knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD....

325
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA PLD PENDAMPINGAN DESA IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | i

Transcript of knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD....

Page 1: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

MODULPELATIHAN PRATUGAS

PENDAMPING LOKAL DESAPLD

PENDAMPINGAN DESA

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | i

Page 2: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALDAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | ii

Page 3: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | iii

Page 4: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

MODUL PELATIHAN PRATUGASPENDAMPING LOKAL DESA

PENDAMPINGAN DESA

Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | iv

Page 5: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | v

Page 6: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESAPENDAMPINGAN DESAImplementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

PENGARAH : Eko Putro Sandjojo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Ahmad Erani Yustika(Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa)

TIM PENULIS : Ludiro Prajoko,Zaini Mustaqim, Dindin Abdullah Ghozali, Jajang Koswara,Hasan Rofiqi , Amanulah Fajar Sudrajat, Mohammad Zuhdi.

REVIEWER : Taufik Madjid, Muhammad Fachri, Nur Kholis.

COVER & LAYOUT : Wahjudin Sumpeno, Dindin Abdullah Ghozali.

Cetakan Pertama, Agustus 2016

Diterbitkan oleh:KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIAJl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Selatan 12740Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242Website: www.kemendesa.go.id

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | vi

Page 7: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | vii

Page 8: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Daftar Istilah dan Singkatan1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.

3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.

7. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

8. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

9. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.

10.Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | viii

Page 9: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

11.Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

12.Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

13.RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program dan program Satuan Kerja Perangkat (SKPD) atau lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan disertai dengan rencana kerja.

14.RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.

15.Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan Daerah.

16.Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

17.Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang syah.

18.Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

19.Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.

20.Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | ix

Page 10: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kata Pengantar(Dirjen PPMD/Menteri DPDTT)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | x

Page 11: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | xi

Page 12: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Daftar IsiHalaman

Daftar Istilah dan Singkatan ………………………………………………………………...Kata Pengantar Dirjen PPMD ……………………………………………………………….Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………BAB I KURIKULUM PELATIHAN

Latar Belakang ……………………………………………………………………..Tujuan Pelatihan ………………………………………………………………….Ruang Lingkup Tugas Pendamping …………………………………….Struktur Materi Pelatihan …………………………………………………….Garis-Garis Besar Program Pelatihan …………………………………..

BAB II PANDUAN MEMBACA MODUL

BAB III RENCANA PEMBELAJARANPB 1 Bina Suasana dan Orientasi Pelatihan

………………………………SPB 1.1

Perkenalan …………………………………………………………..

SPB 1.2

Pengungkapan Harapan Peserta ………………………

SPB 1.3

Tujuan dan Proses Pelatihan …………………………….

SPB 1.4

Tata Tertib Peatihan ………………………………………….

PB 2 Desa dan Visi Undang-Undang Desa ……………………………….SPB 2.1

Kondisi dan Dinamika Desa ……………………………..

SPB 2.2

UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju Keberdayaan Desa ………………………………..

PB 3 Tata Kelola Desa ……………………………………………………………………SPB 3.1

Kelembagaan dalam Tata Kelola Desa …………….

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | xii

Page 13: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB 3.2

Musyawarah Desa sebagai Basis Tata Kelola dan Penggerak Demokratisasi Desa …………………………

SPB 3.3

Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa ………………………..

PB 4 Pembangunan Desa ……………………………………………………………..SPB 4.1

Sistem Pembangunan Desa ………………………………

SPB 4.2

Perencanaan Pembangunan Desa …………………….

SPB 4.3

Pengelolaan Keuangan Desa …………………………….

PB 5 Pengembangan Ekonomi Desa ……………………………………………SPB 5.1

Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa ………………………………………………………………….

SPB 5.2

BUM Desa sebagai Penggerak perekonomi Desa

PB 6 Penyusunan Peraturan di Desa …………………………………………….SPB 6.1

Pokok-Pokok Penyusunan Peraturan di Desa …….

SPB 6.2

Strategi Fasilitasi Penyusunan Peraturan di Desa ..

PB 7 Penguatan Keberdayaan Masyarakat ………………………………….SPB 7.1

Pemberdayaan Masyarakat Desa ……………………….

SPB 7.2

Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa ………………………………………………..

SPB 7.3

Strategi Penguatan Lembaga Kemasyarakatan Desa …………………………………………………………………..

PB 8 Peningkatan Kapasitas Masyarakat Melalui Pelatihan ………….SPB 8.1

Konsep Pelatihan Masyarakat ……………………………

SPB 8.2

Keterampilan Dasar Melatih ………………………………

PB 9 Pendampingan ……………………………………………………………………..SPB 9.1

Konsep dan Kebijakan Pendampingan ………………

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | xiii

Page 14: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB 9.2

Keterampilan Pendamping ……………………………….

SPB 9.3

Kinerja Pendamping ………………………………………….

PB 10 Membangun Tim Kerja di Desa ……………………………………………SPB 10.1

Kerjasama Tim di Desa ………………………………………

SPB 10.2

Membangun Jejaring ………………………………………...

PB 11 Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) …………………………………….SPB 11.1

Pokok-Pokok RKTL ……………………………………………

SPB 11.2

Menyusun RKTL …………………………………………………..

Daftar Pustaka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | xiv

Page 15: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

BABIKURIKULUM PELATIHAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1

Page 16: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

LATAR BELAKANG

Kehadiran Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menandai babak baru dan perubahan dalam politik pembangunan nasional, dimana Desa menjadi titik tumpu yang mendapatkan perhatian serius. UU Desa diyakini sebagai gerbang harapan menuju kehidupan berdesa yang lebih maju. Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa, UU Desa mengonstruksi cara pandang baru praksis berdesa (pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa). Desa diakui dan dikukuhkan sebagai subjek yang mengatur dan mengurus dirinya sendiri.

Perubahan dan paradigma baru atas Desa itu sangat penting mengingat kondisi objektif dan dinamika desa-desa di Indonesia yang secara umum masih memprihatinkan. Desa identik dengan ketertinggalan dalam semua aspek kehidupan. Kewenangan mengatur dan mengurus dirinya sendiri yang dibarengi dengan memberikan hak-hak Desa, sehingga Desa memiliki kemampuan finansial yang memadai guna melaksanakan kewenangannya, sebagaimana ditegaskan UU Desa, menjadi faktor penggerak peningkatan pembangunan desa yang sekaligus menjadi ruang krusial implementasi UU Desa.

Pembangunan desa sebagai sistem yang dikonstruksi UU Desa, menempatkan masyarakat pada posisi strategis, sebagai sebjek pembangunan. Dengan demikian, masyarakat memiliki ruang dan peran strategis dalam tata kelola Desa, termasuk di dalamnya penyelenggaraan pembangunan Desa. Isu penting dalam konteks ini adalah peningkatan keberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki daya desak yang efektif untuk mewujudkan tata kelola Desa yang baik dan penyelenggaraan pembangunan yang sesuai dan memenuhi aspirasi masyarakat.

Dalam kerangka itulah, Pemerintah menetapkan kebijakan pendampingan sebagaimana tercantum pada Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015, yang bertujuan:

Meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa dan pembangunan Desa;

Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa yang pertisipatif;

Meningkatkan sinergi program pembangunan desa antar sektor; dan

Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.

Mengingat luasnya ruang lingkup implementasi UU Desa, Pemerintah dalam melaksanakan fungsi pendampingan, dapat melimpahkan sebagaian kewenangannya kepada tenaga ahli profesional dan pihak ketiga (Pasal 112, ayat 4 UU Desa dan Pasal 128, ayat 2 PP 43). Tenaga ahli profesional dimaksud adalah pendamping desa, tenaga teknik dan tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa (Pasal 5 Permendesa No. 3/2015), termasuk diantaranya adalah Pendamping Lokal Desa (Pasal 129, ayat 1 (a) PP No. 47 Tahun 2015). Dengan demikian, PLD yang akan berhubungan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 2

Page 17: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

langsung secara intensif dengan pemerintah dan masyarakat Desa, menjadi aktor strategis menuju implementasi UU Desa secara optimal.

Salah satu faktor penentu keberhasilan pendampingan adalah kapasitas pendamping, khususnya PLD. Kapasitas dimaksud menunjuk pada kompetensi yang mencakup: (1) pengetahuan tentang perspektif dan kebijakan UU Desa, (2) keterampilan teknis dan fasilitasi pemerintah dan masyarakat Desa dalam mewujudkan tata kelola Desa yang baik, dan (3) sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan kinerja pendamping profesional.

Upaya meningkatkan kapasitas pendamping oleh Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dilakukan melalui kebijakan pelatihan yang mencakup serangkaian kegiatan latihan, salah satunya adalah pelatihan pra tugas bagi pendamping, khususnya PLD, sebagai pembekalan agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya secara optimal.

TUJUAN PELATIHAN

Secara umum tujuan pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa adalah untuk memberikan orientasi dan pembekalan agar siap secara mental, pengetahuan, dan keterampilan sebelum diterjunkan di lokasi tugas.

Secara khusus pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa bertujuan untuk:

Memberikan orientasi dan pembekalan kepada Pendamping Lokal Desa sebelum bertugas di lapangan;

Meningkatkan pemahaman Pendamping Lokal Desa tentang latar belakang, tujuan, kebijakan, prinsip-prinsip, prosedur dan ketentuan program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;

Meningkatkan keterampilan Pendamping Lokal Desa dalam memfasilitasi proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian program;

Meningkatkan keterampilan Pendamping Lokal Desa dalam memahami mekanisme pendampingan;

Meningkatkan keterampilan dalam membina dan memberi pengarahan kepada Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa;

Menumbuhkan komitmen dan sikap kepedulian Pendamping Lokal Desa terhadap masyarakat perdesaan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 3

Page 18: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

RUANG LINGKUP TUGAS PENDAMPING

Mengacu pada Kerangka Acuan Kerja Pendamping Lokal Desa (PLD) yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2016, ruang lingkup tugas PLD adalah:

No

Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output

1 Mendampingi Desa dalam perencanaan pembangunan dan keuangan Desa

Perencanaan dan penganggaran Desa berjalan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku

a) Terlaksananya sosialisasi UU NO. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan turunannya;

b) Terfasilitasinya musyawarah Desa yang partisipatif untuk menyusun RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa;

c) Tersusunnya rancangan peraturan Desa tentang kewenangan lokal berskala Desa dan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan peraturan lain yang diperlukan.

2 Mendampingi Desa dalam pelaksanaan pembangunan Desa

Pelaksanaan pembangunan Desa berjalan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku

a) Adanya koordinasi dengan PD dan pihak terkait mengenai pembangunan Desa;

b) Terfasilitasinya kerjasama antar Desa;

c) Terfasilitasinya pelaksanaan pembangunan Desa yang sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik;

d) Terfasilitasinya ketersediaan informasi publik terkait pembangunan Desa.

3 Mendampingi masyarakat Desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan Desa

Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dan Desa dengan melibatkan kelompok perempuan, difabel/berkebutuhan khusus, kelompok masyarakat miskin dan marginal.

Terlaksananya kegiatan peningkatan kapasitas kader desa, masyarakat dan kelembagaan Desa.

4 Mendampingi Desa dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan pembangunan Desa

Proses pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan Desa berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.

a) Terlaksana peningkatan kapasitas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pembangunan Desa;

b) Terlaksananya evaluasi pembangunan Desa melalui

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 4

Page 19: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

musyawarah Desa;c) Masyarakat terlibat dalam

pelaksanaan evaluasi pembangunan Desa.

STRUKTUR MATERI PELATIHAN

Materi Pelatihan ini dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensi dasar yang harus dimiliki sesuai kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi PLD disusun berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi (K1) Pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3) Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan indikator kedalaman materi sebagai berikut:

Tabel Ruang Lingkup Materi sesuai Tingkat Kompetensi

K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)1. Mengetahuan; 1. Penerimaan 1. Meniru2. Memahami; 2. Menanggapi 2. Memanipulasi3. Mengaplikasikan; 3. Penilaian (valuing) 3. Pengalamiahan4. Menganalisis; 4. Mengorganisasikan 4. Artikulasi5. Mensintesis; 5. Karakterisasi6. Mengevaluasi.

Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalamnya berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam proses pembelajarannya. Kisi-kisi materi pelatihan diuraikan sebagai berikut:

NO RUMPUN POKOK

BAHASAN SUB POKOK BAHASAN

KOMPETENSI

JPK1 (P)

K2 (K)

K3 (S)

Pre Test1 Bina Suasana

dan Orientasi Latihan

1. Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian Peserta

1.1. Perkenalan 1 2”

1.2. Pengungkapan Harapan peserta

1

1.3. Tujuan dan Proses Pelatihan

1

1.4. Tata Tertib Pelatihan

3 2

2 Perspektif dan Kebijakan

2. Desa dan Visi Undang-

2.1. Kondisi dan Dinamika Desa

2 3”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 5

Page 20: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

NO RUMPUN POKOK

BAHASAN SUB POKOK BAHASAN

KOMPETENSI

JPK1 (P)

K2 (K)

K3 (S)

Undang Desa 2.2. UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju Keberdayaan Desa

1,2

3. Tata Kelola Desa

3.1. Kelembagaan dalam Tata Kelola Desa 1 4”

3.2. Musyawarah Desa sebagai Basis Tata Kelola dan Penggerak Demokratisasi Desa

2

3.3. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa 1

3. Penyelenggaraan Pemerintahan danPembangunan Desa

4. Pembangunan Desa

4.1. Sistem Pembangunan Desa

1 16”

1.2.Perencanaan Pembangunan Desa

1,3 2

1.3.Pengelolaan Keuangan Desa

1,2 2

5. Pengembangan Ekonomi Desa

5.1. Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa

1 2”

5.2. BUM Desa sebagai Penggerak perekonomi Desa

1

6. Penyusunan Peraturan di Desa

6.1. Pokok-Pokok Penyusunan Peraturan di Desa

1 2”

6.2. Strategi Fasilitasi Penyusunan Peraturan di Desa

1

4 Pemberdayaan

7. Penguatan Keberdayaan Masyarakat

7.1. Pemberdayaan Masyarakat Desa

2 5”

7.2. Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

1

7.3. Strategi Penguatan Lembaga Kemasyarakatan Desa

1

8. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Melalui

8.1. Konsep Pelatihan Masyarakat

1 4”

8.2. Keterampilan Dasar 2Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 6

Page 21: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

NO RUMPUN POKOK

BAHASAN SUB POKOK BAHASAN

KOMPETENSI

JPK1 (P)

K2 (K)

K3 (S)

Pelatihan Melatih

5 Pendampingan

9. Pendampingan

9.1. Konsep dan Kebijakan Pendampingan

2 8”

9.2. Keterampilan Pendamping

2

9.3. Kinerja Pendamping 210. Membangun Tim Kerja di Desa

10.1. Kerjasama Tim di Desa

2 2”

10.3. Membangun Jejaring 2

6 Evaluasi dan RKTL

11. RKTL 11.1. Pokok-Pokok RKTL 2 2”11.2. Menyusun RKTL 3

Post TestEvaluasi

Jumlah Jam Pelajaran 50

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 7

Page 22: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PELATIHAN

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

1. Bina Suasana dan Orientasi Pelatihan

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memberikan respon bagi situasi yang kondusif untuk proses pelatihan

Peserta dapat: mengatasi situasi

keterasingan mengatasi hambatan

psikologis/kecanggugan saling mengenal antar

peserta dan fasilitator

1.1. Perkenalan

Permainan 30”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui harapan yang hendak dicapai selama mengikuti pelatihan

Dapat mengungkapkan kebutuhan, manfaat, dll, yang hendak diperoleh dari mengikuti pelatihan ini

1.2. Pengungkapan Harapan Peserta

Penugasan Perorangan

Lembar Kerja Perorangan

15”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami tujuan dan proses pelatihan ini

Dapat menjelaskan: tujuan pelatihan alur dan kegiatan yang

akan dilakukan selama mengikuti pelatihan ini

1.3. Tujuan dan Proses Pelatihan

1. Presentasi2.Tanya jawab

Slide 15”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memberikan

Dapat: mengenali situasi yang

menggangu proses

1.4. Tata Tertib Peatihan

Diskusi Lembar Diskusi 30”

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |8

Page 23: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

respon bagi terciptanya situasi yang tertib selama proses pelatihan

pelatihan menyatakan hal-hal

yang menjamin ketertiban selama proses pelatihan

merumuskan aturan bersama untuk ditaati

2. Desa dan Visi Undang-Undang Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami kondisi dan dinamika Desa pada umumnya

Dapat menjelaskan: penyebab

ketertinggalan Desa aspek-aspek

ketertinggalan Desa dampak dari

ketertinggalan dimaksud

2.1. Kondisi dan Dinamika Desa

1. Penugasan perorangan2. Curah pendapat

Lembar Curah Pendapat

45”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta: mengetahui

cara pandang UU Desa

memahami amanat UU Desa untuk mengubah kondisi/ketertinggalan Desa

Dapat menyebutkan dan mengemukakan: perspektif yang

mendasari UU Desa pengertian azas

rekognisi dan subsidiaritas

keterkaitan azas dengan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa

hakikat Desa sebagai

2.2. UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju Keberdayaan Desa

1. Penugasan perorangan

2. Presentasi

3. Tanya jawab

4. Penugasan Kelompok

Slide Lembar Kerja

Kelompok UU No.6/2014

90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 9

Page 24: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

organisasi warga yang berpemerintahan

keleluasaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri

keharusan mengelola Desa secara demokratis dan inklusif

penyerahan hak Desa oleh Negara (DD, ADD)

Tri Matra Desa3. Tata Kelola

DesaSetelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui kelembagaan dalam tata kelola Desa

Dapat menyebutkan dan mengemukakan: Pemangku Kepentingan

dalam tata kelola Desa Pelaku dalam

pemerintahan Desa kelompok pelaku

strategis dalam masyarakat

hubungan antar pelaku kunci

3.1. Kelembagaan dalam Tata Kelola Desa

1. Penugasan perorangan

2. Penugasan Kelompok

3. Presentasi

Lembar Kerja Kelompok

Slide Presentasi

60”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami fungsi

Dapat menjelaskan: hakikat Musyawarah

Desa

3.2. Musyawarah Desa sebagai

1. Penugasan perorang

Lembar Kerja Kelompok

60”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 10

Page 25: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

strategis Musyawarah Desa sebagai basis tata kelola dan demokratisasi Desa

penyelenggara Musyawarah Desa

cakupan materi yang harus dibahas dalam Musyawarah Desa

peserta Musyawarah Desa

kedaulatan peserta Musyawarah Desa

pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa

Basis Tata Kelola dan Penggerak Demokratisasi Desa

an2. Penugas

an Kelompok

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui prinsip-prinsip tata kelola Desa

Dapat: menyebutkan prinsip-

prinsip tata kelola (partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas)

mengemukakan pengertian prinsip-prinsip diatas

menunjukkan cara mewujudkan prinsip-prinsip diatas

3.3 Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa

1. Penugasan perorangan

2. Diskusi3. Presenta

si

Lembar Diskusi Slide Presentasi

60”

4. Pembangunan Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui

Dapat: mengemukakan tujuan

pembangunan Desa

4.1. Sistem Pembangunan Desa

1. Penugasan perorang

Lembar Curah Pendapat

Lembar Kerja Kelompok

90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 11

Page 26: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

sistem pembangunan Desa

menyebutkan pemangku kepentingan pembangunan Desa

mengemukakan pengertian pendekatan “Desa Membangun”

mengemukakan kaidah pembangunan Desa (sesuai prinsip tata kelola Desa, mencakup semua aspek kehidupan berdesa, prakarsa dan keswadayaan warga, inklusif)

mengemukakan kaitan pembangunan Desa dengan keharusan mengurus dirinya sendiri

mengemukakan pembangunan Desa sebagai perwujudan kewenangan lokal berskala Desa

mengemukakan pembangunan sebagai proses yang sistematis

an2. Curah

Pendapat3. Penugasa

n Kelompok

4. Presentasi

Slide Presentasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 12

Page 27: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

Setelah mengikuti sesi ini, peserta: mengetahui

pokok-pokok perencanaan pembangunan Desa

memberikan respon terhadap perwujudan prinsip-prinsip tata kelola

menerapkan pengetahuan untuk memfasilitasi perbaikan perencanaan pembangunan Desa

Dapat: mengemukakan

pengertian perencanaan pembangunan Desa

menyebutkan jenis dokumen perencanaan pembangunan Desa

mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RPJM Desa

mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RKP Desa

mengemukakan pokok-pokok materi/isi RKP Desa

mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan APB Desa

mengemukakan struktur APB Desa

Dapat menunjukkan cara

4.2. Perencanaan Pembangunan Desa

1. Penugasan perorangan

2. Diskusi3. Penugasa

n Kelompok

4. Presentasi

Lembar Diskusi Lembar

Penugasan Kelompok

Slide

270”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 13

Page 28: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

mewujudkan prinsip-prinsip (partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas) dalam alur proses dan tahapan kegiatan perencanaan pembangunan Desa

Dapat: memfasilitasi

keterwakilan perempuan dalam Tim Penyusun RPJM Desa

memfasilitasi penyusunan rencana kerja Tim Penyusun RPJM Desa

memfasilitasi pembaruan data dan sketsa desa

memfasilitasi kajian potensi dan masalah desa

memfasilitasi penyusunan Rancangan RKP Desa

memfasilitasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 14

Page 29: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

penyusunan belanja bidang pembinaan kemasyarakatan danpemberdayaan

memfasilitasi perhitungan alokasi Siltap dan Operasional terkait dengan pendapatan dari swadaya

Setelah mengikuti sesi ini, peserta: mengetahui

pokok-pokok pengelolaan keuangan Desa

memberikan respon terhadap perwujudan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa

menggunakan

Dapat: mengemukakan

pengertian pengelolaan keuangan Desa

mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan pengelolaan keuangan Desa

mengemukakan ketentuan pokok pengelolaan keuangan Desa

mengemukakan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa

4.3. Pengelolaan Keuangan Desa

1. Penugasan perorangan

2. Curah Pendapat

3. Penugasan Kelompok

4. Presentasi

Lembar Kerja Perorangan

Lembar Curah Pendapat

Lembar Kerja Kelompok

Slide

360”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 15

Page 30: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

pengetahuanuntuk memfasilitasi perbaikan pengelolaan keuangan Desa

Dapat menunjukkan cara mewujudkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa dalam tahapan kegiatan pengelolaan keuangan Desa

Dapat: memfasilitasi

penyusunan RAB/RPD memfasilitasi pengajuan

SPP memfasilitasi

penyusunan rencana kerja pelaksanaan kegiatan

memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa di Desa

memfasilitasi keterwakilan perempuan dalam pembentukan pelaksana kegiatan

memfasilitasi pengerjaan buku kas umum

memfasilitasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 16

Page 31: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

penyusunan laporan realisasi APB Desa

5. Pengembangan Ekonomi Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui arah dan orientasi pengembangan ekonomi Desa

Dapat: mengidentifikasi potensi

pengembangan ekonomi desa

menjelaskan peran Desa dalam penguasaan aset-aset strategis di Desa

menjelaskan kepemilikan kolektif atas kegiatan usahaekonomi Desa

5.1. Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa

1. Penugasan perorangan

2. Curah Pendapa

3. Presentasi

Lembar Curah Pendapat

Slide Presentasi

45”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui fungsi dan peran BUM Desa sebagai penggerak perekonomi Desa

Dapat menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dalam pengembangan ekonomi desa

5.2. BUM Desa sebagai Penggerak perekonomi Desa

1. Diskusi2. Presenta

si

Lembar Diskusi Slide

45”

6. Penyusunan Peraturan di Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui pokok-pokok penyusunan peraturan di Desa

Dapat: mengungkapkan fungsi

peraturan menyebutkan jenis

peraturan di Desa mengemukakan kaidah

6.1. Pokok-Pokok Penyusunan Peraturan di Desa

1. Penugasan perorangan

2. Diskusi

LembarDiskusi 60”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 17

Page 32: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

penyusunan peraturan menyusun sistematika

peraturan

3. Role Play

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui strategi memfasilitasi penyusunan peraturan di Desa

Dapat: mencatat permasalahan

terkait materi peraturan yang disusun

menentukan narasumber yang terkait permasalahan dimaksud

menyampaikan permasalahan dimaksud kepada narasumber

menyediakan contoh/rujukan peraturan yang sesuai

6.2. Strategi Fasilitasi Penyusunan Peraturan di Desa

Diskusi LembarDiskusi 30”

7. Penguatan Keberdayaan Masyarakat

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami konsep pemberdayaan masyarakat

Dapatmenjelaskan: pemberdayaan sebagai

proses sosial-politik tahapan pemberdayaan

masyarakat pemberdayaan

bertumpu pada hak-hak masyarakat

pemberdayaan untuk meningkatkan posisi dan

7.1. Pemberdayaan Masyarakat Desa

1. Penugasan perorangan

2. Diskusi3. Presenta

si

Lembar Diskusi Kelompok

SlidePresentasi

45”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 18

Page 33: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

daya tawar masyarakat pemberdayaan untuk

mewujudkan kemandirian masyarakat

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui strategi penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dapat: mengenali

kekurangan/kelemahan KPMD

mengenali penyebab kekurangan/kelemahan dimaksud

menentukan cara untuk mengatasi kekurangan/kelemahan dimaksud

Dapat menggunakan teknikkomunikasi inter personal

Diskusi Kelompok Terarah

7.2. Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

1. Diskusi2. Role

Play

Lembar Diskusi 90”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui strategi

Dapat: mengidentifikasi

kekurangan/kelemahan Lembaga

7.3. Strategi Penguatan Lembaga Kemasyara

1. Diskusi2. Role

Play

LembarDiskusi 90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 19

Page 34: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

penguatan Lembaga Kemasyarakatan Desa

Kemasyarakatan Desa menguraikan penyebab

kekurangan/kelemahan dimaksud

merumuskan cara untuk mengatasikekurangan/kelemahan dimaksud

Dapat menggunakan teknik Diskusi Kelompok Terarah

katan Desa

8. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Melalui Pelatihan

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui konsep pelatihan masyarakat

Dapatmengemukakan: pengertian

pelatihanmasyarakat pendekatan pelatihan

masyarakat tujuan pelatihan

masyarakat menyebutkan aspek-

aspek kompetensi

8.1Konsep Pelatihan Masyarakat

1. Penugasan perorangan

2. Curah Pendapat

3. Presentasi

Lembar Curah Pendapat

Slide Presentasi

45”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat menerapkan keterampilan dasar melatih untuk memfasilitasi

Dapat mengemukakan jenis-jenis keterampilan dasar yang harus dimiliki untuk melatih (komunikasi, mendengar, mengapresiasi, dan mengendalikan forum)

8.2. Keterampilan Dasar Melatih

1. Diskusi2. Praktik

LembarDiskusi LembarPraktik

135”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 20

Page 35: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

pelatihan Mempraktikkan teknik: bertanya mendengar mengapresiasi mengendalikan forum

9. Pendampingan

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami konsep pendampingan masyarakat

Dapat menjelaskan: pengertian

pendampingan tujuan pendampingan misi pendampingan tanggungjawab dan

tugas pendamping klasifikasi dan jenis

pendamping posisi PLD

9.1. Konsep dan Kebijakan Pendampingan

1. Penugasan perorangan

2. Diskusi Kelompok

LembarDiskusiKelompok

45”

Setelah mengikuti sesi ini, pesertamenerapkan keterampilan fasilitasi dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan

Dapat mempraktikkan: teknik mengelola

dinamika kelompok teknik membangun

kesadaran kritis teknik merumuskan

gagasan bersama

9.2. Keterampilan Pendamping

Praktik 225”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami

Dapat menjelaskan: pengertian kinerja ketentuan evaluasi

9.3. Kinerja Pendamping

1. Diskusi2. Presenta

LembarDiskusi Slide

90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 21

Page 36: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

evaluasi kinerja PLD

kinerja mekanisme evaluasi

kinerja aspek-aspek yang

dievaluasi tindak lanjut hasil

evaluasi kinerja

si

10. Membangun Tim Kerja di Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami peta pemangku kepentingan di Desa

Dapat menjelasan: pelaku kunci di Desa fungsi dan peran para

pelaku hubungan/relasi antar

pelaku

10.1. Kerjasama Tim di Desa

1. Penugasan perorangan

2. Diskusi

Lembar Diskusi 30”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami kerjasama dan jejaring pelaku

Dapat menjelaskan: kondisi yang

mendukung terjalin kerjasama

manfaat melakukan kerjasama

bentuk jejaring pelaku di Desa

pola kerja jaringan pelaku di Desa

10.2. Membangun Jejaring

Diskusi 15”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami

Dapat: menentukan

masalah/kebutuhan

Simulasi 45”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 22

Page 37: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

strategi membangun jejaring

yang dihadapi menentukan pihak-pihak

yang terkait secara langsung

mendorong para pihak mencapai kesepakatan untuk tindak lanjut terkait masalah/kebutuhan yang dihadapi

11. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami rencana kerja tindak lanjut

Dapat menjelaskan: fungsi RKTL kaidah penyusunan

RKTL aspek-aspek pokok

dalam RKTL

11.1. Pokok-Pokok RKTL

Diskusi Lembar Diskusi 30”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta menggunakan pengetahuan untuk menyusun RKTL

Dapat menyusun RKTL 11.2. Menyusun RKTL

Penugasan Perorangan

Lembar Kerja Perorangan

60”

Evaluasi Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui efektivitas

Dapat menilai:1. kesesuaian modul

pelatihan kapasitas Pelatih

1. Evaluasi Modul

2. Evaluasi

Penugasan Perorangan

Lembar Evaluasi 30”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 23

Page 38: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No.

Pokok Bahasan

Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

pelaksanaan pelatihan

2. efektivitas kerja Penyelenggara

Pelatih

3. Evaluasi Reaksi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 24

Page 39: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

EVALUASI PELATIHANDalam rangka memetakan berbagai perubahan mendasar sebelum dan sesudah pelatihan, maka dikembangkan berbagai bentuk evaluasi. Bentuk evaluasi merupakan opsional yang dapat dikembangkan oleh penyelenggara pelatihan, tim fasilitator, pelatihan dan pihak ketiga. Adapun bentuk yang dikembangkan adalah:- Pre dan Post test

Merupakan evaluasi tertulis untuk melihat sejauhmana peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan setelah pelatihan.

- Evaluasi pencapaian setiap sesi materiEvaluasi ini dilakukan dengan metode yang sudah disusun dalam modul setiap SPB. Evaluasi ini untuk melihat sejuhmana indikator keberhasilan dalam setiap SPB dapat tercapai di setiap akhir sesi atau SPB.

- Refleksi harianEvaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik harian baik dari sisi metodologi maupun dukungan penyelenggaraan dalam 1 hari, sehingga dapat dijadikan dasar dalam perbaikan hari selanjutnya. Hasil refleksi dan umpan balik harian ini akan sangat membantu bagaimana pelatihan dari ke hari akan lebih baik, dari sisi proses dan outputnya.

- Evaluasi penyelenggaraan akhir pelatihanPada hari terakhir pelatihan, dikembangkan proses umpan balik dan evaluasi oleh peserta. Evaluasi ini bertujuan untuk mengajak peserta menilai sejauhmana pelatihan baik dari sisi metodologi proses, dukungan logistik, partisipasi peserta, dan lain-lain, mampu meningkatkan kapasitas peserta. Evaluasi ini dapat dikembangkan dengan alat partisipatif terbuka, maupun tertutup dengan mengembangkan sejumlah daftar pertanyaan yang relevan.

- Evaluasi independen manajemen pelatihan secara keseluruhanJika ingin mengetahui seluruh rangkaian pelatihan sejak TNA, pengembangan paket pelatihan, pelaksanaan pelatihan hingga pasca pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi yang dilakukan oleh pihak independen secara professional. Evaluasi ini akan sangat membantu bagaimana manajemen pelatihan selanjutnya akan lebih professional.[]

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |25

Page 40: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BABIIPANDUAN MEMBACA MODUL

Panduan Membaca ModulModul Pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa (PLD) ini merupakan bahan pelatihan yang akan dijadikan sebagai bahan pembekalan sekaligus panduan bagi Tenaga Ahli Kabupaten dan Pendamping Desa dalam mendorong implementasi UU Desa melalui pelatihan yang akan mereka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 26

Page 41: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

sampaikan kepada Pendamping Lokal Desa. Diharapkan nantinya, melalui Modul Pelatihan ini, PLD memiliki persepsi yang benar mengenai UU Desa serta terbangun komitmennya untuk terlibat dalam proses mendorong Desa dalam proses pembangunan. Modul ini dimaksudkan untuk memandu pelatih dalam memfasilitasi proses pelatihan di tingkat kecamatan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan kondisi di lapangan, bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami secara baik dan benar substansi UU Desa berikut proses implementasinya. Dari hasil analisis kebutuhan pelatihan menunjukkan bahwa kondisi pendamping desa menunjukkan tingkat pemahaman yang berbeda tentang implementasi Undang-Undang Desa sesuai dengan latar belakang, karakteristik wilayah, dan kondisi sosial yang ada.Pengalaman menjalani proses pembangunan yang sentralistik semasa era Orde Baru (Government Driven Development) yang kemudian berubah menjadi pembangunan partisipatif yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku (Community Driven Development) ternyata masih memiliki kelemahan di mana penguatan di masyarakat tidak diiringi penguatan kepada pemerintah desanya. Padahal, sesuai dengan amanat UU Desa, Desa merupakan subyek pembangunan, persis pada kondisi ini Desa sebagai keseluruhan mencakup pemerintahan desanya serta masyarakat desa, seluruhnya. Desa pada akhirnya merupakan perpaduan antara Local Self Government (LSG) serta Self Governing Community (SGC) sekaligus. Desa sebagai masyarakat yang berpemerintahan (LSG) menentukan pemerintahannya sendiri (SGC), membutuhkan pendekatan yang holistik dan integral. Perpaduan konsep antara LSG dan SGC membutuhkan pemahaman yang jernih bagi setiap pelaku pemberdayaan, terutama sekali bagi siapa pun yang berkomitmen dengan desa. Untuk itulah Modul ini dibuat.

Maksud dan Tujuan

Modul pelatihan ini dimaksudkan untuk :1. Menyamakan persepsi dan konsep pendampingan desa berbasis

pedekatan Desa sebagai Subyek (Village Driven Development- VDD) seperti diamanatkan dalam UU Desa;

2. Mempersiapkan calon Pendamping Desa untuk bisa memfasilitasi proses pelatihan tenaga Pendamping Lokal Desa yang memiliki komitmen dalam rangka mendorong Desa untuk secara optimal mampu mengimplementasikan proses pembangunan dengan semangat UU Desa;

Dengan sasaran pengguna tersebut, maka format modul yang disiapkan menjawab kebutuhan pengguna. Modul Pelatihan : menjadi modul pegangan pelatih. Namun demikian, modul ini juga bisa dipakai oleh siapa saja yang memiliki kepedulian dansemangat untuk mendukung Desa melalui implementasi UU Desa.

Bagaimana Modul Pelatihan ini Disusun?Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendorong disusunnya Modul Pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa melalui :

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 27

Page 42: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

a) Kajian Kebutuan : melalui evaluasi atas hasil pelatihan tahun sebelumya dan realitas kebutuhan di lapangan atas dinamika yang terjadi dalam implementasi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

b) Penyusunan Draft Modul : Draft Modul Pelatihan Pendamping Lokasl Desa disusun oleh Tim yang terdiri dari Tim Penyusun Modul dari Seknas P3MD, KNPKMD, KNPP, KNPPD serta didukung oleh Tim dari World Bank. Dilengkapidengan Bahan Bacaan dan bahan tayang secara terpisah.

c) Workshop Penyelesaian Penulisan Modul, Kurikulum dan Bahan Bacaan Pelatihan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun Anggaran 2016 : Workshop ini sebagai bagian penting untuk membedah Draft Modul I hingga menjadi Modul siap pakai di lapangan;

Modul ini telah mengalami berbagai penyesuaian melalui proses penelaahan, konsultasi dan masukan dari berbagai pihak terutama dari pelatih senior dan pendamping desa yang ada di lapangan. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.

Sistematika dan Isi Modul

Modul pelatihan ini dirancang menggunakan standar format yang menyertakan pokok-pokok materi, panduan pelatih, lembar kerja dan lembar tayang (presentasi atau beberan atau bahan paparan) yang bermanfaat bagi calon pelatih yang akan menyampaikan materi pelatihan. Modul pelatihan dikemas dalam bentuk panduan bagi pelatih agar mudah digunakan dan memungkinkan dan penyesuaian dengan kondisi lingkungan belajar peserta.Modul pelatihan ini terdiri dari 11 Pokok Bahasan utama dan 29 Sub Ppokok Bahasan yang membahas kerangka isi, proses belajar, media dan penilaian terkait bagaimana visi UU Desa serta upaya-upaya implementasinya. Secara rinci struktur materi modul pelatihan ini dijelaskan sebagai berikut:

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan1. Bina Suasana dan

Orientasi Latihan1.1. Perkenalan1.2. Pengungkapan Harapan Peserta1.3. Tujuan dan Proses latihan1.4. Tata Tertib Latihan

2. Desa dan Visi Undang-Undang Desa

2.1. Kondisi dan Dinamika Desa 2.2. UU Desa sebagai Cara Pandang dan

Sarana Menuju Keberdayaan Desa

3. Tata Kelola Desa 3.1.Kelembagaan dalam Tata Kelola Desa3.2. Musyawarah Desa sebagai Basis Tata

Kelola dan Penggerak Demokratisasi Desa3.3. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa

4. Pembangunan Desa 4.1. Sistem Pembangunan Desa 4.2.Perencanaan Pembangunan Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 28

Page 43: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan4.3. Pengelolaan Keuangan Desa

5. Pengembangan Ekonomi Desa

5.1. Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa

5.2. BUM Desa sebagai Penggerak perekonomi Desa

6. Penyusunan Peraturan di Desa

6.1. Pokok-Pokok Penyusunan Peraturan di Desa

6.2. Strategi Fasilitasi Penyusunan Peraturan di Desa

7. Penguatan Keberdayaan Masyarakat

7.1. Pemberdayaan Masyarakat Desa7.2. Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa 7.3. Strategi Penguatan Lembaga

Kemasyarakat-an Desa8. Peningkatan Kapasitas

Masyarakat Melalui Pelatihan

8.1. Konsep Pelatihan Masyarakat8.2. Keterampilan Dasar Melatih

9. Pendampingan 9.1. Konsep dan Kebijakan Pendampingan9.2. Keterampilan Pendamping9.3. Kinerja Pendamping

10. Membangun Tim Kerja di Desa

10.1. Kerjasama Tim di Desa 10.3. membangun Jejaring

11. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

11.1. Rangkuman Hasil Pelatihan

11.2. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan11.3.Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Catatan1. Modul Pelatihan Bukan Buku Ajar

Modul ini disusun sebagai koridor pembelajaran semata-mata, dan Modul ini didukung oleh BahanBacaan serta Bahan Tayang juga kelengkapan lain yang bisa digali oleh setiap pelatih sesuai dengankondisi setempat. Dan olah karenanya, Modul ini murni sebagai pemandu.Pengalaman dan kapabilitas Pelatih (Pendamping Desa dan juga Pendamping Teknis Kabupaten)akan sangat menentukan hasil dari desain modul yang dikembangkan. Untuk itu, Modul ini tidakdibaca sebagai buku tersendiri, melainkan harus dilengkapi dengan Bahan Bacaan yang disediakanserta bacaan dan pengalaman lain yang mendukung.

2. Kaidah Belajar Orang DewasaModul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa, pelatih hendaknyatidak menggurui, melainkan sebagai fasilitator menjadi pengarah atau pengolah proses belajardan mengakumulasikan secara partisipatif-kreatif dari pengalaman yang telah dimiliki peserta. Sebagaisuatu pengalaman, modul ini diperlakukan layaknya sebagai

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 29

Page 44: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

panduan bukan ―kitab suci‖ yangtidak boleh dirubah.Sebagian bahasan dalam modul pelatihan merupakan refleksi pengalaman para pemangku kepentinganyang terlibat dalam pendampingan desa. Penjelasan lebih diarahkan sebagai petunjuk praktisdan teknis bagi pelatih yang akan menggunakannya untuk keperluan pelatihan. Manfaat yang diharapkandari modul ini, jika dipakai sebagai alat untuk menggali pengalaman dan merefleksikannyadalam kehidupan nyata dalam berdesa.

3. Kreativitas dan Kondisi LokalKreativitas pelatih/ fasilitator sangat menentukan dalam proses pengayaan serta kualitas pelatihanyang dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif, jika digunakan sepanjang tidak menyalahi aturanatau prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Oleh karenanya, pelatih dapat :a) Mengembangkan metodologi serta penggunaan media yang lebih

bervariasi. Namundemikian, tujuan dari Modul ini harus tetap menjadi acuan dasar pelatihan.

b) Menggunakan media sekreatif mungkin;c) Sebanyak mungkin mengangkat persoalan-persoalan atau issue-isuue

yang terjadi dilokasi pelatihan;d) Menggunakan pengalaman peserta sebagai picu pengayaan dan

pendalaman materiOleh karena itu, mendalami dan memahami alur modul dari setiap pokok bahasan menjadi syaratmutlak untuk lebih leluasa dalam pelatihan. Jangan membatasi diri, kembangkan dan perkaya prosessecara kreatif serta memadukan dengan pengalaman peserta.

4. Cara Menggunakan ModulModul pelatihan ini memberikan beberapa petunjuk berupa pilihan belajar yang dapat digunakanoleh pelatih dalam memahami dan menyampaikan materi pelatihan. Setiap pokok bahasan atausubpokok bahasan berisi tema-tema atau aktivitas belajar yang disusun dengan menggunakanpendekatan induktif atau deduktif secara bergantian atau bersamaan. Hal ini sangat tergantungkarakteristik materi yang hendak disampaikan. Namun, demikian keselarasan, keterpaduan dankemudahan penyajian menjadi pertimbangan dalam menggunakan modul pelatihan ini. Oleh karenaitu, pahami kurikulum dan struktur anataomi modul pelatihan dengan benar, kemudian hubungkandengan struktur materi atau pokok bahasan yang disajikan, sehingga memudahkan mendalami substansimaupun metodologinya. Jika terdapat hal-hal yang membutuhkan penyesuaian atau pengayaan,pelatih dengan mudah dapat mengguna-kan variasi lain tanpa keluar dari kerangka pokokdari modul pelatihan ini.Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau modul dengantopik yang beragam dan dapat dipelajari secara mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan.Masing-masing subpokok bahasan dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajarandan hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengantopik lainnya.Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang membantu dalam mengarahkanproses, media dan sumber belajar, lembar kerja,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 30

Page 45: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

lembar evaluasi dan lembar informasi ataubahan bacaan. Masing-masing disusun secara kronologis yang agar memudahkan bagi penggunadengan memberikan alternatif dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas danfleksibel.Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan bahan bacaan pendukung yang dapat dibagikan secaraterpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum pelatihan di mulai. Pelatih jugadiperkenankan untuk menambah atau memperkaya bahan bacaan untuk setiap subpokok bahasanberupa artikel, buku, juklak/juknis dan kiat-kiat yang dianggap relevan.Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan termasuk ikon-ikonyang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan pola penyajian yang harus dilalukandalam pelatihan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 31

Page 46: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BABIIIRENCANA PEMBELAJARAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 32

Page 47: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 1BINA SUASANA DANORIENTASI

PELATIHAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 33

Page 48: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 34

Page 49: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 2DESA DAN VISI UNDANG-

UNDANG DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 35

Page 50: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 36

Page 51: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB2

Bahan Bacaan

Desa dan Visi UU Desa

BB 2.2.2

KERANGKA PIKIR UUDESA

A. Gambaran Umum

Perspektif dimaknai sebagai sikap dan keyakinan terhadap acuan dasar berpikir yang kemudian membentuk cara pandang seseorang dalam memahami sebuah isu. Perspektif itu kemudian menuntun dan mengarahkan tindakan. Dengan demikian, ketepatan tindakan, khususnya dalam konteks pemandirian Desa, pemberdayaan masyarakat, ditentukan oleh ketepatan perspektif berpikir para pelakunya.

Perspektif tentang (misalnya) kemiskinan yang dianut seseorang, jelas akan menunjukkan sikap dan arah tindakan yang bersangkutan dalam upaya memberdayakan masyarakat. Penganut perspektif Ekonomis akan melihat kemiskinan sebagai persoalan modal, teknologi produksi, pasar….’ Seorang Pemberdaya kemudian menuntun masyarakat pada berbagai kegiatan untuk mengakses - meningkatkan modal, keterampilan, bantuan mesin pengolah, dst. Sedangkan penganut perspektif Hak, meyakini kemiskinan terjadi karena tidak terpenuhinya hak masyarakat untuk hidup secara layak. Perspektif itu kemudian menuntun pelaku memasuki wilayah ‘pemenuhuan kewajiban pemerintah’ hal itu mengantarkan pada persoalan/isu tentang tugas Negara, dan hubungan antara Negara dengan warga negaranya.

