryland, College Park. Selan-jutnya, Anies melanjutkan studi S3 setelah mendapat beasiswa

program doktoral dari Northern Illinois University.

Tahun 2005, Anies yang telah menyelesaikan studi doktor, kembali ke Indonesia. Saat itu, Anies sudah memiliki karir bagus sebagai manajer peneliti sebuah perusahaan di Chicago. Tetapi sejak awal, pekerjaan itu memang tidak pernah diniatkannya sebagai karir permanen, karena Anies ingin mengab-dikan dirinya untuk tanah air.

Di Indonesia, Anies mengelola The Indonesian Institute (TII), sebuah lembaga nirlaba yang kerap mengada-kan penelitian menangani isu-isu politik dan demokrasi. Anies didaulat menjadi Direktur Riset di TII. Anies kemudian dipercaya menjadi Penasehat Nasional di Partnership for Governance Reform (Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan) yang berfokus pada reformasi pemerintahan, desentralisasi, dan otonomi daerah. Di sana Anies men-dapat pengalaman berkeliling ke hampir seluruh pelosok daerah di Indonesia.

Tahun 2007, Anies dicalonkan oleh Senat Universitas Paramadina untuk masuk bursa pemilihan calon rector, dan akhirnya terpilih. Saat itu, Anies

Melihat geliat masyarakat di berba-gai daerah yang tak menghiraukan kekurangan dan keterbatasan mereka Anies memaklumi bahwa sebenarnya kekayaan terbesar Indonesia ini bukan alam melain-kan manusianya. Namun, ia sadar bahwa Indonesia belum lagi mampu menyelenggarakan pendidikan yang layak bagi warganya. “Dengan me-ngembangkan manusia, kita akan bisa berbuat banyak hal. Pendidikan menjadi instrumen yang kuat dan penting. Itu menyiapkan masa depan Indonesia. Jika manusia berkembang maju, banyak peluang yang bisa dimainkan. Mengem-bangkan manusia tidak pernah mengalami de�sit,” kata Anies.

Nama Anies Baswedan kian dikenal masyarakat setelah didapuk menjadi moderator debat calon Presiden 2009. Anies juga sempat membawakan acara Save Our Na-tion di Metro TV. Akhir 2009, Anies diberi kepercayaan menjadi anggota TIM 8, dalam kasus dugaan pidana terhadap pimpinan KPK saat itu, Bibit dan Chandra.

Tahun 2010, Anies menggagas Gerakan Indonesia Mengajar, GIM adalah program yang menem-patkan sarjana-sarjana terbaik Indonesia untuk mengajar sekolah dasar di berbagai daerah terpencil di Indonesia. Belakangan Anies juga menginisiasi Kelas Inspirasi, sebuah program berbagi pengalaman dan inspirasi dari para professional kepada anak-anak sekolah.

Kiprah Anies Baswedan telah banyak mendapatkan penga-

kuan. Tahun 2010 saja Anies mendapatkan tiga penghar-gaan internasional sekaligus. Masing-masing dari majalah Foresight terbitan Jepang, yang memasukkannya seba-gai satu dari ‘20 Pemimpin Masa Depan Dunia’, Sebuah lembaga bernama Inter-national Policy Studies di Jepang menganugerahi Anies Nakasune Yusuhiro Awards, dan lembaga Ro-yal Islamic Strategic Studi-es Center yang bermarkas

di Yordania menyebut Anies masuk sebagai 500 Muslim

Paling Berpengaruh di Dunia.Karena integritasnya, sejak

2012 nama Anies Baswedan mulai disebut-sebut dalam wacana calon presiden alternative. Februari 2013 lalu, ketika kasus bocornya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Anas Urbaningrum mengemuka, Anies diminta KPK untuk memimpin Komite Etik KPK.

Kini Anies Baswedan tengah mengikuti, konvensi calon Presiden yang diselengggarakan Partai Demokrat. Anies Baswedan merasa terpanggil untuk tak sekedar urun angan dan berpangku tangan, meli-hat berbagai permasalahan bangsa, Ia memilih turun tangan untuk ikut membenahi negeri n

SOSOKDENGAN INTEGRITASTERUJI

Anies baswedan sela -ma ini dikenal sebagai

seorang pendidik. Kegelisahannya pada

masa depan Indonesia membawanya untuk bertarung pada kon-testasi politik nasio -

nal. Baginya kejahatan bukan semata-mata

terjadi karena banyak -nya orang jahat, tetapi

karena banyak orang baik memilih untuk

mendiamkannya, begitu pula di dunia

politik.

adalah sebagai rektor termuda di Indonesia. Anies sendiri mengaku tak berniat menjadi Rektor Universitas Paramadina. Tetapi Yayasan Paramadina meminta dirinya dica-lonkan menjadi Rektor Universitas Paramadina. Alasannya menurut Anies, yayasan mengingin-kan sosok pemimpin dari generasi muda yang berpandangan jauh ke depan.