B. Perspektif UU No. 6 Tahun 2014

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 37

Page 52: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bagaimana mengetahui atau memahami kerangka pikir yang mendasari konstruksi Undang-Undang Desa? kerangka pikir itu tentu tidak dinyatakan secara naratif atau langsung dapat terbaca dari pasal-demi pasal yang tertera dalam Undang-Undang Desa, tetapi akan terbaca apabila si pembaca memiliki wawasan/informasi yang memadai tentang “aliran pemikiran” atau teori berkenaan dengan isu-isu tertentu terkait berbagai aspek penting tentang desa, baik dari segi sejarah, budaya, sosiologis, politik, pemerintahan, maupun hukum.

Terdapat empat cara pandang terhadap keberadaan desa, sebagimana dipaparkan di bawah ini:

Cara pandang 1: memandang desa hanya sebagai wilayah administratif, yang kemudian melahirkan desa birokratis, dengan cirikhas: pemerintah desa lemah dan masyarakat juga lemah. Cara pandang ini terjadi juga dalam praktik, terbukti banyak desa di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, yang tidak memiliki pemerintahan desa yang kuat dan masyarakat yang kuat. Desa semacam ini tidak menghadirkan kepala desa sebagai pemimpin lokal yang kuat, kecuali hanya sebagai pesuruh atau “mandor” yang meenjalankan tugas-tugas administratif dari atas. Desa tidak memberikan manfaat kepada warga secara hakiki, kecuali hanya memberikan pelayanan administratif. Demikian juga dengan kondisi masyarakat yang tidak memiliki inisiatif dan swadaya yang kuat, kecuali hanya tergantung pada bantuan dari pemerintah.

Cara pandang 2: memandang desa sebagai kepanjangan tangan negara, atau disebut sebagai desa korporatis. Desa semacam ini menampilkan pemerintah desa, khususnya kepala desa, yang kuat dalam melayani warga dan mengontrol masyarakat, sebagaimana diterapkan oleh Orde Baru dengan UU No. 5/1979. Masyarakat sipil tidak tumbuh di desa, sehingga melahirkan kepala desa yang dominatif dan otokratis tanpa kontrol dari masyarakat.

Bagan: Tipologi cara pandang terhadap desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 38

Page 53: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Cara pandang 3: memandang desa sebagai persekutuan masyarakat (self governing community). Ada dua aliran dalam cara pandang ini. Pertama, aliran komunitarian klasik yang memuja komunitas (masyarakat adat), sebuah komunitas yang sangat kuat memiliki ikatan komunal dan kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya lokal sebagai property rights mereka. Termasuk memiliki demokrasi komunitarian, yakni demokrasi yang menolak kebebasan individu dan lebih mengutamakan kebaikan bersama. Kedua, aliran libertarian, yang memadang desa tidak perlu memiliki pemerintah desa yang kuat, juga tidak perlu didukung dengan demokrasi perwakilan melalui Badan Perwakilan Desa (BPD). Masyarakat, termasuk individu anggota masyarakat, menjadi titik central perhatian cara pandang ini. Artinya setiap individu harus kuat, sadar akan hak-haknya, dan kemudian membangun modal sosial (social capital) serta melakukan aksi kolektif dalam wadah masyarakat untuk mencapai kehendak dan tujuan kolektif itu.

Cara pandang 4: memandang desa bukan sekadar kampung halaman, perkumpulan komunitas, pemukiman penduduk atau wilayah administratif, tetapi sebagai entitas seperti “Negara kecil”. Konsep “Negara Kecil” sengaja kami beri “tanda petik” karena kami posisikan sebagai sebuah metafora yang bisa memudahkan pemahaman.

Metafora ini tentu serupa dengan Liefrinck van der Tuuk (1886-1887) yang membuat metafora desa sebagai “republik kecil”, setelah dia melakukan penelitian di Buleleng Bali Utara. Negara kecil bukanlah negara dalam negara, melainkan sebagai organisasi lokal yang memiliki wilayah, kekuasaan, rakyat, sumberdaya (agraria, hutan, sungai, dan sebagainya), livelihood, maupun budaya dan institusi (identitas, norma, nilai, aturan, lembaga, aktor, dll). Desa sebagai negara kecil memiliki pemerintahan yang kuat sekaligus masyarakat yang kuat. Sebagai negara kecil, desa mempunyai beberapa makna penting:

1. Sebagai negara kecil desa berfungsi sebagai basis sosial, basis politik, basis pemerintahan, basis ekonomi, basis budaya dan basis keamanan. Basis ini merupakan fondasi. Jika fondasi negara kecil ini kuat maka bangunan besar atau negara besar yang bernama NKRI akan menjadi lebih kokoh. Sebagai basis sosial, desa merupakan tempat menyemai dan merawat modal sosial (kohesi sosial, jembatan sosial, solidaritas sosial dan jaringan sosial) sehingga desa mampu bertenaga secara sosial. Sebagai basis politik, desa menyediakan arena kontestasi politik bagi kepemimpinan lokal, sekaligus arena representasi dan partisipasi warga dalam pemerintahan dan pembangunan desa. Dengan kalimat lain, desa menjadi arena bagi demokratisasi lokal yang paling kecil dan paling dekat dengan warga.Sebagai basis pemerintahan, desa memiliki organisasi dan tatapemerintahan yang mengelola kebijakan, perencanaan, keuangan dan layanan dasar yang bermanfaat untuk warga. Sebagai basis ekonomi, desa sebenarnya mempunyai aset-aset ekonomi (hutan, kebun, sawah, tambang, sungai, pasar, lumbung, perikanan darat, kerajinan, wisata, dan sebagainya), yang bermanfaat untuk sumber-sumber penghidupan bagi warga. Sudah banyak contoh yang memberi bukti-bukti tentang identitas ekonomi yang memberikan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 39

Page 54: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

penghidupan bagi warga: desa cengkeh, desa kopi, desa vanili, desa keramik, desa genting, desa wisata, desa ikan, desa kakao, desa mau, desa garam, dan lain-lain.

2. Desa sebagai negara kecil bukan hanya sekadar obyek penerima bantuan pemerintah, tetapi sebagai subyek yang mampu melakukan emansipasi lokal (atau otonomi dari dalam dan otonomi dari bawah) untuk mengembangkan asset-aset lokal sebagai sumber penghidupan bersama.

3. Desa memiliki property right atau mempunyai aset dan akses terhadap sumberdaya lokal yang dimanfaatkan secara kolektif untuk kemakmuran bersama.

4. Desa mempunyai pemerintah desa yang kuat dan mampu menjadi penggerak potensi lokal dan memberikan perlindungan secara langsung terhadap warga, termasuk kaum marginal dan perempuan yang lemah.

5. Pemerintahan desa yang kuat bukan dimengerti dalam bentuk pemerintah dan kapala desa yang otokratis (misalnya dengan masa jabatan yang terlalu lama), tetapi lebih dalam bentuk pemerintahan desa yang mempunyai kewenangan dan anggaran memadai, sekaligus mempunyai tatapemerintahan demokratis yang dikontrol (check and balances) oleh institusi lokal seperti Badan Perwakilan Desa dan masyarakat setempat.

6. Desa tidak hanya memiliki lembaga kemasyarakatan korporatis (bentukan negara), tetapi juga memiliki organisasi masyarakat sipil.

7. Desa bermartabat secara budaya, yang memiliki identitas atau sistem social budaya yang kuat, atau memiliki kearifan lokal yang kuat untuk mengelola masyarakat dan sumberdaya lokal.

Pesan pokok Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014, diletakkan dalam perspektif paduan antara konsep self governing community dengan Negara kecil (Local Self Government), dengan menekankan keberadaan Desa sebagai organisasi masyarakat yang berpemerintahan, yaitu mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Mengatur ditunjukkan dengan hak dan kewenangan Desa membuat produk hukum (Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa). Mengurus ditunjukkan dengan hak dan kewenangan Desa untuk menyelenggarakan segala urusan yang menjadi kewenangan lokal desa, yang dijabarkan pelaksanaannya dalam empat bidang (penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan pembinaan kemasyarakatan).

Dengan demikian, Desa menjadi paduan antara entitas masyarakat dan pemerintah. Hal ini berbeda dengan praksis sebelumnya, baik dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan (misalnya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan) yang cenderung melihat dan memilah masyarakat dengan pemerintah sebagai dua entitas yang berbeda.

UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa juga merubah secara mendasar perspektif dan pola hubungan antara Desa dengan Negara. Desa sebagai

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 40

Page 55: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

sebuah entitas diakui keberadaan dan haknya, sebagaimana ditegaskan dalam azas Pengakuan/Rekognisi dan Subsidiaritas, dan Desa memiliki hubungan langsung dengan Negara, sebagaimana diwujudkan melalui Dana Desa.

Perspektif dan konstruksi yang demikian itu, diorientasikan untuk menguatkan kapasitas Desa menuju Desa yang maju, mandiri, dan demokratis dengan bertumpu pada nilai-nilai kegotongroyongan serta memulihkan kolektivisme/kebersamaan dan kepemilikan kolektif atas asset strategis Desa.

C. Kebijakan Baru tentang Desa

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang selanjutnya, menjadi sebuah titik awal harapan desa untuk bisa menentukan posisi, peran dan kewenangan atas dirinya. Harapan supaya desa bisa bertenaga secara sosial dan berdaulat secara politik sebagai fondasi demokrasi desa, serta berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara budaya sebagai wajah kemandirian desa dan pembangunan desa. Harapan tersebut semakin menggairah ketika muncul kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas sebagai azas utama yang menjadi jiwa dari undang-undang ini.

Undang-Undang Desa yang didukung PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP No. 60 tentang, Dana Desa yang Bersumber dari APBN, telah memberikan pondasi dasar terkait dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat 6 (enam) kebijakan pokok yang mengatur tentang desa, yaitu:

1) Penambahan kewenangan desa yakni urusan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

2) Kepastian sumber keuangan desa, yakni: alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

3) Memperkuat makna demokrasi desa berdasarkan nilai musyawarah untuk mufakat dalam penetapan kebijakan desa, yakni merubah nomenklatur “Badan Perwakilan Desa” menjadi “Badan Permusyawaratan Desa”.

4) Memperkuat kedudukan Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan Desa agar tercipta kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan desa, yakni: (a) melarang Kepala Desa menjadi pengurus partai politik, (b) memastikan kedudukan keuangan kepala desa, dan (c) Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota.

5) Dalam rangka meningkatkan kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, Kepala Desa dibantu oleh Sekretariat Desa yang dipimpin Sekretaris Desa.

6) Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang sudah ada dilakukan melalui Desa Persiapan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 41

Page 56: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

D. Kewenangan Desa

Desa sebagai sebuah entitas pemerintahan otonom (otonomi asli) dijelaskan dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mempunyai kewenangan dibidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan Kemasyarakatan desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat. Selanjutnya dalam pasal 19 Kewenangan Desa meliputi: (a) kewenangan berdasarkan asal-usul; (b) kewenangan lokal berskala desa; kewenangan yang ditugaskan oeh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; (d) kewenangan lainnya yang ditugaskanoleh pemerintah, pemerintah daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 19 dan 103 Undang-Undang Desa disebutkan, Desa dan Desa Adat mempunyai empat kewenangan, meliputi:

1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini bebeda dengan perundang-undangan sebelumnya yang menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

2) Kewenangan lokal berskala Desa dimana desa mempunyai kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus desanya. Berbeda dengan perundang-undangan sebelumnya yang menyebutkan, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

3) Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota;

4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul paling sedikit terdiri atas:

1) Sistem organisasi masyarakat desa; 2) Pembinaan kelembagaan masyarakat; 3) Pembinaan tanah kas Desa; dan 4) Pengembangan peran masyarakat desa.

Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas:

1) Pengelolaan tambatan perahu;2) Pengelolaan pasar desa;3) Pengelolaan tempat pemandian umum;4) Pengelolaan jaringan irigasi;5) Pengelolaan lingkungan pemukiman masyarakat desa;6) Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan

terpadu;7) Pengembangan dan pembiayaan sanggar seni dan belajar;8) Pengelolaan perpustakaan desa dan taman bacaan;9) Pengelolaan embung desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 42

Page 57: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

10) Pengelolaan air minum berskala desa; dan11) Pembuatan jalan desa antar pemukiman ke wilayah pertanian.

Pelaksanaan kewenangan lokal berkonsekwensi terhadap masuknya program pemerintah ke ranah desa. Pasal 20 Undang-Undang Desa

menegaskan, bahwa pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa (sebagaimana dimaksud dalam Pasal

19 huruf [a] dan [b] Undang-Undang Desa) diatur dan diurus oleh Desa. Pasal ini terkait dengan Pasal 81 ayat (4 dan 5): “Pembangunan lokal

berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa” dan “Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa

untuk diintegrasikan dengan Pembangunan Desa”.

Selain kewenangan di atas, menteri dapat mentapkan jenis kewenagan desa lain sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal.

Penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa akan berimplikasi sebagai berikut:

(1) Kewenangan memutuskan ada pada tingkat desa, sehingga terjadi: 1) pergeseran kewenangan dari pemerintahan kabupaten/kota kepada Pemerintahan Desa, 2) peningkatan volume perumusan peraturan perundang-undangan di desa berupa Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa.

(2) Adanya pembiayaan yang diberikan Kabupaten/Kota kepada Desa dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut, sehingga terjadi: 1) pergeseran anggaran dari pos perangkat daerah kepada pos pemerintahan desa, dan 2) adanya program pembangunan yang bisa mengatasi kebutuhan masyarakat Desa dalam skala desa.

(3) Adanya prakarsa dan inisiatif pemerintahan desa dalam mengembangkan aspek budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup di wilayahnya sesuai ruang lingkup kewenangan yang diserahkan.

(4) Adanya prakarsa dan kewenangan memutuskan oleh Pemerintah Desa sesuai kebutuhan masyarakat Desa, sehingga keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan, dan Masyarakat Desa) dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawsan pembangunan semakin lebih maksimal.

(5) Bila semua kebutuhan lokal dapat teratasi oleh Pemerintah Desa diharapkan akan semakin meningkat partisipasi masyarakat dalam mendukung keberhasilan program pemerintah.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 43

Page 58: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB2

Bahan Bacaan

Desa dan Visi UU Desa

BB 2.2.3

MATRA PEMBANGUNAN DESA

Upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa hendak dikuatkan dengan menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi halangan utama bagi kemajuan dan kemandirian Desa. Di sisi lain, upaya tersebut juga diharapkan mampu dikembangkan sebagai daya lenting bagi peningkatan kesejahteraan kehidupan Desa. Teknokratisme Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdiri di atas tiga matra. Pertama, Jaring Komunitas Wiradesa (Jamu Desa). Matra ini diarahkan untuk mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan desa sehingga mereka menjadi subyekberdaulat atas pilihan-pilihan yang diambil. Kedua, Lumbung Ekonomi Desa (Bumi Desa). Matra ini mendorong muncul dan berkembangnya geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan ekonomi di desa. Ketiga, Lingkar Budaya Desa (Karya Desa). Matra ini mempromosikan pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.

1) Jaring Komunitas Wiradesa (Jamu Desa)

Matra ini bertujuan untuk memperkuat kualitas manusia dengan memperbanyak kesempatan dan pilihan dalam upayanya menegakkan hak dan martabat. Memajukan kesejahteraan, baik sebagai individu, keluarga maupun kolektif warga Desa. Masalah yang dihadapi saat ini adalah perampasan daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan pada situasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 44

Page 59: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

ketidakberdayaan, kemiskinan dan bahkan marjinalisasi. Fakta ketidakberdayaan itu kini telah berkembang menjadi sebab, aspek dan sekaligus dampak yang menghalangi manusia warga Desa hidup bermartabat dan sejahtera. Kemiskinan berkembang dalam sifatnya yang multidimensi dan cenderung melanggar hak asasi. Situasi ini diperburuk dengan dengan adanya ketiadaan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, maupun informasi. Sehingga kehidupan masyarakat miskin di perdesaan dirasa semakin marjinal. Di sini, matra Jaring Komunitas Wiradesa menjadi dasar dilakukannya tindakan yang mampu mendorong ekspansi kapabilitas dengan memperkuat daya pada berbagai aspek kehidupan manusia warga Desa yang menjangkau aspek nilai dan moral, serta pengetahuan lokal Desa. Penguatan kapabilitas dilakukan dalam rangka peningkatan stok pengetahuan masyarakat desa, baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan diluar sekolah (non formal). Melalui penciptaan komunitas belajar dan balai-balai rakyat sebagai media pencerahan dengan basis karakteristik sosial dan budaya setempat. Tidak hanya sekedar menambah pengetahuan dan keterampilan, peningkatan kapabilitas masyarakat desa merupakan modal penting dari tegaknya harkat dan martabat masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk mengontrol jalannya kegiatan ekonomi dan politik.

2) Lumbung Ekonomi Desa (Bumi Desa).

Matra kedua dari pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa ini merupakan suatu ikhtiar untuk mengoptimalisasikan sumberdaya di desa dalam rangka mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Konsep Lumbung Ekonomi Desa merupakan pengejawantahan amanat konstitusi sebagaimana yang tertuang dalam pasal 33 UUD 1945. Yaitu amanat untuk melakukan pengorganisasian kegiatan ekonomi berdasar atas asas kekeluargaan, penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, serta penggunaan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Lumbung Ekonomi Desa diarahkan untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan energi dan kemandirian ekonomi desa. Sebagai basis kegiatan pertanian dan perikanan, desa diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan di wilayahnya sendiri dan di wilayah lain, tanpa melupakan penumbuhan aktivitas ekonomi produktif di sektor hilir. Optimalisasi sumberdaya desa juga mesti tercermin dalam kesanggupan desa memenuhi kebutuhan energi yang juga merupakan kebutuhan pokok masyarakat desa. Kemandirian ekonomi desa tercermin dari berjalannya aktivitas ekonomi yang dinamis dan menghasilkan penciptaan lapangan kerja secara berkelanjutan di perdesaan. Termasuk mendorong kemampuan masyarakat desa mengorganisir sumber daya finansial di desa melalui sistem bagi hasil guna mendukung berlangsungnya kegiatan ekonomi yang berkeadilan.

Aktor utama Lumbung Ekonomi Desa dititikberatkan pada komunitas, tanpa mengesampingkan peran individu sebagai aktor penting kegiatan ekonomi desa. Hal ini berarti bahwa kegiatan ekonomi di desa utamanya mesti dijalankan secara kolektif berdasarkan prinsip gotong royong yang menjadi ciri khas sosio-kultural masyarakat Indonesia pada umumnya, dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 45

Page 60: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

masyarakat desa pada khususnya. Dari aspek ini, organisasi ekonomi di desa berperan penting dalam memikul beban untuk menggerakkan aktivitas ekonomi di desa yang memiliki semangat kolektivitas, pemerataan, dan solidaritas sosial. Organisasi ekonomi itu dapat berupa koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), lembaga keuangan mikro, usaha bersama, atau yang lainnya. Selain itu dan tidak kalang pentingnya, lembaga-lembaga ekonomi ini haruslah memiliki kecakapan dan keterbukaan dalam menjalankan usaha perekonomian di desa. Dalam konteks pelaksanaan UU Desa misalnya, pembentukan BUMDesa yang kuat mensyaratkan pengelolaan oleh orang-orang Desa yang teruji secara nilai dan moral, serta memiliki modal sosial yang kuat, serta mampu mengembangkan kreasi dan daya untuk menjangkau modal, jaringan dan informasi.

Pokok soal yang utama adalah membekali masyarakat dengan aset produktif yang memadai sehingga akses terhadap sumber daya ekonomi menjadi lebih besar. Sumber daya ekonomi harus sedapat mungkin ditahan di desa dan hanya keluar melalui proses penciptaan nilai tambah. Di sinilah letak pentingnya intervensi inovasi dan adopsi teknologi serta dukungan sarana dan prasarana agar proses penciptaan nilai tambah dari kegiatan ekonomi di desa berjalan secara baik. Paradigma lama yang menempatkan desa sebagai pusat eksploitasi sumberdaya alam dan tenaga tenaga kerja tidak terampil (unskill labour) telah menyebabkan terus meluasnya persoalan bangsa, mulai dari: tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, tersingkirnya pengetahuan dan kearifan lokal warga, terabaikannya peran strategis perempuan, rendahnya daya saing, hingga meluasnya kerusakan lingkungan. Desa harus menjadi sentra inovasi, baik secara sosial, ekonomi, dan teknologi. Inovasi secara sosial dimaksudkan untuk meningkatkan soliditas dan solidaritas antarwarga dengan memegang kuat nilai-nilai dan budaya luhur di masing-masing desa. Inovasi secara sosial ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan daya-lenting warga (resilience) dalam menghadapi berbagai tantangan di depan. Inovasi secara ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas warga untuk menggeser model ekonomi eksploitatif ke arah ekonomi inovatif yang alat ukur keberhasilannya diantaranya: terbukanya lapangan pekerjaan di desa, meningkatnya nilai tambah produk, serta berkurang tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Sedang inovasi secara teknologi adalah sebuah kesadaran untuk mengembangkan teknologi tepat guna berbasis sumberdaya alam lokal, teknologi lokal, dan sumberdaya manusia lokal.

3) Lingkar Budaya Desa (Karya Desa)

Matra ini merupakan suatu proses pembangunan desa sebagai bagian dari kerja budaya (kolektivisme) yang memiliki semangat kebersamaan, persaudaraan dan kesadaran melakukan perubahan bersama dengan pondasi nilai, norma dan spirit yang tertanam di desa. Matra ketiga ini mensyaratkan adanya promosi pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Gerakan pembangunan Desa tidaklah tergantung pada inisiatif orang perorang, tidak juga tergantung pada insentif material (ekonomi), tetapi lebih dari itu semua adalah soal panggilan kultural. Berdasar Lingkar Budaya Desa, gerakan pembangunan Desa haruslah dilakukan karena kolektivisme, yang di dalamnya terdapat kebersamaan, persaudaraan,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 46

Page 61: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

solidaritas, dan kesadaran untuk melakukan perubahan secara bersama. Dana Desa dalam konteks memperkuat pembangunan dan pemberdayaan Desa misalnya, harus dipahami agar tidak menjadi bentuk ketergantungan baru. Ketiadaan Dana Desa tidak boleh dimaknai tidak terjadi pembangunan. Karenanya Dana Desa haruslah menghasilkan kemajuan, bukan kemunduran. Maka, pembangunan Desa dimaknai sebagai kerja budaya dengan norma dan moral sebagai pondasinya, sebagai code of conduct, dan dengan begitu perilaku ekonomi dalam kehidupan Desa akan mampu menegakkan martabat dan mensejahterahkan.

Tiga Matra pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa tersebut di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Komitmen untuk menjalankan program dan kegiatan di dalam lingkungan Ditjen PPMD dengan menggunakan pendekatan (metode) ini, diharapkan dapat melipatgandakan kemampuan mencapai target dan menghasilkan dampak yang bisa dipertahankan (sustained impact) untuk kemajuan dan kesejahteraan Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 47

Page 62: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 3TATA KELOLA DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 48

Page 63: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 49

Page 64: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB3

Bahan Bacaan

Tata Kelola Desa

Bahan Bacaan 1

MUSYAWARAH DESA

PENGERTIAN MUSYAWARAH DESA

Istilah musyawarah berasal dari kata syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kata Musyawarah menurut bahasa berarti "berunding" dan "berembuk". Pengertian musyarawarah menurut istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan yang terbaik. Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati dalam memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan keputusan bersama dibuat apabila keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat luas.

Di bawah ini dirangkum beberapa pengertian musyawarah dari berbagai pandangan ahli dan literatur, diantaranya:

1. Musyawarah adalah suatu upaya bersama dengansikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 50

Page 65: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2. Musyawarah merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas suatu masalah dengan tujuan agar mendapatkan solusi. Musyawarah merupakan sebuah sistem pengambilan keputusan yang melibatkan dua orang atau lebih dengan menyajikan kepentingankepentingan sehingga dapat tercipta suatu keputusan yang disepakati bersama.

3. Musyawarah merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan atau dengan kata lain sebuah upaya untuk mencari jalan keluar guna mengambil keputusan bersama dalam menyelesaikan suatu masalah yang melibatkan dua orang atau lebih.

4. Musyawarah adalah pembahasan untuk menyatukan pendapat dalam penyelesaian suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

5. Musyawarah merupakan membicarakan dan menyelesaikan bersama suatu persoalan dan maksud untuk mencapai kata mufakat atau kesepakatan.

Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk mengambil keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis. Menempatkan Musyawarah Desa sebagai bagian dari kerangka kerja demokratisasi dimaksudkan untuk mengedepankan Musyawarah Desa yang menjadi mekanisme utama pengambilan keputusan Desa. Dengan demikian, perhatian khusus terhadap Musyawarah Desa merupakan bagian integral terhadap kerangka kerja demokratisasi Desa. Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa mendefinisikan musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

DASAR PEMIKIRAN MUSYAWARAH DESA

Musyawarah desa merupakan institusi dan proses demokrasi deliberatif yang berbasis desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia. Salah satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengahtengah masyarakat desa adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa. Dalam tradisi rapat desa selalu diusahakan untuk tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga sehingga usulan masyarakat dapat terakomodasi dan memperkecil munculnya konflik di masyarakat.

Beberapa pembelajaran dari pelaksanaan musyawarah dibeberapa tempat seperti Kerapatan Adat Nagari di Sumatera Barat, Saniri di Maluku, Gawe rapah di Lombok, Kombongan di Toraja, Paruman di Bali. Menunjukkan tradisi musyawarah masa lalu cenderung elitis, bias gender dan tidak melibatkan kaum miskin dan kelompk rentan lainnya. Dasar pemikiran perlunya sebuah musyawarah desa, diantaranya:

(1) Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, bahwa bangsa Indonesia mengedepankan hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan;

(2) Pengambilan keputusan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan bersama;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 51

Page 66: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

(3) Cara mengemukakan pendapat harus berdasarkan akal sehat dan hati nurani, serta selalu mengutamakan persatuan dan kekeluargaan;

(4) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan;

(5) Keputusan yang telah diambil harus dilaksanakan secara jujur dan bertanggung jawab oleh semua pemangku kepentingan.

TUJUAN MUSWARAH DESA

Musyawarah desa dilaksanakan untuk membuka kebekuan atau kesulitan dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat sebuah persoalan pembangunan dari berbagai sudut pandang. Melalui musyawarah desa, keputusan yang dihasilkan sesuai dengan standar dan persepsi seluruh peserta. Keputusan yang diperoleh dengan musyawarah akan lebih berbobot karena di dalamnya terdapat pendapat, pemikiran dan ilmu dari para peserta. Musyawarah desa dilakukan untuk memperoleh kesepakatan bersama sehingga keputusan yang akhirnya diambil bisa diterima dan dijalankan oleh semua peserta dengan penuh rasa tanggung jawab. Dengan demikian, pemaksanaan desa sebagai self governing community (SGC) direpresentasikan oleh Musyawarah Desa.

PRINSIP-PRINSIP MUSWARAH DESA

Partisipatif.Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan dan pengambilan keputusan strategis Desa. Partisipasi dilaksanakan tanpa memandang perbedaan gender (laki-laki/perempuan), tingkat ekonomi (miskin/kaya), status sosial (tokoh/orang biasa), dan seterusnya. Dalam Musyawarah Desa, pelaksanaan partisipasi tersebut dijamin sampai dalam tingkat yang sangat teknis. Dalam Pasal 3 ayat (3) huruf e Permendesa PDTT No. 2 Tahun 2015, diatur bahwa setip unsur masyarakat berhak “menerima pengayoman dan perlindungan dari gangguan, ancaman dan tekanan selama berlangsungnya musyawarah Desa” (Pasal 3 ayat (3) huruf e Permendesa PDTT No. 2 tahun 2015).

Demokratis.Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan Musyawarah Desa. Masyarakat diberikan kesempatan sesuai hak dan kewajibannya untuk menyatakan pandangan, gagasan, pendapat dan sarannya terkait pembahasan hal-hal yang bersifat startegis di desa. Musyawarah desa merupakan representasi keterwakilan masyarakat dalam penentuan kebijakan pembangunan di desa. Musyawarah mendorong kerjasama, kolektivitas, kelembagaan dan hubungan sosial yang lebih harmonis.

Transparan.Proses Musyawarah Desa berlangsung sebagai kegiatan yang berlangsung demi kepentingan masyarakat Desa. Sebab itu masyarakat Desa harus mengetahui apa yang tengah berlangsung dalam proses pengambilan keputusan di desa. Prinsip transparan berarti tidak ada yang disembunyikan dari masyarakat Desa, kemudahan dalam mengakses informasi, memberikan informasi secara benar dan baik dalam hal materi permusyawaratan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 52

Page 67: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Akuntabel.Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan harus dikelola secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau pemangku kepentingan baik secara moral, teknis, administratif dan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang disepakati bersama oleh masyarakat, pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Hak masyarakat dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa diantaranya mendapatkan informasi secara lengkap dan benar tentang hal-hal bersifat strategis, pengawasan dan perlakuan yang sama dalam menyampaikan aspirasi. Kewajiban masyarakat mendorong swadaya gotong-royong dalam penyusunan kebijakan publik melalui Musyawarah Desa. Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram selama proses berlangsungnya Musyawarah Desa. Melaksanakan komitmen hasil dari musyawarah. Secara ringkas dapat digambarkan pada bagan berikut:

a. Karakteristik Musyawarah Desa

Musyawarah Desa mempunyai empat karakteristik, yaitu: Pertama, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi asosiatif. Artinya seluruh elemen desa merupakan asosiasi yang berdasar pada asas kebersamaan, kekeluargaan dan gotongroyong. Mereka membangun aksi kolektif untuk kepentingan desa. Kekuatan asosiatif ini juga bisa hadir sebagai masyarakat sipil yang berhadapan dengan negara dan modal. Kedua, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi inklusif atau demokrasi untuk semua. Berbagai elemen desa tanpa membedakan agama, suku, aliran, golongan, kelompok maupun kelas duduk bersama dalam pembahasan hal-hal startegis di desa.

Ketiga, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi deliberatif. Artinya Musyawarah Desa menjadi tempat untuk tukar informasi, komunikasi, diskusi atau musyawarah untuk mufakat mencari kebaikan bersama. Keempat, Musyawarah Desa mempunyai fungsi demokrasi protektif. Artinya Musyawarah Desa dapat menyeimbangkan kedudukan desa dari intervensi negara, modal atau pihak lain yang merugikan desa dan masyarakat.

b. Manfaat Musyawarah Desa

Berikut diuraikan beberapa manfaat musyawarah desa, diantaranya:

1. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)

Setiap orang pasti memiliki ide atau gagasan yang dapat diungkapkan dalam memecahkan suatu permasalahan yang sedang dibahas. Dengan mengikuti musyawarah, seseorang diberikan ruang untuk melatih mengutarakan pendapat yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jalan keluar.

2. Masalah dapat segera terpecahkan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 53

Page 68: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Musyawarah merupakan cara yang umum digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui musyawarah diperoleh beberapa alternatif dalam menyelesai-kan suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama. Pendapat yang berbeda dari orang lain mungkin akan lebih baik dari pendapat kita sendiri. Oleh karena itu. sangat penting untuk mengadakan dengar pendapat dengan orang lain.

3. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan

Musyawarah Desa merupakan proses dengar pendapat yang nantinya keputusan yang diambil adalah merupakan kesepakatan bersama antar sesama peserta. Kesepakatan yang diambil tentunya tidak mengandung unsur paksaan di dalamnya. Sehingga semua peserta dapat melaksanakan hasil keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab dan tanpa ada unsur pemaksaan.

4. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak

Keputusan yang diambil dalam suatu Musyawarah Desa tidak boleh merugikan salah satu pihak atau peserta dalam musyawarah. Agar nantinya hasil yang diputuskan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh peserta dengan penuh keikhlasan.

5. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda

Dalam sebuah Musyawarah Desa tentu akan ditemui beberapa pendapat yang berbeda dalam menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Disitulah letak keindahan dari musyawarah. Nantinya pendapat-pendapat tersebut akan di kumpulkan dan ditelaah secara bersama-sama baik dan buruknya, sehingga diakhir Musyawarah Desa akan terpilih satu dari sekian pendapat yang berbeda tersebut, sebagai hasil keputusan bersama yang diambil untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi yang tentunya menyangkut kepentingan bersama.

6. Adanya kebersamaan

Dalam Musyawarah Desa, setiap orang bisa bertemu dengan beberapa karakter yang berbeda dari peserta. Di dalamnya bisa bersilaturahmi dan mempererat hubungan tali persaudaraan antar sesama peserta.

7. Dapat mengambil kesimpulan yang benar

Hasil keputusan akhir yang diambil dalam Musyawarah Desa merupakan keputusan seluruh pemangku kepentingan bukan menjadi milik elit atau kelompok saja. Keptutusan Musyawarah Desa bersifat final, benar, sah dan mengikat. Hasil keputusan itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap pesertanya.

8. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan

Melalui mekanisme Musyawarah Desa yang benar dapat menemukan kebenaran atas pangkal masalah yang menyangkut kepentingan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 54

Page 69: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

bersama. Seluruh elemen masyarakat yang hadir bisa mendengarkan berbagai penjelasan dari peserta lainnya, yang nantinya akan menghindarkan dari berprasangka atau menduga-duga.

9. Menghindari celaan

Dengan penyelenggaraan Musyawarah Desa, tentunya setiap pemangku kepentingan akan terhindar dari berbagai macam anggapan dan celaan orang lain.

10. Menciptakan stabilitas emosi

Secara psikologis Musyawarah Desa dapat memberikan bantuan mempermudah pengendalian diri bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta menemukan pendapat yang berbeda dari berbagai pihak. Dengan demikian melatih masyarakat untuk mampu menahan emosi dengan menghargai setiap pendapat yang telah disampaikan peserta. Pertemuan atau musyawarah dapat membangun stabilitas emosi yang baik antar sesama komponen masyarakat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 55

Page 70: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB3

Bahan Bacaan

Tata Kelola Desa

Bahan Bacaan 2

TATA TERTIB MUSYAWARAH DESA

Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 80 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Desa dan DTT No 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. Dalam peraturan ini diatur mekanisme Musyawarah Desa yang akan memandu seluruh pemangku kepentingan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi melalui musyawarah dan kesepakatan bersama. Beberapa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam Musyawarah Desa, yaitu peserta, undangan dan pendamping. Digambarkan sebagai berikut:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 56

Page 71: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pimpinan Musyawarah

Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan Desa berjalan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan tentang Tata Tertib Musyawarah Desa. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan Musayawarah:

(1) Pimpinan Musyawarah Desa hanya berbicara selaku pimpinan musyawarah untuk menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang sebenarnya,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 57

Page 72: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan peserta musyawarah;

(2) Jika Pimpinan Musyawarah Desa hendak berbicara selaku peserta musyawarah, untuk sementara pimpinan musyawarah diserahkan kepada wakil ketua atau anggota Badan Permusyawaratan Desa;

(3) Pimpinan yang hendak berbicara selaku peserta Musyawarah Desa disarankan untuk berpindah dari tempat pimpinan ke tempat peserta musyawarah;

(4) Pimpinan Musyawarah Desa dapat memperpanjang dan menentukan lamanya perpanjangan waktu peserta yang berbicara;

(5) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan dan meminta peserta yang berbicara untuk mengakhiri pembicaraan apabila melampaui batas waktu yang telah ditentukan;

(6) Pimpinan Musyawarah Desa tidak dapat memberikan kesempatan kepada peserta musyawarah yang melakukan interupsi untuk meminta penjelasan tentang duduk persoalan sebenarnya mengenai hal stratgeis yang sedang dibicarakan;

(7) Peserta musyawarah yang sependapat dan/atau berkeberatan dengan pendapat pembicara yang sedang menyampaikan aspirasinya dapat mengajukan setelah diberi kesempatan oleh pimpinan Musyawarah Desa.

(8) Pimpinan Musyawarah Desa harus memberikan kesempatan berbicara kepada pihak yang sependapat maupun pihak yang berkeberatan;

(9) Peserta Musyawarah Desa tidak boleh diganggu selama berbicara menyampaikan aspirasi.

Pendamping Desa

Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa yang berasal dari satuan kerja prangkat daerah kabupaten/kota, pendamping profesional dan/atau pihak ketiga untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.

Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan sebuah kebijakan publik terkait hal strategis yang sedang dimusyawarahkan. Pendamping Desa melakukan tugas sebagai berikut:

(1) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok pembicaraan;

(2) Mengklarifikasi arah pembicaraan dalam musyawarah desa yang sudah menyimpang dari pokok pembicaraan;

(3) Membantu mencarikan jalan keluar; dan (4) Mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang

dapat berakibat pada tindakan melawan hukum.

Undangan, Peninjau dan Wartawan

Undangan Musyawarah Desa terdiri dari:

(1) Mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa; dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 58

Page 73: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

(2) Anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan tidak resmi tetapi tidak mendaftar diri kepada panitia.

Undangan dapat berbicara dalam Musyawarah Desa atas persetujuan pimpinan Musyawarah Desa, tetapi tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan Musyawarah Desa. Undangan disediakan tempat tersendiri. Undangan harus menaati tata tertib Musyawarah Desa.

Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam Musyawarah Desa tanpa undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa. Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan sebagai peninjau Musyawarah Desa, diantaranya:

(1) Peninjau dan wartawan tidak mempunyai hak suara, hak bicara, dan tidak boleh menyatakan sesuatu, baik dengan perkataan maupun perbuatan;

(2) Peninjau dan wartawan mendaftarkan kehadiran dalam Musyawarah Desa melalui panitia Musyawarah Desa;

(3) Peninjau dan wartawan membawa bukti pendaftaran kehadiran dalam Musyawarah Desa;

(4) Peninjau menempati tempat yang sama dengan undangan; (5) Wartawan menempati tempat yang disediakan. Peninjau dan

wartawan harus menaati tata tertib Musyawarah Desa.

Pengaturan Pembicaraan

Pembicara dalam mengajukan aspirasinya tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan tentang hal yang bersifat strategis. Apabila peserta menurut pendapat pimpinan Musyawarah Desa menyimpang dari pokok pembicaraan, kepada yang bersangkutan oleh pimpinan Musyawarah Desa diberi peringatan dan diminta supaya pembicara kembali kepada pokok pembicaraan.

(1) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan pembicara yang menggunakan kata yang tidak layak, melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban acara musyawarah, atau menganjurkan peserta lain untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.

(2) Pimpinan Musyawarah Desa meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan dan/atau memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali kata yang tidak layak dan menghentikan perbuatannya.

(3) Dalam hal pembicara memenuhi permintaan pimpinan Musyawarah Desa, kata yang tidak layak dianggap tidak pernah diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau catatan Musyawarah Desa. Dalam hal pembicara tidak memenuhi, pimpinan Musyawarah Desa melarang pembicara meneruskan pembicaraan dan perbuatannya.

(4) Dalam hal larangan masih juga tidak diindahkan oleh pembicara, pimpinan Musyawarah Desa meminta kepada yang bersangkutan meninggalkan Musyawarah Desa. Bila tidak mengindahkan permintaan, pembicara tersebut dikeluarkan dengan paksa dari ruang Musyawarah Desa atas perintah pimpinan Musyawarah Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 59

Page 74: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pelanggaran Tata Tertib Musyawarah

Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata tertib musyawarah tetap dipatuhi oleh undangan, peninjau dan wartawan. Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta agar undangan, peninjau, dan/atau wartawan yang mengganggu ketertiban Musyawarah Desa meninggalkan ruang musyawarah dan apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan dikeluarkan dengan paksa dari ruang musyawarah atas perintah pimpinan Musyawarah Desa.

Menutup dan Menunda Musyawarah

Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara musyawarah apabila terjadi peristiwa yang tidak diduga dan dapat mengganggu kelancaran musyawarah. Lamanya penundaan acara musyawarah tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.

(1) Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda Musyawarah Desa apabila berpendapat bahwa acara Musyawarah Desa tidak mungkin dilanjutkan karena terjadi peristiwa yang yang mengganggu ketertiban Musyawarah Desa atau perbuatan yang menganjurkan peserta Musyawarah Desa untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum

(2) Dalam hal kejadian luar biasa, Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara Musyawarah Desa yang sedang berlangsung dengan meminta persetujuan dari peserta Musyawarah Desa;

(3) Lama penundaan Musyawarah Desa, tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.

Risalah, Catatan dan Laporan Singkat

Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun risalah, catatan dan laporan singkat Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah untuk dibagikan kepada peserta dan pihak yang bersangkutan setelah acara Musyawarah Desa selesai. Risalah Musyawarah Desa secara terbuka dapat dipublikasikan melalui media komunikasi yang ada di desa agar diketahui oleh seluruh masyarakat desa. Risalah adalah catatan Musyawarah Desa yang dibuat secara lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan dalam pembahasan serta dilengkapi dengan catatan tentang:

(1) Hal-hal strategis yang dibahas; (2) Hari dan tanggal musyawarah desa; (3) Tempat musyawarah desa; (4) Acara musyawarah desa; (5) Waktu pembukaan dan penutupan musyawarah desa; (6) Pimpinan dan sekretaris musyawarah desa; (7) Jumlah dan nama peserta musyawarah desa yang menandatangani

daftar hadir; dan (8) Undangan yang hadir.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 60

Page 75: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Catatan (notulensi) adalah catatan yang memuat pokok pembicaraan, kesimpulan, dan/atau keputusan yang dihasilkan dalam Musyawarah Desa serta dilengkapi dengan risalah musyawarah.

Laporan singkat memuat kesimpulan dan/atau keputusan Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa dengan dibantu tim perumus menyusun catatan (notulensi). Laporan singkat yang ditandangani pimpinan atau sekretaris atas nama pimpinan Musyawarah Desa yang bersangkutan. Tim perumus berasal dari peserta Musyawarah Desa yang dipilih dan disepakati dalam Musyawarah Desa.

Penutupan Acara Musyawarah Desa

Pimpinan Musyawarah Desa menutup rangkaian acara Musyawarah Desa. Penutupan dilakukan oleh pimpinan sidang dengan terlebih dahulu dilakukan penyampaian catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa menyampaikan catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa. Apabila seluruh peserta atau sebagian besar peserta yang hadir dalam Musyawarah Desa menyepakati catatan sementara dan laporan singkat, catatan sementara diubah menjadi catatan tetap dan laporan singkat ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa. Catatan tetap dan laporan singkat ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah Desa, sekretaris Musyawarah Desa, Kepala Desa, dan salah seorang wakil peserta Musyawarah Desa. Selanjutnya jika sudah dicapai keputusan Musyawarah Desa, pimpinan Musyawarah Desa menutup secara resmi acara Musyawarah Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 61

Page 76: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB3

Bahan Bacaan

Tata Kelola Desa

Bahan Bacaan 3

MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH DESA

Dalam Permendesa No. 2/2015 tentang Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Pasal 45-56 Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal cara pengambilan keputusan tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

a. Keputusan Berdasarkan Mufakat

Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasan, pendapat dan saran, kemudian dipandang cukup untuk diterima oleh seluruh peserta musyawarah. Gagasan, pendapat dan pemikiran tersebut memberikan sumbangan berarti dalam merumuskan kesepakatan yang bersifat strategis yang sedang dimusyawarahkan. Untuk dapat mengambil keputusan, pimpinan Musyawarah Desa berhak untuk menyiapkan rancangan keputusan yang mencerminkan pendapat dalam Musyawarah Desa. Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam Musyawarah Desa yang dihadiri oleh peserta sejumlah 2/3 dari jumlah undangan yang telah ditetapkan sebagai peserta Musyawarah Desa dan/atau disetujui oleh semua peserta yang hadir.Keputusan berdasarkan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sah apabila ditetapkan penyelenggaraan Musyawarah Desa setelah dilakukan penundaan, dan disetujui oleh semua peserta yang hadir.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 62

Page 77: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

b. Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak

Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian peserta Musyawarah Desa yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian peserta Musyawarah Desa yang lain. Pengambilan suara terbanyak dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut: (1) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dilakukan secara terbuka atau secara rahasia; (2) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak apabila menyangkut kebijakan; (3) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara rahasia dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah lain yang ditentukan dalam Musyawarah Desa.

c. Pemungutan Suara

Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam Musyawarah Desa dihadiri dan disetujui oleh separuh ditambah 1 (satu) orang dari jumlah peserta yang hadir. Jika dalam keputusan tidak tercapai dengan 1 (satu) kali pemungutan suara, diupayakan agar ditemukan jalan keluar yang disepakati atau dapat dilakukan pemungutan suara secara berjenjang.

Pemungutan suara secara berjenjang, dilakukan untuk memperoleh 2 (dua) pilihan berdasarkan peringkat jumlah perolehan suara terbanyak. (1) Pemberian suara secara terbuka untuk menyatakan setuju, menolak, atau tidak menyatakan pilihan (abstain) dilakukan oleh peserta Musyawarah Desa yang hadir dengan cara lisan, mengangkat tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain yang disepakati oleh peserta Musyawarah Desa; (2) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara langsung tiap-tiap peserta Musyawarah Desa; (3) Peserta Musyawarah Desa yang meninggalkan acara dianggap telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan; (4) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi, dilakukan pemungutan suara ulangan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai Musyawarah Desa berikutnya dengan tenggang waktu tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam; (5) Dalam hal hasil pemungutan suara ulangan ternyata tidak juga memenuhi ketentuan, pemungutan suara menjadi batal. Pemberian suara secara rahasia dilakukan dengan tertulis, tanpa mencantumkan nama, tanda tangan pemberi suara, atau tanda lain yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemungutan suara secara rahasia, yaitu: (1) Pemberian suara secara rahasia dapat juga dilakukan dengan cara lain yang tetap menjamin sifat kerahasiaan. (2) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan, pemungutan suara diulang sekali lagi dalam musyawarah saat itu juga. (3) Dalam hal hasil pemungutan suara ulang, tidak juga memenuhi ketentuan, pemungutan suara secara rahasia.

d. Berita Acara Penetapan Keputusan

Setiap keputusan Musyawarah Desa, baik berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan. Hasil

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 63

Page 78: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

keputusan Musyawarah Desa dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa dan salah seorang perwakilan peserta Musyawarah Desa. Berita acara dilampiri catatan tetap dan laporan singkat. Apabila dalam pembuatan berita acara kesepakatan Ketua Badan Permusyawaratan Desa berhalangan hadir, maka sebagai pimpinan Musyawarah Desa yang menandatangi Berita Acara. Demikian halnya, jika Kepala Desa berhalangan hadir dalam Musyawarah Desa, Berita Acara ditandatangani oleh yang mewakili Kepala Desa yang ditunjuk secara tertulis oleh Kepala Desa.

e. Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa

Setelah Berita Acara dan keputusan ditetapkan, langkah selanjutnya menindaklanjti hasil keputusan sebagau bentuk komitmen bersama atas kesepakatan yang dibuat. Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa. Kebijakan Pemerintah Desa disusun berupa Peraturan Desa yang disusun oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa. Badan Permusyawaratan Desa harus menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dalam rangka memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan Desa. Dimana, kedua kelembagaan berwenang dalam menyusun Peraturan Desa dan harus memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan Desa.

Mekanisme penyusunan Peraturan Desa diuraikan sebagai berikut: (1) Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa, dan badan Permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan peraturan Desa kepada pemerintah desa; (2) Rancangan peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk mendapatkan masukan; (3) Rancangan peraturan Desa ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa; (4) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal kesepakatan; (5) Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa; (6) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan berita Desa oleh sekretaris Desa; (7) Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan kepada bupati/walikota sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah diundangkan; (8) Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.

f. Penyelesaian Perselisihan

Seringkali dalam penyelesaian masalah tidak ditemukan titik temu atau kesepakatan para pihak meskipun sudah dilakukan pertemuan atau musyawarah secara intensif. Demikian halnya dalam Musyawarah Desa apabila terjadi perselisihan, maka perlu ditemukan jalan keluarnya dengan mengedepankan nilai-nilai atau semangat kebersamaan dan kekeluargaan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 64

Page 79: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Apabila terjadi perselisihan di desa sebagai dampak dari adanya ketidaksepakatan antarpeserta Musyawarah Desa, penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh camat atau sebutan lain. Penyelesaian perselisihan bersifat final dan ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang memfasilitasi penyelesaian perselisihan.

PB3

Bahan Bacaan

Tata Kelola Desa

Bahan Bacaan 4

PANDUAN NOTULENSI MUSYAWARAH DESA

Pengertian

Dalam setiap Musyawarah Desa pimpinan harus membuat notulen hasil pembahasan untuk dicatat dan didokumentasikan mencatat dan mendokumentasikan setiap ide, gagasan, peristiwa dan catatan yang berkembang dalam pembahasan masalah. Notulen merupakan catatan singkat mengenai jalannya persidangan dalam Musyawarah Desa serta hal yang dibicarakan dan diputuskan. Seseorang yang ditunjuk untuk menjadi penulis risalah disebut notulis. Notulen musyawarah secara sederhana diartikan sebagai laporan atau pencatatan secara kata demi kata seluruh pembicaraan dalam musyawarah, tanpa menghilangkan atau menambahkan kata lain (kata dari notulis).

Fungsi Notulen

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 65

Page 80: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Fungsi notulen dalam Musyawarah Desa, yaitu: (1) Dokumen dan alat bukti; (2) Sumber informasi untuk peserta yang tidak hadir; (3) Pedoman untuk musyawarah berikutnya; (4) Alat pengingat untuk peserta musyawarah; (5) Alat untuk pertemuan semu.

Karakteristik Notulen

Notulen Musaywarah Desa yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Lengkap berisi semua informasi walaupun dalam penulisannya ringkas, tidak bertele-tele: (2) Bahasa notulen mudah dipahami peserta musyawarah; (3) Setiap pembicaraan ditulis secara terperinci dan satu sama lain saling terkait; (4) Dapat membantu pimpinan dalam pengambilan kebijakan dan keputusan; (5) Dapat dijadikan alat bukti, bila terjadi sesuatu permasalahan atau sebagai alat bukti di pengadilan dan lain-lain; (6) Dapat membantu mengingatkan kembali bagi pemangku kepentingan terkait bila memerlukan lagi notulen tersebut.

Persyaratan dan Kompetensi Notulis

Menjadi seorang notulis yang handal diperlukan beberapa keahlian yang harus dimiliki, yaitu: (1) Mendengarkan dan menulis; (2) Memilah dan memilih hal yang penting dan yang tidak penting; (3) Konsentrasi yang tinggi; (4) Menulis cepat/stenografi/shorthand; (5) Bersikap objektif dan jujur; (6) Menguasai bahasa teknis atau baku; (7) Menguasai materi pembahasan; (8) Mengetahui dan memenuhi kebutuhan pembaca notulen; (9) Mengemukakan hasil mendengarkan dengan cepat, ringkas, dan tepat; (10) Menguasai metode pencatatan secara sistematis; (11) Menguasai metode pengolahan data; (12) Menguasai berbagai hal yang berkaitan dengan musyawarah; dan (13) Menyimpulkan hasil musyawarah.

Kewenangan Notulis

Seorang notulis dalam Musyawarah Desa memiliki hak dan kewajiban yang melekat dalam tugasnya agar menghasilkan catatan atau resume hasil musyawarah yang utuh dan baik. Berikut ini diuraikan beberapa keistimewaan yang harus diperoleh notulis. yaitu: (1) Notulis diberi informasi terkait latar belakang, tujuan musyawarah, pokok masalah dan jenis musyawarah sebelum dilaksanakan. Notulis harus mengetahui susunan acara termasuk pokok masalah atau materi yang akan dibahas oleh peserta agar dapat dipelajari sehingga memudahkan dalam menyusun notulen; (2) Notulis diberi dokumen atau makalah yang dibagikan kepada peserta musyawarah yang lain pada saat pelaksanaan musyawarah; (3) Notulis diperbolehkan untuk meminta agar peserta musyawarah menjelaskan atau menyempurnakan kesimpulan yang dikemukakan notulis; (4) Notulis mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan pada saat musyawarah berlangsung; (5) Setiap sesi berakhir notulis mempunyai hak untuk memperoleh rangkuman dan kesimpulan musyawarah; (6) Agar dapat menyempurnakan notulennya, notulis berhak berbicara pada setiap sesi pembahasan; (7) Notulis duduk di sebelah pemimpin musyawarah, agar mudah berkomunikasi dan memperoleh informasi secara maksimal. Pemimpin musyawarah dapat menyampaikan bahasa isyarat. petunjuk. bisikan atau surat kecil; (8) Apabila musyawarah berlangsung terlalu lama, maka perlu disiapkan beberapa orang untuk menjadi notulis. Setiap acara

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 66

Page 81: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

berlangsung dua jam. Notulis digantikan dengan yang orang lain karena pekerjaan notulis membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan melelahkan. Bahkan dalam musyawarah yang besar notulis diganti setiap setengah jam; (9) Ketika menyusun notulen, seorang notulis tidak boleh mengerjakan hal lain karena memerlukan konsentrasi yang penuh; (10) Jika musyawarah membutuhkan waktu pengkajian yang lebih lama dan berlangsung alot serta rumit, maka notulis berhak memperoleh keleluasaan untuk menyusun notulen akhir. Perbandingan waktu antara mengolah data dengan lamanya musyawarah yaitu 3:1. Artinya musyawarah berlangsung selama 1 jam, maka setelah musyawarah waktu yang dibutuhkan notulis untuk mengolah data hasil musyawarah ialah selama 3 jam.

Garis-Garis Besar Notulensi Musyawarah

Isi notulen. Notulen hasil musyawarah yang baik adalah yang ringkas tetapi lengkap serta jelas. Notulen yang lengkap berisi hal-hal sebagai berikut: (1) Nama badan atau lembaga yang menyelenggarakan Musyawarah Desa; (2) Sifat musyawarah (rutin, biasa, luar biasa, tahunan, rahasia dan lain-lain); (3) Hari dan tanggal diselenggarakan Musyawatah Desa; (4) Tempat musyawarah; (5) Waktu mulai dan berakhirnya (kalau tidak pasti ditulis sampai dengan selesai); (6) Nama dan jabatan pimpinan musyawarah; (7) Daftar hadir peserta; (8) Koreksi dan perbaikan Musyawarah Desa yang terdahulu; (9) Catatan semua persoalan yang belum ada keputusan; (10) Usul-usul atau perbaikan; (11) Tanggal atau bulan kapan akan diadakan musyawarah kembali; (12) Penundaan musyawarah dan tanggal penundaan (bila perlu); (13) Tanda tangan notulis dan pimpinan musyawarah.

Susunan Notulen Musyawarah Desa

Notulen harus disusun secara berurutan sesuai dengan topik dan subtopik pembahasan agar tidak mudah bagi pembaca untuk mempelajari dan merangkai peristiwa. Berikut ini diuraikan susunan notulen musyawarah: (1) Nomor pertemuan (musyawarah) dan jenis musyawarah perlu disebutkan; (2) Jam dimulai pertemuan harus disebutkan demikian waktu berakhirnya, Apabila belum pasti selesainya, maka ditulis mulai pukul 8.00 sampai selesai; (3) Daftar hadir semua ditandatangani oleh peserta dan harus dilampirkan pada notulen; (4) Meskipun notulen ditulis secara ringkas, tetapi setiap pembicaraan harus disebutkan namanya; (5) Nama pendukung, terutama yang tidak disetujui jangan dituliskan, lebih baik ditulis; (6) Setelah musyawarah selesai notulis mengoreksi kembali setiap catatan penting dan menyalin kembali atau di ketik dan disimpan dalam penyimpanan, dan ditandatangani oleh notulis serta Ketua; (7) Bila perlu digandakan untuk dibagikan pada yang tidak hadir pada waktu musyawarah, atau dibagikan pada waktu musyawarah berikutnya.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 67

Page 82: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 4PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 68

Page 83: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 69

Page 84: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB4

Bahan Bacaan

Pembangunan Desa

Bahan Bacaan 1

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA

Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pe-merintah daerah kabupaten/kota.RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa. Kegiatan Penyusunan RKPDesaKepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

1) penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;

2) pembentukan tim penyusun RKP Desa; 3) pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan

masuk ke Desa;4) pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; 5) penyusunan rancangan RKP Desa; 6) penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan

pembangunan Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 70

Page 85: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

7) penetapan RKP Desa; 8) perubahan RKP Desa; dan 9) pengajuan daftar usulan RKP Desa.

PenyusunanPenyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Musyawarah Desa dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa, melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1) mencermati ulang dokumen RPJM Desa; 2) menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; dan 3) membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian

yang dibutuhkan.

Tim PenyusunKepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, terdiri dari:

1) kepala Desa selaku pembina; 2) sekretaris Desa selaku ketua; 3) ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan 4) anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan

masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.

Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut: 1) pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan

masuk ke desa; 2) pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; 3) penyusunan rancangan RKP Desa; dan 4) penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.

Keterangan masing-masing kegiatan di atas adalah sebagai berikut:a. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan

Program/Kegiatan Masuk ke Desa. Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: pagu indikatif Desa; dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa.Data dan informasi diterima kepala Desa dari kabu-paten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.

Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang meliputi:

rencana dana Desa yang bersumber dari APBN; rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana

perimbangan yang diterima kabupaten/kota; rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah

kabupaten/kota; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 71

Page 86: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.

b. Pencermatan Ulang RPJM Desa Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa.Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa. c. Penyusunan Rancangan RKP Desa Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:

a. hasil kesepakatan musyawarah Desa; b. pagu indikatif Desa; c. pendapatan asli Desa; d. rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan

pemerintah daerah kabupaten/kota; e. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD

kabupaten/kota; f. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; g. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan h. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.

Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk kerjasama antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja sama antar Desa dan diverifikasi oleh tim verifikasi. Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan prioritas program dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa. Rancangan daftar usulan RKP Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun rancangan RKP Desa. Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RKP Desa kepada kepala Desa. Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.Rancangan RKP Desa, berisi prioritas program dan kegiatan yang didanai:

a. pagu indikatif Desa; b. pendapatan asli Desa; c. swadaya masyarakat Desa; d. bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 72

Page 87: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

e. bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

d. Perubahan RKP Desa RKP Desa dapat diubah dalam hal:

a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa. Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar. Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan sebagai dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa. e. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP Desa aling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dan kabupaten/kota. Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah Desa tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh pemerintah Desa setelah diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di kecamatan pada tahun anggaran berikutnya.Informasi diterima pemerintah desa paling lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESADalam perencanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa melaksanakan tahapan yang meliputi:penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa); dan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJM Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa.RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan. Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Langkah-Langkah Penyusunan RPJM Desa Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur masyarakat Desa. Penyusunan RPJM Desa dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 73

Page 88: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Penyusunan RPJM Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi: pembentukan tim penyusun RPJM Desa; penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan

kabupaten/kota; pengkajian keadaan Desa; penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa; penyusunan rancangan RPJM Desa; penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah

perencanaan pembangunan Desa; dan penetapan RPJM Desa.

1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri dari:

kepala Desa selaku pembina; sekretaris Desa selaku ketua; ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan

masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.

Jumlah anggota tim penyusun RPJM Des, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.Tim penyusun RPJM Des, harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun RPJM Des ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut: penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota; pengkajian keadaan Desa; penyusunan rancangan RPJM Desa; danpenyempurnaan rancangan RPJM Desa.2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/ kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota. Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya meliputi:

rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota; rencana strategis satuan kerja perangkat daerah; rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota; rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan rencana pembangunan kawasan perdesaan.

3. Pengkajian Keadaan Desa Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka mempertimbangkan kondisi objektif Desa.Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan sebagai berikut:

penyelarasan data Desa; penggalian gagasan masyarakat; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 74

Page 89: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

penyuunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.

Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa. 4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui musyawarah

Desa Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil pengkajian keadaan desa.Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati sebagai berikut:

laporan hasil pengkajian keadaan Desa; rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi

dan misikepala Desa; dan rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa,

pembangunanDesa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud di atas. Rancangan RPJM Desa, dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa. Berita acara rancangan RPJM Desa disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala Desa. Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, maka langsung dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa. 6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Desa. Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. Un-surmasyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama;tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok perajin; perwakilan kelompok perempuan; perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; dan perwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur masyarakat tersebut, musyawarah perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Musyawarah perencanaan pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita acara.

7. Penetapan dan perubahan RPJM Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 75

Page 90: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa. Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal: terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis

ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 76

Page 91: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB4

Bahan Bacaan

Pembangunan Desa

Bahan Bacaan2

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

A.POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengertian

Keuangan Desa adalah Semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Pengelolaan Keuangan adalah Seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. (Pengertian/difinisi yang dipetik dari Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Dasar Hukum dan Ketentuan Pengelolaan Keuangan Desa

Semua uang yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa adalah uang Negara dan uang rakyat, yang harus dikelola berdasar pada hukum atau peraturan yang berlaku, khususnya:

1. UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 77

Page 92: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2. PP No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;

3. PP No. 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN;4. Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Peraturan lainnya yang terkait, antara lain:

1. UU Tentang Keterbukaan Informasi Publik;2. Peraturan yang diterbitkan oleh Menteri Desa;3. Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Ketentuan-ketentuan pokok tentang Pengelolaan Keuangan Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014 tercantum pada Pasal 71 – 75 yang mencakup: Pengertian keuangan desa, Jenis dan sumber-sumber Pendapatan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), Belanja Desa, dan Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa. Kemudian dijabarkan lebih rinci dalam PP No. 43 Tahun 2014, sebagaimana termuat pada Pasal 80 (Penghasilan Pemerintah Desa), dan Pasal 90-106.Ketentuan-ketentuan pokok dimaksud selanjutnya dijabarkan secara detil/teknis dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014. Dengan demikian, pengelola keuangan desa wajib menjadikan Permendagri dimaksud sebagai “al kitab” yang harus selalu dirujuk, agar terhindar dari neraka di dunia (Penjara) dan kelak di akhirat (Jahanam).

Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Asas adalah nilai-niliai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dan prinsip tidak berguna bila tidak terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri No. 113 Tahun 2014, Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas-asas, yaitu:

Transparan Terbuka - keterbukaan, dalam arti segala kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa dapat diketahui dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang. Tidak ada sesuatu  hal yang ditutup-tutupi (disembunyikan) atau dirahasiakan. Hal itu menuntut kejelasan siapa, melakukan apa serta bagaimanamelaksanakannya.

Transparandalam pengelolaan keuangan mempunyai pengertian bahwa informasi keuangan diberikan secara terbuka dan jujur kepada masyarakat guna memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan (KK, SAP,2005).

Akuntabel Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan akan pertanggungjawaban (LAN, 2003). Dengan denikian, pelaksanaan kegiatan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 78

Page 93: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dan penggunaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses perencanaan hingga pertanggungjawaban.

Partisipatif Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.Pengelolaan Keuangan Desa, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggugjawaban wajib melibatkan masyarakat para pemangku kepentingan di desa serta masyarakat luas, utamanya kelompok marjinal sebagai penerima manfaat dari program/kegiatan pembangunan di Desa.

Tertib dan disiplin anggaran Mempunyai pengertian bahwa anggaran harus dilaksanakan secara konsisten dengan pencatatan atas penggunaannya sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan di desa.Hal ini dimaksudkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Asas Penunjuk Perwujudannya Mengapa Penting?

Transparan

Memudahkan akses publik terhadap informasi

Penyebartahuan informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa

Memenuhi hak masyarakat Menghindari konflik

Akuntabel Laporan Pertanggungjawaban

Informasi kepada publik

Mendapatkan legitimasi masyarakat

Mendapatkan kepercayaan public

Partisipatif Keterlibatan efektif masyarakat

Membuka ruang bagi peran serta masyarakat

Memenuhi hak masyarakat Menumbuhkan rasa

memiliki Meningatkan keswadayaan

masyarakatTertib dan Disiplin Anggaran

Taat hokum Tepat waktu, tepat jumlah Sesuai prosedur

Menghindari penyimpangan

Meningkatkan prefesionalitas

TAHAPAN KEGIATAN PENGELOLAAN

Pengelolaan Keuangan Desa merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung dengan mengikuti siklus:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 79

Page 94: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

PENATAUSAHAAN

PELAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1. PerencanaanSecara umum, perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk memperkirakan pendapatan dan belanja dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Perencanaan keuangan desa dilakukan setelah tersusunnya RPJM Desa dan RKP Desa yang menjadi dasar untuk menyusun APBDesa yang merupakan hasil dari perencanaan keuangan desa.

RPJM Desa& RKP Desa

APB Desa

2. PelaksanaanPelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa merupakan implementasi atau eksekusi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Termasuk dalam pelaksanaan diantaranya adalah proses pengadaan barang dan jasa serta proses pembayaran. Tahap pelaksanaan adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan APBDesa dalam satu tahun anggaran yang dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember. Atas dasar APBDesa dimaksud disusunlah rencana anggaran biaya (RAB) untuk setiap kegiatan yang menjadi dasar pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

APB Desa RAB SPP

Pengadaan barang dan jasa, penyusunan Buku Kas Pembantu Kegiatan, dan Perubahan APB Desa adalah kegiatan yang berlangsung pada tahap pelaksanaan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 80

Page 95: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

3. PenatausahaanPenatausahaan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis (teratur dan masuk akal/logis) dalam bidang keuangan berdasarkan prinsip, standar, serta prosedur tertentu sehingga informasi aktual (informasi yang sesungguhnya) berkenaan dengan keuangan dapat segera diperoleh.Tahap ini merupakan proses pencatatan seluruh transaksi keuangan yang terjadi dalam satu tahun anggaran. Lebih lanjut, kegiatan penatausahaan keuangan mempunyai fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan APBDesa. Hasil dari penatausahaan adalah laporan yang dapat digunakan untuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan itu sendiri.

4. PelaporanPelaporan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggungjawab (pertanggungjawaban) atas tugas dan wewenang yang diberikanLaporan merupakan suatu bentuk penyajian data dan informasi mengenai sesuatu kegiatan ataupun keadaan yang berkenaan dengan adanya suatu tanggung jawab yang ditugaskan. Pada tahap ini, Pemerintah Desa menyusun laporan realisasi pelaksanaan APBDes setiap semester yang disampaikan kepada Bupati/walikota.

5. PertanggungjawabanPertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa dilakukan setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan kepada Bupati/Walikota dan di dalam Forum Musyawarah Desa.

Peran dan Keterlibatan Masyarakat dalam PKDSesuai makna yang terangkum dalam pengertian Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri, maka peran dan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa menjadi keharusan. Karena, pada dasarnya Desa adalah organisasi milik masyarakat. Tata kelola Desa secara tegas juga menyaratkan hal itu, terlihat dari fungsi pokok Musyawarah Desa sebagai forum pembahasan tertinggi di desa bagi Kepala Desa (Pemerintah Desa), BPD, dan unsur-unsur masyarakat untuk membahas hal-hal strategis bagi keberadaan dan kepentingan desa.

Dengan demikian, peran dan keterlibatan masyarakat juga menjadi keharusan dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Oleh sebab itu, setiap tahap kegiatan PKD harus memberikan ruang bagi peran dan keterlibatan masyarakat. Masyarakat dimaksud secara longgar dapat dipahami sebagai warga desa setempat, 2 orang atau lebih, secara sendiri-sendiri maupun bersama, berperan dan terlibat secara positif dan memberikan sumbangsih dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Namun bila hal itu dilakukan secara pribadi oleh orang seorang warga desa, tentu akan cukup merepotkan. Oleh karena itu, peran dan keterlibatan dimaksud hendaknya dilakukan oleh para warga desa secara terorganisasi melalui Lembaga Kemasyarakatan dan/atau Lembaga Masyarakat yang ada di desa setempat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 81

Page 96: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Peran dan keterlibatan masyarakat menjadi faktor penting, karena: 1) Menumbuhkan rasa tanggungjawab masyarakat atas segala hal yang telah diputuskan dan dilaksanakan. 2) Menumbuhkan rasa memiliki, sehingga masyarakat sadar dan sanggup untuk memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan (swadaya), dan 3) Memberikan legitimasi/keabsahan atas segala yang telah diputuskan.

Bagaimana peran dan keterlibatan itu diwujudkan dalam setiap tahap.kegiatan PKD? Apakah wujud peran dan keterlibatan itu memiliki hubungan dengan asas-asas PKD? Tabel di bawah ini mencoba memberikan gambaran:

Peran/Keterlibatan MasyarakatTahap

Kegiatan Peran dan Keterlibatan Terkait dengan Asas

Perencanaan Memberikan masukan tentang rancangan APB Desa kepada Kepala Desa dan/atau BPD

Partisipatif

Pelaksanaan Bersama dengan Kasi, menyusun RAB, memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa, mengelola atau melaksanakan pekerjaan terkait kegiatan yang telah ditetapkan dalam Perdes tentang APB Desa.

Memberikan masukan terkait perubahan APB Desa

PartisipatifTransparan

Penatausahaan

Meminta informasi, memberikan masukan, melakukan audit partisipatif

TransparansiAkutabelTertib dan disiplin anggaran

Pelaporan dan Pertanggung-jawaban

Meminta informasi, mencermati materi LPj, Bertanya/meminta penjelasan terkait LPj dalam Musyawarah Desa

Partisipatif Transparan Akuntabel

B.PENGELOLA KEUANGAN DESA

Pengantar

Pengelolaan Keuangan Desa melekat dalam fungsi dan tugas Pemerintah Desa. Dengan demikian, Pengelola keuangan desa adalah aparat pemerintahan desa sesuai tugas danfungsinya yang ditetapkan dalam peraturan perundangan. Guna memahami dengan benar “siapa, apa tugas dan tanggungjawab” Pengelola dimaksud, perlu dipaparkan secara ringkas: 1) Struktur Pemerintah Desa. 2) Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa. 3) Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). 4) Tugas dan Tanggungjawab Pengelola. 5) Etika Pengelola Keuangan Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 82

Page 97: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1. Struktur Pemerintah DesaSekretaris Desa memimpin sekretariat yang membawahi sebanyak-banyaknya 3 Urusan. Setiap Urusan dipimpin oleh Kepala Urusan (Kaur),yang bertanggungjawab kepada Sekretaris, dan (dapat) memiliki 1 orang atau lebih staf sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan desa. Salah seorang staf Kaur ditetapkan sebagai Bendahara.Pelaksana Teknis – unit baru yang diperkenalkan UU No. 6 Tahun 2014- terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 Seksi. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi (Kasi) yang langsung bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

2. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan DesaKepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 Permendagri No. 113 Tahun 2014.

3. PTPKDKepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh Pelaksanan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang dibentuk oleh Kepala Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Dalam PTPKD dimaksud Sekretaris Desa sebagai koordinator. Kepala Seksi sebagai pelaksana kegiatan sesuai bidangnya, dan Bendahara, yaitu unsur staf sekretariat desa yang membidangi administrasi keuangan.

4. Tugas dan tanggungjawab PengelolaMasing-masing pelaku dalam PTPKD mengemban tugas dan tanggungjawab sebagaimana dipaparkan dalam bagan di bawah ini.

Matrik Tugas dan Tanggung Jawab Pengelola

No

Pelaku Tugas dan Tanggung Jawab

Kepala Desa Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa

Mentapkan PTPKD Menetapkan petugas yang melakukan

pemungutan penerimaan Desa Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang

ditetapkan dalam APB Desa Melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran atas beban APBDesa Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan

Desa dibantu oleh PTPKDSekretaris Desa (Koordinator PTPKD)

Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa

Menyusun rencana Peraturan Desa tentang APB Desa, perubahan APB Desa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa

Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APB Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 83

Page 98: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa

Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa

Kepala Seksi Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama lembaga kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan didalam APB Desa

Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan

Mengendalikan pelaksanaan kegiatan Melaporkan perkembangan pelaksanaan

kegiatan kepada kepala desa Menyiapkan dokumen anggaran atas beban

pengeluaran pelaksanaan kegiatan Bendahara Staff di Urusan Keuangan

Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa

Etika Pengelola Etika adalah rambu-rambu, patokan, norma, yang diturunkan dari nilai-nilai moral yang menjadi acuan bertindak bagi seseorang dalam melaksankan tugas dan tanggungjawabnya. Etika ini menjadi sangat penting bila seseorang dimaksud adalah pejabat publik yang menentukan nasib masyarakat. Etika dimaksud bukan hukum, tetapi setiap tindakan yang melanggar etika pasti akan melanggar hukum. Etika ini muncul dalam semua sisi kehidupan kita. Dalam tindak laku bermasyarakat misalnya, kita sejak dini diajari untuk menghormati kepada orang yang lebih tua, sopan santun dalam berbicara, dan seterusnya. Kejujuran, tidak mengambil segala sesuatu yang bukan haknya, mendahulukan kepentingan masyarakat, adalah sedikit contoh yang menunjukkan etika dalam mengelola atau mengemban amanah masyarakat. Etika ini menjembatani agar nilai-nilai moral bisa menjadi tindakan nyata.

Pengelola Keuangan Desa dituntut untuk menjunjung tinggi, memegang teguh etika mengelola keuangan. Pertama, uang membawa godaan yang besar untuk melanggar etika dan hukum. Melanggar etika akan berdampak pada sanksi sosial, yang menyebabkan merosotnya martabat seseorang di hadapan masyarakat. Melanggar hukum tentu akan berhadapan dengan hukum, Dewasa ini terlalu banyak aparat penyelenggara pemerintahan/Negara yang harus ‘pensiun dini’ karena masuk penjara. Kedua, tugas dan tanggungjawab mengelola keuangan desa berhubungan erat dan menentukan nasib rakyat desa. APBDesa untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Apakah desa-desa kita akan menjadi desa yang maju dan rakyatnya sejahtera di masa mendatang, ditentukan sejauh mana etika pengelolaan keuangan dipegang teguh para Pengelola Keuangan Desa.

C. PERENCANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 84

Page 99: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pengantar

Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan kegiatan Perencanaan, yaitu penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting untuk memahami secara tepat berbagai aspek APBDesa: fungsi, ketentuan, struktur, sampai mekanisme penyusunannya, sebagaimana diuraikan berikut.Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk memperkirakan pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud adalah proses penyusunan APBDes.

Fungsi APB Desa

Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait, untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang pasti, untuk melaksanakan rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.

Ketentuan Penyusunan APB Desa

Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?Dalam menyusun APBDes, ada beberapa ketentuan yag harus dipatuhi:

APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Perdes.

APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember tahun berikutnya.

Rancangan APBDesa harus dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes, selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang dijalani.

Selain itu, secara teknis penyusunan APBDesa juga harus memperhatikan:

a. Pendapatan DesaPendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.

b. Belanja DesaBelanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan penggunaan keuangan desa harus konsisten(sesuai dengan rencana, tepat jumlah, dan tepat peruntukan), dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pembiayaan Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 85

Page 100: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak membebani keuangan desa di tahun anggaran tertentu.

d. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggara)Dalam menetapkan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), agar disesuaikan dengan kapasitas potensi riil yang ada, yaitu potensi terjadinya pelampauan realisasi penerimaan desa, terjadinya penghematan belanja, dan adanya sisa dana yang masih mengendap dalam rekening kas desa yang belum dapat direalisasikan hingga akhir tahun anggaran sebelumnya.

Mekanisme, Tugas, dan Tanggungjawab Pelaku dalam Penyusunan APB Desa

Membaca Struktur APB Desa

Struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok:A. Pendapatan DesaB. Belanja DesaC. Pembiayaan Desa

Masing-masing komponen itu diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut:

A.Pendapatan Desa

Pendapatan Desa, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 86

Page 101: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kelompok Pendapata

nJenis Pendapatan Rincian Pendapatan

Pendapatan Asli Desa

a. Hasil Usahab. Hasil Aset

c. Swadaya, partisipasi, gotong royong

d. Lain-lain Pendapatan Asli Desa

Hasil Bumdes, Tanah Kas Desa

Tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan irigasi

Membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang

Hasil pungutan desaTransfer a. Dana Desa;

b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;

c. Alokasi Dana Desa (ADD);

d. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; dan

e. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.

Pendapatan Lain-lain

a. Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat;

b. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Pemberian berupa uang dari pihak ketiga

Hasil kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa

B.Belanja Desa

Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.

Kelompok Belanja

Jenis Kegiatan (Sesuai RKP

Desa)Jenis Belanja dan Rincian Belanja

Penyelenggaraan

a.Kegiatan Pembayaran

Belanja Pegawai1. Pembayaran penghasilan tetap

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 87

Page 102: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pemerintahan Desa

Penghasilan Tetap dan Tunjangan

b.Kegiatan operasional kantor

Kepala Desa (1 org) Perangkat Desa (Kaur, Kasi,

Kadus, dll mis. 11 org)2. Pembayaran tunjangan

Kepala Desa Perangkat Desa (Kaur, Kasi,

Kadus) BPD (mis: 5 org)

3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW, 25 RT)

Belanja Barang dan Jasa ATK, Listrik, Air, Telepon Fotocopy/Penggandaan Benda PosBelanja Modal Komputer Mesin Tik Meja, Kursi, Lemari

Pelaksanaan Pembangunan Desa

Kegiatan Pembangunan Jalan Lingkungan (Rabat Beton), dll (contoh)

1. Belanja Barang dan Jasa Upah Sewa Mobil Minyak Bekesting Paku, Benang

2. Belanja Modal Marmer Prasasti Beton Readymix Kayu Pasir Batu Plastik Cor

Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Kegiatan Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Lingkungan (contoh)

1. Belanja Barang dan Jasa Honor Pelatih Transport Peserta Konsumsi Alat Pelatihan dll

2. Belanja ModalPemberdayaan Masyarakat Desa

Kegiatan Pelatihan Kelompok Tani (contoh)

1. Belanja Barang dan Jasa Honor Penyuluh Pertanian Transpor Penyuluh Konsumsi Alat Pelatihan

2. Belanja Modal

Belanja Tak Terduga

Komposisi Belanja dalam APBDesaPasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 88

Page 103: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa

b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk: 1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa; 2. operasional Pemerintah Desa; 3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan 4. insentif rukun tetangga dan rukun warga

Perhitungan Penghasilan Tetap (Siltap) Aparat Pemerintah Desa Pasal 81 PP 43 Tahun 2014, Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD. Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:

a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);

b. ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);

c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus);

d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).

C. Pembiayaan Desa

Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Penerimaan Pembiayaan

a.Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya

b.Pencairan Dana Cadanganc. Hasil penjualan kekayaan

desa yang dipisahkan.

Pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja

Penghematan belanja Sisa dana kegiatan

lanjutan.

Pengeluaran Pembiayaan

a. Pembentukan Dana Cadangan

b. Penyertaan Modal Desa.

Kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan PerencanaanPerencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan dengan tepat dan baik, akan memberikan pengaruh yang besar

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 89

Page 104: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

terhadap pelaksanaan dan kemudian hasil kegiatan. Ketepata perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya benar-benar mengacu pada ketentuan dan didasarkan pada azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa. Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam proses perencanaan? Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.

Asas Penerjemahannya dalam Perencanaan Yang dibutuhkan

Partisipasi Pemerintah Desa membuka ruang/mengikutsertakan masyarakat dalam menyusun RKP Desa maupun Rancangan APBDesa

BPD melakukan konsultasi dengan masyarakat sebelum membahas Rancangan APBDesa bersama Pemerintah Desa

Masyarakat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan/atau BPD

Komitmen Kepala Desa untuk melibatkan masyarakat secara optimal

Warga masyarakat yang memahami ketentuan mauoun teknis penyusunan APBDesa

Aturan dan mekanisme kerja BPD yang memastikan adanya konsultasi publik

Tata kerja BPD untuk menyerap dan menampung aspirasi masyarakat.

Transparansi

Mengumumkan, menginformasikan jadwal, agenda, dan proses perencanaan, serta hasil perencanaan secara terbuka kepada masyarakat

Sosialisasi dilakukan secara resmi oleh Pemerintah Desa dan BPD

Sarana prasarana penyebartahuan informasi

Warga peduli informasi

Akuntabel Proses (tahap kegiatan) dilakukan sesuai ketentuan

Kegiatan dilakukan oleh pihak yang berkompeten

Rencana disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dan data

Rencana disepakati oleh para pihak terkait

Mengumumkan, menyosialisasikan ketentuan dan proses peyusunan APBDesa

Pembahasan Rancangan APBDesa dilakukan secara terbuka, dalam arti dapat dihadiri oleh masyarakat

Warga yang peduli pembahasan APBDesa

Tertib dan Disiplin Anggaran

Mengalokasikan anggaran dalam jumlah tertentu dalam APBDesa untuk membiayai proses perencanaan

Anggaran dimaksud digunakan secara tepat jumlah dan hanya untuk kegiatan perencanaan

Rincian kegiatan dalam proses perencanaan yang membutuhkan dukungan pendanaan secara wajar.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 90

Page 105: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

D.PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah tahap Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB, pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa. Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah menjadi dua: 1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa, adalah:

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014).

Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah (pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).

Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional kantor yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.

Tugas dan Tanggungjawab Pelaku

Unsur Pengelola Tugas dan Tanggungjawab

Kepala Seksi (Kasi)

Meyusun RAB - Rencana Anggaran Biaya. Mengajukan SPP – surat permohonan pencairan Memfasilitasi pengadaan Barang dan Jasa Mengerjakan Buku Kas Pembantu Kegiatsn

Sekretaris Desa: Memverifikasi RAB Memverifikasi persyaratan pengajuan SPP

Kepala Desa Mengesahkan RAB Menyetujui SPP

Bendahara Melakukan pembayaran/pengeluaran uang dari kas Desa

Mencatat transaksi dan menyusun Buku Kas Umum Mendokumentasikan bukti bukti pengeliaran

Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Penyusunan RAB. 2) Pengadaan Barang dan Jasa. 3) Pengajuan SPP. 4) Pembayaran, dan 5) Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan. Rangkaian kegiatan dimaksud, secara rinci diuraikan sebagai berikut:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 91

Page 106: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1. Penyusunan RABSebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Standar harga dimaksud diperoleh melalui survey harga di lokasi setempat (desa atau kecamatan setempat). Dalam hal atau kondisi tertentu, standar harga untuk barang dan jasa (tertentu) dapat menggunakan standar harga barang/jasa yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Adapun prosedur dan tatacara penyusunan RAB adalah sebagai berikut:

Pelaksana Kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua rencana kegiatan

Sekretaris Desa memverifikasi RAB dimaksud Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala

Desa Kepala Desa menyetujui dan mensahkan Rencana Anggaran Biaya

Kegiatan (RAB).

Contoh RABRENCANA ANGGARAN KEGIATAN

DESA: MUTIARA KEC.: BATU MULIATAHUN ANGGARAN 2015

1. Bidang : Pelaksanaan Pembangunan Desa

2.Kegiatan : Jalan Lingkungan (Rabat Beton)

3.Waktu Pelaksanaan:

Rincian Pendanaan

No. URAIAN Volum

eSatua

nHarga Satuan

Rp.Jumlah

Rp.

1 2 3   4 51. Belanja Barang dan Jasa1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.0001.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.0001.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.0001.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.2001.5 Benang 5 bh 3.000 15.0001.6 Mobil Pik Up 4 hari 250.000 1.000.0001.7 Ember 5 glg 5.000 25.000

Sub Total 1) 8.953.2002. Belanja Modal  

2.1 Beton Readymix 86 M3 800.000 68.800.000

2.2 Kayu Bekesting 2 M3 1.100.00 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 92

Page 107: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

0 1.760.000

2.3 Pasir Urug 25 M3 110.000

2.706.000

2.4 Plastik cor 757 M2 2.000

1.514.000

2.5 Batu Scroup 11 M3 130.000

1.430.000

2.6 Papan Proyek 1 bh 150.000 150.000

2.7 Prasasti Marmer 1 bh 350.000 350.000

Sub Total 2) 76.710.000

           Total 85.663.200,00

Desa Mutiara, tanggal.........

Disetujui/Mensahkan

Kepala Desa Pelaksana Kegiatan

2. Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis pengerjaan kegiatan di lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan secara swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud bertujuan untuk dan menjamin:

Penggunaan anggaran secara efisien efisien Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah,

tepat waktu, dan sesuai spesifikasi) Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama

yang berada di desa setempat untuk berpartisipasi

Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan akuntabel serta sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat berjalan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan desa.

Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa yang tersedia atau dapat disediakan di desa setempat,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 93

Page 108: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mengandung maksud untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi lolal/desa. Dengan demikian, memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan eknomi masyarakat desa. Namun, proses pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.

Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa di DesaPengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP No. 43 tahun 2014, diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.Dengan demikian, setiap Bupati/Wali Kota wajib menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota yang mengatur tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa.

Salah satuperaturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka dimaksud dinyatakan secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan Kepala LKPP dan kondisi masyarakat setempat.

3. Pengajuan SPPSelanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:

Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dan Bukti Transaksi. Ke

Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.

Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa

Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.

4. PembayaranProsedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:

Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/disyahkan Kepala Desa

Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi.

Tentang PajakBendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 94

Page 109: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua golongan besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.

Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh) atas pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya. Misal pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa, bunga, dividen, royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan untuk memotong PPh atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh perorangan (PPh 21) dan PPh badan (PPh 23).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN adalah penjual atau pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli. Pembeli pada waktu menjual memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual atau PKP wajib menerbitkan Faktur Pajak minimal dua rangkap. Lembar kedua untuk PKP penjual – namanya Pajak. Keluaran dan lembar pertama untuk PKP pembeli – namanya pajak masukan. Tarif PPN pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari harga jual selanjutnya yang harus dibayar oleh pembeli adalah 110% (seratus sepuluh persen).

Setiap penerimaan dan pengeluaran pajak dicatat oleh Bendahara dalam buku pembantu kas pajak.

5. Pengerjaan Buku Kas Pembantu KegiatanKepala Seksi/Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Kas Pembantu kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.Buku Kas Pembantu Kegiatan ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan.

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATANDESA……………….. KECAMATAN…………………..TAHUN ANGGARAN…………………………………….

1. Bidang :2. Kegiatan :No

Tgl

Uraian Penerimaan (Rp.) Nomor

Pengeluaran(Rp.)

Jumlah Pengembal

Saldo

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 95

Page 110: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bukti ian ke Bendahara

Kas (Rp.

)

Dari Bendah

ara

Swadaya Masyara

kat

Belanja

Barang dan Jasa

Belanja

Modal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Pindahan Jumlah dari halaman sebelumnyaJumlahTotal Penerimaan

Total Pengeluaran

Total Pengeluaran + Saldo Kas

Desa………………..…….,Tanggal……

Pelaksana Kegiatan

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan PelaksanaanTahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa yang potensial menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan, antara lain: konflik diantara pihak-pihak terkait, penyimpangan, penyelewengan, dan penyalahgunaan wewenang, karena pada tahap ini terjadi aliran uang yang nyata. Untuk menghindari semua itu, ketentuan dan azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa harus diperhatikan dan diwujudkan secara sungguh-sungguh.

Asas Penerjemahannya dalam Pelaksanaan Yang dibutuhkan

Partisipasi Masyarakat terlibat dalam: 1. Survey harga2. Menyusun RAB3. Memfasilitasi proses

pengadaan barang dan jasa

Kasi terkait membentuk tim penyusun RAB

Ada warga yang mengerti tentang tatacara dan terampil menghitung RAB

Transparansi

Barang dan jasa yang dibutuhkan diumumkan secara terbuka

Standar harga hasil survey diumumkan secara terbuka

Spesifikasi barang dan jasa yang dibutuhkan diumumkan secara terbuka

(Bila pengadaan melalui pelelangan) Penawaran

Data harga dan spesifikasi barang dan jasa yang umum berlaku di desa setempat

Warga yang memiliki pengetahuan tentang harga dan spesifikasi barang dan jasa yang dibutuhkan

Warga yang memiliki kemampuan dan/atau usaha penyediaan barang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 96

Page 111: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dari pemenang lelang diumumkan secara terbuka

dan jasa Mengumumkan renvana

pengadaan barang dan jasa

Akuntabel Kegiatan dilakukan sesuai ketentuan, prosesur, dan tatacara yang telah ditetapkan

Kegiatan dilakukan oleh pihak yang berkompeten

Setiap kegiatan didukung dan dapat dibuktikan dengan dokumen yang dipersyaratkan

Menyampaikan laporan perrtanggungjawaban penggunaan dana secara bertahap selama rentang waktu pengerjaan kegiatan

Membuka ruang bagi masyarakat untuk melakukan pemantauan

Mengumumkan, menyosialisasikan kegiatan yang akan dilaksanakan

Menyosialisasikan ketentuan dan tatacara pelaksanaan kegiatan

Warga yang memiliki keterampilan melakukan pemantauan

Tertib dan Disiplin Anggaran

Mencatat/membukukan setiap transaksi pada hari transaksi terjadi.

Data keuangan konsiten (tepat jumlah dan tepat penggunaan)

E. PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Penatausahaan adalah kegiatan yang nyaris dilakukan sepanjang tahun anggaran. Kegiatan ini berrtupu pada tugas dan tanggungjawab Bendahara. Ketekunan dan ketelitian menjadi syarat dalam melaksanakan kegiatan ini. Penatausahaan adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.