***

Pengalaman untuk berkeliling ke hampir seluruh pelosok daerah di Indonesia selama menjadi Penasehat Nasional di Partnership for Gover-nance Reform, adalah pengalaman berharga bagi seorang Anies. Sebab, ia bisa melihat dari dekat kondisi ma-syarakat Indonesia di berbagai daerah terpencil .

Ia menyadari dua hal, betapa ke-kayaan alam Indonesia ini raya betul. FO

TO: D

OK. P

RIB

ADI

Page 11: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

11

koranturuntangan

TESTIMONI

Cerita Seorang SahabatTentang Sang Pemimpin

Awal saya mengenal Anies Baswedan karena kami sama-sama kuliah di

Fakultas Ekonomi Universi-tas Gajah Mada. Anies adalah kakak kelas saya. Saat Anies menjadi ketua Senat FE UGM, saya adalah salah satu anggotanya, dan kami bersama dua orang anggo-ta senat lainnya mewakili senat mahasiswa fakultas ke tingkat universitas. Di univer-sitas, seperti sudah banyak diketahui, Anies terpilih men-jadi ketua Senat Mahasiswa UGM periode 1992/1993, dan saya diamanahi menjadi Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa UGM.

Sejak mengenalnya lebih dekat, saya melihat Anies adalah pribadi yang unik. Ia adalah pribadi yang menyenangkan bagi setiap orang yang mengenalnya: cerdas, rendah hati, dan ringan dalam memberikan uluran tangan bagi siapapun yang membutuhkan. Ia juga suka membuat lelucon yang menyegarkan suasana, suka bercanda, dan bahkan kadang suka usil terhadap kawan-kawan dekatnya. Tapi, lebih dari sekadar pribadi yang baik dan me-nyenangkan, Anies adalah pemimpin alamiah yang juga dibentuk oleh lingkungannya sejak kecil.

Tak terlalu menge-jutkan, makin lama saya mengenalnya, semakin saya melihat Anies sebagai sosok

berkarakter. Catatan-catatan dalam memori saya tentang karakter kepemimpinannya tidak saya peroleh lewat ceramah-ceramah kepemim-pinannya. Saya malah belum pernah ikut atau tahu jika Anies memberikan ceramah tentang kepemimpinan. Catatan-catatan tersebut terekam dalam ingatan saya lewat peristiwa-peristiwa di ruang diskusi organisasi kemahasiswaan, di jalan saat seorang Anies memimpin demonstrasi, dan pengalam-an yang lain.

Apa saja yang menjadi karakter utama kepemimpin-annya? Saya kira banyak para (mantan) aktivis mahasiswa yang bersepakat dengan saya dalam menilainya. Anies adalah sosok pemberani dan tegas. Keberaniannya bisa dilihat saat ia berdiri di jalan-an memimpin demonstrasi dan berhadapan dengan aparat. Teman-teman yang ikut serta dalam demonstra-si anti-SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah, red) pasti masih ingat bagaima-na Anies bersikap. Ketika para demonstran berlarian untuk menghindari serbuan tentara dan polisi, Anies malah menghadang serbuan itu. Akibatnya ia menjadi salah satu korban terluka. Ia berbuat itu untuk melindungi demonstran lainnya dan menghalau aparat masuk ke dalam wilayah kampus.

Kita juga melihat kebe-ranian dan ketegasannya

muncul dalam bentuk lain. Ada satu peristiwa yang bisa menggambarkan situasi itu. Dalam rangka mem-peringati Serangan Umum 1 Maret 1949, Anies meng-usulkan untuk melakukan unjuk rasa di depan Kantor Cabang BCA Yogyakarta. BCA pada waktu itu adalah simbol konglomerasi. Yang Anies lakukan adalah protes terhadap konglomerat yang mencengkeram ekonomi Indonesia. Aksi dirancang dengan melibatkan tidak lebih dari 100 orang dan dilakukan pada pagi menjelang siang sehingga menarik perhatian banyak pihak. Dalam waktu yang relatif singkat tujuan-nya tercapai: “memberi efek kejutan” seperti Serangan Umum 1 Maret 1949 .

Karakteristik kepemim-pinan lain dari Anies adalah pemberi solusi. Beberapa pihak mungkin baru mende-ngar Anies setelah ia mem-bentuk Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) atau setelah ia menjadi salah satu anggota Tim 8 Komisi Pemberan-

tasan Korupsi (KPK) untuk menyelesaikan masalah kode etik di KPK. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ia belum cukup “berkeringat.” Tapi bagi mereka yang mengikuti kiprah Anies sejak maha-siswa akan paham bahwa keringatnya cukup banyak bercucuran, dan mungkin jauh lebih banyak dari yang mengkritiknya.