Ketentuan Pokok Penatausahaan Pengelola Keuangan Desa, khususnya Bendahara, wajib memahami beberapa hal yang menjadi ketentuan pokok dalam Penatausahaan, agar kegiatan Penatausahaan berlangsung secara benar dan tertib. Secara ringkas, ketentuan pokok dimaksud disajikan pada tabel di bawah ini:

Transaksi/Kegiatan

Ketentuan Pokok

Rekening Desa 1. Rekening Desa dibuka oleh Pemerintah Desa di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 97

Page 112: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

bank Pemerintah atau bank Pemerintah Daerah atas nama Pemerintah Desa.

2. Spesimen atas nama Kepala Desa dan Bendahara Desa dengan jumlah rekening sesuai kebutuhan.

Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan dengan cara:1. Disetorkan oleh bendahara desa2. Disetor langsung oleh Pemerintah supra desa atau

Pihak III kepada Bank yang sudah ditunjuk3. Dipungut oleh petugas yang selanjutnya dapat

diserahkan kepada Bendahara Desa atau disetor langsung ke Bank.

Penerimaan oleh bendahara desa harus disetor ke kas desa paling lambat tujuh hari kerja dibuktikan dengan surat tanda setoran

Pungutan Pungutan dapat dibuktikan dengan:1. Karcis pungutan yang disahkan oleh Kepala Desa2. Surat tanda bukti pembayaran oleh Pihak III3. Bukti pembayaran lainnya yang sah

Pengeluaran 1. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan dengan peraturan desa tentang APBDesa atau Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa

2. Pengeluaran dilakukan melalui pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Tugas, Tanggung jawab, dan Prosedur Penatausahaan

Bendahara Desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan maupu pengeluaran.

Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Kepala Seksi, selaku Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.

Prosedur penatausahaan penerimaan

a. Prosedur Penerimaan melalui Bendahara Desa Penyetoran langsung melalui Bendahara Desa oleh pihak ketiga, dilakukan sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:

1) Pihak ketiga/penyetor mengisi Surat Tanda Setoran (STS)/tanda bukti lain.

2) Bendahara Desa menerima uang dan mencocokan dengan STS dan tanda bukti lainya.

3) Bendahara Desa mencatat semua penerimaan4) Bendahara Desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa5) Bukti setoran dan bukti penerimaan lainnya harus diarsipkan secara

tertib. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 98

Page 113: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

b. Prosedur Penerimaan melalui Bank Penyetoran melalui bank oleh pihak ketiga dilakukan sesuai prosedur dan tata- cara sebagai berikut:

1) Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa dlm rangka menyimpan uang dan surat berharga lainnya yang ditetapkan sebagai rekening kas desa.

2) Pihak ketiga/penyetor mengisi STS/tanda bukti lain sesuai ketentuan yg berlaku.

3) Dokumen yg digunakan oleh bank meliputi : STS/Slip setoran Bukti penerimaan lain yg syah

4) Pihak ketiga/penyetor menyampaikan pemberitahuan penyetoran yg dilakukan melalui bank kepada bendahara desa dengan dilampiri bukti penyetoran/slip setoran bank yg syah.

5) Bendahara desa mencatat semua penerimaan yg disetor melalui bank di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bank berdasarkan bukti penyetoran/slip setoran bank

Buku KasPenatausahaan, baik penerimaan maupun pengeluaran dilakukan dengan menggunakan:

1) Buku Kas UmumBuku Kas Umum ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang berkaitan dengan kas (uang tunai).

BUKU KAS UMUMDESA …………………… KECAMATAN …………………………….

TAHUN ANGGARAN .......................

No.

Tgl.

KODE REKENING

URAIAN

PENERIMAAN(Rp.)

PENGELUARAN(Rp.)

NO BUKTI

JUMLAH PENGELUA

RAN KUMULATI

F

SALDO

1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH Rp. Rp.

……………., tanggal …………………

MENGETAHUI BENDAHARA DESA,KEPALA DESA,

…………………… …………………

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 99

Page 114: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2) Buku Kas Pembantu PajakBerfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran pajak (khususnya PPh Pasal 21 dan PPn), dalam kaitannya Bendahara Desa sebagai Wajib Pungut (Wapu).

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK DESA …………………… KECAMATAN …………………………….

TAHUN ANGGARAN ........

No. TANGGAL URAIAN

PEMOTONGAN

(Rp.)

PENYETORAN (Rp.) SALDO

(Rp.)1 2 3 4 5 6

JUMLAH ....................tanggal...........................

Mengetahui Kepala Desa Bendahara Desa

.............................................................................

3) Buku BankBerfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).

BUKU BANK DESADESA …………………… KECAMATAN …………………………….

TAHUN ANGGARAN .........

BULAN :

BANK CABANG :

REK. NO. :

No

TGL

TRANSAKSI

URAIAN

TRANSAKSI

BUKTI TRANSAKSI

PEMASUKAN PENGELUARAN

SALDOSETO

RAN(Rp.)

BUNGA

BANK

(Rp.)

PENARIKAN(Rp.)

PAJAK(Rp.)

BIAYA ADMINIS

TRASI (Rp.)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 100

Page 115: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TOTAL TRANSAKSI BULAN INITOTAL TRANSAKSI KUMULATIF

…MENGETAHUI

KEPALA DESA BENDAHARA DESA,

………………………………..……………………………

Bukti TransaksiSelain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti transaksi juga merupakan bagian dari penatausahaan dalam pengelolaan keuangan. Tanpa bukti transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.

Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Di dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data: pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis pihak yang membuat, yang memverifikasi, yang menyetujui dan yang menerima.

Contoh Bukti Transaksi:

Kuitansi: Merupakan bukti transaksi yang muncul akibat terjadinya penerimaan uang sebagai alat pembayaran suatu transaksi yang diterima oleh si penerima uang.

Nota Kontan (Nota): Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar secara tunai.

Faktur: Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar secara kredit.

Memo Internal (Memo): Merupakan bukti transaksi internal antara pihak-pihakdalam internal lembaga. Misalnya: Pemakaian perlengkapan, penyusutan aktiva, penghapusan piutang, dll

Nota Debit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh pembeli. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai pesanan.

Nota Kredit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh penjual. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai pesanan

Status dan Fungsi Dokumen PenatausahaanBuku Kas (Umum, Pajak, Pembantu Kegiatan, dan Bank), dan bukti-bukti transakasi adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa. Dokumen dimaksud berfungsi untuk sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit, dan juga sebagai barang bukti apabila diperlukan dalam proses hukum,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 101

Page 116: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dalam hal terjadi dugaan penyelewengan keuangan, atau tindak pidana lain terkait keuangan desa. Dengan demikian, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, seluruh atau sebagaian dokumen dimaksud adalah tindakan melawan hukum.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan PenatausahaanBagaimana agar azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa mewujud dalam kegiataan Penatausahaan?

Asas Penerjemahannya dalam Penatausahaan Yang dibutuhkan

Partisipasi Membuka peluang bagi kegiatan audit partisipatif

Warga yang memiliki kemampuan (pengetahuan dan ketermpilan) untuk meoakukan audit keuangan dan.atau proses

Transparan Mengumumkan secara terbuka Laporan Bulanan Bendahara

Akuntabel Laporan bulanan Bendahara dilakukan secara rutin

Dilakukan rekonsiliasi rekening setiap bulan

Tertib dan Disiplin Anggaran

Laporan bulanan Bendahara dilakukan tepat waktu

Laporan bulanan Bendahara memuat semua transaksi dalam satu bulan laporan

Data keuangan yang disampaikan konsisten

Setiap transaksi dapat dibuktikan dengan bukti transaksi yang sah

F. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Bab ini mencakup: pengertian dan makna laporan pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.

Pelaporan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 102

Page 117: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak terpisahkan dari penyelengaraan pemerintahan desa.

Fungsi

Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:

Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor

berpengaruh, keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan

Prinsip

Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan ini, antara lain:

a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)c) Ringkas dan jelas d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam

Permendagri

Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan

Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian laporan realisasi/pelaksanaan APB Desa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yangdipilah dalam dua tahap:

Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan

Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Dokumen

Dokumen laporan yang disampaikan adalah:

1. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester I

2. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir

Laporan Pertanggungjawaban

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 103

Page 118: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan menyertakan lampiran:

1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang ditetapkan.

2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan 3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa

Pertanggungjawaban Kepada MasyarakatSejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan melalui Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, web site resmi pemerintah kabupaten atau bahkan desa.

Penyampaian Informasi Laporan Kepada MasyarakatDitegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu berarti dalam pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran aktif masyarakat. Sejauh yang ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan secara tertulis kepada masyarakat dengan menggunakan media yang mudah diakses oleh masyarakat.

Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin masyarakat yang mengetahui berbagai hal terkait dengan kebijakan dan realisasi pelaksanaan APBDesa. Dengan demikian, masyarakat dapat memberikan masukan, saran, koreksi terhadap pemerintah desa, baik yang berkenaan dengan APBDesa yang telah maupun yang akan dilaksanakan.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaporan dan PertanggungjawabanSebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Hal itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa diwujudkan secara baik dan benar.

AsasPenerjemahannya dalam

Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Yang dibutuhkan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 104

Page 119: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Partisipasi Membuka ruang bagi masyarakat untuk mencermati laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Mengagendakan penyampaian Laporan pertanggungjawaban dalam Musyawarah Desa

Transparansi

Menginformasikan secara terbuka Laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa

Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban dalam forum Musyawarah Desa

Pengelolaan secara efektif media/sarana penyampaian informasi

Aspirasi masyarakat agar LPj diagendakan dalam Musyawarah Desa

Akuntabel Laporan Semester I dan Laporan akhir sesuai Form yang telah ditetapkan

Isi/materi Lapaoran sesuai Dokumen Laporan

Pertanggungjawaban sesuai ketentuan

Laporan Pertanggungjawaban disusun melalui proses pembahasan dengan BPD

Laporan disampaikan kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan

Laporan diinformasikan kepada masyarakat secara terbuka

Warga yang memiliki pengethuan terkait laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Warga yang peduli dan menaruh perhatian terhadap laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Tertib dan Disiplin Anggaran

Laporan dilakukan tepat waktu Data dalam laporan

konsisten/sesuai Data keuangan dalam laporan

tepat jumlah

Audit proses dan keuangan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 105

Page 120: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 5PENGEMBANGAN EKONOMI

DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 106

Page 121: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 107

Page 122: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 108

PB5

Bahan Bacaan

Pengembangan Ekonomi Desa

Page 123: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

A.PENGANTAR

UU No. 6/2014 tentang Desa menjadi prioritas penting bagi Pemerintahan Jokowi-JK dengan menempatkan posisi Desa sebagai “kekuatan besar” yang akan memberikan kontribusi terhadap misi Indonesia yang berdaulat, sejahtera, dan bermartabat. Prioritas tersebut tercermin dalam Nawacita, khususnya Cita ketiga. Prioritas posisi Desa tersebut membutuhkan komitmen pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan untuk mencapai Desa yang maju, kuat, mandiri, dan demokratis. Salah satu wujud komitmen tersebut ialah pengaturan tentang BUM Desa melalui Permendesa No. 4/2015 sebagai pelaksanaan amanat UU Desa. Sebagai amanat UU Desa, BUM Desa dapat dimaknai sebagai:

1. Salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.

2. Salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di Desa.

3. BUM Desa sebagai salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.

B.BUM DESA DAN TRADISI BERDESA

Konsepsi Tradisi Berdesa merupakan salah satu gagasan fundamental yang mengiringi pendirian BUM Desa. Tradisi Berdesa sejajar dengan kekayaan modal sosial dan modal politik serta berpengaruh terhadap daya tahan dan keberlanjutan BUM Desa. Inti gagasan dari Tradisi Berdesa dalam pendirian BUM Desa adalah:

1. BUM Desa membutuhkan modal sosial (kerja sama, solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya) untuk pengembangan usaha yang menjangkau jejaring sosial yang lebih inklusif dan lebih luas.

2. BUM Desa berkembang dalam politik inklusif melalui praksis Musyawarah Desa sebagai forum tertinggi untuk pengembangan usaha ekonomi Desa yang digerakkan oleh BUM Desa.

3. BUM Desa merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif antara pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi Desa kolektif yang dilakukan oleh BUM Desa mengandung unsur bisnis sosial dan bisnis ekonomi.

4. BUM Desa merupakan badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

5. BUM Desa menjadi arena pembelajaran bagi warga Desa dalam menempa kapasitas manajerial, kewirausahaan, tata kelola Desa yang baik, kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 109

Page 124: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

6. BUM Desa melakukan transformasi terhadap program yang diinisiasi oleh pemerintah (government driven; proyek pemerintah) menjadi “milik Desa”.

C. PEMBENTUKAN DAN PENDIRIAN BUM DESA

Pada prinsipnya, pendirian BUM Desa merupakan salah satu pilihan Desa dalam gerakan usaha ekonomi Desa [vide Pasal 87 ayat (1) UU Desa, Pasal 132 ayat (1) PP No. 43/2014, dan Pasal 4 Permendesa PDTT No. 4/2015]. Frasa “dapat mendirikan BUM Desa” dalam peraturan perundang-undangan tentang Desa tersebut menunjukkan pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa Desa dalam gerakan usaha ekonomi. Dari ketentuan tersebut, Pendirian BUM Desa didasarkan atas prakarsa Desa yang mempertimbangkan:

a) inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa; b) potensi usaha ekonomi Desa; c) sumberdaya alam di Desa; d) sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dane) penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan

dan kekayaanDesa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.

Dalam aras sistem hukum, prakarsa Desa tersebut memerlukan legitimasi yuridis dalam bentuk Perbup/walikota tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Di dalam Peraturan Bupati tersebut dicantumkan rumusan pasal (secara normatif) tentang:

a) pendirian dan pengelolaan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa bidang pengembangan ekonomi lokal Desa;

b) penetapan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa di bidang pemerintahan Desa.

Langkah prosedural selanjutnya adalah penerbitan Perdes tentang Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang mengembangkan isi Perbup/Walikota tersebut dengan memasukkan pendirian, penetapan, dan pengelolaan BUM Desa.

Baik Peraturan Bupati/Walikota maupun Perdes tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang memuat BUM Desa tersebut harus sinkron dengan isi RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa yang juga mencantumkan BUM Desa dalam perencanaan bidang pelaksanaan pembangunan Desa (item: rencana kegiatan pengembangan usaha ekonomi produktif).

Alur Pendirian BUM Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 110

Page 125: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

D.LANGKAH PELEMBAGAAN BUM DESA

Proses pelembagaan pelembagaaan BUM Desa harus dilakukan secara partisipatif. Tujuannya agar pendirian BUM Desa benar-benar seirama dengan denyut nadi usaha ekonomi Desa dan demokratisasi Desa. Langkah-langkah pelembagaan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, sosialisasi tentang BUM Desa. Inisiatif sosialisasi kepada masyarakat Desa dapat dilakukan oleh Pemerintah Desa, BPD, PLD (Pendamping Lokal Desa) baik secara langsung maupun bekerjasama dengan (i) Pendamping Desa yang berkedudukan di kecamatan, (ii) Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang berkedudukan di Kabupaten, dan (iii) Pendamping Pihak Ketiga (LSM, Perguruan Tinggi, Organisasi Kemasyarakatan).

Langkah sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat Desa dan kelembagaan Desa memahami tentang apa BUM Desa, tujuan pendirian, manfaat pendirian dan lain sebagainya. Keseluruhan Pendamping perlu melakukan upaya inovatif-progresif untuk meyakinkan masyarakat bahwa BUM Desa akan memberikan manfaat kepada Desa.

Perumusan hasil sosialisasi yang memuat pembelajaran dari BUM Desa dan kondisi internaleksternal Desa dapat dibantu oleh para Pendamping. Substansi sosialisasi selanjutnya menjadi rekomendasi pada pelaksanaan Musyawarah Desa yang mengagendakan pendirian/ pembentukan BUM Desa. Rekomendasi dari sosialisasi dapat menjadi masukan untuk:

o Rencana Pemetaan Aspirasi/Kebutuhan Masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD dan nantinya akan menjadi Pandangan Resmi BPD terkait BUM Desa; dan

o Bahan Pembahasan tentang BUM Desa yang disiapkan oleh Pemerintah Desa dan akan disampaikan oleh Kepala Desa kepada BPD.

Kedua, pelaksanaan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.

Pendirian atau pembentukan BUM Desa merupakan hal yang bersifat strategis. Pelaksanaan tahapan Musyawarah Desa dapat dielaborasi kaitannya dengan pendirian/ pembentukan BUM Desa secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan kewajiban masyarakat.

Salah satu tahapan dalam Musyawarah Desa yang penting adalah Rencana Pemetaan Aspirasi/Kebutuhan Masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD. Anggota BPD dapat bekerjasama dengan para Pendamping untuk melakukan Kajian Kelayakan Usaha pada tingkat sederhana yakni:

a) menemukan potensi Desa yang dapat dikembangkan melalui pengelolaan usaha/bisnis.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 111

Page 126: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

b) mengenali kebutuhan sebagian besar warga Desa dan masyarakat luar Desa.

c) merumuskan bersama dengan warga Desa untuk menentukan rancangan alternatif tentang unit usaha dan klasifikasi jenis usaha. Unit usaha yang diajukan dapat berbadan hukum (PT dan LKM) maupun tidak berbadan hukum.

d) klasifikasi jenis usaha pada lokasi Desa yang baru memulai usaha ekonomi Desa secara kolektif, disarankan untuk merancang alternatif unit usaha BUM Desa dengan tipe pelayanan atau bisnis sosial dan bisnis penyewaan. Kedua tipe unit usaha BUM Desa ini relatif minim laba namun minim resiko kerugian bagi BUM Desa.

e) organisasi pengelola BUM Desa termasuk dalam susunan kepengurusan (struktur organisasi dan nama pengurus). Struktur organisasi menjadi bahan pembahasan dalam Musyawarah Desa dan nantinya akan menjadi bagian substantif dalam Perdes tentang Pendirian BUM Desa. Adapun susunan nama pengurus BUM Desa dipilih langsung dalam Musyawarah Desa agar pengurus/pengelola BUM Desa mendapat legitimasi penuh dari warga Desa. Kesepakatan atas subjek/orang dalam susunan kepengurusan BUM Desa selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa. Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri dari Penasihat, Pelaksana Operasional dan Pengawas. Penamaan susunan kepengurusan dapat menggunakan penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyonan.

f) modal usaha BUM Desa. Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. Modal BUM Desa terdiri atas penyertaan modal Desa dan penyertaan modal masyarakat Desa.

g) rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa (AD/ART) dibahas dalam Musyawarah Desa dan hasil naskah AD/ART itu diputuskan oleh Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 136 ayat (5) PP No. 47/2015. AD/ART tersebut dibahas dalam Musyawarah Desa agar prakarsa masyarakat Desa tetap mendasari substansi AD/ART.

h) pokok bahasan opsional tentang rencana investasi Desa yang dilakukan oleh pihak luar dan nantinya dapat dikelola oleh BUM Desa.

Ketiga, penetapan Perdes tentang Pendirian BUM Desa (Lampiran: AD/ART sebagai bagian tak-terpisahkandari Perdes). Susunan nama pengurus yang telah dipilih dalam Musdes, dijadikan dasar oleh Kepala Desa dalam penyusunan surat keputusan Kepala Desa tentang Susunan Kepengurusan BUM Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 112

Page 127: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 6PENYUSUNAN PERATURAN DI

DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 113

Page 128: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 114

Page 129: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB6

Bahan Bacaan

Penyusunan Peraturan di Desa

Bahan Bacaan 1

PRODUK HUKUM DI DESA1. Apa yang dimaksud dengan kewenangan desa?Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa (pasal 18 UU Desa No. 6 Tahun 2014). 2. Meliputi kewenangan apa saja yang diberikan kepada Desa ?Dalam pasal 19 UU Desa No. 6 Tahun 2014 Kewenangan Desa meliputi:

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;b. Kewenangan lokal berskala Desa;c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah

provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota; dand. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Apa yang dimaksud dengan kewenangan hak asal-usul?Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat.Sesuai pasal 2 Permendesa PDTT no 1/2015 bahwa ruang lingkup kewenangan berdasarkan hak asal usul Desa meliputi :

a. sistem organisasi perangkat Desa;b. sistem organisasi masyarakat adat;c. pembinaan kelembagaan masyarakat;d. pembinaan lembaga dan hukum adat;e. pengelolaan tanah kas Desa;f. pengelolaan tanah Desa atau tanah hak milik Desa yang

menggunakan sebutan setempat;g. pengelolaan tanah bengkok;h. pengelolaan tanah pecatu;i. pengelolaan tanah titisara; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 115

Page 130: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

j. pengembangan peran masyarakat Desa. Sedangkan Kewenangan berdasarkan hak asal usul Desa adat (pasal 3 Permendesa PDTT No 1/2015) meliputi:

a. penataan sistem organisasi dan kelembagaan masyarakat adat; b. pranata hukum adat; c. pemilikan hak tradisional; d. pengelolaan tanah kas Desa adat; e. pengelolaan tanah ulayat; f. kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa adat; g. pengisian jabatan kepala Desa adat dan perangkat Desa adat; dan h. masa jabatan kepala Desa adat

4. Apa yang dimaksud dengan kewenangan lokal berskala desa ? Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.5. Apa saja ruang lingkup kewenangan lokal berskala desa ?Sesuai pasal 5 Permendesa No 1/2015 bahwa ruang lingkup kewenangan desa berdasarkan bersekala lokal meliputi :

a. kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat;

b. kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya di dalam wilayah dan masyarakat Desa yang mempunyai dampak internal Desa;

c. kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari masyarakat Desa;

d. kegiatan yang telah dijalankan oleh Desa atas dasar prakarsa Desa;e. program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh Desa; dan

f. kewenangan lokal berskala Desa yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

6. Siapa yang dimaksud sebagai pihak ketiga dalam pasal 5 huruf e Permendesa PDTT No. 1 Tahun 2015 ?

Pasal 6 Permendesa No. 1 Tahun 2015 dijelaskan Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi: a. individu; b. organisasi kemasyarakatan; c. perguruan tinggi; d. lembaga swadaya masyarakat; e. lembaga donor; dan f. perusahaan. 7. Apa yang dimaksud dengan produk hukum desa ?Adalah semua Peraturan Perundang-undangan baik yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD, maupun peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat mengikat.8. Apa yang dimaksud dengan Peraturan Desa ?Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD, yang merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa, Peraturan Desa merupakan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 116

Page 131: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimiliki desa mengacu pada ketentuan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi.Sesuai pasal 2 Permendagri no 111/2014 bahwa jenis peraturan di desa :

a. Peraturan desa;b. Peraturan Bersama kepalaDesa; danc. Peraturan Kepala Desa.

9. Apa yang dimaksud dengan Peraturan Kepala Desa ?Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.10.Apa yang dimaksud dengan Peraturan Bersama Kepala Desa ?Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur antar Desa satu dengan desa yang lainnya.11.Siapa yang berhak menyusun produk hukum Desa ?Yang berhak menyusun adalah Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.12.Apakah masyarakat boleh atau memiliki hak untuk ikut dalam

penyusunan Peraturan Desa?Sebagaimana yang yang diatur pada pasal 6 ayat (2) Permendagri nomor 111/2014 bahwa hal tersebut diperbolehkan dan bahkan harus dikonsultasikan kepada masyarakat, “Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan.13.Apa peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD dalam

penyusunan Peraturan Desa?Peran BPD dalam penyusunan Peraturan desa adalah sangat penting karena Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan kepada masyarakat oleh Kepala Desa disampaikan kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama (pasal 6 ayat (5) Permendagri nomor 111/2014. 14.Apa peran Kepala Desa dalam menyusun produk hukum desa? Peran Kepala Desa dalam penyusunan produk hukum desa adalah menetapkan dan mennadatangani rancangan produk hukum yang telah disepakati bersama oleh Kepala Desa dan BPD.15.Bagaimana proses penyusunan produk hukum desa? Proses penyusunan produk hokum desa adalah rancangan peraturan yang sudah dibuat oleh pemeritah desa :

a. Wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa (diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan);

b. Dikonsultasikan kepada Camat untuk mendapatkan masukan;c. Kepala Desa menyampaikan rancangan peraturan tersebut kepada

BPD untuk dibahas dan disepakati bersama; d. Penetapan dan penandatanganan peraturan yang sudah disepakati

bersama;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 117

Page 132: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

e. Rancangan perauran desa yang telah dibubuhi tanda tangan Kepala desa disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan melalui lembaran desa;

f. Peraturan dinyatakan molai berlaku dan mempunyai kekuatan hokum yang mengikat sejak diundangkannya di lembaran desa.

16.Apa saja jenis produk hukum desa menurut amanat UU Desa? Jenis produk hukum desa, ada 3 yaitu :

a. Peraturan Desa (Perdes);Peraturan Desa yang merupakan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama kepala desa. Perdes bersifat umum sehinga mengatur segala hal yang menjadi kewenangan desa dan juga mengikat semua orang yang berada dalam lingkup desa. Perdes harus mengindahkan batasan ataupun larangan yang ditentukan oleh peraturan yang lebih tinggi derajatnya berdasarkan hirarki peraturan.

b. Peraturan Kepala Desa;Peraturan yang dikeluarkan oleh kepala desa yang mempunyai fungsi sebagai peraturan pelaksana dari Perdes ataupun pelaksanan dari peraturan yang lebih tingg. Peraturan Kepala desa hanya dapat mengatur hal-hal yang diperintahkan secara konkret dalam Perdes. Karena itu, tidak boleh mengatur hal yag tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Perdes. Ini merupakan salah satu bentuk pembatasan terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh kepala desa. Sedangkan pada posisinya sebagai pelaksana peraturan yang lebih tinggi, Perdes memuat materi yang mengaturkewenangannya atau materi yang diperintahkanatau didelegasikan dari peraturan yang lebih tingi. Peraturan kepala Desa tetap saja dapat mengatur materi yang tidak ditentukan dalam Perdes, namun materi itu harus tetap diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi, misalnya diperintahkan oleh UU, PP atau Perda. Dengan demikian Peraturan Kepala Desa merupakan salah satu peraturan yang “lebih bebas” dalam menentukan substansi yang akan diaturnya, namun tetap harus mempunyai dasar hokum dalam pengaturan materi tersebut.

c. Peraturan Bersama Kepala Desa :Peraturan ini merupakan peraturan yang materi muatan merupakan kesepakatan bersama antara dua desa atau lebih

17.Apa azas utama yang harus mendasari Peraturan Desa? Azas utama yang harus mendasari peraturan Desa adalah :

a. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul;b. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan

pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa;

c. Keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;

d. Kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa dan unsur masyarakat Desa dalam membangun Desa;

e. Kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk membangun Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 118

Page 133: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

f. Kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu kesatuan keluarga besar masyarakat Desa;

g. Musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan;

h. Demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan persetujuan masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin;

i. Kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan sendiri;

j. Partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan; k. Kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran; l. Pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa; dan

m. Keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan Desa

18.Dimana letak kedudukan Peraturan Desa dalam susunan (hirarki) Peraturan perundangan?

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Desa dikeluarkan dari hierarkhi peraturan perundang-undangan, tetapi tetap diakui keberadaannya sebagai salah satu jenis peratuan perundang-undangan dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.19.Apakah Desa dapat menyusun Perdes tanpa ada peraturan

diatasnya (Perbup)?Dapat. Desa tetap dapat menyusun Perdes tanpa harus menunggu peraturan diatasnya dalam hal ini “Perbup” selama tidak bertentangan dengan UU Desa dan turunannya.20.Mengapa harus ada Peraturan Desa dalam kehidupan berdesa?Sebagai konsekwensi desa diberikan kewenangan untuk mengatur, mengurus dan bertangguingjawab, maka peraturan Desa diterbitkan sebagai kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan desa.21.Peraturan Desa apa saja yang dievaluasi oleh Walikota/Bupati?Perdes tentang APB Desa, pungutan, tata ruang dan organisasi pemerintahan.22.Siapa mengevaluasi Rancangan Peraturan Desa, tentang APB

Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD?

Evaluasi rancangan peraturan desa dilakukan oleh Bupati/Walikota. Sebagaimana dalam Pasal 14 Permendagri No. 111 Tahun 2014, (1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 119

Page 134: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. (2) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. 23.Bagaimana apabila hasil evaluasi rancangan peraturan desa

tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa harus ada perbaikan ?

Kepala Desa harus memperbaiki rancangan peraturan Desa tersebut. Sebagaimana dalam Pasal 15 Permendagri No. 111 Tahun 2014 (1) Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota. (2) Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pasal 14 , Kepala Desa wajib memperbaikinya. 24.Berapa waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki rancangan

peraturan desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa?

Waktu yang dibutuhkan yaitu selama 20 hari. Sebagaimana dalam Pasal 16 Permendagri No. 111 Tahun 2014. (1) Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 2 paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi. (2) Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1. (3) Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat.25.Bagaimana jika Kepala Desa tidak menindaklanjuti hasil

evaluasi dari Bupati/Walikota terhadap rancangan peraturan desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa?

Bupati/Walikota dapat membatalkan rancangan peraturan desa tersebut. Sebagaimana dalam Pasal 17 Permendagri No. 111 Tahun 2014. Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat 1, dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.26.Apa yang dimaksud dengan Peraturan Desa yang pro

masyarakat rakyat desa?Adalah peraturan Desa yang disusun melalui musyawarah Desa dan mengatur tentang hajat hidup kepentingan rakyat untuk menuju kesejahteraan.Contoh : Perdes tentang jalan desa, Perdes tentang pemanfaatan sumber daya air, perdes tentang pasar desa, perdes tentang saluaran irigasi dan lain sebagainya.27.Bagaimana caranya supaya Peraturan Desa menjamin

kepentingan dan melindungi hak masyarakat ?Penyusunan Perdes harus disusun sebagai berikut :Sebagaimana dalam pasal 6 Permendagri No. 111 Tahun 2014 :

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 120

Page 135: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

(1) Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa;

(2) Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan;

(3) Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan;

(4) Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa;

(5) Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.

Sumber:

Tim Penulis, 2015. Buku Saku Memahami Undang-Undang Desa: Tanya-Jawab Seputar Undang-Undang Desa. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 121

Page 136: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB6

Bahan Bacaan

Penyusunan Peraturan di Desa

Bahan Bacaan 2

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

1. Indonesia Sebagai Negara HukumDalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.”

Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 122

Page 137: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya.

Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjangsatu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pengertian dan Konsep Dasar Peraturan Perundang-undangan Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka definisi peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

a. Berbentuk peraturan tertulisPada hakekatnya, hukum dikelompokkan ke dalam hukum tertulis berupa peraturan perundang-undangan, dan hukum tidak tertulis berupa hukum kebiasaan (hukum adat), norma agama, atau putusan hakim (yurisprudensi). Oleh karenanya, peraturan perundang-undangan hanya merupakan sebagian dari hukum yakni dalam arti hukum tertulis. Pengertian ini mengandung makna masih diakui, perlu dihormati dan wajib ditaati ketentuan-ketentuan hukum adat (kebiasaan) yang secara empiris berlaku dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Misal, masih dikenal dan diakui keberadaan Lembaga Subak di Bali, hak ulayat, dan sebagainya.

b. Pembentukannya harus dilakukan Lembaga Negara atau pejabat yang berwenang.Pengertian ini mengandung makna suatu peraturan perundang-undangan hanya sah secara hukum apabila dibuat oleh pejabat yang berwenang membuatnya.

c. Mengikat secara umum.Isi peraturan perundang-undangan mengikat secara umum, tidak mengikat orang tertentu (untuk hal-hal tertentu) saja. Ciri umum ini dimaksudkan untuk membedakan dengan keputusan tertulis dari pejabat berwenang, yang biasanya bersifat individual, konkret, dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 123

Page 138: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

einmalig, yang lebih dikenal sebagai “keputusan/ penetapan” (beschikking). Pengertian mengikat umum dalam peraturan perundang-undangan tidak harus dimaknai sebagai mengikat semua orang, tetapi hanya untuk menunjukkan bahwa peraturan perundang-undangan tidak berlaku terhadap peristiwa konkret atau individu tertentu. Karena itu, tidak disebut sebagai ”sesuatu yang mengikat umum” melainkan ”sesuatu yang mengikat secara umum”.

Secara teoritis istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau gesetzgebung), mempunyai beberapa pengertian berikut:

1. Sebagai proses pembentukan atau proses membentuk peraturan-peraturan negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah;

2. Segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat Pusat maupun Daerah;

3. Peraturan yang berkaitan dengan Undang-Undang, baik peraturan itu berupa Undang-Undang sendiri, Undang-Undang Dasar yang memberi delegasi konstitusional maupun peraturan di bawah Undang-Undang sebagai atribusi atau delegasi dari Undang-Undang tersebut. Atas dasar atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan, yang tergolong peraturan perundang-undangan di Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen, adalah :a. Undang-Undang, dan b. Peraturan perundangan yang lebih rendah daripada Undang-

Undang, seperti:1) Peraturan Pemerintah;2) Keputusan Presiden yang berisi peraturan;3) Keputusan Menteri yang berisi peraturan;4) Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang

berisi peraturan;5) Keputusan Direktur Jenderal Departemen yang dibentuk

dengan Undang-Undang yang berisi peraturan;6) Peraturan Daerah Provinsi;7) Keputusan Gubernur Kepala Daerah yang berisi peraturan yang

melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Provinsi;8) Peraturan Daerah Kabupaten dan Keputusan Bupati/Walikota

Kepala Daerah, yang berisi peraturan yang melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Tingkat II.

4. Semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah, baik di tingkat Pusat maupun di Daerah, serta semua Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 124

Page 139: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat umum (algemeen verbinden voorshrift) disebut juga dengan istilah Undang-Undang dalam arti materiil (wet in materiele zin), yaitu semua hukum tertulis dari Pemerintah yang mengikat umum (ieder rechtsvoorschrift van de overheid met algemeen strekking).Sebagai sebuah bentuk peraturan hukum yang bersifat in abstracto atau general norm, maka perundang-undangan mempunyai ciri mengikat atau berlaku secara umum dan bertugas mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).

Kata perundang-undangan apabila merupakan terjemahan wetgeving berarti sebagai:

1. perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan.

2. keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat daerah.

3. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undanganSecara Teoritis

Asas peraturan perundang-undangan, termasuk produk hukum desa, secara teoritis dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Asas Tingkatan HirarkiSuatu perundang-undangan isinya tidak boleh bertentangan dengan isiperundang-undangan yang lebih tinggi tingkatan atau derajatnya. Berdasarkan asas ini dapatlah dirinci hal-hal berikut : a. Perundang-undangan yang lebih rendah derajatnya tidak dapat

mengubah atau mengesampingkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi, tetapi yang sebaliknya dapat;

b. Perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah atau ditambah oleh atau dengan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya;

c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya;

d. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi tetap berlaku dan mempunyai kekuatan hukum serta mengikat, walaupun diubah, ditambah diganti atau dicabut oleh perundang-undangan yang lebih rendah;

e. Materi yang seharusnya diatur oleh perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya tidak dapat diatur oleh perundang-undangan yang lebih rendah, tetapi yang sebaliknya dapat. Namun demikian, tidak tepat apabila perundang-undangan yang lebih tinggi mengambil alih fungsi perundang-undangan yang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 125

Page 140: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

lebih rendah. Apabila terjadi demikian, pembagian wewenang mengatur dalam suatu negara menjadi kabur. Di samping itu, badan pembentuk perundang-undangan yang lebih tinggi tersebut akan teramat sibuk dengan persoalan-persoalan yang selayaknya diatur oleh badan pembentuk perundang-undangan yang lebih rendah.

Asas-asas tersebut di atas penting untuk ditaati. Tidak ditaatinya asas dimaksud akan menimbulkan ketidaktertiban dan ketidakpastian dari sistem perundang-undangan, bahkan dapat menimbulkan kekacauan atau kesimpangsiuran perundang-undangan.

b. Peraturan Perundang-undangan tidak dapat Diganggu GugatAsas ini berkaitan dengan hak menguji perundang-undangan (toetsingsrecht). Sebagaimana diketahui hak menguji perundang-undangan ada 2 (dua) macam yakni:a. Hak menguji secara materiel (materieletoetsingsrech) yaitu,

menguji materi atau isi dari perundang-undangan apakah bertentangan dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya.

b. Hak menguji secara formal (formele toetsingsrecht) yaitu menguji apakah semua formalitas atau tata cara pembentukan sudah dipenuhi.

Dalam hal ini, materi atau isi peraturan perundang-undangan tidak dapat diuji oleh siapapun, kecuali oleh badan pembentuk sendiri atau badan yang berwenang yang lebih tinggi. Jadi yang dapat menguji dan mengadakan perubahan hanyalah badan pembentuk peraturan perundang-undangan itu sendiri atau badan yang berwenang yang lebih tinggi.

Namun, dalam perkembangannya, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat tersebut sudah memiliki penyimpangan. Dalam hal ini konsep judicial review meletakkan lembaga peradilan (misalnya Mahkamah Agung, atau Mahkamah Konstitusi) dapat menjadi lembaga yang menguji konstitusionalitas peraturan perundangan. Dalam konsep demikian badan pembentuk peraturan perundangan menjadi positive legislator sedangkan lembaga pelaksana judicial review bertindak sebagai negative legislator.

Perlu diketahui, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat tetap konsisten diterapkan di negara-negara yang menganut prinsip kedaulatan parlemen (parliamentary sovereignty). Di negara-negara demikian – seperti Inggris dan Perancis, sebagai

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 126

Page 141: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

perwujudan kedaulatan parlemen, produk parlemen – termasuk undang-undang – dinyatakan tidak dapat diganggu-gugat.

c. Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Khusus Mengesampingkan Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Umum (Lex Specialis Derogat Lex Generalis)Pada prinsipnya, peraturan perundang-undangan yang bersifat umum mengatur persoalan-persoalan pokok dan berlaku secara umum pula. Selain itu ada juga peraturan perundang-undangan yang menyangkut persoalan pokok dimaksud, tetapi pengaturannya secara khusus menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang umum tersebut .

Kekhususan itu dikarenakan sifat hakikat dari masalah atau persoalan atau karena kepentingan yang hendak diatur mempunyai nilai intrinsic yang khusus, sehingga diperlukan pengaturan secara khusus pula. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat hukum pidana umum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku umum (berlaku bagi setiap penduduk). Sungguhpun demikian, bagi golongan tertentu, dalam hal ini misalnya untuk militer, disebabkan sifat hakikat tugasnya yang khusus yaitu bertempur dengan menggunakan kekerasan (senjata), perlu bagi militer tersebut dalam beberapa hal mengenai hukum pidana diatur secara khusus, menyimpang dari hukum pidana umum. Masalah yang khusus dimaksud, antara lain misalnya apa yang dikenal dengan tindak pidana desersi, yaitu perbuatan meninggalkan kesatuannya untuk selama-lamanya tanpa izin atau tindak pidana melarikan diri dari pertempuran, dan lain sebagainya. Oleh karenanya untuk kalangan militer ditetapkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang bersifat khusus di samping KUHP yang bersifat umum.

Dalam KUHP telah diatur misalnya mengenai tindak pidana pencurian (Pasal 362 dan seterusnya), tetapi pencurian yang dilakukan oleh militer di dalam kesatuan militer diatur pula dalam KUHPM (Pasal 140). Dengan demikian terhadap militer yang melakukan pencurian dalam kesatuan militer berlaku 2 (dua) ketentuan hukum, yaitu Pasal 362 KUHP dan Pasal 140 KUHPM. Dalam keadaan tersebut yang digunakan atau berlaku adalah Pasal 140 KUHPM. Perbedaannya adalah ancaman hukuman dalam Pasal 140 KUHPM lebih berat daripada ancaman hukuman Pasal 362 KUHP. Jadi dalam hal ini Undang-Undang yang bersifat khusus mengesampingkan Undang-Undang yang bersifat umum dalam persaingannya dengan Undang-Undang yang bersifat umum tersebut.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 127

Page 142: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kekhususan dimaksud dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang itu sendiri. Misalnya, Pasal 1 KUHPM merumuskan tentang berlakunya KUHP (Undang-Undang yang umum), kecuali jika ditetapkan secara khusus dalam KUHPM menyimpang dari KUHP. Demikian juga mengenai hubungan hukum yang khusus dengan hukum yang umum dalam bidang perdata yaitu, antara hukum dagang dengan hukum perdata, tercantum dalam rumusan Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa KUH Perdata berlaku terhadap persolan-persoalan yang diatur oleh KUHD, kecuali yang ditentukan menyimpang.

d. Peraturan Perundang-undangan tidak Berlaku SurutAsas ini berkaitan dengan lingkungan kuasa hukum (geldingsgebied van het recht), meliputi:a. Lingkungan kuasa tempat (ruimtegebied, territorial sphere), yang

menunjukkan tempat berlakunya hukum atau perundang-undangan. Suatu ketentuan hukum atau perundang-undangan berlaku untuk seluruh wilayah negara atau hanya untuk sebagian wilayah negara.

b. Lingkungan kuasa personel (zakengebied, material sphere), yaitu menyangkut masalah atau persoalan yang diatur. Misalnya, apakah mengatur persoalan perdata atau mengatur persoalan publik. Lebih sempit lagi, apakah mengatur persoalan pajak ataukah mengatur persoalan kewarganegaraan, dan lain sebaginya.

c. Lingkungan kuasa orang (personengebied, personal sphere), yaitu menyangkut orang yang diatur, apakah berlaku untuk setiap penduduk atau hanya untuk Pegawai Negeri atau hanya untuk kalangan anggota ABRI saja, dan lain sebagainya;

d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied, temporal sphere), yang menunjukkan sejak kapan dan sampai kapan berlakunya sesuatu ketentuan hukum atau perundang-undangan.

Asas “Peraturan Perundang-undangan tidak berlaku surut” berkaitan dengan lingkungan kuasa waktu atau tijdsgebied atau temporal sphere sebagaimana tersebut di atas. Peraturan perundang-undangan dibuat dengan maksud untuk keperluan masa depan sejak peraturan perundang-undang tersebut diundangkan. Tidaklah layak apabila materi yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan diberlakukan untuk masa silam sebelum peraturan perundang-undangan itu dibuat dan diundangkan. Karena apabila diberlakukan surut akan dapat menimbulkan berbagai akibat yang tidak baik.

e. Peraturan Perundang-undangan yang Baru Mengesampingkan Peraturan Perundang-undangan yang Lama (Lex Posteriori Derogat Lex Priori)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 128

Page 143: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Apabila ada suatu masalah yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan yang lama diatur pula dalam peraturan perundang-undangan yang baru, maka ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang baru yang berlaku. Dalam hal ini tentunya apabila ada perbedaan, baik mengenai maksud, tujuan maupun maknanya.

Secara Normatif Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:a. kejelasan tujuan.

setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat.Setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan.Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.

d. dapat dilaksanakan.Setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan.Setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

f. kejelasan rumusan.Setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

g. keterbukaan.dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 129

Page 144: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:a. Pengayoman.

Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.

b. Kemanusiaan.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional

c. Kebangsaan.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Kekeluargaan.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Kenusantaraan.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

f. Bhinneka Tunggal Ika.Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

g. Keadilan.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial

i. ketertiban dan kepastian hukum.Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat

mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 130

Page 145: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN / KOTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI

PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PEMERINTAH PEMERINTAHPEMERINTAH

UNDANG-UNDANG/PERPU

TAP MPR

UUD 1945

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

Selain mencerminkan asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. Antara lain:a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada

hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

4. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undanganHierarki peraturan perundang-undangan adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yangdidasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 131

Page 146: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Berdasarkan pasal 8 UU No. 12 tahun 2011, jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

Peraturan Perundang-undangan ini diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Sedangkan dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

5. Jenis dan Kedudukan Peraturan Di Desa dalam sistem hukum nasional

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan di Desa, jenis peraturan di desa meliputi:

1) Peraturan Desa;2) Peraturan Bersama Kepala Desa; dan3) Peraturan Kepala Desa.

Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun Peraturan bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama desa. Sedangkan Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Selain mengeluarkan produk hukum yang bersifat pengaturan, Kepala Desa juga dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa yang bersifat penetapan.Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, dan final.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 132

Page 147: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

6. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Peraturan Di Desa

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis dengan masa keanggotaan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.

Adapun mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut:

1) musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa;

2) musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa;

3) pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat;

4) apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara;

5) pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa yang hadir; dan

6) hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan keputusan Badan Permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki tugas penting lain yaitu menyelenggarakan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 133

Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur.

Page 148: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategismeliputi:

1) penataan Desa;2) perencanaan Desa;3) kerja sama Desa;4) rencana investasi yang masuk ke Desa;5) pembentukan BUM Desa;6) penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan7) kejadian luar biasa.

Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun dengan dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

7. Kewenangan Bupati/Walikota melakukan Evaluasi dan Klarifikasi Peraturan Desa

Berdasarkan Pasal 112 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Adapun Pembinaan dan pengawasan yangdilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi:

1) memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Desa;

2) memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;

3) memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;

4) melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa; dan5) melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Desa. Evaluasi disini

termasuk juga melakukan pembatalan terhadap Peraturan Desa.

Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa. Penetapan Peraturan Desa merupakan penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimiliki Desa mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah produk hukum, Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan tidak boleh merugikan kepentingan umum, yaitu:

1) terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;2) terganggunya akses terhadap pelayanan publik;3) terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;4) terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 134

Page 149: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

5) diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar golongan, serta gender.

a. Evaluasi rancangan Peraturan desa ke Bupati/ WalikotaEvaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota. Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi, Kepala Desa wajib memperbaikinya.

Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi.Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa. Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat.Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.

b. Klarifikasi Peraturan DesaKlarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi. Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima.

Hasil klarifikasi oleh Bupati/Walikota dapat berupa:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 135

Page 150: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1) hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan

2) hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Dalam hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai. Sedangkan dalam hal hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan Bupati/Walikota.

8. Kerjasama Antar-Desa Menurut UU Desa dan Peraturan Pelaksanaannya

Berdasarkan Pasal 91 UU No. 6 tahun 2014, Desa dapat mengadakan kerja sama dengan Desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama antar-Desa sendiri meliputi:

1) pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing;

2) kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar-Desa; dan/atau

3) bidang keamanan dan ketertiban.

Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui kesepakatan musyawarah antar-Desa.Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa. Musyawarah antar-Desa sendiri membahas hal yang berkaitan dengan:

1) pembentukan lembaga antar-Desa;2) pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa;3) perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan

antar-Desa;4) pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa, dan

Kawasan Perdesaan;5) masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut

berada; dan6) kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama

antar-Desa.

Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan kerja sama antar-Desa dapat membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 136

Page 151: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Sedangkan dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.

Selain kerjasama antar desa, Desa juga dapat mengadakan kerja sama dengan pihak ketiga untuk mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Kerja sama dengan pihak ketiga tersebut sebelumnya perlu dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa.

Pelaksanaan kerja sama antar-Desa diatur dengan peraturan bersama kepala Desa. Sedangkan pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur dengan perjanjian bersama.Peraturan bersama dan perjanjian bersama tersebut paling sedikit memuat:

1) ruang lingkup kerja sama;2) bidang kerja sama;3) tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama;4) jangka waktu;5) hak dan kewajiban;6) pendanaan;7) tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan; dan8) penyelesaian perselisihan.

Badan kerja sama antar-Desa terdiri atas Pemerintah Desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga Desa lainnya, dantokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. Adapun susunan organisasi, tata kerja, dan pembentukan badan kerja sama ditetapkan dengan peraturan bersama kepala Desa. Secara organisasi, badan kerja sama bertanggung jawab kepada kepala Desa.

Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus dimusyawarahkan dengan menyertakan para pihak yang terikat dalam kerja sama Desa. Kerja sama Desa dapat berakhir apabila:

1) terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam perjanjian;

2) tujuan perjanjian telah tercapai;3) terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan perjanjian kerja

sama tidak dapat dilaksanakan;4) salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan

perjanjian;5) dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;6) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;7) objek perjanjian hilang;8) terdapat hal yang merugikan kepentingan masyarakat Desa, daerah,

atau nasional; atau9) berakhirnya masa perjanjian.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 137

Page 152: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa diselesaikan secara musyawarah serta dilandasi semangat kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam satu wilayah kecamatan, penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh camat.Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam wilayah kecamatan yang berbeda pada satu kabupaten/kota difasilitasi dan diselesaikan oleh bupati/walikota. Penyelesaian perselisihan tersebut bersifat final dan ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang memfasilitasi penyelesaian perselisihan.

Sementara pada perselisihan dengan pihak ketiga yang tidak dapat terselesaikan setelah dilakukan fasilitasi sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan penyelesaian melalui proses hukum.

9. Prosedur Penyusunan Peraturan Di Desaa. Penyusunan Peraturan Desa

Tahap Perencanaan.Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. Selain itu, Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa.

Tahap Penyusunan oleh Kepala Desa.Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa (sesuai pasal 6 ayat 2 permendagri 111/2014) dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan. Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan.

Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.

Tahap Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD.Selain diprakarsai oleh Pemerintah Desa, BPD dapat menyusun dan mengusulkan rancangan Peraturan Desa, kecuali untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 138

Page 153: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Tahap Pembahasan.BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa.Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah Desa danusulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul. Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD.

Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan. Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.

Tahap Penetapan. Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan.Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa tersebut, Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa.

Tahap Pengundangan.Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa. Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan.

Tahap Penyebarluasan.Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan Peraturan Desa. Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Tahap Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Penetapan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 139

Page 154: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 140

Pembatalan Perdes dengan

keputusan Bupati/Walikot

Page 155: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa

10. Penyusunan Peraturan Bersama Kepala Desa

Tahap Perencanaan.Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama antar-Desa.Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa.

Tahap Penyusunan. Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desapemrakarsa.Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan masukan. Masukan dari masyarakat desa dan camat tersebut digunakan Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala Desa.

Tahap Pembahasan, Penetapan dan PengundanganKementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 141

Page 156: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2 (dua) Kepala Desa atau lebih. Kepala Desa yang melakukan kerja sama antar-Desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal disepakati.

Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan tersebut diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa. Peraturan Bersama Kepala Desa mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing-masing Desa.

Tahap Penyebarluasan. Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa masing-masing. Metode penyebarluasan dapat menggunakan berbagai sarana yang memudahkan masyarakat desa untuk mengaksesnya, misalnya melalui sarana internet atau pengumuman di tempat strategis.

Proses Penyusunan Peraturan Bersama Kepala Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 142

Page 157: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

11. Penyusunan Peraturan Kepala DesaPenyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa. Materi muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaan Peraturan di Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Proses penyusunan Peraturan Kepala Desa dari segi prosedur lebih sederhana karena tidak memerlukan persetujuan dari BPD. Adapun metode penyusunannya berlaku mutatis mutandis dengan metode penyusunan peraturan perundang-undangan yang lain. Sebagai tahap akhir, Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa.

12. Penyusunan Rancangan Perdes Prioritas

a. Penyusunan Rancangan Perdes tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.

Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa yangwajib dilaksanakan paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan.Dalam menyusun RPJM Desa, Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat Desa.

Rancangan RPJM Desa paling sedikit memuat penjabaran visi dan misi kepala Desa terpilih dan arah kebijakan perencanaan pembangunan Desa dengan memperhatikan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota yang memuat visi dan misi kepala Desa, rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, dan arah kebijakan pembangunan Desa.RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan kabupaten/kota.RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.

Apa yang dimaksud dengan Kondisi objektif Desa? Maksudnya adalah kondisi yang menggambarkan situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya, serta dengan mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender, pelindungan terhadap anak, pemberdayaan keluarga, keadilan bagi masyarakat miskin, warga disabilitas dan marginal, pelestarian lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat guna dan sumber daya lokal, pengarusutamaan perdamaian, serta kearifan lokal.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 143

Page 158: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa, Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota.Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi.Usulan kebutuhan pembangunan Desa harus mendapatkan persetujuan bupati/walikota. Jika usulan tersebut disetujui, maka usulan dimuat dalam RKP Desa tahun berikutnya.

Melalui kesepakatan dalam musyawarah pembangunan desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa, RPJM Desa dapat diubah dalam hal:

1) terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

2) terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

b. Rancangan Perdes tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.RKP Desa paling sedikit berisi uraian:

1) evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;2) prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh

Desa;3) prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola

melalui kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga;4) rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh

Desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan

5) pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.

RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan yang menjadi dasar penetapan APB Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 144

Page 159: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Dalam menyusun RKP Desa, Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat Desa.

Melalui kesepakatan dalam musyawarah pembangunan desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa, RKP Desa dapat diubah dalam hal:

1) terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

2) terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

c. Rancangan Perdes tentang APB Desa

Penting untuk dipahami bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, sumber pembiayaan pemerintah desa dibagi berdasarkan kewenangan sebagai berikut:

1) penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APB Desa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja Negara yang dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota.

3) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Gubernur menginformasikan rencana bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi.Bupati/walikota menginformasikan rencana ADD, bagian bagi hasil pajak dan retribusi kabupaten/kota untuk Desa, serta bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.

Penyampaian informasi tersebut kepada kepala Desa dilakukan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) Hari setelah kebijakan umum anggaran dan prioritas serta plafon anggaran sementara disepakati kepala daerah bersama dewan perwakilan rakyat daerah. Selanjutnya Informasi dari gubernur dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 145

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Page 160: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

bupati/walikota tersebut dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan APB Desa.

PP No. 43 tahun 2014 juga mengatur batasan peruntukan Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa dengan perincian:

1) paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan

2) paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk:a) penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat

Desa;b) operasional Pemerintah Desa;c) tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dand) insentif rukun tetangga dan rukun warga.

Dalam proses penyusunannya, Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa paling lambat bulan Oktober tahun berjalan untuk kemudian disampaikan oleh kepala Desa kepada bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) Hari sejak disepakati untuk dievaluasi oleh Bupati/Walikota yang dalam pelaksanaannya dapat didelegasikan kepada Camat. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan.

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

1. AZAS PEMBENTUKAN PERATURAN DESA

a. Kejelasan tujuanb. Kelembagaan atau urgan pembentuk yg tepatc. Kesesuaian antara jenis dan materi muatand. Dapat dilaksanakane. Kedayagunaan dan kehasilgunaanf. Kejelasan rumusang. Transparan

2. JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI DESA

a. Peraturan Desab. Peraturan Bersama Kepala Desac. Peraturan Kepala Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 146

Page 161: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Peraturan di desa sebagaimana dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.Peraturan bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama desa.Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

3. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

a. Landasan Filosofis.Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Landasan Sosiologis.Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Dalam peraturan desa, agar peraturan desa yang diterbitkan jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat misalnya adat istiadat, agama.

c. Landasan Yuridis.Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 147

Page 162: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

4. PERSIAPAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA

Pemrakarsa rancanganperaturan desa adalah:a. Pemerintah Desab. Usul Inisiatif BPD

5. PEMBAHASAN

Rancangan peraturan desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD. Muatan materi dilihat dari sudut pandang tujuan diterbitkannya sebuah Peraturan Desa itu maka materi Peraturan Desa antara lain meliputi :a. Menetapkan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengaturb. Menetapkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan

masyarakat desac. Menetapkan segala sesuatu yang membebani keuangan desa dan

masyarakat.

6. KERANGKA STRUKTUR PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA

a. PENAMAAN/JUDULb. PEMBUKAANc. BATANG TUBUHd. PENUTUPe. LAMPIRAN (BILA DIPERLUKAN)

a. PENAMAAN/JUDUL

1. Setiap Peraturan Desa dan Keputusan Desa mempunyai penamaan/judul

2. Penamaan/ judul Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun dan tentang nama peraturan atau Keputusan yang diatur

3. Nama Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa dibuat singkat dan mencerminkan isi Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa

4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.

Contoh : Jenis Peraturan Desa :

PERATURAN DESA...............(Nama Desa)NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANGKementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 148

Page 163: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN...........

Jenis Peraturan Bersama Kepala Desa PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa)

DAN KEPALA DESA... (Nama Desa)NOMOR ... TAHUN ...NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG(Judul Peraturan Bersama)

Jenis Peraturan Kepala Desa :

PERATURAN KEPALA DESA.............(Nama Desa)NOMOR 2 TAHUN 2015

TENTANGIURAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DESA

Jenis Keputusan Kepala Desa :

KEPUTUSAN KEPALA DESA.................(Nama Desa)NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANGTIM PENYUSUN RPJM DESA

b. PEMBUKAAN

Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari :a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa “ b. Jabatan Pembentuk Peraturan Desac. Konsiderans

- Menimbang- Mengingat

d. Frasa “ Dengan kesepakatan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa“

e. Memutuskan danf. MenetapkanPembukaan pada Peraturan Bersama Kepala Desa a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa “b. Jabatan pembentuk Paraturan Bersama Kepala Desac. Konsiderans

- Menimbangd. Dasar Hukum

- Mengingate. Memutuskan; danf. Menetapkan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 149

Page 164: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pembukaan pada Peraturan Kepala Desa a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa “b. Jabatan pembentuk Paraturan Kepala Desac. Konsiderans

- Menimbangd. Dasar Hukum

- Mengingate. Memutuskan; danf. Menetapkan

Pembukaan pada Keputusan Kepala Desaa. Jabatan pembentuk paraturan kepala desab. Konsiderans

- Menimbangc. Dasar Hukum

- Mengingat- Memperhatikan (jika diperlukan)

d. Memutuskan dane. Menetapkan

c. PENJELASAN

a. FRASA ” Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa ”,Kata frasa yang berbunyi ” Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan kata yang harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya seluruhnya huruf kapital, ditulis dalam satu baris dan tidak diakhiri tanda baca.

Contoh :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. JABATANJabatan pembentuk Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma ( , )Contoh :

KEPALA DESA KUSUMANEGARA,c. KONSIDERANS

Konsiderans harus diawali dengan kata ” Menimbang ” yang memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, pertimbangan, landasan yuridis, sosiologis dan filosofis dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 150

Page 165: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Jika konsideran terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan pengertian dan tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c dst dan diawali dengan huruf kecil serta diakhiri dengan tanda titik koma ( ; ) Contoh :Menimbang: a. ................................................................................................... ;

b. .................................................................................................. ;c. .................................................................................................. ;

d. DASAR HUKUMDasar hukum diawali dengan kata ” Mengingat ” yang harus memuat dasar hukum bagi pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi yang akan diatur. Dasar hukum dapat dibagi 2 yaitu :1) Landasan yuridis kewenangan membuat peraturan desa,

peraturan bersama kepala desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa; dan

2) Landasan yuridis materi yang diatur

Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-undangan yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dari produk hukum yang dibuat.Catatan : Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan Surat Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum karena tidak termasuk jenis perundang-undangan

Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama tingkatannya, maka dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan berdasarkan nomor urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.

Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan lembaran negara Republik Indonesia, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia , Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah ( kalau ada ). Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka tiap dasar hukum diawali dengan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 151

Page 166: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

angka arab 1,2,3 dst dan diakhiri dengan tanda baca titik koma ( ; )contoh : Penulisan Dasar HukumMengingat : 1

.

2.

3.

4.

5.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor .... Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .... ) ;Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor .... Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .... ) ;Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang……..;Peraturan Menteri ....... Nomor ........ tentang ................................... ;Peraturan Daerah Nomor...Tahun ...... \tentang ...... (Lembaran Daerah Tahun ...... Nomor .....)........................................;

FRASA

Frasa ” Dengan Kesepakatan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa ” Kata frasa yang berbunyi ” Dengan Kesepakatan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa”, merupakan kalimat yang harus dicantumkan dalam Peraturan Desa, dan cara penulisannya dilakukan sebagai berikut :1. Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;2. Kata ” Dengan Kesepakatan Bersama ” hanya huruf awal kata ditulis huruf kapital.3. Kata “ dan ”, semuanya ditulis dengan huruf kecil; 4. Kata ” Badan Permusyawaratan Desa ” dan ” Kepala Desa ” seluruhnya ditulis huruf kapital.

Contoh : Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA..................(Nama Desa)dan

KEPALA DESA .............................(Nama Desa)

MEMUTUSKAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 152

Page 167: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kata ” Memutuskan ” ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ). Peletakan kata MEMUTUSKAN adalah di tengah margin.

MENETAPKAN

Kata ” Menetapkan ” dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN yang disejajarkan ke bawah dengan kata ” Menimbang” dan ” Mengingat ”. Huruf awal kata ” Menetapkan ” ditulis dengan huruf Kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : )Contoh :Jenis Peraturan Desa :

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA.............(Nama Desa) TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN….

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 153

Page 168: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Contoh :Jenis Keputusan Kepala Desa :

MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DESA.....................(Nama Desa)

TENTANG TIM PENYUSUN RPJM DESA

BATANG TUBUH

Batang tubuh peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan peraturan kepala desa memuat materi yang dirumuskan dalam bab dan pasal-pasal atau diktum-diktum yang bersifat mengatur ( Regeling ), sedangkan jenisKeputusan Kepala Desa bersifat menetapkan ( Beschikking ), batang tubuhnya dirumuskan dalam diktum-diktum.

1. Batang Tubuh Peraturan Desa dan Peraturan Bersama Kepala Desa dan PeraturanKepala Desamemuat:

- Ketentuan Umum - Materi yang diatur - Ketentuan Peralihan ( kalau ada ) - Ketentuan Penutup

2. Pengelompokkan materi dalam bab, bagian dan paragraf tidak merupakan keharusan.Jika Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat luas dan mempunyai banyak pasal, maka pasal - pasal tersebut dapat dikelompokkan menjadi bab, bagian dan paragraf. pengelompokan dilakukan atas dasar kesamaan kategori atau kesatuan lingkup isi materi

URUTAN PENGGUNAAN KELOMPOK1. Bab dengan pasal-pasal tanpa bagian dan paragraf2. Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf3. Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pasal-pasal

Tata cara penulisan Bab, Bagian, Paragraf , Pasal dan ayat.Bab diberi nomor urut dengan angka romawi dan judul bab semua ditulis dengan huruf kapital.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 154

Page 169: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Contoh :BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian diberi nomor urut dengan bilangan-bilangan yang ditulis dengan huruf kapital dan diberi judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan dan judul bagian ditulis denganhuruf kapital, kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.Contoh :

BAB II(……… JUDUL BAB……….)

Bagian Kedua……………………………….

Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul.Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis dengan huruf kapital, sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama ditulis dengan huruf kecilContoh :

Bagian Kedua(…….. Judul Bagian ………..)

Paragraf 1( Judul Paragraf )

Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat.Contoh :

Pasal 5

Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas dari pada dalam beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali materi yg menjadi pasal itu merupakan satu rangkaian yg tidak dapat dipisahkan.

Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor urut dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan dalam satu kalimat

Contoh :Pasal 22

(1) ………………………………………………………………. (2) ………………………………………………………………. (3) ……………………………………………………………….

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 155

Page 170: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BATANG TUBUH PERATURAN KEPALA DESA

Peraturan Kepala Desa bersifat mengatur ( Regeling ) ; 1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa memuat semua materi

yang akan dirumuskan dalam pasal - pasal 2) Pengelompokkan dalm batang tubuh terdiri atas : a) Ketentuan Umum b) Materi yang diatur c) Ketentuan peralihan ( kalau ada ) d) Ketentuan penutup 3) Materi Peraturan Kepala Desa adalah merupakan pelaksanaan

dari Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

4) Tata cara perumusan dan penulisan materi muatan batang tubuh sama dengan tata cara perumusan dan penulisan materi muatanPeraturan Desa

Keputusan Kepala Desa adalah bersifat penetapan ( Beschiking ) 1) Batang Tubuh Keputusan Kepala Desa memuat semua materi

muatan keputusan yang dirumuskan dalam diktum-diktum. 2) Pengelompokkan dalam batang tubuh terdiri atas materi yang akan diatur.

Contoh : KESATU : ……………………………………............................................... KEDUA : ……………………………………...............................................

Dalam keputusan kepala desa tidak perlu ada ketentuan umum dan ketentuan peralihan karena keputusan kepala desa yang bersifat penetapan adalah konkrit, individual dan final

PENUTUP1. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah

kanan2. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata

diberi tanda baca koma3. Nama lengkap pejabat yg menandatangani ditulis dgn huruf

kapital tanpa gelar dan pangkat4. Penetapan Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa,

Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa hanya ditandatangani oleh Kepala Desa

5. Pengundangan Peraturan Desa dilakukam oleh Sekretaris Desa Dalam Lembaran Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 156

Page 171: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

6. Pengundangan Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa oleh Sekretaris Desa dalam Berita Desa

PERUBAHAN PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perubahan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa :1. Dilakukan oleh Pejabat yg berwenang membentuknya2. Peraturan Desa diubah dengan Peraturan Desa, Peraturan

Bersama Kepala Desa dengan Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dengan Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa diubah dengan Keputusan Kepala Desa.

3. Perubahan terhadap Peraturan itu tanpa mengubah sistematika 4. Dalam penamaan disebut Peraturan Desa, Peraturan Bersama

Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa mana yang diubah dan perubahan yg diadakan itu adalah perubahan yang ke… .

Contoh : Perubahan APBDes

PERATURAN DESA..............(Nama Desa)NOMOR...... TAHUN.....

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA.........(Nama Desa)

NOMOR.... TAHUN...... TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Contoh : Perubahan selanjutnya

PERATURAN DESA............(Nama Desa) NOMOR...... TAHUN.......

TENTANGPERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DESA..........(Nama Desa)

NOMOR ... TAHUN...... TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA PERIODE TAHUN ..S.D..TAHUN…

5. Dalam konsideran Menimbang Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa yang diubah, harus dikemukakan alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbangan mengapa peraturan yang lama perlu diadakan perubahan

6. Apabila Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa sudah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 157

Page 172: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mengalami perubahan substansi berulang kali sebaiknya dicabut dan diganti dengan peraturan yang baru.

7. Apabila perubahan sifatnya besar-besaran sebaiknya dibentuk peraturan yang baru

8. Cara merumuskan perubahan dalam pasal-pasal :a. Apabila suatu bab, bagian, pasal atau ayat akan dihapuskan,

angka atau nomor pasal itu hendaknya tetap dituliskan tetapi tanpa isi, hanya dituliskan “ dihapus “Contoh :

Bab VPasal .. Dihapusb. Apabila diantara pasal 14 dan 15 akan disisipkan pasal baru

maka pada pasal baru itu dituliskan dengan Pasal 14A

PENCABUTAN PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA

PENCABUTAN DENGAN PERGANTIAN:Ketentuan pencabutan dapat diletakkan di depan (dalam pembukaan) atau di belakang (ketentuan Penutup)

Contoh:Ketentuan pencabutan dapat diletakkan di belakang (ketentuan Penutup)

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 88Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, maka Peraturan Desa Kusuma Negara Nomor 2 tahun 2015 tentang APBDesa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Dalam bentuk seperti ini berarti walaupun peraturannya dicabut tetapi tidak sampai pada akar-akarnya ( peraturan pelaksananya masih tetap berlaku )

PENJELASAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan:1. Pembuatan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa,

peraturan kepala desa dan keputusan Kepala Desa agar tidak menyandarkan argumentasi pada penjelasan tetapi harus berusaha membuat peraturan desa, keputusan kepala desa yang dapat meniadakan keragu-raguan;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 158

Page 173: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2. Naskah penjelasan disusun bersama-sama dengan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, peraturan kepala desa dan keputusan Kepala Desa yang bersangkutan;

3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi tertentu;4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk

membuat peraturan;5. Judul penjelasan sama dengan judul peraturan desa, peraturan

bersama kepala desa, dan peraturan kepala desa; 6. Penjelasan terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal

yang pembagiannya dirinci dengan angka romawi;7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis mengenai latar

belakang pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan;8. Materi penjelasan tidak boleh bertentangan dengan materi

Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa;

9. Materi penjelasan tidak boleh pengulangan semata dari materi Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa;

10.Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan disatukan dan diberi keterangan cukup jelas.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 159

Page 174: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

a. Bentuk Rancangan Peraturan Desa

KEPALA DESA ….. (Nama Desa)KABUPATEN/KOTA........ (Nama Kabupaten/Kota)

PERATURAN DESA… (Nama Desa)NOMOR … TAHUN …

TENTANG

(Nama Peraturan Desa)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA (Nama Desa),

Menimbang: a. bahwa …;b. bahwa …;c. dan seterusnya …;

Mengingat: 1. …;2. …;3. dan seterusnya …;

Dengan Kesepakatan BersamaBADAN PERMUSYAWARATAN DESA … (Nama Desa)

danKEPALA DESA … (Nama Desa)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG ... (Nama Peraturan Desa).

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

BAB II…

Pasal …

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 160

Page 175: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BAB …(dan seterusnya)

Pasal . . .

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa … (Nama Desa).

Ditetapkan di …pada tanggal …KEPALA DESA…(Nama Desa),tanda tanganNAMA

Diundangkan di …pada tanggal …SEKRETARIS DESA … (Nama Desa),

tanda tanganNAMA

LEMBARAN DESA … (Nama Desa) TAHUN … NOMOR …

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 161

Page 176: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

b. Bentuk Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa

KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota)PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa)

DAN KEPALA DESA... (Nama Desa)

NOMOR ... TAHUN ...NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Peraturan Bersama)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAKEPALA DESA ... (Nama Desa) DAN

KEPALA DESA ..., (Nama Desa)

Menimbang : a. bahwa.................................................................;b. bahwa.................................................................;c. dan seterusnya....................................................;

Mengingat : 1. ...........................................................................;2. ...........................................................................;3. dan seterusnya...................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa) DAN

KEPALA DESA... (Nama Desa) TENTANG ... (Judul PeraturanBersama).

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:

BAB IIBagian Pertama

............................................Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 162

Page 177: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Paragraf 1

Pasal ..

BAB ...Pasal ...

BAB ...KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)

BAB ..KETENTUAN PENUTUP

Pasal ...

Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa) dan Berita Desa... (Nama Desa)

KEPALA DESA..., (Nama Desa)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Ditetapkan di ...pada tanggal

KEPALA DESA..., (Nama Desa)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Diundangkan di ...pada tanggal

SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Diundangkan di ...pada tanggal

SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN ... NOMOR ...BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN ... NOMOR ...

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 163

Page 178: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

c. Bentuk Rancangan Peraturan Kepala Desa

KEPALA DESA … (Nama Desa)KABUPATEN/KOTA...... (Nama Kabupaten/Kota)

PERATURAN KEPALA DESA... (Nama Desa)NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Peraturan Kepala Desa)DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA ..., (Nama Desa)

Menimbang : a. bahwa................................................;b. bahwa................................................;c. dan seterusnya..................................;

Mengingat : 1. ..........................................................;2............................................................;3. dan seterusnya..................................;

MEMUTUSKAN:Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG... (Judul Peraturan

Kepala Desa).

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan:

BAB IIBagian Pertama

............................................

Paragraf 1

Pasal ..

BAB ...Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 164

Page 179: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pasal ...

BAB ...KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)

BAB ..KETENTUAN PENUTUP

Pasal ...

Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa).

Ditetapkan di ...pada tanggalKEPALA DESA..., (Nama Desa)(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Diundangkan di ...pada tanggal ...SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)

(Nama)

BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN ... NOMOR ...

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 165

Page 180: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1. Teknik Penyusunan Keputusan Kepala Desa

KEPUTUSAN KEPALA DESAKABUPATEN/KOTA............(Nama Kabupaten/Kota)

KEPUTUSAN KEPALA DESA ... (Nama Desa)

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Keputusan Kepala Desa)KEPALA DESA..., (Nama Desa)

Menimbang : a. bahwa...................................................................;

b. bahwa...................................................................;

c. dan seterusnya.....................................................;

Mengingat : 1. ............................................................................;2. ............................................................................

;3. dan

seterusnya.....................................................;

Memperhatikan : 1. .....................................................................;

2. .....................................................................;3. dan seterusnya..............................................;(jika diperlukan)

MEMUTUSKAN:Menetapkan:

KESATU :KEDUA :KETIGA :KEEMPAT :KELIMA : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ...............pada tanggal ...................KEPALA DESA..., (Nama Desa)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 166

Page 181: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

DAFTAR PUSTAKA

A.Hamid S.Attamimi, Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijaksanaan, Makalah Pidato Purna Bakti, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 20 September 1993.

A.Hamid S.Attamimi, Perbedaan antara Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan, Makalah disampaikan pada Pidato Dies Natalis PTIK ke-46, Jakarta 17 Juni 1992

Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, hal. 1, http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf, diakses 12 April 2015

Maria Farida Idrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 1998

NE. Algra en HCJG Jansenn, Rechtsingang, Een Orientatie in het Recht, HD Tjeenk Willink bv., Groningen, 1974

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003.SF. Marbun dan Moh. Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,

Liberty Yogyakarta, 1987

Daftar Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.Sebagaimana telah diubah berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014TentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang DesaPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014Tentang Pedoman Teknis Peraturan Di DesaPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun

2014TentangPengelolaan Keuangan DesaPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014TentangPedoman

Pembangunan Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 167

Page 182: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 7PENGUATAN KEBERDAYAAN

MASYARAKAT

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 168

Page 183: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 169

Page 184: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB7.1

Bahan Bacaan

Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bahan Bacaan 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESAOleh Sutoro Eko

Di Indonesia, ada pegeseran menarik dalam hal wacana, paradigma dan kebijakan pembangunan, yakni dari pembangunan ke pemberdayaan. Tepatnya pembangunan desa terpadu pada tahun 1970-an, bergeser menjadi pembangunan masyarakat desa pada tahun 1980-an dan awal 1990-an, kemudian bergeser lagi menjadi pemberdayaan masyarakat (desa) mulai akhir 1990-an hingga sekarang. Kini, dalam konteks reformasi, demokratisasi dan desentralisasi, wacana pemberdayaan mempunyai gaung luas dan populer.

Gagasan pemberdayaan berangkat dari realitas obyektif yang merujuk pada kondisi struktural yang timpang dari sisi alokasi kekuasaan dan pembagian akses sumberdaya masyarakat (Margot Breton, 1994). Pemberdayaan sebenarnya merupakan sebuah alternatif pembangunan yang sebelumnya dirumuskan menurut cara pandang developmentalisme (modernisasi). Saya meyakini bahwa antara pembangunan (lama) dan pemberdayaan (baru) mempunyai cara pandang dan keyakinan yang berbeda, seperti terlihat dalam tabel 6.

Pada intinya, paradigma lama (pembangunan) lebih berorientasi pada negara dan modal sementara paradigma baru (pemberdayaan) lebih terfokus pada masyarakat dan institusi lokal yang dibangun secara partisipatif. Modal adalah segala-galanya yang harus dipupuk terus meski harus ditopang dengan pengelolaan politik secara otoritarian dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 170

Page 185: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

sentralistik. Sebaliknya, pemberdayaan adalah pembangunan yang dibuat secara demokratis, desentralistik dan partisipatoris. Masyarakat menempati posisi utama yang memulai, mengelola dan menikmati pembangunan. Negara adalah fasilitator dan membuka ruang yang kondusif bagi tumbuhnya prakarsa, partisipasi dan institusi lokal.

Konsep dan Arah PemberdayaanTidak ada sebuah pengertian maupun model tunggal pemberdayaan. Pemberdayaan dipahami sangat berbeda menurut cara pandang orang maupun konteks kelembagaan, politik, dan sosial-budayanya. Ada yang memahami pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas.

Saya memahami pemberdayaan (masyarakat desa) dengan beberapa cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan.

Tabel: Pergeseran paradigma dalampembangunan masyarakat desa

Paradigma Lama (Pembangunan)

Paradigma Baru (Pemberdayaan)

Fokus pada pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan

Redistribusi oleh Negara Proses keterlibatan warga yang marginal dalam pengambilan keputusan

Otoritarianisme ditolerir sebagai harga yang harus dibayar karena pertumbuhan

Menonjolkan nilai-nilai kebebasan, otonomi, harga diri, dll.

Negara memberi subsidi pada pengusaha kecil

Negara membuat lingkungan yang memungkinkan

Negara menyedian layanan ketahanan social

Pengembangan institusi lokal untuk ketahanan social

Transfer teknologi dari negara maju Penghargaan terhadap kearifan dan teknologi lokal; pengembangan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 171

Page 186: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

teknologi secara partisipatorisTransfer aset-aset berharga pada negara maju

Penguatan institusi untuk melindungi aset komunitas miskin.

Pembangunan nyata: diukur dari nilai ekonomis oleh pemerintah

Pembangunan adalah proses multidimensi dan sering tidak nyata yang dirumuskan oleh rakyat.

Sektoral MenyeluruhOrganisasi hirarkhis untuk melaksanakan proyek

Organisasi belajar non-hirarkis

Peran negara: produser, penyelenggara, pengatur dan konsumen terbesar

Peran negara: menciptakan kerangka legal yang kondusif, membagi kekuasaan, mendorong tumbuhnya institusi-institusi masyarakat.

Sumber: diadaptasi dari A. Shepherd, Sustainable Rural Development (London: Macmillan Press, 1998), hal. 17.

Kedua, pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs) masyarakat. Banyak orang berargumen bahwa masyarakat akar rumput sebenarnya tidak membutuhkan hal-hal yang utopis (ngayawara) seperti demokrasi, desentralisasi, good governance, otonomi daerah, masyarakat sipil, dan seterusnya. “Apa betul masyarakat desa butuh demokrasi dan otonomi desa? Saya yakin betul, masyarakat itu hanya butuh pemenuhan sandang, pangan dan papan (SPP). Ini yang paling dasar. Tidak ada gunanya bicara demokrasi kalau rakyat masih miskin”, demikian tutur seseorang yang mengaku sering berinteraksi dengan warga desa. Pendapat ini masuk akal, tetapi sangat dangkal. Mungkin kebutuhan SPP itu akan selesai kalau terdapat uang yang banyak. Tetapi persoalannya sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat itu sangat langka (scarcity) dan terbatas (constrain). Masyarakat tidak mudah bisa akses pada sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan SPP. Karena itu, pemberdayaan adalah sebuah upaya memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah-tengah scarcity dan constrain sumberdaya. Bagaimanapun juga berbagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bukan hanya terbatas dan langka, melainkan ada problem struktural (ketimpangan, eksploitasi, dominasi, hegemoni, dll) yang menimbulkan pembagian sumberdaya secara tidak merata. Dari sisi negara, dibutuhkan kebijakan dan program yang memadai, canggih, pro-poor untuk mengelola sumberdaya yang terbatas itu. Dari sisi masyarakat, seperti akan saya elaborasi kemudian, membutuhkan partisipasi (voice, akses, ownership dan kontrol) dalam proses kebijakan dan pengelolaan sumberdaya.

Ketiga, pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. Dari sisi proses, masyarakat sebagai subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat posisi tawar, dan meraih kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol terhadap lingkungan, komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara. Proses untuk mencapai visi ideal tersebut harus tumbuh dari bawah dan dari dalam masyarakat sendiri. Namun, masalahnya, dalam kondisi struktural yang timpang masyarakat sulit sekali membangun kekuatan dari dalam dan dari bawah, sehingga membutuhkan “intervensi” dari luar. Hadirnya pihak luar (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama, perguruan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 172

Page 187: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

tinggi, dan lain-lain) ke komunitas bukanlah mendikte, menggurui, atau menentukan, melainkan bertindak sebagai fasilitator (katalisator) yang memudahkan, menggerakkan, mengorganisir, menghubungkan, memberi ruang, mendorong, membangkitkan dan seterusnya. Hubungan antara komunitas dengan pihak luar itu bersifat setara, saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara bersama-sama.

Keempat, pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota masyarakat) sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif. Tabel 7 menampilkan pemetaan pemberdayaan dari dua sisi: dimensi (yang terbagi menjadi psikologis dan struktural) dan level (personal dan masyarakat). Pemberdayaan psikologis-personal berarti mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri individu. Pemberdayaan struktural-personal berarti membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial-politik yang timpang serta kapasitas individu untuk menganalisis lingkungan kehidupan yang mempengaruhi dirinya. Pemberdayaan psikologis-masyarakat berarti menumbuhkan rasa memiliki, gotong rotong, mutual trust, kemitraan, kebersamaan, solidaritas sosial dan visi kolektif masyarakat. Sedangkan pemberdayaan struktural-masyarakat berarti mengorganisir masyarakat untuk tindakan kolektif serta penguatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.

Saya menganggap pemberdayaan dari sisi struktural-masyarakat merupakan arena pemberdayaan yang paling krusial. Mengapa? Saya yakin betul bahwa pemberdayaan tidak bisa hanya diletakkan pada kemampuan dan mental diri individu, tetapi harus diletakkan pada konteks relasi kekuasaan yang lebih besar, dimana setiap individu berada di dalamnya. Mengikuti pendapat Margot Breton (1994), realitas obyektif pemberdayaan merujuk pada kondisi struktural yang mempengaruhi alokasi kekuasaan dan pembagian akses sumberdaya di dalam masyarakat. Dia juga mengatakan bahwa realitas subyektif perubahan pada level individu (persepsi, kesadaran dan pencerahan), memang penting, tetapi sangat berbeda dengan hasil-hasil obyektif pemberdayaan: perubahan kondisi sosial. “Setiap individu tidak bisa mengembangkan kamampuan dirinya karena dalam masyarakat terjadi pembagian kerja yang semu, relasi yang subordinatif, dan ketimpangan sosial”, demikian tulis Heller (1994: 185). Bahkan James Herrick (1995) menegaskan bahwa pemberdayaan yang menekankan pada pencerahan dan emansipasi individu tidak cukup memadai memfasilitas pengembangan kondisi sosial alternatif.

Tabel: Dimensi dan level pemberdayaanLevel/Dimensi

Psikologis Struktural

Personal Mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri.

Membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial-politik yang timpang serta kapasitas individu untuk menganalisis lingkungan kehidupan yang mempengaruhi dirinya.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 173

Page 188: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Masyarakat Menumbuhkan rasa memiliki, gotong rotong, mutual trust, kemitraan, kebersamaan, solidaritas sosial dan visi kolektif masyarakat.

Mengorganisir masyarakat untuk tindakan kolektif serta penguatan partisipasi dalam pembangunan dan pemerintahan.

Sumber:Diolah kembali dari C. Kieffer, “Citizen Empowerment: A DevelopmentPerspective”, Human Service, No. 3, 1984; J. Rappaport, “Terms of Empowerment: Toward a Theory for Community Psychology”, American Journal of Community Psychology, No. 15, 1987; R. Labonte, “Community Empowerment: The Need for Political Analysis”, Journal of Public Health, No. 80, 1989; M. Zimmerman, “Taking Aim on Empowerment Research: On the Distinction Between Individual and Psychological Concept”, American Journal of Community Psychology, No. 18, 1990; J. Lord, “Personal Empowerment and Active Living In H. Quinney, L. Gauvin and A.E. Wall (Eds.), Toward Active Living (Windsor, ON: Human Kinetics Publishers, 1994); dan Leena Rklund, From Citizen Participation Towards Community Empowerment (Tampere: Tampere University, 1999).

Kelima, saya membuat tipologi PMD berdasarkan arena (pemerintahan dan pembangunan) serta aktor (negara dan masyarakat) yang diletakkan dalam konteks desentralisasi dan demokratisasi desa. Tipologi itu tertulis dalam bagan 1. Kuadran I (pemerintahan dan negara) pada intinya hendak membawa negara lebih dekat ke masyarakat desa, dengan bingkai desentralisasi (otonomi) desa, demokratisasi desa, good governance desa dan capacity building pemerintahan desa. Kuadran II (negara dan pembangunan) berbicara tentang peran negara dalam pembangunan dan pelalayanan publik. Fokusnya adalah perubahan haluan pembangunan yang top down menuju bottom up, membuat pelayanan publik lebih berkualitas dan semakin dekat dengan masyarakat, serta penanggulangan kemiskinan. Kudran III (pemerintahan dan masyarakat desa) hendak mempromosikan partisipasi masyarakat dalam konteks pemerintahan desa, termasuk penguatan BPD sebagai aktor masyarakat politik di desa. BPD diharapkan menjadi intermediary antara masyarakat dengan pemerintah desa yang mampu bekerja secara legitimate, partisipatif, dan bertanggungjawab. Kuadran IV (pembangunan dan masyarakat desa) terfokus pada civil society maupun pemberdayaan modal sosial dan institusi lokal, yang keduanya sebagai basis partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.

Tipologi bagan 5 tidak dimaksudkan untuk membuat isu-isu pemberdayaan terkotak-kotak, melainkan semua kuadran tersebut harus dikembangkan secara sinergis dan simultan. Tetapi saya juga yakin bahwa pemberdayaan yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan harus ditopang secara kuat oleh kuadran IV (pembangunan dan masyarakat desa). Kuadran IV adalah pilar utama pemberdayaan yang akan memperkuat agenda pembaharuan pemerintahan dan pembangunan di level desa. Saya juga yakin bahwa tipologi itu sangat berguna sebagai basis orientasi untuk kajian-kajian keilmuan, pengembangan kurikulum dan referensi bagi kebijakan pemerintah untuk mendorong pemberdayaan masyarakat desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 174

Page 189: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bagan: Peta pemberdayaan masyarakat desa

ARENA

Pemerintahan Pembangunan

AKTOR

NEGARA

Demokratisasi desa

Good governance Otonomi desa. Peningkatan

kapasitas perangkat desa

Reformasi birokrasi

Pembangunan dari bawah.

Pengentasan kemiskinan.

Penyediaan akses masyarakat pada layanan publik (pendidikan, kesehatan, perumahan, dll)

MASYARAKAT DESA

Pengembangan partisipasi politik (voice, akses, kontrol dan kemitraan).

Pemberdayaan Masyarakat Politik

Badan Perwakilan Desa.

Partisipasi masyarakat

Penguatan modal sosial dan institusi lokal.

Pemberdayaan civil society

Tugas-Tugas PemberdayaanPemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktor-aktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling percaya dan menghormati.

Konsep pemberdayaan berangkat dari asumsi yang berbeda dengan pembinaan. Pemberdayaan berangkat dari asumsi hubungan yang setara antar semua elemen masyarakat dan negara. Para ahli mengatakan bahwa pemberdayaan sangat percaya bahwa “kecil itu indah”, bahwa setiap orang itu mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai. Kalau konsep pembinaan cenderung mengabaikan prinsip kearifan semua orang itu. Dalam konteks pemberdayaan, semua unsur (pejabat, perangkat negara, wakil rakyat, para ahli, politisi, orpol, ormas, LSM, pengusaha, ulama, mahasiswa, serta rakyat banyak) berada dalam posisi setara, yang tumbuh bersama melalui proses belajar bersama-sama. Masing-masing elemen harus memahami dan menghargai kepentingan maupun perbedaan satu sama lain. Pemberdayaan tersebut dimaksudkan agar masing-masing unsur semakin meningkat kemampuannya, semakin kuat, semakin mandiri, serta

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 175

Page 190: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

memainkan perannya masing-masing tanpa menganggu peran yang lain. Justru dengan pemberdayaan kemampuan dan peran yang berbeda-beda tersebut tidak diseragamkan, melainkan dihargai dan dikembangkan bersama-sama, sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik. Oleh karena itu, dalam hal pemberdayaan, tidak dikenal unsur yang lebih kuat memberdayakan terhadap unsur yang lebih lemah untuk diberdayakan. Unsur-unsur yang lebih kuat hanya memainkan peran sebagai pembantu, pendamping atau fasilitator, yang memudahkan unsur-unsur yang lemah memberdayakan dirinya sendiri.

Pada dasarnya “orang luar” jangan sampai berperan sebagai “pembina” atau “penyuluh”, melainkan sebagai “fasilitator” terhadap pemberdayaan masyarakat. Fasilitator itu adalah pendamping, yang bertugas memudahkan, mendorong, dan memfasilitasi kelompok sosial dalam rangka memberdayakan dirinya. Tugas-tugas itu dimainkan mulai dari analisis masalah, pengorganisasian, fasilitasi, asistensi, dan advokasi kebijakan.

Untuk memainkan peran-peran dalam pekerjaan PMD, para pekerja/fasilitator PMD harus profesional, memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan. Mereka harus kompeten, punya kemampuan dalam memahami teori secara holistik dan kritis, bertindak praktis, membuat refleksi dan praksis. Esensi praksis adalah bahwa orang dilibatkan dalam siklus bekerja, belajar, dan refleksi kritis. Ini adalah proses dimana teori dan praktik dibangun pada saat yang sama. Praksis lebih dari sekadar tindakan sederhana, tetapi ia mencakup pemahaman, belajar dan membangun teori. Para pekerja PMD tidak hanya butuh “belajar” keterampilan, tetapi juga “mengembangkan” keterampilan itu. Yang perlu dikembangkan adalah: kemampuan analisis, kesadaran kritis, pengalaman, belajar dari pihak lain, dan intuisi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 176

Page 191: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB7.2

Bahan Bacaan

Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa

Bahan Bacaan 2

KADER DESA: PENGGERAK PRAKARSA MASYARAKAT DESA

UU DESA DAN KADERISASI

Asas rekognisi dan subsidiaritas yang menjadi asas utama UU No. 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa) telah mendorong negara mengakui dan menghormati hak asal usul Desa dan menetapkan kewenangan lokal skala Desa. Konsekuensi dari asas utama pengaturan Desa (rekognisi-subsidiaritas) adalah lahirnya paradigma baru pembangunan Desa, dimana Desa sebagai sebuah kesatuan masyarakat hukum, kini menjadi subjek pembangunan yang mengatur dan menggerakkan pembangunannya secara mandiri berdasarkan hak dan kewenangan yang dimiliki. Selain itu, Desa kini menjadi ruang publik politik bagi warga desa untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatn desa dan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan secara mandiri.

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia yang handal dan mumpuni sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang mengelola pemerintahannya secara mandiri). Kaderisasi desa menjadi kegiatan yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis. Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di segala kehidupan, utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa secara demokratis.

Sesuai amanat UU Desa, pendampingan Desa harus dilakukan dengan paradigma penguatan masyarakat Desa sebagai subjek. Dalam praksis

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 177

Page 192: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

kebijakan pemberdayaan masyarakat sebelum UU Desa, kader-kader penggerak di Desa cenderung dibentuk melalui penugasan dari supradesa, menjadi bagian dari prasyarat proyek, serta bekerja didasarkan atas skema “petunjuk teknis” yang rinci. Desa baru pasca UU Desa dicirikan oleh adanya perubahan pola pendampingan desa yaitu dari semula berkarakter “kontrol dan mobilisasi-partisipasi”, berubah menjadi fasilitasi gerapan pembaharuan Desa sebagai komunitas yang mandiri. Berlandaskan asas regoknisi dan subsidiaritas, pendampingan desa mengutamakan kesadaran politik warga desa untuk terlibat aktif dalam urusan di desanya secara sukarela sehingga arah gerak kehidupan di desa merupakan akualitas kepentingan bersama yang dirumuskan secara musyawarah mufakat dalam semangat gotong royong.

PENGERTIAN KADER

Makna kata “kader” sebagaimana lazim dipahami dalam sebuah organisasi, adalah orang yang dibentuk untuk memegang peran penting (orang kunci) dan memiliki komitmen dan dedikasi kuat untuk menggerakan organisasi mewujudkan visi misinya. Dalam konteks desa, Kader Desa adalah “orang kunci “ yang mengorganisir dan memimpin rakyat desa bergerak menuju pencapaian cita-cita bersama. Kader Desa terlibat aktif dalam proses belajar sosial yang dilaksanakan oleh seluruh lapiran masyarakat desa.

Kader-kader Desa hadir di dalam pengelolaan urusan desa melalui perannya sebagai kepala desa, anggota BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; pengurus/anggota kelompok tani; pengurus/anggota kelompok nelayan; pengurus/anggota kelompok perajin; pengurus/anggota kelompok perempuan. Kader Desa dapat berasal dari kaum perempuan dan laki-laki dalam kedudukannya yang sejajar, mencakup warga desa dengan usia tua, kaum muda maupun anak-anak.

Konsisten dengan mandat UU Desa, keberadaan kader desa yang berasal dari warga Desa itu sendiri berkewajiban untuk melakukan “upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa”.

Fokus pendamping desa adalah memperkuat proses kaderisasi bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dengan tidak tertutup peluang untuk melakukan kaderisasi terhadap komponen masyarakat lainnya. Legalitas KPMD tertuang dalam ketentuan dalam Pasal 4 Permendesa PDTT No. 3/2015 tentang Pendampingan Desa. Pasal tersebut menetapkan bahwa pendampingan Desa dilaksanakan oleh pendamping yang terdiri atas: a. tenaga pendamping profesional; b. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); dan/atau c. pihak ketiga. Dengan demikian, KPMD merupakan pendamping desa yang dipilih dari warga desa setempat, untuk bekerja mendampingi beragam kegiatan di desanya secara mandiri. Bagan hubungan kerja antara KPMD dengan pendamping profesional maupun pendampingan pihak ketiga adalah sebagai berikut:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 178

Page 193: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Gambar: Pelaku-pelaku Pendampingan Desa

Selain itu dalam ketentuan PP Desa maupun Permendesa disebutkan bahwa KPMD dipilih dari masyarakat setempat oleh pemerintah Desa melalui Musyawarah Desa untuk ditetapkan dengan keputusan kepada Desa. Maknanya semakin terang bahwa KPMD merupakan individu-individu yang dipersiapkan sebagai kader yang akan melanjutkan kerja pemberdayaan di kemudian hari. Oleh karenanya, kaderisasi masyarakat Desa menjadi sangat penting untuk keberlanjutan kerja pemberdayaan sebagai penyiapan warga desa untuk menggerakkan seluruh kekuatan Desa.

KPMD selanjutnya masuk kedalam sistem pendampingan Desa skala lokal dan institusi Desa. Pendampingan Desa merupakan mandat UU Desa agar terdapat system pendampingan internal Desa guna menjadikan Desa yang kuat,maju,mandiri,dandemokratis. UUDesa dan peraturan-peraturan dibawahnya menegaskan pendampingan Desa sebagai kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaanmasyarakat. Tindakan pemberdayaan masyarakat Desa itudijalankan secara “melekat” melalui strategi pendampingan pada lingkup skala lokal Desa.

Identitas KPMD semakin jelas bahwa UU Desa mengarahkan representasi dari kelompok masyarakat Desa setempat untuk giat melakukan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat skala lokal Desa. KPMD versi UU Desa merupakan representasi dari warga desa yang selanjutnya dipilih dalam Musyawarah Desa dan ditetapkan oleh Desa setempat untuk melakukan tindakan pemberdayaan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 179

Page 194: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

masyarakat skala lokal, meliputi tindakan asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi skala lokal Desa. Istilah yang sekiranya tepat untuk menggambarkan KPMD pasca terbitnya UU Desa adalah “Kader Desa” dan bukan “Kader di Desa”.

KADER DESA SEBAGAI INSTITUSI WARGA

KPMD dapat disebut sebagai institusi warga(civil institution), yakni sebuah institusi kader lokal yang dibentuk secara mandiri oleh warga, untuk memerhatikan isu-isu publik (yang melampaui isu-isu parokhial dan adat-istiadat) serta sebagai wadah representasi dan partisipasi mereka untuk memperjuangkan hak dan kepentingan maupun kewajiban warga desa. Spirit kewargaan – sebagai jantung strong democracy – hadir dan dihadirkan oleh KPMD sebagai kader organisasi warga atau organisasi masyarakat sipil di ranah desa. Bahkan, KPMD dapat menjadi penggerak terbentuknya Pusat Kemasyarakatan (community centre) sebagai ruang publik politik untuk memperluas jangkuan kaderisasi Desa.

Kehadiran KPMD sebagai penggerak warga desa untuk berpartisipasi dan berswadaya gotong royong dalam pengelolaan urusan desa sudah barang tentu merupakan lompatan baru. Sebab, selama puluhan tahun dalam kerangka kerja kontrol dan mobilisasi-partisipasi, desa cenderung ditemjpatkan sebagai organisasi bentukan supra desa (desa korporatis). Tidak hanya desa yang bersifat korporatis, lembaga-lembaga masyarakat pun bersifat korporatis (PKK, Karang Taruna, RT, RW dan sebagainya). Kelemahan organisasi korporatis adalah ketergantungan yang tinggi terhadap negara, sehingga setiap urusan desa yang seharusnya mampu dikelola secara mandiri selalu diserahkan kepada negara untuk menyelesaikannya. Akibatnya, desa beserta lembaga masyarakat yang bersifat korporatis menjadi beban bagi negara.

Dalam ranah kaderisasi desa, KPMD bergerak untuk mengubah organisasi korporatis menjadi kekuatan baru yang mendorong desa tampil sebagai pilar bangsa dan negara dalam mewujdukan kesejahteraan masyarakat di desa-desa Indonesia. Secara horisontal, KPMD bersama-sama dengan warga melakukan pembelajaran, musyawarah mufatak (deliberasi), dan membangun kesadaran kolektif dalam diri warga desa untuk melaksanakan pembangunan desa. Secara vertikal, KPMD memfasilitasi para pemimpin Desa untuk berpihak kepada masyarakat desa, memfasilitasi fungsi representasi dalam Musrenbang dan Musyawarah Desa, memfasilitasi pelayanan publik yang berkeadilan bagi masyarakat desa, memfasilitasi pengelolaan APBDesa secara berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat desa (pembiayaan Posyandu, dukungan untuk ketahanan pangan, penyediaan air bersih, dan lain-lain).

ORIENTASI BARU KPMD

Orientasi kerja KPMD atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah sebagai berikut.

PERTAMAKPMD mengorganisasikan pembangunan Desa melalui pengembangan kapasitas teknokratis dan pendidikan politik.KPMD melakukan pengorganisasian pembangunan Desa dalam proses teknokratis

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 180

Page 195: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mencakup pengembangan pengetahuan dan keterampilan terhadap para pelaku desa dalam hal pengelolaan perencanaan, penganggaran, keuangan, administrasi, sistem informasi dan sebagainya. KPMD melakukan pendidikan politik yang berorientasi pada penguatan active and critical citizen, yakni warga desa yang aktif, kritis, peduli, berdaulat dan bermartabat. Hal ini antara lain merupakan kaderisasi yang melahirkan kader-kader baru KPMD yang militan sebagai penggerak pembangunan desa dan demokratisasi.

KEDUA pendampingan yang dilakukan KPMD tidak boleh bersifat apolitik, tetapi harus berorientasi politik. Kapasitas teknokratis yang diemban oleh KPMD sangat penting tetapi tidak cukup untuk memperkuat desa. Karena itu pendampingan oleh KPMD harus bersifat politik. Politik dalam konteks ini bukan dalam pengertian keterlibatan KPMD dalam perebutan kekuasaan di Desa, melainkan kerja fasilitasi untuk memperkuat pengetahuan dan kesadaran anggota masyarakat desa tentang posisi dirinya sebagai warga desa yang sekaligus warga negara Republik Indonesia (100% warga desa, 100% warga negara). Dalam kerangka kerja politik, KPMD mendorong tumbuhnya sikap sukarela dalam diri warga desa untuk terlibat aktif dalam urusan desanya. Dengan demikian, kerja politik KPMD dimaknai sebagai upaya menegakkan hak dan kewajiban desa sekaligus upaya menumbuhkan dan menegakkan hak dan kewajiban warga desa. Pendekatan pendampingan oleh KPMD yang berorientasi politik ini akan memperkuat kuasa rakyat sekaligus membuat sistem desa menjadi lebih demokratis dalam bingkai kedaulatan NKRI.

KETIGA para kader yang tergabung dalam KPMD bukan hanya memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan kapasitas, tetapi juga mengisi “ruang-ruang kosong” baik secara vertikal maupun horizontal. KPMD memiliki orientasi untuk mengisiruang kosong yang identik dengan membangun “jembatan sosial” (social bridging) dan jembatan politik (politicalbridging). Pada ranah desa, ruang kosong vertikaladalah kekosongan interaksi dinamis (disengagement) antara warga, pemerintah desa dan lembaga-lembaga desa lainnya. Pada ranah yang lebih luas, ruang kosong vertikal adalah kekosongan interaksi antara desa dengan pemerintah supra desa. Karena itu kader-kader KPMD adalah aktor yang membangun jembatan atau memfasilitasi engagement baik antara warga dengan lembaga-lembagadesa maupun pemerintah desa, agar tercipta bangunan desa yang kolektif, inklusif dan demokratis.

KEEMPAT pendampingan desa secara fasilitatif dari luar tidak cukup dilakukan oleh aparat negara dan para pelaku pendampingan profesional, tetapi juga perlu melibatkan “pendamping pihak ketiga.Tak jarang dijumpai bahwa kader-kader Desa lebih kaya metodologi pendampingan ketimbang pendamping profesional. Pendamping profesional mungkin mampu mengembangkan kapasitas teknokratis, tetapi mengalami keterbatasan dalam melakukan kaderisasi terhadap Kader Desa. Oleh karenanya, kader-kader desa dalam KPMD harus direkognisi sebagai aktor pendampingan yang tepat untuk melakukan kaderisasi. Dengan berpijak pada prinsip “negara yang padat” (congested state), pemerintah dan pemda harus memfasilitasi dan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi kader-kader KPMD untuk berjaringan dan bekerjasama dengan unsur-unsur organisasi masyarakat sipil dan perusahaan. KPMD sudah saatnya berkolaborasi dengan NGOs lokal, yang mempunyai tradisi dan jaringan dengan NGOs

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 181

Page 196: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

nasional dan lembaga-lembaga internasional, agar KPMD semakin mempunyai tradisi yang kuat dalam menerapkan pendekatan politik dalam pendampingan.

KELIMA pendampingan yang lebih kokoh dan berkelanjutan jika dilakukan dari dalam secara emansipatif oleh kader-kader desa (KPMD). Pendampingan secara fasilitatif oleh pendamping profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan untuk katalisasi dan akselerasi. Namun proses ini harus berbatas, tidak boleh berlangsung berkelanjutan bertahun-tahun. Selama proses pendampingan, pendekatan fasilitatif oleh pendamping profesional dan pihak ketiga harus mampu menumbuhkan kader-kader desa yaitu KPMD yang piawai tentang ihwal desa, dan kader-kader KPMD lah yang akan melanjutkan pendampingan secara emansipatoris. Lebih lanjut, KPMD akan menyebarkan jiwa dan watak kader ke seluruh warga desa. KPMD memiliki spirit voluntaris. Tetapi sebagai bentuk apreseasi, tidak ada salahnya kalau Desa mengalokasikan insentif untuk para KPMD.

KEENAM pendampingan tidak bersifat seragam dan kaku tetapi harus lentur dan kontekstual.Karakteristik Desa berbeda satu dengan yang lain. Dengan mengingat dan mengacu pada asas rekognisi dan subsidiaritas, pendamping harus menjalankan tugasnya dengan menyesuaikan diri pada konteks kultur masyarakat setempat.

MENEMUKAN KADER DESA

Menemukan kader desa yang nantinya dilembagakan dalam kedudukan sebagai KPMD tidaklah mudah karena dipengaruhi beberapa subsistem dalam sistem desa. Langkah-langkah menemukan Kader Desa dapat dilakukan sebagai berikut.

Musyawarah Desa Musyawarah desa merupakan institusi dan proses demokrasi deliberatif yang berbasis desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia. Salah satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengah-tengah masyarakat desa adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa. Dalam tradisi rapat desa selalu diusahakan untuk tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga sehingga usulan masyarakat dapat terakomodasi dan sedapat mungkin dapat dihindari munculnya riak-riak konflik di masyarakat. Selain model rapat desa ada bentuk musyawarah daerah-daerah lain seperti Kerapatan Adat Nagari di Sumatera Barat, Saniri di Maluku, Gawe rapah di Lombok, Kombongan di Toraja, Paruman di Bali.

Secara politik musyawarah desa diselenggarakan oleh BPD dan difasilitasi oleh Pemerintah Desa.Kader Desa yang aktif untuk terlibat aktif dalam pemetaan aspirasi yang dilakukan oleh BPD, potensial untuk menjadi kader desa selanjutnya. Kader Desa ditemukan dalam selama proses berlangsungnya Musyawarah Desa yang akan menciptakan kebersamaan (kolektivitas) antara pemerintah desa, BPD, lembaga kemasyarakatan dan unsur-unsur masyarakat untuk membangun dan melaksanakan visi-misi perubahan desa. Disamping itu, Kader Desa akan ditemukan ditengah-tengah pola hubungan antara BPD dan Kepala Desa yang dominatif, kolutif, konfliktual, dan kemitraan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 182

Page 197: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kader Desa ditemukan dalam pola kemitraan BPD dan Kepala Desa yang terus menerus melakukan deliberasi untuk mengambil keputusan kolektif sekaligus sebagai cara untuk membangun kebaikan bersama.

Pilihan atau Inisiatif dari Pemerintah Desa.Kader Desa dapat ditemukan dalam tipe kepemimpinan di Desa. Pertama, kepemimpinan regresif. Sebagian besar desa parokhial dan sebagian desa-desa korporatis cenderung banyak ditemukan kader desa yang berwatak otokratis, dominatif, tidak suka musyawarah desa, tidak suka partisipasi, anti perubahan dan biasa melakukan capture terhadap sumberdaya ekonomi. Jika desa dikuasaisituasi kepemimpinan regresif, maka Kader Desa yang mengemban amanat pengorganisasian pembangunan desa akan kesulitan untuk ditemukan secara ideal. Kader Desa cenderung ditentukan dan dipilih berdasarkan kepentingan Kepala Desa atau Pemerintah Desa.

Fasilitasi Pendamping Desa. Pendamping lokalDesa bertugas untuk melakukan fasilitasi (a) perencanaan pembangunan dan keuangan desa; (b) pelaksanaan pembangunan desa; (c) pengelolaan keuangan desa dalam rangka pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa; (d) evaluasi pelaksanaan pembangunan desa; dan (e) pengawasan pembangunan desa. Dalam proses pendampingan ini, warga Desa yang mampu berkomunikasi dan kolaborasi dengan pendamping profesional lokal Desa berpotensi untuk menjadi Kader Desa.

PENGEMBANGAN KAPASITASKADER DESA

Untuk mengembangkan kapasitas Kader Desa,Pemer-intah Desa dapat membentuk beragam lembaga kemasyar-akatan sebagai wadah bagi warga mengaktualisasikan dir-inya sebagai warga Desa. Lembaga-lembaga tersebut dapat ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Sebagaimana selama ini, di Desa banyak model-model lembaga kemasyarakatan, antara lain seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, karang taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat, dan sejenisn-ya. Lembaga kemasyarakatan yang banyak terdapat di Desa itu idealnya harus bisa menjadi arena masyarakat Desa un-tuk mengembangkan diri menjadi Kader Desa yang mampu berperan untuk membangun desa. Lembaga-lembaga terse-but bisa menjadi ruang bagi warga Desa merumuskan dan mengusung aspirasi mereka danberpartisipasi dalam per-encanaan, pelaksanaan dan mengawal pembangunan Desa. Bagi Kader Desa, lembaga-lembaga itu bisa menjadi arena pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas mereka menjadi kader-kader pemberdayaan masyarakat.

Selain bentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut, salah satunya misalnya bisa juga dibentuk suatu lembaga yang menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan (community center) yang difungsikan sebagai pusat informasi, pusat kegiatan dan pendampingan atau pusat advokasi masyarakat. Para pendamping desa semestinya dapat melakukan fasilitasi pembentukan lembaga-lembaga semacam ini sebagai arena pusat pembelajaran masyaraka dan pembelajaran bagi kader desa. Pengembangan kapasitas Kader Desa dapat diarahkan oleh para pendamping profesional (eksternal) melalui langkah-langkah sebagai

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 183

Page 198: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

berikut:

a. memfasilitasi pembentukan pusat kemasyarakatan (community center) dengan melibatkan KPMD sebagai ruang publik untuk aktivitas bersama dalam rangka pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;

b. memfasilitasi pendayagunaan sarana/prasarana milik desa seperti balai desa, gedung olah raga, gedung pertemuan, lapangan olah raga, taman dll untuk dijadikan sebagai tempat/lokasi diselenggarakannya kegiatan-kegiatan pusat kemasyarakatan dengan melibatkan KPMD;

c. memfasilitasi unsur-unsur masyarakat seperti tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani; kelompok nelayan; kelompok perajin; kelompok perempuan; dan kelompok masyarakat miskin untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan pusat kemasyarakatan yang diorganisir oleh KPMD;

d. memfasilitasi terbentuknya forum mitra desa dengan KPMD sebagai motor penggerak dimana mitra desa tersebut terdiri dari para penggiat pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa untuk secara sukarela terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;

e. memfaslitasi forum mitra desa bersama-sama dengan KPMD untuk membentuk pusat kemasyarakatan (community center) di kecamatan dan kabupaten/kota;

f. memfasilitasi forum mitra desa bersama-sama dengan KPMD untuk membuat kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat sepeerti penerapan ilmu keagamaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni tertentu untuk menunjang pengembangan konsep pembangunan nasional, wilayah dan/atau daerah, pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan;

g. memfasilitasi kegiatan kemitraan dan pemberdayaan UKM usaha kecil dan menengah dengan melibatkan KPMD;dan

h. kegiatan-kegiatan lain yang strategis dalam rangka pengembangan pusat kemasyarakatan (communitycenter) sesuai dengan kondisi lokal desa denganmelibatkan KPMD.

Proses penjaringan kader Desa pada dasarnya dapat melalui cara apapun, baik menggunakan mekanisme formal maupun informal. Namun sebagai bagian dari program Pendampingan, proses rekruitmen mereka harus mengikuti mekanisme tertentu yang berlaku di Desa. Lebih dari itu, kapasitas Kader Desa harus ditingkatkan kompatibilitasnya dengan standar yang sesuai dengan visi UU Desa.

PENUTUP

Cara pandang pendampingan Desa harus didasari spirit rekognisi-subsidiaritas Desa. Praksis pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat Desa juga harus mengandung spirit baru. Spirit baru itu harus ditunjukkan dalam sikap bahwa pendampingan akan lebih kokoh dan berkelanjutan jika dilakukan dari dalam secara emansipatif oleh KPMD. Pendampingan secara fasilitatif oleh pendamping profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan hanya untuk katalisasi dan akselerasi untuk menumbuhkan KPMD yang piawai tentang ihwal desadan akan melanjutkan pendampingan secara emansipatoris.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 184

Page 199: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Selanjutnya, pendampingan oleh KPMD harus didorong untuk melakukan intervensi secara utuh untuk memperkuat village driven development dan mewujudkan desa sebagai self governing community yang maju, kuat, mandiridan demokratis. KPMD serta isu-isu pemerintahan dan pembangunan desa harus terkonsolidasi dalam sistem desa. Sistem desa yang dimaksud adalah kewenangan desa, tata pemerintahan desa, serta perencanaan dan penganggaran desa yang semuanya mengarah pada pembangunan desa untuk kesejahteraan warga. Baik kepentingan, tema pembangunan, aset lokal, dan KPMD diarahkan dan diikat dalam sistem desa itu. Dengan kalimat lain, desa menjadi basis bermasyarakat, berpolitik, berpemerintahan, berdemokrasi dan berpembangunan dimana KPMD berada didalamnya sebagai Kader Desa yang inovatif-progresif.***

Sumber:Dindin Abdullah Ghozali, 2015. Kader Desa: Penggerak Prakarsa Masyarakat Desa. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RepublikIndonesia.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 185

Page 200: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB7.3

Bahan Bacaan

Strategi Penguatan Lembaga

Kemasyarakatan Desa

Bahan Bacaan 3

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Prinsip-Prinsip lembaga kemasyarakatan desa

Lembaga kemasyarakatan desa merupakan lembaga sosial kemasyarakatan. Maka dengan sendirinya prinsip yang mendasari lembaga kemasyarakatan desa adalah prinsip-prinsip sosial, sukarela bukan komersial. Prinsip pertama adalah prinsip kesukarelaan, yaitu prinsip atau asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan masyarakat dalam mengikuti dan menjalani setiap kegiatan yang diperuntukkan bagi lembaga kemasyarakatan ini.

Juga prinsip kemandirian, dimana lembaga kemasyarakatan tidak tergantung dan menggantungkan kepada pihak manapun. Dengan begitu, maka lembaga kemasyaraktan akan terlepas dari campur tangan pihak manapun. Dengan prinsip kemandirian, lembaga kemasyarakatan tidak berada di bawah naungan organisasi manapun, berdiri sendiri dengan membentuk struktur organisasi sendiri untuk mengelola dan menjalankan kegiatannya dengan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dan prinsip keragaman, yang melandasi praktik bahwa lembaga kemasyarakatan harus siap menerima anggota secara terbuka bagi siapa saja yang berminat menjadi anggota dengan tidak pandang status masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas. Siapapun mempunyai hak yang sama untuk mendaftarkan diri dan tidak bersifat memaksa dengan tidak mewajibkan seluruh masyarakat untuk

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 186

Page 201: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mendaftarkan diri sebagai anggota yang akan menjadi bagian dari lembaga kemasyarakatan desa yang akan didirikan.

Lembaga kemasyarakatan berbeda dengan organisasi sosial desa, seperti kelompok tani, kelompok pengerajin dll. Organisasi sosial di desa dibentuk untuk melayani anggota-anggotanya. Sedangkan lembaga kemasyarakatan dibentuk untuk menjalankan fungsi publik, misalnya kesehatan, pendidikan, dan pelayanan administrasi.

Proses membentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa

Pembentukan lembaga kemasyarakatan adalah atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat. Artinya, hak prakarsa pembentukan lembaga kemasyarakatan desa bisa dari dua jalur, inisasi masyarakat, atau iniasiasi pemerintah desa, atau prakarsa bersama antara pemerintah dan masyarakat desa. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya alur hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Lembaga kemasyarakatan membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (pasal 94 ayat 1 dan 2 UU Desa).

Sebagaimana dalam pembuatan peraturan desa lainnya, dalam menetapkan peraturan desa tentang lembaga kemasyarakatan desa juga harus melalui tahapan sebagaimana yang diatur dalam Permendagri No. 111 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa. Harus melalui proses perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan dan pengundangan, sosialisasi. Selanjutnya harus melalui proses evaluasi dan klarifikasi.

Tugas dan Peran Lembaga Kemasyarakatan Desa

Adapun tugas lembaga kemasyarakatan Desa dijelaskan dalam pasal 94 ayat 3 UU Desa dan pasal 150 ayat PP 43. Dimana berangkat dari pola hubungan antara lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan desa adalah kemitraan, konsultatif dan koordinatif, maka tugas yang bisa dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan desa meliputi:

Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa, yaitu upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Atau ringkasnya, memampukan dan memandirikan masyarakat.

Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hal ini bisa dilakukan mulai dari perencanaan-perencanaan pembangunan sejak sebelum dilakukan musyawarah desa (pra-musdes) yaitu ketika penggalian data pendapat dari semua unsur masyarakat, yang selanjutnya diajukan dalam pembahasan musyawarah desa.

Tidak hanya berhenti di situ, peran lembaga kemasyarakatan desa harus dilanjutkan secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan desa. Hal itu bisa dilakukan ketika dalam tahap-tahap pembangunan sampai penyelesaian, dan juga tidak kalah pentingnya adalah berperan ketika pelaporan pembangunan desa dan pertanggungjawabannya.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 187

Page 202: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa. Sebagai lembaga yang mewadahi aspirasi masyarakat, lembaga kemasyarakatan desa juga bisa berperan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat desa oleh pemerintah desa sebagai pelaksanan kegiatan dan program di desa. Hal itu tentu bisa menggunakan jalur koordiatif antara lembaga kemasyarakatan desa dan pemerintahan desa.

Fungsi Lembaga Kemasyarakatan Desa

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan isu garapan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan, diantaranya ; isu terkait dengan penyediaan pelayanan dasar, isu terkait dengan peningkatan kapasitas pemerintahan desa, isu terkait dengan peningkatan kapasitas pemerintahan desa, isu terkait dengan pengembangan pasar yang pro kemiskinan, atau isu yang terkait dengan pengembangan akses untuk bantuan keadilan dan hukum.

Dalam pasal 150 ayat 3 PP No. 43 disebutkan, bahwa lembaga kemasyarakatan desa memiliki fungsi:

- Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat- Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah

satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan

- Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat - Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa

kepada masyarakat Desa - Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan

mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif - Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa,

partisipasi, swadaya, serta gotong royong masyarakat

Contoh peran dan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan desa

a. PKK. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau lazim disebut dengan PKK merupakan lembaga kemasyarakatan desa yang menjadi mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan desa lainnya dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Hal itu bisa dilakukan misalnya dengan bentuk:

- memberi penyuluhan dan menggerakkan masyarakat tentang keluarga sehat sejahtera.

- menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan;

- melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera;

- mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja;

- berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di desa/kelurahan;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 188

Page 203: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Sehingga Tim Penggerak PKK bisa berfungsi sebagai penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; danfasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan PKK.

b. RT dan RW. Lembaga kemasyarakatan ini juga bisa berperan membantu Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. RT/RW dalam melaksanakan tugasnya bisa berfungsi:

- mendata kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;

- memelihara keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;- membuat gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan

mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan- menjadi penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi

masyarakat di wilayahnya.

c. Karang Taruna. Lembaga kemasyarakatan ini bisa berperan sebagai wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda. Lembaga ini juga bisa bereran menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat pencegahan (preventif) maupun pemulihan(rehabilitatif). Lembaga kemasyarakatan Karang Taruna bisa berfungsi:

- Menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial.- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat.- Menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat terutama generasi

muda di lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.

- Menyelenggarakan kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.

- Menananamkan pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda.

- Menumbuh kembangkan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai NKRI.

- Memupuk kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya;

- Penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial;

- Menyelenggarakan usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual. Seperti kenakalan remaja baik secara preventif, rehabilitatif. Atau penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja.

d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LPMD/LPMK)/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LKMDILKMK) atau sebutan nama lain mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 189

Page 204: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.Lembaga kemasyarakatan ini bisa berfungsi:

- Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan.

- Menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh NKRI.

- Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

- Menyusun rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif.

- Menumbuh-kembangkan dan menjadi penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat.

- menggali, mendayagunakan dan mengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup.

Penutup

Pada dasarnya pemerintah desa dan masyarakat dapat memanfaatkan lembaga kemasyarakatan desa yang masih ada. Jika LPMD masih ada maka bisa dimanfaatkan, baik untuk wadah perencanan dan pelaksanaan pembangunan. Perangkat desa maupun LPMD dapat bekerjasama merancang RPJMDesa sebagai tindak lanjut atas Musyawarah Desa dan Musrenbangdesa. Namun demikian, LPMD bukan satu-satunya wadah untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Desa dapat juga membentuk tim atau panitia yang menyiapkan rancangan RPJMDesa maupun melaksanakan berbagai program pembangunan desa dan pemberdayaan desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 190

Page 205: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 8PENGEMBANGAN KAPASITAS

MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 191

Page 206: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 192

Page 207: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 193

PB8

Lembar Informasi

Konsep Pelatihan Masyarakat

Page 208: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kajian KebutuhanPeningkatan Kapasitas

Pendamping Lokal Desa

Pengertian Sebelum tenaga pendampin Lapangan Desa bekerja dalam

situasi tugas, maka perlu dilakukan penyiapan kemampuan personal dan kelembagaan yang dimulai dengan penilaian atau analisis kebutuhan pendamping (AKP). Analisis kebutuhan pendamping salah satunya terkait dengan kebutuhan pelatihan yang dikenal dengan istilah Traianing Need Assessment (TNA). Menzel dan Messina (2011:22) mengatakan, ―A TNA is only the first critical stage in any training cycle. Thus, a TNA is quite simply a way of identifying the existing gaps in the knowledge and the strengths and weaknesses in the processes that enable or hinder effective training programs being delivered.‖ Artinya, TNA merupakan tahap kritis pertama dalam siklus pelatihan. Dengan TNA, manajemen mengidentifikasi kesenjangan yang ada dalam pengetahuan dan kekuatan dan kelemahan dalam proses yang memungkinkan atau menghambat program pelatihan. Analisis kebutuhan pendamping memiliki kaitan yang erat dengan perencanaan peningkatan kapasitas pendamping, di mana perencanaan yang paling baik didahului dengan mengidentifikasikan masalah atau kebutuhan. Hasil dari analisis kebutuhan pendamping akan menjadi masukan dalam perencanaan pengembangan kapasitas pendamping.

Moore (1978) dan Schuler (1993), Wulandari (2005:79) menyimpulkan, ―Untuk menentukan kebutuhan dapat diperoleh dari persamaan berikut ini: kinerja standar- kinerja aktual = kebutuhan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 194

Page 209: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

pelatihan. Hal Ini berarti perbedaan antara kinerja yang ingin dicapai dengan kinerja sesungguhnya merupakan kebutuhan pelatihan‖. Analisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan sangat penting, rumit, dan sulit.

Hariadja (2007) mengungkapkan, sangat penting sebab di samping menjadi landasan kegiatan selanjutnya seperti pemilihan metode pelatihan yang tepat, biaya pelatihannya tidak murah sehingga jika pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan, selain tidak meningkatkan kemampuan organisasi juga akan menghabiskan banyak biaya. Selanjutnya dikatakan rumit dan sulit sebab perlu mendiagnosis kompetensi organisasi pada saat ini dan kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan kecenderungan perubahan situasi lingkungan yang sedang dihadapi dan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang.

Analisis kebutuhan pelatihan mengambil peran yang penting dalam menyajikan informasi sebagai upaya sistematis untuk mengenai kebutuhan Pendamping Lokal Desa dalam rangka perbaikan kinerja. Menurut Barbazette (2006:5), ―analisis kebutuhan pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kinerja atau menutupi kinerja yang tidak memenuhi standar. Oleh karena itu, analisis kebutuhan menjadi sumber informasi penting dalam perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kapasitas Pendamping Lokal Desa. B.Tujuan

Tujuan penetapan kebutuhan peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa di setiap wilayah kerja (Kecamatan/Desa) di dasarkan pada kerangka acuan standar kompetensi Pendamping Lokal Desa yang telah ditetapkan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melalui Permendesa PDTT No. 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan. Secara umum, tujuan penilaian kebutuhan peningkatan kapasitas pendamping adalah mengumpulkan informasi untuk menetukan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 195

Page 210: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

bentuk pelatihan dan bimbingan yang di butuhkan bagi pendamping sesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan. Secara khusus penilaian kebutuhan peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Diperolehnya informasi tentang kemampuan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam tugasnya sebagai Pendamping Lokal Desa;

2. Dasar untuk menyelenggarakan pembinaan profesi dan karier Pendamping Lokal Desa.

3. Pedoman bagi Pendamping Lokal Desa untuk meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan tugas.

4. Acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam memfasilitasi peningkatan kompetensi Pendamping Lokal Desa serta menjamin kualitas penyelenggaraan pelatihan dan bimbingan teknis sesuai dengan tugas pokoknya.

C. SasaranSasaran penilaian kebutuhan peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa, sebagai berikut:1. Terselenggaranya pembinaan, pengembangan dan

pengendalian Pendamping Lokal Desa secara efektif, efisien dan akuntabel;

2. Tersedianya Pendamping Lokal Desa yang profesional;4. Terselenggaranya kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis

yang berkualitas.D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penilaian kebutuhan Peningkatan Kapasitas Pendamping Lokal Desa, sebagai berikut:1. Program pelatihan dan bimbingan (non-pelatihan) yang disusun

sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan maupun individu setiap Pendamping Lokal Desa;

2. Menjaga dan meningkatkan motivasi Pendamping Lokal Desa dalam mengikuti pelatihan dan bimbingan kinerja, karena

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 196

Page 211: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

program yang diikutinya sesuai dengan kebutuhan dalam menjalankan tugas di lapangan;

3. Mencapai efektifitas pencapaian target kinerja Pendamping Lokal Desa dalam rangka pencapaian tujuan dan standar kompetensi yang ditetapkan;

4. Efisiensi biaya pembinaan dan pengembangan Pendamping Lokal Desa karena program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan dan bimbingan kinerja tidak sia-sia;

5. Menemukenali penyebab timbulnya masalah dalam pelaksanaan tugas sebagai Pendamping Lokal Desa, karena pelaksanaan penilaian kebutuhan yang tepat dan efektif, tidak saja akan menemukan masalah yang ditimbulkan oleh diskrepansi kompetensi pendamping dengan standar kompetensi dan tuntutan masyarakat desa sebagai pengguna.

E. Tahapan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Tahapan Analisis Kebutuhan Pendamping (AKP) atau Training

Needs Analysis (TNA) menurut Tees, David W., You, Nicholas., dan Fisher, Fred., (1987) membagi dalam 5 (lima) proses penting yaitu :

1. Tahap 1: Persetujuan dan kesiapan manajemen dalam melakukan analisis kebutuhan. Proses TNA dimulai ketika manajemen terutama pimpinan organisasi mengizinkan penggunaan penilaian kebutuhan yang sistematis dalam menemukan target yang tepat untuk pelatihan. Inisiasi TNA harus didahului dengan perencanaan yang rinci dan penjadwalan.

2. Tahap 2: Membaca lingkungan kerja organisasi. Tahapan ini melihat permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan, tim kerja, departemen, atau organisasi. Tiga bentuk umum dalam pembacaan lingkungan organisasi dengan mempelajari catatan tertulis/telaah dokumen organisasi, mengajukan pertanyaan/kuesioner kepada pegawai tentang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 197

Page 212: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

kinerja atau kesenjangan lain yang dicari, dan mengamati kinerja yang terjadi.

3. Tahap 3: Memfokuskan pada kesenjangan dan kebutuhan pelatihan. Tahapan selanjutnya adalah memfokuskan permasalahan yang didapatkan sebelumnya dengan menghimpun semua permasalahan, menganalisa dan menspesifikasikan jenis kesenjangan yang dapat diselesaikan melalui kebutuhan diklat atau kebutuhan non diklat;

4. Tahap 4: Merencanakan untuk pelaksanaan pelatihan. Setelah menetapkan kebutuhan diklat, selanjutnya merancang pelaksanaan diklat. Proses ini bisa saja menggunakan tenaga konsultan/tenaga ahli dalam memudahkan penentuan model dan jenis pelatihan yang akan digunakan.

5. Tahap 5: Pelaporan Manajemen. Langkah terakhir dalam penilaian kebutuhan pelatihan adalah untuk mempersiapkan laporan kepada manajemen. Isi laporan harus mencakup latar belakang pada setiap kebutuhan pelatihan, tingkat kinerja yang diinginkan dalam setiap permasalahan, strategi pelatihan yang digunakan untuk mencapai atau mengembalikan kinerja ketingkat yang diinginkan, peringkat prioritas pelatihan dan berbagai fakta tentang setiap detail dan strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan TNA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 198

Page 213: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Sumber: Diagram of the Training needs Assessment Process, Tees, You, dan Fisher (1987:10).

F. Instrumen Pengumpul Informasi dan Data Menilai kebutuhan pendamping terkait dengan aspek komptensi mencakup kemampuan menyerap pengatahuan, mengembangkan keterampilan dan bertindak benar. Kajian terhadap kemampuan belajar Pendamping Lokal Desa dilakukan melalui pengenalan terhadap sejumlah tugas atau kompetensi yang akan dikembangkan melalui berbagai pendekatan. Tidak ada satu tes pun yang mampu menghasilkan instrumen yang komprehensif mengenai kecerdasan dan potensi pembelajar. Tidak selamanya tes formal mampu memberikan informasi yang cukup mengenai potensi dan kemampuan seseorang, namun perlu dilengkapi dengan alat uji sederhana yang telah tersedia diantaranya observasi. Indikator pengamatan yang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 199

Page 214: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

baik dapat menunjukkan kecenderungan kemampuan seorang pendamping terutama cara menggunakan waktu luang, minat terhadap suatu objek, kebiasaan dan tindakan yang menonjol. Pengamatan dan penilaian terhadap kemampuan awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan ke dalam dan keluasan materi yang akan disampaikan. Berikut beberapa teknik dalam menggali kebutuhan pembelajar: 1. Checklist penilaian merupakan cara yang paling sederhana

dan praktis yang digunakan secara informal untuk kepentingan praktis pelatihan terutama untuk mengenal secara cepat kecerdasan masing-masing individu. Checklist bukan tes untuk menguji kahandalan dan kesesuaiannya. Checklist digunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan teknik lainnya;

2. Dokumentasi. Catatan tertulis atau bentuk visual lain untuk memperlihatkan kompetensi Pendamping Lokal Desa. Dokumentasi foto sangat bermanfaat untuk mengabadikan suatu perilaku tindakan dan bentuk komptensi yang menonjol yang mungkin tidak akan berulang lagi pada waktu lain. Misalnya seorang pendamping sedang melakukan asistensi perencanaan, dokumentasikan langkah-langkah dan kemahiran dalam melakukannya. Penggunaan teknologi CD ROM memungkinkan seluruh informasi dapat direkam dalam suatu piringan disket praktis dan mudah ditelaah oleh masyarakat.

3. Data evaluasi. Catatan komulatif yang menunjukkan prestasi baik dari hasil pretest-posttest atau tindakan dalam setiap kegiatan pendampingan baik kepada masyarakat, Pemerintah Desa, UPTD dan pemangku lainnya di tingkat Kecamatan dan desa. Apakah kemampuan Pendamping Lokal Desa lebih kuat dibidang visual melalui pemaparan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 200

Page 215: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

atau dalam menyusun urutan logis kegiatan pendampingan dalam rangka implementasi Undang-Undang Desa. Hal ini dapat diukur melalui beberapa tes yang telah dikembangkan sebagai bagian dari penilaian kinerja.

4. Berdiskusi dengan kelompok. Jika Pendamping Lokal Desa ingin mengenal masyarakat lebih dekat terkait dengan potensi dan keberhasilnannya dapat dilakukan melalui diskusi dengan kelompoknya. Misalnya tanyakan kepada kelompok tani tentang kontribusi dan kemampuan yang diberikan anggota bersangkutan dalam menerapkan teknologi pertanian atau pasca panen.

5. Berbicara dengan pembimbing atau pelatih lain. Kerapkali pelatihan merupakan kegiatan serial dan bersambung untuk mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang beragam. Jika pendamping akan melatih penerapan rencana pembangunan Desa, maka perlu mendapat informasi tambahan dari ahli lain yang pernah memberikan kemampuan sejenis untuk matematis-logis, spasial dan naturalis dalam pelatihan yang berbeda;

6. Berdiskusi dengan masyarakat dan organisasi lokal. Cara ini dilakukan untuk mendukung penilaian lain terutama dalam mengembangkan beberapa keterampilan dasar menyangkut kebiasaan dan pola hidup masyarakat. Jika ingin mengetahui kemampuan berhubungan dengan pemerintah, LSM, koperasi dan organisasi lainnya, dapat berdiskusi dengan lembaga di mana peserta atau pembelajar terlibat dan berhubungan aktif dengannya.

7. Bertanya langsung kepada masyarakat. Orang dewasa yang sangat tahu cara mereka belajar dan memecahkan masalah yang dihadapinya adalah dirinya sendiri. Mereka menggunakan kemampuan belajarnya selama 24 jam sejak dilahirkan. Pelatih dapat berdiskusi bersama pembelajar dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 201

Page 216: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

bertanya langsung tentang kecerdasan yang paling berkembang atau melengkapinya dengan karya, gambar dan foto pada saat menunjukkan kecerdasannya;

8. Kegiatan khusus. pendamping dapat mengembangkan beberapa kegiatan untuk menguji kecerdasan dengan memberikan wahana agar pembelajar menunjukkan kinerja yang dapat diamati. Gunakan cara atau teknik tertentu untuk mengukur seluruh wilayah potensi dan kebutuhan belajar peserta, misalnya dengan menggambar, bercerita, menari, berhitung dan bermain peran, bernyayi, dan tugas tim.

G. Pendekatan dalam Analisis Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Sedarmayanti (2007) membagi pendekatan dalam analisis

pengembangan kapasitas dalam empat cara, yaitu: (1) performance analysis (analisis kinerja), (2) task analysis (analisis tugas/pekerjaan), (3) competency study (studi kompetensi) dan (4) training needs survei (survei kebutuhan pelatihan). Masing-masing pendekatan diuraikan sebagai berikut:1. Analisis Kinerja

Analisis kinerja (Dessler, 2015:331) merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengembangkan kinerja individu dan tim dan menyelaraskan kinerja mereka dengan sasaran organisasi‖. Sementara Barbazatte (2006) menyatakan bahwa ―analisis kinerja biasa disebut gap analysis, yaitu melihat kinerja yang telah dilakukan pegawai dan melihat hasil pekerjaan tersebut apakah telah sesuai dengan kinerja yang diinginkan‖. tujuan melakukan analisis kinerja adalah untuk mengidentifikasi penyebab kekurangan/kesenjangan kinerja dan tindakan korektif apa yang tepat untuk mengatasinya.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 202

Page 217: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Jika masalah kesenjangan tersebut disebabkan oleh kurangnya keterampilan, solusi berupa pelatihan yang sesuai. Jika masalah tersebut bukan disebabkan karena kurangnya keterampilan, maka solusi non pelatihan apa yang lebih tepat. Dengan demikian analisis kinerja sebagai salah satu metode dalam melakukan analisis kebutuhan di mana identifikasi pengembangan kapasitas yang dibutuhkan organisasi ditentukan berdasarkan analisa kesenjangan antara target kinerja organisasi dengan hasil kinerja individu. Apabila seorang pendamping tidak melakukan pekerjaan seperti yang diharapkan sesuai standar yang telah ditetapkan, maka perlu diidentifikasi apa yang salah terhadap pegawai tersebut, dan apakah pegawai tersebut memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan tugasnya.