Rasanya kurang adil menyampaikan kelebihan-kelebihannya tanpa menyam-paikan kelemahan-kelemah-annya. Sebagai sahabat, jika saya harus juga mengatakan, maka paling tidak ada dua kelemahan Anies. Pertama, dengan segala kelebihan yang dimiliki seringkali sulit untuk melihat Anies mengaju-kan diri untuk memegang satu posisi tertentu. Para koleganya yang kadang harus mendorongnya untuk berse-dia menerima amanat publik. Keputusan untuk menerima undangan mengikuti Konven-si Capres Partai Demokrat adalah bukti bahwa seorang Anies harus “dipaksa” untuk

masuk ke arena politik. Kedua, Anies Baswedan

adalah sosok yang halus. Dua puluh tahun berinteraksi de-ngannya hampir tidak pernah saya melihat ia mengekspre-sikan emosinya dengan mata melotot, disertai urat leher yang keluar, dan kata-kata yang keras apalagi tidak pantas. Karenanya beberapa pihak melihat Anies mungkin tidak akan bertahan dalam dunia politik yang penuh intrik.

Tulisan saya tentang Ani-es ini sungguh subyektif. Tapi saya yakin tulisan ini dapat memberikan perspektif yang lebih personal tentang Anies Baswedan. Bangsa ini punya hak untuk dipimpin oleh putra-putri terbaiknya. Dan Anies Rasyid Baswedan, me-nurut saya, adalah salah satu putra terbaik bangsa dan sa-ngat pantas untuk memimpin Indonesia. Semoga Allah SWT memberikan kepada bangsa ini pemimpin terbaik untuk menyongsong Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang. Insya Allah n

FOTO

: DOK

. ARS

IP U

GM

FOTO

: IST

.

Ketika para demonstran berlarian untuk menghindari serbuan tentara dan polisi, Anies malah mengha-dang serbuan itu. Akibatnya ia menjadi salah satu korban ter -luka. Ia berbuat itu untuk melin -dungi demon-stran lainnya dan menghalau aparat masuk ke dalam wila -yah kampus.

Anies Baswedan saat terlibat dalam aksi demonstrasi

Oleh: Elan Satriawan

ANIES BASWEDAN:Kritis Sejak MudaBerani Sejak LamaBeberapa teman memberikan testimonial tentang kualitas Anies sebagai pemimpin muda. Simak kisahnya di:

www.youtube.com/aniesbaswedan

Page 12: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

Il 20

14

12

aniesbaswedan.com

Bagi sebagian orang, stiker bergambar mantan Presiden Soeharto dengan tulisan ‘Piye Kabare? Isih Penak jamanku tho?’ yang bila diterjemahkan berarti ‘Apa Kabar? Masih

Enak Zamanku kan?’ mungkin terkesan lucu. Namun bagi saya pribadi, stiker tersebut selalu mengingatkan saya saat mengikuti penelitian Tata Niaga Cengkeh (TNC) dalam Tim Peneliti Senat Mahasiswa (SEMA), UGM di tahun 1992-1993. Penelitian ini begitu mo-numental dalam hidup saya, sehingga sulit bagi saya melupakan penelitian ini.

Di tahun 1992, UGM adalah kampus dengan gerakan mahasiswa yang sangat dinamis. Kala itu, aktivis mahasiswa yang suka meneliti dan berdiskusi, seringkali adalah entitas yang berbeda dengan aktivis mahasiswa yang suka melakukan demonstrasi. Meski tidak dipungkiri pula bahwa ada sebagian aktivis mahasiswa yang mampu memainkan peran di kedua aktivitas tersebut.

Pada tahun 1992, kedua kelompok aktivis maha-siswa ini akhirnya dapat bekerja sama dan bersatu. Tim Peneliti TNC, Senat Mahasiswa (SEMA) UGM adalah hasil dari upaya menyatukan gerakan aktivis mahasiswa yang suka meneliti dan berdiskusi dengan aktivis mahasiswa yang lebih suka berdemonstrasi di jalan. Ide dasarnya sangat sederhana yaitu: kalau mau demonstrasi, maka pahami dulu akar masalah dan potensi berbagai solusinya!

Anies menawarkan pada saya untuk bergabung dalam Tim Peneliti TNC, SEMA-UGM. Dari hasil kajian singkat itu, tim diharapkan dapat memberikan beberapa reko-mendasi. Saya keberatan dengan skema yang diusulkan, jika kajian hanya dilakukan di belakang meja dengan mengumpulkan bahan-bahan tulisan tentang TNC. Bagi saya ini tidak ada bedanya dengan pendapat para pakar yang menulis di media tanpa melihat ke lapangan.

Saya usul untuk melakukan riset dan pengambilan data di lapangan. Me-mang akan membutuhkan dana dan waktu, namun hal itu bukanlah kendala yang mendasar. Tidak disangka Anies langsung menyetujui usulan tersebut, dan kemudian disusunlah Tim Peneliti TNC SEMA UGM yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Ekonomi, Fakultas Filsafat, Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Singkat cerita, ketika kami turun lapangan mengumpulkan data, terbukalah mata kami terhadap nasib tragis petani cengkeh kala itu akibat keputusan pemerintah Orde Baru membentuk BPPC (Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh). Anjloknya harga cengkeh berakibat pada penebangan pohon cengkeh oleh petani. Di saat yang bersamaan, muncul himbauan dari BPPC agar petani membakar cengkehnya. Alih-

alih BPPC membeli cengkeh dengan harga tinggi dari petani, apa yang mereka lakukan justru menganjur-kan pembakaran cengkeh petani.

Kondisi di lapangan ternyata jauh lebih menge-naskan dari apa yang digambarkan oleh para pakar yang tidak pernah turun lapangan namun menulis di Koran tentang TNC. Liputan media juga tidak mampu menggali lebih dalam kesengsaraan petani cengkeh saat itu. Ketika kami turun lapangan di Lampung Selatan, banyak anak petani dan pengusaha cengkeh kecil yang terpaksa, berhenti kuliah karena anjloknya harga cengkeh.

Apa yang saya ungkapkan ini adalah puncak gunung es dari kesengsaraan masyarakat di lapangan yang terkena dampak langsung keberadaan BPPC. Pihak pabrik rokok dan pekerja pabrik rokok-pun menderita akibat kebijakan ini. Saat itu, pabrik rokok dilarang menggunakan cengkeh hasil produksi kebun mereka sendiri. Mereka wajib menjual cengkeh hasil kebunnya kepada BPPC dengan harga murah, lalu kemudian pabrik rokok membeli cengkeh dari BPPC dengan harga mahal.

Ternyata aktivitas Tim Peneliti kala itu, diikuti oleh orang-orang tak dikenal. Surat ijin penelitian, diambil oleh sekelompok orang berseragam mahasiswa yang tidak dikenal. Petugas saat itu mengira mereka adalah rekan kami, meskipun warna jas almamater mereka berbeda dengan kami.

Ketika kami turun lapangan di Pulau Sebesi, kami disambut seorang ‘mahasiswa’ asal Jakarta yang ke pulau tersebut dengan beberapa pria kekar bertato.

Setelah menyelesaikan penelitian dan kami presentasikan hasil penelitian kepada pihak-pihak terkait, hasil penelitian diliput oleh banyak media kala itu. Malam setelah presentasi, kami tim peneliti berkumpul di rumah Anies, Kami menceritakan penga-laman kami yang seru saat mengikuti penelitian ini.

Setelah puas menceritakan berbagai peristiwa di lapangan, Anies baru menje-laskan, bahwa sebenarnya sejak awal pembentukan tim peneliti ini, banyak sekali ancaman ditujukan kepadanya. Meski demikian, Anies tidak pernah membuka hal ini kepada tim peneliti, karena Anies khawatir kami akan ketakutan dan akhirnya tidak mau melanjutkan penelitian. Semua beban tersebut disimpan Anies sendiri, agar tim peneliti bisa bekerja optimal tanpa gangguan.

Visi Anies menawarkan alternatif gerakan mahasiswa melalui jalur penelitian, ternyata menjadi monumen pergerakan mahasiswa di kala itu.

Sangat disayangkan, setelah kiprah Tim Peneliti TNC SEMA UGM, para aktivis mahasiswa setelah era tersebut, tidak melanjutkan tradisi penelitian sebagai salah satu bentuk gerakan mahasiswa n

UNJUK OTAK,BUKAN UNJUK OTOT

ANIES MUDA MENGELOLA BANGSANYA

Oleh:Rimawan Pradiptyo

Dosen Jurusan Ilmu EkonomiFakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM

TESTIMONI

Urun angan? Lebih baik TurunTangan!Bersama puluhan ribu relawan lainnya mari perbaiki negeri.

Da ar lewat SMS: 08119851601 Da ar lewat email : [email protected]

Da ar online:

Anies Baswedan ketika masih kuliah di UGM

FOTO

: DOK

. ARS

IP U

GM

Page 13: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

13

koranturuntangan

1945ANGKA SEJARAH DANPROGRAM KERJA CAPRESANIES BASWEDAN

1 SEMANGAT 9 PEKERJAAN 4 JANJI KEMERDEKAAN 5 TAHUN

emerdekaan diproklamasikan tidak hanya untuk menggulung penjajahan, tapi juga untuk membentangkan harapan bernama keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia hadir dengan membawa janji kemerdekaan bagi semua. Indonesia adalah Indonesia kita semua. Indonesia harus menjadi Indonesia kita semua: Indonesia yang mampu melunasi janji kemerdekaan, mulai dari perlindungan, kesejahteraan, hingga pendi-dikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Indonesia yang melunasi janji kemerdekaan kepada seluruh rakyat dari Sabang hingga Merauke, laki-laki maupun perempuan, pengusaha, buruh, petani maupun nelayan. Tak penting di mana Anda dilahirkan: di kaki Tambora, di tepian pulau Sangihe, di dalam kehangatan Boven Digoel, di tengah semilir angin Mentawai ataupun di tengah gemerlap metropolitan Jakarta dan Surabaya, semua warga negara Indonesia harus merasakan bahwa janji kemerdekaan itu telah terlunasi. Indonesia kita semua ada tidak hanya untuk kita yang hidup hari ini, tapi juga untuk anak-anak kita dan anak-anak dari anak-anak kita. Janji itu menegaskan bahwa Indonesia kita semua harus menjadi Indonesia yang kuat: aman berdau-lat, adil makmur, mandiri dan bermartabat. Kita memiliki semua modal untuk menjadi bangsa yang besar, sebagaimana kita juga memiliki kemungkinan untuk membuang semua modal itu dan menjadikannya sia-sia. Tahun ini adalah tahun yang akan sangat menentukan apakah janji yang diikrarkan ketika Republik ini didirikan akan mampu kita raih ataukah ia hanya akan menjadi ingatan pedih.

Dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk memaparkan dua hal penting. Yang pertama adalah 9 pekerjaan strategis untuk melunasi 4 janji kemerdekaan yang harus dilakukan dalam 5 tahun (periode 2015-2019). Di dalam 9 pekerjaan tersebut, terhimpun sejumlah program dan kebijakan yang ditujukan untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang kita cita-cita-kan: merdeka, beradab, sejahtera, cerdas, giat berusaha dan bekerja, sehat, terhubung erat, bermartabat, dan bergotong royong. Untuk inilah kita bernegara dan berpolitik. 9 Pekerjaan ini adalah pekerjaan-pekerjaan besar yang harus kita upayakan bersama-sama. Pemimp-in harus memberikan arah dan prioritas yang jelas, namun pekerjaan-pekerjaan itu hanya dapat kita lakukan jika semua komponen bangsa ini turun tangan. Yang kedua, penting untuk mengingat bahwa pada tahun 1945 Republik ini berdiri melalui iuran kolosal seluruh rakyat Indonesia, termasuk harta, keringat dan bahkan nyawa. Hari ini, lebih dari separuh abad setelahnya, kita harus menyadari bahwa Republik ini hanya dapat terus tegak jika ditopang oleh iuran perjuangan dari kita semua. APBN adalah sumbangan dari kita semua, dan hanya dapat kembali kepada kita semua, seluruh rakyat Indonesia, jika kita mengelolanya dengan baik. Dalam konteks inilah saya akan memaparkan bagaimana kita dapat mengelola anggaran negara untuk melaksanakan langkah-langkah strategis tersebut. APBN tidak boleh hanya dilihat sebagai kumpulan angka-angka mati yang menjadi urusan para pejabat. APBN, yang

dalam periode 2015-2019 diperkirakan sejumlah 12.000 trilyun adalah urusan kita semua. Mengelola APBN dengan baik adalah jalan kita untuk mewujudkan Indonesia yang kuat. Banyak hal yang dianggap tidak mungkin dilaksanakan karena “keterbatasan dana” ternyata dapat dilaksanakan jika kita dapat melakukan berbagai langkah perbaikan dalam mengelola APBN. APBN adalah alat kita untuk menggerakkan seluruh kekayaan tanah air kita demi melunasi janji kemerdekaan, untuk seluruh warga negara Indonesia.

Indonesia adalah sebuah gerakan. Indonesia merdeka dengan ditopang oleh iuran perjuangan dari seluruh rakyat Indonesia.

Mari kita menangkan masa depan dengan menciptakan politik yang lebih sehat dan beradab. Kita menangkan masa depan dengan mengelola APBN dengan lebih baik.

9 Pekerjaan ini adalah pekerjaan-pekerjaan besar yang harus kita upayakan bersama-sama. Pemimpin harus memberikan arah dan prioritas yang jelas, namun pekerjaan-pekerjaan itu

hanya dapat kita lakukan jika semua komponen bangsa ini turun tangan.

Mari turun tangan bersama-sama,ambil bagian mewujudkanIndonesia Kita Semua!

Baca program kerja selengkapnya di:

www.aniesbaswedan.com/1945

K

PROGRAM KERJA

Page 14: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

14

aniesbaswedan.com

Pada Sabtu, 21 Desember 2013 Anies Baswedan berbicara di hadapan puluhan petani di Pandansimo, Bantul, Yogyakarta.

Hujan masih mengguyur wilayah timur Yogyakarta itu. Mengenakan jas hujan plastik merah dan bersandal jepit, Anies berdialog santai dengan mereka.

Dengan nada kagum, Anies menyam-paikan bahwa Pandansimo bisa menjadi bahan percontohan bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Pola pikir petani di Pandansimo ini adalah inspirasi bagi warga seluruh Indonesia untuk mampu mengubah lahan tandus menjadi lahan yang subur. “Indonesia harus belajar dari Pandansimo ini. Pandansimo berhasil mengubah menjadi situasi yang lebih baik, lahan pasir bisa menjadi hijau dan subur,” katanya.

Sejak 11 tahun lalu, para petani di Pandansimo ini berhasil mengubah dae-rah yang semula tandus menjadi subur. Untuk membuat tanaman tumbuh di lahan itu, petani mendapatkan pelatihan dari Natural Nusantara (Nasa). Nasa adalah pembuat pupuk organik yang menemukan pupuk yang cocok untuk tanah berpasir. Petani Pandansimo mela-kukannya secara mandiri, tanpa bantuan pemerintah. Warga lainnya, seperti di Pantai Baru pun mulai menerapkan hal serupa.