2. Analisis Tugas Analisis tugas dilakukan untuk menemukan metode terbaik dalam menyelesaikan tugas dengan konsistensi urutan berupa langkah-langkah bagaimana tugas tersebut diselesaikan, seperti yang dikemukakan Barbazette (2006:87), ―The purpose of task analysis is to find the best method to perform a task and the best sequence of steps to complete a specific task”. Analisis tugas merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan terhadap tugas yang dijalankan, berfokus pada kewajiban dan tugas di seluruh organisasi itu untuk menentukan pekerjaan yang mana yang membutuhkan pelatihan. Analisis tugas seharusnya memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memahami persyaratan pekerjaan. Selanjutnya Sedarmayanti (2007), task analysis berupa penetapan langkah dalam mewujudkan :a. Tugas yang harus dilaksanakan guna mewujudkan kinerja;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 203

Page 218: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

b. Kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna mengerjakan tugas dengan baik; dan

c. Skala prioritas kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna merumuskan kurikulum pelatihan.

Langkah dalam menganalisis tugas menurut Kaswan (2011:74), sebagai berikut:a. Mendepskripsikan pekerjaan secara menyeluruh.b. Mengidentifikasi tugas dengan mendeskripsikan dengan

jelas mengenai:- Tugas-tugas utama dalam pekerjaan.- Bagaimana tugas itu harus dilakukan.- Bagaimana tugas itu dilakukan sehari-hari.

c. Mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan untuk melakukan pekerjaan.d. Menentukan tugas, dan kapabilitas mana yang membutuhkan

pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan.Informasi atau instrumen yang dibutuhkan melakukan

task analysis menurut Barbazette (2006) diantaranya: observasi, wawancara informan utama, wawancara pimpinan organisasi, Identifikasi dan analisis tugas berdasar tugas sebenarnya, diskusi kelompok, validasi dengan observasi akhir.

3.Studi Kompetensi Spencer dan spencer dalam Wibowo (2010:325) menyatakan

bahwa kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu cukup lama. Kompetensi pada hakikatnya memiliki komponen knowledge, skill, dan personal attitude, dengan demikian secara umum kompetensi dapat diartikan sebagai tingkat pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku yang dimiliki seseorang dalam menjalankan tugas yang dibebankannya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 204

Page 219: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

didalam organisasi. Terdapat lima lima kategori kompetensi, yang terdiri dari :

a. Task achievement merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan kinerja baik. Kompetensi yang berkaitan dengan Task achievement ditunjukan oleh: orientasi pada hasil, mengelola kinerja, memengaruhi, inisiatif, efisiensi produksi, fleksibilitas, inovasi, peduli pada kualitas, perbaikan berkelanjutan, dan keahlian teknis.

b. Relationship merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memeuaskan kebutuhannya.

c. Personal attribute merupakan kompetensi karakteristik individu yang menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa, belajar, dan berkembang.

d. Managerial merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan pengelolaan, pengawasan, dan pengembangan orang.

e. Leadership merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin organisasidan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi.

Dengan demikian, standar kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa yang ditetapkan. Mengaacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Standar kompetensi kerja dikembangkan mengacu pada Permenakertrans No. 21/MEN/2007 tentang Tata Cara Penetapan SKKNI. Atas dasar penetapan tersebut maka standar kompetensi yang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 205

Page 220: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dikembangkan harus mengacu kepada Regional Model of Competency Standard (RMCS). Prinsip yang harus dipenuhi dalam penyusunan standar dengan model RMCS yang merefleksikan kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri, maka harus memenuhi beberapa hal sebagai berikut:

a. Fokus kepada kebutuhan dunia usaha/dunia industri. Dimana kompetensi kerja yang berlaku dan diibutuhkan oleh dunia usaha/dunia industri, dalam upaya melaksanakan proses bisnis sesuai dengan tuntutan oprasional perusahaan yang dipengaruhi oleh dampak era globalisasi;

b. Kompatibilitas. Memiliki kompatibilitas dengan standar yang berlaku di dunia usaha/dunia industri untuk bidang pekerjaan yang sejenis dan kompatibel dengan standar sejenis yang berlaku dinegara lain ataupun secara internasional.

c. Fleksibilitas. Memiliki sifat generik yang mampu mengakomodasi perubahan dan penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang diaplikasikan dalam bidang pekerjaan terkait;

d. Keterukuran. Meskipun bersifat generik standar kompetensi harus memiliki kemampuan ukur yang akurat, untuk itu standar harus terfokus pada apa yang diharapkan dapat dilakukan pekerja di tempat kerja, memberikan pengarahan yang cukup untuk pelatihan dan penilaian, diperlihatkan dalam bentuk hasil akhir yang diharapkan, selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, standar produk dan jasa yang terkait serta kode etik profesi.

e. Ketelusuran. Standar harus memiliki sifat ketelusuran yang tinggi, sehingga dapat menjamin: ebenaran substansi yang tertuang dalam standar, dapat tertelusuri sumber rujukan yang menjadi dasar perumusan standar

f. Transferlibilitas. Terfokus pada keterampilan dan pengetahuan yang dapat dialihkan kedalam situasi maupun di tempat kerja

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 206

Page 221: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

yang baru. Aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, terumuskan secara holistik (menyatu).

4. Survei Kebutuhan Pelatihan

training needs survei adalah cara meminta anggota organisasi, kelompok atau anggota masyarakat apa yang mereka lihat sebagai kebutuhan yang paling penting dari organisasi, kelompok atau masyarakat. Hasil survei kemudian memandu tindakan apa yang akan dilakukan dimasa depan. Cara yang digunakan tergantung pada sumber daya (waktu, uang, dan responden). Survei bisa dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada orang organisasi, atau orang sekitar (pelanggan misalnya) yang bersentuhan langsung dengan organisasi tersebut. menurut Sedarmayanti (2006:175-176) metode ini digunakan untuk menjawab pertanyaan kemampuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan. Pertanyaan ini untuk menentukan:

a. Kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna melaksanakan tugas jabatannya

b. Skala prioritas tentang kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna merumuskan kurikulum pelatihan.

Karakteristik umum training needs survei menurut Berkowitz, Bill and Nagy,Jenette (2014), sebagai berikut:

a. Memiliki daftar pertanyaan yang harus dijawab.b. Memiliki sampel yang telah ditentukan jumlah dan jenis orang

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dipilih terlebih dahulu.

c. Wawancara dilakukan secara pribadi, telepon, atau dengan tanggapan tertulis (misalnya, mail-in survei).

d. Hasil survei ditabulasi, diringkas, didistribusikan, dibahas, dan digunakan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 207

Page 222: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Daftar PustakaIdris (tt). Analisis Kebutuhan Diklat (training Needs) dalam Berbagai Pendekatan.Jerold E. Kemp, Gary R. Morrison, Steven M. Ross (1994) Designing Effective Instruction.New York: Macmillan College Publishing CompanyArief S. Sadiman (1992/1993) Perencanaan Sistem Pembelajaran, Prototipa BahanPerkuliahan. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP JakartaAllison Rosset and Joseph W. Arwady (1987) Training Needs Assesment. New Jersey:Education Techology Publications, Inchttp://jadhie.blogspot.co.id/2011/12/standar-kompetensi-kerja-nasional.htmlhttps://edutrial.wordpress.com/2012/05/05/analisis-kebutuhan-diklat-training-needs-assessment/http://bkd.jogjaprov.go.id/detail/konsepsi-analisis-kebutuhan-diklat-akd/358

Strategi PengembanganKapasitas Pendamping Lokal Desa

A.Latar Belakang Pengembangan kapasitas tentu tidak hanya berorientasi pada kemampuan pendamping saja, namun mencakup keseluruhan lingkup sistem dan kelembagan yangterdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal dengan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 208

Page 223: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

sistem manajemen,kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan peraturan operasional. Hal demikianmengisyaratkan adanya tingkat pengembangan kapasitas (capacity development) yangberarti mengembangkan kemampuan yang sudah ada (existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan proses kreatif untuk membangunkapasitas yang belum terlihat atau constructing capacity.

Pengembangan kapasitas merupakan suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian kegiatan untuk melakukan perubahan multilevel pada diri individu, kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat kemampuan penyesuaian individudan organisasi dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Oleh karena itu peningkatan kapasitas pendamping dapat dilakukan melalui proses menganalisis lingkungan, mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan pengembangan diri, isu-isu strategis dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan pendamping,membuat formulasi strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuahrencana aksi agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam The Capacity Building For Local Government Toward Good Governancebahwa peningkatan kapasitas perlu memperhatikan tiga aspek yaitu. Pertama,pengembangan SDM melalui pelatihan, sistem rekruitmen yang transparan, pemutusanpegawai secara profesional, dan updating pola manajerial dan teknis. Kedua, pengembangan kelembagaan yang mencakup pada aspek menganalisis postur struktur organisasi berdasarkan peran dan fungsi, proses pengembangan SDM, dan gaya manajemen organisasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 209

Page 224: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Ketiga, pengembangan jejaring kerja (networking) yang dilakukan melalui penguatan koordinasi, memperjelas fungsi jejaring, serta interaksi formal dan informal antar kelembagaan.

B.Tingkatan Pengembangan Kapasitas Pengembangan kapasitas demikian menjelaskan adanya tingkatan yang mencakup keseluruhan aspek berdasarkan analisis kebutuhan organisasi atau dalam lingkup Peningkatan Kapasitas Pendamping Lokal Desa dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Secara umum, tingkatan pengembangan kapasitas diuraikan sebagai berikut:

Pertama, tingkat pengembangan sistem pendampingan. Pada tingkatan ini, pengembangan kapasitas dilakukan terhadap kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan, kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian tujuan kebijakan atau program tertentu. Ketika Tim Pendamping Lokal Desa memiliki target capaian yang menjadi sasaran yang hendak dicapai secara berkualitas dan berintegritas, maka pada tingkatan ini perlu dibangun adanya pengaturan sistem pendidikan dan pelatihan yang baik sebagaimana ditetapkan dalam standar kompetensi Pendamping Lapngan Desa.

Penerapan manajemen kualitas pelayanan yang diberikan oleh pendampingmerupakan langkah untuk terwujudnya pelayanan yang mengedepankan kepentingan pengguna yaitu masyarakat yang didampinginya. Fokus pada pengguna mutlak dilakukan karena pelayanan sangat tergantung pada keberadaan pengguna yang membutuhkan jasa pelayanan. Dalam hal ini, Pendamping Lokal Desa memiliki pengguna bukan sekadar kelompok, aparatur Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, tetapi juga pemangku kepentingan lain yang bergerak di bidang pembangunan danpemberdayaan Desa. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas Pendamping Lokal Desa tidak hanya berperan dalam pelatihan saja lebih dari bagaimana mendorong kinerja, koordinasi dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 210

Page 225: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mensertifikasi seluruh pendamping di bidang pembangunan danpemberdayaan Desa.

Kedua, tingkat pengembangan kelembagaan pendamping. Pada tingkatan ini, pengembangan dilakukan untuk mengembangkan prosedur dan mekanisme pekerjaan serta membangun hubungan atau jejaring kerja pendamping dengan pemangku kepentingan lain. Dalam organisasi, jejaring kerja jelas sangat dibutuhkan untuk setiap tingkatan manajemen yang biasa dikenal dengan perencanaan, pengorganisasian, pembagian kerja, pengawasan. Oleh karena itu, dalam setiap tahapan harus didukung adanya penguasaan tentang cara-cara berinteraksi dengan orang lain untuk dapat menciptakan jejaring kerja dengan siapa saja, agar mendapatkan respon positif dalam organisasi. Hal ini penting dan tentu harus dilakukan oleh seluruh Pendamping Lokal Desa agar target capaian organisasi tidak mungkin dapat diselesaikan oleh seorang diri tetapi harus diselesaikan dengan berkolaborasi untuk mencapai hasil yang sinergis. Jika kondisi tersebut dapat terwujud, maka akan dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif dan terkuranginya ketegangan atau stres yang memicu menurunnnya tingkat produktivitas kerja. Dalam proses pengembangan kapasitas, salah satu cara yang cukup efektif untukmeningkatkan kemampuan membangun jejaring kerja adalah dengan meniru bagaimana orang-orang sukses berinteraksi dengan orang lain. Namun perlu diketahuibahwa proses meniru bukan merupakan perkerjaan yang mudah asal mengikuti, tetapi butuh adanya kecerdasan dalam mengidentifikasi berbagai aspek terkait dengan proses interaksi, misalnya bagaimana cara mengendalikan emosi, cara menghargai orang lain, cara berbicara, cara merespon dan sebagainya. Setidaknya membangun jejaring kerja merupakan suatu seni sehingga tidak mudah dibuat suatu pola hubungan yang baku.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 211

Page 226: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Ketiga, tingkat pengembangan individu. Pada tingkatan ini,

pengembangan diarahkan pada diskrepansi kompetensi teknis dan

kompetensi manajerial melalui pengelompokan pekerjaan sebagai

pendamping. Harus diketahui bahwa kompetensi merupakan satu

kesatuan utuh yang menggambarkan potensi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, yang dimiliki seseorang terkait dengan

pekerjaannya sebagai

Pendamping Lokal Desa untuk dapat diaktualisasikan dalam bentuk

tindakan nyata.

Secara umum, diskrepansi kompetensi ditelaah melalui proses

analisis kebutuhan peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa

dengan mengukur kompetensi pegawai yang ada dan

membandingkannya dengan standar kompetensi pekerjaan yang

sudah baku. Dengan demikin pelaksanaan kajian diperlukan suatu

standar kompetensi yang berisi acuan ideal tentang seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

seharusnya dimiliki seseorang Pendamping Lokal Desa untuk

melakukan pekerjaan tersebut secara efektif. Inilah yang kemudian

disebut standar kompetensi bidang keahlian sebagai refleksi atas

kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkerja dalam

bidang tersebut.

C.Pola Kerja Pengembangan Kapasitas

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 212

Page 227: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Peristilahan capacity building sesungguhnya berkembang mulai dari

fase 1950-an dan 1960-an yang dimaksudkan untuk menyebut proses

pengembangan masyarakat yang berfokus pada peningkatan

kapasitas penguasaan teknologi di daerah pedesaan. Pada

1970-an, laporan badan organisasi PBB menekankan pentingnya

pembangunan kapasitas untuk keterampilan teknis di daerah

pedesaan, dan juga di sector administrasi negara berkembang.

Pusatnya, pada 1990-an, UNDP menjadikan gerakan capacity building

sebagai konsep pembangunan untuk meningkatkan kapasitas

pemberdayaan dan partisipasi keseluruhan unit organisasi.

Dengan demikian, pola kerja pengembangan kapasitas sangat

menekankan adanya keterlibatan keseluruhan komponen organisasi

secara kesederajatan dan adanya dialog terbuka untuk bersepakat

mencapai tujuan sasaran organisasi. Sebuah proses kapasitas yang

efektif harus mendorong partisipasi oleh semua pihak yang terlibat.

Jika stakeholder yang terlibat dan keseluruhan anggota organisasi

dalam proses perumusan target capaian terlibat, tentu kesemuanya

akan merasa memiliki organisasi dan akan lebih bertanggung jawab

atas hasil dan keberlanjutan capaian organisasi. Keterlibatan

keseluruhan komponen secara langsung jelas sangat memungkinkan

untuk pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, sekaligus lebih

transparan.

Kebersamaan mengembangkan kapasitas juga pada akhirnya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 213

Page 228: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

akan mengevaluasi

target capaian yang pernah ada pada masa sebelumnya, dan

memungkinkan adanya pembangun kapasitas untuk melihat sisi

mana yang membutuhkan penguatan, hal mana yang mesti

diprioritaskan, dan tentunya dengan cara apa pencapaian target akan

dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas yang tidak

diawali adanya studi

komprehensif tentang kebutuhan organisasi dan penilaian kondisi

yang sudah ada sebelumnya, pada umumnya hanya akan membatasi

pada pelatihan saja, padahal sesuai tingkatan pengembangan harus

mencakup keseluruhan komponen organisasi. Perlu adanya evaluasi

peningkatan kapasitas guna mengontrol akuntabilitas kinerja

organisasi melalui pengukuran berdasarkan pada perubahan kinerja

berbasis pengaturan kelembagaan, kepemimpinan, pengetahuan, dan

akuntabilitas.

D. Kompetensi Pendamping Lokal Desa

Pendamping Lokal Desa yang berkualitas dan handal dicirikan

antara lain oleh kinerja yang tinggi, khususnya kompetensi teknis,

kompetensi berinteraksi dengan masyarakat, mengelola pemangku

kepentingan dan kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship),

serta memiliki daya fisikal handal. Sebelum dan selama berkiprah

melakukan kegiatan pengembangan masyarakat, maka kompetensi

tertentu yang dimiliki Pendamping Lokal Desa perlu lebih ditajamkan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 214

Page 229: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dan ditingkatkan sedemikian rupa, sehingga memiliki penampilan

sederhana, low profile, berjiwa kritis, arif, terbuka, berkepribadian

tinggi, ramah, kooperatif, mampu bekerja dalam tim, menghargai dan

menghormati orang-orang lain, memiliki daya penguasaan dan

pengendalian diri yang kuat.

Merujuk pada gagasan Rotwell, maka Pendamping Lokal Desa

dituntut memiliki empat kompetenasi, yaitu:

1. Kompetensi Teknis (Technical Competence), yaitu kompetensi

mengenai bidang yang menjadi tugas pokok dalam

mendampingi masyarakat;

2. Kompetensi Manajerial (Managerial Competence) adalah

kompetensi yang berhubungan dengan berbagai kemampuan

manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas organisasi

atau tim kerja;

3. Kompetensi Sosial (Social Competence) yaitu kemampuan

melakukan komunikasiyang dibutuhkan oleh masyarakat dalam

pelaksanaan tugas pokoknya;

4. Kompetensi lntelektual/Strategik (Intelectual/Strategic

Competence) yaitu kemampuan untuk berpikir secara stratejik

dengan visi jauh ke depan.

Mengingat masyarakat senantiasa dinamis seiring dengan

perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta

persaingan global, maka pengembangan kompetensi merupakan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 215

Page 230: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

suatu hal yang harus dilakukan secara terencana dan berkelanjutan.

Artinya setiap pengembangan kompetensi Pendamping Lokal Desa

harus didasarkan pada hasil analisis kebutuhan pekerjaan atau tugas

dan analisis jabatan, sehingga pengembangan kapasitas tepat

sasaran dan berdayaguna dalam meningkatkan kinerja.

Dengan demikian, pengembangan kompetensi Pendamping

Lokal Desa bukan sebagai beban organisasi, akan tetapi menjadi alat

strategis untuk meningkatkankinerja individu dan organisasi secara keseluruhan. Pada hakekatnya, pengembangan kompetensi Pendamping Lokal Desa dapat dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu:

1. Kompetensi Umum (General Competency), artinya, meskipun pendamping memiliki posisi atau jabatan dan tugas pokoknya berbeda dalam tingkatan organisasi, namun jenis kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersifat dasar yang dibutuhkan akan disamakan. Misalnya, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat, Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, dan KPMD tentunya memiliki kebutuhan yang sama sebagai pendamping dalam hal teknik fasilitasi.

2. Kompetensi Khusus (Spesific Competency), artinya setiap unit atau satuan kerja dalam organisasi tidak sama kebutuhan jenis keahliannya, karena latar belakang teknis substantif (Technical Competence). Misalnya pendamping bidang Pemberdayaan Masayarakat Desa akan berbeda tuntutan kompetensinya dengan Pendamping Desa Teknis (Infrastruktur Desa)

E. Berorietasi pada Kualitas LayananPeningkatan Kapasitas Pendamping Lokal Desa perlu dilakukan

melalui tindakan terkoordinasi, artinya seluruh elemen yang terlibat

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 216

Page 231: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dalam pembangunan dan pemberdayaan menjadi bagian dari proses pembelajaran bagi Pendamping Lokal Desa. Hal ini juga terkait dengan peran kelembagaan atau instansi pemerintah sebagai pemangku utama dalam pengembangan masyarakat, khususnya yang terkait dengan dampak dari UndangUndang Desa terhadap eksistensi Pendamping Lokal Desa. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan mengkaji hal-hal sebagai berikut:

1. Keberadaan program pelatihan atau Diklat pendamping;2. Keberadaan dan program pendamping dari kalangan aparat

atau dinas terkait;3. Keberadaan dan status dari Pendamping Lokal Desa beserta

programmnya4. Sarana dan dana yang tersedia bagi program pemberdayaan

masyarakat. Mengupayakan penggunaan Dana Desa atau Dana Alokasi Desa dibangun dalam kerangka perubahan dan keberlanjutan bukan ―proyek‖. Termasuk dana pendampingan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK);

5. Keberadaan dukungan dan kebijakan dari Pemerintah Daerah, khususnya terkait dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota bersangkutan.

Pada tahap selanjutnya disusun perencanaan umum untuk melakukan kegiatan pembinaan dan pembimbingan bagi semua pendamping di tingkat Kabupaten/Kota. Di sini keterlibatan unit teknis/SKPD terkait, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi mutlak diperlukan, khususnya untuk mengukur kesenjangan kompetensi pendamping, antara yang dimiliki sekarang dengan apa yang menjadi harapan masyarakat, serta merancang materi pembelajaran (subject matters) untuk peningkatan kompetensi Pendamping Lokal Desa. Dari proses ini dihasilkan rumusan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 217

Page 232: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

tentang kompetensi baru yang perlu internalisasikan kepada Pendamping Lokal Desa. Pada tahap ini diidentifikasi dan dipilah-pilah materimateri pembelajaran yang diperlukan, diantaranya mencakup kompetensi umum dan kompetensi khusus termasuk dalam keterampilan sosial.

Secara lebih rinci rencana peningkatan kapasitas dijabarkan secara rinci dalam bentuk kurikulum, berupa GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran), TIU (Tujuan Instruksional Umum dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), serta Kerangka Acuan dari program yang akan diselenggarakan. Semua kegiatan ini dilandaskan kepada materi pembelajaran sesuai dengan upaya peningkatan kompetensi khusus.

Efektivitas dan efisiensi proses belajar hendaklah dijadikan pedoman di dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas Pendamping Lokal Desa. Oleh karena itu, semua pihak terkait, yakni SKPD, Pemerintah Kabupaten/Kota, pakar perguruan tinggi, LSM dan sukarelawan terkait serta lembaga penyandang dana (donor), perlu sepakat damendukung gagasan pengembangan kapasitas yang lebih bersifat bottom-up program planning.

F. Pemberdayaan Pendamping Lokal Desa Pemberdayaan pendamping sebagai bagian dari investasi SDM (Empowerment of Human Resources), merupakan aspek manajemen yang sangat strategis, karena pendamping diharapkan dapat menjadi penggerak dan daya terhadap sumber-sumber lainnya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa. Apabila Pendamping Lokal Desa tidak dapat menunjukkan daya dan memberikan daya terhadap sumber lainnya, maka dapat dipastikan pembangunan dan pemberdayaan tidak berjalan secara efektif dan efisien.

Dalam pemberdayaan pendamping ada dua istilah yang perlu dipahami yaitu ―pemberdayaan‖ dan ―pendamping‖. Dua kata

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 218

Page 233: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

ini memiliki makna yang sangat strategis terkait upaya memperkuat posisi dan peran dalam masyarakat. Pemberdayaan mengandung makna bahwa terjadi perubahan dinamis dan berkelanjutan dari ketidakmampuan menuju kesuksesan atau kemandirian. Sedangkan, kata pendamping bermakna subjek dan objek yang memiliki peran, kemampuan (competency) dan mandat dalam mendukung pembangunan dan pemberdayaan Desa. Upaya peningkatan merupakan serangkaiantindakan sistematis dalam membangun kepribadian pendamping yang mampu bertindak dan bekerja secara profesional, adaptif, berjiwa sukarela, kreatif dan siap menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang terjadi. Pendamping adalah mental dan cara pandang bukan identitas yang melekat dalam diri seseorang yang bersifat kontraktual, tetapi sebagai panggilan jiwa untuk bekerja bersama masyarakat dalam mencapai visi dan tujuan bersama. Cara pemberdayaan pendamping, yaitu:

1. Memberi Peran Setiap unit lembaga pasti ada yang ditunjuk untuk sebagai peran dalam melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat yang ada dalam lembaga tersebut. Seseorang yang diberi peran dalam pekerjaan akan merasa ada perhatian khusus dari lembaga yang dapat mempengaruhi psikologi pelakunya dan secara langsung dia mempunyai tuntutan agar orang lain berperilaku kepadanya yang sesuai dengan kondidi perannya. Misal seorang guru akan bererilaku sebagai guru yang baik dalam setiap waktu. Kondisi yang seperti itu dapat mempengaruhi dari dorongan pemberian peran. Dan jangan sampai peran yang diberikan bertentangan dengan kompetensi yang dimiliki dan kemauan jiwa yang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 219

Page 234: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dimiliki. Begitu pula peran yang diberikan tidak over load . Agar semua bisa teratasi dengan baik diperlukan : a. Rancangan beban tugas harus jelas dan pas.b. Mempunyai tujuan peran yang jelas seperti program promosic. Jabatan dan lain-lainnya.d.Menerapkan manajemen kinerja yang efektif.e.Merancang sesuai dengan kebutuhan tugas pendamping.f.Menjelaskan keseluruhan kepada pemangku kepentingan.g.Membuat struktur organisasi kerja yang jelas.

3. Membentuk Kelompok KerjaMemberdayakan pendamping dapat dilakukan dengan membentuk tim atau kelompok kerja baik dilakukan secara fomal maupun non formal. Secara formal kelompok dibentuk atas dasar tugas yang diberikan oleh organisasi atau lembaga penyelenggara atau biasa disebut kelompok kerja. Sedangkan pembentukan kelompok non formal dilakukan hanya kepada personal yang mempunyai kepentingan bersama. Ada beberapa langkah dalam mebentuk kelompok:

a. Storming, yaitu menghimpun pendapat dari beberapa anggota kelompok dan merumuskan bersama-sama.

b. Pembentukan diri, yaitu saling mengenali satu sama lain dan mempelajari peran mereka dalam kelompok.

c. Norming, yaitu menentukan norma atau aturan-aturan yang ditetapkan.

d. Performing, yaitu menampilkan kegiatan yang sudah disepakati bersama-sama.

G. Pola Pengembangan Kapasitas Pendamping Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan bagi

pendamping sifatnya sangat situasional. Artinya dirumuskan sesuai perhitungan kepentingan organisasi dan kebutuhan, penerapan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 220

Page 235: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

prinsip belajar dapat berbeda dalam aksentuasi dan intensitas, yang pada gilirannya tercermin pada penggunaan teknik dalam proses pembelajaran.

Melaksanakan program pelatihan dan pengembangan pada prinsipnya melaksanakan proses pembelajaran, artinya ada pelatih yang mengajarkan suatu topic atau mata latih. Oleh karena itu, tepat tidaknya suatu teknik fasilitasi tergantung pada pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam pembiayaan, materi dan fasilitas yang tersedia, kemampuan peserta, kemampuan pelatih dan prinsip belajar yang digunakan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan antara lain :a. On the job atau pelatihan dalam jabatan, merupakan teknik

pelatihan di mana para peserta dilatih langsung di tempat dia bekerja. Sasarannya adalah meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang. Yang bertindak sebagai pelatih bisa seorang pelatih formal, atasan langsung, atau rekan sekerja yang lebih senior dan berpengalaman. Pelatihan dalam jabatan ini meliputi empat tahap yaitu : peserta pelatihan memperoleh informasi tentang pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya dan hasil yang diharapkan, kesemuanya dikaitkan dengan relevansi pelatihan dengan peningkatan kemampuan peserta pelatihan yang bersangkutan.

pelatih mendemonstrasikan cara yang baik melaksanakan pekerjaan tertentu untuk dicontoh oleh pegawai yang sedang dilatih.

peserta pelatihan disuruh mempraktekkannya sendiri apa yang telah didemonstrasikan pelatih.

pendamping menunjukkan kemampuan bekerja menurut cara yang telah dipelajarinya secara mandiri.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 221

Page 236: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

b. Vestibule merupakan metode pelatihan untuk meningkatkan keterampilan terutama yang bersifat teknikal, di tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa menggangu kegiatan organisasi sehari-hari. Hal ini berarti organisasi harus menyediakan lokasi dan fasilitas khusus untuk berlatih, sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang sebenarnya. Vestibule merupakan bentuk pengembangan kapasitas yang dilakukan dalam situasi tugas atau kerja. Misalnya di kantor, agar pelatihan tidak mengganggu kegiatan administrasi sehari-hari, maka disediakan satu ruang khusus yang digunakan berlatih, seperti menata ruang pelayanan atau pengaduan, menerima pengaduan dari masyarakat langsung, kegiatan konsutasi, dan lain-lain.

c. Apprenticeship (magang), biasa dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuh- kan keterampilan (skill) yang relatif tinggi. Program ini biasanya mengkombinasi-kan on the job training dengan pengalaman sistem magang ini dapat mengambil empat macam kegiatan yaitu: seorang pegawai belajar dari pegawai lain yang lebih

berpengalaman. coaching dalam hal mana seorang pemimpin mengajarkan

cara-cara kerja yang benar kepada bawahannya di tempat pekerjaan dan cara-cara yang diajarkan atasan tersebut ditini oleh pegawai yang sedang mengikuti latihan.

menjadikan pegawai yang dilatih sebagai ‖asisten‖. menugaskan pegawai tertentu untuk duduk dalam

berbagai panitia, sehingga yang bersangkutan mendapat pengalaman lebih banyak.

e. Classroom methods. Dirancang dalam bentuk pembelajaran di

dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah diskusi. Aktivitas pembelajaran pada umumnya berjalan sepihak yang

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 222

Page 237: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

instruktur aktif memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode ini, diantaranya adalah faktor peserta, bahan belajar, pelatih. Semakin banyak jumlah peserta dalam suatu ruang belajar biasanya semakin kurang efektif (satu kelas lebih dari lima puluh orang). Demikian juga dengan bahan belajar, bila pelatih tidak menyediakan bahan belajar (hand out) menyebabkan peserta kesulitan mengikuti jalannya pembelajaran. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah instruktur, untuk model kuliah diperlukan pelatih yang benar-benar mampu menguasai kelas dengan berbagai keahliannya.

Daftar PustakaD. Susanto. Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan

Kualitas SumberdayaManusia Pendamping Pengembangan Masyarakat. Jurnal

KomunikasiPembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1.http://bpsdm.kemenkumham.go.id/artikel-bpsdm/35-capacity-

building-dan-strategi-peningkatan-kualitas-sdm-organisasihttp://drpriyono.blogspot.co.id/2012/03/bab-iii-pengembangan-

pemberdayaan-sdm.html

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 223

Page 238: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 9PENDAMPINGAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 224

Page 239: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 225

Page 240: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 226

PB9

Bahan Bacaan

Pendampingan

Page 241: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan1

PENDAMPINGAN DESAOleh: Sutoro Eko

Pemerintah akan segera memobilisasi fasilitator atau pendamping untuk menjalankan pendampingan desa, sebagai bentuk pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dalam diskusi para pihak di berbagai ruang dan tempat, pendampingan desa berpijak kepada dua argumen dan tujuan. Pertama, pendampingan desa merupakan tindakan meningkatkan kemampuan desa dalam mengelola pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan, dan kemasyarakatan. Kedua, banyak pihak khawatir dana desa yang diamanatkan UU desa tak efektif dan berpotensi menimbulkan korupsi besar-besaran oleh kepala desa. Karena itu, pendampingan desa merupakan tindakan untuk mengawal efektivitas dan akuntabilitas dana desa.

Kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas harus menjadi perhatian serius dalam pendampingan desa. Tetapi, pengutamaan ketiga aspek itu bisa membuat pendampingan, seperti halnya pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan, terjebak pada apa yang disebut James Ferguson (1990) sebagai "mesin anti politik". Dalam The Anti-Politics Machine: Development, Depoliticization, and Bureaucratic Power in Lesotho, Ferguson menunjukkan pembangunan sebagai nilai utama telah gagal membawa kesejahteraan rakyat. Mengapa?

Pembangunan adalah instrumen teknis, proyek dan industri yang anti politik. Di satu sisi, pembangunan adalah instrumen representasi ekonomi dan rekayasa sosial yang mengabaikan representasi politik. Depolitisasi dilakukan dengan mengabaikan realitas dan aspirasi politik, menyingkirkan rakyat dari politik, sekaligus menggiring mereka sibuk dalam dunia sosial dan ekonomi. Di sisi lain pembangunan dirancang canggih oleh teknokrat dan dijalankan oleh birokrat untuk ekspansi kekuasaan birokrasi negara. Dengan demikian, mesin anti politik mengandung depolitisasi (kebijakan, pembangunan dan rakyat) dan ekspansi kontrol birokrasi negara.

Anti Politik

Karya Ferguson itu tentu sudah kedaluwarsa, tetapi penting saya angkat sebagai perspektif kritis atas jebakan teknokratis-birokratis dalam pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan, dan juga pendampingan desa. Belajar dari pengalaman pendampingan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) dan proyek-proyek sejenis selama ini, ada sejumlah gejala operasi mesin anti politik.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 227

Page 242: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pertama, pendampingan merupakan perangkat teknokratik untuk mengamankan uang dalam bentuk bantuan langsung masyarakat (BLM) dan menyukseskan target artifisial yang telah digariskan proyek. Para pendamping mengajarkan hal-hal teknis-administratif proyek kepada orang desa mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan sampai pelaporan proyek. Lalu masyarakat desa tampil sebagai operator mesin pengelolaan uang dan proyek.

Kedua, pendampingan mengedepankan partisipasi, tetapi mengandung depolitisasi rakyat. Baik pengelolaan proyek maupun pendampingan mengabaikan edukasi politik dan penguatan representasi politik rakyat. Pendamping tak mendidik dan mengorganisasikan rakyat agar berdaya dalam memperjuangkan hak dan kepentingan mereka. Sekalipun ada partisipasi, yang terjadi adalah mobilisasi partisipasi dalam pengelolaan proyek.

Ketiga, pendampingan digerakkan dan dikendalikan oleh mesin birokrasi dengan petunjuk teknis operasional (PTO). Para pendamping tak hadir sebagai katalisator perubahan, tetapi hanya menjadi mandor proyek yang harus patuh pada PTO sehingga tak tumbuh menjadi wirausaha sosial yang kreatif dan mandiri. Pendampingan tentu telah memberikan kontribusi besar terhadap cerita sukses proyek PNPM, seperti infrastruktur fasilitas publik, pembesaran dana bergulir, pelembagaan instrumen good governance dalam pengelolaan proyek, peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan proyek, serta kebocoran dana proyek yang mendekati titik nol. Tetapi, kesuksesan itu hanya terbatas pada proyek, tak berdampak besar secara organik dalam tatanan kehidupan desa.

Instrumen good governance hanya dipakai dalam proyek, tetapi tak berdampak dalam pemerintahan desa. Tingkat kebocoran sangat rendah bukan berarti tumbuh kultur anti korupsi, tetapi hanya pertanda keberhasilan mengamankan dana proyek. Terbukti masyarakat sangat gemar politik uang dalam setiap proses elektoral. Peningkatan kemampuan hanya terjadi dalam pengelolaan proyek, tetapi kemampuan desa secara organik dalam mengelola pembangunan tak tumbuh baik. Wirausaha lokal tak tumbuh signifikan. PNPM hanya mampu membangun istana pasir, sekaligus sebagai proyek yang menyenangkan, tetapi tak menolong/berdayakan rakyat.

Propolitik

Saya berulang kali berdiskusi tentang pendampingan desa dengan Menteri Marwan Jafar maupun tim teknokrat-birokrat di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Kami membangun sebuah pemahaman bahwa pendampingan desa bukan perkara proyek dan teknis-manajerial yang anti politik, tetapi harus mengandung politik. Propolitik bukan dalam pengertian mesin politik, tetapi pendampingan desa harus mengandung jalan ideologis sesuai dengan UU desa, representasi politik, serta pemberdayaan, dan edukasi politik.

Pertama, Marwan berulang kali menegaskan pendampingan desa jangan terjebak pada proyek, tetapi harus menjadi jalan ideologis memuliakan dan memperkuat desa, termasuk mewujudkan idealisme Nawacita di ranah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 228

Page 243: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

desa, dengan spirit "Desa Membangun Indonesia". Kami menjabarkan gagasan ini dengan menegaskan bahwa pendampingan desa bukan sekadar berurusan dengan kapasitas dan efektivitas, tetapi hendak mempromosikan desa sebagai "masyarakat berpemerintahan" (self governing community) yang maju, kuat, mandiri, dan demokratis.

Kedua, pendampingan merupakan jalan perubahan yang mengandung repolitisasi rakyat. Repolitisasi ini bukan membuat rakyat menjadi mesin politik atau mobilisasi partisipasi, tetapi memperkuat representasi politik rakyat agar punya kesadaran kritis dalam dunia politik dan berdaulat dalam hak dan kepentingan mereka. Salah satu indikator kesadaran kritis adalah tumbuhnya sikap dan tindakan orang desa menolak (anti) politik uang.

Ketiga, pendampingan tak ditempuh dengan pembinaan (power over) melainkan pemberdayaan (empowerment). Pembinaan adalah pendekatan dari atas yang menumbuhkan mentalitas memerintah, kontrol, dan ekspansi birokrasi terhadap desa dan masyarakat. Sedangkan pemberdayaan adalah pendekatan untuk memperkuat desa dan rakyat secara sosial, budaya, ekonomi, politik.

Keempat, setiap aktivitas desa (musyawarah desa, perencanaan dan penganggaran, pemilihan kepala desa, dan sebagainya), yang memperoleh sentuhan pendampingan, tak boleh terjebak pada penggunaan alat dan menghasilkan dokumen semata tanpa ada sentuhan filosofis (roh). Pendampingan terhadap seluruh aktivitas desa harus disertai edukasi sosial dan politik secara inklusif dan partisipatoris. Dalam perencanaan desa, misalnya tak hanya berhenti pada penyusunan dokumen perencanaan yang akan dijabarkan jadi agenda proyek.

Di balik perencanaan desa ada pembelajaran bagi orang desa membangun impian kolektif dan mandiri mengambil keputusan politik. Demikian juga sistem informasi desa (SID) yang kaya data, aplikasi dan disertai jaringan online. SID tak hanya alat dan teknologi. Di balik SID ada pembelajaran bagi orang desa untuk membangun kesadaran kritis terhadap diri mereka sendiri sekaligus memperkuat representasi hak dan kepentingan rakyat.

Sutoro Eko, Guru Desa, Perancang UU Desa

Sumber: Kompas Edisi 2 Juli 2015

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 229

Page 244: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB9

Bahan Bacaan

Pendampingan

Bahan Bacaan 2

PENDAMPINGAN

A. Pengertian Pendampingan Menurut Edi Suharto pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perspektif profesional. Para pekerja sosial ini berperan sebagai pendamping sosial. Masyarakat pedesaan seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping desa kemudian hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka. Pendampingan desa dengan demikian dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara masyarakat pedesaan kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti; (a) merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi pedesaan, (b) memobilisasi sumber daya pedesaan (c) memecahkan masalah sosial pedesaan, (d) menciptakan atau membuka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 230

Page 245: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

akses bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat desa (e) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan desa. Pendamping desa sangat menentukan kerberhasilan program pemberdayaan desa. Edi Suharto juga membagi peran pendamping menjadi tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat desa yang didampinginya. 

1. Fasilitator. Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat desa. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan potensi di desa.

2. Pendidik. Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat desa yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat desa, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat desa adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik.

3. Perwakilan masyarakat. Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping desa dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat desa. Pendamping dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat desa, dan membangun jaringan kerja di desa.

4. Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping desa dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang mengorganisasi masyarakat desa, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.

 Salah satu pendekatan yang kini sering digunakan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat masyarakat desa adalah pemberdayaan masyarakat desa. Konsep ini menjadi sangat penting terutama karena memberikan perspektif positif terhadap desa. Masyarakat desa tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai masyarakat yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai matra kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial, ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan desa. Secara konseptual, pemberdayaan, berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, Edi Suharto menyatakan bahwa ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 231

Page 246: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal: (1) Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun; dan (2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.  Bagi para pendamping desa di lapangan, kegiatan pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendamping desa: 

1. Motivasi. Masyarakat desa dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Masyarakat desa perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan masyarakat desa. 

2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Peningkatan kesadaran masyarakt desa dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui pengalaman dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat desa untuk menciptakan mata pencaharian sendiri atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.

3. Manajemen desa. Masyarakat desa harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat desa. Pada tahap awal, pendamping desa dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Masyarakat desa kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

4. Mobilisasi potensi desa. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun potensi SDA masyarakat SDM masyarakat individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap desa memiliki potensinya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan potensi desa perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota masyarakat desa memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan masyarakat desa dan pengelolaannya secara berkelanjutan.

5. Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat desa perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 232

Page 247: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial desa dan sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap potensi dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat desa. (Edi Suharto, 1997):1

B. Tujuan Pendampingan

Bila kembali pada inti pengertian pendampingan yaitu terjadinya proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh masyarakat desa sendiri, jelas menunjukan adanya proses inisiatif dan bentuk tindakan yang dilakukan oleh masyarakat desa sendiri, tanpa adanya intervensi dari luar.

Dengan demikian tujuan utama dari pendampingan adalah adanya kemandirian kelompok masyarakat desa. Kemandirian disini menyiratkan suatu kemampuan otonom warga desa untuk mengambil keputusan bertindak berdasarkan keputusannya itu dan memilih arah tindaknnya sendiri tanpa terhalang oleh pengaruh dari luar atau yang diinginkan oleh pihak lain. Untuk mencapai kemandirian yang demikian dibutuhkan suatu kombinasi dari kemampuan materi, intelektual, organisasi dan manajemen. Dengan demikian sebenarnya 3 elemen pokok dalam kemandirian desa, yaitu kemandirian material,kemandirian intelektual, dan kemandirian pendampingan.

Kemandirian material yaitu kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan dasar desa dan mekanisme untuk tetap dapat tetap bertahan pada waktu krisis. Hal ini bisa diperoleh melalui pertama proses mobilisasi sumberdaya desa dan atau keluarga dengan mekanisme menabung dan penghapusan sumberdaya non produktif. Penegasan tuntutan atas hak-hak ekonomi desa,seperti: surplus yang hilang karena pertukaran yang tidak seimbang.

Kemandirian intelektual yaitu pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat desa yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang muncul. Dengan dasar tersebut masyarakat desa akan dapat menganalisis hubungan sebab-akibat dari suatu masalah yang muncul.

Kemandirian pendampingan yaitu kemampuan otonom masyarakat desa untuk mengembangkan diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan kolektif yang membawa pada perubahan kehidupan mereka.

C. Fokus Pendampingan

Bila tujuan pendampingan kelompok masyarakat adalah tewujudnya kemandirian dibidang material, intelektual, organisasi dan manajemen, oleh karena itu fokus pendampingan desa harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut, yakni melalui:

1Edi Suharto, PhD Dosen STKS, UNPAS dan UNLA Bandung. International Policy Analyst, Centre for Policy Studies (CPS), Central European University, Hungary Makalah Pemberdayaan Masyarakat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 233

Page 248: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Penyadaran berfikir kritis dan analitis. Yaitu mengajak anggota kelompok di desa terbiasa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat di desa dengan meneliti hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut.

Penggunaan atas hak dan kewajiban individu dan kolektif. Yaitu mengajak anggota masyarakat desa dan kelompok terbiasa bertindak atas dasar hak dan kewajiban yang dimiliki (tidak mengatas namakan secara tidak tepat).2

D. Misi Pendampingan

Paska pengesahan tahun 2014 desa akan menjadi titik sentral pembangunan di Indonesia. UU No  6  tahun 2014 atau yang lebih dikenal dengan undang-undang desa maka kewenangan dan anggaran desa akan ditambah.Penambahan kewenangan dan anggaran desa tersebut harus diikuti dengan peningkatan kapasitas pengelolaan program dan anggaran. Tanpa hal tersebut maka inisiatif pemberian kewenangan tersebut tidak akan memberi hasil yang baik.

Pada sisi lain saat ini tengah berkembang paradigma baru pemberdayaan masyarakat, yaitu lewat program peningkatan financial literacy. Financial literacy adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang akan diberi bantuan tentang pengetahuan keuangan. Orang-orang yang tidak paham mengenai keuangan (financial illiterate) maka ketika diberi bantuan maka akan jadi dana yang cepat habis. Setelah mengetahui financial liter.

Peranpendamping desa bisa mendorong perkembangan perekonomian desa lewat wirausaha, sesuai dengan penjelasan pasa 15 dalam UU 20/2008 tentang UMKM adalah melakukan konsultasi dan pendampingan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah agar mampu mengakses kredit perbankan dan/atau pembiayaan dari lembaga keuangan selain bank. Meskipun demikian, peran pendamping tidak hanya berhenti sebatas membantu kelompok usaha di desa dalam mendapatkan pendanaan dari bank, tetapi lebih dari pada itu, pendamping juga berperan dalam membantu kelompok usaha membenahi aspek pemasaran, manajemen dan keuangan. Sehingga tujuan satu desa satu kelompok usaha, satu kelompok usaha satu badan usaha desa bisa terwujud. Badan Usaha Milik Desa (BumDes) sebaiknya dikelola dengan prinsip social enterprises dan berbentuk koperasi.