Petani Pandansimo melakukannya secara mandiri, tanpa bantuan pemerin-tah. Ir. Hana Indra Kusuma adalah orang di balik kesuksesan lahan pasir bisa menjadi lahan pertanian. Lulusan per-tanian UGM itu menggunakan teknologi pengelolaan intensif kesuburan Tanah Terpadu (PIKAT) yang meliputi treatment,

plant nutrition, dan pengendalian hama serta penyakit alami. Teknologi PIKAT ini berhasil menyulap lahan pasir seluas 4 hektar yang terletak di Dusun Kwaru, se-belah timur pantai Pandan Simo, Bantul, Yogyakarta ini menjadi daerah pertanian dan perkebunan. Di lahan pasir ini kini bisa tumbuh padi, jagung, bawang merah, kacang panjang dan tanaman pertanian lainnya. Selain itu, di atas tanah pasir milik sultan (Sultan Ground) ini juga telah ditanami berbagai tanaman buah, seperti kelengkeng dan sawo.

Mereka tak mengganti pasir menjadi tanah, tapi mengubah pasir menjadi lahan yang bisa ditanami. “Jadi bukan karak-ternya yang diubah, tapi hanya butuh pandangan yang berbeda. Indonesia harus belajar pada Pandan Simo, hanya butuh perspektif berbeda untuk membuat peru-bahan yang nyata,” kata Anies. Ke depan, Indonesia harus bisa berpikir lebih dengan cara berbeda, bekerja dengan cara lebih baik, lebih kreatif, dan lebih keras. “Ini pesan dari Pandansimo untuk Indonesia,” kata Anies.

Menurutnya, pola pikir ini dapat diterapkan dalam pengalokasian APBN. Dalam 5 tahun ke depan APBN akan mencapai Rp 12.000 triliun. Maka, kata Anies, jika itu dialokasikan dengan baik, masyarakat Indonesia dapat hidup sejah-tera.“Penggunaan pupuk organik misal-nya, bisa jadi alternatif dalam peningkatan produksi pertanian,” kata dia.

Anies mengharapkan para ahli atau pendamping petani lahan pasir untuk mencarikan metode pertanian yang efek-tif di lahan pasir. “Metode-metode baru harus terus kita coba, pertanian organik yang dilakukan petani di sini sebenarnya

PANDANSIMO:HARAPAN TIDAK PUPUSDI TANAH TANDUS

Dalam rangkaian perjalanan tur 3000 km , Anies Baswedan juga sempat mengunjungi pemu-

kiman warga suku Baduy di Banten, pada 10 Desember 2013. Saat itu Anies menggarisbawahi soal interaksi dengan alam. Anies mengatakan Suku Baduy adalah insipirasi bangsa, khususnya dalam memelihara kearifan lokal dan menjaga keselarasan hidup dengan alam.

“Kita bisa memetik pelajaran dari kearifan lokal Suku Baduy. Baduy mengajarkan kelestarian lingkungan agar hidup kita selaras dengan alam,” katanya. Pada kesempatan itu, Anies bahkan dipersilahkan mengenakan pakaian adat yang selalu dikenakan

Suku Baduy. Kunjungan ke Baduy ini menarik karena Anies adalah Calon Presiden pertama yang mengunjungi suku tersebut.

Ini karena Anies memahami betul karakter dan kondisi masyarakat Indonesia yang beragam. Keberagaman ini perlu terus dilestarikan dan Anies menyebutnya sebagai tenun kebangsa-an. Pandansimo dan Baduy ini adalah simbol kekayaan lokal Indonesia. Da-lam perjalanan 3000 km ini Anies me-nyempatkan berkunjung ke dua lokasi itu sebagai bagian dari menghormati dan mengagumi kebudayaan mereka. Dari kedua lokasi itu, Anies menyam-paikan bahwa kedua tempat itu adalah inspirasi dari pojok negeri n HUS

BADUI:TERPENCIL

BUKAN BERARTITERKUCIL

mengirimkan pesan lokasinya boleh di desa, di lahan pasir, tapi semangatnya melampaui kota-kota, maka ini perlu didorong terus,” katanya.

Namun, dunia pertanian saat ini mengalami banyak kendala dan, di antara kendala utama adalah tiadanya perhatian dari pemerintah. Salah seorang warga yang berasal dari Blitar, Kuswanto, berharap agar petani diperhatikan.

Menurutnya, tanah-tanah kini telah terkontaminasi oleh bahan kimia. Di sisi lain, Kus-wanto juga menyindir kebijakan pemerintah dengan subsidi BBM yang lebih menguntungkan orang kaya. “Kami yang miskin, tak punya kendaraan, menggu-nakan brompit (sepeda) justru tidak ada subsidi,” katanya.

Jika jadi presiden, Anies berkomitmen untuk memerhati-kan petani dengan memberikan subsidi pertanian. “Subsidi energi kita timpang, salah sasaran ka-rena justru dinikmati untuk ka-langan menengah ke atas. Yang penting adalah subsidi untuk sektor pertanian serta transpor-tasi publik yang menghubungkan desa dengan kota,” kata Anies.

Pada kesempatan itu, Anies juga menanam bibit kelapa. Hal itu adalah simbol komitmen rektor Universitas Paramadina ini kepada dunia pertanian. “Ke-lapa adalah pohon yang semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Ini adalah simbol bahwa apa pun dan kapan pun yang kita lakukan harus bermanfaat bagi kemanu-siaan dan lingkungan,” katanya. n HUS

FOTO

: ED

WAR

D

FOTO

: IM

ANG

3.000 KM Merentang JalanMenyalakan Harapan

Page 15: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

APR

IL 2

014

15

koranturuntangan

CHOLIL MAHMUD,BAND EFEK RUMAH KACA

KITA HARUSDUKUNGORANGBAIK

CATATAN PERJALANAN

PERSPEKTIF

FOTO

: ED

WAR

D

FOTO

: IST

.

Anies Baswedan bersama KH. Solahudin Wahid,di pesantren Jombang

Transformasi Sosok IntelektualMenjadi Tokoh Spiritual

nies berkunjung ke pesantren-pesantren sebagai bentuk perhatiannya terhadap dunia pendidikan. Menurutnya, bagaimanapun, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang ada dan mencer-daskan anak bangsa, bahkan sebelum Indonesia ada. Saat berkunjung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Minggu, 22 Desember 2013, Anies diterima di kamar tidur sang pengasuh, KH Ahmad Idris Marzuki. Ini terhitung istimewa. Biasanya sang kyai menerima tamu di ruang tamu. Di kamar itu Anies berbincang santai dan meminta restu salah satu kyai sepuh tersebut. Ketika di Pondok Pesantren Jombang, Jawa Timur, Anies bahkan sempat menyampaikan ceramah di hadapan para guru dan pimpinan pesantren yang didirikan KH Hasyim Asyari itu. Pesantren itu kini diasuh KH Sholahuddin Wahid, adik Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu, Anies mengaku dalam hal perjuangan, ia banyak terinspirasi Gus Dur. “Konsti-tusi kita bukan hanya melindungi minoritas. Bukan pula hanya melindungi mayoritas. Semua warga negara dilindungi oleh konstitusi. Itulah yang dilakukan Gus Dur, dan akan saya teruskan jika jadi Presiden,” tandas alumnus Fakultas Ekonomi UGM

Dalam rangkaian kunjungan “Tur 3.000 KM Nyalakan Harapan”, Anies Baswedan banyak mengunjungi pondok pesantren yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Madura. Semua pimpinan dan warga pesantren yang dikun-jungi Anies menerima dengan tangan terbuka kunjungan tersebut.

Yogyakarta ini. Selain menyampaikan isu-isu strategis bidang pendidikan dalam diskusi bertajuk “Menelaah Konstruksi Pendidikan’ itu Anies juga menyampaikan alasan mengapa ia terlibat dalam konvensi Partai Demokrat. Karena mengenakan sarung dan kopiah di pondok ini Anies disebut sebagai kyai. ”Pakai sarung-nya sudah benar. Dan, ia termasuk daftar 500 muslim berpengaruh versi The Royal Islamic Strategic Studies Center, Yordan,” kata moderator acara. Menurut Anies, ia memang sehari-hari bersarung. “Hanya saja, orang tidak banyak tahu,” katanya. Pengasuh Ponpes Tebuireng Gus Solah memberikan apresiasi positif terhadap Anies. Menurutnya Anies adalah tokoh muda yang mumpuni, terutama dalam bidang ilmu ekonomi. “Dia juga punya kepedulian besar terhadap pendi-dikan. Saya berpendapat dia layak mencalonkan diri menjadi Presiden,” ujar adik kandung Gus Dur ini. Ketika ke Pesantren Riyadlul Thalibin, Rembang, KH Mustafa Bisri juga menanggapi positif pilihan Anies, “Saya selalu support kalau anak muda maju, lebih segar. Kita tahu sendiri, sekarang ini orang tua tinggal loyonya. Bagaimanapun hebatnya orang tua, yang muda tetap lebih enerjik,” kata kyai yang akrab disapa Gus Mus ini. .HUS

barat koin, nama Cholil Mahmud dan Efek Rumah Kaca (ERK) tak bisa dilepaskan begitu saja. Ia satu dari tiga pendiri ERK, band indie paling dihormati di Indonesia saat ini. Lirik-lirik lagunya yang memotret keseharian sosial dari politik Indonesia membawa kesegaran. Musik mereka jadikan sebagai medium perlawanan dan perubahan. Lewat lagu, mereka bisa mengekspresikan suara-suara yang dibungkam, seperti dalam “Di Udara” yang bercerita soal aktivis Hak Asasi Manusia Munir yang diracun. Vokalis sekaligus gitaris ERK ini menyatakan dukungannya kepada Anies Baswedan untuk merebut posisi paling strategis di negara ini demi perbaikan masyarakat Indonesia.

Kapan pertama kali mendengar nama Anies Baswedan? Saat ia terpilih jadi rektor Universitas Paramadina. Tapi pernah dengar juga bahwa ia mantan Ketua Senat UGM. Kebetulan istri saya kuliah di UGM juga, jadi pernah dengar-dengar ceritanya.