Misi besar pendampingan desa adalah memberdayakan desa menjadi maju, kuat, mandiri, dan demokratis. Kegiatan pendampingan menurut Heri Susanto membentang dari pengembangan kapasitas pemerintahan, mengorganisasi dan membangun kesadaran kritis warga masyarakat, serta memperkuat organisasi-organisasi warga.Selain itu juga memfasilitasi pembangunan partisipatif, memfasilitasi dan memperkuat musyawarah desa sebagai arena demokrasi dan akuntabilitas lokal, merajut jaringan dan kerja sama desa, hingga mengisi ruang-ruang kosong di antara pemerintah dan masyarakat.Intinya pendampingan desa adalah menciptakan suatu

2M. RHIDO–PERDESAANSEHAT.COM, http://www.bintan-s.web.id/2010/12/tujuan-pendampingan.html

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 234

Page 249: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

frekuensi dan kimiawi yang sama antara pendamping dengan yang didampingi. UU No. 6/2014 tentang Desa mengembangkan paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelola desa secara nasional.

UU Desa tidak lagi menempatkan desa sebagai latar belakang Indonesia, tapi halaman depan Indonesia. UU Desa juga mengembangkan prinsip keberagaman, mengedepankan asas rekognisi dan subsidiaritas desa. UU Desa ini mengangkat hak dan kedaualatan desa yang selama ini terpinggirkan karena didudukkan pada posisi subnasional. Desa pada hakikatnya adalah entitas bangsa yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara empiris, desa-desa di Indonesia memiliki modal sosial yang tinggi. Masyarakat desa sudah lama mempunyai ikatan sosial dan solidaritas sosial yang kuat sebagai penyangga penting kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Swadaya dan gotong royong adalah sebagai penyangga utama ”otonomi asli” desa. Ketika kapasitas negara tidak sanggup menjangkau sampai level desa, swadaya dan gotong royong merupakan alternatif permanen yang memungkinkan berbagai proyek pembangunan prasarana desa tercukupi. Berdaulat secara politik mengandung pengertian desa memiliki prakarsa dan emansipasi lokal untuk mengatur dan mengurus dirinya meski pada saat yang sama negara tidak hadir. Kehadiran negara kadang berlebihan sehingga berpotensi memaksakan kehendak prakarsa kebijakan pusat yang justru melumpuhkan prakarsa lokal.

Kemandirian politik dapat dimaknai dalam pengertian emansipasi lokal. Emansipasi lokal dalam pembangunan dan pencapaian kesejehateraan membutuhkan pengakuan (rekognisi) negara dan negara perlu memfasilitasi berbagai institusi lokal dan organisasi warga untuk menggantikan imposisi sekaligus untuk menumbuhkan emansipasi yang lebih meluas. Misi besar pendamping desa dan dana desa menurut UU desa adalah memperkuat keutuhan NKRI. Karena itu keberadaan pendampingan dan dana desa ini dapat menjadi “inti” sekaligus menjadi “pondasi” kemajuan dan pemerataan pembangunan saat ini maupun di masa yang akan datang.

E. Tanggungjawab dan Tugas Pendamping

Tugas pokok Pendamping Desa yang utama adalah mengawal implementasi UU Desa dengan memperkuat proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa. Fungsi Pendamping Desa yaitu:

Fasilitasi penetapan dan pengelolaan kewenangan lokal berskala desa dan kewenangan desa berdasarkan hak asal-usul.

Fasilitasi penyusunan dan penetapan peraturan desa yang disusun secara partisipatif dan demokratis.

Fasilitasi pengembangan kapasitas para pemimpin desa untuk mewujudkan kepemimpinan desa yang visioner, demokratis dan berpihak kepada kepentingan masyarakat desa.

Fasilitasi demokratisasi desa. Fasilitasi kaderisasi desa. Fasilitasi pembentukan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan

desa.Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 235

Page 250: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Fasilitasi pembentukan dan pengembangan pusat kemasyarakatan (community center) di desa dan/atau antar desa.

Fasilitasi ketahanan masyarakat desa melalui penguatan kewarganegaraan, serta pelatihan dan advokasi hukum.

Fasilitasi desa mandiri yang berdaya sebagai subyek pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan desa yang dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel.

Fasilitasi kegiatan membangun desa yang dilaksanakan oleh supradesa secara partisipatif, transparan dan akuntabel.

Fasilitasi pembentukan dan pemngembangan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Fasilitasi kerjasama antar desa dan kerjasama desa dengan pihak ketiga. Fasilitasi pembentukan serta pengembangan jaringan sosial dan

kemitraan.

Sudah sejak lama desa memiliki tradisi berdemokrasi tempat keterbukaan, permusyawaratan, dan partisipasi menjadi pilar pengambilan keputusan. Pemilihan kepala desa secara langsung telah menjadi tradisi. Meski tidak menerima alokasi anggaran dari pemerintah, desa sejak lama mampu menggaji kepala desa dan perangkat desa dengan sistem yang dibangunnya sendiri, misalnya melalui sistem tanah bengkok dan tanah lungguh. Budaya musyawarah desa mulai dari komunitas terkecil hingga arena tertinggi yang melibatkan banyak elemen desa menjadi bagian dari model kehidupan desa. Sesungguhnya dalam hal budaya demokrasi, desa mendahului sistem demokrasi negara.

UU Desa menempatkan desa sebagai subjek pembangunan. Pemerintah menfasilitasi tumbuh kembangnya kemandirian dan kesejahteraan desa melalui skema kebijakan yang mengutamakan rekognisi dan subsidiaritas. Desa tak perlu takut dengan konsekuensi pemberlakuan kedua asas tersebut. Desa tidak lagi akan menjadi entitas yang merepotkan tugas pokok pemerintah kabupaten, provinsi, atau pusat. Desa akan menjadi entitas negara yang berpotensi mendekatkan peran negara dalam membangun kesejahteraan, kemakmuran, dan kedaulatan bangsa.

Heri Susanto dalam artikelnya disalah satu media lokal Jawa Tengah menawarkan program desa wirausaha (desapreneur) sebagai salah satu program yang dapat dikembangkan untuk mengatasi pengangguran, pendapatan rendah, dan menambah keragaman jenis usaha di desa. Kewirausahaan masyarakat desa ini bermakna untuk mengorganisasi struktur ekonomi perdesaan. Seluruh aset desa seperti tanah, air, lingkungan, dan tenaga kerja dapat menjadi modal pengembangan usaha baru yang digerakkan bersama-sama oleh seluruh elemen desa. Masyarakat kita masih banyak yang memilih jadi pekerja ketimbang membuka usaha sendiri, padahal jauh-jauh hari pemerintah sudah membuka peluang untuk membangun kemandirian masyarakat desa sehingga diharapkan terbentuk desapreneur. ADD sebagian didistribusikan per desa dalam bentuk program usaha ekonomi desa. Kalau masyarakat desa mau berwirausaha, ini menjadi tanda mereka siap berhadapan dengan situasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 236

Page 251: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Badan usaha milik desa (BUM desa) menjadi salah satu wadah untuk menyalurkan inisiatif masyarakat desa, mengembangkan potensi desa, mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam desa, mengoptimalkan sumber daya manusia (warga desa) dalam pengelolaannya, dan penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari BUM desa.

Menurut Heri salah satu solusi penting yang mampu mendorong gerak ekonomi desa adalah mengembangkan desapreneur atau kewirausahaan bagi masyarakat desa. Pengembangan desa wirausaha menawarkan solusi untuk mengurangi kemiskinan, migrasi penduduk, dan pengembangan lapangan kerja di desa. Kewirausahan menjadi strategi dalam pengembangan dan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya dan fasilitas disediakan secara spontan oleh masyarakat desa menuju perubahan kondisi sosial ekonomi perdesaan. Apabila desa wirausaha menjadi suatu gerakan masif akan menjadi hal yang sangat mungkin untuk mendorong perkembangan ekonomi perdesaan menjadi desa yang mandiri, menjadi desapreneur.( Heri Susanto, Solo Post).3

F. Klasifikasi dan Jenis Pendamping

Secara umum tugas pendamping desa yaitu mendampingi desa dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Pendamping desa dibagi dalam tiga kategori yang terdiri atas tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan atau  pihak ketiga.Tenaga pendamping profesional terdiri atas pendamping desa (berkedudukan di kecamatan), pendamping teknis (berkedudukan di kabupaten), dan tenaga ahli pemberdayaan masyarakat (berkedudukan di pusat dan provinsi) dengan tugas masing-masing sebagai berikut:1. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa

Fasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terkait sosialisasi UU Desa

Fasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menetapkan Peraturan Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 

Fasilitasi penegakan kewenangan desa kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

Pengembangan kapasitas masyarakat desa;  Kaderisasi masyarakat desa dalam rangka pelaksanaan UU Desa;  Fasilitasi musyawarah desa;  Fasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam melakukan

prereview dan review Peraturan Desa. Fasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka

menyusun regulasi di daerah yang berkaitan dengan pengaturan tentang desa; 

3 Heri Susanto http://www.solopos.com/2016/04/14/gagasan-pendampingan-desa-menuju-desapreneur-709932/3

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 237

Page 252: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Fasilitasi pengembangan pusat kemasyarakatan (community center) di desa dan/ atau antar desa; 

Fasilitasi pengembangan ketahanan masyarakat desa;  Fasiltasi kerja sama antar desa dalam rangka pelaksanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;  Fasilitasi kerja sama desa dengan pihak ketiga dalam rangka

pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;  Fasilitasi pembentukan serta pengembangan jaringan sosial dan

kemitraan;  Fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi

desa melaksanakan pemberdayaan masyarakat desa.

2. Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif

Fasilitasi penyusunan penyusunan perencanaan dan anggaran desa yang meliputi: RPJM Desa; RKP Desa; RKP Desa; dan APB Desa;

Fasilitasi musyawarah desa dalam rangka perencanaan pembangunan desa; 

Fasilitasi musyawarah perencanaan pembangunan desa;  Fasilitasi pelaksanaan kegiatan pembangunan desa;  Fasilitasi pengelolaan dana pembangunan desa;  Fasilitasi pengadaan barang dan jasa oleh desa;  Fasilitasi swadaya gotong royong masyarakat desa dalam rangka

pembangunan desa;  Fasilitasi integrasi Program/Proyek masuk desa dengan pembangun

berskala lokal/desa;  Fasilitasi integrasi pembangunan desa dengan pembangunan

kawasan perdesaan;  Fasilitasi audit berbasis komunitas;  Fasilitasi pemantuan berbasis komunitas;  Fasilitasi penanganan pengaduan danmasalah berbasis komunitas;  Fasilitasi musyawarah desa dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan pembangunan desa;  Fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi

desa perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa. 

3. Tenaga Ahli Infrastruktur Desa

Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana permukiman desa; 

Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana lingkungan permukiman desa; 

Fasilitasi pembangunan danpengelolaan saranatransportasi desa;  Fasilitasi pengembangan prasarana transportasi desa;  Sarana danprasarana produksi pendukung ekonomi desa;  Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana

pemasaran produk unggulan desa;  Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana

elektrifikasi desa berbasiskan teknologi tepat guna yang ada di desa;  Fasilitasi pengembangan kader teknik di desa; Fasilitasi sertifikasi infrastruktur desa hasil pelaksanaan kegiatan

pembangunan desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 238

Page 253: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi desa dalam pengembangan, pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana desa.

4. Tenaga Ahli Pemberdayaan Ekonomi Desa

Fasilitasi pembentukan dan pengembangan lembaga BUMDes; Fasilitasi pengembangan usaha dan pemasaran hasil usaha BUMDes;  Fasilitasi pembentukan, pengelolaan dan pengembangan pasar desa;  Fasilitasi promosi pemasaran hasil usaha ekonomi desa;  Fasilitasi pengembangan jaringan pemasaran hasil usaha ekonomi

desa;  Fasilitasi pengembangan kredit modal usaha ekonomi desa;  Fasilitasi pengembangan usaha kredit mikro;  Fasilitasi penggalangan modal keswadayaan;  Fasilitasi promosi pemanfaatan potensi desa;  Fasilitasi pengembangan usaha kredit mikro;  Fasilitasi pengembangan ekonomi kreatif;:  Fasilitasi pengembangan industrialisasi desa;  Fasilitasi pengembangan kewirausahaan desa;  Fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi

desa mengembangkan ekonomi desa.

5. Tenaga Ahli Pengembangan Tegnologi Tepat Guna

Fasilitasi pengembangan teknologi tepat guna;  Fasilitasi promosi pendayagunaan teknologi tepat guna;  Fasilitasi kemandirian pangan dan energi berbasis teknologi tepat

guna;  Fasilitasi pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG) untuk

pendayagunaan sumberdaya hutan, perkebunan dan pertanian;  Fasilitasi pemanfaatan TTG untuk pendayagunaan sumberda ya

pertambangan; tanah; dan air;  Fasilitasi pemanfaatan TTGuntukpelestarian lingkungan hidup;  Fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi

desa dalam mendayagunakan teknologi tepat guna;  Fasilitasi pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG) untuk

pendayagunaan sumber daya hutan, perkebunan dan pertanian;  Fasilitasi pemanfaatan TTG untuk pendayagunaan sumber daya

pertambangan, tanah dan air; Fasilitasi pemanfaatan TTG untuk pelestarian lingkungan hidup;  Fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi

desa dalam mendayagunakan teknologi tepat guna.

6. Tenaga Ahli Pengembangan Pelayanan Dasar

Fasilitasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa secara terpadu; 

Fasilitasi pelayanan pendidikan desa bagimasyarakat desa secara terpadu; 

Fasilitasi pemberdayaan perempuan dan anak;  Fasilitasi pemberdayaan kaum difabel/berkebutuhan khusus;  Fasilitasi pemberdayaan kelompok masyarakat marginal; 

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 239

Page 254: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Fasilitasi pemberdayaan keluarga miskin;  Fasilitasi pengembangan kesejahteraan keluarga;  Fasilitasi pelestarian dan pengembangan adat dan kearifan lokal;  Fasilitasi pelestarian dan pengembangan seni dan budaya desa;  Fasilitasi pengembangan kerukunan dan ketentraman antar warga

desa dan/atau antar desa;  Fasilitasi pencegahan dan penanganan konflik sosial antar warga

desa dan/atau antar desa.  Fasilitasi pengembangan media informasi desa untuk masyarakat

desa;  Fasilitasi pengelolaan akses informasi antar warga desa dan/atau

antar desa.

7. Pendamping desa. Mendampingi Gampong/Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Gampong/Desa, kerja sama Gampong/Desa, pengembangan BUMG, dan Pembangunan yang berskala lokal Gampong/Desa.

8. Pendamping Lokal desa. Mendampingi Gampong/Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Gampong/Desa, kerja sama Gampong/Desa, pengembangan BUMG, dan Pembangunan yang berskala lokal Gampong/Desa.4

G. Posisi Pendamping Lokal Desa

Salah satu agenda besar pendamping lokal desa adalah mengawal implementasi UU No. 6/2014 Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi, dan pendampingan. Pendamping lokal desa itu bukan sekadar menjalankan amanat UU Desa, tetapi juga modal penting untuk mengawal perubahan desa demi mewujudkan desa yang mandiri dan inovatif.

Untuk itu posisi Pendamping Lokal Desa (PLD) pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kementerian Desa) adalah sangat penting dan menjadi ujung tombak keberhasilan program pemberdayaan masyarakat desa. Para PLD yang professional ini diharapkan bisa memberikan solusi untuk mempercepat penyerapan Dana Desa (DD). Selain itu PLD juga di tuntut untuk bisa mengimplementasikan UU Desa. Khususnya, memantau realisasi anggaran dan kegiatan yang dibiayai dari sumber dana desa (dari APBN) dan alokasi dana desa (dari APBD).

Seorang PLD mendampingi 4 desa didukung oleh dua orang tenaga Pendamping Desa (PD) di Kecamatan. PLD bertugas untuk memfasilitasi regulasi UU Desa ke dalam implementasi atau praktik berdesa. PLD diharapakn dapat mengembangkan skema pendampingan yang memberdayakan masyarakat desa hingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat desa, sebagai roh gerakan pembangunan desa yang berkelanjutan demi terwujudnya cita-cita kemandirian Negara kita.

Sejatinya kemandirian negara terletak pada kemandirian desa-desa sebagai entitas penyusun dan penyangga nama besar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun 2015 adalah tahun pertama pelaksanaan UU No. 6/2014. 4https://pendaftaran-cpns.blogspot.co.id/2015/08/tugas-pokok-pendamping-desa.html

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 240

Page 255: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Desa diberlakukan berbeda dengan sebelumnya. Kedudukan desa tidak lagi subnasional, melainkan berkedudukan di wilayah kabupaten/kota. Desa tidak lagi berada di bawah struktur administratif terbawah, apalagi perpanjangan tangan pemerintah daerah.

Desa mendapat rekognisi dan subsidiaritas kewenangan, yaitu kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa. Desa menerima transfer keuangan dari APBN dan APBD yang disebut dana desa (DD) dan alokasi dana desa (ADD) untuk memenuhi kebutuhan belanja dalam konteks dua kewenangan tadi. Keberadaan UU No. 6/2014 tujuan pertamanya adalah bagian dari ikhtiar mencapai keberdayaan negara dari kemandirian desa-desanya. Proses pembentukan bangunan warga dan organisasi masyarakat sipil biasanya dipengaruhi faktor eksternal yang mengancam hak publik. Keduanya adalah modal penting bagi desa untuk membangun kedaulatan dan titik awal terciptanya komunitas warga desa yang nantinya akan menjadi kekuatan penyeimbang atas munculnya kebijakan publik yang tidak responsif terhadap masyarakat. 

Efektivitas pembangunan pada hakikatnya merupakan tindakan membandingkan antara perencanaan dengan hasil. Antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan. Tugas PLD adalah mengoreksi penyimpangan tersebut.Pembangunan desa adalah strategi pembangunan bagi peningkatan kehidupan ekonomi dan sosial dari kelompok khusus masyarakat, dalam hal ini masyarakat kurang mampu di pedesaan. Pembangunan desa bertujuan mengurangi kemiskinan serta tersedianya sarana dan prasarana umum untuk menunjang segala kebutuhan masyarakat yang ternyata masih kurang untuk membantu masyarakat desa dalam beraktivitas sehari-hari.

ADD adalah dana yang dialokasikan pemerintah kabupaten/kota untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang ditetapkan dengan peraturan desa. ADD merupakan dukungan dana dari pemerintah pusat dan daerah kepada pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa.

Pengalokasian dana desa butuh fungsi PLD sebagai pengawas agar dana tersebut benar-benar tersalurkan untuk kepentingan pembangunan desa. Pengawasan oleh PLD terhadap anggaran desa dilakukan dengan melihat rencana awal program dan realisasinya. Kesesuaian antara rencana program, realisasi program, pelaksanaan, serta nilai dana yang digunakan dalam pembiayaan adalah ukuran yang dijadikan patokan PLD dalam pengawasan.[]

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 241

Page 256: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 10MEMBANGUN TIM KERJA DI

DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 242

Page 257: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 243

Page 258: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB10

Bahan Bacaan

Membangun Tim Kerja di Desa

Bahan Bacaan 1

MEMBANGUN KERJASAMA TIM

Pembelajaran Membangun Kerjasama Tim dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pendamping dalam hal penerapan konsepsi Membangun kerjasama Tim secara efektif dan efisien dalam melakukan pendampingan masyarakat di Desa. Hal-hal yang dibahas meliputi:

1. Konsepsi Dasar Membangun Tim yang Efektif dengan subbahasan Pengertian Tim; Perbedaan Kelompok dan Tim; Hakikat dan Ciri Organisasi sebagai Tim Efektif; Kriteria Tim yang efektif; dan Manfaat Membangun Tim yang Efektif.

2. Kerjasama Dalam Membangun Tim Dinamis dengan subbahasan meliputi: Pengertian Tim yang Dinamis; Unsur-Unsur Tim yang Dinamis; Tahapan Perkembangan Tim; Membangun Rasa Kebersamaan Tim; Peran Individu dalam Tim; dan Membangun Kebanggaan Tim.

3. Pemecahan Masalah Secara Win-win Solution dengan subbahasan meliputi: Pengertian Konflik; Mengenali Konflik, Respon terhadap Konflik, Sumber-sumber Konflik, Langkah-Langkah Penyelesaian Konflik, dan Gaya Tanggapan Konflik.

A. Pengertian Tim yang Dinamis

Mengapa ada tim yang mampu bertahan lama dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila berbicara tentang tim, maka ada tim yang dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi, namun juga ada yang hanya bertahan beberapa waktu saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha maksimal agar

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 244

Page 259: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

mampu berperan sebagai tim yang dinamis. Tim dinamis adalah tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi. Tim seperti ini dapat memanfaatkan segala energi yang ada di dalam tim tersebut untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan tim yang penuh dengan rasa percaya diri, tim yang para anggotanya menyadari kekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.

B. Unsur-Unsur Tim yang Dinamis

Apakah manfaat membangun tim dinamis? Tim dinamis memiliki unsur-unsur yang tidak jauh berbeda dengan tim pada umumnya. Adapun unsur-unsur tersebut menurut Richard Y. Chang adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan secara jelas misi dan tujuannya. Visi adalah gambaran akan datang yang merupakan cita-cita, dan selanjutnya visi ini dijelaskan ke dalam bentuk misi. Suatu organisasi atau tim yang dinamis harus mampu

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 245

Page 260: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

menjelaskan misi tersebut ke dalam tujuan-tujuan tim, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tanpa memiliki tujuan yang jelas, tim tidak akan mengetahui ke arah mana akan melangkah, sehingga akan terombang-ambing oleh bertiupnya angin. Tujuan dan sasaran ini harus dipahami oleh seluruh anggota tim, sebab hal ini akan meningkatkan komitmen diantara mereka. Pemimpin yang dinamis harus mampu memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam perumusan tujuan tim.

2. Beroperasi secara kreatif. Dalam pelaksanaan, kerja tim sangat kreatif dan dinamis dengan memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak takut menghadapi kegagalan-kegagalan dan selalu mencari peluang untuk mengimplementasikan teknik yang baru. Mereka bersikap luwes dan kreatif dalam memecahkan masalah.

3. Memfokuskan pada hasil.Tim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui kemampuan jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para anggota tim secara terus-menerus memenuhi komitmen waktu, anggaran, produktivitas, dan mutu “produktivitas optimum” merupakan tujuan bersama.

4. Memperjelas peran dan tanggung jawab. Peran dan tanggung jawab anggota tim jelas. Setiap anggota tim mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya, dan mengetahui dengan jelas peran temannya dalam tim. Tim yang dinamis selalu memperbaharui peran dan tanggung jawab anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan, sasaran dan teknologi.

5. Diorganisasikan dengan baik. Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan jelas. Tim juga menginventarisir jenis keterampilan yang dimiliki oleh para anggota timnya.

6. Dibangun diatas kekuatan individu. Kompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga pimpinan tim memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota timnya. Oleh karena itu program Pembinaan sangat diharapkan. Pimpinan tim sangat memperhatikan pemberdayaan timnya sehingga dalam pemberdayaan disesuaikan dengan kompetensi anggota tim.

7. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain. Dalam tim yang dinamis, kepemimpinan dibagi diantara para anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang mutlak. Setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin tim. Meskipun demikian peran supervisor masih dianggap perlu ada. Dalam Tim dinamis menghargai keunikan setiap individu.

8. Mengembangkan iklim tim. Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara antusias bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan energi kelompok yang tinggi (bersinergi).

9. Menyelesaikan ketidaksepakatan. Perbedaan persepsi dan ketidaksepakatan akan terjadi dalam setiap tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan suatu wahana untuk menumbuhkan hal-hal yang lebih positif. Segala konflik akan diselesaikan dengan pendekatan secara terbuka dengan teknik kolaborasi.

10.Berkomunikasi secara terbuka. Pembicaraannya secara asersi, yakni bicara yang lugas, jujur tetapi tidak melukai pihak lain. Masing-masing anggota kelompok saling memberi dan menerima saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi dilakukan secara timbal balik dan untuk kepentingan bersama.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 246

Page 261: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

11.Membuat keputusan secara obyektif. Dalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang mantap dan proaktif. Keputusan dicapai melalui konsensus. Setiap anggota kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut. Anggota kelompok bebas mengutarakan pendapat dan idenya dan mendukung rencana yang telah ditetapkan.

12.Mengevaluasi efektivitasnya sendiri.Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana selama ini. Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dan manajemen proaktif. Apabila muncul masalah kinerja, mereka bisa segera memecahkannya sebelum menjadi permasalahan yang serius.

C. Tahapan Perkembangan Tim

Pada dasarnya dalam membangun tim yang dinamis mempunyai tahapan sebagai berikut (Peter Senge):

1. Forming (pencairan bentuk)2. Storming (mencari jati diri tim)3. Performing (tim mulai menunjukkan kinerja)4. Transforming (tim mulai terbiasa dengan budaya kerja baru)

Mewujudkan tim yang dinamis tidak mudah, tetapi merupakan rangkaian perkembangan setahap demi setahap. Tahapan tersebut dalam bahan ajar ini akan dijabarkan mengacu pada pendapat Richard Y. Chang yang dimuat dalam bukunya “Membangun Tim yang Dinamis”. Adapun tahapan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan arah (Drive)Dalam tahap ini Tim harus memfokuskan pada misinya dan membuat garis besar strategi yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan, prioritas dan prosedur kerja serta peraturan bagi Tim anda.

2. Bergerak (Strive)Dalam tahap ini peran dan tanggung jawab anggota tim ditetapkan dengan jelas. Dalam tahap ini beberapa kendala akan dihadapi dengan penuh bijaksana bersama dengan seluruh anggota Tim, sehingga seluruh permasalahan dapat dihadapi dengan arif dan bijaksana.

3. Mempercepat gerak (Thrive)Fase ini dimungkinkan untuk meningkatkan produktivitas secara maksimal. Dalam memecahkan masalah menggunakan umpan balik dari sesama anggota, manajemen konflik, kerjasama dan pembuatan keputusan yang efektif. Penguasaan terhadap wilayah secara cepat dan efektif dengan daya tahan yang tangguh.

4. Sampai (Arrive)Dengan kerja sama tim yang kompak,tim akan mencapai puncak dengan mengatasi semua kendala-kendala yang ada, yang pada akhirnya mencapai prestasi yang luar biasa. Namun apabila dalam fase ini belum mencapai puncak idealnya,dilakukan peninjauan kembali tim dengan melaksanakan konsolidasi upaya, misalnya berkoordinasi secara maksimal. Disamping itu perlu meninjau kembali sasaran-sasaran yang telah ada, masih relevan atau tidak.

D. Membangun Rasa Kebersamaan Tim

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 247

Page 262: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Adakah manfaat membangun rasa kebersamaan dalam sebuah tim? Tahapan-tahapan dalam membangun tim yang dinamis tersebut akan berjalan dengan seksama, apabila anggota-anggota tim mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk membangun rasa kebersamaan di dalam suatu tim, maka setiap anggota kelompok harus mampu untuk menerima keragaman anggota tim. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan setiap tim terdiri dari berbagai individu yang memiliki latar belakang, perilaku, pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada seorang manusiapun yang diciptakan sama termasuk orang yang kembar sekalipun. Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak memandang pangkat, suku dan golongan, menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai dan dilandasi oleh keterbukaan. Oleh karena itu, anggota suatu tim hendaknya memiliki karakteristik yang berorientasi pada opini, persamaan, serta tujuan.

Adapun penjabaran karakteristik anggota tim yang berorientasi pada opini, persamaan, dan tujuan, masing-masing adalah sebagai berikut:

Berorientasi pada Opini:

1. Berlawanan dengan orang yang bersifat dogmatis, akan mengarahkan pada tindakan tidak mengutuk orang lain;

2. Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan agar orang lain memberi posisi istimewa pada gagasannya;

3. Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain, bukan berorientasi pada gagasan perorangan;

4. Tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi menginvestigasi pendapat orang lain.

Berorientasi pada Persamaan:

1. Anggota tim yang berorientasi pada persamaan melihat keragaman sebagai suatu keunggulan. Perbedaan yang dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut, puncak dan dasar suatu masalah;

2. Mengandalkan semua anggota;3. Kepercayaan kepada anggota tim meningkatkan produktivitas.

Berorientasi pada Tujuan:

1. Tim yang terdiri dari anggota yang berorientasi pada tujuan, kecil kemungkinan akan timbul konflik di dalamnya yang disebabkan oleh keunikan masing-masing kelompok;

2. Keseluruhan anggota tim berorientasi pada tujuan yang sama;3. Anggota tim mengakui bahwa masing-masing anggota memiliki tujuan, dan

kemungkinan tujuan tersebut bertentangan dengan tujuan tim;4. Keunikan anggota tim yang muncul segera dapat diatasi, tidak dibiarkan

melahirkan masalah baru.

(Sukses Melalui Kerjasama Tim, Richard Chang, PT Pustaka Binaman Pressindo)

Hal apakah yang akan kita perhatikan? Dalam rangka membangun kerjasama tim, perlu juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut: meningkatkan umpan balik sesama anggota tim, memiliki komitmen untuk menyelesaikan konflik, bekerja sama untuk meningkatkan kreativitas dan menangani dalam pembuatan keputusan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 248

Page 263: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

E. Peran Individu dalam Tim

Keberhasilan suatu tim sangat tergantung dari peran individu-individu dalam tim tersebut. Ada lima peran individu dalam suatu tim yang berhasil. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Driver : Mengembangkan gagasan, memberi arah, menemukan hal-hal baru.Planner : Menghitung kebutuhan tim, merencanakan strategi kerja, menyusun jadwal.Enabler : Ahli memecahkan masalah, mengelola sarana/sumber daya menyebarkan gagasan, melakukan negosiasi.Executor : Mau bekerja menghasilkan output, mengkoordinir dan memelihara tim.Controller : Membuat catatan,mengaudit dan mengevaluasi kemajuan tim.

F. Membangun Kebanggaan Tim

Perlukah membangun kebanggaan tim? Tim dinamis akan senantiasa mempertahankan prestasinya secara maksimal. Oleh karena itu mempertahankan kinerja tim sangat diharapkan. Ini berarti bahwa perlu ada suatu usaha untuk memotivasi tim secara efektif agar mampu membangun kebanggaan tim.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tim agar anggota tim mampu membangun kebanggaannya adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi Anggota Tim untuk Berkomitmen.Dalam memotivasi ini terlebih dahulu tentukan faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi orang tersebut termotivasi dengan baik. Tanpa mengetahui hal ini proyek besarpun belum tentu merupakan faktor stimulus. Setiap individu memiliki motif yang berbeda-beda, misalnya ada orang timbul harga dirinya dengan menghargai kinerjanya, tetapi orang lain belum tentu demikian.

2. Memotivasi Anggota Tim yang Tidak Termotivasi. Tidak setiap anggota tim memiliki motivasi yang sama. Ada anggota tim yang produktif, ada pula yang enggan berpartisipasi secara aktif. Untuk itu diperlukan beberapa strategi yang jitu. Strategi tersebut antara lain: (1) dapatkan nasihat dari mereka, (2) jadikan mereka guru, (3) libatkan mereka dalam presentasi dan delegasikan kepada mereka proyek bintang.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membangun kerjasama tim adalah perlunya meningkatkan kerja sama tim yang efektif. Kunci utamanya adalah adanya komunikasi yang efektif (dibahas dalam mata sajian komunikasi yang efektif), mendengarkan secara aktif, mampu memotivasi anggota tim serta menyelesaikan konflik secara efektif. Teknik penanganan konflik akan dibahas dalam pokok bahasan berikutnya.

Dilihat dari tahapannya (baik menurut Peter Senge maupun Ricard Y.Chang), apabila suatu tim telah mencapai tahap ketiga (performing maupun thrive) sampai dengan tahap keempat (transforming maupun arrive), maka akan timbul suatu kebanggaan tim.[]

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 249

Page 264: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB10

Bahan Bacaan

Membangun Tim Kerja di Desa

Bahan Bacaan 2

MEMBANGUN JEJARING

Pendahuluan

Jaringan sosial (social network) adalah kumpulan individu atau kelompok yang terikat oleh kepentingan dan/atau tujuan yang sama. Membangun jaringan sosial dan mengembangkan kerjasama merupakan agenda penting dan strategis yang harus dipahami dengan baik oleh para pendamping desa. Pemahaman yang baik terhadap jaringan sosial yang terbangun di pedesaan selama ini, akan sangat membantu proses-proses pendampingan yang dilakukan di tingkat masyarakat desa. Mulai dari proses perencanaan pembangunan sampai pada kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.

Hal mendasar yang harus dipahami dari hubungan sosial yang melahirkan jaringan sosial adalah setiap orang mempunyai akses yang berbeda terhadap sumber daya yang bernilai, seperti akses terhadap sumber daya alam, informasi atau kekuasaan. Artinya bahwa dengan memahami jaringan sosial di Desa akan memudahkan bagi pendamping desa dalam membangun jaringan sosial baru untuk kepentingan implementasi UU Desa, serta memudahkan untuk mengembangkan kerjasama.

Salah satu tugas dan peran penting dari pendamping desa adalah membantu desa membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial serta mengembangkan kerjasama, baik kerjasama antar desa maupun dengan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 250

Page 265: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

pihak ketiga guna mewujudkan tujuan dari pembangunan desa, sebagaimana dinyatakan dalam UU Desa, khususnya tujuan yang berkaitan dengan: a) Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; b) Meningkatkan ketahanan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; c) memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan d) Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Selama ini, proses dan pola pemberdayaan desa umumnya cenderung menciptakan ketergantungan. Akibatnya, desa tidak tumbuh menjadi desa yang mandiri dalam mengurus dan mengelola sumber daya dan potensi yang dimilikinya, termasuk jaringan sosial yang telah tumbuh dan berkembang di Desa. Kekuatan dari potensi jaringan sosial, seperti semangat kegotong-royongan dan kepercayaan (trust) belum dapat dioptimalkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Desa.

Tujuan yang hendak dicapai dengan membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial di pedesaan adalah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat desa, seperti: terbatasnya peluang kerja, struktur sumber daya ekonomi yang kurang beragam, keterbatasan pendidikan, keterampilan, peralatan dan modal.

Secara normatif, kerjasama antar desa maupun kerjasama dengan pihak ketiga telah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa dapat mengembangkan kerjasama meliputi: pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing, kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan Desa, dan kerjasama juga dapat dilakukan di bidang keamanan dan ketertiban di Desa. Prinsipnya, kerjasama dikembangkan untuk memanfaatkan potensi Desa dan mengatasi kekurangan dari sumber daya alama dan sumber daya manusia di Desa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Kerjasama ini harus dilakukan dalam prinsip saling menguntungkan dan memandirikan masing-masing Desa.

Mengidentifikasi Pihak-Pihak yang Potensial

Kerja jejaring merupakan kegiatan untuk kepentingan banyak pihak yang bersifat memberi dan berbagi. Sedangkan definisi kerja jaringan adalah:

1. Kekuatan berasal dari semangat memberi dan berbagi.2. Kemauan alami menghargai diri, lembaga, organisasi, hubungan dan

relasi.3. Salah satu cara untuk memahami sistem yang ada pada diri kita dan

orang lain.4. Merupakan cara yang terorganisir untuk menciptakan relasi guna suatu

tujuan.

Kerja jaringan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Merupakan media pemasaran yang efektif.2. Biaya lebih efisien dengan potensi keberhasilan lebih efektif.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 251

Page 266: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Untuk membangun networks, beberapa prinsip dasar yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

1. Membangun citra lembaga yang baik.2. Fokus pada kualifikasi lembaga.3. Berkaitan dengan apa yang kita tawarkan bukan apa yang kita dapatkan.4. Mengembangkan kemampuan “mendengar“.5. Mengembangkan kemampuan “bertanya“.6. Menepati janji bukan mengobral janji.

Untuk membangung jejaring sosial di pedesaan terlebih dahulu kita harus memetakan dan mengenali siapa saja tokoh atau pihak kunci yang dapat kita ajak bersama untuk membangun dan memajukan desa. Untuk membantu memetakan tokoh atau para pihak tersebut, pertanyaan-pertanyaan dibawah ini diharapakan dapat membantu:

1. Siapa atau kelompok mana yang selalu terlibat membantu kegiatan di pedesaan? Mengapa mereka selalu terlibat? Apa manfaat langsung/tidak langsung kegiatan tersebut bagi kelompok?

2. Apakah ada kesamaan yang mengikat para anggota jaringan itu, misalnya satu keluarga atau kerabat, tetangga, atau mata pencaharian atau lainnya?

3. Apakah orang-orang itu membentuk jaringan untuk menanggulangi hal-hal yang lainnya juga, atau hanya untuk peristiwa yang diuraikan itu?

4. Jika untuk hal-hal lain juga, hal-hal apakah itu? Mengapa bisa menjalar ke hal-hal lain, atau sebaliknya?

5. Apa hubungan kelompok atau jaringan ini dengan jaringan atau kelompok lain (bersaing, saling mendukung, tidak ada kaitan sama sekali)? Apa alasan atau latar belakang hubungan yang demikian?

6. Apa pula hubungan jaringan atau kelompok ini dengan pemerintah desa? Apakah pemerintah memberikan dukungan nyata, pasif atau malah menghambat? Mengapa?

7. Sejak kapan jaringan ini muncul? Bagaimana riwayat kemunculannya, atau perubahannya dari jaringan sebelumnya? Apakah lingkup kegiatan atau keanggotaannya saat ini mengalami perubahan dari sebelumnya? Sejak kapan perubahan berlangsung? Mengapa?

No. Kelompok Sosial Potensi/Peran1 Organisasi Tani

Lokal (OTL) Terlibat dalam proses perencanaan

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat petani

Menjadi kelompok penerima manfaat pembangunan

Mengutus perwakilannya dalam Badan Musyawarah Desa

Terlibat dalam proses musyawarah desa Terlibat dalam pembahasan peraturan

desaKementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 252

Page 267: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2 Kelompok Nelayan

Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat nelayan

Menjadi kelompok penerima manfaat pembangunan

Mengutus perwakilannya dalam Badan Musyawarah Desa

Terlibat dalam proses musyawarah desa Terlibat dalam pembahasan peraturan

desa

3 Organisasi Masyarakat Adat

Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat adat

Menjadi kelompok penerima manfaat pembangunan

Mengutus perwakilannya dalam Badan Permusyawaratan Desa

Terlibat dalam proses musyawarah desa Terlibat dalam pembahasan peraturan

desa adat

4 Organisasi Keagamaan

Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat adat

Menjadi kelompok penerima manfaat pembangunan

Mengutus perwakilannya dalam Badan Musyawarah Desa

Terlibat dalam proses musyawarah desa

5 Organisasi Perempuan

Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan desa dan pemberdayaan

Menjadi kelompok penerima manfaat pembangunan

Mengutus perwakilannya dalam Badan Musyawarah Desa

Terlibat dalam proses musyawarah desa Terlibat dalam pembahasan peraturan

desa

6 Organisasi Kepemudaan

Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat adat

Menjadi kelompok penerima manfaat pembangunan

Mengutus perwakilannya dalam Badan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 253

Page 268: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Musyawarah Desa Terlibat dalam proses musyawarah desa Terlibat dalam pembahasan peraturan

desa

7 NGO Membangun kerjasama dalam program ekonomi di pedesaan

Membantu desa dalam proses pemberdayaan masyarakat desa

Mengembangkan Kerjasama

Pijakan berpikir yang mendasari perlunya membangun relasi jaringan sosial dan kerjasama dalam melakukan pembangunan desa dan pemberdayaan desa, antara lain:Pertama, pengembangan jaringan sosial dan kerjasama di pedesaan diformulasikan untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti: pangan, energi, pendidikan dan kesehatan. Kemandirian desa tidak berarti Desa terlepas dari kesaling-tergantungan dengan desa yang lain, melainkan terjadi “net-benefit” yang dihasilkan dari pertukaran antara desa.

Kedua, pengembangan potensi jaringan sosial di wilayah pedesaan ditekankan pada aspek keberlanjutan, yakni:

1. Keberlanjutan ekologi, dimana pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan tidak merusak lingkungan dan senantiasa memperhatikan daya dukung ekologinya.

2. Keberlanjutan sosial ekonomi yang mengacu pada kesejahteraan masyarakat pedesaan.

3. Keberlanjutan komunitas masyarakat pedesaan yang mengacu pada terjaminnya peran masyarakat dalam pembangunan dan jaminan akses komunitas pada sumber daya alam.

4. Keberlanjutan institusi yakni mencakup institusi politik, institusi sosial-ekonomi dan institusi pengelola sumber daya (Arif Satria: 2011).

Ketiga, pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga hendaknya tidak membuat desa mengalami ketergantungan baru. Dalam hal ini, tiga aktor yang bisa terlibat dalam proses kerjasama, yakni:

a. Masyarakat desa dengan kekuatan kelembagaan sosial dan ekonomi yang dimilikinya serta kemampuan mengelola sumberdaya yang berkelanjutan.

b. Pengusaha atau swasta yang mengembangkan usaha berbasis pedesaan serta untuk mengatasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh desa.

c. Pemerintah yang berfungsi untuk memberikan penguatan kelembagaan sosial ekonomi kepada desa dan jaminan keamanan dan legal kepada pengusaha/swasta.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 254

Page 269: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Keempat, pendamping desa harus mampu mengidentifikasi dan menjahit seluruh kekuatan ekonomi dan politik di wilayah pedesaan untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemberdayaan. Jaringan sosial pada dasarnya merupakan mitra strategis Desa yang harus senantiasa dijaga dan dikembangkan untuk memajukan pembangunan di Desa.

Tujuan membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kerjasama di Desa sebagai berikut:

1. Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, energi, kesehatan, pendidikan, air bersih, dsb.

2. Untuk membangun dan menumbuhkan semangat kolektivitas, kegotongroyongan dan trust building dari kelompok-kelompok sosial di masyarakat desa.

3. Agar desa mempunyai perencanaan pembangunan desa dan strategi pemberdayaan masyarakat desa yang mencakup: potensi, rencana strategis, perencanaan ruang, perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan dan strategi aksi yang menjadi dasar dalam mengembangkan kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga.

4. Agar desa mempunyai badan kerjasama antar desa yang dihasilkan melalui musyawarah desa.

5. Agar berkembang aktivitas ekonomi berbasis pedesaan yang mampu bersaing dalam pasar lokal, regional dan global serta dapat diandalkan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan.

Selain tujuan diatas, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para pendamping desa dalam membangun jaringan sosial dan kerjasama, yaitu sebagai berikut:

1. Pendamping harus meyakini, mengakui dan menghargai bahwa setiap individu/lembaga memiliki potensi yang merupakan modal dasar dalam merealisasikan visi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

2. Modal dasar tersebut perlu dikembangkan dan ditingkatkan mutunya, serta dipadukan lewat proses dialog dan musyawarah dalam wadah jaringan.

3. Musyawarah dan dialog adalah roh dari pendampingan desa.4. Pendamping desa meyakini potensi jaringan sosial yang peduli terhadap

masalah pedesaan, memiliki fungsi penting dan strategis, sehingga selalu menjadi pusat perhatian pendamping desa.

5. Pendamping desa harus senantiasa menciptakan peluang dengan mengembangkan sistem dan mekanisme, agar potensi jaringan sosial yang terbentuk senantiasa terlibat dalam proses pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Model pendekatan dalam kerja jaringan:

1. Model kontak person. Biasanya dilakukan oleh seseorang yang merupakan tokoh kunci dari lembaga, sering menggunakan pendekatan pribadi, loby (silaturahmi), mediasi dan lain-lain.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 255

Page 270: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2. Model kerja sama. Dapat dilakukan dengan pemerintah, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga keuangan atau kelompok profesi lainnya dengan isu-isu yang sejenis dan sifatnya memberikan bantuan stimulan, teknikal asistensi pada program yang sama.

3. Model aliansi. Kerja sama antar forum/lembaga untuk menyuarakan isu yang sama, misalnya: ALIANSI GERAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN yang terdiri dari pendamping desa, Pemda, NGO, dll.

4. Model koalisi. Beberapa forum/lembaga melakukan merger menggunakan satu nama, misal: KOALISI PENGENTAS KEMISKINAN PEDESAAN, bersifat sementara (ad hoc) dipimpin oleh seorang koordinator.[]

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 256

Page 271: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Daftar Pustaka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 257

Page 272: knpd.files.wordpress.com€¦  · Web viewMODUL. PELATIHAN . PRATUGAS. PENDAMPING LOKAL DESA. PLD. PENDAMPINGAN DESA. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. MOR 6 TAHUN 2014. TENTANG DESA.

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 258