Apa kesan Anda saat itu? Dia ada di gerbung perubahan. Pembawaannya tenang, santun, tapi punya ide-ide yang tidak biasa.

Apa kesan Anda terhadapnya saat ini? Kesan saya makin tebal, apalagi setelah lihat jerih payahnya. Yang paling konkret ketika ia berhasil membuat Universitas Paramadina berkembang. Juga Gerakan Indonesia Mengajar (GIM). Itu inisiatif masyarakat untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukan pemerintah. Bagaimana ia punya ide itu (GIM, red), mengumpulkan orang-orang, memberi semangat, dan bahkan menjadi sebuah gerakan yang kemudi-an dicari-cari orang (mahasiswa baru lulus). Terlepas dari niat para pelamar itu ingin mengabdi atau menjadi batu loncatan. Tapi Anies membuat GIM menjadi rebutan.

Saat ini Anies melangkah ke dunia politik karena diundang. Komentar Anda? Saya percaya bahwa dalam sistem seperti ini, kita harus mendukung semua orang baik merebut posisi strategis. Dalam kondisi yang tidak enak seperti ini, kita berusaha mencari yang paling enak, yang paling baik. Yaitu agar orang-orang baik bisa memaksimalkan kapasitasnya untuk kepentingan masyarakat. Saya pernah mendukung Teten Masduki sebagai wakil Gubernur Jawa Barat karena percaya integritasnya. Saya juga percaya kepada Anies Baswedan. Jadi, selama ada kesempatan kita coba orang-orang yang selama ini sudah terbukti, punya kapabilitas. Sebagai individu tidaklah gampang mengelola organisasi dan bisa mendarmabaktikan diri dalam skala yang lebih luas.

A

Bagaimana agar Anies tetap berada di jalurnya setelah terpilih? Karena kita pakai sistem demokrasinya semua orang harus mau ikut mengontrol, tentu dalam kapasitas masing-masing. Jadi, demokrasi tidak selesai setelah pencoblosan atau pemilu, atau membayar pajak. Dalam demokrasi kita punya mekanisme kontrol. Jika perlu, kita tuntut pengawasan itu dan bila perlu kita demonstra-si. Jadi, kita harus melakukan semua keterlibatan kita, tidak hanya ikut pemilu atau bayar pajak. Demokrasi tidak bisa jalan tanpa usaha kita menjalankan semua kesempatan secara keseluruhan. Masyarakat seharusnya melakukan hal yang lebih untuk menjalank-an demokrasi. Apalagi bila orang bersih, lalu tiba-tiba berpotensi kenapa-kenapa (berubah ke arah yang buruk), kita harus jaga dia. Dalam kondisi normal saja orang perlu kita kontrol, apalagi orang yang memang kita andalkan, kita jaga dia supaya bisa membawa kita ke kondisi yang lebih baik.

Apa harapan Anda terhadap Anies Baswedan? Tetap berpihak pada perubahan-perubahan untuk masyarakat yang lebih baik. Dan itu perlu didukung dan dipantau bersama. .

“Saya percaya bahwa dalam sistem seperti ini, kita harus mendukung semua orang baik merebut posisi strategis. Dalam kondisi yang tidak enak seperti ini, kita berusaha men-cari yang paling enak, yang paling baik. Yaitu agar orang-orang baik bisa memaksimalkan kapasitasnya untuk kepentingan masyarakat. ”

I

Page 16: koranturuntanganstatic.turuntangan.org/koran/KoranTurunTangan_v2_lowres.pdfINDONESIA koranturuntangan Diterbitkan oleh Relawan Turun Tangan Jl. Ciasem 1 No. 9 Kebayoran Baru, Jakarta

3.00

0 KM

NYA

LAKA

N HA

RAPA

NBersiap meninggalkan Jakarta

Menemui relawan TurunTangan di Taman Bungkul, Surabaya Berdialog dengan relawan TurunTangan di Taman Bungkul, Surabaya

Seluruh tim perjalanan 3000 KM berfoto bersama

Berbincang dengan masyarakat Yogyakarta di sebuah angkringan

Bersama istri melepaskan lampion harapan di Taman Bungkul, Surabaya

Bersama komunitas sepada motor Vespa di Bandung Bersama komunitas sepeda ontel di Bandung

Bus yang membawa Anies Baswedan memasuki Kota Yogyakarta

Menemani anak bungsunya, Ismail, yang tertidur di busBerbicara dengan Ibu-Ibu pedagang di JombangBerbicara dengan tukang becak di Jombang

Disambut oleh Ibunda saat kembali ke Jakarta

Apakah nama gerakan yang

digagas oleh Anies Baswedan dan menjadi

nama koran ini? SMS jawaban ke 08119851601

Kirim jawaban dan dapatkan hadiah Buku biogra� Anies Baswedan

Format jawaban sms : Kota/Kab (spasi) Alamat lengkap (spasi) Nama (spasi) Jawaban

*Contoh Jawaban: Jakarta JalanKampungDaun Wahyu AniesBaswedan